Anda di halaman 1dari 1764

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Badai, Awan, Angin


Beng Ciang Hong In Lok
Karya : Liang Ie Shen, Terjemahan : Ai Cu Diceritakan Kembali Oleh : Marcus A.S Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE

http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kangzusi.com

Daftar Isi :
Badai, Awan, Angin Daftar Isi : Jilid Kesatu Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Bab 12 Jilid Kedua Bab 13 Bab 14 Bab 15 Bab 16 Bab 17 Bab 18 Bab 19 Bab 20 Bab 21

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bab 22 Bab 23 Bab 24 Jilid Ketiga Bab 25 Bab 26 Bab 27 Bab 28

Bab 29 Bab 30 Bab 31 Bab 32 Bab 33 Bab 34 Bab 35 Bab 36 Jilid Keempat Bab 37 Bab 38 Bab 39 Bab 40 Bab 41 Bab 42 Bab 43 Bab 44 Bab 45 Bab 46

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bab 47 Bab 48 BAB 49 BAB 50 Jilid Kelima Bab 51 Ci Giok Phang Bertemu Siauw Hong; Seng Liong Sen Dipermainkan Pengemis Tua BAB 52 Seng Liong Sen Melarikan diri; Seng Cap-si Kouw Contra Beng Cit Nio BAB 53 Mengikuti Jejak Kok Siauw Hong; Ciauw Siang Hoa Bertemu Ayahnya BAB 54 Pengemis Tua Bergabung Dengan Ciok Leng; Kiong Cauw Bun Menaklukkan Seng Cap-si Kouw BAB 55 Kong-sun Po Singgah Lagi Di Ngih Nie Lauw; Di Tempat Chu Tay Peng Bertemu See-bun Souw Ya BAB 56 See-bun Souw Ya Berhadapan Dengan Kong-sun Po; Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong Bertemu Kok-su Mongol BAB 57 Kiong Cauw Bun Dikalahkan Oleh Tam Yu Cong; Kong-sun Po Mendapat Undangan Dari Han Hie Sun BAB 58 Tamu Han Hie Sun Menunjukkan Kebolehannya; Kong-sun Po Diperdaya oleh Yan Hoo BAB 59 Pek Tek Menyelamatkan Kong-sun Po; Kekacauan Di Rumah Bun Yat Hoan BAB 60 Kong-sun Po Bertemu Para Pembegal; Kong-sun Po Berhasil Mengalahkan Lawan-lawannya BAB 61 Kiong Mi Yun Tertipu oleh Jen Thian Ngo; Kiong Mi Yun Bertemu Wan-yen Hoo Di Rumah Jen Thian Ngo BAB 62 Kong-sun Po Akan Membebaskan Kiong Mi Yun; Seng Liong Sen Dikerjai Oleh Wan-yen Hoo BAB 63 Seng Liong Sen Menyerang Kong-sun Po; Puteri Jen Thian Ngo Berkorban Untuk Sahabatnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAB 64 Luput Dari Bahaya Maut; Mendapat Tugas Berat BAB 65 Rencana Perampokan Di Rumah Gak Liang Cun; Seng Liong Sen Berhasil Menyelesaikan Tugasnya Jilid Keenam BAB 66 Ci Giok Hian Mencurigai Pemuda Cacat itu; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong BAB 67 Seng Liong Sen Dan Uh-bun Tiong Menjebak Lawan Mereka: To-su dan Hwee-shio Terluka Parah BAB 68 Rahasia Uh-bun Tiong Ketahuan; Seng Liong Sen Terjebak Di Rumah Tabib Ong BAB 69 Takut Ketahuan Rahasianya Seng Liong Sen Kabur; Pertarungan Dengan Para Bajak BAB 70 Kok Siauw Hong Dibius; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong BAB 71 Seng Liong Sen Lawan Uh-bun Tiong; Kok Siauw Hong Kabur Bersama Nona Biauw BAB 72 Chu Kiu Sek Muncul lagi; Persekongkolan Seng Cap-si Kouw Dan Kiauw Sek Kiang BAB 73 Seng Cap-si Kouw cs Ketemu Ciok Leng; Khie Wie Muncul Mencari Seng Liong Sen BAB 74 Han Tay Hiong Bertemu Dengan Putrinya; Khie Wie Mengetahui Riwayat Seng Liong Sen BAB 75 Seng Liong Sen Berusaha Menolongi Kekasihnya; Uh-bun Tiong Menipu Khie Kie Untuk Menjebak Khie Wie BAB 76 Uh-bun Tiong Mengancam Akan Menganiaya Khie Wie; Seng Liong Sen Bertarung Mati-matian BAB 77 Han Pwee Eng Hampir Tertawan Musuh; Seng Liong Sen Bertemu Ci Giok Hian BAB 78 Rumah Jen Thian Ngo Terbakar: Kok Siauw Hong Dan Han Pwee Eng Ke Kim-kee-leng BAB 79 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Ke Kim Kee-leng; Kongsun Po Bertemu Lawan Tangguh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAB 80 Kong-sun Po Bertemu Wan Ceng Liong; Kiong Mi Yun Bertemu Ayahnya BAB 81 Kiong Cauw Bun Menyetujui Perjodohan Putrinya; Seng Cap-si Kouw Terluka Parah Jilid Ketujuh BAB 82 Kok Siauw Hong Coba Menemui orang di Tay-toh; Kok Siauw Hong Berhadapan Dengan Lie Tiong Chu BAB 83 Jen Ang Siauw Bertemu Kawan Semasa Kecilnya; Wan-yen Hoo Muncul Dipembukaan Perusahaan Beng Teng BAB 84 Jen Thian Ngo Muncul Di Tengah Pesta; Rumah Teng Sit Dikepung Tentara Kim BAB 85 Jen Ang Siauw Bertemu Wan-yen Hoo; Lie Tiong Chu menyelamatkan Nona Jen BAB 86 Mencari Rumah Keluarga Ho Di See-san; Pertarungan Antara

Ho Leng Wie Dan Lo Jin Cun BAB 87 Ho Leng Wie Bertemu Gurunya; Bu-lim-thian-kiauw Muncul Saat Keadaan Gawat BAB 88 Tam Yu Cong Hampir Terjebak Musuh; Ilmu Berbisa Chu Kiu Sek Dan See-bun Souw Ya Musnah BAB 89 Tam Yu Cong Berbincang Dengan Raja Kim; Ciu Tiong Gak Bertarnung Melawan An Tak cs BAB 90 Rombongan Kok Siauw Hong Bertemu Ciu Tiong Gak; Seng Liong Sen Bersama Khie Kie Menuju Ke Kim-kee-leng BAB 91 Bertemu Han Hie Sun Di Gudang Kayu; Pertarungan Hebat Di Gudang Kayu BAB 92 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Membantu; Kong-sun Po Ikut Terjun dalam Pertarungan BAB 93 Hong-lay-mo-li Menjodohkan Ci Giok Hian; Gan Hu-kin Mengacau Di Pek Hoa-kok BAB 94 Gak Hu-jin Sinting Dan Mengamuk; Ci Giok Hian Berkenalan Dengan Tio It Heng BAB 95 See-bun Souw Ya Tewas; Kiong Cauw Bun Tertolong Jiwanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAB 96 Kiauw Sek Kiang Tewas Dikeroyok; Chu Kiu Sek Tewas Di Tangan Su Thian Tek BAB 97 Bagian Penutup

-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Kesatu
Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diceritakan kembai oleh : marcus A.S. MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 200S -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 1

Gumpalan-gumpalan awan putih berarak bersamaan dengan datangnya musim rontok. Daun-daun pepohonan yang terhembus angin barat berterbangan dan berguguran ke atas tanah. Pada sebuah jalan datar tampak 20-30 penunggang kuda sedang melarikan kuda mereka. Di tengah-tengah rombongan penunggang kuda itu tampak sebuah kereta kuda yang indah. Rombongan ini sedang menuju ke arah Selatan. Setelah lebih jelas, mereka itu adalah rombongan atau iring-iringan rombongan Piauw-kiok (Perusahaan ekpedisi). Beberapa orang piauw-su (pengawal ekpedisi) dan yang berada paling depan sedang berteriak-teriak. "Houw Siauw Tiong-touw! Houw Siauw Tiong-touw! (Harimau Bersiul dari Tiong-touw). Harap para sahabat Dunia Persilatan memberi jalan!" teriak para piauw-su itu. Di dataran itu yang tampak hanya tegalan rumput dan rombongan para piauw-su itu. Di sana tak kelihatan makhluk apapun. Namun rupanya sudah menjadi kebiasaan dan aturan di Dunia Persilatan, bahwa di mana pun para piauw-su itu lewat, mereka harus berseru-seru begitu, sekalipun di tempat yang sunyi sekali. Sebenarnya Piauw-kiok ini berpusat di kota Lok-yang atau disebut juga Tiong-touw. mereka berseru meneriakkan kata "Houw Siauw Tiong-touw" tersebut, karena bila kaum Rimba Persilatan mendengar seruan ini, maka mereka akan segera tahu bahwa yang sedang lewat itu adalah Houw Wie Piauwkiok (Rombongan perusahaan ekpedisi merk Houw Wie). Pemilik Piauw-kiok itu bernama Beng Teng (Meng Ting). Kali ini pemimpin atau pemilik piauw-kiok tersebut ikut mengawal rombongan yang sedang mengantar piauw itu. Sudah turun-temurun keluarga Beng ini memang berusaha di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bidang ekpedisi atau pengantaran barang. Setelah ayah Beng Teng meninggal dua puluh tahun yang lalu. perusahaan ekpedisi itu pernah bangkrut. Tetapi kemudian Beng Teng mengambil keputusan. ia ingin berkelana di Rimba Persilatan maka ia bangun kembali perusahaan itu. Setelah Beng Teng berkecimpung di Rimba Persilatan, ternyata ia cukup berhasil dan memperoleh nama cukup terkenal. Kemudian dia kembali ke Lok-yang untuk melanjutkan usaha almarhum ayahnya itu. Di bawah pimpinan Beng Teng perusahaan Houw Wie Piauw Kiok menjadi semakin terkenal saja. Sekalipun rombongan ekpedisinya ini harus melewati daerah yang sangat rawan, namun Houw Wie Piauw-kiok ini bisa tiba di tujuan dengan aman. Tetapi kali ini mereka harus melewati daerah dataran yang belum pernah dilewati oleh mereka selama ini. sehingga tidak heran jika Beng Teng jadi sangat berhati-hati sekali. Bahkan anak buahnya harus terus-menerus meneriakkan kata "Houw Siauw Tiong-touw!" berulang-ulang. Kereta kuda yang mereka kawal itu tampak mewah dan indah sekali karena dihias dengan berbagai batu permata, Dengan demikian kereta itu sangat istimewa dan berbeda dengan kereta biasa apalagi dibanding dengan kereta barang. Di atas kereta mewah itu duduk seorang gadis cantik, ia baru berumur sekitar dua puluh tahun. Dari dalam kereta itu terdengar alunan suara kecapi yang sangat merdu. Ternyata yang memainkan kecapi si nona cantik itu dan dia sedang memainkan lagu "Yung Ih Lok" (Selalu Bertemu Kegembiraan). Di belakang kereta indah itu berdiri dua orang lelaki tua, rupanya kedua lelaki tua itu adalah pengawal pribadi si nona. Ketika salah seorang dari kedua lelaki tua itu mendengar suara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

alunan kecapi dengan perhatian penuh, tak terasa mereka jadi terharu, air mata mereka meleleh dan berlinang-linang. Pencipta syair yang dimainkan oleh si nona cantik itu bernama Sing Yap Cheh. Syair lagu itu pernah menggemparkan Kang-lam dan Kang-pak. Namun, orang yang mengetahui syair lagu itu tidak begitu banyak. Sungguh mengherankan ternyata nona cantik ini tahu lagu dan

syairnya. Konon gadis cantik itu seorang calon pengantin yang akan segera menikah di kota Yang-cou. Di sepanjang perjalanan nona ini hanya main kecapi saja dan jarang sekali ia bicara. Hal itu membuat Beng Teng, si pemimpin piauw-kiok itu jadi keheranan. Ketika alunan suara kecapi itu tiba-tiba berhenti, salah seorang dari lelaki tua yang berada di bagian belakang kereta indah itu segera memerintahkan pada kusir agar menghentikan kereta kudanya. Setelah kereta berhenti, lelaki tua itu bergegas turun dan menghampiri si nona. "Nona, bagaimana keadaanmu, apa kau baik-baik saja?" tanya lelaki tua itu. Nona cantik itu batuk beberapa kali "Dibandingkan kemarin hari ini rasanya agak baikan, namun hatiku tetap risau!" jawab si nona. Lelaki tua itu mengambil mangkuk berisi obat. Lalu ia minta si nona meminumnya. Setelah nona itu minum obat. lelaki tua itu menghela napas panjang. "Nona. selama ini kau sangat dimanja! Tetapi kali ini dalam suasana negara sedang kacau, justru Nona harus berangkat ke kota Yang-cou untuk menikah. Sungguh hal ini sangat menyusahkanmu. Nona!" kata lelaki tua itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak wajah nona cantik itu berubah kemerah-merahan. Sambil menundukkan wajahnya dalam-dalam dia diam saja. Pada saat bersamaan, salah seorang piauw-su berkata kepada Beng Teng sang ketua rombongan piauw-kiok itu. "Hari ini penyakit Nona Han kelihatannya lebih parah dibanding kemarin. Wajahnya tampak agak lain. Sekarang hari sudah hampir gelap, lebih baik kita cari tempat untuk bermalam!" kata si piauw-su itu. Beng Teng menggelengkan kepalanya. "Aku dengar di depan kita sarang si Serigala Tua. Keadaan tempat ini sangat rawan! Jika kita mau istirahat lebih baik setelah lewat sarang serigala itu. Jalan ini memang agak sulit dilewati, tetapi nona itu berada di atas kereta. Asalkan dia bisa tahan goncangan sedikit saja. pasti tak apa-apa!" kata Beng Teng. Piauw-su yang bicara dengan Beng Teng yang bernama Ciok Cong Thian tertawa. "Dengan mengandalkan nama bersarmu. Cong-piauwthauw. aku yakin orang-orang si Serigala Tua akan memberi muka kepada kita! Aku dengar pemimpin kaum hitam ini

seorang yang sangat teliti. Aku rasa sebelum mereka akan bertindak, pasti mereka akan menyelidiki dulu rombongan siapa ini? Aku rasa dia tak akan gegabah mengambil risiko dan menempuh bahaya. Bahkan dia juga tidak menyukai wanita. Jadi apakah dia akan merampas gadis cantik yang akan sebera jadi pengantin itu?" kata Ciok Cong Thian. "Kau jangan berkata begitu!" kata Beng Teng. "Kita mendapat tugas dari seseorang, tentu kita harus bertanggungjawab sepenuhnya. Jika hanya harta-benda yang dirampok olehnya, itu bukan masalah! Tetapi jika nona cantik itu yang diculik, pasti kita tak bisa mengganti rugi. Sekalipun pemimpin she Tan itu tak turun tangan, tetapi kita tetap harus waspada. Lebih baik setelah lewat tempat ini baru kita istirahat."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan tak banyak bicara lagi Ciok Cong Thian langsung menyuruh kusir menjalankan keretanya lebih jauh. Tak lama rombongan ini mulai bergerak meninggalkan tempat yang mencurigakan itu. Ketika rombongan ini sudah memasuki daerah sarang si Serigala Tua. dengan hati berdebar-debar rombongan piauwkiok itu mulai menyaksikan padang alang-alang yang tinggi, dan rumput alang-alang itu bergoyang-goyamg tertiup sang bayu dan tampak bagai nona yang ayu sedang menari-nari. Hati mereka menduga-duga, entah ada penjahat yang bersembunyi di situ atau tidak. Sungguh di luar dugaan rombongan ini bisa melewati padang alang-alang tersebut dengan selamat tanpa gangguan, padahal itu adalah daerah yang paling rawan menurut perkiraan mereka. Memang karena sudah kelelahan ditambah lagi tempat itu mereka anggap aman, maka di tempat itulah mereka istirahat dan membuat perkemahan. Tepatnya di sebuah hutan kecil tak jauh dari rimba yang baru mereka lewati tadi. Awalnya Beng Teng masih ingin meneruskan perjalanan mereka dengan alasan karena letak rimba kecil itu masih belum berjauhan dengan sarang si Serigala Tua. jaraknya baru kurang lebih belasan lie saja. Akan tetapi hari sudah mulai gelap, ditambah lagi para piauw-su pun sudah kelelahan sekali, begitupun kuda-kuda mereka. Terutama si nona cantik yang ada dalam kereta sekarang sedang dalam keadaan tak enak badan dan sangat perlu istirahat. Dengan terpaksa Beng Teng harus menyetujui anak buahnya untuk beristirahat di rimba kecil itu. Melihat majikannya cemas Ciok Cong Thian tertawa. "Barangkali nama besarmu telah mengejutkan penghuni

sarang Serigala Tua itu. sehingga anak serigalanya pun tidak berani muncul." kata Cong Thian. Beng Teng mengerutkan dahinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini sungguh di luar dugaan! Tetapi menurut pendapatku sekalipun mereka tak mengusik kita, tapi mereka seharusnya sudah muncul! Malah tak kusangka kita bisa melewati sarang serigala itu dengan aman! Akan tetapi hatiku tetap berdebardebar tak tenang." kata Beng Teng. Ciok Cong Thian kembali tertawa. "Lauw-ho-li she Tan (Serigala Tua she Tan) pasti telah menyelidiki dengan jelas mengenai keadaan kita ini. kali ini kau ikut dengan rombongan kami. Selain itu yang dikawal pun bukan barang berharga, tetapi calon pengantin baru yang berpenyakitan, itu sebabnya mereka tidak mau turun tangan merampok kita." kata Ciok Cong Thian. Beng Teng menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku dengar tahun lalu ada dua perusahaan piauw-kiok yang lewat di sini mengawal barang antaran, mereka justru mengalami rintangan di daerah sarang serigala ini. Padahal aku dengar kekuatan kedua piauw-kiok itu lebih kuat dari Houw Wie Piauw-kiok milik kita. Tetapi si Serigala Tua Tan berani menelan barang antaran kedua piauw-kiok itu. Tadi kau bilang mereka takut kepada kita. itu belum tentu! Memang kita hanya mengawal seorang gadis cantik dan bukan mengawal barang berharga. Akan tetapi, nilai kawalan kita kali ini jauh lebih mahal daripada barang apapun. Jika si Serigala Tua itu tahu mengenai barang yang kita kawal ini. aku yakin dia akan turun tangan!" kata Beng Teng. "Kita telah melewati daerah yang rawan sarang si Serigala Tua itu." kata Cong Thian. "sekarang boleh dikatakan sudah boleh beristirahat dengan tenang, aku jamin tak akan terjadi apa-apa." Beng Teng justru menghela napas panjang. "Mudah-mudahan begitu" kata sang boss.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara kedua piauw-su sedang berbincang-bincang, kedua orang lelaki tua itu malah sedang sibuk memasak obat untuk nona mereka. Rupanya mereka membawa bahan-bahan obat dari Liok-yang. Malam itu mereka berdua menyalakan api untuk masak obat di dalam rimba kecil itu. Beng Teng sedang

menghitung-hitung waktu perjalanan. "Sekitar tiga hari lagi kita akan sampai ke kota Yang-ou. Kita harus berdoa mudah-mudahan tidak terjadi hal-hal yang tak kita inginkan di tengah jalan, dan Thian (Tuhan) melindungi Nona itu agar penyakitnya segera sembuh! Aaah! terus terang, sejak aku menjadi seorang piauw-su baru kali ini aku merasa paling cemas. Yang aku cemaskan ada dua masalah, yang pertama jika terjadi sesuatu di tengah jalan, maka pengantin baru itu tidak akan selamat sampai di rumah calon suaminya. Saudara Ciok, sudah dua puluh tahun lebih kau menjadi piauw-su. pasti kau lebih berpengalaman daripada aku. Tetapi mengawal seorang calon pengantin, mungkin baru pertama kali ini kau alami, bukan? Orang lain tidak berani menerima pekerjaan ini. justru kita berani menerima pekerjaan berat ini. Sedang masalah yang kedua yang sedang aku pikirkan, ialah jika kita berhasil mengantar calon pengantin dengan selamat, aku yakin pasti Houw Wie Piauw-kiok akan bertambah terkenal saja!" Ciok Ciong Thian manggut-manggut. Tak lama Beng Teng diam tak banyak bicara lagi. Ternyata dia ingat pada suatu kejadian aneh. yaitu saat ia menerima kawalan calon pengantin baru ini. Kisahnya demikian. Hari itu turun hujan gerimis tak hentinya. Cuaca yang sangat buruk ini berlanjut sampai beberapa hari lamanya. Air hujan membuat jalan raya di kota Lok-yang jadi sepi dan para pedagang pun segan keluar rumah. Hawa sangat dingin membuat orang makin segan keluar rumah. Demikian juga keadaan di Houw Wie Piauw-kiok. Sudah sebulan lebih lamanya tidak terjadi transaksi untuk pengawalan barang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kesialan menjadi lengkap, hari itu pun turun hujan gerimis yang melit tak mau berhenti. Sedang dalam cuaca seburuk itu sudah pasti tidak akan ada orang yang datang untuk meminta mereka mengantarkan barang. Saat itu para piauw-su sedang berkumpul di ruang belakang, mereka sedang menghangatkan badan di depan perapian sambil mengobrol. Pembicaraan para piauw-su itu akhirnya melantur ke masalah keadaan di dalam negeri. Terutama tentang perang yang setiap saat bisa berkecamuk hebat sekali. Ada yang bilang pasukan Mongol telah kembali ke daerahnya, namun mungkin mereka akan menyerang ke daerah Selatan Tionggoan (Tiongkok) Ada lagi yang mengatakan, bahwa Liok Lim Beng Cu (Pemimpin Rimba Hijau Hong Lai Ho Li (Iblis Wanita Mo Lai) telah mengibarkan panji perang mereka untuk meminta pada setiap orang gagah dari Rimba Persilatan (Bulim

Eng-hiong) untuk bersatu-padu melawan pasukan Mongol dan pasukan bangsa Kim (Tartar), tujuannya untuk melindungi rakyat Tiongkok dari kesengsaraan. Tetapi yang lain berkata lagi, sekarang di mana-mana telah muncul pasukan suka-rela. dan keadaan kotanya sudah semakin gawat. Mereka yakin akan terjadi kekacauan. Ciok Cong Thian, piauw-su yang paling senior di Houw Wie Piauw-kiok kelihatan menghela napas panjang. "Mengenai masalah kekacauan di dalam negeri, kita boleh tidak peduli sama sekali! Akan tetapi, jika hal itu telah mempengaruhi Houw Wie Piauw-kiok, pasti kita pun akan jadi repot. Karena akan bermunculan para perampok di manamana. Hal ini akan mempersulit pekerjaan kita. Malah mungkin barangkali tak akan ada orang yang berani mengirim barang mereka. Jika keadaan sudah jadi begitu, apa bukan tak mungkin kita akan gigit jari?" kata Ciok Cong Thian agak cemas. Semua piauw-su menggeleng-gelengkan kepala mereka ketika mendengar kata-kata Ciok Cong Thian tersebut. Tetapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada saat bersamaan mendadak muncul Sam Cu Chiu. Dia langsung melapor, bahwa di luar ada tamu ingin menemui pengurus piauw-kiok. Ketika ditemui tamu itu ternyata seorang ayah dan puterinya. Mereka membawa dua orang lelaki tua sebagai pelayan. Mereka ini datang dengan naik kereta mewah. Sang ayah memperkenalkan diri mengaku bernama Han Tay Hiong. Maksud kedatangan mereka ialah minta agar Houw Wie Piauw-kiok mau mengantarkan puterinya ke kota Yangcou. karena si nona akan segera menikah di sana. Beng Teng mempertimbangkan pekerjaan itu masakmasak. Dari kota Lok-yang ke Yang-cou berjarak puluhan ribu lie jauhnya. Jadi mana mungkin di sepanjang jalan tak terjadi sesuatu atau bahaya? Sedang kirimannya bukan barang tapi orang. Manusia tak bisa disamakan dengan barang. Jika barang dirampok penjahat masih bisa diganti barang, tetapi kalau calon pengantin yang diculik, lalu harus diganti dengan apa? Begitu Beng Teng berpikir keras. Semula pekerjaan itu akan ditolaknya karena Beng Teng berpikir orang lain saja tak ada yang berani menerima pekerjaan itu. mengapa dia harus mau? Tetapi orang tua gadis itu terus memohon setengah memaksanya. Dia bilang jika Houw Wie Piauw kiok tak berani mengantar puterinya. apalagi dia. Dan pasti pernikahan puterinya itu akan batal. Orang tua itu pun berkata bahwa dia bersedia mengeluarkan ongkos

sebesar dua ribu tail emas. Atas desakan orang she Han itu dan ditambah pula sudah sebulan tak ada transaksi, akhirnya pekerjaan berai itu ia terima juga. Saat rombongan akan berangkat Beng Teng telah menerima uang muka sebanyak separuh dari seluruh biaya pengantaran yang akan dia terima. Yakni seribu tail emas dan sisanya akan dibayar sesudah mereka sampai ke tempat tujuan dan akan dibayar sesudah mereka sampai ke Lok-yang sehabis mengantarkan nona calon pengantin itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulailah perjalanan dilakukan dengan hati-hati sekali. Di sepanjang perjalanan Beng Teng selalu was-was dan waspada, tetapi untung selama ini belum pernah terjadi apaapa. Dia berharap asalkan si Serigala Tua Tan itu tidak mengusik rombongan mereka, maka ke depan ia yakin tak ada lagi lawan yang patut ia takuti. Benar saja dengan aman mereka bisa melewati daerah sarang Serigala Tua dan tiga hari lagi mereka akan segera sampai ke Yang-cou. Terus terang sekalipun mereka sudah melewati sarang serigala, namun mereka belum sepenuhnya melintasi daerah kekuasaan si Serigala Tua lan. Sedangkan Beng Teng pernah mendengar bahwa si Serigala Tua Tan ini sangat kejam, terutama keempat anaknya yang bergelar Serigala Hijau, Serigala Hitam, Serigala Kuning dan Serigala Putih. Mereka adalah para iblis golongan hitam (Kaum Liok-lim atau Rimba Hijau). Demikian kejamnya ada yang bilang mereka tak mengedipkan mata saat membunuh orang atau lawannya. Pada saat Beng Teng sedang duduk dengan hati tak tenang di bawah sebuah pohon, mendadak ia mendengar suara anak panah yang dilepaskan dan memecah kesunyian saat itu. Sam Cu Chiu segera mengibarkan bendera Houw Wie Piauw-kiok dan berseru-seru dengan suara nyaring. "Houw Siauw Tiong-touw! Harap sahabat Dunia Persilatan memberi jalan!" teriak Sam Cu Chiu. Setelah suara anak panah itu lenyap, tak lama terdengar suara derap kaki kuda yang gemuruh. Tak lama tampak banyak orang menunggang kuda bermunculan. Mereka umumnya naik kuda dan ada juga yang berlari-lari mendatangi. Tak lama mereka telah mengepung tempat rombongan piauw-su itu sedang berkumpul. Kiranya mereka memang para perampok yang dipimpin oleh dua orang pemimpin mereka. Seorang bertubuh jangkung, ia memakai kopiah bulu Usia mereka sekitar 50 tahun, namun masih kelihatan gagah dan wajahnya kemerah-merahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa orang piauw-su mengenali salah seorang yang sudah tua itu yang tidak lain adalah si Serigala Tua Tan Piauw. Di belakang dia kelihatan ada empat orang yang termuda baru berumur 20 tahun, wajahnya putih bersih, sepasang matanya bersinar terang, ia pun tampan. Dia adalah si Serigala Putih Tan Giok. Yang paling tua berusia 40 tahun, wajahnya kehijauan, giginya tonggos hingga kelihatan menyeramkan. Dia adalah putera sulung Serigala Tua Tan Piauw. namanya Tan Kauw si Serigala Hijau. Yang berada di tengah berumur 30 tahunan bernama Tan Teng dan yang bergelar si Serigala Hitam bernama Tan Su. Serigala Tua Tan Piauw naik kuda tangannya memegang sebuah cangklong yang panjangnya hampir sedepa, berwarna hitam mengkilap entah terbuat dari bahan apa? Ia menghisap cangklongnya dua kali, lalu menghembuskan asap tembakau itu ke atas sambil tertawa terbahak-bahak. "Harimau Mendekam, sesudah kalian melewati sarang Serigala! Aku Tan Piauw memberanikan diri mengusik harimau yang sedang tidur! Aku yakin kau Beng Teng, bukan?! Aku dengar namamu berkibar sampai ke Kang-lam dan Kang-pak! Tak satupun orang di Dunia Persilatan yang tidak mengenal namamu itu. Tetapi sayang sekali tempat tinggal kami sangat jauh, sehingga kami belum mendengar dan melihat kehebatan Houw Wie Piauw-kiokmu! Tanpa aku duga hari ini kita bisa bertemu di sini. sungguh aku beruntung sekali!" Buru-buru Beng Teng memberi hormat. "Kami tidak berani tekabur di depan Anda. Houw Wie Piauw-kiok tak punya nama besar seperti yang Anda duga. Hari ini kami kebetulan lewat di daerah kekuasaanmu, tetapi sayang kami tak sempat singgah menemui Anda. Mohon Saudara Tan memaafkan kecerobohan kami ini. Sekembali dari Yang-cou. pasti kami akan berkunjung ke tempat Anda!" kata Beng Teng merendah dan sangat hormat. Kembali Tan Piauw tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus! Bagus! Pasti kau sudah tahu aturan Dunia Persilatan, bukan? Iyakan?" kata Tan Piauw. "Kami harap Saudara Tan memberi petunjuk!" kata Beng Teng tetap merendah. Tan Piauw tertawa sinis.

"Semua saudaraku hidup susah. Oleh karena itu mereka ingin hidup layak, tak banyak yang kami inginkan, mohon kau serahkan saja separuh dari penghasilanmu kali ini!" kata Tan Piauw sambil tersenyum sinis "Maaf. terus terang yang kami kawal ini bukan barang berharga, tetapi kami sedang mengantarkan seorang calon pengantin ke kota Yang-cou! Bagaimana kami bisa membaginya? Harap Saudara Tan maklum." kata Beng Teng. Wajah Tan Piauw langsung berubah dan ia berkata dengan sengit sekali. "Jangan berdusta! Jika kau tidak dibayar oleh si orang tua she Han itu. mana mungkin kau mau mengantarkan puterinya ke kota Yang-cou yang jauhnya ribuan lie seperti sekarang ini? Kau tidak salah, orang memang tidak bisa dibagi dua! Tetapi uang emas kan bisa dibagi dua! Cepat serahkan seribu tail emas dan tinggalkan pada kami, maka kau boleh bebas meninggalkan tempat ini!" kata Tan Piauw. Beng Teng terperangah kaget mendengar permintaan itu. Memang Houw Wie Piauw-kiok menerima 2000 tail emas, dan hal itu sangat dirahasiakan sekali. Sungguh aneh dan entah bagaimana si Serigala Tua Tan justru bisa mengetahuinya? Sekarang Tan Piauw meminta seribu tail emas. itu jelas dia sudah mengetahui berapa ongkos sebenarnya mengantarkan nona cantik itu ke Yang-cou? Ditambah pula uang yang ia terima sebanyak seribu tail emas itu. uang itu sudah ia bagi-bagikan pada anak buahnya, sebelum mereka berangkat dari Lok-yang. Uang itu untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

biaya rumah tangga para piauw-su selama dalam perjalanan meninggalkan sanak keluarganya. Maka sungguh tidak mungkin ia menyerahkan seribu tail emas sekarang kepada Tan Piuaw. Sambil tertawa getir Beng Teng lalu berkata hormat. "Saudara Tan buka harga terlalu tinggi. Kami dari Houw Wie Piauw-kiok pun ikut bersusah payah, harap Saudara Tan maklum..." Sebelum Beng Teng selesai bicara. Tan Piauw sudah tertawa dingin. "Apa yang sudah aku katakan tidak pernah berubah lagi! Sekalipun kita belum pernah bentrok, tetapi pasti kau pernah mendengar tentang kami!" kata Tan Piauw dengan bengis. Beng Teng menahan marah, ia berpikir. "Aku rasa orang Houw Wie Piauw-kiok cukup kuat. belum tentu kami tak akan mampu melawan mereka semua. Tetapi jika terjadi perkelahian pasti ada yang mati dan terluka.

ditambah lagi Nona Han tidak mengerti ilmu silat, malah sekarang dalam keadaan sakit parah. Jika terjadi perkelahian ia pasti akan kaget dan ketakutan, malah bukan tidak mungkin akan terjadi hal yang tidak diinginkan!" pikir Beng Teng. Oleh karena itu ia mengambil keputusan yang tepat lalu kembali ia memberi hormat kepada Tan Piauw sambil berkata dengan manis dan bersikap hormat. "Kami semua berkecimpung di Dunia Persilatan, yang terutama kami inginkan adalah persahabatan dengan siapa pun! Saudara Tan menghargai kami. seharusnya kami ikuti kehendak Anda itu! Bagaimana seandainya sekembali kami ke Lok-yang, baru uang itu kami antarkan ke tempatmu?" kata Beng Teng. Dari ucapan Beng Teng itu jelas berarti ia menyetujui permintaan Tan Piauw. tetapi butuh waktu sampai mereka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali ke Lok-yang baru uang yang seribu tail emas itu diterimakan pada si Serigala Tua. Sedang ketika itu para piauw-su menganggap bahwa Beng Teng bersikap terlalu lemah, sehingga mereka menggerutu kurang senang dan penasaran. Di luar dugaan wajah Tan Piauw kelihatan berubah jadi tak sedap dilihat. Kembali ia tertawa dingin. "Syaratmu itu memang pantas dan boleh aku terima. Tetapi kami harus menahan antaranmu sebagai jaminan! Setelah kau menyerahkan seribu tail emas. baru antaranmu itu kami serahkan kepadamu. Yang selain itu panjimu pun akan kutahan!" kata Tan Piauw. Sudah puluhan tahun Houw Wie Piauw-kiok berusaha dengan menggunakan bendera itu ke mana-mana. Selama itu belum pernah ada orang yang berani meremehkan mereka. Sekarang Tan Piauw ingin menahan panji mereka, berarti itu suatu penghinaan yang luar biasa. Tidak heran jika para piauw-su kelihatan jadi kurang senang, begitupun Beng Teng. Wajah Beng Teng segera berubah, alisnya berdiri, tetapi ia tetap tertawa dan mencoba bersikap sabar. "Saudara Tan. kau sengaja ingin menghinaku! Hm! Jika kau ingin menahan panji kami itu tidak sulit......!" kata Beng Teng. Saat keduanya sudah siap akan bertarung, pada saat yang bersamaan terdengar derap kaki kuda mendatangi ke arah mereka. Ketika Beng Teng menoleh ke arah suara derap kaki kuda itu. dari kejauhan tampak dua orang peunggang kuda sedang mendatangi dengan cepat. Tak lama kedua penunggang kuda itu sudah berada di tengah mereka. Dua penunggang kuda yang baru datang itu yang satu

uiang tua sudah beruban, umurnya sekitar 60 tahun, sedang yang satunya lagi seorang gadis muda baru berumur belasan tahun. Menyaksikan munculnya kedua penunggang kuda ini Tan Piauw tampak sedikit terkejut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ciu Lo-ya-cu (Orang tua she Ciu). tidak kusangka tajam juga telingamu itu!" kata Tan Piauw sambil tersenyum. "Jadi kau khawatir tanganku akan terjulur panjang?" kata si orang tua itu dengan suara hambar. "Ciu Lo-ya-cu. kau jangan bergurau! Usaha begini kecil bagaimana kau mau ikut campur. Aku hanya akan menerima seribu tail emas saja. aku harap kau orang tua... " Orang she Ciu itu melotot. "Jadi kalian tidak senang atas kedatangan kami berdua ini?" kata orang tua itu menegaskan. Mendadak nona di sampingnya tertawa nyaring. "Kakek sifat serigala memang tamak! Tan tua ini mengira kita akan minta bagian darinya, itu berarti dia telah menghinamu. Kek! Seharusnya kau beri dia pelajaran agar mulutnya tak bicara sembarangan saja!" kata si nona. Saat berhadapan dengan Beng Teng orang she Tan ini galak luar biasa, namun saat dia berhadapan dengan nona muda ini. ketika disindir, dia tidak marah sama sekali malah tertawa. "Mana boleh aku tak senang, kalian berdua datang ke mari. aku harus menyambutnya dengan gembira. Nona Hong usiamu sekarang sudah 17 tahun, apa kau sudah akan menikah?" kata Tan Piauw. Si nona langsung melotot. "Hai Serigala Tua. apa kau sudah buta? Kita sedang bicara serius kau malah mengalihkannya padaku. Kau bicara sembarangan saja. apa kau kira aku tak berani menampar telingamu yang lebar itu?" kata nona Hong. Tan Piauw tertawa terbahak-bahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Hong. justru aku serius bicara tentang dirimu. Uang emas yang tak seberapa itu. mana mungkin dilirik oleh Kakekmu! Tetapi karena kalian sudah ke mari. pasti aku harus menghormati kalian berdua. Aku sudah berpikir pada saat kau menikah aku akan mengantarkan lima ratus tail emas untukmu sebagai kado dariku!" kata Tan Piauw.

Aneh memang sekali buka mulut Tan Piauw langsung bersedia membagi dua uang seribu tail yang bakal ia peroleh dari Beng Teng pada si nona. Itu sangat jelas sebagai tanda bahwa kakek dan cucu itu dia hormati atau lebih benar amat ditakuti. Ketika mendengar ucapan Tan Piauw ini Beng Teng terheran-heran dibuatnya. "Siapa kakek dan cucu ini? Mengapa Tan Piauw kelihatan begitu takut pada mereka? Malah dia ingin mengambil hati mereka?" pikir Beng Teng. Sebenarnya pengetahuan Beng Teng cukup luas tapi heran ia tak tahu siapa kakek dan cucu itu. Sebaliknya Nona Hong tertawa dingin. "Serigala Tua. sungguh menarik kata-katamu itu. Kau bilang kau gembira atas kedatangan kami. Tetapi kenapa kau keluar dari sarangmu dan datang ke tempat sejauh ini dari tempatmu dan membuat masalah? Itu jelas kau ingin menghindar dari kami!" kata Nona Hong. Tan Piauw pura-pura gugup. "Aduuuh! Tak kusangka rupanya kalian berdua telah mendatangi sarang kami! Maafkan aku karena tidak tahu hal itu. Sebenarnya aku justru khawatir akan mengganggu Kakekmu, maka aku datang ke tempat ini sekalipun tempat ini jauh dari sarangku. Nona Hong. kau jangan salah paham! Karena kau sudah datang ke mari, maka jangan khawatir 500 tail emas itu akan kukirimkan sebagai hadiah pernikahanmu!" kata Tan Piauw sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang butuh 500 tail uang emasmu itu?" kata si nona sambil mencibir. Mendengar jawaban ini Tan Piauw terbelalak matanya. "Kalau begitu apa maksud kedatangan Nona dan Kakekmu ini? Sudah pasti aku tak akan membiarkan Nona pulang dengan tangan kosong!" kata Tan Piauw. "Kau benar, sedikitpun tak salah!" kata nona Hong. "Memang aku tidak akan pulang dengan tangan kosong! Aku tidak mau uang tapi aku ingin orang!" Mendengar ucapan nona Hong itu Tan Piauw terkejut bukan main. "Kau mau orang? Siapa orang yang kau inginkan itu?" tanya Tan Piauw. Tiba-tiba orang tua she Ciu tertawa sambil berkata. "Tan Piauw. terus terang saja sesungguhnya aku tak mau datang ke mari." kata si kakek. "Tetapi cucuku ini terus merengek memaksa ingin ke mari. terpaksa aku menemaninya. Dia bilang dia ingin melihat calon pengantin

itu!" Tan Piauw tercengang. "Mana ada pengantin di sini?" kata Tan Piauw pura-pura. Mendengar jawaban itu nona Hong marah bukan main. "Hai Tua Bangka, kau jangan pura-pura bodoh! Bukankah di dalam kereta yang indah itu ada seorang nona cantik calon pengantin? Kedatanganku ke mari ini untuk melihat dia!" kata nona Hong galak bukan main. Kebetulan angin barat berhembus kencang sekali, sehingga kerai jendela kereta itu tersingkap Semua orang menoleh ke arah kereta itu. Di sana tampak sang calon pengantin baru yang cantik sedang duduk diam. Wajahnya masih kelihatan agak pucat, tetapi sedikit pun tak menunjukkan tanda-tanda

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa dia takut. Bahkan seolah dia tak peduli pada apa yang sedang terjadi di luar kereta yang sedang dia duduki itu. Sebenarnya sejak tadi Beng Teng sudah khawatir sekali kalau nona itu akan ketakutan setengah mati menyaksikan keributan di luar keretanya. Tetapi apa yang dilihatnya ini membuat Beng Teng heran dan di luar dugaannya. "Kiranya nona calon pengantin ini nyalinya cukup besar!" pikir Beng Teng. Nona Hong yang sempat melihat sang calon pengantin tak hentinya memuji kecantikan nona itu. "Ternyata benar, sungguh cantik nona itu! Kakek aku suka pada Kakak itu. aku ingin mengundang dia datang ke rumah kita!" kata nona Hong. Si orang tua she Ciu tertawa. "Kalau begitu, kau tanyakan dulu pada Beng Cong-piauwthauw (Kepala Pengawal Beng). karena dialah yang bertanggung-jawab untuk mengantar nona itu ke Yang-cou!" kata si kakek. Beng Teng sama sekali buta mengenai riwayat orang tua she Ciu dan cucunya itu. Namun ketika ia mendengar orang tua she Ciu itu bicara begitu sopan dan ramah, juga tahu aturan dia segera menyahut dengan ramah pula. "Lo-ya-cu tak salah, aku memang yang bertangung-jawab untuk mengantar Nona ini ke kota Yang-cou. dan katanya akan dinikahkan di sana. Maka permintaan Nona kecil....." Nona Hong tertawa. "Aku dan dia sama-sama wanita Aku ingin menjadi sahabatnya. Apa itu tidak lebih tepat dan pantas? Aku hanya ingin dia datang ke rumah kami untuk beberapa hari saja di sana. aku jamin aku tidak akan mengganggu pernikahannya. Lalu dia akan kuantarkan ke rumah keluarga Kok di Yang-cou.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau jangan khawatir, malah harus tenang karena calon pengantin ini tak akan jatuh ke tangan para penjahat." Saat Beng Teng mendengar nona Hong mengatakan akan mengantarkan calon pengantin itu ke rumah calon suaminya marga Kok, bukan main terkejutnya Beng Teng. "Eh. bagaimana mereka bisa mengetahui hal yang sebenarnya begitu dirahasiakan? Bukankah keluarga Han dan Kok hanya keluarga orang biasa saja?" pikir Beng Teng. Sebelum Beng Teng menyahut kelihatan Tan Giok atau si Serigala Putih sudah kelihatan tak sabar lagi. "Nona Hong kau ingin merampas usaha kami. itu tak masalah! Tetapi berdasarkan aturan Dunia Persilatan, usaha ini jadi hak orang yang datang dan menemukannya pertama kali." kata Tan Giok. Rupanya Tan Giok telah menyaksikan kecantikan sang calon pengantin itu. Semula ia dan ayahnya sama tujuannya yaitu hanya ingin meminta uangnya. Tetapi setelah melihat nona cantik itu. sekarang berbalik ingin memiliki nona cantik itu untuk dijadikan isterinya. Nona Hong melotot. "Jadi kau tidak setuju, kan?" kata nona Hong. Serigala Tua Tan Piauw segera menyelak sebelum terjadi pertengkaran antara pihaknya dengan pihak nona Hong. "Nona Hong jangan bergurau, kami bicara sebenarnya. Jika kau mengizinkan nona itu pergi, aku akan mengantarkan 500 tail emas untukmu! Aku harap kau jangan menyulitkan kami!" kata Tan Piauw seolah memohon. Nona Hong tertawa dingin. "Siapa yang butuh uangmu itu? Aku akan mengundang nona itu ke rumah kami, dan kami pula yang akan mengantarkan dia ke Yang-cou! Lalu akan kuantarkan 500 tail uang emas padamu. Bagaimana? Aku minta kau jangan ikut campur dalam masalah ini!" kata nona Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Giok langsung menyela. "Tidak bisa! Orang punya wajah, pohon pun punya kulit! Mana boleh keluarga Tan melepas masalah ini setengah jalan ? Jika demikian mau di kemanakan muka kami? Ayah jangan terima usulnya itu!" kata Tan Giok. Sebenarnya Tan Giok sadar dan tahu orang tua she Ciu itu gagah, tetapi ia pikir jika mereka berlima bergabung, ia yakin mereka akan mampu menghadapi orang she Ciu dan cucunya

itu. Ketika kedua pihak sudah mulai bersitegang, tiba-tiba mereka mendengar suara derap kaki kuda sedang mendatangi. Kiranya telah muncul lagi seorang tamu lain yang tak diundang. Orang itu usianya baru sekitar tigapuluh tahunan. Dia seorang yang berpakaian mirip seorang sastrawan, wajahnya putih bersih, pada tangan orang itu terdapat sebuah kipas. Begitu sampai ia langsung tertawa dan berkata. "Mana calon pengantin baru itu. boleh kan aku melihatnya?" kata si sastrawan sikapnya tengil. Saat itu kebetulan nona calon pengantin sedang menurunkan kerei kereta, tapi si sastrawan sempat juga melihat wajahnya yang cantik. Ketika itu juga si sastrawan tertawa terbahak-bahak. "Luar biasa! Sungguh luar biasa! Aku sudah sering melihat wanita cantik, tetapi tidak pernah melihat nona secantik ini! Hai Serigala Tua, baik kuberi kau seribu tail emas padamu! Serahkan nona itu untuk dijadikan isteriku!" kata si sastrawan dengan angkuh. Tan Piauw melotot kelihatan ia gusar bukan main. "Kentut! Jangan kau harap bisa memetik bunga segar di tempat ini! Lebih baik kau menjauh dari tempat ini! Aku larang kau ikut campur dalam radius kekuasaanku!" kata Tan Piauw dengan sengit.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil mengipas-ngipas dirinya sastrawan bertampang sesat itu tertawa. "Serigala Tua kau jangan berpura-pura jadi pria sejati! Kau pilih antara orang dan uang. tapi aku sarankan padamu lebih baik kau terima uang saja! Sedangkan aku menginginkan nona cantik ini. Bukankah itu saling menguntungkan kita berdua? Betul kan?" kata si sastrawan. Sesungguhnya Tan Piauw segan cekcok dengan si sastrawan itu. Kalau saja di tempat itu tidak ada orang tua she Ciu dan cucunya, pasti dia akan lebih senang menerima tawaran si sastrawan itu yaitu menerima seribu tail uang emas. Sekarang karena ada orang tua itu dia jadi ragu-ragu. Dia sedot cangklongnya, sesudah itu ia berkata dengan lantang. "Apa kau tidak tahu ada aturan di golongan Liok-lim (Golongan Dunia Hitam)?" tanya Tan Piauw. "Aku minta kau jangan berharap bahwa kaum hitam bisa makan kaum hitam juga! Jika aku katakan kau jangan ikut campur, jangan!" kata Tan Piauw.

Si sastrawan tertawa terbahak-bahak. "Justru aku ingin ikut campur, lalu kau mau apa?" kata si sastrawan menantang. Saat Tan Piauw mau menjawab kata-kata sastrawan itu. nona Hong sudah mendahuluinya. "Orang marga An! Kau mau ikut campur tak apa-apa! Tetapi kau harus meninggalkan suatu barang dulu untukku!" kata nona Hong. Si sastrawan tertawa. "Barang? Barang apa yang Nona Hong inginkan dariku? Jika kau menginginkan rembulan yang ada di atas langit pun pasti akan kupetik untukmu!" kata si orang she An itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Hong tertawa dingin. "Yang aku inginkan ialah kedua biji matamu, lekas kau cungkil untukku!" kata nona Hong. Si sastrawan kembali tertawa. "Aihh. bukankah jika kedua biji mataku hilang aku jadi tak bisa melihat wanita cantik lagi? Lalu apa gunanya aku hidup? Nona gurauanmu itu sungguh keterlaluan!" kata si sastrawan sambil tertawa. "Siapa mau bergurau denganmu? Kakek, dia tak mau mencungkil kedua matanya untukku! Mari kita turun tangan melakukannya sendiri. Kakek yang turun tangan atau aku?" kata nona Hong bertanya pada kakeknya. "Jangan tergesa-gesa. ia belum turun tangan." bisik si kakek Ciu sabar. Maksud orang tua she Ciu itu bahwa si sastrawan belum turun tangan, jika ia sudah mulai ikut campur baru si kakek akan turun tangan. Sekalipun si sastrawan masih tertawa sebenarnya hatinya mulai jerih juga. Diam-diam ia mundur dua langkah. Saat itu Beng Teng sedang berpikir keras, la tak habis pikir memikirkan si sastrawan tengil itu. Setelah agak lama ia baru ingat bahwa si sastrawan itu adalah orang yang bergelar si Maling Pemetik Bunga. Jika dugaannya itu benar maka ia akan menghadapi lawan yang tangguh. Ia tahu si sastrawan berilmu tinggi, terutama gin-kangnya (ilmu meringankan tubuh) dan ilmu menotok jalan darahnya luar biasa mahir. Beng Teng mengerutkan keningnya, lima serigala ditambah Maling Pemetik Bunga, mereka itu merupakan lawan yang tak mudah untuk ditaklukkan. Sedang si orang she Ciu. ia yakin berilmu tinggi juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun Beng Teng tak yakin bisa mengalahkan mereka, namun ia sudah mengambil keputusan nama baik Houw Wie Piauw-kiok jangan sampai jatuh di tangan mereka. Pada saat mereka sedang berdebat tak seorang pun yang memperhatikan para piauw-su itu. tentu saja hal ini membuat Beng Teng gusar. Dia bersiul panjang lalu berkata dengan lantang. "Siapa yang mau turun tangan, dia harus bertanya dulu pada pedangku ini!" kata Beng Teng. Begitu selesai Beng Teng bersiul para piauw-su langsung siap siaga menghadapi segala kemungkinan. Sedang si orang tua she Ciu tertawa. "Pelaku utama sudah tampil, kita harus bagaimana?" tanya orang tua she Ciu pada semua orang. "Kau tidak bisa menakut-nakuti aku! Memang sudah lama aku ingin mencoba sampai di mana dahsyatnya Harimau Tiong-touw ini? Tunggu orang tua, jika aku sudah tergigit oleh si harimau itu. baru kau yang turun tangan!" kata Tan Piauw. Si orang tua she Ciu tertawa terbahak-bahak. "Baiklah! Dengan aturan ini kita jalankan agar kita tak merusak hubungan kita semua. Saudara An, kau harus bergerak sesudah aku. Jika aku sudah tidak tahan melawan mereka, baru kau boleh menggantikan aku!" kata orang tua she Ciu. Sebenarnya sastrawan An kurang sepakat, tetapi akhirnya ia setuju juga dan tertarik pada anjuran itu. Ia pikir lebih baik ia menyaksikan mereka saling cakar dulu, pasti akan ada yang terluka, dan juga kelelahan. Saat tiba giliran dia, ia akan menghadapi lawan yang sudah lemah. Pemenangnya pasti dia! Begitu ia berpikir maka itu ia mengangguk setuju. Nona Hong tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik. aku ingin menyaksikan apakah Serigala Tua mampu mengalahkan Harimau atau tidak?" kata nona Hong. Mendengar ucapan nona Hong itu bukan main gusarnya Tan Piauw. Dia tertawa dingin. "Nona Hong, jangan cemas! Aku kalah atau menang kau pasti menghemat 500 tail uang emas!" kata Tan Piauw. Sekalipun ia berkata begitu tetapi ia berpikir keras. "Aku tak boleh dipandang remeh oleh nona liar ini!"pikir

Tan Piauw. Sambil menggenggam cangklongnya erat-erat Tan Piauw melangkah maju menghampiri Beng Teng. Sebelum ia sampai ke depan Beng Teng, si Serigala Hijau Tan Kauw telah melompat ke hadapan ayahnya. "Ayah! Di mataku Cong-piauw-su ini hanya seekor anjing! Untuk membunuh seekor anjing Ayah tak perlu turun tangan sendiri, biar aku yang menghadapinya!" kata Tan Kauw dengan sombong bukan main. Tan Piauw tertawa. "Hati-hati kau bicara, sekalipun hanya seekor anjing dia bisa menggigit orang!" kata sang ayah sambil tertawa. Mendengar kata-kata itu bukan main gusarnya Beng Teng saat itu. Saat ia mau maju menyerang lawannya itu, tetapi tiba-tiba Ciok Cong Thian telah melompat ke hadapannya. Rupanya kegusaran piauw-su ini telah memuncak. "Cong Piauw-thauw. izinkan aku yang membeset kulit serigala ini! Tetapi aku yakin kau tak menyukai kulit serigala itu bukan?!" kata Ciok Cong Thian. Beng Teng tertawa. "Kulit serigala yang sudah busuk memang tak berguna." kata Beng Teng. "tapi barangkali masih berharga untuk membungkus mayat! Nah, kulit serigala itu kau boleh berikan saja pada Tuan Tan tua, barangkali berguna baginya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biasanya Beng Teng tidak pernah bicara kasar seperti itu. rupanya kali ini ia benar-benar gusar maka dia bicara begitu barangkali untuk mengimbangi ucapan mereka yang sombong. "Jangan banyak bicara, lihat tongkatku!" kata Tan Kauw. Tubuh Tan Kauw tinggi, dia menggunakan tongkat yang dipasangi gigi serigala. Saat ia mulai menyerang terasa serangan angin dari tongkat terdengar menderu-deru. Bisa dibayangkan betapa hebatnya serangannya itu. -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 2

Saat diserang. Ciok Cong Thian melintangkan goloknya untuk menangkis serangan tongkat lawan, tak heran terjadilah benturan yang sangat keras. Tongkat yang ada di tangan Tan Kauw terpental balik, sebaliknya tangan Ciok Thian pun terasa ngilu, sedang tubuhnya bergoyang-goyang. Tan Kauw merasakan seolah darahnya mengalir terbalik, pada dadanya terasa panas dan sepasang kakinya ia rasakan ringan. Dia tak tahan terpaksa ia mundur dua langkah ke belakang. Mereka baru bergebrak satu jurus, kelihatan mereka sama kuat. Masing-masing tidak cedera, sebaliknya semangat Ciok

Cong Thian terbangun untuk melanjutkan pertarungan itu. Tan Kauw berteriak keras sambil menyerang lagi. Tongkat bergigi serigalanya berkelebat menyambar ke arah kepala Cong Thian. Serangan itu bisa dihindarkan oleh Cong Thian dengan mudah dan ia segera berpikir. "Tan Piauw belum turun tangan, aku harus menyimpan tenagaku." pikir dia.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menggeser tubuhnya ke samping, sekaligus ia menyerang dengan jurus "Hong Huang Toh Uah" (Burung Hong Huang Berebut Sarang). Ternyata jurus ini bisa mendahului serangan lawan. Tiba-tiba Tan Kauw membentak dengan suara keras. "Aku akan adu jiwa denganmu!" katanya. Sesudah itu dia mengayunkan tongkat bergigi serigalanya ke kepala Cong Thian. Tubuh Tan Kauw lebih tinggi dari Cong Thian. Maka serangannya itu yakin akan berhasil memukul kepala lawan. "Aku akan menerima bacokanmu. tapi kepalamu pun akan hancur oleh tongkatku!" pikir Tan Kauw. Jika Cong Thian tak membatalkan serangannya maka dia yakin kepalanya akan hancur dihajar oleh tongkat lawan. Tadi para piauw-su sudah bersorak girang pada saat melihat Cong Thian berada di atas angin. Tetapi saat mereka menyaksikan serangan Tan Kauw dengan nekat dan ganas, sorakan itu berhenti seketika itu juga. Malah keringat dingin membasahi tubuh mereka karena khawatir pada keselamatan Cong Thian. Pada saat bersamaan terdengar suara benturan keras. "Trang!" Tan Kauw terpental ke belakang sejauh tiga langkah, sedangkan Ciok Cong Thian tetap berdiri di tempatnya dan tangannya masih menggenggam goloknya. "Terima kasih atas kemurahan hatimu, kau mau mengalah kepadaku!" kata Cong Thian sambil tersenyum. Tan Kauw menundukkan kepalanya. Ternyata tongkat gigi serigala miliknya itu telah kutung. Kejadian itu sungguh mengherankan Tan Kauw Tadi pada saat Tan Kauw menghantamkan tongkat gigi serigalanya ke arah kepala lawannya, tiba-tiba Cong Thian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang sadar akan bahaya yang dihadapinya, jadi nekat lalu menangkis serangan tongkat itu dengan sekuat tenaga. Golok Cong Thian berhasil memapas tongkat milik Tan Kauw sehingga buntung. Para piuaw-su menarik napas lega. Mereka girang pihaknya memenangkan pertarungan itu. Sudah seharusnya Tan Kauw menerima kekalahan itu, dasar dia manusia liar, wajahnya tiba-tiba berubah jadi merah padam saking gusarnya. Tiba-tiba dia maju menyerang ke arah orang she Ciok itu. "Orang she Ciok! Hari ini jika bukan kau yang mati aku yang akan mampus! Jika kau pandai ambil kepalaku!" teriak Tan Kauw sambil menyerang dengan nekat. Menyaksikan kejadian itu bukan main marahnya para piauw-su itu. Mereka gemas sekali. "Dasar tidak tahu malu! Sudah kalah masih menyerang!" teriak seorang piauw-su dengan lantang. "Ciok Toa-ko. kau jangan sungkan lagi. Beset saja kulit serigala itu." sambung piauw-su yang lain. Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tan Kauw waktu itu. Dia menggeram sambil meyerang. Sesudah bertarung lewat belasan jurus. Cong Thian berpikir. "Jika aku bunuh dia, pasti para serigala yang lain akan bertarung dengan pihakku! tetapi jika dia tidak aku bunuh, aku pun sudah tak bisa mundur lagi. Ah, aku jadi serba salah?" pikir Cong Thian. Sebagai piauw-su yang sudah berpengalaman luas sebelum bertindak Cong Thian sudah berpikir panjang. Sebelum bertindak dia dengar Tan Piauw berseru. "Jangan bertarung secara membabi-buta!" teriak Tan Piauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan Tan Kauw bertarung hingga hilang kendali. Sekalipun sudah dinasihati oleh ayahnya, dia tetap nekat. Cong Thian mulai gusar. Jika dia tidak melukai Tan Kauw. maka ia yang akan terluka. "Kalau begini, baiklah aku harus membeset kulitnya!" pikir Cong Thian. Pada saat itu juga Cong Thian mulai menyerang dengan hebat. Goloknya berkelebat hingga membuat Tan Kauw jadi terdesak. Tan Piauw menghela napas dan mengerutkan keningnya karena cemas bukan main. "Giok, kau gantikan Kakakmu melawan orang she Ciok itu!" kata Tan Piauw. Sekalipun Tan Giok di antara saudara-saudaranya paling

muda. tetapi kepandaiannya justru yang paling tinggi di antara saudara-saudaranya. Tak heran jika ayahnya mempercayakan membantu Tan Kauw kepadanya. Paa saat yang bersamaan di gelanggang Cong Thian telah menyerang dengan hebat sekali. Dia menggunakan jurus yang mematikan. Serangan ini jelas akan mencelakakan Tan Kauw. Melihat hal itu Tan Giok berteriak dengan suara nyaring. "Celaka!" kata Tan Giok. Pada saat dia baru akan melompat ke tengah gelanggang, kelihatan sesosok bayangan hitam berkelebat ke tengah gelanggang. Yaitu pada saat golok Cong Thian hampir mengenai tubuh Tan Kauw. pada saat yang bersamaan terdengar suara benturan keras. "Trang!" Golok yang ada di tangan Cong Thian terpental oleh sebuah tangkisan hebat dari cangklong milik Tan Piauw. Melihat anak sulungnya dalam bahaya Tan Piauw pun segera melompat maju untuk menolongi anak sulungnya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian Tan Piauw tertawa terbahak-bahak. "Ciok Piauw-su. ilmu golokmu hebat sekali! Anakku telah berani mengganggu harimau, harap kau bermurah hati!" kata Tan Piauw sambil tersenyum sinis. Saking gusarnya wajah Ciok Cong Thian jadi merah-padam. Dia malu kaiena dia tidak bisa menarik goloknya yang melekat pada cangklong milik Tan Piauw. "Jika Tan Pang-cu ingin bertarung, aku sudah siap meladenimu! Aku tidak takut!" kata Cong Thian dengan gagah. Cong Thian sadar dia bukan tandingan Tan Piauw. tetapi di muka umum ia harus menjaga pamor Houw Wie Piauw-kiok. maka itu dia berkata begitu pada Tan Piuaw. Di tengah para piauw-su terdengar suara keras. "Anaknya sudah kalah, sekarang muncul si tua bangka! Sungguh tidak tahu malu!" "Mana bisa dinamakan seorang jago, menghadapi kami saja para piauw-su kalian harus bertarung secara bergiliran. Apa tidak malu? Jika kami yang menang itu akan lebih mengangkat nama kami semua!" kata piauw-su yang lain. Saat Beng Teng mau maju menolongi Ciok Cong Thian, tapi Tan Piauw sudah menarik cangklongnya yang menempel dengan golok Cong Thian. Sambil mengisap cangklongnya dia tertawa terbahak-bahak. "Pertarungan tadi pihakmulah yang menang!" kata Tan Piauw. "Tetapi aku masih punya anak yang lain. dia memang

tidak tahu berapa tingginya langit dan tebalnya bumi. Semula aku ingin minta petunjuk dari Ciok Piauw-su! Tapi jika Ciokpiauwsu mengangap itu pertarungan secara bergiliran, ya sudahlah!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang semua orang baru sadar, bahwa Tan Piauw bukan ingin turun tangan sendiri, tetapi dia cuma mewakili anak-anaknya untuk menantang Ciok Cong Thian. "Mengapa aku takut bertarung secara bergilir dengan kalian? Yang tua maupun yang muda. silakan maju! Mari!" kata Cong Thian menantang. Diam-diam seorang piauw-su menasihati kawannya itu. "Ciok Toa-ko emosimu jangan terpancing! Baik kau serahkan saja dia kepadaku, akulah yang akan menghadapi si Serigala Putih!" kata piauw-su itu. Ternyata orang yang bicara itu adalah salah seorang dari empat piauw-su andalan Houw Wie Piauw-kiok. Orang itu bernama Chu Cu Kia. Dia masih muda tetapi kepandaiannya sudah tinggi. Dia bergelar Pek-ma Gin-cio (Tombak Perak Kuda Putih). Kepandaian anak muda ini hanya kalah setingkat saja dari Ciok Cong Thian. Tan Giok tertawa pada lawannya ini. sambil memberi hormat dia langsung maju untuk bersiap-siap. "Aku yang bodoh bernama Tan Giok. ingin minta petunjuk dari salah seorang piauw-su, atas kesediaannya aku akan sangat berterima kasih sekali!" kata Tan Giok. Semua piauw-su belum tahu berapa tinggi kepandaian Tan Giok ini, namun Chu Cu Kia sudah tahu. Tan Giok kepandaiannya lebih tinggi dari semua saudaranya. Mengenai kalah dan menang jika diukur dengan kepandaian Chu Cu Kia, sulit dia bisa mengalahkan Tan Giok. Malah barangkali dia yang akan dikalahkan oleh Tan Giok. Tetapi demi nama baik piauw-kioknya dan ditambah dia juga sudah maju ke gelanggang, dia pun menerima tantangan Tan Giok tersebut. Dia juga buru-buru memberi hormat pada lawannya sambil berkata sopan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara, jangan sungkan silakan keluarkan senjatamu, aku siap meladenimu!" kata Chu Cu Kia. "Maaf. aku tidak berani kurang hormat. Chu Piauw-su datang dari tempat yang jauh, kau adalah tamu kami. Silakan

kau menyerang lebih dulu!" kata Tan Giok. Chu Cu Kia manggut. "Baik! Kalau begitu aku tidak akan berlaku sungkan lagi! Sambut serangan pertamaku!" kata Chu Cu Kia. Chu Cu Kia memutar tombaknya, tombak itu berkelebatkelebat di tengah gelanggang dan mulai membentuk sebuah lingkaran. Bukan main indahnya. "Bagus!" seru Tan Giok. Sesudah memuji Tan Giok segera menghunus pedangnya. Tubuhnya bergerak bersamaan dengan gerakan pedangnya ke arah Chu Cu Kia. Serangan itu bernama jurus "Hoat Cau Sui Coa" (Membabat Rumput Mencari Ular). Chu Cu Kia kaget. "Hebat sekali ilmu pedang Tan Giok ini!" pikir Chu Cu Kia sedikit terperanjat. Segera dia menggeser tubuhnya ke samping, sekaligus dia gerakkan ujung tombaknya ke arah jalan darah Yam-khie-hoat lawan. Jurus ini diperkirakan akan ditangkis oleh lawan. Dugaan Chu Cu Kia memang tepat. Tan Giok memang segera menarik pedangnya untuk menangkis serangan lawannya itu. Bersamaan dengan itu dia memutar tubuhnya, sekaligus dia menyabetkan pedangnya ke arah punggung Chu Cu Kia, ke bagian pi-pe! ini adalah serangan ke bagian yang mematikan. Buru-buru Chu Cu Kia melompat ke belakang. Kali ini dia mulai mempertunjukkan ilmu "Gin-cio Sa-cap-lak-sek" (Tiga puluh enam jurus Ilmu Tombak Perak).

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tombak perak Chu Cu Kia bergerak-gerak berkelebat memancarkan sinar putih yang menyilaukan mata. Sebaliknya Tan Giok pun bergerak dan memutarkan pedangnya yang juga bercahaya putih berkilauan. Bayangan mereka tidak tampak. jelas yang kelihatan hanya cahaya tombak perak Chu Cu Kia dan cahaya pedang milik Tan Giok. Tanpa terasa pertarungan itu sudah berlangsung 30 jurus lebih, namun belum ketahuan siapa yang lebih unggul. Tetapi semakin lama hati Chu Cu Kia jadi semakin gentar. "Jika aku tidak mampu mengalahkan anak serigala ini. piauw-su yang lain akan kecewa sekali!" pikir Chu Cu Kia. Seorang pesilat tangguh pada saat dia sedang bertarung mana boleh hatinya bercabang dua. Dia juga tidak boleh emosi, tetapi Chu Cu Kia justru telah melanggar pantangan itu. Dia mulai emosi sehingga dia menyerang dengan matimatian. Akibatnya dia jadi agak lengah dan penjagaan atas dirinya agak longgar. Dia menyerang dengan jurus "Pek-coa Thou Sing" (Ular Putih Menyemburkan Racun).

Serangan ini membuat Tan Giok tertawa dingin. Mendadak tubuh Tan Giok ini mencelat ke atas. Pada saat itu dia gunakan jurus "Cauw Tee Pah Lui" (Pagi-pagi Mencabut Pucuk Daun). Dengan jurus tersebut dia berhasil menghindari serangan lawan. Akan tetapi pada saat yang bersamaan Chu Cu Kia menggerakkan tombak peraknya ke atas. Jurus ini amat mematikan dan berbahaya sekali. Tan Giok memang berkepandaian tinggi. Sekalipun tubuhnya sedang berada di udara, dia masih bisa akrobat di udara untuk menghindari serangan yang mematikan itu. Dia telah menduga Chu Cu Kia akan menyerang dengan jurus tersebut, pada saat tubuhnya sedang berakrobat di udara, dia juga menyerang dengan pedangnya ke bawah, ke arah bahu Chu Cu Kia yang terbuka tanpa perlindungan. Serangan yang tiba-tiba ini sangat mengejutkan Chu Cu Kia. hingga dia tidak sempat lagi untuk berkelit dari serangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lawannya ini. Dengan demikian dia harus berlaku nekat dan tanpa berpikir lagi dia langsung berteriak. "Jika bukan kau yang mati. akulah yang akan mati!" teriak Chu Cu Kia. Chu Cu Kia mengangkat tombaknya ke atas Keduanya sama-sama mengeluarkan jurus yang mematikan. Jika bahu Chu Cu Kia tertusuk dia akan cacat seumur hidup, sebaliknya jika perut Tan Giok yang tertusuk oleh tombak Chu Cu Kia, maka ada kemungkinan besar Tan Giok-lah yang akan mati. Semua orang berteriak kaget. Dari masing-masing pihak segera melompat seseorang. Dari pihak piauw-kiok Beng Teng yang melompat bagaikan bayangan ke tengah gelanggang. "Trang!" Terdengar suara senjata beradu dengan keras satu sama lain. Rupanya pedang Tan Giok tertangkis oleh sebuah tameng besi di tangan Beng Teng, tidak ampun lagi pedang itu terpental ke udara. Pada saat yang bersamaan dia kibaskan lengan bajunya ke arah tombak di tangan Chu Cu Kia. dengan demikian tombak piauw-su ini berhasil dia rebut. Tan Giok kaget bukan kepalang, dia melompat ke belakang tiga langkah jauhnya. "Beng Cong-piauw-thauw. kau.....!" kata Tan Giok. "Babak ini pihakmu yang menang!" kata Beng Teng sambil tertawa. "Maka cukup sampai di sini saja! Mengapa harus saling melukai?" Tadi pada saat Ciok Cong Thian melawan Tan Kauw, dia hampir melukai Tan Kauw. namun keburu datang Tan Piauw yang menyelamatkan anak sulungnya itu. Kali ini Beng Teng

yang menyelamatkan Chu Cu Kia dari maut. Gerakan Beng Teng ini sekaligus berhasil merebut tombak Chu Cu Kia sehingga dia tidak melukai Tan Giok. Tindakan Beng Teng ini bukan perbuatan baik, tetapi satu perbuatan yang bijaksana.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan demikian lawannya pun tidak mencela perbuatannya, karena dia berlaku sangat adil. Dari pihak si Serigala Tua muncul Tan Piauw sang Serigala Tua sendiri. Namun Tan Giok sudah diselamatkan oleh Beng Teng. Ketika dia lihat anaknya Tan Giok tidak terluka, hatinya jadi lega. Ketika dia menengadah keatas dia berseru. "Hari sudah tidak siang lagi! Ketua Beng. bolehkah aku mengusik harimau?" kata Tan Piauw sambil tertawa. Nona Hong tertawa. "Bagus! Pertarungan tadi sangat membosankan, aku jadi ngantuk. Pertarungan antara Harimau dan Serigala pasti akan seru untuk ditonton!" kata nona Hong sambil bertepuk tangan. Sebenarnya pertarungan tadi sebuah pertarungan antara hidup dan mati, tetapi aneh nona Hong malah mengatakan pertarungan itu sangat membosankan. Ucapan nona Hong itu sungguh sangat keterlaluan dan sangat menghina sekali, tampak para piauw-su sangat kesal, dongkol dan heran mendengar ucapan nona yang jahil itu. "Benar-benar nona itu tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi. Jika dia berkepandaian tinggi, paling-paling setingkat dengan si Serigala Putih Tan Giok! Tidak mungkin lebih hebat, tetapi mulutnya sungguh tajam dan lancang, juga sombong sekali!" pikir seorang piauw-su. Tiba-tiba si Rase Liar yang bernama An Tak itu meluruskan tubuhnya. Sastrawan bertampang sesat ini lalu berkata dengan suara nyaring. "Aku tidak peduli siapa yang menang atau yang kalah. Yang aku inginkan agar pertarungan ini cepat selesai! Dan pertarungannya harus mengasyikkan dan juga menentukan!" kata si sastrawan sambil tertawa. Nona Hong mendengus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Memang kau ini tak tahu diri!" kata nona Hong. "Jika kau bermimpi ingin merebut sang calon pengantin, seumur hidupmu kau tidak akan berhasil!" kata nona Hong menyindir dengan tajam.

"Jangan banyak mulut dan berdebat! Mari kita lihat saja!" kata si Rase Liar An Tak dengan suara hambar. Pada saat nona Hong dan An Tak sedang berdebat, tibatiba terdengar suara bentakan dari Beng Teng. "Baik! Kita lihat harimau yang jatuh, atau serigala yang masuk ke mulut harimau? Tan Pang-cu terima seranganku yang pertama!" kata Beng Teng. Beng Teng bersenjata sebuah tameng dan sebilah pedang panjang, saat dia menyerang ke arah lawan, tubuhnya bergerak dengan gesit sekali. Menghadapi serangan itu sedikitpun Tan Piauw tidak gugup. Dengan mudah dia bisa menghindar, lalu dia angkat cangklongnya untuk dipakai memukul tameng yang dipegang oleh Beng Teng. "Tang!" Terdengar suara yang amat keras dan nyaring sekali. Tameng milik Beng Teng yang terbuat dari tembaga dan sangat berat itu, saat dipakai menyerang Beng Teng menggunakan jurus "Tay-san Ap Teng" (Gunung Tay-san Menimpa Dari Atas). Tetapi dengan mudah serangan Beng Teng ini bisa dihindarkan oleh Tan Piauw. Menyaksikan kejadian itu para piauu-su kaget dan keheranan. Selama puluhan tahun keadaan piau-kiok mereka aman-aman saja. Tetapi kali ini si Harimau pasti akan jatuh di tangan Tan Piauw si Serigala Tua yang lihay . Beng Teng pun berpikir keras. "Tan Piauw bisa meminjam tenaga lawan, aku harus waspada terhadapnya!" pikir Beng Teng. Di samping Beng Teng terkejut, dia pun tidak gugup sama sekali. Tiba-tiba dia menyerang lagi dengan pedangnya. Jurus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang digunakan jauh lebih hebat dari jurus yang tadi, hingga membuat Tan Piauw terperanjat. "Tak heran jika Houw Wie Piauw Kiok begitu terkenal. Ternyata Beng Teng seorang yang gagah dan ini benar-benar bukan omong kosong." pikir Tan Piauw. Tan Piauw tidak mengelak dari serangan hebat itu, dia hanya menangkis pedang Beng Teng dengan cangklongnya sekuat tenaga. "Trang!" Terdengar suara benturan sangat keras. Pedang di tangan Beng Teng itu tertangkis ke samping oleh cangklong lawan. Pada saat yang bersamaan. Beng Teng pun bergerak dengan cepat menyambar kaki Tan Piauw dengan tamengnya. Tan Piauw tertawa terbahak-bahak. "Bagus!" katanya memuji. Dia mengelak dari serangan berbahaya itu kemudian balas

menyerang. Serangannya itu bukan main cepatnya. Tahu-tahu ujung cangklongnya sudah mengarah ke tenggorokan Beng Teng. Beng Teng segera mundur selangkah ke belakang, sekaligus dia balas menyerang dengan jurus "Hoat Cau Sui Coa" (Membabat Rumput Mencari Ular). Serangan itu mengarah ke lutut Tan Piauw. Tan Piauw dengan cepat mengangkat kakinya dari serangan Beng Teng. dia bergerak menggunakan jurus "Koay Cung Hoan Sin" (Binatang Aneh Membalikkan Badan). Jurus ini sangat lihay, ujung cangklong Tan Piauw menotok ke jalan darah Hoan-thian-hoat di kaki Beng Teng. Gerakan kaki Beng Teng pun sangat gesit. Dia melompat ke atas menghindari serangan lawan itu. kemudian sebelah kakinya langsung menendang ke jalan darah Tan-tian-hiat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika tendangan Beng Teng itu mengenai sasaran, Tan Piauw pasti terluka parah. Pada saat itulah terdengar suara keras. "Trang!" Pada saat yang bersamaan. Tan Piauw menyerang dengan jurus yang mematikan juga, dengan demikian Beng Teng harus menangkis cangklong lawan ini dengan pedangnya, sedang tamengnya yang ada di tangan kiri Beng Teng, langsung diayunkan ke bahu lawan. Buru-buru Tan Piauw membungkukkan tubuhnya, dengan demikian tameng lawan melewati kepalanya. Sekalipun Tan Piauw berhasil mengelak dari serangan tersebut, tetapi serangan lawannya itu sempat membuat dia berkeringat dingin. Nona Hong tertawa geli. "Kelihatan memang si Serigala bakal masuk ke dalam mulut harimau" kata si nona. Bukan main gusar dan jengkelnya Tan Piauw mendapat cemoohan dari si nona itu. Setelah menggeram dia langsung menyerang dengan hebat pada Beng Teng. Ujung cangklongnya menotok ke jalan darah Seng-khek-hiat di dada Beng Teng. Beng Teng segera menangkis serangan berbahaya itu. tetapi Tan Piauw segera memiringkan cangklongnya, sehingga ujung cangklongnya mengarah ke jalan darah Mia-bun-hiat di tubuh Beng Teng. Beng Teng terkejut sekali. Hal ini membuat dia jadi kalangkabut. Dia berkelit dan mengeluarkan jurus "Pan Liong Siauw Pouw" (Naga Berputar Mundur). Kelihatan tubuh Beng Teng berputar ke samping dua depa. baru dia berhasil terhindar dari

serangan sangat berbahaya itu. Menyaksikan kejadian itu kawanan perampok bersorak girang sekali. Wajah Beng Teng panas dan malu bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mulai menyerang dengan jurus simpanannya. Sedang Tan Piauw pun menggunakan jurus andalannya. Mereka bertarung dengan mati-matian. Tak lama rembulan pun sudah menampakkan diri di langit yang biru. Tiba-tiba Tan Piauw yang sedang bertarung berteriak keras. "Serigala Putih, angkat barang yang mereka bawa!" teriak Tan Piauw. Tan Giok dan anak buahnya langsung bergerak berhamburan kearah kerea yang dinaiki sang calon pengantin. Beng Teng tahu apa artinya perintah itu. Bukan main gusarnya Beng Teng saat itu. "Serigala Tua...!" bentak Beng Teng sengit sekali. Ucapan Beng Teng terputus karena dia harus menangkis serangan dari si Serigala Tua Tan Piauw. Melihat Beng Teng gugup, Tan Piauw malah tertawa terbahak-bahak. "Bertarung satu lawan satu sulit menentukan pemenangnya." kata Tan Piauw. "Kita juga tidak pernah berjanji kalau yang menang akan memiliki isi kereta itu! Kau pengawal aku yang merampok, maka kau tidak boleh menyalahkan kami tidak memakai aturan!" "Baik. mari saudara-saudara! Kita serang mereka!" kata Ciok Cong Thian dengan bersemangat. "Orang she Ciok, tadi kita bertarung dan tidak ada yang kalah dan yang menang. Sekarang mari kita lanjutkan." kata Tan kauw dengan sengit karena dia sangat penasaran "Dasar orang yang tidak tahu malu!" teriak Cong Thian. Terjadilah pertarungan antara Ciok Cong Thian dan Tan Kauw. Kali ini mereka bertarung benar-benar sedang mengadu jiwa. Serangan hebat dari Cong Thian hampir saja mencelakakan si Serigala Hijau Tan Kauw. Pada saat keadaan sangat kritis bagi Tan Kauw, tiba-tiba terdengar suara keras. Sebuah palu besar meluncur ke arah Ciok Cong Thian, palu itu tepat mengarah ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dadanya. Ciok Cong Thian kaget, dia tidak sempat menghindar, maka terpaksa serangan itu dia tangkis. "Trang!" Lelatu api berhamburan berpijar-pijar di tengah udara

terbuka. Ciok Cong Thian menoleh ke arah penyerangnya, ternyata dua si Serigala Kuning Tan Teng. anak kedua Tan Piauw. "Kanda, biar kuhabisi domba ini untuk mewakili kau!" kata Tan Teng pada Tan Kauw. "Bagus! Sekarang aku tidak peduli apa itu serigala putih atau kuning, aku harus membeset kulit mereka!" teriak Cong Thian dengan sengit. Mereka langsung bertarung dengan hebat. Begitu juga para piauw-su sudah bertempur melawan kawan-kawan si serigala. Tan Kauw menyaksikan perkelahian adiknya Tan Teng dengan Cong Thian. Kepandaian Tan Teng jauh lebih tinggi dari Tan Kauw. tidak heran jika Tan Teng mampu mengimbangi serangan-serangan dari Ciok Cong Thian. Malah dia mampu melakukan serangan pada lawannya. Sesudah tahu adiknya mampu menghadapi Cong Thian yang gagah. Tan Kauw mencari lawan lain di antara para piauw-su itu. Tan Giok telah berhasil menerobos pertahanan para piauwsu yang sedang menjaga kereta mewah itu. Tetapi tiba-tiba muncul Chu Cu Kia menghadang di depan dia. Melihat Chu Cu Kia si Serigala Putih Tan Giok langsung tertawa. "Tadi kau sudah kalah, apa kau masih mau melawanku?" kata Tan Giok. Mendadak melayang bayangan hitam. Orang itu ternyata Tan Su si Serigala Hitam yang bersenjata sebuah cambuk istimewa. Dia melompat menyerang ke arah Chu Cu Kia, dengan ganas sambil mengayunkan cambuk ke arah lawan. "Roboh kau!" teriak Tan Su.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cambuk di tangan Tan Su itu sebuah senjata yang sangat istimewa, cambuk itu bisa berubah sebentar lunak sebentar keras. Chu Cu Kia sudah berpengalaman, begitu dia melihat cambuk lawan itu, dia segera tahu sampai di mana kelihayan cambuk itu. Maka itu dia tidak berani gegabah meladeni lawannya ini. Dengan cermat segera dia menggerakkan tombak peraknya. Dia gunakan jurus "Pian Hoa Cit Seng" (Bunga Tujuh Bintang). Kelihatan ujung tombak perak itu berkelebatan memancarkan cahaya putih, menusuk ke arah perut Tan Su. Jurus "Pian Hoa Cit Seng" ini jurus yang menjadi andalan Chu Cu Kia, dan sangat lihay. Tan Su tahu betapa hebatnya serangan Chu Cu Kia kali ini. Segera dia tangkis serangan itu. "Bagus!" dia memuji. Saat Tan Su menangkis serangan Chu Cu Kia dia menggunakan jurus "Sia Kua Tan Pian" (Cambuk

Menggantung Miring). Seketika itu juga terdengar suara benturan Mng hebat dan nyaring. "Ting! Tang! Ting! Tang!" Tangkisan Tan Su berhasil mengatasi serangan Chu Cu kia. Sesudah berhasil mematahkan serangan lawan Tan Su membalas menyerang dengan jurus "Tiat Soh Heng Coi!" (Mengikat Perahu Yang Melintang). Kelihatan cambuk Tan Su meliuk-liuk bagaikan seekor ular yang ganas, dia berhasil membelit tombak Chu Cu Kia. Tetapi sedikit pun Chu Cu Kia tidak gugup atau keder. dia segera memutarkan tombak peraknya dan juga menggeser tubuhnya sedikit lalu menyerang lawan. Dengan tidak terasa pertarungan ini sudah lewat beberapa puluh jurus. Sedang cambuk Tan Su masih meliuk-liuk dan mendatangkan suara keras, tombak Chu Cu Kia pun berkelebatan mencari sasaran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kepandaian Tan Su tidak setinggi kepandaian saudarasaudaranya, tidak heran jika pada saat itu mereka jadi seimbang. Sedangkan lwee-kang Tan Su masih di bawah Chu Cu Kia. Pertarungan mereka itu tampak seru dan sengit sekali. Saat itu Tan Giok sudah mendekati kereta mewah itu, tibatiba dia mendengar suara sebuah bentakan. "Di sini kau jangan main gila!" kata suara itu. Orang yang membentak Tan Giok tersebut bernama Cin Kan. salah seorang piauw-su andalan Beng Teng. Cin Kan ini bersenjata sebatang toya besi yang sangat berat, dia langsung menyerang Tan Giok dengan sengit. Tan Giok pun tertawa. "Kawan, kau jangan menyia-nyiakan tenagamu!" bentak Tan Giok sambil tertawa sinis. Tan Giok menangkis serangan toya besi lawannya itu dengan pedang Ceng-kang-kiam. padahal dia hanya menggunakan lima bagian tenaganya, tetapi toya besi Cin Kan yang berat bergeser terkena tangkisannya itu. Cin Kan kaget bukan kepalang. Pada saat yang bersamaan, dia melancarkan serangan lagi dengan jurus "Hoan Cau Wan Hong" (Burung Hong Berpindah Sarang). "Hu! Cepat juga kau mengubah serangan, tapi tidak ada gunanya." kata Tan Giok sambil tertawa dan mengejek. Tan Giok dengan pedang Ceng-kang-kiam-nya menangkis serangan lawan dengan jurus "Eng Cang Tiang Khong" (Elang Menyerang Dari Angkasa), kemudian dia susul dengan serangan "Ie Hoan Can Ti" (Ikan Berenang Di Air Dangkal), kemudian dia susul lagi dengan jurus "Sam Hoa Hui Goat" (Berputar Tiga Kali Mengitari Bulan) dan jurus "To Tah Kini

Ceng" (Memukul Lonceng Dengan Tubuh Miring). Serangan Tan Giok yang berturut-turut sebanyak tiga kali, membuat pedangnya kelihatan berkelebat bahkan mengarah ke tenggorokan Cin Kan, dan ke kedua bahu maupun lutut

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lawan. Sekalipun Cin Kan bisa berkelit dengan cepat, namun pedang Tan Giok jauh lebih cepat. Pada jurus yang ke tiga itu Tan Giok membentak keras. "Kena!" Jurus "Toh Tah Kim Ceng" (Memukul Lonceng Dengan Tubuh Miring) berhasil melukai bahu Cin Kan dan seketika itu juga darah segar mengucur keluar dari bahu Cin Kan. Terluka bahunya membuat Cin Kan tidak sanggup melanjutkan pertarungan lagi. Tan Giok segera menghampiri kereta itu. Disusul oleh Tan Kauw yang juga mendekat ke kereta mewah itu. sebelum mereka dekat ke kereta itu, Tan Kauw sudah dihadang oleh Sun Hua, salah seorang piauw-su yang bersenjata sepasang Poan-koan-pit. Sun Hua akhli menotok jalan darah dengan sepasang Poankoanpit. Tetapi sayang tombak bergigi serigala milik Tan Kauw lebih panjang dari senjata Sun Hua. ditambah lagi Tan Kauw bertenaga besar sekali. Pada saat mereka sedang bertarung. Sun Hua mendapat kesulitan untuk mendekati lawannya itu. Tan Kauw tahu kelemahan lawannya itu, yaitu dengan jarak yang berjauhan, lawan jadi sulit menyerang dia. Tak sampai tiga puluh jurus, sebatang Poan-koan-pit (senjata mirip alat tulis Tionghoa) itu terpental tertangkis oleh senjata Tan Kauw. lengan Sun Hua pun terluka sehingga dia tidak sanggup bertarung lagi. Menyaksikan anak buahnya banyak yang telah terluka Beng Teng kaget bukan main. Sekarang dari empat piauw-su andalannya itu hanya tinggal dua orang saja. yaitu Ciok Cong Thian dan Chu Cu Kia yang masih bertarung. Bisa dibayangkan, betapa gugup dan paniknya Beng Teng saat itu. Sambil mengertakkan gigi Beng Teng berteriak. "Saudara Tan Piauw! Aku akan adu jiwa denganmu!" kata Beng Teng dengan nyaring.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beng Teng langsung menggunakan jurus yang mematikan, hal ini membuat si Serigala Tua Tan Piauw terpaksa melompat mundur. Kemudian Tan Piauw pun tertawa nyaring.

"Kau mau mengadu jiwa denganku, silakan aku siap meladenimu!" kata Tan Piauw. Saat Tan Piauw sudah siap meladeni Beng Teng. justru Beng Teng malah melompat ke arah kereta mewah, maksud Beng Teng akan melindungi kereta yang dikawalnya itu dari gangguan para penjahat. Tetapi tiba-tiba terasa ada suara angin berkesiur dari belakang dia. Rupanya Tan Piauw sudah melompat menyusul ke arah Beng Teng. Dengan tanpa menoleh lagi Beng Teng langsung menyerang ke belakang. Tetapi Tan Piauw gesit luar biasa, dia menangkis serangan pedang lawan ini dengan cangklong atau pipa panjangnya itu. "Trang!" Tan Piauw tertawa terbahak-bahak. "Cong Piauw-thauw! Lebih baik kau mengaku kalah saja!" kata Tan Piauw mengejek. Tiba-tiba Tan Piauw menghembuskan asap tembakau dari mulutnya, hembusan ini tak boleh dianggap ringan karena serangan itu dibarengi dengan lwee-kang (tenaga dalam) yang hebat sekali. Sedikitpun Beng Teng tidak mengira akan disembur dengan asap tembakau, tidak ampun lagi matanya terkena asap tembakau itu. Seketika itu juga kedua matanya terasa pedih. Beng Teng tidak mampu membuka kedua matanya. Bersamaan dengan serangan itu, dengan cepat Tan Piauw mengarahkan cangklongnya ke arah bahu lawan. "Kena!" kata Tan Piauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bahu Beng Teng terkena cangklong yang masih berapi, dan terdengar suara. "Cesss!" Bahu Beng Teng terluka dan hangus terbakar, tetapi pada saat yang bersamaan Beng Teng pun telah menyerang dengan pedangnya. Sungguh di luar dugaan ternyata Tan Piauw gesit, dia mampu menggeser tubuhnya sehingga terhindar dari tusukan pedang Beng Teng. Kemudian Tan Piauw tertawa. "Ah Harimau berhasil dilukai oleh Serigala. Sekarang aku tidak ingin bertarung lagi dengan Harimau Buta!" kata Tan Piauw dengan sinis. Sambil tertawa dia tinggalkan Beng Teng dan langsung melompat ke arah kereta mewah itu. Beng Teng merasakan matanya pedih bukan main sehingga matanya itu mengeluarkan air mata. Dia kaget sekali karena sepasang matanya kini tidak bisa dibuka. "Jangan-jangan asap tembakau itu beracun?!" Beng Teng menduga-duga.

Beng Teng tak hentinya menggerakkan pedangnya, rupanya dia khawatir akan diserang oleh lawan. Melihat Kejadian itu piauw-su Tio Yong berlari menghampirinya. "Cong Piauw-thauw mari kucuci matamu!" kata Tio Yong kaget saat melihat Beng Teng memejamkan matanya. Ketika Beng Teng mengenali suara anak buahnya dia berhenti memutarkan pedangnya. Tio Yong mengambil sapu tangannya yang dia basahi untuk dipakai mencuci mata atasannya itu. Perlahan-lahan rasa sakit dan pedih di mata Beng Teng hilang juga. Beng Teng menghela napas lega dia yakin malanya tidak akan buta karena asap pipa Tan Piauw tersebut. "Bagaimana, apa sudah baikan?" tanya Tio Yong. Beng Teng mengangguk.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana keadaan pertarungan sekarang?" tanya Beng Teng pada anak buahnya. "Cong Piauw-thauw jangan cemas, obati dulu matamu. Kebetulan aku membawa obat mata!" kata Tio Yong. Tio Yong mengeluarkan sebotol kecil obat mata dari sakunya, lalu diteteskan obat mata itu ke mata Beng Teng. Beng Teng merasakan matanya sejuk sekali. "Obat matamu lumayan juga." kata Beng Teng. Kini Beng Teng sudah bisa membuka kedua matanya. Rupanya asap tembakau itu tidak beracun. Pada saat yang bersamaan Beng Teng bisa melihat, dia lihat Chu Cu Kia terpental terkena senjata lawan. Beng Teng kaget bukan main. "Celaka!" kata dia. Kemudian disusul oleh jeritan Ciok Cong Thian. piauw-su kawakan ini pun kalah oleh Tan Teng. Ciok Cong Thian roboh dan entah pingsan atau sudah mati. Kedua piauw-su itu andalan Beng Teng. Sekarang yang ada di dekat kereta tinggal kedua lelaki tua yang mengawal nona cantik itu. Keduanya berdiri melindungi si nona. Wajah Beng Teng jadi muram, dia menarik napas panjang dan kelihatan lesu "Kali ini Houw Wie Piauw-kiok kalah total! Jika nona itu berhasil diculik, kemana aku akan menyembunyikan mukaku?" pikir Beng Teng. Kekhawatiran Beng Teng ini masuk akal. Jika terjadi nona calon pengantin itu hilang, bagaimana dia harus bertanggungjawab kepada ayah nona Han? Ke mana mukanya akan dia sembunyikan jika hal itu terjadi? Saat itu dia putus asa sekali dan hampir bunuh diri. Tetapi ketika dia menoleh ke arah kereta, dia lihat di depan kereta kedua orang tua itu sedang

menghadang majunya para perampok itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai tua-bangka. apa kau tak mau minggir? Apa kau mau menunggu kami membunuh kalian berdua?!" kata Tan Kauw. Kedua lelaki tua itu pelayan setia si nona calon pengantin. Keduanya tidak takut oleh ancaman Tan Kauw itu. "Sekalipun kau akan membunuh kami. tidak akan kami izinkan kau naik ke kereta ini!" kata salah seorang dari mereka. Tan Kauw gusar bukan main Dia ingin membunuh kedua lelaki tua itu. Tiba-tiba pada saat Tan Kauw maju semakin dekat, terdengar suara seruan keras. "Toa-ko, jangan lukai mereka!" kata Tan Giok. Tan Giok hanya ingin merebut si nona cantik itu dan dia tidak ingin kakaknya membunuh kedua lelaki tua itu. Tan Kauw tertawa. "Baiklah, akan kuusir saja mereka berdua ini!" kata Tan Kauw dengan sombong. Tan Kauw menjulurkan tangannya ke arah salah seorang lelaki tua itu. Pada saat yang bersamaan Beng Teng pun sudah siap mengayunkan pedang untuk bunuh diri. tiba-tiba Tio Yong berseru-seru. "Cong Piauw-thauw. lihat-lihat!" teriak Tio Yong. Tio Yong menunjuk ke arah kereta mewah itu. Beng Teng pun ikut menoleh ke arah sana. Saat itu Tan Kauw yang hendak menjambak lelaki tua ilu. malah sekarang sedang dicengkeram oleh lelaki tua kurus itu. Tubuhnya sudah diangkat ke atas. Saat itu tangan Tan Kauw bergerak mengayunkan senjata ke arah lelaki tua itu. Tetapi lelaki tua itu memutarkan tubuh Tan Kauw. Saat itu mereka seolah sebuah tontonan akrobat atau seorang akrobat sedang mempertunjukkan kebolehannya di depan penonton.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Para perampok yang lain segera menghindar, dengan demikian kereta mewah itu telah bebas dari kepungan para perampok yang kelihatan garang sekali. Menyaksikan kejadian itu Beng Teng terkejut bercampur girang. Melihat aksi lelaki tua kurus itu Beng Teng langsung tahu. bahwa orang tua itu lihay. Setelah memutarkan tubuh Tan Kauw. lelaki tua itu tertawa terahak-bahak. "Bagus! Tadi kau tidak bermaksud membunuhku, sekarang

juga aku pun mau mengampuni nyawamu!" kata lelaki tua kurus itu. Orang-orang yang melihat kejadian itu matanya terbelalak, tiba-tiba lelaki tua kurus itu membanting tubuh Tan Kauw sekuat tenaga ke tanah. "Pergi!" bentak si lelaki tua kurus. Tubuh Tan Kauw terlempar sejauh tujuh depa. sedang kawan-kawan Tan Kauw yang takut tertimpah tubuh kawannya sudah langsung menyingkir jauh-jauh. "Kedubraaak! Duuuk!" Tan Kauw jatuh terbanting dengan keras ke tanah, dia menjerit-jerit karena kesakitan Tan Su melompat ke arah si orang tua kurus itu, sekaligus ia menyerang dengan cambuk istimewanya. Dia gunakan jurus "Ciak Coa Jau Su" (Ular Belang Melilit Pohon). Tetapi mendadak dengan cepat lelaki tua yang gemuk melompat ke depan Tan Su. "Biar yang ini bagianku!" kata si lelaki tua gemuk. Pada saat cambuk Tan Su melayang ke arahnya, dia mengelak dengan mudah dan sekaligus maju selangkah sambil mengulurkan tangannya. Setelah berhasil menangkap cambuk lawannya, dia menarik dan menghentakkan cambuk itu dengan keras sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lepaskan!" kata si gemuk. Bukan main keras tarikan si gemuk ini, tahu-tahu cambuk itu telah berada di tangan si gemuk. "Kau datang tanpa memberi hormat, itu berarti kau kurang ajar! Sekarang kau harus dihajar!" kata si gemuk. Si tua gemuk itu segera mengayunkan cambuk yang tadi dia rebut dari Tan Su ke arah pemiliknya, dia juga menggunakanjurus yang sama "Ciak Coa Jau Su" (Ular Belang Melilit Pohon). Ujung cambuk itu berhasil membelit tubuh Tan Su. kemudian cambuk itu ditarik dengan dihentakkan keras sekali hingga membuat Tan Su tidak sanggup berdiri tegak lagi. Tubuhnya terpelanting jatuh ke tanah dengan keras. "Gedebuk!" "Aduh!" Tan Su menjerit dengan kaget dan dia tidak menyangka dengan mudah dia bisa dijatuhkan oleh si gemuk itu. Menyaksikan kejadian itu Beng Teng girang sekali. Tetapi pada saat yang bersamaan melompatlah Tan Giok ke arah si gemuk dan pedangnya ditusukkan mengarah ke jalan darah Pauw-khie-hiat. Si gemuk berkelit dari serangan

itu. tapi Tan Giok sudah menyerang lagi. Sekarang ujung pedang Tan Giok mengarah ke perut si gemuk. Lelaki tua gemuk itu tertawa. Segera dia lemparkan cambuk milik Tan Su itu. Saat dia merebut cambuk itu dari Tan Su. dia gunakan ilmu Kin-na-chiu (Ilmu mencengkram) yang terdiri dari 72 jurus, dia melemparkan cambuk itu karena dia anggap kurang leluasa jika dia memegang senjata. Sesudah itu dia tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak aku sangka Serigala Putih juga bisa menggigit!" kata si gemuk. "Sekarang kau akan kucengkram agar semua orang mentertawakanmu!" Kepandaian Tan Giok paling tinggi di antara saudarasaudaranya, sekarang si gemuk menghadapinya dengan tangan kosong. Bagi Tan Giok ini peristiwa yang memalukan dirinya, tak heran sindiran si gemuk tadi membuatnya gusar bukan main. Pada saat Tan Giok akan menyerang lagi. muncul Tan Teng si Serigala Kuning yang langsung mengangkat godamnya menyerang ke arah si gemuk. "Akan kuhajar kau tua bangka!" kata Tan Teng. Palu besi besar itu mengarah ke kepala si gemuk, segera si gemuk menggeser tubuhnya sedikit, lalu dia ulur sebelah tangannya secepat kilat. "Kena!" si gemuk berseru. Dengan sebelah tangannya itu si gemuk menangkis serangan Tan Teng, dan palu Tan Teng tertangkis gagangnya hingga palu besi itu berbalik menyerang pemiliknya. "Duuk! Aduh!" Terdengar suara palu besi beradu dengan jidat Tan Teng dan disusul oleh jeritan Tan Teng sendiri, dia langsung roboh dan pingsan. Bisa dibayangkan terkejutnya Tan Piauw, ayah Tan Teng menyaksikan kejadian itu. Dia melompat ke depan si tua gemuk, tetapi lelaki kurus pun segera maju menghadangnya. "Awas seranganku!" kata Tan Piauw. Secara tiba-tiba lelaki tua kurus itu dia serang dengan jurus "Ngo Heng Kiam" (Pedang Lima Elemen), tangan kirinya terjulur dan kelima jarinya menyerang ke dada si kurus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main hebatnya serangan itu, tetapi si kurus sama

sekali tidak gentar. Dia melompat mundur dua langkah, lalu dia kibaskan tangannya ke arah lawan. Tan Piauw kaget karena kibasan tangan si tua kurus itu berisi lwee-kang (tenaga dalam) yang tinggi. "Lwee-kang orang ini tidak jauh berbeda dengan Iweekangku, pantas si Kauw dan si Teng kalah olehnya!" pikir Tan Piauw. Si lelaki tua kurus itu tertawa melihat lawannya terheranheran itu. "Hm! Serigala Tua kau bisa menggigit orang, jangan salah aku pun mampu membeset kulitmu!" ejek si tua kurus. Mendengar ejekan itu Tan Piauw melotot. Tiba-tiba tubuh Tan Piauw berputar dan tahu-tahu dia sudah berada di belakang si tua kurus, dengan cepat Tan Piauw menotok jalan darah Leng-tay-hiat dari si tua kurus. Tetapi dengan tanpa menoleh lagi si tua kurus bergeser ke samping. Kembali Tan Piauw menyerang dengan jurus "Kim Hong Si Lui" (Kumbang Emas Hinggap Di Putik Bunga). Si tua kurus tersentak kaget, dia kagum oleh kepandaian Tan Piauw ini. Dia berkelit dengan cepat menghindar dari serangan Tan Piauw yang cepat luar biasa itu. "Si Serigala Tua sangat terkenal di Dunia Persilatan, memang ini bukan omong kosong!" pikir si tua kurus. "Senjata cangklongnya bisa dia gunakan seperti pedang, sedang ujungnya bisa dipakai menotok jalan darah lawan. Sungguh luar biasa!" Saat pertarungan sedang berlangsung antara dua jago tua ini. para piauw-su banyak yang kaget hingga mata mereka terbelalak dan kagum menyaksikan kehebatan kedua orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di tempat lain orang sedang mengobati luka Chu Cu Kia. Sesudah diobati Chu Cu Kia mendekati Beng Teng. Dia berbisik ke telinga bossnya. "Cong-piauw-thauw, rasanya kita akan selamat. Tetapi aku heran pada kedua lelaki tua itu. mereka berkepandaian sangat tinggi, tetapi mengapa mereka bersedia menjadi budak nona cantik itu? Kita telah menempuh perjalanan jauhnya ribuan lie bersama mereka. Aku heran sama sekali kita tidak tahu kalau keduanya sangat pandai. Barangkali mata kita sudah lamur!" kata Chu Cu Kia. Beng Teng menghela napas. "Aaah! Jika hari ini kita bisa selamat, akupun sudah tidak punya muka lagi berkecimpung di bidang ini! Kita dibayar untuk melindungi orang, tetapi sebaliknya malah kita yang

dilindungi oleh mereka. Aku sebagai pemimpin piauw-kiok, tetapi tak bisa dibandingkan dengan kedua budak tua itu!" kata Beng Teng mengeluhkan nasibnya. "Cong-piauw-thauw. kau jangan putus asa!" kata Chu Cu Kia mencoba menghibur atasannya itu. "Sesuatu yang terjadi atas perusahaan ekpedisi seperti perusahaan kita ini, wajar saja. Coba kau bayangkan perusahaan mana yang tidak pernah mengalami kegagalan saat mereka mengawal barang? Ditambah lagi kau juga belum dikalahkan oleh si Serigala Tua Tan Piauw....." Chu Cu Kia berhenti sejenak, dia menatap wajah Beng Teng. kemudian ia melanjutkan ucapannya. "Memang benar urusan hari ini sungguh luar biasa!" kata Chu Cu Kia. Beng Teng manggut-manggut. "Kau benar, aku juga tidak habis pikir. Orang she Han itu punya dua pesilat tangguh seperti dua lelaki tua kurus dan gemuk itu, tetapi mengapa mereka masih bersedia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeluarkan uang begitu banyak untuk membayar kita melindungi puterinya?" kata Beng Teng. Chu Cu Kia mengerutkan keningnya. "Ketua, apa kau tahu asal-usul kedua orang tua itu?" tanya Chu Cu Kia. Beng Teng menghela napas panjang. "Aaah! Kedua orang tua itu pandai ilmu "Kim-na Ciu Hoat" (Ilmu Mencengkeram Dengan Tangan Kosong), aku yakin mereka itu akhli Gwa-kang (Ilmu Tenaga Luar) dan ilmunya sudah sangat tinggi. Aku kenal dengan beberapa pesilat akhli gwa-kang. tetapi tidak seorang pun yang bisa menyamai mereka berdua. Sungguh aku malu sekali karena tidak tahu asal-usul mereka." kata Beng Teng. Pada saat mereka berdua sedang berbincang, pertarungan antara Tan Piauw dan lelaki tua kurus itu masih berlangsung seru. Sedangkan pertarungan antara si tua gemuk dan Tan Giok telah terjadi perubahan. Sekarang Tan Giok sudah mulai terdesak oleh si orang tua gemuk. Tiba-tiba nona calon pengantin yang ada di kereta menyingkapkan kain kerei jendela kereta. Dia berbangkis beberapa kali baru kemudian terdengar dia bicara. "Chan Toa-siok (Paman Chan Tua), hari sudah bukan siang lagi. aku ingin segera istirahat sebentar!" kata si nona dari dalam kereta. Maksud ucapan si nona jelas dia menyuruh kedua orang tua kurus dan gemuk itu segera menyelesaikan pertarungan

mereka itu. "Ya. Nona! Kami harap Nona bisa segera beristirahat! Budak tua akan segera mengusir kawanan serigala ini!" jawab si kurus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu si tua kurus melancarkan serangan yang bertubi-tubi, serangan ini membuat Tan Piauw terdesak mundur beberapa langkah. Sementara si tua gemuk juga sudah mulai mendesak dengan hebat ke arah Tan Giok. Tibatiba si tua gemuk membentak. "Lepaskan pedangmu!" Tan Giok terkejut dia merasakan pedangnya bergetar hebat, tanpa terasa pedang itu terlepas dari tangannya, sedang tangannya terasa sakit sekali. Pada saat yang bersamaan si tua gemuk sudah langsung maju selangkah dan berhasil mencengkram tangan Tan Giok. Tan Piauw saat itu telah melihat Tan Giok dalam bahaya, segera menghindar dari sebuah serangan si tua kurus, dia langsung melompat ke arah Tan Giok untuk menolongi anaknya itu dari bahaya. Si tua gemuk yang telah berhasil merebut pedang Tan Giok lalu mendorong tubuh lawan sehingga terpental sejauh dua depa. Saat itulah Tan Piauw tiba di depan si orang tua gemuk, sambil tertawa terbahak-bahak si orang tua gemuk melemparkan pedang Tan Giok yang ada di tangannya ke arah dada Tan Giok. Pada saat pedang itu sedang meluncur ke arah Tan Giok. saat itu Tan Giok masih terhuyung belum bisa berdiri tegak, tentu saja datangnya serangan itu tidak akan mampu dia hindarkan lagi atau dia tangkis. "Jangan lukai anakku!" teriak Tan Piauw. Tan Piauw langsung menangkis pedang yang sedang meluncur ke arah Tan Giok. "Trang!" Pedang itu terpental, ternyata Tan Piauw berhasil menyelamatkan nyawa Tan Giok dari bahaya maut itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebelum Tan Piauw bisa berbuat lain si tua gemuk sudah langsung menyerang dia ke arah punggung. Tan Piauw segera berkelit dari serangan itu. tetapi gerakan si tua gemuk jauh lebih cepat. Dia telah berhasil mencengkram lengan kiri Tan

Piauw dengan keras sekali. Tan Piauw tidak sempat berkelit lagi, sehingga tangan kirinya berhasil dicengkram oleh lawannya. "Aku tidak akan mematahkan tanganmu, enyahlah kau dari sini!" bentak si tua gemuk. Si tua gemuk itu mengerahkan lwee-kang dan sekaligus mendorong tubuh Tan Piauw sehingga Tan Piauw terpental sejauh tiga depa. Setelah Tan Piauw bisa berdiri tetap lagi dia langsung menundukkan kepalanya. Ternyata lengan kirinya telah bengkak merah dan ada bekas lima jari si tua gemuk, sakitnya bukan main. "Jika tadi dia mengerahkan lwee-kangnya, tanganku pasti sudah remuk!" pikir Tan Piauw. Dia mengaku kalah lalu berjalan dengan kepala ditundukkan. Sedangkan si tua gemuk mengawasi dengan heran juga. "Si Tua Tan Piauw terkena cengkraman harimauku, tetapi dia bisa tetap tegar. Sungguh luar biasa! Jika tadi dia tidak sedang mencemaskan keselamatan anaknya, belum tentu aku bisa mengalahkan dia dengan mudah!" pikir si tua gemuk. Tiba-tiba nona Hong yang sejak tadi menonton bersama kakeknya tertawa. "Kek! Kita harus ke sana mengundang nona di kereta itu!" kata si nona. Sebelum keduanya melangkahkan kaki mereka, si sastrawan sesat yang sejak tadi memegangi kipasnya sudah langsung melompat ke arah kereta mewah sambil tertawa cekikikan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pengantin itu milikiku. uangnya boleh kalian ambil!" kata si sastrawan sesat itu. Nona Hong melotot. "Rase Liar! Kau tahu aturan Hek-to (Dunia Hitam) atau tidak?" kata nona Hong. Dia akan melompat menghalangi si sastrawan itu. tetapi kakeknya yang ada di sampingnya, segera mencegah nona Hong bertindak begitu. "Biarkan dia yang ke sana dulu. supaya kita tidak perlu buang tenaga! He! He! He! Percayalah tidak mudah dia memilikinya!" kata sang kakek. An Tak si Rase Liar atau si sastrawan sesat sebenarnya segan berhadapan dengan kakek Ciu ini. Itu sebabnya dia mendahului turun tangan, dia khawatir si nona calon pengantin akan jatuh ke tangan kakek Ciu tersebut. Gin-kang (ilmu meringankan tubuh) si sastrawan sesat ini sangat tinggi. Jika dia berhasil merebut nona cantik di kereta

itu. An Tak yakin kakek Ciu tidak akan mampu mengejar dia lagi. Tak lama An Tak sudah ada di depan jendela kereta mewah itu. tetapi kedua lelaki tua gemuk dan kurus itu sudah langsung menghadang majunya si sastawan sesat itu. "Mari!" kata lelaki tua sambil menatap ke arah An Tak dengan dingin. Orang-orang sudah menyaksikan kelihayan kedua pengawal tua si nona cantik itu. ketika An Tak maju. mereka semua langsung berpikir. "Lima orang dari si Serigala Tua saja tidak ada yang mampu melawan kedua jago tua itu. apalagi si Rase Liar yang tergila-gila oleh sang calon pengantin ini. Aku rasa dia hanya akan mengantarkan nyawanya saja!" pikir salah seorang piauw-su yang terus mengawasi gerak gerik si sastrawan itu. Si sastrawan sesat yang ingin segera memiliki nona cantik itu dengan tanpa banyak bicara lagi dia langsung menyerang pada si tua gemuk dengan kipasnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kipas An Tak ini mengarah ke jalan darah Hwa-kay-hiat, yaitu jalan darah yang mematikan. Si lelaki tua gemuk gusar bukan main, dia berkelit dari serangan itu. "Rase Liar yang kejam! Sambut setanganku ini!" bentak si orang tua gemuk. Saat si orang tua gemuk itu melancarkan serangannya si sastrawan sesat diam tidak bergerak, tiba-tiba dia membalas menyerang dengan ujung kipasnya yang mengarah ke Khek-tihiat. Serangan si tua gemuk gagal, kejadian ini membuat dia bertambah gusar. Saat si tua gemuk hendak menghindar dari serangan si sastrawan sesat, sebaliknya si sastrawan sesat sudah menarik kembali serangannya, malah berbalik dia serang si lelaki tua kurus. Serangan yang tiba-tiba itu membuat si tua kurus terpaksa harus mengelak ke samping. Tetapi mendadak si sastrawan sesat itu membalikkan badannya dan menyerang ke arah si tua gemuk, dia arah jalan darah Cih-tong-hiat di punggung. "Seer!" Orang tua gemuk itu berhasil menghindar dari serangan si sastrawan sesat itu. Sekalipun serangan si sastrawan sesat tidak mengenai sasaran dengan tepat dan tidak mampu melukai si orang tua gemuk, namun serangan itu berhasil melubangi jubah si tua gemuk. Hanya dengan tiga serangan dan si Rase Liar, ternyata serangannya telah membuat kedua jago tua itu kalang-kabut. Tadi yang menonton dan sedang mentertawakan si Rase Liar yang dianggap tak akan mampu melawan kedua orang

tua itu. tetapi sekarang mereka menyaksikan keadaan sudah jadi terbalik. Mata mereka terbelalak dan kaget. Si Rase Liar terus melancarkan serangan-serangannya yang cepat luar biasa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat si Rase Liar membuka kipasnya, dia serang si orang tua gemuk. Si orang tua gemuk gusar sekali, dia serang kipas lawan dengan hebat, tapi si Rase Liar buru-buru memiringkan kipasnya, ketika itu terdengar suara keras. "Sreet!" Si orang tua gemuk menjerit kesakitan, bahunya tergores ujung kipas lawan. Darah segar langsung mengucur membasahi lengan bajunya. Di luar dugaan ternyata tulang kipas milik si Rase Liar itu terbuat dari baja mumi dan ujungnya tajam sekali. Si orang tua gemuk terhuyung ke belakang, dia merasakan sakitnya bukan main. Si gemuk meringis karena kesakitan. Menyaksikan pertarungan itu para piauw-su kaget, tiba-tiba si orang tua kurus mengulur tangannya hendak mencengkram kipas lawan. Penonton yakin si orang tua kurus akan berhasil merampas kipas itu dari tangan si sastrawan. Sungguh di luar dugaan. Tiba-tiba lelaki tua kurus itu terpental sejauh delapan langkah. Saat si orang tua kurus mengulurkan tangannya, pada saat yang bersamaan si Rase Liar mendadak menutup kipasnya, dan langsung melancarkan pukulan keras ke arah si orang tua kurus dengan tangan kirinya. Bersamaan dengan itu dia tusuk telapak tangan si orang tua kurus dengan ujung kipasnya. Maka tidak ampun lagi tangan si orang tua kurus terluka terkena ujung kipas An Tak yang tajam itu. Si orang tua kurus tepental akibat pukulan tangan kiri si Rase Liar yang keras itu. Si lelaki gemuk hendak maju lagi. "Hai, apa kau mau cari mati? Cepat pergi!" kata si Rase Liar sambil tertawa sinis. Dia serang si orang tua gemuk itu. Hanya dalam beberapa jurus saja si Rase Liar berhasil menotok jalan darah Pouw Ci-hiat si lelaki gemuk, sehingga seketika itu si lelaki gemuk pun roboh di tangan si sastrawan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sesat itu. Saat si Rase Liar bergerak ke arah kereta mewah itu. si lelaki tua kurus mencoba menghalanginya. "Dasar tak tahu diri! Kau masih mau bertarung? Enyahlah

kau!" bentak si Rase Liar. Kipas si Rase Liar berkelebat ke atas dan ke bawah menyerang si lelaki tua kurus. Si lelaki tua kurus sudah terluka. bagaimana dia akan mampu meladeni si Rase Liar yang ganas, tapi semangat tempur si lelaki tua kurus memang luar biasa. Dia terus melawan sekalipun dia sadar tak akan mampu melawan si Rase Liar itu. Dalam beberapa jurus si lelaki tua kurus mulai terdesak. Mata Beng Teng sudah normal kembali. Dia maju selangkah demi selangkah sambil berpikir. "Jika si nona calon pengantin berhasil dirampas oleh si Rase Liar, maka piauw-kiokku pun harus segera ditutup. Apa boleh buat aku harus membantu si lelaki tua kurus dan aku tak akan mempedulikan harga diriku lagi!" pikir Beng Teng. Dia sebenarnya malu mengeroyok si Rase Liar yang lihay itu, karena dia akan menghancurkan nama baiknya, dia juga tidak yakin jika dia membantu akan mendapat kemenangan. Itu sebabnya dia melangkah dengan hati berdebar dan tegang. Tiba-tiba nona di atas kereta berteriak. "Chan Toa-siok kau boleh mundur!" kata si nona. Si lelaki tua kurus menggangguk. "Baik, Nona!" kata dia. Dia melancarkan serangan mendadak ke arah si Rase Liar. ketika si Rase Liar mundur dia juga melompat mundur ke samping kereta mewah itu. "Rase Liar. aku hanya mentaati perintah Nonaku, bukan karena aku takut kepadamu!" kata si lelaki tua kurus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengherankan memang di saat sangat gawat itu justru nona mereka menyuruh dia mundur, jelas sudah si nona akan segera jatuh ke tangan si Rase Liar. Beng Teng belum sampai ke tempat mereka bertarung. Sedangkan si lelaki tua gemuk masih tergeletak belum bangun. Beng Teng sadar sekalipun dia sampai dia bukan tandingan si Rase Liar yang lihay itu. "Sial, aku yang jadi pengawal hari ini harus mengalami kejadian seperti ini! Sungguh piauw-kiokku ini memang harus aku tutup!" pikir Beng Teng. Tiba-tiba si Rase Liar tertawa terbahak-bahak. Sekarang tak ada lagi orang yang bisa menghalanginya lagi. Dengan cepat dia melangkah ke arah kereta mewah itu. Dia ulur tangannya akan menyingkap kerei jendela kereta itu sambil tertawa lagi. "Nona. jangan takut, aku pasti sayang kepadamu! Jika kau mau istirahat, istirahatlah di tempatku!" kata si Rase Liar. Selesai bicara ia ulur tangannya ke dalam kereta. Beng Teng saat itu sudah cemas bukan main. Sedangkan nona

Hong yang ada di sisi kakeknya malah tertawa cekikikan. "Ah akan ada tontonan yang sangat menarik!" katanya. Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan yang sangat memilukan. Ketika si Rase Liar mengulurkan tangannya ke jendela kereta, dan wajahnya dekat sekali ke lubang jendela kereta itu. tibatiba dia menjerit keras karena matanya seolah dipagut ular berbisa. Dia merasakan sebelah matanya sakit bukan main. Nona Hong tertawa geli. "Siapa suruh kau punya mata tetapi tidak bisa melihat dengan jelas! Syukurlah! Biar kau tahu rasa!" kata nona Hong. Apa yang terjadi benar-benar membuat semua orang tercengang bukan main. Beng Teng mengawasi ke arah si Rase Liar dengan mata terbelalak. Dia lihat si Rase Liar sedang menutupi mukanya dengan tangannya. Beng Teng heran wajah si Rase Liar berlumuran darah segar. Kemudian dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kabur seperti dikejar setan. Dalam sekejap dia sudah tidak kelihatan lagi bayangannya. Nona Hong tertawa geli. "Cepat sekali larinya si Rase Liar.....Padahal aku ingin mencungkil kedua matanya. Sayang sekali Kakak Han hanya menyungkil sebelah matanya saja!" kata nona Hong. Nona calon pengantin itu menyingkap kerei jendela kereta, tangannya menggapai memanggil lelaki tua kurus. Ketika si tua kurus sudah menghampirinya, ia mengulurkan tangannya sambil berkata. "Tusuk rambut ini sudah ternoda darah, aku tak mau lagi. Ambil olehmu dan berikan pada orang miskin!" kata si nona. -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 3

Jarak antara Beng Teng dengan kereta mewah itu sangat dekat. Dengan demikian Beng Teng bisa melihat dengan jelas pada ujung tusuk rambut si nona masih terdapat biji mata si Rase Liar dan masih berlumuran darah. Peristiwa itu membuat Beng Teng sangat malu. "Aku punya mata tetapi tidak ada bijinya, malah tak tahu diri berani melindungi sang calon pengantin yang ternyata lebih lihay dariku?" pikir Beng Teng. Kening Beng Teng berkerut dia sedang berpikir keras "Majikan dan kedua jago tua berilmu tinggi, mengapa orang tua si nona bersedia membuang uang begitu besar untukku? Dia suruh aku melindungi nona yang ternyata gagah sekali. Saat genting tadi mengapa mereka tak segera turun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan dan membiarkan kedua jago tua itu terluka?" pikir Beng Teng yang bingung bukan main. Saat Beng Teng sedang diam termangu, dia mendengar si orang tua kurus bicara pada nona majikannya. "Budakmu pantas mati! Dia tidak bisa melindungimu, sehingga tusuk rambut Nona ternoda oleh darah!" kata si kurus. Nona di atas kereta itu tersenyum manis. "Kalian berdua telah berusaha sekuat tenagamu, mana boleh aku menyalahkan kalian! Ambillah tusuk rambut ini!" kata si nona sambil tersenyum manis. Si lelaki tua kurus manggut. "Baiklah. Nona!" kata si orang tua kurus. Dia terima tusuk rambut itu dari tangan si nona. "Kau bisa membebaskan totokan dari si Rase Liar?" tanya si nona pada anak buahnya itu. "Mohon Nona memberi petunjuk pada hamba!" kata si orang tua kurus. Si nona manggut. "Gunakan tusuk rambut itu untuk menusuk jalan darah Pou-si-hiat perlahan-lahan. Si Rase Liar menggunakan totokan yang aneh dan luar biasa!" kata si nona lagi. Si lelaki tua kurus membuang biji mata si Rase Liar. kemudian dia berkata dengan sengit. "Si Rase Liar berani berbuat kurang-ajar pada Nona. tetapi Nona hanya mencungkil sebuah biji matanya saja. sungguh terlalu enak baginya!" kata si lelaki kurus mendumel. Kemudian dia hampiri si lelaki tua gemuk yang sedang rebah itu. lalu dia menotok si lelaki tua gemuk sesuai dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cara yang diajarkan oleh majikannya. Dengan demikian si lelaki tua gemuk yang sejak tadi tergeletak itu, sekarang sudah bisa bangun kembali. Mereka segera menghampiri majikan mereka. Keduanya mengucapkan terima kasih. "Sudahlah! Aku yang menyebabkan kalian terluka, aku tadi tidak enak hati! Jika aku tidak sedang sakit, mana mungkin aku membiarkan si Rase Liar melukai kalian berdua!" kata si nona dengan sikap ramah sekali. Sekarang Beng Teng baru sadar mengapa si nona tidak segera bertindak ketika keadaan sangat gawat. Ternyata

karena si nona sedang sakit. Tetapi dalam keadaan sakit pun ternyata dia masih mampu melukai si Rase Liar, sehingga dia kabur terbirit-birit. Bukan main kagumnya Beng Teng pada si nona. "Nona sangat berharga di mata kami." kata si lelaki gemuk. "Tidak seharusnya Nona menghadapi penjahat rendah seperti dia! Semua karena ketidakmampuan kami berdua ini. Apakah sekarang Nona sudah merasa enakan?" Nona itu tersenyum. "Aku tidak apa-apa. Cepat kalian obati luka kalian!" kata si nona penuh perhatian. Baik. Nona." jawab kedua jago tua itu. Saat itu nona Hong atau Siauw Hong berlari mendekat ke kereta mewah itu. "Si Serigata dan si Rase Liar sudah kabur semuanya. Maukah Kakak Han singgah ke rumah kami?" kata Siauw Hong dengan ramah. Nona yang ada di kereta itu tersenyum. "Kau gadis kecil bermulut tajam, aku tidak kenal denganmu. Sebenarnya kau siapa? Dan kau tinggal di mana?" tanya si nona pada Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Namaku Ciu Hong. tinggal di lembah Pek-hoa-kok (Lembah Seratus Bunga) di gunung Hong-hoang-san!" jawab Ciu Hong. "Kakak Han tidak mengenali aku. tetapi aku sering mendengar namamu disebut-sebut oieh Kakak-misanku. Maka aku harap Kakak Han memberi muka kepadaku. Aku adik misan Kakak Ci!" Nona di atas kereta itu jadi tercengang. Sesaat kemudian dia berkata lagi dengan ramah. "Ooh! Jadi Ci Giok Hian itu Kakak-misanmu? Dia tinggal bersamamu, ya?" kata si nona. Ciu Hong mengangguk. "Benar. Malah Kakak-misanku yang menyuruh aku menjemput Kakak Han." kata Ciu Hong. Nona itu tersenyum. "Terima kasih atas kebaikan Kakak-misanmu itu, tetapi aku sedang sakit, ditambah lagi aku harus buru-buru ke Yang-cou. Aku tidak mau merepotkan Kakak misanmu " kata si nona dengan ramah. Ciu Hong merengut. "Kakak-misanku sudah tahu masalahmu. Dia ingin bertemu denganmu dan bercakap-cakap beberapa hari saja. Para piauw-su itu tidak berguna. Kakak-misanku bilang dia yang akan mengantarkan Kakak Han ke Yang-cou. Bukankah dengan demikian Kakak Han bisa menghemat seribu tail

emas?" kata Ciu Hong. Nona di kereta itu tersenyum. "Tidak bisa begitu, dan aku merasa tidak enak jika Kakakmisanmu menjadi repot karena harus masak obat segala untukku. Lagipula aku tidak boleh melanggar aturan Piauwkiok!" kata si nona. Ciu Hong kelihatan murung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kakak Han tidak mau ke rumahku tidak masalah, tetapi pasti Kakak-misanku akan menyalahkan aku." kata Ciu Hong. Nona di kereta itu menatapnya sambil tertawa. "Apa yang aku katakan padamu, sampaikan saja kepadanya." kata si nona. "Setelah aku sembuh, pasti aku akan datang ke Pek-hoa-kok untuk mengucapkan terima kasihku kepada Kakak-misanmu itu." Ciu Hong menghela napas, lalu berkata pada kakeknya. "Bagaimana nih. Kek? Aku tidak berhasil mengundang Kakak Han datang ke rumah kita. Kakek kok diam saja tidak membantuku?" kata Ciu Hong manja. Si kakek Ciu menghampiri kereta mewah itu, dia memberi hormat kepada si nona di kereta itu. "Hamba Ciu Tiong Gak menemui Nona." kata si kakek. Ucapan orang tua itu mengagetkan semua orang, dia membahasakan diri "hamba", itu berarti kedudukan nona di kereta itu tinggi sekali. Padahal di kalangan Dunia Persilatan orang sangat mengutamakan pamornya. Nona yang ada di dalam kereta itu membalas hormatnya. Yang mengherankan tiba-tiba kereta mewah itu mundur ke belakang beberapa langkah jauhnya, sedangkan Ciu Tiong Gak pun mundur dua tiga langkah ke belakang. Beng Teng terkejut bukan kepalang menyaksikan kejadian itu. Dia lompat menahan kereta mewah itu agar tidak mundur terus. Tetapi sekalipun Beng Teng sudah mengeluarkan tenaga sepenuhnya, ia tidak mampu menahan mundurnya kereta itu. Malah dia sendiri ikut terdorong mundur. Tiba-tiba nona yang ada di kereta mewah itu menekankan kakinya ke lantai kereta. Dalam sekejap kereta itu pun berhenti. Kemudian dia tersenyum ke arah Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih atas bantuanmu. Cong-piauw-thauw. Kau boleh istirahat saja! Aku ingin bicara dengan Ciu Lo-sian-seng

ini!" kata si nona sambil tersenyum ramah. Beng Teng kaget. Wajahnya berubah kemerah-merahan. Dia sadar kepandaiannya masih di bawah kepandaian mereka. Lalu dia buru-buru mengundurkan diri. Tak lama terdengar nona di kereta itu bicara manis. "Sungguh hebat kung-fu Ciu Lo-sian-seng!" kata si nona. Ciu Tiong Cak menghela napas panjang. Wajahnya berubah kemerah-merahan "Hamba menerima perintah majikan hamba untuk mengundang Nona datang ke tempat kami. Apa boleh buat hamba telah bersikap tidak tahu diri. Harap Nona Han tidak mentertawakan hamba." kata Ciu Tiong Gak. Tadi kedua orang ini telah menggunakan lwee-kang mereka. Ciu Tiong Gak mendorong kereta itu. sedang si nona mendorong Ciu Tiong Gak sehingga terhuyung ke belakang. Kiranya apa yang dilakukan si nona lebih sulit dibanding yang dilakukan oleh Ciu Tiong Gak. Ditambah lagi Nona Han sedang sakit, diam-diam Ciu Tiong Gak telah menjajal kepandaian si nona. setelah tahu ternyata si nona bukan tandingannya. Nona Han berkata. "Tetap seperti yang telah aku katakan tadi. Harap kau sampaikan saja pada nona majikan kalian! Setiba di Yang-cou. paling lama satu atau dua bulan. pasti aku akan datang ke Pek-hoa kok." kata si nona memberi kepastian. Ciu Tiong Gak mengangguk, karena dia sadar dia bukan tandingan nona Han "Hamba menurut perintah Nona. Mohon kau terima kartu undangan dari Nona kami." kata Ciu Tiong Gak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mengeluarkan selembar kartu undangan berwarna merah yang dia lemparkan ke dalam kereta. Pada saat itu Ciu Tiong Gak terpisah enam sampai tujuh hasta dengan kereta mewah itu. Sedang kartu undangan itu sangat ringan, tetapi di luar dugaan kartu itu bisa meluncur dengan cepat ke dalam kereta. Jelas Ciu Tiong Gak ini kungfunya hebat. Para piauwsu kaget, namun si nona di dalam kereta sedikit pun tidak gentar atau kaget dengan datangnya sambaran kartu undangan itu. Nona Han tersenyum dia mengulurkan tangannya untuk menerima undangan itu. "Nonamu baik sekali. Baiklah, kalian boleh pulang sekarang!" kata nona Han. "Hamba mohon pamit." kata Ciu Tiong Gak yang kemudian menoleh ke arah cucunya. "Siauw Hong mari kita pulang!" Kali ini kembali Ciu Tiong Gak memberi hormat, dia tidak

berani menjajal lagi kepandaian nona Han itu. Ciu Hong tertawa. "Kakak Han ternyata aku tidak berhasil mengundangmu! Mungkin tidak sampai sebulan aku akan bertemu lagi denganmu!" kata Ciu Hong. Ucapan Ciu Hong itu penuh arti sehingga membuat wajah Nona Han sedikit berubah. "Sungguhkah Kakak-misanmu itu ingin buru-buru bertemu denganku. baiklah. Tunggu saja!" kata nona Han. Sesudah Ciu Tiong Gak dan cucunya pergi, sekarang tinggal rombongan piauw-su dan kereta mewah serta dua jago tua berada di tempat itu. Dengan tersipu-sipu Beng Teng menghampiri kereta sambil memberi hormat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku buta tak tahu kalau Nona berkepandaian tinggi sehingga kami semua selamat. Terimalah hormatku!" kata Beng Teng sambil memberi hormat. Nona Han tersenyum membalas hormatnya itu. "Di sepanjang perjalanan Anda telah melindungiku. jika tak ada kalian mungkin sudah sejak dulu telah terjadi sesuatu yang tak kita inginkan. Malah akulah yang belum berterima kasih kepadamu." kata nona Han. Mendengar ucapan si nona itu wajah Beng Teng berubah kemerah-merahan karena malu. "Nona jangan mentertawakan kami. Malah muka Piauwkiok kamilah yang telah dilindungi oleh Nona!" kata Beng Teng yang kelihatan tak enak hati. Gadis itu tersenyum lagi. "Cong-piauw-thauw kau jangan terlalu merendah. Di sepanjang jalan kau melindungiku. jika aku tidak mengandalkan nama piauw-kiokmu. mungkin sudah terjadi sesuatu." Wakil pimpinan piauw-kiok Chu Cu Kia datang menyela. "Aku sudah bekerja di piauw-kiok ini hampir tiga putuh tahun lamanya dan mengawal barang sudah ratusan kali. Tetapi baru kali ini aku menemui kejadian yang sangat berbahaya seperti ini. Untung ada Nona Han. maka kami semua bisa selamat. Aku mewakili semua piauw-su untuk menghaturkan terima kasih kepada Nona." kata Chu Cu Kia. Nona Han tersenyum. "Kalian terlalu sungkan terhadapku. Ayahku yang mengundang kalian untuk melindungiku. Kita melakukan perjalanan bersama-sama. jelas kita harus saling tolongmenolong. Sekarang kita belum sampai ke Yang-cou.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selanjutnya aku masih membutuhkan kalian untuk melindungiku." kata si nona. Chu Cu Kia menghela napas panjang. "Ooh. Ucapan Nona Han ini membuat aku merasa malu. Aku telah belajar kung-fu sudah puluhan tahun, tetapi kepandaianku masih jauh di bawah kepandaian Nona. Setelah kejadian tadi malam. mungkin tidak akan ada penjahat yang berani muncul lagi, akan mengganggu kita. Perjalanan ke Yang-Cou hanya akan memakan waktu kurang lebih tiga hari lagi. mungkin kita akan sampai dengan selamat di tempat tujuan!" kata Chu Cu Kia. Nona Han mengerutkan dahinya. "Belum tentu." kata nona Han. Beng Teng tersentak. "Siapa Kakak-misan gadis kecil itu?" tanya Beng Teng penasaran kepada nona Han. "Namanya Ci Giok Hian. teman akrabku." sahut nona Han sambil tersenyum manis. "Tetapi kami telah berpisah dengannya beberapa tahun yang lalu. Dia bukan kaum Rimba Persilatan. kalian pasti tidak akan tahu tentang dia." Nada ucapan nona Han seolah tidak mau memberitahu asal-usul Ci Giok Hian pada mereka. Beng Teng yang berpengalaman tahu hal itu. maka dia pun diam dan berpikir. "Lima Serigala dari marga Tan. Rase Liar dan orang tua she Ciu bersama cucunya, berhasil mereka usir dengan mudah. Sedangkan Ci Giok Hian tidak berhasil mengundang si nona datang ke tempatnya. Lalu kenapa ayah si nona mau mengeluarkan uang 2000 tail uang emas untuk meminta aku melindungi nona Han?" pikir Beng Teng. Dia pandangi Chu Cu Kia kemudian keduanya saling pandang. Kiranya keduanya punya pertanyaan yang sama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi mereka merasa tak enak menanyakan hal itu pada si nona. Saat itu salah seorang jago tua itu menghampiri nona Han. "Nona mau minum obat?" katanya. Nona Han manggut. "Ya. memang sudah waktunya aku minum obat." kata nona Han. Lelaki tua kurus itu segera mengeluarkan beberapa butir

obat. kemudian diberikan kepada nona Han. Nona Han menerimanya lalu dia makan. Setelah itu si orang tua kurus menyerahkan semangkuk air kepada si nona. "Terima kasih." kata nona Han yang langsung meminum obatnya itu. Tak lama dia berbangkis beberapa kali lalu dia kembalikan mangkuk yang sudah kosong itu kepada si lelaki tua kurus. "Kalian berdua pasti lelah. sekarang cepat istirahat. Besok kita harus melanjutkan perjalanan lagi." Ketika itu hari sudah menjelang subuh. Semua orang pun sudah kelelahan sekali karena semalam mengalami saat-saat yang tegang, lalu mereka istirahat semuanya. Kedua jago tua itu tidak langsung istirahat, mereka menyalakan api untuk menghangatkan tubuh mereka. Kebetulan waktu itu Beng Teng pun belum tidur, dia menghampiri kedua lelaki tua itu. Si lelaki kurus menatapnya sambil tersenyum. "Cong-piauw-thauw belum tidur?" sapa si kurus. Beng Teng memberi hormat. "Maafkan aku sekalipun aku punya mata tetapi tak bisa melihat." kata Beng Teng. "Selama ini kita seperjalanan, namun aku tidak tahu ada pesilat tangguh bersama kami."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua lelaki tua itu tertawa. "Cong-piauw-thauw jangan berkata begitu. Untung tidak ada orang lain. kalau tidak kami berdua bisa ditertawakan," kata st lelaki kurus. "Kami berdua sudah tua dan tidak berguna, bagaimana kau sebut kami ini pesilat tangguh?" Beng Teng tertawa getir. "Jika bukan Lo-toa-ko berdua yang turun tangan, kami sudah celaka semua di tangan lima serigala itu. Oh ya bolehkah aku mengetahui nama Toa-ko berdua?" kata Beng Teng ramah. Selama dalam perjalanan dari Lok-yang sampai di tempat itu, rupanya Beng Teng tidak menaruh perhatian kepada kedua orang tua ini. Mereka hanya dianggap sebagai pelayan sang calon pengantin saja. Tidak heran kalau selama ini dia tidak pernah menanyakan nama kedua jago tua itu. Hal itu sekarang membuat hati Beng Teng dan perasaannya jadi tidak enak sekali, oleh sebab itu sekarang dia menanyakan nama kedua orang tua itu dengan sikap yang sangat hormat sekali. "Namaku Chan It Hoan." jawab si kurus, "dan dia Liok Hong!" "Cong-piauw-thauw jangan sungkan." kata si lelaki kurus Chan It Hoan sambil tertawa. "Berdasarkan kung-fumu. kau

pantas sangat terkenal. Jika berdasarkan kungfu sejati yang tidak disertai dengan akal licik, belum tentu Tan Piauw bisa mengalahkan Tuan. Tetapi jika kau bertarung melawan Ciu Tiong Gak, aku kira kau pasti kalah olehnya. Terus terang kejadian tadi malam untung ada Nona Han yang turun tangan. Kepandaian kita semua masih jauh dibandingkan dengannya." Chan it Hoan kaget ketika ingat pada kata-katanya "kita semua" karena itu berarti juga termasuk Beng Teng tidak akan sanggup melawan semua penjahat itu. Buru-buru dia meluruskan kata-katanya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cong-piauw-thauw. kau jangan kecewa. malam ini kalian telah bertarung sekuat tenaga. Jika kalian tidak bertarung lebih dulu. mungkin kami berdua pun bukan tandingan mereka!" kata Chan It Hoan. Beng Teng kembali tertawa getir. "Terima kasih Chan Toa-ko. kau telah memberi muka kepadaku. Aku tidak bisa berbasa-basi. yang jelas aku berhutang budi kepada kalian berdua dan Nona Han. Kelak aku pasti membalas budi kalian ini. Tetapi aku masih belum mengerti pada suatu hal. maka aku mohon petunjuk dari Toako berdua. Nonamu itu berkepandaian tinggi, tetapi mengapa majikan kaiian masih bersedia membayar kami untuk melindunginya?" kata Beng Teng. "Kebanyakan piauw-kiok di kota Lok-yang, mana ada yang seberani Houw Wie Piauw-kiok yang berani menerima pekerjaan dari majikan kami ini. Cong-piauw-thauw jangan curiga. Sekalipun terjadi malapetaka kecil di perjalanan ini. majikan kami tidak akan menyalahkan kau. Sisa uang itu pasti akan dilunasi oleh beliau!" kata Liok Hong mewakili kawannya bicara. Jawaban dari Liok Hong bukan jawaban yang Beng Teng harapkan. Tetapi dari jawaban itu tanpa sengaja Liok Hong "telah membocorkan" sedikit keterangan yang dia butuhkan itu. Bahwa Han Tay Hiong. ayah si nona Han menyewa mereka, tidak lain hanya ingin agar Houw Wie Piauw-kiok yang tampil, tetapi belum tentu dia menghendaki mereka melindungi puterinya. Hal ini membuat Beng Teng jadi kurang senang. "Aku sadar aku tidak mampu menghadapi musuh yang tangguh." kata Beng Teng. "tetapi kami pun tidak bersedia menerima bayaran tanpa kami punya jasa apa-apa. Jika Lotoako tidak memberi penjelasan, setelah kami kembali ke Lok-yang. papan nama perusahaan kami itu pasti akan kami turunkan. Atau mungkin juga aku akan menjual semua harta

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bendaku untuk mengganti kerugian seribu tail uang emas kepada majikan kalian berdua!" Si kurus manggut-manggut. dia sangat kagum pada sikap tegas Beng Teng ini. "Cong-piauw-thauw. kau jangan merasa tidak enak hati." kata Chan It Hoan. "Aku anggap kau telah berjasa pada kami. hingga kami sampai di tempat ini dengan selamat. Kau ingin tahu mengapa majikan kami menyewa kalian, itu akan aku beritahukan padamu." Beng Teng buru-buru memberi hormat. "Terima kasih. Lo Toa-ko!" kata Beng Teng. "Nona kami pergi ke kota Yang-cou karena akan menikah disana." kata Chan It Hoan memulai ceritanya. "Seorang gadis calon pengantin, mana boleh memperlihatkan diri di depan umum dengan sembarangan. Apalagi sampai berkelahi dengan para penjahat segala. Jika sampai orang mengetahui hal ini. dan orang mengatakan calon pengantin berkelahi di sepanjang perjalanannya ke Yang-cou. bukankah itu akan jadi bahan tertawaan umum? Ditambah lagi Nona kami sedang sakit keras, jelas dia tidak bersemangat untuk berkelahi." Beng Teng manggut-manggut. "Tetapi Toa-ko berdua..." Sebelum Beng Teng menyelesaikan bicaranya sudah dipotong oleh Chan It Hoan. "Kau benar." kata Chan It Hoan sambil tersenyum. "Tetapi tulang tua kami hanya mampu untuk menghadapi penjahatpenjahat kecil saja! Dari Lok-yang ke Yang-cou berjarak ribuan lie jauhnya. Bisa kau bayangkan, barangkali baru berjalan belum jauh. kami sudah akan bertemu dengan perampok. Lalu kami harus turun tangan mengusir mereka. Bukankah hal itu akan menarik perhatian kaum Liok-lim (Gotongan Hitam)?

Dengan demikian kaum Liok-lim (Rimba Hijau) akan terus

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerus merepotkan kami. Bagaimana kami akan mampu menghadapi mereka semuanya? Majikan kami telah berpesan, kepada kami. kecuali sangat terpaksa, jangan membiarkan Nona kami turun tangan sendiri!" Tiba-tiba Liok Hong menyambung keterangan temannya.

"Terus terang bukan hanya Nona kami yang tidak ingin menonjolkan diri di muka umum. kami berdua pun begitu. Jika tidak karena sangat terpaksa, kami pun tidak ingin orang mengetahui tentang asal-usul kami!" kata Liok Hong. Beng Teng mengira kedua jago tua ini bukan orang sembarangan. Maka dia jadi berpikir. "Mungkin mereka berdua tokoh terkenal di Dunia Persilatan. Entah apa sebabnya mereka berdua bersedia jadi pelayan nona Han? Maka mereka pun tidak ingin orang tahu asal-usulnya." pikir Beng Teng. Ada beberapa pantangan di Dunia Persilatan. salah satunya adalah menyelidiki pribadi orang lain. Maka itu Beng Teng pun diam. "Houw Wie Piauw-kiokmu terkenal di Dunia Persilatan, itu sebabnya majikan kami ingin menggunakan panjimu agar di sepanjang perjalanan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak kami kira para penjahat itu justru mengetahui dengan jelas tentang perjalanan kami itu. Bahkan perjalanan kami juga diketahui oleh si Iblis Wanita itu. maka dengan terpaksa Nona kami menggertak Ciu Tiong Gak sampai mundur!" kata Chan It Hoan melanjutkan. Sekarang Beng Teng tahu siapa Wanita Iblis yang dikatakan Chan It Hoan ttu. yaitu tidak lain Ci Giok Hian yang tinggal di Pek-hoa-kok. "Nona Han mengatakan wanita iblis itu sahabatnya, tapi dari mulut Chan It Hoan dia berubah jadi si Iblis Wanita. Aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yakin kedua keluarga ini punya masalah. Tapi masalah apa?" pikir Beng Teng. "Baiklah, semua telah kami jelaskan kepadamu. Congpiauwthauw. Besok kita masih harus melanjutkan perjalanan kita. Sebaiknya kau istirahat saja dulu." kata Liok Hong. Beng Teng tahu kedua jago itu takut mereka didesak oleh pertanyaan lain yang lebih dalam. Karena tidak enak hati terus berada di tempat itu Beng Teng pun akhirnya pamit. Beng Teng tidak bisa tidur dia juga tak bisa menebak teka-teki yang sangat rumit itu. Tak lama terdengar suara kicauan burung, itu tandanya fajar telah tiba. Matahari akan segera memancarkan sinarnya. Pagi-pagi sekali mereka langsung melanjutkan perjalanan mereka. Sejauh mata memandang yang tampak hanya hamparan padang rumput yang hijau dan luas. Seolah padang tumput itu tak ada batasnya. Tetapi dari jauh tampak ada dua titik hitam yang muncul. Beng Teng segera memberi aba-aba kepada para piauw-su agar mereka siap siaga.

Tak lama kedua titik hitam itu kelihatan semakin jelas. ternyata itu adalah dua orang penunggang kuda sedang mendatangi ke arah mereka. Keduanya wanita. Salah sorang dari mereka mengenakan ikat kepala kain merah dia mengenakan pakaian serba merah dan sepatunya juga merah. Setelah diperhatikan kuda yang dia tunggangi pun berwarna merah juga. Gadis yang berbaju merah itu dari jauh bagaikan segumpat api yang sedang menyala, wajah gadis tersebut sangat jelita. Para piauw-su keheranan menyaksikan nona itu. tetapi juga merasa tegang dalam hati mereka. Gadis yang ada di belakang si baju merah itu seorang gadis kecil. Kiranya dia Ciu Hong yang tadi malam datang bersama kakeknya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika itu juga hati Beng Teng berdebar-debar dan jadi tegang, dia menoleh ke belakang. Kelihatan dua jago tua ada di samping kereta majikannya. Mereka memandang ke arah kedua nona itu dengan dahi berkerut. Kelihatan Liok Hong menghela napas panjang. "Ah celaka! Bagaimana baiknya ini. Nona baru saja minum obat dan sedang tidur tetap. Tampaknya penyakitnya bertambah berat. Kita jangan ijinkan dia turun tangan!" kata Liok Hong pada kawannya. Makin lama gadis berpakaian merah itu datang semakin dekat saja. Beng Teng maju selaku orang yang bertanggungjawab atas kawatannya. Beberapa anak buahnya berseru-seru "Houw Siauw Tiong Cou! Houw Siauw Tiong-cou....!" teriak mereka. Sebelum beberapa orang piauw-su itu meneriakkan teriakannya lagi. si baju merah sudah berada di hadapan mereka. Dia membentak sambil mengayunkan cambuknya. "Kalian mau apa berteriak-teriak!" kata si nona. Chu Cu Kia maju sambil memutarkan tombak peraknya. "Jika Nona tidak memakai aturan, jangan salahkan kami. Silakan Nona turun dari kudamu!" kata Chu Cu Kia. Chu Cu Kia memutarkan tombak peraknya, tapi pada saat yang bersamaan cambuk si nona berbaju merah sudah menyambar ke kaki Chu Cu Kia. Pada saat cambuk itu disentakkan dan ditarik kuat-kuat. maka tidak ampun lagi Chu Cu Kia pun terpelanting dan jatuh seketika itu juga. Saat itu juga ujung cambuk segera membelit ke tombak Chu Cu Kia. saat cambuk itu dihentakkan oleh nona berbaju merah itu. tombak yang sedang dipegang Chu Cu Kia pun terlepas dari cekalannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua yang melihat kejadian itu terkejut. Hanya dengan dua gerakan nona berbaju merah itu mampu menaklukan Chu Cu Kia. Ini suatu bukti bahwa gadis berbaju merah itu sangat lihay. Beng Teng sadar ia bukan tandingan gadis berbaju merah itu. tapi tetap maju menghadang. Nona baju merah mencambuk kudanya akan menerjang ke arah Beng Teng. hingga Beng Teng pun segera menyiapkan tamengnya untuk menahan terjangan kuda si nona baju merah. "Roboh kau!" teriak si nona baju merah. Kehhatan ujung cambuk si nona menghantam tameng di tangan Beng Teng. sehingga tameng itu jadi miring dan mengenai pedang Beng Teng. Celakanya ujung pedang mengarah ke arah Beng Teng. untung ia sempat berkelit kalau tidak ia bisa celaka oleh pedangnya sendiri. "Crass!" pedang Beng Teng tepat mengenai pohon. Sekalipun nyawa Beng Teng selamat. tapi tak urung tubuhnya terpental jauh juga melewati pohon itu. Untung Beng teng tak sampai roboh terguling. Saat itu kuda merah si nona melewatinya, sedang nona itu pun tertawa. "Nama besarmu tidak percuma!" puji si nona. Ini bukan hinaan karena si nona pun jadi heran Beng Teng tak roboh oleh serangannya. Tapi tak urung ucapan nona ini membuat wajah Beng Teng jadi merah juga. Saat Beng Teng sedang melawan gadis berbaju merah, anak buahnya sedang bertarung melawan Ciu Hong. "Semalam kita sudah saling berkenalan, maka kali ini aku tak akan menyusahkan kalian!" kata Ciu Hong sambil tertawa. Ciu Hong tak bersenjata ia hanya menggunakan cambuk kudanya yang ia ayun kian-kemari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat piauw-su andalan Beng Teng seperti Ciok Cong Thian, Cin Kan dan Sun Hua juga Chu Cu Kia tiga di antaranya sudah terluka. Sekarang hanya Sun Hua yang masih memaksakan diri melawan Ciu Hong. Tak sampai sepuluh jurus Cin Hong sudah membentak. "Kena!" Ujung cambuk Ciu Hong menyambar ke jalan darah Khektihiat Sun Hua. Ia hendak berkelit, tapi sudah terlambat hingga serangan Ciu Hong tepat mengenai sasaran dan Sun

Hua tidak bisa bergerak lagi bagaikan patung. "Maafkan aku. kau tak bisa bergerak untuk sementara saja. Nanti kau bisa bergerak sendiri!" kata Cin Hong sambil tertawa. Sun Hua gusar tapi ia juga kagum oleh kepandaian Ciu Hong itu. ujung cambuk lunak tapi si nona bisa menggunakannya dengan tepat, itu menandakan ia berilmu tinggi. Beng Teng sudah terdesak sehingga kawan-kawannya ingin maju membantu dia Beng Teng menghela napas panjang. "Sudah kita mengaku kalah saja!" kata Beng Teng. Sekarang Ciu Hong sudah berada di depan kereta. "Kakak Han aku datang menengokimu lagi!" kata Ciu Hong. Si baju merah diam saja. Sedangkan kedua lelaki tua yang berdiri di samping kereta segera memberi hormat kepada si baju merah. "Nona Ci. apa khabar? Nona kami sedang kurang enak badan, ia sedang istirahat." Si baju merah tersenyum. "Oh ya. kalau dia sedang sakit aku harus menjenguknya." kata si baju merah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua lelaki tua itu bingung, mereka tak tahu harus berbuat apa. Tetapi tiba-tiba kerei jendela kereta terbuka, tak lama pintu kereta pun terbuka juga dan seorang gadis sambil tersenyum keluar dari sana. Si baju merah tertawa. "Pwee Eng. maaf ya! Aku ini tamumu yang tak kau senangi, dan aku datang menemuimu sepagi ini!" kata si baju merah. "Maaf kedatanganku sangat mengganggumu!" Semua piauw-su baru tahu kalau nona di atas kereta mewah itu bernama Han Pwee Eng. "Kau jangan bicara begitu Kakak Ci. kau datang menemuiku itu sangat kuharap-harapkan. Hai angin apa yang telah membawamu ke mari?" kata Han Pwee Eng. Memang Beng Teng sudah menduga si nona baju merah itu Ci Giok Hian. Kiranya terkaannya itu tepat sekali. "Dari sikap mereka yang hangat dan lembut." pikir Beng Teng "mereka kelihatan seperti kakak beradik saja. Tetapi aku tak tahu dalam hati mereka mungkin terdapat ganjalan besar!" Ci Giok Hian tersenyum. "Siauw Hong gagal mengundangmu, maka itu aku sendiri yang datang menemuimu sekarang!" kata Ci Giok Hian. Han Pwee Eng menggelengkan kepala. "Apakah Siauw Hong tidak menyampaikan pesanku! Aku

sedang sakit sehingga tidak bisa menemuimu. itu sematamata agar aku tidak merepotkan kau." kata nona Han. "Jika kau sedang sakit justru harus ada famili yang merawatmu. Hubungan kita sudah bagaikan kakak beradik saja. Mengapa kau merasa tidak enak jika aku yang merawatmu?" kata Ci Giok Hian. Wajah Han Pwee Eng berubah kemerah-merahan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Dia terus mendesakku, lebih baik aku bicara terus terang kepadanya!" pikir Han Pwee Eng. Tetapi sebeium nona Han bicara ia sudah didahului oleh Ci Giok Hian "Sudah kau jangan membohongiku. Pwee Eng! Karena kau ingin buru-buru menikah sehingga kau melupakan aku Kakakmu! Iya kan?" kata Ci Giok Hian tegas. Chan It Hoan si kakek kurus menyela. "Jadi Nona Ci sudah tahu masalah ini. Kalau begitu kau tidak perlu menyalahkan Nona kami. Karena dari pihak lelaki telah memilih hari yang baik mereka akan segera menikah. Oleh sebab itu setelah Nona kami menikah, pasti ia akan berkunjung menemuimu di Pek-hoa-kok!" kata Chan It Hoan tegas dan tanpa tedeng aling-aling. Mendadak Ci Giok Hian tertawa nyaring. "Hm! Bukankah calon adik iparku itu bernama Kok Siauw Hong yang tinggal di Yang-cou? Jika benar dia. kau tak usah ke Yang-cou. sebab aku telah mengundang dia dan sekarang dia sudah ada di Pek-hoa-kok. Lebih baik kalian berdua menikah di sana saja." Sesudah bicara Ci Giok Hian tertawa lagi. "Untung kau bertemu denganku, kalau tidak, perjalanan kaiian akan sia-sia saja. Sungguh lucu jika mempelai perempuan yang akan menemui calon suaminya, tetapi ternyata kau tak menemui dia di sana!" kata Ci Giok Hian. Mendengar ucapan Ci Giok Hian kelihatan Han Pwee Eng terkejut. "Bagaimana ia bisa mengetahui dengan jelas masalah ini? Padahal kepandaian Kok Siauw Hong tidak rendah... Apakah dia telah dikalahkan oleh Ci Giok Hian?" pikir Han Pwee Eng yang jadi termangu sesaat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula Han Pwee Eng akan membohongi siapa nama calon

suaminya. Ci Giok Hian memang bersahabat dengannya. Tetapi ketika nona Han akan menikah, ia tidak memberitahu sahabatnya itu. Sungguh mengherankan bagaimana nona Ci malah sudah tahu semua apa yang akan ia lakukan. Mengapa Han Pwee Eng tidak mau memberitahu kawannya kalau ia sudah bertunangan dengan Kok Siauw Hong? Pasti ada sebabnya. Ketika itu Han Pwee Eng teringat pada perkenalannya pertama kali dengan Ci Giok Hian, yaitu empat tahun yang lalu. Ketika itu dia baru berumur 16 tahun. Suatu ketika ayah nona Han menyuruh dia mengantarkan sepucuk surat untuk teman ayahnya yang tinggal di Ci-lam. Di tengah perjalanan Han Pwee Eng menyaksikan kawanan perampok sedang merampok para pedagang. Nona Han menghunus pedangnya lalu bertarung dengan para perampok itu. Ini ia lakukan untuk menolong para pedagang dari gangguan para perampok itu. Pada waktu itu kepandaian Nona Han belum seperti sekarang. Ketika itu nona Han nyaris celaka. Untung Ci Giok Hian muncul karena kebetulan lewat di tempat itu. Dia membantu Han Pwee Eng, akhirnya mereka berdua berhasil mengalahkan para perampok itu. Ketika itu Ci Giok Hian sudah berumur 18 tahun, atau lebih tua dua tahun dari nona Han. Nona Ci lebih awal berkecimpung di Dunia Persilatan, maka tak heran kalau dia lebih berpengalaman. Setelah berbincang mereka merasa cocok satu sama lain. Tetapi karena Nona Han harus ke Ci-lam maka mereka pun berpisahan di tempat itu. Saat berpisah nona Han mengundang nona Ci untuk datang ke Lok-yang. permintaan nona Han itu oleh nona Ci disetujuinya. Setelah mengantarkan surat ke Ci-lam nona Han langsung pulang ke Lok-yang. Setiba di rumahnya ia menceritakan pengalamannya kepada ayahnya. Terutama tentang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertemuannya dengan Ci Giok Hian yang telah membantu dia mengalahkan para perampok sehingga mereka menjadi sahabat dengan nona Ci. Saat Han Tay Hiong telah selesai mendengar cerita puterinya itu. tampak dahi Han Tay Hiong berkerut-kerut, seolah ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Han Pwee Eng heran menyaksikan ayahnya seperti itu. "Ada apa Ayah? Apakah Ayah kurang senang aku bersahabat dengan orang Dunia Persilatan? Jangan salah duga kawanku itu kan seorang perempuan seperti aku. Tidak apaapa bukan?" kata nona Han. Han Tay Hiong diam sejenak tak menjawab.

Rupanya Han Pwee Eng sejak kecil telah dijodohkan dengan anak lelaki keluarga bermarga Kok di Yang-cou. Sehingga saat Han Pwee Eng diminta mengantarkan suratpun nona Han telah dipesan oleh ayahnya, dia tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang-orang Rimba Persilatan. Ayahnya hanya mengatakan dia diminta begitu agar kelak tak ada pergunjingan orang tentang keluarga mereka. Tak lama kemudian Han Tay Hiong menjawab pertanyaan puterinya tadi. "Ayah bukan tidak senang kau bergaul dengan siapapun." kata Han Tay Hong. "apalagi orang itu berilmu tinggi. Malah ayah gembira sekali. Tetapi ayah ingin tahu. apakah nona Ci itu tinggal di Pek-hoa-kok?" Nona Han Pwee Eng mengangguk. "Ayah benar. Bagaimana Ayah bisa mengetahui dia tinggal di sana? Kata dia pemandangan di sana sangat indah dan banyak bunga tumbuh di sana. Aku tak singgah di sana karena harus mengantarkan surat Ayah. Tetapi dia aku undang datang ke mari." kata Han Pwee Eng. Mendengar jawaban puterinya Han Tay Hiong sedikit terperanjat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa kau memberitahu pada dia bahwa kau telah bertunangan dengan keluaga Kok di Yang-cou?" tanya sang ayah. Wajah Han Pwee Eng berubah kemerah-merahan. "Ah Ayah! Aku baru berkenalan dengannya, mana mungkin aku memberitahu soal pertunanganku segala." kata Han Pwee Eng sambil menunduk. Mendengar jawaban puterinya Han Tay Hiong manggut-manggut. "Apa dia juga menanyakan kau mau apa ke Ci-lam?" tanya ayahnya lagi. Pwee Eng menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku cuma bilang bahwa aku ada urusan mau ke Cilam dan dia tidak bertanya apa-apa lagi. Ayah. Dia juga tidak cerewet kok!" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong tersenyum. "Bagus kalau kau tak bilang apa-apa. Ingat! Selanjutnya kau jangan singgung-singgung mengenai keluarga Kok dari Yang-cou pada siapapun!" pesan ayahnya. Mendengar pesan ayahnya itu Han Pwee Eng jadi tercengang, Ia tatap ayahnya sambil berkata. "Memang kenapa Ayah?" kata si nona. Han Tay Hong mengerutkan keningnya. Setelah diam sesaat ia berkata.

"keluarga Ci dan keluarga Kok punya masalah." kata Han tay Hiong. "Masalah apa Ayah?" tanya nona Han. "Pokoknya punya masalah." kata ayahnya ia tak mau memberitahu masalah apa. Han Pwee Eng tersenyum ia tak mau mendesak ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh begitu. Aku kira keluarga itu punya dendam, tak tahunya hanya punya masalah sedikit. Jika masalah itu kecil. aku tidak khawatir akan merepotkan." kata si nona. Wajah Han Tay Hiong kelihatan serius. "Sekalipun kedua keluarga itu tidak saling mendendam sampai saling bunuh, tetapi kau tetap tidak boleh memberitahu tentang hubungan kita dengan keluarga Kok." kata sang ayah. Ia tatap puterinya dalam-dalam. "Baik. Ayah!" kata Han Pwee Eng. Tiga bulan telah lewat sejak pertemuan antara nona Han dan nona Ci itu. Ci Giok Hian benar-benar datang ke Lok-yang. Seperti pesan ayahnya dalam bincang-bincang Han Pwee Eng tidak menyinggung-nyinggung soal pertunangan maupun hubungannya dengan orang she Kok dari Yang-cou. Kedua nona itu bergaul akrab sekali. Setiap hari mereka kelihatan bersama-sama berlatih ilmu silat. Keduanya kelihatan sangat cocok satu sama lain. Setiap malam mereka membuat syair atau puisi. Kiranya Ci Giok Hian seorang nona yang Bun-bu-coan-cay (Mengerti sastra dan ilmu silat juga). Setelah sebulan lamanya Ci Giok Hian berada di rumah Han Pwee Eng. ia pun pamit akan pulang ke Pek-hoa-kok. Sejak saat itu nona Ci tidak pernah datang-datang lagi ke rumah nona Han Pwee Eng. Tetapi sungguh di luar dugaan, ketika Han Pwee Eng akan berangkat ke Yang-cou karena akan menikah dengan calon suaminya yang marga Kok di sana. mendadak Ci Giok Hian muncul. Pada saat itu Ci Giok Hian sedang berdiri di depan Han Pwee Eng. Ia memaksa agar Han Pwee Eng mau datang ke lembah Pek-hoa-kok yang katanya untuk bertemu dengan calon suaminya Kok Siauw Hong. Dia juga bilang Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah ada di sana atas undangannya. Han Pwee Eng jadi

bingung, pergi atau jangan? ia bingung karena ia ingat pada pesan ayahnya. "Ayah bilang keluarga Kok dan Ci punya masalah. .. .Tetapi mengapa Ayah melarang aku menyebutkan nama calon suamiku kepada Ci Giok Hian? Sekalipun masalah yang dihadapi kedua keluarga bukan dendam kesumat, namun barangkali masalah itu sulit dijernihkan. Padahal Siauw Hong sudah akan menikah denganku, mana mungkin ia bersedia datang ke rumah Ci Giok Hian? Hanya satu yang mungkin terjadi, kecuali Kok Siauw Hong dipaksa oleh Ci Giok Hian karena Siauw Hong kalah olehnya. Sekarang Ci Giok Hian mengundangku, aku yakin ia bermaksud tidak baik...." pikir Han Pwee Eng. Han Pwee Eng terus berpikir sehingga alisnya berkerut. "Bila aku tidak mau ikut dengannya, pasti kami akan bertarung. Padahal hubunganku cukup baik dengannya. Seandainya dia berniat buruk, belum tentu ia akan mencelakai aku. Tetapi jika benar kata dia, aku harus menikah dengan Kok Siauw Hong di rumahnya. Bukankah Kok Siauw Hong akan kehilangan muka? Seandainya sampai orang tahu, tentu kami berdua akan menjadi bahan tertawaan." pikir Han Pwee Eng lagi dengan serius. Lama nona Han berpikir. "Kepandaian Kok Siauw Hong tidak rendah, tidak mungkin dia bisa dikalahkan dan dipaksa datang ke Pek-hoa-kok oleh Ci Giok Hian? Oh. entah benar atau tidak soal ini?" begitu nona Han berpikir terus. Melihat nona Han diam saja seolah sedang berpikir keras. Ci Giok Hian menatapnya dengan tidak sabar lagi. "Kau jangan curiga!" kata Ci Giok Hian sambil tersenyum, "Ingat Kok Siauw Hong sedang menunggumu di sana. Cepat ikut aku!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Ci Giok Hian maju, Ia cekal tangan nona Han lalu ia tarik menuju ke kereta mewah. Tarikan ini membuat Han Pwee Eng tak sempat berpikir lagi. "Tak peduli benar atau tidak, aku tidak mau ikut dengannya. Aku harus ke Yang-cou untuk menyelidiki masalah ini sampai semua jelas!" pikir Han Pwee Eng. Tiba-tiba Han Pwee Eng mengibaskan tangan bajunya agar ia bebas dari tarikan nona Ci. "Terima kasih atas maksud baikmu Kak Ci. tetapi aku tetap tidak ingin merepotkanmu." kata nona Han. Ketika itu wajah Han Pwee Eng tetap berseri-seri. hingga orang yang menyaksikan adegan itu mengira keduanya

sedang saling menolak dan memaksanya untuk pergi. Sebenarnya kedua nona itu sedang mengadu lwee-kang mereka. Ketika itu nona Han sedang mengenakan pakaian pengantin yang panjang. Saat dia mengibas tangannya tadi ia gunakan jari tangannya untuk menotok jalan darah di tetapak tangan Ci Giok Hian. Beng Teng berilmu cukup lumayan. tetapi ia tidak melihat hal itu terjadi, apalagi anak buahnya. Totokan yang diam-diam dilancarkan nona Han bernama "Lan Hoa Ciu Tiam Hoat". Ilmu totok ini merupakan ilmu simpanan keluarga Han yang sangat lihay. Ketika itu nona Han sedang sakit, jika ia sungguh-sungguh berkelahi dengan nona Ci. pasti ia tidak akan sanggup melawan nona Ci. Dengan terpaksa ia mengeluarkan ilmu totok itu. Nona Ci mencoba menangkis sambil tersenyum. "Adikku mengapa kau terlalu sungkan?" kata nona Ci

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat bersamaan Ci Giok Hian pun mengibaskan lengannya. Jari tangan nona Ci berbalik menotok jalan darah nona Han. Nona Han jadi terperanjat dan berpikir. "Kiranya kau tidak memandang hubungan kita yang baik." pikir nona Han. "sebaliknya kau desak aku demikian rupa. maka akupun tak akan sungkan-sungkan lagi kepadamu!" Ketika nona Han akan menggunakan ilmu Kin-na-chiu untuk menghadapi nona Ci, lawannya mendadak mengubah serangannya, ini di luar dugaan nona Han. tidak heran jika lengannya jadi tertotok dan seketika itu juga ia kesemutan. Lengan kanan nona Han telah terpegang erat oleh nona Ci. ia segera bersikap seolah jadi serba salah. Dia tersenyum sambil menggelengkan kepala, kemudian ia ikut saja saat diajak naik ke kereta oleh Ci Giok Hian. -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 4

Kejadian yang dialami nona Han tak diketahui oleh para piauw-su. Tetapi hal itu tak bisa mengelabui mata kedua lelaki tua para pengawal nona Han. Mereka tahu apa yang terjadi. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya kedua pengawal nona Han itu. Sekalipun mereka sadar mereka bukan tandingan nona Ci. tapi keduanya tetap menerjang maju hendak menolongi nona mereka. Sebelum sampai ke kereta, mereka melihat Ciu Hong sudah lama berdiri di sana. Nona Ciu tertawa cekikikan. "Nonaku hanya ingin mengundang Nonamu, kalian tak ikut diundang!" kata si nona nakal itu.

Saat itu baik nona Han maupun nona Ci sudah naik ke atas kereta mewah. Tetapi kerei jendela kereta belum ditutup. "Ciu Hong cepat minggir!" teriak nona Ci

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Ciu Hong segera menepi. Pada saat yang bersamaan tampak nona Ci mengibaskan tangannya ke luar jendela kereta. "Chan Toa-siok! Liok Toa-siok! Jika kalian berdua mau ikut sebenarnya aku sangat senang. Tetapi sebaiknya kalian tanyakan dulu pada Nonamu, boleh ikut atau tidak?!" kata nona Ci Giok Hian sambil tertawa. Ketika itu mereka sudah menerjang maju ke arah kereta, tiba-tiba mereka merasakan sambaran angin dahsyat ke arah mereka. Kedua lelaki tua itu berhenti karena tertahan oleh tenaga dahsyat itu. Tubuh mereka bergoyang-goyang. Mereka terdorong oleh tenaga yang sangat kuat. Mau tak mau mereka pun tak maju lagi. Tiba-tiba terdengar suara nona Han bicara. "Kakak Ci baik padaku, aku akan ikut dengan dia untuk beberapa hari ke rumahnya. Lebih baik kalian pulang saja tak usah ikut kami!" kata Han Pwee Eng. Rupanya nona Han terpaksa harus bilang begitu. "Ya!" kata kedua lelaki tua itu. Saat kereta itu mulai bergerak Beng Teng segera lari mengejarnya. "Nona Ci. biar bagaimana kau tak bisa pergi begitu saja!" kata Beng Teng mencoba menghalanginya. Nona Ci tertawa. "Ketua Beng kau jangan cemas! Tugas kalian melindungi Nona Han bisa dikatakan sudah cukup, biarlah aku yang akan menggantikan kalian melindunginya. Mengenai usaha kalian aku tak ingin merebutnya!" kata Ci Giok Hian dengan nyaring. Tiba-tiba ia mengayunkan tangannya. Kelihatan sebatang anak panah tangan meluncur keluar dari kereta. Tetapi anak panah itu tidak meluncur keras karena nona Ci tak menggunakan tenaga dalamnya saat ia melepaskannya. Beng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng lega hatinya, Ia tahu nona Ci tak hendak melukai dirinya. Buru-buru dia ulurkan tangannya untuk menyambut anak panah itu. Lalu anak panah itu ia perhatikan dengan seksama, ternyata ada tulisan huruf "Ci'nya "Silakan kau bawa anak panah itu untuk ditunjukkan

kepada Paman Han. Itu bisa untuk bukti, aku jamin Paman Han akan melunasi sisa bayarannya padamu!" Sesudah itu dia melirik ke arah nona Han. "Aku yakin Ayahmu itu bukan orang kikir, kan?" kata nona Ci. Nona Han tersenyum. "Sekalipun kami bukan orang yang kaya-raya. tetapi mengenai uang 1000 tail emas itu. Ayahku pasti akan melunasinya." kata Han Pwee Eng. Kemudian ia berteriak ke arah Beng Teng. "Cong-piauw-thauw terima kasih kalian telah mengantarkan aku sampai ribuan lie jauhnya. Kau boleh pulang dan temui ayahku seperti pesan Kakak Ci. Ayahku tidak akan menyalahkan kalian!" Beng Teng tak tahu benar tidaknya ucapan kedua nona itu. yang jelas keduanya telah memberi muka kepadanya. Karena tak mungkin menghalanginya lagi. ia biarkan kereta itu pergi. Ciu Hong menaiki kuda merah milik nona Ci. ia mengikuti kereta itu dari belakang. Kemudian ia melambai-lambaikan tangannya ke arah kedua lelaki tua itu. "Chan Toa-siok. Liok Toa-siok dan Cong-piauw-thauw. sampai bertemu lagi! Kami akan merawat dan melindungi Nona Han dengan baik. Beritahu pada Paman Han jangan khawatir!" kata nona Ciu. Sesudah kereta mewah itu pergi dan tak kelihatan lagi. kedua lelaki tua itu menemui Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cong-piauw-thauw. bolehkan kami meminjam dua ekor kudamu?" Beng Teng tertegun. "Jadi kalian tak mau pulang bersama kami?" kata dia. Chan It Hoan, si kurus menghela napas panjang. "Nona kami telah dirampas orang, bagaimana kami punya muka untuk menemui majikan kami?" kata Chan It Hoan lesu. Beng Teng mengerutkan dahinya. "Lalu apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Beng Teng. Chan It Hoan kelihatan sengit sekali. "Memang kami bukan tandingan Nona Ci. tapi dia tidak boleh membuat majikan kami kehilangan muka. Pepatah mengatakan. "Di luar langit masih ada langit, selain dia masih ada orang lain lagi yang lebih pandai". Sekalipun nona Ci itu lihay. belum tentu tidak ada orang yang mampu mengalahkannya. Lembah Pek-hoa-kok itu mirip sarang harimau, kami berdua telah sepakat akan ke sana!" kata Chan it Hoan dengan tegas. Beng Teng tahu maksud kata-kata Chan It Hoan. mereka

akan mengundang pesilat tinggi untuk pergi mencari nona Ci dan menolongi nona Han. Beng Teng manggut-manggut. "Kepandaian kami memang rendah." kata Beng Teng. "tetapi jika kalian tak keberatan, kami pun bersedia ikut kalian ke sana!" Liok Hong, si gemuk menyela. "Kami sangat berterima kasih pada maksud baik Congpiauwthauw. Terus terang saja. kalian tak bisa ikut campur dalam masalah kami ini. Tugas kalian sudah cukup sampai di sini. Majikan kami pun, aku yakin tidak akan menyalahkanmu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lebih baik kalian segera pulang saja ke Lok-yang!" kata Liok Hong. Diam-diam Beng Teng menghela napas panjang. "Mana aku masih punya muka menagih sisa pembayaran itu? Begitu sampai di Lok-yang. Houw Wie Piauw-kiok harus segera tutup pintu! Selanjutnya aku harus pergi bersembunyi dan hidup sebagai orang biasa." pikir Beng Teng. Setelah dipinjami dua ekor kuda kedua lelaki tua itu menaiki kuda pinjaman itu dan mereka langsung mengaburkan kuda itu dengan cepat. Tak lama kelihatan Chu Cu Kia berjalan dengan terpincangpincang. "Cong-piauw-thauw. kita....." Sebelum Chu Cu Kia selesai bicara. Beng Teng menggoyangkan tangannya. "Apa lagi yang harus kita bicarakan?" kata Beng Teng. "Simpan panji-panji kita. mari kita pulang!" Dikisahkan Han Pwee Eng yang dipaksa ikut dengan nona Ci. Di sepanjang jalan kelihatan ia sangat menyesal, ia juga dongkol dan penasaran sekali. Oleh sebab itu ia terus diam saja. Nona Ci malah tertawa-tawa. Dia rapikan rambut Han Pwee Eng yang acak-acakan. "Dik. kau marah padaku, ya?" kata nona Ci dengan lembut seperti dulu sebelum ada masalah. Nona Han menggelengkan kepalanya. "Aku tahu kau kesal karena aku bisa mematahkan serangan totokanmu itu. kan? Terus-terang ketika aku ada di rumahmu selama sebulan, aku sangat memperhatikan gerakan totokanmu itu! Tadi pada saat kau sedang lengah, aku baru berhasil mengalahkanmu. Tetapi jika kau sudah sembuh, belum tentu aku bisa mengalahkanmu. Aku harap saja kelak

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita tak akan bertarung lagi. Kita akan tetap menjadi kakakberadik yang baik. Sungguh aku tak berniat menghinamu. Aku berbuat begitu karena terpaksa. Sesampainya kau di rumahku kau akan paham." kata Ci Giok Hian. Nona Han sangat benci pada kelicikan nona Ci ini. maka segera ia pejamkan matanya, ia tak mau meladeninya. Nona Ci menatapnya sambil tersenyum. "Oh ya. kau sedang sakit, lebih baik kau istirahat saja!" kata nona Ci. Tiba-tiba dia mengibaskan lengan bajunya ke muka nona Han. Han Pwee Eng segera mencium bau harum yang sangat halus, dan ini membuat dia merasa nyaman sekali, tanpa terasa ia pun tertidur pulas. Entah sudah berapa lama ia tertidur di kereta itu. Ketika ia bangun, saat ia membuka matanya, sekarang ia sedang terbaring di sebuah tempat tidur yang indah. Kelihatan lilin merah besar menyala terang sekali dan tercium aroma dupa yang sangat harum. Ternyata dia sekarang berada di sebuah kamar yang mewah dan indah. Kini Han Pwee Eng merasa segar dan nyaman sekali. Akhir-akhir ini penyakit nona Han jadi bertambah parah, napasnya memburu dan hatinya berdebar-debar terus. Pada saat ia mengerahkan kekuatannya, ia heran sekali sekarang seolah tak ada masalah atas dirinya. Tentu saja ia jadi heran sekali. "Aku tertidur hanya sebentar, tapi tubuhku jadi nyaman sekali." pikir nona Han. Saat ia memperhatikan kamar itu. ia melihat sebuah cermin tembaga ada di situ. Ia langsung bercermin. dalam cermin segera terpeta wajahnya yang cantik. Dia tertegun sejenak, dia heran sekali. Wajahnya yang pucat-pasi sekarang jadi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segar dan cantik sekali. Tiba-tiba mata Han Pwee Eng terbelalak. "Apa saat aku tak sadar Kakak Ci telah mengobatiku?" pikir nona Han. Ia memperhatikan kamar yang indah itu. "Apakah ini kamar Kakak Ci. atau kamar lain khusus untuk aku? Aku kira dia baik padaku dan tak bermaksud jahat." pikir nona Han. Saat ia memperhatikan seluruh ruangan ia melihat sehelai kertas tergantung di dinding kamar. Kertas itu berisi syair demikian bunyinya : Kota terkenal berada di sebelah kanan.

Menunggang kuda ke arah Barat. Melewati musim semi puluhan lie. Menghabiskan masa muda begitu saja. Saat meninggalkan kuda lewat sungai. Sungai pun jadi kering dan jembatan pun lapuk. Senja telah dekat. angin dingin berhembus. Kota pun jadi kosong. Kanda Tu tampan dan gagah berani. Justru kini harus mengalami kejutan Mimpi indah di tauw-teng hijau. Sulit melupakan cinta yang dalam. Dua puluh empat jembatan tetap ada. Hati terus bergejolak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hutan dingin tak bersuara. Terkenang obat warna merah di tepi jembatan. Tahukah setiap tahun melahirkan untuk siapa? Setelah membaca syair itu Han Pwee Eng tertegun dan heran sekali. "Mengapa Kakak Ci sangat menyukai syair Kiang Pek Ciok ini? Dia menuliskan kembali syair itu dan dia gantungkan di kamar ini. apa agar aku membacanya?" pikir nona Han. Kiang Pek Ciok penyair yang hidup di zaman Lam Song (Song Selatan). Syair itu ditulis setelah terjadi peperangan di kota Yang-cou. Atau syair itu bisa dikatakan berlatar belakang peperangan tersebut. Hal ini yang mencengangkan nona Han. kebetutan Kok Siauw Hong tahir di kota Yang-cou. Sedang syair itu pun mengisahkan tentang percintaan. Karena itu hati nona Han jadi tergerak. Diam-diam ia berpikir. "Kakak Ci menggemari syair ini. apa mungkin Kakak Ci punya hubungan dengan Kakak Kok?" pikir nona Han. "Kata 'Kakak Tu' dalam syair itu siapa yang dimaksudkannya? Jika dimaksudkan Kakak Kok. tak masuk akal. Sekalipun Kakak Kok orang Yang-cou. namun syair itu bernada sedih. oleh Kakak Ci syair itu mungkin ditujukan kepadaku agar aku membacanya, sedangkan aku akan menikah dengan Kanda Kok. Meskipun aku tak merasa terganggu oleh syair itu tetapi cukup merusak suasana." pikir nona Han. Tampak nona Han bingung dan tak habis pikir, ia mencoba menghibur diri dan tertawa. "Mungkin sajak ini ditempatkan di sini dengan tak punya

maksud apa-apa. Tapi aku yang sok tahu menganggap diri

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pandai, dan menafsirkannya secara sembarangan tentang Kakak Ci." pikir nona Han. Cukup ]ama nona Han melamun sendirian di tepi tempat tidur. Tak seorang pun yang datang ke kamar itu. Dia sengaja batuk-batuk beberapa kali. tetapi tak ada jawaban, ia jadi jengkel sendiri. "Di mulutnya ia berkata manis, sekarang ia tak memperdulikan aku sendiri di sini! Apa ia pikir aku tak bisa mencari dia?" pikir nona Han. Nona Han ingat Ci Giok Hian mengatakan bahwa calon suaminya ada di sini. Jika ia ikut ia akan bertemu dengan calon suaminya itu. Sekarang dia sudah ada di sini. tetapi Kok Siauw Hong belum juga muncul menemuinya Sekarang nona Han jadi bingung sekali. Pada saat dia akan pergi mencari nona Ci dan akan menanyakan tentang Kok Siauw Hong. tibatiba ia batalkan niatnya itu. "Jika hal itu aku tanyakan kepadanya, ah aku ini kan seorang calon pengantin. Apa itu tak akan jadi buah tertawaan orang?" pikir si nona. Tapi jika ia duduk saja sambil melamun itu sangat menjengkelkan hatinya. "Entah jam berapa sekarang?" pikir si nona. Ia berdiri dan berjalan ke jendela, ia buka daun jendela, ia lihat rembulan di langit sana tampak bersinar terang. Di luar sana tampak sebuah taman bunga yang sangat luas. Tetapi di sana tak tampak ada orang. Han Pwee Eng berjalan ke arah pintu lalu keluar dari kamar itu menuju ke taman. Bukan main indahnya taman bunga itu. Beraneka warna bunga mekar, tetapi ia tak tahu apa namanama bunga itu. Di taman bunga itu terdapat gunung-gunungan dan tempat istirahat. Dia memuji keindahan taman bunga ttu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh indah tempat ini! Pantas Kakak Ci bilang lembah Pek-hoa-kok tak ada duanya di kolong langit ini! Tempat ini begini indah, apalagi tempat yang lainnya." pikir nona Han. Sekalipun taman itu indah tetapi sayang pada saat itu hati Han Pwee Eng sedang kacau, jadi keindahan taman itu tak mendapat perhatiannya.

Dia berjalan hilir-mudik sejenak "Sekarang lwee-kangku telah pulih, sedang tempat ini tidak dijaga. Lebih baik aku melarikan diri ke Yang-cou untuk menyelidiki masalah itu. Tapi aku belum bertemu dengan Kakak Ci. Pergi tanpa pamit rasanya kurang pantas." pikir nona Han. Dengan pikiran kusut ia terus melangkahkan kakinya sampai ia tiba di depan sebuah kolam yang ditanami bunga teratai. Kolam itu tertimpa oleh sinar rembulan dan kelihatan indah sekali. Ia berdiri di tepi kolam sambil melamun. Saat itu ketika nona Han sedang mengawasi air kolam. tiba-tiba tertera bayangan orang berpakaian putih berdiri di belakang dia. Orang itu sedang tersenyum. Nona Han tertegun wajahnya segera berubah. "Siapa kau?" bentak nona Han. Semula ia kira orang itu Kok Siauw Hong. tetapi sesudah melihatnya dengan tegas ternyata bukan Siauw Hong. Ia langsung membentak. Memang sejak kecil nona Han telah bertunangan dengan Kok Siauw Hong. ketika itu dia baru berumur tiga tahun. Ayah Kok Siauw Hong datang ke rumah nona Han dan tinggal beberapa hari di sana. Pada saat itu Kok Siauw Hong sudah berumur delapan tahun, lebih tua lima tahun dari nona Han. Ketika itu juga dia mendengar Kok Siauw Hong sudah berlatih ilmu Tong Cu Kang (Lwee-kang Jejaka). Kok Ju Sih sangat sayang pada Kok Siauw Hong. ke mana pun ia pergi ia selalu dibawa oleh ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong dan Kok Ju Sih dua sahabat kekal. kemudian mereka berdua sepakat akan menjodohkan anakanak mereka. Anak-anak mereka waktu itu masih kecil dan belum tahu apa-apa tetapi mereka tetap merencanakan pertunangan itu. Setelah Kok Ju Sih dan Kok Siauw Hong pulang. keluarga itu jarang berhubungan, karena jarak rumah mereka berjauhan sekali. Setelah sepuluh tahun Han Tay Hiong datang ke Yang-cou. Nona Han tidak diajak ke sana karena masih kecil. ditambah lagi ia seorang nona yang harus menjaga diri. Suatu hari pada saat Kok Siauw Hong datang untuk memberitahu khabar duka bahwa ayahnya telah meninggal. ketika itu nona Han sudah berumur 14 tahun. Bukan main berdukanya Han Tay Hiong. Pada saat bertemu Kok Siauw Hong itulah. Han Tay Hiong menceritakan tentang perjodohan pemuda itu dengan puterinya. Ketika itu Kok Siauw Hong memberi alasan, karena ia masih

muda dan sesuai tradisi bangsa Tionghoa ketika itu ia harus berkabung selama tiga tahun, baru bisa melangsungkan pernikahan. oleh sebab itu ia belum bersedia menikah dengan nona Han. Akhirnya mereka sepakat setelah selesai berkabung baru pernikahan itu akan dilangsungkan. Sungguh di luar dugaan di dalam negeri terjadi perang saudara, sehingga negara terbagi menjadi dua yaitu Song Utara dan Song Selatan. Dengan demikian Kok Siauw Hong tidak bisa menjemput calon isterinya dari Lok-yang. Ditambah lagi Han Tay Hiong pun mengalami kecelakaan sehingga ia menderita luka dalam. Sekalipun tak sampai parah dan kehilangan ilmu silatnya. tetapi Han Tay Hiong tak bisa mengantarkan puterinya ke Yang-cou. Akhirnya sampai Han Pwee Eng berumur 20 tahun, baru ia kirim puterinya itu untuk dinikahkan dengan Kok Siauw Hong di Yang-cou.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat pertama kali nona Han bertemu dengan Kok Siauw Hong. ketika itu calon suaminya memberitahukan tentang ayahnya telah meninggal. Han Pwee Eng tidak menemuinya karena malu. Tetapi ia masih sempat mengintai dari jauh dan bisa melihat calon suaminya itu. Saat itulah ia terkesan pada calon suaminya, sehingga hatinya berbunga-bunga karena calon suaminya itu cukup tampan hingga timbul rasa cintanya pada pemuda itu. Sedangkan pemuda yang bayangannya terpeta di empang itu jelas bukan calon suaminya. Kok Siauw Hong. Tetapi pemuda yang kini sedang dihadapinya itu sebaya dengan calon suaminya. Selain itu ia juga tampan dan gagah. Ketika mata mereka beradu Han Pwee Eng terkejut karena ia bukan calon suaminya. Pemuda yang berpakaian serba putih itu tersenyum kepadanya. "Nona Han jangan kaget. Giok Hian itu adikku. Aku kakaknya, namaku Giok Phang." kata pemuda itu sambil tersenyum manis. Nona Han sekarang ingat bahwa tempo hari Ci Giok Hian pernah memberitahu dia. bahwa dia punya seorang kakak lelaki oleh sebab itu sekarang hati nona Han jadi sedikit tenang, lalu ia menegur pemuda itu. "Sudah begini malam. kau mau apa ke mari?" tanya nona Han tanpa terasa. Sesudah menegur pemuda itu baru nona Han kaget. Sudah tentu Giok Phang boleh ke mana saja ia suka. karena rumah itu rumahnya. Tetapi teguran tadi sudah disampaikan tak bisa ditarik kembali. karena itu wajah nona Han pun jadi kemerahmerahan dan tersipu-sipu malu sekali. Untung Ci Giok Phang

tak mempermasalahkan hal itu. "rembulan malam ini indah sekali." kata Giok Phang suaranya datar, ia berkata sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika nona Han melihat senyuman pemuda itu tiba-tiba hatinya jadi berdebar-debar. "Ah aneh sekali dia ini. bukan menjawab pertanyaanku, malah ngelantur ke soal lain." pikir nona Han. "Ah entah apa maksud dia berkata begitu?" Ketika nona Han mengawasi pemuda itu. ia sedang tersenyum ke arahnya. "Tadi aku pikir bunga teratai pasti lebih indah kelihatannya jika dilihat di malam hari. Lalu aku ke mari ingin melihatnya. Tetapi aku mendengar ada suara wanita, aku kira Giok Hian. adikku. Tak tahunya kau Nona Han! Maaf. aku telah mengejutkanmu. Harap Nona Han tak marah kepadaku." Wajah Han Pwee Eng terasa panas, pasti berubah merah "Tidak apa-apa." jawab nona Han. "Tak kusangka Nona Han juga menyukai bunga teratai di malam hari. ya?" Kata Ci Giok Phang. Dari lagu suaranya nona Han tahu pemuda itu telah menganggap dia sebagai temannya saja. hal itu membuat nona Han jadi kesal. Tapi sekalipun pemuda itu bicara dengan sopan dan ramah sekali, namun si nona segan menegur lagi "Aku datang ke tempat ini karena iseng saja. sekarang aku akan kembali ke kamarku." kata nona Han. Nona Han berjalan menuju ke kamarnya sedang pemuda itu mengikutinya perlahan. "Kau belum pernah ke taman ini. sungguh senang berjalanjalan di sini. Oh ya, aku dengar kau sedang sakit, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah mendingan sekarang?" kata Ci Giok Phang ramah. "Itu cuma penyakit biasa." kata nona Han. "terima kasih atas perhatianmu. Sekarang aku merasa sudah baikan."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Phang tersenyum manis. "Kalau begitu syukurlah, adikku Giok Hian sangat mencemaskaumu. ia takut kau tak segera sembuh. Dia minta aku menemuimu. tetapi aku pikir pasti kau belum sehat benar" kata Giok Phang. Han Pwee Eng tertegun.

"Oh kiranya benar. Ci Giok Hian yang mengobaliku." pikir nona Han. "Tetapi mengapa dia tak segera menemui aku? Malah ia suruh kakaknya yang menemuiku. Sungguh keterlaluan!" Melihat nona Han tertegun Ci Giok Phang kembali tersenyum pada si nona. "Nona Han. aku dengar kau sudah hampir setahun menderita penyakit itu. benarkah? Siu Lo In Sat Kang (Pukulan Sesat Hawa Dingin) dari Chu Kiu Sek memang sangat lihay. oleh sebab itu penyakitmu itu tak bisa kau katakan penyakit biasa." kata Giok Phang. Han Pwee Eng terkejut mendengar kata-kata pemuda itu. "Oh. kiranya mereka sudah tahu aku menderita luka apa?" pikir nona Han. Chu Kiu Sek yang disebutkan pemuda itu adalah musuh besar ayahnya. Delapan tahun yang lalu. ketika Han Tay Hiong pulang dari rumah Kok Ju Sih di Yang-cou, di tengah jalan Han Tay Hiong bertemu dengan musuh besarnya itu. Ayahnya bertarung dan terluka dalam karena terserang oleh ilmu Siu Lo Im Sat Kang. Sepasang kaki ayahnya itu jadi agak lumpuh, tetapi masih bisa dipakai untuk berjalan hanya lambat. Mengenai kejadian ini sebenarnya tak diketahui oleh siapapun. Ketika itu tidak bisa mengelabui Han Pwee Eng, dia tahu kepandaian ayahnya telah lenyap. Ketika ayahnya baru pulang sang ayah tak memberi tahu nona Han. siapa musuh besarnya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa terasa tujuh tahun telah berlalu.... Selama tujuh tahun itulah Han Tay Hiong menggembleng puterinya ini dengan pelajaran ilmu silat tingkat tinggi. Sampai akhirnya Han Pwee Eng mahir dalam Ilmu Pedang Menusuk jalan Darah, ilmu ini sangat cepat dan ganas. Hanya dalam satu jurus ia mampu menusuk sebanyak tujuh jalan darah musuh. Ilmu pedang tersebut dinamakan Keng-sin Kiam-hoat (Ilmu Pedang Mengejutkan Dewa). Han Tay Hiong mengajarkan ilmu itu kepada puterinya karena ia takut tiba-tiba musuh besarnya itu akan muncul. Pada musim Semi tahun lalu. Chu Kiu Sek betul-betul muncul, Han Pwee Eng jadi merinding apabila ia ingat pertempuran waktu itu. Ketika itu Han Tay Hiong sedang duduk bersila di tanah dan Chu Kiu Sek masuk ke halaman rumah mereka dengan wajah bengis. Saat melihat Han Tay Hiong sedang duduk di tanah. Chu Kiu Sek langsung menyerang Han Tay Hiong. Han Pwee Eng ketika itu sedang di kamarnya ia seolah

merasakan kamarnya itu bergetar, ia juga merasakan hawa dingin luar biasa menerobos masuk ke dalam kamarnya, ia cemas bukan main, ia sangat mencemaskan keselamatan ayahnya. Lalu ia mengintai keluar lewat celah-celah jendela. Dia lihat ayahnya roboh ketika diserang. Saking cemasnya nona Han melompat keluar dari kamarnya lewat jendela dan langsung melancarkan serangan yang hebat ke arah Chu Kia Sek. Nona Han menyerang dengan sebilah pedang dan menggunakan jurus dari ilmu Pedang Mengejutkan Dewa itu. Pada saat yang bersamaan pula, ayah nona Han yang tadi roboh melancarkan serangan mendadak ke arah perut Chu Kiu Sek. Terkena serangan itu Chu Kia Sek menggeram, lalu melompat dan kabur. Dari kejauhan masih terdengar suara jeritannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong telah duduk kembali sambil menggelengkan kepala dan tersenyum getir. "Sayang, sungguh sayang sekali!" katanya. "Apa yang sayang. Ayah?" tanya nona Han. "Sayang serangan pedangmu hanya berhasil melukai tiga jalan darahnya, tetapi ditambah dengan sebuah pukulanku, cukup membuat dia terluka parah! Dalam waktu tiga tahun lwee-kangnya belum tentu bisa pulih. Hm! Delapan tahun yang lalu aku terkena oleh sebuah pukulannya. Kini bisa dikatakan aku telah membalasnya!" kata Han Tay Hiong. Han Pwee Eng tersenyum puas. "Sebenarnya Chu Kiu Sek tak memusuhi kaum muda, tetapi karena tadi kau telah menyerang dia dengan pedangmu, maka aku harap tiga tahun lagi kau harus siap-siaga pada pembalasannya, oleh karena itu, kau harus segera menikah tahun ini juga!" kata Han Tay Hiong. Memang dalam usia 20 tahun si nona sudah pantas menikah, tapi ucapan ayahnya tadi membuat ia jadi bertanya pada ayahnya. "Ayah. mengapa....." Han Tay Hiong langsung memotong kata-kata puterinya. "Coba perhatikan hawa murnimu! Bukankah di bagian dadamu terasa kurang nyaman?" kata ayahnya. Han Pwee Eng mengerahkan hawa murninya. Benar saja di bagian dadanya ia merasakan sakit. "Kau telah terserang hawa dingin Siu Lo Im Sat Kang si Iblis itu! Sekalipun lukanya tidak parah, tetapi jika tidak diobati pasti akan menyusahkanmu, keluarga suamimu memiliki ilmu Siauw-yang-sin-kang (Ilmu Tenaga Sakti Hawa Panas). Sekalipun ilmu itu tak bisa memecah ilmu tawan, tetapi

mampu mengobati lukamu. Setelah kau menikah kau minta

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada suamimu agar kau diajari ilmu itu. Aku yakin lukamu pasti akan sembuh kembali dan kalian berdua boleh bergabung. Tiga tahun kemudian jika si Iblis itu datang untuk menuntut balas, ilmu silatmu pasti sudah tinggi. Aku yakin kalian berdua akan mampu melawan si iblis itu!" kata Han Tay Hiong menjelaskan. Sungguh di luar dugaan sebelum nona Han sempat menikah dan belajar Siauw-yang-sin-kang, luka yang dideritanya malah sudah diobati oleh Ci Giok Hian. Hal itu membuat ia bingung dan berpikir keras. "Dia yang mengobatiku, tapi mengapa dilakukan dengan diam-diam tanpa setahuku? Apakah dia bawa aku ke mari hanya untuk mengobatiku? Dia bilang Kok Siauw Hong ada di sini. benarkah begitu? Atau itu hanya alasan saja supaya aku mau ke mari?" pikir Han Pwee Eng bingung bukan main. Dia ingin menanyakan hat itu kepada Ci Gtok Phang. tetapi tak berani karena merasa tak enak hati dan baru kenal. Akhirnya ia berdiri termangu. Ci Giok Pang menatap si nona sambil tersenyum. "Nona Han, izinkan aku memeriksa nadimu." kata Ci Giok Phang. Pemuda ini kakak Ci Giok Hian. Ketika pemuda itu ingin memeriksa penyakitnya, tentu saja ia tak keberatan. Tak lama ia ulurkan tangannya pada pemuda itu. Baru pertama kali nona Han bersentuhan tangan dengan seorang pria, sehinga ia merasakan sesuatu yang aneh dan wajahnya terasa hangat, mungkin telah berubah jadi merah. Setelah memeriksa nadi nona Han, tak lama pemuda itu melepaskan pegangannya. "Kuucapkan selamat kepadamu. Nona Han. Ternyata hawa dingin yang bersarang di tubuhmu telah bersih, pasti tak akan kambuh lagi." kata pemuda itu sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng tersenyum getir. "Oh ternyata kalian yang menyembuhkan penyakitku." kata nona Han. "Ketika aku tertidur pulas saat di kereta itu. Kakak Ci telah memberiku obat mujarab, ternyata sekarang aku telah sembuh? Terus terang Ayahku bilang sekalipun tidak parah tetapi penyakitku itu sulit diobati. Benar kan begitu?"

Ci Giok Phang tersenyum. "Karena kau yang menanyakan hal itu kepadaku, maka aku harus jujur menjawab pertanyaanmu itu. Tetapi itu tidak ada sangkut-paumya dengan jasa adikku mengobatimu. Untuk mengobati penyakitmu itu dia telah mengorbankan lweekangnya yang dipelajarinya selama tiga tahun." kata Giok Phang. Han Pwee Eng terperangah. "Oh. sebenarnya baru setahun ini aku menderita penyakit itu. Apa Kakak Ci bisa meramal kejadian yang akan datang?" kata nona Han. "Waktu adikku berkunjung ke rumahmu, dia telah menyiapkan diri untuk kejadian hari ini." sahut Ci Giok Phang. "Ketika itu ayahmu terluka oleh Siu-to-im-sat-kang sehingga sepasang kakinya lumpuh. iya kan?" Han Pwee Eng mengangguk. "Benar." kata dia. Nona Han termenung sejenak. "Kiranya Kakak Ci tahu luka Ayahku." pikir dia. "Adikku sadar Iblis itu tak begitu mudah untuk melepaskan ayahmu, cepat atau lambat ia akan menuntut batas. Pikir adikku seandainya bukan kau yang terluka parah, dia akan mengobati ayahmu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar keterangan itu nona Han terharu sekali, ternyata Ci Giok Hian sangat memperhatikan dia dan ayahnya. "Tak kukira begitu kejadiannya, sungguh menyesal aku telah menyusahkan Kanda Ci!" kata nona Han. Wajah Giok Phang tiba-tiba berubah merah. Hal ini pun membuat Han Pwee Eng tercengang. "Heran mengapa tiba-tiba wajahnya kemerah-merahan." pikir nona Han. Ci Giok Phang lalu berkata. "Sepulang adikku dari rumahmu, dia langsung pergi ke Gobisan mencari Bu Siang Sin-nie. Ia memohon agar diajari Ilmu Tusuk Jarum Memunahkan Racun. Bu Siang Sin-nie mengabulkan permintaannya. Selama setahun ia belajar di sana." Ci Giok Phang berhenti sejenak, kemudian ia melanjutkan kata-katanya. "Sebenarnya Ilmu Tusuk Jarum itu tak mampu menyembuhkan penyakitmu itu. Untung kami tinggal di Pek-hoa-kok..." Han Pwee Eng tercengang. "Tempat ini memang indah lalu apa hubungannya dengan penyakitku?" tanya nona Han. "Terus terang secara turun-temurun keluarga kami sudah

menempati lembah ini hampir seratus tahun lamanya." kata Ci Giok Phang. "Lalu kenapa?" desak nona Han. "Moyang kami sangat menyukai berbagai bunga yang langka dan terkenal." kata Ci Giok Phang. "semula tempat ini hanya lembah liar belaka. Kemudian moyang kami mencari dan mengumpulkan berbagai bunga, lalu mereka tanam di tempat ini. Tak heran kemudian lembah ini jadi bernama Pekhoakok...." Han Pwee Eng tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Moyangmu yang menanami bunga sedangkan anak cucunya yang menikmati keindahannya. lalu apa hubungannya dengan penyakitku?" kata nona Han. "Tentu saja ada hubungannya!" kata Giok Phang. "Di lembah ini terdapat bermacam-macam bunga dan rumput obat di antaranya ada yang berkhasiat untuk mengusir hawa dmgin dalam tubuh manusia. Salah satunya pohon bunga yang hanya berbunga 60 tahun sekali! Nona Han. ini mungkin satu keberuntungan bagimu. Tahun lalu pohon itu berbunga. Adikku lalu mencampur bunga itu dengan arak dan arak itu dinamai Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu (Arak Seratus Bunga Berhawa Panas)" Setelah berkata begitu Giok Phang tersenyum. Kemudian pemuda ini melanjutkan. "Semalam pada saat kau tertidur pulas. diam-diam adikku memberimu arak obat tersebut. Setelah itu baru ia menggunakan ilmu tusuk jarum untuk memunahkan racun yang ada dalam tubuhmu. Tetapi adikku khawatir Iweekangmu belum pulih. Maka itu ia menyuruhku menggunakan Siauw-yang-sin-kang untuk melancarkan jalan darahmu agar bisa cepat sembuh!" kata Giok Phang sambil tersenyum. Mendengar keterangan tersebut wajah Han Pwee Eng tampak kemerah-merahan. "Rupanya dia mahir ilmu Siauw-yang-sin-kang.. Eh. jika dia gunakan ilmu itu untuk melancarkan jalan darahku, bukankah dia telah... aaah pasti dia telah meraba tubuhku." pikir nona Han jadi bertambah jengah. Ci Giok Phang sadar apa yang membuat wajah nona itu berubah merah dan apa yang sedang dipikirkan oleh nona itu. hal ini membuat ia jadi kikuk bukan main. "Terus terang baru tahun yang lalu aku belajar Siauw-yangsinkang. Aku dan Kok Siauw Hong saling tukar-menukar ilmu silat. Dia mengajari aku Ilmu Siauw-yang-sin-kang, sedangkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kami mengajari dia ilmu silat andalan keluarga kami. Untuk menyembuhkan penyakitmu itu. semuanya harus lengkap. Yaitu menggunakan Ilmu Tusuk Jarum dari Go-bi-pay, arak obat Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu dan Siauw-yang-sinkang. Maka itu penyakitmu bisa segera sembuh dan tidak butuh waktu dua tahun...Maaf Nona Han. kau harus memaafkan kelancanganku ttu!" kata Ci Giok Phang. Wajah Han Pwee Eng berubah merah. Dia tak bisa menyalahkan pemuda itu yang ingin menyembuhkan penyakitnya. Namun, cerita pemuda itu menambah lain kecurigaan yang ada di otak nona ini. "Giok Hian bilang Kok Siauw Hong ada di sini." pikir nona Han. "dalam hal menguasai Siauw-yang-sin-kang rasanya Kok Siauw Hong lebih mahir dari Giok Phang. Tetapi kenapa Ci Giok Hian justru menyuruh kakaknya yang mengobatiku? Ayah pernah bilang di antara keluarga Ci dan Kok terdapat masalah. Tetapi atas dasar keterangan pemuda ini, mereka justru bersahabat baik? Aneh sekali?" Saat nona Han sedang kebingungan, Ci Giok Phang berkata lagi. "Ternyata Nona Han bisa sembuh dengan cepat, kami kakak beradik sangat girang sekali, ini suatu bukti bahwa obat Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu memang sangat berkhasiat. Adikku hendak mengutus orang mengantarkan arak obat tersebut untuk ayahmu. Dengan lwee-kang yang ayahmu miliki. tanpa tusuk jarum memunahkan racun pun ayahmu pasti akan sembuh." kata Ci Giok Phang. Mendengar kata-kata pemuda itu Han Pwee Eng terharu atas kebaikan keluarga Ci ini. "Budi Kak Ci sangat besar, entah bagaimana aku membalasnya." kata nona Han. "Oh ya di mana Kakak Ci sekarang? Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya." kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak perlu tergesa-gesa, Nona Han!" kata Ci Giok Phang. "Sesudah kau paham benar masalahnya, baru kau boleh menemui adikku itu." Han Pwee Eng tertegun. "Dia ingin aku memahami masalah apa?" pikir nona Han. "Benar aku jadi bingung." kata nona Han. "Kakak Ci ingin

mengobatiku, mengapa ia harus mengelabui aku?" Ci Giok Phang tersenyum. "Jika sebelumnya ia memberitahu lebih dulu. ia khawatir kau tak bersedia menerima uluran tangannya untuk diobatinya!" kata Giok Phang. Han Pwee Eng jadi bertambah curiga. "Jadi dia ingin agar aku membalas budi kebaikannya itu?" pikir nona Han. Saat nona Han sedang berpikir Ci Giok Phang telah bicara lagi dengan hati-hati. "Adikku ingin meminta sesuatu kepadamu." kata pemuda itu sambil tersenyum. "Tetapi aku pun tidak tahu apakah Nona Han bersedia atau tidak mengabulkannya? Tetapi aku harap Nona Han tidak salah paham. Adikku tidak berharap kau membalas budinya itu. Seandainya Nona Han tak bersedia mengabulkan permintaannya itu. dia juga tidak berani memaksa!" Sekalipun Ci Giok Phang berkata begitu, mereka telah menyembuhkan nona Han. Sesudah itu ia baru mengatakan masalah itu pada si nona, jelas ini sudah mereka rencanakan lebih dahulu, begitu yang ada dalam pikiran nona Han. Sejak tadi Han Pwee Eng memperhatikan mimik wajah Ci Giok Phang dengan serius. Walau pemuda itu tersenyumsenyum, tapi kelihatan ia seolah tak enak hati untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membicarakan permintaan adiknya itu. Selang sesaat nona Han bicara sebelum pemuda itu membuka mulutnya lagi. "Aku dan Kakakmu bersahabat bahkan seperti kakak beradik saja." kata nona Han. "Ditambah lagi dia juga telah mengobatiku hingga sembuh. Jika dia mendapat kesulitan. bagaimana aku bisa tinggal diam? Jika aku bisa membantu dia, sekalipun harus menerjang lautan api. aku tak akan menolaknya!" "Sesungguhnya....kau tak perlu menerjang lautan api. tetapi....Entah Nona Han bersedia atau tidak?" kata Ci Giok Phang dengan suara terbata-bata dan ragu-ragu. Nona Han menatap pemuda itu, lalu katanya. "Katakan saja!" kata Han Pwee Eng. "Ketika adikku mengundangmu ke mari. apa kau ingat adikku pernah bilang apa?" kata Ci Giok Phang. Han Pwee Eng tersentak dan ia ingat perkataan ayahnya. "Oh celaka! Seandainya dia ingin memperalat aku untuk membalas dendam pada Kanda Kok. wah celaka aku! Pasti sulit bagiku mengabulkannya." pikir nona Han. Ci Giok Phang menatap nona itu sehingga Pwee Eng jadi

menundukkan wajahnya dalam-daiam, dengan tersipu-sipu ia menyahut. "Kakak Ci bilang bahwa Kok Siauw Hong ada di sini..... dia berjanji akan mempertemukan kami di sini. Entah....Entah...." Ci Giok Phang tersenyum. "Sekarang kau ingin bertemu dengan Siauw Hong?" kata pemuda itu. Han Pwee Eng mengangguk pipinya langsung merah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang Siauw Hong ada di sini." kata Ci Giok Phang dengan tenang. "Tetapi sekarang dia tidak leluasa untuk menemuimu!" "Mengapa?" tanya nona Han keheranan. Setelah berkata begitu nona Han berpikir. "Ah pasti mereka telah menahan Siauw Hong di sini!" pikir si nona. Ditanya begitu Giok Phang tidak menyahut, tapi malah ia bertanya. "Bukankah sudah lama kalian tidak saling bertemu?" kata Giok Phang. Han Pwee Eng sadar pasti telah terjadi sesuatu. Tapi karena ini menyangkut masa depannya, tak heran ia jadi agak malu-malu. "Benar." jawab si nona. "sudah enam tahun kami tidak saling bertemu. Tapi kenapa?" "Kalian berdua telah ditunangkan sejak kalian masih kecilkecil. ketika bertunangan kau pun baru berumur tiga tahun, bukan?" kata Ci Giok Phang. Han Pwee Eng mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu mengatakan soal itu?" kata si nona Pemuda itu tersenyum "Tak bermaksud apa-apa. kalian ditunangkan sejak masih kecil ditambah lagi rumah kalian pun sangat berjauhan jaraknya, kalian juga jarang berhubungan satu sama lain. Nona Han. pernahkah kau berpikir tentang pertunangan yang aneh itu.. .?" kata Giok Phang. Tak sadar nona Han mulai gusar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masalah pertunangan itu atas persetujuan kedua belah pihak, orang tuaku dan orang tuanya, cocok atau tidak mengapa kau usil? Jangan ikut campur!" kata Han Pwee Eng.

Pemuda itu sedikit gugup dimaki begitu. "Aku dengar kau pergi ke Yang-cou akan menikah, tapi tahukah kau Kok Siauw Hong tidak ada di sana? Sebaliknya justru dia ada di sini. Dia tak menyiapkan persiapan perkawinan. Apa kau tak merasa aneh? Apa kau tak ingin tahu sebab-musababnya? Memang aku tak berhak mencampuri urusan pertunanganmu itu. Tetapi bagaimana pun itu ada hubungannya dengan adikku! Aku sebagai kakak Ci Giok Hian. mau tidak mau harus ikut campur!" kata Giok Phang. Nona Han kaget dan tersentak. "Ah dia muiai bicara terang-terangan, baik! Aku juga harus bertanya dengan jeias kepadanya!" pikir nona Han. Dengan menahan marah nona Han berkata lagi "Adikmu bilang dia mengundangku ke mari untuk mempertemukan aku dengan Siauw Hong. Mengapa setelah aku ada di sini aku tidak boleh menemuinya? Sebenarnya Siauw Hong ada di sini atau tidak?" kata nona Han agak kasar. Giok Phang tersenyum. "Kau kira adikku pembohong? Lihat ini!" dia menyerahkan sebuah perhiasan dari batu kumala pada nona Han. Kemudian Giok Phang melanjutkan kata-katanya. "Saudara Siauw Hong mengembalikan barang ini kepadamu, terimalah!" katanya. Benda itu benar milik keluarga Han Pwee Eng sebagai tanda pertunangannya dengan Siauw Hong. Bukan main kagetnya Han Pwee Eng meiihat benda itu. "Apa maksudnya ini?" kata nona Han tekejut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau jangan kaget dan berduka. Jodoh memang sudah ditakdirkan oleh Thian (Tuhan), orang tak bisa memaksanya." kata Giok Phang dengan tenang. Han Pwee Eng mengerutkan dahinya. "Katakan dengan jujur, apakah ia ingin membatalkan pernikahan itu?" kata nona Han. "Enam tahun itu bisa dikatakan lama tapi juga tidak, dikatakan singkat tetapi lama juga." kata Giok Phang mulai bicara lagi. "Selama enam tahun, apapun bisa terjadi sulit untuk diduga. Rupanya Kok Siauw Hong dan Ci Giok Hian saling mencintai, kejadian ini di luar dugaan mereka." Han Pwee Eng tercengang. seolah ia tak percaya pada apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Seperti orang linglung ia bertanya pada Giok Phang. "Apa kau bilang?" kata nona Han. Pemuda itu menghela napas panjang. "Adikku tidak bermaksud melukai hatimu, tapi mau bilang apa? Empat tahun yang lalu. sebelum adikku kenal denganmu,

dia dan Kok Siauw Hong telah berikrar akan hidup bersama untuk selama-lamanya." kata Giok Phang. Kabut yang selama ini menutupi pikiran nona Han telah buyar dan terkuak lebar. Teka-teki itu sekarang telah terbuka, semuanya sudah jelas. Tenyata Ci Giok Hian menculik dia ke lembah Pek-hoa-kok. karena masalah ini. Diam-diam Giok Hian mengobati penyakit Pwee Eng. dengan maksud agar Pwee Eng mau membalas budinya itu. dan bersedia melepaskan calon suaminya Kok Siauw Hong kepadanya. Wajah Han Pwee Eng telah berubah menjadi kehijauhijauan karena menahan marah. Sedangkan pemuda itu jadi kikuk dan serba salah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu ini sangat keterlaluan." kata Giok Phang. "dan ini menyusahkan orang! Namun, nasi telah jadi bubur, mereka berdua tak mau berpisah. Sebaiknya kau berpikir dengan kepala dingin, karena perjodohanmu itu atas persetujuan keluarga kalian berdua...." Dengan sengit Han Pwee Eng membentak. "Segera kau pergi temui mereka, suruh mereka menemuiku!" kata Pwee Eng. Giok Phang tersenyum. "Sabar Nona Han. Setelah emosimu reda baru kau boleh menemui mereka!" bujuk Ci Giok Phang dengan sabar. Seketika geram, malu, benci dan kesal maupun dongkol telah bercampur aduk dalam diri Han Pwee Eng. Tak lama ia pun berdiri dan langsung pergi. Giok Phang mengejar nona itu. "Nona Han sabar, sesuatu seharusnya bisa dibicarakan dengan baik-baik!" katanya sabar Han Pwee Eng tertawa dingin. "Mau bicara baik-baik apa? Jika itu yang diinginkan oleh adikmu, baik aku akan membuat dia puas!" kata nona Han sengit. Selesai bicara nona Han mengayunkan tangannya ke arah Ci Giok Phang. seketika itu meluncur sebuah benda bercahaya terang menyambar ke arah Giok Phang. Pemuda itu tertawa getir sambil menggeleng-geltengkan kepala. "Eh! Kok aku yang kau salahkan?" kata dia. Sambitan benda yang mengarah kepadanya dengan cepat disambut, ternyata itu sebuah mutiara putih gemerlapan. "Barang itu milik Kok Siauw Hong. serahkan pada adikmu, sekarang benda itu harus menjadi miliknya!" kata nona Han. Kiranya mutiara itu tanda pertunangan antara Kok Siauw Hong dan nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Phang tertegun. "Nona Han.. " Tetapi nona Han sudah pergi jauh, ia lihat nona itu sudah melompati tembok pekarangan. Pemuda itu menghela napas panjang. "Pasti dia sangat berduka.. " pikir Ci Giok Phang. Ci Giok Phang bingung ia akan mengejar nona itu, tetapi sudah jauh. Entah itu salah siapa? Yang jelas kedua orang tua mereka yang bersalah telah menjodohkan anak-anak mereka, padahal saat itu anak mereka masih kecil dan belum tahu apaapa. Seandainya Ci Giok Phang bisa menyusul nona Han pun. lalu ia bisa apa? Menghibur atau memberinya penjelasan. Ah tak mungkin malah barangkali hanya akan menambah keruh suasana saja. Pemuda ini berdiri termangu-mangu. Sepasang matanya masih terus mengawasi ke arah lenyapnya nona Han yang elok itu. Nona Han terus berlari ia tinggalkan lembah yang membuat ia berduka. Sekalipun indah sama sekali tak diperhatikannya. Tiupan angin malam yang dingin membuat dia tersentak. "Bohong! Aku tak bisa mempercayai kata-kata kakak beradik itu!" pikir nona Han. Saat ia sedang gusar tak habis pikir. Ci Giok Hian yang ia anggap sebagai kakaknya itu, malah telah mengatur rencana untuk merebut calon suaminya. Sebuah rencana yang paling busuk, ia juga benci pada Kok Siauw Hong yang telah membohonginya, agar datang ke Yang-cou untuk melangsungkan pernikahan mereka. Dengan demikian ia harus menerima hinaan yang luar biasa itu. Semula ia ingin mencari mereka untuk dicaci-maki. Tapi apa gunanya? Karena jika benar mereka saling mencintai, itu akan menambah sakit hatinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menahan air matanya agar tidak jatuh, ia ingin segera meninggalkan lembah yang membawa petaka baginya itu. mudah-mudahan mimpi buruknya itu akan segera lenyap. "Aku bersumpah tak ingin bertemu lagi dengan mereka!" pikir nona Han. Tetapi hatinya sedikit tak rela bagaimana begitu mudahnya Ci Giok Hian merebut calon suaminya? Dan bagaimana ia bisa begitu saja melupakan penghinaan itu? Selain itu bayangan

Kok Siauw Hong selalu muncui di pelupuk matanya. Apa ia mencintai pria itu? Dia sendiri tidak tahu. karena saat ditunangkan mereka berdua masih sangat kecil dan tak pernah bertemu walau hanya sekali saja. Enam tahun yang lalu nona Han hanya sempat melihatnya sebentar. Itu pun dari jauh. Saat sedang melamun tiba-tiba nona Han tersentak. "Siapa tahu Ci Giok Hian membohongiku? Kata Ayahku kedua keluarga itu punya masalah, siapa tahu dengan cara licik dan rendah Ci Giok Hian membalas dendam pada Kok Siauw Hong. Biar bagaimana aku harus menyelidikinya dengan jelas!" pikir nona Han. Setelah itu hati nona Han agak tenang, ia mengambil keputusan akan pergi ke Yang-cou seorang diri untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya.... -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 5

Selang dua hari di kota Yang-cou kedatangan seorang wanita cantik, dia adalah Han Pwee Eng. Memang semula Han Pwee Eng datang ke kota ini sebagai calon pengantin. Tetapi Setelah terjadi suatu kejadian yang di luar dugaan itu, maka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pernikahannya dengan Kok Siauw Hong tertunda entah untuk berapa lama? Dengan mudah nona Han bisa menemukan rumah keluarga Kok Siauw Hong. Rumah mereka dia ketahui dari ayahnya, bahwa mereka menempati sebuah gedung tua yang sangat terkenal. Rumah itu ada di jalan Tek-see. Sebelum menuju ke rumah keluarga Kok. Han Pwee Eng singgah dulu di sebuah rumah makan untuk makan. Sesudah makan baru ia bertanya-tanya mencari gedung keluarga Kok itu. Karena hampir semua penduduk kota Yang-cou tahu gedung itu jadi tidak sulit ia mencarinya. Ketika nona Han tiba di depan pintu gedung itu. ternyata pintunya tertutup rapat. Di sisi kiri dan kanan pintu gedung itu terdapat sepasang singa-singaan yang terbuat dari batu keras. Ketika diperhatikan oleh nona Han. ternyata pintu gedung itu sudah penuh dengan sarang laba-laba. jelas sudah itu menunjukkan bahwa keluarga Kok dalam waktu dekat tidak akan mengadakan pesta apapun, apalagi pesta pernikahan. Setelah menyaksikan keadaan rumah itu kening nona Han berkerut. "Jika di tengah jalan tak ada halangan. besok adalah hari pernikahanku dengan Kok Siauw Hong. Seharusnya gedung ini sudah dihias rapih. Tetapi entah mengapa sama sekali tak ada

tanda-tandanya mereka akan mengadakan pesta perkawinan? Kalau begitu memang benar Kok Siauw Hong tak bersedia menikah denganku?" pikir nona Han. Sebagai seorang gadis balikan seorang calon pengantin ia anggap sungguh tak pantas untuk mencari keterangan, apakah benar atau tidak keluarga Kok akan mengadakan perkawinan. Pintu rumah itu tertutup rapat, ia tak pantas masuk ke dalam rumah itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika tak ada niat mengadakan pernikahan di keluarga Kok ini, dan aku datang mencari calon suamiku, lalu apa kata orang nanti?" pikir Han Pwee Eng. Dia berdiri sejenak di depan pintu, kemudian berjalan menjauhi rumah itu sambil berpikir. "Nanti malam aku akan ke mari lagi untuk menyelidiki sampai jelas, apa sebenarnya yang terjadi? Jika Kok Siauw Hong tidak ada di rumah, apakah boleh aku menemui ibunya?" pikir nona Han. Dari ayahnya nona Han pernah mendengar bahwa ibu Kok Siauw Hong seorang Rimba Persilatan, tentu tak ada halangan ia menemuinya. "Malam ini diam-diam aku akan ke sana. jika ketahuan oleh ibunya, akan kujelaskan semuanya. Aku yakin ibunya tak akan menyalahkan aku." pikir nona Han. Pada hari itu ia mencari dan bermalam di sebuah penginapan dan membayar uang sewanya untuk satu malam saja. Tepat pada tengah malam ia segera mengenakan pakaian ya-heng-sut (pakaian untuk berjalan malam bagi kaum Rimba Persilatan). lalu ia berjalan menuju ke rumah keluarga Kok. Malam itu di tangit tak kelihatan bulan dan bintang pun tak muncul. Keadaan jalan raya dalam keadaan gelap dan hanya satu dua rumah terlihat ada penerangannya. Sesampai di depan gedung keluarga Kok. ia lihat gedung itu gelap tak kelihatan orang yang belum tidur. "Sebenarnya di gedung itu ada orang atau tidak?" pikir nona Han Pwee Eng bingung. Tiba-tiba ia melompati tembok pekarangan, tak lama ia sudah ada di halaman rumah itu. Dia lihat dari sebuah kamar masih kelihatan ada sinar terang, tandanya ada orang yang belum tidur. Buru-buru nona Han bersembunyi di balik

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gunung-gunungan batu. Ia mengintai ke dalam kamar itu lewat sebuah kisi-kisi jendela. Di dalam kamar itu kelihatan sesosok wanita sedang berjalan hilir-mudik dan kelihatan tidak tenang. Begitu melihat bentuk dari bayangan wanita itu Han Pwee Eng berpikir. "Pasti wanita itu ibu Kok Siauw Hong! Tengah malam begini dia belum tidur, jangan-jangan dia seperti aku sedang bingung menghadapi berbagai masalah? Kening ibunya tampak berkerut. Jika aku menemuinya, apa yang harus kukatakan padanya?" pikir nona Han Pwee Eng. Sebenarnya saat yang baik dan tepat baginya untuk menemui calon mertuanya, karena di sana hanya ada wanita tua itu saja. Dia bisa mencurahkan isi hatinya dan semua kesulitannya pada wanita ini. Tapi nona Han merasa malu. Seandainya dia bertemu bolehkah dia memanggil "Ibu Mertua" pada wanita itu? Padahal dia baru calon menantu, belum tentu ia jadi isteri anaknya. Bagaimana jika benar pernikahan mereka batal? Bukankah malah akan malu sendiri. apalagi jika ia berani menanyakan di mana Kok Siauw Hong berada. Dia pasti akan disebut wanita yang tebal muka. Ia jadi bingung sendiri. Saat itu nona Han benar-benar serba salah. Saat dia sedang kebingungan dari dalam kamar nyonya itu berseru. "Siapa di luar?" bentak nyonya itu. Nona Han Pwee Eng terkejut bukan main. ia mengira wanita di dalam kamar itu sudah mengetahui keberadaannya di situ. Saat ia akan menjawab teguran itu. tiba-tiba muncul sesosok bayangan hitam tak jauh dari gunung-gunungan tempat nona Han bersembunyi. Nona Han sekarang sadar kiranya di tempat itu ada orang lain. sehingga ia tambah terkejut Orang itu ternyata seorang lelaki yang sudah tua, usianya sekitar 60 tahun. Barangkali ia tak mengetahui nona Han ada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di situ. Lelaki tua itu langsung berjalan menuju ke kamar sambil tertawa terbahak-bahak. "Sam-moay (Adik perempuan ketiga) apa kau sudah tak mengenali Lo-kokomu tagi?" kata si orang tua. Tawa orang tua itu agak kurang wajar. Tak lama pintu kamar itu terbuka dan Kok Hu-jin (Nyonya Kok) berdiri tegak di depan kamarnya, sedang wajahnya tak sedap dipandang. "Jen Thian Ngo!" tegur wanita itu. "Mau apa kau ke mari?" "Aku ke mari untuk menjengukmu. Sam-moay." sahut orang yang dipanggil Jen Thian Ngo itu. "Bukankah kita kakak

beradik, malah sudah 30 tahun tidak saling bertemu. Apa tak boleh aku menjengukmu?" Kok Hu-jin tertawa dingin. "Terima kasih! Tetapi aku belum mati. kenapa kau sudah datang? Ketika aku menikah dengan Kok Ju Sih. kau bilang kecuali aku sudah mati. baru kau akan datang untuk menguburkan mayatku. Pasti kau masih ingat pada katakatamu itu. bukan?" kata Kok Hu-jin. Jen Thian Ngo kelihatan tak enak hati mendengar teguran yang pedas itu. "Ketika itu memang benar aku tidak setuju kau menikah dengan Kok Ju Sih. Sekarang dia telah meninggal, jadi kau tetap adikku! Waktu itu kita cekcok mutut. kau masih terus mengingat-ingat masalah itu dalam hatimu! kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin menatap lelaki tua itu dengan dingin. "Kau boleh lupa tetapi aku tetap mengingatnya! Waktu itu kau bilang aku telah membuat keluarga Jen kehilangan muka. Kau juga bilang sesudah aku menjadi menantu keluarga Kok. maka aku tidak bisa lagi menjadi keluarga Jen. Kaulah yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengusirku dari rumah, sekarang kenapa kau ke mari dan memanggilku adik?" kata Kok Hu-jin Jen Thian Ngo menghela napas panjang. "Ah! Kau menerima siksaan batin selama tiga puluh tahun, tidak heran kalau kau begitu gusar sekali! Baik sekarang kemarahanmu sudah reda belum? Kakak dan adik tetap kakak-beradik. dulu kata-kataku memang keterlaluan. sekarang aku ke mari untuk minta maaf. boleh kan?" kata Jen Thian Ngo. Mendengar pembicaraan itu nona Han kaget. Dia baru tahu kalau dua saudara kandung ini dulu pernah bertengkar, ia dengar sang kakak tak setuju Kok Hu-jin menikah dengan Kok Ju Sih. Sedangkan keluarga Kok merupakan keluarga Rimba Persilatan yang sangat terkenal. Demikian juga Kok Ju Sih. ia pendekar besar sehingga ayah nona Han pun menghormatinya dan kagum. Tetapi mengapa Jen Thian Ngo tidak setuju adiknya menikah dengan Kok Ju Sih? Kali ini wajah Kok Hu-jin agak lembut. "Tak perlu minta maaf. kalau Toa-ko masih mengakui aku sebagai adikmu. Aku juga harus berterima kasih kepadamu atas kelapangan hatimu. Baiklah. Toa-ko silakan masuk! Ada petunjuk apa yang akan Toa-ko katakan, pasti aku akan mendengarkannya dengan penuh perhatian." kata Kok Hu-jin.

Jen Thian Ngo tertawa getir ia masuk ke dalam rumah. "Sam-moay. sifatmu masih seperti dulu ketika kau masih gadis." kata sang kakak Kemudian Thian Ngo dipersilakan duduk. Setelah duduk Thian Ngo berkata lagi. "Oh ya! Mana Siauw Hong. keponakanku?" kata dia.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siauw Hong tidak pernah tahu dia masih punya Paman, sebab pernah kubilang padanya bahwa semua saudaraku telah meninggal dunia!" kata Kok Hu-jin dingin. Air muka Jen Thian Ngo tampak berubah. "Sam-moay. kau begitu membenciku!" kata Jen Thtan Ngo sambil tertawa dingin. "Bukankah kau pun ingin agar aku segera mati, agar kau bisa menguburkan mayatku!" kata Kok Hu-jin. Saat itu Jen Thian Ngo hendak melampiaskan kemarahannya, tapi tidak jadi. "Rupanya kau tidak bisa mengampuni kesalahan orang. Sam-moay! Kedatanganku kali ini ingin mengajakmu berdamai bukan untuk bertengkar denganmu. Ketika kita masih samasama muda, kau dan aku memang gampang emosi. Apa yang pernah kita ucapkan dulu, tidak perlu kita simpan di hati kita masing-masing." Mungkin Kok Hu-jin merasa bahwa dia sangat keterlaluan. Padahal Jen Thian Ngo sudah terlalu mengalah. sehingga terpaksa ia juga jadi sabar. "Apa perlunya kau mencari Siauw Hong?" tanya Kok Hu-jin sambil mengawasi ke arah kakaknya. Jen Thian Ngo tertawa terbahak bahak. "Sebelum aku mati dan dimasukkan ke dalam peti mati, aku ingin melihat keponakanku dulu karena belum pernah aku lihat." kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin tertawa dingin. "Sangat sulit mencari Toa-ko yang penuh perhatian sepertimu!" kata Kok Hu-jin. "Kau sangat memperhatikan kami anak dan ibu. aku sangat berterima kasih sekali. Setelah sekian tahun adik iparmu meninggal, baru sekarang Toa-ko datang menemui kami. Mungkin saja kedatangan Toa-ko ini

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan untuk menengoki kami. tetapi ada masalah lain yang lebih penting dari itu?"

"Aku dengar khabar Siauw Hong akan menikah, benarkah itu? Dulu karena Sam-moay menyalahkan aku. maka aku tidak berani datang menebalkan mukaku menemui kalian. Sekarang Siauw Hong akan menikah, aku ke mari untuk mengucapkan selamat kepadanya. Tentu kau tak keberatan, bukan?" kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin menarik napas. "Memang ia telah bertunangan dari dulu." kata Kok Hu-jin menerangkan. "Namun hari pernikahannya belum ditentukan lagi. Kedatanganmu terlalu dini..." Jen Thian Ngo mengerutkan dahinya. "Oh! Kalau begitu aku salah dengar. Bukankah besok hari pernikahannya, mengapa jadi berubah?" "Kau benar, harinya memang diganti." kata Kok Hu-jin. Mendengar percakapan itu di balik gunung-gunungan, nona Han jadi tegang bukan main. Semula ia berpikir Jen Thian Ngo akan menanyakan sebabnya, tapi ternyata mengalihkan pembicaraannya. "Bukankah calon isteri keponakanku itu puteri Han Tay Hiong?" kata Jen. Kok Hujin mengangguk. "Benar! Kau kenal dengan dia" "Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali. tetapi aku tak kenal baik dengannya. Aku dengar Han Tay Hiong terkena pukulan Siu-lo-im-sat-kang dari Chu Kiu Sek. kau sudah tahu hal itu atau belum?" kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin balik bertanya. "Kalau tahu memang kenapa?" tanya Kok Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siauw-yang-sin-kang bisa menahan Siu-lo-im-sat-kang. Han Tay Hiong dan kalian berbesanan. ia beruntung. Oh ya, Apakah gambar 13 Siauw-yang-sin-kang itu sudah kau serahkan pada Siauw Hong?" kata Jen Thian Ngo. Sambil tertawa dingin ia tatap kakaknya. "Hm! Aku tahu dan mengerti sekarang. Kiranya kedatanganmu ini demi ke 13 gambar itu. kan?!" katanya. "Itu adalah kitab pusaka keluarga Jen. tentu saja aku menaruh perhatian!" kata Jen. "Kau benar itu memang pusaka keluarga Jen. Ketika Ayah kita masih hidup, gambar itu sudah diserahkan kepadaku sebagai hadiah pernikahanku kata Ayah." Jen Thian Ngo manggut-manggut. "Benar tapi bukan untuk diserahkan pada keluarga Kok Ju Sih." Wajah Kok Hu-jin langsung berubah merah-padam. Karena

ucapan kakaknya itu seolah membangkitkan amarah lamanya. Lama sekali baru ia berkata lagi dengan dingin. "Jika pernikahanku dengan keluarga Kok. kau anggap telah merusak sehingga kau kehilangan muka. maka kau tak usah ke mari!" kata Kok Hu-jin. "Sekarang suamiku sudah meninggal, sedangkan puteraku juga mau menikah. Apa kedatanganmu ini untuk menyusahkan kami?" Berkata sampai di sini suara Kok Hu-jin semakin keras. "Jen Thian Ngo. kukatakan sejujurnya saja padamu. Kau ke mari untuk mengadakan perhitungan lama, atau kau ingin mencari kesempatan untuk minta kembali Siauw-yang-sinkang?" kata Kok Hu-jin sengit. "Urusan itu sudah lama berlalu, tak perlu kita ungkit-ungkit lagi." kata Jen Thian Ngo. "Anggap saja itu sebagai hadiah penikahanmu, Sekalipun bukan ayah yang menjodohkan kau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan Kok Ju Sih. tetapi kalian telah menjadi suami-isteri yang sah. Aku juga tidak peduli! Kau jangan marah-marah. Sam-moay. sebab belum tentu aku menginginkan kitab itu!" Kok Hu-jin mengerutkan jidatnya. "Kalau begitu apa maksudmu kau bicara soal kitab itu?" "Aku tak akan meminta kitab pusaka itu. tetapi aku tak suka kitab itu jatuh ke tangan orang lain!" kata Jen Thian Ngo Kok Hu-jin manggut-manggut. "Ooh! Jadi kau khawatir Siauw Hong akan menurunkan ilmu itu pada keluarga Han dengan diam-diam. Begitu?" "Han Tay Hiong terluka oleh Siu-to-im-sat-kang. Pasti ia berharap pada ilmu Siauw-yang-sin-kang kita. Dia mengadakan ikatan jodoh dengan keluargamu. mungkin saja karena ia ingin ilmu pusaka keluarga kita!" kata Jen Thian Ngo. Mendengar ucapan itu nona Han malu dan gusar. "Untung penyakitku sudah sembuh, jadi tak perlu aku memohon kepada keluarga Jen untuk minta diajari ilmu Siauw-yang-sin-kang. Hm! Jen Thian Ngo kau sungguh keterlaluan kau pandang Ayahku itu seperti apa? Pertunanganku sudah diatur sejak kami masih kecil. Dia bilang begitu seolah Ayahku ingin menukarkan diriku dengan ilmu itu!" pikir nona Han. Han Pwee Eng hatinya keras, ia tidak tahan oleh hinaan Ci Giok Hian. tetapi ia juga tidak mau menerima sangkaan buruk dari paman Kok Siauw Hong ini. Untung beberapa saat kemudian Kok Hu-jin bicara lagi. "Perjodohan mereka sudah diatur oleh suamiku sejak mereka masih kecil-kecil." kata Kok hu-jin menjelaskan.

"Ketika itu pun Han Tay Hiong belum bermusuhan dengan Chu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiu Sek. Saat itu Chu Kiu Sek pun belum mahir ilmu Siu-to-imsatkang." "Kau bilang begitu seolah kau anggap aku picik dan berpikiran sempit." kata Jen Thian Ngo. "Tetapi yang jelas Han Tay Hiong sangat membutuhkan ilmu itu!" Kok Hu-jin manggut-manggut. "kalau begitu aku akan menyuruh Siauw Hong pergi mengobati luka ayah-mertuanya. itu memang satu keharusan!" katanya. Jen Thian Ngo tertawa. "Kau benar! Itu sudah satu keharusan, siapa bilang bukan? Tetapi siapa tahu Han Tay Hiong punya sebuah rencana." "Maksudmu rencana apa?" "Misalnya dia bersekongkol dengan Chu Kiu Sek. sengaja ia pura-pura terluka agar Han Tay Hiong bisa mengangkangi kitab pusaka Siauw-yang-sin-kang kita. Padahal dia tak perlu berbuat begitu, jika kalian mengobatinya, dia akan tahu rahasia ilmu kita!" kata Jen Thian Ngo. Mendengar kata-kata itu Han Pwee Eng jadi berpikir. "Pantas mereka berdua tidak cocok satu sama lain. Kiranya kakak Kok Hu-jin ini bukan orang baik-baik dan pikirannya sempit. Terbukti ia menerka orang dengan sembarangan." pikir Han Pwee Eng. Di Dunia Persilatan Jen Thian Ngo terkenal, ia juga bisa bertindak bijaksana, Sekalipun hatinya tidak mulia namun namanya lebih terkenal dibanding dengan Han Tay Hiong. Tetapi Han Pwee Eng telah mendengar pembicaraan itu. sehingga ia terkesan jelek pada orang she Jen itu. "Aku belum tahu bagaimana sikap dia terhadap orangorang tetapi aku yakin suamiku tidak akan salah bergaul dengannya." kata Kok Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jelas ia sangat percaya pada sikap suaminya, bahwa Han Tay Hiong itu orang baik. Karena ucapan Kok Hu-jin itu hati Han Pwee Eng terhibur juga. "Ibu Siauw Hong pandangannya sangat luas. Jika dia tak terpengaruh oleh kakaknya, hatiku lega juga." pikir nona Han. Tak lama Kok Hu-jin bicara lagi. Kau tidak perlu memikirkan yang bukan-bukan. Mengenai perjodohan anakku

bisa jadi atau tidak, aku juga belum tahu." kata Kok Hu-jin. "Lho! Memang kenapa?" tanya Jen Thian Ngo dengan suara keras seolah kaget. Kok Hu-jin terlihat tak bisa menjawab pertanyaan itu. ia teguk tehnya tapi ia tetap tak bicara. Malah Jen Thian Ngo yang bicara. "Aku dengar esok adalah hari pernikahan mereka, itu sebabnya aku buru-buru ke mari. Setelah aku lihat keadaan di sini. sepertinya kau tidak menyiapkan apa-apa. Apakah telah terjadi sesuatu?" kata Jen Thian Ngo sambil memainkan matanya. Sebenarnya Kok Hu-jin tidak ingin bicara masalah itu. Setelah berpikir sejenak, pikirannya berubah. Ia tahu pergaulan kakaknya sangat luas. pasti kakaknya punya banyak informasi penting tentang mereka. Malah mungkin dalam masalah ini ia harus minta bantuannya. Maka tak heran tak lama terdengar ia bicara pada kakaknya itu. "Toa-ko, kau bilang kedatanganmu ke mari dengan tulus hati ingin berdamai denganku, aku dengar kau pun ingin minum arak kebahagiaan Siauw Hong. Maka aku tak boleh membohongimu, sebenarnya Siauw Hong telah pergi dari sini!" kata Kok Hu-jin. Jen Thian Ngo kelihatan tidak begitu terkejut. "Pergi! Pergi ke mana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Hu-jin menggelengkan kepala. "Aku tak tahu yang kutahu ia tak puas atas perjodohan itu. Dengan berbagai alasan dia menolak dinikahkan, diam-diam diapun pergi dan sini. Aku jarang berkelana di Dunia Persilatan, hingga tak tahu banyak tentang dunia tersebut. Aku tak tahu siapa saja kawan ayah si Hong. Aku sedang bingung entah ke mana aku harus mencarinya?" Nona Han ketika mendengar pembicaraan itu di balik gunung-gunungan bagaikan disambar petir. Sepasang matanya langsung berkunang-kunang. Kepalanya terasa pening bukan main. ia nyaris pingsan. "Kok Siauw Hong memandang rendah diriku." pikir nona Han. "Dia tak mau menikah denganku. Hm! Memang aku butuh kau? Tapi bagaimana aku menahan amarahku ini?" Han Pwee Eng memang keras hati. Saat itu ia malu, gusar dan dongkol bukan main. Tetapi keterangan itu justru membuat ia jadi angkuh. "Hm! Untuk Ci Giok Hian ia kabur dari rumahnya dan membatalkan pernikahan kami secara sepihak. Apa aku masih punya muka untuk menemui ibunya? Hm! Dunia begini luas.

masa tak ada tempat berteduh bagiku? Seumur hidupku tak menikahpun tidak apa-apa. kelak jika Siauw Hong menyesal. Sekalipun ia menjemputku dengan tandu emas aku tidak akan mau menikah dengannya! Sekarang semuanya sudah jelas. untuk apa aku masih di sini?" pikir Han Pwee Eng. Ia ingin langsung pergi, tapi seolah kakinya berat tak mau diajak pergi. Tak lama ia mendengar Jen Thian Ngo bicara. "Kau ingin tahu Siauw Hong ada di mana? Justru aku tahu dia ada di mana!" katanya. Kok Hu-jin kaget tapi ia kelihatan girang. "Rupanya kau sudah tahu semuanya." kata Kok Hu-jin."jadi kedatanganmu ingin menyelidiki keadaan kami?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Hu-jin sebenarnya tidak puas. tapi ia tak ingin ribut. "Dia ada di mana?" kata Kok Hu-jin. "Dia ada di Pek-hoa-kok. di rumah Ci Giok Phang." kata kakaknya. Saat mendengar khabar itu seolah ia disambar petir saja. Air mukanya berubah. Lama sekali baru ia bicara. "Di Pek-hoa-kok di rumah keluarga Ci?" ia menggumam. "Benar Ci Giok Phang adalah putera Ci Poh. Siapa Ci Poh itu pasti kau masih ingat, kan? Dia...." Kok Hu-jin langsung memotong "Tidak perlu kau jelaskan tagi!" bentak Kok Hu-jin. Sekalipun Kok Hu-jin membentak tapi Jen Thian Ngo tetap melanjutkan kata-katanya. "Ci Poh lelaki yang ditunangkan denganmu itu. Sam-moay. tetapi kau tak bersedia menikah dengannya. Ia punya dua orang anak. seorang lelaki dan yang seorang anak perempuan. Yang lelaki bernama Ci Giok Phang dan yang perempuan bernama Ci Giok Hian. Aku dengar Ci Giok Hian sangat baik pada Siauw Hong. Ia kabur justru demi cintanya kepada Ci Giok Hian itu!" kata sang kakak. Mendengar keterangan ini nona Han sakit hati seperti ketika itu hatinya seperti disayat-sayat sembilu. Begitu pun Kok Hu-jin yang kelihatan sangat terpukul. Dia terduduk di kursinya dan menggumam. "Ini...Ini sungguh kebetulan sekali!" katanya. "Ini betul-betul sebuah pembalasan." kata Jen Thian Ngo. "Sam-moay. kau tak menyalahkan aku berkata begitu, kan? dulu kau yang mendepak orang, itu memang agak keterlaluan. Karena keluarga Ci keluarga terhormat, atas kejadian itu. Ci Poh pun tak mampu mengangkat kepalanya di depan umum."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kata "Pembalasan" diucapkan oleh kakaknya, sedang Kok Hu-jin tak berani mengatakannya sendiri. Saat itu ia sedang mengkhawatirkan keadaan Siauw Hong. Kata-kata kakaknya itu memang menusuk hatinya. Tapi karena sedang memikirkan Siauw Hong jadi tak terlalu terpengaruh oleh ucapan kakaknya. Nona Han yang sedang bersembunyi pun merasa tidak enak hati. "Benar-benar keterlaluan justru "pembalasan" itu menimpa diriku!" pikir nona Han Pwee Eng. Sekarang nona Han langsung sadar apa yang dikatakan oleh ayahnya, bahwa di antara keluarga Kok dan Ci terdapat masalah. Kiranya masalah ini. Karena sangat rahasia hingga ayahnya tak berani bicara terus-terang. Lama baru Kok Hu-jin bicara lagi. "Toa-ko, mungkinkah ini suatu pembalasan dari keluarga Ci bagi keluargaku?" kata Kok Hu-jin. Kakaknya mengerutkan dahi. "Kedua anak Ci Poh mengetahui atau tidak masalah orang tuanya, aku juga tidak tahu. Tetapi aku tahu sesuatu maka itu aku sekarang datang menemuimu." kata kakaknya. "Tentang apa?" tanya Kok Hu-jin. "Aku dengar Siauw Hong telah mengajari Ci Giok Phang ilmu Siauw-yang-sin-kang, ide itu dari Ci Giok Hian. Kiranya Ci Giok Hian ingin agar kakaknya itu mengobati Han Tay Hiong, agar keluarga Han tidak menyimpan dendam masalah perjodohan itu. Tampaknya Nona Ci ini banyak akalnya. dia lebih licin dari kau. Sam-moay. kelak dia akan jadi menantumu, maka kau harus berhati-hati lho!" Itu adalah sebuah sindiran, tetapi Kok Hu-jin tak menghiraukannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa tahu demikian jelas. malah kau juga tahu itu ide siapa?" kata Kok Hu-jin. Kakaknya tersenyum. "Kau masih ingat Ciu Ji?" Kok Hu-jin mengerutkan dahinya. "Ciu Ji yang mana? Oh. aku ingat. Ciu Ji yang itu! Isterinya adalah ibu angkatku. Aku pernah melihatnya beberapa kali ketika aku masih kecil. Tetapi kesanku sudah agak kabur terhadapnya. Oh ya! Apakah Ciu-ji-soh (Kakak-ipar Ciu Ji)

baik-baik saja? Sudah 30 tahun aku tidak bertemu dengannya." "Ciu Ji baik-baik saja. Tetapi Ciu Ji-soh. ibu angkatmu itu sudah meninggal dunia. Sekarang Ciu Ji ada di rumah keluarga Ci." kata kakaknya. Kok Hu-jin mengelah napas panjang. "Setelah aku menikah aku tidak pernah bertemu dengan ibu-angkatku itu. Kapan dia meninggal, aku pun tidak tahu sama sekali. Padahal aku ingin mengurus mereka, tetapi tak kesampaian." kata Kok Hu-jin. Sejak kecil ibu Kok Hu-jin telah meninggal dunia. Saat itu ia diurus oleh Ciu-ji-soh sehingga dewasa. Sekarang kakaknya menyinggung soal ibu angkatnya itu. tentu saja hal itu membuat dia sangat berduka sekali. "keluarga Ci sangat baik kepada Ciu-ji-soh. karena suaminya Ciu Ji dengan keluarga Ci masih ada hubungan famili." kata kakaknya lagi. "Saat Ayah menjodohkan kau dengan keluarga Ci. Ayah justru bertanya kepada Ciu Ji tentang keluarga Ci. Oleh sebab itu Ciu Ji bisa dikatakan perantaranya." Wajah Kok Hu-jin jadi merah. "masalah itu sudah lewat. untuk apa diungkit-ungkit tagi?" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya ibu angkat Kok Hu-jin paling setuju Kok Hu-jin dijodohkan dengan Ci Poh. tetapi Kok Hu-jin malah menikah dengan Kok Ju Sih. Sejak saat itulah hubungan dengan ibu angkatnya semakin jauh dan renggang. Ingat tentang ibu angkatnya ia jadi berduka sekali. Sang kakak menatapnya. "Kau menanyakan masalah Siauw Hong. itu harus dimulai dari Ciu Ji." kata kakaknya. Kok Hu-jin mengerutkan dahinya. "Sejak kau menikah dengan Kok Ju Sih. Ci Poh membawa Ciu Ji suami isteri ke Pek-hoa-kok. Saat ini Ciu Ji sangat terkenal di Dunia Persilatan, malah banyak orang memanggil dia sebagai Lo-cian-pwee." kata Jen Thian Ngo sambil tersenyum, lalu ia melanjutkan. "Ciu Ji punya seorang cucu bernama Ciu Hong. Sejak kecil sang cucu ini mendampingi Ci Giok Hian. Ciu Hong saling memanggil Kakak-misan dan Adikmisan....." Jen Thian Ngo menatap ke arah Kok Hu-jin. "Semua tentang Siauw Hong aku ketahui dari Ciu Ji yang mendapat keterangan dari cucunya. Ciu Hong. Jelas itu bisa dipercaya." melanjutkan Jen Thian Ngo. "Jika si Hong lari ke sana. sulit aku memintanya dia

pulang." pikir Kok Hu-jin "Terus terang aku tidak percaya kalau Han Tay Hiong tidak ingin ilmu pusaka keluarga kita." kata Jen Thian Ngo. Bukan main kesal dan dongkotnya nona Han. "Ayahku tak sepicik yang kau duga bedebah! Sebaliknya kalian terlalu meremehkan nona Ci. apa yang ia lakukan di luar dugaan kalian berdua. Dia telah menyembuhkan lukaku saat aku tidur. Dia juga ingin menghadiahkan seguci arak obat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Ayahku. Tak mungkin Ayahku membutuhkan ilmu keluargamu itu!" pikir nona Han. Saat Kok Hu-jin mau bicara mendadak seorang pelayan masuk dengan sikap tergesa-gesa dan gugup. "Cu-bo (Nyonya Majikan)! Ce..Ce..celaka!" kata pelayan itu gugup bukan main. Melihat di situ ada Jen Thian Ngo mata pelayan itu terbelalak kaget. "Ada apa? Mengapa kau begitu gugup? Ini Jen Lo-ya. Ada urusan apa katakan saja!" kata Kok Hu-jin sambil berkata pada kakaknya. "Dia pelayan Siauw Hong. namanya Lan Hoa " "Sudah ada khabar tentang Siauw-ya. Cu-bo!" kata pelayan itu. "Bagus!" kata Kok Hu-jin. "Katanya Siauw-ya ada di Pek-hoa-kok. di rumah keluarga Ci. Toa-siauw-ya Ci dari sana menyuruh orang memberitahu hal ini." kata Lan Hoa. Kok Hu-jin tak segera menyahut. "Hm! Ci Giok Phang berharap agar aku setuju Siauw Hong menikah dengan adiknya!" pikir Kok Hu-jin. "Mana orang itu?" kata Kok Hu-jin. "Hamba tak bertemu dengan orang itu. Theng Toa-siok yang melayaninya. Tadi Theng Toa-siok menyuruhku memberitahu Cu-bo!" kata pelayan Lan Hoa. Theng Toa-siok pelayan tua di rumah keluarga Kok. ia tahu sekali tentang masalah keluarga Kok dan keluarga Ci. "Lo Theng kaget sendiri, Padahal aku sudah tahu tentang itu. Melapor besok pun tidak masalah." kata Kok Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu menjelang subuh si pelayan tua tak berani menemui Kok Hu-jin. karena ia juga tak tahu Kok Hu-jin belum tidur. Jika bukan karena urusan itu sangat penting, ia pun tak

berani menyuruh pelayan Lan Hoa memberi tahu majikannya. "Karena katanya sangat penting maka hamba berani datang menemui Cu-bo. kalau tidak hamba pun tak berani mengganggu Cu-bo." kata Lan Hoa. Kok Hu-jin kaget. "masalah apa? katakan saja!" kata Kok Hu-jin. "Orang itu mengatakan sekarang tempat tinggal keluarga Ci sedang dikepung oleh musuh." kata Lan Hoa. Kok Hu-jin mengerutkan dahinya. "Kepandaian kakak beradik keluarga Ci cukup tinggi, aku belum pernah mendengar mereka punya musuh di kalangan Kang-ouw. Mengapa tempat tinggal mereka sampai dikepung musuh? Dari aliran mana mereka itu?" kata Kok Hu-jin. "Apa yang aku dengar tadi. orang-orang itu undangan keluarga Han dari Lok-yang." sahut Lan Hoa. "Katanya terdapat Yu-pek-to (Golok Kanan) Koan Kun Oh, Lu Tay Ceng, (guru silat terkena). malah katanya ada juga dari kaum Lioktim (Rimba Hijau/Gotongan Hitam), misalnya Bong Sian, Ong Han Cu dari Pek-ma-ouw (Telaga Kuda Putih) dan yang lainnya. Theng Toa-siok menyebutkan nama-nama mereka, tapi aku tidak ingat semua!" . Kok Hu-jin kaget bukan main. "Han Tay Hiong jauh di kota Lok-yang. apakah ia sudah tahu Siauw Hong kabur dan menolak menikahi puterinya? Seandainya sudah tahu sebaiknya dia berunding dulu denganku, jangan memperbesar masalah." kata Kok Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han Pwee Eng yang sedang bersembunyi mendengar semua itu. Ia kaget dan girang. Sebaliknya Kok Hu-jin tercengang, sedangkan nona Han tahu semuanya. "Pasti Chan It Hoan dan Liok Hong yang memakai nama Ayah lalu mengundang teman-teman Ayahku mengepung Pekhoakok untuk membebaskan aku. Aku yakin Kakak Ci bersaudara mengatakan mereka tak tahu aku ada di mana saat orangku menanyakan aku. Pasti Chan dan Liok tidak percaya. Demi kehormatan Ayahku, mereka pasti memaksa hendak melakukan penggeledahan. Hm! Ci Giok Hian akan merasakan kejutan, bagus sekali!" pikir nona Han Pwee Eng sambil tersenyum. Chan It Hoan dan Liok Hong. adalah dua lelaki tua pengawal nona Han Pwee Eng. "Apa yang menyebabkan keributan itu? apa Theng Toa-siok menanyakannya pada orang itu?" tanya Kok Hu-jin. "Sudah, orang itu bilang pihak keluarga Han minta dikembalikan orangnya!" kata Lan Hoa.

Kok Hu-jin tampak kurang senang. "Minta dikembalikan orangnya? Han Tay Hiong ingin meminta Siauw Hong dikembalikan?" pikir Kok Hu-jin kurang senang. "Sekalipun tindakan puteraku itu sangat keterlaluan, tapi keluarga Han tak perlu ikut campur masalah ini. Mana boleh ia datang ke sana untuk merampas Siauw Hong? Sebelum ke sana seharusnya ia berunding dulu denganku. Keluarga Han telah mencoreng mukanya sendiri, tetapi juga membuat aku kehilangan muka!" kata Kok Hu-jin kesal. Mendengar ucapan Kok Hu-jin. Lan Hoa membantah. "Bukan! Mereka tidak minta Siauw-ya. tetapi minta pengantin perempuan!" kata Lan Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Hu-jin terperanjat bukan kepalang. "Pengantin apa?" kata Kok Hu-jin. "Pengantin itu puteri keluarga Han. calon isteri Tuan muda! jawab Lan Hoa Mata Kok Hu-jin terbelalak. "Sebenarnya apa yang telah terjadi?" katanya "kalau begitu urusan ini memang benar!" kata Thian Ngo. "Jadi kau sudah tahu semuanya?!" kata Kok Hu-jin. "Cepat katakan padaku! Ada apa ini?" "Aku dengar Han Tay Hiong telah menyewa Houw Wie Piauw Kiok untuk mengantarkan puterinya ke mari." kata Jen Thian Ngo. "yaitu untuk dinikahkan dengan puteramu. Ketika lewat di sarang Serigala Tua. pengantin itu justru diculik!" Kok Hu-jin tertegun. "Diculik? Diculik oleh Lima Serigala marga Tan? Jadi keluarga Ci juga berada di balik kekacauan ini?" kata Kok Hujin. Tidak! keluarga Ci tidak bergabung dengan Serigala Marga Tan." kata Jen Thian Ngo. "Tetapi mereka masing-masing bergerak sendiri-sendiri. Serigala Tan ingin meminta uang jalan. sedangkan Ci Giok Hian pengantinnya. Pemenangnya pihak Ci!" Kok Hu-jin kelihatan kaget sekali "Benarkah itu? Wah. ini sungguh tidak beres!" katanya. Kening dia berkerut-kerut. "Jika Ci Giok Hian kejam dan mencelakakan puteri Han Tay Hiong. oh ini bagaimana baiknya ya? Pasti keluarga Han akan melakukan perhitungan dengan keluarga Ci. Juga dia akan memusuhiku!" pikir Kok Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Lan Hoa bicara lagi. "Orang itu bilang. Nona Ci dan Nona Han sudah jadi kakak beradik angkat, kali ini ia undang Nona Han. tapi malah jadi mala-petaka!" kata Lan Hoa. "Kedatangan Nona Han ke mari untuk menikah, barangkali Ci Giok Hian berbuat begitu hanya untuk bergurau? Kita jangan ikut campur urusan mereka, yang penting tak terjadi apa-apa pada Nona Han." kata Kok Hu-jin. "Tapi orang itu bilang Nona Han sudah tak ada di sana." kata Lan Hoa lagi. "Ke mana dia?" kata Kok Hu-jin sambil mengerutkan dahinya kelihatan jadi semakin bingung. "Tidak tahu. Cu-bo. Mereka juga bingung sekali!" kata Lan Hoa. "Tetapi dari pihak keluarga Han tidak percaya kalau Nona Han tidak ada di tempatnya. Mereka terus mendesak agar keluarga Ci mengembalikannya." Jelas utusan keluarga Ci itu tak tahu bahwa keluarga Ci telah menyembuhkan Nona Han. "Nona Han puteri satu-satunya Han Tay Hiong. ilmu silatnya pasti lihay. Ketika ia tahu Nona Ci berniat jahat, ia buru-buru kabur." kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin menyeka keringat dingin yang membasahi dahinya. Ia tatap Lan Hoa. "Cepat kau pergi, katakan pada Theng Toa-siok layani orang itu. Besok baru kita bicarakan lagi masalah ini." kata Kok Hu-jin. "Baik. Cu-bo. Tapi orang itu bilang. Tuan-muda ada di rumahnya, mohon Cu-bo memandang muka Tuan-muda agar Cu-bo mau membantu mereka dalam kekacauan ini." kata Lan Hoa sedikit mendesak majikannya. Kok Hu-jin tertawa getir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak mencemaskan puteraku. buat apa dia banyak bicara?" kata Kok Hu-jin. Lan Hoa buru-buru pergi. "Sam-moay. apa rencanamu sekarang?" tanya Thian Ngo. "Apa kau punya ide. Toa-ko?" Kok Hu-jin seorang wanita yang tegas dan bisa cepat mengambil keputusan. kalau tidak, mana mungkin dulu ia bersedia kabur bersama Kok Ju Sih? Tapi masalah yang

dihadapinya sekarang menyangkut keluarga Han, Kok dan keluarga Ci. oleh sebab itu ia tak berani memutuskan sendiri, ia minta pendapat kakaknya. "Jika keluarga Ci bisa mengatasi masalah itu. ia tak akan minta bantuan ke mari." kata Jen Thian Ngo. "Menurut pendapatku kau harus tampil membantu membereskan masalah ini!" Ayah Ci Giok Hian pernah bertunangan dengan Kok Hu-jin. Sekalipun masalah itu sudah lama namun kedua keluarga belum bisa akur. malah mereka tidak pernah berhubungan. Tak heran ketika mendengar ucapan kakaknya itu wajah Kok Hu-jin jadi merah. "masalah sudah jadi begini, aku harus membereskannya. Tetapi aku tak kenal pada orang-orang yang mengepung rumah keluarga Ci itu. Ditambah lagi belum tentu mereka mau mengalah kepadaku? Jika harus bertempur untuk membubarkan kepungan mereka itu. dan jika kau bersedia membantuku pun. aku tidak yakin kita akan mampu mengalahkan mereka, ini akan menghancurkan keluarga Ci dan menanam permusuhan dengan keluarga Han." kata Kok Hu-jin. "Oleh sebab itu jangan gunakan kekerasan." kata kakaknya. Kok Hu-jin mengerutkan dahinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu bagaimana membereskannya?" kata Kok Hu-jin bingung. Kakaknya berpikir sejenak. "Meluruskan benang yang kusut harus orang yang membuat benang itu kusut. Kau cerdas, aku yakin kau tahu maksudku?" kata sang kakak. Kok Hu-jin mengangguk. "Maksudmu aku harus mengundang Han Tay Hiong untuk membereskannya? Aku pun sudah berpikir ke sana." kata Kok Hu-jin. Jen Thian Ngo tersenyum. "Sekarang Han Tay Hiong ada di Lok-yang yang jaraknya demikian jauhnya. Aku kira kejadian ini belum diketahuinya. Tetapi aku yakin ada orang yang menggunakan namanya untuk melakukan pengepungan di rumah keluarga Ci itu. Jika kita harus ke sana pun, aku kira sudah terlambat sekali untuk membereskan masalah ini." kata Jen Thian Ngo. "kalau begitu cuma puterinya yang bisa membereskan masalah ini." kata Kok Hu-jin. "Benar! Sekalipun Siauw Hong bersaah kepadanya, namun

kau tetap masih calon ibu mertuanya. Maka cara satu-satunya kita harus cari dia sampai ketemu. Kau harus memohon agar dia membantumu mengurus masalah ini." kata kakaknya. Kok Hu-jin tersenyum getir. "Mana kita tahu sekarang dia ada di mana? Jika berhasil mencarinya pun. lalu aku harus bilang apa? Sedang aku belum tahu Siauw Hong dan Ci Giok Hian sudah menikah atau belum? Jika Siauw Hong tak mau nona itu kubawa ke mari. bukankah aku jadi mencelakakan nona itu?" kata Kok Hu-jin bingung bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ibu Siauw Hong seorang wanita yang tahu aturan." pikir Han Pwee Eng dipersembunyiannya. "Dia masih memikirkan diriku. Dia tak tahu sekarang aku ada di rumahnya?" Tak lama nona Han berpikir lagi. "dalam keadaan begini mana mungkin aku jadi menantunya?" pikir nona Han Pwee Eng. Tak lama Han Pwee Eng mendengar kakak nyonya itu bicara lagi. "Jangan pedulikan keadaan Siauw Hong. yang utama bereskan dulu masalah itu! Jika kau tulus hati. aku akan membantumu berusaha mencari Nona Han. Aku juga akan minta bantuan para sahabat kaum Rimba Persilatan mencari jejaknya." kata Jen Thian Ngo. "Apa maksudmu aku harus tulus hati?" "Minta maaf kepadanya dan jamin puteramu mau menikah dengannya." kata sang kakak. Kok Hu-jin mengelah napas panjang. "Aku khawatir Siauw Hong tidak mau!" katanya. Jen Thian Ngo tertawa. "Kau ibunya, tegas sedikit dan tekan dia. pasti ia akan menurut!" kata Jen Thian Ngo. "Sifat anak itu mirip ayahnya, keras kepala dan tak bisa dipaksa. Jika dia mencintai Nona Ci. dia tak akan menikahi gadis lain! Mana berani aku menjamin pada Nona Han." Mendadak wajah Jen Thian Ngo berubah jadi tidak sedap dipandang. "Mau tak mau dia harus menurut kehendakmu! Ini bukan masalah sederhana. Kau pernah melakukan kesalahan sekali, sekarang jangan biarkan anakmu melakukan kesalahan lagi!" kata Jen Thian Ngo tegas.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa gunanya kau menekan dia. dulu kau pun menekan aku harus menikah dengan keluarga Ci. Akhirnya aku malah kabur dan menikah dengan Kok Ju Sih." kata Kok Hu-jin dingin. Kemudian ia tatap kakaknya ini lalu berkata dengan nyaring. "Aku menikah dengan Kok Ju Sih. dan tak pernah menyesal! Jika aku dikatakan salah juga boleh, tidak salah ya boleh! Aku tak ingin memaksa puteraku. Titik!" Kakaknya menggelengkan kepala "Kalau begitu tak ada jalan lagi." katanya. Nona Han bimbang dan ia anggap ucapan ibu Siauw Hong sangat menyinggung hatinya, tetapi ia tetap berterima kasih pada ucapannya yang jujur itu. "Dia benar." pikir nona Han. "Jodoh memang tidak bisa dipaksakan. Mengapa aku harus kukuh tentang hal ini? Perjodohan yang hanya disetujui kedua orang tua. jika sampai Siauw Hong jadi suamiku, aku juga tak tahu apa aku menyukainya atau tidak?" Setelah itu hati nona Han puas sekali. "Aku pasti tidak akan menjadi menantu keluarga Kok. mana boleh aku masih menganggap dia calon mertuaku?" pikir si nona. Di dalam kamar jadi hening seketika. Beberapa saat kemudian Jen Thian Ngo bicara lagi. "Masih ada satu cara yang boleh kita coba!" katanya. Jen Thian Ngo berbisik ke telinga adiknya Nona Han mencoba untuk ikut dengar omongan mereka, tapi ia tak mendengar suara apa-apa. "Si Tua-bangka itu kasak-kusuk, entah apa yang dia bicarakan dengan adiknya? Siapa tahu ia akan menggunakan cara kurang baik. Di kamar hanya mereka berdua, kenapa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus kasak-kusuk? Apa dia sudah tahu aku ada di sini?" pikir nona Han Pwee Eng curiga sekali. Mendadak Kok Hu-jin bicara dengan lantang. "Apa? Kau suruh aku membohongi Nona Han?" katanya. Jen Thian Ngo wajahnya tampak berubah. "Jangan bicara begitu, itu tak sedap didengar. Ini hanya sebuah siasat saja!" kata Jen Thian Ngo. "Aku tidak bisa berbuat begitu." kata Kok Hu-jin tegas. "Jika kau bisa menemukan Nona Han dan membawanya ke mari. aku akan berterima kasih kepadamu. Namun aku akan bicara sejujurnya kepadanya. Dia mau membantu atau tidak, biar dia yang menentukannya sendiri. Aku tak mau membohonginya!" Begitu Kok Hu-jin memutuskan.

Jen Thian Ngo tersenyum ia menunjuk ke arah jendela. "Kau sangat ceroboh!" kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin tertegun. "Apa? Di luar.. ." Kok Hu-jin ingin bilang di luar ada orang, tetapi pada saat yang sama terdengar suara benda jatuh. "Gedubrak!" Kok Hu-jin menoleh ke arah jendela. Terlihat sesosok bayangan hitam pergi melompati tembok. Rupanya nona Han pergi dengan agak terburu-buru. sehingga ia kurang hati-hati dan menjatuhkan sebuah pot bunga. Kok Hu-jin akan mengejar bayangan itu. tetapi Jen Thian Ngo mencegahnya. "Sam-moay. jangan dikejar!" kata dia. Kok Hu-jin tak melihat jelas bayangan itu tapi dari bagian belakang bayangan itu ia tahu itu sosok seorang perempuan. Dia tersentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia pasti Nona Han!" katanya. Jen Thian Ngo manggut. "Benar dia nona Han. calon menantumu, saat aku ke mari aku sudah tahu dia bersembunyi di balik gunung-gunungan batu." kata Jen Thian Ngo. Alis Kok Hu-jin berkerut. "Mengapa kau tidak bilang dari tadi?" ia menyesali kakaknya. Jen Thian Ngo menghela napas. "Kau memang sudah pikun. Dia adalah menantumu yang belum masuk pintu. Jika kau kuberitahu, mukanya akan dia taruh di mana?" kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin tersenyum. "Jika demikian dia belum tahu masalah Siauw Hong dengan Nona Ci. Kedatangannya itu untuk mencari tahu. Oh celaka! Dia pasti sudah mendengar pembicaraan kita tadi." "Aku memang sengaja bicara keras-keras supaya dia mendengar." kata Jen Thian Ngo. "Bahkan aku sudah memberi isyarat, tetapi kau tak mengerti. Jika kau tadi mendukung dia. pasti dia amat berterima kasih kepadamu. Sudah pasti dia akan membantu membereskan masalah itu. Tetapi kau berkata begitu tegas, dia pergi dengan gusar. Kemungkinan dia tak akan lagi mau menjadi menantumu!" kata Jen Thian Ngo. "Justru karena aku tahu ia di luar. maka aku sengaja berkata begitu." kata Kok Hu-jin tidak senang. "Aku tidak seperti kau ingin menggunakan siasat busuk. Aku juga tidak mau membohonginya." "Sam-moay sifatmu seperti dulu ketika kau masih remaja."

kata Jen Thian Ngo. "Sekarang aku tak bisa bicara apa-apa lagi."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kau sudah tahu ia ada di tuar. mengapa kau malah memburuk-burukkan nama ayahnya?" kata Kok Hu-jin. "Apa kau tak takut dia mendengar kata-katamu?" "Itu soal lain. aku yang menjelekkan ayahnya bukan kau! Jika dia sakit hati pasti kepadaku, bukan pada kau. Aku sengaja bicara begitu pasti ada sebabnya. Sekarang dia sudah pergi gara-gara kau, maka aku tak perlu menjelaskan lagi sebabnya padamu." kata Jen Thian Ngo. Di antara Jen Thian Ngo dan Han Tay Hiong memang punya masalah. sebenarnya dia tak setuju Siauw Hong menikah dengan puteri dari Han Tay Hiong. Dia tidak rela ilmu Siauw-yang-sin-kang diajarkan pada keluarga Han. Itu sebabnya dengan sengaja ia berkata begitu agar puterinya menyampaikan pada ayahnya. oleh karena Han Tay Hiong lebih mengutamakan kehormatan, maka ia yakin pasti Han Tay Hiong akan membatalkan perjodohan anaknya itu. Ditambah lagi pasti ia tidak akan bersedia diobati dengan ilmu dari pihak keluarga Kok. Kok Hu-jin hanya mengelah napas ketika tahu sebenarnya apa yang dikehendaki kakaknya itu. "Sebenarnya aku ingin tahu apakah Nona Han bersedia menjernihkan suasana di Pek-hoa-kok atau tidak? Jika tidak yah terserah dia saja." begitu Kok Hu-jin berpikir. Nona Han bingung dia tak tahu apa yang harus ia lakukan. -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 6

Han Pwee Eng berlari terus sampai sejauh belasan lie, meninggalkan rumah keluarga Kok. Setelah jauh baru hatinya merasa tenang. Ketika itu fajar pun telah menyingsing di ufuk Timur, cahayanya yang merah keemasan sangat indah sekali. Angin

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhembus sejuk sekali, sedang pemandangan di sekitarnya sangat indah. Di sana-sini terdengar suara kicau burung yang riang sekali berlompatan di atas dahan-dahan. Saat itu nona Han Pwee Eng yang cantik ini sedang mandi sinar sang surya pagi yang hangat dan lembut. Perlahan-lahan kabut di dalam hatinya mulai buyar, seolah sudah lenyap terkena cahaya sang matahari yang mulai naik perlahan-lahan.

"Hati Kok Hu-jin sangat lapang dan jujur." pikir si nona. "mengapa hatiku tak bisa seperti hatinya? Ci Giok Hian telah mengobaliku sehingga aku sekarang sembuh, Padahal ini suatu kesempatan yang baik untukku membalas budinya itu. Aku tidak ingin berebut lelaki dengannya, lalu mengapa aku tidak ke sana saja membantu membereskan masalahnya?" Kemudian wajahnya tampak ceria. Dia telah mengambil keputusan untuk membantu keluarga Ci yang sedang dalam kesulitan itu. Maka ia tak kembali ke penginapan, tapi langsung ke Pek-hoa-kok. Setelah lewat tiga hari menempuh perjalanan. ia menggunakan gin-kang saat tak ada orang untuk mengejar waktu. Keesokan hanya Han Pwee Eng sudah tiba di tebing Bansongteng. Tebing itu berhadap-hadapan dengan lembah Pekhoakok. tapi masih berjarak seratus lie lagi untuk bisa sampai ke lembah itu. "Jika aku bisa lebih cepat lagi. mungkin malam ini aku sudah sampai di lembah itu. Jika Ci Giok Hian melihat kedatanganku, pasti ia kaget karena tak menyangka sama sekali. Apa perlu aku menemui Kok Siauw Hong?" pikir nona Han Pwee Eng bimbang Ia berlari kencang, tak lama ia sudah tiba di sebuah tegalan yang datar. Dari jauh ia sudah melihat orang berkumpul di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padang rumput. Saat Han Pwee Eng memasuki mulut lembah ia mendengar suara beradunya senjata tajam. "Oh celaka! Mereka sudah mulai bertarung!" pikir nona Han kaget bukan main. "Hm! Sungguh hebat jurus Lian-hoan-beng-kiam-hoat (Ilmu Pedang Berantai Pencabut Nyawa)!" kata sebuah suara yang terdengar oleh nona Han Nona Han terus berlari menuju ke padang rumput itu. "Sungguh sayang sabetan goloknya tidak tepat sasaran!" kata suara yang lain. Sekalipun Nona Han belum melihat orang yang bicara itu. tetapi ia sudah mengenali siapa yang sedang bertarung itu. Ia mulai tak tenang, segera ia berlari ke sana. Sesudah dekat ia lihat bayangan pedang dan golok saling menyambar. Orang yang bertarung itu ialah Lui Piauw dan Kok Siauw Hong. Penonton tampak tegang dan penuh perhatian. Terkadang mereka bersorak riuh. Nona Han menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian. Pedang Kok Siauw Hong menyambar-nyambar gesit

sekali. Golok Lui Piauw sekalipun gerakannya lambat, tapi kelihatan mantap sekali, suaranya menderu-deru. Kiranya dia bisa mengimbangi serangan pedang Kok Siauw Hong. Ketika menyaksikan pertarungan seru itu Han Pwee Eng agak cemas juga. "Keduanya bertarung dengan sengit sekali, pasti salah satu akan terluka parah. Yang manapun yang terluka pasti ini tidak baik. Bagaimana caranya aku memisahkan mereka?" pikir nona Han Pwee Eng bingung bukan main. Sebagai seorang gadis ia merasa tak enak jika harus berteriak-teriak, apalagi memanggil nama Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditambah lagi pertarungan itu sedang seru-serunya, pasti suaranya tak akan terdengar oleh orang yang sedang bertarung dengan hebat itu. Ia juga sulit mendekati gelanggang karena terhalang oleh para penonton yang berjubelan. Apa boleh buat ia tepuk bahu seseorang sambil berkata. "Maaf. numpang lewat!" kata si nona. Orang itu segera memberi jalan. saat itu lelaki tua bernama Liok Hong melihat nona Han sudah ada di situ. "Oh. Nona! Kau sudah kembali!" kata Liok Hong. Tak lama muncullah Ci Giok Phang. Dia mengawasi nona Han Pwee Eng dalam-dalam. Han Pwee Eng segera menoleh ke tempat lain. "Ah aku kira Kuan Kun Oh bicara sembarangan. tak tahunya memang Nonaku ada bersama bocah ini! Sekarang bagaimana baiknya?" kata Liok Hong bingung. Han Pwee Eng tidak tahu apa maksud ucapan pengawalnya itu. "Biar aku ke dalam dulu!" kata nona Han. Tak lama Chan It Hoan pun sudah melihat nona Han berada di situ. "Nona kami sudah kembali. harap beri jalan!" kata mereka. Seruan itu mengejutkan semua orang, mereka langsung mengawasi ke arah Han Pwee Eng. Orang ingin melihat sang calon pengantin, sehingga suasana tiba-tiba jadi hening. Mereka memberi jalan dan membiarkan nona Han Pwee Eng memasuki gelanggang pertarungan. Pertarungan antara Lui Piauw dan Kok Siauw Hong masih berlangsung. Mereka sama sekali tak mengetahui kedatangan si nona Han ke gelanggang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat nona Han sampai Kok Siauw Hong sedang menggunakan jurus "Tay-mok-hu-in" (Bayangan Rase di Gurun Pasir) ia menyerang Lui Piauw. Ujung pedang Siauw Hong mengarah ke jalan darah Hian-kie-hiat dan Pauw-khiehiat di tubuh Lui Piauw. "Sebuah serangan yang bagus!" seru Lui Piauw. Tubuh Lui Piauw menggetar, ia menggunakan jurus "Bengsiauwtoh-wa" (Binatang Liar Berebut Sarang) ia tangkis serangan dari Siauw Hong. dan.... "Traang!" Suara benturan senjata tajam itu terdengar nyaring sekali. Lui Piauw berhasil menangkis serangan Siauw Hong dengan tepat. Kemudian Lui Piauw pun meluncurkan seranganserangan beruntun untuk membalas. Han Pwee Eng kaget hingga ia berteriak. "Lui Siok-siok (Paman Lui) aku ada di sini!" teriak nona Han. "Sudah jangan bertarung terus!" Ketika itu nona Han Pwee Eng memanggil Lui Piauw dan tidak mau memanggil nama Kok Siauw Hong. Kelihatan keduanya melompat mundur. "Tit-Jie (Keponakan perempuan, red). jangan cemas! Aku akan membereskan urusanmu." kata Lui Piauw yang memang sahabat baik ayah nona Han. "Kok Siauw Hong lihat keadaan dirimu! Sekarang kau mau bilang apa?" kata Lui Hong sengit. "Apa yang harus kukatakan sudah kukatakan padamu!" kata Kok Siauw Hong. "Kau mau apa?" Memang sebelum bertarung ia sudah berjanji, jika ia kalah ia akan membuang pedangnya dan ikut dengan Lui Piauw ke Lok-yang menemui ayah nona Han. Tetapi jika ia yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menang, maka Lui Piauw dan kawan-kawannya tidak boleh ikut campur urusan dia. Saat itu Kok Siauw Hong tak menghiraukan kedatangan nona Han. malah ia tak acuh saja. Mendengar jawaban Kok Siauw Hong bukan main marahnya Lui Piauw. "Nona Han telah datang, mungkin ia tidak ingin pertunangannya dibatalkan? Aku harus mengurus urusan puteri sahabatku itu!" pikir Lui Piauw. Akhirnya dia bicara.

"Kok Siauw Hong hanya ada dua pilihan bagimu, kau pikir masak-masak!" kata Lui Piauw. "Dua pilihan bagaimana?" bentak Kok Siauw Hong. "Yang pertama, kau dan Nona Han harus menikah di sini. biarlah aku yang menjadi walinya." kata Lui Piauw. Wajah nona Han langsung merah. "Lui Siok-siok. kedatanganku kali ini bukan untuk memohon.........." Tetapi suara nona Han terhenti. Saking malunya nona Han tak bisa melanjutkan kata-katanya itu. Saat itu Kok Siauw Hong telah membentak. "Aku tidak mau!" kata Siauw Hong. Sekalipun kata-kata nona Han belum selesai, tapi sudah bisa diduga bahwa dia pun tak bersedia menikah dengan Kok Siauw Hong sang calon suami itu. Sebaliknya Lui Piauw salah mengerti, Ia mengira nona Han malu. Malah ia marah pada pemuda she Kok itu. "Baik jika kau menolak jalan yang pertama, yang kedua. Aku dan Nona Han akan membawamu ke Lok-yang untuk menemui ayahnya. Di sana aku tidak akan ikut campur!" kata Lui Piauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa kau bawa-bawa Nona Han segala?" kata Kok Siauw Hong. "Tadi sudah aku katakan kepadamu, jika aku kalah aku akan menuruti perintahmu. Seorang laki-laki sejati tak akan menarik lagi janjinya! Kau jangan banyak bicara lagi!" Bukan main marahnya Lui Piauw. Ia membentak. "Hai bocah angkuh!" bentak Lui Piauw. "Jika kau tak kuberi pelajaran maka kau anggap aku takut padamu! Lihat golokku!" Lui Piauw mengayunkan goloknya ia menyerang ke arah Kok Siauw Hong. sedang yang diserang segera menangkis serangan itu dengan pedangnya, dan Kok Siauw Hong pun membalas menyerang. Pertarungan kali ini lebih hebat dari yang tadi. karena keduanya mengeluarkan jurus yang mematikan. Dilihat dari serangan-serangan yang dilakukan Lui Piauw. jelas sudah kung-fu Lui Piauw lebih tinggi dibanding dengan kepandaian Siauw Hong. sedangkan ilmu pedang Kok Siauw Hong pun tak kalah hebatnya. Tak heran pertarungan itu jadi seimbang sekali. Han Pwee Eng cemas, ia ingin mencoba melerai pertarungan mati-matian itu. Tetapi usahanya ternyata tak mudah, sehingga ia jadi bingung bukan main. Ditambah lagi kedatangan dia ke tempat itu sebenarnya untuk mendamaikan

kekacauan. Karena ia sadar pertarungan itu justru gara-gara dia sehingga dia sangat malu sekali. Bagaimana ia masih punya muka untuk melerai kedua orang yang sedang bertarung itu? Sedang yang bertarung itu justru calon suaminya yang tak mau menikah dengannya. Ketika nona Han sedang gelisah tiba-tiba ia merasakan tangannya ada yang menggenggam. Orang itu ternyata Ci Giok Phang. Pemuda itu terlalu tegang, sehingga tanpa disadarinya tangannya justru menggenggam tangan nona Han. Saat ia sadar ia sedang memegang tangan nona itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajahnya langsung berubah jadi merah. Buru-buru ia lepaskan cekalan tangannya itu. Agar pemuda itu tidak jadi kikuk, nona Han Pwee Eng berkata sendiri. "Dua ekor harimau sedang bertarung, pasti salah satu ada yang akan terluka. Kita harus bagaimana?" kata si nona. Ci Giok Phang menyahut perlahan. "Kita lihat saja sebentar lagi. Pada saat mereka mengubah jurus, kita maju serentak untuk memisahkannya!" kata Giok Phang mantap. Han Pwee Eng mengerutkan dahinya. "Lwee-kang Lui Siok-siok sangat tinggi, kita belum tentu bisa memisahkan mereka! Ditambah lagi ini bukan cara yang terbaik, sedang mereka berdua sama-sama keras kepala. Sekalipun sudah kita pisahkan, mereka pasti akan bertarung kembali!" Ci Giok Phang terus memperhatikan pertarungan yang hebat itu. tanpa terasa tangannya mengeluarkan keringat dingin. Lui Piauw seorang jago tua yang berpengalaman. saat ini dia sedang mencurahkan perhatian ke pertempuran itu. pasti dia tidak akan memperhatikan yang lainnya, begitu dugaan Giok Phang. Padahal semua kejadian yang terjadi di sekitar arena pertarungan itu justru mendapat perhatian Lui Piauw. Ketika itu Han Pwee Eng dan Giok Phang berdiri paling depan di arena pertarungan itu. Tak heran Lui Piauw bisa menyaksikan dan mendengar dengan jelas apa yang ditakukan kedua muda-mudi itu "Ah. rupanya puteri Han Tay Hiong lebih menyukai pemuda ini." pikir Lui Piauw Ditambah lagi Koan Kuil Oh pernah memberi tahu Lui Piauw bahwa Han Pwee Eng, Sekalipun calon pengantin di tengah malam ketika di rumah keluarga Ci malah bersedia menemani Ci Giok Phang bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula Lui Piauw tidak yakin pada keterangan Koan Kun Oh itu. karena ia tahu puteri Han Tay Hiong dididik keras oleh ayahnya. Tetapi sekarang setelah dia melihat sendiri kejadian di siang hari itu sebagai bukti, maka tak heran jika Lui Piauw pun mulai percaya pada keterangan orang she Koan itu. "Jika itu benar bukankah aku malah mengacaukan keadaan ini. Jika mereka sudah suka sama suka. mengapa aku harus ikut campur tagi?" begitu pikir Lui Piauw yang bijaksana ini. "Sekalipun aku tahu sifat Han Tay Hiong yang tak akan mau kehilangan muka. tapi apa yang bisa aku lakukan?" Saat pesilat tangguh sedang bertarung pikirannya tidak boleh terbagi dan tak konsentrasi ke pertarungan. oleh karena Lui Piauw sedang tidak berkonsentrasi hampir saja dia terserang hebat oleh Kok Siauw Hong. Untung dia masih bisa terhindar dari bahaya itu. Kok Siauw Hong memang angkuh sekali, ditambah lagi ia harus bisa mengalahkan orang she Lui ini kalau ingin bebas dari tekanan untuk memilih jodoh sesukanya. Pada saat Kok Siauw Hong hampir berhasil melukai Lui Piauw. ia girang sekali, ia terus melancarkan serangan bertubitubi karena ia ingin segera keluar sebagai pemenang. Sayang Lui Piauw bisa menghindar bahaya serangannya. malah berbalik menyerang dia dengan hebat pula. "Hm! Kau masih tidak mau menyerah? Baik akan kupotong sebelah tanganmu!" bentak Lui Piauw dengan sengit. Golok Lui Piauw berkelebat. tahu-tahu sudah ada di atas bahu Kok Siauw Hong. Ci Giok Phang dan nona Han kaget bukan kepalang. Pada saat keduanya hendak melompat ke dalam gelanggang. tiba-tiba terdengar suara benturan senjata tajam. Terdengar ada orang yang berkata. "Lui Toa-ko. hentikan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kok Siauw-hiap. jangan teruskan pertarungan ini!" Siauw Hong maupun Lui Piauw tanpa terasa berseru. "Sungguh berbahaya!" kata mereka. Keduanya telah mengeluarkan jurus maut mereka, jika tak ada kedua telaki yang segera muncul, mungkin golok dan pedang akan mengenai sasaran dengan tepat. Mungkin juga golok Lui Piauw berhasil memotong tangan Siauw Hong. tetapi Lui Piauw pun tak luput akan terluka parah oleh pedang Kok Siauw Hong.

Kejadian itu mengejutkan semua penonton yang menyaksikan kejadian itu. Mereka mulai kasak-kusuk tentang kedua lelaki yang berhasil memisahkan petarungan hebat itu. Sedang yang mengenali mereka langsung berseru. "Hai! Mengapa pemimpin Kim Kee Leng (Bukit Ayam Emas) ada di sini? Apa masalah kecil ini telah mengejutkan dia?" kata mereka. Nona Han terkejut bercampur girang. Rupanya nona Han Pwee Eng telah bertemu dengan kedua orang itu. "Untung mereka berdua segera datang, dengan demikian keruwetan ini bisa segera diselesaikan. Tetapi mengapa mereka baru muncul sekarang?" pikir nona Han. Lui Piauw melompat mundur sejauh tiga tangkah sambil menarik kembali golok emasnya, lalu memberi hormat kepada kedua lelaki itu. "Yo Si-koh (Kakak Yo yang ke-empat). Tu Pat-ko (Saudara Tu ke-delapan). angin apa yang telah membawa kalian berdua ke mari? kalian punya pesan apa untukku?" kata Lui Piauw sambil memberi hormat. Orang she Yo itu tertawa. "Mengapa hari ini Lui Toa-ko begitu gembira dan bertarung dengan Kok Siauw-hiap di tempat ini? Bukankah ia calon menantu Han Tay Hiong dari Lok-yang?" kata Yo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lui Piauw menjawab sengit. "Justru pertarungan ini karena urusan mereka!" kata Lui Piauw. "Padahal Nona Han cantik dan bisa silat serta mengerti sastra, kenapa dia anggap tak serasi dengannya? Tapi bocah ini malah membatalkan pertunangannya. Sekarang yang mewakili Han Tay Hiong melampiaskan kedongkolannya! Pertarungan kami ini ditentukan oleh yang menang dan yang kaiah! Aku ingin membawa dia ke Lok-yang agar menemui calon mertuanya. Aku ucapkan banyak terima kasih kepada kaiian berdua. Tetapi aku minta kalian jangan memisahkan pertarungan ini!" Lui Piauw seorang yang jujur dan bicaranya blak-blakan. Mendengar Lui Piauw membuka rahasianya. Kok Siauw Hong menunduk karena malu. Demikian juga nona Han. Untung nona Han seorang yang keras hatinya, jika tidak demikian, mungkin ia sudah menangis. Sepasang matanya berkaca-kaca. Ci Giok Phang berdiri di samping si nona. hatinya jadi tak enak. Segera ia menghalangi si nona. berdiri di depan nona Han agar tak terlihat sedang berduka. Orang she Yo itu tertawa. "Mengurus masalah seperti ini tidak mudah. Lui Toa-ko."

kata orang she Yo itu. "Biarkan saja Han Tay Hiong yang memutar otaknya menyelesaikan masalahnya. Kau tak perlu repot dan ikut campur, ditambah lagi kau tak punya waktu untuk ke Lok-yang!" Lui Piauw tertegun. "Memang kenapa?" tanyanya. "Terus terang, kedatangan kami bukan untuk mengurus masalah ini." kata orang she Yo itu. "Kedatangan kami ini atas perintah Beng-cu (Ketua) untuk mengundangmu. Lihat ini Liok-tim-ciam (Panah Rimba Persilatan)!" Yo si-ko menyerahkan sebatang anak panah pada Lui.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua lelaki itu anak buah Hong Lai Mo Li. yaitu Liok-lim Beng-cu (Ketua Rimba Hijau) bagian Utara. Orang she Yo itu bernama Kuang. Sedangkan orang she Tu bernama Tu Hok. Ketika masih muda Lui Piauw bersahabat baik dengan mereka berdua. Mereka datang ke tempat itu untuk memberi tahu tentang khabar buruk, yaitu mengenai keadaan di Tiong-goan (Tiongkok). Kedudukan Beng-cu kedua lelaki itu jelasnya demikian: Kota Yang-cou sangat berdekatan dengan kota Hu-cou. dulu di sini Han Sie Tiong pernah mengalahkan pasukan Kim (Tartar). Yang-cou termasuk wilayah Kang-lam. namun kota tersebut terletak di Utara sungai Tiang-kang. Tetapi kaum Rimba Persilatan tetap menganggap kota itu sebagai daerah Utara di bawah perintah Pak Hong Bu Lim Beng Cu (Ketua Rimba Persilatan Bagian Utara), yaitu Hong Lai Mo Li. Liok-tim-ciam Hong Lai Mo Li menyebar sampai ke kota Yang-cou. hal ini dulu belum pernah terjadi.tni tentu saja sangat mengejutkan Lui Piauw. Dia menerima anak panah itu dengan sikap hormat sekali. "Ada perintah apa dari Liu Beng-cu?" tanya Lui Piauw. "Liu Beng-cu mengundang Toa-ko agar kau datang ke Kimkeeteng. di sana akan dibicarakan masalah besar." kata Yo Kuang. "Selain kau dia juga mengundang Koan Kun Oh dan Lu serta Ong Han Cu. Kebetulan semua ada di sini!" Keterangan itu menarik perhatian semua orang. kelihatan Toan Cin. Koan Kun Oh. Lu Tay Ceng dan Bong Sian segera menghampiri mereka. "Rencana besar bagaimana?" tanya mereka. "Sebenarnya ada apa?" tanya yang lain. Setelah batuk Yo Kuang mulai menjelaskan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pasukan besar bangsa Mongol sudah mulai memasuki wilayah Tiong-goan (Tiongkok). oleh karena itu Liu Beng-cu mengundang kalian untuk diajak berunding mengenai masalah ini." kata Yo Kuang. Mengenai akan datangnya serbuan dari pasukan Mongol memang sudah diduga sebelumnya oleh para orang gagah. Setelah mendengar khabar tersebut, seketika itu juga para orang gagah jadi emosi, darah mereka bergejolak. "Pasukan Mongol sangat kuat." melanjutkan Yo Kuang. "tampaknya suku Kim (Tartar) pasti akan kalah dalam peperangan kali ini. Kita bangsa Han akan apa yang akan kita lakukan? Ini bukan masalah sederhana. Oleh sebab itu Liu Beng-cu ingin mengambil langkah, pertama ia ingin menahan serbuan pasukan Mongol. sekaligus menggulingkan pemerintahan bangsa Kim!" "Karena kita tak ingin dijajah oleh bangsa asing, ide itu sungguh bagus sekali!" kata orang-orang gagah itu. "Tetapi masih banyak yang harus kita rundingkan dulu." kata Yo Kuang. "Misalnya. pada saat pasukan Kim dan Mongol sedang bertempur, haruskah kita menyerang kedua pasukan asing itu atau bergabung dulu untuk sementara dengan salah satu pasukan asing itu? Atau mungkin, kita diam saja menonton mereka bertarung dulu. Tunggu sampai kedua pasukan asing itu hancur-lebur. baru kita serang mereka. Atau pilihan lain. kita tunggu sampai salah satu dari mereka menang perang, kemudian baru kita serang yang menang itu! Nah. itulah yang akan kita bicarakan di sana dan melihat situasi di lapangan dulu." "Ketika kami ke mari." kata Tu Hok. "kami sudah mendapat khabar, bahwa pasukan Mongol sudah mulai memasuki daerah Ho-lam. Tampaknya tentara Mongol ingin menguasai daerah Tong-ceng dulu. baru menyerang bagian utara. Kami juga sudah mengutus orang untuk menghubungi Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mungkin sekarang kota Lok-yang sudah jadi ajang pertempuran. Jadi Lui Toa-ko tak perlu ke sana lagi." "Musuh sudah ada di depan mata kita. urusan pribadi harus kita kesampingkan." kata Lui Piauw. "Aku patuh pada perintah Beng-cu!" "Bagi semua orang gagah yang belum diundang segera ke

tempatnya masing-masing dulu. untuk bersiap menghadapi musuh yang tangguh." kata Tu Hok. Saat semua orang gagah sedang berunding terdengar derap kaki kuda yang dilarikan dengan kencang meninggalkan kerumunan orang banyak. Ternyata penunggang kuda itu adalah Kok Siauw Hong Ketika sedang bertarung dengan Lui Piauw. dia menjadi peranan penting dan perhatian orang. Saat muncul utusan dari Hong Lai Mo Li membawa khabar penting itu. seluruh perhatian tertuju ke masalah itu. sehingga dia terabaikan. Tak heran kalau dia jadi tersinggung dan langsung menunggang kuda pergi meninggalkan mereka. Hal ini baru diketahui setelah orang mendengar langkah kaki kuda yang dipacunya. "Kok Siauw-hipp (Pendekar muda Kok), kau mau ke mana?" teriak Yo Kuang. Tapi pemuda itu sudah jauh dan mungkin tak mendengar seruan itu. "Seorang lelaki sejati jika sudah bicara kata-katanya harus dilaksanakan. Tak peduli kalah atau menang, aku akan ke Lokyang untuk menjelaskan pada Han Lo-cian-pwee. Sekalipun belum kalah, aku tak ingin merepotkan Lui Piauw untuk membawaku ke sana!" kata Siauw Hong. Kuda yang dilarikan oleh Kok Siauw Hong cepat sekali tak lama ia sudah tak kelihatan lagi. Tetapi suara jawaban Siauw Hong karena menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek (Ilmu menyampaikan suara) tetap bisa didengar. Itu tandanya

kangzusi. com
lwee
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kang Siauw Hong sudah sempurna. Hal itu membuat semua orang kagum kepadanya. Tadi mereka mengira Siauw Hong mampu mengatasi Lui Piauw dengan mengandalkan ilmu pedangnya saja. setelah tahu ia bisa ilmu itu mereka jadi kaget. Usia Siauw Hong masih muda. tetapi tenaga dalamnya sudah tinggi. Kelak pasti dia punya harapan besar di masa yang akan datang. "Bicara soal lwee-kang pasti lwe-kangku lebih tinggi. Tetapi mengenai kemurnian lwee-kangnya aku kalah darinya. Jika penarungan diteruskan, belum tentu aku bisa tahan lebih lama seperti dia." kata Lui Piauw sambil menghela napas. "Sungguh aku tak tahu diri. berani mencampuri urusan orang lain!" Yo Kuang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia angkuh dan keras kepala." kata Yo Kuang. "Pada saat

segenting ini dia akan pergi ke Lok-yang. Sebenarnya aku ingin bicara dengannya, sekarang ya. sudahlah." Lui Piauw menghampiri nona Han. "Keponakanku, tadinya aku ingin melampiaskan rasa penasaranmu itu. Tetapi keadaan sudah jadi begini. Aku harus segera pergi menemui Beng-cu. Mengenai perjodohan itu. lebih baik kau bereskan saja sendiri, tak perlu kau membuat Siok-siokmu cemas. Sampai jumpa!" kata Lui Piauw. Rupanya ia kurang senang nona Han bergaul dengan Giok Phang. maka saat bicara ia sedikit menegur nona itu. "Terima kasih atas perhatianmu. Siok-siok!" kata nona Han Pwee Eng lesu. "Ternyata Nona adalah puteri kesayangan Han Tay Hiong." kata Tu Hok. "Pantas kau berilmu tinggi. Liu Beng-cu memang sangat suka pada wanita gagah. Dia juga pernah mendengar namamu disebut-sebut. belum lama ini ia membicarakan masalah ini denganku. Mungkin sekarang kau sudah tak bisa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pulang ke Lok-yang. Jika kau mau, mari ikut kami ke Kim-keeteng!' "Terima kasih." sahut nona Han Setelah berpikir sejenak. "Aku memang ingin menemui Liu Beng-cu. tetapi sekarang aku masih banyak urusan. Lain kali saja. aku pasti akan mengunjunginya." Ketika itu ia lihat Ci Giok Hian berjalan keluar. dia berdiri tampaknya sedang menunggui dia. Sekalipun ia tak menyalahkan Ci Giok Hian dalam masalah merebut tunangannya, tetapi batinnya tetap terpukul. melihat Ci Giok Hian keluar menyambutnya, ia teringat hubungannya dulu. dan nona ini lah yang mengobati penyakitnya hingga sembuh. "Walau sebentar aku harus menemuinya." pikir nona Han. "Aku yakin dia tak akan memaksaku untuk tinggal di rumahnya?" Semua orang sudah mulai bubar. Yo Kuang menghampiri nona Han. "Jika Nona masih ada urusan lain. kami mau segera berangkat. Kapan saja Nona ke Kim-kee-teng pasti kami akan menyambutmu dengan gembira." kata Yo Kuang. Sesudah mereka semua pergi, dua pelayan tua nona Han muncul menemui majikannya. "Kami berdua sangat ceroboh." kata Chan It Hoan. "Kami telah membuat masalah jadi begini, kami jadi tak enak pada Nona." Han Pwee Eng menghela napas. "Aku tak menyalahkan kalian. masalah sudah lewat kau jangan ungkit kembali!" kata nona Han. "Baik. Nona."

Setelah nona Han menatap mereka baru ia bicara lagi. "Aku lihat kau ingin bicara denganku?" "Nona...Nona mau ke mana?" tanya Liok Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua pelayan itu mendapat tugas dari ayah nona Han. mereka diminta melindungi nona Han yang akan menikah di Yang-cou. Tetapi sekarang sudah jadi berantakan begini, sungguh itu di luar dugaan mereka. Rumah keluarga Kok apalagi rumah keluarga Ci sudah bukan tempat yang nyaman bagi nona Han. Jika mau kembali ke Lok-yang pun. mungkin di tengah jalan akan menghadapi peperangan hebat. Sudah jelas kedua lelaki tua itu mencemaskan keadaan nona majikannya. Nona Han sudah mengambil keputusan. hanya ia tak ingin membicarakannya dengan mereka berdua. Saat ia akan pamit. Ci Giok Hian menghampirinya sambil tersenyum. "Nona Han kau sudah ada di sini. kalian adalah tamu kami. Sekalipun tempatku ini tak begitu bagus, tapi kalian bisa tinggal bersama kami di sini. Jika kalian tak keberatan, silakan." kata Ci Giok Hian ramah sekali. Jelas nona Han tidak akan bersedia tinggal di situ. Lalu ia bertanya pada Chan It Hoan. "Apa kalian punya tempat yang lebih baik?" tanya nona Han Pwee Eng. "Justru kami ingin mendapat petunjuk dari Nona." kata Chan It Hoan. Nona Han memang cerdas, ketika ia mendengar jawaban itu. ia langsung tahu maksudnya. "Padahal mereka harus melapor pada Ayahku, tetapi dia bilang begitu, seolah tak ingin pulang." pikir nona Han. "Ditambah lagi peperangan sudah berkobar pasti sangat berbahaya dibanding ketika mereka datang ke sini." Setelah Han Pwee Eng berpikir sejenak baru ia bicara lagi pada kedua pelayannya itu. "Ayahku tidak menganggap kalian sebagai budak atau pelayan. kalian telah mengawalku dengan baik. tugasmu sudah selesai. Selanjutnya akulah yang akan menjelaskan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Ayah. sekarang terserah pada kalian mau ke mana kalian? Seandainya aku akan pulang pun kalian tak perlu mengawalku lagi." kata nona Han dengan terharu. "Terima kasih atas kebaikan Nona Han." kata Liok Hong.

"Sebenarnya kami bukan tidak mau melayani Lo-ya (Tuan Besar) dan Nona Han. tetapi kawan-kawan kami di Cengtiongkang sangat mengharapkan bantuan kami berdua. Theng Si Ya. pemimpin mereka sangat baik pada kami. Kami pun pernah berhutang budi kepadanya. Ceng-tiong-kang berada dekat Lu-tam dan Lu-pak. itu adalah daerah keluarga Gak yang diperebutkan. Mereka khawatir mereka tidak dapat membendung serangan musuh, itu sebabnya mereka mohon kita datang membantunya." Han Pwee Eng manggut. "Kiranya mereka tak mau pulang." pikir nona Han "Tadinya aku kira mereka takut bahaya perang, kalau begitu aku salah menilai mereka?" Nona Han tersenyum. "Kalian mau ke sana untuk membantu Theng Han Cu di Ceng-liong-kang untuk membela negara dan rakyat, itu perbuatan yang mulia. Silakan kalian berangkat!" kata nona Han Chan It Hoan dan Liok Hong memberi hormat. "Kalau begitu, kami harap Nona bisa menjaga diri baik-baik, hamba berdua mohon diri." kata Chan lt Hoan. Namun nona Han tahu keduanya ragu-ragu meninggalkan dia. mungkin mereka takut dia akan tinggal bersama keluarga Ci. Tetapi karena keadaan sangat gawat mereka terpaksa berangkat juga. Ci Giok Hian tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kedua orangmu itu sangat setia kepadamu." kata nona Ci Giok Hian sambil tersenyum. Ketika itu nona Ci memegang tangan Han Pwee Eng dan menggandengnya untuk diajak ke rumah. Kali ini perasaan nona Han agak lapang, Ia ingat saat pertama kali ia datang. Nona Ci begitu baik kepadanya. Tetapi setelah ada ganjalan, mereka jadi agak kikuk juga. Kali ini mereka telah kembali seperti dulu bersahabat. Tetapi itu tidak semurni dulu. Setelah ada badai di hati mereka masing-masing, pasti masih ada yang retak. Tentu tidak mudah untuk normal kembali. Begitu memasuki halaman rumah itu nona Han melihat kereta yang ia naiki dulu. ketika datang ke tempat itu. Malah kereta itu kelihatan sudah disiapkan, sudah diisi bekal untuk suatu perjalanan jauh. "Mereka mau ke mana? Mengapa mereka menggunakan keretaku?" pikir nona Han bingung. Nona Ci tahu apa yang sedang dipikirkan nona itu karena nona Han sedang memperhatikan kereta itu. Tetapi dia belum

menjelaskannya. Padahal nona Han ingin tahu apa maksud mereka. Untuk tak lama-lama membuat nona Han penasaran nona Ci mulai bicara. "Adik Eng. maafkan aku karena telah membuatmu tersinggung, aku jadi tak enak sekali." kata Ci Giok Hian. Wajah nona Han berubah kemerah-merahan. "Semua sudah berlalu. jangan diungkit lagi! Kau telah mengobaliku. malah belum kuucapkan terima kasih kepada kalian. Kau jangan resah kita tetap kakak beradik seperti dulu." kata Han Pwee Eng. Ci Giok Hian tersenyum. "Semoga kau dan aku bisa berkumpul selamanya dan hubungan kita akan jadi lebih erat " kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ucapan nona Ci yang sangat berarti, ini membuat wajah nona Han berubah merah, ia khawatir nona Ci akan bicara sesuatu yang tak berkenan di hatinya, maka itu ia pun segera bicara mendahuluinya. "Di kolong langit tak ada pertemuan yang tanpa perpisahan." kata nona Han.. "Pek-hoa-kok sudah aman kembali. Rasanya sudah saatnya aku pergi!" Ci Giok Hian tersenyum "Aku tak bisa menahanmu terus di sini. lalu kau mau ke mana?" tanya nona Ci. Pertanyaan itu pernah diajukan oleh Chan It Hoan dan Liok Hong tadi. kepada kedua pelayannya itu ia bisa tak menjawab pertanyaan itu. tetapi kepada nona Ci justru tak boleh tidak ia harus menjawabnya. "Jika aku jawab dengan jujur, pasti dia akan curiga padaku?" pikir nona Han. Rupanya nona Han ingin buru-buru pulang ke Lok-yang. Ia dan ayahnya siap untuk menghadapi bahaya peperangan. Ia sadar sekalipun ayahnya pandai ilmu sitat. Setelah terluka ia jadi agak lumpuh. gerakannya kurang leluasa. Nona Han juga sadar pasukan besar Mongol akan menyerang ke Lok-yang. hal itu mencemaskan hatinya. Jika ia terus terang mengatakan akan pulang. ia risau dan takut nona Ci akan curiga dan menyangka ia akan menyusul Kok Siauw Hong. Sedangkan Kok Siauw Hong sudah lebih dulu ke rumahnya akan memberi penjelasan kepada ayahnya. Sekalipun tadi Kok Siauw Hong tak bicara soal membatalkan pernikahan mereka, nona Han pun tetap tidak ingin menikah dengannya. "Bagaimanapun aku harus pulang, aku khawatir pada keadaan Ayah." pikir nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tak ingin orang tahu mengenai kerisauan hatinya itu. juga keputusannya. Terutama pada nona Ci agar tak mengira, ia pulang karena akan mengejar Kok Siauw Hong. Lama nona Han termenung, baru ia bicara lagi. "Apa kalian ingin berpergian jauh?" kata nona Han. "Kalian mau pergi ke mana?" Sengaja nona Han tidak menjawab pertanyaan nona Ci. tapi ia malah balik bertanya kepada mereka, karena ia ingin tahu ke mana tujuan mereka. Baru sesudah itu ia akan menjawab ke mana ia mau pergi. Nona Ci tertawa. "Justru kami ingin ke rumahmu di Lok-yang!" kata Ci Giok Hian. Jawaban itu sedikit mengejutkan nona Han Pwee Eng. Tapi segera dijelaskan oleh nona Ci maksud kepergian mereka ke Lok-yang itu. "Begini." kata nona Ci. "Sebenarnya kami ingin minta Kok Siauw Hong agar mengantarkan arak obat ini ke rumah ayahmu. Tetapi tidak kami duga. ia telah pergi dengan sangat terburu-buru. oleh karena itu terpaksa kami yang harus pergi ke sana mengantarkan obat ini. Mungkin tadi ia lupa?" Tak lama kelihatan Ciu Tiong Gak membawa seguci arak obat yang ia naikkan ke atas kereta. "Kau datang dengan kereta ini. bagaimana kalau kau pun pulang dengan kereta ini juga?" kata nona Ci sambil tersenyum. Recana nona Ci lebih matang. Dia telah mengatur akan mengantar nona Han pulang sambil membawa obat untuk ayahnya. Mungkin dengan arak obat ini mereka bisa meredakan kejengkelan ayah nona Han. Jika mereka datang bersama nona Han. dan ayah nona Han gusar, pasti nona Han

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa meredakan kemarahan ayahnya. Di balik itu nona Ci ingin memanfaatkan perjalanan yang ribuan lie itu agar kakaknya bisa semakin dekat dengan nona Han. Rencana itu memang sangat baik. tetapi nona Han bukan gadis yang bodoh. Jelas ia tidak mau pulang bersama mereka. Hal itu bukan karena ia benci kepada Ci Giok Phang. tapi sesudah 'kejadian' itu. ia ingin menenangkan hatinya. Sebelum luka hatinya sembuh mana mungkin mereka bisa berjalan

bersama-sama. "Kakak Ci bolehkah aku meminjam salah seekor kudamu?" kata nona Han Setelah berpikir agak lama. Ci Giok Hian tertegun. "Bukankah kau mau pulang bersama kami? Mengapa tidak pulang bersama kami saja naik kereta?" kata nona Ci. "Aku memang mau pulang. tapi karena punya sedikit urusan aku akan mengambil jalan agak memutar ke kota lain dulu." jawab nona Han. Nona Ci tersenyum ia tak banyak bertanya lagi. "Baik. akan kupinjami kau kuda jempolan!" kata nona Ci Giok Hian. "Terima kasih Kak!" kata nona Han. "Memang pantas." kata nona Ci. "seekor kuda ditukar dengan sebuah kereta bagus, tapi kalau dihitung-hitung aku masih untung. Tapi aku kira kau masih butuh semacam barang lain." Nona Han tertegun. "Barang apa?" tanya dia. "Seperangkat pakaian pria!" kata nona Ci sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu nona Han masih mengenakan pakaian pengantin yang dikenakan saat baru tiba di situ. "Ah. rupanya nona Ci sangat teliti, aku seorang nona dan berkelana di kalangan Kang-ouw. mana boleh aku berpakaian seperti ini?" pikir nona Han. "Jangan cemas, aku sudah menyiapkan beberapa pakaian lelaki untukmu, mari ikut denganku." Ci Giok Hian mengajak nona Han Pwee Eng ke kamar yang pernah ditempati oleh nona Han tempo hari. Di atas tempat tidur itu telah tersedia pakaian pria yang dikatakan oleh nona Ci Giok Hian. "Telah aku siapkan tiga perangkat pakaian pria. dengan demikian di tengah jalan kau bisa ganti pakaian. Kau boleh mencobanya, apa pas atau tidak di tubuhmu!" kata nona Ci. Nona Han tersenyum ia puas sekali. "Jika kau berangkat bersama kami. kau tidak perlu memakai pakaian pria." kata nona Ci. "Tetapi sudah aku duga. belum tentu kau bersedia berangkat bersama-sama dengan kami. Maka itu aku telah menyiapkan semuanya untukmu. Baik. kau boleh berganti pakaian dulu. aku akan keluar sebentar! Akan kukatakan ini pada Kakakku." Nona Ci tahu nona Han tidak bersedia berangkat bersama mereka, tapi ia masih bicara soal kakaknya, ia berharap nona

Han mengubah niatnya. Sekalipun nona Han sangat berterima kasih pada nona Ci. tapi ia tak senang pada rencana nona itu. Ternyata pakaian itu memang pas di tubuhnya, seolah tubuh nona Han itu sudah diukur sebelumnya. Selesai berpakaian, ia keluar dari kamar sambil menenteng sebuah buntalan berisi pakaian yang lain. Saat nona Ci melihat ia keluar. nona ini langsung tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wah kau mirip seorang pria yang tampan!" kata nona Ci. "Jika kau berdandan seperti ini di tengah jalan tak akan ada yang berani mengganggumu!" Wajah nona Han berubah merah. "Huss! Kau bicara sembarangan saja! Aku tak mau adu mutut denganmu." kata nona Han. Nona Han sudah melihat seekor kuda jempolan ada di halaman rumah itu. Ia berjalan menghampirinya, tiba-tiba ia melompat ke atas kuda itu. lalu dipegangnya tali kendalinya. Dia lambaikan tangannya ke arah Ci Giok Hian. lalu kuda itu sudah lari meninggalkan halaman rumah itu dengan cepat. Ci Giok Phang berdiri termangu saja di depan pagar rumahnya, wajahnya muram sekali. melihat kakaknya muram, nona Ci tertawa. "Sudah jauh. dia sudah tak kelihatan lagi. Aku jamin setiba di Lok-yang. pasti kau akan bertemu lagi dengannya!" kata Ci Giok Hian menggoda. Ci Giok Phang menghela napas panjang. "Bukankah dia bilang dia akan ke kota lain?" "Itu cuma alasan dia saja! Jangan percaya. Coba kau pikir peperangan sedang berkecamuk dan akan melanda kota Lokyang. bagaimana ia tak segera pulang menemui ayahnya?" kata nona Ci. Ci Giok Phang diam. "Bisa bertemu lagi. lalu apa yang bisa kulakukan? Sikapnya tadi kelihatan ia masih kesal kepada adikku, di benaknya juga ia masih memikirkan Kok Siauw Hong." pikir Giok Phang. "Aku tahu kau gelisah. Baik. mari kita berangkat!" kata nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan aku saja. kau pun tak tenang!" kata sang kakak sambil tersenyum. "Kau mgin segera bertemu dengan Siauw Hong!"

Wajah nona Ci jadi merah. Sementara itu Han Pwee Eng sedang melarikan kudanya dengan cepat, ia kelihatan tidak tenang karena memikirkan Kok Siauw Hong. Hanya bedanya nona Ci ingin menemuinya, sedang nona Han justru ingin menghindarinya. Han Pwee Eng bisa memaafkan nona Ci. tetapi ia tak bisa memaafkan Kok Siauw Hong. Ia merasa sangat terhina habishabisan oleh pria itu. Ia jadi merasa kehilangan muka dan malu sekali. "Kau mencintai Kakak Ci. aku tak menyalahkanmu. Tetapi di matamu tak seharusnya sama sekali tak ada aku?" pikir nona Han. Tanpa sepengetahuan nona Han. sebenarnya Kok Siauw Hong pun merasa tak enak hati terhadapnya. malah dia sangat bersimpati. Ia juga tahu. seorang nona yang sudah siap akan menikah, bahkan datang dari jarak ribuan lie jauhnya, tapi setelah sampai di tempat calon suaminya, ia baru tahu pria yang bakal jadi suaminya itu mencintai gadis lain. Mana mungkin dia tak berduka dan marah? Jika bukan Han Pwee Eng orangnya, barangkah nona itu sudah bunuh diri? Begitu Kok Siauw Hong berpikir di sepanjang jalan. "Dia tabah dan tak menghiraukan cemoohan orang, aku bersalah besar kepadanya." begitu Kok Siauw Hong berpikir. Dia pun masih berani datang ke Pek-hoa-kok untuk menenangkan kekacauan di sana. Aku tak bisa membalas budinya itu!" Tetapi Kok Siauw Hong tak menyesal atas pilihannya. karena perjodohannya dengan nona Han atas prakarsa atau kehendak kedua orang tua mereka, bukan berdasarkan cinta sejati pilihan mereka sendiri. Sayang Kok Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengenai sifat nona Han setelah ada gejolak itu. Sedang dengan Ci Giok Hian ia sudah kenal lama. malah saling mencintai satu sama lain. "Hubungan cintaku dengan Ci Giok Hian sulit dipisahkan lagi." pikir Kok Siauw Hong. "apalagi kecantikan nona Ci tak kalah oleh kecantikan nona Han. Sekalipun nona Han lebih cantik, aku tak bisa melanggar janji kami untuk hidup bersama. Di dunia banyak wanita yang cantik dan baik. apa setelah bertemu satu aku harus mencintai yang lain satu persatu? Kali ini aku berdosa dan telah membuat dia sangat terhina dan menderita. Aku sangat bersalah kepadanya. Aku tak mampu menebus dosaku itu. hanya berharap ia mau memaafkan aku. Tapi...Aaah. harapanku sangat tipis!" Saat Kok Siauw Hong sedang melamun. mendadak

terdengar derap kaki kuda mengejarnya. "Apa yang berada di depan itu Kok Siauw Hong!" teriak penunggang kuda yang sedang mengejarnya..... -o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

Bab 7

Kok Siauw Hong menoleh ke belakang. Ia melihat seorang lelaki tua menunggang kuda sedang mendatangi ke arahnya, Ia lihat lelaki tua itu berumur sekitar 60 tahun, ia kelihatan sangat berwibawa dan masih gagah. Anehnya Kok Siauw Hong tidak kenal pria yang memanggil-manggil namanya itu. Segera Kok Siauw Hong menghentikan kudanya. "Benar, akulah Kok Siauw Hong. maaf Lo-cian-pwee. aku tak kenal denganmu. Ada apa Anda mencariku?" "Jika mau diceritakan kisahnya panjang sekali." kata orang tua itu. "Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sana. Di tempat ini banyak orang yang lalu-lalang. kurang leluasa!" Lelaki tua itu menunjuk ke suatu tempat yang agak sepi. "Baiklah." kata Kok Siauw Hong yang ingin tahu apa yang akan dibicarakannya itu. Dia turun dari kudanya diikuti oleh orang tua itu. lalu mereka berjalan ke bawah sebuah pohon. "Di sini lebih tenang." kata lelaki tua itu. "Mari kita bicara di sini!" Kok Siauw Hong memberi hormat. "Mohon bertanya, siapa nama besar Lo-cian-pwee? Ada petunjuk apa untukku?" kata Kok Siauw Hong. Sebelum bicara lelaki tua itu tertawa. "Namaku Jen Thian Ngo." katanya. "Ibumu itu adik kandungku. Jadi kau keponakanku." Kok Siauw Hong tertegun sejenak, ia kaget karena menurut ibunya bilang semua saudara ibunya sudah meninggal. Tapi mengapa sekarang ada yang mengaku sebagai pamannya. melihat anak muda itu agak kebingungan. Jen Thian Ngo mulai bicara. "Sifat Ibumu sangat keras." kata Jen Thian Ngo. "kami dengan ibumu pernah ribut kecil. Ibumu sangat marah padaku, dia kabur dari rumah. Sejak saat itu dia tak pernah pulang lagi. Pasti dia tak cerita padamu tentang aku. Tetapi sekarang kesalah pahaman itu sudah kami selesaikan berdua. Tadi aku baru saja dari rumahmu!" Kok Siauw Hong setengah percaya setengah curiga. "Kelihatan dia tak berdusta." pikir Kok Siauw Hong. "tetapi menilai orang tak bisa dilihat hanya dari wajahnya saja. Di Dunia Persilatan banyak orang berwajah penuh kasih, justru

dia orang jahat. Bagaimana aku bisa percaya pada orang ini? Aku baru pertama kali bertemu dengannya, jika aku salah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengakuinya apa tak akan ditertawakan orang? Sayang aku harus segera ke Lok-yang. aku tak bisa bertanya pada Ibuku." Saat sedang bicara orang itu mematahkan cabang pohon. "Bagaimana ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoatmu (Ilmu Pedang Tujuh Langkah), apa kau sudah mahir?" kata lelaki tua she Jen itu. Kok Siauw Hong kaget. Ia melompat mundur saat itu ujung ranting pohon sudah menusuk ke arahnya. "Kau tak segera menghunus pedangmu?" kata Jen Thian Ngo sambil tersenyum. Sekalipun ranting pohon itu lunak tetapi di tangan lelaki tua itu menjadi senjata ampuh. Saat serangan itu dilakukan terdengar deru suara ranting itu. ia telah mengeluarkan jurus Cit-siu-kiam-hoat yang lihay. Semula ia akan merebut senjata lawan yang aneh itu dengan tangan kosong, namun menyaksikan serangannya yang hebat itu. terpaksa ia menghunus pedangnya. Tubuh Siauw Hong berkelebat sedang kakinya melangkah sesuai jurus dari Cit-seng-pouw (Langkah Tujuh Bintang). Kemudian ia balas menyerang lelaki tua itu. Saat menghunus pedang maupun saat bergerak, ia lakukan dengan cepat dan indah sekali tak heran kalau lawannya jadi kagum. "Bagus!" kata Jen Thian Ngo. Jen Thian Ngo menggerakkan ranting di tangannya menyerang lagi ke arah pedang Kok Siauw Hong. Cabang pohon itu berhasil menepis serangan pedang Kok Siauw Hong. Hati Kok Siauw Hong tersentak kaget. Tubuhnya berputar ia memutarkan pedangnya membentuk lingkaran untuk menjaga totokan dari lawan. Ia gunakan jurus menjaga diri. "Hm! Jurus Menjaga Dirimu itu jika kau sedang menghadapi musuh tangguh, tidak menguntungkanmu. Menggunakan jurus itu harus dengan tenaga lunak, sekaligus berbalik

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang dengan cepat. Itu baru benar!" kata Jen Thian Ngo. Yang dikatakan oleh Jen Thian Ngo adalah Kouw-koat (Teori ilmu silat) Cit-siu-kiam-hoat. Ini membuat Kok Siauw Hong mulai percaya kalau lelaki tua itu mungkin pamannya.

Tapi Kok Siauw Hong seorang pemarah, ia tak mudah menyerah begitu saja. Ditambah lagi ia belum mengeluarkan seluruh kemampuannya. Tetapi ia sadar orang tua ini lihay. Maka sekarang ia tak segan-segan lagi. Ia serang lelaki tua itu dengan jurus "Hun-hoa-soh-liu" (Memisahkan Bunga Menyapu Pohon Liu). jurus kebanggaannya. Saat Kok Siauw Hong bertarung melawan Lui Piauw. ia menggunakan jurus ini untuk menandingi serangan Lui Piauw. Sekarang serangan yang ia lakukan lebih dasyat dari yang ia lakukan kemarin. Orang tua itu tertawa sambil menggerakkan ranting pohon, tubuhnya berkelebat di empat penjuru. Ia kenal jurus yang digunakan lawannya itu. yaitu jurus Cit-siu-kiam-hoat keluarga ibunya yang paling Iihay. Jurus ini bisa menusuk ke tujuh jalan darah dengan bersamaan. Kok Siauw Hong mempelajari jurus tersebut sudah beberapa tahun, tapi belum mahir-mahir. Maka ia pun jadi mengeluh. "Celaka, aku pasti kalah!" keluhnya. Bersamaan dengan itu terdengar suara. "Krak!" dan suara "Trang!" Ujung ranting patah tetebas pedang Kok Siauw Hong. tapi ia sendiri merasakan telapak tangannya sakit bukan main. tanpa terasa pedangnya terpental dan terlepas. Jen Thian Ngo tertawa. "Kau berhasil memotong ujung ranting ini. berarti kau sudah cukup terlatih!" kata Jen Thian Ngo sambil tertawa girang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu silat itu milik keluarga Jen, jika seseorang mahir menggunakannya, itu berarti ia masih punya hubungan famili dengan keluarga Jen. Ilmu itu merupakan rahasia keluarga Jen dan tidak pernah diturunkan pada keluarga lain marga. Kok Siauw Hong lalu memungut pedangnya dan ia masukkan ke dalam sarangnya. Kemudian ia memberi hormat. "Maafkan kecerobohan keponakanmu. Paman." kata Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo tertawa. "Sekarang baru kau percaya aku ini Pamanmu, kan?" katanya. "Terima kasih atas petunjuk Paman tadi." kata Kok Siauw Hong. "Masa lalu kami jangan kau ungkit lagi. kau kaum muda tak perlu mengetahuinya." kata Jen Thian Ngo. Orang tua ini tak mau cerita ia putus hubungan karena melarang ibu Siauw Hong menikah dengan Kok Ju Sih. Malah

hal ini membuat Kok Siauw Hong jadi sedikit curiga. "Jika cuma masalah kecil, kenapa Ibu tak mau mengakui Pamanku ini? Mungkin dia bukan orang baik? Aku ingin tahu apa yang akan dikatakannya padaku." pikir Kok Siauw Hong yang tetap waspada. "Apa kau mau ke Lok-yang?" tanya pamannya. "Benar. Paman, kau punya petunjuk apa?" "Aku ingin melarangmu ke sana. maka aku mencarimu. Masalahmu dengan keluarga Han sudah kuketahui." kata Jen Thian Ngo. Mendengar kata-kata ini Kok Siauw Hong tak enak hati. tapi ia menahan marah di depan pamannya ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman bilang Paman telah menemui Ibuku, apa ini kehendak Ibuku?" "Bukan, ini kehendakku sendiri." kata Jen Thian Ngo "Kenapa?" tanya Siauw Hong sambil mengerutkan dahinya. Ia heran mendengar cegahan itu. Lalu ia pun berpikir. "Sekalipun kau Pamanku aku tak mau menurut. Sedang Ibuku pun tak ikut campur dalam masalahku itu." pikir Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo seperti tahu apa yang ada dalam benak keponakannya itu. "Kau jangan salah paham, aku tak ingin mencampuri urusanmu. Terus terang ibumu malah tak setuju kau batalkan pernikahanmu dengan nona Han. tapi aku yang menasihati Ibumu." kata Jen Thian Ngo. "Oh kalau begitu aku harus berterima kasih pada Paman." kata Kok Siauw Hong. "Walau aku dengan ayahmu tak pernah berhubungan, namun Ibumu itu adik kandungku satu-satunya, jadi aku menaruh perhatian pada kalian. Sejujurnya ketika Ayahmu yang menjodohkan kau dengan nona Han. malah aku yang tak setuju. Jika aku disuruh memilih antara keluarga Han dan Ci. aku memilih Ci Giok Hian!" kata Jen Thian Ngo lagi. "Ini urusan masa depanku, mau setuju atau tidak, itu urusanku." pikir Kok Siauw Hong. "Kalau begitu mengapa Paman melarang aku ke Lok-yang?" tanya Siauw Hong. "Kau sudah memutuskan tidak akan menikah dengan nona Han. untuk apa kau menemui ayahnya?" kata Jen Thian Ngo. "Seorang pria sejati harus jujur. Sekalipun aku tak setuju perjodohan itu. tapi aku harus ke sana menjelaskannya. Aku tak boleh memutuskan seenakku." kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jen Thian Ngo menatap keponakannya. "Kau sudah tahu sifat Han Tay Hiong?" "Yang aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku tak peduli masalah lainnya," kata Kok Siauw Hong. "Hm! Sifat bocah ini seperti sifat ayah dan ibunya." pikir Jen Thian Ngo. "Aku tak peduli kau akan menemui Han Tay Hiong. tapi aku ingin tanya satu hal." "Katakan saja!" "Aku dengar Ibumu telah mengajarimu Siauw-yang-sinkang. apa kitab pusaka itu ada padamu atau tidak?" "Kalau ada bagaimana dan kalau tak ada bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Jika kitab itu ada padamu, aku larang kau pergi ke Lokyang!" kata Jen Titian Ngo. Kok Siauw Hong tercengang. "Kenapa?" ia tanya. "Apa kau belum tahu ilmu itu bukan warisan keluarga Kok. tapi milik keluarga Jen. Jadi aku tak ingin kitab itu jatuh ke tangan Han Tay Hiong!" kata Jen Thian Ngo. Mendengar ucapan itu timbul kemarahan Siauw Hong. "Belum tentu Han Tay Hiong menginginkan kitab keluarga Jen itu," kata Siauw Hong. "Itu menurut dugaanmu! Baik mau atau tidak dia pada kitab itu. aku hanya bertanya, apa kitab itu ada padamu atau tidak?" kata Jen Thian Ngo mulai sengit. "Tidak ada!" kata Siauw Hong singkat. Ia membalikkan tubuhnya akan segera naik ke atas kudanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tunggu! Aku masih mau bicara denganmu!" kata Jen Thian Ngo. "Paman masih mau bicara apa lagi?" "Sekalipun kitab itu tidak ada padamu, tapi kau sudah paham isinya, kan?" "Jadi Paman tidak percaya padaku, kau khawatir aku mengajari Han Tay Hiong. Baik aku akan bersumpah di hadapanmu. Tetapi jika Paman masih tak percaya aku tak tahu harus bagaimana lagi?" kata Kok Siauw Hong. "Kau tidak perlu bersumpah!" kata Jen Thian Ngo sambil

tersenyum. "Aku hanya ingin kau bicara jujur!" "Selama ini aku tidak pernah berbohong. Baik. Paman ingin aku bilang apa cepat katakan!" kata Siauw Hong. "Han Tay Hiong terkena pukulan Siu-lo-im-sat-kang dari Chu Kiu Sek. Apa kau sudah tahu hal itu?" "Aku tahu." kata Siauw Hong.: "Kau ke Lok-yang akan mengobati Han Tay Hiong dengan jurus pusaka itu?" kata Jen Thian Ngo. "Kalau ya kenapa dan kalau tidak kenapa?" tanya Siauw Hong. "Aku akan melarang kau mengobatinya dengan ilmu itu!" kata Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong memang tak berniat mengobati Han Tay Hiong dengan ilmu Siauw-yang-sin-kang. Lwee-kang Han Tay Hiong tinggi, karena itu ia akan mampu bertahan. Dengan minum arak obat milik Ci Giok Hian. ia pasti sembuh. Tapi karena hati Kok Siauw Hong keras, maka ia bertanya begitu. "Sungguh aneh. kenapa di dunia ini masih ada orang seperti Pamanku ini? Sekalipun kau Pamanku, aku tak akan menuruti keinginannya itu!" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman, aku kira kau tak akan ikut campur sampai sejauh itu, kan?" kata Kok Siauw Hong. Mata Jen Thian Ngo melotot. "Jadi kau anggap aku ini usil?" katanya. "Aku tak berani menuduh, tapi jika kata-kata Paman itu benar, aku tak berani tidak menurut!" kata Siauw Hong. "Mengapa kau tak mencaci aku orang tidak benar?" Kok Siauw Hong diam saja. "Apa sebabnya kau ingin mengobati Han Tay Hiong? Aku ingin dengar alasanmu!" kata Jen Thian Ngo sambil menatapnya tajam. Kok Siauw Hong mengira Jen Thian Ngo akan marah sekali, sebaliknya ia malah bertanya begitu. "Aku ke sana untuk menjelaskan pembatalan perjodohan kami. mengobati dia itu masalah lain. Paman Han itu Bu-lim Cian-pwee (Tokoh Dunia Persilatan) yang sangat dihormati. Sekarang dia terluka oleh si Iblis golongan sesat. Kami kaum muda wajib menolong dan mengobatinya. Apalagi dia sahabat Ayahku." kata Siauw Hong. "Jadi kau tidak bermaksud bermuka-muka agar perjodohanmu dengan nona Ci jadi lancar? Bukan begitu?" kata Jen Thian Ngo. "Paman jangan mencampur-adukan masalah itu!" kata Kok Siauw Hong.

Tapi ia berpikir. "Hm! Hatimu benar-benar picik!'' pikir Siauw Hong. "Oh kalau begitu jadi gampang diatur." kata Jen Thian Ngo sambil tertawa terbahak-bahak. Kok Siauw Hong terengang. "Maksud Paman?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau tak perlu mengobati dia!" kata Jen Thian Ngo sambil tersenyum. Kok Siauw Hong jadi bingung karena pada dasarnya Jen Thian Ngo tak setuju dia pergi ke Lok-yang. "Kenapa?" kata Siauw Hong yang mulai marah. "Seperti alasanmu tadi. kau mengobatinya karena kau hormat kepadanya, iya kan?" "Ya karena ia orang baik." "Bagaimana kalau ternyata ia orang jahat?" "Apa Paman punya bukti kalau ia itu orang jahat?" "Memang aku tidak punya bukti, tapi aku tahu dia bukan orang baik seperti yang kau bayangkan. Memang benar dia itu orang jahat!" kata Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong tidak yakin pada ucapan pamanya itu. Dia tertawa dingin. "Sekalipun Paman tak punya bukti, tuduhan Paman itu ada dasarnya kan? Aku tak bisa hanya percaya pada kata-kata Paman, maafkan aku!" kata Siauw Hong. Jen Thian Ngo diam. "Semula aku akan menjelaskannya, tapi aku yakin kau tak akan mempercayai kata-kataku. Kau boleh pulang tanyakan saja pada Ibumu! Sekalipun Ibumu itu tidak pernah akur denganku, tetapi ia akan mengakui bahwa aku orang jujur. Ia tak akan sembarangan menjelekkan aku." kata Jen Thian Ngo. "Memang aku harus menanyakannya pada Ibuku." kata Siauw Hong. "tapi tidak sekarang. Sekarang aku harus mengejar waktu, lain kali saja. Aku tak bisa ayal karena pasukan Mongol sudah maju. Aku harus ke Lok-yang secepatnya!" Jen Thian Ngo menghadang di depan kuda Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong gusar bukan main. "Mengobati Paman Han atau tidak, itu urusanku. Bagaimanapun aku harus berangkat ke Lok-yang!" kata Siauw Hong.

Jen Thian Ngo kurang senang lalu ia awasi Siauw Hong dengan tajam. Tak lama lagi mereka akan segera bertarung. Namun, tiba-tiba dari jauh terlihat mendatangi seorang penunggang kuda dengan cepat. Begitu dekat penunggang kuda itu berteriak dengan nyaring. "Anak Hong dia Pamanmu! Apa yang kalian ributkan?" teriak penunggang kuda itu ternyata ibu Siauw Hong. "Oh syukurlah Ibu datang. Paman melarangku ke Lokyang!" kata Siauw Hong. Tak lama Kok Hu-jin sudah sampai di depan mereka, ia tatap anaknya. "Kau sangat keterlaluan anak Hong," kata sang ibu. "Kau mengambil putusan sendiri hingga keadaan jadi kacau-balau, hal itu hampir saja kau membuat Ibumu pingsan! Tapi semua sudah terjadi, sudahlah. Kau mau ke Lok-yang. aku setuju dan berangkatlah. Kau harus berani mengakui kesalahan di depan Paman Han!" Semula Kok Siauw Hong takut ibunya tak setuju atas keputusannya itu dan memarahinya, tak tahunya malah sang ibu mufakat sekali. Ia girang bukan main. "Jika tahu Ibu sangat pengertian, aku tak perlu kabur dari rumah." pikir Kok Siauw Hong.. Sementara itu Jen Thian Ngo kelihatan bingung, ia jadi salah tingkah dan tak enak hati. "Sam-moay. kau...kau tak mengetahui sesuatu...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi sebelum Jen Thian Ngo bicara habis sudah dipotong oleh Kok Hu-jin. ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Ternyata itu sebuah kitab tipis dan langsung kitab itu dilemparkan ke arah Jen Thian Ngo yang sedikit kaget. "Terima ini!" kata Kok Hu-jin. Jen Thian Ngo langsung tahu itu benda apa. "Sam-moay. apa maksudmu?" kata Jen Thian Ngo purapura heran dan kaget. Kok Hu-jin menyahut dengan dingin. "Seorang lelaki sebaiknya tidak menginginkan sawah dan ladang milik orang tuanya, seorang wanita sebaiknya tidak mengharapkan hadiah pernikahan dari orang tuanya. Ayah memberikan kitab itu kepadaku sebagai hadiah pernikahanku. Sekarang aku kembalikan kepadamu agar hatimu lega. dan jangan terus-menerus menekan keponakanmu ini!" kata Kok Hu-jin dengan dingin sekali. Wajah Jen Thian Ngo berubah merah. Sebenarnya ia malu sekali untuk menerima kitab itu. tetapi kitab itu justru telah menjadi impiannya sejak dia masih muda. Maka dengan

terpaksa ia menebalkan mukanya menerima juga kitab itu. Rupanya Jen Thian Ngo pernah belajar ilmu Siauw-yangsinkang itu. tetapi sebelum ia berhasil ayahnya telah menghadiahkan kitab itu kepada adiknya, la ingin memiliki dan menguasai ilmu itu. tetapi ilmu itu sulit dipelajari. Saat masih muda dia pernah belajar, tapi setelah sekian lama ia jadi lupa lagi. Jen Thian Ngo orang yang lebih menghargai kehormatannya, sekalipun adiknya mengembalikan kitab itu dengan baik-baik. tapi ia tetap berkata begini. "Sam-moay. aku harap kau tidak salah mengerti." kata Jen Thian Ngo. "Aku tidak meminta kitab Ini. tetapi aku khawatir kitab ini jatuh ke tangan Han Tay Hiong...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah jangan banyak bicara!" kata Kok Hu-jin. "Baik supaya hatimu lega aku akan berpesan pada anakku." Dia tatap anaknya. "Anakku, dengar pesanku. Kau tak boleh menggunakan Siauw-yang-sin-kang untuk mengobati Han lay Hiong. jika kau melanggar pesanku, kau jangan mengaku lagi sebagai anakku!" kata Kok Hu-jin tegas. "Baik, Bu. Aku berjanji tidak akan menggunakan ilmu itu." jawab Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin tertawa. "Sekarang Toa-ko bisa berlega hati! Sebenarnya mengobati Han Tay Hiong tidak perlu ilmu itu!" kata Kok Hu-jin dengan tetap dingin. Jen Thian Ngo menghela napas panjang. "Sebenarnya aku ingin bicara lebih jauh pada kalian, tetapi kalian terlampau banyak curiga dan salah paham pada diriku." kata Jen Thian Ngo. "Aku ingin bilang, mengapa aku melarang Siauw Hong mengobati Han Tay Hiong. itu bukan karena aku takut ilmu kalian diketahui olehnya...." Kok Hu-jin mengerutkan dahinya. "Lalu karena apa?" tanya Kok Hu-jin. Kok Siauw Hong tak sabaran ia menyela. "Paman bilang Paman Han Tay Hiong itu orang jahat." kata Kok Siauw Hong. Mendengar ucapan anaknya Kok Hu-jin menatap ke arah Jen Thian Ngo dengan penuh kecurigaan. Jen Thian Ngo sedikit gelagapan. "Sam-moay. tak heran jika kau tidak percaya kepadaku." kata Jen Thian Ngo. "Han Tay Hiong itu orangnya sangat licik. Jika aku tidak tahu tentang dia. bagaimana aku bisa bilang dia orang jahat?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Hu-jin menatap kakaknya dengan tajam. "Kau tahu jelas mengenai apa?" tanya Kok Hu-jin. "Aku tahu dia bersekongkol dengan bangsa Mongol!" kata Jen Thian Ngo. Mendengar jawaban kakaknya itu Kok Hu-jin terperanjat sekali. "Kau punya buktinya?" kata Nyonya Kok. Bukan menjawab tapi Jen Thian Ngo balik bertanya. "Kau kenal pada orang yang bernama Siang-koan Hok?" kata Jen Thian Ngo. Kok Hu-jin berpikir sejenak. "Bukankah dia Lo-cian-pwee yang sudah mengasingkan diri sudah lama sekali? Aku masih ingat Ayah kita pernah cerita tentang dia. Dia dan Ceng Leng Su-thay pernah menjalin hubungan cinta, sehingga ia pergi ke seberang lautan. Itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. kenapa kau ungkitungkit lagi?" kata Kok Hu-jin. "Sekarang orang itu telah menjadi wakil Hoat Ong (Kepala Paderi) Mongol. malah ia sangat dipercaya oleh raja Mongol," kata Jen Thian Ngo. "Lalu apa hubungannya dengan Han Tay Hiong?" tanya Kok Hu-jin penasaran. "Tentu saja ada hubungannya, mereka itu sudah lama bersahabat dan berhubungan." kata Jen Thian Ngo. "Apa kau lupa. Ayah kita pun punya hubungan dengan Siang-koan Hok?" kata Kok Hu-jin. Jen Thian Ngo manggut-manggut. "Benar. Tetapi pada waktu itu Siang-koan Hok belum bergabung dengan bangsa Mongol. Sedangkan Han Tay Hiong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhubungan dengan dia, justru saat dia sudah menjadi wakil Kok-su (Guru Kerajaan) Mongol." kata kakaknya. Kening Kok Hu-jin berkerut. "Bagaimana kau bisa mengetahui soal itu?" "Ketika itu aku pergi ke Lok-yang. tetapi Han Tay Hiong tidak berani mengundangku ke rumahnya. Tahukah kau apa sebabnya? Kiranya di rumah dia sedang kedatangan seorang tamu agung." kata Jen Thian Ngo. "Apakah tamu agung itu Siang-koan Hok?" tanya adiknya. Jen Thian Ngo tertawa dingin.

"Jika bukan dia mengapa aku memberitahu kalian?" kata Jen Thian Ngo. "Pepatah tua mengatakan, "Jika tak ingin orang tahu. jangan berbuat". Han Tay Hiong tidak bisa menutupi rahasia itu untuk semua penduduk Lok-yang. sekalipun ia sudah berhati-hati sekali!" "Kau tahu dari siapa?" tanya Kok Hu-jin. "Siapa yang memberitahumu?" "Salah seorang Hiang-cu (Pemimpin-cabang) perkumpulan Kay-pang (Partai Pengemis) di Lok-yang." kata Jen Thian Ngo. "Apa dia yang bernama Lauw Kun?" "Ya, benar." kata Jen Thian Ngo. "Hm! Kay-pang memang sangat cepat mendapatkan informasi. Ditambah lagi Lauw Hiang-cu itu seorang yang jujur. Aku juga tidak pernah mendengar dia bentrok dengan Han Tay Hiong. Jadi informasi itu bisa dipercaya, karena tak mungkin pihak Kay-pang ingin membuat kekacauan antara mereka dengan Han Tay Hiong?" pikir Kok Hu-jin. Tetapi dalam keheningan itu Kok Siauw Hong berkata. "Paman, pepatah mengatakan "Omongan orang belum tentu benar, tetapi melihat sendiri itu baru benar!" Apa Paman

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyaksikan keluarga Han bersekongkol dengan Siang-koan Hok?" kata Siauw Hong. "Tentu aku menyaksikannya sendiri, baik akan kuberitahu kau." kata Jen Thian Ngo. Setelah menatap ke arah Kok Hu-jin baru Jen Thian Ngo mulai bercerita. "Pada malam Lauw Kun memberi tahu aku tentang rahasia itu." kata Jen Thian Ngo memulai ceritanya, "seketika itu aku gusar sekali. Lalu aku bersama Lauw Kun pergi ke rumah Han Tay Hiong. Maksud kami untuk membuka kedoknya. Sayang rupanya mereka sudah tahu niat kami itu. Ternyata Siangkoan Hok sudah pergi dari rumah Han Tay Hiong. Sebelum kami tiba di rumah Han Tay Hiong, justru di tengah jalan kami bertemu dengan Siang-koan Hok yang baru keluar dari rumah Han Tay Hiong. Kami bertengkar dan aku terhajar oleh pukulannya, sedangkan Lauw Kun tak berhasil mengejar orang itu....." Sebelum pamannya selesai bicara Kok Siauw Hong memotong. "Bagaimana Paman bisa tahu dia baru keluar dari rumah Paman Han Tay Hiong?" kata Siauw Hong. "Rumah Han Tay Hiong ada di jalan Po-kee. aku dan Lauw Kun bertemu dengan Siang-koan Hok dijalan itu." jawab Jen Thian Ngo. "Di sekitar jalan itu tidak ada rumah kaum Rimba

Persilatan. Jika dia bukan dari rumah Han Tay Hiong. apa dia keluar dari rumah orang lain?" Jen Thian Ngo menghela napas panjang, baru kemudian ia melanjutkan ceritanya. "Pertanyaanmu sangat beralasan, ketika itu memang aku tidak berpikir sampai ke situ." kata Jen Thian Ngo memulai lagi ceritanya. "Sekalipun aku yakin Siang-koan Hok keluar dari rumah Han Tay Hiong. tetapi kami tak bisa menangkap

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

basah mereka. Sudah pasti Han Tay Hiong tidak akan mau mengakui dosanya!" Saat itu Kok Hu-jin pun bingung. "Semula aku kira Kakakku kurang puas terhadap Han Tay Hiong karena ia tak diundang, kiranya ada masalah pengkhianatan ini?" pikir Kok Hu-jin. "Sekalipun pengkhianatanya belum terungkap." kata Jen. "tetapi berhubung kedudukannya di Dunia Persilatan, untuk sementara ini lebih baik kita jangan bentrok dulu dengannya. Maka tadi aku bilang belum waktunya kubentahu kalian tapi aku ingin agar keponakanku ini mengetahuinya. Ini terpaksa saja kuberitahukan pada kalian karena kalian mendesakku. Selanjutnya hal ini kalian rahasiakan saja dulu. jika sampai bocor kalian bisa celaka di tangan Han Tay Hiong. Maka menurut pendapatku kau batalkan saja pergi ke Lok-yang!" Setelah mendengar hal itu Kok Siauw Hong makin bingung, ia awasi ibunya. "Toa-ko. terima kasih atas perhatianmu." kata Kok Hu-jin kepada kakaknya. "Masalah ini akan kupikirkan dengan seksama, tetapi untuk anakku ini aku sudah mengambil keputusan yang pasti." Jen Thian Ngo tertawa dingin. "Dia anakmu, aku tidak berhak ikut campur urusanmu." kata Jen Thian Ngo. "Aku mencegah dia pergi mengobati Han Tay Hiong bukan karena aku egois. Sudahlah, aku mau pergi!" Sesudah kakaknya pergi Kok Siauw Hong berkata pada ibunya. "Apa Ibu percaya pada kata-kata Paman Jen Thian Ngo tadi?" kata Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin diam tak menjawab, keningnya berkerut-kerut. Kok Siauw Hong terus mengawasinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa dulu Ibu dan Paman bisa putus hubungan?" kata Siauw Hong mulai tak sabar. "Pamanmu itu tidak setuju Ibu menikah dengan Ayahmu...." kata Kok Hu-jin sambil tersenyum. "Jika kau ingin tahu masalah itu. baik akan Ibu beritahukan. Perjodohan kami atas kemauan kami berdua. Oleh karena itu Ibu juga tak ingin ikut campur masalah perjodohanmu berdua, aku ingin agar kelak kau tidak membenci pada Ibumu, seperti Ibu membenci pada Pamanmu itu. Tetapi Ibu yakin Han Pwee Eng itu gadis yang baik." Wajah Siauw Hong jadi cerah. "Ibu sangat baik dan penuh pengertian. Terus-terang saja. wajah Paman Jen Thian Ngo itu sungguh tidak sedap dipandang." kata Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin tertawa geli mendengar kata-kata anaknya yang polos itu. "Kau keponakannya kau tidak boleh mencemoohkan Pamanmu itu." kata sang ibu. "Ada masalah apa antara Paman Jen dan Paman Han itu? Aku yakin tadi Paman Jen menyembunyikan sesuatu." kata Kok Siauw Hong. "Ceritanya begini," kata Kok Hu-j in. "Tahun itu Pamanmu pergi ke Lok-yang. kebetulan kaum Rimba Persilatan dari tiga Kabupaten akan berkumpul untuk mengangkat Han Tay Hiong menjadi pemimpin mereka. Tetapi Han Tay Hiong tidak mengundang Paman Jen Thian Ngo ke tempatnya." "Kapan terjadinya itu. Bu?" tanya Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin tersenyum. "Setahun setelah Ayahmu menjodohkan kau dengan Han Pwee Eng. Ibu kira mengapa Han Tay Hiong tidak mengundang Pamanmu itu karena Han Tay Hiong tahu Ibu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak cocok dengan Paman Jen. Tak tahunya kata Pamanmu tadi, Han Tay Hiong punya rahasia seperti itu?!" "Ibu percaya pada keterangan Paman Jen? Apa Ibu tak berpikir, barangkali Paman Jen sangat benci kepada Paman Han. lalu memfitnahnya? Dia jengkel karena tidak diundang ke pertemuan para pendekar itu di rumah Paman Han?" Kok Hu-jin menggelengkan kepalanya. "Tidak! Pamanmu itu bukan orang seperti itu! Sekalipun Ibu tidak cocok dengan dia. tetapi Ibu tahu sifatnya." Kok Siauw Hong mengerutkan dahinya. "Kalau begitu Paman Han itu orang jahat? Kok Hu-jin menggelengkan kepalanya. "Paman Han sahabat Ayahmu dia bisa memilih kawankawannya.

Jika Paman Han itu orang jahat. Ayahmu tidak akan menjodohkan kau dengan puteri Paman Han itu. Jika Ayahmu masih hidup, pasti kau akan dicegah memutuskan jodoh dengan nona Han." "Kalau begitu Ibu lebih percaya kepada Ayah atau kepada Paman Jen?" "Sudah tentu Ibu lebih percaya kepada Ayahmu!" kata Kok Hu-jin. "Tapi Ibu yakin Pamanmu itu tidak berdusta, barangkali ada masalah lain. Sekalipun Paman Han dan Siangkoan Hok punya hubungan, belum tentu Paman Han bergabung dengan bangsa Mongol. Ayahmu sangat percaya kepada Paman Han. Ibu dan Ayah banyak menerima bantuannya. Tapi heran jika ia tahu kedudukan Siang-koan Hok sekarang, mengapa ia masih berhubungan dengannya?" Kok Siauw Hong menarik napas panjang. "Menurut Ibu. masih haruskah aku ke Lok-yang atau jangan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Hu-jin berpikir sejenak. "Ucapan Pamanmu tadi hanya sebuah kecurigaan, sedang hubungan kita dengan keluarga Han sudah puluhan tahun. Kali ini kau membuat kesalahan pada keluarga Han. Jika kau tak ke sana untuk minta maaf pada Paman Han. tentu tak enak sekali." kata Kok Hu-jin. "Ibu benar, aku juga berpikir begitu." kata Siauw Hong "Tetapi ucapan Pamanmu pun tak boleh kau abaikan juga. dan kau harus hati-hati kalau perlu kau selidiki sampai tuntas." kata Kok Hu-jin. "Baik. aku akan ingat pesan Ibu. Harap Ibu berlega hati." kata Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin tersenyum. "Kalau begitu Ibu tukar kuda denganmu, kau pakai saja Siauw-pek-liong (Si Naga Kecil Putih) ini!" kata ibunya. Kuda itu diperoleh ayah Siauw Hong di Ceng-hay. Siauw Hong mengucapkan terima kasih pada ibunya. "Maafkan, aku telah membuat Ibu resah." kata Siauw Hong sambil menangis." Kok Hu-jin tersenyum lembut. "Ibu hanya berharap agar kau bahagia Ibu juga pernah melihat nona Ci. dia memang sangat cantik, tak heran kau suka padanya." Kok Siauw Hong tertegun. "Ibu pernah bertemu dengannya? Dia tahu siapa Ibu?" Kok Hu-jin menggelengkan kepalanya. "Dia tidak kenal pada Ibu. Ditambah lagi Ibu pun tak ingin

ia merasa canggung maka Ibu tidak menemuinya. Dia bersama kakaknya dalam sebuah kereta. Menurut keterangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang Ibu peroleh, di dalam kereta itu ada seguci arak obat yang akan dibawa ke Lok-yang untuk Paman Han!" Kok Siauw Hong tersentak sadar. "Ah, pantas saja tadi Ibu bilang pada Paman Jen, bahwa aku tidak akan menggunakan ilmu keluarga Jen untuk mengobati Paman Han. Rupanya Ibu sudah tahu Ci Giok Hian berangkat membawa arak obat untuk Paman Han!" pikir Siauw Hong. "Kuda Siauw-pek-liong larinya lebih cepat dari kereta itu." kata ibunya, "maka kuda itu aku berikan kepadamu, agar kau bisa sampai lebih awal dua hari dari mereka. Kau paham maksud Ibu? Kau batalkan perjodohanmu dengan nona Han. pasti Han Tay Hiong kurang senang pada kita. Jika kau menemuinya bersama nona Ci aku yakin dia akan tambah tidak senang. Maka itu aku pikir kau jangan datang bersama nona Ci." Wajah Siauw Hong kemerah-merahan. "Aku mengerti. Bu. Eh aku lupa. apakah Ibu juga bertemu dengan Nona Han?" kata Kok Siauw Hong. Kok Hu-jin tersenyum. "Pernah, dia juga cantik sekali dan kepandaian silatnya tinggi." Kok Siauw Hong tertegun. "Dari mana Ibu tahu?" Kok Hujin tertawa. "Dia pernah datang ke rumah kita, lho!" Kok Hu-jin menceritakan tentang kejadian malam itu. lalu ia menambahkan. "Ibu dan Pamanmu sedang bercakap-cakap di kamar, dia bersembunyi di belakang gunung-gunungan. Semua yang Ibu bicarakan dengan Pamanmu, entah ia mendengarnya atau tidak Ibu kurang tahu. Saat Ibu tahu di luar ada orang dan Ibu hendak melihatnya, ia sudah melompat dan pergi. Ibu lihat gin-kangnya tidak rendah. Ibu dengar dia juga pernah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengusir Lima Serigala marga Tan. malah berhasil mencungkil mata si Rase Liar bernama An Tak. Itu suatu bukti bahwa ilmu silatnya lihay." "Hm! Pasti malam itu dia menyelidiki aku. setelah tahu jelas apa yang terjadi, maka ia pergi. Aaah. saat itu aku tahu

bagaimana berdukanya dia?" pikir Siauw Hong. Melihat Siauw Hong melamun, ibunya tersenyum. "Hai. kenapa tiba-tiba kau ingat kepadanya?" "Dia datang ke Pek-hoa-kok membantuku menjernihkan kekacauan di sana." kata Kok Siauw Hong. "Sekalipun aku akan menemui Ayahnya dan membatalkan perjodohan dengannya, tapi aku tetap berterima kasih kepadanya. Aku kira Giok Hian akan menahan dia di Pek-hoa-kok. Tapi Ibu bertemu nona Ci dan kakaknya menuju ke Lok-yang. Pasti Nona Han tidak ada di sana. Apa ia pulang atau tidak? Maka itu tadi aku bertanya pada Ibu. apakah Ibu bertemu dengan Nona Han atau tidak?" "Hm! Jadi kau takut bertemu dengannya di di tengah jalan? Terus terang aku tidak bertemu dengan dia. Seharusnya dia pulang, tapi di tengah jalan aku tidak menemuinya. Mungkin dia mengambil jalan lain. Karena kudamu bisa lari cepat, jika kau bertemu dengan dia kau harus baik-baik kepadanya." kata Kok Hu-jin. Wajah Kok Siauw Hong merah ia manggut. "Baik. Bu. Nona Han dengan Giok Hian seperti kakakberadik saja. aku harap jangan karena aku. hubungan mereka jadi rusak. Lebih baik Ibu pulang saja." "Aku dengar tentara Mongol sudah menyerbu ke Lok-yang. aku harap kau berhati-hati.'* kata Kok hu-jin. "Ya, Bu." kata Kok Siauw Hong. Sesudah saling menukarkan kuda baru Kok Hu-jin menjalankan kudanya akan pulang. Sesudah ibunya pergi baru

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong melompat ke atas kudanya lalu ia larikan ke arah Lok-yang.... -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 8

Sementara itu HanPwee Eng yang akan pulang ke Lokyang, memang mengambil jalan lain bukan melalui jalan umum. Seperti dugaan Kok Hu-jin ternyata nona Han mengambil jalan kecil. Pilihan mi mungkin agar ia tidak bertemu dengan Kok Siauw Hong di tengah jalan. Sekarang Kok Siauw Hong menempuh jalan raya. sedangkan dia lewat jalan kecil. Tentu saja tak akan bertemu. Ketika itu Han Pwee Eng mengenakan pakaian laki-laki. Dia telah menempuh perjalanan beberapa hari lamanya. Di sepanjang jalan ia mengalami kejadian apa-apa baik saat dalam perjalanan atau saat bermalam di penginapan maupun saat dia makan di rumah makan. Dia yakin karena tidak ada orang yang mengetahuinya bahwa dia seorang nona. Tapi

pada hari yang ketujuh.... Setelah melewati daerah San-tung, ia mengalami kejadian yang mengherankan sekali. Malam itu ia mencari sebuah penginapan di sebuah kota kecil bernama Ci-hoo. Ternyata majikan penginapan itu masih muda. dia melayani nona Han Pwee Eng dengan sangat istimewa sekali hingga membuat Han Pwee Eng kaget. Padahal ia tudak memesan makanan utu. tetapi tuan rumah malah menyajikan masakan yang lezat untuknya. Dia bukan pejabat dan di kota kecil itu dia tidak kenal siapa-siapa. Dia juga bukan seorang hartawan, tapi mengapa pemilik penginapan begitu telaten melayaninya. Hal itu membuat nona Han Pwee Eng bingung dan terheran-heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah memikirkan hal itu dan tak mendapat jawaban yang memuaskan, akhirnya Han Pwee Eng jadi tak acuh pada perlakukan pemilik penginapan itu. Dia hanya menduga barangkali memang harus begitu memperlakukan seorang tamu baru. agar betah di penginapannya? Betapa kagetnya Han Pwee Eng. ketika esok harinya ia akan meninggalkan penginapan itu dan dia mau membayar sewa kamar serta makannya, ternyata pemilik penginapan menolak ia bayar. "Tuan. mengapa Tuan tak mau menerima bayaran dariku?" tanya nona Han. "Maaf Tuan. semuanya sudah dibayar lunas." jawab pemilik penginapan itu. "Ci-ho sebuah kota kecil, sahabatku hanya Ci Giok Hian seorang. Sedang Ayahku tidak pernah bilang punya kenalan di tempat ini. aneh sekali." pikir Han Pwee Eng. "Kalau begitu siapa yang membayari uang sewa kamar dan makanku? Jika dia kenalan, kenapa dia tidak muncul memperkenalkan diri?" Karena heran dan penasaran nona Han menanyakan ciri-ciri orang yang membayarinya pada pemilik penginapan. Tapi pemilik penginapan itu tersenyum sambil berkata. "Dia berumur 40 tahun, wajahnya biasa-biasa saja. tidak istimewa. Pakaiannya mewah sekali. Kemarin siang dia ke mari. lalu memberitahu bahwa Tuan akan datang ke mari. Dia juga menyampaikan ciri-ciru wajah dan tubuhmu. Dia minta kami melayanimu dengan baik. Dia lalu menyerahkan uang dan pergi tanpa menyebutkan nama lagi. Aku pikir pria itu pasti sahabat Tuan. Tuan pun pasti kenal kepadanya." kata tuan rumah. Kelihatan pemilik penginapan itu pun keheranan. Han Pwee Eng menggelengkan kepalanya. Ia pun yakin

pemilik penginapan bukan teman orang itu. Jika dia bertanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun tidak akan ada gunanya. Mungkin dia hanya melayani tamunya karena sudah dibayar lunas. Agar tidak membuat pemilik penginapan itu curiga, nona Han Pwee Eng berpurapura baru ingat. "Oh dia! Orang itu memang senang bergurau!" kata si nona sambil tersenyum. Han Pwee Eng pamit dan meninggalkan penginapan itu dengan terheran-heran. Di sepanjang jalan ia berpikir dan tetap merasa heran. "Pasti ada dua kemungkinan, pertama orang itu ingin mengambil hatiku, kedua orang itu ingin berbuat jahat terhadapku? Orang itu sengaja menguntit aku secara diamdiam. Sesudah terjadi peristiwa dengan Serigala Tua. aku memang telah menanam permusuhan. Mungkin orang itu salah satunya. Kiranya ciri-ciri diriku telah diketahuinya?" pikir Han Pwee Eng. Dia memang baru berkelana di Dunia Kang-ouw. Maka itu dia berpikir kalau orang itu mau berbuat jahat, dia tidak perlu berbuat baik kepadanya. Jika orang itu mau berbuat baik dan mengambil perhatiannya, mengapa dia tak meninggalkan namanya. Maka yang bisa ia lakukan adalah tetap waspada sambil melanjutkan perjalanannya. "Apakah dia kawan atau lawan, sebaiknya tak perlu kupikirkan." begitu nona Han mengambil keputusan. "Jika dia muncul akan kuhadapi dia sesuai situasi. Aku tidak boleh jerih dan tak pulang ke rumah." Saat hari mulai senja kembali nona Han Pwee Eng mencari sebuah penginapan, dia menemukan penginapan itu terletak di sebelah Selatan sungai Hoang-hoo. Di kota kecil itu hanya terdapat sebuah penginapan. Saat dia menjalankan kudanya ke sana ketika itu Han Pwee Eng melihat pemilik penginapan sedang berdiri di depan pintu menyambut kedatangannya. "Silakan Tuan! Silakan masuk!" kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa ada kamar untukku?" tanya nona Han. "Ada! Bahkan kamar itu sudah dipesan oleh sahabatmu!" kata tuan rumah dengan ramah sekali. "Bagaimana macam orang itu?" tanya si nona heran. "Orang itu kepalanya gundul." jawab pemilik penginapan.

Karena tidak ada penginapan yang lain terpaksa Han Pwee Eng bermalam di situ. Hampir semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan orang yang memesan kamar untuknya. Tetapi malam itu tidak terjadi apa-apa. Hati Han Pwee Eng jadi risau bukan main. "Orang itu tidak mau memperlihatkan dirinya, hingga aku jadi bingung sekali." pikir nona Han. Ketika esok harinya dia mau membayar, pemilik penginapan ini menolak pembayarannya. Terpaksa dia meninggalkan penginapan tanpa membayar uang sewanya. Nona Han Pwee Eng menjalankan kudanya ke tepi sungai Hoang-hoo. Rupanya setiap hari di situ banyak para pengungsi yang menyeberangi sungai ke arah Selatan, dan jarang yang menyeberang ke Utara. Agak sulit juga Han Pwee Eng mencari dan menemukan perahu yang mau menyeberangkan dia ke arah Utara. Setelah dia berjanji akan membayar mereka dengan ongkos yang mahal, barulah ada perahu yang mau menyeberangkannya. Hari itu cuaca kurang baik. Sekalipun langit tampak cerah, namun angin bertiup kencang sekali hingga sungai Huang-hoo jadi bergelombang. Keadaan ini membuat hati nona Han jadi hampa. Nona Han yang berdiri di haluan perahu menyaksikan arus yang deras sekali. "Yang jernih tetap jernih, yang bergelombang tetap bergelombang. Orang yang sedang kacau pikirannya tak boleh membiarkan diri terbawa arus dan terapuing-apung" pikir nona Han. "Gelombang sungai ini susul-menyusul, sama

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperti keadaanku sekarang yang sedang kacau. Apakah pasukan Mongol sudah menyerbu ke Lok-yang belum? Apakah Ayahku masih ada di sana atau sudah mengungsi? Pasti dia teringat padaku?" Saat dia sedang melamun tampak sebuah perahu kecil meluncur ke arah perahu yang dinaiki oleh Han Pwee Eng. Tak lama perahu kecil itu telah melewati perahunya. Kelihatan di perahu kecil itu ada seorang pemuda baru berumur 19 tahun, wajahnya tampan dan bersih, begitu pula pakaiannya. Kelihatannya dia bukan seperti tukang perahu. Nona Han heran, saat perahu kecil itu melewati perahu yang dinaikinya, tanpa terasa nona Han menoleh ke arah si pemuda itu. Saat pemuda itu mengetahui nona Han memperhatikannya, ia pun menoleh sambil tertawa. "Ah siapa anak muda ini? Dia pandai sekali mengayuh perahunya?" tanya nona Han pada tukang perahu. "Dulu-dulu aku tidak pernah melihatnya." jawab si tukang

perahu, "mungkin dia tukang perahu baru di sini. Sekarang memang banyak pengungsi yang menyeberang dengan naik perahu." Han Pwee Eng mengerutkan dahinya. "Dia kelihatan tidak mirip dengan tukang perahu biasa, kalau dia pengungsi seharusnya dia ke Selatan, bukan menuju ke Utara!" kata nona Han. Tukang perahu itu pun menggelengkan kepalanya. "Aku pun tidak tahu, sekalipun dia tidak mirip dengan tukang perahu tetapi dia mahir mendayung perahu. Belum pernah aku melihat tukang perahu semahir dia?" kata si tukang perahu. "Apa dia yang mempermainkan aku selama ini?" pikir nona Han. "Dia lebih muda dariku, mana bisa dia demikian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hebatnya? Sedang menurut pemilik penginapan orang itu berumur 40 tahun, dan bukan seorang pemuda. Jelas mereka dari suatu perkumpulan, sedang anak muda ini pasti bukan pemimpin perkumpulan." la jadi tertawa sendiri karena terlalu bercuriga. Setelah perahu kecil itu jauh dan mendarat di seberang sungai, nona Han bersama perahu yang ditumpanginya terus melaju. Sebelum matahari terbenam dia sudah tiba di sebuah kota bernama Ouw-shia. Kota Ouw-shia terletak di bagian Utara sungai Huang-hoo. Kota ini cukup besar, dan merupakan kota pembuat arak terkenal. Di kota ini terdapat sebuah rumah makan bermerk "Ngi Nih Lauw". Letak rumah makan itu di atas tanah agak tinggi, sehingga orang yang sedang makan dan sedang berkunjung di sana bisa melihat sungai Huang-hoo dengan jelas sekali. Melihat perahu seolah sedang berlomba. Han Pwee Eng tidak pernah singgah di kota ini. tetapi dia tahu di sini ada rumah makan bernama "Ngi Nih Lauw" Konon ada orang pertama pembuat arak yang memberi nama Ngi Ciu. Orang itu lahir di kota ini. nama rumah makan itu untuk mengenang namanya. Kota ini termasuk ramai sehingga nona Han terpaksa melarikan kudanya perlahan-lahan. Sebenarnya dia ingin meneruskan perjalanannya, tetapi karena hari sudah sore. terpaksa ia mencari sebuah penginapan. Kemudian terlintas pengalamanya dua hari yang lalu. "Sekarang aku akan mencari penginapan kecil, aku ingin tahu apakah orang itu memesankan kamar untukku atau tidak?" pikir nona Han. Saat kuda nona Han berjalan perlahan-lahan, tiba-tiba

muncul seorang yang sedang memikul mainan anak-anak. Nona Han kaget dia khawatir kudanya menabrak orang itu. lalu ia menepikan kudanya ke tepi jalan. Jalan itu sangat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sempit. Sekalipun kuda itu telah menepi, anak muda itu tetap menyenggol nona Han. "Oh! Maaf! Maaf!" kata anak muda itu. Ia mengulurkan tangannya akan membersihkan pakaian nona Han. bukan jadi bersih malah pakaian itu bertambah kotor. "Kau boleh pergi! Aku tidak menyalahkanmu." kata nona Han sambil mendorong bocah itu agar pergi. Pemuda itu mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkan nona Han. Pada saat yang bersamaan nona Han mengerutkan dahinya. Dia ingat sesuatu, dia merasa seolah pernah melihat pemuda itu. Sekalipun anak muda itu kelihatan kotor, tetapi tak menutupi ketampanannya. Tiba-tiba nona Han teringat bahwa pemuda itu si tukang perahu yang mahir mendayung perahunya. Tapi ketika itu berpakaian bersih, sedang sekarang sudah salin rupa dan ia berakaian dekil sekali. "Dia memang memiliki kepandaian." pikir nona Han. Setelah berbelok beberapa kali baru nona Han menemukan sebuah penginapan. Nona Han menghentikan kudanya di depan penginapan kecil itu. Di situ tidak terlihat papan nama penginapan, tapi hanya tergantung sehelai kain yang sudah kumel diikatkan ke sebatang bambu. Tulisan itu berbunyi "Khek-can" (Penginapan). Dinding kamar penginapan itu sudah kehitam-hitaman karena sudah lama tak pernah dicat. Diam-diam nona Han tersenyum. "Aku yakin orang yang menguntitku itu tidak akan menyangka aku akan mencari penginapan seperti ini?" pikir nona Han. Bukan main kagetnya nona Han. pada saat bersamaan pemilik penginapan itu keluar menyambutnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh selamat datang Tuan. kami merasa bangga atas kedatangan Tuan ke tempat kami ini. Kamar telah kami sediakan untuk Tuan. Silakan Tuan periksa dulu. apaka cocok untuk Tuan atau tidak?" kata pemilik penginapan. Kemudian orang itu akan mengambil tali les kuda nona Han untuk ditambatkan dan diberi makan. Tetapi nona Han Pwee

Eng mencegahnya. "Tunggu dulu! Tahukah kau siapa aku ini? Mengapa kau menyiapkan kamar untukku?" kata nona Han secara beruntun. Pemilik penginapan itu tertegun sejenak. "Seorang Toa-ya memberitahu aku tentang wajah Tuan dan kuda ini. Dia berpesan kepadaku agar aku menyiapkan sebuah kamar untuk Tuan. dan aku diminta melayani Tuan dengan baik." kata si pemilik penginapan. Sekalipun begitu dia berpikir. "Apa aku salah menyambut orang?" pikirnya. Melihat pemilik penginapan itu kebingungan nona Han tersenyum puas. "Benar kau telah keliru mengenaliku, bukan? Aku sebenarnya hanya lewat saja dan tidak berniat bermalam di tempatmu!" kata nona Han mantap. Pemilik penginapan itu terbelalak. Ia berpikir keras. "Jelas orang itu memberi gambaran tentang orang ini. mana mungkin aku salah lihat?" pikir pemilik penginapan itu. "Ah peduli amat. apakah aku salah lihat atau tidak, aku toh sudah dibayar." Sekalipun nona Han belum berpengalaman luas. dari ayahnya dia sering mendengar tentang keanehan di kalangan Kang-ouw. Maka dia sudah langsung menduga, bahwa "orang itu" telah membayar semua penginapan yang akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dilewatinya. Oleh sebab itu nona Han jadi kapok dan dia tidak akan mencari penginapan kecil lagi. "Hm! Ada orang yang sedang mempermainkan aku. dia membayariku. Mengapa aku harus tidur di penginapan kecil, lebih baik aku akan cari penginapan yang mewah dan enak saja. toh ada yang membayari." pikir Han Pwee Eng sambil tersenyum.. Dia langsung pergi ke jalan raya untuk mencari sebuah penginapan yang besar dan mewah sekali. Tetapi dia tetap waspada dan memperhatikan tempat-tempat yang dilewatinya. Sesaat kemudian nona Han merasa ada orang mengikutinya. Ketika dia mengawasinya memang ada dua orang yang mengikutinya. Orang yang satu seorang lelaki tua berjenggot dan yang seorang lagi lelaki yang kepalanya gundul dan usianya sekitar 40 tahun. Kedua lelaki itu saat diperhatikan mendadak berhenti di tepi jalan. Mereka berhenti tepat di depan seorang pedagang kaki lima (pedagang di pinggir jalan). Han Pwee Eng semula mengira orang-orang itu akan membeli sesuatu di situ. Tetapi

saat diperhatikan mereka tidak membeli apa-apa. Nona Han jadi curiga sekali. Rupanya kedua pria itu sadar kalau mereka sedang diperhatikan oleh nona Han. Kebetulan mereka juga ada di depan rumah makan "Ngi Nih Lauw" yang terkenal itu. Terdengar salah seorang dari mereka bicara dengan suara agak keras mungkin agar terdengar oleh nona Han. "Aku dengar arak di rumah makan ini lebih enak dari rumah makan di San-see. Bagaimana jika kita ke sana untuk minum beberapa cawan araknya?" kata lelaki tua berjenggot pada si gundul. "Kalau Lo-ko (saudara tua) ingin minum. Su-tee (adik seperguruan) bersedia menemanimu." kata si gundul.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama kedua lelaki itu berjalan masuk ke rumah makan. Ketika itu nona Han ingat pada pemilik penginapan yang pernah bilang, bahwa orang yang memesankan kamar untuknya orangnya gundul berumur 40 tahun. "Ah pasti dia orangnya?" pikir Han Pwee Eng. "Baik aku juga ke sana, apa yang hendak dia lakukan terhadapku? Aku ingin yakin benarkah dia atau bukan orangnya?" Berjalanlah nona Han menuju ke sebuah penginapan besar dan mewah. Sebelum dia masuk di luar dia sudah langsung disambut oleh pemilik penginapan. "Apa ada kamar untukku?" kata nona Han. "Ada! Ada! Sudah dipesan untuk Tuan! Orang itu berpakaian seperti seorang sastrawan." kata pemilik penginapan memberi penjelasan. "Setiap kali yang memesan kamar untukku selalu berbedabeda orangnya," pikir nona Han. "Rupanya mereka anggota perkumpulan dan cukup banyak anggotanya." Tanpa pikir panjang lagi dia mengikuti tuan rumah yang akan menunjukkan kamarnya. Sesampai di kamar itu dia letakkan buntalan pakaiannya, saat itu pemilik penginapan itu bicara padanya. "Makanan dan arak sudah disiapkan oleh Toa-ya tersebut untuk Tuan." kata dia. Han Pwee Eng menggelengkan kepala. "Terima kasih, aku tidak akan makan di sini. aku mau minum arak di "Ngi Nih Lauw"!" kata nona Han. "Kau benar, makanan di "Ngi Nih Lauw" memang lezat, tetapi bagaimana makanan yang sudah disiapkan di sini?" kata pemilik penginapan itu bingung. "Makan saja oleh kalian." kata Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih. Tuan." kata dia. Han Pwee Eng bergegas berjalan menuju ke "Ngi Nih Lauw" dengan langkah yang tetap. Begitu sampai di depan rumah makan "Ngi Nih Lauw". nona Han langsung masuk ke dalam. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Kelihatan ada belasan meja tetapi sudah pernuh oleh para tamu. Dia kira kedua lelaki itu belum pergi, maka diperhatikannya semua tamu yang ada di sana. Tamu-tamu itu mengawasi nona Han. tetapi tak lama kemudian mereka sudah asyik kembali dengan makanan dan minuman mereka masing-masing. Sambil mengerutkan kening Han Pwee Eng mencari meja yang dekat ke jendela. Setelah duduk dia memanggil seorang pelayan. Kebetulan lelaki berjenggot itu juga memanggil seorang pelayan, lalu dia berbisik tapi nona Han tidak mendengar apa yang dikatakannya. Tak lama seorang pelayan mendekati nona Han Pwee Eng sambil berkata ramah. "Tuan mau pesan apa?" tanya si pelayan. "Satu guci arak wangi, seporsi ayam panggang dan daging sapi panggang." kata nona Han. "Baik. Tuan." jawab pelayan itu. Setelah nona Han memperhatikan semua tamu itu. kecuali kedua lelaki itu tidak ada yang dia curigai. Si pelayan mencatat pesanannya, lalu pergi akan menyediakan semua yang dipesan oleh nona Han itu. Ketika Han Pwee Eng memperhatikan di sekeliling ruangan, dia lihat tergantung beberapa pigura sajak. Pada saat menunggu pesanannya tiba nona Han coba membaca salah satu syair yang tergantung itu. Tulisannya sangat indah. Itu adalah syair tulisan Gouw Bong Goan. seorang penyair berasal dari zaman Lam Song

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

(Song Selatan). Syair itu berkisah mengenai kejadian 3000 tahun yang lalu. Konon ada orang yang bernama Tay Ouw. dan orang ini membuat sebuah saluran air dari atas gunung. Ketika itu penduduk setempat sedang mengalami kekeringan. Munculnya Tay Ouw yang membuat saluran air itu membuat penduduk terhindar dari kekeringan sungguh luar biasa. Selesai membaca syair itu nona Han berpikir. "Berbuat baik demi penduduk, pasti penduduk tidak akan

melupakan jasanya. Kemampuan orang memang berbedabeda. Sekalipun aku tidak bisa dibandingkan dengan Tay Ouw. tetapi aku harus meniru perbuatannya." pikir Han Pwee Eng. Nona Han menghela napas. "Kini perang telah berkobar, rakyat kecil akan jadi korban. Entah kapan perang itu akan berakhir dan keadaan aman kembali?" pikir nona Han. Pada saat itu datang dua pelayan membawakan makanan dan arak untuknya. Salah seorang membawakan pesanannya, sedang pelayan yang lain membawakan empat macam masakan istimewa. Pelayan itu meletakkan semua hidangan itu di atas meja makan nona Han Pwee Eng. "Kuah Jin-som ini harus diminum saat masih hangat, sedang masakan yang lain harus disantap sambil minum arak agar bertambah lezat Silakan Tuan cicipi dulu. enak tidak masakan itu?" kata si pelayan. Pelayan yang satunya terus bicara sehingga pelayan yang satunya lagi akhirnya tertawa. "Sam-ko (kakak ketiga) kau jangan terus bicara, kau bisa ditertawakannya lho!" kata si pelayan. Wajah pelayan itu langsung merah. "Tetapi aku tidak pesan makanan-makanan itu!" kata nona Han menolak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelayan itu tertegun ia mengawasi orang tua berjanggut, sedang orang tua itu manggut. seakan dia ingin memberitahu bahwa hidangan itu dia yang memesan untuk Han Pwee Eng. "Yang memesan makanan ini Lo-sian-seng itu. katanya untuk menghormati Tuan!" kata si pelayan. "Mengapa aku harus menerima kehormatan darinya? Bawa pergi saja!" kata nona Han. Pelayan itu terkejut dia goyang-goyangkan tangannya. "Tidak bisa, semua sudah dibayar lunas. Mana bisa kami membawanya lagi?" kata si pelayan. Kelihatan pelayan itu cemas sekali, dia takut disalahkan oleh orang tua berjenggot yang menyuruhnya mengantarkan masakan itu pada si nona. Orang tua itu berdiri dari kursinya dan berkata. "Saudara baru sampai ke tempat ini. mungkin saudara belum tahu masakan istimewa di rumah makan ini. Maka ilu aku lancang memesankan untukmu saudara. Harap kau nikmati saja." kata si orang tua berjenggot. "Kita belum berkenalan, mengapa Lo-sian-seng menjamuku?" kata nona Han. Orang tua itu tertawa.

"Kita bertemu di sini. itu artinya kita berjodoh menjadi sahabat. Tidak perlu harus saling kenal dulu. Ibarat aku meminjam sekuntum bunga untuk kupersembahkan kepada Sang Buddha, di tempat ini aku menghormatimu dengan secawan arak!" kata orang tua itu. Orang itu sudah tua tetapi memanggil nona Han dengan membahasakan "Saudara", terdengarnya memang agak janggal tapi sikapnya hormat sekali. "Apa dia belum tahu aku ini seorang nona? Dilihat dan wajahnya, dia tidak seperti orang jahat?" pikir nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba lelaki tua itu mengangkat cawannya. Saat itu nona Han mengira dia akan meminum arak itu. tetapi dia melemparkan cawan arak itu ke arah meja nona Han. Nona Han baru sadar kiranya orang tua itu ingin menunjukkan kungfu di hadapannya. Tampak cawan arak itu meluncur dengan cepat dan melayang turun ke atas meja nona Han Pwee Eng. Sungguh mengagumkan, cawan arak yang penuh berisi arak itu tidak tumpah sedikitpun. Nona Han terkejut. "Sungguh hebat gerakan "Pek-pou-coan-ciu" (Menyuguhkan arak dalam seratus langkahjnya itu. aku tidak boleh meremehkannya." pikir nona Han. la mengangkat cawan itu sambil berkata. "Aku tidak berani menerimanya. Yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua dulu. Sebaiknya aku yang lebih dulu menghormati Lo-sian-seng." kata nona Han merendah. Dengan jari telunjuknya nona Han menyentil cawan arak itu. sehingga cawan arak itu kembali meluncur ke arah lelaki tua berjenggot itu. Saat itu Han Pwee Eng menggunakan jurus "Tan-ci-sinthong" (Ilmu Telunjuk Sakti), ilmu keluarganya. Cawan arak itu meluncur dengan cepat ke meja si orang tua. sedikitpun arak itu tak tumpah. Melihat meluncurnya cawan arak itu. orang tua itu langsung tahu. cawan arak itu meluncur ke arahnya bukan ke atas meja. Gerakan itu tidak sulit bagi si orang tua berjenggot untuk menyambutnya, tetapi agar araknya tidak tumpah, itu yang sulit dilakukannya. Jika sampai arak itu tumpah maka dia yang akan dinilai kalah. "Ah tidak salah lagi, dia pasti nona itu. Pang-cu ingin berkenalan dengannya." pikir orang tua itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

la girang karena tak salah mengenali orang, tetapi dia khawatir tidak mampu menyambut cawan arak itu. Pada saat yang bersamaan datang seorang yang menyambuti cawan arak itu sambil berkata. "Hai arak yang harum, tidak ada yang mau meminumnya! Biar aku yang minum saja." kata orang itu. Dia minum arak dari cawan itu hingga kering, setetes pun tidak tumpah atau tersisa. Kejadian itu mengejutkan kedua belah pihak, terutama nona Han Pwee Eng. Orang yang tiba-tiba muncul itu tak lain si bocah tanggung yang menabraknya di jalan sempit itu, atau si pemuda tampan yang mahir mengayuh perahu kecil di sungai itu. Ia masih mengenakan pakaian kotornya, dan debu yang menempel di mukanya pun belum dibersihkan. Lelaki gundul di samping orang tua berjenggot itu tertegun sejenak, lalu bangkit dari kursinya dengan gusar. "Siapa kau? Mau apa kau ke mari? Cepat keluar! Ayo cepat keluar!" bentak si gundul. Ia dorong pemuda itu. Tapi si pemuda segera mengelak. kebetulan ia tiba di samping nona Han. "Sungguh keterlaluan, padahal ini rumah makan. Siapapun boleh ke mari. mengapa kau mengusirku?" kata bocah itu dengan berani. Para pelayan pun jadi kurang senang melihat bocah itu bertingkah di situ. "Saudara kecil kau tidak salah, ini rumah makan. Tetapi makan dan minum di tempat ini kau harus membayar!" kata si pelayan dengan sinis. Pemuda itu tertawa. "Hm! Kenapa kau pandang aku begitu rendah? Apakah kau tahu aku tidak punya uang?" diaberkata sambil mencakmencak. Tetapi saat ia merogoh sakunya, dia kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wah celaka! Benar-benar celaka! Aku lupa membawa uangku!" kata dia gugup sekali. Pelayan itu tertawa dingin. "Jika tidak punya uang harap kau keluar!'* kata si pelayan. "Sabar, walau aku tidak punya uang siapa tahu ada orang yang baik hati, dia mau membayari aku makan dan minum di sini? Siapa tamu yang bersedia membantuku, ayo katakan?" kata dia dengan Jenaka.

Semua tamu tertawa terbahak-bahak. Saat itu nona Han lalu bicara dengan sabar. "Adik kecil ini tamuku. Pelayan tolong kau ambilkan sumpit, cawan dan mangkuk untuknya!" kate nona Han dengan lantang pada pelayan rumah makan itu. "Baik. Tuan." kata si pelayan yang segera pergi mengambilkan barang yang diminta oleh nona Han. Setelah itu pelayan sengaja membersihkan kursi yang akan diduduki pemuda itu. "Silakan duduk. Tuan!" kata pelayan itu. "Hm!" si bocah mendengus. "Kau takut aku akan mengotori kursimu ya? Sekalipun kursi ini kotor tidak masalah, pasti Tuan ini siap menggantinya. Benar kan Tuan kau siap menggantinya?" "Jangan bergurau. Adik Kecil, silakan duduk!" kata nona Han Pwee Eng sambil tersenyum manis. Sebenarnya lelaki berjanggut dan si gundul ingin bicara dengan nona Han. tetapi sekarang jadi terhalang oleh si bocah ini. sehingga mereka berdua jadi agak dikesampingkan. Si gundul kelihatan gusar dia berniat melampiaskan kedongkolannya pada si bocah itu. Tetapi dicegah oleh lelaki berjanggut, dia diberi isyarat agar tidak membuat keributan di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat itu. Saat si pemuda itu sudah duduk baru lelaki berjanggut itu menghampiri menja nona Han. "Aku si Tua Bangka memberi hormat kepada Tuan!" kata dia dengan sikap sangat hormat sekali. Nona Han segera membalas hormatnya. "Aku tak berani menerimanya, mohon bertanya siapa nama besar Lo-cian-sian-seng ini. Lalu kenapa Lo-sian-seng memesan makanan begini banyak untukku?" Pada saat orang tua itu mau menjawab tiba-tiba si bocah itu tertawa. "Oh. jadi rupanya kau juga dibayari oleh orang lain! Kalau begitu aku tidak perlu membuatmu rugi harus mengeluarkan uang! Hm! Kalau begitu aku tak akan sungkan-sungkan lagi!" kata si bocah sambil tertawa. "Ah itu masalah kecil, jangan diungkit-ungkit lagi." kata orang tua berjenggot itu. "namaku Chu Tay Peng. Sudah lama aku kagum kepada Ayahmu. Sekalipun aku tidak terkenal, jika Ayahmu mendengar namaku, pasti beliau akan tahu siapa aku ini sebenarnya!" "Ali. kiranya dia ingin bersahabat dengan Ayahku, tetapi sealam ini namanya belum pernah kudengar?" pikir nona Han. "Tetapi dalam beberapa hari ini di perjalanan, boan-pwee

(hamba yang rendah) mendapat layanan yang baik. Apakah itu Lo-sian-seng yang melakukannya?" kata nona Han langsung bertanya. "Itu adalah sikap hormat dari perkumpulan kami. di Selatan maupun di Utara telah menyampaikan salam kami pada Ayah Saudara." kata Chu Tay Peng. Sambil menyebut saudara. Chu Tay Peng tersenyum karena tahu bahwa tamunya atau nona Han itu seorang nona. Ketika

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Tay Peng menyebut semua nama ketua dan wakilnya, si bocah kelihatan sudah tidak sabar lagi. "Sudah selesai belum kalian bicara?" kata si bocah. "Aku tidak akan sungkan-sungkan lagi. kuah Jin-som ini harus diminum hangat-hangat. Jika sudah dingin tidak enak diminum lagi." Dia langsung meminum kuah jin-som hingga kering. Han Pwee Eng tertawa. "Siauw-ko. silakan makan! Maaf aku tidak menemanimu makan." kata si nona. "Aku tidak se-ji-se-ji (sungkan-sungkan) lagi, karena kau menyuruhku makan, pasti aku makan semua! Kau tidak mau menerima hadiah ini. berarti kau rugi sendiri... " Dia langsung makan sambil memuji kelezatan masakan di rumah makan itu. "Sekalipun aku tidak tahu semua nama teman Ayahku, tetapi setahuku Ayahku sangat angkuh di Dunia Persilatan Terutama terhadap kaum sesat. Nama-nama yang disebutkan tadi. aku kira bukan orang baik-baik semua. Mana mungkin Ayah punya hubungan dengan mereka int?" pikir nona Han. Karena curiga nona Han langsung bertanya. "Apa maksud Lo-sian-seng agar aku menyampaikan pesanmu kepada Ayahku? Apa Chu Lo-sian-seng pernah bertemu dengan Ayahku?" kata nona Han. "Kami tidak berani mengganggu beliau. Asalkan beliau mau kembali ke Tiong-goan (Tiongkok, Red), itu setelah memberi muka kepada kami." sahut Chu Tay Peng. Han Pwee Eng tercengang mendengar perkataan itu. Rumah mereka memang ada di Lok-yang. dan memangb ada di Tiong-goan. Tapi mengapa Chu Tay Peng memakai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kata-kata "kembali ke Tiong-goan?" Chu Tay Peng sadar nona

Han tidak mengerti maksud ucapannya itu. lalu ia bicara lagi. "Asalkan kau katakan saja begitu pada beliau, aku yakin beliau pasti sudah mengerti" kata Chu Tay Peng. Mendengar keterangan itu nona Han Pwee Eng keheranan bukan main. Tetapi ia mengiakannya saja. Mendengar jawaban Han Pwee Eng itu Chu Tay Peng melanjutkan. "Tahun lalu Ayah saudara naik ke gunung Tay-san. aku dan ketua menemuinya. Jika saudara ungkit masalah itu pasti beliau akan ingat pada kami." Ketika mendengar kata-kata Chu Tay Peng yang terakhir, mata Han Pwee Eng terbelalak, karena ayahnya telah terluka lima tahun yang lalu. dan akibat lukanya itu kedua kaki ayahnya agak lumpuh. Selama lima tahun itu ayahnya selalu bersamanya. Mana mungkin tahun lalu ayahnya bisa pergi ke Tay-san? Sementara itu si bocah sedang asyik makan dan minum. "Lama sekali kalian bicara, masih belum selesai ya? Semua makanan hampir habis kumakan." katanya. Chu Tay Peng tertawa. "Aku memang terlalu cerewet. Untuk itu aku minta maaf pada kalian berdua, dan mohon diri." kata Chu Tay Peng. Dia memberi hormat lalu kembali ke mejanya. Han Pwee Eng mengerutkan dahinya. "Orang yang dia temui di Tay-san. pasti bukan Ayahku. Aku kira dia salah mengenali orang?" pikir nona Han. Semula nona Han Pwee Eng ingin memberi penjelasan, tapi dia berpikir lagi. "Ayah sedang terluka terkena pukulan Siu-lo-im-sat-kang. dan tak ingin diketahui oleh orang lain. Lagi pula jika aku menjelaskannya pada mereka, aku akan membuka rahasia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diriku di depan mereka. Padahal mencari tahu tentang orang lain satu pantangan dalam Dunia Persilatan. Jika dia bilang begitu kepadaku, pasti ada suatu rahasia. Jika aku memberi pejelasan pada mereka, pasti mereka akan banyak bertanya kepadaku. Kami kedua pihak akan merasa tidak enak ingin menyembunyikan rahasia mereka." pikir nona Han. Saat dia sedang berpikir Chu Tay Peng bersama si gundul telah pergi meninggalkan rumah makan. "Ah apa peduliku, daripada menambah masalah, lebih baik menguranginya. Lebih baik kunikmati saja santapan lezat ini." pikir nona Han. Dia yakin Chu Tay Peng dan kawannya dari suatu perkumpulan yang tidak baik. untuk apa bergaul dengan mereka. Pemuda itu menarik napas panjang.

"Syukur pembicaraan kalian sudah selesai, ayo kau makan. kata dia. Bocah itu mulai makan lagi seolah semua makanan itu dia yang memesannya. Han Pwee Eng tersenyum saja. "Siauw-ko kau datang dari Selatan, aku lihat kau mendayung perahu kecil itu. kau mahir sekali." kata nona Han. Pemuda itu tertawa. "Tajam sekali penglihatanmu, kau masih mengenaliku!" katanya sambil tertawa. "Tapi mengapa kau mengubah identitasmu, aku jadi heran." kata nona Han. "Aku ini anak orang miskin, kami harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi." kata si bocah. "Siang aku menjala ikan, sore harinya aku ke kota untuk minta-minta, aku selalu begitu, apa yang diherankan?" kata pemuda itu polos.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula nona Han mencurigai bocah ini termasuk anggota Chu Tay Peng. sekarang dia tidak curiga lagi. Lalu dia tatap anak itu dalam-dalam. "Berdasarkan kung-funya saat dia menyambut cawan arak tadi. aku yakin dia bukan anak sembarangan. Dia kurasa berniat mengikutiku. Tetapi aku tidak tahu asal-usulnya?" pikir nona Han Pwee Eng. Bocah itu minum arak lagi lalu berkata. "Cara masak ikan dari sungai Huang-hoo ini sangat berbeda sekali." katanya. "Bisa kau rasakan sendiri lezatnya." Han Pwee Eng tersenyum. "Rasanya memang enak. aku rasa memasaknya biasa saja. apa bedanya?" kata nona Han. Anak muda itu tertawa. "Kau benar, tetapi ikan ini tidak dimasak dengan cara biasa saja." katanya. Kembali nona Han tersenyum. "Jika dimasak dengan cara tidak biasa, apakah kau tahu cara masaknya?" tanya nona Han. "Mula-mula masak air sepanci." sahut si anak muda. "Airnya harus air sumur, jangan air sungai. Setelah air mendidih, ikan dimasukkan ke dalam panci, tetapi apinya harus dimatikan. Selang beberapa saat ikan itu diangkat lalu diberi bumbu. Nah, rasanya pasti lezat." Han Pwee Eng tertawa. "Ah kiranya kau juga ahli masak, ya?" kata si nona. "Aku sering menangkap ikan di sungai Huang-hoo. ditambah lagi orang miskin sepertiku mana mampu memanggil tukang masak segala. Mereka harus masak sendiri. Karena itu aku jadi bisa masak. Kau jangan meremehkan masakan tauhu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ini. karena tauhu ini dimasak dengan kuah ayam dan kuah daging sapi. baru rasanya enak." kata si bocah lagi. "Memang tidak aku sangka masakan tau-hu ini sangat istimewa," kata nona Han. "Apa kau bisa memasaknya dengan cara seperti itu, ya?" Tapi si nona berpikir. "Dia akan ketahuan belangnya, mana mungkin anak orang miskin bisa masak dengan kuali ayam dan kuah daging sapi?" pikir si nona. "Terus-terang di rumahku aku tidak pernah masak tau-hu semacam ini." kata si bocah, "tetapi aku pernah makan di rumah temanku dan aku tahu cara memasaknya." Setelah minum beberapa cawan arak wajah bocah yang penuh debu itu mulai tampak merah. Kelihatan lesung pipitnya yang menawan hati. Saat nona Han melihat wajah bocah itu. Han Pwee Eng berpikir "Dia pasti pemuda tampan dan selalu merawat diri. tapi kenapa dia mau dandan seperti bocah miskin?" pikir nona Han. Mereka duduk berhadapan. Han Pwee Eng bisa melihat bocah itu dengan jelas. Ia pikir ketampanan bocah itu ada anehnya. Kok Siauw Hong dan Ci Giok Phang keduanya tampan, mereka bertampang pria sejati. Tetapi bocah ini malah mirip seorang perempuan. Di luar kesadarannya Han Pwee Eng memperhatikan terus pemuda itu. Kebetulan bocah itu pun sedang mengawasinya, tentu saja nona Han jadi terkejut dan wajahnya memerah seketika itu juga. "Sekalipun dia mirip wanita, tetapi dia tetap seorang pria." pikir nona Han. "Aku memperhatikannya begitu jangan-jangan dia akan salah paham. Tetapi dia lebih muda dariku. dia pantas menjadi adikku.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Entah mengapa Han Pwee Eng merasa cocok dengan bocah itu. dia lupa sekarang dia sedang mengenakan pakaian pria. Tapi hatinya jadi agak lega juga. Tiba-tiba ada tamu masuk, tamu itu mengenakan mantel terbuat dari kulit serigala hitam. Dia mengenakan topi dari kulit beruang. Pakaian orang itu sangat indah. Setelah duduk lelaki itu berteriak memanggil pelayan. "Pelayan ambilkan aku seguci arak wangi!" katanya.

Seorang pelayan menghampiri tamu itu sambil bertanya. "Tuan mau guci yang mana? Guci besar, guci sedang atau guci kecil saja? Guci besar berisi arak seratus kati. yang sedang berisi lima puluh kati dan yang kecil sepuluh kati" kata pelayan itu sambil mengawasi tamunya. "Jangan cerewet." kata lelaki itu. "cepat ambilkan arak yang isinya lima puluh kati. tambah dua ekor ayam panggang dan lima kati daging sapi!" Pelayan itu meleletkan lidahnya dan berkata. "Tuan mau menjamu tamu. berapa pasang sumpit yang harus kami sediakan?" kata si pelayan. "Aku hanya sendirian." kata si tamu itu. "Mengapa kau takut aku tidak bisa menghabiskan makanan itu? Sudah jangan banyak tanya sediakan pesananku itu segera!" Pelayan itu mengerutkan keningnya. "Aku khawatir kau tidak punya uang. bukan takut kau tidak bisa menghabiskan makanan itu." pikir si pelayan. Jika dilihat pakaiannya pasti orang itu punya uang. maka pelayan itu bergegas menyiapkan pesanannya. Lelaki itu duduk di bekas meja tempat duduk Chu Tay Peng dan berhadapan dengan meja nona Han. Ketika nona Han memperhatikannya, di tengah-tengah sepasang alis orang itu terlihat kehijauan. Jika tidak diperhatikan memang tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kelihatan jelas. Ayahnya pernah bilang, jika ada orang pada bagian alis matanya kelihatan berwarna hitam, ungu atau kehijauan, mungkin ia terkena racun lawan, atau dia berlatih ilmu racun. Tetapi suara orang itu lantang, jadi jelas dia tidak terkena racun golongan sesat. Tak lama pelayan itu telah menyajikan pesanan lelaki itu dan meletakkannya di atas mejanya. "Aku tidak perlu cawan! Kau ganti saja dengan sebuah mangkuk besar!" kata orang itu. "Baik. Tuan." kata si pelayan. Pelayan itu segera menyediakan mangkuk itu. Lelaki itu menuang arak ke mangkuk, lalu meneguknya semangkuk demi semangkuk. "Hm! Arak yang enak! Arak enak!" katanya. Dia mulai menyantap ayam panggang tanpa menggunakan sumpit lagi. Ketika Han Pwee Eng menyaksikan orang itu makan, dia jadi berpikir. "Cara dia makan seperti harimau kelaparan, dia telah menyia-nyiakan kelezatan arak itu... " pikir nona Han. Saat itu anak muda yang duduk bersamanya tertawa. Lelaki yang sedang makan ayam panggang itu melotot ke arah si

anak muda. "Hai bocah dekil apa yang sedang kau tertawakan?" kata orang itu lantang sekali. "Aku mau tertawa, tak ada urusannya denganmu." sahut si anak muda. Lelaki itu menggebrak meja. kelihatan dia gusar sekali. Tetapi bersamaan dengan itu masuk beberapa orang tamu ke dalam rumah makan itu. Orang yang berjalan paling depan ialah Chu Tay Peng dan si lelaki gundul, diikuti oleh empat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang di belakangnya. Salah seorang pada keningnya terdapat benjolan dan giginya tonggos, sehingga wajahnya kelihatan jadi aneh sekali. Han Pwee Eng tertegun menyaksikan kedatangan mereka itu. Dia tak tahu apa yang akan terjadi kemudian. "Kenapa mereka kembali lagi dengan membawa kawan yang lain?" pikir Han Pwee Eng. Chu Tay Peng mendatangi meja yang didudukinya tadi. Ketika Chu Tay Peng melihat lelaki itu. dia jadi kaget tetapi tidak berani banyak bicara. "Orang ini entah dari mana datangnya?" pikir Chu Tay Peng sedikit heran dan ngeri. Chu Tay Peng sadar orang itu pasti berilmu tinggi, hanya dia tidak tahu orang itu belajar ilmu apa karena wajahnya agak aneh sekali. Seorang pelayan menghampiri mereka sambil membungkukkan badannya hormat sekali. "Chu Toa-ya, Lay Toa-ya. kalian datang lagi? Tadi sebelum Toa-ya selesai minum, kalian sudah pergi semua, hingga makanan pesanan Toa-ya belum sempat kami sajikan." kata si pelayan ramah sekali. Sesudah itu si pelayan pun memberi hormat pada temanteman Chu Tay Peng. Kepada yang bergigi tonggos si pelayan langsung berkata. "Ang Lo-ya-cu. angin apa yang membawamu ke mari? Kalian mau pesan makanan apa?" kata si pelayan. Chu Tay Peng mendorong pelayan itu agar menepi, kemudian mereka mendatangi meja Han Pwee Eng. "Ketika beberapa kawanku mendengar Tuan-muda ada di sini. mereka datang ke mari untuk memberi hormat kepadamu." kata Chu Tay Peng.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf. aku tak berani menerima penghargaan kalian ini." kata nona Han Orang yang giginya tonggos memberi hormat sambil membungkuk. "Kiong Siauw Kong-cu. sudah lama kami kagum pada nama besar ayahmu. Kebetulan Kong-cu datang ke daerah kami. tentu kami harus memberi hormat padamu, aku ini wakil ketua Hay-sah-pang (Perkumpulan Pasir Laut), namaku Ang Kin. Ini kartu namaku." kata si tonggos. Chu Tay Peng segera menarik sang kawan, dia lihat Han Pwee Eng terus mengawasinya karena heran. Rupanya huruf Kiong dan Kong suaranya mirip dia tidak tahu apa yang dikatakan si tonggos itu. marga atau bukan? Jika disusun dan diucapkan Kiong Kong-cu. tetapi kenapa ditambah kata Siauw (kecil) lagi? Tetapi ditambah atau tidak, itu tidak penting. Dia heran kenapa Chu Tay Peng menarik Ang Kin dan kelihatan wajahnya sangat tegang. Barangkali mereka mengira Han Pwee Eng bermarga Kiong. Kiranya orang yang bermarga Kiong itu seorang nona. Nona Kiong sedang mengembara di Dunia Persilatan dan menyamar sebagai lelaki. Sebenarnya tadi Ang Kin ingin memanggil nona Han dengan panggilan Nona Kiong, ia segera sadar setelah Chu Tay Peng menariknya. Nona Han tahu siapa Ang Kin yang tadi memperkenalkan diri, sekalipun dia tak tahu soal nona Kiong itu. Ang Kin disebut Tok-kak-liong (Naga Bertanduk Satu), karena di keningnya terdapat sebuah benjolan. Dia juga pandai ilmu Tok-sah-clang (Pukulan Pasir Beracun). Sekalipun ia hanya wakil ketua Hai-sah-pang. namun kepandaiannya di atas ketua Hai-sah-pang. Setelah semua memperkenalkan diri. baru Han Pwee Eng tahu si gundul itu bernama Lay Hui. yaitu Hiang-cu dari Ceng-liong-pang (Perkumpulan Naga Hijau). Pemuda yang duduk bersama Han Pwee Eng kelihatan sudah tak sabaran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah! Kalian semua mau apa sih? Kalian datang hanya mengganggu kami saja! Aku jadi tidak enak makan dan minum. Sekarang kartu nama kalian sudah diterima, silakan kalian pergi!" kata si pemuda. Mereka kawanan perampok yang kejam, ketika ditegur begitu oleh seorang bocah dekil, tentu saja membuat mereka gusar sekali. Sayang pemuda dekil itu duduk bersama Han Pwee Eng sehingga terpaksa mereka memberi muka dan tidak mau ribut dengannya.

'Terima kasih Kong-cu bersedia menerima kartu nama kami. sekarang kami mohon diri." kata Lay Hui si kepala gundul. Saat mengundurkan diri mereka sempat melotot ke arah si pemuda dekil, namun si pemuda acuh tak acuh saja. Ternyata mereka tak pergi dari rumah makan itu, malah menghampiri sebuah meja besar dan duduk di sana. Dari sana mereka memperhatikan gerak-gerik Han Pwee Eng dan si pemuda dekil itu. Sekarang keadaan di situ jadi luar biasa. Saat itu masuklah seorang pemuda berpakaian kain kasar berwarna biru. di punggungnya tergendol sebuah buntalan. Dari tampangnya bisa diduga pemuda itu pasti anak seorang petani. Melihat kedatangan pemuda berbaju biru itu. seorang pelayan memberi isyarat agar si pemuda jangan banyak bicara. Lalu pelayan itu menarik sebuah kursi dan menyilakannya duduk. Sesudah itu pelayan itu menyajikan seteko air teh wangi dan meninggalkan pemuda itu begitu saja. Di mata pelayan rumah makan itu, seorang pemuda petani jika masuk ke rumah makan, paling-paling minta teh dan sedikit makanan kecil, sehingga dia tidak perlu dilayani segala. Sedangkan saat itu mereka memang sedang sibuk sekali melayani para tamu. Pemuda berbaju biru itu berteriak-teriak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai ada apa ini? Kok kalian tinggalkan aku, aku mau minum arak!" kata pemuda baju biru itu. Mendengar teriakan pemuda itu Lay Hui langsung membentak. "Jangan berteriak-teriak! Kami sedang ada urusan di sini! Jika kau berteriak lagi akan aku tendang kau. mengerti?" kata Lay Hui garang sekali. Pemuda yang duduk bersama Han Pwee Eng bangun. "Hai kalian jangan menghina orang! Biar aku yang membayari Toa-ko ini minum arak! Pelayan segera suguhkan seguci arak untuknya dan seekor ayam rebus!" kata pemuda itu dengan lantang. Si pelayan tertegun. Dia awasi Lay Hui lalu mengawasi ke arah pemuda itu. Pelayan itu kelihatan ragu-ragu dan tidak berani mengambil keputusan sendiri. "Hm! Kau takut aku tidak membayar semua makanan itu." kata si pemuda, "baik aku bayar duluan!" Pemuda di dekat nona Han itu lalu mengeluarkan uang perak yang berkilauan. "Uang ini pasti cukup, lebihnya untukmu!" kata dia sambil

melemparkan uang itu ke atas meja. Tak lama terdengar suara keras. "Ting, clep!" Ketika si pelayan akan mengambil uang perak itu. dia kaget bukan main. Ternyata uang itu tidak bisa diambil, saat dia cabut dari meja uang itu seperti terpaku di meja makan. Lay Hui tertawa dingin, ia dekati meja itu lalu menggebraknya. Seketika itu juga uang itu melompat ke atas sedang ujung meja yang dia tepuk hancur. Si pemuda yang berada dekat Han Pwee Eng tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Cuma mengandalkan kepandaian begitu saja kau mau pamer di depan umum." kata si pemuda jahil itu. Jika orang itu berilmu tinggi, ketika menepuk meja dia tidak akan merusak meja itu. tetapi Lay Hui memang berhasil mengambil uang yang tertanam di meja itu. tetapi tepukannya belum sempurna dan jadi bahan ejekan pemuda itu. Chu Tay Peng mengerutkan dahinya. "Lay Ji-tee. kau jangan cari masalah. Biarkan teman Kiong Kong-cu yang membayari pemuda itu!" bisik Chu Tay Peng pada kawannya. Lay Hui dengan muka merah kembali ke tempat duduknya. Sedang si pemuda berbaju biru bangun dan mengucapkan terima kasih. -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 9

Pemuda yang duduk bersama nona Han itu tertawa. Kemudian mengawasi ke arah pemuda berbaju biru atau si pemuda desa yang lugu itu. "Karena kita berpakaian sederhana dan kotor maka mereka menghina kita," kata si pemuda yang duduk dekat nona Han. Dia mengambil cawan araknya dan meneguk isinya. "Orang telah membayariku, sehingga aku tak enak hati. maka itu aku pun ingin membayarimu minum arak. Bagaimana? Kalian tidak mau segera pergi, apa kalian juga ingin kubayari makan? Tapi karena kalian punya uang, ya bayar saja sendiri!" "Siauw-ko jangan bergurau. Kami sedang ada urusan penting dan ingin mohon bantuan dari kawanmu itu." kata Chu Tay Peng dengan sabar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi kalian bilang tidak punya urusan apa-apa. kenapa mendadak sekarang kau bilang ada urusan penting ingin minta bantuanku? Apa maksudmu?" kata Han Pwee Eng. "Ini urusan Ang Pang-cu dan aku baru tahu tadi. Ang Pangcu, lebih baik kau saja yang mengatakannya sendiri." kata Chu Tay Peng. Ang Kin jengkel dan kesal hatinya. "Jelas kau sudah tahu masalahnya, tetapi masih bertanya!" pikir Ang Kin. Namun kekesalannya tidak dia keluarkan, karena dia ingin minta bantuan. Rupanya dia kira nona Han ini nona she Kiong. Ternyata ayah nona Kiong itu iblis yang sangat dia takuti sekali. Sekalipun dia sangat jengkel tetapi tetap bicara dengan sopan. "Mohon bantuan Kiong.. Kiong Kong-cu..." dia bicara dengan agak gugup sedikit. "Apa maksudmu?" tanya Han Pwee Eng tidak mengerti. "Entah salah apa pada Kong-cu hingga dua Hiang-cu perkumpulan kami itu dihukum. kami mohon agar nyawa mereka Kong-cu ampuni." kata Ang Kin. Han Pwee Eng tertegun. "Coba kau ceritakan masalahnya dari awal. Aku sama sekali tidak kenal dengan orang perkumpulan kalian, mana mungkin aku mencelakakan mereka?" kata nona Han. Ang Kin menarik napas lega. "Terima kasih atas kebaikan Kong-cu mau mengampuni nyawa mereka. Kalau begitu kami harap Kong-cu datang ke tempat kami untuk menyelamatkan mereka! Kasihan sekarang mereka sedang sekarat, mungkin nyawanya tidak akan bisa lewat malam ini?" kata Ang Kin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng terkejut bukan main. "Apa masalahnya? Aku bukan seorang tabib, mana bisa aku bisa aku mengobati mereka?" kata nona Han gugup. "Kau jangan pura-pura." kata Ang Kin kesal. Dia angkat tangannya hendak menggebrak meja tanpa memikirkan akibatnya. Tetapi Chu Tay Peng segera menahannya. Sedang pemuda yang duduk bersama nona Han mengulurkan tangannya yang memegang sumpit sambil berkata. "Apa yang hendak kau lakukan, aku belum selesai makan kau malah mau membalikkan mejaku?" kata dia. Ujung sumpitnya tepat mengalah ke jalan darah Lauwkionghiat di telapak tangan Ang Kin. Untung Chu Tay Peng cepat bergerak, jika tidak Ang Kin akan celaka dan habislah

kung-fu Ang Kin saat itu juga. Bukan main kagetnya Ang Kin, buru-buru dia memberi hormat pada Han Pwee Eng. "Siauw-jin (Aku yang rendah) dan ceroboh mohon ampun." kata Ang Kin dengan gugup. "Coba kau jelaskan, aku sungguh tidak mengerti ada masalah apa sebenarnya?" kata nona Han bingung. Chu Tay Peng tidak ingin Ang Kin membuat kesalahan lagi. maka dialah yang maju menghadapi nona Han. "Ang Toa-ko. biarlah aku yang menjelaskannya!" kata Chu Tay Peng pada Ang Kin sambil mengawasi nona Han sejenak. Lalu dia melanjutkan ucapannya. "Ceritanya begini, semalam kedua Hiang-cu Hai-sah-pang pulang dalam keadaan terluka. Berdasarkan lukanya itu bisa dipastikan Kong-cu lah yang menghukum mereka berdua. Padahal Ang Pang-cu tidak tahu bagaimana mereka melakukan kesalahan kepada Kong-cu. Ypi Ang Pang-cu tetap datang ke mari untuk meminta maaf

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Kong-cu dan mohon kong-cu bersedia menyelamatkan nyawa anak buahnya." Han Pwee Eng semakin bingung. "Ang Pang-cu aku rasa kalian telah salah mengenali orang!" kata nona Han. Mendengar ucapan itu baik Chu Tay Peng maupun Ang Kin kaget. Mata mereka terbelalak. "Sekalipun mata mereka kurang awas. namun kami kira mereka tidak akan salah mengenali orang!" kata Ang Kin. "Ang Pang-cu. apakah kau melihat orang yang melukai kedua Hiang-cumu itu?" tanya nona Han. "Tidak!" jawab Ang Kin. "Saat kedua Hiang-cumu itu dilukai, apa ada orang lain di sana?" tanya nona Han lagi. "Mereka berdua sedang meronda di tepi sungai, tiba-tiba mereka diserang secara gelap. Sekarang mereka pingsan dan belum sadarkan diri." kata Ang Kin. "Lalu bagaimana kau bisa memastikan bahwa mereka terluka olehku?" kata nona Han. "Mereka terluka. sekujur tubuhnya mengeluarkan darah tidak hentinya, malah keringatnya pun bercampur dengan darah." kata Ang Kin. "Sepengetahuanku di kalangan Kangouw selain ayahmu siapa lagi yang mahir ilmu Cit-sat-ciang (Pukulan Tujuh Maut)?" Ang Kin bicara begitu dan dia menuduh nona Han menggunakan pukulan itu untuk melukai anak buahnya. "Aku sendiri baru kali ini mendengar nama pukulan itu."

kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main marahnya Ang Kin. Saat dia akan menyerang nona Han. masukilah beberapa orang ke dalam rumah makan itu. Salah seorang dari mereka langsung berteriak. "Lay Hiang-cu celaka! Di sekujur tubuh kedua Hiang-cu itu terus mengeluarkan darah!" kata orang itu. "Cia Toa-ko tiga orang Hiang-cu Ceng-liong-pang juga diserang secara gelap, mereka dalam bahaya!" kata salah seorang yang lain. Ternyata luka yang diderita oleh orang Ceng-liong-pang sama dengan luka anak buah Ang Kin. Sekarang bukan hanya Ang Kin yang cemasi, tetapi Lay Hui pun gusar bukan main. Mereka langsung mendekati nona Han. "Hai. kalian mau apa? Mau berkelahi, ya?" bentak anak muda di samping nona Han itu. "Tidak ada urusan denganmu! Tutup mulutmu itu!" kata Lay Hui gusar bukan main. "Kiong Kong-cu- masalah ini menyangkut nyawa orang, kau jangan terus mungkir! Bersedia atau tidak kau harus menyelamatkan mereka! Jika saudara-saudara kami selamat, masalah ini akan kami sudahi sampai di sini saja. Sebaliknya jika kau tetap menolak, maafkan kami jika kami tidak memandang lagi muka ayahmu. Kami terpaksa akan turun tangan terhadapmu!" kata Ang Kin geram sekali. Anak muda di samping nona Han tertawa. "Rupanya pertarungan tidak bisa dihindarkan lagi!" kata anak muda itu. "Benar! Jika kau mau membantu dia juga boleh." kata Lay Hui geram sekali. Bocah itu menggelengkan kepala, dia teguk arak dari cawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sedang minum arak. untuk apa aku bertarung denganmu? Malah aku nasihatkan kalian, lebih baik jangan bertarung!" kata si bocah. "Kau kira aku takut kepadamu?" kata Lay Hui. Chu Tay Peng mencoba menenangkan keadaan. "Harap jangan emosi dulu," kata ChuTay Peng. Kamipun tidak ingin berkelahi, saudara kecil. Tolong kau bujuk kawanmu itu agar dia mau menolongi orang-orang kami!"

Si bocah tertawa. "Dia tidak bisa ilmu Cit-sat-ciang. Mungkin mata kalian sudah lamur semua! Padahal luka orang-orangmu itu bukan karena pukulan Cit-sat-ciang!" kata si bocah bengal itu. Ucapan bocah itu menarik perhatian mereka, maka itu mereka langsung mengawasi bocah itu dengan tajam. "Sebenarnya kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu itu bukan pukulan Cit-sat-ciang?" bentak Ang Kin. "Aku pegawai seorang pedagang mainan anak-anak di kota ini, memang kenapa?" kata si bocah dengan berani. Chu Tay Peng mendengus. "Jika kau hanya pedagang mainan anak-anak. bagaimana kau bisa tahu luka orang kami bukan karena pukulan Cit-satciang?" kata Chu Tay Peng. Bocah itu tertawa dingin. "Kalian jangan pandang rendah padaku, sekalipun aku hanya seorang bujang tukang mainan anak-anak. tetapi pengetahuanku belum tentu di bawah kalian semua. Pukulan Cit-sat-ciang itu tidak aneh. tidak perlu dibesar-besarkan!" kata si bocah sambil tersenyum. Chu Tay Peng kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah barangkali kami salah mengenali orang? Jangan-jangan bujang inilah puteri Kiong To-cu (Majikan Pulau)?" pikir Chu Tay Peng. Chu Tay Peng memperhatikan bocah itu dengan penuh perhatian. Memang dia mirip dengan seorang nona yang menyamar menjadi pria. Ang Kin kasar dan tak sabaran dia membentak dengan keras. "Baik. kalau kau bilang pukulan Cit-sat-ciang itu tidak aneh. tentu kau juga bisa menggunakannya. Aku mohon petunjuk darimu!" kata Ang Kin. "Sekalipun aku mahir ilmu apa pun. tapi kau tidak perlu tahu." kata si bocah. "Jika kau ingin berkelahi aku akan melayanimu! Hm! Untuk menghadapi gentong nasi sepertimu. aku tidak perlu menggunakan pukulan Cit-sat-ciang!" Bukan main marahnya Ang Kin saat itu. Ketika dia mau maju. Chu Tay Peng kembali menghalanginya. "Siauw-ko. apa kau dari Hek-hong-to (Pulau Angin Hitam) di Tong-hai (Laut Timur)?" kata Chu Tay Peng. "Padahal dari tadi aku sudah bilang, aku ini bujang penjual mainan anak-anak. Sedangkan nama Hek-hong-to aku baru mendengarnya sekarang?" kata bocah itu. Chu Tay Peng terperangah dia tatap bocah itu. "Tadi kau bilang orangku terluka bukan oleh pukulan Citsat-

ciang. lalu luka oleh pukulan apa itu? Tolong kau beri tahu kami," kata Chu Tay Peng. "Mana aku tahu?" kata si bocah seperti meledek. "Tapi tadi kau bilang... " Sebelum Chu Tay Peng selesai bicara bocah itu sudah langsung memotong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi aku bilang apa? Aku hanya bilang dia bukan terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang. selain itu aku tidak tahu. Ah. aku masih mau minum, apa kau masih mau bicara terus?" kata si bocah sinis sekali. "Chu Toa-ko dia bicara ngawur! Jangan percaya kepadanya." kata Ang Kin. Saat itu lelaki bermantel kulit serigala hitam yang sejak tadi diam saja. mendadak bangun dan berkata. "Dia tidak salah." kata orang itu. "orang-orangmu itu memang tidak terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang!" kata orang bermantel kulit serigala itu. Bocah itu tertawa dingin. "Bagaimana? Dasar tidak berpengetahuan! Masih bagus ada orang yang pandai. Apa kalian masih mau bilang aku ngawur?" katanya Dia kembali minum ajak. dan tidak ingin ikut campur lagi. Kini orang-orang sudah beralih ke orang bermantel kulit serigala itu. Chu Tay Peng memberi hormat pada orang itu. "Kalau begitu mereka terluka oleh pukulan apa. Tuan? Mohon petunjuk dari Tuan." kata Chu Tay Peng. "Mereka terluka karena pukulan "Hua-hiat-to" (Golok Pemusnah Darah)." sahut lelaki bermantel itu. Bukan main kagetnya Chu Tay Peng mendengar keterangan itu. Sedang yang tidak tahu apa itu "Hua-hiat-to" hanya tercengang saja. "Kedua Hiang-cu kami bukan terluka oleh golok!" kata Ang Kin "Hua-hiat-to salah satu dari dua macam ilmu racun keluarga Suang." kata Chu Tay Peng menjelaskan. "Dua puluh tahun lalu majikan Suang Kee-po (Puri Keluarga Suang) adalah Kong-sun Khie. seorang tokoh tangguh dari aliran sesat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nomor satu di kalangan Kang-ouw. Dia sangat mengandalkan dua macam pukulan beracun Hua-hiat-to dan Hua-kut-ciang

(Pukulan Penghancur Tulang). Bagi yang terkena pukulannya itu dalam tujuh hari dia akan binasa. Benarkah yang aku katakan itu?" Kong-sun Khie telah meninggal duapuluh tahun yang lalu. Sekalipun orang yang ada di tempat itu tidak sederajat untuk bergaul dengan Kong-sun Khie, namun namanya pasti pernah mereka dengar. Semua jadi cemas bukan main. "Apa yang kau katakan benar sekali! Namun yang terkena pukulan itu belum tentu binasa dalam tujuh hari!" kata orang bermatel itu. "Itu semuanya tergantung dari kemahiran orang yang menggunakan ilmu pukulan itu. Bisa sebulan dan malah bisa hanya dalam tiga hari orang itu binasa. Sebaliknya yang terluka karena pukulan Cit-sat-ciang darah yang keluar dari mata. hidung, mulut dan telinganya. Sangat lain dengan yang terkena pukulan Hua-hiat-to. Darah yang akan keluar justru lewat lubang keringat. Jadi saudara kecil ini memang benar sekali pendapatnya!" "Lalu bagaimana dengan Hiang-cu kami. sampai kapan dia bisa bertahan?" kata Ang Kin. "Mungkin tidak sampai tengah hari besok." kata orang itu setelah minum arak. Ang Kin berkeringat dingin, saat dia mau bicara lagi. mendadak Chu Tay Peng mendahuluinya bicara. "Aku belum mengerti, aku dengar sesudah Kong-sun Khie meninggal dunia ilmu itu langsung hilang. Tapi kenapa sekarang masih ada orang yang mahir menggunakannya?" "Dari mana kau tahu ilmu itu sudah lenyap?" tanya lelaki bermantel itu. Wajah Chu Tay Peng berubah merah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun pengetahuanku ini rendah, aku pernah mendengar cerita begini. Karena terlalu banyak berlatih ilmu pukulan itu. Kong-sun Khie meninggal dunia. Namun kapan dan di mana matinya tidak ada orang yang tahu. Selama duapuluh tahun terakhir tidak pernah terdengar ilmu itu dipergunakan orang, karena orang takut mempelajarinya. Mengenai Pit-kip (Kitab Ilmu Silat) itu pun, tidak ada orang yang tahu apa masih ada atau sudah tidak ada lagi?" kata Chu Tay Peng. Lelaki bermantel itu menggelengkan kepalanya. "Itu semua tidak benar! Kau hanya tahu sebahagian saja dan tidak tahu seluruhnya. Ternyata kedua ilmu pukulan itu ada ahli warisnya. Ditambah lagi Kong-sun Khie sudah menguasai ilmu itu, tidak masuk akal kalau dia mati karena latihan." kata orang bermantel itu. "Dari mana kau bisa mengetahui soal itu?" tanya Ang Kin

yang jadi sangat penasaran. "Akulah orang yang melukai anak buahmu juga aku!" kata orang itu sambil tertawa. Mendengar ucapan orang itu Ang Kin gusar sekali. Dia akan maju menyerang orang itu. tetapi dihalangi oleh Chu Tay Peng. "Ang Toa-ko. jangan!" kata Chu Tay Peng. "Dia telah melukai orang kita. apakah kita harus tinggal diam?" kata Ang Kin. Ang Kin yang menguasai ilmu pukulan Tok-sah-ciang langsung menyerang orang itu dengan jurus mematikan. "Biar aku akan serang dia. setelah terluka. baru akan kudesak agar dia mau mengobati orang-orangku yang terluka itu!" pikir Ang Kin. Jarak mereka berdua sangat dekat. Ditambah lagi serangan Ang Kin sangat cepat, hingga Chu Tay Peng tidak bisa menghalanginya lagi. Orang yang diserang itu malah tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, aku memang ingin mencoba pukulan Tok-sahciangmu itu. Ang Pang-cu!" kata orang bermantel itu. Tiba-tiba terdengar suara keras. "Bum!" Ang Kin terpental lalu jatuh terguling-guling di lantai. Gerakan lelaki berrmatel kulit serigala itu sangat cepat. Tak seorang pun melihat jurusnya itu. Lay Hui sahabat erat Ang Kin. melihat kawannya jatuh dia langsung maju dan membentak dengan nyaring. "Mana boleh kami jago-jago Ho-pak dan Ho-lam menerima penghinaanmu!" kata Lay Hui. Beberapa kawan Lay Hui langsung maj u akan mengepung orang bermatel itu. "Jika mau berkelahi, di sini bukan tempatnya." kata si gundul. "Ini rumah makan mari kita minum dulu!" Dia minum arak sebanyak-banyaknya dan tiba-tiba dia menyemburkan arak di mulutnya itu ke arah orang bemantel itu. Orang yang berada di dekatnya kaget bukan main. Asap putih mengepul sehingga benda-benda jadi tidak kelihatan. Orang-orang itu takut terkena serangan gelap, maka mereka pun langsung menyingkir. Bocah yang duduk dekat nona Han tertawa. "Ih panasnya! Panas!" kata dia. Dia mengeluarkan sebuah kipas dan dia mengipas uap arak yang memercik ke arah mereka berdua. Padahal saat itu Han Pwee Eng sudah akan berkelit agar tidak terkena percikan arak itu. Sekarang dia tak perlu lagi berkelit, karena serangan

arak itu sudah ditangkis oleh bocah itu. Nona Han tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau benar! Perkelahian itu pasti hebat, kita akan menonton keramaian." kata si nona. Saat si gundul menyemburkan arak dari perutnya, orang segera menyingkir hingga saling bertabrakan. Sedang pemuda berbaju biru yang lugu itu diam saja tidak bergerak, seolah buta dan tuli saja. Ketika ada orang yang akan menubruknya, dia hanya menggeserkan kakinya sedikit. Sedang orang itu langsung lewat di sampingnya dan hampir menabrak kursi yang dsedang idudukinya. Kejadian itu terlihat jelas oleh Hati Pwee Eng. hingga dia kagum sekali. "Dia menggunakan ilmu Jian-ih-cap-pwee-sek (Delapan belas langkah). Aah! Ternyata dia lihay sekali!" pikir nona Han. "Tunggu jangan berkelahi dulu! Aku ingin bicara." kata Chu Tay Peng. Saat itu sudah ada orang yang membangunkan Ang Kin dari lantai. Wajahnya sudah berubah berwarna kelabu, pakaiannya pun bernoda darah. Dia mengeluarkan keringat darah, sedang benjolan di kening Ang Kin pun terluka patah. "Hai TandukTok-kak-liongmu telah tercabut!" kata orang bermantel sambil tertawa. Chu Tay Peng mengibaskan tangannya, sementara orangnya sudah mengepung orang bermatel itu. "Kau sahabat dari aliran mana? Kami tidak bermusuhan denganmu dan tidak punya dendam apa-apa. Aku ingin bertanya mengapa kau turun tangan jahat pada kami?" kata Chu Tay Peng. Lelaki bermantel itu tertawa. "Bukankah tadi kalian tidak percaya, bahwa aku mahir ilmu Hua-hiat-to? Apa boleh buat terpaksa aku harus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menunjukkannya pada kalian. Sekarang kalian percaya, kan?" kata dia sambil tertawa sinis. Ang Kin mandi darah napasnya pun mulai lemah. "Celaka. Ang Pang-cu pasti tak akan bisa hidup lagi!" kata anak buahnya. "Benar! Karena Ang Pang-cu berlatih ilmu racun, jika racun ditambah racun maka lukanya semakin parah dibanding anak

buahnya. Jika orangnya bisa hidup sampai besok, dia hanya bisa bertahan sejam lagi." kata orang bermantel itu. Chu Tay Peng sadar kepandaian orang itu sangat tinggi, terpaksa dia harus sabar dan memberi honnat. "Aku punya mata tetapi tak bisa melihat gunung Tay-san. yang tinggi, maafkan aku. Kau tidak bermusuhan dengan Ang Pang-cu, jadi aku mohon kau mengampuninya." kata Chu Tay Peng. Lelaki itu tertawa. "Jika kalian mau minta maaf dan diampuni, aku tidak keberatan. Aku pun mau memberi muka pada kalian. Sekarang akan kutolong dulu Ang Pang-cu sesudah itu baru masalah lain kita bicarakan." kata orang bermantel itu dengan angkuh. Dia tarik Ang Kin ke hadapannya, entah dengan gerakan bagaimana, dia angkat dagu Ang Kin. Setelah mulut Ang Kin terbuka, dia masukkan arak ke mulutnya dari guci arak sisa dia minum. Kelihatan Ang Kin mulai sadar. Mereka yang menyaksikan kejadian itu kaget, mereka tidak tahu apa orang itu sedang menolong Ang Kin atau malah sebaliknya sedang menyiksanya. Tak lama arak di guci itu telah habis, perut Ang K in sudah tampak gendut. Sesudah itu baru orang itu mengurut beberapa jalan darah Ang Kin. sedang keringat yang keluar dari tubuh Ang Kin pun mulai berkurang. Tak lama terdengar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara dan muntahlah Ang Kin. Bau amis menyengat hidung semua orang yang ada di rumah makan itu. Pada saat bersamaan Ang Kin pun berteriak. "Aduh! Sakit sekali!" Tak lama Ang Kin pun sadar dari pingsannya. Sedang bocah yang duduk bersama nona Han Pwee Eng itu bersungut-sungut. "Sungguh keterlaluan. Rumah makan yang tadi bersih, sekarang jadi bau amis!" kata dia. "Ah arak ini pun jadi tak nikmat lagi!" "Siauw-ko, jangan usil!" bisik Han Pwee Eng. Rupanya Han Pwee Eng sedang memperhatikan lelaki bermantel bulu serigala itu. Dia juga tahu bahwa kepandaian lelaki itu berada di atasnya. Untung Chu Tay Peng dan yang lainnya sedang memperhatikan keadaan Ang Kin. Ketika si bocah usil sedang bicara tak seorang pun yang mendengarnya. Sebaliknya lelaki bermantel bulu serigala itu yang mendeklik ke arah si bocah jahil ini. Saat itu para pelayan dengan sigap membersihkan tempat

itu dari muntahan Ang Kin dan lainnya. Tamu-tamu orang biasa pun sudah pergi semuanya. Sekarang hingga tinggal Chu Tay Peng dan kawan-kawannya. Han Pwee Eng dan si bocah jahil serta si pemuda baju biru yang lugu itu. Tiba-tiba lelaki bermantel itu bicara. "Beres! Racun yang ada di dalam tubuh Ang Pang-cu sudah keluar semuanya!" kata si lelaki bermantel itu. "Nyawanya sudah aku selamatkan, sekarang mari kita duduk untuk bercakap-cakap." Semua duduk dengan rapi. Ang Kin yang masih dalam kondisi lemah pun ikut duduk bersama-sama. Sekalipun Ang Kin jengkel dan dongkol tetapi dia tidak berani bertingkah lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah tertawa lelaki bermantel itu bicara "Ang Pang-cu sekalipun kau telah terluka oleh ilmu pukulanku. namun benjolan di kepalamu itu telah hilang, karena racun melawan racun. Sudah seharusnya kau berterima kasih kepadaku." kata lelaki bermantel itu. "Ang Kin tidak akan melupakan budimu yang besar itu." kata Ang Kin. Sebenarnya ucapan Ang Kin itu berarti sebaliknya. Uia dendam sekali pada lelaki bermantel itu. Sedangkan lelaki itu tidak marah malah tertawa. "Mau berterima kasih boleh, dendampun boleh juga!" kata si lelaki bermantel bulu itu. "Asal kau takluk, itu sudah cukup! Baik kita boleh mulai bicara." "Aku ingin bertanya, kami dari lima perkumpulan di tepi Huang-hoo ini apa pernah berbuat salah pada Anda?" kata Chu Tay Peng mewakili kawan-kawannya. "Tidak punya salah apa-apa! Bukankah sudah aku katakan tadi?" kata dia sambil tertawa. Chu Tay Peng menekan amarahnya, lalu dia berkata dengan sabar sekali. "Kalau begitu, bagaimana saudara kami yang terluka itu...." Sebelum Chu Tay Peng selesai bicara dia sudah dipotong oleh lelaki bermantel itu. "Jadi kau ingin aku mengobati mereka? Aku suka berbuat baik kepada kalian, asalkan tidak merugikan aku." kata lelaki bermantel itu sambil tersenyum. Maksud ucapannya itu dia bersedia mengobati orang-orang Ang Kin asal ada syaratnya. Mereka semua sangat berpengalaman, mendengar ucapan lelaki itu mereka langsung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerti maksudnya. Mereka ingin berdebat tetapi mengingat kepandaian lelaki itu mereka jadi diam saja. Chu Tay Peng yang maju bicara. "Aku mohon bertanya, siapa nama besar Anda? Kau datang ke daerah kami apa maksudnya? Jika kami bisa membantu. Anda boleh bicara saja pada kami. Jika kami bisa melakukannya, kami siap tidak akan menolak!" kata Chu Tay Peng. Ucapan Tay Peng ini sama sebagai pernyataan takluk tanpa syarat. Kelihatan lelaki bermantel itu puas sekali. Dia teguk arak dan berkata lagi. "Apa kalian pernah mendengar nama See-bun Souw Ya?" kata lelaki bermantel itu. Semua orang itu tertegun mendengar ucapan lelaki itu. Mereka tertegun bukan karena tidak pernah mendengar nama See-bun Souw Ya. tapi karena di bawah tekanan lelaki bermantel itu. semua orang itu menyahut. "Nama besar See-bun Sian-seng bagaikan suara halilintar dan menggelegar di telinga kami. Sudah lama kami mengagumi nama besar See-bun Sian-seng, beruntung hari ini kami.... Pada saat bersamaan Chu Tay Peng pun ingat sesuatu. Tahun lalu salah seorang kawannya dari Rimba Persilatan memberi tahu dia. bahwa di daerah Canton telah muncul seorang Iblis Besar bernama See-bun Souw Ya. Kata temannya. Iblis itu seorang yang sudah tua. Dia telah mengasingkan diri hampir 20 tahun dan baru muncul lagi sekarang. Tak masuk akal memang kalau lelaki bermantel itu mengaku bernama See-bun Souw Ya. Ketika Chu Tay Peng sedang berpikir terdengar lelaki itu tertawa. "Mengapa See-bun Sian-seng tertawa?" tanya mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku bukan See-bun Souw Ya. itu nama guruku. Namaku Pouw Yang Hian." kata orang bermatel itu. Muka semua orang itu merah karena salah menduga mengira orang itu bernama See-bun Souw Ya. Semula mereka ingin menjilat pantat orang itu. ternyata mereka salah jilat. "Kami dengar gurumu itu baru muncul lagi'" kata Chu Tay Peng. "malah katanya sangat menggemparkan di daerah Canton? Sayang kami berada di tempat yang jauh sehingga

tidak bisa menemui beliau. Namun, kami semua sangat kagum kepada beliau!" "Sebenarnya tidak sulit jika kalian mau menemui guruku." kata Pouw Yang Hian. "Terus-terang aku tampil lebih dulu di sini. Paling lama setengah tahun lagi dan cepatnya tiga bulan lagi. guruku pasti akan ke mari menemui kalian!" Dia bilang "tampil" sudah jelas kedatangannya itu atas perintah gurunya. "Entah apa pesan gurumu untuk kami. mohon petunjuk agar kami tahu harus berbuat bagaimana saat menyambut kedatangan beliau?" kata Chu Tay Peng. "Ketika aku mau ke mari. guruku mengatakan bahwa Yucou dan Su-cou merupakan tempat untuk berkembang. Tetapi kami asing belum kenal dengan kawan-kawan di Tiong-goan. Saat aku lewat di daerah ini. aku harus berkenalan dengan kalian di sini. Begitu pesan guruku." kata Pouw Yang Hian. setelah tertawa sejenak dia melanjutkan. "Memang aku bodoh sekali, tidak tahu bagaimana aku harus berkenalan dengan kalian? Oleh karena itu terpaksa aku mengeluarkan sedikit kepandaianku untuk mengundang kalian ke mari! Meskipun aku telah melukai teman kalian, tetapi karena ingin berkenalan, aku harap kalian memaafkan tindakanku yang ceroboh itu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka pikir mana ada cara berkenalan dengan cara begitu, tetapi karena tidak ada seorang pun yang berani bicara karena mereka tahu Pouw Yang Hian sangat lihay. "Terima kasih kalau Gurumu bersedia berkenalan dengan kami." kata Chu Tay Peng. "Kalau begitu tolong kau obati teman-teman kami yang terluka itu?" "Jangan tergesa-gesa." kata Pouw Yang Hian. "Mereka itu masih bisa bertahan sampai esok siang, jadi masih banyak waktu untuk mengobatinya. Tidak sulit bagiku menolong mereka itu. tetapi aku harus melihat kalian...." "Saudara Pouw apa yang kau inginkan? Silakan katakan saja!" kata Chu Tay Peng agak bingung. "Tujuan guruku, karena dia telah diangkat menjadi Bu-lim Beng-cu di wilayah Canton. dia juga ingin kawan-kawan di Tiong-goan mengetahuinya." kata Pouw Yan Hian. "Terus terang dia tidak hanya ingin berkuasa di Canton saja. tetapi dia juga ingin di empat penjuru dunia mengakuinya. Apa kalian mengerti maksud keinginan guruku itu?" Sekarang mereka mengerti See-bun Souw Ya mengutus muridnya untuk menaklukan mereka. Maksudnya agar mereka mengangkat See-bun Souw Ya sebagi Pang-cu di seluruh

penjuru Tiong-goan. "Guru Anda berkepandaian tinggi, memang pantas menjadi Beng-cu di kolong langit!" kata mereka hampir bersamaan. "Katakan saja pada beliau kami akan mendukung beliau, tetapi bagaimana dengan orang kami yang terluka itu....." Pouw Yang Hian tertawa. "Jika kalian sudah tunduk pada kami. pasti aku akan mengobati kawan-kawanmu itu. Tetapi sekarang aku masih punya urusan yang harus aku selesaikan dulu." kata Pouw Yang Hian sambil tersenyum sinis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu ia menghampiri Han Pwee Eng dan si bocah jahil itu. Bocah itu tertawa saja sambil berkata. "Waduh, celaka! Celaka! Aku cuma ingin menyaksikan keramaian, tetapi keramaian itu akan mengancam kita." kata si bocah dengan serius. Pouw Yang Hian sudah ada di depan mereka sambil membentak dengan keras. "Siapa kalian berdua ini?" Bocah itu tersenyum. "Aku tidak punya rejeki begitu besar untuk bisa berkenalan dengan Anda dan guru Anda." kata si bocah. "Lebih baik Anda kembali ke mejamu dan minum arak saja!" "Saudara Pouw. dia adalah Kiong Kong-cu! Putra Tong-hai Hek Hong To. atau To-cu (Majikan Pulau Angin Hitam). Sedang yang satunya mungkin orang sana juga." kata Chu Tay Peng membantu memberi keterangan. Sebenarnya Chu Tay Peng dan kawan-kawannya sangat takut kepada Hek Hong To To-cu. sebab pemimpin pulau itu seorang Iblis Besar juga. Sekalipun sekarang sudah ada pelindung mereka yaitu Pouw Yang Hian. namun mereka tetap masih jerih, oleh karena itu dia mengingatkan pada Pouw Yang Hian agar waspada. "Ayahku tidak pernah menyeberang lautan, mana mungkin dia punya hubungan dengan mereka? Lalu bagaimana mereka menganggap aku ini Kiong Kong-cu?" pikir nona Han. Pouw Yang Hian mendengus. "Ada apa dengan Ketua Hek Hong To? Jika dia bertemu denganku, akan kusuruh dia minta maaf kepadaku! Jadi kalian berdua mengandalkan dia sehingga kalian berani datang ke mari untuk mengacau?" kata Pouw Yang Hian dengan bengis. Nona Han menahan marah, dia menyahut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang mencari gara-gara? Mengenai Hek Hong To pun baru sekarang aku dengar. Aku dan dia tidak ada hubungannya. Aku juga tidak tahu tentang Kiong Kong-cu. bukankah kalian yang mengatakannya sendiri?" kata nona Han. Chu Tay Peng terkejut. "Apa? Jadi kau bukan Kiong Kong-cu?" kata Chu Tay Peng kaget bukan main. "Tapi kenapa kau terima kartu nama kami?" kata Lay Hui. "Kalian yang memberikan padaku, lagipula siapa yang butuh kartu nama kalian itu?" sahut Han Pwee Eng. "Benar. Lebih baik kembalikan saja kartu nama itu pada mereka!" kata si bocah nakal. Han Pwee Eng mengangguk, dia sebarkan kartu nama itu ke arah mereka. "Ini milik kalian!" kata nona Han. Pada saat yang bersamaan tangan Pouw Yang Hian bergerak dan kartu-kartu nama itu pun sudah ada di tangannya. "Jika kau tidak mau. biar aku yang mengambilnya." kata Pouw Yang Hian sambil tertawa. Kartu nama itu terbuat dari kertas yang ringan, tetapi nona Han bisa melemparkan kartu nama itu mirip dengan senjata rahasia. Ini membuktikan lwee-kang nona Han tidak rendah. Tetapi Pouw Yang Hian berhasil meraih kartu-kartu nama itu dengan mudah sekali. Rupanya dia mahir menangkap senjata rahasia. Secara tidak langsung mereka telah mengadu kepandaian masing-masing di depan umum. Setelah kartu-kartu nama itu ada di tangannya. Pouw Yang Hian mengawasi ke arah si bocah bengal.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau paham pukulan Cit-sat-ciang, apa hubunganmu dengan Hek Hong To?" tanya Pouw Yang Hian. Bocah itu tersenyum. "Kau mengerti ilmu pukulan Hua-hiat-to. apakah kau anak atau cucu Kong-sun Khie?" si bocah balik bertanya pada Pouw Yang Hian dengan tajam sambil tertawa geli. "Kalian tidak mau bicara, apa kau kira aku tidak bisa mengorek asal-usulmu?" kata Pouw Yang Hian. Mendadak dia mengulur kedua tangannya, tangan kiri

mengarah pada si bocah sedangkan tangan kanannya hendak mencengkram Han Pwee Eng. Tiba-tiba bocah itu mengangkat sumpit di tangannya, dia menotok jalan darah di telapak tangan Pouw Yang Hian. sedang Han Pwee Eng mengangkat cawan arak menyerang mukanya. Ketika jari Pouw Yang Hian menyentil, terdengar suara nyaring. "Ting! Prang!" Cawan arak yang dipakai menyerang dia hancur berantakan. Dengan dua jarinya dia jepit sumpit di tangan si bocah nakal itu hingga patah. Tetapi wajahnya telah basah tersiram arak yang dilemparkan oleh nona Han. Dia marah bukan kepalang. "Kalian sangat kurangajar! Rupanya kalian sudah bosan hidup, ya!" bentak Pouw Yang Hian. Ketika itu kaki Pouw Yang Hian menendang dan sepasang tangannya bergerak menyerang ke arah nona Han. "Brak!" Meja di hadapan si bocah hancur berantakan tertendang oleh Pouw Yang Hian. Si bocah berkelit ke samping, sambil berputar dia bergerak ke belakang orang she Pouw itu. Dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melancarkan sebuah pukulan ke punggung lawan. Pouw Yang Hian tidak mengacuhkan serangan bocah itu, tetapi dia terus menyerang ke arah nona Han. "Hati-hati, kau jangan sampai terkena pukulan berracunnya!" si bocah nakal memperingatkan nona Han. Nona Han segera mengelak dia gunakan jari tangannya untuk menotok jalan dari Beng-kie-hiatnya Pouw Yang Hian "Seer! Weeek!" Lengan baju Han Pwee Eng terkena sambaran angin serangan orang she Pouw itu hingga robek. Menyusul suara keras sekali. "Buuum!" Punggung Pouw Yang Hian terhajar pukulan si bocah bengal, tetapi serangan nona Han luput dari sasaran. Pouw Yang Hian tertawa dingin. "Cit-sat-ciang tidak dapat melukaiku! Ketahui olehmu ilmu pukulanmu itu masih di bawah ilmu pukulanku! Pulang beri tahu ayahmu, dia harus menemui guruku untuk menyerahkan kartu namanya!" kata Pouw Yang Hian dengan sombong. Mendengar kata-kata Pouw Yang Hian semua orang itu kaget bukan kepalang. "Ah kiranya dia puteri Kiong To-cu! Celaka, sungguh celaka perkelahian ini membuat kami jadi serba salah!" kata mereka

panik bukan main Pouw Yang Hian membalikkan telapak tangannya dia desak bocah itu, lalu mengawasi nona Han. "Kau juga sudah terbuka rahasiamu! Apa hubunganmu dengan keluarga Han di Lok-yang?" kata Pouw Yang Hian. Semua orang terkejut lagi. Mereka kenal nama besar Han Tay Hiong. Tetapi sudah lama Han Tay Hiong tidak pernah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muncul di Dunia Kang-ouw. Mereka juga tidak mengetahui kalau orang she Han itu punya seorang puteri yang cantik dan lihay ini. Saat itu Pouw Yang Hian menyerang dengan kaki dan tangannya hingga meja dan kursi hancur berantakan. Chu Tay Peng dan kawannya segera mundur. Mereka tidak berani ikut campur dalam keributan itu. Sedangkan pemuda berbaju biru yang lugu itu mengangkat buntalannya dari atas meja. Sambil menggelengkan kepala dia berkata agak gugup. "Tidak ada masalah malah berkelahi, mengganggu aku minum arak saja! Pelayan, ke mari. pindahkan makanan dan arakku ke meja itu!" kata dia pada pelayan. Tapi mana ada pelayan yang berani menghampirinya. "Tuan. kami sedang sial." pelayan itu menyahut dari jauh. "Arak dan makananmu nanti akan kami ganti, jangan khawatir!" "Di sini aku tidak makan secara gratis, jangan kuatir!" kata si pemuda berbaju biru. "Temanku itu yang membayariku. Masakan dan arak yang kalian sajikan, dia yang bayar semua!" Dia menoleh ke arah si bocah lalu katanya. "Bukan begitu, temanku?" katanya. Sambil mengelak dari sebuah serangan lawan, bocah itu tertawa sambil berkata. "Ah kau memang orang yang terbuka, jangan takut tenang saja! Kau boleh makan dan minum sepuasmu, aku yang akan membayar semuanya!" kata si bocah nakal. Pouw Yan Hian menggunakan kesempatan pada saat si bocah sedang bicara, dia menyerang bocah itu Si bocah tertawa. "Baik. kuundang kau makan!" kata si bocah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia angkat tangannya untuk menyambut serangan itu. Melihat anak itu mengangkat tangan akan menangkis. Pouw

Yang Hian keheranan. "Eh! Mengapa dia berani mengadu tangan denganku? Apa dia hendak menipuku?" pikir orang she Pouw ini. Tiba-tiba tangan Pouw Yang Hian menyentuh benda licin, ternyata itu sepotong paha ayam yang menempel di telapak tangannya. Saat itu si bocah berkelebat ke samping Pouw Yang Hian. Bisa dibayangkan betapa gusarnya orang she Pouw ini. Si bocah malah tertawa cekikikan. "Waduh berbahaya sekali, aku hampir tercengkram olehmu!" kata si bocah. "Bocah keparat! Kau berani mempermainkan aku?" bentak Pouw Yang Hian. Dia kibaskan tangannya hingga paha ayam itu meluncur cepat laksana sebuah anak panah ke arah si bocah nakal. Si bocah segera menundukkan kepalanya. Paha ayam itu lewat di atas kepalanya, dan meluncur ke arah pemuda lugu itu. Kebetulan pemuda itu sedang mengangkat guci arak. tidak ampun lagi paha ayam itu membentur guci arak itu. "Taaang!" Terdengar suara benturan keras. Paha ayam itu jatuh ke lantai, sedang guci arak yang terbentur oleh paha ayam itu lecet. Orang yang menyaksikan kejadian itu kaget semua. "Pantas dia tidak berani menangkap paha ayam itu. ternyata serangan paha ayam itu hebat sekali, mirip senjata rahasia!" pikir mereka. Pemuda desa yang lugu itu bergumam perlahan. "Sayang! Sayang sekali, paha ayam itu dibuang begitu saja!" kata dia sambil menggelengkan kepalanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia meneguk araknya kembali. Sementara Pouw Yang Hian mendelik. "Hm! Jika aku tidak mampu mengalahkan kedua bocah ini. bagaimana aku bisa menaklukkan yang lainnya?" pikir Pouw Yang Hian. Seketika itu juga dia gunakan pukulan Hua-hiat-to menyerang dengan hebat ke arah Han Pwee Eng. Dalam sekejap nona Han sudah mencium bau amis di hidungnya. Dia nyaris pingsan dan muntah-muntah. Buru-buru dia gunakan jurus "Niak In Pouw Hoat" (Ilmu Melangkah Menginjak Awan) untuk berkelit dari seangan itu. "Mau kabur ke mana kau?" bentak Pouw Yang Hian. Tiba-tiba Pouw Yang Hian mengulur tangannya, tubuhnya bergerak dengan cepat, tahu-tahu dia sudah ada di samping Han Pwee Eng. Kelihatan punggung nona Han akan

tercengkram oleh tangan Pouw Yang Hian. Pada saat itu cepat luar biasa si bocah nakal sudah melancarkan serangan kilat ke muka Pouw Yang Hian. Tampak kedua jari bocah itu hampir mengenai kedua mata Pouw Yang Hian. Serangan ini membuat Pouw Yang Hian terpaksa menangkis serangan itu dan membuat dia dongkol bukan main. "Baik, akan kuhabisi dulu bocah ini!" pikir dia. Pouw membalikkan tubuhnya, dia menyerang dengan cengkramannya ke arah si bocah nakal, karena berniat mencengkram tangan si bocah nakal itu. Si bocah buru-buru menurunkan tangannya, gerakannya cepat luar biasa, dia menyabet siku Pouw Yang Hian. Sebaliknya Pouw Yang Hian tidak mampu menahan majunya, hingga dia menabrak bocah itu. Dengan demikian si bocah berhasil menghajar sikutnya dengan keras. Keduanya terhuyung ke belakang. Pouw Yang Hian merasakan sikutnya sakit bukan main. Kiranya bocah itu mengenakan sarung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan benang emas. dia tidak jerih pada tangan Pouw yang beracun. "Saudara Han. pada manusia kejam ini kau jangan sungkan-sungkan lagi." kata si bocah. Pouw Yang Hian tertawa dingin. "Benar! Cepat keluarkan senjata kalian!" kata Pouw. Nona Han tidak berani membentur tangan Pouw Yang Hian yang beracun itu. karena itu jadi sangat merugikan dia. Dengan demikian gerakan si nona jadi tidak leluasa. Saat orang she Pouw itu menantang agar mengeluarkan senjata, nona Han pun berpikir. "Jika kugunakan pedang, pasti dia akan mentertawakan aku." pikir Han Pwee Eng. Karena itu dia mengambil sepasang sumpit yang ada di meja makan. "Baik. aku ingin bermain-main sebentar denganmu!" kata nona Han. Tadi Pouw Yang Hian telah berhasil mematahkan sumpit si bocah nakal, sekarang nona Han hendak menggunakan sumpit juga untuk menotok dia. Pouw Yang Hian jadi geli dan gusar secara berbareng. "Baik. kuterima tantanganmu!" kata Pouw Yang Hian. Tiba-tiba Pouw Yang Hian mengulurkan tangannya, dua jarinya siap menjepit sumpit di tangan nona Han. Ternyata ilmu totok nona Han jauh lebih lihay dari si bocah nakal. Begitu kedua jari Pouw Yang Hian bergerak ke arah sumpit, segera si nona menurunkan tangannya sedikit, tapi ujung sumpit menyerang untuk menotok jalan darah Lau-kiong-hiat

di telapak tangan Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian terkejut bukan main. dia segera menarik kembali tangannya. Pouw Yang Hian kaget karena yang diarah oleh nona Han jalan darah Lau-kiong-hiat. yaitu ujung nadi Siauw-yang-keng-meh. Seorang yang berlatih ilmu racun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paling pantang terserang jalan darah itu. Jika tetotok lawan, sekalipun tidak terluka parah, orang itu harus istirahat beberapa tahun baru bisa pulih. Sudah sering Pouw Yang Hian menggunakan jurus Huahiatto. tetapi dia belum berhasil melukai lawan-lawannya. Malah dia nyaris celaka di tangan nona Han. Dia dongkol, gusar dan entah apa lagi. Sepasang tangannya bergerak cepat mendatangkan suara hebat. Nona Han tidak berani mendekatinya. Terpaksa dia mundur. Bocah nakal itu tidak tinggal diam. Dia serang Pouw Yang Hian dengan cepat dan gesit sekali. Kelihatan tubuh si bocah melayang-layang bagaikan kupu-kupu sedang terbang, hendak hinggap di atas bunga. Tubuhnya berputar-putar mengitari lawan. Jika Pouw Yang Hian menyerang segera dia menghindar. Saat Pouw Yang Hian menyerang nona Han. dia menyerangnya dengan cepat secara tiba-tiba. Hal itu membuat Pouw Yang Hian jadi agak kewalahan juga. Berkali-kali Pouw Yang Hian hampir bisa melukai nona Han. Pada saat genting itu si bocah menyerangnya, hingga Pouw Yang Hian membatalkan serangan terhadap si nona. Ilmu totok bocah itu tidak sehebat nona Han. Tetapi jurus-jurus yang dia tampilkan sangat aneh dan lihay sekali. "Ayahku mengatakan di atas langit masih ada langit, itu memang tidak salah. Hari ini untung ada si bocah membantuku kalau tidak aku sudah celaka?" pikir nona Han. Nona Han masih bertahan namun dia terus terdesak oleh serangan Pouw Yang Hian yang berbau amis. Jika dia terus mencium bau itu. maka dia akan muntah dan matanya pun mulai berkunang-kunang karena pening. Tampak lwee-kang bocah itu lebih tinggi setingkat dari nona Han. Pada wajahnya belum ada perubahan apa-apa. Tetapi sesudah lewat beberapa jurus gerakan bocah itu pun sudah mulai lamban, tidak segesit tadi lagi. Tiba-tiba pemuda

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

desa berbaju biru yang sedang duduk minum arak itu bangun

dari kursinya. "Saudara kecil, terima kasih atas makanan dan arakmu, tapi aku tidak boleh makan dan minum gratis. Aku harus membantumu!" kata dia. "Kau murah hati. makanan dan arakku tidak sebanding dengan nyawamu. Apa kau tidak takut pada ilmu pukulan Hua-hiat-tonya?" kata si bocah nakal. "Dia belum mahir benar mempelajari jurus Hua-hiat-tonya." kata pemuda lugu itu. "Dari itu aku akan memberinya petunjuk agar dia tidak bertingkah di sini. Dengan begitu dia tidak akan menggunakan ilmu itu untuk menindas orang lain!" Ucapan itu membuat orang-orang kaget termasuk Pouw Yang Hian. "Ah. apa pemuda lugu ini ahli Hua-hiat-to juga?" pikir orang-orang di tempat itu. Pouw Yang Hian tidak percaya kalau pemuda itu ahli Huahiatto oleh karena dia tahu kitab Kong-sun Khie telah jatuh ke tangan gurunya. Selain dia dan gurunya tidak ada lagi orang yang bisa ilmu pukulan itu. dia yakin benar. Saat itu pemuda desa itu sudah berjalan menghampiri Pouw Yang Hian. "Baik. aku ingin melihat bagaimana cara kau memberi pelajaran kepadaku." kata Pouw Yang Hian. Nona Han dan si bocah nakal menyaksikan pemuda desa itu maju dengan penuh keyakinan. Hal itu membuat mereka heran bukan main. "Baik aku akan menonton kehebatanmu!" kata si bocah pada pemuda desa itu. Nona Han dan dia segera mundur dan berdiri di samping. "Baik. silakan beri petunjuk!" kata Pouw Yang Hian sambil tersenyum sinis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0-DewiKZ~aaa-o0-

Bab 10

Sepasang telapak tangan Pouw Yang Hian kelihatan sudah mulai hitam dan mengeluarkan bau amis tak sedap. Han Pwee Eng dan si bocah nakal terkejut. Kiranya orang she Pouw itu takut kalau pemuda desa itu benar-benar berilmu tinggi. Maka sengaja dia langsung mengeluarkan ilmu pukulan Hua-hiattonya yang sangat lihay itu. Dia ingin membunuh pemuda desa itu dengan sekali hajar saja. agar orang-orang jerih kepadanya. Saat itu seluruh perhatian tertuju ke gelanggang perkelahian, terutama pada si pemuda desa itu. Mereka ingin tahu bagaimana dia menghadapi Pouw Yang Hian yang lihay itu.

"Aku kira kau baru berlatih sekitar tujuh tahun saja. kan?" kata si pemuda desa dengan sinis. Pouw Yang Hian kaget bukan kepalang mendengar ucapan itu. "Ah dia hebat juga? Bagaimana dia bisa tahu aku baru berlatih selama tujuh tahun lamanya?" pikir orang she Pouw itu sedikit kaget. Pemuda itu tahu apa yang ada dalam benak Pouw Yang Hian. "Dengar baik-baik. jika kau sudah mahir ilmu pukulan itu. telapak tanganmu tidak akan berwarna hitam dan berbau amis. Maka aku katakan kau belum mahir sekali, tidak salah kan?" kara si pemuda desa sambil tersenyum. Hati Pouw Yang Hian tersentak, diam-diam dia tahu ada yang tidak beres. Akan tetapi anak panah sudah dipasang pada busurnya, pasti harus segera dilepaskan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik. aku mohon petunjukmu!" kata Pouw Yang Hian. Mendadak dia melakukan serangan hebat, pemuda desa itu mengangkat tangannya untuk menangkis. "Karena kung-fumu belum mahir, aku enggan mengajarimu. Tetapi aku sudah berkata agar matamu terbuka!" kata si pemuda desa. Saat pemuda itu mengangkat tangannya, semua orang tidak melihat ada yang aneh dalam gerakan itu. Tetapi di mata Pouw Yang Hian itu sungguh luar biasa, diam-diam dia terkejut. Telapak tangan pemuda desa itu kelihatan kemerahmerahan, tetapi hanya sekilas. Itu tandanya ilmu pukulan Hua-hiat-tonya tingkat tinggi. "Dia baru berumur 20 tahun, apa dia sudah berlatih sejak dalam kandungan ibunya?" pikir Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian tahu gurunya berlatih ilmu itu selama 20 tahun, tapi baru setingkat dengan pemuda desa itu. Karena orang she Pouw ini berada dalam posisi terjepit, dia tidak bisa menarik kembali serangannya. Ditambah lagi dia belum yakin pemuda itu mahir ilmu pukulan itu. Dia kira pemuda itu hanya menakut-nakuti dan menggertak dia saja agar dia mau mundur. Pouw Yang Hian menggeretakkan giginya. Dia lanjutkan seranganya. "Buum!" Terdengar suara benturan yang sangat dasyat. Pemuda desa itu terhuyung ke belakang beberapa langkah, baru bisa berdiri tetap lagi. Sedang Pouw Yang Hian sama sekali tidak bergerak. Ketika itu Chu Tay Peng dan kawan-kawannya bersorak memuji Pouw Yang Hian.

"Kung-fumu sangat hebat Pouw Sian-seng!" puji mereka. Nona Han dan si bocah terkejut bukan kepalang. Mereka segera menghunus senjata mereka, lalu mendekati pemuda desa itu untuk melindunginya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak sorakan dari pihak Chu Tay Peng terhenti seketika. Keadaan jadi sunyi sekali. Mereka semua kaget menyaksikan wajah Pouw Yang Hian kelihatan ketakutan sekali. Sebaliknya wajah pemuda desa itu biasa-biasa saja. dia kelihatan tenang luar biasa. Perubahan atas wajah orang she Pouw ini membuat panik semua orang. Pemuda desa itu tertawa. "Apa kau masih mau mencobanya lagi?" kata si pemuda desa dengan tajam. "Terima kasih kau tidak membunuhku." kata Pouw Yang Hian. "Kalau boleh tahu. siapa namamu?" Pemuda itu menuding sambil membentak. Hal itu membuat orang she Pouw itu mundur selangkah demi selangkah. Wajahnya sudah berubah jadi kelabu dan sekarang dia sudah dekat pintu keluar. "Cepat pergi!" bentak pemuda desa itu. Saking kaget dan takutnya Pouw Yang Hian jatuh terguling di lantai. Pemuda desa itu tertawa. "Pouw Yang Hian kau pulang saja. beri tahu gurumu! Dia telah mencuri barang milik keluargaku, cepat atau lambat aku pasti akan mencari dia untuk mengadakan perhitungan! Saat itu kau akan tahu siapa aku?" kata si pemuda desa. Pouw Yang Hian bangun dan langsung kabur terbirit-birit. Begitu juga Chu Tay Peng dan kawan-kawannya. Sekarang di rumah makan itu tinggal Han Pwee Eng dan si bocah, pemuda desa itu dan para pelayan rumah makan yang ketakutan. Bocah nakal itu tertawa riang. "Asyik! Sungguh asyik sekali! Terima kasih atas bantuanmu. Toa-ko!" kata si bocah nakal itu. Pemuda desa itu tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan sungkan itu bukan apa-apa. Kau membayariku makan dan minum, aku harus membantumu!" kata si pemuda desa. "Toa-ko, siapa namamu?" kata si bocah. Pemuda itu mengangguk. "Kau mengakui aku sebagai temanmu, namaku Kong-sun

Po. Po artinya melenyapkan kejahatan. Orang itu mencaci Iblis Besar Kong-sun Khie. justru dia itu adalah Ayahku almarhum." kata Kong-sun Po. Mata si bocah terbelalak. "Ha....?" Mulutnya terbuka lebar dia tidak tahu harus bilang apa. "Aku telah mengganggu kalian berdua, maaf aku pamit!" kata Kong-sun Po. Dia langsung mengambil buntalannya lalu pergi meninggalkan rumah makan itu tanpa bertanya siapa nama si bocah nakal dan kawannya itu. "Saudara Han, apa kita masih mau minum arak lagi?" tanya si bocah pada nona Han. Sekarang Han Pwee Eng sudah tahu bocah nakal itu orang Hek-hong-to. kesan baiknya pada si bocah kini mulai berkurang. "Dia dari aliran sesat sebaiknya aku tidak bergaul dengannya." pikir nona Han. Nona Han lalu tersenyum. "Rumah makan ini sudah berantakan. kita tidak bisa minum lagi di sini! Jika kita berjodoh kelak kita akan minum lagi di sini!" kata Han Pwee Eng. Ucapan nona Han itu sebenarnya ingin menyatakan selamat berpisah dengan si bocah nakal itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau yang membayariku makan, aku menurut saja. Kau tidak mau minum aku pun tidak!" kata si bocah. Ketika itu seorang pelayan keluar sambil merangkak dari kolong meja makan. Saat nona Han akan membayar, pelayan itu bilang. "Semua sudah dibayar oleh Chu Tay Peng. Tuan!" kata si pelayan dengan hormat. "Aku tak mau dibayari orang, ditambah lagi di tempat ini banyak barang yang telah hancur karena pertarungan tadi. Aku harus ganti rugi." kata nona Han. "Kawanku ini benar, kami tidak akan merugikan rumah makan ini." kata si bocah. "Juga makanan dan arak Tuan Kong-sun akan dia lunasi!" Pelayan itu girang bukan main. sambil membungkuk dia menghaturkan terima kasih kepada nona Han. "Tuan sangat baik dan pengertian, baiklah beri saja uang perak pecahan pada kami." kata si pelayan. "Baik. aku akan memberimu sepuluh tail perak, cukup?" tanya nona Han. Saat dia merogoh sakunya ternyata kantung uangnya telah

lenyap entah ke mana. Mendadak wajah nona Han berubah pucat. Si bocah tertawa sambil mengeluarkan sebuah kantung uang. Begitu melihat kantung uang itu nona Han kaget bukan kepalang, itu adalah kantung uang miliknya. "Tidak salah dia telah mencuri kantung uangku saat dia menyenggolku dijalan kecil. Hebat ilmu copetnya sampai aku tidak merasa kehilangan. Tetapi dia sangat keterlaluan!" pikir nona Han. "Maaf Saudara Han. aku ini miskin, terpaksa aku harus memakai uangmu." kata si bocah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tuang isi kantung itu di atas meja dan berkata pada pelayan rumah makan itu. "Coba kau hitung, apa sudah cukup sepuluh tail atau belum?" kata dia. Pelayan itu tersenyum. "Tak perlu sebanyak itu. sebab sudah lebih Tuan!" kata si pelayan. "Lebihnya untukmu saja!" kata si bocah seenaknya padahal itu uang nona Han. Pelayan itu girang dia tertawa. Langsung dia sambar uang perak itu. Terima kasih atas kebaikan Tuan-tuan berdua!" kata si pelayan dengan hormat sekali. Setelah pelayan itu pergi si bocah melemparkan kantung uang itu. "Tuh! Terima kantung uang milikmu, aku sudah berbuat baik untukmu, kantungnya harus aku kembalikan kepadamu " kata dia sambil tersenyum. Nona Han dongkol bukan main. "Kau tidak punya uang. kantung itu untukmu saja!" kata nona Han agak ketus. Bocah itu tersenyum. "Saudara Han kau memang sahabat yang baik. Kau jujur aku terpaksa menerimanya." kata dia. Mereka lalu meninggalkan rumah makan itu. Sampai di luar nona Han berkata. "Terima kasih atas bantuanmu, sampai berjumpa lagi kelak!" kata nona Han. Nona Han berjalan meninggalkan bocah itu. saat dia menoleh ternyata si bocah masih mengikutinya.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tunggu Saudara Han. aku belum tahu siapa namamu?" kata si bocah. Nona Han agak kesal juga. tetapi biar bagaimana bocah itu pernah membantunya, terpaksa dia memberi tahu. "Namaku Eng. Apa aku juga boleh tahu namamu?" kata Han Pwee Eng. "Aku marga Kiong. namaku Mi Yun. Hek-hong-to To-cu itu Ayahku." Karena nona Han sudah tahu sejak awal dia tidak terkejut mendengar keterangan itu. "Tapi nama Mi Yun ini nama perempuan?" pikir nona Han. Nona Han tidak berani memastikan dia juga tidak mau menanyakannya. "Sebenarnya Kong-sun Po denganku masih punya hubungan famili, tetapi barangkali dia tidak mengetahuinya." kata Kiong Mi Yun. "Ah mereka dari aliran sesat semua, lebih baik aku tidak boleh bergaul dengan mereka!" pikir nona Han. Saat nona Han akan pergi meninggalkan Kiong Mi Yun. dia mendengar suara ringkikan kuda. Saat nona Han menoleh dia lihat seekor kuda sedang berlari kencang. Han Pwee Eng tidak melihat penunggang kuda itu tetapi dia mengenali kuda itu "hadiah" dari Ci Giok Hian untuknya. Mengetahui hal itu Han Pwee Eng terkejut. Dia kerahkan gin-kangnya akan mengejar kuda itu. tapi kuda itu sudah berlari jauh sekali, malah sudah melewati pintu kota. Terpaksa Han Pwee Eng kembali ke penginapan. Kelihatan penginapan itu sudah berantakan tidak karuan. Ketika pemilik penginapan itu melihat Han Pwee Eng datang, buru-buru dia menghampirinya. Sikapnya sangat gugup dan panik sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi....tadi telah muncul seorang perampok. Dia tidak merampok barang lain hanya kuda milik Tuan. Entah berapa harga kuda itu. aku akan... "Sudah jangan panik, keadaan memang sedang kacau lak heran banyak perampok berkeliaran." kata nona Han. Dia tahu perampok itu memusuhi dirinya, dan pasti bukan perampok biasa. Dia juga tidak mau rewel dengan pemilik penginapan itu. Sekalipun dia tahu si pemilik penginapan bersedia mengganti kudanya. "Sudah saja. Tuan. Kuda yang sudah hilang tidak usah kau hiraukan lagi." kata nona Han sabar. Tiba-tiba ada suara orang bicara di belakang si nona "Benar! Hanya seekor kuda harganya tidak seberapa. Han

Toa-ko. jangan khawatir orang bisa mencuri kudamu aku pun bisa mencuri juga. Dua hari lagi akan kucuri seekor kuda jempolan untukmu!" kata orang itu. Nona Han menoleh kiranya orang itu Kiong Mi Yun sedang tertawa. Entah kapan dia tiba di situ. Pakaian Kiong Mi Yun dekil, ketika dia bilang begitu tentu saja dia menarik perhatian semua orang. "Kau bergurau saudara Kiong. jangan merepotkanmu. lebih baik kau pulang saja." kata nona Han. "Pulang? Kau menyuruhku pulang ke mana? Aku tidak punya rumah maka aku ke mari mencarimu." kata Kiong Mi Yun agak kesal. Kelihatan nona Han kesal bukan main. "Orang ini sungguh tidak tahu malu dan tidak tahu diri. Aku tinggalkan dia malah dia mencariku ke mari?" pikir nona Han Pwee Eng. "Kau mencariku mau apa?" tanya Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mencari tempat bermalam." jawab Kiong Mi Yun "Bukankah kau sudah menyewa kamar di sini? Nah. malam ini kita akan tidur sekamar." Wajah Han Pwee Eng langsung merah. "Maaf," kata Han Pwee Eng. "aku tidak biasa tidur berdua sekamar! Dan esok aku pun harus melanjutkan perjalananku, aku tidak punya waktu untuk bercakap-cakap denganmu." Kiong Mi Yun mengerutkan dahinya. "Baiklah, kalau kau tidak bersedia menerimaku, aku terpaksa cari akal lain." kata Mi Yun. la mengeluarkan kantung uang dari Han Pwee Eng lalu ia guncang-guncang. "Untung kantongmu ini masih berisi uang! Pelayan siapkan sebuah kamar untukku!" kata Mi Yun. Mi Yun mengeluarkan sepotong uang perak dari kantung itu. mata pelayan itu terbelalak, dia mau terima tapi raguragu. Kiong Mi Yun menegur pelayan itu. "Apa yang kau lihat? Apa kau belum pernah melihat uang perak ya? Cepat ambil dan siapkan sebuah kamar untukku. Lebihnya untukmu!" kata Mi Yun yang terus mengawasi nona Han. "Han Toa-ko uang ini pemberianmu, aku harap kau tidak menyalahkan aku terlalu royal." Han Pwee Eng kewalahan tapi hatinya geli sekali. "Uang itu sudah kuberikan padamu, terserah kau mau dipakai untuk apa?" kata nona Han. Kiong Mi Yun tertawa. "Baik. aku ucapkan terima kasih atas kebaikanmu ini," kata

Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelayan itu lalu mengantar Kiong Mi Yun ke sebuah kamar. Sedangkan Han Pwee Eng segera masuk ke kamarnya untung Mi Yun tidak mengikutinya. Tetapi saat dia mengunci pintu kamar dan menyalakan lilin, dia terkejut bukan kepalang. Ternyata tempat tidurnya sudah berantakan dan buntalan pakaiannya pun sudah terbuka. Buntalan itu seolah telah diperiksa oleh seseorang. Dalam buntalan itu terdapat dua stel pakaian laki-laki pemberian Ci Giok Hian. dan uang 30 tail perak. Semua pakaiannya masih ada tapi uangnya sudah tidak ada di situ. "ini pasti perbuatan Chu Tay Peng yang mengira aku Kiong Mi Yun? Dia mengirim orang ke mari saat aku ada di rumah makan. Sesudah tahu aku bukan orang she Kiong. dia mencuri uang dan kudaku." begitu nona Han berpikir. Dia tidak mau mencari pemilik penginapan karena dia pikir percuma saja karena pemilik penginapan tidak ada sangkutpautnya dengan kejadian itu. Tapi yang jadi masalah uang itu hilang sedang uang dalam kantung miliknya sudah diberikan kepada Mi Yun. sekarang sepeserpun dia tidak punya uang. Itu masalahnya. Sedang perjalanan dari tempat itu ke kota Lok-yang masih berjarak 800 lie lagi. dari mana dia bisa memperoleh uang. "Untung uang sewa kamar sudah dibayar, kalau tidak wah bisa berabe juga?" pikir nona Han "Bagaimana ya. apa aku harus mencuri seperti Kiong Mi Yun?" Dia baringkan dirinya di tempat tidur, tapi tidak berani tidur. Dia khawatir Chu Tay Peng dan orangnya akan datang lagi dan Mi Yun akan mengikutinya. Malam itu berlalu tanpa kejadian apa-apa. Nona Han ingin bebas dan Kiong Mi Yun. Masih gelap dia sudah bamgun dan meninggalkan penginapan itu. Dia keluar dari kota Ouw-shia pada saat hari masih pagi sekali. Dijalan masih sepi. Tapi saat dia akan menggunakan gin-kang dia telah mendengar sebuah seruan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Han Toa-ko. tunggu aku! Kau pergi dengan diam-diam. setengah mati aku mencarimu!" kata Mi Yun. Kali ini wajah Kiong Mi Yun telah berubah, dia juga sudah berpakaian bersih. Dia tampan sekali. Han Pwee Eng kesal,

jengkel dan dongkol bercampur aduk. "Mengapa kau mengikuti aku lagi? Kita hanya kebetulan bertemu kau tidak perlu mengantarkan aku." kata Han Pwee Eng dengan suara sedikit kesal Kiong Mi Yun tersenyum. "Aku bukan ingin mengantarmu, tapi mau mengembalikan uangmu." kata Mi Yun. "Uang itu untukmu tidak perlu kau kembalikan kepadaku." kata Han Pwe Eng. "Kalau begitu uang ini anggap saja sebagai hadiah dariku." kata Kiong Mi Yun. "Semalam aku "bekerja" dan berhasil mendapatkan uang. Karena kau sangat baik kepadaku, aku harus membalasnya. Jangan kau tolak!" Dia mengeluarkan sebuah kantung uang yang lain bukan kantung milik Han Pwee Eng dulu. "Kantung ini aku buat sendiri, kau boleh menyimpannya sebagai kenang-kenangan." kata Mi Yun sambil tersenyum. Saat itu Han Pwee Eng sedang kesulitan uang maka dengan tidak sungkan-sungkan dia terima saja uang itu. "Terima kasih, sampai jumpa!" kata nona Han. Kiong Mi Yun tertawa. "Kok kau ini tak sabaran sih? Aku mau bilang sesuatu kau sudah mengusirku pergi?" kata Mi Yun. Sekalipun dia sedang tertawa tapi wajahnya memelas minta dikasihani.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf aku sangat tergesa-gesar harus membuai waktu, aku tidak bermaksud mengusirmu." kata nona Han. "Han Toa-ko, kau mau ke mana?" tanya Mi Yun. "Dalam tujuh hari ini aku harus sudah tiba di kota Lokyang." kata Pwee Eng. Mi Yun bertepuk tangan sambil tertawa girang. "Ah kebetulan sekali, aku juga mau ke Lok-yang!" kata Kiong Mi Yun girang. Mata nona Han terbelalak. "Aku mau menghindarinya malah aku masuk ke dalam jeratnya." pikir nona Han. Melihat nona Han diam Kiong Mi Yun mengerutkan alisnya. "Han Toa-ko. apa kau membenciku?" kata dia. "Kau jangan bilang begitu." kata Han Pwee Eng. "Musuhku sangat banyak, aku takut menyusahkanmu!" Kiong Mi Yun tersenyum. "Han Toa-ko. benarkah kau tidak membenciku? Aku lega." kata dia. Dia tersenyum lembut sekali. Jika diperhatikan mirip

seorang nona yang cantik. Mungkin dia seorang gadis yang sedang menyamar seperti nona Han. "Han Toa-ko." kata Mi Yun lagi. "Kau tidak perlu mencemaskan aku. Aku akan bersamamu, pasti kita akan aman dalam perjalanan. Jika ada musuh mencarimu kita hadapi bersama. Daripada kau menghadapinya seorang diri lebih baik bergabung. Akan aku ajak kau lewat jalan pintas, tidak sampai tujuh hari kita sudah akan tiba di Lok-yang!" Han Pwee Eng tidak bisa menolak. Ditambah lagi dia curiga Mi Yun ini seorang gadis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku akan berada bersamanya dalam satu perjalanan, di tengahjalan akan kuselidiki dia. Siapa tahu aku bisa membuka rahasianya?" pikir nona Han. "Baik. mari kita berangkat!" kata nona Han. Han Pwee Eng ingin mencoba kepandaian Kiong Mi Yun. Saat mendaki sengaja dia gunakan gin-kang dan melesat meninggalkannya. Kiong Mi Yun malah tertawa. "Han Toa-ko gin-kangmu sungguh tinggi" teriak Mi Yun. Dia juga menggunakan gin-kang mengejar nona Han. tanpa terasa mereka sudah bisa berjalan sejauh 80 lie. Karena letih nona Han berhenti akan istirahat. Dia menoleh ke belakang. Wajah Kiong Mi Yun tidak kelihatan merah. Napasnya pun biasa saja. Itu suatu tanda gin-kangnya cukup tinggi, dia jadi malu sendiri. Ketika itu sudah tengah hari.... "Han Toa-ko kita istirahat dulu sejenak di hutan itu." kata Kiong Mi Yun. "Setelah makan makanan kering baru perjalanan ini kita lanjutkan lagi!" Nona Han mengangguk. Mereka berjalan ke arah rimba lalu duduk di bawah sebuah pohon. Mi Yun mengeluarkan sebuah kotak sambil tersenyum. "Pasti kau tidak menyiapkan makanan kering." kata Mi Yun. "Aku membawa makanan enak dari rumah makan "Ngi Nih Lauw" yang terkenal itu, silakan kau cicipi!" Han Pwee Eng kaget matanya terbelalak. "Kemarin aku tidak melihat kotak ini. kapan kau ke rumah makan itu?" "Semalam ketika aku "bekerja" dan pulangnya melewati rumah makan itu. Mendadak aku ingat kau. Aku yakin kau belum pernah mencicipi kue-kue dari rumah makan itu. Aku

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masuk ke dalam mengambil beberapa macam kue. Aah! Han Toako. kau jangan memelotiku terus! Aku menaruh uang di sana, aku tidak mau merugikan mereka. Ayo kau cicipi!" kata Kiong Mi Yun. Han Pwee Eng menggeleng-gelengkan kepalanya. "Saudara kecil. kau... Kiong Mi Yun cemberut. "Han Toa-ko aku ingin menyenangkan hatimu. Apa kau tega masih mau menyalahkan aku?" kata Mi Yun. Tingkah-laku Kiong Mi Yun ini sangat mirip seorang gadis, terutama saat dia cemberut. "Mengapa kau begitu baik kepadaku?" kata nona Han. "Han Toa-ko. kau tidak marah padaku, kan?" kata Kiong Mi Yun manja. "Semalam kau membantuku, aku belum berterima kasih kepadamu. Mengapa aku harus marah kepadamu?" sahut nona Han Pwee Eng. Kiong Mi Yun menatapnya. "Semalam aku mempermainkanmu. kau tidak menyalahkan aku?" kata Kiong Mi Yun. Han Pwee Eng tersenyum. "Tidak! Tapi aku heran, kenapa kau menyamai' jadi budak dan berpakaian kotor?" kata Han Pwee Eng. "Aku tidak ingin mereka tahu aku ini siapa?" kata Kiong Mi Yun. "Jika aku tidak menyamar aku akan diikuti oleh mereka, jadi aku tidak bebas. Malah lucunya mereka mengira kau adalah aku!" Han Pwee Eng tersenyum. "Tapi aku mendapatkan perlakuan yang istimewa dari mukamu itu!" kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi kau tanya mengapa aku baik kepadamu." kata Kiong Mi Yun. "Baik akan aku beritahu kau. Itu karena kau pun sangat baik kepadaku. Kemarin ketika aku menyamar seperti budak, dan aku sengaja mengotori pakaianmu. kau sama sekali tidak marah kepadaku. Malah kau membayariku makan dan minum arak. Belum pernah ada orang begitu baik seperti kau!" Dia bicara dengan jujur. Nona Han tersenyum. "Karena aku tahu kau bukan orang biasa. Tapi kalau dulu aku tahu ayahmu itu Hek-hong-to To-cu. iblis aliran sesat, mungkin aku tidak akan mau bergaul denganmu!" kata Han Pwee Eng. "Aku dibesarkan di sana. di laut Tong-hai (Laut Timur). Di

sana berbahaya sekali dan sering dilanda badai. Perahu sangat sulit mencapai pulau itu. Di pulau itu hanya ada Ayahku, aku dan beberapa pelayan yang sudah tua. Sejak kecil tidak ada teman untuk diajak bermain." "Ah. kalau begitu kau pasti kesepian sekali?" kata nona Han sambil tersenyum. "Ya. karena itu aku minggat diam-diam." kata Mi Yun. "Jadi kau kabur dari sana?" "Aku kabur tujuanku hanya ingin bergaul, dan ingin punya beberapa kawan, tapi ternyata sangat mengecewakan." kata Kiong Mi Yun. "Apa karena angan-anganmu terlalu tinggi?" kata nona Han sambil menatap dia. "Tidak. Karena Ayahku terlalu terkenal. Yang tahu mengenai diriku, mereka segera menjauh karena takut. Aku coba mendekati mereka, tapi tidak ada yang mau berkawan denganku. Aku marah dan dongkol lalu menyamar jadi tukang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perahu dan budak, supaya tidak ada orang yang mengenaliku!" kata Kiong Mi Yun. Nona Han tertawa. "Oh! Jadi selama ini kau belum punya kawan?" "Kemarin saat aku bertemu denganmu. Chu Tay Peng malah mengira kau itu adalah aku. aku heran lalu kuikuti kau dengan diam-diam. Aku ingin tahu sebenarnya kau ini siapa?" kata Kiong Mi Yun. "Jadi sekarang kau sudah tahu?" kata nona Han sambil tersenyum. Dia mengangguk. "Ya. kau orang yang baik hati. sekalipun kau tidak tahu aku ini siapa? Aku minggat sudah setengah tahun yang lalu dan berkeliaran, kau adalah satu-satunya kawanku." kata dia. Han Pwee Eng tersenyum. Mendadak Kiong Mi Yun bertanya. "Di rumahmu masih ada siapa saja sih?" kata dia. "Ada Ayahku, dia sudah tua." kata Han Pwee Eng. "Kau tidak punya saudara lelaki atau perempuan?" kata dia lagi. "Tidak punya kakak maupun adik. dan aku belum bertunangan lho!" kata Han Pwee Eng sambil tersenyum geli. Nona Han bertambah yakin bahwa Kiong Mi Yun ini seorang perempuan. "Pantas kau kelihatan agak murung, rupanya kau ingat ayahmu ya?!" kata Kiong Mi Yun. "Ya. kau benar."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau jangan terlalu cemas tentara Mongol belum menyerang sampai ke Hoo-lam. Lok-yang masih aman-aman saja bagi ayahmu!" kata dia "Mudah-mudahan begitu." kata Han Pwee Eng sambil manggut. Tiba-tiba Kiong Mi Yun tertawa. "Jika kau sedang berduka, biar aku akan menyanyi untukmu, boleh kan?" kata dia. "Bagus, aku setuju!" kata nona Han sambil tersenyum. Dia menatap lembut, lalu mulai menyanyikan sebuah lagu rakyat jelata. "Sebelum angin malam berhembus. Burung-burung telah bertengger di dahan. Di bawah sinar rembulan Sunyi-senyap. bulan sabit tergantung di langit. Tidur nyenyak di musim semi. wajah cerah ceria. Terdengar langkah di jendela, tak terlihat kanda. mungkin sembunyi di suatu tempat..." Itu adalah nyanyian rakyat yang mengisahkan tentang seorang gadis yang berharap kedatangan kekasihnya. Nona Han sekarang lebih yakin kalau Kiong Mi Yun ini seorang gadis. "Han Toa-ko. aku akan mencari air minum dulu." Nona Han tersenyum. "Biar aku yang pergi mengambil air." kata nona Han. "Jangan, kau duduk saja di sini jangan bergerak." Sesudah itu dia langsung pergi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang dia akan lakukan?" pikir nona Han. Tak lama muncul seorang gadis cantik sedang berjalan ke arah Han Pwee Eng sambil tersenyum manis. Nona Han tidak kaget karena dia sudah menduga sejak tadi. Dia kelihatan cantik sekali. Tatapan Han Pwee Eng menggembirakan hatinya. "Han Toa-ko. kau tidak mengenaliku ya?" kata Kiong Mi Yun manja. "Ah tidak aku kira kau ini gadis yang cantik sekali!" puji Han Pwee Eng. Pujian itu menyenangkan hati Kiong Mi Yun. "Han Toa-ko kau tidak marah aku mengelabuimu?" kata

nona Kiong. Nona Han tertawa geli. "Sama saja! Oh tapi kenapa kau mau menunjukkan wajah aslimu?" kata Han Pwee Eng. "Kau baik kepadaku, maka aku tidak pantas membohongimu terus. Setelah aku tunjukkan wajah asliku kelak aku akan menyamar lagi jadi seorang laki-laki!" katanya. "Ah kau sangat cantik mengapa kau harus menyamar jadi lelaki?" kata nona Han. "Seorang gadis berjalan bersama seorang pria jadi kurang leluasa lho!" kata Kiong Mi Yun. "Dia putri Iblis Besar, lebih baik aku sembunyikan dulu diriku yang sebenarnya dalam penyamaran ini." pikir nona Han. "Sekarang aku tahu kau seorang nona. sekalipun kau menyamar tetap saja kita tidak akan leluasa." kata nona Han berniat menghindar dari nona Kiong ini. Wajah nona Kiong memerah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau pria yang baik. tidak jadi masalah kau tahu tentang diriku. Asal orang lain tidak mengetahuinya, pasti tidak akan jadi masalah." kata nona Kiong. "Walau kau yakin aku tidak akan berbuat sesuatu, tapi tetap saja aku tidak leluasa!" kata nona Han bersikeras. Nona Kiong cemberut. "Han Toa-ko. kau jangan salah sangka, menganggap aku gadis yang tidak tahu malu. Aku hanya ingin jalan bersamamu, siapa yang ingin tidur sekamar denganmu? Semalam aku hanya bergurau, jangan kau anggap serius!" kata Kiong Mi Yun. Memang semalam dia bilang ingin tidur sekamar agar bisa bercakap-cakap dengan nona Han. tapi nona Han menolaknya, hingga Mi Yun jadi tidak enakhati. Dia khawatir nona Han akan salah paham. "Bukan itu maksudku...." kata nona Han. ia berhenti sejenak. "Bukankah kau mau ke Lok-yang?" Mi Yun malah balik bertanya. "Han Toa-ko. kau tidak suka jalan bersamaku. ya?" kata dia. Han Pwee Eng tersenyum lembut dan memegang tangannya sambil berkata. "Kau jangan salah paham. Nona Kiong." kata Pwee Eng. "kau sangat baik kepadaku, bagaimana aku tidak mau melakukan perjalanan bersamamu. Tetapi aku pikir...." "Apa yang kau pikirkan?" kata nona Kiong.

"Pernahkah kau mendengar nama Hong Lai Mo Liu Ceng Yauw? Dia Beng-cu Rimba Persilatan bagian Utara dan juga seorang pendekar wanita!" kata Han Pwee Eng. Wajah nona Kiong berubah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu kenapa?" tanya nona Kiong. "Liu Beng-cu sangat suka pada gadis yang berilmu tinggi." sahut Han Pwee Eng. "Saat ini dia butuh bantuan nona-nona yang berilmu silat tinggi. Aku punya Paman namanya Lui Piauw yang telah bergabung di sana. Sesudah aku sampai di Lok-yang. aku pun berniat ke sana." Kiong Mi Yun menatap ke arah nona Han. "Maksudmu ialah.. Kata-kata Kiong Mi Yun dipotong oleh nona Han. "Maksudku, karena sekarang kau sedang merantau dan tidak punya tempat tinggal yang tetap, alangkah baiknya kalau kau pergi ke tempat Hong Lai Mo Li menunggu aku di sana." kata nona Han. "Jika kau sebut namaku pada Lui Piauw aku yang memperkenalkan kau ke sana. dia pasti akan mengajakmu menemui Hong Lai Mo Li." Ide itu datang ke benak Han Pwee Eng dengan dua maksud, pertama Mi Yun bisa membantu Hong Lai Mo Li. yang kedua Lui Piauw akan membuka rahasia dirinya, bahwa dia juga seorang nona. Sekarang dia belum mau membuka rahasianya bahwa dia juga seorang nona. Kiong Mi Yun menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau bergabung dengan Mo Li itu!" kata dia. Han Pwee Eng kaget. "Kenapa?" tanya nona Han. "Dia itu musuh Ayahku!" Han Pwee Eng bertambah kaget. "Bagaimana ayahmu bisa bermusuhan dengan dia?" Mi Yun menggelengkan kepalanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu jelas. Ayaku tidak menjelaskan sebabnya. Yang aku tahu Ayahku tinggal di Tong-hai karena terdesak olehnya, hingga sekarang Ayahku tidak bisa memijakkan kakinya lagi di Tiong-goan ini. Oleh karena itu Ayahku kabur ke seberang." kata Kiong Mi Yun. "Apa lagi yang dikatakan oleh ayahmu?" "Ayah bilang Hong Lai Mo Li itu kejam, dia telah membunuh

pamannya sendiri." kata Mi Yun Dari cerita nona Mi Yun. nona Han tahu semua kisah keluarga Kiong itu. Ayah Kiong Mi Yun bernama Kiong Cauw Bun. murid pertama Liu Goan Kak. Sedangkan Liu Goan Kak paman Hong Lai Mo Li. Ketika itu Liu Goan Kak bersekongkol dengan bangsa Kim (Tartar), dan sering melakukan perbuatan tidak terpuji. Dia juga mencuri belajar dua macam ilmu racun keluarga Suang. tapi malah binasa karena menempuh jalan sesat. Sudah tentu Kiong Cauw Bun kehilangan pelindung, karena takut kepada para orang gagah akan membuat perhitungan dengannya. Dia terpaksa kabur ke seberang lautan dan mati-matian berlatih di sana selama 20 tahun. Sekarang kepandaian Kiong Cauw Bun bisa dikatakan telah sama dengan Liu Goan Kak. Namun, duapuluh tahun yang lalu Kiong Cauw Bun belum terkenal, tidak heran jika ayah Han Pwee Eng tidak pernah bercerita tentang Kiong Cauw Bun itu. Dan nona Han tidak tahu banyak tentang orang itu. "Nona Kiong aku mau mengatakan sesuatu, entah pantas atau tidak?" kata nona Han akhirnya. Kiong Mi Yun tersenyum. "Katakan saja." kata nona Kiong. "Mengenai permusuhan ayahmu dengan Hong Lai Mo Li aku tidak tahu siapa yang bersalah atau yang benar." kata nona Han. "Tapi sekarang Hong Lai Mo Li itu pendekar wanita yang disegani di dunia Kang-owv. Kau bilang ayahmu mengatakan bahwa Hong Lai Mo Li telah membunuh pamannya, tapi setahuku kejadiannya tidak begitu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan nona Han itu Kiong Mi Yun berpikir. "Apa Ayah yang salah?" pikir Mi Yun. Ketika itu mendadak terdengar derap kaki kuda. Tampak dua orang penunggang kuda mendatangi, orang itu menggiring seekor kuda tanpa penungangnya. Setelah dekat ternyata kedua orang itu Chu Tay Peng dan Ang Kin. Kuda yang mereka bawa itu pun milik nona Han yang hilang dicuri orang. Melihat kedua orang itu wajah nona Kiong berubah jadi tidak sedap dipandang. "Mau apa kalian ke mari? Aku tidak ada waktu untuk bicara dengan kalian!" kata Kiong Mi Yun. Chu Tay Peng dan Ang Kin turun dari kudanya. Mereka langsung berlutut, masing-masing mengeluarkan sebuah belati yang tajam berkilauan. "Kami punya mata tidak bisa melihat, kedatangan kami untuk minta ampun padamu. Nona!" kata mereka. Sesudah itu mereka mengayunkan tangan mereka yang memegang belati akan bunuh diri. Tapi tiba-tiba Mi Yun

mengibaskan tangannya. "Tang! Tang!" dua kali. Kedua belati itu terpental jatuh. "Aku tidak ingin melihat darahmu, jangan kalian lakukan di depanku!" kata Mi Yun. Rupanya dalam perkumpulan mereka ada peraturan, jika ada yang bersalah dia diharuskan menusuk dirinya sebanyak enam kali. "Terima kasih atas kebaikan Nona." kata Ang Kin. "Tapi dosa kami bukan hanya kepada Nona, tapi kepada kawan Nona juga. Jadi kami tidak bisa memaafkan diri kami." Dia tampar pipinya sendiri dua kali, lalu berlutut di depan nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sangat ceroboh. Semalam aku suruh orangku untuk menyampaikan salam, tapi orang itu malah mencuri uang dan kudamu. Aku kemari untuk mengembalikan uang dan kudamu!" kata Ang Kin. Kiong Mi Yun tertawa. "Hm! Kau berpura-pura mengaku ceroboh. Sebenarnya kau mengutus orang bukan untuk mengucapkan salam, yapi kau menyuruh orang itu untuk memeriksa kamar Han Toa-ko!" kata Mi Yun. Han Pwee Eng tersenyum. "Aku memang ingin pulang dengan naik kuda. malah Ang Pang-cu mau mengganti rugi kudaku. Itu tidak perlu!" kata nona Han. "Aku tidak berani menerimanya." Kembali nona Kiong tertawa. "Kau jangan sungkan terhadap dia. Tadinya aku akan mencuri seekor kuda untukmu. Sekarang tidak lagi. bahkan aku bisa menghemat tenagaku." kata nona Kiong. Kiong Mi Yun mewakili nona Han menerima uang dari kedua orang itu. "Waw uang perak diganti dengan uang emas. sungguh beruntung sekali!" kata nona Kiong yang segera memasukkan uang emas itu ke dalam buntalan nona Han. Kemudian dia menghadapi Ang Kin dan Chu Tay Peng. "Sudah kalian jangan berlutut terus, Han Toa-ko tidak akan memperpanjang masalah ini." kata nona Kiong. "Nona Kiong, kami dari lima perkumpulan di tepi sungai Huang-hoo masih perlu bantuanmu. Nona!" kata Chu Tay Peng dengan tetap hormat. "Aah. Kali ini aku yang pikun," kata nona Kiong Mi Yun. "Kalian datang bukan mau minta ampun padaku, tapi ada masalah lain. Sudah cepat kalian bangun!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka bangun dan Chu Tay Peng mulai bicara. "Kami sedang mengalami musibah besar. Nona. Hanya Nona yang bisa mencegah musibah itu!" kata Chu Tay Peng. "Kalian sudah punya pelindung baru. mengapa kalian malah minta bantuan kepadaku? Kepandaianku tidak begitu tinggi," kata Kiong Mi Yun. Terus terang saja Pouw Yang Hian itu musibah bagi kami. Dia telah mencelakakan kami." kata Ang Kin. "Kami sangat hormat kepada ayah Nona, bantulah kami." kata Chu Tay Peng. "Apa kau katakan? Pouw Yang Hian mencelakakan kalian? Bagaimana terjadinya? Aku tidak akan sanggup melawan dia. bagaimana aku bisa membantu kalian?" kata Kiong Mi Yun. "Pouw Yang Hian menekan dan memaksa kami agar kami mendukung gurunya menjadi Liok-lim Beng-cu (Ketua Rimba Hijau) di wilayah kami." kata Chu Tay Peng. Nona Kiong mengerutkan dahinya. "Aku sudah tahu soal itu. tapi bukankah kalian sudah menyetujuinya?" kata Kiong Mi Yun. "Kami menyetujuinya karena terpaksa. Nona! Sekarang dia semakin keterlaluan." sahut Ang Kin. "Dia bukan mengobati orang-orang kami. malah memaksa kami menjadi budaknya!" "Bukankah kemarin di rumah makan dia telah mengobatimu?" kata nona Kiong. Ang Kin tersenyum getir dan menghela napas panjang. "Kau tidak salah, dia mengobatiku. tapi sama saja dengan menghukum aku!" kata Ang Kin "Dia mengobatimu, tapi tidak sampai sembuh sama sekali dan masih ada akibatnya yang lain?" kata Mi Yun. Ang Kin manggut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar! Racun Hua-hiat-to masih mengeram di tubuhku dan bisa bereaksi sembarang waktu. Ini disengaja olehnya agar aku tetap bergantung kepadanya. Dia tidak akan mengobati kami sampai sembuh agar kami tetap mengabdi kepadanya." kata Ang Kin. "Pouw Yang Hian licik dan kejam." sambung Chu Tay Peng. "Dia menggunakan cara itu untuk menekan lima perkumpulan kami agar tunduk kepadanya. Kelak jika gurunya sudah jadi Beng-cu kami akan dijadikan budak!"

"Pantas kalian kelihatan tidak senang, dulu kalian bisa merajalela, sekarang kalian akan dijadikan budak mereka." kata nona Kiong. "Benar, daripada jadi budaknya, kami lebih senang jadi budak ayahmu. Nona Kiong. Pouw Yang Hian hanya mengandalkan kepandaian gurunya, pasti ayahmu tidak akan mau tunduk kepada mereka!" "Hm! Jadi kalian ingin agar aku bilang pada Ayahku agar dia meninggalkan pulau membantu kalian? Tapi, bukankah air yang jauh tidak akan bisa memadamkan api yang dekat?" kata nona Kiong. "Tiga bulan lagi See-bun Souw Ya baru akan datang ke mari," kata Chu Tay Peng. "Tapi aku masih senang bermain-main belum mau pulang." kata Kiong Mi Yun. "Maaf kami pun tidak berani mengganggu Nona yang sedang pesiar, tapi ada cara lain yang lebih mudah dan paling gampang. Kami hanya akan mengganggu Nona selama beberapa hari saja." kata Chu Tay Peng. "Bagaimana caranya?" tanya nona Kiong. "Kami mohon Nona mengusir Pouw Yang Hian dan suruh dia mengobati orang kami.' sahut Chu Tay Peng. "Saat Nona pulang baru kami minta keputusan dari Ayah Nona. Sebelum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ayahmu datang, terpaksa kami akan menghindari bentrokan dengan See-bun Souw Ya." "Tadi sudah kubilang, aku tidak akan mampu mengalahkan Pouw Yang Hian? Aku juga tidak bisa membantu mengobati anak buahmu." kata nona Kiong. Chu Tay Peng memberi hormat. "Yang mengalahkan orang she Pouw kemarin, pemuda desa itu. Dia putera Kong-sun Khie. ilmu silatnya lebih tinggi dari orang she Pouw itu. Jika dia mau dia bisa mengusir Pouw Yang Hian dan menolongi anak buah kami. Tapi sayang kami tidak punya hubungan dengannya, jadi kami tidak berani minta bantuannya...." kata Chu Tay Peng. "Oh aku mengerti sekarang. Jadi kau ingin minta aku mencari dia?" kata nona Kiong. Tapi dia juga langsung berpikir. "Jadi kalian mengira aku ini sahabat dia. sekalipun ayahnya dan ayahku sahabat baik. aku pun baru bertemu dengan dia kemarin?" pikir nona Kiong. "Kau benar, kami mohon bantuan Nona untuk mencari dia." kata Chu Tay Peng. Nona Kiong mengerutkan dahinya.

"Dia sudah pergi sejak kemarin, ke mana aku harus mencarinya?" kata nona Kiong. "Kami sudah mendapat keterangan yang jelas sekali, dia belum pergi jauh. Dari sini lewat gunung itu. pasti Nona akan bertemu dengannya." kata Chu Tay Peng. "Maaf. aku harus menemani Han Toa-ko ke Lok-yang. aku tidak ada waktu membantu kalian." kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika kau akan membantu mereka, jangan pikirkan tentang diriku, aku bisa melakukan perjalanan sendiri." kata Han Pwee Eng ikut bicara. "Tadi kau bilang kau takut dikejar oleh musuh?" kata nona Kiong. Buru-buru Chu Tay Peng memotong. "Han Siang-kong (Tuan Han). kau bisa melanjutkan perjalanan dengan lega. Tidak ada orang yang akan mengganggumu lagi. Tempo hari hanya karena salah paham saja. selanjutnya orang kami akan melindungimu." kata Chu Tay Peng memastikan pada nona Han. Nona Han mengawasi Kiong Mi Yun sambil tersenyum. "Nona Kiong. menolong orang lebih penting, terima kasih atas perhatianmu kepadaku, kelak kita akan berjumpa lagi." kata Han Pwee Eng. Sesudah itu dia pegang tangan Kiong Mi Yun dengan rasa terima kasih sekali. Sikap nona Han ini membuat Kiong Mi Yun girang sekali, dia berpikir. "Sebenarnya Ayah ingin mencari tahu jejak anak Kong-sun Khie. sedang identitasku sudah diketahui, aku jadi tidak leluasa menemani Han Toa-ko terus. Han Toa-ko pun sudah tahu aku mencintainya, lebih baik aku mencari Kong-sun Po saja!" pikir Kiong Mi Yun. Kemudian ia menoleh ke arah Ang Km dan Chu Tay Peng. "Baiklah, aku akan membantu kalian." kata Mi Yun. Bukan main girangnya Chu Tay Peng dan Ang Kin "Terima kasih Nona Kiong." kata mereka. Kiong Mi Yun tersenyum dia berkata pada Han Pwee Eng. "Han Toa-ko. selang beberapa hari lagi aku akan ke Lok-yang mencarimu." kata Kiong Mi Yun. Nona Han mengangguk. "Baik. kalau begiru aku mohon pamit." kata nona Han. Han Pwee Eng melompat ke atas kudanya, dia melambaikan tangan ke arah nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sampai ketemu di Lok-yang!" kata nona Han. Nona Kiong pun melambaikan tangannya. Nona Han lalu melarikan kudanya sambil tersenyum. "Ah tidak kukira aku bisa membuat seorang nona jatuh cinta kepadaku." pikir nona Han. Chu Tay Peng dan Ang Kin mendekati nona Kiong. "Apa perlu kami mengantar Nona?" tanya Chu Tay Peng. "Tidak perlu!" jawab nona Kiong. "Kalau begitu silakan Nona memakai kudaku ini." kata Chu Tay Peng sambil menyodorkan tali kendali kudanya. "Kok kalian ini cerewet amat sih? Aku tidak mau naik kuda!" kata Kiong Mi Yun. Rupanya Kiong Mi Yun mau mencari Kong-sun Po karena ada urusan pribadi, tidak heran jika dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Ditambah lagi dia kurang pandai menunggang kuda. Chu Tay Peng dan Ang Kin jadi saling pandang karena heran. Mereka juga tidak mengerti kenapa nona Kiong memarahi mereka. -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 11

Ang Kin maupun Chu Tay Peng tak tahu kenapa Kiong Mi Yun bersikap begitu? Mereka tak tahu kalau nona Kiong sedang memikirkan sebuah masalah. Mereka hanya tahu bahwa mereka berdua terkesan cerewet. Karena itu nona Kiong memarahi mereka berdua. Kedua orang itu bengong saat Kiong Mi Yun langsung berlari meninggalkannya. "Kebetulan sekali jika aku bisa menemukan dia. Padahal Ayahku tidak berhasil walau sudah tiga kali ke Tiong-goan mencarinya. Kebetulan ibunya masih hidup, apakah ibunya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bilang tentang pertunangannya denagn aku. aku tak tahu?" pikir Kiong Mi Yun di sepanjang jalan. Kiong Cauw Bun murid Liu Goan Kak. Kong-sun Khie dan Liu Goan Kak bekerja sama melakukan kejahatan dengan Kiong Cauw Bun. Saal itu isteri Kiong Cauw Bun dan isteri Kong-sun Khie sedang hamil, mereka sepakat jika isteri-isteri mereka melahirkan, kebetulan anak mereka lelaki dan perempuan, anak itu akan mereka nikahkan. Saat isteri Kong-sun Khie melahirkan anak lelaki dan diberi nama Kong-sun Po. dan saat anak itu belum berumur satu tahun, sarang keluarga Suang di Suang-kee-po diserbu oleh orang-orang gagah dari Dunia Persilatan. Kong-sun Khie maupun Liu Goan Kak sempat kabur ke wilayah Mongol. Sedangkan isteri Kong-sun Khie berhasil ditolong oleh Hong Lai Mo Li hingga selamat. Kemudian isteri Kong-sun Khie dan anaknya dibawa ke kelenteng Kuang-beng-sie. karena di

kelenteng itu ada Beng Beng Tay-su. Liu Goan Cong dan Kong-sun Kip. Mereka itu memiliki kepandaian silat tinggi. Liu Goan Cong ayah Hong Lai Mo Li. sedangkan Kong-sun Kip guru Hong Lai Mo Li. Ibu dan anak itu oleh Hong Lai Mo Li dititipkan di kelenteng itu. Isteri Kong-sun Khie itu bernama Suang Ceng Ang. Saat orang gagah menyerang ke Suang Kee-po (Puru Keluarga Suang). Kong-sun Khie sudah kabur dan tidak ada di sana. Tetapi ketika ada di Mongol Kong-sun Khie binasa karena ilmu sesatnya. Kiong Cauw Bun sudah tahu bahwa Kong-sun Khie sudah meninggal, tetapi dia tidak tahu jelas, kapan dan di mana meninggalnya? Selama 20 tahun di pulau Hek-hong-to- Kiong Cauw Bun terhalang oleh dua masalah yang dihadapinya. Masalah pertama dia tidak tahu ke mana jejak isteri dan anak Kong-sun Khie. sedang yang kedua tentang kitab ilmu racun keluarga Suang. dia tak tahu entah jatuh ke tangan siapa? Menurut pendapat Kiong Cauw Bun. Kong-sun Khie

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pasti tidak akan sempat menyerahkan kitab itu kepada puteranya yang masih kecil. Jika Kiong Cauw Bun bisa menemukan anak Kong-sun Khie. maka dia akan mengetahui di mana kitab itu? Jika tidak ada pada mereka pasti anaknya yang akan mencarinya. Itulah yang ada di benak Kiong Cauw Bun. Saat puterinya Kiong Mi Yun berumur 18 tahun, dia memberi tahu puterinya bahwa dia telah ditunangankan dengan putera Kong-sun Khie. Malah apa yang ada di benak ayah Kiong Mi Yun pun disampaikan kepada puterinya itu. Kiong Cauw Bun berpesan pada Kiong Mi Yun. jika anak Kongsun Khie sudah menguasai ilmu keluarga Suang. dia harus menikah dengan putera Kong-sun Khie itu. Tetapi jika putera Kong-sun Khie tidak mahir ilmu racun itu. dan jika kitab itu pun tidak ada Kiong Mi Yun boleh menikah dengan lelaki mana pun Begitu pesan ayahnya ketika itu. Ingat pesan ayahnya Kiong Mi Yun kelihatan kesal berduka. "Aku lihat Kong-sun Po menguasai kedua ilmu racun itu. Bahkan kepandaiannya jauh di atas kepandaianku maupun kepandaian Han Toa-ko. Dia juga jujur dan tampan. Tapi sekalipun sekalipun kalah pandai. Han Toa-ko lebih tampan dari dia dan terpelajar!" pikir Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun terus berjalan sambil berpikir. "Aku pun ragu tahukah dia tahu tentang pertunangannya denganku? Saat ayahnya meninggal dia baru berumur satu tahun. Apakah ibunya sudah memberitahu soal itu? Jika sudah

tahu aku malah akan jadi kikuk menemuinya." pikir Mi Yun. Kiong Mi Yun terus berlari. "Masa bodohlah tahu atau tidak, pokoknya aku berpurapura tidak tahu saja!" begitu dia mengambil keputusan. "Aku ingin tahu dia mau bilang apa? Jika dia yang menyinggung masalah itu lebih dulu. jika kubatalkan perjodohan itu belum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terlambat. Kelihatannya dia jujur dan lugu. dia pasti tidak akan memaksaku?" Di tempat lain Kong-sun Po pun hatinya sedang risau. Tetapi bukan merisaukan soal pernikahan, tapi sedang merisaukan Suang Ceng Ang. ibunya. Suang Ceng Ang menikah dengan Kong-sun Khie karena terpaksa. Sekalipun suaminya itu sudah meninggal, kebencian Suang Ceng Ang kepada suaminya belum juga hilang. Malah dia juga membenci kawan-kawan suaminya. Tidak heran jika pertunangan anaknya dengan puteri Kiong Cauw Bun tidak pernah dia ceritakan pada Kong-sun Po. Pikiran lain yang mengganggu Kong-sun Po adalah ketika dia tahu ada orang lain yang mahir ilmu Hua-hiat-to. Sejak dia mengerti dan belajar silat dia telah mempelajari ilmu Hua-hiatto. Malah dia pernah kena racun hingga dia tidak ingin mempelajari ilmu itu lagi. Tetapi kemudian terpaksa dia pelajari juga. Akhirnya dia jadi mahir ilmu itu. Ketika itu dia sedang berjalan sambil berpikir. Kejadian 20 tahun lalu yang diceritakan ibunya membayang kembali di benaknya. Dia ingat saat masih kecil tubuhnya sangat lemah dan sakit-sakitan. Dalam dua tiga hari pasti dia harus minum obat. Sejak kecil dia harus merasakan pahitnya obat yang diminumnya setiap beberapa liari. Dia masih ingat saat ibunya menangis sambil memberinya makan. Dia juga ingat dia sering terjaga di tengah malam karena sakit. Saat itu Liu Kong-kong (Kakek Liu) atau Kongsun Kip menggendongnya. Tangannya digenggam erat-erat. baru dia merasa nyaman dan tidak sakit lagi. Sesudah berumur delapan tahun dia mulai berkurang makan obatnya. Sedangkan badannya pun mulai sehat dan kuat, Pada umur 10 tahun dia sama sekali tidak minum obat lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika ini datang Ciu Siok-sioknya (Paman Ciu). Dia adalah Kang-lam Tay-hiap (Pendekar Besar dari Kang-lam) bernama Ciu Cioh dan akhirnya sang paman ini menjadi guru silatnya. Sesudah Ciu Cioh menjadi gurunya dia harus meninggalkan ibu dan kelenteng Kuang-beng-si. karena diharuskan ikut gurunya untuk belajar silat. Dia sangat disayang oleh gurunya. Dia dianggap seperti anak kandungnya. Ciu Cioh punya anak perempuan berumur lebih muda tiga tahun dari Kong-sun Po. Kong-sun Po sangat berterima kasih kepada gurunya ini. Tapi ada yang membuat dia penasaran. Ternyata selama di Kuang-beng-si dia tidak mengetahui kalau Beng Beng Tay-su dan kakeknya Kong-sun Kip menguasai ilmu silat tinggi. Hal itu diketahui oleh Kong-sun Po dari teman-teman gurunya saat berbincang-bincang. Saat mereka membicarakan kakek dan Beng Beng Tay-su, pasti mereka memuji kepandaian mereka yang mengherankan Kong-sun Po. Padahal ibunya tidak pernah menganjurkan agar dia belajar kepada Beng Beng Taysu atau kakeknya. Malah ibunya menyuruh dia belajar kepada Ciu Cioh. Soal lain yang mengherankan dia adalah selama ini ibu maupun gurunya tidak pernah bercerita tentang ayahnya yang sudah meninggal itu. Tetapi dia cuma tahu ayahnya itu meninggal saat dia hampir berumur satu tahun, selain itu dia tidak pernah mendengarnya. Teka-teki itii baru terungkap saat dia udah berumur 18 tahun setelah belajar silat selama 8 tahun kepada Ciu Cioh. dan kembali ke Kuang-beng-si. Hari berikutnya Kong-sun Po diajak oleh ibunya naik ke atas gunung. Sampai di tempat tujuan sang ibu menunjuk ke sebuah kuburan sambil berkata dengan dingin. "Ini makam Ayahmu, kau cukup mengangguk saja!" kata ibunya dengan suara dingin. Hal itu membuat dia tercengang bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bu. mengapa selama ini Ibu tidak pernah mengajakku ke mari?" kata Kong-sun Po. "Kenapa aku hanya boleh menganggukkan kepala saja di depan kuburan Ayahku?" "Akan Ibu beritahu kau. tapi kau jangan sedih." kata ibunya. "Ayahmu itu seorang Iblis Besar yang selalu melakukan berbagai kejahatan! Sejak kecil tubuhmu itu sangat lemah dan sakit-sakitan. Itu adalah akibat perbuatan Ayahmu! Jika dia tidak menyesal sebelum mati. hari ini Ibu tidak akan menyuruhmu menganggukkan kepala di depan makamnya!" Apa yang dikatakan oleh ibunya nyaris Kong-sun Po tidak percaya. Sebab dia tahu pepatah mengatakan : Harimau tidak pernah memangsa anaknya sendiri. Mana mungkin Ayahnya

akan mencelakakan dia? Itu yang ada dalam benak Kong-sun Po waktu itu. Sesudah ibunya menjelaskan hal itu. baru Kongsun Po tahu semuanya. Isteri Kong-sun Khie yang pertama ternyata kakak kandung ibunya atau bibi Kong-sun Po sendiri. Untuk menguasai kitab ilmu racun keluarga Suang. Kong-sun Khie tega membunuh Suang Pek Ang. isteri atau kakak ibunya. Lalu dia paksa Suang Ceng Ang. adik almarhum isterinya supaya menikah dengannya. Kong-sun Khie pun nyeleweng dengan seorang wanita bergelar Giok-bin-yauw-hu (Rase Siluman Bermuka Pualam). Karena ingin membalas dendam kematian kakaknya. Suang Ceng Ang sengaja menyesatkan pelajaran ilmu silat keluarga Suang yang diipelajari oleh Kong-sun Khie. yaitu saat suaminya itu berlatih ilmu racun. Kebetulan saat itu orang gagah datang menyerang ke Puri Keluarga Suang. Saat Kong-sun Khie mengetahui perbuatan isterinya itu. timbul ide jahatnya, dia akan menyengsarakan isterinya seumur hidupnya- Dengan sengaja dia telah melukai anaknya Kong-sun Po dengan ilmu Hua-hiat-to. Untung luka Kong-sun Po bisa diobati dengan Iwee-kang keluarga Suang yang tinggi. Setelah 18 tahun baru anak itu sembuh sama sekali dari luka karena racun itu. Tetapi j ika

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sang ibu mengobati anaknya itu dia akan binasa karena keracunan. Untung Liu Goan Cong seorang tabib sakti. Ditambah lagi Beng Beng Tay-su dan Kong-sun Kip memiliki Iwee-kang yang tinggi, sehingga ibunya tidak perlu menggunakan Iwee-kang keluarga Suang untuk mengobatinya. Dalam sepuluh tahun ketiga orang ini berhasil mengobati Kong-sun Po dari keracunan. Tidak heran Kong-sun Po yang diobati dengan Iwee-kang tinggi, ia jadi memiliki dasar Iwee-kang yang tinggi pula. Sekalipun sudah sembuh ibunya masih cemas maka dia menyuluh anaknya berguru pada Ciu Cioh. Lwee-kang Ciu Cioh dari golongan pendekar lurus. Sesudah rahasia itu terbuka Kong-sun Po menangis, sedang ibunya membiarkan saja anaknya itu menangis. "Anak Po. sekarang sudah kau ketahui mengapa Ibu memberimu nama Po, yang aninya Melenyapkan Kejahatan. Ibu menginginkan kau jadi pendekar kebenaran yang mampu membasmi kejahatan untuk menebus dosa-dosa Ayahmu! Apa kau sanggup melakukannya?" kata ibunya. Kong-sun Po berlutut di depan makam ayahnya, ia berkata seakan bersumpah.

"Aku yakin sanggup melakukannya!" kata Kong-sun Po. Setelah mendengar janji anaknya tampak wajah Suang Ceng Ang berseri-seri. "Baik. mulai besok Ibu akan mengajarimu dua macam ilmu racun Keluarga Suang!" kata ibunya. Mendengar ucapan ibunya Kong-sun Po terkejut bukan kepalang. "Begitu lahir aku sudah dilukai oleh racun itu. aku tak mau mempelajarinya!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ibunya menghela napas panjang. "Aaah! Sebenarnya Ibu juga benci ilmu racun itu. Tadinya Ibu pun tidak ingin mengajarimu, tetapi sekarang kau harus mempelaja- rinya!" kata sang ibu. "Kenapa?" tanya Kong-sun Po. "Setelah Ayahmu meninggal, kitab ilmu beracun itu hilang entah ke mana?" kata sang ibu. ibu kira kitab itu sudah lenyap! Tak tahunya baru-baru ini ada orang yang mahir menggunakan ilmu itu. Orang itu bernama See-bun Souw Ya. Iblis Besar di Kwan-gwa (Di luar Perbatasan). Jika kau tidak belajar ilmu racun itu. maka siapa yang bisa mengatasi ilmu itu?" Kong-sun Po mengerutkan dahinya. "Mengapa harus aku. apa orang lain tak boleh mempelajarinya?" tanya Kong-sun Po. Suang Ceng Ang membelai rambut anaknya. "Karena kau pernah terkena racun itu. maka aku yakin kau tidak akan terluka oleh racun orang lain!" kata ibunya. "Jika kau bisa membasmi See-bun Souw Ya. itu berarti kau telah menebus dosa Ayahmu!" Kong-sun Po mengangguk. "Ibu benar! Aku sangat benci pada kedua ilmu racun itu. Jika tidak mau mempelajarinya aku terlalu egois!" kata Kongsun Po. Maka itu dia mempelajari ilmu racun itu dari ibuma hingga mahir sekali. Pada saat Kong-sun Po sudah menguasai kedua ilmu racun itu dengan mahir, dia akan pergi ke Kwan-gwa untuk mencari See-bun Souw Ya. tetapi tentara Mongol sudah menyerbu ke Tiong-goan. Ibunya menyuruh dia pergi ke bukit Kim-kee-leng untuk membantu Hong Lai Mo Li. Di luar dugaan di tengah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perjalanan justru dia bertemu dengan Pouw Yang Hian yang menguasai ilmu racun keluarga Suang itu. Saat Kong-sun Po sedang berjalan sambil melamun, dia mendengar suara lari kuda yang disusul dengan suara bentakan. Saat Kong-sun Po menoleh, dia lihat seorang penunggang kuda sedang mengejar seseorang yang sedang berlari-lari kencang. Si penunggang kuda itu Pouw Yang Hian. sedangkan yang dikejar-kejar pemuda yang pernah membayari Kong-sun Po makan di rumah makan "Ngi Nih Lauw" tempo hari. Sekarang nona Kiong telah menyamar dan berpakaian laki-laki. Sesuai petunjuk Chu Tay Peng. dia berjalan melewati gunung. Tibatiba dia mendengar ringkikan seekor kuda di belakangnya. Dia juga mendengar suara tawa sinis dari seseorang yang pernah dikenalinya. "Bocah keparat! Ada jalan menuju ke surga tidak kau lalui Tetapi jalan ke neraka yang tidak ada pintunya, malah kau pakai! Hari ini kita bertemu lagi di sini. apa kau masih bisa meloloskan diri dariku?" kata Pouw Yang Hian dengan bengis sekali sambil tersenyum sinis. Setelah dia berhasil menaklukkan ketua lima perkumpulan besar di daerah itu. Dia yakin mereka tidak akan berani berontak lagi. Kemudian dengan tenang dia akan kembali ke Liauw-tong untuk menyampaikan khabar gembira itu kepada gurunya. Tapi di tengah jalan dia melihat Kiong Mi Yun sedang berjalan sendirian. "Kiong To-cu saingan berat guruku." pikir Pouw Yang Hian. "Kemarin orang bilang bocah ini orang Hek-hong-to. pasti anak Kiong To-cu! Sekarang dia sendirian, aku harus menangkap dia untuk diserahkan kepada Suhu!" pikir Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main kagetnya Kiong Mi Yun ketika mendengar bentakan itu. Tak lama disusul sabetan cambuk yang menyerang hebat ke arahnya. "Tar!" "Tang!" Kiong Mi Yun sudah menghunus pedang menangkis cambukan Pouw Yang Hian. Tetapi dia merasakan telapak tangannya sakit bukan main. Pedang Kiong Mi Yun tidak mampu memutuskan cambuk yang berubah menjadi keras di tangan Pouw Yang Hian itu. Malah pedang Kiong Mi Yun pun nyaris terlepas dari tangannya. Saat Pouw Yang Hian mengulangi serangannya, nona Kiong berkelit. Pada saat yang bersamaan kuda Pouw Yang Hian sudah menerjang ke arah si

nona Kiong. Terpaksa Kiong Mi Yun menjatuhkan diri. lalu bergulingan di tanah. Keadaannya saat itu sangat mengenaskan sekali. Terjangan kuda itu sangat ganas, tapi Kiong Mi Yun berhasil menghindar tabrakan kuda itu. Tak lama kuda itu berbal ik akan menyerang nona Kiong. Mendapat serangan itu dia bingung. Sekalipun dia bisa lari cepat pasti akan tersusul juga oleh orang she Pouw itu. Tiba-tiba nona Kiong menggunakan jurus "Coan Hoa Puli Tiap" (Melompati Bunga Menangkap Kupu-kupu). Badannya mencelat ke samping, lalu dia langsung kabur ke dalam hutan. Sedang di hutan kuda Pouw Yang Hian tidak bisa leluasa berlari cepat karena banyak pohon yang menghalanginya. "Ayo. kau mau kabur ke mana? Kau pasti akan kubunuh!" kata Pouw Yang Hian gemas bukan main. Dia melompat dari kudanya dan mengejar. Setelah dekat dia ulurkan tangannya akan mencengkram kepala nona Kiong. Saat itu Pouw Yang Hian sedang menggunakan jurus "Oh Eng Puh Touw (Elang Lapar Menerkam Kelinci). Jelas nona Kiong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah tak berdaya dan tinggal menunggu nasib. Tetapi tibatiba di saat yang bersamaan terdengar suara. "Seer! Tak!" Saat itu tubuh Pouw Yang Hian terapung ke atas.tidak bisa berkelit dari serangan itu. Ternyata berhasil telapak tangannya terserang oleh sebuah batu kecil. Pouw Yang Hian pernah belajar jurus "Tiat-sah-ciang" (Pukulan Pasir Besi), hingga senjata biasa seperti pedang dan golok tidak bisa melukai telapak tangannya. Tetapi saat itu telapak tangan Pouw Yang Hian malah tertembus oleh batu kecil hingga berlubang, darah segar segera memancar dan aliran darahnya seolah bergolak. Pouw Yang Hian terkejut bukan main. dia berpikir. "Pantas bocah itu kabur ke hutan, ternyata di hutan ada orang gagah yang berkepandaian tinggi sedang menungguku!" pikir Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian langsung melompat ke atas kudanya. Sementara itu Kiong Mi Yun jadi keheranan, dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Bagaimana dia bisa selamat dari serangan maut Pouw Yang Hian. semua itu membuat dia heran bukan main. Saat menoleh dia lihat ada pemuda berpakaian kasar berjalan ke arahnya. Sesudah tahu siapa pemuda itu Kiong Mi Yun girang bukan main. "Ah sungguh kebetulan, ternyata kau yang datang!" kata Kiong Mi Yun dengan wajah berseri-seri. Tapi tiba-tiba Kiong Mi Yun merasakan ada serangan hawa

dingin ke tubuhnya, buru-buru dia berkonsentrasi menghimpun hawa murninya. Saat Kong-sun Po sampai dia tuding Pouw Yang Hian. "Lekas kau pulang untuk berlatih lagi! Jika mau menuntut balas suruh gurumu ke bukit Kim-kee-leng mencariku!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan Kong-sun Po tepat mengenai jalan darah Laukionghiat sehingga ilmu Pouw Yang Hian langsung punah seketika itu juga. Padahal ilmu itu sudah dilatihnya sepuluh tahun lamanya. Melihat Kong-sun Po muncul roh Pouw Yang Hian seolah terbang saking takutnya. Tetapi karena masih ingin hidup, dia langsung melarikan kudanya dengan terbirit-birit. Setelah Pouw Yang Hian pergi. Kong-sun Po membalikkan tubuhnya ke arah nona Kiong. "Ya. memang kebetulan sekali! Mengapa kau sendirian di tempat ini?" kata Kong-sun Po "Aku sedang mencarimu." kata Kiong Mi Yun terus terang. Saat Kiong Mi Yun akan memberi keterangan tentang alasan dia mencarinya, tiba-tiba air muka Kong-sun Po berubah, dia goyang-goyangkan tangannya. "Jangan bicara dulu ikut aku!" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun kaget dia tidak tahu apa yang hendak dilakukan oleh Kong-sun Po. "Aku memang ingin bicara denganmu, tapi di sini kurang leluasa, lebih baik aku ikut denganmu" kata Kiong Mi Yun. Dia ikuti pemuda itu ke dalam hutan. Tak lama Kiong-sun Po berhenti lalu dia memperhatikan nona Kiong dengan penuh perhatian sekali. Sikap pemuda itu membuat Kiong Mi Yun jadi tidak enak hati. dan dia tertawa. "Lho! Apa kau sudah tidak mengenaliku lagi?" kata Kiong Mi Yun keheranan karena melihat orang memperhatikannya dengan serius sekali. "Jangan bicara!" kata Kong-sun Po. Tiba-tiba Kong-sun Po menyambar tangan nona itu. Kiong Mi Yun kaget dia coba memberontak, tapi tidak bisa bergerak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika dia perhatikan wajah Kong-sun Po. tampak pemuda itu tidak berniat jahat, hingga Kiong Mi Yun diam saja. Kiranya pemuda itu sedang memeriksa nadi di pergelangan tangan

nona Kiong. "Saudara Kiong. kau terkena racun!" kata Kong-sun Po serius. Nona Kiong kaget bukan kepalang. "Bagaimana aku bisa terluka?" tanya si nona. Saat dikejar Pouw Yang Hian dari atas kuda. Mi Yun berjalan kaki jadi bagaimana dia bisa terluka? Hal itu mengherankan si nona. "Saat dia mau mencengkrammu tadi. dia mengerahkan ilmu racunnya, sekalipun kau tidak tersentuh olehnya, hawa racunnya mengenai jalan darahmu. Untung tidak parah, dia baru belajar sampai tingkat yang ke lima!" kata Kong-sun Po lega hatinya. Berlatih ilmu itu paling tidak harus sampai mencapai tingkat ke sembilan baru sempurna. Jika sudah sempurna dengan mudah dia bisa mencelakai lawannya. "Sekalipun kau terkena pukulan Hua-hiat-to yang tidak serius, tapi harus segera diobati." kata Kong-sun Po. "Aku harap kau buka bajumu!" Wajah Kiong Mi Yun berubah merah. "Untuk apa?" "Akan kuurut jalan darahmu." kata Kong-sun Po serius. "Jika lukaku tidak demikian parah, tak perlu merepotkanmu. apalagi aku tidak tahan geli." kata Kiong Mi Yun. "Ah rupanya saudara Kiong ini takut geli. Lucu kaya anak kecil saja dan mirip seorang gadis?" pikir Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tidak tahu kalau Kiong Mi Yun ini memang seorang nona. "Baiklah, kalau kau tak tahan geli. kau tidak perlu membuka bajumu. Kebetulan aku membawa obat pemunah racun, tapi butuh waktu tiga hari baru kau pulih kembali. Jika dadamu terasa dingin kau jangan kaget!" kata Kong-sun Po. Setelah minum obat itu tubuh Kiong Mi Yun terasa hangat, dan nyaman sekali. "Terima kasih saudara Kong-sun!" kata Kiong Mi Yun. Pemuda itu tersenyum. "Jangan berterima kasih, kemarin kau membayari aku makan." kata Kong-sun Po sambil tersenyum. Melihat Kong-sun Po bersungguh-sungguh Kiong Mi Yun pun tertawa. "Aku membayarimu makan tapi kau memberiku obat pemunah racun, ini berarti kau yang rugi." kata si nona. "Hm! Kalau begitu kau harus membayariku makan sekali

lagi." kata Kong-sun Po. Melihat pemuda itu sopan dan tutur bahasanya lucu. kesan baik nona Kiong terhadap pemuda itu bertambah. Sekalipun hatinya tidak jatuh cinta kepada pemuda itu. "Tadi kau bilang kau sengaja mencariku, ada apa?" tanya Kong-sun Po. "Justru karena si jahat tadi. aku diminta tolong untuk minta bantuan oleh orang lain. tapi tadi kau sudah menyelesaikannya separuh." kata nona Kiong. "Kau maksud orang lain itu Chu Tay Peng. Ang Kin dan kawan-kawannya?" kata Kong-sun Po. "Kau benar!" kata si nona. "Mereka yang minta tolong kepadaku agar kau membantu mereka dalam dua masalah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertama mengusir Pouw Yang Hian. dan kedua kau diminta mengobati orang-orangnya yang terluka terkena racun jahat. Apakah kau bersedia atau tidak?" kata si nona. Kong-sun Po berpikir sejenak dia menggelengkan kepalanya. "Memang mereka itu orang jahat." kata Kiong Mi Yun. "Tapi dibanding dengan Pouw Yang Hian. mereka itu lebih baik dari dia. Aku tidak sedang mewakili mereka memohon kepadamu. Tetapi ingat, jika kau tidak mengobati mereka, maka dengan sendirinya mereka akan dikendalikan oleh orang she Pouw: itu! Aku rasa sekarang kepergiannya itu akan menjemput gurunya. Jika gurunya sudah datang maka lima perguruan mereka akan dikuasai oleh Pouw Yang Hian dan gurunya. Jika mereka sudah menakklukan lima perkumpulan besar itu. pasti kaum Liok-lim (Rimba Hijau) yang lainnya tidak bisa melawan. Itu harus kau pikirkan juga." kata si nona. "Sudah kupikirkan soal itu. aku pun belum mengatakan aku tidak mau mengobati mereka." kata Kong-sun Po. "Kalau begitu, mengapa tadi kau menggelengkan kepala?" tanya si nona. "Pouw Yang Hian menggunakan Hua-hiat-to untuk mengendalikan mereka, aku tidak yakin dalam sepuluh hari mereka akan binasa. Paling tidak dia akan menunggu sampai gurunya datang." kata Kong-sun Po. "Kau benar. Ang Kin bilang setahun kemudian baru-racun itu akan bereaksi." kata Kiong Mi Yun. Tiba-tiba si nona ingat sesuatu. "Oh aku tahu sekarang, jadi kau akan membiarkan mereka merasakan penderitaannya dulu baru akan kau obati mereka, begitu?" Kong-sun Po tersenyum. "Dugaanmu benar Saudara Kiong. tetapi ada lain sebab

lagi." kata pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun menatapnya. "Masih ada sebab lain? Apa itu?" "Terus terang aku mau pergi ke bukit Kim-kee-leng menemui Liu Beng-cu." sahut pemuda itu. "Tahukah kau bahwa Liok-lim-beng-cu di lima wilayah itu seorang wanita'" King Mi Yun tahu masalah itu dari nona Han Pwee Eng. "Bukankah dia yang bergelar Hong Lai Mo Li bernama Liu Ceng Yauw?" kata si nona. "Benar." kata pemuda itu sambil mengangguk, "sekarang dia sedang menyusun pasukan suka-rela untuk melawan tentara Mongol yang menyerbu ke Tiong-goan. Saat ini dia sedang membutuhkan tenaga orang-orang gagah. Oleh sebab itu aku dan Liu Beng-cu akan mengobati orang-orang yang terluka itu. Dengan demikian lima perkumpulan besar itu pasti bersedia membantu Liu-beng-cu untuk melawan bangsa Mongol." setelah berhenti sejenak pemuda ini melanjutkan. "See-bun Souw Ya sangat jahat, dia tak tahu diri ingin menjadi Liok-lim Beng-cu. Liu Beng-cu pasti tak akan membiarkannya!" "Apa kau sudah kenal lama dengan Liu Beng-cu?" tanya si nona. "Aku pernah bertemu dengannya saat masih kecil, mungkin dia masih ingat padaku." kata Kong-sun Po jujur. Kakek Kong-sun Po guru dari Hong Lai Mo Li. malah saat Suang-kee-po diserang para orang gagahpun. Hong Lai Mo Li yang menyelamatkan Kong-sun Po dan ibunya. Mereka dibawa ke kuil Kuang Beng Si. Tetapi soal itu tak ia beritahukan pada nona Kiong. "Oh ya. bagaimana kepandaian Hong Lai Mo Li dibanding dengan See-bun Souw Ya?" tanya nona Kiong. "Aku tak pernah melihat kepandaian Se-bun Souw Ya." kata Kong-sun Po. "tapi melihat kepandaian muridnya Pouw Yang Hian. bisa kita duga berapa tinggi ilmu orang itu. Mana bisa dibandingkan dengan kepandaian Hong Lai Mo Li? Kau harus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahu. di Dunia Persilatan tidak hanya berdasarkan kepandaian saja. tetapi harus dengan kebijakan dan kemuliaan seseorang. Liu Beng-cu bukan hanya pandai tetapi dia juga sangat bijaksana dan hatinya sangat mulia. Sekalipun dia seorang wanita, tapi pengetahuan maupun pengalamannya sangat luas. Kaum Rimba Persilatan kagum kepadanya."

Kiong Mi Yun tersenyum. "Kalau begitu kau sangat mengaguminya." Pemuda itu mengangguk. "Bukan hanya aku yang kagum kepadanya, coba kau bayangkan jika tidak bijaksana, mana mungkin dia bisa duapuluh tahun menjadi Beng-cu!" kata pemuda itu. "Aaah apa yang dikatakan Kong-sun Po tentang Hong Lai Mo Li sungguh berbeda dengan keterangan Ayahku?" pikir nona Kiong. "Aku pikir keterangan pemuda mi lebih masuk akal. Tetapi Hong Lai Mo Li musuh Ayahku. Jika benar Hong Lai Mo Li baik dan bijaksana, berarti Ayahkulah yang salah. Hm! Aku tidak yakin Ayahku orang jahat dan aku pun tak boleh begitu saja mempercayai keterangan orang lain?" Sesudah berpikir begitu wajah nona Kiong Mi Yun berubah jadi kacau dan mengerikan. "Eh di mana Han Toa-ko yang selalu bersamamu itu?" kata pemuda itu pada si nona. Wajah Kiong Mi Yun langsung merah. "Dia tinggal di kota Lok-yang. pulang akan menengoki ayahnya." sahut nona Kiong Mi Yun. "Hm! Rupanya dia belum tahu aku seorang gadis. Bahkan dia tidak tahu aku tunangan Han Toa-ko. Walau dia tidak kuberi tahu. tapi dia tahu aku tunangannya, bukankah aku bisa jadi kikuk?" pikir nona Kiong. "Lalu kau sendiri mau ke mana?" tanya pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku belum tahu?" jawab si nona. "Bagaimana kalau kau pergi ke Kim-kee-leng bersamaku, saat ini Liu Beng-cu sedang membutuhkan sekali orang pandai." kata Kong-sun Po. "Sesudah aku dengar tentang Hong Lai Mo Li darimu. aku yakin dia orang gagah dan bijaksana. Aku memang ingin menemuinya, tetapi sekarang belum saatnya." kata Kiong Mi Yun sambil tersenyum. "Kong-sun Po dan Han Toa-ko dua-duanya mengajakku ke Kim-kee-leng. sedangkan aku tidak ingin selalu bersama mereka bertigaan." pikir nona Kiong sambil tersenyum geli. "Apakah kau mau ke tempat Chu Tay Peng?" tanya Kongsun Po lagi sambil mengawasi ke arah Kiong Mi Yun. "Mengapa kau menduga begitu?" kata si nona sambil mengerutkan dahinya. "Aku tak memandang sebelah mata pada mereka! Mana mungkin aku mau bergabung dengan mereka?" Kong-sun Po tertawa. "Aku lihat mereka sangat baik kepadamu, malah Han Toako pun mendapat keberuntungan darimu. selama di

perjalanan Han Toa-ko mendapat pelayanan yang baik sekali!" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tercengang. "Bagaimana kau bisa mengetahui soal itu?" tanya si nona. "Apa kau sudah lupa bahwa hari itu aku pun ada di rumah makan "Ngi Nih Lauw" bersamamu? Apa yang dibicarakan di rumah makan itu telah kudengar dengan jelas dan tahu sebagian besar dari pembicaraan itu." Kiong Mi Yun tertawa. "Tidak kusangka ternyata kau sangat teliti!" puji si nona. Kong-sun Po menatapnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tetapi aku heran mengapa mereka sangat menghormatimu?" kata pemuda itu. "Akan kuselidiki dia. sudahkah dia menyelidiki aku?" pikir Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun tertawa. "Sebabnya ya karena mereka ingin mengambil hati pada majikan Pulau Hek-hong-to saja! Mereka tahu To-cu pulau itu adalah Ayahku. Jadi jelas mereka harus hormat juga kepadaku." kata nona Kiong. Sesudah bicara ia memperhatikan wajah dan reaksi pemuda itu. Pemuda itu manggut-manggut. "Ilmu silat ayahmu pasti tinggi, dia juga seorang tokoh Dunia Persilatan, kan?" kata pemuda itu. Mendengar ucapan pemuda itu Kiong Mi Yun tersentak juga. sebab dari nada bicaranya berarti pemuda itu belum tahu siapa ayahnya. Padahal Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po sudah dijodohkan saat mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Tetapi sayang kedua keluarga itu berpisah lama sekali. Tak heran jika pemuda itu tak tahu nama ayah nona Kiong. Tapi mana mungkin dia tak tahu nama calon mertuanya, kecuali kalau ibunya tak memberitahu dia. Maka Kiong Mi Yun mencoba menyelidikinya. "Ayahku bukan tokoh yang berilmu tinggi." kata si nona. "Tapi jika dibandingkan dengan Chu Tay Peng dan kawankawannya. Ayahku jauh di atas mereka. Tak heran mereka ingin mengangkat Ayahku jadi Beng-cu!" Kiong Mi Yun tertawa lalu melanjutkan kata-katanya. "Untung Ayahku tidak berminat menjadi Beng-cu. Jika Ayahku berminat, pasti dia bersalah pada Hong Lai Mo Li!" kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Liu Beng-cu tidak berpikiran sempit." kata pemuda itu. "Karena di kalangan Liok-lim (Rimba Hijau) sudah ada Bengcunya. maka ayahmu tak berminat. Beliau mungkin menghindari diri agar tidak dimanfaatkan oleh orang. Itu jelas bahwa ayahmu cerdas sekali!" Sampai di sini Kong-sun Po tetap belum menanyakan siapa nama ayah nona Kiong. sehingga si nona jadi tak sabaran. Dia langsung berkata pada si pemuda. "Ayahku sangat kagum kepada ayahmu. Dia bilang ayahmu itu tokoh yang sangat terkenal dan sangat menggemparkan di Dunia Persilatan!" kata nona Kiong. Wajah Kong-sun Po berubah jadi muram ketika ia mendengar ucapan nona Kiong itu. "Aaah! Setahuku Ayahku itu seorang Iblis Besar yang jahat sekali! Mana mungkin ayahmu mengaguminya? Saudara Kiong. kau mau menyindirku, ya?" kata pemuda itu sambil menatapnya. Nona Kiong terperanjat. "Aku tidak tahu urusan orang maku. harap kau jangan tersinggung. Saudara Kong-sun." kata si nona agak gugup. "Selama ini belum pernah kudengar ada seorang anak memburuk-burukkan ayahnya. Aah barangkali Kong-sun Khie itu memang orang jahat? Kalau begitu kenapa Ayahku menjodohkan aku dengan anaknya?" pikir nona Kiong. Bersamaan dengan itu pemuda itu berbisik.. "Eh ada orang ke mari." kata pemuda itu. Baru saja Kong-sun Po selesai berbisik sudah terlihat sebuah bayangan berkelebat dan tak lama bayangan itu sudah ada di depan mereka. Orang itu berjenggot, dia mengenakan jubah berwarna hijau. Gerakan orang tua itu cepat bukan main. Kiong Mi Yun yang tidak mendengar suara apa-apa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sangat terkejut saat melihat munculnya orang tua itu di hadapan mereka. Orang tua itu mengamati keduanya, lalu menunjuk ke arah Kong-sun Po. "Benarkah kau yang mengalahkan Pouw Yang Hian di rumah makan "Ngi Nih Lauw" kemarin dulu?" kata orang itu. -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 12

Sepasang mata lelaki tua berjubah hijau itu menatap ke

arah Kong-sun Po dengan dingin. Kong-sun Po pun terkejut bukan kepalang. "Aku kira lelaki tua ini pesilat tinggi, tapi lwee-kangma dari aliran sesat." pikir Kong-sun Po. "Apa dia See-bun Souw Ya? Begitu cepat dia sampai di sini? Dia tahu aku mengalahkan muridnya. Mungkin dia ingin menuntut balas kepadaku?" Dengan tenang Kong-sun Po menjawab. "Tidak salah! Lo-sian-seng punya petunjuk apa?" kata pemuda itu. Lelaki tua itu mendengus dingin, lalu menatap nona Kiong Mi Yun dengan tajam. "Bukankah kau putera Kiong Cauw Bun dari Hek-hong-to? Aku dengar kemarin kau juga ada di rumah makan "Ngi Nih Lauw". bukan?" "Sedikit pun tidak salah." jawab nona Kiong. "Aku juga ikut menyerang Pouw Yang Hian. Jika kau mau menuntut balas pasti akan aku layani!" Lelaki tua itu tertawa dingin. "Siapa Pouw Yang Hian itu? Untuk apa aku menuntut balas atas kekalahannya? Aku datang justru hanya ingin menjajal

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kung-fu keluarga kalian! Sayang Kong-sun Khie sudah mati. sedang Kong Cauw Bun jauh di seberang lautan. " kata lelaki berjubah hijau itu. Dari ucapan orang itu jelas sudah dia menghina Kongsun Po dan nona Kiong karena menganggap mereka bukan tandingannya. Bukan main marahnya Kiong Mi Yun. lalu dia bertanya. "Kalau begitu untuk apa kau ke mari mencari kami?" kata si nona dengan gusar. Lelaki tua itu balik bertanya. "Aku kira masih ada seorang lagi. Mana dia? kata lelaki tua itu. "Sebenarnya Lo-sian-seng ingin mencari siapa?" kata Kongsun Po. "Jangan beipura-pura pikun kalian! Bukankah hari itu ada seorang pemuda bermarga Han di rumah makan itu bersama kalian? Sekarang dia pergi ke mana?" bentak lelaki tua itu. Nona Kiong tertawa dingin. "Aku tahu ke mana Han Toa-ko pergi, tapi untuk apa aku memberitahumu?" kata Kiong Mi Yun. Lelaki tua itu membanting kakinya. "Bocah tidak tahu sopan! Katakan ke mana perginya dia!." kata lelaki tua itu. "Hm! Tidak! Aku tidak akan bilang!" kata nona Kiong.

Jarak antara mereka dengan lelaki tua itu hanya sekitar belasan langkah. Tiba-tiba lelaki tua itu menyerang ke arah Kiong Mi Yun. tapi Kong-sun Po sudah maju ke depan nona Kiong untuk menyambut serangan lelaki tua itu. Tak lama kedua tenaga pukulan itu beradu sehingga menimbulkan suara keras sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buum!" Tubuh Kong-sun Po bergoyang-goyang, sedangkan jubah hijau yang dikenakan lelaki tua itu pun berkibar-kibar, seakan tertiup angin keras saja. Sekalipun serangan lelaki tua itu tak mengenai nona Kiong. tapi akibatnya nona Kiong kelihatan kedinginan. Giginya gemeretuk menahan hawa dingin yang luar biasa, tubuhnya menggigil. Tetapi lelaki tua itu kaget dan berseru heran. Dia kaget karena dia tak menyangka Iwee-kang pemuda itu cukup tinggi juga. "Bagus!" katanya. "Sekarang ingin kulihat ilmu pukulan Hua-hiat-tomu itu. sudah tingkat ke berapakah kepandaianmu itu?" Kemudian lelaki tua itu maju ke arah Kong-sun Po dan langsung menyerang. Sekejap terasa hawa dingin menyerang ke arah Kong-sun Po. pemuda itu kedinginan sekali. "Aku tidak bermusuhan denganmu, tapi mengapa kau serang aku dengan ilmu beracun?" pikir Kong-sun Po. Serangan lelaki tua itu mengarah ke dada Kong-sun Po. Pada saat yang bersamaan pemuda itu pun mengulurkan jari tangamiya ke arah telapak tangan lelaki tua itu. Pemuda ini menggunakan jurus "Keng-sin-ci-hoat" (Pukulan Jari Mengagetkan Dewa), ilmu pukulan warisan dari Liu Goan Cong. Sungguh kebetulan dia menggunakan jurus itu. jika tidak pasti dia akan terluka parah. Ilmu Hua-hiat-to ilmu sangat beracun, sedangkan si lelaki tua itu pun menggunakan ilmu racun sesat. Saat kedua pukulan itu bertemu, yang kuat pasti akan menang. Lelaki tua itu akan terluka parah, sebaliknya mungkin pemuda itu akan tewas. Serangan pemuda itu merupakan ilmu anti racun aliran sesat. Sayang pemuda ini belum mahir benar menguasai ilmu racun itu. Lelaki tua itu kaget pada saat melihat tangkisan pemuda itu. dia tahu Ilmu Jari Keng-sin-ci-hoat sangat lihay. Dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

demikian dia tak berani beradu tangan dengan pemuda itu. Karena ilmu si lelaki tua sudah sempurna, ia bisa mengendalikan serangannya. Pada saat yang sangat genting, yaitu saat tangan lelaki tua itu akan menyentuh tangan Kongsun Po. kelihatan segumpal bayangan hijau mencelat mundur dan hilang dari pandangan. Datang bagaikan gelombang pergi pun seperti kilat. Dalam sekejap lelaki tua itu sudah menghilang. Kong-sun Po menghapus keringat yang membasahi wajahnya karena tegang. "Rupanya dia Chu Kiu Sek si Iblis Tua. pantas lihay sekali!" kata pemuda itu. Sementara itu Kiong Mi Yun yang tubuhnya menggigil kedinginan, dia mencoba mengerahkan tenaga murninya untuk melawan rasa dingin itu. Bibir nona Kiong gemetar dan giginya beradu, tak lama ia pun jatuh terduduk. Dia merasakan ada hawa hangat melalui punggungnya. Ternyata Kong-sun Pu sudah duduk di belakangnya dan kedua telapak tangannya menempel ke punggung si nona. Sekarang sekujur tubuh Kiong Mi Yun terasa nyaman. Tetapi tindakan pemuda itu telah membuat nona Kiong agak tersipu-sipu. Sejak lahir sampai saat itu dia belum pernah bersentuhan dengan seorang lelaki. Ini pengalaman pertama kali dia berdekatan dengan seorang pria. Tidak heran kalau wajah Mi Yun terasa panas dan berubah merah. Untung saat itu tubuhnya sudah berkeringat dan hangat, hingga wajahnya yang merah karena jengah sedikit. Sekarang nona Kiong sudah tidak kedinginan lagi. bahkan Kong-sun Po pun sudah melepaskan kedua telapak tangannya dari punggung nona Kiong Mi Yun. "Untung pukulan lelaki tua itu tidak mengenai tubuhmu." kata pemuda itu sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun meleletkan lidah, hatinya masih merasa ngeri membayangkan serangan musuh tersebut. "Siapa Chu Kiu Sek itu?" kata si nona. "Dia menggunakan kung-fu apa kok lihay sekali!" "Aku tak tahu jelas tentang dirinya, setahuku dia menguasai ilmu Siu-lo-im-sat-kang sampai tingkat ke delapan." jawab Kong-sun Po. Nona Kiong kaget. "Bukankah itu ilmu yang aneh dari See-hek yang sudah lama menghilang?" kata si nona "Benar.Kung-fu itu berasal dari tanah Thian-tok (India) Konon ratusan tahun yang lalu seorang paderi sakti dari Tibet

mendapatkan kung-fu tersebut. Tapi karena dia pikir kung-fu itu sangat berbahaya, maka Pit-kip (Kitab Rahasia Ilmu itu) dimusnahkannya. Dia tak mau mengajarkan ilmu itu." kata Kong-sun Po. "Kalau begitu dia belajar dari mana?" kata si nona. "Entah bagaimana, kira-kira tiga puluh tahun yang lalu. ilmu itu muncul kembali." kata pemuda ini. "Orang yang menguasai ilmu itu seorang Kok-su (Guru Kerajaan) dari negeri Kini. namanya Kim Cauw Gak. Tetapi dia belum berhasil menguasai ilmu itu dengan sempurna, baru sampai tingkat ke tiga saja. Tetapi Kim Cauw Gak ini luar biasa, dia berhasil menggabungkan Siu-lo-im-sat-kang dengan ilmu Lui-sin-ciang Pukulan Geledek Saktij dari perguruannya. Maka terciptalah ilmu pukulan "Im Yang Ngo Heng Ciang" (Pukulan Lima Elemen Hawa Dingin dan Panas). Telapak tangan yang dipukulkannya akan mengeluarkan hawa panas dan hawa dingin secara bersamaan. Karena menguasai ilmu itu maka dia bisa malang-melintang di Dunia Persilatan. Kemudian dia menjadi Kok-su di negara Kim hingga dia bertemu lawan bernama Siauw Au Kan Kun (Mentertawakan Dunia) dan Hong Lai Mo Li suami-isteri. baru mereka berhasil dibasmi. "

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun kaget sekali. "Ternyata gwa-kong (Kakek-luar atau kakek dari ibunya) mati di tangan Hong Lai Mo Li dan suaminya. Tidak heran kalau Ayah dan Ibu sangat benci pada Hong Lai Mo Li. Tetapi mengenai Gwa-kong jadi Hak-su bangsa Kim. mereka tak bilang lepadaku " pikir nona Kong.. Ibu Kiong Mi Yun yang bernama Kim Keng Nio. puteri Kim Cauw Gak hanya mampu menguasai ilmu Siu-lo-im-sat-kang sampai tingkat tiga. Sedangkan kepandaian Kim Keng Nio masih rendah sekali. Oleh karena itu dia tak berani belajar ilmu beracun itu. Orang yang belajar ilmu itu lwee-kangnya harus kuat. Sedangkan Kim Cauw Gak memang seorang pesilat yang mahir. Ibu Kiong Mi Yun sering bilang pada puterinya. bahwa ilmu itu lihay sekali. Oleh karena itu nona Kiong ingin menyaksikannya. Sekarang dia sadar dan tahu ilmu itu memang hebat sekali. "Setiap naik tingkat tenaga orang yang menguasai ilmu Siuloim-sat-kang akan bertambah kuat." kata pemuda itu lagi. "Jika sampai tingkat ke sembilan, cukup hanya dengan menggunakan jari tangan saja. lawannya akan mati kedinginan. Aku dengan Chu Kiu Sek hanya mampu sampai tingkat ke delapan, maka itu aku masih bisa mengatasi pukulan itu."

Mendadak Kiong Mi Yun berseru. "Celaka!" katanya. "Apa yang terasa, dingin atau panas?" tanya pemuda itu kaget bukan main. Nona Kiong menggelengkan kepalanya. "Aku tidak dingin maupun panas. Kong-sun Po tercengang. "Lalu kenapa kau berteriak?" "Tadi Chu Kiu Sek mencari tahu ke mana perginya Han Toa-ko! Aku yakin dia akan melampiaskan kemarahannya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Han Toa-ko?" kata nona Kiong. "Sekalipun Han Toa-ko pandai silat, tapi dia bukan tandingan si Iblis Tua itu!" "Kau tahu asal-usul Han Toa-ko?" tanya Kong-sun Po. "Aku baru kenal kemarin dulu dengannya." jawab nona Kiong. "Dia sangat baik kepadaku. Sekarang dia dalam bahaya aku tak boleh tinggal diam." Sesudah itu nona Kiong berpikir. "Han Toa-ko naik kuda. si Iblis Tua tak akan bisa mengejarnya. Tapi dia tahu asal-usul Han Toa-ko. pasti dia akan menyusulnya ke Lok-yang!" pikir nona Kiong. Sesudah itu pikiran Kiong Mi Yun jadi kacau sekali, tanpa pamit lagi. ia lari meninggalkan pemuda itu. Tapi sebelum keluar dari hutan. Kong-sun Po sudah menyusulnya. "Saudara Kiong aku pergi bersamamu ke Lok-yang!" kata dia sambil tertawa. Nona Kiong mengerutkan dahinya. "Bukankah kau akan menemui Hong Lai Mo Li di Kim-keeleng?" tanya si nona. Pemuda itu tersenyum. "Dari sini ke Lok-yang hanya butuh waktu lima hari saja. Kepergianku ke Kim-kee-san. jika hanya terhalang beberapa hari saja tidak jadi masalah." kata pemuda itu. Kiong Mi Yun girang sekali. "Kau sudah banyak membantuku, jadi tak berani aku merepotkan kau menghadapi bahaya." kata nona Kiong. "Jika kau sendirian yang melawan si Iblis Tua. sedang lweekangmu belum pulih, bukankah itu sangat membahayakan dirimu?" kata Kong-sun Po penuh perhatian. Wajah Kiong Mi Yun kemerah-merahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu. aku dan Han Toa-ko bukan tandingan si Iblis

Tua. tapi aku tidak peduli demi sahabatku itu." kata nona Kiong Mi Yun. Pemuda itu manggut. "Benar. Di dunia perlu kesetia-kawanan. Kau bersedia menentang bahaya demi kawanmu, apa aku tidak boleh? Kecuali jika kau merasa keberatan aku menjadi kawanmu. Jika kau anggap aku ini kawanmu, maka kawanmu itu kawanku juga!" kata Kong-sun Po sambii tersenyum. Kiong Mi Yun girang, tapi ia tetap berpikir. "Kau anggap aku ini kawanmu, tapi kau tidak tahu akulah tunanganmu yang akan memutuskan pertunangan itu denganmu, dasar bodoh!" Kiong Mi Yun tersenyum lalu berkata. "Sebenarnya aku sangat cemas karena aku tak akan sanggup melawan si Iblis Tua itu. Sekarang jika ada pesilat tinggi bersedia berjalan bersamaku untuk menghadapinya. Justru itu yang aku harapharap " "Baiklah, mari kita berangkat.'' kata pemuda itu sambil tertawa. "Kita jangan buang waktu lama-lama di sini!" Mereka meninggalkan tempat itu. Segera mereka menggunakan gin-kangnya agar bisa berjalan lebih cepat. Karena jalan yang mereka lalui sangat sepi. mereka bisa leluasa menggunakan gin-kang mereka tanpa ragu-ragu. Kiong Mi Yun sangat bangga pada gin-kangnya yang tinggi. Tapi sesudah menempuh perjalanan jauh bersama Kong-sun Po. dia baru sadar bahwa gin-kangnya masih kalah oleh pemuda itu. Sekalipun sudah berkali-kali dia menambah kecepatan larinya. tapi Kong-sun Po bisa mengikutinya dari belakang dengan santai. Malah jika mau mungkin pemuda itu bisa mendahului nona Kiong. tapi dia coba menjaga jarak, sehingga dia tetap berada di belakang si nona Kiong. Sikap

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po yang mau mengalah pada si nona ini membuat nona Kiong kagum dan berterima kasih pada pemuda itu. Dalam perjalanan itu Kong-sun Po tidak pernah mengajak kawannya itu bicara, hanya di tempat-tempat yang berbahaya saja dia memperingatkan si nona agar berhati-hati. Entah sudah berapa kali nona Kiong hampir terpelesat di batu-batu yang licin dan curam karena terlalu cepat berlari, tapi Kongsun Po selalu berada di sampingnya untuk menjaga agar nona itu tidak terjatuh ke jurang. "Aku heran mengapa aku berjalan bersamanya, padahal pertunanganku akan kubatalkan dengannya? Apakah dia sudah tahu siapa aku ini?" pikir nona Kiong. "Hatinya sangat baik. baru kenal dia bersedia membantuku melindungi

kawanku. Sulit mencari orang seperti dia. Jika aku tidak bertemu lebih dulu dengan Han Toa-ko. mungkin aku menyukai dia? Kepandaiannya memang tinggi tapi kurang tampan dan kurang romantis. Aku boleh menjadi sahabatnya, tapi untuk menjadi kawan hidup aku lebih memilih Han Toako!" Karena terlalu berpikir dia jadi melamun hingga kakinya terpeleset nyaris jatuh ke jurang. Untung saat itu Kong-sun Po sempat menarik tangannya menolonginya. Tapi pemuda itu diam tak banyak bicara nona Kiong pun begitu. Saat mulai senja dia lihat napas Kiong Mi Yun sudah tersengal-sengal kelelahan. Melihat hal itu pemuda itu berkata pada si nona. "Di depan kita ada sebuah kota kecil, mari kita ke sana untuk makan dan istirahat semalam. Besok baru kita lanjutkan lagi perjalanan kita!" kata Kong-sun Po. Nona Kiong bingung, dia jadi serba salah. "Aku seorang gadis bagaimana aku bisa tidur sekamar dengannya?" dia berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah berlari sekian lama mereka telah sampai di kota kecil yang dikatakan oleh pemuda itu. Mereka langsung mencari penginapan agar bisa bermalam Kong-sun Po memesan kamar untuk mereka. "Sediakan sebuah kamar untuk kami!" kata pemuda itu. Tapi Kiong Mi Yun menyelak. "Dua kamar saja!" katanya. Kong-sun Po tertegun heran. Kiong Mi Yun malah tersenyum kemudian dia memberi penjelasan begini. "Aku tidak pernah tidur sekamar dengan orang lain. Lebih baik seorang sekamar saja. ya?" kata nona Kiong. Ketika itu zaman sedang genting dan kacau sekali akibat peperangan yang mulai berkecamuk di wilayah Tiong-goan Para saudagar maupun para pelancong jarang melakukan perjalanan jauh. Sudah tentu banyak rumah penginapan yang lengang dari pengunjung, sehingga banyak pengusaha penginapan yang mengeluh karena sepinya penyewa kamarkamar mreka. Ketika Kiong Mi Yun mengatakan dia minta dua buah kamar, tentu saja pemilik penginapan itu girang bukan main. Dia langsung menghampiri kedua tamunya itu. Sambil berjalan mendatangi wajahnya terlihat berseri-seri. "Ada! Ada Tuan! Kebetulan kamar itu bisa berdampingan!" kata si pemilik rumah penginapan. "Baik." kata Kong-sun Po. "kami butuh dua kamar!" Setelah pelayan menyiapkan kamar mereka, mereka pun

masuk ke kamarnya masing-masing untuk menaruh buntalan pakaian mereka. Sekalipun mereka tidak tidur sekamar tetapi saat makan mereka selalu bersama-sama. Kiong Mi Yun yang sudah kelaparan langsung memesan beberapa macam masakan bersama nasi putihnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bawa ke kamar kami saja." kata Mi Yun. Makanan itu kemudian dimakan Kong-sun Po bersamasama Kong-sun Po di kamar. Setelah makan dan minum Kongsun Po melihat Kiong Mi Yun terus mengerutkan dahinya. "Saudara Kiong. apakah masakan ini tidak cocok dengan seleramu?" kata pemuda itu. Kiong Mi Yun tersenyum. "Cocok, malah aku kira lebih lezat dengan masakan yang ada di "Ngi Nih Lauw" itu." jawab nona Kiong. Kong-sun Po tertegun. "Kau jangan bergurau Saudara Kiong! Mana bisa masakan di sini kau bandingkan dengan masakan yang ada di "Ngi Nih Lauw"?" kata si pemuda itu heran. "Kau tidak merasakannya sih. lezat kok? Oh aku tahu. itu karena lwee-kangmu lebih tinggi dariku. Kau bisa tidak makan beberapa hari tanpa merasa lapar." kata si nona. Kong-sun Po manggut. "Betul pendapatmu? Orang yang tidak lapar tidak akan merasakan lezatnya masakan ini. pantas kau bisa menikmatinya." kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun mengerutkan keningnya. "Dia bodoh tak secerdas Han Toa-ko." pikir Kiong Mi Yun. Pemuda itu menatap kawannya sambil berkata. "Saudara Kiong. aku lihat kau seolah sedang mencemaskan sesuatu. Apa yang membuatmu risau. Saudara Kiong?" tanya pemuda itu. "Memang aku sedang memikirkan sebuah masalah, rasanya agak aneh." kata nona Kiong. "Masalah apa itu. boleh aku tahu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayahku jarang datang ke Tiong-goan. bagaimana Chu Kiu Sek si Iblis Tua itu mengetahui nama Ayahku?" sahut Kiong Mi Yun. Maksud pertanyaan itu sebenarnya ingin memancing reaksi pemuda yang ada di hadapannya ini. Maka Kiong Mi Yun

sengaja bertanya begitu pada Kong-sun Po. Saat mereka bentrok dengan Chu Kiu Sek. si Iblis Tua itu menyebut-nyebut nama Kiong Cauw Bun. ayah si nona di depan mereka. Nona Kiong mengingatkan peristiwa yang baru dialaminya, karena ingin mengetahui reaksi pemuda itu. Tapi Kong-sun Po malah tertawa mendengar ucapan si nona itu. "Itu bukan sesuatu yang aneh karena ayahmu itu sangat terkenal!" kata pemuda itu. "Chu Tay Peng daii kawankawannya saja tahu. mengapa Chu Kiu Sek tidak?" Mendengar jawaban itu Kiong Mi Yu kecewa sekali, karena bukan jawaban itu yang dia inginkan dari pemuda ini. Tetapi dia juga sedikit girang. "Aah! Kiranya dia sama sekali tak mengetahui masalah aku dan dia yang telah ditunangkan sejak kecil" pikir Kiong Mi Yun. Saat itu Kiong Mi Yun ingat sesuatu dan tertawa. "Aku bodoh, tak berpikir sampai ke sana. Kau memang cerdas Kong-sun Toa-ko!" kata si nona. Mulut si nona memuji Kong-sun Po. tapi hatinya mencacinya dia anggap pemuda itu tolol sekali. Sedikitpun pemuda ini tak curiga mendengar ucapan Kiong Mi Yun tadi. Tiba-tiba mereka mendengar suara yang sangat hiruk-pikuk di luar penginapan. Ternyata itu suara roda kereta yang bergerak ke arah penginapan itu. Tak lama kereta itu berhenti di depan halaman penginapan. Ketika itu sudah larut malam, pemilik penginapan itu keluar sambil membawa sebuah lentera. Kebetulan Kiong Mi Yun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang duduk dekat jendela kamarnya. Dia bisa melihat dengan jelas tamu yang baru datang itu. Kereta itu indah sekali, kebetulan kerai jendela kereta pun terbuka sedikit, di kereta itu duduk dua orang, seorang lelaki dan yang seorang lagi wanita. Saat itu karena kereta baru berhenti, mereka belum keluar dari kereta itu. Kiong Mi Yun berdecak kagum. "Bagus sekali kereta itu penumpangnya pasti orang kaya!" kata dia perlahan. "Kau benar, selain keretanya indah, keempat kudanya pun sangat jempolan." kata Kong-sun Po menimpali kata-kata nona Kiong. "Ah. kau juga tahu kuda jempolan. Kong-sun Toa-ko! Tetapi pemilik kereta itu tidak berperasaan, dia menjalankan kereta itu sampai malam begini. Mereka tidak merasa kasihan pada kuda-kuda dan tidak sayang pada kereta yang bagus itu! Justru aneh sekali?" kata nona Kiong. "Mungkin mereka punya urusan yang sangat penting yang

harus segera mereka bereskan." kata Kong-sun Po. Tak lama kedua tamu itu sudah turun dari keretanya. Lelaki yang bersama wanita itu bertanya pada pemilik penginapan itu. "Kau masih punya kamar yang kosong? Kami butuh dua buah kamar kelas satu!" kata penumpang yang lelaki. Di kamar Kiong Mi Yun berbisik pada kawannya. "Mungkin mereka berdua kakak beradik, bukan suami isteri!" bisik nona Kiong. "Yang lelaki tampan dan yang perempuan cantik sekali!" "Mereka membawa senjata tajam, kau melihatnya tidak?" bisik si pemuda pada nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Kiong menggelengkan kepala sambil berbisik. "Berapa tinggi kepandaian mereka itu. aku ingin menjajalnya." bisik nona Kiong. "Di Dunia Persilatan banyak orang yang berilmu tinggi. Saudara Kiong jangan cari masalah!" bisik pemuda itu. "Aku cuma bergurau, kau pikir masalah kita juga tak memusingkan kepala?" kata Kiong Mi Yun. Tiba-tiba terdengar pemilik penginapan itu berteriak. "Siauw Ek. lekas kau bawakan barang-barang tamu kita ini!" katanya dengan nyaring. "Biar aku yang membawa guci arak ini. tidak perlu merepotkan kalian!" kata yang perempuan pada pelayan. Guci itu barang kuno tapi tidak dipasangi etiket nama arak itu. tutup gucinya pun hanya diikat dengan seutas tali. Perempuan itu langsung menjinjing guci arak itu dengan sebuah jari telunjuknya. Kejadian itu mmbuat pemilik penginapan kaget dan heran sekali. "Ah dia hanya seorang nona. tapi tenaganya kuat sekali?" pikir pemilik penginapan. "Pada saat zaman kacau begini, jika tak berilmu tinggi mana berani nona itu melakukan perjalanan jauh seperti sekarang ini?" Pemilik penginapan yang berpengalaman ini hanya mengangguk memberi hormat dan berjalan masuk. Kiong Mi Yun juga kagum dan heran, dia lihat nona itu berhati-hati sekali saat menjinjing guci arak itu. "Aah! Tak kusangka nona secantik ini ternyata setan arak!" kata nona Kiong. "Dari mana kau mengetahuinya?" tanya Kong-sun Po. "Jika dia bukan setan arak mengapa dia melarang orang lain yang membawakan guci arak itu? Aku yakin pasti itu arak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

istimewa! Dia khawatir orang kurang berhati-hati sehingga menjatuhkan guci arak itu hingga pecah!" kata Mi Yun. Alis Kong-sun Po berkerut. "Benar! Kau benar sekali, aku tak berpikir sampai ke sana." kata Kong-sun Po Kong-sun Po ini tidak bodoh hanya belum berpengalaman saja. Ditambah lagi dia ini jujur dan lugu sekali, hingga kelihatan seperti tolol. "Melihat kepandaian mereka." kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Sekalipun isi guci itu barang pusaka, pasti mereka tidak terlalu peduli." Kiong Mi Yun yang telah banyak minum arak ketika itu dia agak mabuk. "Kong-sun Toa-ko. kau sudah bertunangan belum?" kata si nona yang agak sinting itu. Pertanyaan nona Kiong membuat Kong-sun Po tertegun, lama sekali baru dia menyahut. "Sejak kecil aku tinggal di gunung bersama Ibuku, aku tidak pernah bertunangan." jawab pemuda ini. "Mengapa kau bertanya begitu?" Kiong Mi Yun tersenyum manis. "Aku ingin jadi Mak Comblangmu." Kong-sun Po menatap nona itu dalam-dalam, ternyata wajah nona itu sudah kemerah-merahan. "Rupanya dia tidak biasa minum arak. maka itu dia hampir mabuk." pikir Kong-sun Po. Kong-sun Po pun tersenyum. "Terima kasih atas perhatianmu, tetapi aku belum ingin berkeluarga." kata Kong-sun Po. Nona Kiong pun tersenyum. "Mengapa kau tak bertanya padaku, gadis keluarga manakah yang akan kujodohkan denganmu?" kata Mi Yun. "Apa dia familimu?" tanya Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah meneguk araknya lagi si nona menjawab. "Dia bukan familiku. Dia juga jauh di ujung langit, dan dekat di depan mata. Yang kumaksud adalah gadis yang baru datang naik kereta itu! Menurutmu dia cantik atau tidak? Jika kau merasa dia cocok untukmu, aku akan cari akal untuk memperkenalkan kalian berdua. Sekaligus aku akan jadi Mak Comblangmu!" kata Kiong Mi Yun sambil tertawa. Pemuda itu tertawa terbahak-bahak. "Saudara Kiong. kau terlalu banyak minum susu macan."

kata Kong-sun Po. "Besok kita harus melanjutkan perjalanan, lebih baik sekarang kita istirahat!" Saat itu tamu yang perempuan sudah masuk ke kamalnya. Kamar nona itu ada di sebelah Timur, sedang kamar Kiong Mi Yun di sebelah Barat. Di antara kamar itu terdapat sebuah halaman kecil. Kebetulan kedua kamar itu letaknya berhadaphadapan. Nona itu mendengar atau tidak percakapan Kong-su Po dan Kiong Mi Yun. tapi tiba-tiba nona itu tersentak dan segera menutup jendela kamarnya dengan cepat. "Saudara Kiong kau jangan ngawur, ayo tidur!" kata Kongsun Po. Kong-sun Po langsung meninggalkan kamar sahabat barynya itu akan istirahat di kamarnya. "Aku sudah menyelidikinya, tapi dia tetap tidak curiga. Itu tandanya dia tidak tahu tentang masalah perjodohan itu?" pikir nona Kiong. Hati nona Kiong jadi lega. Setelah pelayan mengambil semua piring dan mangkuk dari kamarnya, baru dia membaringkan badannya di tempat tidur dalam keadaan setengah mabuk.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Entah sudah berapa lama dia tertidur lelap, tiba-tiba Mi Yun terbangun dengan kaget. Saat dia membuka matanya, dia lihat sesosok bayangan ada di kamarnya. Nona Kiong terkejut. Rasa kantuknya pun mendadak hilang, lalu dia hunus pedangnya. Orang itu mengulurkan tangan menekan pedang si nona dengan cepat. "Ssst! Jangan takut ini aku!" kata bayangan itu. Kiong Mi Yun bertambah kaget. "Kong-sun Toa-ko. mau apa kau ke mari?" kata si nona. Bayangan itu memang benar Kong-sun Po. "Iblis Tua itu datang kemari!" bisik Kong-sun Po. Rupanya Kong-sun Po melihat Chu Kiu Sek muncul di penginapan itu. karena khawatir si Iblis Tua itu mencelakai sahabatnya, lalu dia menerobos masuk ke kamar si nona yang memang tidak terkunci karena si nona keburu ngantuk. Tadi Kiong Mi Yun lupa menguncinya. Tak lama terdengar suara senjata beradu dan seru sekali. Kemudian disusul oleh suara tawa Chu Kiu Sek. "Nona kau jangan salah paham, aku bukan Pencuri Pemetik Bunga (Cai-hoa-cat). Kedatanganku hanya untuk meminta suatu barang." kata Chu Kiu Sek. "Untung saat tidur aku tak mengganti pakaian." pikir nona Kiong yang segera mengenakan topinya. Pasti Kong-sun Po belum tahu aku ini seorang gadis."

Dia berjalan ke arah jendela dan mengintai ke luar. Dia lihat nona itu sedang bertarung dengan Chu Kiu Sek di halaman. Nona itu melancarkan tiga buah serangan yang sangat indah. Jurus pertama bernama "Kim-cin-tuh-kiap" (Jarum Emas Lewat Maut), mirip dengan ilmu pedang Tat Mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Tat Mo). Sedang jurus kedua berubah dengan jurus "Liong Teng Toh Cu" (Naga Berebut

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mustika), yaitu dari ilmu pedang "Lian Hoan Toh Beng Kiam Hoat" (Ilmu Pedang Berantai Pencabut Nyawa) milik Bu-tongpay. Sedangkan jurus yang ketiga ialah jurus "Ceh Li Touw Cun" (Wanita Menenun Kain (dari ilmu pedang "Giok Li Kiam Hoat" (Ilmu Pedang Wanita Cantik) dari partai Go-bi-pay. Ketika diperhatikan jurus-jurus itu agak berbeda dengan jurus aslinya dan kelihatan lebih indah. Hal itu membuat nona Kiong Mi Yun kagum dan memuji. ilmu pedang yang indah dan hebat!" katanya. Nona Kiong Mi Yun memuji, tapi dia tidak tahu ilmu pedang apa itu. Saat Chu Kiu Sek berkelit, nona itu akan melancarkan serangannya yang keempat. Chu Kiu Sek mengulurkan tangannya menyentil, seketika itu terdengar suara sangat keras. "Ting!" Pedang nona itu agak miring ke samping, pada saat bersamaan nona muda itu pun terpental mundur beberapa langkah jauhnya dan tampak tubuhnya menggigil kedinginan. Chu Kiu Sek tertawa dingin. "Pek-hoa-kiam-hoat" (Ilmu Pedang Seratus Bunga)!" kata Chu Kiu Sek. Pada saat yang bersamaan mendadak kelihatan seorang pria melompat turun dari atas atap rumah penginapan itu sambil membentak. "Kenapa "Pek-hoa-kiam-hoat"!" katanya. Lelaki itu pria yang naik kereta bersama nona yang sedang bertarung itu. Dia langsung menyerang ke arah si Iblis Tua. Chu Kiu Sek atau si Iblis Tua itu mengibaskan lengan baj um a ke arah pedang di tangan lelaki itu. sehingga pedang itu miring ke samping. Chu Kiu Sek mendengus dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Tak apa-apa. tapi kalian belum sempurna menguasai

ilmu pedang itu!" kata Chu Kiu Sek. "Hm! Sekalipun ilmu pedang kami belum sempurna, tapi kami mampu meringkus kau. hai Iblis Tua!" Chu Kiu Sek marah sekali. "Kalau begitu boleh kau coba!" kata Chu Kiu Sek sambil tertawa. Chu Kiu Sek mengembangkan jari tangannya. Maksudnya akan mencengkram dan merebut pedang yang ada di tangan lelaki muda itu. Jurus cengkraman Chu Kiu Sek ini sangat ganas. Saat jalan darah di pergelangan tangan lelaki itu hampir tercengkram. tiba-tiba nona muda itu melancarkan serangan ke punggung si Iblis Tua. Apa boleh buat Chu Kiu Sek terpaksa menendang ke belakang untuk mendesak nona itu supaya mundur. Bersamaan dengan itu terdengar suara keras. "Seeer!" Lengan baju Chu Kiu Sek kutung sebagian. Tetapi telapak tangan lelaki muda itu pun terasa sakit sekali. Dia terkena serangan angin jari tangan Chu Kiu Sek. hampir saja pedang di tangannya terlepas dari genggamannya. Dengan demikian lelaki muda itu sadar bahwa lawannya tangguh luar biasa. Chu Kiu Sek pun sangat ganas. "Jika adikku tadi tidak menyerang punggungnya dengan tepat, pasti aku sudah cacat terkena cengkeramannya." pikir lelaki muda itu. Chu Kiu Sek sendiri kaget, dia kagum pada ilmu pedang lelaki muda itu. "Jika mereka berdua bergabung, rasanya sulit aku mengalahkan mereka." pikir Chu Kiu Sek. "Kecuali aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang mereka secara membabi-buta dengan ilmu Siu-loimsat-kang!" Kedua pihak merupakan keluarga Rimba Persilatan yang terkenal. Jika Chu Kiu Sek memakai Siu-lo-im-sat-kang. dia khawatir akan melukai kedua lawannya dengan parah. Dia seorang iblis jahat, tapi masih punya perasaan segan juga. Lalu didesak mereka sehingga mundur beberapa langkah, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh. "Kedatanganku ke mari hanya ingin minta arakmu itu. aku tidak bermaksud mencelakai kalian! Jika kalian uliu gelagat, lekas serahkan arak itu. jangan membahayakan diri kalian seniri!" kata Chu Kiu Sek dengan bengis. "Kau mau minta arak apa?" tanya lelaki muda itu. "Arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu yang disimpan di kamar adikmu itu! Jika arak itu kalian serahkan, aku akan

segera pergi dari sini!" kata Chu Kiu Sek. Mereka itu Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian. kakak beradik. Saat itu sedang dalam perjalanan akan mengantarkan arak obat untuk Han Tay Hiong di Lok-yang. Mendengar kata-kata si Iblis Tua. nona Kiong yang ada di kamarnya kaget bukan main. "Hm! Ternyata kedua orang itu membawa guci arak obat?" pikir si nona. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak "Aku tahu kalian akan mengantar arak obat pada Han Tay Hiong. padahal aku sudah akan menemuinya! Maka itu aku tidak akan mengizinkan kalian mengantarkan arak obat itu kepadanya! Kalian paham?" kata Chu Kiu Sek. Ci Giok Hian sedang berusaha menghimpun tenaga murni nya untuk mengusir hawa dingin dari tubuhnya. Saat mendengar ucapan itu dia bani sadar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Rupanya kau Chu Kiu Sek si Iblis Tua jahanam itu?!" kata Ci Giok Hian. "Kalian sudah tahu siapa aku. kenapa kalian tidak segera memberikan arak obat itu kepadaku?" kata Chu Kiu Sek sambil tertawa terbahak-bahak. "Iblis Tua. kau jangan bermimpi! Dengan arak obat kami tidak akan diberikan kepadamu!" kata Ci Giok Hian gusar sekali. "Hm! Kau kira aku tidak bisa mengambilnya sendiri?" kata Chu Kiu Sek sinis. Sesudah itu dia serang Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian secara bersamaan. Kedua orang yang diserang itu tidak berani menangkis serangannya. Mereka hanya berkelit dan menghindar saja. Saat itu Chu Kiu Sek tubuhnya berkelebat hendak menerobos masuk ke kamar Ci Giok Hian untuk mengambil arak obat itu. Kiong Mi Yun yang ada di samping Kong-sun Po berbisik. "Kong-sun Toa-ko apa kau belum mau turun tangan?" bisik nona Kiong Mi Yun. "Jangan tergesa-gesa kita lihat saja dulu." bisik si pemuda. Pemuda itu dekat sekali dengan si nona dan tubuhnya hampir menempel satu sama lain. Mereka sudah melihat kepandaian Ci Giok Phang maupun kepandaian Ci Giok Hian. Mereka yakin tidak gampang bagi Chu Kiu Sek mengalahkan mereka berdua. "Siapa mereka ini? Meskipun mereka tidak akan sanggup mengalahkan si Iblis Tua. paling tidak mereka bisa menguras tenaga lawannya. Saat dia sudah kelelahan jika turun tangan aku bisa mengalahkan dia dengan cepat." pikir Kong-sun Po.

Pemuda ini yakin begitu, karena dia pernah membuat Chu Kiu Sek mundur saat menggunakan jurus "Keng-sin-ci-hoat" atau jurus "Mengejutkan Dewa". Ketika itu Chu Kiu Sek kalah karena tidak tahu ilmu apa yang digunakan oleh lawannya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika dia sudah tahu maka Kong-sun Po pasti kalah olehnya. Sekarang jika tenaga Chu Kiu Sek sudah terkuras, dan dia diserang terus, ada kemungkinan Kong-sun Po akan bisa mengalahkannya lagi. Saat itu rupa Chu Kiu Sek telah mendengar suara orang lain. la menoleh ke kiri dan kanan. Sekalipun Kiong Mi Yun bicara bisik-bisik, tapi si Iblis Tua bisa mendengarnya. Diamdiam Chu Kiu Sek jadi kaget sekali. Sekalipun yang dia dengar itu tidak jelas. "Apakah bocah Kong-sun Po ada di sini? Ah mana bisa begitu kebetulan dia ada di sini?" pikir Chu Kiu Sek. Karena dia berpikir begitu lompatannya ke kamar Ci Giok Hian agak tertunda. Pada saat yang bersamaan Ci Giok Phang sudah langsung menikam dan menyerang dengan pedangnya. Nyaris serangan itu tidak bisa ditangkis, dengan terpaksa Chu Kiu Sek menyambar kayu yang dia patahkan untuk dipakai menangkis serangan Ci Giok Phang itu. "Traang!" Pedang beradu dengan kayu hebat sekali. Mereka berdua terpental mundur beberapa langkah. Tapi mereka tak sampai roboh. Saat itu Ci Giok Hian sudah menyerang Chu Kiu Sek dengan pedangnya. Ujung pedang nona Ci mengarah ke tubuh Chu Kiu Sek yang mematikan. Pada saat itu Ci Giok Phang sudah maju lagi dengan serangan pedangnya yang berbahaya. Tanpa terasa Chu Kiu Sek telah terluka ringan, hal ini membuat dia gusar bukan main. Tadi dia agak segan turun tangan terhadap mereka berdua karena kedua musuhnya itu orang-orang terkenal dari Rimba Persilatan. Tetapi dalam keadaan marah dia jadi nekat. Saat kedua pedang itu menyerang ke arahnya, dia melancarkan serangan ke arah kedua lawannya itu. Ci Giok Hian buru-buru menarik pedangnya dan melompat mundur. Di bawah sinar bulan wajahnya tampak pucat-pasi dan giginya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gemeretuk karena kedinginan. Ci Giok Phang pun segera melompat mundur, tapi keadaannya tak seperti yang dialami

oleh adiknya. Menyaksikan kejadian itu nona Kiong berbisik pada kawannya. Iblis Tua itu mengeluarkan Siu-lo-im-sat-kang tingkat delapan, pukulan itu seperti biasa tanpa suara." bisik nona Kiong Mi Yun. Setelah mundur Ci Giok Paling maju lagi sambil membentak dengan keras. "Aku ingin tahu ilmu pukulanmu itu bisa berbuat apa terhadapku?" kata Ci Giok Phang. Pedang pemuda she Ci itu berkelebat. Dia menggunakan jurus "Pek-hung-koan-jit" (Pelangi Putih Menutupi Matahari). Ujung pedang Ci Giok Phang menusuk ke arah dada Chu Kiu Sek atau si Iblis Tua yang jahat itu. Chu Kiu Sek tertawa. "Kau berani melawanku karena punya arak obat itu. Tapi lwee-kang kalian masih dangkal. Jika kalian menerima tiga kali pukulanku lagi. maka sekalipun kau minum arak obat itu. jiwa kalian tidak akan tertolong lagi!" kata Chu Kiu Sek dengan sinis. "Benar begitu, justru aku ingin mencobanya!" kata Ci Giok Phang sengit sekali. "Baiklah, kau yang mencari mati sendiri, bukan aku yang tidak berbelas kasihan pada kalian, ya?" kata Chu Kiu Sek. Mendadak dia melancarkan tiga buah serangan, sehingga terpaksa Ci Giok Phang harus terdesak mundur beberapa langkah ke belakang. Pemuda itu berbangkis sekali namun tidak terluka. Pada saat itu Ci Giok Hian sudah menyerang Chu Kiu Sek dengan hebat. Chu Kiu Sek buru-buru membalikkan telapak tangannya, dia coba memukul pedang Ci Giok Hian. Buru-buru nona Ci mengelak ke samping, dia tidak berani

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menahan serangan lawannya. Tapi sekarang giginya sudah tidak gemeretuk seperti tadi. Barangkali kedua orang itu tidak mempan pukulan Chu Liu Sek yang lihay itu. "Jadi kalian sudah belajar ilmu Siauw-yang-sin-kang keluarga Jen?" kata Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang saat tahu lawannya tak terpengaruh oleh pukulannya itu. Ci Giok Oliang tertawa dingin. "Kalau betul lalu kenapa?" tanya pemuda itu sinis. "Kalau begitu aku tidak akan melepaskan kalian berdua!" kata Chu Kiu Sek dengan sengit sekali. Rupanya berbagai lwee-kang dari golongan lurus hanya Siauw-yang-sin-kang yang mampu menandingi Siu-lo-imsatkang milik Chu Kiu Sek ini. Jadi mana mungkin Chu Kiu Sek mau melepaskan mereka? Kedua kakak beradik ini sudah

belajar Siauw-yang-sin-kang. Dengan demikian mereka berdua bisa mengobati Han Tay Hiong musuh besarnya. Chu Kiu Sek. Maka tidak heran jika Chu Kiu Sek jadi geram dan berniat membunuh mereka berdua. "Jika aku tidak bisa membunuh mereka paling tidak aku bisa memusnahkan ilmu silat mereka!" pikir Chu Kiu Sek. "Aku heran. Siauw-yang-sin-kang ilmu milik keluarga Jen. jadi tidak mungkin diturunkan pada marga lain. bagaimana mereka mahir ilmu itu?" Jika tidak bergabung dengan kakaknya Ci Giok Hian tak akan mampu menahan pukulan Chu Kiu Sek. Saat itu serangan si Iblis Tua berlangsung bertubi-tubi hingga Ci Giok Phang terdesak mundur. Pakaiannya pun sudah basah oleh keringatnya. Uap putih mengepul dari ubun-ubun pemuda itu. Sedangkan Ci Giok Hian yang terus berkelit, sekarang jaraknya sudah sangat berjauhan dengan kakaknya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama terdengar suara gemeretuknya gigi mereka, karena kedinginan. Suara itu terdengar oleh Kong-sun Po dari kamar tempat mereka mengawasi pertarungan itu. "Si Iblis Tua menyerang dengan sengit, ini sangat menguras tenaganya. Sesudah tenaganya terkuras habis baru akan kuserang dia. Saat itu pasti jiwanya akan melayang! Baik kutunggu sesaat lagi." pkir Kong-sun Po. Tapi apakah Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian masih bisa bertahan sesaat lagi? Itu yang jadi masalah. Kong-sun Po terus memperhatikan pertarungan hebat itu. Saat itu dia menjulurkan lehernya ke luar jendela. Jika kedua kakak beradik itu dalam keadaan gawat, dia akan langsung membantu menyerang ke arah Chu Kiu Sek. Sejak tadi si Iblis Tua sudah curiga. Sekalipun sedang bertarung dia tetap mengamati keadaan di sekelilingnya. Saat dia lihat Kong-sun Po sedang berdiri di depan jendela mengamati mereka bertarung, dia kaget bukan kepalang "Oh bocah itu ternyata ada di sini! Aku yakin dia sedang merencanakan sesuatu, dia akan menjebakku." pikir Chu Kiu Sek sedikit tegang. Melawan kedua kakak beradik saja dia sudah payah, apalagi sekarang ada Kong-sun Po. Dia bingung apa dia harus meneruskan perkelahian atau tidak. Sesudah mendesak kedua kakak beradik itu, tiba-tiba dia melompat ke atas pohon, dan melesat pergi di kegelapan malam. Ci Giok Phang keheranan melihat lawannya tiba-tiba kabur. Dia tidak mengerti apa sebabnya Chu Kiu Sek kabur, tapi dia juga tak berani mengejar orang itu. Saat itu suasana di tempat

itu sunyi sekali. Ditambah lagi karena para pelayan yang ketakutan semua telah bersembunyi. Setelah pertarungan itu selesai baru pemilik penginapan keluar. "Tidak aku kira di penginapanku yang kecl ini datang maling. Untung kalian berilmu tinggi hingga bisa mengusir

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maling tersebut." kata pemilik penginapan. "Apa ada barang yang hilang?" "Tidak, tak apa-apa." kata Ci Giok Phang. Saat itu Ci Giok Hian melancarkan serangan hebat pada Chu Kiu Sek. kaburnya iblis tua itu dia kira karena terluka oleh serangannya. Kellihatan dia puas sekali. "Hari masih malam, silakan Tuan istirahat saja. Maling itu tak akan mampu mengambil barang kami." kata Ci Giok Phang dingin. Sedang nona Kiong tahu bahwa Ci Giok Phang tertawa dingin mungkin karena mereka dicurigai sebagai maling. "Jika tidak ada Toa-ko Kong-sun Po di sini. mungkin nyawa kalian sudah melayang. Kalian malah mencurugai kami sebagai maling! Sungguh keterlaluan omong besarmu itu. Justru aku ingin menjajal kepandaian kalian!" kata Kiong Mi Yun dengan berani. Kong-sun Po menurunkan kain jendela dan berkata perlahan pada Kiong Mi Yun. "Lebih baik kita segera tidur agar mereka tidak mencurigai kita." bisiknya. "Bicara sebentar tak ada masalah bukan. Kong-sun Toa-ko aku ingin bertanya padamu tentang satu masalah " kata nona Kiong. "Silakan!" jawab Kong-sun Po sambil menatap ke arah si nona. "Siapa yang mereka maksudkan Han Tay Hiong itu? Pertarungan tadi rupanya ada hubungannya dengan orang she Han. Sebenarnya ada masalah apa di antara mereka?" kata Kiong Mi Yun. Pemuda itu kembali menatapnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Kedua
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Diceritakan kembai oleh : marcus A.S.MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency &

Marwin Cetakan pertama : 2005

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 13

Setelah mengawasi nona Kiong Mi Yun dengan tajam, lalu sambil tersenyum Kong-sun Po menjawab pertanyaan nona Kiong Mi Yun itu. "Beberapa tahun yang lalu aku pernah mendengar dari guruku. Han Tay Hiong itu seorang pendekar yang sudah mengasingkan diri. Dia bergelar Ckmg-khmi-siung-coai (Ahli Tangan Kosong dan Pedang). Sudah lama dia tidak muncul di Dunia Persilatan, maka yang tahu tentang dia tidak banyak. Tapi aku kira kakak beradik itu punya hubungan dengan Han

Tay Hong. Dari nada bicaranya. Chu Kiu Sek bermusuhan dengan orang she Han itu. Tetapi kenapa mereka malah memperebutkan arak obat itu?" kata Kong-sun Po keheranan. "Orang berasal dari mana Han Tay Hiong itu?" tanya nona Kiong Mi Yun. "Dari guruku aku dengar dia sudah lama berkelana di Dunia Persilatan. Kemudian mendadak dia menghilang dari Dunia Persilatan. Di mana dia sekarang tinggal justru tidak ada orang yang mengetahuinya." sahut Kong-sun Po. "Dia bergelar Ciang-kiam Siang-coat. mengapa putera atau muridnya tidak ada yang mewarisi ilmu silatnya itu dan berkelana di Dunia Kang-ouw?" kata Kiong Mi Yun. Pemuda itu mengangguk. "Kau benar jika kau tidak menyinggung soal itu aku juga jadi lupa kata kong-sun Po. "Aku dengar dia punya seorang anak perempuan yang kepandaiannya cukup tinggi. Empat tahun yang lalu dia pernah muncul satu kali di kalangan Kangouw. Malah dia aku dengar bisa mengalahkan Toan Leng Koan. Perampok berkaki satu." kata pemuda itu. "Siapa nama puterinya itu?" desak Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entahlah! Tapi berdasarkan ilmu pedangnya. Toan Leng Koan tahu bahwa itu puteri Han Tay Hiong." kata Kong-sun Po menjelaskan. "Apa Han Tay Hiong tidak punya anak laki-laki?" desak nona Kiong. "Aku dengar dia hanya mempunyai seorang anak perempuan." kata Kong-sun Po. Di kelenteng Kuang-beng-si, pemuda ini telah belajar silat selama tiga tahun. Tak heran jika dia hanya tahu kejadian yang terjadi empat tahun vang lalu saja. Kejadian tentang Han Pwee Eng pergi ke Yang-cou. dan dihadang oleh rombongan Serigala Tua bermarga Tan. serta serbuan para jago silat ke Pek-hoa-kok tidak diketahuinya. Malah tentang pembatalan pernikahan nona Han dengan Kok Siauw Hong pun dia tidak tahu sama sekali. Setelah Kong-sun Po kembali ke kamar, nona Kiong jadi berpikir keras. "Di dunia ini jelas banyak orang yang bermarga Han. sedang Han Tay Hiong tidak punya anak lelaki. Jadi jelas Han Toa-ko bukan anaknya. Tapi mungkin Han Tay Hiong itu famili Han Toa-ko?" pikir nona Kiong. "Kedua kakak beradik itu akan mengantarkan arak untuk orang she Han. aku harap mereka itu masih famili Han Toa-ko. Jika mereka bukan familinya, sungguh aku telah menyia-nyiakan kesempatan ini." Kong-sun Po tidak mengetahui apa khasiat arak obat Kiu-

Thian-sun-yang-ciu itu. tapi nona Kiong justru pernah mendengar dari ayahnya, arak obat itu bisa menyembuhkan luka bekas serangan Siu-lo-im-sat-kang yang digunakan oleh si Iblis Tua Chu Kiu Sek Sekiranya nona Kiong tahu arak itu untuk ayah "Han Toako nya. Kiong Mi Yun akan senang sekali. Karena dia tidak tahu siapa Han Tay Hiong itu. maka niatnya mencuri arak itu timbul lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu Chu Kiu Sek hendak mencelakai Han Toa-ko. Jika Han toa-ko terluka dia akan membutuhkan arak obat itu. Tapi jika aku minta secara terang-terang, pasti mereka tidak akan memberikannya. Malah mereka juga jahat telah mencurigai kami. mereka juga angkuh. Lebih baik arak itu aku curi saja sekalian begitu nona Kiong berpikir. Tengah malam Kiong Mi Yun mendekati kamar Ci Giok Hian. Diam-diam dia mengeluarkan sepotong bambu kecil. Dengan bambu itu dia meniupkan sesuatu lewat jendela ternyata dia menggunakan obat bius agar nona di kamar itu tertidur lelap. Biasanya yang digunakan itu obat bius biasa, tetapi Kiong Mi Yun telah mencampurnya dengan racun lain. sehingga kekuatannya jadi luar biasa sekali. Saat itu Ci Giok Hian memang sedang siaga dan dia sedang mengerahkan hawa murninya untuk mengobati luka akibat serangan Chu Kiu Sek. Saat nona Kiong meniupkan asap obat bius melalui jendela ke kamarnya, dia tahu dan malah tersenyum. "Bius yang digunakan maling kecil ini tidak akan mempan membiusku." pikir Ci Giok Hian saat itu. Tapi di luar dugaan nona Ci, asap obat bius itu membuat dia jadi merasa nyaman hingga dia terkejut bukan kepalang. Dia gigit lidahnya sambil menahan napas, lalu dia berpurapura tidur pulas. "Begitu dia masuk akan kuringkus dia!" pikir Ci Giok Hian. Ci Giok Hian tidak sadar kalau obat bius nona Kiong itu berasal dari pulau Hek-hong-to. dan obat bius itu bisa membuat tubuhnya lemah. Sedang nona Kiong terlalu meremehkan kepandaian Ci Giok Hian. Saat dia lihat keadaan di kamar itu sudah sunyi, dia langsung masuk ke dalam kamar. Kiong Mi Yun mengendap-endap dia mendekati guci arak obat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat nona Kiong membungkuk akan mengambil guci arak, dia kaget bukan kepalang, karena dia merasakan hembusan angin dingin di belakang dia. Rupanya Ci Giok Hian telah menusuk dia dengan pedangnya. Serangan itu hebat sekali bisa dibayangkan pada saat nona Kiong sedang membungkuk, bagaimana dia bisa berkelit dari serangan yang sangat hebat itu. Untung Kiong Mi Yun sudah tahu ada serangan dan dia juga gesit, dia langsung mencenderungkan badannya ke depan. Tak lama terdengar suara keras. Gedebuk!" Tubuh nona Kiong ngusruk ke depan. Hal ini membuai Ci Giok Hian kaget sekali. Ah, pedangku belum mengenai tubuhnya, tapi dia sudah roboh?" pikir Ci Giok Hian heran. Pada saat bersamaan, mendadak sepasang kaki Kiong Mi Yun menggaet guci arak obat itu. Kemudian mengangkatnya sambil membentak. "Ayo tusuk aku!" kata Kiong Mi Yun menantang. Ci Giok Hian kaget dan khawatir, jika dia menusuk atau menyerang dengan pedangnya, dia takut serangannya itu akan mengenai guci arak obat itu. hingga guci arak akan pecah berantakan, Tak heran kalau dia buru-buru menarik pedangnya dan membatalkan serangannya. Tetapi tusukan pedangnya masih mengenai guci arak itu, hingga guci itu jadi lecet dan ini membuat nona Ci kaget bukan main. karena pedangnya hampir saja memecahkan guci arak obat itu. Tang!" Bunyi guci terdengar agak keras, untung Ci Giok Hian sudah menarik kembali serangannya dengan cepat, jika tidak guci arak itu akan hancur berantakan dan isinya akan tumpah ke lantai kamar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat yang bersamaan Kiong Mi Yun pun sudah buruburu bangun dan memegang guci arak itu erat-erat. Tapi Ci Giok Hian sudah menyerang dia lagi dengan pedangnya. Karena Kiong Mi Yun tidak sempat menghunus pedangnya, terpaksa dia berkelit dari serangan berbahaya itu. Dia melompat lewat jendela sambil membawa guci arak obat itu. Kakak cepat ke mari!" teriak Ci Giok Hian memanggil

kakaknya. Dia kejar Kiong Mi Yun sambil menyerang dengan pedangnya sebanyak tiga kali secara berturut-turut. Saat itu Kiong Mi Yun sudah menghunus pedangnya dan dia menangkis serangan yang berturut-turut itu. "Tang! Tang! Tang!" Terdengar suara pedang beradu berulang-ulang. Ci Giok Hian merasakan telapak tangannya sakit dan seketika itu juga pedang Ceng-kang-kiam (Pedang Besi Hijau) di tanganma terlepas dari genggamannya. Sebenarnya kepandaian mereka seimbang. Tetapi karena tadi Ci Giok Hian terkena asap obat bius dari Kiong Mi Yun. hal ini menyebabkan tenaga nona Ci Giok Hian jadi lemah. Dengan demikian dia jadi tidak sanggup melawan nona Kiong Mi Yun yang masih segar-btigar. Sekalipun pedangnya sudah jatuh, tetapi Ci Giok Hian masih mengejar Kiong Mi Yun. Tiba-tiba dia merasakan matanya berkunang-kunang, ketika itu nona Ci nyaris tidak bisa berdiri tegak. Bisa dibayangkan betapa kagetnya Ci Giok Hian pada saat itu. Segera dia menarik napas. Setelah hawa segar masuk lewat hidungnya, baru dia merasa sedikit nyaman. Saat itu Kiong Mi Yun sudah ada di luar kamar. Tibatiba terdengar suara bentakan keras "Lepaskan!" Bayangan hitam tampak berkelebat di depan nona Kiong. Bayangan itu bayangan Ci Giok Phang yang muncul secara tiba-tiba di depan nona Kiong. Dia serang Kiong Mi Yun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan pukulan dan serangan yang hebat. Nona Kiong merasakan ada sambaran angin pukulan dari arah belakang, dia sadar kepandaian Ci Giok Phang berada di atas kepandaiannya. Saat itu sulit bagi Kiong Mi Yun untuk menghindar dari serangan pukulan pemuda itu. Tetapi seketika itu juga dia memperoleh akal bagus. Buru-buru dia lemparkan guci arak obat itu ke arah Ci Giok Phang "Nih. aku kembalikan!" kata Kiong Mi Yun. Ci Giok Phang kaget, jika dia kurang hati-hati guci arak itu bisa terjatuh dan hancur berantakan. Jika dia tidak membatalkan serangan pukulannya, maka guci arak itu pun akan hancur terserang oleh pukulannya. Dalam keadaan serba-salah dan tidak ada pilihan lain. dia batalkan serangannya untuk menyambut guci arak yang melayang ke arahnya itu. "Dik. bagaimana keadaanmu?" tanya Ci Giok Phang pada Ci Giok Hian. "Aku tidak apa-apa. cepat ringkus maling kecil itu!" teriak Ci

Giok Hian. Saat itu Kiong Mi Yun telah menyerang Ci Giok Phang denganjurus "Giok Li Toh Cun" (Gadis Cantik Menunjukan Jalan), ujung pedang nona Kiong mengarah ke tenggorokan Ci Giok Phang. "Kejam sekali kau. hai maling kecil!" kata Ci Giok Phang. Dengan cepat Ci Giok Phang menyentil pedang nona Kiong dengan jarinya, saat itu juga terdengar suara keras. "Ting!" Pedang di tangan Kiong Mi Yun yang tersentil tangan Ci Giok Phang. dan berbalik menyerang ke arah nona Kiong. Tapi ini sudah diperkirakan oleh Kiong Mi Yun. dia kelit serangan pedang itu. Pada saat yang bersamaan dia telah mengulurkan tangan kirinya ke arah dada Ci Giok Phang. Serangan ini hebat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga Ci Giok Phang tidak bisa menangkis karena tangan kirinya sedang memegang guci arak. Terpaksa Ci Giok Phang berkelit dari serangan berbahaya itu. Tapi sudah terlambat, karena saat itu juga guci arak itu sudah berpindah tangan ke tangan Kiong Mi Yun. Si nona tertawa terkekeh. "Aku tahu ilmu silatmu tinggi, aku tidak bisa melukaimu. Tapi aku hanya ingin meminta guci arak ini!' kata nona Kiong. Ci Giok Hian melotot sambil membentak. "Jika kau tidak mau melepaskan guci arak itu ke tanah, maka kau akan kulukai!" kata Ci Giok Phang. Setelah bertarung dua jurus lamanya dengan Kiong Mi Yun. Ci Giok Phang sadar dan tahu berapa tinggi kepandaian Kiong Mi Yun itu. Oleh karena itu dia jadi tidak berani menganggap remeh lawannya ini Segera Ci Giok Phang menghunus pedang menyerang Kiong Mi Yun. Saat Kiong Mi Yun diserang oleh Ci Giok Phang. Mi Yun yang cerdik menangkis serangan itu tidak dengan pedangnya, tetapi dia menangkis dengan menggunakan guci arak sebagai senjata untuk menangkis pedang lawan. Tentu saja Ci Giok Phang jadi bingung dan was-was. Dia takut pedangnya akan memecahkan guci arak itu. Jika dia kurang hati-hati. pasti guci itu akan pecah saat dia menyerang lawan. Setiap kali pedang Ci Giok Phang hampir menyentuh tubuh nona Kiong. sedangkan nona Kiong selalu menggunakan guci arak untuk menangkis serangan lawan. Dengan demikian terpaksa Ci Giok Phang harus membatalkan serangannya. Menyaksikan lawan seolah sangat khawatir dan takut guci itu pecah, ini membuat hati Kiong Mi Yun jadi gembira. Dia tertawa riang sekali. Kebetulan Ci Giok Phang menyerang lagi. buru-buru Kiong

Mi Yun menangkis serangan itu. lagi-lagi dia menggunakan guci arak sebagai senjata untuk menangkis serangan lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teiapi kali ini Ci Giok Phang hanya pura-pura menyerang, dia cuma ingin menipu dengan sebuah serangan palsu. Pada saat Kiong Mi Yun menyodorkan guci arak untuk menangkis serangannya, tangan kiri Ci Giok Phang bergerak untuk merebut guci itu. Tahu-tahu guci arak itu sudah berpindah tangan lagi ke tangan Ci Giok Phang. "Hm! Kau sangat pelit! Lebih baik kita semua tidak minum arak itu!" kata Kiong Mi Yun. Mendadak Kiong Mi Yun melancarkan serangan yang bertubi-tubi ke arah Ci Giok Phang. Serangan ini membuat Ci Giok Phang jadi bingung dan cemas sekali. Dia khawatir guci arak itu akan terkena pedang lawan dan hancur berantakan. Oleh karena itu dia meladeni Kiong Mi Yun dengan hati-hati sekali. Sikap hati-hati Ci Giok Phang ternyata dimanfaatkan oleh Kiong Mi Yun. Dalam serangan beruntun dan saat Ci Giok Phang agak lengah, kembali guci arak itu sudah berpindah tangan lagi ke tangan Kiong Mi Yun. Bukan main gusarnya Ci Giok Phang saat itu. "Maling kecil kau sayang nyawamu atau kau tetap ingin mencuri arak kami?" bentak Ci Giok Phang. Mendadak Ci Giok Phang menyerang Kiong Mi Yun dengan jurus "Pan Liong Siauw Pou" (Naga Berputar Mundur). Pedang Ceng-kang-kiam di tangan Ci Giok Phang memancarkan sinar hijau dan hawanya dingin. Tujuan serangan itu ke arah punggung si nona. Saat itu Ci Giok Phang benar-benar gusar, dia berniat melukai lawannya. Kiong Mi Yun berkelit dari serangan berbahaya itu. Kemudian membalas menyerang lawan. Mereka kembali bertarung semakin hebat dan cepat, tapi pada saat ada kesempatan yang baik. tiba-tiba Kiong Mi Yun melompat dan pergi. Tapi sial bagi nona Kiong. pada saat itu tiba-tiba dari arah depan nona Kiong datang serangan hebat. Penyerangnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu Ci Giok Hian yang datang membantu sang kakak yang mulai kewalahan. Saat Kiong Mi Yun mencoba berkelit namun pada saat yang bersamaan serangan dari Ci Giok Phang tiba. Kali ini nona

Kiong tidak bisa berkutik lagi. Sekarang dia terjepit oleh serangan dua bilah pedang yang tajam. "Aaah! Mati aku!" keluh Kiong Mi Yun kaget. Saat dalam keadaan gawat datang sebuah payung menangkis serangan itu. "Tang!" Pedang di tangan Ci Giok Phang tertangkis ke samping. Hal itu membuat Kiong Mi Yun girang bukan main. Dia gerakkan pedangnya untuk menangkis serangan dari Ci Giok Hian. "Tang!" Terdengan suara benturan senjata tajam, pedang Ci Giok Hian pun terpental ke samping dan terlepas dari genggamannya. Kiong Mi Yun tertawa. "Maaf selain aku mau nyawaku aku juga ingin arakmu ini!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun kabur ke arah kereta sedangkan Ci Giok Hian berdiri termangu-mangu di tempat. Ci Giok Phang gusar pada orang bersenjata payung itu. tetapi dia juga kaget. "Bagus memang kalian berdua ini maling semua!" kata Ci Giok Phang. Dia serang orang itu denganjurus "Lian Hoan Som Kiam" (Tiga Jurus Pedang Berantai). Orang bersenjata payung itu menangkis dua serangan Ci Giok Phang. Pada serangan yang ketiga Ci Giok Phang yang bertenaga besar itu. kembali orang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpayung itu menangkis dengan payungnya. Kemudian pedang Ci Giok Phang dia tekan dengan payung itu. "Saudara Kiong apa yang terjadi?" kata orang itu. Ini soal hidup dan mati, lekas kau ke mari!" kata Kiong Mi Yun "Aku belum bisa menjelaskannya sekarang padamu!" Iwee-kang Ci Giok Phang tidak lemah. Dia balikkan tangannya menarik pedang yang ditekan oleh lawannya. "Kau lihay. tapi sayang kau berkawan dengan si Iblis Tua. Jangan harap kau bisa kabur!" kata Ci Giok Phang. Ci Giok Phang mulai menggunakan jurus Siauw-yang-kang terhadap orang yang bersenjata payung alias Kong-sun Po tersebut. Saat itu Kong-sun Po berpikir. "Saudara Kiong mencuri arak mereka, itu memang salah besar. Tapi dia bilang ada masalah lebih gawat. Aku harus segera membantu dia dulu!" pikir Kong-sun Po. Saat itu pedang Ci Giok Phang berkelebat dan mengarah ke tubuh Kong-sun Po. ketika itu Kong-sun Po pun tiba-tiba membalikkan badannya dan langsung melompat meninggalkan

gelanggang. Ketika dia sedang bertarung dan berbalik sekarang punggung Kong-sun Po berada di depan musuh. Sungguh sebuah gerakan yang sangat berbahaya sekali baginya. Saat itu seolah dia membiarkan punggungnya terserang oleh lawan dan jadi sasaran empuk. Tapi gerakan ini di luar dugaan Ci Giok Phang sehingga dia kaget. "Entah tipu apa yang sedang dilakukan oleh lawan?" Begitu pikir Ci Giok Phang. Ci Giok Phang sebenanya tidak ingin melukai lawannya itu. karena ia anggap sangat keterlaluan jika hanya karena arak harus mengambil jiwa musuhnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun arak obat itu sangat berharga, tapi jika hilang kami bisa membuatnya lagi. tetapi jika nyawa orang melayang karena seguci arak itu. sungguh keterlaluan!" begitu yang ada di benak Ci Giok Phang saat itu. Lantaran Ci Giok Phang berpikir begitu buru-buru dia tarik kembali serangan pedangnya. Memang dia berhasil membatalkan serangan pedangnya itu. tetapi serangan dengan telapak tangan kirinya sudah tak bisa dia batalkan lagi. Maka telapak tangan kirinya tetap mengenai punggung Kong-sun Po. "Terima kasih atas kemurahan hati Anda! Sesudah aku tahu apa masalah kawanku itu. aku akan kembali untuk minta maaf kepada Anda!" kata Kong-sun Po sopan sekali. Sesudah itu Kong-sun Po langsung pergi menuju ke tempat Kiong Mi Yun. Ci Giok Phang yang tangan kirinya menyentuh punggung Kong-sun Po. di luar dugaan tiba-tiba bergetar, sehingga terpaksa dia harus mundur beberapa langkah. Sekujur tubuh Ci Giok Phang pun terasa panas, tubuh Giok Phang terdorong oleh tenaga pelindung di tubuh Kong-sun Po. Aneh sekali saat itu Ci Giok Phang menggunakan pukulan Siauw-yang-kang yang hebat, tapi tubuhnya masih bisa bergetar. Untung dia tidak terlambat menarik serangannya, jika terlambat barangkali dia bisa celaka oleh serangan baliknya sendiri, karena pelindung tubuh lawan. Oleh karena itu Ci Giok Phang mengelah napas dalam. Sebaliknya Ci Giok Hian jadi penasaran bukan main. Dia ayunkan tangannya. Seketika itu juga enam buah pisau terbang menyambar ke arah Kong-sun Po. Saat itu Kong-sun Po sudah ada di dekat kereta mewah itu. Di sana dia berdiri dekat Kiong Mi Yun. Sambaran enam buah pisau terbang itu sudah didengar okeh Kong-sun Po. dia berteriak. "Maaf Nona!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia putarkan payung di tanganma Maka terdengarlah suara nyaring berulang-ulang. "Tang! Ting! Tang! Ting!" Keenam pisau terbang itu satu persatu berjatuhan ke tanah tidak mengenai sasaran. Payung yang digunakan oleh Kongsun Po terbuat dari kain kasar, tapi aneh payung itu mampu membuat pisau terbang nona Ci terpental semuanya. Kelihayan kung-fu lawan ini membuat Ci Giok Hian tercengang, matanya terbelalak dan mulutnya menganga saking herannya. Kiong Mi Yun melompat ke atas seekor kuda sambil tertawa mengejek Kita pinjam dua ekor kuda mereka ini!" kata Kiong Mi Yun. Kita telah mencuri, mencuri sekali lagi kan tidak masalah" Kong-sun Po tertegun, dia merasa tidak enak hati. tapi tak lama dia mengangguk. Terpaksa Kong-sun Po pun melompat ke punggung kuda yang satunya. Bersama nona Kiong mereka meninggalkan penginapan itu. Ci Giok Phang tidak berdaya untuk mencegah orang mencuri kuda mereka, dia hanya menggelengkan kepalanya. Aaah! Kepandaian pemuda itu lebih tinggi dari kita!" kata Ci Giok Phang. "Biarkan saja mereka pergi! Aku kira mereka bukan sahabat Chu Kiu Sek. pemuda itu bersikap murah hati kepadaku." Alis Ci Giok Hian berkerut. "Kita telah kehilangan arak obat itu. lalu kita harus bagaimana? Apa kita akan melanjutkan peiralanan kita atau jangan?" kata Ci Giok Hian bingung. Ci Giok Phang tersenyum. "Kok Siauw Hong telah pergi ke Lok-yang." kata Giok Phang. "mengapa kau tidak segera ke sana? Arak obat itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah dicuri orang, tapi aku bisa menggunakan Siauw-yangkang untuk mengobati Paman Han." Tiba-tiba wajah nona Ci berubah kemerah-merahan "Hm! Kau masih bisa mentertawakan aku?" kata Ci Giok Hian kesal bukan main. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun berhasil mencuri arak obat dan dua ekor kuda milik Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian.

Mereka kagum ternyata kedua kuda itu memang kuda jempolan. Saat itu fajar pun sudah mulai menyingsing di ufuk Timur Kuda-kuda itu sangat istimewa. Larinya luar biasa cepat. Dengan tak terasa mereka telah menempuh perjalanan sejauh 20 li lebih. Kiong Mi Yun tertawa riang. "Sekarang kita sudah boleh mengurangi kecerpatan lari kuda ini. Kong-sun Toa-ko maafkan aku. semalam aku telah merepotkan kau!" kata Kiong Mi Yun sambil mengawasi ke arah kawannya. "Eh! Kenapa kau kelihatan tidak gembira" Kong-sun Po menghela napas panjang "Yaaah! Aku jadi tidak enak hati karena kita mencuri barang milik mereka." kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tertawa. "Selama setengah tahun ini entah sudah berapa banyak barang orang yang telah kucuri, jika tidak begitu dari mana aku bisa makan'. Barangkali aku sudah mati kelaparan." kata Kiong Mi Yun dengan jujur. Kedua orang tua Kiong Mi Yun memang penjahat besar dari aliran sesat. Kiong Mi Yun seorang gadis yang polos, tapi juga agak sesat. Sejak kabur dari rumahnya dia selalu mencuri barang milik hartawan kaya. Sejak itu dia tidak menganggap

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencuri itu sebagai pebuatan jahat. Kong-sun Po tersenyum ketika memikirkan nona ini sambil berpkir. "Mencuri di rumah hartawan baik atau di rumah orang jahat, tentu saja ada bedanya." pikir Kong-sun Po. Kong-sun Po ingin menegur perbuatan kawan barunya ini. tetapi dia tidak ingin berdebat dengannya karena belum terlalu akrab dengan kawan baru ini. Ketika Kiong Mi Yun ditatap dengan tajam oleh Kong-sun Po. Mi Yun tersenyum. "Dulu aku mencuri untuk biaya hidup sehari-hari." kata Kiong Mi Yun tanpa ditanya. "Sekarang aku mencuri karena aku ingin menyelamatkan nyawa sahabatku. Aku yakin arak obat ini sangat berharga bagi mereka, tetapi aku pikir nyawa orang lebih berharga. Benar, kan?" Kong-sun Po tercengang mendengar penjelasan itu. "Oh, jadi arak ini arak obat yang bisa menyembuhkan penyakit seseorang'?" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tertawa. Kau bisa memecahkan ilmu Siu-lo-im-sat-kang. mengapa kau tidak mengetahui tentang arak obat Kiu-thian-sun-yanpekhoat-ciu?. Aku dengar dari pembicaraan mereka saat bertarung dengan si Iblis Tua. Arak obat ini mampu menyembuhkan orang yang terkena pukulan Siu-lo-im-satkang.

begitu kira-kira yang bisa kutangkap dari pembicaraan mereka tadi." kata Kiong Mi Yun. Tiba-tiba Kong-sun Po ingat sesuatu. "Hm! Aku tahu sekarang, kau mencuri arak obat itu untuk Han Toa-ko. kan?" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun mengangguk. "Benar, jika kita berhasil menyusul Han Toa-ko. dan ternyata dia belum dilukai oleh Chu Kiu Sek. arak obai ini akan kukembalikan lagi pada pemiliknya!" kata Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po tersenyum pahit. "Tetapi karena kau telah mencuri arak mereka, tentu mereka akan mencurigai kita sebagai kawan Chu Kiu Sek!" kata Kong-sun Po agak menyesal. "Kong-sun Toa-ko. jika kita memohon dengan jujur, aku yakin mereka tidak akan memberikan arak obat ini kepada kita. Aku mencuri arak ini untuk menolong orang, aku kira ini tidak jahat! " kata Kiong Mi Yun. Kong-sun Po mengangguk lesu. "Ya. kalau begitu kita harus segera mencari Han Toa-ko!" kata Kong-sun Po Sekalipun Kong-sun Po menyetujui gagasan Kiong Mi Yun. hatinya tetap merasa tidak enak. Kiong Mi Yun yang selalu berjalan bersama pemuda itu. lama-lama dia jadi tertarik juga pada kejujuran Kong-sun Po. Tetapi dia tidak jatuh cinta karena dia telap mencintai Han Pwee Eng yang dia kira seorang lelaki. Sedang Kong-sun Po menurut pendapat Kiong Mi Yun kalah tampan dibanding dengan Han Pwee Eng... -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Setelah Han Pwee Eng berpisah dengan Kiong Mi Yun. dan dia sedang melanjutkan perjalanan sambil tak hentinya tersenyum, saat dia teringat pengalamannya dengan gadis nakal itu. Tiba-tiba nona Han menghela napas panjang. "Aaah. tidak kusangka aku telah membuat seorang nona jatuh cinta kepadaku. Aku kira sekarang dia sedang merindukan aku'?" pikir Han Pwee Eng sambil tersenyum geli. Han Pwee Eng ingin segera sampai di rumahnya karena ingin segera bertemu dengan ayahnya. Oleh karena itu dia coba melupakan semua itu dan terus memacu kudanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

secepat mungkin agar bisa segera sampai. Kuda yang dinaiki nona Han seekor kuda jempolan, tidak heran jika kuda itu bisa lari cepat sekali. "Paling lama lima hari lagi aku sudah akan tiba di Lokyang." begitu pikir nona Han. Sesudah Han Pwee Eng melakukan perjalanan selama dua hari diseling untuk makan dan bermalam di penginapan, dia merasa kasihan saat dia melihat para pengungsi yang berjalan di sepanjang jalan Rata-rata para pengungsi itu ingin menghindari bahaya perang yang mulai berkecamuk. Tetapi karena banyaknya para pengungsi itu. Han Pwee Eng khau atir kudanya akan menabrak mereka. Terpaksa dia melambatkan lari kudanya. Semakin mendekati kota Lok-yang para pengungsi itu jadi semakin banyak saja Pada hari yang kelima, jarak ke Lok-yang kira-kira hanya tinggal 100 li lagi saja. Ketika itu Han Pwee Eng sedang menjalankan kudanya di jalan yang berbatu-batu. Dia melihat seorang pengungsi tua sedang menatapnya, seolah orang itu ingin bertanya kepadanya, tapi tidak berani. Untung Han Pwee Eng menjalankan kudanya dengan perlahan-lahan sehingga dia bisa melihat lelaki tua itu sedang menatapnya. Jika kuda nona Han dilarikan dengan cepat, pasti dia tidak akan melihat orang tua itu. "Oh!" Han Pwee Eng mengeluh. Ternyata lelaki tua itu bermarga Ong. dia tetangga Han Pwee Eng di Lok-yang. Han Pwee Eng segera menghentikan kudanya, dan langsung melompat dari atas kudanya. Sesudah menambat kudanya di sebuah pohon, nona Han menghampiri orang tua she Ong itu. Saat itu orang tua itu sedang istirahat bersama keluarganya di tepi jalan. Melihat Han Pwee Eng menghampiri mereka orang tua itu tersenyum "Apakah kau No... Eh Han Siauw-ko?" kata orang tua itu sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lelaki tua itu memang mengenali Han Pwee Eng. "Aku rasa kita kurang bebas bicara di sini." kata Han Pwee Eng. "mari ikut aku ke bawah pohon itu!" Lelaki tua itu mempunya dua orang anak dan seorang menantu ditambah seorang cucu perempuan yang baru berumur tujuh tahun. Gadis kecil itu menatap ke arah nona Han dengan mata terbelalak, kelihatan dia kaget dan heran. "Kau Nona Han. kan?" kata gadis itu. "Aku dengar kau pergi ke Yang-cou akan menikah. Tetapi kenapa kau jadi berubah dan berpakaian seperti lelaki?" Seketika wajah Han Pwee Eng berubah merah.

"Ling Ling. ternyata kau masih mengenaliku!" kata nona Han. "Wah kakimu sudah bengkak, ayo aku gendong sebentar." Han Pwee Eng menggendong Ling Ling yang dia bawa ke bawah sebuah pohon yang rindang. "Nona Han. mengapa kau kembali ke sini sendiri saja?" kata lelaki tua itu. "Aku dengar kau akan menikah di Yangcou. Aku ikut gembira mendengar khabar tti. Sekarang keadaan sedang kacau sekali, mengapa kau ikuti tradisi untuk pulang ke rumah ayahmu? Jika mau pulang pun sebaiknya kau harus membawa pendamping Aah. Nona barangkali Nona heran mengapa kami ada di sini? Sekarang kami sedang dalam perjalanan hendak mengungsi!" "Aku memikirkan keadaan Ayahku, aku pulang untuk menjenguk beliau. Pasukan Mongol sudah menyerang lalu bagaimana keadaan di kota Lok-yang?" kata nona Han. "Duapuluh liari yang lalu kami dengar pasukan Mongol sudah menyerang ke kota Hoan-sui. Esok harinya kami langsung meninggalkan rumah kami untuk mengungsi ke tempat yang jauh. Mengenai keadaan kota Lok yang. maaf

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku jadi tidak tahu sama sekali. Entah bagaimana keadaannya sekarang?" kata orang she Ong itu. Kota Han-sui hanya berjarak 200 li dari kota Lok-yang. saat mendengar khabar dari orang tua she Ong itu. nona Han kaget bukan kepalang. "Begitu cepat pasukan Mongol melakukan serangan?" pikir nona Han. "Barangkali pasukan Mongol belum menyerbu sampai ke Lok-yang." kata menantu lelaki orang she Ong itu menyela. "Paman Ong. sebelum kau mengungsi apa kau melihat Ayahku?" tanya nona Han. Orang she Ong itu menghela napas panjang. "Aah! Nona Han. kau sudah tahu bagaimana aku berhutang budi pada ayahmu. Aku sering mendapat pertolongan dari beliau. Ketika aku terserang penyakit encok. beliau yang memberiku obat. Masakan ketika kami hendak mengungsi kami tidak pamit dulu kepada ayahmu" kala orang she Ong. "Bagaimana keadaan Ayahku?" tanya nona Han "Apa penyakitnya sudah sembuh? Apa dia tidak ingin mengungsi seperti kalian?" "Aku kira keadaan ayahmu sudah semakin membaik, saat aku akan pergi ayahmu memakai tongkat mengantarkan aku sampai di pintu pagar rumahnya." kata paman Ong sambil mengelah napas. "Ayahmu orang paling kaya di kampung kita.

Jika tentara Mongol datang ayahmu akan terancam bahaya besar. Nona! Aku yakin tentara Mongol pasti akan melakukan perampokan di rumahmu. Hari itu aku menyarankan kepada ayahmu agar dia juga mengungsi bersama kami. Tetapi ayahmu bilang dia kurang leluasa berjalan, maka dia pasrah dan tetap akan tinggal di rumah saja. Aku sarankan bagaimana jika memakai kereta saja. Tapi ayahmu bilang dia tidak mau ngungsi. Kami diberi beberapa puluh tail perak untuk biaya di perjalanan olehnya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rumah Han Pwee Eng berada di sebuah desa di luar kota Lok-yang. Orang-orang desa hanya tahu Han Tay Hiong seorang pendatang kaya-raya, tak ada yang tahu bahwa dia bisa silat. Setelah mendengar ayahnya sehat Han Pwee Eng agak lega hatinya. "Terima kasih atas perhatian Paman pada Ayahku." kata nona Han. Paman Ong menghela napas panjang. "Jangan bilang begitu. Nona. Malah kami yang sangat berterima kasih kepada ayahmu. Oh. jika kau pulang kau nasihati ayahmu agar dia mau mengungsi. Aku y akin dia akan mendengar kata-katamu." kata paman Ong. Nona Han tersenyum. "Terima kasih atas saranmu. Paman. Pasti akan kunasihati Ayahku." kata nona Han. "Ah aku lupa. saat kami mau berangkat kami sempat singgah lagi ke rumahmu. Entah karena ayahmu menganggap aku cerewet atau kenapa, dia tak membuka pintu rumahnya." kata paman Ong. Mendengar keterangan itu nona Han kager. "Tidak ada orang yang membukakan pintu?" kata nona Han. "Mungkin hari itu aku terlalu pagi saat mengetuk rumah ayahmu." kata menantu paman Ong. "Biasanya orang kaya bangun agak siang, mungkin Han Lo-ya masih tidur. Nona Han, ayahku kurang bisa bicara mohon kau memaafkannya Mendengar keterangan itu nona Han kaget. "Lwee-kang Ayahku sangat tinggi. Jika ada suara pasti dia akan mendengar. Di sana masih ada beberapa pelayan Ayahku. Bagaimana mereka pun tak mendengar ketukan pintu dari Paman Ong?" pikir nona Han.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han cemas. Tetapi dia yakin pada kepandaian ayahnya, sekalipun dalam keadaan sakit dia akan mampu melawan musuh-musuhnya. Kecuali ayahnya bertemu dengan musuh yang sangat tangguh, mungkin Haa Tay Hiong akan kalah. Sedang yang membuai nona Han heran, karena Paman Ong baru bertemu dengan ayahnya, bagaimana tiba-tiba ayahnya tidak mau meladeni kedatangan Paman Ong. Kemudian Han Pwee Eng berpikir. "Dari sini ke rumah sudah tidak begitu jauh. Mungkin malam ini juga aku akan sampai ke rumah, aku tak boleh buang waktu." Begitu nona Han Pwee Eng berpikir. Lalu dia berkata pada paman Ong. "Paman Ong. terimalah kudaku ini untuk kau pakai dalam perjalananmu. Sekarang aku akan pulang, sampai ketemu pula pada saat keadaan sudah aman kembali!" kata nona Han. "Oh terima kasih Nona Han, kuda ini bagiku sangat bermanfaat sekali. Kau sangat baik pada kami. Semoga Thian melindungimu, dan kalian suami isteri bisa hidup bahagia." kata paman Ong. Ketika itu Paman Ong mengira nona Han sudah menikah Tapi ketika melihat kenyataan nona Han pulang sendirian saja tanpa suaminya, paman Ong jadi menduga suami isteri itu kurang cocok. Melihat Paman Ong mengawasinya. Wajah nona Han langsung merah. "Mudah-mudahan saja begitu." sahut nona Han sambil tersenyum. Han Pwee Eng langsung pergi meninggalkan keluarga Ong itu. Setelah dia sendirian saja di jalan raya, nona Han jadi berduka sekali. "Pasti Ayah tidak mengetahui aku akan pulang dalam keadaan seperti ini. Aah. aku mau bilang apa? Ketika aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi aku memang mau menikah dan hidup bahagia selamanya. Tetapi ternyata bukan kebahagiaan yang kuraih, malah penghinaan yang aku terima di sana. Sesudah kejadian ini aku jadi tidak punya keinginan untuk menikah. Tapi bagaimana aku harus menjelaskan hal ini kepada Ayahku?" begitu nona Han berpikir. Han Pwee Eng mengetahui bekas calon suaminya Kok Siauw Hong sedang menuju ke rumahnya. "Kok Siauw Hong pria yang berani. Dia berani datang menemui Ayahku padahal aku tahu benar adat Ayahku. Dia sangat sayang kepadaku, mana bisa dia membiarkan aku

dihina demikian? Sifat Ayahku keras, dalam keadaan gusar bukan tidak mungkin dia akan turun tangan terhadap Kok Siauw Hong. Sekalipun dia bersalah kepadaku tapi aku juga harus mengakui bahwa nasibku pun buruk. Aku tidak akan membiarkan Ayah membunuh dia. Ah! Aku harus sampai lebih dulu dari Kok Siauw Hong agar aku bisa lebih cepat bertemu dengan Ayah." Di jalan raya banyak pengungsi yang berjalan secara beriringan, sehingga nona Han kurang leluasa menggunakan gin-kang untuk berlari cepat. Akhirnya dia mengambil keputusan lewat jalan setapak. Rumahnya ada di sebelah selatan kota Lok-yang. Setelah lewat gunung dia akan segera sampai di rumahnya. Di jalan setapak tidak banyak pengungsi dan nona Han bisa mengerahkan gin-kangnya untuk berlari cepat. Saat dia memasuki desa rembulan di langit sudah memancarkan cahayanya. Di sepanjang jalan setapak itu Han Pwee Eng tidak bertemu dengan siapapun. Semua rumah milik penduduk desa semuanya tertutup rapat, ini tidak mengherankan bagi si nona, dari paman Ong dia sudah tahu penduduk sudah mengungsi semuanya. Ketika dia sampai di depan rumahnya, nona Han terkejut bukan kepalang. Ternyata dari kejauhan dengan bantuan sinar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rembulan, dia lihat rumahnya yang besar dan sudah tua itu telah roboh sebahagian. Tampak seperti hangus terbakar. Sedang pintu rumah yang terbuat darikayu tebal pun sudah hangus terbakar separuh walau pintu itu masih tertutup. Sesudah Han Pwee Eng sampai dan menyaksikan keadaan rumahnya itu. nona Han jadi berpikir. "Entah dibakar oleh orang atau benar-benar telah terjadi kebakaran? Tetapi kelihatan rumah itu tidak terbakar semuanya, bagian belakang rumah itu masih ada kamar yang selamat dari jilatan si jago merah. Mudah-mudahan saja Ayah selamat!" pikir nona Han. Tanpa pikir panjang lagi nona Han berlari menuju ke kamar yang tidak terbakar itu "Ayah! Ayah! Aku pulang!" teriak Han Pwee Eng. Panggilan Han Pwee Eng tidak mendapat sahutan dari ayahnya maupun salah seorang pelayannya. Hal itu membuat hati nona Han jadi cemas bukan main. Mendadak nona Han mencium bau amis. Dia mengawasi ke arah bau amis itu. Di sana tampak sesosok mayat tergeletak di dekat taman bunga, ternyata itu mayat tukang kebunnya. Nona Han mendekati mayat itu. dia perhatikan keadaan mayat itu dengan teliti. Pada bagian

kepala mayat itu terlihat sebuah lubang, nona Han yakin bahwa tukang kebunnya itu terluka oleh serangan ilmu jari yang lihay sekali. Ayah nona Han berkepandaian tinggi, tapi dia tidak bisa menolongi tukang kebunnya. Ini membuktikan bahwa pembunuh itu sangat lihay. Seketika itu jantung nona Han seolah hendak melompat keluar. Dia ingin berteriak tapi tidak mampu mengeluarkan suara. Dia genggam pedangnya eraterat lalu berjalan ke bagian dalam rumahnya dengan hati-hati sekali. Tak lama dia melihat ada dua sosok mayat lagi, itu mayat pelayan tua di rumahnya. Saat nona Han berjalan ke belakang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia melihat lagi sesosok mayat yang lain, itu adalah mayat pelayan wanita. Sekalipun kepandaian dua pelayan tua itu tidak setinggi kepandaian Chan lt Hoan dan Liok Hong. tapi mereka berdua cukup pandai. Sedang si pelayan wanita pernah ikut belajar ilmu pedang. Tapi sebelum dia sempat menghunus pedangm a si pembunuh sudah berhasil membunuhnya. Bisa dibayangkan betapa gusarnya nona Han ketika itu. "Hm! Siapa manusia berhati kejam ini!" pikir nona Han setelah menyaksikan keadaan mayat-mayat pembantu rumah tangganya yang menyedihkan itu. Karena gusarnya nona Han jadi tidak merasa takut lagi. "Aku akan mengadu jiwa dengan pembunuh itu! Aku harap dia belum jauh dari sini!" pikir nona Han Setelah mencari kian-kemari dia tidak menemukan mayat ayahnya, hingga timbul harapannya bahwa ayahnya tidak terluka oleh si pembunuh kejam itu. "Mungkin Ayah selamat dari pembunuhan keji ini? Apakah Ayah sempat kabur atau malah terluka parah dan sedang bersembunyi di ruang rahasia?" pikir nona Han. Kemudian nona Han kembali berteriak-teriak. "Ayah! Ayah!" Namun tidak ada sahutan dari ayahnya. Tiba-tiba nona Han mendengar suara orang tertawa, suara tawanya menyeramkan sekali. Han Pwee Eng menoleh ke arah suara orang tertawa itu. Di suatu tempat, tampak seseorang sedang berdiri di tengah ruang tamu. Gerakan orang itu sangat cepat. Nona Han tidak tahu kapan orang itu muncul, hanya tahutahu orang itu sudah ada di ruang tamu. Sesudah diperhatikan dengan seksama, ternyata orang itu Chu Kiu Sek adanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat tahun yang lalu Chu Kiu Sek telah menggunakan ilmu Siu-lo-im-sat-kang dan melukai ayah nona Han. Tetapi si Iblis Tua ini itu pun terluka oleh serangannya. Nona Han masih ingat pada kata-kata ayahnya. "Sebelum lukanya sembuh, kepandaian si Iblis Tua itu pun tidak akan pulih. Jika dia mencariku, sekalipun aku dalam keadaan setengah lumpuh, aku masih mampu untuk menghadapinya." Begitu kata ayah nona Han waktu itu. Tak heran jika Han Tay Hiong berani menyuruh anaknya pergi ke Yang-cou untuk melangsungkan pernikahannya. Tadi dia tidak mengira kalau pembunuh para pegawainya itu Chu Kiu Sek. Sekarang orang itu muncul di hadapan ona Han Pwee Eng. Itu berarti bahwa luka si Iblis Tua ini sudah pulih sama sekali. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 14

Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Dia tidak menyangka Iblis Tua itu akan muncul begitu cepat di hadapannya. Dengan gusar kemudian nona Han membentak ke arah si Iblis Tua itu. "Kau. kau si Iblis Tua! Kau... Saking gusarnya ini membual kata-kata Han Pwee Eng jadi tersendat-sendat, sehingga ucapannya pun jadi tidak jelas. Padahal nona Han ingin menanyakan diapakan ayahnya oleh si Iblis Tua. Tapi si nona tidak jadi menanyakan tentang ayahnya, karena pertanyaan seperti itu hanya akan menunjukkan kelemahannya. Nona Han malah takut kalau Chu Kiu Sek akan menjawab, bahwa ayahnya telah dibunuhnya, dan Chu Kiu Sek akan bertanya mau apa dia? Melihat nona Han agak gugup Chu Kiu Sek malah tertawa terbahak-bahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sayang! Sayang sekali!" kata Chu Kiu Sek. "Apa yang kau sayangkan?" bentak nona Han. Sebenarnya nona Han ingin langsung menyerang si Iblis Tua itu. tapi nona Han sadar musuhnya ini sangat lihay. Dulu dia berhasil melukai si Iblis Tua karena pada saat itu dia bergabung dengan ayahnya. Ketika itu dia menggunakan ilmu pedang Keng-sin-kiam-hoat (lmu Pedang Mengejutkan Dewa), ilmu pedang khusus untuk menghadapi si Iblis Tua. Nona Han pun sadar, jika dia langsung menyerang belum tentu dia akan

menang. Maka itu dia mencoba bersabar dan menekan emosinya sebisa mungkin. Oleh karena itu nona Han terus menggenggam pedangnya erat-erat. Dia berusaha mencari kesempatan untuk menyerang dengan pedangnya itu. Chu Kiu Sek pun belum mau menyerang. Mendengar pertanyaan nona Han dia malah tertawa. "Ayahmu kira dia bisa menggunakan siasat yang tepat, sayang dia tidak bisa mengelabuiku!" kata Chu Kiu Sek. Ucapan si Iblis Tua ini membuat nona Han tertegun. "Siasat apa?" pikir si nona. Kembali Chu Kiu Sek tertawa lagi. "Bagus! Kau sudah tahu malah sengaja bertanya! Akan kuungkap siasat ayahmu yang busuk itu agar kau mengetahui kelihayanku." kata Chu Kiu Sek. Dia tatap wajah nona Han Pwee Eng dalam-dalam, baru kemudian dia bicara. "Ayahmu itu banyak akalnya, aku kira dia sudah tahu aku akan muncul lagi di Kalangan Kang-ouw. Dia juga tahu aku akan membalas dendam kepadanya. Apa yang akan terjadi hari ini pun sudah masuk dalam perhitungannya...." kata Chu Kiu Sek. "Selanjutnya bagaimana?" tanya nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nah itulah! Ayahmu lalu memikirkan siasat ini." kata Chu Kiu Sek. "dia sendiri yang membakar rumah ini agar aku mengira dia telah kedatangan musuh besarnya yang tangguh dan telah membunuh orang-orangnya dengan keji. Dengan demikian dia bisa menghindar dariku." Han Pwee Eng kaget tapi sedikit pun dia tidak percaya pada kata-kata Chu Kiu Sek itu. "Lalu kau kira siapa yang membunuh orang-orangku itu?" tanya nona Han. Chu Kiu Sek tertawa dingm. "Hm! Memang rupanya kau pandai bersandiwara! Hm! Apa masih harus aku jelaskan masalah ini padamu? Jelas itu perbuatan ayahmu, nona!" kata Chu Kiu Sek. "Omong kosong!" bentak nona Han. Ketika melihat nona Han benar-benar gusar, dan tidak terlihat dia sedang berpura-pura, Chu Kiu Sek jadi tercengang. "Eh apa aku telah salah menduga?" pikir Chu Kiu Sek Dia mengerutkan alisnya, kemudian dia berkata lagi "Jadi kau baru sampai?" kata Chu Kiu Sek. "Ya! Memang kenapa" Chu Kiu Sek tertawa. "Ini benar! Pantas kau bisa dikelabui oleh ayahmu!"

"Hm! Jelas kau pembunuh pelayanku. kau kejam sekali! Jika kau mau membalas-dendam karena tusukan pedangku dulu. silakan kau bunuh aku! Tapi aku tidak akan membiarkan kau mencelakakan Ayahku!" kata nona Han. Chu Kiu Sek tertawa lagi. "Kau bisa lolos dari pukulan telapak tanganku? Aku tak akan buru-buru membunuhmu. Tetapi kau tetap membela

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ayahmu! Justru aku ingin mengungkap rahasia kebusukan ayahmu itu kepadamu, agar kau tahu wajah asli ayahmu!' kata Chu Kiu Sek. Sesudah berkata begitu Chu Kiu Sek berpikir. "Bocah perempuan ini mengira ayahnya itu seorang pria sejati. Setelah kuungkap kebusukannya nanti dia pasti berduka! He. he. he. Menuntut balas dengan cara begini aku akan merasa lebih puas dari pada membunuhnya dengan sekali pukul!" pikir Chu Kiu Sek. Kemudian Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak karena puas. "Apa yang kau tertawakan? Atas dasar apa kau tuduh Ayahku yang membunuh mereka?" bentak nona Han. Chu Kiu Sek tertawa dingin. "Lalu atas dasar apa kau juga menuduh aku sebagai pembunuhnya?" kata Chu Kiu Sek. "Memang benar kedatanganku ini hendak membunuh ayah dan orang-orang ayahmu Jika aku bisa datang lebih awal. maka akulah pembunuh mereka. Tetapi jika aku yang membunuh mereka, sudah pasti tidak akan meninggalkan bekas di tubuh para korbanku itu. Aku tidak bisa kung-fu yang bisa menghancurkan Thian-Ieng-kai korbanku, aku tidak mahir kung-fu itu! Kemudian Chu Kiu Sek tertawa dingin dan melanjutkan ucapannya. "Beberapa pelayanmu itu berilmu silat tinggi. Aku yakin kau sudah memeriksa mayat mereka semuanya, bukan'?. Bukankah kau telah menemukan bekas luka di tubuh mereka? Sekarang kecuali ayahmu, mungkin hanya ketua Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay saja yang mampu kung-fu itu. Apa kau juga mengira kedua partai besar itu yang melakukan pembunuhan di rumahmu ini?" Kata-kata Chu Kiu Sek cukup masuk akal. biasanya Chu Kiu Sek memang membunuh orang dengan Siu-lo-im-sat-kang, dan pukulannya tidak akan meninggalkan bekas luka.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Barangsiapa yang terkena oleh pukulannya, pasti dia akan binasa dengan darah beku. Han Pwee Eng pernah bertarung dengan Chu Kiu Sek, maka itu dia tahu Chu Kiu Sek tidak memiliki pukulan yang sekali pukul lawannya bisa langsung binasa. Nona Han pun tidak percaya ayahnya menjadi pelaku pembunuhan keji itu. Dia tahu semua pelayan ayahnya sangat setia kepada ayahnya, namun tetap di hati si nona timbul kecurigaan. "Hm! Mungkin saja pembunuhnya orang lain? Tapi siapa orang itu?" pikir nona Han. "Sebab ucapan Chu Kiu Sek tidak bisa dipercaya. Mungkin dia berbohong begitu ada maksudnya, jika tidak untuk apa dia membohongiku?" Chu Kiu Sek tertawa. "Baik. kau percaya atau tidak semua itu terserah kau saja! Sekarang tiba saatnya aku akan menuntut balas padamu!" kata Chu Kiu Sek. Han Pwee Eng mengeretakkan giginya, dia hunus pedangnya sambil membentak dengan suara keras. "Mari maju!" kata Han Pwee Eng menantang. Chu Kiu Sek kembali tertawa. "Kau dari tingkat yang lebih muda. Menurut aturan aku tidak seharusnya menghinamu orang dari tingkatan yang lebih muda. Tetapi karena kau pernah menusukku dengan pedangmu, maka dendam itu harus kubalas! Begini saja. jika kau bersedia menjadi muridku maka permusuhan itu kita sudahi! Bagaimana?" kata Chu Kiu Sek. "Kentut!" kata nona Han dengan sengit. Mendadak Han Pwee Eng melancarkan sebuah serangan maut ke arah Chu Kiu Sek. Sebenarnya saat itu nona Han telah membuat kesalahan besar. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaimanapun tingginya ilmu pedang nona Han. tidak mungkin dia bisa membunuh musuhnya dengan sekali serang saja. Jika seseorang ingin memenangkan pertarungan dia harus lebih dulu mengetahui kelemahan lawan, jika tidak justru dia sendiri yang akan celaka. Tadi nona Han sudah berpikir akan bertarung mati-matian, jika perlu dia akan mati bersama-sama dengan lawannya. Tetapi karena dia sangat gusar dia juga lupa hingga menyerang lebih dulu. Tak lama tampak bayangan pedang dan telapak tangan Chu Kiu Sek berkelebat-kelebat. disusul suara benturan keras sekali. Tak lama keduanya sudah terpisah jauh. lengan baju Han Pwee Eng telah robek terkena pukulan lawan.

Hanya dalam sekejap Han Pwee Eng telah melancarkan tigabelas jurus pukulan. Setiap jurus selalu mengarah ke jalan darah lawan yang mematikan. Tetapi Chu Kiu Sek selalu lolos bahkan jari tangannya terus menguntit ke arah nona Han. Serangan-serangan nona Han mampu dia patahkan. Tiba-tiba Chu Kiu Sek menyentil dengan jarinya, hal ini membuat tangan Han Pwee Eng kesemutan dan sakit bukan main. Hampir saja pedang di tangan si nona terlepas dari tangannya. Untung pada saat yang bersamaan, nona Han pun telah berhasil berganti jurus, jika tidak dia bisa celaka. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Bocah! Kau gesit sekali!" Chu Kiu Sek memuji. Tiba-tiba tubuh Chu Kiu Sek berputar, sedang sepasang telapak tangannya dia ulurkan ke depan untuk mencengkram kedua bahu nona Han. Pada saat bersamaan Han Pwee Eng pun bergerak, sekaligus dia menggerakkan pedangnya dan meggunakan jurus "Kim-cin-tuh-kiap" (Jarum Emas Melewati Maut). Chu Kiu Sek memang sudah menduga kalau nona Han akan berbuat begitu, sedikitpun dia tidak gentar. Dia melangkah maju. Tiba-tiba sepasang telapak tangannya bergerak ke kiri

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan ke kanan. Saat itu Chu Kiu Sek mengeluarkan jurus "Imyangsiang-tong-ciang (Pukulan Berantai lm-yang) Jurus yang digunakan oleh Chu Kiu Sek sangat ganas dan berbahaya, tapi serangan itu di arahkan ke bagian tangan Han Pwee Eng. Maksud si Iblis Tua hanya ingin merebut pedang di tangan si nona dan si nona tidak terluka parah. Sebaliknya yang ada di benak Han Pwee Eng. justru dia ingin mengadu jiwa dengan si Iblis Tua. Dia buru-buru menabahkan pedangnya dengan jurus "Siok-li-toh-cun" (Gadis Cantik Menunjukkan Jalan). Ujung pedang nona Han menusuk ke jalan darah "Khie-bun-hiat" lawan. Chu Kiu Sek pernah terluka oleh pedang Han Pwee Eng. Tak heran jika dia agak berhati-hati menghadapi ilmu pedang itu. Dia mengelak, hingga keduanya mundur ke belakang sejauh tiga langkah. Ingat bahaya yang hampir saja dialaminya tidak terasa tubuh Han Pwee Eng sudah mandi keringat. Melihat hal itu Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak "Kau tidak akan mampu melawanku lagi. lebih baik kau ikut saja denganku, jika tidak kau bisa celaka." kata Chu Kiu Sek mengejek. "Biar bagaimana aku harus bertarung denganmu!" kata Han Pwee Eng.

Han Pwee Eng kembali menyerang, sedangkan Chu Kiu Sek terus mmperhatikan jurus nona Han sambil tertawa dingin. "Jika kau ingin mengadu jiwa denganku, aku tidak mau! Tetapi aku ingin meringkusmu! Ha. ha. ha! Setelah aku berhasil meringkusmu, aku ingin tahu apakah ayahmu tetap tidak mau keluar dari persembunyiannya'." kata Chu Kiu Sek. Nona Han baru sadar mengapa Chu Kiu Sek menggunakan pukulan Im-yang-siang-tong-ciang dan tidak mnggunakan pukulan Sui-lo-im-sat-kang. Rupanya bajingan ini ingin

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menangkap dia hidup-hidup. Chu Kiu Sek berharap setelah Han Pwee Eng tertangkap jidup. ayahnya akan muncul. Sesudah tahu maksud orang itu nona Han jadi girang sekali "Kalau begitu Ayah masih selamat dan belum dilukai olehnya?" pikir nona Han. "Karena dia ingin menangkapku maka aku harus berusaha agar tidak tertangkap olehnya. Hm! Asalkan Ayahku selamat, jika aku harus mati pun tidak masalah. Jika dia berhasil menangkap aku. mengapa aku tidak bunuh diri dengan memutuskan urat nadiku?" Setelah berpikir begitu nona Han terus menyerang dengan hebat. Dia mengeluarkan seluruh jurus pedang "Keng-sinkiamhoat" ciptaan ayahnya yang lihay sekali. Sebuah jurus khusus untuk menghadapi Chu Kiu Sek. Tetapi karena Iweekang nona Han belum sempurna sekali, tidak heran jika dia tidak mampu merebut kemenangan dengan cepat. Sebaliknya lawannya pun sudah berusaha keras menangkap dia. tetapi belum juga berhasil menangkap si nona. "Tak kusangka belum tiga tahun kepandaian bocah ini sudah maju pesat sekali. Jika dia tidak kulukai sekarang juga. mungkin aku yang akan terluka olehnya. Hm! Terpaksa aku harus melukainya!" pikir Chu Kiu Sek. Satu ujung pedang nona Han mengarah ke dada Chu Kiu Sek. Tiba-tiba Chu Kiu Sek menyentil ujung pedang lawan. Dia gunakan dua bagian tenaga Siu-lo-im-sat-kang. Tiba-tiba nona Han merasakan gagang pedangnya dingin sekali, dia jadi menggigil. Untung pedangnya tidak sampai terlepas dari cekalan nona Han. Mengetahui pedangnya tidak terlepas dari tangan nona Han. tentu saja Chu Kiu Sek jadi kaget bukan main. Dia coba menambah kekuatan serangannya. Pada saat yang bersamaan pedang nona Han menusuk ke arah dada Chu kiu Sek dengan jurus Keng-sin-kiam-hoat yang sangat lihay. Chu Kiu Sek terkejut bukan kepalang. Terpaksa dia harus berkelit untuk menghindar dari serangan itu. Sayang sekalipun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangan itu sangat hebat, tetapi tenaga nona Han masih rendah. Serangan nona Han tidak mampu melukai Chu Kiu Sek. Sekarang malah Chu Kiu Sek mampu membalas menyerang ke arah nona Han. Untung nona Han masih bisa bertahan dan menangkis setiap serangan Chu Kiu Sek yang ganas itu. Tiba-tiba terdengar suara orang memuji. "Ilmu pedang yang bagus!" kata suara orang itu. Seruan yang mendadak itu membuat Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Namun, dia tetap berusaha agar bisa tenang. Dia sentil pedang nona Han sehingga jadi miring ke samping. Kemudian Chu Kiu Sek membalikkan tangannya dan melancarkan serangan ke arah suara tadi. "Hai bocah turun kau!" bentak Chu Kiu Sek. Serangan Chu Kiu Sek itu hebat dan tak lama terdengar suara nyaring. "Buum!" Sesosok tubuh turun dan berdiri di atas tanah. Saat nona Han mengawasi orang itu dia kaget, karena orang itu Kok Siauw Hong adanya, atau bekas calon suaminya. Han Pwee Eng sudah tahu Kok Siauw Hong berangkat lebih dulu darinya, dia juga heran kenapa pemuda itu ada di situ? Sedang nona Han pulang dengan mengambil jalan pintas, tidak heran jika dia bisa sampai lebih dulu dari pemuda itu. Saat Kok Siauw Hong tiba saat nona Han sedang bertarung secara matimatian melawan Chu Kiu Sek. Tadi Kok Siauw Hong sedang menonton perkelahian yang seru itu. Saking kagum tanpa merasa dia memuji. Suara pujian Kok Siauw Hong mengagetkan Chu Kiu Sek. Tentu saja Chu Kiu Sek langsung menyerang ke arah suara itu. Sungguh mengherankan, serangan Chu Kiu Sek yang dasysat itu sedikitpun tidak melukai Kok Siauw Hong. Tetapi sebaliknya, pemuda itu turun dengan melompat ke tanah. Lebih mengejutkan lagi. sekalipun diserang demikian hebat. Kok Siauw Hong tetap tegar dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak kedinginan seperti biasanya jika orang diserang oleh ilmu Sui-lo-im-sat-kang Chu Kiu Sek. Serangan Chu Kiu Sek itu serangan pelajaran tingkat delapan, sekalipun lwee-kang lawan tinggi pasti dia akan menggigil kedinginan. Chu Kiu Sek mengerutkan dahi melihat Kok Siauw Hong tetap bugar karena herannya.

"Dia masih muda. tetapi dia sanggup menahan seranganku. Latihanku selama empat tahun ini ternyata tidak berguna untuk dipakai menyerang dia. Semula aku kira aku sudah tidak punya tandingan lagi di dunia Kang-ouw. Tidak kusangka sekarang telah bermunculan generasi muda yang luar biasa? Saat aku bertemu Kong-sun Po. aku heran. Sekarang ada lagi pemuda lain yang sanggup menahan seranganku. Entah berapa banyak lagi pemuda gagah seperti mereka? Apa barangkali ilmu Siu-lo-im-sat-kangku sekarang sudah tidak berguna?" pikir Chu Kiu Sek yang ingin menjagoi dunia persilatan. Tetapi sekarang harapannya mulai agak pupus pada saat dia mengetahui sudah banyak lawan yang tangguh. Ketika Kok Siauw Hong menyaksikan rumah Han Tay Hiong telah musnah dilalap api. dia heran dan kaget. Kedatangan Kok Siauw Hong memang karena dia ingin menemui orang she Han tersebut. Tujuan Kok Siauw Hong untuk membatalkan pertunangannya dengan puteri orang she Han itu. Dia tidak mengira di tempat ini malah dia bertemu dengan Han Pwee Eng. bekas tunangannya. "Ke mana Paman Han? Apa dia telah mati terbakar? Tetapi aku tahu dia berilmu tinggi, saat ini keadaan Paman Han setengah lumpuh. Jika Paman Han sudah mati. aku harus mencari siapa untuk membatalkan pertunanganku?" begitu pemuda ini berpikir. Situasi saat itu sungguh berbahaya, tadi dia telah diserang hebat sekali. Dia tidak kenal siapa Chu Kiu Sek? Setelah merasakan pukulannya, dia tahu bahwa orang ini yang telah melukai Han Tay Hiong empat tahun yang lalu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong merasa bersalah besar terhadap nona Han dan ayahnya. Saat ini dia anggap ini kesempatan bagim a untuk membantu bekas tunangannya. Maka tanpa ragu-ragu lagi dia menghampiri nona Han. dengan suara perlahan dia berkata. Jangan takut, kita lawan Iblis Tua ini bersama-sama!" kata Kok Siauw Hong. Nona Han sedikit canggung terhadap pemuda ini. Sekalipun Kok Siauw Hong lebih mencintai gadis lain. namun mereka masih terhitung tunangan pemuda itu. Hati nona Han jadi kacau, dia tidak tahu apa dia harus girang atau malah harus berduka? Ketika itu dia hanya menganggukkan kepalanya. Mendengar kesepakatan kedua muda-mudi itu Chu Kiu Sek tertawa. "Bagus!" kata Cu Kiu Sek. "Aku ingin tahu apakah kau anggup menyambut beberapa pukulanku?"

"Tadi dia mampu menahan seranganku. Entah beberapa tahun lagi barangkali aku yang kalah oleh mereka? Oleh karena itu sekarang aku harus membunuh mereka berdua sekarang juga! lerutama bocah lelaki ini harus kusingkirkan lebih dulu. sedangkan bocah perempuannya aku kira bisa diurus kemudian..." begitu Chu Kiu Sek berpikir. Setelah berpkir langsung dia menyerang Kok Siauw Hong yang hendak dibunuhnya. Saat Kok Siauw Hong melihat bahu Chu Kiu Sek bergerak. Han Pwee Eng langsung merasakan hawa dingin menyerang ke arahnya. Saat itu Kok Siauw Hong tiba-tiba menarik tangan nona Han ke belakang dia. sedang tangan kanannya dipakai untuk menangkis serangan Chu Kiu Sek yang dasyat itu. "Plak!" Terdengar suara nyaring. Sekalipun sudah berada di belakang Kok Siauw Hong. nona Han masih merasakan hawa dingin menyerang ke arah dadanya. Tak lama tubuh si nona

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggigil bagaikan orang kedinginan. Melihat muda-mudi itu tidak roboh oleh serangannya. Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Padahal tadi serangan yang dia lancarkan itu serangan ilmu pukulan dari tingkat ke delapan. Kok Siauw Hong kaget. "Ternyata Iwee-kang nona Han sudah tinggi. Dia tidak pernah belajar Siauw-yang-sin-kang. ternyata dia mampu menahan serangan pukulan Sui-lo-im-sat-kung. Sungguh luar biasa!" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sanggup menahan serangan pukulan Suiloim-sat-kang karena sejak kecil Kok Siauw Hong sudah belajar Siami-yang-sin-kamg dari ibunya. Tidak heran jika dia bisa bertahan sekalipun ilmu itu tidak bisa mengalahkan Siuloim-sat-kang. Sebaliknya nona Han. dia bisa bertahan karena dia telah minum arak Kui-thian-sun-yang-pek-hoa-cui. Ditambah lagi nona Han pernah terluka oleh pukulan Chu Kiu Sek empat tahun yang lalu. Arak obat itu selain menyembuhkan juga punya khasiat untuk daya tahan tubuh yang luar biasa. Selain itu saat dia ditarik ke belakang oleh Kok Siauw Hong dengan ilmu Siauw-yang-sin-kang. rupanya ini cukup membantu nona Han untuk bisa bertahan. Ketiga karena nona Han tidak terserang langsung, dia hanya terserang oleh angin pukulan itu saja. Sebenarnya Han Pwee Eng takut pada pukulan Chu Kiu Sek itu. Setelah pengalaman tadi dan dia tidak kedinginan seperti dulu. Han Pwee Eng jadi bertambah berani. Dia sadar jika tidak terpukul langsung, pukulan lawan tidak terlalu berbahaya

baginya. Segera dia menggunakan Keng-sin-kiam-hoat untuk menyerang ke arah Chu Kiu Sek dengan hebat. Sebaliknya Kok Siauw Hong sambil membentak dia hunus pedangnya. "Lihat pedangku!" kata Kok Siauw Hong. Ilmu silat Kok Siauw Hong berhasil dipelajari dari ibunya yang mendapat pelajaran ilmu itu dan ayahmu Keluarga Kok sangat termasyur dengan ilmu pedang Cit-sui-kiam-hoatnya. Ilmu pedang itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih jauh di atas ilmu pedang Keng-sin-kium-hoat milik Han Pwee Eng. Begitu Kok Siauw Hong menyerang, pedangnya berubah membentuk semacam tujuh kuntum bunga. Bayangan tujuh kuntum bunga itu ialah ujung pedang Kok Siauw Hong yang digerakkan dengan cepat. Serangannya tertuju pada tujuh jalan darah penting di tubuh Chu Kiu Sek. Bukan main kagetnya Chu Kiu Sek mendapat serangan begitu hebat dari dua muda-mudi itu. "Hm! Ilmu pedang pemuda ini tidak bisa dianggap ringan." pikir Chu Kiu Sek. Segera dia kibaskan lengan bajunya. Setelah terdengar suara benda beradu, maka tujuh bayangan bunga itupun sirna. Pedang di tangan Kok Siauw Hong miring ke samping, dan telapak tangan pemuda itu terasa sakit. Pemuda ini kaget dan sedikit kecut. Hanya sekali mengibaskan lengan bajunya akibatnya demikian hebat. Ujung baju Chu Kiu Sek bisa begitu keras hingga mampu dipakai menangkis pedang Kok Siauw Hong. ini membuat pemuda itu sadar bahwa Chu Kiu Sek sangat berbahaya. Sebenarnya Kok Siauw Hong tidak mengetahuinya, saat menangkis Chu Kiu Sek menggunakan dua ilmu silat secara berbareng, yaitu Siu-lo-im-sat-kang dan Tiat-yu-kang (Lengan baju besi). Tetapi sayang kedua ilmu silat itu tidak bisa dipakai menyerang secara beruntun. Buru-buru Chu Kiu Sek mundur tiga langkah karena khawatir lawan membalas menyerang. Namun, saat dia mundur dia sempat melirik ke arah lengan bajunya. Di sana tampak ada tujuh buah lubang bekas ujung pedang pemuda itu. Untung bagi Chu Kiu Sek. kedua mudamudi itu tidak segera menyerang dia. Jika mereka menyerang secara serempak, barangkali Chu Kiu Sek sudah celaka. Kok Siauw Hong tambah berhati-hati. sebaliknya Chu Kiu Sek yang takut kehilangan tenaga, tidak berani menggunakan

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dua macam ilmunya secara bersamaan. Dengan demikian pertarungan mereka jadi seimbang. Chu Kiu Sek memang cerdik, dia gunakan Siu-lo-ini-satkang dan Tiat-yu-kang secara bergantian. Kok Siauw Hong masih mampu bertahan, tapi sebaliknya nona Han dia mulai terdesak dan mulai kelelahan. Melihat nona Han sudah mulai tak tahan Chu Kiu Sek melancarkan serangannya semakin hebat. Ini membuat Han Pwee Eng jadi kedinginan. Melihat nona Han kewalahan Kok Siauw Hong maju ke depan nona Han. dia menangkis setiap serangan Chu Kiu Sek dengan ilmu silatnya. Tapi lamakelamaan Kok Siauw Hong pun mulai merasakan tenaganya mulai lemah. Hawa dingin mulai menyerang dirinya. "Mengalahkan mereka tidak sulit, tapi sayang aku harus menyerang sampai 100 jurus." pikir Chu Kiu Sek yang hatinya mulai bimbang. Mengapa Chu Kiu Sek begitu cemas? Dia tahu jika harus bertarung lebih dari seratus jurus lebih tenaga murninya akan berkurang, mungkin juga dia bisa sakit parah. Bahkan dia akan terluka parah karena itu Sekalipun dia tahu dua mudamudi itu akan terluka oleh pukulannya. Tiba-tiba baik Kok Siauw Hong maupun Chu Kiu Sek mendengar suara batuk-batuk sangat perlahan. Tapi nona Han tidak mendengar suara batuk itu. Suara batuk itu aneh. mirip dengan suara orang yang hampir mati. Suara itu seolah suara batuk atau helaan napas. Chu Kiu Sek sadar orang yang batuk itu berilmu tinggi, namun rupanya orang itu sedang sakit berat. Chu Kiu Sek jadi merinding. Di tempat itu banyak mayat. Kecuali mereka bertiga tidak ada orang lain lagi. Dia jadi curiga. "Apa di antara mayat-mayat itu ada yang masih bernyawa?" pikir Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi kemudian pendapat itu dia bantah sendiri. Dia tidak yakin di antara pelayan keluarga Han itu ada yang masih hidup. Dia yakin pukulan Han Tay Hiong luar biasa lihaynya. maka dia yakin mereka sudah mati semuanya. Kecuali di antara mereka ada yang hanya berpura-pura mati. hingga orang itu bisa bersuara. Tapi dia yakin anak buah Han Tay Hiong tidak terlalu lihay sekali. Tiba-tiba Chu Kiu Sek kaget. "Aaah! Jangan-jangan itu suara Han Tay Hiong. Pasti dia sedang bersembunyi dan menonton pertarungan kami. Saat sudah ada yang terluka parah, baru dia akan muncul untuk mengambil keuntungan?" pikir Chu Kiu Sek. "Atau mungkin

ada pesilat tangguh yang lain?" Apapun yang akan muncul di tempat itu bagi Chu Kiu Sek dianggap akan membahayakan dirinya. Itu sebabnya dia jadi curiga. Rupanya dia takut pada orang lain yang tiba-tiba menyerangnya. Dia memang licik tetapi sekarang tenaganya sudah banyak terkuras oleh Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong berdua. Jika benar datang pesilat tinggi yang lain. maka dia akan celaka. Apalagi jika yang datang itu Han Tay Hiong Semakin Chu Kiu Sek berpikir, hati Chu Kiu Sek jadi semakin cemas. Dia mengambil keputusan untuk segera meninggalkan tempat itu sebelum bahaya itu benar-benar datang. Tiba-tiba Chu Kiu Sek melancarkan serangan secara bertubi-tubi sebanyak tiga kali. Kemudian dia melompat dan pergi begitu saja. Kaburnya musuh tangguh ini membuat Kok Siauw Hong heran bukan main. "Eh Iblis Tua jahat itu sudah kabur!" kata Han Pwee Eng. suaranya perlahan. Ingat bahaya tadi tubuh Han Pwee Eng mandi keringat dingin. Pada saat yang bersamaan Kok Siauw Hong memegang tangan nona Han dan mengerahkan Siauw-yangsinkang. Sesudah itu baru dia berkata pada nona Han. "Nona Han. kau tak apa-apa?" kata Kok Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak!" jawab nona Han. Tapi dalam hati nona ini berpikir. "Hm! Kau jangan berpura-pura baik kepadaku?" pikir Han Pwee Eng. Wajah nona Han tampak kemerah-merahan. Kok Siauw Hong pun jadi tidak enak hati sendiri, dia merasa canggung tidak tahu dia harus bilang apa. Keduanya kemudian membisu beberapa saat lamanya. "Maaf.. " kata Kok Siauw Hong. Tapi si nona segera memotong. "Maaf kenapa?" kata Han Pwee Eng. "Aku datang terlambat dan kau nyaris...." "Ya. aku nyaris mati di tangan si Iblis Tua jahanam itu!" kata nona Han. "Terima kasih atas pertolongan Tuan Muda Kok telah menyelamatkan nyawaku!" Pemudashe Kok itu sadar nona Han masih jengkel dan dongkol kepadanya, oleh karena itu dia mengalihkan pembicaraannya. "Diakah yang membunuh seluruh pegawaimu itu?" kata Kok Siauw Hong. Han Pwee Eng tertegun baru kemudian menjawab. "Sekalipun aku tidak melihatnya sendiri, jika bukan dia lalu

oleh siapa lagi?" Kok Siauw Hong tercengang. "Nona. apakah kata-kataku menyinggung perasaanmu?" kata pemuda itu agak kikuk. "Si Iblis Tua itu memang seorang jahanam. Dia yang membunuh orang-orangku, malah memfitnah Ayahku kata dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang yang membunuh anak buahnya!' kata nona Han. 'Hm! Apa kau juga percaya Ayahku yang membunuh mereka?" "Apa? Oh. tidak! Memang Iblis Tua itu bilang apa. aku kebetulan tidak mendengar ucapannya." kata Kok Siauw Hong. "Keterlaluan dia bicara sembarangan saja!" Walau Kok Siauw Hong bicara begitu tetapi dia tetap berpikir keras. "Pamanku Jen Thian Ngo pernah memperingati aku. katanya Paman Han seorang yang pandai berpura-pura baik. seolah dia seorang pendekar sejati. Tetapi sebenarnya dia orang jahat! Tetapi ah...tidak! Aku jangan berpikir begitu! Ayahku dan Paman Han bersahabat baik dan sudah puluhan tahun lamanya. Mustahil Ayahku sampai tidak mengetahui kalau Paman Han itu orang jahat? Jika Ayahku tahu dia orang jahat. masakan dia ingin aku menikah dengan puterinya" begitu Kok Siauw Hong berpikir. Tiba-tiba Kok Siauw Hong melirik ke arah nona Han. Hatinya sangat menyesal karena dia merasa sangat bersalah kepada nona ini. "Apa tadi kau mendengar ada suara orang batuk?" tanya Kok Siauw Hong. Mendengar pertanyaan itu nona Han sedikit kaget "Tidak!" jawab si nona. "Di sini selain kita berdua tidak ada orang lain. bukan?" "Ilmu racun Chu Kiu Sek tidak dapat membinasakan semua orang itu sekaligus, mungkin saja masih ada orang yang selamat. Bagaimana jika kita periksa lagi mayat mereka?" kata Kok Siauw Hong. Lwee-kang Kok Siauw Hong memang kalah dari Chu Kiu Sek. dia yakin suara tadi suara orang yang ada di sekitar tempat itu. Maka itu dia ingin mencarinya. Jika orang itu cuma terluka ringan, dia ingin menolonginya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua mayat di tempat ini telah aku periksa semuanya,

mereka sudah lama mati!" kata nona Han. Mendengar kata-kata nona Han Kok Siauw Hong tercengang. "Kalau begitu kita harus segera mengubur mayat-mayat mereka itu!" kata Kok Siauw Hong. Nona Han mengangguk. "Baik. akan kucari cangkul dulu. bantu aku menggali tanah." kata nona Han. Dia langsung pergi akan mencari cangkul. Sedangkan Kok Siauw Hong mencoba memeriksa lagi mayat-mayat itu. Batok kepala mayat-mayat itu pecah terhantam oleh pukulan hebat. Sesudah memeriksa pemuda ini menggumam. "Ini bukan mati oleh pukulan Siu-Io-im-sat-kang. si Iblis Tua tidak punya pukulan semacam ini ?" kata Kok Siauw Hong. Tiba-tiba Han Pwee Eng yang ada di belakang pemuda itu bergumam juga. "Ini bukan perbuatan Ayahku!" kata si nona. "Bukan dia yang melakukannya?!" Kok Siauw Hong menoleh ke arah nona Han. Saat itu nona Han sedang berdiri dan di tangannya terdapat dua buah cangkul. Wajah nona Han pucat-pasi. Sedangkan air matanya meleleh dan membasahi kedua pipinya. Dia yakin pelayannya bukan mati di tangan Chu Kiu Sek. Tetapi dia tidak berani menuduh kalau itu perbuatan ayahnya. "Aku yakin ini bukan perbuatan Ayahmu, tetapi juga bukan perbuatan Chu Kiu Sek! Lebih baik mari kita kubur dulu mayat mereka, baru kita selidiki siapa sebenarnya pembunuhnya? Sesudah kita tahu siapa pembunuhnya, kita balaskan sakit hati mereka!" kata Kok Siauw Hong menghibur nona itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun dia bicara begitu tapi kecurigaan pemuda ini tibatiba timbul lagi. Pada saat Kok Siauw Hong meminta sebuah cangkul dari si nona dan dia akan menggali tanah, dia lihat salah satu mayat pelayan tua yang sudah lama bekerja pada keluarga Han. Dia lihat pelayan tua itu mengepal secarik kertas di tangannya. Tadi dia tidak melihatnya. Kok Siauw Hong membungkuk akan membuka kepalan tangan mayat itu. Rupanya sebelum mati pelayan tua itu berkelahi dulu sambil mempertahankan kertas yang ada di tangannya itu. Hingga dia mati dia tetap mempertahankan kertas itu. Setelah berhasil membuka kepalan tangan pelayan tua itu. Kok Siauw Hong jadi heran. Ternyata itu bukan secarik kertas biasa, tapi terbuat dari kulit kambing yang tipis. Di atas

kulit kambing itu tampak tulisan huruf Mongol yang kelihatannya tidak karuan bentuknya. Kok Siauw Hong tahu itu tulisan bahasa Mongol. tapi dia tidak bisa membaca tulisan itu. "Nona Han, pernahkan kau melihat benda ini?" kala Kok Siauw Hong pada Han Pwee Eng. "Belum pernah." jawab nona Han sambil menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak bisa membaca tulisan bahasa Mongol. Heran, mengapa dia berusaha mempertahankan kulit kambing itu? Orang itu telah membunuh dia. tapi kenapa separuh kulit kambing itu tidak dia ambil?" "Ini bisa jadi barang bukti, bolehkah aku yang menyimpan kulit kambing ini. Nona Han?" kata Kok Siauw Hong. "Boleh saja. kau punya banyak teman di kalangan Kangouw. lebih baik kau yang menyimpannya dan menyelidiki masalah ini sampai tuntas." sahut nona Han. Saat itu hati nona Han pikirannya sedang kacau Dia tidak tahu siapa pembunuh semua pegawainya itu. Dia tidak mengira kalau itu perbuatan ayahnya. Sedangkan Kok Siauw Hog justru berpikir bahwa Han Tay Hiong bisa jadi pembunuh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tersebut, siapa tahu dia memang benar bersekongkol dengan bangsa Mongol? "Paman Jen Thian Ngo mengatakan. Paman Han punya hubungan dengan Siang-koan Hok." pikir Kok Siauw Hong. "padahal Siang-koan Hok itu wakil Kok-su bangsa Mongol. Oleh karena itu Paman Jen Thian Ngo berani memastikan, bahwa Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol. Sebenarnya aku tidak yakin benar pada pendapat Paman Jen. tapi di tangan pelayan tua itu terdapat kulit kambing yang bertulisan huruf Mongol. Barang ini bisa jadi barang bukti." Kok Siauw Hong merenung sejenak. Tak lama otaknya bekerja lagi. "Nona Han setuju aku yang menyimpan benda ini. sekalipun Paman Han patut dicurigai, aku kira nona Han tidak bekerja-sama dengan ayahnya?" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong menarik napas lega. Keadaan may atmayat itu sungguh mengerikan. Nona Han pun tidak berani melihat mayat-mayat itu lagi. Tiba-tiba dia buang cangkul yang sedang dipegangnya dan langsung menangis. "Nona Han kau istirahat saja. biar semua aku yang mengerjakannya." kata Kok Siauw Hong pada nona Han. Dahi pelayan tua yang memegang kulit kambing itu pecah dan berlubang. Darahnya sudah beku berwarna kehijauan. Tiba-tiba hati Kok Siauw Hong tergerak. Dia keluarkan saputangannya lalu dia korek darah yang membeku itu.

Kemudian darah itu dia bungkus dengan saputangannya. Saat itu Kok Siauw Hong mendengar seruan minta tolong dan suaranya lirih sekali, nona Han pun mendengar suara itu. Tolong...Tolongi aku!" Nona Han kaget dia melompat, tangisnya berhenti seketika itu juga. Dengan suara gemetar nona Han berkata pada Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar ada suara orang!" bisiknya. Kedua muda-mudi itu segera menuju ke arah suara minta tolong itu. Di sebuah sudut taman bunga mereka menyaksikan ada kepala orang tersembul di atas tanah. Rupanya orang itu dikubur hidup-hidup oleh si pembunuh. Seluruh tubuh orang itu terkubur sampai leher, di samping orang itu terdapat gundukan tanah yang baru digali. Setelah melihat wajah orang itu kedua muda-mudi itu kaget. "Kau siapa?" tanya Kok Siauw Hong Orang itu tidak menjawab, matanya mendelit dan suara lirihnya terdengar kembali. "Tolong..... Tolongi aku!" katanya. Setiap saat napas orang itu akan berhenti. Mereka kaget dan girang, dengan adanya orang yang masih hidup ini. mereka jadi akan mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi di tempat itu? Tetapi kondisi orang itu sangat lemah, nyawanya belum tentu bisa diselamatkan. Mungkin masih bisa ditolong hanya untuk beberapa saat saja. tapi itu pun mereka pikir akan sangat berguna bagi mereka berdua. Kok Siauw Hong segera menggali tanah yang mengubur tubuh orang itu. Selang sesaat orang itu berhasil dikeluarkan dari tanah. Kok Siauw Hong segera mengerahkan lwee-kang untuk menyelamatkan nyawa orang itu. Tak lama orang itu sudah bisa bicara. Tetapi suaranya ngorok dan muntah darah yang bercampur dengan busa. "Siapa kau? Mengapa kau berada di sini?" tanya Kok Siauw Hong. "Di mana Ayahku?" tanya Han Pwee Eng pada orang itu. Mereka berdua ingin mendapat keterangan dari orang itu. namun masing-masing pertanyaan mereka berbeda. Kok Siauw. Hong ingin tahu apa hubungan orang itu dengan Han

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tay Hiong. sedangkan Han Pwee Eng ingin tahu keadaan

ayahnya karena dia mencemaskan keadaan ayahnya. Maka itu si nona menanyakan tentang ayahnya. "Air...Air...Air!" kata orang itu. Barangkali orang itu belum bisa bicara karena tenaganya sudah habis dan napasnya sengal-sengal. Han Pwee Eng berlari akan mengambilkan air mnum untuk orang itu. Sedangkan orang itu membuka matanya, lalu menoleh ke kiri dan kanan. Dia kelihatan tercengang. "Tempat apa ini?" katanya. Kok Siauw Hong balik bertanya. "Jadi kau tidak tahu kalau ini rumah keluarga siapa?" kata Kok Siauw Hong. Orang itu mengangguk. Kok Siauw Hong tercengang. "Kalau begitu, bagaimana kau bisa berada di tempat ini?"kata Kok Siauw Hong. Orang itu diam. Kok Siauw Hong mengira tenaga orang itu belum pulih sekali, oleh karena itu Kok Siauw Hong memberi keterangan pada orang itu. "Ini rumah milik keluarga Han. rumah ini bisa dikatakan rumah Pamanku. Nona itu puteri keluarga di sini. Jika kau mau bicara dengan jujur kami tidak akan mencelakaimu!" kata Kok Siauw Hong. Setelah tahu nona Han puteri pemilik rumah itu. orang itu kelihatan kaget. Seolah dia sedang menghadapi masalah besar yang menakutkan sekali. Kok Siauw Hong jadi curiga. "Mengapa dia ketakutan setelah mendengar ceritaku? Apakah dia dikubur hidup-hidup oleh Paman Han?" pikir pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu nona Han sudah kembali sambil membawa secawan air minum untuk orang itu. Sesudah orang ini minum lalu nona Han bertanya. "Sekarang kau sudah agak segar, di mana Ayahku'." kata nona Han. Tapi sambil bertanya nona Han pun berpikir. "Orang ini sepertinya bukan sahabat ayahku?" pikir nona Han sedikit ragu-ragu. Saat Han Pwee Eng sedang mengawasi orang itu. mendadak orang itu menerjang ke arah nona Han dengan sekuat tenaga. Cawan air di tangannya pun jatuh hingga pecah berantakan. Peristiwa ini di luar dugaan nona Han. Orang itu menggeram, dia kelihatan seperti binatang buas yang terluka. Saat itu dia menganggap nona Han di depan dia sebagai musuhnya. Atau dia anggap nona Han sebagai pemburu yang telah melukainya. Sesudah itu dia roboh tidak

bertenaga lagi. Nona Han kaget bukan kepalang. "Hai. kau kenapa?" tanya nona Han. Kok Siauw Hong keheranan. Dia papah orang itu supaya bisa bangun dan dia berkata dengan lembut. "Legakan hatimu, kami tidak berniat mencelakaimu." kata Kok Siauw Hong. Pemuda ini keheranan menyaksikan kelakuan orang itu. Saat Kok Siauw Hong memapah orang itu. dia memegang pergelangan tangan orang itu. Denyut nadi orang itu tidak lemah seperti yang dia duga. Kok Siauw Hong bukan tabib tapi dia cukup berpengalaman dalam masalah ini. Bagi orang yang sedang sakit tidak mungkin denyut nadinya seperti orang sehat biasa. Maka itu pemuda ini jadi curiga dan berpikir. "Akan kujajal dia." pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lalu Kok Siauw Hong mengulur jari tangannya. Dia totok jalan darah Beng-khi-hiui orang itu. Ini jalan darah yang sangat penting. Jika dia tertotok maka orang itu akan binasa Melihat serangan Kok Siauw Hong. nona Han kaget bukan alang kepalang. "Jangan!" kata si nona. Orang itu tenang-tenang saja. dia tidak berkelit dari totokan Kok Siauw Hong dan dia juga tidak melawan. Kok Siauw Hong sadar, dia tahu bahwa orang itu manda saja ketika dia serang. Dengan begitu dia telah salah menduga. Dia tarik kembali serangannya, sehingga orang itu tidak terluka. "Dia tidak memiliki lwee-kang." kata si nona. "Ya. tubuhnya memang sangat lemah. Dia bukan berpurapura." kata Kok Siauw Hong. Nona Han mengerutkan dahinya. "Tapi kenapa kau jajal dia?" kata si nona. Kok Siauw Hong tersenyum. "Berhati-hati lebih baik. kan?" kata pemuda itu. "Orang itu baru kembali dari pintu neraka." kata si nona. "Dia sudah begitu ketakutan, kau malah menakut-nakutinya. Dia tidak bisa bicara mungkin karena sangat ketakutan?" Kok Siauw Hong merasa tidak enak hati "Biar dia istirahat sejenak, sesudah tenaganya pulih kembali, baru dia kita tanyai lagi." kata pemuda itu perlahan. Tiba-tiba pemuda itu mengerutkan dahinya. "Eh. suara apa itu?" kata Kok Siauw Hong. Nona Han tertegun. "Apa masih ada orang yang masih hidup di tempat ini?" kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lwee-kang nona Han di bawah Kok Siauw Hong hingga dia tidak mendengar apa-apa. Pemuda itu berusaha berkonsentrasi. Dia memperkirakan suara itu bukan suara satu orang tapi suara orang banyak. Mereka saling bentak dan sedang bertarung hebat. Kok Siauw Hong kaget. "Itu suara si Iblis Tua. entah dia sedang bertarung dengan siapa?" kata Kok Siauw Hong. Nona Han mengangguk. "Ya. aku baru mendengarnya. Entah mereka sedang bertarung dengan siapa?" kata si nona. Nona Han sekarang sudah mendengar dengan jelas suara orang sedang bertarung dan siulan si Iblis Tua itu. "Kaujaga dia. aku akan ke sana melihatnya." kata Kok Siauw Hong pada nona Han. Tapi hati pemuda ini berpikir. "Orang yang mampu melawan Chu Kiu Sek pasti seorang pesilat tangguh. Ilmu Siii-lo-im-sut-kang sangat beracun. Sekalipun orang itu berilmu tinggi, pasti dia akan terluka juga oleh si Iblis Tua!" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong menggunakan gin-kang dan berlari pesat ke arah tempat pertempuran itu. Baru saja dia tiba di luar rimba. Kok Siauw Hong sudah merasakan desiran angin pukulan dan pasir yang berterbangan ke udara. "Aah! Apakah itu Paman Han yang sedang bertarung dengan si Iblis Tua?" pikir Kok Siauw Hong. Han Tay Hiong bergelar Kiam-ciang-siang-coai. Dia mahir ilmu pukulan Tay-Iiak-kim-kang-ciang. Saat ini di kalangan kang-ouw yang mampu ilmu itu hanya beberapa orang saja. Buru-buru Kok Siauw Hong masuk ke dalam rimba itu. Dari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jarak jauh pemuda itu sudah melihat bahwa itu memang Chu Kiu Sek. Dia sedang bertarung dengan seorang pengemis tua -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 15

Setelah melihat tegas bahwa lawan Chu Kiu Sek itu seorang pengemis tua. bukan main girangnya Kok Siauw Hong. Dia lalu berpikir. "Aah. kiranya lawan Chu Kiu Sek itu Liok Pang-cu (Ketua Liok) dari Kay-pang (Perkumpulan Pengemis). Pantas

pukulannya begitu hebat dan mampu menghadapi Chu Kiu Sek!" pikir Kok Siauw Hong. Pengemis tua itu bernama Liok Kun Lun. dia pandai ilmu pukulan Yu-houw-ciang (Pukulan Menaklukkan Harimau) dan pukulan Hang-liong-ciang (Pukulan Penakluk Naga). Kedua pukulan itu tak kalah oleh pukulan Tay-liak-kim-kang-ciang. Selain mereka masih ada dua orang lagi yang sedang bertarung dengan sengit, suara bentakannya terdengar nyaring sekali. Orang itu juga seorang pengemis tua. Kok Siauw Hong kenal pengemis tua itu. dia bernama Lauw Kan Lu. Hiang-cu dari markas cabang Kay-pang yang ada di Lokyang. Sedang yang seorang lagi lelaki yang memelihara bewok. dan pemuda ini tidak mengenalinya. "Orang itu menggunakan ilmu Hua-hiat-to. awas jangan sampai telapak tangannya mengenai tubuhmu!" kata Liok Kun Lun memperingatkan temannya. "Ya!" jawab Lauw Kan Lu. Terlihat tongkat bambu bergerak kian-kemari. Kemudian berputar-putar, kelihatan kacau tidak mirip dengan ilmu tongkat. Namun, lelaki bewok itu jadi kalang-kabut. Dia menghindar dari serangan yang kalut itu. kemudian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melancarkan pukulan dari jarak dua depa. Mendadak lelaki bewok itu berkata. "Ilmu silatmu lihay sekali! Apakah ini ilmu Tah-kauw-kunhoat (Ilmu tongkat memukul anjing) dari kaum Kay-pang?" kata si bewok. Kemudian wajah si bewok berubah merah karena menyebut pukulan Tah-kumv-kiin itu. Lauw Kan Lu tertawa terbahak-bahak. "Benar aku Kan Lu (Pengejar Keledai), tapi juga bisa Tah-kauw (Memukul Anjing) Hari ini kau akan merasakan tongkat pemukul anjingku ini!" katanya. Lauw Kan Lu memang berasal dari keluarga miskin. Orang tuanya seorang penggembala keledai. Oleh sebab itu anaknya diberi nama Kan Lu. Lelaki bewok itu mendengus. "Hm! Aku tidak ingin adu bicara denganmu, sekalipun ilmu tongkatmu hebat. Tapi jika kita bertarung terus, kau bukan lawanku!" kata si bewok. Saat itu Kok Siauw Hong masih berada jauh sekitar puluhan depa dari tempat pertempuran itu. Tapi dia sudah mencium bau amis. Pukulan Siu-lo-im-sat-kang yang sangat beracun mengeluarkan hawa dingin, tapi tidak berbau amis Pasti itu ilmu pukulan yang dilancarkan si Bewok ini. "Hm! Orang ini mahir ilmu pukulan beracun." pikir Kok

Siauw Hong. Tapi dia tidak bisa mendekati tubuh Lauw Kan Lu Sekalipun sepasang telapak tangannya beracun, tetapi tidak bisa digunakan untuk menyerang Lauw Kan Lu. Tadi dia berani bicara sombong?" Liok Kun Lun dan Chu Kiu Sek dua tokoh aliran lurus dan sesat. Mereka berdua sama-sama berilmu silat tinggi. Jika salah satu ingin menang dalam pertarungan, mereka masingmasing harus mengeluarkan lwee-kang yang tinggi. Tapi jika

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diperhatikan mereka hanya bertarung biasa-biasa saja. tidak terlalu istimewa. Kok Siauw Hong lebih tertarik menyaksikan pertarungan Lauw Kan Lu dan si Bewok. Lauw Kan Lu telah menggunakan 17 ilmu pukulan memukul anjing dengan tongkatnya. Jurusjurusnya sangat aneh dan hebat luar biasa. "Jika aku tahu yang bertarung kedua jago tua itu. aku tidak perlu terbutu-buru datang ke tempat ini!" pikir Kok Siauw Hong. Pertarungan itu jadi semakin hebat hingga si bewok terdesak mundur dua depa. Namun masih bisa bertahan dan wajah Lauw Kan Lu mulai tampak serius. Ternyata lelaki bewok itu bernama Pouw Yang Hian. Han Pwee Fng beberapa hari yang lalu pernah bertemu dengannya. Sedang ilmu Huahiatto itu sangat beracun, sekalipun kalah hebat dengan ilmu Siu-lo-im-sat-kang. Setelah bertarung seratus jurus lebih bau amis itu semakin menyengat. Tak heran napas Lauw Kan Lu pun mulai semakin sesak. Dia kaget dan berpikir bahwa bahaya sedang mengancam dirinya "Dua ilmu beracun keluarga Suang memang bukan omong kosong! Jika aku tidak segera mengalahkan orang ini. malah aku .bisa celaka!" pikir Lauw Kan Lu. Memang dugaan Lauw Kan Lu jadi kenyataan. Dia mulai terdesak Saat bahaya mengancam. Kok Siauw Hong melancarkan serangan hebat. Serangan itu membuat si bewok kaget. Karena tahu telah datang musuh lain. si bewok menganggap sudah tidak ada gunanya meneruskan pertarungan, lalu dia kabur. Lauw Kan Lu heran menyaksikan musuhnya tiba-tiba kabur. Begitu juga dengan Chu Kiu Sek. dia juga meninggalkan orang she Liok yang jadi lawannya.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama Lauw Kan Lu mendengar langkah orang sedang berjalan mendatangi. Lauw Kan Lu segera menoleh Kelihatan seorang pemuda berpakaian serba putih sedang berjalan ke arahnya. Begitu melihat pemuda itu bukan main girangnya Lauw Kan Lu. Segera dia memanggil pemuda itu dengan nada gembira sekali. "Kok Kong-cu. kapan kau sampai? Apa kau sudah pergi ke rumah Han Tay Hiong?" kata Lauw Kan Lu. Kok Siauw Hong tersenyum. Dulu saat dia datang ke rumah Han Tay Hiong untuk memberitahu ayahnya telah meninggal. Kok Siauw Hong pernah bertemu dengan Lauw Kan Lu di markas cabang Kay-pang kota Lok-yang. Liok Kun Lun kawan baik ayah Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong memberi hormat kepada kedua jago tua itu. "Baru hari ini aku tiba di sini." kata Kok Siauw Hong. "Aku baru saja dari rumah Paman Han." Liok Kun Lun menatap wajah pemuda itu. "Aku dengar kau akan membatalkan perjodohanmu dengan puteri Han Tay Hiong. benarkah begitu?" kata Liok Kun Lun. Wajah Kok Siauw Hong berubah merah. "Benar." jawab pemuda itu. "Tindakanmu itu tepat sekali, nak." kata Liok Kun Lun. "Jangan takut jika Han Tay Hiong gusar padamu atau memusuhimu. aku si pengemis tua siap membantumu!" kata Liok Kun Lun. Mendengar ucapan Liok Kun Lun. kelihatan Kok Siauw Hong sedikit terperanjat. "Eh! Apa maksudnya, kenapa dia bilang tindakanku membatalkan perjodohan itu tepat sekali?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya dia membatalkan pertunangannya karena dia sudah jatuh cinta kepada Ci Giok Hian. sedangkan dia dengan Han Pwee Eng belum pernah bergaul rapat seperti dia bergaul dengan nona Ci Giok Hian. Ditambah lagi perjodohan dia dengan nona Han karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Bukan berdasarkan saling cinta mencintai. Kok Siauw Hong tidak menganggap bahwa cintanya telah berubah. Dia juga tidak menganggap dirinya bersalah. Hanya dia jadi heran pada saat mendengar Liok Kun Lun mengatakan tindakannya itu sangat tepat. "Kau tidak bersedia menikah dengan puteri Han Tay Hiong. kalau begitu kau sudah tahu tentang orang she Han itu.

bukan?" kata Lauw Kan Lu ikut bicara. "Tentang apa?" tanya Kok Siauw Hong heran. "Mengenai masalah persekongkolan Han Tay Hong dengan bangsa Mongol! Memang masalah lain apa lagi?" kata Lauw Kan Lu. "Be... Benarkah Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong agak gagap. Lauw Kan Lu balik bertanya. "Jadi Pamanmu Jen Thian Ngo belum memberitahumu?" kata Lauw Kan Lu. Kok Siauw Hong mengangguk. "Sudah." kata Kok Siauw Hong. "Menurut Paman Jen dia melihat Paman Han berhubungan dengan Siang-koan Hok. Justru aku ke sini ingin bertanya pada Lauw Cian-pwee. apa benar begitu?" Lauw Kan Lu membuka pakaiannya hingga tampak bekas luka di dadanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Malam itu aku mendapat laporan rahasia, katanya Siangkoan Hok ada di rumah Han Tay Hiong. Aku bersama Jen Thian Ngo pergi ke rumah Han Tay Hiong. maksud kami kami ingin membuka kedok dia Tapi mereka sudah mengetahui kedatangan kami. Sebelum kami tiba Siang-koan Hok sudah kabur. Di tengah jalan kami bertemu dengan Siang-koan Hok. Sungguh memalukan sekali, sekalipun kami bergabung dengan pamanmu, kami tidak berhasil menangkap Siang-koan Hok. Dia berhasil melukaiku, dan ini adalah tanda mata dari Siang-koan Hok untukku!" kata Lauw Kan Lu. "Sekalipun luka pukulan Siang-koan Hok sudah dua tahun yang lalu. ternyata masih membekas. Kalau begitu dia sangat lihay. Jadi keterangan Paman Jen memang benar. Tapi....aku sangsi. Sekalipun Paman Han sahabat Siang-koan Hok. belum tentu Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" pikir Kok Siauw Hong. "Lauw Cian-pwee yakin. Paman Han punya hubungan dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong. "Pertanyaanmu itu benar Waktu itu memang peperangan dengan bangsa Mongol belum berkobar." kata Lauw Kan Lu.. "Sedang dari pihak Monggol dengan kerajaan Tay Song (Kerajaan Song Besar) telah ada perjanjian. Malam itu Han Tay Hiong menjamu Siang-koan Hok. itu pun bukan kesalahan besar. Tetapi Siang-koan Hok itu wakil Kok-su Kerajaan Mongol dan Han Tay Hong berhubungan dengan Siang-koan Hok. itu pasti akan menimbulkan kecurigaan pada setiap orang. Sedang perang sekarang sudah berkobar, maka itu kita

harus siap-siaga. Kok Hian-tit. bagaimana pendapatmu?" "Ya. Lo-cian-pwee benar." kata Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu semula bernama Lauw Kun. karena semua orang memanggil dia Lauw Kan Lu. maka dia menggunakan nama itu. "Sekarang pasukan pelopor bangsa Mongol berada kurang lebih seratus li dari Lok-yang." kata Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kedatanganku ke mari mi karena aku ingin bertarung dengan Han Tay Hiong. Kita bunuh dia agar dia tidak bisa menyambutt kedatangan tentara Mongol!" "Kau baru dari rumah Paman Han. apakah dia ada di sana?" tanya Lauw Kan Lu. "Rumah dia hangus terbakar. entah dia masih hidup atau sudah mati?" kata Kok Siauw Hong. Di depan kedua jago Kay-pang itu Kok Siauw Hong tidak berani menyebut "Paman Han". dia hanya bilang dengan kata "dia" saja. "Dari laporan anak buah Kay-pang. kebakaran itu terjadi tadi malam. Apinya tidak begitu besar. Kedua anggota Kaypang yang melihat kebakaran itu. mereka langsung ke sana. Saat mereka sampai api sudah padam. Mereka tidak berani masuk ke rumah Han Tay Hiong karena takut terjebak oleh siasat orang she Han itu." kata Lauw Kan Lu. "Siasat apa?" tanya Kok Siauw Hong. "Mereka menduga jangan-jangan Han Tay Hiong sendiri yang membakar rumahnya, jadi mereka tidak berani masuk!" kata Lauw Kan Lu. "Tapi kenapa dia membakar rumahnya sendiri?" tanya Kok Siauw Hong sedikit heran. Liok Kun Lun tertawa terbahak-bahak. "Ini akal liciknya! Dia berpura-pura telah didatangi oleh musuh besarnya. Malah rumahnya telah musnah oleh api dan dia sendiri mati! Jika sudah demikian, siapa yang bisa menyelidiki lagi kalau dia itu bersekongkol dengan bangsa Mongol? Nanti, setelah tentara Mongol datang, baru dia muncul lagi. Dengan demikian dia jadi sangat berjasa kepada bangsa Mongol. Lalu apa yang bisa kita lakukan sesudah itu?" kata Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong teringat pada dugaan Chu Kiu Sek. bahwa

terbakarnya rumah Han Tay Hiong karena Han Tay Hiong takut kepadanya. Sedangkan Liok Kun Lun mengira. Han Tay Hiong membakar rumahnya sendiri untuk menghindari penyelidikan persekongkolannya dengan bangsa Mongol. Sekalipun dugaan itu berbeda, tapi dugaan itu sama, yaitu bahwa Han Tay Hiong yang membakar rumahnya sendiri! Kok Siauw Hong jadi merinding "Hati manusia sulit diterka. Benarkah kelakuan Paman Han begini rendahnya?" pikir Kok Siauw Hong. "Aku kira untuk menutupi rahasianya. Han Tay Hiong sampai tega membunuh semua pelayan setianya. Apa lagi mereka masih punya sanak famili?" kata Liok Kun Lun. "Dugaan Liok Cian-pwee benar, semua pelayannya telah mati. tetapi pelaku yang membunuh mereka itu belum tentu Han Tay Hiong?" kata Kok Siauw Hong. "Sungguh keji perbuatannya itu! Su-siok (Paman Guru), sungguh hebat dugaanmu. tidak seorang pun dari keluarga Han yang masih hidup." kata Lauw Kan Lu. "Tidak! Masih ada dua orang yang masih hidup." sanggah Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu tertegun mendengar keterangan itu. "Siapa kedua orang itu?" "Yang seorang puteri Han Tay Hiong." Mata Lauw Kan Lu terbelalak. "Kau datang bersamanya?" kata Lauw Kan Lu. "Tidak!" kata Kok Siauw Hong. "Dia tiba di rumahnya lebih dulu dariku. Ketika aku sampai di rumahnya, kebetulan aku melihat dia sedang bertarung melawan Chu Kiu Sek." sahut Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liok Kun Lun manggut-inanggut. "Oh. aku lupa, kau sudah tidak mau menikah dengan dia. jadi mana mungkin kau berjalan bersamanya?" kata Liok Kun Lun." Sesudah itu dia tatap wajah Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, kau bergabung dengannya melawan Chu Kiu Sek dan kalian mengalahkan si Iblis Tua itu?" "Tidak begitu, tapi Chu Kiu Sek kabur sendiri" "Kenapa?" tanya Lauw Kan Lu heran. "Karena Chu Kiu Sek mendengar suara batuk seseorang! Aku kira dia takut kalau Han Tay Hiong sedang bersembunyi di sini. maka dia kabur!" kata Kok Siauw Hong. Liok Kun Lun dan Lauw Kan Lu tertegun. "Menurutmu siapa orang itu?" kata mereka hampir serempak. Kok Siauw Hong menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu siapa orang itu?" jawab Kok Siauw Hong Kemudian Kok Siauw Hong menceritakan sejak awal dia datang dan tiba di rumah Han Tay Hiong. Dia juga bilang dia menemukan orang yang terkubur dan sudah mereka tolongi itu serta tentang penemuan kulit kambing yang bertulisan bahasa Mongol. Liok Kun Lun manggut-manggut. "Oh. kalau begitu mari kita ke rumah Han Tay Hiong untuk melihatnya!" kata Liok Kun Lun. "Tadi kau bilang di tangan pelayan yang mau kau kuburkan mayatnya itu kau menemukan kulit kambing bertulisan bahasa Mongol. Apakah kulit kambing itu ada padamu?" kata Lauw Kan Lu. "Ada! Mungkin benda ini bisa membuka semua misteri ini." kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Serahkan barang itu padaku, di antara murid-murid kami yang berpakaian karung bertambal enam ada yang bisa membaca tulisan bahasa Mongol." kata Lauw Kan Lu. "Oh bagus sekali." kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong menyerahkan kulit kambing yang dijadikan alat tulis itu kepada Lauw Kan Lu. Sesudah itu mereka meninggalkan rimba menuju ke rumah Han Tay Hiong. Ketika itu hari mulai pagi. Udara sangat sejuk dan nyaman sekali. Saat berjalan Liok Kun Lun menggunakan gin-kang. semula dia khawatir Kok Siauw Hong tidak mampu mengikutinya. Tapi saat dia menoleh, ternyata Kok Siauw Hong ada di belakang dia. "Kok Hian-tit. kau mencari Han Tay Hiong untuk membatalkan pertunanganmu'." kata Liok Kun Lun. 'Benar, aku bermaksud memberi penjelasan agar kelak tidak jadi masalah!" kata Kok Siauw Hong. "Benar, begitu!" kata Liok Kun Lun. "Kau pikir aku mencari Paman Han untuk urusan apa?" pikir Kok Siauw Hong agak kesal juga. Liok Kun Lun melirik. "Kok Hian-tit kau berhasil menguasai Siauw-yang-sin-kang, aku ucapkan selamat kepadamu!" kata Liok Kun Lun. "Aku hanya menguasai enam sampai tujuh bagian saja." kata Kok Siauw Hong berterus terang. Kok Siauw Hong tertegun, sebab Siauw-yang-sin-kang dia peroleh dari ibunya, dia heran mengapa pengemis tua ini tahu tentang ilmu silat itu. "Chu Kiu Sek pandai Sui-lo-im-sat-kang, ilmu itu hanya bisa diatasi oleh Siuw-yang-sin-kang" kata Liok Kun Lun. "Kau bertarung dengan Chu Kiu Sek. tapi sedikitpun kau tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terluka olehnya. Aku pikir kau telah berhasil menguasai ilmu tersebut. Kok Hian-tit aku ingin menanyakan sesuatu padamu" "Katakan saja."kata Kok Siauw Hong. "Apa kau akan menggunakan ilmu itu untuk mengobati Han Tay Hiong?" kata Liok Kun Lun. "Benar, semula aku pikir begitu!" kata Kok Siauw Hong dengan jujur. "Karena aku membatalkan pertunanganku dengan puterinya. aku merasa bersalah kepada mereka. Tetapi setelah aku dengar kata-kata Paman Jen. maka niatku akan aku batalkan!" Liok Kun Lun tersenyum. "Nona Han sangat cantik dan ilmu silatnya pun tinggi. Apa kau masih menaruh hati kepadanya?" kata Liok Kun Lun. Wajah Kok Siauw Hong merah. "Sekalipun aku bukan tunangannya lagi. tapi tetap aku tak bisa membiarkan dia dihina oleh Chu Kiu Sek. Apa salah yang aku lakukan itu. Lauw Cian-pwee?" kata Kok Siauw Hong. "Membantu orang yang lemah itu sikap terpuji seorang gagah. Asal itu kau lakukan bukan karena cintamu, aku lega." kata Liok Kun Lun. "Hm! Sekalipun nona Han cantik dan baik kepadaku, aku tidak bisa menikah dengannya. Di hatiku hanya ada Ci Giok Hian seorang!" pikir Kok Siauw Hong. Tak lama Kok Siauw Hong berkata lagi. "Sekalipun benar misalnya Han Tay Hiong bersekongkol dengan bangsa Mongol. tetapi nona Han tidak sejalan dengan pendapat ayahnya!" "Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika dia bekerja-sama. tidak mungkin dia menyerahkan kulit kambing bertulisan huruf Mongol itu kepadaku." kata Kok Siauw Hong. Pernikahannya dengan nona Han memang telah dia batalkan, tapi setelah bertemu dengan nona Han. dan menyaksikan sikapnya. Kok Siauw Hong jadi kagum dan tanpa sadar dia membela nona itu. Tak lama mereka sudah sampai di rumah Han Tay Hiong. Ketika melihat kedatangan ketiga orang itu nona Han terperanjat. "Nona Han. ini Liok Cian-pwee. ketua Kay-pang. dan yang

ini Lauw Hiang-cu. Iblis Tua itu rupanya bertemu dengan kedua cian-pwee ini. Dia kalah dan kabur." kata Kok Siauw Hong. Nona Han kenal pada Lauw Kan Lu tetapi dia tidak kenal pada Liok Kun Lun. Dia segera memberi hormat. "Ayahku didatangi oleh musuh, masih hidupkah dia atau telah binasakah dia. aku belum mengetahuinya." kata nona Han. "Mohon bantuan dari Lo-cian-pwee untuk menyelidikinya!" Han Pwee Eng sudah tahu perkumpulan Kay-pang bisa cepat mendapat informasi. Dia tidak tahu kalau ketua pengemis itu justru sedang mencurigai ayahnya bersekongkol dengan bangsa Mongol. "Aku dengar rumahmu terbakar, maka kami ke mari. Legakan saja hatimu, kami akan membantu mencari di mana ayahmu itu berada." kata Lauw Kan Lu. "Selain ayahmu yang tidak ketahuan entah di mana. apa ada yang masih selamat dan tidak terkena musibah?" tanya Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semuanya telah mati. tapi kami menemukan seseorang yang masih hidup, dia bukan orangku tetapi orang lain yang tidak aku kenal." kata nona Han. Nona Han mengajak tamunya masuk. Orang yang dimaksud oleh nona Han itu masih duduk bersandar di tembok. Sepasang tangannya sedang memegangi kepalanya. Saat mereka masuk seolah orang itu tidak melihat dan mendengarnya. "Siapa dia?" tanya Lauw Kan Lu pada nona Han. "Dia seperti orang yang ketakutan dan berubah jadi bodoh. Setiap aku bertanya, dia hanya berteriak-teriak saja." sahut nona Han. Liok Kun Lun melepas tangan orang itu. lalu dia angkat dagu orang itu. Ketika sudah melihat wajah orang itu. Liok Kun Lun berseru. "Bukankah kau ini Pauw Leng?" Mendengar kata-kata Liok Kun Lun. Kok Siauw Hong terkejut. Pauw Leng dikenal dan bergelar Miauw Ciu Sin Touw (Pencuri Sakti Bertangan Lincah). Setiap kali melakukan pencurian dia jarang gagal. Heran sekali kali ini dia kedapatan terkubur hidup-hidup di rumah Han Tay Hiong. Dia tatap wajah Liok Kun Lun. dia seolah mengenali pengemis itu. Liok Kun Lun segera memeriksa nadinya. Seperti Kok Siauw Hong dia juga berpendapat, nadi Pauw Leng normal.

Tenaganya tidak hilang. Sekalipun sangat lemah tidak seharusnya dia seperti orang yang mau mati saja. Lalu Liok Kun Lun mengurut jalan darahnya. Tak berapa lama Pauw Leng muntah. Dia segera berlutut di depan Liok Kun Lun "Pang-cu.. .Tolonglah aku.. ." kata dia. Suara Pauw Leng sangat lemah, seperti orang sakit

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Legakan saja hatimu, aku akan mengobatimu." kata Liok Kun Lun. Nona Han kagum oleh kepandaian Liok Kun Lun ini. "Nona Han. bolehkah aku bawa orang ini untuk kuobati. Sesudah sembuh dan bisa bicara, pasti kau akan kuberi tahu." kata Liok Kun Lun. Rumah nona Han telah rusak karena terbakar, dia sedang bingung mau ke mana? Sekarang Liok Kun Lun minta agar orang itu boleh dibawa, tentu saja nona Han tidak keberatan. "Silakan. Pang-cu aku tidak keberatan. Tapi aku masih punya satu masalah, aku mohon bantuan dari Cian-pwee!" kata nona Han. "Jangan sungkan-sungkan, katakan saja!" kata Liok Kun Lun. "Hidup matinya Ayahku belum diketahui, maka sebaiknya sisa harta kami ini tolong Pang-cu bawa semua dan serahkan pada para pejuang!" kata nona Han. Mendengar ucapan nona Han tentu saja dua pengemis tua itu kaget bukan main. Harta keluarga Han sangat banyak. Konon jika semua diuangkan, uangnya bisa untuk membeli sebuah kota. Ini belum terhitung kekayaan yang lainnya. Orang-orang yang membakar rumah keluarga Han itu tidak mengambil barang milik berharga ini." pikir Lauw Kun Lun. "Sungguh mengherankan? Jika yang membunuh itu Han Tay Hiong. mengapa dia tidak mengatur dulu. Misalnya dia menyingkirkan semua barang berharga agar tidak ikut terbakar. Jika ini perbuatan musuh, mengapa dia tidak mengambil kekayaan keluarga Han ini?" Semula dia berpikir semua itu perbuatan Han Tay Hiong. Setelah menyaksikan banyak benda berharga yang terbakai hangus, dia jadi ragu sendiri. Bahkan Kok Siauw Hong pun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

heran dan kagum saat mendengar nona Han menyumbangkan hartanya untuk para pejuang tanah air.

"Nona Han. kau mulia dan gagah Kau pantas disebut pendekar wanita!" kata Kok Siauw Hong. "Nona Han berhati mulia, aku si Pengemis Tua kagum. Tapi jika ayahnya pulang, apakah dua tidak akan marah dan menyalahkan tindakannya?" kata Lauw Kan Lu. Kiok Kun Lun mengangguk. "Baik Nona Han. kau menyumbang dengan tulus hati kami senang. Kami mewakili para pejuang mengucapkan terima kasih." Liok Kun Lun mengawasi ke arah Lauw Kan Lu. "Kau tinggal di sini mengurus hal ini. Aku akan membawa Pauw Ling ke markas cabang untuk mengobatinya." Lauw Kun Lun mengangguk Liok Kun Lun langsung memapah Pauw Ling sambil berkata pada Kok Siauw Hong. "Kok Hian-tit. kau juga ikut aku!" katanya. "Baik." kata Kok Siauw Hong yang lalu menoleh ke arah nona Han. "Nona Han. kau tunggu di sini aku akan ke mari lagi!" Liok Kun Lu memapah Pauw Leng diikuti oleh Kok Siauw Hong. mereka meninggalkan rumah Han Tay Hiong. Sesampai di jalan gunung dia lepaskan Pauw Leng. "Sudah. Pauw Lo-sam. kau jangan berpura-pura lagi. Kau harus berjalan sendiri!" kata Liok Kun Lun. "Liok-lo-ya-cu." kata Pauw Leng. aku sudah dua hari tidak makan. Aku sangat kelaparan. Jika terpaksa aku memang hisa berjalan sendiri, tapi aku tidak akan sanggup mengikutimu." sahut Pauw Leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajahnya berubah murung. Liok Kun Lun tertawa. "Dasar mulut maling! Baik. aku akan membuatmu kenyang!" kata Liok Kun Lun. Pengemis tua itu menurunkan buli-buli araknya. Dia keluarkan seekor ayam panggang dari saku bajunya, ayam panggang itu dia berikan pada Pauw Leng. "Ayam ini pemberian Lauw Kan Lu untukku, sekarang makanlah untukmu!" kata Liok Kun Lun. Pauw Leng menyantap panggang ayam dan minum arak. Tak lama dia seka mulutnya. "Hm! Harum sekali arak ini. sayang cuma sedikit. Mari kita berangkat!" kata Pauw Leng. Pauw Leng sekarang bisa jalan dengan gagah dan cepat. Kok Siauw Hong keheranan melihat kejadian itu. "Dia tak apa-apa. Tadi dia hanya pura-pura. Mengapa dia

harus berbuat begitu?" pikir Kok Siauw Hong. Tak lama mereka sudah sampai di markas cabang Kaypang. Liok Kun Lun mengajak mereka ke ruang rahasia. Di sini baru Liok Kun Lun bicara. "Nah. Pauw Lo-sam. kau sekarang boleh bicara. Apa yang sebenarnya telah terjadi?" kata Liok Kun Lun. Dia awasi Kok Siauw Hong. dia malu-malu untuk segera bicara. Liok Kun Lun tertawa "Semua orang tahu bahwa kau Miauw-ciu-sin-touw. Mau apa kau masuk ke rumah orang she Han itu? Sudah lekas kau bicara jangan mau-malu!" kata Liok Kun Lun. "Liok-lo-ya-cu orang yang pengertian, aku memang seorang pengusaha tidak bermodal, aku ke sana tentu saja untuk mencuri." kata dia.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liok Kun Lun tertawa. "Kau terlalu berani. Kau bukan mencuri di tempat lain malah kau datang mencuri di rumah Han Tay Hiong!" kata Liok Kun Lun. "Di Lok-yang memang banyak orang kaya. tapi tidak ada yang sekaya Han Tay Hiong. Maka itu aku ke datang ke rumahnya." kata Pauw Leng. "Dari mana kau tahu Han Tay Hiong sangat kaya?" tanya Liok Kun Lun. "Pekerjaanku menjadi pencuri, oleh karena itu aku harus banyak menyebar orang untuk mencari informasi yang akurat. Tahun lalu Han Tay Hiong membeli banyak barang-barang antik yang mahal harganya Dari sesama malinglah aku mendapat keterangan ini. Maka itu aku jadi tahu dengan jelas." kata Pauw Leng. "Kau tahu tentang kekayaannya, apakah kau juga tahu dia seorang yang berilmu tinggi?" kata Liok Kun Lun. "Jika kau berhadapan dengan salah seorang pelayannya pun. kau akan repot sekali. Apalagi kau harus menghadapi Han Tay Hiong. Apa matamu telah buta karena harta itu hingga kau lupa pada keselamatan nyawamu sendiri?" "Tidak! Aku bukan buta oleh kekayaannya, tapi ...aku tidak tahu mengenai asal-usul Han Tay Hiong ini. Kau ketua Kaypang tentu kau tahu siapa dia?" kata Pauw Leng. Liok Kun Lun manggut. "Tidak heran kalau kau tidak tahu asal-usulnya, karena Han Tay Hiong sudah menutup diri selama duapuluh tahun. Tak heran kaum Rimba Persilatan biasa atau golongan muda jadi tidak tahu siapa dia? Dia adalah pesilat berilmu tinggi!" kata Liok Kun Lun.

Pauw Leng manggut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau benar, kalau tidak masakan Beng Cong-piauw-tauw bersedia mengantarkan puterinya yang akan menikah di Yangcou?" kata Pauw Lena. Ketika itu wajah Kok Siauw Hong berubah merah. Entah Pauw Leng tahu atau tidak, bahwa calon menantu Han Tay Hiong itu adalah dia. "Sudah kau jangan ngawur! Ceritakan saja setelah kau ada di dalam rumah Han Tay Hiong." kata Liok Kun Lun. "Saat aku sampai di rumah Han Tay Hiong. lampu di kamar baca Han Tay Hiong belum dimatikan. Kemudian aku dengar ada orang yang bicara. Aku mengendap-endap mendekati jendela kamar itu. Maksudku akan meniupkan obat bius supaya mereka semua tertidur!" kata Pauw Leng. "Apa kau berhasil meniupkan obat bius itu?" kala Liok Kun Lun. "Belum!" kata Pauw Leng sambil menggelengkan kepalanya. "Untung belum sehingga mereka tidak tahu aku ada di situ. Saat itu Han Tay Hiong sedang bicara dengan seseorang. Aku hanya mendengar dua patah kata dan aku jadi kaget." "Kau tahu, siapa orang yang bicara dengan Han Tay Hiong itu?" kata Liok Kun Lun. "Apa yang mereka bicarakan hingga kau kaget sekali?" "Orang itu pelayan Han Tay Hiong." sahut Pauw Leng. "Sayup-sayup aku mendengar kata-katanya. " "Apa yang dikatakannya?" desak Liok Kun Lun. "Dia bilang "Kali ini aku telah membunuh Ho-pak Samhiong (Tiga Orang Gagah dari Ho-pak)." kata Pauw Leng menirukan suara pelayan Han Tay Hiong. "Aku menyesal sekali!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar keterangan Pauw Leng itu Kok Siauw Hong terkejut sekali. "Ho-pak Sam-hiong itu orang gagah di Dunia Persilatan. Bagaimana pelayan tua itu malah membunuh mereka?" pikir Kok Siauw Hong. "Mengapa dia bunuh Ho-pak Sam-hiong. apa dikatakannya?" kata Liok Kun Lun. "Ya," kata Pauw Leng lalu dia meneguk arak, "dia bilang

saat dia akan pulang, di Yun-kang dia bertemu dengan mereka. Mereka bertanya kepada pelayan itu, apa yang si pelayan tua lihat dan lakukan di Ho-lim? Pelayan tua itu bilang, selain majikannya, orang lain tidak boleh tahu. Ketika Han Tay Hiong mendengar keterangan pelayan tua itu bilang begitu, Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu sangat setia kepadanya." Setelah mendengar ucapan Pauw Leng kembali Kok Siauw Hong kaget. Karena Ho-lam ibukota Kerajaan Mongol, dia heran mengapa Han Tay Hiong mengutus pelayan tua itu ke sana? "Empat tahun yang lalu Siang-koan Hok singgah di kota Lok-yang," pikir Kok Siauw Hong. "Waktu itu perang belum berkobar, katanya Paman Han menjamu Siang-koan Hok di rumahnya. Itu masih bisa dimaklumi karena antara Mongol dan kerajaan Song belum terjadi peperangan. Tapi sekarang pasukan Mongol telah memasuki wilayah Tiong-goan, anehnya Paman Han masih mengutus pelayan tua itu ke kota Ho-lim. Ini bukti bahwa Paman Han benar-benar bersekongkol dengan bangsa Mongol?" "Lalu bagaimana selanjutnya?" kata Liok Kun Lun. "Setelah Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu, wajah si pelayan tua malah jadi murung," kata Pauw Leng. "Apa yang dikatakannya?" kata Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bilang, saudara paling tua dari Ho-pak Sam-hiong melihatnya. Saat si pelayan tua tidak menjawab, lalu dia berkata, 'Baiklah! Tak apa kau tidak mau bicara, tapi aku sudah tahu jelas sekali. Kali ini kau menerima perintah majikanmu ke Ho-lam untuk menemui Siang-koan Hok dan pasti dia menulis surat untuk majikanmu. Cepat kau perlihatkan surat itu kepadaku!" katanya. Si pelayan tua bilang, 'Memang surat itu ada padaku, tapi tidak bisa kuperlihatkan kepadamu. Ketua Ho-pak Sam Hiong gusar. 'Baik, karena kau tidak bersedia menunjukkan surat itu, kami akan merebut surat itu dari tanganmu!' Akhirnya mereka berkelahi. Sekalipun pelayan tua itu tidak berniat membunuh mereka, tetapi akhirnya Ho-pak Sam Hiong binasa di tangannya." kata Pauw Leng. Liok Kun Lun menghela napas panjang. 'Oh. Tidak kusangka Ho-pak Sam-hiong harus mati dengan penasaran. Tapi tadi kau bilang pelayan tua itu sangat menyesal, jadi dia masih punya hati nurani juga," kata Liok Kun Lun. "Aku kira begitu," kata Pauw Leng. "Tapi Han Tay Hiong

berpikir lain. Dia bilang pada si pelayan, ''Ho-pak Sam-hiong sudah tahu kau pelayanku, tapi mereka berani membuat kau susah. Mereka sudah sepantasnya binasa!' Tapi pelayan tua itu bilang begini, 'Tuan Besar tidak boleh bilang begitu! Mereka para pendekar termasyur, hanya karena sepucuk surat akhirnya mereka harus binasa. Mana aku bisa tenang. Aaah! Tahun ini umurku sudah 60 tahun, sekalipun selama ini aku sering melakukan perbuatan yang tidak terpuji, kali ini aku melakukan kesalahan besar!' Mendengar ucapan pelayan tua itu Han Tay Hiong marah. "Tak perlu kau menysal, serahkan surat itu kepadaku!' Tapi dijawab oleh si pelayan tua, 'Tuan Besar, maafkan hamba!' pelayan tua itu kelihatan gugup sekali. Dia tidak mau menyerahkan surat itu. Wajah Han Tay

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hiong berubah merah padam. 'Kenapa, apa surat itu hilang?' tanya Han Tay Hiong. Tidak! Surat itu ada padaku,' jawab si pelayan tua. Han Tay Hiong mengerutkan dahinya. Kalau begitu mana surat itu?' Surat itu ada, tapi sudah dibuka! Aku minta maaf Tuan Besar! Wajah Han Tay Hiong berubah gusar bukan main. Siapa yang membuka surat itu? Aku, Tuan Besar! Han Tay Hiong melotot. Kenapa kau buka? Karena aku merasa berdosa pada Ho-pak Sam-hiong. sebelum Lo Toa (Saudara Tertua) mereka meninggal, aku ingin memenuhi permintaannya yang terakhir... kata si pelayan lua. Kalau begitu dia sudah melihat surat itu? kata Han Tay Hiong. Pelayan tua itu mengangguk. Ya, saat itu dua saudaranya yang lain telah mati. Dia bilang kepadaku, 'Kau sangat setia kepada majikanmu, aku tidak menyalahkanmu. Tapi surat itu sangat penting, kau harus menunjukannya kepadaku, agar aku tidak mati penasaran.' Aku pikir dia hampir mati. Sekalipun dia membaca surat itu, dia tidak bisa membocorkannya kepada orang lain. Lalu kurobek sampul surat itu. Kemudian kuperlihatkan kepadanya. Setelah membaca surat itu dia menghela napas panjang, 'Ternyata dugaanku tidak salah!' Saat itu aku terheran-heran, lalu aku bertanya, 'Maksudmu?' Dia balik bertanya, 'Kau mengerti tulisan Mongol?' kata Lo Toa. Lalu aku jawab aku mengerti sedikit. Dia berkata lagi, 'Bacalah sendiri!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika kau setia pada majikanmu, sebaiknya surat ini jangan sampai jatuh ke tangannya!' Ketika aku mau bertanya lagi, dia telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Lalu kubaca surat itu. Han Tay Hiong membentak. Kau sudah membaca surat itu? Ya! Bahkan hamba siap dihukum apapun. kata si pelayan. Kau ikut aku sudah puluhan tahun, tidak kusangka kau berani berbuat begitu! kata Han Tay Hiong. "Tapi mengingat jasamu yang besar telah mengantarkan suratku, maka untuk sementara hukumanmu ditangguhkan. Cepat serahkan surat itu kepadaku! Tapi lebih baik Tuan Besar jangan membaca surat ini! Mengapa? tanya Han Tay Hiong dengan gusar. Lo Toa benar, Tuan Besar sebaiknya tidak membaca surat ini. Jika Tuan Besar memaksa membacanya, kelak nama baik Tuan Besar akan hancur, jawab si pelayan tua. Han Tay Hiong bertambah gusar. Omong kosong! Membaca atau tidak itu urusanku, kau jangan ikut campur! kata Han Tay Hiong. Jika Tuan Besar memaksa ingin membacanya, bunuh dulu hamba! kata si pelayan tua dengan berani. Han Tay Hiong kaget dan gusar. Jadi kau tetap akan melarang aku membacanya? kata Han Tay Hiong. Pelayan itu mengangguk. Itu demi kebaikan Tuan Besar. Tapi jika Tuan Besar berkeras memaksa, apa boleh buat! kata si pelayan tua. Dia genggam surat itu erat-erat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Kok Siauw Hong teringat pada sesuatu. "Oh, surat kulit kambing yang kutemukan itu ternyata surat dari Siang-koan Hok untuk Han Tay Hiong," pikir Kok Siauw Hong. "Karena surat itu dipertahankan oleh pelayan tua itu, Han Tay Hiong gusar," Pauw Leng melanjutkan ceritanya. Apa maksudmu? kata Han Tay Hiong. Pelayan tua itu menjawab. Seorang lelaki sejati, jika telah bicara, kata-katanya sulit dikejar, sekalipun dengan empat ekor kuda! Sekalipun hamba

bukan seorang lelaki sejati, namun sudah hamba bilang begitu, tidak mungkin ditarik kembali! Silakan Tuan Besar mau bagaimana?' kata si pelayan tua dengan berani. Wajah Han Tay Hiong berubah merah. 'Hm!' dia mengeluarkan suara di hidung. "Aku lihat Han Tay Hiong menggunakan jari tangannya menyentil," kata Pauw Leng. "Yang diserang kepalan tangan si pelayan tua itu! Seketika gigi si pelayan tua gemeretuk, wajahnya berubah kelabu dan keringat dinginnya mengucur. Entah ilmu apa yang digunakan Han Tay Hiong hingga membuat pelayan tua itu tersiksa sekali. Kepalan tangannya mulai terbuka. Tiba-tiba Han Tay Hiong menyambar surat itu. Tapi pada saat itu pelayan tua itu kembali memegang surat itu erat-erat, dan Han Tay Hiong hanya berhasil mengambil separuh dari surat itu. Maka robohlah pelayan tua itu dengan sangat menderita." "Lalu bagaimana selanjutnya?' tanya Liok Kun Lun. "Han Tay Hiong benar-benar gusar," kata Pauw Leng. "Kemudian Han Tay Hiong berkata dengan nyaring. 'Kau benar-benar tak sayang pada nyawamu?' bentak Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hamba tak ingin nama Tuan Besar hancur, silakan Tuan Besar bunuh hamba," jawab pelayan tua itu. Wajah Han Tay Hiong berubah kehijauan. Hm! Apa kau kira aku tak berani membunuhmu?' kata Han Tay Hiong. Tiba-tiba dia memukul ke arah kepala pelayan tua itu. Tak lama terdengar suara jeritan mengerikan. Batok kepala pelayan tua itu berlubang, darah keluar dari lukanya. Mendengar cerita itu Liok Kun Lun gusar bukan main. "Kelihatannya Han Tay Hiong itu seorang pria sejati, tak tahunya dia begitu keji melebihi seekor srigala!" kata Liok Kun Lun. "Saat kusaksikan kejadian itu," melanjutkan Pauw Ling, "saking ketakutan aku nyaris pingsan. Aku berusaha agar tubuhku tak menggigil, tapi tetap menggigil hingga terdengar oleh Han Tay Hiong. Dia membentak, 'Siapa di luar?' Kemudian dia melancarkan pukulan ke arah jendela." Pauw Leng diam sejenak, lalu melanjutkan. "Untung aku bersembunyi di bawah jendela, kalau tidak batok kepalaku bisa hancur. Buru-buru aku pergi. Aku dengar suara Han Tay Hiong mengeluh. Mungkin dia heran mengapa pukulannya gagal mengenai sasaran. Han Tay Hiong keluar akan mengejarku. Tapi untung Thian (Tuhan) masih

melindungiku. Kebetulan malam itu rembulan tertutup oleh awan hitam, dia tidak melihatku. Dia melompat ke atas sebuah batu besar, lalu memukul ke empat penjuru. Saat itu aku sedang lari. Ketika aku merasa aku terkena pukulannya, darahku bergolak. Aku tidak tahu apakah aku terluka atau tidak? Tapi jelas aku sudah tidak bisa lari lagi." Liok Kun Lun dan Kok Siauw Hong saling pandang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Tak kusangka dia memiliki pukulan sehebat itu!" kata Liok Kun Lun. "Pantas Pauw Leng bergelar Miau-ciu-sin-tou, gin-kangnya memang lihay. Jika bukan dia mungkin tidak akan lolos dari serangan Han Tay Hiong!" pikir Kok Siauw Hong. Pauw Leng menyeka keringat di keningnya dan menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan ceritanya. "Aku bingung dan tidak bisa menggunakan hawa murniku lagi. Jika aku lari aku takut langkahku akan terdengar oleh dia. Aku takut dan bingung bukan main," kata Pauw Leng. "Selanjutnya bagaimana?" tanya Liok Kun Lun tidak sabar lagi. "Aku sudah tidak bisa kabur lagi," sahut Pauw Leng. "Terpaksa aku harus mencari tempat sembunyi di goa atau gunung-gunungan. Tapi tiba-tiba aku menemukan sebuah akal. Untung Han Tay Hiong tidak mendengar langkahku. Mungkin dia kira aku sudah pergi jauh dari rumahnya. Sekarang dia juga tidak melancarkan serangan seperti tadi..." Setelah meneguk arak dia melanjutkan. "Dengan hati-hati aku merangkak di tanah, aku tiba di tempat banyak pohonnya. Kebetulan tanah di tempat itu tidak keras. Lalu kugali sebuah lubang dan mengubur diri di sana." kata Pauw Leng. "Saat kau menggali apa suaramu tak terdengar oleh Han Tay Hiong," kata Kok Siauw Hong. Pauw Leng tertawa. "Itu kepandaian khususku, dengan cara begitu aku bisa memasuki setiap rumah orang kaya," kata Pauw Leng terus terang. Aku tahu Han Tay Hiong telinganya tajam, tapi aku menggali tanah dengan kedua tanganku. Jika jaraknya tak terlalu dekat dia tak akan mendengar aku menggali tanah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi nasibku memang tergantung dari keberuntunganku

sendiri. Han Tay Hiong terus mencariku, tapi sebelum dia menemukan aku, para pelayannya sudah berhamburan keluar. Mereka ribut menanyakan ada apa." 'Ada apa, apa ada maling?' mereka bilang. "Tidak ada,' jawab Han Tay Hiong. 'Kalian ke mari aku mau bicara!' Saat itu tubuhku sudah terkubur di dalam lubang. Mataku tak melihat apa-apa, tapi telingaku mendengar sesuatu yang mengejutkan. "Apa yang terjadi?" tanya Liok Kun Lun. Pauw Leng mengelah napas baru dia melanjutkan. "Aku mendengar suara jeritan yang menyayat hati. Pasti Han Tay Hiong telah membunuh para pelayannya itu. Bukan main takutnya aku. Aku mengeluarkan sebatang pipa yang selalu aku bawa-bawa, dan memasukkannya ke mulutku, kemudian kupakai untuk mengambil napas. Sedang yang muncul ke permukaan tanah, ya pipa itu." Liok Kun Lun tersenyum. "Aku sudah menduga pasti kau mengubur diri sendiri. Semula aku kira Han Tay Hiong yang menguburmu, aku heran bagaimana kau bisa tahan demikian lama di dalam tanah. Ternyata kau menggunakan pipa untuk bernapas..." kata Liok Kun Lun. "Aku tahu hanya ini yang bisa menyelamatkan aku, tapi itu pun hanya untuk sementara waktu saja," kata Pauw Leng sambil menghela napas. "Jika Han Tay Hiong menemukan aku, pasti aku bisa celaka! Cepat atau lambat pasti dia akan menemukan aku. Untung halaman rumahnya demikian luas. Ditambah lagi rumah itu banyak kamarnya. Aku yakin dia tak menyangka aku mengubur diri di tempat itu. Jika dia ingin

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencariku itu butuh waktu lama baru akan menemukan aku. Maka aku bilang nasibku tergantung dari keberuntunganku." Setelah diam sejenak dia melanjutkan ceritanya lagi. "Aku tidak tahu sudah berapa lama aku terkubur di dalam tanah," kata Pauw Leng, "aku juga tidak tahu di mana Han Tay Hiong berada saat itu? Aku tidak berani keluar dari dalam lubang itu. Perutku terasa lapar sekali, tapi aku takut Han Tay Hiong akan menemukan aku. Aku benar-benar gugup dan panik sekali!" Liok Kun Lun tertawa. "Kau maling sakti, sejak kau jadi maling kau selalu berhasil dengan baik. Kali ini kau tersiksa, itu sudah cukup pantas!" kata Liok Kun Lun. "Aku lapar mataku berkunang-kunang," kata Pauw Leng

melanjutkan ceritanya lagi. "Entah sudah berapa lama kemudian aku mendengar suara seorang lelaki dan perempuan datang mencari orang yang masih hidup di rumah itu. Saat itu aku memberanikan diri minta tolong...." Sampai di sini dia awasi Kok Siauw Hong. "Terima kasih atas pertolonganmu," kata Pauw Leng pada Kok Siauw Hong. "Aku dikeluarkan olehmu dari dalam lubang itu. Jika tak ada kau mungkin aku akan terkubur selamanya di tempat itu! Aku memang berpura-pura seolah napasku hampir putus. Tapi jika aku disuruh keluar sendiri dari lubang itu, aku benar-benar tak sanggup!" "Setelah Han Tay Hong membunuh semua pegawainya, apa lagi yang terjadi? Apa kau mendengarnya?" kata Kok Siauw Hong. "Aku sedang kelaparan hampir pingsan, hinggu aku lak tahu apa-apa lagi," kata Pauw Leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, kau lelah dan ketakutan. Sekarang kau boleh istirahat. Aku tidak tahu apa aku akan menanyakan sesuatu lagi padamu atau tidak? Setelah kau segar aku akan memanggilmu!" kata Liok Kun Lun. "Baik," kata Pauw Leng. Seorang pengemis segera membawa Pauw Leng ke sebuah kamar supaya bisa istirahat. Setelah Pauw Leng pergi, Liok Kun Lun bicara dengan Kok Siauw Hong. "Kok Hian-tit apa kau percaya pada cerita Pauw Leng tadi atau kau mencurigai dia? Menurutku dia sangat ketakutan, aku yakin dia tidak berpura-pura untuk berbohong. Ditambah lagi dia bicara di depanku!" kata Liok Kun Lun. Dahi Kok Siauw Hong berkerut. "Ada yang membuatku heran..." kata Kok Siauw Hong. "Mengenai apa?" "Surat dari Siang-koan Hok itu sangat penting," kata Kok Siauw Hong. "Sesudah Han Tay Hiong membunuh si pelayan tua, mengapa dia tidak mengambil surat yang sepotongnya lagi dari tangan si pelayan tua? Seandainya dia pergi mencari Pauw Leng dan dia tidak berhasil menemukannya, dia masih sempat untuk kembali lagi mengambil surat itu. Baru dia pergi, ya kan?" Setelah berpikir sejenak Liok Kun Lun mengangguk. "Kau benar. Memang agak aneh? Tapi di dunia ini memang banyak hal yang aneh-aneh dan di luar dugaan. Siapa tahu ketika itu Han Tay Hiong menemukan sesuatu yang lebih penting sehingga dia harus segera pergi." kata Liok Kun Lun. Saat itu Lauw Kan Lu muncul ke kamar rahasia. Dia tertawa

terbahak-bahak karena girang sekali. Liok Kun Lun heran dan langsung bertanya pada rekannya itu. "Kan Lu, apa yang kau tertawakan?" kata Liok Kun Lun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Su-siok, coba kau terka, berapa banyak harta milik Han Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu. "Justru aku ingin tahu durimu, tapi kenapa kau girang sekali?" kata Liok Kun Lun. "Aku tidak tahu berapa jumlah harta Han Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu. "Tapi menurut Pauw Lo Sam harta Han Tay Hiong itu cukup untuk membeli sebuah kota, aku rasa itu benar! Di rumahnya banyak emas dan perak. Untung aku telah mencari belasan saudara kita untuk memindahkan semua barang itu ke dalam empat buah kereta. Sekarang kereta-kereta itu ada di luar, apakah Su-siok mau melihatnya?" "Pengemis memperoleh harta besar, itu sangat menggirangkan. Pantas saja kau begitu girang." kata Liok Kun Lun. "Ya, aku girang. Barang-barang itu akan disumbangkan untuk para pejuang. Jangan salah bukan untuk pribadi!" kata Lauw Kan Lu sambil tertawa. "Sudah, jangan bicara begitu, kau akan ditertawakan oleh Kok Hian-tit. Lekas bawa barang-barang itu ke gudang," kata Liok Kun Lun. "Baiklah, Su-siok! Malah aku sudah menyuruh beberapa anggota kita agar besok mereka bisa ikut mengawal. Aku akan ke Houw-wie-piauw-kiok untuk minta bantuan pada Beng Cong-piauw-thauw dan beberapa piauw-su lain." Kemudian dia mengawasi Kok Siauw Hong sambil berkata. "Kok Siauw-hiap, jika kau tidak punya urusan lain, kau boleh membantu kami supaya barang-barang itu aman di dalam perjalanan." "Maaf, aku masih harus kembali ke rumah Han Tay Hiong. Lebih baik kalian berangkat lusa saja, aku pasti akan ke mari." kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lauw Kan Lu tertawa. "Kau tidak salah semua urusan harus ada awal dan akhirnya. Kau belum resmi membatalkan pertundanganmu dengan nona Han, posisi nona Han masih calon isterimu.

Tentu saja kau harus peduli kepadanya! Terus-terang nona Han tidak sama dengan ayahnya. Dia sumbangkan harta ayanya dengan tulus liati, sama sekali dia tidak merasa sayang. Semula aku curiga kepadanya, tapi sekarang tidak. Malah aku salut kepadanya. Kok Siauw-hiap, jika kau tidak jadi membatalkan pertunanganmu itu, aku juga tidak akan mencegah kau menikah dengannya!" kata Lauw Kan Lu. Wajah pemuda itu merah. "Maksudku bukan begitu, tapi aku sudah berjanji akan menemuinya lagi. Jika aku tidak menepati janjiku itu tidak baik," kata Kok Siauw Hong. "Benar, rumahnya telah terbakar habis. Semua pelayannya juga mati. Dia sangat berduka, kau harus ke sana menghiburnya," kata Lauw Kan Lu. "Nona Han berjiwa besar, tapi dari mana Han Tay Hiong memperoleh harta sebanyak itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Dia nona yang sangat baik, jika dia tahu ayahnya begitu, pasti dia akan berduka sekali," kata Lauw Kan Lu. "Sudah Kan Lu, jangan nyerocos terus. Sekarang aku tanya kau, apakah kau sudah menemukan orang kita yang mengerti tulisan Mongol itu?" kata Liok Kun Lun. "Sudah, Su-siok! Untung orang itu belum mengungsi malah aku sudah menyuruhnya menerjemahkan surat ini!" kata Lauw Kan Lu sambil tertawa. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 16

Kok Siauw Hong menghentikan langkahnya. Dia ingin tahu apa isi surat itu, dia menghampiri Lauw Kan Lu. Kemudian langsung bicara. "Apa isi surat itu?" tanya Kok Siauw Hong. "Setelah diterjemahkan, isi surat itu begini : Setelah berhasil, daerah yang di Tiong-goan terserah.....Anda boleh jadi raja....bo!eh pilih sendiri yang mana? Begitu bunyi surat ini," kata Lauw Kan Lu. Liok Kun Lun menepuk meja. "Dugaan kita tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Karena adanya sisa surat ini, kita sudah dapat membuktikan, bahwa Han Tay Hiong memang bersekongkol dengan bangsa Mongol!" Kok Siauw Hong diam. Hati pemuda ini sangat kacau. Sekalipun surat itu tinggal separuh, namun beberapa kalimatnya sangat jelas. Setelah berhasil itu artinya setelah pihak Mongol berhasil meruntuhkan Dinasti Song, maka Han Tay Hiong akan diangkat menjadi raja di suatu daerah.

"Kok Siauw-hiap, kau masih curiga pada sesuatu?" kata Lauw Kan Lu. "Tidak! Tapi masalah ini sangat tiba-tiba sekali, sungguh di luar dugaan," sahut Kok Siauw Hong. "Atas dasar surat ini, kecurigaan kita kepada Han Tay Hiong tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Membunuh pelayan dan membakar rumah, itu pasti perbuatannya! Dengan akalnya ini dia ingin mengacaukan kita agar dia lebih leluasa menyambut kedatangan pasukan Mongol dari bagian dalam!" "Kalau begitu dia belum mati!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana? Aku lihat kau belum percaya bahwa dia seorang pengkhianat? Jelas dia belum mati, malah aku yakin dia masih ada di Lok-yang!" kata Lauw Kan Lu. Liok Kun Lun mengerutkan dahinya. "Kita menghadapi kesulitan. Aku khawatir sewaktu-waktu pasukan Mongol akan masuk ke kota Lok-yang! Jika kita mengantarkan harta itu untuk para pejuang, bukankah itu malah akan menggirangkan Han Tay Hiong? Dia bisa terus bersekongkol dengan bangsa Mongol. Lalu siapa yang akan mengungkap kejahatannya?" kata Liok Kun Lun. "Siapa tahu ini malah sebuah perangkap?" kata Lauw Kan Lu. "Han Tay Hiong membiarkan kita mengambil hartanya, aku yakin sia tentu akan berusaha mengambilnya kembali! Sudah jelas dia tidak akan membiarkan kita aman sampai di tempat tujuan. Saat kita sedang berusaha keras mengantarkan harta itu pada para pejuang, sementara dia dengan leluasa bisa bergerak di dalam kota." "Benar, oleh karena itu kita harus membuat rencana," kata Liok Kun Lun. "Pertama-tama kita selidiki dulu jejaknya Kok Hian-tit, aku kira masalah ini akan merepotkan kau. Sekarang puteri Han Tay Hiong sudah ada di sini. Aku yakin diam-diam dia akan menemui ayahnya. Han Tay Hiong akan berbohong untuk mengelabui puterinya agat tidak tahu perbuatan dia yang sebenarnya!" "Baik, aku akan segera menemui nona Han. Jika aku mendapat kabar aku akan memberitahu kalian di sini!" kata Kok Siauw Hong. "Baik! Tapi sebelum semuanya jelas kau jangan bicara apaapa, supaya nona Han tidak risau," kata Lauw Kan Lu. "Aku tahu," jawab Kok Siauw Hong. Dia langsung pamit dan berangkat ke rumah Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di jalan pikiran Kok Siauw Hong jadi kacau. Dia tidak tahu dari mana Han Tay Hiong bisa memiliki demikian banyak harta yang sangat berharga itu? Sekalipun Lauw Kan Lu berpendapat bahwa semua itu siasat Han Tay Hiong. Dia sengaja meninggalkan semua hartanya, tetapi Kok Siauw Hong tidak setuju pada pendapat Lauw Kan Lu itu. Dia heran kenapa Han Tay Hiong tidak membawa hartanya yang demikian banyak itu? "Aku yakin Paman Han dengan susah-payah mengumpulkan harta itu, tidak semudah itu dia mau melepaskannya?" pikir Kok Siauw Hong. "Sekalipun Lauw Kan Lu bilang dia akan merampas kembali hartanya itu, pekerjaan yang harus dia kerjakan itu sulit sekali! Kalau benar itu siasatnya, aku kira itu siasat yang sangat bodoh!" Mengenai separuh surat yang sudah disalin itu, Kok Siauw Hong sudah menyampaikan kecurigaannya. Bahkan Liok Kun Lun tidak berhasil memberi jawaban yang tepat. Dia hanya menerka bahwa Han Tay Hiong bertemu masalah lain yang lebih penting, hingga ia tidak sempat mengambil sisa surat di tangan pelayan tua itu. "Tak salah di dunia ini memang banyak masalah yang terjadi di luar dugaan. Mungkinkah begitu? Tapi tidak masuk akal!" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong terlalu yakin pada pendapat ayahnya. Dia kurang yakin pada pendapat Liok Kun Lun yang mengatakan bahwa Han Tay Hiong penjahat besar. "Ayahku dan Paman Han bersahabat sudah puluhan tahun lamanya," pikir Kok Siauw Hong. "Sekiranya Paman Han itu penjahat seperti yang dikatakan Liok Kun Lun, mana mungkin puluhan tahun tak sekalipun menunjukkan boroknya di depan Ayahku? Aku tahu Ayahku sangat benci kepada kejahatan. Apakah Ayahku tidak tahu sifat Paman Han? Jika dia tahu aku yakin Ayahku tidak akan menjodohkan aku dengan puteri Paman Han?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia berjalan terus tapi sambil berpikir. "Ayah selalu memuji Paman Han lurus dan gagah, dia bilang Paman Han pantas disebut sebagai seorang pendekar. Ayah menjodohkan aku mungkin karena merasa cocok dengan Paman Han dan bukan karena kekayaan Paman Han. Namun

Paman Han begitu kaya, tapi Ayah tak pernah menyinggung masalah itu. Apa Ayah tidak tahu soal ini? Lalu mengapa Paman Han tidak bilang tentang kekayaannya pada Ayahku? Jika demikian Paman Han membohongi Ayahku, jadi dalam masalah lain pun bisa jadi begitu?" Kok Siauw Hong bingung bukan main. Dia tidak yakin pada ucapan Liok Kun Lun maupun Lauw Kan Lu, tapi ia juga tidak berani mengatakan bahwa Han Tay Hiong itu orang baik. Saat berjalan sambil berpikir mendadak Kok Siauw Hong ingat sesuatu. "Mengapa aku sampai melupakan barang bukti yang begitu penting?" pikirnya. Ketika baru tiba dan sedang menyelidik di rumah Han Tay Hiong, dia pernah mengorek darah beku di kepala pelayan tua itu. Ketika itu dia ingin memeriksa darah itu di markas cabang Kay-pang tadi. Tapi Liok Kun Lun menyuruhnya segera pergi hingga dia lupa barang itu. Malam itu rembulan bersinar terang. Ketika Kok Siauw Hong ingat pada darah beku itu, kebetulan saat itu dia berada di tepi sungai. Air sungai itu sangat jernih dan ikan-ikan yang sedang berenangpun kelihatan jelas sekali. "Akan kuperiksa darah itu, aku kira belum terlambat!" pikir pemuda ini. Dia memeriksa ke sekitarnya sampai dia melihat sebuah lubang berair dan air itu langsung menuju ke sungai. Dia keluarkan darah beku dari sakunya Darah beku yang ada dalam sapu tangan itu dia hancurkan, lalu dia masukkan ke dalam lubang berair itu. Air sungai masuk ke lubang kemudian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berbalik lagi ke sungai. Selang beberapa saat ikan-ikan yang tadi asyik berenang itu, sudah langsung terapung ke permukaan air mati semua. Padahal darah beku yang dipercikan oleh Kok Siauw Hong sedikit sekali. Begitu air di lubang masuk ke sungai bisa meracuni semua ikan-ikan itu. Sudah sejak awal Kok Siauw Hong mengira bahwa darah beku itu beracun, tapi dia tidak menduga begitu dasyatnya racun tersebut. Hal ini membuat Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Tapi sesudah itu dia jadi girang bukan main. "Paman Han bukan pembunuhnya! Paman Han bukan pembunuhnya!" kata dia. Lwee-kang Han Tay Hiong adalah lwee-kang aliran lurus Sedang orang yang punya lwee-kang lurus tidak bisa melatih lwee-kang pukulan beracun. Jika dia lakukan juga dia bisa melukai diri sendiri. Itu yang diketahui oleh Kok Siauw Hong. Empat tahun yang lalu Kok Siauw Hong datang ke rumah

Han Tay Hiong. Dia tahu Han Tay Hiong bisa pukulan Pan-juciang (Ilmu Pukulan Lunak), ilmu pukulan aliran Buddha yang harus digunakan dengan lwee-kang aliran lurus. Maka tidak mungkin dalam waktu empat tahun Han Tay Hiong akan berhasil memiliki pukulan beracun. "Jadi siapa pembunuh itu? Siu-lo-im-sat-kang pun tidak beracun sekali seperti itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Aah benar! Kalau begitu Paman Han bertemu dengan musuh yang sangat lihay, tapi aku yakin bukan Chu Kiu Sek! Aku harus segera menemui Liok Pang-cu untuk memberitahu dia!" Saat Kok Siauw Hong akan kembali ke markas Kay-pang, dia berpikir lain. "Nona Han ada di sini, orang itu membunuh semua pelayannya. Pasti orang itu pun tidak akan melepaskan nona Han hidup-hidup! Dia sekarang sendirian di rumahnya, ini berbahaya! Lebih baik aku menemuinya dulu!" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar suara dengusan, suara itu terdengar dingin. Dia kaget lalu membentak. "Siapa?" kata Kok Siauw Hong. Tetapi tidak ada jawaban. Kok Siauw Hong mengerahkan gin-kang Pat-pou-kan-tan (Delapan langkah meluncur), dia melompat ke arah suara dengusan itu. Tapi di tempat itu tidak terlihat ada siapa-siapa. "Apa aku salah dengar?" pikir Kok Siauw Hong. Selang sesaat Kok Siauw Hong menggunakan ilmu "Coanimjip-pek" (Ilmu menyampaikan suara ke delapan telinga). "Sahabat, apakah kau tahu dengan jelas tentang keluarga Han, silakan Anda keluar untuk memberi petunjuk padaku!" kata Kok Siauw Hong. Tadi saat dia girang bukan main dan berkata, "Paman Han bukan pembunuhnya!" tiba-tiba dia mendengar suara dengusan itu. Dia pikir orang itu menganggap dia ini ceroboh. Dia yakin saat dia gunakan ilmu menyampaikan suara, orang itu pasti mendengar suaranya. "Ah, barangkali aku terlalu tegang!" pikir Kong Siauw Hong. Bisa jadi aku salah dengar. Mungkin itu suara burung malam, jika ada orang pasti dia akan menampakkan diri!" pikir Kok Siauw Hong. Dia kembali ke tempat semula. Dia tutup lubang air itu agar racunnya tak mengalir ke sungai, karena bisa meracuni semua makhluk hidup di sungai itu. Baru kemudian dia berjalan menuju ke rumah nona Han. Saat itu nona Han sedang duduk melamun. Dia awasi

rumahnya yang sudah hancur luluh. Dia anggap itu merupakan sebuah mimpi buruk yang tidak dia duga sejak awalnya-Sudah duapuluh tahun dia tinggal di rumah itu. Para pelayannya sangat baik kepadanya. Dia juga banyak menanam bunga. Pada masa kecilnya dia sangat gembira

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bermain di taman bunga dan menangkap kupu-kupu. Setelah dewasa ia berlatih pedang di sana. Sekarang semua telah berubah. Semua telah sirna. Dia masih ingat saat ayahnya mengantarkan dia naik kereta dan menyuruh Chan It Hoan dan Liok Hong bersama para piauw-su yang disewa ayahnya mengantarkannya ke Yang-cou untuk menikah. Ayahnya mengucapkan selamat jalan. Hanya tiga bulan saja perubahan telah datang. Rumahnya terbakar, para pelayannya dibantai. Sedang sang ayah entah di mana. Saat dia perhatikan rumahnya yang terbakar rasanya ia ingin menangis. Dulu dia hidup senang bersama ibu dan ayahnya, setelah ibunya tiada harapannya hanya pada ayahnya. Sekarang sang ayah entah di mana? Harapan lain adalah pada Kok Siauw Hong calon suaminya. Dulu dia tidak merasakan lelaki itu sebagai kekasihnya. Ketika itu dia masih kecil. Setelah dewasa dan diberitahu oleh ayahnya, dia hanya melihat lelaki itu dari jarak cukup jauh. Sekalipun dia belum pernah bicara berduaan, seluruh cintanya dia tumpahkan kepada pemuda itu. Tak diduga ada musibah, pertunangannya dibatalkan oleh Kok Siauw Hong. Semua itu di luar dugaan nona Han. Dua orang yang sangat dia cintai yaitu ayahnya dan pemuda itu. Tapi sekarang mungkin ayahnya akan bersamanya lagi, tapi Kok Siauw Hong sudah menjadi milik orang lain. Langit biru, rembulan pun terang cahayanya. Dia menengadah ke atas dan menggumam. "Entah aku akan terombang-ambing sampai kapan?" katanya. Saat itu sudah hampir subuh, rumah sudah tak bisa diharapkan lagi, sedangkan Kok Siauw Hong pun tidak kelihatan kembali. Sudah beruang-ulang nona Han akan meninggalkan tempat itu. Tapi selalu dia batalkan dan berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bilang mau kembali, aah coba kutunggu sebentar

lagi!" begitu dia berpikir. Tiba-tiba nona Han tersentak. "Mengapa aku mempercayainya? Mengapa aku malah berharap kepadanya?" pikir nona Han. Dia tahu kedatangan pemuda itu ke rumahnya untuk membatalkan pertunangan mereka Namun, dia tidak benci kepada Kok Siauw Hong, hanya rasa dongkolnya belum hilang seluruhnya Tapi dia merasa terhina dan kehilangan muka. Meskipun demikian dia bisa memaafkan Ci Giok Hian yang sakling mencintai itu. Tapi dia tidak bisa meaafkan Kok Siauw Hong yang telah menyinggung perasaan hatinya. Tapi saat dia bertemu dengan Kok iauw Hong di rumahnya, sungguh di luar dugaan, ternyata Kok Siauw Hong tidak menghina dia seperti dugaannya Malah pemuda itu sangat menghormatinya. Dia tahu hal itu dari gerak-gerik pemuda itu terhadapnya Sikap dan tutur bahasanya baik. Selain itu pemuda itu pun melindungi dia mati-matian dari bahaya. Bukan saja membantu mengusir Chu Kiu Sek, tapi pada saat melihat rumahnya terbakar dia juga bersimpati. Nona Han tahu itu bukan cinta, tapi harus dia akui Kok Siauw Hong masih berperasaan dan berbudi. Tetapi semua itu hanya kasih terhadap seorang teman. Nona Han menganggap tindakan pemuda itu sangat terpuji, seorang pemberani yang berani menemui ayahnya, sekalipun risikonya dia bakal dimaki-maki bahkan dibunuh oleh ayahnya. Perlahan-lahan kesan buruknya terhadap pemuda itu mulai sirna. Tiba-tiba dia menganggap pemuda itu mirip ayahnya bertanggungjawab, hingga ia berharap pemuda itu akan segera kembali menemuinya. Benarkah dia mirip ayahnya Atau sekarang dia butuh kasihsayangnya?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak! Tidak!" begitu dia pikir. "Aku hanya mengharap dia segera kembali karena aku ingin tahu di mana Ayahku berada sekarang? Dari orang yang dikubur itu, pasti dia sudah mendapat keterangan. Dia bilang dia akan kembali memberitahuku?" Begitu nona Han berpikir. Saat dia menunggu kedatangan Kok Siauw Hong sambil melamun, mendadak nona Han mendengar suara yang mencurigakan. Saat nona Han menengadah dia melihat sesosok bayangan hitam turun dari atas tembok. Ketika itu nona Han mengira orang yang datang itu Kok Siauw Hong, dia akan berkata, "Kau sudah kembali!" Tetapi pertanyaannya terhenti seperti tersumbat di kerongkongannya. Setelah diawasi nona Han tahu orang itu

bukan Kok Siauw Hong! Dia seorang lelaki asing yang umurnya diperkirakan sekitar 40 tahun. Wajahnya tampak pucat seperti berpenyakitan. "Siapa kau?" kata nona Han yang kaget bukan kepalang. "Nona, kau jangan kaget!" kata lelaki itu. "Mari ikut aku!" Sekalipun wajahnya tak berperasaan, namun suaranya sangat lembut, kelihatan dia tidak berniat jahat. "Mengapa aku harus ikut denganmu?" tanya nona Han. "Jika kau ikut aku, kau akan bertemu dengan ayahmu!" jawab lelaki itu. Mendengar jawaban itu Han Pwee Eng kaget bercampur girang. "Apa Ayahku... .Dia belum mati! Di mana dia?" kata nona Han. "Ya, dia belum mati! Jika sudah mati untuk apa aku mengajakmu menemuinya? Sudah jangan banyak bicara mari ikut aku!" kata lelaki itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng bukan anak kecil lagi, jadi mana mungkin dia percaya begitu saja padanya dan mana mungkin dia langsung mau ikut dengannya, karena lelaki itu asing baginya "Sebenarnya kau ini siapa?" kata nona Han. Orang itu malas banyak bicara. Lalu dia tunjukkan jari tangannya. Di salah satu jari tangan lelaki itu terlihat sebuah cincin yang sangat dikenali oleh nona Han. Batu cincin itu berwarna merah. Sesudah melihat cincin itu nona Han agak senang. "Walaupun kau tidak kenal padaku, tetapi aku kira kau mengenali cincin ini, bukan?" kata lelaki itu. Nona Han girang dia yakin lelaki itu utusan ayahnya. Cincin bermata merah itu adalah cincin kesayangan Han Tay Hiong. Pada akhir-akhir ini ayah nona Han sering memakainya dan cincin itu tidak pernah lepas dari jarinya. Nona Han ingat cincin itu hadiah dari teman ayahnya. Ketika itu teman ayahnya pamit, setelah dia pergi ayahnya bercerita tentang cincin itu pada nona Han.Saat ayahnya terluka oleh pukulan Chu Kiu Sek, ayahnya terbaring di tempat tidur tak bisa bergerak. Saat itu datang seorang pria yang mengaku bernama Siang-koan Hok. Nona Han tidak kenal lelaki itu, tapi ayahya senang karena baru bertemu dengan teman lama itu. Tamu itu dijamu oleh ayahnya. Pria itu bermalam semalam di rumah Han Tay Hiong, orang itulah yang memberi ayahnya cincin bermata merah itu. 'Cincin ini terbuat dari emas hitam, tapi yang paling berharga batu merahnya, batu itu disebut batu Thian-sim-

Ciok (Batu hati Langit). Di dunia hanya terdapat di Kun-lunsan. Batu merah memang bermacam-macam tapi batu ini hanya ada di puncak Kun-lun. Hanya orang yang ilmu silatnya tinggi yang mampu naik ke puncak Kun-lun dan bisa mendapatkan batu ini!" kata ayahnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Apa batu itu ada manfaatnya bagi manusia?' tanya nona Han waktu itu. 'Tentu ada khasiatnya, bisa menjadi obat. Batu ini mengandung hawa panas hingga dapat melawan racun yang sifatnya dingin. Hanya khasiatnya mengobati dengan pelahan-lahan." Kata ayahnya. Ayah nona Han sejak saat itu selalu memakai cincin itu. Saat ini dia lihat cincin kesayangan ayahnya itu ada di tangan lelaki yang wajahnya berpenyakitan itu. Oleh karena lelaki itu mengenakan cincin yang biasa dipakai oleh ayahnya, maka nona Han yakin bahwa orang itu' utusan ayahnya'. Maka itu nona Han jadi tak ragu-ragu lagi. Sesudah menunjukkan cincin, lelaki itu berbalik lalu pergi. Terpaksa nona Han mengikutinya. Lelaki bertampang penyakitan itu ternyata gin-kangnya tinggi. Saat dijalan yang berbatu di pegunungan ia bisa berjalan cepat laksana terbang.Nona Han terpaksa menggunakan gjn-kang Pat-poukantan sehingga dia bisa mengimbanginya. "Apa ayah ada di sini? Tapi di gunung ini tak ada rumah?" pikir nona Han. Dia mempercepat larinya menyusul lelaki itu. "Bagaimana keadaan Ayahku? Sekarang di mana dia?" tanya nona Han. "Kau jangan banyak tenaga supaya tidak buang waktu. Ikuti saja aku! Kau akan segera tahu di mana ayahmu berada." katanya. Gin-kang nona Han belum sempurna, tak heran jika dia jadi tertinggal jauh dari lelaki itu. "Dia benar, setelah bertemu Ayah semuanya akan jadi jelas. Mengapa aku harus gugup?" pikir nona Han. Gunung itu tidak tinggi tapi berbahaya, banyak jurang dan lembah yang curam. Tak lama mereka sudah sampai di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puncak gunung itu. Di depan mereka sudah tidak ada jalan lagi, tebing kelihatan bagaikan sebuah tembok kota. Di tempat itu ada batu besar mirip sebuah pelataran, di bagian baratnya

terdapat air terjun. Pemandangan di tempat itu sangat indah. "Apa maksudnya dia membawaku ke tempat ini?" pikir nona Han. Tak lama lelaki itu melompat lalu masuk melewati air terjun. Rupanya di balik air terjun itu terdapat sebuah goa. Nona Han ikut melewati air terjun itu. "Oh ternyata di sana masih ada jalan tembus," pikir nona Han. Untung air terjun itu tidak besar hingga tidak membasahi pakaian nona Han, ditambah lagi dia melompat dengan cepat Dari jauh baru nona Han melihat sebuah lembah, di sana ternyata ada sebuah rumah. "Tak kusangka di balik air terjun terdapat lembah. Tapi rumah batu itu baru dibuat, jika tidak mengapa Ayahku tak pernah bilang ada rumah di sini?" pikir nona Han. Gunung itu letaknya tak jauh dari rumah nona Han. Sejak kecil si nona sering bermain di situ bersama para pelayannya. Tapi dia dan para pelayan tak ada yang tahu kalau di balik air terjun ada jalan menuju ke lembah itu. Dia heran tapi tak banyak bicara. Lelaki itu mengajak nona Han menuju ke rumah batu itu. Sampai di sana lelaki itu mengetuk pintu rumah batu tiga kali. Tidak lama pintu rumah itu terbuka. Seseorang menyembulkan kepalanya. Orang itu bermata sipit seperti mata tikus. Dia melirik ke arah nona Han lalu tertawa terkekeh sambil berkata, "Oh ternyata Ji Su-ko (Kakak Seperguruan kedua) yang datang. Wah nona ini cantik sekali!" katanya. Nona Han langsung membentak. "Jangan bicara sembarangan, cepat buka pintunya!" kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat lelaki bermata seperti mata tikus itu nona Han langsung sebal. Apalagi tingkah lelaki itu agak ceriwis. Tapi segera bertemu dengan ayahnya, dia tidak mau ribut. Dia langsung masuk. Sampai di dalam rumah dia tidak melihat ada orang lain. Dia langsung tersentak dan berpikir. "Celaka, ini perangkap!" pikir nona Han baru sadar. "Jika lelaki itu utusan Ayah sedang merawat luka di tempat ini, tak mungkin lelaki tadi berani berbuat ceriwis. Lagi pula dia pernah bilang "Membawa" bukan mengajak, ini pasti tidak beres...." Dia mulai waspada. "Barangkali Ayah terperangkap oleh musuh?" pikir nona Han. "Tapi bagaimana cincin kesayangannya bisa berada di tangan lelaki itu? Tapi bagaimana mereka tahu cincin itu bisa dijadikan "tanda" pengenal ayahnya untuk membohongiku?" Saat itu nona Han yang berjalan mengikuti lelaki berwajah

penyakitan sudah tiba di sebuah lorong. "Nona Han, ayahmu ada di kamar itu!" kata lelaki berpenyakitan itu pada Han Pwee Eng. Han Pwee Eng melihat di sana ada sebuah rumah dan lentera menyala agak remang-remang. "Aku sudah sampai di sini! Apapun yang terjadi akan kuhadapi!" pikir nona Han. la langsung memanggil. "Ayah! Ayah!" "Jangan ribut, barangkali ayahmu sedang tidur," kata lelaki berpenyakitan itu. Mendadak dari sebuah sudut berdiri seseorang yang mengenakan topi lebar. Semula nona Han tak memperhatikannya. Ketika melihat lelaki itu dia terkejut. "Toa Su-ko buka pintunya, biar nona ini menemui ayahnya!" kata si penyakitan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Heran! Jika Ayah sedang merawat sakitnya, mengapa kamarnya dikunci. Dia mirip seorang tawanan saja!" pikir nona Han. Tak lama pintu kamar itu terbuka. "Silakan!" kata lelaki bertopi pada nona Han. Nona Han tersentak karena di bawah sinar lentera yang remang-remang ia mengenali lelaki itu, Pouw Yang Hian. Nona Han pernah bertemu dengannya di rumah makan "Ngi Nih Lauw", malah nona Han pernah bertarung dengannya di rumah makan itu bersama Kiong Mi Yun. Pouw Yang Hian inilah yang melukai orang-orang Chu Tay Peng, atau perkumpulan di daerah sungai Huang-hoo menggunakan pukulan Hua-hiat-to. Bukan main kagetnya nona Han saat itu. "Bagus, beraninya kau membohongiku!" bentak nona Han. Nona Han langsung menyerang ke arah Pouw Yang Hian, sebaliknya Pouw Yang Hian segera membalikkan tangannya dan mencengkeram lengan nona Han. Pada saat yang bersamaan lelaki berwajah penyakitan yang sejak tadi berdiri di belakang nona Han, ikut menyerang bahu nona Han. Nona Han terdorong ke dalam kamar. Keadaan di dalam kamar sangat gelap, nona Han hampir menubruk seseorang yang ada di dalam kamar itu. Akhirnya nona Han membentur dinding kamar itu. Tak lama terdengar pintu kamar itu ditutup dari luar. "Dasar perempuan liar!" Pouw Yang Hian mencaci. "Di sini kau masih berani melawan, jika bukan karena perintah guruku kau sudah kubunuh!" Tadi saat dia membalikkan tangan hendak mencengkram

nona Han, dada Pouw Yang Hian tertotok tepat pada jalan darah Meng-khie-hiat oleh nona Han. Sekalipun lelaki penyakitan telah membebaskan totokannya, tapi rasa sakitnya masih terasa oleh Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han tak peduli pada cacian itu. Dia membungkuk memperhatikan orang yang hampir tertabrak olehnya itu. Sejak kecil nona Han sudah belajar melihat di tempat gelap. Bukan main kagetnya nona Han hingga saat itu dia nyaris pingsan. Orang itu adalah Han Tay Hiong, ayahnya. Sejak awal dia sudah menduga ayahnya terluka. Orang tua itu sekarang tergeletak di lantai, entah masih hidup atau sudah mati? "Ayah! Ayah!" nona Han memanggil. Han Pwee Eng mengulur tangannya yang gemetar ke arah ayahnya. Perlahan-lahan orang itu mencoba bangun. "Kaukah, anakku Eng?" kata Han Tay Hiong. "Benar, Ayah!" jawab nona Han. Legalah hati nona Han saat mendengar suara ayahnya itu. Ternyata ayahnya memang terluka parah, tapi tidak separah yang dia duga. Han Pwee Eng segera memeluk ayahnya. Rasa kaget, girang dan duka bercampur-aduk. Girang karena dia masih bisa bertemu dengan ayahnya Berduka karena ayahnya yang berilmu tinggi, sekarang tergeletak tidak berdaya. Sekarang mereka berada dalam sebuah kamar yang gelap dan dijaga ketat. Tak mudah mereka bisa lolos dari tempat itu. Saat itu seakan nona Han sedang bermimpi buruk. Mereka saling berpelukan dan nona Han hanya bisa menangis sedih. Mendadak lelaki berpenyakitan berkata ke arah kamar. "Nona Han, aku tidak bohong kan? Aku berjanji akan mempertemukan kau dengan ayahmu. Sekarang kalian sudah bertemu, bukan girang malah kau menangis! Legakan hatimu, kami tidak akan mencelakakan kalian." kata lelaki itu. Tak lama terdengar lagi ia bicara dengan Pouw Yang Hian. "Guru berpesan, kita tidak boleh menghina mereka. Toa Suko aku akan melapor dulu pada Guru!" kata lelaki itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pouw Yang Hian mendengus. "Hm! Aku sudah tahu, apa kau anggap aku ini bodoh, ya?" kata Pouw Yang Hian. "Aku cuma khawatir Toa Su-ko tidak bisa mengendalikan

diri," kata lelaki itu sambil tertawa. "Jika sudah tahu ya sudah, aku pamit dulu!" Saat nona Han ingin menghibur ayahnya Han Tay Hiong mendahuluinya "Nak, di depan musuh kau jangan menangis," kata Han Tay Hiong. "Ya, Ayah," jawab si nona perlahan. "Eng, apa kau terluka?" "Tidak! Bagaimana keadaanmu?" Han Tay Hiong tertawa getir. "Kau sudah datang Ayah tidak akan mati!" kata Han Tay Hiong. Jawaban itu menyimpang dari pertanyaan nona Han hingga nona Han jadi heran. "Mengapa Ayah tak mau bilang tentang lukanya? Malah dia bilang aku datang dia tidak akan mati. Apa maksudnya?" pikir nona Han. "Anak Eng, kau sudah pulang ke rumah kita?" "Ya, semalam. Aku di sana bertemu dengan Chu Kiu Sek." Han Tay Hiong terkejut "Kau tidak pulang sendiri, kan? Di mana Kok Siauw Hong?" Han Tay Hiong tidak tenang, dia khawatir 'menantunya' celaka oleh Chu Kiu Sek. "Dia membantuku mengusir Chu Kiu Sek," jawab nona Han. "Sekarang dia ada di markas Kay-pang. Setelah dia pergi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

datang lelaki berpenyakitan menipuku sehingga aku bisa bertemu dengan Ayah." kata nona Han. Han Tay Hiong menarik napas lega. "Kok Siauw Hong seorang pemuda yang baik budi dan setia, Ayah tidak salah memilihnya untukmu. Sekarang keadaan sedang kacau-balau, ditambah lagi kalian baru menikah. Tapi aku senang dia mau menemanimu pulang untuk menemui ayah. Ah! Sebenarnya ayah ingin setelah kalian menikah, kau jangan pulang dulu. Mungkin kalian sudah rindu pada ayah dan begitu cepat kau pulang. Kalian sangat berbakti ayah tidak menyalahkan kalian berdua!" kata Han Tay Hiong. Jelas Han Tay Hiong mengira mereka telah menikah, dan pulang untuk menengokinya. Dia tidak tahu telah terjadi peubahan yang sangat besar atas diri puterinya, bahwa pertunangannya telah dibatalkan oleh pihak laki-laki. Malah nona Han dan pemuda Kok datang ke Lok-yang pun tidak bersama-sama. Malah kedatangan Kok Siauw Hong justru akan membatalkan perjodohan dengan puterinya.

Wajah Han Pwee Eng merah, dia malu dan berduka. Untung tempat itu gelap sehingga perubahan pada wajah nona Han tak kelihatan oleh ayahnya Nona Han khawatir ayahnya akan berduka jika tahu apa yang terjadi sebenarnya, dan ini pasti akan berpengaruh pada luka ayahnya. Oleh karena itu nona Han tak berani menceritakan kejadian sebenarnya pada ayahnya. Sesaat kemudian nona Han bicara lagi. "Ayah! Siapa yang melukaimu?" tanya nona Han. "Bagaimana keadaan luka Ayah sekarang?" "Ayah dilukai oleh seorang Iblis Tua, dia menggunakan pukulan Hua-hiat-to!" jawab Han Tay Hiong. "Hm! Jika saat itu Ayah bisa bergerak dengan leluasa walau racun dingin di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuh ayah belum punah, tapi pukulan Hua-hiat-to itu tidak akan bisa melukai ayah!" Mendengar keterangan ayahnya nona Han terkejut bukan kepalang. "Dengan pukulan Hua-hiat-to, Ayah pasti menderita sekali?" kata nona Han. Han Tay Hiong malah tertawa. "Kau tidak perlu cemas!" kata ayahnya. "Tidak salah Huahiatto memang lihay. Kecuali ayahmu sudah tak ingin hidup, maka baru Hua-hiat-to bisa merenggut nywa ayah...." Tapi mendadak Han Tay Hiong keheranan, lalu dia langsung bertanya. "Nak, bagaimana kau tahu tentang Hua-hiat-to?" Han Pwee Eng balik bertanya. "Ayah Iblis tua yang melukai Ayah itu bernama See-bun Souw Ya, kan?" Mata Han Tay Hiong terbelalak karena herannya "Benar! Bagaimana kau bisa mengetahui tentang Iblis Tua itu?" "Lelaki yang memelihara bewok dan menjaga kamar ini adalah Pouw Yang Hian, muridnya! Ketika aku akan pulang ke Lok-yang, di tengah jalan aku bertemu dengannya. Dia berhasil melukai lima Hiang-cu dari lima perkumpulan di daerah Huang-hoo!" kata Han Pwee Eng. Tapi pada saat yang bersamaan, Pouw Yang Hian yang berjaga di luar kamar membentak dengan sengit. "Sementara ini aku tidak akan menyentuhmu, perempuan binal! Tetapi kau pasti tidak akan bisa lolos dari tanganku! Hm! Masih ada bocah busuk bernama Kong-sun Po, jika dia tertangkap, akan kusiksa dia untuk melampiaskan kedongkolanku!" kata Pouw Yang Hian dari luar kamar. Han Tay

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hiong membentak gusar bukan main. "Kau berani menghina puteriku? Begitu aku keluar, yang pertama-tama aku akan membunuhmu! Saat aku terluka kau kira aku tak bisa berbuat apa-apa? Hm! Untuk membunuhmu gampang sekali seperti aku membalikkan telapak tanganku saja!" kata Han Tay Hiong. Tiba-tiba Han Tay Hiong menyentil ke arah pintu. Pouw Yang Hian yang saat itu sedang mencuri dengar pembicaraan mereka, seketika itu telinganya berdengung keras sekali. Bukan main kagetnya Pouw Yang Hian. Dia langsung diam dan berpikir. "Padahal si tua sudah terluka oleh pukulan Hua-hiat-to guruku, tapi tetap saja lwee-kangnya sangat tinggi. Aku tak boleh meremehkan dia!" pikir Pouw Yang Hian yang wajahnya berubah jadi pucat-pasi. "Apa guruku akan membunuh atau melepaskannya, aku belum tahu pasti? Lebih baik aku jangan membuat dia gusar!" Setelah memberi pelajaran pada Pouw Yang Hian, Han Tay Hiong berbisik pada puterinya "Tadi aku dengar dia menyebut nama Kong-sun Po, siapa dia?" tanya Han Tay Hiong. "Aku bertemu dengannya di sebuah rumah makan bernama "Ngih Nih Lauw". Katanya dia putera Kong-sun Khie. Pouw Yang Hian dikalahkan olehnya," sahut Han Pwee Eng. Han Tay Hiong tertegun. "Duapuluh tahun yang lalu Kong-sun Khie adalah seorang penjahat besar yang sangat kejam! Sedangkan Kong-sun Po puteranya, maka kunasihatkan pada kalian suami-isteri, kalian jangan bergaul dengannya!" kata Han Tay Hiong. Han Tay Hiong mengira pertemuan Pwee Eng dengan Kong-sun Po terjadi pada saat puterinya ini berjalan bersama Kok Siauw Hong. Maka itu dia berkata begitu. Sedangkan nona Han tidak ingin ayahnya mengetahui apa yang telah dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

alami, maka itu dia langsung mengangguk mengiakan keinginan ayahnya itu. Tapi hatinya sebenarnya bimbang dan dia berpikir. "Entah bagaimana keadaan Nona Kiong sekarang? Dia sedang mencari Kong-sun Po, sudah bertemu atau belum? Kong-sun Po memiliki ilmu untuk memunahkan Hua-hiat-to. Jika dia datang ke mari, pasti dia akan bertarung dengan Seebun

Souw Ya" pikir nona Han. "Dari mana kau tahu tentang See-bun Souw Ya?" tanya ayahnya dengan suara perlahan. "Dia juga yang memberitahuku tentang See-bun Souw Ya itu!" jawab nona Han. "Jadi dia yang memberitahumu?" "Benar Ayah! Aku juga heran..." "Kenapa kau heran?" tanya Han Tay Hiong. "Aku dengar See-bun Souw Ya tinggal di Kwan-gwa (Di luar perbatasan). Ketika berada di kota Ouw-shia, Pouw Yang Hian mengalahkan lima perkumpulan daerah Huang-hoo. Dia bilang gurunya akan mulai beraksi di daerah Tiong-goan. Ketika itu dia bilang gurunya masih ada di Kwan-gwa. Bagaimana dengan mendadak dia jadi ada di sini? Ini tempat apa Ayah? Aku kira rumah batu ini sudah lama ada di tempat ini. tapi aneh malah kita tidak tahu? Apa ini tempat tinggal See-bun Souw Ya? Atau orang lain yang bersekongkol dengannya?" kata Han Pwee Eng. "Kau benar, nak. Rumah batu ini memang sudah lama ada di sini! Sudah lama Ayah tahu, tapi aku melarang pegawai kita memberitahumu!" kata Han Tay Hiong. Han Pwee Eng tercengang ketika mendengar keterangan ayahnya itu. "Kenapa Ayah?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong menghela napas panjang. "Ya, kalau Ayah ceritakan ceritanya panjang sekali," kata Han Tay Hiong. "Saat ini lebih baik kau tidak perlu tahu dulu! Sepengetahuanku See-bun Souw Ya kenal baik dengan pemilik rumah batu ini. Ini sungguh-sungguh di luar dugaan Ayah!" Nona Han tidak habis pikir dia tercengang mengapa ayahnya tak memperbolehkan ia tahu tentang pemilik rumah batu tersebut. Tapi saat itu mendadak di atas mereka terdengar suara. Han Pwee Eng menengadah. Kelihatan sebuah keranjang diturunkan lewat lubang di atas kamar mereka. Keranjang itu tepat jatuh ke meja batu. Ketika keranjang itu diperiksa keranjang itu berisi berbagai makanan. Han Pwee Eng mengeluarkan semua isi keranjang itu dan meletakkannya di atas meja "Ayah ini arak dan daging, aku tidak tahu apakah makanan ini beracun atau tidak?" kata nona Han. "Jangan terlalu curiga!" kata Han Tay Hiong pada puterinya "Jika si Iblis Tua hendak membunuh kita, dia tidak perlu berbuat begitu. Dia gunakan saja pukulan Hua-hiat-to, beres. Nak, barangkali kau sudah lapar, kau makan saja dulu!"

Han Pwee Eng mengambil sebuah paha ayam, tapi tak langsung dia makan malah dia bertanya "Mengapa Ayah tidak makan?" Tiba-tiba muncul cahaya dari atas, nona Han segera menengadah. Tampak dari lubang di atas kamaar batu itu kelihatan seraut wajah seseorang, sepasang matanya agak keputih-putihan dan terus menatap ke arahnya. Dia mengintai lewat sebuah jendela kecil di atas kamar itu. Nona Han melihat wajah orang itu dingin tidak berperasaan. "Eeeh!" jerit Han Pwee Eng tanpa sadar. Orang itu terdengar bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona kecil, jangan takut! Kata-kata ayahmu itu benar, aku tidak menaruh racun pada makanan itu dan aku tidak ingin mencelakakan kalian berdua! Lebih baik sekarang kau nasihati ayahmu agar dia mau makan." kata orang itu. "Oh, dia pasti See-bun Souw Ya!" pikir nona Han yang baru tahu sesudah mendengar orang itu bicara. "Kau tua bangka pembohong!" kata Han Tay Hiong. "Kau bujuk dan kau tipu puteriku ke mari, sebenarnya kau mau apa? Hm! Jangan kau kira aku akan takluk padamu!" See-bun Souw Ya tertawa. "Han Tay Hiong, aku ini orang baik, aku telah mempertemukan kalian ayah dan anak, bukan berterima kasih malah kau marah padaku! Sekarang puterimu ada di sisimu, kau pasti tidak ingin mati lagi, kan? Sekarang lebih baik kau makan, sesudah makan kita bisa berbincang-bincang. Tak lama lagi akan datang kawan lama, sesudah kau makan kenyang kita bisa berunding." Sesudah itu See-bun Souw Ya bergeser, sekarang kelihatan wajah orang lain. Han Tay Hiong mengenalinya itulah Chu Kiu Sek. Han Tay Hiong mendengus dingin. "Hm! Kalian boleh maju bersama paling-paling aku mati!" kata Han Tay Hiong. Chu Kiu Sek tertawa dingin. "Han Tay Hiong semula aku akan mmbalas dendam padamu, tapi aku tak sangka kau begitu tak berguna!" kata Chu Kiu Sek. "Saat aku datang ke rumahmu, kau sudah terluka oleh See-bun Souw Ya, dan dia tak ingin kau mati! Oleh sebab itu karena aku memandang mukanya, baik kita sudahi saja permusuhan kita itu sampai di sini. Aku mau lihat apa kau tahu diri atau tidak?" "Baik, terima kasih pada kalian yang telah menjamuku," kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia langsung meneguk arak dan menyantap daging. Sesudah makan baru dia berkata lagi. "Sekarang aku sudah makan, apa rencana kalian. Apa kalian akan menggunakan kekerasan, silakan aku tidak takut!" kata Han Tay Hiong. See-bun Souw Ya tertawa dingin. "Tidak! Aku tak akan berbuat begitu, hanya jika sekarang aku bebaskan kau, kuberitahu kau, para orang gagah di kalangan Kang-ouw dari golongan luruspun akan mencelakaimu!" kata See-bun Souw Ya sambil tertawa dingin. Suara tawa See-bun Souw Ya terdengar menyeramkan, hingga membuat bulu kuduk nona Han merinding. Tak lama jendela kecil itu tertutup kembali. "Ayah," kata nona Han. "Seperti pepatah mengatakan, "selama gunung masih hijau, kita jangan takut tidak ada kayu". Berdasarkan kepandaian Ayah, asalkan Ayah tidak ingin mati, pasti masih ada kesempatan!" Han Tay Hiong meneguk arak, kemudian ia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 17

Melihat ayahnya menggelengkan kepala, Han Pwee Eng heran. Dia tidak tahu apa yang ada di benak ayahnya saat itu, Kemudian nona Han berpikir. "Aku dengar See-bun Souw Ya ingin merajai Dunia Persilatan, jadi sangat wajar jika dia tidak akan melepaskan Ayah. Tetapi kenapa Ayah kelihatan begitu berduka?" kata nona Han. "Aku berduka bukan karena dia," kata ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han jadi tertarik ia langsung bertanya. "Benarkah Ayah dengan pemilik rumah batu itu bersahabat?" kata si nona. Wajah Han Tay Hiong berubah. Dia mengangguk, sesaat kemudian baru menjawab. "Benar," kata ayahnya. "Memang Ayah pernah bersahabat dengannya." "Kemudian Ayah ribut dengannya sehingga jadi putus hubungan persahabatan itu," kata nona Han. Ayahnya diam.

"Ayah sangat menjunjung tinggi persahabatan. Pasti ada sebabnya Ayah ribut dengan orang itu, hingga mereka putus hubungan?" pikir nona Han. Tak lama Han Tay Hiong bicara lagi. "Yang sangat mendukakan hati Ayah, karena Ayah telah membuat kau susah! Luka Ayah terkena pululan Siu-lo-im-satkang belum sembuh, sekarang ditambah lagi ayah terluka oleh pukulan Hua-hiat-to See-bun Souw Ya. Jika ayah ingin membawamu pergi dari sini, itu sulit sekali. Tapi kata-katamu tadi ada benarnya. Sebelum kita jadi putus asa lebih baik kita tetap hidup mungkin kita masih bisa lolos?" kata ayahnya. "Kalau begitu aku lega, Ayah!" kata nona Han. Han Tay Hiong menatap puterinya. "Eng, tadi kau bilang Kok Siauw Hong ke markas cabang Kay-pang. Dia pergi atas kemauan sendiri atau Lauw Kan Lu yang datang ke rumah kita untuk menyelidiki keadaan, lalu mengajak Kok Siauw Hong ke markas cabang Kay-pang?" kata Han Tay Hiong. "Ayah benar, Lauw Kan Lu yang mengajak Kok Siauw Hong pergi ke markas cabang. Bukan cuma Lauw Kan Lu tapi juga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liok Kun Lun datang ke rumah kita, Ayah!" kata nona Han menjelaskan. Han Tay Hiong mengerutkan keningnya. "Hm! Liok Kun Lun juga datang, kalau begitu mereka cukup menghargaiku!" kata Han Tay Hiong.. Nada bicara Han Tay Hiong terdengar sangat gusar. Ini membuat nona Han heran. "Eh rupanya Ayah kurang senang mendengar mereka datang ke rumah melakukan penyelidikan?" pikir nona Han. Sesaat kemudian nona Han bicara lagi. "Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu..." Han Pwee Eng tak melanjutkan kata-katanya. "Tentang apa?" tanya ayahnya. "Mungkin aku telah melakukan kekeliruan besar, mohon Ayah memaafkan aku," kata nona Han. Ayah si nona menatapnya. "Tentang apa, katakan saja. Ayah tidak akan memarahimu!' "Aku telah menyerahkan semua harta Ayah pada Liok Kun Lun, aku mewakili Ayah menyumbang para pejuang yang akan melawan bangsa Mongol!" kata nona Han. Han Tay Hiong mengerutkan dahinya. "Kau atas namakan Ayah menyumbangkan harta itu?" Han Pwee Eng tertegun sejenak. "Bukankah harta itu milik keluarga kita, Ayah?" kata nona

Han. Tapi tak lama nona Han berpikir. "Jika tak ada perang ini, aku juga tidak tahu Ayahku begitu kaya. Apa harta itu bukan milik Ayahku?" pikir nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat yang bersamaan Han Tay Hiong bicara. "Kau memang salah, anakku! Semua harta itu bukan milik Ayah, tapi titipan orang!" kata ayahnya. Ketika mendengar kata-kata ayahnya, nona Han terkejut bukan kepalang. "Oh celaka! Kalau begitu bagaimana kita bertanggungjawab pada pemilik harta itu? Lalu milik siapa harta itu, Ayah?" "Dia kawan baikAyah," jawab Han Tay Hiong. "Tapi itu juga bukan harta miliknya! Dia akan gunakan harta itu untuk suatu urusan besar!" Ketika itu Han Tay Hiong sedang berpikir, dia akan memberitahu siapa kawannya itu atau tidak pada nona Han? Tapi mendadak dia tersentak dan berbisik. "Anak Eng, coba kau perhatikan, di luar ada orang yang datang ke mari..." bisik Han Tay Hiong. Nona Han mencoba berkonsentrasi, dia memang mendengar langkah kaki tapi makin lama langkah itu makin menjauh. "Ayah benar, ada orang yang mendengarkan pembicaraan kita," bisik nona Han. "Ayah, jika ada rahasia yang orang lain tidak perlu tahu, lebih baik Ayah jangan mengatakannya. Aku kira gin-kang orang itu sangat tinggi, jika bukan See-bun Souw Ya pasti Chu Kiu Sek!" Mendadak Han Tay Hiong tertawa terbahak-bahak, lalu dia berkata dengan suara keras. "Anakku, apa yang kau lakukan itu sangat tepat! Walaupun harta itu bukan milik kita, tapi kau sudah menyumbangkannya untuk para pejuang yang melawan pasukan Mongol! Aku rasa tindakanmu itu tepat dengan keinginan In-kong (Tuan penolong) kita!" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han sadar kata-kata ayahnya itu ditujukan pada Seebun Souw Ya. "Kata-kata Ayah tadi pasti akan membuat si Iblis Tua itu pingsan saking jengkelnya. Mudah-mudahan kata-kata Ayahku itu keluar dari lubuk hati Ayahku dengan sejujurnya." pikir

nona Han. Tak lama ayahnya berbisik. "Nak, kau jangan ragu, kata-kata Ayah tadi itu bukan hanya untuk menyenangkan hatimu..." kata ayahnya. Mendengar kata-kata ayahnya bukan main girangnya nona Han. "Apakah benar niat kawan Ayah itu sama dengan yang aku lakukan?" tanya nona Han. "Harta itu dia tinggalkan untuk sekelompok orang, maka Ayah pikir dia juga tidak akan menyalahkan kita!" kata ayahnya. Han Tay Hiong berpendapat bahwa kawannya itu pun rela uangnya dipakai untuk berjuang melawan bangsa Mongol. Nona Han sadar di balik dinding ada orang sedang menguping, maka itu dia tahu ayahnya kesulitan untuk memberi penjelasan dengan leluasa. Maka itu si nona lalu menulis di tangan ayahnya. "Siapa orang itu?" Han Tay Hiong juga menulis di telapak tangan nona Han. "Siang-koan Hok." "Kiranya dia? Ayah bagaimana dia bisa demikian baik kepada Ayah?" Han Tay Hiong menghela napas panjang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena hanya Ayah yang tahu kelakuannya pada orang lain. Nak, jika kau berhasil lolos dari sini, kau jangan beritahu kalau Ayahmu ini sahabatnya!" kata ayahnya. "Baik, Ayah!" Nona Han tahu ayahnya tak ingin rahasia harta itu bocor. Saat tahu orang itu Siang-koan Hok, nona Han langsung ingat pada batu cincin bermata merah itu. "Ayah, tahukah mereka tentang cincin itu?" "Tidak! Mereka tidak tahu cincin itu hadiah dari siapa? Tapi See-bun Souw Ya tahu bahwa cincin itu berkhasiat untuk mengobati luka kena racun, dan tahu namanya Thian-simciok," kata ayahnya. "Setelah cincin itu tidak ada pada Ayah, apa Ayah merasa kurang nyaman?" Han Tay Hiong tertawa "Separuh tubuh Ayah yang lumpuh kini sudah sembuh sampai delapan bagian, jadi tidak begitu masalah cincin itu lenyap dari tangan ayah." kata ayahnya. "Ayah, See-bun Souw Ya membunuh semua pelayan kita Tapi kenapa dia tidak mengambil harta kita itu?" Han Tay Hiong tertawa

"Ayah sulit dilukai olehnya," kata ayahnya. "Saat Ayah diserang dengan Hua-hiat-to, Ayah pun berhasil melukai dia dengan sebuah pukulan!" Nona Han mengangguk. "Jadi dia juga terluka?" "Saat itu masih ada orang lain di rumah kita. Sekalipun orang itu menginginkan Ayah tertangkap oleh See-bun Souw Ya, tapi dia juga tetap melindungi Ayah agar tidak binasa. Orang itu tidak berminat pada harta kita itu. Setelah Ayah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terluka, dia desak See-bun Souw Ya agar membawa Ayah ke mari. Saat itu See-bun Souw Ya pun telah terluka. Ayah pikir dia juga khawatir orang-orang Kay-pang akan datang ke rumah kita. Ditambah lagi orang itu terus mendesak, dan membuat See-bun Souw Ya tak berani lama-lama di rumah kita. Dia batal membawa harta itu." Mendengar keterangan itu nona Han berpikir. "Orang yang dimaksud "orang itu" pasti si pemilik rumah batu ini," pikir nona Han. "Orang itu bisa memaksa See-bun Souw Ya dan mau menurut. Aku yakin kepandaiannya lebih tinggi dari See-bun maupun Chu Kiu Sek. Aku sekarang cuma berharap Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po sudah sampai di rumahku!" -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Saat itu Kong-sun Po maupun Kiong Mi Yun memang sudah sampai di rumah keluarga Han. Malam itu sesudah Kiong Mi Yun berhasil mencuri arak obat Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu, mereka langsung kabur dan mereka melanjutkan perjalanan ke Lok-yang dengan kudakuda curiannya. Nona Kiong masih belum sadar, bahwa Han Toa-ko yang dicintainya itu sebenarnya seorang nona. Kong-sun Po tidak setuju temannya mencuri arak dan kuda itu, tapi karena Kiong Mi Yun mengatakan bahwa semua yang dia lakukannya itu untuk menyelamatkan nyawa orang, maka Kong-sun Po menurut saja. Kong-sun Po memang pernah mendengar bahwa Han Tay Hiong seorang Bu-lim Beng-cu, tapi dia tidak tahu kalau orang she Han ini mempunyai seorang puteri tunggal yaitu Han Pwee Eng. Tak heran kalau Kong-sun Po pun seperti Kiong Mi Yun, dia menganggap Han Pwee Eng itu seorang pria.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat dia bertemu dengan Han Pwee Eng di rumah makan "Ngih Nih Lauw" kesan Kong-sun Po terhadap nona Han sangat baik. Setelah dia tahu dari nona Kiong bahwa Chu Kiu Sok sedang mencari :Han Toa-ko", maka dia merasa bahwa dia harus membantu dan menyelamatkan sahabat barunya itu dari ancaman bahaya. Sekalipun mereka berdua melakukan perjalanan bersama, dan makan bersama bahkan bermalam di penginapan yang sama, namun cinta Kiong Mi Yun tetap tertuju pada Han Pwee Eng. Nona Kiong menganggap nona Han lebih pantas jadi suaminya dibandingkan dengan Kong-sun Po, tunangannya sejak kecil. Nona Kiong pun menganggap "Han Toa-konya" itu lebih tampan, romantis dan pandai bicara. Tetapi tanpa disadarinya dia juga mulai tertarik kepada Kong-sun Po yang lugu dan jujur. Dia anggap Kong-sun Po ini sangat menarik. Hari itu mereka sudah sampai di desa atau rumah keluarga Han. Saat itu nona Kiong bicara pada kawan seperjalanannya. "Kong-sun Toa-ko, aku selalu mengelabuimu, hal itu membuat aku jadi merasa tidak enak hati," kata nona Kiong. Kong-sun Po tertegun. "Apa?" Wajah Kiong Mi Yun berubah kemerah-merahan. "Kuucapkan terima kasih padamu, kau telah menemaniku di perjalanan hingga sampai di sini," kata nona Kiong. "Sebenarnya aku harus berterus-terang kepadamu, namun....aku tidak tahu harus bagaimana aku mengatakannya....." Kong-sun Po keheranan. "Aneh dia ini, tiba-tiba dia bersikap seperti seorang gadis saja?" pikir Kong-sun Po. Tak lama nona Kiong melanjutkan bicaranya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku minta kau menemaniku, padahal itu sikapku yang sangat egois...." katanya. Kong-sun Po tercengang. "Maksudmu?" Kiong Mi Yun menundukkan kepalanya. "Maksudku agar kau melindungiku di sepanjang jalan. Aku...aku...aku sangat menyukai Han Toa-ko...." Kong-sun Po tertawa terbahak-bahak. "Oh begitu? Aku juga suka pada Han Toa-ko. Dia temanmu, dan dia juga temanku, pasti aku bersedia mengantarmu sampai di sini!" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tersenyum. "Sesudah bertemu dengan Han Toa-ko, baru aku akan

bicara terus-terang kepadamu. Tetapi bagaimana jika dia tahu aku ini tunangan Kong Sun Po? Terus-terang aku lebih menyukai Han Toa-ko? Lalu apa yang akan terjadi kelak?" pikir Kiong Mi Yun. Tak mereka kira begitu sampai di rumah keluarga Han, mereka mel ihat rumah keluarga Han itu telah terbakar hangus, di sana tidak ada seorang pun yang masih hidup. Menyaksikan rumah keluarga Han sebagian besar telah musnah, Kiong Mi Yun kaget bukan kepalang. "Bagaimana nasib Han Toa-ko? Apa dia celakai di tangan si Iblis Tua itu?" pikir nona Kiong. "Han Toa-ko! Han Toa-ko!" Kiong Mi Yun memanggilmanggil diikuti oleh Kong-sun Po. Pada saat yang bersamaan terdengar suara seseorang dan suaranya serak seperti suara burung gagak. "Kalian sedang mencari siapa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun menoleh. Kelihatan seorang nenek tua sudah berdiri di tempat itu Nenek itu berpakaian indah. Wajahnya tersenyum-senyum anggun. Tapi suaranya menyeramkan sekali. Kong-sun Po terkejut. "Dari mana munculnya nenek ini? Sepertinya dia muncul begitu saja, seolah keluar dari dalam tanah?" pikir Kong-sun Po. Ketika diperhatikan selain pakaian nenek itu indah, pakaian itu pun bersih sekali. Jelas dia masuk lewat dari pintu depan. Sedangkan Kong-sun Po pernah berlatih ilmu "Teng-hong-panpeng" (Mendengar suara angin dan membedakan suara senjata). Tapi heran pemuda ini sedikitpun tidak mendengar dan merasa ada orang yang datang ke tempat itu. Itu membuktikan bahwa nenek itu berilmu tinggi sekali. "Aku sedang mencari Han Toa-ko," kata Kiong Mi Yun. "Apa Nenek Ibunya?" Nenek itu mendengus dan suaranya dingin. "Hm! Isteri Han Tay Hiong sudah lama meninggal dunia, mana mungkin ibu anak itu muncul lagi di sini?" katanya. "Maaf, boan-pwee (saya yang rendah) salah menduga, Nek!" kata Kiong Mi Yun. "Kalau begitu Nenek mungkin familinya?" Nenek itu berbalik bertanya. "Apa hubunganmu dengan keluarga Han?" katanya. "Aku saudara angkat Han Eng Toa-ko," jawab Kiong Mi Yun sejujurnya. "Siapa Han Eng Toa-ko itu?" tanya nenek itu keheranan.

"Dalam keluarga Han Tay Hiong tidak ada orang yang bernama Han Eng! Apa dia salah seorang pelayannya?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Han Eng itu putera Han Tay Hiong, bukan pelayannya," kata Kiong Mi Yun. Tapi otak Kiong Mi Yun pun langsung bekerja. "Rupanya Nenek ini mengenal dengan baik keluarga Han, tetapi kenapa dia sampai tidak mengetahui siapa Han Toa-ko? Heran sekali?!" pikir nona Kiong. Nenek itu tertegun tiba-tiba dia seolah ingat sesuatu. "Aah! Aku bodoh sekali, mungkin puteri Han Tay Hiong menyamar jadi seorang pria. Aku kira orang yang dimaksud oleh orang ini ya nona Han? Begitu sempurnanya penyamaran Nona Han Pwee Eng, dua bocah ini bisa dikelabuinya!" pikir si nenek. Tapi nenek ini tidak mau membuka rahasia. "Oh, jadi yang kau maksud itu Tuan-muda keluarga Han?" kata si nenek. "Ada urusan apa kalian mencari dia?" "Aku dengar Han Toa-ko punya musuh besar, kedatangan kami ke mari, justru kami ingin membantu dia," kata Kiong Mi Yun dengan terus-terang. "Apa kau tahu siapa musuh besar mereka itu?" tanya si nenek. "Ya, aku tahu. Namanya kalau tak salah Chu Kiu Sek! Maka aku ingin tahu Nek, apakah Han Toa-ko telah dicelakai olehnya atau belum?" kata Kiong Mi Yun. "Coba kau beritahu aku, guci yang kau bawa-bawa itu apa isinya?" tanya si nenek. "Arak!" jawab Kiong Mi Yun. "Mengapa dari tempat begitu jauh kau membawa-bawa arak itu, apakah arak itu berkhasiat?" tanya si nenek. Kong-sun Po ingin mencegah agar nona Kiong tidak memberitahu tentang arak itu, tapi sudah terlambat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciul Khasiatnya untuk mengobati orang yang terkena racun dingin!" kata nona Kiong dengan jujur. Nona Kiong mengira nenek itu masih famili keluarga Han, selain itu dia juga berpikir toh ada Kong-sun Po yang akan melindunginya, andai kata nenek itu ingin berbuat jahat kepadeanya. Dia yakin Kong-sun Po akan mampu mengatasi

nenek ini. Karena dia tidak takut maka dia bicara terus-terang. "Jadi kau ingin memberikan arak itu pada Han Toa-komu, ya? Rupanya kau takut Han Toa-komu terkena pukulan Siu-loimsat-kang?" kata si nenek. "Benar," jawab nona Kiong sambil mengangguk. Mendadak si nenek tertawa. "Kau jangan mencari dia, serahkan saja arak itu kepadaku!" katanya. Pada saat yang bersamaan tubuh si nenek berkelebat, tahu-tahu dia sudah ada di samping nona Kiong, Kiong Mi Yun kaget bukan kepalang, dia akan mundur tapi sudah terlambat. "Mau apa kau?" bentak Kiong Mi Yun. Tiba-tiba Mi Yun merasakan telapak tangannya sakit, tanpa dia sadari guci arak di tangannya itu sudah berpindah tangan ke tangan si nenek. Tapi nona Kiong tidak tinggal diam dia langsung menyerang nenek itu. Untuk menangkis serangan nona Kiong, si nenek mengibaskan lengan bajunya. "Seer! Weeeek!" Lengan baju si nenek robek tetapi nona Kiong pun terhuyung ke belakang beberapa langkah jauhnya. Si nenek mendengus dingin. "Hm! Rupanya kau puteri dari pulau Hek-hong-to, sedang ilmu Cit-sat-ciangmu belum sempurna benar!" kata si nenek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mata si nenek memang tajam, saat dia lihat serangan Kiong Mi Yun, dia langsung tahu jurus apa yang digunakan oleh nona Kiong tersebut saat itu. Si nenek pun langsung tahu kalau Kiong Mi Yun seorang gadis. Ucapan nenek ini membuat Kong-sun Po kaget, sebab selama dalam perjalanan, sama sekali dia tidak tahu kalau teman seperjalanannya itu ternyata seorang nona. "Nenek ini benar, pukulan nona Kiong itu milik majikan pulau Hek-hong, tetapi apa benar saudara Kiong ini seorang gadis?" pikir Kong-sun Po. Selain penasaran Kong-sun Po pun kaget, padahal dia begitu dekat dengan nona Kiong. Tapi mengapa dia tidak bisa mencegah nenek itu menyerang kawannya itu. Dia juga tidak bisa menghalangi nenek itu saat si nenek merebut guci arak di tangan nona Kiong. Saat dia tahu guci itu sudah berpindah tangan, dia kaget bukan kepalang. "Nenek ini lihay sekali, kepandaiannya pun tidak berada di bawah kepandaian Chu Kiu Sek?" pikir Kong-sun Po. Sebenarnya bisa saja Kong-sun Po membantu si nona, pada saat nona Kiong menyerang nenek itu. Tetapi karena Kongsun Po terkejut oleh kata-kata si nenek, dia juga melihat

nenek tidak berniat melukai nona Kiong, dia jadi ragu-ragu. Tahu si nenek telah membongkar rahasia penyamarannya, nona Kiong malu sekali hingga wajahnya berubah merah. "Kakak Kong-sun, apa kau tak mau membantuku?" kata nona Kiong. Kong-sun Po sadar. Dia langsung memberi hormat. "Lo-cian-pwee tunggu dulu!" kata Kong-sun Po. "Tolong jelaskan dulu...." "Mengapa aku harus meladeni dan menjelaskan padamu?" kata nenek itu ketus. Dia langsung pergi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu si nenek bergerak, Kong-sun Po langsung menghadang di depan nenek itu. "Maaf Lo-cian-pwee, semua masalah bisa kita bicarakan dengan baik-baik," kata Kong-sun Po, "harap Lo-cian-pwee bersabar sedikit!" Kong-sun Po memberi hormat pada si nenek, namun saat itu sengaja dia menyerang dengan jurus Tay-hang-pal-sek (Delapan jurus lingkaran). Wajah Kong-sun Po sangat lugu, pakaiannya pun sangat sederhana, dia lebih mirip seorang pemuda desa. Tidak heranjika si nenek jadi agak meremehkan pemuda desa ini. Tiba-tiba si nenek merasakan sebuah serangan yang dasyat menerjang ke arah dadanya. Hal ini membuat si nenek jadi sesak napas. Mau tidak mau dia harus menghentikan langkah kakinya. Sekalipun tidak sampai terluka tetapi serangan itu membuat dia terkejut. "Hai! Siapa kau?" bentak si nenek. "Bocah ini tampangnya biasa-biasa saja, tapi kepandaiannya lumayan juga," pikir si nenek. "Kami berdua sahabat Han Toa-ko," kata Kong-sun Po menjelaskan. "Maaf bukan kami tidak percaya pada Lo-cianpwee. Tapi kami memang ingin bertemu dengannya. Lebih baik kami yang menyerahkan arak itu kepadanya! Kami tidak berani merepotkan Nenek, tolong beritahu saja di mana dia?" Kong-sun Po bicara dengan tata-krama dan sangat sopan, tapi si nenek menyahut dengan ketus. "Mengapa aku harus memberitahumu. Hm! Aku tahu kepandaianmu lumayan, tetapi kau tidak akan dapat mengalahkan aku!" kata nenek itu. Kiong Mi Yun maju sambil membentak. "Siapa kau? Cepat katakan!" kata nona Kiong. Nenek itu sudah langsung menyerang Kong-sun Po yang saat itu langsung menangkis dengan jurus Tay-hang-pat-sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Kiong Mi Yun sudah langsung menghunus pedang dan menyerang ke arah punggung si nenek. "Aku menghormatimu sebagai Lo-cian-pwee, tetapi kau malah tidak tahu aturan!" bentak Kiong Mi Yun. "Sekarang aku tidak akan sungkan-sungkan lagi terhadapmu!" Kong-sun Po menyerang dari depan sedangkan Kiong Mi Yun dari arah belakang nenek itu. Saat itu si nenek sepertinya dalam bahaya. Tetapi tiba-tiba dia melancarkan dua serangan yang bersamaan, ke depan maupun ke belakang. Kong-sun Po merasakan serangan hebat ke arahnya. Hal ini membuat pemuda itu harus membalikkan badan. Kesempatan ini langsung digunakan oleh si nenek untuk pergi, namun ujung pedang nona Kiong hampir saja mengenai punggung si nenek. Namun, dengan mudah si nenek menghindar dari serangan nona Kiong yang sangat ganas itu. Malah tangkisa si nenek membuat ujung pedang Kiong Mi Yun berbalik arah, dan mengarah ke Kong-sun Po. Untung nona Kiong bisa segera menarik serangannya. "Ada apa Kong-sun Toa-ko?" tanya si nona dan alisnya berkerut. Kong-sun Po agak tercengang saat mengetahui nona ini tidak roboh oleh serangan si nenek. "Tidak apa-apa, apa kau tidak terluka?" tanya pemuda itu penuh perhatian. Nona Kiong menggelengkan kepalanya. "Tidak! Ayo kita kejar dia!" kata si nona. Tadi nenek itu mengerahkan dua pukulan yang berbeda, keras dan lunak. Tenaga yang keras untuk mendorong Kongsun Po, sedangkan tenaga yang lunak untuk menarik nona Kiong. Tidak heran kalau ujung pedang Kiong Mi Yun nyaris saja mengenai Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka langsung mengejar si nenek. Tak lama mereka sampai di sebuah gunung. Sekalipun sedang membawa guci arak yang berat nenek itu bisa berlari cepat. "Jika dia lari di tempat yang rata, sulit kita mengejarnya," kata Kong-sun Po pada nona Kiong. Gin-kang Kiong Mi Yun tidak berada di bawah Kong-sun Po. Tak lama keduanya berhasil menyusul si nenek. Nenek itu mendengus dengan dingin.

"Hai apa kalian mau mencari mati?" bentak si nenek. Tiba-tiba tubuhnya berbalik, kali ini dia melancarkan dua serangan seperti tadi. Pemuda itu sudah siap dia kerahkan jurus Sih-ni-ciang-hoat (Ilmu pukulan tenaga lunak) untuk menangkis serangan si nenek ini. Ini adalah jurus yang dia pelajari dari Beng Beng Tay-su. Melihat pemuda itu bisa mengatasi serangannya nenek ini berpikir. "Bocah ini sulit dilayani. Dia juga gabung dengan puteri Kiong Cau Bun. Sekalipun mereka tidak akan mampu mengalahkan aku, tapi aku akan sulit mempertahankan guci arak ini!" pikir si nenek. Jarak mereka sekarang agak jauh tapi Kiong Mi Yun yang bernapsu ingin merebut guci arak itu, telah melesat mendahului Kong-sun Po. Melihat nona Kiong mendatangi nenek itu mengerutkan dahinya. Segera dia papak kedatangan nona Kiong dengan jarinya menotok jalan darah si nona. Bukan main cepatnya totokan itu, Kiong Mi Yun tidak sempat mengelak maupun menangkis serangan itu. Saat tubuh Kiong Mi Yun roboh ke belakang, kebetulan Kong-sun Po tiba dari belakang si nona. Tubuh nona Kiong jatuh ke dalam pelukan pemuda itu. Begitu terpeluk oleh pemuda itu, nona Kiong kaget bukan kepalang. Wajahnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

langsung merah, karena sekarang pemuda itu sudah tahu bahwa dia sebenarnya seorang nona. "Jalan darah Meng-khie-hiati" bisik si nona kepada Kongsun Po, dia memberi tahu Kong-sun Po, jalan darahnya yang ditotok oleh si nenek. Kong-sun Po segera membebaskan totokan di jalan darah yang disebutkan si nona. "Apa kau terluka?" tanya pemuda itu lembut penuh rasa khawatir dan perhatian. Setelah bebas dari totokan nona Kiong mendorong pemuda yang sedang memeluknya itu. Wajah nona Kiong pun merah sekali karena malu. "Jangan banyak bertanya, kejar dia! Sekalipun kita bukan lawan dia tapi kita harus tahu tempat tinggalnya!" kata nona Kiong. Rupanya nenek agak segan kepada ayah nona Kiong, oleh karena itu dia telah menyerang nona Kiong dengan perlahan dia tidak berani melukai nona ini. "Tapi kau.... sendirian ..." kata Kong-sun Po terputus-putus agak ragu meninggalkan nona Kiong sendiri saja. Rupanya Kong-sun Po mencemaskan keadaan nona Kiong,

dia mengira nona itu telah terluka. "Jangan kau cemaskan diriku, aku tidak terluka!" kata si nona. "Tinggalkan aku di rumah Han Toa-ko, kau kejar dia. Aku sendiri tidak takut, masakan ada orang yang berani memakanku?" Pemuda itu tahu nona Kiong berkepandaian tinggi, kecuali jika nona Kiong harus melawan pesilat tangguh seperti Chu Kiu Sek. selain itu dia akan sanggup membela diri. "Baik, kau sembunyi sampai aku kembali!" kata pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan cerewet, cepat kejar dia!" kata si nona. Mulut nona Kiong bicara agak kasar namun hatinya sangat berterima kasih kepada pemuda yang penuh perhatian terhadapnya itu. Kong-sun Po langsung lari mengejar si nenek, sedangkan Kiong Mi Yun berjalan ke rumah keluarga Han. Setiba di rumah yang sudah sebahagian terbakar itu, nona Kiong bertambah risau dan pikirannya bertambah kacau. "Mungkin Han Toa-ko bertemu dengan musuh yang tangguh. Eh, ada kuburan baru, entah siapa yang di kubur di tempat ini? Oh, mudah-mudahan bukan Han Toa-ko?" pikir Kiong Mi Yun. Dia berdiri tegak dan tertegun cukup lama. "Sekarang Kong-sun Toa-ko sudah tahu tentang diriku. Perlukah kuberitahu dia tentang perjodohan itu? Aaah! Garagara nenek itu aku jadi canggung berada di dekatnya. Aku susah buka mulut!" pikir nona Kiong. Sejak masih di dalam kandungan ibunya, ayah nona Kiong telah menjodohkan dia dengan Kong-sun Po. Tetapi pemuda itu rupanya belum tahu mengenai masalah ini. Ditambah lagi nona Kiong sudah jatuh cinta kepada "Han Toa-ko" alias Han Pwee Eng yang menyamar menjadi seorang pria. Untung di rumah keluarga Han yang terbakar masih tersisa beberapa buah kamar yang selamat dari jilatan sang api. "Tadi Kong-sun Toa-ko menyuruhku bersembunyi, lebih baik aku turuti permintaannya," pikir nona Kiong. "Akan kupilih sebuah kamar untuk isterihat, jika dia datang pun pasti dia akan memangil dan mencariku?" Dia mencari buah kamar yang dia anggap cocok baginya. Setelah melewati sebuah ruang dia sampai di sebuah kamar. Kain jendelanya masih tertutup rapat. Dari kamar itu tercium aroma yang sangat harum. Kiong Mi Yun tersentak.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh wangi dupa, apa di kamar ini ada orangnya?" pikir nona Kiong. Dia berjalan perlahan-lahan ke pintu kamar itu, lalu dia dorong pintunya perlahan-lahan. Saat pintu itu terbuka ternyata di dalam kamar itu tidak ada orang. Namun, mata nona Kiong terbelalak ketika menyaksikan keindahan kamar itu. Di kamar itu terdapat sebuah tempat tidur dari kayu dan diukir indah sekali, lemari pajang dan cermin besar terbuat dari tembaga yang telah digosok hingga mengkilap. Di atas meja hias tampak tergantung beberapa buah lukisan dan syair. Tapi kamar itu kosong. Kiong Mi Yun sadar bahwa itu kamar seorang nona. "Kamar siapa ini? Apakah ini kamar kakak atau adik Han Toa-ko? Tetapi saat aku bertemu dengannya dia tidak pernah bilang kalau dia punya seorang kakak atau adik lelaki. Ah, aku tidak peduli itu! Tetapi ini kamar siapa? Masa bodoh aku mau istirahat di sini!" pikir nona Kiong. Sebagai seorang gadis tentu saja nona Kiong menyukai kamar yang harum dan indah itu. Kiong Mi Yun pun tertarik pada syair yang bergantungan di dinding kamar, dan mulai membacanya. Pandang depan dan belakang. Hanya kabut belaka, Hari yang gelap. Amhom dimhom ,enderi-deru. Duduk termenung seorang diri. Mengenang masa lampau, Itu merupakan takdir. Bukan kemauan manusia. Tampak api berkobar. Suara anak panah pedang dan golok mendesir, dan berkelebat. Hati bergelora, air matapun bercucuran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Syair itu ciptaan penyair zaman Lam Song (Dinasti Song Selatan, Red), nama penyairnya Tio Lan Ouw. Selesai membaca kelihatan nona Kiong tidak mengerti maksud sajak itu. Saat dia membaca bagian bawah syair itu, dia tercengang. Bunyi tulisan itu demikian : Eng Li (Anak perempuan Eng) belajar syair harus mencontoh semangat penyair Tio Kan Ouw Tio Kan Ouw hidup pada zaman Dinasti Song Selatan, yaitu pada masa kaisar Song Kauw Cong memerintah di kerajaan

Song. Tio Kan Ouw seorang sarjana sastra. Pada masa itu banyak pejabat istana Kerajaan Song yang korup dan melakukan berbagai kejahatan. Melihat kejadian itu Tio Kan Ouw sangat gusar. Kemudian dia menulis syair tersebut di atas. Nona Kiong tidak mengerti isi sajak itu, tetapi dia mengerti apa maksud tulisan di bawah ajak itu. "Nama nona Han yang tertulis di sajak itu juga bernama Eng seperti nama Han Toa-ko?" pikir Kiong Mi Yun. Nona Kiong mulai curiga tetapi dia tidak berani berpikir ke arah sana. Tiba-tiba dia melihat segulung kertas. Lalu kertas itu dia ambil dan dia buka gulungannya. Ternyata gulungan itu sebuah gulungan lukisan seorang pria tampan. "Rupanya Nona Han tidak menyukai lukisan ini?" pikir nona Kiong. "Tidak heran kalau lukisan ini dia buang begitu saja, lalu dia injak-injak. Heran mengapa dia sangat benci pada lukisan ini?" Dia amati dengan teliti lukisan itu. Lukisan itu menggambarkan seorang pemuda tampan, di pinggang pemuda itu tergantung sebilah pedang. Rupanya pemuda itu seorang kaum Rimba Persilatan. Nona Kiong tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Aku kira Nona Han mencintai pemuda ini dengan diam-diam, tapi si pemuda barangkali mencintai nona lain sehingga Nona Han membencinya?" pikir Kiong Mi Yun. Memang nona Kiong tidak mengetahui dengan jelas, itu sebenarnya kamar Han Pwee Eng. Setelah nona Han menyerahkan semua harta milik ayahnya kepada ketua pengemis cabang Lok-yang, dia sempat masuk ke kamar itu. Pada saat dia sedang duduk di tepi ranjang, dia melihat lukisan Kok Ju Sih, ayah Kok Siauw Hong saat masih muda. Tentu saja gambar itu agak mirip dengan gambar wajah Kok Siauw Hong. Lukisan itu hadiah dari ayah Kok Siauw ong kepada ayah nona Han. Lalu gambar itu oleh Han Tay Hiong dihadiahkan kepada anaknya, alasan Han Tay Hiong karena lukisan itu mirip lukisan Kok Siauw Hong. Nona Han ingat lukisan itu diberikan ayahnya pada saat dia akan berangkat ke Yang-cou. Saat nona Han melihat lukisan itu sepulang dari Yang-cou, hatinya jadi kesal. Dia lemparkan lukisan itu ke lantai dan terus dia injak-injak di lantai. Nona Han sekarang sedang terkurung di kamar batu, dia tidak mengira kalau sahabat barunya, nona Kiong akan masuk ke kamar tidurnya "Eh, siapa Nona Han ini? Mengapa dia pun bernama Eng? Apa dia kakak atau adik Han Toa-ko? Lalu siapa yang ada di dalam lukisan ini?" begitu nona Kiong berpikir. Akhirnya nona Kiong jadi tidak tenang, dia berharap agar

Kong-sun Po bisa segera kembali. Selang beberapa saat Kiong Mi Yun terssentak kaget karena dia mendengar suara langkah kaki seseorang di luar kamar itu. Keberulan langkah kaki itu terdengar sedang mendatangi ke arah kamar itu. Mendengar langkah kaki itu, nona Kiong girang. Dia kira itu langkah kaki Kong-sun Po yang sudah kembali setelah mengejar musuh. Tetapi dia kaget karena dia tahu, bila orang itu pemuda she Kong-sun yang sudah kembali, pasti dia akan memanggil-manggil namanya. Sedangkan orang yang sekarang berjalan ke arah kamar itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak memanggil namanya? Nona Kiong langsung sadar pada adanya bahaya! Tiba-tiba langkah kaki itu berhenti di depan kamar itu. Tak lama terdengar seolah ada orang yang sedang membuka peti atau lemari dengan paksa. Kemudian, langkah kaki itu terdengar lagi. Malah sekarang langkah kaki itu terdengar jelas menuju ke kamar tempat nona Kiong sedang bersembunyi. Kesehatan nona Kiong belum pulih benar. Lukanya bekas totokan si nenek tadi masih terasa sakit. Sekalipun totokan itu telah dibebaskan oleh Kong-sun Po, tetapi tenaga nona Kiong belum pulih benar sama sekali. "Jika yang datang itu musuh besar Han Toa-ko, apa yang harus aku lakukan?" pikir nona Kiong. Dia seorang nona pemberani tapi dia juga sadar, sekalipun Han Tay Hiong yang berilmu tinggi sulit menghadapi musuh besarnya itu. Dia jadi cemas jika benar yang datang itu musuh keluarga Han, dia juga bisa celaka karena ada di tempat itu. Tiba-tiba nona Kiong mendengar orang itu bicara sendiri. "Heran di mana disimpannya harta orang she Han ini? Apa aku salah informasi?" kata orang itu. Itu suara seorang lelaki yang sudah berumur lanjut. "Dia datang untuk mencari harta milik keluarga Han, sekalipun bukan musuh, tapi pasti orang ini orang jahat?" pikir nona Kiong. Langkah kaki itu semakin semakin dekat ke kamar itu, Kiong Mi Yun bingung untuk mencari tempat bersembunyi. Tapi dia cerdas, langsung dia masuk ke kolong ranjang yang kebetulan sepreinya panjang sampai ke lantai. Baru saja dia masuk ke kolong ranjang, nona Kiong sudah mendengar suara pintu kamar itu didorong dengan paksa dari luar. "Kamar ini bagus sekali," kata orang itu, "pasti ini kamar puteri Han Tay Hiong yang bernama Han Pwee Eng!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu bicara sambil tertawa dingin. Nona Kiong kaget ketika dia mendengar ucapan orang itu, apalagi saat menyebut nama Han Pwee Eng. "Kiranya puteri Han Tay Hiong itu bernama Han Pwee Eng!" pikir nona Kiong. Diam-diam nona ini menyingkap kain seprei lalu mengintai ke luar. Kelihatan orang itu sedang mendekati sebuah meja dan mengambil lukisan yang tadi dilihat oleh nona Kiong. "Hm!" orang itu mendengus sinis. "Gadis busuk ini ternyata tidak tahu malu juga! Dia masih memikirkan kekasihnya sehingga hampir gila! Orang tidak menyukai dia tetapi dia justru perempuan yang tebal mukanya dan tidak tahu malu! Sampai sekarang dia masih menyimpan lukisan keponakanku ini di kamarnya. Untung keponakanku tidak jadi menikah dengannya!" "Brak!" dia melemparkan lukisan itu ke lantai. Orang itu adalah Jen Thian Ngo, paman Kok Siauw Hong. Setelah mendengar kata-kata orang itu nona Kiong Mi Yun jadi sangat berduka memikirkan nona Han itu. "Sepertinya dia masih termasuk famili dari pihak lelaki, kenapa orang ini sangat senang kalau pertunangan keponakannya dengan nona Han dibatalkan? Eh, malah dia juga mencaci nona Han dengan keji. Aneh sekali! Dia datang dengan niat mengambil harta orang. Hm! Pasti tua bangka ini bukan orang baik-baik!" pikir nona Kiong. Sebaliknya Jen Thian Ngo berpkir lain lagi. "Tidak mungkin Han Tay Hiong menyimpan harta itu di kamar anak perempuannya," pikir Jen Thian Ngo. "Tapi tidak ada salahnya aku menggeledah kamar ini agar aku tidak jadi penasaran...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di kamar itu hanya ada rak buku dan dua buah peti. Kedua peti itu masih terkunci rapat. Dia gunakan tenaga dalamnya untuk menarik kunci peti itu. "Brak!" Kedua kunci gembok itu rusak hingga peti bisa dibuka.Setelah memeriksa isi kedua peti itu, terdengar orang itu membentak keras. "Sial! Isinya hanya buku dan lukisan! Gadis busuk ini kurang rajin belajar kung-fu, malah dia belajar sastra! Apa dia

ingin jadi sarjana wanita?" kata Jen Thian Ngo kesal bukan main. Nona Kiong senang mendengar bahwa isi peti itu bukan harta, sekarang nona Kiong tahu orang itu tidak menemukan harta yang dicarinya. Tapi saat dia melihat lelaki itu menarik kunci gembok, nona Kiong sadar orang ini berilmu tinggi. Setelah tidak menemukan yang dicarinya, Jen Thian Ngo masih menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sesuatu. "Celaka! Pasti dia akan memeriksa ke kolong ranjang!" pikir nona Kiong. Tiba-tiba Mi Yun mendengar ada orang berteriak-teriak.... "Nona Han! Nona Han di mana kau?" Jen Thian Ngo kaget bukan kepalang. Saat dia akan meninggalkan kamar itu, orang itu sudah berdiri di depan kamar itu. Dia juga kaget melihat Jen Thian Ngo ada di tempat itu. "Eh! Paman juga ada di sini?" kata pemuda itu. "Kok Siauw Hong!" kata Jen Thian Ngo. Ternyata pemuda itu adalah Kok Siauw Hong. Setelah dari markas Kay-pang dia langsung akan menemui Han Pwee Eng lagi di rumah si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman juga ke mari?" kata keponakannya. "Setelah kau pergi aku khawatir kau tidak akan mampu menghadapi Han Tay Hiong!" kata Jen Thian Ngo. "Maka itu kau aku susul ke mari!" "Terima kasih atas perhatian Paman, tapi aku sendiri belum pernah bertemu dengan Paman Han. Rupanya dia bertemu dengan musuh besarnya. Paman sudah menemukan apa, barusan aku dengar suara gaduh di kamar ini?" -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 18

Jen Thiang Ngo agak gugup ditanya begitu oleh keponakannya. Wajahnya berubah merah, maka buru-buru dia menjawab pertanyaan keponakannya itu. Tapi ia bicara seolah tanpa dipikir lagi. "Aku ke mari untuk menyelidiki hubungan Han Tay Hiong dengan Siang-koan Hok. Mereka sudah berhubungan lama, jadi aku datang untuk mengungkapkan hubungan mereka dan hubungannya dengan bangsa Mongol. Aku ingin punya bukti!" kata Jen Thian Ngo. Oh begitu?" kata Kok Siauw Hong. "Mula-mula Paman mengadakan penyelidikan di rumah ini, setelah berhasil Paman akan mengundang kaum Rimba Persilatan untuk menyerbu ke tempat ini, begitu maksud Paman?"

Dengan agak gugup Jen Thian Ngo mengangguk. "Begitu maksudku!" katanya. Kiong Mi Yun dongkol sekali mendengar jawaban lelaki tua itu. Dia tahu orang itu berbohong pada anak muda itu. "Hm! Dia tidak tahu malu! Dia membohongi keponakannya sendiri. Jelas dia datang ke mari mau mencuri harta orang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi malah dia menuduh orang lain bersekongkol dengan bangsa Mongol!" pikir si nona. Tak lama terdengar Jen Thian Ngo melanjutkan bicaranya. "Siauw Hong, apa kau tidak percaya kepadaku? Mengapa kau masih memanggil Paman kepadanya?" kata Jen Thian Ngo. Pemuda itu tidak menjawab malah dia bertanya. "Apa Paman telah menemukan sesuatu?" kata Kok Siauw Hong. "Belum! Tolong kau bantu aku mencarinya, mungkin rahasia itu dia selipkan di salah satu buku-buku ini!" kata Jen Thian Nge. "Tidak perlu Paman mencarinya lagi," kata Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo tertegun kelihatan dia agak keheranan. "Kenapa?" "Karena aku sudah tahu rahasia itu!" jawab Kok Siauw Hong. Kelihatan Jen Thian Ngo girang bukan main. "Rahasia apa itu? Coba kau berikan pada Paman!" katanya. "Sepotong surat kulit kambing bertulisan bahasa Mongol, tetapi sekarang benda itu tidak ada di tanganku!" kata Kok Siauw Hong pada pamannya. "Di mana surat itu sekarang? Siapa yang mengambil dari tanganmu?" kata Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong balik bertanya dan berkata begini. "Han Tay Hiong mungkin sudah dicelakakan oleh musuh besarnya, rumahnya terbakar habis, sedang keberadaan dia belum diketahui. Jika Paman memperoleh rahasia Paman Han

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu, lalu apa yang hendak Paman lakukan?" kata Kok Siauw Hong. "Dengar Kok Siauw Hong! Kau jangan terjebak oleh siasat Han Tay Hiong. Ini siasat dia sendiri. Dia bunuh semua

pelayan dan dia bakar rumahnya agar kalian percaya, bahwa dia dicelakakan oleh musuh besarnya! Dengan demikian kalian jadi tidak waspada!" kata Jen Thian Ngo. "Hm! Pendapat Paman juga sama dengan pendapat Liok Pang-cu dari Kay-pang!" kata Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo agak terperanjat. "Jadi Liok Kun Lun pun datang ke mari?" kata Jen Thian Ngo agak kaget dan heran. "Ya, malah surat dari kulit kambing itu pun telah aku serahkan kepadanya." kata Kok Siauw Hong. "Hm! Kau sudah melihat surat bertulisan bahasa Mongol itu! Jadi kau tidak akan ragu-ragu lagi. tapi aneh kau masih kelihatan ragu-ragu?" kata Jen Thian Ngo pada Kok Siauw Hong. "Paman benar, aku tidak berpikir seperti Paman," kata Kok Siauw Hong. Wajah Jen Thian Ngo tampak berubah. "Kalau begitu aku harus mendengar pendapatmu?" kata Jen Thian Ngo. "'Aku tidak berani memberi pendapat apa-apa, tapi aku telah menemukan sebuah bukti baru," sahut Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo mengerutkan dahinya. "Bukti baru apa lagi?" kata Jen Thian Ngo. "Semua pelayan di rumah Paman Han tewas karena diserang oleh pukulan tangan beracun," kata Siauw Hong. "Sepengetahuanku PamanHan tak belajar ilmu racun!" Mendengar keterangan ini Jen Thian Ngo jadi tertegun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, kau jangan mudah dikelabui olehnya, siapa tahu Han Tay Hiong menyuruh orang lain yang bisa pukulan itu untuk membunuh semua pelayannya! Dari omonganmu tadi, aku kira kau masih menaruh hati kepada Nona Han, ya Siauw Hong?" Begitulah dia tegur keponakannya itu. Tetapi Kok Siauw Hong menanggapinya dengan dingin. "Paman, menurut pendapatku. Paman terlalu menyudutkan Nona Han!" kata Kok Siauw Hong. Wajah Jen Thian Ngo berubah jadi tidak sedap dipandang. "Kau sudah menemukan surat rahasia itu, lalu bagaimana pendapatmu?" tanya sang paman. "Pendapatku tidak sama dengan pendapat Paman," kata Kok Siauw Hong. "Menurut pendapatku pasti ada orang lain yang sengaja mengacau di rumah Paman Han untuk menjebak Paman Han supaya dimusuhi oleh semua pejuang tanah air!" Jen Thian Ngo tertawa dingin. "Jika pendapatmu demikian, berarti kau boleh menikahi

puterinya. Pertunanganmu tidak perlu kau batalkan!" kata Jen Thian Ngo agak ketus setengan menyindir. "Urusan perjodohanku dengan nona Han, itu masalah lain, itu soal pribadi! Tetapi aku yakin Paman Han bukan seorang pengkhianat!" jawab Kok Siauw Hong dengan tegas. "Hm!" Jen Thian Ngo mendengus. "Han Tay Hiong orang baik, sedang puterinya cantik dan lihay, lalu mengapa kau mau membatalkan perjodohanmu dengannya?" "Itu urusanku, dan Paman tidak perlu ikut campur!" kata Kok Siauw Hong agak jengkel. "Tapi supaya Paman tidak mengira aku membohongi Paman Han dan puterinya, aku akan mem-beritahu Paman tentang satu hal!" "Mengenai masalah apa?" tanya Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku menemukan benda-benda lain di rumah Paman Han ini," kata Kok Siauw Hong. Wajah Jen ThianNgo kelihatan tegang. "Maksudmu barang apa?" tanya Jen Thian Ngo. "Harta yang tidak ternilai harganya. Tetapi nona Han telah menyumbangkan harta itu kepada para pejuang," jawab Kok Siauw Hong. Jen ThianNgo menyeka keringatnya yang membasahi kening dan sekujur tubuhnya. Lalu dia bertanya lagi. "Di mana Nona Han sekarang?" "Dia berjanji menunggu aku di sini, tetapi sekarang dia tidak ada entah ke mana?" sahut Kok Siauw Hong. "Oh, jadi dia tidak membawa harta itu dan menyerahkan harta itu kepada para pejuang?" kata Jen Thian Ngo. "Tidak! Dia minta Liok Pang-cu dari Kay-pang untuk mewakili keluarganya mengantarkan semua harta itu pada para pejuang! Saat ini Liok Kun Lun ada di markas cabang Kay-pang. Jika Paman tidak percaya, silakan Paman lihat sendiri di sana! Paman sahabat Lauw Kan Lu dan juga kenal pada Liok Pang-cu, tidak ada salahnya jika Paman pergi ke sana. Jika Paman mau ke sana, Paman harus secepatnya, karena besok mereka sudah akan berangkat!" kata Kok Siauw Hong. "Untuk mengantar harta itu pada para pejuang pasti Liok Kun Lun akan minta bantuan pada orang lain?" pikir Jen Thian Ngo. Kemudian dia berkata pada Kok Siauw Hong. "Soal harta itu soal kecil," kata Jen Thian Ngo seolah meremehkan soal harta itu. "Tetapi mengenai persekongkolan Han Tay Hiong dengan bangsa Mongol itu yang harus aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selidiki sampai tunas. Baik aku akan ke sana menanyakannya pada Liok Pang-cu! Kau mau ikut bersamaku atau tidak?" "Maaf, aku tidak bisa menemani Paman ke sana!" "Hm! Jadi kau mau menunggui Nona Han di sini? Baik, aku pergi dulu!" kata Jen Thian Ngo dengan dingin. Lalu ia meninggalkan Kok Siauw Hong. Sepeninggal pamanya, Kok Siauw Hong menggumam. "Hm! Pantas Ibu sering ribut dengan Paman ini, dia sangat egois. Barangsiapa yang tidak sependapat dengannya pasti orang itu dia cap sebagai penjahat!" kata Kok Siauw Hong. Saat KokSiauw Hong mengawasi ke seluruh ruangan itu, dia melihat banyak sekali berbagai lukisan yang bertebaran di lantai kamar itu. "Eh, ini semua lukisan yang sangat berharga. Mengapa Paman Jen membongkar peti harta milik orang sembarangan saja? Dia tidak mengerti barang seni yang mahal harganya, dan dia campakan barang itu begitu saja!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong segera membereskan lukisan-lukisan itu. Ketika melihat lukisan Kok Ju Sih, dia tertegun karena lukisan itu mirip dengan dirinya. "Eh! Bagaimana Nona Han bisa mempunyai lukisanku ini?" pikir Kok Siauw Hong dengan mata terbelalak. Pada saat Kok Siauw Hong sedang membungkuk, wajahnya terlihat oleh Kiong Mi Yun yang sedang bersembunyi di kolong ranjang. "Ah, dia orang yang ada di dalam lukisan itu!" pikir nona Kiong. Sudah lama nona Kiong bersembunyi di kolong ranjang, dia mulai merasa pegal dan tidak enak karena kolong ranjang itu agak sumpek dan sempit baginya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun dia tidak setia kepada nona Han, tapi dia baik pada keluarga Han. Jika aku keluar dan menemuinya lalu kuceritakan hubunganku dengan Han Toa-ko, pasti dia tidak akan melukaiku. Tapi sekarang aku sedang menyamar jadi seorang pria. Bagaimana jika dia bertanya mengapa aku ada di kamar nona Han? Apa yang harus aku jawab?" pikir nona Kiong sedikit bingung. Sesudah Kok Siauw Hong memperhatikan lukisan itu dengan teliti, baru dia tahu bahwa itu lukisan ayahnya bukan

lukisan dirinya. Dia tertawa sendiri. "Pantas Ibu bilang aku mirip dengan Ayah! Ketika Ayah masih muda dia memang mirip denganku. Jika tidak kuteliti lukisan ini aku akan mengira ini lukisanku. Pasti dulu Ayah menghadiahkan lukisan ini kepada Paman Han. Sekarang Paman Han entah ada di mana? Ini lukisan peninggalan Ayahku aku tidak boleh menyia-nyiakannya!" kata Kok Siauw Hong. Dia gulung lukisan itu lalu dia masukkan ke dalam saku bajunya. Sementara itu hari pun sudah mulai senja, ini membuat Kok Siauw Hong agak gugup. "Apa Pwee Eng tidak senang kepadaku, lalu dia pergi begitu saja? Tapi mengapa sampai sekarang dia belum kembali juga? Sedangkan Giok Hian dan kakaknya yang membawa arak obat untuk Paman Han, juga belum juga datang? Padahal kata Ibu mereka mengikutiku ke Lok-yang. Sekalipun kereta itu berjalan sangat lambat, tapi seharusnya mereka sudah sampai di sini?" kala Kok Siauw Hong bingung dan keheranan. Mendengar keluhan pemuda itu nona Kiong yang bersembunyi di kolong ranjang tersentak. "Jadi Kakak beradik yang kurebut guci araknya itu rupanya kawan baiknya?" pikir nona Kiong. "Jika mereka berdua sudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai di tempat ini, pasti aku akan bertemu dengan mereka?" Kiong Mi Yun menarik napas panjang dan berpikir lagi. "Seandainya sekarang aku keluar dari kolong ranjang ini, dia belum tentu bisa menghalangi aku! Tapi, jika aku tidak mau bicara dengannya, bagaimana aku bisa tahu keadaan Han Toa-ko sekarang?" pikirnonaKiong Hati Kiong Mi Yun jadi kebat-kebit, dia khawatir jika dia terus bersembunyi, kelak dia akan bertemu juga dengan kedua kakak beradik itu. Dia memutuskan akan keluar untuk menanyakan tentang Han Toa-ko-nya kepada Kok Siauw Hong. Tapi dia sedikit agak ragu-ragu juga. Saat Jen Thian Ngo berada di kamar itu, perhatian Kok Siauw Hong hanya tertuju kepada Jen Thian Ngo yang sedang mencari harta milik Han Tay Hiong. Tidak heran jika pemuda ini tidak mendengar suara napas Kiong Mi Yun yang sedang bersembunyi di kolong ranjang. Bahkan pada saat mereka berbincang Kok Siauw Hong pun tidak sadar kalau di kamar itu ada orang ketiga. Saat dia sudah sendirian seperti sekarang. Kok Siauw Hong sudah bisa mendengar suara napas nona Kiong itu. Tapi

pemuda itu sengaja berpura-pura tidak tahu, dia terus waspada. Dia lihat kain seprei itu bergerak-gerak. Kok Siauw Hong seorang pemuda jujur, dia tidak ingin langsung menyerang orang yang belum tentu musuh. Tapi dia juga tidak berani menyingkap kain seperei itu "Eh, siapa yang bersembunyi di kolong ranjang ini?" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong ingin menggoda dan dia juga ingin tahu aiapa orang itu. dia langsung berkata seorang diri. "Pamanku telah membuat kamar ini jadi berantakan, aku harus segera merapikannya kembali!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia langsung mengambil sebuah baskom berisi air dan mendadak dia menyiramkan air di baskom itu ke kolong ranjang tempat Kiong Mi Yun bersembunyi. Nona Kiong tidak menduga pemuda itu akan menyiramkan air di baskom itu, dia kaget bukan kepalang. Seketika itu juga dia berteriak. "Aduh!" Kiong Mi Yun langsung merangkak keluar dari kolong ranjang itu. Dia gusar bukan main karena pakaiannya jadi basah kuyup. Kok Siauw Hong tercengang, ternyata yang keluar dari kolong ranjang itu seorang pemuda tampan. Kok Siauw Hong langsung membentak. "Siapa kau? Mengapa bersembunyi di situ?" kata Kok Siauw Hong. "Keterlaluan!" kata Kiong Mi Yun kesal bukan main. Dia langsung mengayunkan tangan hendak menampar muka Kok Siauw Hong. Sejak kecil memang nona Kiong sangat dimanja, tadi ketika Kok Siauw Hong menyiram dia dengan sebaskom air hingga pakaiannya jadi basah kuyup, jelas dia marah bukan main. Sebenarnya tadi dia ingin berkenalan dengan Kok Siauw Hong dan sekalian ingin menanyakan tentang Han Toa-konya ada di mana? Tetapi sekarang kemarahannya telah memuncak dan dia jadi lupa soal itu. Saat tangan nona Kiong melayang ke mukanya, Kok Siauw Hong menundukkan kepalanya. Kemudian dia ulur tangannya untuk mencengkram tangan nona Kiong. Mana mau nona Kiong membiarkan tangannya dicengkram lawan, dia putar tubuhnya dan dia ulurkan jari tangannya untuk menotok ke jalan darah Meng-khie-hiat pemuda itu. Kok Siauw Hong menghindar sambil balas menyerang. Nona Kiong kaget melihat kelihayan pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh ilmu silatnya cukup tinggi!" pikir Kiong Mi Yun. Nona Kiong terpaksa mundur, tapi tidak dia sadari dia mendekati ranjang tadi hingga jadi terdesak. "Jurus pemuda ini aneh sekali?" pikir nona Kiong. "Murid siapa dia ini?" Tanpa disadari oleh nona Kiong karena pakaian bagian atasnya yang basah-kuyup, payu dara nona Kiong jadi kelihatan menonjol dan jelas sekali. Melihat hal itu Kok Siauw Hong jadi curiga dia mengira lawannya ini pasti seorang nona "Cepat katakan, siapa kau?" bentak Kok Siauw Hong. "Jika kau tidak mau menjawab aku tidak akan segan-segan lagi melukaimu!" Bersamaan dengan bentakan itu dia serang kepala nona Kiong. Nona Kiong menunduk maksud Kiong Mi Yun akan menghindar dari serangan itu. Tapi jari tangan Kok Siauw Hong sudah mengarah ke kening nona Kiong. Sekarang nona Kiong tidak sempat lagi berkelit maupun mundur karena dia terhalang oleh ranjang. Tangan Kok Siauw Hong berhasil menjepit kain pengikat rambut nona Kiong hingga pengikat rambut itu terlepas. Seketika itu rambut nona Kiong yang panjang itu pun langsung terurai. Karena takut jalan darah di keningnya tertotok, terpaksa nona Kiong mundur dan... "Buum Ia jatuh terlentang ke atas tempat tidur. Saat itu Kok Siauw Hong sudah menarik serangannya. Dia tidak bermaksud mencelakakan nona itu, dia hanya ingin tahu siapa orang itu sebenarnya. Kiong Mi Yun yang terbuka rahasianya jadi malu, dia tutupi wajahnya sambil berteriak-teriak. "Kau...Kau... kau tidak tahu malu! Kau... berani menghinaku!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong tertegun, langsung dia memberi hormat kepada nona Kiong. "Maafkan, aku tidak tahu kalau kau seorang gadis!" katai Kok Siau Hong. "Jika kau anggap aku tudak sopan mohon kau maafkan aku. Di lemari pakaian itu aku kira ada pakaian Nona Han, kau boleh pilih dan ganti pakaianmu yang basah itu!" kata Kok Siauw Hong. Sesudah itu Kok Siauw Hong berjalan keluar dari kamar itu

untuk memberi kesempatan pada nona Kiong berganti pakaian dan menutup pintu kamar itu. Melihat pemuda itu sangat sopan dan tudak mengganggu dirinua, kemarahan nona Kiong pun perlahan-lahan reda juga. "Sekalipun dia tidak setia kepada nona Han, tapi dia pria yang sopan, dan tahu aturan," pikir nona Kiong. Kiong Mi Yun membuka lemari pakaian itu, dia memilih dan mengambil salah satu pakaian itu. Kemudian dia buru-buru mengenakannya. Begitu selesai berpakaian dan mengaca, nona Kiong berteriak. "Sekarang kau boleh masuk!" kata nona Kiong. Kok Siauw Hong mendorong pintu kamar itu dan dia pun masuk. Dia terbelalak menyaksikan nona Kiong yang cantik ketika berpakaian seperti wanita. Tapi Kok Siauw Hong tidak berani lama-lama memperhatikan nona itu. Dia memberi hormat pada Kiong Mi Yun. "Mengapa Nona bersembunyi di kolong ranjang?" kata pemuda itu sambil tersenyum manis. "Aku ke mari untuk mencari Han Toa-ko!" kata nona Kiong Mi Yun. "Kau calon menantu keluarga Han, bukan? Pasti kau tahu di mana dia sekarang?" Kok Siauw Hong tertegun seketika lamanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di mana kau kenal dengan Han Toa-komu itu?" kata Kok Siauw Hong. "Di tengah perjalanan. Dia sangat baik kepadaku, sekalipun kami baru berkenalan tapi sudah seperti saudara saja," kata nona Kiong. Kemudian Kiong Mi Yun menceritakan pengalamannya dengan Han Pwee Eng di rumah makan "Ngih Nih Lauw" Mendengar cerita itu, Kok Siauw Hong yakin nona ini mengira Han Pwee Eng seorang pria. "Nona aku bicara terus-terang padamu, di rumah Paman Han tidak ada anak lelaki yang bernama Eng, karena Paman Han hanya mempunyai seorang puteri, namanya Han Pwee Eng!" Kiong Mi Yun tersentak kaget. "Jadi pemilik rumah ini Han Tay Hiong?" kata si nona. "Benar!" "Han Toa-ko bilang Han Tay Hiong itu ayahnya. Jadi mana mungkin dia sembarangan mengaku orang lain sebagai ayahnya?" kata si nona. Kok Siauw Hong tersenyum. "Paman Han hanya punya seorang puteri, dia tidak punya anak lelaki!"

Kiong Mi Yun tertegun lama sekali, baru dia bicara lagi. "Jadi Han Toa-ko itu Nona Han Pwee Eng? Dia... Mengapa dia membohongiku?" "Maaf, aku boleh tahu siapa nama Nona?" "Kiong Mi Yun!" kata si nona. Kok Siauw Hong tertawa. "Nona Kiong, tadi kau juga berdandan seperti pria. Pada saat sedang kacau seperti sekarang ini, tentu bagi seorang nona tidak leluasa melakukan perjalanan jauh seorang diri.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka dia harus menyamar dan berpakaian seorang pria, itu wajar saja, Nona Kiong!" kata Kok Siauw Hong menjelaskan. Setelah sekian lama termenung, hati nona Kiong mulai tenang. Sekalipun dia kelihatan agak kecewa. Dia tidak berduka, sekarang malah dia telah menemukan jawaban tekateki yang pelik di benaknya selama ini. Akhirnya dia jadi geli sendiri.Tapi dia tahan tawannya hingga dia kelihatan cantik sekali. "Selama ini aku selalu mempermainkan orang. Sekarang akulah yang dipermainkan oleh Han Toa-ko, aku mendapat balasan yang setimpal!" pikir nona Kiong Tanpa sadar dia tertawa sendiri. "Mataku sudah lamur," kata Kiong Mi Yun, "kiranya dia juga sama seperti aku, dia seorang nona. Tetapi jika benar dia nona Han aku harus membelanya. Kami berkumpul hanya dalam dua hari, aku tahu dia akhli silat dan sastra. Dia tunanganmu, mengapa kau tidak menyukainya?" Sedikitpun Kok Siauw Hong tidak menyangka kalau Kiong Mi Yun akan bicara begitu. "Aku...aku sangat menghormati Nona Han, tetapi .. ..Aaah! Urusan pria dan wanita memang sulit untuk dijelaskan..." kata Kok Siauw Hong agak gugup. "Apa karena kau terpengaruh oleh kata-kata Pamanmu itu?" desak Kiong Mi Yun. "Terus-terang aku bilang padamu, pamanmu itu bukan orang baik-baik!" "Dari mana kau tahu Pamanku itu bukan orang baik-baik?" tanya Kok Siauw Hong. Tapi pemuda ini pun berpikir sendiri. "Dia sudah lama bersembunyi di kolong ranjang itu, masakan gerak-gerik Pamanku lepas dari pengamatannya?" pikir pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan Kiong Mi Yun tertawa mendengar pertanyaan pemuda itu. "Pamanmu itu membohongimu. Akan kuberitahu kau hal yang sebenarnya. Dia ke mari untuk mencari harta keluarga Han!" kata Kiong Mi Yun. Kok Siauw Hong terkejut. "Ibuku memang benci pada Pamanku ini, tetapi Ibu bilang Pamanku itu seorang pria sejati. Tapi tidak kusangka dia ternyata seorang yang budinya rendah dan tamak! Tetapi walaupun Ibu itu adiknya tetapi dia tidak tahu "belang" kakaknya itu. Sedang nona ini tidak bermusuhan dengan Pamanku, tidak mungkin dia ingin memfitnah orang lain secara sembarangan. Aku duga Paman Jen sangat licik!" pikir Kok Siauw Hong. "Aku heran, mengapa pamanmu itu sangat benci kepada Han Tay Hiong dan puterinya? Tapi jika kau ingin mengambil hati pamanmu, dan kau batalkan pertunanganmu dengan Nona Han, terus terang aku katakan, kaulah yang bersalah!" kata nona Kiong melanjutkan. Kiong Mi Yun ternyata seorang yang berhati baik dan penuh kasih. Sesudah dia tahu Han Toa-konya adalah Han Pwee Eng, tetapi dia tetap baik. Dia juga terkesan baik terhadap Kok Siauw Hong. "Jadi Han Toa-ko seorang nona seperti aku, kami tidak bisa jadi suami-isteri. Tapi aku harap dia bisa menikah dengan pria yang baik. Orang she Kok ini kelihatan baik, jika jodoh mereka berlanjut aku girang sekali!" pikir nona Kiong. Kok Siauw Hong tertawa. "Perjodohan seseorang urusan pribadi, urusanku dengan nona Han tidak bisa aku jelaskan dengan dua tiga patah kata, lebih baik kita tidak membicarakan soal itu lagi, jangan kau ungkit lagi masalah itu!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong M Yun tertawa. "Hm! Kau bilang jangan diungkit, ketahui olehmu mengenai sifatku, jika belum jelas aku tidak akan puas. Pemutusan perjodohan itu akan membuat nona Han sengsara seumur hidupnya. Aku ingin bertanya padamu, di mana letak kekurangan dari nona Han itu hingga kau tidak menyukainya?" kata nona Kiong penasaran. Kok Siauw Hong benar-benar kewalahan. "Aku tidak pernah bilang nona Han punya kekurangan," kata pemuda ini. "Terus-terang aku menghormatinya. Tapi ketahui olehmu soal jodoh tidak bisa dipaksa, aku hanya bisa mengaku bersalah kepadanya untuk selama-lamanya..."

Kiong Mi Yun tertegun dan perlahan-lahan dia mulai menyadari kedudukan pemuda itu. "Apa kau punya kekasih lain?" tanya Kiong Mi Yun. Kok Siauw Hong mengangguk. "Apakah kekasihmu itu nona yang bernama Ci Giok Hian?" "Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Siauw Hong. Kiong Mi Yun tersenyum. "Tadi ketika kau bergumam kau menyebut-nyebut namanya, aku sudah mendengar semuanya," kata Kiong Mi Yun. Wajah Kok Siauw Hong merah. "Benar, aku ada di sini sedang menunggu kedatangan mereka. Dia dan Nona Han bersahabat baik," kata Kok Siauw Hong. "Aku mencuri arak mereka, tapi arak itu telah direbut lagi oleh nenek itu. Jika mereka datang aku akan bertemu dengan mereka. Bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan guci

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arak mereka itu?" pikir nona Kiong "Atau lebih baik aku menyingkir saja dari sini?" Tiba-tiba nona Kiong ingat pada Kong-sun Po. "Apa yang dikatakan Kok Siauw Hong memang benar, jodoh tidak bisa dipaksa! Aku jatuh cinta kepada Han Toa-ko, tidak kusangka ternyata dia seorang nona juga! Apa jodohku memang harus pada...." Mendadak wajah nona Kiong kemerah-merahan. Dia sedikit jengah karena ingat pada Kong-sun Po. Hingga akhirnya dia mencemaskan keadaan Kong-sun Po tersebut. "Kenapa sampai sekarang dia belum kembali juga?" pikir nona Kiong.. Saat Kiong Mi Yun sedang mencari alasan untuk pergi, malah Kok Siauw Hong justru berkata kepadanya. "Nona Kiong, tadi kau bertanya ke mana Nona Han pergi? Sekarang aku bertanya padamu, saat kau tiba di sini apa di sini sudah tidak ada orang lain?" "Saat kami ada di sini. datang seorang nenek yang mengatakan dia tahu di mana nona Han berada," kata Kiong Mi Yun. "Sialnya nenek itu merebut barang milik kami. Temanku sedang mengejar nenek itu, tetapi sampai sekarang dia belum kembali lagi..." Nada suara nona Kiong sangat khawarir. Mendengar keterangan singkat nona Kiong, wajah Kok Siauw Hong berubah jadi serius sekali. "Apa wanita tua itu cantik dan anggun dan dia mengenakan pakaian yang indah?" kata Kok Siauw Hong

Nona Kiong tersenyum geli. "Dia memang cantik, pakaiannya indah. Tapi sayang wajahnya sudah keriput, maka aku bilang dia si nenek tua. Dia menarik, aku yakin saat masih muda dia memang seorang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wanita cantik. Oh ya, apa kau tertarik pada wanita cantik atau tidak? Aku kira Kakak Han sangat cantik! Kau..." Nona Kiong ingin bergurau dengan Kok Siauw Hong, tapi saat melihat wajah Kok Siauw Hong nona Kiong jadi heran. "Hai, kenapa kau? Apa kau kenal dengan nenek itu?" kata si nona. Rupaya Kok Siauw Hong terkenang masa lalunya, saat dia datang ke rumah keluarga Han. Mereka mengalami musibah. Saat itu untuk pertama kali Kok Siauw Hong bersama ayahnya datang ke rumah keluarga Han di Lok-yang. Dia baru berumur sembilan tahun, Han Pwee Eng pun baru berumur empat tahun. Karena nona Han masih kecil Kok Siauw Hong tidak mau bermain dengannya. Dia bermain-main dengan anak tetangga keluarga Han. Setiap hari dia pergi ke gunung di belakang rumah keluarga Han bersama teman-teman sebayanya itu. Mereka memancing, menangkap burung, memetik bunga liar dan sebagainya. Pada suatu hari saat Kok Siauw Hong sedang bermain bersama kawan-kawannya, Kok Siauw Hong mendadak melihat burung berbulu indah. Burung itu bertengger di sebuah pohon. Di bawah pohon itu ada sungai yang airnya deras. Kawan Kok Siauw Hong mengatakan, burung itu burung berkicau dan sangat bagus. Kok Siauw Hong tertarik dia ingin menangkapnya. "Akan kutangkap burung itu, kawan!" kata Kok Siauw Hong. "Jika tertangkap akan kuhadiahkan pada kalian!" "Burung itu liar dan sulit ditangkap," kata kawannya. Kok Siauw Hong tersenyum. "Di atas pohon pasti ada sarangnya, aku akan naik aku yakin ada anak burung yang belum bisa terbang!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan, pohon itu sangat tinggi!" kawan-kawannya mencegahnya. Kok Siauw Hong seorang anak pemberani, dia perhatikan pohon itu sambil manggut-manggut.

"Aku punya akal untuk memanjat pohon ini!" katanya. Di situ dia melihat sebuah batu besar cukup tinggi. "Aku akan melompat ke batu besar dan meraih cabang pohon itu lalu aku naik," katanya. "Jangan, bagaimana kalau kaujatuh? Kami akan disalahkan oleh Paman Han..." kata kawan-kawannya. Kok Siauw Hong tidak menghiraukan nasihat temantemannya itu. Dia melompat ke batu besar dan berusaha meraih cabang pohon. Sekalipun masih kecil gin-kang Kok Siauw Hong sudah lumayan. Di luar dugaan sesudah berhasil meraih cabang pohon itu, rupanya cabang pohon itu telah rapuh dan tidak sanggup menahan berat badan Kok Siauw Hong. Tak ampun lagi dahan itu patah dan Kok Siauw Hong pun terjatuh, untung jatuhnya tidak jatu di atas batu, tapi Kok Siauw Hongjatuh ke dalam sungai yang airnya deras itu. Mau tak mau Kok Siauw Hong terbawa hanyut. Kedua kawan Kok Siauw Hong kaget, mereka mau menolong tidak berani, akhirnya mereka berdua kabur. Untung Kok Siauw Hong dibesarkan di Yang-cou. Kota itu berdekatan dengan sungai Tiang-kang (Chang-ciang). Dia bisa berenang tapi arus sungai sangat deras, hingga dia tidak bisa bertahan didalam air. Pada detik yang sangat berbahaya terdengar suara orang. "Sambut ini!" Kiranya di tepi sungai itu berdiri seorang perempuan cantik. Dia melemparkan angkinnya ke arah Kok Siauw Hong. Tak berpikir panjang Kok Siauw Hong meraih angkin itu. Tak lama dia merasa tubuhnya terangkat dari dalam sungai, dan dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah langsung berdiri di depan perempuan cantik itu. Perempuan itu menatapnya tajam. "Kau masih kecil, kung-fumu lumayan. Apa kau putera Han Tay Hiong?" tanya perempuan itu. "Bukan, Ayahku Kok Ju Sih." kata Kok Siauw Hong. "Bibi kenal pada Han Tay Hiong?" Perempuan cantik itu mengelah napas panjang. "Sudah lama aku tak pernah bertemu dengannya, apakah dia tak punya anak lelaki?" "Tidak! Paman hanya punya anak perempuan," kata Siauw Hong. "Namanya Han Pwee Eng!" Perempuan itu manggut-manggut. "Namanya Pwee Eng?" kata dia. Dia menunduk kelihatan sedang berpikir. "Rumah Paman Han tidak jauh dari sini, bagaimana jika Bibi ikut aku ke rumahnya?"

"Tidak. Aku tidak ingin menemuinya," kata perempuan itu. "Jika kau pulang kau jangan beritahu bahwa kau telah bertemu denganku!" "Kenapa?" tanya Kok Siauw Hong. "Kau masih kecil jangan banyak bertanya," katanya. Sesudah itu dia obati luka di kaki Kok Siauw Hong, sambil tertawa dia bilang. "Nak kau sangat nakal, lebih baik kau bohongi ayah dan Paman Han supayakau tidak dimarahi oleh mereka. Jangan bilang kau bertemu denganku," katanya. "Baik, Bi," kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian wanita itu berjalan pergi. Saat itu dia ingat ayahnya bilang, dia tak boleh main jauh-jauh karena akan segera pulang. Saat itulah Kok Siauw Hong terperanjat. "Wanita itu benar, aku harus membohongi Ayah dan Paman Han," pikir Kok Siauw Hong. Saat pulang pakaian Kok Siauw Hong kotor, dia takut ayah atau pelayan Han Tay Hiong akan melihatnya. Maka itu dia berjalan lewat pintu samping dengan mengendap-endap dan melintasi kamar HanTay Hiong. Kebetulan Han Tay Hiong sedang bicara dengan isterinya "Aku lihat Siauw Hong lumayan, maka dia akan kujodohkan dengan puteri kita," kata Han Tay Hiong. "Bagaimana menurut pendapatmu?" "Anak itu agak liar aku takut tidak cocok dengan puteri kita," kata isteri Han Tay Hiong. Han Tay Hiong tertawa sambil berkata. "Anak lelaki memang begitu, mereka lebih nakal dibanding anak perempuan, tapijikasudah dewasa belum tentu ia nakal, lho!" kata suaminya. "Ya, jika kau merasa setuju aku pun tidak keberatan," kata isterinya. "Kau juga tahu selama ini aku menurut saja..." Han Tay Hiong mengelah napas. "Ya, memang adatku sangat jelek. Selama ini pasti kau hidup tertekan..." kata Han Tay Hiong. Nyonya Han tersenyum. "Tidak! Aku puas karena kau menyukaiku!" kara nyonya Han pada suaminya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku harap kau bahagia dan gembira, tapi beberapa hari ini, aku lihat kau murung seolah punya masalah, iya kan?" kata suaminya Nyonya Han mengelah napas. "Yaah. Ketika Tek Hian sedang memetik daun teh, dia sempat melihat seorang wanita di dalam rimba. Gerak-gerik wanita itu mencurigakan, saat terlihat oleh Tek Hian dia langsung menghilang..."kata isterinya. "Kau curiga itu dia?" kata Han Tay Hiong. "Aku takut dia akan mengganggu kita," kata isterinya. "Jika kau tak suka aku akan mengusirnya!" kata Han Tay Hiong. "Jangan! Kau jangan ganggu dia, aku takut....!" kata nyonya Han. Begitulah Kok Siauw Hong tanpa sengaja mendengar pembicaraan itu. Kok Siauw Hong kaget karena dia akan dijodohkan dengan Han Pwee Eng. "Nona itu rambutnya dikepang, dari hidungnya selalu keluar ingus, sangat menjijikan! Jika dia jadi isteriku aku tidak mau!" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong tahu pasti suami isteri itu sedang membicarakan perempuan yang baru saja menolong dia dari dalam sungai. "Jika Bibi Han tidak menyukai perempuan itu, Paman Han akan mengusirnya. Apakah dia wanita jahat?! Mengapa dia melarang aku memberitahu Paman Han tentang pertemuannya denganku? Tapi dia telah menyelamatkan aku dari bahaya. Sekalipun dia jahat aku tetap harus memegang janjiku tidak akan memberitahu Paman Han!" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong segera menyelinap ke kamarnya. Saat dia masuk, Kok Siauw Hong melihat ayannya ada di kamarnya sedang duduk. Bukan main kagetnya Kok Siauw Hong ketika itu. Ayahnya mengawasi dia sambil betanya. "Dari mana kau?" "Habis bermain-main di sungai!" kata Siauw Hong. "Kau jatuh, ya?" "Ya, untung ada orang yang menolongiku," kata Kok Siauw Hong. "Siapa?" "Ayah aku hanya akan memberitahu Ayah saja, tapi Ayah harus berjanji tidak akan memberitahu Paman Han," kata Kok Siauw Hong. "Kenapa begitu?" tanya ayahnya.

"Karena aku sudah berjanji pada orang itu!" Ayahnya tersenyum, dan berkata "Baiklah, katakan saja," kata ayahnya. Kok Siauw Hong tidak pernah berbohong, maka itu semua dia ceritakan semuanya pada ayahnya apa yang dia alami tadi. Setelah mendengar cerita dari anaknya Kok Ju Sih menghela napas. "Jadi kau bertemu dengan seorang wanita, baik Ayah berjanji tak akan memberitahu Paman Han. Lekas kau ganti pakaian!" kata ayahnya. "Ayah, apa kau tahu siapa wanita itu? Apakah dia orang jahat atau orang baik, Ayah?" tanya Kok Siauw Hong. Ayah Siauw Hong hanya bilang begini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudahlah, kau masih kecil, jangan usil," kata ayahnya. "Ayah telah menjodohkan kau dengan Nona Han, kau jangan memalukan Ayah. Sudah jangan nakal" Setelah dia bertunangan dengan nona Han, ibu nona Han meninggal dunia. Enam tahun kemudian saat Kok Siauw Hong sudah berumur 16 tahun, ayahnya meninggal. Siapa wanita itu dia jadi tidak tahu namanya. "Hari ini Nona Kiong bertemu dengan wanita itu, pasti dia wanita yang menyelamatkan aku dulu?" pikir Kok Siauw Hong. "Itu sudah belasan tahun yang lalu, pasti wanita itu sekarang sudah tua sekarang?" Saat itu nona Kiong sedang menatapnya dan langsung menegurnya lagi. "Hai! Apa yang sedang kau pikirkan? Aku yakin kau tahu siapa nenek itu?" kata nona Kiong. Kok Siauw Hong tersentak dari lamunannya. "Aku pun tak tahu siapa nenek itu? Jika dia bilang dia tahu di mana Nona Han, pasti dia tak bohong!" kata Kok Siauw Hong. Saat itu tenaga nona Kiong telah pulih kembali. Dia ingin menghindar dari Ci Giok Hian dan kakaknya. Ditambah lagi dia sedang mencemaskan keselamatan Kong-sun Po. "Aku tahu ke mana nenek itu pergi! Kita harus segera ke sana untuk mencarinya," kata nona Kiong. "Baik," kata Kok Siauw Hong. "Mari kita pergi bersamasama ke sana!" Di sepanjang jalan mereka tak melihat Kong-sun Po, mreka sampai di depan air terjun. Saat melihat air terjun itu Kok Siauwe Hong berpikir. "Pantas air sungai itu deras, ternyata di sini ada air terjun, jadi sumber sungai itu dari sini?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu dia mengawasi ke sekitarnya. "Menurut nona Kiong nenek itu bilang dia kenal keluarga Han. Pasti dia tinggal di sekitar tempat ini! Karena tidak mau berhubungan dengan keluarga Han, maka dia tidak tinggal di desa, tapi dia tinggal di gunung ini? Anehnya di sini tidak ada rumah, dan jalannya pun buntu. Di mana dia tinggal?" pikir Kok Siauw Hong. Nona Kiong cemas bukan main karena jalan itu buntu. Mereka hanya melihat air terjun. Dia bingung bukan main. "Heran? Ke mana perginya Kakak Kong-sun?" pikir nona Kiong. Kemudian dia memanggil-manggil nama Kong-sun Po. "Kong-sun Toa-ko, di mana kau?" teriak si nona. Tapi tidak ada jawaban selain deru suara air terjun itu. "Sudah tidak ada jalan lagi, lebih baik kita kembali ke rumah keluarga Han. Jika dia tidak menemukan nenek itu, pasti dia kembali akan mencariku?" kata nona Kiong. Kok Siauw Hong pun berpikir begitu. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Mereka tidak tahu saat itu justru Kong-sun Po berada di balik air terjun itu. Di dalam goa itu dia bertemu dengan musuh yang tangguh sekali. Ini untuk pertama kalinya dia bertemu musuh hebat sejak dia berkelana di Dunia Persilatan. Saat Kong-sun Po sedang mengejar si nenek yang mengambil guci arak obat itu, dia agak tertinggal karena tadi harus membebaskan totokan si nenek pada Kiong Mi Yun. Saat dia sampai ke air terjun, nenek itu sudah tidak kelihatan lagi. Kong-sun Po tercengang lalu berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jelas aku melihatnya dia lari ke arah sini, bagaimana mendadak bisa hilang? Ke mana perginya nenek tua itu?" pikir Kong-sun Po bingung bukan main. "Apa dia bersembunyi di balik air terjun ini?" Dia belajar silat pada Ciu Cioh selama delapan tahun. Kebetulan gurunya itu pandai sekali berenang. Karena dia yakin nenek itu tidak bisa bersembunyi di sekitar tempat itu, kecuali di balik air terjun, maka dia jadi penasaran sekali. "Dia bisa masuk ke air terjun, mengapa aku tidak bisa?" begitu pikir Kong-sun Po.

Dengan jurus Burung Walet Menembus Tirai, dia melompat ke balik air terjun itu. Sesudah melewati air terjun, dia menemukan sebuah terowongan atau jajan goa. Keluar dari goa, dia sampai di sebuah lembah yang sangat indah. Ketika dia menengadah, dia melihat ada sebuah rumah batu hingga Kong-sun Po jadi girang sekali. "Kiranya nenek itu kabur ke tempat ini?" pikir Kong-sun Po yang wajahnya jadi berseri-seri. Saat Kong-sun Po sedang berpikir, bagaimana caranya dia harus menemui nenek itu? Kong-sun Po mendengar suara orang yang suaranya sudah sangat dia kenal. "Suhu, itu bocah yang bertarung denganku," kata orang itu. Pada saat Kong-sun Po menoleh ke samping, dia melihat seorang tua sedang berjalan dengan orang yang bicara tadi. Orang tua yang rambutnya sudah putih itu menatap ke arah Kong-sun Po. Sedang di samping orang itu, ada pemuda yang memelihara bewok. Orang itu tidak lain dari Pouw Yang Hian yang pernah bertarung dengannya. Sebenarnya Kong-sun Po sedang mencari si nenek, tidak dia kira dia akan bertemu dengan Pouw Yang Hian dan Seebun Souw Ya, guru si bewok ini. Bukan main kagetnya pemuda ini ketika itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu See-bun Souw Ya sedang menatap dengan tajam ke arah Kong-sun Po, lalu mendengus dengan suara dingin sekali. "Hm! Jadi kau bocah yang telah memusnahkan ilmu silat muridku itu?" kata See-bun Souw Ya. "Benar," kata Kong-sun Po dengan gagah. "Dia menggunakan ilmu Hua-hiat-to untuk mencelakai orang lain, maka kumusnahkan ilmunya itu! Lalu kau mau apa?" See-bun Souw Ya tertawa dingin. "Baik! Aku dengar kau juga mahir ilmu Hua-hiat-to, apa benar? Aku ingin menjajal kepandaianmu itu!" kata See-bun Souw Ya dengan suara dingin. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 19

Mendengar dia ditantang, Kong-sun Po terpaksa bersikap waspada. Dia mengawasi orang tua yang rambutnya sudah ubanan dan matanya pun sudah keputih-putihan. "Ilmu Hua-hiat-to yang kau sebutkan itu ilmu beracun dari aliran sesat!" kata Kong-sun Po. "Jika orang berhasil menguasai ilmu itu hingga sempurna, apa yang harus dibanggakan? Muridmu menindas orang dengan ilmu itu, masih bagus aku tidak membunuhnya!"

Pouw Yang Hian yang berada di belakang gurunya dengan gusar membentak. "Kau pandang ilmu silatku rendah! Sekarang di hadapan Guruku kau tak mau mengaku bersalah. Aku kira kau hanya berani pada orang yang ilmu silatnya lebih rendah darimu saja!" kata Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau sudah mengatakannya itu sama saja!" kata Kong-sun Po. "Tapi aku kira kau tidak mengerti maksudku. Hari itu aku bilang padamu, aku memang kurang menghargai pada orang yang menggunakan ilmu beracun itu! Belum berhasil menguasai ilmu itu sudah jok sudah pamer. Kata-kataku itu tidak aku tujukan pada kalian, guru dan murid!" Sebenarnya ucapan Kong-sun Po tempo hari memang ditujukan pada keduanya. See-bun Souw Ya tertawa dingin "Kau pandang rendah Hua-hiat-to, tapi kenapa kau juga mempelajarinya?" katanya dingin. "Karena aku tahu ada orang yang belajar ilmu ini, aku pun belajar agar aku tahu ilmu racun untuk melawan racun!" jawab Kong-sun Po. "Aku belajar ilmu itu dan aku ingin tahu, bagaimana kau bisa melawan ilmu racuinku dengan ilmu racunmu. Aku ingin tahu siapa yang lebih lihay di antara kita berdua?" kata Seebun Souw Ya. Tiba-tiba orang tua itu menyerang dan suara serangannya terdengar hebat sekali. Kemudian tercium bau amis yang mampu membuat kepala orang pening, walaupun tidak sebau amis pukulan Pouw Yang Hian. Ketika melihat serangan Seebun Souw Ya, tentu saja Kong-sun Po tersenttak kaget bukan main. "Hm! Si Iblis Tua ini telah menguasai ilmu itu sampai tingkat yang ke delapan," pikir Kong-sun Po. "Dia hebat, mungkin kepandaiannya di atas kepandaianku?" Buru-buru Kong-sun Po menangkis serangan itu. Dia juga sudah menguasai ilmu itu sampai tingkat delapan. Saat serangan beradu tampak tubuh See-bun Souw Ya bergoyanggotang, sedangkan Kong-sun Po terhuyung-huyung mundur ke belakang sejauh tiga langkah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

See-bun Souw Ya merasakan telapak tangannya ngilu,

sebaliknya Kong-sun Po merasakan seolah sebelah tangannya tak bisa dia gerakkan. Jika kedua lawan sudah sama-sama sampai tingkat delapan, apalagi lwee-kang See-bun Souw Ya lebih tinggi, tak heran kalau Kong-sun Po jadi kalah setingkat. Untung hanya sekejap tangan Kong-sun Po sudah pulih kembali. See-bun Souw Ya yang tangannya ngilu buru-buru mengerahkan hawa murninya untuk memulihkan jalan darahnya. Dia sadar jika tidak segera bertindak racun yang ada di telapak tangannya akan menjalar ke seluruh tubuhnya. Menyaksikan lawannya tidak keracunan See-bun Souw Ya terperanjat juga. "Ilmu Hua-hiat-to bocah ini lebih hebat dariku. Untung lwee-kangku lebih tinggi darinya, kalau tidak aku bisa celaka di tangannya?" pikir See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya sudah berpengalaman luas. Begitu tahu lawannya tangguh dia jadi waspada dan berpikir akan menggunakan siasat untuk menghadapi anak muda ini. Segera dia menyerang Kong-sun Po, tapi pemuda itu juga menangkis serangan itu. Tak lama mereka sudah bertarung dengan hebat sekali. Tanpa terasa mereka sudah bertarung lewat seratus jurus lebih. Sekujur tubuh Kong-sun Po mandi keringat. Tapi dia masih bisa bertahan, hal itu tentu saja membuat See-bun Souw Ya kaget bukan kepalang. "Bocah ini hebat sekali! Jika kali ini aku tidak bisa mengalahkannya, kelak dia bakal jadi lawanku yang paling tangguh!" pikir See-bun Souw Ya. Sebaliknya Kong-sun Po berpikir lain. "Apakah Mi Yun masih ada di rumah keluarga Han atau tidak? Mudah-mudahan dia tidak ke mari. Si Iblis Tua ini lihay luar biasa!" pikir Kong-sun Po. Tanpa terasa hari pun mulai senja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po tidak mengetahui jika saat itu nona Kiong justru berada di balik air terjun. Pada saat bersamaan seorang pemuda dan pemudi tiba di rumah keluarga Han yang telah hancur terbakar. Mereka adalah Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian. Malam setelah guci arak mereka dirampas oleh Kiong Mi Yun, dengan sangat gusar mereka melakukan pengejaran. Namun, usaha mereka sia-sia saja. Sebenarnya lenyapnya guci itu tidak menjadi masalah bagi mereka berdua, karena arak itu bisa membuat lagi, sekalipun membuatnya butuh waktu dua tahun. Ci Giok Hian sangat kesal lantaran kehilangan guci arak itu, bini itu harus mengubah semua rencananya.

Arak Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu akan mereka hadiahkan kepada Han Tay Hiong untuk mengobati lukanya. Mereka berharap jika Han Tay Hiong diberi arak obat itu, tentu orang tua itu tidak akan begitu gusar kepada Kok Siauw Hong yang membatalkan pertunangan dengan puterinya itu. Tapi sekarang arak itu lenyap. Jelas rencana dia akan kandas. Padahal kekasihnya, Kok Siauw Hong sudah lebih dahulu datang ke Lok-yang untuk membatalkan perjodohannya dengan nona Han. Mana mungkin harus menunggu dua tahun lagi baru mengantarkan arak obat itu? Sekalipun arak sudah lenyap mereka tetap menuju ke Lokyang, ke rumah Han Tay Hiong. "Kanda Kok membatalkan pertunangannya demi aku" pikir Ci Giok Hian. "Aku tak tahu apa yang akan terjadi? Aku cemas sekali!" Ci Giok Phang pun cemas, adiknya Ci Giok Hian akan menjodohkan dia dengan nona Han. Dia memang tertarik pada nona itu. Dia berharap bisa menjadi suami nona Han. Tapi hilangnya guci arak membuat mereka kecewa bukan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

main. Mereka juga tak tahu apakah Kok Siauw Hong sudah membatalkan pertunangannya atau belum. "Sudah lama aku dengar sifat Han Tay Hiong sangat keras, dia juga sangat benci pada segala kejahatan! Jika dia halangi niat saudara Kok, karena tidak suka pada nona Han. Lalu apa yang akan terjadi? Sedang aku harus bagaimana?" pikir Ci Giok Phang. Sesudah berpikir cukup lama, kembali Ci Giok Phang melamun. "Aku ingin agar saudara Kok berhasil agar adikku bisa berjodoh dengannya, dan aku dengan nona Han. Demi adikku Giok Hian, aku siap berusaha. Sebaliknya bagi aku sendiri, bagaimana? Ah. Ini mungkin dosa besar bagiku, karena secara tidak langsung aku "merebut" calon isteri orang. Saudara Kok dan nona Han memang pasangan yang serasi. Aku memihak kepada adikku, tetapi aku juga harus ingat pada nasib nona Han. Jika saudara Kok berhasil membatalkan perjodohannya, dan nona Han putus asa kemudian terjadi sesuatu atas dirinya, bukankah secara tidak langsung akulah yang mencelakakannya?" pikir Ci Giok Phang. Tak lama keduanya telah sampai di depan rumah Han Tay Hiong yang sebahagian besar telah musnah terbakar. Betapa terkejutnya mereka menyaksikan keadaan rumah itu Mereka langsung masuk dan menyaksikan reruntuhan rumah Han Tay Hiong yang hangus terbakar api.

"Melihat keadaanya, mungkin keluarga Han telah diserang oleh musuh besarnya," kata Ci Giok Hian pada kakaknya. Ci Giok Phang mengerutkan dahinya. "Aku tidak tahu saudara Kok dan Nona Han sudah sampai di sini atau belum?" kata Giok Phang. Sejak di perjalanan Ci Giok Hian sudah mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong. Dia khawatiir terjadi sesuatu atas

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diri kekaihnya itu. Apakah Han Tay Hiong akan setuju ayas pembatalan perjodohan itu. Begitu yang berkecamuk dalam diri nona Ci. Sekarang sesudah menyaksikan keadaan rumah keluarga Han yang telah terbakar itu, Ci Giok Hian bertambah mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong. Dia khawatir kekasihnya itu bertemu dengan musuh besar keluarga Han dan dia mengalami kecelakaan. "Karena kita sudah ada di sini mari kita periksa ke bagian dalam rumah ini!" kata Ci Giok Phang pada adiknya. Nona Ci mengangguk. "Baiklah," kata dia. "Aku pernah tinggal di rumah ini. Biar aku yang jadi penunjuk jalan. Mari kita ke kamar Nona Han." kata Ci Giok Hian. Begitu baru sampai di luar kamar itu, mereka mencium bau dupa di kamar nona Han dan mungkin masih menyala. Harumnya menyebar ke segala penjuru. Sebelum sampai ke kamar itu mereka sudah mencium bau harum dupa itu Nona Ci girang, dia mengira nona Han ada di rumah. "Pwee Eng, apa kau ada di dalam?" kata nona Ci. Panggilan nona Ci tidak mendapat jawaban. Ini tentu saja membuat kedua muda-mudi itu jadi tegang. "Apa di kamar itu ada orang lain?" pikir nona Ci. Ci Giok Hian pernah bermalam di rumah keluarga Han beberapa bulan lamanya. Dia juga sudah tahu kebiasaan nona Han yang setiap akan tidur selalu membakar dupa wangi. "Tidak mungkin orang lain berani masuk ke kamarnya," pikir nona Ci. "Aku yakin dia sudah sampai lalu pergi lagi!" Ci Giok Hian mengintai ke dalam kamar lewat jendela, tapi keadaan kamar itu sepi-sepi saja. "Aku pernah tidur di kamar ini. Kakak kau mau ke dalam untuk melihatnya atau tidak?" kata nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah Giok Phang merah.

"Jangan! Itu kurang baik," kata Giok Phang mencegah adiknya. Ci Giok Hian tertawa. "Kakak terlalu canggung, bagamana kalau kelak...." Tiba-tiba wajah Giok Phang berubah jadi serius. "Dik, kau jangan bicara sembarangan, saat ini Nona Han tetap masih calon isteri Kok Siauw Hong!" bisik kakaknya. Kata-kata yang diucapak oleh kakaknya sebagai peringatan saja, tetapi oleh Giok Hian ditanggapi sebagai sebuah sindiran. "Benar! Memang Kanda Kok belum membatalkan perjodohannya dengan nona Han! Semua masalah di dunia sulit diduga. Siapa pun tidak akan ada yang tahu, apa yang akan terjadi kelak? Aku berpikir terlalu muluk-muluk!" begitu pikir nona Ci. Melihat adiknya termenung agak murung, Giok Phang sadar dia telah salah bicar dan dia merasa bersalah. Atau setidaknya tadidiatelahmelukaihati adiknya. "Kau jangan resah," Ci Giok Phang menghibur adiknya, "aku rasa Kok Siauw Hong tidak akan menjilat ludah dan berubah pikiran. Aku yakin dia akan setia kepadamu!" Nona Ci tertawa dengan terpaksa. "Siapa yang resah?" kata nona Ci. "Justru aku khawatir kaulah yang resah! Tetapi aku lihat kamar ini kelihatan aneh. Sekarang Nona Han tidak ada di kamar ini, apa salahnya jika kita masuk ke kamarnya untuk melihat-lihat keadaan kamarnya. Siapa tahu kita akan menemukan sesuatu?" Sesudah berpikir sejenak, Ci Giok Phang pun mengangguk juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka masuk dan tampak kamar itu tampak berantakan sekali. Tadi Kok Siauw Hong menyiram nona Kiong, sehingga kamar itu jadi becek oleh air. Tak heran kalau jejak kaki di kamar itu jadi kelihatan jelas sekali. Ketika mereka memperhatikan keadaan itu, jeas di lantai banyak jejak kaki, ada jejak yang kecil, itu pasti jejak kaki perempuan dan lakilaki. Melihat hal itu Ci Giok Hian jadi curiga. "Siapa lelaki yang masuk ke kamar nona Han ini? Apakah... .apakah.... Aah! Tidak seharusnya aku tidak berpikir begitu? Tak mungkin Kok Siauw Hong berhubungan kembali dengan nona Han di belakangku? Aku rasa Pwee Eng juga tidak akan berbuat begitu?" pikir nona Ci tapi hatinya bimbang bukan main. Saat nona Ci sedang melamun kakaknya bicara. "Sst! Ada orang datang ke mari!" bisik Giok Phang. Buru-buru mereka keluar dari kamar itu. Benar saja mereka mendengar langkah kaki mendatangi. Tak lama terlihat

seorang tua sedang berjalan di halaman rumah sambil berteriak-teriak memanggil nama Siauw Hong. "Siauw Hong! Siauw Hong!" Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian tertegun menyaksikan kedatangan lelaki tua itu. Ketika Ci Giok Phang hendak bertanya kepada lelaki tua itu, lelaki tua itu langsung berkata. "Eh, bukankah kalian Giok Phang dan Giok Hian?" kata lelaki tua itu. Mereka mengangguk mengiakan. "Apa di dalam tidak ada Kok Siauw Hong?" tanya orang tua itu lagi. "Tidak ada kami sedang mencarinya." kata Giok Phang. "Kalau begitu dia sudah pergi!" kata lelaki tua itu. Mendengar kata-kata lelaki tua itu kedua muda-mudi itu tercengang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mohon bertanya siapa nama besar Lo-cian-pwee, dari mana Cian-pwee mengetahui nama kami?" kata Giok Phang. Lelaki tua itu tertawa terbahak-bahak. "Nama Lo-hu Jen Thian Ngo," kata lelaki tua itu. "Aku ini paman Kok Siauw Hong!" Dia baru saja dari markas Kay-pang. Sesudah Jen Thian Ngo sampai ke markas cabang Kay-pang ketika ditunggutunggu cukup lama. Kok Siauw Hong belum juga kembali. Karena Liok Kun Lun khawatir terjadi sesuatu atas diri Kok Siauw Hong, dia minta agar Jen Thian Ngo mencarinya lagi di rumah Han Tay Hiong. Kebetulan Jen Thian Ngo bertemu dengan Ci Giok Phang dan Giok Hian. "Kami sudah lama mendengar nama besar Lo-cian-pwee, tapi kami tak tahu kalau Cian-pwee paman Kok Siauw Hong!" kata Giok Hian. Tiba-tiba jari tangan Jen Thian Ngo bergerak ditujukan ke arah sebuah pohon. Sungguh mengejutkan, kiranya tenaga Jen Thian Ngo tersebut mampu membuat tujuh buah lubang pada pohon tersebut. Mungkin Jen Thian Ngo sengaja ingin memamerkan kepandaiannya di depan mereka. Dan ini membuat kedua anak muda itu kaget bukan main. Tak lama terlihat Jen Thian Ngo tersenyum. "Ini ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoat milik keluarga kami," kata Jen Thian Ngo, "Kok Siauw Hong telah belajar ilmu ini dari ibunya. Kalian pasti pernah melihatnya, bukan?" Kedua muda-mudi itu langsung memberi hormat. "Kalian tidak perlu sungkan," kata Jen Thian Ngo. "Nona Ci. urusanmu sudah aku ketahui semuanya. Kapan kalian sampai

di sini?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami baru saja sampai," kata Ci Giok Hian dengan wajah kemerah-merahan. "Kami belum bertemu dengan Kok Siauw Hong. Jadi Cian-pwee sudah bertemu dengannya di sini?" "Tadi siang Lo-hu dari sini, Lo-hu bertemu dengan Siauw Hong," kata Ken Thian Ngo. Sesudah mendengar keterangan Jen Thian Ngo mereka girang tetapi juga kesal. "Kiranya jejak lelaki yang ada di kamar itu jelas jejak Kok Siauw Hong! Pantas Pamannya mencarinya ke mari?" pikir Ci Giok Hian. "Banyak yang kami tidak ketahui, maka itu kami ingin minta petunjuk dari Cian-pwee," kata nona Ci. Jen Thian Ngo manggut. "Baik, mari kita bicara di dalam saja. "Apa kalian telah menemukan sesuatu yang tidak beres di kamar ini?" kata Jen Thian Ngo. Jen Thian Ngo ini sudah berpengalaman, begitu melihat wajah nona Ci murung dia langsung tahu, apa yang sedang dipikirkan oleh nona ini. Dia tahu nona Ci cemburu kepada keponakannya. Tadi siang pada saat Jen Thian Ngo sudah pergi, Kok Siauw Hong baru mengetahui di kamar itu ada Kiong Mi Yun sedang bersembunyi di kolong ranjang nona Han. Saat dia kembali dan melihat bekas jejak sepatu kain milik wanita dan lelaki ada di kamar itu, dia langsung menduga bahwa Kok Siauw Hong telah bertemu dengan nona Han di kamar itu. "Celaka!" pikir Jen Thian Ngo. "Apa yang mereka lakukan di tempat ini? Ternyata gadis busuk itu sudah ada di sini dan telah mendengar pembicaraanku dengan Kok Siauw Hong?" pikir Jen Thian Ngo. Dia mengira bekas jejak kaki itu pasti jejak kaki nona Han. Demikian juga anggapan nona Ci. Dalam sekejap timbul ide di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benak Jen Thian Ngo yang licik saat itu juga. Dengan sengaja lelaki tua licik ini mengelah napas panjang. "Nona Ci," kata Jen Thian Ngo. "Kau seorang nona yang sangat cerdik dan cerdas! Kok Siauw Hong masuk ke dalam kamar ini, jika bukan untuk menemui tunangannya dengan diam-diam, lalu untuk apa? Padahal Lo-hu sering menasihati

dia, aku bilang kau jangan mendekati gadis busuk itu! Tapi dia tidak mau mendengar nasihatku. Aah! Aku jadi tidak enak hati padamu!" Jen Thian Ngo benar-benar satu manusia licik dan banyak akalnya. Dia berkata begitu tidak lain maksudnya ingin "mengatakan bahwa Kok Siauw Hong" itu tidak setia! Jika Kok Siauw Hong kelak tahu dia berkata begitu, dia yakin keponakannya tidak akan menyalahkan dia, karena dia tidak bilang dia melihat perbuatan keponakannya itu dengan mata kepalanya sendiri. Dengan demikian bisa dibayangkan betapa liciknya Jen Thian Ngo ini. Sekalipun kedua muda mudi itu tidak punya bukti bahwa Kok Siauw Hong mengadakan pertemuan gelap, tapi hati Ci Giok Han tetap terguncang dan sakit. "Pantas kami tidak bertemu dengan mereka, rupanya mereka kepergok oleh pamannya ini saat sedang berduaan, dan merasa tidak enak hati lalu mereka pergi entah ke mana?" pikir nona Ci. "Tidak kusangka ternyata sifat Kok Siauw Hong itu begitu? Dia berjanji padaku tetapi diam-diam dia menemui Han Pwee Eng." Ci Giok Phang termangu dia sangat bersimpati kepada adiknya yang malang itu. Tetapi di hatinya dia tidak menyalahkan pertemuan itu. "Nona Han calon isterinya, wajar mereka bertemu sekalipun di kamar nona Han," pikir Ci Giok Phang. "Malah jika mereka sampai menikah, seharusnya Giok Hian mengucapkan selamat. Dia juga sahabat baik nona Han!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi Ci Giok Hian jauh lebih cermat dibanding dengan kakaknya. Tiba-tiba dia ingat sesuatu. "Mengapa Jen Thian Ngo tidak setuju Kok Siauw Hong menikah dengan nona Han? Sekalipun dia bukan sahabat Han Tay Hiong, tapi setidaknya dia punya hubungan. Sedang dengan kami dia tidak punya hubungan. Lalu mana mungkin dia membohongi aku?" pikir nona Ci. Saat itu seolah-olah Jen Thian Ngo sudah bisa membaca isi hati nona Ci. "Sebenarnya aku tidak punya masalah dengan nona Han," kata Jen Thian Ngo. "Aku tidak setuju keponakanku menikah dengan nona Han hanya karena Han Tay Hiong saja!" "Oh begitu!" kata nona Ci. "Aku minta petunjuk sebenarnya apa yang terjadi di tempat ini?" "Aku beritahu pada kalian, Han Tay Hiong itu bukan orang baik-baik!" kata Jen Thian Ngo/ Kedua muda-mudi itu kaget.

"Apa? Kau bilang Han Tay Hiong bukan orang baik, maksud Lo-cian-pwee, bagaimana?" "Nah, ini yang dikatakan orang tahu wajahnya, tetapi tidak tahu isi hatinya!" kata Jen Thian Ngo. "Hari ini baru aku ketahui bahwa Han Tay Hiong itu bersekongkol dengan bangsa Mongol!" Mendengar keterangan itu mata kedua anak muda itu terbelalak saking herannya. "Lo-cian-pwee bilang dia bersekongkol dengan bangsa Mongol, mana mungkin begitu?" kata mereka. "Semua yang terjadi di tempat ini, itu semua rencana dia!" kata Jen Thian Ngo memberi penjelasan. "Dengan cara membakar rumah sendiri orang akan mengira, bahwa dia bertemu dengan musuh yang tangguh. Liok Kun Lun, ketua

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kay-pang cabang Lok-yang pun telah menemukan bukti yang kuat mengenai keterlibatan Han Tay Hiong dengan bangsa Mongol itu!" Keterangan Jen Thian Ngo ini sengaja dia perkuat dengan mengatakan, bahwa ketua cabang Kay-pang di Lok-yang solah bisa menjadi saksi Jen Thian Ngo. Dengan demikian keterangan itu seolah bisa dipercaya. Setelah beberapa saat tertegun Ci Giok Phang mulai bicara. "Semua ini terjadi di luar dugaan, tetapi....." Jen Thian Ngo tahu apa yang akan dikatakan oleh Ci Giok Phang, maka itu dia buru-buru memotongnya. "Memang aku juga tidak tahu apakah nona Han bersekongkol dengan ayahnya atau tidak?" kata Jen Thian Ngo. "Aku tidak berani sembarangan menuduh dia! Yang jelas Han Tay Hiong seorang pengkhianat. Maka itu aku sebagai paman Kok Siauw Hong tentu tidak setuju dia menikah dengan Nona Han! Padahal dia bilang dia akan membatalkan pertunangannya dengan nona Han. Tetapi entah mengapa setelah bertemu dengan Nona Han dia jadi ragu-tagu. Dia tidak mau mendengar nasihatku sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi... Tetapi aku nasihatkan pada kalian... "Nasihat apa?" tanya nona Ci. "Aku dengar kalian mau memberi arak obat untuk Han Tay Hiong, menurutku pendapatku lebih baik jangan.. .."kata Jen Thian Ngo. Ci Giok Hian tersenyum getir. "Mau memberi arak itu pun sekarang sudah tidak mungkin!" kata si nona. "Mengapa?" tanya Jen Thian Ngo. "Arak obat itu telah dicuri orang!" jawab nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar jawaban nona Ci tersebut kelihatan Jen Thian Ngo agak kaget. "Siapa yang mengambil arak obat kalian itu?" kata dia. Jen Thian Ngo yakin kedua muda-mudi ini pasti berilmu silat tinggi. Jika arak obat itu sampai jatuh ke tangan orang itu, pasti orang itu tangguh sekali. "Dua orang muda-mudi yang usianya sebaya dengan kami," kata Ci Giok Phang. "Sungguh memalukan sekali. Sampai saat ini kami tidak tahu asal-usul mereka itu!" Mendengar keterangan itu Jen Thian Ngo melongo keheranan. "Kalau begitu kalian tidak perlu lama-lama di tempat ini!" kata Jen Thian Ngo. Ci Giok Phang berpikir. "Dia tidak mungkin membohongi kami. Sekarang Kok Siauw Hong sudah berbaikan lagi dengan nona Han. Jika dia bertemu dengan nona Han pun apa gunanya?" pikir Ci Giok Phang. "Tapi jika sampai bertemu, aku akan memberi selamat kepada mereka! Tapi aku khawatir adikku akan berduka sekali!" "Adik apa yang dikatakan Lo-cian-pwee ini benar!" kata Giok Phang, "mari kita pergi saja!" Ci Giok Hian diam saja. "Apa kalian punya urusan lain?" tanya Jen Thian Ngo. "Tidak! Tapi sudah lama kami meninggalkan rumah, kami berniat pulang!" kataCi Giok Phang. "Jika kalian tidak punya urusan penting sebaiknya kalian jangan pulang dulu," kata Jen Thian Ngo. "Apa Cian-pwee ingin kami membantumu?" kata Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu bukan urusanku tapi urusan Kay-pang. Aku hanya mewakili Liok Pang-cu untuk menahan kalian, karena dia butuh bantuan kalian!" kata Jen Thian Ngo. "Jika mereka membutuhkan tenaga kami, aku siap membantu. Tetapi aku tidak tahu apakah aku mampu membantu mereka?" kata Ci Giok Phang. "Kay-pang akan mengantar barang untuk para pejuang," kata Jen Thian Ngo menjelaskan. "Mereka pasti membutuhkan bantuan para pesilat tinggi. Saat ini pasukan Mongol sudah mendekati kota Lok-yang. Aku kira mereka butuh orang untuk menjaga kota Lok-yang. Dua masalah ini jelas menyangkut

nyawa, siapa pun tidak ada yang berani bilang akan berhasil. Kalian mau membantu atau tidak aku juga tidak berani memaksa kalian berdua!" Ucapan Jen Thian Ngo separuh memanasi hati Ci Giok Phang. Maka darah pemuda ini langsung bergolak. "Sekalipun kepandaianku masih rendah, aku siap membantu mereka! Ini demi negara dan bangsa. Jika benar Liok Pang-cu miembutuhkan tenaga kami, aku siap membantu. Aku tidak akan mundur sekalipun aku harus melintasi lautan api!" kata Ci Giok Phang. "Kak, kau boleh membantu Liok Pang-cu. tetapi aku mau pulang saja!" kata Ci Giok Hian. Mendengar adiknya tidak mau ikut ke tempat Kay-pang, Ci Giok Phang kaget. "Biasanya adikk ini seorang pemberani, kenapa dia tidak mau ikut denganku untuk membantu Liok Pang-cu? Apa karena hatinya terpukul ketika mendengar Kok Siauw Hong sudah kembali kepada Nona Han?" pikir kakaknya. "Sekalipun Ciu Ji dan Ciu Hong ada di rumah kita, sekarang perang sudah mulai berkecamuk. Sekalipun belum sampai ke kampung kita, tetapi semua orang sudah cemas sekali. Setiap

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saat perang akan menjalar ke wilayah Kang-Iam dan ke tempat kita. Belum lama ini di tempat kilatimbul masalah untung bisadiselesaikan oleh Nona Han. Tetapi masalah itu tidak sampai tuntas sama sekali. Siapa tahu di antara mereka ada yang datang menyantroni rumah kita? Malah setelah kau pergi dengan orang Kay-pang, entah kapan kau akan kembali? Aku kira di rumah kita harus ada orang. Lebih baik aku pulang saja!" kata Ci Giok Hian menjelaskan. Ucapan adiknya itu memang masuk akal. "Kau benar kepergianku ini entah kapan aku bisa kembali," kata Ci Giok Phang. "Memang di rumah harus ada orang, baiklah kalau begitu, kau pulang saja!" "Ya, Kak," kata si nona. Mendengar kesepakatan kakak beradik itu kelihatan Jen Thian Ngo agak kecewa. Sebenarnya dia telah memasang jaring atau perangkap untuk menjebak mereka. Tetapi jaring itu hanya berhasil mengenai seorang saja. "Perempuan Di dunia ini tidak seorang perempuan pun yang tidak akan merasa cemburu, jika kekasihnya kembali lagi kepada Kok Siauw Hong. Nona Ci akan membenci gadis busuk itu. Sekarang sudah tidak ada orang yang bisa meng-halangi urusan besarku!" pikir Jen Thian Ngo senang bukan main. Jen Thian Ngo sangat licik tapi dia tidak berani menahan

kepulangan nona Ci Giok Hian. Kemudian Ci Giok Phang mengucapkan selamat jalan kepada adiknya. Ci Giok Phang dan Jen Thian Ngo pergi ke markas cabang Kay-pang. Sedang Ci Giok Hian tetap berdiri terpaku di tempatnya. Sesudah Jen Thian Ngo dan kakaknya sudah tidak kelihatan bayangannya lagi, nona Ci berkata seorang diri. "Kak, aku bukan sengaja membohongimu, tapi di depan lelaki tua itu aku tidak bisa bicara sejujurnya kepadamu. Demi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siauw Hong terpaksa aku berbuat begitu, kau jangan salahkan aku!" kata nona Ci. Rupanya nona Ci tidak benar-benar berniat pulang. Sifat kakak beradik ini memang berbeda. Giok Phang jujur tapi agak lugu. Sebaliknya Giok Hian cerdas juga banyak akalnya. Dia sangat cermat saat menghadapi sesuatu. Dia tidak percaya pada ucapan Jen Thian Ngo. Dia ingat Kok Siauw Hong bertarung mati-matian di rumahnya karena pemuda itu membela drinya. Di depan Liu Piauw dia bilang mau ke rumah Han Tay Hiong untuk membatalkan pertunangannya dengan Han Pwee Eng. "Tidak mungkin dia masih mau berhubungan dengan Han Pwee Eng di kamarnya. Pasti ini ada sebabnya dan tidak seperti yang dikatakan oleh si tua bangka itu. Jauh-jauh aku datang ke Lok-yang di sini malah aku tidak bertemu dengan Kok Siauw Hong. Mana bisa aku pulang begitu saja. Tidak! Aku harus menyelidiki masalah ini sampai tuntas, supaya aku tidak menyesal seumur hidup di kemudia hari!" pikir nona Ci. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Ketika itu di depan air terjun Kok Siauw Hong dan Kiong Mi Yun yang mencari Kong-sun Po sedang kebingungan karena kehilangan jejaknya. Mereka tidak tahu ke mana pemuda itu pergi, sedang jalan itu buntu dan terhalang oleh air terjun. Ditambah lagi ketika itu hari pun mulai senja. "Di depan kita jalan buntu!" kata Kok Siauw Hong. "Lebih baik kita kembali ke rumah Paman Han dan tunggu dia di sana! Jika dia tidak berhasil mengejar nenek itu, pasti dia akan kembali mencarimu!" Kok Siauw Hong berpikir lain. "Barangkali sekarang Ci Giok Hian dan kakaknya sudah sampai ke rumah Paman Han?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun pun tidak berdaya Terpaksa dia terima saran dari Siauw Hong dan ikut kembali ke rumah Han Tay Hiong. Tapi di sepanjang jalan Mi Yun terus masih memanggilmanggil. "Kong-sun Toa-ko! Kau di mana?" Sebaliknya Kong-sun Po yang ada di balik air terjun, ketika itu masih bertarung melawan See-bun Souw Ya. Suara air terjun cukup berisik, hal itu membuat teriakan nona Kiong tidak terdengar ke dalam goa. Karena panggilannya tidak mendapat jawaban nona Kiong jadi putus asa. "Aku rasa kepandaian kawanmu itu tinggi, aku yakin tak akan terjadi apa-apa atas dirinya. Barangkali dia sudah turun gunung, ditambah hari pun sudah mulai gelap," kata Kok Siauw Hong. "Mari kita kembali ke rumah Paman Han saja!" Tapi nona Kiong diam mematung tidak bergeming di tempatnya. "Kau benar, hari mulai gelap dan kau sedang memikirkan Nona Ci. Mungkin dia sudah ada di sana!" kata Kiong Mi Yun. Ucapan nona Kiong mengena hingga Kok Siauw Hong tertegun. Saat dia akan menyahut nona Kiong sudah bicara lagi. "Aku tahu kau rindu pada buah hatimu itu, jika kau mau segera pergi, pergilah!" kata Kiong Mi Yun. Ucapan nona Kiong membuat Kok Siauw Hong tertegun dan malu. "Hm! Pasti pemuda yang dicarinya itu kekasihnya. Pantas sebelum bertemu dia jadi gelisah sekali?" pikir Kok Siauw Hong. Melihat Kok Siauw Hong diam dan tidak segera pergi, Kiong Mi Yun jadi tidak enak hati.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sifatku memang jelek, aku tidak bisa menyimpan rahasia, apa yang ada dalam hatiku aku keluarkan semua! Maafkan aku!" kata nona Kiong. Kok Siauw Hong diam dan ini membuat nona Kiong jadi semakin gugup. "Kau marah padaku?" tanya nona Kiong. "Ah kau sedang memikirkan sesuatu. Kau sedang memikirkan apa?" Kok Siauw Hong menengadah dan menyahut. "Benar, memang aku sedang berpikir. Mari ikut aku, kita cari Kong-sun Toa-komu!" kata Kok Siauw Hong. Kiong Mi Yun kaget tapi dia girang bukan main. "Kau memikirkan apa sih?" tanya si nona. "Jika aku tak salah menduga kita bisa menemukan kawanmu itu!" sahut Kok Siauw Hong. "Nanti saja kita bicara sesudah menemukan dia!"

Sesudah itu Kok Siauw Hong mengerahkan gin-kangnya. Kiong Mi Yun tidak mengetahui ada apa di benak pemuda itu, tapi dia tidak sempat bertanya. Dia langsung ikut pemuda itu. Dia kembali ke depan air terjun dan berhenti tepat di depan air terjun itu. Tadi Kok Siauw Hong ingat pengalaman ketika dia masih kecil, yaitu saat dia terjatuh ke dalam sungai. Dia berteriak minta tolong, dan mendadak muncul seorang wanita cantik yang menolonginya. Kejadian itu sudah lama, sudah belasan tahun yang lalu. Dia kira wanita tua yang dikatakan oleh nona Kiong itu. mungkin saja wanita yang dulu menolonginya. Sekarang dia baru tahu, air sungai tempat dia terjatuh dulu itu bersumber dari air terjun tersebut. Di tempat itu tidak ada rumah, tapi wanita itu bi sa mendengar teriakannya. Dia yakin bahwa rumah itu ada di balik air terjun itu. Jika bukan di balik air terjun, lalu di mana wanita itu bertempat tinggal?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Kiong menatap pemuda itu dengan mata terbelalak heran. Lama dia mengawasinya baru dia bertanya. "Mengapa kau kembali ke tempat ini?" tanya nona Kiong. "Apa kau sedang bergurau denganku?" "Nama temanmu?" kata Kok Siauw Hong. "Kong Sun Po! Kenapa?" kata si nona. Dia tidak menyahut karena langsung mengerahkan lweekangnya. Kemudian dia berteriak kuat-kuat. "Kong-sun Po! Keluarlah temanmu Nona Kiong sedang menungguimu di luar air terjun!" teriak Kok Siauw Hong. Ketika itu Kong-sun Po sedang bertarung hebat dengan See-bun Souw Ya. Untung tubuh pemuda itu sudah kebal racun hingga tidak mudah dirobohlan oleh lawannya. Dia bertarung mati-matian. Tapi Iwee-kang See-bun Souw Ya lebih tinggi dari Kong-sun Po, tidak heran saat dia diserang secara bertubi-tubi akhirnya pemuda ini agak kewalahan juga. See-bun Souw Ya tertawa dingin. "Kau masih muda tapi kau sudah lihay sekali, pasti kau masih turunan Kong-sun Khie? Karena kau anak Kong-sun Khie aku tidak akan mengampunimu!" kata See-bun Souw Ya dengan bengis. Sambil bicara dia menyerang dengan cepat. "Sreeet! Week" Pakaian Kong-sun Po terobek. Tadi See-bun Souw Ya berhasil mencengkram punggung Kong-sun Po. Maksud Seebun Souw Ya dia ingin menghancurkan tulang punggung Kong-sun Po, tetapi serangannya itu gagal. Ternyata di punggung pemuda itu terdapat payung yang menghalangi

serangannya. See-bun Souw Yakesal bukan main, dia ingin merobek payung itu, tetapi dia hanya bisa merobek baju pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya jari See-bun Souw Ya biasanya mampu mencengkram papan yang tebal hingga hancur, tapi aneh dia tidak mampu merobek kain payung milik Kong-sun Po. Ini di luar dugaannya. Pada saat yang bersamaan pemuda itu memutar tubuhnya, dan langsung mengambil payung itu untuk menyerang ke arah wajah See-bun Souw Ya sambil membentak. "Kau benar, Ayahku memang jahat! Tapi kau sendiri adalah maling tua yang telah mencuri miliknya! Malah kau berani mencaci Ayahku! Kau sebenarnya lebih rendah dan tidak tahu malu dibanding dengan dia!" kata Kong-sun Po. Payung pemuda itu bisa berubah menjadi pedang. Dia serang See-bun Souw Ya dengan jurus "Tay-mok-hu-eng" (Asap Rase Gurun Pasir). Seorang anak berani mengaku bahwa ayahnya itu orang jahat dan bukan orang baik. memang hal itu jarang terjadi. Mendengar jawaban Kong-sun Po, Se-bunSouw Ya pun tertawa terkekeh. "Kau bandingkan aku dengan ayahmu, hm baiklah! Kalau begitu segera kau bersujud di depanku, aku juga bersedia menjadi ayah angkatmu! He, he, he. Sungguh keterlaluan kau anak durhaka yang berani memukul ayahnya!" kata See-bun Souw Ya mengejek. Serangan Kong-sun Po ditangkis oleh See-bun Souw Ya dengan telapak tanganya. Tiba-tiba Kong-sun Po menghantam lengan See-bun Souw Ya dengan ujung payungnya. See-bun Souw Ya tidak sempat menarik tangannya, maka tidak apun lagi tangan orang tua itu terhantam oleh payung pemuda itu. Masih untung dia sudah berlatih ilmu keras, sehingga lukanya tidak parah. Namun, lengannya terasa sakit bukan main dan ngilu bahkan hampir tidak bisa dia gerakan. Payung pemuda itu sebuah senjata aneh dan lihay sekali. Itu bukan payung biasa, karena tulang payung itu terbuat dari besi baja istimewa. Kainnya mirip kain sutera, terbuat dari serat ular sutera istimewa. Warna payung itu abu-abu seolah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kain biasa saja. Tapi kekuatannya sangat luar biasa sekali. Tak mudah robek oleh senjata tajam, seperti misalnya pedang,

pisau atau golok. Tangan See-bun Souw Ya yang terlatihpun tidak mampu merobek kain payung itu. Dulu payung itu senjata andalan dari Kong-sun Kip, kakek Kong-sun Po. Karena Kong-sun Khie sangat jahat, ayahnya tidak mewariskan payung itu kepada Kong-sun Khie. Tapi payung itu malah diberikan pada cucunya, Kong-sun Po. Payung itu bisa berubah fungsi bisa menjadi pedang atau tameng untuk menangkis senjata rahasia atau jarum musuh. Semula See-bun Souw Ya menganggap remeh payung itu, tidak dia kira ternyata itu sebuah senjata sangat ampuh. Tidak heran jika dia jadi terperanjat. See-bun Souw Ya memiliki kung-fu tinggi yang telah dia latih puluhan tahun. Sekalipun lengannya terluka oleh payung itu, tapi tulangnya tidak terluka. Sakitnya hanya terasa sesaat tidak lama sudah normal kembali. Kong-sun Po segera menyerang lagi dengan hebat. "Dasar tua bangka jahat, kau masih berani bicara yang bukan-bukan!" bentak Kong-sun Po. Kembali dia serang See-bun Souw Ya dengan jurus "Liekuangsia-ciok" (Li Kuang Melempar Batu). Kong-sun Po menotok ke arah tujuh jalan darah. Tapi See-bun Souw Ya mampu menghindari serangan maut itu, yaitu dengan mengibaskan lengan bajunya yang panjang. "Seert! Sreet!" Kedua lengan baju See-bun Souw Ya telah berlubang, tapi payung di tangan Kong-sun Po pun terpukul agak miring. Sayang serangan maut pemuda itu tak mampu melukai Seebun Souw Ya. Dia jadi heran dan berpikir, "Sayang! Tapi memang lwee-kang si Iblis Tua ini sangat lihay dan jauh lebih tinggi dariku. Hanya dengan jurus-jurus maut saja mungkin aku masih mampu meladeni dia?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu kembali Kong-sun Po melakukan serangan dasyat ke arah lawaa See-bun Souw Ya pun sadar, bahwa pemuda ini lihay menggunakan payung atau senjatanya. Karena itu See-bun Souw Ya tak berani menyambut langsung payung lawan tersebut, dia menangkis serangan itu dengan cara mengibaskan lengan bajunya saja. Sebaliknya Kong-sun Po, hanya dalam sekejap dia mampu melancarkan serangan hebat bertubi-tubi belasan kali. Tak heran See-bun Souw Ya harus menghindar dengan berkelit ke kiri maupun ke kanan, bahkan terkadang terpaksa dia harus munduir! Saat itu Pouw Yang Hian, murid tertua See-bun Souw Ya sangat tegang menyaksikan pertarungan hebat itu. Hanya dalam sekejap lengan baju gurunya sudah jadi compangcamping

terkena serangan payung Kong-sun Po yang lihay. Kain bekas lengan baju itu berterbangan bagaikan kupu-kupu yang sedang bermain-main di antara bunga-bunga di taman. Sekarang lengan See-bun Souw Ya sudah tak terbungkus baju lagi. Menyaksikan hal itu Pouw Yang Hian kaget, dia berteriak pada gurunya. "Suhu....Aku akan memanggil Chu Kiu Sek ke mari supaya dia bisa membantumu! Bagaimana Suhu?" kata Pouw Yang Hian minta persetujuan dari gurunya Pouw Yang Hian menyangka gurunya akan segera dikalahkan oleh pemuda itu, sebenarnya dia hanya hanya membuat alasan agar dia bisa kabur dari gelanggang pertemmpuran yang mengerikan itu. Bukan main gusarnya See-bun Souw Ya ketika sia mendengar teriakan muridnya yang pengecut itu. "Kau kira aku tidak sanggup menghadapi bocah ini? Hm! Kau telah membuat malu gurumu! Kau pengecut dan kau takut mati! Ayo pergi dari sini!" kata See-bun Souw Ya dengan sengit bukan main. Pouw Yang Hian kaget bukan kepalang mendengar katakata gurunya itu. Dia bahkan salah menafsirkan hardikan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gurunya itu. Dia mengira gurunya setuju dia memanggil Chu Kiu Sek. Maka itu dia segera menyahut. "Baik, Suhu! Tee-cu (murid) menerima perintah Suhu!" kata Pouw Yang Hian. Saat Pouw Yang Hian bergerak akan meninggalkan tempat itu, See-bun Souw Ya membentak dengan suara keras. "Keparat! Kaumaupergikemana! Cepat ke mari!" teriak Seebun Souw Ya. "Bukankah Suhu menyuruhku pergi7' kata Pouw Yang Hian. "Cepat ke mari!" teriak gurunya. Pouw Yang Hian tidak berani menghampiri gurunya. Tapi saat dia menoleh, sekarang di tengah gelanggang sudah ada perubahan besar. Kong-sun Po yang tadi menyerang sekarang hanya bisa menangkis dan menghindar dari serangan gurunya. Menyaksikan kejadian itu Pouw Yang Hian jadi girang bukan main. "Suhu memang tidak ada tandingannya!" kata Pouw Yang Hian sambil mengacungkan jempol tangannya. "Baik aku akan tetap di sini memberi semangat pada Suhu!" Sebenarnya kata-kata Pouw Yang Hian ini kata-kata untuk "menjilat" pantat gurunya Kemudian dia duduk di atas sebuah batu besar, mulutnya tidak hentinya bersorak dan berteriakteriak memberi semangat kepada gurunya.

Diam-diam Kong-sun Po mulai mengeluh. Dia salah menduga, tadi dia ingin merebut kemenangan dengan cepat; dengan demikian dia menyerang lawannya secara bertubi-tubi. Tapi justru hal itu yang dikehendaki oleh lawannya. Jika dia terus bertahan dengan cara itu dan dia hanya mengandalkan payung saja, dia bisa celaka. Tapi jika dia tidak menyerang dan hanya menangkis setiap serangan See-bun Souw Ya dengan payungnya, maka dia yakin See-bun Souw Ya ini tidak kebal racun sama sekali, pasti bisa dia lukai!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Napas Kong-sun Po mulai tersengal-sengal, jika dia tidak segera mengubah taktik, dia bisa celaka. Sebenarnya See-bun Souw Ya bukan tidak cemas atau tidak mendapat kesulitan. Dia mulai merasa tidak nyaman, daya tahannya terhadap racun tidak sekuat Kong-sun Po. Sekarang See-bun Souw Ya mulai merasa mual. Jika dia tidak segera menghentikan pertarungan dengan Kong-sun Po, sekalipun dia menang, dia akan terluka parah juga. See-bun Souw Ya berambisi ingin menjadi Bu-lim Beng-cu (Ketua Dunia Persilatan). Saat itu dia sedang menghadapi serangan dari si pemuda. Sekalipun dia menang tapi dia harus bertarung dengan mati-matian dalam seratus jurus lebih. Hal itu membuat See-bun Souw Ya mau tidak mau jadi kehilangan muka. "Untung di tempat ini tidak ada Chu Kiu Sek, jika dia melihatnya, pasti dia akan memandang rendah padaku. Tapi jika pertarungan ini tidak segera selesai, dia pun pasti akan muncul. Sebelum dia muncul aku harus segera merobohkan bocah ini!" pikir See-bun Souw Ya. Pantas dia melarang Pouw Yang Hian memanggil Chu Kiu Sek, karena dia takut diejek oleh sahabatnya itu. Oleh karena dia ingin segera mengalahkan Kong-sun Po, maka dia langsung mengerahkan jurus Hua-hiat-to dan Hua-kut-ciang secara berbareng. Tampak tangan kanannya merah. Bau amis segera menyengat ke hidung lawan. Tubuh Kong-sun Po yang sejak kecil sudah terkena racun hebat oleh ayahnya, sekarang dia mampu menghadapi serangan ilmu racun itu. Tapi dia juga harus mengerahkan lwee-kang dan hawa murninya untuk menghadapi serangan hebat itu. Tiba-tiba Kong-sun Po mendengar suara panggilan dari luar goa. "Kong-sun Po, keluarlah! Kiong Mi Yun temanmu sedang menunggumu di luar air terjun!" teriak Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu mendengar suara panggilan itu, Kong-sun Po girang bukan main. "Eh, siapa orang yang memiliki lwee-kang tinggi itu?" pikir pemuda ini. "Sekalipun masih kalah dari si Iblis Tua ini, tapi dia bisa membantuku! Tapi bagaimana caranya aku bisa menjauhi si Iblis Tua ini? Jika jaraknya agak renggang sedikit saja, aku bisa langsung melompat keluar goa." Seruan itu pun didengar oleh See-bun Souw Ya, dia kaget dan berpikir. "Kemarin Chu Kiu Sek mengatakan dia bertemu dengan menantu Han Tay Hiong yang tidak takut terhadap pukulan Siu-lo-im-sat-kang. Jangan-jangan itu suara dia? Aku dengar dia bernama Kok Siauw Hong?" pikir See-bun Souw Ya. "Dia datang, jika dia bergabung dengan bocah ini, mana mungkin aku bisa melawan mereka?" Oleh karena itu dia menggunakan serangan maut agar bisa segera merobohkan Kong-sun Po. Pemuda itu benar-benar kewalahan. Pada saat itu muncul seorang tua berjubah hitam sedang berjalan mendatangi dari atas gunung. Melihat lelaki tua itu bukan main senangnya Pouw Yang Hian. Dia langsung memanggil-manggil orang hu. "Chu Lo-cian-pwee kau datang!" kata Pouw Yang Hian. Sedikit pun Pouw Yang Hian tidak mendengar suara dari luar goa, karena lwee-kangnya masih rendah sekali. Orang yang baru muncul itu memang benar Chu Kiu Sek. Dia tatap Kongsun Po dengan tajam, lalu dia mendengus. "Hm! Hai bocah sialan!" kata Chu Kiu Sek. Sesudah mengawasi ke arah See-bun Souw Ya, baru dia berkata pada sahabatnya itu. "Saudara See-bun, bocah ini memang sedikit luar biasa Kau istirahat saja dulu, biar aku yang menghadapinya!" kata Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maksud Chu Kiu Sek ini sebenarnya baik, tapi mendapat tanggapan dari See-bun Souw Ya lain. Ucapan itu malah dinilai oleh See-bun Souw Ya sebagai sindiran. Maka itu See-bun Souw Ya pun tertawa terbahak-bahak. "Saudara Chu, kau tonton saja aku bertarung dengannya. Aku katakan padamu bocah ini tidak akan lolos dari telapak tanganku!" kata See-bun Souw Ya dengan angkuh.

Kong-sun Po tertawa dingin. "Kalian ingin bergiliran melawanku, aku tidak takut!" kata pemuda ini dengan gagah. Saat See-bun Souw Ya melancarkan serangannya, pemuda ini memutar payung untuk menangkis semua serangan Seebun Souw Ya. Pemuda ini berhasil mematahkan semua serangan maut See-bun Souw Ya dengan mudah. Sekalipun Kong-sun Po kelihatan sudah kelelahan, tapi aneh semangatnya tinggi sekali. Tangkisannya pun luar biasa hebatnya Hal ini tentu saja membuat See-bun Souw Ya jadi heran dan curiga Dia mengira-ngira lawannya itu, apakah bocah itu benar-benar sudah kelelahan atau hanya berpurapura kelelahan saja? Dengan demikian See-bun Souw Ya jadi ragu untuk mendekati pemuda ini. Dulu pada saat Chu Kiu Sek bertarung dengan Kong-sun Po, dia pernah dikejutkan oleh jurus Keng-sin-ci-hoat milik Kong-sun Po. Dengan demikian dia tidak mampu mengukur berapa tinggi kepandaian bocah ini sebenarnya? Tapi Chu Kiu Sek tahu pemuda itu sudah lama bertarung dengan See-bun Souw Ya, maka jika dia ikut membantu, dia yakin akan bisa mengalahkan pemuda itu. Dua jago tua ini sudah sangat terkenal sebagai Iblis tua luar biasa. Tetapi jika mereka sampai bergabung hanya untuk melawan pemuda itu, mereka akan malu karena namanya akan tercemar di kalangan Kang-ouw. Itu sebabnya Chu Kiu Sek tadi meminta agar See-bun Souw Ya mau mundur dan dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang akan maju melawan pemuda itu. Jawaban See-bun Souw Ya itu jelas, seolah dia tidak mau mundur, ini membuat Chu Kiu Sek jadi tidak enak hati. "See-bun tidak mengerti maksud baikku, baik akan kulihat dulu sampai dia terdesak. Memang dengan nama besarku aku tidak boleh mengeroyok bocah itu!" pikir Chu Kiu Sek. Chu Kiu Sek lalu berdiri diam menonton pertarungan Seebun Souw Ya melawan Kong-sun Po. See-bun Souw Ya sudah melancarkan belasan serangan maut, tapi payung Kong-sun Po selalu berhasil menggagalkan setiap serangan See-bun Souw Ya yang ganas itu. Dengan demikian hal ini membuat See-bun Souw Ya jadi cemas dan dia khawatir akan kehilangan muka di depan Chu Kiu Sek dan muridnya. Bagi pesilat tinggi mengabaikan konsentrasi, sungguh sangat berbahaya sekali. Apalagi sekarang hati See-bun Souw Ya sedang kurang tenang. Mendadak Kong-sun Po membentak. Payungnya berkelebat menyerang ke arah See-bun Souw Ya yang agak lengah. Seebun

terkejut sekali. Dia mundur selangkah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kong-sun Po yang segera melesat ke arah pintu goa di balik air terjun. "Oh celaka, dia kabur!" teriak Chu Kiu Sek tanpa sengaja. Tadi dengan angkuh See-bun Souw Ya bilang, bahwa bocah itu tidak akan lolos dari telapak tangannya Sekarang justru Kong-sun Po telah lolos. Hal ini membuat See-bun Souw Ya tertegun dan wajahnya berubah merah karena malu. Saat See-bun Souw Ya mendengar teriakan Chu Kiu Sek dia tersentak dan gusar bukan kepalang. "Kau mau kabur ke mana? Ke ujung langitpun akan kukejar!" kata See-bun Souw Ya yang panas hatinya. Kong-sun Po sudah menerjang keluar lewat air terjun, kemudian disusul oleh See-bun Souw Ya yang mengejarnya dari belakang. Dia langsung menyerang dari arah belakang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diserang demikian diperkirakan sudah tidak mungkin Kongsun Po bisa berkelit, terpaksa dia menggunakan payung untuk menangkis serangan itu ke belakang, ke arah See-bun Souw Ya. Sekarang Kong-sun Po sudah berada di luar goa dan telah melintasi air terjun itu. Sedang air terjun itu pun telah membantu mengurangi atau menghalangi serangan dari Seebun Souw Ya yang dasyat dan ganas itu. Namun, tidak urung punggung Kong-sun Po terkenaserangan angin dari pukulan See-bun Souw Ya dengan demikian dia merasa ngilu. Untung dia sudah langsung berada di luar. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sebenarnya Kok Siauw Hong memanggil-manggil Kong-sun Po sudah tiga kali, tapi tidak ada jawaban. Saat Kok Siauw Hong sedang bingung dan putus asa, dan dia tidak tahu lagi harus bagaimana membantu nona Kiong. Tiba-tiba dari balik air terjun menerobos seseorang. Bersamaan dengan itu air terjun pun berhamburan memercik ke segala penjuru. Sedang nona Kiong pun berteriak girang. "Dia sudah keluar! Kong-sun Toa-ko kami di sini!" teriak Kiong Mi Yun dengan kegirangan. Nona Kiong yang kegirangan akan segera menyambut kedatangan pemuda itu, tapi Kong-sun Po berteriak mencegahnya. "Jangan ke mari! Di belakangku ada orang yang mengejarku!" teriak Kong-sun Po. Benar saja tak lama kemudian See-bun Souw Ya pun muncul dari balik air terjun. Begitu Kok Siauw Hong melihat ada orang yang sedang mengejar Kong-sun Po, dia langsung

menyerang dengan pedangnya. Saat itu See-bun Souw Ya belum membuka matanya sehabis melompati air terjun. Tapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telinganya tajam dia mendengar desingan suara senjata tajam. Dengan cepat dia menangkis serangan itu dengan sebuah pukulan yang dasyat, tangkisan ini membuat pedang Kok Siauw Hong miring ke samping. "Sreet!" Jubah See-bun Souw Ya terkena pedang Kok Siauw Hong hingga robek. Betapa terkejutnya See-bun Souw Ya saat mengetahui lihaynya tusukan pedang pemuda she Kok itu. "Eh, apa bocah ini lebih lihay dari anak Kong-sun Khie? Dia mampu menahan pukulanku dan merobek jubahku dengan pedangnya?" begjtiu See-bun Souw Ya berpikir. Kepandaian Kok Siauw Hong dibanding dengan Kong-sun Po sebenarnya tidak berbeda jauh, tapi karena tenaga Seebun Souw Ya sudah terkuras oleh Kong-sun Po, yaitu saat mereka bertarung tadi, sehingga tenaga pukulan yang dia gunakan untuk menyerang Kok Siauw Hong jadi agak lemah. Melihat serangannya gagal, Kok Siauw Hong tidak mau mengerti, dia menyerang lagi. Dia gunakan jurus "Pek-hungKoan-jit" (Pelangi putih menutupi matahari). Pedang Kok Siauw Hong berkelebat ke arah dada See-bun Souw Ya. Saat itu See-bun Souw Ya sudah membuka kedua matanya. Melihat serangan datang dia segera berkelit ke samping. Tapi dia juga membalas menyerang ke arah Kok Siauw Hong dengan jurus "Kim-tiau-can-peng" (Rajawali mas mengembangkan sayap). Dia mencoba mencengkam urat nadi Kok Siauw Hong. Cengkraman See-bun Souw Ya ini lihay dan ganas. Jika Kok Siauw Hong tidak segera menghindar, maka pedang yang ada di tangannya pasti akan terlepas, bahkan bisa direbut oleh See-bun Souw Ya. Pada saat yang bersamaan Kiong Mi Yun pun melompat dan menyerang punggung See-bun Souw Ya secara mendadak sekali. Tapi See-bun Souw Ya matanya awas, tadi dia sudah mengawasi ke sekeliling tempat itu. Jadi pada saat Kiong Mi Yun menyerang, dia sudah melihat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangan nona itu, dia kaget bukan main. Segera dia batalkan serangannya dan bersiap menjaga diri dari serangan nona Kiong. "Hm! Gadis liar, apa hubunganmu dengan majikan pulau

Hek-hong-to?" bentak See-bun Souw Ya. Nona Kiong menyerang See-bun Souw Ya dengan jurus Citsalciang andalan keluarganya, sehingga See-bun Souw Ya mengenali jurus itu. Serangan itu hebat luar biasa dan mengarah ke tujuh jalan darah lawan dengan cepat luar biasa. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 20

Nona Kiong tersenyum mendengar teguran si Iblis Tua itu. Dia langsung menjawab pertanyaan itu dengan sinis bukan main. "Ayahku sebal pada omong besarmu!" kata nona Kiong. "Dia menyuruhku ke mari untuk melampiaskan kedongkolannya padamu!" Begitu See-bun Souw Ya tahu bahwa gadis itu puteri Kiong Cauw Bun dari Hek-hong-to, hati si iblis tua pun jadi tersentak kaget. "Hoang-hoo-ngo-pa (Lima perkumpulan jago dari Sungai Huang-hoo) bawahan dari Kiong Cauw Bun. Mungkin Pouw Yang Hian menggunakan namaku secara sembarangan untuk menindas mereka! Mungkin hal itu telah membuat Kiong Cauw Bun marah, lalu dia memerintahkan puterinya ke mari?" begitu pikir See-bun Souw Ya saat itu. Mendadak Kiong Mi Yun kembali melancarkan serangan berbahaya dengan jurus Cit-sat-ciangnya. Karena serangan itu See-bun marah bukan main, lalu dia membentak dengan nyaring.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun Kiong Cauw Bun yang datang, tetap dia harus memanggilku Lo-toa (Saudara tua)! Hm! Sedangkan kau gadis liar, kau berani kurang ajar kepadaku!" kata See-bun Souw Ya. Buru-buru dia memutar sepasang tangannya untuk melindungi seluruh jalan darah yang diserang oleh nona Kiong, lalu dia angkat kaki kanannya menendang nona Kiong. Kok Siauw Hong yang telah lolos dari serangan lawan, segera dia menerjang ke arah See-bun Souw Ya sambil membentak. 'Tua bangka, kau jangan sok jadi jagoan!" bentak Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong menyerang perut See-bun Souw Yadengan pedangnya. Dia gunakan salah satu jurus Cit-siu-kiam-hoat yang lihay. Ini merupakan sebuah jurus maut miliknya Ketika itu See-bun Souw Ya sedang berhadapan dengan Kiong Mi Yun, sehingga pemuda she Kok ini berpeluang menyerangnya dengan hebat. Tapi sayang See-bun Souw Ya sudah menduga adanya serangan dari anak muda ini. Tendangan yang dia lakukan pada nona Kiong itu hanya

sebuah tipuan saja. Ditambah lagi ilmu beracun milikinya satu sumber dengan jurus Cit-sat-ciang milik nona Kiong, hingga dia agak segan menghadapi ilmu pukulan Cit-sat-ciang itu. Maka itu dia pura-pura menyerang nona Kiong, dan dia yakin tipu-muslihatnya tidak akan gagal. Jika dia mau bersungguhsungguh menendang nona itu, dia yakin dia akan berhasil. Dia tahu sekalipun nona Kiong memiliki jurus Cit-sat-ciang, namun ilmu itu belum sempurna dipelajari oleh nona itu, sehingga dia tidak takut dilukai oleh nona itu. Saat dia menendang, justru dia lakukan untuk menghadapi serangan dari Kok Siauw Hong. Begitu serangan Kok Siauw Hong tiba, langsung tendangan itu dipakai menangkis serangan Kok Siauw Hong. "Tang!" Terdengar suara keras.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pedang Kok Siauw Hong tertendang dan terlepas dari cekalannya. Untung tendangan itu tidak mengenai tubuh pemuda itu. Mengetahui pedangnya telah terlepas, Kok Siauw Hong menggunakan telapak tangannya menyabet ke bawah. Dan sabetan Kok Siauw Hong ini tepat mengenai lutut Seebun Souw Ya. Beruntung bagi See-bun Souw Ya, karena lweekangnya sangat tinggi, pukulan Kok Siauw Hong itu tidak sampai menghancurkan lututnya. Tapi serangan itu cukup membuat See-bun Souw Ya kesakitan bukan main. Sambil terhuyung-huyung dia menggeram. Menyaksikan orang kesakitan Kiong Mi Yun malah menter-tawakannya. "Hm! Kau ingin berhadapan dengan Ayahku, menghadapi aku saja kau sudah meringis ketakutan!" kata nona Kiong mengejek. Tiba-tiba dari balik air terjun kelihatan berkelebat tubuh seseorang yang menerjang keluar. Orang itu adalah Chu Kiu Sek. "Baik, aku yang melawanmu!" bentak Chu Kiu Sek. Chu Kiu Sek langsung menyerang nona Kiong dengan jurus Siu-lo-im-sat-kang, pukulan andalannya itu. Tak heran angin pukulan itu terdengar menderu-deru. Saat hu Kok Siauw Hong sedang merasakan kesakitan tangan kanannya yang tadi memegang pedang, dan tertendang pedangnya itu. Sekarang tangan itu ngilu bukan main. Sekarang dia jugamerasa sulit untuk menggerakan tangannya itu. Buru-buru dia jemput pedangnya yang tergeletak di tanah, lalu dia kerahkan hawa murni nya untuk melancarkan peredaran darahnya. Saat itu dia ingat pada Kiong Mi Yun yang sedang diserang oleh Chu Kiu Sek. Dia

berniat menolong nona Kiong, tapi sudah terlambat... Untung saat itu Kong-sun Po yang tadi kesakitan, sekarang tenaganya sudah pulih kembali. Saat dia lihat Kiong Mi Yun diserang oleh Chu Kiu Sek, Kong-sun Po buru-buru

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membentangkan payungnya untuk menangkis serangan Chu Kiu Sek yang diarahkan pada nona Kiong itu. Payung itu bergoyang-goyang seolah diterjang badai, Kongsun Po berusaha menggenggam gagang payung dengan sekuat tenaganya. Tak heran sebagian besar hawa dingin dari pukulan Siu-lo-im-sat-kang jadi sedikit terhalang. Saat itu tenaga Kongsun Po memang belum pulih seluruhnya saat dia menghadapi See-bun Souw Ya di dalam goa. Tiba-tiba dia tutup payungnya dengan jurus "Hian-cian-hua-sah" (Burung sakti mengaduk pasir), dia serang Chu Kiu Sek dengan ujung payung, dia arah jalan darah lawannya ini. Melihat serangan dasyat itu sedikitpun Chu Kiu Sek tidak gentar, segera dia ulur jari tangannya dengan maksud mencengkram payung itu dan menghancurkannya Sungguh dia tidak mengira kalau payung itu sangat kebal terhadap senjata apapun. Tak ada senjata yang mampu merobek kain payung itu. Jadi mana mungkin jari tangan Chu Kiu Sek bisa menghancurkannya? Gerakan Chu Kiu Sek gesit luar biasa begitu juga gerakan Kong-sun Po. Saat payung Kong-sun Po tercengkram oleh jari tangan Chu Kiu Sek, Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Tangannya seolah mencengkram bola yang lincin sekali. Malah jari tangan Chu Kiu Sek seolah terpental dan berbalik. "Hm! Pantas See-bun tidak berdaya terhadap bocah ini?" pikir Chu Kiu Sek. "Ternyata payungnya itu luar biasa sekali!" Tiba-tiba terdengar suara keras. "Seeer! Weeek!" Ternyata jubah Chu Kiu Sek berhasil diserang oleh payung itu dan robek. Masih untung saat dia mencengkram, tubuhnya sedang ada pada posisi miring, jika tidak dia akan terluka parah oleh payung lawan. Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Buru-buru dia mundur beberapa langkah ke belakang. Tapi Kok Siauw Hong yang sudah memegang pedang, langsung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyambut kedatangan Chu Kiu Sek dengan sebuah serangan yang dasyat.

"Mau lari kemana maling tua, rasakan pedangku ini!" bentak Kok Siauw Hong. Chu Kiu Sek sadar Kok Siauw Hong tidak gentar pada pukulan Siu-lo-im-sat-kang-nya. Satu lawan satu mungkin Chu Kiu Sek masih mampu menghadapi pemuda she Kok ini. Tari yang dia khawatirkan Kok Siauw Hong akan bergabung dengan Kongsun Po. Dia yakin sekali bahwa dia tidak akan mampu melawan dua anak muda itu dan dia pasti akan kalah. Maka dengan tebal muka lalu dia berkata. "Hm! Kau bocah yang masih bau kencur! Kau kira Lo-hu takut kepadamu?" kata Chu Kiu Sek. Sambil berkata begitu Chu Kiu Sek mundur tiga langkah ke belakang. "Kok Toa-ko, mereka sudah tua bangka semua, kau jangan menyulitkan mereka!" kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Baik, kali ini kita ampuni jiwa mereka!" kata Kok Siauw Hong sambil tersenyum. Sebenarnya Kok Siauw Hong pun sudah kelelahan, dia berkata begitu hanya untuk berpura-pura dan untuk menakutnakuti Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya saja. Mendengar seruan Kok Siauw Hong itu, See-bun Souw Ya tahu, kalau Kok Siauw Hong hanya berpura-pura bersemangat. Tapi dia tidak bisa mengejar mereka karena sekarang dia sedang merasakan lututnya yang sakit bukan main. Mata See-bun Souw Ya terbelalak pada saat menyaksikan ketiga anak muda itu meningalkannya. Baik Seebun Souw Ya maupun Chu Kiu Sek tidak mengejar mereka. Sesudah tahu dua iblis tua itu tidak mengejar mereka, hati anak muda itu lega juga. Tiba-tiba tubuh Kok Siauw Hong terasa panas. Sekalipun dia tidak terkena pukulan Hui-hiat-to,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namun dia mencium bau amis pukulan itu. Saat dia awasi Kong-sun Po dia lihat pemuda itu tidak terluka sedikitpun. "Ilmu pukulan beracun iblis tua yang berwarana merah itu sangat lihay! Jika tadi tidak bertarung dulu denganmu, pasti aku bisa celaka olehnya," kata Kok Siauw Hong mengakui kehebatan anak muda yang belum dikenalnya itu. "Dia bernama See-bun Souw Ya," kata Kong-sun Po. "Nama ilmu pukulannya itu Hua-hiat-to, ilmu beracun milik keluarga Suang." Kok Siauw Hong manggut-manggut. "Oh begitu!" kata Kok Siauw Hong. "Sekarang aku jadi tak heran lagi!" "Apa yang membuatmu tidak heran?" tanya nona Kiong. "Semula aku tidak habis pikir, siapa pembunuh kejam di rumah Paman Han itu?" kata Kok Siauw Hong. "Sekarang aku

tahu, dia adalah See-bun Souw Ya!" Kok Siauw Hong mengisahkan penemuan mayat di rumah keluarga Han, juga tentang darah beku pada salah satu mayat dan ternyata darah itu beracun sekali. Mendengar cerita itu nona Kiong melelerkan lidahnya. Kong-sun Po tersenyum. "Terima kasih atas bantuanmu, mohon tanya siapa nama Anda?" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tertawa geli. "Dia Kok Siauw Hong Toa-ko, dia juga calon menantu Paman Han. Tapi dia malah ingin menjadi menantu keluarga Ci. Aku sedang membantu Han Toa-ko mencari keadilan!" kata nona Kiong. Ucapan nona Kiong yang polos dan terbuka itu membuat wajah Kok Siauw Hongjadi kemerah-merahan. "Nona Kiong kau jangan mentertawakan aku!" kata Kok Siauw Hong. "Oh, saudara Kong-sun, apa kau sudah tahu jejak Nona Han?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po tertegun. "Kenapa dia menyebut-nyebut Nona Han?" pikir Kong-sun Po agak heran. Kiong Mi Yun tertawa lagi. "Han Toa-ko itu puteri keluarga Han, namanya Han Pwee Eng, bukan Han Eng! Aku baru tahu hal itu dari Kok Toa-ko. Nah, kau paham?" kata nona Kiong.. Kong-sun Po tertawa geli. "Sungguh bodoh aku ini!" pikir Kong Sun Po. "Dua anak dara menyamar jadi pria saja aku sampai tidak tahu?" Sesudah agak lama Kong-sun Po yang memang tidak senang ikut campur urusan orang lain lalu berkata. "Jadi begitu! Kok Toa-ko apa dadamu masih terasa mual?" "Ya. Karena lwee-kangku masih dangkal, aku jadi tidak tahan bau amis itu! Sungguh memalukan sekali!" kata Kok Siauw Hong. "Itu bukan karena lwee-kangmu masih dangkal, tapi karena kau belum pernah bertarung dengan orang berilmu racun seperti mereka," kata Kong-sun Po. "Tapi kau lebih tahan dariku," kata Siauw Hong. "Karena aku sejak kecil sudah terkena racun itu!" jawab Kong-sun Po. "Kebetulan aku membawa obat pemunah racun, makanlah aku yakin kau akan segera pulih!" "Terima kasih, oh ya bagaimana mengenai jejak nona Han?" kata Kok Siauw Hong. "Aku sedang mengejar nenek tua itu ke balik air terjun, di sana terdapat sebuah goa dan jalan menuju ke sebuah bukit.

Samar-samar aku juga melihat di sana ada sebuah rumah batu. Aku kira nona Han ada di rumah batu itu?!" sahut Kongsun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Nenek tua itu dulu pernah menyelamatkan aku dari bahaya maut. Tapi sekarang aku tidak tahu apakah dia kawan atau musuh kami?" pikir Kok Siauw Hong. "Tapi belasan tahun yang lalu, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Paman Han dan Bibi Han. Aku duga mereka bermusuhan. Sekalipun dia bukan musuh tapi dia lebih kuat dariku!" "Mereka lihay semua, jika kita hanya bertiga, kita bukan tandingan mereka!" kata Kok Siauw Hong setelah berpikir. "Lebih baik kita kembali dulu ke rumah Paman Han, di sanakita tunggu sampainya kakak beradik Ci. Sesudah mereka datang kita baru berunding dengan mereka!" Kiong Mi Yun takut bertemu dengan kakak beradik Ci itu, ketika dia mendengar gagasan Kok Siauw Hong, wajah Kiong Mi Yun berubah jadi merah. "Sebenarnya kalian datang ke Lok-yang ada urusan apa?" tanya Kok Siauw Hong. "Kami ingin menemui Han Toa-ko.. .Eh Nona Han, dan kami tidak punya urusan lain," jawab nona Kiong. "Karena kalian sahabat nona Han, maka aku memberanikan diri untuk minta bantuan pada kalian," kata Kok Siauw Hong. "Tapi aku tidak berani memaksa, hari ini kalian telah membantuku. Aku tidak tahu lalian mau membantu atau tidak, tapi kuucapkan terima kasih!" Kong-sun Po sifatnya jujur. "Hm! Dia tidak mau bilang terus terang, pasti dia anggap aku takut pada kedua iblis tua itu." pikir Kong-sun Po. Maka itu dia langsung bicara. "Kami tidak takut pada mereka, hanya kami merasa tidak enak bertemu dengan Nona Ci!" kata Kong-sun Po. "Kenapa?" tanya Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami punya sedikit masalah dengan mereka. Terus-terang kami telah mencuri arak Kiu-tkian-sun-yang-pek-hoa-ciu milik mereka! Tapi tidak kami kira arak obat itu berhasil direbut oleh nenek tua itu!" kata Kong-sun Po. Sekalipun yang mencuri arak obat itu Kiong Mi Yun dan tidak ada hubungannya dengan Kong-sun Po. Tapi pemuda ini

mengatakan "kami", dengan demikian dia ikut bertanggungjawab atas pencurian arak obat itu. Mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong tertawa terbahak-bahak. "Sudah, aku paham!" kata Kok Siauw Hong. "Kalian mencuri arak itu pasti untuk Nona Han, bukan? Karena kalian tidak tahu kalau sebenarnya Ci Giok Hian dan nona Han itu bersahabat sangat akrab. Itu aku kira cuma salah paham saja, jika sudah aku jelaskan semua kan beres! Ingat, seandainya arak obat itu ada di tanganku, arak itu pun akan direbut oleh nenek itu. Sudah soal itu jangan kalian pikirkan lagi, mari kita ke rumah Paman Han!" Saat mereka tiba di rumah Han Tay Hiong, malam pun telah larut. Tapi mereka tidak menemukan kakak beradik keluarga Ci itu. Tak heran kalau Kok Siauw Hong jadi tidak tenang. "Apa di tengah jalan mereka mendapat bahaya, selarut ini mereka belum tiba juga di sini?" pikir Kok Siauw Hong. Nona Kiong yang kelihatan ceroboh ini malah dia jadi lebih cermat. Begitu masuk ke kamar nona Han dia langsung menyalakan lampu, dia perhatikan kamar itu. Tiba-tiba dia tertawa. "Kok Toa-ko, mereka sudah sampai di sini," kata nona Kiong. "Malah pamanmu yang mencurigakan dan tukang bohong itu pun datang lagi ke mari!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong memperhatikan lantai kamar yang basah oleh air bekas dipakai menyiram nona Kiong tadi siang. Di lantai itu sekarang kelihatan banyak bekas jejak kaki orang. Jika diperhatikan dengan teliti, jejak itu jelas bisa dibedabedakan. Di lantai ada tiga jejak kaki lelaki dan dua jejak kaki wanita. Yang satu jejak kaki Kok Siauw Hong, dua lagi jejak kaki Jen Thian Ngo dan kaki Ci Giok Phang. Jejak kaki perempuan yang satunya pasti jejak nona Kiong, sedangkan jejak kaki yang lainnya pasti jejak kaki Ci Giok Hian. Sesudah termangu sejenak Kok Siauw Hong mulai bicara. "Benar, mereka sudah sampai kemari. Mungkin karena tidak bertemu denganku mereka ikut dengan Paman Jen ke markas cabang Kay-pang. Kebetulan ketua Kay-pang ada di sana. Bagaimana kalau kita pun pergi ke sana?" kata Kok Siauw Hong mengajukan saran. "Sudah lama aku mendengar nama besar Liok Pang-cu, memang seharusnya kita ke sana," kata Kong-sun Po. "Jika kita memperoleh bantuan dari orang-orang Kay-pang, kita tidak perlu gentar pada kedua iblis tua itu!"

Heran Kok Siauw Hong yang memberi saran tapi dia tidak langsung berjalan. Dia bengong saja. Nona Kiong keheranan. "Kok Toa-ko apa yang kau pikirkan? Bukankah kau ingin segera bertemu dengan Nona Ci?" kata Kiong Mi Yun. "Tunggu sebentar," kata Kok Siauw Hong. Kiong Mi Yun mengikuti arah pandangan Kok Siauw Hong. Ternyata pemuda itu sedang memperhatikan sebuah peti kayu. Peti kayu itu sebuah peti kayu yang berisi lukisan dan sempat berantakan diacak-acak oleh Jen Thian Ngo. Kemudian lukisan-lukisan itu dibereskan dan dimasukan lagi ke dalam peti oleh Kok Siauw Hong. Melihat pemuda itu diam saja sambil mengawasi peti kayu itu nona Kiong langsung bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kok Toa-ko, apa kau merasa sayang meninggalkan lukisan-lukisan itu?" kata nonaKiong. "Apa kau yang menutup peti kayu itu kemarin, Nona Kiong?" Kok Siauw Hong balik bertanya. "Apa? Oh, sedikit pun aku tidak menyentuhnya," jawab nona Kiong. Dahi Kok Siauw Hong berkerut. "Heran, aku juga tidak menutup peti kayu itu!" kata Kok Siauw Hong agak bingung. "Jangan heran, saat Nona Ci datang ke mari dan melihat peti kayu itu terbuka, dia pikir mungkin takut ada maling ke mari, lalu dia tutup peti kayu itu!" kata nona Kiong melegakan hati pemuda itu dengan memberi keterangan begitu. Kok Siauw Hong manggut-manggut "Ya, mungkin saja! Tapi jika di rumah ini tidak ada yang menjaga, jika ada maling datang sekalipun peti kayu itu dikunci, pasti akan dicurinya juga!"kata Kok Siauw Hong. Mata nona Kiong terbelalak. "Jadi kau mau membawanya, ya ampun!" kata nona Kiong. "Keadaan sekarang sedang kacau, jangankan membawa peti kayu berisi lukisan, barang berharga pun sulit untuk diselamatkan. Kau ingin menyusahkan diri sendiri, peti kayu sebesar itu akan kau bawa ke mana?" "Lukisan itu berseni tinggi" jawab Kok Siauw Hong, "sekalipun isinya tidak bisa dibawa semuanya, akan kubawa sebahagian saja! Paman Han sangat menyukai lukisan ini, ada baiknya aku membawa sedikit untuk kenang-kenangan." Kok Siauw Hong membuka peti kayu itu, kemudian dia mengambil beberapa lukisan yang ada di tumpukan paling atas. Dia masih ingat dari kumpulan lukisan itu di antaranya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada lukisan kuda dan sebagainya. Sedang di situ sekarang tinggal lukisan pemandangan biasa saja. "Aku ingat, aku pemah melihat lukisan kuda karya Han Kan, mengapa lukisan itu sekarang tidak ada dan keadaan isi peti kayu itu pun sudah berubah semua?" pikir pemuda she Kok itu. Tiba-tiba Kong-sun Po memberi peringatkan pada kawannya dengan sebuah seruan. "Letakan lukisan-lukisan itu, pasti lukisan itu beracun!" kata Kong-sun Po. Kok Siauw Hong kaget. "Apa lukisan ini beracun?" katanya. Pada saat yang bersamaan tangan Kok Siauw Hong terasa ngilu sekali, buru-buru dia lemparkan lukisan-lukisan itu ke dalam peti kayu. Kong-sun Po buru-buru mengeluarkan sebatang jarum perak, kemudian jarum perak itu dia gunakan untuk menusuk jari tangan Kok Siauw Hong. Sesudah dia tusuk lalu jari tangan Kok Siauw Hong dia pijit dan keluarlah darah berwarna hitam dari bekas tusukan jarum itu. "Untung segera ketahuan sehingga kau tidak sampai keracunan," kata Kong-sun Po. Kemudian Kong-sun Po menaburkan obat bubuk ke luka sahabat barunya itu. Kelihatan Kok Siauw Hong kaget dan tidak habis pikir "Siapa yang menukar lukisan dengan lukisan beracun, dia ingin mencelakai orang!" kata Kok Siauw Hong. Kong-sun Po menggelengkan kepala, lalu dia bungkus tangannya walaupun dia tak takut racun. Baru dia memeriksa semua lukisan itu dengan seksama. Mengherankan di dalam peti itu ternyata bukan semua lukisan, tapi kertas putih namun semuanya sudah diberi racun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang itu sungguh keji!" kata Kong-sun Po sambil menghela napas. "Siapa orang itu?" "Yang paling mencurigakan ini pasti perbuatan See-bun Souw Ya, tapi tadi dia bertarung dengan kita. Tak mungkin dia bisa sempat kemari tanpa kita ketahui!" kata Kok Siauw Hong. "Tidak mudah menerka perbuatan siapa ini, sebaiknya kita segera menemui Liok Pang-cu saja!" kata Kong-sun Po. Mereka segera meninggalkan rumah Han Tay Hiong,

menjelang pagi mereka sampai di depan pintu kota Lok-yang. Di tempat itu kelihatan ratusan pengungsi sedang berkumpul menunggu sampai pintu kota dibuka. Kok Siauw Hong mencoba menyelidik pada para pengungsi, dia menanyakan situasi medan perang. Kok Siauw Hong mendapat jawaban bahwa pasukan Mongol sudah memasuki kota Hoan-sui-koan. Kota itu berjarak hanya 300 mil dari kota Lok-yang. Jika tentara Mongol itu tidak istirahat lagi, maka hari itu juga mereka sudah akan tiba di kota Lok-yang. Biasanya pagi-pagi sekali pintu kota sudah dibuka, tapi hari itu sampai siang pintu kota belum juga dibuka. Padahal pengungsi kian bertambah banyak jumlahnya, saat itu diperkirakan sudah hampir mencapai seribu orang. Ketika mereka menatap ke atas tembok kota, mereka menyaksikan para prajurit sudah siap dengan busur dan anak panah mereka. Tak lama komandan tentara di atas kota muncul. "Atas perintah pimpinan kami, para pengungsi dilarang memasuki kota! Kalian harus pergi ke kota lain! Jika ada yang berani membuat keributan di tempat ini, maka kami anggap kalian sebagai pengacau!" kata komandan kota. Bukan main geramnya para pengungsi saat mereka mendengar pengumuman itu Mereka jadi ribut dan memprotes tindakan penjaga kota itu. Kok Siauw Hong mengerahkan tenaga dalamnya lalu berteriak ke atas tembok kota.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa para pejabat tahunya hanya memungut pajak? Sedang ada peperangan kalian malah tidak mau bertanggungjawab! Mana tanggungjawab kalian?" kata Kok Siauw Hong "Benar! Benar, jika mereka tidak mau membuka pintu kota, biar kami yang membukanya sendiri!" teriak para pengungsi. "Orang yang berani berkata begitu berarti dia mata-mata musuh!" kata perwira penjaga kota itu. "Jika kalian berani mengacau akan kuperintahkan prajurit memanah kalian!" teriak perwira itu dengan lantang. "Kau keterlaluan! Siapa mata-mata Mongol itu?" kata Ko Siauw Hong. Saat Kok Siauw Hong akan maju memprotes, Kong-sun Po menarik tangannya. "Sabar," kata Kong-sun Po membujuk kawannya. Tak lama di atas kota muncul atasan perwira tadi bersama seorang pengemis. Kok Siauw Hong mengenali pengemis itu adalah wakil Hiang-cu bernama See Ban Tauw, dia sahabat Lauw Kan Lu. Kelihatan pengemis itu berbisik kepada perwira

tinggi itu. Sayang karena jauh di bawah benteng kota Kok Siauw Hong tidak mendengar apa yang dibisikan pengemis itu pada si perwira penjaga kota. Kemudian perwira itu membisiki komandan kota bawahannya. "Atas perintah atasanku, kalian diperbolehkan masuk kota! Bagi yang punya famili di Lok-yang, boleh menemui famili kalian. Tapi yang tidak punya familik harus berkumpul di tempat yang telah ditentukan!" kata penjaga kota itu. "Hm! Ini karena tampilnya anggota Kay-pang maka perwira itu mau mengalah," gerutu para pengungsi. Saat pintu kota dibuka, bagaikan air bah para pengungsi berebutan masuk ke dalam kota. Kong-sun Po dan kawankawannya pun ikut masuk. Kemudian Kok Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengcabang Kok Siauw Hong minta bertemu dengan Liok Pang-cu dan Lauw Kan Lu. Saat itu para pengemis sedang sibuk maka tidak heran kalau mereka harus lama menunggu. Tak lama datang seorang pengemis yang menyilakan mereka masuk. Kemudian mereka dipersilakan menunggu di ruang tamu Lama baru muncul Lauw Kan Lu tanpa Liok Pang-cu. "Maaf Kok-heng (Saudara Kok), tidak kusangka akan ada perubahan, sehingga kami jadi sibuk luar biasa!" kata Lauw Kan Lu. "Sekali lagi maafkan kami!" "Tak apa," kata Kok Siauw Hong. "Aku dengar pasukan Mongol sudah dekat, kalian diminta menjaga kota oleh panglima kota, bukan?" "Benar sekali! Jika aku katakan sungguh menggelikan sekali," kata Lauw Kan Lu. "Dan juga menyebalkan! Biasanya kami para pengemis dipandang rendah oleh mereka. Begitu bahaya datang, tanpa malu-malu mereka minta bantuan pada kami! Baik, kataku pada mereka asal kalian mau berlutut dan mengangguk 100 kali, tapi mereka hanya manggut 99 kali saja...." "Mereka memang menyebalkan, jika bukan karena nasib rakyat jelata, maka Kay-pang tidak akan ikut campur dalam masalah ini, kan?" kata Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu menganguk. "Itu sebabnya aku katakan pada mereka, kami bukan membantu kalian tapi kami menolong rakyat jelata!" kata Lauw Kan Lu. "Jika mereka ingin dibantu, pintu kota harus dibuka untuk rakyat. Mereka tidak berdaya dan mereka menurut saja. Sekarang anggota Kay-pang sedang sibuk mencari orang kaya untuk dimintai bantuan menyediakan makanan bagi para pengungsi itu. Ha, ha, ha, kali ini mereka

akan jatuh miskin!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh menyenangkan," kata Kok Siauw Hong sambil tertawa. "Apa Liok Pang-cu masih ada di dalam kota?" "Pang-cu bersama Pamanmu dan Ci Giok Phang tadi malam sudah berangkat mengawal harta ke luar kota," kata Lauw Kan Lu. "Di sana terdapat sekelompok pejuang dan mereka bertahan di Ciak-lo-san, kira-kira seratus li dari sini! Liok Pangcu akan menyerahkan harta itu kepada pemimpin mereka di sana. Biar mereka yang mengatur harta itu dan menemui Liu Lie Hiap (maksudnya Hong Lai Mo Li) di Utara......Saat mereka berangkat, mereka tidak mengetahui kalau di sini ada perubahan situasi yang sangat mendadak. Jika mereka tahu hal ini, pasti keberangkatan mereka itu akan dibatalkan. Tapi ada baiknya juga mereka berangkat, aku kira kota Lok-yang ini sulit untuk dipertahankan lagi! Pada saat keadaan semakin gawat, kami akan membawa para pengungsi menerjang musuh, lalu bergabung dengan para pejuang di gunung Ciaklo. Jika Liok Pang-cu mengetahui rencana ini, pasti dia akan berunding dengan para pejuang! Ah, aku baru ingat aku dengar kau telah menyelidiki jejak Han Tay Hiong, bagaimana hasilnya?" "Kami sudah menemukan titik terang, justru kedatangan kami ini kami ingin minta petunjuk darimu, apa yang harus kami lakukan?" kata Kok Siauw Hong. Sesudah Kok Siauw Hong memperkenalkan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun, dia menceritakan pengalamannya bertemu dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Lauw Kan Lu terdiam lama sekali. Baru dia bicara. "Mengenai Han Tay Hiong lawan atau bukan, belum jelas! Aku juga tidak memikirkannya lagi! Tapi bagai mana jika kalian tinggal di sini untuk membantu kami, apa kalian setuju?" kata Lauw Kan Lu. Terpaksa mereka mengabulkan permintaan itu karena mereka tahu keadaan memang sangat gawat. Dari cerita Lauw Kan Lu sudah jelas Ci Giok Hian tidak bersama-sama dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kakaknya ke markas Kay-pang. Lalu ke mana dia? Itu yang membuat Kok Siauw Hong bingung sekali. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sesudah Ci Giok Hian ditinggalkan oleh Ci Giok Phang dan

Jen Thian Ngo, dia tidak langsung pulang seperti yang dia katakan kepada kakaknya. Malah sesudah itu dia berkeliling di rumah Han Tay Hiong untuk mencari jejak Kok Siauw Hong. Tapi usahanya itu sia-sia saja. Saat cuaca mulai gelap hati nona Ci mulai tidak tenang. "Siauw Hong berangkat lebih dulu dari kami dan dia sudah sampai di sini," pikir nona Ci. "Dia juga tahu aku mencari Han Pwee Eng, mengapa dia tidak menungguku di suri? Aah, benarkah telah terjadi "sesuatu" atas dirinya?" pikir nona Ci. Yang ada dalam benak Ci Giok Hian waktu itu, ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, Kok Siauw Hong bertemu dengan musuh besar Han Tay Hiong? Dia sadar saat itu status Kok Siauw Hong masih menantu Han Tay Hiong. Bukan tidak mungkin musuh calon mertuanya itu mencelakakan dia! Kemungkinan yang kedua, yaitu seperti yang dikatakan oleh Jen Thian Ngo kepadanya, bahwa Kok Siauw Hong telah bertemu dengan Han Pwee Eng, dan mereka memadu cinta kembali, karena pertunangan mereka pun belum putus. Kemudian karena mereka tahu dia akan datang, maka mereka lalu pergi bersama-sama entah ke mana? Sebenarnya Ci Giok Hian tidak percaya sepenuhnya pada keterangan Jen Thian Ngo itu, tapi sebagai seorang gadis pasti dia juga memiliki rasa cemburu. Dia yakin Han Pwee Eng bukan orang seperti itu. Sesudah dia tahu calon suaminya mencintai gadis lain, dan malah membatalkan pertunangan mereka, tidak mungkin nona Han mau menikah dengan Kok Siauw Hong yang dianggap mengkhianatinya. Sekalipun begitu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tapi hati nona Ci tetap bingung dan gugup. Dia khawatir Kok Siauw Hong akan diambil kembali oleh nona Han. Setelah mencari kian-kemari dan tidak ada hasilnya, nona Ci pergi ke belakang rumah Han Tay Hiong. Dia menuju ke atas gunung dan dia sudah pernah bertamu di rumah itu dan dia juga pernah tinggal di situ. Bahkan bersama nona Han mereka sering berjalan-jalan menyaksikan pemandangan yang indah di gunung yang ada di belakang rumah nona Han tersebut. "Apa mereka berdua pergi ke sana?" pikir nona Ci. Karena memikirkan hal itu dia jadi bertambah gugup. Dia mengira Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong sedang berduaduaan memadu cinta di gunung tersebut. Saat nona Ci sedang berjalan menuju ke gunung itu, dia teringat saat dia berjalanjalan bersama Han Pwee Eng dengan mesra pada waktu itu. "Aaah! Jika dia berduka karena kehilangan Kok Siauw

Hong, biarlah aku yang harus mengalah," pikir nona Ci. Dia juga mencintai pemuda iti mana mungkin dia bisa merelakan pemuda itu diambil kembali oleh nona Han? Saat pikiran nona Ci sedang kacau, dia mendengar suara desiran angin pada dedaunan Nona Ci kaget, dia mendongak dan tampak ada dua orang gadis melesat turun di hadapannya. Saat itu rembulan terang sehingga nona Ci bisa melihat dua gadis itu dengan jelas. Tetapi dia tidak melihat nona Han bersama kedua gadis itu. "Kepandaian mereka cukup tinggi," pikir nona Ci. "Usianya baru sekitar 16 tahun, mereka mengenakan pakaian berwarna hijau, mereka seperti pelayan dari daerah Utara. Mungkin mereka berdua pelayan baru Han Pwee Eng?" Saat Ci Giok Hian akan menyapa kedua gadis itu, dia sudah didahului oleh salah seorang dari mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maafkan kelancangan kami, apakah Anda yang bernama Ci Giok Hian dari lembah Pek-hoa-kok?" kata salah seorang nona itu pada Giok Hian. Mendengar pertanyaan itu nona Ci tertegun sejenak. "Benar!" kata Ci Giok Hian. "Siapa kalian berdua ini?" Nona yang lebih tua menyahut. "Nama hamba Tik Bwee, ini adikku Tik Kek. Kami menerima perintah dari majikan kami untuk mengundang Nona!" kata Tik Bwee sambil tersenyum. "Siapa majikan kalian itu?" tanya nona Ci. "Setelah Anda bertemu dengannya, majikan kami akan menjelaskan kepada Anda. Jika kami katakan juga nama majikan kami, sekarang. Anda tidak akan mengenalnya!" "Hm! Siapa dia? Jika Kok Siauw Hong tidak mungkin dia berbuat semisterius ini?" pikir nona Ci. "Aku tidak kenal dengan majikan kalian, bagaimana dia bisa tahu hari ini aku akan sampai di sini? Dan apa yang dia akan katakan sesudah aku bertemu dengannya?" kata nona Ci. "Majikan kami pun sudah menduga Anda akan bertanya begitu pada kami," kata Tik Bwee. "Bahkan majikan kami pun tahu, Anda sangat merindukan seseorang. Maka itu majikan kami mewakili dia untuk mengundang Anda datang menemuinya!" Nona Ci kaget dan girang, dia kira orang itu pasti yang dimaksud itu Kok Siauw Hong. "Siapa orang itu?" kata nona Ci. "Nona Han Pwee Eng," jawab Tik Bwee. Mendengar jawaban itu nona Ci kelihatan kecewa. Tapi juga dia merasa girang karena sekarang dia tahu di mana

nona Han Pwee Eng berada.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Han ada di tempat kalian, apa dia hanya seorang diri?" tanya nona Ci. "Kami tidak tahu, kami hanya pelayan. Ditambah lagi kami juga belum pernah melihat nona Han!" jawab Tik Bwee. Ci Giok Hian jadi curiga. "Aku tidak kenal dengan mereka, apakah ini bukan sebuah jebakan?" pikir nona Ci. Tik Bwee seolah tahu apa yang ada di benak nona Ci. "Kami membawa lukisan majikan kami, beliau bilang jika Nona sudah melihatnya, maka Nona tidak akan ragu-ragu, bahwa kami tidak bohong!" kata Tik Bwee. Sesudah itu Tik Bwee menyerahkan selembar kertas, ketika diperiksa oleh nona Ci, ternyata itu sebuah lukisan pemandangan yang indah. Sesudah melihat lukisan itu, nona Ci tertegun sejenak. Dia ingat empat tahun yang lalu pada saat dia tinggal di rumah nona Han, ketika itu Han Pwee Eng pun menunjukkan lukisan itu kepadanya. Saat itulah dia tahu bahwa nona Han tunangan Kok Siauw Hong. Lukisan yang ditunjukkan oleh nona Han itu katanya hadiah dari Kok Ju Sih kepada Han Tay Hiong. Tentu saja nona Ci kaget bukan kepalang. Dia bertanya pada nona Han. "Apakah Kok Sian-seng ini bernama Kok Ju Sih Tay-hiap yang tinggal di Yang-cou, bukan?" kata nona Ci waktu itu. Wajah Han Pwee Eng berubah merah. "Aku tidak tahu," jawab Han Pwee Eng. "Lukisan ini indah, tapi masih ada lukisan lain yang lebih indah lagi!" Han Pwee Eng menunjukan lukisan lain, barangkali agar nona Ci tidak banyak bertanya kepadanya. Ci Giok Hian sangat cerdas pada saat menyaksikan sikap nona Han. dia langsung sadar dan tidak banyak bertanya lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat tahun yang lalu antara Kok Siauw Hong dan Ci Giok Hian telah saling jatuh cinta, tetapi letika itu nona Ci tidak mengetahui kalau Han Pwee Fng tunangan Kok Siauw Hong. Setelah bertemu dengan Kok Siauw Hong dia menanyakannya pada pemuda itu. Kok Siauw Hong dengan jujur mengaku, bahwa Han Pwe Eng memang tunangannya sejak kecil. Hal itu membuat nona Ci jadi bingung. Ditambah lagi nona Han pun tidak mau berterus-terang. Nona Ci tidak mengetahui kalau

nona Han dilarang berterus-terang oleh ayahnya. Ketika itu Han Tay Hiong menganggap tidak perlu, karena dia tahu ibu Kok Siauw Hong kekasih ayah Ci Giok Hian. Han Tay Hiong tidak mengira kalau kejadian itu akan terulang lagi pada putera keluarga Kok ini. Sesudah melihat lukisan itu nona Ci tidak bisa berpikir lama-lama. Dia harus mengambil keputusan ikut atau tidak dengan kedua nona itu? Dia kenal lukisan itu kesukaan nona Han, jadi dia yakin kedua nona itu tidak berbohong Sekalipun ada bahaya tapi karena nona Ci memang ingin mengetahui keberadaan nona Han itu, maka dia segera mengambil keputusan. Sesudah dia kembalikan lukisan itu lalu dia berkata dengan manis. "Malam-malam begini kalian mengundangku, jika aku tolak aku jadi tidak enak!" kata nona Ci. Kelihatan kedua nona itu girang. "Terima kasih atas kebaikanAnda. Mari ikut kami! Jika di tengah jalan ada yang bertanya, biar kami yang mewakili Anda menjawabnya!" kata Tik Bwee. Kedua nona itu mengajak nona Ci naik ke atas gunung. Dia tertegun sejenak. Dia tahu mungkin ada bahaya, tapi dia sudah mengambil keputusan. "Tempat tinggal kalian itu ada di mana? Masih jauhkan dari sini?" tanya Ci Giok Hian "Tidak! Di atas gunung ini!" jawab Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dulu pada saat Ci Giok Hian bertamu dan dia tinggal di rumah nona Han, mereka sering naik ke atas gunung, tapi mereka tidak melihat ada rumah di sana. Sekarang nona itu bilang rumah mereka ada di atas sana, mengherankan sekali? "Oh, kalian baru pindah ke tempat ini?" kata nona Ci. "Ketika aku lahir 17 tahun yang lalu, majikanku sudah tinggal di tempat ini jawab Tik Bwee. Nona Ci keheranan, tapi dia tidak banyak berpikir lagi. Akhirnya mereka tiba di depan air terjun. Sekarang sudah tidak ada jalan lagi, nona Ci termangu di tempatnya sejenak. Saat itu Tik Bwee memberinya sebuah topi rumput Nona Ci tercengang. "Untuk apa topi rumput ini?" tanya nona Ci. "Kita akan menerobos ke dalam air terjun itu," jawab Tik Bwe. "Jika memakai topi ini, pakaianmu tidak akan basah!" Mata nona Ci terbelalak, tapi dia tidak mau banyak bertanya karena kedua nona itu sudah mengenakan topi mereka. Dia juga mengikutinya. Dengan memakai jurus Yancucoan-lian (Burung walet menembus tirai), Tik Bwee

menerjang ke arah air terjun. Tik Kek segera menyusul dengan gerakan yang sama. Nona Ci berpikir, "Biar aku juga ikut!" Dia menerjang ke arah air terjun itu dan di balik air terjun itu terdapat pintu goa. Tik Kek membuka topi rumputnya dan meletakannya di suatu tempat, dia tersenyum ke arah nona Ci. "Gin-kangmu tinggi dan pakaianmu tidak basah, kami kagum pada Anda!" kata Tik Kek. Nona Ci tersenyum diajuga membuka topi rumputnya dan meletakannya seperti kedua nona itu. Saat dia menoleh samar-sama dia melihat sebuah bangunan rumah jauh di atas sana

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo cepat, kita harus segera pergi. Jangan sampai terlihat oleh orang di rumah batu itu!" kata Tik Bwee. Semula nona Ci mengira itu rumah yang akan mereka tuju. Tapi setelah mendengar ucapan Tik Bwee, rupanya di rumah itu ada orang lain, bukan rumah yang dimaksud. "Mengapa dulu Han Pwee Eng tidak pernah bilang di sini ada rumah? Apa dia juga tidak mengetahuinya?" pikir nonaCi. Saat kedua nona itu melesat ke tempat lain, nona Ci pun mengikutinya. Tak lama mereka sudah sampai di suatu tempat. "Aaah! Untung orang-orang di rumah batu itu tidak keluar," kata Tik Bwee sambil menghela napas. "Siapa yang ada di rumah batu itu? Apakah mereka musuh majikanmu?" tanya nona Ci. "Belum lama ini telah datang dua orang yang sudah tua bangka, yang satu bernama See-bun Souw Ya, dan yang satunya bernama Chu Kiu Sek! Mereka berdua memiliki ilmu racun dan keduanya sangat kejam! Aku takut pada mereka, tapi adikku ini malah tidak!" kata Tik Bwee. Nona Ci kaget bukan kepalang ketika dua nama itu disebutsebut oleh Tik Bwee. "Kiranya musuh keluarga Han ada di tempat ini! Chu Kiu Sek pernah bertarung denganku, jadi aku tidak boleh terlihat olehnya," pikir nona Ci. Alis nona Ci berkerut. "Kenapa kau takut pada mereka?" tanya nona Ci. "Sekalipun mereka itu garang, tapi mereka takut pada majikan kami," kata Tik Kek mewakili kakaknya. "Sebenarnya aku tidak begitu takut, tapi aku tidak ingin membuat masalah saja," kata Tik Bwee menimpali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian kedua nona itu mengajak Ci Giok Hian menuju ke sebuah sungai. Di tepi sungai itu tampak sebuah perahu kecil, dua nona itu lalu naik ke atas perahu itu. "Ayo Nona Ci, kami akan mengantarkanmu ke sana!" kata Tik Bwee sambil menunjukkan jarinya. NonaCi melompat ke perahu kecil itu. Sesudah itu Tik Bwee segera mengayuhnya, tidak lama kemudian perahu itu sudah meluncur di atas sungai. Ci Giok Hian mengawasi panorama yang indah. Dia kagum pada Tik Bwee, karenaperahu itu dikayuh dengan melawan arus. Tak lama kemudian mereka sudah sampai di suatu tempat. "Pelayannya saja begini hebat, apalagi majikannya? Pasti dia seorang dari Bu-lim Cian-pwee pikir nona Han. Kemudian mereka turun dari perahu itu dan nona Ci mengikuti kedua nona itu turun dari perahu. Mereka berjalan menuju ke sebuah rumah bambu. Melihat rumah bambu itu mata Ci Giok Hian terbelalak. Semula dia mengira majikan kedua nona itu orang kaya-raya. Ternyata dia tinggal di sebuah rumah bambu yang sangat sederhana. Saat masuk nona Ci kaget lagi, karena isi rumah itu ternyata indah dan menyenangkan. Apalagi saat itu terdengar suara kecapi yang merdu sekali. Dari balik tirai bambu tampak sesosok tubuh wanita. Dan wanita itulahyang sedang menabuh kecapi itu... . -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 21

Setelah suara Kim (kecapi Tionghoa) yang merdu mendayu itu berhenti ditabuh, saat itu Ci Giok Hian mencium aroma harum dupa wangi. Dia tersentak dan mengawasi ke arah orang yang sedang main kecapi itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pada malam yang dihiasi bulan purnama serta terciumnya aroma harum dupa, ditambah dengan alunan suara kecapi yang merdu, semua itu merupakan suasana yang damai dan tentram. Tidak kusangka lo-cian-pwee ini seorang peminat kesenian yang tinggi?" pikir nona Ci. "Majikan kami sedang bermain kecapi, aku tidak berani mengganggu beliau, harap Nona menunggu di sini sebentar," kata Tik Bwee suaranya perlahan. Suara kecapi terus mengalun merdu. Ci Giok Hian mendengarkan dengan penuh perhatian, uyang dimainkan

ternyata lagu "Kuda Putih". Orang itu menunggang kuda putih ke mari, Kuda putih makan rumput di tempatku. Oh, sungguh menyenangkan, Kegembiraan itu terkenang hingga saat ini. Orang itu, pernah bercumbu-rayu denganku di sini. Kuda putih kembali ke dalam lembah, Mulutnya penuh dengan rumput hijau Oh orang itu tampan, kau jangan lupa pada janjimu! Berikan khabar padaku jangan menjauhiku. Saat mendengarkan suara kecapi itu Ci Giok Hian merasa gembira. Dia juga jadi geli. "Lagu ini cocok dengan perasaan seorang gadis yang berpisah dengan kekasihnya. Jika aku tidak melihat bayangan wanita itu, pasti aku tidak akan menduga kalau yang memainkan kecapi itu seorang wanita tua!" pikir Ci Giok Hian. Tak lama suara kecapi itu berubah nadanya jadi bernada sedih sekali. Siapapun yang mendengarnya akan terharu, begitu juga nona Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu apakah wanita tua ini hatinya pernah terluka? Ah, entah kapan dia akan berhenti bermain kecapi?" pikir nona Ci sambil mengawasi perempuan yang sedang bermain kecapi itu. Wanita yang main kecapi itu seolah tahu isi hati nona Ci. Tiba-tiba dia menghentikan permainan kercapinya. "Oh, ada tamu agung, kau sudah lama menunggu? Silakan masuk!" kata perempuan itu. Nona Ci menyingkap tirai bambu dan memandang ke arah wanita itu. Wanita itu berumur kira-kira limapuluh tahun dan dia sedang duduk dengan tenang sekali. Sekalipun usianya sudah lanjut namun, bekas kecantikannya masih membayang di wajahnya. "Ketika dia masih muda pasti dia seorang gadis yang cantik sekali," pikir nona Ci. Wanita itu mengawasi ke arah nona Ci sambil tersenyum manis. "Nona Ci, kau benar-benar cantik!" kata perempuan itu. "Nona Ci, sekalipun aku baru kali ini bertemu denganmu tapi aku sudah merasa menyukaimu! Kau tidak perlu sungkan, duduklah." Kemudian dia menoleh ke arah pelayannya. "Tik Bwee, kau jangan berdiri saja seperti patung, cepat sediakan teh untuk tamu kita!" dia memberi perintah.

Nona Ci tidak menyangka wanita tua ini begitu ramah kepadanya. Malah wanita itu memuji kecantikannya, tentu saja Ci Giok Hian senang sekali. "Terima kasih atas kebaikanmu, Cian-pwee. Bolehkah aku mengetahui nama besar Cian-pwee?" kata nona Ci dengan sopan. Wanita itu tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau jangan memanggilku cian-pwee, aku bermarga Seng, anak keempat belas. Kau boleh memanggilku Seng Cap-si Kouw (Bibi Keempatbelas)." kata tuan ramah dengan ramah sekali. "Biasanya hanya wanita yang tidak pernah menikah baru dia pantas dipanggil Kouw! pikir nona Ci. "Ketika dia masih muda pasti dia pernah putus cinta, dan terus hidup menyendiri di tempat ini. Dia tidak mau dipanggil cian-pwee, pasti dia tidak ingin disebut wanita tua. Aku tidak boleh memanggilnya nenek." Tak lama Tik Kek menyuguhkan teh wangi sambil meletakan lukisan yang tadi dia bawa untuk ditunjukkan kepada nona Ci, saat mereka mengundang tamunya ini untuk datang. Sesudah itu diamengundurkandiri. "Silakan diminum tehnya," kata wanita itu. "Terima kasih," kata nona Ci. "Cap-si Kouw sungguh luar biasa, aku kagum sekali padamu!" Seng Cap-si Kouw tersenyum. "Nona, kau pandai bicara," kata Seng Cap-si Kouw. Setelah berbincang sejenak, lalu nona Ci bertanya. "Pada tengah malam Cap-si Kouw mengundangku, sebenarnya ada petunjuk apa untukku?" kata nona Ci. Seng Cap-si Kouw menunjuk ke arah lukisan yang terletak di atas meja. "Mungkin Tik Bwee sudah menunjukan lukisan ini kepadamu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Justru aku ingin bertanya padamu dari mana Cap-si Kouw mendapatkan lukisan ini?" kata nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedang hati nona Ci bimbang sekali. "Pasti Nona Han tidak ada di tempat ini," pikir nona Ci. "Lukisan ini hadiah dari Han Tay Hiong kepadaku," kata wanita itu. Mendengar jawaban itu nona Ci tertegun sejenak, dia

berpikir. "Lukisan ini barang berharga milik keluarga Han dan merupakan bukti hubungan akrab antara keluarga Han dan keluarga Kok dari Yang-cou. Jika dia tidak bohong, pasti antara dia dan Han Tay Hiong ada hubungan yang sangat istimewa," pikir Ci Giok Hian yang juga keheranan. Melihat sikap nona Ci yang kelihatan ragu-ragu dan sangat bimbang, Cap-si Kouw lalu berkata, "Bukan hanya lukisan ini, bahkan semua lukisan yang ada di rumahnya, dihadiahkan kepadaku," kata Cap-si-kouw. "Jika kau berminat, aku bersedia menunjukkannya kepadamu!" "Hm! Dia tidak mengetahui kalau aku pernah melihat semua lukisan iru!"pikirnona Ci. Kemudian dia berkata pada wanita itu. "Wah, sungguh beruntung aku mana berani aku menolak!" kata nona Ci. "Nona, kau selain cantik juga pandai ilmu sastra dan seni lukis. Sungguh menyenangkan!" Dia angkat cawannya seraya berkata sambil tersenyum manis. "Tehnya sudah hampir dingin, mari minum, baru kita lihat lukisan-lukisan itu!" kata Cap-si Kouw. "Aku ini cuma orang biasa, tidak begitu mahir seni sastra maupun seni lukis." kata nona Ci sambil meneguh tehnyayangterasa agak pahit tapi harum sekali. "Teh ini sangat istimewa," memuji nona Ci tanpa sengaja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Secara khusus aku suruh Tik Bwee yang memetik daun teh ini," kata Seng Cap-si Kouw sambil tersenyum puas. "Tak heran kau memujinya. Bagaimana kalau kita minum secawan lagi?" "Teh istimewa harus diminum perlahan-lahan," kata nona Ci yang tahu cara minum teh, "bagaimana kalau kita lihat dulu lukisan baru kita minum lagi?" Wanita itu mengangguk. "Baiklah, setelah melihat kukisan baru kita minum lagi," kata Seng Cap-si Kouw. Dia mengajak nona Ci ke sebuah kamar yang segera dia buka pintunya. "Ini kamar lukisanku. Di sini terdapat lukisan-lukisan hadiah dari Han Tay Hiong," kata Cap-si Kouw. Tadi saat Tik Bwee mendengar majikannya akan memeriksa lukisan, dia sudah segera menyalakan lentera yang ada di kamar itu, tidak heran kalau kamar itu jadi terang-benderang bagaikan di siang hari pada saat mereka memasuki kamar itu.

Kamar itu cukup besar di semua dinding kamar tergantung lukisan-lukisan yang indah. Tapi nona Ci sudah melihat semua lukisan itu di kamar nona Han Pwee Eng dulu. "Apa kau tidak heran, mengapa Han Tay Hiong menghadiahkan semua lukisan yang berharga ini kepadaku" kata Seng Cap-si Kouw. Sebenarnya nona Ci pun heran namun dia bersikap seolah biasa-biasa saja. "Sebilah pedang pusaka dihadiahkan kepada seorang ksatria, kecantikan dimiliki oleh seorang wanita. Lukisan itu indah dan termasyur mudah didapat, tapi sulit mencari orang yang tahu isi hati orang lain. Menghadiahkan lukisan untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempererat persahabatan merupakan sesuatu yang wajar." kata Ci Giok Hian. Seng Cap-si Kouw tersenyum. "Nona, kau pandai sekali bicara!" kata Seng Cap-si Kouw memuji nonaCi. "Benar, aku dan Han Tay Hiong bisa dikatakan sahabat akrab. Tapi lukisan-lukisan ini dia hadiahkan kepadaku bukan demi mempererat persahabatan, tapi ada sebab yang lain. Nona Ci, kau ingin tahu sebabnya?" "Aku tidak berani meminta keterangan," kata Ci Giok Hian agak tersipu. "Aku tahu hubunganmu dengan Han Pwee Eng seperti kakak beradik, aku kira jika kau kuberitahu pun tidak masalah. Dia hadiahkan semua lukisan ini kepadaku karena dia tahu dirinya dalam bahaya!" kata Cap-si Kouw. Mendengar keterangan itu nona Ci terkejut bukan kepalang. "Tadi aku ke rumahnya," kata nona Ci. "Aku ke sana karena aku ingin tahu apa yang telah terjadi dengannya? Kini rumah itu telah terbakar dan banyak orang yang telah binasa. Apakah Cap-si Kouw sudah tahu tentang hal itu?" "Sudah, aku sudah tahu, itu sebabnya malam ini aku mengundangmu ke mari," kata Cap-si Kouw. Dia berhenti di depan sebuah lukisan pemandangan dan melanjutkan bicaranya. "Han Tay Hiong punya musuh besar yang sangat lihay, orang itu ingin membalas dendam. Tiga bulan yang lalu dia sudah tahu bahwa musuh besarnya akan datang membalas dendam. Dia sadar bahwa dia tidak akan mudah bisa selamat. Oleh sebab itu dia serahkan semua lukisannya kepadaku agar tidak jatuh ke tangan orang lain. Aku tidak akan menyerakahi lukisan-lukisan ini, aku hanya menolong menyimpannya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja.Kelak akan kukembalikan pada puterinya!" kata Cap-si Kouw. "Jika Paman Han sudah tahu musuh besarnya akan datang membalas dendam, kenapa dia tidak siaga?" kata nona Ci. "Setahuku dia mempunyai banyak sahabat pesilat tinggi. Capsi Kouw pun bisa membantu dia bukan ...." Ucapan nona Ci dipotong oleh suara tawa getir dari wanita tua itu. "Kau kira aku diam saja, terus-terang aku juga kenal pada musuh besar Han Tay Hiong, maka itu aku jadi tidak leluasa untuk membantu Han Tay Hiong. Ditambah lagi kepandaianku masih di bawah kepandaian musuh besarnya itu...." dia berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan lagi. "Han Tay Hiong keras kepala, pasti kau pernah mendengar hal itu!" kata Cap-si Kouw. "Dia tidak mau meminta bantuan, juga kepadaku. Dia tidak pernah mau bicara, apalagi pada orang lain. Memang benar banyak sahabatnya, tapi dari semua pesilat itu hanya beberapa orang saja yang sanggup menghadapi musuhnya itu. Misalnya Lauw Kan Lu, Hiang-cu markas cabang Kay-pang di Lok-yang ini! Bukan aku sombong, menghadapi dua pelayanku itu saja dia tidak akan sanggup menghadapinya. Bahaya sudah di depan mata, tapi Han Tay Hiong tidak mau memberitahu kawan-kawannya itu. Sampai akhirnya dia tertangkap oleh musuh besarnya. Dia serahkan semua lukisannya kepadaku dan hartanya kepada Lauw Kan Lu untuk dipakai oleh para pejuang. Pasti kau belum mengetahui hal itu, bukan?" "Hm! Legalah hatiku, kalau begitu Jen Thian Ngo itu penipu basar!" kata nona Ci. Mendengar kata-kata nona Ci wanita itu tertegun. "Jen Thian Ngo yang kau maksud itu paman Kok Siauw Hong?" kata Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," kata nona Ci senang bukan main, "apa Cap-si Kouw juga mengetahui tentang Kok Siauw Hong?" "Aku tahu," kata Cap-si Kouw. "Dia pendekar muda yang baru muncul di Dunia Persilatan, dia calon menantu Han Tay Hiong. Apa yang dikatakan Jen Thian Ngo kepadamu?" Nona Ci sebenarnya hanya berniat mencari tahu tentang Kok Siauw Hong, bukan mau mencari Han Pwee Eng. Dia ingin

menanyakan tentang pemuda itu, malah wanita itu bilang Kok Siauw Hong calon menantu Han Tay Hiong. Tak heran wajah nona ini jadi merah mendengar kata-kata Cap-si Kouw itu. "Dia sahabat Han Tay Hiong, pasti dia akan membela nona Han Pwee Eng, aku tidak boleh menunjukan sikap tidak wajar di hadapannya," pikir nona Ci. Sesudah berpikir dia menjawab pertanyaan Cap-si Kouw. "Jen Thian Ngo bilang bahwa Han Tay Hiong itu pengkhianat, katanya dia bersekongkol dengan bangsa Mongol!" kata nona Ci. Seng Cap-si Kouw tampak gusar sekali. "Dia bicara sembarangan saja, dialah yang penjahat besar, kau jangan perdulikan padanya!" kata Cap-si Kouw. "Ya,"jawab Ci Giok Hian. "Lalu bagaimana keadaan Nona Han sekarang? "Dia sudah pulang tapi sial dia tertangkap oleh musuh besar ayahnya. Aku baru mengetahuinya belum lama," kata wanita itu. Mendengar keterangan itu nona Ci kaget. "Dia sendirian?" "Benar, dia sendirian!" jawab Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kalau begitu Kok Siauw Hong tidak bersama Han Pwee Eng," pikir Ci Giok Hian. "Jen Thian Ngo benar-benar pembohong besar!" Saat nona Ci menengadah ternyata Cap-si Kouw sedang mengawasinya. Wajah nona Ci langsung merah. "Pwee Eng dan ayahnya dikurung di mana? Apakah Cap-si Kouw tahu tempat mereka dikurung?" kata nona Ci. "Di sana di rumah batu. Pemilik rumah batu itu musuh besar Han Tay Hiong," jawab Cap-si Kouw. "Hm! Jadi Chu Kiu Sek tinggal di sana?" kata Ci Giok Hian. "Benar, tapi kau cuma tahu musuh Han Tay Hiong itu cuma dia, tapi kau tidak tahu yang lainnya! Memang benar Chu Kiu Sek musuh besar Han Tay Hiong, tapi bukan musuh yang paling lihay," kata Cap-si Kouw. "Mereka pernah bertarung dengan Han Tay Hiong empat tahun yang lalu, dan Chu Kiu Sek terluka oleh serangan nona Han sehingga dia terpaksa kabur untuk mengobati lukanya. Baru kemarin Chu Kiu Sek datang ke daerah ini mencari Han Tay Hiong. Dia bertamu ke tempat pemilik rumah batu itu!" "Kalau begitu, siapa pemilik rumah batu itu?" tanya nona Ci. "Tiga puluh tahun yang lalu, di kalangan Kang-ouw muncul seorang pendekar wanita yang sangat cantik. Orang Kang-ouw

menyebut wanita cantik itu dengan sebutan Bu-lim-te-it-bi-jin (Wanita cantik nomor satu di Rimba Persilatan). Apa kau pernah mendengar nama itu?" kata Cap-si Kouw. Setelah berpikir sejenak nona Ci menyahut. "Bukankah dia yang dipanggil Soat Li Ang (Salju Merah) yang bernama Beng Cit Mo?" kata nona Ci. "Saat aku masih kecil aku pernah mendengar namanya dari Ibuku dan ibu susuku."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa mereka membicarakan tentang dia?" kata Cap-si Kouw. "Ibu susuku sedang membuatkan pakaian untuk Ibuku. Ketika Ibu mengenakan pakaian itu dia kelihatan senang sekali. Tapi setelah dia berkaca, tampak Ibu tidak segembira tadi. Entah apa sebabnya Ibu bersikap begitu? Ibuku lalu menyuruh memberikan pakaian itu kepada orang lain. Alasan Ibuku, dia tidak ingin ibu susuku meniru model pakaian orang lain! Kemudian ibu susuku bilang, jika Ibuku mengenakan pakaian itu, dia akan mirip dengan Soat Li Ang Beng Cit Nio, ibu susuku bilang wanita itu adalah Bu-lim-te-it-bi-jin. Aku yakin ibu susuku waktu hanya ingin menghibur Ibuku saja...." Mendadak Cap-si Kouw memotong kata-kata nona Ci. "Ibu susumu bukan cuma untuk menghibur ibumu!" kata Cap-si Kouw. "Anaknya pun begini cantik, pasti ibunya lebih cantik lagi! Nona Ci, aku kira kau lebih cantik dari Soat-li-ang Beng Cit Nio. Aku yakin ibumu sangat cantik juga!" Nona Ci menunduk dan melanjutkan bicaranya. "Ibu bilang kenapa dia harus dibandingkan dengan Soat-liang Beng Cit Nio? Ibu menyuruh agar ibu susuku segera membawa pakaian itu untuk diberikan kepada orang lain. Diam-diam hal itu aku tanyakan pada ibu susuku, seperti siapa Soat-li-ang itu? Kenapa Ibuku tidak menyukainya? Ibu susuku bilang Soat-li-ang Beng Cit Nio seorang wanita cantik dan berilmu tinggi, tapi mendadak dia menghilang dari Dunia Persilatan. Ada yang bilang dia telah meninggal dunia, itu sebabnya Ibuku tidak ingin dibandingkan dengannya." kata nona Ci. "Apa kau masih ingat kain dasar pakaian itu berwarna putih dan dihias bunga sulam berwarna merah itu?" "Benar," kata nona Ci sambil mengangguk. "Bagaimana Cap-si Kouw bisa mengetahuinya?"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu sebabnya dia bergelar Soat-li-ang Beng Cit Nio (Salju Merah)," kata Cap-si Kouw. "Dia senang mengenakan pakaian seperti itu. Tapi keterangan ibu susumu itu salah, sebab sampai sekarang dia masih hidup. Dialah pemilik rumah batu itu!" Nona Ci tersentak kaget. "Jadi dia juga musuh besar Paman Han?" "Benar," jawab Cap-si Kouw. "Dia sebenarnya adik misanku!" Baru nona Ci sadar. "Pantas dia bilang dia tidak leluasa untuk membantu Paman Han, ternyata mereka bersaudara!" pikir nona Ci. "Aku ingat pada sebuah pepatah yang berbunyi begini "Nasib wanita cantik selalu malang", aku kira pepatah itu memang ada benarnya," melanjutkan Cap-si Kouw. "Sekalipun adik misanku itu tidak pendek umur, namun hatinya telah mati ..." Nona Ci mendengarkan dengan penuh perhatian. "Saat masih muda, adik misanku ini pernah jatuh cmta kepada seseorang, tetapi pria itu tidak begitu menyukai dia. Malah pria itu sudah mempunyai isteri orang lain yang tidak secantik dia! Betapa geram dan marahnya adik-misanku pada pria itu. Sejak itu dia hidup menyendiri di atas gunung, dan tidak pernah muncul di kalangan Kang-ouw lagi!" kata Cap-si Kouw. Mendadak nona Ci ingat sesuatu. "Apakah lelaki yang dicintainya itu Paman Han?" kata Ci Giok Hian. "Kau benar," kata Cap-si Kouw. "Kemudian Beng Cit Nio berubah jadi aneh sekali. Malah dia bersumpah akan menangkap Han Tay Hiong, dan menyiksanya secara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perlahan-lahan. Padahal Han Tay Hiong masih punya dua musuh yang lain. Mereka bergabung dengan adik-misanku. Kemudian rumah Han Tay Hiong mereka musnahkan, dan mereka menangkap Han Tay Hiong. Dua musuh Han Tay Hiong itu adalah Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya. Dahi nona Ci berkerut. "Dia ingin menyiksa Paman Han, itu urusan dia," kata Ci Giok Hian. "Tapi mengapa dia begitu kejam dan membunuh semua pelayan yang ada di rumah Paman Han?" "Itu bukan adik-misanku yang melakukannya," kata Cap-si Kouw. "Lalu perbuatan siapa?" tanya nona Ci.

"Itu perbuatan See-bun Souw Ya!" kata Cap-si Kouw. "Siapa sebenarnya See-bun Souw Ya itu?" tanya nona Ci. "Dia penjahat besar yang tinggal di daerah Kwan-gwa," jawab Cap-si Kouw. "Dia belum lama muncul di kalangan Kang-ouw. Belasan tahun yang lalu, aku juga tidak tahu bagaimana caranya dia bisa memperoleh ilmu pukulan beracun peninggalan Kong-sun Khie. Dia berhasil menguasai ilmu Hua-hiat-to, ilmu milik keluarga Suang. Aku kira kepandaian See-bun Souw Ya masih di bawah kepadaian Chu Kiu Sek, tapi dia ingin menjadi Bu-lim-beng-cu (Ketua Dunia Persilatan). Untuk maksud itu orang pertama yang dia hadapi adalah Han Tay Hiong." Mendengar keterangan itu nona Ci kaget. "Jika demikian keadaan Han Tay Hiong dan Nona Han dalam bahaya?" kata nona Ci. "Karena ada adik-misanku, kedua Iblis Tua itu tidak berani mencelakai mereka!" kata Cap-si Kouw. "Aku yakin adik misanku tidak ingin membunuh Han Tay Hiong, tapi nona Han terseret ke tempat itu, dia akan mengalami siksaan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menghadapi Chu Kiu Sek saja sudah sulit bukan main," pikir nona Ci. "Ditambah lagi harus menghadapi Soat-li-ang yang kepandaianya lebih tinggi lagi. Di sana juga ada See-bun Souw Ya. Sekalipun dibantu oleh ketua Kay-pang, sulit rasanya untuk menyelamatkan Paman Han?" "Jadi harus bagaimana baiknya?" kata nona Ci bingung. "Aku dengar kau baik pada nona Han, dan dia calon isteri Kok Siauw Hong, apa kau masih ingin menyelamatkan dia?" kata Cap-si Kouw sambil mengawasi ke arah nona Ci. Wajah nona Ci berubah merah. Dia yakin Cap-si Kouw sudah tahu tentang masalah dia dengan nona Han. "Aku dengan Nona Han seperti kakak beradik, jika aku bisa menolongi dia, menempuh bahayapun aku tidak peduli. Tapi kepandaianku masih rendah, apa Cap-si Kouw bersedia membantuku?" kata nona Ci. Cap-si Kouw tersenyum mendengar jawaban itu. "Baiklah, aku tahu sekarang hatimu telah bulat. Semua gampang diurus," kata Cap-si Kouw. "Oh, terima kasih," kata nona Ci. "Hm! Kau salah mengerti mengenai maksudku," kata Cap-si Kouw. "Sejak pertama sudah aku katakan, aku tidak leluasa membantu menolongi Paman Hanmu itu. Selain ada adikmisanku, ditambah lagi ilmu silatkupun masih rendah!" Nona Ci tersentak kaget mendengar jawaban itu. "Tapi tadi kau bilang semua "gampang diurus"? Apa yang

gampang diurus itu?" kata nona Ci. "Kau wanita yang banyak akalnya, aku tahu itu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Aku? Oh. mana mungkin, coba kaujelaskan padaku?" kata nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Han Tay Hiong terluka sudah empat tahun yang lalu, dia agak lumpuh. Itu sudah kau ketahui, bukan?" kata Seng Capsi Kouw. Nona Ci mengangguk. "Karena luka Han Tay Hiong belum pulih, ditambah lagi dia juga terserang oleh pukulan Hua-hiat-to, maka dia bisa tertangkap oleh musuih-musuhnya. Jika Han Tay Hiong dalam keadaan sehat, bagaimana pun lihaynya mereka, aku yakin mereka bukan tandingan Han Tay Hiong yang lihay. Kau mengerti maksudku?" kata Cap-si Kouw. Nona Ci berpikir sejenak. "Kalau begitu kita harus menyembuhkan Han Tay Hiong lebih dulu?" kata nona Ci. "Kau benar, jika kau ingin menyelamatkan mereka, kau harus menyembuhkan Han Tay Hiong dulu. Tapi ingat! Ini harus kau lakukan tanpa sepengetahuan orang-orang yang ada di rumah batu itu!" kata Cap-si Kouw. "Maksudmu aku harus menolongi Paman Han dulu agar dia bisa lolos dari kamar tahanannya?" kata bona Ci. "Benar!" kata Cap-si kouw. Orang yang ada di rumah batu itu mengira Han Tay Hiong terluka parah. Aku yakin mereka menganggap Han Tay Hiong tidak mungkin bisa lolos atau meloloskan diri dari tangan mereka. Aku yakin mereka juga tidak akan menjaga dan mengawasinya dengan ketat. Setahuku yang menjaga Han Tay Hiong hanya murid See-bun Souw Ya saja. Dalam keadaan sakitpun Han Tay Hiong bisamengalahkan mereka dengan hanya sekali pukul. Tapi jika Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya bergabung, maka Han Tay Hiong pasti bisa dikalahkannya. Apalagi jika adik-misanku datang dan begabung dengan mereka, itu lebih celaka lagi! Aku kira tidak mungkin hal itu bisa kebetulan terjadi dan mereka bisa berkumpul bertiga. Pada saat yang paling tepat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk kabur adalah malam hari. Aku yakin itu akan berhasil..." kata Cap-si Kouw.

"Jika aku berhasil membawa kabur Paman Han, bagaimana aku bisa menyembuhkan lukanya?" kata nona Ci. "Aku dengar kau punya arak obat istimewa, kenapa kau masih bertanya padaku?" kata Cap-si Kouw. "Hm! Orang ini ternyata tahu banyak tentang sesuatu..." pikir nona Ci sambil tersenyum getir.. "Benar, arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu bisa menyembuhkan luka Paman Han. Aku membawa arak itu untuk Paman Han, tapi di tengah jalan arak itu telah dicuri orang. Sungguh memalukan sekali. Sayangnya aku juga tidak tahu asal-usul pencuri arakku itu?" kata nona Ci dengan sangat menyesal. "Tapi aku tahu, mereka sepasang muda-mudi, satu pria dan yang satunya seorang nona," kata Cap-si Kouw. "Pemuda itu bersenjata payung, mirip pemuda desa. Sedang si nona sangat cantik, kedua matanya jeli. Iya, kan?" "Kau benar, mereka yang mencuri arakku di penginapan itu. Tapi keduanya pemuda!" kata nona CI. "Kau salah lihat!" kata Cap-si Kouw. "Yang seorang lagi seorang nona yang menyamar dan berpakaian pria. Kau tertipu oleh mereka!" "Bagaimana kau bisa mengetahuinya begitu jelas?" kata nona Ci. "Mereka pun ingin ke rumah keluarga Han. Mereka tiba lebih dulu dari kalian, tapi ketahuan oleh Soat-li-ang Beng Cit Nio. Adik-misanku itu merebut arak itu," kata Cap-si Kouw. Nona Ci tercengang. "Mereka berdua juga ke rumah keluarga Han?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, adik-misanku sudah menyelidiki asal-usul mereka. Yang pria putera Kong-sun Khie, sedang si nonaputeri Kiong Cauw Bun atau majikan pulau Hek-hong-to. Tapi apa maksud mereka ke rumah Han Tay Hiong itu yang aku tak tahu." kata Cap-si Kouw. "Arak obat itu sekarang ada di tangan Soat-li-ang Beng Cit Nio, padahal dia musuh Han Tay Hiong, lalu bagaimana akal kita sekarang?" kata nona Ci. "Aku punya ide bagus dan bisa mengantarkan arak obat itu pada Han Tay Hiong. Akan tetapi, kau harus menempuh sedikit bahaya, bagaimana?" kata Cap-si Kouw. "Itu tidak masalah, asal Han Tay Hiong dan puterinya bisa selamat Tapi akal bagaimana?" kata nona Ci. Saat mereka sedang berunding, Tik Bwee muncul menemui Cap-si Kouw. "Siauw-ya (Tuan muda) datang!" kata Tik Bwee

Bersama Tik Bwee datang mengahdap seorang pemuda, usia pemuda itu sekitar 35 tahun, wajahnya kelihatan dekil, itu tandanya dia baru saja melakukan perjalanan yang jauh. "Kouw-kouw (Bibi)," kata pemuda itu pada Cap-si Kouw. "Ah, aku kira siapa?" kata Cap-si Kouw. "Kau sudah kembali, kok sampai begini malam kau baru pulang? Kebetulan aku sedang ada tamu, apa Tik Bwee tidak memberitahumu?" "Hamba ingin memberitahu Tuan-muda, bahwa majikan sedang ada urusan dengan tamunya dan aku mau minta agar Tuan-muda besok saja menemuimu," kata Tik Bwee. "Tapi Siauw-ya baru datang dari tempat yang jauh, pasti sangat rindu padamu. Jangan salahkan Siauw-ya, akulah yang lancang mengizinkannya dia masuk!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, di sepanjang jalan aku selalu ingat pada Kouwkouw, dan aku pikir tamu Kouw-kouw itu bukan orang luar, maka aku memaksa masuk. Nona ini adalah...." "Kau salah!" kata Cap-si Kouw. "Nona ini adalah Nona Ci Giok Hian. Dia baru aku kenal, tapi aku sudah merasa cocok dengannya." Pemuda itu tertawa. "Kalau begitu aku tidak begitu keliru," kata pemuda itu. "Nona, kau tidak merasa kesal karena aku mengganggu pembicaraan kalian berdua" "Jangan bilang begitu," kata nona Ci. "Malah akulah yang mengganggu kalian, sepantasnya akulah yang harus minta maaf kepadamu." "Nona kau tidak perlu sungkan, kita semua orang Rimba Persilatan, kita tidak pernah membedakan pria dan wanita dalam pergaulan. Duduklah aku akan memperkenalkan kalian berdua," kata Cap-si Kouw. Sikap pemuda itu sangat sopan. "Ini keponakanku, namanya Liong Sen, dia murid liat Pit Su-seng (Pelajar berpena besi), ketua Rimba Persilatan dari wilayah Kang-lam. Sudah lima tahun dia berguru dan tidak pernah pulang. Baru malam ini dia pulang dan kebetulan kalian bertemu di sini!" kata Cap-si Kouw. Nona Ci memang pernah mendengar nama Tiat-pit-su-seng Bun Ek Hoan. Ketika tahu pemuda itu muridnya dia jadi kagum sekali pada pemuda itu. "Nama gurumu pernah aku dengar," kata nona Ci. Seng Liong Sen tertawa. "Memang guruku yang terkenal, tapi aku belum apa-apa," kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan aku ingin membanggakan keponakanku, sekalipun masih ada kakak seperguruannya, tapi gurunya sangat sayang pada keponakanku ini," kata Cap-si Kouw. "Eh, Liong Sen, aku dengar gurumu telah memilih pengganti dia sebagai Ciangbunjin (Akhli waris ketua partai), benarkah begitu" "Oh, cepat sekali khabar itu sampai pada Kouw-kouw," kata Seng Liong Sen. "Memang benar begitu. Aku ingin menolak jabatan itu, tapi guruku sangat sayang kepadaku. Ia...." Sebelum habis kata-katanya, Cap-si Kouw sudah memotong. "Kau perlu rendah hati, tapi jangan keterlaluan hingga kelihatan jadi tidak wajar. Kau sudah diangkat jadi Ciang-bunjin, tapi kenapa kau masih punya waktu untuk datang ke mari?" kata bibinya. "Sudah lama aku tidak bertemu dengan Bibi, aku kangen sekali. Tapi Kouw-kouw masih kelihatan muda, lho!" kata sang keponakan sambil tersenyum. "Mulutmu sungguh manis, kau bilang kau rindu padaku, tapi selama lima tahun kau tidak pernah mengirim khabar pada Kouw-kouw," kata Cap-si Kouw. "Katakan terus-terang, apa maksudmu kali ini kau pulang?" "Bibi benar, coba Bibi terka apa maksudku?" kata Liong Sen. "Kau pandai memujiku, baik akan kuterka," kata Cap-si Kouw. "Kali ini kau pulang pasti karena masalah negara, bukan?" "Bibi benar, aku pulang karena aku dengar tentara Mongol sudah menyerang ke Tiong-goan! Kata Suhu ambisi tentara Monglol besar sekali, mereka ingin menduduki Tiong-goan! Selain ingin mengalahkan bangsa Kim. Juga ingin merebut Kerajaan Song. Sekalipun Kerajaan Kim dan kerajaan Song terpisah oleh sungai Tiang-kang, tapi rakyat tetap bersatu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku pulang karena diutus oleh Suhu untuk menemui Bu-Limbengcu bagian Utara maksudnya untuk melawan bangsa Mongol!" kata Liong Sen. "Pasti gurumu percaya padamu. Tapi mengapa kau masih punya waktu untuk pulang? Apa itu bukan berarti kau melalaikan tugas yang penting?" kata bibinya. "Aku baru dari Kim-kee-leng menemui Hong-lai-mo-li. Aku

ke sini hendak mencari Liok Pang-cu dari cabang Kay-pang Lok-yang. Tapi kemarin pintu kota tidak dibuka," kata Liong Sen. "Kenapa pintu kota tidak dibuka?" kata bibinya. "Aku dengar karena tentara Mongol sudah sampai di kota Hoan-sui, ditambah lagi pengungsi yang berdatangan ke Lokyang terlalu banyak. Pejabat setempat takut mereka akan kekurangan makanan, lalu dia melarang para pengungsi masuk ke dalam kota. Kebetulan aku bertemu dengan seorang anggota Kay-pang, kata dia, Liok Pang-cu sudah tidak ada di Lok-yang dia sedang ada urusan penting. Katanya dua hari lagi dia sudah akan pulang. Aku dengar tentara Mongol berhenti dulu di kota Hoan-sui dan belum ada tanda-tandanya mereka akan menyerang ke arah Selatan. Aku dengar Hiangcu Partai Pengemis berunding dengan pejabat kota dan terpaksa mereka mengizinkan para pengungsi memasuki kota. Maka aku menyempatkan diri datang menemui Bibi." "Oh, keadaan jadi semakin gawat saja, sudah lama aku hidup menyendiri. Urusan negara aku sudah tidak peduli dan masabodoh. Aku pikir asal mereka tidak mengacau ke mari, sudahlah," kata Cap-si Kouw. Dia menoleh ke arah keponakannya. "Sudah lima tahun kau belajar, pasti kung-fumu sekarang sudah tinggi sekali. Bagaimana pelajaran pedang dariku?" kata sang bibi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kata Suhu ilmu pedang Kouw-kouw hebat sekali," kata keponakannya. "Mana boleh dia bilang begitu, ilmu pit besi gurumu sangat terkenal," kata bibinya. "Aku kira Suhuku lihay sekali dalam hal ilmu totok jalan darah dan tanpa tanding, tapi dalam hal ilmu pedang dia tidak akan mampu menyamai ilmu pedang Kouw-kouw," kata Seng Liong Sen. "Oleh karena itu aku tetap memakai pedang, tidak menggunakan pit besi!" Pit nama alat tulis bangsa Tionghoa, dan ditemukan pada zaman Kaisar Cin Sie Ong berluasa, ditemukan oleh salah seorang jenderalnya yang diperintahkan mengawasi pembangunan Ban-li-tiang-shia (Tembok Besar), namun pit yang dimaksud di sini pit yang terbuat dari besi dan bisa digunakan untuk menotok jalan darah lawan. Nona Ci sedang mendengarkan pembicaraan mereka dengan penuh perhatian. Maka tanpa sadar nona Ci menyela ikut bicara. "Gurumu hebat, dengan pit besi dia bisa dia gunakan seperti sebilah pedang!" kata nona Ci.

"Kata Guruku, senjata apapun harus bisa kita gunakan, jangan terpaku hanya dari satu senjata saja," kata Liong Sen. "Selamat, selamat," kata Cap-si Kouw sambil tertawa. "Mengapa Kouw-kouw memberi selamat padaku?" kata Seng Liong Sen. "Kau masih muda, tapi kau sangat berbakat dan cerdas sehingga kau bisa menggabungkan ilmu pit gurumu dengan ilmu pedang keluarga kita," kata Cap-si Kouw. "Jelas kau akan mampu menciptakan jurus-jurus baru, iyakan?" "Ah, Kouw-kouw terlalu memujiku. Mana mungkin aku bisa menciptakan jurus baru. Ucapan Bibi ini hanya akan jadi buah tertawaan saja!" kata Seng Liong Sen yang wajahnya pun merah karena malu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, bagaimana kau ini? Tadi kau bilang Nona Ci bukan orang luar?" kata bibinya sambil tersenyum. Ucapan Cap-si Kouw itu membuat nona Ci heran dan jadi tertegun. "Eh, apa maksud dia berkata begitu?" pikir nona Ci, "padahal dia sudah tahu hubunganku dengan Kok Siauw Hong, ah tidak pantas dia bergurau membawa-bawa namaku?" Seng Liong Sen jadi tidak enak hati, lalu dia alihkan pembicaraannya. "Bi, aku ingin minta pentunjuk pada Bibi," kata Liong Sen. "Tentang apa?" tanya bibinya. "Tentang sebuah jurus pedang," jawab si anak muda. "Jika kita bertemu dengan pesilat tinggi yang menggunakan Kimkongciang (Pukulan Arhat dan dia menyerangku dengan jurus Lian-pek-sam-koan (Pukulan beruntun tiga kali berturut-turut). Menurut Bibi bagaimana menghadapinya? Ketika itu aku pikir aku akan menggunakan jurus Tiang-ho-Iok-jit (Matahari tenggelam dalam sungai), salah satu jurus ilmu pedang, lalu aku gabung dengan Tit-ci-thian-lam (Menunjuk ke arah langit selatan), ilmu pit guruku. Tetapi guruku bilang melawan musuh dengan cara demikian kurang tepat! Suhu bilang bicara soal ilmu pedang, ilmu pedang keluarga Ci dari Pek-hoa-koklah yang paling lincah dan gesit. Jurus Yu-hong-hi-tiap (Kumbang terbang mempermainkan kupu-kupu) milik keluarga Ci cocok digabung dengan jurus ciptaanku itu!" "Nona Ci ahli warisnya, kenapa kau tidak minta diajari padanya?" kata sang bibi. Wajah Ci Giok Hian berubah merah. "Cap-si Kouw bergurau, aku belum mahir ilmu pedang itu, mana pantas aku memberi petunjuk pada Seng Siauw-hiap?"

kata nona Ci agak tersipu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dalam sepuluh langkah pasti terdapat rumput yang hijau, dari tiga orang yang berjalan bersama, pasti ada guru yang pandai! Aku mohon Nona Ci bersedia memberi sedikit petunjuk," kata Seng Liong Sen Kelihatan pemuda itu bersungguh-sungguh. "Dia benar, sesama kaum Rimba Persilatan yang sehaluan, jika saling memberi petunjuk, aku kira tidak masalah," kata Cap-si Kouw sambil tersenyum. "Jika permintaannya aku tolak, aku takut Cap-si Kouw akan kehilangan muka," pikir nona Ci. Tiba-tiba wanita tua itu berpaling pada Seng Liong Sen. "Kau sudah ke tempat Paiuw-kouwmu atau belum?" tanya Cap-si Kouw. Piauw-kouw artinya bibi-misan. "Aku tidak punya waktu untuk menemuinya, Bi," kata Liong Sen. "Tadi saat aku lewat di depan rumahnya, aku bertemu seseorang. Mungkin mereka tamu bibi-misanku. Orang-orang itu tidak tahu sopan-santun. Begitu bertemu dengan dia, dia langsung menanyakan asal-usulku dan orang itu melarang aku lewat! Aku tidak tahu dia tamu bibi-misan, aku bertarung dengannya. Kugunakan jurus yang aku katakan pada Bibi tadi, tapi nyaris aku dikalahkannya. Untung salah seorang pelayan bibi-misan keluar. Dialah yang memberi penjelasan bahwa aku keponakan bibi-misanku. Baru dia minta maaf kepadaku." Seng Cap-si Kouw tersenyum. "Hm! Pantas kau sangat bernapsu minta petunjuk dari Nona Ci," kata Cap-si Kouw. "Apa orang yang bertarung denganmu itu pria tua berwajah merah?" "Benar," jawab anak muda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bernama See-bun Souw Ya. salah satu iblis tua. Kau bertarung dengannya tanpa terluka itu sudah kuar biasa. Selanjutnya kau jangan berurusan dengannya!" kata sang bibi. "Kenapa Piauw-kouw mengundang mereka ke rumahnya?" kata Seng Liong Sen heran sekali. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 22

Melihat keponakannya kebingungan, Cap-si Kouw tertawa. Kemudian dia memberi penjelasan kepada pemuda itu dengan

sabar. "Jika aku ceritakan semua, ceritanya panjang sekali," kata Cap-si Kouw. "Besok kau masih di sini, kan?" Ucapan bibinya itu langsung mendapat tanggapan dari pemuda ini. Dia memang cerdas, dan dia juga tahu apa maksud bibinya itu. "Ya, Bi. Aku lupa Bibi masih punya tamu, baik aku akan menunggu sampai Bibi menceritakannya kepadaku," kata Seng Liong Sen. "Kau kelihatan lelah sekali, sebaiknya kau istirahat saja dulu," kata bibinya. Cap-si Kouw mengawasi pemuda yang langsung mohon diri itu. Kemudian dia menoleh ke arah Ci Giok Hian sambil berkata. "Kau juga harus istirahat, Nona Ci. Besok kalau kau mau aku mau menemanimu jalan-jalan, boleh kan?" kata Seng Liong Sen pada Ci Giok Hian. "Mungkin besok kau tidak akan bertemu lagi dengannya," kata Cap-si Kouw sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu tertegun mendengar ucapan bibinya itu. "Jadi besok Nona Ci sudah akan pergi? Kalau begitu biar aku yang mengantarkanmu." kata pemuda itui. Nona Ci jadi bingung. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan pemuda itu yang terus mendesaknya. Tapi untung Cap-si Kouw menyela "Lain kali kalian masih punya kesempatan untuk bertemu lagi," kata Cap-si Kouw, "Nona Ci tidak ingin hubungannya dengan kita diketahui oleh tamu piauw-kouwmu itu, jadi kau tidak perlu mengantarkan dia." Pemuda itu tampak kecewa mendengar keterangan itu. "Kalau begitu mudah-mudahan kelak kita bisa bertemu lagi!" kata dia berharap. Setelah pemuda itu mengundurkan diri Cap-si Kouw segera menuang teh untuk nona Ci. "Tak terasa malam pun sudah larut, ayo minum tehnya dulu! Kelihatannya kau sudah mengantuk, ya?" kata Cap-si Kouw. "Tak begitu ngantuk," kata nona Ci. "Aku juga sudah terbiasa di rumah selalu tidur sudah larut malam." "Hm! Kedatangan Liong Sen telah memutuskan pembicaraan kita, oh ya tadi kita bicara sampai di mana?" kata wanita itu setelah meneguk tehnya. "Kau bilang kau punya ide dan bisa mengantarkan arak obat ke tangan Paman Han," jawab nona Ci.

"Ya, tapi ada syaratnya. Asal kau bersedia menempuh bahaya dan kau bersedia merendahkan diri," kata Seng Cap-si Kouw. "Sudah kubilang walau aku harus menempuh lautan api, aku bersedia," jawab nona Ci tanpa pikir panjang lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, kau harus mau seolah menjadi pelayanku," kata Cap-si Kouw. "Aku akan menyuruh pembantuku mengantarmu ke rumah batu itu." Kelihatan nona Ci jadi agak ragu-ragu. Melihat sikap nona itu Cap-si Kouw bicara lagi. "Aku tahu ide ini sangat keterlaluan," kata Cap Si Kouw. "Tidak! Tidak!" kata nona Ci. "Aku tidak merasa direndahkan. Malah aku girang jika bisa jadi pelayanmu. Namun.... kebetulan beberapa hari yang lalu, aku telah bertemu dengan Chu Kiu Sek. Padahal iblis tua itu ada di rumah batu itu. Apa dia tidak akan mengenaliku?" Cap-si Kouw manggut-manggut. "Oh begitu! Itu tidak jadi masalah, aku punya obat yang bisa mengubah wajahmu. Setelah kau memakainya kau pun tidak akan mengenali dirimu sendiri," kata Cap-si Kouw. "Baik, semua terserah pada Cap-si Kouw saja!" jawab nona Ci heran dan kagum. "Ceritanya begini,"kata Cap-si Kouw. "Beberapa tahun yang lalu Soat-li-ang Beng Cit Nio meminta kepadaku agar aku mencarikan seorang nona pelayan yang mengerti sastra dan seni lukis. Dia bilang untuk menemaninya. Aku yakin kau mampu mengerjakan semua itu! Aku kira arak obat yang dirampas oleh Soat-li-ang itu akan dia simpan, aku yakin tidak akan dia buang." "Ya, kau benar," kata nona Ci. "Jika akan dia buang arak itu mengapa dia harus bersusah-payah merebutnya dari kami, saat itu dengan mudah dia bisa menghancurkan guci arak itu! Aku heran, kenapa dia merebut arak obat itu?" "Kau belum mengerti semua maksudnya, mengapa aku menyuruhmu untuk mencuri arak itu, kan? Aku yakin Soat-liang mencuri arak itu karena dia tahu arak itu akan diberikan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Han Tay Hiong." kata Cap-si Kouw. "Apa kau takut menempuh bahaya jika kau ke sana?" "Bukan aku takut menempuh bahaya," kata nona Ci, "harap

kau tidak salah mengerti." "Aku tahu hal itu," kata Cap-si Kouw. "Maka itu kumanfaatkan kau untuk menjalankan ideku itu!" "Tolong Cap-si Kouw jelaskan!" kata nona Ci. "Saat ini Han Tay Hiong dikurung di rumah batu," kata Cap-si Kouw. "Karena cintanya hingga dia jadi benci kepada Han Tay Hiong. Tapi dia tidak ingin Han Tay Hiong mati, malah dia berharap Han Tay Hiong mau tunduk kepadanya...." Nona Ci mendengarkan dengan penuh perhatian. "Aku rasa kau sudah tahu sifat Han Tay Hiong, bukan? Dia pria yang keras kepala. Dia merasa terhina karena tertangkap hidup oleh Soat-li-ang, jangankan dia mau tunduk, apalagi jika Soat-li-ang menyuruh dia minum arak obat itu. Tanpa syaratpun aku yakin dia akan menolaknya!" kata Cap-si Kouw. Nona Ci sadar setelah mendengar penjelasan itu. "Oh, jadi Cap-si Kouw bukan hanya agar aku mencuri arak obat itu, tapi juga dia ingin agar aku bisa membujuk Paman Han supaya mau minum arak itu?" pikir nona Ci. "Jika kau jadi pelayan adik-misanku, atas dasar kecerdasanmu itu aku yakin kau bisa membujuk adik-misanku, dan kau bisa mencuri arak obat itu!" kata Cap-si Kouw. "Kau benar, membujuk Paman Han minum arak itu aku rasa lebih sulit dibandingkan mencurinya," katanona Ci. "Untung hubunganmu dengan puteri Han Tay Hiong sangat baik. Aku yakin dia tidak akan mencurigaimu Dia pria keras kepala dan tidak mau menerima budi baik dari musuhnya. Setelah kau mencuri arak obat itu, kau jelaskan kepadanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan bujuk dia agar dia mau meminumnya. Aku yakin itu tidak terlalu sulit!" kata Cap-si Kouw. "Hm! Aku malah tidak tahu apakah ayah dan anaknya itu membenciku atau tidak? Tapi tidak ada salahnya cara ini akan aku coba," pikir nona Ci. Setelah itu dia berkata lagi. "Aku bersedia menempuh bahaya itu, tapi Paman Han bukan hanya terluka oleh Sui-lo-im-sat-kang, tapi dia juga terluka oleh Hua-hiat-to..." kata nona Ci. "Luka pukulan ilmu Hua-hiat-to memang ganas, tapi lebih mudah diobati," kata Cap-si Kouw. "Aku punya sebungkus obat untuk luka itu. Han Tay Hiong memiliki lweee-kang yang tinggi, aku yakin dia bisa segera sembuh dengan cepat. Sebaiknya obat itu dicampur dengan arak obat itu!" "Ide yang bagus, mudah-mudahan aku tidak mengecewakanmu," kata nona Ci. "Semoga kau berhasil, sekarang tidurlah," kata Seng Cap-si

Kouw sambil tersenyum. Setelah Seng Cap-si Kouwe bertepuk tangan maka muncullah Tik Bwee menemui mereka. "Ajak Nona Ci ke kamarnya!" kata Cap-si Kouw. Kamar tidur tamu itu cukup bersih sekalipun sangat sederhana. Semua perabot di kamar itu terbuat dari bambu, di meja bambu terdapat pendupaan yang terpasang apinya dan asapnya menebarkan aroma harum di ruangan itu. Sampai di kamar itu Tik Bwee menunjuk ke sebuah botol hijau. "Itu obat kulit untukmu, sebelum kau tidur sebaiknya kau pakai dulu," kata Tik Bwee. Nona Ci manggut, lalu berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kak Bwee, apa kau yang akan mengantar aku ke sana?" kata nona Ci. "Aku tidak tahu, majikan belum memberi perintah. Entah aku atau Tik Kek yang akan mengantarkan Nona Ci ke sana." jawab Tik Bwee. Nona Ci tersenyum. "Beng Cit Nio meminta pada majikanmu agar kau melayani dia di sana, kan?" kata Nona Ci. "Dari mana kau tahu tentang itu. Nona Ci?" kata Tik Bwee agak terkejut. "Dari nada bicaramu! Aku tidak tahu atau tidak, tapi aku menduga kau pernah menolak permintaannya, ya kan?" kata nona Ci Giok Hian sambil tersenyum manis. "Kau cerdas sekali, Nona," kata Tik Bwee. "Benar aku tidak mau berkerja di sana. Ditambah lagi majikanku tidak sampai hati melepaskan aku ke sana." "Oh, jadi begitu?" kata nona Ci. Tik Bwee membereskan tempat tidur bambu untuk nona Ci. "Ini tempat tidurmu, aku harap kau tidak merasa kecewa. Oh ya, di ranjang ada pakaian tidurmu. Tapi aku mohon maaf, aku tidak bisa melayanimu," kata Tik Bwee. "Terima kasih atas perhatianmu," kata nona Ci. "Kau cerdas dan cantik, orang yang melihatmu pasti menyukaimu!" "Kau terlalu memujiku, Nona Ci. Terima kasih aku tidak pantas menerimanya," kata Tik Bwee sambil tersenyum manis. Kemudian pelayan itu pamit. Setelah Tik Bwee pergi nona Ci mengawasi pendupaan sambil termenung. Dia sedang memikirkan kehidupan manusia yang sulit diduga Contohnya Han Tay Hiong, dia berilmu tinggi dan gagah. Malah rumahnya habis terbakar, pelayannya semua binasa. Pertemuan dia dengan Cap-si Kouw pun sungguh di luar dugaan sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cap-si Kouw berhati lembut dan hangat. Sungguh sulit dicari orang seperti dia?" pikir nona Ci. "Tadi saat dia bicara dengan Seng Liong Sen, dia bicara dengan maksud tertentu, itu membuat aku jadi serba salah." Begitu nona Ci melamun. Kemudian dia berpikir lagi. "Dia sahabat Han Tay Hiong, dia tahu hubunganku dengan Kok Siauw Hong. Aku kira wajar kalau dia agak keberatan aku merebut kekasih puteri sahabatnya itu! Jika ditilik dari sudut orang-orang tua, jelas aku yang bersalah! Mungkin dia pikir untuk memecahkan masalah kami itu, maka dia mencoba mencarikan pemuda lain sebagai pengganti calon menantu Han Tay Hiong itu. Hm! Tapi kau tidak mengetahui cintaku pada Kok Siauw Hong sudah dalam sekali. Sekalipun keponakanmu itu lebih baik dari Kok Siauw Hong, hatiku tidak akan berubah!" begitu Ci Giok Hian berpikir. Setelah menghela napas panjang nona Ci kembali melamun. "Aku tidak peduli semua itu, tapi aku khawatir Han Pwee Eng mencurigaiku? Ah, biar aku tetap akan mencobanya." pikir nona Ci. Dia memandang ke arah jendela, dia lihat rembulan sudah hampir tenggelam. Itu tandanya hari sudah lewat tengah malam. Buru-buru dia olesi wajahnya dengan obat yang ada di botol hijau itu. Dia berganti pakaian dan naik ke pembaringam. Tapi dia tidak bisa tidur sampai akhirnya fajar pun menyingsing. Tik Bwee masuk ke kamar itu. "Selamat pagi!" kata Tik Bwee. "Pagi," jawab nona Ci. Tik Bwee tersenyum "Pagi sekali kau sudah bangun, aku kira kau masih tidur? Tadi majikanku bilang, akulah yang harus mengantarkanmu, Nona Ci!" kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian tersenyum, dia tahu apa maksud Tik Bwee. Dialah yang akan mengantarkan nona Ci ke rumah batu untuk menemui Soat-li-ang Beng Cit Nio. Nona Ci tahu tugas itu tidak disukai oleh nona Tik ini. Maka itu dia langsung berkata dengan manis. "Semalaman aku telah menyusahkanmu, pagi ini kau juga yang bertugas untuk mengantarkan aku. Sungguh aku tidak

enak hati dan jadi merepotkanmu. Aku tahu kau tidak menyukai tugas ini," kata nona Ci. Tik Bwe tersenyum. "Nona Ci kau baik sekali dan kau tidak menganggap aku ini seorang pelayan, tapi kau anggap aku seperti sahabatmu. Sekalipun aku tidak suka pada Soat-li-ang, tapi aku senang bersahabat denganmu. Kau jangan sungkan, biar aku yang menyisiri rambutmu!" kata Tik Bwee. "Kau sangat pandai bicara," kata nona Ci sambil tersenyum. "Tapi aku tidak mau merepotkanmu." Diamembuka lemari dan mengeluarkan sebuah cermin terbuat dari tembaga mengkilap, lalu dia sodorkan ke hadapan nona Ci. "Nona Ci lebih baik aku yang mendadanimu, sekalipun aku tidak suka pada Soat-li-ang, tapi aku gadis yang disukainya," kata Tik Bwee. Ci Giok Hian sadar pasti Tik Bwee mendapat perintah dari Cap-si Kouw agar merias dirinya Saat dia melihat ke kaca tembaga, mata Ci Kok Hian langsung terbelalak. Sekarang wajahnya telah berubah dan tampak pucat-pasi, sekalipun tetap cantik. Tapi sekarang dia jadi tidak mengenali wajahnya sendiri. "Obat itu luar biasa sekali!" kata nona Ci. "Sekarang aku tidak takut sekalipun aku harus bertemu dengan Chu Kiu Sek!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona, sekarang kau sudah harus menyamar jadi puteri seorang sastrawan miskin dari sebuah desa. Katakan karena keluargamu miskin, maka kau telah dijual dan kau harus ingat cerita ini!" kata Tik Bwee memberi petunjuk. "Hm! Sekarang aku dia hias menjadi seorang gadis yang lemah-lembut, mana orang mengira aku gadis Rimba Persilatan?" pikir nona Ci. Tik Bwee mengambil seperangkat pakaian dan nona Ci segera mengenakannya. Nona Ci sekarang kelihatan seperti gadis miskin yang kurus. Tik Bwee tersenyum. "Nah, sekarang sudah beres! Tapi pakaian itu sungguh merendahkan derajatmu, Nona Ci," kata Ti Bwee. Tik Bwee mengajak nona Ci ke ruang tamu. Di sana majikannya sudah duduk menantikan kedatangan mereka. Begitu Cap-si Kouw melihat nona Ci muncul, Cap-si Kouw tersenyum. "Kau mirip seorang gadis dari keluarga miskin, melihatmu aku jadi iba sekali," kata Cap-si Kouw. "Nona Ci, apa Tik Bwee sudah memberitahu asal-usul samaranmu?" Nona Han tersenyum.

"Sudah, aku akan mengarang cerita entah Soat-li-ang akan mengetahuinya atau tidak?" kata nona Ci. Adik-misanku itu akhli silat, sangat sulit mengelabui dia! Tapi jika kau mengaku hanya mengerti sedikit ilmu silat, aku pikir kau bisa menyusup ke sana dengan leluasa. Dan kau harus bilang bahwa kau bisa silat karena aku yang mengajarimu!" kata Cap-si kouw. Kemudian Cap-si Kouw mengajari beberapa jurus silat pedangnya. Setelah itu dia berkata pada Ti Bwee. "Begitu kau bertemu dengan piauw-kouwku, pasti dia akan menanyakan tentang aku!" kata Cap-si kouw. "Katakan saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan jujur, bahwa aku kurang senang pada kedua tamunya itu. Setelah kedua tamunya itu pergi, baru aku akan menemuinya!" "Baik, memang dia j uga sudah tahu kita sangat benci pada tamunya itu!" jawab Tik Bwee. "Apa Liong Sen sudah bangun?" kata Cap-si Kouw. "Belum, dia masih tidur," jawab Tik Bwee. "Baiklah, kalian boleh pergi sekarang juga," kata Cap-si Kouw. "Sekembali kau mengantarkan Nona Ci, baru kau bangunkan dia!" Nona Ci cerdas, malam itu Cap-si Kouw memuji-muji keponakannya itu, dari nada suaranya dia ingin menjodohkan keponakannya itu dengan dia. Nona Ci jadi agak kurang senang. Tapi terhadap pemuda itu nona Ci terkesan baik. Mendengar pemuda itu belum bangun dia jadi berpikir. "Orang yang melakukan perjalanan jauh siang dan malam, pasti lelah sekali dan dia akan tertidur lelap," pikir nona Ci. "Tapi bagi dia yang seorang pesilat tinggi, tidak akan tidur selelap itu! Dia tidak muncul untuk pamit padaku, apa karena dia takut pada bibinya, atau dia lupa pada ucapan bibinya? Bibinya melarang Seng Liong Sen mengantarkan dia, itu bisa dimengerti karena sangat berbahaya. Sekarang dia telah menyamar seperti pelayan, mana boleh dia mengantarkan seorang pelayan? Bagaimana kalau hal itu terlihat oleh orangorang di rumah batu itu? Itu pasti akan menimbulkan rasa curiga mereka. Tapi kalau dia mau pamit padaku, kan boleh juga? Apa Cap-si Kouw melarangnya?" Nona Ci ini cerdas dan cermat. Dia tidak kecewa pemuda itu tidak pamit kepadanya, tapi dia pikir hal itu agak ganjil. "Jika Cap-si Kouw ingin jadi Mak Comblang, mengapa dia tidak memberi kesempatan agar pemuda itu bisa dekat denganku? Aku memang tidak akan menemuinya, peduli amat! Kenapa aku harus memikirkan dia? Sekarang aku harus berpikir bagaimana aku bisa menolong Han Tay Hiong dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng? Sesudah bertemu dengan Pwee Eng aku akan berusaha menghilangkan ganjalan di hatinya!" pikir nona Ci. Saat berjalan sambil melamun tanpa terasa Ci Giok Hian dan Tik Bwee sudah sampai ke dekat rumah batu itu. Tiba-tiba dia mendengar suara menderu-deru hingga nona Ci tersentak kaget. Saat dia menengadah sekarang mereka sudah berada di dekat air terjun. Samar-samar rumah batu itu sudah mulai kelihatan. "Nona, hari ini aku mengantarkanmu, besok aku akan mengantarkan Siauw-ya! Bagaimana menurutmu Siauw-ya kami itu?" kata Tik Bwee sambil tersenyum. Pertanyaan yang sangat tiba-tiba itu membuat nona Ci jadi gugup dan tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Pelayan itu tertawa. "Bukankah semalam majikanku telah memberitahu tentang Siauw-ya padamu? Kau suka tidak padanya?" kata Tik Bwee. 'Eh, apa Ca-si Kouw menyuruh dia menyelidiki aku?" pikir nona Ci. " Atau hanya dia yang usil?" "Dia masih muda, tapi sudah jadi murid pilihan Kang-lam Beng-cu, aku kagum padanya! Tapi itu tidak berarti aku suka, lho!" kata nona Ci. "Dia sudah menganggapmu kawan akrabnya, malah dia sangat rindu padamu. Semalam dia berpesan kepadaku agar dia dibangun-kan, supaya pagi ini dia bisa pamit padamu!" kata Tik Bwee sambil tertawa. "Bagus kau tidak membangunkan dia!" kata nona Ci, "j adi aku tidak repot harus menemuinya!" "Kau keliru. Nona, aku bukan tidak mau menuruti pesannya, tapi sengaja majikanku mempermainkan dia Sekalipun aku panggil dan membangunkannya, dia tidak akan bangun. Apakah kau tahu apa sebabnya?" kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian tidak mau bicara soal pemuda itu, tapi pertanyaan pelayan itu membuat dia jadi penasaran. "Lalu apa sebabnya?" Akhirnya Ci Giok Hian bertanya juga. "Ketika dia mau tidur aku sengaja membakar dupa agar kamarnya harum, tapi itu bukan dupa biasa melainkan dupa yang sudah dicampur dengan obat tidur. Tidak heran kalau dia tertidur lelap sekali sampai sekarang. Sebelum siang dia belum

akan bangun dari tidurnya!" kata Tik Bwee. Nona Ci tersentak. "Oooh, begitu!" kata nona Ci. "Kenapa bibinya berbuat begitu?" pikir nona Ci. "Apa karena dia sangat sayang kepada keponakannya karena sangat kelelahan dalam perjalanan, maka diadisuruh tidur lebih lama, atau karena dia tahu aku tidak tertarik pada keponakannya itu?" "Kenapa bisa begitu?" tanya Ci Giok Hian. "Aku tidak tahu kenapa majikanku menyuruh aku berbuat begitu? Karena perintah majikan maka aku laksanakan juga. Aku merasa bersalah kepadanya, dia sudah pesan tapi aku tidak membangunkannya. Karena ulahku itu maka dia tidak bisa bertemu denganmu, Nona Ci! Maka kuberitahu kau tentang perasaan hatinya padamu...." kata pelayan itu sambil tersenyum. "Tak apa, kau tidak perlu minta maaf padaku," kata nona Ci. "Hm! Kau pikir itu tidak penting, tapi Siauw-ya menganggapnya lain, ini penting karena besok dia juga akan pergi, kelak kalian tidak akan mudah untuk bisa bertemu lagi!" kata Tik Bwee menjelaskan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Katakan rasa terima kasihku padanya," kata nona Ci. "Ada pertemuan pasti akan ada saat berpisah. Jika kau bertemu denganya sampaikan kata-kataku ku!" "Aaah! Kalau begitu kau memang tidak ingin menemuinya," kata Tik Bwee. "Bukan aku tidak ingin, tapi kau tahu sendiri aku harus ke rumah batu menghadapi bahaya. Maka itu bukan hanya aku tidak akan bertemu lagi dengannya, bahkan mungkin aku tidak akan bertemu dengan orang yang ingin kutemui!" kata nona Ci. Tiba-tiba terdengar ada suara panggilan. "Nona Ci, tunggu!" Nona Ci kaget bukan kepalang. Dia langsung menoleh, kiranya Seng Liong Sen muncul di depan mereka. Semula dia tidak ingin bertemu dengan pemuda itu, sekarang malah dia ada di hadapan mereka. Tik Bwee pun kaget bukan kepalang. "Siauw-ya, kenapa kau datang ke mari?" kata pelayan itu. "Cepat kermbali! Bagaimana kalau majikanku tahu hal ini?" Seng Liong Sen melesat tahu-tahu sudah ada di hadapan pelayan itu. "Tik Bwee, kau jangan gugup!" kata Liong Sen

Tiba-tiba Seng Liong Sen mengulur jari tangannya menotok jalan darah pelayan itu. Seketika itu juga Tik Bwee pun roboh. Nona Ci tidak menduga pemuda itu akan menotok pelayan itu. "Kau... Kau... Apa yang kau lakukan terhadapnya?" kata nona Ci gugup. Sebelum pelayan itu roboh ke tanah, Seng Liong Sen memapahnya sambil berkata, "Tik Bwee, maafkan aku, kau harus istirahat dulu sejenak," kata pemuda itu sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengawasi ke arah Ci Giok Hian. "Nona Ci ada masalah harus dibicarakan denganmu! Dan hanya kau yang boleh mengetahuinya!" "Masalah apa? Mengapa hanya aku yang boleh mengetahuinya?" kata nona Ci. "Benar," kata pemuda itu. "Hanya kau!" Kemudian dia merebahkan Tik Bwee di bawah sebuah pohon. Sesudah itu dia perhatikan nona Ci. "Nona Ci, mari kita bicara di sana saja!" kata Liong Sen. "Kau totok jalan darahnya mungkin dia telah kehilangan kesadarannya," kata Ci Giok Hian. "Sudah sejak kecil dia ikut Bibiku, kepandainya tinggi, aku malah khawatir dia bisa membebaskan diri," kata Seng Liong Sen. Nona Ci mengerutkan dahinya. "Apa yang mau dia bicarakan denganku?" pikir nona Ci. "Mengapa butuh waktu lama? Jika masalah ini tidak boleh diketahui oleh Tik Bwee, itu berarti tidak boleh diketahui oleh bibinya. Mengapa dia berbuat begitu? Apa hubungan dia dengan bibinya ada yang tidak beres?" Begitu nona Ci berpikir. Pemuda itu tersenyum padanya. "Masalah ini tidak boleh diketahui oleh Tik Bwee juga oleh Bibiku," kata pemuda itu sambil tersenyum, "Jangan takut aku tidak akan mencelakaimu!" Nona Ci mengangguk, dia murid Kang-lam-beng-cu bernama Bun Ek Hoan, jelas nona Ci percaya kepada kejujuran pemuda itu. Mereka lalu berjalan menuju ke sebuah pohon besar. Sampai di bawah pohon pemuda itu mengawasi nona Ci. "Coba kau bersihkan hawa mumimu pada jalan darah Hong-hu-hiat, apa ada yang terasa ganjil atau tidak?" kata pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Ci menurut saja dia duduk bersila lalu dia mengerahkan hawa murni di Hong-hu-hiatnya. Mula-mula dia tidak merasakan apa-apa, tapi tidak berapa lama mulai terasa di bagian itu kesemutan. Betapa kagetnya nona Ci ketika itu, segera dia berdiri. "Ada yang ganjil," kata si nona. "Ngilu seperti digigit semut. Kenapa bisa begitu? Bagaimana kau tahu mengenai hal ini?" kata nona Ci Giok Hoan sedikit terperanjat. "Kau terkena racun aneh. Racun ini akan berreaksi setelah tujuh hari," kata Seng Liong Sen. Nona Ci tampak tertegun. "Aku terkena racun, bagaimana kau bisa tahu? Apa-kah...." Nona Ci tidak meneruskan kata-katanya. Otak nona Ci sangat cerdas. Jika dia terkena racun, maka yang meracun dia pasti Cap-si Kouw. Hal ini membuat dia merinding dan cemas sekali. "Jika benar aku terkena racun, sungguh ngeri sekali!" pikir nona Ci. "Hati manusia sulit diduga, memang benar kata-kata ini. Lalu kenapa dia meracuniku dengan diam-diam?" "Nona Ci aku minta kau bicara dengan jujur padaku," kata pemuda itu. "Benarkah Bibiku menyuruhmu melakukan sesuatu tugas?" "Benar, Kouw-kouwmu menyuruhku menyamar menjadi pelayannya dan aku harus bekerja pada Beng Cit Nio, maksudnya untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan puterinya. Maka aku bersedia melakukannya!" kata nona Ci. "Ternyata terkaanku benar," kata pemuda itu. "Sudah kau jangan ke sana!" "Aku tahu itu sangat berbahaya, tapi aku harus melakukannya," kata nona Ci hambar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Beng Cit Nio Bibi-misanku, pasti kau tidak mengetahui sifat Bibi-misanku yang kejam?" kata Seng Liong Sen. "Hm! Paling-paling dia akan menghukumku hingga mati!" jawab nona Ci. "Dia wanita tidak berperasaan," kata Seng Liong Sen. "Jika dia suka kepadamu, barangkali jika nyawanya kau minta pun dia bersedia menyerahkannya kepadamu. Sebaliknya jika dia gusar kepadamu, dia akan menyiksamu hingga hidup tidak matipun tidak! Karena dia jatuh cinta kepada Han Tay Hiong, saat cintanya tidak ditanggapi oleh Han Tay hiong, timbul kebenciannya yang luar biasa pada Han Tay Hiong. Dengan susah payah dia berhasil menangkap Han Tay Hiong dan menyekapnya. Sekarang kau akan membebaskan dia dan puterinya. sudah jelas kau menempuh bahaya besar!"

"Sekalipun tempat itu gunung golok atau lautan api, aku siap menerjangnya," kata nona Ci. "Dia pesilat tinggi," kata Seng Liong Sen, "bahkan Kouwkouwku Cap-si Kouw sangat segan berhadapan dengannya. Sekarang di sana malah ada Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya. Nona, aku bukan pengecut, tapi aku takut kau akan kehilangan nyawamu sebelum kau berhasil menyelamatkan mereka!" "Aku tahu semua itu, malah aku ingin bertanya padamu, bukankah kau juga sedang menjalankan tugas dari gurumu ke daerah utara? Bukankah itu juga sangat berbahaya?" kata nona Ci Giok Hian sambil mengawasi pemuda itu. "Benar! Tapi itu menyangkut urusan negara. Aku harus menjalankan tugas itu. Nona, kenapa kau bertanya begitu?" "Aku tahu urusanku tidak bisa dibandingkan dengan urusanmu, tapi aku rasa ada samanya, dan tergantung harus dilaksanakan atau tidak? Sekalipun pekerjaan itu sangat berbahaya tapi harus dilaksanakan, ya kan?' kataCi Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, seorang pendekar harus seperti itu. Tapi...." Nona Ci langsung memotong kata-kata pemuda itu. "Kau jangan mencari alasan agar aku membatalkan tugas ini," kata nona Ci. "Sekalipun aku bukan seorang pendekar sejati, tapi demi sahabat aku siap menghunus pedangku. Pasti kau paham hal itu!" Tapi sesudah berkata begitu hatinya jadi merasa tidak enak. "Aku berbuat begitu demi Han Pwee Eng atau untuk diriku?" nona Ci berpikir. Seng Liong Sen tidak tahu apa yang ada di benak nona Ci, tapidiakagumpada sikapnya yang gagah. "Baik, kau sudah bilang begitu, aku tidak bisa menasihatimu lagi. Hanya sayang....." "Apa yang harus disayangkan?" tanya nona Ci. "Sayang Kouw-kouwku tidak tahu mengenai kebulatan tekadmu itu," sahut Liong Sen. "Tidak! Seharusnya dia tahu, sebab aku telah menjelaskannya," kata nona Ci. "Kalau begiti Bibiku tidak percaya kepadamu sepenuhnya! Dia terlalu banyak curiga!" kata Seng Liong Sen. Nona Ci tertegun. "Kouw-kouwmu tidak percaya kepadaku, lalu kenapa?" tanya nonaCi. "Nona, kau cerdas! Kau bisa menduga siapa yang meracunimu secara diam-diam. Orang itu Kouw-kouwku!" kata

Seng Liong Sen dengan jujur. Nona Ci sudah menduga dan pemuda itu memastikan. Hal itu membuat nona Ci jadi berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cap-si Kouw kelihatan sebagai wanita lembut dan ramah sekali. Tak kusangka malah diam-diam dia meracuniku! Orang seperti itu sangat menakutkan! Tapi kapan dia meracuniku? Mengapa aku tidak menyadarinya?" "Kouw-kouwku akhli racun. Racun yang dibuatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Ditambah lagi cara dia meracuni orang sangat aneh hingga orang tidak menduga. Untung aku tahu racun apa yang dia gunakan, jika tidak sulit menolongimu!" kata eng Liong Sen. "Aku heran," kata nona Ci agak tertegun. "Dia minta aku membantu untuk menyelamatkan Han Tay Hiong, tapi kenapa dia ingin mencelakakan aku? Apa racun itu berbahaya sekali?" "Bukankah semalam kau minum teh yang dia suguhkan?" balik bertanya Seng Liong Sen. "Ya," jawab nona Ci agak tersentak kaget dan sadar, kiranya teh wangi yang dia minum itu telah dibubuhi racun. "Dia campur minumanmu itu dengan racun yang sangat aneh," kata Liong Sen. "Racun itu bernama Kuang-siauw-san (Racun bubuk tertawa gila). Tujuh hari setelah orang itu meminum racun itu, baru racun itu akan bereaksi. Orang itu tidak akan tahan menahan tawa seperti orang gila. Hanya racun itu tidak akan membuat orang mati!" "Sungguh keterlaluan," pikir nona Ci yang tidak tahu tentang racun dan tidak pernah terkena racun. "Aku akan tertawa seperti orang gila? Celaka apa jadinya kalau begitu? Jika racun itu tidak punah, apa aku masih punya muka bertemu dengan orang?" pikir nona Ci yang mulai merasa ngeri. "Dia menggunakan racun itu hanya untuk mengendalikan dirimu," kata Liong Sen. "Dia sudah menduga kau akan memohon kepadanya. Dia sulit mempercayai orang, walau kau telah membantunya tapi dia tetap khawatir! Kau masih muda dan gampang emosi atau takut saat akan menjalankan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tugasnya itu. Dia takut kau kabur. Oleh karena kau telah diberi racun, sekalipun kau kabur sudah tidak mungkin. Hanya dia yang punya pemunah racun itu. Dia mengira dalam tujuh hari

tugasmu itu akan selesai. Jika kau berhasil membawa Han Tay Hiong dan puterinya, maka kau pun akan diberinya obat pemunah racun itu, sekalipun secara diam-diam!" "Seandainya aku kabur dari tempat Beng Cit Nio, mana mungkin aku akan kembali ke rumahnya?" kata nona Ci. "Sekalipun aku diberi obat pemunah racun, tapi dia tidak bisa memperalat diriku lagi." "Terus-terang kelihayan Bibiku ini tidak kalah oleh Bibimisanku Beng Cit Nio. Jika kau berani menolak perintahnya dia tidak akan melepaskan kau! Dan kau akan memohon padanya, maka itu kau akan jadi budaknya!" kata Liong Sen. "Barangkali ini sudah nasibku," kata nona Ci putus asa. Dia gadis yang banyak akalnya tapi berhadapan dengan Cap-si Kouw dia jadi kehabisan akal. "Jangan cemas Nona Ci, untung aku dibantu oleh Tik Bwee," kata Liong Sen. "Dia telah mencuri obat pemunah racun itu untukku. Tik Bwee sangat dipercaya oleh Bibiku, dia juga cerdas dan ingatannya kuat. Dia bisa ingat mana pemunah racun dan mana yang racun. Jika aku yang mencuriny a jangan-jangan aku salah mengambil obat!" Pemuda itu menyerahkan obat pemunah racun itu pada nona Ci, setelah menerima obat itu nona ini bertanya. "Apakah dia tahu obat yang dicurinya ini untukku?" kata Nona Ci. "Dia tidak kuberi tahu untuk apa obat pemunah itu, aku kira dia pasti tahu," kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian segera menelan obat pemunah itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia begitu baik kepadamu, kau malah menotok jalan darahnya, apa itu tidak keterlaluan?" kata nona Ci. "Aku sedang membicarakan dan mencela Bibiku, mana boleh dia mendengarnya?" kata pemuda itu sambil tersenyum. "Dia berani menempuh bahaya mencurikan pemunah racun untukmu, apa mungkin dia akan mengadu pada Bibimu?" kata nona Ci agak cemas. "Tik Bwee seorang yang jujur," pikir nona Ci. "Dia juga cerdas, tapi dia hanya seorang pelayan. Pemuda ini menginginkan obat pemunah, dia tidak perlu minta bantuan pada orang lain. Dia murid Bun Tay-hiap yang terkenal, dia tidak boleh memandang enteng seorang pelayan," pikir nona Ci. "Pasti dia tidak akan mengadu," kata Liong Sen, "tapi sikap Kouw-kouw terhadap otrang lain tidak bisa diduga. Bibiku itu sangat cerdas, karena itu aku harus siaga agar Tik Bwee tidak membocorkan hal ini secara tidak sengaja. Aku yakin karena

dia tidak mendengar apa yang kita bicarakan sekarang, hatiku jadi lega sekali!" Terdengar suara keluhan di tempat Tik Bwee terbaring. "Celaka, Tik Bwee berusaha membebaskan diri dari totokan-ku. Dia bisa celaka!" kata Liong Sen. Saat itu juga mereka menghampirinya Mereka lihat Tik Bwee telah membuka matanya, dan tampak sorot mata yang tidak puas dari pelayan ini. Seng Liong Sen segera membebaskan totokannya. "Tik Bwee, maafkan aku," kata pemuda itu. "Aku membuatmu menderita" "Kalian sudah selesai bicaranya?" kata Tik Bwee agak kesal. "Kenapa kau buru-buru membebaskan aku? Sebenarnya kau tidak boleh bersikap begitu padaku, Siauw-ya. Tahukah kau semalam sekalipun aku membubuhi obat tidur dalam dupa di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kamarmu, tapi sengaja aku menaruhinya cuma sedikit agar kau bisa ke mari untuk menemuiNonaCi!" Wajah Ci Giok Hian memerah. Tapi dia tidak bisa bicara apa-apa. Pemuda itu memberi hormat pada Tik Bwee. "Kakak Tik Bwee, aku mohon kau tidak marah karena aku membuatmu menderita Di depan Kouw-kouw, aku harap kau tidak menjelekkan aku." kata Seng Liong Sen sambil tersenyum. Mendengar ucapan itu tampak Tik Bwee gembira, kekesalannya telah hilang sama sekali. Malah dia tertawa riang. "Sudah jangan bilang begitu, aku ini pelayan. Menderita sedikit sudah lumrah," kata Tik Bwee. "Di depan majikan aku akan diam saja. Kalian mau bicara apa lagi, hari sudah siang segera selesaikan!" "Kak Tik Bwee, kau jangan salah mengerti," kata Ci Giok Hian. "Dia menemuiku hanya untuk mengatakan bahwa Beng Cit Nio sangat lihay, juga sangat kejam. Dia minta aku berhatihati, cuma itu. Padahal kau juga sudah bilang begitu!" "Nona Ci memang aku masih mau bicara sebentar denganmu," kata Liong Sen. Tik Bwee tertawa. "Baik, aku akan menunggu di sana! Nona Ci, silakan bicara!" kata Tik Bwee. Tik Bwee segera meninggalkan mereka dia menuj u ke suatu tempat yang agak jauh dari mereka. Tindakan Tik Bwee ini membuat nona Ci agak tidak enak hati juga. "Seng Kong-cu, cukup kau mengantarkan aku sampai di sini saja," kata nona Ci, "silakan kau pulang!"

Wajah nona Ci memerah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku hampir melupakan sesuatu yang sangat penting," kata pemuda itu, "cincin ini untukmu!" Cincin itu berwarna hijau yang dia serahkan pada nona Ci. Wajah nona Ci bertambah merah. "Eh apa maksudnya?" pikir nona Ci. Pemuda itu tertegun sejenak, dia sadar. "Kau jangan salah paham, Nona Ci." kata pemuda itu. "Cincin ini bisa melindungi dirimu. Ini kuhadiahkan padamu, aku tidak bermaksud lain." MatanonaCi Giok Hian terbelalak. "Bagaimana cicin ini bisamelindungiku?" kata nona Ci. "Tik Bwee sedang menunggumu, tidak ada waktu aku menjelaskannya padamu," kata Seng Liong Sen. "Pokoknya kau pakai saja cincin ini, sikap Beng Cit Nio akan lain padamu jika dia melihat cincin ini. Jika kau bersalah pun, dia akan mengampuni nyawamu!" Sebenarnya nona Ci ingin menolak pemberian cincin itu, tapi pemuda itu telah menyodorkan kepadanya dengan sopan. Dia akan menyelamatkan nona Han, jika benar cincin itu bisa menyelamatkan nyawanya, mengapa tidak dia terima saja cincin ajaib itu. Dengan demikian dia bisa lebih leluasa bergerak. Maka dia terima cincin itu. "Terima kasih, oh Seng Kong-cu, sekarang kau boleh pulang!" kata nona Ci. "Baiklah," kata pemuda itu. Nada suara Seng Liong Sen sengaja keras agar Tik Bwee mendengarnya. Nona pelayan itu berjalan menghampiri mereka. "Coba kau pikir lagi, apakah masih ada kata-kata yang belum kalian sampaikan?" kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba nona Ci bicara "Ya, aku hampir lupa mengatakan sesuatu yang sangat penting!" kata nona Ci. "Benar kan?" kata Tik Bwee. "Tepat dugaanku, Nona Ci aku bilang kau jangan tergesa-gesa! Dia tarik tangan pelayan itu "Kak Tik Bwee, mengenai urusan itu pasti kau juga sudah tahu, maka aku tidak akan mengatakan pada dia saja," kata

nona Ci Giok Hian. Melihat nona Ci serius Tik Bwee diam tidak bergurau lagi. "Kakakku bernama Ci Giok Phang," kata nona Ci. "Dia sedang ke markas cabang Kay-pang di Lok-yang. Kebetulan Seng Kong-cu mau ke sana. Aku mohon tolong kau beritahu dia mengenai jejakku. Dengan demikian dia bisa memberitahu Kok Siauw Hong supaya mereka tidak mencemaskan keadaanku!" Seng Liong Sen tertegun. "Kok Siauw Hong?" kata Seng Liong Sen. "Bukankah dia calon menantu Han Tay Hiong?" "Benar," kata nona Ci. "Dia bersama kami ke mari. Kak Tik Bwee, jika Kok Siauw Hong datang ke tempatmu dan dia mencariku, tolong kaujelaskan kepadanya Nah, aku sudah selesai bicara, kau pulang saja!" Dengan tanpa menghiraukan Seng Liong Sen lagi nona Ci berjalan. Sedang pemuda itu terus mengawasi nona itu dari belakang. Tik Bwee cerdas dia sudah menduga sesuatu. Dengan tidak banyak bicara lagi dia juga mengikuti nona Ci. Tak lama mereka sudah sampai di depan rumah batu. Seorang lelaki yang memelihara bewok segera menghadang mereka. Nona Ci tahu orang itu bernama Pouw Yang Hian. Untung si bewok tidak mengenalinya karena dia sedang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyamar. Melihat kedatangan mereka Pouw Yang Hian keheranan. "Berhenti, kalian siapa?" bentak lelaki bewok itu. "Mau apa kalian datang ke mari?" Tik Bwee malah bertanya dengan dingin. "Lalu kau sendiri siapa? Ada urusan apa kau ada di sini?" kata Tik Bwee dengan lantang. Mata Pouw Yang Hian terbelalak. "Eh, beraninya kau ini?" kata Pouw Yang Hian. "Bukan menjawab pertanyaanku malah kau balik bertanya!" "Hm! Aku ke mari tidak perlu lapor, kau juga tidak berhak menanyakan tentang aku siapa!" kata Tik Bwee. Tik Bwee mengajak Ci Giok Hian meninggalkan si bewok tanpapeduli. Di lembah itu selain Beng Cit Nio tinggal juga Cap-si Kouw, Pouw Yang Hian tahu hal ini. Tapi yang membuat dia kesal Tik Bwee kasar dan acuh sekali. "Hm! Akuu akan pura-pura tidak tahu tentang mereka, akan kuberi mereka pelajaran. Aku kira Beng Cit Nio tidak akan memarahiku karena aku sedang berugas di sini," pikir Pouw Yang Hian sambil tersenyum sinis. Dia maju sambil merentangkan kedua tangannya. Dia mencoba menghalangi Tik Bwee dan Ci Giok Hian di tengah jalan.

"Jika kau tidak mau memberitahu asal-usulmu, kau dilarang masuk!" kata Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian menyerang Tik Bwee ke arah dadanya, hal ini membuat Tik Bwee gusar bukan main. "Hm! Kau mau cari mampus ya? Kau berani kurangajar kepadaku!" bentak Tik Bwee. Secepat kilat tangan Tik Bwee bergerak, tak lama terdengar suara keras dan Pouw Yang Hian pun telah roboh di tangan Tik Bwee. Tadi Tik Bwee menggunakan jurus Lan-hoa-ci untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menangkis serangan si bewok. Hal ini membuat Pouw Yang Hian jatuh terlentang. Dengan mudah Tik Bwee bisa merobohkan Pouw Yang Hian, yang beberapa waktu yang lalu kung-funya telah dipunahkan oleh Kong-sun Po. Ditambah lagi Pouw Yang Hian tidak mengira kalau nona Tik itu lihay dan mampu menangkis serangannya. Saat Tik Bwee bergerak, Pouw Yang Hian yang tidak siaga dengan mudah tertotok jalan darahnya oleh Tik Bwee. Terdengar suara gaduh karena robohnya Pouw Yang Hian ini, tak lama bermunculan para pelayan dari rumah batu. "Ada apa! Ada apa?" tanya mereka. "Eh, ternyata kau Kak Tik Bwee!" kata seorang pelayan yang wajahnya sangat buruk. Hidung pelayan itu besar, sepasang daun telinganya lebar, hingga mirip Ti Pat Kay dalam dongeng See Yu, atau siluman babi kawan seperjalanan Sun Gouw Kong. Melihat wajah pelayan itu nona Ci kelihatan heran dan geli sekali "Dua pelayan Cap-si Kouw cantik-cantik, kok pelayan Beng Cit Nio ini malah buruk sekali?" pikir nona Ci. "Aku kira majikannya pasti jelek sekali. Pantas Paman Han tidak suka kepadanya?" pikir nona Ci. "Dia melarangku masuk!" kata Tik Bwee sambil menunjuk ke arah Pouw Yang Hian. "Apakah dia pembantu baru di sini?" Tadi Pouw Yang Hian pura-pura tidak kenal pada Tik Bwee, sekarang Tik Bwee pun seolah tidak tahu siapa dia? Malah dia menganggap Pouw Yang Hian sebagai pelayan di rumah batu itu. "Ah, rupanya kalian salah paham," kata pelayan yang wajahnya buruk dan bernama Pik Khi itu "Dia bukan pembantui di sini, tapi tamu majikan kami!" Pik Khi segera membebaskan totokan pada tubuh Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun kau tamu kami, tapi kau tidak boleh bersikap kurangajar pada Kakak ini! Dia pelayan Cap-si Kouw, Kakakmisan majikan kami. Majikan kami juga sangat hormat pada Cap-si Kouw!" Pouw Yang Hian menunduk malu. Dia tidak berani banyak bicara lagi. Sesudah itu Pik Khi menoleh pada Tik Bwee dan kawannya. "Mari masuk Kak!" kata Pik Khi. Sesudah masuk mereka duduk di Suatu tempat. "Kak Tik Bwee, sudah hampir sebulan lebih Kakak tak ke mari, entah angin apa yang hari ini telah meniupmu ke mari?" kata Pik Khi. "Kakak ini baru datang dari Kang-Iam. Dia dari keluarga baik-baik, ayahnya seorang sastrawan. Sayang mereka miskin, maka ayahnya telah menjual dia Aku dengar majikan kalian perlu seorang gadis yang pandai sastra, lukis dan main musik. Maka majikanku menyuruhku mengantarkan dia kemari!"kataTik Bwee. "Kak, kau cantik sekali," kata Pik Khi, "siapa namamu, Kak?" "Namaku Tik Khim, nama itu pemberian majikanku," sahut nona Ci. "Masuk ke Kang-lam tidak mudah, majikanmu jarang ke sana, tapi dia bisa mendapatkan nona ini dari sana. Sungguh luar biasa sekali!" kata Pik Khi. Mendengar ucapan itu Tik Bwee buru-buru memberi penjelasan. "Siauw-ya kami yang membantu majikan kami mencarinya," kata Tik Bwee. "Saat dia pulang dari Kang-lam dia membawa nona ini!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengenai nama samaran nona Ci sudah disepakati dengan Tik Bwee, tapi dikatakan dia datang dibawa oleh Seng Liong Sen, mungkin itu ide yang tiba-tiba muncul di benak Tik Bwee. Mendengar kata-kata itu nona Ci jadi kurang senang, tapi mungkin ucapan Tik Bwee bisa lebih meyakinkan pelayan itu. "Bagus, kedatangannya membuat kami jadi punya teman baru," kata Pik Khi. "Aku ini bodoh tidak mengerti sastra dan tidak bisa main musik, juga tidak tahu lukisan." "Jangan sungkan, malah aku masih harus mintapetunjukmu,"

kata nona Ci. "Tapi aku juga tidak tahu apakah aku bisa beruntung menjadi temanmu?" "Kau cantik dan cerdas aku yakin majikanku senang menerimamu." kata Pik Khi. Tik Bwee tersenyum. "Ah baru sebulan tidak bertemu denganmu, sekarang kau sudah pandai bicara," kata Tik Bwee pada kawannya. "Kakak ke mari, sekalipun aku bodoh terpaksa aku harus jadi orang pandai." kata Pik Khi sambil tertawa terkekeh. Tik Bwee heran menyaksikan Pik Khi terus bicara saja. Biasanya jika dia datang Pik Khi langsung melapor dan membawanya menemui majikannya, tapi kali ini tidak. Malah dia mengajak mereka duduk di depan pintu dan berbincangbincang. Hal ini belum pernah terjadi maka tak heran jika Tik Bwee pun jadi keheranan bukan main. Melihat sikap Tik Bwee yang agak canggung, Pik Khi seolah tahu apa yang ada dalam benak sahabatnya itu. "Oh, maaf Kak Tik Bwee, kau harus lama menunggu karena kedatangan kalian tidak tepat waktunya. Saat ini majikan kami sedang ada tamu." kata Pik Khi. "Tak apa," sahut Tik Bwee. "Aku juga ingin bincangbincang denganmu lebih lama lagi. Kami tak tahu kalau kalian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang kedatangan tamu. Ya, kalau tidak ada urusan penting aku juga kurang bebas ke mari. Selama sebulan ini kau tidak pernah datang ke tempatku, pasti kau punya tamu dan kau jadi tidak punya waku banyak." "Tamu majikan kami itu bukan orang baik-baik," bisik Pik Khi, "tapi kali ini tamu yang ditemui majikanku bukan mereka." "Wah, pasti tamu istimewa, siapa dia?" tanya Tik Bwee. "Han Tay Hiong dan puterinya, mereka ditawan dan ditahan di sini! Sekarang majikianku sedang menemui Nona Han!" kata Pik Khi. "Aku dengar nona Han cantik,ya? Sayang aku belum pernah melihatnya!" "Ah, kalian jangan kecewa, sebentar lagi mereka akan lewat di tempat ini," kata Pik Khi, "kau bisa melihatnya walau sekilas!" Saat mendengar nona Han akan lewat ke tempat itu nona Ci kaget, hatinya berdebar-debar. Pik Khi berbisik pada Tik Bwee. "Aku dengar majikanku pernah mencintai Han Tay Hiong, aku rasa dia tidak akan menyusahkan mereka! Dia juga meminta pada Nona Han untuk datang ke ruang tamu

majikanku, aku rasa dia menyukainya. Aku juga tidak tahu apa maksud majikanku, tapi aku yakin dia menyukai Nona Han. Majikanku pun kelihatan bingung, mau diapakan mereka itu?" bisik Pik Khi. "Apa kedua iblis itu berani menentang majikanmu?" bisik Tik Bwee. Kelihatan Pik Khi kurang senang. "Bukan hanya menentang tapi mereka berdua tidak tahu diri," jawab Pik Khi. "Mereka pura-pura berikap hormat pada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

majikanku, tapi sebenarnya mereka melecehkannya. Malah tempat ini dianggap milik mereka! Mereka berani membawa murid dan teman-teman mereka ke mari. Itu sebabnya saat kalian sampai kalian juga mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dari si Bewokitu!" Mendengar keterangan itu bukan saja Tik Bwee nona Ci pun jadi tercekam. "Jika demikian keadaannya," pikir nona Ci, "untuk menyelamatkan mereka itu tidak mudah." "Lihat Nona Han sedang keluar, kau jangan bicara," bisik Pik Khi. Lewat sebuah jendela mereka melihat nona Han sedang berjalan keluar dari kamar tahanan. Dia diiringkan oleh seorang pelayan. Semula ayahnya hendak mogok makan, tapi setelah kedatangan nona Han dia mau juga makan sehingga tenaganya sudah mulai pulih lagi. "Ayah," kata nona Han. Wajahmu sudah tampak cerah, kau bisa segera sehat kembali jika kau gunakan hawa murnimu!" "Sudah aku lakukan hanya Iwee-kangku belum pulih benar," jawab ayahnya. "Jika tenaga Ayah sudah pulih lagi, kita harus berusaha meloloskan diru dari sini," bisik nona Han. "Racun dingin di tubuhku belum hilang," kata ayahnya. "Aku juga terkena pukulan Hua-hiat-to, aku kira tidak akan bisa begitu cepat." "Jika mereka tideak berbuat jahat pada kita, aku yakin Ayah akan sembuh. Ditambah lagi Kok Siauw Hong pun pasti berusaha menolong kita." kata ona Han. "Hm! Jadi kau berharap Kok Siauw Hong akan datang menolongi kita?" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 23
Saat nona Han menyinggung nama Kok Siauw Hong, ketika itu hati nona Han terasa pedih. Tetapi nona Han tetap bungkam dan tidak ingin memberi tahu ayahnya mengenai apa yang terjadi antara dia dan Kok Siauw ong. "Biarlah Ayah cuma tahu bahwa kami suami-isteri yang bahagia. Dia tidak boleh tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Aaah, aku tidak tahu apa jadinya jika Ayah sudah tahu apa yang telah terjadi atas diriku?" pikir nona Han. "Sekalipun kepandaiannya tidak terlalu tinggi, aku yakin dia berusaha akan menyelamatkan kita," kata nona Han. Han Tay Hiong mengelah napas panjang. "Di kalangan muda ilmu silatnya sudah bisa dikatakan sudah cukup, sekalipun jika dibanding dengan si Iblis Tua dia belum sebanding. Aku tahu dia akan berusaha menolong kita, misalnya minta bantuan pada orang lain. Tapi bagaimana mereka bisa ke mari, padahal tempat ini sangat rahasia..." kata Han Tay Hiong. "Maka itu kita harus mengulur waktu sampai Ayah sembuh," bisik nona Han. "Aku pun berpikir begitu," kata Han Tay Hiong. "Tapi Ayah pikir itu sulit. Mereka berharap Ayah menyerah, aku yakin mereka tidak akan berbuat jahat pada kita. Tapi setelah tahu aku tidak tunduk pada mereka, sekalipun Beng Cit Nio tidak akan membunuh kita, tapi kedua iblis tua itu pasti tidakakanmelepaskan kita!" "Sebenarnya Beng Cit Nio itu siapa, mengapa dia membangun rumah batu di tempat ini? Mengapa dia berusaha menangkap Ayah dan membawanyake mari? Seandainyadia berniat jahat, mengapa Ayah yakin dia tidak akan membunuhmu, Ayah?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar pertanyaan itu Han Tay Hiong diam sejenak. "Mengenai dia cepat atau lambat akan Ayah jelaskan kepadamu," kata Han Tay Hiong. "Aneh Ayah ini, setiap aku menyinggung nama Beng Cit Nio seolah Ayah tidak mau bicara?" pikir nona Han. "Ayah yakin ayah tidak akan terlepas dari bahaya, tapi kau akuyakinkau pasti selamat!"kataHanTayHiongsetelahmenghela napas. "Kita susah senang bersama, jika kita bisa lolos pasti harus bersama-sama, begitupun jika kita harus celaka. Mana mungkin hanya aku yang mereka bebakan?" kata nona Han. "Kau jangan menanyakan apa sebabnya, tapi jika kau lolos

aku ingin berpesan dan menitip sebuah urusan padamu," kata ayahnya. "Mengenai masalah apa, katakan saja," kata nona Han. "Harta yang ada di rumah kita itu milik Siang-koan Hok. Kau sudah tahu bukan? Siang-koan Hok itu orang asal dari kerajaan Liauw. Namun dia mengabdi kepada bangsa Mongol sebagai wakil Kok-su (Guru Negara), hal itu dia lakukan untuk memulihkan kerajaan Liauw ke masa jayanya. Saat masih muda dia melakukan kesalahan besar, tapi tidak terlalu berat Jika kau bebas, temui dia dan beritahulah padanya, bahwa kau salah paham dan telah menyumbangkan hartanya untuk para pejuang bangsa kita. Itu harus kau lakukan agar dia tidak salah paham dan menganggap aku telah menipunya. Kau juga harus menemui Liok-lim Beng-cu bagian Utara, Liu Li Hiap, katakan hal yang sebenarnya terjadi. Jika dia tidak percaya padamu, kau undang dia untuk menemui Ceng Leng Su-thay di gunung Leng-yan-san, karena Ceng Leng Su-thay tahu semua rencana Siang-koan Hok itu!" kata Han Tay Hiong. "Baik, Ayah," kata Han Pwee Eng sambil mengangguk. "Apa masih ada pesan yang lain?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, satu lagi! Ayah kira kau harus mengetahuinya. Apakah kau tahu, bagaimana Ibumu meninggal?" kata Han Tay Hiong. "Bukankah Ibu meninggal karena sakit?" tanya nona Han. Saat ibunya meninggal Han Pwee Eng baru berumur lima tahun, dua tahun setelah dia ditunangkan dengan Kok Siauw Hong. Dia ingat tak lama sesudah itu ibunya sakit-sakitan. Setiap hari ayahnya memberinya obat. Setengah tahun kemudian ibunya meninggal dunia. Nona Han mengira ibunya meninggal karena sakit, sekarang ayahnya bilang bukan karena sakit. Dia jadi kaget. Dia tahu ibunya sehat dan pernah belajar silat, mana mungkin begitu sakit setengah tahun kemudian meninggal. Suatu hari ayahnya memberi obat, kebetulan nona Han ada di dekat ibunya Tiba-tiba ibunya menghela napas lalu berkata tanpa unjung-pangkalnya. "Penyakitku tak akan sembuh, tetapi yang membuatku berduka adalah Han Pwee Eng..." kata ibu nona Han. "Tenang, isteriku," kata Han Tay Hiong, "Jika terjadi sesuatu aku berjanji akan membesarkan Pwee Eng, aku tidak akan menikah lagi! Jangan khawatir dia tidak akan punya ibu tiri!" "Kau baik dan setia kepadaku," kata ibu nona Han setelah menghela napas panjang, "matipun aku puas sekali. Kau jangan menyalahkan orang lain!" Setelah ingat kejadian itu nona Han jadi curiga "Mengapa

Ibu berkata begitu? Mungkinkah Ibu dicelakakan oleh orang lain? Jika benar, mengapa Ibu menasihati Ayah jangan menyalahkan orang lain?" pikir nona Han. "Ibumu meninggal bukan karena sakit, tapi diracun orang!" kata Han Tay Hiong secara tiba-tiba. Nona Han terperanjat mendengar keterangan itu. "Siapa orang yang meracun Ibu, katakan Ayah!" kata nona Han tak sabar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah menghela napas Han Tay Hiong baru bicara. "Ibumu sangat bijaksana, dia tahu siapa yang telah meracun dia," kata Han Tay Hiong. "Tetapi dia melarang aku membalas dendam pada orang itu. Semula Ayah ingin memaafkan orang itu. sebaliknya orang itu terus berusaha ingin mencelakakan Ayah. Maka pikiran Ayah sekarang berubah dan ingin membalaskan dendam Ibumu itu!" "Katakan, siapa orang itu?" kata nona Han. "Orang itu adalah...." Tapi kata-kata Han Tay Hiong terhenti, karena terdengar suara pintu kamar batu itu terbuka dan sorang pelayan masuik. "Nona Han, majikanku ingin bertema Mari ikut denganku," kata pelayan itu. "Kalau dia perlu aku, mengapa aku harus menemuinya dan dia tak datang sendiri ke mari?" kata nona Han. "Aku tidak mau meninggalkan Ayahku..." "Majikanku ingin bicara denganmu," kata pelayan itu dengan suara perlahan. Nona Han mengerti tempat itu kurang leluasa, ditambah lagi di situ ada murid See-bun Souw Ya. Tiba-tiba ayah nona Han ikut bicara. "Nak, majikan nona ini bermaksud baik," kata Han Tay Hiong, "temui saja dia!" Mendengar ucapan ayahnya nona Han jadi berpikir. "Hm! Memang aku juga ingin tahu, apa yang mau dia katakan?" pikir nona Han. Nona Han ini cerdas sekalipun dia tidak banyak akalnya seperti Ci Giok Hian. Dari kata-kata ayahnya tadi, sekalipun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak dilanjutkan, dia jadi berpikir. Jangan-jangan pembunuh ibunya itu Beng Cit Nio?

"Baik, mari," kata nona Han. Dia berjalan mengikuti si pelayaa Tak lama mereka berjalan mereka sudah sampai di ruang tamu dan Beng Cit Nio sedang menunggu kedatangannya. "Mau apa kau menyuruhku ke mari?" kata nona Han begitu dia bertemu dengan Beng Cit Nio. Ketika itu seolah Beng Cit Nio tidak mendengar suara teguran yang kasar dari nona Han itu. Tiba-tiba dia tarik tangan nona Han ke dekatnya. "Sungguh mirip! Kau sungguh mirip dengan ibumu!" Nona Han mengibaskan tangan Beng Cit Nio. "Kau suruh aku kemari apa kau hanya ingin mengatakan aku mirip dengan Ibuku?" bentak nona Han. "Jika aku mirip dengan Ibuku, aku juga sudah tahu!" Saat nona Han mengibaskan tangannya dia menggunakan Iwee-kangnya, tapi aneh Beng Cit Nio tidak bergerak menerima kibasannya. Jika orang lain pasti sudah terpelanting. Malah tangan nona Han pun tidak terlepas dari cekalan Beng Cit Nio. Nona Han sadar apa kata ayahnya, ternyata Beng Cit Nio memang lihay sekali. Tapi nona Han tahu Beng Cit Nio tidak berniat jahat kepadanya. Malah dia tersenyum. "Ibumu sangat lembut dan penurut. Tapi kau tidak, kau mirip dengan sifat ayahmu. Duduklah aku ingin bicara denganmu," kata Beng Cit Nio. Nona Han tahu Beng Cit Nio yang meracun ibunya, tak heran diajadi gusar sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu Ibuku baik dan penurut hingga orang menghina dia dan dicelakakannya! Kau iri karena aku mirip dengan Ibuku, jika kau mau membunuhku silakan saja, kau jangan berpura-pura baik kepadaku!" kata Han Pwee Eng. Beng Cit Nio tertegun mendengar kata-kata itu, dia lepaskan tangan nona Han dari cekalannya. "Apa kau bilang? Kau anggap aku yang mencelakakan Ibumu? Apa ayahmu tidak bilang padamu?" kata Beng Cit Nio. "Ayah tidak menyebutkan nama orang yang meracun Ibuku, tapi aku yakin pasti kau!" kata nona Han. "Aaaah! Kau keliru! Terus terang ibumu membenciku, tapi justru aku menyukainya. Aku tidak pernah menganggap ibumu musuhku, yang mencelakai ibumu itu bukan aku!" kata Beng Cit Nio. "Hm! Kau jangan bohong, aku tidak akan terjebak oleh akalmu yang licik!" kata nona Han sambil tertawa. "Untuk apa aku bohong padamu?" kata Beng Cit Nio. "Coba

kau pikir sendiri, saat ini kau ada di tanganku. Jika aku mau, sungguh gampang sekali aku bisa membunuhmu! Hm! Gampangnya seperti orang membalikkan telapak tangan saja! Lalu untuk apa aku membohongimu? Mengenai orang yang mencelakai ibumu, kelak kau pun akan mengetahuinya sendiri!" Kata-kata Beng Cit Nio agak masuk akal juga, nona Han akhirnya berpikir, "Hm! Baik, aku ingin tahu apa yang mau dia katakan?" Nona Han sebisanya menahan amarahnya. "Baik, lekas katakan apa yang ingin kau katakan?" kata nona Han. "Aku ingin membicarakan sebuah masalah denganmu," kata Beng Cit Nio, "tapi aku minta kau percaya kepadaku!" Nona Han mengerutkan dahinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingin tahu dulu, masalah apa yang hendak kau bicarakan itu? Baru aku bisa percaya padamu," kata nona Han. "Pandanganmu terhadapku terlalu negatif, tapi aku justru menyukaimu. Kau jangan curiga kalau aku berniat jahat kepadamu. Terus-terang aku menyuruhmu ke sini karena aku ingin menyelamatkan kau. Kau harus menuruti kata-kataku!" kata Beng Cit Nuo. "Kau pemilik tempat ini, kau mau membunuhku atau kau membebaskannya, itu terserah kepadamu saja," kata nona Han. "Semua itu hakmu, mengapa kau mengajak aku untuk berunding lagi? Jika kau ingin menyelamatkan aku, mengapa kau menipuku untuk aku datang ke mari?" "Kau tidak mengetahui masalah itu seluruhnya," kata Beng Cit Nio. "Benar aku pemilik tempat ini, tetapi aku tidak berdaya." "Jadi kau ditekan oleh kedua iblis tua itu?" tanya Han Pwee Eng. "Belum sampai begitu," kata Beng Cit Nio, "tampaknya mereka sangat menghormatiku, tetapi mengenai ayahmu aku tidak bisa mengambil keputusan..." Ucapan Beng Cit Nio ini tedengar tulus hingga membuat hati nona Han tergerak dan terkesan baik oleh sikapnya ini. "Hm! Kau membuka rahasia ini, apa benar kau akan menyelamatkan aku, tapi aku tidak tahu apa dia bersungguhsunggu atau hanya berpura-pura saja?" pikir Han Pwee Eng. "Sungguh! Aku tidak membohongimu," kata Beng Cit Nio. "Benar aku yang menyuruh mereka menangkap ayahmu, tapi aku tidak berniat menangkapmu. Hanya kebetulan kau pulang, dan jelas mereka tidak mau melepaskanmu!"

"Kenapa kau suruh mereka menangkap Ayahku?" tanya nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beng Cit Nio menghela napas panjang. "Itu hanya gara-gara emosi saja, sekarang aku sangat menyesal. Kau tidak perlu bertanya sampai ke akar-akarnya!" kata Ben Cit Nio. "Hm! Ketika hal ini kutanyakan pada Ayah, dia juga tidak mau memberitahuku. Mungkin di antara mereka terselip semacam rahasia yang sulit diungkapkan?" pikirnona Han. "Sekarang ayahmu di bawah pengawasan mereka, aku tidak berdaya untuk menyelamatkannya. Tapi kau tidak diperhatikannya, mungkin aku masih bisa menolongimu," kata Beng Cit Nio. "Jelaskan apa recanamu itu?" kata nona Han. Nona Han pun berpikir, "Pantas Ayah bilang hanya aku yang bisa meloloskan diri dari sini. Temyata Ayah sudah menduga hal ini jauh-jauh hari. Tapi aku sudah memutuskan akan tetap menemani Ayah, aku tidak mau pergi tanpa Ayahku. Tapi akujuga ingin tahu apa rencana Beng Cit Nio?" "Terpaksa kau harus mau merendahkan diri dan kau harus menjadi pelayanku. Ini hanya untuk mengelabui mereka saja. Tapi aku malah sudah menganggapmu sebagai puteriku. Aku menyuruhmu jadi pelayanku agar kedua iblis tua itu tidak curiga dan mereka malah mengira aku sedang menghina dan menyiksamu. Dengan demikian mereka jadi lengah dan tidak mengawasimu!" kata Beng Cit Nio. Sesudah mendengar keterangan itu nona Han mengangguk dan dia mulai yakin Beng Cit Nio tidak berniat jahat kepadanya, tapi nona Han tetap curiga juga, "Hm! Aku harus jadi pelayannya, ini hinaan seumur hidup bagiku," pikir nona Han. Nona Han keras kepala tidak mudah tunduk dia berbeda dengan Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sayang, aku tidak beruntung bisa menjadi puterimu," kata nona Han. "Ibuku sudah meninggal, milikku satu-satunya sekarang adalah Ayahku. Aku sudah bertekad bulat mati dan hidup bersamanya!" Beng Cit Nio sadar pasti nona Han menganggap dia sebagai pembunuh ibunya, dia mengerutkan keningnya.

"Baik, kalau begitu kau kembali dan temui ayahmu. Sebaiknya kau berunding dengan ayahmu dulu. Boleh kau tanyakan kepadanya, siapa yang telah membunuh ibumu supaya jelas!" kata Beng Cit Nio. Beng Cit Nio bertepuk tangan. Tak lama seorang pelayan menghampirinya, lalu mengajak nona Han kembali ke kamar tahanan. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Di tempat lain Ci Giok Hian dan Tik Bwee bersama Pik Khi sedang berbincang-bincang dengan asyik. "Sst! Lihat Nona Han sudah kembali!" bisik Pik Khi. Ci Giok Hian melongok ke dalam lewat jendela. Hati Ci Giok Hian jadi berdebar-debar. "Ah, wajahnya tampak lesu tidak bersemangaf?" pikir Ci Giok Hian. "Aku yakin dia sangat menderita di sini. Hm! Aku tahu sekarang Jen Thian Ngo pembohong besar! Ah, apakah Pwee Eng masih benci padaku?" "Pelayan yang berjalan brersama nona Han itu bernama Pik Po," kata Tik Bwee, "Piauw-kouw (maksudnya Beng Cit Nio) sangat sayang kepadanya. Aku sangat akrab dengannya. Sayang aku tidak bisa menemuinya sekarang." Tik Bwee tahu tugas Ci Giok Hian berat, dia berkata begitu agar nona Ci berusaha menempel Tik Po untuk memperingan tugasnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi dia bernama Pik Po, matanya bening dan sikapnya lincah," pikir Ci Giok Hian. Saat melewati jendela Pik Po melirik ke arah mereka. Begitu melihat Tik Bwee bersama Pik Khi, dia kelihatan gembira sekali. "Hai Kak Tik Bwee, angin apa yang telah membawamu ke mari? Sudah lama kita tidak saling bertemu, aku sangat rindu padamu!" kata Tik Po. Tik Bweepun girang lalu dia tuntun Ci Giok Hian menemuinya "Aku lihat kau sedang sibuk, aku tidak berani mengganggumu," kata Tik Bwee. Tik Po tertawa. "Kau bukan orang lain, dan masalah yang terjadi di sini aku tidak bisa menutupimu. Kak Tik Bwee kau jangan buru-buru pulang. Sesudah aku mengantarkan nona Han, aku ingin mengajakmu ngobrol. Eh, siapa dia?" kata Pik Po sambil mengawasi nona Ci. "Dia juga sahabat kita bukan orang lain," kata Tik Bwee. "Dia akan menjadi temanmu di sini. Seng Cap-si-kouw

mendapatkan kakak ini dari Kang-lam, dia bilang untuk majikanmu. Dia akan menjadi sahbat kitajuga." "Oh, begitu! Baiklah, aku pergi dulu sebentar!" kata Pik Po. Saat nona Han melihat ke arah Ci Giok Hian nona Han tertegun sejenak. "Eh, rasanya aku pernah bertemu dengan orang ini? Tapi di mana dan kapan, ya?" pikir Han Pwee Eng. Tiba-tiba nona Ci batuk beberapa kali. Begitu nona Han mendengar suara batuknya, bukan main kagetnya nona Han. Dia ingat saat Ci Giok Hian mengobati dirinya, nona Ci sering batuk begitu. Karena dia tidak mengira nona Ci akan sampai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke tempat itu hati nona Han jadi bertanya-tanya penuh keheranan. "Apa benar dia atau hanya kebetulan? Tapi tidak mungkin Giok Hian mau menjadi pelayan di tempat ini?" pikir nona Han. Sesudah nona Han dan Pik Po pergi, Ci Giok Hian berkata pada Pik Khi. "Maaf ya, aku memang sering batuk," kata nona Ci. "Tak apa, kita semua hanya pelayan, bukan anak hartawan," kata Pik Khi. Sesudah itu Pik Khi mengajak mereka menemui majikannya. Begitu melihat nona Ci kelihatan Beng Cit Nio senang dan suka pada nona Ci. Sejak hari itu Ci Giok Hian tinggal di rumah batu itu sebagai pelayan. Selama tiga hari secara berturut-turut Beng Cit Nio menyuruh nona Ci main kecapi, main catur dan menyanyi. Tapi tidak pernah Beng Cit Nio menyuruhnya masuk ke kamarnya. Ci Giok Hian tidak berani mencari keterangan di mana majikan rumah itu menyimpan arak obat miliknya itu. Nona Ci sedang mencemaskan keadaan Han Tay Hiong yang terkena totokan See-bun Souw Ya. Tapi dia dengar dalam tiga hari Han Tay Hiong akan bebas sendiri dari totokan itu. Dia tidak tahu apakah itu benar atau tidak "Jika See-bun Souw Ya membohongi Beng Cit Nio, maka Paman Han akan menjadi orang cacat seumur hidup!" pikir nona Ci. "Ah, kalau begitu semua rencanaku akan sia-sia saja!" Pada hari ketiga Ci Giok Hian ada di rumah batu, Beng Cit Nio memanggil nona Ci kekamar buku untuk menemaninya berrnain tiok-kie (catur Tionghoa). Karena pikirannya sedang kusit, dua kali Ci Giok Hian dikalahkan oleh Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tik Khim," kata Beng Cit Nio pada CiGiok Hian, "pikiranmu tidak tenang, ya? Jika tidak bagaimana kau bisa kalah terus?" "Ah, tidak!" kata Ci Giok Hian, "hamba kalah karena majikan mahir sekali bermain catur!" Seperti kebanyakan orang senang dipuji, Beng Cit Nio pun girang. Dia tertawa riang. "Apa benar begitu? Justru aku merasa kurang mahir!" kata Beng Cit Nio. "Malah hari ini aku yang sedang menghadapi masalah kecil dalam hatiku." "Urusan apa, apa boleh hamba tahu?" kata Ci Giok Hian. "Ah! Hanya masalah kecil. Kata See-bun Souw Ya hari ini dia akan pulang, tapi sampai sekarang dia belum kelihatan juga. Kota Lok-yang sudah jatuh atau belum ke tangan bangsa Mongol? Aku curiga barangkali benar dia bersekongkol dengan bangsa Mongol..." kata Beng Cit Nio. Tiba-tiba seorang pelayan bernama Pik Po muncul. "Eh, ada urusan apa? Apa See-bun Souw Ya sudah pulang?" kata Beng Cit Nio. "Dia belum pulang, tapi muncul lagi orang lain, majikan." kata Pik Po. "Siapa orang itu?" kata Beng Cit Nio sambil mengerutkan dahinya. "Apa kau tidak bilang, hari ini aku tidak mau menerima tamu?' "Dia tidak ingin menemui majikan, tapi dia ingin bertemu dengan See-bun Souw Ya," jawab PikPo. "See-bun Souw Ya tidak ada di tempat, cepat kau suruh dia pergi!" kata Beng Cit Nio. Mendengar majikannya gusar Pik Po kaget, dia tak mengerti kenapa hari itu majikannya cepat naik darah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Bagus!" pikir Pik Po. "Hari ini harus kumanfaatkan kesempatan ini. Akan kupanas-panasi hati majikan agar dia mengusir orang-orang yang menyebalkan itu!" Dengan sikap takut-takut Pik Po lalu berkata pada majikannya. "Majikan, aku tidak berani menyuruhnya pergi, kecuali majikan bersamaku ke sana! Aku tidak berani menemuinya lagi." kata PikPo. "Tidak! Aku tidak mau menemuinya, siapapun tidak ada yang bisa memaksaku! Lekas suruh dia pergi!" kata Beng Cit

Nio gusar bukan main. "Tapi...Tapi sudah ada orang yang mengundang dia datang ke mari...." kata Pik Po. "Siapa? Chu Kiu Sek?" kata Beng Cit Nio. "Benar, dia sudah tidak memandang majikan lagi. Barangkali tempat ini dia anggap milik mereka. Ada orang datang tanpa memberitahu majikan lagi, dia langsung menyilakannya masuk!" kata Pik Po. Beng Cit Nio mengerutkan dahinya. "Kau tahu, siapa orang itu?" kata Beng Cit Nio. "Hamba dengar dia murid pertama Jen Thian Ngo, dia bernama Ih Hoa Liong!" kata Pik Po. Mendengar ucapan itu Ci Giok Hian terperanjat. Nona Ci Giok Hian sudah tahu bahwa Jen Thian Ngo ini paman Kok Siauw Hong. Malah kaum Rimba Persilatan menganggap Jen Thian Ngo ini pendekar sejati. Dia tidak mengira ternyata murid pertama Jen Thian Ngo akan muncul di tempat itu. "Ketika aku bertemu dengan Jen Thian Ngo di rumah Han Tay Hiong, dia bicara yang bukan-bukan," pikir nona Ci. "Dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berusaha agar aku curiga pada Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, bahwa mereka berbuat sesuatu yang mencurigakan. Malah dia bilang Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong kabur bersama-sama. Kenapa dia mengarang cerita bohong begitu?" Sesudah terenung sejenak nona Ci berpikir lagi. "Hari itu dia bicara dengan gagah dan mengundang kakakku untuk membantu orang Kay-pang (Partai Pengemis) mengantarkan harta sumbangan Han Pwee Eng pada para pejuang bangsa. Tapi kenapa murid pertamanya justru datang ingin menemui See-bun Souw Ya? Apakah itu suruhan gurunya atau bukan?" Tiba-tiba terdengar Beng Cit Nio mendengus. "Hm! Dia! Kenapa si Tua Bangka itu tidak datang sendiri ke mari?" kata Beng Cit Nio. "Hamba tidak tahu," jawab Pik Po. "Apa tidak sebaiknya Ih Hoa Liong kita panggil ke mari untuk dimintai keterangannya?" "Tidak usah! Begitu aku melihat wajah guru dan murid itu, aku pasti jadi muak. Aku tidak mau kesenangan main caturku terganggu olehnya!" kata Beng Cit Nio. "Baik," kata Pik Po. "Tua bangka itu tidak datang yang datang hanya muridnya yang tidak tahu diri. Di matanya seolah di sini tidak ada majikan saja Chu Kiu Sek dan kawankawannya sangat keterlaluan! Mereka menganggap tempat ini

seperti milik mereka saja. Dia berani mengundang orang tanpa melapor lagi kepada majikan!" Memang Pik Po sangat benci pada mereka, ketika tahu majikannya pun kurang suka pada mereka, dia mengeluarkan unek-uneknya tanpa tedeng aling-aling. Dia berharap majikannya akan mengusir orang-orang itu. Tetapi setelah Beng Cit Nio mendengar keterangan Pik Po, dia malah tidak gusar seperti tadi. Kemudian Beng Cit Nio diam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa mereka tidak kau suruh pergi?" kata Beng Cit Nio. "Ih Hoa Liong sudah ada di tempat Chu Kiu Sek, hamba tidak berani menyuruhnya pergi!" kata Pik Po. "Barangkali hanya majikan yang bisa mengusir dia!" Beng Cit Nio diam sejenak, baru kemudian bicara lagi. "Aku malas berurusan dengan mereka, hari ini biarkan saja Lain kali kita bicarakan lagi masalah ini!" kata Beng Cit Nio. Pik Po akan bicara lagi, tapi Beng Cit Nio tiba-tiba mengibaskan tangannya sambil berkata. "Pergilah! Tanpa perintahku kau jangan mencari gara-gara dengan mereka!" kata Beng Cit Nio. Pik Po mengangguk. "Baik, majikan!" Pik Po segera meninggalkan kamar itu. Sedang Ci Giok Hian langsung bertanya pada Beng Cit Nio. "Siapa Jen Thian Ngo itu? Mengapa majikan begitu benci kepada mereka?" kata Ci Giok Hian pura-pura tidak kenal pada Jen Thian Ngo. Tiba-tiba Ci Giiok Hian tersentak. "Maaf majikan, hamba terlalu lancang, hamba tidak tahu apakah hamba boleh bertanya begitu atau tidak?" kata Ci Giok Hian agak tersipu-sipu. "Kau mengetahuinya juga lebih baik," kata Beng Cit Nio. "Jen Thian Ngo itu seorang yang busuk! Dia hanya berpurapura menjadi pria sejati, bahkan ingin disebut pendekar tua yang gagah berani. Sesungguhnya dia orang rendah! Kelak jika kau berkelana di kalangan Kang-ouw, kau harus berhatihati jika kau bertemu dengan mereka itu!" Ci Giok Hian mengangguk.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ooh, begitu! Hamba juga kurang suka pada orang yang pandai berpura-pura....." kata Ci Giok Hian.

Nona Ci sengaja bicara begitu dengan maksud memancing emosi Beng Cit Nio, karena dia ingin tahu semua rahasia tentang Jen Thian Ngo. "Sudah lama aku tahu dia memang orang rendah," kata Beng Ci Nio. "Tapi aku berkenalan dengannya ada sebabnya. Semula aku ingin memperalat dia, tanpa kusadari malah aku masuk ke dalam perangkapnya..." Ci Giok Hian hanya manggut dia tidak berani berkomentar. Tak lama Beng Cit Nio melanjutkan kata-katanya. "Aku menyesal, sekarang tempat ini telah berubah menjadi begini gara-gara Jen Thian Ngo!" kata Beng Cit Nio. Mata nona Ci terbelalak. "Ooh, begitu?" Ci Giok Hian tidak berani memberi komentar. "Tua bangka itu sangat licik," lanjut Beng Cit Nio. "Entah bagaimana dia tahu perselisihanku dengan Han Tay Hiong, ayah gadis yang tadi kau lihat keluar dari kamar ini. Dia bernama Han Pwee Eng!" Mendengar penjelasan itu hati nona Ci jadi geli. Justru kedatangannya ke tempat itu karena untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan puterinya itu. Tapi dia pura-pura bodoh saja. "Kepandaian Han Tay Hiong cukup tinggi," kata Beng Cit Nio. "Aku benci kepadanya karena dia memandang rendah pada diriku. Aku melampiaskan kekesalanku! Sekalipun demikian aku tidak berniat membunuhnya, aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran. Aku ingin agar dia tunduk kepadaku. Tiba-tiba muncul Jen Thian Ngo yang mengatakan dia sanggup membantu aku melampiaskan kemendongkolanku pada Han Tay Hiong. Semula aku kira dia akan bergabung denganku dan tunduk kepadaku, tidak tahunya dia memang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seekor serigala yang buas dan licik! Dia tidak tampil malah dia meminjam tanganku untuk menghabisi nyawa Han Tay Hiong!" "Lalu bagaimana caranya dia bilang mau membantu pada majikan?" tanya Ci Giok Hian alias Tik Khim. "Rupanya dia mewakili See-bun Souw Ya untuk menghubungiku," sahut Beng Ciut Nio. "Dia bilang See-bun Souw Ya ingin menjadi Bu-lim Beng-cu. Dia bilang dia mau membantuku menangkap Han Tay Hiong karena Han Tay Hiong saingan beratnya. Jika Han Tay Hiong masih hidup, jangan harap dia bisa menjadi Bu-lim Beng-cui Mereka bilang mau diapakan Han Tay Hiong olehku, mereka tidak akan ikut campur!" Alis Beng Cit Nio berkerut, lalu dia melanjutkan.

"Semua itu salahku," kata Beng Cit Nio. "Aku terjebak oleh akal licik mereka, terutama oleh Jen Thian Ngo. Semula aku tidak takut jika dia bergabung dengan See-bun Souw Ya, nyatanya aku yang terjerumus oleh akal liciknya!" "Selanjutnya apa yang terjadi di sini barangkali kau sudah tahu semuanya," kata Beng Cit Nio sambil menggelengkan kepalanya. "Setelah aku bergabung dengan See-bun Souw Ya memang aku berhasil menangkap Han Tay Hiong. Aku tahan Han Tay Hiong di sini. Celakanya See-bun Souw Ya semakin kurang-ajar. Dia mengundang orang-orangnya datang ke mari. Dengan demikian orang-orangnya jadi bertambah banyak. Sekarang tempat ini telah berubah menjadi sarang mereka! Sekalipun aku di sini sebagai majikan, tetapi aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Sekarang Han Tay Hiong malah berada dalam genggaman tangan mereka. Hari ini Seebun Souw Ya menotok dua jalan darahnya. Sesudah dilakukannya baru dia memberitahu aku. Bayangkan, mereka sudah tidak memandangku lagi!" Mendengar keterangan itu hati Ci Giok Hian jadi tergerak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, karena Han Tay Hiong telah mengecewakan hatinya, Beng Cit Nio melampiaskan kedongkolannya Yang mengherankan dia ingin menyiksa Han Tay Hiong, tapi dia juga ingin melindunginya? Sayang dia sudah tidak berdaya karena sudah dikendalikan oleh See-bun Souw a dan kelompoknya Dia bilang menyesal, kenapa?" pikir Ci Giok Hian. Nona Ci ingin tahu apa sebabnya Beng Cit Nio bersikap demikian, tapi dia tidak berani bertanya. "Majikan ada dendam apa antara Han Tay Hiong dan Jen Thian Ngo sehingga Jen Thian Ngo ingin membunuh Han Tay Hiong?" kata Ci iok Hian. "Aku kira tidak ada dendam di antara mereka," kata Beng Cit Nio. "Hanya aku dengar suatu hari Jen Thian Ngo datang ke Lok-yang, tapi Han Tay Hiong tidak menjamu dia, karena itu dia jadi kurang senang kepada Han Tay Hiong. Aku juga tidak mengira kalau pikiran Jen Thian Ngo begitu sempit!" "Kau benar, memang Jen Thian Ngo berhati semit. Tetapi kenapa dia berusaha ingin mencelakakan Han Tay Hiong? Pasti ada sebab lain, jika tidak mana mungkin begitu. Kata orang Jen Thian Ngo sangat benci kepada kejahatan, semua orang tahu hal itu. Malah aku dengar orang kang-ouw menghormati dia sebagai pendekar sejati. Tapi mengherankan mengapa dia malah bersekongkol dengan See-bun Souw Ya? Oleh karena itu sekarang sudah jelas, bahwa Jen Thian Ngo dan See-bun Souw Ya bersekongkol dengan bangsa Mongol !"

pikirCi Giok Hian. Tiba-tiba Ci Giok Hian terkejut sendiri. "Dia mengajak Kakakku untuk membantu Kay-pang, tapi diam-diam dia juga mengutus muridnya ke mari. Entah ini rencana busuk apa lagi? Jika benar dia bersekongkol dengan bangsa Mongol sungguh celaka! Malah Kakakku sekarang dalam bahaya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ingat kakaknya Ci Giok Hian jadi cemas bukan main. Saat Ci Giok Hian sedang bimbang tiba-tiba Beng Cit Nio bicara lagi. "Sudah kita akhiri main catumya!" kata Beng Cit Nio. "Aku ingin sendiri di sini, kau boleh pergi! Beberapa hari ini kau menemaniku terus mungkin kau sudah kesal." Buru-buru Ci Giok Hian memberi hormat. Dia girang karena memang dia ingin segera meninggalkan kamar itu. Dia bergegas mencari Pik Po. Saat dia sampai di tempat Pik Po, dia lihat Pik Po sedang berjalan sambil menunduk. Ci Giok Hian menepuk bahu Pik Po. "Eh! Kau melamun, ya?" Pik Po tersentak kaget. "Eh, kau! Apa Majikan masih marah, aku kira karena marah dia menahanmu terus di kamar buku?' kata Pik Po. "Kau benar, dia kesal bukan main. Dia bilang dia ingin sendirian saja di kamar buku, lalu dia menyuruhku pergi. Karena aku tidak berani mengganggunya maka aku mencarimu," kata Ci Giok Hian. "Aku kira dia jengkel pada mereka!" "Kau benar, bukan majikanku saja yang jengkel, aku pun sebal kepada mereka. Tempat ini semula sangat tenang. Karena kedatangan mereka tempat ini menjadi kacau-balau! Mereka seenaknya saja dan tidak memandang majikanku, datang dan pergi seenak mereka saja!" kata Pik Po. "Sudah tidak ada gunanya memkirkan mereka," kata nona Ci, "malah sebaiknya kita bantu majikan memikirkan jalan keluarnya agar dia tidak kesal!" "Apa yang bisa kita pikirkan, sekalipun majikanku berilmu tinggi, tapi beliau segan menghadapi Jen Thian Ngo dan kedua Iblis Tua itu. Sedang kau dan aku, apa yang bisa kita lakukan, melawan murid mereka saja mungkin kita tidak akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sanggup? Sudah jangan kau pikirkan soal rumit itu, Kak Tik

Khim. Lihat bunga di sana sangat indah! Mari kita nikmati bunga yang indah itu!" kata PikPo. "Esok hari kita menikmati keindahan bunga pun tidak akan terlambat," kata Ci Giok Hian. Mata Pik Po terbelalak. "Apa maksudmu? Apa kau punya akal yang bagus?" kata PikPo. "Aku punya sebuah ide bagus," kataCi Giok Hian, "ideku ini paling tidak bisa sedikit menghilangkan kekesalan majikan kita." "Benarkah begitu?" "Ya, benar sekali," kata nona Ci. "Pantas majikan memuji-mujimu, kau memang cerdas," kata Pik Po. "Yang ada dalam benakku hanya berkelahi, ternyata otakmu cerdas. Apa idemu itu?" kata Pik Po. "Kau jangan terlalu memujiku," kata Ci Giok Hian sambil tertawa merendah. "Aku juga tidak tahu apakah ideku ini bisa digunakan atau tidak? Aku rasa Jen Thian Ngo mengirim muridnya untuk menemui Chu Kiu Sek, mungkin dia bermaksud jahat!" "Kau benar, akujuga berpikir begitu. Diamengirim muridnya untuk menghadapi kita!" kata Pik Po. 'Tadi aku lihat majikan kita agak cemas, mungkin dia tidak tahu maksud kedatangan murid Jen Thian Ngo itu," kata nona Ci. Pik Po kelihatan bingung. "Kak Ti Khim, kau jangan membuatku harus ikut berpikir. Lekas katakan apa idemu itu?" lata Pik Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita harus tahu dulu, apa yang mereka rencanakan? Caranya kita harus mendengar dulu pembicaraan mereka!" kata nona Ci. "Maksudmu?" "Kita harus mencuri mendengarkan pembicaraan mereka," kata nona Ci. "Aah, kau benar. Masalah segampang ini kenapa tidak terpikir olehku. Mari kita ke sana!" kata Pik Po. "Sabar! Aku kira ini bukan pekerjaan yang gampang, di luar rumah batuitu pasti dijaga! Aku dengardari Pik Khi, semua pelayan dilarang pergi ke sana, kecuali ada urusan sangat penting," kata nona Ci. "Jika kita pergi ke sana dan mencuri dengar pembicaraan mereka, kalau ketahuan bukankah itu berbahaya sekali dan keadaanjadi akan tambah kacau!" Pik Po tertawa. "Tenang saja, itu tidak sulit. Aku yakin kita tidak akan kepergok oleh mereka! Aku punya akal." kata Pik Po.

"Bagus, kau memang cerdas maka itu aku memintamu untuk membantuku," kata Ci Giok Hian. "Di samping kolam ada sebuah lorong bawah tanah," bisik Pik Po pada nona Ci, "lorong rahasia itu tembus sampai ke halaman rumah batu itu. Mulut lorong rahasia itu ada di balik gunung-gunungan di dalam goa. Dari mulut lorong itu kita bisa melihat dan mendengar pembicaraan mereka tanpa mereka ketahui." kata Pik Po memberi keterangan. "Apa mereka tidak tahu kalau di sana ada lorong rahasia di bawah tanah itu?" tanya nona Ci. "Tentu saja tidak! Majikan tidak menganggap mereka sahabatnya, maana mungkin majikan memberitahu mereka. Di lorong itu pun banyak perangkap berbahayanya!" kata Pik Po. "Bagus," kata nona Ci girang bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pik Po mengajak Ci Giok Hian ke lorong rahasia itu. Mereka berjalan di lorong dengan leluasa dan akhirnya mereka sampai di pintu keluar lorong. Kemudian mereka bersembunyi. Saat nona Ci dan Pik Po mengintai ke arah rumah batu, benar saja mereka melihat Chu Kiu Sek sedang bicara dengan murid Jen Thian Ngo. "Lelaki itu murid Jen Thian Ngo, namanya Ih Hoa Liong," bisik Pik Po pada nona Ci. "Mungkin mereka telah sepakat, kelihatan mereka tertawa. Mari kita dengarkan apa pembicaraan mereka?" Tak lama mereka mendengar Chu Kiu Sek bicara. "Jadi kau punya keterangan penting, lekas katakan!" kata Chu Kiu Sek. "Lebih baik Chu Lo-cian-pwee yang bicara lebih dulu, dengan demikian aku jadi tenang," kata Ih Hoa Liong. "Kau beleh bersenang hati," kata Chu Kiu Sek sambil tertawa, "karena kau ingin segera tahu, baiklah akan aku katakan. Begini, Han Tay Hiong sudah jatuh ke tangan kami. Sekalipun dia punya sayap dia tidak akan bisa terbang!" "Begitu! Tetapi apa kalian tidak takut diam-diam Beng Cit Nio akan melepaskannya?" bisik Di Hoa Liong. Suara Ih Hoa Liong agak samar, tapi Ci Giok Hian dapat menangkap kata-kata itu dengan jelas. "Orang yang menjaga kamar Han Tay Hiong murid-muridku dan murid See-bun Souw Ya. Jadi mana mungkin Beng Cit Nio bisa melepaskannya dia tanpa sepengetahuan kami? Tetapi seandainya dia bisa lepaspun aku kira tidak ada gunanya, karena Han Tay Hiong sudah terkena pukulan Siu-lo-im-satkangku dan juga oleh pukulan Hua-hiat-to. Malah dua hari yang lalu See-bun Souw Ya telah menotok dua jalan darahnya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, begitu? Tetapi kenapa kalian tidak membunuhnya saja? Apa karena kalian segan kepada Beng Cit nio?" kata Ih Hoa Liong. "Dia pemilik tempat ini kami harus sedikit hormat kepadanya, tetapi itu pun bukan yang utama," kata Chu Kiu Sek. "Jadi ada sebab yang lain?" kata Ih Hoa Liong. "Ya. Malah ada dua sebab lain. Pertama, kami ingin agar Han Tay Hiong menyerah. Dengan demikian dia bisa kami peralat. Kedua, kami ingin tahu tentang rahasia semua hartanya. Jika dia kami bunuh, bukankah rahasia itu akan tetap jadi rahasia?" kata Chu Kiu Sek. "Aku tahu sifat tua bangka itu, dia keras kepala, mana mungkin dia mau menyerah?" kata Ih Hoa Liong. "Kau benar," kata Chu Kiu Sek. "Dia tidak mau membocorkan rahasiahartanya itu. Aku juga sudah berunding dengan See-bun Souw Ya, tapi sekarang aku hanya menunggu See-bun Souw Ya kembali dari Lok-yang. Setelah kami mendapat persetujuan dari jenderal Mongol, pasti kami akan membunuhnya!" Mendengar pembicaraan itu nona Ci kaget bukan kepalang. "Hm! Jadi dugaanku benar, mereka bersekongkol dengan bangsa Mongol!" pikir nona Ci. Tak lama terdengar Ih Hoa Liong tertawa terbahak-bahak. "Mengenai rahasia tempat harta itu guruku sudah mengetahuinya, malah harta itu sekarang sudah dipindahkan! Jadi kedua Lo-cian-pwee jangan buang waktu untuk mendesak Han Tay Hiong!" kata Ih Hoa Liong. Tampak wajah Chu Kiu Sek jadi cerah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus! Kalau begitu terimalah ucapan selamat kami! Aku dengar harta itu banyak dan tidak ternilai. Apa kau pernah melihatnya, Lo-tee?" kata Chu Kiu Sek. "Ah, Lo-cian-pwee jangan terburu-buru mengucapkan selamat, kedatanganku ini justru akan minta bantuan pada kalian!" kata Ih Hoa Liong. Kelihatan Chu Kiu Sek heran. "Harta sudah di tangan gurumu, mengapa kau bilang kau datang akan minta bantuan dari kami?" kata Chu Kiu Sek. "Sebenarnya harta itu jatuh pada tangan orang-orang Kaypang,

tetapi yang mengantarkan harta itu guruku. Katanya harta itu akan disumbangkan kepada para pejuang yang melawan tentara Mongol." kata Ih Hoa Liong. "Celaka duabelas! Harta itu jangan sampai jatuh ke tangan para pejuang!" kata Chu Kiu Sek. "Kita harus merampasnya!" "Sabar! Di sana selain ada ketua Kay-pang masih ada dua Hiang-cu Kay-pang ditambah seorang pemuda bernama Ci Giok Phang. Dia gagah dan pewaris dari Lembah Pek-hoa-kok. Kepandaian mereka jangan kita remehkan." Mendengar keterangan itu Chu Kiu Sek tertegun. -0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0-

Bab 24

Melihat Chu Kiu Sek diam saja, Ih Hoa Liong tahu Chu Kiu Sek agak kaget mendengar yang mengawal harta itu cukup tangguh. Sambil mengawasi ke arah Chu Kiu Sek lalu Ih Hoa Liong bicara lagi. "Memang benar harta itu jangan jatuh ke tangan para pejuang!" kata Ih Hoa Liong. "Gurukupun berpendapat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

demikian, itu sebabnya dia mengutusku ke mari untuk minta bantuan pada Cian-pwee berdua!" "Apa yang bisa kami lakukan?" kata Chu Kiu Sek. "Bagaimana kalau kalian menyamar menjadi perampok, lalu di tengah jalan kalian merampok harta itu!" kata Di Hoa Liong. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Ide yang bagus! Tetapi kalau begitu kami harus bertarung dengan gurumu?" kata Chu Kiu Sek. "Benar, Lo-cian-pwee, tentu saja itu pertarungan hanya untuk pura-pura. Tetapi harus kelihatan bersungguh-sungguh agar pihak Kay-pang tidak mencurigainya, maka itu Cian-pwee jangan sungkan-sungkan. Harus bertarung seperti sungguhan. Kita bunuh semua pengawal harta itu, tetapi dari pihak Kaypang harus ada yang dibiarkan lolos, sekalipun hanya seorang saja. Orang inilah yang akan jadi saksi. Malah gurukupun harus terluka, ini untuk bukti bahwa guruku tidak sanggup mempertahankan kawalannya, dan harta itu berhasil dirampok. Hanya saat menyerang guruku Cian-pwee harus bermurah hati dan jangan sampai Guruku terluka parah!" kata Ih Hoa Liong. Mendengar ide itu Chu Kiu Sek tertawa. "Tentu, tanpa pesan gurumu pun aku sudah tahu," kata Chu Kiu Sek. "Karena gurumu sangat terkenal di kalangan Kang-ouw maka akupun harus terluka olehnya. Kau beritahu gurumu agar dia juga jangan sungkan-sungkan kepadaku. Dia boleh melukaiku dengan pedang. Dengan demikian gurumu

tidak akan kehilangan muka dan itu membuktikan bahwa gurumu telah bertarung mati-matian mempertahankan harta itu!" "Baik, kalau begitu aku akan pulang untuk memberitahu Guruku agar rencana ini terlaksana dengan baik. Setelah berhasil harta itu akan kita bagi sama rata!" kata Ih Hoa Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kesepakatan itu bukan main dongkol dan gusarnya nona Ci. "Tak kusangka hari paman Kok Siauw Hong ini sangat rendah, licik dan kejam! Dia bersekongkol dengan dua iblis tua untuk merampok harta itu. Malah dia akan membunuh semua pengawal harta itu, itu berarti kakakku pun dalam bahaya besar!" pikir Ci Giok Hian. Tak lama terdengar Chu Kiu Sek tertawa. "Katakan pada gurumu terima kasih, tetapi soal harta itu aku kira tidak bisa dibagi rata, lho!" kata Chu Kiu Sek sambil tersenyum licik. "Baik, guruku yang minta bantuan pada sekalian Lo-cianpwee, pasti guruku tidak akan mempermasalahkan soal pembagian harta itu," kata Ih Hoa Liong. "Hm! Sungguh licik iblis tua ini!" pikir Ih Hoa Liong yang juga tersenyum. "Jangan salah paham," kata Chu Kiu Sek sambil tertawa terbahak-bahak. "Sebenarnya aku tidak bermaksud begitu, tetapi barangkali gurumu belum tahu. Mengenai berita harta karun itu aku pikir barangkali sudah tembus ke langit!" Mendengar kata-kata itu Ih Hoa Liong tertegun. "Apa maksud Lo-cian-pwee kalau berita itu telah tembus ke langit?" kata Ih Hoa Liong. "Mengenai harta Han Tay Hiong ini jenderal Mongol itu pun sudah mengetahuinya! Sekalipun jenderal Mongol itu tidak peduli pada harta itu, tetapi dia mengira harta itu titipan seseorang. Oleh karena itu jenderal itu ingin tahu dari mana asalnya harta itu? Oh ya, apakah gurumu sudah tahu tentang asal-usul harta itu?" kata Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Guruku tidak pernah bercerita mengenai dari mana harta itu? Baiklah sepulangku dari sini akan kutanyakan kepadanya," kata Ih Hoa Liong.

"Malah Kok-su Mongol juga sudah tahu tentang harta itu, maka itu kita harus bisa melakukan sesuatu yang terbaik untuk Kok-su Mongol itu!" kata Chu Kiu Sek. "Ya, itu memang seharusnya," kata Ih Hoa Liong. Sungguhpun dia berkata begitu tapi Ih Hoa Liong mencaci kelicikan Chu Kiu Sek ini. Tak lama Chu Kiu Sek sudah bicara lagi untuk meneruskan kata-katanya. "Kita tidak bisa membohongi Kok-su Mongol itu. Setelah kita berhasil merampok harta tersebut, semua peti harta harus kita serahkan kepada Kok-su Mongol dan segel peti harta itu jangan dibuka dulu. Aku yakin dia tidak akan mengambil semua harta itu, dan akan dikembalikan kepada kita tiga bagiannya. Sesudah itu baru kita bagi dua dengan gurumu. Aku yakin karena gurumu berjasa pada bangsa Mongol, maka kelak setelah Mongol menang gurumu pun akan hidup senang!" kata Chu Kiu Sek. Semula Ih Hoa Liong kurang senang dan mengira Chu Kiu Sek akan berbuat curang tentang harta itu. Tetapi setelah mendengar penjelasan yang rinci dari Chu Kiu Sek, hatinya berubah juga. "Benar, angkatan perang Mongol sangat kuat. Tidak lama lagi mereka akan menguasai Tiong-goan. Masa depanku masih panjang, mengapa aku mempermasalahkan soal kecil ini?" pikir Ih Hoa Liong. Sesudah itu tertawalah Ih Hoa Liong. "Baik, kita telah sepakat dalam masalah ini. Sekarang aku akan pulang untuk memberitahu guruku," kata Ih Hoa Liong. "Tunggu!" kata Chu Kiu Sek. "Heran sekali hari sudah sore begini, tetapi See-bun Souw Ya belum juga kembali? Padahal

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia bilang hari ini pasti dia akan pulang, apa kau tidak akan menunggu dia sampai dia kembali?" "Tidak! Jika aku terlalu lama di luar, pihak Kay-pang pasti mencurigai kami. Cian-pwee saja berunding dengannya, aku harus buru-buru pulang!" kata Di Hoa Liong. "Baik, aku akan menunggu sampai See-bun Souw Ya kembali. Baiklah, masalah ini akan aku bicarakan dengannya," kata Chu Kiu Sek. Sebelum berangkat Ih Hoa Liong bicara lagi. "Lo-cian-pwee, orang-orang Kay-pang yang mengantar harta itu setiap harinya hanya mampu menempuh jarak sekitar 80 li saja. Jika besok See-bun Souw Ya sudah pulang dan Locianpwee berdua mengejar rombongan itu, aku yakin kalian bisa menyusul mereka!" kata Ih Hoa Liong. "Ya, baiklah," kata Chu Kiu Sek. "Lega sudah hatiku, tapi

katakan pada gurumu agar dia bisa mengulur waktu di tengah perjalanan." "Baik, kalau begitu aku mohon diri!" kata Ih Hoa Liong. Mendengar pembicaraan sampai di situ hati Ci Giok Hian jadi kacau. "Kakak dalam bahaya, aku harus ke sana memberitahu dia," pikir nona Ci. Rumah batu itu dijaga ketat tidak mudah Ci Giok Hian bisa pergi dari situ. Ditambah lagi jika dia pergi, siapa yang akan menolongi Han Tay Hiong dan puterinya yang juga dalam bahaya. Kurang hati-hati sedikit saja nyawa mereka akan melayang. Tak lama terdengar langkah kaki, itu pasti langkah Chu Kiu Sek yang mengantarkan Ih Hoa Liong pergi. Tak lama Pik Po berbisik pada Ci Giok Hian. "Mari kita kembali," kata Pik Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tunggu sebentar," bisik nona Ci. Ci Giok Hian ingin mendengar pembicaraan Chu Kiu Sek lagi. Maka itu dia minta agar Pik Po bersabar sedikit. Tapi tiba-tiba terdengar suara gemerincing. Ternyata saat itu Chu Kiu Sek telah mengibaskan tangannya untuk melontarkan segenggam senjata rahasia ke arah persembunyian Ci Giok Hian dan Pik Po. Rupanya suara Ci Giok Hian terdengar oleh Chu Kiu Sek, maka dia langsung menyerang ke arah suara itu. Saat itu tempat persembunyian mereka agak gelap sehingga Chu Kiu Sek tidak bisa melihat mereka dengan jelas. Tak heran saat itu Chu Kiu Sek pun jadi agak ragu-ragu. "Hm! Barangkali suara tikus atau ada orang yang bersembunyi di sana?" pikir Chu Kiu Sek. Belasan senjata rahasia itu menyambar dengan cepat dan ada tiga buah yang menerobos masuk ke dalam goa. Goa itu sangat sempit hingga nona Ci tidak bisa berkelit, terpaksa dia sambut serangan itu dengan ilmu Tan-ci-sin-thong. Dua senjata rahasia itu dapat ditangkis dengan jitu, tapi yang sebuah terus meluncur. Saat itu Pik Po sudah tiarap di tanah, tetapi punggungnya tak urung tergores oleh senjata rahasia itu. Sedangkan senjata itu terus meluncur dan membentur dinding goa, baru senjata jatuh ke tanah. Dengan menahan rasa sakit Pik Po menekan tombol untuk menutup pintu goa Ketika Chu Kiu Sek mengejar mereka ke tempat gelap itu, pintu lorong sudah tertutup rapat. Jika bukan seorang ahli dan sangat teliti, pintu goa itu tidak akan ketahuan. Pada saat Chu Kiu Sek menyerang dengan senjata

rahasia, dia berpikir. "Seandainya di tempat itu ada orang, dan orang itu tidak terkena senjatanya, pasti orang itu akan ketakutan setengah mati!" pikir Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Kiu Sek maju lagi beberapa langkah ke tempat gelap itu, tapi dia tidak melihat apa-apa. Dia jadi bingung sendiri. "Eh, apakah tadi aku salah dengar?" kata Chu Kiu Sek. Ih Hoa Liong yang tidak mendengar apa-apa jadi heran. "Apa Lo-cian-pwee mengira di sini ada penyusup?" kata Ih Hoa Liong. Chu Kiu Sek mengangguk. "Benar, aku mendengar ada suara lirih...." kata Chu Kiu Sek. "Apa benar dia begitu berani menyusup ke mari?" kata Ih Hoa Liong penasaran. Chu Kiu Sek tidak menyahut, selang beberapa saat baru dia bicara. "Tidak ada salahnya jika kita siaga, pembicaraan kita tadi jika didengar orang lain, rencana kita bisa berantakan! Sekarang kau boleh pulang, dan beritahu gurumu agar arah perjalanan itu diubah sedikit! Aku harus hati-hati di tempat ini, dalam beberapa hari ini akan kujaga ketat orang-orang Beng Cit Nio agar tidak ada yang bisa keluar dari sini!" kata Chu Kiu Sek. Rupanya Chu Kiu Sek curiga kalau di tempat itu ada jalan rahasia, dan Beng Cit Nio mengirim anak buahnya untuk mencari keterangan. "Dia majikan di tempat ini, jika kau tidak berhasil menghalangi mereka bagaimana?" kata Ih Hoa Liong. "Jika tidak bisa kuhalangi, paling tidak mereka kuawasi! Dia majikan tempat ini, mana mungkin dia akan meninggalkan sarangnya?" kata Chu Kiu Sek. "Ah, lega hatiku, jika Beng Cit Nio tidak turun sendiri dan hanya anak buahnya yang dia utus, hal itu tidak akan menimbulkan badai," kata Ih Hoa Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu Ci Giok Hian dan Pik Po sudah keluar dari dalam lorong. Mereka bernapas lega. Pik Po meraba punggungnya lalu dia meleletkan lidahnya "Sungguh berbahaya! Jika aku tidak tengkurup, pasti

tenggorokanku akan tertembus senjata itu. Untung aku hanya tergores sedikit dan tidak berdarah!" kata Pik Po. Tapi Pik Po tiba-tiba ingat sesuatu. "Tik Khim, tadi aku dengar ada tiga buah senjata rahasia menyambar ke arah kita, tapi heran kenapa kau tidak terluka?" kata Pik Po. Ci Giok Hian terkejut. "Benar-benar setan kecil ini cerdas sekali pikir Ci Giok Hian yang sedikit kagum. "Memang kedua senjata itu menyambar ke kepalaku, untung bentrok dengan tusuk rambutku sehingga senjata itu berjatuhan," kata Ci Giok Hian "Ooh, begitu? Aku kira kau tangkis semua senjata itu!" kata Pik Po. Cuma aku yang terkena oleh senjata itu!" "Oh, ya, kalau begitu jangan bergerak!" kata nona Ci. "Biar aku periksa lukamu itu!" "Tidak apa-apa hanya tergores sedikit!" kata Pik Po. Tiba-tiba terdengar suara orang bicara "Hai kalian sedang apa di sini? Pik Po, siapa yang melukaimu?" kata Beng Cit Nio yang tiba-tiba melihat Beng Cit Nio sedang berjalan ke arah mereka. "Majikan, aku akan melapor kepadamu, ternyata kaudatang! Tadi aku dan Tik Khim ke terowongan, kami berhasil mendengar pembicaraan Chu Kiu Sek dengan orang she Ih, murid Jen Thian Ngo itu!" kata Pik Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Pik Po kau terlalu berani dan ceroboh!" kata Beng Cit Nio menegur Pik Po. "Aku juga ikut bersalah. Majikan," kata nona Ci. "Akulah yang punya ide mengajak Pik Po mencuri dengar pembicaraan mereka. Aku curiga mereka bermaksud tidak baik pada Majikan." "Hm! Jadi kalian ketahuan?" kata Beng Cit Nio. "Tidak! Iblis Tua itu menyerang kami dengan senjata rahasia, dan salah satu mengenai punggungku," kata Pik Po. "Kami lalu buru-buru kabur lewat terowongan bawah tanah. Dia tidak menemukan jalan itu!" Beng Cit Nio menarik napas lega. "Apa yang mereka bicarakan?" kata Beng Cit Nio. Pik Po melaporkan semua yang disengarnya. Beng Cit Nio mendengus setelah mendengar keterangan itu. "Hm! Jadi mereka merencanakan perampokan harta itu, tapi semua itu tidak ada urusannya denganku. Maka lain kali kalian jangan usil!" kata Beng Cit Nio. Ci Giok Hian yang mendengar ucapan itu agak kecewa, tapi

ia mengangguk. "Tik Khim aku mencarimu karena ada urusan, mari ikut aku! Pik Po, lekas kau obati lukamu, lain kali kau jangan usil lagi!" kata Beng Cit Nio. "Baik, Majikan!" sahut Pik Po. Ci Giok Hian mengira dia akan diajak main catur, tapi malah diajak ke kamar Beng Cit Nio. Begitu masuk ke kamar maj ikan itu nona Ci agak gugup dan cemas. "Ada apa sampai Pik Po tidak boleh ikut? Apa yang akan dibicarakannya?" pikir nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu sudah duduk nona Ci terperanjat dan girang karena di atas meja dia lihat guci arak obat miliknya. Tiba-tiba nona Ci agak kaget juga. "Apakah dia mulai mencurigaiku? Kenapa dia keluarkan arak itu, seolah agar aku melihtanya?" pikir nona Ci. "Tik Khim duduklah, aku mau bicara padamu," kata Beng Cit Nio lembut. "Baik, Majikan, hamba menunggu perintah Majikan," kata nona Ci. "Rupanya kau memang berjodoh denganku," kata Beng Cit Nio. "Sekalipun kau baru tiga hari bersamaku di sini, tapi aku sangat menyukaimu. Aku tidak punya anak perempuan, kau kuanggap sebagai puteriku." kata Beng Cit Nio. Setelah mengerutkan keningnya dia tersenyum. "Kau puteri seorang sastrawan, mahir seni lukis, dan pandai bermain catur. Punya puteri angkat sepertimu, sungguh aku sangat beruntung. Tetapi barangkali aku tidak punya keberuntungan seperti itu. Tapi mulai hari ini dan selanjutnya kau tidak usah tidur bersama para pelayan lagi! Kau boleh memanggilku Ibu!" Tik Khim alias nona Ci segera berlutut. "Terima kasih atas kasih-sayangmu, Ibu angkat," kata nona Ci. "Tik Khim menurut nasihat Ibu!" Beng Cit Nio tampak gembira sekali, dia rangkul Ci Giok Hian dengan mesra. "Nah, itu baru anak ibu yang baik. Kau baik dan menyenangkan, tahukah kau, di sini masih ada orang yang berjodoh denganmu!" Ci Giok Hian tertegun jantungnya berdebar-debar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, apa yang dia maksud itu Seng Liong Sen?" pikir Ci Giok Hian dengan agak keheranan. "Tik Khim, apa kau masih ingat pada nona Han itu? Aku kira saat kau baru tiba di tempat ini, kau pernah melihatnya," kata BengCitNio. Nona Ci sedikit terkejut. Dia agak khawatir Beng Cit Nio sedang menyelidiki apa maksud kedatangan dia ke tempat itu, maka itu dia menjawab dengan hati-hati sekali. "Ya, aku masih ingat saat Pik Po mengajaknya keluar dari kamarnya dan tanpa sengaja aku melihat dia! Ibu, apa aku telah melanggar peraturan di sini?" kata nona Ci. Beng Cit Nio tersenyum. "Aku tidak menyalahkan kau, malah aku ingin minta bantuanmu," kata Beng Cit Nio. "Ibu tidak perlu berkata begitu, apa yang ingin aku laksanaka untuk Ibu, katakan saja!" kata nona Ci. "Kelihatanya nona Han terkesan baik terhadapmu, dia juga ingat padamu," kata Beng Cit Nio. "Aku memang melihatnya, tetapi aku tidak sempat bicara dengannya," kata Ci Giok Hian. Beng Cit Nio mengangguk. "Aku tahu maka itu aku katakan kalian berjodoh. Terusterang nona Han salah paham terhadapku, dan terhadap semua orang di tempat ini. Dia acuh kepada kami! Tetapi sejak dia melihatmu, sudah dua kali dia bertanya pada Pik Giok dan Pik Cak tentang kau," kata Beng Cit Nio. Pik Giok dan Pik Cak dua pelayan yang menjadi pengantar makanan ke kamar Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng. Ci Giok Hian kaget. "Aah, Pwee Eng sangat ceroboh, kenapa dia menanyakan tentang diriku pada kedua pelayan itu? Bukankah itu malah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan membuka rahasiaku? Malah aku bisa celaka!" pikir Ci Giok Hian. "Dia menanyakan, apakah kau pelayan baru di tempat ini? Dia juga memuji kecantikanmu. Pik Giok bilang kau mahir main kecapi, catur dan tahu seni lukis juga sastra. Mendengar keterangan Pik Giok dia senang sekali. Dia juga menanyakan tentang asal-usulmu, Pik Giok mengatakan bahwa kau puteri seorang sastrawan miskin. Mendengar keterangan itu dia merasa iba padamu!" kata Beng Cit Nio. "Aah, Pik Giok terlalu banyak mulut" kata nona Ci seolah kurang senang. Beng Cit Nio tersenyum dan berkata lagi. "Sekalipun dia tidak mengatakannya, aku tahu dia ingin menemuimu," kata Beng Cit Nio. "Aku suka pada nona Han,

maka itu aku izinkan kau menemuinya. Hari ini kau boleh menggantikan Pik Giok mengantarkan makanan untuk mereka!" "Aah, itu pekerjaan yang sangat mudah, mengapa Ibu begitu sungkan untuk menyuruhku?" kata nona Ci. Beng Cit Nio tersenyum. "Selain membawa makanan, kau bawa juga arak ini. Usahakan agar Han Lo-sian-seng mau minum arak ini. Jika kau ditanya arak apa ini, katakan saja ini arak Kiu-thian-sunyangpek-hoa-ciu kata Beng Cit Nio sambil tersenyum. Bukan main girangnya nona Ci ketika mendengar perintah itu. Karenamemang saat diamaumenjadi pelayan, tujuan utamanya adalah untuk mencuri arak obat itu. Sekarang dengan tidak usah mencurinya, malah Beng Cit Nio menyuruhnya mengantarkan arak obat itu pada Han Tay Hiong. Sekalipun dia girang namun dia masih merasa waswas, dia tidak tahu isi hati Beng Cit Nio, apakah dia memang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak mengetahui rahasia dirinya? Atau malah sedang menyelidiki dirinya? Tidak heran jika nona Ci Giok Hianjadi ragu-ragu, tetapi j ika dia menolak, dia merasa sayang. Maka itu dia segera berpura-pura dan berkata demikkian. "Aah, apa aku bisa melakukannya? Bukankah Han Lo-sianseng itu telah ditotok jalan darahnya oleh See-bun Souw Ya? Aku belum tahu apakah dia masih bisa minum arak atau tidak? Jika dia tidak bisa membuka mulutnya, bukankah percuma saja aku menemuinya?" kata nona Ci Giok Hian sambil mengawasi ingin tahu reaksi dari Beng Cit Nio. "Hari ini adalah hari yang ketiga setelah Han Tay Hiong ditotok jalan darahnya," kata Beng Cit Nio. "Jalan darahnya yang tertotok pasti saat ini belum bebas, tetapi untuk minum aku kira dia bisa! Tetapi itupun harus atas kesediaan dia. Jika dia menolak maka kau pun tidak akan mampu memaksanya. Oleh karena itu kusuruh kau menasihatinya. Aku lihat nona Han terkesan baik kepadamu, aku yakin dia akan membantumu!" "Tapi....aku tidak tahu bagaimana caranya aku menasihatinya?" kata nona Ci tetap pura-pura bodoh. Sebenarnya saat itu juga dia sudah ingin segera membawa arak obat itu, tetapi karena Ci Giok Hian khawatir Beng Cit Nio sedang mencurigainya, maka dia berpura-pura tidak tahu, apa khasiat arak itu. Beng Cit Nio manggut-manggut, sambil mengawasi ke arah nona Ci lalu dia berkata.

"Baiklah, kau kuberitahu," kata Beng Cit Noio. "Arak ini sangat bermanfaat bagi Han Tay Hiong, jadi kau jangan curiga, arak ini tidak beracun! Percaya padaku, jika arak ini beracun mana mungkin aku mau menyuruhmu menasihatinya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Awalnya nona Ci kaget saat Beng Cit Nio mengatakan agar dia "jangan banyak curiga" tetapi setelah ia melanjutkan katakatanya maka legalah hati niona Ci. "Aah, mana berani hamba mencurigaimu...." kata Ci Giok Hian dengan agak tersipu-sipu. Tetapi sebelum nona Ci bicara habis Beng Cit Nio segera memotong pembicaraannya. "Hm! Mulai sekarang kau jangan menyebut dirimu hamba," kata Beng Cit Nio. "Apa kau sudah lupa?" "Oh, ya, maafkan aku. Bu!" kata nona Ci. Beng Cit Nio tersenyum. "Baik, sekarang kau boleh pergi ke sana! Katakan kepada mereka, bahwa gunung hijau masih ada, jangan khawatirtidak akan punya kayu bakar, dengan kata-kata itu aku yakin mereka pasti paham!" kata Beng Cit Nio. Kebetulan saat itu seorang pelayan masuk, pelayan itu sedang menjinjing guci arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu, lalu arak itu dituang ke sebuah guci kecil hingga penuh, sesudah itu guci arak kecil itu diserahkan kepada Ci Giok Hian -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Di kamar tahanan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng... Sejak Han Pwee Eng bertemu dengan Beng Cit Nio, sejak itu otaknya terus bekerja. "Dari nada bicara Beng Cit Nio yang aku dengar, orang yang mencelakai Ibuku itu orang lain. Tetapi siapa orang itu? Mungkin saja Beng Cit Nio sengaja membohongiku? Untung Ayah sudah mau bicara, lebih baik aku tanyakan padanya saja!" pikir Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika dia baru masuk ke ruang batu nona Han langsung memanggil-manggil ayahnya, tetapi tidak ada sahutan. Ruang agak suram, dia tidak melihat ketika itu Han Tay Hiong sedang terbaring di atas tempat tidur. Melihat hal itu Nona Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Segera dia hampiri ayahnya yang sedang terbaring itu. Kemudian dia ulurkan tangannya ke

hidung ayahnya. Segera nona Han jadi lega, ternyata ayahnya masih bernapas. Buru-buru nona Han membangunkan ayahnya, dia memeriksanya dengan teliti. Nona Han girang, ternyata tidak ada tanda-tanda ayahnya itu keracunan, tetapi dia merasakan denyut nadi ayahnya agak aneh. Setelah diperiksa lagi lebih teliti, segera nona Han mengerti, rupanya dua jalan darah penting ayahnya telah ditotok oleh orang jahat. Saat itu ayahnya sedang mengerahkan hawa-murni untuk membebaskan totokan atas dirinya. Tidak heran jika kondisi dan keadaan ayahnya jadi sangat lemah. Han Pwee Eng segera mengerahkan lwee-kangnya untuk membantu ayahnya membebaskan diri dari totokan musuh. Setelah secara berturut-turut selama tiga hari Han Pwee Eng membantu ayahnya dengan lwee-kangnya, kecuali saat makan. Pada hari yang ketiga, tampak Han Tay Hiong terdengar menarik napas dalam. Kemudian membuka matanya dan mengawasi ke arah puteri tunggalnya itu. "Anak Eng, oh ayah telah menyusahkanmu, nak," kata Han Tay Hiong. Han Pwee Eng tersenyum, tapi karena tahu kondisi ayahnya masih lemah, dia tidak ingin membuat emosi ayahnya meluap. Padahal nona Han ingin bertanya mengenai siapa yang meracuni ibu kandungnya, dan pertanyaan itu terpaksa dia simpan dulu sampai kondoisi ayahnya sehat benar-benar. Tiba-tiba Han Tay Hiong bertanya pada puterinya. "Anak Eng, apa yang dikatakan Beng Cit Nio padamu?" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya ada khabar gembira yang akan aku katakan kepada Ayah," kata nona Han. Han Tay Hiong mengawasi ke arah puterinya. "Apa Beng Cit Nio akan membebaskanmu, nak?" Nona Han mengangguk. "Benar! Dia bilang begitu, diaakan berusaha melepaskan aku, namun masih ada khabar gembira yang lain, Ayah!" kata Han Pwee Eng menerangkan. Mendengar ucapan puterinya Han Tay Hiong tertegun tampaknya dia keheranan. "Kau bilang ada khabar gembira yang lain?" kata Han Tay Hiong. Nona Han mengangguk. "Benar Ayah aku melihat seorang pelayan Beng Cit Nio yang membuat aku heran pelayan itu mirip dengan Ci Giok Hian!" kata Han Pwee Eng. Mendengar keterangan itu mata Han Tay Hiong terbelalak.

"Ci Giok Hian katamu? Bagaimana dia bisa ke mari? Yang mengherankan aku, mengapa dia mau jadi pelayan Beng Cit Nio''" tanya Han Tay Hiong secara beruntun. "Aku juga berpikir seperti Ayah juga," jawab Han Pwee Eng. "Aku yakin benar bahwa pelayan itu mirip sekali dengan Ci Giok Hian. Dilihat dari bentuk tubuhnya juga suaranya, malah dia juga memberi isyarat dengan suara batuknya Kemarin aku bertanya pada pelayan yang membawakan makanan ke mari. Dia bilang pelayan itu berasal dari Kanglam, dia datang kemari baru beberapa hari saja Maka aku mengambil kesimpulan bahwa pelayan itu pasti Ci Giok Hian. Dia sangat cerdas dan banyak akalnya. Entah dengan cara bagaimana dia bisa menyusup ke mari? Jelas pelayan itu pasti dia, dan tidak mungkin gadis lain akan sama batuknya dengan Ci Giok Hian!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi kau pikir Ci Giok Hian datang ke mari untuk menyelamatkan kita?" kata Han Tay Hiong. "Ayah, jangan lupa hubunganku dengannya bagaikan kakak beradik," kata nona Han. "Jika dia tidak bermaksud menyelamatkan kita, untuk apa dia menempuh bahaya dan mau datang ke mari?" Han Pwee Eng agak heran mengapa ayahnya bertanya begitu. "Eng, ada sebuah masalah dan Ayah lupa menanyakannya kepadamu," kata Han Tay Hiong. "Katakan Ayah tentang apa itu?' tanya nona Han. "Ketika kau menikah, apakah Kakak Ci-mu itu datang dan ikut minum arak kegirangan di rumah suamimu atau tidak?" kata Han Tay Hiong. Ketika baru bertemu dengan ayahnya, yaitu sepulang dari Yang-cou, Han Pwee Eng telah membohongi ayahnya. Dia sengaja mengaku bahwa dia telah menikah dengan Kok Siauw Hong. Tak heran ketika ayahnya bertanya begitu, Han Pwee Eng jadi malu dan hatinya pedih sekali. Untung di ruang batu itu agak gelap sehingga Han Tay Hiong tidak bisa melihat dengan jelas perubahan wajah puterinya. Sekalipun Han Pwee Eng sangat berduka namun dia berusaha agar tetap bisa tersenyum di depan ayahnya. Dengan suara perlahan dia lalu menj awab pertanyaan ayahnya. "Aah, apakah Ayah lupa, ketika aku menikah di kota Yangcou, aku sama sekali tidak mengundang siapapun. Bagaimana dia bisa ke sana?" kata Han Pwee Eng. "Letak kota Yang-cou tidak terlalu jauh dari Lembah Pekhoakok. Ayah kira dia ke sana? Apakah dari pihak pengantin

lelakipun tidak mengundang mereka?" kata Han Tay Hiong. Nona Han tersenyum. "Tidak Ayah!" jawab nona Han tegas. Tetapi Han Pwee Eng agak heran mengapa ayahnya bertanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

begitu? Dia menduga-duga, barangkali ayahnya sudah mendengar peristiwa yang dialaminya? Dengan tajam ayahnya menatap ke arah Han Pwee Eng. "Hm! Kalau begitu Kok Siauw Hong tidak kenal dengannya dan keluarganya! Benar begitu?" kata Han Tay Hiong. Pertanyaan Han Tay Hiong membuat jantung nona Han jadi berdebar-debar. "Maaf Ayah, aku tidak menanyakan hal pada Siauw Hong, tetapi mereka itu orang Yang-cou, jika mereka saling mengenal pun itu tidak mengherankan! Mengapa Ayah bertanya begitu?" kata nona Han. "Dulu di antara keluarga Ci dan keluarga Kok terjadi sedikit kesalahpahaman," kata Han Tay Hiong memberi penjelasan, "tapi kau tidak perlu tahu mengenai masalah apa hingga mereka jadi bertikai. Mungkin saja Kok Siauw Hong mengetahuinya, atau barangkali juga tidak tahu! Jika dia tidak memberitahumu kau tidak perlu menanyakan padanya!" Han Pwee Eng menarik napas lega. "Hm, itu urusan masa lalu orang tua mereka!" pikir nona Han. "Aku kira Siauw Hong dan Ci Giok Hian tidak mengetahui tentang pertikaian di antara keluarganya. Jika mereka tahu aku yakin mereka tidak akan begitu akrab, bahkan mereka bisa jadi saling jatuh cinta?" Nona Han seorang yang bersahaja dan tidak terlalu ingin tahu masalah orang lain, tak heran sekalipun dia ingin tahu masalah itu, tetapi dia diam saja dan tidak banyak bertanya. "Mengapa Ayah membicarakan soal dua keluarga itu, Ayah?" kata Han Pwee Eng. "Karena aku ingin kau waspada terhadap keluarga Ci, sekalipun kau berhubungan baik sekali dengan mereka," kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, Ayah," kata nona Han. "Kesehatan Ayah belum pulih, sebaiknya Ayah istirahat saja sejenak!" kata nona Han. "Apa yang dikatakan Beng Cit Nio padamu, kau belum menceritakannya pada Ayah," kata Han Tay Hiong, "aku kira itu masalah penting. Jika kau belum mengatakannya pada

Ayah bagaimana Ayah bisa tenang?" "Dia meminta agar aku mau menjadi pengikutnya, tetapi telah kutolak!" kata nona Han. "Jadi dengan cara itu dia hendak membebaskanmu?" kata Han Tay Hiong. "Dia memang bilang begitu, tapi aku tidak percaya kepadanya," kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong menghela napas panjang. "Kau jangan terlalu curiga, Ayah kira kata-katanya boleh dipercaya. Tapi kau tidak bersedia jadi pelayan dia, aku kira itu karena keangkuhanmu, Ayah tidak menyalahkanmu. Dia masih bilang apa lagi?" kata Han Tay Hiong. "Dia mengatakan dia sangat terkesan pada Ibu, dan dia bilang kasihan pada Ibu. Aku tidak percaya. Ayah sebenarnya dia atau bukan orang ang meracuni Ibu?" kata nona Han Pwee Eng kelihatan sangat penasaran. Mendengar kata-kata puterinya itu Han Tay Hiong terperanjat. "Kau tanyakan masalah itu kepadanya?" kata Han Tay Hiong. Han Pwee Eng mengangguk. "Benar, Ayah. Tapi dia tidak mau mengaku!" kata Han Pwee Eng. Kelihatan wajah Han Tay Hiong jadi tegang. "Lalu dia bilang apa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bilang bukan dia tapi orang lain yang meracuni Ibu. Aku tanyakan padanya, siapa orang itu? Tapi dia tidak mau memberitahuku. Ayah! Katakan padaku, sebenarnya siapa yang meracuni Ibu?" kata Han Pwee Eng. Setelah diam sejenak Han Tay Hiong baru bicara. "Dengan sesungguhnya Ayah memang mencurigai seseorang," kata Han Tay Hiong, namun setelah aku pikirpikir dengan cemat, sekarang justru muncul sebuah teka-teki, sehingga Ayah tidak berani memastikan siapa yang meracuni Ibumu itu?" "Katakan Ayah, siapa yang Ayah curigai itu?" kata Han Pwee Eng. "Baik, tapi ceritanya panjang sekali," kata Han Tay Hiong. Tetapi saat Han Tay Hiong baru akan menceritakan sesuatu pada puterinya, mendadak terdengar suara langkah kaki, menyusul suara seorang gadis bicara pada penjaga ruang batu. "Huss! Orang Beng Cit Nio datang ke mari," bisik Han Tay Hiong. "Kepandaian gadis itu sangat tinggi mungkin tidak di bawahmu. Kita harus hati-hati, masalah yang akan Ayah

ceritakan, pasti akan Ayah ceritakan setelah dia pergi!" Sekalipun dia sedang tidak berdaya namun Han Tay Hiong masih tetap cekatan. Begitu dia dengar langkah kaki gadis itu dia langsung bisa menebak, bahwa gadis itu berkepandaian tinggi. Gadis itu Ci Giok Hian yang menerima perintah dari Beng Cit Nio untuk mengantarkan makanan pada Han Tay Hiong dan puterinya. Selain makanan dia juga membawa seguci kecil arak. Ci Giok Hian seorang gadis yang cerdas dan sikapnya selalu berhati-hati. Sekalipun dia sangat girang bisa bertemu dengan Han Pwee Eng, namun sikapnya biasa-biasa saja dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak dia perlihatkan kegirangannya itu. Ini dilakukannya agar orang tidak mencurigai dia "Kata Beng Cit Nio ini bukan arak beracun, namun aku tidak bisa menjamin kalau dia tidak berbohong. Maka lebih baik aku memeriksanya dulu," pikir Ci Giok Hian. Saat dia masih berada di sebuah koridor, kebetulan di tempat itu tidak ada orang lain. Dia segera mengeluarkan sebatang jarum perak dan membuka tutup guci arak itu. Dia langsung mencelupkan jarum-perak itu ke dalam guci. Ini untuk menyelidiki apakah arak itu beracun atau tidak? Sesaat kemudian jarum-perak itu dia angkat dari dalam guci dan dia periksa Ternyata jarum-perak itu tetap putih bersih, itu tandanya arak itu tidak beracun. Sesudah itu dia keluarkan obat bubuk pemberian Seng Capsie Kouw, katanya obat bubuk itu bisa memunahkan racun Hua-hiat-to. Karena sikap Seng Cap-si Kouw sangat lembut kepadanya, malah dia yang mencarikan akal untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, Ci Giok Hian tidak mencurigainya. Malah dia mencurigai BengCitNio. Hari itu yang menjaga kamar batu Pouw Yang Hian, murid See-bun Souw Ya yang pernah bertemu dengannya. Pouw Yang Hian tidak ingat kejadian itu, yang dia tahu Ci Giok Hian ini pelayan baru Beng Cit Nio. Pada saat Ci Giok Hian baru sampai di tempat itu, dia diantar oleh Tik Bwee. Pouw Yang Hian dikalahkan oleh Tik Bwee. Hari ini Ci Giok Hian mengantarkan makanan untuk para tahanan itu. Begitu melihat Ci Giok Hian timbul kemarahan Pouw Yang Hian. Namun, dia tidak tahu berapa tinggi kepandaian silat Ci Giok Hian ini. "Pasti kepandaian gadis ini masih rendah," begitu Pouw Yang Hian berpikir. "Ditambah lagi dia sangat cantik,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kebetulan dia datang sendirian saja tidak ditemani. Lebih baik aku goda dia!" Begitu Ci Giok Hian sampai Pouw Yang Hian langsung menghadang gadis itu. "Kau membawa apa?" kata Pouw Yang Hian dengan sikap ceriwis. "Aku membawakan makanan untuk tahanan, karena Kakak Pik Cak tidak sempat ke mari, majikan menyuruh aku menggantikan makanan ini. Cepat buka pintunya!" kata Ci Giok Hian dengan angkuh. Pouw Yang Hian nyengir. "Tunggu! Kau mengantar makanan atas perintah Beng Cit Nio, kenapa kau membawa arak ke mari?" kata Pouw Yang Hian. "Arak ini aku bawa atas perintah majikanku, memang kenapa?" tanya nona Ci agak terkejut saat dia ditegur begitu. Memang Pouw Yang Hian berniat menyulitkan gadis ini, maka dia menggodanya. "Tak apa-apa, tapi aku merasa heran biasanya pelayanpelayan hanya mengantarkan makanan dan tidak membawakan arak!" kata Pouw Yang Hian. "Mana aku tahu? Kalau kau ingin tahu sebabnya, tanyakan saja pada majikanku!" kata Ci Giok Hian sedikit menggertak. Pouw Yang Hian tertawa dingin. "Hm! Kau gunakan nama Cit Nio untuk menggertakku, ya? Kau mau masuk ke ruang batu ini, tetapi kau masih harus memohon agar dibukakan pintu olehku, kan? Atas perintah guruku aku menjaga tempat ini. Aku berhak memeriksa makanan dan arak yang kau bawa itu! He! He! He! Karena ada tambahan seguci arak ini, maka kau tidak kuizinkan langsung masuk!" kata Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba dia buka tutup guci arak itu dan berteriak. "Oh, harumnya! Harum sekali!" kata Pouw Yang Hian. "Dengar nona pelayan, Han Tay Hiong tidak bisa minum arak apalagi puterinya. Lebih baik arak ini aku yang minum saja!" Dia ambil guci arak itu, dia kelihatan hendak langsung meneguknya. Melihat kelakuan Pouw Yang Hian tentu saja Ci Giok Hian jadi kaget Nona Ci langsung membentak. "Cepat letakan guci arak itu!" kata Ci Giok Hian.

Dia sambar sepasang sumpit di atas nampan makanan, lalu dia siap akan menotok jalan darah Pouw Yang Hian dengan sumpit tersebut. Tapi tiba-tiba dia mengubah niatnya itu. "Aah, tidak! Aku tidak boleh menunjukkan kepandaianku, jika kutinjukan pasti dia akan mencurigaiku! Ini bisa merusak semua rencanaku!" pikir nona Ci. Maka itu dia batalkan menotok jalan darah Pouw Yang Hian, dia hanya memukul tangan Pouw Yang Hian dengan sepasang sumpit itu. Sebenarnya sikap Pouw Yang Hian tadi hanya ingin menggoda nona Ci saja, sebenarnya dia segan juga kepada Beng Cit Nio, majikan rumah batu itu. Saat nona Ci menggerakan tangan, Pouw Yang Hian sedikit agak curiga. Wajah Ci Giok Hian cantik sekali, dia tidak mirip dengan orang yang pandai silat Pouw Yang Hian juga tahu yang menyuruh nona Ci datang ke tempat itu Seng Cap-si Kouwjuga bukan karena gadis itu lihay ilmu silatnya melainkan karena nona ini pandai menyanyi dan main musik, catur dan ahli sastra. Dia menjadi pelayan di tempat itu khusus untuk menemani Beng Cit Nio main catur dan sebagainya. Ketika Pouw Yang Hian terjungkal di tangan Tik Bwee, tapi sekarang dia masih berani mempermainkan Ci Giok Hian. Semua itu karena dia yakin Ci Giok Hian tidak pandai silat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sumpit di tangan nona Ci berhasil memukul tangan Pouw Yang Hian, tapi pukulan itu tidak membuat Pouw Yang Hian merasa sakit, hingga dia jadi keheranan. "Tadi sepasang sumpit itu bergerak seolah hendak menotok jalan darahku," pikir Pouw Yang Hian. "Eh, apa aku tadi salah lihat? Tapi pukulannya biasa saja tidak punya lwee-kang. Apa dia bisa silat atau tidak? Mengapa kelihatan dia begitu tegang saat arak ini akan aku minum?" Sekalipun berpikir begitu Pouw Yang Hian sadar gurunya tidak ada di tempat, maka dia tidak berani banyak tingkah lagi, lalu dia berkata pada nona Ci. "Aku hanya bergurau, kau tampak begitu tegang! Baik, jika kau tidak bersedia memberi penjelasan akan kutanyakan sendiri pada Beng Cit Nio. Baru sesudah itu aku izinkan kau masuk!" kata Pouw Yang Hian. Ci Giok Hian agak kaget dia tidak ingin buang waktu. "Majikanku bilang ruang batu ini sangat pengap," kata nona Ci. "Dia takut ayah dan anak itu sakit. Lalu majikan menyuruhku mengantarkan seguci kecil arak ini untuk mereka minum!" "Hm! Mengapa kau tidak bilang dari tadi?" kata Pouw Yang Hian.

"Ini cuma masalah kecil, kau malah mempersulit aku, maka aku sengaja tidak mau memberitahumu!" kata nona Ci. Pouw Yang Hian manggut-manggut. "Baik, kalau begitu aku minta maaf," kata Pouw Yang Hian. Biar aku wakili kau mengantarkan makanan dan arak ini pada mereka. Ini kulakukan agar aku bisa menebus dosa dan kesalahanku tadi." Pouw Yang Hian mengulurkan tangan akan mengambil tempat makanan itu dari tangan Ci Giok Hian.

-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Ketiga
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Diceritakan kembai oleh : marcus A.S.MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh :

Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency &

Marwin Cetakan pertama : 2005

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 25

Melihat tangan Pouw Yang Hian terjulur akan mengambil tempat makanan dan arak obat itu, tentu saja Ci Giok Hian jadi kaget bukan kepalang. Segera dia maju mencoba untuk mencegah tindakan murid See-bun Souw Ya ini. "Jangan! Aku tidak perlu merepotkan Toa-siok (Paman)!" kata Ci Giok Hian. Melihat sikap Ci Giok Hian itu, Pouw Yang Hian pura-pura kurang senang. "Aku yang harus mengantarkan makanan ini, udara di ruang batu itu sangat pengap," kata Pouw Yang Hian. "Aku pikir tidak pantas kau yang masuk ke ruangan pengap itu! Biar aku saja yang mengantarkan makanan dan arak ini!" Tangan Pouw Yang Hian tetap bergerak untuk meraih tempat makanan dan guci arak obat itu dari tangan nona Ci. Dalam keadaan yang sangat terdesak, mau tidak mau Ci Giok Hian harus memperlihatkan kepandaiannya Tangan nona Ci langsung bergerak dengan cepat, dia totok jalan darah Pouw Yang Hian. Tetapi pada saat yang bersamaan, Pouw Yang Hian pun sedang menepuk tangan nona Ci yang sedang menjinjing keranjang makanan itu. Akibatnya keranjang itu tersampok hingga jatuh ke lantai. Saat itu Ci Giok Hian dan Pouw Yang Hian sedang bertarung. Sebenarnya lwee-kang Pouw Yang Hian jauh lebih tinggi dibanding dengan lwee-kang nona Ci, namun saat Pouw Yang Hian berhadapan dengan Kong-sun Po, pemuda itu berhasil memecah lwee-kang Pouw Yang Hian, akibatnya ilmu Hoa-hiat-to Pouw Yang Hian jadi berantakan. Ketika itu lweekang Pouw Yang Hian belum pulih benar, tidak heran kalau tangkisan Ci Giok Hian membuat Pouw Yang Hian terhuyunghuyung beberapa langkah ke belakang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Pouw Yang Hian baru sadar bahwa nona Ci ini berkepandaian tinggi, ketika Pouw Yang Hian hendak berteriak minta bantuan. Ci Giok Hian langsung menotok jalan darahnya. Gerakan nona Ci sangat cepat, Pouw Yang Hian tidak mampu berkelit dari totokan nona Ci. Dengan demikian jalan darahnya kena tertotok tepat oleh Ci Giok Hian. Saat itu Ci Giok Hian melihat keranjang makanannya

tergeletak di lantai, tutup guci arak sudah terbuka, tapi untung araknya tidak tumpah. Ci Giok Hian segera menutup guci arak itu, baru dia menghampiri Pouw Yang Hian dan mengambil kunci ruang tahanan dari tangannya. Tubuh Pouw Yang Hian diseret dan disandarkan ke dinding batu. Sekarang kelihatan Pouw Yang Hian seperti orang yang sedang tidur bersandar di dinding. Ci Giok Hian berdoa dalam hati, dia berharap dalam waktu singkat tidak akan ada orang yang datang ke tempat itu. "Asalkan tidak ada yang datang, aku punya harapan bisa menyelamatkan mereka dari tempat ini!" pikir Ci Giok Hian. Nona Ci yakin benar khasiat arak Kiu-thian-sun-yang Pekhoaciu buatannya itu, ditambah lagi dia tahu Han Tay Hiong memilik lwee-kang yang tinggi. Arak obat itu sekarang telah dicampur dengan obat bubuk yang katanya pemunah racun Hua-hiat-to pemberian Seng Cap-si Kouw. Ci Giok Hian yakin dalam waktu singkat Han Tay Hiong akan pulih kembali kesehatannya, sekalipun hanya empat sampai enam bagian saja, yakni setelah dia minum arak obat itu. Jika Chu Kiu Sek datang nona Ci pun yakin, dia bersama Han Pwee Eng akan mampu melawan Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya. Jika berhasil inilah kesempatan emas yang paling berharga bagi mereka. Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng telah mendengar suara I perkelahian diluar kamar tahanan mereka. Sesudah pintu kamar tahanan itu terbuka, tampak Ci Giok Hian berjalan ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam kamar tahanan dengan langkah tegap. Melihat kedatangan Ci Giok Hian mata Han Pwee Eng terbelalak. "Kalau dia pelayan Beng Cit Nio, kenapa dia berkelahi dengan Pouw Yang Hian?" pikir Han Pwee Eng. Nona Han jadi curiga lalu bertanya pada Ci Giok Hian yang sedang menyamar jadi pelayan itu. "Siapa kau sebenarnya?" kata Han Pwee Eng. Ci Giok Hian meletakkan keranjang yang dibawanya di atas meja, lalu dia buka jendela kamar tahanan itu supaya cahaya bisa masuk ke dalam kamar tahanan. Sesudah itu baru Ci Giok Hian membersihkan mukanya yang memakai bedak untuk penyamaran dirinya. "Eh, Pwee Eng, apakah kau sudah tidak mengenaliku lagi?" kata Ci Giok Hian. Mendengar suara yang sangat dikenalnya dan melihat wajah Ci Giok Hian yang asli, tentu saja Han Pwee Eng jadi kaget bukan kepalang. Dia juga girang bukan main. "Kakak Hian rupanya kau, bagaimana kau bisa datang ke

mari?" kata Han Pwee Eng. "Jika kisahnya aku ceritakan sekarang akan panjang sekali," kata Ci Giok Hian. "Nanti setelah kita keluar dari sini, semua akan aku ceritakan kepadamu. Paman Han, apa jalan darahmu yang ditotok See-bun Souw Ya sudah terbuka!" "Sudah, lalu kenapa?" tanya Han Tay Hiong. Mendengar jawaban itu nona Ci tampak senang sekali. "Syukurlah kalau begitu, cepat Paman Han minum arak ini. Dalam waktu singkat Paman Han akan pulih kesehatannu!" kata Ci Giok Hian. Han Tay Hiong mengerutkan alisnya. "Arak apa ini?" tanya Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Arak buatan keluarga kami itu diberi nama Kiu-thian-sunyang pek hoa-ciu kata Ci Giok Hian. Han Pwee Eng girang dia langsung berkata pada ayahnya. "Ayah jangan curiga, arak itu mampu mengobati luka yang terkena pukulan Siu-lo-im-sat-kang kata nona Han. Han Tay Hiong sedikit tercengang. "Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?'' kata Han Tay Hiong. "Aku sembuh oleh arak itu, Ayah!" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong bertambah curiga, dia tidak mau segera meminum arak obat itu. Kecurigaan ini terjadi karena Han Pwee Eng telah membohongi ayahnya. Ketika baru bertemu dengan ayahnya di kamar tahanan, Han Pwee Eng mengatakan dia telah menikah dengan Kok Siauw Hong. Dengan demikian Han Tay Hiong mengira luka Han Pwee Eng sudah sembuh karena pertolongan Kok Siauw Hong yang mengobatinya dengan jurus Siauw-yang-sin-kang. Jelas Han Tay Hiong tidak mengetahui kalau Han Pwee Eng di tengah perjalanan ketika akan ke Yang-cou telah diculik oleh Ci Giok Hian. Akhirnya Ci Giok Hian mengobati puteri Han Tay Hiong dengan arak obat itu hingga sembuh dari lukanya. Han Pwee Eng sadar ayahnya mulai curiga. "Memang sulit untuk mengelabui Ayah, tetapi saat ini aku harus membujuk Ayah supaya mau meminum arak obat itu!" begitu nona Han berpikir. "Ayah, jika aku menceritakan pengalamanku itu akan panjang sekali ceritanya. Cepat Ayah minum arak obat itu. Aku tidak berbohong, aku pun pernah merasakan khasiat arak obat itu!" kata Han Pwee Eng. Melihat ayahnya tidak segera meminum arak itu nona Han jadi gugup sekali. Sebaliknya Han Tay Hiong malah bertanya pada Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Ci, bukankah Beng Cit Nio yang menyuruhmu mengantarkan arak ini?" kata Han Tay Hiong dengan suara tajam. "Benar, Paman Han," jawab Ci Giok Hian terus terang. "Kalau begitu dia juga yang mengutusmu untuk menyelamatkan kami?" kata Han Tay Hiong. "Benar, Paman," kata nona Ci. Mendengar jawaban yang jujur dari Ci Giok Hian, wajah Han Tay Hiong tiba-tiba berubah. "Tidak! Aku tidak mau minum arak itu, lebih baik aku mati saja daripada aku menerima budinya!" kata Han Tay Hiong. "Paman Han jangan salah mengerti," kata Ci Giok Hian. "Aku salah mengerti bagaimana?" kata Han Tay Hiong ketus. "Ceritanya begini, Paman! Beng Cit Nio tidak mengetahui siapa aku ini. Dia juga tidak mengetahui arak obat ini sangat berkhasiat dari keluargaku!" kata Ci Giok Hian memberi penjelasan. "Hm! Kalau begitu, jika aku meminum arak ini aku menerima budimu dan bukan budi Beng Cit Nio? Dengan demikian aku jadi hutang budi kepadamu?" kata Han Tay Hiong dengan suara hambar. Mendengar jawaban ini nona Ci jadi gugup bukan main. "Kenapa Paman Han memandang diriku seburuk itu? Dalam keadaan sangat berbahaya ini kenapa dia tidak mau minum arak obat ini. Apakah ini karena Pwee Eng telah memberitahu ayahnya bahwa aku telah merebut calon suaminya?" begitu Ci Giok Hian berpikir. Tanpa terasa wajah nona Ci berubah jadi merah-padam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ucapan Paman Han sungguh keras sekali. Padahal hubunganku dengan Pwee Eng sudah seperti kakak beradik. Tetapi mengapa Paman berkata bahwa pemberian arak ini membuat Paman menerima budiku?" kata Ci Giok Hian dengan pilu. Perubahan wajah Ci Giok Hian sekilas terlihat oleh Han Tay Hiong, sehingga orang tua ini jadi curiga sekali. Sedang Han Pwee Eng yang tidak melihatnya, segera membujuk ayahnya. "Ayah, aku tahu Ayah tidak mudah menerima budi seseorang," kata nona Han. "Tetapi Kak Ci ini seperti keluarga

kita sendiri, minumlah arak ini, Ayah! Ayah jangan terlalu keras hati!" Setelah mendengar bujukan puterinya Han Tay Hiong berpikir. "Keluarga Kok dan keluarga Ci tidak bermusuhan dengan keluargaku; sedangkan anakku Pwee Eng menantu keluarga Kok. Tidak mungkin dia ingin menuntut balas kepadaku. Ditambah lagi Pwee Eng pun diobatinya, dia tidak menuntut balas pada Pwee Eng. Aku yakin dia juga tidak berniat jahat ingin meracuniku!" pikir Han Tay Hiong. Ketika Han Pwee Eng melihat ayahnya diam saja sedang berpikir, Han Pwee Eng kembali membujuknya. "Ayah, kau jangan hanya memikirkan diri Ayah sendiri. Apakah Ayah tidak memikirkan aku juga? Jika lwee-kang Ayah sudah pulih kembali, maka aku dan Ayah punya harapan untuk bisa meloloskan diri dari sini!" kata Han Pwee Eng. Tampak Han Tay Hiong kaget, dia berpikir lagi. "Memang benar, demi kepentingan Pwee Eng aku harus menempuh bahaya untuk mencobanya," pikir Han Tay Hiong. Setelah manggut-manggut dia tatap wajah Ci Giok Hian sambil berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah, Nona Ci. Demi menyelamatkan kami sekeluarga kau berani menempuh bahaya," kata Han Tay Hiong sambil mengambil guci arak itu dan langsung diteguknya tanpa berpikir panjang lagi. Tetapi baru saja dia minum arak itu beberapa teguk, wajah Han Tay Hiong tiba-tiba berubah. Sepasang matanya melotot dan membara sambil menatap ke arah Ci Giok Hian. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya Ci Giok Hian saat itu. Tiba-tiba tangan Han Tay Hiong bergerak dengan cepat, dia cengkram urat nadi Ci Giok Hian. Tidak heran gadis ini pun jadi tidak bisa bergerak, sekujur tubuhnya lemas. Pada saat yang bersamaan Han Tay Hiong telah mengangkat tangannya hendak menghajar batok kepala Ci Giok Hian. Pemandangan ini hebat sekali! Menyaksikan ayahnya akan menyerang Ci Giok Hian, bukan main kagetnya Han Pwee Eng. "Ayah, jangan!" teriak Han Pwee Eng dengan kaget. "Ci Giok Hian kau manusia kejam! Beng Cit Nio yang menyuruhmu atau kau sendiri yang menaruh racun ke dalam arak ini?" kata Han Tay Hiong. Ucapan Han Tay Hiong membuat Han Pwee Eng kaget bukan main. "Apa? Arak itu beracun?" kata Han Pwee Eng. Pada saat yang bersamaan nona Ci pun merasakan tangan

Han Tay Hiong dingin, tidak lama kemudian tubuh Han Tay Hiong pun roboh ke lantai tidak berdaya. Sesudah Han Tay Hiong roboh nona Ci baru sadar kalau bubuk yang diberikan oleh Beng Cit Nio itu bubuk racun. Dengan gugup dan tergesa-gesa Han Pwee Eng memeriksa nadi ayahnya, ternyata denyut nadi Han Tay Hiong masih bergerak-gerak, itu tandanya Han Tay Hiong belum binasa, tapi tubuh Han Tay Hiong sudah dingin. Mendadak Han Pwee Eng melompat bangun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ci Giok Hian! Kau ingin mendapatkan Kok Siauw Hong, aku bersedia mengalah kepadamu! Tetapi mengapa kau mencelakai Ayahku?" kata Han Pwee Eng. Semula Han Pwee Eng percaya sekali pada Ci Giok Hian bahwa gadis itu akan menolongi mereka dengan tulus, tetapi sekarang telah terbukti di depan matanya, bahwa Ci Giok Hian telah mencelakai ayahnya. Sebaliknya Ci Giok Hian berani menempuh bahaya demi menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, tetapi tidak diduganya justru sekarang dia telah mencelakakan Han Tay Hiong. Dengan demikian Han Pwee Eng sekarang jadi salah paham dan menuduh dia mencelakai ayahnya. Ci Giok Hian kaget dan berduka sekali. Dengan suara dingin Han Pwee Eng berkata pada nona Ci. "Mengenal orang tetapi aku tidak bisa menjajaki isi hatinya! Baik, Ci Giok Hian sekarang aku baru tahu sifatmu! Hm! Kau sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, kan? Kepandaianmu lebih tinggi dari kepandaianku, tetapi sekarang kau boleh maju! Kau telah membunuh Ayahku, sekarang kau juga boleh membunuhku!" kata Han Pwee Eng dengan sengit. Nona Ci tersentak dan sadar dari mimpi buruk yang dialaminya itu. "Bukan! Bukan aku yang mencelakakan ayahmu!" kata Ci Giok Hian gugup sekali. "Kalau begitu, siapa yang mencelakai Ayahku?" kata Han Pwee Eng. Mendadak terdengar suara sahutan. "Aku sudah tahu siapa dia?" kata suara sahutan itu. Tak lama tampak seseorang berjalan ke dalam kamar itu. Orang itu Beng Cit Nio adanya. Ketika dia melihat Han Tay Hiong tergeletak di lantai tidak bergerak, Beng Cit Nio menghela napas seraya berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah! Sayang aku datang terlambat selangkah!" kata Beng Cit Nio. Usai berkata begitu Beng Cit Nio menoleh dan menatap ke arah Ci Giok Hian, lalu berkata dengan suara dingin sambil melancarkan sebuah serangan pukulan yang hebat luar biasa. "Sekalipun kau bukan pelaku utamanya, tetapi kau tetap membantu pelaku utama itu!" kata Beng Cit Nio. "Maka aku tidak akan mengampunimu!" Ucapan Beng Cit Nio membuat nona Han mulai mempercayai Beng Cit Nio, bahwa ada orang yang berniat membunuh ayahnya dengan racun, tetapi dia yakin di balik peristiwa itu pasti ada sesuatu sebab lain. Maka itu dia jadi tidak tega menyaksikan Ci Giok Hian mati di tangan Beng Cit Nio. Saat itu Ci Giok Hian diserang oleh Beng Cit Nio. Karena dia harus menyelamatkan diri, secara reflek dia tangkis serangan Beng Cit Nio itu. "Buk!" Tubuh Ci Giok Hian terpental hingga membentur dinding kamar batu. Untung serangan itu tidak melukai Ci Giok Hian, sekalipun nona Ci roboh dan tubuhnya membentur dinding. Melihat Ci Giok Hian roboh dan tidak terluka, Beng Cit Nio semakin gusar. Beng Cit Nio semakin yakin bahwa Ci Giok Hian seorang mata-mata yang diutus Seng Cap-si Kouw ke tempatnya. Saat Beng Cit Nio akan mengulangi serangannya, nona Han berteriak. "Tunggu Cit Nio!" kata nona Han. "Aku sudah tahu siapa pelaku utama semuanya ini, kau jangan banyak bertanya lagi! kata Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beng Cit Nio langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian. Saat itu keadaan sangat kritis, entah bagaimana Ci Giok Hian harus menghindar dari serangan maut itu. Ternyata Beng Cit Nio hendak menotok jalan darah Beng-khie-hiat nona Ci. Tibatiba terdengar Beng Cit Nio membentak keras. "Mengingat kau pernah menemaniku main catur, maka aku akan membunuhmu dengan tubuh tetap utuh!" kata Beng Cit Nio. Ci Giok Hian sadar bahwa dia sudah tidak mungkin bisa

menghindari serangan Beng Cit Nio itu. Nona Ci juga sadar sasaran jalan darah yang dituju oleh Beng Cit Nio sangat penting, jika tertotok maka dia akan binasa. Dalam keadaan sudah tidak berdaya yang bisa dilakukan oleh Ci Giok Hian adalah memejamkan matanya dan pasrah diserang oleh Beng Cit Nio. Saat jari Beng Cit Nio menempel ke tubuh nona Ci, Ci Giok Hian jadi heran dia hanya merasakan bagian yang tertotok itu sedikit kesemutan, dia tidak terluka dan itu berarti dia tidak akan binasa. Rupanya saat jari Beng Cit Nio menyentuh tubuh nona Ci, kebetulan jari Beng Cit Nio mengenai benda keras di saku nona Ci. Karena heran dan penasaran Beng Cit Nio mengambil benda itu dari saku Ci Giok Hian. Benda itu ternyata sebuah cincin. Saat melihat benda yang ada di tangan Beng Cit Nio, Ci Giok Hian baru ingat. Malam itu Seng Liong Sen memberi dia sebuah cincin. Ketika pulang dan sampai ke kamarnya, cincin itu dia simpan di dalam sakunya. Sesudah Beng Cit Nio memperhatikan cincin itu, dia m megenali cincin itu milik Seng Liong Sen. Maka itu dia langsung berkata. "Jadi kau dan Liong Sen sudah berjanji akan sehidupsemati sampai tua. Karena memandang muka keponakanku, hari ini kau kuampuni! Cepat kau pergi dari sini! Selanjutnya jika aku bertemu lagi denganmu, pasti nyawamu akan kucabut!" kata Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun Beng Cit Nio tidak sepaham dengan Seng Cap-si Kouw, tetapi dia juga sangat sayang kepada Seng Liong Sen. Cincin itu rupanya hadiah dari Beng Cit Nio pada Seng Liong Sen untuk pertunangannya. Ci Giok Hian tertegun dan termangu-mangu di tempatnya. Dia tahu saat itu telah terjadi kesalah pahaman lagi. Ci Giok Hian ingin memberi penjelasan, tetapi Beng Cit Nio dalam keadaan gusar telah mengusir dia dengan kasar, sehingga mana mungkin Beng Cit Nio mau mendengarkan penjelasan dari Ci Giok Hian. Ci Giok Hian terkejut bukan main, saat mendengar sebuah suara lirih dan samar-samar masuk ke telinganya. "Cepat! Cepat pergi! Jika terlambat kau akan celaka!" kata suara lirih itu. Ci Giok Hian kaget bukan main. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Saat dia memandang ke satu arah, dia lihat Pouw Yang Hian masih duduk tersandar ke dinding ruang batu. "Suara siapa itu?" pikir Ci Giok Hian. Tiba-tiba Ci Giok Hian mendengar suara tawa terbahakbahak.

Sekarang dia melihat seorang lelaki tua di ujung lorong sedang berjalan mendatangi ke arahnya. Orang itu tidak lain See-bun Souw Ya adanya. Pada saat See-bun Souw Ya sedang tertawa terbahak-bahak, Ci Giok Hian mendengar lagi suara lirih itu. "Cepat pergi, kau harus pergi ke arah Timur!" bisik orang itu. Ci Giok Hian seolah mengenali suara lirih itu, tetapi tidak ada waktu baginya untuk berpkir lagi, karena See-bun Souw Ya sudah terdengar berkata dengan suara lantang. "Nona Tik Khim, kau memang seorang yang berkepandaian tinggi, tetapi kenapa kau menyulitkan muridku?" kata See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untung See-bun Souw Ya tidak mendengar suara bisikan lirih yang terdengar ke telinga nona. Ci Giok Hian. Rupanya ilmu yang digunakan orang yang membisikinya adalah ilmu Thian-tun-coan-im (Ilmu Getaran Langit Untuk Menyampaikan Suara). Ilmu Thian-tun-coan-im lebih hebat darHimu Coan-imjippek, dengan ilmu Thian-tun-coan-im orang yang bersangkutan bisa khusus mengirim suara kepada orang yang bersangkutan, sedangkan Coan-im-jip-pek tidak bisa. Oleh karena itu ilmu Thian-tun-coan-im lebih sulit dipelajari dibanding dengan ilmu Coan-im-jip-pek. Orang yang menggunakannya juga pasti memiliki lwee-kang yang tinggi. Dari ayahnya Ci Giok Hian pernah mendengar ilmu itu, tetapi tidak pernah menyaksikan orang mempelajarinya. Sekarang dia mendengar suara orang yang menggunakan ilmu itu. Sekarang dia sadar ada orang berilmu tinggi sedang melindungi dirinya. Orang itu sayang sekali tidak memperlihatkan diri, mungkin ilmu silatnya masih kalah jauh dari See-bun Souw Ya. Ci Giok Hian dengan tak banyak bicara langsung melesat pergi ke arah Timur. Tapi See-bun Souw Ya membentaknya. "Hai! Kau mau lari ke mana?" bentak See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya menyambit dengan dua buah senjata rahasia ke arah Ci Giok Hian. Yang sebuah diarahkan ke arah Ci Giok Hian sedang yang sebuah lagi ke arah Pouw Yang Hian, muridnya Saat itu Ci Giok Hian sedang melesat di udara, jelas dia tidak akan mampu mengelak serangan See-bun Souw Ya itu. Sedang senjata yang satunya mengenai Pouw Yang Hian, hingga orang ini berteriak. "Aaah!" Pouw Yang Hian berteriak bukan karena kesakitan terkena

senjata itu, tetapi totokannya kini telah dibebaskan oleh gurunya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan senjata rahasia yang ditujukan ke arah Ci Giok Hian meluncur cepat, namun tiba-tiba dari ruang tahanan pun meluncurlah guci arak ke arah senjata itu. "Tang!" Senjata rahasia yang mengarah ke tubuh Ci Giok Hian beradu dengan guci arak, dan langsung jatuh ke lantai. Celakanya guci arak yang berbenturan dengan senjata rahasia See-bun Souw Ya itu, justru jatuh dan menimpa ke kepala Pouw Yang Hian. "Duk! Prang!" Guci arak beradu dengan kepala Pouw Yang Hian sehingga dalam seketika kepala Pouw Yang Hian terluka parah, darah mengucur dari kepalanya dan membasahi wajahnya Pada saat yang bersamaan Beng Cit Nio muncul dari kamar tahanan sambil berkata dengan suara dingin. "Bagus, kau ingin melampiaskan kedongkolan muridmu, ya?' kata Beng Cit Nio. "Oh, maaf aku tidak berani!" kata See-bun Souw Ya. "Hm! Terima kasih karena See-bun Sian-seng tidak banyak bertanya, kalau begitu, silakan!" kata Beng Cit Nio. Ucapan itu sama seolah Beng Cit Nio telah mengusir Seebun Souw Ya agar segera meninggalkan tempat itu. Bukan pergi tetapi See-bun Souw Ya malah melangkahkan kakinya dua langkah sambil berkata dengan dingin. "Ini masalah kecil tidak perlu diungkit lagi," kata See-bun Souw Ya. Kening Beng Cit Nio berkerut. "Oh! Kalau begitu masih ada urusan besar yang lain?" kata Beng Cit Nio. See-bun Souw Ya mendengus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Aku hanya mau bertanya, mau apa kau ke mari?" kata See-bun Souw Ya. Beng Cit Nio tertawa dingin. "Ini tempat tinggalku, aku bebas mau ke mana aku suka!" "Kau sudah mengatakan bahwa penjagaan terhadap Han Tay Hiong menjadi tugasku, tetapi mengapa kau ikut campur lagi dalam masalah ini?" kata See-bun Souw Ya.

Beng Cit Nio mengeluarkan suara dingin dari hidungnya "Hm! Aku akui aku memang wanita berhati sempit, juga aku sebal melihat kalian bertingkah di tempatku ini! Jika aku ikut campur lalu kau mau apa?" kata Beng Cit Nio. See-bun Souw Ya tertawa dengan tawa liciknya. "Aku tidak bisa mencegahmu, jika Cit Nio mau ikut campur aku mohon petunjuk darimu!" kata See-bun Souw Ya. Beng Cit Nio tertawa dingin. "Oh! Jadi kau ingin menjajal ilmu silatku?" Saat keduanya sedang adu bicara, Ci Giok Hian sudah melompat ke pagar tembok dan sudah pergi jauh. Saat dia berlari ke arah timur, terlihat Chu Kiu Sek muncul dari arah barat. Chu Kiu Sek muncul karena mendengar suara tawa Seebun Souw Ya. Sekalipun dia melihat Ci Giok Hian melewatinya, tapi dia tidak mengejarnya Tapi saat di ruang tahanan, pewarna yang menyamarkan wajah nona Ci telah dihapus, ini membuat Chu Kiu Sek jadi mengenalinya. Melihat hal itu dia tidak rela Ci Giok Hian lolos dari tangannya. Tiba-tiba Chu Kiu Sek mengayunkan tangan, maka meluncurlah senjata rahasia ke arah Ci Giok Hian. "Seeer! Seer!" Namun suara itu disusul oleh suara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tang!Ting!" Chu Kiu Sek tidak mengira senjata rahasianya terpukul oleh batu kerikil sehingga senjata rahasia itu berjatuhan ke lantai dengan sia-sia. Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. "Hm! Rupanya Beng Cit Nio menyembunyikan pesilat tinggi di tempat ini?!" pikir Chu Kiu Sek. Baru saja Chu Kiu Sek berpikir begitu dia mendengar suara pertarungan di ruang tahanan. Oleh sebab itu buru-buru Chu Kiu Sek melompat ke arah ruang tahanan sambil berteriak. "Tangkap gadis itu!" teriak Chu Kiu Sek. Begitu teriakan Chu Kiu Sek sirna, tampak dua orang melesat ke arah Ci Giok Hian. Yang seorang membawa sebilah pedang sedang yang seorang lagi bertangan kosong. Selain kedua orang itu tampak ada tiga orang lagi yang baru muncul. Mereka langsung menghadang dan mengepung nona Ci. Maka apa boleh buat Ci Giok Hian harus menerjang para penghadangnya itu. Melihat nona Ci maju dengan nekat ke arah mereka, para penghadang itu kaget bukan kepalang. Mereka tahu nona Ci anak buah Beng Cit Nio. Bagi orang yang tidak tahu tentang Beng Cit Nio, mereka menganggap Beng Cit Nio ini Iblis Wanita yang sering membunuh orang tanpa belas kasihan.

Malah See-bun Souw Ya mau pun Chu Kiu Sek sangat hormat kepada wanita ini. Sedang kedua orang yang menghadang Ci Giok Hian, mereka bawahan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Sudah jelas mereka berdua tidak berani melakukan kesalahan terhadap Beng Cit Nio. Tadi mereka telah mendapat perintah dari Chu Kiu Sek untuk menangkap nona Ci, mau tidak mau mereka harus ikut membantu menghadang Ci Giok Hian. Ketika mereka menyaksikan Ci Giok Hian dengan ganas menerjang ke arah mereka, kedua orang itu jadi serba salah. Jika mereka turun tangan dengan kejam mereka khawatir akan melukai nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika mereka tidak turun tangan, malah merekalah yang akan celaka oleh Ci Giok Hian. Berhubung kedua orang itu ragu-ragu, ketika serangan dari Ci Giok Hian mendadak sampai, terpaksa mereka menangkis serangan nona Ci itu. Tetapi sesudah tangan mereka bentrok, tanpa terasa mereka terhuyung ke belakang. Ini sebuah kesempatan yang baik. Ci Giok Hian segera mempergunakan kesempatan baik itu. Dia segera melakukan serangan yang kedua. Ternyata kepandaian nona Ci lebih tinggi dari kedua anak buah See-bun Souw Ya itu. Tidak heran tak lama kedua orang itu roboh di tangan Ci Giok Hian. Tidak berapa lama kelihatan ada enam orang bermunculan dari suatu tempat. Begitu mereka melihat nona Ci berhasil melukai rekan-rekannya, salah seorang dari ketujuh orang itu berteriak. "See-bun Sian-seng sedang bertarung dengan Beng Cit Nio kita jangan sungkan-sungkan terhadap pelayannya ini!" kata orang itu. Salah seorang yang bersenjata pedang langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian. Nona Ci segera berkelit, dia ulurkan tangannya akan merebut pedang di tangan penyerangnya itu. Dengan gesit luar biasa Ci Giok Hian berhasil merebut pedang dari tangan musuhnya. Nona Ci lalu menggunakan jurus Pek-hoa-kiam-hoat untuk menyerang lawan-lawannya. Pedang di tangan nona Ci berkelebat. "Aduuh!" "Aaah!" "....Aaah"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam waktu singkat Ci Giok Hian berhasil merobohkan mereka. Saat Ci Giok Hian akan melompat pergi dari tempat itu, mendadak terdengar sebuah bentakan. "Jangan lari gadis liar!" teriak orang itu. Dua bayangan melesat ke arah Ci Giok Hian. Melihat gerakan dua sosok bayangan itu Ci Giok Hian terperanjat. Ci Giok Hian mengenali salah seorang dari kedua sosok bayangan itu, orang itu tidak lain dari The Yu Po, murid kedua See-bun Souw Ya. Sedangkan yang seorang lagi tidak dikenalinya. Tapi orang yang tidak dikenalnya itu yang membentak ke arah nona Ci. Suara bentakan orang itu membuat telinga Ci Giok Hian terasa sakit. Itu pertanda lweekang orang itu cukup tinggi dan mungkin lebih tinggi dari lwee-kang The Yu Po. Dari pelayan-pelayan lain Ci Giok Hian pernah mendapat keterangan, bahwa kepandaian The Yu Po lebih tinggi dibandingkan dengan kepandaian Pouw Yang Hian. Ketika Ci Giok Hian melihat The Yu Po muncul, malah bersama orang yang ilmu silatnya tinggi, diam-diam hati Ci Giok Hian cemas juga. Dia yakin akan sulit mengatasi kedua orang itu. Sungguh sulit bagi Ci Giok Hian bisa melarikan diri dari tempat itu. Selain kedua orang tangguh, masih ada enam orang lain yang harus dihadapi oleh nona Ci. Mereka semuanya membawa senjata tajam yang cahayanya gemerlapan. Tiba-tiba Ci Giok Hian mendengar ada suara benda jatuh. "Buk!" Ketika diperhatikan ternyata benda yang jatuh itu sebuah batu yang jatuh tepat di sebelah kanan Ci Giok Hian. Orang yang mengejar Ci Giok Hian mengira serangan dengan batu itu ulah temannya, dengan demikian dia jadi tidak begitu curiga. Sebaliknya Ci Giok Hian, dia jadi keheranan sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mungkin ini perbuatan orang yang membantuku dengan diam-diam! Mungkin dia menginginkan agar aku lari ke arah yang ditunjukkannya?'' pikir Ci Giok Hian. Maka dengan tidak berpikir panjang lagi Ci Giok Hian lalu berlari ke arah kanan. Saat Ci Giok Hian sudah lari cukup jauh dan dia sampai di sebuah gunung-gunungan, dia mendengar ada orang yang memberinya peringatan. "Cepat masuk ke dalam!" kata suara itu. Di depan nona Ci sudah tidak ada jalan, sedangkan dari belakang nona Ci kelihatan para pengejarnya sedang mengejar dia. Dengan demikian sudah tidak ada jalan lain

untuk nona Ci meloloskan diri, selain dia menuruti nasihat itu. Maka masuklah Ci Giok Hian ke dalam goa di balik gununggunungan. Baru saja Ci Giok Hian melintas masuk ke pintu goa, tiba-tiba dia mendengar batu besar bergeser dan menutupi lubang goa itu. "Bum!" Ketika The Yu Po sampai ke tempat Ci Giok Hian melarikan diri, The Yu Po sudah tidak melihat nona Ci lagi. Malah bayangannya pun tidak ada! Dia heran dan bingung, dia sadar kalau dia sedang dipermainkan oleh seseorang. Sedang Ci Giok Hian yang sudah di dalam goa, matanya terbelalak kaget. Ternyata goa itu buntu selain jalan yang tertutup batu besar itu. Tetapi di situ terdapat sebuah batu yang terletak di sudut kiri. Lalu Ci Giok Hian mendorong batu itu dan dia berhasil menggeser batu itu ke samping. Dari situ ada sebuah lubang. Ci Giok Hian masuk ke dalam lubang itu, Dia berjalan sampai di ujung lorong goa itu. Tahu-tahu sekarang nona Ci ada di sebuah halaman. Dari dalam goa Ci Giok Hian masih mendengar suara teriakan dan seruan anak buah See-bun Souw Ya. Mereka terdengar sedang berusaha mendorong batu besar untuk membuka pintu goa itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah! Sudah, jangan buang tenaga percuma. Mari kita asapi saja lubang goa itu sebanyak-banyaknya. Aku yakin dia akan kepengapan dan pingsan atau dia keluar. Sesudah itu jika dia tidak keluar baru kita coba membuka lubang goa itu dan kita bawa dia!" kata salah seorang dari mereka. "Jangan! Cara begitu sangat berbahaya, bagaimana kalau nona itu sampai mati karena pengap? Chu Sian-seng menginginkan agar kita membawa dia dalam keadaan hidup. Jika nona itu tertangkap hidup kita bisa mengorek rahasia darinya!" kata yang lain. Ternyata orang yang datang bersama-sama dengan The Yu Po itu bernama Cok Tay Ju, majikan muda perkampungan Cok-kee-cung. Keluarga Cok sangat terkenal ilmu goloknya. Cok Tay Ju seorang kepala piauw-su yang terkenal, dia ditarik oleh See-bun Souw Ya untuk bergabung dengan si Iblis Tua ini. Orang ini sangat berpengalaman, saat dia melihat batu besar dia tahu batu itu pasti penutup lubang goa. "Tidak masuk akal kalau saat gadis itu masuk ke dalam goa lalu batu besar itu justru menggelinding dan menutupi lubang goa itu?" pikir Cok Tay Ju. "Aah, jangan-jangan di dalam goa itu ada jalan rahasianya?" "Saudara The, kalian bersama anak buahmu tetap di sini, sedang aku dan saudara Gan akan menyelidiki keadaan di luar

goa. Siapa tahu nona busuk itu sudah ada dHuar, kami akan berusaha menangkap dia!" kata Co Tay Ju. "Baik," jawab The Yu Po. Memang dugaan Cok Tay Ju benar. Saat itu Ci Giok Hian sudah ada dHuar goa sedang masuk ke hutan. Setelah berada dHuar goa dan ada di tengah hutan, hati Ci Giok Hian merasa lega. "Sebenarnya siapa yang telah membantuku?" pikir nona Ci. "Tampaknya dia mendapat kesulitan, dengan demikian dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak berani memperlihatkan diri. Ditambah lagi dia sangat faham keadaan tempat ini. Jika dia tidak tahu keadaan di sini, bagaimana dia bisa tahu di dalam goa itu terdapat jalan keluar?" Setelah berpikir agak lama Ci Giok Hian berkata sendiri. "Tidak salah, pasti dia orangnya!" begitu pikir nona Ci. Saat dia ingat orang itu tiba-tiba wajahnya berubah merah. Orang yang diingat oleh nona Ci itu Seng Liong Sen. Sedangkan Beng Cit Nio piauw-kouwnya, tidak heran jika dia mengenal keadaan di tempat itu. Ci Giok Hian memperhatikan cincin pemberian pemuda itu, dan Beng Cit Nio yang memakaikan cincin itu ke jari tangannya. Ternyata cincin itulah yang telah menyelamatkan nyawanya. Tetapi tiba-tiba nona Ci jadi jengah bukan main. "Mungkin Seng Liong Sen bermaksud baik, tetapi Beng Cit Nio malah salah faham, dan menganggap Liong Sen mencintaiku. Aaah! Kejadian ini membuat aku jadi malu sekali! Hm! Apakah Seng Liong Sen memang bermaksud begitu? Dengan memberi cincin dia ingin menunjukkan isi hatinya?" pikir nona Ci. Hati nona Ci kacau bukan main. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki orang dan dia tahu orang itu pasti sedang mengejar dia. Malah Ci Giok Hian yakin bahwa langkah kaki itu langkah Seng Liong Sen. "Walau bagaimana aku harus berterima kasih kepadanya," begitu pikir nona Ci. "Tetapi haruskah aku menyalahkan dia? Dia menyelamatkan aku, maka sudah seharusnya aku berterima kasih kepadanya, bukan menyalahkan dia! Tetapi cincin ini... .Cincin ini... Aaah! Sudah saatnya aku berterusterang kepadanya, bahwa aku sudah mempunyai seorang pria idaman agar dia tidak memikirkan aku!"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam nona Ci melepas cincin itu, dia bermaksud mengembalikannya Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara bentakan nyaring. "Gadis busuk kau mau kabur ke mana?" kata suara bentakan itu dari belakang si nona. Saat nona Ci menoleh dilihatnya dua orang sedang mendatangi ke arahnya, salah seorang dari kedua orang itu aalah Cok Tay Ju, sedang kawannya bukan Seng Liong Sen. Buru-buru nona Ci menyimpan cincin itu, lalu menghunus pedangnya. Sedangkan Cok Tay Ju berbisik pada kawannya. "Saudara Gan kau harus waspada, siapa tahu gadis busuk ini masih punya kawan!" kata Cok Tay Ju. "Baik," kata kawan Cok. Cok Tay Ju langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian dengan goloknya Mendapat serangan itu, nona Ci tidak berkelit, melainkan menangkis golok itu dengan jurus "Giok Li Toh Cun " (Gadis cantik menunjuk jalan). "Trang!" Golok dan pedang beradu dengan keras. Nona Ci merasakan telapak tangannya sakit sekali. Buru-buru nona Ci menarik pedangnya tetapi sekaligus menyerang lagi dengan jurus "Eng-cui-pou-ceng " (Bunga terapung di permukaan air). Itu adalah salah satu jurus Pek-hoa-kiam-hoat yang sangat lihay. Pedang nona Ci berkelebat cepat luar biasa. Cok Tay Ju tidak berani menangkis serangan pedang nona Ci itu, ia buru-buru mundur selangkah ke belakang. Ternyata gerakan ilmu pedang Pek-hoa-kiam-hoat sangat cepat. Melihat hebatnya serangan nona Ci mata Cok Tay Cu dan kawannya membelalak keheranan. Bahkan teman Cok Tay Ju berseru.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ilmu pedang yang lihay! Orangnya pun cantik sekali! Saudara Cok aku harap kau jangan bunuh dia, tangkap saja dia hidup-hidup!" kata kawan Cok Tay Ju. Cok Tay Ju tertawa sambil terus bertarung dengan hebat. Lama-lama nona Ci mulai kehabisan tenaga karena tadi tenaganya telah terkuras saat dia bertarung melawan beberapa orang musuh. "Jangan khawatir saudara Gan, tidak sulit untuk menangkap nona ini dalam keadaan hidup!" kata Cok Tay Ju sambil tertawa. Cok Tay Ju mulai menyerang ke arah Ci Giok Hian secara bertubi-tubi, serangan ini membuat Ci Giok Hiajadi terdesak dan harus mundur terus. Cok Tay Ju saat menyerang menggunakan jurus Cap-pwee-lu-to-hoat (Ilmu golok delapan

belas arhat). Ilmu golok ini sangat terkenal di kalangan kangouw. Serangan-serangan Cok Tay Ju membuat Ci Giok Hian harus mundur, tanpa terasa punggung nona Ci membentur sebuah pohon besar. Sedangkan lawannya terus mendesaknya. Saat itu kelihatan Ci Giok Hian sudah tidak mampu melakukan perlawanan lagi. Melihat lawannya mulai gugup Cok Tay Ju tertawa terbahak-bahak. "Nona, apa kau tidak mau menyerah. Lebih baik kau menyerah sebelum aku melukaimu, nona!" kata Cok Tay Ju. Pada saat itu tanpa disadari Cok Tay Ju menginjak sesuatu hingga kakinya terpeleset dan dia nyaris jatuh. Rupanya yang terinjak oleh Cok Tay Ju buah pohon itu. Cok Tay Ju kaget bukan kepalang karena tubuhnya seolah-olah akan ngusruk ke depan. Hal ini membuat Cok Tay Ju jadi ragu-ragu dan dia tidak berani maju lagi ke arah Ci Giok Hian. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ci Giok Hian. Dengan cepat Ci Giok Hian menusukkan pedangnya ke arah Cok Tay Ju.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah!" terdengar teriakan Cok Tay Ju. Teriakan kaget Cok Tay Ju itu disusul dengan teriakan lain. "Aduh!" Ternyata bahu Cok Tay Ju tertusuk oleh pedang Ci Giok Hian, darah mengucur deras dari bahunya. Kawan Cok Tay Ju ketika menyaksikan kejadian itu jadi terkejut bukan main. Buru-buru dia maju akan menolongi kawannya. Kawan Cok Tay Ju yang bernama Gan Ceng Kou ini menggunakan rantai yang pada ujungnya terdapat bola besi. Dia segera menyerang nona Ci dan rantai berujung bola besi itu meluncur deras sekali. Tetapi nona Ci segera berkelit dan dia juga langsung menyerang dan menangkis rantai itu dengan pedangnya. "Tang!" Pedang yang ada di tangan Ci Giok Hian somplak sedikit, karena tenaga Gan Ceng Kou ini sangat besar, tangkisan Ci Giok Hian membuat pedangnya berbenturan dengan keras. Saat itu Cok Tay Ju membentak dengan keras. "Nona busuk, kau sungguh kejam! Aku tak tega mencabut nyawamu kau malah melukaiku! Baiklah, terpaksa aku akan membunuhmu!" kata Cok Tay Ju. Setelah membalut lukanya dengan kain, dia siap akan maju lagi. Sekarang serangan Cok Tay Ju jadi semakin ganas, tetapi karena salah satu bahunya telah terluka, gerakan Cok Tay Ju jadi agak terganggu, sehingga gerakan Cok Tay Ju ini kurang gesit dibanding tadi. Sambil menangkis dua serangan dari Cok Tay Ju dan

serangan bola besi dari Gan Ceng Kou, nona Ci mundur tiga langkah ke belakang. Tiba-tiba Ci Giok Hian menyerang ke arah Cok Tay Ju dengan cepat. Serangan yang mendadak dari Ci Giok Hian ini membuat Cok Tay Ju yang tidak mengira akan diserang demikian jadi kewalahan. Saat itu perut Cok Tay Ju terancam akan tertusuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

oleh pedang Ci Giok Hian. Gan Ceng Kou menyerang punggung Ci Giok Hian dengan hebat. Saat ada desiran angin di bagian bahunya, Ci Giok Hian terkejut bukan kepalang. Jika dia meneruskan serangannya pada Cok Tay Ju, dia yakin orang she Cok itu akan terluka parah oleh pedangnya. Tetapi punggung nona Ci pun akan menjadi korban bola besi dari Gan Ceng Kou. Ini berbahaya dan dia pasti akan terluka parah. Terpaksa Ci Giok Hian membatalkan serangan kepada Cok Tay Ju, ini dia lakukan untuk menyelamatkan diri dari serangan Gan Ceng Kou. Ci Giok Hian pun buru-buru berkelit ke samping. Tadi Gan Ceng Kou mengira Cok Tay Ju terluka oleh srangan Ci Giok Hian karena kehebatan nona itu. Sedikitpun dia tidak mengira kalau Cok Tay Ju sedang dipermainkan. Maka itu dia berpikir. "Jika aku tidak bisa menangkapnya hidup-hidup, aku harus membunuhnya." pikir Gan Ceng Kou. Setelah berpikir begitu Gan Ceng Kou bergabung dengan Cok Tay Ju, mereka sudah bertekad bulat akan membunuh Ci Giok Hian. Maka tidak heran serangan kedua lelaki ini demikian dasyatnya. Ini membuat Ci Giok Hian jadi terdesak sekali. Melawan seorang saja Ci Giok Hian sudah agak kewalahan, apalagi sekarang harus melawan kedua orang itu. Tentu saja dia jadi sangat kewalahan. Makin lama Ci Giok Hian semakin terdesak saja, tangkisan dan serangan nona Ci semakin tidak karuan. Ini membuat Cok Tay Ju kegirangan dan dia tertawa terbahak-bahak. "Kita harus menangkap dia hidup-hidup, aku belum puas jika belum membeset kulitnya!" kata Cok Tay Ju. "Aku tidak boleh jatuh ke tangan mereka," pikir Ci Giok Hian, "jika aku tidak dapat melukai mereka, lebih baik aku bunuh diri saja!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat itu tiba-tiba bertiup angin kencang, hal ini membuat buah-buah di atas pohon besar berjatuhan ke tanah. Sungguh kebetulan dari sekian puluh buah yang jatuh itu, ada buah yang menimpa tepat pada jalan darah Thian-eng-hiat di kepala Gan Ceng Kou. Seketika itu juga kepala Gan Ceng Kou seolah tertimpa sebuah batu besar dan sakitnya bukan kepalang. Menyaksikan Gan Ceng Kou sedang kesakitan, betapa girangnya Ci Giok Hian, tanpa pikir panjang lagi dia menyerang dengan pedangnya. Saat serangannya dihindarkan, tapi tidak urung ujung pedang Ci Giok Hian mengarah ke lengan lelaki itu. Gan Ceng Kou kaget, buru-buru dia menarik lengannya, tapi celaka jari tangannya terbabat oleh pedang Ci Giok Hian hingga kutung, dan senjatanya terlepas! Melihat kegesitan nona Ci yang berhasil melukai kawannya, Cok Tay Ju khawatir nona itu akan kembali menyerang Gan Ceng Kou, sehingga nyawa sang kawan ada dalam bahaya. Oleh karena itu buru-buru Cok Tay Ju melancarkan serangan hebat ke arah nona Ci dengan tujuan untuk melindungi kawannya itu. Untung salah satu bahu Cok Tay Ju sudah terluka, oleh karena itu gerakannya j adi agak lambat, jika tidak demikian Ci Giok Hian pasti akan terluka oleh serangannya itu. Sebenarnya saat Cok Tay Ju melancarkan serangannya, dia juga berpikir. "Aah, gadis busuk ini bukan tandinganku! Aku heran bagaimana dia bisa menusuk bahuku? Entah kenapa Gan Ceng Kou, pada saat dia hampir berhasil melukai nona itu, mendadak dia tersentak menahan sakit. Celakanya dua jarinya terpapas kutung oleh gadis busuk itu. Kami berdua mengeroyok gadis busuk itu. Jika khabar ini sampai terdengar di luaran, apa kami masih punya muka saat bertemu sahabatsahabat kami di Dunia Persilatan?" pikir Cok Tay Ju.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu pikiran Cok Tay Ju benar-benar sedang kacau. Dia ingin meninggalkan gelanggang sendirian, tetapi dia merasa tidak enak hati pada Gan Ceng Kou. Dia juga merasa tidak tega meninggalkan kawannya yang terluka itu. Pada saat Cok Tay Ju tidak tahu harus berbuat apa, terdengar suara bentakan keras. "Nona busuk, kau berani mempermainkan aku! Aku akan membeset kulitmu, dan terimalah seranganku!" kata orang itu. Tidak lama terdengar pukulan dan bau amis menyebar. Orang yang baru muncul itu adalah The Yu Po, murid kedua See-bun Souw Ya. Dia telah berusaha keras menghabiskan

tenaga, baru berhasil menggeser batu besar yang menutupi lubang goa itu. Ketika dia menemukan jalan di dalam lorong, dia yakin Ci Giok Hian lari lewat lorong itu. Gusarnya bukan kepalang saat dia melihat Ci Giok Hian sedang berhadapan dengan Cok Tay Ju dan Gan Ceng Kou. Tidak heran dia langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian dengan ilmu Hua-hiat-to. Kepandaian The Yu Po lebih tinggi dibandingkan dengan Pouw Yang Hian. Serangan bau amis dan berbahaya ini hanya mampu ditangkis oleh Ci Giok Hian sebentar, tetapi lama-kelamaan dia pun jadi tidak tahan oleh bau amis itu. Bau amis itu membuat mata Ci Giok Hian berkunang-kunang, dan kepalanya pening, Tidak heran jika ilmu pedangnya pun jadi kacau sekali. Gan Ceng Kou sibuk mengobati luka pada jarinya. Sambil mengobati lukanya Gan Ceng Kou berpikir. Dia tidak habis pikir dan semakin dipikirkan jadi semakin aneh, maka itu dia berseru pada The Yu Po. "The Toa-ko, nona busuk ini aneh, kau harus waspada terhadap serangan gelapnya!" begitu Gan Ceng Kou memperingatkan temannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona ini masih berbau susu ibunya, mana mampu dia lolos dari telapak tanganku? Mana mungkin dia mampu melakukan serangan gelap?... .Aduh!" Mendadak The Yu Po menjerit karena kesakitan. Kiranya dia terompah buah yang tiba-tiba jatuh dan tepat mengenai kepalanya, Seperti kebetulan buah itu mengenai jalan darah Thian-leng-kay. Sekalipun lwee-kangnya tinggi, tetapi The Yu Po tetap merasa sakit sekali dan kepalanya pun benjol. Mata Gan Ceng Kou terbelalak. Tiba-tiba dia sadar pada satu hal. Maka itu dia segera membentak ke arah pohon besar. "Melancarkan serangan gelap untuk melukai orang, itu sudah terhitung orang gagah macam apa? Ayo, jika kau punya nyali cepat keluar!" kata Gan Ceng Ko dengan suara nyaring. Saat itu terdengar suara tawa terbahak-bahak, dan seseorang lompat turun dari atas pohon besar. Orang itu adalah Seng Liong Sen, keponakan Seng Cap-si Kouw. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 26

Melihat Seng Liong Sen muncul, Ci Giok Hian langsung mengangguk. Dia girang ternyata orang yang selama ini melindunginya adalah pemuda itu. "Hm! Ternyata dia orangnya!" pikir nona Ci girang. Memang sejak semula Ci Giok Hian sudah mencurigai orang yang membantu dia diam-diam, pasti itu Seng Liong Sen. Dia pun bersyukur karena setiap kali

dia ada dalam bahaya, pemuda itu muncul menolonginya. Sudah tentu munculnya pemuda itu agak membuat Ci Giok Hian kaget dan girang sekali. Menyaksikan seorang pemuda tampan muncul di hadapan mereka dan gerakannya lincah luar biasa, The Yu Po dan kawan-kawannya sangat terkejut. Seng Liong Sen tertawa menyaksikan orang keheranan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ada di tempat ini sudah cukup lama, kalian baru tahu sekarang. He, he, he!" kata Seng Liong Sen sambil tertawa. "Kalian yang buta, malah kalian menyalahkan aku? Akulah yang menggunakan beberapa buah pohon ini untuk mempermainkan kalian! Tetapi sebaliknya kalian katakan aku melakukan serangan gelap dan melukai kalian. Bukan menyalahkan kebodohan kalian malah kau menyalahkan aku! Itu jika ketahuan umum akan jadi bahan tertawaan orang hingga giginya rontok?" Semua orang itu bengong, dan Seng Liong Sen melanjutkan kata-kata pedasnya itu. "Kalian cuma bisa menyalahkan orang lain, bukan sebaliknya, salahkan saja kepandaian kalian yang masih rendah? Kalian bilang aku bukan ksatria sejati dan bukan orang gagah, kalian benar aku memang bukan orang gagah! Tetapi aku ingin bertanya kepada kalian bertiga, apa kalian bertiga terhitung orang-orang gagah? Padahal kalian bertiga mengeroyok seorang wanita, itukah yang dinamakan orang gagah?" kata Seng Liong Sen pedas bukan main. Mendengar ejekan dan hinaan itu The Yu Po langsung membentak dengan nyaring. "Aku tidak ingin adu bicara denganmu, terimalah pukulanku!" kata The Yu Po. Ucapan dan serangan The Yu Po itu hanya ditanggapi oleh Seng Liong Sen sambil tertawa. "Baiklah, aku sudah menyaksikan kehebatan pukulanmu!" kata Seng Liong Sen. Saat The Yu Po menyerang Seng Liong Sen mengulurkan jari tangannya ke arah jalan darah Lau-kiong-hiat di telapak tangan The Yu Po. Bagi orang yang mempelajari ilmu pukulan telapak tangan beracun, sungguh paling pantangan jika jalan darah itu tertotok oleh lawan, karena jika tertotok orang itu akan celaka dan terluka parah.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bisa kita bayangkan betapa kagetnya The Yu Po saat mengetahui Seng Liong Sen mengarahkan ujung jarinya ke jalan darah Lau-kiong-hiat tersebut. Buru-buru Yu Po menarik telapak tangannya agar tidak terserang oleh lawan, dia juga langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Melihat musuh membatalkan serangannya, bahkan musuhnya itu mundur, Seng Liong Sen tertawa mengejek. "Eh, bukankah kau ingin mengadu kepandaian denganku. Tapi kenapa malah kau mundur? Apa kau hanya berani kepada kaum wanita saja sedang kepadaku kau tidak bersedia bertarung? He, he, he!" Begitu Seng Liong Sen menyindir. Mendengar ejekan itu bukan main gusarnya The Yu Po saat itu. Kembali dia maju untuk menyerang. Sedikitpun Seng Liong Sen tidak bergerak di tempatnya. Tetapi setelah lawannya dekat kepadanya, kembali Seng Liong Sen mengulurkan jari tangannya menotok ke jalan darah Hu-kenghiat The Yu Po, tepat di bahu lawannya itu. Jika totokan itu mengenai The Yu Po, maka pemuda itu akan cacat seumur hidup. Keringat dingin membasahi dahinya, buru-buru Yu Po mundur selangkah, dia mencoba menghindar dari serangan yang berbahaya itu. Menyaksikan adegan perkelahian kedua pemuda itu Ci Giok Hian terkejut dan girang. "Dia murid kesayangan Bun Tay-hiap, Bu-lim-beng-cu dari daerah Kang-lam. Gurunya akhli totok jalan darah dan bergelar Tiat-pit Su-seng. Menyaksikan gerak-geriknya memang benar nama Tiat-pit Su-seng bukan hanya omong kosong!" pikir Ci Giok Hian. Melihat lawan kembali membatalkan serangannya Seng Liong Sen tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika kau selalu mundur setelah kau menyerang, bagaimana kau bisa menjajal kepandaianku?" kata Seng Liong Sen tersenyum sindir. Tiba-tiba saking kesal The Yu Po berteriak nyaring. "Sudah! Sudah!" kata Yu Po dengan keras. Tiba-tiba tubuhnya bergerak dan melesat pergi tanpa menoleh lagi. Sedang kawannya Cok Tay Ju dan Gan Ceng Kou sudah terluka tidak berdaya. Ditambah lagi tadi mereka sudah menyaksikan betapa lihaynya Seng Liong Sen sehingga dengan mudah dia bisa mempermainkan mereka. Sudah jelas mereka tidak berani maju untuk melawan Seng Liong Sen. Begitu mereka lihat The Yu Po sudah kabur, mereka berdua pun ikut kabur juga.

"Hm! Baik, kalian boleh pergi!" kata Seng Liong Sen. Sambil berkata begitu Seng Liong Sen melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah lawan-lawannya. "Bum!" Pukulan itu sengaja dilakukan oleh Seng Liong Sen untuk mempertunjukkan kelihayannya pada Ci Giok Hian. Celakanya Gan Ceng Kou yang lari paling belakang terkena hajaran pukulan Seng Liong Sen ini. Gan Ceng Kou tersambar angin pukulan Seng Liong Sen, dia terdorong ke depan, dan tubuhnya terasa sakit, sedang matanya langsung kabur dan berkunang-kunang. Tiba-tiba Gan Ceng Kou roboh ke tanah sambil bergulingan. Melihat kawannya terhajar oleh pukulan lawan dari jarakjauh, The Yu Po berhenti dan kembali lagi. Dia sambar tubuh Gan Ceng Kou untuk dibawa kabur. Sedangkan Cok Tay Ju yang ingin segera kabur jauh dari tempat itu, malah sial! Dia tersandung batu hingga dia tidak bisa menahan diri dan jatuh terguling-guling di tanah. Buru-buru Cok Tay Ju bangun, lalu lari dengan cepat seperti sedang dikejar setan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan kejadian itu Seng Liong Sen tertawa terbahakbahak. Melihat musuhnya sudah kabur Seng Liong Sen tidak mengejar mereka. Dia menoleh ke arah Ci Giok Hian, lalu memberi hormat pada Ci Giok Hian. "Maaf, aku datang terlambat sehingga kau mendapat kaget!" kata Seng Liong Sen. Wajah Ci Giok Hian tiba-tiba saja berubah jadi merah. "Terima kasih atas pertolonganmu, Seng Kong-cu!" kata Ci Giok Hian dengan agak tersipu-sipu Setelah mengucapkan terima kasih dia lepaskan cincin pemberian Seng Liong Sen dari jari tangannya, kemudian dia kembalikan pada Seng Liong Sen dengan wajah merah. Seng Liong Sen tersenyum. "Nona Ci, sebaiknya kau simpan saja cincin itu!" kata Liong Sen. "Maaf, aku tidak bisa menerima pemberian cincin ini," kata nona Ci tegas, "karena cincin ini hadiah dari Beng Cit Nio untukmu. Lebih baik kau yang menyimpannya, kelak kau boleh memberikannya pada gadis yang lebih baik dariku!" Mata Seng Liong Sen terbelalak. "Eh, apa Beng Cit Nio memberitahumu tentang asal-usul cincin ini?" kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian menganggukkan kepalanya. "Benar, oleh karena itu aku tidak bisa menerima cincin ini. Lagipula kau jangan sembarangan memberikan cincin ini

kepadaku!" kata Ci Giok Hian. Wajah Seng Liong Sen mendadak berubah merah kemudian dia tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku harap kau jangan menyalahkan aku. Aku....aku khawatir kau mendapat bahaya, karena aku tahu sikap Beng Cit Nio yang sangat aneh, maka aku... .aku...." Tetapi sebelum kata-kata pemuda itu yang kelihatan gugup selesai, Ci Giok Hian sudah langsung memotong kata-katanya. "Aku paham," kata Ci Giok Hian, "cincin ini ternyata bisa menyelamatkan nyawaku. Sekarang sudah tidak ada gunanya bagiku. Ditambah pula aku tidak pantas menerima cincin pusaka ini. Aku harap kau mau menerimanya kembali!" Dengan sangat kecewa terpaksa Seng Liong Sen menerima kembali cincin itu. Kelihatan dia sangat kecewa. Tetapi kemudian dia berpikir. "Bagaimanapun dia telah terkesan baik terhadapku," pikir Liong Sen, "sekalipun dia sudah punya pria idaman itu tidak masalah!" "Terima kasih atas pengertianmu, Nona Ci," kata Seng Liong Sen, "kau tidak menyalahkan aku pun, itu sudah membuat hatiku lega. Tetapi kita tidak boleh lama-lama di tempat ini, lebih baik segera kita tinggalkan tempat ini!" Otak nona Ci berpikir. Pemuda itu telah menyelamatkan nyawanya dari maut, ditambah lagi banyak masalah yang ingin ditanyakan nona Ci pada pemuda itu, maka itu dia bersedia berjalan bersama-sama dengan Seng Liong Sen. Seolah Seng Liong Sen mengetahui apa yang ada di otak nona ini, maka itu dia langsung berkata pada Ci Giok Hian. "Mengenai masalah yang kau hadapi sekarang ini, pasti kau merasa aneh, bukan?" kata pemuda itu. "Kau benar. Kedatanganku ke tempat ini justru ingin menyelamatkan Han Tay Hong, tidak aku duga malah aku mencelakainya," kata Ci Giok Hian dengan lesu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kejadian itu sudah aku duga sejak awal," kata Seng Liong Sen. "Han Tay Hiong orangnya keras kepala dan kukuh. Aku tahu dia tidak akan tunduk kepada Piauw-kouwku, tidak heran jika piauw-kouw membunuhnya! Harus kau ketahui Han Tay Hiong ini tokoh terkenal dalam Dunia Persilatan masa ini. Sungguh menyesal aku tidak punya kesempatan untuk

menyelamatkannya!" "Tidak! Beng Cit Nio tidak membunuhnya" kata Ci Giok Hian. "Dia mati karena Han Tay Hiong meminum arak Kiuthiansun-yang Pek-hoa-ciu yang aku bawa dari rumahku. Tetapi aku tidak menyangka kalau arak itu sudah dicampur racun!" Seng Liong Sen mengangguk. "Oh! Jadi kau kira Han Tay Hiong belum mati?" kata Liong Sen. "Kau mengira dia hanya keracunan? Kalau begitu piauwkouwku belum membunuhnya. Aku juga tidak tahu entah dengan cara apa lagi dia akan menyiksanya? Aku tahu pasti mereka berdua sama-sama keras kepala! Mungkin saja nyawa Han Tay Hiong akan melayang di tangan Beng Cit Nio?" Semula Ci Giok Hian mengira Seng Liong Sen sudah mengetahui, kalau yang menaruh racun ke dalam arak Kiuthiansun-yang Pek-hoa-ciu itu Cap-si Kouw, bibi-misannya yang satu lagi. Maka itu Ci Giok Hian berharap Seng Liong Sen akan mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Tetapi tidak diduga oleh Ci Giok Hian, Seng Liong Sen tetap menganggap yang berbuat jahat dan ingin membunuh Han Tay Hiong itu ialah Beng Cit Nio. Hal itu membuat Ci Giok Hian jadi tidak sabaran. "Bukan Beng Cit Nio yang menaruh racun ke dalam arak itu," kata Ci Giok Hian, "tetapi orang lain!" Mendengar keterangan itu Seng Liong Sen tertegun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa mengetahui bukan Beng Cit Nio yang menaruh racun itu ke dalam arak? Bukankah dia yang memberimu arak itu dan dia pula yang menyuruhmu mengantarkannya ke kamar tahanan Han Tay Hiong dan puterinya?" kata Seng Liong Sen. Sekarang Ci Giok Hian mulai berpikir, memang sudah lama arak Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu ada di tempat Beng Cit Nio. Jika dikatakan Beng Cit Nio yang menaruh racun, itu masuk akal sekali! Akan tetapi sudah selama tiga hari tiga malam Ci Giok Hian ada di tempat Beng Cit Nio. Dengan demikian dia tahu jelas sekali kalau Beng Cit Nio ingin menyelamatkan Han Tay Hiong. Ketika Han Tay Hiong keracunan, dia kelihatan begitu berduka dan sangat penasaran, tidak mungkin dia berpura-pura. Setelah berpikir begitu Ci Giok Hian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin Beng Cit Nio yang melakukannya!" kata Ci Giok Hian. "Jika kau bertanya apa sebabnya? Aku juga tidak bisa menjelaskannya kepadamu..." "Kalau begitu, siapa yang kau curigai melakukannya?"

tanya Seng Liong Sen. "Sebelum aku datang ke tempat Beng Cit Nio, Kouwkouwmu Seng Cap-si Kouw memberiku sebungkus obat bubuk, kata dia itu obat bubuk pemunah racun Hua-hiat-to. Dialah yang menyuruh aku mencampur arak obat Kiu-thiansunyang Pek-hoa-ciu yang akan aku berikan kepada Paman Han. Kata dia lagi, arak yang sudah dicampur obat bubuk pemunah racun pemberiannya itu, katanya bisa segera memulihkan kesehatan Han Tay Hiong!" kata Ci Giok Hian menjelaskan. Mata Seng Liong Sen terbelalak. "Oh, begitu ceritanya! Jadi kau mencurigai Seng Cap-si Kouw pelaku utamanya?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terus-terang semula aku tidak mencurigai kouw-kouwmu itu," kata Ci Giok Hian. "Namun, setelah mendengar kata-kata Beng Cit Nio, sudah jelas aku jadi mencurigai Seng Cap-si Kouw! Seng Kong-cu, apa kau tidak menyalahkan aku berkata begitu?" Seng Liong Sen yang mulai yakin kalau Seng Cap-si Kouwlah pelaku utama yang meracun Han Tay Hiong, wajahnyajadi berubah. "Jika demikian, aku kira tidak salah kau mencurigai Kouwkouwku itu!" kata Seng Liong Sen. "Tetapi aku belum yakin benar Kouw-kouwku yang turun tangan, sebab aku sering mendengar cerita Kouw-kouwku, dia sangat menghormati Han Tay Hiong dan dia kawan akrabnya! Coba kau pikir! Siapa tahu Kouw-kouwku benar memberi obat bubuk pemunah racun, sedang Beng Cit Nio sudah lebih dulu menaruh racun yang tidak berwarna maupun berbau. Apa kau pikir tidak bisa jadi begitu?" Ci Giok Hian menghela napas panjang. "Yaah, masalah ini membuatku jadi bingung sendiri. Tetapi yang jelas Han Tay Hiong sudah tidak bisa bertalian hidup lebih lama lagi. Kalau begitu kita tidak perlu menyelidiki siapa pelaku pembunuhan itu?" kata Ci Giok Hian. Ci Giok Hian berkata begitu tetapi dari nada ucapannya seolah dia tetap menuduh Seng Cap-si Kouwlah pelaku kejahatan itu. Hal ini membuat Seng Liong Sen jadi berpikir dan ikut mencurigai bibi-misannya seperti Ci Giok Hian. "Tidak mungkin Han Tay Hiong akan mati tanpa meninggalkan bekas!" kata Seng Liong Sen. "Saat aku menerjang keluar, See-bun Souw Ya sudah bertarung dengan Beng Cit Nio. Aku lihat Chu Kiu Sek pun datang dan pergi ke sana! Sekalipun ilmu silat Beng Cit Nio

tinggi, aku yakin sulit baginya menghadapi kedua Iblis Tua itu!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku tidak yakin dia akan mampu melindungi Han Tay Hiong?!" kata Ci Giok Hian. Dari ucapan Ci Giok Hian jelas dia yakin Beng Cit Nio pasti akan melindungi Han Tay Hiong. Tetapi jika bukan Seng Capsi Kouw maupun Beng Cit Nio yang turun tangan jahat terhadap Han Tay Hiong, lalu siapa? Mendengar ucapan Ci Giok Hian ini Seng Liong Sen tertawa. "Kau cuma mengerti sedikit saja masalah ini," kata Seng Liong Sen. "Ingat kedua Iblis Tua itu sangat lihay, tetapi kepandaian piauw-kouwku pun tidak rendah. Ditambah lagi ada kemungkian kedua piauw-kouwku akan saling membantu. Kau tidak bersama Beng Cit Nio bertarung melawan kedua Iblis Tua itu, kenapa kau harus merasa takut pada kedua Iblis Tua itu?" Mendengar kata-kata itu Ci Giok Hian kaget. "Apa? Kou-kouwmu Seng Cap-si Kouw juga ke sana?" kata Ci Giok Hian. "Kau benar! Karena Kouw-kouw Seng Cap-si Kouw ke sana, maka aku jadi tidak berani muncul dan datang ke sana!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa?" tanya Ci Giok Hian. "Aku sudah bilang kali ini aku pulang aku tidak akan ke rumah Bibi-misan Beng Cit Nio, maka itu aku tidak ingin dia memergokiku!" kata Seng Liong Sen. Tampak Seng Liong Sen berat untuk berterus terang pada Ci Giok Hian, ditambah lagi Ci Giok Hian tidak ingin menanyakan masalah pribadi pemuda itu, maka dia pun tidak banyak bertanya lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika aku bisa menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, lega hatiku! Apa Kouw-kouwmu akan membantu Beng Cit Nio?" tanya Ci Giok Hian. "Beng Cit Nio sahabat baik Han Tay Hiong. Aku yakin dia akan menyelamatkan Han Tay Hiong. Tetapi aku khawarir, setelah dia berhasil menolong Han Tay Hiong, lalu dia tidak akan melepaskannya!" kata Seng Liong Sen. "Jadi Beng Cit Nio akan tetap membunuh Han Tay Hiong atau tidak, aku tidak bisa memastikannya," kata Ci Giok Hian.

"Malah sebaiknya kitajangan memikirkannya! Tetapi sekarang Han Tay Hiong telah keracunan!" "Kouw-kouwku dan piauw-kouwku akhli-akhli racun," kata Seng Liong Sen. "Jika Piauw-kouwku yang memberinya racun, maka Kouw-kouwku bisa mengobatinya, asal piauw-kouwku tidak menghalangi dan mencegahnya!" Ci Giok Hian menatap ke arah Seng Liong Sen. "Kenapa kau mencurigai Beng Cit Nio yang meracun Han Tay Hiong?" kata Ci Giok Hian. Mendengar pertanyaan itu Seng Liong Sen menghela napas panjang. "Ini soal cinta! Karena Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio merupakan sepasang kekasih, tetapi entah mengapa, Han Tay Hiong malah menikahi gadis lain! Oleh sebab itu Beng Cit Nio benci kepada Han Tay Hiong, malah dia bersumpah akan menuntut balas pada Han Tay Hiong, Isteri Han Tay Hiong meninggal karena diracun olehnya!" kata Seng Liong Sen. Mengenai kisah cinta antara Han Tay Hiong ini Ci Giok Hian pernah mendengar kisahnya dari Seng Cap-si Kouw. Tetapi tentang Beng Cit Nio meracuni isteri Han Tay Hiong, tentu saja Ci Giok Hian baru mendengarnya sekarang dari Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa mengetahui masalah ini begitu jelas? Apakah Kouw-kouwmu yang memberitahumu?" kata Giok Hian. "Ya, aku yakin Kouw-kouw tidak akan membohongiku!" kata Seng Liong Sen sambil mengangguk. Seketika itu bulu kuduk Ci Giok Hian merinding karena ngeri. "Hm! Jadi Seng Cap-si Kouw tega membohongi keponakannya ini, malah membohonginya sampai sang keponakan begitu percaya padanya. Wanita itu sungguh berbahaya sekali dan sangat menakutkan!" pikir Ci Giok Hian. Dalam hal ini Ci Giok Hian salah terka, mulut Seng Liong Sen berkata begitu, tapi sebenarnya hatinya malah mencurigai Seng Cap-si Kouw. Kecurigaan Seng Liong Sen muncul, saat dia mengantarkan Ci Giok Hian yang akan pergi ke tempat Beng Cit Nio. Ketika dia pulang, Seng Liong Sen sebenarnya sudah siap menerima teguran dari bibinya. Tetapi aneh sekali Seng Cap-si Kouw malah diam saja dan tidak menegur Seng Liong Sen. Bahkan berturut-turut selama dua hari setelah kejadian itu, Seng Liong Sen selalu melihat wajah Seng Cap-si Kouw selalu murung dan tidak tampak berseri-seri. Malah bisa dikatakan wajah Seng Cap-si Kouw sangat menakutkan sekali.

Saat Tik Bwee mendapat perintah dari Seng Cap-si Kouw untuk mengantarkan Ci Giok Hian ke tempat Beng Cit Nio, pelayan itu telah dipesan agar Seng Liong Sen tidak mengetahui saat nona Ci berangkat. Ketika ketahuan Seng Liong Sen malah tahu dan mengantarkan nona Ci saat akan pergi, Seng Cap-si Kouw tidak menegur Tik Bwee. Namun, hati Tik Bwee jadi tidak tenang dan berdebar-debar terus. Malamnya tanpa sengaja Tik Bwee menjatuhkan sebuah cawan yang terbuat dari batu giok, akibatnya cawan batu giok itu sedikit cacat. Hal itu membuat Tik Bwee jadi sangat ketakutan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen mengetahui betapa takutnya Tik Bwee saat itu, maka itu dia mencoba menghibur pelayan itu. "Jangan cemas, hanya rusak sedikit suruh orang memperbaikinya pasti tidak akan ketahuan," bisik Seng Liong Sen pada Tik Bwee. Saat itu tanpa mereka sadari Seng Cap-si Kouw muncul,dia langsung merampas cawan batu giok itu dari tangan Tik Bwee dan langsung membantingnya ke lantai hingga hancur berantakan. Bukan main kagetnya Tik Bwee melihat cawan batu giok itu hancur berantakan di lantai. Dia langsung menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan Seng Cap-si Kouw dengan tubuh gemetaran. Melihat pelayannya mandi keringat dingin dan tubuhnya gemetar karena ketakutan, Seng Cap-si Kouw berkata dingin. "Sudah, jangan takut! Aku yang menghancurkan cawan itu tidak ada urusannya denganmu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kouw-kouw, cawan arak itu masih bisa dipergunakan, kenapa kau menghancurkannya?" tanya Seng Liong Sen. Mendengar ucapan keponakannya itu Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Cawan arak itu sudah cacat, mengapa harus terus dipakai? Sifatku ini sama dengan Piauw-kouwmu!" kata Seng Cap-si Kouw. Ingat kejadian itu Seng Liong Sen tersentak sejenak. "Mengapa Kouw-kouw tidak ingin aku tahu tentang misi Nona Ci Giok Hian? Semalam dia gunakan obat bius untuk membiusku, apakah ini karena dia khawatir aku akan merusak semua rencananya untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan puterinya itu? Atau malah ada sebab lain? Lalu apa maksud dia mengatakan bahwa cawan arak dari batu giok itu sudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cacat, dan untuk apa dipakai terus? Apa barangkali kata-kata Kouw-kouw ini bukan ditujukan pada cawan arak itu, tetapi untuk perumpamaan lain?" begitu Seng Liong Sen berpikir keras. "Kouw-kouwku itu cantik jelita, kenapa dia tidak mau menikah? Apa dia juga mengalami nasib seperti Piauw-kouwku Beng Cit Nio? Ah, barangkali dia juga sangat mencintai Han Tay Hiong, karena tadi dia bilang dia seperti Kouw-kouw Beng Cit Nio? Apa kata-katanya itu dia tujukan pada Han Tay Hiong? Ci Giok Hian mencurigai Seng Cap-si Kouw yang menaruh racun ke dalam arak yang akan diberikan kepada Han Tay Hiong. Aku yakin dia menuduh begitu tidak mungkin tanpa ada sebabnya?" pikir Seng Liong Sen yang tiba-tiba saja jadi merinding bulu kuduknya. Sebaliknya Ci Giok Hian, dia sedang memikirkan kejadian yang menimpa nasib Han Tay Hiong dan dia tidak berdaya menolonginya. Selain itu Ci Giok Hian teringat pada Ci Giok Phang yang sekarang berada dalam bahaya, maka dia ingin segera pergi dari tempat itu untuk menolongi sang kakak. Kedua muda-mudi itu tercekam oleh masalah mereka masing-masing dan tanpa sadar mereka saling menatap. Wajah Ci Giok Hian berubah kemerah-merahan. "Nona Ci, sekarang kau mau ke mana?" kata Liong Sen. Bukan menjawab Ci Giok Hian malah balik bertanya. "Oh ya, aku ingin bertanya kepadamu, apa kau masih akan ke markas Kay-pang dHok-yang atau tidak?" kata Ci Giok Hian. Seng Liong Sen mengangguk. "Ya, aku masih ada urusan di sana!" jawab pemuda itu. "Aku dengar sekarang Kay-pang punya harta yang tidak ternilai jumlahnya," kata Ci Giok Hian, "aku juga mendengar harta itu akan diantarkan untuk biaya para pejuang melawan musuh, kau sudah mendengar soal itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen tertegun. "Nona Ci, kau cepat sekali kau mendapat berita itu!" kata Seng Liong Sen. "Begitulah, tetapi kau tidak perlu tahu dari mana aku memperoleh khabar itu, tetapi masalah ini sangat penting! Dari nada kata-katamu, masalah ini memang serius, iya kan?" kata Giok Hian.

Seng Liong Sen mengangguk mengiakan. "Kau benar, Liok Pang-cu pernah menceritakan masalah ini kepadaku," kata Seng Liong Sen secara jujur. "Aku dengar yang melindungi harta itu dalam perjalanan menuju ke tempat para pejuang ialah Jen Thian Ngo. Aku dengar Jen Thian Ngo ini seorang jago persilatan yang berilmu tinggi. Oleh karena itu aku yakin tidak akan terjadi apa-apa pada harta itu!" Mendengar keterangan Seng Liong Sen itu Ci Giok Hian berseru tak tertahan. "Celaka! Celaka!" kata Ci Giok Hian. "Eh, kenapa kau bicara begitu?" kata Seng Liong Sen. "Kau tidak tahu masalahnya, justru karena dia yang mengawal harta itu, maka di tengah perjalanan akan terjadi malapetaka yang sudah mereka rencanakan!" jawab Ci Giok Hian. Mendengar jawaban nona Ci itu bukan kepalang kagetnya Seng Liong Sen, matanya terbelalak karena herannya. "Aku dengar Jen Thian Ngo memiliki jurus pedang Cit-siukiamhoat yang sangat lihay, aku dengar dia juga sangat cerdik dan lihay sekali!" kata Seng Liong Sen. "Itu benar," kata Ci Giok Hian sambil mengangguk, "tetapi justru dia bersekongkol dengan orang-orang Mongol!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main terkejutnya Seng Liong Sen. "Apa? Kau tahu dari mana soal ini? Benarkah begitu?" demikian Seng Liong Sen bertanya secara bertubi-tubi pada nona Ci karena sangat penasaran. "Tadi pagi Jen Thian Ngo sengaj a mengutus seorang muridnya yang bernama Ih Hoa Liong datang ke tempat kouw-kouwmu. Murid Jen Thian Ngo datang untuk menemui kedua Iblis Tua itu, namun See-bun Souw Ya belum pulang dari suatu perjalanan. Dia hanya bertemu dengan salah satu Iblis Tua, yaitu Chu Kiu Sek! Saat mereka sedang merundingkan masalah akan menghadang kiriman harta itu, semua telah kudengar sendiri. Ketika itu aku bersama Pik Po yang mendengarnya langsung!" kata Ci Giok Hian. Mendengar keterangan ini Seng Liong Sen jadi bertambah kaget. "Apa saja yang mereka bicarakan?" kata Liong Sen semakin penasaran ingin tahu. Ci Giok Hian membeberkan semua rencana Jen Thian Ngo yang dia sampaikan lewat muridnya pada Chu Kiu Sek, sesudah selesai bercerita Ci Giok Hian menambahkan. "Coba kau bayangkan, betapa liciknya Jen Thian Ngo itu.

Dia menyuruh kedua Iblis Tua itu menjadi perampok harta karun itu. Mereka merencanakan merampas harta itu di tengah perjalanan. Sedangkan Jen Thian Ngo yang menjadi pengawal akan berpura-pura bertarung mati-matian untuk mempertahankan harta itu. Kemudian Jen Thian Ngo akan berpura-pura tidak sanggup melawan kedua perampok yang lihay itu, bahkan dia bersedia dilukai untuk mengelabui orang Kay-pang agar tidak mencurigainya! Dengan demikian sekalipun dia gagal melindungi harta itu, siapa yang akan mencurigainya. Malah dia akan merasa bangga sekalipun dia gagal melindungi harta itu, karena namanya tetap harum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebagai pahlawan sejati. Padahal pengatur perampokan keji itu dia!" kata Ci Giok Hian. Seng Liong Sen benar-benar terkejut. "Tidak kusangka Jen Thian Ngo demikian liciknya," kata Seng Liong Sen. "Aku dengar selain Jen Thian Ngo yang mengawal harta itu ada lagi dua Hiang-cu Kay-pang, aku yakin mereka berdua akan celaka!" "Benar, dalam rencana itu mereka akan menghabisi semua orang yang terlibat dalam pengantaran harta itu. Dengan demikian jejak mereka tidak akan terlacak oleh siapa pun! Dari seluruh pengawal harta yang selamat hanya Jen Thian Ngo. Tahukah kau, di antara para pengawal harta itu terdapat Kakakku, Ci Giok Phang. Secara pribadi aku harus ikut terlibat dalam masalah ini." kata Ci Giok Hian. "Lalu...." "Aku harus ke markas Kay-pang menemui para ketua Kaypang untuk menjelaskan masalah ini kepada mereka. Maka aku ingin tahu, bersediakah kau mengantarkan aku ke sana atau tidak?" kata Ci Giok Hian. "Maksudku ke sana untuk menyampaikan informasi ini kepada Liok Pang-cu!" Seng Liong Sen tertegun sejenak. "Aku dengar sekarang kota Lok-yang sedang dikepung oleh pasukan Mongol. Tetapi mungkin saja kita bisa menyelinap masuk ke dalam kota untuk menyampaikan kabar! Aku kira tidak gampang kita bisa masuk ke dalam kota. Malah aku tidak yakin Liok Pang-cu percaya begitu saja pada keterangan kita...." kata Seng Liong Sen. "Lalu apa akal kita sekarang?" tanya Ci Giok Hian. "Menurut pendapatku, alangkah baiknya jika kita kejar rombongan Jen Thian Ngo yang mengawal harta karun itu. Untung kedua Iblis Tua itu masih ada di sini. Walau mereka berdua berhasil mengalahkan Beng Cit Nio, tetapi tetap makan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

waktu tidak sedikit! Jika kita bisa menyusul rombongan Jen Thian Ngo, maka tidak Sulit untuk membereskan masalah ini!" kata Seng Liong Sen. Sebenarnya yang ada di otak Ci Giok Hian pun sama seperti yang dipikirkan oleh Seng Liong Sen, tetapi tadi Ci Giok Hian merasa tidak enak untuk menyampaikan niatnya itu. Ketika Ci Giok Hian mendengar ajakan Seng Liong Sen akan menyusul rombongan pengantar harta itu, bukan main girangnya Ci Giok Hian. "Ah, kalau begitu mari kita berangkat!" kata Ci Giok Hian. "Tetapi, apakah ini tidak mengganggu tugasmu?" "Urusanku di Lok-yang telah selesai," jawab Seng Liong Sen, "tugasku cuma tinggal melapor kepada Guruku. Tetapi demi masalah ini dan urusanmu, biar aku tunda keberangkatanku menemui Guruku. Setelah masalah ini selesai baru aku pulang ke Kang-lam!" Ci Giok Hian mengangguk. Tak lama Seng Liong Sen bicara lagi. "Sekarang kau sudah bebas dari bahaya," kata pemuda itu, "sedangkan aku tidak perlu buru-buru menemui Guruku. Jangankan hanya untuk dua tiga hari, sepuluh hari pun aku tidak pulang ke Kang-lam pun, tidak masalah!" Kata-kata Seng Liong Sen mirip seorang pria sedang mencurahkan isi hatinya kepada seorang kekasih, maka itu tidak heran kalau wajah Ci Giok Hian tiba-tiba berubah jadi merah. Ci Giok Hian jadi bingung, dia tidak tahu harus bilang apa. Sedang pemuda itu tertawa riang. "Nona Ci, kau jangan anggap aku memanfaatkan masalah ini untuk menekanmu. Kau suka atau tidak kepadaku itu masalah lain. Sekarang jika aku bisa melakukan perjalanan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersama-sama denganmu saja, hatiku sudah senang bukan main." kata Seng Liong Sen. Mendengar ucapan pemuda itu Ci Giok Hian diam saja.Karena hatinya sudah menjadi milik orang lain, diajadi tidak tertarik kepada pemuda itu. Namun, dia berpikir. "Seng Liong Sen murid jago silat aliran lurus, aku yakin dia bisa menjaga kesopanan selama dalam perjalanan. Jika aku berjalan bersamanya beberapa hari, aku kira aku tidak

bersalah kepada Kok Siauw Hong!" pikir Ci Giok Hian. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sementara itu di tempat lain..... Beng Cit Nio sedang bertarung dengan sengit melawan See-bun Souw Ya. Iblis Tua itu menggunakan jurus Hua-hiatto tingkat delapan, sedang semua pukulan yang dia lancarkan selain berbahaya juga berbau amis. Menghadapi serangan ilmu Hua-hiat-to yang ganas Beng Cit Nio menggunakan hawa mumi untuk menghadapinya. Beng Cit Nio menangkis semua serangan berbahaya dari Seebun Souw Ya dengan cara mengibaskan lengan bajunya yang panjang. Yang mengherankan wajah Beng Cit Nio tidak berubah saat diserang oleh See-bun Souw Ya, bahkan tampak biasa saja. Sedikitpun Beng Cit Nio tidak kelihatan keracunan atau pusing oleh bau amis karena serangan musuh. Tidak heran ketika See-bun Souw Ya menyaksikan lawannya tidak terpengaruh oleh serangannya, dia jadi berpikir keras. "Nenek ini lihay dan hebat sekali, jika aku jatuh di tangannya, pasti Chu Kiu Sek akan mentertawakan aku!" pikir See-bun Souw Ya saat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oleh karena See-bun Souw Ya khawatir akan kehilangan muka di depan sahabatnya, See-bun Souw Ya terpaksa mempercepat serangannya. Sebaliknya Beng Cit Nio, pada saat bertarung yang dia khawatirkan ialah jika See-bun Souw Ya bergabung dengan Chu Kiu Sek dan mereka mengeroyoknya. Jika dia dikeroyok pasti akan kalah. Saat serangan See-bun Souw Ya semakin hebat, Beng Cit Nio terpaksa mengerahkan hawa murninya untuk melindungi jantungnya, tetapi karena itu tenaga serangannya jadi tidak sedahsyat tadi. Selain harus berhati-hati Beng Cit Nio pun harus tetap waspada terhadap serangan gelap dari Chu Kiu Sek. Sesudah mereka bertarung puluhan jurus, sekarang mulai kelihatan Beng Cit Nio terdesak oleh lawannya. "Seerr! Week!" Tanpa ampun ujung pakaian Beng Cit Nio robek terkena serangan lawan. Melihat dia berhasil merobek pakaian lawan, See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. "Cit Nio, demi Han Tay Hiong kenapa kau harus bertarung mati-matian melawanku?" kata See-bun Souw Ya. Pada saat yang bersamaan terdengar suara tawa beberapa orang. Kiranya saat itu murid-murid See-bun Souw Ya sudah berkumpul di tempat itu. Mula-mula semua murid See-bun Souw Ya diam karena merasa segan kepada Beng Cit Nio.

Saat melihat See-bun Souw Ya sudah berhasil menekan lawan dan See-bun Souw Ya sudah ada di atas angin, timbul keberanian mereka sehingga mereka berani mentertawakan lawan See-bun Souw Ya. Salah seorang dari mereka menyindir sambil tertawa. "Nenek ini selalu memikirkan Han Tay Hiong, sedangkan Han Tay Hiong sekarang sudah menjadi orang cacat! Aku yakin Han Tay Hiong tidak akan mau menerima budi dan pertolongannya!" kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang seorang lagi ikut bicara. "Dia sudah berumur limapuluh tahun, mana mungkin dia masih disukai. Lihat saja pipinya pun sudah keriput lho!" kata orang itu. Orang yang lain lagi ikut bicara. "Semakin tua semakin jadi, banyak gadis cantik yang tidak bisa dibandingkan dengannya, lho!" kata orang itu. "Han Tay Hiong memang beruntung, lebih baik See-bun Sian-seng mengampuni nenek ini..." kata orang lain lagi. Tiba-tiba See-bun Souw Ya berteriak. "Hati-hati, kalian cepat menyingkir!" Tak lama terdengar suara teriakan orang-orang yang disuruh menyingkir oleh See-bun Souw Ya itu. "Aduuh!" "Aaahk!" "Aduuh!" "Oh, celaka, aduh!" Demikian terdengar berbagai teriakan kesakitan di manamana dan saling susul. "Siapa yang masih banyak mulut dia harus mampus!" kata Beng Cit Nio dengan suara dingin. Empat orang anak buah See-bun Souw Ya yang tadi mengejek Beng Cit Nio, sekarang sudah tergeletak di tanah, tubuhnya berlumuran darah. Kelihatannya nyawa mereka telah putus. Pada kepala mereka kelihatan darah mengucur, itu berarti batok kepala mereka semua tertembus oleh senjata rahasia milik Beng Cit Nio. Senjata rahasia Beng Cit Nio berupa jarum yang sangat halus. Jarum itu dinamakan jarum Bunga Bwee yang telah direndam di dalam racun. Beruntung See-bun Souw Ya lihay, dia berhasil menangkis beberapa jarum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beracun yang lihay itu, jika tidak dia juga pasti sudah akan

tergeletak di tanah tidak bernyawa. Setelah serangan gelap Beng Cit Nio berhasil membunuh empat orang itu, beberapa orang yang tadi ikut menyaksikan pertarungan See-bun Souw Ya melawan Beng Cit Nio, sekarang sudah menyingkir semua. Mereka khawatir akan terkena jarum Bunga Bwee yang sangat lihay itu. Sekarang di tempat yang agak jauh dari tempat pertarungan mereka mengawasi ke arena pertarungan, tetapi mulut mereka bungkam tidak ada yang berani bersuara lagi. "Baik," kata See-bun Souw Ya, "mari kita lanjutkan lagi pertarungan kita agar bisa ditentukan siapa yang lebih unggul!" Tiba-tiba See-bun Souw Ya melancarkan serangan dahsyat dengan jurus Hua-hiat-tonysL, seketika itu tercium bau amis yang menyesakkan. Jurus yang dia pergunakan adalah jurus dari tingkat yang ke delapan. Serangan See-bun Souw Ya ini sangat berbahaya, tidak heran kalau Beng Cit Nio jadi agak kewalahan juga diserang secara demikian, Tidak heran jika sekarang kembali Beng Cit Nio berada di bawah angin. Menyaksikan keadaan di arena pertarungan dimenangkan oleh See-bun Souw Ya, nyali para anak buah See-bun Souw Ya yang tadi mulai ciut hatinya, sekarang kembali bangkit keberaniannya. Mereka sekarang saling berbisik di antara kawan-kawannya, namun mereka tidak ada yang berani bersuara. Tiba-tiba mereka terkejut karena mendengar sebuah teriakan. "Minggir!" kata suara itu. Ternyata itu suara dua pelayan yang segera mendorong orang-orang itu. Dua pelayan itu Pik Khi dan Pik Po. Di antara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang-orang itu ada Pouw Yang Hian, dia pernah merasakan kelihayan Pik Po, oleh karena itu Pouw Yang Hian tidak berani bergerak. Di arena pertempuran Beng Cit Nio sedang sibuk menangkis setiap serangan See-bun Souw Ya yang sangat berbahaya Kelihatan jelas Beng Cit Nio sudah sangat terdesak. Orang-orang yang didorong oleh Pik Po dan Pik Khi, salah seorangnya mahir ilmu Tiat-pu-san. Saat kedua pelayan itu mendorong mereka, orang itu berpikir. "Saat ini Beng Cit Nio sedang terdesak, jarak dari sini ke arena pertarungan cukup jauh. Jika Beng Cit Nio menyerang dengan jarum Bunga Bwee pun, jarum itu tidak akan bisa mengenaiku. Kenapa aku harus takut kepada dua pelayan ini?

Di sini banyak orang, jika aku tidak mampu mengalahkan dua pelayan ini, aku akan jadi bahan tertawaan," begitu pikir orang ini. "Minggir! Cepat minggir!" teriak Pik Po. "Kau menyuruh kami minggir? Hm! Itu tidak mudah aku ingin melihat sampai di mana kepandaianmu?" kata orang itu. Dia segera menyerang ke arah Pik Po dan hendak mencengkramnya. Sasaran yang dia tuju bahu Pik Po, tapi sayang gerakan Pik Po lebih cepat dari orang itu. "Plak!" "Aduuh!" teriak orang itu. Ternyata tangan Pik Po melayang ke pipi orang itu, tamparan ini keras sekali, mata orang itu tiba-tiba jadi berkunang-kunang. "Hm! Kau bertanya bagaimana kepandaianku?" kata Pik Po. Orang itu marah bukan main. Saat dia akan melancarkan serangan lagi, tampak sebuah tangan kembali melayang ke arah pipinya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Plak!" Kali ini yang menampar pipi orang itu Pik Khi. "Hm! Kau ingin mencoba kepandaian kami, maka aku tampar mulutmu!" kata Pik Khi. Sejak kecil dua pelayan ini sudah ikut dengan Beng Cit Nio, tidak heran jika mereka berdua sudah sangat mahir ilmu silat yang tinggi. Jika kedua pelayan ini hanya melayani jago silat biasa, mereka tidak akan bisa mengalahkan kedua pelayan ini. Orang itu penasaran bukan main, dia menyerang lagi dengan hebat. Pik Khi tertawa dingin. "Jangan salahkan kami, kau yang mencari mampus!" kata Pik Khi. Serangan orang itu ditangkis oleh Pik Khi, lalu balas menyerang orang itu dengan cepat. Serangan Pik Khi sangat cepat tak heran orang itu terlambat berkelit. "Plok! Plaak!" "Aduuuh! Tolong!" teriak orang itu. Dia langsung roboh bergulingan di tanah dengan sangat kesakitan. Dia menjerit-jerit bagaikan seokor babi yang baru dipotong. Dua kawan lelaki itu kaget bukan kepalang. Mereka berdua menghunus pedang mereka lalu maju mendekati kawannya yang tergeletak sambil menjerit-jerit. Maksud mereka akan menolongi kawannya itu. Pik Po tertawa cekikikan.

Melihat dua lelaki itu menghunus pedang Pik Po berkata pada Pik Khi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kak Pik Khi, biar aku yang menghadapi dua anjing ini!" kata Pik Po. Tanpa banyak mulut Pik Po menghunus sepasang pedangnya dan langsung menyerang kedua laki-laki yang hendak menolongi kawannya itu. Serangan Pik Po yang bertubi-tubi membuat kedua lelaki itu kaget bukan main. "Aaah! Aduh!" "Aduh!" Kedua lelaki itu telah tertusuk oleh pedang Pik Po. Mereka roboh dengan tubuh mandi darah. Kejadian ini membuat orang-orang di tempat itu kaget. Mereka buru-buru menghindar dari tempat itu. Sekarang tidak ada yang berani menghalangi majunya Pik Po dan Pik Khi. Sesampai di arena pertarungan Pik Khi menerjang masuk, dia melemparkan sebuah tongkat ke arah Beng Cit Nio sambil berseru nyaring. "Majikan! Pukul Iblis Tua itu dengan tongkat ini!" kata Pik Khi. See-bun Souw Ya kaget melihat dua pelayan itu maju. Saat tongkat dilemparkan oleh Pik Khi, See-bun Souw Ya berniat merebut tongkat itu. Tetapi lemparan Pik Khi itu sebuah lemparan yang istimewa. Saat tangan See-bun Souw Ya terjulur ingin menyambar tongkat itu, mendadak tongkat itu berputar ke arah lain. Dengan demikian tangan See-bun Souw Ya menyambar ke tempat kosong. Sedang tongkat itu tepat jatuh ke tangan Beng Cit Nio. Sesudah berhasil memegang tombak berkepala naga itu semangat Beng Cit Nio bangkit lagi. Tiba-tiba tongkat berkepala naga itu berkelebat cepat luar biasa, tongkat itu mengarah ke See-bun Souw Ya. Pengalaman See-bun Souw Ya sangat luas, tetapi gerakan tongkat Beng Cit Nio belum diketahuinya. Dia mencoba menangkis serangan dahsyat dari Beng Cit Nio dengan sekuat tenaganya. Tak lama terdengar suara benturan sangat keras.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tang!" Setelah menangkis serangan Beng Cit Nio yang hebat itu See-bun Souw Ya merasakan darahnya bergolak tidak karuan, sedangkan tangannya terasa sakit bukan main. Sebaliknya

Beng Cit Nio pun terhuyung ke belakang dua langkah. Tetapi kelihatan luka Beng Cit Nio tidak separah luka yang diderita oleh See-bun Souw Ya. Iblis Tua itu terkejut bukan kepalang. "Nenek ini benar-benar hebat!" pikir See-bun Souw Ya. "Kepandaiannya tidak di bawah kepandaianku!" Sesudah mengetahui Beng Cit Nio memiliki ilmu tongkat yang lihay, See-bun Souw Ya sadar. Dia harus mengubah taktik saat menghadapinya. Sekarang dia kembali melakukan serangan hebat. Tetapi jika tidak sangat terpaksa dia tidak menangkis langsung serangan Beng Cit Nio yang dahsyat itu. "Pik Khi, Pik Po! Kalian jaga ruang tahanan, jangan biarkan orang masuk ke sana!" teriak Beng Cit Nio. "Baik Majikan!" kata kedua pelayan itu sambil mengangguk. Mereka berdua langsung menuju ke kamar tahanan dan melakukan penjagaan sesuai perintah dari Beng Cit Nio. Rupanya dua pelayan ini ditugaskan untuk melindungi Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng. Menyaksikan perubahan yang terjadi di arena pertarungan, Pouw Yang Hian khawatir gurunya akan kalah. Maka itu Pouw Yang Hian segera berteriak-teriak pada anak buahnya. "Cepat! Cepat panggil Chu Lo Sian-seng dan Khong-tong Sam-eng (Tiga Elang Khong-tong) ke mari! Cepaaat!" teriak Pouw Yang Hian panik bukan main. Khong-tong Sam-eng murid tingkat dua dari Khong-tongpay Mereka bertiga berilmu tinggi, sekarang mereka bergabung dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar teriakan murid See-bun Souw Ya ini Beng Cit Nio sadar, tidak lama lagi akan bermunculan lawan-lawan yang sangat tangguh. Dia memutuskan untuk mengakhiri pertarungan itu dengan cepat melawan See-bun Souw Ya. Beng Cit Nio mengeluarkan ilmu tongkat Loan-po Hong (Ilmu Tongkat Angin dan Badai). Memang luar biasa ilmu tongkat ini, ternyata dia berhasil menekan See-bun Souw Ya. Kelihatan See-bun Souw Ya tidak bisa melakukan serangan lagi, dia hanya mampu menangkis dan mundur teratur. Dengan ilmu Hua-hiat-tonya dia mampu bertahan. Sedang Beng Cit Nio harus terus melindungi jantungnya, tidak heran jika pertarungan itu jadi seimbang. Tiba-tiba terdengar Pouw Yang Hian berteriak girang, dari jauh tampak mendatangi Chu Kiu Sek. Sambil tertawa Chu Kiu Sek berkata nyaring. "Ternyata nenek in lihay juga, saudara See-bun jangan takut aku akan membantumu!" kata Chu Kiu Sek. See-bun Souw Ya mendengus dingin.

"Hm! Sekalipun dia lihay belum tentu aku akan kalah olehnya, lebih baik kau lihat saja Han Tay Hiong sedang apa!" kata See-bun Souw Ya. Mendengar kata-kata See-bun Souw Ya tentu saja Beng Cit Nio terperanjat bukan kepalang. "Han Tay Hiong sedang sekarat, jika si Iblis Tua ke sana mana mungkin mereka selamat?" pikir Beng Cit Nio. "Sekarang Pik Po dan Pik Khi ada di sana, tapi aku tidak yakin mereka akan mampu menghadapi Chu Kiu Sek!" Tiba-tiba Beng Cit Nio meludah dan membentak dengan sengit. "Dasar manusia tidak tahu malu!" kata Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba tongkatnya berkelebat, dia langsung menyerang ke arah Chu Kiu Sek. Setelah berkelit dari serangan berbahaya itu Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Saudara See-bun, Han Tay Hiong telah kau totok jalan darahnya hingga tidak berdaya, masakan dia bisa kabur.?" kata Chu Kiu Sek. "Sekarang lebih baik kita bereskan dulu nenek busuk ini!" Chu Kiu Sek paham ilmu Siu-lo-im-sat-kang sampai tingkat delapan. Tiba-tiba dia melancarkan sebuah pukulan, saat itu terasa ada hawa dingin menyerang. Sekalipun lwee-kang Beng Cit Nio tinggi tidak urung dia merasakan hawa dingin itu. Tetapi ilmu tongkat Beng Cit Nio tetap masih mampu mengimbangi pukulan Chu Kiu Sek itu. Beng Cit Nio merangsek maju. Tetapi Chu Kiu Sek sambil tertawa berkata nyaring. "Cit Nio, sebenarnya kita sehaluan! Kaulah yang mengundang kami ke mari untuk menangkap Han Tay Hiong, tetapi aneh sekali sekarang kau ingin melindunginya dan berganti haluan! Kau jangan salahkan kami jika kami mengeroyokmu!" kata Chu Kiu Sek. "Sungguh sial! Karena mataku buta hingga aku mengundang srigala masuk ke dalam rumahku! Aku sungguh menyesal, sekarang mari kita adu jiwa, paling sial aku mati di tangan kalian!" kata Beng Cit Nio sengit bukan main. Dengan ilmu tongkatnya yang lihay Beng Cit Nio langsung menyerang See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Serangan Beng Cit Nio sangat berbahaya dan mematikan, dari sikapnya kelihatan Beng Cit Nio siap mati bersama-sama dengan kedua lawannya. Tiba-tiba terdengar suara seruan dari orang-orang yang sedang menyaksikan pertarungan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, Khong-tong Sam-eng sudah datang!" kata suara itu. Khong-tong Sam-eng jago dari Khong-tong-pay. Anggota mereka bertiga masih saudara kandung. Kelompok ini terdiri yang tertua bernama Cie Tian, yang kedua bernama Cie Ceng sedang yang paling muda bernama Cie Liak. Ayah mereka salah satu dari Khong-tong-ji-khi (Dua orang Aneh dari partai Khong-tong). Ketiga jago Khong-tong-pay ini musuh besar Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun. Pada waktu Khong-tong Sam-eng turun gunung, maksud mereka akan pergi ke Kim-kee-leng untuk mengadakan perhitungan dengan Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun. Di tengah perjalanan mereka malah bertemu dengan Cong Siauw Hu dan Siang-koan Po Cu suami isteri, yaitu bawahan Hong Lay Mo Lie. Dengan demikian perkelahian tidak terhindarkan. Sayang Khong-tong Sam-eng kalah oleh suami isteri tersebut. Menghadapi anak buah Hong Lay Mo Lie saja sudah kalah, bagaimana mereka mampu menghadapi Hong Lay Mo Lie sendiri. Saat itu mereka baru sadar kalau kepandaian mereka masih rendah. Kebetulan Khong-tong Sam-eng bertemu dengan See-bun Souw Ya, si Iblis Tua ini tahu bahwa Khong-tong Sam-eng ingin balas dendam pada Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun, maka itu See-bun Souw Ya mengajak mereka bergabung dengannya Mengetahui See-bun Souw Ya inHihay ditambah mereka juga mengaguminya, maka mereka bertiga akhirnya bersedia bergabung dengan See-bun Souw Ya. Sebenarnya Beng Cit Nio tidak gentar terhadap Khong-tong Sam-eng, namun sekarang saat dalam bahaya Beng Cit Nio mau tidak mau cemas juga Dia sangat khawatir jika Khongtong Sam-eng ke kamar tahanan Han Tay Hiong dan puterinya, mereka akan mencelakai Han Tay Hiong dan puterinya. Sedangkan saat itu dia tidak bisa meninggalkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gelanggang pertarungan, karena sedang menghadapi dua Iblis Tua yang lihay. Dugaan Beng Cit Nio ternyata benar, begitu Khong-tong Sam-eng tiba di tempat pertarungan, dia melihat Beng Cit Nio sedang dalam keadaan terdesak oleh Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya. Mereka pikir tidak ada gunanya mereka

membantu mengeroyok Beng Cit Nio. Namun, tiba-tiba mata mereka memandang ke arah kamar tahanan. Sekalipun mereka tahu di depan kamar tahanan ada dua orang pelayan Beng Cit Nio yang cukup tangguh. Mereka sudah mendengar dua pelayan itu berhasil melukai kawan-kawan mereka. Tetapi mereka tidak gentar. Mereka siap masuk ke kamar tahanan Han Tay Hiong. Khong-tong Sam-eng orang yang tinggi hati dan mempertahankan gengsi mereka. Itu sebabnya mereka akan masuk ke kamar tahanan tidak bersama-sama untuk menghadapi dua pelayan Beng Cit Nio itu. Orang yang akan masuk hanya Lo-sam (Saudara ketiga) untuk menjajal kepandaian kedua pelayan itu. Menurut tingkatan di Dunia Persilatan, Khong-tong Sameng ini tergolong pesilat kelas dua. Jelas kepandaian mereka berada di atas kedua pelayan Beng Cit Nio. Saat salah satu dari Khong-tong Sam-eng muncul, Pik Po dan Pik Khi langsung menerjangnya. Mereka tidak mengetahui berapa tinggi kepandaian anggota dari Khong-tong Sam-eng itu. Cie Liak yang diserang secara beruntun oleh dua pelayan Beng Cit Nio inHangsung menangkis serangan itu dengan senjata sepasang gelangnya. "Trang!" Pedang Pik Po yang ditangkis dengan keras ternyata buntung. Pada saat yang bersamaan Pik Khi menyerang Cie Liak dengan pedangnya. Sebenarnya kepandaian Pik Khi lebih

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tinggi dari Pik Po, namun dia tetap bukan tandingan Cie Liak yang lihay. Setelah bertarung belasan jurus kedua pelayan itu benarbenar mulai terdesak oleh Cie Liak. Jika sedikit lengah kedua pelayan itu akan celaka di tangan Cie Liak. Saat dalam keadaan kritis tiba-tiba terdengar suara tawa nyaring. "Hm! Tak tahu malu menghina gadis kecil, ternyata cuma seperti itu kalian berani mengaku Sam Eng?" Saat suara itu belum sirna tak lama tampak sesosok bayangan berkelebat. Ketika itu Cie Liak merasakan ada serangan angin yang dasyat menerjang punggungnya. Cie Liak terkejut bukan main. Dia tidak melihat jelas siapa orang itu, tapi tahu-tahu bahunya terasa sangat sakit. Kiranya tulang pipenya tercengkram orang itu, tak lama tubuhnya terasa melayang karena dilemparkan oleh orang itu. Orang itu kiranya Seng Cap-si Kouw. Betapa kagetnya Lo Toa Cie Tian. "Siapa kau, beraninya kau melukai adikku?" kata Cie Tian.

Cie Tian yang juga bersenjata gelang baja langsung menyerang pada Seng Cap-si Kouw. Gelang baja Cie Tian berkelebat menyambar-nyambar ke arah lawan. Menyaksikan serangan itu Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Kau buta tidak mengenaliku, tapi kau berani buang lagak di tempat ini!" bentak Seng Cap-si Kouw. Cap-si Kouw mencoba merebut gelang baja di tangan Cie Tian, tetapi usahanya ini gagal karena Cie Tian cukup lihay. Dengan cepat Cie Tian menarik serangannya, lalu balas menyerang ke arah tangan Seng Cap-si Kouw. Pada saat yang bersamaan Seng Cap-si Kouw pun membalikkan tangan dan dengan lengan bajunya dia mengibas dengan hebat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Trang!" Ujung lengan baju Seng Cap-si Kouw menghantam gelang baja di tangan Cie Tian. Seketika itu juga Cie Tian merasakan telapak tangannya sakit dan ngilu sekali, hampir saja gelang baja di tangannya terlepas dari cekalannya. Segera Cie Tian mundur tiga langkah, matanya menatap ke arah Seng Cap-si Kouw dengan tajam dan sedikit terbelalak karena terkejut oleh kekuatan pukulan wanita tua itu. Melihat lawannya itu Seng Cap-si Kouw tertawa menghina. "Hm! Kau berhasil menghindar dari seranganku, itu tandanya kau cukup lihay, sekarang enyah kau dari sini" bentak Seng Cap-si Kouw bengis. "Perempuan siluman aku akan mengadu jiwa denganmu!" kata Cie Tian gusar sekali. Tiba-tiba dia menyerang kembali. Pada saat yang bersamaan, Cie Ceng, saudara kedua dari Khong-tong Sameng datang bantu menyerang. Melihat lawannya bertambah seorang Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Aku ingin mengampuni kalian, tetapi sebaliknya kalian mencari mampus sendiri!" kata Seng Cap-si Kouw. Tiba-tiba tampak sinar hijau berkelebat, itulah pedang bambu Cui-giok-tek (Bambu Giok Hijau) yang digunakan Capsi Kouw untuk menangkis serangan kedua lawannya. Pedang seperti itu biasanya pedang-pedangan mainan anak-anak, sedangkan senjata gelang yang digunakan oleh kelompok Khong-tong Sam-eng terbuat dari baja. Pedang terbuat dari baja pun pasti buntung jadi dua jika terkena gelang baja mereka, apalagi pedang bambu. Tetapi sungguh mengherankan, ternyata gelang baja itu tak mampu mematahkan pedang bambu milik Cap-si Kouw

yang lihay, malah sebaliknya Cie Tian dan Cie Ceng jadi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kewalahan dan terdesak oleh serangan balasan dari Cap-si Kouw, bahkan sibuk untuk menangkis berbagai serangan pedang bambu hijau itu. "Tang! Tang!" Suara benturan senjata tajam dengan pedang bambu terdengar nyaring. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw membentak dengan nyaring. "Kena!" Kelihatan cahaya hijau berkelebat kian-ke mari, kelihatan Cie Tian dan Cie Ceng sibuk menangkis dan melompat kian ke mari dan gerakannya mulai kacau-balau. Tiba-tiba Cie Tian merasakan tangannya sakit bukan kepalang, sedangkan Cie Ceng berdiri termangu di tempat. Kiranya pakaian mereka telah terkoyak-koyak, ini membuat Cie Ceng jadi setengah telanjang. Untung yang digunakan oleh Seng Cap-si Kouw hanya sebuah pedang bambu, jika pedang yang terbuat dari baja murni yang tajam, saat itu Cie Ceng pasti sudah mandi darah dan tidak bernyawa lagi. Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Hm! Apa kalian masih berani mengadu jiwa denganku?" kata Seng Cap-si Kouw sambil tersenyum dingin. "Baik, kau kuberi kesempatan untuk istirahat sejenak, sesudah itu mari kita lanjutkan lagi pertarungan ini!" Cie Tian sebenarnya sudah tertotok jalan darahnya, hal ini membuat Seng Cap-si Kouw pun sedikit kaget, mengapa Cie Tian tidak roboh oleh totokannya? Cie Tian membentak dengan suara keras. "Kau telah membunuh adik ketiga kami, maka kau harus aku bunuh agar aku bisa membalaskan sakit hati saudara kami!" kata Cie Tian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat Cie Tian akan berbuat nekat, Cie Ceng meneriaki saudaranya itu. "Toa-ko, sabar! Sam-tee (adik ketiga) belum mati, dia hanya tertotok jalan darahnya oleh perempuan siluman ini!" kata Cie Ceng. Saat Cie Liak diserang oleh Seng Cap-si Kouw dan dilemparkan hingga roboh terlentang di tanah, Cie Ceng segera menghampiri saudara ketiganya dan memapahnya, lalu

memeriksa lukanya. Tetapi saat itu Cie Tian langsung menyerang ke arah Cap-si Kouw, dengan demikian dia tidak mengetahui kalau Cie Liak masih hidup. Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Kau boleh membebaskan totokanku di tubuh Cie Liak! Jika kalian masih ingin bertarung aku bersedia meladeni kalian!" kata Seng Cap-si Kouw dengan dingin. Sesudah berkata begitu dengan tidak mempedulikan mereka Seng Cap-si Kouw berjalan dengan tenang ke arah kamar tahanan. Begitu sampai Seng Cap-si Kouw langsung bicara. "Aku datang terlambat hingga kalian jadi kaget," kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa. Melihat Seng Cap-si Kouw tiba Pik Khi girang bukan main."Syukur Cian-pwee telah datang!" kata Pik Khi. "Bagaimana keadaan Han Tay Hiong?" tanya Seng Cap-si Kouw. "Tampaknya beliau seperti keracunan, sekarang beliau masih pingsan," jawab Pik Khi. Pik Khi ini pelayan pribadi Beng Cit Nio, tak heran jika dia mengerti mengenai racun. Dia tahu Han Tay Hiong keracunan namun Pik Khi tidak mengetahui kalau yang menaruh racun itu Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Cap-si Kouw manggut-manggut. "Baik, akan aku periksa keadaannya!" kata Cap-si Kouw. "Cian-pwee, sebaiknya kau membantu dulu majikan kami yang sedang bertarung melawan kedua Iblis Tua itu!" kata Pik Po. Pik Po pelayan kesayangan Beng Cit Nio, tidak heran kalau saat melihat majikannya sedang dikepung oleh dua Iblis Tua itu jadi khawatir, maka itu dia memohon pada Cap-si Kouw agar Cap-si Kouw mau menolongi dulu majikannya. Sebenarnya Pik Po tahu kalau Beng Cit Nio, majikannya, kurang cocok dengan Seng Cap-si Kouw. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sementara itu di tengah gelanggang pertarungan Beng Cit Nio terus berusaha mencurahkan perhatiannya melawan Seebun Souw-ya dan Chu Kiu Sek. Tidak heran jika dia seolah tidak menyaksikan kehadiran Seng Cap-si Kouw di tempatnya. Tapi saat dia tahu Seng Cap-si Kouw mendatangi, Beng Cit Nio langsung berkata dingin. "Piauw-ciku (Kakak misanku, red), kau tidak perlu datang ke mari untuk berpura-pura jadi orang baik!" kata Beng Cit Nio Mendengar teguran itu Seng Cap-si Kouw tertawa.

"Adik misanku yang baik, kalau begitu kau anggap aku sebagai orang luar! He, he, he! Sekalipun kau salah paham terhadapku, namun bagaimana aku tidak mau mempedulikan kau? Biar bagaimana kita tetap saudara misan!" kata Seng Cap-si Kouw. See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek telah melihat bagaimana Khong-tong Sam-eng telah roboh di tangan Seng Cap-si kouw, mereka segera bersiap-siap untuk menghadapi Seng Cap-si Kouw bila perlu. Tetapi, gerakan Seng Cap-si Kouw begitu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cepat, tahu-tahu pedang bambunya menyerang ke arah Seebun Souw Ya. Sekalipun Cap-si Kouw sedang bicara tak urung pedang bambunya menyerang secepat kilat. See-bun Souw Ya kaget oleh serangan itu, segera ia menggunakan jurus Pan-liong Jiauw-pou (Naga melangkah) untuk memukul lengan Seng Cap-si Kouw yang memegang pedang bambu hijau. Di luar dugaan See-bun Souw Ya saat diserang Seng Cap-si Kouw sudah mengubah serangannya, kali ini dengan jurus Ihsenghoan-wi (Menggerakkan tubuh mengubah posisi). Kelihatan tubuh Seng Cap-si Kouw bergerak ke belakang Chu Kiu Sek, bersamaan dengan itu pedang bambunya ditusukkan pada orang she Chu itu. Sasaran Cap-si Kouw adalah punggung Chu Kiu Sek. Saat Cap-si Kouw menyerang ke arah See-bun Souw Ya, serangan Cap-si Kouw ini sungguh berbahaya mengarah ke arah kedua mata See-bun Souw Ya, hal itu membuat See-bun Souw Ya mandi keringat saking kagetnya. See-bun Souw Ya menangkis dengan ilmu Hua-hiat-tonya. Ini pun membuat Seng Cap-si Kouw kaget, karena serangan See-bun itu membuat perutnya mual hingga mau muntah karena bau amis yang luar biasa itu menyerang ke hidungnya. Sebaliknya Chu Kiu Sek kaget karena dia merasakan ada angin yang mengarah ke punggungnya, segera dia membalikkan tangannya untuk melancarkan sebuah pukulan ke belakang. Pukulan Chu Kiu Sek ini membuat Seng Cap-si Kouw merinding, namun ujung pedang bambu Cap-si Kouw berhasil merobek pakaian Chu Kiu Sek. Pada saat yang bersamaan, Seng Cap-si Kouw segera melompat mundur beberapa langkah, dia kembali ke pintu ruang tahanan. Dalam dua gebrakan itu memang Seng Cap-si Kouw berada di atas angin, tetapi dia sadar ilmu Hua-hiat-to maupun Siu-lo

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Im-sat-kang itu sangat lihay. Jika Seng Cap-si Kouw ingin mengalahkan kedua Iblis Tua itu, mau tak mau dia harus bergabung dengan Beng Cit Nio, tapi mungkin mereka harus bertarung sampai seratus jurus baru bisa mengalahkan mereka. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw jadi tidak sabar dan ingin segera melihat keadaan Han Tay Hiong, maka itu dia berteriak ke arah Beng Cit Nio. "Adik misan, hati-hati kau bertarung melawan mereka. Aku yakin mereka tidak akan mampu mengalahkanmu dalam waktu singkat, nanti kau akan kubantu!" kata Seng Cap-si Kouw. Di luar dugaan serangan yang dilancarkan oleh Seng Cap-si Kouw ternyata telah membuat kedua Iblis Tua itu kelabakan, tak heran jika Beng Cit Nio jadi berada di atas angin. Sedangkan Seng Cap-si Kouw sambil tertawa memasuki ruang tahanan untuk melihat keadaan Han Tay Hiong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 27

Saat itu tubuh Han Tay Hiong semakin dingin. Sedang Han Pwee Eng mencoba memeluknya erat-erat, kelihatan saat itu seakan-akan Han Pwee Eng takut sepasang tangannya terlepas dari tubuh ayahnya yang semakin dingin saja. Han Pwee Eng sangat takut kalau tiba-tiba ayahnya akan pergi untuk selama-lamanya. Saat dHuar kamar tahanan terjadi pertarungan yang hebat antara Beng Cit Nio dan Dua Iblis Tua, semua tidak diketahuinya. Hanya.... Tiba-tiba saja tangan yang lembut membelai-belai rambut Han Pwee Eng, kemudian terdengar suara bisikan ke telinga nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Han jangan takut, coba aku periksa keadaan ayahmu," kata suara itu. Han Pwee Eng tersentak kaget. Dia langsung menoleh. Dilihatnya seorang wanita berwajah lembut berdiri di hadapannya Sekalipun perempuan itu sudah tua, namun wajahnya masih kelihatan cantik. Han Pwee Eng tertegun sejenak, dia merasa tidak kenal dengan wanita itu, nona Han lalu bertanya. "Kau siapa?" tanya Han Pwee Eng.

Sebelum wanita tua cantik itu menjawab Pik Khi sudah mendahului wanita itu menjawab. "Ini Seng Cap-si Kouw, Nona Han! Beliau Kakak-misan majikan kami. Dia datang untuk mengobati ayahmu," kata Pik Khi. Seng Cap-si Kouw mengawasi Han Tay Hiong, setelah menghela napas dia brkata. "Aaakh! Keterlaluan.... Majikan kalian sungguh kejam sekali, dia menyiksanya sampai begini!" kata Seng Cap-si Kouw. Memang Beng Cit Nio pernah menyiksa Han Tay Hiong. Ketika mendengar kata-kata Seng Cap-si Kouw, Pik Khi maupun Pik Po tidak bisa berkata apa-apa. Seng Cap-si Kouw mengeluarkan sebatang jarum emas, lalu dengan jarum emas itu dia menusuk jalan darah Thayyanghiatnya. Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang ketika melihat apa yang dilakukan wanita itu. "Kau mau apakan Ayahku?" bentak Han Pwee Eng. Seng Cap-si Kouw tersenyum. "Jangan takut kugunakan jarum emas ini untuk mengeluarkan racun yang ada di tubuh ayahmu agar dia selamat!" kata Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam waktu bersamaan Han Tay Hiong terdengar mengelah napas panjang, sesudah itu perlahan-lahan matanya terbuka. Han Pwee Eng girang bukan kepalang. "Ayah! Ayah!" Mata Han Tay Hiong kelihatan gugup dan panik."Cap-si Kouw, kau.....kau .. kata Han Tay Hiong dengan suara bergetar. "Ayah, Cap-si Kouw yang mengobatimu, Ayah!" kata Han Pwee Eng. Sesudah berkata begitu Han Pwee Eng tersentak dan jadi berpikir. "Ternyata mereka sudah saling mengenal, kenapa Ayah tidak bercerita padaku?" pikir nona Han. Tiba-tiba Han Pwee Eng ingat masa kecilnya, ketika dia ditunangkan dengan Kok Siauw Hong. Tiga hari setelah Kok Siauw Hong meninggalkan rumahnya di Lok-yang, mereka kedatangan seorang tamu wanita yang ingin menemui ayahnya. Namun, ayahnya tidak mau menemui wanita itu hanya ibu Han Pwee Eng yang menerima kedatangan tamu perempuan itu. Ketika itu Han Pwee Eng baru berumur lima tahun. Ketika Han Pwee Eng mendengar kedatangan tamu wanita itu, dia

berlari ke ruang tamu akan melihat tamu itu. Kelihatan tamu perempuan itu sangat cantik, Han Pwee Eng lalu mendekati wanita itu dan merangkulnya dengan manja. Melihat kelakuan Han Pwee Eng ibunya kelihatan tidak senang, lalu memarahi nona Han dan dikatakan tidak tahu aturan, nona Han ditariknya agar tidak mendekati tamu atau wanita cantik itu. Tetapi tamu wanita itu kelihatan sangat menyukai Han Pwee Eng, dia memuji ibunya punya anak perempuan yang cantik. Pada saat mau pergi, tamu wanita itu menghadiahkan sebuah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mainan untuk Han Pwee Eng, sebuah burung-burungan yang terbuat dari batu giok. Menerima burung dari batu giok itu Han Pwee Eng girang sekali. Tetapi setelah wanita cantik itu meninggalkan rumahnya, ibu Han Pwee Eng mengambil mainan burung batu giok itu dari tangan Han Pwee Eng. "Aku larang kau menyimpan mainan dari wanita itu!" kata ibunya Ketika itu wajah ibu Han Pwee Eng kelihatan dingin dan bengis. Menyaksikan sikap ibunya yang kaku itu Han Pwee Eng tercengang, karena ia tahu ibunya sangat lemah-lembut dan tidak pernah marah. Tapi hari itu dia marah besar. Burung terbuat dari batu giok itu oleh ibu Han Pwee Eng dibanting ke lantai dan hancur berantakan. Ketika itu Han Pwee Eng yang masih kecil hanya bisa menangis, karena jengkel selama beberapa hari dia tidak mau mendekati ibunya apalagi bicara. Beberapa hari kemudian wajah ibu Han Pwee Eng berubah tidak sedap dipandang, hal itu membuat Han Pwee Eng j adi takut sekali. "Ibu marah padaku, dia tidak memperdulikan aku lagi, apa yang harus kulakukan?" pikir Han Pwee Eng. Tiba-tiba malam itu mendadak ibu Han Pwee Eng memeluk puterinya erat-erat, kemudian berkata perlahan. "Nak, kau masih marah pada Ibu?" kata ibu Han Pwee Eng. "Bu, apa Ibu masih sayang padaku?" kata nona Han. "Tentu, memang kenapa nak?" "Kalau begitu selanjutnya aku tidak akan menerima barang pemberian orang lain, tetapi dulu Ibu tidak pernah melarang aku menerima pemberian orang lain," kata Han Pwee Eng sambil terisak sedih. Ibu Han Pwee Eng mencium kening puterinya dengan mesra.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana Ibu tidak sayang kepadamu, hari ini Ibu yang salah. Ibu tidak menyalahkan kau, tapi Ibu menyalahkan wanita itu!" kata ibunya. Dengan keheranan Han Pwee Eng lalu bertanya pada ibunya yang dia kira sudah tidak memarahinya "Bu, wanita itu baik dan lembut, kenapa Ibu membencinya?" kata Han Pwee Eng. "Kau masih kecil, nak. Sekalipun Ibu ceritakan padamu, kau tidak akan mengerti. Kelak setelah kau dewasa pasti akan Ibu beritahukan padamu." Sayang sebelum Han Pwee Eng dewasa dua tahun kemudian ibunya telah meninggal.... Ingat kejadian itu Han Pwee Eng segera memperhatikan wajah Seng Cap-si Kouw. Semakin diperhatikan wanita itu, semakin mirip dengan tamu wanita ketika dia masih kecil. "Tidak salah, pasti dia! Tetapi kenapa Ayah kelihatan seperti takut kepadanya?" pikir Han Pwee Eng. Han Pwee Eng sama sekal tidak mengerti apa yang terjadi di antara kedua orang itu. Sementara itu Han Tay Hiong terus menatap ke arah Seng Cap-si Kouw, dia diam saja. Tak lama bam dia bicara. "Kau, kaukah yang menyelamatkan jiwaku?" kata Han Tay Hiong. Seng Cap-si Kouw menghela napas panjang. "Aakh! Tay Hiong, aku tahu selama ini kau terus mencurigaiku tentang kejadian itu. Semua itu kau anggap perbuatanku, kan? Sekarang kau telah dicelakakannya, seharusnya kau sudah tahu siapa orang itu?!" kata Seng Capsi Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi maksudmu adik-misanmu yang telah meraciuninya?" kata Han Tay Hiong. Mendengar pertanyaan Han Tay Hiong seketika itu Pik Khi dan Pik Po terkejut bukan kepalang. Han Pwee Eng terlebihlebih lagi kagetnya, karena ayahnya pernah mengatakan kepadanya bahwa ibunya meninggal karena diracun orang. "Hm! Beng Cit Nio yang menaruh racun! Siapa yang diracunnya? Apakah dia yang mencelakakan Ibuku?" pikir Han Pwee Eng. "Aku tidak berani menuduh dia! Tetapi aku pikir orang yang

meracunimu hari ini pasti orang yang meracuni isterimu!" kata Seng Cap-si Kouw. Ucapan Cap-si Kouw ini jelas ingin mengatakan, bahwa pelaku peracunan itu adalah Beng Cit Nio. Mendengar jawaban Cap-si Kouw, Pik Khi yang tidak tahu apa-apa jadi bingung. Kemudian dengan memberanikan diri dia bertanya langsung kepada Han Tay Hiong. "Han Toa-ya, bukankah yang meracunimu itu See-bun Souw Ya?" kata Pik Khi. "Bukan! Seorang pelayan mengantarkan makanan berikut seguci arak ke kamar tahananku, tidak kusangka ternyata arak itu beracun. Aku kenal pelayan itu. Dia seusia dengan puteriku, pasti dia bukan orang yang meracuni isteriku!" kata Han Tay Hiong memastikan. Tik Khi kaget dan gusar. "Jadi maksud Han Toa-ya yang meracunimu itu pelayan Tik Khim? Tidak! Aku tidak percaya, dia itu orang baik. Ditambah lagi Tik Khim pelayan yang baru tiba dari tempat Seng Cap-si Kouw. Jika benar dia yang meracunimu. Han Toa-ya tidak boleh menuduh majikanku yang meracunimu!" kata Tik Khi dengan berani.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kata-kata pelayan itu Seng Cap-si Kouw tertawa. "Pantas Beng Cit Nio sangat menyayangimu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Ternyata kau sangat setia pada majikanmu. Jadi kau tidak senang orang lain memburuk-burukkan nama majikanmu. Tetapi aku kira kau tidak tahu masalahnya, kunasihatkan lebih baik kaujangan ikut bicara! Tay Hiong, coba kau pikir baik-baik, pelayan itu melakukan perintah siapa mengantarkan arak kepadamu? Jangan lupa, orang yang memiliki racun seperti itu hanya kami berdua. Jika bukan aku yang meracunimu pasti dia! Aku sama sekali tidak menyangka dia akan menyuruh pelayan itu mengantarkan arak beracun kepadamu! Tetapi terserah kau saja, apa kau mau percaya padaku atau tidak?" Pertama-tama memang Han Pwee Eng mencurigai Beng Cit Nio yang meracuni ibunya. Namun, setelah bertatap muka dan bercakap-cakap dengan Beng Cit Nio, kecurigaan itu lambat laun semakin berkurang. Tetapi, setelah mendengar tuduhan Seng Cap-si Kouw tadi, Han Pwee Eng mulai yakin lagi bahwa Beng Cit Nio-lah yang meracuni ibunya. Han Pwee Eng sependapat dengan Pik Khi, tidak mungkin Ci Giok Hian yang berniat mencelakakan ayahnya? Arak Kiu-thian-sun-yang Pekhoaciu sudah beberapa hari berada di kamar Beng Cit Nio,

jika ditarik kesimpulan yang logis, memang lebih mungkin Beng Cit Nio yang menaruh racun ke dalam guci arak itu. Jika benar demikian, jelas Beng Cit Nio ini wanita yang kejam dan sangat menakutkan. Sekarang dia dituduh meracuni ayahnya, bukan tidak mungkin dia juga yang meracun ibunya? Jelas baik Pik Khi, maupun Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, mereka tidak mengetahui bahwa Cap-si Kouw-lah yang mengatur siasat ini, karena dia ingin agar baik Han Tay Hiong maupun Han Pwee Eng akan mengambil kesimpulan demikian. Bahwa pembunuh isteri Han Tay Hiong adalah Beng Cit Nio!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hanya sayang dalam siasatnya itu Seng Cap-si Kouw tidak memperhitungkan kemungkinan lain. Dia terlalu yakin bahwa Beng Cit Nio akan membunuh Ci Giok Hian si gadis malang yang dia peralat itu, kalaupun tidak paling tidak pasti Beng Cit Nio akan meracun gadis itu. Perhitungan Cap-si Kouw hampir sempurna sekali, tetapi sayang sekali cincin pemberian Seng Liong Sen pada gadis she Ci itu, justru telah menyelamatkan nyawa Ci Giok Hian dari maut. Saat itu hati Han Tay Hiong bimbang bukan main. Selang sesaat baru dia bicara. "Aku dibingungkan oleh kejadian dulu dan sekarang. Mudah-mudahan saja semua misteri ini kelak akan jelas juga. Tetapi sekarang aku tidak ingin memikirkannya!" kata Han Tay Hiong. Mendengar kata-kata Han Tay Hiong, Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Aku tahu di otakmu kau masih ingat pada adik-misanku," kata Cap-si Kouw. "Namun, saat ini musuh yang tangguh berada di depan mata, kau memang tidak perlu banyak berpikir. Lebih baik kau istirahat saja! Mungkin sebentar lagi aku harus minta bantuanmu. Bagaimanapun Beng Cit Nio itu adik-misanku, aku harus membantu dia!" Saat Seng Cap-si Kouw bicara dengan Han Tay Hiong di ruang tahanan, di luar Beng Cit Nio sedang bertarung matimatian melawan dua iblis tua yang ganas itu. Beng Cit Nio tahu benar adak kakak-misannya yang licik dan keji. Sejak Cap-si Kouw masuk ke kamar tahanan, hati Beng Cit Nio jadi tidak tentram. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Seng Cap-si Kouw terhadap Han Tay Hiong dan puterinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Beng Cit Nio sedang terdesak oleh kedua iblis tua itu, sekarang ditambah lagi hatinya sedang bimbang. Tidak heran jika sekarang Beng Cit Nio berada dalam bahaya. Sekalipun See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek sudah di atas angin, tetapi mereka belum berani turun tangan karena masih waswas. Semua itu disebabkan karena mereka tahu bahwa Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio itu dua kakak beradikmisan. Sekalipun mereka tahu di antara mereka berdua terdapat salah paham, namun tetap mereka masih saudara misan. Jika benar-benar Seng Cap-si Kouw keluar dan mereka harus berhadapan satu lawan satu, mereka tidak yakin akan bisa mengalahkan kedua wanita gagah itu Ini yang membuat kedua Iblis Tua itu harus segera mengambil putusan, sebelum Seng Cap-si Kouw muncul mereka harus sudah bisa membereskan Beng cit Nio, atau paling tidak melukainya. Sesudah itu mereka langsung menyerang bersama-sama. Kelihatan wajah Beng Cit Nio mulai pucat-pasi. "Uaah!" Dari mulut Beng Cit Nio menyembur darah segar. "Aah nenek busuk itu sudah terluka!" teriak Chu Kiu Sek. Segera Chu Kiu Sek mengerahkan ilmu Siu-lo Im-satkangnya hingga ke tingkat yang ke delapan. Dia memukul dengan cepat ke arah Beng Cit Nio dengan maksud ingin menghabisi nyawa Beng Cit Nio seketika itu juga. Di luar dugaan, pukulan Chu Kiu Sek ini bukan hanya tidak membinasakan Beng Cit Nio, mengenai tongkatnya saja tidak! Malah sebaliknya terdengar suara keras.... "Bum!" Telapak tangan Chu Kiu Sek tiba-tiba berdarah dan tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya sambaran tongkat Beng Cit Nio luar biasa cepat dan kerasnya. Kekuatan Beng Cit Nio ini tiba-tiba saja muncul. Dia tahu bahwa Seng Cap-si Kouw akan segera muncul membantu dirinya. Tetapi dia sadar, sebelum Cap-si Kouw muncul barangkali dia sudah jadi mayat di tangan Chu Kiu Sek. Penyebab lain yang membuat tenaga Beng Cit Nio tiba-tiba terkumpul, bahwa dia tidak ingin mendapat bantuan dari Seng Cap-si Kouw. Maka itu dalam keadaan ki desak, dia jadi nekat

dan lupa menjaga keselamatan sendiri. Dia mengeluarkan hawa dari aliran sesatnya semacam ilmu yang sangat aneh. Ilmu itu diberi nama Thian-mo-koi-thi-tay-hoat (Ilmu Iblis Langit Membebaskan Diri). Ilmu Thian-mo-koi-thi-tay-hoat ini bisa merusak diri sendiri, tapi ilmu ini tentu saja bisa menambah satu bagian tenaga, hanya tidak bisa tahan lama, sebab setelah sekian lama tenaganya sendiri akan musnah bahkan Beng Cit Nio akan terluka. Beng Cit Nio yakin bahwa dia akan dikalahkan oleh kedua Iblis Tua itu. Dia pikir daripada mati di tangan kedua iblis itu dengan penasaran, lebih baik dia mengerahkan kemampuan terakhirnya. Dia juga berharap jika terluka maka kedua lawannya pun akan terluka. Dengan demikian dia jadi tidak perlu meneima budi Seng Cap-si Kouw lagi. Serangan yang dilakukan oleh Beng Cit Nio dengan ilmu Thian-mo-koi-thi-tay-hoat itu memang berhasil mendesak kedua Iblis Tua itu hingga keduanya terperanjat bukan kepalang. Namun, keduanya berusaha agar mereka tidak terluka oleh serangan-serangan dari Beng Cit Nio. Ditambah lagHwee-kang See-bun Souw Ya maupun Chu Kiu Sek sangat tinggi. Siasat ini ternyata berhasil. Dua Iblis Tua itu agak terdesak karena tenaga Beng Cit Nio bertambah hebat. Namun hal ini bukan berarti Beng Cit Nio akan mampu mengalahkan kedua iblis itu. Ini terbukti karena

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lambat-laun tenaga Beng Cit Nio semakin berkurang, ini dirasakan sekali oleh Beng Cit Nio. Tetapi mendadak dia mendengar suara keras. "Adik-misan, kau sudah tahu aku tidak akan membiarkan kau bertarung sendirian, mengapa kau menyusahkan dirimu sendiri? Untung aku datang belum terlambat!" kata Seng Capsi Kouw. Sebelum sirna suara itu, Seng Cap-si Kouw sudah muncul. See-bun Souw Ya tang sudah merasakan kelihayan Seng Cap-si Kouw, sebelum dia muncul See-bun Souw Ya sudah bersiap-siap menghadapinya. Begitu Seng Cap-si Kouw muncul dia langsung melancarkan serangan ke arah Seng Cap-si Kouw. Tetapi gerakan Seng Cap-si Kouw sangat cepat. Dia mampu bergerak untuk menghindari serangan See-bun Souw Ya dan langsung melancarkan serangan susulan, kali ini yang jadi sasarannya adalah Chu Kiu Sek. Chu Kiu Sek pun saat itu sudah siaga, begitu serangan Seng Cap-si Kow datang Chu Kiu Sek berkelit ke samping, lalu menyerang dengan jurus Siu-io-im-sat-kang dengan sepenuh

tenaga ke arah Seng Cap-si Kouw. Saat itu juga terasa ada hawa dingin menyerang ke arah Seng Cap-si Kouw. DHuar dugaan ikat pinggang Chu Kiu Sek yang terserang oleh pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw langsung putus. Tetapi Seng Cap-si Kouw yang sadar serangan Chu Kiu Sek itu sangat berbahaya, tidak berani maj u terus. Dia bergerak laksana kilat membalikkan tubuhnya dan menyerang ke arah See-bun Souw Ya. Seng Cap-si Kouw sadar bahwa kedua iblis itu sangat lihay, khususnya pukulan beracun mereka. Itu sebabnya dia tidak berani sembarangan menyerang, karena itu berarti buang tenaga percuma saja Dia bertarung dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya yang ramping.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bertarung dengan cara demikian membuat tenaga murni Seng Cap-si Kouw tetap terjaga. Karena serangan Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya belum berhasil mengenai dirinya. Lain lagi dengan Beng Cit Nio, karena telah mengerahkan tenaga terakhirnya karena itu dia terluka sehingga dia tidak tahan oleh serangan hawa dingin Iblis Tua. Tidak heran jika sekujur tubuhnya begitu menggigil. Untung tenaganya belum habis seluruhnya hingga dia masih mampu bertahan sedikit. Seng Cap-si Kouw bertarung dengan cara bergerak terus kian-kemari, gerakannya juga gesit luar biasa. Sedangkan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek tidak segesit Seng Cap-si Kouw, tidak heran jika kedua iblis tua ini agak kewalahan menghadapHawannya itu, Bahkan pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw pun nyaris melukai keduanya. Beng Cit Nio tidak mau ketinggalan sekalipun tenaganya sudah agak berkurang, dia juga melancarkan seranganserangan hebat ke arah kedua iblis tua itu; akibatnya kedua iblis itu terdesak mundur. Jelas tampak Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio akan berhasil mengalahkan Chu Kiu Sek dan Seebun Souw Ya. Tapi dHuar dugaan Khong-tong Sam-eng yang tadi dikalahkan sekarang telah maju pula ke gelanggang pertarungan. "Perempuan siluman!" bentak Cie Tian. "Memang benar tadi kami kau kalahkan karena serangan gelapmu, jangan kau kira kami takut kepadamu! Hari ini kami akan bertarung matimatian melawanmu. Dengan demikian kita bisa mengetahui siapa yang paling gagah di antara kita!" kata Cie Tian. Sekalipun Khong-tong Sam-eng tidak tergolong jago kelas utama dalam Dunia Persilatan, tetapi mereka sangat lihay saat menggunakan gelang besi apalagi jika mereka bergabung bertiga serangan mereka akan mampu untuk menghadapi para pesilat tinggi sekalipun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Cap-si Kouw belum pernah melihat atau mendengar kalau Khong-tong Sam-eng memiliki jurus Gabungan Gelang Bertiga itu, maka itu dia jadi tertawa dingin. "Phui! Kalian sedang bicara apa? Apa kalian masih berani bertarung denganku?" kata Seng Cap-si Kouw. Mendengar ejekan itu Cie Tian gusar bukan kepalang, dia langsung menyerang Cap-si Kouw dengan gelangnya. Seng Cap-si Kouw tidak mau kalah dia juga menggunakan pedang bambu hijaunya menangkis serangan Cie Tian itu. "Hm! Apa hebatnya gelang karatanmu itu?" kata Seng Capsi Kouw. Pada saat yang bersamaan tampak cahaya putih berkelebat, rupanya Cie Ceng dan Cie Liak pun ikut maju menyerang ke arah Seng Cap-si Kouw untuk mengeroyok jago wanita tua ini. Tadi Seng Cap-si Kouw sangat meremehkan kemampuan ketiga jago dari Khong-tong itu. Tetapi setelah dia diserang oleh ketiga jago Khong-tong itu, diajadi terperanjat, karena setiap kali Seng Cap-si Kouw menyerang, serangannya itu selalu berhasil ditangkis oleh ketiga jago muda Khong-tong Sam-eng tersebut. Sekarang Seng Cap-si Kouw sudah tidak berani menganggap remeh mereka lagi. Lalu Seng Cap-si Kouw mengerahkan gin-kangnya untuk menghadapi mereka bertiga. Sekarang tampak bayangan pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw berkelebat kian ke mari, terkadang meliuk-liuk bagaikan seekor ular hijau yang ganas menyerang ke arah ketigajago Khong-tong Sam-eng itu. Di tengah gelanggang terjadi perubahan besar, karena Khong-tong Sam-eng maju melawan Seng Cap-si Kouw, sekarang Beng Cit Nio harus menghadapi Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya seorang diri. Celakanya ilmu Thian-mo-koi thi-tay-hoat yang mampu menambah tenaganya sekarang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah semakin melemah. Tidak heran jika Beng Cit Nio kewalahan dan hampir tidak mampu menghadapi kedua iblis tua yang ganas itu. Baik Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya telah melihat bahwa Khong-tong Sam-eng mampu menghadapi Seng Cap-si Kouw, maka itu mereka jadHega. Sekarang mereka

berkonsentrasi untuk merobohkan Beng Cit Nio yang bertarung hanya sendirian melawan mereka. Sekalipun Beng Cit Nio sudah terluka dalam dia masih mencoba bertahan, namun dari bibirnya telah mengeluarkan darah segar. Tetapi perubahan itu tidak lepas dari penglihatan Seng Cap-si Kouw yang mengkhawatirkannya. Kelihatan Seng Cap-si Kouw amat kecewa. "Kalau tahu bakal jadi begini aku akan muncul lebih awal lagi!" pikir Seng Cap-si Kouw. Andai kata Seng Cap-si Kouw tidak terlambat muncul, pasti dia akan mencegah Beng Cit Nio menggunakan ilmu Thianmokoi-thi-kay-hoat yang berbahaya itu. Sekarang Beng Cit Nio sudah terluka dalam dan ini berbahaya sekali. Kelihatan kekuatan Beng Cit Nio semakin berkurang, malah kelihatannya tidak lama lagi Beng Cit Nio akan roboh di tangan kedua Iblis Tua itu, sebaliknya Seng Cap-si Kouw saat itu belum mampu merobohkan jago Khong-tong Sam-eng. Keadaan saat itu sungguh sangat berbahaya sekali bagi Beng Cit Nio. Sekarang satu-satunya harapan Seng Cap-si Kouw hanya pada Han Tay Hiong. "Berdasarkan lwee-kang yang dimilikinya, aku yakin sekarang Han Tay Hiong telah pulih sebahagian. Tetapi aku khawatir tidak tahan lama Kecuali jika Han Tay Hiong mampu mengalahkan lawan dalam waktu singkat, jika tidak sulit bagi kita meloloskan diri!" pikir Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0-DewiKZ^~^aaa-o0Setelah Seng Cap-si Kouw memunahkan racun yang ada di dalam tubuh Han Tay Hiong, tak lama Han Tay Hiong sudah langsung duduk bersila untuk menghimpun hawa murninya Selang sesaat dia rasakan hawa murninya telah pulih kembali. Ini tandanya tenaga dia telah pulih kembali tujuh sampai delapan bagian. "Tidak aku kira Seng Cap-si Kouw menyelamatkan aku dengan sungguh-sungguh hati!" pikir Han Tay Hiong. Han Tay Hiong bangun dan berkata pada Han Pwee Eng. "Eng, mari kita pergi!" kata Han Tay Hiong. "Baik, Ayah," jawab puterinya. "Nona Han pedangku untukmu saja!" kata Pik Khi. Han Pwee Eng menyambut pedang pemberian Pik Khi lalu dia mengikuti Han Tay Hiong berjalan ke luar. Chu Kiu Sek terkejut ketika melihat Han Tay Hiong berjalan keluar dari ruang tahanan. Segera dia maju untuk mewakili Khong-tong Sam-eng menghadapi Seng Cap-si Kouw, sambil

langsung memberi perintah. "Cepat kalian tangkap tua bangka she Han itu!" kata Chu Kiu Sek dengan lantang. Rupanya Chu Kiu Sek masih jerih menghadapi Han Tay Hiong yang dia ketahui kepandaiannya sangat tinggi. Selain itu dia masih ragu dan belum tahu berapa bagian Han Tay Hiong sudah pulih dari keracunannya. Itu sebabnya dia menyuruh Khong-tong Sam-eng menangkap Han Tay Hiong mencobanya dulu. Kebetulan saat itu Khong-tong Sam-eng sedang terdesak oleh serangan Seng Cap-si Kouw, mereka sebenarnya seolah sudah sulit untuk bernapas. Betapa senangnya mereka saat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendengar Chu Kiu Sek bersedia menggantikan mereka. Tak lama Chu Kiu Sek sudah bertarung dengan Seng Cap-si Kouw. Khong-tong Sam-eng mengira melawan Han Tay Hiong akan lebih mudah karena mereka mengira Han Tay Hiong masih terluka dan tenaganya berkurang. Mereka mengira dalam waktu singkat mereka akan mampu mengalahkan jago tua she Han itu, mereka juga mengira Chu Kiu Sek berniat baik bersedia menggantikan mereka melawan Seng Cap-si Kouw yang jelas tidak dapat mereka kalahkan dengan mudah. Sudah lama Han Tay Hiong terkurung dalam kamar tahanan, baru hari ini dia bisa melihat sinar matahari. Maka itu bukan main girangnya Han Tay Hiong ketika itu. Selama itu dia tidak dapat melampiaskan kekesalannya. Tidak heran ketika Han Tay Hiong melihat Khong-tong Sam-eng maju menghampirinya dan langsung menyerang, Han Tay Hiong pun langsung berteriak nyaring. "Hm! Tikus-tikus bau, kalian berani menghinaku? Rasakan pukulanku!" kata Han Tay Hiong. Tanpa banyak bicara lagi Han Tay Hiong langsung menyerang ke arah lawan. Menyaksikan gerakan Han Tay Hiong yang gesit serta bentakannya yang nyaring hal itu membuat Cie Tian kaget bukan main. Tanpa sadar Cie Tian mundur beberapa langkah ke belakang. Tetapi saat itu serangan Han Tay Hiong sudah tertuju kepadanya. Cie Tian kaget dia langsung menangkis serangan itu dengan gelang besinya Bersamaan dengan itu terdengar suara nyaring. 'Tang!" Saat itu juga Cie Tian merasakan telapak tangannya sakit bukan main, tanpa disadari gelang besi di tangannya terlepas dari genggamannya. Ketika itu dengan cepat Han Tay Hiong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memutar tubuhnya dan menyerang ke arah Cie Ceng. Pukulan Han Tay Hiong seperti tadi ditangkis oleh Cie Ceng. Bersamaan dengan itu kembali suara keras terdengar. "Tang!" Benturan gelang besi itu mengagetkan Cie Ceng, karena tangkisan Cie Ceng malah berbalik ke arahnya. Cie Ceng terkejut bukan main. Oleh karena serangan gelang bajanya sendiri yang mengarah ke dirinya, ini membuat Cie Ceng harus berusaha menahan serangan balik atau senjatanya yang makan tuan itu. Dia mencoba menahan agar sepasang gelang baja itu tidak menghantam ke dadanya sendiri. "Kreek!" Karena terlalu banyak mengerahkan tenaganya Cie Ceng mendapat luka yang cukup parah. Kedua lengannya patah hingga akhirnya dia menjerit-jerit karena kesakitan. Sesudah kedua lawannya tidak berdaya, Han Tay Hiong membentangkan kedua tangannya dan menyerang ke arah See-bun Souw Ya. Serangan yang tiba-tiba ini membuat See-bun Souw Ya kaget setengah mati. Rupanya Han Tay Hiong menggunakan jurus Kim-kong-ciang, suatu pukulan tingkat tiggi dan sangat lihay. "Dia telah aku totok dengan totokan yang sangat istimewa, tetapi dia mampu membebaskan diri dari totokanku. Kelihatannya bukan hanya luka dalamnya yang telah sembuh, malah tenaganya pun sudah pulih kembali. Celaka hari ini aku bisa binasa di tangannya!" pikir See-bun Souw Ya yang mulai cemas bukan kepalang. Di tempat lain kelihatan Beng Cit Nio sudah kewalahan menghadapi Chu Kiu Sek yang tampak semakin ganas serangannya. Beng Cit Nio sudah terdesak, seumpama untuk bernapas saja sulit baginya. Tetapi begitu Beng Cit Nio melihat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong muncul ke gelanggang pertarungan, semangatnya langsung bangkit sendiri. "Tay Hiong, lukamu sudah sembuh. Syukurlah!" teriak Beng Cit Nio. Seng Cap-si Kouw tertawa dingin mendengar teriakan Beng Cit Nio itu. "Syukur! Syukur! Adik-misan yang baik, maksudmu

sekarang telah tercapai. Jika aku tahu kau mencintai Han Tay Hiong, aku tidak perlu berbuat begini!" kata Seng Cap-si Kouw "Hai, apa maksud ucapanmu Kakak-misan?" kata Beng Cit Nio. Kembali Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Tidak bermaksud apa-apa! Seandainya kau tidak mencintainya, mana mungkin kau mengucapkan kata syukur padanya!" kata Seng Cap-si Kouw. Di tempat lain See-bun Souw Ya jadi berpikir. "Aku harus menangkap Beng Cit Nio untuk kujadikan sandera. Dengan demikian barangkali aku bisa memperoleh kemenangan!" pikir See-bun Souw Ya. Tiba-tiba See-bun Souw Ya melancarkan serangan dahsyat ke arah Beng Cit Nio. Ketika itu Beng Cit Nio masih ingin adu mulut dengan Seng Cap-si Kouw, tahu-tahu dia diserang oleh See-bun Souw Ya dengan hebat. Terpaksa dia bungkam dan harus berkonsentrasi pada serangan See-bun Souw Ya dan menghadapinya dengan hati-hati. Ucapan Seng Cap-si Kouw tadi artinya jadHain. Beng Cit Nio tidak mengerti maksud kata-kata kakak-misannya itu, namun Han Tay Hiong langsung mengerti. Menurut pendapat Han Tay Hiong di balik ucapan itu, Seng Cap-si Kouw ingin mengatakan bahwa Beng Cit Nio hanya berpura-pura menjadi orang baik, padahal dialah yang meracuni Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Beng Cit Nio dianggap sedang berpura-pura baik dan mengucapkan rasa syukurnya bukan sebaliknya. Namun, Han Tay Hiong agak sedikit heran karena baik dari nada ucapan Beng Cit Nio, maupun raut wajahnya sedikitpun tidak menunjukkan kepura-puraan seperti yang dituduhkan oleh Seng Cap-si Kouw kepadanya. Sebab Han Tay Hiong melihat langsung, saat muncul, Beng Cit Nio melihatnya, dia kelihatan terkejut dan girang. Air muka demikian tidak bisa dibuat-buat atau untuk berpura-pura. Memang di benak Han Tay Hiong pun dia tidak yakin Beng Cit Nio yang meracuni dirinya. Namun, Beng Cit Nio yang menyuruh Ci Giok Hian mengantarkan arak beracun itu kepadanya. Sebaliknya yang memunahkan racun yang ada di tubuhnya adalah Seng Cap-si Kouw. Kejadian ini amat sulit dianalisa oleh Han Tay Hiong, sekalipun dia yakin dalam masalah ini ada yang tidak beres. Namun Han Tay Hiong tidak mengetahui apa yang tidak beres itu hingga membuatnya termangu-mangu di tempat. Saat Han Tay Hiong sedang bertarung dengan Cie Tian dan Cie Ceng, puterinya Han Pwee Eng berlari ke arah Cie Liak

yang segera dia serang. Ilmu silat yang diandalkan Khongtong Sam-eng adalah Loan-hoan-koat (Ilmu Gelang Gabungan), konon ilmu silat ini mampu untuk menghadapi pesilat tinggi manapun jika mereka bergabung saat bertarung. Sebaliknya gelar Han Tay Hiong Kiam-ciang-coat, tidak heran jika Han Pwee Eng memiliki ilmu pedang yang sangat lihay warisan ayahnya. Saat Han Pwee Eng bertarung dengan Cie Liak gadis ini berada di atas angin Tetapi untuk mengalahkan Cie Liak tidak mudah Han Pwee Eng bisa mengalahkannya jika pertarungan berjalan sampai seratus jurus. Cie Liak yang melihat kedua saudaranya sudah terluka oleh Han Tay Hiong, Cie Liak jadi tidak tenang, sekarang dia semakin terdesak oleh serangan dahsyat dari Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu gugupya Cie Liak sehingga diluar dugaan bahunya terluka oleh tusukan pedang Han Pwee Eng, masih untung serangan Han Pwee Eng tidak sepenuh hati hingga lukanya tidak terlalu parah, tetapi hal ini cukup membuat nyali Cie Liak ciut juga Cie Liak buru-buru mundur beberapa langkah ke belakang. Pada saat yang bersamaan Cie Tian berteriak. "See-bun Sian-seng, kepandaian kami masih rendah, kami tidak dapat membantumu lagi. Kami malu berada terus di sini. Terpaksa kami akan pergi!" kata Cie Tian. Sesudah itu mereka langsung meninggalkan tempat itu. Sesudah mengalahkan Cie Liak segera nona Han menghampiri ayahnya. "Ayah bagaimana keadaanmu? Kita harus segera pergi!" kata nona Han. Saat itu Han Tay Hiong masih berdiri termangu-mangu dia tidak menyahut. Melihat ayahnya diam saja Han Pwee Eng mengira penyakit ayahnya kambuh lagi, barangkali karena tadi ayahnya bertarung dan mengerahkan tenaga terlalu banyak. "Kedua Iblis Tua itu sangat lihay, jika Ayah ingin menuntut balas masih ada lain hari!" kata Han Pwee Eng. Sesudah itu nona Han menarik tangan ayahnya dengan maksud akan mengajak ayahnya pergi dari situ. Tapi Han Tay Hiong malah berkata dengan lembut. "Ayah tidak kenapa-napa, baiknya kau tunggu aku sebentar!" kata Han Tay Hiong. Han Tay Hiong berjalan ke arah Chu Kiu Sek, lalu berkata pada si Iblis Tua itu. "Chu Kiu Sek, hutang satu pukulan harus dibayar dengan satu pukulan! Hari ini aku menagih satu pukulan itu, sedangkan bunganya boleh kau bayar kelak!" kata Han Tay

Hiong dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Kiu Sek tertawa dingin. "Baik, tantanganmu aku terima. Apakah kau akan bertarung secara bergilir. Atau kau dan puterimu juga kedua kekasihmu maju bersama-sama tetap aku terima! Aku tidak takut!" kata Chu Kiu Sek mengejek. Mendengar ejekan Chu Kiu Sek mendadak Seng Cap-si Kouw membentak dengan keras. "Hai kau bicara apa?" kata Seng Cap-si Kouw. Seeer! Saat itu juga Seng Cap-si Kouw langsung menyerang ke arah Chu Kiu Sek. Dia kelihatan gusar sekali, namun hatinya justru girang bukan main karena Chu Kiu Sek mengatakan bahwa dia dan Beng Cit Nio kekasih Han Tay Hiong. Tidak heran saat dia menyerang Chu Kiu Sek, sudut matanya melirik ke arah Han Tay Hiong karena dia ingin tahu bagaimana reaksi pria itu atas kata-kata Chu Kiu Sek tersebut. Ternyata Han Tay Hiong hanya berkata hambar. "Anjing memang hanya bisa menggonggong, kau tidak perlu gusar kepadanya... .Cap-si Kouw harap kau mundur, Eng kau juga jangan maju!" kata Han Tay Hiong. Tiba-tiba tangan Han Tay Hiong bergerak membentuk sebuah lingkaran yang disertai suara keras saat dihentakkan ke arah Chu Kiu Sek. Dulu mereka berdua pernah bertarung beberapa kali dengan demikian masing-masing telah menderita luka Sekarang tidak heran jika mereka jadi waspada dan sudah tahu berapa tinggi kepandaian masing-masing. Melihat sikap dan gerakannya Han Tay Hiong memang lebih unggul jika dibandingkan dengan Chu Kiu Sek, sedang andalan Chu Kiu Sek dia memiliki ilmu pukulan yang sangat beracun. Kebetulan sampai detik itu Han Tay Hiong belum mampu memecahkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ilmu pukulan beracun lawannya ini. Tidak heran kalau pertarungan kedua jago itu jadi berimbang. Chu Kiu Sek yang sudah tahu bagaimana lihaynya pukulan Han Tay Hiong sudah tentu tidak berani beradu pukulan dengan lawannya ini. Tetapi saat Chu Kiu Sek melihat wajah Han Tay Hiong masih pucat dan lesu, Chu Kiu Sek berpikir. "Aku kira tenaganya belum pulih benar, dia sedang sakit.

Aku kira tidak mungkin tenaganya masih seperti dulu!" pikir Chu Kiu Sek. Ilmu Siu-lo-im-sat-kang akan ampuh dan dahsyat jika tepat mengenai tubuh lawan, jika tidak demikian keampuhannya akan berkurang. Itu sebabnya sejak tadi serangan Chu Kiu Sek ditujukan ke tubuh Han Tay Hiong. Saat itu Seng Cap-si Kouw berdiri di tepi gelanggang sedang mengawasi pertarungan itu. Chu Kiu Sek sadar Seng Cap-si Kouw ini keji. Itu sebabnya Chu Kiu Sek tetap waspada dia takut kalau tiba-tiba Cap-si Kouw melancarkan serangan gelap terhadapnya. Harapan Chu Kiu Sek hanya satu, dia harus segera bisa merobohkan Han Tay Hiong jika dia tidak ingin dikeroyok hingga binasa Duajago tua ini menggunakan ilmu mereka yang dahsyat. Serangan demi serangan sangat berbahaya. Tiba-tiba terdengar suara benturan yang sangat keras. "Buum!" Rupanya dua jago ini telah mengadu pukulan mereka. Kelihatan tubuh Han Tay Hiong bergoyang-goyang, wajahnya kelihatan kehijau-hijauan. Sebaliknya Chu Kiu Sek, juga terhuyung-huyung ke belakang enam tujuh langkah jauhnya. Kemudian dia membuka mulutnya dan menyemburkan darah segar! Di luar dugaan kekuatan Han Tay Hiong telah pulih tujuh bagian, hingga tenaga murni Chu Kiu Sek terserang hingga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terluka ditambah lagi tadi dia telah bertarung melawan Beng Cit Nio dan Seng Cap-si Kouw yang lihay, dengan demikian pukulan Siu-lo-im-sat-kangnya.]adi sedikit kurang ampuh. Ketika itu jelas Han Tay Hiong mendapat sedikit keuntunganya karena Han Tay Hiong pernah keracunan, malah sakit beberapa tahun lamanya karena pukulan Siu-loimsat-kang Chu Kiu Sek. Tidak heran sekarang dia jadi agak kebal terhadap pukulan Chu Kiu Sek yang tenaganya sangat berkurang. Saat terjadi benturan keras Chu Kiu Sek-lah yang mendapat kerugian besar.Melihat ayahnya berhasil mendesak dan memukul Chu Kiu Sek dengan hebat, Han Pwee Eng girang bukan kepalang, tetapi nona ini pun kaget ketika melihat wajah ayahnya berubah kehijau-hijauan. "Ayah, apa kau tidak kenapa-napa? Ayah, Iblis Tua itu sudah mundur jangan maju lagi!" Han Pwee Eng memperingatkan ayahnya "Aku tidak apa-apa anak Eng, tetapi di tempat ini masih ada satu lagi Iblis Tua!" kata Han Tay Hiong. Han Tay Hiong langsung melesat ke samping Beng Cit Nio

dan langsung mengerahkan pukulan ke arah See-bun Souw Ya. Melihat Han Tay Hiong maju menyerang lawan yang sedang dihadapinya Beng Cit Nio berseru. "Tadi kau berdua mengeroyok aku, sekarang aku pun tidak akan memakai aturan kalangan Kang-ouw lagi!" kata Beng Cit Nio. Ucapan Beng Cit Nio ini bukan saja ditujukan pada See-bun Souw Ya tapi juga ditujukan pada Han Tay Hiong, dia khawatir Han Tay Hiong akan menyuruh dia mundur seperti tadi dia menyuruh Seng Cap-si Kouw dan Han Pwee Eng yang dilarang membantunya, maka itu dia berteriak lebih dulu memberi peringatan bahwa dia tidak mau mundur. Tongkat besinya langsung menyerang See-bun Souw Ya dengan jurus Liok-cutcansan (Enam tongkat Membelah Gunung). Kelihatan tongkat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkepala naga itu berkelebat-kelebat ke arah enam jalan darah See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya sadar bahwa Han Tay Hiong sangat lihay, itu sebabnya dia hanya berkonsentrasi pada serangan Han Tay Hiong, maka yang dia lakukan ialah menutup semua jalan darahnya sedangkan serangan dari Beng Cit Nio tidak diabaikannya, tapi dia kerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan dari Han Tay Hiong. Di luar dugaan See-bun Souw Ya serangan Beng Cit Nio yang seolah akan menotok jalan darahnya, tiba-tiba berubah, kali ini tongkat berkepala naga itu justru dipukulkan ke arahnya. Sekalipun lwee-kang See-bun Souw Ya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Chu Kiu Sek, tetapi mana mungkin dia akan mampu menangkis dua pukulan dari Han Tay Hiong maupun Beng Cit Nio sekaligus. "Bum!" "Kraak!" Dua buah tulang rusuk See-bun Souw Ya terhantam oleh tongkat berkepala naga Beng Cit Nio hingga patah, sedangkan tubuh See-bun Souw Ya terpental karena terkena pukulan Kim-kong-ciang yang dilancarkan oleh Han Tay Hiong. See-bun Souw Ya sungguh luar biasa, sekalipun dia terluka dan tulang rusuknya patah, tetapi dia masih sempat melarikan diri sebelum dia mati konyol di tangan sepasang jago tua itu. Saat itu Beng Cit Nio sedang terhuyung-huyung sejauh tiga langkah, dia terdorong oleh serangan See-bun Souw Ya dan pakaian tahan senjata dari lawan. Beng Cit Nio bebas dari maut dan secara kebetulan penyelamatnya adalah Han Tay Hiong. Dia juga melihat

kekuatan Han Tay Hiong sudah pulih itu membuat hati Beng Cit Nio girang bukan kepalang. Luapan kegembiraannya yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

luar biasa itu ternyata menyebabkan dadanya terasa sakit. Maka itu dia berusaha menahan rasa sakit itu. "Tay Hiong, syukurlah kita masih bisa bertemu lagi! Aku ingin bicara denganmu!" kata Beng Cit Nio lembut. Seng Cap-si Kouw mencibirkan mulutnya dan menyela katakata Beng Cit Nio dengan pedas. "Benar, memang kau harus menjelaskannya perlahanlahan. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Selamat tinggal!" kata Seng Cap-si Kouw. Ucapan Beng Cit Nio itu tulus, dia ingin menjelaskan masalah yang sebenarnya, maksudnya untuk membersihkan dirinya dari tuduhan yang bukan-bukan dari Han Tay Hiong terhadapnya. Tetapi sebelum dia bicara Seng Cap-si Kouw telah mendahuluinya, dia bilang memang Beng Cit Nio harus mmberi penjelasan. Ucapan Seng Cap-si Kouw ini sangat tajam dan penuh arti tertentu. Bukan main gusarnya Beng Cit Nio saat itu. Langsung dia maju dan membentak dengan sengit pada Seng cap-si Kouw. Matanya mengawasi dengan berapi-api. "Seng Jau Ih! Kau harus tetap di tempat! Kau jangan seenaknya pergi begitu saja!" bentak Beng Cit Nio sengit sekali. Seng Jau Ih merupakan nama kecil Seng Cap-si Kouw. Saat masih kecil dia selalu dipanggil dengan nama itu. Mendengar bentakan saudara-misannya Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Bukan aku yang ingin bicara dengannya, tapi kau! Kenapa aku tidak boleh pergi?" kata Seng Cap-si Kouw. Tiba-tiba Han Pwee Eng menyela. "Ayah, mari kita pergi!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Entah apa sebabnya Han Pwee Eng jadi merasa ngeri melihat kedua wanita itu, malah sekujur badannya tiba-tiba saja jadi merinding. Itu sebabnya dia ajak ayahnya pergi. Han Tay Hiong tiba-tiba tersentak sadar. "Benar, semua masalah dulu telah sirna bagaikan uap. Mengapa harus aku pikirkan lagi? Aku tidak ingin melibatkan diriku dengan mereka berdua agar hal ini tidak jadi masalah bagi almarhum isteriku dan anakku Pwee Eng!" pikir Han Tay

Hiong. Saat itu seolah Han Tay Hiong baru sadar dari mimpi buruknya "Cit Nio, sudah tidak ada yang harus kita bicarakan lagi! Terima kasih atas semua pelayananmu!" kata Han Tay Hiong. Han Tay Hiong mengibaskan lengan jubahnya lalu mengajak Han Pwee Eng pergi dengan tidak menoleh lagi. Kelihatan Beng Cit Nio sangat kecewa dan menyesal bukan main. Dia menyesal karena masalah yang melibatkan Han Tay Hiong itu disebabkan oleh perbuatannya bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk menangkap Han Tay Hiong. Tidak heran kalau Han Tay Hiong sangat benci pada Beng Cit Nio. Sedangkan Beng Cit Nio kesal karena Seng Capsi Kouw tertawa dingin di hadapannya dan itu menyebabkan Han Tay Hiong pergi tanpa pamit lagi kepadanya. Seng Cap-si Kouw tertawa. "Adik-misan yang baik sekarang aku boleh pergi, kan?" kata Seng Cap-si Kouw. Beng Cit Nio emosi sekali, hal ini menyebabkan tubuhnya jadi sempoyongan dan nyaris roboh. Melihat majikannya hampir roboh Pik Khi terkejut, dia segera memapah majikannya sambil menatap ke arah Cap-si Kouw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cap-si Kouw, kali ini kami memang harus berterima kasih karena Cap-si Kouw telah menyelamatkan majikan kami. Akan tetapi tidak selayaknya Cap-si Kouw membuat kesal majikan kami!" kata Tik Khi. Seng Cap-si Kouw tertawa dingin. "Baik, terserah keinginan majikanmu, apakah aku harus tetap di sini?" kata Cap-si Kouw. Wajah Beng Cit Nio tampak kehiijau-hijauan. "Jau Ih! Kau membuat aku menderita sekali! Pasti aku akan membuat perhitungan denganmu!" kata Beng Cit Nio. Seng Cap-si Kouw kembali tertawa dingin. "Adik-misanku yang baik, kau tidak perlu membuat perhitungan denganku, sebab paling sedikit kau harus istirahat selama tiga tahun. Bagaimanapun kau tetap adik-misanku, aku tidak akan menghinamu!" kata Seng Cap-si Kouw. Ucapan Seng Cap-si Kouw ada benarnya karena terluka parah paling sedikit Beng Cit Nio harus beristirahat selama tiga tahun. Dalam tempo tiga tahun ilmu silat Seng Cap-si Kouw pasti sudah bertambah maju, dan dia bukan tandingan Beng Cit Nio lagi. "Kau... .Kau...." kata Beng Cit Nio sambil menuding dengan tangan gemetar.

Saking gusar Beng Cit Nio tidak bisa berkata-kata, sedangkan Cap-si Kouw tertawa dingin kemudian melesat pergi. Beng Cit Nio mengawasi kepergian Seng Cap-si Kouw yang kian lama kian jauh. Hati Beng Cit Nio terasa hampa. Dia tidak tahu apakah ia benci atau cinta, juga dia tidak tahu apakah harus girang atau berduka? Berbagai macam perasaan galau dalam benaknya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang yang sangat dia cintai telah pergi, demikian juga orang yang sangat dibencinya. Dia bisa hidup dan bersemangat kembali karena demi Han Tay Hiong. Tetapi orang yang sangat dia cintai itu telah pergi dalam keadaan tidak memahami dirinya. Lalu bagaimana dia tidak berduka? -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sementara itu di perjalanan Han Tay Hiong yang sedang berjalan dengan puterinya hatinya jadi galau. Dia tidak mengira semua kejadian akan berakhir demikian, tetapi masih meninggalkan teka-teki dan misteri di hatinya. Siapa yang meracunnya, dia boleh tidak menyelidikinya. Tetapi sekarang rumahnya telah habis terbakar. Semua pembantu yang ada di rumahnya telah binasa, kini tinggal puteri satu-satunya Han Pwee Eng. Dia bingung di mana dia akan berteduh? Tidak disangka-sangka seorang yang gagah bisa mengalami pukulan batin yang demikian hebat di hari tuanya. Saat itu Han Tay Hiong benar-benar berduka. Di sepanjang jalan Han Pwee Eng terus memperhatikan sikap ayahnya ini. Selang sesaat Han Pwee Eng bertanya pada ayahnya. "Ayah, wajahmu kelihatan pucat-pasi. Apa Ayah merasa tak enak badan?" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong hanya tersenyum. "Wajah Ayah pucat mungkin karena Ayah baru saja bertarung dengan musuh tangguh dan kita bisa lolos dari marabahaya. Barangkali wajah Ayah jadi kelihatan begitu karena itu?" "Kau j angan cemas, Ayah baik-baik saja! Nak, Ayah ingin tahu apakah Lok-yang sudah jatuh ke tangan bangsa Mongol atau belum?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak masuk ke dalam kota, hingga aku tidak tahu

jelas keadaan di sana," jawab Han Pwee Eng. "Tetapi di sepanjang jalan aku melihat banyak pengungsi. Mereka bilang tentara Mongol memang hampir tiba di kota Lok-yang!" Sesudah berpikir sejenak Han Pwee Eng melanjutkan ceritanya. "Hari itu, ketika aku pulang kebetulan aku bertemu dengan Paman Ong yang akan mengungsi. Kata Paman Ong waktu itu tentara Mongol sudah sampai ke kota Hoan-sui. Hari ini sudah delapan hari berlalu, sedang kota Hoan-sui dan kota Lok-yang hanya berjarak seratus li. Mungkin sekarang tentara Mongol sudah menyerbu kota Lok-yang!" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong manggut-manggut, tapi tiba-tiba dia bertanya lagi. "Di mana Kok Siauw Hong berada?" kata Han Tay Hiong. Pertanyaan Han Tay Hiong itu membuat Han Pwee Eng jadi gelagapan dan tersentak. Tidak tahu apakah dia masih bisa membohongi ayahnya atau tidak? Tapi Han Pwee Eng segera menyahut sekenanya. "Aku.. .Aku tidak tahu!" kata nona Han. Mendengar jawaban puterinya itu Han Tay Hiong tertegun. "Eh, bagaimana kau bisa tidak tahu?" kata sang ayah. Ketika Han Pwee Eng mengawasi wajah ayahnya, dia lihat wajah sang ayah pucat-pasi. "Ah, jika aku bisa membohongi Ayah sekalipun untuk sesaat, lebih baik Ayah aku bohongi saja. Aku harap saat ini Ayah jangan sampai tahu hal yang sebenarnya!" pikir Han Pwee Eng. "Saat itu dia bilang dia akan ke markas cabang Kay-pang di Lok-yang untuk menemui Lau Hiang-cu. Sekarang dia masih di sana atau sudah pergi aku tidak tahu!" jawab Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu situasi Lok-yang dalam keadaan gawat," kata Han Tay Hiong, "aku yakin pihak Kay-pang akan mati-matian melawan pasukan Mongol. Aku juga tahu sifat Siauw Hong, dia sama dengan ayahnya berjiwa patriot. Jika dia ada di markas cabang Kay-pang, pasti tidak akan tinggal diam, dia pasti akan bertarung membantu pihak Kay-pang secara matimatian!" Sesudah itu kelihatan Han Tay Hiong terdiam, dia rasakan darah hangat di kerongkongannya seolah bergolak. Ketika itu hari sudah pagi, cuaca pun cerah. Matahari mulai merayap naik. Cahayanya merah dan terasa menyehatkan. Malam yang kelam telah berlalu. Seluruh insan di bumi saat itu menyaksikan alam yang ceria. Bangkit dan runtuhnya sebuah negara menjadi masalah yang besar bagi rakyatnya. Masalah pribadi yang menyangkut

dendam dan budi tidak bisa dibandingkan dengan masalah negara. Darah hangat yang bergelora di rongga dada Han Tay Hiong saat itu, membuat kegagahan dan keberaniannya di masa muda muncul kembali. "Anakku Eng, mari kita pergi mencari Siauw Hong!" kata ayahnya. Mendengar kata-kata ayahnya Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang. "Ayah, lebih baik rawat dirimu dulu sebelum kita mencari Siauw Hong. Sesudah Ayah lebih sehat baru kita cari dia. Aku kira itu belum terlambat!" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong tersenyum mendengar kata-kata puterinya itu. "Hm! Aku tahu, jadi kau takut Ayahmu akan tidak kuat melawan pasukan Mongol? Sekalipun Lok-yang sudah jatuh ke tangan musuh, Ayah tetap akan pergi ke Lok-yang menerjang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pasukan Mongol. Ayah harus mempertaruhkan jiwa ayah yang tua ini!" kata Han Tay Hiong. Han Tay Hiong tidak mengetahui kenapa Han Pwee Eng mencegah dia ke Lok-yang, sebenarnya Han Pwee Eng tidak ingin bertemu dengan Kok Siauw Hong. Selain itu dia juga sangat mengkhawatirkan kesehatan ayahnya. Sekalipun wajah ayahnya berseri-seri, tetapi masih terlihat agak pucat, dan tiba-tiba berubah kemerah-merahan seperti orang sedang menderita sakit keras, bahkan seolah hampir menemui ajal. Hal itu yang membuat Han Pwee Eng jadi sangat khawatir. Tiba-tiba wajah ayahnya berubah. "Ayah!" seru Han Pwee Eng. "Ayah kenapa?" Setelah selesai mengatakan bahwa dia akan menerjang pasukan Mongol, tiba-tiba tubuh Han Tay Hiong sempoyongan seolah akan roboh. Han Pwee Eng buru-buru memeluk dan memapah ayahnya. Terdengar napas ayahnya memburu. Sesaat kemudian terdengar Han Tay Hiong bicara. "Hm! Barangkali jiwaku yang sudah tua ini sudah tidak berguna lagi!" kata Han Tay Hiong. "Tidak seharusnya aku jadi begini?" 'Tenang Ayah! Mungkin saat kau bertarung tadi, Ayah terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Coba Ayah himpun hawa murnimu, aku akan menjaga Ayah!" kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong mengangguk, lalu dia duduk dan bersila. Mendadak tangan dan kakinya terasa ngilu. Kelihatan Han Tay Hiong terkejut sekali, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata. "Oh tidak! Tidak benar!" katanya.

Mendengar keluhan ayahnya itu membuat Han Pwee Eng kaget bukan kepalang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayah kenapa? Apa yang tidak benar Ayah?" kata Han Pwee Eng. "Aku ternyata tidak terluka dalam, namun sepertinya aku...." Han Tay Hiong tidak meneruskan kata-katanya sedang Han Pwee Eng langsung memotong. "Kenapa Ayah?" Saat Han Tay Hiong mau bicara, tiba-tiba terdengar suara orang bicara. "Tidak kusangka ternyata arak beracun pemberian Beng Cit Nio itu demikian lihay! Racun yang bersarang di tubuh ayahmu itu ternyata belum punah seluruhnya Rupanya racun itu sekarang mulai bereaksi lagi!" kata Seng Cap-si Kouw. Han Pwee Eng menoleh ke arah suara yang sudah sangat dikenalnya itu. Ternyata orang yang bicara itu Seng Cap-si Kouw yang bicara sambil berlari ke arah mereka. Melihat kedatangan Seng Cap-si Kouw tentu saja Han Pwee Eng girang sekali. "Seng Li-hiap, cepat tolongi Ayahku!" teriak si nona. Saat itu Han Pwee Eng telah menganggap bahwa Seng Cap-si Kouw adalah penyelamat ayahnya. Ia tidak menyadari justru Seng Cap-si Kouwlah yang mengerjai ayahnya. Memang Seng Cap-si Kouw ini akhli racun dan dia mampu memunahkan racun dengan jarum emasnya, bahkan dia bisa memindah-mindahkan racun yang ada di dalam tubuh manusia dari bagian yang satu ke bagian lainnya. Saat Han Tay Hiong berada di kamar tahanan, rupanya dia tidak memusnahkan racun yang ada di dalam tubuh Han Tay Hiong tapi ia hanya memindahkan racun itu ke bagian tubuh Han Tay Hiong yang lain. Memang untuk sementara perbuatan itu bisa memulihkan kekuatan Han Tay Hiong, tetapi hanya sementara. Tidak heran sekarang racun itu mulai bekerja kembali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku menyusul kalian karena hal ini," kata Seng Cap-si Kouw. Segera Seng Cap-si Kouw mengeluarkan jarum emas, dengan jarum itu dia menusuk ke beberapa jalan darah di tubuh Han Tay Hiong. "Bagaimana rasanya sekarang?" tanya Seng Cap-si Kouw.

Han Tay Hiong saat itu merasakan tubuhnya lebih nyaman, tetapi dia masih malas dan tidak bersemangat. "Ya, aku merasa lebih baik.. .Tapi... ." jawab Han Tay Hiong. "Tapi kenapa?" kata Han Pwee Eng sangat khawatir atas keselamatan ayahnya. "Karena Ayahmu tidak bisa mengerahkan tenaga. Iya kan?" kata Seng Cap-si Kouw. Han Tay Hiong menghela napas panjang. "Aaah! Nak, barangkali Ayah tidak bisa terus menemanimu mencari Siauw Hong...," kata ayahnya. Han Pwee Eng kaget matanya terbelalak. "Aku sudah berusaha sebatas kemampuanku," kata Seng Cap-si Kouw. "Tetapi racun yang dipakai oleh Beng Cit Nio sangat lihay. Sedang ayahmu memaksakan diri dan mengerahkan tenaganya bertarung dengan kedua Iblis Tua itu. Sekarang racun itu telah merasuk ke dalam tulang!" Mendengar keterangan Seng Cap-si Kouw, Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Sebelum Seng Cap-si Kouw selesai bicara Han Pwee Eng memotong. "Seng Li-hiap, apakah Ayahku masih bisa ditolong, tolong selamatkan Ayahku!" kata Han Pwee Eng. Sambil manggut-manggut Seng Cap-si Kouw berkata perlahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang masih bisa ditolong," kata Seng Cap-si Kouw. "Namun, untuk membersihkan racun yang bersarang dalam tubuh ayahmu, tentu membutuhkan waktu lama...." "Berapa lama?" desak Han Pwee Eng. "Paling sedikit butuh waktu tiga bulan. Jika menghendaki tenaganya pulih seperti sediakala mungkin butuh waktu setahun lebih," kata Seng Cap-si Kouw menambahkan. Setelah mengawasi ke arah Han Pwee Eng sejenak, Seng Cap-si Kouw berkata lagi. "Tay Hiong, rumahmu telah musnah. Saat ini kau membutuhkan tempat yang tenang agar kau bisa berobat dengan tentram. Jika kau tidak merasa keberatan kuundang kau ke rumahku, bagaimana pendapatmu?" Han Tay Hiong diam. Sedangkan Han Pwee Eng hatinya lega ketika mendengar ayahnya masih bisa ditolong. "Ayah, urusan sepenting apa pun tidak sepenting kesehatanmu, Ayah. Seng Li-hiap demikian baik mau memperhatikan Ayah....Kalau begitu Ayah boleh berlega hati dan tinggal di rumahnya untuk diobati. Aku tidak perlu mencari Siauw Hong lagi dan bisa tetap menemani Ayah.

Boleh kan?" kata Han Pwee Eng. Sebenarnya Han Tay Hong tidak keberatan tinggal di rumah Seng Cap-si Kouw, tetapi dia sadar sekarang dia tidak bisa berjalan jauh. Saat itu hati Han Tay Hiong benar-benar kacau bukan main. Dia kelihatan sedang berpikir, baru kemudian berkata. "Anakku Eng, bagaimanapun kau harus mencari Siauw Hong! Tiga bulan kemudian setelah perang ini selesai, kau boleh datang mencariku untuk menemaniku!" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Seng Cap-si Kouw berharap Han Pwee Eng segera meninggalkan mereka berdua, lebih cepat lebih baik, oleh karena itu dia langsung ikut bicara. "Legakan hatimu Nona Han, aku pasti akan mengurus ayahmu dengan baik!" kata Seng Cap-si Kouw. Han Pwee Eng mengawasi ke arah ayahnya, dia lihat ayahnya berkeras menyuruh dia segera pergi mencari Siauw Hong, sedang nona Han tahu benar adat ayahnya. Jika dia tidak segera pergi ada kemungkinan ayahnya mencurigainya. Maka nona Han pun akhirnya berpikir. "Seng Lo-cian-pwee ini dengan tidak menghiraukan nyawanya bertarung melawan kedua iblis tua itu. Bahkan dia juga telah cekcok dengan saudara misannya Beng Cit Nio. Dia yang menyelamatkan kami dari ruang tahanan. Pasti dia akan mengobati luka Ayahku dengan sepenuh hati hingga sembuh. Ditambah lagi aku tidak mengerti ilmu pengobatan apalagi tentang racun, jadi jika aku diam bersama Ayahpun aku tidak bisa berbuat apa-apa?" pikir Han Pwee Eng. "Kalau begitu baiklah Ayah, aku menuruti perintah Ayah. Tetapi izinkan aku mengantarkan Ayah dulu sampai di rumah Seng Lo-cian-pwee, setelah itu baru aku pergi!" kata Han Pwee Eng. "Sebaiknya kau segera pergi mencari Siauw Hong," kata ayahnya dengan suara lemah. Han Pwee Eng mengangguk. Sesudah itu mereka langsung berangkat ke rumah Seng Cap-si Kouw. Begitu sampai Han Pwee Eng melihat rumah Cap-si Kouw itu bagus sekali, Han Pwee Eng girang melihat rumah itu. Seng Cap-si Kouw menyilakan Han Tay Hiong masuk ke sebuah kamar. "Tay Hiong, lihatlah! Apa kau cocok dengan kamar ini?" kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng mengawasi keadaan kamar itu dengan seksama.. Tiba-tiba mata nona Han terbelalak. Dia lihat di dinding kamar itu bergantungan lukisan-lukisan milik ayahnya. Sedangkan tata ruangan itu dibuat sama dengan tata ruangan di rumah Han Tay Hiong. Han Pwee Eng benar-benar kaget seolah dia mengira dia berada dalam alam mimpi saja. "Aku tahu kau sangat menyukai lukisan. Ketika aku mendengar khabar rumahmu akan diserang musuh, aku buruburu ke sana! Tetapi sayang aku tiba terlambat di rumahmu, ternyata kau telah jatuh ke tangan Beng Cit Nio. Malah merekajuga sedang mencari-cari hartamu. Sayang aku tidak berhasil melindungimu, namun aku masih berhasil menyelamatkan benda-benda kesayanganmu. Aku bawa lukisan-lukisan itu ke rumahku ini!" kata Seng Cap-si Kouw. Begitu Han Tay Hiong melihat lukisan-lukisan itu, dia seolah merasa bertemu kembali dengan kawan lamanya, tentu saja Han Tay Hiong girang sekali. Tetapi dalam girang hati Han Tay Hiong tercekam oleh sesuatu. Dia tahu Seng Cap-si Kouw banyak akalnya Belasan tahun yang lalu, dengan mendadak isterinya meninggal diracun orang. Siapa yang meracuni isterinya sampai sekarang belum terjawab. Memang Han Tay Hiong pernah mencurigai Seng Cap-si Kouw sebagai pelakunya. Tetapi pengalaman hari ini, telah timbul kembali keragu-raguan Han Tay Hiong tentang pelaku pembunuh isterinya itu. Dalam hati Han Tay Hiong berpikir, bagaimanapun Seng Cap-si Kouw lebih menakutkan dibanding Beng Cit Nio, sekalipun Seng Cap-si Kouw telah menyelamatkan nyawanya dan begitu baik kepadanya. Hati Han Tay Hiong begitu kacau dan akhirnya dia bicara. "Terima kasih atas kebaikanmu. Aku sekarang merasa berada di rumahku sendiri..." kata Han Tay Hiong. Mendengar ucapan ayahnya yang tulus Han Pwee Eng merasa girang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu, Ayah aku mohon pamit!" kata puterinya. "Dengar anakku, jika kau tidak bisa masuk ke kota Lokyang, kau boleh temui anggota Kay-pang untuk minta keterangan dari mereka. Bagaimanapun kau harus menemukan Kok Siauw Hong!" kata Han Tay Hiong. "Baik, Ayah!" jawab Han Pwee Eng sambil mengangguk.

"Maaf Nona Han, aku tidak mengantarkanmu," kata Seng Cap-si Kouw yang kelihatan girang karena Han Pwee Eng akan segera meninggalkan mereka. Kemudian dia menoleh ke arah Tik Bwee sambil berkata. "Tik Bwee kau antarkan Nona Han sampai turun gunung!" kata Seng Cap-si Kouw. "Baik, Majikan!" jawab Tik Bwee. Bersama-sama dengan Han Pwee Eng dia berjalan meninggalkan rumah majikannya. Selang sesaat Han Pwee Eng seolah mengenali pelayan Tik Bwee ini. Ketika dia akan menegur pelayan itu, malah Tik Bwee mendahuluinya bicara. "Nona Han, apakah kau masih ingat padaku? Hari itu akulah yang mengantarkan Nona Ci ke tempatmu ditahan, saat nona Ci akan berpura-pura menjadi pelayan Beng Cit Nio," kata Tik Bwee. "Oh, jadi kau itu! Pantas aku merasa kenal padamu!" kata Han Pwee Eng. "Nona Han aku kira Nona Ci itu kawan baikmu, dia berani menempuh bahaya untuk menyelamatkan kalian!" kata Tik Bwee. "Kau benar! Dia dan aku seperti saudara kandung saja," jawab Han Pwee Eng. Tetapi sesudah bicara begitu Han Pwee Eng merasa tidak enak hati pada Ci Giok Hian. Sekarang dia yakin sekali Ci Giok Hian bukan orang yang meracuni ayahnya, tetapi dia dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ayahnya telah menuduh dia sebagai orang yang meracun ayahnya. Saat Han Pwee Eng sedang terkenang pada Ci Giok Hian tiba-tiba Tik Bwee bicara lagi. "Nona Han, sebenarnya aku ingin menitipkan sesuatu padamu," kata Tik Bwee. "Menitipkan apa?" tanya Han Pwee Eng. "Sebuah benda untuk Siauw-ya kami," jawab Tik Bwee. Mendengar ucapan Tik Bwee nona Han jadi tertegun. "Tapi aku tidak kenal dengan Siauw-ya kalian!" kata Han Pwee Eng. "Dia bersama Nona Ci pergi bersama-sama. Aku dengar mereka sudah bertunangan. Jika Nona Han bertemu dengan Nona Ci, pasti kau akan bertemu dengan dia!" kata Tik Bwee. Mendengar kata-kata itu hati Han Pwee Eng agak tersentak, nyaris dia tidak percaya pada kata-kata pelayan itu. "Eh, kau bilang apa? Nona Ci dan Siauw-yamu sudah bertunangan?" kata Han Pwee Eng agak kaget. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 28

Sambil menunduk malu pelayan Seng Cap-si Kouw itu mengangguk perlahan. Dia awasi nona Han dengan tajam lalu berkata dengan perlahan pula. "Ya, mereka telah bertunangan," jawab Tik Bwee. "Sebenarnya akupun tidak menduga hal itu akan terjadi, karena mereka baru saling kenal tidak lebih dalam sehari saja! Malam itu mereka bertemu, keesokan harinya mereka sudah, sudah...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tik Bwee tidak bisa meneruskan kata-katanya, mungkin hatinya berat untuk mengatakan mereka sudah bertunangan. Han Pwee Eng teringat kejadian saat ayahnya minum arak yang dibawa oleh Ci Giok Hian, dan ayahnya keracunan. Tibatiba Beng Cit Nio muncul di kamar tahanan dengan gusar ingin membunuh Ci Giok Hian. Tanpa sengaja Beng Cit Nio melihat cincin yang ada pada Ci Giok Hian, karena cincin itu Beng Cit Nio batal membunuh Ci Giok Hian. Saat itu seolah Han Pwee Eng mendengar Beng Cit Nio mengatakan sesuatu, dia bilang dengan memandang cincin itu dia tidak akan membunuh Ci Giok Hian. Han Pwee Eng juga ingat Beng Cit Nio menyebut nama seseorang, karena saat itu Han Pwee Eng sedang panik melihat ayahnya keracunan jadi dia tidak mendengar apa yang dikatakan Beng Cit Nio denganjelas. "Siapa nama Siauw-ya kalian itu?" tanya Han Pwee Eng. "Seng Liong Sen," jawab Tik Bwee. Mendengar nama itu disebut Han Pwee Eng berseru tidak tertahan. "Benar, Beng Cit Nio memang menyebutkan nama itu!" kata Han Pwee Eng. Tik Bwee tertawa. "Pasti begitu! Cincin itu hadiah dari Beng Cit Nio untuk Siauw-ya kami, cincin khusus untuk pertunangannya," kata Tik Bwee. Sesudah itu kelihatan wajah Tik Bwee berubah pilu. "Benarkah itu cincin pertunangan antara Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen? Ah, tidak mungkin! Karena demi cintanya pada Kok Siauw Hong, Ci Giok Hian telah menghancurkan pertunanganku dengan Kok Siauw Hong. Malah kejadian itu telah menimbulkan badai di lembah Pek-hoa-kok. Apa mungkin tiba-tiba dia berganti kekasih bahkan bertunangan dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Tapi, ketika Beng Cit

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nio melihat cincin itu Beng Cit Nio batal membunuh Ci Giok Hian. Jadi apa yang dikatakan pelayan ini pasti bukan untuk mengada-ada." pikir Han Pwee Eng. Saat Han Pwee Eng sedang berpikir, hatinya jadi bertambah bingung, sehingga dia tidak mendengar Tik Bwee tertawa. Sedangkan Tik Bwee tidak memperhatikan perubahan wajah nona Han. Tiba-tiba Han Pwee Eng mendengar Tik Bwee bicara lagi. "Itu yang dinamakan jodoh, sekalipun jauhnya ribuan li tetap akan bertemu! Nona Han kenapa kau tidak ikut gembira untuk mereka?" kata Tik Bwee. Han Pwee Eng tersentak kaget. "Oh! Tentu aku ikut bergembira, malah gembira sekali! Tetapi aku belum yakin atas kejadian itu?!" kata Han Pwee Eng. "Tetapi setelah kau bertemu dengan mereka pasti kau akan percaya kata-kataku," kata Tik Bwee meyakinkan nona Han. "Lalu kau mau titip apa untuk Siauw-yamu itu?" kata Han Pwee Eng. Tik Bwee merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kantung terbuat dari kain. "Ini barang titipan dari Siauw-yaku, dia lupa membawanya, maka benda ini aku titipkan padamu untuk kau serahkan pada Siauw-yaku!" kata Tik Bwee. Melihat kantung terbuat kain itu Han Pwee Eng tercengang, sebab dia lihat kantung kain itu hanya benda biasa, tetapi dia heran kenapa Tik Bwee menganggap kantung kain itu bagaikan sebuah pusaka. Rupanya diam-diam Tik Bwee mencintai Seng Liong Sen. Sedang Tik Bwee berharap setelah Seng Liong Sen melihat kantung kain itu, Liong Sen akan tetap ingat padanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun aku hanya seorang pelayan, tetapi aku harus tetap bisa dipercaya, maka itu benda ini harus aku kembalikan kepadanya," kata Tik Bwee. Saat itu hati Han Pwee Eng pun telah terganjal oleh berbagai masalah, maka itu dia tidak banyak bertanya. Kemudian nona Han menyimpan kantung kain itu ke sakunya. "Baiklah, jika aku bertemu dengan mereka, pasti benda itu akan aku sampaikan kepadanya," kata Han Pwee Eng. "Nah, sampai bertemu!" Keduanya lalu berpisahan. Han Pwee Eng meneruskan perjalanannya. Di sepanjang jalan Han Pwee Eng masih berpikir.

"Ooh, entah di mana mereka sekarang? Setelah aku bertemu dengan mereka maka masalah ini baru akan jelas!" pikir Han Pwee Eng. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Hari itu saat Ci Giok Hian dan Tik Po mendengarkan pembicaraan murid Jen Thian Ngo dengan Chu Kiu Sek. Ih Hua Liong, murid Jen Thian Ngo berjalan keluar bersama Chu Kiu Sek. Tiba-tiba Chu Kiu Sek mendengar suara di balik gunung-gunungan. Tetapi mereka tidak yakin itu suara orang. Ih Hua Liong ini licik tetapi banyak akalnya mirip dengan gurunya. Segera dia memberi isyarat pada Chu Kiu Sek. Tidak lama kelihatan Ih Hoa Liong membisiki Chu Kiu Sek, rupanya dia sedang memberi keterangan tentang rute perjalanan yang akan ditempuh oleh rombongan pembawa harta untuk para pejuang. Saat itu Ih Hua Liong yang tahu ada orang ikut mendengarkan pembicaraan mereka, dengan sengaja dia mengatakan jalur perjalanan yang salah, agar orang yang mendengar tentang perjalanan rombongan itu tersesat, karena jalur yang dikatakannya jalur palsu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak heran sekalipun Ci Giok Hian sangat cerdas, namun sedikitpun dia tidak menduga bahwa dia disesatkan oleh murid Jen Thian Ngo yang licik itu, dengan demikian Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen telah mengambil jalan yang salah, malah mereka semakin menjauhi lokasi yang sebenarnya. Di tempat lain Ci Giok Phang sebagai wakil Jen Thian Ngo sedang bertugas mengawal harta. Ketika itu yang diketahui Ci Giok Phang bahwa Jen Thian Ngo adalah tokoh tua yang patriotik, dan tidak menyangka bahwa Jen Thian Ngo telah mengatur siasat busuk bersekongkol dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya untuk menguasai harta itu. Jarak kota Lok-yang ke tempat para pejuang sekitar limaratus li jauhnya. Sekalipun jaraknya tidak terlalu jauh namun perjalanan itu sangat sulit, karena rombongan itu harus melewati pegunungan yang licin dan curam. Bukan saja jalannya sukar, kereta yang mengangkut hartapun berat, tidak heran jika perjalanan jadi sangat lambat dan tersendat-sendat. Kelambatan ini ditambah lagi oleh karena mereka dilarang berjalan malam oleh Jen Thian Ngo. Bahkan Jen Thian Ngo seolah-olah sangat hati-hati. Jika mereka akan menempuh jalan yang sukar, dia mengutus orang dulu untuk menyelidikinya, apakah jalan itu aman atau tidak. Setelah mendapat laporan bahwa jalan aman baru rombongan diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Tidak heran jika hal itu sangat menyita waktu. Setiap hari mereka hanya mampu

menempuh lima sampai enampuluh li. Ci Giok Hian kelihatan tidak sabar, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tahu tanggung-jawab Jen Thian Ngo memang berat sekali, jadi prinsip Jen Thian Ngo lebih baik lambat asal selamat, maka itu Ci Giok Phang harus taat pada perintah Jen Thian Ngo. Sebenarnya Jen Thian Ngo sedang gelisah, karena sudah melakukan perjalanan sekitar tujuh hari, kenapa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya belum juga muncul? Oleh karena itu Jen Thian Ngo kebingungan dan gugup sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hari itu rombongan Jen Thian Ngo sudah sampai di lembah Cing Liong (Lembah Naga Hijau, Red). Begitu rombongan ini keluar dari lembah Naga Hijau berarti mereka sudah akan memasuki wilayah kekuasaan para pejuang. Tahu bahwa rombongan itu hampir sampai Jen Thian Ngo bertambah gugup, tiba-tiba dia mengeluarkan perintah agar rombongan berhenti dengan alasan semakin dekat ke markas para pejuang, situasi akan bertambah berbahaya. Maka itu dia bilang akan menyelidiki situasi dulu sebelum meneruskan perjalanan. "Kita hampir sampai ke tempat para pejuang, kenapa harus berhenti? Aku khawatir jika kita berhenti di sini siapa tahu akan terjadi sesuatu yang tidak terduga?" kata Ci Giok Phang pada Jen Thian Ngo. "Justru karena kita hampir sampai kita harus lebih waspada! Dengan demikian perjalanan kita jadi tidak sia-sia!" jawab Jen Thian Ngo. Di tendanya Jen Thian Ngo tampak panik. "Celaka! Apakah Ih Hua Liong tidak bertemu dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya? Jika hari ini mereka tidak muncul, habis sudah kesempatan baik ini!" pikir Jen Thian Ngo. Tiba-tiba Ci Giok Phang menemuinya, menanyakan apakah perjalanan akan diteruskan atau tidak. "Sudah aku katakan kita bersabar dulu, selidiki dulu situasi di sekitar tempat ini!" kata Jen Thian Ngo. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita kirim orang ke tempat para pejuang untuk menghubungi mereka, katakan kita sudah sampai di sini sekalian kita minta bantuan dari mereka untuk mengangkut harta ini!" kata Ci Giok Phang. Jen Thian Ngo berpikir sejenak kemudian dia manggutmanggut.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, kalau begitu kau saja yang ke sana!" kata Jen Thian Ngo. Perintah ini sengaja dia berikan pada Ci Giok Phang karena sebenarnya Jen Thian Ngo ingin agar Ci Giok Phang tidak ada di dekatnya, sebab jika ada kesempatan baik dia bisa turun tangan tanpa mendapat gangguan dari pemuda itu. "Baik," kata Ci Giok Phang. Tapi mendadak terdengar suara hiruk-pikuk. Suara itu disusul oleh derap kaki kuda. Tak lama mereka menyaksikan banyak orang yang berlari ke arah rombongan mereka Ternyata para penunggang kuda itu adalah pasukan berkuda tentara Mongol. Sebagai pemimpin pasukan Mongol itu kiranya See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Tidak heran hanya dalam sekejap mata tentara Kay-pang sudah langsung terkepung. Melihat kedatangan tentara Mongol bersama Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya, tentu saja Jen Thian Ngo girang bukan kepalang, namun hal itu tidak diperlihatkan. Malah Jen Thian Ngo pura-pura kaget dan gusar, dia memacu kudanya ke depan sambil membentak. "Jen Thian Ngo berada di sini! Aku tidak akan membiarkan kalian bertingkah di tempat ini!" kata Jen Thian Ngo dengan gagah. Rupanya kedatangan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek terhambat karena harus bertarung melawan Beng Cit Nio maupun Seng Cap-si Kouw dan Han Tay Hiong. Hal inilah yang membuat mereka terlambat dua hari. Ditambah lagi mereka terluka. Sesudah meloloskan diri dari Han Tay Hiong mereka berdua membawa pasukan berkuda Mongol pilihan, dan langsung memacu ke tempat yang mereka janjikan. Ternyata Jen Thian Ngo dan rombongan pembawa harta sudah hampir mendekati tempat para pejuang saat mereka tiba di sana. Jen Thian Ngo mencabut pedangnya dan menyerang dua penunggang kuda prajurit Mongol, seketika itu dua prajurit itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terjungkal dari kudanya, sekalipun pedang Jen Thian Ngo berhasil merobek pakaian lapis baja tentara Mongol itu, namun kedua prajurit itu tidak terluka. "Bagus Jen Thian Ngo!" bentak See-bun Souw Ya. "Sebenarnya kau bukan orang Kay-pang, kenapa kau membantu orang Kay-pang? Kau sangat kurangajar aku ingin mencoba kelihayanmu!" Sesudah itu See-bun Souw Ya langsung menyerang ke arah Jen Thian Ngo, seketika itu tercium bau amis yang luar biasa. Dua orang anak buah Kay-pang yang ada di sisi kanan dan sisi

kiri Jen Thian Ngo ketika mencium bau amis itu langsung pingsan. "Kalian mundur semua, biar aku yang menghadapi kedua Iblis Tua ini!" teriak Jen Thian Ngo. "Ha, ha, ha, hari ini adalah urusan Mongol dengan Tay Song (Kerajaan Song yang besar, Red)," kata Chu Kiu Sek. "Siapa yang akan bertarung denganku satu lawan satul" Tak lama Chu Kiu Sek memerintahkan pasukan Mongol yang membawa panah untuk segera memanah lawan. "Panah! Panah mereka!" teriak Chu Kiu Sek. Serempak sesudah itu terjadi hujan anak panah. Di sanasini mulai terdengar suara jeritan orang-orang yang terluka terkena panah. Banyak anggota Kay-pang yang roboh terpanah. Tetapi dengan gagah berani anggota Kay-pang yang lain terus maju bertarung menghadapi pasukan berkuda bangsa Mongol. Maka terjadilah pertarungan yang sangat dasyat antara anggota Kay-pang dengan tentara berkuda Mongol. Jen Thian Ngo yang berada di atas kudapun dihujani anak panah. See-bun Souw Ya tertawa terkekeh mentertawakan Jen Thian Ngo yang sibuk menangkis serangan anak panah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm, Tua Bangka, sekarang baru kau tahu lihaynya kami!" kata See-bun Souw Ya. "Iblis Tua, rasakan ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoatku ini!" teriak Jen Thian Ngo sengit. Pedang di tangan Jen Thian Ngo berkelebat-kelebat membentuk tujuh bunga pedang. Ujung pedang Jen Thian Ngo berhasil melukai sepasang kaki kuda yang ditunggangi See-bun Souw Ya dan membuat kuda itu terjungkal ke tanah. Untung See-bun Souw Ya sendiri berhasil melompat menyelamatkan diri. "Orang lain boleh takut pada ilmu pedang Cit-siu-kiamhoatmu, tetapi aku tidak!" kata See-bun Souw Ya. "Apa hebatnya ilmu pedangmu itu, aku ingin melihat apa yang bisa kau lakukan terhadapku?" Sepasang telapak tangan See-bun Souw Ya berkelebat, bergerak di antara bayangan pedang Jen Thian Ngo. Pertarungan yang pura-pura ini jadi kelihatan seperti sungguhan dan kelihatan hebat sekali. Pertarungan itu mengakibatkan batu kerikil di tempat itu berterbangan tersampok oleh angin pukulan mereka berdua. Ci Giok Phang saat itu juga sedang bertarung, dia menggunakan ilmu pedang Pek-hoa-kiam-hoat. Tubuhnya

bergerak kian ke mari tanpa henti-henti, dia mencoba menyerang kaki kuda tentara Mongol dengan pedangnya yang lihay. Akibat dari banyaknya kuda-kuda tentara Mongol yang terluka oleh sabetan pedang Ci Giok Phang, sekarang terpaksa tentara Mongol itu bertarung dengan anggota Kay-pang sambil jalan kaki. Melihat kelihayan Ci Giok Phang itu Chu Kiu Sek yang melihatnya langsung tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kiranya bocah busuk ini, kau adalah pecundangku, apa kau masih berani berlagak di depanku?" kata Chu Kiu Sek. "Iblis Tua kebetulan kita bertemu di sini! Aku ingin membuat perhitungan denganmu! Hari ini jika bukan kau yang mampus, akulah yang mati di tanganmu!" kata Ci Giok Phang dengan gagah. Chu Kiu Sek tertawa mendengar tantangan itu. "Hm! Hanya dengan kepandaianmu itu, mana mungkin kau bisa mengalahkan aku?" kata Chu Kiu Sek. Ci Giok Phang mengertakkan giginya dan langsung menyerang dengan sengit. Chu Kiu Sek menangkis dan membalas menyerang dengan ilmu Siu-lo-im-sat-kang. Suara serangan mereka terdengar menderu saking dasyatnya. Jika jarak mereka dekat Ci Giok Phang merasakan ada hawa dingin menyerang ke arahnya. Wajah Ci Giok Phang yang terkena serangan Chu Kiu Sek berubah kehijauan. Rupanya Ci Giok Phang sudah terkena pukulan Chu Kiu Sek yang dahsyat dan beracun. Sekalipun demikian ilmu pedang Ci Giok Phang tidak jadi kacau oleh karena serangan itu. Tentu saja apa yang disaksikan Chu Kiu Sek karena Ci Giok Phang tidak segera roboh, dia jadi keheranan bukan kepalang. "Baru lewat beberapa bulan saja sejak aku bertarung dengannya, bagaimana mungkin kepandaian bocah ini bisa bertambah demikian maju?" pikir Chu Kiu Sek. Chu Kiu Sek tidak perlu heran jika dia sadar bahwa setelah dia bertarung melawan Han Tay Hiong dua hari yang lalu, jelas hawa murninya sedikit buyar. Ini bukan karena kepandaian Ci Giok Phang yang bertambah maju melainkan kehebatan Siu-lo-im-sat-kang Chu Kiu Sek menjadi kurang keampuhannya. Ditambah lagi Ci Giok Phang sering minum

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arak Kiu-thian-sun-yang-Pek-hoa-ciu, tidak heran jika tubuh pemuda ini agak tahan terhadap serangan racun. Chu Kiu Sek sudah melancarkan serangan lebih dari tigapuluh jurus, tetapi Ci Giok Phang tetap mampu bertahan dari serangannya itu. Tetapi sesudah lewat beberapa jurus lagi mulai kelihatan Ci Giok Phang mulai sedikit goyah dan tubuhnya kedinginan, sedangkan giginya beradu gemeretuk. Di tempat lain pertarungan antara anggota Kay-pang melawan tentara Mongol semakin seru saja. Sekalipun sudah banyak tentara Mongol yang binasa, tetapi tentara Mongol itu masih cukup banyak, dan diperkirakan jumlah tentara Mongol jauh lebih banyak dibanding anggota Kay-pang yang dihadapinya. Tidak heran kalau anggota Kay-pang mendapat kesulitan besar. Melihat anggota Kay-pang mulai kewalahan Ci Giok Phang jadi gugup bukan kepalang. Ketika Ci Giok Phang sedang panik Chu Kiu Sek menyerangnya. Jangankan dia bisa menolong anggota Kay-pang yang sedang terdesak tentara Mongol, menyelamatkan diri sendiripun dia sulit bukan main. Chu Kiu Sek tertawa. "Bocah busuk, hari itu kau lolos dari tanganku, tapi hari ini ajalmu sudah sampai! Tidak mungkin ada orang yang bisa menolongimu. Ha, ha, ha! Sekalipun kau memiliki saya pun kau tidak akan bisa lolos dari tanganku. Apa kau tidak mau menyerah?" kata Chu Kiu Sek. Kali ini Ci Giok Phang benar-benar putus asa, dia sudah menyaksikan banyak anggota Kay-pang yang telah kehilangan jiwanya Tiba-tiba terlihat tiga orang penunggang kuda mendatangi dengan cepat. Penunggang kuda yang paling depan sudah langsung membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Iblis Tua, ternyata kalian sedang berlagak di tempat ini. Bagus! Hari ini kalian harus bertarung dengan kami sampai ada kepastian!" kata penunggang kuda itu. Tiga orang penunggang kuda itu ternyata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun dan Kok Siauw Hong. Chu Kiu Sek pernah bertarung dengan kedua pemuda dan pemudi itu, tetapi Kiong Mi Yun tidak diperhitungkan oleh si Iblis Tua. Kepandaian Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong tidak berada di bawah kepandaian Chu Kiu Sek. Sekalipun kepandaian Kiong Mi Yun tidak diperhitungkannya, tetapi Kiong Mi Yun ini puteri pulau Hek-hong, tentu saja Chu Kiu Sek agak segan pada nona Kiong ini, terutama pada ayahnya

Hek-hong To-cu. Sekarang tiba-tiba kiong Mi Yun muncul bersama kedua pemuda gagah itu. Sekalipun Chu Kiu Sek berilmu tinggi dan bernyali besar tak urung dia kaget juga. Ketika Kok Siauw Hong tidak berhasil menemukan Ci Giok Hian dan kakaknya, dia bertemu dengan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Lalu mereka bertiga ke tempat Kay-pang untuk mencari keterangan. Saat berjalan bersama suatu ketika Kiong Mi Yun berkata pada Kok Siauw Hong dengan terus terang. "Kok Toa-ko, aku paling tidak tahan menyimpan sesuatu dalam hatiku. Kau jangan menyalahkan aku jika aku kelepasan bicara!" kata Kiong Mi Yun. Kok Siauw Hong sudah tahu adat Kiong Mi Yun yang bicaanya blak-blakan. Dia tersenyum pada nona Kiong. "Kau ingin bilang apa, silakan saja!" kata Kok Siauw Hong. "Menurut pendapatku, pamanmu itu bukan orang baikbaik," kata nona Kiong. Mendengar ucapan nona Kiong tentu saja Kok Siauw Hong jadi tertegun. "Mengapa kau berpendapat begitu?" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sadarkah kau, mengapa kau tidak bisa menemukan Nona Ci? Terus-terang aku katakan, Nona Ci pergi karena tertipu oleh Pamanmu itu!" jawab Kiong Mi Yun. Kemudian Kiong Mi Yun menceritakan mengenai apa yang didengarnya ketika dia bersembunyi di kolong tempat tidur di kamar Han Pwee Eng. Setelah mendengar cerita Kiong Mi Yun, barulah Kok Siauw Hong sadar bahwa pamannya telah mengarang cerita bohong, bahwa dia sedang menemui Han Pwee Eng dengan diam-diam, kemudian dia pergi bersama Han Pwee Eng entah ke mana. Kemudian nona Kiong melanjutkan ceritanya. "Aku melihatnya pada saat pamanmu datang ke rumah Han Tay Hiong dan aku tahu dia berniat tidak baik! Aku lihat sendiri pamanmu membongkar semua peti yang ada di rumah Han Tay Hiong. Aku tidak tahu apa yang dia cari. Kelihatan dari sikapnya dia ingin merampok harta milik Han Tay Hong!" kata Kiong Mi Yun Sebenarnya Kok Siauw Hong sendiri kurang menyukai pamannya itu, bahkan dia juga mencurigai sang paman ini. Kemudian dia berpikir. "Paman Jen pernah memburuk-burukan nama Paman Han di depanku, dia bilang Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol. Sekarang terbukti tuduhannya itu tidak benar! Mengapa dia menuduh Paman Han begitu? Apa karena dia

salah paham ata sebab lain? Ibuku juga tidak cocok dengan Paman Jen ini, tetapi Ibu bilang Paman Jen itu orang jujur, malah kata Ibu dia seorag Bu-lim Cian-pwee yang sangat terkenal dalam Dunia Persilatan. Jadi tidak mungkin kalau dia menginginkan harta Paman Han!" pikir Kok Siauw Hong. Malam itu mereka telah tiba di tempat tujuan. Bersama para pengungsi mereka masuk ke dalam kota Lok-yang. Malam itu juga mereka bertemu dengan Liok Kun Lun, ketua perkumpulan Kay-pang. Dari Liok Kun Lun inilah Kok Siauw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong baru mengetahui bahwa Ci Giok Phang telah sampai ke markas Kay-pang, malah sekarang Ci Giok Phang bersama Jen Thian Ngo sedang mengawal harta yang akan disumbangkan kepada para pejuang. Mendengar keterangan ini Kok Siauw Hong terkejut bukan kepalang, sedangkan Kiong Mi Yun malah tertawa dingin. "Bagaimana Han Toa-ko, apa kau masih belum percaya pada kata-kataku?" kata nona Kiong. Liok Kun Lun tertegun mendengar ucapan nona Kiong itu. "Apa maksud kata-kata Nona Kiong?" kata Liok Kun Lun. Kok Siauw Hong sadar ini masalah besar, maka dia tidak berani membohongi Liok Kun Lun. "Terus terang Nona Kiong mencurigai Pamanku, katanya Pamanku itu mengincar harta itu! Ucapan Nona Kiong cukup beralasan karena dia melihat sendiri Paman Jen membongkar semua peti yang ada di rumah Paman Han!" jawab Kok Siauw Hong. Sambil menggelengkan kepala Liok Kun Lun berkata lirih. "Jen Lo Cian-pwee saat ini merupakan tokoh persilatan tua yang gagah berani, bahkan namanya sangat terkenal. Mana mungkin dia berbuat seperti itu?" sanggah Liok Kun Lun. Kiong Mi Yun tertawa dingin mendengar sanggahan itu. "Hm! Kelak saat kalian percaya pada kata-kataku, maka menyesal pun aku kira sudah terlambat!" kata Kiong Mi Yun sinis. Kok Siauw Hong menyela. "Maksud Nona Kiong baik," kata Kok Siauw Hong. "Sekalipun ternyata dia salah menilai Pamanku, aku tidak akan menyalahkan dia! Liok Pang-cu, bagaimana kalau kami bertiga pergi menyusul rombongan yang membawa harta itu. Siapa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahu kami bisa membantu mengawal harta itu dengan selamat?" Kong-sun Po pun ikut bicara. "Saudara Kok benar, ini bukan karena kami mencurigai Paman Jen tetapi jika bertambah orang yang mengawal harta itu aku kira itu lebih baik lagi. Dengan demikian kita bisa mengurangi bahaya yang mengancam harta itu!" kata Kongsun Po. Sebenarnya Liok Kun Lun sangat percaya pada Jen Thian Ngo. Tetapi setelah mendengar keterangan Kok Siauw Hong dan Kiong Mi Yun dan melihat Kok Siauw Hong pun mencurigai pamannya, Liok Kun Lun lalu berpikir. Tak lama Liok Kun Lun mengambil keputusan. "Baiklah! Jika kalian bersedia membantu tentu saja lega hatiku!" kata Liok Kun Lun. Maka berangkatlah Kok Siauw Hong ditemani oleh Kongsun Po dan Kiong Mi Yun. Tak lama mereka sudah berhasil menyusul rombongan Jen Thian Ngo. Ketika mereka tiba Kok Siauw Hong melihat Jen Thian Ngo sedang bertarung sengit sekali melawan See-bun Souw Ya. Dia kaget tetapi hati anak muda itu sedikit lega. "Ah, ternyata aku salah telah mencurigai Paman Jen?" pikir Kok Siauw Hong. Saat itu situasi yang dihadapi Jen Thian Ngo maupun Ci Giok Phang benar-benar berbahaya. Menyaksikan hal itu hati Kok Siauw Hong jadi cemas bukan main. Dia segera berkata pada Kong-sun Po. "Kong-sun Toa-ko, aku akan membantu Pamanku melawan See-bun Souw Ya, kau yang melawan Chu Kiu Sek!" kata Kok Siauw Hong. "Baik," jawab Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu Kong-sun Po bergerak maju ke arah Chu Kiu Sek, dengan jurus Ki-hwee-soh-thian (Mengangkat obor membakar langit), Kong-sun Po menyerang Chu Kiu Sek dengan ujung payungnya yang lihay. Tahu lihaynya payung Kong-sun Po si Iblis Tua buru-buru berkelit dan langsung balas menyerang Kong-sun Po dengan sebuah pukulan yang dasyat. Sesudah Ci Giok Phang bisa meloloskan diri dari hadapan Chu Kiu Sek, dia bisa langsung bergabung dengan Kiong Mi Yun dan langsung menyerang tentara Mongol yang sedang mengepung anggota Kay-pang. Mereka berhasil menolong anggota Kay-pang yang terkepung oleh tentara Mongol yang ganas itu. Dalam pertarungan yang kacau itu sekarang pihak Kay-pang tidak terdesak lagi seperti tadi.

Melihat Kong-sun Po mampu menghadapi Chu Kiu Sek, Kok Siauw Hong lega hatinya. Tapi mendadak Kok Siauw Hong mendengar teriakan Jen Thian Ngo yang sengit. "Iblis Tua, aku akan adu jiwa denganmu!" bentak Jen Thian Ngo dengan gagah. Ketika Kok Siauw Hong menoleh ke arah suara pamannya, dia lihat Jen Thian Ngo terhuyung, dia terkena pukulan yang dilancarkan oleh See-bun Souw Ya, tapi beruntung Jen Thian Ngo berhasil menusuk dengan pedangnya ke arah See-bun Souw Ya dan berhasil melukai bahu kanan si Iblis Tua See-bun Souw Ya. "Oh sayang, tusukanku tidak mengenai tulang pipe si Iblis Tua!" kata Jen Thian Ngo sedikit kecewa. "Jen Thian Ngo, aku ingin tahu berapa hebatnya kau mampu menangkis pukulan Hua-hiat-to ini!" kata See-bun Souw Ya sambil meringis kesakitan. Kembali keduanya bertarung dengan hebat. Tapi dari mulut Jen Thian Ngo kelihatan darah segar mengalir. Menyaksikan hal itu tentu saja Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Buru-buru pemuda itu menerjang ke arah kedua jago tua yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang bertarung itu, tetapi gerakan Kok Siauw Hong agak terhambat oleh serbuan prajurit Mongol yang langsung menghadang pemuda ini. Dengan gagah Kok Siauw Hong menerjang dan mengayunkan pedangnya ke berbagai penjuru, dia menyerang tentara Mongol dengan hebat. Serangan Kok Siauw Hong ini hebat sekali, dia berhasil memporak-porandakan para pengepungnya dengan mudah sekali. Tetapi tidak urung kepungan tentara Mongol itu tetap menyita waktu yang tidak sedikit. Saat itu baik Jen Thian Ngo maupun See-bun Souw Ya sedang saling menyerang dengan hebat; serangan-serangan dari kedua ago tua ini sangat dasyat dan mengerikan. Kelihatan See-bun Souw Ya melancarkan serangan maut, dan serangan itu berhasil mengenai dada Jen Thian Ngo. Sebaliknya serangan Jen Thian Ngo pun berhasil melukai perut See-bun Souw Ya, hingga pakaian si Iblis Tua iu berlumuran darah. Kok Siauw Hong melesat ke arah See-bun Souw Ya. "Iblis Tuajangan buang lagak di sini!" bentak Kok Siauw Hong sengit bukan kepalang. Kok Siauw Hong langsung melancarkan serangan dengan jurus Cit-siu-kiam-hoat. Pedang Kok Siauw Hong menyerang ke arah tujuh jalan darah See-bun Souw Ya dengan ganas.

Menyaksikan serangan itu See-bun Souw Ya tertawa dingin. "Bocah busuk! Sia-sia saja kau datang ke mari, kau hanya akan mengantarkan jiwamu saja!" kata See-bun Souw Ya. "Kebetulan memang aku akan mengantarkan nyawa kalian berdua ke neraka!" Melihat serangan Kok Siauw Hong hampir mengenai dirinya, See-bun Souw Ya berkelit sekaligus menyerang. Tak lama tercium bau amis yang luar biasa. Tentu saja serangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

See-bun Souw Ya ini membuat mual Kok Siauw Hong, akibatnya nyaris pemuda ini muntah-muntah. Buru-buru Kok Siauw Hong menggunakan jurus Siauw-yang-sin-kang, sesudah itu dia baru merasa lega. Sekalipun dia mampu mengatasi pukulan si Iblis Tua namun Kok Siauw Hong tetap cemas. Dia berpikir keras. "Si Iblis Tua sudah dua kali terkena tusukan Paman Jen, tetapi heran sekali dia masih begitu hebat dan mampu melancarkan serangan mautnya. Kalau begitu hari ini aku harus adu jiwa dengannya!" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah mengambil putusan akan adu jiwa, hati Kok Siauw Hong jadi tenang luar biasa. Di pihak lain See-bun Souw Ya tak kalah kagetnya. "Ilmu Hua-hiat-to tidak bisa melukai bocah busuk ini. Jika aku ingin mengalahkan dia mungkin aku harus bertarung sampai lebih dari seratus jurus dan aku juga khawatir, apakah pihak Kay-pang akan mengirim bala-bantuan atau tidak? Jika mereka minta bantuan dan muncul lagi para pesilat tinggi, maka pekerjaanku hari ini sia-sia saja!" Dua hari yang lalu See-bun Souw Ya telah mengadu kepandaian melawan Han Tay Hiong, tidak heran kalau hawa muminya belum pulih lagi. Sebaliknya Kok Siauw Hong ahli ilmu Siauw-yang-sin-kang, dan ilmu itu khusus untuk menghadapi ilmu silat Siu-lo-im-sat-kang. Jadi kehebatan ilmu itu akan berkurang jika berhadapan dengan ilmu Hua-hiat-to milik See-bun Souw Ya. Untung saat itu kesehatan See-bun Souw Ya belum pulih benar, tidak heran jika Kok Siauw Hong mampu menghadapinya. Jen Thian Ngo yang terkena serangan See-bun Souw Ya yang dasyat itu telah roboh, tapi sekarang dia sedang berusaha bangkit kembali dan berusaha mendekati keponakannya, sedangkan wajahnya basah oleh keringat.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman Jen istirahat saja, biar aku sendiri yang menghadapi Iblis Tua ini!" kata Kok Siauw Hong dengan gagah. "Siauw Hong, kau mundur saja! Kau anak satu-satunya dari keluarga Kok, jika terjadi sesuatu atas dirimu, mana mungkin aku bisa menemui ibumu? Paman sudah tua, matipun aku tidak akan penasaran! Biar aku yang mengadu jiwa dengan Iblis Tua ini!" kata Jen Tian Ngo. Kemudian tanpa menghiraukan cegahan Kok Siauw Hong, orang she Jenm ini maju, dia gerakkan pedangnya menyerang See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya tertawa terkekeh-kekeh ketika menyaksikan Jen Thian Ngo berusaha menyerangnya. "Eh! Rupanya kalian berdua saling berebut ingin buru-buru ke neraka, baiklah aku akan mengabulkan keinginan kalian berdua!" kata See-bun Souw Ya sambil tertawa. See-bun Souw Ya langsung melancarkan dua pukulan ke arah Jen Thian Ngo. Sadar kalau pamannya sedang terluka, Kok Siauw Hong maju untuk menyambut pukulan si Iblis Tua itu. Sama sekali Kok Siauw Hong tidak sadar kalau pamannya itu sedang main sandiwara di depannya. Sebenarnya Jen Thian Ngo tidak terluka parah, begitu pun See-bun Souw Ya. Si Iblis Tua itu hanya terluka ringan pada bahu kanannya, sedangkan tusukan ke arah perut See-bun Souw Ya itu hanya tusukan tipuan. Kiranya See-bun Souw Ya yang licik telah menaruh sepotong daging yang sengaja dibungkus dan masih berdarah. Tentu saja ketika tertusuk oleh Jen Thian Ngo bungkusan itu mengeluarkan darah! Di tempat lain Kong-sun Po sedang bertarung mati-matian melawan Chu Kiu Sek. Kepandaian Chu Kiu Sek lebih tinggi setingkat dibanding dengan Kong-sun Po. Berhubung hawa murni Chu Kiu Sek telah terkuras dua hari yang lalu, yaitu saat menghadapi Beng Cit Nio, Seng Cap-si Kouw dan Han Tay

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hiong, jadi tenaganya belum pulih benar. Hari itu dia tidak mengira akan berhadapan dengan Kong-sun Po yang masih muda dan gagah berani. Tidak heran pertarungan kedua orang ini jadi seimbang. Di tangan Kong-sun Po tergenggam payung pusakanya yang lihay. Jika dalam keadaan terlipat payung itu bisa berfungsi sebagai pedang maupunpoan-koan-pit untuk menotok jalan darah lawan. Sebaliknya jika payung itu mengembang, payung itu bisa digunakan untuk menangkis pukulan yang dilancarkan oleh lawan maupun senjata rahasia

lawan. Tidak heran lama-lama Chu Kiu Sek yang tak mampu melukai penmuda itu akhirnya kewalahan juga. Dengan jurus Tay-mok-hu-eng (Uap Rase Gurun Pasir) Kong-sun Po menggunakan payungnya untuk menusuk tenggorokan Chu Kiu Sek. "Hai bocah busuk, kau berani menghinaku?!" bentak Chu Kiu Sek. Mendadak dia nmenggunakan jurus Tay-kin-na-ciu-hoat (Ilmu Cengkraman) dan berusaha untuk merebut payung yang ada di tangan Kong-sun Po, sedangkan tangan kiri Chu Kiu Sek digunakan pukulan dari jurus Siu-lo-im-sat-kang untuk menghantam lengan Kong-sun Po. Ilmu pedang yang digunakan Kong-sun Po jurus-jurusnya sangat aneh. Sekalipun telah berusaha sekuat tenaga ternyata Chu Kiu Sek tidak berhasil merebut payung yang ada di tangan Kong-sun Po, tetapi pukulan Siu-lo-im-sat-kangnya yang ada di tangan kiri Chu Kiu Sek hanya mengenai payung pemuda itu. Tiba-tiba terdengar suara nyarung. "Buum!" Chu Kiu Sek kaget dia merasakan tulang lengannya seperti patah, sakitnya bukan kepalang. Tiba-tiba Chu Kiu Sek ingat kalau payung yang ada di tangan Kong-sun Po itu terbuat dari baja murni.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat! Walau pun kau menggunakan payung itu kau kira aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadapmu? Hari ini aku bersumpah, jika aku tidak bisa membunuhmu, aku tidak akan menemui orang lagi!" kata Chu Kiu Sek bersumpah. Chu Kiu Sek yang gusar lupa menghemat tenaga, dia terus menyerang dan menyerang. Dia kerahkan jurus Siu-lo-im-satkang sampai tingkat delapan. Melihat musuh menggunakan ilmu andalannya Kong-sun Po buru-buru membentangkan payungnya untuk menangkis serangan lawan. Tetapi selain menangkis pemuda ini pun balas menyerang lawan. Angin serangan keduanya terdengar menderu-deru. Sekalipun payung baja itu mampu menangkis serangan si Iblis Tua, tetapi Kong-sun Po tetap menggigil kedinginan karena serangan pukulan lawan. "Iblis Tua kau memang bukan manusia!" bentak Kong-sun Po. "Baiklah, kau boleh keluarkan seluruh kepandaianmu, aku ingin tahu apa yang bisa kau perbuat terhadapku?" Serangan Chu Kiu Sek telah dilancarkan secara bertubi-tubi, namun Kong-sun Po belum mampu dia robohkan. Sebaliknya Kong-sun Po tampak tegar dan bersikap biasa-biasa saja. Tak lama kelihatan pemuda itu maju sambil membentak nyaring.

"Jika kau bisa melancarkan pukulan beracun, apa kau kira aku tidak bisa?" bentak Kong-sun Po dengan sengit. "Sekarang terimalah pukulan beracunku!" Kong-sun Po menurunkan payung besinya, lalu dia membentangkan telapak tangan kanannya yang tampak memerah, dia langsung melancarkan pukulan yang dasyat dengan mengeluarkan bau amis. Melihat pukulan Kong-sun Po itu, Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang, kiranya Kong-sun Po menggunakan jurus Hua-hiatto, yang jelas dikenal Chu Kiu Sek dengan baik. Saat melihat telapak tangan Kong-sun Po terlihat merah darah, dia

bertambah kaget sebab ilmu Hua-hiat-to yang dimiliki Kong

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sun Po lebih tinggi dari ilmu Hua-hiat-to milik See-bun Souw Ya. Jelas ini membuat Chu Kiu Sek terkejut dan gentar sekali. Payung besi di tangan kiri Kong-sun Po bergerak menghalangi supaya Chu Kiu Sek tidak bisa menghindar dari serangan pukulan dasyatnya, Kong-sun Po yang mengarah ke tubuh Chu Kiu Sek bisa dikatakan dia hampir tak ada jalan untuk mengelak. Tampak Chu Kiu Sek gugup dan panik sekali. Dengan tidak menghiraukan rasa malu lagi, Chu Kiu Sek merunduk hampir menyentuh tanah, kemudian menerobos kabur meninggalkan Kong-sun Po lewat di bawah payung besi. Gerakannya cukup gesit jika tidak tubuhnya akan terhajar oleh payung besi itu. Sekalipun dia lolos dari pukulan dasyat Kong-sun Po dan bisa meloloskan diri, tapi tak urung punggungnya tetap tergores oleh ujung payung. Dengan demikian darah segar mengalir dari tubuhnya yang terluka. Walau sakit dia tidak berani menjerit atau mengeluarkan suara. Chu Kiu Sek tidak mengira kalau Kong-sun Po bisa ilmu Hua-hiat-to bahkan lebih lihay dari See-bun Souw Ya, rupanya Chu Kiu Sek lupa, bahwa lwee-kangnya lebih tinggi dari Seebun Souw Ya. Maka itu jika tadi dia berani mengadu pukulan dengan Kong-sun Po, sekalipun tenaganya belum pulih dia tidak akan terluka seperti itu. Menyaksikan Kong-sun Po berhasil mengalahkan Chu Kiu Sek, Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang sangat girang. Semangat kedua muda-mudi ini segera bangkit. Mereka langsung menyerang tentara Mongol dengan hebat hingga banyak tentara Mongol yang terluka atau binasa di tangan mereka. Di pihak lain See-bun Souw Ya yang mengetahui Chu Kiu

Sek telah terjungkal di tangan Kong-sun Po tentu saja dia kaget bukan kepalang, dengan keras See-bun Souw Ya membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, tua bangka Jen Thian Ngo, aku akan mencabut nyawa tuamu. Sesudah itu baru aku bereskan bocah busuk itu!" kata See-bun Souw Ya sengit. "Hm! Ternyata sudah waktunya aku mengakhiri sandiwara ini," pikir Jen Thian Ngo. Dengan sikap nekat Jen Thian Ngo maju seolah dia sudah tidak sayang pada jiwanya sendiri. Saat See-bun Souw Ya menyerangnya dia tidak berkelit atau menghindar, dia malah maju menerjang dengan pedangnya ke arah See-bun Souw Ya. "Iblis Tua, aku akan mengadu jiwa denganmu!" kata Jen Thian Ngo. Tetapi tak lama kemudian terdengar suara jeritan Jen Thian Ngo. "Aduh! Aduh!" Jen Thian Ngo terpukul oleh pukulan See-bun Souw Ya, dan pedang di tangannya pun terpental ke udara, dari mulut Jen Thian Ngo menyembur darah segar. Melihat Jen Thian Ngo terpukul dan terluka parah, Kok Siauw Hong yang tidak jauh dari situ, buru-buru memburu dan memeluk tubuh pamannya. Saat Kok Siauw Hong memeluk Jen Thian Ngo, kesempatan ini digunakan oleh si Iblis Tua untuk menyerang Kok Siauw Hong. Karena tangan kanannya sedang memeluk pamannya, Kok Siauw Hong terpaksa bertarung melawan See-bun Souw Ya dengan hanya menggunakan tangan yang satunya. Sudah tentu pertarungan ini jadi tidak seimbang, dan Kok Siauw Hong mulai kewalahan. Melihat Kok Siauw Hong dalam bahaya, Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang segera melompat ke arah Kok Siauw Hong untuk membantunya. Di tempat lain Kong-sun Po terus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghadang Chu Kiu Sek, dengan demikian Chu Kiu Sek tidak bisa membantu See-bun Souw Ya. Tiba-tiba Kok Siauw Hong menjerit, bahu kirinya terhajar oleh pukulan See-bun Souw Ya, lukanya pun cukup parah. Tapi untung Kok Siauw Hong masih sempat menusuk dengan

pedangnya ke arah See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya sedikit pun tidak mengira kalau Kok Siauw Hong dalam keadaan terluka parah, masih bisa melancarkan serangan yang berbahaya, dan dia berani mengadu jiwa dengannya. Tentu saja See-bun Souw Ya tidak siap, saaat pedang Kok Siauw Hong menusuknya, tapi sayang pedang itu tidak tepat mengenai sasaran ke tubuh See-bun Souw Ya. Dengan demikian See-bun Souw Ya hanya terluka ringan, tetapi ini pun cukup membuat dia terhuyung ke belakang karena terkejut. Saat Ci Giok Phang dan Kiong Mi Yun sampai, Kiong Mi Yun langsung menyerang See-bun Souw Ya dengan jurus Cit-satciang. See-bun Souw Ya mengenali jurus itu berasal dari Hekhongto. "Beberapa bocah ini punya asal-usul yang luar biasa. Aku tidak boleh tidak waspada!" pikir See-bun Souw Ya. Tenaga See-bun Souw Ya yang dua hari lalu bertarung melawan Han Tay Hiong cs, tentu saja keadaannya belum pulih, dan diajadi agak keder, ditambah lagi dia belum tahu berapa tinggi kepandaian anak-anak muda itu? Demikian pula dengan kepandaian Kiong Mi Yun, ditambah lagi ilmu pedang Ci Giok Phang pun hebat. Itu sebabnya See-bun Souw Ya tidak berani maju, dia hanya menangkis setiap serangan. Sedangkan tujuan Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang hanya ingin menolongi Kok Siauw Hong, dan tidak bermaksud untuk bertarung dengan See-bun Souw Ya. Kebetulan See-bun Souw Ya pun tidak maju menyerang tapi hanya menangkis saja serangan mereka. Itu justru yang diinginkan Kiong Mi Yun maupun Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera Ci Giok Phang memapah Kok Siauw Hong yang terluka bahunya. Ci Giok Phang kaget menyaksikan wajah Kok Siauw Hong yang kelihatan pucat-pasi. "Saudara Kok, bagaimana keadaanmu?" kata Ci Giok Phang. Racun Hua-hiat-to sangat lihay. Dada Kok Siauw Hong terasa panas seperti terbakar. Tak lama sekujur tubuhnya terasa ngilu. Untung dia masih sadar. "Seorang pria harus gagah, bagaimana aku akan membiarkan nama baik Pamanku terhina orang!" pikir Kok Siauw Hong. Di luar dugaan Kok Siauw Hong, pamannya yang terkenal patriot itu ternyata telah bersekongkol dengan musuh, dan itu yang menyebabkan sekarang Kok Siauw Hong terluka parah. Sambil mengeluh kesakitan Kok Siauw Hong berkata perlahan.

"Aku tidak apa-apa, cepat kau selamatkan Pamanku!" kata Kok Siauw Hong. Sesudah bergulingan beberapa kali Jen Thian Ngo berusaha untuk bangun. "Jangan pedulikan aku," kata Jen Thian Ngo, "aku sudah siap untuk mati di tempat ini! Aku akan mengadu jiwa dengan si Iblis Tua itu!" Dia berjalan hendak menghadapi See-bun Souw Ya, tetapi baru dua langkah mulutnya sudah memuntahkan darah sgar. Seperti juga Kok Siauw Hong yang tak menyadari kecurangan Jen Thian Ngo, Ci Giok Phang pun begitu, dia hanya mengetahui bahwa Jen Thian Ngo lukanya lebih parah dari Kok Siauw Hong. "Dia pimpinan rombongan pengantar harta ini, bagaimana aku bisa tinggal diam?" pikir Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun Ci Giok Phang merasa khawatir pada keadaan Kok Siauw Hong, namun terpaksa dia melepaskan Kok Siauw Hong untuk menolong Jen Thian Ngo. Ci Giok Phang mendekati Jen Thian Ngo dan memapahnya. Tapi tiba-tiba Jen Thian Ngo membentak. "Ingat, harta untuk para pejuang itu jangan sampai jatuh ke tangan musuh!" kata Jen Thian Ngo memperingatkan. "Baik, pasti akan kami pertahankan," kata Ci Giok Phang. Siauw Hong berseru pada pamannya. "Paman, kau akan dipapah oleh Giok Phang menerjang keluar!" kata Siauw Hong. Tiba-tiba Jen Thian Ngo muntah darah, dia berpura-pura gusar. "Apa? Kau bilang apa? Aku tidak akan membiarkan kalian berbuat begitu!" kata Jen Thian Ngo. Diam-diam Jen Thian Ngo mengerahkan lwee-kangnya agar bisa memuntahkan darah, dengan demikian kepura-puraannya tidak diketahui orang. Tak lama kelihatan Jen Thian Ngo lesu tidak bersemangat, dan pura-pura pingsan. Dia bersandar ke bahu Ci Giok Phang. Di tempat lain Chu Kiu Sek yang telah dikalahkan oleh Kong-sun Po tidak berani maju, dia bergabung dengan Seebun Souw Ya. Chu Kiu Sek memang pernah bertarung dengan beberapa anak muda itu, maka itu dia tahu Kiong Mi Yun yang berkepandaian paling rendah dari para muda-mudi itu. "Saudara See-bun, gadis itu bisa kuhadapi!" kata Chu Kiu Sek yang licik memilih lawan yang rendah ilmu silatnya.. "Silakan kau bereskan yang lain!" Kong-sun Po mengejar Chu Kiu Sek, tapi dihadang oleh

See-bun Souw Ya. Sekarang dia berhadapan dengan See-bun Souw Ya yang sudah tahu siapa Kong-sun Po ini, yaitu putera

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Khie. See-bun Souw Ya sadar saat itu hanya Kongsun Po yang mampu menandingi dia. Sambil mengertakan gigi dia berpikir. "Jika aku tidak segera membinasakan bocah ini, maka kelak tidak akan ada hari yang tenang bagiku!" pikir See-bun Souw Ya. "Bocah keparat!" bentak See-bun Souw Ya. "Jalan ke surga tidak kau tempuh, tetapi jalan ke neraka yang tidak berpintu kau datangi! Apa kau ingin mampus?" See-bun Souw Ya langsung menyerang dia menggunakan dua macam jurus beracun. Tangan kanannya menggunakan Hua-hiat-to, sedang tangan kirinya menggunakan jurus Hukutciang. Tak lama tercium bau amis. Sejak dia belajar ilmu racun baru kali ini See-bun Souw Ya menggunakannya bersama-sama. Kong-sun Po pun telah berlatih jurus Hua-hiat-to bahkan mencapai tingkat delapan, tetapi dia belum menguasai Hu-kutciang, dengan demikian dia tidak berani menggunakan ilmu itu untuk menangkis serangan See-bun Souw Ya. Dengan cepat dia menggerakkan payung bajanya, lalu dengan jurus Hian-ciau-hua-sah (Burung Mengaduk Pasir), jurus ini dia pelajari dari Liu Goan Cong, jurus ilmu pedang khusus untuk menyerang jalan darah lawan. Melihat serangan itu See-bun Souw Ya terperanjat. "Eh, ilmu silat bocah ini ternyata campur-aduk sekali?!" pikir See-bun Souw Ya. Tetapi See-bun Souw Ya sudah berpengalaman, begitu menyaksikan jurus tersebut dia langsung waspada, dan dia tidak berani meemehkan kepandaian Kong-sun Po, malah dia bertarung dari jatrak jauh dan tidak berani mendekat, dia hanya menyerang dari jarak jauh saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebetulan tenaga dalam See-bun Souw Ya belum pulih, sedang Kong-sun Po pun baru berhadaan dengan Chu Kiu Sek, tentu saj a pertarungan yang mati-matian itu cukup menguras tenaga Kong-sun Po. Untung Kong-sun Po memegang payung baja sehingga dia bisa bertarung seimbang melawan See-bun Souw Ya.

Di tempat lain Kiong Mi Yun bertarung melawan Chu Kiu Sek. Jelas Kiong Mi Yun merupakan lawan empuk bagi Chu Kiu Sek. Sekalipun Chu Kiu Sek telah terluka, namun jurus Siu-loimsat-kang yang dilancarkannya masih cukup hebat, dan mengeluarkan hawa dingin yang luar biasa. Melihat Kiong Mi Yun terdesak Ci Giok Phang yang sedang memapah Jen Thian Ngo ikut membantu, tetapi tentu tidak bisa maksimal karena Ci Giok Phang harus menjaga Jen Thian Ngo agar dia tidak terserang oleh lawan. Tentu saja mereka masih tetap kewalahan. Sekarang tentara Mongol sudah mengurung anggota Kaypang yang bertarung mati-matian. Karena anggota Kay-pang lebih sedikit dibanding tentara Mongol, tidak heran kalau mereka akhirnya terdesak juga. Lama-lama anggota Kay-pang makin berkurang karena ada yang terluka maupun binasa, sebaliknya tentara Mongol masih berjumlah besar. Untuk menahan racun yang ada di tubuhnya Kok Siauw Hong mengerahkan Siauw-yang-sin-kang, dia maju dan bertarung melawan tentara Mongol. Tetapi sesudah Kok Siauw Hong berhasil membunuh beberapa orang tentara Mongol, tubuhnya terkena senjata lawan hingga lukanya bertambah dengan beberapa luka baru. Ini tentu saja ikut menghalangi kelincahannya. Saat itu kereta-kereta yang mengangkut harta telah jatuh ke tangan tentara Mongol. Dengan menahan sakit Kok Siauw Hong berseru.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan hiraukan harta itu, yang penting selamatkan Pamanku!" teriak Kok Siauw Hong. "Cepat, bawa Pamanku ke markas cabang Kay-pang dan laporkan kejadian di tempat ini!" Kong-sun Po menyaksikan anggota Kay-pang sudah tidak berdaya untuk melawan musuh, dia melompat ke arah Kiong Mi Yun, sekaligus melancarkan pukulan ke arah Chu Kiu Sek, dengan demikian Chu Kiu Sek terpaksa harus mundur. Saat See-bun Souw Ya memburu ke arah Kong-sun Po, pukulan See-bun Souw Ya tertangkis oleh payung baja Kongsun Po. Ci Giok Phang yang mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong, langsung berseru pada Kong-sun Po. "Kong-sun Toa-ko, kau jaga saudara Kok!" kata Giok Phang. Kong-sun Po berhenti bertarung. Saat dia akan mendekati Kok Siauw Hong, mendadak Kok Siauw Hong bersiul panjang. Tak lama terlihat seekor kuda menerjang ke arahnya. Begitu kuda itu sampai di hadapannya, Kok Siauw Hong langsung

melompat ke punggung kuda itu dan menerjang keluar kepungan tentara Mongol. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 29

Hati Kok Siauw Hong telah bulat hendak menerjang musuh, karena sadar telah terluka parah. Sikapnya itu .karena dia tidak ingin merepotkan kawan-kawannya. Jika dia tidak menerjang musuh, pasti Ci Giok Phang dan Kong-sun Po akan berusaha melindunginya, dan itu berbahaya sekali karena akan memecah perhatian mereka. "Musuh sangat kuat, sedangkan aku dalam keadaan lemah. Belum lagi mereka harus melindungi Pamanku yang terluka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

parah. Aku tidak yakin mereka berhasil menerjang keluar! Bagaimana aku harus merepotkan mereka untuk melindungiku?" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hiong mengira luka Jen Thian Ngo lebih parah dari lukanya, itu sebabnya dia mengambil keputusan untuk mengorbankan diri, asalkan pamannya bisa diselamatkan. Siauw-pek-liong kuda yang ditunggangi Kok Siauw Hong seekor kuda istimewa dan sudah terlatih. Begitu mendengar siulan majikannya, kuda itu langsung menerjang mendekati majikannya. Kok Siauw Hong yang terluka parah tidak mampu melompat ke atas punggung kuda itu. Tubuhnya melorot ke bawah. Tetapi kuda itu sangat cerdik, dia membungkukkan tubuhnya, dengan demikian Kok Siauw Hong berhasil naik ke atas punggung kuda istimewa itu. Pada saat itu beberapa tentara Mongol berusaha menghalangi gerakan kuda itu, bahkan di antaranya ada yang ingin merebut kuda istimewa itu. Melihat hal itu Kong-sun Po terkejut, segera dia melompat menyerang tentara Mongol tersebut. Melihat Kong-sun Po hendak menolong Kok Siauw Hong, See-bun Souw Ya tidak tinggal diam, dia bergerak menyusul Kong-sun Po dan menyerangnya. Mendadak kuda yang ditunggangi Kok Siauw Hong meringkik, dia mengelak menghindari beberapa tusukan tombak tentara Mongol, langsung menerjang keluar kepungan. Tak lama beberapa tentara berkuda Mongol mencoba mengejar Kok Siauw Hong. Sekalipun kuda itu terlatih, tapi Kok Siauw Hong terluka parah, dan harus memegang kendali kuda erat-erat, sehingga kuda itu tidak bisa dilarikan dengan cepat. Selang sesaat beberapa pengejar itu sudah hampir dapat mengejar Kok Siauw Hong. Ternyata benar saja Kok Siauw

Hong akhirnya terkejar juga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang mendekat akan binasa!" teriak Kok Siauw Hong dari atas kudanya. Dua tentara Mongol mencoba menusuk dengan tombak mereka, tetapi dua tombak itu tertangkap oleh Kok Siauw Hong, sesudah itu Kok Siauw Hong menariknya dengan dihentakkan, kedua tentara Mongol itu tertarik, dan seketika itu terdengar suara jeritan. Seorang tentara Mongol terkena pukulan Kok Siauw Hong, dia terjungkal dari atas kudanya Seorang perwira Mongol bernama Taluwa maju menyerang Kok Siauw Hong dengan pedangnya Dia mahir memanah dan ilmu silatnya cukup tinggi. Dia juga pernah ikut Jenghis Khan menyerang ke beberapa negara tetanggabangsa Mongol. Atas keberanian dan kegagahannya itu dia diangkat sebagai pengawal kelas satu. Kali ini dialah pemimpin pasukan yang menghadang rombongan pembawa harta itu. "Hm! Kau harus mengenal kehebatan anak panahku!" kata Taluwa sambil tertawa. Dia membentangkan tali busurnya, tak lama tampak tiga halang anak panah menyambar cepat sekali ke arah Kok Siauw Hong. Sebatang anak panah itu berhasil dihindarkan oleh Kok Siauw Hong, dengan pedangnya anak panah yang kedua pun dia rontokkan. Namun, karena tenaga Kok Siauw Hong sudah banyak terkuras, dia gagal menangkis anak panah yang ke tiga, hingga anak panah itu menghajar kudanya. Kuda itu kesakitan dia meringkik keras lalu melompat. Kemudian kuda itu berlari kencang bagaikan kilat, hal ini membuat tubuh Kok Siauw Hong terpental ke atas kemudian jatuh melayang ke dalam lembah. Saat itu Kong-sun Po dan Ci Giok Phang sedang bertarung mati-matian melawan tentara Mongol. Tapi mereka selalu memperhatikan Kok Siauw Hong yang mereka lihat dipanah oleh Taluwa, dan terpental jatuh ke dalam jurang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka bertarung semakin sengit, dan berhasil merampas kuda tentara Mongol. Tapi untuk memburu ke arah Kok Siauw Hong mereka tak mampu keluar dari kepungan tentara Mongol. Sementara itujumlah anggota Kay-pang semakin berkurang saja, karena banyak yang binasa maupun terluka.

"Asalkan ada gunung masih hijau, jangan takut kekurangan kayu bakar!" teriak salah seorang anggota Kay-pang. "Di antara kita harus ada yang meloloskan diri untuk melaporkan kejadian yang terjadi di sini!" Terdengar Jen Thian Ngo mengeluh memilukan, kini dia berada dalam pengawalan Ci Giok Phang. Tak lama Jen Thian Ngo bersandar ke bahu anak muda itu. Mendengar keluhan Jen Thian Ngo tentu saja Ci Giok Phang terkejut. "Ada apa Jen Lo-cian-pwee?" kata Giok Phang. Jen Thian Ngo berpura-pura lukanya semakin parah, dia membuat napasnya memburu dan samar-samar menjawab hingga Ci Giok Phang tidak bisa mendengar jelas katakatanya. Ci Giok Phang khawatir Jen Thian Ngo terpanah oleh musuh. Tetapi sesudah ada anggota Kay-pang yang memberitahu bahwa Jen Thian Ngo tidak terpanah, hati Ci Giok Phang jadi lega. Ketika Kok Siauw Hong terpanah dan jatuh ke dalam lembah, Ci Giok Phang ingin menolongnya, tetapi karena mendengar keluhan Jen Thian Ngo tadi, dia membatalkan niatnya itu. Dia berpikir. "Aku wakil Jen Lo-cian-pwee, kamilah yang memimpin para anggota Kay-pang mengawal harta. Sekarang Jen Thian Nngo terluka parah, maka akulah yang harus memikul tanggung jawab ini!" pikir Ci Giok Phang. Ketika dia mendengar teriakan anggota pengemis yang mengatakan "jika masih ada gunung yang hijau, jangan takut kekurangan kayu", Ci Giok Phang berpendapat kata-kata itu benar. Dia berpikir harus ada yang bisa kembali ke markas

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cabang Kay-pang untuk melaporkan kejadian di tempat itu. Selain itu Ci Giok Phang pun masih harus melindungi para anggota Kay-pang yang belum terluka, serta berusaha agar mereka bisa meloloskan diri dari kepungan musuh. Sedang tugas lainnya, dia menerima pesan Kok Siauw Hong harus melindungi Jen Thian Ngo, apapun yang terjadi. "Kok Siauw Hong terjatuh ke dalam lembah," pikir Ci Giok Phang, "kemungkinan masih hidup pun kecil. Jika aku ke sana dan menemukan mayatnya, tetap tidak ada gunanya! Benar dia calon suami adikku, tetapi mana boleh demi dia seorang aku mengabaikan nyawa orang banyak?" Tadi Kok Siauw Hong melarikan kudanya dengan mengambil jalan yang menuju ke markas para pejuang. Tetapi karena jalan itu sudah dijaga ketat oleh tentara Mongol, akhirnya Kok Siauw Hong menemui ajalnya di lembah yang dalam itu. Sekarang, jika Ci Giok Phang ingin menyelamatkan

anggota Kay-pang yang masih hidup, salah seorang harus bisa lolos untuk memberi laporan, dengan mengambil jalan lain yang berlawanan dengan jalan yang ditempuh oleh Kok Siauw Hong. Sesudah berpikir sejenak sambil menangkis setiap serangan tentara Mongol, Ci Giok Phang berseru. "Kita harus menerjang keluar dari kepungan musuh!" teriak Ci Giok Phang. Mendengar seruan itu Kong-sun Po langsung maju ke depan, dia membuka payung besinya untuk menjaga serangan anak panah dari tentara Mongol. Sesudah itu disusul oleh Ci Giok Phang, Kiong Mi Yun dan sisa anggota Kay-pang ikut maju menyerang. Di pihak musuh tentara Mongol sudah berhasil merampas kereta harta. Dengan demikian tujuan utama mereka telah berhasil. Maka itu sekarang mereka tidak berniat bertarung mati-matian seperti tadi. Namun, See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek ingin sekali membunuh Kong-sun Po dan Ci Giok Phang. Tapi sayang karena mereka telah terluka parah, saat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po dan kawan-kawannya menerjang keluar kepungan, mereka tidak berani menghalanginya Demikian pula tentara Mongol, mereka pun tidak merintanginya. Tidak heran kalau Kong-sun Po dan kawan-kawannya mampu menerobos keluar dari kepungan tentara Mongol. Sesudah itu mereka berlari kencang beberapa lamanya tidak ada yang mengejar mereka menghentikan lari mereka. Jen Thian Ngo yang dipondong oleh Ci Giok Phang diletakan di suatu tempat. Jen Thian Ngo sangat pandai berpura-pura, saat itu dia kelihatan seperti orang yang terluka parah, sehingga baik Kong-sun Po maupun Ci Giok Phang jadi merasa kasihan. Mereka tidak mengira kalau itu hanya tipuan belaka. Ci Giok Phang segera memberi sebuah pil pada Jen Thian Ngo, sedang Kong-sun Po membantu menyembuhkannya dengan tenaga dalamnya. Selang sesaat Jen Thian Ngo purapura siuman. Dia memuntahkan darah segar dan kental. Kemudian duduk, tidak lama dia berkata menyalahkan Ci Giok Phang dan Kong-sun Po. 'Sudah kubilang kalian jangan mempedulikan aku, mengapa kalian tidak menurut? Di mana Kok Siauw Hong? Di mana dia? Aakh, demi aku dia... Jika terjadi sesuatu atas dirinya, bagaimana aku masih punya muka menemu ibunya?" keluh Jen Thian Ngo. Mendengar makian itu Ci Giok Phang jadi pilu. "Oh, bagaimana jika Jen Lo-cian-pwee tahu Kok Siauw

Hong telah binasa?" pikir Ci Giok Phang. Terpaksa Ci Giok Phang membohongi Jen Thian Ngo. "Legakan hatimu, Lo Cian-pwee, Saudara Kok lolos dari kepungan musuh..." kata Ci Giok Phang. Kelihatan Jen Thian Ngo tidak percaya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau dia berhasil keluar dari kepungan musuh, kenapa dia tidak bersama-sama dengan kalian?" kata Jen Thian Ngo. "Dia berpisah dengan kami karena akan pergi ke markas para pejuang," kata Ci Giok Phang membohongi Jen Thian Ngo, "sedangkan kami membawa Lo-cian-pwee ke markas cabang Kay-pang di Lok-yang. Kami akan melapor pada ketua Kay-pang mengenai apa yang telah terjadi atas harta yang kita kawal itu. Mudah-mudahan saja Kok Siauw Hong sampai ke markas para pejuang dan berhasil membawa bala-bantuan ke mari. Dia menunggang kuda istimewa aku yakin tentara Mongol tidak akan mampu mengejar dia!" Jen Thian Ngo menarik napas lega sambil menggelengkan kepalanya dan berkata. "Tetapi hati ku tetap tidak tenang," kata Jen Thian Ngo. "Dia hanya seorang diri menerjang keluar dari kepungan musuh, entah dia selamat atau tidak, masih teka-teki! Kecuali kalian menemukan dia dan membawanya menemuiku, baru hatiku bisa tenang!" "Pasti dia akan kami cari, tetapi sekarang kau dalam keadaan terluka parah. Setelah Lo Cian-pwee sembuh, baru kami akan cari dia!" kata Ci Giok Phang. "Aah, gara-gara aku yang bodoh," keluh Jen Thian Ngo, "aku malah jadi menyusahkan Kok Siauw Hong, juga merepotkan kalian! Cepat kau ke markas Kay-pang, kalian jangan repot-repot mengurus aku!" "Tidak bisa Lo-cian-pwee," kata Giok Phang. Saat Jen Thian Ngo akan menunjukkan wajah pura-pura kecewa tiba-tiba terdengar derap kaki kuda yang ramai. Buruburu Ci Giok Phang memapah Jen Thian Ngo untuk bersembunyi, begitu juga Kong-sun Po dan yang lainnya. Tetapi setelah tentara Mongol itu lewat menuju ke selatan, baru mereka menarik napas lega. Ci Giok Phang mengira

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tentara Mongol itu sedang mengejar mereka. Tiba-tiba Kongsun Po berseru. "Celaka!"

"Apa yang celaka?" tanya Kiong Mi Yun. "Pasukan Mongol itu menuju ke Selatan, mungkin kota Lokyang sudah jatuh ke tangan mereka?" kata Kong-sun Po. Saat mereka meninggalkan Lok-yang justru kota itu dalam bahaya. Sekarang sudah lewat seminggu, jika Lok-yang jatuh ke tangan musuh memang tidak mengherankan. "Baru saja jalur jalan ini dilewati angkatan perang besar Mongol, mungkin masih ada pasukan Mongol yang akan lewat di sini! Jika kita mengambil jalan ini kita akan bertemu dengan musuh, dan pasti kita akan menghadapi badai besar. Lebih baik, biar aku dulu yang pergi menyelidiki situasinya!" kata C i Giok Phang. "Baik, kau pergilah. Biar aku yang menjaga Jen Lo Cianpwee, legakan hatimu!" kata Kong-sun Po. Karena mereka harus menjaga Jen Thian Ngo terpaksa malam itu Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun bermalam di hutan. Malam itu Kong-sun Po tetap mengobati Jen Thian Ngo dengan lwee-kangnya. Ini tentu membuat Jen Thian Ngo girang, karena tenaga dalam Kong-sun Po sangat bermanfaat baginya. Keesokan harinya... Ci Giok Phang kembali menemui mereka, bersamanya ikut seorang pengemis tua, salah satu hiang-cu di markas cabang Kay-pang di Lok-yang. Melihat pengemis tua itu Jen Thian Ngo langsung bertanya. "Bagaimana keadaan Lok-yang?" "Aaah, tiga hari yang lalu kota Lok-yang jatuh ke tangan

musuh!" kata pengemis itu. "Aku tidak mengira Jen Lo Cian

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pwee juga terluka parah di sini, oh jadi harus bagaimana baiknya?" "Bagaimana keadaan Liok Pang-cu dan Lauw Hiang-cu?" "Lauw Hiang-cu tewas saat pintu kota didobrak musuh, sedangkan Liok Pang-cu memimpin anggota Kay-pang menerjang keluar kota. Barangkali sekarang mereka sedang bersiap-siap menyeberangi sungai Huang-hoo untuk bergabung dengan Bu-lim Beng-cu Liu Li-hiap!" kata pengemis itu. Sekalipun Kong-sun Po, Ci Giok Phang dan Kiong Mi Yun baru bertemu sekali, mereka tahu Lauw Kan Lu sangat gagah. Tak heran mereka jadi berduka mendengar orang she Lauw itu telah binasa,

"Aku mendapat perintah dari Pang-cu untuk menghubungi kalian," kata pengemis tua itu. "Di tengah jalan aku mendapat keterangan...." Dia tidak meneruskan kata-katanya tapi mengawasi ke arah Jen Thian Ngo. "Bagaimana keadaan lukamu, Lo Cian-pwee?" "Jangan hiraukan lukaku," kata Jen Thian Ngo, lebih baik pikirkan masalah yang lebih besar. Harta kita telah dirampok musuh dan kota Lok-yang sudah jatuh. Kau malah bilang harus bagaimana?" "Menurutku sebaiknya kita bergabung saja dengan Liu Beng-cu!" kata Ci Giok Phang. Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun masih ingat pada nasihat Han Pwee Eng agar mereka bergabung dengan Bu-lim Bengcu Liu CengYauw. "Benar, hanya itu satu-satunya jalan yang harus kita tempuh!" kata Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. "Jika kita semua pergi dari sini, bagaimana nasib Kok Siauw Hong? Apa kita tidak mempedulikan tentang mati hidupnya dia?" kata Jen Thian Ngo mengeluh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hari itu dalam pertempuran Ci Giok Phang melihat sendiri bagaimana Kok Siauw Hong terpental dari kudanya, setelah dipanah oleh Taluwa, kemudian jatuh ke dalam lembah. Dia kira Kok Siauw Hong pasti mati, dan tidak mengira Jen Thian Ngo akan bicara begitu. Dia tidak berani berterus-terang, karena itu dia jadi bingung untuk memberi jawaban. "Pokoknya harus ada seorang yang tetap di sini untuk menyelidki keadaan Kok Siauw Hong, yang lain boleh pergi! Biar aku tetap di sini!" kata Jen Thian Ngo. Kata-kata Jen Thian Ngo seperti bersungguh-sungguh mengkhawatirkan keadaan keponakannya, tetapi sebenarnya di balik kata-katanya itu, dia ingin segera menemui Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya, dua konconya itu. Dia akan membagi harta rampokan itu. Itu sebabnya dia membuat alasan akan tinggal di situ, setelah semua pergi dia akan menyusul kedua Iblis Tua itu. "Jen Lo Cian-pwee, ini.. ..ini... " kata-kata Ci Giok Phang tersendat-sendat. "Apa maksudmu? Cepat katakan! Apa kau pikir aku ini sudah tidak berguna lagi?" kata Jen Thian Ngo sambil mengerutkan dahinya "Kau masih dalam keadaan terluka parah, biar aku saja yang mewakilimu mencari Saudara Kok..." kata Ci Giok Phang. Tentu saja Jen Thian Ngo tidak setuju pada usul itu, malah dia berpikir.

"Sandiwara ini sudah berakhir sampai di sini, sekarang aku tidak perlu berpura-pura lagi," pikir Jen Thian Ngo. "Hm! Kau jangan mencemaskan tulang tuaku. Walau aku sudah tua tidak berguna tetapi setelah diobati oleh Kong-sun Po, aku tidak akan mati. Kedua Iblis Tua itu juga sudah terluka. Jika mereka bertemu denganku, aku masih sanggup melawannya!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah berkata begitu dia dorong Ci Giok Phang. Tentu Ci Giok Phang terperanjat saat merasakan tenaga Jen Thian Ngo yang keras. "Oh, kiranya kau telah pulih," kata Ci Giok Phang. Jen Thian Ngo tertawa. "Semua ini atas bantuan Kong-sun Po. Kong-sun Po telah mengorbankan lwee-kangnya sendiri untuk mengobati Jen Thian Ngo. Tetapi dia tidak mengira kalau luka Jen Thian Ngo akan begitu cepat pulihnya. "Lo Cian-pwee, kau terlalu memujiku," kata Kong-sun Po. "Jika bukan karena lwee-kang Lo Cian-pwee yang tinggi, pasti pulihnya tidak akan secepat itu!" Jen Thian Ngo manggut. "Nah, kalau begitu kalian boleh pergi dengan hati lega" kata Jen Thian Ngo. "Baiklah," kata Ci Giok Hian. "Tapi Lo Cian-pwee, jika adikku Giok Hian datang, tolong suruh dia pergi ke tempat Bulim Beng-cu! Aku tidak tahu apa dia sudah pulang ke Pek-hoakok, atau pergi mencari Kok Siauw Hong?" kata Ci Giok Phang. "Khabar buruk mengenai kematian Siauw Hong tetap harus aku rahasiakan, baik pada Jen Thian Ngo maupun pada adikku Giok Hian. Aku tidak mau kehilangan adikku!" pikir Ci Giok Phang. "Baik," kata Jen Thian Ngo. "Aku kira mereka pasangan yang serasi. Saat aku mencari Kok Siauw Hong, tentu aku juga akan mencari adikmu! Legakanlah hatimu!" Berangkatlah rombongan Ci Giok Phang. Setelah berada sendirian Jen Thian Ngo tertawa terbahak-bahak. "Dasar bodoh, aku akan pergi mencari Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya untuk meminta bagianku!" kata Jen Thian Ngo seorang diri. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dikisahkan Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen melanjutkan

perjalanan mereka. Tetapi sayang arah perjalanan mereka salah, tidak heran jika mereka tidak bertemu dengan Ci Giok Phang. Sikap Seng Liong Sen selama dalam perjalanan terhadap nona Ci sopan sekali. Di sepanjang perjalanan mereka tidak pernah membicarakan masalah pribadi. Ci Giok Hian sadar pemuda itu jatuh cinta kepadanya. Sekalipun demikian Ci Giok Hian merasa puas karena pemuda itu selain sopan juga ramah terhadapnya. Saat mereka mendekati gunung Ciak-lo-san, mereka tidak melihat rombongan siapa pun, termasuk rombongan para pengemis yang mengantar harta karun itu. Ci Giok Hian mengira pasti ada sesuatu yang tidak beres. Ci Giok Hian mengajak Seng Liong Sen untuk menemui pemimpin pejuang bangsa yang bermarkas di gunung itu. Pemimpin pejuang itu bernama Bong Cian (Mong Cian, Red). Begitu bertemu dan memberi hormat Ci Giok Hian memberi penjelasan maksud kedatangannya. Sesudah mendengar penjelasan dari Ci Giok Hian kelihatan pemimpin pejuang itu keheranan. "Ada rombongan pembawa sumbangan, ah aku malah baru sekarang mendengarnya?" kata Bong Cian. "Kay-pang mengantar harta sumbangan dari Nona Han, puteri Han Tay Hiong untuk para pejuang," kata Ci Giok Hian menjelaskan. "Itu benar sekali! Hari itu aku dengar murid Jen Thian Ngo yang bernama Ih Hoa Liong berkata pada Chu Kiu Sek, harta itu sudah dibawa dua hari yang lalu, jadi sampai sekarang sudah delapan hari!" Bong Cian mengerutkan dahinya. "Kalau begitu hari ini harta itu harus sudah sampai di sini" kata Bong Cian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Tetapi sayangnya aku dengar pembicaraan muridnya dengan Chu Kiu Sek, mereka akan merampok harta itu! Malah katanya Jen Thian Ngo justru bersekongkol dengan musuh!" kata Ci Giok Hian lebih jauh. Mendengar keterangan itu Bong Cian tertegun. "Beberapa hari ini keadaan sangat kacau, maka itu aku juga telah mengutus beberapa orang untuk menyelidiki keadaan, tetapi mereka bilang mereka tidak pernah bertemu dengan rombongan manapun termasuk rombongan para pengemis yang Nona katakan itu. Malah pasukan Mongol pun tidak bertemu dengan orang-orang yang kuutus mencari keterangan itu!" kata Bong Cian. Baru saja Bong Cian selesai bicara muncul anak buahnya melapor.

"Kemarin di mulut lembah Ceng Liong muncul pasukan Mongol, malah terdengar suara pertempuran hebat!" kata si pelapor. "Apa?" kata Bong Cian. "Jadi benar dugaan Nona Ci bahwa Jen Thian Ngo telah mengubah rute perjalanan harta itu. Jalan di tempat itu selain sempit dan curam juga sangat berbahaya. Jarang orang yang mau lewat jalan itu! Jelas ini kemauan Jen Thian Ngo yang hendak merampas harta itu" kata Bong Cian. Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen tersentak kaget. "Hari ini banyak pasukan Mongol melewati jalan sempit itu, sedangkan jalan rayanya sudah tidak bisa dilalui lagi, itu berarti Lok-yang telah jatuh ke tangan musuh!" kata si pelapor. Mendengar laporan itu Bong Cian kaget bukan kepalang. Dia pemimpin pejuang di wilayah Ciak-lo-san, maka itu dia harus waspada terhadap serangan tentara Mongol. "Kami harus segera mundur ke hutan, setelah keadaan aman baru kami akan mengutus orang untuk melakukan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penyelidikan," kata Bong Cian pada Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen. Setelah mendengar berita itu mau rasanya Ci Giok Hian terbang ke lembah Ceng Liong untuk membantu kakaknya. Maka itu mereka buru-buru pamit. "Kalian mau ke mana?" tanya Bong Cian. "Aku akan ke lembah Ceng Liong untuk melihat keadaan di sana!" jawab Ci Giok Hian. Mendengar jawaban itu Bong Cian kaget bukan kepalang. "Mana bisa kalian ke sana, di sana banyak tentara Mongol!" kata Bong Cian. "Jumlah mereka banyak sekali!" "Jangan khawatir kami akan berhati-hati," kata Ci Giok Hian. "Kakak Nona ini juga ada di sana," kata Seng Liong Sen ikut bicara. "Dia diminta oleh Jen Thian Ngo untuk membantu mengawal harta itu!" "Aku harus mencari Kakakku, apakah dia selamat atau tidak. Maka itu aku harus buru-buru ke sana, jika tidak bagaimana aku bisa tenang?" kata Ci Giok Hian. "Kalau begitu baiklah," kata Bong Cian. Dia membiarkan mereka pergi. Keduanya segera meninggalkan tempat itu menuju ke lembah Ceng Liong. Di tengah jalan Ci Giok Hian berkata pada kawan seperjalanannya. "Seng Toa-ko, kau mau menemani sampai di sini, aku senang sekali." kata Ci Giok Hian. "Aku sudah mengetahui

pasti di mana Kakakku berada, maka kau harus segera ke Kang-lam untuk melapor pada Gurumu. Aku tidak ingin merepotkan kau lagi, biar aku pergi sendirian saja!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Ci, aku tahu maksudmu! Kau tak ingin aku menghadapi bahaya, kan?" kata Seng Liong Sen sambil menatap ke arah nona Ci. "Benar," kata Ci Giok Hian sambil manggut. "Tugasmu sangat berat....." Tetapi Seng Liong Sen memutuskan kata-kata si nona. "Nona Ci, terima kasih atas perhatianmu padaku," kata Liong Sen. "Tapi tidak bolehkah aku memikirkan kepentinganmu? Kau seorang gadis, jika kau sendirian mau ke sana, bagaimana hatiku bisa tenang? Kita kawan baik, maka itu aku harus pergi bersamamu sekalipun harus menghadapi bahaya maut! Kecuali jika kau anggap aku bukan sahabatmu. Tapi jika kau anggap aku sahabatmu mari kita pergi bersamasama!" Mendengar ucapan itu hati nona Ci jadi terharu sekali.tanpa sadar dia meneteskan air matanya. "Seng Toa-ko, kau sangat baik kepadaku tetapi aku tidak bisa membalas kebaikanmu itu!" kata Ci Giok Hian. "Jika aku mengharapkan kebaikanmu, maka aku bukan termasuk sahabatmu lagi Nona Ci!" kata Seng Liong Sen dengan gagah. "Jika kau berpandangan begitu, kau telah meremehkan aku! Seng Liong Sen ini cerdas. Saat dia mendengar ucapan gadis itu, dia langsung tahu maksud gadis itu, nona Ci ingin mengatakan bahwa di hatinya telah ada pria lain. Dia langsung berpikir. "Jika ada kemauan dan tidak mudah putus asa, besi pun bisa diasah menjadi sebatang jarum. Saat ini aku belum bisa bersaing dengan pemuda idaman nona ini, tetapi kini paling tidak di hati gadis ini sekalipun sedikit sudah ada bayanganku?" pikir Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu Ci Giok Hian tidak mencegah lagi, mereka berjalan bersama-sama menuju ke lembah Ceng Liong sesuai petunjuk dari anak buah Bong Cian. Begitu mereka sampai keadaan di lembah Ceng-liong tampak sepi. Jangankan pasukan Mongol atau pertempuran hebat, keadaan di sana sungguh sunyi sekali.

Padahal sudah ada niat mereka, begitu sampai mereka akan langsung bertarung melawan pasukan Mongol. Tetapi jangankan pasukan Mongol, rakyat dan orang biasa pun tidak mereka temui. Rupanya tentara Mongol hanya lewat saja di tempat itu, dan sekarang entah sudah ada di mana mereka itu. Memang di tempat itu mereka menemukan banyak noda darah dan bekas pertarungan hebat. Selain itu mereka juga melihat banyak mayat tentara Mongol yang tergeletak di sana.Dengan perasaan tegang dan menahan bau mayat Ci Giok Hian memperhatikan mayat-mayat itu. Dia pikir siapa tahu di antara mayat itu terdapat mayat kakaknya. Namun untung dia tidak menemukannya "Hai, di sana seperti ada orang!" kata Seng Liong Sen pada Ci Giok Hian. Ketika diperhatikan Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen mendengar suara rintihan orang. Suaranya sangat lirih. Mereka berlari ke arah suara rintihan itu. Mereka menemukan seseorang berada dalam semak. Orang itu terluka parah. Baik di tubuh dan tangan orang itu masih menancap anak panah. Orang itu sedang merangkak dan mencoba keluar dari dalam semak. Seng Liong Sen menolongi orang itu, dia cabut anak panah yang ada di tangan dan tubuhnya lalu diberi obat bubuk yang dia bawa. Sesudah itu orang itu bertanya lirih. "Siapa kalian, tak perlu kalian tolongi aku, aku merasa tidak akan bisa hidup lebih lama lagi..." kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku Nona Ci, Kakakku bernama Ci Giok Phang, istirahatlah," kata Ci Giok Hian. "Oh, kiranya kau adik Tuan Ci, tolong kau sampaikan pada Ketua Kay-pang harta yang kami kawal telah dirampok oleh Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya yang dibantu tentara Mongol...." kata orang itu. "Jen Thian Ngo pun terlukaparah...." "Sudahlah, aku tahu semua itu," kata nona Ci. Dia sudah tahu akal Jen Thian Ngo yang hendak berpurapura melindungi harta itu dari tangan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Semua itu sudah dia duga sejak awal. Orang itu manggut-manggut. "Legakan saja hatimu," kata Ci Giok Hian. Tiba-tiba orang itu melengak dan pingsan. Kelihatan dia puas setelah bertemu dengan orang yang mungkin bisa menyampaikan laporannya pada ketua Kay-pang. Itu sebabnya karena terlalu banyak buang tenaga akhirnya dia pingsan.

Melihat orang itu pingsan Seng Liong Sen kaget, dia segera memeriksa jalan darah Hong-hu-hiat orang itu, kemudian dia kerahkan lwee-kangnya untuk menolongi orang itu. Usaha itu berhasil, namun Seng Liong Sen mengira orang itu tidak akan bertahan lama. "Nona Ci, cepat tanyakan padanya di mana Kakakmu berada?" kata Liong Sen. "Kau mengenal Ci Giok Phang, kan? Di mana sekarang dia berada?" kata nona Ci pada orang itu. "Dia.. .Dia selamat, sambil mendukung Jen Thian Ngo dia berhasil meloloskan diri dari bahaya!" kata orang itu. Bukan main girangnya Ci Giok Hian saat itu, lalu dia bertanya lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masih ada seorang lagi, dia bernama Kok Siauw Hong, bagaimana keadaan dia?" tanya Ci Giok Hian. Orang itu menjawab tetapi sayang suaranya semakin lemah hingga hampir tidak terdengar oleh Ci Giok Hian. "Dia datang bersama seorang pemuda dan seorang nona," kata orang itu dengan suara perlahan, "sayang Kok Siauw-hiap terkena panah musuh dan binasa! Sedang pemuda dan nona itu selamat dan berhasil menerjang keluar dari kepungan tentara Mongol...." Orang ini hanya kenal Kok Siauw Hong dan tidak kenal Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Mendengar khabar itu tubuh Ci Giok Hian goyah hampir roboh. Seng Liong Sen kaget segera dia menyanggah tubuh nona Ci hingga tidak sampai terjungkal ke tanah. "Benarkah itu?" menegaskan nona Ci pada orang itu. "Orang yang memanah Kok Siauw-hiap bernama Taluwa!" jawab orang itu. Taluwa perwira Mongol yang sangat terkenal dalam memanah. Dia pernah bertarung melawan anggota Kay-pang, sehingga orang itu tahu nama orang yang memanah Kok Siauw Hong. Saat Seng Liong Sen menahan tubuh Ci Giok Hian yang hampir roboh, tenaga dalamnya tidak tersalur lagi ke tubuh orang itu. Tak heran setelah memberitahukan nama panglima yang memanah Kok Siauw Hong orang itu pun roboh. Begitu mendengar keterangan orang itu Ci Giok Hian pingsan dalam rangkulan Seng Liong Sen. Pemuda itu kaget juga girang. "Dia tidak pernah menyebut nama Kok Siauw Hong, saat orang itu mengatakan Kok Siauw Hong tewas terpanah oleh Taluwa dia pingsan. Itu berarti kekasih nona Ci adalah Kok Siauw Hong!" pikir Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun Seng Liong Sen murid perguruan lurus, namun sejak kecil dia berada dekat dengan Beng Cit Nio maupun Seng Cap-si Kouw. Tentu saja sifat jahat kedua wanita itu sedikitnya menempel juga pada pemuda ini. Maka itu ketika nona Ci tak sadar dan jatuh ke pelukannya dia girang sekali. Selang beberapa saat Ci Giok Hian sadar dari pingsannya. Saat nona Ci belum sadar benar dia merasakan ada sepasang tangan yang kuat memeluk tubuhnya, maka dia berteriak. "Siauw Hong! Siauw Hong!" kata nona Ci. Mendengar nona Ci memanggil-manggil nama Kok Siauw Hong, timbul rasa cemburu di hati Seng Liong Sen. Tetapi tiba-tiba pemuda itu terkejut bukan main. "Ah, keterlaluan! Kok Siauw Hong mati terpanah oleh musuh tetapi aku tidak ikut bersimpati malah cemburu. Kalau begitu aku ini orang yang bertabiat rendah. Aah, selama ini aku selalu berbuat jujur, mengapa aku jadi berubah? Oh, aku sungguh tidak tahu malu, cemburu pada orang yang telah meninggal!" pikir Seng Liong Sen. Dalam dada Seng Liong Sen timbul pergumulan antara yang baik dan buruk. Tentu saja ini membuat pemuda itu merinding, akhirnya kesadarannya jernih kembali. Sesudah itu dia tepuk bahu Ci Giok Hian serta berkata dengan suara lembut. "Nona Ci ini aku bukan Siauw Hong! Sadarlah nona!" kata Liong Sen. Bayangan Kok Siauw Hong di depan mata Ci Giok Hian dalam sekejap sirna, sekarang nona Ci sadar saat itu dia berada di pelukan pemuda lain. Hatinyajadi pedih sekali. "Aaah, kiranya kau bukan Siauw Hong... Sulit rasanya aku bisa bertemu lagi dengannya..." kata Ci Giok Hian lirih. Tahu kalau dia sedang ada dalam pelukan Seng Liong Sen nona Ci jadi malu sekali. Tiba-tiba dia membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lepas.. .Lepaskan aku!" kata Ci Giok Hian. Seng Liong Sen dengan lembut memapah nona Ci ke bawah sebuah pohon, sesudah nona itu didudukkan dia berkata lembut. "Nona Ci, orang yang telah meninggal tidak akan bisa hidup kembali. Tetapi kita yang masih hidup harus berusaha agar tetap hidup untuk menuntut balas bagi orang yang telah

meninggal. Kau juga harus menjaga kesehatanmu, Nona!" kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian seorang gadis yang pembawaannya tenang, tetapi kali ini karena pukulan atas batinnya terlalu berat, hingga membuat dia tidak tahan. Dia buka matanya menatap dengan kosong, lalu mengawasi ke arah Seng Liong Sen. Selang sesaat baru dia bicara. "Ucapanmu benar," kata nona Ci, "aku memang harus menuntut balas. Tetapi entah bagaimana caranya aku harus menuntut balas?" Seng Liong Sen menatapnya. "Nona Ci kuucapkan terima kasih padamu karena kau telah menganggap aku sahabatmu, masalahmu juga sekarang menjadi masalahku. Aku akan membantumu sekuat tenagaku. Tetapi ini bukan dendam pribadi, karena sekalipun kau berhasil membunuh Taluwa, namun itu tidak terhitung telah menuntut balas!" kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian mengangguk. "Kau benar, musuh kita adalah bangsa Mongol!" kata Ci Giok Hian. "Untuk mengatur rencana, lebih dulu kita harus mencari tempat untuk meneduh," kata Seng Liong Sen. "Sesudah itu baru kita susun sebuah rencana untuk menuntut balas!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yaah, kini aku tidak punya ide apa pun. Menurutmu kita mau ke mana?" kata Ci Giok Hian sambil mengeluh. Saat itu tiba-tiba terdengar ringkikan suara kuda tak lama kelihatan dua ekor kuda berlari ke arah mereka. Ci Giok Hian mengira itu tentara Mongol, dia segera bangkit sekaligus menghunus pedangnya sambil membentak sengit. "Kebetulan kalian datang! Sebelum aku membalas dendam yang besar lebih baik yang kecil dulu!" kata Ci Giok Hian. Kedua ekor kuda itu tersentak mendadak berhenti. Ternyata penunggang kuda itu orang Han. Mereka berdua segera melompat dari atas kuda. "Eh, bukankah kau ini Nona Ci?" kata salah seorang dari mereka. "Kau mau membalas dendam apa?" Mata nona Ci terbelalak. "Oh, ternyata kau Paman Yo dan Paman Tu!" kata Ci Giok Hian kaget dan girang. "Aku kira tadi kalian berdua orang Mongol!" Dua orang itu memang anak buah Bu-lim Beng-cu Liu Ceng Yauw, yang satu bernama Yo Kuang dan seorang lagi bernama Tu Hok. Ketika Kok Siauw Hong bertarung melawan Kim-to Lui

Piauw di Lembah Pek-hoa-kok, Tu Hok dan Yo Kuang yang melerai pertarungan itu. Lalu sambil menunjukkan panah Lioklim waktu itu mereka mengundang semua orang yang ada di Pek-hoa-kok untuk bersama-sama menemui Bu-lim Beng-cu Liu Ceng Yauw. Itu sebabnya Ci Giok Hian jadi kenal pada kedua orang Han itu. Seng Liong Sen pun pernah datang ke tempat Bu-lim Bengcu Liu Ceng Yauw, dan bertemu dengan kedua orang itu. Seng Liong Sen langsung bertanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada urusan apa Paman berdua datang ke Lok-yang hari ini?" kata Liong Sen. "Seng Siauw-hiap kebetulan kau ada di sini," kata Yo Kuang. "Terus terang aku ke mari justru sedang mencarimu!" "Nona Ci ternyata kau kenal Seng Siauw-hiap, tetapi entah di mana Kok Siauw Hong berada. Apa kau tahu?" kata Tu Hok. Tentang putusnya pertundangan antara Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong mereka berdua tahu, itu gara-gara pemuda she Kok mencintai nona Ci. Tetapi mereka heran sekarang Ci Giok Hian berjalan bersama Seng Liong Sen. Mendengar pertanyaan Tu Hok itu nona Ci tidak tahan untuk tidak menangis. "Siauw Hong.... Dia... .Dia...." "Dia telah meninggal," Seng Liong Sen meneruskan katakata Ci Giok Hian yang tidak tuntas. Mendengar keterangan itu Yo Kuang dan Tu Hok terperanjat bukan kepalang. "Apa? Kok Siauw Hong meninggal? Apa dia meninggal dalam pertarungan kemarin di lembah Ceng Liong?" kata Tu Hok. Seng Liong Sen mengelah napas panjang, dia kelihatan sangat terharu. "Ini kejadian di luar dugaan," kata Yo Kuang. "Coba saja kalian bayangkan, Jen Thian Ngo yang terkenal sebagai tokoh tua Persilatan, justru bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Mereka merampok harta yang akan disumbangkan untuk para pejuang yang dikawal oleh Kaypang. Malah dia juga telah mencelakakan Kok Siauw Hong, keponakannya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen lalu menceritakan apa yang diketahuinya

dari Ci Giok Hian, sekalipun sedang berduka nona Ci ikut mmberi penjelasan. Kelihatan Yo Kuang gusar bukan kepalang. "Kejadian ini telah membuka kedok kejahatan Jen Thian Ngo!" kata Yo Kuan. "Kejadian ini ada buruknya tetapi juga ada baiknya. Kami pasti tidak akan melepaskan Jen Thian Ngo! Tetapi saat ini kita harus kesampingkan dulu masalah itu, karena aku akan bicara masalah kita!" "Benar, justru aku ingin bertanya pada Paman berdua, ada apa kalian ke mari?" kata Liong Sen. "Kami datang untuk mencari keterangan tentang kota Lokyang, sekalian akan mencari Han Tay Hiong untuk mengadakan hubungan dengannya!" kata Yo Kuang. Seng Liong Sen sejak pergi dari tempat Kouw-kouwnya, dia sudah tidak mengetahui lagi perkembangan tentang Han Tay Hiong. Sebenarnya dia ingin menceritakan keadaan Han Tay Hiong yang sudah menjadi orang cacat pada Yo Kuang. Tetapi Seng Liong Sen berpikir jika Tu Hok dan Yo Kuang menemukan Han Tay Hiong yang sudah cacat, itu pasti sudah tidak ada gunanya. Ditambah lagi jika dia menceritakannya pasti kedua orang ini akan bentrok dengan kedua kouwkouwnya. Oleh karena itu dia tidak banyak cerita, dan hanya menceritakan bahwa rumah Han Tay Hiong musnah terbakar. Mendengar keterangan itu Tu Hok menghela napas panjang. "Tidak disangka, Han Lo Eng-hiong bisa mengalami kejadian seperti itu? Mudah-mudahan dia selamat! Baik, mari kita bicara mengenai masalahmu!" kata Tu Hok. "Kenapa Paman mencariku?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan kami yang mencarimu, tetapi gurumu yang meminta agar kau segera kembali ke Kang-lam. Kami hanya menyampaikan pesan beliau saja!" kata Tu Hok. Seng Liong Sen terkejut. "Saat Suhu memberi tugas padaku dia tidak memberi batas waktu. Kenapa mendadak Suhu menyuruhku kembali? Apakah Kang-lam..." Seng Liong Sen tidak meneruskan kata-katanya. "Kau benar," kata Tu Hok sekarang api sudah menjalar ke Kang-lam!" Keterangan itu membuat Seng Liong Sen terperanjat. "Tentara Mongol baru menduduki Lok-yang, bagaimana bisa begitu cepat mereka sudah ada di daerah Kang-lam?" kata Seng Liong Sen. "Bukan! Bukan tentara Mongol yang ke Kang-lam, tetapi para pengkhianat yang akan menyambut kedatangan tentara

Mongol dari sebelah dalam. Sekarang para pengkhianat itu sudah berada di tepi sungai Tiang-kang (Cang-ciang), mereka dipimpin oleh See Thian Cin!" kata Tu Hok. Mendengar keterangan itu Seng Liong Sen menarik napas lega "Oh, yang memimpin mereka See Thian Cin, kalau begitu tidak terlalu masalah," kata Seng Liong Sen. See Thian Cin dikenal sebagai pemimpin di Telaga Tayouw. Karena kejahatannya yang kelewat batas itu dia diusir oleh Ong Kan Teng, ketua tigabelas perkumpulan di Telaga Tay-ouw. Itu sebabnya Seng Liong Sen meremehkan orang itu. "Seng Siauw-hiap, kepandaian See Thian Cin tidak jauh berbeda dengan Ong Kan Teng, maka kau jangan menganggap remeh padanya," kata Yo Kuang serius. "Ditambah lagi baru-baru ini dia didukung oleh tentara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mongol. Dengan demikian dia mampu membeli kuda cukup banyak dan menarik para jago dari Rimba Hijau untuk bergabung dengannya. Aku dengan para jago dari Rimba Hijau itu menurut kepadanya. Tidak heran jika sekarang kekua-tannyajadi bertambah besar. Ada kemungkinan kekuatan dia sekarang sudah melebihi kekuatan Ong Kan Teng." Setelah mengawasi ke arah Seng Liong Sen, Yo Kuang melanjutkan keterangannya. "Kali ini dia memanfaatkan kesempatan saat pasukan Mongol sedang menyerang ke daerah Tiong-goan (Tiongkok), maka secara resmi dia menerima perintah dari perwira Mongol. Maka itu dia unjuk gigi dan berani melintasi daerah Ong Kan Teng. Tampaknya dia telah siap untuk menguasai Kang-lam!" kata Yo Kuang. "Walaupun pasukan Mongol masih jauh dari Kang-lam," Tu Hok menambahkan. "Namun sudah ada utusan Mongol di tempat See Thian Cin, maka itu sekalipun pasukan Mongol belum tiba, tetapi sudah berkeliaran mata-mata bangsa Mongol!" "Daerah perbatasan Lam Song (Song Selatan, Red) sudah mulai dikuasai oleh bangsa Mongol!" kata Yo Kuang menambahkan. "Rupanya pihak Mongol telah mengutus beberapa jenderal besarnya, mereka berpura-pura menghubungi pihak Lam Song untuk berdamai dan mengatakan ingin menyerbu ke daerah Kim (bangsa Tartar). Dngan alasan itu bangsa Mongol kini sudah mulai memasuki daerah Shan-lam, kemudian masuk ke daerah Coan-pak (Seecoan

Utara, red), itu berarti mereka menguasai daerah Lam Song!" kata Yo Kuang. Liong Sen mengangguk-angguk. "Celakanya pihak Lam Song tidak mengetahui pasukan Mongol menuju ke arah mana?" kata Yo Kuang lagi. "Mereka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya mengetahui bahwa pihak Mongol katanya ingin memusnahkan Kerajaan Kim, padahal sebaliknya justru ingin menghancurkan Kerajaan Song Selatan. Tidak heran jika para pejabat di Lam Song mulai was-was, malah sudah banyak pejabat yang mengungsi. Saat ini Song Selatan sangat lemah. Hanya para pejuang yang masih melawan tentara Mongol. Maka itu Suhumu sebagai Bu-lim Bengcu di daerah Kang-lam, secara tidak langsung beliau juga pemimpin para pejuang memikul beban yang tidak kecil!" Seng Liong Sen mengelah napas panjang. "Aaah, tidak kusangka hanya lewat beberapa bulan di daerah Kang-lam telah terjadi perubahan besar!" kata Seng Liong Sen "Saat kami akan pergi, datang Suhumu menemui Bu-lim Beng-cu Liu Ceng Yauw, mereka lalu berunding. Kemudian mereka menyuruh kami mencarimu dan memintanya agar segera kembali!" kata Yo Kuang. "Terima kasih pada Paman berdua," kata Liong Sen. "Keadaan Kang-lam sudah gawat, aku pasti akan segera kembali!" "Nah kalau begitu kami pamit, kami masih harus ke Ciak-losan," kata Yo Kuang. Keduanya lalu berangkat menuju ke Ciak-lo-san. Sesudah kedua orang itu pergi, Seng Liong Sen berkata pada Ci Giok Hian. "Nona Ci, bukankah rumahmu dekat kota Yang-cou?" kata Liong Sen. "Ya, dan tak jauh dari daerah Cai-ciok-ki," kata Giok Hian. "Kalau begitu, rumahmu pun tidak akan luput dari serangan

See Thian Cin, sebab dengan menyeberangi sungai Tiang

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kang, tidak jauh sudah tempat tinggalmu!" kata Seng Liong Sen.

Ci Giok Hian menghela napas panjang. "Rupanya bangsa Mongol ingin menguasai seluruh Tionggoan, tidak heran jika mereka pun akan menyerang Pek-hoakok!" kata Ci Giok Hian. Walau mulutnya berkata begitu hati Ci Giok Hian sebenarnya cemas bukan main, sebab Pek-hoa-kok tempat tinggal leluhurnya. Pemuda she Seng ini memanfaatkan kesempatan ini. Dia berkata dengan tenang. "Nona Ci, Kakakmu belum diketahui rimbanya, mungkin dalam waktu singkat sulit kita menemukannya," kata Seng Liong Sen. "Untung dia telah lolos dari bahaya, kelak kalian akan berkumpul kembali. Sementara kau belum tahu mau ke mana, bagaimana jika kita ke rumahmu untuk menyelidikinya Siapa tahu Pek-hoa-kok telah musnah di tangan musuh. Jika itu benar terjadi lebih baik kau ikut aku ke Kang-lam. Sesudah berhasil mengusir pasukan Mongol, aku pasti akan mengantarmu pulang. Jika kau ikut aku ke Kang-lam kau bisa menyumbangkan tenagamu yang berharga!" Sebenarnya Ci Giok Hian bukan tidak punya tujuan. Ke gunung Kim-kee-leng justru tujuan yang tepat. Di sana ada Liu Ceng Yauw dan di tempat ini mudah dia memperoleh keterangan keberadaan kakaknya. Tetapi dia merasa tidak enak kalau dia bertemu dengan kedua pelayan tua Han Tay Hiong. Mereka mungkin masih memusuhinya. Maka itu Ci Giok Hian enggan ke Kim-kee-leng. Ditambah lagi Ci Giok Hian juga rindu pada rumahnya. Maka setelah berpikir sejenak Ci Giok Hian akhirnya mengangguk. "Baiklah," kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bisa dibayangkan bertapa senangnya Seng Liong Sen ketika itu. Saat itu Ci Giok Hian mengira Kok Siauw Hong telah meninggal. Nona Ci menilai Seng Liong Sen sebagai pria sejati, mau tidak mau kesan baiknya terhadap pemuda ini bertambah. Rasa dukanya kehilangan Kok Siauw Hong lambat laun berkurang dan bergeser pada pemuda ini. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 30

Sebenarnya Kok Siauw Hong tidak terkena panah yang dilepaskan oleh Taluwa Yang benar anak panah itu mengenai kuda tunggangannya. Memang benar dia terpental dan jatuh ke dalam lembah yang cukup dalam. Kejadian itu dilihat oleh Ci Giok Phang dari jarak yang cukup jauh. Tidak heran jika Ci Giok Phang tidak melihatnya dengan jelas, dia mengira Kok Siauw Hong terpanah oleh Taluwa hingga jatuh ke dalam

lembah dan binasa di sana. Semula Kok Siauw Hong pun mengira dia akan binasa, tetapi karena kemauan hidupnya yang kuat membuat dia tidak putus asa Saat tubuhnya melayang ke dalam lembah, dia gunakan gerakan burung walet, hingga saat meluncur jatuh, kecepatannya jadi berkurang banyak sekali. Sungguh kebetulan saat jatuh tubuh Kok Siauw Hong tepat jatuh di tanah yang lembek, tidak heran tulang-tulangnya tidak patah atau remuk. Kok Siauw Hong langsung pingsan beberapa saat lamanya saat siuman ternyata dia tidak mengalami luka yang fatal. Segera dia duduk bersila untuk menghimpun tenaga dalamnya. Baru saja Kok Siauw Hong selesai menghimpun kekuatan dan tenaga dalamnya, dia mendengar suara hirukpikuk, disusul oleh derap kaki kuda yang semakin lama semakin menjauh dari tempat dia jatuh tersebut. Dia langsung menerka bahwa derap kaki kuda yang hiruk-pikuk itu pasti

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

derap kaki kuda angkatan perang Mongol yang sedang meninggalkan lembah Naga Hijau atau lembah Ceng Liong. Kok Siauw Hong mengelah napas panjang. "Ah, barangkali harta Paman Han itu sudah diangkut oleh tentara Mongol. Mudah-mudahan Paman Jen dan Ci Giok Phang bisa meloloskan diri dari kepungan musuh! Aku kira derap kaki kuda itu menuju ke arah Barat, kenapa mereka tidak kembali ke arah Lok-yang?" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah itu Kok Siauw Hong bangun lalu berjalan menuju sebuah parit. Di sana dia mandi dan mencuci pakaiannya, lalu menangkap beberapa ekor ikan yang segera dia bakar untuk mengisi perutnya. Sesudah pakaiannya kering dan perutnya kenyang Kok Siauw Hong lalu mencoba merayap naik ke atas. Sekalipun kung-funya tinggi tapi karena tebingnya curam dan tinggi, dia merayap dengan perlahan dan hati-hati. Selain curam tebing itu pun licin. Jika kurang hati-hati dia akan tergelincir dan celaka. Saat Kok Siauw Hong baru merayap sampai di tengah tebing, tiba-tiba dia mendengar suara ringkikan kuda, kelihatan tiga ekor kuda sedang lewat di atas tebing itu. Ketika Kok Siauw Hong akan berteriak minta tolong, tiba-tiba dia sadar, bagaimana jika mereka itu tentara Mongol? Begitu yang ada dalam benak Kok Siauw Hong. Maka itu Kok Siauw Hong tidak jadi berteriak minta tolong. Tiba-tiba salah seorang dari ketiga penunggang kuda itu bicara "Apa yang aku katakan itu benar," kata dia. "Semua

harta Han Tay Hiong telah dirampok oleh tentara Mongol. Aaah, entah bagaimana keadaan Guruku?" Mendengar kata-kata itu bukan main girangnya Kok Siauw Hong. Dia yakin bahwa ketiga orang itu termasuk kawankawan seperjuangannya bukan musuh. Kok Siauw Hong menarik napas lega. Pada saat dia akan menggunakan ilmu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Coan-im-jip-pek (Umu menyampaikan suara dari jarak jauh), dari rombongan itu seorang lagi ikut bicara "Saudara Ih, bukankah Kok Siauw Hong itu keponakan Gurumu?" kata orang itu. "Aku yakin dia tidak akan mencelakakan Gurumu!" Mendengar sampai di sini Kok Siauw Hong membatalkan niatnya minta tolong. "Benar," kata orang yang dipanggil saudara Di. "Tetapi bocah itu bersekongkol dengan bangsa Mongol, itu sebabnya guruku tidak akan menghiraukan hubungan antara paman dan keponakan!" Mendengar kata-kata ini Kok Siauw Hong bertambah kaget, dia tahu bahwa yang bicara itu murid Jen Thian Ngo yang bernama Ih Hua Liong. "Eh, kenapa Ih Hua Liong ingin mencelakakan aku?" pikir Kok Siauw Hong. "Dia memfitnahku sebagai pengkhianat yang bersekongkol dengan bangsa Mongol?" Kok Siauw Hong menahan napas tidak berani bersuara sampai ketiga penunggang kuda itu berlalu dari tempat itu. Kok Siauw Hong tahu orang yang tadi naik kuda adalah Ih Hua Liong, murid tertua pamannya Jen Thian Ngo bersama dua orang kawannya entah siapa. Dengan Ih Hua Liong sendiri Kok Siauw Hong tidak pernah bertemu. "Ih Hua Liong jahat sekali dia memfitnah aku, untung tadi aku belum memanggilnya," pikir Kok Siauw Hong. "Jika aku minta tolongpun pasti mereka tidak akan menolongiku, malah mungkin akan menimpah aku dengan batu dari atas!Heran, setahuku aku tidak pernah bermusuhan dengannya, lagi pula dia tidak kenal aku. Dia hanya mengetahui bahwa aku keponakan Paman Jen Thian Ngo. Mengapa hatinya begitu jahat?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Kok Siauw Hong kebingungan dan tidak habis pikir. Tetapi tiba-tiba dia tersentak sedikit kaget.

"Aah, kalau begitu apa yang dilihat Kiong Mi Yun di rumah Paman Han ada benarnya. Paman Jen katanya membongkar semua peti di rumah Paman Han. Dia mencari harta milik Paman Han. Ini jelas membuktikan bahwa Paman Jen bukan orang baik. Jeleknya dia juga menuduh Paman Han yang bersekongkol dengan bangsa Mongol. Mengapa jadi begini?" pikir Kok Siauw Hong yang mulai sadar ada suatu teka-teki yang belum terungkap. Kok Siauw Hong ingat saat menyaksikan Jen Thian Ngo terluka ketika bertarung melawan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, dia merasa kasihan pada pamannya itu. "Aaah, kenapa aku berperasangka buruk terhadap Paman Jen yang begitu gagah mempertahankan harta yang dikawalnya? Apakah Paman Jen masih hidup atau sudah mati, aku juga belum tahu bagaimana nasibnya? Tadi Ih Hua Liong memfitnah aku bersekongkol dengan bangsa Mongol. Hal ini tentu saja patut dicurigai, pasti bukan Paman Jen. Barangkali tidak ada hubungannya dengan Paman Jen?" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong mulai merayap lagi ke atas, kecurigaan Kok Siauw Hong pada pamannya hanya selintas dalam benaknya, sesudah itu lenyap. Selang sesaat Kok Siauw Hong akhirnya berhasil mencapai puncak tebing, lalu dia melompat ke atas. Sampai di atas dia menarik napas panjang, kemudian memandang jauh ke depan. Kelihatan ketiga penunggang kuda itu menuju ke arah barat. Samar-samar Kok Siauw Hong melihat penunggang kuda itu terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita "Eh, entah siapa yang berjalan bersama Ih Hua Liong itu? Tetapi aku yakin mereka berdua para pendekar sejati! Aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus berusaha mencegah pemuda dan pemudi itu terjebak oleh akal licik Ih Hua Liong. Maka itu aku harus menyelidiki mereka hingga semua jadi jelas...." pikir Kok Siauw Hong. Saat Siauw Hong sedang berpikir akan menyelidiki Ih Hua Liong dan kedua temannya mendadak terdengar derap kaki kuda. Kuda itu mendadak keluar dari dalam hutan. Ketika diawasi ternyata itu Siauw-pek-liong, kuda istimewa milik Kok Siauw Hong. Kuda itu mengibas-ngibaskan ekornya sambil mendekati majikannya. Kelihatan kuda itu sangat girang bertemu kembali dengan majikannya. Siauw-pek-liong kuda terlatih. Sejak kehilangan majikannya yang terjatuh ke lembah, kuda itu tidak pergi jauh tapi bersembunyi di hutan. Begitu melihat majikannya muncul dia

pun berlari menghampirinya. Kok Siauw Hong girang. "Ah, kebetulan ada Siauw-pek-liong, dengan demikian aku bisa menyusul mereka!" pikir Kok Siauw Hong. Ketika melihat panah yang menancap di tubuh kuda itu, Kok Siauw Hong segera mencabut anak panah itu. Kemudian lukanya diobati. Baru sesudah itu dia naiki kuda itu. Sekalipun kuda itu terluka tetapi kuda itu bisa berlari cepat. Ketika matahari sudah mulai condong ke barat, tanda sore telah menjelang, Kok Siauw Hong berhasil menyusul ketiga penunggang kuda itu. Mereka tertegun karena tiba-tiba ada yang mengejar mereka. "Sahabat bertiga, aku harap tunggu sebentar!" kata Kok Siauw Hong. Ketiganya langsung menghentikan kuda mereka, Ih Hua Liong langsung bertanya. "Siapa kau? Mengapa kau mengejar kami?" kata Ih Hua Liong. Dari suaranya Kok Siauw Hong tahu itulah suara orang yang memfitnah dia, berarti itu adalah Ih Hua Liong murid

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertua pamannya. Sedang lelaki dan wanita itu teman Ih Hua Liong, baru berumur kurang lebih tigapuluh tahun, barangkali mereka itu suami-isteri. "Kak Hu," kata yang wanita perlahan pada kawannya, "kita sedang mencari orang yang bisa menceritakan kejadian di lembah Ceng-liong. Barangkali orang ini salah seorang yang lolos dari kematian di lembah itu. Sebaiknya kita bertanya padanya." Pakaian Siauw Hong robek-robek, malah masih kelihatan bekas noda darah. Ditambah lagi Kok Siauw Hong pun membawa-bawa sebilah pedang. Barangsiapa yang melihatnya akan menduga bahwa Kok Siauw Hong baru saja bertarung. "Benar, saat itu aku ikut membantu pihak Kay-pang akan mengantarkan harta ke gunung Ciak-lo-san, tetapi di tengah perjalanan harta itu dirampok oleh tentara Mongol. Aku berhasil lolos dan akan pergi memberi laporan pada Kaypang...." Lelaki yang berjalan bersama Ih Hua Liong tertegun mendengar cerita Kok Siauw Hong itu. Dia mengawasi Kok Siauw Hong, lalu mengawasi ke arah Ih Hua Liong. Kemudian dia berkata pada Ih Hua Liong. "Saudara Ih, apakah kau kenal dengan dia?" kata pria yang bersama isterinya itu. Ditanya begitu Ih Hua Liong tidak langsung menjawab. Rupanya kedua suami isteri ini bertemu Ih Hua Liong di tengah jalan. Barangkali Ih Hua Liong mengaku bahwa dia

salah seorang yang mengawal harta itu dan berhasil lolos dari kepungan tentara Mongol. Sekarang masalahnya, jika Ih Hua Liong mengatakan dia tidak kenal kepada Kok Siauw Hong, sudah jelas ini akan menimbulkan kecurigaan pada suami isteri tersebut. Tadi saat baru bertemu Ih Hua Liong sudah langsung menegur Kok Siauw Hong dengan pertanyaan "siapa kau", berarti dia tidak kenal pada Kok Siauw Hong.Ini suatu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukti bahwa salah seorang apakah itu Ih Hua Liong atau Kok Siauw Hong, pasti telah berbohong kepada suami isteri yang sekarang mulai curiga itu. Ih Hua Liong yakin kalau suami isteri itu akan mempercayai dia, sebelum menjawab pertanyaan suami wanita itu dia berpikir. "Aku tidak peduli apakah dia bohong atau bicara sebenarnya, lebih baik kuhajar dulu dia!" pikir Ih Hua Liong. Tiba-tiba Ih Hua Liong tertawa dingin sambil menatap ke arah Kok Siauw Hong. "Hm! Tadi kau bilang kau ikut mengawal harta dan membantu pihak Kay-pang, apa benar?" kata Ih Hua Liong sinis. "Benar! Apa kau kira aku bohong?" kata Kok Siauw Hong. "Tahukah kau siapa aku ini?" tanya Ih Hua Liong. Kok Siauw Hong tertawa. "Dulu memang aku tidak kenal kau, tetapi sekarang aku tahu siapa kau?" kata Siauw Hong. Ih Hua Liong tertegun oleh kata-kata Kok Siauw Hong itu karena mengandung sindiran yang tajam. "Dulu kau tidak mengenal dia? Kalau begitu, dalam rombonganmu itu kau tidak melihat dia?" kata wanita itu pada Kok Siauw Hong. "Benar, aku tidak pernah melihat dia!" jawab Kok Siauw Hong. Ih Hua Liong tertawa dingin. "Kalau begitu cepat kau katakan, siapa yang kau kenal dalam rombongan pengantar harta itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentu saja banyak orang terkenal yang mengawal harta itu. Di antaranya Jen Thian Ngo, Ci Giok Phang, Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong!" Ih Hua Liong mendengus.

"Hm! Jadi kau kenal pada Kok Siauw Hong, bagus! Bagus sekali! Belum dipukul kau sudah mengaku!" kata Ih Hua Liong. Maksud kata-kata Ih Hua Liong itu dengan tujuan ingin mengatakan, bahwa orang yang kenal dengan Kok Siauw Hong berarti orang itu bukan orang baik-baik. Tetapi Kok Siauw Hong pura-pura tdak mengerti saja. "Kau kenal Kok Siauw Hong justru aku sedang mencarinya! Pasti kau pun tahu dia ada di mana?" kata Kok Siauw Hong. "Bagus! Kau ingin tahu di mana dia berada, baik kau akan kuberitahu! Kok Siauw Hong bersekongkol dengan bangsa Mongol, dia ikut merampok harta itu! Sekarang dia sudah pergi bersama pasukan Mongol. Kalau kau ingin bertemu dengannya, kau kejar saja dia!" kata Ih Hua Liong. Ucapan Ih Hua Liong itu memang diharapkan sekali oleh Kok Siauw Hong. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seolah Kok Siauw Hong tidak percaya, dia bertanya. "Apa kau melihat sendiri dia berbuat begitu?" tanya Kok Siauw Hong. "Kurangajar kau bocah busuk! Beraninya kau menuduh aku berbohong. Sudah tentu aku melihatnya sendiri Kok Siauw Hong bergabung dengan musuh!" sesudah berkata begitu Ih Hua Liong mengawasi ke arah lelaki itu. "Cong Tay-hiap, sekarang jangan banyak bicara, dia pasti anak buah Kok Siauw Hong!" Lelaki itu bernama Cong Siauw Hu dan Siang-koan Po Cu. Berdasarkan kedudukan di Dunia persilatan, Ih Hua Liong berada jauh di bawah mereka berdua.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mendengar ucapan Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong lalu berkata dengan dingin. "Tadi kau bertanya padaku apakah aku kenal pada kau? Aku tahu kau murid tertua Jen Thian Ngo bernama Ih Hua Liong! Nah, sekarang aku bertanya padamu, tahukah kau siapa aku ini?" kata Kok Siauw Hong. Ih Hua Liong tertawa dingin. "Hm! Dari kata-katamu pasti kau seorang Rimba Persilatan yang cukup terkenal. Cepat katakan, siapa kau?" Kok Siauw Hong tertawa terbahak-bahak. "Aku hanya seorang Rimba Persilatan yang tidak terkenal, tetapi seharusnya kau tahu siapa aku ini! Akulah Kok Siauw Hong yang tadi kau katakan bersekongkol dengan bangsa Mongol!" kata Siauw Hong. Seketika itu juga wajah Ih Hua Liong berubah, dia langsung menghunus pedangnya dan menyerang Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu segera berseru.

Tunggu!" Mendadak cahaya pedang berkelebat dan ketika itu langsung terdengar suara jeritan Ih Hua Liong dari atas kudanya. Dia mencoba menarik tali kekang kudanya agar bergeser ke samping. Tadi saat masih di atas kuda Ih Hua Liong hendak menyerang Kok Siauw Hong, tapi Kok Siauw Hong lebih cepat dari Ih Hua Liong. Ternyata Kok Siauw Hong pun telah menghunus pedang dan menusuk paha Ih Hua Liong. Cong Siauw Hu kaget bukan kepalang. Dia langsung melompat dan turun dari atas punggung kudanya sekaligus menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus Eng-pik-tiang-khong (Elang menyambar dari angkasa).

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah berteriak mengatakan tunggu, tiba-tiba Cong Siauw Hu menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus maut. Ini di luar perkiraan Kok Siauw Hong. Buru-buru Kok Siauw Hong berkelit, lalu menangkis serangan itu dengan jurus Heng-kakimliang (Membabat secara melintang sarang elang). "Tang!" Terdengar suara senjata beradu keras seketika itu tampak lelatu api berhamburan. Kok Siauw Hong merosot dari kudanya, sedang Cong Siauw Hu pun melayang turun dari kudanya. "Hm! Kau disebut seorang pendekar malah tidak tahu aturan!" bentak Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu diam saja. Kembali dia menyerang Kok Siauw Hong, ini membuat Kok Siauw Hong gusar sekali. Sekarang dia menganggap Cong Siauw Hu kawan Ih Hua Liong. Dengan tidak segan-segan lagi Kok Siauw Hong melancarkan serangan balasan. Siang-koan Po Cu keheranan melihat Cong Siauw Hu menyerang Kok Siauw Hong secara tiba-tiba itu. "Kak Hu, tanya dulu yang jelas baru bertarung!" teriak Siang-koan Po Cu. Melihat Cong Siauw Hu memihak kepadanya Ih Hua Liong girang bukan kepalang. "Jangan bertanya lagi, bocah in memang pembohong!" teriak Ih Hua Liong sambil merasakan pahanya sakit karena tertusuk pedang Kok Siauw Hong. Namun, Ih Hua Liong yang sadar Kok Siauw Hong lihay, tidak berani maju membantu Cong Siauw Hu. Tenaga Kok Siauw Hong belum pulih seluruhnya, itu sebabnya dia tidak berani bertarung lama-lama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia tidak mau mendengar penjelasanku, sekalipun dia sehaluan denganku!" pikir Kok Siauw Hong. "Lebih baik kulukai dulu dia baru bicara!" Mendadak Kok Siauw Hong menggunakan jurus maut, dalam seketika pedang Kok Siauw Hong berputar-putar membentuk tujuh bayangan bunga pedang. "Bagus!" teriak Cong Siauw Hu. Cong Siauw Hu pun memutarkan pedangnya cepat bagaikan kilat. Tampak bayangan pedangnya berkelebat di antara bayangan tujuh sinar pedang Kok Siauw Hong. Beberapa kali terdengar suara benturan dua pedang mereka secara beruntun, namun tidak ada yang mau mengalah. Pertarungan mereka kelihatan seimbang sekali. Tapi tiba-tiba Cong Siauw Hu melompat mundur tiga langkah, kemudian dia menyarungkan pedangnya. Hal itu sungguh di luar dugaan Kok Siauw Hong. "Dia belum kalah kenapa mundur?" pikir Kok Siauw Hong. Tadi saat Kok Siauw Hong merayap memanjat tebing tenaganya terkuras banyak, ditambah lagi saat dia naik kuda mengejar rombongan Ih Hua Liong ini, juga tenaganya terkuras. Jika dinilai ilmu pedang mereka memang seimbang, tetapi tenaga Kok Siauw Hong yang sudah kehabisan tenagajelas kalah jauh. Jika bertarung terus jelas Kok Siauw Hong akan kalah. Tiba-tiba Cong Siauw Hu tertawa. "Hm! Kau menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat!" kata dia. Siang-koan Po Cu kaget bercampur girang. "Sudah pasti dia Kok Siauw Hong!" kata Siang-koan Po Cu. Kok Siauw Hong baru sadar, rupanya Cong Siauw Hu hanya ingin mencoba ilmu silatnya agar dia bisa memastikan identitas lawannya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cit-siu-kiam-hoat ilmu pedang milik keluarga Jen, biasanya tidak pernah diwariskan kepada orang luar. Hingga di kalangan Kang-ouw hanya ada tiga orang yang bisa menggunakan ilmu silat itu, yaitu Jen Thian Ngo, ibu Kok Siauw Hong dan Kok Siauw Hong sendiri. Cong Siauw Hu seorang jago pedang terkenal. Begitu dia melihat jurus yang diperagakan oleh Kok Siauw Hong itu Citsiukiam-oat, dia langsung tahu siapa lawannya itu.

Kok Siauw Hong senang Cong Siauw Hu percaya padanya. Tetapi pada saat itu terdengar suara ringkikan kuda. Itu adalah kuda Ih Hua Liong yang dilarikan dengan cepat. Karena Ih Hua Liong tahu rahasianya sudah terbuka, dia tidak ingin celaka, karena itu buru-buru dia melarikan diri dengan menaiki kudanya. Ternyata kuda yang dinaiki Ih Hua Liong termasuk kuda jempolan, kuda itu hadiah dari See-bun Souw Ya kepadanya. Seekor kuda dari daerah Mongol. Jika kuda Siauw Hong tidak terluka dia yakin bisa mengejar kuda milik Ih Hua Liong. Ketika itu kuda Kok Siauw Hong masih luka jadi sulit baginya untuk mengejar Ih Hua Liong. "Sayang penjahat itu sudah kabur!" kata Kok Siauw Hong. "Sabar kita akan cari dia untuk membuat perhitungan dengannya. Kok Siauw-hiap, sungguh beruntung hari ini kami bertemu denganmu di sini!" kata Cong Siauw Hu. "Mohon bertanya, siapa nama Anda?" kata Kok Siauw Hong sambil memberi hormat. "Cong Siauw Hu," jawab yang ditanya Ternyata sudah lama Kok Siauw Hong mendengar nama itu disebut-sebut orang. Baru kali ini dia bertemu muka dengannya. "Kalau boleh tahu ada urusan apa Anda ke mari?" tanya Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mengawasi Kok Siauw Hong baru dia menyahut. "Aku dengar kau calon menantu Han Tay Hiong, apakah kau pernah datang ke rumah Han Lo Eng-hiong?" kata Cong Siauw Hu. Masalah Kok Siauw Hong membatalkan pertunangannya dengan puteri Han Tay Hiong telah menggemparkan Dunia Persilatan, pasti Cong Siauw Hu pun sudah mendengar khabar itu. Tetapi Kok Siauw Hong belum resmi membatalkan pertunangan itu, hingga dia tetap calon menantu Han Tay Hiong. Sekalipun Cong Siauw Hu merasa tidak enak hati, dia tetap bertanya demikian. Wajah Kok Siauw Hong berubah merah. "Aku pernah ke rumah Han Lo Eng-hiong, rumah mereka habis terbakar di luar dugaanku, mengenai hal ini barangkali Cong Tay-hiap sudah mengetahuinya?" kata Kok Siauw Hong. "Memang kami sudah ke sana maka itu aku ingin tahu siapa kira-kira yang membakar rumahnya itu?" kata Cong Siauw Hu. "Yang kuketahui hanya sedikit tentang hal itu. Aku hanya tahu Han Lo Eng-hiong mempunyai dua orang musuh besar,

mereka itu See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek." kata Kok Siauw Hong. "Apakah Han Lo Eng-hiong masih hidup atau sudah meninggal aku tidak tahu. Tetapi aku sudah menemukan sedikit titik terang...." Kok Siauw Hong lalu menceritakan mengenai apa yang diketahuinya Cong Siauw Hu menghela napas. "Tidak kusangka Han Lo Eng-hiong telah dicelakai orang! Sayang kami masih punya urusan penting, sesudah beres aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan ke air terjun itu untuk menyelidikinya!" kata Cong Siauw Hu. "Oh, tahukah kau tentang harta yang di simpan di rumah Han Lo Eng-hiong?" kata Siang-koan Po Cu. "Tahu, harta itu oleh Han Pwee Eng disumbangkan untuk para pejuang, dan diantar oleh pihak Kay-pang. Tetapi di tengah jalan harta itu telah dirampok...." Kata Kok Siauw Hong. "Mengenai hal ini Ih Hua Liong tidak membohongi kami," kata Cong Siauw Hu dan isterinya. "Jika aku boleh bertanya apakah kalian berdua kebetulan lewat di tempat ini, atau memang sengaja ingin berkunjung ke rumah Han Lo Eng-hiong?" tanya Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong bertanya begitu karena dia tahu Cong Siauw Hu tidak punya hubungan dengan Han Tay Hiong. "Aku ke mari karena seorang teman berjanji akan bertemu di rumah Han Lo Eng-hiong, tetapi tidak kusangka musibah menimpa Han Tay Hiong dan keluarganya. Ternyata temanku pun tidak ada di sana!" kata Cong Siauw Hu. "Ada urusan penting apa Cong Tay Hiap pada Han Lo Enghiong? Apa aku boleh tahu?" kata Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu berpikir sejenak, sesudah itu dia baru menjawab pertanyaan Kok Siauw Hong. "Masalah itu sangat rahasia, karena Kok Siauw-hiap punya hubungan erat dengan Han Lo Eng-hiong, jelas aku harus memberitahumu. Aku ingin bertanya padamu, apakah kau sudah tahu tentang asal-usul harta itu?" Ditanya begitu Kok Siauw Hong tertegun. "Aku juga baru tahu tentang harta itu beberapa hari yang lalu," jawab Kok Siauw Hong. "Tentang asal-usulnya terus terang aku tidak tahu."

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil tersenyum Cong Siauw Hu menunjuk ke arah isterinya sambil berkata. "Ayah isteriku yang menitipkan harta itu pada Han Tay Hiong!" kata Cong Siauw Hu. Siang-koan Pu Cu tersenyum. "Sebenarnya itu bukan harta Ayahku," kata Siang-koan Po Cu. "Harta itu dititipkan oleh Ayahku supaya Han Lo Eng-hiong menyerahkannya pada seseorang!" Secara singkat Siang-koan Po Cu memberi keterangan pada Kok Siauw Hong. Rupanya Siang-koan Hok, ayah Siang-koan Po Cu itu bangsa Liao. Kerajaan Liao musnah oleh Kerajaan Kim (Tartar). Siang-koan Hok seorang pendekar bangsa Liao, dia termasuk penentang bangsa Kim. Oleh karena terdesak oleh bangsa Kim, dia kabur ke seberang lautan. Sesudah lewat duapuluh tahun, tiba-tiba muncul bangsa Mongol merebut kekuasaan bangsa Kim, karena itu Kerajaan Kim semakin lemah. Mengetahui Kerajaan Kim semakin lemah, Siang-koan Hok kembali lagi ke Tiong-goan. Maksud Siang-koan Hok akan membangun kembali Kerajaan Liao. Diam-diam dia bergabung dengan Jenghis Khan. Ternyata dia diangkat menjadi Wakil Kok-su Mongol. Tentang niatnya membangun kerajaan Liao, sudah tentu dilakukan diam-diam agar bangsa Mongol tidak tahu maksudnya. Sesudah Kerajaan Liao jatuh, salah seorang panglima Liao berhasil meloloskan diri bersama anak buahnya. Kemudian panglima ini membentuk pasukan untuk melawan tentara Kim. Mereka bermarkas di See-lian-san. Panglima itu bernama Souw Goan Tiak. Belasan tahun lamanya bangsa Kim tidak bisa menghancurkan kekuatan panglima Souw Goan Tiak di See

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lian-san. Tetapi lama kelamaan Souw Goan Tiak pun semakin lemah. Mereka mulai kekurangan bahan makanan dan sebagainya. Malah Souw Goan Liak dan anak buahnya semakin mendapat kesulitan. Selama Siang-koan Hok tinggal di tempat Jenghis Khan diam-diam dia mengadakan hubungan dengan pejuang bangsa Liao. Dua orang pengawal pribadi Kerajaan Liao berhasil lolos, membawa harta. Semua harta itu diserahkan

pada Siang-koan Hok. Mendengar para pejuang kekurangan dana Siang-koanHok ingin menyerahkan harta itu pada para pejuang, tepatnya kepada Souw Goan Tiak. Tetapi untuk melaksanakan maksud itu selalu terhalang karena Siang-koan Hok selalu dalam pengawasan mata-mata pihak Mongol. Tentu saja niat itu idak mudah dilaksanakan oleh Siang-koan Hok. Tetapi sesudah Jenghis Khan meninggal dunia, Siang-koan Hok baru mendapat kesempatan. Dia mendapat perintah datang ke kota Lok-yang. Sekalipun Siang-koan Hok agak bebas tetapi dia tetap memiliki keterbatasan soal waktu. Sudah tentu dia tidak bisa pergi sendiri ke See-lian-san. Kebetulan Siang-koan Hok bersahabat sejak muda dengan Han Tay Hiong. Ketika itu dia dengar Han Tay Hiong sedang mengasingkan diri di kota Lok-yang. Saat itu kelihatannya Han Tay Hiong sudah tidak aktif dan tidak ikut campur di Dunia Persilatan, padahal diam-diam Han Tay Hiong pun terus menyusun kekuatan untuk memerangi Kerajaan Kim. Tidak banyak orang yang tahu apa yang dikerjakan jago tua itu, termasuk mata-mata bangsa Mongol juga tidak mengetahuinya. Tidak heran jika pihak Mongol tidak mengetahui kalau di kota Lok-yang bersembunyi seorang jago tua yang ilmu silatnya tinggi. Saat Siang-koan Hok tiba di Lok-yang dia berkunjung ke rumah Han Tay Hiong secara diam-diam. Dalam pembicaraan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siang-koan Hok menitipkan hartanya pada Han Tay Hiong agar disampaikan kepada Souw Goan Tiak di See-lian-san. Malah Siang-koan Hok pun sempat bermalam di rumah Han Tay Hong. Ternyata kedatangan Siang-koan Hok secara diam-diam itu diketahui juga oleh Lauw Kan Lu dan Jen Thian Ngo. Kedua orang ini bercuriga lalu menyelidiki kedatangan Siang-koan Hok itu. Mereka menyelidiki karena tahu Siang-koan Hok seorang wakil Kok-su dari Kerajaan Mongol. Dengan demikian mereka khawatir kalau Han TayHiong bersekongkol dengan pihak Mongol yang mereka dengar berniat menyerbu ke Tiong-goan. Tetapi penyelidikan Jen Thian Ngo dan Lauw Kan Lu ini tidak berhasil mengorek keterangan yang memuaskan. Malah celakanya Han Tay Hiong justru diserang oleh Chu Kiu Sek dan terluka dalam cukup parah. Dengan demikian Han Tay Hiong tidak bisa buru-buru mengantarkan harta titipan Siang-koan Hok pada Souw Goan Tiak di See-lian-san. Pada saat Siang-koan Hok akan pulang ke Mongol, dia mengutus dua orang kepercayaannya ke gunung See-lian-san

menemui Souw Goan Tiak. Kedua utusan itu memberitahukan bahwa harta Siang-koan Hok dititipkan kepada Han Tay Hiong di Lok-yang. Di luar dugaan tentara Mongol benar-benar datang menyerbu ke wilayah Tiong-goan. Kebetulan Souw Goan Tiak dan Liu Ceng Yauw punya hubungan baik. Souw Goan Liak minta bantuan Bu-lim Bengcu Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw untuk mengambil harta itu di rumah Han Tay Hiong.Mereka sepakat akan bertemu di rumah Han Tay Hiong. Karena Hong-lay-mo-li ini tahu Siang-koan Po Cu puteri Siang-koan Hok, maka Hong-lai-mo-li lalu mengutus Siang-koan Po Cu bersama suaminya ke rumah Han Tay Hiong untuk bertemu dan membantu Souw Goan Tiak membawa harta itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mendengar keterangan Siang-koan Po Cu, Kok Siauw Hong tertegun. Sekarang dia tahu tentang asal-usul harta di rumah Han Tay Hiong itu. "Oh pantas Han Pwee Eng tidak tahu soal harta itu. Rupanya Paman Han tiak memberitahunya karena ini masalah besar?" pikir Kok Siauw Hong. Kelihatan Siang-koan Po Cu gelisah bukan main. Tiba-tiba dia berkata seperti putus asa. "Harta sudah dirampok tentara Mongol, sedang utusan Souw Goan Tiak pun tidak muncul, lalu kita harus bagaimana sekarang?" kata Siang-koan Po Cu. "Aku lihat dua Iblis Tua itu sudah terluka, merekalah yang membawa harta itu menuju ke arah barat. Kereta yang mengangkut harta itu kelihatan berat hingga jalannya lambat. Jika kita kejar, aku yakin mereka bisa kita kejar!" kata Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu tertegun. Sedang Kok Siauw Hong berpikir. "Kedua Iblis Tua sudah terluka, jika aku bergabung dengan suami-isteri ini rasanya bisa mengalahkan mereka! Jika tidak sanggup pun, aku sudah tahu jejak mereka. Bila aku pergi mencari bala-bantuan, siapa tahu bisa merebut kembali harta itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Sesudah merebut kota Lok-yang, angkatan perang Mongol menuju ke selatan. Yang mengherankan malah kedua Iblis Tua itu? Mengapa sesudah mereka berhasil merampok harta mereka tidak kembali ke Lok-yang? Seharusnya mereka bergabung dengan angkatan perang Mongol di Lok-yang. Tetapi dia malah menuju ke arah barat!" kata Cong Siauw Hu. "Mengapa harus kita hiraukan dia mau ke selatan atau ke barat. Malah itu akan memudahkan kita merebut harta itu kembali. Mari kita kejar mereka!" kata Siang-koan Po Cu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu mereka langsung menaiki kuda masing-masing dan memacunya bersama-sama. Kuda mereka dilarikan dengan cepat ke arah barat. Mereka belum tahu kalau di depan mereka juga ada penunggang kuda yang sedang mengejar rombongan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek itu. Pemuda itu adalah Ih Hua Liong. Rupanya luka Ih Hua Liong tidak parah, sesudah luka itu diobati darahnya langsung berhenti mengalir. Dia berusaha memacu kudanya mengejar para pembawa harta hasil rampokan itu. Setiap saat Ih Hua Liong menoleh ke belakang, dia khawatir Kok Siauw Hong dan sepasang suami isteri itu mengejarnya. "Sekalipun aku gagal menipu Cong Siauw Hu dan isterinya, tetapi beruntung aku selamat! Sesudah mendapat bagian dari hasil rampokan itu, aku akan bersembunyi di suatu tempat. Dengan demikian aku bisa hidup senang." pikir Ih Hua Liong. Jen Thian Ngo bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk merampok harta itu. Sesudah berhasil merampok harta itu, dia dijanjikan akan mendapat serengah bagian dari harta itu. Karena harus menipu orang Kay-pang dan para pejuang, maka dia tidak bisa datang sendiri meminta bagiannya. Maka itu dia mengirim muridnya yang bernama Ih Hua Liong menemui kedua rekan kerjanya itu dengan maksud meminta bagiannya. Berhubung rombongan itu sudah lebih dulu berangkat menuju ke arah barat, maka Ih Hua Liong terpaksa harus memacu kudanya lebih cepat agar bisa menyusul rombongan itu. Baru sesudah hari keenam Ih Hua Liong bisa menyusul rombongan See-bun Souw Ya cs ini. Sesudah tersusul oleh Ih Hua Liong rombongan See-bun Souw Ya diperintahkan beristirahat di tengah jalan di samping sebuah gunung. Di sebelah kiri terdapat hutan dan sebuah sungai. Kebetulan di tepi jalan itu terdapat sebuah warung teh. Di antara mereka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada yang beristirahat di kedai teh sambil minum teh. Ada juga yang hanya beristirahat melepas lelah. Ketika itulah Ih Hua Liong mengajukan permohonan gurunya pada See-bun Souw Ya. "Sudah aku katakan dari semula," kata See-bun Souw Ya. "Bahwa harta itu harus aku bawa ke Ho-lim dan diserahkan

kepada Cun Seng Hoat Ong, atau Kok-su Mongol. Sudah itu Kok-su itu akan memberi hadiah sebagian dari harta itu untuk kita. Baru harta itu dibagi dua secara adil!" "Bukan aku serakah," kata Ih Hua Liong dengan suara perlahan. "Tapi aku pikir harta yang begitu banyak sebaiknya sebagian kita sembunyikan. Aku kira Kok-su itu pun tidak akan mengetahui jumlah sebenarnya dari harta itu. Bukankah itu lebih baik" See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. "Tidak kusangka ternyata kau punya ide derrukian," kata See-bun Souw Ya. Dengan suara tetap perlahan Ih Hua Liong berkata lagi. "Aku kira ideku itu sangat bermanfaat bagi kita semua. Kasihanilah aku yang terluka demi harta ini!" kata Ih Hua Liong. Mendengar percakapan itu Chu Kiu Sek menyela. "Eh, bagaimana kau bisa terluka demikian" kata Chu Kiu Sek. "Parahkan lukamu itu?" See-bun Souw Ya pun tersenyum sambil berkata lagi. "Jika dia terluka parah mana mungkin dia bisa menyusul kita? Dia cuma mencari alasan saja!" kata See-bun Souw Ya. Ih Hua Liong sedikit kurang senang mendengar ucapan See-bun Souw Ya, tapi karena mereka masih bicara dengan nada lunak dia memberanikan diri untuk bicara lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku harap Lo Cian-pwee lebih berlapang dada dan bijaksana," kata Ih Hua Liong. Sebenarnya lukaku ini tidak parah. Tetapi jika aku tidak segera melarikan diri, mungkin bukan luka saja tetapi nyawaku pun akan melayang di tangan Kok Siauw Hong!" Mendengar keterangan Ih Hua Liong itu See-bun Souw Ya terkejut. "Apa? Kok Siauw Hong belum mampus?" kata See-bun Souw Ya dengan gemas sekali. "Dia belum mati," kata Ih Hua Liong, "karena tidak puas ada kemungkinan dia mengejarku sampai ke mari" Chu Kiu Sek tertawa. "Oh, jadi kau kabur ke mari untuk berlindung karena ketakutan, bukan ?" kata Chu Kiu Sek sinis. Ucapan Chu Kiu Sek itu keras dan tajam hingga Ih Hua Liong akhirnya diam tidak menyahut. Sebaliknya See-bun Souw Ya kelihatan geram sekali, sambil mengepalkan tangannya dia berkata. "Dia berani datang ke mari?" katanya. "Benar, dia tidak seorang diri Lo Cian-pwee!"

"Bersama siapa dia?" tanya See-bun Souw Ya. "Dia bersama sepasang suami isteri." jawab Ih Hua Liong. "Siapa suami isteri itu?" tanya See-bun Souw Ya. "Suami isteri itu datang dari Kim-kee-leng, mereka bernama Cong Siauw Hu dan Siang-koan Po Cu. Aku bertemu dengan mereka di tengah jalan. Semula aku ingin membohongi mereka dan membawanya kemari agar Lo Cian-pwee bisa menangkap mereka. Jika Lo Cian-pwee berhasil menangkapnya, ini jasa bukan kecil bagi pihak Mongol.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sungguh di luar dugaan tiba-tiba muncul Kok Siauw Hong. Karena itu rencanaku itu jadi gagal." kata Ih Hua Liong. Ketika itu See-bun Souw Ya mendengarkan keterangan Ih Hua Liong dengan penuh perhatian, tetapi tiba-tiba dia menyela. "Coba kau ulangi, siapa nama perempuan itu?" kata Seebun Souw Ya. "Namanya Siang-koan Po Cu," kata Ih Hua Liong mengulangi keterangannya. "Tahukah kau, ada urusan apa suami isteri itu berada di sana?" "Sayang aku tidak bertanya pada mereka, tetapi mereka sangat memperhatikan harta yang kita rampok ini. Mungkin kedatangan mereka karena harta itu!" kata Ih Hua Liong. Mendadak See-bun Souw Ya menepuk pahanya sambil menghela napas. "Aaah, sayang, sungguh sayang sekali!" "Apa yang sayang, Lo Cian-pwee?" tanya Ih Hua Liong. "Sayang kau tidak berhasil membohongi mereka hingga mereka tidak bisa diajak ke mari. Jika kita berhasil menangkap mereka itu bukan jasa yang kecil!" kata See-bun Souw Ya. Mata Ih Hua Liong terbelalak. Dia tidak mengerti, mengapa See-bun Souw Ya berkata begitu. "Aku rasa Cong Siauw Hu dan isterinya itu bukan tokoh yang sangat penting. Mengapa See-bun Souw Ya begitu menaruh perhatian pada mereka?" pikir Ih Hua Liong. Maka itu Ih Hua Liong mengajukan pertanyaan pada Seebun Souw Ya. "Kenapa begitu?" kata Ih Hua Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau belum tahu, Siang-koan Po Cu itu puteri Sian-koan

Hok," kata See-bun Souw Ya. Ih Hua Liong menganggukkan kepalanya sekalipun yang dia ketahui bahwa Siang-koan Hok adalah wakil Kok-su Mongol, yang lainnya dia tidak tahu. Maka itu dia jadi tercengang. "Ah, kiranya Siang-koan Po Cu puteri Siang-koan Cianpwee! Tidak kusangka! Tetapi seandainya kita tangkap mereka, bukankah itu akan menyebabkan Siang-koan Cianpwee tersinggung?' See-bun Souw Ya mendengus dingin. "Hm! Rupanya banyak masalah yang tidak kau ketahui," kata See-bun Souw Ya. "Sayang aku lupa memberitahumu. Tetapi aku ingin bertanya lagi, apa kau punya ide lain untuk membohongi mereka hingga mau diajak ke mari?" Mengapa See-bun Souw Ya begitu memperhatikan suamiisteri itu, ternyata ada sebabnya. Rupanya Cun Seng Hoat Ong mulai mencurigai Siang-koan Hok punya rencana besar. Sekalipun Siang-koan Hok berhasil menitipkan hartanya dengan diam-diam di rumah Han Tay Hiong. Ternyata rahasia itu bocor ke telinga Cun Seng Hoat Ong. Sesudah mengetahui rahasia ini Cun Seng Hoat Ong mengutus See-bun Souw Ya untuk menyelidiki masalah ini. Selain diberi tugas hkusus agar See-bun Souw Ya merebut harta Siang-koan Hok, tugas terpenting adalah untuk menghimpun berbagai bukti kesalahan Siang-koan Hok. Sekarang seluruh harta telah direbut. Tetapi bukti kesalahan Siang-koan Hok belum lengkap. Sekalipun harta itu sudah diketahui milik Siang-koan Hok, tapi karena benda itu benda mati, maka harta itu tidak bisa dimintai keterangan. Maka itu See-bun Souw Ya berambisi menangkap Siangkoan Po Cu, puteri Siang-koan Hok. Dengan sandera istimewa jelas Siang-koan Hok bisa dipaksa mengaku, demi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyelamatkan puterinya Tentang harta itu Siang-koan Hok pun akan mengakuinya "Bagaimana, kau punya ide?" kata See-bun Souw Ya kepada Ih Hua Liong. "Tetapi mereka telah membongkar rahasiaku, mana mungkin aku menemuinya lagi!" kata Ih Hua Liong. See-bun memandang ke arah Chu Kiu Sek, maksudnya akan menyuruh Chu Kiu Sek menangkap suami-isteri itu, tetapi Chu Kiu Sek langsung memberikan tanggapan. "Tidak bisa!" "Apa yang tidak bisa?" kata See-bun Souw Ya. Chu Kiu Sek memandang ke arah See-bun Souw Ya.

"Saudara See-bun, benarkah kau dan Ih Lo-tee akan pergi menangkap suami isteri itu?" kata Chu Kiu Sek. See-bun Souw Ya mengangguk. "Aku pikir begitu," kata See-bun Souw Ya, "tetapi jika saudara Chu tidak yakin akan berhasil menangkap mereka, ya, sudahlah!" Chu Kiu Sek memikirkan kepentingan sendiri. Dia khawatir See-bun dan Ih Hua Liong bertemu dengan Kok Siauw Hong yang kepandaiannya tidak rendah. Mengenai kedua suami isteri itu pun Chu Kiu Sek pernah mendengarnya. Itu alasannya, mana mungkin See-bun berhasil menangkap mereka. Selain itu Chu Kiu Sek khawatir harta itu akan dicaplok sendiri oleh See-bun. "Kau licik tetapi aku juga tidak bodoh," pikir Chu Kiu Sek. "Jika kau yang mengangkut harta supaya kau yang mendapat jasa dan kau suruh aku mempertaruhkan nyawa melawan mereka! Dasar sial!" Kemudian Chu Kiu Sek berkata pada See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara See-bun, kepandaianmu lebih tinggi dariku. Maka aku tidak yakin bisa menangkap mereka bertiga. Sebaiknya kau saja yang ke sana menangkap mereka!" kata Chu Kiu Sek. See-bun Souw Ya mengerutkan dahinya. "Mana mungkin aku yang ke sana meninggalkan kau mengawal harta itu!" pUcir See-bun Souw Ya. Tiba-tiba dia berkata lagi. "Oh ya tadi kau bilang mereka pasti mengejar kita bukankah begitu Ih Lo-tee?" kata See-bun Souw Ya. Ih Hua Liong mengangguk. "Lalu apa rencanamu?" tanya Chu Kiu Sek. "Kita perlambat saja perjalanan kita agar mereka bisa mengejar kita!" kata See-bun Souw Ya. "Tapi itu cuma dugaanku saja," kata Ih Hua Liong, "benar tidaknya aku tidak berani memastikannya!" "Kalian boleh beristirahat lebih lama!" teriak See-bun Souw Ya pada tentara Mongol. See-bun Souw Ya membuat pasukan berkuda Mongol girang bukan main. Mereka kembali berlarian ke arah hutan mencari tempat yang teduh, lalu beristirahat tidur-tiduran di atas rumput. See-bun Souw Ya mencoba menunggu kedatangan ketiga orang yang jadi sasarannya itu. Tetapi sampai matahari mulai condong ke arah barat, belum juga tampak orang-orang yang ditunggunya itu. Saat See-bun Souw Ya akan memberi abaaba untuk berangkat, mendadak terdengar suara seruling

yang sangat merdu. See-bun Souw Ya memandang ke arah suara seruling itu. Di sana dia lihat seseorang yang berpakaian seperti seorang sastrawan, berumur sekitar limapuluhan. Orang itu sedang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meniup seruling sambil berjalan dengan santai ke arah mereka. Sebenarnya di warung teh banyak tentara Mongol, tetapi sastrawan ini tidak gentar sedikit pun, malah seolah dia tidak melihat mereka. Dia langsung masuk ke dalam warung teh, kemudian menyimpan serulingnya Sastrawan itu masuk ke dalam warung teh tersebut. "Permisi, numpang duduk!" kata sastrawan itu. Mata tentara Mongol mendelik ke arah sastrawan itu. Melihat akan terjadi keributan See-bun Souw Ya sudah langsung memberi perintah. "Kalian sudah lama minum teh di sini, berikan saja tempat dudukmu pada orang itu!" kaa See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya sangat berpengalaman. Begitu melihat sastrawan itu dia menduga orang itu bukan orang sembarangan. "Kelihatannya orang ini luar biasa, matanya bersinar, napasnya tenang. Mungkin dia seorang sastrawan biasa, tetapi dia seorang pesilat tinggi!" pikir See-bun Souw Ya. Orang itu duduk di kursi yang diberikan tentara Mongol itu kepadanya. Sebelum duduk dia sempat memberi hormat kepada See-bun Souw Ya. Itu sebagai tanda terima kasihnya. Sesudah itu dia duduk dengan tenang, tak lama pelayan menyuguhkan teh padanya. Sesudah menikmati teh yang disajikan pelayan, tiba-tiba dia memuji minumannya. "Teh yang harum dan nikmat, sungguh nikmat!" katanya. Seorang tentara Mongol mentertawakannya. "Teh ini pahit sekali, bagaimana kau bilang teh ini nikmat?" kata prajurit Mongol itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Teh yang harum dan baik tentu saja rasanya pahit," kata sastrawan itu. "Karena sehabis pahit akan datang rasa manis, sungguh baik sekali," kata sastrawan itu. Mendengar kata-kata sastrawan itu See-bun Souw Ya langsung tergerak hatinya. Dia mendekati sastrawan itu. "Tuan benar-benar seorang sastrawan sejati. Hari ini aku

beruntung bisa berjumpa dengan Anda. Bagaimana jika kita jadi sahabat satu sama lain?" kata See-bun Souw Ya. Sastrawan itu tertawa terbahak-bahak. "Kau mau bersahabat denganku, memang itu yang kuharapkan! Terus-terang, hari ini aku sedang kesulitan tidak punya uang sama sekali. Maukah Anda membayari teh yang aku minum ini?" kata sastrawan itu. "Benarkah dia seorang sastrawan atau bukan? Lalu bagaimana aku mengujinya?" pikir See-bun Souw Ya. Selesai berpikir dia langsung berkata pada sastrawan itu. "Ah, Anda bergurau mengatakan tidak punya uang!" kata See-bun Souw Ya. Sastrawan itu melotot. "Jadi kau tidak bersedia membayariku?" kata sastrawan itu. "Oh, jangan salah mengerti! Aku bersedia membayari Anda! Jangankan hanya membayarimu minum teh, aku pun siap mem-bayarimu minum arak! Tetapi sayang warung ini tidak menjual arak! Bagaimana apakah Anda bersedia melakukan perjalanan bersama kami? Malam ini pasti kita akan sampai di sebuah kota. Kita akan minum arak di sana sampai mabuk!" kata See-bun Souw Ya tersipu-sipu. "Aku senang dan berterima kasih atas ajakan Anda tetapi sayang aku tidak punya waktu!" kata sastrawan itu kelihatan malas-malasan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sayang sekali!" kata See-bun Souw Ya. "Kita cuma kebetulan bertemu di sini, lalu apa yang harus disayangkan?" kata sastrawan itu. See-bun Souw Ya tersenyum. "Kau sangat pandai meniup seruling," kata See-bun Souw Ya "Suara serulingmu merdu dan menyedapkan di telinga. Hari ini kita harus berpisah dan entah kapan lagi bisa bertemu kembali. Bagaimana kalau Anda meniup serulingmu untukku?" Sastrawan itu tertawa mendengar See-bun Souw Ya meminta dia meniupkan sebuah lagu untuknya "Baiklah, karena Anda membayari teh yang kuminum, sudah pasti aku akan meniup seruling membawakan sebuah lagu untuk Anda!" katanya. Tak lama dia sudah mulai mengeluarkan seruling dari sakunya dan mulai meniup sebuah lagu. Suara seruling itu sangat merdu. Tapi lama-kelamaan nada suara seruling itu mirip dengan suara tangisan yang memilukan. Banyak tentara Mongol yang menikmatinya terbuai dan terkenang pada kampung halamannya masing-masing. "Nada seruling itu sangat memilukan," pikir See-bun Souw

Ya, "jika dilanjutkan, mungkin aku tidak akan tahan...." Tiba-tiba See-bun Souw Ya tersentak. "Celaka! Apakah dia sedang mengacaukan pikiranku dengan suara serulingnya?" Saat See-bun Souw Ya akan menyuruh sastrawan itu menghentikan suara serulingnya, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda. Kemudian tampak tiga penunggang kuda di depan warung itu. Ternyata mereka itu Kok Siauw Hong cs. Rupanya kedatangan mereka sedang mengejar Ih Hua Liong. Ketika Cong Siauw Hu mendengar suara seruling si sastrawan dia kelihatan girang bukan kepalang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah rupanya di sini telah ada kawan kita, jadi tidak perlu cemas. Mari kita temui dua Iblis Tua itu!" Siang-koan Po Cu pun girang. "Tidak dikira orang yang akan kita temui di rumah Han Tay Hiong, ternyata ada di sini!" kata Siang-koan Po Cu. Sebenarnya Kok Siauw Hong sangat cemas, karena belum tentu mereka sanggup mengalahkan kedua Iblis Tua itu. Ketika mendengar kedua suami isteri itu berbicara begitu, dia tertegun. "Siapa orang itu?" kata Siauw Hong. "Dia Bu-lim Thian-kiauw (Orang cerdas Rimba Persilatan)." kata Cong Siauw Hu menjelaskan. Mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong girang. "Kiranya dia! Jadi aku tidak perlu cemas!" pikir Kok Siauw Hong. Seruling itu terbuai oleh suara seruling itu. Mereka seolah tidak melihat kehadiran Kok Siauw Hong cs. "Bagus! Kok Siauw Hong, kau bernyali besar hingga masih berani datang ke mari!" kata Chu Kiu Sek. "Kau datang ke warung ini untuk minum teh, mengapa aku tidak?" kata Kok Siauw Hong.Kok Siauw Hong cs melompat turun dari kuda mereka. Dengan tidak menghiraukan katakata Chu Kiu Sek dengan santai Kok Siauw Hong cs masuk ke dalam warung. Chu Kiu Sek melirik ke arah See-bun Souw Ya, See-bun mengibaskan tangannya, kemudian mengawasi ke arah si sastrawan yang sedang meniup seruling, saat itu seolah dia ingin bilang bahwa kedatangan musuh yang baru itu tidak perlu dihiraukan.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat hal itu Chu Kiu Sek mengerutkan keningnya Dalam waktu bersamaan terdengar para prajurit Mongol menangis sedih. See-bun Souw Ya berdiri sambil membentak. "Hentikan serulingmu! Jangan kau tiup lagi!" kata See-bun Souw Ya. Bentakan See-bun Souw Ya bagaikan suara guntur yang menggelegar, hingga menghentikan tangisan para prajurit Mongol. Si sastrawan menghentikan serulingnya. "Apa Anda sudah puas mendengar suara serulingku ini?" kata dia. See-bun Souw Ya tertawa. "Ternyata kau Cendekiawan Tam, rupanya aku salah mata. Mohon bertanya, apa maksud kedatangan Anda ke mari?" kata See-bun Souw Ya. Memang sastrawan itu bernama Tam Yu Cong, seorang cendekiawan yang bekerja di Kerajaan Kim. Namun karena tidak puas oleh tindakan Raja Kim, dia meninggalkan istana dan merantau sebagai pengelana. Kaum Rimba Persilatan memberi gelar kepadanya dengan gelar Bu-lim Thian-kiauw kepadanya. Isteri Tam Yu Cong bernama See Kian Yun kakak-beradik dengan isteri Souw Goan Tiak dan bernama See Lian Ceng-sia. Dugaan Cong Siauw Hu benar, Souw Goan Tiak memang mengutus Tam Yu Cong ke rumah Han Tay Hiong untuk bertemu dengan mereka. Ketika Tam Yu Cong sampai ke rumah Han Tay Hiong, ternyata rumah Han Tay Hiong telah musnah. Harta itu sudah tidak ada di sana. Dia mendapat khabar bahwa harta yang sedang dikawal oleh anggota Kay-pang berhasil dirampok oleh kedua Iblis Tua dan dibawa ke arah barat. Oleh sebab itu Tam Yu Cong tidak menunggu sampai Cong Siauw Hu dan isterinya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiba, dia langsung berangkat mengejar para perampok harta itu. "Aku ke sini untuk minum teh! Bukankah kau sudah bilang kau mau membayariku?" kata Tam Yu Cong. "Saudara Tam, kau jangan main sandiwara, sebenarnya apa maumu?" kata See-bun Souw Ya. Tam Yu Cong tertawa. "Bukankah sudah aku bilang tadi, aku tidak punya uang? Kau bilang kau ingin bersahabat denganku, maka aku ingin meminjam uang darimu untuk membayar teh!" kata Tam Yu Cong. See-bun Souw Ya mengawasinya.

"Oh! Aku tahu sekarang, kau datang ke mari untuk harta itu, bukan?" kata See-bun Souw Ya. Tam Yu Cong tertawa dingin. "Benar!" kata Tam Yu Cong. "Ternyata kau cepat tanggap dalam soal ini!" See-bun Souw Ya kaget. "Dia dengan Siang Auw Kan Kun sangat terkenal. Untung hanya dia yang datang, barangkali dia masih dapat kuatasi," pikir See-bun Souw Ya yang tidak ingin menunjukkan kelemahannya. "Jika kau menginginkan harta itu, kau harus menunjukkan dulu kepandaianmu padaku!" kata See-bun Souw Ya. Tam Yu Cong tertawa terbahak-bahak. "Tentu! Itu sudah tentu! Jika aku tidak menunjukkan kepandaianku, mana enak aku mengambil harta itu. Baiklah, aku akan meniup sebuah lagu untukmu!" kata Tam Yu Cong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 31

Tadi See-bun Souw Ya maupun Chu Kiu Sek dan anak buahnya sudah tahu, betapa lihaynya seruling Tam Yu Cong yang telah mempengaruhinya. Ketika See-bun Souw Ya mendengar Tam Yu Cong akan meniup serulingnya See-bun Souw Ya membentak. "Sastrawan Tam, jangan kau lakukan lagi, kau sangat menghinaku! Aku tahu kau pesilat tinggi dari Kerajaan Kim, tapi aku juga bukan orang yan tidak ternama. Hari ini beruntung kita bertemu di sini, bagaimana jika kita mencoba kepandaian di sini!" kata See-bun Souw Ya. Tam Yu Cong tertawa. "Tadi kau yang meminta aku meniup seruling, sekarang kau pula yang menyuruh jangan. Aku tidak peduli, apakah kau mau mendengar atau tidak, tapi aku tetap akan meniup serulingku!" kata Tam Yu Cong. Usai berkata Bu-lim Thian-kiauw Tam Yu Cong mulai meniup serulingnya Dia meniup serulingnya sambil berdiri. Sambil meniup seruling dia berjalan ke luar warung. Mula-mula suara seruling itu seperti suara ombak yang menderu-deru. Sekalipun lwee-kang See-bun Souw Ya tinggi, tapi otaknya tetap terganggu oleh suara seruling itu. Karena tidak tahan See-bun Souw Ya membentak. "Bedebah! Kau berani mempermainkan aku!" kata See-bun Souw Ya. Dia langsung mengerahkan ilmu Hua-hiat-to sampai tingkat delapan dan menyerang Bu-lim Thian-kiauw Tam Yu Cong.

"Ah aku tidak berani main-main pada Anda!" kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi tak lama dia kibaskan serulingnya. Seketika itu juga tampak bayangan serulingnya berkelebat-kelebat. Pukulan See-bun Souw Ya yang bau amis buyar terbawa angin kibasan seruling Tam Yu Cong yang lihay. Malah bayangan seruling itu telah mengurung tubuh See-bun Souw Ya. Seruling itu mengeluarkan suara dahsyat yang menderuderu sangat tajam. Ini membuat See-bun Souw Ya terperanjat bukan kepalang, dan pikirannya jadi kacau. Mau tidak mau serangan See-bun Souw Ya jadi kacau dan bisa dikatakan telah buyar. Tidak lama kelihatan See-bun Souw Ya mulai terhuyung-huyung ke belakang sebanyak tiga langkah. Kakek guru Tam Yu Cong seorang tokoh persilatan yang aneh, dia ahli silat dan ahli sastra juga. Saat dia menciptakan Ciak-hu-sin-siauw (Ilmu Seruling Sakti), sang kakek menggunakan syair dari Dinasti Tang pada setiap jurusnya Demikian juga nada seruling yang diciptakannya. See-bun Souw Ya memang lihay sekalipun ilmu silatnya mulai kacau, dia tetap tenang dan tidak panik. "Kung-fu apa yang kau gunakan itu? Beranikah kau bertarung dengan kung-fu yang wajar?" kata See-bun Souw Ya pada Tam Yu Cong. Karena tidak mendapat jawaban See-bun Souw Ya menyerang lagi dengan cengkraman tangan kanannya, sedang tangan kirinya menyerang dengan jurus Hua-hiat-to. "Aku yakin kau tidak tahu tentang ilmu Seruling Sakti, kenapa kau menyalahkan aku?" kata Tam Yu Cong. Tam Yu Cong mulai meniup serulingnya dengan syair Dinasti Tang. Kini dia gunakan gin-kangnya sehingga tampak bayanganya bergerak kian-kemari. Sekalipun See-bun Souw Ya memperhebat ilmu cengkraman Hua-hiat-to-nya, namun dia tidak mampu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyentuh tubuh Tam Yu Cong, jangankan tubuhnya pakaiannya pun dia tidak mampu menyentuhnya. Tam Yu Cong terus meniup lagu lain, sesudah itu baru dia melintangkan serulingnya di depan dadanya. Jurus tersebut indah sekali, walau tampak sangat sederhana, tetapi banyak

perubahan-perubahan sehingga mampu melakukan serangan baik ke arah se-bun Souw Ya. Sekarang See-bun Souw Ya sudah menyadari lihay-nya serangan Tam Yu Cong ini, buruburu dia tarik serangannya. Melihat lawan menarik serangannya Tam Yu Cong tertawa. "Bukankah tadi kau menantangku bertarung secara jantan, kali ini akan aku tunjukkan kelihayanku!" kata Tam Yu Cong sambil tersenyum. Seketika itu tampak seruling di tangan Tam Yu Cong menunjuk kian-kemari, dengan demikian bayangan seruling itu berkelebat pula kian kemari. Seruling itu terbuat dari batu giok. Tetapi di tangan Tam Yu Cong seruling itu bisa diubah dijadikan pedang ataupoan-koan-pit (senjata mirip alat tulis Tionghoa yang bernama pit, red). Karena ujung seruling berkali-kali bergerak ke arah See-bun Souw Ya dan mengarah ke jalan darah lawan yang akan ditotoknya, serangan gencar itu membuat See-bun Souw Ya tidak sempat menggunakan jurus Hua-hiat-to, karena terus didesak. Diam-diam dia cemas juga. "Ternyata Tam Yu Cong yang bergelar Bu-lim Thian-kiauw bukan nama kosong! Dia memang pantas mendapat gelar tersebut!" pikir See-bun Souw Ya. Tadi tentara berkuda Mongol diam saja dan tidak memperhatikan pertarungan itu. Tetapi saat melihat See-bun Souw Ya mulai terdesak, wajah mereka berubah. Sebagian tentara yang tadi tidur-tiduran di rumput, sekarang sudah bangun dan menyerbu ke arah warung teh dan kini warung itu terkepung oleh mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Kiu Sek mulai cemas. "Tampaknya aku harus bergabung dengan See-bun Souw Ya mengeroyok orang itu. Aku sudah tidak perlu memakai aturan kalangan Kang-ouw lagi!" pikir Chu Kiu Sek. "Jika aku tidak segera ikut membantu See-bun Souw Ya, setelah dia kalah aku bukan lawan dia lagi!" Tiba-tiba Chu Kiu Sek membentak keras. "Cepat tangkap ketiga orang itu!" kata Chu Kiu Sek. Dia langsung bergabung dengan See-bun Souw Ya menyerang ke arah Tam Yu Cong. "Phui! Dasar Iblis Tua tidak tahu malu!" bentak Siauw Hong. Kok Siauw Hong bergerak cepat menghunus pedangnya dan menyerang Chu Kiu Sek, sedang Chu Kiu Sek buru-buru membalikkan tangannya melancarkan pukulan ke belakang. Pukulan itu membuat Kok Siauw Hong terpaksa harus berkelit

dan Chu Kiu Sek terus maju ke depan akan membantu Seebun Souw Ya. Saat itu tentara Mongol sudah mulai menyerang. "Siauw Hu!" teriak Tam Yu Cong. "Jika kalian tidak segera merebut harta itu mau tunggu kapan lagi?" Mendengar teriakan itu Cong Siauw Hu dan isterinya menghunus pedang mereka. Mereka langsung menyerang tentara Mongol. Hanya dalam waktu sekejap beberapa tentara Mongol berhasil mereka lukai. Cong Siauw Hu bergerak mendekati Kok Siauw Hong seraya berkata perlahan. "Kedua Iblis Tua itu lihay, tetapi mereka bukan tandingan Tam Yu Cong. Mari kita rampas harta itu!" kata Cong Siauw Hu. "Baik," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Kiu Sek menyerang Tam Yu Cong dengan jurus Siu-loimsat-kang tingkat delapan ke arah Tam Yu Cong. Serangan itu mengandung hawa dingin yang luar biasa Saat pukulan itu hampir mengenai bahunya, Tam Yu Cong menggeser tubuhnya, dan langsung meniup serulingnya Chu Kiu Sek merasakan ada angin panas menyerang ke arahnya, membuat dia sulit benapas. Pukulan Chu Kiu Sek tidak berhasil melukai Tam Yu Cong, tetapi sebaliknya Chu Kiu Sek yang jadi kedinginan. Ketika itu seolah dia berada di tumpukan salju yang sangat dingin. Seruling Tam Yu Cong suling yang ajaib, saat ditiup mengeluarkan udara hangat dan mampu membuyarkan jurus Siu-lo-im-sat-kang milik Chu Kiu Sek. Jika satu lawan satu pasti Chu Kiu Sek sudah terjungkal di tangan Tam Yu Cong, tetapi karena dia bergabung dengan See-bun Souw Ya mereka j adi seimbang. Chu Kiu Sek menyerang dengan pukulan yang mengeluarkan hawa dingin, See-bun Souw Ya serangannya berbau amis. Sedangkan seruling Tam Yu Cong mengeluarkan hawa hangat. Jadi tidak heran jika di tengah gelanggang terjadi beberapa kali perubahan. Sebentar dingin, sebentar bau amis, dan kemudian terasa hangat. Sedang tentara Mongol hanya mengepung gelanggang tanpa berani maju membantu dua Iblis Tua itu. Tentara Mongol yang mengawal harta rampasan itu terdiri dari prajurit Mongol pilihan, tidak heran jika Cong Siauw Hu dan isterinya tidak mudah bisa segera merebut harta yang mereka jaga. Ketika Tam Yu Cong meniup serulingnya saat bertarung dengan kedua Iblis Tua itu, suara seruling itu mau tidak mau berpengaruh juga kepada tentara Mongol yang menjaga harta

Tiba-tiba mereka yang gagah berani mengawal harta dari serbuan Cong Siauw Hu dan isterinya itu, mulai kelihatan limbung bagaikan orang yang mabuk arak. Semangat tentara Mongol itu mulai buyar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Taluwa yang memimpin pasukan Mongol itu maju. Dia adalah orang yang memanah Kok Siauw Hong tempo hari. Menyaksikan situasi mulai tidak menguntungkan bagi pihaknya dia buru-buru melompat ke atas kudanya dan mengambil busur siap memanah ke arah Kok Siauw Hong yang mulai maju akan membantu Cong Siauw Hu dan isterinya. Kok Siauw Hong sudah tahu betapa lihaynya panglima Mongol ini menggunakan panah. Kebetulan saat maju dia berada dekat dengan dua tentara Mongol. Pada saat terdengar suara busur menjepret, Kok Siauw Hong sudah langsung berkelit, lalu menyaambar salah seorang prajurit Mongol yang ada di dekatnya itu Saat terdengar tali busur kembali menjepret tak lama terdengar jeritan dari prajurit yang ada di tangan Kok Siauw Hong. Rupanya Kok Siauw Hong menggunakan prajurit Mongol sebagai tameng baginya. Anak panah Taluwa itu menancap di dada prajurit itu. Nyawanya seketika itu juga melayang. Bukan main gusarnya Taluwa. Kembali dia memanah Kok Siauw Hong sebanyak tiga kali. "Seer! Seer! Seer!" terdengar desingan anak panah ke arah Kok Siauw Hong. Dengan cepat Kok Siauw Hong menunduk mengelak anak panah yang tertuju ke mukanya, anak panah yang kedua dia tangkis dengan pedang, sesudah itu Kok Siauw Hong berkelit menghindari anak panah ketiga yang melewati sisi kanan tubuhnya Kok Siauw Hong tidak tinggal diam dia bergerak cepat, sesudah terhindar dari tiga anak panah Taluwa dia merebut salah sebuah tombak dari prajurit Mongol. Kemudian tombak itu disambitkan ke arah Taluwa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Taluwa tahu dia diserang, dia tangkis tombak yang meluncur ke arahnya itu dengan busur di tangannya Tak lama terdengar suara keras. "Pletak,braak!"

Ternyata busur di tangan Taluwa patah dua Melihat senjata ampuh lawan telah patah Kok Siauw Hong melompat ke arah kudanya. Dia segera memacu kuda itu. "Taluwa kau mau lari ke mana?" kata Kok Siauw Hong. Saat itu tentara Mongol sudah dalam keadaan kocar-kacir diserang oleh Cong Siauw Hu dan isterinya Dengan demikian tidak ada tentara Mongol yang menghalangi Kok Siauw Hong mengejar Taluwa Kuda Taluwa kalah cepat oleh Siauw-pek-liong, kuda milik Kok Siauw Hong. Tidak berapa lama Taluwa sudah terkejar oleh Kok Siauw Hong. Taluwa akhli panah, tapi sekarang di tangannya sudah tak ada busur panah andalannya. Saat Kok Siauw Hong menyerang dia dengan Cit-siu-kiam-hoat, dalam beberapa jurus Taluwa sudah mulai kewalahan. Bahkan tak lama kemudian Taluwa sudah terjungkal dari atas kudanya. Saat Taluwa mencoba kabur dengan berlari, Kok Siauw Hong merampas tombak prajurit Mongol. Dengan tombak itu dia sambit Taluwa dengan sekuat tenaga, "Aaakh!" jerit Taluwa. Punggung Taluwa tertembus tombak yang disambitkan oleh Kok Siauw Hong. Maka tewaslah panglima Mongol yang gagah berani itu. Sesudah Taluwa tewas tentara Mongol sudah tidak bersemangat untuk mngadakan perlawanan. Mereka serabutan melarikan diri. Ketika itu Kok Siauw Hong dan suami isteri ituhampir berhasil merebut harta itu. Tiba-tiba Kok Siauw Hong terkejut bukan kepalang saat mendengar suara derap kaki kuda. Dia mengira itu pasti bala-bantuan dari tentara Mongol. Dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

munculnya pasukan Mongol baru, tidak mungkin mereka akan berhasil merebut harta itu dari tentara Mongol. Tetapi mendadak dia mendengar seman Cong Siauw Hu. "Apakah yang datang itu Saudara Bong?" teriak Cong Siauw Hu Mendengar seruan itu pemimpin orang yang naik kuda itu maju lebih cepat sambil membantai tentara Mongol yang mencoba melarikan diri. "Benar aku! Malah aku datang bersama saudara Tu!" sahut orang itu. Sesudah pasukan berkuda itu dekat Kok Siauw Hong baru mengenali, bahwa itu bukan pasukan Mongol. Orang yang berada paling depan pria bewokan. Di sampingnya lelaki berumur pertengahan, dia berpakaian seperti seorang sastrawan, Kok Siauw Hong mengenali pria itu, dia adalah Tu Hok.

Bukan main girangnya Kok Siauw Hong. "Cong Tay-hiap, siapa orang yang kau panggil Saudara Bong itu?" kata Kok Siauw Hong. "Jadi kau belum kenal padanya, dia pemimpin pejuang yang bermarkas di gunung Ciak-lo, namanya Bong Cian!" kata Cong Siauw Hu sambil tersenyum. Tentara Mongol sudah kabur semuanya. Sedang Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya pun sulit menghadapi Tam Yu Cong. Mereka pun mulai gelisah. "Keadaan sudah berubah lebih baik kabur!" pikir Chu Kiu Sek. Begitu juga yang ada di benak See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka langsung menyerang beruntun bersama-sama, hingga Tam Yu Cong sibuk menangkis serangan itu. Saat itu digunakan kedua Iblis Tua untuk kabur. Cong Siauw Hu dan isterinya akan mengejar kedua Iblis Tua itu, tetapi Tam Yu Cong mencegahnya. "Biarkan mereka pergi!" kata Tam Yu Cong. Beng Cian dan Tu Hok menghampiri Tam Yu Cong yang memang merupakan sahabat lama. Mereka tertawa-tawa girang. "Aku datang bersama Yo Si-ko," kata Tu Hok. "Semalam aku baru tiba di Ciak-lo-san dan bertemu Bong Cian. Sedang Yo Si-ko sedang pergi mengurus suatu urusan. Aku diminta saudara Bong Cian untuk membantunya. Tidak kusangka hari ini kita bertemu di sini!" Bong Cian ketika itu ingin pergi ke lembah Ceng Liong, Tetapi di tengah perjalanan mereka mendengar suara pertempuran. Dengan demikian sekarang mereka berhasil merebut kembali harta yang telah dirampok itu. "Mari aku perkenalkan, ini Kok Siauw-hiap," kata Cong Siauw Hu. Tu Hok tertawa. "Aku pernah bertemu dengannya di Pek-hoa-kok. Saudara Kok aku dengar kau mengalami bencana di lembah Ceng Liong Aku jadi cemas sekali, untung kau selamat! Dan kuucapkan selamat!" kata Tu Hok. Bong Cian tertegun. "Ah kiranya dia Kok Siauw-hiap. Dua hari yang lalu ada dua orang sedang mencarimu!" kata Bong Cian. Kok Siauw Hong kaget. "Siapa mereka itu?" kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seorang pria dan seorang wanita, yang pria bernama Seng Liong Sen, sedang yang wanita bernama Ci Giok Hian!" jawab Bong Cian. Kok Siauw Hong memang sudah sangat kangen ingin segera bertemu dengan kekasihnya itu, begitu dia dengar Ci Giok Hian mencari dia maka Kok Siauw Hong pun girang bukan kepalang. "Oh!" kata Siauw Hong. "Mereka bilang apa?" "Nona Ci memberitahu aku bahwa kau tewas di lembah Ceng Liong..." kata Bong Cian. Kok Siauw Hong tertegun. "Dia... dia mengira aku telah tewas?" "Sayang, aku tidak menanyakannya dengan jelas kepadanya," jawab Bong Cian. "Tetapi tampaknya dia sangat yakin. Mungkin dia mendengar kabar itu dari orang yang selamat dari bencana di lembah Ceng Liong." Kok Siauw Hong tertegun tapi tiba-tiba dia sadar. "Oh, dia datang ke sana dan bertemu dengan anggota Kaypang yang selamat, maka itu mereka memberitahu Giok Hian mengenai keadaanku. Ketika itu kudaku terpanah hingga aku terjatuh ke dalam lembah. Tidak heran kalau orang-orang menyangka aku telah tewas. Tapi siapakah Seng Liong Sen itu?" kata Kok Siauw Hong bingung. "Seng Liong Sen murid Bu-lim Beng-cu daerah Kang-lam bernama Bun Ek Hoan!" kata Tu Hok. "Aneh, padahal Giok Hian tidak pernah ke Kang-lam, dia juga tidak pernah bilang dia kenal dengan murid Bun Tayhiap. Tapi bagaimana mereka bisa berjalan bersama?" pikir Siauw Hong. Tu Hok sahabat Han Tay Hiong. Dia kurang senang mendengar Kok Siauw Hong membatalkan pertunangannya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan puteri Han Tay Hiong, saat di lembah Pek-hoa-kok, dia tidak mau berterus terang, takut dianggap ikut campur urusan orang lain. Saat dia melihat wajah Kok Siauw Hong agak murung, dia langsung bicara. "Kok Siauw-hiap, jangan kau anggap aku usil. Dalam keadaan kacau seperti sekarang, seorang lelaki berpisah dengan wanita itu sudah wajar. Jangan hanya karena seorang wanita, lalu kau melalaikan tugasmu. Oh, ya, kau sudah

membatalkan pertunanganmu dengan keluarga Han, bukan? Aku dengar Han Lo Eng-hiong mendapat musibah. Sekarang pun aku belum tahu apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Karena hubungan keluarga kalian maka kau tidak boleh tinggal diam! Sekarang Ci Giok Hian sudah punya pilihannya, menurutku kau jangan terlalu memikirkannya!" kata Tu Hok. Sekalipun Tu Hok tidak terang-terangan namun di balik ucapannya dia ingin mengatakan, bahwa hati Ci Giok Hian "kini telah berubah", rupanya Tu Hok ingin menyadarkan Kok Siauw Hong. Hati Kok Siauw Hong terasa pedih mendengar kata-kata Tu Hok tersebut. "Tidak! Tidak mungkin! Itu tidak mungkin! Aku tahu Ci Giok Hian berani menanggung risiko apapun demi aku, mana mungkin hatinya akan berubah begitu cepat terhadapku?" pikir Kok Siauw Hong. Walau demikian Kok Siauw Hong curiga juga. Dia tahu Tu Hok tidak akan bicara sembarangan, pasti orang tua ini telah melihat mereka mesra berduaan. Beberapa saat Kok Siauw Hong termenung-menung. Tapi kemudian dia berkata, "Kebetulan aku sudah tahu jejak Paman Han, maka aku harus segera ke sana. Tapi Giok Hian ke mana, apakah dia memberitahu Cian-pwee?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku pernah mengundang mereka agar datang ke Kim-keeleng, tetapi dia tidak bersedia!" kata Tu Hok. "Sayang dia tidak memberitahuku mau ke mana dia? Tetapi yang kuketahui Seng Liong Sen harus pulang ke Kang-lam. Maka sebagai sahabat, apakah Nona Ci ikut dengannya ke Kang-lam?" "Baiklah, kalau begitu aku harus pergi mencari Paman Han," kata Kok Siauw Hong. "Apa kau perlu kubantu?" tanya Tu Hok. Saat itu hati Kok Siauw Hong sedang kacau, maka itu dia menjawab sekenanya. "Maaf, aku tidak berani merepotkan Cian-pwee!" kata Siauw Hong. Tiba-tiba Tam Yu Cong bertanya pada Siauw Hong. "Sebenarnya Han Lo Eng-hiong jatuh di tangan siapa?" kata Tam Yu Cong. "Aku tidak mengetahuinya dengan jelas," jawab Kok Siauw Hong. "Tetapi berdasarkan jejak yang kuketahui, sekarang Paman Han ditahan di suatu tempat yang sangat rahasia. Tempat itu letaknya tidak jauh dari rumahnya. Majikan tempat itu seorang wanita berkepandaian tinggi, dia dibantu oleh Seebun

Souw Ya dan Chu Kiu Sek!" "Benarkah begitu?" tanya Tam Yu Cong. Kok Siauw Hong menceritakan apa yang diketahuinya tentang Beng Cit Nio yang bertempat tinggal di balik air terjun itu. Mendengar keterangan itu semua tercengang. Tu Hok manggut-manggut "Memang sebagian cerita tentang Han Lo Eng-hiong sudah kuketahui, namun seperti yang kau ceritakan aku pun tidak tahu dengan jelas!" kata Tu Hok pada Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masa ini wanita berkepandaian tinggi bisa dihitung dengan jari, tapi mengapa aku tidak pernah mendengar tentang wanita gagah itu?" kata Tam Yu Cong. "Dia memang berilmu tinggi, kelihatannya juga dia bukan orang jahat!" kata Siauw Hong. "Malah ketika aku masih kecil dia pernah menyelamatkan nyawaku!" Kok Siauw Hong mengisahkan kejadian masa kecilnya di rumah Han Tay Hiong. "Kalau begitu wanita itu baik," kata Tam Yu Cong. "Tetapi kenapa dia berhubungan dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek dan menyusahkan Han Lo Eng-hiong?" "Mengenai masalah itu aku tidak tahu," kata Siauw Hong. "Sekarang kedua Iblis Tua itu sudah kabur, mungkin mereka tidak berani datang lagi ke tempat itu. Aku akan mencari Paman Han di sana. Mudah-mudahan wanita itu tidak mencelakai aku!" Tu Hok memang punya urusan lain, ketika mendengar Kok Siauw Hong begitu yakin, dia berkata pada anak muda itu. "Kau tidak butuh bantuanku, kalau begitu cepatlah kau ke sana! Semoga kau berhasil menemukan Han Lo Eng-hiong. Jika sudah bertemu ajak beliau ke Kim-kee-leng!" kata Tu Hok. "Baik," kata Siauw Hong. Tak lama mereka berpisahan. Tam Yu Cong bersama Cong Siauw Hu dan isterinya mengantarkan harta ke See-lian-san. Tu Hok pun pamit pada Bong Cian. Dia harus segera kembali ke Kim-kee-leng memberi laporan pada Hong-lay-mo-li. Dengan menunggang kudanya Kok Siauw Hong seorang diri melakukan perjalanan. Di sepanjang jalan dia tidak mendapat halangan, maka itu tak lama Kok Siauw Hong sudah sampai di rumah Han Tay Hiong yang sebagian telah menjadi puing. Begitu sampai kelihatan wajah pemuda ini jadi murung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak aku sangka pembahan bisa begitu cepat terjadi, hanya dalam beberapa bulan semua sudah berubah!" pikir Kok Siauw Hong. "Sebenarnya aku sudah berjanji akan bertemu dengan Ci Giok Hian di rumah Paman Han ini. Tidak kusangka rumah ini telah men-jadi puing, sedangkan Giok Hian sekarang entah ke mana? Aaah, apakah benar seperti kata Tu Hok dia telah berubah. Sekarang cintanya telah dialihkan pada pemuda bernama Seng Liong Sen? Sekalipun dia dengar aku sudah binasa, tidak mungkin begitu cepat jatuh hati pada pemuda lain." Ketika itu hari sudah senja... "Di mana aku harus bermalam?" pikir Kok Siauw Hong. "Ah, di sini masih ada kamar yang tidak terbakar. Itu kamar Pwee Eng! Tapi apa salahnya aku tidur di sini, besok baru aku mencari Paman Han!" Sampai saat itu dia masih berpikir Ci Giok Hian masih akan datang ke tempat itu. Rumah Han Tay Hiong telah dibakar oleh See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, sebagian rumah itu telah musnah dilalap api. Sekarang yang masih tertinggal hanya sebuah kamar milik nona Han. Kok Siauw Hong bukan orang yang banyak pantangan. Setelah melakukan perjalanan berhari-hari yang melelahkan, akhirnya dia pun kepayahan juga. Sekarang dia ada di rumah Han Tay Hiong, kemudian dia langsung berjalan menuju ke kamar Han Pwee Eng yang masih dalam keadaan utuh tidak terbakar. "Aku tidak tahu apakah khabar tentang Ci Giok Hian itu benar atau tidak?" pikir pemuda ini. "Tetapi yang jelas sudah ada orang yang melihat dia berjalan berdua dengan Seng Liong Sen! Dan Han Pwee Eng entah pergi ke mana? Jika dia pulang dan melihat aku tidur di kamarnya, mungkin dia akan memarahiku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mana mungkin di dunia ini bisa ada kejadian yang kebetulan? Aku sudah di sini, lebih baik aku tidur di kamar ini saja!" pikir Kok Siauw Hong. Dia singkap kelambu. Seketika itu tercium bau harum, tanpa sadar dia tertawa sendiri. "Tujuan kedatanganku ke Lok-yang untuk membatalkan pertunanganku dengan Han Pwee Eng. Tetapi tidak aku kira

malam ini malah aku tidur di ranjang Han Pwee Eng. Kalau orang sampai mengetahui hal ini, sungguh aku tidak punya muka untuk bertemu orang lagi!" pikir Kok Siauw Hong. Saat Kok Siauw Hong akan meletakkan kepalanya ke bantal, dia melihat sarung bantal bersulam sepasang burung Wan-yo (Walet). Sarung bantal itu kelihatan masih baru. Di sisi atas bantal itu terdapat syair dua baris. "Mudah-mudahan panjang umur dan hibup bahagia selamanya." Rupanya bantal itu disulam oleh Han Pwee Eng dengan diam-diam. Mungkin sarung bantal itu untuk kenang-kenangan hari pernikahannya Namun, suatu hari sulaman sarung bantal itu terlihat oleh pelayannya, lalu menggurauinya Hal itu membuat Han Pwee Eng merasa malu dan sarung bantal itu dia biarkan di situ tidak dibawa saat dia mau ke Yang-cou menikah dengan Kok Siauw Hong. Melihat sarung bantal itu Kok Siauw Hong tertegun, hatinya terasa pedih. "Han Pwee Eng menyulam sarung bantal ini dengan penuh rasa cinta kepadaku. Mana dia sangka aku malah akan membatalkan pernikahan itu, hingga membuat dia malu! Aaah! Aku bersalah besar kepadanya!" pikir Kok Siauw Hong. Sebenarnya Kok Siauw Hong bukan tidak mencintai Han Pwee Eng. Tetapi karena mereka tinggal berjauhan, dan Kok Siauw Hong sudah berkenalan dengan Ci Giok Hian, dia telah memilih Ci Giok Hian yang dia anggap lebih baik dari Han Pwee Eng. Sekarang setelah Ci Giok Hian pergi dengan Seng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liong Sen, hati Ci Giok Hian telah berubah, Kok Siauw Hong mulai berpikir. Saat itu tiba-tiba dia ingat pada Han Pwee Eng. Kok Siauw Hong pun tidak mengetahui bahwa saat itu pun Han Pwee Eng pun sangat merindukannya. Apalagi saat ayahnya akan diobati oleh Seng Cap-si Kouw dia sudah dipesan oleh ayahnya harus mencari Kok Siauw Hong. Hari itu setelah meninggalkan rumah Seng Cap-si Kouw dan ayahnya, Han Pwee Eng yang hatinya hampa berpikir. "Ah, ke mana harus kucari dia? Tetapi, sekalipun aku tahu di mana dia berada, aku tidak akan menemuinya lagi!" pikir Han Pwee Eng. Benarkah dia tidak ingin bertemu lagi dengan Kok Siauw Hong? Dia sendiri tidak berani menjawab pertanyaan itu. Sejak kecil dia ditunangkan dengan Kok Siauw Hong. Karena dia masih kecil, di matanya Kok Siauw Hong hanya anak lelaki yang lebih besar dari dia dan lebih nakal. Bisa dikatakan dia tidak begitu kenal. Saat mendengar dari ayahnya, bahwa Kok Siauw Hong seorang itu pemuda gagah, itu membuat hatinya

jadi girang. Ketika itu muncul khayalan yang indah-indah dalam benaknya. Mendadak terjadi perubahan besar karena tahu pemuda itu mencintai gadis lain. Sejak saat itu kesan baiknya terhadap Kok Siauw Hong berubah. Selain malu dia merasa tersinggung oleh sikap pemuda itu. Sekalipun dia mau mengalah pada Ci Giok Hian, tetapi dia merasa telah dipermalukan oleh Kok Siauw Hong. Saat dia meninggalkan lembah Pek-hoa-kok dan pulang seorang diri, dalam hatinya Kok Siauw Hong sudah bukan pemuda tampan dan gagah perkasa lagi di matanya. Dia anggap pemuda itu sebagai pemuda tidak berperasaan dan tidak setia. Ketika sampai di rumahnya, keadaannya sudah terbakar, kebetulan dia juga diserang oleh Chu Kiu Sek. Tiba-tiba Kok Siauw Hong muncul. Mereka berdua menghadapi Iblis Tua itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hati Han Pwee Eng kembali berubah dan tidak lagi menganggap Kok Siauw Hong sebagai pemuda tidak berperasaan dan tidak setia. Hari itu setelah meninggalkan ayahnya, dia pulang ke rumahnya. Tanpa sadar dia ingat saat menunggu kepulangan Kok Siauw Hong dari markas cabang Kay-pang. Mungkin ketika pemuda itu datang dia tidak menemukannya, karena Kok Siauw Hong tidak mengira, kalau dia tertipu oleh See-bun Souw Ya yang mengajak ke rumah tempat ayahnya ditahan. "Dia pasti mengira aku masih marah kepadanya, maka itu aku tidak mau menemuinya Apalagi sekarang telah lewat beberapa hari, dia pasti tidak akan menunggu aku di rumah ini. Walau Ayah menyuruhku mencarinya tetapi ke mana aku harus mencarinya?" pikir Han Pwee Eng. Tiba-tiba Han Pwee Eng ingat kata-kata Tik Bwee, pelayan Seng Cap-si Kouw. Dia bilang siauw-yanya Seng Liong Sen telah bertunangan dengan Ci Giok Hian. Entah benar entah tidak? Tetapi yang masih diingat Han Pwee Eng, ketika Beng Cit Nio melihat cincin yang ada di saku Ci Giok Hian. Ketika itu Beng Cit Nio tidak jadi membunuh nona Ci. Jelas ucapan Tik Bwee itu bukan cuma mengada-ada. Aah, jika itu benar dan diketahui oleh Kok Siauw Hong, entah bagaimana perasaannya? Ketika Kok Siauw Hong datang ke rumahnya setelah jatuh dari lembah Ceng Liong, nona Han baru sampai ke rumahnya. Begitu sampai dia menuju ke kamarnya. Tiba-tiba nona Han melihat ada cahaya terang di kamarnya, malah dia juga melihat sesosok bayangan sedang duduk di atas tempat tidurnya.

Han Pwee Eng kaget bukan kepalang, dia seolah-olah sedang bermimpi. Pada saat yang bersamaan Kok Siauw Hong yang tidak bisa tidur setelah melihat sarung bantal sulam itu, merasa ada langkah orang. Mendadak Kok Siauw Hong menoleh dan melompat keluar dari kamar itu. Kebetulan dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertemu muka dengan Han Pwee Eng, hingga keduanya tertegun agak terkesima. "Eh, ternyata kau!" kata Kok Siauw Hong. Han Pwee Eng menatap pemuda itu. "Kau belum pergi, mengapa kau bersembunyi di kamarku?" kata Han Pwee Eng. Wajah Kok Siauw Hong merah. "Hari itu saat kembali aku tidak melihatmu. Sesudah itu aku menemui berbagai masalah yang di luar dugaan. Dan hari ini aku kembali lagi ke mari karena.... aku...aku tidak tahu harus bermalam di mana? Maka.....maka aku mau tidur di sini! Tidak kusangka kau mendadak pulang, aku... .aku minta maaf." kata Kok Siauw Hong agak gugup. "Aku juga mengalami berbagai masalah di luar dugaan," kata Han Pwee Eng. "Sekarang kau sudah ada di sini, kita harus bicara terus-terang. Mari masuk, kita bicara di dalam saja!" Ketika dia lihat nona Han tidak marah, hatinya jadi tenang, lalu dia mengikuti nona itu berjalan ke dalam kamarnya. Saat dia lihat wajah Siauw Hong merah, nona Han merasa tidak enak hati untuk menggodanya. Maka itu dia ajak Siauw Hong ke kamarnya. Saat masuk dan melihat sarung bantal sulam itu, wajah nona Han berubah merah. Kok Siauw Hong purapura tidak melihatnya "Bagaimana pengalamanmu, boleh aku mendengarnya?" kata Kok Siauw Hong. "Baik, tapi aku ingin bertanya dulu padamu. Tadi kau kira aku siapa?" Kok Siauw Hong jadi serba salah wajahnya merah. Sambil tertawa Han Pwee Eng berkata perlahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau kira aku Ci Giok Hian, kan? Aku tahu kalian sudah berjanji akan bertemu di sini! Iya, kan?" kata nona Han lagi. Kok Siauw Hong mengangguk perlahan. Han Pwee Eng tersenyum.

"Pasti hal itu sangat mengecewakan hatimu," kata Han Pwee Eng, "tetapi aku sudah bertemu dengan Kakak Ci. Kau ingin tahu tentang dia?" Kok Siauw Hong tertegun. Han Pwee Eng lalu menceritakan mengenai dia tertipu oleh murid See-bun Souw Ya dan diajak ke rumah Beng Cit Nio. Dia juga menceritakan bahwa dia bertemu dengan ayahnya yang terluka parah. Kemudian bertemu dengan Ci Giok Hian yang menyamar ingin menyelamatkan mereka. Juga tentang Ci Giok Hian mengantarkan arak beracun untuk ayahnya. Dia juga bercerita bagaimana Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio berhasil mengalahkan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, sampai ayahnya dibawa ke rumah Seng Cap-si Kouw untuk diobati. Mata Kok Siauw Hong terbelalak mendengar keterangan itu. "Tidak kusangka banyak kejadian aneh kau alami. Aku rasa Beng Cit Nio tidak akan mencelakakan ayahmu. Karena wanita itulah yang menolongiku ketika tercebur ke sungai saat aku masih kecil. Tetapi yang mengherankan aku, bagaimana arak itu bisa ada racunnya? Aku jadi tidak mengerti!" kata Kok Siauw Hong. "Aku tidak menyalahkan Kakak Ci, sudah tentu aku percaya kepadanya," kata Han Pwee Eng. "Tetapi aku jadi heran atas kejadian itu!" Tiba-tiba Han Pwee Eng mengawasi pemuda itu. "Dari nada suara kata-katamu, kau mencurigai Seng Cap-si Kouw, benarkah itu?" kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak pernah bertemu dengannya," kata Siauw Hong, "maka itu aku tidak tahu sifatnya terhadap orang. Tetapi dari ceritamu aku pikir dialah orang yang patut dicurigai!" "Tetapi dia yang menyelamatkan dan membebaskan Ayahku. Dia mengobati Ayahku dengan penuh perhatian. Kalau dia yang mencelakakan Ayahku, tapi mengapa dia menolongi Ayahku?" kata nona Han bingung bukan kepalang. "Hati manusia sulit diduga," kata Kok Siauw Hong. "Aku cuma menerka. Tapi bukankah besok kita akan menemui ayahmu di tempat Seng Cap-si Kouw? Semuanya akan jadi jelas besok!" Tiba-tiba Kok Siauw Hong teringat sesuatu, dia langsung berkata lagi. "Kau bilang Seng Cap-si Kouw mempunyai seorang keponakan lelaki. Apakah keponakannya itu bernama Seng Liong Sen?" Ditanya begitu tentu saja Han Pwee Eng terkejut. "Benar, dari mana kau tahu tentang hal itu?" Saat melihat nona Han kaget mendengar pertanyaannya,

seketika itu juga hati Kok Siauw Hong jadi hambar. "Hm! Apa yang dikatakan Tu Hok memang benar," pikir Kok Siauw Hong. Selang sesaat Kok Siauw Hong berkata lagi. "Pwee Eng kau jangan membohongiku. Apa benar dia... .dia berhubungan baik dengan Seng Liong Sen?" kata Siauw Hong. Semula memang Han Pwee Eng ingin membohongi Kok Siauw Hong, itu sebabnya dia tidak pernah bercerita tentang apa yang dikatakan Tik Bwee sebelum dia pergi dari rumah Seng Cap-si Kouw. Pelayan itu mengatakan pada Han Pwee Eng, bahwa Ci Giok Hian telah bertunangan dengan Seng Liong Sen, majikan mudanya. Tidak dia sangka justru Kok Siauw Hong sudah tahu masalah itu. Sekarang pemuda itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang menatap mukanya dan bertanya tentang itu kepadanya. "Siauw Hong, kau dengar dari mana khabar itu? Kak Ci sangat baik kepadamu, kau jangan banyak curiga!" kata Han Pwee Eng. Hati Kok Siauw Hong sangat risau. "Bukan aku curiga, tetapi orang yang mengatakan dia bergaul dengan Seng Liong Sen itu orang gagah ternama!" kata Kok Siauw Hong. Kemudian dia menceritakan pengalamannya saat terjatuh dari jurang, dan kemudian dia bertemu dengan Cong Siauw Hu dan isterinya. Akhirnya harta itu bisa mereka rebut kembali atas bantuan Tam Yu Cong. Sesudah mendengar kisah itu Han Pwee Eng berpikir. "Kalau begitu barangkali kata-kata Tik Bwee memang benar?" pikir Han Pwee Eng. Tetapi dia tetap berusaha merahasiakan hal itu pada Kok Siauw Hong karena sadar, dirinya bekas calon isteri pemuda itu. Maka itu dia tidak enak hati jika menjelaskan apa yang didengarnya dari Tik Bwee. Dia takut akan dituduh egois dan hanya mementingkan kepentingan sendiri. Han Pwee Eng tetap membujuk Kok Siauw Hong agar tidak banyak curiga. "Kau tidak mengetahui dengan jelas mengenai hubungan mereka," kata Kok Siauw Hong agak kurang puas, "tetapi aku dengar sekarang mereka sedang melakukan perjalanan ke Kang-lam bersama-sama! Pasti kau tahu tentang itu, kan?" Han Pwee Eng tidak bisa berbohong lagi saat didesak begitu, terpaksa dia menjawab dengan jujur. "Pada malam Kakak Ci lolos dari tangan Beng Cit Nio, kalau tidak salah memang dia pergi bersama Seng Liong Sen!" kata

Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah, tidak aku sangka pembahan bisa terjadi begitu cepat!" kata Kok Siauw Hong. "Tetapi aku tidak bisa menyalahkan Giok Hian! Dia mengiraaku telah tewas!" Dari nada suara Kok Siauw Hong dia tidak menyalahkan Ci Giok Hian, sekalipun hatinya panas dan kesal sekali. "Walau dia menganggap aku sudah mati, tidak seharusnya dia begitu cepat melupakan ikrar kami yang akan sehidupsemati, dan begitu cepat mencari pemuda lain!" pikir Kok Siauw Hong. "Mereka berjalan bersama, tetapi belum tentu Kakak Ci hatinya telah berubah," kata Han Pwee Eng tetap membela Ci Giok Hian. "Menurutku sebaiknya kau jangan banyak curiga. Sesudah kau bertemu dengannya, boleh kau tanyakan kepadanya terus-terang!" Mendengar kata-kata Han Pwee Eng hati Kok Siauw Hong tergerak, dia kagum pada Han Pwee Eng yang tetap membela kekasihnya, padahal Ci Giok Hian telah merebut kekasih nona ini. "Dia bukan benci pada Giok Hian yang telah merebut calon suaminya, malah tetap membelanya, ini membuat aku menaruh hormat kepadanya." pikir Kok Siauw Hong. Tanpa disadarinya Kok Siauw Hong terus mengawasi Han Pwee Eng yang dia perhatikan semakin cantik di matanya. Malah seolah ada yang sedang dia pikirkan. Sudah tentu hal ini membuat Han Pwee Eng jadi serba-salah dan merasa malu, wajahnya jadi kemerah-merahan. Keadaan kamar hening seketika lamanya.... Mendadak mereka mendengar ada suara orang bicara di luar rumah, tak lama terdengar suara langkah kaki menuju ke rumah itu. Kok Siauw Hong kaget, segera dia memadamkan lampu di kamar itu dan berbisik pada Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang yang sedang ada di luar itu suara orang Mongol, kiranya mereka ingin menangkap seseorang!" bisik Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong tahu dari logat bicara orang-orang itu, maka dia yakin bukan bangsa Han tapi orang Mongol. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 32

Lewat celah jendela Kok Siauw Hong mengintai ke luar. Dia melihat empat orang pesilat Mongol sedang berjalan di halaman rumah Han Tay Hiong. Dia yakin keempat pesilat Mongol itu pasti berilmu tinggi. Mendadak pesilat Mongol yang berjalan paling depan berseru. "Siang-koan Hok, cepat keluar! Jika kau bersedia kembali bersama kami dan menjelaskan pada Hoat Ong, kami tidak akan menyulitkan kau!" kata orang Mongol itu. Pesilat Mongol itu menggunakan bahasa Han dan sangat fasih. Sekarang Kok Siauw Hong tahu, kedatangan keempat pesilat Mongol itu bukan untuk mencarinya, tetapi mereka sedang mencari dan menangkap Siang-koan Hok. "Pasti mengenai masalah harta itu, Siang-koan Hok kabur dari Ho-lim, keempat pesilat itu mengejarnya sampai di sini!" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah keempat pesilat Mongol itu berunding sebentar, salah seorang dari mereka berseru lagi. "Siang-koan Hok, aku tahu kau gagah. Kami sudah menemukanmu di sini, mengapa kau masih bersembunyi? Apa ini tidak merendahkan martabatmu?" kata orang itu. Han Pwee Eng mendekati Kok Siauw Hong lalu berbisik. "Bagaimana kalau kita terjang mereka?" kata si nona. Karena

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada sahutan dari dalam rumah, pesilat Mongol itu lalu berkata pada rekannya. "Aku mendengar suara napas ada di dalam kamar. Aku yakin mereka bersembunyi di kamar itu. Mari kita periksa!" kata orang Mongol itu. Bukan main kagetnya Kok Siauw H ong, kini dia sadar pesilat Mongol itu berilmu tinggi. "Kepandaian orang ini luar biasa," pikir Kok Siauw Hong. "Padahal sudah kucoba menahan napasku, tetapi orang itu masih mendengarnya!" Mereka cuma berempat, jika Kok Siauw Hong bergabung dengan Han Pwee Eng, dia yakin mereka belum tentu kalah. Dari pada diam dan tertangkap lebih baik dia akan menerjang keluar. Dia genggam tangan Han Pwee Eng lalu berkata perlahan. "Aku akan menerjang mereka, kau ikuti aku dari belakang!" bisik Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong mendorong daun jendela dengan tiba-tiba. Dia melompat menerjang ke luar dengan menggunakan jurus Yeh-can-pat-hong (Malam menyerang ke delapan penjuru). Salah seorang pesilat Mongol yang berdiri di dekat jendela terkejut, matanya silau oleh cahaya pedang Siauw Hong yang

berkelebat ke mukanya. Dia segera melompat ke belakang sambil mengayunkan goloknya. "Tang!" Terdengar suara benturan sangat keras, itu suara pedang Kok Siauw Hong yang membentur golok pesilat Mongol itu. Pedang Kok Siauw Hong tertangkis hingga miring, hal itu membuat pemuda ini kaget. "Hm! Kepandaian orang ini cukup tinggi, tetapi kenapa dia malah mundur?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pesilat itu bukan takut pada Siauw Hong, tetapi dia mengira yang lompat ke luar itu Siang-koan Hok. Hal itu tidak disadari oleh Kok Siauw Hong. Pesilat Mongol itu sadar jika yang keluar Siang-koan Hok, itu berbahaya baginya. Dia tahu kepandaian Siang-koan Hok sama dengan kepandaian Cun Seng Huat Ong. Tidak heran kalau pesilat Mongol itu agak jerih pada Siangkoan Hok. Sesudah mundur dan beradu senjata pesilat Mongol itu haru bisa melihat jelas, bahwa lawannya bukan Siang-koan Hok. Maki itu dia langsung membentak. "Beraninya kau bocah keparat, mengapa kau bersembunyi di situ?" kata dia. "Mundur! Biarkan aku yang menangkap dia!" kata kawan pesilat Mongol itu. Orang itu langsung menyerang Kok Siauw Hong. Gerakannya gesit bagaikan seekor burung elang menyambar mangsanya. Saat diserang Kok Siauw Hong langsung menggerakkan pedangnya, dengan jurus Ki-hwee-soh-thian (Mengangkat obor membakar langit) dia serang pesilat Mongol itu dengan dahsyat. Pesilat Mongol itu gesit sekali. Dia berkelit sekaligus mengulurkan tangan untuk mencengkram jalan darah Thianlengkay Kok Siauw Hong. Pengalaman Siauw Hong sangat luas, saat dia melihat serangan pesilat Mongol itu bergerak ke arahnya, dia langsung tahu itu jurus cengkraman burung elang yang sangat berbahaya. Buru-buru Kok Siauw Hong memiringkan kepalanya, lalu dia angkat pedangnya untuk membabat bahu pesilat Mongol itu. Melihat Siauw Hong lolos dari cengkramannya, pesilat itu melompat tinggi, salah satu kakinya menendang pedang di tangan Siauw Hong. Pedang itu berhasil ditendang hingga miring. Pada saat yang bersamaan, pesilat Mongol itu turun,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lalu membentangkan kedua tangannya akan mencengkram lawannya. Pada sepatu pesilat Mongol itu dipasangi taji terbuat dari besi yang tajam. Mengetahui sepatu lawan sangat berbahaya, Kok Siauw Hong tidak berani bertarung dalam jarak dekat. Kok Siauw Hong mundur selangkah, lalu menusukkan pedangnya ke arah jalan darah pesilat Mongol itu. Serangan pedang Cit-siu-kiam-hoat bisa bergerak cepat ke tujuh jalan darah lawan dengan satu kali serang. Karena pesilat Mongol itu belum pernah melihat jurus yang begitu aneh dia terperanjat bukan kepalang. "Aku kira para pesilat Mongol sudah sangat lihay-lihay, tetapi ternyata di Tiong-goan terdapat pesilat berilmu tinggi. Dia masih muda, tetapi ilmu silatnya luar biasa!" pikir pesilat Mongol itu. Sesudah tahu bagaimana lihaynya Kok Siauw Hong sekarang pesilat itu tidak berani meremehkan lawannya. Sepasang tangannya segera melindungi setiap jalan darah yang akan diserang oleh lawan. Saat merasa pedangnya tertangkis oleh pesilat Mongol, Kok Siauw Hong merasakan pedangnya seolah-olah membentur tembok yang tidak kelihatan. Tak lama Kok Siauw Hong merasa telapak tangannya mulai sakit. Kok Siauw Hong kaget. Dia tidak mengira lwee-kang pesilat Mongol itu berada di atasnya. Sekarang pesilat itu maju dan menyerang dia. Tetapi pesilat ini belum mampu mengalahkan Kok Siauw Hong. Kawan pesilat Mongol yang bersenjata golok kelihatan tidak sabaran melihat kawannya belum mampu membekuk lawan. Tanpa menghiraukan harga diri dia maju akan mengeroyok Kok Siauw Hong. Saat itu Han Pwee Eng yang menyusul Siauw Hong sudah berada di luar kamar. Begitu melihat Siauw Hong dikeroyok, nona Han langsung menyerang orang yang menggunakan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jurus cengkraman burung elang itu. Gerakan Han Pwee Eng sungguh indah, baik saat melompat, maupun ketika dia bersilat dengan jurus pedangnya, sungguh indah sekali. Tenyata jurus-jurus itu jurus maut. "Niauw Mong, hati-hati!" kawan pesilat Mongol yang belum terjun ke arena memperingatkan kawannya.

Kawannya yang lain saat menyaksikan Han Pwee Eng bersilat dengan jurus yang demikian indah, tanpa terasa dia memuji. "Sungguh indah gerakan nona ini!" katanya. Kepandaian Niauw Mong berada di atas kepandaian Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Tetapi karena mereka bergabung dan menyerang bersama, tidak heran Niauw Mong terdesak dan harus mundur. Orang yang tadi memuji keindahan ilmu silat Han Pwee Eng langsung berteriak. "Toa Su-heng, mundur! Serahkan mereka kepadaku!" kata pesilat itu. Niauw Mong tahu berapa tinggi kepandaian adik seperguruannya dia pun segera mundur sambil berseru. "Hua Kip, apa kau tertarik pada gadis itu?" kata Niauw Mong. Tentu saja Niauw Mong kurang puas karena dia diminta mundur oleh adik seperguruannya itu. Apalagi tadi sang su-tee memuji kepandaian nona Han itu. Dari keempat pesilat tangguh Mongol itu, dua orang murid Cun Seng Hoat Ong. Sedang yang dipanggil Hua Kip nama lengkapnya Tee-mu Hua Kip, sekalipun dia menjadi adik ketiga, namun kepandaiannya lebih tinggi di antara keempat pesilat itu. Cun Seng Hoat Ong mengirim mereka berempat ke Tionggoan untuk menangkap Siang-koan Hok. Sedang pesilat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mongol bersenjata golok itu pengawal berbaju emas bernama Lu Khi. Seorang lagi bernama Jenan. Mendengar olokan Niauw Mong, Tee-mu Hua Kip tertawa terbahak-bahak. "Mana berani Siauw-tee tertarik pada nona itu!" kata Teemu Hua Kip. "Tetapi dia memang cantik. Jika kita berhasil menangkapnya, akan aku serahkan kepada Khan Besar. Pasti kita mendapat hadiah yang luar biasa. Tetapi orang paling penting yang harus kita tangkap ialah Siang-koan Hok! Kita jangan sampai terpancing siasat Siang-koan Hok, misalnya dengan tipu "Memancing harimau turun gunungl" "Walau kau mewakiliku, tapi kau juga ingin agar kami memeriksa ke dalam rumah itu!" kata Niauw Mong yang baru sadar pada tugas utamanya. "Ya," kata Tee-mu Hua Kip. "Aku yakin mereka ini anak buah Siang-koan Hok. Jika kamar itu tidak segera kalian geledah, siapa tahu Siang-koan Hok malah kabur!" Kata-kata itu membuat Niauw Mong berpikir. "Hm! Liciknya kau ini. Pekerjaan yang sulit kau serahkan

pada kami! Sungguh cerdik kau ini!" pikir Niauw Mong sambil mencibirkan mulutnya. Tetapi dia berpikir lagi. "Jika kami bertiga melawan Siang-koan Hok, sekalipun tidak bisa mengalahkannya, namun masih mampu menangkis serangannya sampai seratus jurus. Jadi saat dia sudah bisa mengalahkan kedua lawannya itu, pasti dia akan membantu kami!" Tanpa banyak bicara lagi Niauw Mong mengajak kedua temannya akan menggeledah kamar. Dengan demikian Kok Siauw Hong dan Pwee Eng hanya menghadapi seorang lawan. Rupanya Tee-mu Hua Kip terlalu meremehkan kedua muda-mudi ini. Begitu dia maju langsung mencengkram ke arah Han Pwee Eng tanpa senjata. Karena tadi Niauw Mong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengatakan pesilat ini menginginkan dirinya, Han Pwee Eng sangat membencinya Saat dia melihat Tee-mu Hua Kip maj u hendak mencengkramnya, nona Han langsung menusukkan pedangnya. Ilmu pedang nona Han sangat lihay, dia menggunakan jurus Keng-sin-kiam-hoatyang termasuk ilmu pedang kelas satu. Dulu Chu Kiu Sek pernah terluka oleh jurus nona ini. Bisa dibayangkan betapa lihaynya serangan Han Pwee Eng ini. Serangan itu membuat Tee-mu Hua Kip terperanjat. Dia sadar bahwa nona ini bukan lawan yang sembarangan. Buru-buru dia membungkukkan tubuhnya untuk menghindari tusukan pedang Han Pwee Eng, tapi ujung pedang Han Pwee Eng tetap berhasil merobek pakaiannya. Dengan gesit dan cepat sekali Tee-mu Hua Kip menyentil pedang si nona dengan keras. "Tang!" Pedang Han Pwee Eng yang tersentil oleh jari Tee-mu Hua Kip sampai miring, dan ini mengakibatkan tangan Han Pwee Eng yang memegang pedang itu sakit, Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Saat nona Han tertegun untung serangan pedang Kok Siauw Hong datang menyusul ke arah Tee-mu Hua Kip. Sekalipun ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoat tidak berada di atai ilmu pedang Keng-sin-kiam-hoat, tetapi karena lwee-kang Kok Siauw Hong lebih tinggi dari lwee-kang Han Pwee Eng, serangan Kok Siauw Hong cukup dahsyat! Tadi Tee-mu Hua Kip baru terhindar dari serangan Han Pwee Eng dan dia baru melancarkan serangan balik dengan sentilan pada pedang nona Han. Sekarang tiba-tiba dia harus menghadapi serangan dari Kok Siauw Hong yang begitu cepat. Pedang Kok Siauw Hong tampak berkelebat membentuk tujuh bayangan dalam satujurus dan mengarah ke tujuh jalan

darahnya. Tentu saja Tee-mu Hua Kip tidak berani sembarangan menangkis serangan Kok Siauw Hong ini, apalagi hanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan tangan kosong. Buru-buru Tee-mu Hua Kip menjatuhkan diri, sekaligus dia gunakan taji sepatunya menggaet kaki Han Pwee Eng. Sudah tentu Han Pwee Eng tidak akan membiarkan kakinya tergaet lawan. Tiba-tiba saat kaki lawan menyambar ke kakinya, nona Han melompat, lalu menusuk Tee-mu Hua Kip dengan pedangnya Melihat bahaya kakinya akan ditebas kutung oleh nona itu, Tee-mu Hua Kip bergerak cepat. Dia gunakan jurus Lai-lu-tah-juan (Keledai malas bergulingan). Tubuh Tee-mu Hua Kip bergulingan beberapa depa menghindari serangan gadis itu. Tee-mu Hua Kip berhasil lolos dari serangan Han Pwee Eng, tetapi jurus itu jurus yang paling jarang digunakan pesilat tinggi, dengan demikian tanpa disadarinya dia sudah mempermalukan diri sendiri. Bukan saja Han Pwee Eng tidak berhasil melukai Tee-mu Hua Ki, tetapi dia juga menghalangi gerakan Kok Siauw Hong yang akan menyerang orang itu. Dengan cepat dan terpaksa Kok Siauw Hong harus segera menarik pedangnya agar tidak melukai Han Pwee Eng. Dan dia memberi kesermpatan pada nona itu untuk menyerang lawannya "Phui!" Han Pwee Eng meludah. "Sungguh tidak tahu malu kau bertarung dengan cara begitu!" Tadi gara-gara dia terlalu meremehkan lawan maka Teemu Hua Kip mengalami kejadian yang memalukan itu. Ini membuat dia gusar bukan kepalang. Mendadak dia melompat sambil membentak keras. "Akan kuperlihatkan kepandaianku!" katanya. Dia langsung melancarkan beberapa pukulan beruntun yang dahsyat. Pada saat yang bersamaan, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng juga maju. Tetapi mereka merasakan dorongan tenaga lawan menerjang mereka. Saat itu Kok Siauw Hong segera melancarkan serangan, hingga bentrok dengan pukulan lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buum!" Suara benturan keras terdengar nyaring sekali. Kok Siauw Hong terhuyung ke belakang tiga langkah. Seketika dia

merasakan darahnya bergolak hebat. Untung Han Pwee Eng berhasil menghindari serangan itu. Tee-mu Hua Kip memiliki ilmu Kun-goan-it-niat-kang (Tenaga sakti sejagat). Ilmu dari aliran sesat yang setingkat dengan ilmu pukulan Kim-kong-ciang aliran Buddha. Karena jaraknya dekat, Tee-mu Hua Kip tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatan pukulannya itu. Selain itu dia juga ingin menangkap Han Pwee Eng hidup-hidup. Dia kira dengan ilmu cengkramannya dia mampu merobohkan mereka berdua. Tetapi karena memandang remeh lawan, dia tidak menggunakan jurus Kun-goan-it-niak-kang itu. Sekarang Tee-mu Hua Kip sadar bahwa kedua muda-mudi itu lihay. Maka itu dia harus bertarung dengan sungguhsungguh, dan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Sekalipun lwee-kang Kok Siauw Hong lebih rendah dari lwee-kang Tee-mu Hua Kip, namun karena Kok Siauw Hong berlatih Siauw-yang-sin-kang dari aliran lurus, dia sanggup menahan pukulan lawan yang dahsyat. Sekalipun terhuyung terkena pukulan lawan, namun Tee-mu Hua Kip tidak bisa melukainya. Tentu saja ketika menyaksikan lawannya tidak roboh oleh pukulannya, Tee-mu Hua Kip kaget bukan kepalang. Dia segera mengeluarkan senjatanya sambil membentak. "Sekarang, mari kta bertarung memakai senjata!" katanya. Senjata Tee-mu Hua Kip adalah Jit-goat-lun (Roda matahari dan bulan). Senjata ini mirip senjata Kim-lun Hoat Ong dalam kisah Sin Tiauw Hiap Lu. Senjata ini mampu menjepit senjata lawan, baik golok maupun pedang. Sesudah mengeluarkan senjatanya Tee-mu Hua Kip berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebelum Niauw Mong kembali, aku sudah harus merobohkan mereka berdua. Jika tidak aku akan kehilangan muka!" pikir Tee-mu Hua Kip. Itu sebabnya karena ingin buru-buru mengalahkan kedua muda-mudi itu, dia langsung menyerang secara bertubi-tubi menggunakan Jit-goat-lun nya. Saat itu roda Jit-goat-lun itu tampak berputar-putar memancarkan cahaya berkeredepan. Suara senjata itu pun cukup nyaring. Saat itu baik Kok Siauw Hong maupun Han Pwee Eng dalam keadaan terkurung. Namun, ilmu pedang merekajuga lihay. Sekalipun serangan lawan bertubi-tubi, namun kedua muda-mudi ini mampu bertiihan. Tampaknya sedikitpun Kok Siauw Hong tidak gentar menghadapi senjata lawan itu. Dia tangkis serangan senjata itu denganjunis Siauw-yang-sin-kang. Sedang Han Pwee Eng menggunakan gin-kangnya, dia bergerak cepat hingga yang

tampak hanya bayangannya yang bergerak-gerak kian-kemari berkelebat-kelebat mengitari Tee-mu Hua Kip. Setiap ada kesempatan nona ini menusukkan pedangnya ke tubuh lawan. Sesudah bertarung beberapa saat Tee-mu Hua Kip mulai mengeluh. Dia tidak mengira kedua lawannya lihay. Sedang serangan-serangan Kok Siauw Hong semakin gencar. Jika mau bisa saja dia meloloskan diri dari lawannya itu. Maka itu Kok Siauw Hong langsung memberi isyarat pada nona Han. Dia minta agar Han Pwee Eng jangan meladeni terus orang itu, tapi mereka harus segera kabur dari situ. Tetapi sial saat mereka akan kabur Niauw Mong muncul bersama kedua kawannya. Niauw Mong tertegun menyaksikan pertarungan itu. Ternyata Tee-mu Hua Kip tidak mudah mengalahkan lawannya. "Kami sudah menggeledah rumah bagian depan dan belakang, tetapi tidak menemukan Siang-koan Hok! Tetapi kenapa kau masih belum menangkap kedua orang ini?" kata Niauw Mong. Tee-mu Hua Kip mendengus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya mudah saja aku mengalahkan mereka, tetapi aku ingin tahu apa hubungan gadis ini dengan Siang-koan Hok. Jika dia tidak ada hubungannya, pasti dia puteri Han Tay Hiong!" kata Tee-mu Hua Kip. Ternyata dugaan Hua Kip benar, Han Pwee Eng puteri Han Tay Hong. Sebenarnya Niauw Mong sedikit kesal karena Teemu Hua Kip tinggi hati. Tapi walau demikian Niauw Mong menjadi geli juga. "Jika sedang senggang tidak apa-apa bermain-main dengan mereka," kata Niauw Mong, "tetapi tugas kita masih harus menangkap Siang-koan Hok. Maka lebih baik kita hajar mereka dulu agar kita tidak melalaikan tugas kita yang lebih penting!" Maka tanpa banyak bicara Niauw Mong langsung menyerang Han Pwee Eng dengan pukulan dahsyatnya. Kepandaian Niauw Mong di bawah kepandaian adikseperguruannya, tetapi tentu saja ada di atas kepandaian Han Pwee Eng. Ketika Han Pwee Eng diserang secara bertubi-tubi, dia kelihatan mulai tidak tahan. Sedang Tee-mu Hua Klip menghadapi Kok Siauw Hong, dia kelihatan mulai mengungguli pemuda ini. Sedangkan Lu Khi dan Jenan ketika itu sudah mengeluarkan golok, mereka bersiap untuk mencegah Kok Siauw Hong dan nona itu melarikan diri. Melihat dua kawannya berjaga-jaga dengan serius, Tee-mu Hua Kip kurang puas.

"Hai kenapa kalian berjaga begitu serius? Dengar! Kedua bocah ini tidak akan lolos dari tanganku! Cepat keluar, periksa! Siapa tahu Siang-koan Hok muncul!" kata Tee-mu Hua Kip rupanya dia mengkhawatirkan Siang-koan Hok akan muncul secara tiba-tiba. Dugaan Tee-mu Hua Kip ternyata benar. Tiba-tiba terdengar suara siulan panjang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah lama Siang-koan Hong di sin! Kalian tidak perlu susah-payah mencariku!" kata sebuah suara. Tak lama terlihat Siang-koan Hok melompat turun dari atas tembok pekarangan ke halaman. Para pesilat Mongol itu terkejut bukan kepalang. Buru-buru Tee-mu Hua Kip mendesak Kok Siauw Hong hingga mundur. Tee-mu Hua Kip buru-buru mundur menempelkan punggungnya ke tembok. Dia takut Siang-koan Hok menyerang mereka secara gelap. Niauw Mong pun menghentikan serangannya pada Han Pwee Eng, dia melintangkan tangannya di depan dada untuk berjaga-jaga dan mengawasi lawan, kalau-kalau dia diserang oleh Siang-koan Hok. Melihat Siang-koan Hok muncul Han Pwee Eng girang. "Paman Siang-koan, Ayahku ingin bertemu denganmu! Ada yang dia ingin bicarakan dengan Paman!" kata Han Pwee Eng. "Aku juga ingin menemui Ayahmu, tapi sekarang jangan banyak bicara dulu. Kita bereskan dulu mereka ini!" kata Siang-koan Hok. Sesudah itu Siang-koan Hok menghadapi keempat pesilat Mongol itu. "Kalian mengejarku sampai di sini! Sekarang aku sudah ada di sini, kau tidak perlu bersusah payah lagi. Katakan apa yang kalian inginkan?" kata Siang-koan Hok. Sesudah menarik napas panjang Tee-mu Hua Kip, mulai bicara. "Siang-koan Sian-seng, Kok-su meminta kau kembali. Kami mohon Sian-seng bersedia ikut kami secara baik-baik!" kata Tee-mu Hua Kip. "Bagaimana jika aku tidak mau?" kata Siang-koan Hok. Wajah Tee-mu Hua Kip berubah jadi pucat-pasi. Dia diam saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tadinya Tee-mu Hua Kip sudah mengambil antisipasi. Dia

membawa tiga orang kawannya dengan tujuan untuk menghadapi Siang-koan Hok satu lawan empat. Sedikitpun Tee-mu Hua Kip tidak mengira kalau sekarang mereka bertemu dengan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Dengan demikian mereka jadi empat lawan tiga orang. Namun Tee-mu Hua Kip yakin pertarungan hebat tidak akan bisa dihindarkan lagi, maka itu dia siaga. "Kami mendapat tugas dari Kok-su untuk mengajak Sianseng pulang. Jika Sian-seng tidak bersedia, terpaksa kami...." "Hm! Maksudmu kau ingin memaksaku?" kata Siang-koan Hok sambil tertawa. "Tidak! Kami tidak berani..." kata Tee-mu Hua Kip. Maksud Hua Kip akan mengatakan mereka "terpaksa tidak akan sungkan-sungkan terhadap Siang-koan Hok". "Baik, kalian berdua murid istimewa dari Cun Seng Hoat Ong. Jika kalian bisa menahan seranganku dalam sepuluh jurus, aku akan ikut pulang bersama kalian!" kata Siang-koan Hok. Kelihatan Tee-mu Hua Kip girang mendengar jawaban dari Siang-koan Hok itu. 'Hm! Dasar Tua Bangka tidak tahu diri," pikir Tee-mu Hua Kip. "Sekalipun kami berdua bukan tandinganmu, tetapi kalau hanya dalam sepuluh jurus kami pasti tahan!" "Seorang jagoan kata-katanya bisa dipercaya!" kata Teemu Hua Kip. "Kuda jempolan cukup hanya sekali cambuk! Siang-koan Sian-seng, kau yang menghendaki begitu, maka kami pun menurut saja!" Siang-koan Hong terkenal sebagai salah seorang jago pada masa itu, begitu yang diketahui Han Pwee Eng. Walau demikian nona ini tetap mencemaskan orang tua ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Paman hanya membatasi sampai sepuluh jurus, apakah itu tidak menyulitkan dia sendiri," pikir Han Pwee Eng. "Seandainya Paman Siang-koan tak mampu mengalahkan mereka dalam sepuluh jurus, lalu harus bagaimana?" Tetapi karena Siang-koan Hok sudah berkata begitu, sudah tentu kata-kata itu tidak mungkin ditarik kembali. Maka itu Han Pwee Eng mengajak Kok Siauw Hong supaya mundur memberi kesempatan pada Siang-koan Hok untuk menghadapi pesilat Mongol itu. Sementara itu Siang-koan Hok memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu dia berjalan dengan santai menghadapi lawannya. "Apa yang sudah aku katakan pasti akan kutepati!" kata Siang-koan Hok. "Silakan kalian maju!"

Kelihatan Tee-mu Hua Kip yang sudah menahan kegusarannya yang telah memuncak, langsung siap sedia. "Hm! Kau terlalu meremehkan kami!" pikir Tee-mu Hua Kip. Dia langsung maju lalu menyerang dengan senjata Jit-goatlunnya. Jurus yang digunakan Lui-pung-thian-sian (Kilat menyambar halilintar menggelegar). Pada saat yang bersamaan Niauw Mong pun melancarkan pukulan ke arah Siang-koan Hok. Tangannya membentuk sebuah lingkaran, dia menyambar tulang punggung Siangkoan Hok. Serangan Niauw Mong datang dari arah belakang, sedang Siang-koan Hok segera mengibaskan tangannya ke belakang dan dia putar ke bagian depan. Tak ampun lagi tubuh Niauw Mong terseret ke depan, sedang tubuh Siang-koan Hok bergeser ke samping. Saat itu juga roda Lun-goat-lun menyambar ke arah Niauw Mong. Ternyata serangan Tee-mu Hua Kip bukan tertuju pada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siang-koan Hok, tapi menyerang ke arah Niauw Mong. Bukan main kagetnya Niauw Mong hingga dia berteriak nyaring. "Su-tee, hentikan!" kata Niauw Mong. Untung Tee-mu Hua Kip cukup gesit dan lihay, dia mampu mengendalikan roda Jit-goat-lun-nya. Pada saat amat kritis dan senjatanya akan melukai Niauw Mong, dia berhasil menarik kembali serangannya dengan cepat luar biasa. Dengan demikian Niauw Mong selamat dari hajaran roda itu. "Jurus pertama!" teriak Han Pwee Eng dengan nyaring. Tidak percuma Tee-mu Hua Kip disebut sebagai pesilat tinggi, dia mampu menarik serangan maupun menyerang dengan cepat. Dia melangkah dengan jurus Cui-pat-sian (Delapan dewa mabuk). Kelihatan tubuhnya sempoyongan seperti sedang mabuk arak, dia menyerang ke arah Siangkoan Hok. Niauw Mong yang mendapat pengalaman pertama yang mengejutkan tadi, yaitu ketika dia hampir terhajar roda Teemu Hua Kip, sekarang jadi berhati-hati dan tidak berani sembarangan menyerang. Sekarang yang dia lakukan hanya menunggu kesempatan baik, baru akan menyerang. Dengan demikian mereka tidak saling serang sesama kawan seperti tadi. Namun, lawannya Siang-koan Hok pun tidak kalah cerdik. Sebagai jago silat tingkat tinggi, Siang-koan Hok pun mengandalkan kegesitan tubuhnya untuk bergerak mengimbangi kegesitan kedua lawannya itu. Tiba-tiba terdengar suara benturan keras. "Tang!"

Suara itu muncul karena kibasan atau tangkisan Siang-koan Hok dengan ujung bajunya. Dia berhasil menangkis roda Teemu Hua Kip, hingga membuat sepasang roda itu berbalik hampir saja melukai pemiliknya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jurus kedua!" teriak Han Pwee Eng. Pada saat yang bersamaan Siang-koan Hok berbalik dengan cepat, tahu-tahu Siang-koan Hok sudah ada di belakang Niauw Mong, dan dia serang punggung Niauw Mong yang agak terbuka itu. Pukulan itu membuat Niauw Mong tersentak dan terjerumus ke depan beberapa langkah. Sedangkan Siang-koan Hok berteriak ke arah Han Pwee Eng. "Nona Han, hitunganmu terlalu cepat! Ini baru jurus yang kedua!" kata Siang-koan Hok. "Ya, aku terlalu cepat! Tapi cepat Paman selesaikan pertarungan ini!" kata Han Pwee Eng sambil tertawa. Han Pwee Eng girang menyaksikan Siang-koan Hok dengan mudah mematahkan serangan dua pesilat tinggi Mongol itu. "Pantas Ayah memuji Paman Siang-koan. Namanya bukan nama kosong belaka! Sungguh menggelikan tadi aku mengkhawatirkan dirinya. Tampaknya tidak sampai sepuluh jurus Paman akan memenangkan pertarungan ini. Dua jago silat itu pasti akan kalah oleh Paman Siang-koan!" pikir Han Pwee Eng. Di mata Han Pwee Eng gerakan Siang-koan Hok itu sederhana tetapi sebenarnya itu gerakan yang sulit sekali, dan telah menguras tenaga maupun pikiran Siang-koan Hok. Dulu Siang-koan Hok sudah sadar, bahwa suatu saat dia akan berhadapan dengan Cun Seng Hoat Ong. Sekarang terbukti dia harus bertarung dengan kedua muridnya yang lihay. Untuk mengantisipasi dugaannya itu selama belasan tahun Siangkoan Hok telah berlatih untuk menghadapi lawan yang tangguh itu. Tidak heran dia mampu menciptakan beberapa gerakan istimewa untuk menghadapi lawannya itu.Di luar dugaan kedua murid Cun Seng Hoat Ong ini pun tidak rendah, terutama kepandaian Tee-mu Hua Kip. "Untung aku sudah siap sejak dulu," pikir Siang-koan Hok, "jika tidak aku bisa celaka! Dulu mungkin harus menghadapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka dalam tigapluh jurus, sekarang pun tidak mudah aku bisa mengalahkan mereka dalam sepuluh jurus?"

Tee-mu Hua Kip seorang pesilat selain ilmu silatnya tinggi, dia juga cerdas. Dia sudah memikirkan sebuah siasat untuk menghadapi Siang-koan Hok. Oleh karena itu dia meneriaki Niauw Mong. "Su-heng, kita dari tingkatan yang lebih muda, lebih baik kita mohon petunjuk dari Siang-koan Sian-seng saja!" kata Tee-mu Hua Kip. Niauw Mong pun cerdas. Dia langsung tahu maksud ucapan su-tee-nya. Segera Niauw Mong melompat ke arah Tee-mu Hua Kip. Dengan saling mengadu punggung dan bersikap hormat mereka menghadapi lawannya. Saat itu jelas maksud Tee-mu Hua Kip tidak untuk bertarung sampai mengalahkan Siang-koan Hok, tetapi dengan "licik" akan bertahan sampai sepuluh jurus yang Siang-koan Hok janjikan itu. Jika mereka mampu bertahan sampai sepuluh jurus, merekalah yang keluar sebagai pemenang. Mereka sengaja tidak melancarkan serangan, mereka hanya bersikap menunggu diserang. Mereka tahu sesuai perjanjian yang tersisa tinggal delapan jurus lagi. Berdasarkan kepandaian keduanya, mereka yakin mereka akan sanggup menangkis serangan Siang-koan Hok sampai sepuluh jurus seperti yang dijanjikannya Siang-koan Hok pun cerdik, dia tahu apa yang ada dalam otak kedua lawannya Sebagai jago silat utama, Siang-koan Hok mampu melakukan serangan yang sangat dahsyat. Saat dia menyerang dengan pukulan yang hebat, Tee-mu Hua Kip tampak bagai kodok yang akan melompat siap menghindari pukulan itu. "Jurus ketiga!" teriak Han Pwee Eng seolah wasit pertarungan yang mencoba mengingatkan lawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pukulan secepat kilat yang dilancarkan Siang-koan Hok sungguh berbahaya. Pukulan itu ditujukan kepada Niauw Mong yang dia anggap paling lemah di antara mereka berdua. Terpaksa Niauw Mong harus menangkis serangan itu. Tak lama kemudian terdengar suara keras. "Bum!" Niauw Mong terpental sejauh tiga langkah dari tempatnya tetapi dia tetap berdiri tidak sampai roboh. Menyaksikan lawannya tidak roboh Siang-koan Hok pun terperanjat juga. "Ternyata lwee-kangnya tinggi! Tetapi aku ingin tahu apakah dia mampu menyambut beberapa pukulanku lagi?" pikir Siang-koan Hok.

Segera Siang-koan Hok menggunakan siasat. Mula-mula kelihatannya dia hendak menghajar Tee-mu Hua Kip, namun tiba-tiba yang dia serang Niauw Mong. Kali ini Siang-koan Hok hampir mengerahkan seluruh tenaganya Tidak heran kalau pukulannya itu menyebabkan Niauw Mong terpental cukup jauh dan merasa darahnya bergolak. Tak lama dia menambah serangannya ke arah Niauw Mong, sehingga lagi-lagi Niauw Mong terpental, dari mulutnya menyembur darah segar! Siang-koan Hok tertawa dingin. "Hm! Apa kalian masih akan melanjutkan pertarungan ini?" kata Siang-koan Hok dengan dingin. Tiba-tiba Tee-mu Hua Kip bersiul, tak lama Siang-koan Hok merasakan ada sambaran angin dingin dari arah belakang. Rupanya Jenan dan Lu Khi melancarkan serangan gelap setelah Tee-mu Hua Kip bersiul tadi. Sejak tadi Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menyaksikan pertarungan yang hebat itu, dan tidak menyangka kalau Jenan dan Lu Khi akan melancarkan serangan gelap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eeh!" seru Siang-koan Hok. Secara reflek Siang-koan Hok mengibaskan lengan bajunya ke belakang untuk menangkis senjata yang menyambar ke arahnya. Tetapi karena Siang-koan Hok bergerak agak lambat, ditambah gerakannya tanpa lwee-kang, tak urung pakaiannya robek oleh golok. Ketika itu Tee-mu Hua Kip sudah melancarkan serangan baru dengan sepasang rodanya. "Manusia tidak tahu malu dan tidak tahu diri!" bentak Siang-koan Hok. Kaki Siang-koan Hok terayun menendang Jit-goat-lun dari Tee-mu Hua Kip. "Tang!" Sebuah roda besinya jatuh ke tanah. Saat itu juga Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng telah maju, Mereka berdua langsung menyerang Lu Khi dan Jenan. Tidak lama terjadi pertarungan yang sengit antara Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng melawan dua pesilat Mongol itu. Sementara itu Tee-mu Hua Kip yang telah kehilangan sebuah roda besinya, sudah tidak berani melanjutkan pertarungan dan langsung kabur dengan tidak menghiraukan kawan-kawannya. Niauw Mong yang terluka dalam cukup parah, tidak mampu melarikan diri. Saking ketakutan dia langsung memohon ampun pada Siang-koan Hok. "Siang-koan Sian-seng," kata Niauw Mong. "Ampuni aku, aku cuma seorang yang menerima perintah dari Suhu....."

Lu Khi dan Jenan yang mulai terdesak oleh kedua mudamudi itu, dia sudah mulai ketakutan. Apalagi tadi mereka menyerang secara gelap dan gagal. Saat mereka lihat Tee-mu Hua Kip sudah kabur ketakutan, mereka segera melarikan diri. Saat kabur mereka tidak berani melewati Siang-koan Hok, tapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka kabur secara berpencar dan melompati tembok yang runtuh. Kok Siauw Hong tertawa dingin. "Hm! Kalian masih ingin kabur" bentak Kok Siauw Hong sambil mengejar Lu Khi. Saat pedangnya hendak menusuk ke arah lawan, Siang-koan Hok mencegahnya. "Biarkan mereka pergi!" kata Siang-koan Hok. Kok Siauw Hong menarik serangannya. "Kenapa?" tanya Kok Siauw Hong. "Aku lama tinggal di Mongol, dan punya hubungan baik dengan guru mereka!" jawab Siang-koan Hok. "Biarkan mereka pergi!" Tentu saja kata-kata ini membuat Niauw Mong, Lu Khi dan Jenan girang bukan kepalang. Mereka bertiga langsung memberi hormat pada Siang-koan Hok, lalu kabur terbirit-birit. Han Pwee Eng menertawakan mereka. "Paman Siang-koan, kau hebat! Tadi aku cuma menghitung sampai enam jurus saja!" kata Han Pwee Eng. "Untung Paman datang, kalau tidak kami bisa celaka di tangan mereka!" 'Aku juga beruntung mendapat bantuan dari kalian," kata Siang-koan Hok. "Jika tidak ada kalian mungkin aku juga kalah di tangan mereka!" "Jangan bergurau, Paman!" kata Han Pwee Eng. "Aku tidak bergurau," kata Siang-koan Hok sambil tersenyum. "Aku tahu berapa tinggi kepandaian Tee-mu Hua Kip dan Niauw Mong, aku yakin bisa mengalahkan mereka. Tetapi jika mereka dibantu oleh Lu Khi dan Jenan, belum tentu aku sanggup menghadapi mereka berempat! Ya, sudahlah, kita tidak perlu membicarakannya lagi. Di mana ayahmu sekarang?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Panjang ceritanya, Paman. Mari kita duduk di ruang baca," kata Han Pwee Eng pada Siang-koan Hok. Ruang baca ikut terbakar tetapi hanya sedikit. Dengan demikian ruang baca itu masih utuh.

"Baik," kata Siang-koan Hok. Dia menoleh ke arah Siauw Hong. "Kau yang bernama Kok Siauw Hong?" kata Siang-koan Hok. "Benar, Paman." kata Siauw Hong. Siang-koan Hok tertawa. "Ternyata kalian sudah menikah!" kata Siang-koan Hok. "Menyesal aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu. Maafkan Paman, aku tidak membawa sesuatu untuk kalian! Siauw Hong, sekalipun kau belum pernah bertemu denganku, aku ini kawan baik mertuamu. Mungkin Pwee Eng sudah menceritakannya padamu!" Kiranya Siang-koan Hok tidak tahu mengenai banyak kejadian yang telah terjadi. Apa yang diketahuinya puteri Han Tay Hiong sudah bertunangan dengan pemuda bernama Kok Siauw Hong. Malam ini dia melihat sendiri Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng keluar bersama dari kamar si nona. Tentu saja Siang-koan Hok mengira mereka sudah menikah. Mendengar ucapan Siang-koan Hok tentu saja kedua muda-mudi itu berubah wajahnya Dengan wajah kemerah-merahan dan sangat gugup Han Pwee Eng menjawab. "Paman, ini ...ini...." "Lho, sudah jadi suami isteri kok masih malu-malu?" kata Siang-koan Hok sambil tersenyum. Mendengar gurauan Siang-koan Hok, wajah Han Pwee Eng jadi bertambah merah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman, kami.. kami belum menikah, Paman!" kata Kok Siauw Hong agak gugup. Tentu saja mereka jadi tidak enak hati jika memberi penjelasan pada Siang-koan Hok. Kata "belum menikah" itu diucapkan Kok Siauw Hong dengan tidak sengaja. Tetapi bagi Han Pwee Eng yang mendengar kata-kata itu tidak mengira sama sekali. Maka itu hati nona Han jadi berdebar-debar tidak karuan. Mendengar jawaban Kok Siauw Hong tersebut Siang-koan Hok tertegun. "Kiranya mereka belum menikah? Tetapi tadi mereka sudah berduaan di kamar nona Han?" pikir Siang-koan Hok. Siangkoan Hok tertawa. "Cepat atau lambat kalian pasti menikah," kata Siang-koan Hok. "Barusan aku salah mengira, maafkan!" Siauw Hong langsung sadar, tadi dia kelepasan bicara, wajahnya segera memerah.

Saat itu hari sudah terang tanah... Han Pwee Eng mengajak Siang-koan Hok ke kamar baca. Saat masuk dan melihat keadaan ruang baca Siang-koan Hok kelihatan kaget. "Aku ingat di kamar ini entah berapa buah lukisan kesayangan Ayahmu, Nona Han. Sekarang semua sudah tidak ada di sini. Ke mana?" kata Siang-koan Hok. Siang-koan Hok pun tahu Cun Seng Hoat Ong telah mengutus orang untuk merampok harta miliknya yang dia titipkan pada Han Tay Hiong. Maka itu dia jadi bingung dan berpikir keras. "Akh, rupanya mereka bukan hanya merampok hartaku, tetapi juga menjarah semua lukisan dan syair kesayangan Han Tay Hiong! Rumah ini jadi hancur begini, karena aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menitipkan hartaku itu? Oh, kiranya aku telah menyusahkan Han Toa-ko. Bahkan telah membuat dia kehilangan barang kesayangannya itu!" pikir Siang-koan Hok. Melihat Siang-koan Hok begitu cemas Han Pwee Eng segera berkata pada Siang-koan Hok. "Paman jangan cemas, semua lukisan milik Ayah tidak hilang, juga harta Paman yang dititipkan pada Ayah!" kata Han Pwee Eng. Kok Siauw Hong dan Pwee Eng menceritakan apa yang mereka ketahui, Siang-koan Hok tertegun mendengarnya. "Sekarang Ayahku tinggal di tempat Seng Cap-si Kouw," Han Pwee Eng mengakhiri ceritanya. "Jadi sekarang ayahmu ada di tempat Seng Cap-si Kouw untuk mengobati lukanya?" kata Siang-koan Hok. "Benar, Paman," kata Pwee Eng. "Aku tidak mengira kalau Ayahku sahabat baik Seng Cap-si Kouw. Sebelumnya aku belum mengetahui hal itu. Seng Cap-si Kouw-lah yang mengambil dan menyelamatkan semua lukisan Ayahku. Sekarang semua lukisan dan syair itu ada di rumahnya. Semula Ayahku ada di tempat Beng Cit Nio. Bahkan Seng Capsi Kouw mengatakan terus-terang, semula dia tidak berani menentang Beng Cit Nio, karena Seng Cap-si Kouw tidak sanggup melawan dua Iblis Tua yang ada di tempat Beng Cit Nio. Ketika Ayahku ditimpa musibah dan rumahnya terbakar, maka itu dia tidak berani turun tangan membantu Ayahku. Dia hanya mengambil semua lukisan milik Ayahku saja. Mengenai harta Paman Siang-koan, sekarang harta itu sudah ada di Seeliansan di tangan Tam Tay-hiap! Aku pernah bertemu dengan Tam Tay-hiap. Untuk jelasnya silakan Paman tanya saja dia!" Ketika Han Pwee Eng mengisahkan tentang Seng Cap-si

Kouw dan Beng Cit Nio, wajah Siang-koan Hok berubah. Khusus ketika mendengar Han Tay Hiong tinggal di tempat Seng Cap-si Kouw. Dia kelihatan terkejut bukan kepalang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perubahan pada wajah Siang-koan Hok itu tidak lepas dari perhatian Kok Siauw Hong. Tidak heran hati pemuda itu jadi gelisah. "Paman ini luas pengalamannya, pasti dia tahu banyak tentang kedua wanita itu?" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah berpikir Kok Siauw Hong langsung bertanya. "Paman, apa kau tahu tentang mereka berdua?" kata Kok Siauw Hong. "Ya, aku tahu banyak tentang mereka," kata Siang-koan Hok. "Mereka muncul di kalangan Kang-ouw tidak terlalu lama. Sesudah itu tidak terdengar lagi mengenai khabar mereka! Kemuculan mereka telah menggemparkan Dunia Persilatan. Mereka menggemparkan terutama di kalangan pendekar muda. Tigapuluh tahun yang lalu, saat kedua wanita itu berkelana, orang mengetahui ilmu silat mereka tinggi. Mereka pun sangat cantik. Karena kecantikannya itu mereka menarik perhatian para pendekar muda. Banyak pendekar yang kalah oleh mereka. Tetapi yang tidak dikira mereka berdua sangat kejam! Malah mereka bergelar dua Wanita Iblis. Barang-siapa yang mendekati hendak menggodanya pasti mereka dilukai atau dibunuh!" Mendengar cerita itu Han Pwee Eng tertawa. "Aku kira yang mereka bunuh pasti pendekar hidung belang!" kata nona Han. "Mereka memang pantas dihukum!" "Kau benar, memang banyak pesilat aliran sesat yang celaka di tangan mereka!" kata Siang-koan Hok. "Tetapi ada juga dari pesilat golongan lurus melamar mereka. Karena gusar, kedua Iblis itu langsung melukai mereka! Di antara keduanya yang sangat kejam adalah Seng Cap-si Kouw. Jika ada yang melamar dia, Seng Cap-si Kouw akan mencungkil mata orang itu! Di antaranya ada juga yang dipotong lidahnya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar keterangan itu Han Pwee Eng merinding ngeri. "Sungguh keterlaluan dan kejam sekali," kata nona Han. 'Tapi aneh mereka berdua baik pada Ayahku. Mereka yang menghalangi dua Iblis Tua mencelakai Ayahku! Paman tahu

kenapa?" Siang-koan Hok menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu mengapa bisa begitu," kata Siang-koan Hok. "Tadi kata Kok Siauw Hong, kedua wanita itu tinggal tidak jauh dari rumahmu. Mungkin mereka tinggal di sana lebih dari sepuluh tahun lamanya. Selama itu aku dengar dari ayahmu mereka tidak pernah berhubungan dengan keluargamu. Aku heran, kenapa kau bilang sekarang mereka berdua sangat baik kepada ayahmu. Ini mengherankan sekali? Setahuku dulu mereka sangat benci pada kaum pria, mengapa sekarang mereka begitu baik kepada ayahmu?" Kok Siauw Hong tahu ada bagian-bagian yang tidak dijelaskan oleh Siang-koan Hok kepada mereka. Tetapi pemuda ini sadar, bahwa Siang-koan Hok menginginkan agar nona Han tidak terlalu mempercayai kedua wanita itu. "Paman, setahu Paman apakah mereka berdua hidup rukun?" tanya Han Pwee Eng. "Dulu memang mereka rukun," kata Siang-koan Hok. "Tetapi beberapa tahun terakhir aku dengar mereka agak renggang!" "Ah, barangkali mereka berdua jatuh cinta pada Ayahku, ini membuat mereka j adi tidak akur. Mereka cemburu kepada Ibuku, itu sebabnya mereka meracun Ibuku. Tetapi aku tidak tahu apakah itu dilakukan Beng Cit Nio atau Seng Cap-si Kouw?" pikir Han Pwee Eng. Tak lama Han Pwee Eng kembali bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rumah mereka ada di balik gunung tidak jauh dari sini," kata Han Pwee Eng. "Apa Paman mau ke sana menemui Ayahku?" "Kedatanganku kali ini untuk menemui ayahmu, tentu saja aku ingin menemui ayahmu!" kata Siang-koan Hok. "Baiklah," kata Han Pwee Eng. "Aku tahu See-bun Souw Ya ingin menjadi jago Dunia Persilatan. Karena dia menyegani ayahmu, maka dia bersekongkol dengan Cun Seng Hoat Ong, Kok-su Mongol itu. Ketika itu See-bun Souw Ya diperintahkan berhadapan dengan ayahmu. Itu terjadi di luar tahuku, saat itu aku berada di Mongol. Untung aku memperoleh keterangan tentang itu. Aku tidak yakin Cun Seng Hoat Ong ingin mencelakakan ayahmu, kalau dia tidak mendengar tentang harta yang kutitipkan pada ayahmu. Karena aku khawatir akan menyusahkan ayahmu, aku berusaha melarikan diri dari Ho-lim. Tetapi kedatanganku terlambat. See-bun Souw Ya sangat lihay. Selain mampu mengajak Chu Kiu Sek, dia pun bisa mengajak Beng Cit Nio

untuk bergabung dengan mereka!" kata Siang-koan Hok menambahkan. "Di luar dugaan Beng Cit Nio dan Seng Cap-si Kouw bentrok juga dengan kedua Iblis Tua itu," kata Han Pwee Eng. "Memang Ayah mendapat luka, tetapi sekarang dia sedang berobat di rumah Seng Cap-si Kouw!" Sesudah itu Han Pwee Eng menarik napas lega, lalu melanjutkan ceritanya "Walau Beng Cit Nio pernah bergabung dengan dua Iblis Tua itu, tetapi Seng Cap-si Kouw tidak! Mula-mula dia tidak ikut campur, tetapi akhirnya dia menyelamatkan kami berdua Aku kira dia bukan yang mencelakai Ayahku!" lanjut Han Pwee Eng. Siang-koan Hok menghela napas mendengar penuturan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mudah-mudahan saja dugaanmu tentang Seng Cap-si Kouw begitu! Tetapi yang aku khawatir Seng Cap-si Kouw tidak mau menemuiku. Jika begitu terpaksa akan kuterjang agar aku bisa menemui ayahmu!" kata Siang-koan Hok. "Mengapa Paman takut Seng Cap-si Kouw tidak mau menemuimu?" kata Han Pwee eng. "Sifat dia sangat aneh!" kata Siang-koan Hok. Bagaimana pun dia sangat membenci kaum pria!" "Di depan Ayahku dia menyuruhku mencari Kok Siauw Hong, dan tidak melarangku!" kata Han Pwee Eng. "Siauw Hong calon suamimu, pasti itu berbeda denganku!" kata Siang-koan Hok. Wajah Han Pwee Eng merah. "Dulu semasa masih muda mereka diberi gelar Wanita Iblis," kata Han Pwee Eng. "Siapa tahu sekarang mereka sudah berubah. Namun, jika bertemu dengannya, aku akan bicara lebih dulu, supaya tidak terjadi salah paham!" Ketika Han Pwee Eng memandang keluar lewat jendela, hari sudah terang tanah, maka itu dia berkata. "Baik, aku akan ke dapur.Siapa tahu masih ada makanan yang bisa kita santap. Maaf aku belum menyuguhkan apa-apa pada Paman." kata Han Pwee Eng tersipu-sipu. "Jangan repot-repot, bukankah kalian juga baru sampai ke sini?" kata Siang-koan Hok. "Semalam aku baru sampai, Siauw Hong yang lebih dulu tiba di sini. Baru kami bicara sebentar datang pesilat Mongol itu," kata Han Pwee Eng memberi penjelasan. "Kiranya begitu? Pantas kalian belum sempat masak air!" kata Siang-koan Hok.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kini barulah Siang-koan Hok tahu kalau kedua muda-mudi itu belum lama tiba di tempat itu. "Siauw Hong, tolong kau ceritakan tentng harta itu pada Paman, aku akan ke dapur untuk menyiapkan makanan. Aku juga sudah lapar!" kata Han Pwee Eng sambil tertawa. Sesudah Pwee Eng pergi ke dapur Siauw Hong mengisahkan tentang See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek yang memimpin pasukan Mongol melakukan perampokan. Siauw Hong juga mengisahkan tentang dia terjatuh ke lembah hingga akhirnya dia bertemu dengan Cong Siauw Hu dan isterinya, lalu bersama Tam Yu Cong merebut kembali harta itu. "Jadi kau bertemu dengan Tam Tay-hiap, puteriku dan menantuku!" kata Siang-koan Hok. "Sekarang mereka sedang mengangkut harta ke Ciak-losan," kata Siauw Hong. "Syukurlah hatiku lega," kata Siang-koan Hok. 'sesudah aku bertemu dengan mertuamu aku juga akan ke See-lian-san. Apa kalian berdua mau ikut aku ke sana?" kata Siang-koan Hok. "Sesudah bertemu Paman Han dan bicara dengannya, mungkin aku ke Kim-kee-leng menemui Hong-lay-mo-li dulu." Sesudah itu dia berpikir "Aku telah menyebabkan kejadian tidak enak, jadi mana mungkin aku berjalan bersamanya? Jika aku bertemu dengan Paman Han, aku jadi tidak enak." "Hong-lay-mo-li itu Bu-llim-beng-cu daerah utara. Baik, kalian ke sana lebih dulu. Sesudah kau bertemu dengan mertuamu baru kita berunding!" kata Siang-koan Hong yang tidak mengetahui pergolakan di hati pemuda itu. Cukup lama Han Pwee Eng ke dapur, sampai saat itu dia belum juga muncul.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, lama sekali dia ke dapur? Sedang apa dia? Aku harus melihatnya!" pikir Kok Siauw Hong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Han Pwee Eng memang sudah lama ada di dapur. Dia kaget saat melihat anglo di dapur masih menyala Di atas tungku terlihat sebua teko yang airnya sedang mendidih. Nona Han tercengang, dan berpikir apakah ketika baru datang Kok Siauw Hong memasak air? Kalau bukan dia, siapa yang masak

air? Seingatnya semua pelayannya telah tewas. " Aaah, siapa tahu ada orang yang bersembunyi di dapur?" pikir Han Pwee Eng. Dia mengawasi seluruh ruang dapur itu. Saat membuka lemari dia terperanjat. Di lemari terdapat ayam panggang dan makanan lain. Hal itu membuat dia bertambah heran. "Mungkin ada maling bersembunyi, atau salah seorang musuh Ayahku bersembunyi di sini? Jika aku bersuara pasti orang itu akan kabur. Lebih baik diam-diam aku mencarinya!" pikir Pwee Eng. Rumah Han Tay Hiong besar sekali. Sekalipun telah terbakar lebih dari separuhnya, tetap masih tersisa bagian yang tidak terbakar. Tempat yang tidak terbakar itu memungkinkan orang bersembunyi. Dengan cermat dan hatihati Han Pwee Eng memeriksa seluruh dapur, dan ruang lainnya, tetapi dia tidak menemukan apa-apa. Saat mau memeriksa ke suatu tempat, mendadak dia lihat sesosok bayangan hitam berkelebat melompati tembok yang telah separuh gugur itu. Melihat bayangan sekilas, Han Pwee Eng seperti mengenali bayangan itu, gerakan bayangan itu sangat gesit sehingga Han Pwee Eng tidak bisa melihat jelas wajah orang itu. Han Pwee Eng mencoba mengingat-ingat di mana pernah dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertemu dengan orang itu, tapi tetap tidak ingat. Seketika itu Han Pwee Eng mengerahkan gin-kang-nya mengejar bayangan itu. Tiba-tiba orang yang dikejarnya itu berteriak ke arah nona Han. "Nona Han, aku ke mari hanya untuk mencari sisa uang perakmu, kenapa kau mengejarku?" kata orang itu. Sesudah orang itu bicara Han Pwee Eng baru ingat, dia lmeihatnya pada saat baru pulang dan menemukan rumahnya sudah terbakar. Dia bertemu di belakang halaman rumahnya saat orang itu terkubur di tanah. Dia adalah Pauw Leng, si Maling Sakti. Gin-kang Pauw Leng jauh lebih tinggi dibanding gin-kang nona Han. Saat dia bicara kakinya tidak berhenti berlari. Dalam sekejap orang itu sudah jauh sekali. "Sial!" keluh Han Pwee Eng yang tidak mampu mengejar orang itu. "Ah, mungkin saat tahu aku menghadiahkan harta Paman Siang-koan, dia pikir masih ada yang tersisa. Maka itu dia datang menyatroni rumahku untuk mencari sisanya itu?" pikir Han Pwee Eng. "Tapi, di rumahku sudah tidak ada apa-apa, untuk apa aku mengejarnya?" pikir Han Pwee Eng. Maka itu

dia menghentikan pengejarannya lalu buru-buru kembali ke dapur. Dia panaskan panggang ayam dan makanan yang ditemukan di lemari. Kemudian dia bawa makanan itu ke ruang baca. Kebetulan dia berpapasan dengan Kok Siauw Hong yang akan menyusulnya ke dapur. Melihat Han Pwee Eng membawa makanan akan ke ruang baca, Kok Siauw Hong tertawa. "Aku kira kau sedang masak, karena pergi ke dapur begitu lama," kata pemuda itu. "Saat ini jika bisa mendapatkan sedikit makanan saja kita harus bersyukur," kata Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong tertawa. "Aah, aku hanya bergurau, terus-terang aku mengkhawatirkan keadaanmu kalau terjadi sesuatu. Jika kau tidak segera muncul pasti aku akan mencarimu!" kata Siauw Hong. Ini untuk pertama kalinya Kok Siauw Hong bergurau dengan nona Han, hal ini membuat wajah Han Pwee Eng merah. "Aku memang bertemu seseorang yang bersembunyi di dapur!" kata Han Pwee Eng. ""Siapa dia?" tanya Kok Siauw Hong. "Si Maling Sakti, Pauw Leng!" kata Pwee Eng. "Orang yang kita temukan dulu dalam keadaan terkubur di halaman belakang rumah ini!" Kok Siauw Hong terkejut. "Kata Liok Pang-cu dia Maling Sakti yang sangat terkenal," kata Siauw Hong. "Hari itu dia dibawa ke markas cabang bersamaku. Kenapa sekarang dia kembali lagi ke sini? Malah bersembunyi di rumahmu ini?" "Ketika tahu dia Pauw Leng, aku tidak mengejarnya. Aku pikir untuk apa mengejar dia, sedang di rumah ini tinggal puing saja!" kata Han Pwee Eng. "Apa yang bisa dia curi?" Siang-koan Hok tiba-tiba ikut bicara melihat Siauw Hong akan menyantap makanan yang dibawa oleh Han Pwee Eng. "Tunggu! Jangan kau makan dulu makanan itu!" kata Siang-koan Hok. Siang-koan Hok mengambil tanduk sapi dari sakunya, lalu dia celupkan ke dalam makanan dan air di teko. Rupanya tanduk sapi itu alat untuk menguji makanan, beracun atau tidak? Kebiasaan ini dilakukan oleh bangsa Mongol. Jika makanan itu beracun, maka warna tanduk sapi itu akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berubah. Sesudah melihat tanduk sapi itu tidak berubah warna, Siang-koan Hok merasa lega. "Aku pernah mendengar nama maling itu ketika di Mongol. Sekalipun belum pernah datang ke Mongol, namun aku tahu dia sering memberi khabar pada Kok-su Mongol dengan diamdiam," kata Siang-koan Hok. Han Pwee Eng kaget mendengar keterangan itu. "Kalau begitu Liok Pang-cu tertipu olehnya?" kata Kok Siauw Hong. "Aaah, aku tahu sekarang!" "Kau tahu tentang apa?" tanya Han Pwee Eng pada Siauw Hong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 33

Sesudah manggut-manggut sebentar, Kok Siauw Hong berpikir sejenak, dia lalumenjawab pertanyaan Han Pwee Eng dengan masih keheranan. "Dulu ada yang membuatku sangat heran dan tidak masuk akal," kata Kok Siauw Hong. "Kenapa Pauw Leng mengarang cerita bohong tentang ayahmu. Tetapi sekarang aku sudah mengerti semuanya!" Mendengar keterangan itu Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang. "Oh, begitu! Dia mengarang cerita bohong apa?" tanya Han Pwee Eng tidak sabar. "Masih ingatkah kau, ketika kita mendapatkan secarik kulit kambing dari tangan Lu Toa-siok, pegawaimu yang sudah mati itu?" kata Kok Siauw Hong. "Ya, aku masih ingat!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Surat itu bertulisan bahasa Mongol, sampai saat ini aku nasuh menyimpannya." kata Kok Siauw Hong. "Benar," kata nona Han. Lu Toa-siok pegawai setia keluarga Han. Pelayan tua itu mendapat perintah dari Han Tay Hiong untuk mengantarkan surat ke Ho-lim untuk Siang-koan Hok. "Apa yang telah terjadi atas Lu Toa-siok?" tanya Siang-koan Hok. "Kalau begitu dia binasa di tangan See-bun Souw Ya," kata Kok Siauw Hong. "Ketika kami menemukan mayatnya, di tangan Lu Toa-siok tergenggam surat dari kulit kambing. Dia

memegangnya erat-erat!" "Maaf, Paman, aku ingin bertanya pada Paman. Apakah benar Paman yang menulis surat itu?" kata Han Pwee Eng. "Benar, aku membalas surat ayahmu, tetapi surat itu kutulis dengan menggunakan bahasa Han," jawab Siang-koan Hok. "Ketika surat itu di bawa ke markas cabang Kay-pang, aku dengar dari orang Kay-pang yang katanya mengerti bahasa Mongol, surat itu dari Kok-su Mongol untuk ayahmu," kata Kok Siauw Hong menyela. "Kurangajar, mana mungkin Ayahku punya hubungan dengan Kok-su Mongol?" kata Han Pwee Eng. "Jelas itu perbuatan Pauw Leng dan See-bun Sou Ya atas suruhan Kok-su Mongol itu, mereka ingin mencelakakan ayahmu!" kata Kok Siauw Hong. "Apa isi surat itu?" kata Siang-koan Hok. "Dalam surat itu dikatakan bahwa Paman Han akan menyambut kedatangan tentara Mongol; setelah berhasil Khan Besar Mongol akan mengangkat Paman Han menjadi salah seorang raja-muda di sebuah daerah," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Keterlaluan! Tetapi apa Liok Pang-cu percaya pada isi surat itu?" tanya Han Pwee Eng yang kelihatan sangat penasaran. "Pauw Leng sangat pandai mengarang cerita bohong," kata Kok Siauw Hong. "Dia bilang sebelum meninggal Lu Toa-siok menasihati ayahmu, tapi katanya ayahmu marah, lalu membunuh Lu Toa-siok. Karena Pauw Leng melihat kejadian itu dengan matanya sendiri, tentu saja Liok Pang-cu percaya. Maka itu Liok Pang-cu mengira, kebakaran yang terjadi di rumahmu perbuatan ayahmu!" Nona Han gusar dan kesal. "Ayahku seorang yang jujur, tetapi kenapa difitnah, sampai Liong Pang-cu tidak mempercayainya. Sungguh licik dan jahatnya Pauw Leng. Jika aku tahu dia begitu jahat, tadi tidak kubiarkan dia kabur!" kata Han Pwee Eng gusar bukan kepalang. "Biarlah, kita cari dia!" kata Kok Siauw Hong. "Sekarang lebih baik kita temui dulu ayahmu." Kemudian berangkatlah mereka bertiga. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Setelah mereka pergi, dari balik puing muncul sesosok tubuh. Orang itu Jen Thian Ngo adanya. Siang-koan Hok dan kedua anak muda itu tidak mengira, bahwa yang bersembunyi di rumah itu bukan hanya Pauw Leng, tetapi juga Jen Thian

Ngo. Jen Thian Ngo dan Pauw Leng sudah ada di rumah Han Tay Hiong beberapa hari yang lalu. Makanan yang dimakan oleh Siang-koan Hok, Han Pwee Eng dan Siauw Hong pun makanan yang akan dimakan Jen Thian Ngo bersama Pauw Leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jen Thian Ngo berada di situ untuk menunggu kedatangan Ih Hua Liong, murid tertuanya. Di rumah Han Tay Hiong yang besar itu memang terdapat ruang bawah tanah yang bisa dipakai sebagai tempat persembunyian. Di tempat ini pun tersimpan bermacam-macam makanan kering. Jen Thian Ngo yang pernah menyelidiki rumah itu menemukan ruang bawah tanah itu. Si Maling Sakti Pauw Leng memang kawan bekerja Jen Thian Ngo. Mereka sudah berjanji, jika harta Han Tay Hiong berhasil mereka rampok, Pauw Leng akan mendapat bagian dari Jen Thian Ngo. Sesudah harta itu berhasil dirampok, Ih Hua Liong diperintahkan meminta bagiannya. Jika berhasil Ih Hua Liong akan datang ke rumah Han Tay Hiong menemuinya. Maka itu Pauw Leng dan Jen Thian Ngo menunggu kembalinya Ih Hua Liong. Sungguh di luar dugaan, ternyata Kok Siauw Hong disusul Nona Han Pwee Eng dan Siang-koan Hok muncul di rumah itu. Ditambah lagi munculnya empat pesilat Mongol hingga mereka bertarung hebat. Setelah keempat pesilat Mongol itu berhasil dikalahkan oleh Siang-koan Hok cs, Han Pwee Eng pergi ke dapur akan mencari makanan. Hal itu membuat Jen Thian Ngo sedikit khawatir. Mereka takut persembunyiannya diketahui Han Pwee Eng dan kawan-kawannya. Maka itu pada saat Han Pwee Eng ada di dapur, Jen Thian Ngo menyuruh Pauw Leng memancing nona itu keluar dari dapur yang tidak jauh dengan ruang bawah tanah itu. Dengan demikian Han Pwee Eng terjebak oleh akal Jen Thian Ngo yang licik itu. Pauw Leng yang sangat gesit tidak mudah dikejar oleh nona Han. Sesudah Pauw Leng kabur, Han Pwee Eng tidak mecarinya. Karena mulut ruang bawah tanah itu terletak tidak jauh dari kamar baca, sudah tentu pembicaraan Siang-koan Hok dan Kok Siauw Hong maupun Han Pwee Eng terdengar jelas oleh Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Siang-koan Hok dan kedua muda-mudi itu pergi, Jen Thian Ngo muncul dari ruang bawah tanah. Dia menyeka keringat yang membasahi sekujur tubuh dan keningnya. Saat itu dia tidak menyangka kalau Siang-koan Hok, Kok Siauw Hong juga Han Pwee Eng akan muncul di tempat itu. Tetapi dia juga girang karena sekarang dia telah memperoleh keterangan yang berharga. "Tidak kusangka semua harta itu telah direbut kembali oleh Bu-lim Thian-kiauw," pikir Jen Thian Ngo yang dongkol bukan main. "Ternyata sia-sialah usahaku kali ini! Tetapi masih untung, mereka belum tahu, kalau aku bersekongkol dengan bangsa Mongol. Ci Giok Hian pergi bersama Seng Liong Sen, jika aku tidak bertemu dengan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, rahasiaku tidak akan ada orang yang bisa mengungkapnya!" Jen Thian Ngo tertawa beberapa kali. Kemudian dia tinggalkan rumah Han Tay Hiong dengan maksud mencari Pauw Leng yang akan diajak berunding melakukan rencana busuk lain. Saat Siang-koan Hok dan kedua muda-mudi itu mendekati air terjun, hati kedua muda-mudi itu merasa tidak tenang dan berdebar-debar terus. Setiba di mulut goa yang terhalang air terjun, Han Pwee Eng mengajak Kok Siauw Hong dan Siang-koan Hok menerjang melewati air terjun tersebut. Sesudah berada di dalam terowongan, baru Han Pwee Eng bicara. "Lihat di sana! Rumah batu itu tempat tinggal Beng Cit Nio! Di balik puncak gunung itu terdapat hutan bambu, di sanalah tempat tinggal Seng Cap-si Kouw. Kita ke rumah Seng Cap-si Kouw dulu, baru cari Beng Cit Nio!" kata Han Pwee Eng. "Benar, kita harus menemui ayahmu dulu," kata Siang-koan Hok.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aah, aku tak tahu. Sudah bilangkah Pwee Eng pada ayahnya atau belum?" pikir Kok Siauw Hong. "Entah bagaimana aku menjawabnya jika Paman Han bertanya padaku?" Semula kedatangan Kok Siauw Hong ke Lok-yang hendak membatalkan pertunangannya. Ketika itu dengan hati teguh siap menerima hukuman apa pun dari Han Tay Hiong. Sekarang menjadi lain, terutama setelah dia tahu Ci Giok Hian mempunyai kekasih baru. Apalagi sekarang dia tahu, Han Pwee Eng lebih jauh lebih baik dari dugaannya semula. Ini membuat dia semakin merasa bersalah kepada nona ini. Dengan demikian keberaniannya agak berkurang. Itu

sebabnya hati Kok Siauw Hong semakin tidak tenang. Tibatiba dia terkejut saat Han Pwee Eng bicara dengan perlahan. "Sudah sampai!" kata Han Pwee Eng. Tempat itu kelihatan indah sekali, pohon bambu bergoyang-goyang tertiup angin. Saat menyaksikan panorama yang indah itu Siang-koan Hok menghela napas. "Tempat ini nyaman dan indah sekali!" Siang-koan Hok memuji. "Cap-si Kouw pandai memilih tempat seindah ini!" "Dia pandai bermain catur, memainkan alat musik, bisa melukis dan mahir ilmu sastra. Tidak heran kalau dia memilih tempat ini sebagai tempat tinggalnya," kata Han Pwee Eng. "Gelar dia Ciak-ciu-sian-cu (Dewi Bertangan Maut). Orang yang tidak mengenal sifatnya, akan menganggap dia sebagai Dewi Welas Asih," kata Siang-koan Hok. Maksud ucapan Siang-koan Hok ditujukan juga kepada Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Maka itu Han Pwee Eng langsung berpikir. "Apa benar dia wanita iblis yang sangat kejam?" pikir nona Han. Saat itu hati Kok Siauw Hong semakin kacau.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika aku bertemu dengan Paman Han, apa yang harus aku katakan?" pikir Kok Siauw Hong. Begitu sampai di depan rumah bambu itu, keadaan di sana sepi-sepi saja. Pintu rumah tertutup rapat seakan tidak terdengar ada orang di dalam rumah itu. Menyaksikan keadaan rumah itu Siang-koan Hok tercengang. "Di rumah ini seolah tidak ada orangnya," kata Siang-koan Hok. Han Pwee Eng segera mengetuk pintu rumah itu, tetapi tidak ada jawaban. "Kak Tik Bwee, aku Pwee Eng tolong buka pintunya!" kata Han Pwee Eng. Dari dalam rumah tetap sepi, karena itu Han Pwee Eng tertegun. "Pelayannya juga tidak ada, mungkin tidak ada orang!" kata Han Pwee Eng. "Kita sudah telanjur sampai di sini, maka itu kita harus menyelidikinya," kata Siang-koan Hok. Sesudah itu Siang-koan Hok berteriak. "Seng Li-hiap, maafkan aku bertindak kurang sopan. Jika tidak ada yang mau membukakan pintu, terpaksa aku akan menerjang ke dalam!" kata Siang-koan Hok. Siang-koan Hok merasa segan kepada Seng Cap-si Kouw. Sekalipun yakin di dalam tidak ada orang, dia masih berkata

begitu. Sementara Siang-koan Hok mendorong pintu bambu, Han Pwee Eng agak cemas, Dia masuk ke dalam rumah dan langsung memanggil ayahnya "Ayah! Ayah!" kata Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Pwee Eng yang penasaran lalu memeriksa semua kamar di rumah itu. Ternyata semua kosong. Jangankan orang, lukisan ayahnya pun sudah tidak ada semuanya. Sambil berdiri dengan termangu-manggu nona Han berkata perlahan. "Dia bilang Ayahku tidak boleh banyak bergerak," kata Han Pwee Eng. "Maka itu dia bilang Ayah harus dirawat di rumahnya!" "Pasti dia membohongimu. Sekarang apa kau masih percaya pada omongannya?" kata Siang-koan Hok. "Kita harus tahu ke mana Ayahku dibawa? Sekarang mari kita ke tempat Beng Cit Nio!" kata Han Pwee Eng. "Baik, aku kira Beng Cit Nio lebih terbuka! Jika ada yang diketahuinya, pasti dia memberi tahu kita!" kata Siang-koan Hok. Mereka langsung berjalan menuju ke rumah Beng Cit Nio. Tapi begitu sampai di sana, mata mereka terbelalak. Ternyata rumah batu itu telah menjadi puing. Bau balok yang terbakar pun masih tercium. Itu tanda kebakaran itu belum lama terjadi. Melihat keadaan rumah Beng Cit Nio, Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. "Berdasarkan kepandaiannya, siapa yang telah berani membakar rumah ini?" Apa Seng Cap-si Kouw?" begitu Han Pwee Eng berpikir. Tiba-tiba terlihat ada bayangan orang yang muncul di antara puing-puing. Melihat orang itu Han Pwee Eng gembira sekali. "Kak Tik Bwee!" teriak nona Han. Gadis itu juga kelihatan girang melihat datangnya nona Han. "Nona Han, kau sudah kembali?" kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gadis itu Tik Bwee pelayan Seng Cap-si Kouw. Wajah pelayan itu kelihatan lesu. "Kak Tik Bwee, kau sakit? Di mana majikanmu? Kenapa kau ada di sini?" begitu Han Pwee Eng memberondong gadis itu

dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. "Ceritanya panjang sekali," jawab Tik Bwee. "Siapa kedua orang ini...?" "Ini Paman Siang-koan Hok, sahabat Ayahku. Sedang yang ini Saudara Kok adalah..." Sebelum ucapan nona Han selesai Tik Bwee telah tertawa kecil. "Oh, ternyata kau Kok Siauw-hiap! Han Lo Eng-hiong sangat berharap kedatanganmu! Beliau hanya tinggal beberapa hari di rumah majikanku. Dan selalu membicarakan tentang Anda. Nona Han, aku ucapkan selamat padamu. Ayahmu sangat mencemaskan kau tidak bisa mencari dia!" kata Tik Bwee. Wajah Han Pwee Eng berubah merah. "Mereka semua sahabatku, coba kau ceritakan semuanya..." kata Han Pwee Eng. "Baik. Mari kita ke hutan bambu. Sambil berjalan aku akan menceritakannya padamu." Saat berjalan tenaga Tik Bwee kelihatan lemah, maka itu Han Pwee Eng memapahnya. Kebetulan nona Han menyentuh nadi nona ini, hingga mengetahui nadi Tik Bwee lemah dan tidak teratur. Nona Han kaget bukan kepalang. "Kak Tik Bwee, apa kau terluka dalam?" kata nona Han. "Tidak! Selang beberapa hari aku akan sembuh," kata Tik Bwee. "Karena sakit apa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan karena sakit, tetapi aku ditotok oleh Majikanku, hari ini totokan itu belum bebas!" kata Tik Bwee. "Mengapa majikanmu menotokmu?" "Karena aku tidak mau mendengar kata-katanya. Sekarang Majikanku sudah pergi, dia tidak menginginkan aku menjadi pelayannya lagi. Ketika akan pergi, dia menotokku!"kata Tik Bwee sambil mengelah napas. "Bukankah majikanmu sayang padamu? Jika kau bersalah tidak seharusnya dia begitu kejam sampai meninggalkan kau di sini!" kata Han Pwee Eng. "Kau tidak mengetahui sifat Majikanku," kata Tik Bwee sambil mengelah napas panjang. "Menghukum dengan cara ini pun sudah termasuk ringan!" "Apa salahmu?" "Semua ini karena nona Ci!" kata Tik Bwee. Mendengar nama Ci Giok Hian disebut-sebut oleh Tik Bwee, Kok Siauw Hong ikut bicara. "Apa yang kau maksud Ci Giok Hian?" kata Kok Siauw

Hong. "Benar, kau kenal dengannya?" kata Tik Bwee. "Kenapa karena dia, kau yang dihukum?" kata Siauw Hong. "Begini ceritanya," kata Tik Bwee. "Hari itu ketika nona Ci datang ke tempat kami, Majikanku menyusun sebuah rencana untuk membebaskan ayah nona Han. Nona Ci diminta menyamar saat datang ke tempat Beng Cit Nio dan aku ikut mengantarnya ke sana!" "Masalah itu aku sudah tahu," kata Siauw Hong. "Kau menemaninya atas perintah majikanmu, tapi kenapa kau sampai dihukum?'

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu karena keponakan Majikanku. Siauw-ya jatuh hati pada nona Ci!" kata Tik Bwee. Sesudah mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong mengelah napas. "Jadi yang dikatakan Tu Hok bukan khabar bohong," pikir Kok Siauw Hong dengan wajah biasa-biasa saja. Sesudah diam sejenak Kok Siauw Hong bertanya lagi. "Kalau siauw-yamu jatuh cinta pada nona Ci, apa hubungannya denganmu?" kata Siauw Hong. "Baik, akan aku ceritakan," kata Tik Bwee. "Majikanku menyuruh nona Ci menyamar ke tempat Beng Cit Nio untuk mencuri arak Kiu-than-sun-yang Pek-hoa-ciu. Arak itu untuk menolong Han Lo Eng-hiong. Tetapi hal ini tidak diketahui oleh Siauw-ya. Malam itu Majikanku menyuruh aku membakar dupa mengandung obat tidur, maksudnya supaya Siauw-ya tertidur lelap saat nona Ci pergi. Tetapi aku melanggar perintah Majikanku, dengan mengurangi obat biusnya. Aku juga memberi tahu maksud kepergian nona Ci pada Siauw-ya. Esoknya Siauw-ya ikut mengantarkan nona Ci. Saat itulah Siauw-yaku memberinya cincin tanda pertunangan dengan nona Ci!" "Kau menyaksikan sendiri kejadian itu?" kata Siauw Hong. "Apa nona Ci menerima lamaran itu?" "Ketika itu Siauw-ya menotok jalan darahku dan menaruhku di bawah sebuah pohon. Sesudah itu Siauw-ya mengajak nona Ci menjauhi tempat aku diletakkan. Sekalipun aku tidak mendengar pembicaraan mereka, tetapi aku lihat Siauw-ya memberi cincin pertunangan pemberian Beng Cit Nio. Aku tahu, jika Siauw-ya bertemu seorang gadis yang disukainya, dia boleh memberikan cincin itu pada gadis itu. Pelayan Beng Cit Nio memberitahu aku, saat penyamaran nona Ci ketahuan, dan ingin membunuh nona Ci. Tetapi dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

batal membunuh nona Ci saat dia melihat cincin itu!" kata Tik Bwee. Kebetulan mengenai kejadian ini Han Pwee Eng sudah mengetahuinya langsung. Sedang Kok Siauw Hong baru tahu saat itu "Ah, kalau begitu masalah ini benar," pikir Kok Siauw Hong. Aku tidak mengira Ci Giok Hian bisa berubah demikian cepat!" Berhubung Kok Siauw Hong terus bertanya tentang Ci Giok Hian, tentu saja pelayan ini jadi curiga dan heran. "Ketika aku pulang setelah mengantarkan Ci Giok Hian ke tempat Beng Cit Nio," melanjutkan Tik Bwee. "Aku lihat wajah Majikanku kehijauan. Tetapi aneh dia tidak memarahiku. Kemarin malam, saat Majikan akan pergi baru dia menotokku!" "Mungkin Majikanmu tidak suka pada nona Ci, padahal Siauw-yamu dengan nona Ci pasangan yang serasi," kata Kok Siauw Hong. "Benar, mereka pasangan yang sangat serasi!" kata Tik Bwee. "Majikanku bukan marah karena itu, dia marah karena Siauw-ya bertunangan secara diam-diam. Dia juga marah kepadaku karena aku tidak mau mendengar kata-katanya!" kata Tik Bwee yang agak kesal dan cemburu karena Kok Siauw Hong mengatakan nona Ci sangat serasi dengan Siauwyanya. Padahal ucapan Kok Siauw Hong itu diucapkan tanpa sengaja. "Sudah! Kau jangan terus membicarakan Nona Ci, aku ke mari untuk mencari Ayahku. Majikanmu tidak ada, lalu ke mana Ayahku dibawanya?" kata Han Pwee Eng. "Pasti ayahmu pergi dengan Majikanku!" kata pelayan itu. "Memang Ayahku sudah bisa berjalan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Majikanku membawa ayahmu dengan naik kereta. Di balik gunung ada jalan hingga Majikanku tidak perlu lewat jalan air terjun!" kata Tik Bwee. "Lalu siapa yang membakar rumah Beng Cit Nio?" "Aku tidak tahu! Semalam aku lihat api berkobar di rumah Beng Cit Nio. Tetapi karena totokanku belum bebas, aku tidak datang ke sana!" kata Tik Bwee. "Menurutku Seng Cap-si Kouw yang membakar rumah Beng Cit Nio. Mungkin dia juga yang mengusir Beng Cit Nio pergi!"

kata Siang-koan Hok. Han Pwee Eng sependapat dengan Siang-koan Hok. "Nona Han, apa kau tahu ke mana kira-kira nona Ci dan Siauw-yaku pergi? Apakah kau mengetahuinya?" kata Tik Bwee mencoba mencari keterangan. "Yang aku dengar Siauw-yamu pergi ke Kang-lam!" kata nona Han. "Apakah nona Ci ikut bersamanya?" "Barangkali ya, tetapi aku tidak tahu pasti!" kata nona Han. "Hm! Nona Han, kau tidak perlu menutup-nutupi kepergian mereka! Pasti mereka pergi bersama-sama!" kata Tik Bwee. Saat itu Tik Bwee tertegun sejenak. Dia memandang jauh ke depan dengan mata kosong. "Kang-lam itu jauh, kan?" kata Tik Bwee. Han Pwee Eng mengangguk perlahan, tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Kak Tik Bwee, ini kantung sulammu yang kau titipkan untuk Seng Kong-cu. Aku khawatir aku tidak akan bertemu dengannya. Lebih baik kukembalikan saja, bagaimana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sangat berduka Tik Bwee menerima kantung sulam itu sambil menghela napas panjang. "Benar, sekarang kantung itu tidak perlu kau berikan kepadanya!" "Kak, selanjutnya kau mau ke mana? Apa tidak lebih baik kau ikut kami saja?" kata Han Pwee Eng. "Terima-kasih," kata Tik Bwee. "Tetapi walau tidak tahu apakah Majikanku akan kembali atau tidak, sebagai pelayan aku harus menjaga rumah Majikanku!" Tak lama mereka telah sampai di hutan bambu. "Nona Han, apa kau mau singgah dulu?" kata Tik Bwee. "Tidak. Hari mulai gelap, kami harus buru-buru pergi!" kata Han Pwee Eng. Namun, Han Pwee Eng berpikir. "Dia pandai sastra dan silat juga cantik. Tetapi nasibnya sangat buruk. Sekarang dia tidak punya tempat untuk berteduh!" pikir Han Pwee Eng. Dia awasi Tik Bwee yang berjalan ke arah hutan bambu. Diam-diam nona Han mengelah napas panjang. Mereka langsung meninggalkan hutan bambu. Di tengah jalan Kok Siauw Hong mengeluh. "Kedatangan kita sia-sia saja, kita hanya mendengar sedikit keterangan dari nona itu," kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sangat mencemaskan keselamatan Han Tay Hiong. Tetapi dia sedikit lega, semula dia mengira akan

menghadapi masalah yang menegangkan di depan orang tua itu, ternyata tidak terjadi karena orang tua itu tidak ada. "Aku akan langsung ke See-lian-san," kata Siang-koan Hok. "Dalam perjalanan aku akan mencari keterangan tentang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ayahmu. Nona Han, sebaiknya kalian bersama-sama ke Kimkeeleng?" Sekilas Han Pwee Eng melirik ke arah Kok Siauw Hong. "Aku dengar ada beberapa sahabat Ayahku datang ke sana, pasti aku harus ke sana!" kata Han Pwee Eng. Siang-koan Hok mengangguk. "Liu Li-hiap banyak anak buahnya, aku rasa dia akan lebih cepat mendapat khabar tentang ayahmu!" kata Siang-koan Hok. "Mudah-mudahan begitu!" kata nona Han. "Jika kau bertemu dengan beliau, tolong sampaikan terimakasihku terutama mengenai urusan puteriku," kata Siang-koan Hok pada nona Han. "Jika aku sudah tahu tentang ayahmu, akan kuutus orang memberi khabar padamu. Dari See-lian-san dan memang sering ada yang berkunjung ke Kim-kee-leng dan sebaliknya ada yang pergi ke See-lian-san!" "Ya," kata Han Pwee Eng. Maka berangkatlah Siang-koan Hok seorang diri ke Seeliansan. Setelah tinggal berduaan Han Pwee Eng berkata pada Kok Siauw Hong. "Siauw Hong, apakah kau mau pulang ke Yang-cou? Kalau begitu kita pun harus segera berpisah!" kata Han Pwee Eng. "Siapa bilang aku mau pulang?" kata Siauw Hong tersentak kaget. "Apa kau tidak dengar tadi Siang-koan Cian-pwee menyuruhku ke mana? Bukankah tadi kau sudah mewakili aku untuk mengabulkan permintaannya untuk bersama-sama ke Kim-kee-leng? Kenapa kau berkata begitu?" Han Pwee Eng menatap ke arah Kok Siauw Hong. "Tadi aku hanya bilang aku yang akan ke Kim-kee-leng, itu tidak termasuk kau!" kata Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi Siang-koan Cian-pwee mengatakan "kalian", berarti kita berdua. Bukan cuma kau sendiri!" kata Kok Siauw Hong. Wajah Han Pwee Eng berubah merah. "Apa kau ingin aku memberitahukan...memberitahukan Ayahku, ah jika mengetahui masalah kita, pasti dia akan

bertanya panjang lebar. Lalu bagaimana aku harus menjelaskannya?" kata Han Pwee Eng gugup. Seolah memberi hormat Kok Siauw Hong membungkukkan tubuhnya ke depan nona Han. "Pwee Eng, maafkan aku. Dulu aku terlalu ceroboh. Aku.... aku berbuat salah, aku minta kau memaafkan aku!" kata Kok Siauw Hong. Ini untuk pertama kali Kok Siauw Hong meminta maaf kepada Han Pwee Eng. Tentu saja nona Han puas sekali. Perasaan kesalnya perlahan-lahan mulai sirna, walau wajahnya tetap dingin. "Aku harap kaujangan mengungkit-ungkit lagi masa lalu kita," kata nona Han. "Mengenai masalah pribadi yang menyangkut masalah seumur hidup, memang sudah seharusnya diputuskan oleh masing-masing pribadi. Kau tidak bersalah kepadaku, maka itu tidak perlu minta maaf." "Walaupun hatimu sangat lapang, aku tetap merasa bersalah kepadamu," kata Kok Siauw Hong. "Jika tidak mau pulang, kau mau ke mana?" kata Han Pwee Eng dengan wajah memerah. "Tentu saja aku akan pergi bersamamu ke Kim-kee-leng, malah kau masih bertanya?" kata Kok Siauw Hong sambil tersenyum. Sebenarnya pertanyaan Han Pwee Eng tadi hanya ingin menguji isi hati pemuda itu, karena rumah pemuda itu tidak begitu jauh lagi dari situ. Jika Kok Siauw Hong masih

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merindukan nona Ci, pasti dia akan pergi ke Pek-hoa-kok untuk mencari tahu tentang gadis itu. Nona Han tahu, jika mereka akan ke Kang-lam pun, mereka harus lewat Yang-cou (Yang-ciu). Mungkin Ci Giok Phang sudah pulang. Jika pemuda ini pulang dia akan melewati Pek-hoa-kok dan mereka akan bertemu. Dengan demikian dia akan tahu tentang Ci Giok Hian dari kakaknya itu. "Pwee Eng," kata Siauw Hong. "Izinkan aku menemanimu. Semua yang telah kita alami, anggap saja telah kita lupakan. Bukankah kita.... kita bisa memulai dari awal lagi?" "Apa maksudmu?" tanya nona Han dengan dingin. Kok Siauw Hong mengawasi nona Han yang wajahnya kelihatan dingin. Hal ini membuat pemuda ini tertegun. "Aku cuma ingin menemanimu ke Kim-kee-leng. Aku kira berjalan berdua lebih baik dari pada berjalan sendirian saja..." kata Kok Siauw Hong. "Di Kim-kee-leng pasti ada Kim-to Lui Piauw, Ong Koan Kun dan yang lainnya," kata Han Pwee Eng. "Apakah kau tidak

takut bertemu dengan mereka?" Nama orang-orang yang disebutkan nona Han adalah orang yang tempo hari menyerbu ke Pek-hoa-kok. Malah di antaranya pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong. Khususnya Kim-to Lui Piauw, sahabat Han Tay Hiong. Jadi jelas karena di sana ada dua pelayan tua keluarga Han, pasti Lui Piauw sudah tahu tentang masalah mereka berdua. Kok Siauw Hong telah dianggap mencampakkan nona Han karena akan menikahi gadis lain. Lui Piauw marah dia datang ke Pekhoakok dan bentrok dengan Kok Siauw Hong. Jika saat itu tidak muncul utusan Hong-lay-mo-li pasti pertarungan akan menjadi hebat bahkan akan terjadi pertumpahan darah. Sekarang orang yang pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong itu ada di Kim-kee-leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong sadar dia akan bertemu dengan mereka. Namun demi nona Han yang hatinya mulai beku terhadapnya, dia tidak peduli lagi akan bertemu dengan siapa pun. Dia langsung tertawa. "Aku bertarung dengan Lui-lo-eng-hiong karena dia membelamu! Jika dia melihat kita datang bersama-sama, pasti dia girang, bahkan tak akan memusuhiku lagi. Mana mungkin dia akan menyusahkan aku, karena tahu kita telah "rujuk" lagi!" kata Kok Siauw Hong. Mendengar kata-kata pemuda itu mata Han Pwee Eng langsung melotot. "Siapa yang sudah rujuk lagi?" kata si nona. Melihat nona itu sedikit marah. Kok Siauw Hong kelihatan gugup. "Pwee Eng, tadi aku sudah minta maaf padamu," kata Siauw Hong. "Apa kau tidak bisa memaafkan aku? Bukankah kita bisa mulai lagi dari awal?" "Tadi sudah kubilang, bahwa aku tidak menganggapmu bersalah," kata nona Han. "Maka itu kau tidak perlu minta maaf Jika kau mau ikut, silakan saja! Tapi aku harus menjelaskan padamu tentang hubungan kita. Aku minta kau tahu dengan jelas!" "Maksudmu?" kata Kok Siauw Hong. "Di antara kita sejak saat ini sudah tidak ada apa-apa lagi!" jawab nona Han. "Pwee Eng, dulu kita telah dijodohkan untuk menjadi suami-isteri oleh orang tua kita. Tetapi sekarang aku sendiri yang akan......" kata-kata Kok Siauw Hong terhenti sebelum dia mengucapkan kata "melamarmu"..... Itu karena nona Han memotong kata-kata pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siauw Hong, aku bukan gadis yang bisa diremehkan begitu saja! Mengenai soal jodoh sejak saat ini dan selanjutnya, jangan kau ungkit-ungkit lagi!" kata Han Pwee Eng tegas. Sekalipun dia telah memaafkan pemuda itu, namun sakit hatinya masih membekas. Ditambah lagi perubahan atas diri Kok Siauw Hong terjadi saat pemuda ini sudah mengetahui Ci Giok Hian pergi ke Kang-lam bersama Seng Liong Sen, baru pemuda itu buka mulut akan melamar dirinya. "Hm! Setelah Kak Giok Hian meninggalkanmu, baru kau berbalik padaku!" pikir Han Pwee Eng. Dia jengkel sekalipun senang karena pemuda itu ternyata mencintainya Tetapi dia pun tidak semudah itu mau menerima kembali pemuda itu. "Aah, memang aku yang salah," pikir Kok Siauw Hong. "Aku telah membuat hatinya terluka! Tidak heran dia belum mau menerimaku..." Maka itu Kok Siauw Hong tidak berani memaksa lagi. "Pwee Eng, aku salut padamu," kata Siauw Hong. "Baiklah, aku setuju pada apa yang kau katakan. Tapi hubungan ayah kita bagai saudara saja, benar kan?" "Lalu kenapa?" kata nona Han. "Di antara kita sudah tidak ada ikatan apa-apa, tetapi jika sebagai kakak beradik masih bisa, dong?" kata Kok Siauw Hong. Melihat pemuda itu bersungguh-sungguh nona Han jadi terharu. "Dalam dua bulan ini kau banyak membantuku, Kok Toako," kata nona Han, "aku sangat berterima kasih padamu. Sudah jangan bicara soal pribadi lagi. Kau seorang pendekar sejati, tentu saja aku bangga menjadi adikmu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main girangnya Kok Siauw Hong, dia langsung mengajak Han Pwee Eng untuk bersumpah di depan Tuhan menyatakan sebagai kakak-beradik. Ketika itu angkatan perang Mongol sudah bergerak ke arah barat, oleh karena itu kota Lok-yang tidak dijaga ketat. Mereka hanya melihat tentara Mongol yang menjaga pintu kota. Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menyamar sebagai suami-isteri petani. Sesudah jauh dari kota mereka

menyeberangi sungai Huang-hoo. Di sepanjang jalan mereka tidak mendapat gangguan apa-apa. Selama dua hari perjalanan mereka masih kelihatan canggung. Namun, lambat-laun hilang juga perasaan canggung itu. Mereka saling hormat-menghormati juga saling memperhatikan. Bahkan mereka mulai berani bercanda di sepanjang jalan. Mereka mirip seperti kakak-beradik saja. Suatu hari mereka tiba di perbatasan Ho-lam dan San-tung (Shan-dong). Wilayah ini masuk dalam kekuasaan Kerajaan Kim. Pada tengah hari mereka sampai di sebuah warung teh yang ada di tepi jalan. "Kita sudah lelah," kata Siauw Hong pada nona Han. "Bagaimana kalau kita beristirahat dulu? Di sana ada warung teh barangkali saja ada makanan yang bisa kita makan, bagaimana menurutmu?' Rata-rata warung-warung teh di wilayah utara menyediakan makanan dan arak. Kok Siauw Hong dan nona Han masuk ke dalam warung. Begitu masuk mereka lihat ada dua orang tamu sedang duduk di warung itu. Salah seorang berumur 40 tahun, sedangkan yang lain seorang hwee-shio berumur 40 tahun lebih. Tubuh hwee-shio itu kekar, tongkat besinya tersandar di meja tak jauh dari tempat duduk mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah diperhatikan Kok Siauw Hong mengenali lelaki muda itu Ih Hua Liong. Melihat Ih Hua Liong yang pernah memfitnahnya Kok Siauw Hong terkejut dan juga girang. Melihat kedatangan Kok Siauw Hong bukan main kagetnya Ih Hua Liong. Dia tertegun beberapa saat, tidak jadi bicara dengan hwee-shio itu. Kok Siauw Hong melompat ke arah meja mereka. Tidak lama Kok Siauw Hong sudah ada di hadapan Ih Hua Liong. Melihat Kok Siauw Hong bergerak, Han Pwee Eng pun buruburu berdiri di depan pintu warung. Dia siap membantu Kok Siauw Hong dan bersiaga kalau-kalau pemuda itu melarikan diri. Melihat kedua tamu yang baru datang itu langsung akan bentrok, pemilik warung teh terkejut sekali. Dia maju dan langsung bicara. "Oh, rupanya kalian sudah saling mengenal, bagaimana jika kalian duduk bersama. Barangkali nona yang di pintu pun saling mengenal juga. Silakan duduk bersama!" kata pemilik warung. "Jangan repot-repot!" kata Kok Siauw Hong."Aku mau bicara dulu dengannya, baru pesan makanan!"

Pemilik warung yang sudah berpengalaman itu sudah langsung sadar, bahwa tak lama lagi akan terjadi keributan. "Baik, karena kalian sudah saling mengenal, silakan bicara baik-baik, jangan mengacau di warungku!" kata pemilik warung. "Jangan khawatir, jika dia baik-baik saja aku tidak akan mengadakan keributan di tempat ini. Jika terpaksa harus bertarungpun, barangmu yang rusak pasti akan aku ganti!" kata Kok Siauw Hong. Sesudah itu Kok Siauw Hong membentak. "Ih Hua Liong! Kau tidak menduga bisa kebetulan bertemu lagi denganku,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan? Ternyata dunia ini sempit, ya? Di mana pun kita bisa bertemu lagi!" kata Kok Siauw Hong. Saat itu Ih Hua Liong sedang berpikir keras. "Benarkah hwee-shio ini orang yang dikatakan Pauw Leng lari dari Siauwlimsi? Jika benar, aku tidak perlu takut pada Kok Siauw Hong!" pikir Ih Hua Liong. Saat Ih Hua Liong menoleh ke arah hwee-shio itu, dia sedang menunduk sambil minum arak, seolah tidak memperhatikan kedatangan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Melihat sikap hwee-shio itu Ih Hua Liong jadi ragu-ragu, benarkah orang itu yang dimaksud Pauw Leng. Tidak heran kalau dia jadi cemas bukan kepalang. Terpaksa dia tersenyum ke arah Kok Siauw Hong. "Ya, memang aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," kata Ih Hua Liong. "Apa saudara Kok sudah mendapat khabar tentang Pamanmu? Sekarang aku sedang mencari Suhu!" "Benar, tapi kenapa hari itu kau bilang aku bersama angkatan perang Mongol, hari itu kau bisa meloloskan diri. Tapi hari ini kau bertemu lagi denganku!" kata Kok Siauw Hong. "Aku mohon kau jangan salah paham, hal itu karena aku sangat ditekan oleh pihak Mongol," kata Ih Hua Liong. "Kau bilang kau ditekan, apa bukan sebaliknya, kau malah sangat akrab dengan Iblis Tua dan orang Mongol itu?" kata Kok Siauw Hong. "Tidak! Aku malah sangat penasaran pada dua Iblis Tua itu!" kata Ih Hua Liong. "Karena Dilis Tua itu tahu aku murid pamanmu, malah banyak bertanya padaku. Aku minta kau jangan salah sangka" Dengan marah Kok Siauw Hong memukul meja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kau jangan macam-macam di depanku!" bentak Kok Siauw Hong. "Jika kau tidak bicara jujur jangan kau salahkan aku kasar!" Wajah Ih Hua Liong jadi muram. "Kau ingin aku bicarajujur tentang apa?" kata Ih Hua Liong. "Kenapa kau memfitnah dan ingin mencelakakan aku?" bentak Kok Siauw Hong. "Aku tidak bermaksud memfitnahmu, cuma mendengar khabar angin saja," kata Ih Hua Liong. "Dari siapa kau dengar khabar itu?" kata Siauw Hong. "Dari... .dari seorang anggota Kay-pang!" kata Ih Hua Liong. "Apa kau kenal dengan anggota Kay-pang itu?" kata Kok Siauw Hong. "Aku tidak kenal!" kata Ih Hua Liong. "Hm! Omong kosong!" bentak Kok Siauw Hong. "Kaulah yang memfitnahku, lebih baik kau terus-terang! Pertama, kenapa kau memfitnahku? Kedua, kau bersekongkol dengan musuh, apakah Pamanku mengetahui soal ini?" "Kau boleh tidak percaya padaku," kata Ih Hua Liong, "tetapi guruku Jen Thian Ngo, yang juga pamanmu seorang pendekar sejati!" Sebenarnya ucapan Ih Hua Liong saat menyebutkan nama Jen Thian Ngo karena dia maksud lain. Jika hwee-shio itu teman guruhnya, pasti dia akan membantu Ih Hua Liong. Ternyata ini membawa hasil. Setelah mendengar nama Jen Thian Ngo disebut, hwee-shio itu mendadak bicara. "Omi To-hud! Berbagai persoalan bisa diurus secara damai. Aku orang beribadah jadi tidak ingin melihat keributan di tempat ini!" kata hwee-shio itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tay-su, Anda tidak tahu orang ini bersekongkol dengan bang-sa Mongol. Jika masalah kecil tentu aku akan memaafkannya. Ini masalah besar, aku tidak akan melepaskannya!" kata Kok Siauw Hong. "Omitohud! Kalau begitu aku tidak mau ikut campur urusan kalian! Terserah kalian saja, mau ribut atau mau berkelahi! Aku masa bodoh terserah kalian saja!" kata hwee-shio itu. Mendengar ucapan hwee-shio itu Ih Hua Liong kelihatan kecewa sekali.

"Jika benar hwee-shio ini yang dimaksud Pauw Leng, pasti dan tidak akan takut pada siapa pun. Apa aku salah lihat?" pikir Ih Hua Liong. "Jika tidak salah mata, kenapa dia bicara begitu?" "Ih Hua Liong, kau sedang memikirkan siasat busuk apa lagi? Cepat katakan sejujurnya!" kata Kok Siauw Hong. "Kurang leluasa bicara di sini, bagaimana kalau kita bicara di luar saja?" kata Ih Hua Liong sambil bangkit akan keluar. Tiba-tiba dia dorong meja di hadapannya sambil menghunus pedang. Kok Siauw Hong pernah bertarung dengan Ih Hua Liong. Dia yakin Ih Hua Liong tidak akan lolos dari tangannya. Saat Ih Hua Liong mengajaknya bicara di luar, Kok Siauw Hong mengangguk. Tidak dia duga kalau Ih Hua Liong menghunus pedangnya. Karena tak siap hampir saja Kok Siauw Hong tertimpa meja makan. Sedang pakaian Siauw Hong basah tersiram kuah yang tumpah ke arahnya. "Binatang, kau mau kabur ke mana?" bentak Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong mendorong meja itu ke samping hingga air teh tumpah mengenai jubah hwee-shio itu. "Hm! Sungguh keterlaluan! Mau berkelahi terserah kalian, kenapa kau sampai memukul tubuhku?" bentak hwee-shio itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hwee-shio itu memukul ke arah meja. "Braak!" meja itu langsung hancur berantakan. "Heran, aku hanya menumpahkan air teh ke jubahnya, kenapa dia bilang aku memukulnya?" pikir Kok Siauw Hong. Sesaat Kok Siauw Hong sadar, hwee-shio itu sengaja berpihak pada Ih Hua Liong. Tetapi karena merasa bersalah telah menumpahkan air ke pakaiannya, Kok Siauw Hong segera memberi hormat. "Maaf! Aku telah membasahi pakaian Tay-su!" kata Siauw Hong. Sedang Ih Hua Liong yang mau kabur ternyata dihadang oleh Han Pwee Eng. Ih Hua Liong langsung menyerang nona Han dengan jurus Cit-siu-kiam-hoat. Sebenarnya Ih Hua Liong pun belum yakin benar apakah hwee-shio itu memihak kepadanya atau tidak. Jika hwee-shio itu benar hwee-shio yang dimaksud si Maling Kecil Pauw Leng, pasti dia akan menghalangi Kok Siauw Hong yang akan mengejarnya. Jika bukan dia berusaha akan menangkap nona Han yang akan dijadikan sandera. Di luar dugaan kepandaian nona Han lebih tinggi dibanding kepandaian Ih Hua Liong. Tetapi karena serangan Ih Hua Liong dilakukan secara bertubi-tubi, nona Han kewalahan

juga. Tetapi mengalahkan dan menangkap nona itu tidak mudah. Saat serangan Ih Hua Liong yang membuat nona Han mundur. Tetapi nona Han berhasil merobek pakaian Ih Hua Liong dengan pedangnya Untung Ih Hua Liong berhasil kabur, jika tidak tangannya pasti terpotong oleh pedang nona Han. Saat Kok Siauw Hong hendak mengejar, dia terhalang oleh hwee-shio itu. Kok Siauw Hong tidak ingin meladeni hwee-shio itu. Dia kerahkan gin-kangnya untuk mengejar Ih Hua Liong. Dengan demikian Kok Siauw Hong berhasil mengejar Ih Hua Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ih Hua Liong langsung menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh Bintang Berkumpu). "Kok Siauw Hong, jangan keterlaluan mendesakku. Sekalipun kau gagah tapi ada lagi orang lain yang lebih gagah!" kata Ih Hua Liong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 34

Melihat Ih Hua Liong nekat mengadakan perlawanan, Kok Siauw Hong tertawa dingin. Dia segera maju dan menyerang ke arah Ih Hua Liong sambil membentak dengan suara keras. "Ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu harus kau latih lagi selama sepuluh tahun," kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong juga menggunakan jurus yang sama, yaitu jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh bintang bersatu). Saat menerima serangan dari Kok Siauw Hong, mata Ih Hua Liong jadi silau. Buru-buru Ih Hua Liong melompat mundur. "Lihat! Ada apa di pakaianmu!" kata Kok Siauw Hong. Saat Ih Hua Liong menunduk memeriksa pakaiannya, dia lihat di pakaiannya terdapat bekas tujuh buah lubang tusukan pedang Kok Siauw Hong. Melihat pakaiannya itu Ih Hua Liong langsung ciut hatinya "Luar biasa," pikir Ih Hua Liong. "Ilmu silatnya lihay sekali! Kepandaian bocah ini jauh lebih lihay dibanding dengan Guruku! Jika tadi dia ingin membunuhku, aku sudah tidak bernyawa lagi. Oh, mudah-mudahan hwee-shio itu mau menolongku!" "Jika kau masih sayang pada nyawamu, lekas katakan!" bentak Kok Siauw Hong. Ih Hua Liong diam saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi dia bilang di antara orang gagah masih ada orang gagah yang lain, apa maksud kata-kata hwee-shio itu? Ih Hua Liong membangkang mungkin karena dia mengandalkan hwee-shio itu?" pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sudah sejak awal mengetahui bahwa hwee-shio itu berilmu tinggi, tetapi dia yakin Ih Hua Liong tidak akan mampu lolos dari tikamannya. Kok Siauw Hong tidak gentar sekalipun hwee-shio itu lihay, apalagi ada Han Pwee Eng yang pasti membantu dia. "Cepat katakan!" bentak Kok Siauw Hong. Sekali lagi pedang Kok Siauw Hong bergerak cepat luar biasa, saat itu seolah sukma Ih Hua Liong sudah terbang ke angkasa "Ba.. .baik.. .akan aku.. .aku katakan!" kata Ih Hua Liong dengan suara terbata-bata. Saat itu pedang Kok Siauw Hong sudah tertuju ke tenggorokan Ih Hua Liong. Namun, tiba-tiba terlihat sinar berkelebat bagaikan pelangi ke tempat mereka. Ternyata bayangan hwee-shio yang telah melepas jubahnya dan menangkis pedang Kok Siauw Hong. Pedang Kok Siauw Hong terhajar dan bentrok keras, seolah pedang itu mengenai tembok saja. Namun, jubah hwee-shio itu telah ditembus sehingga meninggalkan bekas tujuh buah lubang pedang Kok Siauw Hong. Hwee-shio itu tertawa dingin. "Hm! Kau bisa ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoat. Dengan ilmu itu kau ingin menindas orang! Aku ingin mencoba ilmu silatmu itu, mari!" kata si hwee-shio menantang. Melihat hwee-shio itu menolongi dirinya, Ih Hua Liong girang bukan kepalang. Ternyata dugaannya tidak salah, bahwa hwee-shio itu hwee-shio yang dimaksud oleh Pauw Leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tay-su benar!" kata Ih Hua Liong. "Bocah ini perlu dihajar!" "Ya karena bocah ini berani melawanku, aku harus memberinya pelajaran! Pasti aku akan menghajarnya! Jika kau tidak ada urusan lain di sini, lebih baik kau segera menepi saja!" kata si hwee-shio. Ih Hua Liong segera mundur. Dari tempat yang agak jauh dia mengawasi hwee-shio yang akan menghajar Kok Siauw Hong. Hwee-shio ini bernama Sah Seng Liu, dia murid Siauw-lim. Berhubung sifatnya tamak dan buruk, dia terjerumus ke jalan yang sesat dan banyak melakukan kejahatan.

Duapuluh tahun yang lalu, Sah Seng Liu pernah bersama Kong-sun Khie menimbulkan badai besar di kalangan Kangouw. Dia sering melakukan berbagai kejahatan. Ketika orangorang gagah menyerbu ke dusun Suang-kee-po, ketika itu Sah Seng Liu tertangkap oleh su-peknya. Dia dihukum selama sepuluh tahun menghadap ke tembok. Saat itu dia seolah sudah tobat dan selama sepuluh tahun itu, ilmu silatnya jadi bertambah tinggi. Melihat Sah Seng Liu seolah sudah tobat, ketua Siauw-lim-pay menempatkan dia di dalam kelenteng. Selama itu Sah Seng Liu pun bersikap alim. Karena sikapnya itu ketua kelenteng jadi tidak waspada dan tidak menjaganya dengan ketat. Setengah tahun yang lalu Sah Seng Liu berhasil kabur dari kelenteng Siauw-lim. Dia langsung menemui si Maling Kecil Pauw Leng yang memang sahabatnya. Begitu sampai Sah Seng Liu diminta bergabung dengan pihak Mongol. Dia setuju bergabung karenajika pihak Siauwlimsi akan menangkapnya, dia akan ditolong oleh Cun Seng Hoat Ong yang ilmu silatnya lihay sekali. Begitulah, ketika Jen Thian Ngo dan Pauw Leng telah meninggalkan rumah Han Tay Hiong karena mereka hampir

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dipergoki Han Pwee Eng, Pauw Leng kabur berpisah dengan Jen Thian Ngo. Di tengah jalan Pauw Leng bertemu dengan Ih Hua Liong yang sedang mencari gurunya, setelah gagal mendapatkan bagian harta dari kedua iblis tua itu. Dari Pauw Leng inilah Ih Hua Liong tahu tentang hwee-shio itu. Malah Pauw Leng menjelaskan, bahwa Sah Seng Liu pun kenal dengan Jen Thian Ngo. Kebetulan Ih Hua Liong bertemu dengan Sah Seng Liu, tetapi keburu datang Kok Siauw Hong. Saat Kok Siauw Hong ditegur bahwa dia telah menindas orang yang lemah, pemuda itu balik bertanya. "Tay-su tidak bertanya dulu, mengapa aku memaksa orang itu! Kau bilang aku berani melawanmu, padahal tanpa sengaja aku membasahi pakaianmu. Maka itu aku minta maaf!'' kata Kok Siauw Hong. Sah Seng Liu tertawa. "Jubahku jubah pusaka, apa cukup hanya dengan minta maaf lalu urusan jadi beres?" kata Sah Seng Liu. "Lalu aku harus bagaimana?" kata Siauw Hong. "Kau harus mengganti jubahku!" kata Sah Seng Liu. "Baik, aku akan membuatkan jubah baru untukmu!" "Hm! Gampang saja kau bicara! Mana mungkin kau mengganti jubah pusaka denganjubah baru yang kau buat?"

kata Sah Seng Liu. Mendengar ucapan Sah Seng Liu itu, bukan main kesalnya hati Kok Siauw Hong. Namun, dia mencoba menahan marah. "Kalau begitu aku harus bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Aku ingin kau serahkan pedangmu, dan kau juga harus sujud di kakiku!" kata Sah Seng Liu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dihina demikian Kok Siauw Hong tidak tahan sabar lagi. "Hm! Tay-su, rupanya kau sedang mencari gara-gara! Baik, aku akan meladenimu!" kata Kok Siauw Hong. Sah Seng Liu tertawa dingin. "Baik, jika kau mampu menahan toyaku ini, maka aku tidak akan minta ganti apa-apa padamu!" kata Sah Seng Liu. Ketika itu Han Pwee Eng sudah berada di dekat Kok Siauw Hong, maka itu pemuda itu berbisik pada Han Pwee Eng. "Pwee Eng, kau awasi Ih Hua Liong, biar aku yang menghadapi Tay-su ini!" kata Kok Siauw Hong. Melihat Han Pwee Eng mendekati Ih Hua Liong, Sah Seng Liu langsung bicara. "Aku larang kalian menyentuhnya walau hanya rambutnya saja!" kata Sah Seng Liu. "Huuuh!" Tak lama terlihat toya hwee-shio itu diputar lalu menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Tak lama toya itu juga menyambar ke arah Han Pwee Eng. Satu kali bergerak Sah Seng Liu menyerang kedua lawannya sekaligus. Han Pwee Eng mencelat menghindari serangan Sah Seng Liu, karena toya itu lewat di bawah kakinya. Pada saat yang bersamaan Kok Siauw Hong pun sudah langsung menyerang Sah Seng Liu dengan jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh bintang bersatu). Sinar pedangnya berkelebat ke tujuh jalan darah lawan dengan cepat luar biasa. "Hm, ternyata mutiara di dalam beras juga ingin memancarkan cahayanya!" kata Sah Seng Liu. Sekalipun Sah Seng Liu berkata begitu, dia tidak berani meremehkan lawannya. Maka itu dia langsung melancarkan serangan maut dengan toyanya. Ketika itu Sah Seng Liu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggunakan jurus Tok-coa-sui-wak (Ular berbisa mencari lubang). Sekalipun jurus ini tidak bisa menyerang ke tujuh

jurusan seperti Cit-siu-kiam-hoat, tetapi toya Sah Seng Liu lebih berat. Tak heran jika jalan darah lawan yang tertotok oleh toyanya itu akan binasa. Ujung toya Sah Seng Liu bergerak kian-kemari dan terus mengincar jalan darah Kok Siauw Hong. Tentu saja Kok Siauw Hong terkejut bukan kepalang. Terpaksa Kok Siauw Hong mengubah serangannya. Dia gunakan jurus Hian-ciau-hua-sah (Burung mengaduk pasir). Ujung pedang Kok Siauw Hong menusuk ke jalan darah Honghuhiat lawan. Sah Seng Liu kaget dia langsung menggerakkan toyanya. Tang!" Ujung toya Sah Seng Liu berhasil menangkis ujung pedang Kok Siauw Hong, hingga miring ke samping. Kok Siauw Hong kaget tangannya yang memegang pedang terasa sakit sekali. Saat melihat Ih Hua Liong akan kabur, Han Pwee Eng segera melompat meninggalkan pertarungan, lalu dia gunakan gin-kangnya untuk merngejar Ih Hua Liong. Sekalipun Ih Hua Liong belum mahir benar menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat seperti Kok Siauw Hong, namun untuk menghadapi Han Pwee Eng ilmu silatnya itu sudah cukup memadai. Tak lama kedua orang ini sudah terlibat dalam pertarungan yang seru. Walau serangan Han Pwee Eng dilakukan secara bertubi-tubi namun Han Pwee Eng belum mampu mengalahkan Ih Hua Liong. Melihat Ih Hua Liong diserang begitu hebat oleh Han Pwee Eng, bukan main gusarnya Sah Seng Liu. "Bocah keparat, kau ingin tahu kelihayanku!" bentak Sah Seng Liu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toya Sah Seng Liu menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Toya itu berputar bagaikan angin puyuh. Saat itu Han Pwee Eng berada tidak jauh dari tempat pertarungan Kok Siauw Hong dan Sah Seng Liu. Dia lDiat pedang Kok Siauw Hong selalu tertangkis oleh toya Sah Seng Liu yang lihay. Diam-diam Han Pwee Eng cemas juga. Nona Han menjadi bingung, apakah dia harus membantu Kok Siauw Hong atau membekuk Ih Hua Liong. Sekarang Sah Seng Liu berada di atas angin, maka itu Ih Hua Liong kelihatan girang sekali. "Gadis liar!" kata Sah Seng Liu. "Dengar, jika kau melukai Ih Hua Liong, aku akan mencabut nyawa bocah ini agar kau jadi janda seumur hidup!" Sah Seng Liu mengetahui Han Pwee Eng calon isteri Kok Siauw Hong dari Pauw Leng. Saat itu juga wajah Han Pwee

Eng merah, tapi Kok Siauw Hong berteriak pada nona itu. "Adik Eng, jangan hiraukan kata-katanya, cepat tangkap Ih Hua Liong!" kata Kok Siauw Hong. "Baik, siapa yang lebih lihay aku atau kalian?" bentak Sah Seng Liu. Sah Seng Liu pernah dihukum menghadap tembok selama sepuluh tahun di Siauw-lim-si. Selama sepuluh tahun itu dia telah melatih ilmu silatnya hingga mencapai tingkat tinggi. Tidak heran kalau Sah Seng Liu memiliki gin-kang yang lebih lihay dibanding gin-kang Kok Siauw Hong. Serangan Sah Seng Liu terus berlangsung, angin serangannya terdengar menderu-deru bagaikan badai. Jika Sah Seng Liu menghadapi lawan biasa saja, sejak tadi dia sudah mampu mengalahkan lawannya. Tetapi Kok Siauw Hong masih tetap bisa bertahan dari serangannya itu. Sekarang Han Pwee Eng sudah berhasil menghadapi Ih Hua Liong. Mereka sudah langsung bertarung dengan hebat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Han menggunakan jurus Keng-sin-kiam-hoat, dan ini membuat Ih Hua Liong terus terdesak. Melihat Ih Hua Liong terdesak Sah Seng Liu jengkel. "Dasar bodoh! Lekas ke mari!" kata Sah Seng Liu pada Ih Hua Liong. Ih Hua Liong yang terkurung oleh pedang Han Pwee Eng tidak mampu membebaskan diri. Mungkin jika bisa bebas dari kurungan pedang nona Han, dia mampu kabur. Melihat Sah Seng Liu akan membantu Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong menyerang dengan jurus Liok-cut-can-san (Keluar enam kali membabat gunung). Jurus ini agak aneh, sebab dia memiliki tujuh gerakan, enam gerakan menyerang, satu gerakan untuk menjaga diri. Sekalipun jurus ini sangat hebat, tetapi menghadapi Sah Seng Liu serangan ini jadi kurang istimewa. "Hm! Bagus!" kata Sah Seng Liu. Sah Seng Liu menggunakan jurus Tiat-soh-heng-kang (Rantai besi mengunci melintang di sungai). Jurus ini kelihatan sangat sederhana, namun daya serangnya sangat dasyat. "Tang!" Terdengar suara bentrokan keras. Suara itu membuat kaget Han Pwee Eng. Dia langsung melirik ke arah Kok Siauw Hong. Saat itu Kok Siauw Hong terlihat terdesak mundur, malah terkurung oleh bayangan toya Sah Seng Liu, sehingga tidak mudah Kok Siauw Hong bisa bebas dari kurungan toya lawan. Melihat Kok Siauw Hong dalam bahaya, hal itu membuat Han Pwee Eng tidak tinggal diam. Han Pwee Eng langsung menyerang Sah Seng Liu. Sinar pedangnya menyambar ke

arah Sah Seng Liu. Dengan jurus Eng-pek-thiang-khong (Elang menyambar dari angkasa) Han Pwee Eng menyerang ke jalan darah Thian-leng-kay. Tapi serangan ini bisa dihindari oleh Sah Seng Liu, tapi akan membahayakan Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus! Gadis liar, apa kau datang untuk mengantar nyawamu?" kata Sah Seng Liu. Dugaan itu benar Sah Seng Liu langsung menggerakkan toyanya dengan jurus Hok-mo Ciang-hoat (Ilmu toya penakluk iblis). Ketika itu dia gunakan jurus Ki-hwee-soh-thian (Mengangkat obor membakar langit). Ujung toya Sah Seng Liu menyodok ke arah perut Han Pwee Eng ke arah jalan darah Hiat-hai-hiat. Saat menyerang tubuh Han Pwee Eng berada di udara, tampaknya Han Pwee Eng sudah tidak mungkin mengelak dari serangan Sah Seng Liu ini. Saat itu Kok Siauw Hong pun sedang terdesak hingga tidak mungkin akan menolong nona Han. Dengan wajah pucat-pasi Kok Siauw Hong berseru kaget. Tetapi pada saat yang bersamaan Han Pwee Eng yang berada dalam bahaya, mengerahkan gin-kangnya. Dia serang toya Sah Seng Liu Nona Han menggunakan tenaga pukulan toya lawan untuk berakrobat ke belakang. Sesudah jauh dari lawan Han Pwee Eng pun turun ke bawah. Menyaksikan lawan yang dia yakini akan tewas di tangannya, bisa terhindar, hal ini membuat mata Sah Seng Liu terbelalak kaget. Sedikitpun Sah Seng Liu tidak menduga, kalau Han Pwee Eng mampu menggunakan gerakan itu untuk menyelamatkan diri. Begitu kaki nona Han menginjak tanah, dia langsung menyerang Sah Seng Liu, begitu juga Kok Siauw Hong yang mulai bisa menyerang ke arah Sah Seng Liu. "Aaah, tidak aku kira adik Eng memiliki gin-kang yang tinggi!" pikir Kok Siauw Hong yang kelihatan cemas sekali. Setelah muda-mudi ini bergabung, baru nona Han pun mengerti bahwa Kok Siauw Hong ternyata lihay.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, Kok Toa-ko luar biasa, jika aku yang menghadapi Sah Seng Liu aku bisa celaka!" pikir nona Han. Mereka lalu bahu-membahu menyerang Sah Seng Liu

secara bergantian. Dengan demikian sekarang pertarungan mereka seimbang. Namun, Ih Hua Liong bebas dari bahaya. Jika tadi Han Pwee Eng tidak mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong, dan membantu Kok Siauw Hong pasti dia akan berhasil menangkap Ih Hua Liong. Tetapi ini tidak dilakukannya sehingga Ih Hua Liong lolos. "Celaka, Ih Hua Liong kali ini lolos lagi!" pikir Kok Siauw Hong. Sekalipun demikian Kok Siauw Hong puas juga karena dia tahu gadis ini sangat memperhatikan dirinya Ih Hua Liong yang telah bebas dari ancaman Han Pwee Eng, girang bukan kepalang. Tetapi dia tidak langsung kabur, malah tetap tinggal di tempat yang agak jauh dari pertarungan Sah Seng Liu dan dua muda-mudi itu. Sekarang Ih Hua Liong sudah tahu hwee-shio itu memihak kepadanya. Dia girang menyaksikan Sah Seng Liu mampu menghadapi Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong. Malah Sah Seng Liu masih berada di atas angin. "Pauw Leng bilang kepandaian Sah Seng Liu hampir sama dengan kepandaian ketua Siauw-lim. Mulanya aku tidak percaya, sekarang ucapan Pauw Leng itu benar sekali! Biar aku menonton dulu dari jauh. Jika terlihat Sah Seng Liu terdesak, aku akan segera kabur. Aku kira itu pun belum terlambat." pikir Ih Hua Liong. Ih Hua Liong yang menyaksikan Sah Seng Liu di atas angin, dia yakin Sah Seng Liu akan keluar sebagai pemenangnya. Tetapi dia tidak menyadari kalau Sah Seng Liu justru sedang mengeluh menghadapi dua muda-mudi yang lihay itu. Jangankan membunuh dua lawannya itu, memenangkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertarungan pun tidak mudah. Gin-kang kedua muda-mudi itu lihay sekali, belum lagi ilmu pedang mereka pun cukup tinggi. Jika Sah Seng Liu lengah bisa j adi dia yang akan terluka oleh kedua muda-mudi itu. Miika itu dia langsung melancarkan serangan hebat dengan maksud agar kedua muda-mudi itu tidak mampu menyerang dirinya Menghadapi Sah Seng Liu yang lihay, lama-kelamaan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng kelelahan juga. Melihat lawannya mulai kelelahan, Sah Seng Liu girang sekali. Tetapi Sah Seng Liu tidak berani berbuat ceroboh. Tiba-tiba terdengar suara seseorang. "Kung-fu yang hebat, sepuluh tahun lamanya aku tidak ke Tiong-goan, ternyata di sini sudah muncul jago-jago silat muda belia!" kata orang itu. Sah Seng Liu kaget bukan kepalang. Dia menoleh ke arah

suara orang itu. Dari sana tampak seorang tua berjubah hijau berdiri tidak jauh dari mereka. Kedua tangan orang tua itu berada di belakang. Dia sedang asyik menonton pertarungan dan mulutnya tidak hentinya memuji. Mula-mula Sah Seng Liu kaget. Tetapi melihat orang berjubah hijau itu tidak memihak pada siapa pun, Sah Seng Liu girang juga. Saat itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sedang berkonsentrasi pada pertempuran mereka. Maka itu mereka tidak melihat dan mendengar suara orang itu. Tak lama orang tua itu berkata nyaring. "Ilmu Hok-mo-ciang-hoat hwee-shio ini lihay sekali. Paling sedikit dia telah berlatih selama sepuluh tahun, terutama jurus Ih-kin-keng (Ilmu menggeser urat)." kata orang berjubah hijau itu. Mendengar ucapan orang tua itu Sah Seng Liu bertambah kaget. Memang benar dia melatih Ih-kin-keng selama sepuluh tahun. Ih-kin-keng itu ilmu simpanan Siauw-lim-pay yang tidak pernah diwariskan kepada orang luar. Tetapi orang tua

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjubah hijau sekali lihat dia tahu Sah Seng Liu menguasai ilmu itu. Maka tidak heran Sah Seng Liu begitu terperanjat. Tak lama orang tua itu bicara lagi. "Ilmu silat kedua muda-mudi ini pun hebat!" kata dia. "Yang perempuan menggunakan Keng-sin-kiam-hoat, tetapi aku tidak tahu ilmu pedang apa yang digunakan anak muda itu? Aku belum pernah menyaksikan ilmu itu. Anak muda ilmu pedang apa itu?" Kok Siauw Hong sedang bertarung dia tidak memperhatikan pertanyaan orang tua itu. Tiba-tiba orang tua itu berkata lagi. "Di kolong langit ini mana ada orang yang berani mengabaikan aku? Ah aneh sekali!" kata orang tua itu. Mendadak orang tua itu maju selangkah. 'Oh! Sekarang aku mengerti kau sedang terdesak oleh hwee-shio ini hingga sulit bernapas! Baik, silakan kau istirahat dulu. Aku akan mewakilimu melawan hwee-shio ini!" kata orang berjubah hijau itu. Saat itu baik Kok Siauw Hong mau pun Han Pwee Eng merasakan ada sambaran angin halus ke arah mereka. Tetapi serangan ini tidak membuat mereka kesakitan, namun mereka terdorong ke belakang sejauh beberapa depa. Mereka pun tidak mampu mengerahkan lwee-kang mereka untuk melawan. Melihat dua muda-mudi itu mundur Sah Seng Liu kaget bukan kepalang.

"Orang tua, siapa kau? Aku dan kau tidak saling mengenal, kenapa kau ikut campur?" kata Sah Seng Liu. Orang tua itu tertawa. "Tahukah kau, aku melakukan sesuatu tidak atas dasar salah atau benar! Aku juga tidak menggunakan alasan apa pun. Hm! Kau tidak mengenalku, maka kau harus merasakan pukulanku!" kata orang berjubah hijau itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan orang berjubah hijau itu, amarah Sah Seng Liu memuncak. "Baik. Memang baru kali ini aku bertemu dengan orang yang tidak tahu aturan sepertimu! Aku ingin tahu apa tangan kosongmu yang lihay atau toya besiku?" kata Sah Seng Liu. Tiba-tiba bayangan hijau berkelebat cepat luar biasa. Tahutahu orang tua itu sudah di depan Sah Seng Liu, lalu menyerang Sah Seng Liu. Ilmu Hok-mo-ciang-hoat sangat lihay jika dalam pertarungan jarak jauh. Tetapi itu akan kurang efektif jika bertarung dari jarak dekat. Tidak heran jika Sah Seng Liu yang diserang lawannya dari jarak dekat jadi kewalahan. Buru-buru dia melompat mundur. Tetapi tiba-tiba terdengar suara nyaring. "Sreeet!" Ternyata jubah Sah Seng Liu robek. Dia kaget langsung menyerang dengan jurus Ouw-liong-pa-bwee (Naga hitam mengibaskan ekor). Kebetulan orang tua itu sedang maju ke arahnya. Diduga orang tua itu tidak akan mampu menghindari serangan Sah Seng Liu. Sungguh mengherankan, ternyata orang tua itu bisa berkelit, dan telapak tangannya menepis toya Sah Seng Liu dengan perlahan. 'Tang!" Ilmu Hok-mo-ciang-hoat jurus ilmu silat keras dari Siauwlim. Tapi orang tua itu berani membentur toya Sah Seng Liu dengan telapak tangannya Sah Seng Liu yang melihatnya membelalakkan mata. Saat toya Sah Seng Liu membentur tangan orang tua itu, dia merasakan tangannya sakit bukan kepalang. Buru-buru Sah Seng Liu mencelat mundur, sedang orang tua itu tertawa dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana, toyamu atau telapak tanganku yang lihay?"

kata orang tua itu. Sah Seng Liu langsung sadar bahwa orang tua itu sangat lihay. Sah Seng Liu semakin kaget bahkan tangan yang memegang toya terasa semakin sakit. "Ah, apa orang ini menggunakan ilmu Pek-ok-coan-kang (Memukul benda mengerahkan tenaganya)? Orang tua ini menggunakan ilmu pukulan beracun supaya aku keracunan." pikir Sah Seng Liu. Duapuluh tahun yang lalu Sah Seng Liu pernah mengenal ilmu silat Pek-ok-coan-kang milik Kong-sun Khie. Sesudah menyaksikan ilmu silat orang tua ini, dia langsung ingat kejadian itu. Dia pun kaget bukan kepalang. Orang tua itu tertawa dingin. "Hm! Kau masih belum mau menyerah?" kata orang tua itu. "Kalau begitu rasakan pukulanku sekali lagi!" Tiba-tiba dia putar tangannya dan langsung menyerang. Sah Seng Liu segera mencium bau amis dari pukulan itu. Sah Seng Liu lalu memperhatikan telapak tangan orang tua berjubah hijau itu. Saat melihat telapak tangan orang itu mengkilap, langsung dia berseru. "Jangan memukul lagi! Air bah menerjang kelenteng Raja Naga! Kita orang sendiri!" kata Sah Seng Liu. "Siapa kau? Kau berani bilang aku sahabatmu?" kata orang tua itu. "Aku bernama Sah Seng Liu. Duapuluh tahun yang lalu aku dan Kong-sun Khie bersahabat baik," kata Sah Seng Liu. Melihat jurus yang digunakan orang itu jurus andalan Kongsun Khie, maka dia berpikir pasti orang tua itu ada hubungannya dengan Kong-sun Khie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar keterangan Sah Seng Liu orang tua itu tertegun sejenak. "Namamu Sah Seng Liu, rasanya pernah kudengar nama itu!" kata orang tua itu. "Tetapi dia bukan seorang hwee-shio!" "Aku murid Siauw-lim-pay yang tidak menjadi pendeta," kata Sah Seng Liu memberi penjelasan. "Duapuluh tahun lalu aku terlibat dalam peristiwa di dusun Suang-kee-po. Oleh karena itu aku tertangkap oleh Su-pehku. Setelah dihukum selama sepukuh tahun menghadap tembok, aku mencukur rambutku menjadi hwee-shio!" "Hm! Jadi selama sepuluh tahun kau berada di kelenteng Siauw-lim-si?" kata orang tua itu. "Benar!" jawab Sah Seng Liu. Orang itu menatap Sah Seng Liu dalam-dalam "Jadi masalah keluarga Suang selama sepuluh tahun li rnkhlr kau

tidak mengetahuinya?" kata orang tua itu. "Benar, aku baru saja kabur dari Siauw-lim-si, tidak heran masalah sepuluh tahun terakhir, aku tidak mengetahuinya," kata Sah Seng Liu dengan jujur. "Hm, apa pun tidak kau ketahui, tapi kenapa kau bilang kita orang sendiri? Ayo enyah kau dari sini!" bentak orang tua itu. Tadi orang tua itu bicara baik sekali, tetapi setelah dia mengetahui Sah Seng Liu tidak tahu apa-apa atas kejadian sepuluh tahun terakhir, dia mengusir Sah Seng Liu dengan kasar. Tentu saja bentakan orang tua itu membuat Sah Seng Liu terperanjat. Saat Sah Seng Liu mau membuka mulut, orang tua itu sudah mengibaskan tangannya "Lekas pergi jangan ganggu urusanku!" kata orang tua berjubah hijau. "Karena aku memandang muka Kong-sun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khie, hari ini kau aku bebaskan! Jika kau tidak pergi dan tidak tahu diri, aku tidak akan sungkan-sungkan lagi!" Kibasan ujung jubah hijaunya itu membuat Sah Seng Liu agak terdorong ke belakang. Padahal orang tua itu mengibas dengan tenaga lunak sekali. Tadi saat dia mengibas ke arah Kok Siauw Hong dan nona Han, kibasan itu membuat kedua muda-mudi itu terdorong jauh. Karena Sah Seng Liu lweekangnya cukup tinggi hal itu tidak terjadi atas dirinya. Tentu saja akibat dorongan tenaga lunak orang tua itu, Sah Seng Liu pun mundur tiga langkah. Hal itu membuat Sah Seng Liu terperanjat bukan kepalang. Dia mundur dan kabur dengan terbirit-birit. Sementara itu Ih Hua Liong yang berdiri tidak jauh dari mereka, ketika mendengar bahwa Sah Seng Liu punya hubungan dengan orang tua berjubah hijau, dia girang bukan kepalang. Namun, begitu melihat orang tua itu sifatnya tidak karuan alias angot-angotan, tiba-tiba Ih Hua Liong ingat omongan gurunya. Dia ingat siapa orang tua itu. Maka sebelum Sah Seng Liu kabur dia sudah lebih dulu kabur. Melihat Ih Hua Liong akan kabur, Kok Siauw Hong melompat mengejarnya. "Tunggu! Jangan tergesa-gesa mengurus orang itu karena aku ingin bertanya kepadamu!" kata orang tua itu. Sesudah itu dia menyentil sebuah uang logam ke arah Ih Hua Liong. 'Tring!" Uang logam itu menyambar kea rah jalan darah Hong-huhiat Ih Hua Liong. "Aduuh!" Eh Hua Liong menjerit.

Tubuhnya kemudian lunglai, seketika itu juga Ih Hua Liong langsung roboh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat terkena uang logam Ih Hua Liong sedang lari, jaraknya sekitar seratus langkah lebih dari orang berjubah hijau itu. Tetapi orang tua itu mampu menyambit Ih Hua Liong dengan jitu, kejadian itu membuat Kok Siauw Hong kaget. Dia jadi tidak enak hati karena orang tua itu ingin bicara dengannya. Tetapi setelah tahu orang tua itu membantu menangkap Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong langsung berpikir. "Orang tua ini aneh sekali. Tapi karena dia telah membantuku lebih baik kuturuti perintahnya," pikir Kok Siauw Hong. "Nona benarkah kau puteri Han Tay Hiong di Lok-yang?" Han Pwee Eng kaget karena orang tua itu tahu siapa dirinya. Atau mungkin dia asal menebak dari ilmu silat yang dia gunakan saat bertarung dengan Ih Hua Liong, yaitu ilmu silat Keng-sin-kiam-hoatnya. "Barangkali orang tua ini sahabat Ayahku?" pikir nona Han. Han Pwee Eng buru-buru mengangguk mengiakan. "Sudah lama kudengar nama besar ayahmu, yang bergelar Kiam-ciang-siang-coat. Aku yakin ayahmu tidak akan bisa mengalahkan aku, tetapi untuk mengalahkan ayahmu pun tidak gampang!" kata orang tua itu. Mendengar ucapan orang tua itu Han Pwee Eng tercengang. "Kalau begitu orang tua itu bukan sahabat Ayahku. Tetapi dari nada bicaranya dia juga tidak bermusuhan dengan Ayahku. Mungkin karena Ayahku terkenal, maka dia ingin menjajal kepandaian Ayahku. Ah, aku tidak peduli siapa dia, yang penting aku harus hormat kepadanya!" pikir Han Pwee Eng. Orang tua itu mengawasi ke arah Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau anak siapa?" kata orang tua itu. "Apa ilmu pedangmu itu warisan dari keluargamu?" "Ayahku almarhum bernama Kok Ju Sih dari Hang-cou. Ilmu silat pedang ini diajarkan oleh Ibuku!" jawab Kok Siauw Hong. Orang tua itu manggut-manggut. "Aku ingat sekarang," kata dia tiba-tiba. "Duapuluh tahun

yang lalu aku pernah bertemu dengan ayahmu. Ketika itu dia baru menikah. Ayahmu itu menantu keluarga Jen. Apakah tadi jurus pedang Cit-siu-kiam-hoatT'' "Benar, Lo-cian-pwee. Tetapi ilmu silatku itu masih rendah," kata Kok Siauw Hong. Orang tua itu tertawa sejenak. "Tidak, ilmu pedangmu itu hebat!" kata orang tua itu. "Itu sungguh di luar dugaanku. Yang aku heran karena ilmu pedang keluarga Jen tidak pernah diturunkan kepada orang lain. Tahun itu aku menemui Jen Thian Ngo, pasti dia pamanmu. Aku desak agar dia mau bertarung denganku. Tetapi ilmu pedang yang dia gunakan berbeda dengan ilmu pedangmu. Apakah dia menggunakan ilmu pedang palsu untuk membohongiku atau memang dia tidak mahir ilmu Citsiukiam-hoat? Apa benar Cit-siu-kiam-hiat hanya diturunkan pada menantu, bukan kepada anak lelaki keluarga Jen?" Kejadiannya memang begitu. Menurut ibu Kok Siauw Hong, karena kakek Kok Siauw Hong mengetahui Jen Thian Ngo tidak berguna, kitab ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoat diserahkan kepada puterinya, atau ibu Kok Siauw Hong sebagai hadiah pernikahannya. Kok Siauw Hong tidak mengetahui asal-usul kakek dari ibunya itu, maka dia tidak ingin memberitahu orang lain mengenai asal-usul keluarganya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengenai urusan keluargaku, aku tidak tahu sama sekali. Ketika aku dilahirkan Kakek dari Ibuku sudah meninggal." kata Kok Siauw Hong. Kelihatan orang tua itu kecewa. "Aku terlalu banyak bicara soal ilmu silat kalian, hingga aku melupakan urusan yang sangat penting!" kata orang tua itu. "Ada satu urusan yang ingin aku tanyakan kepada kalian!" "Silakan tanya, jika kami tahu pasti kami akan memberi tahu Lo Cian-pwee. Mohon maaf siapa nama Lo Cian-pwee?" kata Kok Siauw Hong. Orang tua itu tersenyum. Dia tidak menjawab pertanyaan Kok Siauw Hong, tapi dia langsung bertanya pada Han Pwee Eng. "Nona Han, apa benar kau punya teman bernama Kiong Mi Yun?" kata orang tua itu. Han Pwee Eng tertegun. "Benar! Apakah Lo Cian-pwee...." "Ya," memotong orang tua itu. "Aku ayah Kiong Mi Yun. Aku pemilik pulau Hek-hong-to. Namaku Kiong Cauw Bun!" Han Pwee Eng kaget, karena orang tua itu paling ditakuti di kalangan Kang-ouw.

"Bulan lalu aku bertemu dengan Ang Kin, ketua Lima Perkumpulan Besar daerah Huang-hoo," kata Kiong Cauw Bun. "Dia bilang puteriku pernah ada di Ngi Nih Lauw di kota Ouwshia. Kalian bertarung dengan Pouw Yang Hian murid See-bun Souw Ya. Apa benar begitu?" "Mungkin karena masalah itu Kiong Cauw Bun mencariku?" pikir Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Puteriku sangat nakal, dia kabur. Sekarang aku sedang mencarinya. Nona Han, apakah kau tahu sekarang dia ada di mana?" kata Kiong Cauw Bun. "Aku dengan puterimu berpisah di kota Ouw-shia, sampai sekarang aku belum pernah bertemu lagi dengannya. Aku kira Kok Toa-ko mengetahui di mana puteri Lo Cian-pwee itu berada!" kata Han Pwee Eng. Kiong Cauw Bun mengawasi Kok Siauw Hong yang tampan. "Barangkali puteriku tertarik kepada pemuda ini? Jika benar begitu, aku harus membunuh puteri Han Tay Hiong ini!" pikir Kiong Cauw Bun. "Benarkah kau tahu jejak puteriku?" kata Kiong Cauw Bun pada Kok Siauw Hong. "Aku dan puterimu membantu Kay-pang melaksanakan sebuah tugas. Tetapi karena bertemu dengan pasukan Mongol, kami cerai-berai hingga aku berpisah dengan puterimu. Tapi menurut dugaanku puterimu itu pergi ke Kimkeeleng. Sekarang kami pun mau mencari dia di sana!" kata Kok Siauw Hong. "Ke gunung Kim-kee-leng? Bukankah itu markas Hong Lay Mo Li?" kata Kiong Cauw Bun. "Benar," kata Kok Siauw Hong. "Itu memang markas Liu Beng-cu!" "Apa benar dia akan menemui Hong Lay Mo Li?" "Aku tidak yakin benar, itu hanya dugaanku saja! Bersama puteri Lo Cian-pwee pun masih ada kawannya yang ingin ke Kim-kee-leng!" kata Siauw Hong'. "Siapa dia?" kata Kiong Cauw Bun. "Namanya Kong-sun Po!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar nama itu disebut Kiong Cauw Bun kaget dan girang. "Kong-sun Po?" kata Kiong Cauw Bun. "Benar, Ang Kin

pernah mengatakannya Hari itu selain nona Han masih ada seorang pemuda yang ada di rumah makan itu. Dia berhasil mengalahkan Pouw Yang Hian. Pasti dia Kong-sun Po! Seharusnya aku sudah bisa menebaknya!" "Benar," kata Han Pwee Eng. "Apa Lo Cian-pwee kenal dengan Kong-sun Toa-ko?" Kiong Cauw Bun tertawa. "Benar aku kenal. Saat dia masih kecil aku pernah menggendongnya." kata Kiong Cauw Bun. Mendengar keterangan itu Han Pwee Eng girang bukan kepalang. "Oh, kalau begitu bagaimana jika Lo Cian-pwee pergi bersama kami ke Kim-kee-leng?" kata nona Han. Sebelum dijawab Han Pwee Eng berpikir. "Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po pasangan yang serasi. Rasanya aku bisa menjadi comblang mereka." pikir Han Pwee Eng. Sebenarnya ada yang tidak diketahui oleh Han Pwee Eng, bahwa Kiong Mi Yun tunangan Kong-sun Po. Sedangkan Hong Lay Mo Li musuh besar Kiong Cauw Bun. Maka itu Kiong Cauw Bun menanggapi ajakan Han Pwee Eng dengan sinis. "Buat apa aku ke Kim-kee-leng?" kata Kiong Cauw Bun. Mendengar jawaban dengan nada dingin dan sinis itu Han Pwee Eng tertegun. "Bukankah Lo Cian-pwee hendak mencarinya? Aku kira mereka ada di Kim-kee-leng, pasti Lo Cian-pwee akan bertemu dengan mereka!" kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah Kiong Cauw Bun langsung berubah. "Puteriku pasti tidak akan ke sana, Kong-sun Po pun tidak harus ke sana. Kecuali.. .kecuali.. ..Hm!" kata Kong Cauw Bun tidak tuntas. "Kecuali bagaimana?" kata nona Han. Mendadak kening Kiong Cauw Bun berkerut. "Hm! Gadis ini belum tahu asal-usulku. Dia mau ke Kimkeeleng. Mengapa aku harus memberi tahu dia?" pikir Kiong Cauw Bun. "Nona Han kau terlalu banyak bicara!" kata Kiong Caiuw Bun Mendengar teguran itu wajah nona Han berubah merah. Kok Siauw Hong pun mulai gusar. "Karena Lo Cian-pwee mau mencari nona Kiong, kami memberitahu Anda mengenai yang kami ketahui. Tetapi jika Lo Cian-pwee tidak mau ke Kim-keeleng, itu terserah Lo Cian-pwee saja! Terus-terang kami bersalah telah mengajakmu ke sana, maka itu kami mohon

maaf dan pamit!" kata Kok Siauw Hong. Ketika itu Kiong Cauw Bun seperti sedang berpikir. "Kecuali Kong-sun Po, mereka tidak mengetahui asalusulku, jika dia tahu mana mungkin dia akan ke sana?" pikir Kiong Cauw Bun. "Sebaliknya Mi Yun pun tahu aku sangat benci pada Hong Lay Mo Li. Jadi mana mungkin dia bersama Kong-sun Po ke sana? Seandainya benar ke sana, aku harus segera menyusul untuk mencegah mereka ke sana! Supaya kepergianku ke daerah Kim-kee-leng tidak diketahui oleh Hong Lay Mo Li, maka aku harus membunuh mereka" Saat itu dalam hati Kiong Cauw Bun bergolak dan terjadi kebimbangan. Tetapi tak lama dia berpikir lagi. "Anakku dengan mereka bersahabat baik. Jika aku bunuh mereka, anakku pasti membenciku. Kalau begitu akan kukerjai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemuda ini agar dia sakit, dengan demikian mereka tidak jadi ke Kim-kee-leng." pikir Kiong Cauw Bun. Sekalipun Kok Siauw Hong kurang senang pada Kiong Cauw Bun ini, tetapi karena merasa pernah dibantu melumpuhkan Eh Hua Liong dia memberi hormat. "Lo Cian-pwee kami pamit!" kata dia. "Jangan sungkan," kata Kiong Cauw Bun, "aku juga harus berterima kasih karena kalian telah memberitahu jejak puteriku," kata Kiong Cauw Bun. Kiong Cauw Bun memegang tangan Kok Siauw Hong sambil tersenyum. Kok Siauw Hong sedikit pun tidak curiga dia mengira itu sebagai tanda perpisahan dari Kiong Cauw Bun dengannya. "Kok Lo-tee aku lihat air mukamu kurang bagus, hati-hati dan jaga dirimu!" kata Kiong Cauw Bun. Ucapan itu membuat Kok Siauw Hong tertegun, tapi Kiong Cauw Bun sudah pergi cukup jauh. "Terima kasih atas pesanmu itu, Lo Cian-pwee!" Pemuda itu berteriak menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek (Ilmu menyampaikan suara dari jarak jauh). Han Pwee Eng tampak lega karena Siauw Hong masih bisa mengerahkan lwee-kangnya. "Tadi terus-terang aku mencemaskan keadaanmu," kata si nona, "aku khawatir dia menyerangmu secara gelap!" Kok Siauw Hong tertawa mendengar Han Pwee Eng begitu perhatian terhadapnya. "Di Dunia Persilatan, memegang tangan orang untuk menjajal kepandaian seseorang, itu wajar! Dia tahu ilmu silatku masih rendah, dengan tidak menjajalku pun dia sudah tahu. Aku rasa tidak mungkin dia menyerangku, aku tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bermusuhan dengannya Lihat, bukankah aku baik-baik saja" kata Kok Siauw Hong pada nona Han sambil tersenyum. Pemuda ini tidak sadar sebenarnya dia dikerjai oleh Kiong Cauw Bun secara diam-diam. Dengan ilmu Cit-sat-ciang yang lihay dia serang pemuda ini, tapi yang diserang tidak merasakannya. Tetapi selang sehari baru reaksi serangan itu akan terasa. Kalau begitu, syukurlah," kata nona Han yang puas bukan main. "Mari kita tanya Ih Hua Liong!" Pemuda itu mengangguk. "Baik, mari kita tanya dia!" kata Kok Siauw Hong. Ih Hua Liong sedang tergeletak tidak berdaya di tanah, Kok Siauw Hong berusaha membebaskan totokannya. Lama baru dia berhasil membebaskannya "Aneh! Cara menotoknya sangat aneh!" kata Kok Siauw Hong. "Kau mampu membebaskan dia itu terhitung luar biasa," kata nona Han. "Aku sudah pernah mendengar dari Ayahku cara menotok majikan pulau Hek-hong itu sangat istimewa!" Selang sesaat wajah Ih Hua Liong mulai biasa kembali. "Ih Hua Liong, sekarang kau jangan berbuat macammacam lagi. Cepat katakan yang sebenarnya!" kata Kok Siauw Hong. "Apa yang harus aku katakan?" kata Ih Hua Liong. "Begitu cepat kau lupa. Baik akan kuulangi pertanyaanku. Pertama, mengapa kau memfitnah aku? Kedua, apakah Pamanku tahu kau bersekongkol dengan bangsa Mongol. Cepat jawab pertanyaanku!" kata Kok Siauw Hong. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Ih Hua Liong, lalu dia mengertakkan giginya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang aku telah jatuh ke tangamu, maka aku tidak takut bicara sejujurnya padamu. Kedua pertanyaanmu itu bukan dua pertanyaan, tetapi satu pertanyaan saja." Kok Siauw Hong mendengus dingin. "Hm! Lekas bicara!" kata Siauw Hong. "Semua yang aku lakukan atas rencana pamanmu!" kata Ih Hua Liong perlahan. Sekalipun sudah lama Kok Siauw Hong mencurigai sepakterjang pamannya, tetapi sesudah mendengar pengakuan Ih

Hua Liong pun Kok Siauw Hong tetap terkejut juga, sehingga nyaris tidak mempercayai ucapan murid Jen Thian Ngo. Dia terdiam beberapa saat lamanya. "Benarkah apa yang kau katakan itu?" kata Siauw Hong. "Benar. Sedikitpun aku tidak membohongimu!" kata Ih Hua Liong. "Semua kejadian itu rencana pamanmu. Dia bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek merampok harta Han Tay Hiong, aku ini hanya suruhan mereka!" "Ketika hari itu terjadi perampokan, aku lihat sendiri Pamanku terluka parah," kata Kok Siauw Hong sedikit kurang yakin pada keterangan Ih Hua Liong. Mendengar kata-kata Kok Siauw Hong, Ih Hua Liong tertawa dingin. "Apakah kau pernah memeriksa lukanya? Kejadian itu hanya sandiwara saja!" kata Ih Hua Liong tegas. Kok Siauw Hong menatapnya dengan tajam. "Kau tidak ada di tempat kejadian, bagaimana kau bisa mengetahui itu cuma sandiwara?" kata Kok Siauw Hong penasaran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semuanya sudah kami rundingkan masak-masak sebelum perampokan itu terjadi," kata Ih Hua Liong. "Baiklah, akan kukatakan dengan jujur. Guruku berpura-pura terluka parah agar dia ditinggalkan seorang diri. Dia menunggu aku kembali untuk menerima bagiannya!" "Kau berjanji pada Pamanku akan bertemu di mana?" tanya nona Han. "Kami berjanji akan bertemu di rumahmu. Tetapi secara kebetulan kalian datang lalu Siang-koan Hok pun datang. Padahal Pamanku ada di ruang rahasia bawah tanah di rumahmu bersama Pauw Leng. Setelah kalian dan Siang-koan Hok datang, Guruku mengetahui bahwa harta itu telah dirampas kembali. Maka itu dia lalu kabur sebelum aku datang untuk melapor pada Guruku!" kata Ih Hua Liong. "Jadi kau bertemu dengan Pauw Leng?" tanya Pwee Eng. Ih Hua Liong mengangguk. "Benar, Pauw Leng yang memberitahuku kejadian di rumahmu itu, sekarang dia juga sedang mencari Guruku!" kata Ih Hua Liong. Mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong bertambah kaget. "Jadi Pauw Leng juga bersekongkol dengan Gurumu?" kata Siauw Hong. "Benar! Pauw Leng adalah penghubung kami. Diam-diam dia sering berhubungan dengan Cun Seng Hoat Ong dari

Mongiol!" kata Ih Hua Liong. Tampak Kok Siauw Hong berdiri termangu-mangu. "Tidak kusangka hati manusia sulit diduga?" pikir pemuda itu. "Padahal Pamanku itu orang terkenal, malah tokoh terkemuka di kalangan Kang-ouw. Tapi justru dia bersekongkol dengan musuh!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Harapan Ih Hua Liong jika dia jujur, Kok Siauw Hong akan mengampuni dia. Itu sebabnya apa yang diketahuinya dikatakannya pada pemuda itu. "Sebenarnya Pamanmu ingin "membabat rumput sampai ke akar-akarnya". Itu sebabnya dia ingin meminjam tangan Seebun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk membunuhmu," melanjutkan Ih Hua Liong. "Jika kau ingin membalas dendam, kau harus mencari Guruku! Aku memfitnahmu pun atas rencananya. Maka itu aku mohon ampuni jiwaku." Saat itu hati Kok Siauw Hong sudah tenang. "Baiklah, karena kau hanya pesuruh Pjimanku, aku akan mengampuni jiwamu. Tetapi kau tetap akan kuhukum!" kata Kok Siauw Hong. Tiba-tiba punggung Ih Hua Liong dipukul, pukulan itu menghancurkan tulang pipe Ih Hua Liong. Ih Hua Liong menjerit kesakitan kemudian pingsan. Setelah sadar Kok Siauw Hong berkata lagi. "Kuhilangkan kepandaianmu agar kelak kau tidak melakukan kejahatan. Itu mungkin bermanfaat bagimu kelak!" kata pemuda itu. "Tidak kusangka, ternyata pamanmu itu jahat sekali," kata Han Pwee Eng. "Dulu aku hanya mengira pamanmu tidak cocok dengan Ayahku hanya karena urusan nama di dunia Kang-ouw. Tidak tahunya dia menginginkan harta Ayahku?!" Kok Siauw Hong mengelah napas. "Aku malu sekali punya Paman seperti itu. Mari kita berangkat, kita harus buru-buru ke Kim-kee-leng untuk mengungkap kejadian ini. Dengan demikian orang gagah tidak akan tertipu oleh akal Pamanku!" kata Kok Siauw Hong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 35

Setelah itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng meninggalkan Ih Hua Liong yang tulang pipenya telah terluka.

Mereka berangkat menuju ke Kim-kee-leng. Dalam perjalanan itu kelihatan mereka agak tergesa-gesa. Keesokan harinya tiba-tiba Kok Siauw Hong mengeluh kurang enak badan. Kemarin dia tidak merasakan apa-apa dan tubuhnya masih sehat. Hari ini dia merasakan dadanya sangat sakit. Melihat langkah kaki Kok Siauw Hong yang mulai goyah, nona Han terkejut sekali. "Toa-ko air mukamu berubah pucat sekali," kata nona Han. "Lebih baik kita beristirahat saja dulu!" "Tidak perlu, aku hanya merasa dadaku sedikit sakit. Mungkin karena terlalu banyak minum air dingin, sebentar lagi juga akan baik sendiri. Hari belum gelap kita masih bisa melanjutkan perjalanan." kata Kok Siauw Hong. Mereka berjalan lagi beberapa lama. Tapi tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan tubuhnya panas dingin. Dia demam dan giginya gemerutuk menahan dingin. "Barangkali aku terserang demam!" kata dia pada nona Han. Buru-buru Kok Siauw Hong mengerahkan ilmu Siauwyangsin-kang untuk mengusir rasa demamnya. Tetapi dia berteriak kaget. Saat mengerahkan ilmu itu terasa tubuhnya seperti ditusuk ribuan jarum. Saking sakitnya dia tidak bisa berjalan. "Rupanya aku sakit tetapi entah sakit apa aku? Ini aneh sekali!" kata Kok Siauw Hong. Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang. "Apa kau keracunan?" kata si nona. "Barangkali bukan, kau jangan banyak curiga," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ucapan pemuda itu menyatakan bahwa nona Han mencurigai Kiong Cauw Bun yang melukainya. Sebenarnya Kok Siauw Hong pun mencuriga orang tua itu yang melukai dengan diam-diam. Tetapi dia merasa tidak keracunan, dan tidak ingin nona Han cemas. Melihat Kok Siauw Hong semakin payah, nona Han segera memapah pemuda itu. Dengan susah payah Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah rumah milik penduduk setempat. Sekarang kedua muda-mudi ini telah berada di sebelah selatan sungai Huang-hoo, sedangkan tentara Mongol sudah menyeberang ke sebelah utara. Saat itu hampir semua penduduk di tempat itu sudah mengungsi, hanya tinggal beberapa keluarga saja yang masih tetap bertahan di sekitar tempat itu. Sudah dua rumah yang didatangi, tetapimereka tidak

bersedia menerimanya. Terpaksa Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah rumah milik seorang petani. Ternyata rumah itu hanya dihuni oleh seorang petani tua. Ketika memohon untuk menumpang, nona Han baru tahu orang tua itu bisu dan tuli. Lama sekali Han Pwee Eng berbicara dengan bahasa isyarat tangan, hingga lelaki tua itu mengerti maksud nona Han. Lelaki tua itu sangat baik, dia bersedia menerima mereka. Sambil berkata ah-ah-uh-uh, pria tua itu menyilakan kedua tamunya itu masuk ke dalam rumahnya. Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah kamar. Di desa itu tidak ada tabib yang bisa dimintai pertolongan. Lelaki tua itu keluar mencari rumput obat yang segera dimasak untuk Kok Siauw Hong. Tidak diduga rumput yang dimasak orang tua itu berkhasiat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selang beberapa hari, sekalipun tubuh Kok Siauw Hong masih demam, tapi mulai terlihat agak sehat. Berhari-hari Han Pwee Eng menemani dan merawat Kok Siauw Hong. Hal ini membuat pemuda itu sangat berterima kasih sekali, tetapi juga merasa malu. Suatu hari Kok Siauw Hong menggenggam tangan nona Han sambil berkata. "Nona Han, aku minta maaf padamu. Aku bersalah padamu tetapi kau tetap baik kepadaku," kata Kok Siauw Hong. "Eh, apa kau sudah lupa, kita sudah berjanji tidak akan mengungkit masalah lama. Kau Kakakku, jelas aku harus merawat dan memperhatikanmu. Iyakan?" kata Han Pwee Eng sambil tersenyum manis. Kok Siauw Hong juga tersenyum, dia senang tetapi kelihatan agak kecewa. "Rupanya dia hanya mau menjadi adikku, dan tidak mau menjadi isteriku. Tetapi mempunyai adik seperti dia juga aku sudah sangat senang!" pikir Kok Siauw Hong. "Barangkali aku sudah boleh mengerahkan hawa mumiku, maukah kau membantuku?" kata Kok Siauw Hong. "Syukur kalau kau bisa mengerahkan hawa murnimu, tetapi bagaimana aku harus membantumu?" kata Han Pwee Eng. "Akan kuberitahu cara bagaimana kau membantuku," kata Kok Siauw Hong. "Aku akan melatih kau ilmu Siauw-yan-sinkang. Jika kau tidak mengerti, kau tanyakan saja padaku. Kemudian gunakan cara itu untuk membantu membuka seluruh nadiku!" Tanpa sadar Kok Siauw Hong harus mengajari nona Han

ilmu Siauw-yang-sin-kang. Padahal ilmu itu tidak boleh diturunkan kepada orang lain, sekali pun hubungan Kok Siauw Hong dan nona Han agak istimewa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan demikian Kok Siauw Hong harus menggunakan hawa murninya sendiri. Tapi untuk menyembuhkan lukanya, Kok Siauw Hong harus dibantu oleh orang yang mengerti ilmu Siauw-yang-sin-kang, sebab jika dibantu oleh lwe-kang aliran lain, tidak ada gunanya. Ketika Han Pwee Eng mengetahui Kok Siauw Hong ingin mengajari dia, nona Han senang sekali. Apalagi mereka harus segera pergi ke Kim-kee-leng, maka itu nona Han berharap Kok Siauw Hong segera sembuh. Setelah Han Pwee Eng mengerti cara membantu Kok Siauw Hong, mereka lalu duduk bersila berhadapan. Sedangkan telapak tangan mereka beradu satu sama lain. Nona Han segera mengerahkan tenaga Siauw-yang-sin-kang lewat tangannya.. Tetapi untuk mengerahkan tenaga dalam tingkat tinggi untuk membantu orang lain yang terluka, sangat berbahaya bagi keduanya. Tenaga mereka pun tidak boleh terganggu karena harus terus-menerus disalurkan. Mereka harus berkonsentrasi penuh. Sekalipun ada musuh atau bahaya, mereka harus tetap tidak bergerak, bicara pun tidak boleh. Dengan tidak terasa hari pun sudah larut malam, sekarang mereka berada dalam saat-saat yang genting. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara derap roda kereta dan kaki kuda yang menuju ke arah rumah itu. Tak lama suara kereta itu berhenti tepat di depan rumah tempat mereka sedang mengerahkan tenaga dalam. Tak lama terdengar suara ketukan di pintu rumah itu. Lelaki tua bisu tuli itu berjalan akan membuka pintu. "Kawanku sedang sakit, apa Paman bisa mengizinkan kami beristirahat di rumahmu ini?" kata orang yang baru datang itu. Tidak seharusnya konsentrasi Han Pwee Eng terpecah, walau suara orang itu dikenalinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa orang yang membawa orang sakit itu ke sini? Ah, bisa kebetulan sekali?" pikir nona Han. Saat itu orang yang baru datang tidak mengetahui bahwa tuan rumah bisu dan tuli. Maka itu dia mengulangi permohonannya berulang-ulang.

"Kawanku sedang sakit parah, aku mohon Paman bermurah hati dan mau menerima kami bermalam di sini! Aku pasti akan membalas kebaikan Paman!" kata orang itu. Karena orang itu bicara terus, akhirnya Han Pwee Eng mengenali orang itu. Dia Beng Teng, pemimpin ekpedisi Houw-wie-piauw-kiok, mungkin sedang mengawal orang sakit. Nona Han ingat saat dia dikawal oleh Beng Teng ke Yang-cou. Sesudah mengenal orang itu, nona Han jadi geli sendiri. "Beng-cong-piauw-tiam memang pekerjaannya aneh-aneh," pikir Han Pwee Eng. "Dulu mengantarkan aku sang calon pengantin. Sekarang dia mengantarkan orang sakit! Tetapi siapa orang yang sakit itu?" Ketika itu Beng Teng yang sudah tahu lelaki pemilik rumah itu bisu, dia berbicara dengan bahasa isyarat. "Maksudmu kau sudah tidak punya kamar?" kata Beng Teng. "Baiklah, kami istirahat di bagian belakang rumahmu saja. Aku lihat tidak lama lagi akan hujan. Aku mau masak obat, bolehkah aku minta kayumu?" Rumah petani ini sebuah gubuk, jadi tidak heran jika dindingnya banyak yang berlubang. Kebetulan kamar yang ditempati Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menghadap ke jalan raya. Walau dinding gubuk itu berlubang, nona Han tidak berani memecah perhatiannya untuk mengintai. Dari suara Beng Teng rupanya lelaki tua itu tetap menolak. "Oh, jadi kau sudah menerima dua orang yang sakit?" kata Beng Teng lagi. "Maksudmu aku tidak boleh mengganggu mereka. Aaah sayang, kalau begitu baiklah."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak lama terdengar Beng Teng berjalan dan menyingkap krei sambil berkata pada orang yang sedang sakit yang dikawalnya. "Tuan Ci, kau sudah merasa agak baikan. Mari kita pergi!" kata Beng Teng. Orang yang dipanggil tuan Ci cuma merintih kesakitan. Nona Han agak tersentak mendengar rintihan dan orang yang dipanggil tuan Ci itu. Sebenarnya Nona Han hendak membantu Beng Teng memintakan izin pada lelaki tua itu, agar mereka diizinkan beristirahat di situ. Tetapi sayang saat itu nona Han sedang mengerahkan tenaga muminya untuk membantu penyembuhan Kok Siauw Hong. Kebetulan saat itu sedang dalam keadaan sangat gawat, hingga Han Pwee Eng tidak berdaya. Tetapi saat Beng Teng dan orang yang dikawalnya akan meninggalkan rumah itu, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang datang ke arah rumah itu. Han Pwee Eng pun

mendengar suara derap kaki kuda itu. Beng Teng kaget, segera dia gendong orang yang sedang sakit itu ke dalam rumah. Saat itu Beng Teng tidak menghiraukan cegahan dari pemilik gubuk itu. Di belakang rumah terdengar suara berkeresek, mungkin Beng Teng sedang menyembunyikan orang sakit itu di balik rumput kering. "Kawanku yang sedang sakit itu meminjam tempat Paman untuk bersembunyi, harap Paman jangan membocorkan hal ini kepada siapa pun!" kata Beng Teng. Beng Teng seorang yang sangat bijaksana dan disiplin, sekalipun dia memaksa menyembunyikan orang yang dikawalnya, dia tetap memberi tahu dulu tuan rumah. Saat Beng Teng menggendong orang sakit yang dipanggil tuan Ci melewati kamar nona Han, tanpa sadar nona Han mengintai lewat sebuah lubang. Kebetulan saat itu bulan sedang purnama, cahayanya masuk hingga nona Han bisa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melihat orang yang sedang digendong oleh Beng Teng itu. Nona Han tersentak karena dia mengenali siapa orang yang sedang digendong itu. "Oh Ci Giok Phang!" pikir Han Pwee Eng. Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Hampir saja dia berteriak karena kagetnya. Tetapi mendadak dia rasakan telapak tangan Kok Siauw Hong langsung dingin, denyut jantungnya agak kacau. Han Pwee Eng langsung berkonsentrasi, bahkan dia tidak berani bersuara lagi. Sungguh di luar dugaan Ci Giok Phanglah yang akan dibawa ke gubuk itu oleh Beng Teng. Sesudah menyembunyikan Ci Giok Phang lalu Beng Teng berkata pada lelaki tua pemilik gubuk. "Paman jangan panik, tutup saja pintunya!" kata Beng Teng. Sedang Beng Teng sendiri berjalan keluar gubuk, lelaki tua itu menutup pintu seperti anjuran Beng Teng tadi. Sejak meninggalkan Pek-hoa-kok, nona Han tidak pernah bertemu dengan Ci Giok Phang. Saat ada di Pek-hoa-kok Ci Giok Phang baik sekali kepadanya, bahkan Ci Giok Hian ingin menjodohkan Pwee Eng dengan kakaknya itu. Han Pwee Eng memang terkesan baik pada pemuda ini, tapi bukan jatuh cinta. Kebetulan Ci Giok Phang kakak Ci Giok Hian, sahabat baik nona Han. Saat tahu Ci Giok Phang terluka, nona Han cemas bukan main. Mendengar suara Beng Teng begitu gugup, nona Han bisa menduga musuhnya pasti lihay. Kok Siauw Hong pun tahu, siapa yang digendong oleh Beng Teng. Tapi saat itu dia sedang berkonsentrasi mengobati

dirinya. Tidak heran Kok Siauw Hong tergetar hatinya. Saat itu Kok Siauw Hong sadar tenaga murninya sudah buyar, dengan demikian nona Han buru-buru menggenggam tangan Kok Siauw Hong. Nona Han menggelengkan kepalanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

agar Kok Siauw Hong tidak menghiraukan keadaan di sekitarnya. Siauw Hong mengangguk mengiakan karena sadar, sesudah sembuh dia bisa membantu Ci Giok Phang. Sesudah itu Kok Siauw Hong berkonsentrasi penuh kembali. Ketika itu Kok Siauw Hong mengkhawatirkan keadaan Han Pwee Eng yang sudah mendengar suara-suara di luar, tentu saja itu berbahaya baginya. Sedang di luar suara derap kaki kuda yang tadi terdengar masih jauh, sekarang sudah semakin dekat. Tidak lama derap kaki kuda itu berhenti tepat di depan gubuk lelaki tua. Sesudah tidak terdengar derap kaki kuda sekarang terdengar suara dingin. "Beng Cong-piauw-thauw, kau tidak mengira kita akan bertemu lagi di sini, bukan? Nah, pekerjaan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang?" kata suara dingin itu. Mendengar suara dingin itu hati nona Han tersentak kaget. Suara itu dikenali sebagai suara si Rase Liar An Tak. Dulu ketika akan ke Yang-cou dikawal oleh Beng Teng, nona Han pernah bertemu dengannya Bahkan nona Han berhasil mencungkil sebelah mata si Rase Liar An Tak. "Ah, cuma An Tak seorang saja, Beng Teng sudah begitu ketakutan," pikir Han Pwee Eng. "Tapi berdasarkan derap kaki kuda An Tak datang bersama tiga orang kawannya. Mudahmudahan saja Kok Toa-ko segera pulih, jika tidak Beng Teng dan Ci Giok Phang dalam bahaya!" Saat itu Beng Teng sadar dia tidak akan mampu mengalahkan si Rase Liar An Tak. Tetapi di dalam karirnya dia sering menghadapi bermacam-macam bahaya, wajahnya tidak terlihat takut atau gentar. Malah terdengar Beng Teng tertawa terbahak-bahak. "Sudah lama piauw-kiokku ditutup," kata Beng Teng, "mana mungkin aku masih bisa mencari rejeki dengan cara menjalankan perusahaan ekpedisi lagi!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar jawaban Beng Teng si Rase Liar An Tak tertawa.

"Jangan bohong aku dengar kau menerima dewa uang, benar kan?" kata An Tak. "Saudara An jangan bergurau, pada masa sedang kacau begini mana ada dewa uang datang padaku?" kata Beng Teng. "Kau salah Beng Teng Piauw-thauw, siapa yang tidak tahu perusahaan dan namamu sangat terkenal di Lok-yang?" kata An Tak menyindir. "Apa kau lupa perusahaanku telah jatuh di tanganmu dan Sri-gala Tua Tan," kata Beng Teng. "Itu sebabnya perusahaanku sudah kututup lama sekali. Mana mungkin aku berbohong. Jika kau tidak percaya kau bisa melihatnya sendiri di Lok-yang. Tetapi aku yakin, pengetahuanmu lebih luas. Sekalipun kau tidak melihatnya tetapi kau pasti sudah mengetahuinya!" "Aku tahu usahamu kau tutup setelah tentara Mongol datang ke Lok-yang. Maka itu kau tidak bisa membuat perhitungan dengan An Toa-ko!" kata orang yang datang bersama An Tak. "Sekalipun perusahaanmu sudah tutup, tetapi namamu yang termasyur tetap ada. Berdasarkan nama besarmu itu, maka aku yakin rejeki besarmu tetap datang!" kata teman An Tak yang lain. "Kereta kuda tuaku sudah rusak, jika kau tidak percaya silakan geledah saj a!" kata Beng Teng. Ditantang begitu si Rase Liar An Tak tertawa. "Jangan tergesa-gesa," kata An Tak. "Ada yang ingin aku rundingkan denganmu. Aku harus memperkenalkan kawankawanku ini kepadamu." Sesudah itu An Tak menunjuk salah seorang kawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini Kim Hiong-cu dari Kim-say-kok (Lembah Singa Emas)......" kata An Tak, tapi sebelum An Tak selesai bicara Beng Teng langsung memotong. "Kalau begitu pasti yang ini Lo Hiang-cu dari In-ma-coan! Sudah lama kedua Hiang-cu tidak bertemu denganku, namun aku sudah pernah menyerahkan kartu namaku saat akan melewati gunung kalian. Dengan demikian kita punya hubungan baik bukan?'' kata Beng Teng. Ternyata seorang yang memiliki perusahaan ekpedisi seperti Beng Teng, tidak boleh hanya mengandalkan ilmu silatnya saja, tetapi dia juga harus luas pergaulannya dan juga punya sedikit kharisma di berbagai tempat. Nama Hiang-cu dari Kim-say-kok itu Kim Hoat, sedang yang dari In-ma-coan bernama Lo Jin Cun. Sarang mereka sangat berdekatan, maka itu mereka punya hubungan baik dan sering

berkelana di kalangan Kang-ouw. Ketika Beng Teng diberi tahu nama yang seorang, dia langsung tahu nama temannya yang lainnya "Jika Anda tidak mengungkit masalah itu, aku malah lupa," kata Lo Jin Cun sambil tertawa terbahak-bahak. "Benar, karena kita sudah saling mengenal, maka aku ajak An Toa-ko untuk berunding denganmu," sambung Kim Hoat. Sedangkan yang keempat seorang lelaki berumur limapuluh tahun. Dia juga tertawa terbahak-bahak. "Pergaulan Anda sangat luas saudara Beng," kata orang itu. "Tetapi tahukah kau, siapa aku ini?" Beng Teng memperhatikan orang itu. Saat memperhatikan pakaian sulam orang itu bergambar ikan yang aneh, seketika Beng Teng ingat sesuatu. Maka itu dia langsung bicara. "Bukankah Anda Ketua Chu dari perkumpulan Ikan Hiu di Huang-hoo?" kata Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya pekerjaan Beng Teng hanya di darat, tidak heran dia tidak mengenal orang ini. Tetapi dari gambar sulam di pakaian orang itu, Beng Teng langsung menduga-duga. Di kamar mereka Han Pwee Eng mendengar kata-kata Beng Teng tersebut. "Hm! Rupanya Chu Tay Peng pun datang ke mari!" pikir nona Han. "Aku kira kepandaian mereka tidak lebih rendah dari An Tak. Pasti mereka semua lihay-lihay!" Nona Han pernah bertemu dengan Chu Tay Peng di rumah makan Ngi Nih Lauw. Ketika itu Chu Tay Peng salah sangka, dia dikira puteri Kiong Cauw Bun. Tidak heran jika Chu Tay Peng pernah membayari makanan Han Pwee Eng di beberapa rumah makan lainnya. "Sungguh jeli mata Anda, saudara Beng. Aku kagum sekali!" kata Chu Tay Peng sambil tertawa. "Baiklah, sekarang masing-masing sudah saling mengenal," kata An Tak. "Sekarang mari bicarakan masalah kita. Pekerjaan Anda mengawal barang, sedang kami bekerja tanpa modal. Tidak heran kadang-kadang kita bisa bentrok satu sama lain. Tetapi aku kira itu bukan dendam, tapi karena kepentingan profesi masing-masing. Begitu bukan?" "Anda benar saudara An Tak, jika ada petunjuk katakan saja," kata Beng Teng tenang. "Baik! Memang seharusnya kita bicara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling!" kata An Tak. "Kali ini aku ingin membicarakan sebuah transaksi... Bukankah Tuan muda dari Pek-hoa-kok meminta Anda menjadi pengawalnya?" "Jangan bergurau, saudara An." kata Beng Teng. "Tuan

muda dari Pek-hoa-kok berkepandaian tinggi. Mana mungkin dia memintaku untuk menjadi pengawalnya?" Mendengar ucapan Beng Teng, An Tak tertawa dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Jangan lupa, bukankah kau juga pernah mengawal nona Han, puteri Han Tay Hiong?" kata An Tak. "Kepandaian gadis busuk itu jauh lebih tinggi darimu. Aku tahu benar. Karena Ci Giok Phang terluka berat, maka dia menyuruhmu mengantarkannya pulang ke Pek-hoa-kok. Berapa ongkos antar yang kau terima?" "Sabar. Untuk sementara kita jangan bicara soal uang. Tetapi aku ingin menasihatimu! Dulu karena kau merebut nona Han, maka matamu dilukai.oleh nona Han! Sekarang kau sudah tahu mengenai kelihayan Ci Giok Phang, tetapi kau masih ingin turun tangan. Aku hanya menasihatimu, kau jangan coba-coba mencari gara-gara dengan keluarga Ci. Semua ini demi kebaikan bagi kalian!" kata Beng Teng. Wajah An Tak berubah seketika itu juga. Dia mencoba menahan amarahnya. Tak lama dia sudah bicara lagi. "Jangan kau takut-takuti kami dengan nama besar keluarga Ci dari Pek-hoa-kok!" kata An Tak. "Ini masalah kami, kau tidak perlu menasihati aku!" "Lalu kalian ingin bicara soal transaksi apa denganku?" kata Beng Teng. "Aku tidak minta bagian seperti dulu ketika kau mengantar nona Han, tetapi sekarang aku malah akan mengantarkan rejeki untukmu. Tentu ada syaratnya yaitu jika kau mau menyerahkan Ci Giok Phang pada kami!" kata An Tak. "Mengapa kalian menginginkan Ci Giok Phang? Bisakah kau katakan padaku agar aku tahu apa keinginan kalian itu?" kata Beng Teng. "Karena kita kenalan lama, tidak masalah aku menjelaskannya kepadamu," kata An Tak. "Sebenarnya yang menginginkan Ci Giok Phang itu bukan kami!" "Lalu siapa?" kata Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jenderal Mongol. Jika kau serahkan dia, kau bisa kaya, bahkan kau akan diberi pangkat! Jika kau ingin terus membuka usaha ekpedisi di Lok-yang, mereka juga setuju. Bukankah ini sangat menguntungkan bagimu? Bagaimana, apa kau mau atau tidak?" kata An Tak.

"Oh, sungguh tidak kuduga! Ternyata sekarang kalian telah menjadi kaki tangan bangsa asing! Maaf, aku tidak berminat menjadi pembesar bangsa Mongol. Aku juga tidak ingin kaya bahkan tidak mau bekerja-sama dengan bangsa Mongol. Selama masih ada bangsa Mongol, aku tidak akan membuka perusahaanku lagi. Aku juga tidak tahu di mana Ci Giok Phang sekarang? Bahkan sekali pun aku mengetahuinya, aku tidak akan menunj ukkan pada kalian. Perbuatan itu sungguh merendahkan leluhur kita!" kata Beng Teng dengan gagah. Tiba-tiba wajah An Tak berubah kehijau-hijauan karena marah. "Hm! Rupanya kau tidak ingin menjadi orang kaya, kau malah kau memilih mati!" kata An Tak. "Saudara Beng jika kau mau bertindak, kau harus melihat gelagat dulu," kata Chu Tay Peng dengan sabar. "Apa kau tidak pernah mendengar, di mana-mana pasukan Mongol berhasil mengalahkan musuh-musuhnya? Selain mengalahkan bangsa Kim, dia juga akan merebut kekuasaan dari tangan Kerajaan Song. Jenderal Mongol itu baik padamu. Maka itu dia menawarkan rejeki kepadamu. Tetapi jika kau menolak ajakan itu, kami akan bertindak. Jika sampai terjadi pertarungan di antara kita, sudah tentu kita tidak bisa ingat hubungan baik kita lagi!" Jenderal Mongol di Lok-yang sudah tahu bagaimana kemampuan Beng Teng, maka itu dia berusaha akan menarik Beng Teng ke pihaknya. Maka itu An Tak bersama kawankawannya diminta untuk membujuk Beng Teng. Sampai saat itu mereka belum berani melakukan kekerasan kepada Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Sudah jangan banyak bicara lagi! Pikirkan baik-baik olehmu. Jika menurut kau pasti kaya, tapi jika tidak maka nyawamupun akan melayang!" kata An Tak tidak sabar. "Hm! Bagi seorang lelaki sejati, jika harus mati lalu apa yang harus dipikirkan lagi?" kata Beng Teng dengan gagah. An Tak gusar bukan kepalang. Dia langsung mengibaskan senjata andalannya yaitu kipas besi. Saat itu Chu Tay Peng sudah langsung memberi komando pada kawan-kawannya. "Cepat kalian cari Ci Giok Phang! Beng Teng tidak akan lolos dari tangan kami!" kata Chu Tay Peng. "Baik," kata An Tak. "Tadi kami sudah bersikap sangat sabar terhadapmu. Karena kau tidak tahu diri, jangan salahkan kami jika kami kurang sopan padamu!" Saat itu Lo Jin Cun dan Kim Hoat sudah langsung

melaksanakan perintah Chu Tay Peng. Mereka berdua langsung memeriksa kereta milik Beng Teng. Tetapi tidak lama mereka sudah kembali ke tempat itu. "Kereta itu kosong!" kata Lo Jin Cun. "Jangan heran, mungkin Beng Teng menyembunyikannya di gubuk ini! Lekas geledah!" kata An Tak. "Sudah aku katakan aku tidak mengawal dia, jika kalian mau menangkapku tangkaplah. Kalian jangan menyusahkan petani tua yang bisu dan tuli itu!" kata Beng Teng. Semula karena Beng Teng mengira yang datang bukan An Tak dan kawan-kawannya, dia mengira akan mampu mengatasinya Tetapi melihat yang datang An Tak dan kawankawannya, dia jadi mencemaskan keselamatan petani bisu itu. "Minggir!" bentak An Tak saat melihat Beng Teng mencoba menghalanginya masuk ke dalam gubuk. An Tak menendang pintu gubuk itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Braak!" Saat itu Lo Jin Cun dan Chu Tay Peng sudah mengepung Beng Teng yang sudah siap adu jiwa Dia tidak ingin menyusahkan petani tua itu. "Biar mereka geledah tempat ini. Nanti sesudah mereka menemukan Ci Giok Phang baru aku adu jiwa dengan mereka!" pikir Beng Teng. Tidak lama An Tak dan Kim Hoat sudah masuk ke dalam gubuk, lelaki tua itu sangat ketakutan. Saat An Tak bertanya orang tua itu, dia hanya ah-ah-uh-uh tidak bisa bicara. "Dia bisu!" kata Beng Teng memberi tahu An Tak. Beng Teng begitu kaget apalagi Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong yang ada di dalam kamar. Saat itu denyut nadi Kok Siauw Hong sudah mulai normal kembali. Tetapi Khi-kinpatmeh (Nadi) belum terbuka, maka saat gawat pun belum berlalu. Han Pwee Eng jadi bingung bukan main. "Jika mereka menerjang masuk ke dalam kamar ini, maka sia-sia usahaku!" pikir Han Pwee Eng. Orang tua bisu itu tetap menghadang di depan An Tak. Suara ah-ah-uh-uhnya terus terdengar. Dia kelihatan tenang, sekarang dia sadar, bahwa orang yang masuk ke dalam gubuknya orang-orang jahat. Tetapi sedikit pun dia tidak merasa takut. Saat An Tak melihat tumpukan rumput di belakang rumah, dia mengeluarkan perintah. "Periksa tumpukan rumput itu!" kata An Tak. "Baik," kata Kim Hoat yang langsung menuju ke tumpukan

rumput kering.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Beng Teng menyerang ke arah Kim Hoat sambil mendengus keras. Chu Tay Peng yang berdiri di samping Beng Teng, bergerak cepat. Melihat bahu Beng Teng bergerak, Chu Tay Peng langsung mencengkram bahu Beng Teng. "Lebih baik kau diam!" bentak Chu Tay Peng. Dengan terpaksa Beng Teng menangkis serangan Chu Tay Peng itu. "Plaak!" Tubuh Chu Tay Peng bergoyang, Beng Teng pun terhuyung ke belakang tiga langkah. Tangan Beng Teng terasa sakit sekali. Bersamaan dengan itu An Tak menggerakkan kipas besinya mengancam Beng Teng. "Jka kau berani bergerak lagi, maka aku tidak akan sungkan-sungkan membunuhmu!" kata An Tak bengis. Saat itu Beng Teng sudah siap adu jiwa. Mendadak terjadi sesuatu yang sungguh di luar dugaan. Ketika Kim Hoat sedang membungkukkan tubuhnya akan memeriksa rumput kering itu, tiba-tiba Kim Hoat merasakan pinggangnya kesemutan, dia jadi kehilangan keseimbangan tubuhnya. Maka tak ampun lagi Kim Hoat jatuh terlentang. Rupanya orang tua bisu-tuli itu yang mendorong Kim Hoat. Sekalipun Kim Hoat bukan jago kelas satu, tetapi dia j uga berkepandaian cukup tinggi. Jika dia bisa terdorong jatuh oleh lelaki tua itu, tentu saja membuat An Tak dan kawankawannya terkejut. Tiba-tiba tubuh An Tak berkelebat, tahu-tahu dia sudah ada di depan lelaki tua itu. Dia arahkan ujung kipas besinya ke jalan darah lelaki tua itu sambil membentak keras. "Siapa kau?" kata An Tak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan kejadian itu Beng Teng girang bukan kepalang. "Tidak kusangka dia ternyata pesilat tinggi. Jika aku bergabung dengannya, maka aku akan sanggup menghadapi keempat orang ini. Sekalipun tidak bisa mengalahkan mereka, tetap ada harapan." pikir Beng Teng. Sesudah itu Beng Teng berteriak. "Dia bisu, percuma kau bertanya padanya. Mari kita

bertarung saja!" kata Beng Teng. Lo Jin Cun membangunkan Kim Hoat, mereka melangkah ke depan lelaki tua itu. Sesudah bisa melihat tegas tiba-tiba Lo Jin Cun berseru keras. "Bukankah kau Kiauw Song Giam? Sudah bertahun-tahun aku mencarimu. Ternyata kau bersembunyi di sini! Di depanku kau masih berpura-pura bisu dan tuli!" kata Lo Jin Cun. Lelaki tua itu tertawa "Aku di sini bukan untuk menghindarimu!" kata lelaki tua itu. "Sekarang kita sudah bertemu maka hutang piutang lama harus kita selesaikan!" Baru saja Kiauw Song Giam usai bicara, Kim Hoat dan Lo Jin Cun langsung menyerang dengan pedang mereka. Melihat lawan menyerangnya dengan sigap Kiauw Song Giam meraih porok (garpu) yang ada di tumpukan rumput kering itu. "Bagus ilmu silatmu itu!" kata Song Giam. Dia putar garpu itu untuk menangkis pedang Lo Jin Cun dengan jurus Hoat-cau-sui-coa (Membabat rumput mencari ular). Pedang Lo Jin Cun tertangkis dengan keras hingga miring. Pada saat yang bersamaan ujung garpu atau porok itu mengarah.ke tenggorokan Kim Hoat. Buru-buru Kim Hoat menangkis ujung garpu itu. Terdengar suara nyaring.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Trang!" Tangan Kim Hoat kesakitan. Lo Jin Cun maju sambil membentak. "Hari ini aku harus membalas sebuah pukulanmu!" kata Lo Jin Cun. Ujung pedang Lo Jin Cun berkelebat ke arah jalan darah Beng-khi-hiat. Permusuhan Lo Jin Cun dengan Kiauw Song Giam terjadi sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu Lo Jin Cun merampok seorang pedagang di daerah utara yang dikawal oleh para piauw-su. Namun para piauw-su itu tidak mampu melindungi pedagang itu. Pada saat dalam bahaya muncul Kiauw Song Giam yang kebetulan lewat di tempat kejadian. Saat bertarung dengan Kiauw Song Giam, Lo Jin Cun terkena sepuluh pukulan hingga gigi Lo Jin Cun rontok dua buah. Maka itu dalam sepuluh tahun terakhir Lo Jin Cun berlatih ilmu Pat-sian-kiamhoat (Ilmu pedang delapan dewa) dengan maksud berusaha mencari Kiauw Song Giam untuk membalas dendam. "Hm! Sekarang kepandaian Lo Jin Cun sudah maju pesat!" pikir Kiauw Song Giam. Kiauw Song Giam tidak berani menganggap ringan lawannya Tiba-tiba Kiauw Song Giam berseru.

"Ilmu pedangmu hebat, tapi sekarang kau akan merasakan ilmu totokanku!" kata Kiauw Song Giam. Dengan kepandaiannya yang tinggi Kiauw Song Giam mampu menggunakan garpu sebagai alat totok. Dia arah setiap jalan darah lawan dengan garpunya itu. Lo Jin Cun kaget menyaksikan kehebatan lawannya itu, sekalipun telah mengubah serangannya, tetapi dia tetap terdesak oleh Kiauw Song Giam. Mendadak dari bagian samping Kim Hoat menyerang, tetapi serangan Kim Hoat berhasil ditangkis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tang! Pedang Kim Hoat terpental bahkan Kim Hoat pun terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah. "An Toa-ko, orang tua ini cukup lihay!" kata Kim Hoat. Saat Kiauw Song Giam sedang bertarung dengan Kim Hoat dan Lo Jin Cun, Beng Teng sudah menghunus golok Ciak-kimto miliknya. Dia langsung bertarung melawan An Tak dan Chu Tay Peng. Jika satu lawan satu mungkin kepandaian Beng Teng seimbang. Tapi karena dia melawan dua orang jago silat ternama, sudah tentu dia kalah dan mulai terdesak. Sebelah mata An Tak bersinar mengawasi Beng Teng dengan penuh kebencian. Dia ingat matanya yang sebelah dicungkil nona Han ketika dikawal oleh Beng Teng. Karena tidak ada nona Han, kemarahan An Tak yang ingin membalas dendam ditimpakan kepada Beng Teng. Dia menganggap matanya yang sebelah hilang gara-gara Beng Teng yang mengawal nona Han. Sedangkan Chu Tay Peng ingin menangkap Beng Teng dalam keadaan hidup. Jika berhasil dia berjasa pada jenderal Mongol yang menyuruh mereka membujuk Beng Teng memihak pada bangsa Mongol. Saat Chu Tay Peng mendengar seruan Kim Hoat dia langsung berteriak. "Saudara An, bantu mereka berdua. Biar aku yang menghadapi dia sendiri!" kata Chu Tay Peng. An Tak mengundang Lo Jin Cun dan Kim Hoat, maka itu dia merasa tidak enak hati jika dia diam saja. "Baik. Aku akan menotok jalan darah orang tua itu. Sesudah itu baru kubantu mereka!" kata An Tak pada Chu Tay Peng.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu andalan Chu Tay Peng Tiat-sah-ciang (Pukulan pasir besi), tetapi dia juga mahir jurus Tay-kin-na-ciu (Ilmu cengkraman). Dia ingin sekali menangkap Beng Teng. Chu Tay Peng salah duga, ternyata Beng Teng pun berilmu tinggi, hingga dia mendapat kesulitan untuk menangkap hidup-hidup lawannya. Sesudah bertarung beberapa jurus tidak berhasil, Chu Tay Peng mulai menggunakan jurus maut. Dia maju dan menyerang dengan jurus Tiat-soh-heng-kang (Rantai besi melintang di sungai). Menghadapi jurus itu Beng Teng benar-benar kewalahan. Dia merasakan lengannya hampir patah dicengkram oleh Chu Tay Peng, Tiba-tiba Beng Teng menjatuhkan diri, lalu bergulingan beberapa depa jauhnya Chu Tay Peng maju tetapi pada saat yang bersamaan Beng Teng membentaknya. "Lihat golokku!" kata Beng Teng. Beng Teng menyambitkan goloknya ke arah Chu Tay Peng. Tentu saja Chu Tay Peng tidak berani menyambut serangan itu. Buru-buru dia berkelit menghindar. Saat itu Beng Teng sudah bangun kembali. Kini di tangannya sudah memegang dua macam senjata. Tangan kiri memegang perisai, tangan kanan memegang pedang pendek. Ketika Chu Tay Peng berkelit untuk menghindari serangan Beng Teng, golok itu menyambar ke arah An Tak. Dengan cepat An Tak mengibaskan kipasnya menangkis golok itu. 'Tang!" Golok Beng Teng terjatuh ke lantai gubuk. "Chu Toa-ko, hati-hati!" teriak An Tak. Saat itu serangan Beng Teng datang. Tay Peng mencelat ke belakang untuk menghindari serangan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Beng, kau masih belum mau menyerah?" kata Chu Tay Peng. "Aku ingin tahu kau bisa tahan berapa lama. An Toa-ko, jangan cemas. Aku yakin bisa membekuk dia!" Sekarang kedua orang itu sudah bertarung lagi dengan hebat. Perisai merupakan senjata andalan Beng Teng. Dengan kedua macam senjata itu Beng Teng pernah melanglang buana dengan bebas. Dengan perisai dia bisa menangkis setiap senjata lawan. Dengan pedang pendeknya dia bisa menyerang lawan. Saat itu Beng Teng menyerang Chu Tay Peng dengan jurus Hoat-cau-sui-coa (Membabat rumput mencari ular). Chu Tay Peng mengelak, dan kakinya menendang jalan darah Beng Teng. Sedang Beng Teng segera menangkis tendangan itu dengan perisainya. 'Tang!"

Buru-buru Chu Tay Peng melompat ke belakang. Saat melompat Beng Teng menyerang dengan pedangnya. Ketika Chu Tay Peng sudah agak jauh dari lawan, dia memeriksa celananya. Ternyata celana Chu Tay Peng terkena tusukan pedang Beng Teng. Menyaksikan celananya terkena pedang pendek Beng Teng, Chu Tay Peng sadar betapa lihaynya Beng Teng, maka itu sekarang Chu Tay Peng berhati-hati. Pertarungan berlangsung dengan hebat, sekarang Beng Teng berada di atas angin. Sementara itu An Tak telah bergabung dengan Kim Hoat dan Lo Jin Cun mengeroyok Kiauw Song Giam. Namun, mereka bertiga tetap harus waspada pada setiap totokan Kiauw Song Giam yang lihay itu. Sekalipun Kiauw Song Giam gagah tetapi karena menghadapi tiga orang lawan yang cukup lihay, lama kelamaan tenaganya terkuras juga. Pertarungan di luar kamar Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong terdengar jelas membuat mereka terkejut. Saat itu keringat sebesar kacang hijau terlihat membasahi kening dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajah Kok Siauw Hong. Napasnya mulai terdengar berat. Itu adalah saat yang paling genting. Jika saat kritis itu lewat maka tenaga Kok Siauw Hong akan pulih kemali. Han Pwee Eng berusaha mengerahkan lwee-kangnya untuk bisa lebih cepat menembus Khi-kin-pat-meh Kok Siauw Hong. Saat bertarung pun An Tak memperhatikan ke seluruh ruangan, malah memasang telinganya Saat itu terdengar suara napas Kok Siauw Hong yang sangat berat. Ketika dia memperhatikan kamar itu, dia lihat ada dua bayangan sosok tubuh di kamar itu. An Tak hanya menduga Ci Giok Phang yang sedang terluka parah disembunyikan di dalam gubuk itu. Setelah melihat dua bayangan orang itu An Tak berpikir. "Di kamar itu ada teman Ci Giok Phang yang sedang mengobatinya. Jika lukanya telah sembuh, aku akan repot menghadapinya. Lebih baik aku segera masuk membereskannya sebelum dia sembuh!" pikir An Tak Setelah berpkir begitu An Tak menyerang secara bertubitubi ke arah Kiauw Song Giam, sehingga orang itu harus melompat mundur. "Saudara Lo dan saudara Kim, kalian tahan tua bangka ini! Aku akan masuk memeriksa kamar, nanti aku membantu kalian lagi!" kata An Tak. Saat itu Kiauw Song Giam terdesak mundur oleh kedua kawan An Tak. Sekarang An Tak yakin kedua kawannya itu

akan mampu menahan orang tua itu. Maka berjalanlah An Tak menuju ke arah kamar yang dia lihat ada dua bayangan orang itu. Baru saja An Tak ada di depan pintu kamar, ia mendengar suara dingin mengejeknya. "Hai Rase Liar, apakah belum cukup sebelah matamu picek? Apa kau ingin mata yang satu lagi kucungkil?" kata suara dingin ku.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main kagetnya An Tak. Tadi dia mengira yang ada di dalam kamar itu Ci Giok Phang yang sedang terluka parah. Dia tidak mengira kalau orang itu Han Pwee EngMata An Tak dicungkil oleh nona Han, maka itu dia kenal benar suara dingin itu suara nona Han. Tiba-tiba dia mundur dua langkah. Sesudah mundur dua langka tampak An Tak tenang kembali. Ia sudah melihat jelas Han Pwee Eng sedang duduk dengan seorang pemuda yang belum diketahui siapa dia. Mereka berdua sedang menghimpun hawa murni mereka. Melihat hal itu An Tak jadi girang bukan kepalang. "Rupanya gadis busuk itu sedang mengobati kekasihnya! Ini kesempatan baik untuk aku membalas dendam!" pikir An Tak. An Tak menyeka keringat dingin di keningnya, lalu berjalan sambil tertawa terbahak-bahak menuju ke kamar itu. "Nona Han, aku tidak akan mencungkil matamu, tetapi aku cuma minta kau jadi isteriku!" kata An Tak. Tiba-tiba An Tak menggerakkan kipas besinya menotok ke arah punggung nona Han. Nona Han gusar bukan kepalang, tapi dia mencoba menahan amarahnya. Ini dia maksudkan agar dia tidak mengganggu konsentrasi Kok Siauw Hong. Saat tahu An Tak akan menotok jalan darah di punggungnya, Han Pwee Eng langsung menghunus pedang dan menangkis totokan itu. Sebenarnya ilmu silat nona Han lebih tinggi dari An Tak, namun sebelah tangannya sedang menempel dengan tangan Kok Siauw Hong. Malah nona Han pun tidak bisa bangun, karena dia harus tetap pada posisinya semula. Itu sebabnya dia jadi kurang leluasa melakukan perlawanan. Ketika An Tak dicungkil matanya tempo hari, An Tak belum tahu siapa Han Pwee Eng. Dia hanya mengira nona Han itu gadis biasa-biasa saja. Waktu itu kepandaian An Tak pun berada di bawah nona Han. Karena dia tidak siaga dengan mudah matanya tecungkil oleh nona Han. Oleh karena An Tak

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pernah dikalahkan oleh nona Han, tidak heran kalau dia jadi agak ngeri terhadap gadis ini. Padahal saat itu sangat menguntungkan dia. Tapi karena dia tidak berani maju lebih dekat, justru memberi kesempatan pada nona Han untuk bernapas. Sebelah tangan nona Han tetap membantu Kok Siauw Hong menyalurkan hawa murni, sedang tangan kanan yang memegang pedang, siap menghadapi serangan An Tak. Nona Han menangkis setiap serangan si Rase Liar dengan tidak menoleh, dia hanya mengandalkan pendengarannya dan sambaran angin senjata lawan. Sekalipun sedang duduk bersila karena ilmu pedang nona Han lihay sekali, dia masih mampu menangkis setiap serangan lawan. Serangan si Rase Liar dilakukan bertubi-tubi, tapi nona Han hanya menangkis setiap serangan itu. Saat An Tak berada sangat dekat dengan gadis ini, tiba-tiba Han Pwee Eng menggunakan pedangnya menusuk perut si Rase Liar. Tusukan itu sangat cepat maka itu terdengar suara nyaring. "Sreet!" Rupanya pakaian An Tak terserang pedang nona Han hingga robek, untung An Tak bisa buru-buru melompat mundur, jika tidak perutnya akan tertikam oleh pedang nona Han. "Oh, sayang sekali!" kata Han Pwee Eng mengeluh. Saat itu si Rase Liar An Tak terkejut bukan kepalang. Tanpa terasa keringat dingin membasahi wajahnya. Saat dia mengawasi ke arah lawannya dia girang bukan kepalang. "Kenapa aku bodoh sekali!" pikir An Tak. "Gadis busuk ini sedang mengerahkan lwee-kangnya mengobati kekasihnya. Pasti dia tidak bisa melawanku dengan sepenuh tenaga. Kenapa aku harus takut kepadanya? Aku harus segera membereskannya, jika tidak bisa terlambat!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sekuat tenaga An Tak mulai melancarkan serangannya lagi. Nona Han mencoba menangkis tetapi tidak dengan sepenuh tenaga. Ini disadari oleh An Tak, maka itu dia terus menyerangnya dengan sengit. Sekalipun lwee-kang nona Han lebih tinggi dari An Tak, saat itu nona Han sedang sibuk membantu Kok Siauw Hong. Jika dia mengerahkan seluruh kekuatannya itu akan berakibat buruk bagi Kok Siauw Hong. Maka itu nona Han tidak berani mengambil risiko. Sekarang kelihatan nona Han mulai tertekan oleh setiap totokan yang dilakukan An Tak.

"Gadis busuk! Sekarang kau tahu bagaimana kelihayanku?" kata An Tak. Pada saat bersamaan nona Han merasakan hawa hangat tersalur ke tubuhnya melalui telapak tangannya, ini membuat semangat nona Han bangkit. Tiba-tiba terdengar suara keras. 'Tang!" Ternyata nona Han berhasil memapas kipas besi di tangan An Tak. Sedang ujung pedang nona Han mengarah ke mata An Tak yang sebelah lagi. Tiba-tiba terdengar suara jeritan karena pedang itu tepat mengenai mata An Tak yang sebelah lagi. Seketika itu juga wajah An Tak berlumuran darah karena mata An Tak berdarah. Ia segera melompat pergi. "Adik Eng, terima kasih," kata Siauw Hong sambil berdiri. Saat nona Han dalam bahaya, untung jalan darah Kok Siauw Hong berhasil tertembus. Maka itu dia langsung menyalurkan lwee-kangnya ke tangan nona Han. Nona Han pun memandang pemuda itu sambil tersenyum manis. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 36

Kedua muda-mudi itu sangat girang karena mampu melewati saat-saat kritis. Sesudah saling tersenyum Han Pwee Eng berkata pada Kok Siauw Hong dengan suara perlahan. "Sayang si Rase Liar sudah kabur! Kalau begitu mari kita keluar untuk membantu Beng Teng!" kata Han Pwee Eng. "Benar. Kita pun harus berterima kasih pada pemilik gubuk ini," kata Kok Siauw Hong. Saat kedua muda-mudi itu keluar, Beng Teng masih bertarung melawan Chu Tay Peng. Sedangkan Kiauw Song Giam, orang tua yang dikira bisu dan tuli itu pun sedang bertarung melawan Lo Jin Cun dan Kim Hoat. Tetapi saat itu Kiauw Song Giam sudah berada di atas angin. Tidak lama lagi orang tua ini pasti bisa mengalahkan kedua lawannya itu. Lwee-kang Kiauw Song Giam memang lebih tinggi dibanding kedua lawannya. Setelah An Tak masuk ke dalam kamar, secara tidak langsung An Tak telah memberi kesempatan pada Kiauw Song Giam untuk mengatur napasnya, hingga akhirnya dia bisa mengungguli kedua lawannya itu. Lo Jin Cun mengira dengan ilmu pedangnya dan dibantu oleh Kim Hoat, dia akan berhasil membalas dendam. Tidak disangka sekarang mereka malah terdesak oleh Kiauw Song Giam. Kini kelihatan Lo Jin Cun mulai cemas. Dia berharap An

Tak akan keluar membantu mereka. Tapi betapa kagetnya mereka karena di dalam kamar juga terdengar suara senjata beradu. Itu tandanya An Tak mendapat lawan yang setimpal juga. Tentu saja hal itu membuat Lo Jin Cun jadi bertambah cemas. Tak lama mereka malah mendengar jeritan kesakitan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari An Tak yang keluar dengan wajah berlumuran darah. Melihat hal itu mereka kaget bukan kepalang. "Celaka mata An Tak buta!" teriak Kim Hoat. Sekali pun buta An Tak memiliki gin-kang tinggi. Dia langsung kabur dengan mengandalkan pendengarannya. "Angin kencang, cepat lari!" teriak An Tak dari luar. Baru saja suara An Tak sirna dari dalam kamar muncul Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Betapa kagetnya Lo Jin Cun dan Kim Hoat. Saat itu pun terdengar suara bentakan Kiauw Song Giam. "Tinggalkan senjata kalian, cepat enyah dari sini!" kata Kiauw Song Giam. Mendadak Kiauw Song Giam menggerakkan garpunya, disusul oleh dua suara benturan keras. Ternyata dia berhasil memukul senjata kedua lawannya. Saat bergerak lagi, Lo Jin Cun dan Kim Hoat sudah ada dalam jinjingannya. Saat itu Song Giam seolah sedang menjinjing dua ekor ayam saja. Kemudian kedua orang itu dilemparkan keluar pagar gubuknya. Sekali pun tubuhnya terlempar dan jatuh namun kedua orang itu tidak terluka Mungkin Kiauw Song Giam tidak ingin menanam permusuhan lebih dalam dengan mereka. Begitu bangun kedua orang itu langsung kabur terbirit-birit. Chu Tay Peng pun berniat kabur, namun dia tidak seberuntung kedua orang tadi. Saat itu nona Han segera membentak. "Srigala tua ini sangat menyebalkan, jangan biarkan dia lolos!" kata si nona. Setelah Chu Tay Peng berhasil mendesak Beng Teng hingga mundur, dia segera lari ke arah pintu gubuk. Tiba-tiba sebuah bayangan melesat dan menghadang di depannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata itu bayangan Kok Siauw Hong yang baru sembuh. Dengan sigap Kok Siauw Hong mampu menusuk jalan darah

Chu Tay Peng dan menendang ke dalam lagi. "Tinggalkan dia dulu, kita lihat keadaan Ci Toa-ko. Sesudah itu baru kita urus dia!" kata nona Han. Begitu melihat Han Pwee Eng muncul tertawalah Beng Teng. "Nona Han, tidak kusangka kau ada di sini!" kata Beng Teng. "Ah, kau juga ada di sini Kok Siauw-hiap!" Kemudian Beng Teng mengeluarkan Ci Giok Phang dari tumpukan rumput kering. Sesudah itu dia tarik tubuh Chu Tay Peng ke tumpukan rumput kering itu. Wajah Ci Giok Phang kelihatan pucat-pasi. Matanya tertutup rapat Ketika dia disembunyikan di bawah tumpukan rumput kering dia jadi susah bernapas. Maka itu dia pingsan. Kiauw Song Giam memeriksa nadi Ci Giok Phang. "Jangan cemas dia pingsan karena sesak napas ketika disembunyikan di bawah tumpukan rumput kering. Kok Siauwhiap tolong kau lancarkan aliran darahnya!" kata Kiauw Song Giam. Saat itu Kok Siauw Hong sedang melamun. "Aku sudah bertemu dengan Giok Phang, tapi entah di mana Giok Hian?" pikir Kok Siauw Hong. "Benarkah dia ke Kang-lam bersama Seng Liong Sen? Tahukah Ci Toa-ko tentang kepergian adiknya itu? Jika dia tidak tahu, apakah aku harus memberitahunya?" Mendengar permintaan Song Giam, dia tersentak kaget. "Benar aku harus segera menyadarkan Ci Giok Phang." pikir Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siauw Hong sudah tahu tentang Ci Giok Hian, Namun karena mereka telah memadu cinta bertahun-tahun, sudah tentu dia tidak bisa melupakannya begitu saja. Segera dia gunakan Siauw-yang-sin-kang untuk melancarkan jalan darah Ci Giok Phang. Tak lama Ci Giok Phang pun sadar kembali. Saat sadar dia lihat nona Han bersama Kok Siauw Hong. Rupanya karena kaget dia tertegun dan melongo sejenak. "Ci Kong-cu, untung ada Kok Siauw-hiap dan nona Han menolong kita. Apa kau bisa dengar kata-kataku?" kata Beng Teng. "Terima kasih Siauw Hong, akhirnya kalian bisa bertemu juga!" kata Ci Giok Phang. "Tapi tahukah kalian ke mana perginya Giok Hian?" Suara Giok Phang masih lemah, rupanya dia terpaksa bicara. "Beristirahatlah dulu Ci Toa-ko," kata Kok Siauw Hong.

"Sesudah kau agak sehat baru kita bicara!" Tiba-tiba Kiauw Song Giam berkata. "Sekarang giliranku!" kata dia. Dia pegang tangan Ci Giok Phang yang segera memejamkan matanya dan tertidur. Song Giam menggunakan ilmu istimewa hingga membuat Giok Phang tidur lelap, tetapi tidak membahayakan bagi Giok Phang. Dia angkat tubuh pemuda itu yang segera dibawa masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. "Dia akan tidur selama tiga jam. Kebetulan aku punya ginseng yang usianya sudah tua. Aku akan memasaknya, sesudah dia siuman akan kuberikan kepadanya." kata Song Giam. Sesudah itu mereka meninggalkan kamar itu. Mereka berbuat begitu agar tidak mengganggu Giok Phang yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang tertidur lelap. Mereka lalu berbincang-bincang di halaman depan gubuk. "Beberapa hari ini aku telah merepotkan Paman," kata Siauw Hong. "Tidak tahunya Paman adalah Bu-lim Cianpwee!" "Paman, kau memiliki ilmu silat yang tinggi," menyambung Han Pwee Eng. "Kenapa Paman berpura-pura bisu dan tuli? Bahkan Paman hidup menyendiri?" Sambil mengelah napas Kiauw Song Giam lalu berkata. "Aah, aku telah melakukan kesalahan pada salah satu anak buah seorang Iblis Besar. Karena sadar tidak sanggup melawan Iblis Besar itu, aku terpaksa berpura-pura tuli dan bisu untuk menghindarinya. Namun, karena kejadian malam tadi itu, aku tidak bisa menghindar lagi darinya!" kata Kiauw Song Giam. "Paman kami akan tutup mulut dalam masalah ini, tapi bolehkah kami tahu, siapa Iblis Besar itu?" kata Kok Siauw Hong. Kiauw Song Giam menghela napas. "Dia jarang muncul di Tiong-goan. Jika kuberi tahupun kalian tidak akan mengetahuinya. Sebab jika kuberi tahu juga kalian tidak akan mengenalnya!" kata Kiauw Song Giam. "Maka lebih baik tidak kuberitahu!" Han Pwee Eng tersentak. "Dia sudah muncul bahkan barangkali sudah ada di daerah sekitar sini!" kata nona Han. Mendengar ucapan Han Pwee Eng kelihatan Song Giam sedikit kaget. "Nona Han sudah tahu siapa dia, bahkan kau bilang orang itu sudah berkeliaran di sekitar tempat ini! Apa kau pernah

bertemu dengannya?" kata Song Giam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong pun terkejut. "Eh, Pwee Eng, dari mana kau tahu tentang itu? Sebenarnya siapa Iblis Besar itu?" kata Siauw Hong. "Justru aku ingin memohon petunjuk dari Paman Kiauw," kata si nona "Tadi aku lihat telapak tangan Ci Toa-ko berwarna hitam. Dia terluka oleh ilmu pukulan apa?" Sekarang Kok Siauw Hong sadar saat mendengar keterangan nona Han itu. "Barangkali Ci Toa-ko terkena pukulan Cit-sat-ciang. Mungkin maksud Pwee Eng Iblis Besar itu Kiong Cauw Bun!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sadar karena dia pernah dikerjai oleh Kiong Cauw Bun, hanya saja lukanya tidak separah Ci Giok Phang. Karena Kiauw Song Giam mampu mengobatinya, dia yakin orang tua inipun akan bisa mengobati Ci Giok Phang. "Pasti luka Ci Toa-ko lebih parah dari lukaku," pikir Siauw Hong. "Pantas dia bilang sudah tidak bisa menghindari Iblis Besar itu?' "Rupanya kalian semua sudah tahu, maka tidak ada halangannya aku memberitahu kalian. Dulu aku terlalu usil mencampuri masalah orang lain. Tahun lalu dijalan Lo-see aku lihat ada seorang laki-laki sedang menindas seseorang. Aku turun tangan melukai orang itu. Sesudah itu aku baru tahu bahwa dia anak buah pulau Hek-hong. Pemilik Hek-hong-to itu kejam, dia suka membela anak buahnya. Jika ada yang berani menyusahkan anak buahnya, maka dia akan dibunuh tanpa ampun!" kata Kiauw Song Giam. "Paman jangan cemas, aku siap membantu Paman agar bisa terlepas dari masalah ini," kata nona Han. Nona Han berkata begitu karena dia pikir sahabat Kiong Mi Yun. Jika dia memohon pada nona itu, barangkali ayahnya bisa menyelesaikan masalah itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Beng, di mana kau bertemu dengan Ci Toa-ko? Bagaimana kau bisa jadi pengawalnya?" kata Kok Siauw Hong. "Aku bertemu dia bersama seorang gadis di tengah perjalanan. Saat itu Tuan Ci sudah terluka, dia tidak bisa berjalan walau masih mengenaliku. Nona itu yang menyuruhku membawanya pulang ke Pek-hoa-kok!" kata Beng

Teng. "Siapa nama gadis itu?" tanya Siauw Hong. Di dalam benak Kok Siauw Hong berpikir. "Tidak mungkin dia Ci Giok Hian, kalau dia pasti Beng Teng kenal padanya!" pikir Siauw Hong. "Nona itu galak sekali, dia tidak memberitahu namanya!" kata Beng Teng. "Bagaimana galaknya nona itu?" kata Siauw Hong. "Nona itu mengeluarkan serenceng mutiara. Karena aku kira dia ingin menjual mutiara itu, lalu kukatakan padanya saat kacau seperti ini, tidak mudah menjualnya dan mutiara itu ditaksir sekitar seribu tail emas. Tetapi saat perang seperti sekarang, mungkin sulit mencari pembelinya. Jika ada yang mau membeli pun, pasti harganya akan ditekan semurahmurahnya. Maksudku saat itu lebih baik dia tidak menjual mutiara itu. Aku katakan kepadanya, j ika dia membutuhkan sedikit uang perak, aku bersedia memberinya. 'Aku tahu kau punya usaha ekpedisi dan banyak kenal dengan para pedagang mutiara,' kata nona itu. 'Orang lain tidak bisa menjual mutiara ini, tetapi kau pasti bisa! Sekalipun separuh harga tidak jadi masalah.' Aku bilang padanya, dia tidak benar, tapi sungguh sayang mutiara seribu tail emas harus dijual begitu murah." kataku. Setelah berhenti sejenak Beng Teng melanjutkan ceritanya "Mendadak nona itu bilang, bahwa mutiara itu akan diserahkan kepadaku," kata Beng Teng. "Mutiara itu kata nona itu hanya sebagai uang muka untuk biaya aku mengantarkan Ci Giok Phang sampai di rumahnya. Jika Ci Giok Phang selamat, maka mutiara itu menjadi milikku, tetapi jika gagal dan di tengah jalan terjadi sesuatu atas diri Ci

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-cu, nona itu akan membunuhku! Kata dia nyawaku untuk pengganti nyawa Ci Kong-cu. Kemudian dia serahkan serenceng mutiara itu kepadaku. Dia tidak menunggu apakah aku setuju atau tidak menjalankan tugas itu!" Han Pwee Eng sudah tahu berapa tinggi kepandaian Beng Teng. "Kepandaian Beng Teng cukup tinggi, tetapi nona itu begitu galak hingga berani mengancam Beng Teng, aku yakin kepandaian nona itu tinggi!" pikir nona Han. Ketika itu Han Pwee Eng menduga siapa gadis itu. Beng Teng kelihatan murung, dia menarik napas sambil melanjutkan. "Aku sudah lama kenal dengan Ci Kong-cu, jadi sekalipun tanpa dibayar aku bersedia mengantarkan Ci Kong- cu! Saat aku menolak pemberiannya, nona itu marah-marah. Kemudian melesat pergi meninggalkan aku. Aku coba mengejarnya, tapi

tidak berhasil. Bahlan dari jauh terdengar suara nona itu. Dia menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek. 'Aku tahu kau pernah mengantar nona Han ke Yang-cou dan dibayar 2000 tail emas. Jika serenceng mutiara itu sudah cukup sebagai bayaran aku senang. Tetapi jika kurang aku bersedia menambah biayanya. Tetapi jika di tengah jalan terjadi sesuatu, ingat aku tidak sebaik keluarga Han! Selain mutiara itu akan kuambil kembali, nyawamu pun akan kucabut!' Nah, coba kalian bayangkan, apa nona itu tidak galak?" kata Beng Teng. "Mungkin Beng Teng tidak kenal pada Ci Giok Hian, namun nona Ci tidak segalak itu!" pikir Kok Siauw Hong. "Nona itu berwajah bulat, umurnya dua tahun lebih muda dariku, betul kan?" kata Han Pwee Eng. "Benar!" kata Beng Teng. "Ah bodoh benar aku, kenapa aku tidak menerkanya. Dia pasti nona Kiong Mi Yun!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong salah duga, karena Kiong Mi Yun berjalan bersama Kong-sun Po, lagi pula jika Ci Giok Phang dilukai oleh ayahnya, apa mungkin nona Kiong akan membiarkannya? Han Pwee Eng tertawa. "Sifat Kiong Mi Yun memang seperti itu... .Tetapi masalah ini malah membuat aku bingung?" kata nona Han. "Jangan bingung, sebentar lagi pasti kita akan mengetahuinya," kata Kok Siauw Hong. "Kau benar, sesudah Ci Toa-ko sadar, kita bisa menanyakannya!" kata nona Han. Saat itu Ci Giok Phang sudah tidur selama dua jam, sejam lagi dia akan bangun. "Karena tidak ada yang akan kita kerjakan, mari kita tanya Chu Tay Peng!" kata nona Han. Kok Siauw Hong mengangguk dia segera menyeret Chu Tay Peng dan membebaskan totokannya. "Nona Han, aku pernah baik padamu maka ampunilah jiwaku," kata Chu Tay Peng. "Pernah berbuat baik bagaimana dia padamu, Pwee Eng?" kata Kok Siauw Hong. Han Pwee Eng tertawa geli. "Saat aku pulang dari Pek-hoa-kok dulu, aku melewati kota Ouw-shia. Lima perkumpulan sungai Huang-hoo mengira aku ini Kiong Mi Yun, mereka berupaya mengambil perhatianku. Dia menjadi wakil mereka. Dia pernah menjamuku di rumah makan Ngih Nih Lauw." kata nona Han. Kok Siauw Hong memang pernah mendengar tentang kejadian di rumah makan itu, tetapi dia tidak tahu siapa

orang-orang itu. Sesudah mendengar keterangan nona Han, Kok Siauw Hong tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh begitu! Dia membayarimu makan, tetapi dia minta agar jiwanya kau ampuni, Itu artinya kau akan rugi sekali!" kata Siauw Hong. Chu Tay Peng kelihatan ketakutan. "Aku tahu salah, tetapi...itu juga masalah di rumah makan itu!" kata Chu Tay Peng. "Apa maksud ucapanmu itu?" kata nona Han. "Ketika itu Pouw Yang Hian menggunakan pukulan Huahiatto melukai ketua Ang Kin. Untung Kong-sun Po mengobatinya. Tetapi ketua yang lain tidak ada di tempat, maka Kong-sun Po tidak menolongi mereka. Kami berusaha mencari Kong-sun Po, tapi cuma bertemu dengan nona Kiong Mi Yun. Ketika kami memohon padanya, dia berjanji akan mengundang Kong-sun Po. Tetapi kami tidak tahu apakah nona Kiong tidak bertemu atau Kong-sun Po yang tidak mau mengobati ketua itu. Mereka tidak datang lagi ke Ouw-shia!" kata Chu Tay Peng. Sesudah mengawasi nona Han maka Chu Tay Peng pun melanjutkan ceritanya. "Racun Hua-hiat-to harus diobati sebelum lewat setahun. Selewat itu tidak bisa diobati lagi, kecuali kami menurut pada See-bun SouwYa. Bulan lalu kami semakin cemas, tiba-tiba muncul ayah Kiong Mi Yun. Dia minta agar kami mencarikan puterinya. Jika gagal maka kami akan dibunuhnya. Maka itu kami tidak punya pilihan, terpaksa kami harus..." Baru sampai di sini nona Han langsung mengerti. "Kalian lalu mencari See-bun Souw Ya dan menjadi anak buahnya..." kata nona Han. "Apa boleh buat, karena cuma dia yang bisa mengobati kami. Kami jugajadi tidak takut lagi pada Kiong Cauw Bun karena See-bun Souw Ya akan melindungi kami," kata Chu Tay Peng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"See-bun Souw Ya kaki tangan bangsa Mongol," kata Siauw Hong. "Jika kau bergabung dengannya itu berarti menjadi budak bangsa asing! Lelaki sejati boleh mati, tetapi jangan menjadi budak asing. Kau mengerti?" "Ya, aku mengerti" kata Chu Tay Peng. "Terima kasih atas

nasihatmu itu. Aku memang telah berbuat salah!" Apakah ucapannya itu tulus semua tidak ada yang tahu. "Melihat kematian seperti kembali ke asal, hanya dapat dilakukan orang gagah," kata nona Han. "Mana mungkin dia bisa menjadi orang baik. Untuk apa kau menasihatinya, Kok Toa-ko?" Sesudah itu nona Han berpikir. "Jika kelima ketua di daerah Huang-hoo bergabung dengan Iblis Tua, itu akan menjadi malapetaka besar. Aku harus berusaha menyelamatkan mereka!" pikir nona Han. "Kau tidak tega saudara-saudaramu celaka. Itu berarti kau masih berjiwa ksatria. Tetapi jalan yang kau tempuh itu salah! Karena itu kau menjadi pengkhianat. Padahal sebenarnya racun itu bisa disembuhkan tanpa bantuan See-bun Souw Ya!" kata Han Pwee Eng. Mendengar noan Han bersikap lembut, Chu Tay Peng girang. "Tolong nona beri petunjuk," kata Chu Tay Peng. "Jika saudara-saudara kami bisa diselamatkan, mana mungkin kami bersedia jadi kaki tangan pengkhianat!" "Sekarang masih ada waktu dua tiga bulan lagi, kan?" kata nona Han. "Benar," kata Chu Tay Peng. "Kalau begitu masih ada waktu," kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu siapa yang bisa mengobati saudara-saudara kami itu?" kata Chu Tay Peng. "Tentu saja Kong-sun Po yang kalian cari itu!" kata nona Han. "Sekarang barangkali mereka sudah ada di Kim-kee-leng. Segera kau ke sana pasti kau akan bertemu dengannya!" Walau Kok Siauw Hong cerdas tapi terlalu emosi hingga mencaci orang she Chu itu. "Kami akan ke Kim-kee-leng, kau boleh ikut kami. Asalkan kalian bersedia tunduk pada Bu-lim Beng-cu, aku yakin Kongsun Po bersedia mengobati saudara-saudaramu itu!" kata Kok Siauw Hong ikut bicara. Chu Tay Peng girang dia mengucapkan terima kasih berulang-ulang. "Sebentar lagi Ci Toa-ko akan bangun, mari kita tengok dia!" kata Kok Siauw Hong. Di luar gubuk hanya tinggal Chu Tay Peng dan Kiauw Song Giam karena Han Pwee Eng, Kok Siauw Hong dan Beng Teng masuk menengoki Ci Giok Phang. Saat masuk Ci Giok Phang baru saja bangun dari tidurnya. Han Pwee Eng segera memberi obat gin-seng. Ci Giok Phang

langsung meminumnya. Kelihatan dia tertegun dan sedang memikirkan sesuatu. Han Pwee Eng tidak ingin pemuda itu berduka, dia tersenyum dan berkata. "Ci Toa-ko tidak diduga, kita bisa bertemu di sini," kata nona Han. "Ci Toa-ko siapa yang melukaimu?" "Lelaki tua berjubah hijau," sahut Ci Giok Phang. "Kiranya dia," kata nona Han ternyata dia tidak salah menduga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang yang melukai Ci Giok Phang itu Kiong Cauw Bun. "Kenapa dia melukaimu, Toa-ko?" kata nona Han. Sebelum Ci Giok Phang menjawab Kok Siauw Hong ikut bertanya. "Bukankah Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun bersamamu?" kata Kok Siauw Hong. Sambil bertanya Kok Siauw Hong berpikir. "Jika Kong-sun Po dan Mi Yun bersama Ci Toa-ko, pasti pesilat manapun tidak akan mudah melukainya. Sekalipun Kiong Cauw Bun akan mampu mereka hadapi. "Kenapa nona Kiong membiarkan ayahnya melukaimu?" tanya nona Han. Ci Giok Phang menghela napas panjang. "Aaah! Padahal kami bersama-sama menerjang kepungan tentara Mongol. Kami juga berjalan bersama-sama. Ketika itu kami ada di penginapan di sebuah kota kecil. Saat itulah lelaki tua berjubah hijau muncul. Kebetulan Kong-sun Po dan Mi Yun sedang pergi. Di situ hanya aku sendirian. Mengapa orang itu melukaiku, aku juga tidak tahu?" "Jadi tanpa bicara dulu dia langsung melukaimu?" kata nona Han. "Dia bicara dulu denganku, dan aku tetap heran..." Ci Giok Phang kemudian menceritakan pengalamannya. Mereka berhasil menerjang dari kepungan tentara Mongol. Hari itu mereka lalu bermalam di sebuah penginapan di kota kecil. Begitu sampai dan sudah mendapat penginapan Kiong Mi Yun mengajak Kong-sun Po berbelanja pakaian baru untuk mereka. Itu sudah menjadi kebiasaan seorang nona muda. Maka itu Ci Giok Phang hanya sendirian di penginapan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hari itu cuaca sangat cerah. Kong-sun Po tidak membawa

payung besinya karena dia anggap kurang bebas. Payung besi itu dia tinggalkan di penginapan. Ci Giok Phang menunggu di penginapan. Tidak terasa haripun berubah menjelang senja. "Terlalu mereka itu, mungkin hari ini merupakan hari pertama mereka bisajalan-jalan berduaan saja!" pikir Ci Giok Phang geli. "Terlalu aku ditinggalkan sendirian!" Tiba-tiba Ci Giok Phang kaget karena ada suara desiran angin. Ketika diperhatikan ternyata sebuah batu kecil menerobos ke dalam kamarnya lewat jendela. Kebetulan ketika itu Ci Giok Phang duduk dekat payung Kong-sun Po. Dia sambar payung itu dan menangkis batu yang meluncur ke arahnya itu. 'Tang!" Batu kecil itu hancur saat berbenturan dengan payung itu. Sedang tangan Ci Giok Phang pun terasa sakit. "Plak!" Payung besi itu tanpa disadarinya jatuh ke lantai kamarnya. Betapa kagetnya pemuda she Ci ini, dia langsung menghunus pedangnya. Tiba-tiba Ci Giok Phang mendengar suara pujian. "Sungguh payung yang sangat istimewa!" kata suara itu. Ci Giok Phang menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal suara tersebut. "Jangan takut, aku tidak akan melukaimu! Jika aku mau kau sudah mati tergeletak di lantai!" kata suara itu lagi. Ci Giok Phang agak tenang, dia masukkan pedangnya ke sarungnya. "Siapa Lo-cian-pwee ini?" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan tanya siapa aku! Beranikah kau ikut aku? Aku ingin bicara denganmu!" kata suara itu. "Karena merasa tidak leluasa bicara di penginapan, dia mengajakku ke suatu tempat. Jika dia akan melukaiku mungkin seperti katanya, aku sudah terluka!" pikir Ci Giok Phang. Ci Giok Phang penasaran dia ingin tahu siapa orang itu, maka itu tanpa pikir panjang dia melompat lewat jendela dan mencelat ke atas genting penginapan itu. Di bawah remang-remang sinar rembulan Ci Giok Phang melihat bayangan orang itu berada di sudut bagian utara. Ci Giok Phang mengerahkan gin-kang Pat-pou-kan-siam (Delapan langkah mengejar tonggeret). Dia tidak berhasil mengejar orang itu. Ci Giok Phang hanya melihat bayangan hijau berkelebat di depannya. Mereka kejar-kejaran sesampai di tempat yang sunyi, baru

orang itu berhenti berlari. Ketika diperhatikan ternyata dia seorang lelaki tua berjubah hijau. Ci Giok Phang memberi hormat. "Lo Cian-pwee punya petunjuk apa, bisa dikatakan sekarang?" kata Giok Phang. Lelaki berjubah hijau itu tidak menjawab. Dia perhatikan pemuda she Ci itu dengan seksama. "Wajahnya tidak mirip Kong-sun Po, dia mirip ibunya!" pikir orang tua itu. Ternyata orang itu Kiong Cauw Bun. Dia kira pemuda she Ci itu Kong-sun Po. "Benarkah ada seorang nona bernama Kiong Mi Yun bersamamu?" kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, apa Lo Cian-pwee mencari dia?" kata Ci Giok Phang. "Aku sudah bertemu denganmu, tidak perlu tergesa-gesa," kata Kiong Cauw Bun. "Tetapi ada yang akan aku tanyakan padamu." "Mengenai apa, katakan saja," kata Ci Giok Pang. "Kalian mau ke Kim-kee-leng, benarkah begitu?" tanya Cauw Bun. "Benar," jawab pemuda she Ci ini. "Kami memang akan ke sana!" Dia tidak mengetahui kalau orang tua itu ayah Kiong Mi Yun. Maka itu dia menjawab dengan jujur apa yang ditanyakannya. Mendengar jawaban itu kening orang tua itu berkerut. "Kau mau menemui Hong-lay-mo-li. Apa kau mengaguminya?" kata Kiong Cauw Bun lagi. "Dia gagah dan berjiwa ksatria," kata Giok Phang setelah tertegun sejenak. "Orang gagah menghormatinya. Jika tidak demikian mana mungkin dia menjadi Bu-lim Eng-hiong bagian Utara?" "Dia mengagumi Hong-lay Mo-li, bagaimana sikapnya jika aku panggil dia menantu? Aah, aku tidak boleh memberitahunya. Aku dengar dia berguru pada Ciu Cioh suami isteri dan mereka punya hubungan sangat erat dengan Honglaymoli. Sedangkan Ciu Cioh musuh besarku! Jika kubiarkan dia hidup, kelak dia akan jadi bahaya bagiku!" Kiong Cauw Bun berniat membunuh pemuda yang dikiranya Kong-sun Po ini. Kiong Cauw Bun mencari Kong-sun Po selain untuk perjodohan puterinya, tapi yang terpenting dia tahu Kong-sun Po memiliki kitab racun keluarga Suang. Tetapi Kiong Cauw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bun hanya punya anak perempuan satu-satunya. Maka itu dia harus memikirkan masa depan anaknya itu. "Ada satu pertanyaan lagi, jawablah denganjujur!" kata Kiong Cauw Bun. "Apa kau bersedia?" "Boan-pwee tidak pernah berbohong," kata Ci Giok Phang. Kiong Cauw Bun mengangguk. 'Bagus! Kalau begitu katakan sejujurnya, apakah kau menyukai nona Kiong Mi Yun? Apa kau dengan setulus hati akan menikahinya?" kata Kiong Cauw Bun. Mata Ci Giok Phang terbelalak seketika itu juga. "Bicara apa ini? Jangan-jangan orang ini pikun?" pikir Ci Giok Phang. Tetapi dia sudah berjanji akan menjawab sejujurnya, maka Ci Giok Phang pun menjawab sesuai dengan janjinya tadi. "Maaf, mengenai pertanyaan Lo Cian-pwee tadi, sedikit pun aku tidak pernah memikirkannya," kata Ci Giok Phang. "Aku dan nona Kiong cuma teman biasa. Aku tidak bilang suka atau tidak suka, apalagi soal menikahinya!" Jika saja Ci Giok Phang menjelaskan hubungan Kong-sun Po dengan Kiong Mi Yun, maka salah paham itu tidak perlu terjadi. Karena dia menganggap itu masalah pribadi antara Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun, dia anggap tidak pantas menceritakannya. Saat mendengar jawaban Ci Giok Phang tersebut, Kiong Cauw Bun berpikir. "Dia tidak mencintai puteriku, kenapa dia kubiarkan hidup?" pikir orang tua ini. Saat melihat wajah Kiong Cauw Bun berubah, Ci Giok Phang terkejut bukan kepalang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa masih ada yang akan ditanyakan oleh Lo Cian-pwee?" kata Giok Phang. "Cukup! Dan sambutlah pukulanku!" kata Kiong Cauw Bun dengan bengis. Saat itu Kiong Cauw Bun langsung memukul. Ci Giok Phang kaget, tapi dia mengira orang tua itu ingin menjajal ilmu silatnya. Maka itu Ci Giok Phang tidak menghunus pedangnya, tapi menangkis serangan itu dengan tangan kosong. Saat diserang dengan jurus Cit-sat-ciang seketika itu Ci Giok Phang rebah dan pingsan tidak sadarkan diri.

-o0-DewiKZ^~^aaa-o0Masih tersedia buku-buku terbitan "MARWIN" 1. Perkawinan Khong Beng Rp 16.000.2. Cun Ciu Ngo Pa hard cover Rp 70.000.3. San Pek Eng Tay Rp 12.000.4. Cie Hong Kiam Rp 20.000.5. Riwayat Semarang Rp 60.000.6. Tong See Han Rp 20.000.7. Hari Raya Tionghoa Rp 35.000.8. Beng Ciang Hong In Lok 1 Rp 35.000.9. Beng Ciang Hong In Lok 2 Rp 45.000.juga tersedia: Po Kiam (Pedang) asli buatan He-bei (He-pei) Tiongkok Perbuah Rp 200.000.- tambah ongkos kirim. Hubungi "Marwin" atau "Klasik" Tip. (021) 7562265

-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Keempat
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK

(Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Diceritakan kembai oleh : marcus A.S.MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2005 -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 37

Sesudah melukai Ci Giok Phang, Kiong Cauw Bun tercengang, karena saat keduanya mengadu pukulan, dia sadar Ci Giok Phang tidak mahir menggunakan ilmu beracun keluarga Suang. Malah pemuda itu justru menggunakan lweekang aliran lurus. Lwee-kang itu sangat berbeda dengan jurus ilmu silat aliran sesat milik keluarga Suang. Di otak Kiong Cauw Bun langsung bergolak berbagai pertanyaan yang tidak dimengerti olerhnya. "Apakah ilmu beracun keluarga Suang sudah jatuh ke tangan orang lain?" begitu pikir Kiong Cauw Bun. "Aaah. barangkali bocah ini bukan Kong-sun Po?" Kiong Cauw Bun langsung menggeledah tubuh Ci Giok Phang, tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa di tubuhnya. Dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ingin membunuh Kong-sun Po, karena pikirnya Kong-sun Po menguasai ilmu racun keluarga Suang, sebab pikir Kiong Cauw Bun, jika Kong-sun Po masih hidup, kelak pemuda itu bisa menjadi ganjalan baginya. Ditambah lagi ilmu racun keluarga Suang mampu mengatasi ilmu Cit-sat-cicmg miliknya. Sesudah tahu yang dia lukai bukan Kong-sun Po, Kiong Cauw Bun tidak jadi membunuh pemuda itu. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun dikejutkan oleh suara seruling dari tempat jauh. Suara seruling itu disusul oleh suara siulan panjang. "Aaah, aku tidak boleh bertemu dengan mereka!" pikir Kiong Cauw Bun. Kiong Cauw Bun tahu orang yang meniup seruling itu ialah Bu-lim-thian-kiam Tam Yu Cong, sedang yang bersiul panjang pasti Siauw-auw-kan-kun Hwa Kok Han. Dia tahu Hwa Kok Han suami Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw, kepandaian Hwa Kok Han lebih tinggi dari isterinya. Sedangkan Bu-lim-thiankiam Tam Yu Cong seorang pesilat tangguh dari Kerajaan Kim, kepandaiannya pun tidak di bawah kepandaian Hwa Kok Han. Kedua orang ini sangat dihormati dan disegani oleh Kiong Cauw Bun, dia yakin jika satu lawan satu pun, mungkin dia

bukan tandingan mereka. Sekarang mereka malah berdua. Kiong Cauw Bun buru-buru kabur meninggalkan Ci Giok Phang yang terluka-parah. Dia tidak mau tahu apakah Ci Giok Phang masih hidup atau sudah mati. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sesudah mengisahkan bagaimana dia dilukai oleh Kiong Cauw Bun yang disebut sebagai lelaki berjubah hijau. Ci Giok Phang melirik ke arah piauw-su Beng Teng. "Aku pingsan karena terpukul oleh lelaki tua itu. Saat aku sadar aku lihat di sisiku ada Kiong Mi Yun. Dia kelihatan gugup dan kebingungan. Dia tidak tahu bagaimana menolongku. Tak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lama kemudian muncul Beng Cong-piauw-thauw. Apa yang terjadi selanjutnya dia yang tahu," kata Ci Giok Phang sambil menunjuk pada Beng Teng. Setelah mendengar keterangan dari Ci Giok Phang, nona Han Pwee Eng mengangguk mengerti. "Pasti ayah Kiong Mi Yun salah mengenali orang. Dia kira Ci Toa-ko itu Kong-sun Po!" kata Han Pwee Eng sambil tertawa. "Benar, mungkin begitu!" kata Ci Giok Phang. "Ketika dia muncul saat itu aku sedang duduk dekat payung milik Kongsun Po. Pantas saja dia salah paham!" Ci Giok Phang tetap curiga. "Heran, kenapa dia ingin membunuh Kong-sun Po?" kata Ci Giok Phang. "Mengenai hal itu terjadi aku juga tidak mengetahuinya," kata Han Pwee Eng. "Kemarin kami juga bertemu dengannya. Dia menanyakan tentang Kong-sun Po pada kami dengan melit sekali! Ketika kami katakan bahwa Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun pergi ke Kim-kee-leng, dia tidak percaya! Kelihatan dia kurang senang mendengar nama Hong-lay-mo-li kami sebut-sebut. Malah Kok Toa-ko pun dikerjainya!" Sesudah mendengar keterangan dari Han Pwee Eng, Ci giok Phang langsung berpikir. "Dulu mereka akan memutuskan pertunangan hingga menimbulkan badai besar. Belum beberapa bulan saja mereka sudah mesra kembali. Masalah di dunia memang sulit diduga!" pikir Ci Giok Phang ingat lelakon nona Han dan Kok Siauw Hong. Dia agak heran dan sedikit iri hati pada saat mendengar nona Han memanggil Kok Siauw Hong dengan sebutan "Kok Toa-ko". Setelah melirik ke arah nona Han dia langsung bicara lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengenai semua pengalamanku sudah aku ceritakan. Sekarang aku ingin bertanya, apakah kalian tahu ke mana adikku?" kata Ci Giok Phang. Mendengar pertanyaan Ci Giok Phang, tentu saja Kok Siauw Hong jadi tidak enak hati. Dia berpikir sendiri. "Apakah harus kuberi tahu dia, bahwa adiknya pergi bersama lelaki lain ke Kang-lam?" pikir Kok Siauw Hong. "Terus-terang aku tidak bertemu dengan adikmu, tetapi aku dengar sedikit khabar tentang dia," kata Kok Siauw Hong. "Apa yang kau ketahui tentang adikku itu?" kata Ci Giok Phang. "Aku dengar dari Tu Si Siok, katanya Giok Hian pergi ke Kang-lam," kata Kok Siauw Hong. Sengaja Kok Siauw Hong tidak menjelaskan apa yang diketahuinya, dia khawatir Ci Giok Phang emosi. Maksud Kok Siauw Hong, jika Ci Giok Phang bertemu dengan Tu Hok, dia bisa menanyakannya sendiri padanya. "Memang dia bilang dia mau pulang ke Pek-hoa-kok. Aneh sekali, kenapa dia pergi ke Kang-lam? Padahal kami tidak punya sanak di sana?" pikir Ci Giok Phang. "Entah apa alasan Giok Hian?" Saat itu cuaca sudah terang. Ci Giok. Phang sedang termangu. "Ci Toa-ko, kau sudah mulai kelihatan sehat," kata Kok Siauw Hong, "mari kita pergi ke Kim-kee-leng bersama-sama!" "Saat ini Ci Toa-ko belum sembuh benar, jika kita ke Kimkeeleng kau bisa beristirahat dengan baik di sana." kata nona Han. "Aku tidak akan ke sana, aku mau pulang dulu!" kata Ci Giok Phang. "Maaf aku tidak ikut bersama kalian!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang wajar jika Ci Toa-ko rindu pada rumahnya. Tetapi dari sini ke Kim-kee-leng jaraknya lebih dekat. Lebih baik Ci Toa-ko beristirahat dulu di Kim-kee-leng, setelah sehat benar, baru pulang," kata Kok Siauw Hong. "Jika benar adikku pergi ke Kang-lam, dia pasti singgah dulu di Pek-hoa-kok. Siapa tahu aku bisa bertemu dengannya. Aku sudah agak sehat tidak masalah aku pulang dulu!" kata Ci Giok Phang. "Baiklah." kata nona Han. "Ci Toa-ko pulang dulu, sesudah

sehat baru kau ke Kim-kee-leng, itu pun sama saja!" Sebenarnya alasan Ci Giok Phang telah diketahui oleh nona Han. Dia tahu pemuda itu mencintai dirinya. Maka itu pemuda itu mencari alasan untuk tidak berjalan bersama-sama mereka. Sesudah itu Ci Giok Phang bangun dan coba berjalan. Ternyata bisa. Kemudian mereka keluar. Sampai di depan Kok Siauw Hong berkata pada Kiauw Song Giam. "Kiauw Lo Cian-pwee, maaf kami telah merepotkanmu! Mungkin rumah ini sudah tidak layak ditempati lagi? Kiong Cauw Bun itu ayah nona Kiong Mi Yun. Aku kenal dengan nona Kiong, malah Pwee Eng dengannya seperti kakakberadik. Sekarang nona Kiong mungkin sudah ada di Kim-keeleng. Lebih baik Cian-pwee ke sana bersama kami. Di sana kita minta bantuan nona Kiong untuk menyelesaikan pertikaian Lo Cian-pwee dengan ayahnya. Bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Baiklah, Liu Beng-cu dan suaminya orang gagah yang sudah lama kudengar namanya. Tetapi aku belum punya kesempatan bertemu dengan mereka. Sekarang kesempatan itu ada. Mengapa aku tidak mau. Sekalipun nona Kiong tidak mau membantuku, di sana rasanya lebih aman jika aku di sana!" kata Kiauw Song Giam. "Benar," kata Kok Siauw Hong sambil tertawa. "Sekalipun Kiong Cauw Bun dibantu oleh iblis lain, mereka tidak akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berani ke sana! Mungkin di sana sudah ada Kong-sun Po maupun nona Kiong!" Sesudah itu diambil keputusan, Beng Teng akan mengantar Ci giok Phang ke Pek-hoa-kok yang lain ke Kim-kee-leng. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Kejadian di dunia ini sulit diduga. Ketika Kiong Mi Yun bertemu dengan Kong-sun Po, sekalipun mereka sudah dijodohkan oleh orang tuanya, tetapi nona Kiong Mi Yun tidak begitu menyukai Kong-sun Po. Setelah mereka bergaul lama sekarang Kiong Mi Yun benar-benar jatuh cinta. Sekalipun nona Kiong agak jengkel oleh sikap Kong-sun Po yang ketololtololan. Tetapi nona Kiong senang karena pemuda itu lugu dan jujur. Tidak heran kalau nona Kiong jatuh hati pada pemuda itu. Seperti kata Ci Giok Hian bahwa Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun sedang berbelanja. Selesai berbelanja mereka singgah di toko pakaian. Di toko itu nona ini menemukan dua buah pakaian yang cocok dengan tubuhnya. Dia langsung ganti pakaian di toko itu. Pemilik toko pakaian itu seorang nenek. Dia meminjamkan kamarnya pada nona Kiong untuk berganti

pakaian. Saat nona Kiong keluar dari kamar, nenek itu langsung berkata, "Oh, cantiknya! Kau seperti nona pengantin saja!" kata nenek itu. Mungkin nenek ini memuji nona Kiong karena dia menginginkan harga pakaian yang dijualnya jadi mahal. Wajah nona Kiong berubah merah. "Aku sudah ditunangkan dengan Kong-sun Po, tetapi pemuda itu seperti tidak mengetahuinya. Apakah perlu aku memberi tahu dia?'' pikir nona Kiong. "Nenek, kau ngawur saja!" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia menegur nenek itu tetapi sebenarnya dia girang sekali. Saat meninggalkan pulau Hek-hong, dia membawa beberapa butir emas sebesar-besar kelereng. Dia berikan sebutir pada nenek itu sebagai tanda pembayaran dua buah pakaian itu. Padahal emas itu cukup untuk ditukar dengan sepuluh buah pakaian. Sudah tentu nenek itu girang dan mengucapkan terima kasih. Di kota kecil itu terdapat sebuah rumah makan yang letaknya di tepi sungai. Rumah makan itu cukup besar dan mewah. Saat kedua muda-mudi ini melewati rumah makan itu, mereka mencium aroma masakan yang harum. "Hampir setengah bulan ini kita hanya makanan kering, hari ini kita bisa menikmati makanan lezat. Bagaimana kalau kita singgah di rumah makan ini?" kata nona Kiong. "Lebih baik jangan, sekarang Ci toa-ko sedang ada di penginapan sendirian," kata Kong-sun Po memberi alasan. "Sesudah makan nanti kita bawa makanan untuk Ci Toa-ko, jika kita pulang dan mengajaknya ke mari itu akan sangat merepotkan, ditambah lagi kau harus membawa-bawa payungmu, juga buntalan pakaian kita! Bukankah itu tidak enak dilihat?" kata Kiong Mi Yun. Kong-sun Po tersenyum sambil manggut. "Baik, aku menurut saja. Tapi ingat kau jangan terlalu banyak minum arak!" kata Kong-sun Po. "Baik," kata Kiong Mi Yun. Mereka masuk ke rumah makan dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Ketika pelayan menghampiri, langsung mereka memesan makanan dan arak. Sesudah meneguk beberapa cawan arak Kiong Mi Yun mengajak Kong-sun Po bicara. "Makanan dan arak di sini lebih enak dibanding di rumah makan Ngih Nih Lauw!" kata Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po tertawa. "Karena beberapa hari kurang makan apapun akan lezat rasanya," kata Kong-sun Po. Pada zaman Song seorang puteri hartawan tidak pernah keluar rumah. Di daerah Utara pun tidak sekolot itu, tapi mereka pun jarang keluar rumah. Sekarang ada seorang nona cantik makan di rumah makan. Hal ini mereka anggap melanggar adat-istiadat masa itu. Tidak heran jika kehadiran mereka telah menarik perhatian semua pengunjung di rumah makan itu. Walau nona Kiong tampak santai-santai saja, tapi Kong-sun Po merasa tidak enak hati. Saat itu Kiong Mi Yun sudah minum beberapa cawan arak, wajahnya sudah kemerahan. Hal ini jelas menambah kecantikan nona ini. Malah kelihatan nona Kiong mulai agak mabuk dan bicara. "Kong-sun Toa-ko, kau bilang ayahmu telah meninggal, benarkah begitu?" "Ya!" kata Kong-sun Po. "Tapi ibumu masih hidup, kan?" "Benar, Ibuku sekarang tinggal di kelenteng Kuang-beng-si bersama beberapa Lo Cian-pwee," kata Kong-sun Po. "Apakah ibumu pernah menceritakan tentang masa kecilmu?" tanya nona Kiong. Kong-sun Po memang sudah tahu ayahnya itu seorang penjahat besar, masa kecilnya pun merupakan pengalaman getir baginya. Saat dia mendengar pertanyaan nona Kiong, dia mengerutkan keningnya. "Ibuku tidak pernah cerita apa-apa. mungkin karena aku tidak pernah menanyakannya," kata Kong-sun Po. "Kenapa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah meneguk arak Kong-sun Po menjawab. "Masa kecilku itu sangat menyedihkan, untuk apa aku mengungkitnya lagi!" kata Kong-sun Po. Mendengarjawaban itu Kiong Mi Yun tertegun. "Pengalaman masa kecil yang menyedihkan, jadi kau juga tidak tahu tentang...." Tapi kata-kata nona Kiong tidak lanjut karena Kong Sun Po memotongnya. "Kau sudah tahu semuanya untuk apa kita ungkit lagi soal

itu?" kata Kong-sun Po. Kiong Mi Yun tersenyum. "Yang kumaksud bukan tentang masa kecilmu itu, tapi masalah lain," kata nona Kiong sambil tersenyum. "Mengenai masalah apa?" tanya Kong-sun Po. "Masalah....Aah, masalah....Ya, misalnya masalah yang menarik hati atau yang menggelikan," sahut nona Kiong. Mendengar ucapan nona Kiong tergagap-gagap Kong-sun Po tertegun dan keheranan. "Biasanya dia bicara blak-blakan, kenapa dia bicara gagap dan tersendat-sendat. Kenapa dia tidak berani berterusterang?" pikir Kong-sun Po. Melihat pemuda itu bengong, Kiong Mi Yun malah tertawa. "Kau tidak ingat?" kata si nona. "Bukan begitu, tetapi aku tidak tahu apa maksudmu," kata Kong-sun Po. "Misalnya.... Misalnya ketika kau masih kecil, apakah kau punya kakak atau adik. Atau mungkin yang lebih dekat dari kakak dan adik, tetapi kau sudah lupa mengenai mereka. Apa ibumu tidak pernah bercerita?" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pembicaraan nona Kiong yang berputar-putar itu sebenarnya karena dia ingin tahu, apakah Kong-sun Po sudah dijodohkan dengan seseorang atau belum? Tidak heran bukan jadi jelas malah hal ini membuat pemuda itu bingung bukan main. "Aah, nona Kiong terlalu banyak minum arak," pikir Kongsun Po. "Pantas bicaramu makin ngawur!" Kong-sun Po tertawa geli. "Ci Toa-ko barangkali mengkhawatirkan keadaan kita, lebih baik kita buru-buru pulang," kata Kong-sun Po lagi. "Aku belum puas minum, oh jadi kau takut aku mabuk ya?" kata si nona. Tiba-tiba terdengar suara gaduh. "Tangkap pencopet! Tangkap copet!" teriak orang itu. Salah seorang tamu di rumah makan itu dompet uangnya disambar seorang copet. Barangkali pencopet itu belum akhli, hingga ketahuan, dan terpaksa dia kabur. Beberapa orang tamu ikut mengejar copet itu. Karena ketakutan pencopet itu melemparkan dompet yang dicurinya. Saat itu Kiong Mi Yun bangun dari kursinya. Dia meletakkan sebutir uang emas di meja. "Tolong kau bayar makanan kita Toa-ko, aku mau pergi dulu sebentar. Kau tunggu saja di penginapan!" kata nona Kiong.

"Dompet itu sudah kukembalikan, jangan sakiti aku!" teriak pencopet itu. Tamu yang kehilangan dompet itu langsung menghitung uangnya, ternyata uangnya tidak berkurang. Maka itu dia berteriak pada tamu lain. "Sudah! Sudah biarkan dia pergi!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun malah mengejar pencopet itu. Para tamu itu keheranan menyaksikan si nona ikut mengejar copet itu. Kelihatan nona itu berlari cepat sekali. Kong-sun Po kaget. Dia ingin mencegah nona Kiong, tapi sudah terlambat. Saat dia akan mengejar nona Kiong, dia ingat harus membayar dulu makanan yang mereka santap. Dia cemas sekali dan berpikir. "Aah, karena terlalu banyak minum arak dalam keadaan mabuk Kiong Mi Yun akan membuat masalah!" pikir Kong-sun Po. Merasa sudah tertinggal jauh Kong-sun Po akhirnya tidak jadi mengejar nona Kiong. Dia langsung berpikir. "Aku rasa dia tidak mabuk terlalu parah," pikir pemuda ini. "Tidak mungkin dia tidak bisa pulang sendiri ke penginapan. Lebih baik aku pulang seperti katamya, aku tunggu di penginapan saja!" Kong-sun Po kembali ke penginapan. Saat sampai dia tidak melihat Ci Giok Phang di kamarnya. Tidak lama pemilik penginapan menemuinya. "Kebetulan!" kata Kong-sun Po. "Aku akan bertanya padamu. Tuan. Ke mana perginya temanku?" "Sebaliknya aku ingin bertanya padamu, kalian ini siapa?" kata pemilik penginapan sambil mengawasi tamunya. "Bukankah sudah kami bilang, kami para pengungsi dari Lok-yang, mau ke selatan untuk mencari famili kami," jawab Kong-sun Po. Pemilik penginapan menatap pemuda itu. "Tetapi kawanmu itu bisa melompat tinggi lewat jendela," kata pemilik penginapan. "Aku kira kalian bukan pengungsi biasa!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eeh, kenapa Ci Toa-ko memperlihatkan kepandaiannya di tempat umum?" pikir Kong-sun Po dengan wajah tetap tenang.

Dia mantan piauw-su dari Houw-wie-piauw-kiok di Lokyang, pasti mereka bisa ilmu silat. Karena tentara Mongol menyerang Lok-yang, pemilik ekpedisi itu menutup usahanya dan mengungsi. Apa dia melompat ke atas genting?" kata Kong-sun Po. "Oh, jadi kalian bekas piauw-su?" kata pemilik penginapan itu. "Maaf, aku tidak melihat orang yang dikejarnya. Sekarang aku sudah tahu siapa kalian ini!" Semula barangkali pemilik penginapan mengira tamutamunya itu orang jahat, sesudah tahu mereka bekas piauwsu hatinya jadi lega. Sebenarnya Kong-sun Po tidak pernah berbohong, tetapi karena terpaksa kali ini dia melakukannya. Dia lihat pemilik penginapan itu puas. "Kawanku ini keterlaluan, tanpa bilang apa-apa dia langsung pergi!" kata Kong-sun Po. "Barangkali kawanmu itu melihat maling, lalu mengejarnya!" kata pemilik penginapan. "Mungkin juga begitu," kata Kong-sun Po. "Baiklah, akan kutunggu dia. Nanti akan kutanyakan siapa yang dikejarnya?" kata pemuda ini. Pemilik penginapan itu kelihatan puas, dia langsung pergi. Kong-sun Po masuk ke kamar dan menguncinya. Setelah itu dia memeriksa kamar dan melihat ada pecahan batu atau genting yang masih melekat di payung besinya. Kong-sun Po mengerutkan dahinya. "Hari ini aku menemukan dua kejadian aneh. Pertama Mi Yun yang pergi mengejar pencopet. Kedua, Ci Toa-ko mungkin telah bertarung dengan orang. Kemudian dia terpancing dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengejar lawannya?" pikir Kong-sun Po. "Aah, lebih baik aku tunggu saja sampai mereka kembali ke sini!" -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Kiong Mi Yun yang mengejar pencopet itu sudah sampai di tepi sungai, nona Kiong langsung membentak. "Tio Keng! Apa kau tidak mau berhenti?" kata nona Kiong. Orang itu menoleh sambil tertawa. "Maafkan aku. Nona Kiong!" kata Tio Keng. Mata nona Kiong mendelik ke arahnya. "Hm! Kau tidak berguna jadi pencopet segala!" Nona Kiong mengenali Tio Keng karena orang itu pegawai ayahnya. "Jika aku tidak berbuat begitu, bagaimana aku bisa memancingmu agar kau mau keluar dari penginapan?" kata Tio Keng. "Mau apa kau memancingku ke luar?" kata si nona.

"Apakah Ayahku sudah sampai ke mari?" kata Kiong Mi Yun. "Benar, To-cu sudah sampai, Nona!" kata Tio Keng. Kiong Mi Yun kaget tetapi juga girang. "Sekarang Ayahku ada di mana? Cepat bawa aku menemuinya!" kata si nona. Sebelum menjawab permintaan nona itu, Tio Keng balik bertanya. "Nona, siapa pemuda yang duduk makan bersamamu?" kata Tio Keng. "Kenapa kau ingin tahu siapa dia?" kata si nona. "Hm! Aku tahu!" kata Tio Keng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa?" tanya si nona. "Bukankah dia Kong-sun Kong-cu? Iya, kan? Nona kau tidak tahu, To-cu sedang mencarinya!" kata Tio Keng. "Dia belum tahu siapa aku, kau jangan sembarangan memanggilnya! Tetapi Ayahku sudah tahu aku bersamanya. Kenapa Ayah tidak datang bersamamu?" kata nona Kiong. "To-cu tidak tahu kalian ada di rumah makan itu, dia menyuruhku mencarimu. Malah beliau juga mencari kalian ke penginapan-penginapan!" kata Tio Keng sambil tertawa. "Baik, kalau begitu aku harus segera ke penginapan menunggu Ayahku!" kata si nona. Saat nona Kiong akan meninggalkannya, Tio Keng malah memanggilnya. "Tunggu sebentar, nona Kiong!" kata Tio Keng. "Kau mau bicara apa lagi, lekas katakan!" kata si nona. "To-cu sudah mengetahui tentang kalian dari Chu Tay Peng dan kawan-kawannya. Tetapi entah dari mana ayahmu bilang kau dan Louw-ya (calon suami nona Kiong) mau ke Kim-keeleng. Maka itu di sepanjang jalan wajah To-cu jadi kurang sedap dilihat! Dia bilang kalau begitu aku takut.... takut..." "Kau takut apa? Oh, kau takut Ayahku akan membunuh Kong-sun Po?" kata nona Kiong. Tio Keng mengangguk mengiakan. "Benar, malah aku takut kau juga tidak akan luput dari hukuman ayahmu! Itu sebabnya aku mencarimu dengan diamdiam untuk memberitahumu! Aku harap kau pulang ke penginapan dan jangan bersama-sama dengan Kouw-ya! Kita lihat dulu bagaimana Kouw-ya dihukum oleh ayahmu, baru kau temui ayahmu!" kata Tio Keng.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mendengar keterangan dari Tio Keng bukan main terkejutnya nona Kiong. "Baik, terima kasih," kata nona Kiong. "Tetapi aku tetap harus kembali ke penginapan!" Kiong Mi Yun langsung meninggalkan Tio Keng, karena dia khawatir ayahnya akan melukai Kong-sun Po. Di penginapan Kong-sun Po menunggu kedatangan dua kawannya dengan cemas. Nona Kiong pergi sudah cukup lama. Ketika nona Kiong sudah kembali, Kong-sun Po sedikit lega. "Eh, kau ini memang sering usil dan mau ikut-campur urusan orang lain saja! Apa kau berhasil mengejar pencopet itu?" kata Kong-sun Po. "Jangan kau pedulikan pencopet itu," kata Kiong Mi Yun. "Tadi saat kau pulang apa kau bertemu dengan seseorang?" "Tidak," jawab Kong-sun Po. "Tapi entah ke mana Ci Toako. Lihat ini!" Dia menunjukkan payung besinya. "Kelihatannya payungku ini terkena batu bata yang disambitkan seseorang, mungkin Ci Toa-ko mengejar orang itu!" kata Kong-sun Po menyambung ceritanya. Kiong Mi Yun sedikit terperanjat karena tahu siapa orang yang menyambit Ci Giok Phang itu. "Pasti orang itu Ayahku!" pikir Kiong Mi Yun. "Mungkin Ayahku mengira Ci Toa-ko itu Kong-sun Po!" Tetapi nona Kiong merasa canggung untuk menjelaskan bahwa orang yang dilihat oleh Ci Giok Phang itu ayahnya. Akhirnya nona Kiong tertawa. "Baiklah, kau tunggu di sini dulu biar aku yang mencari Ci Toa-ko!" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil berkata. "Tidak, kita pergi bersama-sama saja!" kata pemuda itu. "Jangan! Jangan! Biaraku saja yang mencarinya, kau.... kau tidak boleh ikut denganku!" kata si nona. Kong-sun Po tertegun. Dia awasi Kiong Mi Yun dengan mata terbelalak. Karena nona Kiong menolak pergi bersama, pemuda ini akhirnya menurut. Dia tetap menunggu di penginapan. Kiong Mi Yun langsung pergi akan mencari Ci Giok Phang, dia khawatir jika bertemu dengan ayahnya akan bentrok. Dugaan nona Kiong memang benar, tak lama sesudah sampai di luar kota dia sudah melihat Ci Giok Phang tergeletak di tepi jalan. Nona

ini kaget bukan kepalang, dia papah Ci Giok Phang dengan perasaan cemas. "Ci Toa-ko, siapa yang melukaimu? Bagaimana keadaanmu?" kata nona Kiong. Mengetahui ada yang memapah dan bertanya Ci Giok Phang membuka matanya. Dia langsung mengenali nona Kiong. Tetapi mulutnya tidak bisa bicara. Sebenarnya Kiong Mi Yun sudah tahu, siapa yang melukai pemuda itu. Ci Giok Phang terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang ayahnya. Muka Ci Giok Phang tampak kehitaman terutama di tengah kedua alisnya. Dia bertanya karena berharap Ci Giok Phang tidak parah terkena pukulan itu. Sekarang nona Kiong sadar Ci Giok Phang terkena pukulan sangat parah, ini membuat hati nona Kiong berdebar-debar. "Dugaanku tak salah, Ayah salah duga. Dia kira Ci Toa-ko itu Kong-sun Toa-ko. Oh, apa yang harus kulakukan?" pikir Kiong Mi Yun bingung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun nona Kiong pernah berlatih Cit-sat-ciang, namun Iwee-kangnya masih lemah, maka itu dia tidak bisa memunahkan racun pukulan itu. Nona Kiong cemas bukan kepalang, dia juga mencemaskan keselamatan Kong-sun Po. Dia bingung dan bimbang, apakah dia harus kembali memberitahu Kong-sun Po agar pergi dari penginapan, atau menolong Ci Giok Phang dulu yang keracunan. Nona Kiong yakin, setelah ayahnya tahu dia salah melukai orang, pasti dia akan mencari Kong-sun Po. Jadi keberadaan Kong-sun Po di penginapan itu sangat berbahaya. Jika dia pergi ke penginapan, bagaimana dengan Ci Giok Phang? Ketika dada pemuda itu dia raba, dia senang karena denyut jantung pemuda itu masih berdenyut. Nona Kiong girang bukan kepalang. "Luar biasa lwee-kang Ci Toa-ko, sekalipun telah terluka oleh pukulan Ayahku, tapi dia masih hidup dan bisa tertolong," pikir nona Kiong. "Tapi jika aku ke penginapan mencari Kongsun Toa-ko, lalu siapa yang menjaga dia?" Tanpa ada yang menjaga Ci Giok Phang tidak mungkin nona Kiong meninggalkan pemuda itu begitu saja. Saat itu mendadak ada seekor kuda putih sedang dilarikan cepat sekali. Ketika diperhatikan penunggang kuda putih itu seorang nona. Nona Kiong memperhatikan penunggang kuda putih itu, dia seperti mengenalinya. Tetapi saat itu nona Kiong sedang bingung sekali, dia jadi lupa siapa nona itu? Di mana dia pernah melihatnya? Ditambah lagi kuda putih itu dilarikan dengan cepat, dalam sekejap saja sudah tidak kelihatan

bayangannya lagi. Sayang lari kuda itu cepat sekali dengan demikian nona Kiong tidak sempat memanggil nona yang naik kuda itu. Tetapi tak berapa lama muncul lagi seekor kuda berlari cepat. Sekarang penunggangnya seorang pria tampan. Saat melihat Kiong Mi Yun sedang menunggui Ci Giok Phang, penunggang kuda itu melihatnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera dia turun dan menghampiri mereka. "Eh, bukankah dia Ci Kong-cu?" kata penunggang kuda itu. Ci Giok Phang mengangguk, sedang Kiong Mi Yun girang karena ada yang kenal dengan Ci Giok Phang. Sesudah nona Kiong bertanya pada orang itu, dia segera mengetahui bahwa orang itu bernama Beng Teng. Nona Kiong merogoh sakunya, lalu dia melemparkan serenceng mutiara ke arah Beng Teng, dan mengatakan bahwa itu sebagai biaya mengantarkan Ci Giok Phang ke Pek-hoa-kok. Sesudah itu nona Kiong buruburu pergi ke penginapan. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 38

Sementara itu Kong-sun Po yang ada di penginapan sendirian sedang menunggu Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang kembali. Hati pemuda ini cemas bukan main. Kepergian nona Kiong sudah cukup lama. Ketika mendengar ada orang yang mengetuk pintu kamarnya perlahan-lahan, Kong-sun Po girang. "Mi Yun, kau sudah kembali?" kata pemuda itu. Dia menghampiri pintu kamar akan membukakan pintu, namun saat pintu terbuka mata Kong-sun Po terbelalak. Ternyata orang itu bukan Kiong Mi Yun, tapi seorang nona yang tidak dikenalnya. Nona itu sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Begitu melihat nona yang tidak dikenalnya dia jadi heran. "Siapa kau?" kata Kong-sun Po. Nona itu tersenyum manis. "Kau tidak perlu tahu siapa aku, bukankah kau yang bernama Kong-sun Po?" kata nona itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," kata Kong-sun Po sambil mengangguk. "Mohon tanya nona ini siapa?" "Jangan banyak bertanya, kau harus segera meninggalkan tempat ini," kata nona itu.

Kong-sun Po tertegun. "Kenapa aku tidak boleh bertanya, aku..." Nona itu mengerutkan alisnya, kelihatan dia tidak sabar ketika melihat Kong-sun Po ayal-ayalan. "Hm! Kau terlalu rewel, tahukah kau, mertuamu ingin membunuhmu?" nona itu menjelaskan tanpa menunggu Kongsun Po selesai bicara. Mendengar keterangan itu Kong-sun Po terperanjat bukan kepalang. Dia tatap nona itu dengan mulut ternganga, sesaat kemudian baru bicara. "Mana aku punya mertua? Dari mana datangnya mertuaku itu?" kata Kong-sun Po kebingungan. Sekarang giliran nona itu yang melongo keheranan. Dia perhatikan pemuda yang ada di depannya itu. "Sebelum kau membukakan pintu untukku, tadi kau kira aku Kiong Mi Yun, kalau begitu pasti kau bersamanya. Iya kan? Bukankah kau sekarang sedang menunggui dia di sini?" kata nona itu. "Benar! Lalu kenapa?" Nona itu tertawa mendengar pertanyaan itu. "Jangan bohongi aku, aku sudah tahu hubunganmu dengan Kiong Mi Yun!" kata nona itu. Kelihatan Kong-sun Po kurang senang. "Apa maksudmu? Hubungan apa? Harap nona jangan bicara sembarangan!" kata Kong-sun Po. "Dia dan aku hanya hubungan antara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kawan saja. Jika kau sedang mencarinya, silakan masuk kau tunggu dia di sini!" "Terlalu, apa dia ini sinting?" pikir Kong-sun Po. "Dia pasti kawan Mi Yun, saat melihat aku berduaan dengan Mi Yun dia salah sangka!" Nona itu tertawa cekikikan. "Hm! Aku tahu sekarang! Rupanya Mi Yun belum bicara terus-terang kepadamu!" kata nona itu. "Mengenai apa?" kata Kong-sun Po bertambah heran. "Orang tua kalian bersahabat baik, sejak kecil kalian sudah ditunangkan saat umurmu baru satu tahun, sedangkan Mi Yun baru lahir. Kemudian terjadi penyerbuan ke perkampungan Keluarga Suang. Ayah Kiong Mi Yun bersama keluargamu pindah ke seberang lautan, kalian putus hubungan. Maka itu kau tidak tahu masalah ini!" kata nona itu. "Nona, kita tidak saling mengenal, dari mana kau tahu begitu jelas tentang hubungan keluarga kami?" kata pemuda itu kurang yakin. "Jika aku ceritakan akan panjang sekali, sedang kau harus

segera pergi dari sini, jika tidak pasti celaka!" kata nona itu. "Baik, aku anggap kata-katamu itu benar," kata Kong-sun Po, "tapi katakan, kenapa mertua lelakiku ingin membunuhku?" "Kau tidak yakin pada ucapanku? Sesudah kau berada di Kim-kee-leng dan bertemu dengan Hong-lay-mo-li, kau akan tahu semuanya! Aku yakin Kiong Mi Yun tidak akan kemari lagi. Kunasihati kau agar jangan jalan bersamanya. Aku tidak perlu banyak bicara, cepat kau pergi!" kata nona itu. Kemudian nona itu membalikkan tubuhnya dan langsung pergi tanpa menghiraukan Kong-sun Po yang bengong keheranan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tunggu, Nona! Aku ingin tahu, siapa ayah nona Kiong itu?" kata Kong-sun Po. Tanpa menoleh lagi nona itu menjawab. "Rupanya kau tidak percaya keteranganku! Nama ayah Kiong Mi Yun itu Kiong Cauw Bun! Majikan pulau Hek-hong. Dia mahir ilmu Cit-sat-ciang dan Tan-ci-sin-thong. Nah, kau puas bukan?" kata si nona. Saat itu nona itu sudah jauh tapi dengan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek dia berkata lagi. "Jika kau tidak percaya pada kata-kataku, berarti kau menunggu kematian! Aku tidak mau menemanimu mati! Oh, ya! Aku hampir lupa mengingatkanmu! Jika mau ke Kim-keeleng, kau jangan lewat jalan raya, karena Kiong Cauw Bun menunggumu di sana!" kata nona itu. Saat itu nona itu sudah jauh sekali, hampir setengah li jauhnya. Maka itu Kong-su Po kagum oleh kepandaian nona itu. "Dia sebaya dengan Mi Yun," pikir Kong-sun Po. "Tetapi nona ini Iwee-kang dan gin-kangnya sangat tinggi!" Sebenarnya Kong-sun Po kurang yakin pada keterangan nona itu, dia agak yakin karena nona itu tahu kejadian di perkampungan Keluarga Suangjuga tentang Kiong Mi Yun. "Heran dari mana dia tahu aku dan Mi Yun akan ke Kimkeeleng? Tetapi aku yakin dia tidak bergurau. Aku tidak kenal dia, untuk apa dia bergurau denganku?" pikir Kong-sun Po. Saat Kong-sun Po masih ragu pergi atau jangan, mendadak dia mendengar dari kejauhan suara seruling dan siulan, begitu mendengar suara-suara itu Kong-sun Po girang. "Rupanya Hwa Siok-siok (Paman Hwa) dan Tam Siok-siok datang, jadi aku tidak periu ke Kim-kee-leng dan aku akan tahu apakah benar atau bohong nona itu?" pikir pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po dengan Tam Yu Cong dan Hwa Kok Han sering bertemu di kelenteng Luang-beng-si. Itu sebabnya dia sangat kenal pada kedua orang itu. Kong-sun Po langsung menyambar payung besinya, dia melompat lewat jendela. Kebetulan saat itu pemilik penginapan melihatnya hingga matanya terbelalak karena kaget. "Untung sewa kamar mereka sudah lunas, jadi aku tidak rugi," kata pemilik penginapan. Dengan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek Kong-sun Po memberitahu pemilik penginapan. "Tuan, jika kedua temanku kembali, beri tahu mereka agar mereka menyusulku ke tempat tujuan. Aku menunggu mereka di sana!" kata Kong-sun Po. Saat pemilik penginapan itu menengadah ke atas genting, dia sudah tidak melihat Kong-sun Po lagi. "Aah, setankah dia? Begitu cepat dia menghilang?" pikirnya. Tak lama Kong-sun Po sudah sampai di luar kota. Dia lihat Siauw-auw-kcm-kun dan Bu-lim-thian-cun sudah ada di sana. Mereka bertemu dan girang bukan kepalang. "Aku dengar kau mengantarkan harta untuk para pejuang, dan dirampok di tengah jalan. Aku sangat mencemaskan kalian. Maka aku ke mari. Oh, ya bagaimana kau bisa ada di sini?" kata Siauw-auw-kan-kun Hwa Kok Han. "Paman Hwa, apa kau sudah ke Lok-yang?" kata Sun Po. "Sebenarnya aku ingin menemui Liok Pang-cu, tapi Lokyang sudah jatuh ke tangan musuh," kata Hwa Kok Han. Markas cabang di sana pun sudah musnah. Maka aku pikir mengapa aku harus ke sana? Aku bertemu Bong Cian di

kangzusi. com
Ciak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lo-san. Dia yang mem-beritahu aku mengenai kau telah dirampok!" kata Hwa Kok Han. "Aku mewakili para pejuang di See-lian-san, dan berhasil merampas kembali harta itu," kata Tam Yu Cong. Ketika itu aku bertemu dengan kawanmu Kok Siauw Hong. Dia bilang kau akan ke Kim-kee-leng, Benar begitu?"

Dia senang mendengar Kok Siauw Hong ternyata selamat. "Benar, apa kedua Siok-siok (Paman) juga mau ke sana?" "Aku mendapat tugas menyambut Tam Siok-siokmu," kata Hwa Kok Han. "Ternyata dia tidak butuh bantuanku, karena semua masalah itu sudah beres dan ini semua kuketahui dari Bong Cian, maka itu aku menyusul ke mari. Tapi karena Paman Tam mengundangku ke See Lian San, maka aku baru akan kembali setengah tahun lagi. Nanti jika kau bertemu dengan Kouw-kouwmu (Bibimu) beritahu dia tentang kepergianku ini!" "Baik, Paman." "Aku dengar dari Siauw Hong, kau dan Ci Giok Phang terkepung musuh. Apakah dia masih bersamamu?" kata Tam Yu Cong. "Semula ya, tetapi saat kami kembali ke penginapan dia telah menghilang," kata Kong-sun Po. "Bagaimana dia bisa menghilang?" kata Tam Yu Cong. Melihat Kong-sun Po bingung, Hwa Kok Han berkata pada pemuda itu. "Kau menemui masalah apa, katakan pada kami!" kata Hwa Kok Han. "Memang, aku sedang menghadapi suatu masalah yang sangat aneh," kata Kong-sun Po. "Katakan saja, masalah apa?" kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingin bertanya pada Paman berdua, sebenarnya siapa Kiong Cauw Bun itu? "Kenapa kau tanyakan tentang dia?" kata Hwa Kok Han. "Ada seseorang mengatakan, mengatakan......" ucapan Kong-sun Po tidak tuntas. "Katakan, dia bilang apa?" kata Hwa Kok Han. Wajah Kong-sun Po kemerah-merahan. "Dia bilang majikan pulau itu adalah...adalah...eh punya hubungan denganku. Maka itu aku ingin tahu hal yang sebenarnya!" kata Kong-sun Po. Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong menghela napas. "Sebenarnya ibumu tidak ingin kau tahu masalah ini," kata Tam Yu Cong, "tetapi karena sekarang sudah ada orang yang memberitahumu, maka kami harus menjelaskannya padamu, agar kau tidak bingung. Baik akan kuberitahu. Benar dia adalah mertuamu!" Kong-sun Po kaget dan langsung bertanya. "Kenapa Ibuku tidak pernah bilang tentang hal itu?" "Mertuamu itu orang jahat! Saat kau berumur satu tahun, ayahmu yang mempertunangkan kau dengan puterinya.Tetapi

ibumu tidak setuju, itu sebabnya kau tidak diberitahu." kata Tam Yu Cong. Kong-sun Po melongo, dia ingat semua pertanyaanpertanyaan Kiong Mi Yun yang aneh itu. Sekarang dia baru mengerti semuanya. "Pantas berulang-ulang dia bertanya tentang ayahnya. Berbagai pertanyaan dia ajukan padaku. Rupanya dia ingin tahu apakah aku tahu tentang pertunangan itu atau tidak? Tadi di rumah makan pun samar-samar dia menanyakan masalah itu. Apa yang dia katakan memang benar. Tetapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kenapa dia mencariku hanya untuk menanyakan masalah itu?" pikir Kong-sun Po. Saat Kong-sun Po sedang berpikir, Hwa Kok Han bertanya padanya. "Siapa yang memberitahumu?" "Seorang nona yang tidak kukenal," jawab pemuda itu. Dia menceritakan tentang bentuk dan rupa nona itu. "Apa Paman kenal dia?" tanya Kong-sun Po. Sesudah berpikir sejenak Hwa Kok Han baru menjawab. "Jika dari tingkatan tua mungkin aku kenal, tetapi karena dia masih muda aku tidak mengenalnya. Dari ceritamu aku kira nona itu bermaksud baik padamu!" kata Hwa Kok Han. "Dia bilang apa lagi?" tanya Tam Yu Cong. "Katanya Kiong Cauw Bun ingin membunuhku!" kata Kongsun Po. "Jadi dia bilang Kiong Cauw Bun akan membunuhmu? Sudah tentu hal itu jangan kau percaya sepenuhnya, dan boleh juga kau percayai. Sebaiknya kau ikut saja bersama kami!" kata Tan Yu Cong. "Kiong Mi Yun dan Ci Toa-ko belum ketahuan ada di mana, masakan aku tinggalkan mereka begitu saja?" kata pemuda itu. "Aku khawatir justru Ci Giok Phang sudah bertemu dengan Kiong Cauw Bun! Saudara Tam kebetulan kau ada di sini, mari kita singkirkan Kiong Cauw Bun si bedebah itu!" kata Hwa Kok Han. Kong-sun Po kelihatan kaget. "Mi Yun sangat baik padaku, jika ayahnya dibunuh bagaimana aku bisa menemuinya lagi?" pikirnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia sudah duapuluh tahun kabur ke seberang lautan, apakah kejahatannya dulu tidak bisa kita ampuni?" kata Kongsun Po. Hwa Kok Han tertawa terbahak-bahak. "Jadi kau akan memintakan ampun bagi mertuamu?" kata Hwa Kok Han geli. Tapi sesudah itu dia berhenti tertawa dan berkata serius. "Ibumu tidak menghendaki kau menikahi gadisnya, maka itu kau boleh menganggap dia bukan mertuamu!" kata Hwa Kok Han. "Harap Paman jangan mentertawakan aku, aku hanya bicara mengenai masalah sebenarnya saja," kata Kong-sun Po. "Benar, berbuat kebajikan bagi orang lain memang diperbolehkan!" kata Tam Yu Cong. "Baiklah, jika kami sudah bertemu akan kami lihat, apaka dia sudah tobat atau belum? Semua itu akan kami pertimbangkan!" Sesudah itu mereka bertiga mengerahkan gin-kang memeriksa seputar tempat itu. Jaraknya sekitar sepuluh li persegi. Ternyata Kiong Cauw Bun tidak mereka temukan, mungkin sudah pergi. Tetapi dalam usahanya mencari Kiong Cauw Bun, mereka memperoleh keterangan yang berharga. Mereka dengar Beng Teng telah menyewa sebuah kereta dari seorang petani. Dia membawa Ci Giok Phang pergi ke Pek-hoa-kok. Keterangan itu diperoleh dari petani yang menjual keretanya pada Beng Teng. "Sekarang legakan hatimu, Beng Teng telah mengantarkan Ci Giok Phang pulang ke rumahnya," kata Hwa Kok Han. "Sekarang kau mau ke Kim-kee-leng atau ikut bersama kami?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po tahu makna ucapan Hwa Kok Han, jika dia ikut bersama mereka, maka dia tidak perlu takut pada Kiong Cauw Bun. Tetapi Kong-sun Po justru berpendapat lain. "Maaf, aku sudah berjanji pada Ci Toa-ko akan bertemu di Kim-kee-leng. Jadi aku tidak bisa pergi bersama Paman sekalian!" kata pemuda itu. "Kita memang harus menepati janji, kalau begitu aku tidak memaksa. Baiklah," kata Hwa Kok Han. "Seorang pemuda kepandaiannya perlu diasah," kata Tam Yu Cong menambahkan. "Jika tidak pernah menghadapi badai dia tidak akan maju. Tapi ingat Kiong Cauw Bun itu lihay. Aku sendiri satu lawan satu belum tentu menang! Jika kau bertemu dan bertarung dengannya, kau pasti akan terluka. Oleh karena itu jika kau akan ke Kim-kee-leng, hindari jalan raya. Kau pilih sajajalan setapak supaya tidak bertemu

dengannya." "Baik Paman Tam!" Kong-sun Po berpikir kata-kata Tam Yu Cong hampir sama dengan ucapan nona yang memperingatinya. Sesudah itu kedua orang tua itu meninggalkan Kong-sun Po sendirian. Sesudah berada sendirian Kong-sun Po mulai bingung dan pikirannya kacau. Sebenarnya dia berkeras ke Kim-kee-leng bukan karena Ci Giok Phang, tapi demi Kiong Mi Yun. Dia tahu Ci Giok Phang sudah diantar pulang, hatinya lega sekali. Sedang dia janji pada Kiong Mi Yun akan menunggu di penginapan. Sekarang dia tidak ada di sana, bukankah itu ingkar janji. "Ayahku jahat, dia mencelakai Ibuku, maka tidak heran jika Ibu sangat membenci Ayah juga kawan-kawannya! Tetapi Mi Yun gadis yang baik, mana boleh disamakan dengan ayahnya? Tetapi Ibuku tidak setuju aku menikah dengan gadis sahabat Ayah. Bagaimana aku harus melawan kehendak Ibuku?" pikir Kong-sun Po. Hati pemuda ini benar-benar kacau.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukankah almarhum Ayahku juga seorang penjahat besar? Jika orang lain menganggapku anak penjahat besar, aku harus bagaimana? Pokoknya jangan pedulikan omongan orang lain. Aku boleh tidak menikahi nona Kiong, tetapi paling tidak aku harus menganggap dia sebagai sahabat baikku agar aku tidak mengecewakannya!" pikir Kong-sun Po. Kong-sun Po sudah berjanji akan ke Kim-kee-leng bersama Kiong Mi Yun, tetapi tadi Tam Yu Cong maupun Hwa Kok Han melarang dia mengambil jalan raya. Jika dia mengambil jalan setapak belum tentu dia akan bertemu dengan Kiong Mi Yun, maka itu terpaksa Kong-sun Po akan menunggu nona Kiong Mi Yun di dekat penginapan, karena dia berjanji akan kembali mencari Kong-sun Po ke penginapan. Baru sesudah bertemu nona itu mereka akan mengambil jalan kecil menuju ke Kimkeeleng. Sesudah ditunggu sekian lama Kiong Mi Yun belum juga kembali. Saat Kong-sun Po bertemu Tam Yu Cong dan Hwa Kok Han, nona Kiong sudah kembali ke penginapan. Sesudah menyerahkan Ci Giok Phang agar dikawal sampai ke Pek-hoakok, nona Kiong langsung kembali ke penginapan. Begitu melihat nona Kiong pemilik penginapan langsung memberi tahu nona Kiong. "Kawanmu sudah pergi, dia bilang nona langsung saja ke tempat tujuan, dia menunggu di sana!" kata pemilik penginapan.

"Aaah, pasti dia ke Kim-kee-leng?" pikir nona Kiong. Karena penasaran Kiong Mi Yun bertanya pada pemilik penginapan. "Kenapa dia meninggalkan aku, apakah dia bilang padamu?" kata Kiong Mi Yun. "Dia tidak bilang apa-apa," kata pemilik penginapan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat sikap pemilik penginapan dianggap aneh, Kiong Mi Yun menyerahkan uang emas padanya. "Kau pasti tahu sebabnya, katakan apa sebabnya dia meninggalkan aku jika kau beri tahu satu tail emas untukmu!" kata Mi Yun. Melihat uang emas itu pemilik penginapan kelihatan terbelalak matanya. "Terus terang kawanmu itu pergi bersama seorang nona," kata pemilik penginapan. Nona Kiong tertegun. "Seperti apa nona itu?" "Dia cantik tapi tidak kulihat jelas, larinya cepat sekali!" kata pemilik penginapan. "Sekalipun kau tidak melihat jelas, tapi potongan orang itu kau ketahui bukan? Apakah wajah nona itu bulat dan tubuhnya ramping?" kata Kiong Mi Yun. Pemilik penginapan berpikir sejenak, baru menyahut. "Benar begitu, barangkali nona itu kawanmu?" "Benar, aku kenal dia!" kata Kiong Mi Yun. "Terima kasih!" Dia tinggalkan penginapan itu. Saat itu dia ingat pada gadis yang naik kuda saat dia bersama Ci Giok Phang di tepi jalan. Ketika itu nona Kiong merasa mengenali nona itu, karena sedang bingung dia tidak ingat siapa nona itu? Saat dia sudah mulai tenang, akhirnya dia ingat pada nona itu. "Pasti dia nona Wan dari pulau Beng-shia-to!" pikir nona Kiong. Pulau Beng-shia-to terletak di Tong-hay (Laut Timur), tapi letaknya berjauhan dengan Hek-hong-to. Majikan pulau itu bernama Wan Ceng Liong, dia kawan baik ayah nona Kiong. Wan Ceng Liong berilmu tinggi. Kata ayahnya, dia bisa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menguasai Cit-sat-ciang juga berkat bantuan orang she Wan itu. Puteri Wan Ceng Liong bernama Wan Say Eng. Karena puteri satu-satunya, tidak heran kalau Wan Say Eng disayang

oleh ayahnya. Wan Ceng Liong sering berkunjung ke Hek-hong-to. Suatu hari dia datang bersama puterinya, itu lima tahun yang lalu. Usia nona Kiong saat itu sebaya dengan nona Wan, mereka baru berumur 15 tahun. Mereka hanya berkumpul selama tiga hari tiga malam. Tidak heran saat melihat nona berkuda putih itu, nona Kiong seperti mengenalinya. "Pasti Kakak Wan, dia tahu Ayahku datang ke Tiong-goan, maka itu dia suruh Kong-sun Toa-ko pergi! Dia sangat cerdas, aku rasa dia menganjurkan Kong-sun Toa-ko mengambil jalan kecil!" pikir nona Kiong. Dugaan nona Kiong tentang Wan Say Eng memperingati Kong-sun Po tidak salah, tetapi dia heran kenapa saat di jalan dia tidak menemuinya. Nona Kiong berpikir barangkali Wan Say Eng sudah lupa padanya. Kong-sun Po berpesan dia langsung ke tujuan, tetapi tidak memberitahu jalan mana yang dia tempuh, jalan besar atau jalan kecil? Karena itu Kiong Mi Yun mengira untuk menghindari ayahnya Kong-sun Po melewati jalan setapak, maka itu Kiong Mi Yun pun mengambil jalan kecil. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Ketika itu Kong-sun Po terus menunggu kedatangan nona Kiong di tepi jalan. Sampai hari sudah siang Kiong Mi Yun tidak muncul-muncul. Tentu saja Kong-sun Po cemas bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa dia terhalang sesuatu? Atau dia sudah langsung ke Kim-kee-leng?" pikir Kong-sun Po. Bosan menunggu akhirnya Kong-sun Po mengambil putusan kembali lagi ke penginapan. Melihat kedatangan pemuda ini pemilik penginapan memberi keterangan. "Semalam temanmu datang, tetapi sekarang sudah pergi lagi!" katanya. "Apakah dia meninggalkan pesan?" tanya Kong-sun Po yang hatinya agak lega. "Sekira sejam sesudah Tuan pergi, dia pulang. Langsung kusampaikan pesan Tuan kepadanya. Dia pun langsung pergi tanpa meninggalkan pesan apa-apa!" kata pemilik penginapan. "Aku sudah berjanji akan menunggu dia di tengah jalan, pasti dia lewat jalan besar!" pikir Kong-sun Po. Setiba di tempat sepi dia kerahkan gin-kangnya untuk menyusul nona Kiong. Lari pemuda itu begitu cepat hingga membuat orang yang berlalu-lintas terkejut dan heran. Tapi sesudah berlari cukup lama, pemuda itu belum juga

berhasil menyusul nona Kiong. Ketika Kong-sun Po sudah mulai kelelahan, mendadak dia melihat bayangan seorang gadis berkelebat di rimba di tepi jalan. Kong-sun Po tertegun dia menghentikan larinya. Ketika diawasi dia mengenali nona itu yang memperingati dia agar segera meninggalkan penginapan. Dia susul nona itu. "Eeh, kau! Kenapa kau ada di sini?" tanya pemuda itu. Nona itu menyahut seperti Kong-sun Po menyapanya. "Eeh kau! Kenapa kau tidak menuruti nasihatku?" katanya. "Kau lewat jalan ini, apa kau melihat nona Kiong?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia tahu ayahnya datang, jadi dia harus ikut dengan ayahnya," kata nona itu. "Jika tidak demikian, pasti dia bersembunyi! Mana berani dia lewat jalan ini?" "Dia sudah berjanji denganku, lagipula dia bernyali besar, pasti dia lewat jalan ini!" kata Kong-sun Po. Seperti dugaan Kiong Mi Yun nona itu memang benar Wan Say Eng. Dia akhirnya tertawa. "Oh, jadi kau mengejarnya sampai kau berkeringat. Tidak kukira ternyata kau seorang pria sejati dan setia-kawan!" kata Wan Say Eng. Kong-sun Po menyeka keringatnya, wajahnya berubah merah. Wan Say Eng tertawa lagi. "Aku jadi iba padamu, memang aku melihatnya, tetapi dia tidak lewat jalan ini," kata Wan Say Eng. "Dia lewat jalan mana?" tanya pemuda itu. "Saat aku lihat dia sedang berdiri di tepi jalan," kata Say Eng, "tetapi bukan mengambil jalan ini. Di samping dia ada seorang pemuda tergeletak di tepi jalan, luka pemuda itu sangat parah. Aku lihat dia sedang berusaha mengobati pemuda itu." "Kapan?" "Semalam, saat aku pergi ke kota mencarimu di penginapan!" kata Wan Say Eng. Kelihatan Kong-sun Po kecewa. "Pasti dia menemukan Ci Toa-ko dalam keadaan terluka parah, lalu dia menyuruh Beng Teng mengantarkan pemuda itu ke Pek-hoa-kok, dan kembali mencariku," pikir Kong-sun Po. "Siapa pemuda yang terluka itu?" tanya Wan Say Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Temanku marga Ci!" kata Kong-sun Po. "Apakah kalian tinggal bersama dia di penginapan?" tanya Say Eng. "Ya." "Jadi benar!" kata Say Eng. "Apa yang benar?" tanya Kong-sun Po. "Pasti Kiong Cauw Bun mengira pemuda itu kau! Maka dia lukai pemuda itu!" kata Wan Say Eng. Walau Kong-sun Po sudah menduga, tetapi dia tetap kaget. "Setahuku Ci Toa-ko terluka parah, Beng Teng mengantarkannya ke Pek-hoa-kok. Sungguh celaka, ternyata dia terluka karena orang mengira dia itu aku!" pikir Kong-sun Po. Wajah Kong-sun Po berkeringat. "Bagaimana keadaan lukanya, apa kau melihatnya?" "Aku tidak melihatnya, dia terkena pukulan Cit-sat-ciangl" kata Wan Say Eng. Kong-sun Po sudah mendengar dari Tam Yu Cong bagaimana lihaynya pukulan Cit-sat-ciang itu. Begitu mendengar Ci Giok Phang terluka oleh pukulan itu, dia bertambah kaget. "Menurutmu bagaimana? Apakah jiwanya bisa tertolong?" kata Kong-sun Po. "Kecuali Iwee-kang temanmu bisa melawan Iwee-kang Kiong Cauw Bun, dia akan selamat. Sebaliknya jika tidak maka jiwanya tidak akan tertolong!" kata Wan Say Eng. Ucapan nona Wan itu bermaksud mengatakan bahwa jiwa Ci giok Phang sulit diselamatkan. Tampak Kong-sun Po bertambah cemas.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak kusangka aku malah menyeret Ci toa-ko dalam masalah ini! Lalu aku harus bagaimana?" kata pemuda itu. Wan Say Eng tertawa. "Lebih baik kau jangan pedulikan orang lain," kata Wan Say Eng. "Cepat pergi, jika tidak nyawamu akan melayang!" "Terima kasih atas maksud baikmu, tapi...." Ucapan Kongsun Po tidak tuntas. Wan Say Eng tertawa lagi. "Tapi hatimu masih bergelora, dan kau ingin tetap menunggu Kak Mi Yun dijalan ini, kan?" kata Wan Say Eng.

Wajah Kong-sun Po berubah merah. "Nona jangan mentertawakan aku," kata pemuda itu. "Kalau begitu, demi Kak Mi Yun kau harus menghindari ayahnya!" kata Wan Say Eng."Jika tidak kau akan mati dan hal itu akan menyebabkan Kak Mi Yun berduka seumur hidupnya," kata Wan Say Eng. "Belum tentu ayah Mi Yun mampu memukulku hingga binasa?" pikir Kong-sun Po. "Mati dan hidup itu takdir! Jika dia bermaksud membunuhku percuma saja aku menghindarinya. Nona aku belum tahu namamu, aku yakin kau kawan Mi Yun, kan?" "Namaku Wan Say Eng, aku juga tidak tahu apakah aku ini sahabatnya atau bukan. Beberapa tahun yang lalu aku menjadi tamunya. Aku senang bermain dengannya." kata Wan Say Eng. "Aaah, aku jadi heran," kata Kong-sun Po. "Apa yang kau herankan?" kata Wan Say Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Katamu kau kawan baiknya, tetapi kenapa ketika kau melihat dia sedang menolongi Ci Toa-ko, kau malah tidak menemuinya?". Mendengar pertanyaan itu Wan Say Eng tertawa. "Kak Mi Yun sangat cerdik, kau tidak secerdik dia! Hingga tentang hal itu kau tidak bisa menerkanya.'" kata Wan Say Eng. Wajah Kong-sun Po lagi-lagi merah. "Memang aku bodoh," katanya. Wan Say Eng tersenyum. "Itu demi dirimu" kata nona Wan. "Demi aku?" Mendadak Kong-sun Po sadar langsung berseru. "Ooh, betul! Sekarang aku mengerti. Karena kau melihat majikan pulau Hek-hong melukai temanku, kau takut dia akan mencariku, sehingga kau tidak punya waktu untuk menemuinya...." kata Kong-sun Po. "Masih ada satu sebab lain, tetapi jika kau tidak bisa menebaknya itu bukan berarti kau bodoh, lho!" "Apa sebabnya?" "Aku ingin mengadu otak dengan Kak Mi Yun. Dulu aku selalu kalah olehnya. Tetapi kali ini aku harus menang. Terusterang aku telah menyuruh orang memberikan kuda putihku kepadanya" kata Wan Say Eng. Sebenarnya saat bertemu pun Kong-sun Po ingin menanyakan ke mana kuda nona itu. Sekarang dia tahu kuda itu diberikan pada Mi Yun. "Aah, aku tahu Mi Yun itu nakal, tetapi tidak tahunya nona ini jauh lebih nakal dari Mi Yun!" pikir Kong-sun Po.

"Kau berikan kudamu padanya, tetapi kau sendiri tidak tahu dia mengambil jalan mana? Mana mungkin orangmu itu akan menemukan dia?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau terlalu banyak bertanya, tetapi tidak apa. Orang yang kusuruh mengantarkan kudaku itu pelayannya. Yaitu pencopet yang kalian lihat di rumah makan." "Oooh, begitu! Pantas kemarin dia tergesa-gesa mengejar pencopet itu!" kata pemuda ini. "Tadi kau bertanya, kenapa aku mau memberikan kuda putihku padanya, kan? Semua aku lakukan agar dia berpikir, hingga permainan ini jadi lebih seru!" kata Wan Say Eng. Kong-sun Po tetrtawa terpingkal-pingkal karena geli. "Kenapa kau tertawa? Mentetawakan aku, seperti anak kecil saja!" kata Wan Say Eng. "Benar, kau mirip Mi Yun, kalian seperti anak-anak!" Tiba-tiba wajah Wan Say Eng berubah serius. "Baik aku sekarang mau bicara serius. Aku kira sampai sekarang ayah nona Kiong belum pernah melihatmu! Aku dengar dia hanya melihatmu saat kau berumur satu tahun," kata Wan Say Eng. "Benar kan?" "Benar," kata pemuda itu. "Lalu kenapa?" "Sekarang berikan payungmu itu padaku," kata Wan Say Eng. "Memang kenapa?" "Dia tidak mengenalimu, namun dia tahu kau punya payung. Jika payung itu ada di tanganku, tidak masalah kau bertemu dengan dia." kata Wan Say Eng. Kong-sun Po menggelengkan kepala. "Maaf, payung pusaka ini tidak bisa kuberikan padamu." Kata pemuda itu. "Hm! Kau takut payung itu kuambil, kan?" Pemuda itu menggelengkan kepalanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan karena itu, tapi kalau aku takut dikenali karena payung itu, maka artinya aku bernyali kecil!" kata Kong-sun Po. "Aah, kiranya kau pemberani dan gagah. Nah, berikan payung itu padaku, boleh kan?" kata si nona. "Aku tidak berani menerima pujianmu," kata Kong-sun Po. Mata nona itu terbelalak.

"Kau ini bagaimana sih? Ini tidak boleh, itu tidak boleh! Bilang saja kau tidak mau memberikan payungmu itu. Tapi sekarang... aku harap kau anggap aku sebagai temanmu, berikan payung itu padaku! Jika kau bertemu dengan ayah Mi Yun, kau lawan dia dengan tangan kosong. Dengan demikian kau tidak akan dicemoohkan bernyali kecil. Begitu kan maumu?" Kelihatan pemuda ini jadi serba-salah. "Ucapan seorang ksatria harus bisa dipercaya, kecuali kau anggap aku bukan temanmu!" kata nona Wan. Ucapan nona ini membuat hati Kong-sun Po panas bukan main. "Baik, payung ini akan kuberikan padamu!" kata Kong-sun Po. Dia memberikan payung itu pada nona Wan yang diterimanya oleh nona Wan sambil tertawa. "Terima kasih," kata nona Wan. Mendadak terdengar suara toya menyentuh tanah. Maka berkatalah Wan Say Eng. "Sekarang aku ingin bermain-main dengan ayah Mi Yun, sementara kau menghadapinya, aku akan bersembunyi!" kata nona Wan. "Baik," kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po menganggap nona Wan takut pada ayah Mi Yun, maka dia mengangguk mengiakan. "Cepat kau bersembunyi!" kata pemuda itu. "Ingat! Menghadapi dia kau jangan menggunakan ilmu racun melawan racun!" pesan nona Wan yang menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek. Selang sesaat muncul seorang lelaki tua berjubah hijau, dia membawa-bawa toya yang mengkilap. Kong-sun Po langsung tahu itu pasti ayah Mi Yun. "Ci Toa-ko terluka olehnya, entah masih hidup atau sudah mati? Tetapi dia ayah Mi Yun!" pikir Kong-sun Po. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 39

Pada saat Kong-sun Po kebingungan bagaimana menghadapi Kiong Cauw Bun, lelaki berjubah hijau itu sudah berdiri di depannya. Kiong Cauw Bun terus mengamati pemuda ini dengan sorot mata tajam. Hal itu membuat bulu roma Kong-sun Po berdiri dan tubuhnya merinding. Kiong Cauw Bun seorang jago tua dunia persilatan, sekali lihat dia langsung tahu pemuda yang ada di hadapannya itu memilik Iwee-kang yang tinggi. Kelihatan jago tua ini terperanjat. "Dia masih muda, tetapi aku kira lwee-kangnya tinggi.

Mungkinkah dia ini Kong-sun Po?" pikir Kiong Cauw Bun. Pemuda itu berusaha menekan amarah yang ada di rongga dadanya. Dia awasi Kiong Cauw Bun dengan tajam. "Lo Cian-pwee, Anda punya petunjuk apa?" kata Sun Po. "Kelihatan kung-fumu lumayan, siapa gurumu?" tanya Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Boan-pwee (aku yang rendah, red) hanya berlatih kung-fu biasa saja," jawab Kong-sun Po, "jika kuberitahukan padanya, itu hanya akan menghina Guruku saja!" "Hm! Siapa kau?" bentak Kiong Cauw Bun sambil mendengus. "Aku hanya kebetulan lewat," jawab pemuda itu. "Siapa Lo Cian-pwee?" "Aku Kou-hun-su-cia! (Malaikat Pencabut Nyawa)" jawab Kiong Cauw Bun dingin. "Siapapun yang bertemu denganku, pasti sial!" "Aku punya kawan bermarga Ci, apa Lo Cian-pwee pernah bertemu dengannya?" tanya Kong-sun Po. "Ya, aku bertemu dengannya. Dia sudah binasa oleh sebuah pukulanku!" jawab Kiong Cauw Bun. Tanpa disadarinya, Kong-sun Po mengertakkan gigi sambil berkata dengan suara dingin. "Hek-hong To-cu, kau dengan dia tidak bermusuhan, kenapa kau lukai dia?" Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak. "Jika Lo-hu membunuh orang, tidak perlu ada alasannya," kata Cauw Bun. "Kau sudah tahu siapa aku, kenapa masih bertanya? Karena itu kau harus mampus! Cepat beri tahu namamu. Mungkin kau akan kuampuni!" "Jika kau bertanya dengan baik-baik, aku akan memberi tahumu! Seorang ksatria boleh kau bunuh tetapi tidak boleh dihina!" kata Kong-sun Po. Wajah Kiong Cauw Bun berubah. "Sekalipun kau tidak memberitahu, aku sudah tahu! Terimalah pukulanku!" kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Cauw Bun langsung menyerang, sedang Kong-sun Po pun sudah siap sejak tadi. Serangan Cauw Bun dia tangkis dengan jurus Tay-hang-pat-sek (Delapan jurus cengkraman), dia kerahkan dengan Iwee-kang yang diajarkan Beng Beng Tay-su.

"Buum!" Terdengar suara benturan keras sekali. Kong-sun Po terhuyung-huyung ke belakang tiga langkah. Tubuh Kiong Cauw Bun pun bergoyang. Saat Kiong Cauw Bun mengawasi ke arah pemuda itu, dia lihat wajahnya biasa saja. Sama sekali tidak ada gejala keracunan. Kiong Cauw Bun terkejut bukan kepalang bahkan heran luar biasa. Kiong Cauw Bun terkenal angkuh, maka itu pada anak muda dia tidak mengerahkan tenaga sepenuhnya. Tetapi dia gunakan delapan bagian tenaganya yang beracun. Ini dilakukannya karena dia tahu pemuda ini memiliki Iwee-kang yang tinggi. Saat menyerang dia yakin Kong-sun Po akan binasa, atau paling tidak pemuda itu akan terluka parah. Dia heran jangankan mati atau terluka, roboh pun anak muda itu tidak. Dia berlatih di seberang lautan sekian lama, dia mengira kepandaiannya sudah melebihi Hong-lay-mo-li dan suaminya, juga Tam Yu Cong. Tidak tahunya baru menghadapi anak muda yang tidak dikenalnya tubuhnya sudah bergoyang. Hal yang membuat heran, dia tidak tahu ilmu apa yang digunakan anak muda ini. Walau pengalamannya luas, tapi heran dia tidak tahu pukulan apa itu. Ilmu Tay-hang-pat-sek itu ilmu silat milik Keluarga Suang. Ilmu ini tidak pernah diturunkan pada orang lain. Ilmu ini ciptaan kakek Kong-sun Po dan diukir didinding ruang rahasia. Oleh karena itu hanya Kong-sun Po dan ibunya yang tahu. Kemudian ibu Kong-sun Po menurunkan ilmu itu pada Ciu Cioh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Khie dan Kiong Cauw Bun sahabat baik. Tetapi Kong-sun Khie tidak mengetahui tentang ilmu silat itu. Tidak heran jika Kiong Cauw Bun pun tidak diberitahu oleh ayah Kong-sun Po. Sedangkan Iwee-kang yang digunakan pemuda itu, Beng Beng Tay-su yang mengajarinya. Lwee-kang itu Iwee-kang aliran Buddha. Sesudah Beng Beng Tay-su menguasai tenaga dalam itu, dia jarang berkelana. Malah dia tidak pernah menggunakan Iwee-kang itu. Sesudah melongo sekian lama, Kiong Cauw Bun berpikir. "Apa aku salah lihat lagi? Barangkali bocah ini bukan Kongsun Po? Dia masih muda, tapi kepandaiannya demikian tinggi. Sepuluh tahun lagi kepandaiannya bisa berada di atasku. Aaah, aku tidak peduli apakah dia Kong-sun Po atau bukan, aku harus membunuhnya!" pikir Kiong Cauw Bun. "Bocah, terimalah pukulanku lagi!" kata Kiong Cauw Bun

yang sudah berpikir matang akan membunuh pemuda ini. Tampak Kiong Cauw Bun menggerakkan tongkatnya. Dia serang semua jalan darah Kong-sun Po yang berbahaya. Ilmu totok Kiong Cauw Bun sangat terkenal, sekali totok mampu menyerang ke tujuh jalan darah lawan. "Sungguh kejam ilmu totokmu itu!" bentak Kong-sun Po. Dengan cepat pemuda ini menghindar dari setiap totokan lawan, sekaligus dia melancarkan sebuah pukulan keras. Saat masih kecil Kong-sun Po digembleng oleh tiga guru silat yang mahir. Ilmu totok dia pelajari dari ayah Hong-laymoli, ilmu totok itu bernama Keng-sin-ci-hoat (Ilmu jari mengejutkan dewa). Ilmu ini sangat tinggi hingga ilmu totok Kiong Cauw Bun sulit menembusnya. Sayang Kong-sun Po tidak sungguh-sungguh, dia tak berani menggunakan Keng-sin-ci-hoat, padahal tenaga dalamnya kalah oleh Kiong Cauw Bun. Malah ketua pulau Hek-hong ini

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang dengan sekuat tenaga. Maka itu Kong-sun Po agak terdesak. Saat pemuda itu melancarkan serangan, Kiong Cauw Bun menangkis dengan toyanya. "Plaak!" Seketika itu juga pemuda itu roboh. Kiong Cauw Bun jadi bingung menerka siapa pemuda ini. Jika Kong-sun Po menggunakan Tan-sin-cihoat dia akan tahu siapa pemuda itu. Saat dia periksa toyanya agak cacat hingga membuat Kiong Cauw Bun kaget. Tapi tiba-tiba dia tertawa. "Hai bocah kau bisa kabur ke mana?" katanya. Saat akan roboh ke tanah, Kong-sun Po menggunakan jurus Leehita-teng (Ikan lele meletik). Tetapi pada saat yang bersamaan tongkat Kiong Cauw Bun mengarah ke kepala

pemuda itu. Saat itu diduga pemuda ini akan binasa. Tiba-tiba terdengar suara seruan. "Paman Kiong hentikan!" kata suara itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Say Eng muncul dari dalam rimba. Melihat nona Wan muncul Kiong Cauw Bun tersentak kaget. "Ooh, nona Wan, bagaimana kau bisa ada di sini?" kata Kiong Cauw Bun. "Paman Kiong, kenapa kau berkelahi dengan kawanku? Aku sedang berjalan bersamanya," kata nona Wan. "Oh, jadi dia ini temanmu? Tadi kau bersembunyi di mana? Mengapa kau tidak segera memberitahu aku?" kata Kiong Cauw Bun. Wan Say Eng malah tertawa. "Aku bersembunyi karena ingin melihat kung-funya! Bagaimana menurutmu Paman Kiong, buruk atau lumayan?" kata nona Wan. "Hm! Lumayan, sungguh lumayan. Siapa nama temanmu itu?" "Namanya Ciu Chu Kang," kata nona Wan berbohong. "Paman, dia tidak bersalah padamu, kenapa kau tega ingin membunuhnya?" Kong-sun Po merasa geli karena nona Wan sembarangan saja memberinya nama. Tetapi hatinya berguncang. "Nama kecilku Khi Ok (Kejahatan lenyap), Ibuku yang memberi nama begitu. Sekarang nona Wan memberi nama Chu Kang (Membasmi kejahatan). Khi Ok dan Chu Kang sama artinya. Eh, apa barangkali dia tidak sembarangan memberi nama padaku, tapi barangkali ada maksudnya?" pikir Kongsun Po. "Aneh sekali nama temanmu itu?" kata Kiong Cauw Bun. "Karena aku memandang mukamu, maka aku tidak akan membunuhnya! Tetapi kalian harus bicara terus-terang padaku!" Wan Say Eng cemberut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa sih. Paman Kiong begini garang! Baik, Paman mau bertanya apa?" kata nona Wan. "Kemarin aku melukai orang, dia bilang temannya. Apa kau tahu itu?" Sebelum menjawab Wan Say Eng balik bertanya. "Tahu

apa?" kata nona Wan. "Benar tidak kata-katanya? Lalu siapa orang itu?" kata Kiong Cauw Bun. "Dia temanku, kenapa aku harus berbohong," kata Sun Po. Wan Say Eng tertawa, "Aku tahu, orang itu tuan muda Pek-hoa-kok, namanya Ci Giok Phang, terus-terang dia temanku juga. Jelas karena dia temannya jadi temanku juga!" kata nona Wan. Wan Say Eng ingin bilang, dia kenal dulu Ci Giok Phang, baru dia kenal dengan pemuda ini. Kata-kata nona Wan ini ingin membebaskan Kong-sun Po dari kesulitan. Di balik ucapannya itu dia juga ingin menyatakan, bahwa dia dengan Kong-sun Po punya hubungan istimewa. Saat nona Wan menyebut nama Ci Giok Phang, dia heran. "Dia masih muda tapi pengetahuannya tentang Dunia Persilatan sangat luas. Dia banyak mengenal tokoh persilatan," pikir Sun Po. Sebenarnya Kiong Cauw Bun mulai curiga dan kurang senang atas kebohongan nona ini, tapi tidak dia ungkapkan. "Baiklah, karena kau bilang orang she Ci itu temanmu, benarkah kalian pernah bersama-sama dengan puteriku di penginapan? Apa kalian juga tinggal di sana bersama-sama?" "Tentu saja tidak, kami punya pasangan masing-masing, jadi tidak sekamar," kata Wan Say Eng. Kemudian nona ini tersenyum malu-malu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm, nona ini pandai bersandiwara, pasti Kiong Cauw Bun akan pusing menerkanya!" pikir Kong-sun Po. Benar saja Kiong Cauw Bun kaget dan pusing sekali. "Jadi lelaki yang dicintai puteriku itu orang she Ci yang aku lukai, bukan Kong-sun Po. Aah, masa bodoh! Yang penting aku harus lalui jejak puteriku pergi ke mana dia!" pikir Kiong Cauw Bun. "Kau tahu ke mana puteriku pergi?" "Tentu aku tahu, Kak Mi Yun akan ke Kim-kee-leng, bahkan aku juga tahu jalan yang dilaluinya," kata nona Wan. "Ke mana?" "Ke sana!" kata nona Wan sambil menunjuk ke arah barat. "Dia mengambil jalan kecil, cepat Paman kejar dia!" kata nona Wan. Dia tatap Wan Say Eng dengan tajam. "Benarkah? Kau tidak membohongiku?" kata Kiong Cauw Bun menegaskan. "Kalau Paman Kiong tidak percaya, ya sudah!" kata nona Wan manja. "Malah Tio Keng pelayanmu juga sedang menuju ke jalan itu! Paman boleh mengejarnya, dalam sejam kau

akan bertemu dengannya. Maka saat itu Paman akan percaya bahwa aku tidak membohongimu!" Kiong Cauw Bun membalikkan badannya akan pergi. Itu memang yang diharapkan oleh nona Wan. Tetapi tiba-tiba Kiong Cauw Bun berbalik lagi. Ini membuat nona Wan kaget bukan kepalang. "Ada apa lagi, Paman?" tanya si nona agak gugup sedikit. "Aku lupa bertanya, sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan bocah she Ciu ini?" kata Kiong Cauw Bun. Wajah nona Wan kemerah-merahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman, kok kau masih bertanya sih! Apa Paman belum percaya?" kata nona Wan. "Sungguh aku tidak bergurau, aku cuma ingin tahu kepastian saja!" katanya. Rupanya yang ada di benak Kiong Cauw Bun ini sangat jahat, jika hubungan nona Wan dan pemuda itu biasa-biasa saja, dia ingin membunuh pemuda itu. Tampak Wan Say Eng cemberut. "Paman Kiong ini bagaimana sih? Aku tidak tahu bagaimana harus mejelaskannya pada Paman. Terus-terang aku sendiri bingung. Sebenarnya kami berdua ini apa, teman biasa atau ... Aaah, aku tidak tahulah! Tapi Ayah menyuruhku membawa dia ke pulau Beng-shia-to untuk menemuinya. Jika Paman ingin tahu lebih jelas, lebih baik Paman tanyakan saja pada Ayahku!" kata nona Wan. Kelihatan Kiong Cauw Bun agak kaget. "Rupanya ayah nona ini ingin menjadikan pemuda ini menantunya. Apa benar begitu? Kalau begitu aku tidak boleh mengganggunya!" pikir Kiong Cauw Bun. "Hm!" Kiong Cauw Bun mendengus dingin. "Aku telah melukai Ci Giok Phang, teman kalian. Sedangkan tadi temanmu ini ingin membuat perhitungan denganku. Oleh karena itu aku harus bertanya padanya." Lalu dia awasi Kong-sun Po. "Saudara Ciu, apa kau masih ingin menuntut balas padaku?" kata Kiong Cauw Bun. Buru-buru nona Wan menggoyang-goyangkan tangannya. Tetapi Kong-sun Po yang masih gusar malah menjawab. "Jika temanku mati dan sekarang belum bisa membalaskan sakit hatinya, kelak pasti aku akan membuat perhitungan denganmu!" kata Kong-sun Po. Kiong Cauw Bun tertawa dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia terluka oleh pukulan Cit-sat-ciangku, mana mungkin dia masih hidup? Baik, aku terima tantanganmu itu!" kata Kiong Cauw Bun. Mendadak nona Wan tertawa. Mendengar tawa itu Kiong Cauw Bun tampak keheranan. Dia tatap nona itu dengan tajam. "Kenapa kau tertawa?" kata Kiong Cauw Bun. "Paman Kiong jangan bicara begitu, karena aku tidak yakin dengan satu pukulan Paman akan mampu membinasakan pemuda she Ci itu!" kata nona Wan. "Apakah Paman melihat sendiri dia telah mati?" "Sekalipun aku tidak melihatnya, namun dia terluka oleh Cit-sat-ciangku. Aku yakin dia tidak akan bisa hidup sebulan lagi!" kata Kiong Cauw Bun. Wan Say Eng tertawa. "Paman Kiong, kau barangkali sudah lupa. Ayahku dapat mengobati racun pukulan Cit-sat-ciang! Aku memang belum begitu mahir, namun aku juga dapat menyelamatkannya!" kata nona Wan. Kiong Cauw Bun langsung tahu maksud ucapan nona Wan itu. Dia langsung tertawa terbahak-bahak. "Ha, ha, ha bagus! Bagus sekali. Dengan demikian Saudara Ci tidak harus membalas dendam lagi padaku. Baiklah kita hapus saja permusuhan ini!?" katanya. Sesudah itu dia membalikkan tubuhnya dengan tanpa menoleh lagi dia berlalu. Sesudah Kiong Cauw Bun pergi, Kong-sun Po berkata pada nona Wan. "Nona Wan, aku ingin menanyakan dua hal padamu. Aku minta kau jawab dengan jujur!" kata Kong-sun Po. "Hm! Kau curiga aku bohong?" kata nona Wan sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau beritahu jalan yang ditempuh oleh nona Kiong, bukankah kau membohongi Kiong Cauw Bun?" kata Kong-sun Po. Nona Wan tersenyum. "Aku tidak bohong!" kata si nona. Mendengarjawaban itu Kong-sun Po terkejut bukan kepalang. "Mi Yun menempuh jalan kecii, kau beritahu ayahnya, bukankah itu... itu..." pemuda itu gugup seketika.

"Kau kelihatan gugup, jangan lupa aku sudah menghadiahkan kuda putihku padanya? Kusuruh Tio Keng memberikannya pada Kak Mi Yun!" kata nona Wan. Sesudah berpikir sejenak dia mengangguk. "Kau benar, karena Mi Yun naik kuda maka ayahnya tidak akan dapat mengejarnya," kata pemuda itu. "Kuda itu kuda jempolan," kata nona Wan. "Mana mungkin ayah Mi Yun bisa mengejarnya Nah, sekarang kau tidak perlu panik. Dia tidak akan bisa mengejar puterinya, kau juga tidak akan bisa mengejarnya. Nanti di Kim-kee-leng baru kalian bertemu dengannya!" "Mi Yun pasti selamat, maka itu aku tidak perlu tergesagesa menyusul dia. Aku....aku..." Wan Say Eng tersenyum. "Kau kenapa? Oh, ya tadi kau akan menanyakan satu hal lagi!" kata nona Wan. "Apa itu?" "Benarkah kau bisa memunahkan racun Cit-sat-ciang!" "Benar! Kau kira aku membohongi ayah Mi Yun?" "Nona Wan maukah kau membantuku?" "Kau ingin aku mengobati Ci toa-komu?" "Benar, bukankah kau bilang dia itu temanmu juga?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Say Eng menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau tidak curiga aku berbohong?" "Jadi benar kau kenal Ci Giok Phang?" kata Kong-sun Po sambil tertawa. Wan Say Eng mengangguk. "Benar, tapi aku sedikit berbohong!" Bohong sedikit, apa maksudmu?" "Aku cuma kenal dengan adiknya. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan adiknya!" kata nona Wan. Kong-sun Po kaget juga girang. "Kau kenal Ci Giok Hian? Dari Giok Phang aku dengar dia mau pulang, tapi kakaknya curiga dia tidak pulang. Sesudah berpisah di rumah keluarga Han. Di mana kau bertemu dengan dia?" kata Kong-sun Po. "Aku bertemu di kota Liu-hoo, dia jalan bersama seorang pemuda," kata nona Wan menjelaskan. "Kota Liu-hoo! Jadi mereka akan ke Kang-lam. Apa kau kenal siapa pemuda yang menyertainya?" kata Kong-sun Po. Kong-sun Po heran calon suami nona Ci, Kok Siauw Hong, selalu bersamanya. Tapi ia tahu Kok Siauw Hong terkena panah musuh, lalu pemuda yang bersama nona Ci itu siapa? Begitu yang ada di benak Kong-sun Po saat itu. "Aku tahu, nama pemuda itu Seng Liong Sen, dia murid

Kang-lam Bu-lim Beng-cu (Ketua Kaum Persilatan Kang-lam), namanya Bun Ek Hoan!" kata nona Wan. Sebenarnya aku hanya kenal dengan Liong Sen, sesudah bertemu mereka di Liu-hoo, baru aku tahu nona itu bernama Ci Giok Hian!" Pemuda ini tertegun. "Aneh sekali, bagaimana dia bisa berjalan bersama-sama Seng Liong Sen?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Say Eng tertawa. "Eh, kau jangan usil urusan orang lain! Kenapa, memang nona Ci tidak boleh bersama Seng Liong Sen? Memangnya ada hubungan apa denganmu?" kata nona Wan. Pemuda itu menggelengkan kepalanya, dia bertanya begitu karena merasa aneh saja. "Sudah kita bicarakan masalah lain saja," kata pemuda itu. "Maukah kau mengobati Ci Giok Phang?" Wan Say Eng tersenyum. "Kau setia kawan pada temanmu, tapi...." "Tapi kenapa?" "Terus-terang aku bukan usil pada urusan orang lain," kata nona Wan. "Aku membantumu agar kau terhindar dari tangan jahat! Tahukah apa sebabnya?" "Aku tidak tahu!" kata pemuda itu jujur. "Itu demi Kak Mi Yun, lho!" Pemuda itu mengangguk. "Nona Wan, menolong seseorang itu satu perbuatan yang bijaksana, aku mohon kau mau menolong Ci Giok Phang!" kata Kong-sun Po. "Membantu sih boleh, tapi bagaimana kau membalas kebaikan itu?" tanya Wan Say Eng. Pertanyaan nona Wan itu membuat Kong-sun Po jadi melongo. Karena jujur dan lugu, dia tidak tahu kalau membantu orang lain itu harus ada balasannya. "Ya, jika kau membantu menyelamatkan Ci Toa-ko, nanti jika kau butuh tenagaku aku akan membantumu dengan tidak menghiraukan nyawaku!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak butuh balasan begitu," kata nona Wan. "Aku tidak ingin sampai kau mengorbankan nyawamu." Kong-sun Po tertegun. "Kalau begitu, bagaimana aku harus membalas budimu?"

"Aku hanya ingin kau mengabulkan satu permintaanku saja," jawab nona Wan. "Mengenai apa?" kata Kong-sun Po. Wan Say Eng tersenyum manis. "Sayang sekarang belum terpikir olehku," kata nona Wan. "Nanti baru akan kuberitahukan padamu!" Pemuda itu mengerutkan keningnya. "Aah, bagaimana jika aku tidak bisa melaksanakan permintaanmu itu?" "Jangan resah, karena aku tidak akan menyuruhmu melakukan hal yang melanggar perikemanusiaan. Malah aku pikir kau akan mampu melaksanakannya!" kata Wan Say Eng. Mendengar keterangan itu legalah hati Kong-sun Po. "Baik, kalau begitu aku kabulkan!" kata dia. Wan Say Eng tersenyum. "Bagus. Sekarang juga kita ke Pek-hoa-kok! Tapi ini akan menghalangimu untuk segera bertemu dengan Kak Mi Yun!" kata nona Wan menggoda. Wajah Kong-sun Po langsung merah. "Nona Wan jangan bergurau. Aku akan menemanimu ke Pek-hoa-kok dulu." Kata pemuda itu. Sekalipun dia berkata begitu otaknya berpikir lain. "Aku yakin pasti Mi Yun cemas, jika sampai di Kim-kee-leng dia tidak bertemu aku. Tetapi jika dia mengerti pasti dia tidak akan menyalahkan aku tidak tepat janji!" pikir Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Wan Say Eng masuk ke dalam hutan, tak lama ketika kembali di tangannya tergenggam payung pusaka milik Kong-sun Po. "Nih, payungmu! Baik kita berangkat," kata nona Wan. "Payung ini sudah kuberikan untukmu, lho!" kata pemuda itu. Wan Say Eng tertawa geli. "Hi, hi, hi, dasar bodoh! Kau kira aku sungguh-sungguh menginginkan payungmu? Terus-terang payung itu aku minta darimu agar Kiong Cauw Bun tidak mengetahui kau ini Kongsun Po, lho!" kata nona Wan. "Ooh, begitu!" kata Kong-sun Po sambil tersenyum. Baru berjalan belum lama Wan Say Eng tertawa. "Saat aku bicara dengan ayah Kak Mi Yun, pasti kau curiga aku berbohong. Namun, ada satu kata-kataku yang justru tidak kau tanyakan apa aku bohong atau tidak?" kata nona Wan. Kong-sun Po tercengang. "Kata-kata yang mana?" "Waktu kubilang aku akan membawamu menemui Ayahku!" "Mengenai hal itu, aku tidak perlu bertanya," kata Kong-sun

Po sambil tertawa. "Kenapa?" tanya si nona. "Karena aku tahu ucapanmu itu untuk membohongi Kiong Cauw Bun, ya kan?" Mata Wan Say Eng melirik ke arah pemuda itu. "Oh Ya! Bagaimana kalau itu benar?" "Nona Wan kau benar-benar pandai bergurau!" kata Kongsun Po. "Kenapa kau anggap aku bergurau?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena aku tidak kenal ayahmu, sedang ayahmu juga tidak kenal padaku. Mana mungkin kau ajak aku menemuinya?" kata pemuda ini. "Tahukah kau kenapa aku pergi meninggalkan pulau datang ke tempat ini?" kata nona Wan. Kong-sun Po menatap wajah nona Wan sambil tersenyum. "Aku kira kau juga sama dengan Mi Yun, kau kabur dari rumahmu," kemudian Kong-sun Po berpikir sejenak. "Kalian sama nakalnya, aku yakin tebakanku tidak salah, kan?" "Jika kukatakan, ayahku yang menyuruhku mencarimu dan membawanya pulang, kau percaya tidak?" kata nona Wan. Kong-sun Po tertawa terbahak-bahak. "Mana ada urusan seperti itu? Sudah, sudah aku harap kau jangan menggodaku terus!" kata Kong-sun Po. Kong-sun Po sama sekali tidak mengira kalau kali ini nona Wan bicara sungguh-sungguh. Ucapan yang terakhir Kong-sun Po membuat nona Wan agak kecewa. "Dia kira aku bergurau, di hatinya pasti dia tidak rela ikut aku pulang. Sekalipun aku berhasil menyuruh dia menepati janji ikut aku pulang, namun tidak ada gunanya." Nona Wan jadi geli. "Kelihatannya kali ini aku akan kalah lagi dari Kak Mi Yun!" Kejadian lima tahun yang lalu terbayang kembali olehnya. Ketika itu dia bersama ayahnya berkunjung ke Hek-hong-to. Usia nona Wan dan Mi Yun sebaya, mereka juga cocok dan sering bermain bersama-sama. Saat itu mereka baru berumur limabelas tahun. Mereka berdua dimanja oleh orang tua mereka masing-masing. Tidak heran keduanya punya sifat tidak mau saling mengalah dan selalu ingin menang sendiri. Suatu hari nona Kiong mentertawakan nona Wan tidak bisa berdandan seperti gadis desa. Rupanya Kiong Mi Yun pernah

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ikut ayahnya ke daratan Tiongkok, sehingga tahu keadaan nona-nona di kota besar, sedang nona Wan tidak pernah meninggalkan pulau Beng-sia-to. Saat itu nona Wan sadar kalau nona Kiong menganggap rendah dirinya. Suatu hari Kiong Mi Yun sadar nona Wan tidak mengerti, lalu dia menunjuk ke kolam di kolam itu ada itik sedang berenang. "Gadis desa itu sama dengan itik yang buruk itu. Kau mengerti kan?" kata nona Kiong. Karena kesal Wan Say Eng menangis. Suatu saat nona Kiong mengajak Wan Say Eng mengadu kungfu. Nona Wan kalah oleh nona Kiong hingga nona Kiong puas. Tapi nona Wan tidak mau kalah, dia bilang bahwa ayah nona Kiong menguasai ilmu silat Cit-sat-ciang karena diajari oleh ayahnya. Soal ini akhirnya diketahui oleh Kiong Cauw Bun dan memarahi puterinya hingga menangis. Setiap kali nona Wan selalu kalah dari nona Kiong, hal itu membuat Wan Say Eng sangat penasaran sekali. Untung mereka tidak mengingat kekalahan itu sebagai dendam. Maka tetap mereka itu bersahabat baik. Namun, nona Wan ingin bisa mengalahkan nona Kiong. Suatu hari Wan Say Eng berlatih ilmu Kim-sia-ciang-hoat (Ilmu pukulan pelangi emas) dengan ayahnya. Nona Wan kelihatan tidak bersemangat. Ayah nona Wan tertawa dan menghampiri puterinya. "Nak, bukankah kau ingin mengalahkan Mi Yun, jika kau mahir Kim-sia-ciang-hoat maka dengan mudah kau bisa mengalahkannya!" kata sang ayah. "Sebaiknya kau rajin berlatih!" Nona Wan tetap murung. Ayahnya tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak berguna walau aku menang dari Mi Yun, karena katanya wajahku buruk! Benarkah aku buruk?" kata Wan Say Eng. "Siapa bilang puteriku jelek?" kata ayahnya. "Mi Yun yang bilang," sahut Wan Say Eng. Ayahnya tertawa. "Kau tidak tahu kalau wajahmu cantik sekali," kata ayahnya. Kau lebih cantik dari dia! Ayah sering melihat nonanona lain, tapi tidak secantik kau!" "Aku tidak percaya, selain Kak Mi Yun tak ada gadis yang cantik!" kata nona Wan. "Kau tidak percaya kau cantik? Baik, jika kau sudah menguasai ilmuku, kau boleh pesiar ke Tiong-goan. Di sana

kau akan bisa membuktikan, bahwa ayahmu ini tidak bohong bahwa kau cantik!" kata ayahnya. Selang beberapa tahun Wan Say Eng terus berlatih dengan ayahnya. Suatu hari ayahnya berkata kepadanya. "Say Eng, tahun ini umurmu sudah 19 tahun. Iya kan?" "Kalau ya, kenapa?" Tapi mendadak nona Wan ingat ucapan ibunya pada ayahnya. "Tahun ini Say Eng sudah 19 tahun, apa kau lupa dia sudah pantas dicarikan jodoh!" kata ibunya. "Justru aku sedang memikirkannya, anak siapa yang cocok dengan puteri kita? Aku tidak ingin dia akan jadi "sekuntum bunga yang dicocokkan di tumpukan tahi sapi"," kata ayahnya. Ibu nona Wan tertawa. "Kau terlalu memuji kecantikan puterimu sendiri," kata ibu Wan Say Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ayahnya pun tertawa. "Siapa yang memuji puteriku sendiri? Dia anak kita, kau juga bagian darinya kan?" kata ayahnya. Ingat pembicaraan orang tuanya semalam, Wan Say Eng tampak kemerah-merahan. "Apakah Ayah ingin aku mencari jodoh?" pikir nona Wan. Dia tidak tahu masalah di luaran, tapi dia tahu gadis seperti dia sudah harus dijodohkan dan menikah. "Sekarang kau sudah dewasa," kata ayahnya. "Sekalipun kepandaianmu belum tinggi sekali, tapi sudah sama dengan kepandaian Mi Yun. Bukankah kau ingin mengalahkannya? Apa perlu kita coba dulu?" Wan Say Eng tertawa dingin. "Ayah, kau masih ingat masalah itu. Kami sama-sama sudah dewasa, mana mungkin aku berkelahi dengannya?" kata Wan Say Eng. Ayahnya tertawa. "Memang aku tidak ingin kau berkelahi dengannya," kata ayah nona Wan. "Aku hanya ingin memberimu pekerjaan yang sulit. Jika kau bisa mengerjakannya, berarti kau sudah menang darinya. Tugas yang akan kuberikan ini merupakan permainan yang mengasyikkan, apa kau mau melakukannya?" "Maksud Ayah permainan bagaimana?" "Aku tahu Mi Yun punya tunangan bernama Kong-sun Po, namun mereka berdua belum pernah bertemu. Sekarang Paman Kiong menghendaki Mi Yun mencari orang itu." Kata ayah nona Wan. Padahal Kiong Mi Yun kabur secara diam-diam, bukan

disuruh ayahnya mencari Kong-sun Po. Tapi ayah nona Wan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengira ayah nona Kiong yang menyuruh puterinya ke Tionggoan. Kata-kata Wan Ceng Liong ini membuat Wan Say Eng tercengang. "Kak Mi Yun sudah punya tunangan, bukankah itu baik. Apa hubungannya dengan kita?" Beng-sia-to-cu Wan Ceng Liong menjelaskan. "Aku ingin kau berlomba dengan Mi Yun dengan diamdiam," kata Wan Ceng Liong. "Berlomba bagaimana?" "Apa kau masih ingat dulu aku pernah bilang, jika kau sudah mnguasai kepandaianku, kau boleh pergi ke Tionggoan. Dengan demikian matamu akan terbuka. Maka sekarang kau boleh pergi. Aku harap kau bisa bertemu dengan Kongsun Po dan mengajaknya pulang menemuiku. Dengan demikian Kiong Mi Yun gagal melaksanakan tugasnya, dan kau yang berhasil. Bukankah itu berarti kau yang menang?" kata Wan Ceng Liong. "Ayah, jangan suruh aku merebut calon suami Kak Mi Yun. Aku tidak mau melakukannya!" kata nona Wan. Wan Ceng Liong tertawa. "Kau anggap saja itu sebagai permainan. Siapa yang menyuruhmu merebut calon suami orang? Tetapi jika kau berhasil dan menyukai pemuda itu dan ingin menikah dengannya, aku tidak melarangnya. Maka Kiong Cauw Bun pun tidak bisa berbuat apa-apa?" kata Wan Ceng Liong pada puterinya. Sesudah mendengar penjelasan dari ayahnya, nona Wan akhirnya berpikir juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sering dikalahkan oleh Kak Mi Yun, sekarang apa salahnya aku bermain-main dengannya. Aku kira bukan masalah." pikir nona Wan. "Kalau begitu, baiklah Ayah," kata nona Wan. "Aku hanya akan bergurau dengannya. Namun, aku tidak kenal dengan Kong-sun Po. Bagaimana aku bisa mengajaknya pulang?" "Aku sudah mencari keterangan mengenai dia," kata Wan Ceng Liong. "Apa yang kuketahui belum tentu diketahui oleh Kiong Cauw Bun!" Kemudian Wan Ceng Liong memberitahu puterinya tentang

ciri-ciri Kong-sun Po. Nona Wan sangat cerdas, dia langsung menangkap penjelasan ayahnya. Lalu dia bertanya pada ayahnya. "Kenapa Ayah begitu menaruh perhatian terhadap Kongsun Po? Tidak mungkin Ayah hanya ingin menyuruhku bergurau dengan Kak Mi Yun, kan? Coba Ayah jelaskan, jika tidak aku tidak mau melakukan gurauan itu!" kata Wan Say Eng. "Anak Eng, kau hanya tahu aku membantu Paman Kiong belajar Cit-sat-ciang, tapi kau tidak tahu dia juga membantu aku dalam belajar Iwee-kang. Lwe-kangku dan Iwee-kang Kiong Cauw Bun satu aliran. Jika Iwee-kang itu sudah tinggi ada kemungkinan kami akan sesat. Lain dengan Kong-sun Po, dia belajar Iwee-kang aliran lurus, aku bukan ingin orangnya. Lain halnya jika kau suka menikah dengannya. Jika kau berhasil bukan hanya aku tapi kau juga mendapatkan manfaatnya. Itu bukan sekedar gurauan." kata Wan Ceng Liong. Saat bersama Kong-sun Po malah menganggap Wan Say Eng sedang bergurau, itu sebabnya dia jadi agak kecewa. "Aku yakin dia tidak bisa melupakan Kak Mi Yun, maka iyu akan kupaksa dia agar menepati janjinya. Tetapi aku tidak boleh menyusahkan mereka berdua. Jika kelak mereka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertemu dan membicarakan masalah ini, aku jadi malu karenanya." Begitu pikir nona Wan. Wan Say Eng sudah berkelana selama enam bulan lebih, maka itu dia sudah banyak bergaul dan tahu tata-cara hidup di daratan Tiongkok. Mengingat pesan ayahnya amat penting, dan kelak ayahnya tidak menempuh jalan sesat, maka itu dia harus membantu ayahnya membawa Kong-sun Po pulang. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 40

Selang sesaat Wan Say Eng kembali berpikir, "Dia sudah mengabulkan permintaanku. Jika nanti aku butuh bantuannya, asal tidak menyimpang dari perikemanusiaan, dia pasti mau membantuku. Dia pemuda jujur dan lugu. Jika aku memohon bantuan agar dia mengajari Iwee-kang aliran lurus, aku rasa dia tidak mungkin menolak. Tetapi aku harus bicara padanya." Tetapi menurut ayah nona Wan, pelajaran Iwee-kang aliran lurus tidak mungkin dibocorkan kepada orang lain. Maka itu jika dia mengajak Kong-sun Po, Wan Say Eng diminta agar jangan memberitahu niat ayahnya itu pada Kong-sun Po. Wan Say Eng ini angkuh dia tidak bersedia menerima budi orang lain. Apalagi dia baru kenal dengan Kong-sun Po.

"Sekalipun aku membantu mengobati Ci Giok Phang, tapi karena aku ingin belajar Iwee-kang aliran lurus, apa ini bukan berarti aku merugikan dia? Jika aku bicara terus-terang, mungkin dia akan mengabulkan permintaanku. Tetapi mungkin dia akan menganggap diriku rendah." pikir nona Wan. Lama Wan Say Eng berpikir. "Seandainya aku tidak tahu hubungan dia dengan Kak Mi Yun, maka persoalannya akan jadi lain," pikir Wan Say Eng. "Tetapi sekarang aku sudah tahu hubungan mereka, bukankah itu pebuatan yang memalukan bagiku jika aku merebutnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari Kak Mi Yun? Ditambah lagi berlatih Iwee-kang tidak akan selesai dalam satu dua hari saja. Pasti harus mencari tempat sepi, paling sedikit aku bersamanya selama sepuluh hari. Jika hal ini diketahui oleh Kak Mi Yun, bisa berabe. Jika aku jelaskan juga, Kak Mi Yun akan sulit mempercayai keteranganku yang sebenarnya." Wan Say Eng saat itu jadi serba-salah. "Jika aku tidak mengajak dia pulang, bagaimana kalau kelak ayah mengalami kesesatan. Siapa yang bisa menolongi Ayah?" pikir Wan Say Eng. Sambil berjalan Wan Say Eng terus melamun sehingga jalannya agak lamban. Sedang Kong-sun Po saat itu hanya berpikir, selekasnya mereka sampai ke Pek-hoa-ko. Sesudah mengobati Ci Giok Phang, dia akan buru-buru ke Kim-kee-leng untuk menemui Kiong Mi Yun. Saat Kong-sun Po melihat Wan Say Eng berjalan lambat dia heran, apalagi ketika diperhatikan nona itu seperti sedang melamun. "Mumpung matahari belum silam ke arah barat, kita harus segera mempercepat perjalanan." kata Kong-sun Po. "Sesudah beres menyembuhkan Ci Giok Phang, kita harus ke Kim-keeleng. Kau sahabat Mi Yun pasti kau juga ingin bertemu dengannya? Bagaimana kalau kita bersama-sama ke sana?" "Kau tidak perlu ke Pek-hoa Kok," kata Wan Say Eng sambil tersenyum. "Kenapa?" "Aku akan mencoba mengobati Ci Giok Phang, jika aku tidak bisa menyembuhkannya untuk apa kau ikut? Lebih baik kau ke Kim-kee-leng, Kak Mi Yun sedang menunggu-nunggu kau di sana! Ingat hati-hati di perjalanan, usahakan jangan sampai bertemu dengan ayah Kak Mi Yun!" kata Wan Say Eng. Mendengar ucapan nona Wan yang masuk akal, Kong-sun Po girang. Ditambah dia ingin segera bertemu dengan Kiong Mi Yun. Maka itu dia langsung mengucapkan terima kasih dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi. Wan Say Eng mengawasi pemuda itu dari belakang. Sesudah pemuda itu tidak kelihatan lagi, nona Wan menghela napas panjang. "Di hatinya hanya ada Mi Yun seorang, aku harus mengalah demi kebahagiaan mereka. Kalau Ayahku sampai tersesat, itu masalah nanti. Siapa tahu kelak akan ada orang yang menolongi Ayah!" pikir nona Wan. Wan Say Eng segera berangkat ke Pek-hoa-kok, di sepanjang perjalanan Wan Say Eng tidak mendapat gangguan apapun. Tak lama dia sudah sampai diYang-ciu. Karena belum tahu letak Pek-hoa-kok nona Wan Say Eng bertanya pada seseorang. Sesudah diberi petunjuk Wan Say Eng segera ke Pek-hoa-kok. Ketika itu musim semi. Begitu Wan Say Eng memasuki lembah itu, dia kagum menyaksikan keindahan lembah itu. "Tempat ini sunguh indah," pikir Wan Say Eng. "Ci Giok Hian dan adiknya tinggal di sini sungguh nyaman. Oh, alangkah indahnya tempat ini!" Hati Wan Say Eng tiba-tiba mulai gelisah. "Ci Giok Phang terluka sampai saat ini hampir satu bulan lamanya. Entah dia sudah mati atau masih hidup? Jika dia sudah mati, maka sia-sialah usahaku ini." pikir Wan Say Eng. Alis Wan Say Eng berkerut. "Jika dia masih hidup, pasti sakitnya parah sekali. Aku tidak kenal dengannya. Tetapi aku datang ke mari, apakah dia tidak akan salah sangka. Lalu dia menganggap aku ini perempuan apa?" pikir Wan Say Eng. Mengingat orang yang akan dia obati seorang pemuda, Wan Say Eng jadi bimbang dan merasa jengah. Namun, masalah ini mungkin sangat menarik. "Mudah-mudahan dia masih hidup!" pikir nona Wan. "Dengan demikian aku akan tinggal di sini beberapa hari,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekalipun aku harus mengobati orang, tetapi rasanya aku tidak akan bosan melihat keindahan tempat ini!" Dugaan Wan Say Eng bahwa Ci Giok Phang yang sedang sakit pasti sedang tergeletak di tempat tidur, ternyata tidak begitu. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Saat pulang sakit Ci Giok Phang kian hari kian membaik.

Orang yang mengantarnya pulang adalah Beng Teng. Piauwsu ini tinggal di rumah Ci Giok Phang beberapa hari lamanya. Sekarang karena sudah sehat Ci Giok Phang sedang berlatih ilmu pedang di halaman belakang rumahnya. Hari itu Ci Giok Phang sedang menghimpun hawa murninya. Saat dia mencoba Iwee-kangnya ternyata tidak ada masalah. Betapa girangnya Ci Giok Phang saat itu. "Hampir sebulan aku tidak berlatih, hari ini cuaca sangat cerah." pikir Ci Giok Phang. "Aku pun senang bahwa aku mulai sehat!" Daun-daun kering yang terkena angin pedangnya tampak berhamburan. Saat itu dia sedang berlatih ilmu Lok-eng-kiamhoat. Tiba-tiba Ci Giok Phang dikejutkan oleh suara orang yang memujinya. "Ilmu pedang yang bagus!" kata orang itu. Ci Giok Phang kaget dia menghentikan latihannya. Dia langsung menengadah ke atas tembok. Dia kaget melihat ada orang di atas tembok. Mereka bertiga salah seorang to-su berumur sekitar limapuluh tahun, sedang yang lainnya dua orang pemuda dan entah sejak kapan mereka berada di tempat itu?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To-su itu tertawa suaranya aneh, dan bertanya pada Ci Giok Phang. "Apa adikmu ada di rumah?" kata to-su itu. Ci Giok Phang mengawasi ketiga orang itu. "Tuan-tuan ini siapa? Dan dari mana?" kata Ci Giok Phang. 'Jadi kau tidak kenal padaku," kata pemuda yang bertubuh jangkung dingin. "Tetapi kau kenal pada pukulan Hua-hiattoku, kan?" Pemuda itu menunjukkan telapak tangannya tampak mulai merah. Seketika itu juga tercium bau amis, Ci Giok Phang kaget bukan kepalang. "Ada hubungan apa kau dengan See-bun Souw Ya?" Lelaki jangkung itu tertawa. "Matamu cukup tajam, begitu kau lihat tanganku kau langsung tahu asal-usulku! See-bun Souw Ya itu Suhuku, Pouw Yang Hian adalah Su-hengku!" kata si jangkung. Dia ternyata murid kedua See-bun Souw Ya bernama The Yu Po. Ci Giok Phang memang pernah bertemu dengan Seebun Souw Ya maupun Pouw Yang Hian. Tetapi dia tidak pernah bertemu dengan The Yu Po. Pria yang satu lagi langsung menghunus golok. "Sudah lama aku mengetahui ilmu pedang keluarga Ci, apa kau kenal golokku ini?" kata lelaki itu.

"Kampung Cok-kee-cuang sangat terkenal ilmu goloknya," kata Ci Giok Phang. "Jika aku tak salah kau adalah majikan muda kampung Cok-kee-cuang. Benar kan?" "Karena kau sudah mengenali golokku, maka aku pun berlaku sopan padamu! Suruh adikmu keluar! Dengan demikian kami tidak perlu menggeledah rumahmu, dan tidak perlu bentrok denganmu!" kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Phang panas bukan main. Tetapi dia seorang pemuda yang jujur dan tenang. Dia juga berpikir, mungkin tosu itu adalah adik ketua Cok Kee-cuang bernama Thauw Khong. Dia langsung berkata. "Ada masalah apa kalian mencari adikku?" "Adikmu pulang membawa lelaki liar bernama Seng Liong Sen, kan?" kata The Yu Po. "Dia musuh kami! Dengan mengan-dalkan pemuda liar itu, adikmu telah memunahkan Hua-hiat-to Su-hengku. Terus-terang kami datang untuk balas-dendam. Segera kau suruh mereka keluar!" Sesudah dikalahkan oleh Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian di rumah Beng Cit Nio, CokTay Ju dan The Yu Po minta bantuan pada su-siok (paman) Cok Tay Ju. Saat Ci Giok Phang mendengar permintaan mereka dia jadi melongo. "Aah, aku belum pernah dengar dia mengatakan punya teman bernama Seng Liong Sen? Mana mungkin dia membawanya pulang ke mari? Jangan-jangan mereka bicara sembarangan saja!" pikir Ci Giok Phang. Ci Giok Phang tidak percaya pada keterangan The Yu Po. Dia hanya tahu adiknya itu calon isteri Kok Siauw Hong. Ditambah lagi nona itu tidak pulang. Karena ucapan The Yu Po dianggap kurang berkenan, Ci Giok Phangjadi marah. "Kalian sembarangan bicara, enyah dari sini!" bentak Ci Giok Phang. "Justru kami datang akan menangkap adikmu, kau mau apa?" kata The Yu Po. "Kalau begitu jangan salahkan aku kurang hormat!" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia langsung menyerang The Yu Po dengan pedangnya. The Yu Po menghindar dan balas menyerang. Seketika itu Ci Giok Phang mulai mencium bau amis. hingga kaget.

"Ilmu silat The Yu Po lebih hebat dibanding dengan Pouw Yang Hian!" pikir Ci Giok Phang. Dia gunakan Liong-jiauw-pouw (Naga menggerakkan tubuh). Tampak pedangnya menyambar ke arah The Yu Po. The Yu Po tidak mengira betapa lihay ilmu pedang Ci Giok Phang. dia ingin menarik serangannya, tetapi sudah terlambat. Terpalsa The Yu Po melangsungkan serangan itu, tujuannya agar bisa terluka bersama-sama. Melihat The Yu Po dalam bahaya, tiba-tiba mereka merasakan serangan angin. Ternyata itu serangan dari Thauw Khong To-jin. "Yu Po, cepat mundur!" The Yu Po melompat mundur. Tenaga keras itu langsung menghantam pedang Ci Giok Phang hingga miring. Pada saat bersamaan Ci Giok Pang bergerak cepat mengubah jurusnya. Kelihatan pedang Ci Giok Phang menyerang ke arah Thauw Khong To-jin, hingga membuat to-jin itu terperanjat. "Lwee-kangnya tinggi sekali, maka itu kami harus bergabung baru bisa mengalahkannya," pikir Thauw Khong. Thauw Khong mengangkat kakinya menendang pedang Ci Giok Phang. Pedang Ci Giok Phang terlepas. Ketika itu The Yu Po dan Cok Tay Ju akan menggeledah rumah, tapi tiba-tiba mereka kaget mendengar teriakan Thauw Khong. "Mundur!" kata Thauw Khong. "Kalian tahan bocah ini, biar aku yang memeriksa ke dalam rumah!" kata Thauw Khong. "Benar, lebih baik Su-siokmu yang masuk ke dalam!" kata The Yu Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya tidak sulit mengalahkan bocah itu, tetapi aku khawatir Yu Po dan Tay Ju tidak akan sanggup melawan Seng Liong Sen!" pikir Thauw Khong. "Walaupun bisa mungkin mengalahkannya harus di atas limapuluh jurus!" The Yu Po dan Cok Tay Ju memang pernah dikalahkan oleh Seng Liong Sen, maka itu mereka khawatir tidak akan sanggup melawan Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian yang mereka kira ada di dalam rumah. Mereka berani mengejar Liong Sen dan Ci Giok Hian karena mereka mengandalkan Thauw Thong To-jin, Tetapi mereka jadi heran sebab sudah sekian lama Thauw Thong belum juga mampu mengalahkan Ci Giok Phang. Mereka berdua sudah langsung bertarung dengan Ci Giok Phang. "Tahan bocah ini sampai aku kembali!" kata Thauw Thong. "Baik, jangan khawatir Su-siok, sesudah bocah ini kami kalahkan, kami akan masuk membantu Su-siok!" kata Tay Ju.

Dia serang Ci Giok Phang dengan goloknya. Setelah menyaksikan sejenak, Cok Tay Ju langsung menyerang, Thauw KhongTo-jin mengeluh. "Tay Ju begitu ceroboh, aku khawatir dia kalah oleh bocah itu!" pikir Thauw Khong. Oleh karena ingin menjaga wibawa Cok Tay Ju dia tidak memperingatkan keponakannya itu. Ditambah lagi ada The Yu Po membantu Cok Tay Ju, dia yakin kedua pemuda itu tidak mudah dikalahkan oleh Ci Giok Phang. Thauw Khong langsung masuk ke dalam rumah. Saat Cok Tay Ju menyerang, Ci Giok Phang menangkis serangan itu dengan jurus Hoan-pek-ceng-kouw (Membalikan tangan menusuk dada). Gerakan pedang Ci Giok Phang tampak lamban, ini membuat Cok Tay Ju girang. "Bagus, mungkin kau sudah tahu kelihayanku!" pikir Tay Ju.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cok Tay Ju memutar goloknya menghantam ke arah pedang Ci Giok Phang, tapi tiba-tiba Ci Giok Phang menggerakkan ujung pedang dan mengarah ke tangan Cok Tay Ju. Ini jurus sangat berbahaya, kurang sigap tangan Cok Tay Ju akan buntung. Tay Ju kaget buru-buru dia menggunakan jurus Honghoangto-wa (Cendrawasih berebut sarang). Golok Tay Ju diputar untuk melindungi tubuhnya, dan dia melompat mundur. Tanpa terasa dia berkeringat karena kagetnya. Saat itu The Yu Po pun menyerang. Ketika tercium bau amis yang menyengat, Ci Giok Phang serasa mau muntah. "Oh, sungguh lihay pukulan orang ini!" pikir Giok Phang. Untuk menghindari serangan lawan ini Ci Giok Phang menyerang secara berturut-turut sebanyak tujuh kali. Tidak heran karena serangan itu The Yu Po harus mundur, dia tidak mampu mendekati tubuh Ci Giok Phang. Ternyata Ci Giok Phang yang baru sembuh tenaganya belum pulih. Tidak heran lama-kelamaan pemuda ini mulai terdesak. Melihat lawan mulai terdesak The Yu Po berteriak pada kawannya. "Saudara Cok mari kita serang dia secara serentak!" kata The Yu Po. "Baik, hati-hati ilmu pedangnya lihay. Tapi napasnya mulai tersengal-sengal!" kata Cok Tay Ju. The Yu Po langsung memperhatikan gerak-gerik Ci Giok Phang. Dia sudah melihat wajah Ci Giok Phang mulai pucatpasi. Keringatnya mulai membasahi keningnya.

"Saudara Cok, kau benar. Dia mulai kelelahan, kita tidak perlu buru-buru membunuhnya!" kata The Yu Po. "Kepung dia supaya kehabisan nafas!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Ci giok Phang menyerang dengan hebat, melihat serangan itu Yu Po terpaksa mundur. Beberapa kali terdengar suara benturan yang nyaring. Saat itu Ci Giok Phang menggunakan jurus Lian-hoan-cit-cauw (Tujuh jurus beruntun). Karena The Yu Po mundur, Cok Tay Ju maju menangkis serangan Giok Phang, tetapi tidak bisa membalas menyerang. Dia hanya mampu bertahan. Kembali The Yu Po menyerang dengan Hua-hiatto ke arah lawan. Karena Iwee-kang Ci Giok Phang belum pulih, mata pemuda itu berkunang-kunang tidak tahan menahan bau amis serangan lawan. Hal ini membuat Giok Phang kaget dan keringat dinginnya mengucur deras. Melihat hal itu The Yu Po yang sering memandang enteng lawan kambuh lagi. Dia tertawa sambil berteriak. "Dia hampir mampus! Ha, ha, ha,ha!" kata Yu Po. "Dia akan kutangkap hidup-hidup untuk kuserahkan pada Su-siok!" Tiba-tiba Ci Giok Phang menyerangnya. Dia kaget dan segera melompat mundur. Cok Tay Ju menangkis serangan itu. "Tang!" Pedang Ci Giok Phang tertangkis hingga miring ke samping. Tubuh pemuda ini terhuyung. Melihat hal itu Cok Tay Ju girang. Dia mengejar Ci Giok Phang sambil membentak. "Roboh kau!" Golok Cok Tay Ju mengarah ke tubuh Ci Giok Phang. Jika golok itu mengenai punggung Ci Giok Phang, maka celakalah dia. Di luar dugaan ternyata itu siasat Ci Giok Phang untuk mengelabui lawannya. Dia terhuyung bukan karena pukulan lawan. Saat itu dia menggunakan jurus Cui-pat-sian (Gerakan delapan dewa mabuk). Tiba-tiba pedang di tangan Ci giok Phang berkelebat, disusul suara jeritan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaakh!" Lengan Cok Tay Ju terkena pedang Ci Giok Phang. Tetapi sesudah itu Ci Giok Phang langsung kehabisan tenaga. Akhirnya Ci Giok Phang pun roboh.

Saat melihat Cok Tay Ju terluka tangannya, The Yu Po pun melihat Ci Giok Phang roboh. Tetapi dia tidak berani menyerang lawannya karena curiga lawannya berpura-pura roboh. "Dia berpura-pura untuk menjebakku?" pikir The Yu Po. Keraguan The Yu Po justru telah menyelamatkan Ci Giok Phang dari bahaya maut. Ci Giok Phang masih sadar. Segera dia himpun hawa murninya. Lalu melompat bangun. "Baik," kata Ci Giok Phang. "Sekarang kita satu lawan satu!" Luka Cok Tay Ju cukup parah, saat itu dia sedang mengobati lukanya. Melihat Ci Giok Phang bangun lagi The Yu Po kaget. Dia tidak berani maju dia hanya menyerang dari jarak jauh. Selesai mengobati lukanya Cok Tay Ju yang geram langsung maju lagi. "Baik, mari kita adu jiwa!" kata Tay Ju. Dia langsung menyerang, tapi tiba-tiba kakinya terasa sakit seperti digigit semut, akhirnya ngilu hingga dia terjatuh duduk. Melihat kawannya jatuh The Yu Po terperanjat. Akhirnya dia ragu untuk menyerang. Saat itu Ci Giok Phang yang sudah tidak sanggup melawan hendak kabur. Tetapi terdengar bentakan keras. "Kalian berdua tidak berguna! Ayo minggir! Hai bocah she Ci kau mau kabur ke mana?" kata Thauw Thong To-jin yang muncul dari dalam rumah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mencari kian ke mari tak menemukan Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian, dia langsung keluar lagi. Saat Thauw Thong mau menyerang terdengar suara bentakan halus. "To-su busuk hidung kerbau! Kalian tidak tahu malu menghina orang yang sudah terluka! Di sini masih ada aku!" kata bentakan itu. Tak lama muncul seorang nona, dia adalah Say Eng. Begitu sampai nona Wan mendengar suara beradunya senjata, maka itu dia langsung ke halaman belakang.

Ternyata dia lihat Ci Giok Phang sedang dikepung oleh tiga orang lawan. Dia girang karena Ci Giok Phang masih mampu menghadapi dua orang lawan, sekalipun dia sedang terluka parah. Munculnya nona Wan yang sangat mendadak itu membuat Thauw Thong To-jin terkejut. "The Yu Po tangkap dia!" kata Thauw Khong. "Aku yakin kau mampu menangkapnya!" Cok Tay Ju berusaha bangun. "Nona busuk, rupaya kau yang menyerang secara diamdiam!" bentak Cok Tay Ju. Cok Tay Ju memang terkena jarum Bwee-hoa-ciam yang dilepas oleh nona Wan. Untung jarum itu tidak beracun. Cok Tay Ju gusar bukan main langsung menyerang dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

goloknya. Thauw Khong kaget atas kedatangan nona Wan, dia pun malu dihina oleh nona ini. Melihat Ci Giok Phang sudah terluka, dia pun berpikir. "Bocah ini tidak mungkin kabur!" pikirnya. Sesudah itu dia bersikap seolah seorangjago tua yang terhormat. "Asal kau tidak pergi, aku akan mengajukan beberapa pertanyaan padamu," kata Thauw Khong. Dia lalu mengawasi ke arah Cok Tay Ju. "Tay Ju, sekalipun nona ini menyebalkan, kau jangan lukai dia!" kata Thauw Khong. "Tangkap dia hidup-hidup agar kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan padanya!" "Baik, Su-siok," kata Tay Ju. Dia tatap nona Wan. "Nona busuk, lebih baik kau menyerah saja!" kata Tay Ju. "Nona terima kasih. Tapi ini urusanku, aku tidak ingin kau terlibat!" kata Ci Giok Phang. Saat dia mau maju melawan Cok Tay Ju, tiba-tiba Thauw Khong membentak. "Aku suruh kau diam malah maju!" kata Thauw Khong. Dia memungut sebuah kerikil yang dia sentil ke arah Ci Giok Phang. Saat itu juga Ci Giok Phang roboh terkena batu kerikil itu. Tampak Thauw Khong bangga sesudah memamerkan kepandaiannya. "Hidung kerbau! Kau bisanya menghina orang yang sudah terluka, apa hebatnya?" kata nona Wan sambil tertawa ingin. "Nona busuk, beraninya kau menghina Su-siokku!" kata Tay Ju. "Dia bandel tidak mau mendengar nasihat Su-siokku, diberi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pelajaran sudah pantas! Sekarang aku yang akan menghajarmu! Apa kau tidak mau menyerah?" "Apa kepandaianmu menyuruh aku menyerah? Kau orang kampung Cok-kee-cuang, kan?" kata nona Wan. "Hm! Ternyata kau tahu siapa aku ini." kata Tay Ju. "Aku dengar ilmu golokmu itu hebat, ayo serang aku!" kata nona Wan. Dia awasi nona Wan yang cantik itu. "Pamanku menyuruhku menangkapmu hidup-hidup. Kau malah menantangku. Jika aku serang kau pasti binasa!" kata Tay Ju. Nona Wan tertawa dingin. "Mari serang, aku tak yakin golokmu mampu melukaiku! Jika kau tidak mau maka aku yang akan menyerangmu!" kata nona Wan. Tay Ju diam, tiba-tiba nona Wan melancarkan serangannya. Sinar keemasan menyambar. "Awas Tay Ju!" Thauw Khong memperingatkan. Cok Tay Ju mencoba menangkis dengan goloknya. Dia tidak melihat senjata rahasia lawan, maka itu dia berkata nyaing. "Kau cari mampus nona..." Tetapi sebelum habis kata-katanya, lengan kanannya sangat ngilu. Tahu-tahu golok Cok Tay Ju sudah berpindah tangan ke tangan nona Wan. Thauw Khong To-jin kaget. Dia berpikir. "Jangan-jangan nona ini puteri dia?" pikir Thauw Khong. "Golok jelek ini harus dibuang karena tidak berguna!" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Golok itu dia tancapkan ke tanah hingga yang terlihat tinggal gagangnya saja. Mata Cok Tay Ju terbelalak. Saat itu The Yu Po maju. "Gadis siluman, rasakan pukulanku!" kata Yu Po. Melihat Thauw Khong ragu menghadapi gadis ini, Yu Po mendahuluinya. Dia berharap mampu merobohkan nona Wan. Jika dia kalah, pasti Thauw Khong akan membantu dia, itu yang ada di benak Yu Po. "Hm! Pukulan Hua-hiat-to, pasti kau murid See-bun Souw Ya!" kata nona Wan. "Tahukah kau, ketika suhumu bertemu denganku dia tidak berani kurang ajar! Kau begini sombong,

jangan harap kau bisa melukaiku!" "Memang aku belum mahir Hua-hiat-to, tapi aku mampu merobohkanmu!" kata Yu Po. Sambil bicara Yu Po langsung menyerang, nona Wan pu menangkis serangan itu. "Plaak!" Tubuh Yu Po terhuyung ke belakang, sebaliknya nona Wan tetap berdiri tegak di tempatnya. "Kau memang tidak tahu diri, rasakan pukulanku!" kata Wan Say Eng yang langsung menyerang. Sepasang tangan nona Wan bergerak mengurung The Yu Po. Sekalipun ilmu silat The Yu Po tidak rendah, namun saat mengetahui Hua-hiat-tonya tidak bisa melukai nona Wan, dia kaget dan nyalinya jadi ciut. Ilmu pukulan nona Wan pun banyak macamnya hingga dia jadi bertambah bingung. Dia kaget menyaksikan telapak tangan nona Wan bersinar keemasan. Ini membuat mata The Yu Po berkunang-kunang. Sesudah lewat belasan jurus The Yu Po terhuyung karena bahunya terkena pukulan nona Wan. Rupanya tangan nona itu keemas-emasan karena dia mengenakan sarung tangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pusaka terbuat dari benang emas. Khasiatnya untuk merebut senjata lawan dan bisa menangkis pukulan beracun. "Aduh!" The Yu Po menjerit kesakitan. Tubuhnya langsung roboh ke tanah. Dia bergulingan karena takut disusul oleh serangan nona Wan. Sesudah dua lawannya kalah nona Wan menghadapi Thauw Khong To-jin. "To-su hidung kerbau bau, kau ingin bertarung denganku? Jangan beraninya hanya menghina orang yang sedang terluka!" kata nona Wan. "Hm! Jangan tekebur, nona kecil! Jika kau ingin mengalahkan aku kau harus berlatih beberapa tahun lagi. Jangan kau kira aku tidak berani padamu. Tapi katakan dulu terus-terang. Mungkin benar apa yang dikatakan Thauw Khong?" Maka itu buru-buru nona Wan menjawab. "Dia Ayahku!" kata nona Wan. "Kenapa?" Thauw Khong kaget bukan kepalang. "Apa ayahmu juga datang ke mari?" "Ayahku menyuruh Paman Kiong Cauw Bun mengajakku pesiar ke Tiong-goan," kata nona Wan, "tak lama lagi dia akan menyusul ke mari! Apa kau ingin bertemu dengan Ayahku?" Ucapan nona Wan ini untuk menggertak Thauw Khong hingga dia jadi agak gugup dan tidak berani berbuat apa-apa. "Dia pasti puteri ketua pulau Beng-shia-to!" pikir Thauw

Khong. "Tentang munculnya Kiong Cauw Bun itu pasti bukan kabar bohong! Jika mereka semua muncul, aku bisa celaka!" Berpikir demikian Thauw Khong ingin segera meninggalkan tempat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maafkan, aku tidak tahu jika Ci Kong-cu kawan nona," kata Thauw Khong. "Jika kau bertemu Paman Kiong dan ayahmu, tolong sampaikan salamku." Kemudian dia mengawasi ke arah Cok Tay Ju dan The Yu Po. "Kalian semua buta, beraninya kalian kurangajar pada nona Wan! Cepat pergi!" kata Thauw Khong. Mendengar teguran Thauw Khong kedua pemuda itu bungkam. Mereka langsung mengikuti Thauw Khong meninggalkan tempat itu. Sesudah mereka pergi, nona Wan menarik napas lega. "Sungguh berbahaya!" katanya. Dia hampiri Ci Giok Phang yang tergeletak di tanah. Diawasinya wajah pemuda itu yang mulai pucat-pasi. Keringat pemuda itu membasahi dahi dan tubuhnya. "Dia terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang, belum sebulan sudah terluka lagi, tapi dia kuat dan bisa bertahan. Jika aku yang terluka bisa celaka?" pikir nona Wan. Ci Giok Phang berusaha bangun. "Terima kasih atas bantuanmu, nona," kata Ci Giok Phang. Wan Say Eng tersenyum dan menyuruhnya duduk. "Sekarang bukan saatnya berlaku sungkan," kata nona Wan. Ijinkan aku mengobatimu! Nona ini langsung memeriksa nadi Ci Giok Phang, ternyata denyut nadinya bagus. "Untung Iwee-kangmu tinggi," pikir nona Wan. "Kau bisa disembuhkan. Tetapi aku tidak tahu bagaimana mengobati orang yang terkena Hua-hiat-to, Ayahku belum mengajariku. Pada Kong-sun Po aku sudah berjanji akan mengobatinya. Apa yang bisa kulakukan sekarang?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak Wan Say Eng bingung dan gugup sekali. Dia jalan hilir-mudik sambil berpikir. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 41

Ketika itu Wan Say Eng benar-benar dalam kebingungan

luar biasa. Dia tidak tahu bagaimana harus mengobati Ci Giok Phang. Melihat Wan Say Eng kebingungan, Ci Giok Phang tersenyum lalu berkata dengan suara perlahan. "Nona, di kamarku ada arak Pek-hoa-ciu. Jika kau bersedia membantuku, tolong kau bawakan guci arak itu ke mari!" kata Ci Giok Phang. "Baik," kata Wan Say Eng. Dia mengira arak itu dapat menyembuhkan luka terpukul, dan belum tahu apakah arak itu juga bisa mengobati orang terkena pukulan Hua-hiat-to atau tidak. Tanpa membantah atau menolak permintaan Ci Giok Phang, dia masuk ke dalam rumah. Saat keluar dia membawa seguci arak di tangannya. Sampai di luar dia lihat Ci Giok Phang sudah rebah pingsan di tanah. Ketika dibangunkan dia tetap pingsan, hanya denyut nadinya yang masih baik. Dalam kebingungan Wan Say Eng menunggui pemuda itu sampai sadar. Tapi karena lama belum juga sadar, dia berpikir akan mencekok anak muda itu dengan arak. Saat dia membuka tutup guci itu, maka terciumlah bau harum yang luar biasa. Dia yakin arak itu mampu menyembuhkan luka anak muda itu. Saat Wan Say Eng akan meminumkan arak itu ke mulut Giok Phang, muncul dua orang ke tempat itu. Ternyata kedua orang itu pelayan atau pegawai di rumah Ci Giok Phang. Rupanya kedua orang itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersembunyi saat melihat majikannya berkelahi. Mereka baru muncul saat keadaan sudah aman kembali. "Majikanmu terluka parah, mungkin mengobatinya akan makan waktu lama," kata Wan Say Eng. Kedua orang itu mengangguk. Kemudian mereka memberi tahu nona Wan. "Keadaan di Yang-ciu mulai kacau. Bajak laut dari Tiangkang mulai beraksi. Su Thian Tek si kepala bajak bergabung dengan pihak Mongol, dia diangkat menjadi raja-muda. Tak heran maka tak lama lagi perang akan berkobar di sana. Jika Majikan kami tidak bisa segera disembuhkan, itu berbahaya sekali. Sedang semua pegawai di sini sudah diberhentikan oleh Majikan, jadi tinggal kami berdua saja!" kata orang itu. Dalam keadaan panik nona Wan langsung berpikir. Akhirnya dia mengambil keputusan. "Aku sahabat majikanmu, jika kalian percaya biar akan kubawa dia ke Beng-shia-to," kata nona Wan. "Di sana akan kuobati. Sedang kalian boleh tinggal di sini menunggu rumah!" Usul nona Wan mereka terima baik, karena mereka pikir daripada kelak tidak bisa melindungi majikan mereka dari

bahaya, lebih baik majikannya dibawa pergi untuk diobati oleh nona yang kelihatannya baik dan sayang pada majikannya itu. Sesudah itu Wan Say Eng membawa Ci Giok Phang pergi. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Entah berapa lama dia pingsan, saat sadar Ci Giok Phang merasakan tubuhnya seperti terayun-ayun. Dia membuka mata. Dia mendengar suara merdu di sampingnya. "Aaah, rupanya kau sudah siuman," kata seorang nona. Ci Giok Phang mengawasi nona itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa kau?" kata Giok Phang. "Eh, begitu cepatnya kau melupakan aku?" kata nona itu. Terasa angin bertiup. Giok Phang menghirup bau laut. "Oh, rupanya kau nona yang menolongiku," kata Giok Phang baru sadar. "Ke mana para penjahat itu?" "Sudah kabur semuanya," jawab Wan Say Eng. "Kau tak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam." "Tiga hari tiga malam, kalau begitu tempat apa ini?" kata Ci Giok Phang. "Rasanya aku berada di atas perahu!" "Kau benar, kita ada di atas sebuah perahu," jawab nona Wan sambil tersenyum. Wan Say Eng sengaja telah membeli sebuah perahu besar; perahu itu dibeli dari seorang saudagar di Yang-ciu. Dalam keadaan kacau kapal layar itu dijual dengan harga murah sekali. Sebuah kapal layar yang mewah dan ditata dengan baik. Jika saja ombak tidak besar, Ci Giok Phang tidak akan merasakan terayun-ayun. Nona Wan lalu menceritakan keadaan di Yang-ciu seperti kata pelayan Ci Giok Phang. Karena pemuda itu sudah tahu, dia tidak kaget. "Sekarang kau akan kubawa ke Beng-shia-to untuk diobati!" kata nona Wan. "Oh, aku terlalu merepotkan Nona," kata Giok Phang. "Aku tidak tahu bagaimana aku harus berterima kasih padamu!" "Terus-terangaku menolongmu atas permintaan sahabatku, dia tahu kau terkena pukulan Cit-sat-ciang. Maka itu aku diminta mengobatimu." "Siapa kawanmu itu?" "Dia bernama Kong-sun Po!" kata Wan Say Eng. "Nona Kiong yang berjalan bersamanya, juga sahabatku!" "Sekarang mereka ada di mana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka ke Kim-kee-leng!" jawab nona Wan. Ci Giok Phang berpikir, jika ada Kong-sun Po, luka terkena Hua-hiat-to bukan masalah, tapi sekarang mereka pergi ke Kim-kee-leng. Melihat Ci Giok Phang kelihatan agak gugup, nona Wan mengerti apa yang dikhawatirkannya. "Jika aku tidak bisa mengobatimu. Ayahku pasti bisa!" kata nona Wan memastikan. "Maaf, sampai sekarang aku belum tahu namamu, Nona. Entah Ayahmu itu kaum Cian-pwee dari kalangan mana?" kata Giok Phang. "Namaku Wan Say Eng dan Ayahku bernama Wan Ceng Liong tinggal di Beng-shia-to!" jawab nona Wan. Ci Giok Phang hanya mengangguk karena dia baru mendengar nama itu. "Jadi, kita sedang menuju ke tempat tinggalmu?" kata Ci Giok Phang. "Benar," jawab nona Wan. "Di sana pemandangannya indah, kau harus banyak beristirahat. Sudah jangan banyak bicara lagi!" Mengingat harus berpisah dengan semua kawannya di Tiong-goan (Tiongkok), Ci Gik Phang jadi berduka. Beberapa hari kemudian dengan berlatih Siauw-yang-sinkang dan minum arak Pek-hoa-ciu, lambat laun tenaga Ci Giok Phang mulai pulih, sekalipun lukanya belum sembuh benar. Kini dia sudah bisa keluar ke geladak kapal layar untuk melihat laut. Suatu hari pada saat nona Wan sedang asyik bercerita dengan Giok Phang, mereka melihat ada kapal layar besar berbendera hitam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kapal siapa itu?" tanya Ci Giok Phang. "Bendera kapal itu berwarna hitam bergambar tengkorak, pasti itu bajak laut! Sebaiknya kita menghindar saja dari mereka!" kata nona Wan. Mungkin kapal layar itu tidak melihat perahu layar mereka, atau mungkin juga mereka menganggap perahu mereka kurang berharga untuk dirampok. Maka itu kapal layar berbendera hitam itu dengan lajunya menghilang di tengah lautan. Hati nona Wan pun lega sudah. "Nona Wan, kau lihay sekali, kenapa kau begitu takut pada mereka?" kata Ci Giok Phang. "Kau terlalu memujiku, kepandaianku tidak seberapa. Jika bajak laut itu menyusahkan kita, mungkin sulit aku menghadapi mereka!"

Kapal layar besar itu ternyata milik Kiauw Sek Kiang, seorang bajak laut yang berilmu tinggi. Mereka sering melakukan pembajakan terhadap kapal-kapal dagang asing yang dikawal kuat. Suatu ketika Kiauw Sek Kiang pernah singgah ke Bengshiato. Mereka akan menjadikan pulau itu sebagai sarang mereka. Ayah nona Wan tidak setuju, terjadilah pertarungan. Kiauw Sek Kiang dikalahkan oleh ayah nona Wan. Ketika peristiwa itu terjadi, Wan Say Eng baru berumur setahun. Sekarang nona Wan sudah berumur 20 tahun. Jika kapal yang dipimpin Kiauw Sek Kiang itu tahu bahwa di kapal layar itu ada Wan Say Eng, puteri Wan Ceng Liong yang pernah mengalahkannya, pasti dia akan menyerang perahu layar itu. Ketika senja mulai menjelang, pemandangan laut sangat indah karena tertimpa sinar matahari. Ketika itu nona Wan mengawasi wajah Ci Giok Phang yang tiba-tiba jadi murung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eeh, kau kenapa? Tiba-tiba kau jadi murung, apa yang kau pikirkan?" tanya nona Wan. "Aku ingat pada sahabat-sahabatku, sayang aku tidak bersama dengan mereka," kata Ci Giok Phang. "Kau setia-kawan, sungguh patut dipuji. Pantas kawanmu pun baik padamu. Aku menyesal karena tidak punya kawan karib sepertimu," kata nona Wan. "Kau bilang kau sahabat nona Kiong?" "Kami memang bersahabat baik, waktu itu kami masih kecil," kata nona Wan. Sesudah termenung sejenak, Ci Giok Phang langsung berkata. "Aku juga punya adik perempuan, tapi sekarang entah di mana dia?" kata Ci Giok Phang. "Kau terlalu memikirkannya?" "Ya! Mana bisa aku melupakannya?" kata Ci Giok Phang. "Kami berpisah di Lok-yang pada saat kota diserang musuh. Dia bilang dia akan pulang lebih dulu, tapi nyatanya dia tak ada di rumah." "Alangkah bahagianya seandainya aku punya kakak sepertimu," kata nona Wan. "Tetapi kau jangan cemas, aku tahu ke mana adikmu pergi!" "Kau tahu tentang adikku? Apakah kau pernah bertemu dengannya?" kata Ci Giok Phang bertubi-tubi. "Benar, aku pernah bertemu dengan adikmu, tidak jauh dari sungai Huang-hoo," kata nona Wan. "Dari mana kau tahu kalau itu adikku?" tanya Giok Phang.

"Aku kenal dengan teman pria yang berjalan bersamanya," kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi dia sudah bertemu dengan Kok Siauw Hong?" kata Ci Giok Phang girang. "Jadi kau juga kenal dengannya?" "Kok Siauw Hong katamu? Siapa dia?" kata nona Wan heran. "Kalau bukan dia, lalu siapa orang yang berjalan bersama adikku itu?" Ci Giok Phangjadi bingung. "Dia bernama Seng Liong Sen." kata nona Wan. "Seng Liong Sen?" Giok Phang mengingat-ingat. Dia ingat ketika itu The Yu Po menyebut-nyebut nama itu. Jadi apa yang dikatakan oleh The Yu Po dan kawan-kawannya itu jelas ada dasarnya. "Mau ke mana mereka?" tanya Ci Giok Phang "Aku kurang tahu, mau ke mana?" kata nona Wan. "Aku juga tidak begitu kenal pada Seng Liong Sen. Dia pernah ke Beng-shia-to, tapi hanya semalam saja. Waktu itu aku juga masih kecil!" Mendengar keterangan nona Wan, Ci Giok Phang jadi sangsi. Padahal dia tahu adiknya itu seorang yang cerdas, tapi mengapa kali ini dia bertindak bodoh? Apakah kejadian itu tidak menyebabkan Kok Siauw Hong akan salah paham? "Aku lihat mereka mesra sekali. Bukankah Seng Liong Sen itu bakal adik iparmu?" kata nona Wan. "Jadi aku kira kau tidak perlu cemas lagi!" "Bukan! Dia bukan calon adik iparku! Kau salah sangka," kata Ci Giok Phang. "Tapi aku lega sesudah aku tahu tentang dia!" "Dia bukan adik iparmu, aneh sekali?" kata nona Wan. "Aku kira kau yang salah sangka. Mana tahu kau tentang perasaan seorang gadis? Jika tidak jatuh hati. mana mau dia jalan bersama-sama?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah berkata begitu, nona Wan jadi jengah sendiri, sebab sekarang pun dia sedang berjalan berdua saja dengan Ci Giok Phang. Maka tanpa terasa wajahnya jadi merah. Untung Ci Giok Phang sedang masgul, dia tidak melihat perubahan yang terjadi atas diri nona Wan. Saat nona Wan menengadah dia mengeluh. "Ada apa?" kata Ci Giok Phang.

"Sebentar lagi pasti akan datang badai!" kata si nona. Dugaan nona Wan benar sekali. Tak lama datang badai besar. Untung nona Wan sudah mahir memegang kemudi hingga perahu layarnya tidak terbalik dihantam gelombang. Sesudah bebas dari badai, dua hari kemudian perahu mereka sudah mulai mendekati sebuah pulau.. "Kita sudah sampai, barangkali Ayahku akan girang melihat aku pulang," kata nona Wan. "Ci Toa-ko, apa kau sudah bisa berjalan?" "Aku kira bisa, tenagaku sudah hampir pulih," kata Ci Giok Phang. Sesudah perahu menepi. Ci Giok Phang menyaksikan keindahan tempat itu. Dia kagum sekali. Mereka berjalan ke tengah pulau menuju ke rumah nona Wan. Tapi tiba-tiba, nona Wan bersuara heran, seolah dia teringat sesuatu. "Ada apa?" tanya Ci Giok Phang. "Apa di pulau ini banyak ular berbisanya?" "Tidak ada, tapi aku khawatir ada buaya!" kata nona Wan. "Buaya itu hidup di air, masakan dia sampai ke daratan?" "Buaya yang kumaksudkan itu bajak laut yang tempo hari kapalnya kita lihat itu!" kata nona Wan. "Aku yakin ayahmu gagah, jadi mana takut dia pada segala bajak laut" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak buah Ayahku banyak sekali, tapi herannya kenapa kita belum disambut oleh mereka?" kata nona Wan. "Eh, kau dengar sesuatu tidak?" Saat Ci Giok Phang pasang telinga, dia mendengar suara orang. Nona Wan mengajak Ci Giok Phang ke arah suara orang itu. Tak lama mereka bertemu dengan orang-orang itu. "Eh, Sio-cia (Nona), kau sudah pulang! Siapa pemuda ini?" kata orang itu. "Dia temanku," jawab nona Wan singkat. "Di mana Ayah?" "Kebetulan Nona pulang. Ayahmu sekarang sedang menghadapi musuh yang tangguh di sana!" kata orang tua itu. "Apakah mereka kelompok Kiauw Sek Kiang?" "Benar! Ayahmu sedang menghadapi mereka. To-cu melarang kami ke sana!" kata orang tua itu. "Kau lindungi Ci Kong-cu! Ci Toa-ko aku akan melihat Ayahku dulu!" kata nona Wan. Pelayan tua itu tercengang kelihatan dia kecewa. Dia kira nona Wan datang membawa bala-bantuan yang tangguh. Tidak tahunya nona ini membawa orang sakit. Wan Say Eng maju terus, di sana dia lihat anak buah ayahnya banyak yang

bersembunyi di semak-semak. Di tengah tegalan kelihatan ayah nona Wan sedang berhadapan dengan para bajak laut. "Orang she Wan,! Dulu aku telah kau kalahkan. Sekarang aku datang untuk membalas dendam!"' kata seorang dari mereka. "Sudah jangan banyak bicara," kata Wan Ceng Liong. "Kami berenam telah berlatih cukup lama, entah berguna atau tidak? Sekarang kami datang untuk menghadapimu Wan To-cu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Aku tidak bermaksud

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeroyokmu, tapi ilmu yang kami latih memang harus berenam. Kau juga boleh maju berenam seperti kami!" Tantangan itu seolah adil. tapi Wan Ceng Liong tidak punya anak buah yang ilmu silatnya tangguh. Itu sama saja dengan dia akan dikeroyok berenam. "Karena kalian datang mencariku, baik akan kuhadapi kalian berenam dengan sendiri saja!" kata Wan Ceng Liong. Wan Say Eng kaget. "Ayah sendirian sedang musuh datang begitu banyak!" pikir nona Wan. "Apa mungkin Ayah sanggup menghadapi mereka?" "Jadi kau sendiri yang akan menghadapi kami?" kata Kiauw Sek Kiang selanjutnya. "Benar! Mari maju!" kata Wan Ceng Liong. "Baik, aku hanya akan berurusan denganmu dan tidak akan mengganggu anak buahmu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kau terlalu dini berkata begitu padaku, ayo maju," kata Wan Ceng Liong. Selesai bicara Wan Ceng Liong langsung menyerang muka Kiauw Sek Kiang. "Bagus!" kata Kiauw Sek Kiang. Dia balas dengan pukulan Tay-si-pi-ciu hingga langsung mengetahui tenaga orang she Wan itu seimbang. Jika mereka bisa mengepung Wan Ceng Liong, maka mereka akan menang. Baru saja dia menghindar dari pukulan lawan. Wan Ceng Liong langsung menyerang lagi dengan hebat. Dengan lincah dia bergerak ke segala penjuru. Tak lama dia sudah ada di hadapan seorang lelaki bewok. Orang itu bernama Ciong Bu Pa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan sombong orang she Wan!" kata Ciong Bu Pa. Saat Wan Ceng Liong menyerang si bewok. tahu-tahu si bewok menggunakan tongkat orang-orangan dari kuningan menotok jalan darah di kaki lawan. Wan Ceng Liong kaget, buru-buru dia tangkis senjata lawannya. "Taak!" Tongkat Ciong Bu Pa miring ke samping, tapi disusul oleh serangan Wan Ceng Liong yang cepat. Dengan cepat Ciong Bu Pa menghindar, tapi tak urung tangan Wan Ceng Liong mengenai bahunya. Dia kesakitan dan mundur beberapa langkah ke belakang. "Sayang!" kata Wan Ceng Liong Tapi pukulannya tidak mampu merobohkan lawannya. Pertarungan semakin seru. Berkali-kali Wan Ceng Liong menyerang lawan. Baru saja Kiauw Sek Kiang menyerang, dia sudah didahului oleh Wan Ceng Liong dari samping. Tiba-tiba Kiauw Sek Kiang menjulurkan jari akan menotok jalan darah Lo-kiong-hiut di telapak tangan Wan Ceng Liong. "Kena!" bentak Wan Ceng Liong. Tapi pada saat itu laksana puluhan bayangan mengarah ke wajah Kiauw Sek Kiang, dan mengakibatkan mata Kiauw jadi silau. Dia mundur untuk menghindari serangan itu. Menyaksikan hal itu nona Wan girang bukan kepalang. "Entah kapan aku sepandai Ayahku?" pikir nona Wan. Melihat gelagat buruk bagi dirinya Kiauw Pek Kiang segera menggunakan tangannya untuk menghalau setiap serangan lawan. Dia malah sudah siap untuk adu jiwa dan binasa bersama lawannya. Baru saja Wan Ceng Liong akan melancarkan pukulan mautnya, dari belakang terasa ada sambaran angin. Ternyata Ciong Bu Pa menyerang bersama keempat kawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Ceng Liong bergeser sedikit, tangannya langsung menghantam dua lawannya yang datang begitu dekat. Ketika kedua lawannya itu menangkis pukulan Wan Ceng Liong, datang dua kawannya yang lain ikut mengeroyok. Dengan jurus Kim-na-ciunya yang lihay Wan Ceng Liong memaksa keempat lawannya itu mundur. Kembali Ciong Bu Pa dan Kiauw Sek Kiang maju menyerang. Mendapat serangan yang bergantian ini, Wan Ceng Liong kaget juga. Dia tidak menyangka keenam lawannya itu lihay. Dia merasa dalam bahaya. Sebenarnya ilmu silat Wan Ceng Liong lebih tinggi dari musuh-musuhnya. Tetapi serangan mereka bertubi-tubi dan dilakukan secara bergantian ini membuat Wan Ceng Liong agak kewalahan juga. Sedang

Kiauw Sek Kiang yang ilmu silatnya paling tinggi, merupakan tulang punggung kelima kawan-kawannya. Tidak heran jika pertarungan itu kurang seimbang. Barisan lawan ini sekarang jadi Sulit ditembus oleh Wan Ceng Liong. Merasa di atas angin kiauw Sek Kiang berteriak. "Kepandaian kami memang tidak seberapa, tapi kau pun akan sulit menembus barisan kami!" katanya. "Baik, aku akan mengadu jiwa dengan kalian. Jika aku bisa membunuh salah satu dari kalian, itu sudah bisa dianggap impas!" kata Wan Ceng Liong. "Aku mati dan salah satu dari kalian juga harus mati!" Wan Ceng Liong dengan mata mendelik langsung menyerang dengan hebat. Empat kawan Kiauw Sek Kiang jadi jerih juga menghadapi lawannya yang mulai nekat itu. "Tahan! Jangan panik, terus kepung dia!" kata Kiauw Sek Kiang memberi semangat pada kawan-kawannya. Kiauw Sek Kiang menyerang dari depan, Ciong Bu Pa dari belakang. Sedang keempat kawannya masing-masing menyerang dari samping Wan Ceng Liong. Dikepung demikian Wan Ceng Liong jadi bingung, keringat dingin membasahi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya. Melihat ayahnya dalam bahaya nona Wan melemparkan pedang ke arah ayahnya. "Terima pedang ini Ayah!" teriak nona Wan. Pedang itu semula memang milik ayahnya, tajamnya luar biasa. Terlihat secercah cahaya meluncur ke tengah gelanggang pertempuran. Kiauw Sek Kiang yang tahu, jika pedang itu jatuh ke tangan Wan Ceng Liong, maka orang she Wan itu akan berbahaya sekali baginya. Kiauw Sek Kiang langsung melompat, maksudnya akan menyambar pedang itu, sebelum sampai ke tangan Wan Ceng Liong. "Terima dulu pukulanku ini!" bentak Wan Ceng Liong ke arah Kiauw Sek Kiang. Pedang yang terdorong oleh tenaga Wan Ceng Liong, berbalik ke tubuh Kiauw Sek Kiang. Orang she Kiauw ini kaget bukan kepalang. Karena tidak berani menyambut pedang yang sedang meluncur deras ke arahnya, Kiauw Sek Kiang berkelit. Terdengar suara keras. "Trang!" Pedang itu bentrok dengan senjata milik Ciok Bu Pa yang mirip boneka dari kuningan. Pedang itu terpental dan berbalik hingga dengan mudah ditangkap oleh Wan Ceng Liong. Setelah punya senjata di tangannya,, serangan-serangan Wan Ceng Liong datang bagaikan badai saja. Ciong Bu Pa

mencoba menahan serangan itu dengan senjatanya. Namun, pedang Wan Ceng Liong berkali-kali menghajar senjatanya, hingga di sana-sini berbekas kena pedang. Mula-mula Wan Ceng Liong berhasil mendesak musuh, tapi lama-lama kembali dia terdesak lagi. Melihat ayahnya dalam bahaya nona Wan maju, tapi dicegah ayahnya. "Mundur kau anak Eng!" kata ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, mati hidup kita bersama!" kata nona Wan. "Jangan bandel, mundur!" kata sang ayah. "Tidak, aku terpaksa melanggar perintahmu!" kata nona Wan yang terus maju. Nona Wan menghunus belati dan menyerang salah seorang lawan ayahnya. Belati itu pemberian ibu nona Wan, tajamnya luar biasa. Gin-kang nona Wan cukup tinggi, oleh karena itu dia bertarung dari jarak dekat. Serangan nona Wan ganas sekali hingga orang yang diserangnya itu terpaksa mundur. "Nona, akan kupenuhi cita-citamu ingin berbakti pada orang tuamu!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. Dia cengkram nona Wan dengan tangannya. Pada saat bersamaan berkelebat pedang Wan Ceng Liong ke arah Ciong Bu Pa, sedang tangannya menyerang ke arah Kiauw Sek Kiang. Pukulan Wan Ceng Liong cukup keras. "Anak Eng, gunakan kelincahanmu! Hindari setiap serangan musuh!" kata ayah nona Wan. Wan Ceng Liong tahu adat anaknya keras kepala, maka itu dia memberi petunjuk cara bertarung kepada nona Wan. Kiauw Sek Kiang berhasil mengelak dari serangan Wan Ceng Liong, tapi nona Wan berhasil melompat ke samping lawan, hingga cengkaraman Kiauw Sek Kiang mengenai tempat kosong. Ternyata pukulan Kiauw Sek Kiang tidak ringan. Wan Say Eng berusaha menghindari keras lawan keras, tubuhnya bergerak ringan dan lincah di antara keenam lawannya. Dengan bekerja sama dengan ayahnya, nona Wan berhasil mengubah situasi pertempuran menjadi seimbang kembali. Tetapi untuk merusak konsentrasi kepungan musuh mereka belum berhasil. Lama kelamaan tenaga nona Wan mulai agak berkurang. Saat senjata Ciong Bu Pa menyambar pinggangnya. Wan Say

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eng segera menghindar ke samping, lalu menerobos melalui dua senjata lawan, tapi tidak urung rambutnya terpapas golok lawan sedikit. Saat menyaksikan adegan itu pelayan tua yang sedang menjaga Ci Giok Phang sempat menjerit kaget. Menyaksikan nona Wan dan ayahnya dalam bahaya, Ci Giok Phang tidak sabaran. Dia melompat keluar dari persembunyiannya dan langsung ke tengah pertempuran. "Mundur!" kata nona Wan. Teng Toa-siok ajak dia mundur!" Belum habis kata-kata nona Wan salah seorang lawan sudah melemparkan tiga batang pisau terbang, dua ke arah Ci Giok Phang yang satu ke arah pelayan tua yang menyusul Ci Giok Phang, untuk mencegah Ci Giok Phang maju lebih jauh. "Ci Kong-cu kembali. Kem...." Saat pelayan tua itu hampir dekat dengan Ci Giok Phang, pisau terbang langsung menyambar ke tenggorokannya. Seketika pelayan tua itu roboh dengan tubuh berlumuran darah. Sedang dua pisau yang menyambar ke arah Ci Giok Phang berhasil disampok oleh pemuda ini, sehingga kedua pisau itu jatuh ke tanah. Ci Giok Phang terus maju ke dekat nona Wan. Sekalipun dalam keadaan terdesak dari sedang sakit, Ci Giok Phang terus maju. Dia tanggung mengeluarkan seluruh kemampuannya menyerang lawan dengan hebat. Saat Kiauw Sek Kiang akan mencengkram nona Wan, pedang Wan Ceng Liong tertahan oleh senjata Ciong Bu Pa. Ketika itu nona Wan sedang cemas bukan main, karena akan tercengkram oleh lawan, ayahnya tidak mungkin menolong dia. Untung tiba-tiba Ci Giok Phang menyerbu ke arahnya. Dengan pedangnya Ci Giok Phang menyerang Kiauw Sek Kiang. Sebagai jago kelas satu. Kiauw Sek Kiang langsung tahu, penyerangnya bukan pesilat sembarangan. Dia kaget bukan main dan tidak menyangka jika di Beng-shia-to terdapat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pesilat muda yang berilmu tinggi. Serangan itu sangat berbahaya, maka itu dia harus segera menyelamatkan diri. Serangan ke Wan Say Eng dia batalkan. "Trang!" Pedang Ci Giok Phang langsung terpental. Cepat luar biasa Wan Ceng Liong menyerang secara bertubi-tubi sebanyak tiga kali ke arah Ciong Bu Pa, dengan demikian orang she Ciong ini terpaksa mundur. Sesudah itu Wan Ceng Liong memindahkan serangannya ke arah Kiauw Sek Kiang. Dengan demikian orang she Kiauw itu tidak dapat menyerang Ci Giok Phang. "Kenapa tak kau pikirkan kesehatanmu?" kata nona Wan

yang girang juga khawatir bukan main pada keselamatan Giok Phang. "Kau penyelamat jiwaku, jika aku berkorban untukmu itu pantas sekali," kata Ci Giok Phang. Sebagai pemuda jujur dan polos apa yang dia pikir langsung dia ucapkan, dia tidak peduli apakah ucapannya akan menimbulkan salah paham atau tidak. Alangkah bahagianya nona Wan saat mendengar pemuda itu berkata begitu. Dia senang dan girang bukan main. "Terima kasih Ci toa-ko. mari kita bertarung bersama untuk mempertahankan hidup dan mati bersama!" kata nona Wan. Ketika ayahnya mendengar puterinya memanggil pemuda itu dengan panggilan Ci Toa-ko. dia kaget. "Eng, jadi dia bukan Kong-sun Po?" kata ayahnya. "Benar, dia Ci Toa-ko dari Pek-hoa-kok, sengaja dia kubawa pulang untuk diperkenalkan kepada Ayah!" kata nona Wan. "Rupanya anakku jatuh cinta pada pemuda ini. Tidak masalah, keluarga Ci dari Pek-hoa-kok juga terkenal!" pikir Wan Ceng Liong. "Hm! Jangan girang dulu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik, aku akan mengantarkan kalian semua ke neraka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Puteriku, ternyata kau jeli, plihanmu tidak salah," kata Wan Ceng Liong. "Sampai matipun Ayah tidak akan membiarkan mereka melukai kalian!" Sesudah itu Wan Ceng Liong menyerang dengan hebat, pedangnya bergerak kian ke mari. Pedang itu menyambar ke segala penjuru. Sebaliknya Ci Giok Phang yang belum sehat benar terpaksa diam di tempat. Dia hanya menangkis setiap serangan lawan yang datang kepadanya. Tetapi ini pun membuat dia lelah dan terdesak. Sekarang Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya berada di atas angin. Tidak heran sekarang mereka mengepung semakin rapat. Pada saat sangat berbahaya, terdengar suara suitan panjang. Mendengar suara suitan itu Kiauw Sek Kiang kaget bukan kepalang. Ketika dia menoleh tampak seorang tua berjubah hijau sudah berada di tempat mereka. Dia Kiong Cauw Bun. Bukan Kiauw Sek Kiang saja yang kaget, tetapi Ci Giok Phang pun ikut kaget saat melihat orang tua itu muncul. "Rupanya aku datang tepat pada waktunya," kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa. "Ilmu silat kalian semua sangat hebat dan bagus untuk ditonton!" Pertarungan antara hidup dan mati itu oleh Kiong Cauw Bun dianggap tontonan yang menarik. Dari ucapannya itu seolah dia datang hanya untuk menonton perkelahian itu, alias

tidak memihak ke mana pun. Kiauw Sek Kiang sudah kenal adat Kiong Cauw Bun yang ganas, tentu saja dia jadi kaget bukan main. Tetapi sesudah tahu Kiong Cauw Bun hanya ingin menonton keramaian, hati Kiauw Sek Kiang lega juga. Dia tahu hubungan antara Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong cukup akrab. Jika Kiong Cauw Bun membantu pihak Wan, maka celakalah mereka. Tapi Kiauw Sek Kiang tetap berpikir memikirkan sesuatu jalan yang terbaik.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan-jangan dia biarkan kami bertarung, sesudah kami semua kepayahan, dia akan turun tangan untuk keuntungan pihaknya?" pikir Kiauw Sek Kiang. Tiba-tiba nona Wan berteriak. "Paman Kiong! Sebaiknya kau jangan cuma menonton, ayo ikut bertarung!" kata nona Wan. Kiauw Sek Kiang juga tidak mau kalah, dia juga berteriak. "Hek-hong To-cu, saat ini hanya kepandaianmu yang bisa disejajarkan dengan Beng-shia To-cu! Apa kau tidak ingin menjadi jago dan menjajalnya pada saat yang baik ini?" kata Kiauw Sek Kiang memanas-manasi Kiong Cauw Bun. "Hm! Bagus juga usulmu itu! Tapi harus kupertimbangkan dulu, baik tidak usulmu itu?" kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa. "Paman Kiong, apa kau sudah lupa bagaimana kau berhasil menguasai Cit-sat-ciangl" kata nona Wan. "Maka itu aku ingatkan bagaimana hubungan kita selama ini." Ucapan nona Wan jelas mengandung nada khawatir kalau Kiong Cauw Bun terpengaruh dan memihak pada lawan mereka. "Jelas aku tidak lupa pada jasa ayahmu itu. Nona Wan!" kata Kiong Cauw Bun. "Diam anak Eng, jangan sembarangan bicara," ayah nona Wan memperingatkan puterinya. Lalu Wan Ceng Liong memandang ke arah Kiong Cauw Bun. "Kiong-heng, kau tahu sifatku, aku bukan orang yang suka menerima bantuan orang. Jika kau ingin membantuku, terima kasih. Tapi harus bantuan yang keluar dari lubuk hatimu! Aku tidak memaksamu. Tetapi jika kau berniat mencelakakan aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada kesempatan ini, aku pun tidak akan mudah berlutut di depanmu!" kata Wan Ceng Liong. "Hek-hong To-cu, jika kau membantu pihakku, maka apapun yang ada di pulau ini akan menjadi milikmu! Karena yang kami inginkan hanya jiwa Wan Ceng Liong! Selain itu aku juga bersedia menghadiahkan barang yang ada di kapal layarku untukmu semuanya!" kata Kiauw Sek Kiang mencoba membujuk Cauw Bun. Sambil tertawa Kiong Cauw Bun berkata dengan nyaring. "Ternyata hadiah yang kalian sediakan untukku, jumlahnya tidak sedikit!" kata Kiong Cauw Bun. Wan Say Eng tidak mau kalah dia juga berteriak. "Paman Kiong, apakah kau ingin tahu di mana Kiong Mi Yun berada?" kata nona Wan. "Apa kau juga ingin tahu tentang kitab racun keluarga Suang?" Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak. "Oh, nona Wan kau ingin menyuapku dengan keterangan itu? Benar aku menghendakinya!" Sesudah berkata begitu sorot mata Kiong Cauw Bun tertuju pada Ci Giok Phang yang ada dekat nona Wan. "Hm! Kepandaianmu cukup tinggi, ternyata kau selamat dari pukulanku! Tapi aku bingung, keponakanku yang manis aku ingin bertanya. Sekarang di mana bocah yang bersamamu tempo hari? Kau sekarang malah berganti dengan bocah ini?" "Paman Kiong bereskan dulu mereka, baru akan kuceritakan semuanya padamu!" kata nona Wan. "Baik, kau akan kubantu. Tapi aku ingin bertanya, apakah kawan baikmu itu akan membalas dendam padaku atau tidak?" kata Kiong Cauw Bun. "Tidak! Tidak mungkin!" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik! Tapi aku ingin mendengar janji itu dari dia sendiri. Sesudah masalah ini beres, biar aku yang menentukan nasibnya!" kata Kiong Cauw Bun. Mendengar pembicaraan itu Ci Giok Phang gusar bukan kepalang. "Seorang pria sejati lebih baik mati daripada minta ampun pada orang lain. Jika kau takut aku membalas-dendam lebih baik kau gunakan kesempatan baik ini!" kata Ci Giok Phang. "Bagus! Kau seorang pria sejati!" memuji Kiong Cauw Bun. "Bagus, memang dia tidak memalukan sebagai menantuku!" kata Wan Ceng Liong. Ci Giok Phang belum sehat benar. Pikirannya juga sedang kacau. Saat itu Kiauw Sek Kiang langsung menyerangnya, tapi dengan cepat Ci Giok Phang menangkis serangan itu.

"Trang!" Pedang Ci Giok Phang terpental. Saat itu bahaya mengancam pemuda ini. Tapi untung dengan kecepatan luar biasa, Wan Ceng Liong mengibaskan lengan bajunya hingga tubuh Ci Giok Phang terlempar sekitar beberapa meter jauhnya. Dengan demikian dia terhindar dari pukulan Kiauw Sek Kiang. Dengan sigap pula Hek-hong To-cu sudah langsung menyambar tubuh Ci Giok Phang, hingga pemuda ini tidak sampai jatuh ke tanah. Tetapi pemuda itu sudah tak sadarkan diri. Nona Wan kaget. "Paman Kiong kau boleh menonton, tapi jangan lukai dia!" memperingatkan nona Wan. Sesudah meletakkan Ci Giok Phang dan menotok jalan darahnya, Kiong Cauw Bun menyahut. "Baik! Saudara Wan mengingat hubungan kita, maka pantas aku membantumu," kata Kiong Cauw Bun. "Hanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk itu kau harus menerima syarat dariku. Jika aku menanyakan sesuatu pada Wan Say Eng, dia harus menjawab pertanyaanku dengan jujur! Tidak boleh membohongiku sedikit pun!" "Baik, Paman Kiong aku berjanji!" sela Wan Say Eng. "Sejak dulu aku tidak bersedia ditekan oleh orang lain!" kata Wan Ceng Liong. "Dengar Hek-hong To-cu, dia tidak berbudi dan tidak tahu diri. Lebih baik kau bantu kami saja," kata Kiauw Sek Kiang. "Kiauw Sek Kiang. lekas kau enyah dari sini!" bentak Kiong Cauw Bun dengan tiba-tiba. "Aneh," pikir Kiauw Sek Kiang. "Pikiran orang ini begitu cepat berubah!" "Persahabatan kami tidak bisa kau pecah belah begitu saja," kata Kiong Cauw Bun. "Enyah kau dari sini, apa kau tidak mendengar kata-kataku?" Kiong Cauw Bun tiba-tiba maju dan melancarkan serangan. "Plaaak!" Kedua tangan mereka beradu dengan keras. Kiong Cauw Bun terhuyung mundur dua langkah, sedang Kiauw Sek Kiang cuma menggeliat, tetapi urat di tubuhnya berubah jadi hijau semuanya. Kelihatan seolah Kiauw Sek Kiang yang lebih unggul dari Kiong Cauw Bun, walau dia mengeluh. Pukulan Kiong Cauw Bun sangat beracun, sedang Kiauw Sek Kiang menggunakan jurus Tay-cui-pi-ciu. Namun, saat dia menyambut pukulan Kiong Cauw Bun, keras melawan keras. Tak heran seketika itu juga dadanya terasa sesak dan mual

ingin muntah. Tapi Iwee-kang Sek Kiang tinggi hingga dalam sekejap tenaganya pulih lagi. Dia sadar jika terus bertarung, paling kuat dia hanya bisa menahan tiga jurus saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Kiong Cauw Bun berbalik, dia langsung menyerang Ciong Bu Pa. Dengan cepat Bu Pa mengangkat senjatanya menangkis serangan lawan. Sekalipun pukulan Kiong Cauw Bun tidak mengenai dirinya, tapi angin pukulan itu menyambar ke mukanya. Dia kaget langsung melompat keluar dari kalangan menjauhi lawan. Saat Kiong Cauw Bun sedang menghadapi dua orang lawan tangguh, Wan Ceng Liong tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia serang dua musuh lainnya hingga kedua orang itu segera dia cengkram lalu dia lemparkan. "Tidak ada gunanya aku bunuh kalian!" kata Wan Ceng Liong. Saat itu kepungan musuh langsung berantakan. Kiauw Sek Kiang sadar dia sudah tidak mungkin bertarung lagi. "Baik, Hek-hong To-cu, aku menuruti nasihatmu. Ijinkan kami pergi!" kata Kiauw Sek Kiang. "Jika sejak tadi kau mendengar kata, aku tidak akan menyusahkanmu! Lekas pergi!" kata Kiong Cauw Bun. Sesudah Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya pergi. Wan Ceng Liong memberi hormat pada Kiong Cauw Bun. "Terima kasih atas bantuanmu, Saudara Kiong!" kata Wan Ceng Liong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 42

Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak sambil melirik ke arah nona Wan dan Ci Giok Phang yang tergeletak karena lukanya. Kemudian jago Hek-hong-to ini memberi hormat pada Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudahlah, kau tidak perlu mencaciku lagi! Karena sudah tidak ada urusan di sini, aku mohon pamit!" kata Cauw Bun. Tunggu dulu!" kata Wan Ceng Liong. "Ada apa yang hendak kau katakan?" kata Kiong Cauw Bun. "Orang she Wan selalu membedakan antara budi dan dendam secara tegas," kata Wan Ceng Liong. "Tadi kau bilang kau harus berjanji padamu, lekas katakan!"

"Bukankah tadi kau telah menolak permintaanku?" kata Kiong Cauw Bun acuh tak acuh. "Memang, tadi aku sedang terdesak, maka aku tidak bersedia ditekan orang pada saat aku terdesak," kata Wan Ceng Liong. "Sekarang kau telah membantuku tanpa bicara soal syarat, maka aku jadi tak enak hati, kebaikanmu patut kubalas!" "Terima kasih, aku rasa tidak perlu," kata Kiong Cauw Bun. Dia berbalik lalu menyambar tubuh Ci Giok Phang yang dia kepit akan dibawa pergi. "Lepaskan dia. Paman Kiong! Kau mau apakan dia?" teriak nona Wan. "Aku yang menyelamatkan dia dari tangan Kiauw Sek Kiang, maka jadi hakku jika dia aku bawa pergi!" kata Kiong Cauw Bun. "Kau telah membantuku, Saudara Kiong. Aku harus berterima kasih," kata Wan Ceng Liong. "Sekarang kau beri muka padaku, bebaskan bocah itu untukku!" "Saudara Wan kau membedakan antara dendam dan budi, aku juga demikian," kata Kiong Cauw Bun. "Dia punya masalah padaku, akan kubawa dia ke pulauku. Di sana dia harus merasakan sedikit siksaan dariku, sekalipun jiwanya akan kuampuni!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Say Eng kaget karena dia tahu bagaimana orang yang dikurung di goa pulau itu akan menderita. "Paman Kiong, aku sudah berjanji akan memberi keterangan dengan jujur, asal kau tidak menyiksa dia!" kata nona Wan. "Oh, jadi kau ingin berunding dan tawar-menawar denganku?" kata Kiong Cauw Bun. "Baiklah, aku akan sedikit menurunkan tawaranku!" Merasa terdesak Wan Ceng Liong langsung bicara. "Saudara Kiong, kalau begitu apa maumu, lekas katakan!" kata Wan Ceng Liong. "Katakan dulu, kenapa kau mati-matian ingin membela bocah ini?" kata Kiong Cauw Bun. "Dia calon menantuku, bukankah tadi sudah kukatakan padamu?" "Benarkah begitu?" "Kenapa aku harus berbohong?" kata Wan Ceng Liong. "Bukankah orang ini yang menggunakan nama palsu Ciu Chu Kang, padahal dia bernama Kong-sun Po?" kata Cauw Bun. Dulu dia bersama Kong-sun Po saat bertemu dengan Kiong

Cauw Bun, supaya bebas dari gangguan Kiong Cauw Bun, nona Wan memang pernah mengaku bertunangan dengan Kong-sun Po yang menggunakan nama palsu Ciu Chu Kang. Sekarang Wan Say Eng terkejut ketika ingat hal itu, dia berpikir kini saatnya dia harus berterus-terang. "Mungkin dia sudah tahu aku berniat merebut calon menantunya," pikir Wan Ceng Liong yang kaget bukan main. "Untung pemuda yang dicintai anakku bukan calon menantunya, tapi pemuda she Ci ini! Dengan demikian aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi enak bicara dengannya. Aku bisa menyangkal jika dia menuduhku!" "Saudara Kiong kau jangan bicara sembarangan, puteriku sudah mengikat janji dengannya dan tak lama lagi mereka akan menikah!" kata Wan Ceng Liong. "Benarkah begitu? Baik, tapi aku harus mendengar sendiri dari Ci Kong-cu baru aku percaya!" kata Kiong Cauw Bun. Kemudian dia membuka totokan di tubuh Ci Giok Phang. Sesudah pemuda itu sadar dia langsung bertanya. "Saudara Ci, apa hubunganmu dengan Wan Ceng Liong?" kata Kiong Cauw Bun. Sebenarnya sudah sejak tadi Ci Giok Phang bisa membebaskan totokan orang tua itu, tapi ini tak diketahui oleh Kong Cauw Bun. Tidak heran kalau dia sudah tahu apa yang sedang mereka bicarakan. "Ayah nona Wan sudah kelelahan karena lama bertarung," pikir Ci Giok Phang. "Maka tidak mungkin ayah nona Wan akan sanggup melawan Kiong Cauw Bun. Sedang Kiong Cauw Bun salah sangka, aku dikira menantunya. Lebih baik aku mengakuinya saja!" Begitu bangun Ci Giok Phang langsung lari ke arah Wan Ceng Liong sambil berseru. Gak-hu (Mertua), tolong aku!" kata Ci Giok Phang. Ucapan itu membuat wajah nona Wan berubah merah, namun hatinya girang bukan kepalang. "Nah, apa aku bohong?" kata Wan Ceng Liong. "Baiklah, tapi apakah kau sanggup mengerjakan urusanku?" kata Kiong Cauw Bun. "Katakan saja," kata Wan Ceng Liong. "Tunggu, aku akan bertanya dulu pada puterimu," kata dia. "Nona Wan, benarkah pemuda yang bersamamu dulu itu Kong-sun Po?"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, jika Paman Kiong sudah tahu kenapa bertanya lagi?" "Kenapa waktu itu kau membohongiku?" "Aku berbohong demi kebaikan Paman," kata nona Wan. "Maksudmu?" "Ketahuilah oleh Paman, Enci Kiong sudah bertemu dengan Kong-sun Po, mereka sudah saling mengaku sebagai calon suami isteri," kata nona Wan. "Malah mengenai Paman akan menyusahkan menantumu itu, hal itu pun sudah diketahui oleh Enci Kiong! Maka itu kusarankan pada Paman, sebaiknya Paman mengurus kepentingan puterimu itu." "Hm! Kau jangan ikut campur urusanku," kata Kiong Cauw Bun. "Sekarang katakan, ke mana mereka?" "Mereka pergi ke Kim-kee-leng!" kata nona Wan. "Kiranya benar mereka bergabung dengan musuhku!" pikir Kiong Cauw Bun. Sesudah Kiong Cauw Bun mengetahui pemuda itu Kongsun Po, maka dia berharap agar bisa mengambil Kong-sun Po sebagai menantunya. "Apa Paman ada pertanyaan lain?" kata nona Wan. "Sekarang kitab racun keluarga Suang ada di tangan siapa?" kata Kiong Cauw Bun. "Di tangan See-bun Souw Ya," kata nona Wan. "Kenapa kitab itu tidak diwariskan pada Kong-sun Po?" kata Kiong Cauw Bun. "Maaf Paman soal ini aku tidak tahu!" jawan nona Wan. "Dari mana kau tahu kitab itu ada di tangan See-bun?" "Luka yang diderita olehnya." kata nona Wan sambil menunjuk ke arah Ci Giok Phang, "terkena pukulan Hua-hiat

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

to. Saat dia terluka oleh Paman, lukanya hampir sembuh. Tapi dia dilukai lagi oleh The Yu Po, murid See-bun Souw Ya!" "Benarkah begitu?" kata Kiong Cauw Bun yang langsung melompat dan mencengkram Ci Giok Phang. "Lepaskan dia!" bentak Wan Ceng Liong. Sambil membentak Wan Ceng Liong menyerang, tapi serangan itu ditangkis oleh Kiong Cauw Bun, hingga dia mundur dua langkah. Keduanya sadar sama-sama kuat. Maka itu Wan Ceng Liong berkata. "Hm! Kau hendak membawa menantuku yang sedang terluka parah? Baik aku akan adu jiwa denganmu!" kata Wan

Ceng Liong. Ucapan Wan Ceng Liong bukan hanya gertakan, jika dia bertarung mati-matian dan nekat, jiwa Kiong Cauw Bun pun bisa terancam bahaya. Kiong Cauw Bun lalu berkata manis. "Saudara Wan kau salah sangka!" kata dia yang langsung memeriksa nadi Ci Giok Phang. Dia merasakan ada hawa panas berbalik ke arahnya. "Benar, dia terluka oleh Hua-hiat-to" kata Kiong Cauw Bun sambil melepaskan tubuh Ci Giok Phang. "Nah, dia kukembalikan padamu. Tapi kau tetap harus memegang janjimu tadi!" kata Kiong Cauw Bun. "Tentu, sejak kapan orang she Wan menjilat ludahnya kembali?" kata Wan Ceng Liong. "Kau ingin aku berbuat apa, aku siap melaksanakannya." "Bagus! Tapi batas waktunya harus ditentukan!" kata Kiong Cauw Bun. "Katakan saja, masalah apa?" "Dalam waktu yang aku tentukan, kau harus bisa merebut kitab racun itu dari tangan See-bun Souw Ya," kata Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar keterangan itu Wan Ceng Liong berpikir. "See-bun Souw Ya lihay, apalagi dia bergabung dengan Chu Kiu Sek. Aku benar-benar harus menghadapi lawan berat! Tapi aku sudah berjanji menyanggupi tugas itu, jika tidak aku akan kehilangan pamor!" pikir Wan Ceng Liong. Melihat Wan Ceng Liong agak ragu, Kiong Cauw Bun langsung berkata lagi. "Ilmu silatmu lihay, masakan kau takut pada mereka?" kata Kiong Cauw Bun. "Jangan kau panas-panasi aku, pasti akan aku laksanakan. Hanya jika waktunya cuma setahun, aku keberatan!" kata Ceng Liong. "Baik, kutetapkan dua tahun, bagaimana?" kata Kiong Cauw Bun. "Nah, dua tahun kemudian aku akan datang lagi ke tempat ini. Sekarang aku mohon diri!" Sesudah Kiong Cauw Bun pergi nona Wan berkata pada ayahnya. "Tugas Ayah sangat berat. See-bun Souw Ya sekarang kepercayaan Khan Agung dari Mongol!" kata nona Wan. "Tapi apa yang sudah kujanjikan harus aku selesaikan, asal aku tetap sehat saja." kata Wan Ceng Liong. "Sekarang Ayah harus mengobati Ci Toa-ko," kata nona Wan. Wan Ceng Liong memeriksa nadi Ci Giok Phang. Sejak masih muda pemuda ini berlatih Siauw-yang-sin-kang, jadi

keadaannya tidak mengkhawatirkan. "Dia kuat dan mudah kuobati, paling lama sebulan dia akan pulih!" kata Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih To-cu," kata Giok Phang. "Kalian berdua sangat baik padaku, entah bagaimana aku harus berterima kasih pada kalian?" "Kita telah menjadi keluarga, kau jangan sungkan lagi," kata Wan Ceng Liong. "Sekarang juga kau akan kuobati, kelak mungkin aku akan minta bantuanmu!" "Bila To ... Eh Gak-hu (Ayah Mertua) memerlukan bantuan, aku siap sekalipun harus terjun ke lautan api!" kata Ci Giok Phang. "Bagus, ini baru namanya orang sendiri," kata Wan Ceng Liong. Wan Ceng Liong berpikir, "Jika aku bisa diajari Iwee-kang aliran lurus, maka bahaya terserang Cauw-hwee-jip-mo tidak akan terjadi." Tidak lama muncullah semua anak buah Wan Ceng Liong dari persembunyiannya. Mereka langsung mengangkat tubuh Ci Giok Phang untuk dibawa ke dalam rumah. "Sudah jangan ganggu dia, biar aku yang merawatnya," kata nona Wan. "Benar, siapkan kamar untuknya," kata Wan Ceng Liong pada pegawainya itu. Sekarang Ci Giok Phang dipapah oleh nona Wan. Jarak dari lapangan itu ke rumah Wan Ceng Liong cukup jauh. Saat berjalan nona Wan berkata perlahan pada Ci Giok Phang. "Ci Toa-ko, kau tidak marah padaku, kan?" kata nona Wan. "Aku harus berterima kasih padamu, kenapa aku harus marah?" kata pemuda ini. "Tadi Ayahku salah sangka... Dia mengira kita sudah... Aah aku terpaksa mengakuinya. Aku kira perbuatanku itu tidak pantas, apa kau tidak marah padaku?" menjelaskan nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, itu yang kau maksudkan. Dalam hal itu akulah yang mungkin kurang pantas, entah bagaimana pendapatmu?" kata Ci Giok Phang yang mukanya langsung merah. "Ci Toa-ko, kau jangan tertawakan aku tidak tahu malu. Ini kulakukan demi kau, jika Ayahku tahu kita tidak ada hubungan

dan membohonginya, mungkin dia akan mencelakaimu dan mengusirmu. Maka untuk sementara kita harus pura-pura sebagai calon suami isteri." kata Wan Say Eng. Saat Ci Giok Phang melirik, dia lihat mata nona Wan basah oleh air mata. Tapi nona ini sangat cantik di matanya. Ternyata nona Wan pun sedang melirik ke arah Ci Giok Phang. Dia sedang menunggu jawaban pemuda itu. Melihat hal itu Ci giok Phang yang jujur dan berperasaan halus jadi terharu. "Nona Wan, kau begitu baik kepadaku. Mungkin seumur hidupku pun aku sulit membalas kebaikanmu itu. Jika kau tidak....ah tidak....kita..." "Kita kenapa?" tanya nona Wan perlahan. "Biarlah kita...aah.... kita menjadi suami-isteri!" kata Giok Phang dengan suara perlahan. "Oh, apakah kau tidak akan menyesal, Ci toa-ko?" kata nona Wan dengan wajah merah. "Tidak! Malah aku yang khawatir aku tidak cocok menjadi suamimu." kata Giok Phang yang langsung merangkul tubuh nona itu tanpa sadar. "Jangan," bisik nona Wan. "Nanti kita ditertawakan oleh para pelayan, nanti malam aku akan menemuimu!" kata nona Wan. Ci Giok Phang sudah dibawa masuk tak lama mereka sudah menuju ke sebuah kamar. Kepada para pelayan nona Wan meminta agar merawat Ci giok Phang. Sesudah itu nona Wan meninggalkannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepeninggal Wan Say Eng yang pergi ke kamarnya. Ci Giok Phang melamun. "Mimpi pun aku tidak pernah bisa mengalami kejadian seperti hari ini," pikir pemuda ini. "Sungguh aku tidak menyesal." Tiba-tiba bayangan Han Pwee Eng terbayang di depan matanya. "Aah, Pwee Eng sekarang sudah rukun lagi dengan Kok Siauw Hong, mereka sejak kecil sudah bertunangan. Tidak pantas aku memikirkan dia!" pikir Ci Giok Phang. "Tapi entah bagaimana dengan nasib adikku. Aku kira Say Eng tidak membohongiku, dia pergi bersama Seng Liong Sen ke Kanglam. Ini di luar dugaanku, semoga dia tidak tertipu!" Bukan hanya Ci Giok Phang yang mengkhawatirkan keselamatan Ci Giok Hian, tapi di Kim-kee-leng pun Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng juga sedang memikirkan nasib Ci Giok Hian ini. Kedua muda-mudi ini tampak agak kikuk setiba mereka di

Kim-kee-leng ini. Di sini sudah berkumpul para jago kalangan Kang-ouw. Di antara mereka pun ada beberapa orang yang pernah menyerbu ke Pek-hoa-kok. Di tempat ini pun ada dua pelayan tua Han Pwee Eng yaitu Liok Hong dan Lui Piauw, si Golok Emas yang pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong. Mula-mula mereka heran melihat kedatangan kedua anak muda itu, tapi kemudian mereka gembira juga. Sambil tertawa riang Lui Piauw berkata. "Ah, kalian sudah rukun lagi. Aku senang, apa yang terjadi dulu anggap saja tidak ada!" kata Lui Piauw. "Paman Lui, kau jangan salah paham," kata Han Pwee Eng. "Salah paham bagaimana?" kata Lui Piauw. "Bisa insaf pada kesalahan sendiri, itu sikap terpuji! Kok Siauw-hiap bersedia kembali, itu sangat bijaksana sekali, salah paham bagaimana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan itu maksudku, Paman Lui!" "Lalu apa maksudmu?" Kok Siauw Hong telah menyenggol nona Han, dengan demikian Pwee Eng tidak langsung menjawab. Nona Han pun berpikir jika saat itu masalah itu dibicarakan, dia khawatir akan menyinggung perasaan Kok Siauw Hong. Sesudah berpikir sejenak Han Pwee Eng mulai bicara. "Paman Lui, masalah dulu jangan kita ungkat-ungkat lagi. Sedang nasib Ayahku entah bagaimana belum kita ketahui? Kedatangan kami ini untuk minta bantuan pada Liu Li-hiap." kata Han Pwee Eng. "Apa, aah! Kepandaian ayahmu sangat tinggi. Bagaimana dia bisa mengalami hal yang tidak terduga?" kata Lui Piauw. "Ceritanya panjang, akan kujelaskan nanti sesudah kami bertemu dengan Liu Li-hiap," kata nona Han. Kedatangan Han Pwee Eng sangat menyenangkan hati Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw. Dia juga sudah mendengar tentang kegagahan Kok Siauw Hong yang dia dengar bakal jadi suami nona Han. Maka dia berjanji pada nona Han akan membantu mencari kabar tentang ayah nona Han. Suami Liu Li-hiap sedang pergi ke Ki-lian-san bersama Bulimthian-kiauw, maka dia mengajak Pwee Eng tidur sekamar dengannya. Dari Liu Li-hiap nona Han banyak mendapat berbagai petunjuk. Suatu hari setelah berlatih silat Hong-lay-mo-li bertanya pada nona Han. "Aku dengar ilmu silat Seng Cap-si Kouw sangat aneh dan luar biasa lihaynya, kau pernah menyaksikan sendiri. Apa benar begitu?" kata Hong-lay-mo-li. "Mana bisa sungai dibanding dengan lautan, dan bukit

dengan sebuah gunung," kata nona Han sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku memang pernah kaget menyaksikan kepandaiannya itu, tetapi sekarang tidak lagi!" Dia berkata begitu membandingkan Seng Cap-si Kouw sebagai sungai dan bukit, sedang Hong-lay-mo-li dia samakan dengan lautan. Mendengar pujian itu Hong-lay-mo-li agak tersipu. "Aah, kau terlalu memujiku," kata Hong-lay-mo-li "Aku dengar dia punya keponakan dan pernah ke sini?" kata Han Pwee Eng. "Maksudmu Seng Liong Sen? Aku sedang memikirkan tentang dia, apa kau pernah bertemu dengannya?" "Tidak. Aku dengar dia murid Bun Yat Hoan di Kang-lam." Kata nona Han. "Benar, dia datang atas perintah gurunya untuk berunding menghadapi bangsa Mongol. Sedang Seng Cap-si Kouw aku tidak tahu jelas, apakah dia itu orang baik atau orang jahat? Tapi Seng Liong Sen murid aliran lurus. Yang aku tidak tahu, apakah dia terpengaruh oleh bibinya atau tidak? Maka itu aku tidak terlalu mempercayainya." Kata Liu Ceng Yauw. "Jika Bun Tay-hiap menjadikan dia muridnya, pasti bisa dipercaya," kata nona Han. Nona Han teringat pada Ci Giok Hian, dia pikir pilihan nona Ci itu tepat. "Baru-baru ini aku dengar tentara Mongol yang menyerang Kerajaan Kim telah menghentikan serangannya. Tapi aku dengar pasukan istimewa Mongol malah menyerang ke Siamsay dan Su-coan yang termasuk wlayah Song. Thio Soan, panglima kota Kay-ciu tewas. Sedang bajak di sungai Tiangkang bernama Su Thian Tek, malah bergabung dengan pihak Mongol. Dengan demikian keadaan Kang-lam jadi gawat. Maka itu aku berpikir akan mengirim utusan ke Kang-lam

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengadakan kontak dengan Bun Tay-hiap!" kata Liu Ceng Yauw. "Apa sudah dipilih orang yang akan ke sana?"kata nona Han. "Belum. Karena aku belum mendapatkan calon yang cocok untuk tugas itu," kata Liu Ceng Yauw. Sesudah itu pembicaraan tidak dilanjutkan, padahal Pwee

Eng ingin mengajukan sebuah usul. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Di luar, Kok Siauw Hong sedang berjalan hilir-mudik. Dia kelihatan sedang kesepian. Dia duduk di bawah sebuah pohon sambil melamun. Kok Siauw Hong seorang pemuda yang tidak cepat bisa melupakan Ci Giok Hian, karena mereka pernah akrab. Sekalipun dia tahu nona Ci sudah terpikat oleh pemuda lain, namun cintanya pada nona Ci tidak mudah dilupakan. Sedang hubungannya dengan Han Pwee Eng penuh dengan pengalaman pahit. Saat dia sudah bergaul dekat baru dia menghormati dan jatuh cinta pada nona ini. Maka dia berpikir akan melanjutkan perjodohannya itu. Ide ini muncul karena dia ingin "menebus dosa" karena dia pernah menyianyiakannya. Apakah dia sudah beralih cinta dari Ci Giok Hian ke Han Pwee Eng, dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Apalagi saat dia merasakan sikap nona Han yang panas dingin, terkadang mesra tiba-tiba berubah jadi dingin sekali. Hal itulah yang membuat dia murung. Saat dia sedang melamun dan bingung, tiba-tiba dia mendengar ada orang memanggilnya. Saat dia menoleh ternyata yang memanggilnya itu Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kok Toa-ko, kau sedang melamun, ya? Apa yang sedang kau pikirkan?" kata nona Han. Wajah Kok Siauw Hong berubah merah. "Tidak! Tidak ada yang aku sedang aku pikirkan," kata Kok Siauw Hong. "Kau tidak sedang memikirkan apa-apa, tapi aku malah sedang memikirkan sesuatu," kata nona Han. "Memikirkan soal apa?" tanya pemuda itu. "Aku sedang memikirkan keadaan Ci Giok Hian," kata si nona. "Aneh, tanpa sebab kau memikirkan dia?" "Jujur saja, Kok Toa-ko apa kau tak ingin bertemu dengannya?" kata Han Pwee Eng. Sambil mengelah napas Kok Siauw Hong menjawab. "Semua telah lewat dan telah berubah! Untuk apa ku ingatingat lagi? Dia kira aku sudah mati, jika kucari dan bertemu dengannya, malah akan menyulitkan dia!" kata Kok Siauw Hong. "Khabar dari orang lain belum tentu benar, Kok Toa-ko," kata nona Han dengan tulus. "Sebelum kau bertemu dengannya, mana bisa jelas masalahnya?" Kok Siauw Hong heran, dia tidak tahu maksud nona Han.

"Sebenarnya aku ingin bertemu dengannya, tapi sekarang belum saatnya!" kata pemuda itu dengan jujur. "Aku kira malah sekarang sangat tepat," kata Han Pwee Eng. "Justru karena dia mengira kau telah meninggal, maka kau harus selekasnya menemuinya. Jika... Aah kau seorang yang cerdas, tidak perlu aku yang mengatakannya pasti kau sudah paham."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong mengerti maksud Han Pwee Eng. Jika Giok Hian masih mencintainya, kedatangan Siauw Hong menemuinya akan menjelaskan misteri yang selama ini meliputi masalah rumit itu. Sebaliknya, jika Ci Giok Hian sudah tidak mencintainya, setelah dia bertemu nanti, semuanya akan jadi jelas sekali! Sedangkan Kok Siauw Hong pun berpikir, mengenai usul nona Han ini, dia tak tahu apa maksudnya. Misalnya jika semua telah jelas, dan Ci Giok Hian sudah tidak mencintainya, apakah gadis itu akan mau menikah dengannya? Saat itu jantung Kok Siauw Hong berdebar-debar. Dia berpaling ke arah nona Han. "Kau berpikir begitu, namun..." sebelum kata-kata Kok Siauw Hong selesai nona Han sudah langsung memotong. "Maksudmu, karena urusan pribadi, kau tidak boleh meninggalkan urusan negara, begitu?" kata Han Pwee Eng. "Baiklah, akan aku jelaskan padamu. Justru urusan ini menyangkut urusan negara!" "Bagaimana kau katakan ini urusan negara?" kata Siauw Hong. "Saat ini Liu Beng-cu sedang mencari orang yang akan dia utus ke Kang-lam," kata Han Pwee Eng. Sesudah itu nona Han menerangkan apa yang dia bicarakan dengan Liu Ceng Yauw tadi saat mereka selesai berlatih silat. "Karena masalahnya sangat penting, aku kira kau orang yang paling tepat menjadi utusan beliau," menambahkan Han Pwee Eng. "Sebaliknya, jika kau tidak mau ke Kang-lam karena tidak berani bertemu dengan Ci Giok Hian, aku kira kau hanya mementingkan urusan pribadi saja!" "Jangan kau panas-panasi hatiku, usulmu itu akan kupikirkan dulu!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pikirkan olehmu, jika kau ke Kang-lam, maka kau akan bertemu dengan Enci Giok Hian, kau jangan ragu-ragu, kau terima saja tugas itu!" kata nona Han. "Benar, kau anggap aku orang yang tepat jadi utusan, tapi entah Liu Li-hiap. Apakah dia sependapat denganmu atau tidak?" kata Siauw Hong. "Jika kau bersedia, aku akan membicarakan dengan beliau, jika sudah setuju besok kau tinggal berangkat!" kata nona Han. Semula Liu Ceng Yauw pun berniat mengutus Kok Siauw Hong, tetapi karena dia anggap Kok Siauw Hong tamu barunya, dia tidak berani mengajukan usulnya itu. Ketika mendengar dari si nona. Kok Siauw Hong bersedia menjadi utusan, dia girang sekali. Esok harinya... Kok Siauw Hong berangkat ke Kang-lam sebagai utusan dari wilayah utara. Ketika itu Kerajaan Kim sedang sibuk menghadapi serbuan tentara Mongol, pengawasan terhadap orang yang lalu-lintas agak longgar. Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong tidak mendapat gangguan. Pada suatu hari Kok Siauw Hong tiba di Pek-hoa-kok. Dengan agak bimbang mengenang kisah cintanya dengan nona Ci, dia berjalan menuju ke rumah keluarga Ci. Begitu sampai Kok Siauw Hong disambut oleh pelayan tua keluarga Ci yang keheranan karena Siauw Hong pulang tanpa nona Ci. Malah Kok Siauw Hong menanyakan apakah nona Ci sudah pulang atau belum. Pelayan keluarga Ci lalu mengisahkan apa yang telah terjadi di rumah itu, sampai Ci Giok Phang dibawa pergi oleh seorang nona untuk diobati. "Siapa nama nona itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menurut nona itu dia teman Siauw-ya kami, nama nona itu Wan Say Eng," kata pelayan itu. "Dia baik sekali pada Siauwya, maka aku pikir dia bukan orang jahat!" "Di mana tempat tinggal nona itu?" "Kami tidak tahu. dia tidak mengatakan di mana dia tinggal, aku juga lupa menanyakannya," kata pelayan tua itu. "Tapi dia bilang sesudah Siauw-ya sembuh dia akan mengantarkannya lagi!" Kok Siauw Hong heran mendengar keterangan itu, maka dia lalu mohon diri dan langsung berangkat. Menjelang lohor dia tiba di tepi sungai Tiang-kang. Sungai ini juga dikenal sebagai sungai Yang-cee-kiang. Di tempat itu tidak ada perahu yang bisa dia tumpangi. Kok Siauw Hong lalu

menyusuri sepanjang tepi sungai itu. Akhirnya dia melihat di semak-semak ada orang tua sedang tertidur, mungkin dia pemilik perahu itu. "Kakek, tolong seberangkan aku!" kata Kok Siauw Hong. Setelah menggeliat tukang perahu itu bangun. Dengan malas-malasan orang tua itu bertanya. "Tuan mau ke seberang?" kata orang tua itu. Ya, tolong seberangkan aku," kata Kok Siauw Hong. "Tapi, aah aku tidak bisa menyeberangkan Tuan," kata si tukang perahu. "Tolong. Biar nanti kubayar agak mahalan," kata Siauw Hong. "Oh, bukan masalah ongkosnya, tapi baru-baru ini keamanan di tempat ini sangat rawan. Bajak-bajak mulai berontak dan mengganggu keamanan di sungai Jika bertemu mereka tidak masalah bagiku karena aku sudah tua. Tetapi Tuan bisa celaka!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak takut bajak atau perompak, jika terjadi apa-apa aku yang tanggung-jawab sendiri," kata Siauw Hong. Tukang perahu itu mengawasi ke arah Siauw Hong. "Jika Tuan tidak takut, baiklah akan kuseberangkan," kata tukang perahu itu. "Terima kasih. Kakek," kata Kok Siauw Hong. Dia melompat ke atas perahu. Orang tua itu segera mendayung dengan galah bambunya, saat dilihat begitu Kok Siauw Hong jadi cemas. Dia khawatir orang tua itu tidak mampu menyeberangkannya ke seberang. Ombak cukup besar dan perahu sekarang sudah berada di tengah sungai. Tetapi tidak disangka sekalipun sudah tua, tukang perahu itu masih sigap mengemudikan perahunya, perahu meluncur cepat sekali mengikuti arus sungai, bahkan turun naik mengikuti gelombang sungai. Kok Siauw Hong berdiri di haluan perahu dengan perasaan girang. Tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar seruan si tukang perahu. "Celaka!" kata tukang perahu. "Ada apa?" "Lihat di sana!" Mula-mula dari jauh kelihatan sebuah titik hitam, tapi dalam sekejap muncullah sebuah perahu layar dekat perahu mereka. Benderanya terlihat jelas bendera tengkorak manusia. "Apa itu kapal bajak?" kata Kok Siauw Hong. "Benar! Mereka bukan sembarangan bajak!" kata si tukang perahu.

"Apa mereka anak buah Su Thian Tek?" "Bukan! Bajak itu datang dari wilayah Timur, pemimpinnya bernama Kiauw Sek Kiang. Dulu aku melihatnya di wilayah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

timur, ternyata sekarang sudah menyusup ke Tiang-kang!" kata si tukang perahu. "Aku dengar bajak tidak sembarangan membajak, apalagi perahu kita sekecil ini," kata Siauw Hong. "Aku dengar bajak ini kejam, setiap yang bertemu denganya pasti celaka!" kata tukang perahu. "Sudah jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa," kata Siauw Hong. "Tuan membawa pedang pasti bisa silat," kata tukang perahu itu. "Jangan anggap ringan, mereka lihay!" Tukang perahu mencoba mempercepat perahunya, tapi kapal layar itu sudah semakin dekat. "Hai, siapa yang ada di perahu, berhenti!" teriak anak buah bajak itu. "Kaum nelayan," kata tukang perahu. Bajak itu sudah melihat Kok Siauw Hongyang berpakaian bagus serta membawa pedang. "Hm! Mana ada nelayan yang berdandan sebagus itu? Aku tidak peduli siapa kalian, tapi berhenti! Kami akan memeriksa dulu!" kata bajak itu. "Siapa kau ini berani memerintah seenakmu?" kata Kok Siauw Hong. "Hai bocah! Apa kau sudah bosan hidup?" kata bajak itu. Tiba-tiba bajak yang bertubuh kekar mengankat jangkar yang dia lontarkan ke arah perahu yang ditumpangi Kok Siauw Hong. Jangkar itu berat sekitar seratus kati, diikat oleh seutas rantai panjang. Tapi diangkat dan dilemparkan oleh orang itu dengan mudah. Melihat hal itu Siauw Hong kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Brak! Jangkar itu nyangkut di perahu kecil itu. Langsung perahu kecil itu diseret ke dekat kapal layar itu. Betapa kecilnya perahu yang dinaiki Kok Siauw Hong, menariknya butuh tenaga besar. Orang yang menarik perahu itu anak buah Kiauw Sek Kiang yang bernama Ciong Bu Pa. Sesudah dikalahkan oleh Kiong Cauw Bun di Beng-shia-to,

Kiauw Sek Kiang akan bergabung dengan Su Thian Tek. Saat itu sedikitpun Kok Siauw Hong tidak gentar. Dia menghunus pedangnya dan siap menyerang bajak-bajak itu. "Keparat, kalian ingin mencoba kelihayanku?" kata Kok Siauw Hong membentak. "Hm, anak muda! Kau sombong sekali?" kata Ciong Bu Pa. Dia meladeni Kok Siauw Hong tanpa senjata andalannya. Tapi Cit-siu-kiam-hoat Kok Siauw Hong sulit ditebak. Gerakannya sederhana, namun sangat lihay. Sekali serang bisa mengarah ketujuh sasaran. "Awas!" kata Kiauw Sek Kiang memperingati Ciong Bu Pa. "Sreet!" Tak ampun lagi sebagian pakaian Ciong Bu Pa terbabat oleh pedang Kok Siauw Hong. Untung ada peringatan dari Kiauw Sek Kiang, jika tidak tangannya akan buntung oleh pedang lawan. Sebelum Siauw Hong menarik pedangnya , dua anak buah bajak sudah menyerangnya. Karena tidak sempat menangkis, Kok Siauw Hong berjongkok dan menendang ke arah golok bajak itu. Golok salah seorang anak buah bajak itu terpental. Tangan Kok Siauw Hong menyikut dan anak buah yang satunya terpental kena sikutan anak muda itu dan jatuh tercebur ke sungai.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua mundur!" teriak Kiauw Sek Kiang. "Hm! Anak muda, ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu boleh juga. Pernah apa kau dengan Jen Thian Ngo?" Kok Siauw Hong kaget, saat dia mengetahui Kiauw Sek Kiang mengenali ilmu silatnya itu. Mendengar nama pamannya disebut-sebut. Kok Siauw Hong gusar. Sekarang dia sudah tahu siapa pamannya itu. Jelas Kiauw Sek Kiang pun bukan orang baik-baik. "Jika kau sudah tahu kelihayan Cit-siu-kiam-hoatku, sudah jangan banyak bicara. Segera kau ganti kerusakan perahu kami, jika tidak kau tahu sendiri!" kata Kok Siauw Hong. Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak. "Hm! Kau bocah yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi!" kata Kiauw Sek Kiang. "Apa kau kira ilmu silatmu itu sudah hebat sekali? Aku bertanya karena aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Jen Thian Ngo? Ternyata kau bocah yang tidak tahu diri!" "Justru aku hendak mengadakan perhitungan dengan tua bangka Jen Thian Ngo itu!" kata Kok Siauw Hong. "Bagus, terimalah ajalmu!" kata Kiauw Sek Kiang yang langsung hendak menyerang.

"Baik, kau rasakan ilmu silatku ini!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sudah langsung menyerang ke arah perut dan tangan serta bagian lain lawannya. Kiauw Sek Kiang kaget sejenak. Tapi tak lama dia mampu menguasai diri. Sekalipun bertangan kosong dia bisa menyerang Kok Siauw Hong dengan hebat. Saat itu pemuda she Kok ini seolah terkurung oleh lawannya. Setiap serangan Kok Siauw Hong bisa ditepis dengan mudah. Ketika Kok Siauw Hong agak lengah, tak ampun lagi bahunya tercengkram oleh tangan Kiauw Sek Kiang, hingga pakaiannya robek. Untung dia tidak sampai terluka. Sekarang Kok Siauw Hong mulai melancarkan serangan baru. Tubuhnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergerak dengan lincah, menyelinap ke setiap bagian yang lowong dari lawannya. Maka mau tidak mau Kiauw Sek Kiang pun terkejut bukan kepalang. Seolah Kiauw Sek Kiang tidak percaya kalau anak muda itu bisa menghindar dari cengkraman mautnya. Sekarang dia tahu Kok Siauw Hong lebih lihay dibanding dengan Jen Thian Ngo, maka itu dia tidak berani memandang enteng lagi musuhnya ini. Mereka bertarung di atas geladak kapal layar Kiauw Sek Kiang. Tentu saja mereka berkelahi tidak sebebas di daratan. Ini membuat Kok Siauw Hong agak terdesak, dan saat lengah bahunya terserang pukulan lawan hingga dia kesakitan. "Tangkap orang itu!" bentak Kiauw Sek Kiang pada anak buahnya. Dua anak buah bajak maju dan menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Pedang salah seorang bajak ditusukkan ke bahu Kok Siauw Hong. Pada saat sangat gawat mendadak terdengar suara bentakan. "Jangan bergerak!" kata suara itu. Entah sejak kapan tukang perahu tua itu sudah melompat ke perahu bajak itu. Galah bambunya langsung menangkis pedang bajak yang mengarah ke bahu Kok Siauw Hong. "Trang!" Pukulan galah itu berhasil menyampokdua pedang bajak yang menyerang Siauw Hong. "Siapa kau?" bentak Kiauw Sek Kiang. "Aku Han Kong Sui dari telaga Tong-teng! Aku menyampaikan salam dari Ong Toa-ko, aku harap kau tidak mengganggu tamu kami!" kata orang tua itu. Kiauw Sek Kiang dan anak buahnya terkejut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh anda ternyata Han Lo-ya-cu, maafkan kami telah mengganggu tamumu!" kata Kiauw Sek Kiang. Han Kong Sui tertawa terbahak-bahak. "Ya, tak apa Kiang To-cu, asalkan kau ijinkan kami menyeberang kami sangat berterima kasih," kata Han Kong Sui dengan hormat. Kok Siauw Hong kaget. Dia sadar ternyata tukang perahu itu seorang jago tua yang telah menyelamatkannya. Rupanya di Tong-teng-ouw terdapat 73 kepala bajak, pemimpin utamanya bernama Ong Uh Teng, wakilnya yaitu Han Kong Sui. Ong Uh Teng termasuk orang kedua di Dunia Persilatan daerah Kang-lam. Dia berada di bawah Bu-lim Beng-cu Bun Yat Hoan. Karena dia mewakili 72 kelompok, bisa dikatakan dia sebagai orang yang terkuat dibanding Bun Yat Hoan. Sebenarnya kedudukannya lebih tinggi dari Ong Uh Teng, namun Han Kong Sui bersedia mengalah hanya menjadi wakilnya saja. Kedatangan Kiauw Sek Kiang ke daerah itu untuk menemui Su Thian Tek. Namun, melihat pengaruh 72 perkumpulan bajak ini tidak bisa dipandang enteng, maka Kiauw Sek Kiang langsung memberi hormat pada Han Kong Sui. "Jangan begitu Han Lo-ya-cu," kata Kiauw Sek Kiang. "Karena Anda ada di sini, mari minum dulu satu dua cawan!" "Maaf, aku tidak bisa menerima kehormatan Anda, berhubung aku sedang terburu-buru ijinkan kami pergi!" kata Han Kong Sui. "Jila demikian kami tidak bisa memaksa," kata Kiauw Sek Kiang. "Apa Han Lo-ya-cu tidak bisa menunggu sampai perahu Anda kami perbaiki dulu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar tawaran itu, Han Kong Sui terpaksa menyetujui usul itu. Mereka menunggu perahu itu diperbaiki sambil minum arak. Ditambah lagi Han Kong Sui ingin tahu tujuan orang she Kiang itu. "Mohon bertanya, padahal Kiang To-cu sudah hidup bebas di laut lepas, kenapa Anda datang ke mari?" kata Han Kong Sui. Berterus-terang sudah tentu tidak mungkin. Sesudah tertawa Kiauw Sek Kiang lalu menjawab pertanyaan Han Kong

Sui. "Sudah lama aku dengar pemandangan di Kang-lam sangat indah," kata Kiauw Sek Kiang. "Itu sebabnya kami pesiar ke mari. Mungkin dalam waktu dekat kami akan berkunjung ke tempat Ong To-cu!" "Tapi sayang, kedatangan Anda saatnya tidak tepat," kata Han Kong Sui. "Kenapa?" "Saat ini Kang-lam sedang dalam keadaan kacau, jadi jika akan menikmati keindahannya jelas tidak tepat saatnya," kata Han Kong Sui sambil tersenyum. "Aku kira para jagoan dari Kang-lam cukup banyak dan mereka sangat kukagumi," kata Kiauw Sek Kiang dengan sikap menyelidik. "Anda bersama 72 ketua aku yakin akan mampu mengatasi masalah itu. Seperti kata pribahasa : Dalam kekacauan akan muncul seorang pahlawan!" "Kami semua hanya orang-orang kecil yang mencari sesuap nasi, dibanding Kiang To-cu, jelas kami berbeda jauh. Anda seorang yang bercita-cita tinggi dan mulia!" kata Han Kong Sui dengan suara dingin. "Harap Han Lo-ya-cu jangan bergurau!" kata Kiauw Sek Kiang yang merasa disindir itu. "Justru kedatanganku ini sangat berharap bantuan dari kalian!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kedatanganmu untuk mencari kawan. Menurutmu siapa yang terpandang di antara kami ini?" kata Han Kong Sui. "Tentu saja Ong To-cu dan Anda sendiri," kata Kiauw Sek Kiang. "Kalian pantas kujadikan kawan." "Mengenai kami berdua kau kesampingkan saja, tapi aku ingin bertanya. Siapa sebenarnya Su Thian Tek itu?" kata Han Kong Sui secara terang-terangan. Pertanyaan itu terpaksa dijawab oleh Kiauw Sek Kiang. "Terus-terang aku belum kenal dia," kata Kiauw Sek Kiang. "Jika aku tidak salah duga, bukankah dia seorang pahlawan yang muncul karena suasana saat ini. Benar bukan? Lalu bagaimana pendapat Anda sendiri?" "Hm! Pahlawan apa? Dia malah seekor anjing...." kata Kok Siauw Hong. Tapi pemuda itu tidak melanjutkan caciannya karena dia dikedipi oleh Han Kong Sui. "Memang dia muncul saat keadaan sedang kacau, dan memang tidak pantas disebut pahlawan. Tetapi saudara muda ini memakinya sebagai anjing, rasanya...." Kiauw Sek Kiang belum habis bicara sudah langsung dipotong. "Kenapa? Apa salahku memakinya?" kata Kok Siauw Hong.

Berhubung suasana mulai memanas dan Han Kong Sui tidak ingin terjadi bentrokan di antara mereka, lalu menengahi pertengkaran itu. "Sudah jangan berdebat, setiap orang akan menilai seseorang sesuai pendapatnya sendiri!" kata Han Kong Sui. Kok Siauw Hong sadar dia salah. Mereka ada di kapal bajak jika terjadi pertarungan, sulit bagi mereka untuk melawan bajak yang sudah terbiasa hidup di air itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maafkan kekasaran kami, mohon tanya siapa nama Anda?" kata Kiauw Sek Kiang pada Kok Siauw Hong. "Tidak masalah, seperti pribahasa mengatakan : Tidak berkelahi tidak akan saling mengenal. Namaku Kok Siauw Hong!" Kiauw Sek Kiang mendekati Siauw Hong dan menuang arak. Saat itu Kok Siauw Hong ingin bertanya sesuatu pada bajak ini. "Kiauw To-cu sudah biasa hidup di laut lepas, apakah Anda kenal dengan Hek-hong To-cu?" kata Siauw Hong. Mendengar pertanyaan itu Kiauw Sek Kiang kaget. "Aah, apa maksud pertanyaannya itu? Dia kawan atau lawan Kiong Cauw Bun?" pikir Kiauw Sek Kiang. Maka itu dia asal menjawab. "Ya, aku kenal. Kenapa Anda menanyakan tentang dia?" kata Kiauw Sek Kiang. "Dia ayah temanku," kata Kok Siauw Hong. "Oh pantas, aku tahu tentang mereka!" kata Kiauw Sek Kiang. "Mengenai masalah apa?" tanya Siauw Hong. "Baru-baru ini aku dengar khabar Kiong Cauw Bun dan Beng-siaTo-cu ribut berebut menantu," kata Kiauw Sek Kiang. "Akibatnya seorang pemuda tewas menjadi korban Kiong Cauw Bun!" "Siapa pemuda yang tewas itu?" "Aku dengar dia pemuda berasal dari Pek-hoa-kok!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kalau tidak salah namanya Ci Giok Phang!" Sebenarnya keterangan Kiauw Sek Kiang ini bohong belaka. Dia tidak kenal Kong-sun Po, tapi dia menduga kalau Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong bertarung karena berebut

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menantu. Dia tahu hubungan antara keluarga Kok dengan Ci

baik. Maka sengaja dia menjelekkan Kiong Cauw Bun, agar semua jago silat di Kalangan Kang-ouw dendam karena orang she Kiong itu membunuh Ci Giok Phang. Jika hasutannya itu tersiar lewat Kok Siauw Hong, paling tidak dia sudah bisa balas dendam atas kekalahannya oleh Kiong Cauw Bun di Beng-shia-to. Keterangan itu tentu saja mengejutkan Kok Siauw Hong. "Apa benar begitu?" kata Siauw Hong kurang yakin. "Untuk apa aku membohongimu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Khabar itu aku dengar dari seorang kawan yang menyaksikan sendiri kejadian itu!" "Menurut cerita Beng Teng, Ci Giok Phang terluka di tangan Kiong Cauw Bun. Kenapa dia menginginkan Ci Giok Phang menjadi menantunya? Apa mungkin karena Ci Giok Phang menolak jadi menantunya, lalu dia akan membunuhnya?" pikir Kok Siauw Hong. Sekalipun masih ragu, tapi Kok Siauw Hongjadi cemas juga. Sedang perahu sudah selesai diperbaiki. Oleh karena itu Han Kong Sui dan Kok Siauw Hong pamit pada Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 43

Ketika Kiauw Sek Kiang mengantarkan keberangkatan Han Kong Sui dan Kok Siauw Hong, dia bersikap seolah-olah sangat menyesal. Dia berkata dengan perasaan haru begini. "Sayang Han Lo-ya-cu tidak bisa lama-lama di perahu kami, hingga aku tidak bisa menerima petunjuk lebih banyak dari Anda! Kelak jika aku sampai ke tempat Ong To-cu, aku mohon

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anda bersedia memberi petunjuk padaku." kata Kiauw Sek Kiang. "Pasti!" kata Han Kong Sui. "Selamat berpisah, sampai jumpa lagi!" Tak lama perahu kecil itu sudah dikayuh oleh Han Kong Sui. Sesudah jauh dari kapal bajak, Han Kong Sui tertawa terbahak-bahak. "Syukur kita terbebas dari mereka!" kata Han Kong Sui. "Dari mana Han Lo-ya-cu mengetahui kedatanganku?" kata Kok Siauw Hong. "Aku mendapat perintah atasanku agar aku menyamar menjadi seorang nelayan dan menunggu di tepi sungai," kata Han Kong Sui. "Maksudnya kami dianjurkan untuk menyambut kawan-kawan yang datang dari Utara. Saat aku melihatmu bukan penduduk Kang-lam, aku yakin kau datang dari Utara dan terkaanku ternyata benar!"

Kok Siauw Hong mengangguk. Sesudah tertawa lagi Han Kok Sui langsung bicara. "Seperti ombak sungai Tiang-kang yang tidak pernah berhenti bergelombang, gelombang yang satu disusul oleh gelombang yang lainnya! Ternyata golongan tua sudah tak ada, muncul golongan muda menggantikannya. Terus begitu. Bagaimana aku tidak gembira, setua aku ini masih bisa bertemu denganmu, Kok Siauw-hiap. Akhir-akhir ini namamu terkenal di kalangan Kang-ouw." "Kau terlalu memujiku, Lo Cian-pwee," kata Siauw Hong. "Tadi jika aku tidak kau bantu, pasti celaka!" "Kau mampu melawan Kiauw Sek Kiang sampai 39 jurus, itu termasuk luar biasa," kata Han Kong Sui. Tak lama perahu mereka sudah sampai di seberang, kemudian mereka melompat turun dari perahu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Kok, kau mau ke mana? Sebelum ada tempat tujuan sebaiknya sementara kau tinggal saja di tempat kami," kata Han Kong Sui. "Aku mendapat tugas dari Liu Beng-cu untuk menghubungi Bun Tay-hiap, jika urusanku sudah selesai pasti aku akan singgah di tempatmu," kata Kok Siauw Hong. "Oh, begitu, baik kau kuantar. Mungkin kau belum tahu tempat di sekitar lembah Tiang-kang ini. Tempat-tempat itu sudah banyak yang diduduki oleh Su Thian Tek, jika tidak kuantar mungkin kau akan tersesat!" "Cian-pwee aku ingin bertanya tentang seseorang padamu, barangkali kau tahu!" "Katakan saja siapa yang kau tanyakan itu?" "Namanya Seng Liong Sen, dia murid Bun Tay-hiap, benar begitu?" "Benar. Apa kau kenal dengannya?" "Belum," jawab Kok Siauw Hong. "Bulan lalu dia pernah datang ke Kim-kee-leng." "Dia seorang pemuda gagah di Kang-lam, ilmu silatnya tinggi. Dia cekatan dan cerdik sekali. Semua masalah gurunya diserahkan kepadanya. Kau dengannya setimpal sebagai pendekar muda. Kau dari Utara sedang dia dari Selatan." "Mana boleh aku dibandingkan dengan dia?" kata Siauw Hong. "Aku dengar ketika Seng Liong Sen baru pulang dari daerah Utara, dia pulang bersama seorang nona. Apakah kau juga tahu soal itu?" "Ya, jika kau tidak mengatakannya aku juga lupa. Nona itu adik Ci Giok Phang dari Pek-hoa-kok!" kata Han Kong Sui. "Apa kau kenal dengannya?"

"Benar. Aku dengan Ci Giok Phang pernah bertarung bersama-sama melawan bangsa Mongol. Kami berpisah di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tengah pertempuran. Ci Giok Phang pernah bilang agar aku mencari jejak adiknya itu. Tidak kusangka malah Giok Phang telah meninggal, hal ini harus kuberitahukan pada adiknya, Giok Hian." kata Kok Siauw Hong. "Jangan terburu-buru percaya pada ucapan Kiauw Sek Kiang, kata-katanya belum tentu benar!" kata Han Kong Sui. "Tapi khabar ini sepantasnya kau beritahukan pada nona Ci!" "Apakah nona Ci masih ada di tempat Bun Tay-hiap atau tidak?" "Aku rasa masih di sana," kata Han Kong Sui. "Masih ada satu masalah, mungkin kau belum mengetahuinya?" "Mengenai masalah apa?" "Ini khabar baik," kata Han Kong Sui. "Aku kira khabar ini sudah kau duga. Seng Liong Sen dan nona Ci akan bertunangan!" "Benarkah itu?" kata Kok Siauw Hong kaget. "Aku dengar begitu! Sesudah mereka bertemu lalu keduanya saling jatuh cinta," kata Han Kong Sui lagi. "Karena itu nona Ci langsung ikut ke Kang-lam. Tapi keadaan sekarang sedang kacau, maka pertunangan mereka itu terpaksa ditangguhkan dulu. Malah aku pikir kau juga bisa menghadiri pesta pertunangan mereka itu!" "Tidak kusangka kedatanganku malah untuk menghadiri pesta kebahagiaan Giok Hian," pikir Kok Siauw Hong. Han Kong Sui tidak menduga isi hati pemuda ini. Dia malah melanjutkan kata-katanya. "Keluarga perempuan di sini tidak ada. Kebetulan kau datang dan aku dengar kalian sahabat turun-temurun, alangkah baiknya pesta itu dihadiri olehmu!" kata Han Kong Sui.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mudah-mudahan aku bisa hadir di pesta itu," kata Kok Siauw Hong. "Tapi Han Lo Cian-pwee masih ada yang akan kutanyakan padamu." "Katakan saja," kata orang she Han itu. "Beng-shia To-cu yang dikatakan oleh Kiauw Sek Kiang itu bukankah she Wan dan dia bernama Ceng Liong?" kata Siauw Hong.

"Benar, kenapa?" "Katanya dia berdiri di antara pihak yang benar dan jahat, apa itu benar?" "Benar! Begitu yang aku dengar!" kata Han Kong Sui. "Apakah kau pernah ke pulaunya? Jika aku mau ke sana, jalan mana yang harus kutempuh?" "Kau mau ke sana akan mencari tahu tentang orang she Ci itu?" kata Han Kong Sui. "Benar!" jawab Kok Siauw Hong. "Aku dengan dia seperti saudara kandung, aku mendengar tentang nasibnya yang buruk. Mau tak mau aku harus mencari tahu tentang dia!" "Sebaiknya kau jangan berangkat sendirian!" kata orang she Han itu. "Apa ilmu silat Beng-shia To-cu tinggi?" "Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi kawankawanku pernah ke sana. Untung kawanku cuma diusir olehnya. Tapi jika dia sedang gusar maka orang yang berani datang ke pulaunya, dia akan dibunuh. Ketika itu kawanku itu jagoan semua. Tapi Beng-shia To-cu hanya menunjukkan satu jurus ilmu silatnya, dan itu sudah cukup membuat kawankawanku lari. Jelas betapa tinggi ilmu silatnya!" kata Han Kong Sui.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kelihatan Kok Siauw Hong tidak jerih, hal itu dilihat oleh Han Kong Sui. "Peta yang menuju ke pulau itu akan kuantarkan padamu. Tapi sebaiknya hal itu kau rundingkan dulu dengan Bun Tayhiap. Ci Giok Hian adik Ci Giok Phang, mustahil Bun Tay-hiap akan tinggal diam?" kata Han Kong Sui. "Baik, masalah ini akan kubicarakan dulu dengan beliau dan adiknya, nona Ci. Di mana tempat tinggal Bun Tay-hiap?" kata Kok Siauw Hong. "Dia tinggal di kaki Ki-liu-hong di pegunungan Thian-tiok Tengah. Gunung itu ada di luar kota Hang-ciu. Pemandangan di sana sangat indah. Belum lama dia pindah ke sana. Sedangkan kota Hang-ciu kini sudah berganti nama menjadi kota Lim-an. Kau pasti tahu Hang-ciu terkenal dengan danau See-ouwnya." "Aku sudah lama mendengar nama danau itu, hanya aku belum berkesempatan mengunjunginya," kata Kok Siauw Hong. "Sekarang kau berkesempatan ke sana," kata orang she Han itu. "Dari bagian selatan See-ouw ada jalan menuju ke Kiliuhong, sampai di sana kau bisa bertanya pada penduduk di mana rumah Bun Tay-hiap. Pasti kau tidak akan tersesat!"

"Terima kasih, Lo Cian-pwee," kata Kok Siauw Hong. Dengan hati bimbang Kok Siauw Hong melanjutkan perjalanan sedirian. Dia ingat pada nona Ci, saat mereka berdua bersumpah akan sehidup-semati. Tanpa terasa air mata pemuda ini mengalir. Tetapi perlahan-lahan bayangan nona Ci mulai hilang. Timbul bayangan wajah Han Pwee Eng. "Jika benar dia sudah punya pilihan hatinya, itu pun baik. Dengan demikian jelas sudah satu masalah!" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong tidak mendapat rintangan. Tak lama pemuda ini sudah sampai di kota Hang-ciu atau kota Lim-an, Ibukota Kerajaan Song Selatan. Menjelang sore pemuda ini sampai di sebuah penginapan yan terletak di tepi telaga See-ouw. Dia ingat pada seorang penyair bernama Su Tung-po yang menggambarkan danau ini di bawah sinar bulan purnama. Timbul keinginan pemuda ini akan menikmati pemandangan indah danau ini di waktu malam. Esok harinya baru melanjutkan perjalanan. Selesai makan malam Kok Siauw Hong keluar dari kamarnya. Dia berjalan ke tepi danau. Saat itu rembulan sudah menampakkan diri di langit yang biru. Di tepi danau banyak perahu sewaan untuk para pelancong. Siauw Hong dilahirkan di lembah sungai Tiangkang, dia mahir mendayung perahu. Dia lalu menyewa sebuah perahu, tapi tukang perahunya tidak ikut, karena dia akan mendayung sendiri. Perahu itu dia sewa semalam suntuk. Ternyata kedatangan pemuda ini terlalu sore dan hari pun belum larut benar. Banyak perahu yang hilir-mudik sedang penumpangnya terdengar bersyair dan menyanyi maupun tertawa riang. Kok Siauw Hong sedang kesal. Dia menganggap orangorang itu tidak tahu diri. Negara sedang dalam bahaya mereka malah bersenang-senang. Karena muak Kok Siauw Hong mendayung perahunya sejauh mungkin dari perahu mereka. Tanpa terasa perahunya berada di tempat yang sunyi. Ketika itu tanpa terasa juga hari sudah tengah malam. Saat pemuda ini sedang menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia melihat sebuah sampan meluncur dari suatu arah. Pendayung perahu itu juga seorang pemuda.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia heran ternyata ada pemuda lain yang kegemaranya sama dengan dia. Sesudah perahu itu lewat, disusul dengan munculnya perahu lain. Pendayung perahu itu seorang kakek berbaju putih. Sesudah dua perahu itu berdekatan, keduanya bertepuk tangan dua kali. Tak lama terdengar mereka tertawa. "Seng Kong-cu," kata si kakek, kau seorang yang selalu tepati janji!" Kok Siauw Hong tertarik, dia bermakud bergabung dengan penumpang kedua perahu itu. Tetapi tiba-tiba suara tawa kedua orang itu terhenti. Pemuda itu melompat ke perahu yang dinaiki kakek itu. Dia mengeluarkan suara tertahan. "Rupanya mereka mengadakan pertemuan di tempat ini?" pikir Kok Siauw Hong. "Karena mereka melihat aku ada di sini, mereka jadi heran?" Karena itu pemuda ini jadi ragu-ragu akan menyapa mereka. Dia mengerti jika itu pertemuan rahasia, jelas dia tidak boleh menganggu mereka. Telinga Siauw Hong sudah terlatih. Dia mendengar suara orang bicara. "Kecuali mengusirnya tidak ada cara lain!" "Baik, kau turun tangan dulu, nanti dia kubereskan!" kata si kakek. Kok Siauw Hong kaget saat dia baru memutar perahunya, pemuda itu sudah melompat ke atas perahunya. "Siapa kau? Mau apa kau datang ke mari malam-malam begini! Lekas pergi!" kata si pemuda. Tangan pemuda itu langsung menotok ke tubuh Siauw Hong. Melihat sikap garang pemuda itu, simpatik Kok Siauw Hong terhadap pemuda itu langsung lenyap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Apa cuma kau yang boleh ke mari! Kau datang ke mari, kenapa aku tdak boleh?" kata Siauw Hong. Siauw Hong sadar totokan pemuda itu lihay. Dia tangkis serangan itu dengan tangan kirinya. Sedang tangan kanannya dia mencengkram pemuda itu dengan ilmu Kin-na-chiu-hoat. Di atas perahu yang sempit kedua pemuda itu jadi tidak leluasa untuk bergerak.. "Bagus!" kata si pemuda. Ketika itu totokan jarinya berubah terbuka, telapak tangannya menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Maksudnya untuk menangkis cengkraman Kok Siauw Hong. Kembali dia menotok jalan darah Kok Siauw Hong di lambungnya. Sekali bergebrak Kok Siauw Hong langsung tahu, berapa

tinggi ilmu silat pemuda ini. Memang dia lebih unggul dalam ilmu totoknya. "Nah, rasakan totokanku!" kata Kok Siauw Hong. Jari tangannya menyerang dengan cepat bagaikan sebilah pedang. Jurus ini lain dengan Cit-siu-kiam-hoat yang biasa dia gunakan. Hal ini membuat kaget pemuda itu. "Seer! Week!" Pakaian pemuda itu tersobek oleh totokan Kok Siauw Hong. Kelihatan pemuda itu kaget. "Seng Kong-cu, jangan lukai dia!" kata si kakek. "Ilmu silatnya lihay, dia juga she Seng, apakah dia...." pikir Kok Siauw Hong mengira-ngira. Dia duga pemuda itu Seng Liong Sen, Kok Siauw Hong langsung membentak. "Siapa kau?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau mengikuti kami, pasti kau tahu siapa kami? Seorang pria sejati tidak takut namanya dikenali. Aku Seng Liong Sen!" kata pemuda itu. Benar dia bernama Seng Liong Sen. Kok Siauw Hong tidak menduga dia akan bertemu dengan pemuda ini di tempat tersebut. Saat Kok Siauw Hong tertegun, tahu-tahu Seng Liong Sen telah menotok jalan darahnya. Tak heran Kok Siauw Hong pun pingsan dan tercebur ke dalam sungai. Ketika Kok Siauw Hong siuman dia tidak tahu berapa lama dia pingsan, dan siapa yang menolong dia mengangkatnya dari dalam sungai? Dia tidak tahu karena keadaan di sekelilingnya gelap-gulita. Saat dia meraba-raba dia merasakan ada dinding yang licin. Dia sadar dia ditahan di sebuah kamar tahanan. Tapi dia merasakan tubuhnya tidak basah. Itu berarti pakaiannya sudah ada yang menggantinya. Kamar itu dikelilingi tembok batu yang kokoh. Di atas kamar hanya terlihat sebuah lubang angin. Dari situ Kok Siauw Hong mencoba mengamatinya. Pintu kamar itu sangat kokoh ditambah lagi pedangnya sudah tak ada di tanganmya. "Ini tempat apa? Apa ini tempat tinggal Bun Tay-hiap? Apa kakek itu guru Seng Liong Sen? Aah, tidak mungkin, aku dengar kakek itu memanggilnya kong-cu. Pasti mereka hanya kenalan biasa!" pikir Kok Siauw Hong. "Lalu ini tempat apa?" "Entah sudah siuman atau belum bocah itu?" tiba-tiba terdengar orang bicara. Siauw Hong langsung tahu di luar ada penjaga. "Totokan murid Bun Tay-hiap pasti lihay, aku kira dia baru akan sadar sesudah 1 jam." kata kawannya. "Ah, kau hanya tahu satu masalah, tapi tidak tahu masalah

lainnya. Aku dengar bocah ini lumayan juga. Aku dengar Seng Liong Sen hampir tak sanggup melawannya. Lwee-kangnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tinggi tidak sampai 12 jam dia akan bebas sendiri." kata yang satunya. "Tapi Pek Lo-ya-cu berpesan padaku, supaya dia dibiarkan istirahat, kata yang satunya. "Sebentar lagi baru kita tengok supaya dia tidak kaget!" "Dari pembicaraan kedua orang ini, aku kira orang she Pek itu tidak berniat jahat! Siapa dia? Tapi lebih baik aku memulihkan kesehatanku dulu!" pikir Kok Siauw Hong. Dia lalu duduk bersemedi mengumpulkan seluruh kekuatannya. Dia terus mengerahkan hawa murninya hingga dia merasa nyaman bukan main. Baru dia akan melanjutkan latihannya, dia dengar dua orang itu bicara lagi. Pembicaraan mereka membuat hati Kok Siauw Hong berdebar-debar. "Dia dikurung di sini, tapi aku tidak tahu apakah Han Siangya mengetahuinya atau tidak?" kata orang itu. Kata Han Siang-ya (Perdana Menteri Han) itulah yang membuat Kok Siauw Hong kaget. Perdana menteri kerajaan Song saat itu bernama Han To Yu. Dia terkenal sangat korup sering menyalah-gunakan kekuasaan, Juga bodoh hingga kerajaan Song jadi lemah dan kacau. "Jadi itu maksudnya Han To Yu si dorna jahat itu! Kalau begitu orang she Pek itu bukan orang baik? Karena salah paham aku ditangkap. Kalau begitu orang she Pek itu pengawal Han To Yu. Tetapi jika dia kaki tangan dorna, kenapa Seng Liong Sen berhubungan dengan dia?" pikir Kok Siauw Hong. Saat Kok Siauw Hong sedang bingung, terdengar orang bertanya. "Siapa orang yang ditahan di sini?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hamba tidak tahu, kami jaga di sini atas perintah Pek Loyacu!" kata penjaga itu dengan sikap hormat. "Hm! Kalian hanya taat pada Pek Lo-ya-cu saja. Tetapi padaku kalian tidak memandang sebelah mata!" kata orang itu. "Hamba tidak berani, hamba benar-benar tidak tahu!"

"Kalau begitu katakan padaku, siapa yang ditemui oleh Pek Lo-ya di telaga See-ouw?" kata orang itu lagi. "Su Tay-jin, jika kau sendiri tidak tahu, bagaimana kami mengetahuinya?" kata penjaga itu. "Apakah Han Siang-ya juga tidak memberitahumu, Su Tay-jin?" "Sejak tua bangka itu datang, semua masalah selalu dibicarakan antara dia dan Han Siang-ya saja. Aku tidak diajaknya berunding. Tetapi jika dia ingin mendapat kedudukan lebih tinggi lagi, itu pun tidak mungkin!" kata Su Tay-jin itu. "Coba buka pintunya, aku ingin melihatnya!" kata Su Tayjin. "Tapi...tapi..." dua penjaga itu ragu-ragu. "Jangan banyak bicara, lekas buka!" kata Su Tay-jin. "Jika Siang-ya marah aku yang tanggung-jawab!" Karena takut dua penjaga itu tidak berani membantah lagi. "Silakan, silakan Su Tay-jin masuk. Barangkali bocah itu belum siuman!" kata si penjaga. Sesudah memutar kunci pintu pun dibuka. Su Tay-jin melangkah masuk. "Hm! Aku ingin mengorek keterangan dari bocah ini, apa yang bisa Pek Lo-ya-cu berbuat padaku?" gerutu orang she Su itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong pura-pura belum siuman. Dia tunggu sampai orang she Su memeriksa totokan pada tubuhnya, saat itu akan dia serang. Benar saja, saat orang itu memeriksa dirinya, Kok Siauw Hong melompat bangun sambil menotok jalan darahnya. Tapi orang itu pun gesit, dia langsung memukul bahu Kok Siauw Hong. "Plak!" Bahu Kok Siauw Hong terpukul. Tapi begitu terkena pukulan Siauw Hong kaget, dan merasa sakit. Namun, tangan orang itu pun langsung terkulai kena totokannya. Sesudah terhuyung sebentar dia menyerang lagi. "Penjaga! Lekas ke mari!" dia berteriak memanggil penjaga. Dia seorang jago Iwee-kang hanya karena tidak mengira akan diserang, maka dia terserang oleh Kok Siauw Hong. Tapi tak lama orang itupun roboh. Dengan menggunakan kesempatan pintu belum dikunci kembali, Kok Siauw Hong menerobos keluar. Saat penjaga akan masuk membantu orang she Su itu, mereka langsung roboh oleh totokan Kok Siauw Hong. Segera Kok Siauw Hong melompati tembok dan sekarang dia ada di sebuah pekarangan, di situ terlihat terdapat semaksemak yang tidak terurus, tidak mirip dari bayangan Kok Siauw Hong, bahwa pekarangan rumah perdana menteri itu

pasti indah.. "Kau bisa meloloskan diri, bagaimana dengan kedua penjaga pintu?" kata orang yang mendadak muncul dari sebuah sudut. Orang itu ternyata si kakek yang ditemui Kok Siauw Hong di perahu tadi malam. "Mereka telah kubunuh!" kata Siauw Hong. Sambil membentak Siauw Hong menyerang orang tua yang diperkirakan berilmu tinggi itu. Kakek itu kaget dia mengibaskan ujung bajunya menangkis serangan Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau bohong! Mungkin kau hanya menotoknya!" kata kakek itu. Kebutan itu membuat Kok Siauw Hong kaget. Dia tahu kakek itu pasti lihay. Tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan sebuah dorongan hebat, dia terhuyung ke belakang. Kakek itu menggunakan ilmu meminjam tenaga lawan untuk memukul. Dia bergerak menghindar dan langsung menotok ong-hu-hiat lawan. Kali ini si kakek tidak menghindar seolah dia ingin mencoba kepandaian Kok Siauw Hong. Malah dia juga tidak membalas menyerang Kok Siauw Hong. Saat tangan Kok Siauw Hong mengenai punggung kakek itu, dia merasakan dorongan tenaga yang membuat dia terpental. Ternyata kakek ini paham ilmu Couw-te-sin-kang (Jurus sakti melindungi tubuh), jurus yang jarang kelihatan di kalangan Kang-ouw. Setahu Kok Siauw Hong hanya Han Tay Hiong yang menguasai ilmu ini, itu pun dia hanya mendengar cerita ayahnya. Sekarang dia menyaksikan dan merasakan sendiri. Dia kaget dan yakin bahwa dia tidak akan sanggup melawan kakek itu. Dia memutar tubuh akan kabur. Tapi sudah dihadang oleh kakek itu. "Kau sudah di sini, kenapa kau mau terburu-buru pergi?" kata si kakek. Aku kembalikan pedangmu, jika kau penasaran kau boleh mencoba lagi!" Dengan wajah berubah merah anak muda itu menerima kembali pedangnya. "Kepandaian Lo Cian-pwee lebih tinggi dariku. Tapi sayang kau maujadi budak kaum dorna! Sekalipun aku bukan tandinganmu, aku akan adu jiwa denganmu!" kata Kok Siauw Hong. Sesudah itu pemuda ini menggunakan Cit-siu-kiam-hoat menyerang si kakek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ilmu silatmu hebat sekali," kata si kakek. "Pasti kau putera Kok Ju Sih dari Yang-ciu, namamu Kok Siauw Hong, kan?" Saat itu dia mengibaskan lengan bajunya dan pedang Siauw Hong miring ke samping. "Jika kau sudah tahu, pasti kau juga tahu keluarga Kok tidak mudah menyerah pada siapa pun!" kata Kok Siauw Hong. "Kau keliru!" kata si kakek. "Keliru bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Kau kira aku ini siapa?" kata si kakek. "Bukankah kau pengawal dorna she Han?" kata Siauw Hong. "Kau benar tempat ini milik Han To Yu, aku ini tamunya bukan pengawalnya seperti kau kira! Kata si kakelk. *). Menurut terjemahan Ai Cu she (marga) orang ini she Ciu. Sedang menurut terjemahan Gan KL. orang ini she Kheng Kheng Tay-jin ini adalah Ciu Coh guru Kong-sun Po dalam versi Ai Cu. "Kalau begitu kenapa kau tinggal di sini" "Jika kuceritakan panjang sekali," kata si kakek. "Jika aku ingin mencelakakan kau, tidak perlu aku memakai perangkap. Baik, aku jelaskan padamu. Aku menerima khabar dari Ong To-cu, bahwa kau menyeberangi sungai Tiang-kang diantar oleh Han Kong Sui. Mereka meminta padaku agar aku membantumu!" Mendengar ucapan orang tua itu Kok Siauw Hong mulai yakin bahwa kakek ini bukan orang jahat. Jika dia orang jahat maka tidak mungkin Ong Uh Teng dan Han Kong Sui memberitahukan tentang kedatangannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu maaf, aku salah paham," kata Kok Siauw Hong. "Yang harus minta maaf adalah aku!" kata dia. "Tadi malam aku gagal mencegah Seng Liong Sen menotokmu. Padahal aku sudah mengenalimu dari jurus ilmu pedangmu!" "Di mana sekarang Seng Liong Sen?" "Dia sudah pulang, dia datang untuk bertemu denganku atas perintah gurunya," kata si kakek. "Dia tidak tahu bahaya kau menyeberang diantar oleh Han Kong Sui! Kau jangan menyalahkannya!"

"Mana berani aku menyalahkannya." kata Kok Siauw Hong yang penasaran karena dikalahkan oleh pemuda itu. Si kakek hanya tersenyum saja. Dengan tak banyak bicara dia ajak Siauw Hong ke kamarnya. Kamar itu kelihatan sederhana sekali. Terdapat sebuah tempat tidur, sebuah meja dan dua buah kursi. Di atas meja terdapat sebuah khim (kecapi Tionghoa). Di sana tidak ada barang lainnya. Jelas orang tua ini sangat sederhana hidupnya. "Jika tidak keberatan, bolehkah aku tahu nama Lo Cianpwee?" kata Siauw Hong. "Namaku Pek Tek, dengan ayahmu aku pernah bertemu sekali!" kata si kakek. "Maafkan aku ceroboh, Ayahku sudah meninggal lama," kata Siauw Hong. "Pantas kau tidak kenal padaku, barangkali ayahmu pun tidak tahu siapa aku ini!" kata Pek Tek. "Bagaimana Lo Cian-pwee bisa mengenal Ayahku?" "Bisa dikatakan bukan berkenalan, tapi aku kebetulan bertemu ayahmu di rumah makan di Yang-ciu. Apa ayahmu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pernah bilang ada pemuda berbaju putih yang tingkahnya aneh?" kata Pek Tek. "Benar aku ingat," kata Kok Siauw Hong. "Jadi pemuda gagah yang sedang dicari oleh Ayahku itu ternyata Cianpwee?" "Usiaku sudah 60 tahun, jadi gelar jago muda itu sekarang cocok untukmu!" kata Pek Tek. Semasa muda Kok Ju Sih seperti Kok Siauw Hong sekarang. Ayahnya baru terkenal dan siapa pun mengenal dia. Suatu hari Kok Ju Sih masuk ke rumah makan di Yang-ciu. Dia mendapat perhatian tamu di rumah makan itu. Hal itu menarik perhatian seorang pemuda berbaju putih. Pemuda itu memanggil pelayan ke mejanya dekat jendela. Dia menanyakan tentang diri ayah Kok Siauw Hong. Pelayan menjelaskannya. Anak muda baju putih itu kelihatan tidak senang. Pemuda berbaju putih itu menyindir, bahwa sangat banyak pendekar gadungan. Karena cemoohannya diucapkan dengan suara keras, hal itu didengar oleh Kok Ju Sih. Tentu saja Kok Ju Sih jadi tersinggung. "Memang aku hanya menyandang nama kosong belaka, pujian dari semua kenalan, maka itu aku jadi malu!" kata Kok Ju Sih. "Oh, maaf, ternyata Anda yang bernama Kok Ju Sih." kata pemuda berbaju putih sambil menuang arak ke sebuah cawan. Sesudah itu dia sentil ke arah Kok Ju Sih.

"Ting!" cawan itu meluncur cepat seperti anak panah. Kok Ju Sih kaget tapi cawan sudah dekat, dia lalu menyentil cawan yang isinya tinggal separuh di tangannya. "Ah, Anda tamuku! Seharusnya aku yang menyuguhi Anda secawan arak!" kata Kok Ju Sih. "Trang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua cawan arak itu bentrok keras, karena cawan Kok Ju Sih lebih ringan, dia terbalik dan isinya menyiram tamu-tamu di tempat itu hingga mereka kaget semua dan segera menghindar. Cawan pemuda berhaji! putih itu sekalipun sebagian isinya tumpah karena bentrokan keras itu, tetap melayang ke arah meja Kok Ju Sih. Dengan demil.ian Kok Ju Sih telah kalah sejurus dari pemuda itu. Setelah dikalahkan oleh Kok Ju Sih, pemuda itu jadi canggung, dia berusaha ingin bersahabatdengannya, karena dia pikir mereka tidak bermusuhan. "Hm! Ternyata kepandaian Kok Siauw-hiap cuma itu. Kalau begitu aku mohon diri!" kata pemuda itu sambil tertawa. Sebelum Kok Ju Sih bisa berbuat apa-apa saat dia bangun dari kursinya, ternyata pemuda itu sudah pergi. Sejak saat itu Kok Ju Sih selalu berusaha mencari pemuda itu. Namun, hingga lewat 20 tahun lamanya, tapi usahanya sia-sia. Dia tidak bisa menemukannya. Sejak saat itu ketika dia sudah punya anak Kok Siauw Hong, Kok Ju Sih mengajari anaknya, bahwa bagaimanapun pandainya seseorang, pasti masih ada yang lebih pandai. "Jadi Pek Lo Cian-pwee ini ternyata orang yang dicari-cari oleh Ayahku? Sampai akhirnya Ayahku telah meninggal tidak bisa mengikat persahabatan denganmu!" kata Kok Siauw Hong. "Peristiwa itu membuat aku menyesal karena aku tidak sempat minta maaf kepada ayahmu," kata Pek Tek. "Masih bersyukur aku bertemu denganmu, maka itu aku bisa menebus kesalahanku itu." "Tidak perlu Lo Cian-pwee sampai begitu sungkan, malah seharusnya akulah yang harus minta maaf padamu," kata Siauw Hong. "Tapi masih ada yang akan aku tanyakan pada Lo Cian-pwee!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pasti yang kau ingin tahu kenapa aku ada di sini, kan?" "Benar! Bagaimana sampai Seng Liong Sen berjanji mengadakan pertemuan dengan Lo Cian-wee?" kata Siauw Hong. "Semua akan kuceritakan sebentar lagi," kata Pek Tek. Sesudah itu Pek Tek memanggil seorang anak muda yang dia suruh membebaskan totokan kedua penjaga dan Su Hong. "Jika mereka menanyakan tentang Kok Siauw-hiap, katakan saja dia tamuku dan jangan ikut campur!" kata Pek Tek pada anak muda itu. "Baik," kata pemuda itu yang langsung pergi. "Dia muridku," kata Pek Tek pada Siauw Hong. "Sedang orang yang bernama Su Hong itu pengawal perdana menteri. Sejak kedatanganku Han To Yu baik padaku. Su Hong iri mengira aku ingin merebut kedudukannya padahal aku hanya menumpang tinggal untuk sementara." "Lo Cian-pwee tak perlu menghiraukan dia" kata Siauw Hong. "Sudah lama aku mengasingkan diri, aku mau mengabdi di tempat Han To Yu, agar aku bisa menyusun perlawanan terhadap bangsa Mongol yang akan menjajah negara kita ini." Kata Pek Tek. "Jadi begitu, tapi aku khawatir pemerintah tidak punya keinginan melawan musuh!" kata Kok Siauw Hong. Sambil mengelah napas Pek Tek mengangguk. "Kau benar, maka itu Ong Beng-cu dan Bun Tay-hiap meminta agar aku mendekati pihak pemerintah. Bukan saja pemerintah takut pada musuh asing tapi pemerintah berusaha menyelamatkan diri sendiri. Aku dengar malah sukarelawan yang siap melawan bangsa Mongol akan ditumpas oleh pemerintah. Perlu diketahui serangan bangsa Mongol lebih

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hebat dibanding serangan bangsa Kim dulu. Dalam keadaan terdesak pasti pemerintah akan melawan. Dulu bangsa Kim dibantu oleh dorna Cin Kwee yang terkutuk. *) Sekalipun Han To Yu juga seorang dorna, tapi dia berbeda dengan Cin Kwee. Cin Kwe sengaja disusupkan bangsa Kim untuk menghancurkan negara kita. Sedang Han To Yu belum sampai berbuat demikian. Sedang di dalam negeri pun masih banyak orang-orang yang berjiwa patriot. Jadi aku berada di sini untuk mengajak para patrot melakukan perlawanan terhadap bangsa Mongol!" kata Pek Tek. "Jadi Lo Cian-pwee ingin menjadi penghubung antara pemerintah dan tentara sukarela," kata Siauw Hong. "Lo Cianpwee ingin membujuk Han To Yu agar mau bekerja sama

dengan laskar sukarelawan. Kemudian pemerintah akan mengerahkan angkatan perangnya untuk melawan musuh, bukan untuk menumpas pasukan sukarelawan!" "Itu maksud kami," kata Pek Tek. "Apa Han To Yu setuju?" "Tentu tidak semudah itu dia akan menuruti kehendak kami. Tapi sekalipun dia tidak setuju semua usul kami, paling tidak dia akan menerima syarat kami. Maka itu sekarang aku sedang merundingkannya dengan dia." kata Pek Tek. *). Cin Kwee seorang dorna yang menghasut raja Song sehingga Jenderal Gak Hui yang setia harus dihukum mati tanpa dosa. Cerita ini terdapat dalam roman klasik berjudul "Gak Hui". "Jadi kedatangan Seng Liong Sen semalam atas perintah gurunya untuk ikut berunding?" kata Siauw Hong. "Benar, aku sendiri menjadi utusan rahasia Han To Yu untuk mengadakan hubungan dengan orang-orang Kang-ouw. Han To Yu hanya tahu aku kenal dengan kaum persilatan, dia tidak tahu kalau aku justru utusan orang-orang Kang-ouw. Karena masih dalam perundingan maka Han To Yu belum berani terang-terangan pada pemerintah!" kata Pek Tek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pantas Han To Yu merahasiakannya," kata Siauw Hong. "Tak lama sesudah Seng Liong Sen pergi datang utusan Ong Uh Teng yang menceritakan tentang Han Kong Sui menyeberangkan kau. Hanya aku belum tahu siapa orangnya. Ternyata orang itu kau." Kata Pek Tek. "Maaf Lo Cian-pwee hari telah siang, aku tidak boleh lamalama di sini. Aku punya tugas untuk menemui Bun Tay-hiap, aku mohon diri!" kata Kok Siauw Hong. "Kau sudah tahu tempat Bun Tay-hiap?" "Sudah, Han Lo Cian-pwee memberitahuku," kata Kok Siauw Hong. "Dia tinggal tidak jauh dari sini," kata Pek Tek. "Hanya berjalan setengah hari saja kau akan sampai di sana. Bagaimana kalau aku menyuruh orangku mengantarmu?" "Tidak usah," kata Kok Siauw Hong. "Aku bisa mencarinya sendiri!" Dia berkata begitu sebab dia punya rencana lain. Karena pernah bertarung dengan Seng Liong Sen, dia juga ingin bertemu dengan Ci Giok Hian, maka itu dia tidak ingin ditemani. "Kalau begitu, baiklah," kata Pek Tek. "Aku dengar Seng Liong Sen dua hari lagi akan bertunangan dengan nona Ci. Mudah-mudahan karena sesama kaum persilatan kau bisa menghadiri pesta mereka!"

"Ya, aku kenal pada nona Ci, kedatanganku ini sangat kebetulan," kata Siauw Hong. "Jangan cemas salah pahammu dengan Seng Liong Sen akan segera lenyap," kata Pek Tek. "Para pengembara seperti kita sulit terhindar dari salah paham dengan orang-orang di sekitar kita."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pek Tek bicara soal kejadian semalam, sedang Kok Siauw Hong memikirkan masa lalunya dengan nona Ci. Murid Pek Tek sudah kembali. Dia memperkenalkan diri namanya Giam Cong, murid kedua. Murid pertama Pek Tek bernama Kim Kian. "Ilmu totokmu lihay, sulit aku membebaskan Su Hong. Sampai sekarang tenaganya belum pulih juga. Hati-hati siapa tahu dia akan membalas-dendam," kata Giam Cong pada Siauw Hong. "Baik, aku mohon diri," kata Siauw Hong. Saat berangkat Giam Cong mengantarkan Kok Siauw Hong. Tapi ketika melewati gunung-gunungan Kok Siauw Hong melihat ada orang sedang mengintai mereka. Sedang dua pengawal yang dirobohkan Siauw Hong tidak berani berbuat apa-apa. Melihat muka orang yang mengintai itu, Kok Siauw Hong seperti mengenali orang itu, tapi dia lupa siapa? Begitu keluar dari gedung perdana menteri, Siauw Hong langsung berangkat. Gunung Thian-tiok terletak di bagian barat bukit Leng-unsan, di kaki bukit terdapat sebuah kelenteng bernama Lengunsie. Saat Kok Siauw Hong memandang ke tengah danau, di pagi itu dia hanya melihat beberapa perahu saja. Beda dengan malam hari orang banyak yang pesiar di danau itu. Saat Kok Siauw Hong sedang menikmati pemandangan yang indah di tepi danau, tiba-tiba sayup-sayup dia mendengar suara kecapi. Suara kecapi itu terdengar memilukan. Saat diperhatikan dia mengetahui suara kecapi itu datang dari sebuah perahu. Saat diawasi di perahu itu terlihat dua orang perempuan, yang seorang main kecapi sedang yang satunya membakar dupa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aah, mereka sedang pesiar dengan bebasnya," pikir Kok Siauw Hong.

"Kak Tik Bwee, kau sangat pandai main kecapi, makin lama makin bagus!" kata nona yang membakar dupa. "Aku main kecapi tidak sebaik Kak Tik Khim (maksudnya Ci Giok Hian, Red), apalagi jika dibanding dengan Majikanku," kata nona yang dipanggil Tik Bwee itu. "Enci Tik Khim yang mana?" kata nona yang membakar dupa. "Dia nona Ci yang pernah aku ceritakan itu," jawab Tik Bwee. "Dia pernah menyamar untuk menyelamatkan seseorang. Nama Tik Khim untuknya pemberian Majikanku!" "Oh, karena semalam ceritamu cuma sebagian-sebagian jadi aku kurang jelas. Bagaimana jika kau sambung ceritamu itu?" "Kisahnya sampai saat ini belum berakhir, tempat ini pun bukan tempat yang tepat untuk bercerita," kata Tik Bwee. "Baik, nanti saja setelah pulang kau ceritakan padaku," kata nona itu. Kok Siauw Hong terkejut. Dia juga pernah mendengar dari Han Pwee Eng tentang penyamaran Ci Giok Hian di tempat Seng Cap-si Kouw. "Apakah mereka ini bukan orang yang ada di tempat Seng Cap-si Kouw pikir Siauw Hong. "Dan orang yang mereka bicarakan, bukankah Ci Giok Hian?" Nona itu memang Tik Bwee, nona yang diam-diam mencintai Seng Liong Sen. Dialah orang pertama yang menyampaikan khabar tentang hubungan Liong Sen dan nona Ci itu. Ketika nona Han memberitahu Siauw Hong, dia tidak mengatakan bahwa nona Ci pernah memakai nama Tik Khim.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Kok Siauw Hong ingin menemui mereka, tapi tidak jadi karena takut kedua nona itu akan menganggap dia pemuda iseng. Ketika itu dia mendengar Tik Bwee bicara. "Nona Liong, maukah kau menyanyi untukku? Aku senang karena suaramu merdu!" kata Tik Bwee. "Kau jangan bergurau," kata nona Liong. "Tapi baiklah, kau iringi dengan permainan kecapimu!" Sesudah selesai sebuah lagu, Tik Bwee mengelah napas. "Kenapa kau menghela napas?" "Tidak apa-apa," kata Tik Bwee. "Hm! Kau kira aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan? Bukankah kau sedang memikirkan Seng Kong-cu?" kata nona Liong. "Jangan ngaco! Nanti kurobek mulutmu!" kata Tik Bwee. Saat nona Liong memandang ke tepi danau, dia melihat

Kok Siauw Hong sedang berdiri mengawasi mereka. "Sudah jangan bercanda, lihat ke sana, ada orang sedang mengawasi kita!" kata nona Liong. "Hm! Aku paling benci pada pemuda hidung belang, lihat saja jika dia berani macam-macam dia akan tahu rasa!" kata Tik Bwee. "Sudah jangan marah, mari kita dayung ke tempat yang sunyi," kata nona Liong. Nona Liong meminta agar tukang perahu mendayung perahu itu ke tempat sunyi. Kok Siauw Hong agak jengkel karena dikira pemuda hidung belang. Dia bisa menyusul kedua nona itu, tapi dia khawatir kedua nona itu akan salah paham lagi. Ditambah lagi dia juga harus segera ke tempat Bun Tay-hiap. Dia membatalkan niatnya menyusul kedua nona itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak lama lagi aku akan betemu dengan Giok Hian, dengan demikian semua akan jelas. Kenapa aku harus mengejar mereka?" pikir Kok Siauw Hong. "Tapi perlukah aku menemui Giok Hian?" Dia melanjutkan perjalanan, tapi tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Ternyata dua orang sedang mengejar dia. Kok Siauw Hong kaget, saat diperhatikan dia mengenali pengejarnya itu Su Hong dan yang lainnya berpakaian Wi-su (pengawal istana). Mereka ada yang membawa senjata tombak cagak tiga (Trisula) yang bergelang, hingga suaranya berisik. "Siauw Hong, apa kau masih kenal padaku?" kata Wi-su itu. Orang itu orang yang mengintai di gunung-gunungan rumah perdana menteri yang dilihat oleh Kok Siauw Hong. "Oh, kiranya kau Bong Sian!" kata Siauw Hong. "Aah, rupanya kau masih mengenaliku, jadi pertemuan kita ini sudah takdir!" kata Bong Sian. Bong Sian ini orang yang pernah menyerang Pek-hoa Kok, bahkan dia juga pernah bertarung dengan Siauw Hong. Bong Sian terluka oleh Siauw Hong. Rupanya dia dendam pada Siauw Hong. "Bukankah masalah dulu sudah selesai. Apa Chan It Hoan dan Liok Hong tidak menyampaikannya padamu?" kata Kok Siauw Hong. Chan It Hoan dan Liok Hong itu dua pelayan Han Pwee Eng. Merekalah yang mengundang Bong Sian untuk ikut menyerang ke Pek-hoa-kok. "Aku tidak peduli sandiwara apa yang sedang kau mainkan dengan budak she Han itu," kata Bong Sian mengejek. "Tapi

luka oleh pedangmu masih membekas. Bagaimana pun aku ini orang Kang-ouw, aku tidak rela kau lukai begitu saja! Jika kau mau damai boleh saja, asal kau mau kutusuk satu kali!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku juga sepakat, asal kau mau berlutut dan memanggil kakek tiga kali padaku, aku juga mau mengampunimu!" kata Bong Sian. Kok Siauw Hong gusar. Dia langsung menantang. "Silakan kalian berdua maju bersama!" kata Kok Siauw Hong. Bong Sian sudah dihitung seperti dulu, tapi dia dinilai orang yang serakah mengharapkan kedudukan. Bong Sian akan maju menyerang tapi dicegah oleh Su Hong. "Biar aku yang maju lebih dulu," kata Su Hong. "Aku kira yang kau tuntut itu dendam lama, biar aku yang mengadakan perhitungan dulu!" "Jangan banyak bicara, mau apa kalian. Mau maju bersamapun silakan!" kata Kok Siauw Hong. "Silakan hunus pedangmu," kata Bong Sian sambil menggosok-gosok kepalannya. "Jika kau bertarung dengan tangan kosong, mengapa aku harus memakai pedang mengalahkanmu?" kata Siauw Hong. "Ayo maju jangan banyak mulut!" "Lihat pukulanku!" kata Su Hong. Su Hong seorang jago pengawal gedung perdana menteri, tentu ilmu silatnya cukup lihay. Langsung dia menyerang, tangannya bergerak memukul dengan keras. Kok Siauw Hong paham 72 jurus Kim-na-ciu-hoat atau cengkraman, dia bergeser ke kiri, tangan kiri Siauw Hong menahan siku lawan, tangan kanannya menyerang dengan pukulan ke arah muka Su Hong. Bagus!" keduanya mulai bertarung dengan hebat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pukulan Su Hong berubah-ubah sebentar menggunakan Kim-na-ciu lalu diubah menjadi Toa-sui-pi-ciu. Ketika pukulan mereka beradu Kok Siauw Hong terdorong ke belakang. Tapi pemuda ini tetap tenang. Kok Siauw Hong agak kaget oleh kehebatan serangan Su Hong ini. Dia hebat sekalipun mungkin sulit untuk mengalahkan Siauw Hong. Tapi Siauw Hong sadar masih ada satu musuh lagi, yaitu Bong

Sian. Maka itu Kok Siauw Hong segera berusaha menghemat tenaganya. Su Hong sudah maju lagi memukul dengan keras. Tapi kali ini Kok Siauw Hong tidak ingin mengadu kekuatan tenaga keras dengan keras. Melihat Kok Siauw Hong banyak menghindar dari serangannya, Su Hong mengira Kok Siauw Hong sudah terdesak. Saat Kok Siauw Hong menghindari adu tenaga, dia dianggap akan melarikan diri. "Kau mau lari ke mana?" kata Su Hong. Tiba-tiba Kok Siauw Hong membalikkan tubuhnya, dengan tidak mempedulikan serangan lawan, Siauw Hong menyerang pada Tay-yang-hiat Su Hong. Jari tangan kanannya bergerak cepat, dia arah le-gi-hiat Su Hong di bagian iganya. Bong Sian sudah pernah merasakan lihaynya totokan Siauw Hong, maka itu dia memperingatkan kawannya. "Su-heng, awas totokannya!" kata Bong Sian. Tapi sudah terlambat Su Hong menjerit kesakitan, dia melompat dua tiga langkah ke belakang. Lalu bersandar pada sebuah pohon hingga dia tidak sampai tergeletak di tanah. Melihat lawan terkena totokannya, Siauw Hong senang tapi juga heran. Ternyata Su Hong lihay dia tidak sampai roboh. Melihat Su Hong sudah kalah, Bong Sian mengangkat senjatanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima seranganku!" kata Bong Sian. "Tadi sudah kukatakan, kalian maju saja bersamasamajangan sok jagoan!" kata Kok Siauw Hong sambil tertawa. Wajah Bong Sian berubah merah. Dia gunakan senjata tombak cagaknya menyerang Siauw Hong. "Jangan banyak mulut!" kata Bong Sian. "Baik, ayo maju. Aku ingin segera membereskanmu!" kata Kok Siauw Hong. Tangan kiri Kok Siauw Hong bergerak memancing, sedang tangan kanannya segera menghunus pedangnya. Saat dia melompat ke belakang lawan, pedangnya sudah mendahului menyerang dengan jurus Pek-hong-koan-jit (Bianglala menembus matahari), tangan kiri Kok Siauw Hong menyerang dengan jurus Kim-Iiong-hok-houw (Menangkap naga menaklukkan harimau). Pada saat tombak cagak Bong Sian menusuk, saat tidak mengenai sasaran dia kaget. Dia mundur ke belakang. "Su Toa-ko, kau tidak kenapa-napa, kan?" kata Bong Sian. Maksud teriakan ini untuk menanyakan apakah Su Hong

tidak terluka, jika tidak sewaktu-waktu bisa diminta bantuannya. Tiba-tiba terdengar suara keras. "Trang!" Bong Sian kaget karena ujung tombak cagaknya kutung sebuah terpapas pedang Kok Siauw Hong yang tajam. Saat itu ujung pedang sudah mengancam ke tubuh Bong Sian. Tapi tiba-tiba Su Hong sudah melompat maju. "Bong Toa-ko, jangan takut. Aku tidak apa-apa." kata Su Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka menyerang secara bersama. Kok Siauw Hong kaget, Su Hong yang sudah tertotok masih bisa maju menyerang. Melihat situasi kurang menguntungkan baginya. Siauw Hong memutarkan pedangnya. Kok Siauw Hong menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat yang aneh itu. Tapi melawan dua musuh memang tidak mudah. Lama-kelamaan tenaga Kok Siauw Hong berkurang juga. Untung Bong Sian dan Su Hong agak jerih mendekat, dengan demikian Siauw Hong masih bisa mengimbangi mereka. Saat dia sedang terdesak muncul seorang berpakaian tentara, dia seorang perwira perang. Matanya besar dengan alis tebal, wajahnya keren. Melihat kedatangan orang itu Su Hong jadi kikuk. Maka itu dia purapura tidak melihatnya. Dia merasa malu karena harus melawan Kok Siauw Hong dengan mengeroyoknya, padahal dia seorang pengawal andalan perdana menteri. Kok Siauw Hong kaget. Melawan dua musuh saja dia sudah hampir kewalahan. Sekarang diambah seorang lagi. Tapi karena tidak punya pilihan, Siauw Hong bersikap tenang. "Aku lihat bocah ini lihay sekali, hentikan sebentar!" kata orang itu pada Bong Sian dan Su Hong. "Eh, Ciu Tay-jin!" kata Su Hong. "Bocah ini harus kita tangkap, ini perintah dari Siang-ya!" "Saudara Su, kau salah sangka atas permintaanku," kata orang she Ciu itu. "Aku tidak ingin merebut jasamu, tapi aku ingin menjajal kepandaian bocah ini! Menangkapnya tentu saja harus atas sukanya sendiri. Dengan demikian pemuda ini tidak menganggap perwira negara bodoh semua!" Wajah Bong Sian dan Su Hong berubah merah karena malu. Mereka langsung mundur. Tapi perwira itu tidak langsung menyerang Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena kau lelah, istirahat saja dulu!" kata perwira itu pada Siauw Hong. Siauw Hong marah dia langsung menusukkan pedangnya, tapi perwira she Ciu itu menghindarinya dengan mudah, tusukan Kok Siauw Hong pun gagal. "Kenapa kau tergesa-gesa, padahal aku harus bicara dulu dengan mereka," kata orang she Ciu itu. Melihat lawan tidak bersenjata dan tidak membalas serangannya, Siauw Hong menghentikan serangannya. Kemudian orang itu menoleh pada Bong Sian dan Su Hong. "Kalian kembali saja, aku tak mau bocah ini mengira kita akan mengeroyoknya!" kata orang itu. "Ciu Tay-jin, jika kau sudah berhasil menangkapnya, tolong kami diberi tahu..." kata Su Hong. "Tentu, jangan khawatir," kata orang itu. Tanpa banyak bicara lagi Bong Sian dan Su Hong lalu pergi. Sesudah berdua saja Siauw Hong maju. "Apa sekarang bisa dimulai?" kata Siauw Hong. "Kau baru bertarung, kau lari dulu seratus langkah baru kususul," kata orang itu. "Aha, apa dia akan menyuruhku kabur?" pikir Siauw Hong. Su Hong pun berpikir begitu. "Dia disuruh lari seratus langkah baru disusul, bocah itu lihay, jangan-jangan...." kata Bong Sian. Su Hong memberi isyarat. "Huss! Jangan bicara sembarangan! Aku yakin kepandaian Ciu Tay-jin tinggi, bocah itu tidak bisa melarikan diri!" kata Su Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo lari, kenapa kau diam saja?" kata orang itu. "Aku akan mampu menangkapmu!" "Aku tidak mau kau paksa, mari kita ke bukit sana. Di sana kita bertarung!" kata Siauw Hong. "Baik!" kata orang itu. Dengan cepat Siauw Hong menggunakan gin-kangnya. Sekejap saja dia sudah lari ratusan langkah, tapi dia tidak mendengar ada orang yang mengejarnya. Dia sedikitt raguragu. Dia yakin pasti perwira itu menyuruhnya kabur. "Hm, Siauw-yang-sin-kangmu hampir sempurna!" kata seseorang secara tiba-tiba.

Tentu saja Kok Siauw Hong jadi kaget sekali. "Pertandingan gin-kang ini bisa kita anggap seri!" kata perwira itu yang sudah berdiri di samping Kok Siauw Hong. "Jangan kau permainkan aku, aku tahu kepandaian ginkangmu lebih baik. Sekarang mari kita bertarung!" kata Siauw Hong dengan angkuh. "Kau angkuh sekali, tapi kali ini aku tidak mau bertarung denganmu" "Kenapa?" "Bukankah kau putera Kok Ju Sih dari Yang-ciu dan namamu Kok Siauw Hong?" kata orang itu. Kok Siauw Hong heran orang ini tahu tentang dirinya. "Benar, lalu kau mau apa?" kata Kok Siauw Hong. "Keluarga Kok turunan jago silat," kata orang itu. "Aku beruntung bertemu denganmu. Mari kita berkenalan." Orang itu mengulurkan tangannya, Siauw Hong tahu orang itu ingin menjajal ilmu silatnya. Maka dengan berani Kok Siauw Hong menyambut tangan orang itu. Saat itu Kok Siauw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong mengerahkan tenaganya, tapi seolah tidak berpengaruh terhadap orang itu. Mau tidak mau Kok Siauw Hong jadi kaget bukan kepalang. "Kepandaianmu jauh lebih tinggi dariku," kata Kok Siauw Hong mengaku. Orang itu tertawa. "Aku sedang menguji ketajaman mataku," kata orang itu. "Bukankah kau akan ke tempat Bun Yat Hoan?" "Kau siapa sebenarnya?" kata Kok Siauw Hong. "Mungkin kau sudah pernah mendengar nama Kang-lam Ciu Cioh? Itulah aku!" kata orang itu. "Jadi Anda guru Kong-sun Po?" "Benar, kau sudah kenal dengan muridku?" kata Ciu Cioh. "Benar, aku sahabatnya dan pernah bekerja sama, ceritanya panjang," kata Siauw Hong. "Kau dari Kim-kee-leng? Aku sahabat Hong-lay-mo-li!" "Benar, aku mendapat tugas dari beliau, kebetulan bertemu dengan Ciu Tay-hiap!" kata Kok Siauw Hong. Sudah selang beberapa belas tahun yang lalu, Ciu Cioh pernah ikut tentara rakyat pimpinan Sin Gie Cit. Pasukan ini mundur ke daerah Kang-lam. Pasukan rakyat itu dibentuk oleh paman Ciu Cioh. Sesudah terjadi perang antara pasukan Song dengan Kerajaan Kim, pegawai Kerajaan Song banyak yang korup dan lemah, Ciu Cioh kurang senang, lalu meninggalkan pasukan dan mengasingkan diri. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 44

Zaman kembali berubah, setelah negara Song dikuasai bangsa Kim. sekarang kerajaan Kim diserang oleh bangsa Mongol. Ditambah lagi bangsa Mongol pun berniat menguasai Kerajaan Song yang sudah berada di daerah Selatan Tiongkok. Maka terpaksa Ciu Cioh yang pencinta negara tergerak hatinya. Saat pemerintah Song membutuhkan tenaga para patriot bangsa, Ciu Cioh ingin menyumbangkan tenaganya membela negara. Lalu dia membentuk kembali pasukan bekas pimpinan Sin Gie Cit. Kemudian pasukan rakyat ini dia satukan dengan pasukan Kerajaan Song. Pasukan ini diberi nama Hui Houw Kun (Pasukan Harimau Terbang). Karena Sin Gie Cit sudah tua, maka yang maju hanya Ciu Cioh yang masih muda. Sebagai komandan pasukan utama Kerajaan Song, Ciu Cioh sering datang ke gedung Perdana Menteri Han To Yu. Dia datang bertemu dengan Kok Siauw Hong saat pemuda itu akan meninggalkan gedung perdana menteri. "Untung saat aku datang Han To Yu sedang tidur siang," kata Ciu Cioh. "Aku menemui Pek Lo-cian-pwee. Dari dia aku tahu tentang dirimu. Saat Pek Lo Cian-pwee tahu Su Hong dan Bong Sian menyusulmu, dia bingung. Lalu meminta aku menyusulmu!" "Aku tahu kesulitan Pek Lo Cian-pwee," kata Siauw Hong. "Aku sangat berterima kasih hingga aku bisa lolos dari bahaya. Tetapi apakah Ciu Lo Cian-pwee tidak khawatir jika Bong Sian dan Su Hong melapor kepada Perdana Menteri?" "Aku rasa dia tidak akan berani melaporkan aku," kata Ciu Cioh alias Kheng Ciauw. "Dia sendiri berbohong bahwa apa yang dia lakukan atas perintah Han To Yu. Malah jika aku tidak mengungkap kebohongannya itu, mereka yang harus bersyukur padaku. Mana berani di depan Han To Yu dia mengorek kesalahanku? Jika aku kembali dan mengatakan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa aku tidak bisa mengejarmu, sekalipun dia curiga tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau tidak salah tadi kau menyinggung tentang muridku Kong-sun Po. Bagaimana keadaan dia sekarang?" Kok Siauw Hong lalu mengisahkan perkenalannya dengan Kong-sun Po, sampai mereka bersama-sama melawan Seebun

Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Mendengar keterangan itu Ciu Cioh girang sekali. "Kedua Iblis Tua itu termasuk sepuluh jago kalangan Kangouw, tapi kalian berdua mampu mengimbangi mereka. Itu tandanya bahwa muridku sudah maju pelajaran silatnya," kata Ciu Cioh. "Kepandaian Kong-sun Toa-ko lebih tinggi dariku," kata Kok Siauw Hong. "Dalam pertempuran itu aku hanya sebagai pembantu Kong-sun Toa-ko saja!" "Kau jangan terlalu merendah. Kok Siauw-hiap," kata Ciu Cioh. "Muridku memang beruntung mendapat latihan dari tiga jago silat utama. Seperti gelombang sungai Tiang-kang, dari belakang mendorong yang di depan. Sekarang anak-anak muda yang menggantikan kami yang sudah tua-tua!" Kelihatan Ciu Cioh sangat bangga mendengar muridnya sudah mencapai kemajuan. "Aku berpisah dengan Kong-sun Toa-ko di medan pertemupran dan sampai saat ini belum bertemu lagi dengannya," kata Kok Siauw Hong. "Tapi kami sudah berjanji akan bertemu kembali di Kim-kee-leng!" "Kau bilang sudah hampir setengah bulan kau di Kim-keeleng, sekarang kau datang ke mari, sedang Kong-sun Po belum sampai ke sana. Jangan-jangan dia mengalami bahaya....?" kata Ciu Cioh. "Aku yakin tidak terjadi apa-apa pada mereka, ilmu silat Kong-sun Toa-ko tinggi, ditambah lagi dia bersama nona

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong yang kepandaiannya tidak lemah." kata Kok Siauw Hong. "Nona Kiong katamu? Siapa dia?" kata Ciu Cioh. "Apa yang kuketahui nona Kiong itu puteri majikan dari pulau Hek-hong-to. aku dengar ayahnya itu seorang jago silat yang berada di dua pihak dari kelompok orang jahat dan baik..." jawab Kok Siauw Hong. "Oh, celaka!" "Celaka bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Aku kira muridku itu sangat ceroboh, mana boleh dia bersedia dinikahkan dengan nona yang telah dijodohkan oleh ayahnya? Soal perjodohan ini sangat dirahasiakan oleh ibu muridku itu. Entah dari mana muridku bisa mengetahuinya? Barangkali anak iblis itu yang mencari calon suaminya dengan tidak tahu malu, dan menjelaskannya pada muridku?" kata Ciu Cioh. "Jadi mereka sudah dijodohkan sejak mereka masih kecil?" kata Kok Siauw Hong yang keheranan dan bingung sekali. "Benar!"

Kemudian Ciu Cioh Cioh mengisahkan riwayat hidup orang tua Kong-sun Po dan nona Kiong. Sesudah mendengar cerita itu Kon Siauw Hong tersenyum. "Itu kisah orang tua mereka, setahuku nona Kiong itu baik hati..." kata Kok Siauw Hong. "Maksudmu?" "Sekalipun ayah nona Kiong dari golongan hitam, dia sendiri cukup baik," kata Kok Siauw Hong. "Seperti kata pribahasa : "Siapa yang berdekatan dengan benda yang hitam, maka dia akan menjadi hitam, yang dekat dengan yang merah, diajuga akan menjadi merah". Nona Kiong dekat dengan Kong-sun Toa-ko, aku yakin nona Kiong akan jadi orang yang baik. Lo Cian-pwee jangan khawatir!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi aku menyangsikan niat ayah nona itu, aku yakin dia punya maksud tertentu...." kata Ciu Cioh. "Ditambah lagi ibu muridku tidak setuju dengan perjodohan ini, aku sebagai gurunya tentu juga menolak!" Ciu Cioh bukan orang yang berpikiran kolot, hanya dengan ibu Kong-sun Po dulu pernah terjalin hubungan asmara. Sedang Kok Siauw Hong pun tidak sependapat dengan guru Kong-sun Po ini. Dia pikir jika keduanya sama-sama suka, siapa pun tidak bisa menghalangi perjodohan mereka. Melihat Kok Siauw Hong diam saja, Ciu Cioh langsung berkata lagi. "Maaf, aku harus segera kembali. Tapi aku ingin tanya apakah kau mau kutitipi barang antaran?" kata Ciu Cioh. "Barang apa?" "Bukankah kau akan ke tempat guru Seng Liong Sen? Aku dengar tidak lama lagi dia sudah akan bertunangan. Aku ingin hadiahku ini kau serahkan kepada Seng Liong Sen sebagian. Sedangkan sebagian lagi untukmu!" kata Ciu Cioh. "Mana boleh kado untuk Seng Siauw-hiap dibagi dua denganku?" kata Siauw Hong. "Tapi hadiah ini bisa dibagi dua?" "Maksud Lo Cian-pwee?" Segera Ciu Cioh mengeluarkan kadonya berupa gambar orang bersilat, lengkap dengan petunjuk cara menjalankannya. Itu adalah ilmu silat rahasia bernama Tayhengpat-sek (Delapan Jurus Maha Sakti). "Bagi yang telah berlatih lwee-kang, jurus-juus ini sangat mudah dipelajari," kata Ciu Cioh. "Ilmu ini pun cocok dijalankan dengan Iwee-kang Siauw-yang-sin-kang yang kau pelajari. Aku ingin kau juga membantu Seng Liong Sen!" Ciu Cioh pernah mendengar dari Pek Tek, bahwa Kok Siauw Hong dan Seng Liong Sen pernah menjajal kepandaian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka di atas perahu. Dengan memberi kado itu, Ciu Cioh berharap Kok Siauw Hong dan Liong Sen bisa berlatih bersama, sehingga salah paham di antara mereka akan hilang sendirinya. Ciu Cioh tidak mengetahui bahwa sengketa yang ada di antara mereka tidak sederhana, karena soal kekasih dan ini merupakan dendam seumur hidup barangkali? "Baik, akan aku sampaikan padanya. Tetapi aku tidak ingin membagi manfaat dari kado ini!" kata Siauw Hong. "Kok-lauw-tee, aku orang yang suka berterus-terang," kata Ciu Cioh yang kelihatan kurang senang mendengar ucapan Siauw Hong itu. "Apa kau memandang rendah ilmu Tay-hengpatsek ini, atau kau sungkan padaku karena kau baru kenal denganku?" "Harap Lo Cian-pwee jangan salah paham," kata Kok Siauw Hong. "Ilmu silat yang Lo Cian-pwee katakan itu merupakan ilmu siat idaman semua orang persilatan. Jika ilmu itu Tayhiap hadiahkan pada boan-pwee, tentu boan-pwee sangat berterima kasih sekali. Tetapi boan-pwee rasa tidak pantas berharap banyak dari Tay-hiap, bukan karena hendak meremehkan atau tidak menghargai hadiah tersebut." kata Kok Siauw Hong. "Pendapatmu benar juga, kau bisa mengekang perasaan dan setia kawan, itu sikap yang patut dipuji," kata Ciu Cioh. "Harap Ciu Tay-hiap jangan gusar, bingkisan itu untuk Seng Siauw-hiap khusus, maka lebih baik untuk dia saja!" kata Kok Siauw Hong. "Mengenai saling tukar ilmu silat, jika dia mau aku bersedia menerima ajakannya!" "Kau benar, baiklah aku tidak memaksamu," kata Ciu Cioh alias Kheng Ciauw. "Jika kau bertemu dengan Bun Tay-hiap (Bun Ek Hoan) guru Seng Liong Sen, sampaikan salamku pada mereka. Kalau begitu aku pergi, selamat bertemu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Ciu Cioh pergi dan Siauw Hong sedang sendirian kelihatan dia murung sekali. Dia terus berjalan dan mendaki ke atas gunung, makin tinggi dia berjalan terasa awan semakin tipis. Kok Siauw Hong saat itu seolah berada di tengah lautan awan yang menyelimuti daerah pegunungan. Tak lama Kok Siauw Hong melihat sebuah puncak gunung, ternyata dia sudah sampai di puncak gunung Kie-liu-hong.

Saat itu perasaan Kok Siauw Hong sedang bimbang, dia tidak tahu harus bicara apa jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian? -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Di tempat lain Seng Liong Sen pun sedang bingung apa yang dia harus katakan, jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian. Sejak dia bertemu dengan Pek Tek di tengah danau, pikiran Seng Liong Sen jadi tidak tentram. Saat itu Seng Liong Sen berhasil menjatuhkan Kok Siauw Hong ke dalam danau, tetapi dia belum tahu pemuda yang jatuh ke danau itu Kok Siauw Hong. Saat dia terserang pukulan Kok Siauw Hong dan dia mendengar peringatan dari Pek Tek agar dia jangan terus bertarung dengan pemuda itu. Ketika Seng Liong Sen menanyakan siapa pemuda itu, dia diberitahu, bahwa pemuda itu menggunakan pukulan CitSiauwkiam-hoat keluarga Kok dari Yang-ciu. Kata Pek Tek keluarga Kok tergolong orang yang jujur dan lurus. Ketika itu Seng Liong Sen tidak sempat berkenalan karena dia harus segera melapor pada gurunya. Hari itu juga tanpa menunggu Kok Siauw Hong sadar dari pingsannya Seng Liong Sen telah kembali. Namun demikian di sepanjang jalan pun Seng Liong Sen jadi agak cemas. "Jangan-jangan dia Kok Siauw Hong!" pikir Seng Liong Sen. Sambil berjalan dia berpikir terus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika benar Kok Siauw Hong masih hidup, apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus memberi tahu nona Ci?" pikir Seng Liong Sen. Sebenarnya antara Ci Giok Hian dan dia sudah ada keputusan, tiga hari lagi mereka akan menikah. Tetapi jika pada saat bahagia itu tiba-tiba muncul Kok Siauw Hong, maka suasana bahagia itu akan berubah menjadi kegemparan. Sekalipun tidak terjadi kekacauan, paling tidak akan menimbulkan perasaan kurang enak. Ketika Seng Liong Sen sampai di rumah gurunya, hari telah tengah malam. Saat dia sampai Ci Giok Hian yang tinggal di kamar belakang rumah gurunya sudah tidur. Seng Liong Sen segera menemui gurunya lalu melaporkan pertemuannya dengan Pek Tek. Dia mengatakan bahwa perlu waktu untuk membujuk Perdana Menteri Han To Yu, agar dia bersedia melawan musuh. Guru Seng Liong Sen pun berpendapat sama. "Semula aku kira kau baru pulang besok, ternyata malam ini juga kau sudah sampai," kata Bun Yat (Ek) Hoan. "Kau mau menemui Giok Hian sekarang?" "Tidak perlu Suhu, besok saja," kata Seng Liong Sen.

Saat itu Seng Liong Sen masih bimbang entah apa yang harus dia katakan pada Ci Giok Hian. "Kalau kau tidak ingin bertemt i sekarang, itupun baik. Apalagi tiga hari lagi kalian sudah menjadi suami-isteri," kata Bun Yat Hoan. "Saat pernikahanmu, akan kuumumkan bahwa kau kuangkat menjadi ahli warisku." "Terima kasih, Suhu," kata Seng Liong Sen.. "Silakan Suhu istirahat aku mohon diri!" Kelihatan Bun Yat Hoan heran melihat muridnya tidak gembira seperti biasanya. "Ya, baik. Kau juga harus beristirahat!" kata Bun Ek Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesampai di kamar, Seng Liong Sen tidak bisa tidur. Dia keluar lalu jalan-jalan di tepi gunung. Tak lama ada orang mendekatinya. "Seng Siauw-hiap, kapan kau pulang?" Ketika Seng Liong Sen menoleh dia mengenali orang yang menegurnya itu Chan It Hoan. Salah seorang pelayan nona Han Pwee Eng yang ikut mengantarkan Han Pwee Eng pada saat nona Han diantar akan ke Yang-ciu menemui calon suaminya, Kok Siauw Hong. "Aah, kenapa aku tidak mencari keterangan darinya?" pikir Seng Liong Sen. Sesudah keributan di Pek-hoa-kok, Chan It Hoan dan Liok Hong bergabung dengan tentara rakyat. Tetapi saat tentara Mongol menyerang, Chan It Hoan terpisah dari induk pasukannya hingga terlunta-lunta sampai di Kang-lam. Di sini dia tinggal di rumah Bun Yat Hoan. Bun Yat Hoan dikenal sebagai pemimpin persilatan di Kanglam. Dia banyak pengikutnya. Sekarang dia sedang berusaha membujuk pihak pemerintah Song untuk melawan musuh. Sementara itu dia juga sedang menghimpun kekuatan rakyat untuk berjuang melawan musuh. Sesudah saling memberi hormat, Chan It Hoan mulai bicara. "Seng Siauw-hiap, kau baru kembali dari daerah Utara, apa kau sempat mendengar tentang keselamatan nona Han Pwee Eng, majikan kami?" kata Chan It Hoan. "Ya, aku sudah mendengar. Katanya Nona Han sekarang sudah ada di Kim-kee-leng, di tempat Hong-lay-mo-li kata Seng Liong Sen. "Tapi saat aku di sana, Nona Han belum ada di sana! Toa-siok, aku dengar nonamu sudah dijodohkan dengan Kok Siauw Hong dari Yang-ciu, benarkah begitu?" "Benar, tetapi aku sudah tidak ingin menyebut-nyebut nama pemuda itu lagi!" kata Chan It Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa?" "Dia tidak berbudi dan ingkar janji. Aku senang sebab aku dengar dia telah mati!" kata Chan It Hoan. "Apa benar begitu? Aku dengar dari seorang sahabatku dia pernah bertemu dengan orang yang mirip dengan Kok Siauw Hong, entah dia atau bukan?" kata Seng Liong Sen. "Bagaimana rupa orang itu dan di mana temanmu bertemu dia?" tanya Chan It Hoan. Seng Liong Sen lalu menceritakan keadaan Kok Siauw Hong pada Chan It Hoan, dan berkata. "Temanku bertemu di telaga See-ouw beberapa hari yang lalu, maka temanku dulu dia pernah bertemu dengan Kok Siauw Hong. Sedang orang itu katanya mirip dengan Kok Siauw Hong," kata Seng Liong Sen. "Kata temanku, jika benar dia Kok Siauw Hong kita harus mengajaknya bergabung melawan musuh!" Seng Liong Sen sengaja membohongi Chan It Hoan, tapi tak lama Chan It Hoan menjawab. "Orang yang mirip di dunia ini sangat banyak, tetapi bergaul dengan orang semacam dia, tidak ada gunanya!" kata Chan It Hoan. Dari ucapan Chan It Hoan ini Seng Liong Sen langsung menerka bahwa orang yang dia temui dan sempat bertarung dengannya itu benar Kok Siauw Hong. Sesudah yakin pemuda itu saingannya, Seng Liong Sen berkata lagi. "Aku dengar dulu keributan yang terjadi di Pek-hoa-kok gara-gara pemuda itu mencintai nona Ci Giok Hian. Benarkah begitu?" kata Seng Liong Sen. "Benar, bocah tidak berbudi itu telah menyia-nyiakan nona kami, maka itu terjadi keributan di Pek-hoa-kok. Semua itu gara-gara dia mencintai nona Ci yang entah bagaimana

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhasil dia jebak! Kemudian dia berpisah dengan Nona Ci. Sekalipun dia sudah mati aku masih membencinya! Aku pikir sebaiknya masalah itu jangan kau ungkit kembali. Kau akan segera menikah dengan Nona Ci, jadi tidak perlu kau memikirkan masalah itu lagi!" kata Chan It Hoan. Jawaban Chan It Hoan memuaskan Seng Liong Sen. Dia tidak mengira jika Chan It Hoan begitu membenci Kok Siauw Hong.

"Terima kasih, Toa-siok," kata S ;rtg Liong Sen. Kemudian keduanya berpisah dan Seng Liong Sen masuk ke kamarnya akan tidur. Tetapi sesampai di kamarnya, Seng Liong Sen tetap gelisah. Dia bingung dan berpikir, apakah dia harus memberi tahu nona Ci tentang pertemuannya dengan Kok Siauw Hong atau jangan. Ini yang terus membuat hati Seng Liong Sen bingung bukan main. Sebenarnya bukan Seng Liong Sen saja yang sedang bingung, tapi Ci Giok Hian pun sedang bingung di kamarnya. Pernikahannya dengan Seng Liong Sen hanya tinggal beberapa hari saja. Akhir-akhir ini nona Ci pun sulit tidur. Malam itu pun nona Ci tidak bisa tidur nyenyak. Dia duduk di depan jendela kamarnya meamun sambil bersandar padaj endela. Dia ingat saat dia bersumpah akan sehidupsemati dengan Kok Siauw Hong, tapi sekarang dia akan menikah dengan pemuda lain. "Tidak kusangka hidup ini akan jadi begini, Kok Siauw Hong kini telah tiada, tetapi bagaimana andaikata dia belum mati?" pikir nona Ci yang agak tersentak sejenak. "Ya, bagaimana jika dia masih hidup, sedang aku menikah dengan pemuda lain?" Khabar tentang kematian Kok Siauw Hong itu dia dengar dari orang lain. Memang dia pernah ke lembah tempat Kok Siauw Hong mengalami kecelakaan. Nona Ci pun pernah bertemu dengan salah seorang anggota Kay-pang. Dari orang itu dia dengar Kok Siauw Hong terpanah oleh musuh. Tetapi dia belum yakin sekali, karena dia tidak menemukan mayat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kekasihnya itu. Hal inilah yang membuat dia mau tidak mau jadi sangsi juga. "Aaah, siapa tahu anggota Kay-pang yang mau mati itu bicara ngaco dan bagaimana jika Siauw Hong masih hidup?" begitu pikir nona Ci. Sampai fajar menyingsing Ci Giok Hian belum juga bisa tidur. Semalam penuh Ci Giok Hian tidak memejamkan matanya. Hari pun telah pagi. Burung-burung mulai terdengar berkicau dan melompat-lompat dari dahan ke dahan. Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. "Siapa?" tanya Ci Giok Hian. "Aku!" kata Seng Liong Sen. Mendengar suara pemuda itu, Ci Giok Hian tersentak kaget dan girang. Dia segera berjalan dan membukakan pintu kamarnya. Tampak Seng Liong Sen berdiri di depan pintu kamar dan kelihatan agak lesu. Semalam Seng Liong Sen tidak bisa tidur dan, sepagi itu dia langsung menemui nona Ci. Dia tidak mengira kalau nona itu

semalam juga tidak bisa tidur seperti dia. "Hai! Kau sudah pulang? Kapan kau pulang?" kata Ci Giok Hian. "Kau kelihatan pucat, pasti kau kelelahan." "Aku baru pulang tadi malam," kata Liong Sen. "Karena aku pikir kau sudah tidur, aku tidak ingin mengganggumu. Baru sekarang aku menemuimu!" Nona Ci tersenyum. "Sepagi ini kau sudah mencariku, apa ada urusan penting?" tanya Ci Giok Hian. "Sehari saja aku tidak bertemu denganmu, hatiku merasa tidak enak. Apa aku tidak boleh menemuimu jika tidak ada masalah penting?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"lih, kau sekarang pandai bergurau! Sejak kapan kau jadi pandai merayu?" kata nona Ci. "Sebenarnya, memang ada yang ingin aku sampaikan padamu," kata Seng Liong Sen. "Ini khabar gembira lho!" "Khabar gembira? Khabar apa, tuh? Pasti tentang kau berhasil membujuk Han To Yu, bukan?" kata Ci Giok Hian. "Bukan! Maksudku masalah pribadi," kata Seng Liong Sen. "Hm! Kalau begitu katakan saja," kata Ci Giok Hian. Semula Seng Liong Sen akan langsung membicarakan pertemuannya dengan Kok Siauw Hong, tapi dia agak ragu lalu berpikir akan membicarakan masalah itu lain kali saja. Maka itu dia mengubah pembicaraannya ke masalah lain. "Suhu mengatakan di harian bahagia kita beliau akan mengumumkan pengangkatanku sebagai ahliwarisnya di depan para tamu!" kata Seng Liong Sen. "Bagus, kuucapkan selamat. Dengan demikian kelak kau juga akan menjadi Beng-cu daerah Kang-lam. Ini khabar yang menggembirakan, tapi khabar itu tidak menyangkut mengenai diriku!" kata Ci Giok Hian. "Kenapa tidak?" kata Seng Liong Sen heran. "Bukankah jika aku jadi Bu-lim Beng-cu daerah Kang-lam, kau juga menjadi nyonya Beng-cu "Iih, sembarangan bicara saja! Mana mungkin aku punya rejeki sebesar itu? Bicarakan soal lain saja!" kata Ci Giok Hian dengan wajah merah. Khabar itu sebenarnya membuat nona Ci girang bahkan dia merasa bangga jika bisa menjadi isteri seorang Beng-cu. Tetapi tak lama tampak nona Ci termenung. "Hai! Ada apa denganmu? Kenapa kau diam?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak apa-apa," kata nona Ci. "Wajahmu kelihatan muram aku rasa ada yang mengganggu pikiranmu!" "Kau benar," kata Seng Liong Sen. "Aku ingin mengatakannya padamu, tapi aku mohon kau jangan marah." "Marah? Kenapa aku harus marah, sebentar lagi kita akan menjadi suami-isteri. Masalah apa pun mana ada yang tidak bisa dibicarakan di antara suami-isteri?" kata Ci Giok Hian. "Kau benar, dua hari lagi kita resmi menjadi suami-isteri, tetapi sekarang aku justru jadi cemas!" kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian menatap ke arah wajah calon suaminya itu. "Apa yang kau cemaskan?" kata Ci Giok Hian. "Aku khawatir terjadi sesuatu, misalnya ada rintangan...." kata Seng Liong Sen. "Dari mana datangnya rintangan itu?" kata Ci Giok Hian. "Maafkan aku jika baru sekarang hal ini aku katakan padamu," kata Seng Liong Sen. "Andai kata sekarang kau bertemu dengan Kok Siauw Hong, apa kau tidak menyesal menjadi isteriku?" Jantung Ci Giok Hian sejenak berdebar-debar karena terperanjat mendengar pertanyaan dari Seng Liong Sen itu. "Kita sudah dengar bahwa dia sudah meninggal, bagaimana aku bisa bertemu lagi dengannya?" kata Ci Giok Hian. "Ya, aku hanya berandai-andai saja," kata Seng Liong Sen. "Seandainya benar dia belum meninggal dan kau bertemu lagi dengannya! Bagaimana pendapatmu?" Jantung Ci Giok Hian kembali berdebar-debar. "Liong Sen. kau masih waras kan? Kau jangan ngaco tidak karuan!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, aku tidak bicara ngawur!" kata Liong Sen. "Jika benar dia masih hidup, kau lebih suka pada dia atau padaku?" Tiba-tiba air mata Ci giok Hian meleleh. "Kau jangan desak aku, Liong Sen! Kenapa kau berkata begitu? Apakah kau telah melihat dia?" kata Ci Giok Hian. "Aku juga belum yakin, apakah orang itu dia atau bukan?" kata Seng Liong Sen.. "Tetapi aku memang pernah bertemu dan dan berkelahi dengannya. Orang itu pandai ilmu Cit-siukiamhoat keluarga Kok! Entah dia atau bukan aku juga tidak tahu? Aku berharap saja agar orang itu bukan dia! Tetapi jika benar orang itu dia, aku juga gembira. Asal kau bahagia, aku

pun sudah senang dan aku bersedia mengalah darinya dan kau boleh kembali kepadanya!" Tanpa disadarinya Ci Giok Hian mengulurkan tangannya hendak menutup mulut pemuda she Liong itu. "Sudah... Kau jangan bicara lagi!" kata Ci Giok Hian. "Apa kau yakin orang itu bukan dia?" kata Liong Sen. "Orang yang bisa Cit-siu-kiam-hoat bukan hanya Kok Siauw Hong seorang," kata Ci Giok Hian. "Murid Jen Thian Ngo pun aku yakin bisa menggunakan ilmu itu!" Kata-kata Ci Giok Hian ini sebenarnya hanya untuk menenangkan hatinya yang mulai gelisah, dia penasaran tetapi tidak berani menanyakan tentang orang yang ditemui Seng Liong Sen. Semula Seng Liong Sen gelisah, ttapi ketika menyaksikan nona Ci tenang dia pun mulai tenang. Malah Seng Liong Sen yakin dia sudah bisa menggantikan kedudukan Siauw Hong di hati gadis ini.. "Jika benar orang itu dia, aku memang rela mengalah demi kebahagiaanmu. Tetapi terus-terang, aku akan menyesal seumur hidup. Sekalipun aku diangkat menjadi Beng-cu di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daerah Kang-lam, bagiku tidak ada artinya!" kata Seng Liong Sen. Tiba-tiba Ci Giok Hian menutup mulut Seng Liong Sen dengan jari tangannya yang mungil. "Sudah jangan kau bicarakan lagi masalah yang sudah lewat!" kata nona Ci. "Kau benar, lusa hari pernikahan kita.Tapi kenapa kita harus bicara masalah yang tidak baik kita bicarakan!" kata Seng Liong Sen yang hatinya semakin lega saja. "Kau masih kelihatan lelah, istirahatlah," kata nona Ci. Sesudah itu Seng Liong Sen meninggalkan kamar Ci Giok Hian. Setelah Seng Liong Sen pergi, hati Ci Giok Hian jadi gelisah. Dia mengambil buku untuk menghilangkan kegelisahannya. Tetapi dia tidak bisa berkonsentrasi membaca buku itu. Dia letakkan buku itu dan berjalan keluar kamar. Pikiran nona Ci kacau sekali. Bagaimana pun dia hendak melupakan Kok Siauw Hong, tetapi dia pernah bersumpah akan sehidup-semati dengannya. "Selamat pagi nona Ci!" sapa Chan lt Hoan. "Pagi, Chan Toa-siok," jawab Ci Giok Hian. Ketika itu sebenarnya Chan It Hoan hendak menghadang kedatangan Kok Siauw Hong. Semalam sesudah mendengar keterangan dari Seng Liong Sen. dia jadi penasaran. Dia kira Kok Siauw Hong akan menyusul dan datang ke tempat itu.

Tapi ternyata justru berpapasan dengan Ci Giok Hian. "Maafkan aku Nona Ci, aku belum mengucapkan selamat kepadamu," kata Chan It Hoan. Wajah nona Ci berubah merah, dengan tersipu-sipu nona Ci menyahut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih Chan Toa-siok, bagaimana keadaan majikanmu nona Han, apa kau sudah mendapat khabar tentang dia?" kata Ci giok Hian. "Sudah, aku dengar nonaku sudah ada di Kim-kee-leng," kata Chan It Hoan sambil tertawa. "Syukurlah, hubunganku dengan nonamu seperti saudara saja! Sayang dia tidak ada di sini. Chan Toa-siok, apa kau masih marah padaku?" kata Ci Giok Hian. "Oh tidak! Kejadian di Pek-hoa-kok dulu, terus-terang semua karena kecerobohanku," kata Chan lt Hoan. "Jika kau tak gusar padaku bagaimana aku marah padamu. Itu semua gara-gara bocah bernama Kok Siauw Hong itu!" "Terus-terang dia juga tidak bisa disalahkan," kata Ci Giok Hian. "Sudahlah kita tidak perlu membicarakan masalah itu lagi!" "Aku dengar dia sudah meninggal, jadi benar kenapa aku harus mengungkit-ungkit masalah orang yang telah meninggal?" kata Chan It Hoan. "Sudahlah," kata nona Ci. "Kita jangan sebut-sebut dia lagi..." "Memang begitu, tapi sayang..." Chan It Hoan tak meneruskan kata-katanya. "Sayang bagaimana?" "Di harian bahagiamu, nona kami tidak bisa hadir untuk mengucapkkan selamat padamu!" kata Chan It Hoan. "Eeh, ngomong tentang nonamu aku jadi ingat sesuatu dan ingin minta bantuan pada Chan Toa-siok!" kata nona Ci. "Katakan saja, jangan segan-segan!" kata Chan It Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu apakah aku bisa bertemu lagi dengan nonamu atau tidak? Jika kau bertemu dengannya, tolong kau sampaikan titipanku padanya," kata Ci Giok Hian. Sesudah itu nona Ci mengeluarkan batu giok dari sakunya, lalu benda itu diserahkan pada Chan It Hoan. Ketika diperhatikan batu giok itu terukir indah sekali,

lukisan seekor naga dengan seekor burung Hong. Chan It Hoan kaget melihat benda itu lalu berkata. "Jika nonaku tahu di hari bahagia itu, dialah yang harus memberimu bingkisan, malah sekarang kau yang memberinya bingkisan ini?" kata Chan It Hoan. "Serahkan saja benda itu, aku yakin nonamu akan tahu apa maksudnya," kata Ci Giok Hian. "Baik, aku permisi akan kembali!" Sesudah nona Ci meninggalkannya sendirian, Chan It Hoan mengamati benda di tangannya itu. "Eeh, apa maksud nona Ci memberi hadiah ini?" pikir Chan It Hoan. Pada saat sedang kebingungan dari arah sebuah lereng, kelihatan Kok Siauw Hong berjalan mendatangi. Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong memutar otak. Dia bingung apa yang harus dia katakan, jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian? Pada saat Kok Siauw Hong itu dia jadi kaget karena bertemu dengan Chan It Hoan di tempat itu. "Eeh, Chan Toa-siok, apa khabar? Kapan Chan Toa-siok sampai?" kata Kok Siauw Hong. "Khabar buruk!" kata Chan It Hoan. "Keluarga majikanku berantakan hingga aku harus hidup di pengembaraan!" "Oh, rupanya Chan Toa-siok masih marah padaku?" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, mana berani aku marah padamu, tapi aku ingin bertanya, kau mau apa datang ke mari?" kata Chan It Hoan. "Aku ingin menemui Bun Tay-hiap dan Seng Siauw-hiap," jawab Kok Siauw Hong. "Kau ingin menemui Seng Liong Sen? Untuk urusan apa?" kata Chan It Hoan. "Ada sedikit masalah yang harus kubicarakan dengan mereka," kata Siauw Hong. "Maaf, kunasihati kau! Aku minta kau jangan mencari garagara lagi di tempat ini!" kata Chan It Hoan yang tiba-tiba saja jadi emosi. "Aku kira Paman Chan salah paham, untuk apa aku cari gara-gara?" kata Kok Siauw Hong. "Aku tidak salah paham, kau kira aku tidak tahu? Terusterang saja kau datang karena kau dengar Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian akan menikah, bukan?" kata Chan It Hoan. "Masalah itu aku sudah tahu," kata Kok Siauw Hong. "Tetapi..." "Tapi apa? Kau telah menyusahkan nona kami, apa itu belum cukup? Sekarang kau akan mengacaukan pernikahan

nona Ci, begitu?" kata Chan It Hoan tambah sengit. "Paman Chan, dengar dulu keteranganku. Kedatanganku atas perintah Liok-lim Beng-cu Liu Li-hiap kata Kok Siauw Hong. "Oh, jadi kau datang dari Kim Kee-leng?" "Benar, malah nonamu pun ada di sana!" kata Siauw Hong. "Jadi kalian bersama-sama dengan Nonaku?" kata Chan It Hoan yang berubah lebih ramah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, aku ke Kim-kee-leng bersama nonamu. Dia telah memaafkan kesalahanku, semoga Paman juga begitu!" kata Kok Siauw Hong. "Kau masih muda, jika kau bisa memperbaiki kesalahanmu, itu bagus sekali," kata Chan It Hoan. "Tapi, sebelum aku bertemu dengan Nonaku, aku masih belum percaya sepenuhnya keteranganmu." "Baik, untuk apa aku berbohong pada Paman?" kata Kok Siauw Hong sambil tersenyum. "Ya, jadi kau akan kembali ke Kim-kee-leng setelah tugasmu selesai?" kata Chan It Hoan. "Benar," kata Kok Siauw Hong. "Bagus, kalau begitu harap kau serahkan benda ini pada nonaku!" kata Chan It Hoan sambil menyerahkan batu giok pemberian Ci Giok Hian pada Siauw Hong. Melihat benda yang diserahkan Chan It Hoan, wajah Kok Siauw Hong berubah serius. "Dari mana Paman Chan mendapatkan benda ini?" kata Siauw Hong. "Benda ini bukan hasil curian juga bukan milik nonaku, dari pertanyaanmu itu aku yakin kau tahu asal-usul benda ini?" kata Chan It Hoan. "Benar aku tahu asal-usulnya, coba Paman jelaskan dari mana benda ini?" kata Siauw Hong. "Dari nona Ci, dia ingin aku menyerahkannya pada nonaku. Sebaiknya benda itu kutitipkan padamu saja!" kata Chan It Hoan. Dada Kok Siauw Hong serasa mau meledak, tapi dia mencoba menahan diri. Batu giok itu lalu dia simpan baik-baik.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dugaanku benar, pantas aku rasanya mengenali benda itu!" kata Siauw Hong. "Baik, akan kusampaikan benda ini

pada nonamu. Katakan pada nona Ci jangan khawatir, pesannya akan kusampaikan sendiri pada nona Han!" Batu itu disebut "Liong-hong-pwee " atau Perjodohan Naga dan Burung Hong. Batu itu milik keluarga Kok Siauw Hong yang dia berikan kepada Ci Giok Hian sebagai tanda pengikat jodoh mereka. Di luar dugaan batu itu kini berada di tangan Chan It Hoan, dan diserahkan sendiri oleh Ci Giok Hian untuk diberikan pada Han Pwee Eng. Sekarang benda itu kembali pada pemiliknya. Dari kejadian ini Kok Siauw Hong sadar, bahwa Ci Giok Hian telah memilih pria lain untuk menjadi suaminya. Je!'.snya dia telah memutuskan hubungannya dengan Kok Siauv Hong, dan ingin menjodohkan kembali Kok Siauw Hong dengtu, Han Pwee Eng. "Nah, sekarang apa kau masih ingin bertemu dengan Bun Tay-hiap?" kata Chan It Hoan. "Benar, aku harus menyampaikan pesan Liu Li-hiap," kata Kok Siauw Hong. "Sesudah bertemu Bun Tay-hiap sebaiknya kau segera kembali, tidak perlu kau temui Seng Liong sen!" kata Chan It Hoan. "Tidak, aku harus menemuinya?" Untuk apa kau temui dia?" "Aku juga dititipi barang untuk disampaikan kepadanya," kata Siauw Hong. "Kenapa titipan itu tidak kau serahkan saja pada gurunya?" kata Chan It Hoan. "Kau benar, baiklah. Tolong antarkan aku menemui Bun Tay-hiap!" kata Kok Siauw Hong. "Baik, kau tunggu sebentar akan kulihat apakah Bun Tayhiap sudah bangun atau belum?" kata Chan It Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jelas dari kata-katanya Chan It Hoan tidak ingin Kok Siauw Hong bertemu dengan Seng Liong Sen, maka itu dia akan mengatur dulu pertemuan Kok Siauw Hong dengan Bun Tayhiap. Kok Siauw Hong setuju saja, padahal dia sedang mengemban tugas penting, tapi kenapa pertemuannya harus diatur seolah dia punya tugas rahasia saja. Kok Siauw Hong lalu menunggu. Saat sedang menunggu dia mendengar suara bentakan orang. "Oh bagus! Ternyata kau menyusulku ke mari!" Saat Kok Siauw Hong menoleh dia mengenali orang itu Seng Liong Sen. Rupanya Seng Liong Sen bertemu dengan Kok Siauw Hong tanpa disengaja. Saat itu dia sedang bingung. Dia yakin satu dua hari ini pasti Kok Siauw Hong akan datang menemuinya.

Ternyata itu benar. Semula Seng Liong Sen berpikir akan mempertemukan Kok Siauw Hong dengan Ci Giok Hian, seperti janjinya pada nona Ci. Tetapi rasa cintanya pada nona Ci membuat dia bimbang dan batal memenuhi janjinya. "Aku tidak bisa membiarkan dia merusak kebahagiaan kami!" pikir Seng Liong Sen. Maka itu dia langsung menegur Kok Siauw Hong dengan kasar. Kok Siauw Hong langsung memberi hormat. "Aku kira kau salah paham, saudara Seng!" kata Siauw Hong. Tetapi sebelum menjawab Seng Liong Sen sudah menghunus pedangnya. "Hm! Kau mata-mata musuh yang lolos dari tangan Pek Locianpwee, kau ke mari hendak mengelabuiku, bukan?" kata Seng Liong Sen yang langsung menyerang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan itu sangat berbahaya ditambah lagi pedang Seng Liong Sen menusuk dengan jurus Keng-sin-pit-hoat ajaran Bun Tay-hiap. Serangan itu bertubi-tubi hingga Kok Siauw Hong terdesak. "Walau tidak kubunuh dia, paling tidak aku harus mengusirnya agar dia tidak berani datang lagi!" pikir Seng Liong Sen. Kok Siauw Hong kaget karena diserang oleh Seng Liong Sen. Melihat serangan maut lawan, akhirnya Kok Siauw Hong berpikir. "Aku tidak boleh mengalah terus," pikir Kok Siauw Hong, "sebab dia kira aku takut kepadanya!" Dengan cepat Kok Siauw Hong menghunus pedangnya lalu dia menggunakan Cit-siu-kiam-hoat untuk menghadapi serangan Seng Liong Sen ini. Ketika pertama kali bertemu di tengah danau. Kok Siauw Hong tercebur diserang Seng Liong Sen. Dengan demikian Seng Liong Sen mengira dengan mudah akan dapat mengalahkan Kok Siauw Hong. Tapi Seng Liong Sen kaget, saat Kok Siauw Hong bersungguh-sungguh meladeninya. "Eh, aneh sekali! Kepandaiannya berbeda sekali dengan tempo hari. Jika aku kalah olehnya, masalah akan jadi kacau sekali!" pikir Seng Liong Sen. Dengan tak sabar Seng Liong Sen melancarkan serangan hebat ke arah Kok Siauw Hong. Sebaliknya Kok Siauw Hong pun tidak tinggal diam. Dia juga melancarkan serangan hebat. Pedang Kok Siauw Hong meluncur ke arah sasaran. Sedang serangan Liong Sen pun sudah terlanjur dilancarkan. Untuk menangkis serangan Kok Siauw Hong, jelas sudah terlambat.

Dada Seng Liong Sen akan tertusuk pedang lawan. Tetapi Kok Siauw Hong tidak berniat melukainya. Saat ujung pedang hampir mengenai dada lawan, tiba-tiba dia tahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seng Siauw-hiap, sekarang kau tahu bahwa aku tidak berniat jahat padamu, kan?!" kata Kok Siauw Hong. Seng Liong Sen pemuda congkak, dinasihati begitu dia kurang senang. Bukan senang diberi hati, tiba-tiba Seng Liong Sen malah melancarkan serangan mendadak. Dia gunakan jurus Pek-hoo-thian-ih (Bangau putih membentangkan sayap). Serangan itu membuat Kok Siauw Hong kaget, dia melompat mundur. Untung ujung pedang Seng Liong Sen hanya mengenai lengannya. "Aku tidak ingin mencelakaimu, kenapa benar kau ingin mengadu jiwa denganku?" kata Kok Siauw Hong. Tapi karena serangan-serangan Seng Liong Sen semakin hebat, terpaksa Kok Siauw Hong harus waspada dan membalas serangannya. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0Sekembali dari pertemuannya dengan Chan lt Hoan, Ci Giok Hian pun termenung sendiri. Dia anggap sikap Seng Liong Sen akhir-akhir ini agak aneh. Nona Ci menduga, bahwa Chan It Hoan pernah mendengar tentang datangnya Kok Siauw Hong ke tempat itu. Maka itu nona Ci tidak jadi kembali ke kamarnya. Dia berbalik ke tempat tadi. Saat dia sampai kebetulan pertarungan antara Kok Siauw Hong dengan Seng Liong Sen tengah berlangsung. Melihat pertarungan itu Ci Giok Hian langsung berteriak. "Hentikan! Hentikan!" Saat itu baik Kok Siauw Hong maupun Seng Liong Sen sedang melancarkan serangan hebat. Melihat kedatangan Ci Giok Hian ini Kok Siauw Hong terperanjat. Begitu pun serangan Liong Sen, entah tidak bisa dihentikan, atau memang gemas dia menusukkan pedangnya... "Liong Sen, tahan!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ujung pedang Seng Liong Sen meluncur di atas bahu Kok Siauw Hong, ini membuat pakaian Siauw Hong terkena pedang Liong Sen. Untung Kok Siauw Hong tidak terluka. "Oh, ternyata kalian saling mengenal, maafkan aku!" kata Seng Liong Sen. "Jadi dia ini saudara Kok, terimalah ucapan

selamatku!" Wajah nona Ci memerah. Jantungnya berdebar dia mencoba menenangkan hatinya. "Liong Sen, dia adalah Kok Toa-ko yang aku katakan padamu...." kata Giok Hian. "Siauw Hong, aku kira kau .... kau..." "Ya, kau kira aku sudah mati di CengIiong-kouw, bukan? Memang aku telah hidup kembali setelah mati di Ceng-Iiongkouw...." kata Kok Siauw Hong. "Syukurlah kau selamat, aku girang," kata nona Ci. "Selamat, selamat! Kawan lama telah bertemu kembali! Tapi, apakah kedatanganmu ini sengaja untuk mencari Giok Hian?" kata Seng Liong Sen yang cemburu bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertanyaan Seng Liong Sen ini membuat Ci Giok Hian tertegun, dia mengawasi Kok Siauw Hong dan ingin mendengar jawaban pemuda itu. Saat itu Kok Siauw Hong merabah ke sakunya, di sana terdapat batu giok yang baru diterimanya dari Chan It Hoan. Maka itu pemuda ini menjawab tegas. "Benar, aku sudah tahu Ci Giok Hian ada di sini! Tetapi kedatanganku ke mari dengan dua masalah." kata Kok Siauw Hong. "Aku senang bisa bertemu lagi dengan Nona Ci di sini!" Melihat sikap dingin Kok Siauw Hong hati Ci Giok Hian terasa pedih sekali. "Pasti dia membenciku, tetapi bagaimaa aku menjelaskannya pada dia?" pikir Ci Giok Hian. "Apa kedua urusan yang kau bawa itu?" kata Seng Liong Sen dengan tajam. "Aku ingin membicarakannya denganmu," kata Kok Siauw Hong. "Pertama, aku akan menyampaikan bingkisan."

Dia lalu menyerahkan kitab ilmu silat pada Liong Sen. "Ini titipan dari Kang-lam Tay-hiap Ciu Cioh untukmu! Kemarin secara kebetulan aku bertemu dengan beliau. Dia bilang mungkin dia tidak sempat menghadiri hari bahagia kalian! Maaf, aku sendiri terlambat mengetahui hal itu, hingga aku tidak punya bingkisan untuk kalian!" kata Kok Siauw Hong. Seng Liong Sen semula akan pura-pura tidak kenal pada Kok Siauw Hong, tetapi secara terus-terang Kok Siauw Hong malah menjelaskannya. "Terima kasih atas kebaikanmu, Kok-heng," kata Seng Liong Sen. "Kau sahabat nona Ci, jelas kau juga sahabatku. Apa kau bersedia bermalam untuk ikut merayakan pernikahan kami?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf, aku masih punya urusan penting, jadi aku harus segera kembali. Mungkin aku tidak bisa hadir dalam pesta pernikahan kalian," kata Kok Siauw Hong. "Sayang sekali," kata Seng Liong Sen. "Urusan yang kedua mengenai apa?" "Aku harus menemui gurumu untuk menyampaikan pesan dari Liu Li-hiap!" kata Kok Siauw Hong. "Oh, begitu. Baik, mari kuantar kau menemui Guruku!" kata Seng Liong Sen. "Aku sudah minta bantuan Chan Toa-siok," kata Siauw Hong. Mendengar Kok Siauw Hong utusan dari Kim-kee-leng, Ci Giok Hian girang sekali. "Siauw Hong, aku dengar Enci Pwee Eng ada di sana, apa benar?" kata nona Ci. "Ya, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu," kata Siauw Hong. "Mengenai apa?" tanya nona Ci agak terperanjat. "Aku dan Pwee Eng merencanakan akan menikah tahun depan, kali ini aku menyesal tidak bisa menghadiri pernikahan kalian. Aku mohon tahun depan kalian suami-isteri bisa datang pada pernikahan kami!" kata Kok Siauw Hong. Sebenarnya janji menikah itu belum ada di antara Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Kata-kata Kok Siauw Hong itu hanya untuk menentramkan hati Ci Giok Hian agar bisa menikah dengan Seng Liong Sen. Keterangan Kok Siauw Hong ini membuat Ci Giok Hian kaget dan juga girang. "Memang Han Pwee Eng lebih baik dariku!" kata nona Ci. "Baiklah, tahun depan aku akan datang!" Sesudah itu nona Ci berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ternyata hati Kok Siauw Hong begitu cepat berubah, semalam aku masih mengenangnya!" pikir nona Ci. Saat Chan It Hoan muncul, dia kaget menyaksikan ketiga orang yang sedang berkumpul itu. "Oh, jadi kalian sudah saling mengenal?" kata Chan It Hoan. "Benar," kata Kok Siauw Hong. "Sudah kusampaikan mengenai kedatanganmu. Kok Siauwhiap. Harap Seng Siauw-hiap mau mengantarkan tamu gurumu ini!" kata Chan It Hoan. "Baik," kata Seng Liong Sen. "Chan Toa-siok, aku kurang enak badan, maukah kau mengantarkan aku?" kata Ci Giok Hian. "Baik," kata Chan It Hoan. Terus-terang Chan It Hoan kagum pada nona Ci yang ingin menghindari Kok Siauw Hong, bahkan dia merasa kagum pada Seng Liong Sen yang luhur budi. Tapi sebenarnya keadaannya justru sebaliknya. Kok Siauw Hong menemui Bun Tay-hiap. Saat bertemu guru Seng Liong Sen langsung berkata dengan gembira. "Namamu dan nama ayahmu sudah lama aku kagumi," kata Bun Tay-hiap. "Sekarang aku bertemu denganmu. Kau sebaya dengan muridku Seng Liong Sen, dia banyak membantu urusanku." "Terima kasih atas pujian Beng-cu, mana berani aku disamakan dengan muridmu!" kata Kok Siauw Hong. "Jangan sungkan," kata Seng Liong Sen. "Sekarang, coba kau katakan, kau membawa khabar apa untuk kami?" kata Bun Tay-hiap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong memberi keterangan tentang keadaan di daerah utara, serta menyampaikan gagasan Liu Li-hiap untuk menghadapi musuh. "Menurut pendapatku serangan tentara Mongol ke negeri Kim itu, hanya pura-pura. Padahal bangsa Mongol ingin menyerang negeri Song di Selatan. Yang harus kita utamakan adalah menyelamatkan negara Song!" kata Bun Tay-hiap. "Lo Cian-pwee benar, tapi aku tidak berani mengambil putusan sendiri. Hal ini akan kulaporkan kepada Liu Li-hiap dulu." kata Kok Siauw Hong.

"Benar, tapi sebaiknya kau tingal di sini dulu, kami lebih memerlukan tenagamu di sini," kata Bun Tay-hiap. "Terima kasih, tapi aku harus segera pergi untuk mengurus urusan lain. Aku diperitahkan ke Thay-ouw oleh Liu Li-hiap," kata Kok Siauw Hong. "Ada yang belum kau ketahui, lusa muridku akan menikah dengan nona Ci. Aku harap kau bisa menunggu sampai pernikahan itu selesai," kata Bun Tay-hiap. "Aku kira Ong Ceecu di Thay-ouw pun tidak bisa datang sendiri ke mari, pasti dia akan mengirim utusannya ke mari." "Mungkin begitu," kata Siauw Hong. "Padahal Li Beng-cu meminta aku bicara langsung pada Ong Cee-cu!" Dia berbohong pada Bun Tay-hiap karena tidak punya alasan lain. Bun Tay-hiap manggut-manggut, karena berpikir urusan negara lebih utama daripada urusan pribadi. "Baiklah, aku tidak bisa menahanmu lebih lama di sini," kata Bun Tay-hiap. "Sesudah urusanmu selesai, aku harap kau datang lagi ke mari." "Aku sendiri berharap bisa hadir dan ingin mohon petunjuk dari Tay-hiap," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Antarkan tamu kita, Liong Sen," kata Bun Tay-hiap pada muridnya. Mereka berdua pamit, sampai di kaki bukit, Liong Sen berkata pada Kok Siauw Hong. "Semula kita salah paham hingga harus bertarung, kemudian kita jadi sahabat. Aku berterima kasih atas kedatanganmu dan kau banyak membantuku!" kata Liong Sen. Ucapan Liong Sen mengandung dua makna. Pertama terima kasih karena Siauw Hong mengantarkan kitab ilmu silat dari Ciu Cioh, dan kedua terima kasih atas bantuan Kok Siauw Hong yang pura-pura tidak mengerti. "Tidak perlu sungkan, silakan kembali, semoga kalian hidup bahagia!" kata Kok Siauw Hong. Dengan demikian mereka berpisah. Kok Siauw Hong berjalan sendiri. Di sepanjang jalan hati Kok Siauw Hong bimbang sekali. Di tengah jalan Kok Siauw Hong mendengar ada suara perempuan. "Enci Bwee mari kita pulang saja! Kau jangan cari susah sendiri!" kata suara itu. "Tapi aku ingin membuktikan, apakah khabar itu benar atau bohong!" kata yang lain. "Jika benar bagaimana dan jika tidak bagaimana?" kata yang pertama.

"Aku juga tidak tahu harus bagaimana?" kata Tik Bwee. "Tapi sekali lagi aku ingin bertemu dengannya!" Kok Siauw Hong mengenali kedua perempuan itu, mereka ialah kedua orang gadis yang dia lihat di telaga See-ouw. Salah satunya Tik Bwee, pelayan Seng Cap-si Kouw. Dari Han Pwee Eng pemuda ini sudah mendengar tentang Tik Bwee. Dia cerdik dan ilmu silatnya tinggi. Tapi cintanya pada Seng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liong Sen dianggap sangat keliru. Tanpa terasa mereka saling berpapasan, kedua nona itu kaget. "Liong Cici," kata Tik Bwee. "Apa kau masih kenal padanya, rasanya dia... "Ya, betul! Dia pria yang mengintai kita di tepi telaga beberapa hari yang lalu," kata nona Liong. Ketika itu Tik Bwee memang sedang dongkol, maka itu dia hadang Kok Siauw Hong. "Mau apa kau mengawasi kami terus? Dasar lelaki ceriwis!" kata Tik Bwee. Tangan Tik Bwee melayang hendak menampar Kok Aiauw Hong. Melihat serangan Tik Bwee tersebut, Kok Siauw Hong mengelak, tapi Kok Siauw Hong tahu. Serangan itu cepat luar biasa. Sekarang dia sadar apa yang dikatakan Han Pwee Eng, bahwa nona ini lihay memang benar. Sadar serangannya tak mengenai sasaran, Tik Bwee terkejut. Saat dia hendak menghunus pedangnya. Kok Siauw Hong langsung menegurnya. "Pasti kau Enci Tik Bwee bukan? Aku justru ingin menemuimu!" kata Kok Siauw Hong. "Kau dari mana dan siapa kau?" kata Tik Bwee. "Aku sahabat nona Han dan nona Ci, bukankah kau yang telah menitipkan sebuah benda untuk seseorang?" kata Siauw Hong. "Nona Ci yang mana?" kata Tik Bwee dan termenung sejenak. Tak lama Tik Bwee tersentak dan berkata lagi. "Oh, ya, pasti maksudmu Enci Tik Khim, bukan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, Tik Khim itu puteri keluarga Ci dari Pek-hoa-kok. Untuk menolongi ayah dan nona Han dia rela jadi pelayan di rumah Seng Cap-si Kouw. Begitu kan?" kata Siauw Hong. "Kalau begitu... kau Kok Siauw-hiap dari Yang-ciu!" kata Tik

Bwee. "Benar, aku Kok Siauw Hong," jawab pemuda itu. Wajah Tik Bwee berubah merah. "Jadi nona Han telah memberitahumu tentang barang itu?" kata Tik Bwee. "Benar, barang itu sekarang ada padaku," kata Kok Siauw Hong. "Seharusnya atas permintaan nona Han, kusampaikan barang ini pada yang berhak. Tetapi karena... Aah karena aku gagal melaksanakan pesan nona Han itu, maka barang itu harus kukembalikan kepadamu!" Kok Siauw Hong mengeluarkan sebuah dompet dari sakunya yang dia serahkan pada nona Tik Bwee. Nona itu menerima dompet sulam itu dengan wajah merah. "Bukankah kau dari sana? Apakah dia tidak ada di sana?" kata Tik Bwee ragu-ragu. "Dia ada di sana, aku juga bertemu dengannya," kata Kok Siauw Hong. "Kalau sudah bertemu dengannya, kenapa tidak kau serahkan barang itu?" kata nona Liong ikut bicara. "Aku pikir sebaiknya benda itu tidak aku serahkan padanya," kata Kok Siauw Hong sambil menghela napas panjang. "Jadi, jadi benar khabar yang aku dengar itu?" kata Tik Bwee yang segera sadar apa maksud kata-kata Kok Siauw Hong itu. "Benar, mereka akan menikah," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Liong mengira mendengar khabar itu, Tik Bwee akan menjerit histeris atau jatuh pingsan. Tetapi malah tidak. Tik Bwee tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Nona Liong segera mendekatinya. "Enci Bwee, kau tidak apa-apa?" "Tidak. Malah aku gembira sekali!" kata Tik Bwee. "Kalau begitu kedatangan kita ini tepat sekali!" Melihat otak Tik Bwee mulai kurang beres nona Liong jadi cemas. "Sebaiknya kita tidak ke sana, Enci Bwee!" kata nona Liong. "Kenapa tidak, "kata Tik Bwee. "Majikan muda menikah kita sebagai pelayannya kenapa tidak ikut hadir?" "Kasihan," pikir Kok Siauw Hong. "Dia masih muda dan cantik, lalu jadi pelayan dan jatuh cinta pada majikan mudanya. Tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan saja, hingga nasib nona ini semakin buruk! Aku saja kehilangan Giok Hian begitu terkejut, apalagi dia?" "Sangat banyak rasa kecewa pada manusia, jika kita

berhasil mengatasinya dan tidak memikirkannya, pasti hati kita akan lega kembali. Memang seperti kata Enci Liong, sebaiknya kalian tidak ke sana!" kata Kok Siauw Hong. "Maafkan aku karena lancang menasihatimu, padahal kita baru berkenalan." "Siapa bilang aku akan berduka jika ke sana, dia keponakan majikanku. Apa salahnya jika aku menghadiri pesta pernikahannya?" kata Tik Bwee. "Maafkan aku, Enci Tik Bwee," kata Siauw Hong yang kaget karena dia dimarahi nona tersebut. Buru-buru Siauw Hong meninggalkan kedua nona itu. Sesudah tinggal berduaan nona Liong berkata pada Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pemuda she Kok itu sangat simpatik, bicaranya terusterang," kata nona Liong. "Hm! Dari bicaramu kau tertarik padanya, kan? Hati-hati jika kau bertemu seorang lelaki. Kita kenal mukanya, belum tentu kau kenal hatinya. Semua lelaki hatinya palsu. Ditambah lagi kau juga baru kenal dia!" kata Tik Bwee. "Siapa yang bilang aku menyukai dia?" kata nona Liong. "Hanya aku pikir nasihatnya tadi memang masuk akal. Enci Bwee apa benar kau mau ke sana?" "Aku memang mau ke sana, jika kau takut aku berbuat onardi sana, sebaiknya kau jangan ikut aku. Lebih baik kau pulang lebih dulu!" kata Tik Bwee. "Kau jangan bilang begitu, hubungan kita bagaikan hubungan saudara. Jika kau tidak mau mendengar nasihatku, baiklah. Tapi aku tetap akan menemanimu ke sana!" kata nona Liong. "Enci Liong, ternyata hanya kau yang tahu isi hatiku, kau adalah sahabat sejatiku!" kata Tik Bwee. Di benak nona Liong mirip dengan pendapat Kok Siauw Hong. Tik Bwee dianggap gampang jatuh cinta, tapi pada pemuda yang salah dan tidak mencintainya, walau sebenarnya tidak demikian. Semula Tik Bwee dijual ke keluarga Seng. Dia dibesarkan bersama Seng Liong Sen. Saat masih kecil mereka belum tahu apa-apa. Maka itu saat bermain-main mereka bermain wajar dan tidak membedakan pelayan dan anak majikan. Pada suatu hari. Seng Liong Sen mengajak Tik Bwee bermain jadi pengantin. Saat itu Liong Sen berumur 14 tahun, sedang Tik Bwee baru 12 tahun. Tapi Tik Bwee cerdas apa artinya pengantin, maka dia menolak ajakan Seng Liong Sen itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau anak majikanku dan aku hanya pelayan, tidak mungkin kita jadi pengantin," kata Tik Bwee. "Siapa bilang tidak bisa! Nanti akan kukatakan pada Bibi bahwa aku akan menikahimu!" kata Liong Sen. "Jangan! Kau jangan lakukan itu, nanti aku dipukul oleh Cap-si Kouw!" kata Tik Bwee. "Jika Bibi memukulimu, kita kabur bersama-sama saja," kata Seng Liong Sen. "Kita pulang sesudah menikah, apa yang bisa dia lakukan pada kita?" "Benarkah kau ingin menikahiku?" kata Tik Bwee kaget dan girang. "Demi Tuhan, jika aku membohongimu lebih baik aku mati di......." kata Seng Liong Sen. Tik Bwee segera menekap mulut Liong Sen dengan tangannya. "Jangan bersumpah, asal aku tahu kau mencintaiku aku senang. Kau jangan bilang pada Bibimu aku akan menunggu sampai kau menikahiku!" kata Tik Bwee. Tidak lama kemudian Seng Liong Sen dikirim ke Kang-lam untuk belajar silat pada Bun Tay-hiap. Dia pergi selama sembilan tahun, dia baru pulang dua kali. Tetapi saat Seng Liong Sen berumur 19 tahun, Tik Bwee berumur 17 tahun. Tetapi saat pulang, Seng Liong Sen tidak pernah menyinggung masalah pribadi mereka, sekalipun Liong Sen tetap akrab dengan Tik Bwee. Sebagai pelayan tentu saja Tik Bwee tidak berani menegur majikan mudanya. Apalagi mengenai soal pribadi mereka. Hal ini mungkin karena Tik Bwee seorang gadis yang tinggi hati. Tik Bwee tetap ingat janji Seng Liong Sen yang akan menikahinya. Dia mengira Seng Liong Sen tidak menyinggung soal itu, karena dia belum selesai belajar silat. Ketika Seng Liong Sen pulang untuk kedua kalinya, ternyata ia datang berbarengan dengan Ci Giok Hian ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat Seng Cap-si Kouw. Sedangkan Tik Bwee tetap mengharap dan tetap menunggu khabar baik dari pemuda itu. Ketika itu Tik Bwee tidak tahu asal-usul Ci Giok Hian yang oleh majikannya disuruh menyelamatkan HanTay Hiong. Saat nona ini bertemu dengan Seng Liong Sen, pemuda ini tahu bahwa nona Ci berasal dari Pek-hoa-kok. Melihat kecantikan nona Ci yang berasal dari keluarga terkenal, Seng Liong Sen

jatuh cinta pada nona Ci. Dia telah melupakan Tik Bwee yang mencintainya. Tik Bwee masih ingat pada saat dia menolak, ketika diajak main cinta atau jadi pengantin oleh Seng Liong Sen. Malah Liong Sen pernah bilang, rambut Tik Bwee bagus. Suatu hari dia membelikan cermin dan sebuah dompet yang diberikan kepada Tik Bwee. Cermin itu oleh Tik Bwee selalu disimpan, sampai suatu hari Seng Liong Sen pergi ke Kang-lam untuk berguru. Saat tahu Liong Sen mencintai Ci Giok Hian, harapan Tik Bwee berakhir sudah. Dia berpikir tidak mungkin lagi merebut cinta pemuda itu. Maka itu dia berniat mengembalikan dompet itu pada Liong Sen, dengan harapan bahwa pemuda itu akan ingat masih ada seorang pelayan yang mencintainya. "Hm, dia sudah menemukan calon isteri yang cantik, masakan dia masih ingat padaku," pikir Tik Bwee. Tetapi rasa cemburunya tiba-tiba timbul. "Mereka baru akan melangsungkan pernikahannya lusa," kata Tik Bwee pada nona Liong. "Jadi kita tiak perlu tergesagesa ke sana! Kita akan datang tepat pada harian nikah mereka. "Baiklah," kata nona Liong. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 45

Hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian pun tiba. Suasana di rumah pendekar Bun di Kang-lam ramainya luar biasa. Sebenarnya saat itu keadaan negara sedang kacau, tapi karena yang mengadakan pesta seorang Beng-cu wilayah Kang-lam, tidak urung orang-orang gagah dari berbagai penjuru berdatangan ke Kang-lam untuk menghadiri pesta pernikahan itu. Sesudah Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian selesai melakukan upacara pernikahan, Bun Tay-hiap langsung mengumumkan pengangkatan Seng Liong Sen sebagai Ciangbunjin atau Akhli-waris partai. Selesai pengumuman para pendekar berdatangan mengucapkan selamat pada Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian. Betapa girangnya Seng Long Sen hari itu. Tetapi dia tidak sadar kalau di antara tamunya ada seorang gadis yang sangat berduka atas kejadian itu. Saat upacara sedang berlangsung pun Tik Bwee gadis malang itu akan menerobos masuik, tapi tidak jadi. "Biar kuberi mereka kesempatan, ditambah lagi aku pun

tidak ingin menyaksikan upacara pernikahan mereka!" pikir Tik Bwee. Saat nona Liong melihat Tik Bwee ragu-ragu dan tidak jadi masuk ke ruang pesta, nona Liong berpikir bahwa Tik Bwee sudah mengubah niatnya, maka dia pun menasihatinya. "Sekarang sudah terjadi pernikahan mereka, sebaiknya kita pergi saja. Jangan cari masalah!" kata nona Liong. "Jangan terburu-buru, aku ingin menemui dia. Aku ingin tahu sikapnya terhadapku!" kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kawannya akan tetap berada di tempat itu nona Liong berpikir. "Tik Bwee sudah lama tinggal di rumah Seng Cap-si Kouw. Diajuga sudah ketularan sifat majikannya. Jika aku yang mengalami hal itu hanya ada dua pilihan, aku bunuh Seng Liong Sen atau aku bersikap masa bodoh dan mencari laki-laki lain!" pikir nona Liong. "Untuk apa mencari susah sendiri?" Rupanya nona Liong ini pun seorang yang aneh, pikirannya juga aneh seperti Tik Bwee. Sesudah menerima ucapan selamat Seng Liong Sen menyuguhi arak pada semua tamunya. Ketika itu adik seperguruan Seng Liong Sen menemui Bun Tay-hiap. "Su-heng, di luar ada dua orang nona! Salah seorang mengaku masih keluarga Su-heng!" kata adik seperguruan Seng Liong Sen. "Siapa namanya?" tanya Seng Liong Sen. "Dia bilang Tik Bwee!" Mendengar nama itu Bun Tay-hiap tertegun dan merasa heran, sedangkan Seng Liong Sen langsung tertawa terbahakbahak. "Ternyata pelayan Bibiku yang datang, sungguh dia berani mati. Sekarang sediakan tempat duduk untuknya, tapi jangan biarkan dia masuk ke ruang dalam!" kata Seng Liong Sen. Mendengar kata-kata muridnya itu Bun Tay-hiap langsung bicara. "Dalam pesta pernikahanmu tak seorang pun famili dari perempuan datang ke mari. Sekarang ada pelayan bibimu, kenapa tidak kau undang dia masuk? Lalu nona yang satunya itu siapa?" kata Bun Tay-hiap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kelihatan Bun Tay-hiap kurang senang pada sikap muridnya itu. Jika hari itu bukan pesta pernikahannya, mungkin Seng

Liong Sen akan dimarahinya. "Yang seorang mengaku she Liong, dia bilang masih famili Suhu!" kata murid Bun Tay-hiap. "Nona she Liong? Apakah dia puteri Liong Pek Giam?" kata Bun Tay-hiap. "Benar, Su-hu! Dia bilang dari Liong-giam-kwan!" "Kalau begitu lekas undang masuk!" kata Bun Tay-hiap. Rupanya ayah nona Liong sahabat lama Bun Tay-hiap. "Baik, Su-hu!" Tak lama murid Bun Tay-hiap sudah kembali bersama nona Liong dan Tik Bwee. Kedatangan dua nona ini tentu saja membuat Seng Liong Sen kaget. Dia khawatir kata-katanya tadi didengar oleh Tik Bwee dan nona temannya, Tiba-tiba dia berpikir. "Aah, dia hanya seorang pelayan kenapa aku harus takut?" pikir Seng Liong Sen. Kata-kata Seng Liong Sen tadi memang didengar oleh Tik Bwee sekalipun hanya samar-samar. Hal ini membuat Tik Bwee panas hatinya. Ditambah lagi Tik Bwee telah bertahuntahun ikut Seng Cap-si Kouw. Tidak heran jika sifat majikannya sudah nempel dalam sifatnya. Sekalipun dia merasa dendam, tapi saat dia masuk ke ruang tengah sikapnya tenang dan biasa-biasa saja. Saat Tik Bwee dan nona Liong masuk, hadirin tampak terkejut. "Aah, tidak kusangka pelayan keluarga Seng ini begini cantik dan sikapnya agung sekali?" pikir salah seorang tamu. Melihat kedua nona itu sudah masuk Bun Tay-hiap bangun untuk menyambut mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, kau sudah dewasa Thian Hiang, aku hampir-hampir tidak mengenalimu," kata Bun Tay-hiap kepada nona Liong. "Ketika kau masih kecil aku pernah menimangmu." Sikap nona Liong Thian Hiang demikian lembut, dia memberi hormat pada Bun Tay-hiap. "Ayahku selalu ingat pada Paman, hanya...." nona Liong tidak meneruskan bicaranya. Kelihatan matanya merah dan dia menangis. "Ah, aku lupa menanyakan tentang ayahmu, apakah dia baik-baik saja?" kata Bun Tay-hiap. "Tahun yang lalu Ayahku telah meninggal, selain keadaan negara sedang kacau, kami juga tidak tahu Paman tinggal di mana? Maka aku tidak mengirim khabar duka itu pada Paman Bun. Untung aku bertemu dengan Kak Tik Bwee dan datang kemari. Dengan demikian aku bisa mengucapkan selamat.

Kebetulan Paman sedang menikahkan muridmu." kata Liong Thian Hiang. Menyampaikan khabar duka dan ucapan selamat sebenarnya tidak tepat. Tapi karena ayah nona Liong sahabatnya, maka nona Liong termasuk keponakannya, Bun Tay-hiap tersenyum dan berkata dengan ramah. "Kau sudah dewasa, sedangkan ayahmu pun sudah berusia lanjut. Hari ini hari pernikahan muridku. Mari aku kenalkan kalian dengan kedua mempelai," kata Bun Tay-hiap ramah. "Tapi siapakah nona ini?" "Nona ini she Yo, mungkin Paman pernah melihat dia, sebab dia tetangga kami," kata nona Liong. Bun Tay-hiap mencoba mengingat-ingat, akhirnya dia tertawa. "Aku sudah tua, memang aku ingat kalian punya tetangga bermarga Yo," kata Bun Tay-hiap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku hanya seorang pelayan, mana berani aku berkenalan dengan Bun Tay-hiap. Kedatanganku untuk melayani majikan mudaku," kata Tik Bwee. "Kau jangan sungkan nona, aku dengar kau pernah tinggal bersama-sama dengan Seng Liong Sen. Jadi tidak heran kalau kau seperti kakak beradik saja," kata Bun Tay-hiap. "Silakan kalian temui mereka!" Seng Liong Sen merasa kurang senang oleh kedatangan Tik Bwee, tetapi karena gurunya mengatakan nona Liong saudara angkat Tik Bwe dan ayah nona Liong sahabat baik gurunya, terpaksa Liong Sen harus menyambut kedua nona itu dengan baik. "Tuan-muda, Nona Ci, hamba datang untuk mengucapkan selamat bahagia pada kalian. Entah majikan muda masih sudi dilayani olehku atau tidak?" kata Tik Bwee. "Jangan sungkan Enci Bwee, mana berani aku menganggapmu sebagai pelayan kami," kata nona Ci. "Dulu lain, ketika kau datang dan menyamar jadi pelayan kau saudara angkatku, tetapi sekarang sudah lain," kata Tik Bwee. "Sekarang kau adalah majikan perempuanku!" "Aah, Enci Bwee kau jangan bergurau, aku jadi tidak berani menerima arak yang kau suguhkan padaku," kata Ci Giok Hian. "Benar, kau pernah tinggal di rumah Bibi bersamaku. Kita seperti kakak beradik saja. Mulai sekarang kau jangan menyebut bahwa kau seorang pelayan lagi!" tambah Seng Liong Sen. "Hm! Dulu aku akan kau jadikan isterimu, sedang tadi kau

anggap aku ini pelayan. Karena aku datang bersama Enci Liong, kau bilang aku saudaramu!" pikir Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun dia sangat jengkel pada Seng Liong Sen, tapi sikap Tik Bwee saat itu tetap tenang dia tunjukkan seolah saat itu dia sangat berterima kasih pada pemuda itu. "Terima kasih majikan muda, aku tidak akan melupakan kebaikanmu seumur hidupku," kata Tik Bwee. "Enci Bwee kenapa kau bicara begitu? Silakan duduk dan minum," kata Seng Liong Sen. Kelihatan pemuda ini girang karena berpikir. Tik Bwee seorang gadis yang tahu diri dan tidak berharap memjadi isterinya. "Seng Siauw-hiap aku dengar Enci Bwee lama tinggal bersamamu," kata nona Liong. "Maka ijinkanlah aku menyuguhimu masing-masing secawan arak kepada kalian!" "Nona Liong jangan sungkan," kata Seng Liong Sen. Kemudian Seng Liong Sen asyik bicara dengan nona Liong hingga dia mengabaikan Tik Bwee. Saat tak ada yang memperhatikan dirinya, diam-diam Tik Bwee menuang secawan arak dari pocinya dengan dialingi lengan bajunya. Ketika itu Seng liong Sen baru saja minum arak bersama Liong Thian Hiang. Tiba-tiba Seng Liong Sen ingat pada Tik Bwee. "Sekarang giliranmu, Enci Bwee. Mari minum araknya!" kata Seng Liong Sen. "Terima kasih Tuan-muda, kuucapkan semoga kalian berdua panjang umur," kata Tik Bwee. Tik Bwee menyerahkan cawan araknya pada Liong Sen, sedang cawan kosong di tangan Seng Liong Sen dia ambil. "Terima kasih, hamba tidak berani menerima arak suguhan Tuan-muda, biar aku yang menuang arak itu sendiri," kata Tik Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia menuang arak dari poci ke cawan yang dia ambil dari tangan Seng Liong Sen dan langsung meminumnya. "Enci Bwee, kenapa kau masih menganggap dirimu seorang pelayan? Padahal sudah kubilang. Kau jangan lagi menyebutnyebut kau seorang pelayan!" kata Seng Liong Sen. "Baik, sekarang aku menurut, silakan Toa-ko minum

araknya!" kata Tik Bwee. "Nah, itu baru benar," kata Seng Liong Sen. Dia angkat cawan pemberian Tik Bwee yang langsung diminum sampai habis. Saat Seng Liong Sen mengawasi ke arah Tik Bwee, mata nona Tik Bwee kelihatan hampa. "Aah, rupanya dia belum bisa melupakan aku?" pikir Seng Liong Sen. Memang saat masih kecil Tik Bwee sering memanggil Seng Liong Sen dengan panggilan mesra, "Toa-ko". Ci Giok Hian yang menyaksikan adegan aneh antara suaminya dengan nona Tik jadi heran. "Kenapa dia bertukar cawan dengan suamiku, dan kenapa dia tidak menyuguhiku secawan arak?" pikir Ci Giok Hian. Kecurigaan nona Ci bertambah besar. Segera diambilnya cawan kosong bekas Seng Liong Sen, lalu diisi arak. Dia hampiri Tik Bwee "Enci Bwee, biar aku mewakili suamiku membalas suguhan arakmu tadi!" kata Ci Giok Hian. "Aah, aku tidak berani menerima kehormatan ini," kata Tik Bwee. Sesudah cawan itu berada di tangannya tiba-tiba tangan Tik Bwee gemetaran dan... "Prang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cawan itu jatuh ke lantai hingga hancur berantakan. Dengan wajah merah Tik Bwee berkata pada Ci giok Hian. "Maaf, aku tidak berani minum lagi, barangkali aku sudah mabuk!" kata Tik Bwee. "Kau baru minum sedikit, mana mungkin sudah mabuk?" kata Ci Giok Hian. "Terus-terang, aku jarang minum arak. Jika kau tidak percaya tanya saja suamimu," kata Tik Bwee. "Liong Sen, apa kau juga mabuk?" kata nona Ci. Dia pegang tangan suaminya yang segera digenggamnya erat-erat sambil mengerahkan Iwee-kang, tentu saja Liong Sen pun bereaksi menahan gempuran isterinya itu. "Tidak! Aku tidak mabuk," kata Seng Liong Sen. "Kau memang tidak mabuk, tapi justru aku yang agak pening dan sedikit mabuk," kata Ci Giok Hian. Para tamu tertawa saat mendengar kata-kata Ci Giok Hian itu. Malah ada yang menggoda dan mengatakan masih sore pengantin perempuan sudah mau masuk ke kamar tidur. Tapi yang lain menambahkan. "Sudah, kita memang sudah terlalu lama di sini. Biarkan mereka istirahat!" kata sang tamu.

Tiba-tiba Tik Bwee bicara lagi. "Toa-koku," kata Tik Bwee. "Aku tidak membawa bingkisan, maka itu terimalah dompet ini!" Saat melihat dompet itu. Seng Liong Sen terperanjat. "Kau tidak perlu memberi bingkisan, kau bawa pulang saja!" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan Seng Liong Sen, Tik Bwee merobek dompet itu hingga kaca yang ada di dalam dompet itu jatuh ke lantai. "Prang!" Kaca itu hancur berantakan di lantai. Bersama kaca itu berhamburanlah seikat rambut Tik Bwee sehingga membuat semua tamu kaget, heran, bingung dan terpesona. "Benar, aku ini hanya seorang pelayan, jadi mana mungkin aku bisa disamakan dengan kalian!" kata Tik Bwee. "Akulah yang keterlaluan kau pun tidak bersedia menerima bingkisanku. Liong Cici, mari kita pergi!" "Eeh, ada apa ini?" kata Bun Tay-hiap. Jago tua ini kaget menyaksikan kejadian itu. "Aku tidak tahu masalahnya. Paman," kata nona Liong. "Mungkin Enci Yo sedikit mabuk. Sekarang kami mohon pamit, biar nanti akan kuajak dia menemui Paman lagi untuk minta maaf!" Kejadian itu tidak diduga oleh Seng Liong Sen. Dia tidak menyangka kalau Tik Bwee begitu berani membuka kedoknya di depan para tamu. Dia lebih cemas lagi jika sampai Tik Bwee membongkar masa kecilnya dulu. Maka itu Seng Liong Sen berteriak. "Biarkan dia pergi, dasar budak yang tak tahu diuntung. Membuat malu saja!" kata Seng Liong Sen. "Paman Bun, kau dengar sendiri apa kata muridmu itu. Lebih baik kami pergi!" kata nona Liong Thian Hiang. Sebagai orang tua yang berpengalaman Bun Tay-hiap langsung bisa menerka apa yang telah terjadi di antara anak muda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aib keluarga tidak perlu diungkap di depan umum, asalkan nona Tik masih gadis

dan Seng Liong Sen tidak merusaknya sudah bagus. Kenakalan remaja itu soal biasa. Sebaiknya aku pura-pura tidak peduli saja," pikir Bun Tay-hiap. "Baiklah, jika kalian memaksa sudah akan pergi, silakan. Maaf Nona Yo, aku tidak bisa mengantarkan kalian!" kata Bun Tay-hiap. Maka pergilah Tik Bwee dan nona Liong dari tempat itu. Sesudah mereka pergi para tamu saling pandang, tapi tidak seorang pun yang berani menanyakan masalah apa yang terjadi di antara Seng Liong Sen dan kedua gadis itu. Di antara orang yang hadir di tempat itu, Ci Giok Hian-lah yang paling tidak senang. Wajahnya merah-padam, begitu pun Seng Liong Sen. Dia masih marah sekalipun sedikit agak senang karena kedua nona itu sudah pergi. Wajah Seng Liong Sen pun tampak murung. Melihat gelagat kurang baik, para tamu satu persatu pulang. Kamar pengantin yang dihias indah dan diterangi cahaya lilin seharusnya merupakan tempat yang menyenangkan. Tetapi saat itu nona Ci justru sedang murung, hatinya kesal

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali. Dia duduk diam tidak bergerak. Setelah Seng Liong Sen tahu keadaan sudah sunyi baru dia berkata pada Ci Giok Hian. "Enci Giok Hian aku menyesal atas kejadian tadi! Perbuatan kedua pelayan itu harap tidak mengganggu perasaanmu," kata Seng Liong Sen. "Kenapa dia begitu berani mempermalukan kau di depan umum," kata Ci Giok Hian. "Apakah kau pernah berbuat sesuatu yang tidak pantas kepadanya? Jangan kau bohongi aku!" Seng Liong Sen sedikit terperanjat, tetapi sudah tentu dia tidak mau berterus-terang. "Aah, masakan aku mau bergaul rapat dengan seorang pelayan seperti dia? Apakah kau percaya?" kata Liong Sen. "Benarkah?" kata Ci Giok Hian.

Mata nona Ci mengawasi Seng Liong Sen dengan tajam, seolah matanya hendak menembus ke dalam hati pemuda itu. "Benar, aku tidak berbuat apa-apa padanya," kata Seng Liong Sen. "Ketahuilah olehmu, dia pelayan pribadi Bibiku, maka itu aku harus ramah-tamah padanya. Mungkin karena salah tangkap atas kebaikanku, diam-diam dia jatuh cinta kepadaku. Tetapi itu bukan salahku! Sebagai suami-isteri kita harus saling percaya. Tapi apa kau malah percaya pada kataKata budak itu?" Nona Ci seorang gadis cerdas. Dari jawaban suaminya dia yakin terselip sesuatu yang tidak diungkapkannya. Tapi dia berpikir karena upacara pernikahan sudah berlangsung, apapun yang pernah terjadi dia tetap suami isten. "Untuk apa aku menyelidiki masalah ini. dia mencintaiku setulus hati. Jika dulu dia pernah berbuat salah, untuk apa kupikirkan?" pikir nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun demikian nona Ci tetap gelisah. Dia jadi ingat pada Kok Siauw Hong tidak berbohong padanya. Sedang apa yang terjadi atas Seng Liong Sen, baru kali ini diketahuinya. Akhirnya Seng Liong Sen berkata lembut. "Giok Hian, sudah jangan kau pikirkan soal budak itu! Mari tidur, besok kita masih harus menerima ucapan selamat dari saudara seperguruanku!" kata Seng Liong Sen. Ketika Ci Giok Hian ingat, bahwa Seng Liong Sen calon Beng-cu hatinya girang. "Mengapa aku harus ribut dengannya, malah seharusnya aku membantu dia!" pikir nona Ci. "Kenapa aku harus meributkan soal kecil itu!" Melihat perubahan sikap isterinya. Liong Sen senang sekali. Seng Liong Sen mendekati isterinya. "Giok Hian, apa tidak sebaiknya kau berganti pakaian dengan pakaian tidur saja?" kata Seng Liong Sen. Pemuda ini mulai memeluk isterinya, hingga Ci Giok Hian kaget, wajahnya pun berubah merah. "Kau jangan begitu," kata nona Ci malu-malu. Dengan disinari cahaya sinar lilin yang agak terangbenderang, wajah Ci Giok Hian yang berubah jadi merah dan jadi bertambah cantik. Sikap Ci Giok Hian yang malu-malu membuat Seng Liong Sen tambah bernapsu ingin merangkul isterinya yang cantik itu. "Kita sudah jadi suami isteri, kenapa kau masih bersikap malu-malu? Biarkan aku menciummu," kata Seng Liong Sen merayu. Tak lama mereka sudah mulai bercumbu memadu cinta.

Saat sedang bermesraan dan semakin asyik, tiba-tiba Seng Liong Sen merasakan perutnya melilit kesakitan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eeh, kenapa kau? Kenapa tanganmu jadi semakin dingin?" tanya Ci Giok Hian kaget. Ci Giok Hian menempelkan telinganya ke dada suaminya, dia ingin memerika denyut jantung suaminya. "Aah, jangan cemas aku tidak apa-apa!" kata Liong Sen. Semakin lama suara Seng Liong Sen semakin lemah keadaannya kelihatan semakin parah. Ketika Ci Giok Hian memeriksa denyut jantung Liong Sen, ternyata berdebar semakin keras. Nona Ci sadar bahwa ada yang tidak beres atas suaminya. "Celaka, pasti budak itu menaruh racun pada arak yang disuguhkan kepadamu!" kata Ci Giok Hian kaget. Keadaan Seng Liong Sen jadi tidak karuan. Tubuhnya panas dingin. Mendengar ucapan isterinya Seng Liong Sen pun sadar. "Ya, kau benar! Bibiku memang akhli racun. Tik Bwee ikut Bibiku sejak kecil, kepandaiannya menggunakan racun pum tidak bisa dianggap remeh. Celaka, mungkin aku dikerjai olehnya!" kata Seng Liong Sen. Tubuh Seng Liong Sen semakin dingin bahkan dia mengeluh. "Kedua kakiku terasa dingin, mungkin aku akan lumpuh tidak berdaya...." kata Seng Liong Sen. "Kau istirahat sebentar, akan kupanggilkan seorang tabib," kata Ci Giok Hian. "Tapi... Apa kejadian ini tidak akan menjadi tertawaan orang?" kata Seng Liong Sen. "Yang penting selamatkan dirimu, jadi bahan tertawaan orang jangan kau pikirkan!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian buru-buru keluar dari kamar pengantin akan mencari tabib. Tapi aneh sekali sesudah isterinya keluar rasa sakit di perut Seng Liong Sen segera hilang. Bahkan dia sudah bisa bergerak leluasa. Ketika itu tamu-tamu Bun Yat Hoan belum pulang semua, di antaranya ada seorang tabib bernama Yap Thian Liu. Tabib ini bergelar "Tabib Hoa To". Tabib yang terkenal pada zaman "Sam Kok" (Kisah Tiga Kerajaan). Saat guru Seng Liong Sen diberitahu oleh Ci Giok Hian

tentang apa yang terjadi atas Seng Liong Sen, tentu saja Bun Tay-hiap kaget. Segera dia menemui Yap Thian Liu. Mereka bertiga buru-buru ke kamar pengantin. Sungguh mengherankan saar itu Seng Liong Sen kelihatan sehat-sehat saja. Saat Ci Giok Hian mencari guru Seng Liong Sen, guru dan tabib itu menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam di kamar pengantin. "Liong Sen apa yang terjadi, kok kelihatanya kau sehatsehat saja," kata Bun Tay Hiap. "Benar, sekarang aku tidak merasakan apa-apa. Mungkin tadi karena aku merasa letih saja!" jawab Seng Liong Sen. Aneh saat Ci Giok Hian yang kegirangan suaminya tidak keracunan, dia memeluk suaminya. Tiba-tiba tubuh Seng Liong Sen menggigil seperti kedinginan. Melihat hal itu tabib Yap terperanjat. "Nyonya Seng, ijinkan aku memeriksa suamimu. Silakan kau duduk dulu di sana!" kata tabib Yap. Dengan wajah berubah merah Ci Giok Hian melepaskan pelukannya. Tabib Yap Thian Liu segera memeriksa meh (nadi) Seng Liong Sen. Dengan teliti dia rasakan denyut nadi Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan tabib Yap begitu lama dan serius memeriksa suaminya, Ci Giok Hian sedikit cemas juga. Dia bingung kenapa tabib Yap demikian lama memeriksa suaminya. "Apa suamiku terkena racun yang sangat berbahaya?" pikir Ci Giok Hian. Selang sekian lama baru tabib Yap berkata sambil menggelengkan kepalanya. "Aah, baru kali ini aku menemukan racun seperti di tubuh Seng Siauw-hiap?" kata tabib Yap keheranan. "Dia terkena racun apa, bisakah dia tertolong?" kata Ci Giok Hian gugup.

"Racun ini tidak berbahaya, tapi.....Aah....." tabib Yap seolah sulit untuk menjelaskannya. "Kalau racun itu tidak berbahaya sungguh beruntung, tapi ada-apa, katakan saja!" kata Giok Hian dengan gugup dan cemas sekali. "Baik, sementara ini kau jangan dekati dulu suamimu," kata tabib Yap. Sekalipun heran dan sangsi, Ci giok Hian menurut dia menjauh dan duduk di sebuah kursi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh," kata Seng Liong Sen, "saat aku dipeluk oleh isteriku tiba-tiba aku merasa kedinginan, tapi sekarang sudah baik lagi. Penyakit apa ini?" "Sebaiknya Seng Siauw-hiap keluar sebentar ke halaman, nanti kau akan kuperiksa lagi," kata tabib Yap. "Bun Tay-hiap pun dipersilakan ikut kami." Di luar keadaan agak gelap, rembulan terhalang oleh mega hingga cahayanya jadi suram. Mendengar permintaan tabib Yap hal itu membuat Ci Giok Hian keheranan. Dia tidak diajak keluar, Ci Giok Hian cerdik langsung menduga. Mungkin tabib Yap ingin membicarakan sesuatu yang tidak boleh kuketahui. Maka itu dia tetap tinggal di kamarnya. Sekalipun Ci Giok Hian bingung dan heran bukan main. Tak lama Yap Thian Liu dan Seng Liong Sen serta Bun Tayhiap sudah ada di halaman. Tabib Yap segera mendekati Seng Liong Sen. "Seng Siauw-hiap, maafkan kalau pertanyaanku ini kurang berkenan di hatimu. Aku ingin tahu, apakah kau merasakan sakit, jika sedang bermesraan dengan isterimu?" kata tabib Yap. "Ya, benar begitu," jawab Liong Sen tanpa malu-malu. "Kuketahui hal itu dari denyut nadimu," kata tabib Yap. "Saat isterimu menemui kami. kau kembali sehat, tapi saat kau dipeluk isterimu kau kesakitan sekali!" "Eh, aneh sekali? Penyakit apa itu?" kata Bun Tay-hiap. "Muridmu terkena racun yang sangat aneh, orang yang terkena racun ini tidak bisa berhubungan badan dengan perempuan," kata tabib Yap. "Tapi jika tidak berdekatan dengan perempuan dia akan sehat-sehat saja. Racun ini pernah kubaca dari sebuah catatan kuno, hanya aku lupa namanya." Seng Liong Sen kaget dan berpkir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Celaka malam pengantinku yang indah ini tidak bisa kunikmati, bahkan aku pun akan putus turunan karena tidak bisa punya anak!" pikir Seng Liong Sen. "Menurut catatan kuno tabib sakti yang kau katakan itu, ada obat bisa memunahkan racun itu?" kata Bun Tay-hiap. "Menurut catatan itu memang ada, tapi obatnya sulit dicari," kata tabib Yap. "Kalau ada penawarnya, obat apa itu?" kata Seng Liong Sen sedikit agak lega juga. "Jika ada, sesulit apapun masih ada harapan," kata Bun Tay-hiap. "Obat itu ada di Seng-siok-hay Kun Lun-san, namanya Thian-sim-ciok (Batu hati langit). Obat itu mirip batu biasa, harus ditumbuk halus lalu diberi air dan diminum. Sesudah minum obat itu, tubuh si penderita akan terasa panas. Tapi batu itu sama dengan batu biasa. Mencarinya pun tidak mudah, Untuk mendaki ke atas gunung Kun-lun pun bukan sesuatu yang gampang," kata tabib Yap. Mendengar keterangan itu, Seng Liong Sen kaget dan wajahnya pucat-pasi tanda dia putus asa. "Apa barangkali aku harus jadi hwee-shio saja?" kata Liong Sen. "Aku kira Seng Siauw-hiap tidak perlu jadi hwee-shio, asalkan kau tidak berdekatan dengan perempuan, kan tidak masalah." kata tabib Yap yang kelihatan geli mendengar ucapan Seng Liong Sen itu. "Bagaimana dengan isterinya, apa mereka harus berpisah?" kata Bun Tay-hiap yang ikut bingungjuga. "Aku kira tidak harus begitu asal jangan berhubungan badan bagi Seng Siauw-hiap tidak masalah," kata tabib Yap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jawaban itu membuat Bun Tay-hiap jadi serba salah. Akhirnya dia berkata. "Kita sedang menghadapi musuh, maka musuhlah yang harus kita utamakan. Tentang masalah pribadi bisa ditunda dulu. Aku kira ini sudah takdirmu, mengenai masalah pribadimu aku tidak ingin ikut campur. Terserah kalian saja!" kata Bun Tay-hiap yang bingung bukan main. Dengan perasaan kacau dan bingung bukan main, akhirnya Seng Liong Sen kembali ke kamar pengantin. Ci Giok Hian

yang ingin tahu apa saja yang mereka rundingkan, mendesak suaminya. Akhirnya Liong Sen menjelaskan apa yang dikatakan tabib Yap kepadanya, bahwa mereka tidak bisa melakukan hubungan sebagai mana layaknya suami isteri. Mendengar jawaban suaminya Ci Giok Hian kaget juga sedih memikirkan nasibnya. Selain mengutuk perbuatan Tik Bwee. tidak ada yang bisa dilakukannya. Sesudah itu Ci Giok Hian dengan lesu berkata. "Ini sudah menjadi nasibku, untuk menjaga keselamatanmu kau tidur di kamar lain saja. Aku sudah senang jika kau mencintaiku dan aku mencintaimu," kata Ci Giok Hian. Semula napsu Seng Liong Sen yang menggebu-gebu dan berharap bisa menikmati malam pertamanya dengan Ci giok Hian, ternyata tidak terkabul. Dia sangat kecewa, tapi ketika mendengar kata-kata Ci Giok Hian hatinya lega juga. "Biar bagaimana aku telah mampu merebut calon isteri Kok Siauw Hong!" pikir Seng Liong Sen bangga. Sesudah itu Seng Liong Sen pindah ke kamar tulis demi keselamatan dirinya. Sekarang Ci Giok Hian berada sendirian di kamarnya. Saat sendirian itulah Ci Giok Hian terkenang pada Kok Siauw Hong. Tanpa terasa dia menangisi nasibnya yang malang dan masa depannya kelak. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 46

Dikisahkan Tik Bwee dan Liong Thian Hiang yang sedang melakukan perjalanan, sudah jauh meninggalkan kediaman Bun Tay-hiap. Ketika dia sampai di sebuah tempat yang keadaannya sangat sepi, mereka berhenti sejenak. Tiba-tiba Tik Bwee tertawa terbahak-bahak. Nona Liong pun tertawa. "Aku senang kau telah membuat Seng Liong Sen malu di depan umum," kata nona Liong. "Sayang masih ada yang tidak kau ketahui," kata Tik Bwee. "Tentang apa?" tanya nona Liong. "Dia telah mengecewakan aku maka kubalas hingga dia untuk selamanya tidak bisa...." Tik Bwee menghentikan katakatanya. "Apa yang kau lakukan terhadapnya?" tanya nona Liong. "Aku tidak sampai membahayakan jiwanya, hanya .... Aah sudahlah aku kira kau tidak perlu tahu!" kata Tik Bwee sambil tertawa. Tetapi tak lama kelihatan diajadi berduka, mungkin memikirkan nasibnya yang buruk. Tik Bwee menyeka air matanya, sesudah itu saputangan yang dipakai menyeka air mata itu dia cabik-cabik sehingga hancur lalu ditebarkan. Menyaksikan tingkah-laku kawan seperjalanannya itu, nona

Liong terkejut. Dia dengar Tik Bwee berkata, "Tik Bwee telah mati dan sekarang aku bukan budak keluarga Seng lagi, tetapi menjadi diriku, yaitu Yo Kiat Bwee!" Nona Liong yakin, saputangan yang dihancurkan oleh Tik Bwee itu pasti tanda mata dari Seng Liong Sen. Menyaksikan sikap Tik Bwee ini, nona Liong sedikit lega. Dia pikir semula Tik Bwee sakit jiwa, ternyata tidak!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sesudah aku membalas dendam padanya, masih ada satu cita-citaku yang belum terlaksana," kata Tik Bwee. "Tentang hal apa?" tanya nona Liong. "Aku akan mencari orang yang membuat nasibku jadi buruk," kata Tik Bwee. Nona Liong manggut-manggut. "Apa kau akan mencari penjahat yang menculikmu saat kau masih kecil? Tapi masih ingatkah kau wajah orang itu?" "Sekalipun aku masih kecil, aku yakin jika bertemu dengannya, aku masih mengenalinya!" kata Tik Bwee. Rupanya ketika masih muda ayah nona Liong dan ayah Tik Bwee bersahabat. Yo Tay Keng seorang jago silat. Mereka juga bertetangga. Saat itu Yo Kiat Bwee atau Tik Bwee berumur tujuh tahun. Ketika itu Tik Bwee dan nona Liong Thian Hiang sedang bermain-main di lereng gunung, di belakang rumah mereka, tiba-tiba mereka bertemu dengan seseorang yang membiusnya, hingga Tik Bwee tak sadarkan diri. Kemudian Tik Bwee dibawa kabur. Liong Thian Hiang berhasil menyelamatkan diri, lalu melaporkan pada ayahnya, apa yang telah terjadi atas Tik Bwee. Saat ayah Tik Bwee dan nona Liong mengejar ke tempat kejadian, penculik itu sudah lenyap. "Memang kau wajib membalas perbuatan orang itu. Tetapi kita tidak tahu, di mana dia berada. Ke mana kau akan mencarinya? Kecuali jika kebetulan kau bertemu dengannya. Sedangkan orang tua kita sudah meninggal semuanya, jadi mau pulang pun aku rasa tidak ada gunanya. Bagaimana kalau kita pesiar ke tempat lain saja?" kata nona Liong. "Mau ke mana kita?" tanya Tik Bwee. "Ayahku mempunyai seorang sahabat, dia she Bun namanya Yan Cun, dia tinggal di Bu-kang-kwan, di Ouw-lam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku dengar pemandangan di sana sangat indah," kata Liong

Thian Hiang. Alasan nona Liong mengajak Tik Bwee ke sana untuk pesiar, dia berharap agar Tik Bwee mendapatkan jodoh. Selain itu dia juga ingin bertemu dengan calon suaminya, putera Bu Yan Cun yang bernama Bun Hian Kam. Dia berharap siapa tahu calon suaminya punya kawan yang cocok untuk Tik Bwee. "Sekarang aku sebatang kara, ke mana pun kau bersedia mengajakku, aku akan menemanimu!" kata Tik Bwee. Sesudah ada kata sepakat, mereka melanjutkan perjalanannya. Pada suatu hari mereka tiba di Ouw-lam. Pada saat keduanya sedang asyik berjalan, tiba-tiba mereka dengar ada suara kelenengan kuda dari arah belakang. Mereka segera menepi dengan cepat saat kedua kuda itu melintas dari arah belakang mereka. Saat nona Tik dan Liong mengawasi ke arah penunggang kuda itu, mereka terdiri dari seorang lelaki dan perempuan. Usia mereka baru sekitar duapuluh tahun. Penunggang kuda yang lelaki mengawasi ke arah Tik Bwee, dia kelihatan gugup. Sedang yang perempuan langsung menyelak. "Kak, biar aku yang bicara dengan mereka!" kata penunggang kuda yang perempuan. Sesudah nona itu memberi hormat dan berkata. "Nona Yo dan nona Liong, mungkin kalian lupa pada kami. Kita pernah bertemu dengan kalian dulu, tapi aku masih mengenali kalian!" kata nona itu. Liong Thian Hiang keheranan. "Pernah bertemu? Di mana dan kapan itu, ya? Aku minta maaf karena sudah lupa!" kata nona Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu sedang mengawasi ke arah Tik Bwee, hampir saja Tik Bwee memakinya. Tapi setelah mata mereka saling mengawasi, Tik Bwee berpikir. "Rasanya aku pernah bertemu dengannya, tapi entah di mana? Tapi adik perempuannya rasanya belum pernah bertemu denganku!" pikir Tik Bwee alias Yo Kiat Bwee. "Kami she Ciauw, tempat tinggal kami di Ciauw-yang-kwan, Ayahku dengan ayah nona Liong pernah bertemu. Kami saja masih mengenali kalian berdua." kata nona itu. Nona Liong mencoba mengingatnya, kemudian dia berkata. "Apakah ayahmu itu Siang say Tay-hiap Ciauw Goan Hoa dari Ouw-lam?" kata nona Liong. "Kau benar, ini Kakakku, namanya Ciauw Siang Hoa dan aku Ciauw Siang Yauw!" kata nona itu.

"Ayahku memang pernah cerita, tapi seingatku kita belum penah bertemu," kata nona Liong. "Bukankah bulan lalu kalian hadir di pesta pernikahan di rumah Bun Tay-hiap?" kata nona itu. "Jadi kalian juga hadir?" kata nona Liong. Mereka berdua mengangguk. Sekalipun masalahnya sudah jelas, Tik Bwee masih heran. Ketika itu Tik Bwee memang tidak memperhatikan tamu Bun Tay-hiap hingga dia tidak mengenali pemuda itu. "Oh, begitu, sekarang apa yang kalian inginkan dari kami?" kata nona Liong. "Semula kami tidak berani bicara soal persahabatan. Tapi karena ayah nona Liong dan ayahku pernah bersahabat, aku kagum pada nona Yo (maksudnya Tik Bwee). Sekarang kebetulan kalian lewat di kampung kami, jadi apa salahnya jika kami mengundang kalian singgah ke tempat kami!" kata Ciauw Siang Yauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liong Thian Hian mengucapkan terima kasih, dan menolak tawaran nona Ciauw karena dia ingin segera bertemu dengan kekasihnya. Dia hanya berjanji kelak dia akan singgah. "Maaf, memang kalian berdua mau ke mana?" kata Ciauw Siang Yauw. "Kami akan ke tempat Bu Yan Cun di Bu-kang-kwan," kata Tik Bwee mendahului nona Liong. "Bu-kang-kwan sudah tidak jauh dari sini, sebaiknya kalian istirahat dulu di sini. Sekalipun Ciauw-yang tidak seindah Bukangkwan, tapi di sini pun ada pemandangan yang indah!" kata Ciauw Siang Yauw. Nona Liong heran atas ajakan yang seolah memaksa dari nona Ciauw ini, padahal mereka baru saling mengenal. Melihat nona Liong tidak bersedia singgah, nona Tik Bwee merasa tak enak hati. Dia lalu mengambil putusan cepat. "Liong Cici, kau pergi dulu ke Bu-kang-kwan, biar aku yang singgah di tempat Ciauw Cici. Sesudah kau puas, barulah kau temui aku di sini!" kata Tik Bwee. "Benar, itu yang paling baik," kata nona Ciauw. Pemuda she Ciauw girang mendengar jawaban Tik Bwee. "Bagus, itu pun lebih baik," kata Ciauw Siang Hoa ikut bicara. "Berikan kudamu pada nona Yo, kau naik kuda bersamaku saja!" kata pemuda itu kepada adiknya. Ciauw Siang Hoa langsung menyerahkan kudanya pada Tik Bwee seolah khawatir nona itu akan berubah pikiran lagi. Diam-diam nona Liong jadi geli, dia menduga Ciauw Siang Hoa jatuh hati pada Tik Bwee. Ternyata dugaan nona Liong

keliru, sebab pikiran Tik Bwee ternyata lain dari dugaan nona Liong. Pada saat Tik Bwee menerima cambuk dari tangan Ciauw Siang Hoa, dia lihat ada tahi lalat di tangan pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh, bisa kebetulan seperti ini?" pikir Tik Bwee. Tiba-tiba terbayang kejadian 14 tahun yang lalu, yaitu saat dia diculik oleh seseorang. Ketika itu dia membawa Kiat Bwee (Tik Bwee) ke sebuah kelenteng. Di tempat ini dia bertemu dengan orang yang wajahnya codet sedang membawa seorang bocah lelaki yang usianya sebaya dengannya. "Sudah tiga hari lamanya kau kutunggu di sini, dia pasti puteri kesayangan Yo Tay Ceng. Ternyata kau berhasil menculiknya!" kata orang bercodet itu. "Sama-sama, kau juga sudah berhasil," kata si penculik. "Aku menerima pesanan orang," kata orang bercodet itu. "syukur kau berhasil memenuhi pesanan orang itu." "Ini bukan pesanan tapi akan kujadikan dia sebagai hadiah," kata si penculik. "Hadiah untuk siapa?" tanya si muka codet. "Aku dengar Seng Cap-si Kouw sedang mencari seorang pelayan yang cerdik," kata si penculik. "Jadi kau kenal dengannya?" "Tidak! Tapi kabar ini aku dengar dari kawan sekerjaku. Jika bocah ini kuberikan padanya mungkin dia bersedia berkenalan denganku. Bagaimana dengan bocah yang kau bawa itu?" kata si penculik. "Sayangnya Seng Cap-si Koou hanya butuh budak perempuan, tidak butuh anak lelaki. Jadi aku tidak tahu harus kuapakan anak ini? Siapa tahu kelak ada yang mau " kata si muka codet. Mereka ada di kelenteng seharian. Ketika itu Kiat Bwee ingin bicara dengan bocah lelaki itu, tapi si muka codet selalu mengawasinya. Saat anak lelaki itu menanyakan she Kiat Bwee, langsung mukanya ditampar dan dilarang banyak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bicara. Kiat Bwee tak berani bicara tapi yang masih diingatnya ialah tahi lalat yang ada di tangan bocah lelaki itu. Saat ini Kiat Bwee atau Tik Bwee berhadapan dengan bocah yang sama-sama diculik itu. Dari ucapan kedua penculik, jelas Kiat Bwee mengetahui, bahwa penculikan atas diri mereka sudah direncanakan.

"Penculik itu pasti musuh Ayahku, sedang lelaki itu tak tahu aku, apakah dia masih ingat peristiwa itu atau tidak?" pikir Kiat Bwee. Karena itulah Kiat Bwee bersedia ikut dengan kedua kakak beradik itu. Sesudah itu Kiat Bwee alias Tik Bwee berpisahan dengan nona Liong. Dengan naik kuda mereka melanjutkan perjalanan. Selang dua hari mereka tiba di rumah Ciauw Goan Hoa. Tapi orang tua ini keheranan melihat anaknya membawa seorang gadis ke rumah mereka. Kemudian dia bertanya pada puterinya. "Siapa dia?" "Di tempat Bun Tay-hiap kami bertemu dengan puteri Paman Liong!" "Jadi diakah nona Liong?" kata Ciauw Goan Hoa. "Bukan, dia nona Yo, dulu tetangga nona Liong. Dia saudara angkat nona Liong. Tapi nona Liong tidak mau ke mari hanya nona Yo yang bersedia jadi tamu kita," kata Ciauw Siang Yauw. "Kedatanganku hanya merepotkan Paman saja," kata Tik Bwee. Sesudah memperhatikan keadaan Tik Bwee orang tua itu tertawa. "Ayahmu sahabatku tidak kusangka kalian dari angkatan muda bisa bersahabat juga!" kata Ciauw Goan Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rupanya Paman dengan Ayahku..." "Ya, aku dengan ayahmu sangat akrab. Aku juga kenal dengan Liong Pek Giam," kata Ciauw Goan Hoa. "Duapuluh tahun yang lalu mendadak dia menghilang. Sejak saat itu, kami tidak pernah bertemu lagi. Sayang aku jadi kehilangan sahabat baikku. Barangkali sekarang kau bisa mengisahkan tentang ayahmu itu padaku." "Menyesal Ayahku telah meninggal," kata Kiat Bwee. "Ketika masih kecil, aku diculik orang jahat, maka itu aku tidak tahu bagaimana keadaan Ayahku." "Jadi sejak kecil kau diculik orang?" kata Ciauw Goan Hoa. "Benar, Paman!" kata Kiat Bwee. "Konon dia dijual ke rumah Seng Liong Sen yang baru-baru ini menikah!" kata Ciauw Siang Yauw. "Kalau begitu kau adalah...." Ciauw Goan Hoan tidak jadi menyebut kata "budak" Seng Cap-si Kouw, karena dia anggap kurang sopan. "Paman benar, aku ini budak Seng Cap-si Kouw, apakah Paman juga kenal pada Majikanku?" kata Kiat Bwee.

Ciauw Siang Hoa ikut bicara. "Yo Cici hanya sebentar menderita, sekarang dia bukan pelayan lagi. Malah aku dengar Seng Siauw-hiap mengakui dia sebagai adik angkatnya!" kata Ciauw Siang Hoa. "Aku tidak kenal pada Seng Cap-si Kouw," kata Ciauw Goan Hoa. "Karena dia terkenal, jadi aku hanya tahu namanya saja!" "Paman, dulu kau sahabat Ayahku, pasti kau tahu tentang Ayahku!" kata Kiat Bwee. "Aku tidak begitu tahu, hanya dulu ayahmu pernah menjadi piauw-su. Aku dengar ayahmu sering bentrok dengan orang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari kalangan Rimba Hijau. Mungkin karena itu ayahmu pun mengasingkan diri. Mengenai kejadian itu, sebenarnya aku juga tidak tahu jelas." kata Ciauw Goan Hoa. Jawaban itu tidak memuaskan Kiat Bwee, tapi dia tidak berani mendesak terus. Sejak hari itu Kiat Bwee tinggal di rumah keluarga Ciauw. Dia bergaul akrab dengan Ciauw Siang Yauw dan jarang bertemu dengan Ciauw Siang Hoa. Pada suatu malam saat rembulan bersinar terang, nona Ciauw mengajak Kiat Bwee menikmati pemandangan indah di taman bunga. "Tempat ini sangat indah, kalian hidup bahagia." "Jika kau suka keadaan di sini kau boleh menjadi...." Nona Ciauw tak meneruskan kata-katanya. "Jadi apa?" tanya Kiat Bwee. Takut Kiat Bwee tidak senang, nona Ciauw yang ingin mengatakan "jadi kakak iparku" lalu berkata lain. "Jadi Kakakku dan kau pun boleh tinggal di sini selamanya!" kata nona Ciauw. "Terima kasih atas kebaikanmu, tapi aku rasa aku tidak pantas menjadi Kakakmu. Aku ini hanya seorang bekas pelayan..." kata Kiat Bwee. "Eh, kenapa kau ingat-ingat masa lalumu itu? Kau dan aku tidak ada bedanya!" kata nona Ciauw. "Siapa bilang, derajat dan rejekiku jauh berbeda," kata Kiat Bwee. Nona Ciauw mencoba menghibur Kiat Bwee. Tak lama nona Ciauw berkata pada kawannya. "Kau tunggu, aku mau ke kamar kecil dulu ya!" kata nona Ciauw.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat sedang sendiri di tepi kolam, tiba-tiba Kiat Bwee melihat ada bayangan laki-laki di dalam kolam. Ternyata orang itu Ciauw Siang Hoa. Kiat Bwee sadar perginya nona Ciauw pasti sudah direncanakan agar dia bisa berada berduaan dengan Ciauw Siang Hoa. Sekalipun dia tidak menaruh hati pada pemuda ini, tapi pertemuan seperti ini sangat dia harapkan. "Nona Yo, kau belum tidur?" kata Ciauw Siang Hoa. "Adikmu mengajakku jalan-jalan di taman." kata Kiat Bwee. "Ke mana dia?" "Tidak usah kau cari, sebab aku ingin bicara denganmu!" kata Siang Hoa. "Aku kira dulu kita pernah bertemu, bukan?" "Ya, ketika itu kau dibawa oleh lelaki bermuka codet, dan kau berada di sebuah kelenteng!" kata Kiat Bwee. "Ya, ternyata kau nona yang aku lihat waktu itu!" kata Siang Hoa. "Bagaimana kau bisa diculik oleh orang itu?" kata Kiat Bwee. "Nasibku mungkin lebih buruk darimu, rumah dan keluargaku musnah, aku dibawa ke Kang-lam." "Sebenarnya kau she apa?" "She Ciok, ayahku seorang guru silat, ayahmu Yo Tay Ceng bukan?" "Mengapa kau tanyakan lagi, bukankah ayahmu sudah mengatakannya?" kata Kiat Bwee. "Ya, saat baru datang Ayahku mengatakan nama ayahmu!" kata Ciauw Siang Hoa. "Aku juga pernah mendengar nama ayahmu itu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kejadian itu pasti saat kau masih kecil, siapa yang mengatakan nama Ayahku itu? Bagaimana kau masih ingat hal itu?" kata Kiat Bwee. "Waktu itu saat hancurnya rumah tanggaku, masakan aku lupa!" kata Ciauw Siang Hoa. "Apa kau masih ingat semua, ceritakan padaku!" "Hari itu Ayahku kedatangan seorang tamu, selain tamu itu diajak bicara di ruang baca," kata Ciauw Siang Hoa. "Kemudian Ayah memperingat-kan para pelayan, agar mereka tidak masuk ke ruang baca tanpa dipanggil. Aku tidak ingat mau apa orang itu menemui Ayahku. Tapi ketika aku melintas di depan kamar baca, aku dengar tamu Ayahku menyebutnyebut nama ayahmu, Dia mengajak Ayahku agar berangkat bersama-sama akan mencari ayahmu." Kiat Bwee kelihatan bingung, dia rasa tidak mungkin ayah

pemuda she Ciauw ini dan tamunya musuh ayahnya. Melihat nona Kiat Bwee kebingungan pemuda itu bicara lagi. "Aku tidak tahu bagaimana hubungan Ayahku dengan ayahmu, tapi aku yakin mereka tidak bermusuhan!" kata Ciauw Siang Hoa. "Darimana hal itu kau ketahui, padahal itu masalah orang tua dan kita tidak mengetahuinya," kata Kiat Bwee. "Aku tidak bermaksud membela Ayahku, tapi aku memastikannya karena kejadian yang terjadi selanjutnya," kata Ciauw Siang Hoa. "Maksudmu kejadian apa?" Ciauw Siang Hoa mengingat kejadian yang dialaminya dulu. "Aku masih ingat waktu itu, saat aku sedang menguping di luar kamar baca, tiba-tiba menyambar sebuah senjata rahasia. Tamu itu membentak, 'Siapa di luar?. Untung Ayahku cukup sebet dia berhasil menyampok senjata rahasia itu ningga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melenceng dari sasaran. Kemudian kelihatan Ayahku membuka pintu. 'Ternyata benar si setan kecil, untung aku bertindak cepat! Ayo lekas pergi, kalau tidak kau sudah mampus!' Kemudian aku dengar tamu itu minta maaf pada ayahku. Aku lari dengan ketakutan ke kamar Ibuku." "Sesudah kau pergi apa yang mereka bicarakan tidak kau ketahui, bagaimana kau yakin mereka bukan musuh Ayahku?" kata Kiat Bwee. "Malam itu terjadi peristiwa yang tidak terduga. Peristiwa itulah yang telah mengubah nasibku dan nasib keluargaku. Malam harinya rumah kami didatangi para penjahat. Ayah dan tamu itu melakukan perlawanan sengit. Di antara para penjahat itu ada yang mengatakan, bahwa tamu Ayahku itu bukan orang she Yo, tapi orang she Pek. Tapi yang lain bilang, tak peduli siapa dia, agar tidak membocorkan rahasia harus dibunuh." kata Ciauw Siang Hoa. "Kalau begitu musuh Ayahku penjahat itu!" pikir Kiat Bwee. "Mereka mengira Ayahku bersembunyi di rumah Paman Ciok, jadi tamu she Pek itu sahabat Ayahku." "Saat penjahat menyerang, Ayahku menyuruh seorang budaknya membawaku kabur. Di belakang rumah kami hutan cemara," lanjut Ciauw Siang Hoa. "Budak tua itu membawaku ke tempat persembunyian. Suara beradunya senjata masih terdengar dari tempat persembunyian kami. Karena aku masih kecil hanya beberapa patah kata saja yang masih kuingat. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengan Ayahku lagi. Barangkali Ayah dan tamunya telah terbunuh." "Apa kau pernah pulang ke rumahmu?"

"Malang bagiku, budak tua yang membawaku lari terbunuh oleh sebuah anak panah. Untung aku selamat dari serangan anak panah karena tengkurup di tanah. Esok harinya kulihat rumahku telah terbakar menjadi puing. Mayat bergelimpangan karena ada yang terbakar. Saat kuhitung jumlahnya ada 9

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sosok, padahal keluargaku berjumlah 13 orang, jadi aku mengira masih ada tiga orang lagi yang entah bagaimana nasibnya? Apakah mereka lolos dari pembunuhan atau bagaimana? "Aku kira Ayahmu orang baik, pasti Tuhan melindunginya. Mungkin Paman Ciok masih hidup?" kata Kiat Bwee.. "Mudah-mudahan begitu," kata Siang Hoa. "Jika benar Ayahku masih hidup, bagaimana aku bisa menemuinya? Bagaimana pula Ayahku bisa mengenaliku?" "Aku kira di dunia segalanya bisa saja terjadi," kata Kiat Bwee. "Kau jangan bersedih siapa tahu akan terjadi keajaiban? Aku ingin tahu bagaimana kau bisa diculik?" 'Saat aku sedang menangis di atas puing-puing rumahku, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Saat aku menoleh ada orang berdiri di belakangku." "Siapa dia?" "Orang yang wajahnya codet itu!" "Mula-mula orang bercodet itu sangat baik padaku, dia mengaku she Ciu. Aku disuruh memanggil dia Paman Ciu. Kemudian dia mengajakku ke rumahnya dan berjanji akan membantu mencari ayahku. Aku sebenarnya takut pada orang itu, tapi karena aku sebatang kara terpaksa ikut dia. Sesudah kami pergi dari kampung halamanku, aku mulai sadar bahwa orang ini jahat. Selain memaki dia juga suka memukuliku. Seperti pada saat di kelenteng ketika aku ingin bicara denganmu." "Ya, aku ingat. Lalu dia menjualmu kepada Paman Ciauw?" "Tidak, Paman Ciauw yang menyelamatkan aku dari penjahat itu!" kata Ciauw Siang Hoa. "Kalau begitu Paman Ciauw ini teman Ayahmu?" "Bukan, dia tidak kenal pada Ayahku!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana caranya dia menyelamatkanmu?" "Ayah angkatku dulu seorang perwira tentara, anak buah Gouw Ciang-kun. Sesudah naik pangkat ayahku menjadi Congpeng

di kota Un-ciu." Sesudah berhenti sejenak Ciauw Siang Hoa melanjutkan ceritanya. "Si Codet membawaku ke Kang-lam, ke tempat para penjahat penjual garam gelap yang terkadang juga menjual anak-anak yang berhasil diculik oleh para penculik anak-anak. Rupanya si Codet kawan akrab dengan para penjual garam gelap ini. Saat membawa anak-anak culikan di suatu tempa mereka terkepung oleh tentara. Para penjahat itu akhirnya terbunuh semua. Anak buahnya ditangkapi. Aku dan beberapa anak diselamatkan. Di antara anakanak itu kebanyakan anak orang kaya yang orang tuanya akan diperas.Tentara menggrebek mereka, dan anak-anak itu dikembalikan pada orang tua masing-masing. Karena aku sudah tidak punya sanak famili, aku dibawa pulang oleh perwira itu dan menganggap aku sebagai anak angkatnya." "Lalu kau ceritakan asal-usulmu padanya?" kata Kiat Bwee. "Ya," kata Ciauw Siang Hoa. "Ayah angkatku akan menyelidiki kejahatan ini, dia minta aku menyimpan rahasia diriku. Sampai adikku pun tidak mengetahui bahwa aku ini bukan kakak kandungnya." "Kenapa begitu?" "Isteri ayah angkatku ini isteri kedua..." "Jadi dia selir Paman Ciok?" "Duapuluh tahun lamanya ayah angkatku bertugas di tempat jauh. dia meninggalkan isteri tua yang punya anak, yaitu adikku itu. Sedangkan tentang dia punya gundikpun masih dirahasiakan pada isteri tuanya." kata Siang Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, ternyata Paman Ciauw ini diam-diam punya gundik di luaran," pikir Kiat Bwee. "Saat ibu tiriku tahu bahwa aku anak yang diculik, dia mengusulkan agar aku dijadikan anak mereka," kata Siang Hoa. "Kenapa begitu?" "Jika ibu tiriku punya anak laki-laki, maka di mata isteri tua Ayah tiriku jadi terhormat. Ayah angkatku khawatir hartanya akan jatuh ke tangan familinya, maka dia mengangkat aku menjadi anak kandungnya dan mencatatkan namaku dalam silsilah keluarganya. Bahkan dia meminta agar aku merahasiakan asal-usulku." kata Siang Hoa. "Riwayat hidupmu sungguh rumit," kata Kiat Bwee. Namun dalam hatinya Kiat Bwee menilai Ciauw Siang Hoa kurang jujur. Melihat Kiat Bwee kurang senang pemuda ini langsung bicara.

"Bukan maksudku ingin menguasai harta keluarga Ciauw, tapi ini terpaksa kulakukan karena ayah angkat telah menyelamatkan jiwaku. Kelak jika aku sudah bertemu dengan Ayahku, maka aku akan kembali pada Ayahku yang sejati!" kata Ciauw Siang Hoa. Tiba-tiba Kiat Bwee mendengar ada suara, dia segera menoleh, tapi dia tidak melihat apa-apa. "Jangan khawatir, tidak akan ada orang yang datang ke tempat ini," kata Ciauw Siang Hoa. "Tempat ini sengaja diatur oleh adik perempuanku, agar kita bisa leluasa bicara. Dia sekarang ada di kamarnya paling cepat dia baru akan menjemputmu setengah jam lagi!" "Adikmu baik padamu, kau malah membohonginya. Tapi sebaliknya rahasiamu kau sampaikan padaku," kata Kiat Bwee alias Tik Bwee. "Apa kau lupa Paman Ciauw melarang kau membocorkan rahasia ini?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun tidak aku katakan padamu, kau tahu aku bukan anak keluarga Ciauw. Kita senasib sejak pertemuan kita pertama kali, aku selalu ingat padamu," kata Ciauw Siang Hoa. "Malah kau sudah kuanggap menjadi keluargaku sendiri!" Mendengar ucapan itu Kiat Bwee terharu. "Aku juga selalu ingat pertemuan kita dulu. Apa Paman Ciauw sudah menyelidiki keadaan rumahmu dan siapa penjahat-penjahat itu?" kata Kiat Bwee. "Tidak mudah menyelidiki kejadian masa lalu yang sudah lama, ditambah lagi jarak dari sini ribuan li," kata Siang Hoa. "Tapi Ayah angkatku pernah mengirim orang ke kampung halamanku. Utusan itu bilang rumahku telah musnah dan entah ke mana perginya Ayahku?" Kiat Bwee menghela napas panjang. "Semula aku berharap akan mendapatkan keterangan, tapi ternyata tetap terselubung mengenai kejadian yang menimpa keluargaku itu," pikir nona Kiat Bwee. "Tapi nasib dia lebih menyedihkan dibanding nasibku." "Selama ini bagaimana keadaanmu selama di tempat keluarga Seng?" kata Ciauw Siang Hoa. "Sekalipun kata ayahmu Seng Cap-si Kouw penjahat besar, tapi terhadapku dia baik," kata Kiat Bwee. "Bagaimana sikap Seng Kong-cu padamu?" kata Siang Hoa. "Mengapa kau tanyakan seal itu?" kata Kiat Bwee yang kelihatan kurang senang. "Aku tidak bermaksud apa-apa, tapi perbuatanmu hari itu agak..." Siang Hoa tidak melanjutkan kata-katanya. "Maksudmu aneh, begitu?" kata Kiat Bwee. "Terus terang

aku salah mempermalukan dia di depan umum!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan! Bukan itu maksudku," kata Siang Hoa. "Aku kagum padamu!" "Kagum mengenai apanya?" "Aku kagum karena keberanianmu, aku juga tidak tahu kenapa kau memusuhi Seng Kong-cu? Jika kau keberatan memberitahuku, aku juga tidak akan memaksamu. Padahal dia calon ketua persilatan di Kang-lam, tapi kau berani mempermalukannya di depan umum. Pasti itu menarik perhatianku!" kata Ciauw Siang Hoa. Kiat Bwee senang dipuji demikian. "Itu bukan rahasia, kelak di lain kesempatan pasti akan aku ceritakan," kata Kiat Bwee. Tiba-tiba Ciauw Siang Yauw muncul sambil tertawa. "Waah. asyiknya kalian mengobrol," kata nona Ciauw. "Dasar, kau bilang hanya mau buang air kecil, kenapa begitu lama?" kata Kiat Bwee mengomel. "Bukan terima kasih kau malah ngomel, Kakakku kan menemanimu," kata nona Ciauw. "Sudahlah, sudah larut malam. Kalian pergi tidur," kata Siang Hoa. Kedua nona itu kembali ke kamarnya. Kiat Bwee tampak sangsi. "Eh, bagaimana menurutmu Kakakku itu?" kata nona Ciauw. "Eh, apa maksudmu?" kata Kiat Bwee. "Bukankah kalian bicara akrab sekali, padahal setahuku Kakakku itu sangat pendiam, dengan aku saja dia jarang mau bicara. Tapi tadi dia bicara begitu lama denganmu! Aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang Kakakku itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua itu gara-gara kau, sekarang masih bertanya lagi," kata Kiat Bwee. "Aku bertanya sungguh-sungguh, maukah kau jawab untukku?" kata nona Ciauw. "Jika kalian kakak beradik baik padaku, aku juga begitu!" kata Kiat Bwee. "Tapi aku yakin antara kau baik padaku dengan Kakakku tentu ada bedanya," kata nona Ciauw sambil tertawa. "Apa saja sih yang kalian bicarakan, asyik banget! Maukah kau

menceritakannya padaku?" "Yang kami bicarakan soal biasa, tentang indahnya suasana malam dan taman bungamu," kata Kiat Bwee. "Aku tidak percaya, masa cuma itu yang kalian bicarakan?" kata nona Ciauw. "Lalu kau kira apa yang kami bicarakan?" "Mana kutahu, mungkin soal mesra-mesraan barangkali?" kata Siang Yauw sambil tertawa. Kiat Bwee memegang tangan nona Ciauw, dia akan menggelitik nona itu. "Setan kecil, ayo ngaku padaku, bukankah kau yang bersembunyi di balik semak itu tadi?" kata Kiat Bwee. Ciauw Siang Yauw yang kegelian minta-minta ampun. "Lepaskan, aku paling tak tahan digelitik, aku geli!" kata nona Ciauw. "Katakan benarkah kau yang bersembunyi di sana?" "Tidak! Aku tidak sembunyi, mungkin itu bukan aku!" "Lalu siapa? Aku mendengar suara dan melihat bayanganmu, kalau bukan kau lalu siapa?" kata Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku berada jauh di gunung-gunungan, jadi apa yang kalian bicarakan sungguh aku tidak mendengarnya," kata nona Ciauw. "Tidak mungkin, bayangan yang kulihat di dekat kolam, kau jangan bohong!" "Sungguh, aku tidak sembunyi di sana. Oh, barangkali Ibuku yang bersembunyi di sana!" kata nona Ciauw. "Ibu mana?" "Apa Kakak tidak bilang padamu, dia anak ibu kedua Ayahku," kata nona Ciauw. Mendengar keterangan itu Kiat Bwee jadi curiga, sebab tadi memang dia tidak melihat bayangan apa-apa. Dia hanya mendengar suara. Jika benar itu isteri muda ayah nona Ciauw, kenapa dia main sembunyi-sembunyian. "Mungkin Ibuku ingin agar Kakak segera menikah, maka itu dia mencur dengar pembicaraan kalian," kata nona Ciauw. Sudah beberapa hari Kiat Bwee berada di rumah keluarga Ciauw, tapi dia belum pernah bertemu dengan kedua isteri tuan rumah. "Aku belum pernah bertemu dengan kedua ibumu, jika ibu mudamu ingin menemuiku, kenapa dia tidak menyuruhmu meminta aku menemuinya?" kata Kiat Bwee, "Ibu mudaku sakit-sakitan, dia jarang keluar dari kamarnya," kata nona Ciauw. "Saat kau sampai kebetulan sakitnya sedang kambuh. Tetapi dia tahu kau sudah sampai ke

mari. Malam tadi barangkali kesehatannya membaik. Ketika dia tahu Kakakku akan menemuimu, dia mengintai kalian!" Mendengar keterangan itu Kiat Bwee jadi sangsi, dia kira pertemuan tadi tidak diberitahukan pada siapapun. Jadi dari mana ibu muda atau Kho-si mengetahui pertemuannya. Jelas dari awal perempuan itu menaruh perhatian pada Kiat Bwe.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi apa sebabnya?" pikir nona Kiat. "Ibu kandungku sedang pergi ke rumah saudaranya, jika sudah pulang akan kuberitahu kau," kata nona Ciauw. Kiat Bwee ingin tahu lebih banyak tentang Ciauw Siang Hoa. Namun karena harus dirahasiakan, dia tidak banyak bertanya pada nona Ciauw. Tiba-tiba Siang Yauw berkata lagi. "Pertanyaanku belum kaujawab! Sebenarnya yang kutanyakan itu atas perintah Ayahku yang ingin tahu jawaban darimu!" kata nona Ciauw. "Padahal ayahmu yang ingin tahu jawaban dariku, tapi kenapa kau yang menanyakannya," kata Kiat Bwee. "Benar, Ayahku dan ibu-tiriku suka padamu, maka itu dia berharap kau mau menjadi menantunya," kata nona Ciauw. "Kau jangan berpura-pura. Tapi apa yang aku tidak tahu, apakah suka atau tidak kau pada Kakakku?" "Lagi-lagi kau bercanda, ya? Apa kau ingin kukitik-kitik lagi?" kata Kiat Bwee. "Sudah, jika kau malu menjawabnya sekarang, lain kali saja. Mari kita tidur," kata nona Ciauw. Selang beberapa hari kemudian ibu kandung nona Ciauw pulang, Kiat Bwee yang diberitahu ingin menemuinya. Tapi ibu kandung nona Ciauw masih belum bersedia ditemui. Bahkan walau sudah berkali-kali Kiat Bwee bertemu dengan Ciauw Siang Hoa. mengenai pengintaian ibu-mudanya belum diceritakan pada Ciauw Siang Hoa, karena nona Ciauw sering bersama-sama mereka. Berhubung musuh besarnya belum terlacak, dan Kiat Bwee menaruh curiga pada ibu-muda Ciauw Siang Hoa,dedang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thian Hiang pun belum menyusul ke rumah keluarga Ciauw, maka Kiat Bwee pun jadi iseng sendiri. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 47

Dikisahkan saat itu keadaan Liong Thian Hiang yang berada di rumah keluarga Bu sedang bergembira. Nona Liong mengira Kiat Bwee pun sudah menemukan kawan hidupnya di sana. Maka itu dia tidak segera menyusulnya. Pada suatu hari Bu Hian Kam pesiar bersama kekasihnya Liong Thian Hiang ke atas bukit. Ketika itu justru jatuh pada musim semi. Cuaca hari itu sangat cerah. Di lereng bukit tampak bunga-bunga sedang bermekaran beraneka warna. Tak jauh dari situ tampak air terjun turun dari celah-celah bukit. Sinar matahari pun menambah keindahan pemandangan alam di sekitarnya. Ketika itu kedua muda-mudi yang asyik pacaran itu sedang menikmati pemandangan alam yang sangat indah. Sesudah merasa lelah. Liong Thian Hiang mengajak Bu Hian Kam duduk beristirahat di tepi sungai. Tapi sebelum mereka istirahat nona Liong memetik beraneka macam bunga. Saat istirahat itu barulah bunga-bunga itu dia rangkai. "Bagaimana, indah tidak?" kata Liong Thian Hiang. Bu Hian Kam mengambil rangkaian bunga itu, lalu dia kalungkan ke leher nona Liong. "Bunga ini untukmu, tapi kini malah kau yang memberikannya kepadaku," kata nona Liong. "Kebiasaan di tempat ini hanya pengantin wanita yang memakai kalung bunga," kata Bu Hian Kam sambil tersenyum. "Ngaco!" kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan ngaco, tapi dengan bunga itu kau tampak lebih cantik," kata Bu Hian Kam. "Aku juga belum tahu, apakah aku bernasib baik bisa menyunting bunga secantik kau atau tidak?" Berhubung ayah nona Liong baru meninggal dua tahun yang lalu, masa berkabung nona Liong tinggal setahun lagi. Sedangkan ucapan Bu Hian Kam tadi seolah ingin membicarakan pernikahan mereka. "Iih, kau ngaco lagi!" kata si nona. "Kalau kau tidak suka membicarakan tentang kita, mari bicarakan tentang orang lain saja," kata Hian Kam. "Ayahku diundang oleh Bun Yat Hoan. Tapi karena hubungan Ayahku tidak akrab dan jarak rumah Bun Yat Hoan sangat jauh, aku tidak datang ke pesta pernikahan muridnya. Aku dengar pengantin perempuannya she Ci dan cantik sekali serta sangat terkenal." "Ya, selain cantik dia juga cerdas dan ilmu silatnya tinggi. Tapi sayang, kau sudah kedahuluan Seng Liong Sen!" kata

nona Liong menggoda. "Bagiku, kau bagaikan bidadari, malah banyak yang iri kepadaku lho. Maka kenapa aku harus iri kepada orang lain?" kata Bu Hian Kam sambil tersenyum. Tiba-tiba Nona Liong ingat pada Kiat Bwee, tanpa merasa dia menghela napas perlahan. Kejadian itu membuat Bu Hian Kam terperanjat. Dia awasi kekasihnya. "Eeh, kenapa kau menghela napas? Aku bicara sewajarnya tanpa maksud lain!" kata pemuda itu. "Kau salah paham, aku tidak peduli apakah kau menyukai perempuan lain atau tidak!" kata si nona. "Lalu kenapa kau mengeluh?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingat pada Kak Kiat Bwee, dia she Yo. Dia bernasib malang sekali!" kata nona Liong. Bu Hian Kam pernah mendengar cerita nona Liong tentang Kiat Bwee. "Memang kasihan, nasibnya buruk sekali. Tapi kau bilang dia sudah mendapat jodoh?" kata Bu Hian Kam. "Aku berharap mudah-mudahan dia mendapatkan jodoh yang cocok," kata nona Liong. "Malah aku ingin bertanya padamu tentang pria pilihannya itu!" "Maksudmu bagaimana?" "Aku ingin tahu bagaimana keadaan orang she Ciauw yang kuceritakan padamu dulu. Apakah kau kenal dengan puteri Ciauw Goan Hoa?" kata nona Liong. "Mereka keluarga akhli silat ternama," kata Bu Hian Kam. "Ciauw Goan Hoa pernah menjadi Cong-peng (Letnan). Hanya sayang kami tidak punya hubungan dengan mereka!" "Bisa dikatakan kalian bertetangga, kenapa tidak berhubungan?" "Tabiat Ciauw Goan Hoa agak aneh. dia tidak suka bergaul dengan tetangganya. Aku dengar familinya banyak di tempat jauh. Saat baru pulang kampung, memang dia berkirim kartu nama sebagai pemberitahuan sesama orang Kang-ouw. Namun, dia tidak mengundang kami ke rumahnya. Sejak saat itu kami tidak berhubungan lagi dengannya." "Oh, begitu!" kata nona Liong. "Untung dia bekas pejabat, kalau tidak mungkin dia dituduh kepala penjahat yang mengasingkan diri'" "Hati-hati menilai orang, setiap orang memiliki tabiat sendiri-sendiri," kata Bu Hian Kam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi putera-puterinya aneh, mereka bisa bergaul. Buktinya dia mau mengundang kami ke rumahnya. Aku jadi ingin ke sana. kau mau ikut?" kata nona Liong. Tiba-tiba muncul seorang pelayan yang meminta mereka pulang karena ada tamu yang harus ditemui mereka. Tiba di rumah benar saja ada dua orang tamu. Mereka masingmasing she Cio dan she Theng dari golongan tua. Mereka mengaku sebagai saudara angkat. Ketika ditanya mereka bermaksud menanyakan tentang tempat tinggal Yo Tay Ceng, ayah nona Yo Kiat Bwee. "Apa betul dulu nona tetangganya?" tanya si tamu. "Benar, tapi Paman Yo sudah lama meninggal," kata nona Liong. "Tentang hal itu sudah lama kami dengar, tapi kami ingin mencari puterinya. Tadi dari Bu-ceng-cu, khabarnya nona pernah berjalan bersama puterinya itu. Apa benar, di mana dia sekarang?".. Nona Liong jadi heran mendengar kata-kata tamu itu, sebab baru kali ini ia mendengar Yo Tay Ceng punya saudara angkat. Padahal mereka berasal dari Utara. Tapi karena dia kenal keluarga Bu, maka nona Liong pun merasa tidak masalah bila menjelaskan di mana adanya Yo Kiat Bwee pada mereka. "Benar, kami pernah jalan bersama dan menghadiri pesta pernikahan di rumah Bun Tay-hiap," kata nona Liong. "Apa yang menikah itu pemuda bernama Seng Liong Sen, keponakan Seng Cap-si Kouw yang terkenal 20 tahun yang lalu?" kata orang she Theng. "Benar, malah aku dengar, dulu Yo Cici diculik dan dijual pada Seng Cap-si Kouw!" kata nona Liong. Kedua tamu itu saling pandang sesamanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kebetulan, sekarang nona Kiat ada di mana?" kata mereka hampir bersamaan. "Dia ada di rumah keluarga Ciauw," kata Liong Thian Hiang. "Pasti kalian juga pernah mendengar nama Ciauw Goan Hoa, dia tinggal di Ciauw-yang-kwan," kata Bu Yan Cun. "Untunglah, kalau begitu dia akan mudah kami cari," kata orang she Cio. "Terima kasih atas keteranganmu ini, nona

Liong!" Keduanya lalu pamit. Sesudah kedua tamu itu pergi, nona Liong bertanya pada ayah Bu Hian Kam. "Paman, kau percaya pada mereka? Rasanya aku belum pernah mendengar Paman Yo punya saudara angkat?" kata nona Liong yang kelihatan ragu-ragu. "Dulu Paman Yo pernah bekerja di perusahaan ekpedisi di daerah Utara. Sudah pasti pergaulannya sangat luas. Tidak heran jika dia punya saudara angkat di mana-mana. Aku kira mereka orang baik-baik!" kata Bu Yan Cun. "Kalau begitu, legalah hatiku," kata Bu Hian Kam. Tapi nona Liong masih ragu-ragu. Malamnya dia tidak bisa tidur. Esok harinya dia mengajak Bu Hian Kam menyusul Kiat Bwee di rumah keluarga Ciauw. Setelah ada kata sepakat. Bu Hian Kam mengajak nona Liong mengambil jalan pintas, supaya mereka bisa segera sampai di tempat tujuan. Sudah belasan hari Kiat Bwee tinggal di rumah keluarga Ciauw. Tapi selama itu dia belum pernah bertemu dengan isteri muda Ciauw Goan Hoa. Sejak dia dengar dari Ciauw Siang Yauw, bahwa ibu-tirinya pernah mengintai saat dia bertemu dengan Ciauw Siang Hoa, Kiat Bwee jadi curiga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suatu hari Kiat Bwee pesiar ke suatu tempat bersama Ciauw Siang Yauw. Saat sudah kelelahan mereka istirahat di suatu tempat. Saat istirahat itulah Siang Yauw berkata pada Kiat Bwee. "Aku dengar Seng Cap-si Kouw itu lihay, dan kau sudah ikut dia cukup lama. Bagaimana jika kau tunjukkan salah satu dua jurus ilmu silat yang kau pelajari darinya? kata Ciauw Siang Yauw. "Aku cuma pelayan, mana boleh aku belajar ilmu silatnya," kata Kiat Bwee. "Memang aku pernah diberi petunjuk beberapa jurus, tapi aku kira tidak pantas untuk diperlihatkan!" "Kau jangan berkata begitu, apa kau masih belum menganggapku sebagai teman baikmu?" kata Ciauw Siang Yauw. "Kalau begitu baiklah, sesudah aku kau pun harus menunjukkan kepandaianmu," kata Kiat Bwee. Sesudah Kiat Bwee mempertunjukkan ilmu silatnya, Siang Yauw pun memainkan beberapa jurus ilmu silatnya. "Apa nama ilmu golokmu itu? Aku kagum hingga mataku jadi silau melihatnya," kata Kiat Bwee memuji. "Ini ilmu golok Pat-kwa (Delapan Diagram), bergerak

berdasarkan garis Pat-kwa," kata Ciauw Siang Yauw. "Tapi Kakakku lebih lihay dibandingkan dengan aku!'* "Kenapa begitu, tidak mungkin ayahmu pilih kasih," kata Kiat Bwee heran. "Tidak! Ayah tidak pilih kasih. Kakakku sering bersama Ayah dan isteri kedua Ayahku. Dia yang lebih sering belajar ilmu silat keluarga kami. Malah cuma Kakakku yang belajar ilmu silat dari isteri muda Ayahku."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi ibu-tirimu juga bisa silat? Tapi kenapa dia sering sakit-sakitan?" kata Kiat Bwee. "Dia sudah sakit sejak menikah dengan Ayahku, apa sakitnya sejak dulu aku juga tidak tahu!" kata Ciauw Siang Yauw. Kiat Bwee mengangguk, dia jadi bertambah sangsi. "Kalau begitu ibu-tirimu yang pilih kasih," kata Kiat Bwee. "Tapi kalian berdua akur. kenapa kau tidak minta diajari pada kakakmu?" "Dia mau mengajariku tapi aku yang enggan belajar darinya," kata Siang Yauw. "Kenapa?" "Aku kurang suka pada isteri-muda Ayah, sengaja aku membuatnya jengkel. Tapi aku suka pada Kakak apalagi sesudah kau.... kau....." "Huss! Jangan ngaco!" kata Kiat Bwee yang tahu ke mana arah pembicaraan nona Ciauw ini. Kiat Bwee berpikir keras. "Kenapa dia tak suka pada ibu-tirinya, apakah wajahnya jelek. Atau dia galak sekali dan dingin?" pikir Kiat Bwee. "Agaknya kau tidak senang jika aku menyebut-nyebut Kakakku. Apa kau memang tidak senang atau hanya berpurapura tidak suka?" kata Ciauw Siang Yauw sambil tertawa. Tak lama tampak seseorang mendatangi. "Tuh dia datang! Dia malah datang saat kita sedang membicarakannya!" kata Siang Yauw. Saat Kiat Bwee menoleh, benar saja kakak nona Ciauw mendatangi ke arah mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kak, kau ingin bertemu Kakak Kiat, ya? Jangan terburuburu begitu!" menggoda Ciauw Siang Yauw. "Aku menyusul kalian karena ada masalah. Jadi sengaja

aku menyusul untuk memberitahu Nona Yo!" kata kakaknya. "Ada masalah apa?" tanya Kiat Bwee. "Di rumah telah kedatangan dua orang tamu. Mereka mengaku saudara angkat ayahmu, Nona Yo," kata Ciauw Siang Hoa. "Dua orang tamu. siapa mereka?" "Yang seorang mengaku she Cio, seorang lagi mengaku she Theng, usia mereka lebih dari limapuluh tahun. Mereka mengaku datang dari daerah Utara. Kau kenal dengan mereka?" kata Ciauw Siang Hoa. "Tidak. Ayahku pun tidak pernah menceritakan tentang mereka!" kata Kiat Bwee. "'Karena sejak maih kecil kau diculik, mungkin kau juga sudah lupa," kata Ciauw Siang Yauw. "Benar barangkali begitu," kata Kiat Bwee. "Aku sangsi apa maksud kedatangan kedua orang itu," kata Ciauw Siang Hoa. "Malah saat bicara dengan Ayah, dia bicara bisik-bisik dengan bahasa kalangan Kang-ouw, tentu saja aku jadi tidak mengerti. Sikap Ayah sangat hormat kepada mereka, tapi saat Ayah menyuruhku menyusul kalian, ada dua kalimat Ayah yang menimbulkan kecurigaanku. Sambil mengedipkan mata Ayah berkata padaku, 'Adik Yauw dan Nona Yo sedang ke rumah neneknya. Mereka belum tentu bisa buru-buru pulang. Bagaimana, ya?' kata ayah. Apa benar kau bilang pada Ayah kalian akan ke rumah Nenek?" "Aku tidak bilang mau ke rumah Nenek." kata Ciauw Siang Yauw ikut heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tepat! Maka itu aku jadi curiga, apa maksud kedua orang itu terhadap Nona Yo? Jangan-jangan mereka berniat jahat?" kata Ciauw Siang Hoa. "Kalau begitu kau hindari saja mereka Kakak Kiat Bwee," kata Ciauw Siang Yauw. "Justru aku ingin tahu apa mau mereka? Biar akan kutemui mereka," kata Kiat Bwee. "Kalau begitu, mari kita pulang. Sampai di sana kita lewat taman dekat ruang tamu. Nanti lewat jendela kau bisa mengintai mereka. Apakah kau kenal dengan mereka atau tidak?" kata nona Ciauw. "Baik, mari kita pulang," kata Kiat Bwee. Sesampai di rumah mereka mengendap-endap di taman bunga, kemudian mereka mengintai ke ruang tamu. Saat itu kedua tamu itu sedang ngobrol dengan ayah nona Ciauw. Kedua tamu itu kelihatan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Kiat Bwee.

Melihat kedua orang itu Kiat Bwee sedikit terperanjat. Orang she Cio tidak dikenalinya, tapi orang she Theng itu samar-samar masih dikenalinya sebagai penculik saat dia masih kecil. "Hm! Sungguh nekat orang ini, dia berani mencariku. Dengan demikian cita-citaku untuk membalas dendam akan terlaksana hari ini. Tapi dari keterangan Ciauw Siang Hoa tadi, aku kira dia punya hubungan baik dengan ayah angkatnya. Sebaiknya tidak kuberitahukan pada Paman Ciauw tentang niatku akan membalas dendam ini!" pikir Kiat Bwee. Sesudah Kiat Bwee mengambil keputusan, dia akan menyerang orang she Theng itu dengan jarum beracun. Tibatiba dia berdiri di muka jendela. Tangannya bergerak menyebarkan jarum beracun ke arah orang she Theng itu. "Kat-cu-ciam " (Jarum Kalajengking) itu senjata khas buatan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keluarga Seng. Jika terkena jarum itu, lawan akan terluka dan tubuhnya akan membusuk tidak bisa diobati lagi. Senjata ampuh itu sengaja dia curi dari rumah Seng Cap-si Kouw agar bisa membalas dendam pada musuhnya. Saat itu orang she Theng itu sedang asyik bicara dengan tuan rumah dan membelakangi jendela tempat Kiat Bwee menebarkan segenggam jarum ke arahnya. Jarum itu menyambar tanpa menimbulkan suara sedikitpun. hingga orang she Theng itu tampaknya tidak tahu datangnya bahaya atas dirinya. Kiat Bwee girang dan yakin usaha balas-dendamnya akan berhasil. Tetapi di luar dugaan. Ciauw Goan Hoa mengibaskan tangannya, hingga sebelum jarum-jarum itu mengenai orang she Theng, jarum-jarum itu berhasil disampok oleh Ciauw Goan Hoa. Ketika jarum-jarum itu berjatuhan ke lantai. Kiat Bwee kecewa sekali! Dia langsung menghunus pedangnya dan melompat lewat jendela ke dalam ruang tamu. "Nona Yo jangan! Mereka tamu-tamuku...." teriak Goan Hoa. Tapi pedang Kiat Bwee sudah menusuk ke arah orang she Theng itu. "Paman, orang inilah penculikku yang telah membuat aku sengsara! Aku mohon Paman jangan ikut campur!" kata Kiat Bwee. "Bagus! Kau masih mengenaliku!" kata orang she Theng. Sambil mengibaskan lengan baju yang terpapas kutung oleh pedang Kiat Bwee, dia sudah menghunus goloknya. Kiat Bwee menyerang sebanyak tiga kali. Tetapi sayang serangan Kiat Bwee berhasil ditangkis oleh orang she Theng itu. Ciauw Siang Hoa maupun Ciauw Siang Yauw sudah sampai

ke dalam ruang tamu. Mereka kaget menyaksikan pertarungan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciauw Siang Hoa baru sadar, kalau dulu dia juga pernah bertemu sekali dengan orang she Theng itu di kelenteng. Sesudah mendengar Kiat Bwee bicara tentang orang she Theng itu, dia baru ingat semua kejadian itu dengan jelas. Ilmu silat yang diperoleh Kiat Bwee dari Seng Cap-si Kouw ternyata mampu untuk mendesak orang she Theng mundur. Melihat keadaan makin gawat bagi kawannya, orang she Cio itu tidak tinggal diam. Sambil tertawa dia menyerang Kiat Bwee. Tidak disangka orang she Cio ini lebih lihay dibandingkan kawannya. Buru-buru Ciauw Siang Hoa maju akan membantu, tapi tangkisan orang she Cio membuat tangan Ciauw Siang Hoa terasa panas karena berbenturan dengan tangan orang she Cio itu. Melihat Siang Hoa maju, orang she Cio jadi ragu melancarkan serangannya. Dia malu pada ayah Ciang Hoa, Ciauw Goan Hoa. "Ciauw Goan Hoa, kau pasti sudah tahu siapa aku? Tolong suruh mundur puteramu ini, supaya dia jangan ikut campur!" kata orang she Cio. Mendengar teguran itu Ciauw Goan Hoa jadi ragu. Dia mampu mengalahkan kedua tamunya itu, namun orang yang berada di belakang kedua tamunya itu membuat Ciauw Goan Hoa ragu-ragu. Maka itu dia minta puteranya supaya mundur teratur. Tapi Ciauw Siang Hoa seolah tidak mendengar peringatan ayah nya, dia hunus pedangnya dan langsung melancarkan serangan maut. Sebenarnya dia sudah lupa siapa orang she Cio ini, tetapi suara tawanya membuat dia ingat pada seseorang. Kenangan saat rumahnya hancur berantakan teringat kembali oleh Siang Hoa. Suara tawa itu sangat dikenalinya dan diingat selama hidupnya. Dia ingat saat dibawa kabur oleh pelayan tua, tawa itu terdengar jelas olehnya. Jadi tawa itulah yang membuat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia geram. Dengan mata berapi-api dia menyerang dengan hebat. Tawa itu yang membuat Siang Hoa kalap. Serangan Ciauw Siang Hoa tidak diduga oleh orang she Cio itu. Dia tak sempat menghunus senjatanya.

"Hentikan Siang Hoa!" teriak ayahnya. Ciauw Siang Hoa tidak mau menghentikan serangannya. Sedang orang she Theng bertarung dengan Kiat Bwee. Melihat anaknya bandel Ciauw Goan Hoa melancarkan pukulan untuk memisahkan pertarungan antara Ciauw Siang Hoa dan orang she Cio itu. Saat itu orang she Cio mengeluarkan Houw-thouw-kauw (Gaetan berkepala harimau), sedang Ciauw Siang Hoa sudah maju kembali menyerangnya. "Ciauw Goan Hoa, kau tidak bisa mengendalikan anakmu, maka terpaksa aku yang akan menghukumnya," kata orang she Cio itu. Dia menangkis serangan lawan sambil menjepit pedang Siang Hoa, sedang gaetan yang lain menyambar menyerang anak muda itu. Ketika keadaan sudah sangat kritis bagi anaknya, Siang Hoa, untung ayah Siang Hoa sempat menyambit gaetan orang she Cio itu dengan sebuah cangkir. "Trang!" Cangkir hancur berantakan di lantai. Orang she Cio itu kaget. Melihat kesempatan ini Ciauw Siang Hoa menarik pedangnya dan langsung menyerang tangan orang she Cio hingga tergores meninggalkan luka cukup parah. "Bagus! Kalian memusuhiku. Tunggu tiga hari lagi kami akan datang mencari kalian!" kata orang she Cio. Sesudah itu dia mengambil bendera kecil yang dia sambitkan ke atas meja. Itu bendera bergambar tengkorak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

manusia berwarna hitam. Melihat bendera itu Ciauw Goan Hoa terperanjat. "Kau kenal bendera itu, bukan?" kata orang she Cio. "Dalam tiga hari jika kau insaf, segera serahkan nona Yo pada kami!" Sesudah itu kedua tamu tak diundang itu kabur. Ciauw Siang Hoa mengejar keluar. "Dia musuh besarku, Ayah! Aku tidak bisa membiarkan dia lolos!" kata Ciauw Siang Hoa. "Hoa, anakku kembali!" kata Ciauw Goan Hoa. Tapi Siang Hoa sudah berlari jauh diikuti Ciauw Siang Yauw dan Kiat Bwee mengejar musuh. Terpaksa Ciauw Goan Hoa pun ikut mengejar. Jika perlu dia pun akan membantu anaknya melawan kedua tamu itu. Saat baru akan berhasil mengejar lawan, kelihatannya Ciauw Siang Yauw yang melompaii tembok pagar terjatuh. Tidak lama muncul seorang wanita yang rambutnya terurai. Kiranya dia isteri muda Ciauw Goan Hoa. Kho-si ikut mengejar. Saat mereka sudah dekat,

dia menarik suaminya yang kaget karena tidak mengira isteri mudanya begitu lihay. Dia tahu isteri-mudanya bisa silat, tapi tidak mengira begitu lihay. Ciauw Siauw Yauw terjatuh, ternyata dia jatuh oleh hajaran senjata rahasia sang isteri. "Heran kenapa dia serang anak Yauw dan aku tidak boleh menolongi si Hoa?" pikir Ciauw Goan Hoa. Melihat suaminya bingung isteri mudanya seolah mengerti. "Jangan cemas, anak Yauw akan pulih sesudah sejam kemudian." kata sang isteri muda. Kemudian dia memanggil pelayannya. "Bawa sio-cia ke kamarnya! Jangan sampai Toa-nio mengetahuinya!" kata Kho-si.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau halangi anak Yauw mengejar musuh, tapi kenapa kau tidak mencegah Hoa mengejar mereka?" kata suaminya. "Aku tidak ingin dikenali oleh mereka," jawab sang isteri. "Anak Hoa ingin balas-dendam, sulit dicegah. Jika kau susul mereka, pasti kau pun akan bertarung untuk membela anakmu. Aku tidak ingin kau berbuat begitu!" "Kenapa?" "Mari kita bicara di dalam saja," kata isterinya. dia bawa suaminya ke ruang tamu. Sambil menunjuk bendera kecil di atas meja isterinya berkata. "Sesudah melihat bendera ini, masakan kau tidak bisa mengenali siapa mereka?" kata isterinya. "Kau juga tahu mengenai bendera ini?" kata suaminya. "Ya. Ini bendera bajak yang malang-melintang di wilayah Timur! Nama ketuanya Kiauw Sek Kiang. Orang she Cio itu anak buahnya!" "Dari mana kau ketahui hal itu?" "Apa kau lupa bagaimana kita bertemu? Saat itu kau bantu aku mengusir penjahat anak buah Kiauw Sek Kiang. Ketika itu dia masih bergerak di daratan," kata isterinya. Duapuluh tahun yang lalu Ciauw Goan Hoa seorang komandan tentara di kota Tin-kang. Dia berhasil menolong seorang wanita yang sedang dikepung penjahat. Orang itu adalah Kho-si yang menjadi isteri-mudanya. Ketika itu ayah Kho-si jadi piauw-su dan barang antarannya dirampok penjahat. Sesudah menjadi piatu dia bersedia menjadi isteri Ciauw Goan Hoa yang menolonginya dari bahaya. "Jadi mereka juga musuhmu?" kata suaminya. "Kenapa kau tidak menuntut balas pada mereka?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Musuh bersarku Kiauw Sek Kiang!" kata sang isteri-muda. "Jadi percuma jika aku hanya membunuh anak buahnya." "Hoa sekalipun bukan anak kandungmu, tapi kaulah yang membesarkan dia. Kenapa kau tidak mencegahnya agar dia tidak masuk perangkap musuh?" kata suaminya. "Aku tidak ingin kau menanam permusuhan, aku juga yakin anak Hoa dan nona Yo akan sanggup menghadapi mereka, maka itu aku tidak mencegahnya!" kata isterinya. "Terus terang aku sedang melatih ilmu silat khusus, jika sudah mahir aku yakin akau bisa mengalahkan Kiauw Sek Kiang!" "Tapi, apa masih ada sesuatu yang kau rahasiakan padaku?" kata suaminya yang sedikit ragu-ragu "Memang ada yang mau kukatakan, sekarang lebih utama kita hindari musuh, kelak akan kuceritakan padamu!" kata isterinya. Ciauw Siang Hoa dan Kiat Bwee mengejar kedua tamu tak diundang itu. Sesudah mereka sampai di luar kampung, sambil mengejar Ciauw Siang Hoa berteriak. "Kau mau kabur ke mana bajingan!" kata Siang Hoa sambil menyambitkan piauw ke arah lawan. Tapi tidak mengenai sasaran. Tiba-tiba kedua orang itu berhenti berlari. Malah orang she Cio itu tertawa dingin. "Hm! Ada kesempatan baik, malah kalian memilih kematian!" kata orang she Cio itu. "Kau jangan lari!" "Aku yakin mereka tidak akan lolos dari tangan kita!" kata orang she Theng. Tak lama mereka sudah mulai bertarung. Mula-mula keadaan seimbang, tapi karena Kiat Bwee terlalu bernapsu dan kurang hati-hati, kedua muda-mudi ini mulai terdesak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malah dalam suatu serangan orang she Cio berhasil menggaet tusuk konde Kiat Bwee. "Hati-hati, jangan terlalu bernapsu nona Yo, tak lama lagi Ayah akan tiba!" kata Ciauw Siang Hoa. "Hm! Kau jangan berharap yang tidak-tidak," kata orang she Cio. "Kau panggil dia ayah, padahal bukan ayah kandungmu. Dia pun tidak sayang padamu!" "Dia tidak akan memusuhi Kiauw To-cu, sekalipun harus menolongi puteranya," kata orang she Theng. "Lebih baik

kalian menyerah, dengan demikian nyawamu akan selamat!" Dengan sabar Ciauw Siang Hoa menghadapi kedua musuh itu bersama Kiat Bwee. Tapi heran setelah sekian lama ayahnya belum juga muncul. "Ke mana dia, kenapa tidak menolongiku?" pikir Siang Hoa. "Apa dia sudah tidak peduli pada keselamatanku?" Orang she Theng sedang bertarung dengan Kiat Bwee. Sekalipun ilmu silatnya tidak tinggi, dia mampu menghadapi nona ini. Orang she Cio terlihat sering membantu orang she Theng menyerang Kiat Bwee, namun karena Kiat Bwee belajar silat dari Seng Cap-si Kouw, maka dia masih mampu mengimbangi lawannya. Krena mereka sulit mengalahkan kedua muda-mudi ini, kelihatannya mereka mulai nekat. Saat kedua muda-mudi mulai kewalahan, tiba-tiba terlihat dua penunggang kuda mendatangi. Penunggang yang perempuan segera berteriak. "Kiat Bwee, siapa yang sedang kalian hadapi itu?" kata si nona. Melihat kedatangan nona itu Kiat Bwee girang. "Kakak Liong, dia penculikku, mereka musuh besar keluargaku!" kata Kiat Bwee yang mengenali Liong Thian Hiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar jawaban itu Thian Hiang langsung meminta kawannya membantu. "Hian Kam, kau serang orang yang bersenjata gaetan!" kata nona Liong. Melihat pria yang datang bersama nona Liong masih muda, orang she Cio memandang rendah padanya. Tetapi sesudah bertarung sekian lama dia sadar bahwa pemuda ini lihay sekali. Dia bertambah kaget lagi saat mendengar jeritan orang she Theng itu. Rupanya kawannya ini tertusuk oleh pedang nona Liong. Orang she Cio memang sudah sejak tadi ingin pergi, jadi melihat ketika Theng terluka maka dia pun berteriak. "Lari!" katanya. Tapi sebelum dia sempat kabur dengan jurus "Tiat-sohhengkang" (Rantai besi melintang di sungai), Bu Hian Kam menyerangnya dengan hebat, tak ampun lagi gaetan orang she Cio itu terlepas dari cekalannya. Rupanya Cio sudah kelelahan, apalagi sekarang dia menghadapi pemuda lihay. Untung dia lihay, sekalipun senjatanya tinggal satu, dia masih mampu membalas menyerang lawan. Sedang tangan kirinya dipakai menangkis pedang Ciauw Siang Hoa. Berhubung pedang Bu Hian Kam belum bisa ditarik, dia

gunakan tangannya menangkis serangan orang she Cio itu. Saat beradu tangan Hian Kam mundur beberapa langkah ke belakang, kesempatan ini digunakan untuk kabur oleh orang she Cio. Orang she Theng ketakutan melihat kawannya kabur, dia juga ingin kabur. Tapi serangan Liong Thian Hiang dan Kiat Bwee secara berbareng membuat dia kaget. Pedang nona Liong berhasil melepaskan goloknya, sedang pedang Kiat Bwee melukai bahu orang she Theng ini. Kedua nona itu girang mereka tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa menemukan musuh besarmu, Kakak Bwee? Siapa orang yang kabur tadi?" "Nanti akan kujelaskan padamu," kata Kiat Bwee. "Orang yang kabur itu musuh besar keluargaku," kata Ciauw Siang Hoa ikut bicara. Sesudah itu Ciauw Siang Hoa mengancam orang she Theng dengan pedangnya. "Katakan! Kawanan penjahat mana yang menghancurkan rumahku? Apakah Ayahku terbunuh atau tidak?" kata Siang Hoa. "Jawab, atas perintah siapa kau menculikku?" kata Kiat Bwee yang juga sengit. "Anak sial! Kau telah melukaiku hingga ilmu silatku musnah. Bunuh saja aku dan jangan harap kau mendapat keterangan dariku!" kata orang she Theng. Dia meringis kesakitan karena bahunya terluka. "Benarkah ucapanmu, baik rasakan pedangku ini!" kata Kiat Bwee semakin gemas. Sekarang Kiat Bwee menyerang iga lawannya dengan jarum beracunnya. "Cress!" "Aduuh!" teriak orang she Theng. Tak lama dia merasakan tubuhnya kesemutan. Lama-lama semakin sakit, seolah digigit ratusan ular berbisa. Dia merintih kesakitan. "Oh, sakitnya! Tolong berikan obat pemunahnya Nona!" kata orang she Theng. "Semua yang kau inginkan akan kujelaskan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar orang itu mau mengaku, Kiat Bwee akan

memberi obat pemunah. Tapi tiba-tiba Bu Hian Kam berteriak. "Siapa itu?" Nona Liong menarik Kiat Bwee untuk menghindari serangan gelap. Orang she Theng yang terkena jarum pun langsung roboh dan tidak berkutik lagi. "Dia terkena senjata rahasia!" teriak Kiat Bwee. Bu Hian Kam langsung mengejar orang itu. Saat diperiksa, benar saja, bagian belakang kepala orang she Theng itu tertembus sebuah panah kecil beracun berwarna hitam. Padahal orang she Theng itulah satu-satunya orang yang bisa memberi keterangan. Tetapi dia telah mati oleh kawannya yang tidak ingin orang she Theng itu membuka rahasia. Tak lama Bu Hian Kam sudah kembali, dia tidak berhasil mengejar musuh itu. "Aneh," kata nona Liong. "Orang she Cio tadi tidak selihay orang yang dikejar oleh Hian Kam. Siapa dia?" "Sudah, mari kita ke rumah Paman Ciauw, kita bicarakan nanti dengan beliau," kata Hian Kam. Pulanglah mereka bersama-sama. Sampai di rumah mereka lihat Ciauw Goan Hoa masih berunding dengan isterimudanya. Melihat putera-puterinya pulang dengan selamat, Goan Hoa girang sekali. "Eeh, bagaimana, apa kalian tidak apa-apa?" kata Goan Hoa. "Untung mereka berdua datang membantu kami," kata Ciauw Siang Hoa. "Oh, terima kasih, bagaimana ayahmu baik-baik saja?" "Baik, terima kasih. Paman," kata Bu Hian Kam. "Saat Paman pulang kampung, Ayah tidak sempat datang untuk mengucapkan selamat pada Paman. Sekarang aku mewakili Ayahku menyampaikan salam pada Paman Ciauw!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak apa, malah seharusnya aku yang berkunjung ke rumah ayahmu," kata Ciauw Goan Hoa. "Siapa Nona ini?" "Dia puteri Liong Pek Giam, pendekar daerah Kang-lam. Kedatangan kami untuk menjemput Nona Yo," kata Bu Hian Kam. "Aku dengar dulu nona Yo tetangga kalian?" kata nona Liong. "Kemarin dua penjahat itu datang ke rumah keluarga Bu. Kemudian sesudah memperoleh keterangan, mereka menyusul ke mari. Aku curiga, maka itu kami menyusul ke mari. Kami bertemu saat puteramu dan nona Yo sedang bertarung dengan mereka. Kedatangan kami sungguh kebetulan." "Ayahmu pun sudah lama kukagumi," kata Ciauw Goan Hoa. "Aku senang kalian selamat. Sebenarnya aku ingin

menemui Ayah saudara Bu, tapi saatnya belum mengizinkan." "Paman Ciauw benar, sesudah peristiwa tadi Paman jangan meninggalkan rumah. Biar aku akan minta Ayahku berkunjung ke mari, bagaimana?" kata Bu Hian Kam. "Oh! Bukan begitu maksudku, malah kami akan pergi dari sini. Terima kasih atas kebaikanmu," kata Ciauw Goan Hoa. "Ayah, kita mau pergi ke mana? Orang she Cio itu musuh besarku, malah aku berharap dia kembali lagi ke mari!" kata Ciauw Siang Hoa. "Nak, kau tidak mengetahui bahwa orang she Cio itu punya andalan yang hebat. Dia mengandalkan Kiauw Sek Kiang, bajak laut yang sangat ganas itu!" kata ayahnya. "Aku tidak ingin menyusahkan Ayah, maka itu aku tidak akan pergi dari sini!" kata Ciauw Siang Hoa tegas. "Nak, bukan aku mau meninggalkanmu, tapi aku bukan tandingan Kiauw Sek Kiang. Jangan terburu napsu, seperti kata pepatah yang mengatakan : "Sepuluh tahun lagi juga belum terlambat bagi seorang pria sejati!" kata ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anakku, Ayahmu benar. Mari kau ikut kami bersamasama," kata Kho-si, isteri-muda Ciauw Goan Hoa. "Aku berjanji masalahmu akan kuselesaikan kelak!" Saat orang sedang bicara Bu Hiang Kam menyela. "Sebagai tetangga kita wajib saling membantu, baiklah aku pulang dulu untuk memberitahu Ayahku," kata Bu Hian Kam. "Dia benar Ayah, mengapa kita tidak menerima bantuan mereka?" kata Ciauw Siang Hoa. "Aku tidak ingin merepotkan orang lain," kata ayahnya. Sebenarnya Ciauw Goan Hoa pun tidak rela meninggalkan harta-bendanya. Tapi jika dia mau minta bantuan ayah Bu Hian Kam, dia khawatir rahasia pribadinya akan diketahui orang lain. "Sekalipun kita dibantu rasanya sulit untuk melawan mereka," kata Kho-si. "Daripada menyusahkan orang lain, lebih baik kita pergi saja. Anakku, jika ingat bagaimana aku membesarkanmu, kau ikut dengan kami." Dia awasi anak lelakinya itu. "Nak, kau harus ikut. Kita tidak pantas merepotkan orang lain," kata ayahnya tegas. "Tidak Ayah, aku tidak mau pergi!" kata Ciauw Siang Hoa. "Jika kau masih menganggap aku ayahmu, kau harus ikut. Aku tidak ingin kau mati sia-sia di sini!" kata Ciauw Goan Hoa. Melihat ayahnya bersungguh-sungguh, akhirnya Siang Hoa mengalah juga. "Baiklah, Ayah. Silakan saudara Bu dan Nona Liong pulang.

Terima kasih atas bantuan kalian!" kata Ciauw Siang Hoa. Tiba-tiba terdengar suara tongkat beradu dengan lantai rumah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang bilang mau pergi dari sini?" kata seorang wanita tua memakai tongkat. Orang itu isteri pertama Ciauw Goan Hoa, dia she Lauw. "Isteriku, kau tidak tahu masalahnya," kata suaminya. "Siapa yang tidak tahu? Tidak tahu tentang apa?" jawab sang isteri tua. "Hm! Demi isteri-mudamu kau ingin meninggalkan kami berdua, kan?" "Kakak jangan salah paham." kata Kho-si. "Ini semua salahku hingga kalian ikut susah. Musuh sangat lihay, kami terpaksa menghindarinya. Jika harus pergi pasti kami akan pergi bersama-sama!" "Hm! Goan Hoa," kata Lauw-si pada suaminya. "Mana keberanianmu dulu! Apa kau benar-benar takut pada musuhmu? Atau karena kau ingin melindungi isteri-mudamu? Sudah lama aku bungkam, tapi sekarang aku harus ikut bicara! Kau mengangkat anak lelaki yang kau katakan anak kandungmu. Apa kau tidak malu ditertawakan oleh orang luar?" "Ibu, bukan aku ingin membohongimu, tapi semua ini atas kehendak Ayah," kata Ciauw Siang Hoa. "Jangan salah duga, Aku tidak ingin menguasai harta keluarga Ciauw. Tapi jika Ibu melarang kami pergi, aku sangat setuju! Jika sakit hatiku sudah terbalas, pasti aku akan meninggalkan kalian semua!" "Kalau begitu, baik," kata Kho-si. "Biar aku pergi sendiri saja!" "Kau juga jangan pergi, Bu!" kata Ciauw Siang Hoa. "Bu, sudah jangan ribut," kata Ciauw Siauw Yauw pada ibu kandungnya. "Kakak Siang Hoa, aku tidak peduli kau siapa? Tapi kau tetap Kakakku!" Tanpa terasa dua muda-mudi ini menangis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Ibu-mudamu telah menotokmu, kau malah membela dia!" kata ibu kandung Ciauw Siang Yauw. "Bu, kita selama ini hidup rukun. Saat menghadapi musuh seharusnya kita semakin bersatu," kata Ciauw Siang Yauw. Dia rangkul ibu kandungnya dengan mesra. "Ibu menotokku, mungkin dia khawatir aku tidak bisa

melawan musuh," kata Siang Yauw. Mendengar jawaban adiknya. Siang Hoa kaget. Biasanya Siang Yauw kurang cocok dengan ibu keduanya. Tapi kali ini dia bicara begitu di luar dugaannya. Dengan gagah Ciauw Siang Hoa berdiri dan berkata dengan lantang. "Seandainya kita harus mati di sini, biarlah kita mati bersama-sama!" kata Siang Hoa. "Baik, anak Hoa! Jika kita sudah menyelesaikan masalah ini, dan kita tidak binasa, maukah kau pergi dari sini bersamaku?" kata Kho-si. "Mau, Bu," jawab Ciauw Siang Hoa. "Kakak, sejak saat ini aku tidak akan ikut campur urusan keluarga Ciauw. Aku tinggal di sini hanya untuk beberapa hari saja," kata Kho-si pada isteri tua Ciauw Goan Hoa. "Maka jika musuh itu datang, biar aku dan si Hoa yang menghadapinya!" "Hm! Selama ada di sini, kau masih kuanggap keluargaku!" kata Lauw-si. "Musuh setangguh apapun kami tidak takut. Kami tidak akan bersembunyi, tapi akan menghadapinya bersama-sama!" "Terima kasih, Kak," kata Kho-si. Kho-si kembali ke kamar nya sambil menangis sedih. Sesudah itu redalah keributan di antara keluarga. Bu Hiang Kam lagi-lagi mengajukan usul akan minta bantuan ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak!" kata Lauw-si. "Urusan keluarga Lauw tidak perlu bantuan orang lain!" "Orang itu musuhku juga!" kata Kiat Bwee ikut dongkol. "Aku kira mereka datang bukan hanya untuk keluarga Ciauw!" Akhirnya Ciauw Goan Hoa memutuskan. "Baik, kalian boleh tinggal di sini, tapi sebelum musuh datang kalian tidak boleh ke mana-mana!" kata Ciauw Goan Hoa. Dia tidak ingin Bu Hiang Kam pergi minta bantuan pada ayahnya. "Baik," kata Bu Hian Kam. Pintu pagar segera dikunci. Tapi malam itu tidak ada kejadian apa-apa. "Ayah, kenapa kita jadi tegang begini?" kata Ciauw Siang Yauw. "Musuh minta bantuan, tidak mungkin dia bisa segera datang ke mari!" "Jangan rewel, kau tahu apa? Orang she Kiauw itu jago Rimba Hijau, anak buahnya di mana-mana. Siapa tahu dia sudah ada di sekitar kita. Kita harus siaga!" kata ayahnya. Ketika keadaan mulai hening, saat itulah salah seorang penjaga pintu pagar datang melapor.

"Tuan, di luar ada orang yang mengetuk pintu, kata orang itu dia sedang mencari seorang nona bernama Tik Bwee!" kata si penjaga. "Tik Bwee, di sini mana ada nona yang bernama Tik Bwee?" kata Ciauw Goan Hoa. Mendengar pembicaraan ini, Kiat Bwee bersama Liong Thian Hiang keluar. "Akulah Tik Bwee," kata Kiat Bwee alias Tik Bwee. "Siapa yang mencariku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Aku kira, jika kau yang dicari siapa lagi kalau bukan Kiauw Sek Kiang. Aneh, cepat sekali mereka tiba?" kata Ciauw Goan Hoa. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Bab 48

Ciauw Goan Hoa mengira orang yang mencari nona Kiat Bee alias Tik Bwee itu Kiauw Sek Kiang dan konco-konconya. Tetapi penjaga pintu memberi penjelasan. "Mereka bukan orang yang Tuan sebutkan, tapi sepasang muda-mudi yang wajahnya cakap," kata si penjaga pintu. "Mereka tidak mirip orang jahat!" Kebetulan sebelum penjaga ini melapor, dia sempat mengintai tamu itu dari celah pintu pagar rumah. Mendengar keterangan penjaga pintu, Ciauw Goan Hoa sangsi. Dia tahu Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya berusia hampir limapuluh tahun semuanya. Sedang dari keterangan penjaga pintu jelas mereka bukan orang Kiauw Sek Kiang. Yo Kiat Bwee jadi sedikit gelisah. "Orang yang tahu aku bernama Tik Bwee hanya keluarga marga Seng, sedang tamu itu sepasang muda-mudi. Apa barangkali mereka Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian?" pikir Tik Bwee. Saat semua sedang bimbang Ciauw Goan Hoa berkata. "Baiklah, suruh mereka masuk! Aku ingin tahu siapa mereka itu? Beraninya dia datang mencari bahaya di tempatku!" kata Ciauw Goan Hoa. Penjaga pintu segera berlalu akan membukakan pintu. Tak lama masuk seorang pemuda tampan bersama seorang nona cantik yang rambutnya mengenakan pita kupu-kupu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah mengawasi ke sekitarnya, yang wanita berkata

lembut. "Yang mana yang bernama Kak Tik Bwee?" kata si nona. Sedang yang lelaki memberi hormat pada tuan rumah. "Paman, pasti Anda Ciauw Lo-cian-pwee. Maafkan kami mengganggu ketentraman Paman sekalian!" katanya. Tik Bwee tercengang, dia tidak kenal pada dua muda-mudi ini. Tapi sesesudah agak lama dia perhatikan, dia ingat pernah bertemu, tapi entah di mana? "Sebenarnya kalian siapa?" kata Ciauw Goan Hoa. Ciauw Goan Hoa jadi ragu, tapi jika mereka musuh tidak mungkin mereka sesopan itu pikirnya. "Akulah Tik Bwee, tapi siapa kalian? Rasanya aku belum kenal dengan kalian!" kata Tik Bwee. "Aku Ci Giok Phang dari Pek-hoa-kok, dan nona ini bernama Wan Say Eng dari Beng-shia-to!" kata si pemuda. Saat mendengar nama Beng Shia-to disebut-sebut., Tampak Ciauw Goan Hoa girang. "Jadi nona puteri Beng-shia To-cu Wan Ceng (Kim) Liong?" kata Ciauw Goan Hoa. "Benar, Paman. Aku ini puterinya," kata Wan Say Eng. Tik Bwee baru ingat mengapa ia seolah sudah kenal dengan pemuda itu, karena pemuda itu kakak Ci Giok Hian. Wajah Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian memang agak mirip. "Nona Wan, aku memang sudah tahu nama besar ayahmu. Tetapi selama ini kami belum saling mengenal. Lalu mengapa Nona mencariku?" kata Ciauw Goan Hoa. "Oh itu! Begini Paman Ciauw, aku datang untuk mencari Enci Tik Bwee ini!" kata Wan Say Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari mana kau tahu aku ada di sin?" kata Tik Bwee alias Kiat Bwee. "Anak buah Kiauw Sek Kiauw pernah mengacau di sini, bukan?" kata Ci Giok Phang. "Ya, memang begitu," kata Ciauw Goan Hoa. "Dia kabur setelah terluka oleh Nona Yo. Dari mana kau tahu mengenai hal itu?" "Kebetulan kami bertemu dengan orang itu!" kata Giok Phang. Ayah nona Wan berjanji pada Kiong Cauw Bun akan mencari See-bun Souw Ya untuk merebut kitab silat milik keluarga Suang. Maka dengan tidak menunggu sampai luka Ci Giok Phang sembuh dengan seorang diri Wan Kim Liong berangkat ke Tiong-goan. Selang beberapa waktu kemudian, luka Ci Giok Phang pun sembuh. Ketika terkenang kampung halamannya Ci Giok

Phang ingin kembali ke Tiong-goan, Wan Say Eng pun ikut bersama Ci Giok Phang. Sesudah hilang rasa kangennya, Ci Giok Phang yang tahu adiknya Ci Giok Hian pergi ke Kang-lam, lalu berangkat bersama Wan Say Eng untuk mencari adiknya. Suatu hari mereka tiba di daerah Ciauw-yang-kwan. Di tempat ini mereka menyaksikan pemandangan indah di To-hoa-nia. Si tempat itu banyak pohon Toh yang membuat mereka kagum sekali. Ketika mereka sedang menikmati pemandangan indah itu, lewatlah sebuah kereta. Mereka tertarik saat mendengar percakapan orang di atas kereta itu. Sesekali terdengar rintihan kesakitan. Ci Giok Phang dan nona Wan curiga, apalagi suara itu seperti dikenalnya. Rupanya orang itu anak buah Kiauw Sek Kiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Gadis busuk bernama Tik Bwee itu.. Jika tertangkap olehku akan kubeset kulitnya!" kata orang yang merintih itu. "Kau tidak takut pada Seng Cap-si Kouw?" kata kawannya. "Kenapa harus takut? Aku yakin Kiauw Toa-ko pun tidak takut padanya. Apalagi aku dengar gadis sial itu kabur dari tempat Seng Cap-si Kouw, mana berani dia minta bantuan pada Seng Cap-si Kouw?" kata orang yang merintih itu. "Kiauw Toa-ko hanya ingin menahan gadis busuk itu, jadi tidak mudah kau membeset kulitnya," kata kawannya. "Kau benar, budak itu masih ada harganya bagi Kiauw Toako, tapi sebelumnya aku ingin menyiksa gadis itu!" "Itu mudah jika kau mau, apa susahnya?" kata kusir kereta. "Aku tahu cara menyiksanya, jika kau mau akan kuajari!" Mereka bicara seenaknya, karena saat itu tidak menyangka kalau di tepi jalan ada oranp mendengarkan pembicaraan mereka. Saat Kiauw Sek Kiang dan anak buahnya datang ke Bengshiato, saat itu Jiauw ikut rombongan Kiauw Sek Kiang. Kebetulan Ci Giok Phang dan Wan Say Eng pernah bertarung dengannya. Sekalipun wajahnya tidak jelas dalam kegelapan, namun mereka masih mengenali suaranya. Mereka mengetahui nama Tik Bwee dari Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Menurut nona Han saat di tempat Seng Cap-si Kouw, Ci Giok Hian akrab dengan Tik Bwee. Mendengar nama nona Tik disebut-sebut oleh orang itu, Ci Giok Pang dan nona Wan curiga. Mereka pikir jika mengikuti orang she Jiauw, pasti mereka akan menemukan Ci Giok Hian. Wan Say Eng mengambil sebuah batu kecil, alu membidik kaki kuda kereta itu. Kuda yang terkena hajaran batu itu,

berjingkrak kaget karena kesakitan. Kuda itu pun roboh, sedang keretanya terguling karena tak ada keseimbangan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kurangajar! Kalian berani membegalku, apa kalian buta?" kata kusir. Kusir ini mengira mereka dibegal oleh begal biasa. "Orang she Jiauw keluar, kau ikut aku ke Beng-shia-to untuk menghadap Ayahku!" kata Wan Say Eng dengan suara nyaring. Saat dibentak nona Wan, orang she Jiauw itu sedang duduk mendeprok di tanah merasakan sakit yang bukan main. Saat menoleh dan mengenali nona Wan, dia balas memaki. "Hai bocah sial, ternyata kau! Sekalipun aku sudah terluka, aku masih sanggup membereskan kau!" kata orang she Jiauw. Kusir kereta terkejut. "Jadi mereka itu orang dari Beng-shia-to?" katanya. "Ya, nona busuk itu puteri kesayangan Wan Ceng Liong!" jawab Jiauw. "Jangan cemas ayahnya sedang ke utara mencari See-bun Souw Ya, tidak mungkin ada di daerah selatan!" "Hm! Siapa bilang aku takut hanya menghadapi dua bocah ingusan ini?" kata kusir orang she Khu. "Baik, jika kau ingin mampus bersama orang she Jiauw, maju kalian berdua!" kata nona Wan. "Sabar, menghadapi kalian tak perlu terburu-buru. Aku akan mengisap tembakau dulu," kata orang she Khu itu. Dia sedang memegang sebuah cangklong berwarna kehitaman, panjangnya satu meter lebih. Mungkin cangklong itu terbuat dari kayu besi. Sedang ujung cangklong itu bulat sebesar cangkir. Kelihatan dia sedang mengisi tembakau pada cangklongnya. Lalu menyalakan api untuk menyulut tembakau.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak perlu menunggu, mari kita serang meeka!" bisik Wan Say Eng pada Ci Giok Phang. Baru saja nona Wan selesai bicara asap tembakau dari pipa orang she Khu menyambar. Ci giok Phang kaget, dia rasakan kepalanya pening. "Say Eng, awas asap beracun!" Giok Phang memperingatkan. Nona Wan sedikitpun tidak gentar malah tertawa.

"Hm! Hanya asap tembakau mana bisa mencelakakan aku?" kata nona Wan. Dia menyerahkan sebuah pil pada Giok Phang. "Makan pil Phia-sia-tan buatan Ayahku!" kata nona Wan menambahkan. "Tanpa asap in pun aku bisa menangkap kalian," kata si orang she Khu. Dia maju dan menyerang dengan pipa panjangnya yang dijadikan sebagai senjata. Saat itu serangannya tertuju pada Ci Giok Phang. Tapi sekalipun sudah menelan obat dari noan Wan, namun kepala Ci Giok Phang masih terasa pusing. Terpaksa dia menangkis serangan lawan sekenanya. Dia hunus pedangnya untuk menangkis pipa lawan. Orang she Khu itu kaget, ternyata Ci Giok Phang bisa menangkis serangannya. "Adik Eng, kau yang menangkap orang she Jiauw, bangsat ini biar aku yang menghadapinya!" kata Ci Giok Phang. "Baik, hati-hati," kata nona Wan. Sambil menenteng pedang nona Wan menghampiri orang she Jiauw. "Aku tidak akan melukaimu, tapi jawab pertanyaanku jangan bohong!" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi tiba-tiba orang she Jiauw mengeluarkan sepasang gaetannya, sambil bersandar pada kereta yang terguling, dia serang kaki nona Wan. "Bocah, sekalipun terluka aku tidak takut padamu!" kata orang she Jiauw itu. "Sreet!" Nona Wan kaget, hampir saja dia terluka terkena gaetan, untung hanya pakaiannya saja yang kena. "Kau mau mampus, jangan salahkan aku!" kata nona Wan. Nona Wan langsung menyerang hingga terjadi pertarungan seru cukup lama. Jika lawan tidak sedang terluka, nona Wan memang kalah setingkat, tapi sekarang orang she Jiauw itu sedang terluka, maka itu dia bertarung sambil bersandar ke kereta agar bisa berdiri dan tidak bisa bergerak. Akibatnya dia terus diserang oleh nona Wan. Lewat tigapuluh jurus orang she Jiauw mulai terdesak. Ci Giok Phang dan orang she Khu kepandaianya sebanding, saat orang she Khu melihat kawannya terdesak, dia mulai gugup. Akibatnya dia juga terdesak oleh Ci Giok Phang. Saat Ci Giok Phang akan berhasil melukai lawan, dia dengar nona Wan menjerit. Tubuhnya tergelincir ke lereng bukit. Ci Giok Phang yang kaget, membatalkan serangannya. Dia

berlari akan menolongi nona Wan. Tapi saat Ci Giok Phang sampai ke tempat nona Wan jatuh, nona itu sudah bangun lagi. "Lekas tangkap mereka! Sayang mereka sudah kabur!" kata si nona kesal. Cepat orang she Khu ini membopong Jiauw dan mereka kabur. Dengan demikian mereka sulit dikejar lagi. "Eh, bagaimana keadaanmu?" tanya Giok Phang. "Apa kau terluka?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, aku tidak terluka," jawab nona Wan. "Lalu kenapa kau tergelincir?" "Entahlah, akupun tak tahu kenapa?" kata nona Wan. "Padahal dia hampir kukalahkan. Saat akan kutusuk dengan pedangku, mendadak tungkai kakiku kesemutan. Sakit luar biasa! Rasanya seperti disengat lebah. Maka tanpa kusadari aku tergelincir!" Ci Giok Phang kaget, karena dia cemas nona Wan terkena senjata rahasia lawan. Saat nona Wan membuka sepatunya, dia melihat ada titik merah walau sudah tidak sakit lagi. "Aneh," kata Ci Giok Phang, "kejadian ini tidak bisa terjadi karena kebetulan. Pasti ada orang lihay yang menyerangmu, adik Eng!" "Kau benar. Mungkin karena orang itu ingin melindungi keparat itu, dia serang aku. Tapi mungkin karena takut kepada Ayahku, dia tidak berani melukaiku, begitu kan?" kata nona Wan yang cerdas. "Aah sayang mereka lolos," kata Ci Giok Phang. "Jika berhasil kita tangkap akan kutanyai tentang adikku!" "Jika hanya untuk mencari Ci Giok Hian, aku yakin aku juga bisa mencari jejaknya, tidak perlu menanyai mereka!" kata nona Wan Say Eng. "Bagaimana caranya?" "Aku lihat luka orang she Jiauw itu baru, pasti dia diserang orang gagah dan kejadiannya belum lama, ya kan?" kata si nona. "Kau benar, sebab Tik Bwee tidak mungkin bisa melukai orang she Jiauw itu!" kata Giok Phang. "Sepengetahuanku di sekitar tempat ini tinggal pesilat tangguh she Ciauw, namanya Ciauw Goan Hoa!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu nona Tik ada di tempatnya!" kata Giok Phang. Nona Wan mengangguk, kemudian mereka sepakat akan mencari rumah keluarga Ciauw tersebut. Begitu kisah yang disampaikan Ci Giok Phang pada Ciauw Goan Hoa. Mendengar cerita itu tuan rumah pun girang. "Jadi orang she Jiauw itu musuh nona Wan!" kata Goan Hoa. "Tapi kenapa dia juga mengacau di tempatmu?" tanya nona Wan. Ciauw Goan Hoa tidak bersedia berterus-terang, dia hanya bilang perselisahan terjadi karena putera dan nona Tik Bwee. Karena nona Wan tidak ingin bertanya lebih jauh jelas diam saja.Tapi tak lama nona itu berkata lagi. "Mereka pernah mengacau di Beng-shia-to, jika boleh kami bersedia membantu Lo Cian-pwee," kata nona Wan. Secara pribadi Ciauw Goan Hoa memang senang dibantu, karena nona Wan ayanya pun terkenal. Ditambah lagi Ci giok Phang pun tampaknya gagah. Tapi karena identitas isteri keduanya Kho-sie tak ingin diketahui umum, dia jadi raguragu. Saat orang she Ciauw sedang bingung Tik Bwee nyelak ikut bicara. "Ci Kong-cu, kau bilang kalian sengaja datang mencariku, ada masalah apa?" kata Tik Bwee. "Aku dengar adik Giok Hian kenal denganmu, Nona. Aku baru datang dari Beng-shia-to datang ke mari ingin bertanya padamu. Terus terang aku sedang mencari adikku. Aku dengar adikku ke Kang-lam, apa benar?" kata Ci Giok Phang. "Aku hanya seorang budak," kata Tik Bwee alias Yo Kiat Bwee dengan dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona tidak perlu berkata begitu," kata Giok Phang agak kikuk, "dari nona Han Pwee Eng aku dengar Giok Hian banyak mendapat bantuanmu, maka kuucapkan terima kasih padamu." "Aku tidak berani menerima ucapan terima kasihmu," kata Tik Bwee. "Mengenai keberadaan adikmu, memang aku tahu." "Apa Nona bersedia memberitahuku?" "Tentu, malah aku ingin mengucapkan selamat padamu," kata nona Kiat Bwee. "Benar, saat Bun Yat Hoan menikahkan murid kesayangannya, kenapa kau tidak hadir! Padahal kau kakaknya," kata Ciauw Goan Hoa ikut bicara. Bukan main kagetnya Ci Giok Phang saat mendengar adiknya telah menikah dengan Seng Liong Sen.

"Celaka, bagaimana aku bisa menerangkannya pada Kok Siauw Hong?" pikir Ci Giok Phang bingung sekali."Adikku ini aneh sekali, kenapa dia cepat berubah? Padahal pertunangannya dulu dengan Kok Siauw Hong sangat menggegerkan dunia Kang-ouw. Aneh jadi begini? Tapi karena sudah terjadi mau diapakan lagi?" "Maaf, aku tidak mengetahui kejadian itu karena aku berada di Beng-shia-to," kata Giok Phang sesudah hatinya agak tenang. Ciauw Goan Hoa mengawasinya, dia lihat pemuda itu agak gugup. Dia yakin di balik kejadian itu ada sesuatu yang luar biasa. "Jika kau mau mencari adikmu, bagus! Tawaran bantuanmu pun aku terima dengan baik. Tapi jika kau ingin mencari adikmu silakan saja, kami tidak berani menahan kalian di sini!" kata Ciauw Goan Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang yang utama hadapi komplotan Kiauw Sek Kiang dulu, sebab jejak adikku sudah kuketahui. Untuk mencari adikku bisa lain hari saja!" kata Ci Giok Phang. "Oh! Syukurlah kalau begitu, kalian sementara boleh tinggal di tempat kami," kata Ciauw Goan Hoa yang girang bukan kepalang. "Jangan sungkan, kami juga pernah bentrok dengan mereka, mari kita hadapi bersama-sama," kata Giok Phang. Sejak saat itu mereka tinggal di rumah Ciauw Goan Hoa. Suatu hari anak muda itu berkumpul berlatih silat. Masingmasing menunjukkan kepandaiannya. Mereka bergembira. Setelah Bu Siang Kam dan Ciauw Siang Hoa selesai berlatih, dia bertanya pada nona Wan. "Nona Wan, pengalamanmu banyak, bagaimana menurutmu latihan kami tadi?" kata Ciauw Siang Hoa. "Bagus! Ilmu silatmu lihay, Ciauw Toa-ko!" kata nona Wan. "Jika kau bersedia mari kita berlatih bersama!" Secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu, nona Wan menyerang. Hal ini membuat Ciauw Siang Hoa kaget. Kiranya nona Wan menggunakan jurus yang baru dia latih dengan Bu Hiang Kam. Ternyata itu ilmu silat ajaran dari isteri kedua ayah angkatnya. Siang Hoa heran, bagaimana nona Wan bisa menguasai ilmu silat itu dan dari mana dia belajar? Padahal ibu tirinya bilang bahwa itu jurus keluarga sangat rahasia. Jika karena melihat latihan saja, rasanya tidak mungkin secepat itu nona Wan menguasainya? Terpaksa mereka bertanding. Orang heran menyaksikan ilmu silat mereka serupa. "Rupanya ilmu silat Ciauw Siang Hoa sealiran dengan ilmu

Ayah nona Wan. Tapi ayah Siang Hoa kurasa tidak seperguruan dengan mertuaku," pikir Ci Giok Phang. "Mengapa ilmu silat mereka serupa? Aneh?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jadi selama berkumpul bersama Wan Say Eng, belum pernah Ci Giok Phang menyaksikan ilmu silat yang dipakai menyerang Ciauw Siang Hoa. Sekarang dia berpendapat, bahwa ilmu itu ilmu simpanan keluarga Wan dari Beng-shia-to dan tidak diajarkan pada orang lain. Saat itu semua orang asyik menyaksikan pertarungan antara nona Wan dengan Ciauw Siang Hoa, hanya Kiat Bweelah yang mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Tak jauh dari tempat mereka berlatih terlihat sebuah gedung bercat merah, dari jendela rumah itu terhalang oleh pepohonan rindang. Tapi samar-samar Yo Kiat Bwee melihat ada orang sedang mengawasi lewat jendela rumah bercat merah itu ke arah mereka. Kiat Bwee mengenali orang itu Kho-si adanya. "Hm! Ternyata dia lagi!" pikir Kiat Bwee. Tiba-tiba Wan Say Eng menghentikan latihannya, lalu keluar dari gelanggang. "Cukup! Cukup! Rupanya ilmu silat kita tidak berbeda jauh," kata nona Wan. "Ciauw Toa-ko, dari mana kau mempelajari ilmu silatmu itu?" Mendapat pertanyaan itu, Ciauw Siang Hoa kelihatan kaget dan ragu-ragu menjawab pertanyaan itu. Keraguannya itu karena Kho-si mengingatkan agar dia tidak memberi tahu orang dari mana ilmu silat yang dia pelajari. "Nona terlalu memuji, itu hanya ilmu silat biasa saja!" kata Ciauw Siang Hoa. "Tapi jurusmu sama dengan ilmu yang dipakai oleh nona Wan," kata Kiat Bwee. "Jika kau bilang itu ilmu silat biasa, apa kau tidak meremehkan nona Wan?" Sebenarnya tadi Ciauw Siang Hoa sangsi pada jurus yang digunakan nona Wan. Sekarang saat mendengar teguran Kiat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bwee dia tertegun, karena ucapannya tadi membuat dia tidak enak hati pada nona Wan. Ketika itu Ciauw Siang Yauw muncul hendak memanggil Ciauw Siang Hoa. "Siapa yang menyuruhmu memanggilku?"

"Jie-nio," jawab Siang Yauw. "Sekarang Ayah pun berada di kamar Jie-nio. Mereka sepertinya sedang berunding." Saat itu Siang Hoa memang sedang kebingungan mendengar pertanyaan Wan Say Eng tentang ilmu silatnya. Maka itu panggilan adiknya itu dia anggap seolah kebetulan sebagai alasan untuk pergi dari tempat itu. Sesudah pamitan Siang Hoa pun pergi. Sepeninggal Ciauw Siang Hoa, sekarang Siang Yauw yang menemani tamu-tamunya. "Kami sedang berlatih silat," kata Kiat Bwee. "Kau juga harus ikut latihan!" "Baik, asal kau beri aku petunjuk," kata Siang Yauw. "Aku lelah, kau berlatih dengan Liong Cici saja," kata Kiat Bwee. Sesudah saling memberi hormat dan berbasa-basi, Siang Yauw masuk ke gelanggang bersama Liong Thian Hiang. Wan Say Eng memperhatikan latihan mereka dengan cermat. Ternyata ilmu silat Siang Yauw berbeda dengan yang dimainkan oleh Ciauw Siang Hoa. "Heran, kenapa bisa begitu?" bisik Wan Say Eng pada Kiat Bwee. "Mereka bukan saudara kandung kalian, ilmu silat Siang Hoa mungkin bukan dari ayahnya!" kata Kiat Bwee. Sifat Kiat Beee dan Wan Say Eng hampir sama. Semula Kiat Bwee memang hendak membuka rahasia keluarga Ciauw pada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nona Wan, tapi hal itu tida dia lakukan, karena dia pikir untuk sementara dia beritahu saja sekedarnya secara samar-samar. Nona Wan tambah curiga. Dia pikir jangan-jangan nona Ciauw sengaja menyembunyikan ilmu silatnya. "Biar akan kupaksa dia agar dia mau mengeluarkan ilmu silat sejatinya!" pikir nona Wan. "Jika dia bisa ilmu yang digunakan oleh Siang Hoa, maka terpaksa dia harus meladeniku dengan ilmu tersebut untuk melawanku!" Tapi sayang sebelum Siang Yauw dan nona Liong selesai bertanding, Ciauw Goan Hoa muncul. Terpaksa latihan mereka dihentikan. Kelihatan nya Ciauw Goan Hoa gelisah, begitu sampai dia langsung berkata pada Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Sikapnya bersungguh-sungguh. "Kalian sudah beberapa hari tinggal di sini. Barangkali keparat Kiauw Sek Kiang tidak akan berani datang lagi. Mengingat kalian juga punya urusan sendiri, aku kira kalian jangan buang waktu di sini. Lekas cari adik perempuanmu! Buntalan kalian pun sudah kuperintahkan agar anak buahku

menyiapkannya. Silakan kalian berangkat, tapi maaf aku tidak bisa mengantar kepergian kalian!" kata Ciauw Goan Hoa. Tak lama kelihatan pelayan muncul sambil membawa buntalan Ci Giok Phang dan nona Wan. Sikap Ciauw Goan Ho- ini tentu saja membuat nona Ciauw Siang Yauw jadi kurang enak hati. Namun, dia tidak membantah perintah sang ayah. Sedang nona Wan saat dia sudah menerima buntalannya, langsung mengajak Ci Giok Phang pergi. Ciauw Siang Yauw mewakili ayahnya mengantar tamu-tamunya. Dia mengucapkan selamat jalan dengan perasaan berat. Di tengah jalan Ci Giok Phang tak hentinya menggerutu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang tua itu adatnya aneh sekali," kata Giok Phang. "Kenapa tiba-tiba dia mengusir kita? Alasan yang dia sampaikan pun tidak masuk akal!" "Aku kira yang aneh bukan dia, tapi isteri keduanya. Malah aku pikir Kho-si ini orangnya misterius," kata Wan Say Eng. "Tiga hari di sana belum pernah kita bertemu dengan kedua isteri orang tua itu," kata Ci Giok Phang. "Dari mana kau tahu dia aneh dan misterius?" "Menurut bisikan nona Yo, ilmu silat Siang Hoa itu ajaran Kho-si," kata nona Wan. "Benar, aku juga merasa heran. Tadi aku ingin bertanya padamu menge-nai hal itu," kata Ci Giok Phang. "Kenapa ilmu silat dia sama dengan yang kau gunakan? Kau sangsi itu ajaran Kho-si, apakah dia punya hubungan dengan Beng-shiato?" "Mungkin ada," kata nona Wan. "Tapi sekarang aku belum bisa memastikan, biar akan kuselidiki dulu, nanti kau kuberi tahu." "Mengenai apa?" kata Giok Phang. Tapi nona Wan sedang berpikir, maka itu pertanyaan Giok Phang seolah tidak didengarnya, Giok Phang pun tidak menanyakan lagi. "Ci Toa-ko, nanti malam kita kembali ke sana!" kata nona Wan. "Kembali ke mana?" "Sudah tentu ke rumah keluarga Ciauw," jawab nona Wan. "Mereka tidak suka kita berada di sana, mau apa kita kembali ke sana?" kata Giok Phang. "Kita ke sana secara diam-diam." kata nona Wan. "Aku kira cara itu kurang baik," kata Giok Phang.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku akan menyelidiknya supaya jelas, sekalipun harus diam-diam seperti pencuri!" kata nona Wan. Giok Phang mengangguk saja tak membantah, hanya dia sedikit merasa kurang enak hati. Tengah malam diam-diam kedua orang itu kembali lagi, mereka menyusup ke taman belakang rumah keluarga Ciauw. "Akan kuselidiki kamar Kho-si, kau mengawasi di luar," bisik nona Wan. Mengetahui niat kawannya, Giok Phang kaget juga, dia berbisik. "Huss! Ilmu silat Kho-si belum kita ketahui, kau jangan cari penyakit!" bisik Giok Phang. "Jangan cemas, aku membawa Kee-bin-ngo-koh-hoan-hunhiang (Obat bius yang mampu membuat lawan lelap sampai ayam berkokok). Obat bius itu khas buatan Beng-shia-to," bisik Wan Say Eng sambil tersenyum. Tapi karena hatinya tidak tentram, ia mengikuti si nona. Mereka memutari bukit-bukit buatan. Menyelinap di antara semak-semak pohon bunga. Akhirnya mereka berdua sudah berada di bawah rumah berloteng bercat merah. Ketika nona Wan hendak melompat, dia kaget karena dia merasa ada orang yang menyentuh tubuhnya. Dia menoleh, ternyata di belakangnya hanya ada Ci Giok Phang. "Apa tadi kau yang menyentuhku?" tanya si nona. "Tidak!" kata Giok Phang sedikit heran. "Aneh, aku merasa pinggangku ada yang menyentuh hingga ngilu. Aku kira kau yang menyentuhku tanpa sengaja? Tapi..." Nona Wan tidak meneruskan kata-katanya. Dia sedikit terperanjat hingga hampir saja dia menjerit.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia kaget karena pedangnya yang disandang di pinggangnya lenyap entah ke mana? Sedang sarungnya masih tergantung. Menyaksikan hal itu Giok Phang kaget, mulutnya ternganga tidak bisa bicara. Mereka mengawasi ke sekitar taman, mendadak mata mereka terbelalak. Pedang nona Wan kelihatan tertancap di sebuah pohon. Jelas sudah tadi nona Wan telah dicuri pedangnya tanpa dia merasa. Jelas itu perbuatan seorang yang ilmu silatnya lihay luar biasa. Mereka mencoba menenangkan hatinya yang sedikit guncang. "Aku kira orang itu sengaja memperingati kita," kata Ci Giok Phang. "Bagaimana? Apa tidak lebih baik kita tinggalkan saja tempat ini!"

"Dia bisa datang dan pergi tanpa bekas, tak ubahnya bagai setan saja!" pikir nona Wan. "Kepandaian orang itu jelas lebih tinggi dariku. Jika dia mau tadi saja dia bisa mencelakaiku. Barangkali benar orang itu ingin memberi peringatan pada kami. Apa ini perbuatan Ciauw Goan Hoa? Aah, tidak mungkin! Sekalipun Kho-si kurasa ilmunya tidak setinggi orang itu?" Nona Wan menghampiri pedangnya yang tertancap di pohon. Saat mereka sedang sangsi dan mau pergi. Tiba-tiba terdengar suara, pintu gerbang rumah keluarga Ciauw didobrak dari luar hingga terpentang lebar. "Ciauw Goan Hoa, apa kau kira bisa menahanku dengan mengunci pintu rumahmu?" kata Kiauw Sek Kiang. Di belakang orang she Kiauw tampak lima orang berdiri tegap. Mereka terdiri dari Ciong Bu Pa, orang she Jiauw dan orang she Khu, si kusir. Dua yang lainnya tidak dikenal. Tapi mereka pernah bertarung dengan Ci Giok Phang saat di Bengshiato.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus bajingan she Kiauw" kata Ciauw Siang Hoa yang muncul paling dulu. "Aku memang akan mencarimu, tapi sekarang kau malah datang mencari mampus sendiri!" "Diakah yang kau maksudkan?" kata Kiauw Sek Kian pada orang she Jiauw. "Ya, dan seorang budak puteri Yo Tay Ceng!" jawab orang she Jiauw. Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak. "Bagus jika mereka semua ada di sini, aku bisa menghemat tenaga!" kata Kiauw Sek Kiang. "Ciauw Goan Hoa keluarlah kau!" Saat Siang Hoa maju, Kiat Bwee berada di belakang pemuda itu. "Adik Ciauw, mundur saja. Biar ayahmu yang menghadapi mereka," bisik Kiat Bwee. Siang Hoa berpkir lain, tak mungkin ayahnya mau mempedulikan dirinya. Maka dia genggam tangan Kiat Bwee. "Enci Bwee, mari kita maju sekalipun kita harus mati bersama-sama!" kata Ciauw Siang Hoa. Saat keduanya sudah siap akan maju, tiba-tiba ada bayangan melayang dan langsung berada di depan mereka berdua. "Mundur! Biar aku yang menghadapi Kiauw To-cu!" kata Ciauw Goan Hoa. Ciauw Siang Hoa girang, ternyata ayahnya masih peduli padanya. Maka itu dia genggam tangan Kiat Bwee. "Kita turuti keinginan Ayahku!" bisik Ciauw Siang Hoa pada Kiat Bwee. Bu Hian Kam danLiong Thian Hiang sudah langsung keluar.

Mereka berdiri di samping Siang Hoa dan Kiat Bwee. Sesudah memberi hormat Ciauw Goan Hoa berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kiauw To-cu, apa salahku hingga kau datang minta pertanggung-jawabanku?" kata Ciauw Goan Hoa. "Karena kau sudah hidup senang, kau lupa segalanya!" kata Kiauw Sek Kiang. "Tolong kaujelaskan Kiauw To-cu!" "Anakmu itu kau rebut dari Hoan Lo-sam, orang Hui-yangpang, betul tidak?" kata Kiauw Sek Kiang. "Kau benar," kata Goan Hoa. "Hui-yang-pang terlalu liar, sering melakukan penculikan terhadap anak-anak. Ketika itu karena aku seorang pejabat, sudah tentu tidak tinggal diam. Sesudah kuselamatkan anak itu, ternyata tidak bisa kukembalikan pada keluarganya. Maka itu dia kuangkat menjadi anak angkatku!" "Apa kau tak tahu dia anak keluarga Ciok, musuhku?" "Tidak! Aku tidak tahu," jawab Ciauw Goan Hoa. "Tapi baru tahu sekarang pun belum terlambat," kata Kiauw Sek Kiang. "Apa maksudmu?" Kiauw Sek Kiang tertawa. "Goan Hoa kau orang pandai, jangan berlagak bodoh segala! Mari kita bicara blak-blakan. Jika kau mau silakan kau bersikap netral dan serahkan bocah itu padaku! Sebab bagaimanapun dia toh bukan anakmu. Mengapa kau harus membelanya mati-matian? Sedang nona she Yo, anak sahabatku, dia akan kubawa juga! Hanya dua masalah itulah yang aku tuntut. Bagaimana kau setuju atau tidak?" "Aku tidak setuju!" jawab Goan Hoa tegas. Jawaban Ciauw Goan Hoa membuat Kiauw Sek Kiang kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudahkah kau pikirkan akibat dari ucapanmu itu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Jika kau menolak berarti jiwamu dan keluargamu pun sulit untuk diselamatkan!" "Memang dia bukan anak kandungku, tapi hubungan kami sudah dalam. Maka itu daripada ditertawakan orang Kang-ouw lebih baik kita mengadu jiwa!" "Lalu bagaimana dengan nona Yo?" tanya Kiauw Sek Kiang. "Dia calon menantuku, berarti dia keluarga Ciauw juga!

Maka itu tidak mungkin kami serahkan dia padamu!" kata Ciauw Goan Hoa tegas. Sebenarnya belum ada kesepakatan Siang Hoa dan Kiat Bwee akan dinikahkan, ucapan Goan Hoa tadi hanya alasan belaka untuk melindungi Kiat Bwee. Saat itu kedua muda-mudi itu saling menggenggam tangan, karena ucapan itu mereka sedikit malu hingga wajahnya merah. Diam-diam Ci Giok Phang dan nona Wan yang ada di balik bukit buatan itu jadi tersenyum. "Tak kusangka, Paman Ciauw pun bisa mencontoh adik Eng terhadap diriku. Mudah-mudahan mereka seperti kami, mainmain jadi sungguhan!" pikir Ci Giok Phang, Tiba-tiba terdengar Kiauw Sek Kiang tertawa. "Kedua permintaanku semua kau tolak, bagaimana dengan masalah yang ketiga. Jika kau setuju baik mereka akan kutinggalkan!" kata Kiauw Sek Kiang. "Katakan saja!" kata Goan Hoa yang agak ngeri terhadap orang she Kiauw ini. "Aku dengar isteri keduamu orang she Kho, coba kau panggil dia untuk menemuiku, sebab aku mau bicara dengannya," kata Kiauw Sek Kiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Apa maksudmu? Kau ingin menghinaku, bukan?" kata Goan Hoa. "Bagaimana kau ini, anak dan menantumu tak kau serahkan padaku. Sekarang isteri keduamu pun tidak boleh bertemu denganku. Hm! Aku kira isterimu itu sudah tua dan tidak cantik, karena itu dia tidak boleh kutemui?" "Jangan banyak bicara!" bentak Ciauw Goan Hoa. "Baik, terimalah seranganku!" kata Kiauw Sek Kiang. Goan Hoa sudah tahu kelihayan Kiauw Sek kiang. Begitu diserang, dia gunakan ilmu cakar naganya untuk menangkis serangan lawan. Ilmu ini lihay, jurus-jurusnya khusus untuk mencengkram dan menangkap tangan lawan. "Kau memang hebat, tapi menghadapiku kau harus belajar lebih jauh," begitu Kiauw mengejek lawannya. Kiauw Sek Kiang terus melancarkan serangan berbahaya. Sesudah lewat beberapa puluh jurus, sekalipun Ciauw Goan Hoa sudah berusaha sekuat tenaga, dia tetap terdesak. Saat itu Goan Hoa sudah mulai mandi keringat. "Ciauw Toa-ko, mari maju!" kata Kiat Bwee pada Siang Hoa. Tapi sebelum keduanya maju ke tengah kalanga, terdengar suara pukulan keras. Goan Hoa terdorong mundur dua tiga

langkah. Bersamaan dengan itu Kiauw Sek Kiang maju menyerang nona Yo dan Siang Hoa dengan gerakan bagaikan burung elang menyambar seekor kelinci saja. Melihat serangan itu. Liong Thian Hiang dan Bu Hian Kam pun bergerak. Keduanya menyerang Kiauw Sek Kiang pada bagian dadanya. "Hm! Bocah bau kencur, kalian padaku?" kata Kiauw Sek Kiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Trang!" Pedang Bu Hian Kam tersentil oleh jari Kiauw Sek Kiang. Saat baju orang she Kiang dikibaskan, pedang nona Liong terlepas dari tangannya. Saat itu Siang Hoa dan nona Yo maju, Kiauw mengibaskan lengan baju hingga melibat pedang nona Liong, pedang itu menyambar ke arah kedua muda-mudi itu. "Awas!" teriak pemuda she Ciauw. Dia mengangkat goloknya untuk menangkis pedang yang meluncur bagaikan kilat itu. Tapi tenaga Kiauw Sek Kiang lebih kuat, pada saat golok Siang Hoa beradu dengan pedang nona Liong, tangannya kesemutan. Pedang yang ditangkis Siang Hoa berubah ke arah Kiat Bwee. Untung Kiat Bwee segera merunduk hingga pedang lawan lewat di atas kepalanya. "Jangan kau celakakan anakku!" bentak Ciauw Goan Hoa. Dia serang pinggang Kiauw Sek Kiang dengan cengkraman mautnya. Kiauw berhasil mengelak, tapi kedua tangannya dipakai menyerang lawan. Buru-buru Goan Hoa membatalkan serangannya. Kiauw Sek Kiang tertawa. "Sekali pun kau undang Bu Yan Cun, aku tidak takut!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kalian hanya bocah-bocah ingusan!" Kiauw Sek Kiang dengan sekali serang berhasil mengetahui asal-usul ilmu pedang Bu Hian Kam. "To-cu, jangan buang tenaga. Biar aku yang menangkap bocah-bocah ini!" kata Ciong Bu Pa. Sebagai tangan kanan Kiauw Sek Kiang, kepandaian Ciong Bu Pa tidak boleh dipandang enteng. Tenaganya sangat kuat, senjatanya yang berbentuk boneka tembaga beratnya mencapai 50 kati. Ketika golok Siang Hoa dan pedang Kiat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bwee bentrok, terdengar suara nyaring dibarengi dengan letikan lelatu api. Kedua muda-mudi itu kesakitan. Liong Thian Hiang buru-buru menjemput pedang yang tadi terlepas dari tangannya. Tak lama Bu Hian Kam pun maju mengeroyok Ciong Bu Pa. Dengan demikian Ciong Bu Pa dikeroyok empat muda-mudi. Sedangkan Ciauw Goan Hoa didesak oleh Kiauw Sek Kiang hingga seolah sulit bernapas. Saat keadaan demikian menegangkan tiba-tiba terdengar suara ketukan tongkat ke tanah. Tak lama isteri Goan Hoa Lauw-si muncul sambil memegang tongkat berkepala naga. "Nona Liong, Bu Kong-cu silakan kalian mundur! Ini urusan keluarga Ciauw, kalian orang luar tidak perlu ikut campur urusan kami," kata Lauw-si. Sambil berdiri tegak dan mengangkat tongkat berkepala naga, Lauw-si menunjuk dengan tongkatnya ke arah Kiauw Sek Kiang. "Hm! Sungguh beraninya kau menghina keluarga Ciauw!" kata Lauw-si. "Siapa kau? Isteri tua atau isteri muda Goan Hoa?" tanya Kiauw Sek Kiang. "Tutup mulutmu, bangsat! Terimalah seranganku ini!" kata Lauw-si dengan gusar. Tongkat berkepala naga itu langsung menyambar ke kepala Kiauw Sek Kiang, tapi orang she Kiauw segera menyambut serangan itu tak kalah hebatnya. Namun, tangkisan Kiauw Sek Kiang tidak mampu menggempur tongkat lawan. Dia ulangi serangannya, kali ini dia berhasil membuat tongkat kepala naga itu miring ke samping. Kiauw Sek Kiang terperanjat, dia tahu kepandaian istri Goan Hoa tidak berada di bawah kepandaian suaminya. Jika kedua suami-isteri itu maju bersama, dia pasti akan terdesak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"To-cu, minggir! Serahkan nenek ini padaku!" kata Ciong Bu Pa. Bu Pa maju menyerang Lauw-si, dengan demikian Kiauw Sek Kiang jadi tidak terdesak lagi. Tiba-tiba dia tertawa mengejek. "Aku minta isteri mudamu yang maju, malah kau suruh isteri tuamu yang keluar!" kata Kiauw Sek Kiang. Pertarungan antara Bu Pa dan Lauw-si kelihatan seimbang. Mereka saling serang dengan hebat. Empat anak buah Kiauw Sek Kiang tak tinggal diam, mereka pun ikut maju untuk bertempur. "Bibi Ciauw, masalah sudah jadi begini! Aku tak tahan

membiarkan mereka merajalela di sini!" kata Bu Hian Kam. Tak lama anak muda itu bersama nona Liong maju membantu keluarga Ciauw bertarung melawan musuh. Lauw-si yang berhadapan dengan Ciong Bu Pa pun kaget, ternyata Bu Pa tak boleh dipandang ringan. Maka itu melihat muda-mudi itu membantu, dia diam saja. Menyaksikan pertarungan semakin hebat, Ci Giok Phang dan Wan Say Eng pun muncul. "Harap kami tidak dianggap ikut campur urusan orang lain, penjahat-penjahat ini juga musuh Beng-shia-to!" teriak Wan Say Eng. Menyaksikan bermunculannya orang-orang gagah, Kiauw Sek Kiang sedikit kaget. Tapi tak lama dia pun tertawa. "Jadi kalian belum mampus? Kali ini kalian tidak akan mendapat bantuan dari Beng-shia To-cu dan Hok-hong To-cu! Jangan salahkan aku karena kalian cari mati sendiri!" kata Kiauw Sek Kiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang she Jiauw dan Khu yang dulu jadi kusir, matanya terbelalak merah saat melihat nona Wan dan Ci Giok Phang muncul. "To-cu serahkan kedua manusia busuk ini pada kami!" kata orang she Jiauw. Wan Say Eng tertawa. "Kalian pandai berlari cepat, entah siapa yang menolong kalian?" kata nona Wan mengejek. "Karena aku terluka, jangan kau kira aku takut padamu!" kata orang she Jiauw. Dia putar sepasang gaetannya menyerang nona Wan. Sedang orang she Khu dengan senjata cangklongnya maju menyerang Ci Giok Phang. "Sekarang kau sehat, bagaimana jika kau kalah lagi olehku?" ejek nona Wan. "Jangan melamun, tak mungkin aku kalah olehmu!" kata si orang she Jiauw. "Baiklah, jika kau kalah kau harus berlutut di hadapanku, bagaimana?" kata nona Wan. Orang she Jiauw ini dongkol bukan main. Dia berteriakteriak karena jengkelnya. Dia tak sadar kalau saat itu dia terjebak oleh akal nona Wan. Sedangkan Nona Wan sadar kalau dia bukan tandingan orang she Jiauw, sengaja mengejek agar konsentrasi orang itu buyar. Karena dulu luka orang she Jiauw itu tidak parah, sekarang dia sudah sehat. Lukanya di bagian lutut terasa agak

mengganggu juga. Nona Wan cerdas dan tahu kelemahan lawan, maka itu dia selalu mengarah ke lutut lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika diukur kepandaian nona Wan bukan tandingan orang she Jiauw ini, tapi dalam gin-kang bisa dikatakan nona Wan sangat lihay, hingga dengan kecepatan serangan nona ini, orang she Jiauw itu akhirnya agak kewalahan juga. Lain lagi dengan Ci Giok Phang, di antara jago-jago muda yang sedang bertarung, dia bisa dikatakan yang tertinggi ilmu silatnya. Maka tak heran jika Ci Giok Phang mampu mengimbangi kepandaian orang she Khu itu. Cangklong orang she Khu sangat berbahaya, sebab bisa dipakai menotok jalan darah, maupun menyemburkan asap berbisa. Di depan ketuanya orang she Khu tak ingin menggunakan asap berbisa. Itu sebabnya saat menghadapi Ci giok Phang yang lihay, serangan-serangannya bisa dipunahkan oleh pemuda she Ci itu. Tak heran sesudah bertarung cukup lama akhirnya dia terdesak. Ketika itu Ciong Bu Pa sedang menghadapi Lauw-si, sedangkan Goan Hoa dalam keadaan terdesak, tidak mampu membalas serangan Kiauw Sek Kiang. Karena Ci Giok Phang dan Wan Say Eng menghadapi dua jago paling kuat, maka Bu Hian Kam, nona Liong, Kiat Bwee dan Ciauw Siang Hoa jadi lega dan mampu mengatasi lawan-lawannya. "Segera siapkan Liok-hap-tin, kepung semua tanpa kecuali!" teriak Kiauw Sek Kiang pada anak buahnya. Sambil berkata dia desak Ciauw Goan Hoa hingga dia terdesak ke tengah kalangan. Lauw-si pun didesak oleh Ciong Bu Pa ke tengah kalangan. Tak lama Kiauw Sek Kiang berhasil memaksa lawan terkepung di tengah kalangan pertempuran. Kerja-sama yang dijalin oleh barisan Liok-hap-tin cukup ampuh. Dengan demikian tenaga dan serangan mereka bertambah dua tiga kali lipat.Keluarga Ciauw yang terkepung tidak berdaya, hanya Ci Giok Phang sendiri yang masih bertahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Serang dari kiri! Serang dari kanan!" begitu Wan Say Eng memberi komando pada kawan-kawannya. Ci Giok Phang cerdas, dia segera mengerti apa maunya nona Wan. Maka itu dia serang orang she Khu seperti anjuran nona Wan. Mau tak mau orang she Khu ini harus mundur dari

serangan Ci Giok Phang dan nona Wan. Nyaris orang she Khu ini binasa jika Kiauw Sek Kiang tak keburu menolong dengan kibasan lengan bajunya. Bahkan kibasan ini membuat pedang Giok Phang dan nona Wan jadi salah sasaran. Karena orang she Khu ini memang bukan anggota Liok-hap-tin dia jadi kurang paham tin tersebut. Nona Wan segera mengetahui kelemahan lawannya ini. Ditambah lagi nona Wan pun pernah menyaksikan barisan itu saat di Beng-shia-to tempo hari. Dugaan nona Wan ternyata benar, serangan Giok Phang tadi berhasil membuyarkan barisan itu. Keberhasilan ini tak berlangsung lama, karena Kiauw Sek Kiang segera mampu menutup kelemahannya itu. "Hm! Aku ingin tahu berapa lama kalian bisa bertahan?" kata Kiauw Sek Kiang. "Maju! Serang!" Tak lama barisan itu sudah mulai mengepung lagi. Makin lama kepungan itu semakin mengecil karena tak mampu menahan serangan barisan Kiauw Sek Kiang. Saat keadaan semakin kritis, terdengar dengusan seorang perempuan. "Hm! Kiauw Sek Kiang, bukankah kedatanganmu untuk mencariku? Baik aku akan berurusan denganmu, keluarga Ciauw tidak ada sangkut pautnya!" kata Kho-sie. "Kho Siauw Hong, sudah 20 tahun aku mencarimu. Ternyata benar kau bersembunyi di rumah keluarga Ciauw!" kata Kiauw Sek Kiang. "Sungguh sayang, kau seumpama setangkai bunga yang tertanam di atas tahi kerbau. Martabatmu rendah, maka itu kau mau jadi gundik Ciauw Goan Hoa!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan ngaco, hai manusia busuk!" kata Ciauw Goan Hoa. Tanpa pikir panjang Goan Hoa maju menyerang Kiauw Sek Kiang.Tap dengan gesit Kiauw Sek Kiang merangkapkan kedua telapak tangannya. Tangan Ciauw Goan Hoa terjepit di antara kedua tangan Kiauw Sek Kiang. Saat itu pun meluncur pedang Ci Giok Phang ke arah iga Kiauw Sek Kiang. Melihat ada serangan. Kiauw Sek Kiang membatalkan serangan pada Ciauw Goan Hoa.Ini sebuah gerakan untuk menyelamatkan diri dari Kiauw Sek Kiang. Tanganya yang sebelah lagi dia pakai untuk menyerang Ci Giok Phang. Tangan yang lain ia pakai mendorong tubuh Goan Hoa. hingga Goan Hoa terdorong mundur. Tiba-tiba tangannya bergerak ke belakang untuk menyentil pedang Ci Giok Phang yang meluncur deras. Bantuan Ci Giok Phang membuat tangan Goan Hoa selamat dari jepitan lawan, walau Goan Hoa tetap terluka. Maka itu dia berteriak pada Kho-si.

"Siauw Hong, lekas pergi ke rumah keluarga Bu, kau harus minta bantuan pada mereka!" kata Ciauw Goan Hoa. Dia sadar sekalipun bertambah bantuan, Ciauw tak yakin akan menang. Tapi Goan Hoa berharap Kho-si bisa mencari bantuan pada Bu Yang Cun. Namun nasihat suaminya tak dihiraukannya. Malah Kho-si terus menerjang maju. Saat itu Kho-si berhasil masuk ke tengah kepungan, karena memang disengaja oleh Kiauw Sek Kiang agar Kho-si pun terjebak dalam kepungannya. Dengan rambut tergerai Kho-si yang bersenjata golok tipis, menerjang secara hebat pada Kiauw Sek Kiang. "Kiauw Sek Kiang, mari kita adakan perhitungan, ini tak ada kaitannya dengan keluarga Ciauw, karena dia bukan musuhmu!" kata Kho-si. Kiauw Sek Kiang tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau kira aku tak tahu?" ejek Kiauw Sek Kiang. "Puteramu ini she Ciok, bukan she Ciauw! Dia anak Ciok It Biauw, sedang calon menantumu puteri Yo Tay Ceng! Jadi mana mungkin tak ada hubungannya denganku? Kau memang cerdik, kau atur siasat melindungi puteramu kau berharap bisa menguasai gambar itu, kan?" Ciauw Siang Hoa sekarang sudah tahu ayahnya she Ciok, tapi dia tak tahu bagaimana ayahnya bermusuhan dengan Kiauw Sek Kiang. Sekarang sesudah mendengar percakapan Kho-si dan orang she Kiang, dia berpikir, "Kho-si pasti kenalan ayahku dan ada hubungannya dengan masalah yang terjadi sekarang?" "Aku sudah menikah dengan Kho-si selama 20 tahun, tapi kenapa selama itu dia merahasiakan sesuatu padaku. Sekarang entah apa maksudnya gambar pusaka itu?" pikir Ciauw Goan Hoa. Tiba-tiba Lauw-si menggabrukkan tongkat kepala naganya. "Siauw Hong, kau sudah jadi isteri suamiku. Itu berarti kau sudah jadi keluarga Ciauw. Mengapa kau tadi bilang akan membuat keputusan sendiri?" kata Lauw-si. Sementara itu kepungan musuh bertambah ketat. Saat lauw-si bergerak akan membantu Kho-si, dia dihalangi oleh Ciong Bu Pa. "Kho Siauw Hong, katakan putusan apa yang akan kau ambil?" kata Kiauw Sek Kiang. "Jika ada kau tidak ada aku, sebaliknya jika aku ada maka kau harus tiada! Itu putusanku!" kata Kho-si sambil menyerang hebat. "Ilmu silatmu maju pesat! Tapi mengadu jiwa denganku,

selisihnya masih jauh," kata Kiauw Sek Kiang. "Begitu rapinya kau bersembunyi, maka aku yakin gambar itu sudah ada di tanganmu. Serahkan padaku, barangkali dengan demikian aku bisa mengampuni anakmu dan keluarga Ciauw!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak mau diampuni olehmu!" kata Ciauw Goan Hoa. "Gambar itu tidak ada dan kau hanya bisa memperoleh jiwaku ini!" kata Kho-si alias Kho Siauw Hong. Kiauw Sek Kiang tertawa menghina. "Tak kusangka kau mau jadi istri si tua bangka, malah kau pun memintakan ampun untuknya. Tapi menyesal aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Tutup mulutmu bedebah!" kata Ciauw Goan Hoa gusar bukan main. Kiauw Sek Kiang tertawa mengejek. "Kau mau adu jiwa denganku?" kata Sek Kiang. "Baik, tapi tunggu sampai aku selesai mengus perempuan hina ini, baru kau kuhadapi!" Tak lama barisan Liok-hap-tin bergerak melakukan pengepungan lebih ketat. Gerakan ini membuat Goan Hoa dan Kho-si terpisah. Ciauw Goan Hoa yang tangannya terluka tak mampu membuka kepungan lawan semakin ketat. Sementara itu Khosi yang gusar bukan main maju melabrak Kiauw Sek Kiang. Kiauw Sek Kiang berkali-kali coba mencengkram Kho-si, namun selalu gagal. Malah dia heran menyaksikan Kho-si mampu menggunakan jurus-jurus pulau Beng-shia. Dia semakin kaget ketika melihat serangan Kho-si yang hebat sekali. Apalagi serangan itu ditujukan ke perut lawan. Tibatiba Kiauw Sek Kiang jadi kaget, ikat pinggangnya terbabat putus oleh golok Liu-yap-to milik Kho-si. Karena Kho-si tidak mengenal barisan lawan, saat dia akan mengulangi serangannya, posisi Kiauw Sek Kiang sudah diganti orang lain. "Trang!" Golok Kho-si berbalik malah hampir melukai dirinya. Dia kaget bukan kepalang. Menyaksikan adegan itu Wan Say Eng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdecak kagum. Kho-si menggunakan golok Liu-yap-to, tapi jurus yang digunakannya Ngo-heng-kiam-hoat. "Aah, aku ingat pasti dia Su-ci (Kakak sepeguruan) yang belum pernah bertemu denganku?" pikir Wan Say Eng.

Dia ingat ayahnya pernah mengatakan, bahwa dia punya seorang kakak seperguruan. Ketika itu Goan Hoa yang terus terdesak mulai kepayahan. Tiba-tiba dia muntah darah. Dia berjalan limbung. Ciauw Siang Yauw dan Ciauw Siang Hoa segera melihatnya. Mereka coba mendekati ayah mereka. Tapi mereka tetap tidak mampu menembus kepungan lawan. Sekalipun sudah lama mengepung lawan, Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawan belum berhasil mengalahkan lawan mereka. Dia tahu di antara lawan hanya Wan Say Eng yang tahu rahasia barisannya. Maka itu sesekali dia sengaja menyerang nona Wan dengan hebat agar konsentrasi si nona kacau. Sekalipun dibantu oleh Kho-si yang serangannya cukup berarti, namun mereka hanya mampu bertahan saja.Dalam keadaan kritis terdengar suara benturan kecil. Ternyata tusuk kundai nona Wan terserang Poan-koan-pit (Senjata mirip alat tulis Tionghoa) yang Iihay. Ci Giok Phang yang melihat kejadian itu kaget. Dia segera memburu ke arah nona Wan. Tetapi di luar dugaan Ci Giok Phang, orang she Khu menyerang dia dari belakang dengan pipa cangklongnya ke arah kepala. Dulu orang she Khu dikalahkan Ci Giok Phang di Beng-shiato. Maka kali ini untuk membalas dendam dia mengerahkan tenaga penuh saat menyerang Giok Phang. Ci Giok Phang yang khawatir kekasihnya terluka, tanpa pikir lagi ia hendak menolonginya. Dia tak sadar bahaya mengancam dirinya. Tapi untung tiba-tiba terdengar suara nyaring.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tring!" Entah dari mana datangnya, sepotong batu menyambar dan berhasil mengenai gagang poan-koan-pit orang she Khu itu. Tanpa terasa tangan orang she Khu kesemutan dan ngilu, senjatanya terlepas tak mampu dia cegah. "Siapa kau? Beraninya kau menyerangku secara gelap!" kata orang she Khu. Tiba-tiba muncul seorang perempuan berpakian hitam, usianya diperkirakan baru 59 tahun. Dia memegang tongkat bambu hijau. Tapi entah kapan dia sudah ada di tempat itu? "Aku yang menyerangmu!" kata perempuan berbaju hitam itu. "Dulu aku pernah menyelamatkan jiwamu, sekarang aku menolong Ci Kong-cu, bukankah itu adil?" Dulu di tengah jalan ketika orang she Khu dan kawankawan bertemu Ci Giok Phang dan nona Wan, mereka tak akan lolos dari tangan muda-mudi ini. Pada saat yang kritis,

entah dari mana sebuah jarum kecil telah menusuk kaki nona Wan. Dengan demikian orang she Khu dan Jiauw selamat. Rupanya perempuan inilah yang menyelamatkan mereka. "Siapa kau?" bentak orang she Khu. "Kau mau membantu siapa?" "Aku tidak ada di pihak mana pun," kata wanita berbaju hitam itu. "Tapi dalam masalah ini aku harus ikut campur. Kiauw Sek Kiang, tarik barisan anak-anakmu dari sini. Kelak aku akan mencarimu! Anak buahmu tidak kenal aku, tapi aku kira kau tahu siapa aku?" Mendengar teguran itu, Kiauw Sek Kiang melengak. Dia tahu ilmu silat wanita itu lihay. Belum tentu dia dan kawankawannya mampu melawan. Sebenarnya dia tidak tahu siapa wanita itu. Tampak Kiauw Sek Kiang cemas dan ragu. Ciong Bu Pa yang berangasan gusar dan membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai perempuan iblis, kau bisa apa? Kau anggap barisan kami mainan anak-anak. Tapi apa kau berani masuk ke dalam barisan kami ini?" kata Ciong Bu Pa. "Kenapa aku takut? Malah di mataku barisanmu ini tidak ada artinya sama-sekali!" kata perempuan berbaju hitam itu. Begitu kata-katanya selesai, wanita itu sudah melesat masuk ke dalam barisan. Dua orang anak buah Kiauw Sek Kiang yang menghadangnya, tak mampu menghalangi gerakan wanita itu. Bajunya pun tidak tersentuh. Bu Pa langsung mengayunkan senjatanya. Dia menjyerang kepala wanita itu. "Minggir!" kata wanita berbaju hitam. Serangan Bu Pa ditangkis dengan tongkat bambu hijaunya, tak lama terdengar suara benturan nyaring. Tangkisan wanita ini membuat senjata Ciong Bu Pa berubah arah, malah mengenai senjata dua kawan Ciong Bu Pa. Golok dan pedang kedua orang itu terpental ke atas. Ciong Bu Pa kaget bukan kepalang. Selain Ciong Bu Pa Kiat Bwee pun terperanjat menyaksikan munculnya wanita berbaju hitam itu. Tanpa terasa pedangnya jatuh. "Prang!" Melihat wajah Kiat Bwee pucat dan kelihatan gugup, nona Liong Thian Hiang kaget, dia menghampiri Kiat Bwee. "Ada apa Enci Kiat Bwee, apa yang datang ini...." Ucapan Liong Thian Hiang belum tuntas, terdengar suara Kiauw Sek Kiang. "Ooh, jadi kau ini Seng Cap-si Kouw? Sudah lama aku mendengar namamu yang terkenal!" kata Kiauw Sek Kiang. "Ternyata matamu tidak buta!" ejek Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mohon bertanya, apa maksud kedatangan Seng Li-hiap ke mari? Menurut perasaanku seperti kata pepatah, "air sungai tidak pernah mengganggu air sumur" bukan?" kata Kiauw Sek kiang merendah. "Dulu memang begitu, tapi sekarang kau yang melanggarnya," kata Seng Cap-si Kouw. "Jelas Tik Bwee pelayanku, tapi terang-terangan kau ingin menculiknya!" "Baik, kau boleh bawa budakmu itu! Aku berjanji selanjutnya aku tidak akan mengganggunya," kata Kiauw Sek Kiang. Tiba-tiba Kiauw Sek Kiang ingat sesuatu lalu berkata lagi. "Masalah ini bukan urusanmu, kau sendiri bilang kau tidak memihak. Bagaimana jika kita anggap masalah ini sebagai usaha bersama?" kata Kiauw Sek Kiang. "Aku memang ingin bicara denganmu, tapi sekarang silakan pergi. Biar aku yang akan mencari kalian!" kata Seng Cap-si Kouw. Ciong Bu Pa kurang senang dia akan membisiki kakak angkatnya agar menolak keinginan Seng Cap-si Kouw itu. Tapi Kiauw Sek Kiang bertindak lain. "Baiklah," kata Sek Kiang. "Terima kasih atas penghargaan Seng Li-hiap padaku. Mari saudara-saudara kita pergi!" Barisan Kiauw Sek Kiang dibubarkan, ketika itu Siang Hoa gusar. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Dalam kesunyian tiba-tiba Seng Cap-si Kouw memecahkan kesunyian. "Tik Bwee, apa kau masih menganggap aku sebagai majikanmu atau bukan?" kata Seng Cap-si Kouw. "Mohon ampun, Majikan, karena aku kabur dari tempatmu," kata Kiat Bwee alias Ti Bwee. "Soal itu sudah kuanggap selesai!" kata Seng Cap-si Kouw. "Yang aku tanyakan, kenapa kau mencederai keponakanku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semula aku dilahirkan di tengah sebuah keluarga baikbaik, tapi aku diculik oleh penjahat dan dijual dijadikan seorang budak," kata Kiat Bwee tegas. "Memang akulah yang mencederai keponakanmu. Sekarang terserah apa maumu?" "Beraninya kau, ayo ikut aku!" kata Seng Li-hiap. Tapi Ciauw Siang Hoa bersama Siang Yauw dan Liong Thian Hiang mencoba menghalanginya. "Kalian mau merintangiku?" kata Seng Cap-si Kouw bengis.

"Ayah nona Yo seorang jago dunia persilatan, mohon ampuni dia," kata Ciauw Siang Hoa. "Malah keponakanmu Seng Siauw-hiap bilang, dia sudah tidak menganggap Tik Bwee sebagai budak lagi," kata Liong Thian Hiang. "Sejak dulu aku sudah tahu dia puteri Yo Tay Ceng," kata Seng Cap-si Kouw, "jika aku tidak tahu masakan aku sebaik itu terhadapnya? Tapi sayang dia melupakan kebaikanku, maka itu dia harus diberi pelajaran. Lekas minggir! Tik Bwee ayo ikut aku!" Tapi anak-anak muda itu tidak ingin membiarkan Tik Bwee dibawa oleh Seng Cap-si Kouw, mereka mencoba melindunginya. "Hm! Jadi kalian ingin memusuhiku?" kata Seng Cap-si Kouw. "Tunggu!" kata Ciauw Goan Hoa dengan mulut masih berdarah. "Hai Ciauw Goan Hoa, sebaiknya kau yang menghadapi aku. Aku tidak sudi menghadapi segala bocah itu. Ayo maju, apa kau menunggu aku menghajarmu?" kata Seng Cap-si Kouw. Saat Seng Cap-si Kouw mengangkat tongkat bambunya, tiba-tiba terdengar suara tawa yang memekakkan telinga. Seng Cap-si Kouw yang mendengar suara tawa itu pun ikut kaget. Di turunkannya tongkat bambu yang tadi sudah dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

angkat itu. Tak lama kelihatan seorang pelajar masuk ke taman. Sambil mengibas-ngibaskan kipasnya pelajar itu berkata dingin. "Jadi inilah Seng Li-hiap, Seng Yu Ih yang 20 tahun yang lalu menggemparkan kalangan Kang-ouw? Kata pepatah mengatakan : Daripada mendengar lebih baik melihat orangnya. Ternyata bagiku lain, mendengar malah lebih baik daripada melihat orangnya!" kata pelajar itu. "Oh, jadi kau ini Siauw Auw Kan-kun Hoa Kok Han, bukan?" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau benar," kata Hoa Kok Han. "Kau dipanggil Li-hiap, tapi menyusahkan seorang gadis, apa itu tak merusak nama baikmu?" "Duapuluh tahun yang lalu Seng Yu Ih sudah meninggal, jadi tak ada sangkut-pautnya denganku," kata Seng Cap-si Kouw. "Dia budakku, kau jangan ikut campur!" "Kau mencari budakmu, tapi aku mencarimu!" kata Hoa Kok Han. "Bagus, mau apa kau mencariku?" kata Seng Cap-si Kouw sambil mengangkat tongkatnya.

"Aku mencarimu bukan untuk berkelahi, tapi hanya untuk menanyakan khabar tentang seseorang!" kata Hoa Kok Han. "Siapa?" tanya Seng Cap-si Kouw. "Han Lo-eng-hiong, Han Tay Hiong!" kata Hoa Kok Han. "Aku mendapat khabar beliau sedang berobat di tempatmu. Kami pernah mencari ke rumahmu, di sana kami tidak menemukan beliau. Di mana sekarang beliau berada?" Ketika ada orang yang melihat Seng Cap-si Kouw berada di Kang-lam, Han Pwee Eng yang mendengar khabar ini segera minta bantuan Han Kok Han untuk mencari jejak ayahnya itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari Seng Cap-si Kouw. Kebetulan Hoa Kok Han berada di Kang-lam. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

BAB 49

Sudah menjadi kebiasaan Seng Cap-si Kouw, bila ada orang yang menyinggung tentang pribadinya, dia akan gusar bukan kepa-lang. Apalagi jika ada yang mengungkit-ngungkit urusan pribadinya dengan Han Tay Hiong. Wajahnya tiba-tiba berubah merah, mungkin dia malu. Tiba-tiba dia menjadi gusar bukan kepalang. "Hm! Ada sangkut-paut apa denganmu. Kenapa kau ikut campur urusan orang lain?" kata Seng Cap-si Kouw dengan bengis. Siauw-auw-kan-kun Hoa Kok Han tertawa. "Memang masalah itu tak ada kaitannya denganku, tapi puteri Han Lo-cian-pwee Han Pwee Eng ingin mencari ayahnya. Dia minta tolong aku menemuimu untuk menanyakan keadaan ayahnya!" kata Hoa Kok Han sabar. "Mana dia ! Suruh dia menghadap padaku sendiri!" kata Seng Cap-si Kouw. "Dia ada di Kim-kee-leng," kata Hoa Kok Han. "Hm! Tidak! Sekalipun aku tahu di mana orang itu, tapi tidak akan aku katakan padamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kalau begitu aku juga tidak akan memaksa padamu," kata Hoa Kok Han tetap sabar. "Silakan kau pergi, tapi hanya kau yang boleh pergi!" Ketika itu Seng Capsi Kouw ingin mengajak Tik Bwee pergi. Mendengar ucapan Hoa Kok Han dia jadi merandek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa maumu?" kata Seng Cap-si Kouw.

Hoa Kok Han asyik mengipas tubuhnya dengan kipas di tangannya. Tapi sikapnya menghalangi Cap-si Kouw membawa nona Yo. "Nona ini sahabat kami, bukan budakmu lagi. Maka itu dia tidak boleh pergi dari sini!" kata Hoa Kok Han. "Hm! Selama ini tidak ada yang berani menantangku, sekalipun kau terkenal aku tidak takut padamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Sebagai orang gagah kau ingin menghina seorang yang lemah, terhitung apa sebenarnya dirimu?" kata Hoa Kok Han agak menghina. "Tutup mulutmu! Aku tak punya waktu bicara panjang-lebar denganmu. Aku tidak pernah mengaku sebagai pendekar! Jika kau ingin membela budak itu, silakan saja itu hakmu! Tapi syaratnya asal kau mampu mengalahkan aku!" kata Seng Capsi Kouw. Dulu Hoa Kok Han ini angkuh, tapi sesudah menikah dengan Hong-lay-moli sifat angkuhnya hilang sendiri. Ucapan Seng Cap-si Kouw tadi dia anggap tantangan. Maka itu dia jadi kurang senang. "Baik, kau tidak bersedia diajak baik-baik, bagus. Tahukah kau aku ini biang yang senang menghadapi orang yang keras kepala sepertimu!" Hoa Kok Han segera bersiap. Seng Cap-si Kouw pun tak tinggal diam. Tiba-tiba dia menyerang dengan tongkat bambu hijaunya ke arah Hoa Kok Han. Serangannya hebat sulit diduga. "Hm! Sayang ilmu tongkatmu itu tidak seberapa!" kata Hoa Kok Han sambil tersenyum. Serangan tongkat lawan dia tangkis dengan kipas di tangannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Breet! Taak!" Menyaksikan tongkat bambunya tertangkis, Seng Cap-si Kouw terperanjat juga. "Memang pantas mengapa Siauw-auw-kan-kun Hoa Kok Han, Bu-lim-thian-kiauw dan Hong-lay-mo-li disebut tiga jago Kang-ouw!" pikir Seng Cap-si Kouw. Seng Cap-si Kouw melihat Hoa Kok Han menangkis serangannya dengan gerakan sangat sederhana, tapi sebenarnya serangan itu menggunakan jurus lihay luar biasa. Sesudah berhasil menangkis serangan lawan, Hoa Kok Han sendiri terkejut. "Dulu dia diberi gelar "Bidadari Bertangan Ganas". Kiranya itu bukan omong kosong!' pikir Hoa Kok Han. Pertarungan segera berlangsung, kedua jago ini

mengeluarkan kepandaiannya masing-masing. Saat Seng Capsi Kouw menyerang dengan ganas, Hoa Kok Han menangkis serangan itu dengan kipasnya. Hoa Kok Han memperhatikan setiap serangan lawan dengan cermat. Tiba-tiba kipas Hoa Kok Han terbuka. Sekalipun kipas Hoa Kok Han seolah dari bahan kertas, namun tongkat Seng Cap-si Kouw tidak mampu tembus, apalagi merobeknya. "Dia lihay," pikir Seng Cap-si Kouw. "Serangan maupun tangkisannya luar biasa. Jika aku tinggalkan dia sekarang, mau di taruh di mana mukaku?" pikir Seng Cap-si Kouw. Sekalipun dia sudah menduga tak akan tahan lama, namun karena Seng Cap-si Kouw ini angkuh, ditambah dia juga malu jika dia langsung kabur, maka sebisanya dia coba bertahan. Tiba-tiba Hoa Kok Han tertawa. Tongkat bambu Seng capsi Kouw ditahan oleh kipasnya. Secepat kilat tongkat itu berhasil dirampas oleh Hoa Kok Han. Seng Cap-si Kouw terperanjat. Tak lama terdengar Hoa Kok Han berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ternyata tongkatmu tidak berharga, maka sekarang kukembalikan padamu!" kata Hoa Kok Han. Saat tongkatnya terampas Seng Cap-si Kouw melompat mundur. Saat tongkat dilemparkan oleh Hoa Kok Han, Seng Cap-si Kouw tidak berani menyambut begitu saja. Tapi dia sengaja menunduk, dan membiarkan tongkat bambu itu melayang keluar dari pagar tembok. Tongkat bambu Seng Cap-si Kouw sebenarnya benda luar biasa dari pegunungan Kun-lun. Bambu itu alot luar biasa, bahkan bisa keras bagaikan baja. Untuk mendapatkan tongkat itu Seng Cap-si Kouw harus bersusah payah. Sekarang tongkat itu terlempar keluar pagar. Dengan tidak memikirkan rasa malu dia melompat akan mengambil tongkatnya itu. Hoa Kok Han tertawa. "Si Iblis perempuan sangat angkuh, maka itu aku memberinya pelajaran." kata Hoa Kok Han. Ciauw Goan Hoa memberi hormat dan menghaturkan terima kasih pada Ciauw Goan Hoa. Kemudian Hoa Kok Han memberi sebutir pil buatan Siauw-lim-si untuk mengobati luka Ciauw Goan Hoa. Nona Kiat maju, dia memberi hormat. "Hoa Tay-hiap, terima kasih. Tapi aku belum kenal dengan orang-orang yang ada di Kim-kee-leng...." Kata Kiat Bwee. "Di sana ada temanmu, masa kau lupa!" kata Hoa Kok Han. "Siapa temanku itu?" "Nona Han Pwee Eng, dulu dia menerima banyak bantuanmu. Apa kau sudah lupa?" kata Hoa Kok Han.

"Mana mungkin aku melupakan dia, tapi derajat dia denganku berbeda," kata Tik Bwe. "Aku malu bertemu dengannya." "Aku dengar ayahmu bernama Yo Tay Ceng, bukan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Apa Tay-hiap kenal pada Ayahku?" "Tidak! Saat aku berkelana di kalangan Kang-ouw, ayahmu sudah meninggalkan kalangan Kang-ouw. Tapi ayah nona Han sahabat ayahmu!" kata Hoa Kok Han. "Benarkah begitu? Terus-terang aku tidak tahu siapa saja teman-teman Ayahku," kata Tik Bwee. "Semula nona Han pun tidak tahu jelas mengenai ayahmu. Tapi dari kenalannya di Kim-kee-leng, baru hal itu diketahuinya. Ketika aku diminta bantuan mencari tahu ayah nona Han, akupun sekalian mencari tahu tentang kau." kata Hoa Kok Han. "Aku anak yatim-piatu, entah bagaimana aku mengucapkan terima kasih pada Hoa Tay-hiap dan nona Han?" kata Kiat Bwee. "Nona Han memikirkan nasibmu, jika kau mau sebaiknya kau ke Kim-kee-leng saja! Di sana kau bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baik ayahmu," kata Hoa Kok Han. "Terima kasih atas saran Hoa Tay-hiap, hanya aku minta waktu dua sampai tiga hari lagi baru aku ke sana," kata Kiat Bwee. "Begitupun baik," kata Hoa Kok Han. Tapi saat Hoa Kok Han saat bicara dengan Kiat Bwee, matanya terus ditujukan ke arah Ciauw Siang Hoa umtuk mengetahui ada hubungan apa antara nona Kiat dengan Siang Hoa. "Memang sebaiknya kau tidak tergesa-gesa," kata Hoa Kok Han akhirnya. "Kalian berunding saja dulu!" "Jika nona Han ada di Kim-kee-leng berarti Kok Siauw Hong pun ada di sana, bukan?" kata Ci Giok Phang. "Ya, Kok Siauw Hong datang bersama nona Han. Tapi Siauw Hong mendapat tugas ke Kang-lam untuk mencari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kontak dengan para pejuang di Kang-lam. Saat ini pasti Siauw Hong sudah ada di daerah selatan. Sekarang dengan nona Han dia telah berbaikan lagi. Jika ayah nona Han sudah bisa ditemukan, mungkin pernikahan mereka akan segera

berlangsung. Tentang masa lalunya sudah lewat, jadi kau jangan memikirkannya lagi!" kata Hoa Kok Han. Mendengar kabar itu Ci Giok Phang girang. "Bagus, entah di mana Kok Siauw Hong sekarang? Aku ingin segera menemuinya!" kata Ci Giok Phang. "Kau selanjutnya mau ke mana?" kata Hoa Kok Han. "Aku pikir sebaiknya aku ke Lim-an akan mencari Bun Tayhiap," kata pemuda she Ci ini. Dia berkata akan menemui Bun Yat Hoan, tapi maksud sebenarnya dia akan mencari Ci Giok Hian karena belum yakin adik perempuannya itu sudah menikah dengan akhli waris Bun Yat Hoan. "Aku juga sudah lama tidak bertemu dengan Bun Tay-hiap, bagaimana jika kita pergi bersama-sama saja?" kata Hoa Kok Han. Ciauw Goan Hoa sudah langsung minum obat pemberian Hoa Kok Han. Dia bersama Lauw-si sudah masuk ke rumah. Orang yang masih menemani tamu hanya tinggal Ciauw Siang Yauw, Kho-si dan Ciauw Goan Hoa saja. "Jauh-jauh kau datang, apa kau tidak mau istirahat dulu dua tiga hari di sini," kata Kho-si. Dari wajah Kho-si ada yang ingin dia katakan, tapi dia kelihatan ragu. "Apa tadi kau bertarung dengan perempuan iblis itu?" tanya Hoa Kok Han. "Tidak," jawab Kho-si.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bibi Kho, coba kau tarik napas, apakah di bagian igamu terasa sakit atau tidak?" Kiat Bwee tiba-tiba berkata. "Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?" kata Kho-si yang memang sejak tadi merasakan iganya sakit. Semula dia memang akan minta tolong pada Hoa Kok Han. "Kau terkena racun Majikanku, Bi!" kata Kiat Bwee. Kho-si terperanjat juga Hoa Kok Han. "Betapa lihaynya iblis itu, sulit mencari tandingannya. Bagaimana dia meracuni orang sampai aku tak tahu?" kata Hoa Kok Han. Kiat Bwee pengikut Seng Cap-si Kouw, tentu saja dia juga mahir ilmu racun. Sesudah Kho-si agak tenang dia bertanya pada Kiat Bwee. "Racun apa yang dipakai melukaiku, Nona Yo? Masih tertolongkah aku?" kata Kho-si agak cemas. Kiat Bwee berpikir beberapa saat. "Bibi terkena racun ulat emas," kata Kiat Bwee. Memang bisa diobati, namun aku tidak tahu caranya. Biasanya racun

bekerja sesudah lewat beberapa bulan, tapi bisa jadi hanya dalam beberapa hari ini!" "Sungguh kejam iblis itu, padahal aku tidak bermusuhan dengannya!" kata Kho-si. "Apa maksudnya dia mencelakai aku?" Kiat Bwee heran dan kaget. Seharusnya Seng Cap-si Kouw membalas dendam kepadanya karena Seng Liong Sen diracun olehnya, tapi sekarang yang terkena getahnya justru Kho-si. Hoa Kok Han memberi sebutir Pek-leng-tan, pil dari bunga teratai salju dari gunung Thian. Untung obat itu bisa sedikit mengurangi penderitaan Kho-si.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kho-si sadar untuk memusnahkan racun di tubuhnya harus orang yang meracun dirinya. Tapi dia mengucapkan terima kasih atas pemberian obat dari Hoa Kok Han yang baik hati itu. "Mati dan hidup sudah takdir Tuhan!" kata Kho-si. Siang Hoa dan Siang Yauw membawa sang ibu ke kamarnya. "Siang Yauw, kau jaga ayahmu!" kata Kho-si. Siang Yauw minta maaf pada Hoa Kok Han akan membawa ibunya masuk. Ketika itu Hoa Kok Han sudah akan berangkat, tapi dia merasa tidak enak hati. Maka itu dia terpaksa menunggu di ruang tamu ditemani Kiat Bwee dan Ci Giok Phang serta yang lainnya. Tak lama Siang Hoa muncul. "Nona Wan dan nona Yo, ibu ingin bertemu dengan kalian. Mari ikut aku!" kata Siang Hoa. Wan Say Eng sudah mengira apa yang akan dikatakan ibu Siang Hoa kepadanya. Hanya Kiat Bwee yang keheranan, apa maunya wanita itu. Setelah ada di kamar Kho-si, Siang Hoa akan meninggalkan kamar ibunya. "Jangan pergi, kau boleh tetap di sini! Karena pembicaraanku ini ada kaitannya dengan kalian bertiga!" kata Kho-si. Siang Hoa tak jadi pergi. Ibunya lalu menggapai ke arah nona Wan. "Nona Wan, apakah kau punya Su-pek bernama Khu Kong?" kata Kho-si. "Ya, Su-pek sudah meninggal," jawab nona Wan. "Katanya sebelum aku lahir!" "Bukankah kau juga punya Su-ci, apakah itu kau ketahui?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayah pernah bilang begitu," kata nona Wan. "Kata Ayah Su-pek punya murid wanita yang sangat disayang. Tapi entah kenapa murid Su-pek itu kabur." kata nona Wan. "Akulah Su-cimu!" kata Kho-si. "Aku menyesal atas kejadian dulu itu!" "Jadi kau Su-ciku, dugaanku ternyata benar," pikir nona Wan. "Kata Ayah sebelum meninggal, Su-pek masih memikirkan keadaan Su-ci. Tapi entah kenapa dia kabur?" Tiba-tiba Kho-si menarik napas panjang. "Kejadian itu jika diceritakan sangat panjang, harus dimulai seratus tahun yang lalu...." kata Kho-si. "Aaah, seratus tahun yang lalu. Cerita Ibu mundurnya sangat jauh," pikir Siang Hoa. Melihat Siang Hoa bingung, Kho-si memulai ceritanya. "Seratus tahun yang lalu, Kerajaan Song belum pindah ke Selatan. Ibu kota kerajaan masih berada di Peng-lia.ng. Saat tentara Kim menyerang dan merebut ibukota Peng-liang, kaisar Wie dan Im tertawan musuh. Maka itu Kerajaan Song pindah ke Selatan." kata Kho-si memulai ceritanya. "Saat musuh menduduki ibukota, salah seorang keberi pengurus kas kerajaan, dengan menghadapi bahaya berhasil mengambil beberapa benda pusaka yang tidak ternilai harganya. Tetapi di antara benda itu, sebuah lukisan bernama "Hiat To Tong Jin", atau lukisan hiat-to di tubuh manusia yang paling berharga." "Aku sudah mendengar cerita itu dari Ayahku," kata nona Wan. ."Lukisan itu bukan pusaka ketabiban, tapi lukisan peta tubuh yang sangat langka di dunia persilatan. Katanya sesudah Peng-liang jatuh, orang Kim telah membawa lukisan itu ke negaranya. Namun, karena tidak ada teks yang menjelaskannya, maka itu mereka mengumpulkan jago silat dan tabib ternama untuk mengungkap rahasia lukisan itu. Tetapi hasilnya tidak memuaskan."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa kau pernah mempelajari ilmu totok dari lukisan itu atau tidak?" tanya Kho-si. "Tidak! Karena patung aslinya ada di istana Kerajaan Song, bagaimana aku bisa mempelajarinya, sedang Ayah juga tidak tahu tentang peta tubuh manusia itu!" kata nona Wan. "Benarkah?" kata Kho-si. Tiba-tiba jari Kho-si menyentil hingga pinggang nona Wan

terasa kesemutan. Untung saat nona Wan menggeliat, Kiat Bwee segera memeganginya hingga nona Wan tidak sampai jatuh. "Apa yang kau lakukan pada nona Wan, Bu?" kata Siang Hoa. "Ternyata benar kau tidak pernah mempelajarinya," kata Kho-si. "Kalau kau pernah belajar, pasti kau tidak akan tertotok tadi." kata Kho-si yang lalu menepuk nona Wan untuk membebaskan totokannya. "Mengapa kau uji aku, Su-ci?" kata nona Wan. "Semula aku kira lukisan itu ada pada ayahmu," kata sucinya. "Bagaimana bisa ada di tangan Ayahku?" "Sesudah Guruku meninggal dunia, lukisan itu diserahkan pada su-te (adik seperguruannya), itu adalah ayahmu!" kata Kho-si. "Tadi kau bilang lukisan itu dicuri oleh seorang thay-kam? Kenapa bisa berada di tangan Su-pek? Jika ada di tangan Supek, kau murid kesayangan Su-pek, pasti lukisan itu diberikan padamu!" kata nona Wan. "Saat itu aku sangsi, apa benar lukisan itu ada di tangan Suhu? Dugaanku ternyata salah." "Kenapa kau sangsi?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sabar pasti akan kuceritakan," kata Kho-si. "Tadi aku bilang lukisan itu dicuri oleh thay-kam istana, aku yakin kalian juga mencurigai thay-kam itu, bukan?" "Ya, thay-kam itu seorang kepercayaan dan pemegang uang kas. Dia orang kepercayaan negara, tapi saat negara jatuh ke tangan musuh, dia mencuri pusaka istana. Sungguh jahat orang itu!" kata nona Wan. "Ternyata kau salah duga terhadapnya," kata Kho-si. "Thay-kam itu justru seorang patriot yang cinta negara dan junjungannya," kata Kho-si. "Kalau begitu dia ambil barang-barang itu bukan untuk kekayaan pribadi, melainkan dia tidak ingin benda itu diambil oleh musuh," kata Siang Hoa. "Benar," kata Kho-si. "Sebenarnya thay-kam ini seorangjago persilatan. Semula diajuga ingin mempelajari peta tubuh itu. Maka itu dia rela dikeberi dan menjadi thay-kam di istana. Saat Kerajaan Songjatuh. Dengan menghadapi bahaya, dia curi lukisan itu. Namun ternyata lukisan itu sulit dipahami. Maka itu dia tidak jadi mempelajarinya. Malah dia bilang, dia tidak menginginkan peta tubuh manusia itu. Dia akan menyerahkan peta itu pada kaisar yang baru." "Ternyata hati thay-kam itu mulia, bagaimana selanjutnya?"

kata Siang Hoa. Nona Wan keheranan bagaimana Kho-si bisa tahu begitu banyak masalah itu. Melihat nona Wan keheranan Kho-si melanjutkan ceritanya. "Pasti kalian ingin tahu, siapa thay-kam itu, bukan? Dia adalah adik kakekku, nama thay-kam itu Kho Siauw. Dia sudah berumur 70 tahun. Barangkali kalian pernah mendengar namanya?" kata Kho-si. "Aku mengerti." kata nona Wan. "Kemudian ke mana lukisan itu sekarang?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sesudah berhasil mencuri pusaka itu, adik kakekku tidak bisa keluar dari istana," kata Kho-si. "Lalu Kerajaan Song pindah ke Selatan. Sedang dorna Cin Kwee (dorna yang mencelakakan Panglima Gak Hui dengan fitnahnya), memegang kekuasaan. Maka adik kakek berpikir, jika pusaka itu dikirim ke Lim-an, dia khawatir pusaka itu akan jatuh ke tangan Cin Kwee. Maka dia tunggu sampai Cin Kwee meninggal, baru benda pusaka itu akan diserahkannya." "Pembesar yang korup dan jahat, rasanya tidak akan ada habisnya," kata Siang Hoa. "Coba saja bayangkan, sesudah Cin Kwee mati, muncul yang lain, sesudah orang she Su mati, sekarang ada Han To Yu. Bukankah karena tekanan dari Han To Yu Ayah mengundurkan diri?" "Usia siok-couw semakin lanjut, tapi Cin Kwee tidak matimati!" kata Kho-si melanjutkan ceritanya. "Ketika beliau sakit, dia memanggil keponakan lelakinya dan menceritakan tentang benda pusaka itu. Sebelumnya keonakannya diminta bersumpah, bahwa dia bersedia menyerahkan benda pusaka itu pada kerajaan. Dia dilarang memiliki benda-benda itu. Tahukah kalian siapa keponakan Siok-couw itu, dia adakah Ayahku!" "Luar biasa! Ternyata keluarga Su-ci semua patriot negara," kata nona Wan. Ucapan itu membuat wajah Kho-si merah. "Jika aku menceritakan tentang Ayahku, perbuatannya sungguh memalukan. Karena Ayahku itu bukan seorang patriot! Aku sendiri juga bukan orang baik." kata Kho-si. Kata-kata Kho-si sungguh di luar dugaan nona Wan maupun Kiat Bwee dan Siang Hoa. Keadaan kamar jadi sunyi karena semuanya jadi serba salah. "Seseorang yang menyadari kesalahannya dan mau mengubah kelakuannya, itu perbuatan yang terpuji!" kata

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nona Wan memecah kebuntuan."Lalu ke mana benda pusaka itu sekarang?" "Ayahku berniat memiliki benda itu," kata Kho-si. "Tetapi keinginan Ayahku tidak terkabul." "Kenapa?" tanya nona Wan. "Karena khawatir Ayahku tidak akan mampu melaksanakan tugas itu, maka Siok-couw kemudian mencari seorang pembantu untuk Ayahku. Orang itu ayah nona Yo!" kata Khosi. "Kenapa Ayahku yang dipilih?" kata Kiat Bwee. "Waktu itu ayahmu seorang piauw-su di sebuah Piauw-kiok terkenal di Peng-liang. Ayahmu berbudi luhur, jujur dan ksatria. Usia ayahmu dan Siok-couwku berbeda jauh, tapi dia percaya pada ayahmu. Ayahku lalu diminta mengundang ayahmu, baru benda pusaka itu diserahkan pada Yo Tay Ceng dengan disaksikan oleh Ayahku!" kata Kho-si. Sekarang jelas keterlibatan Yo Tay Ceng dalam masalah ini. Kelihatannya Siang Hoa gelisah. Dia ingat tentang apa yang dibicarakan Kho-si dengan Kiauw Sek Kiang tadi. Rupanya ayahnya terlibat dalam masalah ini. "Apa hubungan masalah ini dengan Ayahku?" tanya Siang Hoa. "Sekarang akan kuceritakan tentang ayahmu, Siang Hoa," kata Kho-si. "Apa Ayahku juga seorang piauw-su?" tanya Siang Hoa. "Bukan, ayahmu seorang pendekar pengembara," kata Kho-si. "Dia sahabat karib Yo Tay Ceng!" "Ayahku minta bantuan ayah Siang Hoa untuk mengantarkan benda pusaka itu?" kata Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, kau cerdas," kata Kho-si. "Ayah Siang Hoa bernama Ciok Leng, ayahku bernama Kho Kiat. Maksud Yo Tay Ceng akan minta bantuan Ciok Leng, ternyata tidak disetujui oleh Kho Kiat. Tetapi karena lukisan itu ada di tangan Yo Tay Ceng, terpaksa Kho Kiat setuju saja. Tapi Ayahku punya rencana lain." "Rencana apa?" tanya Kiat Bwee. "Dia ingin memiliki benda-benda pusaka itu," kata Kho-si tanpa ragu-ragu. "Karena Ayahku berpkir sendirian tidak mungkin melaksanakan niatnya, maka dia pun mencari teman."

"Siapa?" tanya Siang Hoa. "Kiauw Sek Kiang!" kata Kho-si. "Kenapa bukan orang lain, malah Kiauw Sek Kiang yang dia minta bantuannya?" kata Siang Hoa. "Memang dia keliru mencari teman, malah mengundang bencana baginya," kata Kho-si. "Ayahku mungkin menganggap tak ada orang yang bisa dipercaya selain Kiauw Sek Kiang, sebab Kiauw Sek Kiang itu Su-hengnya." kata Kho-si. "Oh begitu!" kata Kiat Bwee hampir berbareng dengan Siang Hoa. "Sesudah adik kakekku menyerahkan kotak benda pusaka pada YoTay Ceng, akhirnya Siok-couw meninggal," kata Khosi. "Selang lima tahun Yo Tay Ceng mendengar khabar Cih Kwee, si perdana menteri dorna itu mati. Di kerajaan Song Selatan muncul seorang patriot bernama Khu Un Bun. Dia pikir sudah sampai saatnya dia harus menyerahkan benda pusaka itu. Segera Yo Tay Ceng menutup piauw-kioknya dan berangkat ke Selatan bersama Kho Kiat dan Ciok Leng sambil membawa benda pusaka itu. Mereka akan menyerahkan benda itu pada kaisar lewat Khu Un Bun. Yo Tay Ceng dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciong Leng tidak sadar kalau Kho Kiat sudah membuat rencana dengan Kiauw Sek Kiang. Sedangkan Kiauw Sek Kiang sangat menginginkan benda pusaka itu. Selain harganya tidak ternilai, benda itu merupakan beda yang diinginkan oleh para jago persilatan, berikut benda berharga lainnya. Namun, karena khawatir tidak akan mampu mengalahkan Yo tay Ceng dan Ciok Leng, Kiauw Sek Kiang mengatur siasat keji. Dia minta Kho Kiat meracuni keduajago itu dengan racun yang tak berwarna dan berbau. Khasiat obat itu hanya mampu bertahan 12 jam untuk melemahkan lawan. Diam-diam Kho Kiat mencampur minuman dengan obat itu, dia juga ikut minum agar menghilangkan kecurigaan Yo Tay Ceng maupun Ciok Leng. Mereka sudah membuat rencana akan melaksanakan siasat keji itu di tempat yang berbahaya esok harinya." "Kalau begitu, benda pusaka itu ada di tangan Kiauw Sek Kiang, kenapa dari nada bicaranya dia tidak dapat apa-apa?" kata Siang Hoa. "Karena yang gagah ada lagi yang lebih gagah, sekalipun siasat mereka bagus, tapi ada orang lain yang mengerjai mereka!" kata Kho-si. "Siapa orang yang ikut dalam muslihat yang mereka jalankan itu?" kata Kiat Bwee. "Sampai sekarang aku juga tak

tahu. Ayahku mencurigai Khu Kong, paman guru nona Wan!" kata Kho-si. "Kenapa dia yang dicurigai?" kata nona Wan. "Baik, tapi akan kuceritakan dulu kejadian malam itu," kata Kho-si. "Sesudah obat bius dicampur dalam air minum itu diminum. Semuanya tertidur. Lewat tengah malam, muncul orang bertopeng ke kamar mereka. Kho Kiat mengira orang bertopeng itu Kiauw Sek Kiang, su-hengnya. Tapi dia heran karena sang su-heng datang lebih cepat dari perjanjian. Untuk menghilangkan kecurigaan Yo Tay Ceng dan Ciok Leng, dia berteriak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maling! Maling!" kata Kho Kiat pura-pura. Kemudian Kho Kiat berpura-pura bertarung dengan orang bertopeng itu, diajuga akan berpura-pura terluka dan mengalah. Kho Kiat tidak menyangka kalau orang bertopeng itu menyerang dia dengan sungguh-sungguh. Malah memukulnya dengan hebat. Dengan demikian, Kho Kiat pun terpukul tak sanggup bangun. Yo Tay Ceng dan Ciok Leng bangun dan bertarung dengan orang bertopeng itu. Karena tenaga mereka berkurang, Yo Tay Ceng dan Ciok Leng pun tertotok oleh orang bertopeng itu. Sesudah itu dengan cepat orang bertopng itu membawa kabur kota benda pusaka itu." "Oh, tak diduga," kata Siang Hoa. Kiat Bwee pun ikut heran. "Memang semua itu di luar dugaan," kata Kho-si. "Mereka juga heran mengapa dengan mudah mereka dikalahkan orang bertopeng itu. Lama-lama Ayahku sadar bahwa orang bertopeng itu bukan su-hengnya. Tapi karena tidak jelas, dia mengira itu perbuatan su-hengnya. Di antara mereka bertiga, hanya Ayahku yang tidak tertotok. Kho Kiat akan membebaskan totokkan kawan-kawannya, tapi saat melihat wajah kedua kawannya, Ayahku jadi sangsi..." "Kenapa?" tanya Kiat Bwee. "Wajah kedua kawannya tampak gusar dan penasaran. Tapi karena tertotok mereka tak bisa bicara. Tapi dari wajahnya Ayahku tahu kalau dua kawannya mencurigai dia yang memasukkan racun ke dalam minuman mereka. Karena Ayahku tahu dia bersalah, ditambah lagi dia ingin tahu masalah itu. maka ditinggalkannya Yo Tay Ceng dan Ciok Leng begitu saja, karena Ayahku akan mencari Kiauw Sek Kiang." kata Kho-si. "Untung saat itu dia tidak membunuh Ayahku dan ayah Siang Hoa," pikir Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat wajah Kiat Bwee dia bisa menerka apa yang dipikirkan nona itu. "Sejahat apapun Ayahku, dia tidak sejahat Kiauw Sek Kiang." kata Kho-si. "Sejak kejadian itu pikiran Ayahku tersiksa sendiri. Dan sejak saat itu pula dia tidak pernah bertemu lagi dengan ayah kalian!" "Bagaimana dengan Kiauw Sek Kiang?" kata Kiat Bwee. "Karena sudah berjanji akan bertemu di suatu tempat, dia menemui Kiauw Sek Kiang. Tapi Kiauw Sek Kiang heran karena Ayahku tidak membawa benda pusaka itu. Sedang Ayahku curiga kalau Kiauw Sek Kiang sedang bersandiwara. Dia tanya apa orang yang bertopeng bukan Kaiuw Sek Kiang. Ketika dijawab bukan, Kho Kiat mengisahkan kejadian yang dialaminya. Kiauw Sek Kiang heran dan tak percaya. Dia siksa Ayahku hingga kepayahan, tapi karena memang bukan Ayahku pelaku pencurian benda itu, dia tidak mengaku. Sesudah yakin tidak akan berhasil, Kiauw Sek Kiang meninggalkan Ayahku yang luka-parah. 'Kau kuampuni demi pusaka itu, jika kau masih berkeras tak mau menyerahkan lukisan itu, maka kau akan kusiksa lebih berat lag.' kata Kiauw Sek Kiang mengancam, sebelum dia pergi." "Jahat sekali dia, padahal yang dia siksa su-tenya," kata Ciauw Siang Hoa. "Menyedihkan keadaan Ayahku waktu itu," melanjutkan Kho-si. "Ketika itu aku baru berumur sepuluh tahun, ayah hanya semalam di rumah, esoknya dia kabur sambil membawaku. Dia takut dicari oleh su-hengnya, juga takut pada Yo Tay Ceng dan Ciok Leng. Kami bersembunyi di sebuah dusun sampai luka Ayahku sembuh. Aku ingat pada usia sepuluh tahun itu. Ayahku memanggilku. Ayah berkata, 'Nak, aku menyesal karena serakah menginginkan lukisan itu, maka jadi begini. Tapi mati di tangan Kiauw Sek Kiang aku tidak rela!" kata Ayah. Aku mengangguk dan berjanji akan membalas dendam pada musuh Ayahku. Sambil tersenyum dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkata, 'Bagus! Tapi Ayahpun tak mampu melawan Kiauw Sek Kiang, bagaimana kau?' kata ayahku. Tapi aku berjanji pada Ayahku akan mencari guru yang pandai. Aku yakin ada orang yang lebih gagah dari Kiauw Sek Kiang. 'Guru yang pandai pasti ada," kata ayahku. 'Tapi sulit

mencarinya. Tetapi adajalan yang singkat..." Aku tanyakan pada Ayah bagaimana. "Cari lukisan itu, jika kau bisa mempelajarinya, tak ada orang yang mampu menandingimu,* kata ayah. 'Jangan lupa cari juga orang bertopeng itu. Sekalipun dia tidak sejahat Kiauw Sek Kiang, dia tetap musuhku!' Lalu kubilang pada Ayahku, barangkali lukisan itu pembawa sial. Tetapi Ayahku teguh pada pendiriannya, bahkan sampai mati dia tetap penasaran kalau tak mendapatkan benda itu. Terpaksa aku berjanji akan memenuhi keinginan Ayahku. Tiba-tiba Ayahku bilang, "Dulu aku tak tahu siapa dia, tapi sekarang aku sudah tahu.'Aku bertanya, "siapa orang itu?" Kho-si menghentikan ceritanya karena dia harus minum. Semua yang mendengar ingin tahu lanjutan ceritanya. "Kemudian Ayahku membuka bajunya, di bagian perutnya terdapat tanda telapak tangan berwarna ungu." Kata Kho-si. "Sekarang aku mengerti," kata nona Wan. "Kenapa ayah Suci mengira yang melukainya adalah Khu-su-pek!" "Ya," kata Kho-si. "Menurut Ayahku, luka itu disebabkan pukulan Tok-liong-ciang yang dilatih oleh Khu Kong." "Aku kira Su-ci salah, ada lagi pukulan yang berciri mirip itu!" kata nona Wan. "Pukulan apa?" tanya Kho-si. "Cit-sat-ciang milik Kiong Cauw Bun," kata nona Wan. "Aku dengar pukulan itu berbeda luka Tok-liong-ciang berwarna ungu, dan luka Cit-sat-ciang katanya berwarna hitam," kata Kho-si.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, tapi warna hitam itu baru timbul sesudah selama setengah tahun," kata nona Wan. "Jika dalam tiga bulan korban itu mati, warna bekas pukulan itu akan berwarna ungu kemudian baru hitam. Apa kau tak memperhatikannya?" kata nona Wan. "Aku lupa, waktu itu aku masih kecil, mana berani aku memeriksa bekas luka Ayahku? Aku dengar Kiong Cauw Bun pernah bertanding dengan ayahmu dan dia kalah satu jurus. Dan aku dengar Cauw Bun baru berhasil sesudah dibantu oleh ayahmu, begitu bukan?" "Benar," kata nona Wan. "Dulu Ayahku dan dia bersahabat, tapi sekarang mereka bermusuhan." "Jika dia punya lukisan itu, aku pikir tak mungkin dia bisa dikalahkan oleh ayahmu," kata Kho-si. Dari ucapannya dia masih sangsi kalau orang bertopeng itu adalah Khu Kong, paman guru Wan Say Eng. "Sekarang kau jangan pedulikan, siapa orang bertopeng

itu," kata nona Wan. "Jika ayahmu mencurigai Khu Su-pek, maka Ayahmu menyuruh kau berguru pada Khu Su-pek, bukan? Tapi aku heran, mengapa Su-pek mau menerimamu?" Khu Kong tinggal di Coa-to (Pulau Ular), pulau ini berada di bagian utara ratusan li dari Beng-shia-to. Nona Wan pun belum pernah ke sana. Ayahnya pernah beberapa kali ke sana. Ketika Kok Siauw Hong berguru pada Khu Kong, dia tidak pernah cerita kalau Khu Kong punya murid. "Jika aku jelaskan, pasti kalian tidak percaya," kata Kho-si. "Kiauw Sek Kiang yang membantuku hingga aku diterima oleh Paman gurumu." "Heran?" kata nona Wan. "Orang she Kiauw itu musuh besar kita, masa kau berani minta bantuannya? Setahuku Khu Su-pek dan Ayahku bermusuhan dengan Kiauw Sek Kiang. Bagaimana kau bilang dia yang membantumu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku juga sangsi saat Ayahku merencanakan hal itu," kata Kho-si. "Tapi Ayah bilang,jika kau bertekad menuntut balas, caranya dengan pura-pura bekerja sama dengan musuh. Dengan demikian kau bisa mencuri benda pusaka itu. Jika kau bekerja-sama dengan Kiauw sampai gambar itu diperoleh, jangan kau serahkan gambar itu kepadanya. Baru kau bisa membalas dendamku." "Aku heran, mengapa keduajago itu bisa kau kelabui?" kata nona Wan. "Setelah Ayahku meninggal, beliau meninggalkan sebuah suat wasiat, isinya agar aku menemui Kiauw Sek Kiang. Dalam surat Ayahku memohon pada Kiauw Sek Kiang agar dia mau mengajari ilmu silat kaum sendiri. Jika dia mau Ayahku berjanji akan memberinya upah yang berharga." kata Kho-si. "Pasti lukisan pusaka itu," kata nona Wan. "Ayahmu cerdas, dengan iming-iming lukisan itu tentu Kiauw Sek Kiang akan bersedia membantumu!" "Benar, Kiauw Sek Kiang tertarik, dia bilang dia dan Ayahku itu saudara seperguruan, sekalipun mereka ribut berebut pusaka, tapi hubungan baik tetap terjaga. Dia bilang diajuga punya kewajiban melindungiku. Karena ayahmu berjanji, aku ingin tahu apa balas jasa dari ayahmu itu. Tapi Ayahku minta kau bersumpah dullu, baru kuberi tahu," kataku. Kiauw Sek Kiang tertawa. Dia tak percaya, mana mungkin ayahku memintanya bersumpah dulu. Tapi akhirnya dia bersedia bersumpah "mungkin demi benda pusaka itu", maka dia pun bersumpah berat, katanya 'Jika dia melanggar janji, dia bersedia dihajar oleh orang bertopeng itu." "Aah, sumpah begitu sama saja dengan tidak bersumpah,"

kata Kiat Bwee. "Dia tak kenal dengan orang bertopeng itu. Jadi mana mungkin orang itu akan memukul dia?" "Sesudah itu aku berkata padanya," kata Kho-si melanjutkan ceritanya. "Aku bilang Ayahku sudah tahu, siapa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang bertopeng itu. Jika kau tidak percaya aku tak melanjutkan ceritaku. Akhirnya Sek Kiang mengaku, 'Aku memang sangsi ayahmu itu bohong padaku," kata dia. 'Sekarang mau tak mau aku percaya! Siapa dia?' Kukatakan bahwa orang itu Khu Kong. Ia terperanjat. 'Khu Kong ilmu sulatnya lebih tinggi dariku, janji upah dari ayahmu itu artinya omong kosong. Kecuali kau mau menuruti saranku,' kata Kiauw Sek Kiang. Lalu aku tanyakan bagaimana caranya. 'Akan kuusahakan agar kau jadi murid Khu Kong, kau nanti usahakan untuk mencuri benda pusaka itu darinya untukku," kata Kiauw Sek Kiang. Karena gagasan itu sesuai rencana Ayahku, aku terima permintaannya." "Rupanya dia percaya padamu," kata nona Wan. "Dia kira aku anak bodoh yang bisa dia kelabui," kata Khosi. "Selama aku di rumahnya dia baik padaku, dia berusaha menyenangkan hatinya. Rencana selanjutnya, jika aku berhasil mencuri lukisan itu, maka aku akan mempelajarinya dan tak memberikan padanya." "Bagaimana caranya sampai kau bisa diterima berguru pada Khu Kong?" tanya nona Wan. "Dia nengajari aku, bagaimana aku harus bicara. Setelah itu aku diajak ke kapal bajaknya. Sampai di Coa-to aku dibuang di pulau itu," kata Kho-si. "Hatimu tabah sekali, Su-ci. Aku dengar di pulau itu banyak ular, jika aku mungkin sudah mati karena ketakutan," kata nona Wan. "Saat itu umurku sekitar 13 tahun, tentu saja akupun takut," kata Kho-si. "Tapi kupikir, jika aku tak mau menentang bahaya, mana mungkin aku bisa membalas dendam? Ketika aku baru menginjakkan kakiku di sana. memang banyak ular menghampiriku. Sebelum ular-ular itu menyerangku, terdengar suara suitan. Ular-ular itu menyingkir dariku. Aku pingsan, saat sadar aku merasa ada orang yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memondongku. Saat kubuka mataku aku berada di sebuah kamar. Seorang kakek berwajah merah dan berambut putih

mengawasiku sambil tersenyum. Dia membujukku agar aku tidak takut. Dia mena-nyakan bagaimana aku bisa ada di pulau itu. "Pasti dia Khu Su-pek!" kata nona Wan. "Ya. Kemudian kureka cerita bohong, bahwa aku sedang melakukan perjalanan bersama ayah-ibuku. Tapi malang kapal kami diserang perompak, orang tuaku kukatakan terbunuh. Karena aku sering menangis dan memaki, kawanan perampok marah lalu membuangku ke pulau Coa-to agar aku dimakan ular. Khu Kong percaya saja, apa lagi dia juga sempat melihat kapal bajak lewat di pulaunya. Maka itu aku dijadikan muridnya." kata Kho-si. "Pantas Khu-su-pek sangat sayang padamu," kata nona Wan Wajah Kho-si berubah merah. "Ya, aku berdosa besar pada Guruku. Dia demikian sayang padaku, aku malah bermaksud jahat. Selama tujuh tahun aku berada di sana, aku sangat disayang. Padahal aku menganggap dia musuh ayahku. Aku punya banyak kesempatan jika saja aku mau membunuh beliau. Tapi karena Guruku sangat baik, maka kupikir membunuh Ayahku sudah terbayar oleh kebaikannya. Maka niatku mencuri benda pusaka itu aku batalkan." "Dari ceritamu, aku rasa bahwa kau sangsi kalau orang bertopeng itu bukan gurumu, ya kan?" kata nona Wan. "Benar, untung aku tak mencelakainya," kata Kho-si. "Suatu hari dia pergi mencari ikan, kesempatan itu kugunakan untuk masuk ke kamarnya. Kuperiksa semua peti dan lemari. Aku menemukan sebuah buku kecil. Dalam buku iti terdapat peta tubuh manusia, juga catatan menggunakan ilmu tiamhiat (totok). Itu jelas bukan benda pusaka, tapi mungkin saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

salinan dari benda pusaka itu. Tapi aku pikir jika aslinya tak kutemukan, salinanyapun boleh juga! Karena lama tinggal di pulau itu, aku juga bisa mengayuh perahu. Aku juga sering naik perahu kecil pesiar di sekitar pulau itu. Malam itu aku lalu naik perahu dan kabur dari pulau itu. Dengan menempuh sedikit bahaya akhirnya aku sampai ke daratan lain." Kemudian Kho-si mengambil buku kecil itu dan diserahkan pada nona Wan. "Aku berdosa pada Suhu, bahkan tak bisa minta ampun di depan makamnya. Maka itu buku kecil ini kuserahkan padamu, Su-moay. Aku harap kau serahkan buku ini pada Su-siok, ayahmu!" kata Kho-si. Setelah memeriksa buku kecil itu nona Wan tertawa.

"Ini memang bukan kitab pusaka itu, tapi ini ilmu totok perguruan kita," kata nona Wan. "Tapi kitab ini jerih payah kakek-guru kita." "Guru belum mengajariku ilmu tiam-hiat, mungkin bakatku kurang, Maka itu aku berlatih sesuai buku itu. Hampir aku cedera. Sekalipun aku bisa ilmu tiam-hiat itu. tapi untuk melawan Kiauw Sek Kiang belum cukup! Maka itu aku yakin bahwa buku itu bukan benda pusaka yang sedang dicari-cari itu." "Kau tak bisa mengalahkan dia, tapi dia mau membebaskanmu!" kata nona Wan. "Memang mengherankan, saat dia hampir mengejarku, tiba-tiba dia terjatuh. Sesudah merangkak bangun tampak dia kebingungan dan langsung kabur! Aku heran, tiba-tiba aku kegatalan dan tak sadarkan diri. Ketika aku sadar, aku tidak terluka dan buku itu terletak di sampingku." Kata Kho-si. "Pasti itu Seng Cap-si Kouw yang mempermainkanmu," kata Kiat Bwee. "Entah dengan obat apa dia menyadarkanmu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang aku mengerti," kata Kho-si. "Aku yakin Seng Cap-si Kouw tahu tentang benda pusaka itu. Dia juga menginginkannya. Ketika aku tahu buku kecil itu bukan benda pusaka, dia kembalikan padaku. Dialah yang membuat Kiauw Sek Kiang ketakutan dan kabur! Sesudah aku pingsan, dia geledah tubuhku sampai dia menemukan buku kecil itu! Jika dia mau pasti aku sudah mati di tangannya." "Jika dia sudah tahu benda pusaka itu tidak ada padamu, kenapa dia datang ingin mencelakakanmu?" kata Siang Hoa. "Itu mudah dimengerti," kata Kiat Bwee. "Karena kami, tapi Bibi yang kena getahnya!" "Ya, aku mengerti sekarang," kata Siang Hoa. "Karena benda itu tidak ada di tangan Khu Kong, dia anggap Kho Kiat telah membohonginya. Mungkin dia kira benda itu ada di tangan ayahmu atau Ayahku. Karena kau mau merawatku, dia kira Ayahku punya benda itu, dan kau menginginkan lukisan itu!" Ucapan Siang Hoa membuat wajah Kho-si berubah merah, sbab apa yang dikatakan Siang Hoa benar. Dia memang berkeras ingin mengangkat anak, karena lukisan itu. Dia tidak curiga kalau ayahnya membohonginya. Waktu itu di kamar sangat gelap, mungkin dia kira siapa tahu lukisan itu sudah disembunyikan oleh Yo Tay Ceng dan Ciok Leng. Sedang kotak gambar yang dibawa orang bertopeng itu mungkin barang lain. Karena Kho Kiat tidak

melihatnya dengan jelas, maka dia pikir lukisan itu sudah dibawa kabur oleh orang bertopeng itu. Karena salah duga itu Kho-si jadi malu bukan main. "Kenapa kau. Bu?" tanya Siang Hoa kaget. "Jika benar aku memungutmu jadi anak angkatku karena lukisan itu, masihkah kau mau mengaku aku sebagai ibumu?" kata Kho-si.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa Ibu berkata begitu, sedangkan aku ketika kau angkat masih kecil sekali. Darimana aku tahu tentang lukisan itu?" kata Siang Hoa. "Mungkin benar pikiranku waktu itu begitu," kata Kho-si terus-terang. "Ketika itu aku berharap kalian bisa bertemu dengan ayah kandungmu. Dia pasti akan mewariskan lukisan itu kepadamu. Karena kau merasa berhutang budi padaku, barangkali jika kuminta pun lukisan itu akan kau berikan padaku?" Mendengar ucapan ibunya itu Siang Hoa tertegun. "Seandainya benar Ibu berpikir begitu, aku tidak merasa dendam padamu. Tapi dari mana kau tahu Ayahku belum mati?" kata Siang Hoa. "Sesudah aku tahu buku kecil itu bukan lukisan pusaka yang kucari, langsung kuselidiki keluargamu," kata Kho-si. "Karena aku sangsi, lukisan itu ada pada ayahmu, atau di tangan ayah nona Yo. Setelah peristiwa itu, karena khawatir perusahaan di mana dia bekerja terlibat, dia minta berhenti dan mengungsi ke daerah Selatan. Taopi aku tidak bisa menemuan jejaknya. Sedang Ciok Leng masih ada di kampung halamannya. Aku pernah ke kampungmu, yaitu sesudah keluargamu diserang para perampok. Aku menemukan budak ayahmu terluka. Sesudah kuobati dia bilang Ciok Leng terluka parah walau lolos dari sergapan perampok." Ciauw Siang Hoa kaget dan girang. "Jika Ayah masih hidup, kenapa tak ada kabar apa-apa tentang dirinya?" kata Siang Hoa. "Aku duga ayahmu tahu, bajak yang menyerbu ke rumahmu itu pasti komplotan Kiauw Sek Kiang," kata Kho-si. "Mungkin dia sedang belajar silat lagi, sebelum sempurna dia tak berani muncul. Dia takut persembunyiannya diketahui orang she Kiauw!"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bu, tidak kukira riwayatku begitu rumit," kata Siang Hoa. "Aku juga merasa berdosa pada ayah angkatmu, apalagi hal ini sampai sekarang masih aku rahasiakan," kata Kho-si. "Ketika kedua kalinya aku didatangi Kiauw Sek Kiang, ayah angkatmu yang menyelamatkan aku. Aku telah berbohong pada ayah angkatmu, malah aku pun rela menjadi isteri muda ayah angkatmu. Dia baik kepadaku, maka itu akupun berat meninggalkan dia. Apa yang kujelaskan padamu, boleh kau katakan pada ayah angkatmu!" "Aah, kenapa aku yang haru cerita pada Ayah, kenapa bukan Ibu sendiri?" pikir Siang Hoa. Karena tak ingin menyusahkan ibunya, dia tidak bertanya, hanya berkata. "Terima kasih atas keterangan Ibu," kata Siang Hoa. "Mngkin kau lelah, silakan Ibu istirahat saja." "Tidak, sebab masih ada yang akan kubicarakan," kata Kho-si. "Nona Yo, kau ke mari!" "Ada apa, Bi?" "Ayah kalian bersahabat," kata Kho-si. "Sejak kecil kalian juga sama-sama teraniaya oleh penjahat. Sekarang kalian saling bertemu, ini sudah takdir! Selanjutnya kalian harus tetap bersatu, maukah kau nona Yo?" Wajah Kiat Bwee berubah merah. "Sekarang aku tahu asal-usulku. Kakak Hoa sudah kuanggap sebagai saudara kandungku," kata Kiat Bwee. Ibu Siang Hoa batuk-batuk. "Tidak, bukan itu masudku, tapi aku ingin....." tapi sebelum ucapan ibunya selesai sudah dipotong oleh Siang Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah Bujangan khawatirkan kami. Masalah itu mudah kita bicarakan kelak," kata Siang Hoa. "Terutama sesudah Ibu sembuh!" "Aku tidak yakin akan sembuh!" kata ibunya. "Sekalipun aku tidak bisa mengobati Bibi, tapi bukan berarti Bibi tidak akan sembuh," kata Kiat Bwee. "Aku tahu, untuk memunahkan racun aku harus minta kepada orang yang meracunku," kata Kho-si. "Karena seumur hidupku sudah tersiksa, jadi tak ingin aku tersiksa lagi oleh si Iblis Perempuan itu!" Tak lama Kho-si muntah darah. "Bu, bagaimana keadaanmu?" kata Siang Hoa. Dia rasakan tangan ibunya dingin. Bibir Kho-si bergerak-gerak. Kiat Bwee dan Siang Hoa menghampirinya.

"Aku... aku tak ingin menyusahkan keluarga Ciauw. Jika aku mati, pasti Seng Cap-si Kouw tidak akan menyusahkan mereka lagi! Aku orang yang berdosa, apa yang menimpa diriku, itu suatu ganjaran yang adil dan setimpal. Nona Yo, aku minta kabulkan keingiananku. Karena itu aku akan meninggal dengan tenang...." kata Kho-si. Mungkin dengan sengaja Kho-si memutuskan urat nadinya, ucapan yang terakhir membuat napasnya lemah. Kiat Bwee mendekat, tanpa disadari dia jadi berdekatan dengan Siang Hoa. "Baik, Bi. Aku berjanji!" kata Kiat Bwee. Kho-si tersenyum pedih. Akhirnya Kho-si pun meninggal. Sementara itu Ci Giok Phang sedang menemani Hoa Kok Han di ruang tamu. Tiba-tiba mereka mendengar suara tangis di kamar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama nona Wan dan Kiat Bwee keluar memberi tahu mereka, bahwa Kho-si telah tiada. "Kenapa bisa meninggal begitu saja?" kata Hoa Kok Han. Nona Wan hanya menghela napas. Hoa Kok Han hanya mengangguk, karena tahu mungkin masalah pribadi. "Tuan rumah sedang sakit, isterinya meninggal pula. Sedangkan Nona Yo tidak bisa segera pergi. Sebaiknya kami pamit saja" kata Hoa Kok Han. Kiat Bwee mengantar kepergian Hoa Kok Han. Kepada nona Wan, Kiat Bwee berkata, "Jika masalah di sini sudah selesai, aku dan Siang Hoa pasti akan ke Kim-kee-leng. Selamat jalan!" -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

BAB 50

Berangkatlah Hoa Kok Han ditemani Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Di perjalanan Wan Say Eng baru cerita tentang kisah yang dia dengar dari Kho-si kepada Ci Giok Phang dan Hoa Kok Han. Hoa Kok Han dan Ci Giok Phang menghela napas setelah mendengar cerita nona Wan. "Sekalipun Kho-si bersalah, tetapi dia juga patut mendapat simpatik," kata Ci Giok Phang. "Sesudah Seng Cap-si Kouw kabur karena kugertak, mungkin dia tidak akan mengganggu lagi keluarga Ciauw. Mudah-mudahan aku bisa bertemu kembali dengannya, karena aku ingin tahu di mana Han Lo-cian-pwee dia sembunyikan? Ini kulakukan atas permintaan Han Pwee Eng!" kata Hoa Kok Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar nama Han Pwee Eng disebut-sebut, Ci Giok Phang jadi bimbang. "Entah di mana Siauw Hong sekarang berada?" kata Ci Giok Phang. "Aku juga harus mencari Kok Siauw Hong," kata Hoa Kok Han. "Dia ke Kang-lam untuk menghubungi jago-jago Kanglam. Sesudah ke tempat Bun Yat Hoan, mungkin sekarang dia ada di tempat Ong cee-cu di Thay-ouw. Maka itu aku harus singgah dulu di Thay-ouw." "Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Kok Siauw Hong, tapi karena aku juga khawatir keadaan Giok Hian, adikku terpaksa aku tidak ikut," kata Ci Giok Phang. "Jika Hoa Tayhiap bertemu dengannya, dan dia tidak segera pulang ke Utara. Tolong katakan padanya tunggu aku di Thay-ouw!" Maka berpisahlah mereka, Hoa Kok Han langsung ke Thayouw sedang Ci giok Phang dan nona Wan ke tempat Bun Yat Hoan di Hang-ciu. Ketika itu musim semi, udara sejuk sekali, bunga-bunga bermekaran aneka warna. Musim semi di wilayah Kang-lam memang indah sekali. Terutama bagi dua kekasih yang sedang memadu cinta seperti Ci Giok Phang dan nona Wan. Wan Say Eng terkenang pada nona Kiat Bwee. Dia menceritakan kisah sedih Kiat Bwee dan Siang Hoa. Tiba-tiba nona Wan berkata pada Giok Phang. "Di See-ouw ada sebuah kelenteng Dewi Rembulan, di sana ada sepasang lian yang bunyinya begini: Mudah-mudahan semua kekasih menjadi suami-isteri, Jika sudah takdir, jangan menyia-nyiakannya. Nasib Siang Hoa dan Kiat Bwee seperti sepasang lian itu. Tapi kisah yang mereka alami benar-benar sulit diduga" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Syair dalam lian yang diceritakan Wan Say Eng, mirip pengalaman hidupku," pikir Ci Giok Phang. "Seperti orang sengaja menanam bunga, tapi sang bunga malah tidak mekar. Tanpa bermaksud menanam pohon liu, pohon menjadi rindang. Dulu Kok Siauw Hong mengikat jodoh dengan adikku. Karena peristiwa di Pek-hoa-kok, akhirnya mereka rujuk kembali. Tapi yang aneh adikku Giok Hian, entah kenapa dia mau dipersunting oleh Seng Liong Sen. Sungguh aneh

kejadian di dunia!" pikir Ci Giok Phang. Melihat Ci Giok Phang seolah sedang melamun, nona Wan menegurnya. "Eeh, melamun ya? Kau sedang memikirkan siapa?" kata si nona. "Aku pikir bunyi lian di kelenteng Dewi Rembulan itu, apa kau kira tidak tepat untuk kita juga?" kata Ci Giok Phang. "Iih, ternyata kau genit juga" kata nona Wan. "Aku bicara sebenarnya, kau malah melantur! Tetapi aku malah ingat sesuatu." "Ingat apa?" Tanya Giok Phang. "Aku sangsi orang bertopeng itu Kiong Cauw Bun, aku juga tak yakin lukisan itu ada padanya. Sayang aku belum bertemu dengan Enci Kiong Mi Yun, jika bertemu akan kutanyakan padanya," kata nona Wan. "Kau bilang semasa kecil kau akrab dengan Mi Yun, benarkah?" kata Ci giok Phang. "Ya. Selain baik aku pun sering bertengkar dengannya," kata nona Wan. "Tapi waktu itu dia belum bisa ilmu totok, maka aku tidak tahu apakah lukisan pusaka itu ada di tangan ayahnya atau tidak?" "Karena kau bicara soal nona Kiong, aku jadi ingat pada seorang temanku," kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa temanmu itu?" kata nona Wan. 'Kong-sun Po," kata Ci Giok Phang. "Dia berpisah denganku ketika di Ceng-liong-kouw. Dia bersama nona Kiong berhasil lolos dari kepungan musuh. Kau bilang kau pernah bertemu Kong-sun Po, tapi kenapa nona Kiong tidak bersamanya?" "Kong-sun Po dikejar-kejar calon mertuanya, sedangkan nona Kiong tidak berani menemui ayahnya. Tapi mereka sama-sama ke Kim-kee-leng. Aku kira sekarang mereka sudah ada di sana!" kata Wan Say Eng. "Aku sudah ingin bertemu dengan Kong-sun Po. Dia seorang yang baik," kata Ci Giok Phang. "Kalau begitu mari kita temui dulu adikmu sesudah itu kita bersama-sama ke Kim-kee-leng mencari dia," kata nona Wan. Mereka terus melakukan perjalanan. Tak lama mereka sudah tiba di kota Lim-an. Saat mereka tiba keadaan cuaca sangat cerah sekali. Dua muda-mudi ini berjalan bersama, kelihatannya mereka sangat mesra. Di jalan raya sudah ramai dengan orang yang lalu-lalang. Mereka akan melakukan kegiatan sehari-hari mereka. "Di dalam buku, Kang-lam sebuah daerah yang mendapat

pujian tentang keindahannya. Ternyata memang musim semi di Kang-lam ini sangat indah," kata Ci Giok Phang memuji. Saat itu karena mereka berjalan dijalan pegunungan, makin lama orang-orang yang mereka temui semakin sedikit. Saat itulah dahi nona Wan berkerut sambil berkata, "Ci Toa-ko, perhatikan olehmu. Di sana orang sedang memperhatikan kita," kata Wan Say Eng. "Entah apa yang mereka bicarakan di pos jaga itu, barangkali mereka sedang membicarakan kita!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok Phang menengadah, dia lihat di sana ada semacam pos atau tempat beristirahat. Di tempat itu ada sekitar lima sampai enam orang sedang berkumpul dan berbincang. Salah seorang dari mereka terdapat seorang pemuda berpakaian bagus. Barangkali dia seorang anak hartawan atau pejabat. Sedangkan yang lainnya barangkali para pengawal pemuda itu. Para pengiring itu sedang memuji-muji majikannya. Memang saat itu mata mereka sedang mengawasi ke arah kedua muda-mudi. Ketika Ci Giok Phang menggunakan ketajaman telinganya, dia dengar salah seorang bicara. "Wajah nona itu lumayan juga," katanya. "Sedang yang pria pun tampan," kata yang lain, "walau tampak kikuk ketolol-tololan! Sayang, nona seperti mawar indah tang ditancapkan di atas tahi kerbau saja. "Kau bilang mereka suami isteri, dari mana kau ketahui hal itu?" kata yang lain. Mendengar ocehan itu, nona Wan mendongkol bukan main. Dia ingin menghajar orang-orang itu. Tapi niatnya dicegah oleh Ci Giok Phang. "Jangan ladeni orang-orang itu. Mengapa harus meladeni mereka?" kata Giok Phang. Giok Phang dan Wan Say Eng mencoba menjauhi mereka. Tapi tak lama terdengar suara ejekan dari orang-orang itu. Malah kata-kata mereka semakin tidak senonoh. "Tuan, apa Tuan suka pada nona itu? Perintahkan saja kami!" kata salah seorang dari mereka. "Huss! Jangan main gila, mereka itu suami-isteri!" kata si kong-cu. "Hm! Tapi Kong-cu suka padanya, kan?" kata yang lain.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sabar, akan kusapa mereka. Jika mereka kakak-beradik, aku bisa jadi comblang Kong-cu!" kata yang lainnya. "Suami-isteri atau bukan apa halangannya?" kata yang lain lagi. "Aku dengar malah Kong-cu lebih suka perempuan yang pernah bersuami!" "Rampas saja, kenapa harus bertele-tele ditanya segala?" kata yang lain. "Jangan gegabah, ketahuan Ayahku celaka," kata kong-cu itu. Dia asyik mengipasi tubuhnya dengan sebuah kipas lipat. Sekarang nona Wan sudah tak dapat menahan dongkolnya. Dia pungut beberapa kerikil, lalu dia sentil dengan sekuat tenaga ke arah orang-orang itu. Sebenarnya saat itu Ci Giok Phang sedikit terkejut, karena suara orang itu ada yang dikenalnya. Maka itu dia menghentikan langkahnya. Dia ingin memperingatkan orang yang berbicara sembarangan itu. Orang-orang itu merasa diberi hati oleh majikannya, dua di antara mereka keluar dari pos, tapi mereka langsung disambuit oleh batu-batu yang dilontarkan oleh nona Wan. Mereka menjerit kesakitan. Setelah kedua orang itu terkena batu, tapi batu yang lain masih meluncur ke dalam tempat peristirahatan itu. Ternyata orang yang ada di dalam pos itu tidak sebodoh dua kawannya. Saat batu-batu itu menyambar ke arah mereka, batu itu disampok. Sedang yang seorang lagi menangkap batu itu. Kemudian disambitkan ke arah nona Wan. Tapi yang satu lagi tak sempat berkelit, jidatnya terhajar hingga berteriak kesakitan. Ketika sebuah batu diarahkan ke kong-cu itu, dengan tenang si kongcu menepis batu itu dengan kipas lipatnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Nona ini lihay. Mungkin mereka kawanan perampok dari Thay-ouw atau Thian-po-san!" kata lelaki bertubuh kekar. "Baik, kalian tangkap mereka," kata si kong-cu. "Tapi ingat, jangan lukai yang perempuan!" "Baik," kata orang kekar itu. "Nona beraninya kau main gila di depan Han Kong-cu, jika kau tahu selatan, mari ikut kami!" kata si kekar. Dia serang nona Wan dengan jurus Kim-na-ciu-hoat atau jurus cengkraman yang lihay. Serangan itu oleh nona Wan dikibaskan, sedang tangan kiri nona Wan mencoba menotok lawan. Ketika terdengar suara sobekan kain, nona Wan kaget.

Tampak lengan bajunya robek, tapi lawannya mundur beberapa langkah. Temannya yang lain maju hendak mengeroyok nona Wan. Sedang si kekar yang tertotok tadi tak apa-apa. "Kurang ajar, majikanku sayang padamu, kau malah mau mencelakai aku!" kata si kekar. Tak lama pertarungan terjadi. Wan Say Eng diserang oleh orang bertubuh kekar, sedang Giok Phang diserang si wajah hitam yang bersenjata tombak cagak, kawannya yang membantunya menggunakan sebilah pedang. Sekarang Ci Giok Phang mengenali lawannya, yang satu bernama Bong Sian, sedang yang lain bernama Teng Kian. Mereka pernah datang ke Pek-hoa-kok pada saat terjadi keributan gara-gara Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Si kong-cu ternyata putera kedua Han To Yu, sang perdana menteri. Dia bernama Han Hie Sun. Lawan nona Wan bernama Su Hong, atau pengawal perdana menteri.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Sian dan Teng Kian semula orang Liok-lim (Rimba Hijau atau kaum penjahat). Mereka sahabat Chan It Hoan, pelayan nona Han Pwee Eng. Tak heran ketika keributan di Pek-hoa-kok, Chan It Hoan mengundang mereka. Sesudah keributan di Pek-hoa-kok mereka lalu pergi ke Kang-lam dan diajak bekerja oleh Su Hong. Di Pek-hoa-kok mereka terluka oleh Kok Siauw Hong dan Ci Giok Phang. Walau sudah damai, tapi kedua orang ini masih mendendam. Sebenarnya mereka sudah tahu, muda-mudi itu Ci Giok Phang bersama nona Wan. Tapi sengaja mereka mengolok-olok dan berniat merampas nona Wan. "Hm, ternyata kalian! Dulu saat peristiwa itu terjadi, itu karena salah paham. Sekarang aku tidak akan segan-segan terhadap kalian!" kata Ci Giok Phang. "Tutup bacotmu, bocah! Hari ini kaujatuh ke tanganku. Kenapa kau masih berani lancang bicara!" kata Bong Sian. Giok Phang gusar, dia putarkan pedangnya menangkis serangan tombak cagak Bong Sian. Tak lama ujung pedang Giok Phang meluncur ke arah perut Bong Sian, sedang gagang pedang Giok Phang digunakan untuk menotok Teng Kian. Satu serangan ke dua lawan, membuat kedua orang ini mundur karena terdesak. "Jika aku tidak memandang keluarga Han, dulu kalian sudah mampus di tanganku! kata Giok Phang. "Bangsat! Jangan banyak bicara, baru menang satu jurus kau pentang bacotmu! Sekarang, bisakah kau menahan seranganku?" kata Teng Kian.

"Sudah jangan banyak bicara, bunuh saja!" kata Bong Sian. Mereka bertarung seimbang karena dua lawan satu, jika satu lawan satu rasanya mereka tidak akan sanggup melawan Ci Giok Phang yang lihay. Tapi di tempat lain nona Wan tampak kewalahan melawan Su Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kepandaian Su Hong sebagai pengawal perdana menteri memang memadai. Untung nona Wan mampu mengimbangi lawan, walau kalah tenaga. Kelihatan Su Hong tak sabar. Dia menyerang dengan cengkraman dasyatnya. Sekalipun nona Wan bersenjata pedang, tapi tak urung terdesak juga. Untung Wan Say Eng mampu bergerak cepat, tubuhnya berputarputar menghindari serangan Su Hong. Ci Giok Phang sempat melirik ke arah nona Wan yang sedang terdesak. Melihat si nona dikepung dua musuh Giok Phang nekat. Dia menyerang dengan cepat, pedangnya menusuk cepat luar biasa. Bong Sian berusaha menghadang Giok Phang agar tak bisa menolongi nona Wan. Tiba-tiba terdengar suara tajam. "Sreet!" Pedang Giok Phang mengarah ke tenggorokan Bong sian; untung Teng Kian maju membantu. "Trang!" Pedang Giok Phang dan pedang Teng Kian beradu keras. Tapi pedang Giok Phang lebih cepat, dan.... "Cress!" dahi Bong Sian tergores pedang Giok Phang. Itu masih untung, jika Teng Kian tidak menangkis pedang Giok Phang entah apa jadinya. Su Hong jadi kesal dan malu karena dia tak mampu segera mengalahkan nona Wan. Dia menyerang dengan sedikit tergesa-gesa. Hal ini justru memberi kesempatan buat nona Wan. Serangan Su Hong yang bertubi-tubi berhasil dihindarkan oleh nona Wan. Saat itu tiba-tiba nona Wan bergeser ke belakang lawan, pedangnya dengan cepat ditusukan. Secara reflek dan tidak menoleh lagi Su Hong menangkis ke belakang. Tangan baju nona Wan terjambret olehnya. Tapi tangan Su Hong pun tergores oleh pedang nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kurangajar, kau melukaiku?" teriak Su Hong. Saat amarah Su Hong memuncak dan hendak menerkam

nona Wan, tiba-tiba si kong-cu maju. "Suhu, biarkan nona ini kuhadapi," kata kong-cu itu. "Kau bantu Bong Sian membekuk yang lainnya!" Kong-cu itu maju. Nona Wan malah girang. "Kebetulan, menangkap penjahat harus menangkap gembongnya," pikir nona Wan. Tiba-tiba nona Wan menyerang kong-cu itu dan yang dia arah Tan-tiong-hiat lawan. Jika tidak waspada Han Hie Sun akan celaka. Su Hong kaget menyaksikan serangan nona Wan, tapi dia tak sempat jika menolongnya pun. "Hm! Ilmu silat yang istimewa!" puji Han Hie Sun. Serangan nona Wan, dia tangkis dengan kipasnya, ternyata pedang nona Wan tak mampu menembus kipas lawan. Melihat kehebatan majikannya, Su Hong tercengang. Dia tidak menyangka kong-cunya demikian lihay. "Aah, siapa yang mengajari Kong-cu ilmu silat?" pikir Su Hong. Melihat Su Hong bengong, Han Hie Sun memberi perintah. "Suhu, lekas bantu Bong Sian, dia sudah kewalahan!" kata Hie Sun. Mengetahui kong-cunya lihay sekarang dia meninggalkan sang kong-cu untuk membantu Bong Sian. Menyaksikan serangannya bisa dimentahkan, nona Wan kaget. Dia sadar Han Kong-cu ini lihay, mungkin dia bukan tandingannya. Sambil mengipas-ngipas tubuhnya, Han Hie Sun berkata lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pelayanku bicara kurang sopan, aku harap nona tidak marah. Aku ingin bersahabat denganmu, maukah nona?" kata Hie Sun. Walau nona Wan jengkel dan mau marah, dia coba menahan sabar. "Mana pantas gadis kampung sepertiku bersahabat denganmu, kong-cu?" kata nona Wan. Baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba pedang nona Wan meluncur menyerang Han Hie Sun. Saat kipas Han Hie Sun baru dilepit karena tertarik oleh jawaban nona Wan yang lemah-lembut. Saat akan menjawab, tiba-tiba serangan nona Wan datang. Pada saat yang sangat kritis dia mampu menangkis serangan nona Wan. Baju Han Hie Sun tertusuk pedang nona Wan, tapi tidak terluka. Han kaget bukan kepalang, keringat dingin mengucur. Dia pun gusar. "Hm! Kau licik nona!" kata Han Hie Sun. "Tapi kau tidak

akan lolos dari tanganku!" Tiba-tiba Han Hie Sun melancarkan serangan dengan kipasnya. Nona Wan mencoba menghindar. Dia tak ingin terkena kipas lawan yang lihay itu. Nona Wan gesit hingga Han Hie Sun jengkel juga. Kipasnya yang dia lipat langsung dipakai menyerang. "Roboh!" teriak Han Hie Sun. Su Hong tiba tepat pada saat baru saja Giok Phang melukai Bong Sian. Giok Phang berusaha meloloskan diri untuk membantu nona Wan. "Tunggu! Jangan sombong bocah!" kata Su Hong yang langsung menyerang. Serangan itu membuat Ci Giok Phang terdorong mundur.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Niatnya yang terhalang membuat Giok Phang gelisah, dia lihat nona Wan sedang didesak oleh Han Hie Sun. Giok Phang yang cerdik tak menyerang ke depan, sebaliknya dia mundur. "Kau mau kabur ke mana?" teriak Su Hong. Giok Phang dikepung oleh tiga orang lawan. Mereka tak sadar kalau mereka terjebak oleh akal Ci Giok Phang. Saat dia sedang dikejar oleh ketiga lawannya. Ci Giok Phang merogoh mata uang yang dia hamburkan dengan kecepatan seperti kilat ke arah Han Hie Sun. Ternyata uang itu berjumlah tujuh buah yang mengarah ke tujuh jalan darah Hie Sun. Han Hie Sun yang hampir berhasil menotok nona Wan, sadar serangan senjata rahasia lawannya berbahaya, terpaksa membuka kipasnya, lalu menangkis ke belakang. Tak lama ketujuh uang itu berjatuhan ke tanah. "Bangsat! Aku akan adu jiwa dengan kalian!" teriak Giok Phang. Melihat Giok Phang nekat Su Hong dan kawannya jadi sangsi. Teng Kian jadi ingat, kenapa dia tidak menggunakan senjata rahasia juga. Maka itu Teng Kian pun menyerang Giok Phang dengan senjata rahasia. Tadi saja Giok Phang sudah tak bisa keluar dari kepungan musuh, sekarang ditambah dengan serangan senjata rahasia. Tentu saja Giok Phang bertambah repot. Saat itu nona Wan sedang menghadapi serangan Han Hie Sun. Tapi sambil menyerang Hie Sun menggoda nona Wan dengan kata-kata kurang senonoh. Tentu saja nona Wan bertambah murka. Serangan Han Hie Sun semakin genjar, dia menotok nona Wan dengan jurus-jurusnya yang lihay. Saat Han Hie Sun menyerang muka nona Wan, si nona menunduk tapi tak urung tusuk kundainya terkena kipas lawan. Hie Sun

yang penasaran ingin melancarkan serangan yang mematikan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat Ci Giok Phang dan nona Wan sedang dalam keadaan kritis, muncul seorang pemuda berpakaian kain kasar. Pemuda itu menggendong sebuah payung. Sikap pemuda itu lugu sekali. Pada tengah hari bolong membawa-bawa payung, itu sudah mengherankan orang. Ditambah lagi saat Teng Kian menghujani Ci Giok Phang dengan senjata rahasia, pemuda itu bukan menyingkir malah menyambut sambaran hujan senjata rahasia itu dengan payungnya. Menyaksikan kedatangan pemuda lugu itu. Su Hong keheranan. Dia coba mengusir pemuda itu dengan bentakan nayaring. Tapi heran pemuda itu seperti tuli. Dia bukan menyingkir, malah berjalan santai menghampiri Ci Giok Phang. Su Hong tidak tahu siapa pemuda itu, sebaliknya Ci giok Phang justru mengenalinya. Dia Kong-sun Po, pemuda yang sangat ingin dia temui. Ilmu silat pemuda ini lumayan tinggi. Menyaksikan kedatangan pemuda itu nona Wan girang. Tiba-tiba pemuda lugu itu bicara seenaknya. "Aneh, udara secerah kok malah turun hujan? Tapi entah hujan apa, karena kelihatannya mengkilap seperti jarum jahit janda she Ma, tetangga kita!" kata Kong-sun Po sambil tertawa. Memang senjata yang menyerang bagaikan hujan itu senjata Teng Kian yang disebut Bwee-hoa-ciam atau jarum bunga Bwee. Jarum-jarum itu menempel di payung pemuda lugu itu. Saat dia kibaskan jarum-jarum itu berjatuhan ke tanah. "Hm! Bocah, kau pura-pura bodoh! Rupanya kau ingin ikut campur di air keruh?" kata Teng Kian. "Tidak hujan, bagaimana di sini bisa ada air? Yang ada kawanan bajingan!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main gusarnya Teng Kian. Dia gunakan senjata rahasia Hui-bong-ciok yang lebih berat dari jarum tadi menyerang Kong-sun Po. Teng Kian menganggap payung pemuda itu tidak akan mampu menangkis serangannya. Di luar dugaan payung Kong-sun-po yang terbuat dari sari baja itu sangat ampuh. "Oh celaka! Tadi hujan jarum, sekarang hujan batu!"

sengaja dia berteriak Perbuatan Kong-sun Po memang menggelikan. Dengan payungnya dia sampok setiap batu yang menyambar ke arahnya. Dan sialnya batu itu malah berbalik menyambar ke arah Teng Kian. Teng Kian kaget, dia berkelit dalam keadaan gugup. Tapi salah satu batu mengenai wajahnya. Serangan batu itu menyebabkan hidung dan bibir Teng Kian terluka. Dia menjerit kaget dan kesakitan, dari lukanya keluar darah. Untung yang diserang bukan matanya, jika matanya pasti buta! "Toa-ko, kebetulan kau datang. Tolong kau bantu nona Wan!" kata Ci Giok Phang girang bukan main. "Nona Wan, dulu kau membantu aku. Malah aku belum berterima kasih padamu. Sekarang serahkan bajingan itu padaku!" kata Kong-sun Po. "Baik, kuserahkan dia padamu," kata nona Wan yang girang telah bebas dari tekanan lawan. "Tapi Toa-ko hati-hati ilmu silatnya luar biasa!" "Tak apa, aku ingin belajar kenal dengan ilmu totok bajingan ini," kata Kong-sun Po. Bukan main gusarnya Han Hie Sun yang selama ini menganggap dirinya pandai dan serba bisa, dia juga anak perdana menteri. Tapi sekarang Kong-sun Po mengatakan dia bajingan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba tanpa banyak bicara Han Hie Sun menyerang Kong-sun Po dengan sebuah totokan yang sangat ganas. Tapi serangan itu dengan cepat ditangkis oleh Kong-sun Po dengan payungnya. Tak heran ketika Han Hie Sun terkena gagang payung, dia kesakitan. Kipas di tangannya hampir saja terlepas. "Senjata apa itu?" pikir Han Hie Sun. Kong-sun Po sadar lawannya lihay, dia menotok dengan jurus yang mirip Keng-sin-ci-hoat hanya ada sedikit perubahan. Tapi Kong-sun Po malah mengejeknya. "Jika kau takut pada senjataku, aku tak akan menggunakannya," kata Kong-sun Po. Kong-sun Po ingin agar lawan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dia khawatir kipas lawan patah atau rusak, dengan demikian Han Hie Sun tak akan bisa menunjukan kemampuannya. Merasa dihina Hie Sun marah. Dia serang Kong-sun Po dengan jurus Pak-thauw-cit-seng (Tujuh bintang barat). Serangan itu diegos oleh Kong-sun Po. Melihat serangannya gagal, Han Hie Sun tampak girang.

"Kena!" kata dia. Kong-sun Po memutar tubuhnya sambil mengejek. "Nah rasakan ilmu totokku!" kaa Kong-sun Po. Serangan Kong-sun Po agak aneh, rupanya dia bisa bergerak cepat. Dia juga bisa mengubah setiap sasaran yang dia tuju. Ini sungguh membingungkan Han Hie Sun. Ditambah lagi kepandaian ilmu totok Han Hie Sun belum sempurna benar. Dia tak mampu merobohkan Kong-sun Po. "Ilmu totok Han Hie Sun mirip Keng-sin-ci-hoat milik Tam Siok-siok dan Wan-yen Tiang Cie dari negara Kim. Sedangkan Wan-yen Tiang Cie paman raja Kim. Dia tak punya murid. Dari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mana Han Hie Sun memperoleh imu totok itu?" pikir Kong-sun Po bingung. "Sedangkan Tam Yu Cong anak pangeran kerajaan Kim, dia sahabat Hoa Kok Han dan sudah lama jadi buronan. Ilmu totokku kupelajari dari Hong-lay Mo-li." Han Hie Sun pun kaget, serangan balik Kong-sun Po mirip ilmu yang dia miliki. Dia sulit sekali bisa menghindari serangan Kong-sun Po itu. "Aneh, dia juga memiliki ilmu totok yang sama dengan miliku?" pikir Han Hie Sun. Nona Wan yang sudah bebas dari tekanan orang she Han itu, dia berlari akan membantu Ci Giok Phang menghadapi lawan-lawannya. Saat itu Teng kian masih menghujani Ci Giok Phang dengan senjata rahasianya, tapi semua dengan mudah bisa dihindarkan oleh Ci Giok Phang. Tak lama nona Wan sudah ada di tengah kalangan pertempuran. Dia menyerang Teng Kian dengan pedangnya. Sekalipun Teng Kian lihay, tapi nona Wan lebih lihay lagi. Dalam sekejap Teng Kian sudah terdesak oleh serangan pedang nona Wan. Teng Kian bergabung dengan Bong Sian dan Su Hong. Dengan demikian mereka baru mampu menghadapi kedua muda-mudi ini dengan baik. Kong-sun Po di pihak lain berhasil mendesak Han Hie Sun, hingga pemuda ini tampak mulai kewalahan. Dalam keadaan kritis tiba-tiba muncul seorang kakek. "Hai, Ji-kong-cu! Kenapa kau bertarung dengan mereka?" kata si kakek. Ternyata kakek itu adalah Pek Tek. "Pek Lo-su, bantu aku!" kata Han Hie Sun. Tiba-tiba Kong-sun Po menyerang Hie Sun. Melihat serangan berbahaya itu, Pek Tek maju menghalangi Kong-sun Po melukai Han Hie Sun. Melihat tangkisan si jago tua, Kongsun Po terperanjat. Dia mengubah totokan dengan telapak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan, hingga tangan Pek Tek dan Kong-sun Po bentrok. Kong-sun Po terperanjat karena tangannya seolah mengenai kapas, tapi orang tua itu pun tak berniat mencelakakan Kongsun Po. "Hm! Sekarang kalian mau lari ke mana?" kata Han Hie Sun yang girang karena munculnya Pek Tek. "Jangan berkelahi dulu. hentikan!" kata Pek Tek. Su Hong pengawal istana Perdana Menteri Han, sekalipun Pek Tek ini tamu, tapi dia menghormatinya. Mereka menghentikan pertarungan. "Eh, ada apa Pek Lo-su? Mereka ini penyusup ke kota Liman!" kata Han Hie Sun. "Maaf, apa hubungan kalian dengan Pek-hoa-kok?" kata Pek Tek. "Ci Hie Po apamu?" "Dia Ayahku," jawab Ci Giok Phang dengan sikap hormat. "Oh, pantas ilmu pedangmu bagus sekali. Dua puluh tahun yang lalu kami berkenalan dengan ayahmu. Aku Pek Tek, mungkin ayahmu pun pernah bilang padamu?" kata Pek Tek. "Oh, ternyata Anda Pek Siok-siok!" kata Ci Giok Phang. "Benar Ayah pernah bercerita tentang Siok-siok, tapi sekarang Ayah telah tiada." "Aku sudah tahu," kata Pek Tek, "belum lama ini aku bertemu temanmu, Kok Siauw Hong!" "Sebenarnya kami sedang mencari dia," kata Ci Giok Phang. "Aku dengar dia pergi.. Kata-kata Giok Phang terhenti karena Pek Tek mengedipkan mata ke arahnya. "Benar, dia ke rumah sahabatnya. Apa kalian mau ke rumah Bun Tay-hiap, silakan aku tak merintangi kalian!" kata Pek Tek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memikirkan kedipan Pek Tek tadi Ci Giok Phang sadar, jika dia mengatakan Siauw Hong ke tempat Ong Cee-cu, maka si Kong-cu akan menuduh mereka berkomplot dengan penjahat. Dia juga heran kenapa jago tua yang sudah lama mengundurkan diri itu tiba-tiba muncul. Nona Wan maju dia langsung berkata. "Tapi Han Kong-cu yang menghalangi kami!" kata nona Wan. Pek Tek tertawa.

"Harap Kong-cu memandang mukaku, orang she Ci ini sahabatku. Ji-kong-cu harap kau tidak menyusahkan aku!" Tadi dia tak bisa mengalahkan Kong-sun Po, sekarang Pek Tek mengaku punya hubungan dengan pem,uda she Ci. Sekalipun dia dongkol dia lalu berkata. "Karena keadaan agak gawat, dan Ayahku seorang pejabat, maka mau tak mau aku waspada! Maafkan kami, saudara Ci. Orang kalangan Kang-ouw menjadi sahabat, biasanya harus dengan berkelahi dulu!" kata Han Hie Sun. "Dia ini putera Perdana Menteri Han," kata Pek Tek pada Ci Giok Phang dan kawan-kawannya. Dengan merendah Ci Giok Phang berkata lagi. "Kami senang bisa bertemu. Tapi mana mungkin kami bergaul dengan orang bangsawan. Jika Han Kong-cu mau membebaskan kami, kami sudah sangat bersyukur!" kata Ci Giok Phang. Semula mereka akan jalan-jalan melihat See-ouw, tapi karna kejadian tadi selera mereka hilang. Maka itu mereka langsung pamit dan berangkat akan menemui Bun Yat Hoan. Di tengah jalan nona Wan bertanya pada Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kong-sun Toa-ko, kenapa bisa kebetulan kau pun datang ke mari?" kata nona Wan. "Mana nona Kiong?" "Aku ke Kang-lam untuk mencari dia," kata Kong-sun Po. "Apa kau tidak bertemu dengannya?" "Kami janji akan bertemu di tengah jalan ke Kim-kee-leng," kata Kong-sun Po. "Di Kim-keeleng pun aku tidak bertemu dengannya. Entah ke mana dia. Karena aku tahu dia senang pemandangan yang indah, aku pikir dia ke Kang-lam. Maka itu aku datang ke mari!" kata Kong-sun Po. "Dia memang senang melancong," kata nona Wan. "Kalian sudah janji, jika ada sesuatu seharusnya dia memberi khabar padamu!" "Itu sebabnya aku jadi khawatir," kata Kong-sun Po. Kong-sun Po dan nona Wan tidak mengetahui bahwa HokhongTocuKiong Cauw Bun bermusuhan dengan Hong-lai-moli di Kim-kee-leng. Sesudah nona Kiong bertemu dengan Kongsun Po, nona Kiong mulai tidak percaya pada ayahnya. Tapi karena dia melarikan diri dari ayahnya, ditambah dia bergabung dengan musuh ayahnya, betapa marahnya sang ayah nanti. Saat nona Kiong mengetahui ayahnya sedang menguntit Kong-sun Po, maka dia menggunakan siasat supaya ayahnya mengejar dia tapi tidak mengejar Kong-sun Po. Dia naik kuda pemberian nona Wan, hingga dia tidak bertemu dengan Kongsun

Po. Dia ingin memberi tahu Kong-sun Po, tapi khawatir bertemu ayahnya. Itu sebabnya dia tak ke Km-kee-leng. Ditambah dia mendapat halangan lain. Saat nona Wan melihat Kong-sun Po murung, nona Wan menghiburnya. "Dia cerdas dan lihay, kau jangan cemas. Barangkali dia ada di Kang-lam sedang bersenang-senang," kata Wan Say Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku juga berharap begitu!" kata Kong-sun Po. "Untung kau datang, jika tidak kami bisa celaka," kata Ci Giok Phang ikut bicara. "Han Kong-cu itu ternyata lihay!" "Aku juga heran?" kata Kong-sun Po. "Apa yang kau herankan?" tanya nona Wan. "Dia murid Pek Tek, jago tua itu. Pantas jika dia lihay! "Aku kira dia bukan murid Pek Tek!" kata Kong-sun Po. "Darimana kau ketahui hal itu?" tanya nona Wan. "Dari ilmu silatnya," jawab Kong-sun Po. "Tenaga Pek Tek keras dan lunak, berbeda dengan tenaga orang she Han itu! Setahuku Pek Tek bukan akhli Tiam-hiat!" "Kau sangsi tentang gurunya?" kata nona Wan. "Ya. Tapi aku belum bisa menjelaskannya," kata Kong-sun Po. Aku kira Bun Tay-hiap pengalamannya luas, lebih baik kita tanyakan saja pada beliau!" Nona Wan agak tak sabar tapi mereka sudah dekat ke rumah Bun Yat Hoan. Begitu sampai mereka meminta pada penjaga rumah agar memberi tahu pada Bun Yat Hoan tentang kedatangan mereka. Tak lama mucul seorang pria berumur sekitar limapuluh tahun. Ci Giok Phang mengenalinya. "Eeh, ternyata Chan Toa-siok pun ada di sini?" kata Ci Giok Phang. Pemuda ini agak kaget bertemu Chan It Hoan. Dia salah seorang pegawai keluarga Han di Yang-ciu. "Ci Kong-cu, sudah kuduga kau akan datang. Tentang kejadian masa lalu jangan kau pikirkan. Adikmu sekarang menjadi menantu Bun Yat Hoan," kata Chan It Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, aku memang sedang mencari adikku," kata Giok Phang. "Benarkah dia telah menkah dengan Seng Siauwhiap?" "Benar," kata Chan It Hoan. "Pestanya pun meriah sekali,

semua jago berdatangan mengucapkan selamat. Sayang kau tak hadir!" "Chan Toa-siok, tolong kau temukan aku dengannya," kata Ci Giok Phang. "Sayang, adikmu dan Seng Siauw-hiap sedang tak ada di rumah," kata Chan It Hoan. "Ke mana mereka?" kata Ci Giok Phang. "Mereka sedang melaksanakan tugas dari gurunya," kata Chan It Hoan. "Sebentar bila kau betemu dengan Bun tay-hiap bisa kau tanyakan soal mereka padanya." Mereka lalu dipersilakan masuk. Malah Chan It Hoan sudah mendapat keterangan Bun Yat Hoan sedang menunggu mereka di ruang tamu. Begitu bertemu Bun Yat Hoan, Kong-sun Po memberi hormat. "Jangan sungkan," kata Bun Yat Hoan. "aku juga mendapat petunjuk Kakekmu, sekalipun aku tidak jadi murid kakekmu! Tapi bisa dikatakan aku ini muridnya yang tidak resmi!" Bun Yat Hoan mencoba membangunkan Kong-sun Po, maksudnya untuk menjajal tenaga Kong-sun Po. Bun Yat Hoan girang melihat Kong-sun Po tampak gagah. Dia girang sekali padahal ayah Kong-sun Po yaitu Kong-sun Kie banyak berbuat dosa. Tapi anaknya cukup menggirangkan. Ci Giok Phang pun memberi hormat. Bun Yat Hoan berkata pada pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adikmu telah menjadi isteri muridku. Maka sebagai keluarga kau jangan sungkan! Sayang kau datang terlambat, sekarang mereka sedang ke tempat Ong Cee-cu! Mereka mewakiliku!" kata Bun Yat Hoan. "Kebetulan, kami juga mau ke Thay-ouw." kata Ci Giok Phang. "Jangan tergesa-gesa, kalian baru datang, istirahat saja dulu," kata Bun Yat Hoan. Nona Wan memberi hormat. "Siapa dia?" tanya Bun Yat Hoan. "Dia puteri ketua pulau Beng-shia-to!" kata Ci Giok Phang. "Hm! Kau jangan malu-malu, bukankah dia tunanganmu?" kata Kong-sun Po. "Oh, jadi kau menantu beliau?" kata Bun Yat Hoan. Bun Yat Hoan jadi heran kenapa Ci Giok Phang bertunangan dengan anak seorang jago tua yang berpihak di dua golongan, jahat dan benar. Mereka dipersilakan duduk. Setelah mereka duduk Kong-sun Po bicara. "Paman Bun, ada yang ingin kutanyakan pada Paman," "Kakatakan saja," kata Bun Yat Hoan. "Tadi di luar kota kami bertemu dengan Pek Lo-sian-seng,

dia tinggal di rumah Perdana Menteri Han, siapa beliau itu?" kata Kong-sun Po. "Yang kau maksud Pek Tek, bukan?" kata Bun Yat Hoan. "Dia utusan Ong Cee-cu dan tamu Han To Yu. Kenapa kau sangsi padanya?" "Mana berani, beliau jago tua. Mana mungkin aku sangsi!" kata Kong-sun Po. "Yang ingin kuketahui tentang putera perdana menteri, apa dia murid Pek Lo-cian-eee atau bukan?" "Terus terang aku juga tak tahu soal itu," kata Bun Yat Hoan. "Pek Tek baru dua bulan di sana, apa kau bertarung dengannya?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Aku sangsi gaya bersilat Han Hie Sun berbeda dengan ilmu silat Pek Lo-cian-pwee. Sekarang sesudah mendengar keterangan Bun Tay-hiap, aku yakin dia bukan murid Pek Locianpwee. Lalu murid siapa?" kata Kong-sun Po. "Di istana ayahnya tidak sedikit orang-orang gagah," kata Bun Yat Hoan. "Dari ceritamu, Han Hie Sun lebih tinggi kepandaiannya dari para jago di sana. Siapa gurunnya, aku juga tak tahu. Memang kenapa?" "Karena curiga jadi aku ingin tahu saja," jawab Kong-sun Po. "Jago Tiam-hiat sekarang ini, mana ada yang lebih lihay dari Bu-lim-thian-kiauw! Malah aku dengar kau belajar darinya. Masakah kepandaianmu aku mampu menandingi dia?" kata Bun Yat Hoan. "Dia lihay, sekalipun belum sempurna sekali. Selain lebih hebat ilmu totoknya lebih baik dari Tam Siok-siok!" kata Kongsun Po. "Kenapa begitu?" Bun Yat Hoan keheranan. "Entahlah, kuakui dia lebih lihay!" kata Kong-sin Po. "Jadi dia mahir Keng-sin-ci-hoat?" "Benar! Maka itu aku heran." Kata Kong-sun Po. "Jika demikian, sungguh aneh sekali!" kata Bun Yat Hoan. "Apa yang mengherankan, jelaskan, aku tidak mengerti?" kata nona Wan. "Maksudnya, ilmu tiam-hiat Tam Yu Cong itu berdasarkan hiat-to atau titik yang ada di patung tembaga milik Kerajaan Song yang diduduki bangsa Kim. Patung itu dirampas oleh musuh. Konon raja Kim mengumpulkan jago silat dan tabib untuk mengungkap rahasia patung itu!" kata Bun Yat Hoan. "Tim penyelidikan itu dipimpin oleh Wan-yen Tiang Ci."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang aku mengerti!" kata nona Wan. "Mengerti tentang apa?" kata Ci Giok Phang. "Aku sekarang tahu, siapa "orang bertopeng" yang mencuri lukisan itu!" kata nona Wan. "Dia adalah guru Han Hie Sun!" "Apa maksudmu. Siapa orang bertopeng itu maksudmu?" kata Bun Yat Hoan. Nona Wan menceritakan apa yang dia dengar dai Kho-si atau isteri Ciauw Goan Hoa sebelum dia meninggal. "Oh, jadi begitu ceritanya," kata Bun Yat Hoan. "Aku tahu sekarang," kata Bun Yat Hoan. "Jadi salinan gambar itu ada dua buah. Yang satu milik Kerajaan Song yang satunya hasil penelitian orang Kim!" kata Bun Yat Hoan. "Bun Tay-hiap benar," kata nona Wan. "Mungkin lukisan asli milik Kerajaan Song lebih bagus dibanding milik kerajaan Kim, itu sebabnya Kong-sun Po mengatakan ilmu tiam-hiat Han Hie Sun lebih bagus! Saat terjadi pencurian di kamar Kho Kiat, orang bertopeng menotok Yo Tay Ceng dan Ciok Leng. Ketika itu Yo Tay Ceng dan Ciok Leng mencurigai Kho Kiat bersekongkol dengan orang bertopeng. Orang itu dikira Hokhong To-cu Kiong Cauw Bun. Ternyata dugaan itu keliru. Sebab orang itu guru Han Hie Sun!" "Kita sudah mendapat titik terang, tapi siapa guru Han Hie Sun?" kata Ci Giok Phang. "Tentang Keng-sin-ci-hoat itu, Tam Siok-siok belum mempelajarinya secara sempurna. Dia tahu ada sebuah lukisan milik Kerajaan Song, tapi tak tahu ada di mana?" kata Kong-sun Po. "Jika guru Han Hie Sun sudah ditemukan, maka akan bermanfaat bagi Tam Siok-siok. Mereka berdua bisa bertukar-pikiran berdua!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Muridnya begitu, pasti sifat gurunya juga sama," kata nona Wan. "Sifat Han Hie Sun jahat, orang yang jadi gurunya pasti sama dan bukan orang baik!" "Memang aku juga khawatir, jika lukisan itu berada di tangan oangjahat, kelak pasti akan membahayakan dunia persilatan," kata Bun Yat Hoan. "Sebaiknya aku mencari tahu, siapa guru Han Hie Sun? Jika tidak berhasil aku akan minta bantan Liok Pang-cu Kay-pang untuk mencari siapa orang itu'. "Terima kasih, Bun Tay-hiap," kata Kong-sun Po. Mereka akan pamit tapi ditahan agar bermalam, baru

besoknya mereka pergi dari rumah Bun Yat Hoan. Esok harinya... Saat matahari terbit, mereka sudah meninggalkan tempat Bun Yat Hoan. Di tengah jalan nona Wan bicara. "Eeh, apa kalian setuju malam ini kita selidiki rumah Han To Yu?" kata si nona. "Jangan terburu-buru, bukankah Bun Tay-hiap berjanji akan membantu menyeldiki masalah ini?'' kata Ci Giok Phang sambil tersenyum. "Kho-si meninggal gara-gara lukisan itu," kata nona Wan, "aku ingin sekali segera mengungkap misteri itu. Jika Bun Tay Hiap berhasil dan tahu siapa guru Han Hie Sun, kita bisa apa terhadapnya? Kita ke rumah Han To Yu, lalu bekuk Han Hie Sun dan langsung kita tanya dia, beres!" "Jangan! Cara begitu kurang baik. Kita cari saja Pek Locianpwee untuk kta tanya!" kata Kong-sim Po. "Aku tak setuju, sebab begitu sampai di sana, kita sudah akan diganggu oleh Han Hie Sun. Lebih baik kita bertindak secara diam-diam saja," kata nona Wan. Akhirnya Kong-sun Po setuju. Mereka menuju ke kota Liman. Sampai di sana hari masih sore. Lalu mereka makan dulu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di sebuah rumah makan kecil. Mereka pun mencoba bertanya di mana istana perdana menteri Han. Sesudah tahu mereka pun menunggu saat yang tepat. Sore itu mereka menuju ke danau ke tempat tinggal Han To Yu. Istana perdana menteri ini berdiri membelakangi bukit. Dari sebuah tebing mereka mengintai ke istana itu. Di sekitar rumah terdapat banyak oyot atau akar pohon, dengan mudah mereka bisa memasuki taman. Padahal di taman itu banyak Wi-su (pengawal) yang berjaga-jaga. Mereka mengendapendap di balik semak-semak. Tampak beberapa pengawal sedang meronda di sekitar taman. Ci Giok Phang dan kawankawannya mengawasi ke arah gedung. "Gedung ini tamannya luas sekali," kata Ci Giok Phang. "Di mana letak kamar Han Hie Sun keparat itu!" "Jangan tergesa-gesa, tunggu saat yang baik," bisik nona Wan. Saat mereka sedang mengintai, tiba-tiba seorang budak keluar. Dengan cepat dia disergap nona Wan.Mulutnya dibekap lalu dibawa ke balik semak. "Tenang, jangan takut," kata nona Wan. "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi jika kau tak jujur awas!" Budak itu ketakutan.

"Katakan saja, apa yang ingin kau tanyakan?" kata si budak. "Kau mau ke mana?" kata nona Wan. "Aku sedang membawa kuah kolesom untuk Ji-siauw-ya," kata budak itu. "Aku ingin tahu, di mana kamar Ji Kong-cumu?" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalian mencari majikan mudaku?" "Benar," kata nona Wan. "Lekas katakan, di mana kamarnya?" Dia tahu majikan mudanya senang bergaul dengan orang kang-ouw, maka itu tanpa ragu-ragu dia berkata, "Dia tinggal di rumah susun bercat merah! Dari sini ke selatan kalian akan sampai di rumah itu. Tapi kau jangan bilang aku yang memberitahu!" "Jangan takut, aku kira Kong-cumu tak akan bertanya apaapa padamu. Kau istrahatlah dulu di barang sejam, baru kau ke kamarmu untuk tidur," kata nona Wan sambil menotok jalan darah budak itu. "Kalau kuah kolesom ini dibuang sayang sekali, lebih baik kuminum saja!" kata nona Wan sambil tertawa. Lalu dia minum. "Ah, enak juga rasanya. Kalian mau?" kata nona Wan. "Minum saja," kata Ci Giok Phang. Sesudah itu mereka menuju ke gedung tingkat bercat merah. Dengan berhati-hati mereka berusaha agar tidak terlihat oleh para penjaga. Dari semak-semak mereka mengintai, mereka lihat di salah satu jendela ada bayangan orang. "Hai, sedang apa dia?" kata nona Wan yang mengenali bayangan itu bayangan Han Hie Sun. Ternyata Han Hie Sun sedang berlatih suatu ilmu. Kakinya ke atas dan kepalanya bertumpu ke lantai. "Dia sedang berlatih tenaga dalam," kata Kong-sun Po. "Tapi rasanya tidak bagus." "Tidak bagus bagaimana?" tanya nona Wan. "Jika dia sedang konsentrasi, apapun yang terjadi di sekitarnya, tidak dia hiraukan. Lalu kenapa kau bilang kurang baik?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sikap seperti itu tidak baik, menyerang orang sedang dalam kesulitan. Sebaiknya kita bertarung dengannya dan

mengalahkannya, baru kita culik dia!" kata Kong-sun Po. "Apa perlunya bicara soal aturan dengan si jahat itu!" kata nona Wan. Ketika mereka masih berdebat, tiba-tiba muncul wanita tua bersenjata tongkat bambu hijau. Ci Giok Phang dan nona Wan langsung mengenali wanita tua itu. Dia Seng Cap-si Kouw adanya. "Mau apa dia ke mari? Apa dia kawan orang she Han atau bukan?" pikir nona Wan. Saat si nona bingung, tiba-tiba dia lihat Seng Cap-si Kouw memukul kepala Han Hie Sun. Mereka mengira wanita itu ingin membunuh pemuda itu. Ternyata dugaan mereka salah. Dia memukul untuk menghentikan latihan Han Hie Sun yang sudah tingkat kritis. Jika tidak segera ditolong oleh Seng Capsi Kouw bisa jadi Han Hie Sun celaka atau binasa. Seng Cap-si Kouw seorang akhli aliran hitam. Tindakannya itu justru untuk menyelamatkan Han Hie Sun dari bahaya. Melihat Seng Cap-si Kouw ada di kamarnya, Han Hie Sun memberi hormat. "Maaf, aku tidak menyambutmu!" kata Han Hie Sun. "Mana suhumu?" tanya Seng Cap-si Kouw. "Dia sudah menduga kau akan datang, tapi tidak kukira akan secepat ini," kata Han Hie Sun. "Dia akan sampai dua tiga hari lagi. Kau mau menunggu kedatangannya?" "Semula kukira dia bersembunyi di taman, rupanya itu orang lain," kata Seng Cap-si Kouw. "Kau melihat siapa?" tanya Han Hie sun. "Jika aku tak muncul, mungkin kau sudah disergap mereka. Tapi aku tidak tahu siapa orang itu?" kata Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Seng Cap-si Kouw mengayunkan tangan ke arah taman. "Hai bocah yang sembunyi di taman, keluar!" kata Seng Cap-si Kouw. Saat nona Wan melihat munculnya si iblis perempuan, dia tarik tangan Ci giok Phang dan mengajak Kong-sun Po untuk segera meninggalkan tempat itu. Tapi saat mereka mengundurkan diri, mereka mendengar suara deingan senjata rahasia yang dilontarkan oleh si iblis perempuan. Sambitan si iblis sangat aneh, senjata rahasianya berubah seperti sebuah bumerang. Sekalipun musuh bersembunyi di balik bukitbukitan, senjata itu mampu berbalik dan menyerang dengan hebat. Untung Kong-sun Po melihatnya. Dengan cepat, senjata rahasia cincin itu berhasil disentil oleh Kong-sun Po hingga berjatuhan.

Tak lama berkelbat sebuah bayangan. Itulah bayangan Seng Cap-si Kouw yang melompat lewat jendela ke taman. "Aah, aku kira siapa. Ternyata kalian, hai bocah-bocah masih bau kencur!" kata Seng Cap-si Kouw. Kong-sun Po belum pernah bertarung dengan wanita tua ini, maka itu dia belum tahu seberapa lihaynya wanita tua ini. "Lekas lari, biar aku yang menghadapi dia!" kata Kong-sun Po pada kawan-kawannya. "Mau pergi ke mana, jangan harap kalian bisa lolos!" kata Seng Cap-si Kouw. Dia angkat tongkatnya langsung menghajar kepala Kongsun Po dengan tongkat bambu hijaunya. Kong-sun Po secara reflek menangkis serangan itu dengan payung besinya. "Traaang!" Tangan Kong-sun Po langsung kesemutan. Dia kaget dan heran, untung payungnya dari baja murni. Jika bukan dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beradu, terkadang senjata lawan patah. Aneh tongkat bambu Seng Cap-si Kouw mampu menahan payung itu. Sebaliknya iblis perempuan ini pun kaget. Dia langsung ingat cerita Seebun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Mereka bilang mereka pernah bentrok dengan pemuda bersenjata payung. Dia manggutmanggit. Tak lama Han Hie Sun pun melompat dan sudah sampai di tempat itu. "Aaah, aku kira siapa? Ternyata kalian!" kata Han Hie Sun mengejek. "Kemarin kalian aku undang, tapi kalian menolak. Eeh, malam ini malah kalian datang! Sembunyi-sembunyi lagi!" Han Hie Sun tertawa menghina. "Jika kalian sendiri datang, sebaiknya tak boleh pergi lagi!" kata Han Hie Sun. Orang yang dia takutkan Kong-sun Po, tapi pemuda itu sedang bertarung melawan Seng Cap-si Kouw. Dia girang, maka itu dia hampiri Ci Giok Phang dan nona Wan. "Karena ada Pek Tek, jiwa kalain kuampuni. Sekarang kau harus kuajar adat!" kata nona Wan. Han Hie Sun tertawa. "Kau mau mengajar adat padaku? Aku malah sayang padamu!" kata Han Hie Sun menggoda dengan sikap tengil. Wajah nona Wan berubah serius. Dia tusukkan pedangnya ke dada lawan. "Nona, ilmu totokmu itu harus kau latih lagi!" kata Han Hie Sun. Saat serangan pedang nona Wan sampai, dengan cepat dia buka kipasnya. Ketika pedang sampai, kipas itu dia tutup

dengan cepat. "Sreet!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tangkis pedang nona Wan, lalu dengan kipasnya dan dia totok bagian dada nona Wan. "Jangan tekabur!" bentak Ci Giok Phang yang langsung menyerang. Dia gunakan jurus Sam-goan-to-goat (Tiga gelang menjerat rembulan). Ini salah satu jurus andalan Pek-hoa-kok. Han Hie Sun pernah bertarung melawan Ci Giok Phang. Maka itu dia tidak berani memandang ringan lawan. Dia tarik kipasnya untuk menangkis serangan pedang lawan. Lalu balas menyerang dengan menotok beberapa jalan darah Ci Goik Phang. Serangan nona Wan tak sehebat Ci giok Phang, tapi jurus pedang si nona cukup gesit dan berbahaya. Tak lama terdengar suara nyaring. "Breet!" Tangan baju Han Hie Sun terobek pedang si nona. Pertempuran mereka jadi seimbang, entah jika satu lawan satu, tapi sekarang Han Hie Sun dikeroyok berdua. Sekalipun Seng Cap-si Kouw lebih lihay dari Kong-sun Po, tapi untuk mengalahkan pemuda itu tidak mudah. Dengan paung di tangannya, Kong-sun Po berusaha menahan setiap serangan si iblis perempuan. Tak heran setiap serangan Seng Cap-si Kouw selalu bisa diatasi oleh pemuda ini. Ketika itu para penjaga sudah mengetahui ada pertempuran di taman, mereka segera berlomba mendatangi taman. Sejak masih kecil Kong-sun Po dididik oleh tiga jago terkemuka. Lwee-kangnya sangat tinggi, sedang pukulan jarak jauhnya sudah bagus. Ketika Kong-sun Po menyerang Han Hie Sun, orang she Han itu merasa dadanya seperti terhajar sebuah palu besar. Dia mundur beberapa langkah. Melihat lawannya mundur, nona Wan menggunakan kesempatan baik itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rasakan pedangku!" kata si nona yang menusuk bahu Han Hie Sun dengan cepat. Tapi kecepatan nona Wan masih kalah oleh kecepatan tongkat bambu hijau. Seng Cap-si Kouw menangkis pedang nona Wan. Sekarang dia menghadapi Ci Giok Phang dan nona Wan. Sebuah serangan yang diarahkan ke dua sasaran dan

luar biasa cepatnya. Nona Wan buru-buru menarik tusukannya. Bersama Ci Giok Phang nona Wan melompat mundur. Pada saat yang bersamaan Kong-sun Po sudah melompat maju membantu dua kawannya. Untung gerakan Seng Cap-si Kouw hanya ingin menyelamatkan Han Hie Sun, jika dia berniat menyerang mereka, paling tidak nona Wan akan terluka olehnya. Serangan Kong-sun Po pada Han Hie Sun sebuah serangan tipuan. Akal Kong-sun Po ini ternyata berhasil. Dengan mundurnya Seng Cap-si Kouw menyelamatkan Han Hie Sun, kesempatan ini digunakan oleh tiga anak muda itu untuk meloloskan diri. Han Hie Sun kelihatan kesakitan. Bahunya terasa panas. "Aah kejam sekali perempuan itu, untung Seng Cap-si Kouw menyelamatkan aku!" pikir Han Hie Sun yang kaget bukan kepalang. Dengan marah Han Hie Sun memberi perintah. "Pengawal tangkap mereka! Jangan sampai ada yang lolos!" kata Han Hie Sun. Saat mengejar usaha mereka sia-sia. Dengan mudah Kongsun Po berhasil menotok mereka. Su Hong gusar. "Panggil Pek Tek supaya dia lihat perbuatan kawankawannya...." kata Su Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi belum selesai ucapannya payung Kong-sun Po sudah mengancam dirinya. Dia gunakan Kim-na-ciu andalannya. Tapi celaka justru urat nadi Su Hong terkilir karena bentrok dengan payung baja murni Kong-sun Po. Dengan cepat ketiga orang itu sudah melompati tembok dan menghilang. Saat itu mereka dihujani oleh anak panah para pengawal, Kong-sun Po dengan payungnya menangkis semua anak panah itu. Ketika mereka sudah jauh Seng Cap-si Kouw berpikir. "Jika mereka kukejar, belum tentu aku bisa mengalahkan mereka? Apalagi dia murid Beng Beng Tay-su, jika aku memaksa aku malah dianggap menghina Beng Beng Tay-su!" begitu Seng Cap-si Kouw berpikir. Dia tak jadi mengejar, malah bertanya pada Han Hie Sun. "Bagaimana lukamu? Biar lain kali kita balas mereka!" kata Seng Cap-si Kouw. Saat itu Han Hie Sun menahan sakit karena pukulan jarak jauh Kong-sun Po tadi. Maka itu dia pun diam saja. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

Pengantar dari penerbit Untuk memenuhi permintaan para pembaca "Beng Ciang Hong In Lok" mengenai penggantian cover buku, kami penuhi dan pembuatan cover ini dikerjakan oleh sdr. Dedi Sugianto. Juga untuk memenuhi keinginan pembaca mengenai ilustrasi cerita aslinya, kami juga sertakan dalam jilid 4 ini, sesudah kami temukan kembali buku aslinya. Mulai sejak jilid 4 dan selanjutnya, kami akan terus memuat gambar asli buku yang diterjemahkan oleh sdri. Ai Cu ini sampai selesai.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan ini kami penuhi keinginan pembaca sehinggu buku ini menjadi lengkap dan menarik. Semoga para pembaca puas atas sajian kami ini. Penerbit -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Kelima
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK

(Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Jilid Ke 5 Diceritakan kembali oleh : Marcus A.S. MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2006

-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bab 51 Ci Giok Phang Bertemu Siauw Hong; Seng Liong Sen Dipermainkan Pengemis Tua

Tiga orang muda-mudi itu melarikan diri dari taman gedung perdana menteri. Ketika mereka menoleh dan tidak ada yang mengejar lagi, hati mereka lega juga. Sambil tersenyum Wan Say Eng berkata pada dua orang kawannya. "Tidak kusangka, lihay juga iblis perempuan itu!" kata nona Wan. "Jika Ayah sudah aku temukan, akan kucari lagi dia untuk mengadakan perhitungan yang menentukan!" "Sesudah kejadian ini aku khawatir Pek Lo-cian-pwee mendapat susah dari mereka!" kata Kong-sun Po. "Mudah-mudahan saja tidak," kata Ci Giok Phang. "Pek Locianpwee merupakan penghubung antara Han To Yu dengan para tokoh persilatan di daerah Kang-lam, yakni saat diketahui tentara Mongol akan menyerang ke daerah selatan! Aku kira Han To Yu masih memerlukan tenaganya." "Sekarang mau ke mana kita?" tanya Kong-sun Po. "Sebaiknya kita ke Thay-ouw saja untuk menemui Kok Siauw Hong!" kata Ci Giok Phang. "Baik, karena Ong Cee-cu dengan Bibi Hong-lai-mo-li punya hubungan baik," kata Kong-sun Po. "Kita bisa minta bantuan Ong Cee-cu untuk mengirim khabar kepada Bibi Hong-lay-moli di Kimkee-leng! Beritahu pada Bibi tentang munculnya Iblis Perempuan di istana Perdana Menteri Han. Aku yakin Bibi akan memberi tahu Tam Siok-siok. Maka dengan tak perlu menunggu bertemu ayahmu, aku rasa sudah memadai jika hanya untuk membereskan si Iblis Perempuan!" "Dari ucapan Seng Cap-si Kouw tadi, aku yakin dia kenal dengan guru Han Hie Sun. Guru Han Hie Sun pasti si Manusia Bertopeng. Jika Bu-lim-thian-kiauw mengetahui hal ini, pasti dia akan mencari mereka!" kata nona Wan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka terus melanjutkan perjalanan ke Thay-ouw. Tanpa terasa akhirnya mereka tiba di Thay-ouw. Danau itu luas sekali. Pemandangan di tempat itu pun indah. Ketika mereka sedang berada dekat semak gelagah, terdengar suara suitan nyaring. Tak lama muncul sebuah perahu dari balik semak-semak itu. "Apakah Anda rombongan Ci Kong-cu dari Pek-hoa-kok?" sapa si tukang perahu. Mendengar pertanyaan itu mereka jadi keheranan. "Kau mengenaliku, siapa sebenarnya Anda? Padahal kita belum pernah berkenalan," kata Ci Giok Phang. "Aku sudah tahu tentang kedatangan kalian dari Ong Ceecu, aku diperintah beliau untuk menyambut kedatangan kalian!" kata si tukang perahu. Ci Giok Phang mengangguk, tanpa ragu-ragu mereka naik ke atas perahu. Perahu pun mulai dikayuh. "Tuan, tahukah kau di mana Kok Siauw Hong dan Nona Ci bersama Seng Siauw-hiap berada?"kata Ci Giok Phang. "Tentang Kok Siauw-hiap, dia memang ada di Thay-ouw. Mengenai Seng Siauw-hiap dan isterinya, aku tidak tahu," jawab si tukang perahu. Markas besar Ong Cee-cu berada di danau besar Tongtengouw. Ketika mereka sampai ternyata Ong Cee-cu dan Kok Siauw Hong sudah menunggu kedatangan mereka di sana. Sekalipun mereka girang karena bertemu dengan Kok Siauw Hong, hati Ci Giok Phang merasa tidak enak juga. Sedang Ong Cee-cu langsung berkata pada Ci Giok Phang. "Ci Siauw-hiap, kau dari tempat Bun Tay-hiap, sayang aku tidak bisa menghadiri pernikahan adikmu dengan Seng Siauwhiap!" kata Ong Cee-cu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi mereka belum sampai ke tempat ini?" kata Ci Giok Phang bingung dan khawatir. "Kata Bun Tay-hiap adikku bersama suaminya sudah lama mau ke sini!" "Hah! Wah, kalau begitu mereka mendapat halangan di tengah jalan. Tapi jangan khawatir, sebab Seng Liong Sen dikenal di daerah ini. Biar akan kukirim orang untuk menyelidikinya!" kata Ong Cee-cu memberi kepastian. Mereka akhirnya bermalam di tempat Ong Cee-cu yang bernama Ong It Teng.

Malam itu Ci Giok Phang tidur dengan Kok Siauw Hong. Mereka ngobrol sampai jauh malam. Terutama mengenai pengalaman mereka saat keduanya berpisahan. "Tempo hari ketika aku ke rumah Perdana Menteri Han To Yu, aku bertemu dengan seseorang, mungkin kau pun tidak mengira." kata Ci Giok Phang. "Bertemu dengan siapa?" tanya Kok Siauw Hong. "Dengan Seng Cap-si Kouw," jawab Ci Giok Phang. "Kenapa dia bisa ada di sana?" tanya Kok Siauw Hong heran. Sesudah itu Ci Giok Phang menceritakan pertemuannya dengan Seng Cap-si Kouw. "Aku pun sedang mencari dia!" kata Kok Siauw Hong. "Mencari dia, untuk apa?" kata Ci Giok Phang. "Ayah Pwee Eng luka dan dirawat di rumahnya, tapi ketika dicari dia tidak ada di sana hingga membuat Pwee Eng khawatir. Jadi untuk mencari ayah nona Han kita harus mencari dia dulu!" kata Kok Siauw Hong. Ci Giok Phang menghela napas. "Syukur kau tidak bertemu dengan Han Lo-eng-hiong!" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong langsung mengerti apa artinya itu, sebab jika dia bertemu dengan Han Tay Hiong dan menyampaikan soal pemutusan perjodohannya dengan Han Pwee Eng bisa berabe. Ternyata dalam setahun terakhir ini telah terjadi banyak perubahan yang dialaminya. Saat Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian diperintahkan pergi ke tempat Ong Cee-cu di Thay-ouw, mereka langsung mengadakan perjalanan bersama-sama. Suatu hari mereka telah tiba di daerah Ciat-kang Barat. Untuk menghemat waktu mereka mengambil jalan pintas lewat daerah pegunungan. Saat itu Seng Liong Sen ingat sesuatu. "Dik Giok Hian nanti di Thay-ouw pasti kau akan bertemu dengan orang yang tak kau duga-duga," kata Seng Liong Sen. Ci Giok Hian heran melihat sikap aneh suaminya itu. "Maksudmu bertemu dengan siapa?" kata Ci Giok Hian. "Kau akan bertemu dengan Kok Siauw Hong," kata Liong Sen dingin. "Aku dengar dari Suhu, dia akan ke Thay-ouw!" "Jika bertemu dengannya, memang kenapa?" kata Giok Hian dengan perasaan kurang enak. "Kita sudah jadi suami isteri, apa kau masih tidak percaya padaku?" "Kau baik padaku, aku sangat berterima kasih," kata Liong Sen. "Tapi karena aku dicelakakan si budak sial itu, aku hanya

namanya saja suamimu, tapi tak bisa menjalankan kewajiban sebagai suami yang baik. Aku jadi tidak enak padamu. Entah Kok Siauw Hong sudah menikah atau belum dengan Nona Han?" "Tutup mulutmu! Jangan kau teruskan bicaramu!" kata Ci Giok Hian. "Ingat! Bagi suami isteri kerukunan rumah-tangga dan saling mencintai sudah cukup! Yang lain jangan kau pikirkan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Ci Giok Hian mendengar ucapan suaminya, dia jadi merasa kurang nyaman. Dia teringat kepada Kok Siauw Hong yang dulu sangat dicintainya. Gara-gara itu dia sampai harus bentrok dengan Han Pwee Eng, sahabat baiknya. "Benarkah aku menyukai Seng Liong Sen? Bukankah karena ketamakanku ingin menjadi isteri seorang Bu-lim-beng-cu hingga aku menikah dengan Liong Sen?" pikir Ci Giok Hian yang mulai bingung dan tidak tenang. Ketika itu udara agak mendung seperti akan turun hujan, suasana saat itu sangat lembab. Sekarang Seng Liong Sen pun diam. Dia tidak mengajak isterinya bicara lagi. Sambil berjalan mereka sama-sama tutup mulut. Saat tiba dijalan yang sangat curam dan sempit di sebuah lereng gunung, mereka melihat seorang berpakaian mirip pengemis. Dia sedang tidur melintang di tengah jalan. Mungkin itu seorang pengemis tua yang kelelahan tanpa sadar tertidur di tempat berbahaya itu. Letak jalan itu berada di tepi jurang, sudah tentu tubuh orang itu menghalangi jalan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang akan dilewati suami-isteri tersebut. Jika orang itu membalikkan tubuhnya, sungguh berbahaya. Dia akan terjatuh ke dalam jurang dan binasa. Pengemis itu tidur di tepi jurang beralaskan sebuah bantal batu. Melihat lagak dan tingkah pengemis yang seolah menghalangi jalan mereka, Seng Liong Sen yang memang sedang dongkol jadi bertambah mendongkol. Tanpa pikir panjang Seng Liong Sen mendamprat ke arah pengemis yang sedang tidur itu. "Hai pengemis tua yang sudah mau mampus! Aku tak peduli jika kau mau terjun ke dalam jurang hingga mampus di sana! Tapi jangan kau halangi jalan kami!" kata Seng Liong Sen sengit. "Huus! Sabar sedikit, bangunkan saja," bisik Ci Giok Hian menasihati suaminya. "Malah sebaiknya kau lindungi dia agar tidak terjatuh ke dalam jurang!" "Kau sangat baik, kenapa kau suruh aku meladeni dia?" kata Liong Sen kurang senang. "Dia tidur di tempat yang berbahaya, cara dia tidur pun sangat aneh!" kata Ci Giok Hian. "Ingat kata-kata Buddha, menolong satu jiwa sama dengan membangun sebuah pagoda setinggi tujuh tingkat. Apalagi kita pun tidak harus tergesagesa?" "Baik, akan kuturuti permintaanmu," kata Seng Liong Sen. Sekalipun menurut, tapi hati Seng Liong Sen dongkol karena isterinya terlalu menaruh perhatian pada si pengemis itu. Seng Liong Sen menghampiri pengemis tua itu, dia mencoba membangunkannya. Tapi si pengemis tua seperti tuli, seolah fia sedang tertidur lelap. Dia tidak menghiraukan panggilan Seng Liong Sen yang berulang-ulang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa kubilang, dia tidur seperti orang mati! Agar tidak buang waktu, mari kita lompati saja dia!" kata Liong Sen. Saat itu pengemis tua itu bangun dan duduk hingga Ci Giok Hian kaget. Tiba-tiba pengemis tua itu menggerutu. "Sedang enak-enaknya tidur, kalian datang mengganggu. Dasar tidak tahu aturan!" kata pengemis tua itu. "Sial, kami baik ingin menolongimu, kau malah memaki kami!" kata Seng Liong Sen. "Tadi, kau bilang aku seperti orang mati, bukan?" kata si

pengemis tua sengit. "Kaulah yang mau mampus, mana sudi aku kau tolongi!" Seng Liong Sen gusar. Dia berniat menyerang pengemis itu, tapi Ci Giok Hian mencegahnya. "Sudah, jangan kau layani dia. Jika dia tidak mau menerima kebaikan kita, mari tinggalkan saja dia!" kata Ci Giok Hian. Pengemis tua itu mengambil tempat arak dari kulit labu. Dia membuka tutupnya hingga tercium bau harum ke manamana. "Ternyata kau sangat baik, Nona, mari kusuguhi kau arak!" kata si pengemis. "Siapa yang menginginkan arakmu, lekas minggir!" kata Seng Liong Sen gusar. "Jika ada orang yang minta arakku ini, belum tentu dia akan kuberi! Tapi kau si bocah busuk, kau berani kurang ajar padaku! Kalau begitu pergi kau dari sini!" kata si pengemis tua. "Liong Sen, sudah jangan bertengkar dengannya," kata Ci Giok Hian sambil menarik tangan suaminya. "Memang siapa yang mau ribut dengan pengemis bau ini?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian menarik tangan suaminya, agar segera meninggalkan pengemis tua yang masih menggerutu itu. Sesudah agak jauh Seng Liong Sen kelihatan masih kurang senang. "Sudah kubilang kau jangan pedulikan pengemis bau itu," kata Seng Liong Sen pada isterinya. "Ternyata bukan berterima kasih, dia malah mengejek kita!" "Liong Sen, kau jangan begitu, siapa tahu dia orang gagah kalangan Kang-ouw. Jika bukan, masakan dia berani tidur di tepi jurang yang berbahaya? Kata-katanya pun mencurigakan," kata Ci Giok Hian. Tawaran arak si pengemis tua membuat Ci Giok Hian sedikit curiga, tapi Seng Liong Sen tidak merasakannya. Mungkin karena dia merasa sebagai pewaris Bun Yat Hoan, ditambah lagi dia memang orang daerah Kang-lam. Maka itu di depan isterinya dia tidak mau mengaku salah. "Aku rasa dia bukan orang gagah, jadi jangan sembarangan mengira dia orang gagah!"' kata Seng Liong Sen. Mereka melanjutkan perjalanan, tapi tak lama Ci Giok Hian mendengar suara orang menggeros sedang tidur. Ketika sampai ke tempat suara itu Ci Giok Hian kaget. "Lihat Liong Sen!" kata Ci Giok Hian. Ternyata di depan mereka terlihat si pengemis tua tadi, dia sedang tidur dengan bantal batu seperti saat di jurang tadi.

Yang membuat Ci Giok Hian bingung, karena dia dan suaminya sudah menempuh jarak beberapa li jauhnya. Sekarang dia lihat si pengemis tua itu malah sudah ada di depan mereka. Saat menyusul mereka pasti si pengemis tua itu telah menggunakan gin-kang yang tinggi. Anehnya dalam waktu sesingkat itu dia sudah bisa mendahului mereka. Melihat hal itu Ci Giok Hian kelihatan kaget dan bingung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tenang! Mungkin kau benar dia lihay, bahkan tadi aku memakinya. Tapi aku kira di daerah Kang-lam ini nama Guruku bisa menjadi jaminan. Dia tidak akan marah kepadaku, percayalah!" kata Seng Liong Sen menenangkan hati isterinya. "Lo Cian-pwee, aku minta maaf tadi aku bersikap kurang sopan padamu," kata Seng Liong Sen sambil memberi hormat. Tiba-tiba pengemis tua itu bangun, dia mengawasi kedua muda-mudi itu dengan sorot mata gusar. "Hm! Kiranya kalian lagi! Kenapa sih kalian selalu mengganggu orang yang sedang enak-enak tidur?" kata si pengemis tua. "Maaf, Lo Cian-pwee. Kenapa kau menggoda kami?" "Siapa punya waktu menggoda kalian, aneh sekali!" kata si pengemis tua. "Katakan padaku, Bu Yat Hoan itu apamu?" "Beliau Guruku," jawab Seng Liong Sen. "Aku sudah menduga, pasti kau Seng Liong Sen, pewaris dari gurumu!" kata si pengemis tua. "Seng Cap-si Kouw itu Bibimu, bukan?" "Benar, beliau Bibiku. Apa kau juga kenal padanya, Lo Cianpwee!" kata Seng Liong Sen. "Pantas kau congkak sekali karena gurumu Bu-lim-beng-cu di Kang-lam dan bibimu, orang yang disegani!" kata si pengemis tua. "Oh maaf, boan-pwee (hamba yang rendah) tidak berani bersikap congkak di depanmu," kata Seng Liong Sen coba merendah sambil memberi hormat. Pengemis tua itu meminum arak dari tempat araknya. Tapi tiba-tiba arak yang ada di mulutnya yang bercampur dengan ludah, dia semburkan ke muka Seng Liong Sen. Karuan saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen terperanjat bukan kepalang. Perbuatan si pengemis tua itu membuat Seng Liong Sen berang sekali. "Aku tak mau tahu siapa kau, mari kita adu jiwa!" kata

Seng Liong Sen pada si pengemis tua. Seng Liong Sen sudah diajari ilmu silat oleh dua orang guru, Bun Yat Hoan dan Seng Cap-si Kouw, pasti ilmu pedang dan totokkannya lihay. Ketika dia menyerang ke arah tujuh jalan darah lawan, si pengemis tua malah tertawa terbahakbahak. "Hm! Jangankan pedangmu, poan-koan-pit gurumu pun aku tak takut! Kau berani mempertontonkan kepandaian rendahmu di depanku ya? Ibarat sebuah pepatah, kau main kapak di depan tukang kayu kawakan!" kata si pengemis tua mengejek. Mereka sudah langsung bertarung tapi pedang Seng Liong Sen selalu tertangkis oleh sentilan si pengemis tua itu. Saat Seng Liong Sen hendak mengulangi serangannya, tahu-tahu Seng Liong Sen telah tertotok oleh si pengemis tua itu. Ci Giok Hian menghunus pedangnya untuk membantu suaminya. Tapi melihat suaminya kalah, niatnya dibatalkan. "Lebih baik aku minta maaf, mungkin pengemis itu marah karena kesombongan suamiku?" pikir Ci Giok Hian. Baru saja Ci Giok Hian akan maju untuk minta maaf, pengemis tua itu sudah langsung berkata, "Kau isterinya, kan? Ternyata kau lebih baik dari suamimu!" "Lo Cian-pwee mohon kau maafkan suamiku demi memandang muka gurunya, Bun Yat Hoan," kata Ci Giok Hian. "Hm! Aku tidak bisa kau gertak dengan nama Bun Yat Hoan, untuk apa aku harus mengalah kepadanya?" kata si pengemis tua. "Tapi, karena kau yang meminta maaf, baiklah."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, aku mewakili suamiku untuk minta maaf padamu, Lo Cian-pwee...." Pengemis tua itu tertawa. "Kalian sudah menikah, kan? Tapi aku tahu kalian belum menjadi suami-isteri yang sejati. Apa kau suka kepadanya?" kata pengemis tua itu pada Ci Giok Hian. Wajah nona Ci jadi merah padam. "Kau jangan menggodaku, aku menikah dengan apa dan siapa-pun, aku harus setia pada suamiku!" kata Ci Giok Hian. "Baiklah, aku ingin bertanya padamu. Tapi kau harus menjawabnya dengan jujur!" kata si pengemis. "Silakan," kata Ci Giok Hian. "Aku tidak percaya pada suamimu, maka itu aku bertanya padamu. Tentang lukisan Hiat-to-tong-jin, seberapa banyak yang kau ketahui?" kata si pengemis itu. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti!" kata Ci Giok Hian. "Aku baru kali ini mendengarnya."

"Masakan Seng Cap-si Kouw tak pernah mengatakannya padamu?" kata si pengemis. "Tidak pernah, malah sejak aku menikah belum pernah aku bertemu dengannya," kata Ci Giok Hian. "Sebelum kau menikah?" "Aku hanya pernah tinggal semalam, ketika aku baru kenal pada bibinya. Jadi mana mungkin rahasia itu diberitahukan kepadaku," kata Ci Giok Hian. "Satu lagi, apakah kau kenal dengan isteri kedua Ciauw Goan Hoa bernama Kho Siauw Hong?" kata si pengemis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku pernah mendengar nama Ciauw Goan Hoa, tapi belum pernah bertemu dengannya," kata Ci Giok Hian. "Apalagi dengan isteri keduanya!" Sesudah termenung sejenak pengemis tua itu berkata lagi. "Baiklah, untuk sementara ucapanmu kuanggap benar. Tapi untuk sementara kalian terpaksa harus kusandera!" katanya. "Kau mau menahan kami? Maaf, kami masih ada urusan yang harus diselesaikan, tolong bebaskan kami!" kata Ci Giok Hian. "Aku memang baik padamu," kata si pengemis. "Tapi aku tidak mau tahu tentang urusanmu. Jika kau mau pergi, silakan tapi kau boleh pergi tanpa suamimu!" "Jika suamiku kau tahan, sudah tentu aku pun tidak akan pergi! Tapi katakan apa alasannya kau menahan kami?" kata Ci Giok Hian. "Kau tanya alasannya? Baiklah itu akan kukatakan. Jika aku hanya menghadapi bibinya, aku pun tidak takut. Tapi bibinya bersahabat dengan Han Tay Hiong. Jika mereka sampai bergabung dengannya, aku bukan tandingan mereka. Tapi jika keponakannya ada di tanganku, bibinya pun harus berpkir dua kali, jika dia akan mencelakaiku!" kata si pengemis tua. "Ada permusuhan apa Lo Cian-pwee dengan bibinya?" "Kau cerewet dan banyak bertanya! aku katakan terus terang, aku tidak akan memaksamu harus ikut aku, jika mau pergi silakan saja. Jika kau sayang pada suamimu lebih baik kau ikut dengan kami!" kata si pengemis tua. Sesudah itu dia seret Seng Liong Sen seperti dia menyeret bangkai binatang. Melihat begitu Ci Giok Hian terpaksa ikut. "Tolong katakan, siapa namamu Lo Cian-pwee?" "Kau gadis cerewet, panggil saja aku pengemis tua, beres!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok Hian akhirnya diam. Sekalipun membawa seorang tawanan pengemis tua itu bisa berjalan cepat. Sedangkan Ci Giok Hian yang mengerahkan seluruh kemampuannya pun tetap tertinggal di belakang. Si pengemis tua pun sadar pada kemampuan Ci Giok Hian, maka itu dia tidak ingin meninggalkannya terlalu jauh. Dia tetap menjaga jarak sehingga Ci Giok Hian bisa mengikutinya. Saat mengikuti pengemis tua yang membawa suaminya, tiba-tiba Ci Giok Hian ingat sesuatu. Dia mengambil kotak perhiasannya, di sana terdapat pemerah bibir. Diam-diam dia menulis surat di sehelai saputangan untuk ditinggalkan di tengah jalan. Isi tulisan itu demikian "Kami tertangkap seorang pengemis tua! Jika ada yang mene-mukan saputangan ini, tolong antarkan pada Ong Ceecu. Upahnya tusuk kundai emas ini." Tertanda Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen. Surat itu ditulis sambil berjalan dengan tergesa-gesa. Tidak heran jika tulisan itu tidak karuan macamnya. Diam-diam surat itu dia tancapkan di sebatang pohon. Harapan untuk bisa ditemukan, memang sangat tipis. Tapi Ci Giok Hian berharap, siapa tahu ada orang yang menemukannya? Dia tidak minta saputangannya dikirim ke Bun Tay-hiap, karena jarak dari situ ke tempat Elun Yat Hoan cukup jauh. Sebaliknya ke Ong Cee-cu jaraknya lebih singkat. Selain itu daerah yang dia lewati memang termasuk kekuasaan Ong Cee-cu Ong It Teng. Kelihatan pengemis tua yang membawa suaminya mendaki, Ci Giok Hian pun ikut mendaki. Tak lama mereka sudah melihat rumah batu di atas bukit. Begitu sampai mereka mendengar suara seseorang. Ternyata orang itu tidak bisa bicara alias gagu. Suara orang itu berisik. Orang itu seorang pemuda berusia sekitar tujuh atau delapan belas tahun, dia memakai baju kulit binatang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tubuh pemuda itu kekar. Tingginya hampir sama dengan pengemis tua. Saat itu si pemuda sedang mendukung seekor harimau kumbang yang cukup besar. Begitu besarnya hingga kaki harimau kumbang itu menjulur ke tanah dan agak terseret-seret. "Dasar bandel, kau kusuruh menjaga rumah malah berburu

macan kumbang," orang tua itu mengomeli si anak muda. Pemuda itu tak menghiraukan teguran si orang tua. Entah dia tuli atau tidak. Tapi sikapnya seperti anak dungu. Ci Giok Hian mengawasinya saja. "Dia muridku, harap maklum dia gagu! Dia tidak berniat jahat padamu. Kau jangan takut!" kata pengemis tua itu pada Giok Hian. Pemuda itu terus mengawasi Ci Giok Hian. "Hai bocah, apa yang kau perhatikan? Dia isteri orang, kenapa kau awasi terus?" bentak si pengemis tua. Anak muda itu ah-ah-uh-uh, entah apa yang ingin dia katakan. "Nona, dia bilang kau cantik!" kata si pengemis tua. Saat itu Ci Giok Hian sedang berpikir. "Dia mampu membunuh harimau kumbang yang begitu besar, berarti anak muda ini lihay. Jadi tanpa si pengemis pun kami tak bisa berbuat apa-apa?" pikir Ci Giok Hian. Tak lama mereka sampai di rumah batu lalu masuk ke dalam rumah. Si pengemis tua lalu menyeret Seng Liong Sen dan dimasukkan ke sebuah kamar. "Kau diam di kamar itu sampai bibimu datang dan memohon kepadaku, baru kau akan kubebaskan!" kata pengemis tua.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lalu orang tua itu membuka jalan darah Seng Liong Sen yang tertotok. Seng Liong Sen tidak pernah mendapat hinaan seperti itu seumur hidupnya. Bukan main marahnya Seng Liong Seng, dia mendengus. "Jika kau berani bunuh saja aku!" kata Seng Liong Sen. Tapi tak lama dia mengaduh kesakitan. Rupanya Seng Liong Sen diserang hingga kesakitan. "Tak ada gunanya kubunuh kau, tapi jika kau tak mau berhenti bicara, akan kusiksa kau lebih hebat lagi!" kata si pengemis. Mendengar ancaman itu Ci Giok Hian cemas, dia memohonkan ampun untuk suaminya pada si pengemis tua. Sambil tertawa pengemis itu berkata, 'Baiklah, karena permintaanmu, nona, aku ampuni dia!" Sesudah itu sambil tertawa pengemis itu berkata lagi. "Sekalipun totokanku sudah kubebaskan, tapi akibat nyerinya masih terasa, dia masih kesakitan. Jika dia mau, minum arakku agar bebas dari kesakitan. Sayang arakku ini sudah terkena ludahku," kata si pengemis sambil menjatuhkan tempat araknya. Sekalipun jijik dan mual mendengar arak itu sudah terkena

ludah si pengemis, namun karena tak tahan sakit Seng Liong Sen meraih tempat arak itu. Dia minum beberapa teguk. Tibatiba pengemis tua itu merebut tempat arak dari tangan Seng Liong Sen. "Huss! Jangan kau habiskan, sekalipun aku pengemis kotor menjijikan, tapi aku sayang pada arakku itu!" kata si pengemis. Selang sesaat Seng Liong Sen memang merasakan tubuhnya mulai nyaman. Dia kaget merasakan totokan khas si pengemis tua itu. Sekarang tidak berani banyak bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona, bila kau bersedia merawat suamimu di sini, baiklah. Di sini kau bisa bebas bergerak. Mau pergi pun kau tak akan kuhalangi asal kau tidak membawa dia!" kata si pengemis. Sesudah itu orang tua itu menoleh pada si gagu, muridnya. "Kau dengar kata-kataku tidak?" kata si pengemis tua. Pemuda itu mengangguk. "Saat aku pergi dan dia mau kabur, patahkan saja kakinya. Tapi jika Nona Ci yang mau pergi, jangan kau ganggu atau menghalangi dia!" kata si pengemis tua lagi. "Uh, uh!" pemuda itu mengangguk tanda mengerti. Sesudah berpesan pengemis tua itu pergi. Dengan wajah kemerah-merahan Liong Sen berkata pada Ci Giok Hian. "Adik Giok Hian, sekalipun kau ingin mengabdi sebagai isteriku, tetapi kita jadi suami-isteri hanya pura-pura saja. Jika kau mau, kau jangan ikut menderita bersamaku, pergilah!" kata Seng Liong Sen. Ucapan suaminya itu sungguh mengagetkan Ci Giok Hian, padahal dia tulus ingin menemani sang suami. Tapi dia heran kenapa malah dicemooh demikian oleh suaminya? Tak heran jika akhirnya Ci Giok Hian pun jadi berduka. "Kita sudah menikah dengan sah, kenapa kau masih berkata begitu, suamiku?" kata Ci Giok Hian. "Kita ditawan dan ada di tangan orang, bersabarlah, suamiku!" "Kau sangat baik padaku, Adik Giok Hian. Entah bagaimana aku membalas budimu?" kata Seng Liong Sen. "Kita suami-isteri, kau jangan berkata begitu," kata Giok Hian. Sesudah Ci Giok Hian tahu sifat suaminya, pikiran Ci Giok Hian pun melayang jauh. Dia ingat pada Kok Siauw Hong yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ramah dan sopan. Akhirnya dia jadi murung sekali. Tapi nasi sudah jadi bubur, lalu mau menyalahkan siapa dia? Dikisahkan saat itu Ci Giok Phang sedang ada di tempat Ong It Teng di Thay-ouw (Telaga Besar). Dia sedang cemas karena adik perempuan dan iparnya Seng Liong Sen belum tiba juga di tempat itu. Saat Ci Giok Phang kebingungan, hari itu datang seorang pengemis dari golongan Kay-pang ke tempat Ong It Teng. Pengemis itu mengenakan baju tambal delapan dan mengaku bernama Tay Ek. Ci Giok Phang dan Kong-sun Po diperkenalkan oleh Ong It Teng pada pengemis itu. "Aah kebetulan!" kata Tay Ek. "Apa yang kebetulan?" tanya Ong It Teng. "Bukankah adik Tuan Ci itu bernama Ci Giok Hian?" kata Tay Ek pada Ci Giok Phang. "Ya, apa Tay Hiang-cu mengetahui dia ada di mana?" tanya Giok Phang. "Benar, kau lihat ini!" kata Tay Ek. Pengemis itu menunjukkan sebuah tusuk kundai dan saputangan pada Ci Giok Phang. Sesudah memeriksa barangbarang itu Ci Giok Phang terperanjat. "Benar benda-benda itu milik adikku!" kata Giok Phang. "Bagaimana Tay Hong-cu mendapatkan benda-benda itu?" "Beberapa waktu ini di Siong-hong-nia muncul seorang pengemis tua yang aneh. Dia sering tidur di tepi jalan setapak yang berbahaya," kata Tay Ek menjelaskan. "Muridku pernah bertemu dengannya. Muridku mengira pengemis itu dari golongan tua Kay-pang kami. Tetapi rupanya dia bukan orang dari golongan kami. Karena curiga lalu kuselidiki. Kebetulan adik perempuanmu dan suaminya pun sampai di sana."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Phang mengangguk sambil memperhatikan saputangan adiknya. Ong It Teng pun melihat tulisan di sapu tangan itu. "Jadi mereka ditawan oleh pengemis tua itu!" kata Ong It Teng. "Apa dia tak tahu kalau Seng Siauw-hiap murid Bun Tay-hiap? Lalu berapa tinggi ilmu silat pengemis tua itu?" "Karena kepandaian silatnya tinggi, aku tidak berani bertindak. Karena aku takut adik perempuanmu salah duga, nanti dia mengira pengemis tua itu dari Kay-pang. Maka itu aku harus melapor pada Ketua kami. Sayang sekarang Pangcu kami sedang ada di wilayah Utara. Maka itu untuk memenuhi permintaan adikmu itu, aku datang ke mari untuk menyampaikan benda ini pada Ong Cee-cu!" kata Tay Ek mengisahkan pengalamannya.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" kata Ong It Teng. "Pengemis itu lihay, jika kita datang beramai-ramai akan membuat musuh kaget. Sebaiknya kita cari tokoh silat untuk menghadapi dia! "Kalau begitu, kami bertiga saja yang pergi ke sana," kata Ci Giok Phang mengajukan diri." Aku harap Tay Hiang-cu mau menjadi penunjuk jalan!" Ong It Teng mengangguk setuju. Dia yakin Giok Phang, Kong-sun Po dan Wan Say Eng sanggup menghadapi pengemis tua itu. Tidak berapa lama merekapun berangkat. Di tengah perjalanan Ci Giok Phang berkata pada Tay Ek, "Berapa jauh dari sini ke tempat pengemis tua itu?" "Dalam dua hari kita akan sampai di sana," jawab Tay Ek. "Jika demikian kita akan sampai dalam empat hari, tapi apakah si pengemis tua itu masih ada di sana?" kata Ci Giok Phang. "Aku kira dia akan tetap ada di sana, aku pun tahu persembunyiannya," kata Tay Ek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau tahu persembunyiannya?" "Tahu!" kata Tay Ek. "Aku pernah mengintainya dan aku hampir dihajar oleh pengemis gagu." "Jadi dia punya murid?" kata Wan Say Eng. "Benar, aku tak tahu berapa tinggi ilmu silat bocah gagu itu?" kata Tay Ek. "Tempo hari ketika muridku mencari bahan obat. Tiba-tiba dia mendengar auman harimau kumbang. Dia lihat bocah gagu itu sedang bertarung dengan harimau kumbang, dan mampu mengalahkannya. Malah ketika diikuti, muridku melihat persembunyian mereka di sana!" "Saat pengemis gagu itu kepergok muridku, dia mengancam dan menyuruhnya pergi. Dia mendemontrasikan kekuatannya dengan membenturkan kepalanya ke batu hingga hancur. Muridku itu cerdas, dia memberi tanda, bahwa dia ingin bersahabat dengan si gagu. Muridku lalu memberinya kue yang dia bawa. Tapi bocah gagu itu menolak dan meminta agar muridku segera pergi. Muridku tahu apa maksud si gagu, dia seolah mau bilang bahwa guru dia keras dan tidak mau ada orang lain mengetahui tempat tinggalnya." "Kalau begitu adikku pasti disekap di persembunyiannya itu," kata Ci Giok Phang. "Tapi kenapa dia memusuhi adikku?" "Mungkin saja suami adikmu musuh dia!" kata Tay Ek. "Sudah jangan ribut, bukankah kita sudah akan sampai?" kata Wan Say Eng. Ci Giok Phang menggelengkan kepalanya karena bingung. Tapi sesudah lewat sehari dia tahu jawabnya. Mungkin karena

Seng Liong Sen keponakan Seng Cap-si Kouw, pengemis tua itu memusuhinya.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian tidak dijaga keras seperti suaminya, dia bisa bebas bergerak ke mana dia suka. Malah di saat bocah gagu itu sedang masak, dia juga ikut membantu memasak. Pada suatu hari saat Ci Giok Hian pergi mencari kayu bakar untuk masak, tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda. Saat diperhatikan Ci Giok Hian melihat seorang pria berpakaian hijau sedang memacu kudanya ke alas bukit ke arah Giok Hian berada. "Siapa orang itu? Apakah dia tamu si pengemis tua?" pikir Ci Giok Hian. Saat Giok Hian berpapasan pemuda berbaju hijau itu berpikir. "Oh cantiknya gadis ini, dia ternyata lebih cantik dari puteri pulau Beng-shia-to!" gerutu pemuda itu. Nona Ci mendengar gerutuan itu. Dulu jika ada lelaki yang mengawasinya pasti Ci Giok Hian akan marah, tapi ketika itu dia diam saja. Dia terus mengumpulkan kayu bakar yang akan dibawa pulang. "Siapa Nona Wan yang dikatakannya, apakah dia wanita yang ke Kang-lam bersama Kakakku seperti kata seorang budak tua tempo hari padaku?" pikir Ci Giok Hian. Begitu sampai Ci Giok Hian menaruh kayu bakar, dan nona Ci masuk ke kamarnya. Tak lama dengar derap kaki kuda sedang mendatangi. Kemudian terdengar suara pengemis tua itu bicara. "Oh, kau datang! Aku sudah mengira pasti Jie Siauw-ya akan menyuruhmu datang ke mari," kata pengemis tua itu. "Aku dengar Seng Cap-si Kouw datang ke Istana Perdana Menteri, hingga Jie Siauw-ya mendapat kesulitan, bukan?" Mendengar kata-kata itu Ci Giok Hian bertambah bingung saja. Mengapa seorang Perdana menteri punya hubungan dengan para pengemis? Pikir nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, kedatanganku atas perintah Jie Siauw-ya. Si Iblis Perempuan itu memang menunggumu di sana!" kata orang

itu. "Lebih baik kau kembali, suruh dia datang menemuiku di sini!" kata si pengemis tua. "Ke sini?" tanya si baju hijau. "Ya. Dulu tempat ini memang kurahasiakan padanya, sekarang tidak! Silakan kau kembali, katakan pada Siauw-ya, aku tak sempat ke sana. Kutemui dia di sini saja!" kata si pengemis. "Baik, kalau begitu aku mohon diri," kata si baju hijau. "Tunggu, jangan tergesa-gesa. Ada yang akan kusampaikan kepadamu. Duduklah dulu," kata si pengemis tua. "Apa yang ingin kau katakan? Apa kau mau bilang kau sudah punya murid perempuan?" kata si baju hijau sambil tertawa. "Siapa bilang? Oh, pasti tadi kau bertemu dengannya," kata si pengemis. "Dia isteri keponakan si Iblis Perempuan, Nyonya Seng!" Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian tahu, mereka sedang membicarakan Seng Cap-si Kouw, bibi Seng Liong Sen. "Hm! Cantiknya nyonya muda itu!" kata si baju hijau. Sekarang si baju hijau sadar, mengapa si pengemis tua itu berani menyuruh si Iblis Perempuan datang ke persembunyiannya. Rupanya sekarang dia sudah punya tawanan sebagai jaminan keselamatannya. "Selama ini kau selalu bersama Jie Siauw-ya, bagaimana apakah ilmu silatnya sudah ada kemajuan?" tanya si pengemis tua.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Beberapa waktu yang lalu Jie Siauw-ya bertarung dengan anak muda, sayang Jie Siauw-ya kalah oleh pemuda itu. Terutama ilmu totoknya yang aneh dari pemuda musuhnya itu!" kata si baju hijau. "Mungkin "Keng-sin-ci-hoat" milik Jie Siauw-ya belum sempurna. Tadinya Jie Siauw-ya akan menemuimu, tapi karena kedatangan si Iblis Perempuan itu dia tak kadi datang!" Jelas sudah si pengemis tua ini guru Han Hie Sun, sedang si baju hijau bernama An Tong, pelayan Jie Siauw-ya Han Hie Sun. "Hm! Jadi Jie Siauw-ya kalah. Siapa nama pemuda itu?" kata si pengemis tua. "Namanya Kong-sun Po," kata An Tong. "Apa? Kong-sun Po? Apa dia anak Kong-sun Khie?" kata si pengemis tua. "Aku kenal Kong-sun Khie, tapi dulu ilmu totoknya tidak hebat sekali!"

"Yang aneh ilmu totoknya sama dengan milikmu!" kata si baju hijau. "Kenapa bisa begitu? Baik akan kuselidiki pemuda itu!" kata si pengemis. "Apa ada masalah lain?" "Ada! Kong-sun Po datang bersama yang lain!" "Siapa mereka itu?" "Yang pria she Ci dari Pek-hoa-kok, sedang yang wanita she Wan dari Beng-shia-to!" kata si baju hijau agak pelan. Ci Giok Hian masih mendengarkan dengan jelas. "Oh, yang dia bicarakan pasti kakakku Giok Phang!" pikir Ci Giok Hian. "Yang perempuan sangat cantik, hanya adatnya jelek," kata An Tong menjelaskan tanpa diminta. Pengemis tua itu tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu sekarang, rupanya Han Hie Sun menginginkan bocah perempuan itu, maka itu dia dihajar!" kata si pengemis tua. An Tong mengangguk, tapi dia membela majikannya. "Itu salah Bong Sian dan Teng Kian si penjilat itu! Dia ingin menyenangkan Jie Siauw-ya malah menyusahkan. Dibanding Nyonya Seng jelas Nona Wan kalah jauh!" kata An Tong. "Aku memang ingin muridku punya isteri yang cantik, tapi aku tak mau dia berbuat kurangajar. Katakan pada Jie Siauwya, aku sudah punya pilihan. Sesudah masalah Seng Cap-si Kouw beres, urusan itu akan kuurus juga!" kata si pengemis tua. "Baik," kata An Tong. An Tong pun pamit. Sesudah An Tong pergi Ci Giok Hian bingung, siapa nona yang dikatakan An Tong pada si pengemis. "Nona Ci, mari!" kata si pengemis memanggil Ci Giok Hian. Ci Giok Hian keluar dari kamar menemuinya. "Ada apa Lo Cian-pwee?" tanya Ci Giok Hian. "Aku sudah tahu penyakit suamimu, bahkan aku yakin dia tak bisa diobati lagi," kata si pengemis tua. "Maksud Cian-pwee?" "Kau masih muda, apakah kau tetap ingin jadi janda seumur hidupmu?" kata si pengemis tua. "Kau kira aku ini perempuan apa? Sudah kau jangan bicara soal itu!" sentak Ci Giok Hian. "Aku bicara demi kebaikanmu, aku punya murid putera kedua Perdana Menteri...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebelum pengemis tua itu selesai bicara, Giok Hian langsung memotong. "Aku tawananmu, kalau kau mau membunuhku silakan saja. Jika kau memaksaku, aku bisa bunuh diri!" kata Ci Giok Hian. Pengemis tua itu tertawa. "Ternyata kau setia, Nona Ci! Jika kau tak mau ya sudah, aku tidak memaksa! Cuma aku kasih tahu, suamimu ini tidak berguna. Aah, sudahlah jika sudah tenang kau pikir-pikir saja dulu..." kata si pengemis tua. Dengan jengkel Ci Giok Hian kembali ke kamarnya, dia lihat suaminya mengawasi di bibirnya terlihat senyuman pahit. "Ada apa? Apa hari ini kau merasa baikan?" kata Giok Hian. "Kau tertimpa rejeki besar, kenapa kau tolak?" kata Seng Liong Sen yang rupanya mendengarkan kata-kata si pengemis tua. Mendengar sindiran itu Ci Giok Hian jengkel. "Hm! Kau anggap aku ini perempuan apa? Aku tak butuh kesenangan, sekarang kita berada di tangan orang, kita tidak bisa meninggalkan tempat ini. Tunggu sampai kita bebas, tanpa kau usirpun aku akan pergi sendiri!" kata Ci Giok Hian sengit. Melihat Ci Giok Hian marah suaminya menunduk. "Maaf, aku emosi mendengar ucapan pengemis tua itu. Dia benar, murid anak perdana menteri, ilmu silatnya tinggi. Dibanding aku, aku ini suami apa. Dia juga lebih baik dariku!" kata Liong Sen. "Tadi jika kau mendengar pembicaraanku dengan pengemis itu, kau seharusnya mendengar juga apa jawabanku!" kata Giok Hian. "Ini malah kau mencurigaiku! Sekalipun kau kesal, kau tak pantas mengejekku!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah, aku minta maaf. Aku salah bicara, mari kita bicarakan soal lain saja. Tadi si pengemis akan mengundang Bibiku, ya kan?" "Ya. Dari nada ucapannya aku kira dia dan bibimu punya masalah!" kata Ci Giok Hian. "Jika Bibi datang, kita tidak perlu cemas lagi," kata Liong Sen. "Dia lihay, aku khawatir bibimu pun tak akan sanggup melawannya?" kata Ci Giok Hian.

"Jangan cemas, ilmu pedang Bibiku lihay sekal. Dia juga ahkli racun terkenal. Jika dia datang kita punya harapan bisa pergi dari sini!" kata Seng Liong Sen. "Ilmu totok si tua sangat lihay, kau juga sudah mencobanya. Betapa lihaynya, bukan?" kata Ci Giok Hian. "Aku punya cara lain, tapi apa kau bisa membantuku?" tanya Seng Liong Sen. "Baik, aku mau. Tapi apa bisa berhasil, tenaga dalamku lain dengan yang kau pelajari?" kata Giok Hian. "Kau ingat saat kita mau menikah, bukan?" "Ya." "Waktu itu Kok Siauw Hong datang. Aku kira dia hendak mengacau, ternyata tidak. Malah dia memberi hadiah padaku." kata Seng Liong Sen. "Maksudmu hadiah apa?" tanya Ci Giok Hian. "Hadiah itu sebenarnya bukan dari dia, tapi dari orang lain," kata Liong Sen. "Hadiah dari Kang-lam Tay-hiap sebuah kitab Tay-hang-pat-sek. Ilmu silat yang jadi idaman semua jago persilatan di kalangan Kang-ouw." "Bukan main berharganya hadiah itu!" kata Ci Giok Hian. "Lalu kenapa tidak ..."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maksudmu kenapa aku tidak bilang padamu?" kata Seng Liong Sen. "Itu karena aku takut kau selalu ingat padanya!" Ci Giok Hian mengangguk mengerti. "Sayang aku belum sempat melatihnya," kata Seng Liong Sen. "Sekalipun sederhana delapan jurus itu lihay sekali!" "kau benar," kata Ci Giok Hian. "Untuk melatih ilmu ini harus menggunakan tenaga dalam. Tapi tenaga dalamku tidak kupelajari dari guruku, aku belajar dari Bibiku tenaga dalam ilmu sesat. Itu yang membuat aku bingung." kata Seng Liong Sen. "Bagaimana, bisakah aku membantumu?" tanya Giok Hian. Seng Liong Sen mengangguk karena tak ada cara lain dia harus berterus terang pada Giok Hian. "Tahukah kau kenapa Kang-lam Tay-hiap meminta Siauw Hong menyampaikan hadiah itu padaku?" kata Liong Sen. "Tidak," jawab Ci Giok Hian. "Maksud beliau agar aku belajar bersama Siauw Hong, tapi Siauw Hong rupanya tidak tertarik. Maka itu dia berikan hadiah itu padaku." kata Liong Sen. "Jadi semua dia berikan padamu?" kata Ci Giok Hian. "Ya, malah Kang-lam Tay-hiap dengan tegas mengatakan hadiah itu untukku, tetapi Siauw Hong boleh ikut mempelajarinya," kata Seng Liong Sen.

"Baik! Katakan bagaimana aku bisa membantumu?" kata Ci Giok Hian. "Aku dengar kau yang mengobati Nona Han." "Ya. Juga dengan bantuan arak keluarga kami!" kata Ci Giok Hian mulai mengerti maksud suaminya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Selain dengan arak, tentu masih ada cara lain?" kata Seng Liong Sen. "Ya, aku mengerti sedikit "Siauw-yang-sin-kang" dari Kok Siauw Hong," kata Ci Giok Hian. "Maaf, aku harap kau tidak salah paham," kata Liong Sen. "Mungkin Kang-lam Tay-hiap menyuruhku belajar bersama Kok Siauw Hong, ya karena "Siauw-yang-sin-kang" yang dia miliki itu!" "Jadi kau ingin kuajari "Siauw-yang-sin-kang"? Baik, kenapa tidak kau katakan terus-terang saja sejak tadi!" kata Ci Giok Hian. "Tapi tidak kujamin karena pengetahuanku tentang lwee-kang itu belum sempurna!" Saat Ci Giok Hian mengajari suaminya, dia jadi sadar betapa liciknya Seng Liong Sen. Saat itu dia ingat betapa bedanya sifat Siauw Hiong dengan suaminya. "Aah, jika saja aku tidak serakah dan ingin menjadi isteri seorang Beng-cu, aku tidak akan menjadi isteri Siauw Hong!" pikir Giok Hian. Berpikir tentang Kok Siauw Hong, Ci Giok Hian jadi malu sendiri. Selang beberapa lama sesudah berlatih Siauw-yangsinkang, tenaga Liong Sen sudah mulai pulih kembali. Tentu saja kemajuan ini tidak mereka tunjukkan pada si gagu yang sering mengantar makanan untuk mereka. Suatu hari ketika Seng Liong Sen sedang berlatih dan konsentrasi, dia mendengar suara bibinya bicara. "Thay Thian, aku dalang memenuhi undanganmu!" kata Seng Cap-si Kouw dengan nyaring. Mendengar suara itu, Seng Liong Sen kaget juga girang. "Bibi datang!" bisik Seng Liong Sen dengan girang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si bocah gagu yang melihatnya, segera memberi isyarat pada Liong Sen dan Giok Hian agar mereka tidak sembarang bergerak. "Huss! Jangan girang dulu, bocah itu mengancam. Saatnya belum tiba..." bisik Ci Giok Hian pada suaminya. Seng Liong

Sen menuruti nasihat isterinya. "Aaah, sudah lama kita tidak saling bertemu," kata pengemis tua sambil tertawa. "Silakan masuk!" "Jangan banyak aturan, kita kawan lama. Mari keluar kita bereskan urusan lama kita!" kata Seng Cap-si Kouw. Dia tak segera masuk. Ini pun disadari oleh si pengemis, mungkin Iblis Perempuan itu takut terperangkap. "Urusan lama yang mana?" "Hai, jangan berlagak lupa dan pura-pura bodoh!" kata si Iblis Perempuan. "Keluarkan lukisan tubuh itu, kenapa kau kangkangi sendiri?" "Jadi masalah itu!" kata si pengemis tua. "Ya. Kali ini kau tak bisa menghindar lagi! Ilmu muridmu pasti dari lukisan itu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau benar, memang muridku belajar dari lukisan itu. Aku kagum kau pandai menyelidik, kau benar-benar lihay!" kata si pengemis tua. "Maka itu jangan kau remehkan aku!" kata si Iblis. "Sekarang segera kau serahkan benda itu padaku! Kau sudah menyimpannya selama duapuluh tahun, sekarang giliranku!" "Sabar!" kata si pengemis tua. "Aku masih ingin bicara!" "Bicaralah segera! Aku tak mau buang waktu di sini!" kata si Iblis Perempuan. "Tahukah kau, mengapa kau kuundang masuk?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa?" tanya Seng Cap-si Kouw. "Karena aku punya seseorang yang akan kutunjukkan padamu!" kata si pengemis. "Siapa dia?" kata Seng Cap-si Kouw. "Aku kira pasti kau ingin menemuinya!" kata si pengemis tua. "Siapa dia? Katakan!" desak Seng Cap-si Kouw. "Dia keponakanmu!" "Jangan ngawur, mana mungkin keponakanku datang ke tempatmu!" kata si Iblis Perempuan. "Untuk apa aku membohongimu? Jika kau tidak percaya, kupanggil dia keluar!" Sesudah itu pengemis tua itu memerintah si gagu menyeret Seng Liong Sen keluar dari kamar tahanannya. Si gagu menyeret Seng Liong Sen keluar, dia menurut saja seolah tenaga dia belum pulih. Sedangkan Ci Giok Hian mengikuti dari belakang suaminya. Sampai di depan pintu Liong Sen berteriak, "Bibi tolongi aku!" kata Seng Liong Sen. "Lihatlah, bukan saja keponakanmu, tapi isterinya juga ada

di sini!" kata si pengemis tua "Houw Jie, sudah! Gusur dia ke dalam!" "Hm! Kau orang terhormat, kenapa kau tak tahu malu menyiksa seorang pemuda?" bentak Seng Cap-si Kouw. "Hm! Ha, ha, ha! Jangan menghina, kau juga menggunakan muridku untuk mengorek rahasiaku, lalu kenapa aku tidak boleh mengundang keponakanmu ini?" ejek si pengemis tua.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw maju, tapi ditangkis oleh si pengemis tua di depan pintu. Sambutan si pengemis membuat Seng Cap-si Kouw mundur beberapa langkah. Tapi tak lama sudah maju lagi. Melihat lawan bisa menyerang sesukanya, si pengemis tua meladeninya. "Sesudah kau kubantu mendapatkan lukisan itu, tapi kenapa kau menipuku, sungguh keterlaluan," kata Seng Cap-si Kouw. "Terpaksa kulakukan, sekarang tinggal pilih! Kau ingin keponakanmu dan isterinya, atau lukisan itu?" kata pengemis tua. Saat adu bicara Iblis perempuan itu melepaskan senjata rahasianya. Tak lama terdengar suara ledakan dan asap bersama jarum halus menyerang ke arah lawan. Tapi si pengemis tua sudah siap, dia menangkis dengan kedua tangannya hingga jarum dan racun tak mengenainya. "Hai Iblis tua, aku memang tahu kau lihay ilmu racun, tapi untuk itu aku sudah siap!" kata si Pengemis tua. "Aku sudah minum Pek-leng-tan buatan Thian-san. Sudahlah, kau jangan mencoba menyerangku dengan senjata rahasiamu itu! Jika kau mau, bertarung secara ksatria saja!" "Baik, mari kita bertarung, kau kira aku takut padamu?" kata Seng Cap-si Kouw. Tiba-tiba Iblis Tua ini menerjang, tongkat bambu hijaunya menyambar ke jalan darah lawan. Diserang begitu si pengemis tertawa. "Hm! Kau Iblis tak tahu diri, rupanya kau mau pamer kepandaian di depanku, ya?!" "Tutup mulutmu! Kau siksa keponakan dan isterinya, aku tidak tinggal diam!" kata si Iblis Perempuan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Gampang jika kau ingin membawa pulang mereka," kata si

pengemis tua. "Jika kau bersumpah, bahwa kau tidak akan meminta Hiat-tong-tong-jin di tanganku, dia boleh pergi dari sini!" "Hm! Majulah dan gunakan kepandaianmu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Hari ini kita bertarung untuk menentukan siapa yang kalah dan menang!" Saat itu si pengemis tua tak besenjata, padahal dia harus melawan si Iblis Perempuan yang bersenjata tongkat bambu hijau yang lihay. Tak heran jika si pngemis tua itu sulit mendekati lawannya. Sebaliknya Seng Cap-si Kouw pun sulit mendekati lawannya yang lihay itu. Saat bertarung pengemis tua tahu lawan hendak mencari kesempatan dia lengah dan ingin merampas tawanan. Maka itu dia langsung menyerang dengan dahsyat ke arah Iblis Perempuan itu. Tapi yang diserang dengan mudah memunahkan serangan si pengemis tua. "Hm! Thay Thian, sekalipun jurus Hok-mo-ciang-hoat-mu sudah lihay, tapi melawanku tak ada apa-apanya!" kata Seng Cap-si Kouw, Melihat serangannya selalu gagal pengemis tua itu berseru. "Awas aku akan menggunakan tongkat pemukul anjingku untuk menghajarmu!" kata si pengemis. "Silakan, mau apa saja aku ladeni!" kata Seng Cap-si Kouw. Sekali pun bukan anggota Kay-pang, tetapi pengemis tua itu lihay ilmu tongkat pemukul anjingnya. Keduanya samasama lihay, baik tongkat bambu Seng Cap-si Kouw maupun pentungan pemukul anjing si pengemis. Serangan mereka masih berimbang dan berbahaya. Saat kedua senjata mereka bentrok, Seng Cap-si Kouw kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buru-buru dia ubah ilmu silatnya meladeni lawan. Tapi serangan totokan tongkat si pengemis sungguh lihay sekali. Kelihatan Seng Cap-si Kouw hampir kewalahan. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 52 Seng Liong Sen Melarikan diri; Seng Cap-si Kouw Contra Beng Cit Nio
Pertarungan antara Seng Cap-si Kouw dengan pengemis tua masih berlangsung. Untuk menghindari serangan dari pengemis tua itu, Iblis Perempuan ini terpaksa bergerak kian ke mari dengan gesit. "Ilmu yang dia cangkok dari lukisan itu sungguh lihay," pikir Seng Cap-si Kouw. "Totokannya demikian hebat hingga sulit kuhindari."

Iblis Perempuan itu bisa saja kabur seenaknya, tapi dengan demikian dia gagal memperoleh lukisan tubuh itu, sedang keponakan dan isterinya ada di tangan pengemis tua. Berpikir begitu akhirnya dia memutuskan untuk bertarung mati-matian. Seng Liong Sen tidak bisa menyaksikan pertarungan hebat itu, dia hanya bisa mendengar suara pertempuran itu dari jauh. Seng Liong Sen berpikir, sekarang sudah tiba saatnya untuk melarikan diri. Maka itu dia berpura-pura sakit dan merintih. "Saudara gagu, tolong beri air untuk suamiku," kata Ci Giok Hian pada si gagu. Tanpa sangsi si gagu mengambilkan air untuk Seng Liong Sen. Saat si gagu lengah Seng Liong Sen menotok bocah gagu itu. Secangkir teh di tangannya tanpa sengaja terlempar dan airnya menyiram muka Seng Liong Sen. Ci Giok Hian kaget secara reflek dia totok si gagu hingga terjungkal tidak berdaya ke lantai.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Luar biasa, hampir saja aku celaka..." kata Seng Liong Sen. "Jika kau tak berhasil menotoknya, aku bisa celaka!" "Apa kau sudah bisa bergerak bebas, Liong Sen?" kata Ci Giok Hian. "Maksudmu lari?" "Ya!" kata Ci Giok Hian. "Mungkin bisa, tapi...." Seng Liong Sen tak meneruskan kata-katanya. Ci Giok Hian mengerti. "Aku tahu maksudmu, kau mengkhawatirkan Bibimu, tapi aku juga tidak yakin bisa membantu Bibimu!" kata Ci Giok Hian. "Sudahlah, kita harus segera pergi dari sini. Bibi hebat ilmu meringankan tubuhnya, jika dia tak sanggup melawan pasti dia bisa meloloskan diri!" kata Seng Liong Sen. Mendengar jawaban itu Ci Giok Hian mengangguk, sekarang dia lebih tahu sifat suaminya yang licik, tapi dia tidak banyak bicara. Dia turuti saja kemauan suaminya itu. Langkah kaki suami-isteri itu terdengar oleh si pengemis tua. "Houw Jie!" dia memanggil muridnya. Panggilan itu tak dijawab, tahulah dia apa yang telah terjadi atas diri muridnya. "Hm! Aku berikan kebebasan padamu, ternyata kau malah melukai muridku!" kata si pengemis. "Bagus, menantuku! Kalian lari jauh-jauh!" teriak Iblis Perempuan itu.

Saat itu si nenek sedang terdesak, mendengar keponakan dan menantunya bisa lolos dia girang. Saat itu dia menyerang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

si pengemis tua dengan hebat. Serangan Seng Cap-si Kouw yang gesit dan berbahaya membuat si pengemis tua kerepotan dan tak sempat mengejar Seng Liong Sen dan isterinya yang kabur. "Hm! Boleh saja mereka kabur, tapi kau harus tetap di sini!" kata pengemis tua pada Seng Cap-si Kouw, Tiba-tiba dengan ganas dia serang Seng Cap-si Kouw, jika perlu membunuhnya. Dia pikir jika tidak sekarang, kelak Iblis Perempuan itu akan tetap menjadi gangguan baginya. Dia gunakan tongkatnya untuk terus mendesak Seng Cap-si Kouw dengan hebat Saat Ci Giok Hian dan Liong Sen mengetahui tidak ada yang mengejar lagi, mereka girang. "Kita lolos, semua ini berkat bantuanmu, Giok Hian," kata Seng Liong Sen. Tiba-tiba mereka mendengar derap kaki kuda sedang mendatangi, dua penunggang kuda sedang melarikan kudanya. "Salah seorang dari mereka pernah datang ke mari!" bisik Ci Giok Hian pada suaminya. Tak lama mereka sudah sampai. An Tong, yang pernah datang itu melihat Ci Giok Hian dan Liong Sen sedang berdiri. Dia sudah langsung bicara pada kawannya. "Jie Siauw-ya, orang cantik yang kumaksudkan itu dia orangnya!" kata An Tong sambil menunjuk ke arah Ci Giok Hian. "Aah heran mereka bisa meloloskan diri?" Han Hie Sun mengawasi Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian, lalu mengangguk. "Apa yang kau katakan benar," kata Han Hie Sun. "Dia lebih cantik dari Nona Wan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Hie Sun melompat dari kudanya, Liong Sen langsung membentak. "Bagus! Jadi kau murid si pengemis tua itu!" kata Seng Liong Sen. "Rupanya kau cari mampus sendiri!" Seng Liong Sen sudah tahu, dia murid seorang jago silat. Tapi karena Han Hie Sun anak seorang Perdana Menteri, Liong Sen mengira ilmu silatnya tidak selihay gurunya. Maka itu

Seng Liong Sen tidak pandang sebelah mata. Begitu maju dia serang lawannya dengan sebuah cengkraman. Di luar dugaan Seng Liong Sen, ternyata Han Hie Sun lihay, dia sudah berhasil mencangkok kepandaian si pengemis tua dengan baik. Kiranya Seng Liong Sen bukan tandingan Han Hie Sun yang lihay itu. Han Hie Sun bergerak cepat, dia totok jalan darah Liong Sen hingga terdengar Liong Sen mengeluh dan akhirnya tidak berdaya. "Bukan aku, tapi kau yang mau mampus!" kata Han Hie Sun. Dia mau melemparkan tubuh Seng Liong Sen ke jurang. "Kurang ajar!" kata Ci Giok Hian yang segera menghunus pedangnya dan menyerang Han Hie Sun ke bagian kakinya. Niat Han Hie Sun melemparkan Liong Sen batal karena dia harus menyelamatkan kakinya dari serangan lawan. Lalu dia tertawa terkekeh. "Dia suamimu?" kata Hie Sun, "ternyata ilmu silatmu lebih baik dari suamimu!" Saat Han Hie Sun menghindari serangan Giok Hian, An Tong baru saja turun dari kudanya. "Sabar Nona Ci, dia calon suamimu! Jie Siauw-ya pun tertarik pada... Aduh!" teriak An Tong. Belum habis ocehan An Tong, Ci Giok Hian sudah menusuk lehernya. Tak ampun lagi An Tong pun menjerit kesakitan dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergulingan di tanah. Giok Hian mengira An Tong lihay seperti majikannya. Dia tak mengira dengan mudah dia berhasil membunuh orang itu. Saat Ci Giok Hian kaget, Han Hie Sun membentak. "Tak kusangka kau begitu kejam, Nona!" kata Han Hie Sun. "Tapi hm! Aku malah sangat tertarik padamu!" "Tutup mulutmu! Awas pedanglu!" kata Ci Giok Hian yang kembali menyerang lawannya. Tetapi serangan itu tak membuat Han Hie Sun gentar. Segera dia buka kipasnya dipakai menangkis. Pedang Ci Giok Hian pun tersampok berubah arah. "Bagaimana nona cantik?" kata Han Hie Sun. Pertanyaan itu oleh Giok Hian tidak dijawab, tapi yang datang tiga serangan beruntunnya. Serangan itu tertuju ke arah tiga sasaran jalan darah lawan. Ternyata Han Hie Sun bukan lawan yang ringan. Dia lipat kipasnya, lalu balas menyerang dengan hebat. Terpaksa Ci Giok Hian mundur beberapa langkah menghindari serangan lawan. "Bagaimana nona manis, apa sudah kau pikirkan kalau nyawa suamimu berada di tanganku?" kata Han Hie Sun

mwengejek. "Suamimu tertotok totokan khasku, dan kau telah membunuh budakku, apa kau rela jiwa suamimu menjadi ganti budakku?" Ucapan Han Hie Sun membuat Ci Giok Hian kaget. Dia tidak bisa menerka apakah ucapan pemuda itu hanya gertakan atau sebenarnya. Ternyata kelihatan Seng Liong Sen tergeletak tidak berdaya di tanah. "Jika aku mampu mengalahkannya, bagaimana aku bisa menyelamatkan suamiku?" pikir Ci Giok Hian kebingungan. Terpaksa Ci Giok Hian bertanya. "Apa maumu?" Han Hie Sun tertawa terbahak-bahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau telah membunuh budakku, seharusnya kau mengganti dengan jiwa suamimu! Jika kau mau minta ampun untuknya, aku bersedia mengampuninya. Asal kau turuti kehendakku!" kata Han Hie Sun sambil tersenyum. "Apa maumu?" tanya Ci Giok Hian. "Aku dengar kau cuma menikah pura-pra, karena suamimu tak bisa memenuhi kewajibannya sebagai suami. Benarkah begitu?" kata Han Hie Sun. "Selanjutnya, karena kau sudah menolong jiwanya, maka aku pikir sebagai isteri kau sudah memenuhi kewajibanmu dengan baik. Selanjutnya tidak perlu aku jelaskan apa mauku! Mungkin Guruku pun pernah mengatakan padamu, mengenai apa mauku!" Mendengar kata-kata pemuda itu, amarah Seng Liong Sen meluap sampai ke ubun-ubunnya. Tapi apa mau dia tidak berdaya, memakipun dia tak bisa. "Bedebah, tutup mulut kotormu!. Kami suami-isteri sekalipun harus mati di tanganmu, kami tidak menyesal!" kata Ci Giok Hian. Ucapan Ci Giok Hian melegakan hati Seng Liong Sen. Dia sadar Ci Giok Hian seorang wanita setia. Saat itu Ci Giok Hian menyerang dengan ilmu silat andalan keluarga Ci. Kepandaian Han Hie Sun memang lebih lihay, namun karena serangan Giok Hian dilakukan dengan nekat, tak urung Hie Sun terdesak juga. "Aah, tidak kusangka kau wanita sejati dan sangat setia pada suamimu," kata Han Hie Sun sambil tertawa mengejek. "Begitu berhargakah dia hingga kau bela dia mati-matian? Aku iri pada suamimu yang mendapatkan isteri begitu setia!" Sambil berkata Han Hie Sun terus membalas serangan Giok Hian, dia berharap tenaga Giok Hian lama-lama akan terkuras juga. Tapi Giok Hian cerdik, dia tahu cara lawan menangkis dan menyerang, maksudnya untuk menghabiskan tenaga dia. Dia bisa kabur, tapi bagaimana dengan Liong Sen? Dia tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tega meningalkan suaminya begitu saja. Jika dia terus bertarung, lama-lama dia akan kehabisan tenaga. Tapi karena tidak ada pilihan lain, terpaksa dia harus bertarung matimatian. Dia pikir jika dia kalah, dia akan bunuh diri. Maka itu dia terus bertarung sampai akhirnya kehabisan tenaga...... Dikisahkan Ci Giok Phang, Kong-sun Po, Wan Say Eng dan Tay Ek. Mereka telah sampai di tempat tujuan. Baru saja tiba mereka sudah mendengar suara bentrokan senjata tajam dari kejauhan. "Ternyata ada orang yang berani datang ke mari dan bertarung di sini!" kata Tay Ek. Mereka semua berlari menuju ke arah suara pertarungan itu. Di sana mereka menyaksikan Seng Cap-si Kouw sedang bertarung melawan pengemis tua. Mereka kaget juga. Saat itu Seng Cap-si Kouw sedang terdesak. Melihat kedatangan Kongsun Po dan kawan-kawannya, Seng Cap-si Kouw kaget. Melawan si pengemis tua saja dia hampir kalah, apalagi sekarang Kong-sun Po datang bersama teman-temannya. Saat Seng Cap-si Kouw sedang bimbang, dia diserang oleh pengemis tua hingga tidak berani meninggalkan kalangan karena kuatir terluka oleh serangan si pengemis tua yang ganas. "Kita harus membantu siapa?" tanya Wan Say Eng. "Hadapi pengemis tua itu dulu," kata Giok Phang. "Jangan! Aku akan membantu si Iblis Perempuan, kalian masuk ke rumah itu. Cari adikmu dan iparmu!" kata Kong-sun Po. Sebenarnya Seng Cap-si Kouw sudah mau kabur dengan risiko terluka oleh si pengemis tua. Tiba-tiba Kong-sun Po masuk gelanggang dia membantu si Iblis Perempuan. Pengemis tua itu kaget mendapat lawan baru ini

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau dari mana anak dungu? Kenapa kau ikut campur urusan kami?" kata si pengemis. Pengemis tua itu menggunakan tongkatnya menyerang Kong-sun Po, tapi dengan cepat pemuda itu menangkis dengan payungnya. "Trang!" terdengar benda beradu kera. Pengemis itu kaget, dia tidak mengira kalau payung itu terbuat dari besi baja atau benda pusaka.

"Siapakah pemuda ini?" pikir pengemis itu.. Betapapun gesitnya gerakan si pengemis, tapi karena dia dikeroyok oleh Kong-sun Po dan Seng Cap-si Kouw, tentu saja dia jadi kewalahan. Kesempatan ini digunakan oleh si Iblis Perempuan untuk menyerang jalan darah si pengemis tua ke hampir jalan darah-nya yang penting. Akhirnya pengemis tua ini harus berusaha menghindar dan mundur agar tidak menjadi korban lawannya. Pengemis tua sudah tahu bagaimana lihaynya gin-kang Seng Cap-si Kouw. Sekalipun dia sudah mengeluarkan Kengsinci-hoat yang dipelajari dari gambar peta tubuh, namun dia belum mampu mengalahkan Iblis Perempuan itu. Kong-sun Po pernah mempelajari ilmu itu dari Bu-lim Thiankiauw, jurusnya tidak berbeda dengan Keng-sin-ci-hoat si pengemis tua. Maka itu ketika diserang dia bisa menghindari serangan pengemis tua itu. Melihat gerakan Kong-sun Po yang mirip dengan dirinya, selain heran pengemis tua itu pun kaget juga. Melihat pengemis itu kebingungan Seng Cap-si Kouw mengejeknya. "Hm! Ternyata kau belum lihay, anak muda saja tak mampu kau lawan!" ejek Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main panas hati si pengemis tua mendengar ejekan itu. Dia serang Seng Cap-si Kouw dengan serangan bertubitubi dan dahsyat. Iblis Perempuan ini kaget hingga dia harus membela diri mati-matian. Melihat Iblis Perempuan itu terdesak, Kong-sun Po tak tinggal diam. Payungnya menotok ke punggung si pengemis tua. Tapi si pengemis tua lihay, dia tangkis serangan itu dengan tangan kanannya. Saat serangannya tidak mengenai sasaran, dan pukulan si pengemis tua pun datang, Kong-sun Po kaget. Dia terdorong hebat beberapa langkah ke belakang. "Sungguh lihay!" kata Kong-sun Po. "Memang aku tak mampu mengalahkannya dengan cepat, tapi kenapa kau sendiri minta bantuan dia?" ejek si pengemis tua pada Seng Cap-si Kouw. Mendengar ejekan itu hati si Iblis Perempuan dongkol bukan main. "Memang benar kata dia, jika aku menang melawan si pengemispun tidak terhormat. Sedang dengan anak muda itu, aku pun masih punya ganjalan. Ditambah lagi akan muncul Nona Wan dan Ci Giok Phang, tidak mustahil mereka tak akan menyulitkan aku!" pikir Seng Cap-si Kouw. Saat itu pengemis tua sedang sibuk menangkis serangan

Kong-sun Po. Melihat kesempatan ini oleh Seng Cap-si Kouw dipakai untuk kabur jauh-jauh. "Bagus, kau mau kabur ya?" kata si pengemis tua. "Aku tak ingin mengeroyokmu, sekarang kau hadapi saja dia, kelak kita bertemu lagi!" kata si Iblis Perempuan. "Baik, sampai jumpa lagi kelak," kata si pengemis tua. "Sekarang kau boleh pergi!" Lain di mulut lain di hati, sebenarnya dia senang Seng Capsi

Kouw pergi. Dengan demikian dia hanya menghadapi Kong

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sun Po seorang saja. Benar saja sekarang karena bertarung satu lawan satu, Kong-sun Po sering terdesak, walau masih sulit untuk dijatuhkannya. "Hm! Jadi kaulah orang yang pernah bertarung dengan muridku itu, ya?" kata si pengemis tua. "Kalau iya, kenapa?" kata Kong-sun Po. "Siapa gurumu?" kata si pengemis. "Kau sendiri belajar dari mana?" balas Kong-sun Po. "Hm! Anak kecil jangan banyak bicara! Apakah kau juga ingin memiliki lukisan itu? Aku kira kau masih bocah, jadi tidak pantas ikut campur dalam masalah ini!" kata si pengemis tua. Pengemis tua itu terus mendesak, untung saat itu Wan Say Eng dan Ci Giok Phang muncul. "Mana si Iblis Perempuan itu?" kata Ci Giok Phang. "Apa adikmu ketemu?" kata Kong-sun Po. Melihat Kong-sun Po terdesak, Wan Say Eng dan Ci Giok Phang maju untuk membantu. Karena dikeroyok si pengemis tua itu terdesak juga. Pengemis tua itu kaget bukan main dan tidak mengira lawan yang masih muda itu ternyata lihay semua. Ci Giok Phang yang sedang cemas karena takut adiknya berada dalam bahaya, lalu bertanya. "Pengemis tua, mana adikku?" kata Ci Giok Phang. Sambil bertanya Giok Phang menyerang dengan hebat. Tapi pedang Ci Giok Phang yang menusuk ke arah pengemis tua itu disam-pok baju si pengemis tua. Dengan tongkatnya dia menangkis serangan payung Kong-sun Po. "Mereka sudah kabur dari tempatku," kata si pengemis tua. "Bohong! Aku tidak percaya, kecuali jika aku melihatnya sendiri!" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang minta kau percaya padaku?" kata si pengemis. Ucapan Ci Giok Phang membuat si pengemis tua yang angin-anginan itu gusar. Dia serang Ci Giok Phang dengan membabi-buta. Serangan pengemis yang dahsyat membuat Kong-sun Po terdesak. Begitupun Ci Giok Phang, dia hanya bisa bertahan saja. Sedangkan Wan Say Eng yang ilmu silatnya belum sempurna benar terdesak lebih parah. Kong-sun Po masih memiliki ilmu simpanan dari keluarga ibunya, dengan ilmu silat Tay-hang-pat-sek dia menggempur pengemis tua itu. Dia gunakan jurus "Penakluk harimau dan naga". Usaha Kong-sun Po ternyata berhasil. Si pengemis mulai terdesak. Dengan demikian Kong-sun Po berhasil menolongi dua kawannya yang terdesak itu. "Celaka, jika harus bertarung lebih lama, aku bisa kalah oleh mereka!" pikir si pengemis saat dia mulai terdesak. "Dari mana datangnya setan-setan kecil ini?" -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu di tempat lain Han Hie Sun, murid si pengemis tua sedang di atas angin karena berhasil mendesak Ci Giok Hian. "Nona, kenapa kau melawanku mati-matian, aku mencintaimu. Maukah kau?" kata Han Hie Sun sambil tertawa. Bukan main dongkolnya Ci Giok Hian, dia serang Han Hie Sun dengan serangan mautnya; jika perlu dia siap untuk mati bersama lawannya. Ci Giok Hian memang sudah nekat sekali. "Jangan sia-siakan jiwa dan wajahmu yang cantik, Nona Ci!" ejek Han Hie Sun. "Jika kau suka padaku, jiwa suamimu pun bisa selamat!" "Jangan banyak bicara!" kata Ci Giok Hian yang terus menusukkan pedangnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika itu keadaan Ci Giok Hian sangat kritis, tapi di saat sangat berbahaya muncul seorang pemuda. "Hai, ternyata kau Giok Hian!" kata pemuda itu. Ci Giok Hian mengenali suara itu, ternyata dia Kok Siauw Hong. Saat Tay Ek melapor ke Thay-ouw, Kok Siauw Hong tidak ada di tempat. Dia dengar Ci Giok Phang, Wan Say Eng dan Kong-sun Po pergi mencari Ci Giok Hian dan suaminya. Kok Siauw Hong yang diberi tahu oleh Ong It Teng jadi kaget. Sekalipun dia merasa canggung jika bertemu dengan Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen, tapi dia tak bisa tinggal diam. Dia minta diberi tahu jalan pada Ong It Teng. Malam itu juga Kok Siauw Hong memacu kudanya menyusul ke Siong-hong-nia. Ketika sampai Kok Siauw Hong tersesat. Dia tidak datang dari depan, tapi dari belakang bukit itu. Ketika itu dia dengar

suara senjata beradunya senjata. Segera dia menuju ke arah suara itu. Ternyata dia lihat Ci Giok Hian sedang dalam bahaya. "Mana Liong Sen, kok dia sendirian?" pikir Kok Siauw Hong. Dalam keadaan kritis, Ci Giok Hian yang tidak mengira akan bertemu dengan Kok Siauw Hong. Dia kaget melebihi Kok Siauw Hong. Dia bingung dan bengong saja. Saat itu Han Hie Sun tak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Saat Ci Giok Hian lengah, Han Hie Sun maju. "Roboh!" kata Han Hie Sun. "Giok Hian, awas!" teriak Kok Siauw Hong. Ketika Kok Siauw Hong melompat akan menolongi Giok Hian, tiba-tiba terdengar suara robekan baju. Baju Ci Giok Hian yang terkena ujung kipas Han Hie Sun yang tajam itu robek! Tapi Ci Giok Hian sudah mundur saat diperingati oleh Kok Siauw Hong. Dengan demikian hanya baju bagian dadanya saja yang terobek dan tidak melukai kulit dada Giok Hian yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

putih mulus. Namun, karena robekan pakaiannya itu kulit dadanya terlihat jelas, hingga mau tak mau Giok Hian menunduk malu. Panggilan mesra Kok Siauw Hong saat memperingatinya sudah lama tidak dia dengar. Baru sekarang dia mendengarnya lagi. Maka itu mau tak mau Ci Giok Hian terkenang masa lalunya, yaitu saat mereka masih bersamasama dan hidup bahagia. Saat Ci Giok Hian menoleh ke arah Seng Liong Sen yang terbaring tidak berdaya, Ci Giok Hian kaget! Mata sang suami ternyata sedang mengawasi ke arahnya. Buru-buru Giok Hian merapikan bajunya yang robek itu. Saat itu Kok Siauw Hong sampai, tapi kedatangannya disambut oleh serangan kipas Han Hie Sun yang lihay. Melihat keadaan berbahaya itu, tanpa pikir panjang Ci Giok Hian ingin menolongi Kok Siauw Hong, sekalipun saat itu Seng Seng Liong Sen kurang senang karena bergabung dengan Kok Siauw Hong. Maka tanpa pikir panjang Giok Hian maju, tak lama mereka sudah bertarung mengepung Han Hie Sun yang lihay kipasnya itu. "Adik Ci, tinggalkan aku! Biar aku yang menghadapi orang ini, kau istirahat saja," kata Kok Siauw Hong. Ketika itu sayup-sayup Ci Giok Hian mendengar suara dari hidung Seng Liong Sen yang cemburuan. Saat Ci Giok Hian tahu Kok Siauw Hong mampu menghadapi Han Hie Sun, dia mundur teratur. Saat itu seharusnya Giok Hian mendekati

suaminya yang tergeletak tidak berdaya. Tapi entah mengapa timbul rasa kurang senang Giok Hian pada sikap Liong Sen yang kasar dan hatinya kurang bersih itu. Maka itu saat mundur dia berdiri jauh-jauh dari kalangan tanpa menghiraukan Seng Liong Sen yang tergeletak tak berdaya. Saat itu Siauw Hong maju, pedangnya terayun ke arah kepala Han Hie Sun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kau berani melawanku...." kata Han Hie Sun. Pedang Siauw Hong sudah dekat, buru-buru dia menghindar. Hampir saja mukanya terbabat oleh pedang lawan. Bukan main kagetnya Han Hie Sun, hampir saja kepalanya putus oleh pedang lawannya. Ilmu totok Han Hie Sun lihay dan bukan tandingan Siauw Hong, namun kegesitan Kok Siauw Hong lebih baik dari Han Hie Sun. Ditambah lagi tenaga Han Hie Sun sudah terkuras saat dia melawan Ci Giok Hian. Serangan Kok Siauw Hong yang menggunakan Cit-siukiamhoat membuat Han Hie Sun kewalahan, waktu masih mampu bertahan. Kok Siauw Hong pun kaget menyaksikan kehebatan lawannya. Tiba-tiba Kok Siauw Hong menusuk dengan pedangnya. Ketika itu Han Hie Sun menghindari serangan itu dengan kipas bajanya. Pedang Siauw Hong yang tajam menyambar dan hampir melukai tangan Han Hie Sun. Melihat tangannya akan terpapas pedang, bukan main kagetnya Hie Sun. Terpaksa Hie Sun melemparkan kipas bajanya. "Hm!" ejek Kok Siauw Hong. Han Hie Sun yang kehilangan kipas segera kabur. Kok Siauw Hong tidak mengejarnya, tapi dia berjalan menemui Ci Giok Hian. Saat sudah berhadapan keduanya berdiri terpaku, seolah tidak bisa bicara. Selang sesaat baru terdengar Kok Siauw Hong bicara. "Adik Giok Hian, Kakakmu mencarimu, apa kau sudah bertemu dengannya?" kata Kok Siauw Hong. "Apa Kak Giok Phang datang? Tapi aku belum bertemu dengannya," jawab Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu bagaimana kau bisa bebas dari tangan si pengemis?" tanya Siauw Hong. "Mari kita cari Kakakmu, pasti dia ada di

tempat si pengemis tua itu!" "Kakakku tidak ada di sana, saat aku melarikan diri aku hanya melihat Seng Cap-si Kouw sedang bertempur dengan pengemis tua!" kata Ci Giok Hian. "Mari kita ke sana!" kata Siauw Hong. "Tidak! Aku tak mau ke sana karena dia..." Ci Giok Hian tak bisa meneruskan kata-katanya dia hanya menunduk, Siauw Hong tersentak. "Ya, ke mana suamimu?" "Dia ditotok oleh Han Hie Sun, dia ada di sana...." kata Giok Hian sambil menunjuk ke tempat Liong Sen tergeletak. Kok Siauw Hong mengawasi ke arah yang ditunjuk Giok Hian. Di sana Seng Liong Sen tergeletak tidak berdaya. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen, sedikit pun dia tidak mengira kalau dia akan bertemu dengan Kok Siauw Hong, saingan dalam perebutan kekasih. Kok Siauw Hong menghampiri Seng Long Sen, setiba di dekat suaminya, Giok Hian berkata pada Siauw Hong. "Siauw Hong, tolong bebaskan totokannya! Dia baru saja mempelajari Siauw-yang-sin-kang, tapi..." Giok Hian tak meneruskan bicaranya. Kok Siauw Hong langsung tahu apa yang diinginkan "bekas kekasihnya" itu, dia mengangguk. "Akan kucoba," katanya. Dia mengerahkan tenaga dalam untuk membebaskan totokan Han Hie Sun pada Seng Liong Sen. Sekalipun sudah berusaha sekuat tenaga namun Kok Siauw Hong belum berhasil membebaskan totokan Seng Liong Sen. Saat itu Ci Giok Hian kelihatan gelisah bukan main. Dia sangat cemas. Tak lama Liong Sen muntah darah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Liong Sen, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Giok Hian khawatir. Seng Liong Sen berusaha bangun dan berkata dengan suara patah-patah. "Aku tidak memerlukan bantuanmu, lebih baik aku..." Seng Liong Sen tak mampu meneruskan kata-katanya. Tubuhnya limbung dan ambruk lagi ke tanah. Melihat sikap kaku suaminya, tampak Giok Hian jadi serba salah. "Liong Sen, dia baik padamu, kenapa kau bicara begitu?" kata isterinya. "Apa kau lupa, jika totokan itu tidak terbuka, dalam tiga hari kau akan celaka! Kau harus minta maaf pada Kok Toa-ko!" Semula Seng Liong Sen mengira totokan atas dirinya sudah punah, ternyata belum. Sekarang pun rasa sakitnya bertambah hebat. Sekalipun malu akhirnya dia minta maaf

pada Kok Siauw Hong, karena jika tidak nyawanya bisa melayang. "Sudah jangan diambil hati, aku pun sudah berusaha keras tapi tidak berhasil," kata Kok Siauw Hong. Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen berpikir lain. Dia mengira Kok Siauw Hong tidak mau membantunya lagi. Maka marahlah dia. Saat Seng Liong Sen mau memaki Siauw Hong, tiba-tiba mereka mendengar Kok Siauw Hong berkata girang. "Bisa!" "Apa yang bisa?" tanya Ci Giok Hian. "Dengan cara lain," jawab Siauw Hong. "Orang she Han itu belajar dari si pengemis tua, bukan? "Ya," jawab Giok Hian. "Mari kita cari Giok Phang," kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa maksudmu mau mencari dia, aku kira dia juga tidak akan bisa memunahkan totokan itu!" kata Ci Giok Hian. "Bukankah Kakakmu bersama Kong-sun Po? Aku yakin Kong-sun Po mampu mengobati suamimu!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong berpikir begitu karena dia sudah tahu tentang lukisan tubuh manusia yang diperebutkan di kalangan Kang-ouw dari Wan Say Eng. Jika si pengemis tua guru Han Hie Sun, dia yakin ilmu totoknya dicangkok dari Hiat-to-tongjin itu. Tentang cerita lukisan itu Siauw Hong sudah tahu dari Ong It Teng yang mendapat keterangan dari nona Wan. Sedang Siauw Hong tahu Kong-sun Po bisa ilmu tersebut. Maka itu Kok Siauw Hong mengajak Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen untuk mencari Ci Giok Phang, Wan Say Eng dan Kong-sun Po. Sambil membawa Seng Liong Sen yang berjalan dengan disanggah, di sebelah kiri dan sebelah kanan, mereka menuju ke tempat pengemis tua. Seng Liong Sen yang tidak berdaya diperlakukan demikian jadi merasa malu dan terhina sekali. Saat sampai mereka segera mendengar bentrokan senjata tajam. "Oh, ternyata mereka sedang bertarung, Kok Toa-ko. Dugaanmu tepat sekali!" kata Ci Giok Hian. Saat tiba mereka menyaksikan si pengemis tua sedang dikeroyok oleh Kong-sun Po, Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Saat itu Kok Siauw Hong berteriak memanggil Ci Giok Phang. "Ci Toa-ko, Giok Hian ada di sini bersamaku!" teriak Kok Siauw Hong dengan ilmu mengirim suara dari jarak jauh. "Kalian ada di mana?" kata Giok Phang juga dengan ilmu suara jarak jauh.. "Segera ke mari!"

"Jaga Liong Sen," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tinggalkan Liong Sen yang dijaga oleh isterinya, lalu dia memburu ke arah suara pertempuran itu. Ketika Siauw Hong tiba, pengemis tua itu sedang menyerang Kong-sun Po dan Kong-su Po mencoba menahan serangan pengemis itu. Tapi karena Ci Giok Phang kehilangan konsentrasi, dia agak tertekan oleh serangan lawan. Dengan tidak banyak bicara lagi Kok Siauw Hong menghunus pedangnya, lalu menikam si pengemis tua dengan serangan mautnya. Tapi dengan tenang pengemis tua menangkis pedang Kok Siauw Hong dengan tongkatnya. Saat senjata mereka beradu Kok Siauw Hong kaget, karena dia merasakan serangan itu cukup dahsyat. Tangannya terasa kesemutan. Tapi Kok Siauw Hong cerdik, saat pedangnya tertekan tongkat lawan, dia meneruskan serangan itu ke bagian bawah hingga terpaksa pengemis itu harus mundur beberapa langkah menghindari serangan itu. Kelihatan pengemis tua itu terperanjat menerima serangan Kok Siauw Hong tersebut. "Aneh, muncul lagi anak muda yang ilmu silatnya lain, mereka masing-masing memiliki keistimewaan sendiri-sendiri!" pikir pengemis tua. "Aah, aku tidak boleh buang waktu di sini, kalau tidak aku bisa celaka!" "Ci Toa-ko, silakan kau mundur, biar aku yang menghadapinya," kata Kok Siauw Hong. "Giok Hian ada di mana?" tanya Ci Giok Phang. "Itu mereka sudah tiba!" jawab Kok Siauw Hong. Sambil menyanggah tubuh Seng Liong Sen, Ci Giok Hian sedang berjalan menghampiri mereka. Ci Giok Phang segera menyongsong mereka. Sesudah saling bertemu Ci Giok Phang girang sekali, begitu juga Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di tengah gelanggang pertempuran pengemis tua itu melancarkan serangan dahsyat ke arah Kong-sun Po. Saat Kong-sun Po mundur, kesempatan itu digunakan oleh pengemis tua untuk meloloskan diri. "Nah adik perempuanmu sudah kau temukan, mau apa lagi kalian?" kata pengemis itu mengejek. Saat Kong-sun Po hendak mengejar, Ci Giok Phang

mencegahnya. "Sudah, jangan dikejar. Dia sudah kalah untuk apa dikejar lagi?" kata Ci Giok Phang. Sesudah pengemis tua itu kabur Kok Siauw Hong berkata pada Kong-sun Po. "Seng Siauw-hiap tertotok oleh totokan pengemis tua, Saudara Kong-sun, tolong kau bebaskan dia dari totokan itu," kata Kok Siauw Hong. Saat Kong-sun Po hendak memeriksa keadaan Seng Liong Sen, mereka dikagetkan oleh suara pintu didobrak dari dalam. Tak lama muncul si gagu. Ternyata tenaga dalamnya lihay dia mampu membebaskan totokan lawan. Dengan perasaan murka dia awasi Ci Giok Hian. Tapi sambil tertawa Ci Giok Hian berkata dengan sabar. "Kau jangan marah padaku, karena aku mau meloloskan diri dari kalian, terpaksa kau kutotok!" kata Giok Hian. "Gurumu sudah pergi, segera kau susul dia!" Sesudah mendapat penjelasan dari Ci Giok Hian kelihatan si gagu tidak marah lagi. Dia segera menyusul gurunya. Kemudian Kong-sun Po mengobati Seng Liong Sen dari totokan si pengemis tua. Sesudah berusaha sekian lama dia berhasil. Seng Liong Sen dengan sikap malu-malu mengucapkan terima kasih pada Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan sungkan." kata Kong-sun Po. "Kau tidak perlu berterima kasih, kita semua sahabat!" "Kak dari mana kalian tahu kami ada di sini?" tanya Giok Hian. "Dari tanda yang kau berikan, saputanganmu ditemukan oleh Tay Ek, Hiang-cu dari Kay-pang dan disampaikan pada Ong Cee-cu di Thay-ouw," jawab Ci Giok Phang. "Jadi kalian dari sana?" kata Giok Hian, "kami berdua sebenanya hendak ke tempat Ong Cee-cu!" "Bagus," kata Giok Phang. "Jadi kalian mau ke sana?" "Tidak, aku tidak mau ikut!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa?" tanya Ci Giok Phang. "Rasanya aku terluka dalam, oleh karena itu aku harus segera pulang untuk minta diobati oleh Guruku," jawab Seng Liong Sen. Mendengar ucapan suaminya, Ci Giok Hian sadar, bahwa jiwa suami-nya memang sempit. Jika dia membujuknya agar ikut pergi bersama-sama, pasti Liong Sen mencurigainya bahwa dia ingin bersama-sama dengan Kok Siauw Hong. Maka itu Ci Giok Hian yang bijaksana lalu berkata. "Baik, kita sama-sama pulang saja!" kata Giok Hian.

Tetapi dalam benak Ci Giok Hian berpikir. "Ternyata pikiran suamiku sempit, entah bagaimana aku bisa aku bisa hidup bersama dengannya untuk selamanya?" pikir Ci Giok Hian bingung. "Karena kau terluka, aku dan Wan Say Eng akan mengantarkan kalian pulang," kata Ci Giok Phang. "Jika ada pesan dari Gurumu, katakan saja, minta bantuan Siauw Hong untuk menyampaikannya pada Ong Cee-cu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Ci Giok Phang telah menangkap apa maksud Seng Liong Sen yang menolak pergi ke Thay-ouw. Tapi dia berpura-pura percaya karena dia pikir bagaimana pun Liong Sen adik iparnya. "Baiklah," kata Liong Sen. "Adik Giok Hian tolong kau sampaikan pesan Guru pada Kok Siauw-hiap, suaraku belum pulih. Lebih baik kau saja yang menjelaskannya!" Ci Giok Hian heran melihat sikap kaku suaminya, tapi sekalipun agak kikuk dia terpaksa menurut. Dia menyampaikan semua pesan guru Seng Liong Sen pada Siauw Hong. "Baik, akan kusampaikan," kata Kok Siauw Hong. Sesudah berbincang sebentar akhirnya mereka berpisahan. Ci Giok Phang bersama Wan Say Eng ikut ke Hang-ciu bersama Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen, sedangkan Kongsun Po dan Kok Siauw Hong kembali ke Thay-ouw. Sesudah berjalan berdua saja bersama Kong-sun Po, Kok Siauw Hong tampak murung. "Saudara Kok, ada apa? Kelihatan kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Kong-sun Po pada kawannya. "Tidak! Sudahlah jangan hiraukan aku," kata Siauw Hong. "Jangan bohong, tak seperti biasanya, kau selalu banyak bicara, sekarang kau seperti malas bicara. Aku kira kau terkenang pada Nona Han, kan?" kata Kong-sun Po. Mendengar nama nona Han disebut-sebut, tiba-tiba Kok Siauw Hong tersentak karena ada yang dia lupakan. Ternyata dia lupa menyampaikan titipan Han Pwee Eng untuk Ci Giok Hian. "Wajar saja kau rindu kepadanya, kalian kan pernah mengalami guncanganh hebat! Sekarang kalian sudah akur

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali. Malah ketika aku mau ke mari, Nona Han berpesan

agar aku mencari tahu tentang kau," kata Kong-sun Po. "Di antara sahabatku, kau yang paling polos. Tetapi kau sekarang bisa bergurau juga," kata Kok Siauw Hong. "Benar kan kau terkenang pada Nona Han?" kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Sebagian dugaanmu memang benar, sebenarnya aku sedang memikirkan nasib ayahnya," jawab Kok Siauw Hong. "Apa yang kuketahui Paman Han sedang berobat di rumah Seng Cap-si Kouw, tapi aneh karena sekarang si Iblis Perempuan itu ada di Kang-lam. Lalu dibawa ke mana Paman Han, ya?" kata Kong-sun Po yang juga heran dan bingung. "Gara-gara tidak diketahui di mana keberadaan ayahnya itulah maka Nona Han jadi cemas sekali," kata Kok Siauw Hong. "Giok Hian bilang dia ada di tempat pengemis tua, sayang kita tidak bertemu dengannya!" "Sebenarnya tadi aku bertemu dengannya, tapi jika sekarang bertemu lagi pun kita tidak bisa mendapat keterangan apa-apa darinya," kata Kong-sun Po. "Jika bertemu lagi dengannya, walau dia tidak mau memberi keterangan pun paling tidak kita bisa tahu jejak Paman Han," kata Kok Siauw Hong. "Sekarang entah kabur ke mana dia?" kata Kong-sun Po. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Saat menuruni bukit dari jauh mereka mendengar suara beradunya senjata tajam. "Eeh! Siapa yang sedang bertarung? Apa si pengemis tua, tapi siapa lawannya? Aku kira Giok Phang dan kawannya berjalan ke arah lain, aku kira bukan mereka yang sedang bertarung!" kata Kong-sun Po. Mereka segera mempercepat langkah masing-masing dengan menggunakan gin-kang tinggi. Dari jauh Kong-sun Po

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seolah mengenali salah seorang dari orang yang sedang bertarung itu. "Itu sepertinya Seng Cap-si Kouw!" kata Kong-sun Po. Ketika sudah dekat memang benar itu Seng Cap-si Kouw yang sedang bertarung. Tapi lawannya bukan si pengemis tua melainkan Beng Cit Nio. Jago perempuan ini memang berangkat ke Kang-lam dengan maksud mencari Seng Cap-si Kouw, khususnya dia ingin mencari Han Tay Hiong. Maka itu dia mengikuti jejak si Iblis Perempuan, akhirnya mereka bertemu di tempat itu. "Beng Cit Nio, puluhan tahun kita menjadi saudara misan, tapi sekarang kita bentrok gara-gara Han Tay Hiong. Ingat kita semua sudah tua, apa kau pikir Han Tay Hiong masih mau padamu?" kata Seng Cap-si Kouw mengejek.

Sambil mengejek Seng Cap-si Kouw tidak menghentikan tongkat bambu hijaunya yang dahsyat itu menyerang ke arah Beng Cit Nio. "Tutup mulutmu! Apa kau kira aku sedang memperebutkan seorang pria tua denganmu? Aku datang hanya untuk bertarung dan mengadakan perhitungan denganmu!" kata Beng Cit Nio. "Eeh, apa maksudmu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Aku ingin bertanya, isteri Han Tay Hiong mati diracun oleh siapa? Kau pembunuhnya, tapi aku yang dituduh sebagai pembunuhnya!" kata Beng Cit Nio sengit. "Kau salah, isteri Han Tay Hiong meninggal karena sakit, dan tidak ada hubungannya denganku! Sebenarnya Han Tay Hiong pun tidak menuduhmu, kenapa kau bilang begitu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Jadi kau masih mau menyangkal? Cara kau menaruh racun luar biasa," kata Beng Cit Nio. "Orang yang kau racun tidak berbekas. Tetapi Han Tay Hiong mencurigai pembunuh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

isterinya itu, jika bukan aku pasti kau! Di depanku dia tidak menuduhku, tapi anak perempuannya jelas menuduhku. Oleh sebab itu masalah ini harus diusut sampai tuntas!" Ketika Kok Siauw Hong dan Kong-sun Po tiba, sebenarnya Kok Siauw Hong akan segera menampakkan diri. Tapi hal itu tidak dilakukannya dan dia mencegah Kong-sun Po. Tapi kinii dia kaget setelah mendengar pertengkaran kedua nenek itu. Sedikitpun dia tidak menyangka kalau ibu Han Pwee Eng mati diracun oleh Seng Cap-si Kouw, si Iblis Perempuan yang ganas itu. "Jadi kau terus menuduhku?" ejek Seng Cap-si Kouw dengan gemas. "Sekarang terserah kau saja! Tapi jika kau ingin membunuhku, hm! Jangan harap kau bisa. Tapi jika aku membunuhmu, kau jangan menyesal!" kata Seng Cap-si kouw. Tiba-tiba si Iblis Perempuan mengayunkan tongkatnya menyerang Beng Cit Nio. Pertarungan pun kembali terjadi. Kali ini walau Beng Cit Nio terdesak, dia masih mampu melawan. "Eeh! Tidak kusangka tenagamu sudah pulih lagi, tapi jangan harap kau bisa melawanku. Maka itu aku sarankan, sebaiknya kau bunuh diri saja!" ejek Seng Cap-si Kouw. Sekarang ilmu silat kedua wanita tua itu seimbang. Tapi karena Beng Cit Nio pernah dibokong oleh Seng Cap-si Kouw saat dia bertarung dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya, dia terluka dalam. Sekarang kesehatannya belum pulih benar. Beng Cit Nio pun sadar, lawannya sangat kejam. Jadi untuk menghadapi Seng Cap-si Kouw yang ganas itu, terpaksa Beng

Cit Nio bertarung dengan mati-matian. Malah kalau perlu dia akan menggunakan ilmu menyiksa diri agar mampu menambah kekuatan dirinya dalam sesaat. Dia sudah nekat bila perlu dia akan mati bersama-sama dengan lawannya. Saat itu keduanya mendengar langkah kaki dua orang yang menuju ke arah mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai Iblis Perempuan kejam, ternyata kau ingin mengacau lagi di sini!" bentak Kok Siauw Hong. Tiba-tiba Kok Siauw Hong dan Kong-sun Po mendengar suara jeritan keras dari Beng Cit Nio. Dia langsung muntah darah. Tak lama dia limbung dan akhirnya roboh. Kiranya Beng Cit Nio terluka oleh ilmu menyakiti diri atau ilmu yang disebut "Thian-mo-tee-tay-hoat"-nya sendiri. Rupanya munculnya Kok Siauw Hong dan Kong-sun Po tadi telah mengganggu konsentrasinya saat dia sedang mengerahkan ilmu itu. Dengan cepat Kok Siauw Hong maju, pedangnya di arahkan ke tubuh Seng Cap-si Kouw. "Hai kau berani padaku?!" bentak Seng Cap-si Kouw. Tongkat bambu hijaunya dia sabetkan ke belakang, ke arah pedang Kok Siauw Hong. Tak lama terdengar suara bentrokan kedua senjata bertubi-tubi. Sekali pun Kok Siauw Hong gagah, namun menghadapi Seng Cap-si Kouw cukup berat juga. Kok Siauw Hong merasakan serangan Seng Cap-si Kouw yang ganas mampu mendorong tubuhnya. Serangan si nenek datang bergelombang saling susul-menyusul tidak hentinya. Melihat Kok Siauw Hong kewalahan, Kong-sun Po datang membantu. Dia menggunakan payungnya untuk menangkis serangan tong;at bambu hijau Seng Cap-si Kouw. Benturan kedua senjata itu menimbulkan lelatu api yang berhamburan bagaikan kembang api saja. Melihat anak muda yang lain bersenjata payung, Seng Cap-si Kouw kaget juga. Apalagi saat dia mengetahui payungnya ternyata ampuh. Mungkin saja itu sebuah benda pusaka terbuat dari baja mumi. Terpaksa si nenek menggunakan tongkatnya dijadikan seolah pedang menyerang ke arah Kong-sun Po. Kok Siauw Hong cemas melihat keadaan Beng Cit Nio yang muntah darah dan terduduk tadi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Beng Kouw-kouw (Bibi Beng), bagaimana keadaanmu?"

kata Kok Siauw Hong. "Aku tidak apa-apa, bunuh saja perempuan iblis itu!" jawab Beng Cit Nio. Hati anak muda ini jadi lega, maka itu dia maju lagi dan berkonsentrasi untuk mengalahkan Iblis Perempuan itu. Padahal Kok Siauw Hong tak tahu sebenanya Beng Cit Nio terluka parah. Beng Cit Nio bersandar di sebuah pohon, napasnya tersengal-sengal kepayahan. Sekalipun dikeroyok ternyata Seng Cap-si Kouw lebih menang dibanding Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong yang mengepungnya. Dia masih mampu menyerang secara ganas dan bertubi-tubi. Tentu saja dua anak muda itu kaget bukan kepalang. Jika mereka kalah maka Beng Cit Nio pun akan celaka juga. Saat Kok Siauw Hong kebingungan, Beng Cit Nio memberi petunjuk. "Kok Siauw-hiap bergerak ke Kian, duduki daerah Kim!" kata Beng Cit Nio. Kok Siauw Hong maupun Kong-sun Po mengikuti petunjuk Beng Cit Nio, ternyata mereka berhasil menghindari serangan lawan, bahkan Kong-sun Po sempat menggoyahkan tongkat si Iblis Perempuan. "Beng Cit Nio padahal saat mampusmu sudah tiba, tapi kenapa kau masih berani banyak bicara!" kata Seng Cap-si Kouw. Tanpa mempedulikan ejekan Seng Cap-si Kouw, dengan bersemangat Beng Cit Nio memberi petunjuk pada kedua anak muda itu. Tak lama terlihat perubahan besar. Jika tadi dua anak muda itu terdesak, sekarang mereka malah mendesak lawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dulu kami pernah menyelamatkan kau, sekarang pun kami tidak ingin mencelakaimu, tapi jawab pertanyaanku. Jika kau menolak, jangan harap kau bisa lolos!" bentak Kong-sun Po. "Katakan, di mana kau sembunyikan Paman Han?" kata Kok Siauw Hong. Seng Cap-si Kouw tertawa terbahak-bahak. "Jadi kau datang untuk mencari mertuamu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Aku dengan dia sahabat baik, kau jangan khawatir!" "Tutup mulutmu, katakan di mana beliau berada? Jika tidak jangan harap kau bisa lolos!" kata Kok Siauw Hong. Saat itu Seng Cap-si Kouw dalam keadaan terkepung oleh kedua anak muda itu. Di luar dugaan tiba-tiba nenek ini muntah darah.

"Hm! Anak ingusan kalian berani mengancamku?" kata Seng Cap-si Kouw dengan nyaring. Tiba-tiba dia menyerang dengan hebat, tentu saja hal ini membuat kedua anak muda yang mengepungnya keheranan. Payung Kong-sun Po tersampok miring, begitu pun pedang Kok Siauw Hong. Tiba-tiba tongkat si nenek itu langsung mengarah ke tubuh Kok Siauw Hong. Kong-sun Po yang menyaksikan kawannya dalam bahaya dia kaget bukan main. Dia gunakan payungnya untuk menyelamatkan Kok Siauw Hong dari bahaya maut itu. Tibatiba Seng Cap-si Kouw menghentikan serangan mautnya. "Karena kalian pernah membantuku, sekarang kuampuni kalian! Beng Cit Nio jika kau tidak mati, kelak kita bertemu lagi!" kata Seng Cap-si Kouw. Sesudah itu dia mencelat dan pergi. "Aaah, sayang dia kabur!" kata Beng Cit Nio lemah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiranya sesudah mengerahkan ilmu hitamnya, Beng Cit Nio terluka parah. Kedua anak muda itu menghampiri Beng Cit Nio. "Bibi Beng, bagaimana keadaanmu?" kata Kok Siauw Hong. "Dia sudah pergi, biar kelak kita adakan perhitungan lagi dengannya!" Beng Cit Nio tertawa perlahan, wajahnya tampak pucatpasi. Dia terlihat kepayahan. "Bagaimana kedaanmu, Bi?" Kok Siauw Hong mengulangi pertanyaannya. "Rasanya aku tidak akan tahan lebih lama lagi...." jawab Beng Cit Nio. Tiba-tiba dia muntah darah lagi. "Kenapa kau, Bibi?" kata Siauw Hong. Tapi Beng Cit Nio diam saja, wajahnya merah membara. "Dia keracunan ilmunya sendiri," kata Kong-sun Po yang paham ilmu racun. "Untung belum parah, mungkin kita masih bisa mengobatinya." "Bagaimana caranya?" tanya Kok Siauw Hong. "Mari kita kerahkan hawa murni kita untuk menolonginya," kata Kong-sun Po. Keduanya lalu mengerahkan tenaga dalam mereka untuk menolongi Beng Cit Nio. Bantuan tenaga dalam itu membuat Beng Cit Nio sadar kembali. "Cukup, terima kasih," kata Beng Cit Nio. Napas Kok Siauw Hong terengah-engah, karena memang lwee-kangnya kalah tinggi dari Kong-sun Po. "Siauw Hong, kenapa kau tolongi aku, padahal aku tahu

pasti kau pun dendam kepadaku," kata Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukankah saat aku masih kecil Kouw-kouw yang menyelamatkan jiwaku?" kata Kok Siauw Hong. "Ketika itu aku tergelincir dari pohon dan jatuh ke sungai yang airnya deras. Aku masih ingat semua kejadian itu!" "Jadi kau masih mengingatnya, nak?" kata Beng Cit Nio. "Aku ingat, saat Pwee Eng menuduhmu sebagai pembunuh ibunya, aku pun menyangkal dan membelamu, karena aku tahu kau orang baik," kata Kok Siauw Hong. "Baik, terima kasih jika kau mempercayaiku," kata Beng Cit Nio. "Sebenarnya aku tidak sebaik yang kau kira. Aku telah banyak melakukan kesalahan. Aku pernah bergabung dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya untuk mencelakai Paman Han-mu!" "Yang telah lewat jangan kau pikirkan, Bibi. Paman Han masih hidup, Pwee Eng pun selamat," kata Kok Siauw Hong. "Akan kuceritakan kejadian yang sebenarnya padamu," kata Beng Cit Nio yang napasnya tiba-tiba sesak. "Sudah, Bibi harus istirahat saja dulu," kata Kok Siauw Hong. "Tidak, jika hal itu belum aku ceritakan, aku belum tentram," kata Beng Cit Nio. Kok Siauw Hong tidak bisa mencegah Beng Cit Nio yang mulai bercerita, "Ketika kami masih muda, aku dan Seng Yu Ih (Seng Cap-si Kouw) sama-sama menyukai Han Tay Hiong," kata Beng Cit Nio. "Aku tahu Han Tay Hiong lebih menyukai Seng Cap-si Kouw, tetapi dia mengira Han Tay Hiong malah menyukaiku. Akhirnya kami berdua kecewa! Ternyata Han Tay Hiong lebih mencintai ibu Han Pwee Eng. Padahal aku tahu, baik ilmu silatnya maupun kecantikan kami berdua, sebenarnya tidak kalah oleh ibu Han Pwee Eng!" Beng Cit Nio berhenti sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. Sebaliknya Siauw Hong berpikir lain.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mungkin budi pekerti dan hati ibu Pwee Eng lebih baik dari kalian," pikir Kok Siauw Hong. "Di belakang rumah Han Tay Hiong terdapat bukit yang sunyi, dan sangat tersembunyi. Tempat itu sulit ditemukan oleh siapa pun. Jalan ke tempat itu pun harus melalui air terjun, karena pintu masuknya ada di balik air terjun itu!"

melanjutkan Beng Cit Nio. "Tanpa diduga aku menemukan tempat itu! Maka itu aku tinggal di sana. Maksudku tinggal di sana hanya ingin dekat saja dengan rumah Han Tay Hiong. Tidak kuduga Seng Cap-si Kouw berpendapat lain. Diam-diam dia mendekati keluarga Han dan meracuni isteri Han Tay Hiong dengan keji. Sesudah berhasil dia membalikkan fakta dan memfitnah aku sebagai pembunuh isteri Han Tay Hiong. Sedang kisah selanjutnya kaupun sudah tahu....'" "Paman Han orang baik dan bijaksana, pasti dia tahu masalah ini," kata Kok Siauw Hong. "Semoga saja begitu. Tapi bagaimana keadaan Pwee Eng?" kata Beng Cit Nio. "Aku dengar kau ada masalah dengannya, benarkah itu? Dia nona yang baik, jaga dia baik-baik!" "Tak lama lagi dia sudah akan menikah dengan Nona Han," kata Kong-sun Po ikut bicara. "Benarkah? Syukur kalau begitu!" kata Beng Cit Nio. "Pwee Eng mengkhawatirkan keadaan ayahnya, maka itu dia minta aku menyelidiki keadaannya," kata Kok Siauw Hong. "Aku juga begitu, selama Han Tay Hiong ada di tangan perempuan jahat itu," kata Beng Cit Nio. "Sayang dia sudah pergi, kalau tidak kita akan tahu di mana Paman Han berada!" kata Kok Siauw Hong. Beng Cit Nio termenung, tiba-tiba wajahnya jadi cerah. "Aah, aku ingat sekarang. Di Ouw-lam ada sebuah tempat persembunyian Seng Cap-si Kouw. Aku yakin Han Tay Hiong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

disembunyikan di sana. Jika kita akan mencarinya aku harus ikut kalian ke Ouw-lam," kata Beng Cit Nio. "Bagaimana dengan kesehatanmu?" kata Kok Siauw Hong. "Tidak masalah. Jika hanya untuk berjalan saja aku masih bisa. Jika aku tidak ikut kalian ke tempat itu, mungkin kau tidak akan sampai ke sana," kata Beng Cit Nio. "Tapi kami harus kembali dulu ke Thay-ouw untuk melapor pada Ong Cee-cu, apakah kau mau ikut bersama kami?" kata Kong-sun Po menjelaskan. 'Tidak! Aku tidak ingin menemui Ong Cee-cu, jika kalian mau kita harus berangkat sekarang juga!" kata Beng Cit Nio. Kedua anak muda itu bingung sampai akhirnya Kok Siauw Hong mengambil jalan tengah. "Kalau begitu biar aku dan Bibi Beng yang pergi ke Ouwlam, sesudah urusan Kong-sun Toa-ko selesai di Thay-ouw, kau susul kami ke Ouw-lam. Di sepanjang jalan aku akan memberi tanda panah, supaya kau mudah menemukan kami!" kata Kok Siauw Hong. "Baik," kata Kong-sun Po menyetujui saran Kok Siauw

Hong. Maka berpisahlah mereka, dua ke Ouw-lam yang seorang ke Thay-ouw. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 53 Mengikuti Jejak Kok Siauw Hong; Ciauw Siang Hoa Bertemu Ayahnya

Setelah berpisahan dengan Beng Cit Nio dan Kok Siauw Hong, Sekarang Kong-sun Po berjalan sendirian. Dia menuju ke Thay-ouw. Saat sendiri Kong-sun Po jadi iseng. Dia ingin segera sampai ke Thay-ouw, agar bisa segera menyusul Beng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cit Nio dan Kok Siauw Hong ke Ouw-lam. Maka itu dia mempercepat jalannya. Keesokan harinya menjelang petang dia sudah sampai di Thay-ouw. Saat itu dia ingat pada berbagai kejadian yang dialaminya. "Siauw Hong dan Nona Han sudah rujuk kembali, semoga kepergiannya bersama Beng Cit Nio bisa menemukan jejak calon mertuanya." pikir Kong-sun Po. "Giok Phang dan Nona Wan sudah bertundangan, entah di mana Mi Yun sekarang?". Ingat pada Kiong Mi Yun yang bersedia berkorban baginya, nona ini rela bentrok dengan ayahnya demi dia, Kong-sun Po senang. Ingat Kiong Mi Yun dia pun ingat sahabat masih kecilnya, yaitu nona Wan Say Eng yang sudah punya calon suami, yaitu Ci Giok Phang. Sekarang hanya dia dan Kiong Mi Yun yang belum punya kepastian, ketika mereka masih saling mencari di mana keberadaan mereka masing-masing? Dia pun tidak tahu entah kapan dia bisa bertemu lagi dengan Kiong Mi Yun. Setiba di Tong-teng-san Barat, di tempat Ong It Teng sudah tengah malam. Sebenarnya dia tidak ingin mengganggu tuan rumah, tapi malah Ong It Teng;ah yang datang menemuinya malam itu juga. "Aku tidak mengira kau akan segera kembali," kata Ong It Teng pada Kong-sun Po. "Apa ada masalah?" kata Kong-sun Po. "Ada dua sahabat datang mencari Ci Giok Phang dan Wan Say Eng, sekarang mereka masih ada di sini," kata Ong It Teng. "Kemarin juga ada orang mencarimu, karena kau tidak ada di sini, dia langsung pergi. Eeh, ke mana yang lain, kok kau pulang sendiri saja?" Kong-sun Po menceritakan pengalamannya. "Siapa yang mencari Ci Giok Phang dan Nona Wan, apa dia juga kenal padaku?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Salah seorang mengaku bernama Ciauw Siang Hoa, putera Ciauw Goan Hoa dari Ouw-lam, dia datang bersama tunangannya yang bernama Yo Kiat Bwee!" jawab Ong It Teng. Nama kedua orang itu memang pernah di dengar dari Ci Giok Phang, maka itu dia jadi keheranan. "Nona Kiat Bwee pernah menjadi pelayan Seng Cap-si Kouw, nasibnya sangat buruk. Katanya dia akan ke Kim-keeleng, tapi aneh kenapa dia datang ke sini. Lalu siapa orang yang lain yang mencariku?" kata Kong-sun Po. Tiba-tiba Ong It Teng menegurnya. "Apa kau punya hubungan dengan orang-orang dari Sungai Huang-hoo?" kata Ong It Teng. "Tidak!" jawab Kong-sun Po. "Orang yang mencarimu itu, salah seorang dari mereka!" kata Ong It Teng. "Dia mengaku bernama Chu Tay Peng!" "Dia bernama Chu Tay Peng!" kata Kong-sun Po. "Oh dia! Dia ingin agar aku segera ke tempatnya!" "Benar, dia bilang beitu! Dia bilang kau jangan lupa pada janjimu!" kata Ong It Teng. "Memang ada urusan apa dengan mereka?" Kong-sun Po menjelaskan pengalamannya, saat kawankawan Chu Tay Peng diserang oleh Pouw Yang Hian. Atas usul Kiong Mi Yun yang meminta agar Chu Tay Peng dan kawankawannya mengabdi pada perjuangan rakyat melawan serangan musuh. Sesudah lewat satu tahun Kong-sun Po akan mengobati luka mereka. Sekarang hampir setahun sudah. "Kalau begitu kau harus menepati janjimu," kata Ong It Teng. "Dia benar, tapi saat ini aku sedang menghadapi masalah sulit sekali!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masalah apa?" kata Ong It Teng. "Masalah Kok Siauw Hong. Aku berjanji akan menyusul dia ke Ouw-lam," kata Kong-sun Po. "Menurut Beng Cit Nio, Han Tay Hiong disembunyikan di Ouw-lam. Maka itu aku harus menyusul Kok Siauw Hong ke Ouw-lam!" "Bagaimanajanjimu dengan Chu Tay Peng?" kata Ong ItTeng. "Waktunya masih berapa lama lagi, sih?" "Setengah bulan lagi," jawab Kong-sun Po.

Ong It Teng jadi ragu-ragu mengingat waktunya sangat singkat. Dari dalam rumah muncul Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee menemui mereka. Melihat mereka muncul Kong-sun Po mengawasi untuk mengingat-ingat, apakah dia pernah bertemu dengan mereka atau belum. "Mungkin kau lupa, kita pernah bertemu," kata Kiat Bwee alias Tik Bwee. "Benarkah?" kata Kong-sun Po. "Di mana dan kapan itu? Aku benar-benar lupa!" "Bukankah kau yang dulu bertarung dengan See-bun Souw Ya di depan air terjun? Ketika itu kau tidak mengetahui, aku melihatmu dari balik batu." kata Kiat Bwee. "Jadi kalian sudah saling mengenal," kata Ong It Teng. "Aku belum pernah bertemu dengan Kong-sun Siauw-hiap, tapi namamu sering kudengar dari Ci Toa-ko. Aku mengagumimu," kata Ciauw Siang Hoa. Sesudah mengisahkan pengalamannya, Kong-sun Po menanyakan bagaimana Kiat Bwee bisa bertemu dengan Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami bertemu ketika mereka akan menikah," kata Kiat Bwee. "Saat mau ke mari pun kami bertemu dengan mereka di tengah jalan." "Jadi Ci Giok Phang dan Nona Wan bersama-sama dengan mereka, bukan?" kata Kong-sun Po. "Kami hanya bertemu dengan Seng Liong Sen dan isterinya, merekalah yang menyuruhku menemuimu di sini!" kata Kiat Bwee. Saat bertemu di tengah jalan, Seng Liong Sen ingin membunuh Kiat Bwee yang mencelakakannya, tapi karena sedang terluka dia tidak berdaya. Sebenarnya Ci Giok Hian pun benci pada Kiat Bwee, tapi sekarang dia kurang senang pada sifat suaminya yang kurang jujur. Ditambah lagi Kiat Bwee memang harus dikasihani. Jika dia memusuhi Kiat Bwee, itu pun tak ada gunanya. Sedangkan obat pemunah untuk suaminya, Kiat Bwee pun tidak memilikinya. Maka itu Ci Giok Hian menyuruh Kiat Bwee pergi ke tempat Ong It Teng di Thay-ouw untuk bertemu dengan Kong-sun Po. "Aah, masalah jadi semakin gawat. Padahal masalahku belum selesai, sekarang ada masalah baru lagi. Entah ke mana perginya Ci Giok Phang dan Wan Say Eng?" kata Kong-sun Po. "Mungkin mereka mengurus masalah lain. Mengingat kepandaian mereka, kau jangan mencemaskannya," kata Ong It Teng. "Sebenarnya masalahmu yang harus kau segera

urus." "Mengenai masalah apa, bisa kau beritahu kami?" kata Ciauw Siang Hoa. Kong-sun Po menjelaskan, dia harus memenuhi janjinya pada Chu Tay Peng cs. Tapi sekarang dia harus menyusul Kok Siauw Hong ke Ouw-lam. Dengan demikian masalah itu jelas tidak bisa diselesaikan bersama-sama. Tiba-tiba Kiat Bwee tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan cemas, biar aku saja yang ke Ouw-lam Barat, aku memang ingin menemui Beng Cit Nio," kata Kiat Bwee. "Aku senang mendengar usulmu. Tapi adat Beng Cit Nio keras. Apalagi dia bilang masalah ini jangan diberitahukan pada siapa pun. Jika kau pergi ke sana, lalu...." "Jangan khawatir," kata Kiat Bwee. "Aku bekas budak Seng Cap-si Kouw dan bertetangga dengannya, aku tahu dia juga sayang kepadaku." ' "Apa kau tidak takut jika di sana bertemu dengan Seng Cap-si Kouw?" kata Kong-sun Po. Dengan sikap gagah Kiat Bwee alias Tik Bwee berkata, "Justru kamilah yang ingin mencari dia untuk menuntut balas!" Sesudah mendengar cerita ibu Ciauw Ciang Hoa, Kho-si, tahulah Tik Bwee, dia diculik dan dijadikan budak oleh Seng Cap-si Kouw dan hal itu bukan kejadian kebetulan. Nasib buruk Ciauw Siang Hoa dan dia justru ada kaitannya dengan Seng Cap-si Kouw. Paling tidak si Iblis Perempuan itu tahu masalahnya. Kong-sun Po akhirnya setuju karena dia yakin Ciauw Siang Hoa dan Kiat Bwee mampu menghadapi Seng Cap-si Kouw. Sesudah ada kesepakatan esok paginya mereka berangkat bersama-sama menyeberangi Thay-ouw dengan diantar oleh anak buah Ong It Teng. Perahu mereka didayung ke tengah, tapi sesampai di tengah danau yang luas, mereka melihat sebuah sampan meluncur cepat. Di atas sampan itu terlihat sepasang muda-mudi sedang asyik menyaksikan pemandangan Thay-ouw yang indah. Ternyata Kiat Bwee mengenali sepasang muda-mudi di atas sampan itu, lalu dia memanggilnya. "Liong Cici, kau juga ada di sini?" kata Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akh saudara Bu kiranya kau!" kata Ciauw Siang Hoa.

Memang itu Bu Hian Kam dan Liong Thian Hiang, dua mudamudi yang mereka kenal. Tampaknya mereka gembira sekali. Sesudah perahu-perahu mereka ke tepi, dari cerita Liong Thian Hiang, tahulah Kiat Bwee bahwa sepasang muda-mudi itu baru pulang dari rumah Ciauw Siang Hoa karena hendak mencari mereka. Sekarang kebetulan mereka bertemu di tengah danau. Nona Liong bercerita, mereka tahu keluarga Ciauw sudah pindah dari tetangga Ciauw Goan Hoa. "Aneh? Ayah dan Ibuku tidak memberitahuku mereka akan pindah?" kata Siang Hoa. "Ke mana mereka pindah?" "Tetanggamu tidak mengatakan ke mana mereka pindah!" kata nona Liong. "Sudah," kata Kiat Bwee. "Mungkin ayahmu pindah untuk menghindari gangguan dari si Iblis Perempuan yang ganas itu!" "Tapi ke mana pindahnya, kenapa aku tidak diberi tahu?" kata Siang Hoa. Pemuda itu kelihatan berduka dia ingat bagaimana Ciauw Goan Hoa menyayangi dirinya. "Tenang, mungkin kau hanya berpisah untuk sementara saja, kelak kau pun akan bertemu lagi dengan beliau," hibur Kiat Bwee. "Mari kita tanya Liong Cici, bagaimana dia bisa sampai ke mari?" "Kami kira kalian pergi ke Kim-kee-leng, maka itu kami bermaksud menyusul kalian ke sana," kata nona Liong. Tiba-tiba wajahnya berubah kemerah-merahan. "Kami sudah bertunangan," kata Bu Hian Kam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh selamat! Selamat!" kata Kiat Bwee maupun Siang Hoa. "Kami harap kalian pun meniru kami, segera bertunangan," kata Liong Thian Hiang menggoda. "Aah, kau jangan bergurau Liong Cici, bicaralah soal yang penting-penting saja," kata Kiat Bwee menunduk malu. "Apa itu tidak penting?" kata Liong Thian Hiang. "Baik, akan kujelaskan bagaimana kita bisa bertemu di sini. Aku mendapat keterangan tentangmu secara kebetulan saja. Ketika kami sedang minum di sebuah warung teh di tepi jalan, kami bertemu dengan kenalan lama. Dia Chan It Hoan, budak Nona Han!" "Aku dengar dari Kok Siauw Hong, orang itu ada di tempat Bun Tay-hiap," kata Kong-sun Po. "Dia diutus oleh Bun Tay-hiap ke Kim-kee-leng menemui, Liu Beng-cu!" kata Bu Hian Kam. "Saat bertemu kami dia baru

saja pulang dari Kim-kee-leng. Dari It Hoan kami tahu kalian tidak ada di sana. Lalu kami meninggalkan kedai minum hingga muncul kejadian yang tidak kami duga-duga...." "Apa yang terjadi?" tanya Kiat Bwee. "Kami bertemu seorang yang berpakaian seperrti tabib, pakaiannya kotor dan lapuk. Dia membawa sebuah lonceng dan langsung minta uang pada kami," kata Bu Hian Kam. "Kenapa heran, tabib pengembara seperti itu sama dengan pengemis saja," kata Kiat Bwee sambil tertawa. "Biasanya mereka menjual obat palsu dan menawarkannya pada seseorang, tapi ini tidak! Dia minta uang pada kami," kata Hian Kam. "Ketika itu aku memang sedang kesal, lalu bergurau dengannya. Aku bertanya apakah dia punya obat mujarab tidak. Tahukah kau apa jawab dia, jawabannya membuat aku kaget!" "Dia bilang apa?" Kiat Bwee mendesak ingin tahu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bilang dia hanya menjual obatnya pada orang lain, tidak akan menjualnya kepadaku! Dia bilang dia hanya akan menjual khabar padaku. Lalu aku tanyakan khabar apa? Dia bercerita. 'Suatu hari saat aku sedang beristirahat aku mendengar percakapan kami." katanya. Lalu dia bertanya pada kami. 'Apa kalian sedang cari itu orang yang masih muda. Dan yang perempuan she Yo sedang yang pria she Ciauw?' "Jelas yang dia katakan khabar itu justru tentang kami berdua," kata Ciauw Siang Hoa. "Aneh sekali, aku tidak kenal dengannya." "Dia membawa tempat arak berwarna merah atau tidak?" kata Kong-sun Po yang menduga si tabib pengemis di Sionghongnia. "Aku tidak melihatnya," kata Bu Hian Kam. Bu Hian Kam kemudian memetakan wajah tabib berpakaian rudin itu pada mereka. "Kalau begitu bukan si pengemis di Siong-hong-nia!" kata Kong-sun Po. "Tapi kami senang karena kami mengetahui tentang keberadaan kalian," kata Bu Hian Kam. "Dia bilang dia melihat kalian minum di kedai itu!" "Aneh?" kata Kiat Bwee. "Aku tidak pernah melihat dia, di mana warung itu berada?" "Di Hek-hoo-wan," kata Bu Hian Kam. "Kami tidak pernah ke sana," kata Siang Hoa, "apalagi minum!" "Heran dia bisa menggambarkan wajah kalian dengan

tepat, dia bilang dia bertemu kalian tiga hari yang lalu," kata Bu Hian Kam. "Kalian sedang membicarakan Ong Cee-cu. Dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

heran, karena kalian masih muda, tapi sudah kenal dengan Ong Cee-cu." "Berapa usia orang itu?" tanya Kiat Bwee. "Sekitar limapuluh tahun lebih, maka itu kalian dianggap masih bocah," kata Bu Hian Kam. "Aneh! Sekalipun dia omong kosong, tapi jejak kami diketahuinya," kata Ciauw Siang Hoa. "Waktu itu aku pun tidak percaya padanya," kata Hian Kam. "Tapi aku pikir Ayahku juga baik dengan Ong Cee-cu, apa salahnya aku ke tempatnya. Akhirnya kita bertemu di sini dengan kalian..." "Menurut kalian, dia tokoh persilatan, bukan?" kata Sun Po. "Sulit menduganya, dia berjalan pincang. Barangkali dia bisa silat!" kata Bu Hiang Kam. "Rasanya sulit menebaknya," kata Kiat Bwee. "Mari kita lanjutkan saja perjalanan kita!" "Baik, kita berpisah di sini saja," kata Kong-sun Po. Sesudah itu mereka membuat perjanjian dengan tanda apa mereka bisa saling berkomunikasi. "Jika kalian mau ke Ouw-lam, perhatikan tanda "panah" yang diberikan oleh Kok Siauw Hong. Di batu atau di atas pohon. Kalian boleh mengikuti "tanda panah" itu!" kata Kongsun Po. Sesudah Kong-sun Po meninggalkan mereka, Kiat Bwee tertawa. "Kalau begitu kalian mau pulang kampung!" kata Kiat Bwee. "Ouw-lam dekat dengan tempat tinggal kalian!" Memang rumah Ciang Hoa dan Hian Kam ada di Ouw-lam, tapi tempat pertemuan dengan Kok Siauw Hong entah di mana?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua hari kemudian keempat muda-mudi itu melakukan perjalanan ke Ouw-lam Barat. Sesudah menempuh jarak sekitar tiga puluh li, mereka belum juga menemukan tanda yang diberikan Kok Siauw Hong. "Kenapa tidak ada tandanya? Apa barangkali telah terjadi sesuatu pada mereka?" kata Kiat Bwee cemas. "Heran! Tapi barangkali kita kurang awas hingga tidak

melihat tanda panah itu," kata Bu Hian Kam. "Menurut Kong-sun Po di tempat-tempat yang mudah terlihat Kok Siauw Hong membuat tanda," kata Kiat Bwee. "Bagaimana jika kita lacak ulang kembali lagi ke asal," kata Liong Thian Hiang. Sesudah bolak-balik mereka tetap tidak menemukan tanda itu. "Kita berjalan di kiri dan mencari tanda itu, jika sudah 30 li tak menemukan apa-apa, kita balik lagi lewat sebelah kanan," kata Liong Thian Hiang. Mereka mengikuti saran Liong Thian Hiang, tapi sudah dijalani 30 li, mereka tidak menemukan tanda tersebut. Ternyata sampai sore pun mereka belum menemukan tanda tersebut. Akhirnya mereka kembali lagi. Lalu menyusuri jalan di sebelah kanan. Sesudah berjalan beberapa li dalam keadaan cuaca yang mulai remang-remang. Akhirnya mereka menemukan sebuah batu yang kelihatannya seperti ada tandanya. "Aah, ternyata kau cerdas, akhirnya ketemu juga tanda tersebut," kata Kiat Bwee. "Sabar, coba kalian perhatikan, tanda panah ini agak aneh bentuknya," kata Bu Hian Kam. Mereka segera memeriksa tanda itu dengan teliti. Memang mereka menemukan tanda aneh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sepertinya dirusak dengan tangan," kata Kiat Bwee. "Ya, orang yang merusak tanda ini menggunakan jurus "jari sakti Kim-kong-cee-lek aliran Siauw-lim atau jurus It-ci-siankang kaum Buddha," kata Ciauw Siang Hoa. "Tanda yang diberikan Siauw Hong menggunakan ujung pedang, dia tidak bisa jurus jari sakti," kata Kiat Bwee. "Kalau begitu yang membuat "tanda" orang lain, apa akan kita ikuti atau jangan?" kata Liong Thian Hiang. "Kita tidak kenal orang itu, jangan-jangan ini perangkap," kata Bu Hian Kam. "Tetapi kita tidak menemukan tanda lain," kata Thian Hiang. "Bagaimana jika kita ikuti saja tanda itu, kita coba saja," kata Bu Hian Kam. Merasa tidak punya pilihan, sekalipun ragu-ragu mereka ikuti tanda itu. Akhirnya mereka sampai ke daerah pegunungan. Hari itu mereka tiba di sebuah hutan, mereka tidak menemukan tanda, maupun jalan yang pernah dilewati oleh manusia. "Nama tempat ini Bukit Oh-kwie (Bukit Setan). Ini daerah

paling tandus di Ouw-lam. Aku khawartir orang itu sengaja memancing kita ke mari," kata Bu Hiang Kam yang tampak cemas sekali. Tiba-tiba Kiat Bwee berkata, "Lihat!" Saat mereka berpaling ke tempat yang ditunjuk Kiat Bwee, di sana mereka lihat ada batu besar seolah temoat duduk atau sebuah altar, di atasnya tampak menumpuk tengkorak manusia. Setiap tumpuk ada tiga buah tengkorak. Yang paling atas menyeramkan, giginya menyeringai. Semua kaget dan merasa ngeri. Tapi karena Bu Hian Kam orang Ouw-lam, dia mengerti adat-istiadat setempat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di daerah ini banyak agama sesat, tumpukan tengkorak ini mungkin bekas upacara salah satu agama sesat itu!" kata Bu Hian Kam menjelaskan. Ketika suasana sedang mencekam itu, terdengar suara seruling, iramanya tidak menentu. Suara seruling itu membuat bulu kuduk berdiri karena seramnya. "Tenang, jangan gugup!" kata Bu Hian Kam. "Kita tunggu apa mau mereka?" Tak lama muncul serombongan wanita bangsa Biauw, salah seorang mengenakan kerudung sutera halus. Tubuhnya kelihatan setengah telanjang. Pada kedua telinga orang itu terlihat anting-anting besar. Pakaian yang dikenakannya sangat berbeda dari yang lainnya. Agaknya dia pemimpin kaum wanita Biauw tersebut. Sedang wanita Biauw yang lain membawa bumbung bambu, entah untuk apa? Rombongan orang Biauw itu terkejut ketika melihat keempat muda-mudi itu. Mereka langsung mengepung, dan terdengar suara seperti suara makian. "Apa yang mereka katakan?" kata Liong Thian Hiang. "Kata pemimpin mereka, kita telah memasuki daerah terlarang milik mereka!" kata Bu Hian Kam. "Mereka pun bilang yang perempuan akan dijadikan budak, sedang kami yang laki-laki akan mereka bunuh!" "Segera jelaskan kepada mereka, kita tersesat dan tidak sengaja ke mari," kata Liong Thian Hiang. Merasa mampu berbicara dengan bahasa Biauw, Bu Hian Kam melaksanakan usul Liong Thian Hiang. Dia berjalan mendekati pemimpin wanita Biauw itu. Tapi tiba-tiba kepalanya pening karena mencium bau yang aneh. "Tahan napasmu, itu pasti udara beracun," kata Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiat Bwee melompat mencoba menarik Bu Hian Kam, lalu memasukkan sebuah pil ke mulut pemuda itu. Dia memberikan pil pada kawannya yang lain. Memang saat itu Liong Thian Hiang maupun Siang Hoa merasakan kepalanya pening. "Maaf, kami tersesat dan tidak sengaja memasuki wilayah kalian," kata Kiat Bwee. "Kami tidak mau tahu, kenapa kalian memasuki wilayah terlarang kami, maka itu kalian harus dihukum mati!" kata pemimpin wanita Biauw itu. Mereka kaget, rupanya wanita Biauw yang jadi pemimpin rombongan itu bisa bahasa Han. Dengan tidak menghiraukan permohonan Kiat Bwee, si pemimpin memerintahkan menangkap keempat orang yang mereka kepung itu. "Karena kalian mendesak kami, maka kami pun terpaksa tidak memakai aturan," kata Kiat Bwee. Kiat Bwee mengibaskan bajunya, segumpal asap menyambar membuat wanita Biauw yang berada paling depan kaget. Mereka melompat mundur. Tak lama terdengar teriakan wanita Biauw yang kelihatan tubuhnya kegatalan. Kiranya Kiat Bwee menyebar obat bubuk yang membuat orang kegatalan. Pemimpin mereka menangkis serangan Kiat Bwee. "Lepaskan si hijau agar menyerang mereka!" kata si pemimpin. Kiat Bwee terperanjat, dia lihat wanita-wanita Biauw yang membawa bumbung bambu itu membuka tutup bumbungnya. Tak lama terdengar desisan ular hijau. Salah seekor menyambar ke arah Kiat Bwee. Kiat Bwee melompat mndur bersama Ciauw Siang Hoa, juga kawan-kawannya. Serempak mereka menghunus senjata untuk membunuh setiap ular hijau yang menyerang mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Banyak ular hijau yang terbunuh oleh senjata keempat anak muda itu. Melihat serangan mereka tidak berhasil, seolah mengerti ular hijau itu menghentikan serangan mereka. Tetapi tak lama ular hijau itu terus bertambah. Ini membuat keempat muda-mudi itu cemas bukan kepalang. Bu Hian Kam yang kesehatannya telah pulih, berbisik pada kawan-kawannya.

"Jika ingin menaklukkan mereka, kita harus menangkap pemimpin mereka!" bisik Bu Hian Kam. "Ya, kita tangkap pemimpinnya dulu," jawab Kiat Bwee. Sekarang mereka sedang dikepung kawanan ular hijau, sekalipun gagasan Bu Hian Kam itu baik, mereka sulit menembus kepungan ular hijau itu. "Saudara Siang Hoa, kau bawa batu api tidak?" kata Bu Hian Kam. "Memang kenapa. Aku bawa!" jawab Siang Hoa. "Kau nyalakan!" perintah Bu Hian Kam. Ciauw Siang Hoa tidak tahu apa gunanya api bagi Bu Hian Kam, tapi dia menurut dan membuat api dengan batu api. Saat api memancar dan lelatunya berpencar, Bu Hian Kam menyebarkan jarum Bwee-hoa-ciam yang halus ke arah ularular itu. Dengan bantuan cahaya api itulah Bu Hian Kam berhasil membunuh ular hijau itu beberapa ekor. Saat itu oleh Bu Hian Kam digunakan untuk meloloskan diri dari kepungan ular hijau. Kiat Bwee pun ikut melompat keluar kepungan bersama Hian Kam. "Hm! Kalian berdua cari mampus, ya?" kata si pemimpin. Tiba-tiba dia serang Kiat Bwee dan Hian Kam dengan sepuluh buah cincin yang ada di tangan wanita Biauw itu. Cincin itu jadi senjata rahasia yang ampuh. Tak lama terdengar suara siulan, dan ular-ular itu pun bergerak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memperketat kepungan ke arah Ciauw Siang Hoa dan Liong Thian Hiang. Bu Hian Kam dan Kiat Bwee menerjang ke depan sambil memutarkan goloknya. Tak lama terdengar suara beradunya senjata beberapa kali. Cincin si wanita Biauw pun berjatuhan ke tanah. Kiat Bwee tak tinggal diam, dia sebar kembali obat gatalnya. Melihat hal itu para wanita Biauw itu mundur karena takut terkena lagi. Tapi yang tak sempat menghindar menjeritjerit kegata-lan.Mereka lari dan menceburkan diri ke dalam sungai. Si pemimpin maju menyerang Yo Kiat Bwee. Melihat lawan datang, Kiat Bwee menusukkan pedangnya. Sayang tidak kena. Bahkan baju bagian bahunya terkoyak oleh lawan. Untung Kiat Bwee mengelak dan tidak tercengkram. Bu Hian Kam datang membantu, sekarang pemimpin wanita Biauw itu dikeroyok berdua oleh Kiat Bwee dan Bu Hian Kam. "Bukan minta maaf, malah kalian berani menyerangku!" kata wanita Biauw itu.

Saat itu golok pemimpin wanita Biauw bergerak. Hian Kam dan Kiat Bwee kaget menyaksikan kehebatan ilmu golok wanita Biauw itu. Bu Hian Kam mencoba menghindar, dia membabat tangan wanita Biauw itu dengan golok. "Lepas senjatamu!" kata Hian Kam. Ternyata wanita Biauw itu lihay, dia mampu menghindari tebasan golok Bu Hian Kam. Bahkan membalas sambil berteriak. "Coba senjata siapa yang lepas lebih dulu!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba golok berbentuk sabit wanita Biauw itu meluncur ke arah tangan Hian Kam. Dengan tenang Hian Kam melayani serangan itu. Kembali senjata mereka bentrok. "Trang! Trang!" Kiat Bwee memutar pedang, dia babat lengan wanita Biauw itu. Melihat serangan berbahaya dari Kiat Bwee, dia melompat mundur. "Nona Yo, layani dia dengan taktik berputar-putar!" kata Bu Hian Kam. Kiat Bwee menurut, dia berputar-putar sambil menyerang. Karena serangan Kiat Bwee gencar, sekarang wanita Biauw itu mulai terdesak dan hanya bisa menghindar saja. Memang cara menggunakan golok wanita Biauw itu berbeda sekali dengan ilmu golok yang dipelajari Hian Kam. Tak heran semula mereka terdesak. Sekarang karena bekerjasama dengan Kiat Bwee mereka berhasil mendesak wanita Biauw itu. "Kami tidak ingin menyusahkanmu, lekas singkirkan semua ular-ularmu!" kata Hian Kam. "Sudah hampir mati saja, kau masih banyak bicara," ejek wanita Biauw itu. Saat Kiat Bwee dan Hian Kam mendesak, tiba-tiba ada orang bicara. "Tik Bwee, apa kau masih mengenaliku atau tidak?" kata suara itu nyaring sekali. Mendengar suara itu Tik Bwee atau Kiat Bwee yang sudah lama mengenal suara itu jadi terperanjat sekali. Ternyata orang itu Seng Cap-si Kouw adanya. "Sam Kiong-cu, kau tangkap orang yang dikepung ularmu, biar kedua orang ini aku yang meladeninya. Yang perempuan budakku yang melarikan diri dariku, akan kuhukum dia!" kata

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Cap-si Kouw pada "Sam Kiong-cu" atau Puteri Ketiga bangsa Biauw itu. "Seng Kouw-kouw, dugaanmu benar. Mereka tiba tepat waktu," kata wanita Biauw itu. Tik Bwee alias Kiat Bwee tahu siapa Seng Cap-si Kouw. Maka daripada mati konyol, dia bertekad akan melawan matimatian. Tanpa banyak bicara Kiat Bwee menyerang Iblis Tua itu. Tapi dengan mudah serangan itu disampok oleh Seng Cap-si Kouw dengan tongkat bambu hijaunya. "Kau mau memamerkan ilmu silat ajaranku di depanku, ya?" kata Seng Cap-si Kouw. Sampokan bambu hijau Seng Cap-si Kouw hampir saja menjatuhkan pedang di tangan Kiat Bwee. Melihat kawannya dalam bahaya, Hian Kam maju membacok, tapi Seng Cap-si Kouw dengan gesit membalikkan tongkat bambu hijaunya menangkis serangan Hian Kam. Maka golok Hian Kam pun terpental kena sampokan itu. Tapi Bu Hian Kam pun tak tinggal diam, kembali dia menyerang. Dengan demikian pertarungan jadi tambah seru. Seng Cap-si Kouw heran, dia belum mampu mengalahkan pemuda itu. "Tik Bwee, aku bunuh kaupun tak ada gunanya. Bagaimana jika kau ikut aku pulang, maka jiwamu akan kuampuni. Tapi jika kau tertangkap, maka nyawamu tidak tertolong lagi!" kata Cap-si Kouw. Bukan main ngerinya Kiat Bwee. "Dari pada tertangkap lebih baik aku bunuh diri," pikir Kiat Bwee. Di tempat lain Ciauw Siang Hoa dan Liong Thian Hiang sedang dikepung ular hijau, karena ular-ularnya sebagian sudah mati, kepungan ular hijau mulai agak longgar. Tidak terduga wanita Biauw itu datang menyerang mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang mereka bertarung, tapi kedua muda-mudi itu harus waspada pada gigitan ular-ular berbisa. Wanita Biauw itu terus mendesak. Saat Siang Hoa dan nona Liong terdesak, wanita Biauw itu berteriak. "Bibi Seng, bagaimana? Apa kubunuh mereka atau biarkan hidup?" kata wanita Biauw itu. "Ditangkap hidup-hidup lebih baik," jawab Seng Cap-si Kouw. "Akan kucoba," kata wanita Biauw itu. Dia memutarkan golok lengkungnya menyerang dengan hebat. Dengan taktik mencoba memisahkan Ciauw Siang Hoa dengan nona Liong, wanita Biauw ini menyerang dengan

gencar. Setiap saat ular hijaupun terus mengancam Siang Hoa maupun nona Liong. Jarak antara nona Liong dan Bu Hian Kam tidak terlalu jauh. Saat Hian Kam melihat seekor ular menyambar ke arah calon isterinya, dia kaget, karena itu serangannya pada Seng Cap-si Kouw jadi kacau. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh si Iblis Perempuan. Dia menyabet dengan tongkat bambu hijaunya, dan celakanya golok Hian Kam pun terlepas dari tangannya. Tiba-tiba tongkat hijau menotok jalan darah Hian Kam. Si Iblis Perempuan menoleh ke arah bekas budaknya. "Tik Bwee, aku mau tahu bagaimana kau bisa meloloskan diri dariku!" kata Seng Cap-si Kouw. "Apa kau masih akan mencari bantuan Kok Siauw Hong dan Beng Cit Nio! Dengar baik-baik, mereka semua sudah ada di tanganku. Jika kau mau menemuinya, akan kupertemukan!" Kiat Bwee kaget bukan kepalang. Tak ada jalan lain dia harus bunuh diri daripada tertangkap oleh si Iblis Perempuan. Saat dia akan bunuh diri dia mendengar suara suitan. Alat suitan itu biasanya terbuat dari batang gelagah, ini kebiasaan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bangsa Biauw. Bukan Kiat Bwee saja yang kaget, Seng Cap-si Kouw pun kaget mendengar suara suitan itu. "Eeh, siapa orang itu? Beraninya dia main gila di sini!" kata Seng Cap-si Kouw. Suitan itu ternyata membuat semua ular hijau itu diam dan tidak bergerak seolah ketakutan. Tak lama semua ular hijau itu menggeleser masuk ke dalam hutan tidak mau mendengar perintah para wanita bangsa Biauw itu. Baik pemimpin wanita Biauw maupun anak buahnya diam tertegun. Mereka pun akhirnya berbalik dan kabur ke dalam rimba. Sekarang tinggal Seng Cap-si Kouw seorang. Melihat semua kabur Seng Cap-si Kouw tertegun keheranan. Dia tidak menyangka wanita Biauw yang begitu taat itu, semua telah meninggalkannya. Tiba-tiba dia dengar langkah orang dari dalam hutan. Saat dia menoleh, dia lihat seorang tabib berpakaian rombeng, berjalan menghampiri mereka. Melihat tabib itu Liong Thian Hiang senang bukan kepalang. Tetapi dia juga khawatir, apakah tabib itu kawan atau malah lawan. Tiba-tiba mereka dengar Seng Cap-si Kouw bicara. "Siapa kau?" bentak Seng Cap-si Kouw. "Mengapa kau ikut campur urusan kami?" Tabib berpakaian aneh itu tertawa terkekeh. "Aku tahu siapa kau. masa kau sudah lupa siapa aku?" kata

si tabib aneh itu. Seng Cap-si Kouw mencoba mengingat-ingat wajah orang itu. Bukan main kagetnya dia, saat dia ingat siapa orang itu. "Jadi.... jadi kau Ciok ....Oh jadi kau belum mati ya?" kata Seng Cap-si Kouw. "Beruntung memang, aku belum mati," kata si tabib aneh. "Ditambah lagi aku pun tidak ingin buru-buru mati! Aku harus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

balas-dendam, mana boleh aku buru-buru mati? Sekalipun bukan kau yang mencelakaiku, tapi kau ikut ambil bagian. Maka itu sebaiknya masalah itu kita selesaikan sekarang!" "Kau pernah lolos sekali dariku, sekarang tidak! Mungkin kau sudah bosan hidup? Sekarang saatnya kau menghadap Giam Lo Ong (Si Raja Akherat)!" kata Seng Cap-si Kouw sambil mengetukkan tongkat bambu hijaunya ke tanah. Dia serang si tabib aneh itu dengan serangan mautnya, di luar dugaan tabib itu sudah siaga. Begitu tongkat hijau sampai, si tabib menggunakan loncengnya menangkis. "Trang!" Gerakan si tabib luar biasa. Dia gunakan jurus Boat-in-kianjit" atau "Menyibak awan melihat matahari". Tak lama keduanya sudah mulai bertarung dengan hebat. Seranganserangan tabib aneh dengan lonceng bergagang panjang dirasakan sangat merepotkan Seng Cap-si Kouw. Sekarang dia mulai terdesak mundur. "Aneh jurus orang ini, dulu dia kalah olehku, tapi sekarang dia luar biasa," pikir si Iblis Perempuan. Selain lihay munculnya si tabib aneh ini mengejutkan Seng Cap-si Kouw. Saking gugupnya Seng Cap-si Kouw jadi terdesak lawannya. Ditambah lagi tenaganya sudah agak terkuras. Siang Hoa dan Liong Thian Hiang yang sudah bebas dari kepungan musuh jadi bernafsu menyerang. "Mari kita serang Seng Cap-si Kouw!" kata Siang Hoa. Kiat Bwee seolah tersedar dari kejutnya. "Benar, mari kepung si Iblis Perempuan itu!" kata Kiat Bwee. "Hm! Kau pikir gampang merintangiku, aku bisa pergi dan datang sesuka hatiku," kala Seng Cap-si Kouw mengejek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena sudah kewalahan menghadapi tabib aneh itu, sebenarnya Seng Cap-si Kouw akan meninggalkan

pertempuran. Ketika ada kesempatan baik, dia langsung kabur. Sedang orang-orang tidak mengejarnya. Saat itu Nona Liong berusaha menolong membuka totokan pada Bu Hian Kam, tapi gagal. Kiat Bwee membantunya juga gagal. Melihat hal itu si tabib aneh tersenyum. "Biar aku coba menolongnya," katanya. Dia mencoba mengurut Bu Hian Kam, dan berhasil. "Terima kasih atas pertolongannya," kata Bu Hian Kam. "Jangan see-ji (segan)," kata si tabib. "Nanti kau akan tahu sendiri, siapa aku ini..." Siang Hoa mengawasi tabib itu, dia merasa seolah kenal dengan tabib aneh itu. Dia heran sekali. Tabib aneh itu pun sedang mengawasi ke arah Ciauw Siang Hoa. Ketika diperhatikan tampak tabib aneh itu seperti mengeluarkan air mata. "Aneh, siapa sebenarnya kau? Bagaimana kau tahu tentang kami, bahkan kau memancing kami seolah kau tahu banyak tentang kami!" kata Ciauw Siang Hoa pada si tabib. "Ooh, ternyata kau lupa padaku, Nak," kata si tabib aneh. "Sekarang jawab, benarkah di bawah ketiakmu ada tahi lalat? Saat rumahmu diserang, bukankah kau dibawa lari oleh Ong Sam?" "Ooh jadi.... Jadi kau Ayahku!" teriak Siang Hoa. "Benar! Kau jangan menangis, nak," kata si tabib saat dia lihat Siang Hoa menangis. "Kita harus gembira karena bisa bertemu lagi!" "Ayah, tahukah kau siapa Nona ini?" Tabib itu mengangguk.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu, aku pun pernah mencari ayahnya, maka aku tahu keluargamu tertimpa malang. Aku mencemaskan dirimu, Nona Yo! Tidak kukira hari ini kita bisa berkumpul, ternyata kalian juga kenal dengan anakku." kata si tabib. Sesudah tertegun sejenak tabib itu berkata lagi. "Namaku Ciok Leng, sahabat baik Yo Tay Ceng, ayah Nona Yo! Apa kau tahu, Nona Yo?" kata si tabib. "Aku tahu, ketika masih kecil Ayahku pernah bilang tentang Paman Ciok. Baru-baru ini aku juga mendengar tentang Paman dari seseorang. Tidak kukira kita bisa saling bertemu lagi...." kata Kiat Bwee. "Kalian kira aku sudah mati, bukan?" kata Ciok Leng. "Nona Yo diculik dan dijual pada Seng Cap-si Kouw dijadikan budaknya," kata Siang Hoa menjelaskan pada ayahnya. "Aku tahu, tapi aku tidak yakin kau puteri Yo Toa-ko,

padahal aku pernah mengikuti kalian, sedangkan kalian tidak mengetahuinya," kata ayah Siang Hoa. "Kenapa Ayah tak sejak dulu menemui kami?" kata Siang Hoa. "Ketika itu saatnya belum tiba," kata sang ayah. "Karena masih ada yang belum jelas bagiku. Apa kalian pernah mendengar tentang peta tubuh Hioat-to-tong-jin? Nasib buruk keluarga kita ada kaitannya dengan lukisan itu!" "Kami pernah mendengarnya dari Kho-si, ibu keduaku," jawab Siang Hoa. "Yang kau maksud Kho Siauw Hong, isteri Ciauw Goan Hoa, bukan? "Ya. Dia sangat baik padaku," kata Siang Hoa. "Tapi sayang dia sudah meninggal dunia."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia juga bernasib buruk dan menyedihkan," kata Ciok Leng. "Ayahnya dulu kawan ayah juga, saat mengawal lukisan dia coba berbuat curang dan gagal Tak diduga dia jadi ibu angkatmu, Nak." "Untuk menghidar dari kejaran Kiauw Sek Kiauw, ibu rela menjadi isteri kedua ayah angkatku, Ciauw Goan Hoa!" kata Siang Hoa. "Tapi tidak dinyana dia dipersulit oleh Kiauw Sek Kiang dan Seng Cap-si Kouw!" Ayah Siang Hoa terharu. "Kebetulan aku pun bisa selamat," kata Ciok Leng. "Saat bertarung melawan Kiauw Sek Kiang, aku terluka oleh anak buahnya. Bekas luka di mukaku ini akibat serangan anak buahnya itu." "Sakit hati ini kita harus balas, Ayah," kata Siang Hoa. "Benar," kata Ciok Leng. "Saat aku terluka aku roboh, Kiauw Sek Kiang mengira aku sudah mati. Sesudah mereka pergi, aku kabur dan bersembunyi di sebuah goa. Aku lari ke Kui-ciu dan tinggal di kampung suku Biauw, lalu menyamar jadi tabib keliling. Aku sering berhasil mengobati orang Biauw dengan pengetahuan obatku. Kepala suku Biauw adalah sahabat Ayah." "Pantas kau mengerti cara mengusir ular suku Biauw, Paman Ciok!" kata Bu Hian Kam. "Aku juga tahu cara meniup seruling dari gelagah untuk mengumpulkan orang Biauw," kata Ciok Leng. "Saat aku meniup seruling itu, wanita-wanita Biauw itu mengira kepala suku mereka datang. Segera mereka kabur!" "Sesudah tahu mereka dikelabui, pasti mereka akan datang lagi." kata Bu Hian Kam."Aku juga ingin tahu bagaimana Sam Kiong-cu bisa kenal dengan Seng Cap-si Kouw?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka tinggal jauh dari sini, jika mau datang lagi akan makan waktu," kata Ciok Leng. "Mari kita pergi, di sepanjang jalan kita bisa bincang-bincang!" "Benarkah ucapan Seng Cap-si Kouw, bahwa Beng Cit Nio dan Kok Siauw Hong sudah menjadi tawanan dan disembunyikan di perkampungan suku Biauw?" kata Kiat Bwee. "Benar, maka itu kita akan menyelidikinya," kata Ciok Leng. "Aku sering keluar masuk daerah Biauw, dengan penyamaran wajahku yang kuubah hingga tidak dikenali. Saat aku menyamar jadi tabib dan mengembara ke berbagai tempat aku jadi orang lain. Malah aku beruntung tahu Seng Cap-si Kouw terlibat dalam pencurian lukisan itu. Dia tidak kenal pada Kiauw Sek Kiang, tapi dia kenal pada Kho Kiat, ayah Kho Siauw Hong, ibu angkat Siang Hoa!" Semua mendengarkan dan mulai mengetahui masalah itu. "Rupanya Kho Kiat mencintai Seng Cap-si Kouw," melanjutkan Ciok Leng. "Tapi Seng Cap-si Kouw sangat angkuh, karena dia lebih menyukai Han Tay Hiong. Maka itu dia tidak meladeni cinta Kho Kiat. Kho Kiat yang tergila-gila sendiri dia berusaha memikat hati Iblis Perempuan itu. Dia memberi tahu tentang peta tubuh dan meminta bantuan pada si Iblis Perempuan itu. Bahkan dia berjanji, jika peta itu berhasil dia dapatkan, dia akan menghadiahkan peta kepada si Iblis. Si Iblis Perempuan senang sekali, tapi dia tidak muncul dan hanya mengatur siasatnya saja. Obat bius yang dipakai mengerjai kami itu pemberian Seng Cap-si Kouw!" "Kho Siauw Hong mengira obat bius itu diperoleh ayahnya dari Kiauw Sek Kiang." kata Kiat Bwee. "Agar hubungan dan rahasianya tidak diketahui puteri dan isterinya, Kho Kiat malah tega membunuh isterinya sendiri, karena dia berniat menikahi Seng Cap-si Kouw!" kata Ciok Leng. "Aku juga pernah mencari Kho Kiat dengan maksud

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

balas dendam. Saat aku menemukannya dia dalam keadaan sudah sangat parah. Kiranya dia terluka oleh Kiauw Sek Kiang. Sebelum Kho Kiat mati, dia menceritakan perbuatannya padaku, dan aku percaya saja." "Lalu kenapa wanita Biauw itu tunduk pada Seng Cap-si kouw?" tanya Kiat Bwee.

"Di kampung suku Biauw ini ada orang Han bernama Bong Tek Cie, dia punya anak perempuan tiga orang yang masingmasing bernama Say Giok, Say Goat dan Say Hoa. Maka itu Say Hoa dipanggil Sam Kiong-cu. Di daerah ini sering timbul penyakt, terutama di musim semi. Puteri ketiga Tek Cie terserang hawa beracun. Kebetulan datang Seng Cap-si Kouw si akhli racun. Dia berhasil menyembuhkan Say Hoa hingga dianggap malaikat penyelamat." "Tidak heran jika Seng Cap-si Kouw menyembunyikan Han Tay Hiong di tempat ini. Apa kau tahu keadaan dusun mereka itu, Paman Ciok?" kata Kiat Bwee. "Karena aku kenal dengan ketua suku Biauw di Kui-ciu, maka aku pun mengetahui keadaan desa mereka cukup baik," kata Ciok Leng. "Aku tahu jalan kecil menuju ke kampung mereka!" Mereka berbincang sambil berjalan menyusuri jalan setapak melewati hutan bambu. Tiba-tiba mereka mendengar desiran angin meniup daun bambu. "Eeeh," desis Ciok Leng. "Kau mendengar sesuatu, Ayah?" tanya Siang Hoa. "Tenang saja, aku jalan di muka tapi kalian harus waspada," kata Ciok Leng. Saat berjalan di depan Ciok Leng tersentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Si Iblis Perempuan baru kukalahkan, tidak mungkin dia berani mengikutiku! Apa barangkali ada orang lain yang lebih lihay?" pikir Ciok Leng. Selewat hutan bambu ternyata tidak terjadi apa-apa. Ciok Leng mendekati puteranya. "Siang Hoa, apa Kho-si memberitahumu ada di tangan siapa lukisan itu? Semula aku kira orang bertopeng itu Kiauw Sek Kiang, ternyata bukan. Sudah lama masalah ini aku selidiki, tapi belum juga terungkap!" kata Ciok Leng. "Ibu angkat mengira orang itu Khu Kong, Su-heng Wan Ceng Liong dari Beng-shia-to. Oleh sebab itu ibu angkat pernah mencuri sebuah kitab ilmu tiam-hiat milik Khu Kong, ternyata salah dan itu bukan lukisan yang dicari!" kata Siang Hoa. "Lukisan itu telah menelan banyak korban, Yo Toa-ko dan Kho Kiat, untung aku selamat sampai sekarang. Tetapi sampai saat ini aku belum bisa mengungkap siapa orang bertopeng itu?" kata Ciok Leng. "Paman, masalah itu sudah bisa diketahui," kata Kiat Bwee. "Benarkah? Siapa orang itu? Kenapa tidak kau katakan sejak tadi?" kata Ciok Leng.

"Sebenarnya aku juga sudah tahu, Ayah," kata Siang Hoa sambil tertawa. "Orang bertopeng itu ternyata si pengemis tua di Siong-hong-nia. Dia telah bertemu dengan Seng Cap-si Kouw. Malah Kok Siauw Hong pun pernah bertarung menjajal kepandaiannya," Kemudian Siang Hoa mengisahkan hal itu dengan jelas apa yang dia dengar dari Ong It Teng yang mendapat laporan dari Kong-sun Po. Ciok Leng kaget dan heran sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu dia bukan komplotan Kiauw Sek Kiang, lalu mengapa Seng Cap-si Kouw pun memusuhinya?" kata Ciok Leng. Sebelum pertanyaan itu dijawab, mereka sampai di depan jurang yang sangat dalam. Untuk menyeberang memang terdapat sebuah jembatan batu alam. Lebar jembatan itu hanya setengah meter. Orang harus menyeberang secara seorang demi seorang. "Biar aku dulu yang ke seberang!" kata Ciok Leng. Sebelum Siang Hoa bertanya pada ayahnya, kenapa begitu, Ciok Leng telah melompat sambil berseru. "Siapa kawan yang bersembunyi di sana? Silakan keluar!" kata Ciok Leng. Tak lama muncul dari bawah jembatan seorang pengemis tua yang membawa tempat arak dari kulit. Da bersembunyi di bawah jembatan batu. Menyaksikan kegesitan si pengemis tua melompat ke atas jembatan, Ciok Leng terperanjat. Sesudah melihat dengan jelas orang itu, Ciok Leng tampak gusar. Rupanya Ciok Leng mengenali orang itu sebagai si orang bertopeng itu. Ketika itu dia memang sempat bertarung sebelum terluka. "Hm! Kebetulan aku sedang mencarimu!" bentak Ciok Leng. Orang itu tertawa terbahak-bahak. "Kiranya kau, Ciok Leng. Aku kira kau sudah mampus, aku juga sedang mencarimu. Dengar dulu apa yang akan kukatakan...." Kata pengemis tua itu. Ciok Leng sedang gusar dia tidak mau menghiraukan omongan orang itu. Dengan cepat dia angkat senjata kelenengannya dan menyerang pengemis itu dengan hebat. Karena pertarungan terjadi di atas jembatan batu yang sempit, sulit bagi keduanya

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa bergerak dengan leluasa. Maka itu datangnya suara kelenengan lawan tidak dikelit, melankan tangan pengemis tua itu menangkap senjata Ciok Leng tersebut dengan gesit. "Lepaskan!" kata si pengemis tua. Tapi mana mau Ciok Leng mengalah, dia mengubah serangannya sambil membentak. "Terjun kau ke bawah!" kata Ciok Leng. Keduanya sama kuat dan ulet, saat pertarungan berlangsung, suara kelenengan itu terus terdengar. Tapi sial gagang kelenengan itu patah jadi dua. Ciok Leng melemparkan senjatanya ke jurang, dia menyerang dengan tangan kosong. Untuk menghindari serangan lawan mengenai wajahnya, pengemis tua itu celentang ke belakang. Dia gunakan jurus "Tiat-pan-kio" (Jembatan Besi Melintang). Sesudah serangan Ciok Leng luput, dia sambar tangan Ciok Leng yang hendak dia putar untuk dipatahkan. Dia membentak dengan nyaring. "Roboh!" kata pengemis tua. "Mana bisa!" kata Ciok Leng. "Ternyata kau hebat sekarang, Saudara Ciok!" kata si pengemis tua sambil tertawa. Ciauw Siang Hoa dan Kiat Bwee sudah sampai ke ujung jembatan. Menyaksikan pengemis tua itu menotok ayahnya, Siang Hoa kaget. Dia tahu totokan si pengemis tua sangat lihay. Saat sedang cemas sekali, Siang Hoa mendengar ayahnya berkata nyaring. "Biar aku adu jiwa denganmu!" kata Ciok Leng. Bagai golok yang tajam telapak tangan Ciok Leng menebas leher pengemis tua itu. Serangan itu memaksa si pengemis tua harus menyelamakan diri dari bacokan tangan itu. Buruburu dia merunduk, sambil menunduk dia menotok tangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciok Leng yang terasa jadi kesemutan. Ciok Leng mengerahkan tenaga dalamnya, dalam sekejap jalan darahnya pulih kembali. "Anak muda itu puteramu, kan?" kata pengemis tua pada Ciok Leng. "Selamat kau sudah berkumpul kembali dengan anakmu! Tapi kenapa kau mau mengadu jiwa denganku? Jika aku mati di tanganmu, aku ini si pengemis sebatang kara!" "Kaulah yang menyebabkan kami sengsara, maka aku

akan adu jiwa denganmu!" kata Ciok Leng. Dia sadar si pengemis tua ingin berbaikan dengannya. "Melihat caramu berkelahi, rupanya kau mengingnkan kita mati bersama-sama!" kata si pengemis tua. "Benar, mati bersama-sama juga tidak jadi soal," kata Ciok Leng sengit. Menyaksikan perkelahian tingkat tinggi yang dahsyat itu kedua pasang muda-mudi itu kagum dan cemas. Pengemis tua itu tak banyak bicara, dia menyerang semakin hebat. Tiba-tiba terdengar suara keras. "Plaak!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua pasang telapak tangan mereka beradu keras sekali. Saat itu kedua orang tua yang sedang bertarung itu berdiri tegak seolah mereka terpantek di tengah jembatan batu yang curam itu. Keadaannya semakin menegangkan, karena mereka sedang mengadu tenaga dalam. Itu adalah saat yang paling berbahaya bagi keduanya. Akibatnya jika salah injak sudah bisa dibayangkan, keduanya akan terjatuh dari jembatan dan akan terluka parah atau paling tidak salah satu akan binasa. "Ayah, hentikan! Berdamai saja dengannya!" teriak Siang Hoa dari seberang jembatan. Pertarungan mereka hanya bisa dipisahkan, jika ada yang melerai dan orang itu pun ilmu silatnya jarus tinggi. Seruan Siang Hoa membuat Ciok Leng sadar, tapi dia harus tetap waspada jika dia tidak ingin celaka. Rupanya si pengemis tua pun menyadari apa yang ada di benak Ciok Leng. Maka itu dia berkata perlahan. "Saudara Ciok, bagaimana? Apa sebaiknya kita berdamai saja?" katanya. Saat bertarung Ciok Leng kaget, si pengemis masih bisa berkata-kata. "Hebat, dia hebat sekali. Padahal sudah duapuluh tahun aku berlatih tenaga dalam, tapi tak sehebat dia!" pikir Ciok Leng.

Saat itu Ciok Leng merasakan dorongan tenaga dalam si pengemis tua terasa berkurang, barulah Ciok Leng bisa bicara. "Apa masih ada yang bisa kita bicarakan antara kau dan aku?" kata Ciok Leng. "Kau jawab dulu pertanyaanku ini, Saudara Ciok!" kata si pengemis. "Kau lebih membenciku atau membenci Kiauw Sek Kiang?" Ciok Leng terkenang kejadian yang lalu. Dia tertotok oleh si pengemis, tapi yang membuat sanak dan keluarganya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berantakan justru bukan dia, tapi Kiauw Sek Kiang yang keji itu. "Aku sakit hati pada Kiauw Sek Kiang sedalam lautan, tapi jika bukan gara-gara kau mencuri lukisan itu, mungkin aku tidak akan bermusuhan dengannya demikian hebat!" kata Ciok Leng. "Jadi dendammu pada Kiauw Sek Kiang lebih dalam daripada kepadaku," kata si pengemis tua. "Sekalipun aku tahu kau tidak akan memaafkan aku, tapi bagaimana perasaanmu pada Seng Cap-si Kouw, kau benci tidak padanya?" "Dasar bodoh, sudah tahu kenapa bertanya lagi?" kata Ciok Leng. "Jadi kau juga benci padanya?!" "Ya, Kiauw Sek Kiang musuh nomor satuku, dan Seng Capsi Kouw yang kedua!" jawab Ciok Leng. "Kau adalah..." "Musuhmu yang ketiga, bukan?" meneruskan si pengemis. "Benar," kata Ciok Leng. "Jika hari ini kau tidak membunuhmu, kelak aku pun akan mencarimu..." "Baik! Aku setuju, aku kau anggap musuhmu yang ketiga. Kelak kau mau mencariku, itu urusan nanti saja." kata si pengemis. "Tapi aku girang hari ini kau bersedia berunding denganku!" "Berunding tentang apa?" kata Ciok Leng. "Apa kau yakin kau bisa mengalahkan Seng Cap-si Kouw?" "Jika belum tentu menang, aku juga tidak akan mudah dikalahkannya," kata Ciok Leng. "Anggap saja kau bisa mengalahkannya, jika dia sendirian! Tapi bagaimana jika dia dibantu oleh orang-orang Biauw?" kata si pengemis tua. "Aku yakin kau akan kalah olehnya. Jika

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau bermaksud menolongi kawan-kawanmu, aku tidak yakin kau akan berhasil!" "Tak peduli aku akan berhasil atau tidak, apa urusannya denganmu?" kata Ciok Leng. "Ada sangkut-pautnya denganku!" kata si pengemis tua. "Aku sendiri tidak sanggup melawan Seng Cap-si Kouw. apalagi jika dia dibantu oleh orang-orang Biauw!" "Jadi kau juga memusuhi dia?" "Ya. Karena dia ingin merebut lukisan itu dari tanganku, aku tidak mau menyerahkannya," kata si pengemis tua. "Dia benci padaku mungkin melebihi bencinya padamu!" "Jadi kau ingin mengajakku bergabung melawan dia?" "Bukan itu saja! Malah kelak kita bisa bergabung melawan Kiauw Sek Kiang!" kata si pengemis tua. "Ingat, bukankah aku ini hanya musuh nomor tigamu! Jika aku bisa membantu mengalahkan musuh pertama dan keduamu, permusuhan kita aku kira bisa disudahi, bukan?!" Tawaran itu cukup memadai, namun Ciok Leng belum berani mengiakan. Dia tidak tahu apakah tawaran pengemis tua itu sungguh-sungguh atau malah hanya siasat. Ciok Leng sadar, jika dia berdamai dengan si pengemis tua, maka dia tak bisa meminta gambar itu untuk dikembalikan padanya. Bagaimana nasib kematian orang she Yo, sahabatnya akibat gambar itu?

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 54 Pengemis Tua Bergabung Dengan Ciok Leng; Kiong Cauw Bun Menaklukkan Seng Cap-si Kouw
Melihat lawannya tertegun sejenak, si pengemis tua seolah menebak jalan pikiran lawannya.Sambil tertawa dia berkata dengan lembut penuh persahabatan. "Aku tahu hatimu sangat mulia," kata si pengemis tua, "dulu kau berniat menyerahkan lukisan itu kepada Kaisar Song Selatan, bukan? Karena lukisan tubuh itu aku curi, kau marah kepadaku, iya kan? Untung usaha kalian mencari tahu tentang si pencuri tidak berhasil!" "Kau mencuri barang orang, malah berani bicara seenakmu!" bentak Ciok Leng. "Aku tidak bicara semauku, sekalipun dorna Cin Kwee ketika itu sudah binasa, namun para penggantinya di Kerajaan Song Selatan sama jahatnya! Seandainya waktu itu kalian berhasil mengambil lukisan tubuh itu lalu diserahkan kepada

Kaisar Song, pasti barang itu tetap akan jatuh ke tangan para dorna yang jahat itu! Maka kupikir tidak ada salahnya jika benda itu ada di tangan sesama orang Kang-ouw." kata si pengemis tua. "Tidak selayaknya kau mnguasai lukisan itu!" kata Ciok Leng gusar bukan main. Pengemis tua itu tertawa terbahak-bahak. "Kau benar, memang si Pengemis Tua ini tidak berhak dan tidak pantas memiliki lukisan itu! Sekarang, jika kau bersedia berdamai denganku, lukisan itu dengan tulus hati akan kuserahkan padamu. Sesudah ada di tanganmu, terserah kau akan berikan kepada siapa lukisan itu? Apa kau setuju dan percaya pada kata-kataku ini?" kata si pengemis tua. "Hm! Jika benar kau bersedia menyerahkan lukisan itu, kenapa aku tidak percaya padamu?" kata Ciok Leng yang tertarik pada tawaran lawannya itu. Kemudian dia berkata lagi,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sesudah masalah kita di sini selesai, tidak perlu kau serahkan lukisan itu kepadaku...." "Lalu harus kuserahkan pada siapa lukisan itu?" kata si pengemis tua keheranan. "Kau serahkan sendiri pada Liu Lie-hiap di Kim-kee-leng!" jawab Ciok Leng. "Baik, akan kupenuhi permintaanmu itu," kata si pengemis tua. "Mari kita berdamai, kita sudahi pertarungan ini." Sesudah itu masimg-masing menarik kembali tangan mereka. Menyaksikan kejadian itu Ciauw Siang Hoa girang sekali. Dia menghampiri ayahnya dan memberi hormat pada si pengemis. "Ayah, atas kerelaan Lo Cian-pwee ini rasanya usaha kita akan sukses!" kata Ciauw Siang Hoa. "Kau benar, Nak. Tapi aku belum tahu siapa nama beliau?" jawab sang ayah. "Margaku Thio, dulu aku dipanggil Thio Hong-chu (Si Thio Gila)," jawab si pengemis tua tanpa diminta. "Aku juga dipanggil Thio Thay Thian!" "Saudara Thian, kita akan menuntut balas dan menyelamatkan Han Tay Hiong. Apa kau punya rencana?" kata Ciok Leng. "Sebenarnya aku membutuhkan bantuan kalian," jawab Thio Thay Thian. "Bantuan bagaimana?" tanya ayah Siang Hoa. "Kau pancing Seng Cap-si Kouw agar mengejarmu ke tempat yang jauh," kata si pengemis tua. "Jika tidak, aku yakin dia sempat untuk minta bantuan kepada suku Biauw

untuk mengejar kalian! Jika kalian bisa mengulur waktu selama mungkin, aku bisa masuk ke perkampungan suku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biauw untuk menolongi kawan kita! Soal balas-dendam pada Seng Cap-si Kouw untuk sementara kita tunda dulu!" "Bagus, tapi jika kau sendiri yang masuk ke sarang musuh, apa itu tidak berbahaya bagimu?" kata ayah Siang Hoa. "Jangan kalian cemaskan diriku, aku sudah tahu di mana mereka menahan Han Tay Hiong dan Kok Siauw Hong? Kebetulan aku juga bisa bahasa Biauw. Malah aku pikir kaulah yang harus waspada menghadapi si Iblis Perempuan itu!" kata Thio Thay Thian. "Kalau begitu baiklah, akan kupancing dia ke puncak gunung," kata ayah Siang Hoa. Sesudah membagi tugas, si pengemis menunjuk ke suatu arah. "Kau lihat di sana ada api, pasti orang-orang Biauw sudah mulai mengejar kalian!" kata si pengemis tua. Ciok Leng mengajak anaknya dan kawannya menuju ke suatu tempat, mereka berharap agar dilihat oleh orang-orang Biauw. Dengan cara demikian Ciok Leng dan kawan-kawannya hendak memancing lawan. Sesudah mereka pergi Thio Thay Thian menarik napas panjang, saat itu seolah dadanya lapang. Padahal sebelumnya dadanya seolah tertekan benda berat. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oDi suatu tempat Han Tay Hiong sedang duduk bersila, dia menempati sebuah kamar yang sunyi. Orang tua ini sedang keracunan, sehingga tampak wajahnya pucat dan tidak leluasa bergerak. Setiap malam sebelum dia tidur, Han Tay Hiong berusaha memulihkan tenaga dalamnya dengan berlatih. Malam itu pada tengah malam tampak Han Tay Hong agak gelisah, dia mencoba menenangkan hatinya tetapi tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhasil. Dia berada di tempat itu hampir tiga bulan lamanya. Katanya saat itu dia sedang dirawat oleh Seng Cap-si Kouw yang rutin memberinya sebuah pil untuk memulihkan kekuatannya. Tetapi dia merasakan keadaannya belum pulihpulih juga. Jika Seng Cap-si Kouw akan berpergian, pil dititipkan kepada ketua suku Biauw untuk diberikan kepadanya. Sekalipun Seng Cap-si Kouw mengatakan dia

sudah berusaha keras, tetapi lama kelamaan Han Tay Hiong pun jadi sangsi juga. Apa benar perempuan itu mengobatinya? Pada tengah malam itu saat suasana begitu sunyi, Han Tay Hiong mendengar suara terompet dari batang gelagah, alat tiup itu adalah alat khas bangsa Biauw. Tidak lama Han Tay Hiong mendengar banyak langkah kaki orang Biauw bergerak keluar dari kampung mereka. Han Tay Hiong curiga, tapi tidak tahu apa yang terjadi. Dia juga heran kenapa Seng Cap-si Kouw tidak datang menjenguknya. "Aku sudah jatuh ke tangannya, jika dia ingin mencelakakan aku maka aku tidak berdaya melawannya! Aku pun tidak tahu bagaimana nasib puteriku Pwee Eng sekarang? Aku harap aku bisa bertemu lagi dengannya sebelum aku binasa." pikir Han Tay Hiong.. Saat melamun tiba-tiba daun jendela terbuka dengan mendadak. Menyusul dengan terbukanya jendela, sesosok tubuh manusia melayang masuk ke dalam kamar itu. "Siapa kau?" bentak Han Tay Hiong. Dengan bantuan cahaya rembulan Han Tay Hiong melihat seorang pengemis masuk ke dalam kamarnya. Dia kaget karena seolah dia mengenali pengemis itu. Sebelum hilang rasa terkejutnya dia dengar pengemis itu tertawa sambil berkata, "Han Toa-ko, duapuluh tahun lamanya kita tidak pernah bertemu. Bagaimana keadaanmu, apa kau sehat?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa kau?" "Aku ThioThay Thian!" "Eeh, Saudara Thio, kenapa kau juga ada di sini?" kata Han Tay Hiong. "Suaramu perlahankan, nanti didengar orang. Kedatanganku untuk membalas budimu dulu. Aku akan mencoba membawamu keluar dari tempat ini," bisik Thio Thay Thian. Ketika masih muda mereka adalah sahabat, usia Han Tay Hiong lebih tua dari Thio Thay Thian. Saat baru berkenalan Thay Thian belum lama berkelana di kalangan Kang-ouw. Ketika itu Thay Thian ini pemberang dan sering membuat onar. Suatu saat dia bentrok dengan murid Bu-tong-pay. Beruntung Han Tay Hiong bisa mendamaikan persengketaan mereka. Saat Han Tay Hiong mengasingkan diri di kota Lok-yang; orang she Thio berhasil mencuri lukisan dan kabur.

"Kau mau menolongku pergi dari sini? Apa maksudmu?" kata Han Tay Hiong. "Hai Kanda Han. apa kau memang ingin mati di tempat ini? Aku kira Seng Cap-si Kouw bukan orang baik-baik!" kata Thio Thay Thian. "Apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Han Tay Hiong. "Sudah jangan banyak bicara, kau akan segera mengerti jika kau kupertemukan dengannya," kata Thio Thay Thian. "Separuh badanku sudah lumpuh, bagaimana kau bisa ikut kau keluar dari sini?" tanya Han Tay Hiong. "Jangan cemas, aku tahu kau terkena racun berbahaya, kebetulan aku membawa sebuah teratai salju dari Thay-san.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau kunyah teratai ini, aku yakin tak lama lagi kau akan bisa berjalan." Kata Thio Thay Thian. Teratai salju itu barang langka, entah dari mana si pengemis tua itu mendapatkannya. Han Tay Hiong sangat berterima kasih, lalu dia makan tetratai itu. Kemudian dia mengerahkan tenaga dalamnya, dan berhasil mendorong racun yang ada di tubuhnya. Selang beberapa saat benar saja Han Tay Hiong merasakan tubuhnya nyaman. Dia anggap sekarang dia sudah bisa berjalan kaki lagi. Mereka kemudian keluar dari kamar itu. Dengan menyusuri taman, mereka mengambil jalan yang berliku-liku di perbukitan. Tak lama mereka sampai di rumpun bambu. Di sepanjang jalan Han Tay Hiong berpikir keras. "Siapakah orang yang akan dipertemukan denganku itu?" pikir sang jago tua ini. Tak lama mereka sudah melihat sebuah rumah batu. Di depan pintu rumah batu itu tampak dua orang Biauw berdiri kaku. Mereka sudah ditotok semuanya. "Silakan! Orang di dalam rumah batu itulah yang akan kau temui!" kata Thio Thay Thian. Tiba-tiba dia menendang pintu rumah batu itu. "Brak!" Berbareng dengan hancurnya pintu, dari dalam rumah batu yang gelap itu terdengar suara teguran. "Siapa di luar?" Mendengar suara itu bukan main senangnya hati Han Tay Hiong. "Siauw Hong!" kata Han Tay Hiong. Sesudah saling bertemu Han Tay Hiong langsung bertanya. "Siauw Hong, mana Pwee Eng?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, kau Gak-hu (Mertuaku)," kata Siauw Hong. "Jika kuceritakan tentu ceritanya sangat panjang. Aku dikurung karena tertangkap oleh Seng Cap-si ouw!" "Aku minta kau datang menemuiku, malah dia mengurungmu di sini!" kata Tay Hiong. Saat mereka berbincang, Thio Thay Thian berkata dari luar rumah batu. "Bicara dengan tenang, aku akan mengajak seseorang untuk kupertemukan dengan kalian!" kata Thio Thay Thian. "Dengan demikian masalahnya akan lebih jelas!" Di tempat lain Beng Cit Nio yang tertangkap oleh Seng Capsi Kouw ditahan di rumah batu yang lebih kuat dibanding tempat Kok Siauw Hong ditahan. Tempat itu dikelilingi tembk batu yang tingginya mencapai sepuluh meteran. Di bagian atasnya terdapat lubang untuk menurunkan makanan pada Beng Cit Nio. Mungkin karena ilmu silat Beng Cit Nio dianggap sangat tinggi, maka dia ditahan di tempat yang istimewa itu. Karena dianggap tempat itu sangat kokoh dan tersembunyi, tempat itu tidak dijaga. Saat Beng Cit Nio sedang duduk bersemedi, terdengar seperrti ada orang yang mengetuk-ngetuk dinding rumah batu. Ketika Beng Cit Nio menengadah ke atas, dia melihat cahaya memancar ke bawah. Tidak lama seutas tambang dadung meluncur ke bawah, ketika diperhatikan itu bukan kiriman makanan untuknya. "Pegang tambangnya erat-erat!" kata suara dari atas. "Kau mau apa?" "Jangan berisik, pegangi talinya aku ingin menolongimu," kata orang di atas sana.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat Beng Cit Nio meraih tambang itu, bersamaan dengan itu dia mendengar suara keras di atas. Tak lama tampak cahaya terang, ternyata lubang di atas yang semula ditutupi batu besar, sekarang sudah tergolek dan tampak lubang menganga. Beng Cit Nio yakin, orang yang menggolekkan batu besar itu mempunyai tenaga yang besar. Karena Beng Cit Nio masih ragu-ragu, dia tidak langsung naik. Tetapi tak lama dia pun nekat, dia pegangi tambang besar itu. Tak lama dia

merasakan tubuhnya ditarik naik. Sampai di atas dia tahu penolongnya itu seorang pengemis tua. "Kau ini siapa?" tanya Beng Cit Nio. "Apalagi kau orang Kay-pang?" "Jangan hiraukan aku, ayo kau ikut aku," kata Thio Thay Thian. "Jangan khawatir aku tidak berniat jahat, kalau tidak mengapa kau kutolongi." Si Pengemis tua berjalan dimuka diikuti oleh Beng Cit Nio. Maka tanpa banyak bicara Beng Cit Nio terus mengikutinya. Sejak ditinggalkan oleh Thio Thay Thian, Kok Siauw Hong telah menceritakan pengalamannya pada Han Tay Hiong. Sesudah mendengar cerita anak muda itu Han Tay Hiong terkejut. Sedikit pun dia tidak mengira kalau orang yang mencelakai keluarganya itu Seng Cap-si Kouw adanya. Han Tay Hiong sudah berpengalaman, tetapi mengalami kejadian yang menimpa dirinya membuat dia ngeri juga. "Aku tidak mengira dia sekeji itu. Aku sendiri sudah curiga padanya," kata Han Tay Hiong. "Kalau begitu kematian Ibu Pwee Eng diakah yang melakukannya." "Mungkin begitu!" jawab Kok Siauw Hong. Saat itu Beng Cit Nio pun muncul. "Biar aku yang menjelaskannya," kata Beng Cit Nio.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi kau juga ada di sini, Cit Nio?" kata Han Tay Hiong. "Oh, tidak kusangka aku bisa bertemu lagi denganmu," kata Beng Cit Nio. "Aku bebas, dibebaskan oleh Tuan ini...." "Dia Thio Thay Thian, sahabatku," jawab Han Tay Hiong. Han Tay Hiong mengucapkan terima kasih pada sahabatnya. "Silakan kalian bicara aku akan mencari seseorang. Jika tubuhmu sudah merasa enakan, kau susul aku di depan sana!" kata Thio Thay Thian pada Han Tay Hiong. "Baik," jawab Han Tay Hiong. Perkiraan dari Ciok Leng tidak keliru. Ternyata sesudah melihat Ciok Leng dan kawan-kawannya, orang-orang Biauw itu langsung mengejar mereka. Seng Cap-si Kouw dan Bong Tek Cie serta orang Biauw yang terpancing mengejar Ciok Leng dan kawan-kawannya. Ciok Leng lari ke atas puncak gunung, mereka disusul dan Seng Cap-si Kouw. Tak lama Seng Cap-si Kouw dan Ciok Leng sudah mulai bertarung. Bu Hian Kam dan kawan-kawannya mengepung Bong Tek Cie. Karena lonceng bergagang panjang atau senjata Ciok Leng sudah rusak, terpaksa dia menghadapi Seng Cap-si Kouw dengan tenaga pukulan tangannya saja. Tentu saja

pertarungan yang tidak seimbang ini membuat Ciok Leng agak terdesak juga. Untung Seng Cap-si Kouw tidak berani menyerang dekat, dia juga mengkhawatirkan serangan tangan Ciok Leng yang dahsyat. Saat keadaan mulai gawat untung Thio Thay Thian muncul. Dia tiba dengan didahului suara suitan batang gelagah. Melihat Thio Thay Thian muncul, orang Biauw langsung menghujaninya dengan anak panah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ratusan anak panah itu ternyata tidak mampu menghalangi kedatangan Thio Thay Thian yang lihay. Semua anak panah itu berterbangan laksana burung kecil pada saat Thay Thian mengibaskan lengan bajunya. Tak lama Thay Thian sudah bercokol di atas gunung. Menyaksikan kejadian itu Seng Cap-si Kouw terperanjat. "Jadi kalian ingin mengerubutiku?" kata dia. Dengan tak banyak bicara Thay Thian menghantamkan pukulannya ke arah si Iblis Perempuan hingga dia terdorong mundur. "Aku hampir binasa di tanganmu, untuk apa aku harus bicara soal aturan segala?" kata Thay Thian. "Saudara Thio, biarkan aku menghajar Iblis perempuan ini. Kau bantu saja anak-anak muda itu!" kata Ciok Leng. "Sebenarnya aku tak perlu turun tangan sendiri, nanti juga akan ada orang yang membuat perhitungan dengannya," kata Thay Thian. Sesudah itu dia mendatangi Bong Tek Cie yang bersenjata golok berbentuk bulan sabit. Begitu sampai Bong Tek Cie menyambut Thay Thian dengan sebuah serangan, yang dikibas oleh lengan baju Thio Thay Thian. Anehnya lengan baju itu tidak rusak oleh golok bulan sabit lawan. Sambil mengejek Thay Thian berkata nyaring. "Hm harumnya, dari mana bau harum ini?" katanya. Sebenarnya serangan Bong Tek Cie yang beracun menimbulkan bau tak sedap, karena terdiri dari berbagai bisa binatang yang sangat beracun. Ketika mengetahui lawannya tidak mempan oleh racun serangannya Bong Tek Cie kaget. "Jadi kaukah si pengemis tua yang menyamar jadi ketua kami?" kata Bong Tek Cie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa menghiraukan pertanyaan lawan, Thio Thay Thian

menyerahkan tempat araknya pada Bu Hian Kam. "Kalian minum arak ini, tak lama lagi kalian akan segar kembali!" kata Thay Thian. Bu Hian Kam dan keempat kawannya mundur untuk minum arak, sedang Thay Thian langsung menghadapi Bong Tek Cie. Dia maju sambil tertawa. "Apa yang kau tertawakan?" kata Bong Tek Cie. "Jangan sombong, jika aku kalah olehmu, apa kau sanggup menghadapi anak buahku yang banyak itu? Kau harus waspada panah anak buahku beracun, sedang di sini tidak ada jalan bagimu untuk bisa meloloskan diri. Jika anak buahku menghujammu dengan anak panah, maka binasalah kalian semua!" Saat mereka adu bicara anak buah Bong Tek Cie atau suku Biauw sudah semakin dekat. "Bong Tek Cie, kita tidak bermusuhan, untuk apa berkelahi. Jika aku mati oleh anak buahmu, kau pun tidak akan lolos dari tanganku! Percayalah aku bermaksud baik, bagaimana pendapatmu?" kata Thio Thay Thian. Mendengar peringatan itu Bong Tek Cie sadar, apa yang dikatakan orang she Thio itu ada benarnya. Sebelum anak buahnya membunuh Thio Thay Thian, mungkin dia sudah binasa oleh lawannya. "Kau bilang kau ingin berbuat baik padaku, tapi apa alasanmu kau mengacau di tempatku?" kata Bong Tek Cie. "Aku mengaku utusan ketuamu tidak semuanya salah, ketuamu itu sahabatku, jika kau tidak percaya coba kau periksa ini!" kata Thio Thay Thian sambil tertawa. Thio Thay Thian menyerahkan bumbung bambu yang dilukis warna-warni pada Bong Tek Cie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat benda itu orang she Bong kaget. "Benarkah ketua kami yang memberimu "Lek-giok-tek-hu" itu?" kata Bong Tek Cie. "Jika bukan dari dia lalu dari siapa?" kata Thay Thian. "Bagaimana aku bisa tahu berharganya benda ini di depan mata kalian?" kata Thio Thay Thian. "Jika aku pencuri, aku pun tidak akan mengambil benda itu, kalau aku tidak tahu gunanya!" Benda itu sebagai tanda "persahabatan" antara suku Han dan orang Biauw. Rupanya segelintir pembesar Han memusuhi orang Biauw, sehingga orang Biauw menganggap "orang Han sebagai penindas bangsanya". Itu sebabnya jika ada orang Han ke daerah Biauw, dia akan dibunuh. Tapi jika membawa benda itu, dia dianggap sahabat suku Biauw. Orang Han yang

membawa "benda" itu, bisa berkeliaran bebas di daerah suku Biauw. "Aku tahu Seng Cap-si Kouw baik pada kalian dan pernah mengobati suku kalian, namun pada dasarnya dia itu orang jahat," kata Thio Thay Thian. "Ketuamu khawatir kalian tertipu, lalu memerintahkan aku menyelidiki apa yang dilakukannya di sini! Ternyata dia menghasut agar kalian bermusuhan dengan pendekar bangsa Han. Jika diteruskan kalian akan celaka!" Sebenarnya Thio Thay Thian berbohong, tapi karena dia memegang "benda berharga" itu, Bong Tek Cie jadi takluk. Ditambah lagi dia juga takut oleh kepandaian lawan, jadi dia percaya saja. Saat anak buahnya sampai ke tempat mereka, Bong Tek Cie berteriak keras. "Tahan! Jangan memanah!" katanya. Sesudah itu Bong Tek Cie berkata pada Thay Thian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu kami tidak akan mengganggu kalian karena kau tamu ketua kami. Tapi Seng Cap-si Kouw pun tidak akan kucelakakan, karena dia penolong kami!" kata Bong Tek Cie. "Baik, kami pun tidak akan mengganggu kalian, permisi," kata Thio Thay Thian. "Mengenai masalah kami akan kubereskan dengan dia saja!" Sesudah itu Bong Tek Cie berseru keras. "Seng Cap-si Kouw, bukan aku tak mau membantumu, mereka sahabat ketua kami!" kata Bong Tek Cie. Sesudah itu dia memberi komando agar anak buahnya mundur teratur dari atas gunung. Sesudah minum arak dari Thay Thian maka Bu Hian Kam dan kawan-kawannya segera kembali. Mereka membantu Ciok Leng mengepung Seng Cap-si Kouw. Menganggap dia tidak perlu membantu lagi, Thio Thay Thian pun pergi. Dia juga yakin tak lama lagi Han Tay Hiong dan Kok Siauw Hong akan segera datang. Sesudah ada kesepakatan dan saling mengerti antara Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio, mereka langsung mencari Seng Cap-si Kouw bersama-sama. Saat keluar dua penjaga, yaitu menantu Bong Tek Cie memergokinya. Tapi sebelum bisa berbuat apa-apa kedua orang itu sudah ditotok oleh Han Tay Hiong hingga tidak berdaya. "Eeh, tenagamu sudah pulih," kata Beng Cit Nio girang. "Benar, ini berkat teratai Thian-san pemberian Thay Thian," kata Han Tay Hiong. Sesudah itu mereka beramai-ramai menuju ke tempat yang

ditunjukkan Thio Thay Thian pada mereka. Melihat Han Tay Hiong yang sudah segar sedang mendatangi bersama Kok Siauw Hong dan Beng Cit Nio, bukan main kagetnya Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tay Hiong segera kau bantu aku!" teriak Seng Cap-si Kouw. "Baik, kau akan segera kubantu!" jawab Han Tay Hiong. Tapi sesudah dekat Seng Cap-si Kouw jadi kaget melihat sorot mata Han Tay Hiong yang tajam dan sangat benci kepadanya. Apalagi Beng Cit Nio pun sudah menghampirinya bersama Kok Siauw Hong. Dengan tidak berpikir panjang lagi, dia berbalik dan menyerang ke arah Ciauw Siang Hoa dengan serangan gertakan. Saat Ciok Leng datang hendak menyelamatkan puteranya, kesempatan itu tak disia-siakan oleh Seng Cap-si Kouw. Dia menyerang dari celah kepungan yang kurang ketat. Saat itu pun Han Tay Hiong tiba. "Tay Hiong, apa kau lupa pada kebaikanku?" kata Seng Cap-si Kouw. "Hm! Kau bicara seenaknya, tunggu balasan kebaikanmu akan datang," kata Han Tay Hiong. Dari jarak kurang-lebih tiga sampai empat langkah, Tay Hiong segera melancarkan serangan dahsyat ke punggung si Iblis Perempuan. Tak lama Seng Cap-si Kouw merasakan hantaman yang dahsyat pada punggungnya. Dia kaget lalu dengan mnggunakan tongkat yang dia tekan ke tanah, dia langsung melompat dan melayang jauh dari kalangan. "Kau mau kabur ke mana?" teriak Thio Thay Thian. Thay Thian membentangkan kedua tangannya, lalu menyerang dengan hebat. Sayang, serangan Thay Thian tidak mampu menghadang si Iblis Perempuan itu kabur. "Eh, Kok Toa-ko, kau juga ada di sini!" kata Kiat Bwee. Buru-buru Kiat Bwee memberi hormat pada Han Tay Hiong. "Han Lo-cian-pweee, sebenarnya meracunimu dulu itu Seng Cap-si Kouw! Aku saksinya!" kata Kiat Bwee.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sudah tahu," jawab Han Tay Hiong. "Kalian jangan ikut campur, biar aku yang menghadapinya!" Han Tay Hiong mencoba mengejar ke arah si Iblis Perempuan yang sudah lari jauh itu. Ketika mereka berada di atas gunung, ke mana Seng Cap-si

Kouw lari sebenarnya dia menemui jalan buntu. Tapi dengan menggunakan gin-kangnya yang tinggi, terpaksa dia lari ke atas untuk mengulur waktu saja. Sedikit pun dia tidak menduga kalau Han Tay Hiong terus mengejarnya. Saat itu kawan-kawannya sudah tertinggal di belakang. Seng Cap-si Kouw menoleh karena merasa ada orang mengejarnya. Ternyata dia mengenali Han Tay Hiong. "Han Tay Hiong, memang aku yang menaruh racun dalam arak yang kau minum. Tapi maksudku itu baik agar kau selalu ada di sampingku. Aku meracunimu tapi aku juga menyelamatkan kau. Apa kau tidak mau memaafkan dosaku?" kata Seng Cap-si Kouw lirih. "Aku ingin tahu, bagaimana isteriku mati?" kata Han Tay Hiong. "Tanpa bersalah padamu, kenapa isteriku kau bunuh. Hal ini aku akan mengadakan perhitungan denganmu!" "Isterimu diracun oleh Beng Cit Nio!" kata Seng Cap-si Kouw. "Bohong!" bentak Han Tay Hiong. "Dia memfitnahku, apa kau tidak percaya padaku?" kata si Iblis Perempuan. "Jangan banyak bicara dan jangan memfitnah orang lain, siapa yang akan percaya pada omonganmu!" bentak Han Tay Hiong. Melihat Han Tay Hiong tidak mau mengerti, Seng Cap-si Kouw menduga tak ada pilihan lain, dia jadi nekat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena kau memaksa, aku akan adu jiwa denganmu!" kata Seng Cap-si Kouw. Tongkat bambu hijaunya bergerak, dia menyerang ke beberapa bagian berbahaya di tubuh Han Tay Hiong. Melihat cara lawan yang sudah nekat menyerangnya, Han Tay Hiong segera siaga. "Adu jiwa pun boleh, memang nyawaku pun semula sudah hampir binasa!" kata Han Tay Hiong. Saat tongkat mengarah ke tubuhnya, Han Tay Hiong menyentil tongkat itu dengan jari tangannya hingga tongkat hijau itu melenceng ke arah lain. Dengan tangan kirinya Han Tay Hiong menepuk kepala Seng Cap-si Kouw. Ketika itu tangan Seng Cap-si Kouw yang memegang tongkat bambu hijau terasa sakit, dia melompat menghindari serangan Han Tay Hiong. Seng Cap-si Kouw tertawa. "Sudah tua pun kau masih pemarah seperti dulu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Apa gunanya kita bertarung sampai mati. Aku ini sebatang kara tidak sepertimu masih punya anak dan

menantu!" "Hm! Tutup mulutmu, aku tetap tidak akan mengampunimu!" bentak Han Tay Hiong. Beberapa kali Seng Cap-si Kouw berhasil menghindari serangan Han Tay Hiong yang ganas. "Han Tay Hiong, kau memang jago silat. Aku pikir kau tahu, keadaanmu belum pulih benar. Tenagamu akan terkuras habis. Apa benar kau ingin binasa bersamaku?" kata Seng Cap-si Kouw. "Ya, kalau perlu kita mati bersama-sama!" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, walau kita dilahirkan berlainan waktu, apa salahnya jika kita bisa mati bersama-sama," ejek Seng Cap-si Kouw. Seng Cap-si Kouw terus membujuk agar Han Tay Hiong mau berdamai dan hidup bersama. Tapi Han Tay Hiong malah mengejek. "Pada dasarnya aku sangat benci padamu!" kata Han Tay Hiong. "Apa kau sudah gila?" Seng Cap-si Kouw kaget mendengar kebencian Han Tay Hiong dikemukakan di depannya. Wajahnya berubah sebentar merah, sebentar lagi pucat-pasi. "Baik Han Tay Hiong, sekarang kuputuskan, jika kau tidak membunuhku, maka akulah yang akan membunuhmu!" kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa. Saat diserang Seng Cap-si Kouw mengulur waktu dengan memancing Han Tay Hiong agar naik gunung lebih tinggi. "Han Tay Hiong, di sinilah kuburan kita!" kata si Iblis Perempuan dengan suara menyeramkan. Sekarang Han Tay Hiong baru sadar, kalau dia telah terpancing ke tempat yang berbahaya sekali. Di atas gunung dia menyaksikan tempat yang curam dan berbahaya. Gerakan Seng Cap-si Kouw pun gesit, terpaksa Han Tay Hiong menghadapinya dengan sabar. Serangan Han Tay Hiong terus dilancarkan dengan dahsyat. Di bawah mereka Thio Thay Thian dan kawan-kawannya menyaksikan pertarungan dua jago dengan ilmu tingkat tinggi. Tapi bagaimana pun mereka merasa ngeri juga. Di antara mereka hanya Thio Thay Thian yang mampu menyusul ke atas. Tapi karena tempat kedua jago itu bertarung sangat sempit, tak mungkin Thay Thian bisa memijakkan kakinya di sana. Dia menyesali Han Tay Hiong, kenapa dia bisa terpancing oleh si Iblis Perempuan jahat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat pertarungan sedang seru-serunya tak lama terdengar suara tiupan seruling dari rumput gelagah. Selang sesaat muncul pasukan wanita suku Biauw yang dipimpin oleh Samkiongcu atau Bong Say Hoa. Dari jarak lumayan cukup jauh, Bong Say Hoa berteriak. "Bibi Seng, jangan khawatir, kami akan memanah dari sini!" kata Say Hoa. "Baik jangan mencemaskan diriku, kalian sudah boleh langsung memanah ke mari!" jawab Seng Cap-si Kouw. Si nona sadar Seng Cap-si Kouw lihay, dia juga akhli racun. Maka itu dia yakin Bibi Seng-nya bisa terhindar dari bahaya. Ditambah lagi Seng Cap-si Kouw pun gin-kangnya tinggi dan lincah. Sedangkan anak buahnya pun memang akhli memanah. Tanpa ragu-ragu si nona mengeluarkan perintah memanah! Dalam sekejap ratusan anak panah menghambur ke arah Han Tay Hiong. Melihat hujan panah, Han Tay Hiong membuka bajunya untuk menangkis serangan anak panah itu. Dengan demikian konsentrasi Han Tay Hong jadi terpecah dua. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Seng Cap-si Kouw. Tapi secara tiba-tiba anak panah nona Biauw itu sekarang ditujukan juga pada Seng Cap-si Kouw, dia kaget lalu berseru nyaring. "Nona Bong, ayahmu sudah pulang, Apa dia tak bilang aku sahabat kalian? Jika kau mau bukti, akan kutunjukkan padamu. Tapi aku mohon hentikan dulu kalian memanah ke arah kami!" kata Seng Cap-si Kouw. Nona Bong tidak menghiraukkan peringatan itu. Dia malah berteriak. "Sekalipun kau tunjukan tanda itu, aku sudah tidak percaya lagi padamu!" kata nona Bong. "Aku tidak bohong, sesudah masalah ini selesai harapanmu akan kuselesaikan juga. Kau akan kupertemukan dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keponakanku Seng Liong Sen!" teriak Seng Cap-si Kouw yang mulai putus asa. Rupanya nona Biauw itu telah jatuh cinta pada Seng Liong Sen. Maka itu tentang perkawinan Seng Liong Sen dengan Ci Giok Hian sengaja dirahasiakan oleh Seng Cap-si Kouw kepada nona Bong, karena hal itu bisa dipakai alasan olehnya untuk meminta bantuan dari suku Biauw.

Tapi hujan anak panah masih berlanjut. Mengetahui nona Bong tidak menghiraukan peringatannya, Seng Cap-si Kouw mencoba mengganggu Han Tay Hiong agar menjadi sasaran anak panah. Sial bagi Han Tay Hiong sebuah anak panah mengenai tubuhnya, dia menjerit kaget. "Aduh!" Seng Cap-si Kouw tertawa. "Jangan senang dulu, sekalipun aku harus mati, tapi kau pun harus mati sebelum aku mati!" kata Han Tay Hiong mengejek. Kaget karena mendengar kata-kata penuh "dendam" dari orang yang dicintainya itu Seng Cap-si Kouw jadi lengah. Serangan tongkatnya jadi ngawur dan Han Tay Hiong berhasil mencengkram tongkat bambu hijau itu. Segera Han Tay Hiong menyalurkan tenaga dalamnya lewat tongkat bambu hijau itu. Maksudnya untuk menghajar Seng Cap-si Kouw dengan hebat. Teman-teman Han Teiy Hiong yang berada di bawah jadi ngeri. Serangan Han Tay Hiong itu sungguh dahsyat hingga Seng Cap-si Kouw tak mampu bertahan dan sadar bahwa dia akan binasa. Sebaliknya tubuh Han Tay Hiong pun jadi sasaran empuk anak panah anak buah nona Bong. Thio Thay Thian mengira kedua jago itu akan binasa bersama. Sedangkan Han Tay Hiong berharap, sebelum terkena anak panah, Seng Cap-si Kouw harus mati lebih dulu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika keadaan sangat tegang, ternyata di saat kritis muncul seorang berjubah hijau dari atas puncak gunung. Pakaiannya yang lebar mampu menangkis hujan panah itu. Sesudah hinggap di dekat kedua jago yang sedang bertarung, dia memisahkan pertarungan itu dengan menyentilkan tangannya. Tak lama terpisahlah pertarungan kedua jago yang menentukan itu. Saat itu Seng Cap-si Kouw hanya menunggu kematian. Tapi karena datangnya orang berbaju hijau itu, dia selamat. Sekarang dia awasi orang yang memisahkannya itu. Ternyata dia Kiong Cauw Bun. Bukan main kagetnya si Iblis Perempuan ini, begitu pun Han Tay Hiong. Han Tay Hiong tidak bermusuhan dengan Kiong Cauw Bun, tapi Seng Cap-si Kouw justru pernah bertarung dengannya. Han Tay Hiong pun tidak tahu apa maksud kedatangan Kiong Cauw Bun dan memisahkan mereka yang sedang bertarung. "Hek-hong To-cu, kau tidak boleh menyerang orang yang tidak berdaya!" teriak Thay Thian yang kaget bukan kepalang. Dia mengira kedatangan Kiong Cauw Bun untuk membantu Seng Cap-si Kouw.

"Jangan khawatir, aku datang untuk jadi juru damai!" kata Kiong Cauw Bun. "Dendamku jika belum terbalas, tidak mungkin kau damaikan!" kata Han Tay Hiong. "Kau akan mendamaikan kami dengan cara bagaimana?" kata Seng Cap-si Kouw sambil mengawasi Kiong Cauw Bun. "Suruh mereka berhenti memanah," kata Kiong Cauw Bun. Seng Cap-si Kouw menurut dan meminta hujan anak panah dihentikan. Sesudah itu Kiong Cauw Bun mengeluarkan botol obat yang dia serahkan kepada Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Obati dulu lukamu yang terkena panah itu dengan obat buatanku," kata Kiong Cauw Bun. Dengan terpaksa Han Tay Hiong menerima obat itu, jika tidak dalam keadaan gawat, pasti dia menolak bantuan iblis tua itu. Segera Han Tay Hiong mencabut anak panah di tubuhnya, sesudah darah hitam dikeluarkan dia mengobatinya dengan obat pemberian Kiong Cauw Bun. Menyaksikan ketangguhan Han Tay Hiong ini Kiong Cauw Bun kaget juga. Dia pikir jika Han Tay Hiong tidak dibunuhnya, kelak akan jadi bahaya baginya. Tapi karena sekarang belum waktunya, dia harus menolonginya.. Selesai mengobati lukanya Han Tay Hiong berkata pada Kiong Cauw Bun. "Kebaikanmu aku terima, tapi karena aku sangat dendam padanya, izinkan aku membunuh dia dulu. Sesudah kubunuh dia, baru aku akan bunuh diri," kata Han Tay Hiong. "Yang mati tidak bisa hidup kembali," kata Kiong Cauw Bun."Jika kau bunuh Seng Cap-si Kouw apa isterimu bisa hidup kembali? Apalagi kau dengan dia pernah bergaul selama beberapa puluh tahun." "Apa aku harus tinggal diam setelah tahu dia membunuh isteriku?" kata Han Tay Hiong. "Jika benar dia pembunuh isterinya, dosanya pun pantas jika kau maafkan. Untuk apa kau bertarung mati-matian dengannya? Aku tak ada hubungan apa-apa di antara kalian. Tapi aku damaikan kalian karena kalian tokoh persilatan yang disegani. Maka itu terpaksa aku ikut campur masalah ini," kata Kiong Cauw Bun "Lalu apa saranmu?" kata Seng cap-si Kouw.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku yakin aku punya saran yang bisa diterima oleh kedua belah pihak," kata Kiong Cauw Bun. "Hanya tentu saja ada risikonya bagimu. Kau musnahkan ilmu silatmu!" "Hm! Aku memusnahkan ilmu silatku?" kata Seng Cap-si Kouw yang saat itu bulu berdiri karena ngeri. "Dia jahat sekali, mungkin dia tak ingin aku mati di tangan Han Tay Hiong. Dia ingin menggunakan tenagaku. Jika ilmu silatku sudah musnah, pasti dia bisa terus mengendalikan aku. Tapi memang aku pun tidak punya pilihan lain. Tetapi selama aku masih bernyawa, mana mau aku diperalat olehmu!" pikir Seng Cap-si Kouw. Mendengar ucapan Kiong Cauw Bun sekalipun Han Tay Hiong tidak takut kepadanya, mau tak mau dia ngeri juga. Ucapan Kiong Cauw Bun bahwa orang mati tak bisa hidup lagi, itu benar! Jika Seng Cap-si Kouw sudah tak memiliki ilmu silat lagi, itu rasanya sudah cukup bagi Han Tay Hiong. Dengan demikian dia tak bisa berbuat semena-mena lagi di kalangan Kang-ouw. Maka itu Han Tay Hiong diam saja. "Baik, akan kulaksanakan saranmu!" kata Seng Cap-si Kouw nekat. "Dengan demikian kau puas, Tay Hiong!" Sesudah itu dia melaksanakan tuntutan Kiong Cauw Bun. Tak lama tedengar suara urat-urat yang putus. Seng Cap-si Kouw mandi keringat dingin, dia kelihatan menderita sekali. Menyaksikan kejadian yang mengharukan itu mau tak mau Han Tay Hiong pun kasihan juga. Dia menoleh tak ingin menyaksikannya. "Dia sudah menjalankan saranku, sekarang kau sudah puas Saudara Han?" kata Kiong Cauw Bun. "Yu Ih semua ini karena perbuatanmu dulu. Aku harap kelak kau akan jadi orang baik." kata Han Tay Hiong. "Semua sudah selesai, tapi sebelum pergi izinkan aku bicara dengan Kok Siauw-hiap," kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang kau inginkan dariku, Kiong Tay-hiap?" kata Kok Siauw Hong. "Aku dengar kau kenal dengan anakku Kiong Mi Yun, sekarang ada di mana dia?" kata Kiong Cauw Bun. "Benar, aku kenal setahun yang lalu ketika bertemu dia di Lok-yang. Tetapi sekarang aku tidak tahu di mana dia?" jawab Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, di mana Kong-sun Po, apa kau tahu?" Kok Siauw Hong pernah diberi tahu oleh Kong-sun Po bahwa Kiong Cauw Bun ingin mencelakai dirinya. Maka itu saat ingin memberi tahu dia jadi sangsi. Melihat Kok Siauw

Hong ragu, Kiong Cauw Bun seolah mengetahui Kok Siauw Hong keberatan memberi keterangan. "Akan kukatakan terus terang padamu, Kok Siauw-hiap, puteriku dengan Kong-sun Po sudah dituangkan sejak mereka masih anak-anak. Kau jangan mencemaskan keselamatan Kong-sun Po!" kata Kiong Cauw Bun. Mendengar pengakuan yang tulus, Kok Siauw Hong tergerak. "Menurutku, saat ini Kong-sun Po ada di lembah Hong-hoo. Dia berjanji akan mengobati orang-orang Hay-sah-pang!" kata Kok Siauw Hong. "Baik, sekarang juga aku akan ke sana!" kata Cauw Bun. Sesudah itu dia menoleh ke arah Seng Cap-si Kouw, lalu berkata. "Mari ikut aku, sodorkan tongkatmu padaku," kata Cauw Bun. Berhubung ilmu silatnya sudah punah, dia terpaksa berjalan dengan bantuan Kiong Cauw Bun. Jika tidak mau dia tidak akan bisa turun sendiri dari atas gunung. Menyaksikan Seng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cap-si Kouw demikian, mau tak mau Beng Cit Nio dan yang lainnya terharu juga. Sampai di bawah Seng Cap-si Kouw ingin berpisah dengan Kiong Cauw Bun. "Baiklah," kata Kiong Cauw Bun yang langsung bersuit. Tak lama muncul sebuah kereta dari balik bukit. Di kereta itu terdapat seorang perempuan setengah umur, dia berpakaian seperti seorang pelayan. Sesudah kereta berhenti, dari dalam kereta terdengar orang bicara. "Atas permintaan To-cu, aku sudah menunggu kedatanganmu, tamu agung!" kata perempuan itu. "Silakan kau naik ke kereta, maaf aku tidak bisa mengantarmu!" kata Kiong Cauw Bun. "Apa artinya semua ini?" kata Seng Cap-si Kouw kaget. Sesudah itu Kiong Cauw Bun tertawa. "Jangan takut mereka ini suami isteri, dia akan mengantarmu ke Hek-hong-to!" katanya. "Rumahku di Ie-hong-li, aku bisa pulang sendiri, aku tidak berani mengganggumu," kata Seng Cap-si Kouw. "Kau sudah tak bisa silat, di tempatku kau akan dilayani dengan baik. Dengan demikian tidak akan ada orang yang berani mencarimu!" kata Kiong Cauw Bun. Seng Cap-si Kouw sadar apa artinya itu. Jika dia tinggal di Hek-hong-to berarti dia jadi tawanan Kiong Cauw Bun. Sekarang karena tak berdaya dia menurut saja. Dia pikir jika

sebagian kekuatannya sudah pulih baru dia akan memikirkan cara lain. Namun Kiong Cauw Bun bisa membaca isi hati Seng Cap-si Kouw. Dia lalu berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Untuk memulihkan kepandaianmu itu dibutuhkan waktu sepuluh tahun. Aku bisa membantumu, sesudah kutemukan obatnya dalam tiga tahun kau akan pulih kembali!" kata Kiong Cauw Bun. "Kenapa kau membantuku, padahal aku tidak pernah berbuat baik apa-apa kepadamu" tanya Seng Cap-si Kouw. "Terus terang aku katakan, aku tahu siapa kau? Kau akhli racun terhebat di dunia persilatan. Maka itu aku mau kau tinggal di pulauku. Di sana kau hanya diminta menuliskan semua resep racun itu. Aku juga yakin kau tidak akan bisa membunuh semua orangku yang di sana. Sekalipun bisa, kau akan celaka sendiri dan tak bisa keluar dari pulau itu. Ibarat pedagang jelas aku juga tidak mau menderita rugi!" kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa terbahak-bahak. "Hebat! Rencanamu begitu rapih," kata Seng Cap-si Kouw tertawa. Dia sangat benci pada Kiong Cauw Bun yang licik ini. "Soal itu aku kalah olehmu, tapi karena nasibmu sedang sial kau jatuh ke tanganku, ha. ha, ha!" kata Kiong Cauw Bun. Sesudah itu dia tinggalkan kereta yang membawa Seng Cap-si Kouw. Kiong Cauw Bun yakin dia bisa menemukan jejak puterinya dan Kong-sun Po. Dia akan membujuk Kong-sun Po mengajari dia ilmu racun, kalau perlu dengan kekerasan. Sesudah dia menguasai Seng Cap-si Kouw dan pengetahuannya digabung dengan ilmu racun dari keluarga Suang, maka siapa yang akan jadi lawannya di dunia persilatan?

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 55 Kong-sun Po Singgah Lagi Di Ngih Nie Lauw; Di Tempat Chu Tay Peng Bertemu See-bun Souw Ya
Dikisahkan Kong-sun Po yang sedang menem-puh

perjalanan menuju ke Utara akhirnya tiba di kota Ouw-shia yang terletak di tepi sungai Hong-hoo. Dari Ouw-shia ke tempat orang Hay-sah-pang atau tempat Hong-hoo-ngo-pa (Lima Jago dari Sungai Hong-hoo) sudah tidak jauh lagi dari kota itu. Mungkin hanya butuh waktu setengah hari perjalanan saja untuk sampai ke tempat itu. Kota Ouw-shia hanya sebuah kota kecil, tapi di tempat itu ada rumah makan yang terkenal yang pernah disinggahi Kongsun Po dulu. Rumah makan itulah yang meninggalkan kenangan manis baginya, bahkan merupakan rumah makan yang tidak bisa dilupakan oleh Kong-sun Po. Rumah makan itu bernama "Ngi Nih Lauw". Selain masakannya yang lezat araknya pun sangat terkenal harum dan enak rasanya. Begitu menginjakkan kakinya di kota itu, Kong-sun Po langsung ia ingat pada rumah makan itu, maka itu dia ingin singgah di sana. Dulu di rumah makan inilah pertama kali Kong-sun Po bertemu dengan Kiong Mi Yun dan Han Pwee Eng. Tapi sekarang entah ada di mana nona itu? Dia ingat di sinilah dia bentrok dengan Pouw Yang Hian, murid See-bun Souw Ya. Sekarang dia datang lagi untuk singgah ke tempat orang-orang Hay-sah-pang, maksudnya untuk menunaikan janjinya dulu. Di sinilah dia mengalami suka-duka, ingat semua peristiwa yang dialaminya dulu itu, Kong-sun Po jadi melamun. Dia lalu singgah di rumah makan itu. Sesudah naik ke loteng tempatnya dulu bertemu dengan Kiong Mi Yun, dia langsung memesan makanan maupun arak. Saat sedang mengenang masa lalunya, tiba-tiba dia merasakan perutnya sakit sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aah, celaka ada yang tak beres nih," pikir Kong-sun Po. "Heran, tidak biasanya begini. Pasti dalam arakku ada racunnya!" Mengingat bisa jadi ada bahaya mengancam, dia kerahkan tenaga dalamnya untuk mengusir racun yang ada dalam perut-nya. Seorang pelayan menghampirinya. "Apa araknya mau ditambah, Tuan?" kata si pelayan. "Arakmu sungguh sedap, memang perlu kau tambah," kata Kong-sun Po sambil melotot. Sesudah itu Kong-sun Po tertawa mengejek si pelayan. Tapi makin lama matanya mulai berkunang-kunang. Tiba-tiba dia melihat ada dua orang lelaki naik ke loteng dan mendekatinya. Kedua lelaki itu tertawa terbahak-bahak, dia mengenalinya. Ternyata mereka itu Pouw Yang Hian dan The Yu Po. "Hai bocah! Kau cari mati sendiri! Kau tidak akan lolos dari

tangan kami," kata Pouw Yang Hian sambil menyeringai. Pouw Yang Hian memang benci pada Kong-sun Po karena dulu dialah yang memusnahkan ilmu racun Hua-hiat-tonya. "Kakak, Suhu menginginkan dia ditangkap hidup-hidup," kata The Yu Po. "Ya, tapi akan kuajar adat dulu bocah ini," kata Pouw Yang Hian gemas. "Biar akan kuhancurkan semua tulangnya, karena dia pernah mencelakaiku!" Ketika itu Pouw Yang Hian menduga Kong-sun Po sudah keracunan berat, maka itu dia mendekatinya. Saat dia akan mencengkram bahu Kong-sun Po yang menggeletak di lantai loteng, tiba-tiba Kong-sun Po melompat bangun. "Hm, kau kira arakmu mampu merobohkan aku?!" kata Kongsun Po dengan keras. Kemudian dia semburkan arak dari mulutnya hingga membasahi seluruh wajah Pouw Yang Hian yang gelagapan terkena arak beracun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tadi Kong-sun Po hanya berpura-pura pingsan agar mampu menjebak dan mengelabui murid pertama See-bun Souw Ya itu. Untuk sementara Pouw Yang Hian tidak bisa membuka matanya karena perih dan sakit sekali. Saat itu Kong-sun Po melancarkan sebuah pukulan keras. "Buuk!" disusul suara keras. "Aduh!" Tubuh Pouw Yang Hian pun roboh ke lantai loteng. The Yu Po kaget, dia cabut goloknya akan menghadang Kong-sun Po yang dia kira akan pergi. "Silakan maju, walau aku tak mau membunuhmu, tapi aku menginginkan kedua matamu!" kata Kong-sun Po. The Yu Po sudah tahu kelihayan Kong-sun Po. Tadi dia menghadang hanya untuk menolongi su-hengnya saja, Sebenarnya dia juga jerih pada Kong-sun Po. Dengan gugup dia menghindari tusukan jari Kong-sun Po yang ditujukan ke matanya. Sekarang Pouw Yang Hian sudah bisa melihat kembali. Saat melihat The Yu Po sedang terdesak, dia berteriak nyaring pada adik seperguruannya. "Yu Po, jangan takut. Dia sudah keracunan berat, jadi tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi!" kata Pouw Yang Hian. Saat terpukul oleh Kong-sun Po, Pouw Yang Hian merasakan pukulan itu tidak keras, itu sebabnya dia mengira Kong-sun Po sudah keracunan berat. "Jika aku mau membunuh kalian, itu mudah saja," kata Kong-sun Po mengancam. Dengan menggunakan jurus "Hui-liong-cay thian" (Naga terbang ke angkasa), ujung payung Kong-sun Po mengarah ke

tubuh lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buru-buru The Yu Po menangkis serangan itu. Saat goloknya beradu dengan payung Kong-sun Po, lelatu api pun berhamburan. Mata golok The Yu Po gompal dan hampir terlepas dari tangannya. Sedang ujung payung Kong-sun Po masih mengarah ke dada Yu Po.Tak lama payung itu berhasil merobek pakaian The Yu Po. Mengetahui pukulan Kong-sun Po tidak akurat lagi, Pouw Yang Hian berkata pada su-tenya. "Apa kataku, dia sudah mulai lemah," kata Pouw Yang Hian. Sebenarnya apa yang dikatakan Pouw Yang Hian ada benarnya, sekarang Kong-sun Po sedang merasakan payungnya berat sekali. Sadar tenaganya telah berkurang, dia menggertak lawan dengan ancamannya. "Coba rasakan pukulan Hua-hiat-to!" kata Kong-sun Po. Kemudian dia melemparkan payung besinya. Tapi saat Kong-sun Po mengangkat tangannya, tampak tangan itu berubah merah. Pouw Yang Hian sadar betapa lihaynya Huahiatto itu, menjadi kaget dan dia melompat mundur. Tapi celakanya dia terjatuh ke lantai loteng. Melihat lawannya jatuh, Kong-sun Po berganti sasaran.. Sekarang yang dituju The Yu Po.Karena kagetnya, The Yu Po langsung menangkis serangan itu dengan goloknya, dan langsung turun ke bawah loteng. Tapi sebelum sempat berjalan turun, Kong-sun Po sudah menendangnya. "Pergi kau!" bentak Kong-sun Po. Melihat musuhnya ketakutan Kong-sun Po jadi malu sendiri. Berhubung tenaganya telah berkurang, dengan terpaksa dia menggertak lawannya dengan pukulan beracun yang dia pantang. "Segera kalian pergi, aku tak ingin mengotori tanganku dengan membunuh kalian berdua!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat dia akan melipat payung besinya, tiba-tiba muncul seorang bertubuh gemuk menghampirinya. Dia berpakaian seperti pemilik rumah makan. "Tunggu, kenapa kau buru-buru pergi?" kata si gemuk. "Pelayananmu bagus sekali. Dengan sengaja arakku kau beri racun. Sekarang, berapa aku harus membayarmu?" kata

Kong-sun Po. Si gemuk menggerakkan tangannya di atas sui-poa (alat hitung bangsa Tionghoa). "Kau telah memukuli dua orang tamuku! Jadi sepantasnya kau harus membayar kerugian?" kata si gemuk. "Hm! Jadi kau sekongkol dengan mereka!" kata Kong-sun Po. Si gemuk tertawa. "Oh! Jadi kau baru tahu sekarang?" katanya. Tiba-tiba sui-poa itu disodokkan ke perut Kong-sun Po dengan keras. Kong-sun Po baru sadar, See-bun Souw Ya yang mengatur siasat keji itu. Mungkin dia sudah mengira Kong-sun Po akan datang ke kota Ouw-shia dan singgah di rumah makan itui. Dia lalu merekrut seorang gemuk bekas penjahat untuk membantu kedua muridnya. Mereka merampas rumah makan itu dan mengusir maji-kannya. Sedang tukang masaknya dipertahankan agar masakannya tetap seperti sedia kala. Si gemuk menjadikan sui-poa (alat hitung bangsa Tionghoa) itu sebagai senjata ampuhnya. Alat hitung itu selain dipakai menyerang, bisa juga dipergunakan untuk menjepit pedang lawan. Jika tangan kosong Kong-sun Po terjepit, bisa dibayangkan tulang tangannya akan hancur dan remuk. Saat sui-poa baja itu menyodok ke arahnya, Kong-sun Po mengubah siasat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertarungnya. Dia pura-pura akan menotok dengan jarinya saat su-poa itu akan menjepit tangannya, dia menarik serangannya. Lalu dengan tangan kirinya dia menyerang dua biji mata si gemuk. "Sungguh jahat tanganmu!" kata si gemuk. "Tapi tenagamu seolah api yang hampir padam!" Si gemuk menghindari serangan yang di arahkan ke matanya dengan mengibaskan lengan bajunya. Tiba-tiba terdengar suara robekan baju yang terkena jari Kong-sun Po yang berhasil melubangi baju si gemuk. Saat mau diulangi serangannya, sui-poa si gemuk menyodok perut Kong-sun Po hingga terpaksa dia harus mundur. Kong-sun Po menyesal karena tak bisa menggunakan payungnya. Dengan terpaksa dia menggunakan jurus Huahiatto untuk menyerang lawan. Terlihat si gemuk agak jeri juga, sekalipun dia lebih lihay dibanding Pouw Yang Hian. Tapi dengan senjatanya dia masih mampu bertahan untuk meladeni Kong-sun Po. Sesudah merangkak bangun Pouw Yang Hian dan The Yu Po naik lagi

ke loteng. "Hai bocah busuk! Berapa lama lagi kau bisa bertahan" kata Pouw Yang Hian mengejek. Kong-sun Po yang panas hatinya lalu mengerahkan seluruh kemampuannya. Masih untung ketiga lawannya itu masih ngeri terhadap pukulan Hua-hiat-tonya. Saat keadaan sedang gawat-gawatnya, di bawah tangga terdengar suara bentakan dua anak buah Pouw Yang Hian. "Pergi! Jangan masuk anak busuk! Pergi dari sini, ini bukan tempatmu!" kata anak buah Pouw Yang Hian. Tapi tak lama terdengar suara pukulan hingga kedua anak buah Pouw Yang Hian roboh. Seorang anak muda berpakaian

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sederhana segera menaiki tangga loteng. Mulutnya terus ngoceh. "Bajingan, aku punya uang dan mau makan. Kenapa kalian mengusirku?' kata suara itu. Mendengar suara yang dikenalinya, Kong-sun Po girang. Ternyata itu suara Kiong Mi Yun, kekasihnya. Di tempat inilah pertama kali mereka saling berkenalan. "Adik Mi Yun, ternyata kau juga datang ke tempat ini!" kata Kong-sun Po. Melihat kedatangan bocah itu si gemuk kaget. "Eh, bukankah kau puteri Hek-hong To-cu?" katanya. "Mengapa kau datang ke mari?" "Aku lapar mau makan, tapi di sini sedang terjadi perkelahian, maka aku juga mau ikut!" kata Kiong Mi Yun. Pouw Yang Hian mengenali si nona. "Serang dia dulu! Biar Kong-sun Po belakangan saja!" kata Pouw Yang Hian. Dia tidak peduli nona itu anak siapa, dia tetap akan menangkapnya hidup-hidup. Saat orang-orang itu memperhatikan kedatangan Kiong mi Yun, kesempatan ini digunakan Kong-sun Po untuk menyerang. Pukulan itu membuat The Yu Po terjungkal ke bawah loteng. "Senjata makan tuan," kata Kiong Mi Yun. Ketika itu The Yu Po sudah bangun dan akan maju lagi, tapi dia kaget oleh ucapan si nona. Kata-kata "senjata makan tuan" berarti pukulan itu pukulan Hua-hiat-to. Karena tidak belajar pukulan itu, dia jadi ngeri sekali dan ingin mencari selamat. Saat itu juga dia langsung kabur untuk mencari gurunya untuk minta diobati. Si gemuk berhasil menangkis serangan Kong-sun Po dengan sui-poanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang Hian kau hadapi bocah yang baru datang itu, aku akan membereskan bocah ini. Nanti kau kubantu!" kata si gemuk. Pouw Yang Hian memang pernah bertarung melawan nona Kiong ini, maka dia bisa mengukur kepandaian nona itu. Maka dia yakin tidak sulit mengalahkannya. "Pouw Yang Hian, ilmu Hua-hiat-tomu sudah musnah. Tapi sekarang kau masih jual laga di depanku!" kata Kiong Mi Yun. "Jangan tekebur, untuk membunuhmu aku tak butuh Huahiatto segala!" kata Pouw Yang Hian gusar sekal. Kiong Mi Yun tertawa mengejek. "Benarkah?" kata si nona. Saat Pouw Yang Hian lengah karena marah oleh ejekan si nona. Saat itu dipegunakan oleh Kiong Mi Yun yang segera maju, pedangnya menyambar dan sasarannya perut Pouw Yang Hian. Saat pedang menyerempet, Pouw Yang Hian tidak menyangka kepandaian nona itu maju pesat, dia kaget bukan kepalang. Sekalipun dia bisa mengliindar tak urung bajunya terkoyak juga oleh pedang si nona. Sejak berkenalan dengan Kong-sun Po, nona Kiong memang mendapat pelajaran inti lwee-kang dari pemuda itu. Sedang ilmu bisa Pouw Yang Hian pun sudah lenyap. Maka itu Pouw Yang Hian terdesak serangan si nona ini. Sesudah berjalan cukup lama, tiba-tiba Mi Yun membentak keras. "Kena!" Ternyata tusukan Kiong Mi Yun mengenai bahu Yang Hian. "Aduh!" teriak Pouw Yang Hian yang kesakitan. "Kau melukaiku, akan kubunuh kau!" teriak Pouw Yang Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi lukanya bertambah sakit. Maka itu sekalipun dia mengancam tak urung dia melompat mundur dan kabur. "Bocah busuk! Suatu hari nanti akan kubalas sakit hatiku ini" kata Pouw Yang Hian dari bawah loteng. Nona Kiong tertawa terkekeh. "Sudah tak tahu malu kabur, malah berani mengancamku lagi!" kata Kiong Mi Yun. Semetara itu si gemuk yang ditiggalkan lari jadi kaget dan jengkel pada kedua kawannya yang pengecut itu. Diam-diam dia berniat kabur juga. Sebenarnya dia masih mampu

meladeni Kong-sun Po. Tapi karena ngeri pada puteri Kiong Cauw Bun yang terkenal itu, dia jadi gugup sekali. Saat nona Kiong menyerang membantu kekasihnya, si gemuk sudah tidak ingin bertarung lebih lama lagi. Dia lalu maju dengan menggunakan sui-poanya akan menjepit pedang si nona. Ketika serangannya itu gagal, dia buang senjatanya dan membalikkan tubuhnya lalu melompat lewat jendela ke bawah. Nona Kiong yang melihatnya tertawa. "Kenapa alat hitungmu kau tinggalkan? Nanti majikanmu memarahimu!" kata Kiong Mi Yun menggoda. Semua anak buah mereka ikut kabur semua. Sekarang keadaan di loteng rumah makan itu jadi sunyi. "Adik Mi Yun, tak kusangka kita bertemu di sini!" kata Kong-sun Po. "Kenapa kau berkata begitu? Bukankah kau sudah berjanji bahwa hari ini akan ke mari?" kata si nona. "Ini hari yang kau janjikan pada orang-orang Hay-sah-pang, kan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, ya aku lupa. Kau baik sekali adik Mi Yun," kata Kongsun Po. "Bagaimana keadaanmu?" kata si nona. "Jangan khawarir aku tak apa-apa. Mereka memang meracuni araklu, tapi racunnya sebagian sudah kusingkirkan dari perutku!" "Bagus, kalau begitu mari kita makan," kata nona Kiong. "Ini kesempatan baik jangan kita sia-siakan." Tak lama dari dapur bermunculan para tukang masak. Kepala tukang masak itu mewakili kawan-kawannya. "Terima kasih atas bantuan kalian, apakah kalian mau makan?" kata juru masak itu. "Ya, buatkan kami masakan yang lezat," kata nona Kiong sambil tertawa. Tak lama masakan yang dipesan sudah dibawa dan disajikan d atas meja karena keduanya sudah lapar, tanpa sungkan-sungkan merekapun mulai makan. Saat makan Kongsun Po menceritakan pertemuannya dengan Kok Siauw Hong dan nona Han Pwee Eng. "Bagaimana keadaan mereka?" tanya nona Kiong. "Mereka telah rukun kembali. Sekembali kita ke Kim-keeleng, mungkin kita bisa menghadiri pesta pernikahan mereka!" kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Kau sudah ke Kang-lam, bagaimana keadaan di sana?" kata si nona lagi.

"Pemandangannya indah sekali. Souw-ciu dan Hang-ciu benar-benar kota yang indah. Saat di Hang-ciu aku juga sempat ciam-si (meramal nasib)." kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Hasilnya bagaimana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dapat jawaban bagus," kata Kong-sun Po. "Saat itu aku pikir kita akan bertemu lagi!" Wajah Kiong Mi Yun berubah merah. "Sejak kapan kau bisa berkelakar?" kata nona Kiong. "Apa yang kukatakan memang keluar dari lubuk hatiku, apa kau sendiri tidak berpikir begitu?" kata Kong-sun Po. "Siapa bilang begitu?" kata nona Kiong. "Jika aku tak ingin, untuk apa jauh-jauh aku datang ke mari? Sudah tahu kau pura-pura lagi!" Kong-sun Po girang. "Makanan dan arak di sini sangat terkenal, mari kita minum lagi!" kata Kong-sun Po. Dia meneguk secawan arak. Tetapi ketika melihat Kong-sun Po minum terus, nona Kiong cemas juga. "Aneh, tak biasanya kau minum banyak. Sudah jangan teruskan nanti kau mabuk!" kata si nona. "Jangan takut, aku tak akan mabuk," kata Kong-sun Po. Tak lama dari kepalanya mengepul asap, rupanya dia sedang mengeluarkan racun yang ada di tubuhnya. "Lwee-kangmu maju pesat, Toa-ko," kata Kiong Mi Yun. "Entah kapan aku bisa selihay kau?" "Saat aku melihat kau mengalahkan Pouw Yang Hian, kepandaianmu sudah maju juga," kata Kong-sun Po. "Maka itu aku perlu guru sepertimu," kata si nona sambil tertawa. "Aku belum pantas jadi gurumu. Aku juga tak berani menerimamu sebagai murid, tapi yang aku ingin...." Walaupun Kong-sun Po tak meneruskan kata-katanya, Nona Kiong sudah tahu apa yang akan dikatakan pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah, jangan ngoceh terus! Aku tahu kau tak berani menerimaku sebagai muridmu, karena takut aku memukulimu, kan?" kata si nona sambil tertawa. Ketika sedang asyik berbincang, mereka mendengar pelayan berkata.

"Chu Toa-ya, angin apa yang meniupmu sampai ke mari?" kata si pelayan. "Di sini baru saja ter..." Belum habis kata-kata si pelayan itu, Chu Tay Peng sudah muncul di tangga loteng. "Aku sudah tahu," kata Chu Tay Peng menjawab kata-kata si pelayan. "Maka itu aku ke sini!" Sesudah tertawa sejenak Chu Tay Peng memberi hormat pada Kong-sun Po. "Kong-sun Siauw-hiap kau seorang yang menepati janji! Sebenarnya kami memang sedang mengharapkan kedatanganmu. Eeh, nona kau juga ikut datang!" kata Chu Tay Peng. "Tapi aku tidak bisa membantu banyak," kata Kiong Mi Yun. "Malah akulah yang tak bisa membantu kalian," kata Chu Tay Peng. "Tadi kau berhasil mengusir orang she Pouw itu hingga lari terbirit-birit seperti anjing buduk!" "Jadi kau menyaksikannya?" kata si nona sambil tertawa. "Lalu kau sembunyi di mana?" Wajah Chu Tay Peng berubah merah karena malu. "Harap nona maklum, kami tak berani memusuhi mereka!" kata Chu Tay Peng. "Bagaimana keadaan kawan-kawanmu?" kata Kong-sun Po "Masih menderita seperti dulu, hanya Ang Pang-cu agak mendingan!" jawab Chu Tay Peng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan cemas segera akan kuobati mereka," kata Kongsun Po memastikan. Tiba-tiba Chu Tay Peng berkata pada nona Kiong. "Nona, apakah kau datang bersama Ayahmu?" katanya. "Tidak, memang kenapa?" tanya si nona. "Apa kalian tahu di mana Ayahku berada?" "Kami tidak mengetahuinya. Tapi karena kau datang, aku kira kau datang bersama beliau. Kami sangat mengharapkan kedatangan beliau." kata Chu Tay Peng sungguh-sungguh. "Benarkah?" kata si nona. "Ah, sayang aku tak bilang pada beliau akan ke mari. Aku datang ke mari di luar tahu Ayahku." Wajah Chu Tay Peng kelihatan kecewa sekali.Dia diam saja. Kong-sun Po merasa sehat, dia mengajak Chu Tay Peng menemui kawan-kawannya. "Mari kita berangkat!" kata Kong-sun Po. Pertanyaan Chu Tay Peng mengenai ayahnya membuat Kiong Mi Yun curiga dan penasaran. Oleh sebab itu dijalan dia bertanya pada Chu Tay Peng. "Chu Pang-cu, apakah kau pernah mendengar sesuatu tentang Ayahku?" kata si nona.

Dengan agak ragu dan gugup Chu Tay Peng menjawab. "Benar, tapi itu cuma kabar angin saja." katanya. "Jika aku katakan, harap nona tidak memarahiku." "Jangan takut katakan saja, aku tidak akan marah," kata Kiong Mi Yun. "Aku dengar kabar ayahmu kurang senang pada Kong-sun Siauw-hiap, apa benar begitu?" kata Chu Tay Peng. "Jadi masalah kami sudah menjadi rahasia umum?" pikir Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah itu dia berkata pada Chu Tay Peng. "Kalau ya, lalu kenapa?" "Jadi benar kabar angin itu?" kata Tay Peng. "Apa pedulimu jika Ayahku tidak senang padanya," kata nona Kiong. "Kalau aku suka, dia mau apa?" Dengan berkata begitu Kiong Mi Yun mengakui terus terang. Mendengar ucapan si nona Kong-sun Po jadi malu sendiri. "Kami ucapkan terima kasih, jauh-jauh Kong-sun Siauwhiap datang menepati janjinya," kata Chu Tay Peng. Padahal hatinya cemas bukan main sesudah dia tahu Kiong Cauw Bun tidak datang. Jika See-bun Souw Ya tiba-tiba datang, maka sulit bagi Kong-sun Po menghadapi dia. Tapi tetap dia mengajak Kong-sun Po menemui kawan-kawannya. Sampai di markas Hay-sah-pang, mereka sudah menunggu kedatangannya. Ketika Ang Kin tak kelihatan, Kong-sun Po merasa heran. Saat tahu yang datang hanya kedua mudamudi itu, semua anggota Hay-sah-pang kecewa sekali. Ie Kun, salah satu ketua Tiang-keng-pang mulai bicara. "Apa benar menurut nona ayahmu tak akan datang?" kata Ie Kun menegaskan. "Benar," kata si nona. Orang-orang Hay-sah-pang tampak kecewa sekali. Melihat hal itu nona Kiong kurang senang. "Yang mau mengobati kalian Kong-sun Toa-ko, bukan Ayahku. Kenapa kelihatannya kalian kecewa?" kata si nona. Dengan agak kaku Ie Kun berkata, "Ya! Ya!" Kemudian semua diam. Dia mengawasi kawan-kawannya yang terluka untuk mengetahui pendapat mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang, siapa yang lebih dulu harus kuobati?" kata

Kong-sun Po. Dia sadar waktu untuk mengobati hanya tinggal beberapa hari saja. Tapi dari ketujuh orang itu tidak ada yang segera maju. Mereka hanya saling dorong menyuruh yang lain lebih dulu. Tapi tidak ada yang mau maju lebih dulu. Kejadian itu mengherankan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. "Sudah kalau begitu panggil Ang Pang-cu, biar dia dulu yang kuobati!" kata Kong-sun Po. Tapi Ang Kin tak muncul. "Kalau begitu untuk apa kita buang waktu di sini, Kong-sun Toa-ko mari kita pergi saja!" ajak nona Kiong. Kong-sun Po ragu, dia berkata. "Ayo yang paling parah maju lebih dulu," kata Kong-sun Po. Tiba-tiba Ang Kin muncul memakai tongkat. "Mari Ang pang-cu, aku kira kau yang paling parah..." kata Kong-sun Po. "Tidak!" kata Ang Kin. "Karena keadaan sudah jadi begini, sebaiknya kalian berterus terang pada Kong-sun Siauw-hiap! Jika tak berterus-terang malah akan mencelakakan kawan sendiri!" Sesudah itu Ang Kin meneruskan kata-katanya. "Kong-sun Siauw-hiap, jauh-jauh kau sudah datang ke mari untuk mengobati kami," kata Ang Kin. "Kami bersyukur dan berterima kasih sekali. Tapi kami tak ingin menyusahkanmu, Seperti kata nona Kiong tadi, sebaiknya kalian meninggalkan tempat ini! Jika akhirnya kami harus mati pun, kami tetap berterima kasih padamu." "Apa kalian tak sayang pada nyawa kalian? Kenapa Ang Pang-cu berkata begitu? Coba kaujelaskan pada kami." kata Kong-sun Po penasaran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akan kukatakan dengan terus-terang, karena kami sayang pada nyawa kami, maka kami tidak berani minta diobati oleh kalian!" kata Ang Kin yang kelihatan ketakutan. Ucapan itu membuat Kong-sun Po bertambah keheranan. "Apa kalian tak yakin pada kemampuanku?" kata Kong-sun Po menegaskan. "Bukan! Bukan itu alasannya, kami malah yakin sekali kau bisa mengobati kami, tapi terus-terang kami takut pada Seebun Souw Ya!" jawab Ang Kin. "Jadi dia penyebabnya?" kata Kong-sun Po yang mulai menyingkap tabir misteri itu. Kiong Mi Yun yang cerdik berkata dengan tegas. "Jadi dia telah mengancam kalian? Seharusnya sudah kuterka sejak tadi. Aku juga heran kenapa dia mengirim Pouw Yang Hian dan anak buahnya mengganggu kami? Malah

mereka merampas rumah makan segala! Dan meracuni Kongsun Toa-ko!" "Benar, Nona Kiong!" kata Ang Kin. "Beberapa waktu yang lalu dia mengancam kami agar tidak diobati oleh siapapun. Malah aku dengar dia sudah sampai di Ouw-shia. Tak lama lagi dia akan sampai ke tempat ini!" Kiong Mi Yun kaget, sekarang dia tahu kenapa Chu Tay Peng menanyakan kedatangan ayahnya. Rupanya mereka ingin mendapat bantuan dari ayah si nona. "Pantas, ketika mendengar Ayahku tidak datang kalian sangat kecewa!" kata nona Kiong. "Ya, maka itu sebaiknya kalian segera meninggalkan tempat ini," kata Ang Kin. "Aku malah ingin menemui si Iblis Tua itu!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau lain, kau tidak akan diganggunya," kata Ie Kun, "tapi kepada kami yang berkepandaian rendah dia bisa berbuat semena-mena!" "Kau dengar, mereka takut kita akan menyulitkan mereka," kata nona Kiong. "Harap kalian jangan salah mengerti," kata Ang Kin. "Aku tak takut mati, dan budi kalian sangat kuhormati. Sudahlah tak ada yang bisa kukatakan lagi, semoga kita...." "Aku paham maksudmu," kata Kong-sun Po. "Semoga kelak kita bertemu lagi!" Saat kedua muda-mudi itu akan melangkahkan kaki mereka, terdengar suara tawa yang menyeramkan. Suara itu sudah dikenali oleh kedua muda-mudi itu. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 56 See-bun Souw Ya Berhadapan Dengan Kong-sun Po; Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong Bertemu Kok-su Mongol

Suara tawa itu memang suara See-bun Souw Ya yang tak asing lagi bagi telinga Kong-sun Po. Dia agak terperanjat juga mendengar tawa dingin itu. Tak lama terdengar See-bun Souw Ya berkata nyaring sekali, "Kong-sun Po, kenapa kau terburuburu mau pergi? Ingat anak muda, kau bisa datang tapi aku yakin kau tidak akan bisa pergi begitu saja!" See-bun Souw Ya muncul diikuti kedua muridnya, Pouw Yang Hian dan The Yu Po. Dua muridnya langsung menjaga pintu keluar menghalangi Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Menyaksikan munculnya See-bun Souw Ya, tentu saja hal itu membuat kaget semua yang hadir di tempat itu. Apalagi Ie

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kun, dia sangat ketakutan dan segera menepi ke sebuah sudut. Lalu dia bicara dengan suara agak gemetar. "Bukan aku yang mengundang mereka, See-bun Sian-seng! Aku malah sedang menantikan kedatanganmu bersama anak buahku." kata Ie Kun. Sesaat si Iblis Tua hanya melirik ke arah Ie Kun, lalu dia tatap Kong-sun Po dengan tajam. "Bocah untuk kau menyelamatkan diri, rasanya sulit sekali! Kau berani datang hendak menolongi orang segala!" kata Seebun Souw Ya. Kata-kata si Iblis Tua tidak dihiraukan oleh Kong-sun Po, dia hanya memegangi payungnya erat-erat sambil menatap ke arah See-bun Souw Ya dengan tajam. Saat itu dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya, dan siap jika sewaktu-waktu lawan menyerang. Tiba-tiba Mi Yun mendapat akal bagus untuk mengulur waktu. "Kedatanganmu sangat kebetulan, See-bun Sian-seng," kata si nona. "Ayahku ingin sekali berkenalan denganmu, terutama dia ingin tahu sampai dimana kepandaian Hua-hiattomu!" "Heh! Apakah ayahmu juga mau datang?" kara See-bun Souw Ya agak terperanjat mendengar ucapan nona Kiong itu. "Di mana aku berada, Ayahku ada!" jawab nona Kiong sambil tertawa. "Beliau bilang ilmu Hua-hiat-tomu sama terkenalnya dengan Cit-sat-ciang milik kami! Malah ada mulut usil yang bilang bahwa Cit-sat-ciang kami tidak mampu menandingi Hua-hiat-to keluarga Suang, maka itu Ayahku ingin mencoba kehebatannya. Tapi Ayahku bilang, mungkin kau tidak berani bentrok dengan Ayahku. Maka itu aku mengusulkan, biar kami dulu menemuimu. Jika kau sudah muncul Ayahku pun pasti akan muncul!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata kata-kata Kiong Mi Yun itu sedikitnya mempengaruhi hati See-bun Souw Ya juga. Maka itu dia jadi ragu-ragu untuk mendahului menyerang. Kiong Mi Yun memang sengaja berbohong, maksudnya hanya untuk mengulur waktu hingga Kong-sun Po selesai mengumpulkan kekuatannya. Untung si Iblis Tua berhasil digertak. Tapi See-bun juga Souw Ya cukup licin, maka itu bualan si nona hanya mempan sebentar kelihatan dia jadi

curiga melompat dan berhasil mencengjram tubuh Ie Kun yang ketakutan setengah mati lalu menyeeretnya ke dekatnya. "See-bun Sian-seng, ampuni hamba. Hamba tidak bersalah!" ratap Ie Kun. "Kau mau taat padaku tidak?" bentak See-bun Souw Ya. "Sekalipun harus melompati api aku bersedia," kata Ie Kun. "Tidak perlu begitu!" bentak See-bun Souw Ya. "Tapi aku ingin kau bicara terus-terang. Katakan, apa benar Hek-hong To-cu sudah datang ke mari?" "Belum! Dia belum datang, nona Kiong berbohong padamu," kata Ie Kun dengan amat ketakutan. Sesudah tertawa terbahak-bahak dia lemparkan Ie Kun sambil berkata, "Dasar bocah sial kau berani membohongiku! Kau kira aku takut pada ayahmu?" Ucapan See-bun Souw Ya menyebabkan Kong-sun Po jadi was-was, dia takut iblis tua itu menyerang nona Kiong, maka buru-buru dia menghimpun tenaga dalamnya lalu melompat akan melindungi si nona. "Hm! Kubunuh kau lebih dulu!" katanya sambil menyerang Kong-sun Po dengan jurus "Garuda sakti membentangkan sayap". See-bun sudah tahu bagaimana ampuhnya payung di tangan Kong-sun Po, dia kumpulkan seluruh tenaganya dan langsung menyerang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Harus diakui tenaga Kong-sun Po memang kalah jauh, maka itu dia terdorong mundur. Buru-buru dia tutup payungnya yang runcing untuk digunakan menusuk ke tengah telapak tangan lawan. Tapi See-bun Souw Ya gesit, sesudah berhasil menghindari totokan yang ditujukan ke telapak tangannya, dia menyerang dua kali. Hanya karena keampuhan payung besi dan kelincahan Kong-sun Po saja, dia berhasil menangkis dua serangan berbahaya itu. Tapi dia tetap berada dalam ancaman sang lawan yang lihay itu. Menyaksikan Kong-sun Po dalam bahaya, Ang Kin meneriaki kawannya supaya membantu Kong-sun Po. "Mari kawan kita bantu Kongsun Siauw-hiap!" kata Ang Kin. Melihat Ang Kin maju See-bun Souw Ya gusar, "Awas sesudah kubunuh bocah ini kau juga akan kubunuh!" kata See-bun Souw Ya pada Ang Kin. Ternyata hanya Ang Kin yang maju, sedang kawannya yang merasa jerih tak berani maju. Apa lagi mereka pikir tak ada harapan jika mereka ikut campur. Mereka sadar dalam waktu singkat pasti Kong-sun Po akan roboh di tangan si Iblis Tua. Kawan-kawan Ang Kin yang tak berani maju berteriak.

"See-bun Sian-seng dia kawan Ang Kin bukan kawan kami, harap See-bun Sian-seng jangan salah paham," kata Ie Kun dan kawan-kawannya. Mendengar ucapan itu See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. Dia serang Kong-sun Po lebih hebat dari tadi. Bukan main marahnya Ang Kin melihat sikap kawannya yang pengecut itu. "Sebagai laki-laki sejati aku lebih memilih mati daripada terhina!" kata Ang Kin. Aku tak bisa membantumu, maka biarlah aku binasa...." Dia mencabut belati siap akan bunuh diri. Ketika itu Kongsun Po sedang terdesak mundur, melihat Ang Kin hendak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bunuh diri Kong-sun Po kaget. Dia gunakan tangan kanannya menghantam See-bun Souw Ya dari bawah payung besinya dengan keras. Melihat Kong-sun Po nekat, See-bun Souw Ya kaget. Mungkin pukulan hua-hiat-tonya lebih lihay dariku. Tangannya tampak merah membara," pikir See-bun Souw Ya. "Adu jiwa dengannya pun aku rasa tak ada gunanya." Maka itu si Iblis Tua segera menghindari pukulan Kong-sun Po. Saat mengelak itulah Kong-sun Po menggunakannya untuk menyambitkan uang logam ke arah belati yang hendak dipakai bunuh diri oleh Ang Kin. "Trang!" Belati itu jatuh ke tanah. Menyaksikan anak muda itu mampu menyelamatkan Ang Kin, Pouw Yang Hian dan The Yu Po geram. Mereka maju hendak menyerang Ang Kin yang kaget karena belatinya jatuh. "Adik Mi Yun, selamatkan Ang Pang-cu!" teriak Kong-sun Po. "Baik, Toa-ko!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun menghunus pedangnya lalu maju menghalangi majunya Pouw Yang Hian dan The Yu Po. "Biarkan Ang Kin, serang bocah sial itu dulu!" kata See-bun Souw Ya memberi petunjuk pada muridnya. "Baik, Suhu!" kata Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian dan Yu Po maju mengeroyok Kiong Mi Yun. "Jika berani silakan maju! Andaikan aku kalian lukai, Ayahku akan membunuh kalian!" ancam Kiong Mi Yun. Seebun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. "Hai bocah, jangan kau gertak kami dengan nama besar ayahmu!" kata See-bun. "Aku tahu kau bohong, jika tak kubunuh kau kira aku takut pada ayahmu! Yang Hian, jika

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perlu kau bunuh!" Sebenarnya ucapan itu tidak bersungguhsungguh menyuruh dia membunuh nona Kiong. Itu cuma gertakan See-bun Souw Ya agar membuat nona Kiong jerih. Maka waktu Pouw Yang Hian menyerang, dia tidak bersungguh-sungguh. Kiong Mi Yun meladeninya dengan gerakan yang lincah luar biasa. Tiba-tiba terdengar suara robekan pakaian, ternyata pakaian Pouw Yang Hian robek oleh pedang nona Kiong. Saat itu Yu Po dengan golok berbentuk sabit sedang menyerang kaki nona Kiong. Saat siku nona Kiong berada dekat ke arah Pouw Yang Hian, dia hajar siku nona Kiong. "Lepas!" kata Pouw Yang Hian. Jika nona Kiong tak menghindar maka tangannya akan patah terhajar pukulan Pouw Yang Hian. Pada saat genting nona Kiong melompat menghindari serangan itu. Tebasan The Yu Po ke arah kakinya bisa dia hindari, tetapi serangan Pouw Yang Hian ke arah sikunya, sulit dihindari. Tangan si nona terserang sedikit pukulan lawan dan terasa sakit. Mau tidak mau pedang di tangan si nona terlepas juga. Dua murid Seebun Souw Ya berusaha keras akan menangkap nona Kiong untuk disandera. "Bagaimana, kau menyerah?" kata Pouw Yang Hian. Dia maju untuk mencengkram bahu si nona. Tapi Kiong Mi Yun gesit sekali, tak lama terdengar suara keras. "Plok!" Pipi Pouw Yang Hian tertampar oleh tangan Kiong Mi Yun dengan keras sekali. Wajah Pouw Yang Hian langsung berubah merah dan bengkak. "Bocah sial!" bentak Pouw Yang Hian. "Kau berani memukulku? Kubunuh kau!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Kiong tertawa. "Jika bisa, silakan!" "Apa kau kira kami tak berani?" kata The Yu Po. "Awas golokku!" Dia serang nona Kiong dengan gencar hingga nona Kiong seolah terkurung di tengah goloknya. Dengan ilmu cengkramnya yang lihay, Pouw Yang Hian pun maju menyerang. Tapi karena tadi tertampar dia jadi hati-hati dan

agak jerih juga. Sekarang Kiong Mi Yun yang melawan dengan tangan kosong mulai kewalahan. Melihat kekasihnya dalam bahaya, Kong-sun Po berusaha akan menolong, tapi selalu dirintangi oleh See-bun Souw Ya. "Kau sudah hampir mati, tapi kenapa kau masih berniat menolongi dia segala?" ejek See-bun Souw Ya pada Kong-sun Po. Tadi Kong-sun Po bertarung dengan mati-matian, hingga tenaganya terkuras. Melihat Kong-sun Po sudah mandi keringat, See-bun girang sekali. "Ayo kau keluarkan ilmu Hua-hiat-tomu!" ejek See-bun. Saat See-bun Siuw Ya menyerang, Kong-sun Po menyambut serangan itu. Kedua tangan mereka beradu keras. Tiba-tiba Kong-sun Po tersentak mundur, wajahnya pucatpasi. Saat Kong-sun Po terdorong tenaga pukulan lawan, dia kelihatan limbung dan berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. "Mau lari ke mana kau?" kata See-bun Souw Ya. Jika saat itu See-bun Souw Ya melancarkan serangan, maka tamatlah Kong-sun Po. Tapi tiba-tiba terdengar suara suitan nyaring hingga See-bun Souw Ya terperanjat dia menghentikan serangannya. Dengan demikian Kong-sun Po mampu menghindari pukulannya. Sebelum suara suitan itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lenyap, muncul seorang tua berpakaian hijau di tengah gelanggang pertarungan. Kiong Mi Yun mengenalinya. "Paman Wan!" teriak nona Kiong. "Tolongi kami, si Iblis Tua menyulitkan kami!" kata Kiong Mi Yun. Orang itu memang Wan Ceng Liong, ayah nona Wan Say Eng. "Jangan takut!" kata Wan Ceng Liong. "Katakan saja harus kuapakan Iblis Tua ini?" "Paksa agar mereka berlutut di depanku," kata nona Kiong. "Baik, itu tidak sulit!" kata Wan Ceng Liong. Kedua tangan Wan Ceng Liong bergerak, dalam sekejap mata Pouw Yang Hian dan The Yu Po berhasil dia cengkram dengan keras. Kemudian tubuh mereka dibanting ke depan nona Kiong. Mau tak mau tanpa sengaja mereka berlutut di depan nona Kiong sambil menahan sakit. Melihat dua muridnya berhasil dibekuk dengan mudah, Seebun Souw Ya terperanjat. Kiong Mi Yun menunjuk ke arahnya. "Paman Wan, bangsat tua ini membiarkan kedua muridnya mengacau di tempat ini. Kalau bisa aku ingin agar dia berlutut di depanku!" kata Kiong Mi Yun pada Wan Ceng Liong.

"Menyuruh dia berlutut rasanya tidak mudah, mungkin lebih mudah membunuhnya," jawab Wan Ceng Liong. "Kalau begitu bunuh saja dia!" kata nona Kiong. "Tak perlu buru-buru, sekalipun aku sengaja datang untuk menghadapinya," kata Wan Ceng Liong. Di tempat lain Kong-sun Po muntah darah segar. Karena tak tahan dia terjatuh dan duduk di lantai. Melihat keadaan luka Kong-sun Po tersebut, Wan Ceng Liong tertawa dingin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ternyata benar ilmu racun keluarga Suang ada di tanganmu!" kata Wan Ceng Liong. "Tapi sayang kau mempelajarinya belum sempurna!" "Kita tidak bermusuhan, kenapa kau ikut campur dalam masalahku?" kata See-bun Souw Ya. "Ucapanmu salah, siapa bilang masalah ini tidak ada hubungannya denganku? Pertama karena nona Kiong keponakanku yang baik, kedua aku telah berjanji menolong seseorang untuk mengambilkan sebuah benda darimu. Maka mau tak mau aku harus menepati janjiku!" kata Wan Ceng Liong. "Siapa yang meminta bantuan padamu?" kata See-bun. "Dalam soal ini kau tak perlu tahu!" jawab Wan Ceng Liong. Jawaban itu membuat See-bun Souw Ya kurang senang. "Kau benar di kalangan Kang-ouw musuhku memang banyak," kata See-bun Souw Ya. "Sebaiknya aku tak perlu tahu. Jika kau diminta bantuan untuk mengambil kepalaku, silakan jika bisa!" kata See-bun Souw Ya. Dia mengira Wan Ceng Liong disuruh mengambil kepalanya. "Yang akan kuambil darimu bukan kepalamu!" jawab Wan Ceng Liong. "Tetapi sebuah barang berharga. Jika kau tidak mau menyerahkannya, terpaksa aku membunuhmu!" "Maksudmu barang apa?" tanya See-bun Souw Ya. "Kitab Racun milik keluarga Suang!" kata Wan Ceng Liong. Bukan main marahnya See-bun saat mendengar Wan Ceng Liong ingin meminta Kitab Racun itu. "Baik jika bisa, kau ambil Kitab Racun itu, kalau perlu kedua-duanya kitab dan kepalaku!" kata See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, dengan demikian aku bisa mengetahui berapa tinggi kepandaianmu!" kata Wan Ceng Liong.

Baru saja Wan Ceng Liong menghentikan bicaranya, Seebun Souw Ya langsung menyerang. Dia gunakan jurus "Pengpokkiu-thian" atau "Rajawali menyambar dari langit", maka dihantamnya kepala Wan Ceng Liong dengan keras. "Hm! Bagus!" kata Wan Ceng Liong. Dia menunduk sambil berkelit, alu sambil memutarkan telapak tangannya dia membalas menyerang. Sedikitpun Seebun tidak menyangka kalau Wan Ceng Liong berani menyambut serangannya. Jika kedua tangan mereka berbenturan, maka celakalah keduanya. See-bun berpikir jika serangan pertamanya gagal, dia tak sanggup mengalahkan lawan, dia akan kabur. Buru-buru dia hindari bentrokan tangannya. Kemudian dengan cara berakrobatik, dia berhasil menghindari serangan Wan Ceng Liong dengan gerakan yang indah. Wan Ceng Liong memuji kecerdikan dan kelincahan lawannya. Dia juga bersyukurkarena lawan tidak berani menga-du tangan. Karena itu dia jadi ragu, apakah dia mampu mengalahkan See-bun? Di tempat lain Kong-sun Po sedang duduk di lantai, mulutnya mengeluarkan darah. Melihat hal itu Kiong Mi Yun menghampirinya. "Bagaimana keadaanmu, Toa-ko?" tanya si nona "Tak apa-apa, aku butuh sebuah kamar untuk memulihkan tenagaku," jawab Kong-sun Po. Chu Tay Peng mendengar kata-kata anak muda itu. "Nona Kiong, ajak Kong-sun Siauwhiap ke belakang bersamaku!" kata Chu Tay Peng. Dia baru saja mengantarkan Ang Kin ke tempat yang aman.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat kedua muda-mudi itu ikut Chu Tay Peng pergi, Seebun yang melihatnya langsung melompat ke arah mereka. Tapi dengan tak kalah gesitnya, Wan Ceng Liong melompat hendak merintanginya. Wan Ceng Liong menghalangi See-bun karena takut dua muda-mudi itu dicelakai oleh See-bun. "Hm! Masih ada aku di sini, jangan main gila!" bentak Wan Ceng Liong. Dengan cepat Kiong Mi Yun membawa Kong-sun Po masuk ke sebuah kamar. Rupanya karena See-bun tak yakin bisa meladeni Wan Ceng Liong, dia hendak menangkap Kong-sun Po dan Mi Yun yang akan dijadikan sandera. Tapi usahanya itu gagal karena dihalangi oleh Wan Ceng Liong. "Baik, sekarang kita adu jiwa saja!" bentak See-bun Souw Ya. "Itu yang kumau!" jawab Wan Ceng Liong. See-bun mementang kedua tangannya, yang kanan

berwarna merah darah yang kiri hitam legam. Itu adalah jurus Hua-hiat-to dan Hu-kut-ciang yang lihay. Melihat hal itu Wan Ceng Liong tak berani menyambut serangan itu. Saat Wan Ceng Liong bersiap menyambut serangan lawan, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Ternyata See-bun Souw Ya berhasil menerkam Ie Kun salah satu rekan Chu Tay Peng. Ie Kun kaget, maka itu dia menjerit minta tolong. Tubuhnya terkena racun yang lihay sekali. Tiba-tiba See-bun Souw Ya yang kejam melemparkan tubuh Ie Kun ke arah Wan Ceng Liong. Tahu tubuh yang dilemparkan itu beracun, Wan Ceng Liong tak berani menyambutnya. Terpaksa dia gunakan kakinya menendang kembali tubuh Ie Kun ke arah See-bun Souw Ya. Ie Kun pun seketika itu binasa. Memang di antara kawan-kawannya, Ie Kun sangat pengecut. Dia akhirnya binasa mengenaskan. Saat Wan Ceng Liong sibuk menendang tubuh Ie Kun, See-bun Souw Ya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggunakan kesempatan itu untuk kabur sambil tertawa terbahak-bahak. "Hai, bangsat! Tak mudah kau lari begitu saja dari tanganku!" bentak Wan Ceng Liong yang segera mengejarnya. Kejar-mengejar pun terjadi mereka menggunakan gin-kang yang tinggi. Dalam sejejap belasan li sudah mereka lalui. Ketika itu See-bun yang sudah sampai di sebuah hutan, langsung masuk ke dalam hutan. "Ceng Liong, kejar aku kalau berani!" teriak See-bun. Sebenarnya ada pantangan yang sangat keras untuk seorang jago persilatan memasuki hutan yang tak dikenalnya. Maka itu Wan Ceng Liong ragu untuk terus mengejar lawannya. Tapi dia pikir jika tidak dikejar, kapan lagi dia bisa bertemu dengan si Iblis Tua yang ganas itu? Dia pikir bagaimana dia bisa segera memenuhi permintaan Kiong Cauw Bun untuk mengambil Kitab Racun itu? Maka itu tanpa pikir panjang Wan Ceng Liong masuk meneruskan pengejarannya. "Mana Kok-su itu, katanya dia akan datang? Jika dia tak segera tiba, aku bisa celaka di tangan Wan Ceng Liong yang ternyata lihay sekali!" pikir See-bun Souw Ya. Saat itu sayup-sayup See-bun mendengar teriakan seseorang. "Benarkah kau saudara Wan? Siapa yang sedang kau kejar?" kata suara itu. "Bukankah kau Saudara Kiong? Aku sedang mengejar "Penggali dan pencuri kuburan"!" jawab Wan Ceng Liong yang terus berlari mengejar lawannya. Sungguh malang dan sial See-bun saat itu, "sudah jatuh

tertimpa tangga pula". Belum selesai urusan dengan Wan Ceng Liong, kini muncul Kiong Cauw Bun. Dalam keadaan ketakutan See-bun yang cerdik sudah berhasil memecahkan teka-teki itu, "Kenapa Wan Ceng Liong meminta kitab itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jelas dia diminta bantuannya oleh Kiong Cauw Bun! Begitu yang ada di benak See-bun saat itu. Diam-diam dia mencoba mengadu siasat dengan lawan. Orang she Wan menuduhnya sebagai 'penggali kubur', memang Kitab Racun" itu. Karena See-bun mendapatkannya dengan menggali kuburan Kongsun Khie almarhum. "Kebetulan," kata Kiong Cauw Bun. See-bun Souw Ya, ternyata kita bertemu di sini! Kau curi kitab itu dari kuburan sahabat baikku. Aku dengar kau sudah lihay, mari kita coba bertarung!" Bukan main kagetnya See-bun, sebab melawan Wan Ceng Liong saja dia sudah kewalahan, sekarang dia ketemu dengan Kiong Cauw Bun. Dari belakang dia dikejar Wan Ceng Liong, dari depan dihadang oleh Kiong Cauw Bun. "See-bun, berhenti dan serahkan kitab itu padaku!" kata Kiong Cauw Bun. See-bun Souw Ya ketakutan sekali. Tiba-tiba dia punya ide dan berteriak nyaring. "Saudara Wan, apalagi yang kau inginkan? Kitab Racun sudah kuserahkan padamu!" kata See-bun. "Kenapa kau masih terus mengejarku? Saudara Kiong, kita tidak bermusuhan, buat apa kau menghadangku?" Kiong Cauw Bun mengetahui kalau See-bun bersekongkol dengan orang-orang Mongol, Chu Kiu Sek dan Hak-su Mongol. Jika dia membunuh See-bun pun cuma akan mendatangkan kesulitan. Dalam keadaan ragu dia mendengar ucapan licik See-bun Souw Ya. Maka itu dia sedikit curiga. "Apa benar begitu Saudara Wan?" kata Kiong Cauw Bun. Dengan sangat marah Wan Ceng Liong membantah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bohong! Jangan dengarkan ocehan busuknya! Dia ingin mengadu domba antara aku dan kau!" kata Wan Ceng Liong. "Kau jangan percaya padanya!" "Jika kau tidak percaya padaku, maka kitab itu akan menjadi milik dia!" kata See-bun dengan licik.

Kiong Cauw Bun dan Ceng Liong memang bukan sahabat sejati. Tapi karena masih ragu dia tidak berani menuduh Wan Ceng Liong curang. "Saudara Kiong, jika persoalannya ingin jekas kita bekuk dulu dia. Nanti semuanya akan jadi jelas sekali!" kata Wan Ceng Liong. Karena Kiong Cauw Bun berpikir ucapan Wan Ceng Liong masuk akal, dia berseru pada kawannya itu. "Baik, kita tangkap dulu dia! Sesudah itu geledah tubuhnya, maka persoalannya akan jelas!" kata Kiong Cauw Bun. Siasat See-bun hanya mempan sebentar, sekarang kedua jago itu mengejarnya lagi. See-bun berhasil lari ke lain arah, maka itu Wan Ceng Liong dan Kiong Cauw Bun terus mengejarnya bersama-sama. Di suatu tempat See-bun melihat dan mendengar ada seorang paderi Budda yang berseru. "Omi-to-hud! Buddha Maha Pengasih!" katanya. Bukan main girangnya See-bun sesudah mengenali paderi Buddha itu. Paderi itu memberi tanda pada See-bun. "Toa hwee-shio tolongi aku, mereka ingin membunuhku!" kata See-bun Souw Ya. "Omi-to-hud! Buddha Maha Penyayang!" katanya lagi. "Buddha Melarang orang saling membunuh! Kau pergi, biar akan kumintakan ampun bagimu!" kata hwee-shio itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah See-bun pergi, kedua pengejarnya tiba. Namun, mereka tak bisa terus mengejar karena terhalang jalannya oleh hwee-shio itu. "Hwee-shio, lekas menepi! Beri kami jalan!" bentak Kiong Cauw Bun. "Omi-to-dud! Selama ini pin-ceng (hamba) selalu bertindak adil dan welas asih. Pertemuan kita ini sudah takdir. Jika si-cu bersedia mengampuninya, sungguh berkat besar. Hapuslah permusuhan kalian!" kata si hwee-shio. Dia tetap berusaha menghalangi kedua pengejar itu. "Gila, minggir!" bentak Kiong Cauw Bun gusar. Dari tingkah-lakunya Kiong

Cauw Bun mengerti hweeshio ini bukan sembarangan. "Omi-to-hud!" puji hweeshio itu. "Sabar, kenapa kau kurang sabar? Nafsu membunuhmu sungguh besar. Saat Kiong Cauw Bun menghantam hwee-shio itu dengan sebuah serangan dahsyat, dengan cepat si hwee-shio mementangkan jubahnya, dia menangkis serangan Kiong Cauw Bun. Jubah itu menggelembung bagaikan layar sebuah perahu di sungai. Kemudian dengan lengan jubahnya si hweeshio mengebut ke arah Kiong Cauw Bun dengan keras. Dia menangkis dan menyerang dengan tetap duduk bersila tak bergeming.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata serangan kilat Kiong Cauw Bun yang dahsyat, dengan mudah dipunahkannya. Kebutan si Hwee-shio membuat serangan Cauw Bun punah seketika Melihat Kiong Cauw Bun dalam bahaya, Wan Ceng Liong menyerang tangan si Hwee-shio. Tahu-tahu tangan yang lain dipakai menangkis serangan Wan Ceng Liong secara berbarengan. "Hebat sekali! Aku jadi tidak bisa tenang duduk di sini!" kata si hwee-shio memuji. Dia bertarung dengan tetap duduk. Menerima tangkisan lawan itu tubuh Wan Ceng Liong terdorong ke belakang. Rupanya saat itu tenaga si hwee-shio seolah-olah menyambar seluruhnya ke arah Kiong Cauw Bun. Maka tak ampun lagi Kiong Cauw Bun terdorong mundur. "Hm! Siapa sebenarnya kau?" bentak Kiong Cauw Bun. Sesudah tertawa terbahak-bahak hwee-shio itu berkata. "Kau sangat terkenal, mengapa tidak kenali siapa aku ini?" katanya. Sambil bicara dia terus menangkis dan menyerang, karena kedua lawannya itu masih melancarkan serangan mereka. "Benarkah kau Kok-su dari Mongol? Aku dengar kau jago nomor satu di kalangan Kang-ouw!" kata Kiong Cauw Bun mulai menduga-duga. Sesudah tertawa lagi, si hwee-shio baru menjawab. "Benar akulah dia, tapi sebutan jago itu tidak berani aku menerimanya," kata si hwee-shio. "Kalian berdua juga hebat, sesudah kuserang bisa bertahan. Kalian juga hebat!" "Aku dengan See-bun bermusuhan, kenapa Hoat-ong sengaja merintangi kami?" kata Kiong Cauw Bun. "Maaf, terus terang kukatakan, dia sekarang sudah menjadi muridku," kata si hwee-shio, "aku harap permusuhan kalian disudahi saja. Kebetulan Khan Agung kami sedang mencari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang gagah, kenapa kalian tidak menemuinya. Apa kalian mau atau tidak?" Wan Ceng Liong maju sikapnya kelihatan kurang senang. "Kepandaian kami tidak seberapa, mana mungkin bekerja pada Khan Agung," kata Wan Ceng Liong. "Benar, aku pun begitu! Aku lebih senang hidup sebagai rakyat biasa," kata Kiong Cauw Bun. "Terima kasih atas kebaikan Toa Suhu!" Liong Siang Hoat-ong orangnya cerdik. Dia tahu Wan Ceng Liong memang tak mau, tapi Kiong Cauw Bun masih bisa dibujuk. Tapi waktu itu dia tak membujuknya, karena berpikir masih ada waktu lain kali. Sesudah itu dia mohon diri dan pergi. Sesudah mereka tinggal berdua, Wan Ceng Liong memberi hormat pada Kiong Cauw Bun. "Saudara Kiong, maaf aku belum bisa menepati janjiku. Baik lain kali saja hutang budiku kubalas padamu," kata Wan Ceng Liong. Ketika dia akan meninggalkan Kiong Cauw Bun tiba-tiba terdengar suara aseran. "Tunggu dulu!" kata Kiong Cauw Bun. "Ada apa lagi? Apa kau curiga kitab itu ada padaku seperti kata See-bun?" kata Wan Ceng Liong. "Bukan. Aku harap kau jangan salah sangka," kata Kiong Cau Bun. "Aku hanya ingin bertanya." "Katakan saja soal apa?" "Apakah kau tahu atau pernah bertemu dengan puteriku?" kata Kiong Cauw Bun. "Aah, aku baru ingat. Aku pernah bertemu dengan puterimu, dia ada di tempat orang Hay-sah-pang," kata Wan Ceng Liong. "Dia bersama Kong-sun Po. Jika kau bertemu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengannya tolong sampaikan pesanku. Katakan padanya, aku belum bisa memenuhi keinginannya untuk membunuh Seebun Souw Ya!" Mendengar keterangan itu Kiong Cauw Bun girang bercampur kecewa. Girang karena dia sudah tahu jejak puterinya, kecewa karena puterinya bersama Kong-sun Po. Sekarang dia tahu puterinya menyukai Kong-sun Po, tapi sayang anak muda itu ikut musuh besarnya, Hong-lai-mo-li! Tapi dia juga punya harapan, jika benar Kong-sun Po

mencintai anaknya, dari pemuda itu dia bisa belajar ilmu racun keluarga Suang. "Jika kitab itu tak dapat kurebut dari See-bun, masih ada titik terang. Aku bisa belajar dari calon menantuku!" begitu pikir Kiong Cauw Bu. "Jika dia mau mengajariku, aku tak keberatan dia jadi menantuku. Jika tidak mau menurut kalau perlu kubunuh dia! Sekalipun itu akan membuat puteriku berduka." Sesudah mengambil keputusan Kiong Cauw Bun bergegas ke tepi sungai Huang-hoo akan mencari puterinya. Ketika itu Kong-sun Po berada di sebuah kamar yang sunyi. Dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengobati lukanya. Untung sejak masih kecil dia sudah terkena racun Hua-hiat-to. Dia bisa bertalian berkat pertolongan Beng Beng Tay-su, hingga daya tahannya terhadap racun cukup baik. Sekalipun belum sembuh benar tapi sekarang dia bisa bergurau dengan Kiong Mi Yun. Mereka sudah berpisah setahun yang lalu, maka itu mereka mengisahkan pengalamannya masing-masing. Sesudah itu Kong-sun Po berkata pada kekasihnya. "Dulu kenapa kau tinggalkan aku sendirian?" kata Sun Po. "Kau ingat ketika di rumah makan ada pencopet?" "Ya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia bukan copet tapi pengikut Ayahku bernama Thio Kiong, maka kukejar dia. Sesudah terkejar dia memberitahu bahwa Ayahku mencariku. Aku jadi khawatir kita akan ketahuan oleh Ayahku. Maka itu aku sepakat dengan Thio Tiong untuk memancing Ayahku supaya tidak menemui kita agar Ayahku pergi jauh!" kata Kiong Mi Yun. "Kenapa kau takut kalau kita bertemu dengan Ayahmu?" kata Kong-sun Po. "Apa ayahmu tak suka padaku?" "Kisahnya panjang sekali, lain kali saja aku jelaskan padamu," kata nona Kiong. Sekarang aku ingin tahu, kenapa kau tinggalkan kota kecil itu?" "Tak lama sesudah kau pergi, seseorang datang menemuiku di penginapan..." kata Kong-sun Po. "Seorang nona? Siapa dia dan bagaimana rupa nona itu?" kata nona Kiong agak curiga. Kong-sun Po memberi penjelasan tentang wajah, tubuh dan gerak-gerik nona itu dengar jelas.Sambil tertawa nona Kiong akhirnya berseru. "Oh dia! Dia itu Kakak Wan Say Eng, puteri orang tua yang membantu mengusir See-bun Souw Ya tadi!" kata nona Kiong.

"Nama ayahnya Wan Ceng Liong, lalu apa saja yang dia katakan padamu?" "Dia mengatakan sebuah cerita menarik, tetapi aku tidak tahu bolehkah aku mengatakannya padamu?" kata Kong-sun Po. "Kenapa tidak, memang di antara kita harus ada yang dirahasiakan? Katakan saja!" kata nona Kiong. "Dia... Dia bilang kau sudah ditunangkan sejak kecil denganku, apa benar begitu?" kata Kong-sun Po agak terbatabata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, kau tak percaya?" kata Kiong Mi Yun menunduk malu. "Bukan begitu! Tapi kenapa kau tak bilang dari dulu?" kata Kong-sun Po. "Dasar bodoh! Dulu kita baru kenal, mana berani aku bicara terus-terang padamu? Tapi setidaknya aku sudah memberi isyarat padamu. Apa kau lupa?" kata nona Kiong. "Ah, dasar aku ini bodoh," kata Kong-sun Po. "Pantas dulu kau bertanya apakah aku sudah punya tunangan atau belum? Iya kan?" kata Kong-sun Po. "Waktu itu dengan tegas kaujawab kau belum dijodohkan atau punya tunangan!" kata si nona. "Memang! Karena Ibuku tidak pernah mengatakannya padaku," kata Kong-sun Po. Nona Kiong mengelah napas karena agak penasaran. Saat itu Kong-sun Po ingat bagaimana ayah si nona marah dan akan mencelakakannya. Lalu dia berkata lagi. "Jika kita sudah ditunangkan sejak kecil, kenapa ayahmu mau membunuhku?" kata Kong-sun Po. "Dari mana kau tahu dia akan membunuhmu?" kata si nona heran. "Dulu ketika kau pergi aku sempat bertemu dengan ayahmu," menjelaskan Kong-sun Po. "Tapi memang dia tak mengenaliku...." Kemudian Kong-sun Po mengisahkan pengalaman pertemuannya dengan ayah si nona. Sesudah itu dia berkata perlahan. "Yang sial Kakak Ci Giok Phang, karena salah menduga dan mengira dia itu aku, maka Kakak Ci dilukainya." kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masalah kita memang rumit, nanti kuceritakan padamu," kata nona Kiong. "Tapi aku jadi mencemaskan sesuatu...." "Apa tentang hubungan kita?" kata Kong-sun Po. "Benar, darimu aku tahu ibumu tidak menyukai hubungan kita, sedang Ayahku pun melarang aku berhubungan denganmu.." kata si nona sedih. "Bagaimana menurut kau sendiri?" "Sekalipun nanti Ayah tak mengakuiku sebagai puterinya, jika aku mau, aku mau...." Tapi Mi Yun tak meneruskan katakatanya. Dia malu sendiri dan menunduk dengan wajah merah. "Kalau begitu tidak ada masalah," kata Kong-sun Po. "Asalkan kita sama-sama suka, semua beres. Apa pedulinya dengan mereka?" kata Kong-sun Po. "Apa yang akan kau katakan pada ibumu?" "Akan kukatakan kau cantik dan baik, sekalipun ayahnya. Ah, sudahlah." kata Kong-sun Po. "Kau benar-benar mencintaiku?" kata si nona. "Apa kau masih sangsi?" tanya Kong-sun Po. Tak lama keduanya saling berpegangan tangan dan saling bertatap mesra. Saat itu Kiong Mi Yun ingat pengalamannya, saat dia "jatuh cinta" pada Han Pwee Eng yang dia kira seorang pria. Dia jadi malu sendiri dan tersenyum geli. "Eeh, apa yang kau pikirkan?" kata Kong-sun Po. "Tidak!" kata si nona malu-malu. "Kau sedang mengobati lukamu, pusatkan saja pikiranmu. Dengan demikian kau bisa segera menolong Ang Pang-cu dan kawan-kawannya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak lama lagi tenagaku akan pulih, tapi yang aku cemaskan keadaan mereka." kata Kong-sun Po. "Sampai aku sehat butuh waktu sepuluh hari!" "Sepuluh hari pun tak apa yang penting kau tolongi mereka," kata si nona. "Justru itu yang aku cemaskan, mereka harus ditolong paling lambat tiga hari, mana bisa selewat sepuluh hari lagi?" kata Kong-sun Po kelihatan gugup. "Aku mengerti, kau kan sudah berusaha kalau gagal, masakan mereka akan menyalahkanmu?" kata si nona. "Tapi aku sudah berjanji akan mengobati mereka, jika gagal aku ikut bertanggungjawab," kata Kong-su Po. "Kalau begitu kita minta bantuan Paman Wan saja!" kata si nona. "Tapi aku jadi heran, kenapa sampai sekarang Paman Wan belum kembali juga?" Saat mereka sedang bermesraan tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar sambil berkata dengan tegas. "Hm! Pasti kalian tidak mengira aku akan datang menemui

kalian?" kata orang itu. Mereka sedang berharap-harap kedatangan Wan Ceng Liong, tapi yang muncul justru Kiong Cauw Bun, ayah nona Kiong. Tentu saja Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po kaget bukan kepalang. "Eeh, Ayah datang! Apa Ayah bertemu dengan Paman Wan?" kata si nona. "Dia sudah pergi, dasar anak bandel. Kau tidak mau mendengarkan nasihat ayahmu. Sesudah kau dilabrak orang kau baru tahu rasa!" kata Kiong Cauw Bun. "Kau benar, Ayah. Tua bangka itu menyusahkan puterimu, kau harus membalaskan sakit hatiku," kata Kiong Mi Yun manja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak liar macam apa kau ini?" kata sang ayah. Saat tiba di markas Hay-sah-pang jago tua ini langsung menemui Chu Tay Peng. Tentu Chu Tay Peng tidak berani berbohong lalu menunjukkan kamar anak-muda itu. Kiong Mi Yun berusaha agar bisa tenang di depan ayahnya. Sekarang aku ingin bertanya padamu," kata Kiong Cauw Bun. Hati nona Kiong berdebar-debar. "Apa yang Ayah ingin ketahui dariku?" kata Mi Yun. "Aku tak apa-apa, tapi dialah yang terluka!" "Hm! Maksudmu dia siapa?" kata sang ayah. "Apa kau belum mengenalinya, dialah Kong-sun Po!" jawab Mi Yun. "Padahal Paman Kiong pernah bertemu denganku," kata Kong Sun Po, cuma waktu itu kita belum saling kenal." "Tentu aku ingat! Siapa yang bisa lupa pada bocah dungu seper-timu ini!" kata Kiong Cauw Bun. "Ayah, kenapa kau marahi dia?" kata Mi Yun. Wajah Kiong Cauw Bun tetap dingin. "Kong-sun Po, katakan terus terang, apa kau mau menikahi puteriku?" kata Kiong Cauw Bun. "Dulu aku tak tahu masalah perjodohan ini, sesudah tahu, aku bersedia menikahi puterimu," kata Kong-sun Po. "Kalian sudah saling mencintai setulus hatimu?" kata Kiong Cauw Bun. Kiong Mi Yun yang sedang memegangi tangan kekasihnya memijitnya agar Kong-sun Po menjawab dengan panggilan lain selain paman pada ayahnya. Kong-sun Po yang lugu itu cukup cerdas, dia langsung memberi hormat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, Gak-hu (Ayah mertua)," kata Kong-sun Po. "Aku sedang terluka mohon maaf tidak bisa memberi hormat sewajarnya." "Hm! Panggilan Gak-hu padaku belum saatnya!" kata Kiong Cauw Bun ketus. "Ayah, sebenarnya apa maumu?" kata nona Kiong. "Bukankah kau yang bilang bahwa dia calon suamiku yang ditunangkan sejak kita masih kecil dan Ayah menyetujuinya?" "Diam kau! Jangan salah paham, aku hanya punya kau satu-satunya. Jika dia ingin jadi menantuku, dia harus tunduk kepadaku!" "Tunduk sih boleh," pikir Kong-sun Po. "Tapi dalam soal apa aku harus tunduk padamu?" "Ayah jangan macam-macam, jika dia tak tunduk padamu, aku yang akan membujuk dia supaya menurut padamu! Benar kan, Kong-sun Toa-ko?" kata Mi Yun pada kekasihnya. Kong-sun Po ketika itu hanya bisa mengangguk mengiakan. "Baik, aku tanya kau," kata Kiong Cauw Bun pada Kong-sun Po. "Aku dengar kau bergabung dengan Hong-lay-mo-li, apa benarkah begitu?" "Benar," kata Kong-sun Po yang tak berani memanggil Gakhu lagi. "Aah, bagaimana kau ini Ayah? Apa hubungannya perjodohan kami dengan masalah pribadinya?" kata Mi Yun. "Siapa bilang tak ada sangkut-pautnya! Sekarang aku tanya kau Kong-sun Po, tahukah kau bagaimana cara meninggalnya ayahmu?" "Ketika Ayahku meninggal aku baru berumur satu tahun, jadi mana aku tahu," kata Kong-sun Po. "Tapi menurut cerita Ibuku, Ayahku meninggal karena keracunan ilmu racun keluarga Suang."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Salah!" kata Kiong Cauw Bun. "Yang benar ayahmu meninggal dibunuh oleh Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw!" Kong-sun Po kaget, sesudah menenangkan diri sejenak dia menjawab. "Aku tak percaya!" kata Kong-sun Po. "Masakan Ibuku berbohong padaku?" "Aku tidak bermaksud meremehkan keterangan ibumu," kata Kiong Cauw Bun. "Sekarang akan kuceritakan kejadian

yang sebenarnya padamu. Dulu memang ibumu tak mau dinikahi oleh ayahmu. Tapi akhirnya mau juga. Selama mereka jadi suami isteri mereka tak akur hingga akhirnya bermusuhan! Aku yakin ibumu tidak jujur menceritakan tentang kematian ayahmu!" "Kakekku juga bilang begitu, masakan Kakekku juga bohong?!" kata Kong-sun Po. Karena terdesak akhirnya Kiong Cauw Bun bicara lagi. "Memang benar ayahmu meninggal karena ilmu racun," kata Kiong Cauw Bun. "Tapi jika tidak dimusuhi oleh Liu Ceng Yauw hingga dia terpaksa harus kabur, aku kira tidak akan meninggal seperti itu! Maka secara tidak langsung dia mati oleh Hong-lay-mo-li. Tapi kau bukan menuntut balas kematian ayahmu, malah bergabung dengan Hong-lai-mo-li pembunuh ayahmu!" "Ibu memberi nama padaku bekas orang jahat atau Gi Ok," kata Kong-sun Po. "Waktu itu kata Ibuku, Ayahku orang jahat. Maka itu Ibu berharap sesudah dewasa, aku tidak meniru kelakuan Ayahku!" Mendengar ucapan Kong-sun Po itu, Kiong Cauw Bun jadi gusar bukan main. "Jadi kau hanya mau berbakti pada ibumu dan tak mau membalaskan sakit hati ayahmu?" kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Harap jangan salah paham, jasa Ayah dan Ibu sama besarnya dan harus dibalas. Tetapi antara baik dan jahatpun harus dibedakan!" jawab Kong-sun Po kurang senang. "Untuk apa Ayah ikut campur urusan keluarganya?" kata nona Kiong. "Mi Yun, apa kau sudah lupa, aku dan ayahnya bersahabat baik. Bukankah sudah Icukatakan bahwa Hong-lay-mo-li itu musuh besarku. Jika dia lebih memihak pada Hong-lay-mo-li, kau kira aku bisa mengizinkan dia menikahimu, malah aku harus membu..." bersamaan dengan ucapannya itu, tangan Kiong Cauw Bun terangkat siap menyerang. "Jika kau anggap aku salah, silakan bunuh aku!" kata Kongsun Po, "Hm! Apa kau kira aku tak berani membunuhmu?" kata Kiong Cauw Bun. Ketika dia mengayunkan tangannya, buru-buru Kiong Mi Yun menubruk pemuda itu untuk melindungi dari hajaran ayahnya. Dia menghadang di depan ayahnya yang tak jadi memukul. "Kong-sun Toa-ko tutup mulutmu. Ayah, dengar dulu katakataku. .." kata Kiong Mi Yun.

"Apa yang mau kau katakan?" kata sang ayah. 'Jika Ayah akan membunuh dia, bunuh dulu aku!" kata nona Kiong. "Bagus! Bagus sekali! Ibarat burung sekarang kau sudah tumbuh sayap. Jadi kau berani melawan ayahmu," kata Cauw Bun. "Aku mau mengikuti saran Ayah dan merawat Ayah, tapi izinkan aku jadi isterinya! Dengan demikian kau tak kehilangan anakmu malah kau mendapat menantu dia." kata Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika dia tidak menganggapku musuh saja sudah bagus, mana berani aku minta dia jadi menantuku!" kata Kiong Cauw Bun. "Sifat Kong-sun Toa-ko memang keras kepala, tapi jika Ayah baik padanya dia juga akan baik pada Ayah!" kata nona Kiong. Lalu dia kedipi kekasihnya agar tak ikut bicara. "Baiklah, karena permintaanmu, maka aku kabulkan. Tapi dia harus pegang janji!" kata Kiong Cauw Bun. Kong-sun Po diam tak menyahut. Sedang Mi Yun berkata. "Ayah mau agar dia berjanji apa?" katanya. "Aku minta kalian ikut aku pulang ke Hek-hong-to sekarang juga!" kata sang ayah. "Dia harus tinggal di sana selama tiga tahun. Akan kulatih dia agar tidak keras kepala lagi!" Sebenarnya Kiong Cauw Bun hanya pura-pura ingin membunuh calon suami puterinya. Sebenarnya tujuannya ingin mendapatkan ilmu racun dari calon menantunya ini. Jika berhasil maka dia tidak akan mendapat lawan yang lebih tangguh dari dirinya. "Kong-sun Toa-ko, maukah kau berjanji padanya?" kata si nona. Tapi kelihatan anak muda itu bingung. Kiong Mi Yun tahu kekasihnya keberatan, lalu menghadap pada ayahnya. "Tiga tahun terlalu lama Ayah, bagaimana kalau kau ubah waktunya?" kata nona Kiong. "Berapa tahun?" kata sang ayah. "Barangkali kalau setahun dia tidak keberatan!" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aah, kau tawar-menawar segala memang ini pasar?" kata

sang ayah. Lama dia berpikir. Rasanya setahun pun untuk mempelajari ilmu racun dari akhli warisnya sudah memadai. Akhirnya dia mengangguk. "Baiklah, aku penuhi permintaanmu!" kata Kiong Cauw Bun. "Baik, aku mau dengan perjanjian begitu," kata Kong-sun Po. "Tapi Paman juga harus berjanji!" "Pakai nawar segala, apa maumu? Ah aku tahu, kau ingin aku mengobatimu?" Kong-sun Po menggelengkan kepalanya. "Bukan itu!" kata dia. "Lalu apa maumu?" kata Kiong Cauw Bun yang sudah tak sabar dan heran. "Karena sudah berjanji pada orang-orang Hay-sah-pang aku akan mengobati mereka, aku minta waktu agar Paman bersabar menunggu sekitar sepuluh hari, baru berangkat!" kata Kong-sun Po. "Menunggu selama sepuluh hari terlalu lama," kata Kiong Cauw Bun tak sabar. "Bagaimana jika aku saja yang mengobati mereka?" "Jadi kau mau mengobati mereka, Ayah?" kata Mi Yun. "Ilmu Hua-hiat-to hampir mirip dengan Cit-sat-ciang-ku, jadi rasanya aku bisa mengobati mereka!" kata Kiong Cauw Bun. "Baiklah kalau begitu," kata Kong-sun Po. "Akan kuberi Paman petunjuk mengobati serangan Hua-hiat-to itu!" "Silakan, mungkin itu lebih baik," kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya mendengar ucapan calon menantunya itu dia girang bukan main, pucuk dicinta ulam tiba, pikirnya. Tapi sengaja dia tidak menunjukkan kegembiraannya di depan kedua anak muda itu. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0-

BAB 57 Kiong Cauw Bun Dikalahkan Oleh Tam Yu Cong; Kong-sun Po Mendapat Undangan Dari Han Hie Sun

Sesudah mendapat berbagai petunjuk dari Kong-sun Po dan bagaimana mengobati orang yang terkena Hua-hiat-to, bukan main girangnya Kiong Cauw Bun. Pada saat memberikan petunjuk terpaksa sang calon menantu menerangkan inti ilmu Hua-hiat-to itu pada sang calon mertua. Maka secara tidak langsung Kiong Cauw Bun mendapat inti ilmu Hua-hiat-to yang dia idam-idamkan itu. Sesudah dirasa cukup paham, Kiong Cauw Bun pergi akan

mengobati orang-orang Hay-sah-pang yang terkena racun itu. Tak lama dia sudah kembali lagi menemui kedua anak muda itu. Saat kembali itulah dia mengajak orang-orang yang telah dia obati. Bukan main kagetnya Kong-sun Po, dalam waktu singkat sang calon mertua mampu mengobati orang-orang Hay-sah-pang yang terluka itu. Orang-orang itu memberi hormat sambil menghaturkan terima kasih pada Kong-sun Po. "Eeh, kenapa kau berterima kasih padaku? Yang mengobati kalian adalah Kiong Lo-cian-pwee, bukan aku!" kata Kong-sun Po kaget. "Kami harus mengucapkan terima kasih padamu, karena Kiong Cian-pwee bilang, kaulah yang memohon pada beliau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

agar beliau mengobati kami!" kata Ang Kin. Chu Tay Peng ikut bicara. "Kiong To-cu, terima kasih kau mau datang. Apa tidak sebaiknya kau tinggal beberapa hari di tempat kami?" kata Chu Tay Peng dengan ramah. "Siapa kesudian tinggal di tempatmu!" kata Kiong Cauw Bun ketus. "Kong-sun Po, Mi Yun, ayo kita pergi!" Tangan kanan meraih tangan Kong-sun Po tangan yang lain menuntun puterinya. Dengan setengah diseret Kong-sun Po terpaksa mengikutinya. Diperlakukan demikian di depan orang banyak, tentu saja Korig-sun Po jadi merasa tak enak hati. "Paman, aku sudah janji akan ikut, maka itu aku tidak akan ingkar janji. Tolong Paman jangan menyeretku karena aku bisa berjalan sendiri," kata Kong-sun Po memohon. "Baik, tapi ingat jangan coba-coba berbuat macammacam," kata Kiong Cauw Bun. "Ayo, ikuti kami!" Saat itu tiba-tiba terdengar suara seruling yang berkumandang dari jarak jauh. Di telinga Kong-sun Po suara seruling itu jelas sekali, sedang Mi Yun tidak mendengarnya. Saat itu Kong-sun Po langsung tahu, itu suara seruling Bu-limthiankiauw Tam Yu Cong. Maka itu Kong-sun Po pun berteriak keras. "Paman Tam, aku ada...." Belum selesai teriakan Kong-sun Po. Suara Kong-sun Po terhenti karena dia langsung ditotok oleh Kiong Cauw Bun yang tak ingin pemuda itu memberitahu tempat mereka berada. Melihat sikap ayahnya itu Kiong Mi Yun yang ada di sampingnya langsung menarik tangan ayahnya. Dengan demikian totokan sang ayah tidak tepat benar mengenai kekasihnya. "Ayah kenapa kau berbuat begitu?" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untung dalam kagetnya Kong-sun Po masih sempat melompat. "Jangan mengeluarkan suara apa-apa!" ancam Kiong Cauw Bun dengan bengis. "Paman jangan kuatir, aku akan memegang janjiku, suara seruling itu milik Paman Tam yang datang ingin menemuiku!" kata Kong-sun Po. "Tidak bisa!" ancam Kiong Cauw Bun yang akan segera menarik tangan anak muda itu. Adat Kong-sun Po agak pemarah. Dia tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. "Paman, jika kau main paksa, aku akan menolak ikut denganmu!" kata Kong-sun Po tegas. Untuk menghadapi segala kemungkinan dia membuka payung besinya, karena kuatir Kiong Cauw Bun menyerangnya. Ketika mereka sedang adu mulut Tam Yu Cong sudah muncul di antara mereka. "Ooh! Rupanya si Iblis Tua, jadi kau ada di sini? Beraninya kau membuat susah keponakanku!" kata Tam Yu Cong. "Hm! Siapa bilang aku menyusahkan keponakanmu?" bentak Kiong Cauw Bun. "Paman Tam, kau jangan salah mengerti pada Paman Kiong. Akulah yang suka ikut dengan beliau!" kata Kong-sun Po. "Jadi kau yang bersedia ikut dengannya? Kau mau ke mana?" kata Tam Yu Cong. "Ke Hek-hong-to memenuhi janjiku dan akan tinggal di sana selama satu tahun," kata Kong-sun Po. "Kenapa begitu?" desak Tam Yu Cong. Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa kau belum tahu, dia kan calon menantuku!" kata Kiong Cauw Bun. Tam Yu Cong sudah menduga mungkin karena Kong-sun Po telah jatuh cinta pada anak gadis Kiong Cauw Bun, dia jadi lupa pada tugasnya. Maka itu Tam Yu Cong langsung menegurnya. "Kong-sun Po, sekalipun kau mau ikut dengan calon mertuamu, tapi sebaiknya kau ke Kim-kee-leng dulu menyelesaikan tugasmu!" kata Tam Yu Cong

memperingatkan. "Apa di sana kau mau menikah?" Wajah Kong-sun Po seketika berubah merah. "Bukan Paman, bukan untuk menikah. Aku ke sana hanya untuk menepati janjiku!" kata Kong-sun Po. "Kenapa kau berjanji begitu padanya?" kata Tam Yu Cong. Mendengar tanya-jawab itu Kiong Cauw Bun kesal juga. Dia tertawa terbahak-bahak. "Kong-sun Po, kau boleh mengatakannya terus terang padanya," kata Kiong Cauw Bun. "Dengan demikian dia tidak menuduhku main paksa!" Kong-sun Po lalu menceritakan apa yang telah terjadi. Tam Yu Cong agak curiga saat mendengar calon mertua Kong-sun Po bisa mengobati orang terkena jurus Hua-hiat-to. "Eeh, sejak kapan kau bisa mengobati serangan Hua-hiatto?" kata Tam Yu Cong pada Kiong Cauw Bun. Saat itu Kiong Cauw Bun sadar, Tam Yu Cong tidak bisa dibohongi. Maka sambil mendengus dia menjawab. "Tam Yu Cong, kau jangan terlalu memandang ringan pada orang lain!" kata Kiong Cauw Bun. "Sekalipun aku tidak bisa, masakan menantuku tak bisa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kong-sun Po, jadi kau telah mengajari cara mengobatinya?" kata Tam Yu Cong. "Benar, Paman Tam," jawab Kong-sun Po dengan jujur. Sambil menggelengkan kepalanya Tam Yu Cong berkata lagi. "Perbuatan itu tidak benar!" kata Tam Yu Cong. "Apanya yang tidak benar?" kata Cauw Bun kurang senang. "Dengar baik-baik," kata Tam Yu Cong. "Dia bisa mengobati luka terkena Hua-hiat-to karena sejak kecil dia sudah tersiksa oleh ilmu itu. Untung Beng Beng Tay-su mengajari dia lweekang hingga lukanya sembuh. Jika tidak karena Beng Beng Tay-su, sekalipun ayahnya hidup kembali dia tidak akan mampu menyembuhkannya! Apalagi kau yang hanya tahu lwee-kang kaum Shia-pay (golongan sesat). Sekalipun kau sudah diberitahu caranya dan aku yakin kau tidak akan berhasil menyembuhkannya, sekalipun selama setahun kau mempelajarinya. Mana bisa kau menyembuhkan mereka dalam waktu sesingkat itu?" "Tapi jika buktinya sudah terjadi, apa yang hendak kau katakan?" bentak Kiong Cauw Bun. "Jika kau tidak percaya padaku, silakan kau temui orang Hay-sah-pang yang telah kusembuhkan itu! Sudah aku tak punya waktu lagi untuk bicara denganmu!" Dia sudah akan menarik tangan Kong-sun Po dan puterinya

hendak langsung pergi. "Tunggu dulu!" kata Tam Yu Cong. "Eeh, apa maumu sih?" kata Kiong Cauw Bun gemas sekali. "Dia dengan rela mau ikut denganku, lalu apa urusannya denganmu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf, bukan itu masalahnya," kata Tam Yu Cong. "Aku dengar kau sudah mahir ilmu Cit-sat-ciang, kedatanganku ini justru ingin menjajal ilmu itu!" "Hm! Rupanya kau sengaja ingin mencari masalah denganku. Dengar baik-baik, aku bukan takut padamu! Tapi sekarang aku tak punya waktu meladenimu!" kata Kiong Cauw Bun. "Mengapa kau harus terburu-buru?" kata Tam Yu Cong. "Di kalangan Kang-ouw saling menjajal ilmu itu soal biasa. Mari kabulkan permintaanku, beberapa jurus pun tak apa!" Karena sulit untuk menghindar tantangan itu, Kiong Cauw Bu terpaksa menjawab. , "Jika kita hanya saling menjajal, baiklah. Tapi tidak boleh saling melukai!" kata Kiong Cauw Bun menegaskan. Dari pembicaraan antara Kiong Cauw Bun dengan Tam Yu Cong ada bagian yang membuat Kong-sun Po curiga dan sangsi. "Mengapa Paman Kiong ingin buru-buru pergi mengajakku ke pulaunya?" pikir Kong-sun Po. "Jelas kata-kata Paman Kiong karena dia takut Paman Tam menghalangi kepergianku!" Sesudah saling memberi hormat Kiong Cauw Bun langsung menyerang. Tam Yu Cong menangkis serangan pertama lawan. "Bagus, seranganmu boleh juga!" kata Tam Yu Cong. Ketika Tam Yu Cong bergerak menggunakan seruling besinya, tak lama bayangan seruling bergerak ke berbagai arah, sasarannya jalan darah di tubuh Kiong Cauw Bun.Karena Tam Yu Cong tahu Kiong Cauw Bun lihay, dia langsung mengurung lawannya dengan serangan hebatnya. Tapi dia juga sudah berencana, jika dia kalah dia akan segera meninggalkan lawannya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baik Kong-sun Po maupun Mi Yun yang menyaksikan pertarungan tingkat tinggi itu jadi terpesona. Dalam

serangannya Tam Yu Cong sering memakai jurus yang berubah-ubah. Sedang serangan Kiong Cauw Bun terlihat monoton, hanya dengan tujuh jurus sesuai namanya Cit-satciang. Selang beberapa saat sudah terlihat kewalahan menghadapi serangan Tam Yu Cong yang lihay. Kong-sun Po kagum bukan main. Dalam benak Kiong Cauw Bun pun sudah direncanakan, jika kalah oleh Tam Yu Cong dia akan mengaku kalah saja. Dia tidak menduga serangan Tam Yu Cong yang begitu gencar bagaikan badai saja, hingga untuk bicara saja Kiong Cauw Bun kewalahan. Dari setiap serangan Tam Yu Cong jelas, dia bukan hanya ingin menguji, tapi ingin merobohkan lawannya. Pertarungan hebat itu berlangsung sampai cuaca mulai remang-remang. Melihat lawan mulai terdesak Tam Yu Cong tertawa. "Saudara Kiong, bolehkah aku meniup sebuah lagu untukmu?" kata Tam Yu Cong. Tanpa mendapat jawaban lagi, Tam Yu Cong sudah mulai meniup serulingnya. Dalam sekejap seolah datang gelombang hawa dingin menyerang ke arah Kiong Cauw Bun. Kiong Cauw Bun terperanjat, buru-buru dia gigit lidahnya agar tidak terbuai oleh suara seruling lawan. Kiong Cauw Bun sadar jika dia gunakan Cit-sat-ciangnya, maka ilmu itu akan punah oleh seruling pusaka yang bernama "Loan-giok-siauw-ling". Menyaksikan ayahnya mulai terdesak Kiong Mi Yun cemas bukan main. Dia minta pada Kong-sun Po agar anak muda itu memohonkan ampun bagi ayahnya. Kong-sun Po menghibur kekasihnya. "Jangan takut, Paman Tam tak akan mencelakai ayahmu," bisik Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat sedang kritis terdengar suara derap kaki kuda mendatangi. Sesudah dekat penunggangnya adalah Chu Tay Peng yang wajahnya kelihatan cemas bukan main. Dari jauh Chu Tay Peng sudah berteriak-teriak. "Celaka! Celaka!" katanya. "Hai, Chu Hiang-cu apa yang terjadi?" kata Kong-sun Po kaget melihat Chu Tay Peng demikian panik. "Beberapa kawan yang terluka itu penyakitnya kambuh lagi!" kata Chu Tay Peng. "Mngapa bisa begitu?" kata Kong-sun Po. "Mereka hanya sembuh sebentar saja, tidak lama kambuh lagi. Semuanya langsung pingsan," kata Chu Tay Peng. "Aku mohon kau mau kembali sebentar untuk memeriksa luka mereka!"

Kong-sun Po segera insaf apa yang dikatakan Tam Yu Cong tadi, bahwa Kiong Cauw Bun tidak mungkin bisa mengobati luka itu dalam sekejap. Maka itu dengan sengaja Tam Yu Cong menantang Kiong Cauw Bun, ternyata itu hanya untuk mengulur waktu sampai ada orang yang menyusul mereka. Tiba-tiba Tam Yu Cong tertawa terbahak-bahak, dan pertarunganpun terhenti. "Saudara Kiong, sekarang jelas bahwa ucapanku benar, bukan?" kata Tam Yu Cong. "Mari pertarungan itu kita sudahi saja!" Dengan napas memburu Kiong Cauw Bun menjawab. "Benar, ternyata kau lihay. Aku kagum padamu, aku pamit akan segera pergi!" kata Kiong Cauw Bun. "Silakan! Jika Kong-sun Po bersedia ikut denganmu, mana berani aku mencegahnya! Silakan pergi!" kata Tam Yu Cong. Kong-sun Po diam saja tidak bergerak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kong-sun Po, mari kita berangkat!" kata Kiong Cauw Bun. "Maaf Kiong To-cu, orang yang kau obati sekarang kambuh lagi. Maka itu aku mohon kau dan Kong-sun Siauw-hiap jangan pergi dulu!" kata Chu Tay Peng. Bukan main gusarnya Kiong Cauw Bun. Rasanya dia ingin dengan sekali hajar Chu Tay Peng hingga binasa. Dia tak melakukannya karena Tam Yu Cong masih ada di situ. "Chu Tay Peng, jika kau mengundang Kiong To-cu kau salah alamat. Karena orang yang bisa mengobati kawankawanmu hanya Kong-sun Po!" kata Tam Yu Cong. "Harap Kong-sun Siauw-hiap menolong kami," kata Chu Tay Peng sambil menarik lengan baju Kong-sun Po. "Ayo kita pergi Kong-sun Po!" kata Kiong Cauw Bun. "Maaf Paman Kiong, aku tidak bisa pergi denganmu sekarang," kata Kong-sun Po. "Apa kau bilang?" kata Kiong Cauw Bun. "Harap Paman Kiong jangan salah mengerti, tadi kau bilang sesudah kau mengobati mereka, baru aku ikut denganmu ke Hek-hong-to! Mereka dalam bahaya, mana boleh aku pergi begitu saja!" Karena sudah tak punya alasan lagi untuk memaksa anak muda itu ikut, Kiong Cauw Bun membalikkan tubuh dia menarik tangan Kiong Mi Yun dan langsung pergi. Saat itu Kiong Mi Yun kaget. "Ayah, tunggu dulu!" kata Mi Yun. Tapi sang ayah membentaknya. "Kau anak perempuanku satu-satunya, apa kau juga akan melawan tak mau ikut pulang denganku?" bentak Kiong Cauw

Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama ini Kong Mi Yun belum pernah melihat ayahnya begitu gusar, maka itu dia tidak beran membantah ajakan ayahnya lagi. Maka itu dengan terpaksa dia ikut saja. Saat itu Kong-sun Po hanya mengawasi kepergian mereka sampai mereka berjalan jauh. "Ayo, nak! Kita harus segera ke markas Hay-sah-pang, di sana menunggu orang-orang yang harus kau obati!" kata Tam Yu Cong. "Sayang aku sendiri sedang terluka," kata Kong-sun Po. "Itu sudah kuketahui," kata Tam Yu Cong. "Tapi jangan cemas, aku mampu mengobatimu!" Mereka segera menuju ke tempat Hay-sah-pang. Begitu tiba Tam Yu Cong mengobati Kong-sun Po dulu. Sesudah Kong-sun Po sembuh dalam tiga hari dia sudah bisa menyembuhkan semua anggota Hay-sah-pang yang terluka. Mereka girang bahkan berjanji, sewaktu-waktu jika tenaga mereka diperlukan mereka bersedia membantu. "Kebetulan, kedatanganku memang atas perintah Liu Bengcu untuk mengajak kalian bergabung," kata Tam Yu Cong. "Sekarang karena kita sedang menghadapi serangan musuh, kita wajib bersatu!" "Ang Kin, sebagai bangsa Han kita harus bersatu mengusir penjajah. Kami dari lima kelompok siap berjuang!" Sesudah itu mereka mengikrarkan janji mereka, tiap orang mengiris jari mereka dan meneteskan darahnya ke dalam tempat arak. Kemudian mereka bersama-sama meminumnya sebagai tanda persaudaraan. Esok harinya Kong-sun Po dan Tam Yu Cong pamit meninggalkan daerah kekuasaan Hay-sah-pang. Saat berjalan Tam Yu Cong berkata pada Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku akan langsung kembali ke Kim-kee-leng.Apa kau masih akan mengurus masalah lain, jika tidak sebaiknya kau ke Hang-ciu!" kata Tam Yu Cong. "Mengapa harus ke sana?" kata Kong-sun Po. "Di Kang-lam tinggal Bu-lim-beng-cu Bun Yat Hoan, aku dengar gurumu juga ada di sana. Kau bisa menemui mereka!" kata Yu Cong. "Baik, aku dengar Suhu menjadi panglima perang dan

bertugas di lembah Tiang-kang. Padahal keadaan sedang gawat, tapi kenapa Suhu meninggalkan daerah Tiang-kang dan datang ke Hang-ciu?" kata Kong-sun Po. "Aku dengar karena Perdana Menteri Han To Yu memanggil gurumu agar kembali ke Selatan," kata Tam Yu Cong. "Pada saat segenting ini, mungkin Han To Yu ingin mendengar pendapat gurumu!" "Aku dengar Ibu-kota Kerajaan Song dipindahkan ke selatan dan menunjuk kota Hang-ciu sebagai Ibu-kota dengan berganti nama Lim-an, aku rasa kota raja ini pun jadi kurang aman," kata Kong-sun Po dengan perasaan kurang mengerti.. "Kerajaan Song sepertinya sudah kalah, namun rakyat yang patriotik tetap berjuang melawan penjajah," kata Tam Yu Cong. "Itu sebabnya kau perlu menemui Bun Yat Hoan, agar beliau mengerahkan para patriot negara untukmelawan kaum penjajah. Saat kau di Kang-lam dulu, apakah kau bertemu dengan Bun Yat Hoan?" "Delapan tahun lamanya aku ikut Suhu, tapi belum pernah bertemu dengan beliau," kata Kong-sun Po. "Dengan muridnya malah aku sudah bertemu." "Apa yang kau maksud itu, Seng Liong Sen? Aku dengar dia telah menikah dengan Ci Giok Hian, bukan?" kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saat bertemu dengan dia dan isterinya, aku juga bertemu dengan Kok Siauw Hong," kata Kong-sun Po. "Di mana Kok Siauw Hong sekarang?" tanya Tam Yu Cong. "Semula dia ada di Thay-ouw, kemudian bergi ke Ouw-lam bersama Beng Cit Nio. Sesudah itu aku tidak tahu lagi ke mana dia?" kata Kong-sun Po. "Beng Cit Nio orangnya baik, hanya adatnya saja yang aneh." kata Tam Yu Cong. "Aah, aku hampir lupa sekarang Han Pweee Eng ada di Kang-lam. Jika kau ke Kang-lam aku rasa kau akan bertemu dengannya. Dia tak sabar menunggu kabar dari Kok Siauw Hong, lalu menyusul akan mencari ayahnya." Sesudah puas berbincang-bincang akhirnya mereka berpisah, Tam Yu Cong kembali ke Kim-kee-leng atau Bukit Ayam Jago Emas, sedangkan Kong-sun Po melanjutkan perjalanan ke Hang-ciu. Setelah dikalahkan oleh Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong, Kiong Cauw Bun bersama Kiong Mi Yun pergi meninggalkan Kong-sun Po yang hendak mengobati orang Hay-sah-pang. Di tengah jalan Kiong Cauw Bun mendengar ada orang menegurnya.

"Dunia benar-benar sempit, ke manapun kita pergi bisa bertemu lagi," kata orang itu. "Tidak terduga Kiong To-cu bertemu lagi!" Ketika Kiong Cauw Bun menoleh, orang itu hwee-shio yang pernah bertemu dengannya di tengah hutan, dia Kok-su Mongol. "Ah, kiranya Anda Hoat-ong, kok Anda kembali lagi ke sini?" kata Kiong Cauw Bun. "Aku rasa nona ini puterimu, kan?" kata Liong Siang Hoatong. "Aku kembali untuk menemuimu, Kiong Si-cu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa maksud Anda mencariku?" kata Kiong Cauw Bun. "Kuucapkan selamat, kau sudah bertemu dengan puterimu," kata Kok-su Mongol itu. "Tapi ke mana calon menantumu?" Kiong Cauw Bun heran, bagaimana hwee-shio ini bisa tahu masalahnya. Wajah nona Kiong pun memerah karena malu. "Oh, yang Anda maksud Kong-sun Po? Memang sejak kecil mereka sudah dijodohkan. Tetapi sekarang sudah putus hubungan karena perjodohannya dibatalkan!" kata Kiong Cauw Bun. "Mungkin sudah takdir, nasib manusia memang begitu. Ada suka ada juga duka, tapi biasanya sesudah duka bisa saja jadi bahagia!" kata Kok-su itu. "Ucapan Anda sungguh dalam artinya, aku mohon kaujelaskan," kata Kiong Cauw Bun. "Sekalipun baru berkenalan, kita seolah sahabat lama," kata Kok-su Mongol. "Baik kita bicara terus terang, aku kira Tam Yu Cong dan bocah itu ada di markas Hay-sah-pang. Dia tertahan di sana!" "Aku kira begitu!" kata Kiong Cauw Bun. "Kalau begitu Anda batal mendapatkan ilmu keluarga Suang, bukan begitu Kiong To-cu?" kata Liong Siang Hoatong. Bukan main kagetnya Kiong Cauw Bun, ternyata Hak-su Mongol itu bisa menerka seluruh isi hatinya. Dengan tersipusipu dia menjawab. "Aku punya ilmu dari perguruanku, ilmu milik orang lain mengapa kuinginkan?" kata Kiong Cauw Bun. Pendeta itu tersenyum penuh arti.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setahuku permusuhan Anda dengan See-bun Souw Ya,

gara-gara kitab itu, bukan? Terus-terang aku ingin membantumu agar cita-citamu itu terkabul. Sekarang mari ikut denganku!" "Apa maksud Anda sebenarnya?" kata Kiong Cauw Bun. "Masih tetap soal lama," kata Hak-su Mongol itu. "Aku harap kau mau memenuhi undangan Khan Agung kami di Holin. Aku pun sudah minta agar See-bun Souw Ya mau menyerahkan kitab racun itu kepadamu. Malah jika kau mau, kau bisa jadi Bu-lim Beng-cu se-Tiong-goan!" "Mengenai masalah itu..." tapi ucapan Kiong Cauw Bun langsung dipotong oleh puterinya. "Tidak! Mana boleh kau ke Mongolia?" kata Mi Yun. "Jangan dikira Mongol itu daerah tandus seperti dugaan bangsa Han. Kota Ho-lin itu daerah makmur. Jika kalian datang, maka kalian akan disambut sebagai tamu agung kami," kata Hak-su Mongol itu. "Nona kau pasti senang berburu, bukan? Di Mongol banyak binatang yang tak ada di Tiong-goan. Apa kau mau Kiong To-cu?" Kelihatan ayah Kiong Mi Yun ragu-ragu. "Terima kasih atas undanganmu, untuk menjadi Bu-limbengcu, aku bukan orangnya yang tepat!" kata Kiong Cauw Bun. "Aku tahu isi hatimu! Kau bukan tidak mau tapi kau takut karena aku mendukungmu, begitu kan? Baik, jika kau mau aku tidak akan membuka rahasia ini!" kata Kok-su Mongol. "Jika ingin orang lain tidak tahu, kuncinya jangan lakukan pekerjaan itu!" kata Kiong Mi Yun. "Huss! Orang tua sedang bicara kau jangan ikut campur!" bentak Kiong Cauw Bun. "Baiklah, masalah ini lain kali saja kita bicarakan lagi!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah, sekarang kalian ikut aku ke Mongol, di sana kita bicarakan lagi soal ini," kata si Hak-su Mongol. "Soal jadi Beng-cu terserah padamu. Tapi untuk masalah Kitab Racun keluarga Suang, aku berjanji akan menyuruh See-bun Souw Ya agar dia memberikannya padamu! Selain itu kau juga bebas jika akan kembali ke sini. Sebab aku cuma ingin bersahabat saja dengan kalian!" Karena iming-iming kitab racun mau tak mau hati Kiong Cauw Bun tergerak juga. Akhirnya dia berkata, "Baiklah, aku ikut dengan Anda, Hoat-ong!" "Jadi Ayah mau ke sana?" kata Mi Yun. "Benar, kau juga harus ikut. Jika tidak kau akan membuat kekacauan lagi kau tidak ikut bersamaku!" kata sang ayah. Ucapan sang ayah pasti hingga Kiong Mi Yun tak bisa

membantah. Terpaksa dia ikut ke Mongol. Tak lama maka berangkatlah Kiong Cauw Bun bersama puterinya ikut Hak-su itu ke Mongol. Dalam perjalanan Kiong Mi Yun ingat pada kekasihnya. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu Kong-sun Po yang sedang melakukan perjalanan seorang diri ke Hang-ciu, telah menyeberangi sungai Honghoo. Dia merasakan di sepanjang jalan itu sunyi tanpa Kiong Mi Yun di sampingnya. Tak lama Kong-sun Po sudah mulai memasuki kota Hangciu atau Lim-an. Perjalanan sebulan yang makan waktu cukup lama, membuat Kong-sun Po lelah dan bosan. Setiba di Hangciu dia menuju ke selatan See-ouw, telaga yang sangat terkenal itu. Dia lalu menyusuri sepanjang tepi danau sambil menikmati pemandangan yang indah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aah, alangkah bahagianya jika aku bersama Mi Yun," begitu anak muda ini melamun. Saat Kong-sun Po berjalan sambil melamun, tiba-tiba sebuah perahu yang laju meluncur ke arahnya. Tak lama perahu itu sudah ada di depan Kong-sun Po. Di atas perahu kelihatan seorang pemuda diiring dua pengawalnya melangkah turun dari atas perahu itu. "Hai, dunia ini ibarat hanya seluas daun kelor, ternyata kita bertemu lagi di sini," kata si pemuda. "Pasti kau masih mengenaliku, kan?" Kong-sun Po mengenali pemuda itu Han Hie Sun, putera perdana menteri. Setengah tahun yang lalu keduanya pernah bertarung, karena pemuda itu menggoda Wan Say Eng. Ketika itu Han Hie Sun ditotok oleh Kong-sun Po yang lihay. Pertemuan lainnya saat Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong mencari Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian yang ditahan oleh murid pemuda ini. Tapi kembali Han Hie Sun dikalahkan oleh Kok Siauw Hong. Sekarang mereka tiba-tiba bertemu di tempat itu. Guru Kong-sun Po bawahan ayah pemuda itu. Saat pemuda itu menyapanya dengan ramah, Kong-sun Po pun bersikap ramah pula. "Mau tak mau kau harus singgah di rumahku, bukankah gurumu kepercayaan Ayahku?" kata Han Hie Sun. "Ya, apa Guruku ada di tempatmu, Han Kong-cu?" kata Kong-sun Po. "Kemarin gurumu pun membicarakanmu," kata Han Hie Sun. "Bagaimana keadaan Guruku, apakah dia sehat-sehat saja?"

"Beliau sehat, aku kagum pada ayahmu. Bukan saja dia seorang panglima yang cakap, tapi dia juga seorang pendekar terkenal di Kang-lam. Tapi sayang besok beliau sudah harus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berangkat lagi. Maka itu walau kau siibuk bagaimanapun sebaiknya kau temui dulu beliau." kata Han Hie Sun. Saat itu dalam hati Kong-sun Po sudah bertekat akan minta bantuan Bun Yat Hoan untuk mempertemukan dia dengan gurunya saat dia berada di Hang-ciu. Jadi ketika mendengar tawaran Han Hie Sun tentu saja dia pikir sangat kebetulan baginya. Tapi hatinya agak cemas juga. Han Hie Sun yang tak hentinya mengipasi dirinya berkata lagi. "Kong-sun Siauw-hiap, aku undang kau karena gurumu pun sedang ada di rumahku, kau mau kan? Apakah kau masih ingat peristiwa yang lalu-lalu, maka kau tidak bersedia kuundang?" "Mana berani aku mengingat kejadian dulu, sedang Kongcu sendiri tidak," kata Kong-sun Po. "Aku tahu orang Kang-ouw berjiwa besar, walau kita berselisih pendapat, aku kira kau pun sudah melupakannya. Mari sekarang singgah di rumahku." kata Han Hie Sun. Kong-sun Po sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan gurunya, dia langsung mengangguk. Han Hie Sun senang lalu minta agar Kong-sun Po naik ke perahunya yang langsung dikayuh. Mereka menuju ke sebuah lereng bukit. Di sana terletak gedung milik Han To Yu. Begitu perahunya menepi, Kong-sun Po lihat gedung itu merah sekali. Segera Kong-sun Po diajak masuk ke dalam gedung dan disilakan duduk. "Jangan see-ji (segan) Kong-sun Siauw-hiap, minum dulu, aku sudah memerintahkan orangku mengundang gurumu," kata Hie Sun. Sesudah Kong-sun Po duduk tak lama pegawai Han Hie Sun menghadap. Orang itu melaporkan bahwa guru Kong-sun Po dan perdana menteri belum pulang mereka sedang menghadap pada kaisar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sayang sekali," kata Han Hie Sun seolah menyesal. "Karena keadaannya sedang gawat disebabkan akan datangnya serangan bangsa Mongol ke selata, aku rasa ayah dan gurumu baru akan pulang malam nanti. Maka untuk

mengisi waktu luang, bagaimanakalau kita temui kawankawan dari kaum Kang-ouw?" Kong-sun Po tidak bisa menolak ajakan itu, dia pikir siapa tahu dia akan bertemu dengan orang she Pek. Maka itu dia setuju pada tawaran Han Hie Sun. Ketika dia menunggu maka berdatanganlah orang-orang Kang-ouw itu, tapi orang she Pek tidak ada bersama mereka. Dari sekian banyak "kawan" itu Kong-sun Po hanya kenal dengan Su Hong yang dulu pernah mengawal Han Hie Sun ketika bentrok di tepi Telaga See-ouw. "Oh ternyata kau datang ke mari Kong-sun Siauw-hiap," kata Su Hong menyambut. "Mungkin itu sebabnya Han Kongcu meminta kami datang!" Kong-sun Po memberi hormat. Kemudian Su Hong melanjutkan ucapannya. "Saudara-saudara, inilah Kong-sun Siauw-hiap.Maka itu kesempatan bertemu dengannya jangan kalian sia-siakan! Kalian bisa ,emberi petunjuk padanya!" kata Su Hong. Kong-sun Po jadi curiga, siapa tahu Han Hie Sun punya maksud jahat padanya. Kong-sun Po lalu memberi hormat. "Saudara Su, kau jangan terlalu memujiku begitu tinggi, ilmu silatmulah yang lebih baik dariku!" kata Kong-sun Po. "Harap kau jangan salah paham," kata Han Hie Sun. "Kalau kau bersedia kita saling menunjukkan keahlian masingmasing. Kita hanya ingin belajar kenal dengan kepandaianmu!" "Mana berani aku menunjukkan kepandaianku yang rendah, kata Kong-sun Po. "Malah akulah yang minta petunjuk dari kalian!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, akan kuperkenalkan mereka padamu," kata Hie Sun. Dia langsung memperkenalkan semua kawannya. Sesudah semua diperkenalkan, Kong-sun Po menanyakan orang she Pek. "Ke mana Pek Lo-cian-pwee, kenapa tidak hadir? Ke mana beliau?" kata Kong-sun Po. "Kebetulan beliau sedang ke kota, jadi tak bisa hadir," kata Su Hong. Keterangan Su Hong membuat Kong-sun Po sedikit curiga. Dia juga jadi cemas kenapa Han Hie Sun ingin kawankawannya memamerkan kepandaian mereka di depan dia. Sesudah dipersilahkan minum, tak lama Han Hie Sunberkata, "Harap bersabar akan datang seseorang dari tempat yang jauh, dia akan hadir bersama kita di sini!" "Apa yang kong-cu maksud...." Tapi ucapan Su Hong segera dipotong.

"Sst, itu dia Yan Kong-cu datang!" kata Han Hie Sun. Tak lama seorang pemuda berjalan menuju ke ruangan itu. Dia mengenakan jubah berbulu putih, datang dengan dua orang pengikutnya. Han Hie Sun segera menyambut kedatangannya. Kong-sun Po tidak kenal siapa Yan Kong-cu ini, dia heran kenapa Han Hie Sun begitu hormat kepadanya. Kong-sun Po mengira Yan Kong-cu ini lebih terhormat kedudukannya dibanding Han Hie Sun. Kong-sun Po yang bingung tak ikut menyambut. Tapi Yan Kong-cu mengawasinya. "Jadi ini orangnya Kong-sun Siauw-hiap itu?" kata Yan Kong-cun. "Aku dengar kau lihay sekali!" "Mana berani aku menerima pujian Kong-cu," kata Kongsun Po. "Jika boleh aku ingin tahu, Kong-cu asal mana?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Harap Anda tak sungkan, aku she Yan, namaku Hoo, aku berasal dari Tay-to. Aku dengar Kang-lam indah, maka itu aku datang untuk menyaksikannya." kata Yan Hoo. "Pantas saja kata-katanya lain, bukan dialek selatan. Ternyata dia orang yang datang dari Kerajaan Kim. Entah apa pangkatnya? Aku heran padahal antara Kim dan Song masih berperang, kenapa dia berani datang ke daerah Song, malah dia tinggal di rumah Perdana Menteri Han?" pikir Kong-sun Po bingung. "Atas kedatangan Yan Kong-cu dan Kong-sun Siauw-hiap, aku berharap kalian akan menunjukkan kepandaian kalian di depan kami," kata Han Hie Sun. "Aku mohon petunjuk pada kedua tamu kita ini!" "Maaf, maaf, mana bisa aku menunjukkan ilmuku yang rendah, jika hanya menonton ya boleh-boleh saja," kata Yan Hoo tersipu-sipu. "Tapi dalam hal ilmu silat, kedua pengawalku ini malah lumayan. Aku bisa minta dia yang memperagakannya." Su Hong kelihatan kecewa mendengar kata-kata sombong Yan Hoo di depannya. "Jika pengawal Kong-cu mau, kami senang sekali!" kata Su Hong merendah. "Mana berani kami memberi petunjuk, apalagi di sini ada Kong-sun Siauw-hiap sekalipun hanya bertukar pengalaman saja!" kata pengawal Yan Hoo yang jangkung. "Maaf, jangan memujiku," kata Kong-sun Po, aku senang jika kalian mau menunjukkan barang sejurus pada kami. Itu hitung-hitung pengalaman bagi kami," kata Kong-sun Po. "Kami ini hanya seorang pengawal," kata orang Yan Hoo yang bertubuh pendek kurus. "Mana berani kami

melakukannya di depan Kong-sun Siauw-hap. Ngomong

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ngomong cuaca begini cerah, kenapa kau membawa-bawa payung?" "Itu bukan payung biasa tapi senjata andalannya, Tok-koh Toa-ko," kata Han Hie Sun menjelaskan. "Jadi itu senjata andalannya?" kata orang yang dipanggil Tok-koh itu. "Hebat, bolehkah aku melihatnya?" "Maaf, senjata ini hanya akan membuat orang tertawa saja, tidak ada keistimewanya," kata Kong-sun Po. Tapi yang ada dalam pikiran Kong-sun Po lain. "Jika mau melihatnya silakan saja, asal kuat mengangkatnya!" pikirnya. Si pendek mendekat ke arah Kong-sun Po, lalu mengambil payung itu dan mengangkatnya. Kemudian dia buka dan dijajal. "Aah berat sekali, pasti ini terbuat dari baja murni!" katanya. Melihat si kate sanggup menggunakan payungnya Kongsun Po kaget juga. Sebab jika anak buahnya lihay, entah berapa tinggi ilmu silat Yan Hoo? Sebelum Kong-sun Po menjawab kata-kata si pendek, Yan Hoo sudah bicara. "Pasti gagang payung itu terbuat dari baja murni, bukan begitu Kong-sun Siauw-hiap? Kata Yan Hoo. Ternyata pengetahuan Yan Hoo luas, dia tahu payung itu terbuat dari besi apa. "Aku kagum, pengetahuan Kong-cu sangat luas!" kata Kong-sun Po. Han Hie Sun tertawa. "Ayo kalian minum dulu. Sambil minum kita saksikan kepandaian Su Kauw-thauw dulu!" kata Han Hie Sun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, Kong-cu!" kata Su Hong. "Tapi aku mohon izin Kongcu memakai pohon di taman sebagai sasaran." "Silakan," kata Han Hie Sun. Su Hong pergi ke taman lalu dia mulai memukuli pohon itu, terakhir dia tendang. Tak lama daun-daun pohon itu berguguran. Sekarang pohon itu jadi gundul tinggal batang pohonnya saja.

"Tenaga dalam Anda bagus sekali," kata pengawal Yan Hoo memuji. Yan Hoo diam saja. Padahal Su Hong ingin dipuji Yan Hoo. Ternyata dari pengikutnya dia hanya mendapat nilai sedangsedang saja. Su Hong kesal lalu berkata. "Memang kepandaianku tidak berarti, masih perlu petunjuk," kata Su Hong. Tiba-tiba maju seseorang. "Kalau begitu, aku juga ingin mempertunjukkan kebolehanku di depan Yan Kong-cu, aku akan mainkan ilmu golokku!" katanya. Orang itu lalu memainkan goloknya dan bergerak membacok kian ke mari, ranting-ranting yang tadi berjatuhan dari pohon akibat pukulan Su Hong, sekarang sudah terpotong-potong dengan cepat. Anak buah Yan Hoo yang pendek kecil memuji. "Rupanya Anda ini Kwee Suhu bukan? Ternyata kepandaianmu bukan omong kosong!" katanya. "Belum, belum hebat. Malah masih harus mohon petunjuk dari Tok-koh Toa-ko!" kata orang she Kwee itu. Orang yang dipanggil Tok-koh atau si pendek kurus tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku pernah belajar, baiklah akan kutunjukkan pada kalian. Tapi jangan ditertawakan. Sebaiknya saudara See-bun Chu Sek yang memberi petunjuk sejurus saja!" Orang yang dipanggil she See-bun itu si jangkung. "Aah, kau sengaja ingin membuat malu aku, baiklah," kata See-bun Chu Sek. Dia langsung berjalan ke sebuah pohon lain, pohon itu dia tepok dan sedikitpun tidak bergerak. Sesudah itu dia kembali ke tempatnya semula. Ketika itu Su Hong heran, dalam sekejap daun-daun pohon itu berubah kering menguning, kebetulan bertiup angin, maka serentak daun-daun itu berguguran ke tanah. "Kwee Suhu, jika bersedia mohon kau belah batang kayu itu untuk memeriksa dalamnya," kata See-bun Chu Sek. Orang she Kwee segera bergerak menggunakan goloknya memotong pohon itu, sesudah terpotong bagian dalam batang pohon itu sudah hancur seperti dimakan kutu bubuk. "Luar biasa!" kata Su Hong. "Ilmu apa yang kau pelajari itu?" "Aku pun tak tahu, tapi kata guruku itu jurus Hu-kut-ciang milik keluarga Suang!" kata See-bun Chu Sek. "Luar biasa, jika orang yang terhajar entah bagaimana

jadinya?" kata Su Hong. "Benar, ilmu saudara See-bun ini istimewa. Pukulan itu jika mengenai manusia, sekalipun dia tidak langsung mati, paling tidak urat-urat nadinya akan putus dan dia akan lumpuh!" kata Tok-koh. Mendengar keterangan itu Kong-sun Po kaget, karena ilmu itu diciptakan oleh kakek dari ibunya dan tidak diajarkan pada orang lain. Bahkan ayahnya belajar ilmu itu dari hasil mencuri. Dia heran kenapa See-bun Chu Sek bisa dan lihay. Apakah dia ada hubungannya dengan See-bun Souw Ya? See-bun Souw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ya mengabdi pada bangsa Mongol, lalu jika dia masih sanak See-bun Souw Ya, sungguh berani dia menjadi tamu perdana menteri? Kong-sun Po pun memuji kepandaian orang itu. "Kenapa kau ikut-ikutan memuji, Saudara Kong-sun?" kata Yan Hoo. "Kenapa tidak boleh?" kata Kong-sun Po. "Jika mereka yang memuji itu memang pantas," kata Yan Hoo. "Karena mereka belum tahu ilmu itu, sedang kau akhlinya. Jadi tak sepantasmya kau memuji anak buahku karena ilmunya kalah tinggi olehmu!" "Aku memang bisa ilmu itu, tapi bagian luarnya saja. Tapi saudara See-bun sudah mengubah Hu-kut-ciang demikian hebat. Aku kira jauh lebih baik dari pengetahuanku. Jika kau ingin petunjuk dariku, malah sebaliknya aku harus belajar dari Saudara See-bun!" kata Kong-sun Po. "See-bun Chu Sek, ternyata aku kurang beruntung karena Kong-sun Siauw-hiap keberatan mmberi petunjuk," kata Yan Hoo. "Benar, aku menyesal," kata See-bun Chu Sek. "Jangan kecewa dulu, mungkin sesudah makan nanti saudara Kong-sun mau memenuhi harapanmu," kata Han Hie Sun. "To-koh Heng, silakan kau tunjukkan ilmu golokmu supaya kami lebih bertambah pengalaman." "Jika tuan rumah yang memintamu, silakan kau tunjukan Tok-koh Heng!" kata Yan Hoo. "Baik, aku ingin agar pertunjukanku dianggap sebagai tukar-menukar pengalaman dengan Kwee Suhu, tapi aku mohon kau pinjamkan hambamu untuk menemaniku," kata Tok-koh Heng pada Han Hie Sun.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa, mana ada orangku yang bisa ilmu golok untuk menemanimu?" kata Han Hie Sun. "Tapi aku menginginkan orangmu yang belum tahu apaapa tentang ilmu golok, harap kau jangan kuatir golokku tidak akan melukainya," kata Tok-koh Heng. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 58 Tamu Han Hie Sun Menunjukkan Kebolehannya; Kong-sun Po Diperdaya oleh Yan Hoo
Mendengar permintaan tamunya, Han Hie Sun heranjuga. Jika orangnya tidak tahu tentang ilmu silat, sedangkan tamunya akan menunjukkan ilmu silatnya, bagaimana jika salah tangan. Akibatnya malah anak buah Han Hie Sun bisa celaka. Tapi setelah diyakinkan bahwa tidak akan terjadi apaapa pada anak buahnya, Han Hie Sun tertawa. "Oh, jika budak yang kau maksudkan itu tidak tahu ilmu silat di sini memang banyak," kata Han Hie Sun. "Siauw Siang Cu, mari kau maju ke depan!" Pelayan yang bernama Siauw Siang Cu itu adalah pelayan yang selalu melayani dan mengantar serta menuang arak pada cawan tamu-tamu majikannya. Mendengar namanya dipanggil tentu saja pelayan ini ketakutan. Tubuhnya gemetaran. "Hamba tidak bisa apa-apa, lalu apa yang harus hamba lakukan?" kata si pelayan dengan wajah pucat-pasi. "Kau tidak perlu takut, lakukan saja apa yang aku perintahkan padamu," kata Tok-koh Heng sambil tertawa riang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia memungut sehelai daun lalu dia lumuri dengan tanah yang sudah dibasahi. Kemudian daun itu dia tempelkan di hidung si pelayan. Sesudah selesai menempelkan daun itu, Tok-koh Heng tibatiba beseru. "Lihat apa yang ada di belakangmu!" peringatan itu mengagetkan si pelayan yang segera menoleh. Saat Suaw Siang Cu menoleh itulah, golok Tok-koh Heng berkelebat dan menebas daun yang ada di hidung si pelayan. Si pelayan menjerit kaget, namun sedikit pun dia tidak terluka, sedang daun yang tadi ditempelkan di hidungnyajatuh seketika itu juga. Tok-koh berseru agar pelayan itu menoleh, jika tidak demikian pasti pelayan itu akan kaget melihat berkelebatnya golok hingga bisa melukai pelayan itu. Karena dia tidak tahu

akan ditebas, maka berhasillah Tok-koh Heng mempertunjukkan keakhliannya. Orang-orang yang menyaksikan pertunjukkan yang mendebarkan itu semua menghela napas lega. Mereka banyak yang mengkhawatirkan keselamatan pelayan itu. Tak lama terdengar sorakan para tamu yang gembira menyaksikan kehebatan Tok-koh Heng memainkan ilmu goloknya. "Memang benar kata pepatah "Di atas langit masih ada langit yang lain; jika ada orang yang pandai pasti akan ada yang terlebih pandai lagi!" kata orang she Kwee kagum. "TernyataTok-koh Heng menggunakan jurus golok kilat yang lihay!" "Harap Kwee Suhu jangan merendah, kaulah akhli golok kilat di kalangan Kang-ouw," kata Tok-koh Heng. Sikap Tok-koh Heng yand tidak congkak dan bersedia memuji kepandaian orang lain, membuat hati orang she Kwee itu lega juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dengan kehadiran Yan Kong-cu dan Tok-koh Heng ditambah lagi Kong-sun Siauw-hiap, rasanya kalian tidak perlu mempertunjukkan kebolehan kalian," kata Han Hie Sun. "Benar, kita ingin melihat kepandaian Kong-sun Siauw-hiap, coba kau tunjukkan pada kami!" kata para tamu. "Maaf, kepandaianku tidak seberapa. Jadi tidak pantas dipertontonkan, aku rasa tontonan tadi sudah kita saksikan dengan memuaskan," kata Kong-sun Po merendah. "Aah, jangan merendah. Kalau Anda belum mau menunjukkan kepandaianmu, sebaiknya harus diberi minum arak dulu supaya bersemangat," kata Yan Hpo sambil tertawa. Tiba-tiba jari tangan Yan Hoo menyentil sebuah cangkir arak,hingga melejit dan terlontar ke arah Kong-sun Po, sedang araknya tidak tumpah. Cawan arak itu langsung hinggap di depan Kong-sun Po. Semua penonton ternganga keheranan. Semua diam dan sunyi. Kepandaian Yan Hoo terbilang luar biasa, dia mampu menyentil cawan arak yang berisi penuh dan araknya tidak tumpah. Begitu cawan sampai di depan Kong-sun Po, pemuda ini menggigit tepi cawan dan meminum isinya hingga habis. Sesudah itu perlahan-lahan dia meletakkan cawan itu di atas meja di depannya. "Terima kasih pemberian araknya," kata Kong-sun Po. "Maaf aku tidak bisa minum arak terlalu banyak!" Tiba-tiba semua tamu besorak memuji kepandaian Yan Hoo. Sebaliknya Yan Hoo tidak kelihatan gembira mendapat

sorakan dari para penontonnya itu. "Apa yang kalian puji, aku ini tidak sehebat Kong-sun Siauw-hiap!" kata Yan Hoo sambil tersenyum sinis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Su Hong bersama yang lainnya memuji Yan Hoo yang merendah, tapi sebenarnya kepandaian Kong-sun Po sangat luar biasa. Han Hie Sun pun kaget menyaksikan kehebatan kedua tamunya. "Menyuguhi arak dengan cara unik dan meerimanya dengan cara yang sama uniknya, sungguh suatu kepandaian yang langka!" kata Han Hie Sun sambil tertawa. Tadi sentilan Yan Hoo luar biasa, jika Kong-sun Po tidak berkepandaian tinggi, maka cawan itu akan menyambar keras ke mukanya dan dia bisa celaka. Tak heran jika Kong-sun Po jadi kurang senang. Dia tidak tahu apa maksud Yan Hoo menyerangnya begitu? Semula dia juga akan membalas, tapi dia batalkan karena dia menganggap untuk apa bertengkar dengan orang itu. Saat Han Hie Sun menyu-guhinya secawan arak, dia pun menerimanya sambil tersenyum. "Terima kasih," kata Kong-sun Po pada Han Hie Sun. "Ternyata kau hebat saudara Kong-sun, karena itu aku pun ingin memberi secawan arak lagi," kata Yan Hoo. Kong-sun Po heran melihat orang-orang itu mendesaknya untuk terus minum. Dia tidak tahu apa maksud mereka itu. "Terina kasih, mana berani aku menerimanya. Tadi hanya pertunjukan tidak berarti, kenapa harus dipermasalahkan?" kata Kong-sun Po tetap merendah Melihat Kong-sun Po tetap menolak, Yan Hoo penasaran. Dia mencari cara lain. "Tadi yang kau tunjukkan satu jurus yang indah, maka aku yakin kau punya yang lain. Aku mohon kau mau mempertunjukannya pada kami," kata Yan Hoo setengah memaksa. "Mana aku berani, Andalah yang lihay. Malah aku ingin belajar darimu!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sejak awal sudah kukatakan, aku ini penonton yang baik, tetapi jika kau mau mari kita latihan bersama," kata Yan Hoo. Sekalipun kata-katanya halus itu sebuah tantangan. "Mana berani, maaf aku tidak berani!" kata Kong-sun Po. Melihat keadaan mulai "panas" Han Hie Sun ikut bicara.

"Kau benar Yan Kong-cu, ilmunya tadi tak seberapa dibanding ilmu totoknya yang lihay!" kata Han Hie Sun. "Saudara Han kau jangan bergurau, mana bisa kau kataka lihay?" kata Kong-sun Po. Saat itu secara kebetulan seorang pelayan membawa nampan berisi makanan berikut alat makannya lengkap. Masakanku diberi nama Him-ciang (Kaki beruang). "Ah, mumpung masih hangat, silakan cicipi, Sesudah itu baru kita berbincang lagi!" kata Han Hie Sun berbasa-basi selaku tuan rumah. Saat itu Yan Hoo mengedipkan matanya pada dua anak buahnya. Tak lama Tok-koh Heng dan See-bun Chu Sek maju, seolah hendak melayani Kong-sun Po. Dengan sumpit di tangannya dia hendak mengambil masakan, seorang lagi akan menuang arak. "Jangan, jangan layani aku. Aku bisa mengambilnya sendiri!" kata Kong-sun Po. Melihat Kong-sun Po memegang sumpit akan mengambil makanan, See-bun Chu Sek membalikkan sumpitnya dengan tujuan menahan sumpit Kong-sun Po. "Anda jangan sungkan, biar kuambilkan!" kata See-bun Chu Sek. Sambil bicara sumpitnya bergerak hendak menotok pergelangan Kong-sun Po. Melihat sikap kurangajar itu bukan main gusarnya Kong-sun Po. Maka itu dia gunakan sumpitnya untuk membentur sumpit See-bun Chu Sek. Kong-sun Po pun mengerahkan tenaga dalamnya. Maka tak heran jika sumpit

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

See-bun Chu Sek jadi bergetar keras ke samping. Sedang ujung sumpit Kong-sun Po mengarah ke jalan darah yang ada di telapak tangan See-bu Chu Sek. Bagai disambar petir kagetnya See-bun Chu Sek, buru-buru dia lepaskan sumpit di tangannya dan segera melompat mundur. Baru saja Kong-sun Po bangun dari kursinya, Tok-koh Heng menahan bahu Kong-sun Po. "Harap kau terima secawan arak ini, jika kau menolak pasti majikanku akan memarahiku!" kata Tok-koh Heng. Kong-sun Po sadar Tok-koh Heng ahli jurus Hu-kut-ciang (ilmu menghancurkan tulang), dia berniat mencelakakan Kong-sun Po. "Tadi sudah kubilang, aku tak bisa minum banyak!" kata Kong-sun Po. Sesudah itu terdengar suara jeritan Tok-koh Heng. "Aduh!" Kong-sun Po telah mengerahkan tenaga dalamnya menolak tekanan Tok-koh Heng dengan jurus Hou-the-sin-kang (ilmu

pelindung tubuh). Terpaksa tangan yang tadi ada di bahu Kong-sun Po oleh Tok-koh Heng dilepaskan. Dalam kesakitan Tok-koh Heng segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan lukanya. "Kong-sun Siauw-hiap, aku berniat baik menyuguhimu arak. Jika kau tak mau tak apa, tapi jangan kau membuat aku malu!" kata Tok-koh Heng. Su Hong bersama kawan-kawannya Cuma melongo heran. Yan Hoo berdiri sambil berkata. "Jika Anda tak mau dilayani oleh dua pengikutku, biar aku yang melayanimu, kau mau kan? Jika tidak bisa secawan separuhnya pun boleh!" kata Yan Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku bilang tidak, aku tidak mau minum!" kata Kong-sun Po. "Jika kau tak mau minum, silakan makan," kata Yan Hoo. Dengan sumpitnya dia jepit masakan kaki beruang itu yang dia sodokan ke arah Kong-sun Po. Begitu cepat gerakan sumpit Yan Hoo ke arah Kong-sun Po, hingga Kong-sun Po kaget. Kong-sun Po pun menggerakkan sumpitnya untuk menangkis serangan itu! Dengan sumpit itu dia balas menyerang menggunakan jurus "Keng-sin-ci-hoat"nya yang lihay. "Hm! Kiranya Yan Kong-cu ingin menjajal ilmu silatku, ya?" Kongsun Po berhasil. Yan Hoo tertawa terbahak-bahak, sesudah menghindar dari serangan Kong-sun Po. "Bagus! Bagus, ternyata Anda tidak cuma menyandang nama kosong!" kata Yan Hoo. "Aku memang ingin belajar kenal dengan ilmu totokmu! Jika kau katakan tak ingin menjajal ilmu totokmu, itu keterlaluan. Aku hanya ingin belajar kenal saja!" "Hebat! Hebat, ternyata kalian sudah

saling tukar-menukar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengetahuan kalian," kata Han Hie Sun ikut bicara. "Eh, siapa sebenarnya Yan Hoo ini. Apakah su-heng dari Han Hie Sun? Ilmu totoknya lihay sekali," piker Kong-sun Po. Ilmu totok Keng-sin-ci-hoat yang dipelajari Kong-sun Po dia peroleh dari Tam Yu Cong, tapi "peta tubuh manusia" aslinya ada di tangan Thio Thay Thian, guru Han Hie Sun. Yan Hoo terus mendesak ke arah Kong-sun Po, hingga mundur ke taman. Sekarang keduanya sedang a bertarung adu ilmu totok di taman. Kong-sun Po kesal, saat sumpit lawan dia jepit dia kerahkan tenaga dalamnya. "Krek!" Kedua sumpit mereka akhirnya patah jadi dua. Yan Hoo kaget, dia buang sisa sumpit di tangannya, dengan jarinya dia menotok. "Hm! Kiranya kau bukan hanya ingin saling-tukar pengetahuan silat, tapi kau bermaksiu jahat!" pikir Kong-sun Po. "Baik kau akan kuladeni!" Ilmu totok Yan Hoo banyak ragamnya, tapi untung tenaga dalam Kong-sun Po lebih hebat darinya. Saat sumpit mereka patahpun, sebenarnya Kong-sun Po mampu melukai lawan. Tapi Yan Hoo tamu Han Hie Sun, dia tidak enak melukai tamu tuan rumah. Akibat dari sikap tidak enak itu malah merugikan bagi Kong-sun Po. Sekarang Yan Hoo menyerang Kong-sun Po dengan jurus mematikan dan sepenuh tenaga, dengan demikian Kong-sun Po sekarang jadi terdesak. Melihat Kongsun Po mulai terdesak, Su Hong yang memihak pada Yan Hoo bersama kawan-kawannya bersorak girang. Mendengar sorakan itu bukan main gusarnya Kong-sun Po, lawan yang sudah diberi hati itu sekarang malah ingin mencelakainya. Bahkan Yan Hoo tak jera-jera dan tak tahu malu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat dia dalam bahaya, dia bermaksud akan menggunakan jurus warisan dari keluarga ibunya. Maka itu dia ubah siasat ber-silatnya dan menyerang dengan tenaga dalam yang tinggi. Hingga lama kelamaan Yan Hoo pun mulai kewalahan. Tapi tiba-tiba Kong-sun Po heran karena dia merasa tenaganya mulai berkurang. Saat pertarungan sedang berjalan dengan hebatnya, Tok-koh Heng mengambil payung

Kong-sun Po, dan See-bun Chu Sek mengikutinya. Dia bukan lawan cu-kong kita, mari kita mundur saja!" kata Tok-koh Heng pada kawannya. Melihat Tok-koh Heng mengambil payung orang Han Hie Sun pura-pura tidak tahu. Malah dia bilang dengan nyaring pada meeka. "Jika Toa-ko mau istirahat, silakan saja," kata Han Hie Sun pada Tok-koh Heng. "Hai, tinggalkan payungku!" teriak Kong-sun Po. "Yan Kong-cu, suruh anak buahmu menaruh payungku, jika tidak awas mereka akan kuurus sendiri!" Karena gusar Kong-sun Po mengejar ke arah dua anak buah Yan Hoo itu, tapi dari belakang dia diikuti oleh Yan Hoo. Dengan jarinya dia hendak menotok punggung Kong-sun Po. "Latihan kita belum selesai, kenapa kau mau pergi begitu saja?" kata Yan Hoo mengejek. Dia tahu diserang tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya lalu menangkis serangan Yan Hoo. "Hm, kiranya kau sengaja mengatur siasat busuk ini!" kata Kong-sun Po. "Dia hanya mau pinjam, kenapa kau gusar?" kata Yan Hoo. Su Hong dan kawan-kawannnya ikut meledek. Mereka mengatakan bahwa Kong-sun Po terlalu pelit, payung saja dipersoalkan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tenang Kong-sun Siauw-hiap, jika kau bisa mengalahkan dia, payung itu akan dikembalikan padamu! Tetapi jika kau kalah, maka payung itu akan kuhadiahkan pada pemenang pertarungan ini!" kata Han Hie Sun sambil tertawa. Sambil menyerang Yan Hoo merasa heran, dia mengira obat yang dia taruh dalam cawan arak Kong-sun Po belum bekerja? Saat itu datang lagi serangan Kong-sun Po dengan sebuah totokan yang cepat dan dahsyat. Terpaksa Yan Hoo harus mundur untuk menghindari totokan berbahaya itu. Saat Kong-su Po menotok untuk ketiga kalinya, dia kaget tiba-tiba napasnya sesak. Dia juga terkejut bagian bawah ketiaknya kesemutan. Ternyata dia tertotok oleh Yan Hoo. Dalam keadaan kepala mulai pening samar-samar Kong-sun Po mendengar suara tawa riuh. Dia juga masih mendengar ucapan Han Hie Sun sambil tertawa. "Ternyata kau pemenangnya Yan Kong-cu, payung ini jadi milikmu. ..." Hanya itulah yang terakkhir didengar Kong-sun Po, sesudah itu dia pingsan. Sesudah selang sekian lama Kong-sun Po baru sadar. Dia kaget, sekarang dia berada di sebuah kamar batu. Dia gusar dan berteriak, "Han Hie Sun ternyata sifatmu rendah, kenapa

kau jebak aku?" kata Kong-sun Po. Dia menghajar dinding kamar batu itu sambil berteriakteriak, tapi usahanya membobol kamar itu sia-sia saja. Sesudah tahu tidak ada hasilnya berbuat begitu, Kong-sun Po berkonsentrasi menenangkan pikirannya. "Heran, bagaimana aku bisa dikerjai mereka, padahal arak yang kuminum dari poci yang sama?" pikir Kong-sun Po. Rupanya tidak terpikir oleh Kong-sun Po kalau racunnya diletakkan di cawan arak. Jadi sekalipun araknya dari poci yang sama maka yang lain tidak keracunan, karena cawannya bebas dari racun. Racun yang digunakan buatan bangsa Kim

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang sengaja dibawa dari negerinya oleh Yan Hoo. Ketika itu terdengar ada langkah orang. Karena gusar Kong-sun Po berteriak. "Suruh Han Hie Sun menemuiku!" teriak Kong-sun Po. "Maaf, aku hanya disuruh membawa ini," kata orang itu. Dia menaruh panggang ayam dan arak untuk Kong-sun Po. "Bawa lagi makanan itu, aku tidak mau makan!" kata Kongsun Po. Dia dorong nampan yang disodorkan itu dengan keras hingga jatuh berantakan. Pelayan itu kaget lalu membersihkan makanan itu dan pergi. Selang sekian lama perut Kong-sun Po mulai lapar, malah hausnya tak tertahankan lagi. Tak lama pelayan itu datang lagi membawa makanan dan arak. "Tuan, aku tahu kau lapar, silakan makan. Jika Tuan mau bertarung lagi pun Tuan harus menghimpun tenagamu dulu," kata si pelayan. Lalu dia sodorkan lagi nampan makanan itu pada Kong-sun Po lewat jendela kamar batu. Dalam keadaan lapar perlahanlahan otak Kong-sun Po pun jernih sendiri. "Jika Han Hie Sun ingin membunuhku, sudah sejak tadi bisa dilakukannya. Jadi aku rasa tidak mungkin makanan ini dia bubuhi racun lagi?" pikir Kong-sun Po. "Pelayan itu benar aku harus makan sampai kenyang yang lain nanti baru kupikirkan lagi!" Tanpa pikir panjang makanan itu ada racunnya atau tidak Kong-sun Po melahap makanan itu. Sesudah makan dia rasakan tenaganya sudah hampir pulih lagi. Dia awasi kamar tahanan itu, selain jendela untuk memasukan makanan tak ada lubang lain.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Heran, jika mereka menginginkan payungku. Seharusnya sesudah berhasil dia membunuhku. Tapi kenapa tidak? Malah aku dikurung di sini." pikir Kong-sun Po keheranan. Saat sedang berpikir pintu tahanan terbuka, dan muncullah Han Hie Sun dan Yan Hoo. Kong-sun Po langsung hendak menerjang keluar. "Han Hie Sun perbuatanmu hina sekali, apa kau pikir ini perbuatan seorang eng-hiong?" kata Kong-sun Po. "Sabar, jangan marah dulu Saudara Kong-sun," kata Han Hie Sun. "Apa yang aku lakukan justru demi kebaikanmu sendiri!" "Hm! Kebaikan? Kalian telah merampas payungku dan menahanku di sini, apa itu yang kau maksud kebaikan? Seorang anak Perdana Menteri ternyata perbuatannya sama dengan penjahat murahan! Kenapa kau tidak membunuhku saja?" kata Kong-sun Po. "Kau keterlaluan, payung itu sudah kukatakan sebagai hadiah untuk pemenang pertarungan tadi!" kata Han Hie Sun. Mendengar ucapan itu bukan main marahnya Kong-sun Po karena dia tidak pernah bertaruh dengan payungnya itu. "Jika dia mengalahkan aku dengan jujur, tak apa payung itu untuknya! Tapi kalian berbuat curang dan meracuniku!" kata Kong-sun Po. "Saudara Kong-sun, bagaimana kau katakan aku curang? Bukankah kaujatuh oleh totokanku?" kata Yan Hoo. "Aku tahu kalian curang, jika bertarung secara jujur aku yakin aku tidak akan kalah olehmu!" kata Kong-sun Po gusar. Kong-sun Po yakin mereka meracuninya, tapi bagaimana caranya dia membuktikannya. Sambil tertawa Yan Hoo berkata lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Jadi kau merasa kurang puas, itu tidak masalah. Mari kita bertarung lagi. Jika kau berhasil mengalahkan aku, payung itu akan jadi milikmu lagi!" kata Yan Hoo. "Sabar, baik aku jelaskan maksudku," kata Han Hie Sun. "Aku terpaksa melakukan semua itu karena aku kuatir kau tidak mau tinggal di rumahku lebih lama. Maka terpaksa kutahan kau di sini agar Yan Kong-cu bisa main-main denganmu! Jika kau penasaran, kau boleh bertanding lagi sampai kau puas. Jika perlu sampai tiga kali! Yan Kong-cu akan terus melayanimu! Dengan demikian kalian jadi bisa saling bertukar pengalaman." "Kalau begitu, baik. Silakan kau maju!" kata Kong-sun Po yang panas hatinya.

Sesudah itu keduanya sudah bertarung kembali. Sekarang Kong-sun Po sudah tak menghiraukan siapa lawannya itu. Dia menyerang dengan hebat dan keras luar biasa. Pertarungan berjalan cukup lama, mula-mula Kong-sun Po bisa mendesak lawan, tetapi sesudah lewat limapuluh jurus, kembali tubuh Kong-sun Po mulai lemah. Jika dia lengah maka tubuhnya akan jadi sasaran totokan lawan. Ketika itu lagi-lagi Yan Hoo berhasil menotok dirinya hingga pingsan. Saat kong-sun Po sadar dari pingsannya, dia sudah ada di dalam kamar tahanan lagi. Saat sadar itulah Kong-sun Po berpikir keras. "Aku yakin dalam makananku dia taruhi racun! Tapi dia seolah tak ingin mencelakaiku, maka itu kesempatan untuk mempelajari ilmu totoknya tak boleh aku sia-siakan. Dia memanfaatkan aku maka aku juga akan memanfaatkan mereka. Akan kuikuti apa mau mereka sekalian kupelajari ilmu si Yan Hoo ini!" Sesudah Kong-sun Po mengambil keputusan akan mengerjai Yan Hoo, maka ketika pelayan itu mengantarkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

makanan untuknya, tanpa pikir panjang dia makan saja makanan itu. Ketika Yan Hoo dan Han Hie Sun kembali menemuinya, dia lagi-lagi menantang bertanding. Sesudah bertarung sebanyak lima puluh jurus lebih, lagi-lagi Kong-sun Po merasakan tenaganya berkurang. Kembali dia tertotok oleh Yan Hoo. Sejak saat itu Kong-sun Po dan Yan Hoo melakukan pertandingan ulang. Dia sudah mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk menghadapi Yan Hoo. Tapi lagi-lagi dia dikalahkan dan dimasukkan kembali ke kamar tahanan. Malamnya Kong-sun Po berkonsentrasi mengumpulkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya, karena esok paginya kembali dia harus bertanding dengan Yan Hoo. Tiba-tiba terdengar pintu kamar tahanan berderit, ini membuat Kongsun Po heran. "Kenapa mereka datang malam-malam tidak pagi seperti biasanya?" pikir Kong-sun Po. Saat pintu kamar tahanan terpentang, Kong-sun Po agak terperanjat. Orang itu bukan Han Hie Sun dan Yan Hoo, melainkan seorang kakek berjenggot putih. Dia langsung kenal siapa kakek itu, tak lain daripada Pek Tek adanya. "Lo-cian-pwee, akhirnya kau datang juga. Apa kau sudah tahu masalahku?" kata Kong-sun Po. "Jangan bersuara," bisik Pek Tek. "Kau akan kuajak keluar dari sini!"

"Lo-Cian-pwee, aku mau kau ajak ke mana?" kata Kong-sun Po lirih. "Untuk menemui Gurumu," bisik Pek Tek. Mendengar hal itu Kong-sun Po girang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika aku sudah bertemu dengan Suhu rasa penasaranku akan bisa kubalas. Aku kira Han Hie Sun melakukan hal ini padaku di luar tahu ayahnya," pikir Kong-sun Po. Kemudian Pek Tek mengajak Kong-sun Po ke sebuah taman. Di sini ada jalan yang berliku-liku sampai tiba-tiba Pek Tek menyuruh Kong-sun Po merunduk. Dari tempat itu terlihat sebuah gedung yang indah, penerangan gedung itu cukup. Dari tirai jendela terlihat dua sosok bayangan tubuh manusia. Kong-sun Po mengenali bayangan itu adalah bayangan Han Hie Sun dan Yan Hoo. "Aah, jadi ke kamar Suhu harus melewati kamar baca Han Hie Sun," pikir Kong-sun Po. Mereka mendekam sambil mendengarkan pembicaraan Han Hie Sun dengan Yan Hoo. Walau samar-samar Kong-sun Po bisa mendengarnya. "Selamat, selamat Pwee-leek, ternyata kau berhasil mencangkok ilmu totok Beng Beng Tay-su dari bocah itu!" kata Han Hie Sun. "Dengan ilmu totok yang ada dalam lukisan Hiat-to-tong-jin, berarti ilmumu sudah lengkap!" Jelas dari pembicaraan Han Hie Sun dia tahu Yan Hoo bukan orang Han. Apalagi Han Hie Sun membahasakan dia "Pwee-lek" yakni panggilan Pangeran pada bangsa Kim. "Han Kong-cu pandangan kita sama. Kau pun sudah menyaksikan ketika aku bertarung. Jadi aku yakin pengetahuanmu pun sudah bertambah bukan? Dan kita bisa saling tukar-menukar pengalaman!" kata Yan Hoo. "Hm! Jadi dia mengajakku bertarung maksudnya ingin mencuri ilmu totokanku," pikir Kong-sun Po. "Sudah lama aku ada di Tiong-goan, maka itu aku harus segera pulang," kata Yan Hoo. "Anak itu pun sudah tidak berguna lagi bagiku, tapi besok untuk terakhir kalinya akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kutantang lagi dia bertarung! Sesudah itu terserah kau mau diapakan dia!" "Kalau kau sudah tidak memerlukannya lagi, akan kubunuh saja dia beres!" kata Han Hie Sun.

Untung Pek Tek datang jika tidak Kong-sun Po bisa celaka. Dia bersyukur orang tua itu segera menyelamatkannya. "Ayo kita pergi dari sini!" bisik Pek Tek. Sesudah itu tak lama mereka melintasi sebuah pagar, hingga akhirnya mereka sudah ada di luar gedung Perdana Menteri Han. "Lo Cian-pwee, bukankah Suhu tinggal di gedung Perdana Menteri itu?" bisik Kong-sun Po. "Tadi pagi dia pindah ke penginapan kecil," kata Pek Tek. "Apa yang terjadi?" "Jangan banyak bertanya, sesudah bertemu dengan gurumu kau akan tahu masalahnya," kata Pek Tek. Pek Tek terus mengajak Kong-sun Po ke kota. Sampai di kota mereka menuju ke sebuah penginapan kecil. Mereka masuk ke penginapan saat fajar baru menyingsing. Mereka mengetuk pintu kamar guru Kong-sun Po. "Masuk!" terdengar suara dari dalam. "Saudara Ciu Cioh, kau harus bersyukur aku bisa menolongi muridmu!" kata Pek Tek sambil tertawa. Buru-buru Kong-sun Po berlutut memberi hormat pada gurunya. "Suhu kenapa kau jadi ada di sini?" tanya sang murid. Ciu Cioh alias Kheng Ciauw mengawasi muridnya. "Sudah jangan banyak bicara dulu, sebaiknya kau kubantu memulihkan tenagamu. Kau harus duduk tenang, gunakan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga dalammu, pakai jurus Tay-hang-pat-sek!" kata Ciu Cioh. Kong-sun Po duduk untuk berkonsentrasi, sedang Ciu Cioh memegang kedua tangan anak muda itu. Segera Ciu Cioh menyalurkan tenaga dalamnya membantu sang murid memulihkan seluruh tenaganya. Sesudah agak lama Kong-sun Po merasakan tubuhnya segar kembali. "Aku rasa sudah cukup," kata Ciu Cioh. "Apa masih ada yang tak enak pada tubuhmu?" "Sudah segar, Suhu! Terima kasih. Aku dikerjai oleh Han Hie Sun dan Yan Hoo, Suhu!" kata Kong-sun Po. "Ya, mereka menaruhi obat pada makananmu, maka itu tenagamu makin berkurang," kata Ciu Cioh. "Syukur obat itu tidak terlalu berbahaya karena mereka punya rencana tertentu atas dirimu. Mereka ingin mencuri ilmu silatmu, maka itu dia tidak memusnahkan tenagamu. Selain itu tenagamu dengan mudah kupulihkan lagi!" "Kalau begitu Suhu sudah tahu mereka mengerjaiku?" kata Kong-sun Po. "Siapa sebenarnya Yan Hoo itu? Dia mengambil

payungku, apa Suhu bisa melaporkan perbuatan mereka pada Perdana Menteri?" "Ah, bagaimana kau ini! Negeri Song yang besar ini saja akan diserahkan seluruhnya pada orang she Yan itu! Apa sih artinya sebuah payung? Mana bisa aku memintanya kembali?" kata Ciu Cioh. "Jadi siapa orang she Yan itu?" desak Kong-sun Po. "Dia bukan she Yan, tapi she Wan-yen, namanya memang Hoo!" kata sang guru. "Jadi dia Wan-yen Hoo? Kalau begitu dia orang asing!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, ayah Wan-yen Hoo paman dari raja Kim sekarang, namanya Wan-yen Tiang Cie. Dia menjadi panglima besar dan pengawal pasukan kerajaan Kim!" kata Ciu Cioh. "Jadi begitu? Pantas Han Hie Sun begitu hormat padanya," kata Kong-sun Po. "Wan-yen Tiang Cie seorang jago kerajaan Kim nomor satu," kata Ciu Cioh lagi. "Setelah orang Kim memiliki Hiat-totongji di istana Song, Wan-yen Tiang Cie yang memimpin para akhli mempelajari ilmu silat yang ada di lukisan itu. Dengan mengumpulkan para ahli bangsa Kim, dalam jangka waktu sepuluh tahun, mereka berhasil melukis lukisan itu, sekalipun salinan lukisan itu tidak selengkap aslinya. Tak lama kemudian keberhasilan mereka luar biasa. Sedang sebagian dari lukisan itu jatuh ke tangan Tam Yu Cong, tetapi tidak selengkap yang diperoleh oleh orang Kim itu!" "Pantas Wan-yen Hoo menantang aku bertarung, jadi tujuannya ingin mengetahui bagian yang ada di tangan Paman Tam," kata Kong-sun Po yang mulai sadar apa yang terjadi atas dirinya."Sedang lukisan asli yang ada di istana Song, sekarang ada di tangan guru Hie Sun." "Kau benar, aku juga pernah mendengarnya," kata Pek Tek. "Jadi hubungan Han Hie Sun dengan Yan Hoo, selain urusan Negara juga soal ilmu silat dalam lukisan itu!" "Kim dan Song sedang bermusuhan, walau sekarang sedang dilakukan gencatan senjata untuk sementara. Tapi kenapa Wan-yen Hoo mau datang ke tempat Han To Yu?" kata Kong-sun Po. "Dia menjadi utusan rahasia negaranya," kata Ciu Cioh. "Bangsa Kim tak mau mengutus orang resmi mereka, mereka takut diketahui orang Mongol. Maka diutusnya Wan-yen Hoo untuk berunding dengan Han To Yu!" "Mereka sudah merampas separuh dari Negara Song, mau apa lagi mereka berunding?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ibukota Kerajaan Song sudah pindah ke selatan ke kota Hang-ciu, nama Lim-an yang artinya "Selamat untuk sementara". Para pejabat Song pun tidak memikirkan keselamatan rakyatnya. Bahkan panglima Gak Hui yang setia sampai jadi korban kebuasan dorna jahat bernama Cin Kwee. Aku kira kedatangan Yan Hoo lebih rumit dibanding hubungan Cin Kwee dengan bangsa Kim dulu!" kata Ciu Cioh. "Apa yang mereka bicarakan, tahu Anda?" kata Pek Tek pada Ciu Cioh. "Aku panglima perang Song, maka sedikit banyak aku diberi tahu oleh Han To Yu," kata Ciu Cioh. "Pada awal tahun lalu juga bangsa Mongol mengirim utusan ke negeri Song. Mereka mengajak Song bersekutu melawan bangsa Kim. Mereka bilang jika sudah mengalahkan bangsa Kim, wilayah yang diduduki bangsa Kim akan dikembalikan pada Kerajaan Song. Apa kalian percaya hal itu?" "Mungkin itu cuma akal bangsa Mongol saja," kata Pek Tek. "Jika niat Mongol berserikat dengan Song, kenapa dia serang Siam-say dan Su-coan? Mereka juga menunggangi pemberontak bernama Su Thian Tek." "Kau benar, pendapatmu hampir sama dengan semua patriot Song," kata Ciu Cioh. "Maka itu pembesar Song jadi ragu, perlukah mereka bersekutu dengan Mongol atau jangan? Mungkin karena bangsa Kim sudah mendengar hal ini, dia kirim Wan-yen Hoo. Aku kira kaisar dan Perdana Menteri Han pun bingung dan takut pada Negara Kim dan Mongol. Sedangkan jarak negara Mongol lebih jauh dibanding Negara Kim. Mereka pun takut jika Kim mendahului Mongol menyerang ke selatan! Sedangkan sambuntan Perdana Menteri pada Wan-yen Hoo mungkin hanya untuk menjajaki sampai sejauh mana tawaran pihak Kim pada Song." "Kalau demikian Negara ini mirip roti yang diperebutkan oleh dua pihak," kata Pek Tek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi kebetulan di Negara Mongol sedang kacau karena sedang mengganti Khan Agung mereka," kata Ciu Cioh. "Maka serangan ke Negara Kim paling tidak akan tertunda selama setahun. Nanti sesudah bisa menjajaki keinginan bangsa Kim, kaisar berniat berdamai dulu dengan pihak Kim. Politik ini mereka namakan "Mengikuti bertiupnya sang angin"."

"Apa tawaran pihak Kim, Suhu?" kata Kong-sun Po. "Mereka sepakat memerintah daerahnya masing-masing dengan batas sungai Tiang-kang, selain sepakat menumpas para pengacau bersama-sama," kata Ciu Cioh. "Kalau begitu, aku dan kawan-kawan terhitung para pengacau?" kata Kong-sun Po. "Karena kau dari Kim-kee-leng, maka kau terhitung penjahat sejati!" kata Pek Tek sambil tertawa tebahak-bahak. "Sedangkan aku sebagai penghubung dari sana, jadi aku termasuk mata-mata para penjahat!" "Kau seorang panglima, Suhu, apa rencanamu jika kau mendapat perintah kaisar menumpas para penjahat?" kata Kong-sun Po. "Aku sudah meletakan jabatan,"kata Ciu Cioh. "Jadi sekarang Suhu bukan pembesar lagi?" kata Kong-sun Po sedikit kaget. "Dalam sidang di istana, aku menyampaikan pendapatku. Tapi karena Kaisar kurang senang dan berniat memindahkan aku ke tempat tugas yang lain. Maka itu aku meletakkan jabatan," kata Ciu Cioh. "Barangkali pilihan Suhu tepat sekali," kata Kong-sun Po sambil tersenyum. "Kau harus waspada, Saudara Ciu," kata Pek Tek. "Siapa tahu Han To Yu akan mencelakaimu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku juga berpikir begitu," kata Ciu Cioh. "Maka itu aku langsung pindah ke sini!" "Seharusnya aku sudah pergi dari sini, tapi karena cap jabatanku belum aku serahkan maka aku belum pergi. Ditambah lagi aku dengar Kong-sun Po terkurung di kamar batu, maka itu aku menunggumu sampai bebas!" kata Ciu Cioh. "Terima kasih Lo Cia-pwee," kata Kong-sun Po pada Pek Tek. "Atas tindakanmu ini, kau pun pasti kehilangan pekerjaanmu!" "Sekalipun tidak terjadi kejadian ini, aku tetap mau berhenti," kata Pek Tek. "Apalagi pendirian pemerintah sudah berubah, jadi untuk apa aku terus bekerja pada mereka? Aku sudah tua tapi aku tidak takut mati. Yang aku cemaskan keadaan Bun Tay-hiap. Dari sini ke tempatnya tidak jauh. Aku kuatir tempat itu sudah diketahui oleh anak buah Han To Yu!" "Aku mendapat tugas untuk menemui beliau," kata Kongsun Po. "Bagaimana jika kita bersama-sama ke sana?" Tiba-tiba di luar penginapan terdengar suara ribut-ribut. Saat itu seorang pelayan penginapan sedang dibentak-bentak.

Mereka sedang menanyakan apakah ada Ciu Cong-peng menginap di penginapan itu. Ketika pelayan itu menjawab tidak tahu. Orang itu gusar bukan kepalang. Keadaan di luar tegang sekali. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 59 Pek Tek Menyelamatkan Kong-sun Po; Kekacauan Di Rumah Bun Yat Hoan

Di dalam kamar Ciu Cioh, Pek Tek dan Kong-sun Po mengenali suara orang yang galak di luar sana. Orang itu adalah Su Hong, pengawal utama gedung Perdana Menteri

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han. Sikapnya garang ketika pelayan mengatakan tidak tahu, dia dan anak buahnya akan segera menerobos masuk untuk menggeledah setiap kamar penginapan itu. "Telinganya tajam sekali, mereka sudah tahu kau ada di sini," kata Pek Tek pada Ciu Cioh. "Kita temui mereka, Sun Po kau sembunyi saja di sini. Jika mereka tidak menyebut-nyebut namamu, kau jangan keluar!" kata Ciu Cioh. "Baik Suhu!" kata Kong-sun Po. "Akan kubereskan urusanku dengan mereka," kata Pek Tek. Sesudah itu Ciu Cioh dan Pek Tek keluar dari kamar itu. "Su Toa-ko, Ciu Cioh ada di sini!" kata Ciu Cioh. Su Hong dan tiga orang pengikutnya diam. Dua di antaranya adalah Tok-koh Heng dan See-bun Chu Sek yang langsung menemui Ciu Cioh. Begitu bertemu Su Hong kaget juga ketika bertemu muka dengan Pek Tek. Memang sudah dia duga, Pek Tek pasti ada bersama Ciu Cioh. Tapi dia tak berani langsung menuduh, dia kaget ternyata Pek Tek berani muncul bersama Ciu Cioh di hadapannnya. "Pek Lo Suhu," kata Su Hong. "Tuan Perdana Menteri sedang mencarimu! Ternyata kau ada di sini untuk mengantarkan kepergian Ciu Tay-jin!" "Bukan aku yang mau mengantarkan beliau, tapi kalianlah yang akan mengantar kepergian Ciu Tay-jin!" kata Pek Tek. Su Hong bingung tidak tahu apa maksud ucapan Pek Tek, dia menjawab. "Benar kami datang untuk mengucapkan selamat jalan pada Ciu Tay-jin, tapi kau datang ke mari untuk apa?" kata Su Hong.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dengar baik-baik, hari ini aku harus pergi dari Hang-ciu, tolong kau sampaikan pada Siang-ya (Perdana Menteri), kami mohon diri," kata Pek Tek. "Mau pergi, kenapa? Padahal di Siang-hu (Gedung Perdana Menteri) kau cukup terhormat?" kata Su Hong. "Terima kasih atas kebaikan dan penghargaan kalian padaku," kata Pek Tek. "Jika kalian ingin tahu, kenapa aku harus pergi kau tanyakan saja pada Han Kong-cumu!" Su Hong tertawa dingin. "Baiklah, urusanmu nanti kita bicarakan lagi," kata Su Hong. "Kenapa kalian datang mencariku? Katakan terus-terang padaku," kata Ciu Cioh. "Kedatangan kami atas perintah Siang-ya (Tuan Perdana Menteri) untuk bicara tiga masalah," kata Su Hong. "Silakan kau katakan," kata Ciu Cioh. "Pertama sudah kubilang tadi, kami ingin mengucapkan selamat jalan, karena penggantimu sudah ada," kata Su Hong. "Baik, pasti Siang-ya ingin agar aku segera menyerahkan cap jabatan, bukan? Baik itu akan segera kulaksanakan, jangan kuatir!" kata Ciu Cioh. "Yang lain, benarkah Kong-sun Po itu muridmu?" kata Su Hong. "Benar, dia memang muridku, lalu kenapa?"kata Ciu Cioh. "Begini! Han Kong-cu senang padanya. Dia diundang datang ke Siang-hu, tetapi entah kenapa dia pergi tanpa pamit pada Han Kong-cu. Jadi aku diminta untuk menanyakan pada Ciu Tay-jin, apakah kau tahu di mana Kong-su Siauw-hiap berada?" kata Su Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Aku tidak mengerti maksud kata-katamu? kata Ciu Sioh sambil tersenyum. "Tetapi memang begitu pesan Han Kong-cu!" kata Su Hong Kemudian Ciu Cioh memanggil muridnya. "Kong-sun Po, keluarlah kau!" kata Ciu Cioh. Dari dalam terdengar sahutan muridnya. "Baik, Suhu!" kata Kong-sun Po yang langsung keluar. Sampai di luar dia awasi Su Hong dan dua orang kawannya dengan mata mendelik. "Kalian datang menemuiku agar aku memenuhi permintaan majikanmu, bukan? Dia bilang aku harus kembali untuk diajak bertarung lagi, begitu?" kata Kong-sun Po sengit. Sesudah tertawa Su Hong lalu berkata dengan pura-pura manis.

"Bukankah Wan-yen Kong-cu bermaksud baik dan ingin bertukar pengalaman denganmu," kata Su Hong. "Tapi kenapa kau pergi dari Siang-hu tanpa pamit?" "Jika aku bilang sebenarnya, apa kau kira Han Hie Sun akan membebaskan aku pergi?" bentak Kong-sun Po. "Sudahlah Su Hong, kau jangan berpura-pura bodoh!" kata Pek Tek. "Sebenarnya Han Hie Sun ingin tahu, bagaimana dia bisa membebaskan diri dari kamar tahanan, bukan? Katakan saja, aku yang membebaskannya!" "Maaf, aku kira Pek Lo Su-hu dan Kong-sun Siauw-hiap agaknya salah paham," kata Su Hong. "Dengan sesungguhnya Han Kong-cu bermaksud baik. Malah jika Kong-sun Siauw-hiap mau kembali lagi, Han Kong-cu akan memintakan jabatan untuknya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Sudahlah kau jangan banyak bicara lagi. Semalam aku dengar sendiri dia akan membunuhku! bentak Kong-sun Po. "Ah, aku kira kau salah paham, Ciu Tay-jin tolong jelaskan, apa maksud Perdana Menteri demi Negara!" kata Su Hong. "Sekarang aku bukan pejabat lagi, maka itu aku tidak mau ikut campur lagi urusan Negara," kata Ciu Cioh. "Sekarang tolong kau jelaskan apa maksud yang ketiga itu?" "Yang ketiga, dia berharap Pek Lo-su kembali ke gedungnya," kata Su Hong. Perlahan-lahan Pek Tek menggunakan jari kakinya menggores ke jubin. Tak lama tampak bekas goresan seperti bekas digores dengan golok. "Ini tanda bahwa aku sudah memutuskan hubunganku dengan Siang-ya," kata Pek Tek tegas. "Sudah jangan banyak bicara lagi, kita ambil jalan masing-masing!" Su Hong terkejut bukan kepalang. Menyaksikan betapa tinggi tenaga dalam Pek Tek membuat dia jadi kecil hati. Su Hong memang agak pengecut, dia lebih suka cari selamat. Maka itu dia langsung berkata lagi. "Kalau kau tidak mau kembali, baiklah kalau begitu aku pamit!" kata Su Hong. "Tunggu!" bentak Kong-sun Po. Su Hong yang sudah akan pergi, terpaksa balik lagi. "Ada apa?" katanya. "Kau menyampaikan tiga masalah, kalau begitu aku juga boleh mengajukan satu hal padamu!" kata Kong-sun Po. "Apa yang hendak kau katakan, Kong-sun Siauw-hiap?" kata Su Hong dengan hati berdebar-debar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masalah ini tidak ada hubungannya denganmu!" kata Kong-sun Po yang tubuhnya langsung melayang dan berdiri di depan pintu menghadang kedua anak buah Yan Hoo alias Wan-yen Hoo. Tok-koh Heng tidak menyangka anak muda itu akan menghadangnya. "Kau mau apa Saudara Kong-sun?" kata Tok-koh Heng sambil mendorongkan tangannya ke arah Kong-sun Po. Gerakan ini memang sangat diharapkan oleh Kong-sun Po, secepat kilat tangan Kong-sun Po bergerak, lalu mencengkram pergelangan tangan Tok-koh Heng. Sedangkan tangan yang lain menyambar ke arah See-bun Chu Sek. "Jangan kasar begitu, bicara baik-baik, Kong-sun Siauwhiap," kata Su Hong yang kaget bukan kepalang. "Jangan takut, mereka tidak akan kubunuh," kata Kong-sun Po. "Kalian pencuri payungku, sekarang aku tangkap pencurinya!" Saat Tok-koh Heng berontak, Kong-sun Po memperkeras cekalan tangannya pada tangan Tok-koh Heng, hingga dia berkeringat dingin menahan sakit. Sambil meringis Tok-koh Heng berkata terbata-bata. "Kong-sun Siauw-hiap, pa... payungmu su.. .sudah kuserahkan pada majikanku. Kau minta saja padanya!" kata Tok-koh Heng. Su Hong memohon pada Ciu Cioh agar muridnya mengampuni Tok-koh Heng dan See-bun Chu Sek Terpaksa Ciu Cioh berkata pada muridnya. "Sun Po, ampuni mereka karena mereka hanya orang suruhan!" kata Ciu Cioh. Masih dalam kegusaran Kong-sun Po mendorong kedua lawannya keluar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Heran, seharusnya pejabat menangkap maling, sekarang sebaliknya pejabat melindungi pencuri!" kata Kong-sun Po. "Baik, sekarang kuampuni kalian karena perintah Suhuku. Kelak aku masih akan mengadakan perhitungan dengan majikanmu!" "Ucapanmu tepat, tapi dengan demikian kau jadi lawan Han To Yu, aku harap kelak kau waspada terhadapnya!" kata Pek Tek.

"Mereka orang-orang jahat, pantas kumaki mereka. Aku tidak takut pada Han To Yu. Sayang aku harus segera kembali ke Kim-kee-leng. Tapi kepergian mereka akan makan waktu dua jam, mereka baru bisa sampai di Siang-hu. Maka itu aku punya kesempatan untuk menemui Bun Tay-hiap tanpa gangguan mereka!" kata Kong-sun Po. "Baik, kau dan Pek Lo-cian-pwee pergi temui Bun Tay-hiap, aku juga harus segera pergi dari sini," kata Ciu Cioh. Mereka akhirnya berpisahan. Pek Tek dan Kong-sun Po ke tempat Bun Tay-hiap, sedang Ciu Cioh pergi ke tempat lain. Letak Thian-tiok-san berada di tepi See-ouw, telaga yang sangat termasyur. Tempat tinggal Bun Yat Hoan sekitar 50 li dari kota Hang-ciu atau Lim-an. Sejak pagi mereka berangkat dan hampir senja baru sampai di tempat Bun Yat Hoan. Begitu mereka sampai di depan rumah yang dituju, Kongsun Po dan Pek Tek kaget. Dari dalam rumah Bun Yat Hoan tedengar suara berisik. Rupanya ada orang sedang bertengkar. Ketika mereka menyelinap ke dalam, terlihat anak buah Bun Yat Hoan sedang bertengkar dengan orang-orang asing yang tidak dikenal oleh Kong-sun Po maupun Pek Tek. Sikap mereka jelas angkuh dan garang. Salah seorang yang bertengkar adalah anak buah Bun Yat Hoan dengan orang asing itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari jarak cukup jauh Kong-sun Po mengenali anak buah Bun Yat Hoan. dia adalah Chan It Hoan, bekas anak buah nona Han Pwee Eng. Sedang orang asing yang bertengkar dengan Chan It Hoan pun seperti dikenali oleh Kong-su Po, tapi dia lupa di mana pernah bertemu. Maka itu Kong-sun Po mencoba mengingat-ingat. Akhirnya Kong-sun Po ingat, bahwa orang itu orang yang dia lihat di Siang-hu, saat dia baru datang atas undangan Han Hie Sun. Rupanya mereka mendatangi tempat Bun Yat Hoan, tapi Yan Hoo datang atau tidak, dia belum tahu. "Hm! Kau ini siapa? Beraninya kau menegurku!" kata orang itu dengan garang. "Sudah wajar seekor anjing lebih galak dari majikannya," kata Chan It Hoan. "Orang lain takut pada Han To Yu, aku tidak!" "Kurangajar!" kata orang itu. Kedua tangannya menjulur akan mencengkram bahu Chan It Hoan. Melihat serangan datang Chan It Hoan merunduk menghindari serangan lawan, lalu dia balas menyerang. Dia

berhasil mencengkram tangan lawan. Ternyata kekuatan keduanya seimbang, saat tangan mereka bentrok keduanya tergetar. Diam-diam Kong-sun Po melangkah, dia gunakan tenaga dalam saat menginjak lantai hingga berbekas. Ketika sudah dekat Kong-sun Po meneriaki Chan It Hoan. "Chan Toa-siok, aku kenal mereka ini!" kata Kong-sun Po. Kedatangan Kong-sun Po membuat orang-orang itu terperanjat. Mereka melompat ke samping, "Siapa yang mengizinkan mereka masuk ke mari?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka datang bersama Han Hie Sun yang mengatakan ingin bertemu dengan Bun Tay-hiap," kata Chan It Hoan. "Tapi kau lihat sebagaian orang-orang ini bukan orang Han! Maka kuhalangi mereka masuk!" "Sekarang di mana Han Hie Sun berada?" kata Kong-sun Po. "Mereka ada di dalam," kata Chan It Hoan. "Karena Hie Sun putera Perdana Menteri, Bun Tay-hiap mengizinkan mereka masuk!" "Chan Toa-siok, mereka ini anak buah Wan-yen Tiang Cie, panglima besar bangsa Kim. Selain orang Kim di antara mereka pun ada penjilat bangsa, mereka orang Han!" kata Kong-sun Po. "Jadi begitu! Mana boleh tempat kami dikotori oleh bangsa asing!" kata Chan It Hoan gusar bukan main. Menyaksikan keadaan semakin tegang Pek Tek menengahi mereka. "Sabar, temui Bun Yat Hoan dulu," kata Pek Tek. Dia sadar orang-orang itu lihay semua. Jika Chan It Hoan bertarung dengan mereka, belum tentu Chan It Hoan akan menang. Maka posisi yang bakal merugikan itu perlu dicegah oleh Pek Tek. Kong-sun Po dan Pek Tek masuk ke ruang tengah. Di sana mereka lihat Han Hie Sun dan Wan-yen Hoo, ditemani hweeshio berwajah merah dan seorang lelaki kurus berwajah pucat. Sekali lihat Pek Tek tahu, mereka orang-orang berilmu tinggi. "Kedatangan mereka ke mari pasti bukan bermaksud baik," pikir Pek Tek. Memang tak lama terdengar kata-kata Han Hie Sun. "Ayahku sangat kagum pada Bun Tay-hiap yang jadi Bengcu di sini, itu sebabnya Ayahku bilang seharusnya dia yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

datang sendiri menemui Anda di sini. Sayang Ayah terlalu sibuk hingga dia mengutusku ke mari untuk memberi hormat!" kata Han Hie Sun. "Jangan sungkan, aku tidak berani menerima penghormatan dari ayahmu, siapa yang datang bersamamu ini?" kata Bun Yat Hoan. "Dia Yan Kong-cu teman baikku," kata Han Hie Sun. "Sedangkan Bu Bong Tay-su ini sahabat Ayahku." Han Hie Sun memperkenalkan sahabat-sahabatnya satupersatu pada Bun Yat Hoan. Sesudah diperkenalkan oleh Han Hie Sun tanpa basa-basi lagi Bu Bong Tay-su langsung bicara. "Aku datang untuk belajar kenal dengan kepandaian Bun Tay-hiap yang terkenal itu!" kata Bu Bong Tay-su. "Harap Anda mau memberi muka pada pin-ceng!" "Jika kita bertukar pengalaman di dunia persilatan, rasanya itu wajar saja," kata Cian Ji-sian-seng, Mendengar tantangan tamu-tamunya Bun Yat Hoan segera berpikir. "Jika kunjungan mereka atas perintah Han To Yu, sungguh tak pantas rasanya jika baru bertemu sudah menantang bertarung?" pikir Bun Yat Hoan. Melihat Bun Yat Hoan agak ragu, Kong-sun Po yang tidak tahan mendengar ucapan si hwee-shio langsung maju ke depan. Melihat Kong-sun Po tiba-tiba muncul, Han Hie Sun sedikit terperanjat. Sambil tertawa Han Hie Sun menyambut. "Oh, kiranya Kong-sun Siauw-hiap juga ada di sini?" kata Han Hie Sun. Kata-kata Han Hie Sun tidak dihiraukan oleh Kong-sun Po, dia langsung memberi hormat pada Bun Tay-hiap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Harap Bun Tay-hiap maklum, mungkin penjelasan Han Hie Sun kurang jelas, maka itu baik aku yang mengulang penjelasannya," kata Kong-sun Po. "Jadi kau kenal dengan mereka?" kata Bun Tay-hiap. "Untuk dua orang itu aku tidak kenal, tapi Yan Kong-cu hampir setiap hari berkelahi denganku. Dia sebenarnya she Wan-yen!" kata Kong-sun Po. "Oh, jadi Kong-cu ini she Wan-yn marga kerajaan Kim, kau bangsa Kim atau Han?" kata Bun Yat Hoan. "Untuk apa bicara soal kebangsaan?" kata Wan-yen Hoo.

"Hm! Kau menutupi identitasmu, baik kukatakan terus terang untukmu," kata Kong-sun Po. "Bun Tay-hiap, dia putera Wan-yen Tiang Cie, paman raja Kim. Dia diutus ke Kang-lam sebagai pangeran bangsa Kim, dia seorang utusan rahasia!" "Kalau begitu aku besikap kurang hormat kepadanya," ejek Bun Yat Hoan. "Dua yang lainnya, biar aku yang memberi penjelasan," Pek Tek ikut bicara. Dia tunjuk hwee-shio berwajah merah itu. "Bu Bong Tay-su kakak seperguruan Wan-yen Tiang Cie, dia baru turun gunung dan dia diangkat jadi Hak-su di kerajaan Kim." kata Pek Tek. "Dia masih punya kakak seperguruan yang ilmu silatnya juga lihay!" "Kau punya keterangan yang lengkap tentang diriku," kata Bu Bong Tay-su dengan tenang. "Sedang Cian Jie Seng atau Cian Tiang Cun asal-usulnya luar biasa, dia mantan pengawal istana Kerajaan Kim," kata Pek Tek. "Dia jarang turun ke kalangan Kang-ouw. Hanya aku beruntung bertemu dia di Ceng-ciu sepuluh tahun yang lalu dia pernah bertarung dengannya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rupanya Anda masih ingat pertemuan kita sepuluh tahun yang lalu," kata Cian Tiang Cun. "Dulu kita bertarung, namun tak diketahui siapa yang kalah dan menang! Baik sekarang aku mohon petunjuk darimu!" Sesudah sekian lama saling memperkenalkan, Han Hie Sun yang cerdik melihat sikap Bun Yat Hoan yang tidak jerih, malah menantang dia jadi ngeri juga. "Memang Bu Bong Tay-su yakin bisa mengalahkan Bun Yat Hoan, tapi jika gagal aku juga bisa mendapat kesulitan," pikir Han Hie Sun yang hatinya kebat-kebit juga. Kemudian Han Hie Sun yang licik lalu berkata. "Antara Kerajaan Kim dan Song sekarang telah terjalin hubungan baik, jika tidak percaya Bun Tay-hiap tanya saja Kong-sun Siauw-hiap," kata Han Hie Sun. "Tidak perlu! Jika tak ada hubungan, bagaimana kau bisa mengantar mereka ke mari?" kata Bun Yat Hoan. "Perlu aku jelaskan, aku rakyat biasa yang buta politik! Jika Kim dan Song berserikat, itu urusan pemerintah. Jika kau ingin tahu pendirian rakyat Song, musuh adalah musuh! Mereka tamutamu ayahmu, tapi jelas mereka bukan sahabat kami!" Mendengar jawaban itu tentu saja Han Hie Sun jadi ngeri. "Bun Yat Hoan," kata Bu Bong Tay-su. "Sekarang apa maumu, katakan saja. Apa kau kira kami takut padamu?" "Apa mauku? Baik, jika kau ingin tahu kelihayanku, silakan

aku terima tantanganmu!" kata Bun Tay-hiap. Cian Tiang Cun tertawa. "Aku dan Pek Lo-su akan mengadakan perhitungan lama dengannya!" kata Cian Tiang Cun dengan angkuh. "Benar, aku juga harus mengadakan perhitungan dengan Wan-yen Kong-cu!" kata Kong-sun Po yang tidak mau ketinggalan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar tantangan Kong-sun Po tentu saja Wan-yen Hoo senang. Dia pikir karena pengaruh racun di tubuh Kongsun Po belum seluruhnya punah, dia yakin akan memenangkan pertarungan. "Baik, aku terima tantanganmu Kong-sun Siauw-hiap. Kita bertarung dalam tiga pasangan. Sesuai peraturan jika dua pasangan memperoleh kemenangan, maka dialah pemenangnya. Bagaimana kau setuju?" kata Wan-yen Hoo. "Silakan Saudara Pek maju lebih dulu!" Bun Yat Hoan mengerti, Wan-yen Hoo ingin maju yang pertama. Tapi sudah didahului oleh permintaan Bun Yat Hoan pada Pek Tek. "Baik, aku setuju bagaimana kehendakmu saja!" kata Bun Yat Hoan. Pek Tek maju lebih dulu. "Cian Tiang Cun, kau tamuku. Silakan kau dulu!" kata Pek Tek. Wan-yen Hoo kecewa. Semula dia yang ingin maju lebih dulu dengan perhitungan pengaruh obat di tubuh Kong-sun Po masih bekerja. Tapi sekarang Cian Tiang Cun yang maju lebih dulu. "Mari," kata Cian Tiang Cun. "Terimalah seranganku!" Tiba-tiba tangannya menyerang Pek Tek karena dia anggap sekarang sudah tua hingga tenaganya berkurang. Dia yakin, jika tak bisa mengalahkan Pek Tek, paling tidak mereka seimbang. Tiga serangan Cian Tiang Cun berhasil ditangkis oleh Pek Tek. Pertarungan berlangsung seru, tapi Kong-sun Po agak mencemaskan keadaan Pek Tek yang sudah tua. Tadi saat diserang pun Pek Tek mundur, jika dihitung dia sudah tujuh kali mundur. Tapi anehnya tiba-tiba dia berdiri

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tegak. Setiap serangan lawan dia hadapi dengan berani.

Sekarang Kong-sun Po jadi lega, dia yakin Pek Tek bisa mengatasi lawannya. Begitu pun Bun Yat Hoan yang kelihatan tenang tersenyum simpul. "Celaka, dugaanku keliru semakin tua dia semakin lihay." Pikir Cian Tiang Cun. "Rupanya sulit aku mengalahkannya dalam waktu singkat!" Karena hatinya bimbang serangan Cian Tiang Cun tidak sehebat tadi. Malah dia seolah tidak mengharapkan kemenangan seperti tadi, karena pikirnya seimbang pun sudah bagus. Pek Tek tahu lawannya mulai jerih, dia gunakan Kim-n;i elu, serangan ini membuat Cian Tiang Cun kewalahan. Pertarungan berjalan cukup lama, sesudah lebih dari tigapuluh jurus, Cian Tiang Cun hanya mampu bertahan karena tidak bisa menyerang lawannya lagi. Satu saat dengan terkejut Cian Tiang Cun melompat mundur. Bahunya berdarah. Jelas dia tercengkram serangan Pek Tek yang lihay. "Pek Lo-su kau hebat, aku kagum padamu!" kata Cian Tiang Cun. "Kau juga hebat, tapi aku heran kenapa kau mau jadi budak bangsa Kim? Baik, aku tidak mengambil jiwamu, cukup sampai di sini saja!" kata Pek Tek. Sebenarnya jika pertarungan lebih lama lagi Pek Tek akan kewalahan karena tenaganya terkuras. Untung Cian Tiang Cun menyerah kalah. Menyaksikan kawannya kalah, Bu Bong Tay-su maju. "Hm! Masih ada dua partai lagi, belum tentu kami yang kalah!" kata Bu Bong Tay-su yakin sekali. "Aku dengar kau akhli Tie-pit-su-seng, silakan kau maju!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik," kata Bun Yat Hoan sambil tertawa. "Sepuluh tahun alat tulisku ini (maksudnya pit) aku simpan saja. Untuk memenuhi permintaanmu, terpaksa kugunakan lagi!" Bu Bong membuka jubah merahnya. "Senjataku hanya jubah ini, mohon kau berbelas kasihan padaku," kata Bu Bong Tay-su. "Jika kau tidak berbelas kasihan, baiklah aku akan menyerah kalah saja!" "Baik, silakan kau maju!" kata Bun Yat Hoan. "Awas!" kata Bu Bong yang langsung mengibaskan jubah merahnya ke arah Bun Yat Hoan. Bun Yat Hoan menghindari serangan itu dengan mengelak sedikit, sedangkan pitnya langsung menotok jalan darah Iegiehiat di iga lawan. Bu Bong Tay-su menggeser kakinya, dia hindari serangan Bun Yat Hoan. Sesudah itu Bu Bong pun

menyabetkan jubah merahnya dengan hebat. Bun Yat Hoan terkejut merasakan kehebatan kebutan lawannya ini. Sebagai jago Bun Yat Hoan bersikap tenang. Dia segera membalas dengan beberapa totokan ke arah lawan. Pitnya berkali-kali mengarah ke setiap jalan darah lawan. Tapi Bu Bong seorang jago yang lihay, dia mampu menangkis maupun menghindari totokan lawannya. "Aah, ternyata pitmu yang dikatakan lihay, ternyata hanya begini saja," ejek Bu Bong. Tapi Bun Yat Hoan cuma tertawa. "Sabar, kau akan menyaksikan kelihayannya nanti!" kata Nun Tay-hiap. Saat Bu Bong diserang dia gunakan jubah merahnya menutup tubuhnya. Saat itu seakan-akan Bu Bong berada di tengah warna merah jubahnya saja. Sedang pit Bun Yat Hoan tak mampu menerobos untuk melukainya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai jago silat Bun Yat Hoan tahu betapa lihaynya Bu Bong Tay-su. Maka itu dia tidak berani sembarangan maju hingga terjebak akal musuhnya. Bun Yat Hoan mencari akal untuk merusak konsentrasi lawan, terutama mengalahkan tenaga dalamnya yang lihay. Tiba-tiba Bun Yat Hoan melakukan serangan kilat, dan ditangkis oleh Bu Bong menggunakan jubahnya dan jubah melembung seperti balon menahan serangan lawan. Saat itu terdengar suara senjata Bun Yat Hon yang mengenai jubah merah. Sekalipun tak bisa merobek jubah itu, tapi meninggalkan sedikit bekas. Bu Bong Tay-su tersenyum puas. "Hm! Tak salah dugaanku, pitnya tak mampu melubangi jubahku!" pikir Bu Bong. Kelihatan Bu Bong girang sekali. Bu Bong tak sadar kalau itu cuma "tipuan" Bun Yat Hoan yang "membiarkan" lawannya senang kalau jubahnya tidak tembus. Sebenarnya Bun Yat Hoan sedang menunggu saat yang tepat untuk mengalahkan sang lawan. Bu Bong Tay-su yang kegirangan melancarkan serangan bertubi-tubi hingga Bun Yat Hoan harus terus mundur. Bu Bong Tay-su yang bertambah girang, terus melancarkan serangannya. Tapi tiba-tiba terdengar bentakan Bun Yat Hoan. "Berhasil!" kata Bun Yat Hoan. Memang di luar dugaan Bu Bong Tay-su, tiba-tiba pit Bu Yat Hoan menerobos cepat bagaikan kilat, bahkan mampu melubangi jubah merah lawan.

"Kiranya berhasil!" teriak Kong-sun Po. Bu Bong Tay-su melemparkan jubah merahnya dengan keras ke muka Bun Yat Hoan. Lemparan jubah ini dibarengi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan sebuah totokan yang lihay. Bun Yat Hoan kaget. Untuk menghindari serangan itu hanya ada satu cara, dia lemparkan pitnya lalu dengan kedua tangannya dia hantam jubah merah lawan hingga jatuh. Bu Bong Tay-su tertawa terbahak-bahak. "Kau berhasil melubangi jubah merahku, dan aku juga berhasil menjatuhkan pitmu! Pertandingan ini kita anggap seri saja!" kata Cu Bong. Sebenarnya ucapan Bu Bong hanya untuk "menutupi" rasa malunya saja, karena tadi dia sesumbar bisa mengalahkan Bun Yat Hoan. Padahal dia pun sadar kalau dia telah kalah. "Hm! Enak saja, kau memang tak tahu malu. Memang kau yang menjatuhkan pit Bun Tay-hiap?" kata Kong-sun Po. "Sudah! Sudah, jangan paksa dia supaya mengaku kalah!" kata Bun Yat Hoan sambil tertawa. "Dia masih penasaran, biar dia maju lagi!" Bu Bong yang telah dikalahkan satu babak, lalu maju ingin menjajal yang kedua kalinya. Tapi Bun Yat Hoan melepaskan pit yang satunya, lalu dengan tangan kosong mereka akan bertarung. Oleh karena pernah dikalahkan, sekarang Bu Bong tidak berani memandang ringan lawannya. Tapi Bu Bong melakukan serangan gencar. Jurusnya pun aneh hingga Bun Yat Hoan tertarik menyaksikannya. Sebagai jago bergelar Thie-pit-suseng (Sastrawan bersenjata pit besi), sekalipun tanpa Poankoanpit, Bun Yat Hoan tetap lihay totokannya. Pertarungan jadi semakin hebat, dan Bun Yat Hoan dengan tenang mempelajari serangan lawan. Dia tahu Bu Bong menggunakan jurus totokan yang ada di lukisan Hiat-to-tongjin. Rupanya dia mempelajari lukisan itu yang dipinjam dari Wan-yen Tiang Cie yang bukan aslinya. Tapi sekalipun bagus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belum seistimewa aslinya. Saat itu Pek Tek dan Kong-sun Po sedang asyik menyaksikan pertarungan tingkat tinggi itu. Tapi tiba-tiba Pek Tek membisiki telinga Kong-sun Po. "Apa tidak kau dengar, rupanya pasukan musuh datang. Tak lama lagi tempat ini akan terkepung!" bisik Pek Tek.

Pada saat keadaan mulai gawat, Kong-sun Po maju menantang. "Wan-yen Hoo, mari kita bertanding!" kata Kong-sun Po. "Hm! Kau kira aku takut padamu? Kau sudah berkali-kali aku kalahkan!" kata Wan-yen Hoo. Wan-yen Hoo tak sadar kalau sekarang Kong-sun Po telah pulih dari keracunannya karena ditolong gurunya. Sedang Kong-sun Po yang tidak sabar dan geram pada Wan-yen Hoo langsung menyerang dengan jurus andalannya "Hui-liong-caythian" (Naga Terbang Ke Langit). Wan-yen Hoo merasakan serangan Kong-sun Po sangat dahsyat hingga dia seolah terdorong pukulan dahsyat dan dia kaget! Terpaksa dia menggunakan jurus istimewanya untuk menghadapi lawan hingga dia baru bisa mengatasi serangan itu. Kong-sun Po yang penasaran menyerang secara bergelombang, serangannya saling susul. Sekalipun Wan-yen Hoo lihay ilmu totoknya, tapi diserang demikian gencar dia tidak berdaya. Dengan demikian Wan-yen Hoo terdesak terus. Melihat kawannya dalam bahaya, Han Hie Sun maju. "Kong-sun Siauw-hiap, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu silatmu!" kata Han Hie Sun. Sebelum Han Hie Sun maju, Pek Tek menghadang di depannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Han Kong-cu apa kau tidak tahu peraturan Kangouw?" kata Pek Tek. "Jika tanganmu gatal, baik kau akan kulayani barang satu dua jurus!" Melihat Pek Tek tentu saja Han Hie Sun kaget. "Mana aku berani melawanmu, Pek Lo-su! Aku maju karena kuatir Kong-sun Siauw-hiap menyusahkan tamu Ayahku." Kata Han Hie Sun. "Karena memandang ayahmu, maka aku tidak ingin menyusahkan kau. Tapi jika aku disuruh mengalah pada pangeran asing itu, aku tidak bisa!" kata Pek Tek tegas. Kelihatan Han Hie Sun jadi serba-salah. Saat itu di luar rumah terdengar suara pertempuran. Soraksorai pun terdengar jelas. Ternyata itu perajurit dari gedung Perdana Menteri yang dipimpin oleh Su Hong. Mereka mendapat hadangan dari orang-orang Bun Yat Hoan. Di tengah kalangan tiba-tiba Kong-sun Po mengeluarkan bentakan keras, dibarengi dengan serangan hebat ke kepala Wan-yen Hoo, Wan-yen Hoo yang kaget segera menjatuhkan diri hendak bergulingan untuk menyelamatkan diri dari serangan maut Kong-sun Po. Tetapi cengkraman Kong-sun Po

membayanginya. "Jangan lukai dia!" teriak Pek Tek. Kong-sun Po berhasil mencengkram tengkuk Wan-yen Hoo. "Baik, Pek Lo-su!" kata Kong-sun Po. Saat itu Su Hong dan anak buanya sudah masuk ke dalam rumah Bun Yat Hoan. Melihat Wan-yen Hoo berada dalam cengkraman musuh, Su Hong menghentikan langkahnya. Mereka bengong keheranan. "Jika ada masalah mari kita bicarakan!" kata Han Hie Sun. Sesudah mendengar majikan mudanya bicara, Su Hong pun ikut bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya! Kalian pun sudah terkepung. Di luar para pemanah telah siap! Kalian tidak bisa lolos!" kata Su Hong. "Baik, kami tidak berharap akan selamat. Tetap sebelum aku mati, Wan-yen Hoo kubunuh lebih dulu!" kata Kong-sun Po. "Kau keluar, hentikan pertempuran!" kata Han Hie Sun pada Su Hong. Su Hong bergegas keluar. "Sekarang apa yang hendak kau lakukan, Han Hie Sun?" kata Kong-sun Po. "Menurut pepatah kuno: "Berdamai lebih baik daripada bertarung"," kata Han Hie Sun sambil tersenyum. "Bagaimana pendapatmu?" "Baik, katakan apa maumu?" kata Kong-sun Po. "Bebaskan dia, dan aku akan membawa pasukanku kembali!" kata Han Hie Sun. "Baiklah, sekalipun aku curiga maksud kedatangan kalian, khususnya apa yang akan kau lakukan terhadap Bun Tayhiap? Katakan selanjutnya apa yang kau mau?" kata Kong-sun Po. "Selanjutnya aku tidak tahu, terserah Ayahku saja!" kata Han Hie Sun. "Kabulkan saja permintaannya! Jika Han To Yu ingin menghadapiku, silakan saja jika mampu!" kata Bun Yat Hoan. Bun Yat Hoan berkata-kata sambil terus menyerang Bu Bong Tay-su, hingga lawannya hampir kehabisan napas. Sekarang pertarungan di luar sudah dihentikan, kini tinggal Bun Yat Hoan dan Bu Bong yang masih bertarung hebat. "Harap hentikan perkelahianmu, Bu Bong Tay-su!" teriak Han Hie Sun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi Bu Bong seolah tidak mendengarnya dia masih bertarung. Rupanya pertarungan jago tingkat tinggi tidak mudah dihentikan begitu saja. Melihat lawan sudah kepayahan, akhirnya Bun Yat Hoan mengalah. Dia mundur perlahan-lahan, sedang Bu Bong Tay-su tampak kepayahan. Akhirnya dengan wajah lesu Bu Bong Tay-su mengeluh. "Mari kita pulang saja!" kata Bu Bong. Saat mereka akan pergi, Kong-sun Po membentak. "Tunggu!" kata Kong-sun Po. Tangan Kong-sun Po masih mencengkram bahu Wan-yen Ho dengan keras. "Kau mau apa lagi?" kata Han Hie Sun. "Bukankah kita sudah setuju berdamai?" "Benar, aku tak ingkar janji. Tapi kembalikan payungku, jika kau kembalikan baru dia aku lepaskan!" kata Kong-sun Po. "Tapi kau lihat sendiri, payung itu tidak kami bawa," kata Wan-yen Hoo. "Masa bodoh, selama payungku belum kembali kau tetap di sini!" kata Kong-sun Po tegas. Baik Wan-yen Hoo maupun Han Hie Sun jadi bingung. "Baik, akan kuusahakan," kata Han Hie Sun yang langsung minta izin keluar. Saat Han Hie Sun masuk dia datang bersama See-bun Chu Sek. Di tangan See-bun Chu Sek terdapat payung milik Kongsun Po. Sesudah dikalahkan di penginapan, See-bun pulang. Setelah sampai Su Hong bersama anak buahnya berangkat ke tempat Bun Yat Hoan. Sambil membawa payung See-bun Chu Sek menyusul dan dia kira mereka memperoleh kemenangan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak diduga justru Wan-yen Hoo berada di tangan Kong-sun Po. "Itu payungmu, sekarang bagaimana? Apakah kau mau membebaskan aku?" kata Wan-yen Hoo. Sesudah menerima payung itu Kong-sun Po berniat melepaskan sanderanya. Tapi tiba-tiba Pek Tek berseru. "Tunggu dulu!" kata Pek Tek. Mendengar ucapan Pek Tek, Han Hie Sun kaget. "Kau mau apa lagi, Pek Lo-su?" kata Han Hie Sun. "Terus-terang aku tidak percaya pada kalian, maka itu kami

minta diantar oleh Wan-yen Hoo. Jika kalian tidak percaya kalian boleh ikuti kami!" kata Pek Tek. "Jika kalian tidak percaya pada kami, kami juga begitu!" kata Wan-yen Hoo. Bun Yat Hoan gusar. "Hm! Jangan kau samakan kami dengan bangsa Kim yang tak bisa dipercaya! Sesampai di kaki gunung, kau pasti kami bebaskan!" kata Bun Yat Hoan. "Kau jangan takut, Wan-yen Kong-cu, kata-kata Bun Tayhiap dapat dipercaya!" kata Han Hie Sun. Sesudah itu Bun Yat Hoan dan kawan-kawannya turun gunung dengan diantar oleh Han Hie Sun, sedang Wan-yen Hoo tetap disandera. Sampai di bawah Bun Tay-hiap memerintahkan agar Wan-ye Hoo dibebaskan. "Katakan pada ayahmu, tentara rakyat tak bisa dimusnahkan! Kami akan tetap berj uang melawan musuh dan tidak memusuhi ayahmu. Tetapi jika kami terlalu didesak, kami pun tak segan-segan untuk bertindak!" kata Bun Yat Hoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Hie Sun hanya mengiakan tanpa banyak bicara, lalu Han Hie Sun dan Wan-yen Hoo segera meninggalkan mereka. Sesudah kedua orang itu pergi Bun Yat Hoan mengatakan bahwa dia akan melakukan konsolidasi dengan kawan-kawan seperjuangannya. Bun Yat Hoan meminta agar perubahan politik pemerintah disampaikan pada Hong-lai-mo-li. Maka itu dia tidak bisa ke Kim-kee-leng. "Harap kau berhati-hati, musuhmu semakin banyak," kata Pek Tek pada Kong-sun Po. "Baik," kata Kong-sun Po. Mulutnya berkata begitu tapi hatinya malah berharap bisa bertemu lagi dengan pangeran Kim itu dan dia akan menghajarnya karena "pembalasannya" tadi, dia rasakan belum cukup, karena sakit hatinya dipermainkan oleh pangeran itu. Maka berangkatlah Kong-sun Po. Sesudah menyeberangi sungai Tiang-kang dia berjalan menuju ke utara. Di sepanjang jalan dia tidak mengalami sesuatu dan aman-aman saja. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 60 Kong-sun Po Bertemu Para Pembegal; Kong-sun Po Berhasil Mengalahkan Lawan-lawannya

Dikisahkan Kong-sun Po sedang melakukan perjalanan menuju ke kota Kah-san-kwan di Shoa-tang seorang diri.

Karena tidak ada gangguan di perjalanan, tak lama dia sudah sampai ke Shoa-tang. Sedang dari Kah-san-kwan ke Kim-keeleng hanya butuh tiga hari perjalanan saja.. Saat Kong-sun Po sedang berjalan santai, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda sedang mendatangi, dua

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penunggang kuda yang wajahnya tampak bengis mengawasi padanya. Kong-sun Po menduga kedua penunggang kuda bersenjata lengkap itu orang kalangan Liok-lim (Golongan Rimba Hijau) alias para penjahat. Kedua penunggang kuda itu mengawasi ke arah Kong-sun Po dengan matanya yang tajam. Saat kuda mereka sudah dekat, Kong-sun Po menepi memberi jalan. Kedua penunggang kuda itu melintas dan salah seorang bicara. Tapi karena bahasa yang dipergunakan Kang-ouw, Kong-su Po tidak paham kata-katanya. Kong-sun Po tidak takut pada kedua orang Rimba Hijau itu, karena jika dia dirampok pun uangnya hanya tinggal sepuluh tail saja. Tetapi kedua penjahat itu tidak bertindak apa-apa. "Aah, aku terlalu bercuriga," pikir Kong-sun Po geli. Dengan santai Kong-sun Po melanjutkan perjalanan. Tapi tiba-tiba dia kaget ketika mendengar suara derap kuda. Saat dia menoleh, ternyata dua penunggang kuda tadi yang dia kira orang Lioklim itu sedang melarikan kudanya ke arahnya. Kong-su Po tak takut, dia menghentikan langkahnya berdiri di tengah jalan. Lagi-lagi Kong-sun Po salah duga, ternyata kedua penunggang kuda itu tidak minta jalan. Malah mereka menepi ke kiri dan kanan lalu meneruskan perjalanan mereka. Kongsun Po keheranan. "Eh, mau apa orang-orang ini? Sekalipun wajahnya garang tapi belum tentu mereka penjahat!" pikir Kong-sun Po Kong-su Po kembali melanjutkan langkahnya. Tapi menjelang sore. Tiba-tiba dari belakang dia muncul lagi dua penunggang kuda yang lain. Mereka berwajah garang dan membawa senjata. Saat melewati Kong-sun Po mereka menoleh hingga membuat Kong-sun Po curiga. Karena cuaca semakin gelap, Kong-sun Po akan mencari tempat untuk bermalam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu kembali terdengar derap kaki kuda dari atas gunung mendatangi ke arah Kong-sun Po. Dari pembicaraan

mereka Kong-sun Po menduga, orang-orang itu mengira dia membawa barang berharga. Tapi kawannya kurang yakin hingga keduanya berdebat. Sekarang Kong-sun Po semakin yakin, bahwa mereka memang dari golongan Liok-lim. "Eeh, mereka pergi ke mana? Kenapa tidak kulihat lagi mereka? Jangan-jangan gunung itu sarang mereka?" pikir Kong-sun Po sambil mengawasi gunung yang ada di depannya. Cuaca sudah gelap. Kong-sun Po jadi iseng dia ingin tahu mau apa mereka, dia berlari cepat untuk mencari tahu. Sampai di tengah hutan Kong-sun Po kehilangan jejak mereka. Dia tak tahu di mana mereka berada. Ketika Kong-sun Po sedang bingung mencari mereka, tibatiba dia mendengar suara. "Plok! Plok!" itu dua tepukan tangan dari tempat gelap. Kong-sun Po tahu suara itu datang dari arah timur, rupanya mereka sudah sepakat akan bertemu di sana. Diam-diam Kong-sun Po menuju ke tempat suara tadi. Dia kaget saat melihat ada api unggun di tengah hutan terbuka. Malah Kongsun Po pun lihat keenam penunggang kuda yang dia lihat dijalan tadi ada di situ. Diam-diam Kong-sun Po naik ke atas pohon. Dari sana dia bisa melihat dengan jelas ke arah mereka. Tak lama Kong-sun Po mendengar salah seorang dari mereka bicara. "Kelihatannya dia tidak membawa apa-apa, pasti ada yang dia sembunyikan. Jika bukan emas mungkin barang berharga lainnya," kata yang seorang. Kong-sun Po insyaf apa maksud mereka. Mereka itu penjahat yang sudah akhli dan tahu korbannya membawa barang apa. Contohnya jika dia membawa emas atau uang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perak, maka orang itu akan berjalan lambat, sebaliknya jika membawa permata dia akan berjalan biasa. Tapi bawaannya lebih berharga. Sedikitpun mereka tidak mengira benda berat yang dibawa Kong-sun Po payungnya. Maka itu salah seorang dari mereka berkata. "Pasti dia membawa benda berat, maka itu kita harus waspada. Sungguh berani dia berjalan sendirian. Aku yakin dia pandai ilmu silat!" kata orang itu. "Hm! Jadi kalian ragu terhadap diriku?" pikir Kong-sun Po geli. "Tidak perlu," kata yang ketiga. "Itu makan waktu, kita pun akan kehilangan kesempatan baik!" "Kita tidak boleh dianggap remeh, kenapa kita harus takut

kepadanya?" kata orang keempat. "Kita berenam masa kalah olehnya. Sekalipun dia pandai ilmu silat." kata orang kelima. "Sabar," kata orang yang keenam. "Dia belum sampai ke sini, kenapa kalian ribut?" "Sekalipun demikian harus kita rencanakan dulu bagaimana kita menyergapnya, jangan sampai saatnya malah kacaubalau," kata yang pertama. "Tahukah kalian, kenapa aku bilang harus sabar, sebab Han Toa-ko dari Tiauw-houw-kan akan segera datang," kata orang yang keenam. "Pengalaman dia lebih luas. Sekarang dia sedang mencari tahu asal-usul bocah itu!" "Jika dia datang, tentu bagian kita akan lebih sedikit," kata kawannya. Saat itu terdengar tepukan tangan dua kali. "Itu Han Toa-ko sudah tiba!" kata mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seorang pria yang memelihara bewok muncul sambil tertawa terbahak-bahak. "Kalian salah duga, aku bukan Han Toa-ko! Apa aku boleh bergabung?" kata si bewok. Ternyata dia bukan Han Toa-ko yang dimaksud mereka. "Aku dengar kau ikut See-cun Sian-seng dan hidup senang, apa kau masih ingin melakukan pekerjaan kaum Rimba Hijau, Kim Toa-ko?" kata orang yang keenam. Dulu si bewok memang penjahat terkenal, bahkan lebih tekenal dari Han Toa-ko si Harimau Melompat. Tapi kemudian dia ikut bergabung dengan See-bun Souw Ya. "Ah, hanya seekor domba kecil, apa artinya bagiku. Aku datang ke mari justru mau memberi kalian sesuatu yang lebih berharga!" kata orang she Kim itu. "Wah, kami senang jika Kim Toa-ko mau berbagi rejeki dengan kami. Tapi katakan dulu, apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkannya?" kata salah seorang dari keenam orang itu. "Aku yakin kalian kenal dengan Hek-hong To-cu, bukan?" kata orang she Kim. "Ya, kami kenal. Kami dengar dia sudah ada di Tiong-goan, apa benar?" kata mereka. "Hebat pendengaran kalian, benar. Malah tak lama lagi dia bakal jadi Bu-lim Beng-cu!" kata orang she Kim itu. "Yang kami dengar yang akan menjadi Bu-lim Beng-cu seTionggoan itu See-bun Souw Ya, kalau begitu mereka bisa rebut dan berkelahi!" kata si orang pertama. "Aku kira sebaiknya tidak berkelahi, malah See-bun harus

beusaha mendekatinya," kata si orang she Kim. "Apa benar? Apa mau See-bun Souw Ya berada di bawahnya?" kata orang pertama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah jangan ribut, aku kira kalian tidak tahu masalahnya," kata orang she Kim. "Jangan salah See-bun Souw Ya bisa jadi Beng-cu jika didukung oleh Kok-su Mongol itu. Tapi jika Kok-su itu memilih Kiong To-cu, See-bun Souw Ya mana bisa membantah putusannya! Sekalipun aku tahu mungkin See-bun kesal juga." "Jadi begitu masalahnya, lalu apa hubungannya dengan rejeki yang Kim Toa-ko tawarkan kepada kami?" kata orang pertama mewakili yang lain. "Tentu ada hubungannya," kata orang she Kim. "Ceritanya begini. Kiong To-cu hanya punya anak perempuan satusatunya. Semula nona itu mau ikut ayahnya ke Mongol. Tapi ketika di penginapan tiba-tiba nona itu pergi tanpa pamit dan entah ke mana. Aku diminta untuk mencari dia. Coba kalian bayangkan apa yang akan kita dapatkan jika kita menemukan nona itu. Tak lama lagi Kiong To-cu akan jadi Bu-lim Beng-cu di Tiongkok. Ditambah lagi bangsa Mongol akan memerintah negeri ini. Apa itu bukan rejeki besar bagi kita? Maka itu aku minta bantuan kalian untuk mencarinya." Tapi keenam orang itu tak bicara, mungkin ragu-ragu. Tapi salah seorang lalu bicara. "Mangsa kami sudah ada di depan mata, sayang kalau tidak disambar. Bagaimana kalau ini dulu kami kerjakan. Sesudah itu baru pekerjaan Kiong To-cu, bagaimana?" kata salah seorang dari keenam orang itu. "Kami kira paling lambat mangsa kita itu besok sudah lewat di sini!" "Tapi kalian ingat, masalah Kiong To-cu dan Liong Siang Hoat-ong sangat penting! Jika kita ayal dan nona Kiong sudah kabur jauh, untuk mencarinya pasti akan susah sekali. Coba kalian pertimbangkan, bukankah urusan ini lebih besar dibanding dengan mangsa yang akan kalian terkam itu!" kata orang she Kim.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat mereka sedang berbincang salah seorang dari mereka berseru. "Itu Han Toa-ko datang!" katanya. "Eh kok berdua? Dengan

siapa dia datang?" kata orang itu. Semua orang itu tidak kenal dengan kawan Han Toa-ko itu, tapi Kong-sun Po di atas pohon malah mengenalinya. Dia Seebun Chu Sek, anak buah Wan-yen Hoo. "Hm! Aku memang sedang mencarinya, malah bertemu di sini," pikir Kong-sun Po. "Eh, kau juga datang Saudara See-bun!" kata orang she Kim yang juga kenal dengannya. "Ternyata kau Kim Jit! Bagaimana keadaan Pamanku Seebun Souw Ya? Kenapa kau juga ada di sini, mau apa?" kata See-bun Chu Sek. Orang she Kim itu tampak kebingungan. "Beberapa hari yang lalu Pamanmu bersama Kok-su, dia juga membicarakan kau. Kenapa kau tidak ikut dengan Pamanmu?" kata orang she Kim yang dipanggil Kim Jit itu. See-bun Chu Sek memang keponakan See-bun Souw Ya. "Aku punya majikan dan Pamanku juga punya majikan, jadi kami berjalan masing-masing, sekalipun cita-citanya aku kira sama!" kata See-bun Chu Sek. "Hal itu aku sudah tahu, tapi yang ingin kutahui apa maksud kedatanganmu bersama Han Toa-ko ini?" kata Kim Jit. "Katakan dulu, kau juga mau apa ke mari?" kata See-bun Chu Sek. Kim Jit kelihatan bingung, dia tidak segera menjawab pertanyaan itu. Setahu dia paman See-bun Chu Sek bersaing ingin menjadi Beng-cu dengan Kiong To-cu. Maka itu dia bicara terus terang pada See-bun Chu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami dapat tugas dari Kok-su untuk membantu Kiong Tocu mencarikan puterinya," kata Kim Jit. "Jadi masalah itu. Kebetulan aku juga sedang mencari seseorang, mungkin ada hubungannya dengan nona Kiong yang kalian cari!" kata See-bun Chu Sek. "Siapa dia?" kata Kim Jit. "Seorang pemuda berpakaian sederhana, dia selalu membawa sebuah payung besi," kata See-bun Chu Sek. "Aah, kebetulan. Pemuda itulah yang sedang kami intai dan akan kami sergap!" kata salah seorang dari enam orang itu. "Sesudah kita bekuk, hasilnya baik kita bagi sama saja!" "Bagaimana kalian ini," kata Kim Jit. "Apa kalian kira pemuda itu lebih berharga daripada nona Kiong? Saudara Seebun, sebaiknya kau harus bantu aku dulu!" "Tahukah kalian siapa pemuda itu, dan apa yang dia bawabawa?" kata See-bun Chu Sek. "Ya, coba kau tolong jelaskan padaku!" kata Kim Jit.

Sebenarnya bukan Kim Jit saja yang ingin tahu apa yang dibawa pemuda itu, tapi keenam orang itu pun ingin tahu. "Namanya Kong-sun Po, dia membawa sebuah payung pusaka yang langka," kata See-bun Chu Sek. "Nama payung itu Hian-tiat-po-san!" "Jadi dia membawa payung pusaka?" kata salah seorang dari keenam orang itu. "Benda pusaka apa Hian-tiat-po-san itu?" kata yang lain. "Itu senjata terampuh di kalangan Kang-ouw," kata Kim Jit. "Aku dengar senjata itu mampu menandingi berbagai senjata tajam macam apa saja!" Yang paling diinginkan di kalangan Kang-ouw adalah sebuah senjata istimewa, kitab ilmu silat dan seekor kuda

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jempolan. Semua menggumam. Tiba-tiba salah seorang bicara. "Payung hanya satu ada sembilan orang. Bagaimana cara membaginya?" kata orang itu. "Memang benar payung cuma sebuah, tapi untuk usaha kalian pasti ada imbalannya," kata See-bun Chu Sek berjanji. "Kalau begitu, apa imbalan yang akan kau berikan, See-bun Sian-seng?" kata salah seorang dari mereka. "Aku bekerja untuk Pwee-lek (Pangeran) Kim bernama Wan-yen Hoo. Pemuda itu musuh besarnya, jika kalian bisa merampas payungnya, maka kalian akan diberi 100.000 tail perak. Apalagi jika sekalian bisa membunuh pemuda itu akan ditambah lagi 50.000 tail perak. Selain itu kalian juga boleh melakukan apa saja tak akan diganggu oleh pihak Kim!" kata See-bun Chu Sek. Jumlah hadiah itu cukup besar hingga membuat semua orang tertarik sekali. Melihat hal itu Kim Jit jadi bingung. "Bagaimana dengan pekerjaan mencari nona Kiong?" katanya. "Pekerjaan itu jauh lebih menguntungkan, jangan kalian anggap remeh!" Mendengar hal itu keenam orang itu bingung, mereka saling pandang tak bicara. Melihat hal itu See-bun Chu Sek kurang senang. "Hm! Jadi Kim Toa-ko ingin bersaing denganku," kata Seebun Chu Sek. "Kalau begitu kita harus membuat janji!" "Janji apa?" kata Kim Jit. "Pertama Kim Toa-ko membantu usahaku, sesudah selesai aku janji akan membantumu!" kata See-bun Chu Sek. "Jadi kau sudah tahu, di mana nona Kiong berada?" kata Kim Jit kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sendiri tidak tahu di mana, tapi Han Toa-ko ini yang tahu," kata See-bun Chu Sek. "Benar aku tahu di mana nona Kiong berada, Aku jamin dalam tiga hari ini dia tidak akan ke mana-mana," kata Han Toa-ko itu. "Di mana?" kata Kim Jit. "Sebaiknya kau bantu kami dulu, baru kau akan kubantu mencarikan nona Kiong. Bagaimana?" kata See-bun Chu Sek. Rupanya karena See-bun Chu Sek ngeri menghadapi Kongsun Po, dia mencari dukungan sebanyak-banyaknya. "Baik," akhirnya Kim Jit buka suara. "Aku bersedia bekerjasama denganmu!" "Hm! Bagus! Memang seharusnya begitu, sama-sama saling menguntungkan. Oh, ya ada yang aku belum katakan pada kalian, nona Kiong itu kekasih Kong-un Po yang sedang kalian incar!" kata See-bun Chu Sek. "Tetapi karena Kiong To-cu tidak setuju puterinya menikah dengannya! Jika kau bisa membunuh dia, Kiong To-cu pasti senang sekali." "Jadi begitu masalahnya," kata Kim Jit. "Ayo kita turun dan tunggu dia di bawah gunung saja!" Di atas pohon Kong-sun Po tersenyum. "Jadi orang she Han itu sudah tahu di mana Mi Yun berada. Dengan demikian aku bisa mencarinya dengan mudah!" pikir Kong-sun Po. Sesudah itu Kong-sun Po melompat dari atas pohon. "Hai! Kalian tak usah menunggu lagi, aku ada di sini! Siapa yang menginginkan payungku, silakan maju!" kata Kong-sun Po dengan lantang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar seruan dan tantangan pemuda itu, semua orang itu tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka orang yang mereka cari sudah lama ada di tempat itu. "Hati-hati payung pusakanya, jangan sampai bentrok dengan senjata kalian," kata See-bun Chu Sek memperingatkan. "Serang dan kepung dia bersama-sama. Jika perlu gunakan senjata rahasia!" Saat itu mereka menyerang beramai-ramai, tapi Kong-sun Po menangkis dengan payung besinya. Terdengar suara bentrokan senjata berkali-kali. Hasilnya ada yang goloknya gompal, toya besinya bengkok dan macam-macam lagi.

"Lepas senjata rahasia!" See-bun memberi komando. Sesudah musuhnya mundur Kong-sun Po segera membuka payung besinya, karena berhamburan senjata rahasia ke arahnya. Suara pletak-pletok nyaring terdengar berulangulang. Semua senjata rahasia itu berjatuhan ke tanah tak mampu menembus payung besi Kong-sun Po. Malah banyak senjata rahasia musuh yang mental dan berbalik menyerang kawan sendiri. Dua di antara mereka terkena senjata rahasia itu hingga terdengar suara keluhan saling susul. "Ah, payungnya benar-benar hebat, kita harus segera mundur!" kata salah seorang. "Jangan lari, siapa yang berani kabur, dia akan kubunuh!" kata Han Toa-ko dengan bengis. Dia mengancam orang yang tadi ketakutan itu. "Jika kita yang berjumlah banyak tak mampu mengalahkannya, bagaimana kalian bisa bertahan di dunia Kang-ouw?" "Tenang! Kepung dia, dia tidak akan bisa lolos walaupun punya sayap?" kata Kim Jit. "Serang dia dengan jarum!" kata See-bun Chu Sek. Senjata Kim Jit bernama "Lian Cu Kauw" atau Cakar memakai rantai, senjata ini bisa dipakai menyerang dari jarak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jauh, bahkan bisa ditarik maupun dipakai menyerang secara tiba-tiba. Kim Jit berhasil menggaet payung lawan. Tapi Kongsun Po menyambar akan menarik rantai cakar itu, Kim Jit sudah menariknya kembali. Saat serangan Kim Jit datang buru-buu Kong-sun Po menutup payungnya dipakai menangkis. Tak lama terdengar suara nyaring, ternyata Kongsun Po berhasil menyampok cakar berantai itu hingga terpental. Tapi dalam sekejap senjata itu sudah datang lagi menyambar ke arah bahu Kong-sun Po. "Sungguh lihay," pikir Kong-sun Po. "Pantas See-bun berusaha membujuknya!" Kong-sun Po agak kewalahan juga, karena selain menghadapi sambaran cakar rantai Kim Jit, dia juga harus waspada terhadap serangan jarum halus lawan. Maka itu dia berpendapat, bahwa dia harus mengalahkan Kim

Jit dan See-bun dulu. Dengan demikian yang lain dia pikir akan takluk sendiri. Kong-sun Po segera menggunakan siasat "mengalah dulu" dan membiarkan dia diserang, hingga berulang-ulang dia harus mundur. Kim Jit girang, dia memberi semangat pada semua kawannya agar maju mengepung pemuda itu lebih rapat lagi. Melihat musuh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"terpancing" oleh akalnya, Kong-sun Po girang. Saat serangan cakar rantai datang, pemuda itu berkelit, hingga cakar menghajar tanah. Buru-buru Kong-sun Po melompat dan menginjak cakar rantai itu dengan kakinya. Sedangkan tangannya yang memegang payung dipakai memukul bahu Kim Jit. Tangan kosongnya pun bergerak menghajar lawan yang berada dekatnya. "Aduuh!" teriak Kim Jit. Betapapun hebat dan kuatnya Kim Jit, terhajar payung baja Kong-sun Po, dia menjerit kesakitan. Untung nyawanya selamat tapi Kim Jit akan cacat seumur hidup. Sedang kawanan penjahat yang terhajar pun mengaduh kesakitan karena terpukul tangan pemuda itu. Saat itu See-bun Chu Sek maju, tapi disambut oleh serangan dahsyat Kong-sun Po. Karena dulu pernah dikalahkan, See-bun agak jerih pada pemuda ini.Kong-sun Po pun menyerang dengan tangannya yang sudah berwarna merah. Inilah jurus Hua-hiat-to yang menyiarkan bau amis. Melihat tangan lawan menyerang, See-bun Chu Sek tidak berani menangkisnya. Ternyata serangan Kong-sun Po cepat sekali, walau Seebun Chu Sek sudah berusaha semampunya, tidak urung dia terkena pukulan lawan. Saat kedua tangan mereka beradu, See-bun Chu Sek menjerit keras. "Aduh! Mati aku!" teriaknya. See-bun Chu Sek melompat, tapi sayang lompatannya meleset hingga dia terjatuh ke bawah bukit. Dari keenam kawanan penjahat itu, sudah banyak yang terluka dan kabur. Sedang sisanya amat ketakuan dan berusaha kabur sambil berteriak-teriak meninggalkan Han Toa-ko mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat orang-orang itu kabur, Kong-su Po meraup segenggam kerikil yang segera disambitkan ke arah mereka. Tak lama terdengar suara jeritan kesakitan dari orang-orang yang kabur itu. Han Toa-ko pun kabur, tapi dikejar oleh Kongsun Po, pikir Kong-sun Po See-bun Chu Sek tak perlu dikejar, karena dia tidak akan tahan lama berlari dan dia akan roboh sendiri. Dia sudah terkena pukulan Hua-hiat-to yang lihay. Kong-sun Po dengan gin-kang yang tinggi berhasil menyusul orang she Han itu. "Berhenti!" bentak Kong-sun Po. Orang she Han yang ketakutan itu tanpa terasa berlutut. Saat itu Kong-sun Po menekan bahu orang she Han itu dengan payungnya. Bukan main kagetnya orang she Han itu, dia tahu betapa hebatnya payung itu saat menghancurkan bahu Kim Jit tadi. Buru-buru orang she Han itu minta ampun. "Ampun Kong-sun Siauw-hiap," kata orang she Han. "Baik kau kuampuni, tapi kau harus menuruti perintahku!" kata Kong-sun Po. "Apa yang Kong-sun Siauw-hiap inginkan dariku, katakan saja!" kata orang she Han itu. "Silakan berdiri!" kata Kong-sun Po. "Sekarang katakan di mana nona Kiong berada?" "Jadi Siauw-hiap ingin tahu tentang nona itu, tapi... .tapi..." "Katakan jangan tapi-tapi saja!" kata Kong-sun Po mengancam dengan payungnya. "Mohon sabar Siauw-hiap, kira-kira 300 li dari sini di sana ada gunung Sun-keng-san. Gunung itu ada di Kabupaten Insiukwan. Kau tahu kan?" kata orang she Han. "Kau tahu kenapa nona itu ada di sana?" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu kenapa dia tinggal di sana," kata orang she Han. "Siapa nama keluarga yang ditumpangi nona Kiong itu? Katakan jangan bertele-tele!" kata Kong-sun Po. "Dia tinggal di tempat Jen Thian Ngo, orang tua yang sudah lama mengasingkan diri. Apa kau kenal dengannya?" kata orang she Han. "Jen Thian Ngo?" kata Kong-sun Po kaget. Kong-sun Po tahu Jen Thian Ngo paman Kok Siauw Hong, tahun lalu dia baru bertemu dengannya. Tapi anehnya orang

she Han ini mengatakan dia sudah lama mengasingkan diri.. "Setahuku dia bukan orang baik, apa yang dia lakukan di sana?" pikir Kong-sun Po. "Jadi dia ada di sana, apa kau sahabat orang tua itu?" kata Kong-sun Po. "Aku cuma kenalan biasa," jawab orang she Han itu. "Apa kau tahu dia bersahabat dengan orang Mongol, Seebun Souw Ya itu sahabat baiknya," kata Kong-sun Po. Mendengar ucapan Kong-sun Po orang she Han itu kaget. "Oh begitu! Malah aku sendiri tidak tahu..." kata orang she Han yang wajahnya segera berubah. Melihat perubahan itu Kong-sun Po yang sudah tahu hubungan Jen Thian Ngo dan orang Mongol sangat dirahasiakan. Sekarang Kong-sun Po malah dibukanya terangterangan. Tentu saja orang she Han itu kaget. "Hm! Aku yakin kau tahu masalah ini!" ejek Kong-sun Po. "Kau jangan bohong!" Kong-sun Po mengangkat payungnya akan menghantam orang she Han itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ampun! Ampun Kong-sun Siauw-hiap!" katanya. "Jadi kau akan bilang tidak tahu?" bentak Kong-sun Po. "Maaf, aku tidak berani," kata orang she Han. "Terusterang aku memang tidak tahu dia konco bangsa Mongol, Aku memang pernah mendengar tentang Jen Thian Ngo dari Seebun Chu Sek tapi...." "Tapi apa?" bentak Kong-sun Po. "See-bun Chu Sek bilang Jen Thian Ngo seorang jago, maka dia pesan agar jangan memusuhinya," kata orang she Han. "Hm, jago apa. Dia justru pembohong besar, pengkhianat bangsa!" kata Kong-sun Po. "Lalu apa lagi yang dikatakan See-bun Chu Sek padamu?" "See-bun Souw Ya menyuruh See-bun Chu Sek bekerja pada bangsa Kim, sehingga majikan mereka jadi berbeda tapi tujuannya sama! Mereka seolah hendak berdiri di atas dua buah perahu. Jika perahu yang satu tenggelam mereka masih punya perahu yang lainnya. Sebab baik bangsa Kim maupun bangsa Mongol yang menang, keluarga See-bun tetap akan berkuasa! Begitu katanya." Ternyata paman dan keponakan ini berbagi tugas, dengan tujuan mana yang menang itu yang mereka abdi. "Tapi apa hubungannya dengan Jen Thian Ngo?" kata Kong-sun Po. "Kata See-bun Chu Sek, See-bun Souw Ya sering memujimuji

orang she Jen itu. Dia membagi tugas dengan See-bun Chu Sek karena ingin meniru kecerdikan Jen Thian Ngo. Pertama-tama Jen Thian Ngo seolah mengabdi kepada semua pendekar yang menentang bangsa asing, sedang kaki yang lain menginjak ke pihak Mongol!" kata orang she Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika demikian kenapa See-bun Chu Sek tidak langsung menemui Jen Thian Ngo dan minta agar nona Kiong diserahkan kepadanya?" kata Kong-sun Po. "See-bun Chu Sek anak buah bangsa Kim, dia mendapat perintah dari Wan-yen Hoo agar mencari....ah...mencari..." "Mencariku?" kata Kong-sun Po. "Kau benar! Ditambah lagi Jen Thian Ngo tidak mengetahui See-bun Chu Sek bekerja untuk bangsa Kim, jadi dia hanya kenal See-bun Souw Ya. Mereka tidak mungkin berhubungan karena masing-masing tidak kenal!" kata orang she Han. "Pantas saja dia bujuk Kim Jit, karena jika berhasil menangkapku, dia jadi berjasa pada bangsa Kim demikian juga Kim Jit, begitu?" kata Kong-sun Po. "Ya, memang begitu. Sekarang kau sudah tahu semuanya, apa aku sudah boleh pergi?" kata orang she Han itu. "Baik, tapi kau harus mengantarku dulu ke rumah Jen Thian Ngo!" kata Kong-sun Po. 'Oh aku tidak berani, kepandaian silatnya tinggi!" kata orang she Han. "Jangan takut aku akan menjaga keselamatanmu,:" kata Kong-sun Po. "Sesudah kau tunjukkan rumahnya, kau boleh pergi!" "Baik-baik," kata orang she Han yang jerih karena ancaman Kong-sun Po. Dia menurut tapi otaknya tetap bekerja. Sampai di tempat Jen Thian Ngo dia akan melihat situasi. Sedang Kong-sun Po sadar Jen Thian Ngo itu seorang pesilat licik dan pengkhianat. Itu sebabnya Kok Siauw Hong pun mencurigai pamannya. Kong-sun Po dan orang she Han menemukan kuda-kuda keenam penjahat itu masih ditambat. Dengan kuda itulah mereka berangkat ke In-siu-kwan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat Kiong Mi Yun mengikuti ayahnya akan ke Ho-lin bersama Kok-su Mongol, di penginapan dia bisa meloloskan diri. Dalam perjalanan Kiong Mi Yun tiba di In-siu-kwan.

Saat santai berjalan kaki tiba-tiba terdengar suara panggilan. "Nona Kiong! Tunggu!" kata orang itu. Kiong Mi Yun menoleh, dia mengenali Jen Thian Ngo. "Ah, bagaimana kau bisa ada di sini?" kata Jen Thian Ngo. "Aku sahabat baik ayahmu. Singgah dulu rumahku ada di sini!" Dulu tanpa sengaja Kiong Mi Yun pernah memergoki Jen Thian Ngo mendatangi rumah Han Tay Hiong. Di sana dia mencuri barang milik Han Tay Hiong. Kiong Mi Yun juga ingat dia mengirim muridnya yang bernama Ih Hoa Liong untuk menghubungi See-bun Souw Ya, saat mereka bersekongkol hendak merampok harta keluarga Han yang mau diangkut dan diserahlan pada lasykar rakyat. Kiong Mi Yun sudah tahu Jen Thian Ngo ini bukan orang baik. Tapi karena seorang diri, Mi Yun berpikir. Dia bukan tandingan Jen Thian Ngo. "Mana ayahmu?" kata Jen Thian Ngo. "Ayah ada di Hek-hong-to dia tidak datang!" jawab nona Kiong. "Kau sendiri mau ke mana, Nona Kiong?" "Aku sudah puas berkelana di Tiong-goan, hari ini aku mau pulang!" kata Kiong Mi Yun. "Mungkin Ayahku sedang menungguku pulang!" "Tapi sungguh aneh. cerita yang aku dengar berlainan sekali dengan ceritamu, nona?" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang beda?" tanya nona Kiong heran dan membuat jantungnya berdebar. "Aku dengar ayahmu sudah ada di sini, jadi bukan sedang menunggumu pulang." kata Jen Thian Ngo. "Aaah masa?" kata nona Kiong. "Setahuku Ayahku sudah lama mengasingkan diri di Hek-hong-to. Mungkin ada sahabat lamanya yang mengundang beliau datang. Barangkali Paman benar dia sudah ada di sini?" kata Mi Yun karena sudah terbuka kebohongannya terpaksa berpura-pura. "Kalau ayahmu tidak ada di Hek-hong-to, kau tidak perlu terburu-buru kembali ke sana. Aku sahabat ayahmu, kau singgah dulu saja di rumahku. Akan kuusahakan memberitahu ayahmu, supaya kau bisa bertemu dengannya," kata Jen Thian Ngo licin. Ternyata di otak Jen Thian Ngo sudah ada sebuah rencana, karena dia sudah tahu Kok-su Mongol hendak menggaet ayah si nona. Yang belum diketahuinya bahwa nona Kiong justru kabur saat diajak ayahnya ke Mongol bersama Kok-su Mongol

itu. "Maaf, Paman Jen. Aku harus segera pulang. Aku hanya bilang mau tinggal setahun saja di Tiong-goan. Kau kan tahu watak Ayahku ditambah lagi ada urusan yang harus kubereskan di sana. Terima kasih atas kebaikanmu, Paman Jen!" kata nona Kiong hendak menolak ajakan Jen Thian Ngo ke rumahnya. "Masalah apa, begitu pentingkah?" kata Jen Thian Ngo. "Itu menyangkut urusan pribadi!" jawab nona Kiong. Tetapi urusan pribadi nona ini sudah diketahuinya, bahwa ayah nona Kiong tidak menyetujui hubungannya dengan Kong-sun Po. Barangkali nona Kiong hendak mencari pemuda itu. Sedang Kong-sun Po sahabat baik Kok Siauw Hong, keponakanku Kok Siauw Hong sekarang mencurigainya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena urusan pribadi, baiklah aku tak menghalangimu. Aku juga tidak perlu bertanya terlalu banyak padamu." kata Jen Thian Ngo. "Kelak kalau kau lewat lagi, silakan kau singgah di rumahku." "Terima kasih, Paman Jen." kata nona Kiong. "Baiklah, maaf aku tidak mengantarkan kau, harap hatihati!" kata Jen Thian Ngo. "Aku dengar di Tionggoan sahabat ayahmu banyak, tapi juga musuhnya!" "Aku tahu, Paman, terima kasih," kata nona Kiong. Kiong Mi Yun merasa heran atas kebaikan Jen Thian Ngo ini. Padahal dia mengira Jen Thian Ngo akan menyusahkannya. Kiong Mi Yun meninggalkan Jen Thian Ngo, dia berjalan seorang diri. Sesudah meninggalkan In-siu-kwan terdengar suara suitan tiga kali. Tiba-tiba dari hutan muncul tiga orang tidak dikenal. Ketiga orang itu langsung menghadang nona Kiong. "Eh, kalian mau apa? Jika kalian berniat merampas, kalian salah sasaran!" kata nona Kiong. "Hm! Kami memang mau merampas, tapi bukan merampas barang tapi menangkap orang!" kata salah seorang dari mereka. "Ayahmu memang tak dapat kami lawan, tapi aku tahu kau anaknya. Maka itu kau akan kuhajar agar tahu rasa!" kata orang yang kedua. Saat mau meninggalkan Jen Thian Ngo, nona ini mendapat peringatan agar dia hati-hati pada musuh-musuh ayahnya. Sekarang sudah terbukti musuh ayahnya menghadangnya. "Hm! Aku memang anaknya! Kenapa aku harus bohong?" kata nona Kiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama ketiga orang itu sudah mengambil posisi mengepung nona Kiong. "Kami musuh besar ayahmu, kau akan kutangkap dan kujadikan isteri mudaku!" kata pemimpin ketiga orang itu. "Jangan banyak bicara, tutup bacotmu!" bentak nona Kiong yang gusar karena dihina itu. Ketiga orang itu ada yang bersenjata cambuk, ada juga yang membawa golok. Sedang yang seorang lagi bertangan kosong. Mereka bersama-sama maju menyerang nona Kiong. Bukan main gusarnya nona Kiong. Dia langsung menghunus pedang dan menyerang dengan hebat ke arah orang yang besenjata cambuk; sebelum serangannya sampai, serangan nona Kiong berubah arah. Dia tebas orang yang bersenjata golok, sedangkan gagang pedangnya dipakai menghantam orang yang bertangan kosong. Sekali serang tiga sasaran yang diarah oleh nona Kiong. Gerakannya cepat luar biasa. Ternyata tiga lawan nona Kiong ini lihay. Mereka mampu menangkis maupun menghindari serangan nona Kiong. Saat pedang Mi Yun mengarah ke kaki orang bersenjata golok, dia tidak menghindari, tapi malah maju. Dia gunakan goloknya balas menyerang nona Kiong. Serangan itu sangat berbahaya hingga terpaksa Kiong Mi Yun menyelamatkan diri dari serangan itu. Nona Kiong terpaksa menangkis serangan lawan, sedang gagang pedangnya tetap menyodok ke perut orang bertangan kosong dengan cepat. Lawannya ini lihay malah bisa dikatakan lebih lihay dari kedua kawannya. Gagang pedang Kiong Mi Yun berhasil ditang-kisnya hingga tangan nona Kiong kesemutan. Orang itu maju akan merebut pedang si nona. Tak ada kesempatan untuk menangkis serangan itu, nona Kiong berkelit, sambil menyerang dengan jurus "Cit-sat-ciang". "Rasakan kelihayan Cit-sat-ciangku!" kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat nona Kiong nekat, orang bertangan kosong itu jadi jerih j uga. Dia melompat mundur! Dengan demikian Kiong Mi Yun mampu menangkis golok lawan, dan menghindari sambaran cambuk lawan. Kepungan terasa agak longgar, tapi untuk lolos dari kepungan pun nona Kiong sulit melakukannya. "Kau lihay juga, bocah! Tapi jangan harap kau bisa lolos

dari tanganku! Lebih baik kau jadi isteriku saja!" kata orang yang pertama yang jadi pemimpin mereka. Bukan main jengkel dan dongkolnya nona ini. Tapi saat itu dia sibuk menghindari serangan orang bertangan kosong yang lihay itu. "Hm! Aku harus sabar dan jangan terjebak oleh akal mereka!" pikir nona Kiong. Sambil menghindari dan menangkis serangan lawan, Kiong Mi Yun berpikir keras. "Saat kuserang dengan Cit-sat-ciang, mereka jerih. Sebaiknya kugunakan jurus itu untuk menghajar mereka!" pikir Kiong Mi Yun. Sesudah itu nona Kiong menantang. "Mari yang tidak takut mati silakan maju!" kata si nona. Orang yang bersenjata golok kaget melihat nona Kiong berlaku nekat. "Ah, apa gunanya aku berkorban demi Jen Thian Ngo?" pikir orang bersenjata golok. Saat dia diserang nona Kiong, dia berkelit ke samping. Kesempatan ini digunakan nona Kiong untuk meloloskan diri. "Kau mau kabur ke mana?" bentak orang bertangan kosong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat dikejar nona Kiong membacokkan pedangnya ke belakang. Dia kaget pedangnya terpental seperti menghantam benda kenyal. "Kawan mari kejar dia, jurus Cit-sat-ciangnya belum sempurna!" kata orang bertangan kosong. Rupanya ketiga orang ini memang suruhan Jen Thian Ngo untuk menghadang nona Kiong. "Bocah, jangan lari!" teriak orang yang memegang cambuk. "Taar!" Cambuknya menyambar ke arah nona Kiong. Kiong Mi Yun kaget dia melompat, tapi bagaimanapun cepatnya ujung baju nona Kiong tersambar cambuk hingga ujungnya robek sedikit. Saat kakinya kembali menginjak tanah, nona Kiong sudah terkepung kembali. Maka itu dia bertarung mati-matian hingga kewalahan. Nona Kiong heran, sekalipun ada kesempatan melukai dirinya, tapi ketiga lawannya seolah tidak mau melukainya. Mereka hanya mengepung semakin rapat hingga Kiong Mi Yun tidak bisa meloloskan diri. "Kau tak akan bisa kabur, nona! Sebaiknya kau terima saja tawaran kami, kau jadi isteri muda!" kata orang yang memegang cambuk.

Bukan main gusar dan dongkolnya nona Kiong. Saat dia hendak berbuat nekat, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras. "Hentikan! Jangan bertarung!" kata orang itu. Ternyata orang itu Jen Thian Ngo, ini tidak disangka oleh nona Kiong. Tapi ketiga orang itu tidak menghiraukan peringatan orang tua itu, mereka terus maju dan menyerang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai beraninya kalian berbuat seenak hatimu di daerahku, aku Jen Thian Ngo. Ayo berhenti semua!" kata Jen Thian Ngo. "Harap Jen Sian-seng jangan ikut campur urusan kami. Kami kagum pada kegagahanmu!" kata orang yang memegang cambuk. "Tak tahu malu, kalian beraninya mengepung anak perempuan. Aku lihat kalian ini bukan orang sembarangan!" kata Jen Thian Ngo. "Harap Anda maklum, permusuhan kami dengan ayahnya sangat dalam. Kami ingin menuntut balas pada puterinya!" kata orang bersenjata golok. Sesudah itu mereka bertiga langsung maju. Jen Thian Ngo melepaskan tiga senjata rahasia. Satu mengenai tangan orang yang memegang cambuk hingga cambuknya terlepas, yang satu mengenai golok dan golok itu pun terjauh. Tetapi satu senjata lagi yang mengarah ke orang bertangan kosong yang berhasil menangkapnya.Sesudah itu uang logam itu disambitkan ke arah pemiliknya. Saat itu Kiong Mi Yun yang gesit berhasil menusuk tangan kiri orang bertangan kosong itu. "Awas, sakit hatiku ini akan kubalas!" ancam orang bertangan kosong sambil kabur bersama kawan-kawannya. "Baik, kapan saja kau mau silakan temui aku!" kata Jen Thian Ngo dengan gagah.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 61 Kiong Mi Yun Tertipu oleh Jen Thian Ngo; Kiong Mi Yun Bertemu Wan-yen Hoo Di Rumah Jen Thian Ngo
Melihat Jen Thian Ngo yang sok pahlawan itu tentu saja

membuat Kiong Mi Yun sangsi. Apa benar Jen Thian Ngo ini baik, atau ketiga orang itu justru suruhannya? "Ah, jangan-jangan ini perangkap agar hutang budi kepadanya?" pikir nona Kiong. Tetapi Kiong Mi Yun pura-pura tidak tahu, dia tidak berkata apa-apa. Kiong Mi Yun menganggap Kiong Cauw Bun menyelamatkan dia dari bahaya, tapi sebaliknya mungkin tidak. "Terima kasih atas bantuanmu, Paman Jen!" kata si nona. "Jangan see-ji (sungkan), aku ini sahabat ayahmu. Saat masih muda ayahmu banyak membuat masalah hingga musuhnya banyak!" kata Jen Thian Ngo. "Paman, siapa mereka itu? Ayah tidak pernah menyebut nama mereka, apa benar mereka musuh Ayahku?" kata nona Kiong. "Musuh ayahmu banyak sekali, mungkin dia juga tidak tah berapa jumlahnya. Tapi musuh besarnya'aku tahu, yaitu Honglai-mo-li Liu Ceng Yauw dan Bu-lim Thian-kiauw Tam Yu Cong! Musuh yang lainnya, mana dianggap oleh ayahmu!" kata Jen Thian Ngo. "Mereka berilmu tinggi, aku kira tak pantas jika dianggap ringan," kata Kiong Mi Yun. "Terus terang tentang mereka aku tak tahu benar, tapi aku baru saja menerima khabar buruk bagimu!" kata Jen Thian Ngo. "Kabar apa?" kata Kiong Mi Yun heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mi Yun ragu-ragu, jika ada kabar kenapa tidak dikatakan saat dia bertemu, maka itu nona Kiong mengira ini cuma akal Jen Thian Ngo saja. "Aku dengar banyak orang yang akan menghadangmu di sepanjang jalan yang akan kau lalui," kata Jen Thian Ngo. "aku kira sebaiknya kau hindari saja. Bagaimana kalau untuk sementara kau tinggal dulu di rumahku saja?" Kiong Mi Yun agak sangsi. Melihat si nona sangsi Jen Thian Ngo berkata lagi. "Jika kau ada di tempatku, aku bisa membantumu memberi tahu ayahmu," kata Jen Thian Ngo. "Dengan demikian kau tidak perlu kuatir!" "Hm! Aku kira dia baik hati hanya untuk menarik perhatian Ayahku, apa salahnya aku turuti permintaannya? Jika dia sudah tahu tentang Ayah pergi ke Hoo-lin, urusan lain bisa diurus nanti. Kalau perlu aku kabur dari rumahnya!" pikir nona Kiong. "Baik, Paman, aku ikut ke rumahmu," kata nona Kiong.

Jen Thian Ngo senang, dia mengajak nona Kiong ke rumahnya. Ternyata rumah Jen Thian Ngo ada di atas Sun-keng-san. Di sana ada tiga buah rumah , dua yang lainnya rumah petani. Rumah itu tampak mewah dan membelakangi gunung Sunkengsan. Begitu sampai Jen Thian Ngo bertanya pada pegawainya. "Mana Sio-cia?" kata Jen Thian Ngo. "Tadi sio-cia sedang berlatih silat, entah dia sudah kembali ke kamarnya atau belum," kata si pelayan. "Coba panggil dia!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan!" kata nona Kiong. "Biar aku yang menemuinya. Aku juga ingin berkenalan dengan anakmu, Paman Jen!" "Tapi dia belum apa-apa, mana pantas dilihat!" kata Jen Thian Ngo. "Dia lebih muda kau anggap saja adikmu!" Jen Thian Ngo mengajak nona Kiong ke taman bunga. Di sana terdapat bukit buatan yang ditanami bunga yang indahindah. "Rupanya orang ini bisa juga menikmati hidupnya," pikir nona Kiong. Memang benar sampai di tempat itu. nona Kiong menyaksikan seorang nona cantik sedang berlatih senjata rahasia. Dia sedang menggunakan jarum Bwee-hoa-ciam (Jarum Bunga Bwee). Ketika itu musim semi dan bunga toh sedang berbunga lebat. Di sana pun tampak sekawanan lebah, kupu-kupu pun berterbangan kian-kemari hingga menambah keindahan pemandangan di tempat itu. Nona itu berlatih membidik lebah madu. Tak heran saat nona Kiong sampai sudah banyak lebah yang jatuh terkena jarum nona cantik itu. "Siauw, lihat siapa yang datang!" kata Jen Thian Ngo pada puterinya. "Siapa dia?" kata nona itu. "Dia Kiong Cici!" "Oh, dia Kiong Cici." "Sekarang kau tidak akan kesepian karena ada Kiong Cici," kata Jen Thian Ngo. "Kiong Cici mari! Namaku Hong Siauw," kata nona itu. "Saat Ayah pulang, dia bilang kau bertemu dengannya. Tapi katanya kau tak mau singgah."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf, aku mengganggu latihanmu, kau lihay Adik Siauw!" kata Kiong Mi Yun. "Ah, lagi-lagi kau bunuh lebah-lebah itu!" kata Jen ThianNgo. "Ayah, kau terlalu meremehkan kepandaianku," kata Jen Hong Siauw. "Memang apa yang bisa dibanggakan, apa kau sudah maju pesat dalam latihanmu?" kata Jen Thian Ngo. "Periksa saja sendiri!" kata Hong Siauw sembari cemberut. Jen Thian Ngo memeriksai tawon yang berjatuhan itu, ternyata mereka belum mati. Tapi pada sayapnya tertancap jarum halus. Sambil mencabuti jarum-jarum itu, Jen Thian Ngo membiarkan tawon-tawon itu terbang kembali. "Kau sudah berlatih selama tiga bulan, ternyata hasilnya lumayan, walau belum sempurna benar!" kata Jen Thian Ngo. "Kau harus rajin berlatih hingga mahir benar!" "Tentu. Mana berani aku berpuas diri, malah aku ingin mohon petunjuk dari Kiong Cici," kata Hong Siauw manja. "Aku dengar ilmu silat keluarga Kiong lihay sekali!" Mendengar ucapan nona Jen Hong siauw ini, Kiong Mi Yun jadi berpikir. "Hm! Aku rasa ini ancaman bagiku, jika aku berani kabur, pasti nasibku akan sama seperti tawon-tawon itu!" pikir Kiong Mi Yun. "Jangan bergurau Adi Siauw, barangkali kau salah dengar. Aku cuma belajar sedikit dari Ayahku, mana boleh dikatakan ilmu silatku lebih istimewa?" kata Kiong Mi Yun. "Jangan see-ji, Kiong Cici," kata nona Jen. "Benar," kata Jen Thian Ngo. "Aku dan ayahmu sahabat lama, kau tidak perlu sungkan. Kalian masih muda, bergaulan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang karena aku ada urusan, kalian bersenang-senang saja!" Dengan perasaan segan Kiong Mi Yun diajak.berkeliling di taman bunga oleh Jen Hong Siauw. "Sungguh indah taman bungamu ini, Jen Cici. Di sini aku seolah berada di kahyangan saja," kata Kiong Mi Yun. "Mana bisa dibandingkan dengan Hek-hong-to, di sana aku dengar bunga-bunga bermekaran sepanjang tahun." Kata Hong Siauw. "Taman ini ciptaan Ayahku, dia telah berusaha keras!" "Aku tak tahu cara menata taman, kau saja yang menjelaskannya padaku," kata nona Kiong. "Aku sendiri tidak mengerti, kata Ayah taman ini ditata dengan Pat-kwa-tin ciptaan Khong Beng yang terkenal pada

zaman Sam Kok. Bagi yang tak tahu, dia akan terus berputarputar di sekitar taman dan tak akan menemukan jalan untuk keluar!" kata Hong Siauw. Kiong Mi Yun kaget. "Wah hebat sekali!" kata nona Kiong. "Aku ingin tahu, bagaimana jika orang yang terjebak di sini gin-kangnya tinggi. Dia bisa melompat kian-kemari! Apa dia tak bisa keluar dari sini?" "Aku kira begitu, sekalipun dia memiliki gin-kang sangat lihay," kata Hong Siauw. "Melihat keadaan tin ini harus dari tempat yang tinggi. Misalnya dari atas bukit buatan itu! Tapi jarak bukit-bukitan itu sangat berjauhan letaknya. Bagaimana orang itu bisa mencapai jarak yang demikian jauhnya? Ditambah lagi di atas bukit itu dipasang jebakan." "Wah, memang hebat tata taman ini!" puji nona Kiong. "Tapi, kenapa kalian harus takut didatangi musuh, padahal ayahmu selihay itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kepandaian Ayahku memang tinggi, dia pun disegani. Tapi jangan lupa. pasti ada juga orang yang memusuhinya," kata Hong Siauw. Mendengar jawaban itu Kiong Mi Yun menilai bahwa nona Hong Siauw berbeda dengan ayahnya. Dia manis budi. Tak lama keduanya semakin akrab, ditambah kagi mereka memang sebaya. Malamnya Kiong Mi Yun tidur di kamar Jen Hong Siauw. Nona itu senang berbincang-bincang. Saat berbincang mereka sampai bicara ke soal pribadi. "Maaf, aku dengar sejak kecil kau sudah dijodohkan dengan Kong-sun Po, apa benar?" kata Hong Siauw. Wajah Kiong Mi Yun berubah merah. "Aku dengar katanya Ayahmu tidak suka pada calon suamimu ya. Apa benar?" kata Hong Siauw lagi. "Kau tahu dari siapa? Ayahmu yang bilang, ya?" kata Kiong Mi Yun. Secara tidak langsung nona Kiong sudah mengakuinya. "Aku dengar ilmu silat calon suamimu itu lihay sekali. Tapi aku heran kenapa ayahmu tidak menyetujui calon suamimu?" "Masalahnya begini. Kog-sun Po ingin bergabung dengan Hong-lai-mo-li. Sedangkan Ayahku ingin mengajak dia ke Hekhongto dan menikah denganku. Kong-sun Po menolak, maka itu Ayahku kurang senang padanya!" kata Kiong Mi Yun. "Cita-cita calon suamimu patut dipuji, tapi aku juga menghargai keinginan ayahmu. Rupanya dia ingin suamimu dekat denganmu, jadi kenapa harus berkelana?" kata Hong Siauw.

"Dulu aku pun berpikir seperti Ayahku, agar suamiku tetap tinggal bersama. Tapi setelah aku pikir itu kurang tepat! Apalagi sesudah aku berkelana, dan mendapat banyak pengalaman. Sebab aku sendiri melihat bagaimana orang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mongol dan orang Kim menindas rakyat bangsa kita. Ibu yang kehilangan anak dan suaminya aku pikir tidak seharusnya kita hanya memikirkan urusan pribadi saja!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun lalu menceritakan pahit getir pengalamannya bertualang dan menyaksikan sendiri penderitaan rakyat hingga Jen Hong Siauw tertarik juga. "Memang, kami hidup di Hek-hong-to tenang, kalau perlu kejadian yang mengharukan di sini, jangan dihiraukan. Tapi betulkan cara hidup seperti itu? Kita biarkan penderitaan berjuta-juta rakyat Tiong-goan?" kata Mi Yun mengakhir ceritanya. "Aku dengar dari Ayahku, ayahmu tak suka pada calon suamimu, bukan karena dia berjuang untuk rakyat. Tapi karena soal lain yang tidak dikatakan padamu! Tapi menurutku, bagi kita para gadis, jika ada pria yang mencintai dan dicintainya, hal itu sudah beres. Dia tidak mau tahu, apakah dia jahat atau dia itu baik? Maaf, bukan maksudku akan mengatakan calon suamimu itu jahat, lho!" kata Hong Siauw. "Tapi aku tidak sependapat denganmu," kata Kiong Mi Yun. "Contohnya, jika calon suamimu berpihak pada musuh, dan kau mengetahuinya, apa kau masih suka kepadanya?" "Kau benar, tapi pemuda yang kumaksud tidak seburuk itu," kata Jen Hong Siauw. "Aku sudah cerita tentang pribadiku, sekarang giliranmu. Bukankah kau juga sudah punya pemuda idaman. Coba ceritakan padaku!" kata Mi Yun. Wajah nona Jen berubah merah. "Mana boleh aku dibandingkan dengan kalian!" kata nona Jen. "Kalian sejak kecil sudah ditunangkan, sedang aku dengan dia baru saja kenal!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pasti calonmu itu ganteng, ayo ceritakan tentang dia!" kata Kiong Mi Yun. Ketika nona Jen menolak Mi Yun menakut-nakutinya. "Jika tak mau akan kukitik-kitik pinggangmu!" ancam nona

Kiong. Saat tangan nona Kiong mengenai pinggangnya, dia tertawa terkekeh-kekeh. "Sudah! Sudah aku geli, sudah akan kukatakan...." kata nona Jen. "Aku tahu kau sering berkelana di kalangan Kang-ouw, sekarang aku ingin bertanya. Pernah kau dengar seorang pemuda bernama Yan Hoo?" kata nona Jen. "Yan Hoo?" kata Kiong Mi Yun berpikir sejenak. "Tapi maaf, aku belum pernah mendengar nama itu!" "Kata Ayahku, dia seorang pendekar ternama," kata nona Jen agak kecewa. "Maaf, mungkin aku saja yang kurang pengalaman. Selama di Kim-kee-leng aku tak pernah mendengar nama itu. Nanti jika aku sudah kembali ke sana lagi, akan kucari tahu tentang dia!" kata Kiong Mi Yun. "Ceritakan bagaimana pertemuanmu dengannya?" "Suatu hari, aku keluar rumah sendirian. Aku dihadang penjahat, saat aku bertarung dengan penjahat, dia lewat dan membantuku mengusir penjahat itu. Sepulang ke rumah aku ceritakan kejadian itu kepada Ayahku. Ayah bilang, dia penah bertemu dengan pemuda yang aku katakan itu. Kata Ayahku, dia belum lama berkelana dan belum begitu terkenal." kata nona Jen. Mendengar cerita itu Kiong Mi Yun Sangsi. Dia kira siapa tahu tipuan seperti itu adalah tipu yang dilakukan atas dirinya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

oleh Jen Thian Ngo. Kiong Mi Yun heran, kenapa Jen Thian Ngo tega mempermainkan anak perempuannya sendiri? "Hai, kau melamun ya? Apa yang kau lamunkan?" kata nona Jen. "Oh tidak, aku malah girang kau telah punya pria pilihan," kata Mi Yun. "Apa kalian sudah bertemu lagi sejak kejadian itu?" "Kata Ayahku dia akan datang bertamu ke mari," kata nona Jen, "tapi sudah satu tahun dia tidak pernah datang!" "Kalau begitu kau sangat merindukannya, bukan?" goda Mi Yun. "Asal di hatimu ada dia dan dia memikirkanmu, ditambah ayahmu pun setuju tidak ada masalah!" "Aku berterus-terang kau malah menggodaku," kata nona Jen. Kedua nona ini bersahabat karib, bahkan pada hari-hari berikutnya mereka semakin akrab saja. Mi Yun mencemaskan nasib nona Jen, sebab dia tidak yakin pemuda yang dikatakan idaman nona Jen ini orang baik-baik.

Suatu hari seorang pelayan langsung masuk ke kamar Jen Hong Siauw sambil tertawa. "Eh, apa yang kau tertawakan?" bentak Hong Siauw. "Kenapa kau masuk tanpa permisi dulu, kau tidak sopan!" "Maaf, sio-cia, karena terburu-buru ingin menyampaikan kabar gembira, aku lupa minta izin masuk!" kata si pelayan. "Kabar apa?" kata si nona. "Telah tiba seorang tamu agung," kata si pelayan. "Itu tamu Ayahku, apa hubungannya denganku?" kata nona Jen Hong Siauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tamu itu bernama Yan Hoo, Ibu Nona menyuruhku memberitahumu. Sekarang dia sedang ngobrol dengan Lo-ya, apa kau tak ingin menemuinya?" kata si pelayan. Nona Jen girang, tapi tidak dia tunjukkan di depan pelayannya. "Kau ini ada-ada saja, dia tamu Ayahku. Sudah cukup Ayah yang menemaninya!" kata si nona. "Apa benar begitu?" kata si pelayan yang sudah tahu isi hati nonanya. "Setahuku kau sudah lama menunggu kedatangannya, bukan?" "Iih, tidak tahu malu! Ayo pergi!" kata si nona dengan wajah berubah merah. Kiong Mi Yun geli melihat tingkah serba-salah nona Jen. Kiong Mi Yun lalu mengusulkan. "Bagaimana kalau kita intai dia dari balik gorden?" kata Kiong Mi Yun. "Tak ada salahnya bukan, kalau aku berkenalan dengan calon suamimu?" "Kalau ketahuan Ayah,aku jadi tidak enak," kata nona Jen. "Kenapa? Malah aku pikir Ayahmu akan memanggilmu untuk menemuinya. Sedangkan aku mungkin tak boleh. Maka itu aku usulkan padamu untuk mengintai saja dari jauh." kata nona Kiong. Jen Hong Siauw mengangguk, lalu mereka bejalan ke dekat ruang tamu dari sana mereka mengintai. Di ruang tamu telihat Jen Thian Ngo sedang berbincang dengan seorang pemuda asing. "Eh, cakap sekali calon suamimu itu!" kata Mi Yun perlahan. Tak lama terdengar kata-kata Jen Thian Ngo. "Kong-cu, apa yang kau maksud ilmu itu bernama Kengsinci-hoat?" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun kaget mendengar kata-kata itu. Dia tahu itu ilmu yang ada dalam lukisan Hiat-to-tong-jin yang diperebutkan. "Paman Jen benar, karena kau sudah berpengalaman dan berpengetahuan luas, maka aku ingin menanyakan beberapa bagian ilmu itu pada Paman!" kata Yan Hoo. "Apakah Paman bersedia memberi petunjuk?" Jen Thian Ngo tertawa terbahak-bahak. "Apa kau tak salah, Kong-cu! Ibarat pribahasa, kau bertanya pada orang buta saja!" kata Jen Thian Ngo. "Harap Paman jangan see-ji-see-ji (sungkan)!" kata Yan Hoo. "Aku memohon dengan sungguh-sungguh!" "Kita sudah seperti orang sendiri, kenapa aku sungkan padamu," kata Jen Thian Ngo. "Terus-terang aku memang tahu tentang ilmu totok itu dari orang lain. Aku kira gurumu lebih lihay, tanyakan saja pada gurumu." "Terus-terang aku tidak belajar tiam-hiat dari guruku, aku belajar dari orang lain yang usianya lebih muda dariku," kata Yan Hoo. Sesudah mendengar percakapan itu baik Kiong Mi Yun maupun nona Jen Hong Siauw, manggut-manggut. Walau pendapat di otak mereka berbeda-beda. Mendengar kata-kata itu berarti ayahnya setuju pada pemuda itu untuk dijadikan menantunya. Maka itu yang lain tidak dia pikirkan. Sebaliknya Kiong Mi Yun, dia jadi keheranan. "Siapa sahabat muda Jen Thian Ngo yang dikatakannya itu?" pikir Kiong Mi Yun. "Maaf Yan Kong-cu, bisa kau sebutkan nama sahabat mudamu itu?" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi katakan dulu, siapa anak muda yang dimaksudkan Jen Lo-cian-pwee itu?" kata Yan Hoo. "Baik, kalau begitu kita masing-masing menulis nama pemuda itu!" kata Jen Thian Ngo. "Kemudian kita cocokkan, siapa tahu orangnya sama!" Sesudah nama itu selesai ditulis dan masing-masing menunjukkannya, mereka berseru. "Kong-sun Po!" kata mereka hampir bersamaan. Mendengar ucapan itu Kiong Mi Yun heran. Dia tidak mengerti kenapa Kong-sun Po bisa bersahabat dengan Yan Hoo? Karena kaget mendengar nama Kong-sun Po disebut, Kiong Mi Yun menghela napas hingga terdengar oleh Jen Thian Ngo.

"Apakah itu Hong Siauw?" kata Jen Thian Ngo. "Ya, kami sedang melihat-lihat bunga bersama Kiong Cici!" kata Hong Siauw. "Kebetulan, kau ke mari! Coba kau lihat siapa tamu kita ini?" kata ayah si nona. Sesudah nona Jen masuk menemuinya bersama Kiong Mi Yun, pemuda itu memberi hormat dan berkata manis. "Nona Jen, kau tak mengira aku berkunjung ke tempatmu, bukan?" kata Yan Hoo. Semula nona Kiong tak ingin bertemu dengan pemuda itu. Tapi karena nama Kong-sun Po disebut-sebut oleh pemuda itu, dia tertarik juga, kebetulan Jen Thian Ngo menyilakan mereka datang. Sesudah Jen Thian Ngo memperkenalkan nona Kiong dan siapa ayah nona itu. Pemuda itu agak kikuk dan berkata begini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi ayah nona ini Hek-hong To-cu?!" kata Yan Hoo. "Aku kagum pada ayahmu, nona!" "Ah, aku kira ada yang tidak kau ketahui, nona ini justru tunangan sahabatmu Kong-sun Po!" kata Jen Thian Ngo. "Keterlaluan, apa saja dia bicarakan denganku, kecuali soal kekasihnya ini, dia tak bilang apa-apa. Awas, jika aku bertemu akan kuhukum dia minum arak tiga mangkuk!" kata Yan Hoo. Di luar dugaan pembicaraan Jen Thian Ngo dan Yan Hoo itu, justru tujuannya untuk memancing munculnya nona Kiong. Maka sengaja mereka membicarakan tentang Kong-sun Po dengan suara agak keras. Karena betapa tingginya ilmu Jen Thian Ngo, jadi tidak mungkin dia tidak tahu pembicaraannya didengar orang lain. Sekalipun curiga, tapi Kiong Mi Yun pun ragu, kenapa Kong-sun Po mau mengajari Keng-sin-ci-hoat pada kenalan barunya. Walaupun Kiong Mi Yun tahu, ilmu itu tak akan bisa dipelajari dalam waktu singkat. Sekalipun bakat orang yang belajar itu luar biasa. "Mohon maaf, di manakah Yan Kong-cu bertemu dengannya?" kata Kiong Mi Yun. "Aku berkenalan dengannya di tempat Bun Tay-hiap. Kami hanya berkumpul sebulan lamanya lalu berpisah lagi.Kami berdua di sana bertukar ilmu silat, atau tegasnya aku minta diajari olehnya! Karena kau tunangannya, pasti pengetahuan tentang ilmu itu kau lebih paham!" kata Yan Hoo. "Sayang aku hanya tahu sedikit dan tak ada artinya," kata Kiong Mi Yun. "Jangan sungkan, akan kutunjukkan jurus yang kupelajari

dari Saudara Kong-sun, jika ada yang salah tolong kau beri tahu," kata Yan Hoo. "Maaf, aku tidak berani apalagi membetulkan kesalahan segala," kata nona Kiong. "Tapi jika Yan Kong-cu mau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menunjukkan padaku untuk menambah pengetahuanku, silakan saja!" "Baik," kata Yan Hoo. Sesudah itu Yan Hoo mulai bersilat sedang Kiong Mi Yun mengamatnya. Melihat gaya dan gerak Yan Hoo, Kiong Mi Yun yakin Yan Hoo mendapatkan ilmu itu dari Kong-sun Po. Yang membuat nona Kiong heran, kenapa Kong-sun Po mau mengajarkannya pada Yan Hoo? Dia juga heran hanya sebulan bersama Kong-sun Po, Yan Hoo telah berhasil mencangkok ilmu Kong-sun Po dengan sempurna. Padahal ada yang tak diketahui nona Kiong. Sebenarnya ilmu yang diperoleh dari Kong-sun Po didapatkan oleh Yan Hoo dengan cara licik. Ditambah lagi Yan Hoo juga belajar dari ayahnya yang lihay. Tapi di depan Kiong Mi Yun dia sengaja melakukan kesalahan kecil, sehingga nona Kiong percaya ilmu itu diperoleh dari kekasihnya. "Harap kau tidak mentertawakannya," kata Yan Hoo sesudah selesai menunjukkan ilmu silatnya itu. "Jika kau tak bilang lebih dulu, pasti aku mengira kau dan Kong-sun Po saudara seperguruan," kata nona Kiong. "Bukan aku hendak memujimu, jika kau tidak berlatih terus, kau akan lebih mahir dari Kong-sun Po!" Pujian Kiong Mi Yun itu membuat nona Jen bangga sekali. "Lalu bagaimana pendapatmu Ayah?" kata nona Jen. Jen Thian Ngo diam saja, dia seolah sedang memikirkan sesuatu. "Tadi aku lihat Paman keheranan, apa ada yang salah?" kata Yan Hoo. "Aku tidak bisa ilmu itu, tapi menurut perasaanku ada sesuatu yang salah," kata Jen Thian Ngo. "Mohon Paman jelaskan," kata Yan Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari semua ilmu silat yang paling utama pertahanan sendiri," kata Jen Thian Ngo. "Tetapi gayamu tadi agak kendur, dan ini memberi kesempatan pada lawan untuk menyerangmu! Apa betul begitu?"

"Aku tidak tahu yang kutahu Kong-sun Po pun berbuat begitu!" kata Yan Hoo. "Aku hanya menirunya. Tapi kata Kong-sun Po, itu diperoleh dari gurunya. Ketika lawan terpancing melihat "lowongan" itu untuk menyerang, kita serang dia! Sayang ilmu ini belum kucoba." "Guru Kong-sun Po itu ialah Tam Yu Cong," kata Jen Thian Ngo. "Sedang Tam Yu Cong jago zaman ini, jumlah orang seperti dia tidak banyak!" Keterangan itu membuat nona Kiong lebih yakin, sebab tak mungkin Kong-sun Po mau menceritakan kelemahannya sendiri, apalagi Yan Hoo bukan sahabatnya. "Ya, sudahlah. Kau boleh jalan-jalan bersama Hong Siauw dan nona Kiong untuk melepas lelah!" kata Jen Thian Ngo. Mereka lalu keluar dan berjalan ke taman. Tapi sampai di taman, Kiong Mi Yun tak mau mengganggu kemesraan nona Jen dan Yan Hoo, dia berkata memberi alasan. "Kebetulan aku kurang sehat, maka itu aku akan kembali ke kamarku saja!" kata nona Kiong. Saat nona Jen kuatir dan akan mengikutinya, nona Kiong berbisik. "Aku tak apa-apa, aku cuma ingin kau bebas berdua saja!" bisik nona Kiong. Nona Jen sangat berterima kasih pada sahabatnya itu. Setiba di kamar Kiong Mi Yun semakin curiga. Dia pikir, Kong-sun Po memang baik, tapi untuk mengajarkan ilmu rahasia yang tidak masuk diakal Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu mereka memang bersahabat baik? Tetapi kenapa Kong-sun Po tak pernah membicarakan hubungan pribadinya?" pikir Kiong Mi Yun. Saat nona Jen kembali ke kamarnya dia agak terlambat. Nona Kiong menggodanya. "Kok kau buru-buru kembali?" kata nona Kiong. "Aku menguatirkan keadaanmu," kata nona Jen. "Dia masih ingin bicara denganmu, aku kira kau ingin tahu lebih banyak tentang kekasihmu. Maka itu aku berjanji akan mengajak kau menemuinya besok!" "Aku kira kalian asyik sendiri, ternyata kalian juga membicarakan Kong-sun Po juga!" kata nona Kiong. Saat bicara nada suara nona Jen sedikit aneh, hal ini membuat nona Kiong sedikit curiga. "Eeh ada apa dengan Kong-sun Toa-ko, coba kaujelaskan?" kata nona Kiong. Sesudah berganti pakaian dan naik ke pembaringan, nona Jen mulai bercerita.

"Kita seperti saudara, jika aku cerita secara terbuka kau jangan marah, ya?" kata nona Jen. "Mana mungkin aku marah padamu," kata Kiong Mi Yun. "Lalu ada apa, apa yang terjadi dengan Kong-sun Toa-ko, coba kaujelaskan..." "Dengan dia tidak terjadi apa-apa," kata nona Jen. "Tapi ada kejadian yang tidak terduga ..." "Katakan, kenapa dia?" desak Kiong Mi Yun. Sesudah menatap ke arah Kiong Mi Yun, akhirnya nona Jen mulai bicara. "Katakan padaku! Apa benar guru pertama calon suamimu itu bernama Ciu Cioh?" kata nona Jen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu kenapa gurunya itu?" desak Kiong Mi Yun. "Beliau sangat terkenal seperti Bun Tay-hiap, tapi katanya dia menjadi Cong-peng, apa benar begitu?" kata nona Jen. "Benar! Lalu apa karena dia melawan bangsa Kim kemudian dianggap salah?" kata Mi Yun. "Bukan maksudku begitu," kata nona Jen. "Apa benar Kong-sun Toa-ko kenal dengan putera Perdana Menteri Han To Yu yang bernama Han Hie Sun?" "Bukan cuma kenal, tapi mereka pernah bertarung, kata Kong-sun Toa-ko orang she Han itu tidak baik!" jawab Kiong Mi Yun. "Tapi saat datang ke Lim-an, Kong-sun Toa-ko menjadi tamu Han Hie Sun yang terhormat," kata nona Jen. "Apa? Kau bilang dia pernah menjadi tamu Perdana Menteri Han?" kata Kiong Mi Yun kaget. "Benar, aku akan menjelaskan padamu dari awal," kata nona Jen. "Aku kira kau juga tahu tempat tinggal Bun Tayhiap di Thian-tiok-san. Jaraknya sangat dekat dengan istana Perdana Menteri Han To Yu. Ciu Tay-hiap sering datang ke istana Perdana Menteri untuk mendesak Kaisar Song agar memerangi bangsa Kim. Malah belum lama ini Ciu Cioh tinggal sebulan lamanya di rumah perdana menteri itu." "Sebagai panglima dan dia diundang oleh Han To Yu, memang apa anehnya jika dia bermalam di rumahnya?" kata Kiong Mi Yun. "Itu memang tidak aneh, tapi kejadian itu ada hubungannya denganmu," kata nona Jen. "Apa hubungannya denganku?" kata nona Kiong. Sesudah merenung sebentar nona Kiong akhirnya berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, aku mengerti sekarang. Saat Ciu Cioh ada di rumah Han To Yu, Kong-sun Po ada di tempat Bun Tay-hiap, begitu maksudmu?" kata Kiong Mi Yun. "Benar, karena jarak tempat mereka dekat, maka Kong-sun Po menemui gurunya," kata nona Jen. "Itu wajar saja kan? Apa saat itu Han Hie Sun mau balas dendam kepada Kong-sun Toa-ko?" tanya Mi Yun. "Tidak! Malah Han Hie Sun mengagumi Kong-sun Po, dan dia ingin bersahabat. Katanya Perdana Menteri Han juga suka pada Kong-sun Toa-ko," kata nona Jen. Dia sudah tahu watak kekasihnya jujur dan polos, mana mungkin dia disukai Han To Yu, karena Kong-sun Po tidak pernah menyanjung-nyanjung pejabat negeri. "Hm! Aku tahu, pacarmu yang bilang begitu padamu, kan?" kata Kiong Mi Yun. "Ya, karena dia bersama Kong-sun Toa-ko, maka itu dia tahu jelas persoalannya," kata nona Jen. "Karena sudah telanjur, akan aku katakan terus-terang padamu. Sebenarnya Han To Yu punya dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Menurut Yan Hoo, Han To Yu sepakat akan mengambil Kong-sun Po menjadi menantunya!" Bukan main kagetnya Kiong Mi Yun. "Benarkah begitu? Apa kau tidak sedang bergurau padaku?" kata nona Kiong. "Yan Kong-cu itu cakap, jika aku jadi Han To Yu aku akan lebih memilih dia menjadi menantunya! Sedangkan Kong-sun Toa-ko mirip orang desa, mana mungkin Han To Yu memilih dia?" "Aku tidak berbohong, keinginan Han To Yu ada alasannya. Dia ingin merangkul guru Kong-sun Toa-ko, jika puterinya dijodohkan dengan murid Ciu Tay-hiap, itu jalan yang paling baik untuk menarik Ciu Tay-hiap ke pihaknya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun jadi bingung. Dia pikir cerita itu masuk akal juga. Jika Ciu Cioh ingin berkuasa, dia harus dekat dengan Han To Yu. Dengan wajah berubah merah Kiong Mi Yun bertanya. "Apa Ciu Tay-hiap menyetujuinya?" "Ciu Tay-hiap jujur dan setia, dia memimpin rakyat melakukan perlawanan terhabap serbuan bangsa asing. Sedang Han To Yu pejabat yang berkuasa sekarang ini. Untuk

mendapat dukungan terpaksa Ciu Tay-hiap harus merangkul Han To Yu," kata nona Jen. Ucapan nona Jen ini sekaligus jawaban untuk nona Kiong. Melihat perubahan wajah nona Kiong, Jen Hong Siauw berusaha menenangkan hatinya. "Jangan terlalu dipikirkan, Kiong cici! Di dunia ini masih banyak pemuda yang cakap...." kata Jen Hong Siauw. "Aku ikut gembira jika ceritamu itu benar," kata Mi Yun. "Sudah malam sudah karut, mari kita tidur!" Mereka mencoba tidur, tapi keduanya tak bisa tidur. Malah tiba-tiba Kiong Mi Yun bangun dan duduk merenung. "Apa yang sedang kau pikirkan, Kiong Cici?" tanya nona Jen. "Kenapa kau tidak tidur?" "Kau juga masih belum tidur?" kata Mi Yun. "Ada yang sedang aku pikirkan." "Tentang apa?" tanya nona Jen. "Tentang Yan Kong-cumu itu, aku ingin tahu asal-usulnya siapa dia dan dari mana asalnya?" kata Kiong Mi Yun. Nona Jen kaget dia mengira Kiong Mi Yun sedang memikirkan kekasihnya, karena itu dia memikirkan Yan Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi kail aneh mendengar ucapanku itu?" kata Kiong Mi Yun yang melihat nona Jen kaget. "Aku tak bisa tidur karena aku ingin membicarakan sesuatu denganmu!" "Kenapa kau tanyakan asal-usulnya, apa yang aneh? Oh, kau curiga tentang bicaranya yang campur-aduk dari berbagai daerah?" kata nona Jen. "Ya, itu sebabnya aku bingung, sebenarnya dia berasal dari mana?" kata Kiong Mi Yun. "Aku dengar dia sejak kecil suka berkelana, itu sebabnya ucapannya tidak murni!" kata nona Jen. "Katanya dia dari Buseng di Propinsi Shoa-tang. Lalu kenapa kau tanyakan soal itu?" Kiong Mi Yun diam saja. Tapi nona Jen mendesaknya. Sesudah didesak akhirnya Kiong Mi Yun menjawab juga. "Aku ingin bertanya, apakah dia pernah ke Tay-toh atau tidak?"*) kata Kiong Mi Yun. "Sayang, aku tidak tahu soal itu," kata nona Jen. "Aku baru dua kali bertemu, barangkali dia pernah ke sana! Kenapa kau tanyakan soal itu, Kiong Cici?" "Tidak apa, tadi aku asal bertanya saja, mari kita tidur!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Mi Yun pura-pura tidur, sedang otaknya bekerja keras. Dari logat bicara Yan Hoo itulah timbul kecurigaan nona Kiong kepadanya. Dia peminat bahasa, saat ikut ayahnya ke

Mongol, dia sempat meneliti perbedaan berbagai dialek yang ada di sana. Kebetulan di kota Bit-in-kwan tempat mereka tinggal di Mongol, justru terdapat berbagai bangsa. Ada orang Mongol, orang Han maupun orang Kim. Maka itu nona Kiong mengira bukan saja Yan Hoo pernah ke Tay-toh, tapi dia juga pernah tinggal di sana.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu dia bangsa Kim! Tapi ah, barangkali aku salah duga?" begitu pikir nona Kiong. "Aku kira dia bohong mengatakan pada Jen Hong Siauw bahwa dia orang dari Buseng! Hm! Jen Thian Ngo orangnya licik dan licin, jika dia berani sekongkol dengan pihak Mongol, kenapa dia juga tidak berani bersekongkol dengan bangsa Kim? Aku yakin Yan Hoo ini bukan orang baik-baik!" Nona Kiong jadi semakin bingung. "Jika benar dia orang Kim, kenapa Kong-sun Toa-ko mengajari dia Keng-sin-ci-hoat? Jelas itu pelajaran dari Kongsun Toa-ko!" pikir Kiong Mi Yun. "Jika benar mereka bekumpul di satu tempat, kenapa Bun Tay-hiap dan Ciu Tay-hiap pun bisa tertipu olehnya?" Sesudah lama berpikir akhirnya Mi Yun mengambil kesimpulan. "Misteri ini baru bisa terungkap jika aku bertemu dengan Kong-sun Toa-ko, tapi apa mungkin? Dari mana dia tahu aku terkurung di sini? Celaka aku ini!" pikir Kiong Mi Yun yang semalaman tidak bisa tidur sama sekali. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o*). Ketika cerita ini terjadi kota Tay-toh belum bernama Peking (Beijing menurut dialek Pin-yin). Perlu diketahui pada zaman Song ketika itu Tiongkok belum seluas sekarang. Wilayahnya masih kecil. Para pengarang cersil pada umumnya memusuhi bangsa Ceng (Boan) atau Manchu. Hingga terjadi pemeo di kalangan mereka, bahwa bangsa Boan yang menaklukan Kerajaan Beng (Ming) itu, adalah penjahat, musuh bangsa dan Negara. Jika kita iseng melihat peta Tiongkok zaman sebelum Zaman Penjajahan Boan, Tiongkok tidak luas. Atas jasa bangsa Manchu itulah, Tiongkok menjadi selebar sekarang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bangsa Manchu sesudah menduduki Tiongkok, mereka sengaja telah melebur diri baik bahasa maupun budayanya.

Mereka justru memakai bahasa Tionghoa dan kebudayaan Tionghoa. Ketika mereka memperluas Negara Tiongkok yang didukinya, lalu meluaskannya dengan cara berperang ke berbagai arah. Atau mereka menggunakan perkawinan politik, misalnya ketika mereka berhasil menguasai Monggolia, mereka gunakan cara "perkawinan politik". Puteri Kaisar Kong Hie dinikahkan dengan putera raja Mongol dan seterusnya. Namun, yang kita tahu sampai hari ini, musuh bangsa Han adalah bangsa Boan. Jika diingat jasa bangsa Boan, sebenarnya merekalah yang memperluas daerah Tiongkok. Namun, secara patriot memang pantas juga, jika bangsa Han memusuhi bangsa Mancu yang memang penjajah negaranya. Tapi jasanya tetap ada. Red. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 62 Kong-sun Po Akan Membebaskan Kiong Mi Yun; Seng Liong Sen Dikerjai Oleh Wan-yen Hoo

Sedikitpun Kiong Mi Yun tidak mengira, kalau Kong-sun Po sedang mencarinya. Pemuda itu justru sedang menuju ke tempatnya, karena Kong-sun Po sengaja datang mencari sang kekasih yang dirindukan itu. Semakin dekat ke rumah Jen Thian Ngo, orang she Han itu semakin kuatir. Maka itu orang she Han itu memohon. "Jika sudah sampai di rumah orang itu, aku harap kau tidak menyusahkan aku," kata orang she Han. "Jangan takut, aku tidak akan menyeret-nyeret kau, jika sampai terjadi walau aku berkelahi dengannya," kata Kongsun Po. "Aku yakin jika aku mati olehnya dia akan berterima kasih kepadamu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak ingin kau mati, malah aku harap kau bisa mengalahkannya," kata orang she Han itu."Sudah, ayo kita cari dia!" kata Kong-sun Po. Tiba-tiba mereka mendengar derap kaki kuda. Tak lama tampak dua penunggang kuda mendatangi dari belakang mereka. Saat Kong-sun Po menoleh dan sudah saling melihat, mereka hampir bersamaan kaget. Mereka itu Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen. "Eeh, ternyata kau? Kok kau ada di sini?" kata Ci Giok Hian girang. "Tenyata kita bertemu lagi di sini," kata Seng Liong Sen. "Bulan lalu aku bertemu gurumu," kata Kong-sun Po. "Sayang aku tak ada di tempat," kata Seng Liong Sen. Saat itu Ci Giok Hian langsung turun dari kudanya.

"Kau mau ke mana Kong-sun Toa-ko?" kata Ci Giok Hian sambil tersenyum manis. Melihat isterinya bersikap ramah pada Kong-sun Po, Seng Liong Sen sudah lama tahu bahwa Kong-sun Po ini sahabat Kok Siauw Hong, timbul rasa cemburunya. Begitu Seng Liong Sen dan Kong-sun Po sudah turun dari kuda mereka dan mereka saling memberi hormat, Seng Liong Sen bertanya kepada Kong-sun Po. "Eh, Saudara Kong-sun, siapa sahabatmu ini?" kata Liong Sen. "Dia Han Toa-ko dari Tiauw-houw-kan!" jawab Kong-sun Po. "Aku ke sini diantar olehnya." "Ada urusan apa kau minta diantar ke mari?" kata Seng Liong Sen heran sekali. "Aku akan mencari Paman Kok Siauw Hong, katanya Jen Thian Ngo tinggal di sini," kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar nama Kok Siauw Hong disebut-sebut, tentu saja Seng Liong Sen bertambah kurang senang. "Jadi Paman Kok Siauw Hong tinggal di sini? Giok Hian, kenapa kau tak memberitahuku?" kata Seng Liong Sen agak kurang senang. "Jika aku tahu, kita bisa membawa oleh-oleh untuknya. Siapa tahu kita juga bisa bertemu dengan Siauw Hong di sini!" Ci Giok Hian tahu suaminya kurang senang, tapi dia diam saja. "Aku yakin Kok Siauw Hong tidak ada di sini, aku ke sini untuk mencari seseorang!" kata Kong-sun Po. "Siapa?" tanya Ci Giok Hian. "Nona Kiong, kau ingat tidak Nona Ci, nona yang kumaksud itu dulu pernah mengambil arakmu!" kata Kong-sun Po. "Aah, aku ingat. Nona itu yang kau cari? Seharusnya aku tahu saat kau sendirian, kenapa aku tidak menanyakan di mana dia?" kata Ci Giok Hian sambil tertawa karena ingat kejadian dulu. "Bukankah dia puteri Kiong To-cu?" kata Seng Liong Sen. "Ya, benar! Dia seorang nona yang baik!" kata Kong-sun Po. "Kok kau bicara soal mengambil arak segala, bagaimana ceritanya?" kata Seng Liong Sen pada isterinya. Mendengar pertanyaan suaminya hati Ci Giok Hian tersentak. Ci Giok Hian sadar jika Kong-sun Po menceritakan kejadian itu, pasti suaminya akan bertambah cemburu. Ingat peristiwa dulu Ci Giok Hian jadi berduka. "Dia baik," kata Ci Giok Hian. "Tapi agak nakal dan iseng,

arak buatan keluarga kami dia curi. Maka itu aku berkelahi dengannya. Dari situ kita jadi saling kenal satu sama lain!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kata Ci Giok Hian mendahului Kong-sun Po agar pemuda itu tidak cerita tentang kejadian dulu itu. Mata Ci Giok Hian pun dikedipkan ke arah Kong-sun Po yang mengerti maksudnya. "Aah, di kalangan Kang-ouwjika berkelahi lalu jadi sahabat itu biasa," kata Seng Liong Sen. "Dulu kita juga begitu, kan?" Tapi tak lama sikap Seng Liong Sen jadi dingin dan aneh. Tak lama Seng Liong Sen berkata lagi. "Kau mencari dia di rumah Jen Thian Ngo, kenapa begitu?" kata Seng Liong Sen. "Aku dengar dari Han Toa-ko, dia tinggal di sini!" kata Kong-sun Po. "Aneh?" kata Seng Liong Sen. "Jen Thian Ngo itu di kalangan Kang-ouw dikenal jujur dan seorang pendekar, ternyata dia juga bersahabat dengan Kiong To-cu? Aku baru tahu!" "Aku tak tahu apa mereka bersahabat atau tidak? Aku sendiri tidak yakin, apa Jen Thian Ngo ini bermaksud baik atau.... sebaliknya?" kata Kong-sun Po. Ci Giok Hian pernah mendengar dari Kok Siauw Hong yang mencurigai sikap pamannya itu. Maka itu dia juga heran kenapa nona Kiong ada di rumahnya? "Bagaimana jika dia tak mau menyerahkan nona Kiong padamu? Kau akan bertarung dengannya?" kata Seng Liong Sen. "Benar! Jika perlu aku akan bertarung dengannya!" kata Kong-sun Po. "Eh, Giok Hian, jika tidak salah ingat, kau pernah bilang, keluarga Jen sahabat keluargamu, bukan?" kata Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," jawab isterinya. "Dulu Ayahku dengan Jen Thiang Ngo bersahabat, sesudah Ayahku meninggal dia jarang datang lagi ke tempat kami." Dulu adik perempuan Jen Thian Ngo memang pernah dijodohkan dengan ayah Ci Giok Hian, tapi mereka batal berbesanan. Sesudah agak lama Liong Sen berpikir akhirnya dia bicara. "Maaf, Saudara Kong-sun, rasanya jika kau langsung

mencari nona Kiong ke rumahnya, aku rasa itu kurang sopan!" kata Seng Liong Sen. "Menurutmu seharusnya aku bagaimana?" tanya Kong-sun Po. Seng Liong Sen berpikir lagi. Tak lama dia mulai menyampaikan rencananya. "Bagaimana jika kami dulu yang ke sana, pasti Jen Thian Ngo tidak akan mencurigai kami. Jika benar nona Kiong ada di rumahnya, Giok Hian bisa menemuinya, lalu menanyakan kenapa dia ada di situ. Sesudah masalahnya jelas, baru kita minta agar dia membebaskan nona Kiong. Jika dia menolak kita bisa bersama-sama menghajar dia! Bagaimana menurut pendapatmu?" kata Liong Sen. Orang she Han yang sejak tadi ikut mendengarkan tertawa. "Benar! Itu siasat yang baik," kata orang she Han itu. "Baik, aku setuju," kata Kong-sun Po. "Tapi bagaimana aku bisa menghubungimu?" kata Kong-sun Po. "Mudah saja! Nanti malam kau naik ke atas gunung, aku akan menemuimu," kata Seng Liong Sen. "Tempat pertemuan itu harus agak jauh dari rumah Jen Thian Ngo. Lalu kau nyalakan api unggun, aku akan menemuimu di sana. Aku yakin kami bisa menyelidiki tentang nona Kiong untukmu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po polos dia percaya saja. Sekarang dia yakin Kiong Mi Yun ada di rumah Jen Thian Ngo, maka itu orang she Han itu dia pikir sudah boleh dibebaskan. "Baik, usulmu aku terima," kata Kong-sun Po. "Terima kasih atas bantuan kalian!" "Jangan segan-segan, kami ini sahabatmu juga," kata Liong Sen. "Kalau begitu kami jalan lebih dulu! Sampai nanti malam!" Sesudah suami-isteri itu pergi, orang she Han itu berkata pada Kong-sun Po. "Apa sekarang aku boleh pergi?" kata orang she Han. "Aku lihat kau takut pada Jen Thian Ngo, baik pergilah!" kata Kong-sun Po. Mendengar dia bebas, orang she Han itu girang. Sesudah dia bebas dia bisa memberi kabar pada Kim Jit atau yang lainnya. Sedikit pun Kong-sun Po tidak curiga, orang she Han yang dia bebaskan itu punya niat jahat. Sesudah itu Kong-sun Po terpaksa menunggu sampai hari sudah gelap. Dikisahkan Seng Liong Sen dan isterinya sudah naik ke atas gunung. Tapi di sepanjang jalan Ci Giok Hian tak habishabisnya heran melihat sikap suaminya itu. Maka itu di tengah jalan dia bertanya pada suaminya.

"Liong Sen aku lihat semula kau tidak simpatik pada Kongsun Toa-ko, tapi tiba-tiba kau ingin membantunya, kenapa?" kata Ci Giok Hian. Suaminya cuma tertawa sambil berkata. "Bantuanku ini pun masih membutuhkan kerja-sama denganmu," kata Liong Sen sambil tersenyum sinis. Menyaksikan wajah sinis suaminya Ci Giok Hian kaget dan ngeri. Ci Giok Hian sadar di "balik" kebaikan suaminya ada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maksud jahat. Dugaan Ci Giok Hian ternyata benar. Tiba-tiba Seng Liong Sen berkata pada isterinya. "Giok Hian, kau lebih membela suamimu atau sahabatmu?" kata Seng Liong Sen. "Aneh kau ini, tentu saja aku lebih membela suamiku!" kata Ci Giok Hian. "Baik, akan kukatakan terus-terang, sebenarnya aku ke rumah Jen Thian Ngo bukan untuk urusan Kong-sun Po, tapi demi kepentinganku!" kata Seng Liong Sen. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti?" kata Ci Ciok Hian. Seng Liong Sen segera mendekatkan kudanya ke dekat kuda Ci Giok Hian. Setengah berbisik dia berkata pada isterinya. "Untuk kepentinganku agar aku bisa menjadi lelaki sejati sebagai suamimu!" bisik Seng Liong Sen. "Kau mengerti maksudku?" Wajah Ci Giok Hian terasa panas dan berubah merah karena malu. Sejak mereka menikah mereka memang belum pernah berhubungan badan layaknya suami-isteri karena Seng Liong Sen impotent gara-gara Tik Bwee memberinya racun. "Jadi kau pikir Jen Thian Ngo bisa mengobatimu?" kata Giok Hian menegaskan. "Tidak! Hek-hong To-cu juga tidak akan bisa mengobatiku. Begitu pun Bibiku Seng cap-si Kouw, mungkin tidak bisa mengobatiku, karena dia juga tidak punya obat pemunahnya. Tapi ingat! Bibiku itu ahli racun dan dia bisa berusaha menyembuhkan aku!" jawab Seng Liong Sen. "Heran? Kenapa kita tidak mencari Bibimu saja? Lalu untuk apa kita menemui Jen Thian Ngo?" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang Jen Thian Ngo tidak ada hubungannya dengan Bibiku, tetapi... Hm! Temanmu itu kan ada hubungannya!"

kata Seng Liong Sen dengan senyum liciknya. "Di rumah Jen Thian Ngo ada temanku? Siapa dia? Oh, jadi yang kau maksudkan nona Kiong itu!" kata Giok Hian baru sadar. "Ya, jika aku ingin bertemu dengan Bibiku, aku harus menggunakan dia!" kata Liong Sen kembali tersenyum licik. "Aneh, aku tidak mengerti apa maksudmu?" kata isterinya. "Baik, aku jelaskan. Aku dengar Bibiku ada di Hek-hong-to, dia tertipu oleh ayah nona Kiong!" kata Seng Liong Sen. "Aah, apa benar begitu? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" kata Ci Giok Hian. "Aku tak mau bilang karena takut kau menyulitkan aku," kata Seng Liong Sen sinis. Itu cuma alasan Seng Liong Sen saja. "Aku heran, Bibimu itu cerdas dan lihay, kenapa sampai bisa tertipu oleh Kiong Cauw Bun?" kata Ci Giok Hian. "Ketika itu Bibi ada di daerah suku Biauw. Dia dikepung orang-orang yang menuduh Bibiku mencelakai Han Tay Hiong. Saat itu Kiong Cauw Bun pun ada di sana. Dengan licik dia menipu Bibiku dengan suatu rencana busuk. Setelah Bibiku cacat, Kiong Cauw Bun mem-bawa bibiku ke pulaunya." kata Seng Liong Sen. "Dari mana kau tahu cerita itu?" tanya isterinya. "Bu Hian Kam menceritakan kejadian itu kepada guruku. Tentang Bibiku aku dengar dari orang Biauw yang menyaksikan kejadian itu. Semua cerita itu bisa dipercaya!" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian mengangguk, dia jadi ingat kenapa Liong Sen mengajaknya pergi ke utara, ternyata karena itu. "Jika kau sudah tahu Bibimu ada di tempat Hek-hong Tocu, kenapa kau ajak aku ke utara?" tanya Giok Hian ingin tahu. "Semula ke utara untuk menyandera Beng Cit Nio yang aku tahu baik padamu," kata Seng Liong Sen. "Dengan menyandera Beng Cit Nio Han Tay Hiong akan muncul dan meminta pada Kiong Cauw Bun agar membebaskan Bibiku. Aku tahu kekuatan Beng Cit Nio sudah berkurang setelah dia bertarung dengan Bibi dulu. Sebenarnya rencana ini baru akan kukatakan sesampai kita di rumah. Tapi sekarang ada perubahan mendadak karena aku dengar puteri Kiong Cauw Bun ada di tempat Jen Thian Ngo. Dengan demikian kita tak perlu buang tenaga terlalu banyak lagi!" "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya isterinya.

Ci Giok Hian tahu suaminya licik, tetapi dia tidak mengira suaminya akan menggunakan tipu-muslihat serendah itu. "Kau masih bertanya, tentu kita harus menangkap nona Kiong untuk dijadikan sandera. Kita paksa agar ayahnya menyerahkan Bibiku! Bukankah ini lebih baik daripada mencari Beng Cit Nio?" kata Seng Liong Sen. "Jen Thian Ngo lihay, apa kita mampu mengalahkannya?" tanya isterinya. "Selain itu aku dengar puteri Jen Thian No juga lihay. Bagaimana kita bisa melaksanakan rencana ini?" "Tenang saja, kalau perlu puteri Jen Thian Ngo juga kita sandera. Dengan demikian ayahnya tidak berdaya!" kata Liong Sen. "Usaha kita memang sulit dan berbahaya, tapi untuk kebahagiaan kita bersama maka itu harus kita tempuh bersama juga!" "Bagaimana dengan Kong-sun Po?" tanya isterinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Biarkan saja anak dungu itu, untuk apa kita temui lagi dia?" kata Seng Liong Sen. "Hm! Kenapa kau sebut-sebut dia? Hm kau terkenang pada bekas kekasihmu, ya?" "Keterlaluan sekali kau menghinaku!" kata Giok Hian. "Maafkan, aku salah bicara," kata Seng Liong Sen yang takut isterinya akan marah. "Hm! Baik, kuikuti kehendakmu. Hati-hati bicaramu, nanti kata-katamu didengar orang!" kata Ci Giok Hian. Dengan tak banyak bicara lagi mereka bergegas mencari rumah Jen Thian Ngo. Sesudah mendapat petunjuk dari tetangga rumah Jen Thian Ngo, mereka pun singgah. Kedatangan dua tamu itu disambut oleh Jen Thian Ngo dengan perasaan heran dan curiga. "Aah, kebetulan, bagaimana kalian bisa ada di daerah ini?" kata Jen Thian Ngo. "Sudah lama kami dengar kau tinggal di sini, aku juga sudah lama ingin berkunjung ke mari," kata Seng Liong Sen berbasa-basi. Melihat kedua muda-mudi itu hendak berlutut, Jen Thian Ngo mencegahnya. Dia menyuruh keduanya bangun sambil kedua tangan Jen Thian Ngo mencoba mengangkat mereka. Seng Liong Sen kaget, dia merasakan tenaga orang tua itu kuat sekali. Seng Liong Sen sadar tuan rumah mungkin hendak menunjukkan tenaga-dalamnya yang tinggi. "Nona Ci, ternyata kau sudah bersuami!" kata Jen Thian Ngo. "Kenapa tidak mengundangku saat kalian menikah?" "Cuma pesta kecil-kecilan, mana berani kami menyusahkan Paman," kata Ci Giok Hian dengan malu-malu. "Karena itu mohon maafkan kami," sambung Seng Liong

Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dulu orang tua Giok Hian sahabatku, sebaiknya kalian bermalam saja di sini untuk beberapa hari," kata Jen Thian Ngo. "Jika Paman tidak keberatan baiklah, malah aku ingin minta petunjukmu, Paman," kata Seng Liong Sen. Sesudah mereka duduk Jen Thian Ngo mulai bicara. "Syukurlah kalian datang. Saat di Cie-lo-san aku dan keponakanku Siauw Hong berpisah, apa kalian pernah berjumpa dengannya?" kata Jen Thian Ngo. Orang tua ini khawatir karena kedatangan kedua anak muda itu hendak menyelidiki keadaannya, karena dia ingat Kok Siauw Hong pernah menangkap Ih Hoa Liong, muridnya. Ketika ditanya muridnya itu tak mau menjelaskan apa yang dikatakan pada Siauw Hong. Sebab Jen Thian Ngo cemas, Kok Siauw Hong akan menyebarkan kabar bahwa dia sekongkol dengan bangsa Mongol bisa berabe. Maka itu dia mencoba mengorek keterangan dari Seng Liong Sen dan isterinya. "Aku pernah bertemu dengannya di Siong-hong-nia," kata Seng Liong Sen. "Tetapi aku tak tahu, pernahkah dia menemui Guruku?" "Apa dia bicara tentang aku dengan kalian?" "Tidak! Kami hanya bertemu sebentar, yang aku tahu dia sedang mencari Han Tay Hiong!" Mendengar jawaban Seng Liong Sen, Jen Thian Ngo pun melihat pada wajah Liong Sen tampak kebencian dia pada Kok Siauw Hong. Sekalipun Seng Liong Sen berusaha menyembunyikannya, tapi Jen Thian Ngo yang berpengalaman mengetahui hal itu. "Dia benci karena tahu isterinya bekas kekasih keponakanku. Sikapnya baik kepadaku. Entah jika dia sudah tahu aku bersekongkol dengan bangsa Mongol?" pikir Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun puas tapi Jen Thian Ngo masih belum tahu, apa maksud kedatangan Seng Liong Sen dan isterinya itu. "Mana puterimu? Apa dia sudah punya calon?" kata Giok Hian. Niat Ci Giok Hian ingin menanyakan Kiong Mi Yun, karena takut Jen Thian Ngo curiga, dia mengalihkan pertanyaan dan

menanyakan puteri tuan rumah dulu. "Dia belum punya pacar, biarlah dia sudah dewasa. Terserah dia saja," kata Jen Thian Ngo. Mendengar basa-basi isterinya, Seng Liong Sen mulai tak sabar, dia langsung bicara. "Aku dengar nona Kiong ada di rumahmu, apa benar?" kata Seng Liong Sen. "Apa yang kau maksud itu puteri Kiong To-cu?" kata Jen Thian Ngo agak curiga. "Ya, dia sahabat baik isteriku," kata Seng Liong Sen. "Aku kenal ayahnya, tapi sudah lama tidak pernah bertemu dengannya," kata Jen Thian Ngo. "Dia memang ada di sini! Aah cepat sekali kau mendengar tentang dia?" "Aku dengar dari seorang kawanku, tadinya aku tidak percaya," kata Seng Liong Sen. Jen Thian Ngo memang cerdas, dari kawan yang mana Seng Liong Sen mendapat informasi? Jika dari anak buah Jen Thian Ngo yang diperintahkan "menculik" nona Kiong, tentu saja tidak mungkin. Dengan demikian terbuka sudah rahasia Seng Liong Sen. Dia jelas berbohong. Jen Thian Ngo sudah tahu kedatangan kedua suami-isteri itu mencari nona Kiong. "Tunggu sebentar, akan kupanggil puteriku dan nona Kiong agar menemui kalian!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika itu di kamar Jen Gong Siauw, Kiong Mi Yun dan Hong Siauw sedang bercerita hal yang lucu, saat Mi Yun menyamar jadi pria dan jatuh cinta kepada Han Pwee Eng yang sebenarnya tunangan Kok Siauw Hong "Sungguh menggelikan," kata Kiong Mi Yun. "Kenapa geli, walau kejadian itu lucu juga," kata Hong Siauw. "Aku tidak bisa menyalahkan Siauw Hong," kata Mi Yun. "Aku kira Giok Hian juga salah, kenapa kekasih orang dia rebut? Aku dengar sekarang Giok Hian sudah menikah dengan Seng Liong Sen!" kata Jen Hong Siauw. Tak lama ayahnya datang dan ayahnya mengatakan suamiisteri itu ingin bertemu dengan mereka, Hong Siauw bereaksi. "Aku sebal menemui mereka!" kata Hong Siauw. "Aku ingin tahu keadaan di luaran, mari kita temui saja mereka!" kata Kiong Mi Yun. Mereka bersama-sama menemui suami-isteri itu. Ci Giok Hian girang bertemu dengan Kiong Mi Yun, tapi dia jadi malu sendiri karena suaminya berniat jahat pada sahabatnya itu. Di ruang tamu ada Jen Thian Ngo, maka itu saat Ci Giok

Hian bicara dia agak kikuk. Hal ini dilihat oleh Kiong Mi Yun yang sedikit curiga. Wajah Ci Giok Hian tidak segembira dulu, saat dia berkelana. "Apakah hidupnya tidak bahagia?" begitu Kiong Mi Yun menduga-duga. "Aku senang kalian yang muda-muda bisa bergaul," kata Jen Thian Ngo. "Sebenarnya masih ada seorang lagi, dia tamu mudaku yang perlu kuundang ke mari untuk berkenalan dengan kalian!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa dia, Paman?" kata Ci Giok Hian. "Dia Yan Kong-cu!" jawab tuan rumah. "Aku rasa ada baiknya kalian berkenalan dengannya." Ci Giok Hian segera dapat menangkap nada pembicaraan Jen Thian Ngo. Maka itu Ci Giok Hian menduga, Yan kong-cu itu pasti caton puteri tuan rumah. "Ah, selamat Hong Siauw, ternyata kau sudah punya.... Kenapa tidak kau perkenalkan pada kami?" kata Ci Giok Hian. "Aku baru kenal dengannya, kau jangan bicara begitu aku jadi malu," kata Hong Siauw. Dia bilang begitu tapi hatinya senang sekali. "Kalau begitu, mari kita bicara di tempat lain saja," kata Ci Giok Hian. Pucuk dicinta ulam tiba, begitu kata pepatah. Sebenarnya nona Kiong pun ingin bicara berdua saja dengan Ci Giok Hian, maka itu dia senang sekali. "Kau mau bermalam di sini?" kata Kiong Mi Yun. "Mungkin!" jawab Giok Hian. "Kalau begitu kau minta izin pada suamimu, agar malam ini saja kau tidur bersamaku," kata Mi Yun. Seng Liong Sen yang mendengar kata-kata itu justru senang sekali. "Kalian sahabat lama, jangankan hanya semalam beberapa malam pun boleh saja!" kata Liong Sen. "Sebelum kau pergi, kenalan dulu dengan Yan Kong-cu, dia juga bukan orang lain," kata Jen Thian Ngo. "Apa kau tak keberatan, Nyonya Seng?" "Oh, tidak, kami orang kang-ouw tidak ada masalah." kata Ci Giok Hian yang mengira Jen Thian Ngo salah paham,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena baru menikah dia tidak mau bertemu dengan lelaki

lain. "Kalau begitu tunggu sebentar, sebelum kalian masuk," kata Jen Thian Ngo. Sesudah itu Jen Thian Ngo masuk ke dalam akan mengundang Yan Kong-cu alias Wan-yen Hoo. Tetapi sebelum mereka keluar lagi, Jen Thian Ngo memberitahu Wan-yen Hoo, siapa saja tamunya itu. Dengan ramah Wan-yen Hoo memberi hormat kepada Seng Liong Sen. "Sudah lama aku dengar namamu yang terkenal di kalangan kang-ouw, hari ini beruntung kita bisa berkenalan di sini," kata Wan-yen Hoo. "Aku baru saja mengembara, bagaimana sudah dikatakan terkenal?" kata Seng Liong Sen yang sebenarnya dia senang mendapat pujian itu. "Aku bukan mau omong kosong, kau memang sudah terkenal bah-wa kau pengganti gurumu, Seng Siauw-hiap!" kata Wan-yen Hoo. Melihat wajah Wan-yen Hoo yang ganteng, tapi mulutnya manis hanya dibuat-buat Ci Giok Hian ngeri dan sebal juga. Sesudah itu dia juga memuji-muji Ci Giok Hian yang katanya mereka merupakan pasangan serasi. Sesudah berbasa-basi Ci Giok Hian yang hatinya tidak senang, langsung mengajak Hong Siauw dan Kiong Mi Yun meninggalkan ruang tamu. Nona Hong Siauw agak kecewa melihat sikap Ci Giok Hian ini, tapi dia tetap ikut masuk. Sesudah semua pergi, Seng Liong Sen berbincang-bincang dengan gembira bersama Wan-yen Hoo, seolah cocok dengan pemuda yang baru dikenalnya itu. Mereka berbincang sampai jauh malam. Suatu saat Wanyen Hoo mengajak Seng Liong Sen jalan-jalan di taman untuk menikmati cahaya rembulan yang indah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Seng Liong Sen ingat kepada Kong-sun Po. Dia yakin bocah itu sedang menunggu dia di suatu tempat. Pembicaraan semakin asyik sampai bicara ke soal syair. Dia lalu membicarakan syair-syair Su Tung-po yang terkenal di zaman Song Utara. Wan-yen Hoo membacakan syair-syair Su Tung Po itu. Kemudian dia membacakan sajak orang asing. Sesudah itu dia bertanya pada Seng Liong Sen. "Tahukah kau sajak siapa yang kubacakan tadi?" kata Wanyen Hoo sambil mengawasike arah Seng Liong Sen. "Tidak," jawab Seng Liong Sen jujur. "Itu sajak bangsa Kim, ciptaan Wan-yen Liang!" kata Wanyen Hoo menjelaskan. "Dia orang yang mengalahkan Kerajaan Song dulu!"

"Eh, apa maksudnya membicarakan sajak bangsa asing?" pikir Seng Liong Sen keheranan. Sesudah itu Wan-yen Hoo bicara soal ilmu silat yang dia katakan, ilmu silat bangsa asing tak kalah lihaynya dengan ilmu silat bangsa Han. Seng Liong Sen tersinggung mendengar hal itu. "Anda benar, misalnya saja Bu-lim Thian-kiauw Tam Yu Cong, dia lihay dan dia bangsa Kim," kata Seng Liong Sen. "Tapi menurutku semua ilmu silat yang ada tidak setinggi milik bangsa Han!" "Anda murid Bun Tay-hiap, pasti sudah mewarisi semua kepandaiannya, bukan?" kata Wan-yen Hoo agak panas mendengar negaranya diremehkan oleh Seng Liong Sen. "Benar, tapi walaupun aku muridnya, aku tidak berbakat seperti beliau, jadi ilmu silatku masih rendah," kata Seng Liong Sen merendah sambil memberi hormat. Sebenarnya Seng Liong Sen mengakui, dia seorang jago silat ternama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebaliknya aku, aku tidak memperoleh guru silat yang ternama, sekalipun aku pernah belajar ilmu silat bangsa Kim," kata Wan-yen Hoo. "Kebetulan kita berkenalan di sini, maukah kau menunjukkan beberapa jurus kepadaku sebagai pelajaran bagiku?" Seng Liong Sen sedikit kaget, ketika dia tahu secara halus sahabat barunya ini menantang dia. Maka itu dia berkata lagi. "Kau sebagai sahabat baruku, tidak perlu kau bilang aku memberi petunjuk segala," kata Seng Liong Sen. "Aku dengar gurumu ahli tiam-hiat, maka itu aku ingin belajar kenal dengan ilmu tersebut. Maafkan kelancanganku," kata Wan-yen Hoo. Kaget juga Seng Liong Sen mendengar permintaan yang sebenarnya bemaksud menantang ilmu totoknya itu. Sebelum dia sempat menjawab, dengan cepat jari Wan-yen Hoo menotok ke arah dada Seng Liong Sen. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen, tapi segera dia berkelit sambil memuji. "Totokan yang hebat!" kata Seng Liong Sen. Sesudah itu Liong Sen balas menyerang dengan sebuah totokan yang juga lihay. "Bagus! Totokan yang bagus sekali!" puji Wan-yen Hoo sambil mengelak. "Awas seranganku!" kembali Wan-yen Hoo menotok dengan sebuah gerakan yang indah. Gerakan totokan itu belum pernah dilihat oleh Seng Liong

Sen, maka itu dia keheranan. "Ilmu macam apa ini?" pikir Seng Liong Sen. Seng Liong Sen tahu gurunya ahli tiam-hiat, tapi jurus yang dipakai Wan-yen Hoo tak dikenalinya. Sekarang Seng Liong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sen tak berani menganggap remeh totokan lawan itu. Tapi kelihatan Wan-yen Hoo sangat bernapsu ingin menjatuhkan lawannya. Seng Liong Sen kaget saat jari Wan-yen Hoo menyentuh tubuhnya, dia langsung kesemutan. Untung Wanyen Hoo belum mahir sekali, hingga serangannya belum lihay sekali. Melihat musuh keterlaluan ingin menjatuhkannya, Seng Liong Sen panas juga. Dia keluarkan seluruh kepandaiannya. Tangannya bergerak dengan cepat sekali. Tiba-tiba terdengar suara kain yang robek. Ternyata pakaian yang dikenakan Wan-yen Hoo robek bagian dadanya. Tapi tak lama terdengar suara keras. "Buuk!" Seng Liong Sen mundur terdorong oleh pukulan lawan. Terlihat Seng Liong Sen sempoyongan. Saat itu Wan-yen Hoo melompat. Sebelum Seng Liong Sen roboh ke tanah, dia sempat menahannya. Seng Liong Sen terjatuh tak berdaya. "Maaf, Seng Siauw-hiap!" kata Wan-yen Hoo sambil tertawa. Seng Liong Sen berusaha mengerahkan tenaga dalamnya untuk membuka totokan lawan. Namun sia-sia saja sampai Wan-yen Hoo menolonginya. "Ternyata kau lebih lihay, Saudara Yan!" kata Liong Sen sambil menunduk malu. "Bukan itu masalahnya," kata Wan-yen Hoo. "Aku bukan lebih lihay, tapi aku kira kau pun tahu sebabnya!" Seng Liong Sen tidak mengerti apa maksud Wan-yen Hoo berkata begitu. "Tolong Anda jelaskan, aku tidak mengerti," kata Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ilmu totokmu lihay, tapi tenaga dalammu yang kurang bagus," kata Wan-yen Hoo. "Jika tenaga dalammu kuat, mungkin aku sudah roboh olehmu. Tapi sayang...." "Apa yang sayang?" tanya Liong Sen penasaran. "Tapi maaf jika aku bicara terus-terang padamu," kata

Wan-yen Hoo. "Barangkali tenaga kelelakianmu telah hilang entah gara-gara apa? Tapi ah, sudahlah tak perlu kukatakan lagi...." "Kau benar," kata Seng Liong Sen dengan malu-malu. "Tapi aku tak tahu apa kau tahu bagaimana akibatnya nanti?" "Sekarang coba kerahkan tenagamu ke perut, apa ada perasaan aneh tidak?" kata Yan Hoo alias Wan-yen Hoo. Saat dia mencoba mengerahkan tenaganya ke perut, keringat dingin Seng Liong Sen bercucuran. Dia kaget bukan kepalang. "Heran sekali," kata Seng Liong Sen. "Baru sekarang aku merasa begini! Coba kau katakan, kenapa begini?" Wan-yen Hoo berbisik. "Ini akibat ada yang salah dari anggota tubuhmu!" bisik Wan-yen Hoo. "Akibatnya kau bisa lumpuh total!" Bukan main kagetnya Liong Sen mendengar keterangan itu. "Tapi ini baru gejala saja. Akibatnya akan dirasakan tiga tahun lagi," kata Wan-yen Hoo menambahkan. "Aku heran permusuhan apa di antara kalian, hingga begitu kejinya orang yang mengerjaimu?" "Jika Wan-yen Hoo tahu penyakitku, maka aku yakin Wanyen Hoo bisa mengobatiku!" pikir Seng Liong Sen. Tetapi dia malu untuk berterus-terang, hingga sampai saat itu dia tutupi rahasia pribadinya itu. Sekarang terpaksa dia harus berterus-terang pada sahabat barunya ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang yang mencelakakan aku itu, dia seorang budak Bibiku. Terus-terang dia mencintaiku secara sepihak, Dialah pelakunya hingga aku... aku jadi tidak bisa melakukan kewajiban sebagai suami. Jika kau tahu cara mengobatinya, aku mohon petunjukmu. Aku akan bereterima kasih sekali padamu!" kata Seng Liong Sen. "Jangan berkata begitu, aku akan berusaha, hanya..." "Hanya apa? Katakan saja!" desak Seng Liong Sen. "Kau pernah dengar nama obat Thian-sim-ciok dari Sengsiokhay di Kun-lun-san?" kata Wan-yen Hoo. Seng Seng Liong Sen bingung karena dia baru mendengar nama obat itu. "Belum pernah," kata Liong Sen terus terang. "Obat itu sangat sulit, sekalipun khasiatnya lambat, tapi jika diminum secara teratur pasti akan pulih penyakitmu itu!" kata Wan-yen Hoo. "Benarkah? Apa kau punya obat itu?" "Sekarang aku tidak punya, jika mau bisa kita cari," kata Wan-yen Hoo. "Tapi tempat itu jauh dari sini. Apa kau mau ke

sana atau tidak?" "Di mana itu?" "Di Tay-toh, di negeri Kim!" jawab Wan-yen Hoo. "Obat itu milik raja Kim dan ada di istananya!" "Jadi kau.... Kau...." Liong Sen tak meneruskan katakatanya. "Benar, aku pangeran Kim, sheku Wan-yen. Putera Wanyen Tiang Cie!" kata Wan-yen Hoo. 'Jadi kau...." Lagi-lagi kata-kata Liong Sen terputus.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tenang! Bukankah Tam Yu Cong juga pangeran Kim?" kata Wan-yen Hoo. "Sekali pun Ayahku panglima perang, aku tidak ikut campur urusan pemerintah. Aku lebih senang bergaul dengan orang yang cocok denganku." "Setahuku Tam Yu Cong membantu bangsa Han, tapi kau siapa?" pikir Seng Liong Sen. "Orang tidak ada yang tahu aku ini siapa, kecuali Paman Jen. Sekarang karena kau sahabatku aku berterus-terang padamu," kata Wan-yen Hoo. "Terima kasih atas kepercayaanmu, tapi mana boleh aku bergaul denganmu, kau seorang pangeran," kata Seng Liong Sen. "Kau sendiri murid jago ternama, jika kau bergaul denganmu malah kau yang rugi!" kata Wan-yen Hoo. "Begini saja, jika keberatan pergi bersama-sama, kau boleh datang sendiri ke Tay-toh (Bei-jing atau Pak-khia). Kau akan kuberi alamat yang sangat rahasia!" "Maaf, aku tidak bisa pergi, tak apa jika penyakitku tak bisa disembuhkan, ini sudah takdirku," kata Seng Liong Sen. "Tak perlu kau putus asa, kau punya isteri yang cantik, ingat itu!" kata Wan-yen Hoo membujuknya. "Dia benar, isteriku cantik. Jika mati aku bisa jadi penasaran!" pikir Seng Liong Sen. "Kau seorang Bu-lim Beng-cu," kata Wan-yen Hoo lagi. "Jika kau sampai lumpuh, wah sayang sekali! Aku tahu bibimu memang ahli racun, tapi kau jangan terlalu berharap kepadanya. Apalagi sekarang dia ada di tangan Kiong To-cu yang lihay! Pikirkan itu!" Seperti kaget Seng Liong Sen berpikir keras. "Dia seolah bisa menebak rencana kedatanganku. Jika sampai dia menyebar luaskan soal kelemahanku, wah bisa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berabe aku! Apakah aku terima saja tawarannya? Jika aku terima, pasti dia akan minta imbalan dariku entah imbalan apa?" begitu Seng Liong Sen berpikir. Melihat Seng Liong Sen bingung, Wan-yen Hoo seperti tahu apa yang ada di otak Seng Liong Sen. "Aku tahu kau takut rahasiamu itu tersebar di luaran, kan? Aku jamin, aku ini sahabatmu aku tidak akan menyiarkannya" kata Wan-yen Hoo. Sesudah berpikir sejenak akhirnya Liong Sen berkata pada orang Kim itu. "Baiklah, kita bicara terus terang. Imbalan apa yang kau inginkan dariku?" kata Seng Liong Sen. Wan-yen Hoo tertawa. Sebenarnya bukan karena pengetahuan Wan-yen Hoo luar biasa, sehingga dia tahu rahasia Seng Liong Sen. See-bun Chu Sek itu keponakan Seebun Souw Ya. Dari dialah Wan-yen Hoo mengetahui tentang Kiong Cauw Bun berhasil memboyong Seng Cap-si Kouw. Sedangkan tentang penyakit Seng Liong Sen diketahuinya dari Han Hie Sun. Dia tahu dari gurunya dan pernah menawarkan Ci Giok Hian kepada Han Hie Sun untuk dijadikan isterinya. Wan-yen Hoo tidak mengira kalau hal itu sekarang sangat berguna baginya. Sebenarnya penyakit "impotent" yang diderita Seng Liong Sen tak ada hubungannya dengan tenaga dalamnya. Tapi rasa sakit di perut Seng Liong Sen akibat totokan Wan-yen Hoo. Semua itu hanya bualan orang Kim ini saja. "Jangan sungkan, aku ini sahabatmu," kata Wan-yen Hoo sambil tertawa. "Jika kau tak mau berterus-tterang aku juga tak berani menerima pertolonganmu," kata Seng Liong Sen. "Baiklah, kalau begitu aku akan berterus-terang," kata Wan-yen Hoo. "Ada sesuatu benda yang aku inginkan."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar orang Kim itu menginginkan sesuatu barang, hati Liong Sen lega. Itu berarti dia tidak pelu berkhianat pada guru maupun sahabat-sahabatnya bangsa Han. "Benda apa itu? Coba kaujelaskan!" kata Seng Liong Sen. "Aku perlu payung besi milik Kong-sun Po!" kata Wan-yen Hoo. "Jadi kau ingin payung orang itu, tapi...." Seng Liong Sen tak meneruskan kata-katanya. "Kenapa?" tanya Wan-yen Hoo. "Kau keberatan?" "Bukan! Bukan aku keberatan, masalahnya aku tak tahu entah di mana dia sekarang? Ditambah lagi dia lihay, mungkin bukan lawanku?" kata Seng Liong Sen.

Wan-yen Hoo tertawa terbahak-bahak. "Kau tidak jujur, Saudara Seng!" kata Wan-yen Hoo. "Maksudmu?" kata Seng Liong Sen. "Hm! Bukankah tadi siang kau bersamanya? Masakan kau tak tahu dia ada di mana?" kata Wan-yen Hoo. Sedikitpun Seng Liong Sen tak mengira, informasi tentang kedatangannya telah diketahui Wan-yen Hoo dari Jen Thian Ngo. Sedangkan Jen Thian Ngo tahu masalah itu dari anak buahnya yang ditemui oleh orang she Han yang dilepaskan oleh Kong-sun Po. Mendengar keterangan Wan-yen Hoo yang rinci, Seng Liong Sen jadi gelagapan dan serba-salah. "Ternyata kau lebih cepat nendapat informasi yang akurat," kata Seng Liong Sen. "Tadi siang memang aku bertemu dengannya! Tetapi..." "Tetapi apa lagi?" kata Wan-yen Hoo. "Kau takut padanya?" "Dia dan aku punya hubungan, kakek Kong-sun Po guru Ciu Cioh, sedang Ciu Cioh guru Kong-sun Po..." kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua itu aku sudah tahu!" kata Wan-yen Hoo. "Kau jangan takut, Kong-sun Po hanya sendirian. Jika kita bunuh siapa yang tahu? Karena dia lihay mungkin aku bukan tandingannya. Tapi dia temanmu. Mala itu dia tidak akan curiga jika kau temui. Saat dia lengah kau totok dia, beres kan? Jika kau gagal ada aku dan Jen Lo-cian-pwee. Ingat itu!" "Apa, kau bilang Jen Thian Ngo ikut...." "Ya, aku sudah bicara terus terang padanya," kata Wan-yen Hoo. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen, hingga keringat dingin membasahi tubuhnya. "Apakah tindakan kita tidak terlalu kejam?" kata Liong Sen. "Kenapa? Sepengetahuanku, dia bukan sahabat karibmu, aku tahu itu! Apa kau mau mengorbankan masa depanmu sendiri?" kata Wan-yen Hoo. "Ah, dia sudah bersekongkol dengan Jen Thian Ngo. Jika ajakannya aku tolak, ini berbahaya bagiku dan isteriku!"pikir Seng Liong Sen. Sesudah lama berpikir akhirnya Seng Liong Sen mengangguk. "Baiklah," kata dia. Wan-yen Hoo tertawa senang. "Nah, begitu itu namanya kau sahabat baikku!" kata Wan yen Hoo.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 63 Seng Liong Sen Menyerang Kongsun Po; Puteri Jen Thian Ngo Berkorban Untuk Sahabatnya
Wan-yen Hoo memang jahat, selain menginginkan payung Kong-sun Po, dia juga ingin memiliki Negara Song seluruhnya. Tapi dia juga ngeri oleh perlawanan para patriot bangsa Han. Oleh karena itu dia butuh dukungan, misalnya dari orang yang seperti Seng Liong Sen dan orang Han yang tega menjual negaranya pada bangsa asing. Maka itu dia berusaha memancing Seng Liong Sen agar mau datang ke Tay-toh (Bei-jing). Di sana dia akan memaksa pemuda itu agar tunduk kepadanya. Apalagi rahasia pribadi Seng Liong Sen, terutama tentang penyakit impotentnya. Dwngan demikian Seng Liong Sen bisa diancam dengan mengatakan, dia akan membuka rahasianya di depan umum. Pemuda itu pasti ketakutan. Jika Seng Liong Sen sudah tunduk, dia bisa dijadikan mata-mata bangsa Kim di tengah para patriot bangsa Han. Di tempat lain Jen Hong Siauw menemani Ci Giok Hian. Nona Ci tidur bersama Kiong Mi Yun dan Hong Siauw. Dengan demikian mereka bertiga bisa berbincang-bincang dengan leluasa. Sebenarnya Ci Giok Hian kecewa karena ditemani Hong Siauw, jadi dia tidak bisa bicara empat mata dengan Kiong Mi Yun. Maka itu saat mereka di tempat tidur, Ci Giok Hian hanya bercerita tentang masa kecil dan petualangannya di kalangan kang-ouw. Itu pun bukan yang penting-penting, tapi soal biasa saja. "Dulu saat kita masih kecil, kau senang wangi dupa Liongyanhiang. Aku pernah memberimu sebungkus. Apa kau masih punya sisanya?" kata Giok Hian. "Ah, aku hampir lupa, dupa itu sangat harum, mencium harumnya terkadang aku tertidur lelap," kata Hong Siauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Karena aku sayang dan harganya mahal, tapi sekarang aku lupa di mana aku menyimpannya? Ah, aku ingat di kamar

baca, baik akan kuambil dulu dupa itu, ya!" Sesudah Jen Hong Siauw pergi, Ci Giok Hian mendekati Kiong Mi Yun dan berkata dengan perlahan. "Mi Yun," bisik Ci Giok Hian, "totok aku!" Kiong Mi Yun bingung. "Kenapa?" tanya Kiong Mi Yun. "Jangan banyak bertanya, lekas kau totok aku sesudah itu kau harus segera kabur dari sini," bisik Ci Giok Hian. "Tidak! Sebelum kau bicara jelas aku tak mau. Kenapa aku harus menotokmu dan lari?" bisik Mi Yun. "Ada orang yang akan mencelakakan kau," bisik Giok Hian. "Siapa?" "Jangan banyak bertanya, kerjakan perintahku!" bisik Giok Hian. "Jika ayal-ayalan bisa terlambat!" "Teima kasih, tapi aku tidak mau pergi," bisik Mi Yun. Saat itu Kiong Mi Yun berpikir orang yang ingin mencelakakan dia itu Jen Thian Ngo. Jika dia tentu dia sudah tahu. Saking gugup dan terburu-burunya, akhirnya Ci Giok Hian membuka rahasia. Melihat Kiong Mi Yun tak mengindahkan peringatannya, Giok Hian heran. "Kakak Mi Yun, orang yang akan mencelakakanmu itu dia suamiku!" bisik Ci Giok Hian. Mata Giok Hian mengeluarkan air mata. "Oh, kiranya begitu!" Mi Yun baru sadar. "Ah, kau baik sampai kau sampai berani menentang keinginan suamimu!" Sambil menyeka air matanya Giok Hian mendesak MiYun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua kuberitahu padamu, kenapa kau tak segera pergi?" kata Giok Hian. "Aku bukan tak mau, tapi bagaimana aku bisa keluar dari sini?" kata Kiong Mi Yun. "Kenapa?" bisik Ci Giok Hian. "Di rumah ini dipasang berbagai alat rahasia, kita bisa keluar jika Hong Siauw mau membantu kita!" bisik Kiong Mi Yun. "Tidak mungkin, mana mau dia menentang ayahnya!" bisik Ci Giok Hian yang jadi bingung sendiri. "Memang aku juga ragu apa dia mau membantuku atau tidak, jika dia mau sudah lama aku kabur dari sini!" kata Mi Yun dengan suara perlahan. "Kalau begitu ayo kita lari bersama, kita hadapi bahaya itu bersama-sama!" bisik Ci Giok Hian. "Jangan! Aku tak ingin hubungan kau dengan suamimu retak! Selain itu aku yakin kau juga tidak tahu tentang perangkap yang dipasang oleh tuan rumah," kata Kiong Mi

Yun. "Jika kita kabur pun akan sia-sia saja!" "Jangan pedulikan suamiku, aku tak suka pada orang seperti dia!" kata Ci Giok Hian. "Jika kau tak berkata begitu aku tak berani berterus-terang. Semula aku juga heran, kenapa suamimu mau bersekongkol dengan JenThian Ngo?" kata Kiong Mi Yun. "Terus-terang dia tidak bersekongkol dengannya, tapi dia punya rencana lain," kata Ci Giok Hian. "Sebenarnya,.... ah sulit kukatakan. Sebenarnya dia tak ingin mencelakaimu, dia hanya akan menyanderamu dan menemui ayahmu, lalu mengadakan tukar-menukar kau dengan bibinya!" Kiong Mi Yun berpikir tidak pantas ayahnya menawan Seng Cap-si Kouw, sekalipun wanita itu jahat. Seng Liong Sen akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyandera dia, ini pun perbuatan tidak baik, maka itu dia pikir ada rencana lain di benak suami Giok Hian? Akhirnya nona Kiong berbisik. "Baik, karena kau menyelamatkan aku, jika kita bisa lolos dari sini, aku akan memohon pada Ayahku agar dia membebaskan bibi suamimu!" kata Kiong Mi Yun. "Apalagi kau punya cara untuk melolos dari sini?" bisik Ci Giok Hian. "Kita coba saja, siapa tahu berhasil," kata Mi Yun. "Jika Hong Siauw kembali, kita bicara terus terang dengannya. Dia dan ayahnya berbeda jauh. Aku juga akrab dengannya. Siapa tahu dia mau menolong kita!" "Bagaimana jika dia menolak, bukankah ini bisa semakin kacau," kata Giok Hian. "Tapi tak ada salahnya jika kita coba!" Hari semakin malam sedang nona Jen tak muncul-muncul juga. Dikisahkan saat nona Jen akan ke kamar baca, dia harus melintasi taman. Saat sampai di taman dia dengar ada dua lelaki sedang bicara. Dia kenal itu suara Wan-yen Hoo dan Seng Liong Sen. Karena ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan, nona Jen mengendap-endap mendekati mereka secara diam-diam. "Akan kudengarkan, apa yang mereka bicarakan. Nanti akan kukageti mereka!" begitu pikir nona Jen. Mendengar pembicaraan Wan-yen Hoo yang sengaja membuka rahasia dirinya, Jen Hong Siauw terkejut. Dia dengar bagaimana liciknya Wan-yen Hoo memperdaya suami Ci Giok Hian. Apa yang dia dengar Wan-yen Hoo bicara. "Terus-terang, aku pangeran kerajaan Kim, Ayahku Wanyen Tiang Cie!" kata-kata itu membuat Hong Siauw terperanjat. Kata lain yang membuat dia bertambah kaget,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

katanya ayahnya pun komplotan Wan-yen Hoo. Saat itu tangan dan kaki nona Jen dingin dan sedikit gemetar. "Tidak mungkin, apa benar Ayahku seorang pengkhianat?" pikir nona Jen Hong Siauw. Dia tahu ayahnya terhormat di kalangan kang-ouw. Tapi apa yang dia dengar dari mulut calon suaminya, pasti bukan omong kosong belaka. Malah saat sebulum masuk ke kamar, dia memang melihat orang she Li menemui ayahnya. Dia benci pada Li Jie Koay. Dia tahu orang she Li itu jahat. Dia mendengar kalau ayahnya membicarakan soal payung pusaka. Sesudah mendengar pembicaraan Wan-yen Hoo yang meminta agar Seng Liong Sen merampas payung dari Kong-sun Po, Hong Siauw bertambah yakin ayahnya berkomplot dengan orangorang jahat itu. Tak lama Hong Siauw mendengar Wan-yen Hoo bicara lagi. "Mari kita berangkat, pasti si dungu itu sedang menunggumu, ada tempat yang bagus untuk menghabisi dia...." kata Wan-yen Hoo. "Baik," jawab Liong Sen. Lalu keduanya meninggalkan tempat itu. Sesudah keadaan sunyi kembali, Hong Siauw mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar-debar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, jadi Ayahku itu orang jahat!" pikir Jen Hong Siauw. Tanpa berpikir lagi dia lari ke kamarnya. Saat itu Ci Giok Hian dan Kiong Mi Yun sedang menunggu Hong Siauw kembali ke kamarnya. Melihat Hong Siauw muncul sambil lari, keduanya kaget. Begitu masuk dia langsung menangis.

"Eh, kenapa kau menangis. Kalau dupa itu hilang, sudah saja jangan kau pikirkan," kata Ci Giok Hian. "Bukan soal dupa," kata nona Jen. "Laku apa?" kata Kiong Mi Yun mencoba menghibur. "Coba tenangkan hatimu, dan ceritakan apa yang terjadi pada kami!" "Masalah ini tak boleh ayal-ayalan, lekas kau tinggalkan tempat ini Kiong Cici!" kata Jen Hong Siauw. Memang semula akan minta tolong pada Hong Siauw, malah sekarang Hong Siauw yang menawarkan pertolongan itu tanpa diminta lagi. "Kami memang mau pergi, tapi...." Kiong Mi Yun tak meneruskan kata-katanya. "Aku tahu, jangan takut! Kalian akan kuantar keluar dari sini!" kata nona Jen Hong Siauw. "Aku juga ikut kalian!" kata Ci Giok Hian. "Benar, aku tahu suamimu.... Ah sudah nanti saja kuceritakan!" kata Jen Hong Siauw. "Rupanya dia sudah tahu sifat suamiku?" pikir Giok Hian. Atas petunjuk Jen Hong Siauw mereka berhasil meloloskan diri dari rumah Jen Thian Ngo. Sesampai di atas gunung Kiong Mi Yun dan Ci Giok Hian mengucapkan terima kasih pada Jen Hong Siauw. "Silakan kau pulang!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak mau pulang!" kata nona Jen. "Tapi nanti ayahmu marah?" kata Ci Giok Hian. "Aku tidak peduli padanya, aku juga tak ingin bertemu lagi dengannya," kata nona Jen. "Kenapa?" tanya Kiong Mi Yun. "Kong-sun Po berada di sekitar hutan ini, mereka akan mencelakakan dia! Ayo kita harus mencarinya!" kata Hong Siauw. Di suatu tempat Kong-sun Po sedang menunggu kedatangan Seng Liong Sen dengan tak sabar. Sekalipun dia sudah menyalakan api unggun, tapi Seng Liong Sen tak muncul-muncul. Tentu saja Kong-sun Po jadi gelisah. Tiba-tiba terdengar suara daun terpijak kaki orang. Tak lama Seng Liong Sen tiba sambil tertawa "Saudara Kong-sun, sudah lama kau menungguku? Aku membawa kabar baik," kata Seng Liong Sen. "Kau sudah bertemu dengannya, bagaimana apa kalian bisa menolonginya?" tanya Kong-sun Po' "Jangan kuatir dia sudah keluar dari rumah Jen Thian Ngo!" kata Liong Sen. "Di mana dia sekarang?" tanya Kong-sun Po girang.

"Aku disuruh isteriku memberi tahumu, bahwa malam ini nona Kiong dan dia akan melarikan diri. Mereka menunggumu di sebelah barat hutan ini!" kata Liong Sen. Tanpa banyak curiga bagaimana Liong Sen dan isterinya bisa begitu cepat membebaskan kekasihnya. Kong-sun Po langsung mengucapkan terima kasih pada Seng Liong Sen. "Bagus sekarang mari kita susul mereka, tolong kau tunjukkan jalannya," kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen girang karena tipu-muslihatnya berhasil. Lalu dia menunjuk ke arah barat. "Mereka sedang menunggu kita di sana. Tapi sebaiknya kita ambil jalan berputar supaya tidak kepergok musuh!" kata Seng Liong Sen. Tanpa pikir panjang Kong-sun Po yang ingin segera bertemu dengan kekasihnya, dia berjalan di depan diikuti Seng Liong Sen. Tak lama mereka sampai di sebuah jalan sempit yang berbahaya. Jalan itu berada di tebing gunung, jurangnya curam sekali. Saat tiba di tempat itu jantung Seng Liong Sen berdebar. "Sampai di jurang, kau dorong dia ke jurang! Begitu pesan Wanyen Hoo kepadanya. Tapi aneh sampai di sini Seng Liong Sen malah ragu-ragu. Dia tak tega melakukan pembunuhan demikian keji. Dia pikir itu perbuatan manusia rendah. Tiba-tiba dia berpikir lain. "Wan-yen Hoo dan Jen Thian Ngo telah bergabung, jika aku tak membunuhnya pasti mereka tak membiarkan aku lolos!" pikir Seng Liong Sen. "Celaka aku ini!" Kong-sun Po yang merasa terlalu cepat berhenti menunggu Seng Liong Sen. Dia berkata pada sang kawan. "Hati-hati Seng Siauw-hiap, jalannya licin!" kata Kong-sun Po. Saat dia berhenti, ternyata Seng Liong Sen sudah ada di belakang Kong-sun Po. "Terima kasih atas perhatianmu, aku juga hati-hati. Jalan di pegunungan memang begini," kata Seng Liong Sen. Sambil bicara suami Ci Giok Hian menotok Kong-sun Po. Tiba-tiba Kong-sun Po merasa sedikit kesemutan, lalu berkata pada kawan-nya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang kau lakukan, saudara Seng?" kata Kong-sun Po.

Untung Kong-sun Po tak sampai jatuh ke jurang. Saat Seng Liong Sen menotok jantungnya berdebar, hingga tangannya agak gemetar. Sasaran totokannya jadi meleset, sehingga Kong-sun Po tidak terkena telak oleh totokannya. Semula Seng Liong Sen hendak mendorong Kong-sun Po ke jurang. Tapi karena tidak tega dia asal totok saja. Sekarang Kong-sun Po sudah bisa berdiri tegak kembali. "Apa yang kau lakukan, saudara Seng?" kata Kong-sun Po. "Benar, aku pun ingin bertanya begitu!" kata suara seseorang. Saat diawasi Kong-sun Po mengenali orang yang bicara itu Wan-yen Hoo. Rupanya orang Kim itu sudah lama ada di situ sedang bersembunyi sebelum Kong-sun Po dan Seng Liong Sen tiba. Sesudah itu Wan-yen Hoo melompat, pedangnya di arahkan kepada Kong-sun Po. "Kenapa Liong Sen ingin membunuhku?" pikir Kong-sun Po. Tapi karena pedang Wan-yen Hoo sudah tiba, Kong-sun Po tak sempat berpikir lebih jauh. Dia tak sempat untuk berkelit, tapi dia merasakan dadanya tertusuk pedang lawan. Tapi Kong-sun Po cukup lihay, sebelum pedang lawan menembus lebih dalam, dia sudah mengelak dan tangan yang satu dipakai menepis pedang, sedang tangan kanannya mencengkram tangan Wan-yen Hoo yang memegang pedang. Di luar dugaan Wan-yen Hoo pun lihay. Dia tahu jika tusukannya gagal, lawannya akan membalas, maka itu dia tarik pedangnya. Lalu ditusukkan ke sasaran lain. Pukulan Kong-sun Po datang, dia gunakan tangannya menangkis serangan Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat kedua tangan mereka beradu, Kong-sun Po terdorong mundur beberapa langkah. Sedang Wan-yen Hoo pun terdorong mundur. Melihat Liong Sen diam saja seperti terpesona, Wan-yen Hoo membentak. "Liong Sen kenapa diam, ayo maju lagi!" kata Wan-yen Hoo. Saat itu Wan-yen Hoo sudah menusukkan pedangnya, tapi Kong-sun Po menangkis dengan membuka payungnya. Tak lama terdengar benturan keras, lelatu api pun memancar. Sekarang Kong-sun Po sudah bergeser menjauhi tebing jurang yang curam. Seng Liong Sen yang baru diperingati oleh Wan-yen Hoo sudah maju menyerang, hingga Kong-sun Po kaget. "Seng Liong Sen, apa kau tahu siapa dia?" kata Kong-sun Po.

"Pasti dia tahu!" ejek Wan-yen Hoo. "Jika tidak mana mau dia menyerangmu? Ayo serang lagi!" "Keterlaluan, jika kau tahu siapa dia, kenapa seorang murid Bu Tay-hiap bersekongkol dengan bangsa Kim?" kata Sun Po. "Tapi mertuamu mengurung Bibiku, kau tahu tidak?" bentak Seng Liong Sen. Saat itu mata Kong-sun Po mendelik ke arah Seng Liong Sen sambil mengawasinya dengan tajam. Saat Seng Liong Sen berpaling tak berani beradu mata dengan Kong-sun Po. "Jika benarpun, apa hubungannya denganku?"kata Sun Po. "Kau menantunya, kenapa tak ada hubungannya?" kata Seng Liong Sen. "Sebagai Beng-cu kau tak pantas bergabung dengan bangsa Kim dan kau berniat mencelakaiku!" kata Kong-sun Po. Wan-yen Hoo tertawa, dia mengejek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari siapa kau tahu mereka musuhku, justru mereka kawan lama kami," kata Wan-yen Hoo. "Liong Sen..." tapi sebelum Kong-sun Po selesai bicara, Liong Sen memotongnya. "Tutup mulutmu! Tadi tidak kudorong kau ke jurang pun, seharusnya kau bersyukur!" kata Seng Liong Sen. Kong-sun Po memang sadar, jika mau tadi Liong Sen mendorongnya ke jurang. Mungkin karena dia ragu dia tak jadi mendorong Kong-sun Po. "Apa maumu, Liong Sen?" kata Kong-sun Po. "Aku akan menukarkan kau dengan Bibiku!" jawab Liong Sen. Dia menyerang sambil berkata pada Wan-yen Hoo. "Wan-yen Kong-cu sebaiknya kita tangkap dia hidup-hidup, lalu musnahkan ilmu silatnya!" kata Seng Liong Sen. Tapi Wan-yen Hoo tampak cemas. Dia heran kenapa Jen Thian Ngo yang katanya akan membantu tapi tak munculmuncul? Akhirnya Wan-yen Hoo mengalah. "Baiklah, Kong-sun Po jika kau mau selamat menyerahlah!" kata Wan-yen Hoo. "Jika kalian mampu silakan bunuh, aku tak akan menyerah pada kalian, hai manusia-manusia busuk!" kata Kong-sun Po. "Kau dengar Liong Sen, berarti kau juga termasuk manusia busuk!" kata Wan-yen Hoo memanasi hati Seng Liong Sen. "Apa kau tak ingin membunuhnya?" Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen jadi kalap dan nekat. Maka itu dia maju menyerang. Totokkan Seng Liong Sen bagaimanapun berpengaruh juga. Sedangkan dua lawan Kong-sun Po bukan orang biasa. Mereka lihay semua.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dugaan Kong-sun Po benar lama-lama dia mulai terdesak dikeroyok dua orang itu. Ditambah lagi dia berada di tepi jurang, jika salah injak dia akan terjatuh ke dalam jurang. "Hai bocah, sebaiknya terima usul Seng Liong Sen, menyerah saja!" Wan-yen Hoo membujuk. Hati pangeran ini tak tenang. Dia merasa heran kenapa Jen Thian Ngo belum datang juga. Dia juga takut jika Kong-su Po nekat, bukan tak mungkin mereka berdua akan jatuh ke dalam jurang bersama Kong-sun Po. Tetapi Kong-sun Po tidak menghiraukan ocehan pangeran Kim itu, dia terus bertahan sambil melakukan perlawanan sebisanya. Keberanian dan kenekatan Kong-sun Po ini membuat kedua lawannya bingung bukan kepalang. Dikisahkan tiga orang nona, Kiong Mi Yun, Jen Hong Siauw sebagai petunjuk jalan dan Ci Giok Hian sudah jauh meninggalkan rumah Jen Thian Ngo. Mereka bertiga bergegas hendak menolongi Kong-sun Po yang berada dalam bahaya. "Aku dengar mereka bilang Kong-sun Po menunggu di sekitar sini," kata Jen Hong Siauw. Tak lama mereka melihat ada api unggun. "Lihat di sana ada api!" kata Jen Hong Siauw. Mereka menuju ke api unggun itu, tapi Kong-sun Po tak ada di sana. Ci Giok Hian mencoba berkonsentrasi, sesudah itu dia mengajak kedua kawannya. "Ikuti aku, aku seperti mendengar suara senjata," kata Ci Giok Hian. Mereka terus menyusuri hutan. Tak lama Giok Hian berkata lagi. "Benar itu suara senjata!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka bergegas menuju ke arah suara senjata beradu. Tapi tiba-tiba terdengar suara teguran. "Eh, anakku kenapa sudah jauh malam begini kau masih membawa tamu-tamu kita jalan-jalan" kata suara itu. Dengan bantuan cahaya rembulan mereka mengenali orang itu Jen Thian Ngo. Bukan main terkejutnya ketiga nona itu. "Ayah, tahukah kau bahwa mereka hendak mencelakai Kong-sun Toa-ko?" kata Jen Hong Siauw. "Mereka? Siapa yang kau maksud mereka?" kata Jen Thian Ngo.

"Wan-yen Hoo dan Seng Liong Sen!" kata Hong Siauw. "Apa katamu?" kata Jen Thian Ngo seolah kaget. "Wan-yen Hoo yang mana?" "Yan Kong-cu itu pangeran Kim!" jawab Hong Siauw. "Apa Ayah memang tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu?" "Tidak mungkin! Kau jangan percaya omongan orang!" kata Jen Thian Ngo. "Aku dengar sendiri!" bantah Jen Hong Siauw dengan berani. Ci Giok Hian sudah tahu ini hanya siasat untuk mengulur waktu. "Maaf Paman Jen, beri kami jalan! Kami akan ke atas memeriksanya!" kata Ci Giok Hian. "Di atas akan jadi jelas semuanya!" "Benar, Paman," kata Kiong Mi Yun. "Aku dengar di atas ada orang sedang bertarung!" "Hong Siauw, dia sangat baik padamu. Apa kau tak percaya kepadanya? Juga kau, Giok Hian! Kenapa suami sendiri kau curigai? Ayo kalian pulang, biar aku yang akan memeriksa ke atas!" kata Jen Thia Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil berkata Jen Thian Ngo maju ke arah ketiga nona itu. Saat itu Kiong Mi Yun dan Ci Giok Hian jadi serba salah. Jika mereka melawan mereka sulit akan mendapat kemenangan dari Jen Thian Ngo. Kembali lagi ke rumah, pasti Kong-sun Po celaka. Tapi saat mereka kebingungan, tiba-tiba Jen Hong Siauw maju. "Ayah, jika kau halangi kami, lebih baik aku mati di depanmu!" kata Hong Siauw. "Hai jangan!" teriak Kiong Mi Yun yang kaget melihat nona Jen sedang memegang belati yang ditandalkan ke lehernya. Tapi Ci Giok Hian menyenggol tangan Kiong Mi Yun agar tidak mencegahnya. Melihat puterinya nekat hendak bunuh diri, Jen Thian Ngo kelabakan karena tahu sifat puterinya yang keras kepala. Maka itu dia tak berani maju, dia hanya bisa membujuk saja. "Jangan begitu, anakku! Lepaskan pisaumu kau membuat kaget Kiong Cicimu saja!" kata Jen Thian Ngo. "Ayah pulang bersamaku, sampai di rumah baru kubuang pisau ini!" ancam Hong Siauw. "Baik, baiklah. Ayo kalian juga ikut kami pulang!" kata Jen Thian Ngo pada Ci Giok Hian dan Kiong Mi Yun. "Tidak! Hanya Ayah dan aku yang pulang, biar mereka pergi!" kata Hong Siauw.

Tampak Jen Thian Ngo kebingungan. "Celaka dia keras kepala, jika tak kuturuti bisa berabe!" pikir Jen Thian Ngo. "Baik pura-pura kuturuti dia, sampai di rumah baru kubujuk dia. Aku kira Seng Liong Sen dan Wanyen Hoo akan mampu menghadapi bocah itu.Tapi jika kedua nona itu kubiarkan hidup, aku bisa celaka. Biar lebih baik aku kembali untuk membereskan mereka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Hong Siauw memperhatikan sikap ayahnya. Tibatiba Ci Giok Hian menjerit, mereka kaget melihat pakaian Jen Hong Siauw sudah penuh darah. Rupanya Hong Siauw tahu jalan pikiran ayahnya, maka itu dia jadi nekat akan bunuh diri. Ci Giok Hian dan Kiong Mi Yun memburu ke a rah Hong Siauw, tapi sudah didahului Jen Thian Ngo yang menotok jalan darah puterinya supaya darah yang mengalir berhenti. Kiong Mi Yun menangisi Jen Hong Siauw. "Jen Mei-mei, kenapa kau nekat membela kami sampai begini?" kata Kiong Mi Yun. "Sudah! Kalian pergi dari sini, jangan pura-pura menangisinya!" bentak Jen Thian Ngo. "Benar! Segera kalian tolongi Kong-sun Toa-ko! Ayah kau jangan salahkan mereka. Mereka baik padaku hingga aku rela men-olongi mereka!" kata Jen Hong Siauw. Maka pergilah Kiong Mi Yun dan Ci Giok Hian ke tempat terdengar senjata beradu. Saat itu Kong-sun Po sedang bertarung mati-matian melawan dua musuhnya. Keadaan Kong-sun Po benar-benar mulia kepayahan. "Kong-sun Po, menyerahlah!" kata Wan-yen Hoo. Sebenarnya Wan-yen Hoo dan Liong Sen pun sudah kelelahan. Tapi Kong-sun Po tetap melawan dia tak meladeni bujukan Wan-yen Hoo itu. Seng Liong Sen mulai kalap dia serang Kong-sun Po hinggga pedangnya mengenai tangan Kong-sun Po. Saat itu Wan-yen Hoo pun membarenginya dengan serangan kipas bajanya hingga payung Kong-sun Po terlepas dari tangannya. Wan-yen Hoo segera maju, kakinya akan mecolek payung itu untuk diambil olehnya. Tapi Kong-sun Po lebih cepat, lalu menginjak payung itu. Tangannya langsung menghantam ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arah Wan-yen Hoo. Saat itu Kong-sun Po sudah benar-benar

nekat. Bahu Wan-yen Hoo terhajar olehnya, tapi tangan Kongsun Po pun tergores kipas baja lawan. Melihat lawan mulai kalap Wan-yen Hoo agak jerih juga. "Seng Liong Sen lekas bunuh dia!" kata Wan-yen Hoo. Seng Liong Sen maju akan menyerang lagi. Tapi saat itu Ci Giok Hian dan Kiong Mi Yun tiba di tempat itu. "Awas Kong-sun Toa-ko, kau diserang dari belakang!" teriak Kiong Mi Yun. "Hentikan, Liong Sen!" bentak Ci Giok Hian sengit. Melihat isterinya datang Seng Liong Sen kaget, begitupun Kong-sun Po yang melihat kedatangan Kiong Mi Yun. Kong-sun Po jadi bersemangat, dia tangkis serangan Wanyen Hoo dengan sebelah tangannya, sedang tangan yang lain dipakai menghantam ke arah Seng Liong Sen. "Duuk!" Seng Liong Sen mundur ke belakang. Dia kaget saat dia tak merasa kakinya bertumpu pada tebing jurang, maka jatuhlah Seng Liong sen ke dalam jurang. Ketika itu mulut Ci Giok Hian ternganga, tapi tak keluar suara. Sesudah agak lama baru dia menjerit dan memburu ke tepi jurang. Betapapun jahatnya Seng Liong Sen adalah suaminya. Maka itu Ci Giok Hian memeriksa jurang untuk melihat apakah suaminya selamat atau tidak. Wan-yen Hoo pun tak kurang kagetnya, karena sekarang dia sendirian saja. Buru-buru dia membalikkan tubuhnya dan kabur. Sesudah musuh lari semua Kong-sun Po baru merasakan tangannya yang terluka dan mengeluarkan darah sakit sekali. Dia terduduk di tepi jurang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kong-sun Toa-ko, bagaimana lukamu?" kata Kiong Mi Yun. Segera luka Kong-sun Po diobati dengan obat bubuk, lalu lukanya dibalut dengan kain pembalut. Sedang Ci Giok Hian masih berdiri terpaku di tepi jurang, air matanya berlinang-linang. Dia mau menangis tapi tak bisa. Melihat Ci Giok Hian bersedih, Kiong Mi Yun bingung karena tidak tahu bagaimana harus menghiburnya. Tak lama sesudah Kong-sun Po bisa bediri, dia dekati Ci Giok Hian sambil berkata perlahan. "Nona Ci, aku tak berani meminta maaf padamu. Sebenarnya kejadian yang menimpa suamimu tidak kusengaja...." kata Kong-su Po. "Jangan cemas aku tahu," kata Ci Giok Hian. "Dia berdosa kematiannya memang sudah takdirnya! Malah aku yang harus kau maafkan!"

Sesudah itu Ci Giok Hian menangis. "Kenapa harus berduka,suamimu memang tak berharga untuk didukakan," pikir Kiong Mi Yun. Sebenarnya Ci Giok Hian bukan sedang berduka untuk suaminya yang jatuh ke jurang, tapi dia berduka untuk dirinya sendiri. Jika dia dulu tak mau menikah dengannya, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Kiong Mi Yun mendekati nona Ci lalu menarik tangannya untuk menjauhi tepi jurang. Sesudah itu Kiong Mi Yun berkata pada Kong-sun Po. "Kong-sun Toa-ko, apakah saat Seng Liong Sen jatuh kau dengar dia berteriak atau tidak?" kata Kiong Mi Yun. "Ya, aku dengar," kata Kong-sun Po. "Mari kita turun ke jurang untuk memeriksa apakah dia selamat atau sudah mati? Tidak mustahil dia masih hidup!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan!" kata Ci Giok Hian. Kedua kawannya merasa heran mereka saling pandang. Tak lama Ci Giok Hian meneruskan. "Sekalipun dia masih hidup, aku juga sudah tidak... tidak..." Ci Giok Hian tidak meneruskan kata-katanya. Mungkin Ci Giok Hian berat untuk melanjutkan katakatanya hingga terhenti. "Jangan berkecil hati, kejelekkan Seng Toa-ko masih bisa diperbaiki, jika mau tadi dia bisa mendorongku ke jurang, tapi tak jadi dia lakukan," kata Kong-sun Po. "Mungkin dia terpengaruh kata-kata Wan-yen Hoo, jika dia masih hidup dan terluka, kita masih bisa mengobatinya!" "Kong-sun Toa-ko kau baik sekali, memang bagaimanapun dia suamiku, aku memang harus mengurus mayatnya!" kata Ci Giok Hian. Sambil dituntun oleh Kiong Mi Yun mereka turun ke jurang untuk mencari Seng Liong Sen. Mereka heran dan kaget sekali sampai di bawah mereka tak menemukan Seng Liong Sen di sana. Pemuda itu entah ke mana perginya? "Mungkin hanya terluka ringan dan sudah pergi dari sini!" kata Kong-sun Po. "Aku tidak yakin," kata Ci Giok Hian. "Kecuali lwe-kangnya tinggi sekali. Malah aku kira mayatnya sudah dimakan binatang buas. Sekalipun dia masih hidup aku menganggapnya sudah mati saja! Aku hanya ingin memohon sesuatu pada kalian!" "Kau telah membantuku, aku sendiri belum sempat berterima kasih. Kenapa kau malah memohon sesuatu pada kami, katakan saja!" kata Kiong Mi Yun.

Sesudah menyeka air matanya, Ci Giok Hian mulai bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia jahat, matipun pantas!" kata Ci Giok Hian. "Tapi aku dan dia sudah menjadi suami-isteri, aku minta kalian bersedia untuk tidak mengejeknya, hingga dia dimusuhi orang!" "Jangan kuatir, kami tak akan membicarakannya," kata Mi Yun. "Diceritakan pun tak apa, asal sebab kematiannya jangan kalian ceritakan," kata Giok Hian. "Akan kami katakan dia disergap oleh Wan-yen Hoo dan terjatuh ke jurang," kata Kong-sun Po. "Begitupun boleh, Dengan demikian jika masih hidup dia tidak akan dicemooh orang," kata Kiong Mi Yun. "Rasanya tak mungkin dia masih hidup," bantah Ci Giok Hian, "jika benar masih hidup pun aku tak berani memohon pada kalian untuk menutupi dosanya!" "Sekalipun cinta Giok Hian tidak teguh, tapi paling tidak bagi Liong Sen dia isteri yang baik!" pikir Kiong Mi Yun yang segera memegang tangan Ci Giok Hian. "Kakak Ci mari kita pergi!" kata Mi Yun. "Kau mau ke mana?" Kelihatan Ci Giok Hian bingung. "Entahlah, aku tak tahu mau ke mana?" kata Ci Giok Hian. "Bagaimana jika kita bersama-sama ke Kim-kee-leng?" "Ya, mari ikut bersama kami saja," kata Kong-sun Po. "Di sana kau bisa bertemu dengan Cici Han Pwee Eng!" Kata-kata Kong-sun Po justru membuat Ci Giok Hian bertambah duka. Dia merasa malu kelak jika dia bertemu dengan Han Pwee Eng maupun dengan Kok Siauw Hong. "Terima kasih, rasanya aku harus pulang dulu!" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Mi Yun tahu mungkin nona Ci tak ingin bertemu bekas kekasihnya, dia mengangguk. "Baiklah, kau istirahat dulu nanti kami akan menjengukmu!" kata Mi Yun sambil tersenyum. Mereka turun dari gunung, sampai di bawah mereka berpisah mengambil jalan masing-masing. Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po mengawasi kepergian Ci Giok Hian sampai jauh sekali. Mereka ikut berduka atas nasib sahabatnya itu. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 64 Luput Dari Bahaya Maut; Mendapat Tugas Berat

Sedikitpun tak ada yang mengira apa sebenarnya yang dialami Seng Liong Sen saat dia jatuh ke dalam jurang yang dalam itu? Melihat dalamnya jurang tersebut tak ada orang yang akan mengatakan dia akan selamat. Apalagi hidup! Bahkan Ci Giok Hian pun sebagai isterinya sudah menganggap Seng Liong Sen mati. Tapi jika mati lalu di mana mayatnya? Cerita yang sebenarnya demikian. Ketika Seng Liong Sen merasakan kakinya menginjak tempat kosong, karena tubuhnya terjerumus, Seng Liong Sen pun sudah menduga. "Mati aku!" pikir Seng Liong Sen. Saat menghadapi ajal yang akan merenggut nyawanya, Seng Liong Sen merasa menyesal, kenapa dia mau berkomplot dengan pangeran Kim itu? Tapi tubuhnya sudah meluncur ke bawah dengan deras, sekalipun otaknya masih sadar. Tahutahu dia merasakan tubuhnya membentur benda keras. "Heek!" Dia juga masih mendengar suara dahan kayu patah, mungkin karena tertimpa tubuhnya yang berat. Sepintas lalu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia masih merasakan tubuhnya menghantam dahan cemara yang tumbuh di tepi jurang dengan dahan yang menonjol ke luar. Karena hantaman batang-batang cemara itu Seng Liong Sen merasakan sekujur tubuhnya sakit dan pedih. Akhirnya tubuh Seng Liong Sen nyangkut di salah satu dahan cemara dan sia girang karena tak sampai terjatuh ke dasar jurang. "Oh, ternyata aku masih punya harapan untuk hidup?" pikir Liong Sen. Dengan tergesa-gesa dia coba menjangkau sebuah dahan cemara, begitu berhasil terdengar suara dahan patah. "Kraaak!" "Celaka!" Seng Liong Sen mengeluh. Kembali tubuhnya terjatuh ke bawah. Sekarang semua harapannya itu musnah sudah! Sekarang sedikit pun dia tidak berani berharap akan selamat, karena jurangnya begitu curam. Jika tubuhnya jatuh terbanting ke bawah, maka nyawanya pun akan lenyap. Tiba-tiba dia merasakan matanya gelap, tapi kedua tangannya menjangkau ke mana saja. Saat itu dia hampir pingsan ketika dirasakan ada sambaran angin hingga tubuhnya seolah tersanggah. Entah binatang apa yang menyergapnya, yang jelas berbulu. Sesudah itu dia pingsan tak tahu apa-apa lagi.

Seng Liong Sen tidak tahu berapa lama dia pingsan, sayupsayup telinganya menangkap ada orang sedang bicara. "Untung Tay-wi berhasil meraih tubuhnya hingga dia tak jatuh ke jurang dan binasa!" kata suara itu. "Dia punya lweekang tinggi, pasti dia akan hidup!" "Dari mana kau tahu lwee-kangnya tinggi, Ayah?" kata suara wanita. Saat itu Seng Liong Sen sudah sadar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, kiranya ada orang menyelamatkan aku! Entah siapa mereka ini?" pikir Liong Sen. "Kenapa sampai terjerumus ke dalam jurang, mungkinkah Jen Thian Ngo dan anak buahnya yang mencelakakan dia?" kata suara perempuan. "Kalau kulihat pakaiannya, mungkin dia hendak dirampok!" "Bisa jadi," sahut sang ayah. "Aku tak takut pada Jen Thian Ngo, tapi sebaiknya kita pun jangan bentrok dengannya! Sudah, kaujangan ceritakan kejadian ini!" "Ya Ayah," kata yang perempuan. Seng Liong Sen senang, sebab dari pembicaraan mereka Seng Liong Sen tahu, mereka bukan anak buah Jen Thian Ngo. Sesudah mendengar pembicaraan ayah dan anak itu, hati Seng Liong Sen lega juga. "Lihat Ayah, dia sudah sadar!" kata si nona. Saat Seng Liong Sen membuka matanya, dia sedang terbaring di sebuah balai-balai bambu. Di sampingnya ada seorang kakek yang sudah beruban dan seorang nona yang baru berumur 17 tahun. Dandanan nona itu sangat sederhana. "Lo-cian-pwee, terima kasih atas pertolongan kalian," kata Seng Liong Sen. Ketika itu Seng Liong Sen akan bangun untuk memberi hormat. Orang tua itu segera mencegahnya. "Kau terluka parah, jangan terlalu banyak bergerak!" kata orang tua itu. Saat itu Seng Liong Sen memang merasakan sekujur tubuhnya sakit bukan main. Bahkan dia kuatir ada tulang yang patah terkena dahan kayu. Baru terpegang sedikit oleh si kakek, Liong Sen sudah meringis kesakitan. Tak lama Seng Liong Sen merasakan ada arus yang mengalir ke tubuhnya, dia tahu orang tua itu sedang berusaha

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengurangi rasa sakit Seng Liong Sen dengan menyalurkan tenaga dalamnya. Tentu saja Seng Liong Sen sangat bersyukur. "Bagaimana keadaanmu sekarang?" kata si lelaki itu. "Mulai agak nyaman, terima kasih," kata Seng Liong Sen. "Mau berapa kali kau mengucapkan terima kasih," kata si nona. "Kau terlalu see-ji!" "Seharusnya kau berterima kasih padanya," kata si kakek sambil menunjuk nona itu. "Terima kasih," kata Liong Sen. "Hm. Kau bilang terima kasih, sebenarnya yang menyelamatkan nyawamu bukan aku, tapi Tay-wi!" kata si nona sambil tertawa. "Tay-wi? Siapa dia?" kata Liong Sen. Nona itu bersuit, tak lama muncul dua orang hutan. "Dia yang menyelamatkanmu!" kata si nona. "Yang kecil adiknya!" Seng Liong Sen bengong. "Rupanya ajalmu belum sampai. Ketika itu aku dan Tay-wi sedang mencari daun-daunan untuk obat. Untung saja ada pohon cemara yang menahan jatuhnya tubuhmu, hingga Taywi berhasil menangkap tubuhmu." kata si nona. "Aaah, untung sekali aku," kata Liong Sen. "Siapa namamu, kenapa kau terjatuh ke jurang?" kata si nona. "Aku she Liong, namaku Sin," kata Seng Liong Sen menutupi identitasnya, terpaksa dia berbohong. "Di atas aku bertemu dua orang penjahat, karena tak sanggup melawan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka aku lari. Mereka mengejarku sampai aku terjerumus ke dalam jurang!" "Setahuku lwee-kangmu tinggi, siapa yang mengajarimu?" kata si kakek. "Aku cuma belajar beberapa jurus dari Ayahku," kata Liong Sen, Saat orang tua itu menanyakan nama ayah Liong Sen, pemuda ini memberi nama palsu. Orang tua itu menggelengkan kepala yang berarti dia tidak kenal nama itu. Sebenarnya Liong Sen tidak berniat membohongi para penolongnya, tetapi karena takut terpaksa dia lakukan. Rupanya dia takut jika kakek itu kenal dengan gurunya, hingga rahasia dia bersekongkol dengan orang Kim akan ketahuan gurunya. Mendengar keterangan Seng Hiong Sen orang tua itu hanya manggut saja. "Untung kau belajar Tong-cu-kang sejak kecil, kalau tidak

maka lukamu tidak bisa segera sembuh. Sesudah kau beristirahat selama sebulan, lukamu akan pulih sama-sekali!" kata orang tua itu. "Ayah, ilmu Tong-cu-kang itu ilmu apa?" kata si nona. "Ilmu yang hanya dilatih oleh anak lelaki," kata orang tua itu sambil tersenyum. "Puteriku orang dusun, dia kurang pengalaman. Harap tak kau tertawakan dia!' Seng Liong Sen kaget, karena orang tua itu bisa menerkanya jika dia masih bujangan alias jejaka. "Maaf, sejak tadi kita berbincang, kalau boleh aku tahu siapa nama Tuan?" kata Seng Liong Sen. "Kami mengasingkan diri lebih dari duapuluh tahun, dan jarang bertemu orang, nama pun aku hampir lupa," kata orang tua itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika dia harus tinggal lama di sini, apa salahnya Ayah memberi tahu nama Ayah," kata si nona. Ayahnya tertawa. Si nona langsung memberi tahu nama ayahnya. "Ayahku bernama Khie Wie, sedang namaku Khie Kie," kata si nona. Nona itu menulis di tanah dan tulisannya bagus. "Tulisanmu bagus, Nona," kata Liong Sen. Rupanya dulu orang tua ini seorang jago aliran hitam, tapi tiba-tiba dia menghilang dari kalangan kang-ouw. Seng Liong Sen memang pernah mendengar nama Khie Wie disebut-sebut gurunya. Malah orang tua ini dikira sudah mati, ternyata sekarang Liong Sen bertemu dengannya. Padahal sifat jago silat ini aneh dan urakan. Namun, kepada Seng Liong Sen dia ramah. Selang sebulan luka-luka Seng Liong Sen pun sembuh. Malah dia sudah bisa berjalan-jalan. Waktu berjalan cepat bagaikan anak panah terlepas dari busurnya. Tanpa terasa musim semi tiba. Ketika itu cuaca sangat indah. Nona Khie mengajak Liong Sen jalan-jalan menuruti ajakan nona itu. Berjalan dengan seorang nona dusun yang cantik hati Liong Sen gembira sekali. Akhirnya mereka sampai di sebuah kali yang airnya jernih dan mengalir deras. Mata air itu datang dari atas gunung. "Lepas sepatumu, biar kau kutuntun!" kata nona Khie. "Biar aku melompat sendiri," kata Seng Liong Sen. "Jangan, kau baru sembuh itu berbahaya," kata si nona. "Nona kau baik sekali padaku," kata Liong Sen. Wajah nona dusun itu berubah merah. "Siapa bilang?" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat sikapnya Liong Sen menduga nona dusun itu menyukai dirinya. "Ayahnya menolongiku, sedang anaknya menyukaiku. Ah, kebetulan!" pikir Liong Sen. Dia tersenyum tapi tiba-tiba dia teringat isterinya. "Ah, mungkin isteriku mengira aku mati di jurang!" pikir Liong Sen. "Karena peristiwa tempo hari, dia melihat aku bersekongkol dengan Wan-yen Hoo, rasanya tidak mungkin aku jadi suaminya lagi? Sekarang puteri tuan penolongku mencintaiku, kenapa tidak aku rayu saja dia?" "Liong Toa-ko, kau melamun ya? Lekas lepas sepatumu!" kata nona Khie. "Hari ini hari yang menyenangkan hatiku," kata Liong Sen. Kembali wajah nona Khie berubah merah. "Ayo, hati-hati, batu di sini licin dan berbahaya, jangan melamun!" kata si nona. "Ah, airnya sejuk sekali!" kata Seng Liong Sen yang sudah turun ke kali kecil itu. Melihat airnya sangat jernih, iseng-iseng Seng Liong Sen mengawasi ke bawah untuk mengacai wajahnya. Karena kaget kakinya tergelincir di batu licin. Untung nona Khie segera datang menahan tubuhnya, jika tidak dia akan terjatuh ke dalam air. "Eh, kau kenapa Liong Toa-ko?" kata nona Khie. "Hm! Kenapa kau tidak bilang padaku?" kata Seng Liong Sen. "Kalau wajahku jadi begini! Bagaimana aku bisa bergaul di luaran?" Ketika Seng Liong Sen terjatuh ke dalam jurang, dan tubuhnya membentur-bentur batu dan dahan pohon cemara, wajahnya terluka parah. Sesudah sembuh di wajah Seng Liong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sen meninggalkan bekas yang tak sedap dipandang. Begitu buruknya sampai dia hampir tak mengenali wajahnya lagi. Dulu Seng Liong Sen sering membanggakan kecakapan wajahnya dan kepandaian silatnya. Dia juga seorang sastrawan dan dia dianggap sebagai pendekar muda serba bisa. Sekarang wajahnya berubah jadi buruk sekali. Dia berpikir pantas di rumah nona Khie tidak sebuah kaca muka. Rupanya mereka telah menyembunyikan cermin itu darinya. Mungkin mereka pikir jika dia melihat wajahnya maka dia akan

kecewa sekali! "Kenapa kau berduka? Wajah orang bukan masalah, tapi hatinya yang baik itu yang penting!" kata si nona. "Kau jangan berduka, mungkin orang lain tak suka melihat wajahmu, tetapi aku sendiri suka padamu!" Semula Seng Liong Sen memang hanya ingin mempermainkan nona dusun itu. Saat mendengar ketulusan cintanya, Seng Liong Sen jadi terharu. "Kau salah terka tentang pribadiku, barangkali pribadiku malah jauh lebih buruk dari wajahku ini!" kata Seng Liong Sen. "Tidak! Ayahku bilang, kau pemuda yang sopan dan tampan," kata si nona. Apa benar begitu? Rupanya sang ayah hanya ingin menghibur puterinya saja. Semula Seng Liong Sen akan mengakui kesalahan yang dilakukannya dulu, tetapi sayang dia tidak punya keberanian untuk itu. "Jangan!" begitu kata hati Seng Liong Sen. "Jika kuberitahu keburukan sifatku dulu, apakah dia masih akan menyukaiku?" "Liong Toa-ko, Ayahku ahli obat. Barangkali dia bisa mengobati wajahmu!" kata nona Khie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nasibku sudah begini, kelak aku tidak berani terlalu berharap mukaku bisa pulih lagi!" kata Seng Liong Sen. "Kau sangat baik padaku, aku bersyukur sekali" Seng Liong Sen pikir bahwa perubahan wajahnya ini menurutnya akan ada gunanya. Jika dia sendiri tidak mengenali wajahnya, apalagi Ci Giok Hian, isterinya. Dengan wajah barunya dia bisa berkelana di kalangan kang-ouw dengan bebas. Bahkan dia juga tidak takut jika Kong-sun Po melaporkan dia pada gurunya. "Anggap saja aku yang dulu sudah mati!" pikir Seng Liong Sen. "Sekarang aku jadi Liong Sen yang belum mereka kenali" Sesudah berjalan-jalan sejenak, nona Khie yang sudah tak melihat Seng Liong Sen berduka, dia girang sekali. "Ayo, kita jalan-jalan. Lihat, di sana banyak bunga yang indah-indah!" kata si nona riang. "Ah, bagus sekali. Bunga apa namanya, nona?" kata Seng Liong Sen. "Nama bunga itu Po-cun-hwa (Bunga Musim Semi)," jawab si nona. "Bunga ini hanya mekar pada musim semii" "Bagus sekali nama bunga itu!" kata Seng Liong Sen. "Kau menyukainya? Biar aku lompat ke tebing untuk mengambilnya!" "Dinding tebing itu curam dan berbahaya, jangan kau

lakukan itu!" kata Seng Liong Sen. Nona Khie tak menghiraukan peringatan Seng Liong Siri. Dia lari dan melompat, lalu merayap bagaikan seekor kera di dinding tebing. Sesudah berhasil memetik setangkai bunga itu, dia turun kembali dengan gesit, lalu menyerahkan bunga itu pada Seng Liong Sen. Pemuda itu kagum menyaksikan kegesitan si nona, sambil menerima sekuntum bunga itu, dia awasi nona Khie dengan tajam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang sedang kau perhatikan? Kenapa kau hanya mengawasiku, apakah bunga ini memang indah sekali, tapi setelah dipadu denganmu, dia jadi kurang menarik dibanding dirimu!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa begitu?" kata si nona. "Karena kau lebih cantik dari bunga ini!" kata Liong Sen. "Alangkah bahagianya aku, jika aku si buruk ini bisa menyuntingmu, bidadariku!" "Hm! Kau sengaja ingin menyenangkan hatiku!" kata si nona. Saat Liong Sen mau mengungkapkan isi hatinya, tak jauh dari mereka terdengar suara batuk. "Eh, kau Ayah!" kata si nona. Seng Liong Sen kaget setengah mati. "Ah, jangan-jangan kata-kataku tadi didengar olehnya?" pikir Liong Sen. Khie Wie mengawasi pemuda itu. "Kalian gembira sekali, aku datang untuk mencarimu!" kata Khie Wie. "Ada apa, Paman?" kata Liong Sen. "Nak, kau pulang dulu, aku ingin bicara dengannya." kata Khie Wie. Dengan wajah merah nona Khie meninggalkan mereka. Mungkin nona ini menduga ayahnya akan membicarakan soal perjodohannya dengan pemuda itu. Tapi nona Khie berpurapura kurang senang. "Urusan apa sih sampai aku tidak boleh ikut mendengar pembicaraan kalian?" kata si nona. Sesudah anaknya pergi cukup jauh, baru Khie Wie bicara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana keadaan lukamu?" kata Khie Wie. "Sudah baik Paman! Terima kasih atas pertolongan

Paman," kata Seng Liong Sen. "Luka luarmu memang sudah sembuh, tapi aku tahu kau masih punya penyakit lain. Apakah kau tak tahu?" kata Khie Wie. Seng Liong Sen kaget, karena dia tahu apa maksud orang tua itu. Jika ayahnya tahu dia "impoten", mana mungkin anak gadisnya dinikahkan denganku? Malah mungkin sang ayah marah, bila mengetahui Seng Liong Sen merayu anaknya. "Di rumah kau masih punya siapa lagi?" kata Khie Wie mengalihkan pembicaraan. "Tak ada siapa-siapa, hanya ada Bibiku. Sejak kecil aku sudah yatim-piatu," kata Seng Liong Sen. "Aku tahu kau belum beristeri, apa kau sudah punya tunangan?" Mula-mula Seng Liong Sen ragu, setelah berpikir hubungannya dengan Ci Giok Hian sulit dijalin kembali, akhirnya dia menjawab. "Belum!" jawab Seng Liong Sen. "Bagus!" kata orang tua itu. "Sekarang tanya padamu, tapi kau harus terus-terang. Apa yang kau lakukan dulu hingga orang begitu keji membuatmu bukan seperti laki-laki?" kata Khie Wie. "Ada penjahat besar bernama Kiong Cauw Bun, apa Paman kenal padanya?" kata Seng Liong Sen. "Dulu, duapuluh tahun yang lalu aku pernah mendengar namanya," kata Khie Wie. "Tapi ketika itu dia sudah pergi dari Tiong-goan. Apalagi aku juga mengasingkan diri, hingga tidak kenal kepadanya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar hal itu Seng Liong Sen jadi senang. Sebab jika dia cerita, pasti orang tua itu akan percaya saja. "Jadi dia yang melakukannya padamu?" kata Khie Wie. "Ya," jawab Liong Sen. "Kau masih muda, bagaimana kau bisa bermusuhan dengannya?" kata Khie Wie. "Entahlah, aku pun tak merasa bersalah, tapi dia..." kata Seng Liong Sen. "Mana boleh begitu?" "Saat masih muda Bibiku sangat cantik, orang she Kiong itu pernah meminang Bibiku, tapi ditolak. Oleh karena itu dia pergi dari Tiong-goan," kata Seng Liong Sen. "Jadi seperti itu ceritanya?" kata Khie Wie. "Yang aku dengar dia bersekongkol dengan Kong-sun Khie. Tapi ketika mereka kalah oleh Hong-lay-mo-li. karena tak bisa tinggal di Tiong-goan, dia kabur!"

"Barangkali begitu. Sedang yang aku ceritakan aku dengar dari Bibiku," kata Seng Liong sen agak kaget karena Khie Wie tahu cerita yang sebenarnya. "Bisa juga terjadi seperti ceritamu. Lalu bagaimana lanjutannya?" kata Khie Wie. "Tiga tahun yang lalu Kiong Cauw Bun muncul lagi untuk mencari Bibiku. Dia berhasil menculik Bibiku lalu dibawa ke pulau Hek-hong-to. Sekarang mungkin Bibiku sedang dia siksa! Sedangkan aku dipaksa minum arak beracun. Hingga akhirnya aku jadi begini!" kata Seng Liong Sen. Seng Liong Sen sengaja berbohong. Sebab jika dia bilang Tik Bwee yang membuat dia impoten, dia takut Khie Wie akan bertanya siapa dia. Ceritanya akan panjang dan dia akan ketahuan belangnya. Tapi untung Khie Wie cuma mengangguk dan percaya saja ceritanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jahat sekali dia, biar jika aku bertemu dengannya akan kubalaskan sakit hatimu!" kata Khie Wie. "Kau telah menyelamatkan aku, Paman Khie, mana berani aku membuat kau repot," kata Liong Sen. "Dia tinggal di sebuah pulau yang jauh dari sini, itu akan berbahaya bagimu!" "Memang, aku juga tak akan ke sana." Kata Khie Wie. "Tapi jika mau membalas dendam pasti ada caranya." "Paman, aku dengar racun ini selain menyebabkan impoten, katanya juga akan membuat lumpuh orangnya, apa benar? Apa kau bisa mengobatinya?" kata Seng Liong Sen. "Siapa yang bilang begitu?" kata Khie Wie. "Kau jangan percaya, itu cuma gertakan saja!" Hati Seng Liong Sen pun lega. Sekarang tahu dia bahwa dia ditipu oleh Wan-yen Hoo dan mengutuknya. Dia girang dan yakin orang tua itu tahu obatnya. Lama Seng Liong Sen menunggu, baru Khie Wie bicara lagi. "Tidakkah kau berbohong padaku? Apa benar kau belum pernah mengganggu gadis orang?" kata Khie Wie. Pertanyaan itu membuat Seng Liong Sen kaget. "Belum pernah!" kata Seng Liong Sen. "Bagus! Aku bertanya begitu karena aku pernah berbuat kesalahan. Itu sebabnya aku tak mau mengembara lagi di kalangan kang-ouw!" kata Khie Wie. Diam-diam Seng Liong Sen bisa menerka ke mana arah pembicaraan orang she Khie itu. Rupanya ibu nona Khie pernah dia ganggu, hingga dia jera berbuat jahat lagi. "Jika Kiong Cauw Bun menginginkan kau tak punya turunan, aku sebaliknya!" kata Khie Wie. "Jadi... Jadi kau bisa mengobatiku?" kata Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Asalkan kau menguasai lwee-kang golongan kami," kata orang tua itu. "Bagaimana caranya agar aku bisa jadi murid golongan Paman?" kata Seng Liong Sen. "Ilmu silat kami hanya diajarkan pada orang sendiri. Jika kau ingin jadi muridku, kau harus jadi keluarga kami!" kata Khie Wie. "Atas pertolongan Paman, jiwaku selamat. Apa yang Paman kehendaki dariku katakan saja!" kata Seng Liong Sen. "Masalah ini tak bisa dipaksakan, terserah kau saja! Aku lihat anakku menyukaimu, bagaimana pendapatmu?" kata Khie Wie. Ucapan itulah yang ditunggu-tunggu oleh Seng Liong Sen, maka itu dia langsung memberi hormat. "Gak-hu (Ayah-mertua) jika kau tak keberatan, aku bersedia menikahi puterimu," kata Seng Liong Sen. Tapi heran Khie Wie malah mencegah Seng Liong Sen berlutut. "Tunggu dulu, jangan tergesa-gesa!" kata Khie Wie. "Masih ada yang perlu aku katakan padamu. Sesudah kau setuju baru boleh kau lakukan!" "Silakan Paman katakan," kata Liong Sen. "Jika kau telah menjadi menantuku, kau juga langsung jadi muridku. Kau tidak boleh berbohong pada Gurumu. Jika kau melanggar maka hukumannya berat sekali! Yaitu hukuman mati!" Seng Liong Sen kaget dia merasa keberatan pada syarat itu. Tapi karena dia ingin sembuh akhirnya dia menjawab. "Semua akan aku taati," katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika kelak kau menyakiti puteriku, sekalipun aku sudah mati aku punya cara untuk membunuhmu!" kata Khie Wie. "Aku tidak berani berbuat jahat pada puterimu!" kata Seng Liong Sen yang jadi ngeri juga oleh ancaman itu. "Yang terakhir, sesudah kau belajar silat dariku, kau harus melaksanakan tugas untuku!" kata Khie Wie. "Katakan saja, tugas apa?" kata Seng Liong Sen. "Nanti saja akan kukatakan padamu, mungkin tugas ringan atau barangkali malah tugas yang sulit! Bagaimana?" "Baik, tugasmu akan kulaksanakan dengan baik, Su-hu!"

kata Seng Liong Sen tanpa pikir panjang lagi. "Mulai hari ini kau kuajari dasar lwee-kang perguruan kami," kata Khie Wie. Sesudah Seng Liong Sen memberi hormat, dia diajak pulang. "Mungkin Khie Kie sedang menunggu kita!" kata Khie Wie. Sesampai di rumah Khie Wie memanggil puterinya,. "Anakku, mulai sekarang kau panggil dia Toa-ko!" kata sang ayah. "Jadi Ayah tak menerima dia sebagai anak angkatmu. Ayah?" "Bukan itu saja, dia kuterima sebagai menantu dan muridku," kata Khie Wie sambil tertawa. "Tapi karena kau masih kecil, maka pernikahan kalian baru dilangsungkan tiga tahun lagi!" "Ayah!" kata Khie Kie aleman. "Sekarang kau ikut aku, Liong Sen!" kata Khie Wie. Sesudah tinggal berdua Khie Wie mulai mengajarkan dasardasar lwee-kang perguruannya. Tangan Khie Wie diletakkan di bahu Seng Liong Sen lalu Liong Sen menjalankan lwee-kang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang diajarkannya. Tak lama pemuda ini merasakan ada hawa panas mengalir dari tangan gurunya. Padahal setiap kali dia berlatih lwee-kang pelajaran dari gurunya, biasanya darahnya berjalan lancar dan sekujur badannya terasa segar. Seng Liong Sen heran kenapa lwekang ajaran Khie Wie ini aneh sekali? "Ah, barangkali ini lwe-kang dari golongan hitam?" pikir Liong Sen. Tetapi karena dia ingin sembuh dari penyakitnya, terpaksa dia bertahan. Ternyata Seng Liong Sen tekadnya kuat. Khie Wie pun memuji keteguhan Seng Liong Sen ini. "Tekadmu teguh, jika kau tahan menderita, selang beberapa hari pasti kau akan merasakan manfaatnya." kata Khie Wie. Sejak hari itu Seng Liong Sen giat berlatih dan ini berlangsung hingga beberapa hari. Setiap hari berlatih tiga kali. Selang lima hari, benar saja keadaan Seng Liong Sen bertambah baik. Rasa sakitnya semakin berkurang. Malah seperti orang kecanduan jika tidak berlatih tubuhnya terasa tidak enak seperti ketagihan madat. Ilmu tenaga dalam ini ternyata membawa hasil baik. Hanya dalam sebulan saja Seng Liong Sen sudah merasa sehat dan bersemangat. Sekarang Seng Liong Sen yakin penyakit yang membuat pikirannya terganggu mungkin sudah lenyap. Pasti tenaga lelakinya sudah pulih lagi. Nona Khie Kie lincah dan sangat terbuka, dia sering

kelihatan duduk bersama. Selama ini mereka bergaul erat tapi masih dalam batas yang wajar. Tanpa terasa pergaulan yang bebas ini menimbulkan cinta Seng Liong Sen kepada nona Khie. Namun, kadang-kadang Seng Liong Sen masih terkenang kepada Ci Giok Hian, hingga pikirannya jadi risau. Sesudah merasa penyakit dalam Seng Liong Sen dianggap sembuh, Khie Wie berkata kepada Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang untuk melanjutkan pelajaranmu, kau boleh belajar kepada Su-moaymu, ilmu silat keluargamu dasarnya sangat kuat, tentu tidak sukar bagimu untuk belajar ilmu silat perguruan kita. Setelah kau berlatih sebulan dua bulan lagi, baru aku akan mengajarmu lagi." kata Khie Wie. Hari berjalan dengan cepat tanpa terasa sebulan telah berlalu.... Pada suatu hari Seng Liong Seng dan Khie Kie berlatih di luar rumah, mereka pergi ke sungai kecil. Karena kuatir melihat bayangan mukanya sendiri yang buruk, Seng Liong Sen melompati sungai itu. Tetapi tanpa disengaja bayangan itu tetap terlihat juga, hingga Seng Liong Sen kecewa sekali. Melihat Seng Liong Sen demikian kecewa, nona Khie menghiburnya. "Ayah pernah mengatakan ada cara untuk memulihkan wajahmu," kata Khie Kie. "Benarkah?" kata Seng Liong Sen. "Benar, hanya kata Ayah kau harus menunggu tiga tahun lagi, baru akan memberitahu cara pengobatannya. Ayah pun menyuruh aku yang mengobatimu. Karena masalah ini aku sampai bertengkar dengan Ayah, sebab aku minta sekarang juga agar Ayah mengobatimu. Biasanya Ayah selalu menuruti kehendakku, kali ini aneh dia menolak permintaanku dan harus menunggu tiga tahun lagi." Seng Liong Sen ingat pada kata-kata Khie Wie, dia bilang tiga tahun lagi baru mereka boleh melangsungkan pernikahan mereka. Itu berarti setelah mereka menjadi suami-isteri baru ayah si nona akan mengobati wajahnya. Seng Liong Sen heran, kenapa Khie Wie menentukan waktu seperti itu? Apa dia tidak senang anak perempuannya mendapat suami cakap?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen kebingungan dan tidak mengerti maksud

Khie Wie itu? Tetapi dia pikir lebih baik wajahnya seperti sekarang. Dengan demikian kenalan lama tidak akan mengenali wajahnya. Menurut Liong Sen ini lebih menguntungkan bagi dirinya. Sambil tertawa Seng Liong Sen berkata pada nona Khie. "Khie moay-moay, asal kau tidak mencela wajahku, aku tidak butuh wajah cakap. Bukankah kehidupan seperti sekarang lebih membahagiakan kita ?" "Seng Toa-ko, aku tidak mempersoalkan wajahmu, tetapi aku tahu kau sangat berduka melihat wajahmu yang buruk itu! Aku tahu, kau jangan dustai aku." "Sekarang aku tidak ingin wajahku yang dulu, aku harap kau jangan memohon lagi pada ayahmu!" kata Seng Liong Sen. Mendengar Seng Liong Sen bicara dengan bersungguhsungguh, Khie Kie heran. "Kenapa begitu?" tanya si nona. "Banyak sebabnya, misalnya sekalipun wajahku seburuk ini, tapi kau tetap menyukaiku. Apalagi yang aku harapkan dari wajahku yang dulu? Malah yang aku inginkan kita bisa hidup bahagia seperti sekarang ini untuk selama-lamanya!" kata Seng Liong Sen. Bukan main bahagianya nona ini mendengar kata-kata itu. "Jangan bohong! Benarkah begitu?" kata si nona. "Jika kau senang begini aku juga senang! Maka kau akan kucintai seumur hidupku." "Ini kukatakan setulus hatiku, apa kau tidak percaya!" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen menegaskan dengan mengucapkan kata "setulus hati" sampai dua kali, sebenarnya ucapan itu bukan sebenarnya "setulus hati" dari Seng Liong Sen. "Akan lebih baik jika orang tidak mengenaliku lagi," pikir Seng Liong Sen. "Malah aku bisa menemui Ci Giok Hian tanpa dikenali olehnya! Sekalipun tidak mungkin hidup bersama lagi dengannya, tetapi aku puas asalkan aku bisa bertemu sekali lagi dengannya. Tapi aku juga ragu bisakah aku bertemu lagi dengannya?" Sekarang Seng Liong Sen sadar bahwa nona Ci tidak bisa dia lupakan. Tapi dia buru-buru menenangkan diri agar tidak terlihat sedang berpikir ke masalah lain oleh nona Khie. Nona Khie melihatnya lalu menegur Seng Liong Sen. "Hei, apa yang sedang kau pikirkan? Mari kita berlatih pedang, apa jurus Ngo-heng-kiam-hoat itu sudah kau pahami?"

"Sebaiknya nanti saja kita berlatih lagi, "jawab Seng Liong Sen. "Khie su-moay, aku ingin bertanya sesuatu padamu, tapi kau jangan marah! Jika aku salah, anggap saja aku terlalu lancang!." "Apa yang akan kau tanyakan, katakan saja! Aku tidak akan marah padamu," kata nona Khie. "Apakah aku boleh mengetahui tentang ibumu, karena selama ini kau tidak pernah menceritakan tentang ibumu?" kata Liong Sen. Mendengar pertanyaan itu wajah nona Khie berubah merah. "Nama Ibuku saja sampai saat ini aku tidak tahu. Aku cuma tahu hari lahirnya jatuh sehari sesudah harian Tiong-ciu, yaitu tanggal 16 bulan delapan. Setiap kali tiba hari lahirnya itu, diam-diam aku terkenang kepada beliau." kata nona Khie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa ayahmu tidak memberitahumu?" tanya Seng Liong Sen. 'Terlalu sampai nama ibu sendiri saja kau tidak tahu, sungguh luar biasa." "Memang luar biasa! Kata Ayah, Ibu meninggal karena sulit saat melahirkan. Ayah sangat mencintai Ibuku, setiap kali teringat kepada Ibuku, pasti Ayahku sangat berduka. Sejak kecil aku sudah dibiasakan tidak boleh membicarakan tentang Ibuku dengan Ayah." Kata nona Khie. "Lalu dari mana kau mengetahui hari lahir ibumu?" tanya Seng Liong Sen. "Setiap malam tanggal 16 bulan delapan Im-lek (Penanggalan orang Tionghoa), di luar tahuku pada tengah malam Ayahku pasti keluar rumah dan menangis sedih. Pada suatu saat kupergoki Ayah sedang menangis. Ketika aku tanya, kapan hari lahir Ibunya. Baru Ayah memberi tahu hari lahir Ibuku." jawab nona Khie. "Kelakuan Khie Wie benar-benar aneh," pikir Seng Liong Sen. "Seng Toa-ko, karena hari ini kau tidak bersemangat untuk latihan, mari kita pulang saja! Besok baru kita berlatih lagi," kata nona Khie. Seng Liong Sen menerima baik usul itu. Semula dia ingin diam seorang diri di kamarnya. Tetapi ketika sampai di rumah Khie Wie langsung memanggilnya untuk diajak membicarakan sesuatu. Ternyata yang dibicarakan tentang masalah yang tidak terduga oleh Seng Liong Sen. Setelah Seng Liong Sen datang ke kamar tulis, Khie Wie muncul sambil berkata pada anak muda itu. "Sesudah kau kuajari ilmu silat apakah hasilnya lumayan?"

kata Khie Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, Suhu berkat petunjuk Su-moay, walaupun belum paham seluruhnya, tapi rasanya sudah ada kemajuan," jawab Liong Sen, "Baik, kalau begitu besok kau sudah boleh turun gunung," kata Khie Wie. "Malam nanti kau akan kuberi petunjuk mengenai kunci ilmu pedang Ngo-heng-kiam-hoat itu!" Mendengar gurunya mengatakan dia sudah boleh turun gunung, Seng Liong Sen terkejut dan girang. "Apa Suhu hendak memberi tugas pada tee-cu?" kata Liong Sen sambil menyembunyikan rasa girangnya. "Ya, kau harus melaksanakan syarat yang kukatakan dulu, bahwa kau harus melakukan tugas untukku? Nah, sekarang kau akan kutugaskan melaksanakannya." kata Khie Wie. Ucapan guru atau calon mertuanya itu membuat hati Seng Liong Sen berdebar-debar, sebab tak dia ketahu apa tugas yang harus iia selesaikan itu? "Katakan saja Suhu, tugas apa?" kata Liong Sen. "Aku ingin agar kau membunuh seorang perempuan dan menampar seorang lelaki sebanyak dua kali!" kata Khie Wie. Mendengar perintah itu Seng Liong Sen heran. "Siapakah laki-laki dan perempuan itu?" tanya Liong Sen. "Dia seorang Ti-hu (Bupati) bernama Gak Liang Cun, dia bertugas dan tinggal di kota Yang-ciu. Sedangkan yang perempuan isteri ketiga Ti-hu itu!" kata Khie Wie. "Pada tanggal 18 bulan tiga nanti hari ulang tahun Gak Liang Cun yang ke-60. Di rumahnya akan diadakan pesta besar dan isteri tua serta kedua istri mudanya pasti akan keluar melayani para tamu suaminya. Kau harus menyusup ke sana, bagaimana caranya terserah kau saja! Tugasmu di depan semua tamunya sebanyak dua kali dan bunuh isteri kedunya. Jangan bunuh isteri pertamanya. Selisih usia kedua isteri muda Ti-hu itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan isteri pertama sekitar belasan tahun. Jelas mudah dibedakan. Tetapi jika kau tidak bisa membedakan mana isteri kedua dan ketiga, lebih baik mereka kau bunuh dua-duanya!" "Apakah Ti-hu kota Yang-ciu itu orang jahat? Kenapa harus membunuh isteri mudanya? pikir Seng Liong Sen. "Jika Ti-hu yang jahat, seharusnya dia yang dibunuh. Tapi kenapa malah isteri mudanya saja yang harus dibunuh?"

"Kau tidak perlu banyak bertanya! Lakukan saja tugas itu dengan baik!" kata Khie Wie. Nada ucapannya jelas dia kurang senang atas pertanyaan Seng Liong Sen itu. Dengan tanpa alasan yang jelas, dan harus membunuh seorang perempuan yang belum dia ketahui dosanya Maka itu Seng Liong Sen jadi bingung dia merasa tidak tegajuga. Tapi dia tahu adat Khie Wie aneh, terpaksa dia menganggukkan kepalanya. "Jika sudah sampai di Yang-ciu, akan kubunuh atau tidak perempuan itu, semua terserah aku. Mana bisa dia mengawasiku terus-menerus?" pikir Seng Liong Sen. Maka itu dia langsung mengiakan saja. "Masalah ini jangan sampai diketahui orang lain. Sekalipun puteriku jangan kau beri tahu!" kata Khie Wie. "Baik, Suhu," kata Seng Liong Sen. "Jika kau bekerja dengan baik, tanpa harus menunggu tiga tahun lagi, sepulang dari tugas itu, kau boleh menikah dengan puteriku. Ini ada dua bungkus obat untukmu!" kata sang calon mertua. "Obat untuk apa, Su-hu?" tanya Liong Sen heran. "Bungkusan merah kau gunakan untuk merendam kepala perempuan hina itu! Sesudah obat ini kau campur air, kepala perempuan hina itu kau rendam dalam air obat itu. Dalam

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekejap kepala itu akan menjadi kecil sebesar kepalan tangan. Kemudian kepala itu kau bawa ke mari!" Mendengar ucapan Khie Wie, tanpa terasa kuduk Seng Liong Seng merinding. "Lalu yang dibungkusan kain putih untuk apa?" kata Seng Liong Sen. "Itu untukmu, ilmu tenaga dalam perguruan kita bisa cepat dilatih, tetapi untuk mencapai tinggi agak sulit! Saat pertama aku memberi petunjuk padamu, aku kurang hati-hati dan lupa hingga salah kuajarkan!" kata Khie Wie. "Apa itu berbahaya, Su-hu?" kata Seng Liong Sen yang kaget bukan kepalang. "Bahaya besar sekali tidak," jawab sang guru. "Apa lagi kau memiliki dasar lwee-Iang yang bagus dari dua aliran. Tetapi karena kesalahanku itu, kau bisa terserang penyakit lama. Maka itu kau bawa obat itu untuk kau makan. Aku yakin tidak terjadi apa-apa atas dirimu! Aku kira untuk pergi ke Yang-ciu kau hanya perlu waktu setengah tahun saja!" Seng Liong Sen cukup cerdik, segera dia mengerti masalahnya. Ternyata calon mertua itu mengizinkan dia pergi

ke Yang-ciu, tapi sebelum itu dia sudah mempersiapkan sesuatunya. Jika Seng Liong Sen melanggar janji, dia tidak akan lepas dari jerat Khie Wie. Terpaksa dia harus kembali karena membutuhkan pengobatan. Mau tak mau Seng Liong Sen harus mengakui kelihayan dan kelicikan Khie Wie. "Apa aku harus tergantung terus dari obat itu?" kata Seng Liong Sen. "Sesudah kau pulang dan berhasil menjalankan tugasmu, kau akan kuajari lwee-kang. Sesudah kau mahir, obat itu tidak diperlukan lagi!" kata sang guru. "Aku yakin kelak kau akan jadi tokoh persilatan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, bagaimana aku masih berharap terlalu jauh," pikir Seng Liong Sen. "Asalkan aku bisa terlepas dari cengkramannya saja, aku sudah sangat bersyukur!" Tetapi dia menjawab dengan hormat. "Baik, Su-hu," kata Liong Sen. Segera dia mengundurkan diri. Ingat ilmu tenaga dalam dari orang she Khie ini, Seng Liong Sen jadi merinding. Dilatih hasilnya dia sering tak enak badan, tidak dilatih apa lagi. Dia seperti ketagihan madat saja, dan dia harus tetap berlatih. Malam itu saat diadakan pesta perpisahan antara dia dan guru serta nona Khie, tampak Seng Liong Sen kurang bersemangat dan lesu sekali. Melihat sikap Seng Liong Sen nona Khie malah mengira pemuda itu sangat berat untuk berpisah dengannya. Esok harinya.... Saat akan berangkat nona itu menghibur calon suaminya dengan berbagai nasihat dan kata-kata manis. "Jangan cemas, setengah tahun itu tidak lama! Kau sudah akan kembali dan kita bertemu lagi," kata nona Khie. Seng Liong Sen cuma mengangguk. Diam-diam nona ini menanyakan, tugas apa yang diberikan ayahnya pada Seng Liong Sen. Tetapi tidak dijawab oleh Liong Sen. Dia hanya bilang begini. "Aku sudah jadi yatim-piatu, yang ada cuma orang tua dari paman, maka urusan pernikahanku perlu dimintakan restu mereka." kata Seng Liong Sen. Mengetahui pertanyaannya dialihkan nona itu diam saja. Tak lama Seng Liong Sen melanjutkan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menurut Suhu, jika aku sudah pulang pernikahan kita akan segera dilangsungkan. Bukankah kau sudah diberitahu hal itu oleh Ayahmu?" kata Liong Sen. Nona Khie girang ternyata ucapan ayahnya memang benar. Sudah tentu dia girang sekali. Dengan wajah yang berubah merah dia berkata, "Ah, entahlah. Jadi cuma urusan ini saja dan tidak ada urusan lainnya?" Hati Seng Liong Sen tergerak, dia pikir apakah si nona mengetahui urusan di Yang-ciu atau tidak? Sebelum Seng Liong Sen berkata lebih jauh, dari dalam rumah terdengar Khie Wie berkata. "Anak Kie, kenapa kau bicara tak ada habisnya, biar Liong Toa-komu berangkat! Jika dia sudah pulang nanti, kau bisa bicara dengannya sepuasnya! Berpisah hanya setengah tahun itu tidak lama." kata ayah nona Khie. Seng Liong Sen kaget. "Ah, untung aku tidak berkata apa-apa, jika aku bicara pasi dia mendengar pembicaraanku dengan puterinya!" pikir Seng Liong Sen. Wajah Khie Kie bersemu merah. "Ayah, aku cuma ingin mengantarkan Seng Toa-ko, masa kau malah menegurku begitu? Baiklah Liong-toa-ko, semoga kau lekas sampai di tempat tujuan dan segera pulang, aku senantiasa menunggumu." kata si nona. Melihat Khie Kie sungguh-sungguh mencintainya, tanpa terasa Seng Liong Sen terharu juga. "Kasihan dia, padahal saat ini yang sedang aku pikirkan justru bukan kau tetapi orang lain." pikir Seng Liong Sen. Kota Yang-ciu yang dituju Seng Liong Sen kali ini justru kampung halaman Ci Giok Hian. Pek-hoa-kok tempat tinggal keluarga Ci yang terkenal di luar kota Yang-ciu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah semua diatur beres Seng Liong Sen berangkat ke Yang-ciu. Di perjalanan dia tidak menemui gangguan apa-apa. Ketika perjalanan semakin dekat dengan tempat tujuan, jantung Seng Liong Sen berdebar tidak karuan. Ci Giok Hian memang selalu terkenang dalam benaknya. "Barangkali sekarang dia ada di Kim-kee-leng atau malah ada di rumahnya? Jika dia ada di rumah, aku bisa menjenguknya dengan diam-diam. Dia pasti tak akan mengenaliku. Tapi setelah aku bertemu dengannya, apa yang

bisa kukatakan padanya?" pikir Seng Liong Sen. Dia jadi bimbang sendiri dan menyesal karena perbuatannya yang lampau. Ketika itu Ci Giok Hian memang ada di rumah. Dia sampai di rumahnya sudah sebulan yang lalu. Di sana Ci Giok Hian tinggal bersama seorang budak tua, tukang kebunnya yang setia. Ketika Ci Giok Hian baru pulang, dia rasakan hatinya seolah sudah beku. Kerjanya sepanjang hari hanya mengurung diri di kamar, dan jarang keluar kecuali mandi dan makan. Seharusnya dia harus menyampaikan kabar kematian suaminya kepada Bun Yat Hoan. Akan tetapi setelah dipikir beberapa kali, dia merasa tidak punya keberanian untuk berdusta pada Bun Yat Hoan. Jika dia laporkan menurut apa yang terjadi, dia semakin tidak berani. Maka itu dia mengambil keputusan untuk tidak keluar rumah lagi, dengan harapan orang akan melupakan dia selamanya. Dia sudah memutuskan akan mengasingkan diri di Pek-hoa-kok. Dia tidak yakin orang bisa melupakan dirinya? Dia ingat pada Kok Siauw Hong, juga kepada Han Pwee Eng. Terutama pada kakaknya, Ci Giok Phang, Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun... Dapatkah dia melupakan orang-orang itu? Memang sulit

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rasanya dia melupakan mereka. Terutama Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Dua orang yang paling lekat di hatinya. "Mereka pasti sudah menikah di Kim-kee-leng? Apa mereka tahu saat ini aku sedang menderita di Pek-hoa-kok?" pikir Ci Giok Hian. Ketika musim semi tiba, taman bunga milik Ci Giok Hian tidak terawat hingga tidak seindah dulu walau bunga-bunga itu tetap mekar di tengah semak rumput dan reruntuhan pagar. Suatu hari Ci Giok Hian dan budak tua itu menata tanaman di taman bunga. Melihat keadaan ini dia terkenang masa lalu. "Dua tahun aku pergi dari rumah hingga taman ini terlantar begini rupa. Hai, Lauw Ong, kau masih ingat dulu di saat begini pekerja kita memetik bunga untuk disuling dibuat arak. Mereka sibuk sekali," kata Ci Giok Hian mengenang masa lalunya. "Dulu puluhan orang bekerja, sekarang tinggal Sio-cia dan aku berdua saja," kata budak tua itu. "Sebelum Sio-cia kembali hamba sendiri yang menjaga taman ini. Karena sendirian hamba tak sempat menanam bunga terlantar!" Sebagai keluarga besar ada puluhan orang yang bekerja di

rumah ini. "Aku senang kau tetap setia padaku," kata Ci Giok Hian sambil tersenyum. "Di mana mereka sekarang? Kok cuma kau sendiri saja?" "Sio-cia, setelah kau meninggalkan rumah ini, daerah Kanglamjadi kacau. Keamanan sekitar Tiang-kang terganggu oleh bajak yang bergabung dengan bangsa Mongol. Untung saat ini bangsa Kim dan Mongol tidak bergerak sehingga keadaan jadi aman. Sedang orang-orang kita sudah banyak yang jadi tentara rakyat di daerah Kang-lam. Karena usiaku sudah lanjut hamba tidak ikut jadi tentara."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan itu Ci Giok Hian tersentak. Dia merasa malu, budak saja tahu kewajiban berjuang membela tanah airnya. Tapi kenapa dia malah mengurung diri? Akhirnya nona Ci termenung. Melihat majikannya diam, budak itu bertanya pada Ci Giok Hian. "Apa yang sedang kau pikirkan, Sio-cia?" "Ah, tidak. Mari kubantu kau!" kata nona Ci. Dia ikut mencabuti rumput di taman bungan. Sang surya memancarkan cahaya terang, seolah nona Ci mandi cahaya saja. Hatinya yang sumpek perlahan-lahan mulai terbuka. Tiba-tiba terdengar seseorang menyapa pada budak tua. "Hai, Lauw Ong, apa kau masih ingat padaku?" Pintu pagar taman bunga memang sudah rusak dan belum dibetulkan. Maka dia bisa langsung masuk. Ketika Ci Giok Hian berpaling, ternyata dia Chan It Hoan budak tua keluarga Han Pwee Eng. Sebenarnya Chan It Hoan tokoh kalangan Kangouw. Dulu dia pernah ditolong Han Tay Hiong, dia bekerja sebagai pembantu di rumah Han Tay Hiong. Terakhir dia membantu Bun Yat Hoan, ketika Giok Hian menikah dengan Seng Liong Sen. Saat itu Chan It Hoan ikut membantu dalam pesta pernikahan itu. Bahkan ketika Han Pwee Eng diantarkan ke Yang-ciu untuk menemui calon suaminya, Chat It Hoan dan Liok Honglah yang mengantarkannya. Sesudah terjadi keributan di Pek-hoa-kok, Liok Hong pulang ke Lok-yang, sedang Chan It Hoan mengabdi di tempat Bun Yat Hoan. Ketikia Ci Giok Hian menikah dengan Seng Liong Sen, Chan It Hoan pun ikut sibuk membantu. Sesudah memberi hormat, Chan It Hoan bertanya pada Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nyonya mana Seng Siauw-hiap?" kata Chan It Hoan. "Bun Tay-hiap berharap dia segera kembali, karena banyak perkara yang perlu diurus!" "Dia....ah dia tidak bisa menemui gurunya lagi......" kata Ci Giok Hian terbata-bata. Wajah Ci Giok Hian pun berubah merah. Mendengar jawaban Ci Giok Hian, Chan It Hoan terkejut dan cepat bertanya lagi. "Kenapa begitu?" tanya Chan It Hoan. Sambil menangis tersedu-sedu Ci Giok Hian menjawab. "Dia.......dia sudah meninggal!" kata Ci Giok Hian. Mendengar penjelasan itu Chan It Hoan melongo seolah tidak percaya. "Sungguh di luar dugaan, apa yang terjadi? Bagaimana dia meninggal?" kata Chan It Hoan. "Suatu hari dia bertemu dengan Wan-yan Hoo. Dia dikerjai oleh Wan-yen Hoo, urat nadinya terluka dan tak tertolong dan akhirnya meninggal," kata Ci Giok Hian. Sekalipun merasa malu Ci Giok Hian terpaksa berdusta begitu. Kemudian dia menundukkan kepala. Dia tidak berani memandang ke wajah Chan It Hoan yang bengong keheranan seolah tidak percaya pada apa yang didengarnya. Melihat Ci Giok Hian berduka, Chan It Hoan menghiburnya. "Nona kau jangan berduka, kita pasti akan menuntut balas," kata Chan It Hoan. "Kapan Seng Siauw-ya meninggal? Apa kau sudah mengirim kabar pada Bun Tay-hiap?" "Tiga bulan yang lalu, memang belum kulaporkan! Kebetulan Paman Chan datang, harap paman saja yang menyampaikan kabar ini kepada Bun Tay-hiap," kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, nona Ci," kata Chan It Hoan sambil mengangguk. "Tetapi mungkin tak bisa sekarang, karena aku belum mau pulang sekarang!" "Lalu apa maksud kerdatangan Paman Chan ke mari?" kata Ci Giok Hian. "Aku akan mencari tahu, apakah Ci Siauw-ya sudah pulang atau belum?" jawab Chan It Hoan. "Sebelum aku bertemu dengannya malah aku bertemu denganmu!" "Kakak Giok Phang belum pulang," kata Ci Giok Hian.

"Memang ada urusan apa kau mencari dia?" Sesudah menarik napas akhirnya Chan It Hoan menjelaskan. "Sebenarnya masalah ini pun harus kau ketahui juga," kata Chan It Hoan, hanya...." Chan It Hoan ragu-radu. "Kenapa?" "Kedatanganku tidak kebetulan, kau sedang berduka...." kata Chan It Hoan. Ci Giok Hian cerdik, dia bisa menduga apa maksud Chan It Hoan. "Oh, kau ingin minta bantuan Kakakku? Katakan saja, asal aku bisa aku mau membantumu." kata Ci Giok Hian. "Tapi ini bukan urusanku, ini......" "Apa urusan dinas tentara rakyat? Dan kau kuatir aku membocorkannya?" kata Ci Giok Hian. "Bukan itu maksudku. Urusan ini sangat penting. Aku sedang mempertimbangkan pantaskah kau ikut masalah ini." kata Chan It Hoan. "Katakan saja, mungkin saja aku bisa ikut membantu?" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku dapat tugas dari Bun Tay-hiap ke Kim-kee-leng. Baru saja pulang dari sana. Sebenarnya kami merencanajan perampokan pada pembesar di kota Yang-ciu. Dananya akan kita sumbangkan untuk membantu tentara rakyat." "Pembesar korup mana yang akan kalian jadikan sasaran?" kata Ci Giok Hian "Ti-hu (Bupati) kota Yang-ciu yang bernama Gak Liang Cun!" kata Chan It Hoan. "Kalau dia aku setuju. Aku dengar dia memang jahat dan rakyat memusuhinya!" kata Ci Giok Hian. "Tidak cuma itu saja, dia malah bersekongkol dengan Su Thian Tek, hampir sebagian besar perbekalan bajak Su Thian Tek atas dukungannya." kata Chan It Hoan. "Aku dengar Su Thian Tek sudah takluk pada bangsa Mongol?" "Sekarang bangsa Mongol dan bangsa Kim terus berperang, tapi tujuan mereka sama ingin menguasai Kerajaan Song! Akhir-akhir ini bangsa Kim dan Mongol berdamai, maka itu orang Kim ingin merangkul bajak Su Thian Tek agar mereka mengacau di daerah Kang-lam hingga dengan mudah mereka bisa menyerang negara Song! Maka itu Ti-hu itu pun menyumbang Su Thian Tek!" Ketika itu Yang-ciu sudah jatuh ke tangan kekuasaan Kerajaan Kim dan menjadi tapal batas antara kerajaan Kim

dan Song. "Dari keterangan yang kami dapat, Gak Liang Cun akan mengirim perbekalan ke Tay-toh (Bei-jing ibukota bangsa Kim). Maka itu kita merencanakan merampas perbekalan mereka itu. Terutama untuk menolong rakyat dari bencana banjir!" kata Chan It Hoan. "Kapan kalian mulai turun tangan?"tanya Cu Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tepat tanggal 18 bulan ini pada hari ulang tahun Gak Liang Cun yang ke-60. Hari itu pasti dia mengadakan pesta besar. Maka itu pada kesempatan itu kita gunakan untuk turun tangan. Seluruh pembesar yang hadir di pesta itu akan kita sergap seluruhnya." "Itu sebuah rencana bagus, aku siap membantu kalian!" kata Ci Giok Hian. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 65 Rencana Perampokan Di Rumah Gak Liang Cun; Seng Liong Sen Berhasil Menyelesaikan Tugasnya

Ci Giok Hian kelihatan bersemangat, dia yang semula akan menyepi, akhirnya memilih akan berkelana lagi. Dia akan mengerjakan pekerjaan yang menggemparkan di kota Yangciu. Saat itu Chan It Hoan sedang memberi penjelasan kepada Ci Giok Hian. "Yang akan memimpin gerakan ini Tu-thauw-leng, Tu Hok yang dulu pernah ikut ke Pek-hoa-kok, pasti kau masih ingat. Jika kau bersedia membantu, bagaimana jika malam ini kuajak dia ke sini untuk berunding?" tanya Chan It Hoan. "Oh, jadi dia yang memimpin," kata Ci Giok Hian. "Bagus sekali jika dia yang datang." Tu Hok salah seorang utusan Hong-lay-mo-li yang ikut mendamaikan peristiwa di Pek-hoa-kok dulu sehingga kedua pihak dapat dilerai. Ingat kejadian itu, tanpa terasa Ci Giok Hian jadi murung. Melihat Ci Giok Hian murung Chan It Hoan seolah tahu perasaan Ci Giok Hian. Dia diam sejenak. Tak lama dia berkata dengan suara perlahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona, ketika aku ada di Kim-kee-leng, teryata Kok Siauwya tidak ada di sana. Aku dengar mereka ada di Kang-lam, tetapi entah ada di mana? Nona, kado yang kau titipkan

padaku masih kusimpan!" Sesudah itu dia langsung mengeluarkan sebuah tusuk rambut batu Giok yang buatannya halus dan indah. Tusuk kundai itu hadiah dari Kok Siauw Hong sebagai tanda mata untuk Ci Giok Hian. Sehari sebelum dia menikah dengan Seng Liong Sen, karena selalu berduka saat melihat benda itu, dia memutuskan untuk mengembalikan benda itu pada pemiliknya. Maka benda itu dia titipkan kepada Chan It Hoan agar diserahkan kepada Han Pwee Eng. "Kalau begitu kau simpan saja benda itu, jika kau bertemu dengan nona Han kau serahkan kepadanya! Jadi selama Paman ada Kim-kee-leng, di sana ada siapa lagi?" kata Ci Giok Hian. "Aku dengar bangsa Mongol akan menyerbu ke selatan, sedang dari Kim-kee-leng tidak banyak orang yang bisa diperbantukan! To-thauw-leng hanya ditemani oleh belasan orang berangkat dari sana. Bun Tay-hiap pun hanya mengirim beberapa orang ke sini. Maka itu aku ingat pada kalian dan sengaja aku datang ke mari untuk mencari kakakmu. Ditambah lagi hari ulang tahun pembesar itu sudah dekat, tinggal tiga hari lagi......." "Kalau begitu malam ini kau undang dia kemari," kata Ci Giok Hian memberi kepastian. "Baik, Nona Ci!" kata Chan It Hoan. Sesudah itu Chan It Hoan pun pamit. Sepeninggal Chan It Hoan, nona Ci termenung sendirian. Dia ingat pada Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Tapi tibatiba dia ingat pada Seng Liong Sen. Bagaimanapun lelaki itu suaminya. Sayang jenazahnya tak sempat dilihatnya lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedikit pun Ci Giok Hian tidak menyangka kalau saat itu Seng Liong Sen ada di kota Yang-ciu. Dia sudah tiba di kota ini dengan tugas yang hampir mirip seperti yang akan dilaksanakan Ci Giok Hian dan kawan-kawannya. Bedanya Seng Liong Sen akan membunuh isteri Ti-hu she Gak, sedangkan Ci Giok Hian dan kawan-kawannya hendak melakukan perampokan di rumah ti-hu itu. Hari itu dia sudah tiba di Yang-ciu walau ulang tahun ti-hu itu masih tiga hari lagi. Jadi masih ada waktu luang baginya selama tiga hari lagi sebelum hari ulang tahun Gak Liang Cun dilaksanakan. Ketika mencari sebuah penginapan, pikiran dia sedang kacau sekali. Dia jadi bimbang sekali. Khie Wie menyuruh dia membunuh seorang perempuan yang tidak ditahui apa dosanya? Dia bingung haruskah dia lakukan atau jangan? Jika sedang

bingung, dulu biasanya diarundingkan dengan Ci Giok Hian. Tanpa terasa wajah Ci Giok Hian terbayang di mukanya. Karena ingat isterinya, dia jadi tak tahan ingin bertemu dengan sang isteri. Sedang ulang tahun Gak Liang Cun masih tiga hari lagi. "Jika aku menemuinya di Pek-hoa-kok, aku bisa melihat Giok Hian. Bagaimana jika sudah bertemu? Apa yang harus aku katakan padanya?" Seng Liong Sen berpikir. Tiba-tiba saja kepalanya pening. Matanya gelap. Dia bangun dari tempat tidur sambil merintih kesakitan. Suaranya cukup keras. Baru dia ingat sudah sebulan pergi dari rumah Khie Wie. Dia juga sudah dinasihati penyakitnya akan kumat. Maka itu dia buru-buru mengambil obat dan buru-buru dia telan. Sesaat setelah menelan obat itu, terasa ada hawa hangat di perutnya. Dia mulai merasa nyaman. Ketika dia rasakan sudah sehat kembali, terdengar pintu kamar dibuka dari luar. Ada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dua orang yang masuk ke kamarnya, yang satu pemilik penginapan dan seorang lagi verpakaian tabib. "Tuan Anda tadi merintih seperti orang kesakitan, apa Tuan sakit?" tanya pemilik pengnapan kelihatan cemas. Dari tubuh Seng Liong Sen tak hentinya keluar keringat dingin. Mereka kelihatan cemas bukan main. Mungkin suara rintihan pemuda itu terdengar oleh mereka. "Aku tidak apa-apa, mungkin terlalu lelah di perjalanan saja! Perutku tadi memang sakit, tapi aku sudah minum obat. Sekarang sudah baikan," kata Seng Liong Sen. Dia mengucapkan terima kasih. "Ini tabib she Ong, beliau sangat terkenal di kota Souw-ciu. Hari ini kebetulan saja beliau lewat di sini!" kata pemilik penginapan. "Jika kau mau, kau bisa diperiksa olehnya!" "Rasanya tidak perlu, maaf aku cuma merepotkan kalian, saja," kata Seng Liong Sen yang langsung mengucapkan terima kasih lagi. Tabib Ong tak yakin pada ucapan Seng Liong Sen. Lalu dia perhatikan wajah pemuda itu. Sesudah termenung sejenak dia berkata bersungguh-sungguh. "Lebih baik kau aku periksa!" kata tabib Ong. Tanpa menunggu persetujuan Seng Liong Sen, tabib Ong segera memegang nadi pemuda itu dan memeriksa denyut nadinya. Melihat Seng Liong Sen ragu-ragu dan kurang percaya pada tabib Ong itu, pemilik penginapan memberi penjelasan padanya.

"Tabib Ong tidak pernah mau mengobati orang di luaran, dia menolak undangan hartawan dan pembesar yang ingin diobati olehnya," kata si pemilik penginapan sambil tertawa. "Tetapi beliau sifatnya aneh, jika dia melihat ada penyakit

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang belum ditemukannya, tanpa diminta pun beliau langsung memeriksa orang itu walaupun tidak dibayar!" Mendengar keterangan itu sedikitpun Seng Liong Sen tidak percaya, malah dengan nada kurang puas dia meremehkan tabib keliling itu. Dia anggap tabib itu pasti cuma omong kosong. "Mana mungkin dia bisa tahu penyakitku?" pikir Liong Sen. "Ah, penyakitnya benar-benar aneh!" tiba-tiba tabib Ong berjingkrak keheranan. Tak terduga, segera terdengar tabib itu bersuara heran, katanya : "Hai, ini benar-benar penyakit aneh !" Saat si tabib memegang nadinya, Seng Liong Sen merasakan nadi di pergelangan tangannya terasa panas, seolah diserang suatu arus tenaga dalam yang kuat. Seng Liong Sen merasa yakin tabib ini pasti orang pandai. Dia merasa seperti sedang dipijat oleh seorang ahli. Ketika itu dia rasakan jalan darahnya jadi lancar sekali. "Aneh sekali!" pikir Seng Liong Sen terkejut. "Apakah dia ini seorang tokoh persilatan yang sengaja mengasingkan diri?" Pemilik penginapan pun kaget oleh ucapan tabib Ong. "Penyakit apa yang diderita olehnya? Apa berbahaya?" kata si pemilik penginapan dengan heran. Seharusnya Seng Liong Sen yang menanyakan penyakit yang diderita. Tapi rupanya pemlik penginapan takut tamunya mati di penginapannya, maka dia yang mendahului Seng Liong Sen bertanya pada tabib Ong. "Aku tidak tahu penyakit apa ini? Aneh sekali!" kata si tabib sambil menggelengkan kepalanya, "Ini penyakit aneh, aku sendiri tidak tahu penyakit apa ini?" "Apanya yang aneh?" tanya Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak melihat ada tanda penyakit," kata tabib itu. "Tapi dari denyut nadimu, sebulan lagi penyakitmu akan kambuh lagi. Aku tak bisa menjelaskan sakit apa kau? Sebaiknya sebulan lagi kau datang ke tempatku di kota Souwciu." "Jadi dalam sebulan ini Tuan ini tidak akan ada masalah?"

kata si pemilik penginapan. "Aku jamin begitu! Jika terjadi apa-apa sebelum sebulan, kau boleh datang ke tempatku. Kau boleh hancurkan papan merek pengobatanku!" kata si tabib. Seng Liong Sen mengucapkan terima kasih. "Baik, sebulan lagi aku pasti akan datang ke tempatmu." kata Seng Liong Sen. Sekalipun mulutnya berkata begitu, Seng Liong Sen sangsi pada kemampuan tabib itu. Dia juga kuatir jika diperiksa akan ketahuan penyakitnya. Jika itu diketahui oleh gurunya, itu bisa berabe. Tapi suatu ketika Seng Liong Sen gembira juga. Dia pikir, siapa thau tabib itu pandai. Jika dia bisa sembuh, dia akan terlepas dari ketergantungan pada Khie Wie. "Waktunya masih lama, kenapa aku tak mencari tahu, siapa sebenarnya Tabib Ong ini?" pikir Seng Liong Sen. Dia juga ingin tahu bagaimana kemampuan tabib itu. Pada tengah malam, diam-diam Seng Liong Sen keluar dari kamarnya dan dia mencoba mengintai ke kamar tabib itu. Di penginapan itu hanya ada belasan kamar, sampai di kamar nomor tiga segera terdengar suara tabib Ong bicara dengan seseorang entah siapa. "Ah, dia bicara dengan temannya. Biar akan kudengarkan apa yang mereka bicarakan," pikir Seng Liong Sen. Kemudian Seng Liong Sen menguping. Sekalipun tabib itu bicara sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berbaring di tempat tidur, dan suaranya perlahan, tapi Seng Liong Sen bisa mendengar pembicaraan mereka. "Chan It Hoan sudah ke Pek-hoa-kok. Bagaimana hasilnya?" kata tabib Ong. "Ya, dia sudah ke sana, tapi tak bertemu dengan Ci Giok Phang!" kata teman tabib Ong. "Dia bertemu dengan siapa?" tanya tabib Ong. "Dia bertemu degan Nona Ci!" jawab temannya. "Nona Ci yang mana? Apa dia menantu Bun-Tay-hiap?" tabib Ong menegaskan. "Bukankah suaminya yang bernama Seng Liong Sen?" "Ya," kata temannya. "Cuma aku dengar Seng Liong Sen sudah mati tanpa kuburannya." Mendengar pembicaraan itu jatung Seng Liong Sen memukul keras, seolah akan mencelat keluar. Terdengar tabib Ong menghela napas. "Duabelas tahun yang lalu aku diundang Bun Yat Hoan untuk menyaksikan pemandangan kota Hang-ciu," kata tabib Ong. Sekarang aku mendengar tentang kematian murid

kesayangannya. Betapa hancurnya dia. Aku dengar muridnya itu pandai dan cerdas sekali. Sayang dia meninggal tanpa kuburan! Aku yakin Bun Yat Hoan pasti sedih. Beberapa hari lagi kita pergi ke sana untuk menghiburnya!" "Bukankah kau sudah berjanji kepada orang sakit yang ada di penginapan dan kau suruh dalam waktu bulan menemuimu di Souw-ciu?" kata temannya. "Apa kau sudah tahu, penyakit apa yang diderita orang itu Aku heran kenapa tabib terkenal seperti kau sampai menyerah tidak berdaya?" Ketika Seng Liong Sen mendengar pembicaraan mereka beralih membicarakan dirinya, Seng Liong Sen mencoba menguping lebih jauh. Sesudah sekian lama tabib Ong tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bicara lagi, mendadak terdengar suara daun jendela dibuka! Dengan sigap Seng Liong Sen bersembunyi tak lama sesudah daun jendela terbuka terlihat teman tabib Ong melompat keluar dari jendela. Masih untung Seng Liong Sen sempat bersembunyi sehingga tidak terlihat oleh teman tabib Ong itu. Ketika sudah sunyi Seng Liong Sen pun buru-buru kembali ke kamarnya. Ketika Seng Liong Sen mengintai lewat celah jendela, dia lihat orang itu menoleh kian-ke mari. Saat tahu tidak melihat ada gerakan apa-apa, dia melompat turun dari atas genting. Sayup-sayup terdengar orang itu berkata pada tabib Ong. "Di luar tak ada siapa-siapa, kau jangan curiga!" kata orang itu. "Keadaan di luar penginapan sepi sakali." Setelah keluar orang itu tidak masuk ke kamar tabib Ong, dia langsung masuk ke kamar lain. Seng Liong Sen jadi tahu orang itu tidak tidur sekamar dengan tabib Ong, tapi tamu kamar lain. "Ah, ternyata tabib itu kenal pada Guruku," pikir Seng Liong Sen. "Untung aku berhati-hati! Jika aku tak salah ingat Chan It Hoan pelayan Han Pwee Eng. Saat aku akan pergi Suhu menyuruh dia ke Kim-kee-leng. Sekarang dia ada di Pek-hoakok. Jika aku ke sana bisa berabe jika bertemu dengannya!" Esok harinya...... Penyakit Seng Liong Sen sudah agak baik, tapi agar dia tidak dilihat orang, maka itu dia terus mengunci diri di kamarnya. Sedangkan tabib Ong sejak tadi pagi sudah keluar, seharian tidak pernah terlihat oleh Seng Liong Sen. Sore harinya.... Penginapan di mana Seng Liong Sen bermalam kedatangan seorang tamu baru. Orang itu bertubuh pendek dan gemuk,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia mengenakan pakaian bagus. Tingkahnya seperti seorang hartawan kaya, nungkin dia seorang saudagar kaya. Pemilik penginapan menyambut kedatangan tamu ini dengan sikap hormat. Seng Liong Sen dengar orang itu she Lauw, pemilik toko di Souw-ciu. Dia datang ke Yang-ciu untuk menghadiri pesta ulang tahun Ti-hu she Gak. Percakapan antara tamu dan pemilik penginapan itu didengar jelas oleh Seng Liong Sen. Mendengar percakapan itu Seng Liong Sen tertarik juga. Diam-diam dia mendekati tamu itu, untuk diajak berkenalan. Kemudian tamu itu dia undang ke kamarnya. Kepada tamu itu Seng Liong Sen mengaku sebagai pedagang kain sutera; "Anda membuka toko di mana?" tanya tamu she Lauw itu. "Di Kay-hong," jawab Seng Liong Sen. "Aku ke Kang-lam untuk memperluas toko. Kalau perlu aku buka cabang di sini!" Saudagar she Lauw tampak acuh tak acuh dia tidak tertarik pada keterangan Seng Liong Sen. Sikapnya dingin bahkan tidak menanggapi kata-kata Seng Liong Sen. Tiba-tiba Liong Sen dikagetkan oleh sapaan orang dari luar kamarnya pada tamu orang she Lauw itu. "Saudara Lauw, ternyata kau ada di sini! Pasti kau tak mengira aku sudah ada di sini juga, kan?" katanya sambil langsung masuk ke kamar Seng Liong Sen tanpa permisi lagi. Suara orang itu dikenali Seng Liong Sen, ternyata orang itu teman tabib Ong yang semalam dia intai. Orang itu berpakaian bagus, wajahnya merah bercahaya. Dia mirip seorang saudagar juga. "Saudara Sun," kata saudagar she Lauw sambil tertawa. "Jadi kau sudah ada di sini! Rupanya kalian sudah saling mengenal?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Liong, pasti kau tak kenal padaku. Tapi aku tahu namamu dari tabib Ong. Dia sahabatku." kata orang she Sun itu. "Jadi Anda sahabat tabib Ong, aku pernah diperiksa olehnya," kata Seng Liong Sen. Sesudah itu Seng Liong Sen ragu dan berpikir. "Apakah dia tahu aku mengintainya semalam?" pikir Seng Liong Sen dengan perasaan was-was.

"Anda berjualan apa?" tanya Seng Liong Sen. "Siauw-tee pedagang beras, maka itu aku sering bertemu dengan saudara Lauw di Souw-ciu. Kita sesama kalangan pedagang. Kalian asyik sekali! Apa kalian sedang bicara soal dagang?" kata orang she Lauw. Kata-kata orang she Lauw itu membuat Seng Liong Sen sedikit curiga. Dia jadi khawatir jangan-jangan rahasia dirinya sudah diketahui oleh mereka. "Aku cuma seorang pedagang kecil, jauh jika dibanding dengan kalian berdua. Kami malah mau membicarakan soal ulang tahun Ti-hu she Gak itu," kata Seng Liong Sen. "Tadi sebelum kau ke mari, saudara Liong ini mau meyumbang kepada Ti-hu sebagai awal perkenalannya," kata orang she Lauw. "Karena baru kali ini ke sini dia belum kenal pada Gak Ti-hu!" Tamu she Sun itu mengawasi ke arah Seng Liong Sen sejenak. Sesudah itu dia tertawa terbahak-bahak. "Itu tidak sulit," kata orang she Sun. "Besok kau boleh ikut bersama kami ke sana!" "Oh, terima kasih! Terima kasih," kata Seng Liong Sen. Seng Liong Sen pikir ajakan orang she Sun itu sangat kebetuoan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa tabib Ong juga akan ikut ke pesta itu?" kata Liong Sen. "Entahlah, aku belum tahu, bisa jadi dua akan hadir juga," jawab orang she Sun. Ternyata sampai hari sudah malam, tabib Ong tidak pulang ke penginapan entah kenapa? Menjelang tengah malam, datang beberapa petugas dari kantor ti-hu. Mereka mengadakan pemeriksaan secara serentak ke semua penginapan di kota itu. Mungkin mereka curiga dan kuatir ada penyusup atau orang jahat yang bisa mengganggu keamanan saat pesta ulang tahun berlangsung. Para petugas itu memeriksa setiap kamar, ketika sampai di kamar Seng Liong Sen, pemuda asing ini ditanya secara teliti. "Siapa namamu dan dari mana kau datang? Apa maksud kedatanganmu ke kota Yang-ciu?" Ketika itu tamu she Sun dan she Lauiw datang menemuinya. Mereka menjelaskan bahwa Liong Sen sahabat mereka. Mereka jamin atas nama mereka, bahwa Liong Sen orang baik. Dengan demikian para petugas, mungkin juga mereka kenal dengan mereka, akhirnya semua beres tak ada masalah. Esok harinya.....

Seperti sudah dijanjikan semalam Seng Liong Sen ikut pada kedua saudagar itu pergi ke kediaman Gak Liang Cun untuk menghaturkan selamat ulang tahun. Ketika mereka berangkat tabib Ong memang belum pulang juga ke penginapan. Gak Liang Cun sangat dikenal sebagai pembesar yang korup. Tidak heran jika pesta ulang tahunnya dirayakan dengan bersar-besaran. Gedungnya yang besar dan mewah sudah dihias warna-warni. Lampu-lampu berwarna merah sudah bergantungan memeriahkan suasana.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang-orang yang diundang pun banyak sekali, selain para pejabat setempat juga datang pejabat dari berbagai daerah. Terutama para kenalannya. Mereka berdatangan menghadiri pesta yang meriah itu. Di ruang tamu di tempat diselenggarakannya pesta, para tamu sudah berdatangan dan penuh sesak, hingga untuk berjalan pun rasanya sulit sekali. Sedang isteri pertama dan kedua isteri muda Buati Gak Liang Cun belum muncul di ruang pesta. Seng Liong Sen sudah ada di tengah-tengah pesta bersama para tamu lainnya. Saat dia memperhatikan ke seluruh ruangan, dia sedikit kaget. Ternyata kedua saudagar she Lauw dan she Sun tidak kelihatan entah ke mana? Di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang sengaja datang untuk mengucapkan selama ulang tahun itu, Seng Liong Sen menyaksikan banyak tamu-tamu yang berbincang di antara kenalan mereka. Dari pembicaraan yang didengar Seng Liong Sen, ada tamu mengatakan, Wan-yen Ong-ya mengirim utusan untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Ada juga yang bilang kagum pada Gak Liang Cun. Dia mendapat perhatian dari sang pangeran. Padahal dulu atasan Gak Liang Cun berulang tahun, tapi dia tidak mendapat perhatian seperti Gak Liang Cun. Entah karena lama menunggu tuan rumah muncul, kebanyakan tamu mengira tuan rumah sedang sibuk menyambut utusan dari Wan-yen Tiang Cie. Dalam waktu singkat mungkin belum bisa keluar untuk menyambut mereka. Maka itu para tamu yang merasa kesal bersama-sama keluar ruangan dan mereka menuju ke taman di belakang gedung. Di tempat ini mereka menyaksikan berbagai tontonan, seperti wayang orang, wayang kelitik dan tontonan lain yang sengaja didatangkan memeriahkan pesta. Bukan saja para tamu yang lain, Seng Liong Sen pun sudah kesal. Bahkan dia sudah dongkol karena lama menunggu. Maka Seng Liong Sen pun ikut ke taman bersama tamu-tamu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lain. Suasana pesta sangat meriah. Suara orang bicara pun ramai sekali hingga sulit ditangkap apa yang sedang mereka bicarakan. Di panggung pertunjukan terdengar suara anak wayang menyanyi, suaranya mengingatkan Seng Liong Sen pada seseorang. "Ah, bukankah itu suara isteriku, Giok Hian?" pikir Seng Liong Sen terperanjat. Buru-buru Seng Liong Sen mendekat ke arah panggung untuk melihat lebih jelas, apakah benar itu suara isterinya? Dengan susah-payah Seng Liong Sen menyelinap di antara penonton yang berjubel berdesakan. Dari jauh dia sudah melihat seorang penyanyi sedang bernyanyi membawakan cerita "See-siang-kie" sebuah kisah roman yang terkenal. *) *). See Siang Kie atau "Peristiwa Di Kamar Barat" roman klasik yang manis zaman Tang. Tak lama lagi buku ini akan diterbitkan oleh Penerbit Marwin. Seng Liong Sen agak sangsi solah ketika itu dia sedang bermimpi. Karena memang benar orang itu Ci Giok Hian adanya. Jadi dia tidak sedang bermimpi. "Heran, benarkah dia Giok Hian? Kenapa dia mau main sandiwara di tempat ini? Atau aku cuma salah lihat karena secara kebetulan wajah nona itu sama dengan wajah isteriku?" pikir Seng Liong Sen sangsi bukan main. Memang sudah lama dia terkenang, bahkan siang dan malam dia mengenang isterinya dan ingin melihat wajah isterinya yang cantik itu. Tetapi sesudah bertemu dia terkesima dan bingung, tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang? Saat di atas panggung terdengar suara yang merdu, dan gerak yang lincah memainkan tokoh si cantik, Ci Giok Hian mendapat tepuk-sorak dari penonton.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Macam-macam teriakan penonton, ada yang memuji kecantikannya, malah ada yang berani menggoda. Siapa tahu nona di atas panggung itu tertarik oleh godaannya. Ci Giok Hian memang tinggal di Pek-hoa-kok atau di wilayah Yang-ciu, tapi karena dia jarang keluar rumah ditambah lagi sekarang dia berdandan sebagai anak wayang dan tidak ada orang yang mengenali, kecuali Seng Liong Sen,

suaminya! "Eh, jangan-jangan Giok Hian bermaksud melakukan sesuatu sepertiku?" begitu yang ada di benak Seng Liong Sen. Teriakan-teriakan penonton yang semakin histeris menggoda Ci Giok Hian membuat suara semakin riuh saja. Penonton hampir sulit dikendalikan sesama penonton mereka saling dorong. Tiba-tiba muncul seorang pelayan menghampiri Ci Giok Hian. "Nona Seng, hu-jin (nyonya rumah) meminta kau menyanyi di belakang!" kata pelayan itu. "Baik," kata Ci Giok Hian. Tak lama Ci Giok Hian berjalan mengikuti pelayan itu ke ruang belakang. Tanpa terasa Seng Liong Sen terus mengikuti rombongan isterinya ke ruang belakang. Seng Liong Sen senang bukan kepalang saat mendengar Ci Giok Hian "dipanggil nona Seng" itu berarti "di hati" Ci Giok Hian masih ada kenangan atas dirinya. Orang yang berdesakan mendorong kian-kemari, hingga Seng Liong Sen pun jadi terdorong kian-kemari. Dia dongkol lalu orang yang mendesak dia hajar dengan kepalannya. "Duuk!" "Aduh! Aduh!" teriak orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat dia awasi orang yang memukulnya, orang itu langsung memaki. "Dasar setan muka jelek! Kau mau merebut si cantik, ya?" kata orang itu. Ketika itu wajah Seng Liong Sen genas bukan main, tetapi dia tidak meladeni orang itu. Ketika kepalanya sedikit pening. Tiba-tiba ada suara sangat tajam bicara dekatnya. "Ingat akan pesan Khie Lo-cian-pwee, kau lindungi Gak Liang Cun! Orang yang harus kau bunuh cuma isteri keduanya!" Seng Liong Sen terkejut bukan kepalang. Segera dia menoleh ke belakang, tapi tidak melihat orang yang dia curigai. Di tengah orang demikian banyak, sulit bagi Seng Liong Sen menentukan siapa orang yang tadi membisikinya. "Hm, jangan-jangan orang she Khie itu mengirim orang untuk mengawasiku!" pikir Seng Liong Sen." Jika aku tidak melaksanakan tusasnya, pasti berabe!" Dia jadi kaget dan sedikit kuatir juga. Dengan jantung berdebar diam-diam dia kembali ke ruang depan. Kebetulan saat itu Ti-hu Gak Liang Cun baru muncul di ruang depan diiring oleh sahabat-sahabat dan beberapa

pengawalnya. Segera Gak Liang Cun mengambil tempat duduk. Sedang di belakang Bupati Gak Liang Cun berdiri dua orang perempuan cantik, keduanya berpakaian mewah. Seng Liong Sen mengira kedua wanita itu pasti isteri muda Gak Liang Cun..... "Aneh, bukan isteri pertamanya yang keluar, malah kedua isteri mudanya yang ikut keluar." bisik seseorang. "Ah, kebetulan kalau begitu!" pikir Seng liong Sen. "Jadi aku tidak perlu membuat kaget isteri tuanya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah memberi hormat pada para tamunya Gak Liang Cun lalu berkata, "Aku girang, Tuan-tuan mau datang ke pestaku! Terima kasih atas kedatangan kalian ke pestaku yang sederhana ini!" "Tutup mulutmu pembesar anjing, serahkan jiwamu padaku!" begitu tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring. Bersamaan dengan teriakan itu, orang itu maju ke depan. Dia tendang meja yang penuh dengan barang antaran. "Braak!" meja pun terbalik.dan berhambuiran di lantai. Tentu bukan saja Gak Liang Cun tapi semua tamu termasuk Seng Liong Sen pun kaget. Dua pria yang tubuhnya kekarkekar langsung menerjang. Mereka itu Tu Hok dan Chan It Hoan. Sebelum Tu Hok dan Chan It Hoan sampai, dua orang yang berpakaian mirip pelayan sudah menghunus golok mereka dan mencoba menghalangi majunya Tu Hok dan Chan It Hoan. Chan It Hoan seorang jago kawakan kalangan kang-ouw, sedangkan Tu Hok seorang jago dari Kim-kee-leng, mereka berdua ahli silat kenamaan. Ilmu silat mereka memang lihay. Tu Hok lebih lihay dari Chan It Hoan. Kedua orang pengawal Gak Liang Cun itu, entah dari mana asalnya. Ilmu golok mereka sangat aneh, seorang memegang golok dengan tangan kanan yang seorang lagi menggunakan tangan kiri untuk memegang goloknya. Kedua golok mereka secara bersamaan menyerang dari dua arah, seolah hendak memotong lawan yang datang mendekati majikan mereka. Di luar rumah Gan Liang Cun terdengar suara letusan hebat. Orang-orang yang tadi menyamar seperti pengemis, mereka telah membakar yan-hwee atau petasan terbang yang tadi mereka sembunyikan di balik pakaian mereka. Suara letusan petasan itu terdengar di mana-mana. Suaranya memekakkan telinga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suara letusan itu disusul oleh suara bentakan keras. "Kami orang gagah dari Kim-kee-leng, kalian yang tidak berdosa jangan takut. Kami hanya akan membunuh musuh kita dan ingin menangkap pembesar korup! Bagi orang Han kuanjurkan jangan ikut campur!" teriak orang itu. Di antara pembesar dan prajurit yang ada di ruang pesta sebagian besar memang bangsa Han. Melihat para pengemis itu menerjang laksana harimau lapar, mereka gugup dan bingung sekali.. Ruang pesta dalam sekejap berubah jadi ruang pertempuran hingga keadaan jadi sangat kacau. Orang panik dan berlarian ke berbagai arah untuk menyelamatkan diri. Panglima militer kota Yang-ciu seorang bangsa Kim yang sudah berpengalaman di medan perang, dengan tenang dia berteriak. "Jangan panik, tutup pintu. Kita tangkap para penjahat itu!" teriaknya. Melihat keadaan demikian kacau, kesempatan ini tak disiasiakan oleh Seng Liong Sen. Segera dia maju, sekali lompat dia melesat ke arah Gak Liang Cun dan kedua isterinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat Seng Liong Sen meluncur ke arah majikan mereka, dua orang pengawal yang berada di depan Gak Liang Cun maju mencoba akan menghalangi Seng Liong Sen. Tapi pemuda ini lebih gesit, segera dia tusuk kedua pengawal itu hingga roboh tak bernyawa. Sesudah itu dengan sekali salto Seng Liong Sen sudah berdiri tepat di depan kedua isteri Gak

Liang Cun. Kedua perempuan itu terkejut, karena tidak menyangka akan diserang, maka itu keduanya berteriak. "Am..........ampuni kami....." katanya. "Aduh..." Secepat kilat Seng Liong Sen telah memotong kepala isteri kedua Gak Liang Cun dengan mudah. Sesudah itu dia tendang isteri ketiga Gah hingga terpental. Sesudah itu dia jumput kepala perempuan malang atau isteri kedua Gak segera dia masukkan ke kantung kulit yang sudah dia siapkan. Sesudah itu Seng Liong Sen memutar tubuhnya dan menerjang ke arah Gak Liang Cun. Ketika itu Gak Liang Cun sudah dikawal oleh dua pengawal lain, tapi sayang kepandaian kedua orang itu tidak setinggi kedua temannya. Mereka ketika itu bermaksud mencegat Seng Liong Sen. Dengan suara agak serak Seng Liong Sen membentak. "Jika kalian sayang nyawamu, lekas pergi dari sini!" kata Seng Liong Sen. Pedang pemuda itu bergerak cepat, hingga salah seorang dari pengawal tertusuk pedangnya. Untung yang seorang lagi segera menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan bergulingan menyelamatkan diri. Dua orang pengawal yang menghadang Tu Hok dan Chan It Hoan agak jerih. Tiba-tiba Tu Hok mengayunkan goloknya. "Kena!" bentak Tu Hok. Saat goloknya menyambar, budak yang ada di sebelah kiri terbacok hingga berdarah-darah. Chan It Hoan tidak mau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketinggalan, dengan bertangan kosong dia pun maju. Dia rampas golok pengawal itu dengan tangan kosong. Tapi Seng Liong Sen lebih cepat, hanya dua kali melompat dia sudah berada dekat Gak Liang Cun sebelum Chan It Hoan sampai ke sana. Tak diduga sama sekali, Seng Liang Sen sudah berada di samping Bupati itu. Saat itu juga dia tampar bupati itu dengan tangan kanannya. Sesudah itu Liong Sen mengepit tubuhnya. Gak Liang Cun dia bawa ke ruang dalam. Saat Seng Liong Sen beraksi tadi, saudagar she Lauw dan she Sun pun ikut bergerak di bagian lain. Orang she Lauw mendekati komandan militer bangsa Kim dan bertanya. "Tay-jin, siapa yang hendak kau tangkap?" tanya orang she Lauw itu. Ternyata panglima kota Yang-ciu itu kenal pada saudagar she Lauw. Saat si komandan keheranan melihat seorang saudagar cita berani berkeliaran di tempat pertempuran, mendadak komandan itu merasakan sebagian tubuhnya kesemutan. Tanpa diduga kedua tangan komandan telah

diikat oleh saudagar she Lauw. "Eh, kenapa kau menangkapku. Bukankah kau saudagar Lauw?" tanya komandan kota Yang-ciu keheranan. Orang she Lauw itu hanya tertawa sambil menjawab dengan tenang. "Kau benar, sekarang aku bukan saudagar lagi. Sesudah aku menangkapmu, aku tak perlu lagi jadi pedagang!" kata orang she Lauw sambil tertawa. Orang she Sun mengayunkan cambuk, langsung menghajar anak buah komandan kota yang hendak mereka bantu. Mereka terhajar oleh cambuk orang she Sun. senjatanya langsung berjatuhan terhajar cambuk yang lihay.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Seng Liong Sen berhasil mengempit Gak Liang Cun, dia langung membawanya ke ruang belakang. Tentu saja kedua saudagar she Lauw dan she Sun itu keheranan. "Ah, ternyta dia kelompok kita, tetapi kenapa dia bunuh isteri Gak Liang Cun dan menawan serta membawanya ke ruang belakang?" pikir orang she Lauw. Melihat pemuda itu masuk ke ruang dalam, mereka mengira Seng Liong Sen salah jalan saking paniknya.Maka itu mereka berteriak memangggil pemuda itu. "Saudara Liong, jangan ke sana. Mari keluar, jangan membunuh anggota keluarganya!" teriak orang she Lauw. Ketika itu Chan It Hoan berniat mengejar Seng Liong Sen, tapi tidak sempat karena pintu ruang belakang langsung ditutup oleh Seng Liong Sen. Ketika terjadi keributan di ruang depan, Ci Giok Hian yang ada di ruang belakang yang diundang oleh nyonya rumah, Giok Hian yang cerdik, bertanya-tanya dalam hatinya. "Kenapa isteri Bupati mengundangku ke ruang belakang?" pikir Ci Giok Hian. "Apa dia mengenali penyamaranku?" Maka itu terpaksa Ci Giok Hian harus berhati-hati ketika dia ke ruang belakang bersama pelayan nyonya rumah itu. Isteri tua Bupati itu ternyata ramah sekali, sambil tertawa ia berkata, "Aku dengar kau pandai menyanyi, ternyata kau juga cantik sekali! Maka itu aku memanggilmu ke mari. Kau she apa dan sudah berkeluarga belum?" Mendengar bicara nyonya rumah itu demikian ramah, Ci Giok Hian lega juga hatinya. Maka itu dia jawab pertanyaan nyonya rumah dengan ramah pula. Dia tahu nyonya ini tidak memasang perangkap baginya. "A Lan, suguhi tamu kita teh hangat," kata Nyonya Gak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, Nyonya!" kata Ci Giok Hian. "Jangan repotrepot!" Tetapi nyonya Gak tetap menyuruh pelayannya menyuguhi secawan arak untuk Ci Giok Hian. Ci Giok Hian tidak dapat menolak suguhan itu, dia menerimanya. Tetapi dia tetap waspada pada segala kemungkinan yang akan terjadi. Saat dia mengangkat cawan araknya, tangan Ci Giok Hian gemetar hingga isi cangkir tercecer sedikit. Ketika arak itu menyiram lantai, seketika timbul uap hitam. Kiranya arak itu telah dicampur dengan racun yang ganas. "Eh, kenapa kau tumpahkan araknya, kurang ajar!" tegur nyonya rumah kaget dan jengkel. Ketika itu di ruang depan sudah terjadi pertempuran hebat. Ci Giok Hian yang kaget, langsung berniat menangkap isteri Bupati itu untuk dijadikan sandera. Ketika Ci Giok Hian maju hendak menyandera nyonya Gak, nyonya itu pun sudah mendahului menyerang Ci Giok Hian. Terpaksa nona Ci melemparkan cangkir teh ke arahnya. Tapi dengan gesit nyonya Gak mengibaskan lengan bajunya dan.... "Praang!" Cangkir teh itu jatuh ke lantai langsung hancur berantakan. Rupanya nyonya Bupati ini seorang ahli silat. Ci Giok Hian maju, dengan jarinya dia menotok jalan darah nyonya Gak. Kembali nyonya Gak mengibaskan lengan bajunya. Terdengar suara kain robek ternyata jari nona Ci berhasil merobek lengan baju nyonya pembesar itu. Ci Giok Hian pun kaget karena dia rasakan serangan nyonya itu sakit sekali. "Kau anak Khie Wie kan? Kenapa kurang ajar? Apa kau tidak tahu siapa aku ini?" bentak nyonya Bupati. Ketika itu Ci Giok Hian bingung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan! Aku orang dari Kim-kee-leng untuk menghabisi pejabat korup!" kata Ci Giok Hian. "Ternyata kau juga bukan orang baik!" Nyonya Bupati ini pun tidak yakin Khie Wie akan mengirim puterinya, sekalipun dia dendam padanya. Maka itu dia melancarkan serangan berbahaya ke arah Ci Giok Hian. Sedikitpun Ci Giok Hian tidak mengira kalau nyonya Bupati itu lihay sekali. Sedang pertarungan di ruang depan sedang berlangsung dengan sengit, maka itu dia berpikir harus bertempur mati-matian untuk membereskan nyonya rumah

secepatnya. Ci Giok Hian yang bertangan kosong agak terdesak oleh nyonya rumah, maka itu dia segera menghunus pedangnya. Dengan cepat pula dia menyerang dengan jurus "Giok-li-coanso" atau "Gadis manis melemparkan tambang" Ujung pedang nona Ci mengarah jalan darah lawan. "Nyonya, tongkatmu!" teriak seorang pelayan sambil melemparkan sebuah tongkat pada nyonya rumah. Dengan cepat Ci Giok Hian hendak mencegah nyonya Gak memperoleh tongkat itu. Maka itu dia babat tongkat itu dengan pedangnya. "Traang!" Saat kedua senjata beradu, tongkat itu tetap meluncur ke arah majikannya. Sekarang nyonya rumah sudah memegang tongkat kepala naga sebagai senjatanya. Ci Giok Hian buru-buru lari ke ruang dalam maksudnya akan meloloskan diri ke ruang depan. Tetapi nyonya rumah tak tinggal diam, dia membentak sambil mengayunkan tongkatnya. Ci Giok Hian hendak menangkis tongka lawan dengan pedangnya. Kembali terdengar suara bentrokan senjata, kali ini hampir saja pedang Ci Giok Hian terlepas dari tangannya. Buru-buru Ci Giok Hian menghindar dan lari. Sedang lawannya pun terus memburunya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari ruang dalam ke luar harus melewati taman yang luas. Dari jarak jauh Ci Giok Hian sudah melihat pintu keluar tertutup rapat. Dia kaget bukan kepalang... Di pihak lain Seng Liong Sen yang sudah ada di ruang dalam, buru-buru menurunkan Gak Liang Cun dari kepitannya. "Lekas selamatkan dirimu!" kata Liong Sen. "Jika terlambat, aku juga tak akan mampu melindungimu!" Gak Liang Cun kaget seolah dia tidak percaya, kenapa pembunuh isteri keduanya ini malah menolonginya? Gak Liang Cun kelihatan agak ragu-ragu, sedang pemuda itu menyuruhnya segera pergi. Tiba-tiba terdengar suara benturan senjata, saat itu Ci Giok Hian muncul sedang dikejar oleh nyonya Gak. Melihat suaminya berada dengan orang yang tak dikenal, nyonya Gak kaget dan mengira suaminya sudah jatuh ke tangan musuh. Tadi Seng Liong Sen masuk ke ruangan dalam untuk mencari Ci Giok Hian. Dia jadi kaget melihat Ci Giok Hian sedang dikejar-kejar oleh nyonya rumah. Dalam paniknya nyonya rumah mengejar Ci Giok Hian dan mengurungnya dengan tongkat kepala naganya. "Jika kau bunuh suamiku, maka kawanmu pun akan kubunuh!" ancam nyonya Gak.

Dengan tak banyak bicara tiba-tiba pedang Seng Liong Sen mengarah ke jalan darah nyonya Gak, hingga terpaksa nyonya Gak harus menolong jiwanya dulu. Serangan pemuda ini di luar dugaan nyonya Gak. Sesudah berkelit tangan kanan nyonya Gak bergerak hendak menangkap tangan Seng Liong Sen. Ternyata nyonya Gak tua-tua keladi, dia lihay, hampir saja lengan Seng Liong Sen tercengkram oleh cengkramannya. Bahkan pedang pemuda itu akan berpindah tangan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen tidak kalah gesitnya, dia berkelit dari serangan itu. Sedang pedangnya dipakai membabat tangan lawan. Saat cengkramannya tak mngenai sasaran, Gak Hu-jin kaget. Dia tahu bahaya mengancam dirinya, buru-buru dia mundur. "Breet!" Ujung lengan bajunya tak urung terbabat pedang Seng Liong Sen. Keadaan di taman agak gelap dan remang-remang. Ci Giok Hian girang karena ada yang menolonginya. Maka diam-diam dia awasi orang itu. Ternyata orang itu seorang pemuda bermuka jelek sekali. Tetapi hatinya terkesiap, seolah dia pernah melihat orang berperawakan demikian, hanya wajahnya saja yang membuat dia pangling. Ci Giok Hian melongo keheranan. "Kau., .kau siapa..........." kata nona Ci.. Pada saat yang sama nyonya rumah pun bertanya. "Siapa kau? Dengan Khie Wie kau ada hubungan apa?" tanya Gak Hu-jin. Ketika Seng Liong Sen menyerang dia menggunakan jurus ilmu silat ajaran Khie Wie, karena dia takut Ci Giok Hian mengenali jurusnya. Maka itu nyonya rumah mengenali jurus itu. "Nona, lekas lari!" kata Liong Sen dengan mengubah suaranya. Ketika para penjaga gedung Ti-hu mendenga suara keributan di bagian dalam, mereka bemunculan hendak memberikan bantuan. Tetapi karena pintu terkunci, terpaksa mereka menggedornya berkali-kali. Dengan tak berpikir panjang lagi, Ci Giok Hian membalikan tubuh dan melompat ke atas genting. "Orang itu entah siapa, biar akan kutanyakan pada Paman Chan dan Tu, mungkin mereka tahu siapa orang yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berwajah buruk itu?" pikir Ci Giok Hian. Ketika itu Seng Liong Sen sudah menghadapi Gak Hu-jin dan menangkis serangan tongkatnya. "Aku tidak bermaksud membunuh suamimu. Tak perlu kau menanyakan siapa aku!" kata Seng Liong Sen. Para pengawal gedung itu sudah bisa masuk, mereka mengepung Seng Liong Sen. "Orang ini telah membunuh isteri kedua Lo-ya, tangkap dia!" kata para pengawal itu. Gak-hu-jin terkejut juga girang. "Ternyata kau telah membantu aku membunuh perempuan itu, maka kau pun tidak akan aku ganggu!" kata Gak hu-jin. "Silakan pergi!" "Hu-jin, kita juga harus lari. Penjahat Kim-kee-leng telah menangkap panglima kota," kata Gak Liang Cun pada isterinya. Gak Liang Cun ini licin, segera dia bertukar pakaian dengan pakaian pengawal. Dengan menyamar sebagai pengawal dia berusaha akan kabur. Sedangkan isterinya disuruh mengawal si pengawal gedung yang dipakai bajunya untuk meloloskan diri jika pintu depan dibobol oleh musuh. Ketika Seng Liong Sen sudah melompat ke atas genting akan menyusul Ci Giok Hian ternyata sang isteri sudah menghilang. Kebetulan saudagar she Lauw juga ada di atap rumah, maksud dia akan menyusup ke ruangan dalam untuk membuka pintu. Mereka berdua berpapasan di atas genting. "Mana nona Ci?" kata orang she Lauw itu. "Dia sudah kabur, apa kau tidak melihatnya?" jawab Seng Liong Sen. "Mana Gak Liang Cun?" tanya orang she Lauw lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di sana! Dia lari ke sana!" kata Seng Liong Sen asal tunjuk."Hati-hati isterinya lihay!" Terpaksa dia berbohong karena tugas dari orang she Khie, dia harus melindungi Gak Liang Cun. Saat orang she Lauw pergi hendak mengejar Gak Liang Cun, Seng Liong Sen tersenyum karena puas orang she Lauw sudah tertipu olehnya. Dia segera meninggalkan tempat itu. Sesudah merasa jauh, ia menoleh dari jauh dia lihat gedung bupati she Gak itu

kelihatan terbakar. Mungkin dibakar oleh para pejuang dari Kim-kee-leng. "Tugas dari Khie Wie sudah beres semua, sekarang aku harus segera kembali ke sana untuk menemui dan menyerahkan kepala ini! Tapi aku akan tinggal dulu beberapa hari di Yang-ciu untuk menyelidiki Giok Hian." pikir Seng Liong Sen. Dia tidak kembali lagi ke penginapan, saat dia sampai di persimpangan jalan yang menuju ke Pek-hoa-kok, dia bimbang. Mau ke sana atau jangan? Dalam pengejarannya orang she Lauw berhasil menyusul nyonya Gak dan Gak Liang Cun palsu. Setelah bertarung beberapa jurus, mereka tahu pintu depan telah bobol didobrak musuh. Tu Hok memburu ke dalam. Bupat palsu itu sudah tertangkap. Sedangkan nyonya Gak berhasil kabur. Setelah diadakan pemeriksaan, Tu Hok berteriak penasaran karena merasa tertipu. Dia tampar pengawal itu lalu melepaskannya. Tu Hok dan kawan-kawannya mencoba menggeledah seluruh pelosok gedung pembesar itu. Namun, Gak Liang Cun entah sudah kabur ke mana? Untung mereka berhasil menangkap perwira tinggi bangsa Kim. Walau tidak berhasil menangkap Gak Liang Cun mereka cukup puas. Mereka segera membongkar gudang dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengambil harta pembesar she Gak itu. Sesudah gedung itu dibakar. Mereka tinggalkan gedung itu.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Keenam
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman

Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan. Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Jilid Ke 6 Diceritakan kembali oleh : Marcus A.S. MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2006

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 66 Ci Giok Hian Mencurigai Pemuda Cacat itu; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong
Rombongan Kim-kee-leng meninggalkan kota Yang-ciu. Setiba di luar kota. mendadak Tu Hok ingat kepada pemuda bermuka buruk itu, Tu Hok langsung bertanya pada kawannya, ternyata tidak ada yang kenal. Mereka juga tidak tahu siapa dan ke mana perginya pemuda cacat itu. "Apa yang kau maksudkan pemuda yang wajahnya penuh luka itu?" tanya Ci Giok Hian. "Kau benar, tadi dia berhasil menawan Gak Liang Cun, lalu pergi ke ruang dalam," kata Tu Hok. "Sesudah itu aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana!" "Untung dia ke dalam, aku pun diselamatkan olehnya," kata Ci Giok Hian. "Mungkin karena ingin menolongku, Gak Liang

Cun yang sudah dia tangkap dilepaskan lagi!" "Aku kira dia terjebak akal licik Gak Liang Cun," kata saudagar she Lauw. "Aku juga heran, bagaimana mungkin bedebah itu bisa menyamar jadi pengawal dalam waktu sesingkat itu?" "Siapa dia dan dari mana asalnya?" tanya Ci Giok Hian. "Kebetulan dia tinggal bersama kami di satu penginapan. Kepada saudara Sun dia mengaku bernama Liong Sin!"jawab orang she Lauw. "Siapa, Liong Sin?" kata Ci Giok Hian sedikit kaget. Dia pikir nama itu mirip dengan nama suaminya. "Bagaimana kalian bisa berkenalan dengannya?" tanya Ci Giok Hian. Orang she Lauw bilang dia bertemu dan berkenalan di penginapan, di kamar pemuda itu. Demikian juga Tu Hok ikut

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menceritakan, bagaimana pemuda itu mengacau di ruang pesta dan berhasil membunuh isteri kedua orang she Gak. Sesudah itu dia kepit Gak Liang Cun, dan anehnya pemuda itu justru masuk ke ruang dalam. "Apa mungkin dia? Aku rasa bukan dia?" pikir nona Ci. "Dia jatuh ke jurang yang demikian curamnya, sekalipun tidak mati, tapi mana mungkin dia bisa sembuh dalam waktu demikian singkat?" "Jika benar, kenapa dia membunuh isteri kedua Gak Liang Cun, dan melindungi pejabat korup itu!" pikir Ci Giok Hian lagi. "Tapi jika bukan dia.....aku rasa pernah melihatnya?" "Perbuatan pemuda itu mengherankan! Nanti akan kutanyakan pada teman-teman yang lain. Aku rasa kita akan tahu siapa dia sebenarnya?" kata Tu Hok. "Nona Ci, sudah jangan kau pikirkan soal itu! Apa kau mau ikut kami ke Kim-kee-leng? Aku kira tak lama lagi nona Han pun sudah akan ke sana!" Kelihatan Ci Giok Hian agak ragu. "Terima kasih, aku harus pulang dulu," kata si nona. "Ajakanmu akan kupertimbangkan!" "Nona, bagaimana jika kau ikut aku saja," kata Chan It Hoan. "Kejadian yang menimpa suamimu harus segera kau laporkan pada guru suamimu. Bagaimana pendapatmu?" "Masalah ini kita bicarakan besok saja, bagaimana jika Paman Chan ikut aku ke Pek-hoa-kok?" kata Ci Giok Hian pada Chan It Hoan. Saat itu Tu Hok dan kawan-kawannya sedang mengawal barang hasil rampasan. Sesudah berbincang sejenak, Chan It Hoan setuju ikut Ci Giok Hian, mereka pun langsung pamit.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tu Hok mengambil jalan sendiri, sedang Chan It Hoan dan Ci Giok Hian berjalan menuju ke Pek-hoa-kok. Di tengah jalan otak Ci Giok Hian bekerja. "Bila benar orang itu suamiku, apa yang harus aku perbuat? Apa aku maafkan dia, atau jangan?" begitu pikir Ci Giok Hian. Tiba-tiba dia jadi geli sendiri. "Kenapa aku ingat dia? Tapi mungkinkah dia? Mengapa aku harus memikirkannya?" begitu Ci Giok Hian mengambil putusan. Di luar dugaan saat Ci Giok Hian dan Chan It Hoan sedang berjalan ke Pek-hoa-kok, Seng Liong Sen justru sedang menunggu kedatangan Ci Giok Hian di taman bunga milik nona Ci. Semula Seng Liong Sen ragu, akankah dia menemui istrinya atau tidak? Tapi kemudian dia berpikir, sudah lama dia ingin melihat isterinya. Kenapa saat ada kesempatan malah disiasiakan? Maka itu dia berjalan menuju ke Pek-hoa-kok dan menunggu kedatangan isterinya. Begitu Seng Liong Sen sampai di Pek-hoa-kok, hari sudah hampir tengah malam. Diam-diam dia berharap semoga saja malam itu Ci Giok Hian pulang. Dia berjalan dan melompati pagar tembok, lalu masuk ke dalam taman bunga. Kemudian bersembunyi di balik sebuah gunung-gunungan. Sesudah menunggu cukup lama, tapi isterinya belum juga pulang. Seng Liong Sen jadi cemas dan sedikit kuatir, dia takut terjadi apa-apa pada isterinya. "Sudah lewat tengah malam begini kenapa dia belum pulang juga?" pikir Seng Liong Sen. "Ah, jangan-jangan dia tidak pulang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat sedang kebingungan Seng Liong Sen mendengar langkah kaki orang mendatangi. Dari tempat gelap dia awasi, ternyata ada dua bayangan hitam sedang menuju ke arahnya. "Siapa mereka itu?" pikir Seng Liong Sen. Dengan bantuan cahaya rembulan Seng Liong Sen bisa melihat dengan jelas. Kedua orang itu muncul di taman. Seorang lelaki dan seorang lagi perempuan. Yang perempuan bukan Ci Giok Hian, tapi isteri tua Gak Liang Cun. Seng Liong Sen penasaran mencoba memperhatikan yang

laki-laki. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen. Ternyata orang itu Wan-yen Hoo, atau orang yang menjerumuskan dirinya hingga dia mau bergabung dengannya. Akibatnya hampir saja dia tewas di jurang. Tak lama terdengar Nyonya Gak bicara. "Siauw Ong-ya, apa kau yakin orang itu dia?" kata Gak Hujin. "Dari bentuk tubuh dan gerak-geriknya, iya!" jawab Wanyen Hoo. "Aku yakin dia itu Ci Giok Hian!" Tiba-tiba dari dalam rumah Ci Giok Hian muncul seseorang. Ternyata dia jago silat bangsa Kim yang berumur sekitar empat puluh tahun. "Cian Ciang-kun, apa kau menemukan sesuatu di rumah ini?" tanya Wan-yen Hoo. "Tidak, selain seorang pelayan tua rumah ini," jawab jago Kim itu. "Dia pun tak bisa silat, tadi aku menotoknya! Dia bilang nonanya sudah lama tidak ada di rumah!" "Aku yakin orang yang menyanyi itu Ci Giok Hian!" kata Wan-yen Hoo. "Mungkin tak lama lagi dia pulang. Tunggu saja di sini! Dia akan kutangkap agar kau tidak penasaran terus! Ditambah lagi kedudukan suamimu tergantung kepadanya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, Siauw Ong-ya, aku harap kau mau menjelaskan pada Ayahmu!" kata Gak Hu-jin. Sebenarnya dia tidak mengharapkan suaminya lagi. Tapi karena ada yang lain yang dia harapkan, maka dia setuju saja. Tapi entah kenapa dia tidak mau berterus-terang kepada Wan-yen Hoo. Jantung Seng Liong Sen berdebar keras. Melawan Wan-yen Hoo saja dia belum tentu menang, apalagi sekarang ada bu-su Kim dan Gak Hu-jin. Bagaimana dia tidak cemas? Dia memang pernah mendengar tentang orang she Cian itu karena dia pernah datang ke tempat guru Seng Liong Sen. Malah Cian Tiang Cun pun pernah bertarung melawan Pek Tek, katanya ilmu silatnya seimbang. "Aku dengar nona Ci isteri Seng Liong Sen, apa benar?" tanya Cian Tiang Cun. "Ya!" kata Wan-yen Hoo sambil tertawa. "Karena itu aku ingin menangkapnya hidup-hidup!" "Apa antara Pangeran dengan dia bermusuhan?" kata Cian Tiang Cun. "Tidak! Dia sudah kutaklukkan, ilmu silatnya juga sudah kukerjai hingga dia menurut. Tapi sayang ketika dia kuperintahkan menyergap Kong-sun Po, dia malah ingkar! Maka itu terpaksa kupukul dia hingga jatuh ke jurang! Tapi aku belum tahu apa dia sudah mampus atau masih hidup?"

"Jadi, Siauw Ong-ya mau menangkap Ci Giok Hian untuk menyelidiki, apakah suaminya sudah mati atau masih hidup?" tanya Nyonya Gak. "Ya," kata Wan-yen Hoo. "Aku kira sekalipun dia beruntung lolos dari maut, pasti dia akan mengasingkan diri, sedikitnya untuk beberapa tahun. Sesudah itu baru dia berani keluar lagi. Tapi aku kira dia tidak berani membohongi isterinya, maka itu aku dan Cian Ciang-kun sengaja datang ke Yang-ciu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Cian Tiang Cun mendapat tugas dari Wan-yen Tiang Cie, ayah Wan-yen Hoo untuk mengambil perbekalan dan sekalian mewakili Wan-yen Tiang Cie untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Gak Liang Cun. Sedang kedatangan Wan-yen Hoo untuk menyelidiki keberadaan Seng Liong Sen. Dia seorang pangeran, untuk menjaga harga diri, dia tidak mau tampak di depan umum, apalagi memberi selamat kepada seorang bawahan ayahnya. Maka itu Wan-yen Hoo sengaja datang terlambat. Maksudnya dia datang setelah pesta bubar. Saat Wan-yen Hoo tiba, gedung milik Gak Liang Cun sedang terbakar. Ketika itu dia sempat melihat isteri Gak Liang Cun berlari keluar gedung. Dari nyonya Gak ini Wan-yen Hoo mendapat keterangan tentang nona yang menyanyi di tempat pesta. Dia yakin wanita itu pasti Ci Giok Hian, isteri Seng Liong Sen. Seng Liong Sen terkejut mendengar pembicaraan mereka itu. "Bangsat Wan-yen Hoo! Ternyata kau masih saja ingin menggangguku. Jika dulu aku matipun, pasti kau masih mengejarku! Akan kubalas kejahatanmu ini, Wan-yen Hoo!" pikir Seng Liong Sen. "Aku akan berusaha agar tidak bertemu dengannya. Semoga saja malam ini Ci Giok Hian tidak pulang!" Harapan tinggal harapan, justru saat itu Ci Giok Hian dan Chan It Hoan sampai. Sebelum orangnya kelihatan, suara Chan It Hoan sudah terdengar sedang bicara dengan nona Ci. Ketika mereka sampai di depan pintu pekarangan, Ci Giok Hian berkata pada Chan It Hoan. "Mungkin pegawaiku sudah tidur," kata si nona. Dia terus berjalan sampai akhirnya dia kaget sendiri.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh. Kok pintu pagarnya terbuka? Kenapa dia tak mengunci pintu pagar?" kata Ci Giok Han. "Dia sudah tua, mungkin karena sudah pikun, dia lupa mengunci pintu pagar," kata Chan It Hoan. Mereka masuk ke pekarangan, langkah kaki mereka terdengar jelas di malam hari yang sunyi itu. Di tempat persembunyiannya Seng Liong Sen bingung. "Haruskah aku keluar? Tapi jika aku keluar berbahaya bagiku, jika aku tidak keluar, istriku yang akan terperangkap musuh! Aku pernah bersalah, sekarang aku tak boleh melakukan kesalahan lagi!" pikir Seng Liong Sen. Dengan tak berpikir lagi Seng Liong Sen muncul secara tiba-tiba. Begitu keluar Seng Liong Sen berteriak, "Kalian lari!" Sesudah itu dia melompat ke arah Wan-yen Hoo yang sedang bersembunyi. Teriakan Seng Liong Sen mengejutkan Ci Giok Hian dan Chan It Hoan. Saat nona Ci menoleh ke arah suara teriakan itu, dia mengenali pemuda berwajah buruk dari bantuan cahaya rembulan. "Eh, dia lagi yang menyelamatkan aku," pikir Ci Giok Hian. "Tapi anehnya, sekarang suaranya tidak seperti ketika di gedung Gak Liang Cun? Suara ini seperti aku kenal!" Saat itu Nyonya Gak dan Cian Tiang Cun memburu ke arah Chan It Hoan dan Ci Giok Hian. "Cepat lari, Nona Ci!" kata Chan It Hoan. Chan It Hoan pernah melihat kepandaian Cian Tiang Cun di rumah Bun Yat Hoan. Dia duga kepandaian Nyonya Gak pasti lebih tinggi dari Cian Tiang Cun. Karena berpikir mereka tak mungkin melawan musuh, Chan It Hoan menganjurkan agar Ci Giok Han lari. Tapi karena Ci Giok Hian terkejut dia diam saja. Melihat nona Ci diam saja, buru-buru Chan It Hoan menarik tangan si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan terdesak, jalan yang paling baik adalah lari. Saat Seng Liong Sen sampai di depan Wan-yen Hoo, dia langsung menusukkan pedangnya ke arah Wan-yen Hoo. Serangan itu sangat cepat, hampir saja Wan-yen Hoo tertusuk. Terpaksa Wan-yen Hoo berkelit mundur beberapa langkah. Melihat si muka buruk mampu mengatasi Wan-yen Hoo, Ci Giok Hian yang ditarik tangannya oleh Chan It Hoan ikut berlari kencang. "Hm! Ci Giok Hian, kau mau lari ke mana? Tetap kau akan kukejar!" kata Nyonya Gak Liang Cun yang terus mengejar Jarak antara Ci Giok Hian yang dikejarnya sudah semakin dekat saja. Sedang di tempat lain Wan-yen Hoo yang memang lihay, mampu mengatasi serangan Seng Liong Sen. Sekarang

serangan Seng Liong Sen bisa diatasi, hingga Seng Liong Sen tidak bisa menyerang seperti tadi. Wan-yen Hoo mengeluarkan kipas baja dan menggunakan jurus ampuh dia menotok ke arah lawan ybryk melakukan serangan balasan. Setiap totokan mengarah ke jalan darah Seng Liong Sen yang berbahaya. Tak lama kelihatan Seng Liong Sen mulai terdesak. Semula untuk mengelabui Wan-yen Hoo dia menggunakan jurus yang diajarkan oleh Khie Wie. Tapi karena terus terdesak Seng Liong Sen akhirnya mengeluarkan ilmu silat ajaran gurunya. Si Sastrawan Berpit Baja. Sekalipun masih berada di bawah kepandaian Wan-yen Hoo, tapi Seng Liong Sen mulai mampu mengatasi serangan lawannya. Dengan demikian Wan-yen Hoo tidak bisa berbuat seperti tadi, dia jadi sulit untuk mengalahkan lawannya ini. Sesudah bertarung cukup lama, sekarang Seng Liong Sen menggunakan jurus dari Bun Yat Hoan. Karena mereka bertarung dari jarak dekat, Wan-yen Hoo pun bisa mengenali siapa lawannya? Sekalipun wajah Seng Liong Sen telah berubah, tapi gerak-geriknya masih dikenali Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, siapa kau? Apa kau setan......" belum habis ucapan Wan-yen Hoo, Seng Liong Sen sudah memotong kata-katanya. "Benar, aku ini setan!" kata Seng Liong Sen sengaja mengubah suaranya hingga menyeramkan Saat itu bukan main kagetnya Wan-yen Hoo' "Oh, jadi benar kau... kau Seng...." kata Wan-yen Hoo. Kembali ucapan Wan-yen Hoo terputus. Waktu itu pedang Seng Liong Sen yang meluncur deras sekali berhasil melukai Wan-yen Hoo. "Kau harus mengembalikan nyawaku!" kata Seng Liong Sen. Karena keadaan di tempat mereka bertarung agak gelap dan samar-samar, membuat suara Seng Liong Sen yang tinggi sangat menakutkan. Mendengar suara yang menyeramkan itu mau tak mau Wan-yen Hoo ngeri juga. Dia bingung, benarkah dia sedang berhadapan dengan setan? Karena serangan datang bertubi-tubi dan Wan-yen Hoo merasa ngeri, dia sedikit agak lalai. Maka itu dia memilih lebih baik kabur. Ketika ada kesempatan baik, Wan-yen Hoo melompat dan kabur. Melihat Wan-yen Hoo kabur, Seng Liong Sen tidak mengejarnya, karena dia menguatirkan keselamatan istrinya. Maka itu dia membalikkan tubuhnya lalu meninggalkan tempat itu untuk mencari isterinya. Tapi sebelum Wan-yen Hoo berlari jauh, dia sudah berhenti.

"Eh, kenapa aku lari? Bukankah orang itu mirip dengan Seng Liong Sen yang hendak kuselidiki? Ah bodoh benar aku ini!" pikir Wan-yen Hoo. Setelah hatinya tenang Wan-yen Hoo memutar tubuhnya, kembali ke tempat tadi untuk mencari lawannya itu. Tapi begitu sampai Wan-yen Hoo tidak menemukan lawannya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu sayup-sayup dia mendengar suara bentrokan senjata tajam. Sedang Chan It Hoan dan Ci Giok Hian yang sedang melarikan diri dikejar dua lawannya. Akhirnya Chan It Hoan terkejar juga. Di belakang dia, Nyonya Gak sudah mengayunkan tongkat berkepala naga ke arah Chan It Hoan. Melihat ada bahaya, Chan It Hoan berbalik, tangannya dia ulurkan untuk menangkap tongkat Nyonya Gak Liang Cun. "Roboh!" teriak Nyonya Gak. Tongkat Nyonya Gak berhasil menggaet kaki Chan It Hoan hingga Chan It Hoan roboh dan bergulingan di tanah. Sesudah merobohkan Chan It Hoan Nyonya Gak langsung mengejar Ci Giok Hian. Mendengar Chan It Hoan jatuh nona Ci kaget. Dia berniat kembali untuk menolong Chan It Hoan. Tapi tahu-tahu nyonya Gak sudah ada di depan Ci Giok Hian. "Anak liar, menyerahlah!" kata Nyonya Gak. Ketika itu tongkat naga Nyonya Gak sudah menyerang ke arah Ci Giok Hian, nona Ci terpaksa menangkis. Sekarang mereka mulai bertarung. Ci Giok Hian melakukan perlawanan dengan sengit. Tetapi sesudah beberapa puluh jurus, dia mulai terdesak. Tubuh nona Ci sudah terkurung oleh tongkat berkepala naga milik Nyonya Gak yang lihay. Ci Giok Hian tak bisa berbuat banyak, kecuali bertahan, karena tidak sanggup membalas serangan lawan.: Ketika itu Chan It Hoan sudah melompat bangun, tapi sayang Cian Tiang Cun sudah sampai dan menyerangnya. "Bangsat! Mari kita adu jiwa!" bentak Chan It Hoan nekat. "Hm! Kau mau mengadu jiwa denganku? Kau jangan sombong!" kata Cian Tiang Cun. Chan It Hoan maju sambil menyerang Cian Tiang Cun dengan hebat, mereka sudah langsung bertarung hebat. Tibatiba terdengar suara mengejutkan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Krek! Aduh!" teriak Chan It Hoan.

Saat agak lengah, tangan Chan It Hoan tertangkap oleh Cian Tiang Cun. Dengan kejam orang she Cian itu mematahkan tangan Chan It Hoan yang tampak kesakitan bukan main. "Hm! Sekarang kau baru tahu bagaimana kelihayanku!" kata Cian Tiang Cun sambil tertawa. Cian Tiang Cun maju, dia hendak menghabisi jiwa Chan It Hoan. Tapi tiba-tiba... Datang serangan dari Seng Liong Sen, pedangnya menusuk ke bahu lawan. Namun. Cian Tiang Cun lihay. Ketika dia merasakan ada angin dari belakang, buru-buru dia berkelit dan menoleh ke belakang. "Hm! Rupanya kau lagi!" kata Cian Tiang Cun gemas sekali. Sambil berbalik ke belakang Cian Tiang Cun menggunakan tangan kosong untuk menangkap pedang di tangan Seng Liong Sen. Tapi Seng Liong Sen bukan anak kemarin sore. Setelah menghindari cengkraman Cian Tiang Cun, dia kembali menyerang hingga terjadi pertarungan hebat. Sambil bertarung Cian Tiang Cun berpikir. "Eh, bukankah si buruk ini sedang melawan Wan-yen Hoo? Tetapi kenapa dia bisa ke mari? Apakah Wan-yen Hoo terluka olehnya?" pikir Cian Tiang Cun. Ketika Seng Liong Sen menyerang, terpaksa Tiang Cun mundur beberapa langkah ke belakang. Tapi saat serangan Seng Liong Sen yang gencar itu ingin mendesak Cian Tiang Cun, tiba-tiba Wan-yen Hoo muncul. Dari jauh dia langsung membentak. "Tahan dia, jangan sampai kabur!" teriak Wan-yen Hoo. Melihat Wan-yen Hoo tidak terluka dan datang ke tempat itu, semangat bertarung Cian Tiang Cun bangkit lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, Pangeran! Dia tidak akan lolos dari tanganku!" kata Cian Tiang Cun. Ketika itu Seng Liong Sen melihat Ci Giok Hian sedang terancam bahaya. Tongkat Nyonya Gak menyerangnya dengan ganas. Melihat hal itu Seng Liong Sen mau tak mau gugup dan kuatir. Seketika itu nekatlah Seng Liong Sen. Tibatiba pedangnya menusuk ke dada Cian Tiang Cun. Rupanya Seng Liong Sen sudah mengambil keputusan, jika perlu dia siap mati bersama lawan. Diserang demikian hebat Cian Tiang Cun kaget juga. Segera dia berkelit menghindari serangan lawan. Tapi gerakan pedang Seng Liong Sen saat menyerang musuh sangat aneh. Ketika tusukan Seng Liong Sen luput, pedang itu menebas ke bagian bawah tubuh Cian Tiang Cun. Betapa gesitnya Ciang

Tiang Cun menghindar, tidak urung lututnya tertusuk juga oleh ujung pedang Seng Liong Sen. Tapi kepandaian bertarung jarak dekat Cian Tiang Cun cukup lihay. Maka itu sekalipun lututnya terluka, dia masih sempat menampar wajah Seng Liong Sen dua kali. Hajaran tangan Cian Tiang Cun cukup hebat, saat itu wajah Seng Liong Sen berlumuran darah, hingga wajahnya bertambah tidak karuan. Sebaliknya luka di lutut Cian Tiang Cun pun membuat dia kurang leluasa. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Seng Liong Sen, secepat kilat dia memburu ke arah Gak Hu-jin yang sedang menghadapi Ci Giok Hian. Melihat kedatangan Seng Liong Sen yang maju kalap, hal ini membuat Nyonya Gak kaget. Sekalipun kepandaian Nyonya Gak cukup tinggi, tapi karena diserang demikian hebat oleh orang yang sedang kalap, mau tidak mau dia keder dan jerih juga. Dengan adanya bantuan dari suaminya itu, keadaan Ci Giok Hian yang tadi terdesak, sekarang agak bebas. Dia sangat berterima kasih kepada pemuda yang berwajah buruk itu walau merasa heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa dia begitu mati-matian menerjang musuh untuk menolongiku tanpa menghiraukan keselamatannya sendiri?" pikir Ci Giok Hian. "Terima kasih, Toa-ko! Siapa sebenarnya Toa-ko ini...." kata Ci Giok Hian ragu-ragu. "Aku punya obat, lekas obati lukamu!" Ci Giok Hian melemparkan sebungkus obat bubuk yang selalu dia bawa-bawa dan langsung disambuti pemuda itu tanpa menyahut. Sementara itu dia langsung menerjang ke arah Nyonya Gak dengan lebih hebat lagi. Karena serangan itu demikian nekat, tanpa terasa obat bubuk dari Ci Giok Hian terjatuh ke tanah. Padahal wajah pemuda yang berdarah itu semakin banyak saja mengeluarkan darah. Saat itu Wan-yen Hoo sudah sampai di situ. Mendengar kata-kata Ci Giok Hian, Wan-yen Hoo keheranan. "Jadi dia belum tahu, kalau orang ini suaminya!" pikir Wanyen Hoo. Saat itu Wan-yen Hoo memang belum tahu kalau penyakit Seng Liong Sen sudah diobati oleh Khie Wie, dan sudah sembuh! Maka itu dia masih tetap berusaha hendak menaklukkan Seng Liong Sen agar pemuda itu bisa dia peralat. Maka itu dia tidak membuka rahasia itu di depan Ci Giok Hian.

Saat itu Cian Tiang Cun yang lututnya berlumuran darah sedang berusaha menahan sakit dan memaki ke arah pemuda berwajah buruk itu. Dia sedang memburu dengan kaki pincang ke arah Seng Liong Sen. "Istirahat saja Cian Ciang-kun, biar aku yang hadapi dia!" kata Wan-yen Hoo.. Ketika keadaan sedang tegang, tiba-tiba terdengar suara seruan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, kau Cici Giok Hian bukan? Cici, kami datang untuk membantumu!" kata orang itu. "Wan-yen Hoo, kau juga ada di sini? Saudara Kok, bangsat ini anak Wan-yen Tiang Cie. Kali ini jangan biarkan dia lolos!" kata seorang lelaki. Rupanya orang yang datang itu Kiong Mi Yun yang ditemani Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong. Bukan main girangnya Ci Giok Hian melihat kedatangan sahabatnya itu. Dia langsung berteriak dengan nyaring. "Ah, kiranya kalian! Ayo tolongi dia! Toa-ko ini terluka!" kata Ci Giok Hian sambil menunjuk ke arah Seng Liong Sen. Kedatangan ketiga orang itu tentu saja membuat Seng Liong Sen jadi serba salah. Dia girang tapi juga kaget. "Ah, mereka datang! Jangan-jangan aku akan dikenali oleh mereka! Apalagi oleh Kong-sun Po. Aku juga tidak ingin Kok Siauw Hong berkumpul lagi dengan Ci Giok Hian!" pikir Seng Liong Sen. Karena berpikir begitu tiba-tiba dia menyerang dengan hebat ke arah musuh. Saat musuh menghindar kesempatan itu dia gunakan untuk kabur, sebelum Kong-sun Po dan kawan-kawannya tiba! Melihat pemuda yang wajahnya buruk tiba-tiba pergi, Ci Giok Hian kaget dan heran. "Hai mau ke mana kau, Toa-ko?" teriak Ci Giok Hian. Tapi teriakan isterinya tak dihiraukannya, Seng Liong Sen malah mempercepat larinya lalu menghilang di kegelapan malam. Saat Ci Giok Hian agak lengah tiba-tiba nyonya Gak muncul, dia mencoba akan menangkap nona Ci. "Kau mau lari ke mana!" bentak Nyonya Gak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan Nyonya Gak diketahui oleh nona Ci. Dia berkelit,

tapi pakaiannya terjambret oleh Nyonya Gak hingga robek. Saat itu Kong-sun Po tiba. Dia menyaksikan keganasan Nyonya Gak. "Sadis sekali perempuan tua ini!" kata Kong-sun Po. "Saudara Kok, kau hadapi Wan-yen Hoo! Biar kuhadapi dia!" Dengan bersenjata payung baja, Kong-sun Po langsung maju. Karena belum tahu keampuhan senjata pemuda ini, Gak Hu-jin langsung menyambut serangannya dengan tongkat kepala naganya dengan menggunakan jurus "Kie-hwee-liauwthian" (Menyuluhi langit dengan sebuah obor). "Trang!" Terdengar suara nyaring beradunya besi. Lelatu api memancar ke segala penjuru. Gak-hu-jin kaget tangannya bergetar, terpaksa dia mundur beberapa langkah. Tongkat berkepala naganya hampir saja terlepas dari pegangannya. Tongkat itu beratnya sekitar 70 kati, belum lagi serangan Nyonya Gak demikian hebat. Rupanya dia mengira payung Kong-sun Po akan rusak, tetapi ternyata payung itu tetap utuh tak apa-apa. Ketika datang bantuan dari Kong-sun Po, Ci Giok Hian punya kesempatan untuk melompat keluar dari kalangan pertempuran. Namun, si pemuda berwajah buruk itu sudah tidak kelihatan lagi, sekali pun hanya bayangannya. Tiba-tiba dia lihat Chan It Hoan sedang bersandar di sebuah pohon dengan lengan kanan terluka mungkin patah oleh lawannya. Ci Giok Hian segera memburu ke tempat Chan It Hoan untuk menolongnya. "Nona Ci, lukaku tidak parah, kau bantu saja kawan kita mengusir mereka!" kata Chan It Hoan. "Jangan kuatir, mereka cukup tangguh untuk melawan musuh," kata Ci Giok Hian. "Biarlah kuobati dulu lukamu, Paman Chan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah tangan Chan It Hoan diperiksa, ternyata tangan itu tidak patah, tapi hanya terkilir saja. Segera Ci Giok Hian mengurut dan membetulkan lengan Chan It Hoan hingga pulih, walau sakitnya masih terasa. Saat itu Kok Siauw Hong dan Kiong Mi Yun sedang bertarung. Kiong Mi Yun menghadapi Cian Tiang Cun, sedangkan Kok Siauw Hong melawan Wan-yen Hoo. Sekalipun kepandaian Cian TiangCun jauh lebih tinggi dari Kiong Mi Yun, tapi karena lututnya sedang terluka, gerakan Cian Tiang Cun tidak leluasa. Kelemahan ini tentu saja tidak disia-siakan oleh Kiong Mi Yun. Sengaja Kiong Mi Yun berputar-putar menghadapinya, hingga Cian Tiang Cun sulit menghadapi nona Kiong yang lincah itu. Sebentar ada di

depan sebentar lagi ada di belakang dia. Terpaksa dia pun harus terus bergerak hingga kakinya bertambah sakit. Kiong Mi Yun sengaja lari kian ke mari mengadu kelincahan hingga Cian Tiang Cun sibuk bukan main menghadapinya. Di tempat lain Wan-yen Hoo kuatir dan jerih berhadapan dengan Kong-sun Po, ketika dia harus menghadapi lawan yang lain, hatinya lega juga. Tak diduga Cit-siu-kiam-hoat yang dipakai Kok Siauw Hong sangat lihay. Sekalipun tenaganya tidak sehebat Kong-sun Po tapi serangan Kok Siauw Hong lebih lihay. Wan-yen Hoo saat itu telah nengeluarkan segenap kemampuannya untuk menangkis, tapi dia cuma sanggup bertahan saja dan belum mampu membalas. Sekilas dia lihat Gak-hu-jin sedang terdesak. Melihat hal itu Wan-yen Hoo diam-diam kuatir juga. Maka itu dia berpikir untuk menyelamatkan diri. Mendadak dia pura-pura menyerang, tapi sesudah itu dia memutar tubuhnya dan kabur. "Kau mau kabur ke mana?" bentak Kok Siauw Hong. Dia terus mengejar lawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan-yen Hoo yang dikejar segera bersuit. Tak lama seekor kuda putih lari keluar dari dalam hutan. Kuda putih itu kuda pilihan hadiah dari raja Kim kepada ayahnya. Kuda perang ini pun sudah terlatih, tubuhnya tinggi besar. Begitu Wan-yen Hoo naik ke atas kudanya, dia langsung melarikan kuda itu secepatnya. Kok Siauw Hong segera melepaskan dua buah senjata rahasia, tapi tidak mencapai sasaran, karena Wan-yen Hoo sudah jauh bersama kuda putihnya. Cian Tiang Cun yang ditinggal sendirian jadi kelabakan dan cemas bukan kepalang. Dengan sedikit nekat dia serang Kiong Mi Yun, dia menghantam pedang lawan. Saat itu tangan Cian Tiang Cun tertusuk. Namun karena pedang Kiong Mi Yun terlepas, pedang itu jatuh ke tanah. Sedang tubuh Kiong Mi Yun sempoyongan lalu duduk di tanah. Cian Tiang Cun bersuit memanggil kudanya, lalu melompat dan kabur. Kok Siauw Hong tidak mengejar, karena mengkuatirkan keadaan Kiong Mi Yun. Kong-sun Po kaget ketika melihat Kiong Mi Yun terjatuh. Saat dilihat Kong-sun Po agak lengah. Nyonya Gak langsung menghantam payung Kong-sun Po sekuat tenaganya. Saat Kong-sun Po mundur dia juga kabur. "Bagaimana keadaanmu, adik Mi Yun?" tanya Kong-sun Po. "Aku tak apa-apa," kata Kiong Mi Yun yang langsung berdiri. "Sayang tak seorang pun berhasil kita tangkap!"

Kong-sun Po mencoba memegang nadi Kiong Mi Yun, dia lega karena kekasihnya tak apa-apa. "Biar hari ini dia lolos dari tanganku, lain kali dia akan jatuh lagi ke tanganku!" kata Kong-sun Po. Ketika itu Ci Giok Hian sudah selesai membalut luka Chan It Hoan. Kemudian dia mendekati Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, Kong-sun Toa-ko!" kata Ci Giok Hian. "Kebetulan kami bertemu dengan Tu Hok hingga kami tahu kau sudah pulang!" kata Kiong Mi Yun. Ketika Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po ke Kim-kee-leng, Tu Hok baru saja berangkat ke Yang-ciu. Sedang Hong-lay-mo-li yang kuatir Tu Hok tidak membawa pembantu yang dapat diandalkan, meminta agar Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun menyusul Tu Hok ke Yang-ciu. Sedang Kok Siauw Hong yang baru datang pun langsung bergabung hingga mereka bersama-sama berangkat ke Yang-ciu. Kiong Mi Yun mendekati Ci Giok Hian. "Kakak Ci, mari ikut kami ke Kim-kee-leng. Di sana kau tidak akan kesepian!" kata Kiong Mi Yun. "Bangsat Wan-yen Hoo itu telah mencelakakan Seng Toako, kami ikut berduka dan bersumpah akan menuntut balas!" kata Kok Siauw Hong. "Terus-terang mula-mula aku kurang simpati pada suamimu, tapi setelah aku lihat dia melawan Wan-yen Hoo hingga tewas, aku jadi hormat kepadanya. Dia seorang lakilaki sejati. Kau harus bangga pada suamimu!" kata Kiong Mi Yun. Ci Giok Hian senang karena dia tahu Kiong Mi Yun tidak membuka rahasia keburukan suaminya pada orang lain. Maka itu dia sangat bersyukur juga. Tapi tak urung dia merasa malu, sebab lambat-laun perbuatan suaminya akan ketahuan juga. "Mudah-mudahan tidak!" pikir Ci Giok Hian. Lalu dia memutuskan akan ikut mereka ke Kim-kee-leng. Tanpa diminta Kiong Mi Yun memberi penjelasan begini. "Semula Kok Toa-ko ke sini akan mencari kakak Han Pwee Eng, tapi tidak bertemu. Sekarang dia sudah tahu di mana Kakak Han Pwee Eng berada!" kata Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia ada di mana ?" tanya Ci Giok Hian.

"Di tempat Theng Siok Peng, seorang pendekar yang telah mengasingkan diri di Souw-ciu. Theng Loo-cian-pwee kawan lama ayah Han Pwee Eng," kata Kiong Mi Yun. "Jika masalah di Yang-ciu sudah selesai, Kok Toa-ko akan pergi menemui Cici Han. Maka jika kau ikut kami ke Kim-kee-leng, kita bisa bertemu dengannya di sana." Ci Giok Hian senang, tetapi juga berduka. "Jika tahu nasibku akan jadi begini, dulu aku tidak melakukan kesalahan sampai mengacaukan perjodohan mereka?" pikir Ci Giok Hian. "Ah, aku malu rasanya bertemu dengannya! Tak lama lagi mereka akan menikah, sebaliknya aku jadi seorang janda. Masih untungjika perbuatan suamiku tak diketahui oleh mereka!" Ketika Kong-sun Po ingat peristiwa yang baru saja terjadi, dia berkata pada Ci Giok Hian. "Nona Ci, siapa orang yang membantumu tadi?" kata Kongsun Po. "Aku sendiri belum tahu siapa dia?" jawab Ci Giok Hian. "Kelakuan orang itu sangat aneh, dia sudah dua kali menyelamatkan jiwaku. Tetapi selalu secara terburu-buru menghilang!" "Aku rasa aku pernah melihatnya, tetapi lupa entah di mana?" kata Kong-sun Po. "Wajahnya penuh bekas luka, jika kau pernah melihatnya tak mungkin kau tidak ingat?" kata Kiong Mi Yun. "Maka itu aku heran dan kenapa aku tidak ingat," kata Kong-sun Po. "Siapa tahu mukanya cacat belum lama!" "Ya, barangkali luka di mukanya itu baru dan belum lama. Mungkin dulu mukanya tidak begitu." kata Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Kiong cerdik, sejak tadi dia curiga, sambil tertawa dia berkata, "Sudah, tidak perlu menerka siapa dia? Jika dia kenalan kita, kenapa dia kabur begitu saja?" "Kau benar," kata Kong-sun Po. "Yang pasti dia bukan musuh kita. Setiba di Kim-kee-leng kita akan segera tahu siapa dia sebenarnya?" Kiong Mi Yun berkata begitu untuk menghilangkan keraguan Ci Giok Hian. Tapi sesudah mendengar kata-kata Kong-sun Po, nona Ci semakin sangsi dan curiga. "Ah, ternyata Kong-sun Toa-ko saja mengaku pernah betemu dengannya. Lalu siapa dia?" pikir nona Ci. "Jika dia suamiku... .Ah tidak mungkin! Tak mungkin dia masih hidup?" Saat itu Seng Liong Sen sedang kebingungan seperti nona Ci. Sesudah meninggalkan mereka dia lari ke tengah hutan

bukan main sedih hatinya. Seng Liong Sen terharu dan melamun. Tiba-tiba dia mendengar suara panggilan untuknya. Nada suara orang itu lirih sekali. Seng Liong Sen kaget, dia menoleh, tetapi dia tidak melihat siapa-siapa. "Sahabat, siapa kau?" kata Seng Liong Sen. "Hm! Kau pandai berbohong! Tapi jangan harap kau bisa membohongiku!" kata suara itu. Sesudah itu terdengar suara tertawa. Seng Liong Sen tak bisa mengenali suara siapa. Dia jadi cemas dan kuatir entah berapa orang yang mengetahui rahasia pribadinya? Dia bergerak ke tempat suara itu. "Siapa kau? Katakan apa maumu?" kata Liong Sen. "Serrr!" Seng Liong Sen waspada itu pasti senjata rahasia lawan. Dia menghunus pedang dan menangkis serangan itu. "Taak!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata sebuah batu kerikil mengarah padanya, sekarang batu itu jatuh tersampok pedangnya. "Jika kau berani, ikut aku!" ejek orang itu Seng Liong Sen cuma mendengar suara tapi dia tidak melihat orangnya. Ternyata kerikil yang dilontarkan orang itu sebagai tanda agar dia menuju ke arah itu. Jadi bukan sebuah serangan gelap. Seng Liong Sen berlari ke arah petunjuk kerikil itu, maksudnya akan menemui orang itu. "Dia harus kutemui, kalau perlu kutangkap dia!" pikir Seng Liong Sen. Dengan menggunakan tenaga dalam yang tinggi dia berlari mencari orang itu. Tapi ternyata sia-sia saja, karena dia tidak dapat menemukannya. Dia berhenti. "Ah, biar aku tak mencarinya!" pikir Seng Liong Sen. Saat dia akan kembali ke tempat semula, lagi-lagi sebuah kerikil melesat ke arahnya. Mau tak mau Seng Liong Sen harus mengelak dari serangan batu kecil itu. Bukan main dongkolnya Seng Liong Sen yang merasa dipermainkan itu. Dia mengejar terus hingga sampai di puncak gunung sebelah timur. Sampai di tempat yang sepi, di tempat itu terdapat belukar dan pepohonan yang lebat, sehingga cahaya matahari agak terhalang. Suasana tempat itu terasa sangat menyeramkan. "Dia seperti setan, aku harus hati-hati jangan sampai terjebak olehnya!" pikir Seng Liong Sen. Saat Seng Liong Sen sedang bingung dan berdiri dengan tidak tenang, terdengar suara itu lagi. "Baik, kau berdiri di situ! Mari kita bicara!" kata orang itu. Hati Seng Liong Sen panas, dia maju hendak mencengkram

orang itu. Tapi dengan mudah orang itu menepis dan menangkis serangannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan main gila, kau mau apa sebenarnya?" bentak Seng Liong Sen. "Hm!" ejek orang itu. "Jika mau bertarung denganku, kau harus belajar lagi selama sepuluh tahun pada orang she Khie itu!" kata orang itu. Saat diamati ternyata orang itu seorang lelaki mengenakan pakaian hitam. Wajahnya kaku tidak berperasaan, suaranya parau tak enak didengar. Usia orang itu sulit diduga. Entah umur berapa dia? Seng Liong Sen merasa ngeri juga, dia mencoba menenangkan diri. "Kau siapa? Apa maksudmu mengajakku ke mari?" kata Seng Liong Sen. Orang itu tertawa sejenak. "Hm! Apa kau lupa, aku pernah memberi peringatan padamu, saat kau ada di gedung orang she Gak itu!" kata orang itu. "Kau kuajak ke mari karena ada yang ingin kutanyakan padamu!" Ucapan itu menyadarkan Seng Liong Sen. Jelas dia orang yang dikirim Khie Wie untuk memata-matai dia. Seng Liong Sen berkata. "Hm! Kau sebenarnya mau apa?" kata Seng Liong Sen. "Kau jangan berpura-pura bodoh," kata orang itu. "Aku tahu Ci Giok Hian itu isterimu! Dengan licik kau menipu anak perempuan Khie Wie untuk menemui isterimu! Jika hal ini diketahui oleh Khie Wie, kau tahu sendiri akibatnya!" Mendengar ancaman orang itu Seng Liong Sen merinding juga. Maka itu dia pikir jalan keluar satu-satunya dia harus membunuh orang itu! Dulu Khie Wie mengatakan jika dia berkhianat kepada perguruan, dia pasti akan dibunuh oleh Khie Wie. Apa lagi dia telah menipu anak perempuannya. Tak mungkin Khie Wie rela membiarkan anaknya dipermainkan?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, aku takluk padamu, lalu bagaimana baiknya menurutmu?" kata Seng Liong Sen. Tapi sambil berkata dia menusukkan pedangnya ke arah orang itu. Ternyata orang itu sudah siap menghadapi segala kemungkinan. Ketika serangan datang dia egos, jarinya dia tusukkan ke mata Seng Liong Sen.

"Apa kau mau buta? Atau kau sudah bosan hidup?" kata orang itu. Mendapat serangan duajari lawan, Seng Liong Sen menunduk, sekuat tenaganya dia putarkan pedangnya. Tak ampun lagi lengan baju orang itu terpapas pedang Seng Liong Sen yang tajam. Dia kaget, tapi puas. Tadi jika Seng Liong Sen lengah, matanya sudah buta! Kejadian yang demikian sempat mengejutkan Seng Liong Sen, maka itu dia jadi jerih dan diam tak berani menyerang orang itu. "Hm! Kau akan membunuhku untuk menghilangkan saksi. Jangan berharap kau bisa melakukannya!" kata orang itu. Seng Liong Sen diam tak menjawab. "Aku kira kau juga tidak bodoh! Jika kau berhasil membunuhku, apa kau kira Khie Wie tidak akan curiga? Karena dia yakin kau telah membunuhku. apa kau kira dia tidak akan mencarimu?" kata orang itu. Seng Liong Sen kaget. Tubuhnya sedikit merinding dan mengeluarkan keringat dingin karena ngerinya. Dia sadar orang itu dikirim oleh Khie Wie untuk mengawasi dia. Jika dia binasa pasti Khie Wie curiga. Sekarang Seng Liong Sen jadi serba-salah, sebab ilmu silatnya kalah. Menyerang secara diam-diam pun gagal hingga akhirnya dia bingung sendiri. Karena putus-asa dia sodorkan gagang pedangnya pada orang itu. "Sekarang silakan kau bunuh saja aku!" kata Seng Liong Sen. Orang itu tertawa terbahak-bahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah simpan pedangmu, aku tidak bermaksud membunuhmu. Aku ingin bersahabat denganmu asal kau turuti kata-kataku!" kata orang itu. "Sebenarnya apa maumu?" tanya Seng Liong Sen. "Aku cuma ingin kau ajari rahasia tenaga dalam ajaran Khie Wie," kata orang itu. Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen heran. "Aneh!" pikir Seng Liong Sen. "Jika dia dikirim oleh Khie Wie, setidaknya dia orangnya atau muridnya. Tapi ternyata dia minta rahasia ilmu tenaga dalam Khie Wie?" Melihat Seng Liong Sen ragu orang itu langsung bicara, seolah dia tahu kalau pemuda itu ragu-ragu. "Sebenarnya aku bisa minta diajari langsung oleh Khie Wie. Tapi menurut Khie Wie, ilmu itu masih ada bagian yang belum bisa dia pelajari! Jika ada orang lain yang mengajarkan ilmu itu, dia tidak keberatan. Sebab jika datang bencana yang celaka pasti orang lain!" kata orang itu. "Kenapa kau tak sabar hingga kau minta aku yang

mengajarimu?" kata Seng Liong Sen. "Terus-terang aku katakan kepadamu, aku ingin segera menguasai ilmu itu agar aku dapat segera membalas dendam," kata orang itu. "Jika menunggu dia yang mengajariku, entah kapan aku akan diajari olehnya? Dan mana bisa aku menunggu terlalu lama?" "Apa kau tidak bicara terus-terang kalau kau mau membalas-dendam?" tanya Seng Liong Sen. Mendengar pertanyaan Seng Liong Sen yang terlalu melitmelit, kelihatan dia tidak senang. "Sudah jangan banyak omong! Sekarang aku cuma mengajakmu tukar-menukar sesuatu. Aku berjanji tidak akan membocorkan perbuatanmu yang busuk itu, asal kau mau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengajariku rahasia tenaga dalam ilmu silat ajaran Khie Wie padaku!" kata orang itu. "Jika kau tidak mau, tak apa. Aku kira yang rugi bukan aku kok!" "Mendengar ucapannya, aku yakin dia tak akur dengan Khie Wie. Lalu kenapa aku takut kepadanya?" pikir Seng Liong Sen. "Sabar!" kata Seng Liong Sen. "Aku mau saja berdamai denganmu. Tapi sebenarnya aku ingin tahu, apa hubunganmu dengan Khie Wie?" Sesudah adu bicara Seng Liong Sen sadar bahwa orang itu bukan murid Khie Wie. "Baik, jika kau setuju aku mau berterus-terang padamu. Aku bernama Uh-bun Tiong. Hubunganku dengan Khie Wie dia sahabat lamaku!" kata orang itu. Seng Liong Sen mengangguk. Dia pun percaya pada ucapan Uh-bun Tiong karena Khie Wie pernah bilang, bahwa ilmu tenaga dalamnya hanya diajarkan kepada famili dekatnya. Jika Uh-bun Tiong bukan sanaknya, jelas dia tak akan diajari ilmu itu. "Baik, sejak saat ini kita bersahabat!" kata Seng Liong Sen "Aku sudah berlatih tenaga dalam selama tiga bulan. Sesudah tugasku di sini selesai, aku harus kembali menemui dia. Maka itu yang akan kuajarkan padamu hanya inti dari rahasianya saja. Kau boleh melatihnya sendiri!" kata Seng Liong Sen. "Ya, aku mengerti. Memang ilmu ini harus dilatih lama, mana mungkin tamat dalam tiga bulan?" kata Uh-bun Tiong. "Kalau begitu mari kau ikut aku!" Dia mengajak Seng Liong Sen ke suatu tempat, di sana ada sebuah gubuk atap di balik semak-semak yang rindang. Di gubuk itu terdapat sebuah gentong besar penuh berisi beras

dan satu gentong lain berisi air minum. Selain itu tersediajuga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

makanan kering lainnya sebagai persediaan untuk beberapa bulan lamanya. "Aku tidak perlu lama-lama, sebulan saja sudah cukup," kata Uh-bun Tiong. Sesudah itu Seng Liong Sen mulai mengajari teori tenaga dalam yang diajarkan Khie Wie pada Uh-bun Tiong. Sedang Uh-bun Tiong menghafalkannya dengan teliti. Dia mulai bersemedi berkonsentrasi penuh, sehingga di ubun-ubunnya muncul uap putih. Ketika itu apapun yang terjadi di sekitarnya tak dia perhatikan. Malah jika mau Seng Liong Sen bisa membunuhnya dengan mudah, tapi hal itu tidak dilakukannya. Sesudah setengah harian belajar, baru Uh-bun Tiong berhenti latihan. Dia menyeka keringat di dahinya, lalu mengucapkan terima kasih kepada Seng Liong Sen. Dia sangat ber-syukur. "Sungguh berbahaya, jika dia tahu aku bukan sahabat Khie Wie malah musuhnya, jiwaku bisa dikatakan berada di tangannya." pikir Uh-bun Tiong. Sejak saat itu Seng Liong Sen mengajari Uh-bun Tiong berlatih tenaga dalam. Tanpa terasa sudah hampir sebulan mereka berlatih. Pada suatu malam, sekitar lewat tengah malam, mendadak Seng Liong Sen dibangunkan oleh Uh-bun Tiong. Seng Liong Sen terbangun kaget, tapi Uh-bun Tiong berbisik di telinganya. "Jangan kaget dan jangan bersuara! Mari ikuti aku!" kata Uh-bun Tiong. Seng Liong Sen tidak mengerti apa maksud sahabat barunya itu, tapi terpaksa Seng Liong Sen bangun dan mengikuti Uh-bun Tiong yang berjalan perlahan-lahan. Gubuk itu dikelilingi pohon-pohon yang rindang, jika orang tidak teliti sulit bisa menemukan bubuk itu. Ditambah lagi gubuk itu berada di balik batu-batu yang cukup besar. Lewat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

celah batu itulah mereka keluar. Seng Liong Sen heran melihat Uh-bun Tiong begitu hati-hati. Di antara batu-batu itu terdapat celah hingga tidak perlu mendorong batu penutup jika mau keluar masuk. Dengan tenaga dalam mereka yang lumayan, mereka pun bisa melompat ke atas tanpa kesulitan. Seng Liong Sen curiga melihat sikap Uh-bun Tiong yang

tampak tegang, apalagi dia diminta agar tidak bersuara. Terpaksa Seng Liong Sen menahan rasa herannya. Uh-bun Tiong segera mengajak kawannya ke tepi jurang yang terletak di belakang gubuk atap mereka, di situ baru Uh-bun Tiong berkata perlahan. "Tak lama lagi aku akan kedatangan beberapa orang musuhku. Kau harus membantuku." bisik Uh-bun Tiong. "Jadi kau bersembunyi di sini untuk menyergap mereka?" tanya pemuda itu. Dia bertanya begitu karena kurang menghargai sikap Uhbun Tiong. Karena itu bukan cara seorang ksatria yang berani menghadapi musuh. Seng Liong Sen heran, padahal dia tahu kepandaian Uh-bun Tiong cukup tinggi tetapi kenapa dia masih minta bantuan kepadanya? Maka itu sadarlah Seng Liong Sen, betapa lihay musuh kawan barunya itu. "Benar, jika aku tak sanggup melawan mereka, akan kupancing mereka datang ke tempat ini!" kata Uh-bun Tiong. "Jika kau mampu mengalahkan salah satu saja dari mereka, aku yakin kita bisa mengalahkan mereka! Tapi ingat! Jangan gunakan senjata rahasia, percuma saja!" "Siapa mereka itu? Apa mereka lihay sekali?" tanya Seng Liong Sen. "Ya! Maka itu kita harus menghadapi mereka dengan akal," jawab Uh-bun Tiong. "Jika kita kalah, maka kita yang akan binasa di tangan mereka! Kau jangan tanya siapa mereka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai mengatur siasat Uh-bun Tiong kembali ke gubuk atap meninggalkan Seng Liong Sen di tempat itu sendirian. Tidak lama Seng Liong Sen mencoba membuka telinganya. Sayup-sayup dia sudah mendengar suara langkah kaki orang sedang mendatangi. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 67 Seng Liong Sen Dan Uh-bun Tiong Menjebak Lawan Mereka: To-su dan Hweeshio Terluka Parah
Ketika itu jantung Seng Liong Sen berdebar-debar tak hentinya. Dia sedang gelisah. Dengan bantuan cahaya rembulan dia lihat keempat orang itu sudah muncul semua. Dari tempat persembunyiannya Seng Liong Sen mengintai. Mereka datang yang terdiri dari seorang Hwee-shio, seorang To-su dan dua orang perwira pengawal Gak Liang Cun. Hwee-shio dan To-su itu tidak dia kenal, tapi kedua perwira itu sudah pernah dia lihat. Kedua orang itu orang yang melindungi Gak Liang Cun ketika terjadi pertarungan di

kediaman pembesar itu. Sekarang mereka berdua sudah berganti pakaian seragam tentara. Merasa sanggup menghadapi kedua pengawal Gak Liang Cun, Seng Liong Sen tidak gentar karena mungkin mereka hanya menjadi penunjuk jalan saja. Sedangkan jago yang mereka jadikan andalan yaitu Hwee-shio dan To-su itu. Dugaan Seng Liong Sen tidak meleset. Tak lama salah seorang dari perwira berseragam itu berkata pada hwee-sho dan to-su itu. "Gunung ini tempat yang baik untuk bersembunyi, lebih baik kita mulai menggeladah di sekitar gunung ini saja." kata perwira itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi kau sudah tahu Uh-bun Tiong hanya seorang diri saja?" kata si Hwee-shio. "Ada kawan yang melihatnya, dia sendiri saja! Aku tak tahu sekarang dia sudah punya kawan atau belum!" kata perwira itu. "Kata Nyonya Ti-hu mungkin saja orang she Liong itu ada di sini," kata perwira yang lain. "Ya. Aku dengar dia murid Khie Wie!" kata si To-su. "Jadi jelas dia tidak akan bersahabat dengan Uh-bun Tiong! Tadi kami tak bilang apa-apa, sebab jika aku katakan, nyonyamu tidak akan mengantarkan kami ke sini!" "Aneh sekali, mereka bilang aku murid Khie Wie, tetapi kenapa aku tidak mungkin bergaul dengan Uh-bun Tiong?" pikir Seng Liong Sen agak curiga. "Apa Uh-bun Tiong musuh Khie Wie?" Saat itu Uh-bun Tiong yang ada di dalam gubuk hatinya kebat-kebit, karena jika si To-su dan si Hwee-shio membuka rahasia hubungan dirinya dengan Khie Wie, pasti hal itu akan diketahui Seng Liong Sen. Sebelum To-su itu bicara lebih jauh, tiba-tiba si Hwe-shio menemukan rumah atap di semak-semak itu. "Lihat! Kita sudah menemukan gubuk itu!" kata si hweeshio. "Hai, Uh-bun Tiong, ayo keluar!" "Jika kalian berani, mari masuk!" jawab Uh-bun Tiong. "Hati-hati, mungkin dia telah memasang perangkap!" kata si To-su memperingatkan. "Ya. Kita bakar saja gubuknya!" kata si hwee-shio. Sesudah berkata si hwee-shio melepas yan-hwee yang segera menyala karena jatuh di atas gubuk atap itu. Karena pada ujung panah itu ditaruhi belerang, hingga saat jatuh ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atas atap gubug bahan api itu meletus dan membakar atap gubuk. Tak lama api pun berkobar. Melihat gubuk sudah mulai terbakar, hwee-shio itu tertawa terbahak-bahak. "Uh-bun Tiong, keluar! Apa kau ingin menjadi kura-kura dan tetap bersembunyi di dalam gubuk yang terbakar? Ayo keluar!" kata si To-su yang juga tertawa. Tanpa terasa gubuk itu sudah hampir terbakar habis. Tetapi Uh-bun Tiong masih belum keluar juga. "Aneh, dia sembunyi di mana.....?" kata si hwee-shio. Tiba-tiba terdengar jeritan perwira yang ada di sebelahnya. Dia roboh dan mengeluarkan darah segar dari tubuhnya. Sedikit pun mereka tak mengira kalau Uh-bun Tiong sudah keluar sebelum gubuk itu terbakar habis. Maka itu dia langsung berputar dan berada di belakang lawan. Tak heran jika perwira itu dengan mudah bisa dia serang dengan goloknya hingga roboh.: "Kurang ajar kau Uh-bun Tiong! Hari ini ajalmu telah tiba!" kata si hwee-shio yang langsung maju menyerangnya. Gerakan si hwee-shio cepat tapi Uh-bun Tiong pun gesit. Sesudah merobohkan seorang lawan, dia maju ke arah perwira yang lain dengan serangannya. Tapi to-su itu mengejarnya ingin menyerang Uh-bun Tiong dari belakang. Melihat Uh-bun Tiong menerjang, perwira itu kaget, sebab dia bukan tandingan Uh-bun Tiong yang lihay. "Hm! Uh-bun Tiong, apa kau sudah bosan hidup?" kata si hwee-shio. Keadaan perwira itu terancam sekali. Jika dia mampu menangkis serangan Uh-bun Tiong, jiwanya akan tertolong karena serangan tosu sudah akan sampai. Ditambah lagi hwee-shio itu pun sudah memburu ke arah Uh-bun Tiong yang akan mereka keroyok berdua. Jika perwira itu tak mampu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menangkis serangan Uh-bun Tiong, dan serangan si to-su gagal, tak ampun lagi hwee-shio yang beusaha menyerang secara bersama itu akan mati di tangan Uh-bun Tiong. Saat itu Uh-bun Tiong sudah tahu dia diserang dari depan dan belakang, Uh-bun Tiong kesal karena kedua perwira Gak Liang Cun itu sudah tahu rahasianya. Maka dia akan membunuhnya. Maka itu dia nekat menyerang dengan hebat! Cepat bagaikan kilat golok Uh-bun Tiong menusuk perwira itu.

"Aduh!" teriak si perwira. Dadanya tertembus oleh golok Uh-bun Tiong yang tajam. Walau serangan nekat Uh-bun Tiong sangat membahayakan dirinya, tapi dia lakukan juga. Begitu goloknya berhasil menembus dada perwira itu, tubuhnya dia pakai menangkis serangan si to-su yang bersenjata pedang. "Eh, bangsat kau mau kabur ke mana?" teriak si hwee-shio. Tak lama tongkatnya terayun ke kepala lawan, tapi Uh-bun Tiong segera menangkis dengan pedangnya hingga terdengar suara benturan keras. "Trang!" Sesudah menangkis tongkat si to-su, Uh-bun Tiong melompat jauh menghindari serangan pedang si to-su. Diamdiam Seng Liong Sen mengawasi pertarungan seru itu di tempat persembunyiannya. Menyaksikan mereka bertarung demikian hebat, jantung Seng Liong Sen pun berdebar. Sekalipun Uh-bun Tiong lihay, tapi karena dikepung dua musuh tangguh, tidak urung dia jadi kewalahan. Sekarang Uhbun Tiong hanya bisa berkelit menghindari setiap serangan, atau menangkisnya. Untuk menyerang jelas sulit baginya, apalagi untuk lolos dari kedua lawan yang lihay itu. Melihat hal itu Seng Liong Sen cemas bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, jika aku tak bisa membantu Uh-bun Tiong mengalahkan mereka, aku pun akan habis bersama Uh-bun Tiong!" pikir Seng Liong Sen. Uh-bun Tiong yang cerdik coba memancing kedua lawannya itu ke perangkap yang sudah disiapkan. Tetapi rasanya sulit memancing lawan ke sana. Tiba-tiba si to-su berteriak. "Kena!" katanya. Uh-bun Tiong yang terkena serangan itu tampak berdarah dan sempoyongan walau masih nekat melakukan perlawanan sengit. "Bangsat! Kenapa kau belum menyerah juga, apa kau mau mampus?" kata si to-su. Tadi saat ditikam si to-su, Uh-bun Tiong menyerang hingga tertusuk oleh pedang lawan. Sedang si to-su yang dicengkram olehnya, kesakitan, maka itu dia memaki kalang-kabut. Saat itu Seng Liong Sen yang berada agak jauh tak melihatnya. Buru-buru Uh-bun Tiong memindahkan goloknya ke tangan kiri lalu dia menyerang dengan dasyat. Serangannya semakin gencar dan dasyat. Melihat musuh nekat tentu saja si hweeshio gentar oleh serangan-serangan mautnya itu. Apalagi sekarang hwee-shio itu diserang terus-menerus dengan

gencar. Tapi si to-su memang lihay, mendadak dia membentak. "Lepaskan golokmu!" bentak si to-su. Sekarang si to-su sudah memegang senjata kebutan. Tak lama golok Uh-bun Tiong sudah terbelit oleh kebutan si to-su. Melihat kesempatan yang baik itu, hwee-shio gendut itu langsung mengayunkan tongkatnya ingin menghantam kepala Uh-bun Tiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Uh-bun Tiong menggunakan goloknya yang dia sambitkan ke arah muka hwee-shio itu. Karena golok Uh-bun Tiong terbelit kebutan si To-su, akhirnya dia nekat dan melontarkan goloknya ke arah lawan. Dia pikir dari pada golok itu dirampas musuh, lebih baik dipakai menyerang lawan. Gerakan tipu Uh-bun Tiong di luar dugaan si To-su, maka itu dia jadi tertegun sejenak. Ketika golok Uh-bun Tiong menyambar, terpaksa Hwee-shio gendut itu menarik kembali tongkatnya untuk menangkis golok lawan. Tak lama terdengar suara bentrokan senjata yang nyaring sekali. "Trang!" Golok itu berubah arah terlempar ke samping, sedangkan Uh-bun Tiong langsung menjatuhkan diri dan bergulingan meninggalkan gelanggang cukup jauh juga. To-su itu mengayunkan kebutnya hingga golok yang terlibat itu tersampok ke arah Uh-bun Tiong. "Ambil golokmu, ayo maju lagi!" bentak To-su itu. Uh-bun Tiong merasa sayang jika sampai kehilangan goloknya. Sekalipun sadar sambaran golok yang disampok si to-su menyambar keras sekali, tapi dia yakin pada kepandaiannya untuk menangkap golok itu. Tangan Uh-bun Tiong bergerak langsung memyambar golok bagian belakang atau bagian yang tumpulnya untuk diambil. Memang tepat sekali punggung golok yang tidak tajam itu terpegang olehnya. Diam-diam dia tersenyum girang. Sedikitpun Uh-bun Tiong tak mengira kalau sambaran golok itu keras luar biasa. Sekalipun golok sudah tergenggam di tangannya, kekuatan sambaran masih cukup hebat. Maka tak heran jika telapak tangan Uh-bun Tiong terluka dan mengeluarkan darah. Tapi dia bangga goloknya telah kembali dan terbebas dari kepungan musuh. Hwee-shio dan si to-su marah bukan main. Mereka memburu Uh-bun Tiong yang mencoba melarikan diri. Tahu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lawan mengejar, Uh-bun Tiong berlari sambil melakukan perlawanan. Tangannya yang terasa sakit sekali tidak dihiraukannya. Dia terus berusaha melakukan perlawanan sengit. Ketika Uh-bun Tiong sudah sampai di tebing yang curam tempat Seng Liong Sen bersembunyi, kembali Uh-bun Tiong terluka beberapa kali oleh serangan lawan. Untung lukanya tidak berbahaya dan tidak parah walau sekujur tubuhnya sudah mandi darah. "Kau mau kabur ke mana?" bentak si hwee-shio. Ketika si hwee-shio melihat Uh-bun Tiong berlari ke arah jalan buntu, si hwee-shio girang bukan main. Sebab dia tahu di depan Uh-bun Tiong terdapat jurang yang dalam hingga dia bisa terjatuh ke dalam jurang itu. Maka dengan tak berpikir panjang si hwee-shio mengangkat tongkatnya langsung membabat ke arah Uh-bun Tiong! Ternyata si to-su lebih cerdik dari si hwee-shio. Melihat Uhbun Tiong kabur ke jalan buntu, dia malah curiga. "Kenapa Uh-bun Tiong tidak mencari jalan lain, tapi dia lari ke jalan buntu. Jangan-jangan dia sudah menyiapkan sebuah perangkap?" pikir si to-su. Maka itu dia segera memperingatkan kawannya. "Awas jebakan, Suheng !" kata si to-su. Sebelum suara si to-su selesai memberi peringatan, dugaan si to-su memang tidak salah. Tiba-tiba Seng Liong Sen muncul dari persembunyiannya, pedangnya langsung menusuk ke arah si hwee-shio. Ketika tusukan itu datang si hwee-shio kaget setengah mati, dia coba berkelit dari serangan Seng Liong Sen. Sambil berkelit dia berteriak keras karena kaget. Serangan Seng Liong Sen dilakukan sekali, namun arah yang dituju tujuh sasaran yang sangat berbahaya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bangsat!" teriak si hwee-shio yang terluka terkena tusukan Seng Liong Sen. Dia berputar dan agak limbung dan terjatuh. Saat itu Uh-bun Tiong yang dikejarnya membalikkan tubuhnya dan membentak keras ke arah si hwee-shio. "Terjun kau!" bentak Uh-bun Tiong. Karena hwee-shio itu terluka, dia tidak bisa menahan serangan Uh-bun Liong yang kalap. Tubuh si hwee-shio yang

gendut terjungkal dan masuk ke dalam jurang. Tak lama terdengar suara keras dari tongkat si hwee-shio yang membentur batu jurang, ditambah jeritan mengerikan dari si hwee-shio gemuk lalu suara itu hilang. Mungkin hwee-shio itu telah mati di dalam jurang. Melihat kawannya terjatuh si to-su kaget. Dia maju dan coba menyerang Seng Liong Sen. "Bajingan, kau harus membayar nyawa Su-hengku!" bentak si to-su. Pedang si to-su langsung menusuk ke arah Seng Liong Sen dengan ganas. Uh-bun Tiong tertawa. "Jiwamu saja belum tentu selamat, tapi kau masih banyak bacot!" kata Uh-bun Tiong. Golok Uh-bun Tiong membabat ke arah pinggang lawan. Saat itu si to-su sedang menyerang Seng Liong Sen, dan Uhbun Tiong mengejar si to-su. Ketika si to-su menusukkan pedangnya ke arah Seng Liong Sen, pemuda ini menangkis serangan si to-su dengan keras. Tapi karena bentrokan itu keras sekali, tangan Seng Liong Sen terasa kesemutan. Kebutan di tangan kiri si to-su menyabet pedang Seng Liong Sen hingga terbelit dan pedangnya tertarik. Kebutan itu juga menyambar ke wajah Seng Liong Sen hingga muka Seng Liong Sen terasa sakit. Si to-su pun sibuk menangkis serangan golok Uh-bun Tiong yang bertubi-tubi. Buru-buru Seng Liong Sen menghindar dari bahaya maut itu. Saat itu terdengar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara si to-su yang menjerit kesakitan, dia menghindar dan terjatuh ke bawah lalu kabur. "Ah, hampir saja aku celaka...." kata Uh-bun Tiong sambil tertawa. Tubuh Uh-bun Tiong sudah mandi darah karena lukalukanya. Ketika itu Seng Liong Sen sedang merasakan wajahnya perih karena terkena serangan kebutan si to-su. Wajah pemuda ini pun berdarah. "Ah, kau terluka? Kau telah membantuku, jika tidak...." kata Uh-bun Tiong. Sekarang wajah Seng Liong Sen bertambah menyeramkan karena tambahan luka oleh kebutan lawan. . "Sayang dia kabur!" kata Seng Liong Sen kesal. "Sudahlah itu sudah cukup baginya, mereka sudah mati tiga orang dan hanya satu yang bisa kabur. Sekalipun begitu, lukanya lebih parah dibanding luka kita!" kata Uh-bun Tiong. "Aku punya obat luka, kau obati lukamu!" Sesudah mengobati luka mereka turun dari tebing yang curam, rumah atap yang mereka diami sudah jadi abu, Uh-bun Tiong mengajak Seng Liong Sen pergi.

"Saudara Uh-bun, kita berpisah di sini saja. Kau mau ke mana?" kata Seng Liong Sen. "Terima kasih, setelah kau memberi petunjuk tentang tenaga dalam ajaran Khie Wie, aku yakin aku bisa berlatih sendiri," kata Uh-bun Tiong. "Kebetulan aku juga ada janji dengan orang. Percayalah budimu akan kubalas kelak!" "Saling membantu dalam keadaan terancam sudah biasa," kata Seng Liong Sen. "Kau tidak perlu sungkan. Tapi sebelum berpisah, ada yang ingin kutanyakan padamu, apa kau mau menjelaskannya padaku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Katakan saja, jika aku bisa akan kujelaskan padamu," kata Uh-bun Tiong. "Aku cuma ingin tahu, kenapa Khie Wie menyuruhku membunuh isteri kedua Gak Liang Cun? Padahal dia meminta agar aku melindungi Gak Liang Cun?" kata Seng Liong Sen. "Lalu bagaimana asal-usul Gak Hu-jin? Kenapa ilmu silatnya begitu tinggi?" Uh-bun Tiong berpikir sejenak. "Baik akan kujelaskan, tapi kau harus berjanji jangan mengatakan tentang pertemuan kita ini!" kata Uh-bun Tiong. "Baik! Kalau perlu aku bersumpah di depanmu!" kata Seng Liong Sen. "Kau tak perlu bersumpah, asal kau berjanji saja sudah cukup," kata Uh-bun Tiong. "Baiklah," kata Seng Liong Sen. "Gak Liang Cun baru saja merayakan ulang tahunnya, padahal nyonya Gak lebih tua dari suaminya itu," kata Uh-bun Tiong. "Sekarang usia Nyonya Gak 50 tahun. Nyonya Gak puteri seorang penjahat besar, dia ikut berpetualang di kalangan kang-ouw. Dia sebenarnya she Bwee, nama ayahnya Bwee Kiam Hoo. Apa kau pernah mendengar nama itu?" "Belum!" jawab Seng Liong Sen. "Kalau dia anak seorang penjahat besar, kenapa dia jadi isteri Gak Liang Cun? Padahal Gak Liang Cun tidak mahir ilmu silat dan hanya jadi seorang pegawai sipil!" "Bwee Kiam Hoo lebih tua, dia seangkatan gururmu, pantas jika kau tidak mengetahui tentang dia," kata Uh-bun Tiong. "Mengenai riwayat mereka aku mengetahuinya dari orang tuaku. Suami Nyonya Gak semula bukan Gak Liang Cun, tapi orang lain! Kau heran?"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi dia sempat menikah sebelum menjadi isteri Gak Liang Cun?" kata Seng Liong Sen. "Benar, suami anak perempuan Bwee Kiam Hoo itu su-heng anaknya sendiri, sesama penjahat! Mereka bergabung dengan kelompok penjahat lain. Suatu hari kelompok Bwee Kiam Hoo mendapat rejeki besar, dia bermaksud menguasai harta itu bagi kelompok mereka. Tetapi hal ini diketahui oleh empat kelompok yang bergabung. Karena tak senang, empat kelompok itu bergabung menyerang kelompok Bwee Kiam Hoo. Ketika itu Bwee Kiam Hoo dan menantu lelakinya terbunuh." "Bagaimana tentang anak perempuan Bwee Kiam Hoo?" "Ketika itu dia sudah hamil tiga bulan saat suami dan ayahnya meninggal," kata Uh-bun Tiong. "Saat markas mereka diserbu kebetulan dia tidak ada di sana! Gak Liang Cun ketika itu baru berumur 20 tahun dan baru lulus sebagai Kie-jin. Dengan bersemangat Gak Liang Cun pergi ke Ceng-ciu mencari kerja. Di tengah jalan dia dihadang perampok, dan putri Bwee Kiam Hoo sedang lewat. Melihat hal itu dia menolong Gak Liang Cun dari bahaya, hingga kemudian mereka menjadi suami-isteri." "Apa tujuan dia mau menikah dengan Gak Liang Cun?" tanya Seng Liong Sen. "Dia berharap, kelak Gak Liang Cun akan menjadi pejaoat tinggi. Dengan demikian dia bisa menggunakan pengaruh suaminya untuk membalas dendam," kata Uh-bun Tiong. "Apa kau tahu kenapa Gak Liang Cun pun mau menikahinya?" tanya Seng Liong Sen. "Pertama untuk balas budi karena dia diselamatkan jiwanya. Yang kedua, Gak Liang Cun seorang yang gila pangkat dan kedudukan, pasti kau tahu apa tujuannya?" kata Uh-bun Tiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi Gak Liang Cun ingin menggunakan kepandaian silat istrinya untuk membantu dia agar naik pangkat dan mendapatkan harta," kata pemuda itu. "Benar! Sekalipun isterinya lebih tua dan sudah hamil, bagi Gak Liang Cun tidak masalah." kata Uh-bun Tiong. "Apalagi dia anak seorang penjahat besar, uang simpanannya banyak. Maka itu dengan tak segan-segan dia gunakan uangnya untuk menyuap pejabat agar bisa memenuhi ambisi suaminya menjadi orang berpangkat!" "Lucu juga, anak penjahat membantu suaminya menangkap penjahat, tentu tugas ini tidak sulit," kata Seng

Liong Sen. "Maka itu tidak sampai setahun Gak Liang Cun langsung naik pangkat menjadi Ti-koan, dia terkenal sebagai pembesar anti penjahat. Sesudah itu jika ada daerah yang kurang aman, atasan Gak Liang Cun langsung memindahkan dia ke tempat yang tidak aman itu untuk diamankan. Dengan bantuan pasukan suaminya, Nyonya Gak berhasil membunuh empat orang musuh ayah dan suami pertamanya. Bahkan Gak Liang Cun pun pangkatnya semakin tinggi!" "Wanita itu lihay sekali," kata Seng Liong Sen. "Tapi ada yang meragukan aku, Gak Liang Cun naik pangkat dan menjadi kaya berkat bantuan isteri tuanya. Pantas dia hormat dan segan terhadap sang istri. Tetapi kenapa dia berani mengambil dua orang istri muda? Aku lihat malah istri mudanya yang mendapat kasih sayang. Kenapa Gak-hu-jin yang lihay maudimadu?" "Kedua isteri muda itu pun dia yang mencarikan untuk suaminya," kata Uh-bun Tiong. "Aneh, kenapa begitu?" tanya Seng Liong Sen. "Sebab dia dengan Gak Liang Cun namanya saja suamiisteri, tapi hakekatnya tidak," jawab Uh-bun Tiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena kejadian itu mirip dengan apa yang dialami Seng Liong Sen sendiri, perasaan Seng Liong Sen jadi tersinggung, maka itu dia langsung diam dan tidak berkata apa-apa lagi. Uh-bun Tiong mengira Seng Liong Sen belum paham apa yang dia maksud, sambil tertawa dia menjelaskan, "Mungkin kau tidak mengerti maksudku tadi. Hal ini karena Gak-hu-jin tetap setia kepada suami yang pertama. Sedangkan dia menikah dengan Gak Liang Cun hanya untuk saling memperalat saja. Padahal keduanya belum pernah tidur bersama. Untuk menyambung keturunan Gak, terpaksa dia mencarikan isteri muda untuk suaminya. Sedangkan istri muda kedua Gak Liang Cun seorang pengamen silat keliling yang sudah kenal dengan Nyonya Gak. Kalau isteri muda yang ketiga dari kalangan orang biasa." "Apa hubungan Khie Wie dengan Gak Liang Cun dan isterinya?" tanya Seng Liong Sen. "Ayah Khie Wie salah seorang dari keempat kawan sekutu yang dibunuh oleh Nyonya Gak, ketika pasukan pemerintah menyerang sarang mereka! Hanya Khie Wie yang lolos dari kepungan tentara." "Jadi Khie Wie bermaksud menuntut balas kematian ayahnya. Tapi, dia jatuh cinta pada anak perempuan nyonya Gak, begitu kan?" kata Seng Liong Sen.

"Benar, mungkin sudah takdir harus begitu." kata Uh-bun Tiong. "Hubungan mereka itu berlangsung cukup lama. Pada suatu malam mereka ketahuan oleh Nyonya Gak, sedang Khie Wie belum selihay sekarang. Dia bukan tandingan Nyonya Gak yang lihay. Ketika nyonya Gak akan membunuh Khie Wie, puterinya berlutut memintakan ampun bagi Khie Wie serta mengaku dia sudah hamil. Bukan main kagetnya nyonya Gak. Kemudian dia suruh anaknya pergi dulu dan berjanji tidak akan membunuh Khie Wie. Sedangkan soal pernikahan sementara ditunda dulu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mungkin nona Gak tidak tahu kalau Khie Wie musuh ibunya?" kata Liong Sen. "Benar," kata Uh-bun Tiong. "Tapi begitu melihat gaya silat Khie Wie, Nyonya Gak langsung mengetahui bahwa Khie Wie musuhnya. Itu sebabnya dia menyuruh anaknya pergi. Sesudah itu Nyonya Gak berkata, "Aku setuju kau menikah dengan puteriku, asalkan kau mau menghapus permusuhan kita!". Tanpa pikir panjang Khie Wie setuju dia bersumpah dan berjanji tidak akan membalas dendam. Kemudian baru Nyonya Gak meminta agar Khie Wie mengajukan lamaran secara resmi. Karena Gak Liang Cun tidak pernah ikut campur urusan isteri tuanya, jika sudah disetujui, dengan sendirinya Gak Liang Cun setuju. Mendengar cerita itu diam-diam Seng Liong Sen merasa heran kenapa Uh-bun Tiong mengetahui urusan pribadi Khie Wie. Bahkan apa pun yang dikatakan oleh Nyonya Gak kepada Khie Wie diketahuinya, dia curiga. "Apa dengan demikian pernikahan mereka jadi berlangsung tanpa rintangan?" kata Seng Liong Sen sedikit heran. "Sungguh di luar dugaan," kata Uh-bun Tiong. "Saat Khie Wie datang sesuai perjanjian, kedatangannya diterima oleh nona Gak, bahkan dia diajak ke ruang dalam. Saat itu nona Gak menyuguhi dia arak. Saat arak itu diminum, tiba-tiba wajah Khie Wie berubah hebat!" "Oh, jadi dia diracun?" kata Seng Liong Sen. "Benar, dia diracun," kata Uh-bun Tiong. "Dengan wajah pucat Khie Wie menunjuk ke arah nona Gak sambil berkata, "Kau......kau tega me......" Belum sampai kata-katanya selesai, ketika itu bermunculan anak buah Gak Liang Cun yang mengurungnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana sikap nona Gak ketika itu?" tanya Seng Liong Sen. "Wajah nona Gak berubah pucat secara mendadak. Tibatiba dia rebut cawan arak yang sedang dipegang oleh Khie Wie dan langsung diminum sampai habis sisa arak itu sambil berkata, "Khie Toa-ko, aku ingin mati bersamamu, bukan aku yang meracunimu! Apa kau mencurigaiaku?" Buru-buru Khie Wie merangkul tubuh nona Gak, sedang tangan yang lain digunakan untuk melawan musuh, beberapa anak buah Gak Liang Cun berhasil dia robohkan. "Katakan ini kemauan ayahmu atau ibumu?" kata Khie Wie pada nona Gak. "Ini bukan kehendak mereka, tapi kehendak istri kedua Ayahku!" jawab nona Gak. "Oh, begitu," kata Seng Liong Sen sambil mengangguk. "Pantas Khie Wie hanya menyuruhku membunuh isteri kedua Gak Liang Cun saja!" "Sekalipun sudah keracunan, Khie Wie tetap mengepit nona Gak dan menerjang keluar kepungan dengan kalap. Untung Khie Wie baru minum seteguk arak itu, sisanya diminum oleh nona Gak. Maka itu keadaan nona Gak sangat gawat. Sambil membawa-bawa kekasihnya, siang dan malam Khie Wie berlari ke kota Souw-ciu. Dia bermaksud mencari tabib yang terkenal bergelar "Say-hoa-to". Sampai di tempat tabib itu dia memohon agar tabib sakti itu menyelamatkan isterinya." Tiba-tiba Seng Liong Sen terperanjat. "Tabib "Say-hoa-to" di Souw-ciu, apa itu tabib she Ong?" kata Liong Sen. "Benar! Jadi kau pun kenal padanya?" kata Uh-bun Tiong. "Setelah tabib Ong memeriksa denyut nadi nona Gak, dia menghela napas panjang sambil berkata, "Sebenarnya aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa menyembuhkan dia, cuma sayang dia sedang hamil. Jika mau diselamatkan kedua-duanya rasanya sulit aku lakukan!" Seng Liong Sen mengawasi kawan barunya. "Ternyata Khie Wie meminta nona Gak yang diselamatkan." lanjut Uh-bun Tiong. "Mengenai kandungan isterinya dia tidak keberatan dikorbankan. Tapi isterinya berkeras agar kandungannya diselamatkan, karena itu darah daging Khie Wie dan dia. Tabib Ong tidak berani menjamin dia bisa

menyelamatkan ibu atau kandungannya itu? Dia bilang dia akan berusaha sebisa mungkin agar kedua-duanya bisa selamat. Ternyata nona Gak bisa melahirkan, dan dia pun hidup. Tetapi hanya kuat selama tiga bulan, akhirnya nona Gak meninggal juga" Aneh, sesudah itu kelihatan Uh-bun Tiong meneteskan air mata. Melihat hal itu tentu saja Seng Liong Sen keheranan. "Nona Gak tidak berdosa, pantas Khie Wie sangat menyesali kematiannya. Setiap tahun dia merayakan ulang tahun isterinya itu!" kata Seng Liong Sen. "Lalu bagaimana dengan Nyonya Gak, apa dia mau menerima begitu saja kematian putrinya?" "Sesudah kejadian itu, Gak Liang Cun dan isteri keduanya berlutut di depan Nyonya Gak untuk minta ampun. Istri kedua Gak Liang Cun mengakui dia yang mengatur rencana untuk membunuh Khie Wie. Maksud semua itu demi kebaikan suaminya. Ketika itu Gak Liang Cun pangkatnya sudah tinggi. Jika orang mengetahui dia punya menantu seorang penjahat besar, pasti hal itu akan merugikan nama baik dan kedudukannya. Karena urusan sudah terjadi, ditambah lagi istri kedua suaminya itu kawan baik Nyonya Gak sejak kecil, dan dia juga yang mengambilnya untuk jadi istri muda Gak Liang Cun. Terpaksa Nyonya Gak terpaksa mengampuni kesalahan mereka. Tatkala itu Nyonya Gak belum tahu anak perempuannya sudah mati. Kematian putrinya baru dia ketahui selang setahun kemudian. Selama setahun dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyesali tindakan membunuh segenap keluarga keempat musuhnya. Maka itu pantas jika dia menerima ganjaran seperti itu. Ketika kau bertarung dengan Nyonya Gak, dia mengira kau Khie Wie, maka itu dia tidak mencelakaimu. Apa kau tahu hal itu?" kata Uh-bun Tiong. Ucapan Uh-bun Tiong membuat Seng Liong Sen heran. "Rupanya dia ingin membela Nyonya Gak dan meminta agar aku tidak memusuhinya!" pikir Seng Liong Sen. Sesudah itu Seng Liong Sen tertawa. "Sekarang aku tahu masalahnya," kata Seng Liong Sen. "Khie Wie menantu Nyonya Gak, maka itu mana boleh aku menuntut balas kepadanya. Ditambah lagi kepandaianku bukan tandinganmya, jika aku hendak membalas dendam pun mana mungkin!" "Semua sudah kuceritakan, sekarang aku ingin bertanya padamu, selama kau berada di tempat Khie Wie, apa kau pernah melihat ada tamu yang mencari dia atau tidak? Misalnya tetangganya?"

"Apa yang kau maksudkan Jen Thian Ngo? Dari kata-kata Khie Wie mereka saling menghormati, dan tidak ikut campur urusan masing-masing!" jawab Seng Liong Sen. "Ya. memang begitu kelihatannya. Tetapi karena ada masalah denganmu, mau tidak mau Khie Wie ikut campur urusan Jen Thian Ngo." kata Uh-bun Tiong. "Benar dia ikut campur karena menolongiku, tetapi aku tak yakin Jen Thian Ngo mengetahui kejadian itu!" kata Seng Liong Sen. "Malah mungkin Jen Thian Ngo mengira aku sudah mati!" Tampak Uh-bun Tiong senang sesudah berhasil memancing keterangan dari Seng Liong Sen tentang hubungan Khie Wie dengan Jen Thian Ngo itu. Sesudah diatahu Jen Thian Ngo

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak mengetahui Khie Wie telah menyelamatkan Seng Liong Sen, diam-diam dia berpikir, "Jika demikian aku bisa minta bantuan Jen Thian Ngo agar dia ada di pihakku untuk menghadapi Khie Wie. Padahal sebenarnya aku kurang suka pada pribadi Jen Thian Ngo." Sementara itu hari sudah pagi dan gubuk atap itu sudah terbakar menjadi abu. Seng Liong Sen mengajak Uh-bun Tiong pergi dari situ. Tapi Uh-bun Tiong kelihatan masih termangu-mangu. "Tadi kau bilang Khie Wie meminta agar kau kembali lagi dalam waktu setengah tahun?" kata Uh-bun Tiong. "Benar, kenapa?" tanya Seng Liong Sen. "Tadi aku lihat kau masih mencintai istrimu, aku sangsi kau mau menjadi menantu Khie Wie?" kata Uh-bun Tiong. "Saudara Uh-bun, bukankah kita sudah berjanji tidak akan menutupi rahasia kita masing-masing." kata Seng Liong Sen. Mendadak Uh-bun Tiong tertawa terbahak-bahak. "Apa yang kau tertawakan?" kata Seng Liong Sen. "Jadi kau ingin membohongiku?" "Aku tertawa karena aku lihat kau sangat takut kepada Khie Wue," kata Uh-bun Tiong. "Tapi kau jangan salah paham, jika kau tidak ingin menjadi menantu Khie Wie, aku bisa menolongmu." "Apa maksudmu?" tanya Liong Sen. "Maksudmu......." "Kau jangan sangsi," kata Uh-bun Tiong bersungguhsungguh, "bukan maksudku ingin mengujimu. Karena kau telah membantuku, maka aku pun ingin membantumu, agar kau selamat!" "Apa maksudmu kau bicara begitu?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku yakin Khie Wie telah meracunimu? Racun itu akan bekerja dalam waktu setengah tahun, betul tidak?" kata Uhbun Tiong. "Aku tidak tahu!" jawab Seng Liong Sen. "Memang setiap kali setelah berlatih, aku selalu merasakan seperti ada yang tidak beres. Bisa jadi aku memang telah diracun olehnya!" "Andaikan kau diracun pun, kau tidak perlu kuatir, kau boleh pergi ke tempat tabib sakti Say-hoa-to di Souw-ciu untuk minta pertolongannya," kata Uh-bun Tiong. Sekarang Seng Liong Sen mengerti maksud Uh-bun Tiong. Apalagi dia juga sudah tahu alamat tabib sakti she Ong itu. Malah tabib itu sudah berpesan agar dia datang ke tempatnya dalam waktu sebulan ini. Tenyata waktunya sudah hampir tiba. "Apa sudah sampai waktunya?" tanya Uh-bun Tiong. "Masih tiga bulan lagi!" kata Seng Liong Sen. "Karena batas waktu masih tiga bulan lagi, kau masih bisa pulang menemui Khie Wie seandainya kau tidak bisa disembuhkan. Kau jangan kuatir aku akan melaporkan perbuatanmu pada Khie Wie, aku akan merahasiakannya. Nah, terpaksa kita harus berpisah." Seng Liong Sen kagum melihat langkah Uh-bun Tiong masih tangkas dan berlari bagaikan terbang, walaupun tubuhnya penuh luka, sedangkan dia tidak sanggup berlari cepat sekalipun lukanya tidak separah Uh-bun Tiong. Tak lama dia mencari sepotong kayu untuk dijadikan tongkat, lalu melangkah ke bawah dengan perlahan. Sambil berjalan dia merenungkan kembali apa yang dibicarakan dengan Uh-bun Tiong tadi. Dia ingat pada Khie Kie, tapi dia juga tidak bisa melupakan Ci Giok Hian. Tengah berpikir tak menentu, tanpa terasa dia sudah ada di suatu selat batu karang yang sempit. Tiba-tiba di balik gundukan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

batu-batu karang, terdengar ada suara orang merintih kesakitan. Seng Liong Sen terkejut, belum sempat berpikir, orang itu sudah melihat kedatangan Seng Liong Sen. Dia muncul secara tiba-tiba dari balik batu. Tak lama mereka sudah saling berhadapan, dan sama-sama terkejut.Rupanya orang itu to-su yang melukai Seng Liong Sen. "Hai keparat! Kau masih hudup? Mana Uh-bun Tiong?" kata

si to-su. Dari pertanyaan to-su itu, Seng Liong Sen langsung tahu kalau to-su itu takut kepada Uh-bun Tiong. "Oh, jadi kau belum mampus!" kata Seng Liong Sen. Baru saja dia selesai bicara dari balik batu muncul lagi seseorang, yaitu hwee-shio gendut itu. Semula si hwee-shio disangka sudah mati, ternyata masih hidup. "Keparat!" bentak hwee-shio gendut itu "Kau datang lagi karena kau ingin mengantarkan nyawamu?" Si gendut terus memaki. Tubuhnya mandi darah, suaranya pun sudah mulai parau, hingga dia tidak sanggup memaki lagi. Dia terhuyung-huyung mau roboh, terpaksa dia memegangi tongkat yang tertancap di tanah. Barangkali belum takdir dia harus mati di jurang. Ketika terjerumus ke jurang, tongkatnya menyentuh tanah dan menancap masuk ke dalam tanah. Maka itu kecepatan jatuhnya agak tertahan. Kedua tangan si hwee-shio sempat memegang tongkatnya erat-erat. Dengan demikian tubuhnya tidak sampai terbanting dengan keras. Tapi tidak urung perutnya terluka. Untung kawannya bisa menemukan dia. Keadaan hwee-shio yang kelihatannya parah, membuat Seng Liong Sen teringat pada nasibnya sendiri, ketika dia terjerumus ke jurang karena didorong oleh Wan-yen Hoo. Dia jadi kasihan pada hwee-shio itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf terpaksa tadi aku bertarung dengan kalian, sekarang aku tidak berniat jahat. Malah lebih baik kita damai...." kata Seng Liong Sen. "Kawan, jangan dengarkan kata-katanya. Sekarang lebih baik kita balas sakit hati kita!" kata si hwee-shio. Seng Liong Sen melompat mundur. "Tunggu dulu!" kata Seng Liong Sen. "Kau tak akan bisa lolos dari tanganku!" ejek to-su. "Katakan kau sebenarnya mau apa?" "Uh-bun Tiong baru saja pergi. Aku tidak bermaksud memusuhi kalian, tapi jika kalian memaksa, baik akan kuhadapi kalian!" kata Seng Liong Sen. "Aku bisa berteriak memanggil Uh-bun Tiong agar dia kembali lagi!" "Kau jangan percaya padanya!" kata si hwee-shio gendut. "Lekas bunuh saja dia! Kalau perlu kita mati bersamanya!" Ketika mendengar Seng Liong Sen berkata, dia akan memanggil Uh-bun Tiong, to-su itu kaget. "Ah, benar juga masakan dia disuruh jalan sendiri? Padahal dia sedang terluka?" pikir si to-su. "Tapi temanku pun benar, lebih baik buru-buru membunuh dia!"

Tanpa banyak bicara dia ayunkan kebutnya ke arah Seng Liong Sen sambil membentak. "Kau licik! Maka itu aku harus membunuhmu!" kata si to-su sengit. Seng Liong Sen yang sudah tahu betapa lihaynya si to-su, cepat dia putar pedangnya untuk menangkis dan berkelit. Tapi tidak urung dia tersabet juga oleh kebutan lawan, pakaian Seng Liong Sen robek dia merasa pedih. Seketika Seng Liong Sen sadar bahwa keadaan to-su itu cukup parah. Tenaga dalamnya pun sudah berkurang banyak. Jika Seng Liong Sen mau melabrak secara nekat, dia bisa terlepas dari tangan si

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

to-su. Maka itu timbul keberanian Seng Liong Sen. Dia gunakan jurus ajaran Khie Wie, dia langsung menyerang dengan hebat. Melihat Seng Liong Sen bertarung sendirian saja dan tidak memanggil Uh-bun Tiong, to-su itu yakin Uhbun Tiong sudah pergi jauh. Sekarang dia tidak perlu kuatir lagi. "Coba kau maju, mampukah kau mengalahkan aku?" ejek si to-su. Kebutan yang tajam bagaikan jarum itu, kembali menyabet ke muka Seng Liong Sen. Pemuda ini mengangkat pedang lalu menangkis, secuil ujung kebutan itu terbabat kutung oleh pedang Seng Liong Sen, tapi bagian dada anak muda ini pun terhajar kebutan. Pedang di tangan kiri si to-su langsung menusuknya. Serangan ini cukup lihay, si to-su yakin dia akan berhasil melukai lawannya. Tetapi di luar dugaan gerakan Seng Liong Sen cepat, mendadak pedang pemuda itu menebas ke bagian bawah, serentak membalas menyerang. Serangan itu berubah secara beruntun ke tiga sasaram. "Oh!" To-su itu berteriak kaget. "Eh, Bun Yat Hoan itu apamu?" Kali ini serangan Seng Liong Sen menggunakan jurus ajaran Bun Yat Hoan. Sebenarnya dia tidak bermaksud menggunakan jurus dari Bun Yat Hoan, tapi terpaksa karena terdesak dia keluarkan. "Bun-tay-hiap tokoh persilatan yang sangat kuhormati. Kenapa kau tanya dia?" jawab Seng Liong Sen. Anak muda ini menjawab begitu karena dia mengira to-su itu anak buah Gak Liang Cun yang tak punya hubungan dengan gurunya. Maka itu saat si to-su lengah, Seng Liong Sen menyerang beberapa kali dengan cepat. Si to-su berpikir karena Bun Yat Hoan tidak pernah menikah, tidak mungkin dia punya anak walau dia pernah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendengar Bun Yat Hoan punya murid yang lihay dan ganteng. "Ah mana mungkin orang buruk ini muridnya?" pikir si tosu. Saat itu si to-su gusar ketika diserang demikian gencar oleh Seng Liong Sen. "Bangsat!" bentak si to-su. "Apa kau kira aku tak bisa membunuhmu?" Sesudah itu dia melancarkan serangan balasan dengan tidak kalah lihaynya. Maka itu dalam sekejap kembali Seng Liong Sen terdesak sehingga terpaksa pemuda itu melakukan perlawanan hebat menggunakan jurus dari Khie Wie. Melihat perubahan ilmu silat pemuda itu, si to-su keheranan. "Siapa yang mengajarimu ilmu silat itu?" bentak si to-su. "Jangan banyak bicara, siapa guruku bukan urusanmu!" kata Seng Liong Sen. Tak lama Hwee-shio gendut yang sedang bersandar di batu ikut bicara. "Kenapa kau sangsi? Dia bukan murid Khie Wie, dia hanya diminta bantuan oleh Uh-bun Tiong! Sudah bereskan saja dia!" "Kau benar, aku memang terlalu sangsi!" kata si to-su sambil tertawa. Sebenarnya suara to-su itu sudah mulai lemah, walau serangan pedang dan kebutannya lihay sekali. To-su ini sadar pada keadaannya. Dia sudah tak akan sanggup bertahan lebih lama lagi. Maka itu dia sengaja bertarung lebih cepat dengan harapan bisa segera mengalahkan anak muda itu. Seng Liong Sen terdesak, tapi dia bertahan dengan sekuat tenaganya. Diam-diam dia curiga ketika mendengar ucapan si hwee-shio tadi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa dia yakin aku undangan Uh-bun Tiong dan dia bilang aku bukan murid Khie Wie! Kalau begitu Uh-bun Tiong bukan orang kepercayaan Khie Wie seperti pengakuannya? Dari ucapan hwee-shio itu jelas antara Uh-bun Tiong dan Khie Wie bermusuhan?" pikir Seng Liong Sen. Lagi-lagi Seng Liong Sen terluka dua kali, syukur di tempat yang tidak berbahaya, sebaliknya napas to-su itu pun mulai memburu. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Tapi dia terus menyerang tak mengendurkan serangannya. Lambat-laun langkah keduanya sudah mulai lambat dan tidak

bertenaga. Semula hwee-shio itu berteriak untuk memberi semangat kepada kawannya, tetapi makin lama suaranya semakin parau saja akhirnya suaranya tidak terdengar lagi. Sambil melancarkan serangan gencar to-su itu kuatir pada keselamatan kawannya. Tiba-tiba terdengar tenggorokan hwee-shio itu ngorok, sesudah itu mendadak dia jatuh terguling. Si to-su kaget sampai menjerit.. Dengan tak ayal lagi pedang Seng Liong Sen menusuk, tapi ujung kebutan si to-su sempat membelit pedang pemuda itu. Menyusul pedang di tangan si to-su menebas. Saat tebasan sampai Seng Liong Sen menggunakan gagang pedang menyodok iga si to-su. Terdengar suara keras. Ternyata tulang iga to-su itu patah terkena sodokan gagang pedang Seng Liong Sen. Sedangkan sikut si to-su sempat menyikut dada Seng Liong Sen dengan keras. Kedua orang itu sama-sama berteriak tertahan dan keduanya sama-sama jatuh tersungkur di tanah. Mereka sama-sama terluka parah dan mereka tak sanggup bangun lagi. Sekalipun keduanya saling mendelikan mata mereka, tapi keadaan mereka sekarang tergantung siapa yang tenaganya bisa pulih lebih dulu, maka dialah yang bisa membunuh lawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 68 Rahasia Uh-bun Tiong Ketahuan; Seng Liong Sen Terjebak Di Rumah Tabib Ong

Orang yang paling cemas saat itu si to-su dibanding Seng Liong Sen. Hal itu dia ketahui karena memang lukanya sangat parah. Dia perkirakan sekalipun tenaganya sudah pulih sebagian dan dia mampu membunuh lawannya, tapi tenaganya mungkin akan terkuras habis hingga dia tidak sanggup menolong temannya. Saat itu Seng Liong Sen sedang berpikir keras. "Tak lama lagi riwayatku akan tamat bersama si to-su." pikir pemuda itu. Tiba-tiba terdengar to-su itu berkata dengan perasaan kesal. "Sayang sekali!" kata si to-su. "Apa yang kau sayangkan?" bentak Seng Liong Sen tapi dengan suara perlahan. Dalam keadaan loyo, mau tak mau terjadi kontak mulut antara Seng Liong Sen dengan si to-su.

"Melihat gaya bersilatmu, aku kira kau punya hubungan dengan Bun Tay-hiap dan Khie Wie, sekalipun kau bukan murid mereka, betul tidak?" kata si to-su. "Lalu apa maumu?" kata Seng Liong Sen. Ketika itu Seng Liong Sen sudah mengira tak bakal selamat lagi. Maka itu dia pikir untuk apa dia menyangkal. "Bun Tay-hiap terkenal sebagai pemimpin Bu-lim, sedangkan Khie Wie sekalipun dia berdiri di antara yang baik

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan jahat, dia terhitung tokoh yang lumayan di Dunia Persilatan. Sedang kau telah belajar ilmu silat dari kedua tokoh itu, tidak memilih jalan yang baik, malah membantu kejahatan," kata to-su. "Kau bilang aku membantu kejahatan? Apa kau tidak salah? Bukankah kau yang berbuat begitu?" ejek Seng Liong Sen. "Percuma saja kau belajar ilmu silat dari Bun Tay-hiap, ternyata kau tidak bisa membedakan yang buruk dan yang baik!" kata si to-su. "Hm! Sekarang aku tahu, karena aku membantu Uh-bun Tiong, kau anggap aku membantu orang jahat! Begitu? Tetapi bagaimana dengan kalian yang membantu Gak Liang Cun? Apa itu yang kau maksud orang baik?" ejek Seng Liong Sen. "Oh, kalau begitu kau tidak tahu siapa Uh-bun Tiong itu?" kata si to-su. "Sekalipun tidak tahu asal-usulnya, paling tidak aku tahu dia bukan pengikut bangsa Kim atau Mongol!" kata Seng Liong Sen. "Hm! Pasti Uh-bun Tiong tidak bilang dia menjadi sahabat musuh bangsa Han! Tapi karena dia anak buah Gak Liang Cun, itu artinya dia sahabat musuh bangsa Han!" Seng Liong Sen kaget. "Benarkah dia anak buah Gak Liang Cun? Tapi kenapa kedua anak buah Gak Liang Cun dibunuhnya? Sedangkan kalian datang bersama kedua anak buah Gak Liang Cun untuk mengerubutinya." Agaknya si to-su bertambah kaget dan heran. "Jadi kau benar-benar tidak tahu asal-usul Uh-bun Tiong?" tanya si to-su. "Sebenarnya siapa dia?" tanya Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia keponakan istri Gak Liang Cun, diangkat menjadi anak

angkat oleh Gak Liang Cun," kata si to-su. "Dia juga banyak membantu Gak Liang Cun menangkapi para penjahat hingga banyak kawan-kawan kaum Liok-lim (Rimba Hijau) menjadi korban keganasannya!" Seng Liong Sen sedikit pun tidak menduga kalau Uh-bun Tiong anak angkat Gak Liang Cun. "Kau jangan ngaco! Aku sudah melihat sendiri kejadian tadi!" kata Seng Liong Sen. "Benar, kau melihat Uh-bun Tiong membunuh dua perwira itu dan kau melihat kami datang bersama dua perwira itu. Tetapi semua itu ada sebabnya!" kata si to-su. "Apa sebabnya, coba kau jelaskan." kata Seng Liong Sen. "Kisahnya panjang, harus dimulai dari riwayat Nyonya Gak. Semula dia....." "Tentang Nyonya Gak aku sudah tahu, dia puteri kepala penjahat!" kata Liong Sen. "Begitu kan?" "Ya, kalau begitu singkatnya begini. Dua perwira yang terbunuh itu bekas anak buah ayah Nyonya Gak yang bekerja sebagai anak buah Gak Liang Cun tapi sebenarnya mereka bukan anak buah Gak Liang Cun, dan mereka sangat berbeda! Seperti yang sudah kau ketahui, ayah Nyonya Gak terbunuh oleh empat kelompok penjahat." "Aku heran, jika benar mereka bekerja dan setia kepada Gak Liang Cun dan isterinya, kenapa Uh-bun Tiong yang kau bilang keponakan isteri Gak Liang Cun malah membunuh mereka?" kata Seng Liong Sen. "Karena di antara mereka terdapat persengketaan dan dendam. Uh-bun Tiong membantu Gak Liang Cun menumpas para penjahat, di antara penjahat itu ada seorang saudara angkat kedua orang bekas anak buah Nyonya Gak. Padahal sebelumnya mereka sudah sepakat akan saling memberi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kelonggaran kepada teman sendiri. Karena itulah di antara kedua orang itu dengan Uh-bun Tiong terjadi permusuhan, apa lagi kedua orang itu bukan tandingan Uh-bun Tiong. Jadi sekalipun dendam mereka tahan saja dulu!" "Apa Uh-bun Tiong masih pengikut Gak Liang Cun?" "Sudah 20 tahun dia meninggalkan Gak Liang Cun." "Aneh, kenapa bisa begitu?" kata Liong Sen. "Uh-bun Tiong mencintai puteri Nyonya Gak, tapi ternyata Nyonya Gak malah akan menikahkan putrinya dengan Khie Wie! Mengenai dia diangkat jadi anak angkat pun, tujuannya agar dia tidak menikah dengan putri Nyonya Gak! Belakangan dia mengetahui rahasia itu, hingga dia geram dan kabur!" kata si to-su.

Seng Liong Sen mengangguk tanda mengerti. Tak lama dia berpikir. "Pantas ketika Uh-bun Tiong mendengar puteri Gak Hu-jin meninggal, dia meneteskan air mata. Oh, jadi dia bukan sahabat Khie Wie, sebaliknya dia justru musuh besarnya!" kata Liong Sen.. "Kau benar," kata si to-su sambil tertawa. "Jadi siapa yang bilang dia sahabatnya? Malah ketika istri Khie Wie baru meninggal, aku dengar dia mencari Khie Wie untuk diajak pibu! Terapi saat bertanding Uh-bun Tiong kalah, dan Khie Wie mengampuni jiwanya!" Seng Liong Sen menganggguk, baru sekarang dia tahu duduk persoalannya. Kini sadarlah kalau dia tertipu oleh Uhbun Tiong. Rupanya dia minta diajari ilmu silat Khie Wie untuk membalas dendam. "Jadi hubungan Nyonya Gak dengan suaminya itu hanya hubungan palsu belaka!" sambung si to-su. "Setelah puterinya meninggal. Nyonya Gak jadi sebatang kara. Ketika terjadi pertarungan di ruang pesta ulang tahun suaminya, dua anak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

buah Nyonya Gak ketika melihat kehadiran Uh-bun Tiong, langsung melapor kepada Nyonya Gak. Setelah mendengar laporan itu. Nyonya Gak menugaskan kedua perwira itu untuk mencari Uh-bun Tiong. Tentu saja kedua perwira itu senang, sebab jika mereka berhasil menemukan Uh-bun Tiong maka mereks bisa membalas dendam." "Nyonya Gak ingin memanggil Uh-bun Tiong agar mereka bisa berkumpul kembali, sedangkan kedua perwira itu bermaksud lain, begitu?" kata Seng Liong Sen. "Benar!" kata si to-su. "Karena kami dengar Uh-bun Tiong ada di Yang-ciu, maka kami pun bergegas datang untuk mencarinya! Itu sebabnya kami bergabung dengan kedua perwira itu mencari dia!" Sesudah mendengar semua cerita itu, bukan main dongkol dan kesalnya Seng Liong Sen. Hampir saja dia mengorbankan jiwanya hanya untuk kepentingan Uh-bun Tiong yang licik itu. "Semua sudah aku jelaskan," kata si to-su. "Sekarang aku ingin tahu, apa hubunganmu dengannya?" "Jelas aku tertipu olehnya!" "Siapa sebenarnya kau?" tanya si to-su penasaran. "Maaf, sebelum menjawab aku ingin tahu, siapa Anda semua Tuan pendekar? Apakah kalian sahabat Bun Tay-hiap?" kata Seng Liong Sen. "Kami tidak pantas disebut pendekar," kata si to-su. "Terusterang kami juga tidak kenal pada Bun Tay-hiap, tapi kami

sangat kagum pada beliau!" Jawaban si to-su itu membuat Seng Liong Sen senang sekali. "Apa kau murid Bun Tay-hiap?" tanya si to-su.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku bukan muridnya. Mana pantas aku menjadi muridnya, aku hanya mempelajari beberapa jurus ilmu pedangnya saja, "jawab Seng Liong Sen berbohong. Setelah tenaganya pulih sedikit. Seng Liong Sen mengobati lukanya. Sedang si to-su cuma mengawasinya saja. "Tadi tanpa sengaja kita telah bertarung," kata Seng Liong Sen. "Lebih baik sekarang kita sudahi saja pertengkaran ini. Bagaimana pendapatmu?" "Baiklah, apa kau sudah bisa berjalan?" tanya si to-su. "Rasanya sudah bisa!" jawab Liong Sen. Dia mengambil sepotong kayu yang akan dijadikan tongkat. "Aku rasa aku sudah bisa meninggalkan tempat ini," kata Seng Liong Sen. "Baik silakan kau jalan dulu," kata si to-su. "Terimalah sebutir pil ini untuk tambah tenaga, semoga kau bisa sampai di Souw-ciu!" "Untuk apa aku ke Souw-ciu?" kata Seng Liong Sen sedikit terperanjat. "Bukankah sudah kukatakan tadi, tabib sakti she Ong yang bergelar Say-hoa-to itu ada di sana?" kata si to-su. "Lukamu tidak ringan, jika ingin segera sembuh terpaksa kau harus mencari dia. Aku cuma khawatir jika kawanku ini sadar, dia akan merintangimu!" Sebenarnya si to-su pun kuatir Seng Liong Sen berubah pikiran dan membunuh mereka. "Terima kasih, tapi ada satu lagi permintaanku." kata Seng Liong Sen. "Katakan saja, apa?" kata si to-su agaknya tak sabar. "Mengenai pertemuan ini, aku harap tidak kau katakan pada siapapun!" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik," jawab si to-su. Sesudah mendapat jawaban itu, Seng Liong Sen langsung pergi. Saat Seng Liong Sen menoleh, dia kesal dan dongkol seolah baru sadar dari mimpi buruk. Dia kesal karena tertipu oleh Uh-bun Tiong.

"Aku tidak mungkin ke Pek-hoa-kok," pikir Seng Liong Sen. "Aku pun puas karena sudah melihat Ci Giok Hian. Tapi untuk rukun kembali dengannya, rasanya tidak mungkin! Aku tak tahu, apakah aku harus kembali ke tempat Khie Wie atau tidak? Jika aku kembali maka aku akan berada di dalam kekangan orang itu!" Dia seolah melihat wajah Khie Wie dan puterinya Khie Kie yang berharap dia segera kembali ke sana. "Aku masih ingat wajahnya, saat aku akan berangkat, dia begitu tulus cintanya. Tapi sayang aku harus mengecewakan cintanya yang murni itu!" pikir Liong Sen. "Aku lebih senang menganggap dia sebagai adik saja. Tapi jika aku kembali aku pasti harus menikah dengannya!" Batas akhir yang diberikan Khie Wie masih tiga bulan lagi. Tetapi dia mengambil keputusan akan ke Souw-ciu dulu. "Aku harus mencari tabib Ong di sana!" pikirnya. Seng Liong Sen meneruskan perjalanan. Sesampai di tempat persewaan perahu, dia langsung menyewa sebuah perahu, dan meminta agar tukang perahu mengantarkannya ke kota Souw-ciu. Selama di atas perahu beberapa hari lamanya, Seng Liong Sen bisa beristirahat. Tanpa disadari kesehatannya mulai pulih. Sekarang tinggal luka dalamnya saja yang belum pulih. Namun Seng Liong Sen sudah bisa bergerak dengan leluasa. Walau wajahnya masih kelihatan pucat. Dalam perjalanan yang cukup lama membuat Seng Liong Sen bisa beristirahat dengan baik. Ditambah pula di sepanjang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perjalanan dia tidak mengalami suatu gangguan. Pada suatu hari, perahu yang ditumpangi Seng Liong Sen sampai di kota yang dituju. Pujian tentang keindahan kota ini memang benar. Kota Souw-ciu memang indah sekali. Ada kata pepatah di kalangan bangsa Han mengatakan : "Di langit ada surga, di bumi ada kota Souw-ciu dan kota Hang-ciu." Seng Liong Sen memang menyaksikan keindahan kota Souw-ciu tersebut. Sesudah turun dari perahu Seng Liong Sen berjalan kaki menyusuri jalan kota yang ramai. Sambil berjalan mata Seng Liong Sen terus memperhatikan nama toko atau merk di sepanjang jalan. Dia mencari merek "Say-hoa-to" papan nama milik Tabib Ong. Ketika asyik berjalan mata Seng Liong Sen melihat papan nama perusahaan sutera, tetapi pintu perusahaan itu tertutup rapat. Pada pintu perusahaan sutera itu tertempel kertas segel dengan cap tanda penyitaan dari pemerintah.

Seng Liong Sen meneruskan perjalanan mencari tempat usaha Tabib Ong. Sesudah melewati beberapa puluh toko akhirnya dia melihat sebuah toko yang menjual hasil bumi, tapi pintunya juga tertutup rapat. Itu menandakan bahwa toko tersebut disita oleh pemerintah setempat. Rasa ingin tahu Seng Liong Sen memaksanya bahwa dia harus meminta keterangan seseorang. Dia bertemu dengan seorang tua yang kebetulan lewat di situ. Ketika ditanya oleh seorang berwajah buruk, orang tua itu ketakutan. Tapi setelah Seng Liong Sen membujuknya dan orang tua itu tahu kalau Seng Liong Sen bukan penduduk setempat, orang tua itu mau memberi penjelasan singkat. Dari orang tua itu pemuda ini mengetahui bahwa pemilik toko hasil bumi itu seorang she Sun. Dia terkenal sebagai orang kaya yang baik hati. Tapi entah kenapa, kata orang tua itu, belum lama ini toko hasil buminya disita untung pemilik toko tidak tertangkap.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih," kata Seng Liong Sen pada orang tua itu. Sesudah itu dia melanjutkan mencari toko milik Tabib Ong. Sambil berjalan Seng Liong Sen mengingat-ingat ucapan dua saudagar yang bertemu di rumah Ti-hu she Gak. Saudagar Lauw mengaku sebagai pedagang kain sutera, sedang orang she Sun pedagang hasil bumi di kota Souw-ciu. "Jadi dua toko yang disegel itu pasti milik mereka!" pikir Seng Liong Sen. "Oh, mungkin karena mereka berdua ikut dalam aksi perampokan di gedung ti-hu di Yang-ciu!" Seng Liong Sen pun tahu, bahwa mereka bersahabat dengan tabib she Ong, walau tempo hari tabib Ong tidak tinggal bersama dengan mereka. "Aku tak tahu, mungkin tabib Ong tersangkut perkara perampokan itu?" pikir Seng Liong Sen. Tak lama karena perutnya sudah terasa lapar. Seng Liong Sen singgah di sebuah rumah makan. Ditambah lagi dia pikir siapa tahu dia bisa mendapatkan keterangan di rumah makan itu. Kebetulan rumah makan itu sedang sepi, hingga Seng Liong Sen bisa langsung memesan satu poci teh dan beberapa buah kue. Sesudah itu dia mulai ngobrol dengan pemilik rumah makan itu. "Tuan dari mana?" tanya pemilik rumah makan. "Aku dari Yang-ciu dan sengaja datang ke sini." "Ada keperluan apa? "Aku dengar di kota ini ada seorang tabib yang bergelar Say-hoa-to. Katanya dia she Ong, apa benar?" kata Seng Liong Sen.

"Tuan mau berobat padanya?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar, apa Tuan tahu di mana tempat tabib itu praktek?" kata Liong Sen. "Sayang sekali, Tuan datang pada saat yang tidak tepat!" kata tuan rumah. "Maksud Tuan? Apa dia tidak ada di rumah?" kata Liong Sen. Sebelum pertanyaan Seng Liong Sen dijawab, datang dua orang tamu dan pemilik rumah makan itu langsung menghampiri kedua tamunya itu. "Tidak perlu repot, Thio Lauw-pan," kata kedua tamu itu. "Kami ini kenalan lama. Layani saja tamumu itu. Aku lihat kalian sedang asyik sekali bicara!" Pemilik rumah makan itu yakin kedua tamu itu sudah mendengar apa yang mereka bicarakan. "Obrolan biasa saja, tamuku ini datang dari luar kota. Katanya dia ingin berobat!" jawab pemilik rumah makan. "Ah, pasti dia sedang mencari Tabib Ong, bukan?" "Tepat sekali," jawab Seng Liong Sen ikut bicara. "Tapi aku tak tahu di mana rumah tabib itu? Maka itu aku bertanya kepada Tuan Thio!" "Tadi sudah kusarankan, sebaiknya dia pulang saja," kata tuan rumah dengan cepat, sikapnya agak mencurigakan. "Kubilang padanya, adat tabib Ong sangat aneh. Di antara sepuluh orang yang datang mau berobat, jika ada yang diterima hal itu sudah sangat beruntung sekali!" "Ah, Tuan ini baru datang dari tempat yang jauh. Tidak ada salahnya jika dia mau mencoba. Siapa tahu dia salah satu dari sekian pasien yang beruntung diterima oleh tabib Ong," kata tamu yang bertubuh tinggi besar. "Benar sekali," kata temannya, "jika kau ingin ke tempat praktek tabib Ong, dari sini kau harus berjalan terus dijalan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

raya ini. lalu belok ke kiri dan belok kanan. Di ujung jalan terakhir itulah klinik pengobatan tabib Ong." "Kalau begitu dia ada di tempat?" kata Seng Liong Sen. "Ya, ada! Tapi jika kau datang bulan lalu, dia tidak ada. Katanya sedang berpergian. Sekarang dia sudah pulang!" kata si tamu. Melihat sikap pemilik rumah makan yang mencurigakan,

dan seperti takut pada kedua tamu baru itu Seng Liong Sen agak curiga. Tapi dia tidak takut pada kedua tamu itu. "Aku sudah ada di sini, jadi harus menemui tabib Ong!" pikir Seng Liong Sen. Sesudah mengucapkan terima kasih, Seng Liong Sen pamit. Dia ikuti petunjuk kedua orang itu. Tak lama dia menemukan rumah tabib Ong. Begitu sampai di depan rumah tabib Ong. dia lihat pintu rumahnya terbuka. "Ternyata rumahnya tidak disegel, berarti dia tidak ikut terlibat dalam perampokan di rumah ti-hu she Gak?" pikir Seng Liong Sen. Saat Seng Liong Sen mengawasi lewat pintu rumah tabib Ong, seseorang menghampirinya. "Tuan mau berobat?" kata orang itu. "Benar," kata Liong Sen. "Silakan masuk!" kata orang itu."Tunggu sebentar, akan kuberitahu Tabib Ong!" Seorang pelayan menyilakan Seng Liong Sen duduk, sedang pelayan yang lain menyuguhkan secawan teh. "Tuan datang dari tempat jauh, tentu lelah. Silakan minum tehnya sekadar untuk menghilangkan dahaga." kata pelayan. Melihat sikap pelayan yang menyambutnya agak lain dari biasanya, Seng Liong Sen curiga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, sungguh harum teh ini!" kata Seng Liong Sen. "Memang, ini teh Sio-ciong-teh pilihan, rasanya enak sekali jika diminum ketika masih hangat." kata pelayan itu. Seng Liong Sen curiga, dan takut kalau teh itu dicampur racun, maka dia angkat cawan teh itu agak tinggi, hingga cawan teh jadi agak terhalang oleh lengan bajunya. Sambil menunduk dia terlihat seolah sedang meneguk air teh itu. "Ah, enak sekali teh ini!" kata Seng Liong Sen. Tapi tiba-tiba cawan teh itu dijatuhkan ke lantai. Sedang kepala Seng Liong Sen terkulai ke atas meja dan tertidur nyenyak. Melihat hal itu kedua pelayan tadi bertepuk tangan gembira sekali. "Hm! Dia berhasil kita kerjai!" kata salah seorang pelayan. Tanpa pikir panjang kedua pelayan tadi bertepuk tangan gembira. "Bocah ini telah berhasil kita kerjai!" Salah seorang segera mengambil tambang hendak membelenggu Seng Liong Sen yang mereka kira sudah terbius dan tertidur lelap. Saat pelayan itu sudah dekat, tiba-tiba Seng Liong Sen berdiri dan langsung mencekal tangan pelayan yang

membawa tambang itu, sedang yang seorang lagi sempat mundur dan menendang Seng Liong Sen. "Hm! Kau mau berlagak di depanku, rasakan kelihayanku!" bentak Seng Liong Sen. Tendangan pelayan yang seorang lagi diegos oleh Seng Liong Sen hingga tidak mengenai sasaran, sebaliknya tepat mengenai kawannya sendiri. "Duuk!" "Aduh!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keduanya mengeluh dan terguling di lantai. Tapi tak lama datang lagi pelayan lain, mereka berkepandaian cukup tinggi. Tak lama Seng Liong Sen sudah dikepung oleh mereka. Melihat musuh berjumlah banyak, mau tak mau Seng Liong Sen kuatir juga. "Dari pada tertangkap lebih baik aku kabur saja." pikir Seng Liong Sen. Seng Liong Sen mendadak menyerang dengan hebat, ketika lawannya menghindar dia gunakan kesempatan itu untuk kabur. Begitu Seng Liong Sen berhasil keluar rumah, dia sampai di ambang pintu pagar. Tapi tiba-tiba sebuah golok menyambar ke arahnya. "Kau mau kabur ke mana?" bentak orang itu. Seng Liong Seng menggunakan pedangnya menangkis serangan golok itu. Saat Seng Liong Sen mengawasi penyerangnya, ternyata mereka itu kedua tamu yang ada di rumah makan dan yang memberi alamat tabib Ong. "Hm! Ternyata kalian! Sekarang rasakan pedangku ini!" kata Seng Liong Sen. Pedang Seng Liong Sen dipakai menyerang, ke arah satu dua sasaran. Dia coba mendesak kedua lawannya itu dengan hebat. Kedua orang itu terpaksa harus mundur menghindari serangan gencar dari Seng Liong Sen. Beberapa pelayan yang mengejar Seng Liong Sen pun sudah sampai, mereka langsung mengepung pemuda itu. Dalam keadaan sangat terdesak, Seng Liong Sen membalikkan tubuhnya, lalu kembali masuk ke dalam rumah, karena musuh terlalu banyak. Sesudah bertarung sekian lama. Seng Liong Sen kaget karena kepalanya terasa pening. Rasa pening ini mungkin karena luka dalam Seng Liong Sen belum sembuh. Sedang pertarungan itu telah menguras seluruh tenaganya. Sekarang keadaan Seng Liong Sen mulai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdesak. Merasa dirinya tidak berdaya, Seng Liong Sen nekat. Segera melakukan serangan cepat. "Ayo maju semua!" bentak Seng Liong Sen. "Jika aku bisa membunuh satu di antara kalian, bisa dikatakan imbang! Tapi jika aku bisa membunuh kalian berdua, aku yang untung!" Mendengar ucapan pemuda itu, kawanan penjahat itu jadi ngeri juga dan tidak ingin mengadu jiwa. Maka itu merekajadi agak keder menghadapi serangan Seng Liong Sen yang nekat. Melihat pemuda itu mulai nekat, di antara mereka ada yang melompat mundur. Kesempatan ini digunakan oleh Seng Liong Sen untuk melompat. Dia mencoba mendekati pintu keluar. Sayang tenaga Seng Liong Sen mulai lemah. Saat dia tak tahan lagi, tubuhnya mulai limbung. Mata Seng Liong Sen sudah mulai kabur. Diam-diam dia mengeluh agak putus asa. Pada saat sangat kritis bagi Seng Liong Sen, terdengar suara gemerincing. "Hai bodoh! Bukankah yang kalian cari aku?" bentak orang itu. "Aku orang she Sun ada di sini!" Saat Seng Liong Sen mengawasi ke arah orang itu, dia lihat seorang lelaki gemuk sedang memutarkan alat hitung bangsa Tionghoa (Sui-poa). Dia sedang melabrak para pengepung yang tadi mengeroyok Seng Liong Sen. Orang itu dikenal oleh pemuda ini ketika di Yang-ciu. "Saudara Liong jangan takut, ayo ikut aku!" kata orang she Sun itu. Segera orang she Sun ini menarik tangan Seng Liong Sen yang dia ajak pergi. Ketika itu Seng Liong Sen sudah sulit berjalan, tubuhnya limbung, jika tak dibantu dia bisa roboh saat itu juga. Mereka berdua berusaha menerjang mencoba keluar dari kepungan musuh, karena sulit sekali, terpaksa Seng Liong Sen pasrah diseret oleh orang she Sun itu. Sekalipun tubuhnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tambun, orang she Sun cekatan dan lincah sekali. Saat bebeapa musuh menyerang secara bersamaan maka senjata sui-poa orang she Sun itu bekerja! Senjata lawan dia tangkis dengan keras. "Trang! Tring!" Maka berjatuhanlah senjata lawannya terlepas dari tangan mereka. Senjata itu terbuat dari baja murni, beratnya luar

biasa. Saat lawan sedang panik karena senjatanya terlepas dari tangan mereka, maka kesempatan ini digunakan oleh orang she Sun untuk melompat ke atas rumah sambil mengepit tubuh Seng Liong Sen. Tiba-tiba kedua tubuh mereka melayang naik ke atas rumah. Dengan beberapa kali melompat mereka sudah jauh meninggalkan tempat musuh-musuhnya. Beberapa orang berusaha mengejar mereka, tapi mendadak orang she Sun mengayunkan senjatanya. Secara bersamaan beberapa buah biji sui-poa menyambar ke arah para pengejarnya. "Aduh! Aduh!" Beberapa orang yang terkena biji sui-poa langsung menjerit kesakitan. Sambil tertawa dan tetap mengepit tubuh Seng Liong Sen orang she Sun ini kabur dan tak ada yang berani merintanginya lagi. Dalam keadaan setengah sadar Seng Liong Sen merasakan tubuhnya seperti terapung di udara. Hatinya sedikit lega karena sekarang mereka berada di tempat yang aman. Tapi tubuh pemuda ini terasa lemah sekali hingga dia pingsan. Saat Seng Liong Sen sadar kembali, dia merasakan seolah tubuhnya sedang berada di sebuah ayunan. Sayup-sayup dia mendengar suara deru angin dan merasakan tiupannya. Ombak pun terasa menghantam perahu yang dinaikinya. Suara orang yang sudah dikenal berkata, "Ternyata kau sudah siuman, Liong Siauw-hiap!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Liong, orang yang sedang kau cari ada di sini! Coba kau lihat, apa kau masih mengenali kami?" kata yang lainnya. Pemuda itu mengawasi ke arah mereka, ternyata mereka ada tiga orang. Dia girang tapi juga kaget. Orang itu ternyata memang Tabib Ong yang sedang dia cari. Di sebelah tabib itu Sun Chu Kiok, saudagar hasil bumi. Sedang yang ada di sebelah kanan, ialah Lauw Keng, pedagang kain sutera yang dia kenal saat berada di Yang-ciu. "Kau orang yang bisa menepati janji," kata tabib Ong. "Tapi sayang aku tak bisa menunggu kedatanganmu di rumahku! Sungguh aku malu hingga menyusahkan kau!" Pemuda ini berusaha bangun untuk memberi hormat. "Jangan bangun dulu, lukamu parah," kata tabib Ong. "Terima kasih, Tabib Ong!" kata Liong Sen. "Aku girang, sekalipun dalam kesulitan, kau mau menemuiku. Entah bagaimana aku harus berterima kasih?" Dia juga mengucapkan terima kasih pada orang she Sun. "Jangan see-ji, bukan aku yang menolongimu, tapi Tabib

Ong!" kata Sun Chu Kiok. "Aku membantumu hanya dengan mulutku saja, sedang yang mengeluarkan tenaga saat ada bahaya bukan aku! Padahal kau sedang menghadapi bahaya lebih besar dari bahaya yang mengancam diriku," kata Tabib Ong. Sun Chu Kiok memberi penjelasan seperlunya pada pemuda itu, hingga akhirnya Seng Liong Sen mengetahui apa yang terjadi. Tabib Ong telah menduga Seng Liong Sen akan datang memenuhi undangannya dulu. Selama beberapa hari, Sun Chu Kiok dan Lauw Keng secara bergiliran mengintai di sekitar rumah tabib Ong. Maka itu saat Seng Liong Sen tertipu oleh musuh, mereka melihatnya. Lalu Sun Chu Kiok turun tangan menolongi Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen sangat berterima kasih pada mereka. Padahal mereka cuma kenalan tidak disengaja, tapi mereka menaruh perhatian padanya hingga Seng Liong Sen jadi terharu. "Aku tidak pernah menghiraukan orang yang mau berobat padaku, walaupun dia seorang pembesar. Tetapi jika sahabat kaum pendekar yang minta tolong, aku akan berusaha menolong mereka! Ketika di Yang-ciu, kau banyak membantu kaum kami, maka itu mana mungkin aku tinggal diam melihat kau terjebak oleh musuh." Sun Chu Kiok menjelaskan kenapa perusahaannya disita oleh pihak berwajib, begitu pun tempat pengobatan tabib Ong, itu semua karena tindakan mereka ketika di kota Yangciu. "Peristiwa itu telah diketahui karena perbuatan kami dan kawan-kawan. Semula Cian Tiang Cun ada di rumah tabib Ong, tapi karena dua hari yang lalu dia pergi sekarang sisa anak buahnya yang tertinggal hanya jago kelas dua. Maka itu aku bisa melabrak mereka dengan mudah." kata Sun. Sesudah itu tabib Ong memeriksa keadaan Seng Liong Sen, lalu memberi penjelasan tentang penyakit pemuda itu. "Lukamu bertambah berat. Barangkali sesudah bertarung di Yang-ciu, kau bertarung lagi dengan jago yang Iwee-kangnya tinggi. Tetapi jangan takut, penyakitmu bisa diobati luar dan dalam hingga sembuh!" kata tabib Ong. "Sedangkan penyakit aneh yang memang sudah ada, itu yang berbahaya!" "Aku sudah tidak terlalu mencemaskan lagi penyakitku itu, karena mati dan hidup manusia sudah takdir dari Tuhan. Tapi yang aku ingin tahu, penyakit apa sebenarnya itu?" "Dari hasil pemeriksaanku, tiga tahun lagi kau akan terserang Cauw-hwee-jip-mo! Asal penyakit itu karena salah berlatih Iwee-kang. Apakah kau kenal dengan penjahat

bernama Khie Wie?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen kaget mendengar pertanyaan itu. "Jadi dia tahu aku belajar dari Khie Wie?" pikir Seng Liong Sen. Karena bingung dia tidak berani berterus-terang, maka itu dengan terpaksa dia menjawab sekenanya. "Ya! Nama itu memang pernah aku dengar, tapi aku tidak kenal." jawab Seng Liong Sen. "Dia telah menghilang dari dunia Kang-ouw 20 tahun yang lalu. Wajar jika kau tidak kenal padanya," kata tabib Ong. "Dulu Khie Wie pun pernah berobat padaku, saat dia keracunan. Waktu itu tenaga dalamnya belum sempurna, walau sudah ada tanda-tanda dari denyut nadinya bahwa kelak dia pasti akan mengalami Cauw-hwee-jip-mo yang parah. Keadaan denyut nadinya ketika itu sama seperti nadimu sekarang. Apa kau bisa memberitahuku siapa gurumu?" "Maaf, Guruku berpesan dia tidak ingin namanya diketahui orang lain, maka itu terpaksa aku tak bisa memberi tahu," kata Seng Liong Sen. Mendengar jawaban itu sekalipun kelihatan kurang puas, tabib Ong tidak memaksa. Seng Liong Sen pun tidak tahu akan ke mana mereka sekarang. Saat dia akan bertanya, datang tukang perahu memba-wakan semangkuk bubur dan beberapa jenis sayuran. "Karena sudah sehari semalam kau tidak makan apa-apa, tentu kau lapar." kata tabib Ong. "Silakan kau makan dulu, sesudah makan baru kita bicara lagi." Seng Liong Sen langsung makan apa yang disediakan untuknya. Sedang Sun Chu Kiok dan Lauw Keng minum arak berdua sambil tersenyum puas. "Sayang kau belum boleh minum arak," kata Sun Chu Kiok.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini arak Kui-hoa-ciu yang terkenal di daerah Thay-ouw, tentu saja enak rasanya," kata tabib Ong. "Tapi kau bukan tidak boleh minum arak, asal arak yang bermanfaat bagi kesehatanmu tentu saja boleh!" "Arak apa itu?" tanya Lauw Keng. "Arak Pek-hoa-ciu buatan keluarga Ci di Pek-hoa-kok," kata tabib Ong. Seng Liong Sen kaget ketika mendengar nama keluarga Ci

di Pek-hoa-kok disebut-sebut, sebab pikirnya keluarga Ci di Pek-hoa-kok yang dimaksud tidak lain pasti keluarga Ci Giok Hian. "Arak Pek-hoa-ciu buatan keluarga Ci, rasanya tidak sulit untuk mendapatkannya, karena aku kenal pemiliknya. Ketika ada di Yang-ciu, tapi sekarang nona Ci sedang pergi ke Kimkeeleng!" kata Sun Chu Kiok. "Sepengetahuanku di rumah nona Ci ada seorang tukang kebun, kita coba bertanya padanya, apa di rumah majikannya masih tersimpan arak yang dimaksud itu?" kata Lauw Keng. "Jika arak itu penting untuk Saudara Liong, bagaimana pun kita harus mengusahakannya!" kata Sun Chu Kiok. "Jika perlu kita cari nona Ci ke Kim-kee-leng!" "Benar, saat di Yang-ciu aku lihat nona Ci pun menaruh perhatian pada saudara Liong!" kata Lauw Keng sambil tertawa. "Dia bilang dia berhutang budi dan belum sempat mengucapkan terima kasih padamu! Jika dia tahu keadaanmu di sini, aku yakin dia bersedia datang ke mari! " Seng Liong Sen pun kaget mendengar keterangan itu langsung berpikir, "Semoga dia tidak datang ke mari. Sebab jika dia tahu siapa aku, lebih baik aku mati saja!" Sesudah makan Seng Liong Sen merasa tubuhnya agak segar. Sambil bersandar pada dinding perahu, Seng Liong Sen mengawasi jajaran gunung di tepi danau. Pemandangan di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat itu indah sekali. Menyaksikan pemandangan itu Seng Liong Sen kaget. "Di mana kita sekarang?" kata Seng Liong Sen. "Ini daerah Thay-ouw, apa Saudara Liong belum pernah ke sini?" kata Sun Chu Kiok sambil tertawa. "Ah, bisa gawat aku! Jika benar ini danau Thay-ouw!" pikir Seng Liong Sen. "Semula akan kukatakan padamu," kata tabib Ong. "Seharusnya kau ikut bergembira, sebab nama Ong Cong-ceecu dari Thay-ouw, itu Ong It Teng! Pasti kau pun kenal, bukan?. Nah, kita akan ke sana. Aku yakin selama kau istirahat di sana, kau tidak perlu takut diganggu oleh musuh!" Seng Liong Sen kaget bukan kepalang, sebab Ong It Teng sahabat gurunya. "Aku sudah mendengar namanya, tapi sayang belum berkenalan dengan beliau!" kata Seng Liong Sen. "Aku juga belum kenal," kata tabib Ong, "Tapi karena kami membawa surat pribadi Tu Hok dari Kim-kee-leng, maka itu kami ke sana untuk berlindung di tempat Ong Cee-cu andaikata terjadi suatu masalah."

"Aku cuma bertemu dua kali dengannya, saat itu dia sedang berunding dengan Su-hu. Tapi dia tidak memperhatikan aku. Jika Giok Hian samar padaku, apalagi dia!" pikir Seng Liong Sen. Tapi tak urung jantung pemuda itu berdebar juga. Tak lama perahu mereka sudah merapat ke tepi danau. Ternyata kedatangan mereka sudah ditunggu oleh anak buah Ong Cee-cu. Untuk mengangkut Seng Liong Sen pun telah disiapkan sebuah joli yang biasa digotong oleh empat orang. Saat Seng Liong Sen sudah dinaikkan lalu dibawa ke atas gunung.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu sampai dia dipertemukan dengan Ong It Teng yang menyambutnya dengan ramah. Seng Liong Sen segera memberi hormat dan Ong It Teng pun langsung berkata, "Saudara Liong, urusanmu sudah aku ketahui semuanya!" Bukan main terkejutnya Seng Liong Sen mendengar ucapan tuan rumah itu. "Ah, ternyata rahaiaku sudah diketahuinya?" pikir Seng Liong Sen. Kemudian Ong It Teng langsung menyambung katakatanya. "Kejadian di Yang-ciu, bantuanmu itu sangat berharga," kata Ong It Teng. "Aku dengar kau berhasil menolongi Nona Ci!" Bukan main lega hati Seng Liong Sen sesudah mengetahui bahwa yang dibicarakan Ong It Teng ternyata kejadian di gedung Tihu she Gak itu. Dengan sikap merendah dia langsung menjawab. "Itu sudah kewajiban sesama sahabat!" kata Liong Sen. "Ngomong-ngomong tentang nona Ci, nasibnya perlu dikasihani. Apa saudara Liong sudah mengetahui kisah hidupnya?" Bukan main kagetnya pemuda ini, jantungnya berdebardebar tak hentinya. Dia mencoba menenangkan diri. "Keluarga Ci di Pek-hoa-kok keluarga persilatan yang terkenal, aku cuma tahu nona Ci puteri keluarga Ci, lebih dari itu aku tidak tahu." kata Seng Liong Sen. "Kalau begitu, Saudara Liong belum tahu dia sudah janda," kata Ong It Teng. "Nama suaminya Seng Liong Sen, murid pewaris Bun Yat Hoan, seorang Bu-lim-beng-cu daerah Kanglam. Sayang, katanya pemuda cekatan dan pandai itu menurut kabar terakhir yang aku dengar tewas di tangan Wan-yen

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoo, anak Wan-yen Tiang Cie, panglima pasukan pengawal kerajaan Kim. Saat pemuda itu meninggal mereka menikah belum setahun. Kasihan nona Ci yang masih muda itu jadi janda!" Ong It Teng tidak tahu kalau suami Ci Giok Hian adalah dia. Untuk menutupi rasa kagetnya Seng Liong Sen berkata, "Sayang memang. Sejak dulu wanita cantik nasibnya selalu buruk!" "Ada lagi yang aku benci mengenai adat kolot, jika suami meninggal sang isteri harus menjadi janda selamanya," kata Ong It Teng. "Menurut pendapatku, kita kaum Kang-ouw tidak perlu menghiraukan aturan kuno itu!" "Pendapatmu begitu, Ong-cecu, tapi aku tidak tahu bagaimana pendapat nona Ci?" kata Sun Chu Kiok sambil tertawa. "Dia belum punya anak, kenapa harus jadi janda selamanya," kata Ong It Teng. "Hai, rupanya Ong Cee-cu punya maksud menjadi comblang nona Ci?" kata Lauw Keng. "Aku memang punya maksud itu, tapi aku kira pendapat ini terlalu terburu-buru," kata Ong It Teng. Seng Liong Sen cukup cerdik, dia bisa menangkap maksud ucapan Ong It Teng. Dia terharu mendengar ucapan Ong It Teng itu. Dari nada ucapan Ong It Teng, dia ingin menjodohkan Seng Liong Sen pada Ci Giok Hian. "Kau tak tahu aku ini suaminya, masakan aku akan kau jodohkan pada istriku sendiri?" pikir Seng Liong Sen. Melihat pemuda itu diam saja, Ong It Teng sadar. "Saudara Liong kau harus istirahat. Sesudah kau sembuh nanti kita bicarakan lagi masalah ini!" kata Ong It Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang tabib Ong tidak bergelar kosong, dia bisa menyembuhkan luka-luka Seng Liong Sen dengan cepat. Sesuai gelarnya Hoa To yang mengambil nama tabib terkenal di Zaman Tiga Negara, memang lihay. "Apa kau sudah merasa kuat untuk berlatih tenaga dalam. Saudara Liong?" kata tabib Ong. "Aku mohon petunjuk, LoCian-pwee. Sesudah lukaku sembuh, jika aku tidak berlatih tubuhku terasa tak enak," kata Liong Sen.

"Jika demikian mau tak mau kau harus berlatih tenaga dalam itu!" kata tabib Ong. "Jangan takut, aku akan usahakan agar kau bisa bebas dari rasa demikian itu! Kau akan kuajari bagaimana menyembuhkan kecanduan itu dengan cara ilmu pengobatan! Jika sudah sembuh, tenaga dalam ajaran Khie Wie itu akan bermanfaat bagimu." Seng Liong Sen senang mendengar keterangan itu. Jika benar begitu, maka dia akan lebih lihay dari Uh-bun Tiong yang telah menipunya. Setelah berobat dan istirahat selama sebulan di tempat Ong It Teng sekarang hati Seng Liong Sen mulai tentram. Setiap hari dia diobati dengan tusuk jarum. Seng Liong Sen pun tidak lupa berlatih tenaga dalam. Sesudah lewat beberapa waktu lagi, tanpa minum obat dari Khie Wie tubuh Seng Long Sen terasa segar dan nyaman sekali. Selama istirahat dia selalu menghindari bertemu dengan Ong It Teng dengan harapan rahasia dirinya tidak ketahuan. Tak lama Ong It Teng mulai sibuk memimpin para bajak, hingga dia juga jarang bertemu dengan Seng Liong Sen. Pada suatu hari, sesudah Seng Liong Sen selesai berlatih dia merasakan tubuhnya segar sekali. Maka itu dia pikir sudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saatnya dia akan meninggalkan Thay-ouw. Ketika itu datang pesuruh memberi kabar. "Di luar ada tamu ingin bertemu dengan Liong Siauw-hiap!" kata pelayan itu dengan hormat. Seng Liong Sen kaget dan cemas sebelum dia tahu siapa tamu yang datang ingin menemui dirinya. Tapi terpaksa Seng Liong Sen dengan perlahan-lahan berjalan akan menemui tamu tersebut. Sebelum masuk ke ruang tamu, Seng Liong Sen sempat mendengar ucapan Ong It Teng. "Aku tidak mengira Uh-bun Tiong sekarang sudah muncul di Dunia Kang-ouw lagi. Apa kau bertemu dengannya?" kata Ong It Teng. "Sebenarnya aku tidak bertemu dengannya, tapi kawan kita sempat melihatnya!" kata suara tamu itu. "Siapa yang dimaksud kawan kita olehnya? Apakah itu aku?" pikir Seng Liong Sen. Tak lama Seng Liong Sen masuk ke ruang tamu. Di sana dia lihat Sun Chu Kiok dan Lauw Keng sedang berbincang dengan seorang tua yang belum dikenalnya. Ong It Teng memperkenalkan tamu itu pada Seng Liong Sen. "Tuan ini bernama Han Seng Tek!" kata Ong It Teng. "Dia salah satu Cee-cu di bawah perintahku. Saat kau baru datang

dia masih di Yang-ciu!" "Saudara Liong sebenarnya kita sudah pernah bertemu!" kata Han Seng Tek pada Liong Sen. "Benarkah, aku agak lupa, di mana ya?" kata Seng Liong Sen. "Saat terjadi keributan di rumah Gak Liang Cun, aku juga ada di sana!" jawab Han Seng Tek. "Karena masalah belum selesai, aku tinggal di sana beberapa hari lagi!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami sedang membicarakan Uh-bun Tiong, apa kau kenal dengannya?" kata Ong It Teng. "Terus-terang pengalamanku masih rendah, aku tidak kenal dia!" jawab Seng Liong Sen. "Bagaimana Khie Wie, kau kenal?" tanya Ong It Teng lagi. "Tentang penjahat itu aku dengar dari Tabib Ong," kata Seng Liong Sen. "Umur Uh-bun Tiong hampir sebaya dengan Khie Wie, mereka lihay. Tapi keduanya sempat menghilang dari kalangan Kang-ouw dalam waktu yang hampir sama." kata Ong It Teng. "Uh-bun Tiong tidak bisa disamakan dengan Khie Wie," kata Han Seng Tek. "Sekalipun Khie Wie jahat, tapi dia bukan kawan bangsa asing. Hanya sifatnya aneh, dia berdiri di antara yang jahat dan yang baik! Lain lagi Uh-bun Tiong, dia pembantu utama Gak Liang Cun. Aku tidak tahu kenapa dia meninggalkan orang she Gak itu? Sekarang dia muncul kembali dan kabarnya mendapat atasan yang lebih hebat!" "Tadi kau bilang ada kawan kita yang melihatnya, siapa mereka?" kata Ong It Teng. "Seorang to-su bernama Khu Tay Beng dan berganti nama jadi It Beng Tay-su dan hwee-shio bernama Theng Pek Keng atau dipanggil Pek Hwee Tay-su," kata Han Seng Tek. "Jadi yang dia sebut kawan kita itu mereka?" pikir Seng Liong Sen yang pernah bertarung dengan mereka hidup dan mati. "Tapi aku tidak kuatir karena to-su itu sudah berjanji akan tutup mulut! Tapi aku tak tahu apa dia bisa memegang janji atau tidak?" "Kedua orang itu bermusuhan dengan Uh-bun Tiong sudah 20 tahun yang lalu karena saudara angkat mereka terbunuh oleh Uh bun Tiong!" kata Han Seng Tek. "Sekali ini Uh-bun Tiong dapat mereka temukan di suatu lembah di luar kota

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang-ciu. Dalam pertarungan itu hampir saja jiwa Pek Hweeshio melayang, It-beng To-jin terluka parah. Waktu aku bertemu dengan mereka, keadaan Pek-hwee tampak payah dan berjalan pincang." "Aneh juga, setahuku kepandaian mereka tidak lemah, seorang lawan seorang saja selisihnya tidak banyak, masa mereka berdua kalah di tangan Uh-bun Tiong?" kata Ong It Teng. "Barangkali Uh-bun Tiong dibantu oleh orang lain?" kata Sun Chu Kiok. Mendengar kisah itu Seng Liong Sen ingat pengalamannya dan jadi tegang sendiri, dia kuatir bisa jadi Pek Hwee-shio akan membongkar apa yang terjadi antara dia dengannya waktu itu. Tapi Han Seng Tek telah berkata lagi. "Aku pikir demikian, namun menurut cerita it Beng To-jin kekalahan mereka disebabkan karena terjebak oleh akal licik Uh-bun Tiong sehingga mereka sama-sama terluka. Tapi menurut pikirku, rasanya keterangan It Beng To-jin itu meragukan. Tadi sudah kukatakan bisa jadi Uh-bun Tiong mendapatkan Cu-kong yang lebih tinggi dari Gak Liang Cun, yang aku maksudkan Wan-yen Hoo, putra Wan-yen Tiang Cie dari Kerajaan Kim. Tapi aku kira Uh-bun Tiong tidak mendapat bantuan dari Wan-yen Hoo. Aku yakin It Beng menyembunyikan sesuatu dan tidak mau berterus-terang. Lebih baik kita tunggu saja kedatangan mereka berdua, baru masalah ini akan lebih jelas!" kata Han Seng Tek. "Aku harus segera meninggalkan Thay-ouw. Tak lama lagi sudah hari ke 49, sesuai kata Tabib Ong. Semoga saja mereka tidak segera datang!" pikir Seng Liong Sen. "Aku harus segera pergi sebelum mereka datang!" Tetapi tanpa diduga tiba-tiba terdengar suara terompet dan Han Seng Tek bangun dari kursinya. "Aku kira ada tamu yang datang!" kata Han Seng Tek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau benar, pasti itu bukan tamu biasa," kata Ong It Teng sambil tertawa riang. Suara terompet itu sebagai tanda bagi Ong Cee-cu agar bersiap menyambut kedatangan tamu agung. Karena Ong It Teng sendiri yang akan menyambut tamu itu, pasti tamu yang datang itu bukan tamu biasa. Hati Seng Liong Sen berdebar karena khawatir kalau tamu yang datang itu It Beng To-jin dan Pek Hui Hwee-shio adanya. Dia bangun dari kursinya dan bermaksud hendak mohon diri akan kembali ke kamarnya. Tapi Ong It Teng menahan agar

dia tidak pergi. "Jangan ke mana-mana, kau tunggu di sini. Siapa tahu kau juga kenal dengan tamu itu!" kata Ong It Teng. Mendengar keterangan itu pemuda ini bertambah kaget, tapi karena tuan rumah yang minta dia menunggu, terpaksa Seng Liong Sen menurut karena kuatir orang mencurigainya. Dia duduk kembali di kursinya. Ternyata tamu itu Kok Siauw Hong! "Aku kira kalian sudah saling kenal sebelumnya, bukan?" kata Ong It Teng. "Benar, kami pernah bertemu di Yang-ciu," kata Kok Siauw Hong. "Liong-heng, melihat kau terluka, kami ikut kuatir, pasti sekarang kau sudah sembuh, bukan?" "Terima kasih atas perhatianmu," jawab Seng Liong Sen. "Aku sembuh berkat pertolongan Tabib Ong, aku sekarang sudah sehat! Kau ke mari, ada khabar apa?" "Kedatanganku justru atas permintaan Nona Ci untuk melihat keadaanmu," kata Kok Siauw Hong. Tentu saja Seng Liong Sen heran, dari mana Ci Giok Hian tahu dia berada di tempat Ong It Teng. Saat Seng Liong Sen sedang kebingungan Ong It Teng tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku yang memberitahu Nona Ci, bahwa kau berobat di sini!" kata Ong It Teng. "Nona Ci sekarang ada di Kim-kee-leng sedang membantu melatih laskar wanita di sana, karena itu aku mengusulkan agar menjemput Saudara Liong untuk datang ke Kim-keeleng." kata Kok Siauw Hong. "Benar, demikian harapan Nona Ci!" kata Ong It Teng. "Kau telah menyelamatkan jiwa nona Ci, dia sangat berterima kasih dan ingin segera bertemu denganmu," kata Kok Siauw Hong. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 69 Takut Ketahuan Rahasianya Seng Liong Sen Kabur; Pertarungan Dengan Para Bajak

Ketika Ci Giok Hian melihat Seng Liong Sen untuk kedua kalinya di Pek-hoa-kok, dia agak curiga. Malah nona Ci berharap siapa tahu dia bisa bertemu lagi dengan pemuda itu, tetapi karena takut menjadi bahan gunjingan juga untuk menghindari prasangka buruk orang-orang, dia tidak ingin pergi bersama-sama dengan Kok Siauw Hong. Ong It Teng dan Kok Siauw Hong melanjutkan berbincangbincang dengan pemuda itu dan ingin bersahabat dengan

Liong Sen. Maka itu sengaja Kok Siauw Hong duduk berendeng dengan Liong Sen untuk diajak berbincangbincang. Saat itulah tiba-tiba Kok Siauw Hong merasa seperti pernah melihat pemuda bermuka buruk itu, tetapi dia lupa entah di mana? Maka itu dia sengaja menatap wajah pemuda itu lebih serius. Seng Liong Sen yang ditatap begitu tentu saja jadi gelisah tak karuan. Mau tak mau air mukanya berubah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Liong," kata Kok Siauw Hong sambil tertawa, "aku rasa kau mirip dengan seorang temanku!" Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen terkejut karena dia duga Kok Siauw Hong sudah mengenali siapa dirinya. Maka itu buru-buru dia menjawab. "Ah, mana mungkin di dunia ini ada orang lain yang mukanya seburuk aku?" kata Seng Liong Sen. "Mendengar kata-katamu aku ingat pada seseorang, kau memang agak mirip dengannya," sela Ong It Teng sambil tertawa. "Tidak hanya wajahmu yang mirip, malah perawakanmu pun sama dengannya! Kawan yang Kok Siauwhiap maksudkan itu, pasti Seng Liong Sen murid Bun Tay-hiap, bukan?" "Betul Ong Cee-cu! Tapi sayang Seng Siauw-hiap sudah meninggal, jika dia masih hidup dan kita lihat mereka dari belakang, kita akan mengira mereka itu saudara kembar!" kata Kok Siauw Hong. "Ada-ada saja! Mana boleh aku disamakan dengannya!" kata Seng Liong Sen yang tubuhnya mulai berkeringat. "Sungguh bahagianya aku jika aku bisa menjadi murid Bun Tay Hiap!" Mendadak Ong It Teng bicara sungguh-sungguh. "Jika Liong-heng benar berminat ingin jadi murid beliau, aku bisa menjadi perantaramu. Suami nona Ci yang meninggal itu pun murid Bun Tay-hiap, sedang kau telah menyelamatkan jiwa Nona Ci, jika Bun Tay-hiap menerimamu sebagai muridnya, ini suatu peristiwa yang menarik juga?" kata Ong It Teng. Tampak Seng Liong Sen sedikit gugup oleh ucapan Ong It Teng itu. Dia harus bersyukur saat itu tabib Ong masuk ke tempat itu. Ong It Teng memperkenalkan Kok Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada tabib Ong dan mengatakan usahanya mencari Pekhoa-

ciu di rumah Ci Giok Hian tidak berhasil. "Jangan kuatir. Nona Ci punya resep arak obat keluarganya, sekalipun dia ada di Kim-kee-leng arak itu dapat disulingnya," kata Kok Siauw Hong berusaha melegakan hati Seng Liong Sen. "Sebenarnya hanya sepuluh hari lagi pengobatan tarap pertamaku akan berakhir," kata tabib Ong. "Tapi jika pengobatanku itu ditambah dengan Pek-hoa-ciu, penyakit Liong-heng ini dapat dipunahkan sampai keakar-akarnya. Ya, sekarang sudah tiba saatnya untuk kau tusuk jarum, harap Liong-heng ikut aku ke kamarmu." Seng Liong Sen girang mendengar ajakan itu, dengan demikian dia bisa bebas dari tatapan Kok Siauw Hong yang tajam dan menyelidik itu. Maka itu dia mohon diri ikut tabib Ong untuk tusuk jarum di kamarnya. Dengan keterampilan yang luar biasa tabib Ong mengobati Seng Liong Sen dengan tekun. Malam harinya.... Seperti biasa pikiran Seng Liong Sen kacau hingga dia tak bisa tidur. Menurut nasihat tabib Ong dia diminta tinggal beberapa hari lagi di tempat Ong It Teng. Tabib Ong yakin Seng Liong Sen akan sembuh total. Tetapi melihat sikap Kok Siauw Hiong tadi siang yang seolah mencurigainya, Seng Liong Sen bingung sendiri. Yang lebih membingungkan Seng Liong Seng, bagaimana jika Kok Siauw Hong mengajak dia pergi ke Kim-kee-leng? Hal itu akan membuat dia bertemu lagi dengan Ci Giok Hian. Kekhawatiran yang lain dia takut jika si To-su dan Hwee-shio itu akan segera tiba di rumah Ong It Teng. Dengan hati tak tentram karena merasa berdosa, Seng Liong Sen jadi tertekan. Maka itu dia mengambil keputusan akan meninggalkan tempat Ong It Teng secara diam-diam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah membuat sepucuk surat, dia meletakkan surat itu di atas tempat tidurnya, kemudian pergi dari tempat orang she Ong yang baik hati itu. Dengan sabar Seng Liong Sen menunggu sampai fajar menyingsing, hal ini dia putuskan agar bisa berjalan ke tepi danau. Ketika sampai di sana, dia mendapatkan sebuah perahu kecil. Ketika itu tukang perahu kepercayaan Ong It Teng yang sudah kenal dengannya, menganggap dia sebagai tamu Cong Cee-cu mereka. Tapi Seng Liong Sen berbohong pada tukang perahu itu. bahwa dia sudah sembuh. Sekarang dia harus pulang. Dia pun mengaku bahwa dia pergi seijin dari Ong It Teng. Tapi tukang perahu itu sangsi karena tidak seorang pun yang mengantarkan kepulangan pemuda itu,

karena dia sudah tahu tamu itu pendekar yang terluka saat terjadi perampokan di Yang-ciu, dia tidak menolak permintaan pemuda itu yang minta diseberangkan. Apalagi ketika itu cuaca cerah, angin pagi meniup sepoisepoi basah. Ini membuat tubuh orang menjadi segar. Seng Liong Sen naik ke perahu, dia duduk bersandar di tepian perahu sambil memandang ke permukaan danau. Dia sangat berduka, "Dunia seluas ini seolah tidak ada tempat bagiku!" pikirnya. Tanpa terasa terbayang dua nona cantik di otaknya, satu Ci Giok Hian yang jelita, sedang yang lain nona Khie Kie. Sekalipun dia tahu bagaimana cintanya nona Khie Kie kepadanya, tapi dengan terpaksa dia harus mengecewakan gadis yang masih polos itu. "Untung penyakitku sudah tidak berbahaya lagi walau belum sembuh sama sekali," pikir pemuda itu. "Untuk selanjutnya aku harus berkelana sendirian di dunia Kangouw!" Karena sedang mengenang pengalamannya yang pahit getir dengan suka-dukanya, Seng Liong Sen tidak merasa saat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu sudah tengah hari. Perahu itu pun sudah mengarungi setengah dari danau Thay-ouw yang luas itu. Sedang daratan di seberang sudah kelihatan dari jauh. Hati Seng Liong Sen sedikit lega. Tak lama lagi dia sudah akan meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba tampak sebuah tongkang besar melaju ke arah perahu mereka. Tukang perahu itu kaget. "Eh, itu tongkang siapa? Aku rasa itu bukan perahu milik kami!" kata si tukang perahu. Kapal tongkang itu besar sekali, berbeda dengan perahu mereka. Saat itu si tukang perahu baru ingat mengenai kekalahan Kiauw Sek Kiang dalam pertempuran laut di sungai Tiang-kang (Yang-cee-kiang), dia salah seorang bajak laut dari wilayah Laut Timur. "Eh, jangan-jangan itu kapal mereka!" kata tukang perahu itu cemas bukan main. Buru-buru dia nembelokkan perahunya kembali ke tengah danau. "Hai, akan kau dayung ke mana perahu ini?" tanya Seng Liong Sen keheranan saat tahu perahu itu berbelok arah. "Aku akan menemui mereka," kata tukang perahu. "Mau apa kapal mereka memasuki wilayah ini?" Tak lama kapal besar itu meluncur dengan cepat hingga berpapasan dengan perahu kecil. Tukang perahu itu membentak lantang. "Hai, siapa kalian dan mau apa datang ke mari?" kata si

tukang perahu. Terlihat di haluan kapal muncul tiga orang lelaki bertubuh kekar, seorang di antaranya membentak, "Kau siapa? Atas dasar apa kau berani menanyai kami?" "Aku dari Tong-teng-san Barat," jawab tukang perahu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, jadi kau anak buah Ong It Teng!" seru lelaki tadi sambil tertawa terbahak-bahak. Dia memberi tanda pada kedua kawannya. Ternyata ketiga tampak garang dan mereka anak buah bajak. "Jadi kalian ini anak buah Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang!" bentak tukang perahu. Orang itu tertawa terbahak-bahak. "Benar! Ternyata hari ini kau sedang sial bertemu dengan kami!" kata orang itu. "Lihat saja siapa yang sial?" kata Seng Liong Sen. Baru saja Seng Liong Sen menghunus pedangnya, mendadak kedua lelaki tadi melompat dan berakrobat di udara. Saat turun dia hinggap di haluan perahu kecil itu. Namun, sebelum kaki mereka menginjak perahu. Seng Liong Sen mendahului menusuk dua kali. Salah seorang langsung mengayunkan goloknya, dengan gerakan "Eng-kek-tian-khong" (Elang menerkam dari udara), segera golok orang itu membacok ke bawah. Sedang orang yang ada di sebelah kanannya, membuka kedua telapak tangannya mencoba mencengkram bahu Seng Liong Sen. Meski ilmu silat kedua orang itu tinggi, tapi mana mampu melawan ilmu pedang Seng Liong Sen yang lihay. Saat sinar pedang pemuda itu menyambar, tak ampun lagi jari tangan lelaki di sebelah kanan terpotong putus dan terjungkal ke dalam danau. Ketika pedang Seng Liong Sen berbalik, golok musuh yang sedang membacok itu tertangkis. Saat itu disusul oleh tendangan kaki Seng Liong Sen, tanpa ampun lagi pria di sebelah kiri itu pun tercebur ke danau. Melihat Seng Liong Sen berhasil mengalahkan musuhmusuhnya, tukang perahu itu lega. Dia mengambil terompet dan langsung meniupnya. Lalu dia dayung perahu itu sekuat tenaganya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, kenapa kau putar perahu ini?" teriak Seng Liong Sen. "Terpaksa aku harus kembali untuk memberi khabar pada

Ong Cee-cu! Maaf Liong Tay-hiap, aku menghalangi keberangkatanmu," kata tukang perahu. Suara terompet tukang perahu itu sebagai tanda bahaya. Karena perahu nelayan yang kelihatan hanya sebuah dan berada terlalu jauh dari mereka, maka tukang perahu itu berpikir dia harus segera memutar haluan untuk memberi laporan kepada Ong It Teng. Saat itu kedua orang yang terjungkal ke danau, timbul lagi ke permukaan air sambil berteriak. "Hm! Kalian mau lari ke mana?" kata seorang bajak itu. Bagi para bajak laut, air danau bukan penghalang. Mereka bisa berenang cepat dan mengejar ke arah perahu kecil itu. Pria tinggi besar yang berada di haluan kapal pun berteriak. "Mau kabur ke mana, terima senjataku!" kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mengangkat jangkar kapal dan langsung dilemparkan ke arah perahu kecil itu. "Braaak!" Jangkar itu tepat menghantam atap perahu nelayan hingga berantakan. Perahu kecil itu pun berguncang hebat! Kemudi perahu tak mampu dikuasai lagi oleh si nelayan. Saat jangkar besar itu masih bergerak turun akan menghantam dasar perahu. Seng Liong Sen menggunakan pedang-nya untuk menyontek jangkar itu. Tak lama jangkar yang tadi akan jatuh ke atas lantai perahu, terlontar ke danau! Seng Liong Sen pun mencoba menggunakan ilmu memberatkan tubuh untuk menahan olengan perahu kecil itu.

Pada saat itu air danau sudah mulai merembes masuk ke dalam perahu. Karena dasar perahu itu sudah berlubang, perlahan-lahan perahu itu mulai karam. Lubang di dasar perahu itu dibuat oleh dua pria yang terluka oleh Seng Liong Sen tadi. Melihat keadaan sudah mendesak, tukang perahu itu jadi kalap, dia terjun ke danau untuk melabrak kedua orang itu. Sayang Seng Liong Sen tidak bisa berenang, maka itu saat dua orang itu bekerja sedang membocorkan perahunya, dia tak bisa mencegahnya. Tak lama air danau berubah merah, itu berarti ada orang yang terluka. Selang sesaat dua orang itu sudah muncul lagi di permukaan danau. Jelas sudah tukang perahu itu tewas di tangan kedua bajak yang kejam itu. "Hai, apa kau juga mau ikut mampus di danau?" kata bajak itu. Melihat tukang perahu telah binasa. Seng Liong Sen nekat, sebelum perahu itu karam dan dia mati konyol, dia berpikir. Melawan lebih baik! Maka itu dia melompat ke danau. Tadi kedua bajak laut itu sudah dihajar oleh Seng Liong Sen, sekarang pemuda itu berani masuk ke danau, tentu saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka ingin membalas dendam atas perlakuan Seng Liong Sen tadi. Begitu Seng Liong Sen terjun ke dalam danau, mereka segera menyergapnya. Salah seorang menekan kepala Seng Liong Sen ke dalam air dan yang lain memeluk paha pemuda itu agar Liong Sen tenggelam ke dalam danau. Saat kepalanya ditenggelamkan ke dalam air danau, Seng Liong Sen yang tidak bisa berenang gelagapan. Terpaksa dia harus minum air danau cukup banyak. Saat dalam keadaan kritis dengan sekuat tenaga dia meronta dan melakukan perlawanan nekat dengan menggunakan seluruh tenaganya. Dengan tangannya yang bergerak tak menentu Seng Liong Sen berhasil meraih kepala bajak laut itu dan langsung dikepit dengan keras. Sekarang mereka bertiga bergumul jadi satu. Seng Liong Sen bergumul menggunakan sisa-sisa tenaganya. Ketika orang sedang bergumul timbul-tenggelam di dasar danau, di luar dugaan dua bajak laut yang pandai berenang itu, ternyata tidak dapat menahan napas seperti Seng Liong Sen. Akhirnya keduanya lemas dan mati tenggelam di danau. Setelah melepaskan kedua mayat musuhnya, Seng Liong Sen pun kepayahan bukan main. Dalam keadaan sadar dan tak sadar dia merasakan tubuhnya seolah-olah sedang melayang di udara, terlempar naik turun oleh ombak, tidak lama dia pingsan.

Esok harinya..... Ketika Ong Tay-hu hendak mengobati Seng Liong Sen baru diketahuinya, bahwa pemuda itu telah lenyap. Tabib Ong terkejut dan cepat melaporkan kejadian itu kepada Ong It Teng. Ong It Teng heran, dia tak percaya pemuda itu pergi tidak melapor lagi padanya. Semua orang keheranan atas kepergian pemuda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kemana dia? Masa dia pergi begitu saja tanpa pamit padaku?" kata Ong It Teng. "Padahal penyakitnya belum sembuh benar." "Apa maksud dia pergi tanpa pamit? Barangkali......" kata Kok Siauw Hong, tapi tak meneruskan kata-katanya. Mereka memeriksa kamar pemuda itu, di sana mereka menemukan sepucuk surat ucapan terima kasih kepada tabib Ong dan tuan rumah dan dia minta maaf atas kepergiannya tanpa pamit. Yang mengagetkan, dalam surat itu dia mengatakan bahwa dia sudah bertekad akan mengasingkan diri. "Heran! Ah, barangkali karena dia tak mau ke Kim-keeleng?" pikir Kok Siauw Hong. "Barangkali dia ingin menghindar dari Nona Ci?" Sesudah itu Kok Siauw Hong berkata pada Ong It Teng. "Dia bersikap sangat aneh," kata Kok Siauw Hong. "Aku pikir begitu," kata Ong It Teng. "Dia menguasai dua aliran silat yang berbeda. Satu aliran baik dan satunya aliran hitam." Semua termenung tapi tiba-tiba Ong It Teng bicara lagi. "Apa kau kira dia itu murid Khie Wie?" kata Ong It Teng. "Sejak Khie Wie menghilang 20 tahun yang lalu, aku tidak pernah mndengar dia punya murid," kata Tabib Ong. "Tapi tenaga dalam pemuda itu memang aliran Khie Wie, aku tahu karena aku pernah mengobatinya!" "Jika benar dia murid Khie Wie itu tidak masalah," kata Ong It Teng. "Sekalipun dia dari aliran sesat dia bisa berbuat baik." "Anda benar, mungkin dia takut kita menghina dia!" kata Tabib Ong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika mereka sedang asyik berbincang datang laporan dari penjaga pintu. "Ada laporan dari peronda di danau!" kata penjaga itu.

"Peronda itu minta bertemu dengan Cee-cu!" Ong It Teng senang. Dia mengira jejak pemuda itu telah diketahui, segera si pelapor diminta masuk. Sesudah pelapor itu masuk Ong It Teng meminta agar segera dia melapor. "Tadi pagi saat kami sedang meronda di sekitar danau, kami melihat sebuah kapal besar mendatangi. Kapal itu berpapasan dengan sebuah perahu kecil milik kita. Dari perahu kecil terdengar suara terompet minta bantuan!" kata orang itu. "Ah, itu pasti kapal bajak Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang," kata Ong It Teng. "Siapa orang kita yang ada di perahu itu?" "Jarak kami dengan perahu itu terlalu jauh, yang kami ketahui di atas perahu itu penumpangnya dua orang!" kata si pelapor. Seorang anak buah Ong It Teng bernama Ciu Eng ikut bicara. "Yang aku ketahui, perahu itu dibawa oleh Tio Kan Lu, hari itu dia bertugas menyambut dan mengantar tamu. Tapi siapa yang ada di perahu bersamanya?" kata Ciu Eng. "Kalau begitu, dia pasti tamu kita yang sedang berobat itu!" kata Ong It Teng. "Bagaimana selanjutnya?" "Ketika kami dengar suara terompet, kami langsung ke sana! Dari jauh kami lihat orang di perahu sedang bertarung dengan orang dari kapal itu. Kemudian mereka terjun ke danau dan bertarung di danau. Orang itu lihay ilmu pedangnya. Tio Kan Lu terjun ke danau, tapi naas dia tewas!" "Bagaimana kawannya?" kata Ong It Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sesudah perahu kecil itu tenggelam orang itu bertarung di danau, kedua musuhnya mati tenggelam," kata pelapor itu. "Apa kau sudah menyuruh orang mencari jenazah Tio Kan Lu dan kawannya?" kata Ong It Teng. Sebelum pelapor itu menjawab, terdengar suara terompet yang ditiup panjang tiga kali dan pendek satu kali, itu tanda ada musuh datang. Ong It Teng kaget segera dia perintahkan anak buahnya berkumpul dan siap menghadapi musuh. Datang laporan baru menyatakan, bahwa di danau terlihat lima buah kapal musuh mendatangi. "Bulan lalu bajak Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang dilabrak oleh pasukan kerajaan Song, sekarang mereka datang ke Thay-ouw mencari tempat bersembunyi," kata Han Seng Tek. "Itu pasti kapal milik Kiauw Sek Kiang!" Ketika mereka masih berunding datang laporan baru.

"Dari bagian hulu danau datang pasukan kerajaan," kata pelapor. "Kita harus mengusir bajak Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang, mereka budak bangsa Mongol!" kata Ong It Teng. "Ong Cee-cu, kita harus waspada. Han To Yu sudah berdamai dengan bangsa Kim dan tak bersedia bergabung dengan tentara rakyat!" kata Han Seng Tek. "Kau benar Saudara Han! Tapi sekarang kita boleh gabung dengan tentara Kerajaan Song untuk menumpas kawanan bajak, tapi kita pun harus waspada terhadap mereka!" kata Ong It Teng. Sesudah itu Ong It Teng segera mengeluarkan perintah mengerahkan seratus buah kapal untuk mengejar kapal bajak itu. Maka bergeraklah anak buahnya mengejar para bajak. Tak lama datang laporan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ong Cee-cu, jenazah Tio Kan Lu sudah ditemukan, juga dua mayat bajak itu. Sedang mayat kawan Tio tak ditemukan!" kata pelapor itu. "Mudah-mudahan saudara Liong selamat dan ditemukan oleh nelayan kawan kita," kata Ong It Teng. "Tapi masih hidupkah dia?" Ong It Teng yang ditemani Kok Siauw Hong dan Ciu Engsegera naik ke perahu lalu berangkat ke medan pertempuran. Perahu itu meluncur cepat mengejar bajak yang dipimpin oleh Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang. Tak lama terlihat lima buah kapal bajak dari kejauhan, tapi segera menghilang di balik gelagah. Di hulu sayup-sayup terdengar suara genderang pertempuran pasukan kerajaan Song. Mendengar suara genderang itu Ong It Teng girang. "Sekarang para bajak sudah tak bisa meloloskan diri lagi! Sekalipun kapal mereka kuat dan persenjataannya baik, percuma saja!" kata Ong It Teng. "Sekarang mereka menemui jalan buntu!" "Apa maksud Ong Cee-cu?" kata Kok Siauw Hong. "Tempat itu bernama Tim-go-tang, sedang kapal bajak menuju ke sana. Itu artinya mereka terjebak di sana!" kata Ong It Teng. "Pada bagian hulu air danau itu dalam, sebaliknya bagian hilirnya dangkal sekali. Tempatnya pun sempit mirip sebuah botol. Artinya mereka masuk ke perangkap sendiri!" "Oh begitu!" kata Kok Siauw Hong. "Ayo kita ke sana untuk menutup jalan keluar mereka, dengan demikian mereka tidak bisa berbalik lagi!" kata Ong It Teng.

"Jelas pasukan kerajaan itu pasukan "Harimau Terbang" pimpinan Kang-lam-tay-hiap Ciu Cioh, berarti menguntungkan kita," kata Ciu Eng tangan kanan Ong It Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kata-kata Ciu Eng, Kok Siauw Hong kaget dia langsung berkata pada Ong It Teng. "Aku lupa memberitahu Ong Cong-cee-cu, bahwa komandan pasukan "Harimau Terbang" sudah diganti oleh orang lain!" kata Kok Siauw Hong. Mendengar keterangan itu Ong It Teng terkejut. "Diganti oleh siapa? Apa yang terjadi dengan Ciu Cioh?" kata Ong It Teng. Kok Siauw Hong menjelaskan tentang siasat Han To Yu atas Ciu Cioh. "Sekarang Ciu Cioh sudah mengundurkan diri dari jabatannya, siapa pimpinan pasukan "Harimau Terbang" itu aku pun tidak tahu." kata Kok Siauw Hong. "Aku tak peduli siapa pemimpin pasukan itu, karena kita pun sanggup mengalahkan kawanan bajak itu!" kata Ong It Teng. "Sekalipun pasukan pemerintah tidak membantu kita!" Ong It Teng memerintahkan mempercepat laju perahunya, sehingga perahu-perahu di belakangnya tertinggal jauh. Tidak lama perahu Ong It Teng sudah mendekati Tim-go-tang. Sedang kelima kapal bajak itu pun sudah melihat perahu Ong It Teng. Dua buah kapal di antaranya sudah berputar haluan dan mengerek bendera pengenal, yaitu bendera bergambar tengkorak milik Kiauw Sek Kiang saat malangmelintang di laut lepas. Mungkin kapal pertama rombongan bajak itu sudah tahu bagian hilir airnya sangat dangkal dan kapal mereka bisa kandas, maka itu Kiauw Sek Kiang memerintahkan berputar haluan dan siap bertempur dengan Ong It Teng. Di kapal yang kedua Kiauw Sek Kiang berdiri tegak sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebelum aku berkunjung ke tempatmu, ternyata kau sudah menyambut kedatangan kami!" kata Kiauw Sek Kiang. "Ah, terima kasih, aku jadi malu!" "Benar, aku datang untuk mengantarmu ke neraka!" jawab Ong It Teng. "Eh, kenapa kau begini galak?" kata Kiauw Sek Kiang. "Kita berbeda aliran, maka itu kita punya jalan masingmasing!"

kata Ong It Teng. "Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi!" "Kata-katamu itu sungguh keliru Saudara Ong!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kau penguasa Thay-ouiw, sedang aku penguasa Tiang-kang. Kita sama-sama musuh kerajaan Song. Bukankah itu berarti kita satu haluan? Mari kita bergabung melawan pasukan kerajaan!" "Tutup mulutmu!" bentak Ong It Teng. "Siapa yang mau bekerja sama denganmu? Kau pengkhianat yang bersekongkol dengan bangsa Mongol!" Wajah Kiauw Sek Kiang berubah merah. "Oh, karena sekarang kau ingin membantu tentara kerajaan, terpaksa aku pun tidak akan see-ji see-ji lagi padamu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Benar, tua bangka ini tak tahu diri! Rasakan ini!" kata seorang pria kekar sambil melemparkan jangkar kapal ke arah perahu Ong It Teng. "Bangsat ini yang menenggelamkan perahu Tio Kan Lu!" teriak anak buah Ong It Teng yang sempat melihat pertempuran itu. Melihat jangkar melayang ke arahnya Ong It Teng segera menyambar sebuah tongkat besi dan menyampok jangkar yang menyambar itu. "Trang!" terdengar suara nyaring.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangkar itu berubah arah dan jatuh ke danau. "Rasakan kelihayanku!" bentak Ong It Teng. Toya besi yang dipegangnya langsung disambitkan sebagai lembing ke arah lawan. Lelaki kekar itu tercengang karena jangkarnya dengan mudah disampok jatuh oleh Ong It Teng. Saat toya besi menyambar ke arahnya, dia sedang bengong. Tentu saja dia tidak sempat mengelak. Secara tiba-tiba toya besi itu sudah menebus dadanya. Dia sempat menjerit mengerikan segera roboh dan binasa. Saat itu kapal Kiauw Sek Kiang sudah tiba, dia sedang memegang sebatang toya besi. "Luar biasa kepandaianmu itu! Mari kita bertanding!" kata Kiauw Sek Kiang. Toya besi yang dipegang Kiauw Sek Kiang panjangnya hampir tiga meter, sedang jarak antara kapal dan perahu Ong It Teng lebih dari empat meter, maka itu sodokan toya besi Kiauw Sek Kiang tidak mencapai sasaran ketika dia menyerang Ong It Teng. Sebuah perahu menghadapi lima kapal musuh, tentu saja tidak seimbang kekuatannya. Sebenarnya saat itu Ong It Teng

masih punya kesempatan untuk melarikan diri. Tapi sebagai Cong-cee-cu dari 72 bajak di Thay-ouw, ditambah pihak lawan sudah menantangnya bertarung, dia tak ingin menunjukkan kelemahannya. Dia mengambil sebatang toya besi lain untuk menyambut toya besi Kiauw Sek Kiang. Maka tedengar suara benturan nyaring disertai lelatu api. "Traang!" Kiauw Sek Kiang memutarkan toya besinya untuk menekan toya besi Ong It Teng tetapi dengan cepat toya besi Ong It Teng yang lebih pendek berbalik menekan di atas toya besi lawan. Pertarungan kedua jago itu seimbang, kedua-duanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sama kuat. Tak lama di atas kapal muncul lagi seorang pria kekar. Dia lebih kekar dari yang tertembus toya besi Ong It Teng tadi. Orang itu bersenjata rantai yang ujungnya ada gaetan tajamnya. Dengan cepat orang itu melemparkan gaetan itu ke arah perahu Ong It Teng untuk menggaet perahu lawan. Senjata itu disebut "Lian-cu-kauw" atau "Gaetan berantai". Ternyata pria itu Ciong Bu Pa yang tenaganya besar dan kuat. Melihat rantai itu meluncur Kok Siauw Hong coba membabat dengan pedangnya. "Trang!" Terdengar suara nyaring, tapi rantai itu tidak putus oleh pedang Kok Siauw Hong. Ciong Bu Pa segera menggemakan rantai itu hingga pedang Kok Siauw Hong tergaet oleh gaetannya dan terpental. Pertarungan Ong It Teng dan Kiauw Sek Kiang berlangsung ketat. "Braak!" Tiba-tiba terdengar gaetan Ciong Bu Pa mencantol ke perahu Ong It Teng. Kemudian dengan sekuat tenaga Ciong Bu Pa menarik rantai yang dipegangnya hingga perahu yang ditumpangi Ong It Teng terseret pelahan-lahan ke arah kapal bajak. Ciu Eng dan anak buahnya berusaha mendayung perahu mereka agar tidak tertarik oleh musuh. Tetapi mereka kalah kuat oleh Ciong Bu Pa yang tenaganya besar sekali. Melihat perahu mereka dan kapal bajak akan bertabrakan hingga akan terbalik dan tenggelam. Kok Siauw Hong segera melompat tinggi ke atas. Sambil berakrobat sekali di udara, dia turun ke bawah. Ujung pedangnya mengarah ke dada Ciong Bu Pa. Walau serangan ini belum tentu berhasil, tapi jika Ciong Bu Pa terpaksa menangkis, perahu itu akan lolos dari bahaya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak diduga orang yang menangkis serangan Kok Siauw Hong bukan Ciong Bu Pa, tapi Kiauw Sek Kiang. Dengan tangan kanan memegang toya besi Kiauw Sek Kiang yang sedang bertarung dengan Ong It Teng menyentil pedang Kok Siauw Hong dengan tangan kirinya. "Trang!" Pedang Kok Siauw Hong berubah sasaran. Saat tubuhnya ada di udara, dan serangannya tak mengenai sasaran, Kok Siauw Hong harus menghadapi cengkraman Kiauw Sek Kiang. Terpaksa Kok Siauw Hong menyambar tangan lawan sambil coba memutar pedang menyerang lawan. Tapi Kiauw Sek Kiang membentak keras. "Enyah kau!" kata Kiauw Sek Kiang. Tubuh Kok Siauw Hong terdorong keras ke belakang. Kok Siauw Hong kaget, dia yakin akan tercebur ke danau. Melihat bahaya mengancam Kok Siau Hong, Ciu Eng dan anak buahnya menjerit kuatir. Tapi dengan tangkas luar biasa Kok Siauw Hong, masih sempat menyambar rantai besi yang ada kaitnya saat dia terdorong tadi. Sekarang tubuhnya bergantung di rantai besi, tak lama tubuh pemuda itu meluncur ke arah perahunya. Saat Kok Siauw Hong dalam bahaya, perhatian Ong It Teng sedikit terganggu hingga toya besinya pun yang agak pendek tertekan oleh Kiauw Sek Kiang. Menyaksikan lawannya terdesak, Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak. "Mari kita sudahi perkelahian ini. Kita tak perlu mencari siapa yang kalah dan menang. Asal kau mau berjanji tak ikut campur urusanku, lebih baik kita berdamai!" kata Kiauw Sek Kiang. Sebenarnya tawaran itu nadanya angkuh karena Kiauw Sek Kiang merasa berada di atas angin. Jika Ong It Teng bersedia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerima tawarannya, dia akan menyuruh Ciong Bu Pa melepaskan perahu lawannya. Tapi saat itu kapal angkatan laut kerajaan Song dari hulu sudah semakin dekat, sedang seratus perahu cepat anak buah Ong It Teng pun sudah tiba. Sedang anak panah sudah dilepaskan dari kapal kerajaan Song dan sudah mengenai kapal bajak. Ong It Teng tidak menghiraukan tawaran Kiauw Sek Kiang,

dia hingga mendengus, sambil kakinya ditancapkan di atas perahunya. Tak lama toya besinya segera diputar balikkan di atas toya lawan. Pijakan kaki Ong It Teng yang kuat membuat perahu itu agak tertahan. Sedangkan Ciong Bu Pa berusaha menarik rantai untuk menarik perahu itu, hingga jarak perahu dan kapal bajak sudah semakin dekat saja. Jika perahu itu bertabrakan dengan kapal bajak, pasti perahu itu akan tenggelam. Saat keadaan semakin gawat datang sebuah perahu dengan cepat. Tapi ketika perahu itu semakin dekat, ternyata itu bukan perahu kerajaan Song maupun perahu anak buah Ong It Teng. Kok Siauw Hong kaget. Saat itu perahu kecil itu meluncur ceoat menerobos melewati tiga buah kapal bajak. Tak lama perahu kecil itu sudah ada di samping kapal Kiauw Sek Kiang. Kiauw Sek Kiang sedikitpun tidak gentar melihat kedatangan perahu kecil itu, dia yakin di antara anak buah kapal pemerintah Song, tak ada orang yang gagah. Apalagi yang datang hanya sebuah perahu kecil. Saat itu anak buah Kiauw Sek Kiang yang ada di atas kapal sudah siap dengan anak panah mereka, ada juga yang memegang gaetan dan siap menggaet perahu kecil itu. Tibatiba terdengar suara suitan panjang dari perahu kecil itu. Tak lama melompat seseorang dengan cepat luar biasa. Tubuhnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melayang ke atas kapal bajak bagaikan terbang saja. Beberapa anak panah menyambar ke tubuh orang itu. Tapi heran ternyata dia tidak menangkis atau pun menangkap anak panah itu. Tetapi anak panah itu berjatuhan sendiri. Kiauw Sek Kiang terkejut sesudah mengenali orang itu. Ternyata kakek itu berpakaian hijau, dia adalah Wan Ceng Liong, musuh besar Kiauw Sek Kiang dari Beng-shia-to. Tahun lalu Kiauw Sek Kiang dan anak buahnya pernah datang ke Beng-shia-to dan mengacau di sana. Dalam pertarungan itu Wan Ceng Liong terkepung oleh Kiauw Sek Kiang. Untung datang Kiong Cauw Bun dari Hek-hong-to menyelamatkannya. Sekarang Wan Ceng Liong datang untuk membalas dendam. Begitu melompat ke atas kapal. Wan Ceng Liong langsung menyerang Ciong Bu Pa yang sedang menarik rantai yang tersangkut pada perahu Ong It Teng. Terpaksa Ciong Bu Pa menarik rantainya untuk menghadapi lawan. Dengan demikian perahu Ong It Teng bebas dari gaetannya. "Hm. dulu kau ikut mengacau di pulauku, sekarang aku

harus menghajarmu!" kata Wan Ceng Liong. Ciong Bu Pa maju, kepalannya segera menghantam ke arah Wan Ceng Liong. Tapi dia heran karena serangan itu hebat sekali, namun sasarannya seolah menghilang, tahu-tahu tangan Ciong Bu Pa terasa sakit karena dicengkram oleh Wan Ceng Liong. Wan Ceng Liong langsung menarik tangan Ciong Bu Pa mengikuti arah pukulan Bu Pa, Ciong Bu Pa yang tertarik dengan cepat, tak ampun lagi tubuhnya nyelonong ke depan dan...... "Biur!" Tubuh tinggi besar itu tercebur ke dalam danau.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiauw Sek Kiang kaget. Dia lepaskan toya besinya lalu menghadapi Wan Ceng Liong. Tangan Kiauw Sek Kiang langsung menghantam ke arah lawan sebanyak tiga kali. Tapi serangannnya ditangkis oleh Wan Ceng Liong yang langsung balas menyerang. Kiauw Sek Kiang coba menangkis serangan mendadak dari Wan Ceng Liong yang luar biasa cepatnya. Tapi Kiauw Sek Kiang yang coba menangkis tak berhasil hingga pukulan Wan Ceng Liong tepat menghajar dada Kiauw Sek Kiang. "Duuk!" "Aduh!" keluh Kiauw Sek Kian yang langsung muntah darah. Pada saat itu anak buah Kiauw Sek Kiang maju semua untuk mengepung Wan Ceng Liong. Sesudah berhasil menghajar Kiauw Sek Kiang, Wan Ceng Liong tertawa. "Aku hanya menagih satu pukulan padamu, hutangmu lunas!" kata Wan Ceng Liong pada Kiauw Sek Kiang. Sesudah itu Wan Ceng Liong melompat ke atas perahu Ong It Teng yang baru tiba. "Kawan-kawan, segera kalian tutup jalan keluar mereka!" kata Ong It Teng. "Mereka seolah ikan yang sudah masuk ke dalam jaring. Kini kalian tinggal menangkapinya saja!" Saat itu kapal perang kerajaan Song tiba hingga kapal bajak laut terjepit dari depan dan belakang. Namun kapal bajak itu terus maju. Jika kapal bajak sampai di air yang dangkal, kapal mereka akan kandas di sana. Melihat hal itu Kiauw Sek Kiang panik dia mengambil tindakan nekat. "Tinggalkan kapal kita, rebut perahu musuh!" kata Kiauw Sek Kiang. Karena para bajak itu sudah terbiasa hidup di tengah lautan yang gelombangnya besar, mereka jadi sangat mahir bermain di air hingga mereka tidak takut pada musuh. Secara

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serempak mereka melompat ke danau dan berusaha merebut kapal perang lawan, terutama kapal perang kerajaan Song. Angkatan laut kerajaan Song diberi nama "Harimau Terbang" dan pernah dipimpin oieh Ciu Cioh, sekalipun anak buahnya tidak setangkas para bajak laut, tapi cukup gagah berani menghadapi para bajak yang hendak merebut kapal mereka. Begitu kepala bajak laut itu muncul ke permukaan danau, segera mereka menghujaninya dengan anak panah. Sebagian dari bajak itu memang berhasil meraih tepi kapal, tapi sebelum sempat naik, tangan mereka dibacok oleh para perajurit hingga kutung dan jatuh ke kembali ke danau. Saat itu terdengar jeritan mengerikan dari kawanan bajak itu. Ciong Bu Pa berhasil melompat ke atas sebuah kapal kerajaan Song. Ketika dia diserang oleh para prajurut, Ciong Bu Pa membentak sambil menyerang dengan hebat. Terjadi pertarungan hebat di danau. Tak lama danau pun merah oleh darah. Tak lama Ciong Bu Pa berhasil merebut salah sebuah kapal kerajaan, begitu pula Kiauw Sek Kiang pun berhasil merampas kapal yang lain. Melihat musuh berhasil merebut kapal kerajaan, Ong It Teng memimpin anak buahnya menyusuri danau untuk mengejar kedua kapal yang dinaiki Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa. Tak terduga mereka disambut oleh hujan anak panah dari pasukan kerajaan Song. "Kami laskar rakyat Thay-ouw yang membantu kalian menangkap bajak, kenapa kalian serang kawan sendiri?" teriak Ong It Teng. "Jangan hiraukan mereka, serang terus!" kata komandan kapal perang kerajaan Song. "Ini perintah Perdana Menteri Han! Mereka semua harus dihabiskan!" Mendengar teriakan komandan itu Wan Ceng Liong gusar. Dia menyambut dua batang anak panah yang menyambar ke arahnya. Dengan sekuat tenaga dia sambitkan anak panah itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke arah bendera kapal perang kerajaan Song hingga tembus dan menancap di meja dekat panglima angkatan laut kerajaan. Menyaksikan kehebatan Wan Ceng Liong, komandan kapal perang itu ketakutan. Dia perintahkan agar kapal perangnya mundur teratur. Sedangkan kapal perang kerajaan Song yang

berhasil direbut oleh Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Ba sudah sampai di tepi danau, kedua orang itupun sudah sempat melarikan diri. "Kami kawan kalian," teriak Ong It Teng. "Kenapa kalian memanah kami. Dulu kita pernah bertempur bersama-sama melawan musuh!" Suara Ong It Teng nyaring sekali, sedang anak panah dari kapal kerajaan pun sudah berhenti. Saat itu perahu-perahu anak buah Ong It Teng sudah berkumpul, siap melawan jika kapal perang kerajaan Song terus memanahi mereka. Menyaksikan perahu anak buah Ong It Teng siap bertempur, komandan kapal perang kerajaan Song jadi cemas. Dia memerintahkan agar menghentikan memanah dan menarik mundur angkatan lautnya. Karena Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa sudah mendarat dan kabur, Ong It Teng tak mungkin lagi mengejar mereka. Maka itu dengan terpaksa Ong It Teng memerintahkan anak buahnya kembali ke pangkalan mereka di Thay-ouw. Sekalipun angkatan perang kerajaan Song dan Ong It Teng tak berhasil menangkap Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa. namun anak buah bajak itu sudah tersapu habis. Lima buah kapal bajak berhasil dirampas, itu berarti kemenangan bagi Ong It Teng. Setiba di markas besarnya baru Ong It Teng sempat memperkenalkan Wan Ceng Liong kepada Kok Siauw Hong. "Oh, kau Kok Siauw-hiap, sudah lama aku mendengar namamu dari Ci Giok Phang," kata Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau telah banyak membantu kami," kata Ong It Teng. "Kenapa anda bisa ada di daerah ini?" "Aku dengar puteriku pernah ke mari, benarkah begitu?" tanya Wan Ceng Liong. "Hari ini aku sedang mencari dia!" "Pada permulaan musim semi tahun ini, putrimu dan Ci Giok Phang pernah ke mari, saat itu Kok Siauw Hong pun ada di sini!" kata Ong It Teng. "Apa kau tahu, ke mana mereka sekarang?" "Menurut yang kuketahui, mereka akan ke Kim-kee-leng tapi saat aku di sana mereka belum tiba. Sekarang aku sudah dua bulan me-ninggalkan Kim-kee-leng, mungkin mereka sudah ada di sana!" kata Kok Siauw Hong. "Mengenai Ci Giok Phang pernah ke tempatku, pasti kalian sudah mengetahuinya, bukan?" kata Wan Ceng Liong. "Aku dengar dari Ci Giok Phang, Anda yang mengobatinya, kami berterima kasih sekali," kata Kok Siauw Hong. "Dia bilang begitu?" kata Wan Ceng Liong sambil tertawa.

"Tahukah kalian, puteriku dijodohkan dengannya?" "Sudah aku duga, tapi aku tak enak menanyai mereka," kata Ong It Teng sambil tertawa. "Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Wan Ceng Liong. "Sudah," jawab Kok Siauw Hong. "Semula putrimu mengira kau tak buru-buru pulang, maka itu dia ke Kim-kee-leng. Ternyata kau datang ke mari!" "Apa Kong-sun Po itu kawanmu juga?" kata Wan Ceng Liong. "Ya, apa To-cu juga kenal padanya?" kata Kok Siauw Hong. "Aku dengar dia akrab dengan putri Hek-hong To-cu," kata Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akrab sekali, bahkan mereka saling jatuh cinta," kata Kok Siauw Hong. "Tapi aku dengar ayah Nona Kiong tak senang dan ingin membatalkan perjodohan mereka! Mereka seolah bermusuhan saja." kata Kok Siauw Hong. "Kasihan," kata Wan Ceng Liong. "Memang hubungan mereka penuh dengan pengalaman yang pahit. Aku dengar puterimu pun banyak membantu hubungan mereka!" kata Kok Siauw Hong. "Kiong Mi Yun dan putriku sahabat sejak kecil," kata Wan Ceng Liong. "Tapi dengan ayahnya aku juga masih punya masalah, malah masalahnya ada hubungannya dengan Kongsun Po!" "Ah, masalah mertua dengan menantu sampai kau ikut terlibat di dalamnya," kata Kok Siauw Hong. "Kau salah paham, bukan urusan perjodohan mereka, tapi masalah lain!" kata Wan Ceng Liong. "Saat Kiauw Sek Kiang datang ke pulauku, untung aku dibantu oleh ayah nona Kiong. Sebagai balasannya aku harus merebut kitab ilmu racun milik keluarga Suang!" "Kitab itu berada di mana? Apa ada di tangan Kong-sun Po?" tanya Kok Siauw Hong. "Bukan! Tapi ada di tangan See-bun Souw Ya!" jawab Wan Ceng Liong. Kok Siauw Hong mengangguk. "Demi masalah itulah aku ke Tiong-goan. Tapi sekarang aku menyesal ayah Nona Kiong justru ikut bangsa Mongol. Aku rasa dia tertipu oleh Liong Siang Hoat-ong!" kata Wan Ceng Liong. "Jadi Kiong Cauw Bun sudah menjadi pengikut bangsa Mongol," kata Ong It Teng. "Terima kasih atas penjelasanmu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hak-su Mongol dan See-bun Souw Ya bersekongkol. Sekarang Kiong Cauw Bun jadi konco mereka," kata Wan Ceng Liong. "Tapi apakah See-bun mau menyerahkan kitab racun itu? Apalagi janjiku pada Kiong Cauw Bun harus kutepati!" "Jika See-bun mau memberi kitab itu, kau tak perlu lagi menepati janjimu," kata Ong It Teng. "Apalagi sekarang Kiong Cauw Bun sudah jadi anak buah mereka." -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 70 Kok Siauw Hong Dibius; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong

Mendengar Ong It Teng membenarkan tindakannya, Wan Ceng Liong menganggukkan kepalanya. Dia setuju pada pendapat Ong It Teng, jika dia membantu Kiong Cauw Bun mendapatkan kitab racun itu, berarti dia ikut membantu kejahatannya. "Benar," kata Wan Ceng Liong sambil tertawa. "Apalagi aku dan See-bun Souw Ya punya sedikit persengketaan. Nanti jika aku berhasil merebut Tok-kang-pit-kip (kitab ilmu racun) itu darinya, maka orang yang akan kuberi kitab itu pasti Kong-sun Po. Dengan demikian aku mengembalikan barang itu pada pemilik yang sebenarnya, bukan kepada Kiong Cauw Bun! Ah, aku hampir lupa, ada khabar yang harus ku-sampaikan padamu Kok Siauw-hiap!" Ucapan Wan Ceng Liong seolah akan menyampaikan khabar khusus, hingga Kok Siauw Hong agak kaget juga. "Khabar apa itu?" kata Kok Siauw Hong. "Tentang Seng Cap-si Kouw, kau ingat dia?" kata Wan Ceng Liong. "Ya, kenapa dia?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dulu semasa mudanya dia sahabat baik calon mertuamu Han Tay Hiong, apa kau juga tahu tentang itu?" kata Wan Ceng Liong. "Yang aku ketahui dia musuh Han Tay Hiong!" kata Kok Siauw Hong. "Kau benar, karena tak bisa mendapatkan cinta dari mertuamu, naka timbullah rasa bencinya pada mertuamu," kata Wan Ceng Liong. "Dia racun istri Han Tay Hiong, tapi dia fitnah Beng Cit Nio sebagai orang yang meracuni istri Han Tay Hiong. Hal ini baru belum lama aku ketahui dari Thio Thay

Thian. Aku dengar Han Tay Hiong sudah berhasil membalasdendam padanya!" "Memang begitu ceritanya," kata Kok Siauw Hong. "Aku dengar saat mertuamu bertarung dengan Seng Cap-si Kouw. tiba-tiba muncul Kiong Cauw Bun, benar begitu?" kata Wan Ceng Liong. "Ya, tapi dengan munculnya Kiong Cauw Bun membuat pertarungan ke-duanya terhenti karena Kiong Cauw Bun mengusulkan agar Seng Cap-si Kouw mengakui kesalahannya dan memusnahkan ilmu silatnya!" kata Kok Siauw Hong. "Apa kau tahu, di mana sekarang Iblis Perempuan itu berada?" "Sayang, aku tidak tahu," jawab Kok Siauw Hong. "Rupanya Kiong Cauw Bun punya rencana, sebab sesudah Seng Cap-si Kouw kehilangan ilmu silatnya, dia dibawa ke Hek-hong-to oleh anak buah Kiong Cauw Bun," kata Wan Ceng Liong. "Untuk apa dia bawa perempuan jahat itu?" kata Kok Siauw Hong. "Dia ahli racun nomor satu di dunia Lang-ouw, ketika itu Kiong Cauw Bun belum menjadi konco bangsa Mongol. Mungkin karena tidak yakin bisa merebut ilmu racun dari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan See-bun Souw Ya, dia ingin belajar ilmu racun dari Iblis Perempuan itu! Maka itu Seng Cap-si Kouw diserahkan pada pengawasan anak buahnya. Tapi sekarang aku dengar Iblis Perempuan itu sudah kabur dari Hek-hong-to! Apa kau belum mendengar khabar itu?" kata Wan Ceng Liong. "Apa? Bukankah ilmu silat dia sudah musnah? Bagaimana dia bisa kabur dari sana?" kata Kok Siauw Hong. "Dia berhasil mencuri obat mujarab milik Kiong Cauw Bun, hingga lukanya sembuh. Kebetulan saat itu Kiong Cauw Bun tidak ada di pulau. Dengan demikian tak ada orang yang bisa menghalangi dia kabur! Anak buah Kiong Cauw Bun hanpir seluruhnya dibunuhnya. Hanya yang membawa dia ke pulau itu cuma luka parah." kata Wan Ceng Liong. Mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong jadi kuatir. Jika dia kabur pasti dia mencari Han Tay Hiong untuk balasdendam. "Khabar ini harus segera aku sampaikan pada Paman Han," pikir Kok Siauw Hong. Sesudah itu Wan Ceng Liong pamit pada Ong It Teng. "Apa kau tak mau bermalam dulu di tempatku?" "Tidak, terima kasih. Aku akan mencari putriku dulu!" kata Wan Ceng Liong. "Apa Wan To-cu akan ke Kim-kee-leng?" kata Siauw Hong.

"Ya, apa kau ada pesan?" "Benar, katakan pada Nona Ci, orang yang dia cari jejaknya belum kuketahui!" kata Kok Siauw Hong. "Siapa yang sedang dicari oleh Nona Ci?" "Pendekar muda bernama Liong Sin," jawab Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, pesanmu akan kusampaikan," kata Wan Ceng Liong. "Ong Cee-cu, aku pamit!" "Baiklah," kata Ong It Teng. Tak lama Kok Siauw Hong pamit pada Ong It Teng. "Kau berpesan pada Wan Ceng Liong, berarti kau tak akan segera kembali ke Kim-kee-leng?" kata Ong It Teng. "Ya, aku ingin segera menyampaikan pesan Wan Ceng Liong itu pada Paman Han," kata Kok Siauw Hong. "Kau benar, tentang kaburnya iblis perempuan itu harus segera kau beritahu Han Tay Hiong," kata Ong It Teng. "Dengan demikian dia bisa waspada. Kau juga perhatikan tentang Liong Sin!" "Baik," kata Kok Siauw Hong. Dalam perjalanan meninggalkan Thay-ouw Kok Siauw Hong masih menyaksikan sisa-sisa pertempuran. Banyak mayat yang belum diselamatkan bahkan banyak yang terbawa arus danau. Entah di mana "Liong Sin"? Dia anggap pemuda itu sekalipun cacat wajahnya tapi baik hatinya. "Dia mirip dengan Seng Liong Sen, kasihan Giok Hian!" pikir Kok Siauw Hong. Kemudian pemuda itu terkenang pada Han Pwee Eng. "Jika si iblis bebas, dia akan mencari Paman Han. Bagaimana jika di tengah jalan dia bertemu dengan Pwee Eng? Ah, tak mungkin. masakan di dunia seluas ini bisa kejadian seperti itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Tapi yang lebih mencemaskan, Pwee Eng belum pernah ke daerah suku Biauw, aku yakin dia belum tentu menemukan tempat ayahnya." Ketika itu Han Tay Hiong masih istirahat di daerah suku Biauw ditemani oleh Thio Thay Thian. Dia sedang mengobati luka-lukanya sehabis bertarung dengan Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah setahun Kok Siauw Hong berbaikan lagi dengan Han Pwee Eng, walau mereka belum pernah berkumpul. Sekarang dia akan menyampaikan khabar pada Han Tay Hong. maka itu

dia berharap bisa bertemu dengan Han Pwee Eng, kekasihnya itu. Maka itu dengan sangat tergesa-gesa Kok Siauw Hong melakukan perjalanan akan mencari calon mertuanya. Pada suatu hari Kok Siauw Hong sampai di daerah Siamsay. daerah suku Biauw yang berada di ujung barat-laut. Jalan menuju ke sana harus melewati Bu-kang-kwan dan Peng-tiankwan. Di Peng-tian-kwan tinggal keluarga Ciauw, kakak beradik Ciauw Siang Hoa dan Ciauw Siang Yauw. Karena pernah ke Thay-ouw, mereka pun kenal dengan Kok Siauw Hong. Sedangkan calon istri Ciauw Siang Hoa, Yo Kiat Bwee alias Tik Bwee, bekas pelayan Seng Cap-si Kouw, dia sahabat baik Han Pwee Eng. Kebetulan Kok Siauw Hong lewat Peng-tian-kwan. Maka itu dia akan singgah dulu di rumah Ciauw Siang Hoa. Rumah keluarga Ciauw berada dekat kaki gunung. Ketika Kok Siauw Hong sedang berjalan saat itu jarang ada orang yang lalulalang. Tapi ketika Kok Siauw Hong sampai di rumah keluaga itu, pintu rumahnya tertutup rapat. Bahkan kelihatan seolah sudah ditinggalkan lama. Di sana-sini kelihatan kotor penuh sarang laba-laba. Kok Siauw Hong heran. "Ke mana mereka? Apa mereka sedang berpergian atau mereka sudah pindah?" pikir pemuda ini. Kok Siauw Hong penasaran, dia mengetuk pintu. "Siapa?" jawab suara dari dalam rumah. Hati Kok Siauw Hong lega juga. Ternyata seorang gadis suku Biauw membukakan pintu. Kok Siauw Hong heran. Untung nona Biauw itu pandai berbahasa Han hingga bisa diajak bicara. "Tuan mencari siapa? Apa Tuan mencari majikanku?" kata gadis Biauw itu. Mendengar pertanyaan itu Kok Siauw Hong

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengangguk, sekarang dia yakin barangkali budak nona ini budak keluarga Ciauw. Sudah lumrah di daerah itu banyak orang Han yang memakai orang suku Biauw sebagai pelayan mereka. "Aku mencari majikan mudamu, kau siapa?" kata Kok Siauw Hong. "Aku pelayan Nona Ciauw, namaku Say Hoa!" jawab gadis itu. "Tuan siapa?" "Aku orang she Kok, kenalan kedua majikan mudamu itu," kata Kok Siauw Hong. "Silakan masuk!" kata si nona. Kok Siauw Hong masuk, sampai di dalam keadaannya sepisepi saja. "Apa majikanmu sedang tak ada di rumah?" kata Kok Siauw Hong.

"Benar, semua sedang pergi ke Bu-kang-kwan ke tempat keluarga Bu," jawab si nona. "Oh, sayang kedatanganku tidak kebetulan. Lain kali saja aku singgah lagi," kata Siauw Hong akan segera pergi. "Barangkali enam bulan lagi aku akan ke sini lagi!" "Sabar Tuan, akan kupanggil dan kuberi tahu mereka! Nona Yo pasti akan segera pulang!" kata pelayan itu. "Jangan merepotkan!" kata Kok Siauw Hong. "Tidak! Ini pesan Nona Yo sendiri, dia bilang jika ada tamu aku harus memberitahu mereka!" kata Say Hoa. "Mungkin kau tahu adat Nona Yo?" "Aku tahu, tapi heran kok nona Yo bisa tahu akan kedatangan tamu? Apa kau ingat pernahkah ada seorang nona she Han ke mari?" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Han? Ah, aku ingat, beberapa hari yang lalu memang datang seorang nona cantik. Mungkin dia yang kau maksud?" kata Say Hoa. Kok Siauw Hong senang sekali. "Kalau begitu, baiklah aku tunggu," katanya. "Tunggu sebentar," kata nona itu. Dia pun masuk saat keluar lagi dia membawa sepoci teh dan makanan kecil untuk Kok Siauw Hong. lalu dia menuang teh ke sebuah cangkir yang dia suguhkan pada Kok Siauw Hong. "Silakan diminum, Tuan," kata Say Hoa. "Terima kasih," kata Kok Siauw Hong. "Kalau kau bisa silakan kau cari majikanmu!" Ketika nona Biauw itu meninggalkannya, Kok Siauw Hong mengangkat cangkir air teh yang harum itu dan akan diminumnya. Tiba-tiba Kok Siauw Hong tak jadi minum, lalu cangkir teh yang sudah diangkat itu dia letakan kembali di

atas meja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, hampir saja aku lupa!" tiba-tiba gadis Biauw itu berkata. Dia mengambil sebuah ember air untuk menyirami salah satu pot bunga terletak di atas meja dekat jendela. Sudah menjadi kebiasaan di Tiongkok, keluarga orang mampu menggunakan pot bunga sebagai pajangan, tetapi jenis bunga anggrek hitam yang tumbuh di pot itu memang lain daripada yang lain. Rasa curiga Kok Siauw Hong timbul. Dia merasa heran kenapa pelayan yang dia minta pergi memanggil majikannya itu masih memikirkan pekerjaan iseng seperti menyiram bunga segala? Tak lama terdengar pelayan itu berkata seperti pada dirinya sendiri. "Bunga anggrek hitam ini diperoleh Majikan Tua kami dengan susah payah, setiap hari bunga ini harus aku sirami, jika tidak dengan cepat bunga ini akan layu. Nona Yo sangat suka pada bunga ini, sebelum pergi dia berpesan padaku agar aku menjaganya dengan teratur. Oh, silakan diminum tehnya, mengapa tidak diminum tehnya?" Sesudah gadis Biauw itu pergi, Kok Siauw Hong tertawa sendiri, dia pikir dia tidak perlu terlalu curiga dengan sangat berlebihan. Tadi dia tidak jadi minum teh itu karena dia ingat pengalaman 'Liong Sin' yang pernah terjebak musuh ketika bermaksud berobat ke rumah tabib Ong di Souw-ciu. Hal itu karena sebelumnya dia tidak tahu kalau kediaman tabib sakti itu sudah dikuasai oleh musuh. Meskipun gadis Biauw itu tampak bukan orang jahat, tapi tidak ada salahnya jika dia berhati-hati sedikit. Maka itu dia tetap tidak berani minum teh itu maupun makan makanan yang disuguhkan nona Biauw itu. Kok Siauw Hong seorang penggemar bunga, karena iseng, dia dekati anggrek hitam yang disirami nona Biauw tadi. Dia lihat bunga itu sudah rontok dan hanya ada beberapa kelopak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bunganya saja yang masih menempel. Tetapi bunga anggrek itu tampak indah sekali dan bau harumnya terasa memabukkan. Mau tak mau Kok Siauw Hong harus memuji bunga yang bagus itu. Di Pek-hoa-kok meski pun terdapat bermacam-macam bunga, tetapi belum pernah dia melihat di

sana ada anggrek berwarna hitam jenis ini, pantas jika kata nona Biauw itu Nona Yo Kiat Bwee sangat menyukainya. Ketika Kok Siauw Hong ingat pada Yo Kiat Bwee, dia jadi memikirkan nasib nona yang malang itu. Sejak kecil dia diculik orang, sesudah besar tertipu cintanya oleh Seng Liong Sen. Betapa pedih dan getir perasaannya. Sekarang dia telah menemukan pemuda yang benar-benar mencintainya, hal itu dia berharap dapat menghibur hatinya. "Kejadian di dunia ini sering tidak terduga." pikir Kok Siauw Hong. "Seng Liong Sen telah mempermainkan Nona Yo, tapi akhirnya pemuda itu mati tak wajar! Entah aku tak tahu jika khabar itu kuberitahukan pada Tik Bwee. Apakah Tik Bwee akan merasa kasihan atau masih membencinya?" Saat mengawasi bunga anggrek itu Kok Siauw Hong ingat pada Pek-hoa-kok dan dia terkenang kepada Ci Giok Hian. Tanpa terasa kepalanya tiba-tiba pening dan bayangan Ci Giok Hian terbayang di depannya. Bayangan itu membuat kepalanya semakin pening, lalu dia tidak ingat apa-apa lagi..... Entah sudah berapa lama dia tak sadarkan diri? Dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba kepalanya terasa dingin segar seperti tersiram air, segera dia buka matanya. Saat itu Kok Siauw Hong melihat gadis Biauw itu berdiri di depannya sambil tersenyum manis. Ternyata gadis itu sedang mencipratkan air ke wajahnya. "Eehm! Rupanya kau? Mana majikanmu? Apa yang terjadi dengan diriku?" kata Kok Siauw Hong. "Orang yang kau cari sudah ada di sini!" kata nona Biauw itu sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja kata-kata nona Biauw itu selesai, terdengar suara dengusan yang menyeramkan. "Kok Siauw Hong, bagaimana pun cerdiknya kau, tapi kau sekarang masuk ke dalam perangkapku!" kata orang itu. Kok Siauw Hong kaget karena dia mengenali orang itu adalah Seng Cap-si Kouw. Semula dia khawatir Han Pwee Eng akan bertemu dengan Iblis Perempuan itu. Tidak terduga justru dia yang masuk perangkap Iblis Perempuan jahat itu. Kok Siauw Hong berniat melawan, tapi tubuhnya lemas bukan buatan. "Kau tidur saja!" kata nona Biauw. "Hm! Kok Siauw Hong," kata Seng Cap-si Kouw. "Kau beruntung bisa dilayani olehnya. Tahukah kau siapa dia? Hm! Dia adalah Sam Kiong-cu (Putri ketiga) kepala suku Biauw di Siam-say Barat!" "Namaku Bong Say-hoa, aku pernah melihatmu di Siam-say

Barat, mungkin waktu itu kau tak tahu siapa aku?" kata nona Biauw itu sambil tersenyum manis. Setelah Seng Cap-si Kouw melarikan diri dari Hek-hong-to pertama-tama dia datang ke daerah Biauw di Siam-say Barat. Dia berusaha mencari Han Tay Hiong, sedang Tong-cu (Ketua) suku Biauw bernama Bong Tek Cie, adalah sahabat baik Seng Cap-si Kouw. Bong Say Hoa putri ketua Biauw itu menjadi anak angkat Seng Cap-si Kouw. Saat Bong Tek Cie membantu Seng Cap-si Kouw memusuhi kaum persilatan bangsa Han, dia mendapat omelan dari Cong Tong-cu (Pemimpin Besar bangsa Biauw). Maka itu dia tidak berani membantu lagi si Iblis Perempuan itu. Saat dia datang lagi, dia hanya menyambutnya sebagai tamu dan sahabat lama saja. Ternyata sifat Bong Say Hoa cocok dengan Seng Cap-si Kouw. Malah Seng Cap-si Kouw telah berjanji akan mengajari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia ilmu silat, dengan sengaja dia menguraikan tentang keindahan dan kemewahan di luar daerah Biauw. Dengan demikian Bong Say Hoa berhasil dia bujuk dan dia kabur bersama Seng Cap-si Kouw ke daerah Tiong-goan. Kepergian Seng Cap-si Kouw hendak mencari tiga orang, yaitu Han Tay Hiong, Beng Cit Nio dan Yo Kiat Bwee alias Tik Bwee. Dia mencari Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio karena hendak membalas dendam, sedangkan Tik Bwee katanya orang yang paling dia benci! Dia benci pada bekas pelayannya itu karena dengan licik telah meracuni keponakannya, yaitu Seng Liong Sen hingga pemuda itu tak bisa menjalankan kewajiban sebagai suami atau tidak bisa berhubungan badan dengan istrinya. Sekarang Seng Cap-si Kouw pun sudah tahu, bahwa Kitab Racun milik keluarga ibu Kong-sun Po berada di tangan Ciok Leng. Sedangkan Ciok Leng sendiri ayah kandung calon suami Kiat Bwee atau ayah Ciauw Siang Hoa! Semula Yo Kiat Bwee tinggal di rumah keluarga Ciauw, tapi untuk menghindari musuh, keluarga Ciauw sudah lama pindah rumah. Sedang musuh besar keluarga Ciauw ialah Kiauw Sek Kiang. Ketika Seng Cap-si Kouw dan Bong Say Hoa tiba di rumah keluarga Ciauw, rumah itu sudah kosong. Yo Kiat Bwee entah sudah pindah ke mana? Mereka kemudian tinggal sementara di rumah itu sambil menunggu musuhnya itu pulang. Tidak diduga keluarga Ciauw khususnya Yo Kiat Bwee belum pulang juga. Mendadak muncul Kok Siauw Hong yang terperangkap oleh mereka. Saat Kok Siauw Hong tiba Seng Cap-si Kouw tak ada di

tempat. Dia sedang keluar rumah. Dengan cerdik Bong Say Hoa berhasil mermbius Kok Siauw Hong sehingga pemuda itu tidak berdaya. Lalu Bong Say Hoa mencari Seng Cap-si Kouw dan melaporkan hasil kerjanya itu. Saat itu Kok Siauw Hong kehilangan tenaganya dia tak mampu bergerak sedikitpun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terpaksa dia berbaring saja. Sambil tertawa si Iblis Perempuan berkata pada Kok Siauw Hong. "Siauw Hong, kau telah menghirup bau harumnya 'Cian-jitcui' *) ilmu silatmu sudah punah, percuma saja kau hendak melawan! Lebih baik kau turuti apa yang akan kukatakan padamu." kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa terkekeh. *). Obat bius bunga anggrek hitam yang mampu membuat mabuk seribu hari. Kok Siauw Hong sadar sekalipun ilmu silatnya tidak punah, dia bukan tandingan si Iblis Perempuan itu. Maka itu dia geram sekali. "Aku terperangkap muslihatmu, lebih baik aku mati saja! Kau jangan berharap aku mau menyerah padamu!" kata Kok Siauw Hong. "Kau calon menantu sahabat baikku, mana tega aku membunuhmu?" kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa. "Tapi, jika kau tidak tunduk padaku, terpaksa aku akan membuatmu mati tidak hidup pun tidak!" Sesudah itu si Iblis Perempuan menoleh ke arah Say Hoa. "Anak manis, pergilah kau urus bunga anggrek itu, jangan ladeni dia!" kata Seng Cap-si Kouw. "Ya, Bu! Dia berhasil kita tangkap karena jasa bunga anggrek hitam itu!" kata Bong Say Hoa. "Kok Siauw-ya kau jangan marah, kami suku Biauw senang menerima tamu. Jika tidak dengan cara demikian, mana mau kau tinggal di tempat ini!" Bunga anggrek hitam itu sejenis bunga aneh khusus tumbuh di daerah suku Biauw, air yang dipakai menyiram bunga anggrek itu pun air murni yang mengandung belerang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan bunga itu akan berbau aneh. Maka itu diberi nama 'anggrek pembuat mabuk seribu hari'. Jika ada orang yang mencium bau bunga itu dia akan mabuk dan tak sadarkan diri. Kok Siauw Hong sengaja memejamkan matanya dan berbaring menghadap ke arah dinding. Dia tidak

mengacuhkan ucapan nona Biauw itu. Tentu saja hal itu membuat si Iblis Perempuan dongkol, dia balikkan tubuh Kok Siauw Hong agar menghadap pada mereka. "Jika kau tidak mau menjawab semua pertanyaanku, itu artinya kau mencari susah sendiri!" kata Seng Cap-si Kouw mengancam. Dengan gemas Seng Cap-si Kouw mengusap kelopak mata Kok Siauw Hong yang dipejamkan. Tak lama Kok Siauw Hong merasa matanya perih bukan main. Tanpa bisa ditahan air mata pemuda itu bercucuran. "Bunuh saja aku!" teriak Kok Siauw Hong kesal. "Sudah kubilang aku tidak akan membunuhmu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Tak mudah kami menjebakmu, kenapa aku harus membunuhmu begitu mudah. Katakan padaku di mana Han Tay Hiong berada? Jika kau mau mengatakannya kau akan kuberi obat penawar untuk matamu!" "Kau Iblis yang kejam bagaikan seekor ular!" kata Kok Siauw Hong. "Melihatmu saja Paman Han muak sekali! Kau perempuan tak tahu malu, kau menginginkan Paman Han. Hm! Memalukan!" Mendengar ejekan itu bukan main gusarnya Seng Cap-si Kouw sampai matanya mendelik saking gusarnya. "Hm! Sengaja kau pancing kemarahanku agar aku membunuhmu! Aku tidak akan tertipu oleh akal busukmu itu. Malah kau akan kusiksa secara perlahan-lahan, nanti kau tahu rasa! Jika kau tahu bahaya, sebaiknya kau katakan di mana

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong dan perempuan she Beng itu berada?" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau Iblis Perempuan hina dan jahat!" jawab Kok Siauw Hong. "Aku tidak tahu Beng Cit Nio ada di mana, andaikan aku tahu pun, tak akan kuberitahu kau!" "Sekarang katakan di mana budak busuk bernama Tik Bwee itu? Apa kau juga tahu di mana keponakanku! Tentu kau tahu, bukan?" "Ya, memang aku tahu di mana keponakanmu itu berada, cuma sayang siapapun tidak akan mampu menemukannya!" kata Kok Siauw Hong sambil tertawa sinis. "Kenapa?" tanya Seng Cap-si Kouw penasaran. "Jika kau ingin mencarinya, susul saja dia di neraka!" kata Kok Siauw Hong. "Apa kau bilang? Seng Liong Sen sudah meninggal? Kau yang membunuhnya?" kata Seng Cap-si Kouw geram. "Dia orang yang kukagumi, tapi sayang aku tak bisa menolongi dia!" kata Kok Siauw Hong.

"Aneh, bagaimana kau bisa kagum padanya? Jika demikian katakan terus-terang, siapa pembunuh keponakanku itu? Apa Tik Bwee?" "Kau terlalu bodoh menilai orang dengan ukuran sifatmu yang busuk!" kata Kok Siauw Hong. "Pendapat seorang pengecut sepertimu dipakai menilai seorang pendekar!" "Hm! Kau kira kau seorang pendekar?" ejek Cap-si Kouw. "Sekalipun aku bukan seorang pendekar, tapi aku tahu membedakan yang jahat dan yang baik!" kata Kok Siauw Hong sengit. "Dengar baik-baik, Nona Yo bukan perempuan jahat sepertimu! Masalah keponakanmu, karena dia yang memulai maka jika Nona Yo membalas perbuatan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keponakanmu itu aku kira wajar saja! Tetapi dia tidak akan tega membunuh keponakanmu itu!" "Kau bilang kau kagum pada keponakanku, tapi sekarang kau ejek dia!" kata Seng Cap-si Kouw. "Benar harus dibilang benar salah harus dikatakan salah! Semua yang kuucapkan itu kenyataan semuanya!" kata Kok Siauw Hong. "Kau jangan banyak bicara," kata Seng Cap-si Kouw, "katakan saja siapa yang membunuh dia?" "Orang itu bernama Wan-yen Hoo! Apa yang bisa kau lakukan?" kata Kok Siauw Hong mengejek. "Apa katamu? Dia dibunuh oleh Wan-yen Hoo?!" si Iblis Perempuan kaget bukan kepalang. "Benar, pembunuhnya Wan-yen Hoo!" jawab Kok Siauw Hong tegas. "Oleh karena itu aku kagum padanya. Bicara terus-terang, aku pernah membenci keponakanmu itu, tapi ketika melihat kegagahannya melawan musuh dan pantang menyerah, hal ini membuat aku mau tak mau harus mengaguminya. Hm, keponakanmu jauh lebih baik dibanding denganmu! Kau tidak bisa dibandingkan dengannya. Apa kau mau menuntut balas pada Wan-yen Hoo?" Kelihatan si Iblis Perempuan sangsi. "Aku kenal sifat licik keponakanku, saat keadaan kritis tidak mungkin dia tak menakluk pada lawan. Tetapi aku juga tahu Wan-yen Hoo seorang yang keji dan licik! Jika dia tak bisa membujuk keponakanku, tidak mustahil dia akan membunuh keponakanku itu!" pikir Seng Cap-si Kouw. "Sebaiknya masalah ini akan kuselidiki dulu!" Melihat si Iblis Perempuan itu sangsi, Kok Siauw Hong mengejeknya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, akal busuk apa yang sedang kau rencanakan? Jika kau tidak berani pada Wan-yen Hoo untuk apa kau tanyakan soal keponakanmu itu?" kata Kok Siauw Hong. "Membalas atau tidak itu urusanku," kata Seng Cap-si Kouw. "Tapi jika benar dia mati seperti ceritamu, kaupun tidak berguna lagi bagiku." Sesudah itu Seng Cap-si Kouw menyentil dengan jari tangannya. Tak lama berhamburan obat bubuk yang menaburi tubuh Kok Siauw Hong yang tidak berdaya itu. Ternyata sejak tadi Bong Say Hoa masih mendengarkan pembicaraan Seng Cap-si Kouw di luar, ketika si Iblis Perempuan menaburkan obat. Bong Say Hoa berteriak. Dia coba mencegah Seng Cap-si Kouw berbuat begitu. Sayang obat itu sudah telanjur tertabur di tubuh Kok Siauw Hong. "Anakku, aku sudah berjanji padamu, mana boleh aku membunuh dia? Tapi dia telah mencaciku, aku harus memberi sedikit hukuman kepadanya. Kau jangan meminta ampun untuknya. Mari kita keluar saja." Terpaksa Bong Say Hoa ikut Seng Cap-si Kouw keluar. Seng Cap-si Kouw menutup pintu kamar itu sambil berkata pada Kok Siauw Hong, "Sekarang kau boleh rasakan!" kata Seng Cap-si Kouw. Tak lama Kok Siauw Hong merasakan seluruh tubuhnya gatal seperti digigit ribuan semut. Begitu sakitnya hingga terasa masuk ke tulang sumsum. Sakitnya sudah tak terasa tapi gatalnya bukan main. Tak hentinya Kok Siauw Hong menggaruk seluruh tubuhnya. Tetapi semakin digaruk semakin terasa gatalnya. Akhirnya kulit tubuhnya mulai lecet dan dagingnya berdarah-darah. Saat itu Kok Siauw Hong benar-benar tersiksa. Sedang pikirannya kacau sekali. Keadaan pemuda ini serba salah, dia merasakan geli dan gatal bukan kepalang. Begitu lelahnya Kok

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siauw Hong hingga untuk menggaruk tubuhnya saja dia sudah tak bisa. Ketika keadaannya benar-benar tersiksa dan hampir pingsan, tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan tubuhnya nyaman. Sekarang rasa gatal itu mulai hilang. Sesudah otaknya jernih kembali dia lihat Bong Say Hoa berdiri di depannya. Nona itu sedang mengobati tubuhnya dengan obat

entah obat apa? Ternyata pakaian pemuda ini sudah dilepas dari tubuhnya oleh Bong Say Hoa. Melihat pemuda itu mengawasinya, nona Biauw itu berkata halus. "Bagaimana, apa sudah enakan tubuhmu?" kata si nona. Kok Siauw Hong tidak menjawab pertanyaan itu. Dia jengkel karena nona manis itu membantu si Iblis Perempuan berbuat jahat. Ternyata obat itu manjur sekali, sekarang rasa gatalnya sudah hampir hilang seluruhnya. Kok Siauw Hong yang kesal tak mengucapkan terima kasih pada nona Biauw itu. "Aku tahu kau benci kepadaku," kata si nona. "Sungguh aku tidak tahu kalau kau akan disiksa begini." "Hm! Kau datang atas perintah Iblis Perempuan itu agar kau mendekatiku, bukan?" ejek Kok Siauw Hong. "Dasar perempuan keji, kalian jangan main sandiwara! Apa sebenarnya maumu?" Tiba-tiba Bong Say Hoa menangis. "Dengan tidak berpikir takut dimarahi oleh Suhu, aku mengobatimu, tetapi maksud baikku kau ejek begitu keji! Maafkan aku bersalah padamu, apa kau tidak bisa memaafkan kesalahanku?" kata Bong Say Hoa. Melihat nona Biauw itu tidak berpura-pura baik, akhirnya pemuda itu jadi ragu-ragu. "Jika bukan sedang berpura-pura, bagaimana Iblis itu bisa mengizinkan kau datang ke kamar ini?" kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Suhu pergi, aku ke sini di luar tahu Suhu," kata Bong Say Hoa sambil menyeka air matanya. "Kau tidak takut ketahuan oleh gurumu?" kata pemuda itu. Wajah nona itu berubah merah. "Aku telah menyusahkanmu, sekalipun aku dihukum aku tidak menyesal!" kata si nona. "Jika kau bukan orang jahat, mengapa kau mau diperalat oleh iblis perempuan itu?" "Suhu telah menyiksamu, pantas jika kau mencaci dia! Tetapi dia baik pada Ayahku. Ketika daerah Biauw diserang penyakit menular, berkat bantuan Suhu penyakit itu bisa dimusnahkan!" kata Bong Say Hoa. "Jiwa kami sekeluarga, dialah yang menolongnya. Lalu kuanggap dia sebagai ibu angkatku. Tentang permusuhanmu dengan Ibu angkatku, aku tidak tahu-menahu. Aku hanya menjalankan perintahnya. Dia berpesan jika ada orang asing mencarinya, aku harus membius tamu itu hingga pingsan. Jika aku tahu kau akan disiksa, itu tidak akan kulakukan!" "Aku senang ternyata kau sangat baik," kata Kok Siauw

Hong. "Harus kau sadari, betapa kejamnya Seng Cap-si Kouw itu!" "Kami Ayah dan aku hutang budi kepadanya, oleh karena itu, sebelumnya kuanggap dia itu orang baik." "Apa yang dilakukannya atas diri kalian itu cuma untuk memperalat kalian menghadapi orang-orang baik dari bangsa Han." kata Kok Siauw Hong. "Dulu dia menyuruh kami membantu menghadapi seorang kakek she Han, yaitu calon mertuamu itu, bukan? Sesudah kejadian itu, Cong Tong-cu kami mengutus seorang she Ciok untuk memberitahu kami tentang kejahatan ibu angkatku itu. Waktu itu aku tidak percaya, tapi sekarang baru aku percaya." kata Bong Say Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa kau baru percaya?" tanya Kok Siauw Hong. "Kaulah yang mengatakan kejahatannya tadi,"jawab nona itu. Kok Siauw Hong heran bagaimana gadis yang baru dia kenal mempercayai kata-katanya? Tapi Kok Siauw Hong tidak menanyakannya. "Mengapa kau dimusuhinya? Oh, apa barangkali karena dia bermusuhan dengan mertuamu, lalu dia juga membencimu?" kata nona itu. "Mungkin begitu! Dia meracuni mertua perempuanku!" kata Kok Siauw Hong. "Kenapa dia meracuni mertua perempuanmu?" tanya Bong Say Hoa. Tampak Kok Siauw Hong enggan menjelaskan kejadian itu. Sambil tertawa nona itu berkata lagi. "Aku tahu, mungkin soal cinta! Tapi di mana isterimu?" kata nona Say Hoa. "Terus-terang kami belum menikah, tapi kedatanganku ini justru hendak mencari bakal istriku itu, sebab aku kuatir dia akan kepergok oleh ibu angkatmu!" "Eh, kau seorang yang berbudi dan setia. Tentu nona Han itu sangat cantik, bukan?" "Cantik atau tidak seseorang tidak perlu dinilai dari keadaan fisiknya. Barangkali benar calon istriku itu cantik, tapi jiwanya lebih baik lagi." Mendengar ucapan Kok Siauw Hong, tiba-tiba wajah Bong Say Hoa berubah merah dan kedua tangannya gemetar sehingga botol obat yang dipegangnya terjatuh. Tapi untung tidak pecah.,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh beruntung nona Han mempunyai seorang suami yang demikian cinta padanya sepertimu," kata Bong Say Hoa sambil menjemput botolnya yang tadi jatuh. Saat si nona akan bicara lagi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki sedang mendatangi. Nona Biauw itu kaget. "Oh, Ibu angkat sudah pulang. Eh, dia membawa seorang kawannya!" kata si nona. "Biar aku keluar, tapi kau pura-pura belum sadar, supaya tidak ketahuan oleh Ibu angkatku!" Segera Bong Say Hoa berjalan keluar dari kamar itu, tak lama suara langkah kaki dua orang itu sudah sampai di depan pintu. Kok Siauw Hong tahu sifat Seng Cap-si Kouw yang tidak pernah punya teman baik di kalangan Kang-ouw. Jika dia membawa seseorang Kok Siauw Hong heran. "Kenapa dia membawa orang, dengan demikian identitasnya diketahui orang lain. Pasti orang itu hubungannya luar biasa dengan si Iblis Permpuan ini?" pikir Kok Siauw Hong. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oDikisahkan keadaan Seng Liong Sen, karena dia tidak bisa berenang, sesudah mengadu napas di dalam air dan dia berhasil menenggelamkan dua bajak laut, akhirnya Seng Liong Sen kehabisan napas. Untung tubuhnya berhasil terdampar gelombang dan pingsan. Ketika Seng Liong Sen sadar dari pingsannya, dia tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan. Dia mulai mencoba membuka matanya, kiranya dia sekarang ada di atas sebuah perahu kecil. Saat matanya melirik mencoba mengawasi, di samping dia masih duduk dua orang, salah seorang sedang menatap ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arahnya sambil tersenyum. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen saat dia mengenali siapa orang itu? Ternyata dia Uh-bun Tiong yang pernah bergaul lama dengannya. "Rupanya kau sudah sadar, Saudara Liong," kata Uh-bun Tiong sambil tersenyum manis. "Pasti kau tidak mengira aku bisa menyelamatkan kau, bukan ?" Bukan main kesal hati Seng Liong Sen yang menganggap nasibnya sedang sial, karena untuk kedua kalinya dia jatuh ke tangan orang ini. Terpaksa dia berpura-pura gembira dan

mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, sedikitpun aku tidak mengira kau bisa menyelamatkan aku!" kata Seng Liong Sen. "Kita ini sahabat yang pernah sependeritaan, kau pernah membantuku, mana bisa aku tinggal diam tanpa menolongimu," kata Uh-bun Tiong. "Dari mana kau tahu ada malapetaka yang menimpa diriku?" tanya Seng Liong Sen sambil tersenyum. "Kebetulan saja," kata Uh-bun Tiong. "Aku memang mengetahui kau berada di Thay-ouw, ketika angkatan laut kerajaan Song memasuki Thay-ouw, perahu ini ikut memasuki perairan itu. Baiklah sekarang kita bicara terbuka saja, aku kira kau sudah bertemu dengan It Beng To-jin dan Pek Hweshio di tempat Ong It Teng, bukan? Sekarang pasti kau sudah mengetahui asal-usulku dari mereka, bukan?" "Walaupun aku sudah tahu, tapi sama sekali aku tidak ber maksud jahat kepadamu." kata Seng Liong Sen. "Pasti, jika kau bermaksud jahat, masa aku bersedia menyelamatkanmu," kata Uh-bun Tiong. "Nah, sekarang kau sudah mengetahui siapa isteri Gak Liang Cun itu, bukan? Dia itu Bibiku, kali ini panglima angkatan laut yang memasuki Thay-ouw pun, Bupati Yang-ciu, pamanku itu. Kau jangan heran jika aku bisa masuk ke perairan ini bersama angkatan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

laut Kerajaan Song. Yang dikejar oleh angkatan laut kerajaan Song sisa bajak laut anak buah Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang. Tapi jika mereka bertempur dengan Ong It Teng, aku menguatirkan keselamatanmu." Seng Liong Sen pernah salah sekali, saat dia terperangkap oleh Wan-yen Hoo. Dengan demikian kesalahan itu tidak boleh terulang lagi. Tapi dalam keadaan tidak berdaya, kepandaiannya bukan tandingan Uh-bun Tiong, maka terpaksa dia bersikap mengikuti arah angin saja. Dia mengucapkan terima kasih pula. Uh-bun Tiong girang sekali. "Kedatanganku sangat kebetulan, dari jauh aku lihat perahumu berpapasan dengan kapal bajak Kiauw Sek Kiang. Kebetulan aku bisa menyelamatkanmu!" kata Uh-bun Tiong bangga. "Apa pasukan kerajaan berhasil menangkap Kiauw Sek Kiang?" tanya Seng Liong Sen. "Aku kurang tahu," jawab Uh-bun Tiong sambil tersenyum. "Perahuku berada di bagian depan pasukan Song, begitu berhasil menyelamatkan kau, kami segera meninggalkan Thay-ouw. Sekarang sudah hari yang kedua, jadi kau tidak sadar selama sehari penuh."

"Sudah selang sehari?" kata Seng Liong Sen terkejut. "Sekarang, kita ada di mana, di Thay-ouw?" "Bukan di Thay-ouw! Kita sudah melintasi Cay-ciok-kie!" kata Uh-bun Tiong. "Kalau begitu kita sudah memasuki perairan Tiang-kang!" kata pemuda itu. "Benar. Aku kira kau tidak ingin kembali lagi ke tempat Ong It Teng, bukan? Kunasihati agar kau jangan berharap bisa pulang lagi. Apalagi kita sudah pernah mengalami kesukaran bersama, sesungguhnya aku pun merasa berat berpisah denganmu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Seng Liong Sen mengelah napas panjang, kembali dia berada dalam cengkraman iblis ini. Kali ini mungkin sukar untuk dia bisa melepaskan diri lagi. Terpaksa dia menjawab. "Benar, ini merupakan pertemuan kembali dua sahabat lama, sudah tentu Siauw-tee ingin berkumpul lebih lama lagi denganmu. Kita sekarang mau ke mana?" kata Seng Liong Sen. "Sebentar lagi akan kuberitahu kau, sekarang kau boleh makan dulu, sudah kusiapkan sedikit bubur," kata Uh-bun Tiong. Karena tidak tahu apa tujuan Uh-bun Tiong, mengapa dia melayani dengan baik, hati pemuda ini jadi tidak tentram. Setelah selesai makan bubur sekadarnya, Uh-bun Tiong berkata lagi. "Ini bajumu yang kau kenakan tempo hari, ini pedang dan beberapa potong uang perak serta botol obat yang ada di bajumu. Coba kau periksa apa ada yang hilang atau tidak? Eh, tampaknya botol itu berisi obat. Obat apa itu?" "Obat kuat dari Tabib Ong," jawab Seng Liong Sen. "Jangan membohongiku, aku kira itu botol milik Khie Wie!" kata Uh-bun Tiong. "Sebaiknya kau bicara jujur saja!" Melihat sang kawan kurang senang, Seng Liong Sen jadi tak enak hati. "Kau benar, itu botol obat dari Khie Wie, aku diminta memakannya setiap bulan sekali. Aku juga tidak tahu apa khasiatnya?" kata Seng Liong Sen. "Benar kau tidak tahu? Aku malah tahu!" kata Uh-bun Tiong. "Ini obat penawar yang harus kau minum setelah kau melatih tenaga dalam ajaran Khie Wie. Jika tidak kau minum, kau pasti akan menderita. Semakin lama tenaga dalammu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkurang. Ada kemungkinan kau akan terkena penyakit Cauw-hwee-jip-mo dan mengalami kelumpuhan total" "Apa betul begitu? Tapi Khie Wie tidak menjelaskan hal ini padaku, dia hanya menyuruhku minum obat ini setiap bulan sekali," kata Seng Liong Sen. "Khie Wie memberi batas waktu untuk pulang ke sana dalam setengah tahun, kini sudah empat bulan berlalu, seharusnya sisa pil ini masih ada dua buah lagi, tapi kenapa masih ada tiga buah lagi?" kata Uh-bun Tiong. "Karena tabib Ong memberiku obat, selama aku minum obat darinya, aku dilarang menggunakan obat lain," terpaksa Seng Liong Sen berbohong. Tentu saja Uh-bun Tiong tahu kebohongannya itu, tapi dia sengaja tidak membongkar kebohongan itu. Karena dia masih ingin memperalat Seng Liong Sen, maka itu sambil tertawa dia berkata. "Baik, jika obat ini tidak kau perlukan lagi, berikan saja padaku, Saudara Liong aku harus berterima kasih padamu, kau telah mengajarkan dasar ilmu tenaga dalam aliran Khie Wie, selama sebulan telah kulatih dan memang ada kemajuan. Itu artinya ilmu yang kau ajarkan itu asli!" "Mana berani aku menipumu, kita ini kawan yang pernah menderita bersama-sama," kata Seng Liong Sen. "Tapi sayang kau lupa memberitahuku akibat buruk bagi orang yang meyakinkan tenaga dalam itu," kata Uh-bun Tiong. "Untung aku pun sudah tahu tenaga dalam Khie Wie ini hingga tidak sampai menyulitkan diriku! Sebenarnya aku pun tidak takut akibat yang akan kualami, tapi ada yang kukhawatirkan juga, apa Saudara Liong tahu?" "Kepandaianmu sangat tinggi, lalu apa yang kau takutkan?" kata Seng Liong Sen. "Gunung yang tinggi masih ada gunung yang lain yang lebih tinggi lagi! Sekalipun aku lihay, tapi dibandingkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan Khie Wie aku belum bisa menyamainya," kata Uh-bun Tiong. "Bukan aku takut pada Khie Wie, tapi yang aku khawatirkan jika bangsat itu keburu mati." Seng Liong Sen heran oleh keterangan tersebut. "Terus terang aku tak tahu apa maksudmu?" kata Liong Sen. "Masalahnya sederhana sekali," kata Uh-bun Tiong sambil

tertawa. "Jika dia keburu mati, aku tidak bisa menuntut balas dengan tanganku sendiri. Eh,dia itu calon mertuamu jika aku menuntut balas padanya, kau akan membantu siapa?" tanya Uh-bun Tiong. "Toa-ko, kau sendiri sudah tahu sebenarnya aku tidak ingin menjadi menantunya,"jawab Seng Liong Sen. "Bagus, jadi kau akan membantuku," kata Uh-bun Tiong. Karena terdesak, terpaksa Seng Liong Sen menjawab. "Saudara Uh-bun kau telah menyelamatkan jiwaku, sudah tentu aku akan membantumu!" kata Seng Liong Sen. "Bagus kalau begitu! Sekarang aku sudah tidak sabar menunggu keberhasilan tenaga dalam yang kulatih, mari ikut aku ke Sun-keng-san untuk mencari dan balas dendam pada Khie Wie! Setiba di sana baru akan kuberitahu kau bagaimana kita akan menyergapnya. Khie Wie tidak akan curiga jika dia melihatmu pulang karena tepat waktunya dengan waktu yang dia tentukan. Nah, mulai sekarang kita kawan sehidup-semati. Aku tahu isi hatimu, Saudara Liong, meski pun kau suka pada Khie Kie, tapi isteri lamamu sulit kau lupakan, betul tidak?" Dalam hati Seng Liong Sen tidak setuju pada pendapat Uhbun Tiong, tapi terpaksa dia jawab. "Ah, kau senang berkelakar Toa-ko! Aku bertunangan dengan nona Khie hanya untuk mencari keselamatan saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesungguhnya nona Khie juga sangat baik kepadaku dan tidak pantas jika aku berbalik mencelakainya." kata Seng Liong Sen. "Jangan kuatir, aku pasti akan memenuhi cita-citamu. Tapi tua bangka she Khie itu akan kubinasakan, putrinya akan kuserahkan kepadamu. Apakah kau masih setia pada Ci Giok Hian terserah kau saja! Bagaimana? Apa aku cukup baik tidak padamu?" kata Uh-bun Tiong. Seng Liong Sen mengucapkan terima kasih, tapi otaknya bekerja. "Pada suatu hari kau juga pasti akan merasakan pembalasanku yang setimpal!" pikir Seng Liong Sen. Kedua orang itu sama-sama liciknya, sekalipun di mulut mereka bicara manis. Setelah dua hari istirahat di atas perahu, tenaga Seng Liong Sen sudah pulih lagi. Kedua orang itu turun ke darat dan berjalan ke Sun-keng-san untuk mencari Khie Wie. Suatu hari sampailah mereka di suatu kota kecil, Uh-bun Tiong ingin menambah perbekalannya. Kebetulan Seng Liong Sen pun ingin membeli sesuatu. Hari itu merupakan hari pasar di kota kecil itu, kedua orang itu langsung berbelanja. Di tengah pasar yang penuh sesak itu, tiba-tiba Seng Liong

Sen melihat dua orang yang mencurigakan. Dia sengaja mendekati mereka, kedua orang itu sedang bercakap-cakap dengan bahasa rahasia kalangan Kang-ouw. Tentu saja Seng Liong Sen mengerti apa yang mereka bicarakan. Lalu dia ikuti kedua orang itu. Uh-bun Tiong kurang sepakat pada niat Seng Liong Sen itu, terpaksa menuruti saja. Saat Seng Liong Sen masuk ke sebuah toko, dia membeli sebuah kipas. Dia pun pinjam alat tulis pada pemilik toko itu, lalu membuat lukisan tengkorak di kipas tersebut. Sesudah itu baru dia kejar kedua orang itu. "Untuk apa kau lukis gambar itu?" tanya Uh-bun Tiong. "Lalu siapa kedua orang itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka anak buah Kiauw Sek Kiang," jawab Liong Sen. "Kawanan bajak Kiauw Sek Kiang menggunakan tanda pengenal panji tengkorak, pantas saja kau membawa kipas bergambar tengkorak. Apa maksudmu? Apakah kau ingin menuntut balas?" "Karena pergaulan Uh-bun Toa-ko yang luas, pasti kau juga kenal pada Kiauw Sek Kiang, bukan ?" "Memang aku pernah bertemu sekali dengannya belasan tahun yang lalu, malah aku pernah bertukar pikiran tentang ilmu silat. Cuma kau jangan khawatir. Aku tidak akan merintangimu, jika kau ingin membunuh mereka berdua!" kata Uh-bun Tiong. "Tapi aku perlu bantuanmu, Uh-bun Toa-ko," kata Seng Liong Sen. "Kepandaian mereka berdua tidak seberapa, kenapa kau ragu dan takut tak mampu mengalahkan mereka?" "Aku bukan mau minta bantuan untuk membunuh mereka! Aku hanya ingin kau mendekati mereka untuk mencari informasi!" "Oh, jadi kau ingin aku mengorek rahasia dari mereka! Sesudah itu baru kau bunuh mereka. Boleh saja! Kenapa tidak?" kata Uh-bun Tiong. Mereka mengejar kedua orang itu. Dengan tenaga dalam mereka yang tinggi, hanya sebentar kedua orang itu sudah terkejar. Melihat ada dua orang menyusul mereka, kedua orang itu heran dan sangsi. Lalu mereka siap siaga. Tapi sesudah dekat, Seng Liong Sen sengaja membuka kipas di tangannya sambil mengibas-ibas kipas itu. "Hai saudara masih ingatkah kalian padaku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gambar tengkorak yang ada di kipas yang dipegang oleh Seng Liong Sen tampaknya mengejutkan kedua orang itu. Salah seorang di antara mereka langsung menjawab. "Siapa saudara ini? Rasanya kita belum pernah berkenalan?" Seng Liong Sen membeberkan kipasnya perlahan-lahan, lalu berkata dengan gagah. "Semula aku memang selalu mendampingi Su To-cu, tapi karena Kiauw To-cu senang padaku, dia memintaku pindah untuk mendampinginya. Bulan lalu aku baru masuk Pang ini. Bukankah kalian juga ikut bertempur di Thay-ouw tempo hari?" kata Seng Liong Sen. Kawanan bajak pimpinan Kiauw Sek Kiang dan Su Thian Tek yang jumlahnya sampai tiga ribu orang, sudah tentu tidak semua anak buah bajak itu saling nengenal satu sama lain. Maka itu meski pun mereka merasa sangsi, terpaksa orang itu menjawab. "Ah, pantas saja sepertinya kita sudah saling mengenal, kiranya kita pernah bertempur bersama-sama di Thay-ouw." -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 71 Seng Liong Sen Lawan Uh-bun Tiong; Kok Siauw Hong Kabur Bersama Nona Biauw
Jumlah bajak laut pimpinan Kiauw Sek Kiang dan Su Thian Tek tidak sedikit maka tak mungkin merreka saling mengenal satu sama lain. Itu sebabnya Seng Liong Sen tidak merasa kikuk di tengah-tengah mereka. "Kau siapa?" tanya salah seorang bajak pada Seng Liong Sen. "Aku juga anak buah bajak, mungkin karena kita tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam satu kapal, maka kau tidak mengenaliku, tapi aku tahu siapa kau. Bukankah kau di kapal yang dipimpin oleh Ciong Hu-to-cu." kata Seng Liong Sen. Sebenarnya ucapan Seng Liong Sen diucapkan sekenanya, tapi untuk menunjukkan bahwa orang yang diajak bicara oleh Liong Sen bukan orang rendahan dalam kelompok bajak laut, orang itu langsung berkata. "Kau benar, aku ingat kau ada di kapal Kiauw To-cu (Ketua Kiauw)! Untung saat itu Ciong Hutocu bisa merebut sebuah perahu musuh dan menerjang keluar dari kepungan musuh. Di bawah pengawalanku dan

kawan yang lain akhirnya kita selamat sampai di darat. Sayang banyak kawan kita yang terpencar!" Kemudian dia mengawasi ke arah Uh-bun Tiong, dan bertanya pada Seng Liong Sen. "Siapa dia, apa dia kawan kita juga?" kata orang itu. "Dia sahabat Kiauw Pang-cu," jawab Seng Liong Sen sambil tersenyum. "Namaku Uh-bun Tiong, kau tentu belum kenal padaku, kan?" kata Uh-bun Tiong. "Oh, maaf, rupanya Uh-bun Sian-seng!" kata orang itu sedikit kaget. Kekagetan orang itu bisa dimaklumi, karena dia tahu siapa Uh-bun Tiong. Dia seorang jago kalangan Kang-ouw. Tapi heran kenapa Uh-bun Tiong mau berkenalan dengan bajak laut rendahan. "Selama belasan tahun sejak Kiauw To-cu datang ke Tionggoan (Tiongkok), dalam pertempuran yang tidak diduga, kami saling mengadu kepandaian masing-masing, ternyata kekuatan kami setara." kata Uh-bun Tiong. Sesudah itu dia mengambil tiga buah batu kecil yang segera dia kepal erat-erat. Saat dia membuka tangannya, batu-batu itu sudah hancur bagaikan tepung saja. Tentu saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua anak buah bajak itu kaget dan kagum melihat kepandaian Uh-bun Tiong itu. Sengaja Uh-bun Tiong memamerkan kepandaiannya itu, dengan maksud ingin menunjukkan bahwa dia memang Uhbun Tiong yang sejati. "Agaknya sudah lama aku tidak bertemu dengan Kiauw Tocu," kata Uh Bun Tiong. "Aku dengar dia mengalami kekalahan besar hingga aku mencemaskan keadaannya. Saat aku bertemu dengan saudara Liong ini, aku minta penjelasan darinya. Akhirnya kita berkenalan." "Dia benar, hingga sekarang pun aku tidak tahu keadaan Kiauw To-cu, apakah kalian tahu bagaimana keadaannya sekarang?" kata Seng Liong Sen. "Sayang kami juga berpencar dengannya, maka itu kami tidak tahu di mana Kiauw To-cu berada? Padahal temanku baru dari Laut Timur dia tidak tahu keadaannya!" kata orang itu. "Jadi kau datang dari laut Timur, kalau begitu kau diutus oleh Kiauw To-cu untuk menyelidik. Benar begitu?" tanya Liong Sen. "Benar sekali," jawab orang itu. "Maka itu sudah mendapat berita bagus tentang kaburnya tahanan Hek-hong To-cu, aku

harus segera kembali untuk melaporkan hal itu pada Kiauw To-cu!" "Apa yang kau maksudkan tahanan yang kabur itu seorang nenek bernama Seng Cap-si Kouw?" tanya Seng Liong Sen. "Benar sekali, dia sudah kabur," jawab orang itu. "Aku dengar dia berhasil mencuri obat mujarab milik Hek-hong Tocu dan mengobati luka-lukanya. Maka itu akan kusampaikan kabar ini pada To-cu agar beliau waspada!" Mendengar jawaban itu, Uh-bun Tiong baru sadar kenapa Seng Liong Sen berusaha ingin mengikuti kedua bajak itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya karena percakapan mereka menyinggung tentang kaburnya Seng Cap-si Kouw! Mendengar keterangan itu bukan main girangnya Seng Liong Sen walau dia tak menunjukkannya di depan mereka. "Tahukah kalian, di mana si Iblis Perempuan itu bersembunyi?" kata Seng Liong Sen. "Aku dengar dia tinggal di rumah keluarga Ciauw, karena calon menantu keluarga itu, katanya bekas pelayan Seng Capsi Kouw!" jawab orang itu. "Kenapa kau tanyakan soal itu?" kata kawan orang yang bicara pada Seng Liong Sen. "Rasanya aku pernah melihatmu, dan setahuku kau tidak ada di kapal kami tempo hari!" Ternyata orang ini memang ada di kapal Ciong Bu Pa ketika menyaksikan sendiri perahu pemuda itu terbalik dihajar jangkar yang dilontarkan Ciong Bu Pa. Tapi dia melihatnya dari jarak agak jauh. Ketika rahasianya sudah ketahuan, Seng Liong Sen menganggap tak perlu lagi menyembunyikan identitasnya, segera dia robek kipas bergambar tengkorak itu. "Kau benar, matamu tajam juga! Memang akulah musuh besar To-cumu! Kau hebat mengenaliku. Tapi sayang sudah terlambat!" kata Seng Liong Sen. Kedua bajak laut itu kaget dan menyesal karena telah tertipu oleh Seng Liong Sen. Mereka langsung maju. Dengan tipu "Siang-liong-cut-hay" (Dua naga keluar dari dasar laut), kedua telapak tangan mereka menghajar Seng Liong Sen. Tapi Seng Liong Sen dengan gesit menyelinap di antara kedua orang itu. Walau kepalan kedua orang itu berhasil mengenai tubuhnya, tapi tebasan kedua telapak tangan Seng Liong Sen tepat mengenai tengkuk kedua lawannya. Sesudah itu tengkuk kedua orang itu dicengkram dan diputar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen ingin mempermainkan kedua orang itu. Tidak diduga dia mengeluarkan tenaga keras luar biasa. Tak lama dua orang itu diam karena tulang lehernya patah semua dam langung binasa. Menyaksikan kejadian itu, Uh-bun Tiong terperanjat, sambil tersenyum dia berkata, "Selamat, Saudara Seng! Ternyata kau berhasil dan memperoleh dua keuntungan secara bersamaan!" kata Uh-bun Tiong. Sejak dia kenal Uh-bun Tiong, orang she Uh-bun itu memanggil dia "Saudara Liong". Tapi sekarang tiba-tiba Uhbun Tiong memanggil marga yang sebenarnya, marga Seng. Sudah tentu Seng Liong Sen pun kaget bukan kepalang, walau tak diperlihatkan. "Keuntungan apa?" kata Seng Liong Sen. "Bukankah nasibku ada di tanganmu, apa yang untung!" "Kau jangan kaget, saudara Seng," kata Uh-bun Tiong. "Walaupun kita sudah tahu rahasia masing-masing, tetapi kita telah bersumpah akan setia-kawan dan tidak membuka rahasia kita kepada orang lain. Baiklah, selanjutnya kau kupanggil Saudara Liong saja!" "Terima kasih," kata Seng Liong Sen. "Tapi apa maksud Uhbunheng mengenai keuntungan itu?" "Aku yakin kau sudah tahu, kenapa bertanya lagi?" kata Uh-bun Tiong. "Pertama kau mendapat khabar tentang bibimu yang kedua tenaga dalammu maju pesat! Maka itu kuucapkan selamat padamu!" Tidak diduga, tadi saat membekuk kedua orang itu dengan mudah dia bisa membinasakan mereka. Sebenarnya dia juga kaget ketika itu. Dia tahu tenaga dalamnya sudah maju pesat. Sekarang dia hebat, tapi untuk melawan Uh-bun Tiong mungkin belum bisa. Seng Liong Sen sengaja berpura-pura lesu dan batuk-batuk.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa kau batuk-batuk?" kata Uh-bun Tiong. Seng Liong Sen berpura-pura dadanya sesak. "Kalau begitu kau istirahat dulu, jika perlu kuperiksa!" kata Uh-bun Tiong. "Terima kasih," kata Seng Liong Sen. "Aku bisa mengatasinya. Tapi tolong saudara berjaga-jaga!" Sesudah itu Seng Liong Sen pergi ke semak, duduk untuk

mengumpulkan seluruh kekuatannya. Saat itu dia gunakan ajaran Tabib Ong untu mengatur pernapasan dan memusatkan pikirannya. Saat berkonsentrasi itu Seng Liong Sen seolah mati rasa, maka itu dia minta Uh-bun Tiong menjaganya. Sedikit pun Uh-bun Tiong tidak curiga. Dia malah senang karena Seng Liong Sen percaya kepadanya untuk menjaga keselamatannya. Dengan setia dia menunggu. Sesudah cukup lama Seng Liong Sen mengakhiri semedinya lalu menghampiri Uh-bun Tiong. "Saudara Uh-bun, terima kasih!" kata Seng Liong Sen. Sekarang Seng Liong Sen merasa segar kembali, tenaga dalamnya juga sudah pulih. Rupanya dia pun puas karena suatu saat dia mencoba akan melawan Uh-bun Tiong. Dia ingin terlepas dari cengkramannya walau ada bahayanya. Tetapi jika tidak dicoba dan takut, bagaimana bisa berhasil? "Mari kita berangkat!" kata Uh-bun Tiong. Dia segera berjalan di muka. "Saudara Uh-bun, kita mau ke mana? Mengapa kita berjalan ke sana?" kata Seng Liong Sen. "Eh, bagaimana kau ini. Melamun, ya? Kan sudah kukatakan dari awal, kita akan ke Sun-keng-san mencari Khie Wie!" kata Uh-bun Tiong kesal juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan aku yang salah, tapi kaulah yang berjanji akan menemaniku ke Siam-say mencari Bibiku?" kata Seng Liong Sen. "Kata-kataku itu hanya untuk membohongi kedua orang yang kau bunuh itu!" kata Uh-bun Tiong. "Tapi kenapa kau anggap benaran!" "Walau kau tidak sungguh-sungguh, aku yang sungguhsungguh," kata Seng Liong Sen. "Nah, kalau kau tidak mau ikut aku ke Siam-say Barat, aku akan pergi sendiri saja!" "Ke Sun-keng-san dulu, baru aku ikut kau ke Siam-say," kata Uh-bun Tiong. "Bukankah kau sudah berjanji, maka janji itu harus kau tepati! Kenapa kau ingkar? Janji seorang enghiong harus ditepati!" Seng Liong Sen tertawa. "Kita berdua bukan "eng-hiong" tapi dua orang yang bertabiat rendah," kata Seng Liong Sen. Mendengar ucapan itu Uh-bun Tiong kurang senang lalu mengancam. "Ingat, rahasiamu ada di tanganku! Aku bisa memburukkan nama baikmu, atau kalau perlu kubunuh kau!" kata Uh-bun Tiong.

"Boleh saja kalau kau ingin menghancurkan namaku di depan umum, karena sekarang aku sudah tidak peduli lagi!" kata Seng Liong Sen. "Jika kau ingin membunuhku, silakan kau coba! Tapi aku kira sekarang tidak semudah itu kau bisa melakukannya!" "Bagus! Kau ingin menantangku, jangan sombong! Apa yang kau andalkan? Ingat aku tidak akan membunuhmu, tapi justru akan menyiksamu dulu!" kata Uh-bun Tiong. "Silakan, aku tidak takut!" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Seng Liong Sen melancarkan sebuah serangan maut ke arah Uh-bun Tiong. "Roboh kau!" kata Seng Liong Sen. Diserang demikian mendadak bukan main marahnya Uhbun Tiong ketika itu. "Bangsat! Baiklah, akan kubunuh kau!" kata Uh-bun Tiong. Uh-bun Tiong maju menyerang sambil menghindari serangan lawannya. Tangan kanannya menghantam ke arah Seng Liong Sen. Ternyata Seng Liong Sen sudah siap untuk menghadapinya. Dia berkelit sambil menyerang lawan. Uh-bun Tiong maju, tangan Seng Liong Sen berhasil dia cengkram dengan jurus "Kim-na-ciu-hoat". Ternyata Uh-bun Tiong ini lihay. Jika dia berhasil mencengkram lawannya, pasti lawan sulit terlepas dari cengkramannya. Jika dipaksa melepaskan cengkramannya tulangnya akan hancur. Uh-bun Tiong mengira lawannya tidak berkutik saat dicengkram. Tak disangka Seng Liong Sen mengerahkan kekuatannya. Ototnya mengeras bagaikan baja. Saat Uh-bun Tiong menarik tangannya, Seng Liong Sen mendorongnya. Sekarang dia bukan Seng Liong Sen yang dulu. Diserang begitu dia akan roboh tertarik oleh Uh-bun Tiong. Sekarang tenaga dalamnya sudah tidak selisih banyak. Saat Uh-bun Tiong menariknya, Seng Liong Sen mendorong. Maka itu tenaga tarikan bergabung dengan dorongan membuat Uh-bun Tiong terdorong hebat. Melihat lawan terdorong mundur beberapa langkah, Seng Liong Sen maju menggunakan kesempatan itu untuk menyerang dengan jurus "Siang-liong-cut-hay" atau "Sepasang naga muncul dari lautan". Kedua tangan Seng Liong Sen mengancam lawan. Tapi Uh-bun Tiong tangguh, dia berkelit ke samping, telapak tangannya menebas tangan Seng Liong Sen. Melihat tangannya terancam Liong Sen

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membatalkan serangannya. Semula dia menyerang dengan kepalan tangannya. Tapi sekarang dia mengubah telapak tangannya. Maka itu terjadilah sebuah benturan keras hingga baik Uh-bun Tiong maupun Seng Liong Sen terpental mundur. "Hm! Kepandaianmu cuma begitu saja! Tapi kau berani main gila!" kata Uh-bun Tiong mengejek. Tiba-tiba Liong Sen melompat dan membentak. "Hm! Baik aku kalah satu pukulan, tapi sekarang akan kubayar!" kata Seng Liong Sen. "Baik, silakan kau maju jika berani!" kata Uh-bun Tiong. Sebenarnya Uh-bun Tiong kaget menyaksikan kemajuan lawannya, tapi hal itu tidak dia perlihatkan. Dia sadar tak mudah mengalahkan pemuda itu. Bahkan bukan tidak mungkin jika Uh-bun Tiong bertarung lebih lama, keduanya akan hancur bersama-sama. Seng Liong Sen senang karena bisa mengimbangi lawan, namun dia khawatir setelah merasakan pukulan lawan hebat. Namun, dia yakin, dia mampu melawan Uh-bun Tiong. Setelah bertarung cukup lama sekarang Uh-bun Tiong tidak berani meremehkan lawannya. Sedangkan Seng Liong Sen pun tampak semakin gagah saja. Suatu saat Uh-bun Tiong melihat titik lemah lawan, dia segera menghantam ke titik tersebut. "Duuk!" Kembali Uh-bun Tiong berhasil menghantam lawan. Tapi lawannya hanya terdorong sedikit. Melihat Seng Liong Sen tetap tegar, Uh-bun Tiong kaget karena dia tidak mampu merobohkan lawannya. Karena dongkol dia bernapsu akan membunuh lawan. Uh-bun Tiong sadar, pemuda itu tak bisa ditaklukkan. Jika berhasil membunuh Seng Liong Sen sekalipun, dia tak bisa menggunakan tenaga pemuda itu, paling tidak dia bisa meminta bayaran kepada Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Uh-bun Tiong melakukan serangan mautnya, tenaga kedua orang itu mulai berkurang. Tak heran jika Uhbun Tiong sadar, bahwa dia tidak mungkin membunuh lawannya. Saat itu Seng Liong Sen sudah berkali-kali terkena pukulan Uh-bun Tiong hingga napasnya mulai sesak. Terpaksa dia bertarung mati-matian. Melihat Seng Liong Sen mulai kalap, hal ini membuat Uh-bun Tiong gentar juga, terpaksa dia

mundur jika lawan melancarkan serangan. "Kau harus membayar hutangmu berikut bunganya!" kata Seng Liong Sen. Dia lalu maju menyerang ke titik jalan darah lawan yang berbahaya. Saat serangan itu datang Uh-bun Tiong sempat merunduk menghidari totokan lawan. Tak terduga totokan itu mendadak berubah menjadi tamparan yang keras, Uh-bun Tiong terpukul roboh. Begitu jatuh Uh-bun Tiong segera melompat bangun. "Bangsat! Hari ini kau harus mati!" bentak Uh-bun Tiong. Tak lama keduanya sudah bertarung kembali. Tapi serangan mereka sudah mulai lamban. Seng Liong Sen girang dan senang sekali, karena itu untuk pertama kalinya dia berhasil menghantam Uh-bun Tiong hingga roboh. Tapi saat dia hendak melancarkan serangan lagi, napasnya tiba-tiba sesak. Langkahnya terasa ringan, pukulannya pun sudah tidak bertenaga lagi. Jelas tenaga maupun kepandaian Seng Liong Sen masih kalah setingkat dari Uh-bun Tiong. Apalagi dia sudah belasan kali terpukul, hingga dia sadar kini dia mulai payah. Keduanya sudah mulai lemah. Ketika Uh-bun Tiong melancarkan pukulan ganda, kedua kepalan Uh-bun Tiong tepat mengenai tubuh lawan. Tapi pada saat yang sama Seng Liong Sen pun sempat menghajar Uhbun Tiong. Karena keduanya sama-sama terkena pukulan,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka terhuyung ke belakang dan akhirnya roboh. Seng Liong Sen mengeluh, dia pikir karena tenaganya sudah habis jika mau mengadu jiwa pun tidak akan mampu. Dia tidak menduga jiwanya bakal melayang di tangan Uh-bun Tiong. Tapi karena tak mau mati begitu saja, dengan sekuat tenaga dia berusaha berontak bangun. Tapi sebelum bangun dia lihat Uh-bun Tiong sedang duduk. Seng Liong Sen tidak mengira, sebenarnya Uh-bun Tiong lebih kaget. Dia khawatir akan dibunuh oleh pemuda itu. Karena Uh-bun Tiong baru latihan tenaga dalam aliran Khie Wie, tenaga dalamnya belum menyatu dengan tenaga dalam yang dipelajarinya. Biasanya hal itu tidak terasa. Tapi setelah bertarung hebat, karena kedua macam tenaga dalam itu bertentangan, maka dia harus duduk tenang untuk mengatur pernapasannya agar tenaga murninya yang mulai kacau tidak sampai bergolak. Jika dia tak bisa tenang kemungkinan dia bisa lumpuh. Seng Liong Sen heran. "Kenapa Uh-bun Tiong tidak langsung menyerangku?" pikirnya.

Akhirnya kesempatan itu dia gunakan untuk istirahat, keduanya saling mengawasi. Tiba-tiba Uh-bun Tiong menghela napas. "Kau pernah menyelamatkan jiwaku, sedang akupun pernah menyelamatkan jiwamu. Sebenarnya kita bersaudara senasib dan sepenanggungan! Tidak diduga sekarang menjadi musuh! Baiklah, aku sekarang tidak akan memaksakan kehendakku. Kau boleh pergi jika ingin mencari bibimu untuk selanjutnya kita masih tetap bersahabat!" kata Uh-bun Tiong. Saat itu Seng Liong Sen sadar bahwa yang dikatakan Uhbun Tiong tidak tulus. Tetapi dia tidak tahu saat itu Uh-bun Tiong sedang menghadapi bahaya lumpuh. Dia hanya mengira Uh-bun Tiong kehabisan tenaga dan tidak berani bertempur lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena keduanya sama-sama takut mati, akhirnya Seng Liong Sen berkata, "Baiklah, sejak saat ini kita sama-sama tidak berhutang budi satu sama lain." Uh-bun Tiong yang menginginkan Seng Liong Sen segera pergi, sengaja menghela napas dengan agak menyesal. "Jika kau tak mau lagi menganggapku sebagai sahabatmu lagi? Terserah kau saja!" kata Uh-bun Tiong. "Ingat, aku berjanji tak akan membocorkan rahasiamu!" Sesudah itu Seng Liong Sen langsung mendahului pergi meninggalkan Uh-bun Tiong. Dengan menggunakan sarung pedangnya yang dia jadikan tongkat, dia melangkah pergi. Sekeluar dari hutan dia sudah tidak melihat Uh-bun Tiong, itu berarti dia tidak dikejar hingga Seng Liong Sen merasa lega. Sekarang dia sudah tahu, di mana bibinya berada. Maka itu dia bergegas ke desa Ciauw-yang-kwan! Setiba di desa itu dia langsung bertanya pada penduduk. "Di mana rumah keluarga Ciauw?" kata Seng Liong Sen. "Di sana!" jawab orang yang ditanya. Ternyata keluarga Ciauw sangat terkenal. Begitu sampai di depan rumah itu, dia langsung mengenali seorang nenek, itu bibinya. Saat itu Kok Siauw Hong sudah terjebak oleh nona Biauw. Sekarang Kok Siauw Hong di bawah pengawasan nona Biauw. Ternyata gadis itu jatuh hati kepada Kok Siauw Hong dan hal itu sudah diketahui Seng Cap-si Kouw. Maka itu dia biarkan Bong Say Hoa menjaga Kok Siauw Hong. Dia memberi kesempatan kepada gadis Biauw itu untuk melepaskan Kok Siauw Hong. Menurut perkiraan si Iblis Perempuan, jika kedua muda-mudi itu melarikan diri, pasti Siauw Hong akan mencari Han Tay Hiong! Dengan demikian dengan mudah dia bisa

menemukan orang yang sedang dicarinya itu. Agar siasatnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjalan dengan baik, sengaja dia tidak berunding dulu dengan Bong Say Hoa. Begitu si Iblis Perempuan keluar dari rumah keluarga Ciauw, dia mengawasi rumah itu dari kejauhan. Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki bermuka buruk sedang mendatangi ke arahnya. Dia heran dan kaget ketika merasa orang itu sudah dikenalnya. Tanpa terasa dia berteriak keras. "Hai, bukankah kau Seng Liong Sen, keponakanku?" kata si Iblis Perempuan. "Benar, Bibi, ternyata kau masih mengenaliku!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa wajahmu berubah begitu? Siapa yang telah menyusahkanmu? Lekas katakan padaku?" kata si Iblis Perempuan geram. Seng Liong Sen menghela napas. "Semua ini akibat perbuatanku sendiri, kita tidak bisa menyalahkan siapa pun!" kata Seng Liong Sen. Si Iblis Perempuan menatap ke arah Seng Liong Sen dengan heran. "Baru berpisah setahun, wajahmu telah berubah, bahkan watakmu pun rasanya sudah berubah! Khabarnya kau telah menikah dengan Nona Ci dari Pek-hoa-kok, mana istrimu?" "Di Kim-kee-leng," jawab Seng Liong Sen. "Kenapa dia ada sana? Apa kalian sudah berpisah?" tanya si Iblis Perempuan. "Giok Hian mengira aku sudah mati, bahkan guruku dan sahabatku, juga semua orang yang kukenal mengira aku sudah mati. Sekarang seolah-olah aku ini orang mati yang hidup kembali! Semua kejadian dulu tidak ingin aku membicarakannya lagi!" kata Seng Liong Sen. "Ah, kau keponakanku yang bernasib malang! Ternyata kau mengalami nasib buruk seperti aku yang selalu bernasib malang. Sekarang kau katakan, apa masalahmu itu pada Bibi!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika aku kisahkan terlalu panjang, Bi! Tapi syukur kita bisa bertemu lagi, nanti akan kuceritakan semua pengalamanku itu!" kata Seng Liong Sen. "Baiklah, mari ikut aku pulang. Aku tinggal di rumah besar milik Ciauw Goan Hoa yang sekarang telah kududuki!" kata si Iblis Perempuan. "Aku sudah tahu," kata Seng Liong Sen.

"Kau sudah tahu? Jadi kau sengaja mencariku ke sini? Dari mana kau tahu aku tinggal di sini?" kata si Iblis Perempuan. "Dari salah seorang anak buah Kiauw Sek Kiang. Jangan kuatir, Bibi, orang itu sudah kubunuh sebelum sempat bertemu dengan pemimpinnya." kata Seng Liong Sen. Kelihatan si Iblis Perempuan senang dan lega. "Sekalipun Kiauw Sek Kiang mencariku untuk menuntut balas, aku tidak takut! Tapi memang sebaiknya tempat tinggalku ini dirahasiakan!" kata si Iblis Perempuan itu. "Di mana orang-orang keluarga Ciauw? Apa mereka telah Bibi bunuh semua?" "Tidak! Tidak satupun mereka kubunuh! Malah orang yang sangat kau benci ada di sini! Orang itu sudah tertangkap. Dia boleh kau apakan saja sesukamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Maksud Bibi dia Tik Bwee! Jangan ganggu dia, sebenarnya aku yang salah! Pribahasa mengatakan : Permusuhan lebih baik diakhiri saja! Tahukah Bibi, penyakitku pun sudah sembuh. Aku sudah tak ingin membalas dendam kepadanya." kata Seng Liong Sen. Mendengar ucapan keponakannya, sang bibi menatapnya dengan perasaan heran sekali. "Eh, apa yang terjadi? Sekarang kau begitu berubah Liong Sen!" kata sang bibi. "Kau boleh tak membalas dendam

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padanya, tapi urusanku lain! Kau jangan kaget, karena orang itu bukan Tik Bwee!" "Apa? Bukan Tik Bwee, lalu siapa?" kata Seng Liong Sen. "Nanti akan kau ketahui sendiri," jawab sang bibi. "Aku rasa dia orang yang paling kau benci. Malah perasaan dendammu lebih besar kepadanya dari pada kepada Tik Bwee!" Si Iblis Perempuan yakin benar, jika Seng Liong Sen bertemu dengan Kok Siauw Hong, pendirian keponakannya itu akan berubah total. Sesudah berpesan pada Kok Siauw Hong agar berpura-pura belum sadar. Nona Bong meninggalkan Kok Siauw Hong. Bong Say Hoa langsung keluar. Tak lama dia lihat Seng Cap-si Kouw datang bersama seorang pemuda berwajah buruk. Dia terkejut. Melihat muridnya kaget sang guru berkata, "Dia keponakanku, kau boleh memanggil dia Toa-ko!" Seng Cap-si Kouw memperkenalkan Say Hoa pada keponakannya. Nona itu memberi hormat dan memanggil toako. "Apa orang itu sudah sadar?" kata Seng Cap-si Kouw. "Be.....belum," jawab Say Hoa agak gugup. Seng Cap-si Kouw langsung mengetahui, apa arti jawaban

itu. Tetapi dia berpura-pura tidak tahu. "Ya, jika sudah sadar laporkan, supaya Toa-komu bisa bicara dengannya!" kata Seng Cap-si Kouw. Semua pembicaraan itu didengar oleh Kok Siauw Hong. Ketika mendengar kata "keponakan" Siauw Hong tahu karena si iblis hanya punya seorang keponakan, yaitu Seng Liong Sen. "Seng Liong Sen sudah mati, lalu siapa yang dimaksud "keponakan" itu?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Seng Liong Sen sudah melangkah masuk bersama si Iblis Perempuan. Saat mata Seng Liong Sen bentrok dengan mata Kok Siauw Hong, keduanya kaget. "Oh, kiranya kau masih hidup Liong Toa-ko!" teriak Kok Siauw Hong sangat gembira. Sesaat si Iblis Perempuan terkejut melihat sikap kedua pemuda yang aneh itu. Dia heran kenapa Kok Siauw Hong memanggil Seng Liong Sen "Liong Toa-ko"? Itu panggilan baru untuknya. Sesaat Seng Liong Sen tertegun. Tiba-tiba dia tutup wajahnya langsung kabur bagai dikejar setan. Bibinya pun tak sempat mencegahnya. Semula si Iblis Perempuan mengira Seng Liong Sen akan membalas dendam. Dia kaget sang keponakan bukan menemuinya, malah kabur. Sungguh di luar dugaan bibinya. Si Iblis Perempuan bingung, dia kejar keponakannya itu! Kok Siauw Hong masih kaget, saat Bong Say Hoa berkata, "Wah, bisa berabe!" . "Apa yang berabe?" tanya Kok Siauw Hong. "Karena kedatangan keponakannya, berarti kau tidak diperlukan lagi. Karena kau menolak mencari mertuamu, aku duga kau akan segera dibunuhnya," kata Bong Say Hoa. Ketika itu Kok Siauw Hong pun berpikir, apa yang dikhawatirkan nona Biauw itu ada benarnya. Dia juga tahu kekejaman Iblis Perempuan itu. Mengenai orang yang mengaku bernama "Liong Sin" itu, ternyata dia Seng Liong Sen, keponakan si Iblis Perempuan. Ini memang di luar dugaan Kok Siauw Hong. Dia perhatikan nona Bong yang mengerutkan keningnya kelihatan khawatir sekali. "Kau jangan cemas, paling-paling aku mati dibunuhnya!" kata Kok Siauw Hong. "Tapi aku yakin karena kau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepercayaan wanita jahat itu, dia tidak akan berbuat kejam padamu!" "Tapi.. .aku tidak bisa membiarkan kau dibunuh olehnya," kata nona Biauw itu. "Baiklah, kau akan kubawa kabur!" "Tapi aku tidak bisa berjalan," kata pemuda itu. "Aku punya obat penawar, minum ini!" kata Say Hoa. "Kenapa kau mengkhianati gurumu, apa kau tidak akan diapa-apakan olehnya?" kata Kok SiauwHong khawatir. Dengan tidak banyak bicara lagi nona Bong memasukkan sebutir obat penawar ke mulut Kok Siauw Hong, dan memijatnya sebentar. "Bagaimana, sudah enakan tubuhmu?" kata si nona. "Ah, aku sudah bisa berjalan sekarang, tapi...." "Sudah jangan banyak bicara, mari kita pergi!" kata nona itu pada Siauw Hong. Karena pemuda itu tidak sempat berpikir lagi, terpaksa dia kabur bersama Bong Say Hoa. Nona itu berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Mereka menuju ke pegunungan dan hutan lebat. Sesudah yakin si Iblis Perempuan tidak mengejar mereka, mereka merasa lega. "Terima kasih atas pertolonganmu, Nona! Budimu kelak akan kubalas," kata Kok Siauw Hong. "Kenapa kau berkata begitu?" kata nona Biauw. "Kau akan meninggalkan aku?" Kok Siauw Hong bingung lalu mengangguk. "Begini, Nona. Maksudku, agar kau tidak terlibat hingga dihukum oleh gurumu!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi sekarang mau tak mau aku sudah terlibat, apa kau kira aku bisa kembali pada Guruku lagi?" kata Bong Say Hoa. "Bukankah kau bisa pulang ke rumahmu?" kata Siauw Hong. "Dia kan bisa mencariku ke rumahku, malah sebelum aku sampai di rumah, mungkin aku sudah tertangkap olehnya! Sebenarnya aku ingin bersamamu. Bukankah kau mau ke daerah Biauw mencari mertuamu?" "Benar, lalu kenapa?" tanya Kok Siauw Hong. "Kau orang Han, jadi tidak bisa bicara bahasa Biauw. Jika aku ikut kau ke sana, pasti hal itu bisa mengurangi kesulitanmu!" Kok Siauw Hong berpikir. "Ucapan dia ada benarnya juga," pikir Kok Siauw Hong. "Tapi apa nona ini tidak punya rencana lain atas diriku? Saat itu seolah nona Biauw bisa menerka apa yang ada di

otak anak muda itu. "Kau jangan takut, sesudah kau bertemu dengan mertuamu, aku akan pergi. Aku berjanji tidak akan menyusahkanmu!" kata Bong Say Hoa sambil tersenyum manis. "Jika kau izinkan aku bersamamu beberapa hari saja aku sudah bersyukur sekali!" Mendengar ucapan nona Biauw yang tulus itu, mau tak mau hati Kok Siauw Hong terharu juga. "Baiklah, jika kau mau menganggapku sebagai Toa-komu, akupun mau mengakuimu sebagai adikku. Aku yakin Pwee Eng pun suka padamu jika dia bertemu denganmu nanti." "Aku ingin bertemu dengan calon istrimu yang cantik itu," kata Bong Say Hoa sambil tersenyum pedih. "Mari kita jalan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedikitpun Seng Cap-si Kouw tidak mengira keponakannya akan lari saat melihat Kok Siauw Hong. Dengan melupakan Kok Siauw Hong dan Bong Say Hoa, si nenek mengejar keponakannya. Karena jalan keluar hanya satu, tidak lama Seng Liong Sen sudah terkejar oleh Seng Cap-si Kouw. "Bibi, jangan kau paksa aku kembali ke sana! Biarkan aku pergi!" kata Seng Liong Sen setengah meratap. "Aneh, mengapa kau takut pada Kok Siauw Hong?" kata si Iblis Perempuan. "Dia kan sudah tak mampu lagi melawan, kau dapat menyiksa dia sesukamu!" "Aku ingin memohon sesuatu padamu, Bibi!" "Mengenai apa? Katakan saja!" "Kumohon kau lepaskan Kok Siauw Hong!" "Dengan susah payah aku menangkapnya, kenapa kau minta aku melepaskannya?" "Bibi, apa kau puas mengikat permusuhan sebanyak ini, kenapa ingin mencelakai Kok Siauw Hong? Bibi, demi aku, mohon kau bebaskan dia," sambil berkata tak tertahan kagi air mata pemuda itu bercucuran. Si nenek menatap ke arah Seng Liong Sen, dia tertegun seakan-akan keponakannya itu orang yang baru dikenalnya. Sejenak baru dia bicara lagi. "Aneh sekali, kenapa kau malah memintakan ampun untuknya!" kata Seng Cap-si Kouw. "Liong Sen, sekalipun kau tidak mengatakannya, aku tahu masalah kalian berdua. Kok Siauw Hong itu calon suami Ci Giok Hian. Maka itu aku yakin kau cemburu padanya, tapi mengapa kesempatan yang baik itu kau sia-siakan? Kenapa tidak kau bunuh saja dia! Jika aku tidak membuka rahasia ini, siapa yang akan mengetahuinya?" "Aku tidak mau Bi, lebih baik kau bunuh saja aku dari pada kau membunuh dia," kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh, kenapa sekarang kau malah tidak cemburu dan benci kepadanya? Apa sebabnya?" kata si Iblis Perempuan heran. "Dulu memang aku benci dan cemburu padanya, tapi sekarang aku malah berterima kasih kepadanya," jawab Seng Liong Sen. "Bukankah tadi kau dengar sendiri dia memanggilku "Liong Toa-ko"? Betapa girangnya dia ketika mengetahui aku masih hidup! Jelas perhatian dia kepadaku tidak dibuat-buat, tapi begitu tulus hatinya bukan?!" "Aku malah ingin tahu masalah itu?" kata si nenek. "Kau tidak mengetahuinya, Bi? Aku ini seolah sudah mati tapi hidup kembali," kata Seng Liong Sen. "Sekalipun dia tahu aku ini "Seng Liong Sen" dan dia tahu aku cemburu dan benci kepadanya, tetapi dia anggap aku ini sebagai sahabatnya! Ketika aku sudah berganti nama pun, dia tetap menganggapku sahabatnya! Dia pernah berusaha menyelamatkan aku, sekalipun aku selamat bukan olehnya! Tapi aku harus berterima kasih kepadanya!" "Kenapa kau harus berganti nama? Kenapa kau jadi berubah? Kau belum menjelaskannya kepadaku," kata si nenek. "Aku berbuat kesalahan, maka itu aku malu bila bertemu dengan semua sahabatku," kata Seng Liong Sen dengan suara parau, "Jika aku tetap memakai nama lama, aku yakin Suhu pun tidak akan mengakuiku lagi sebagai muridnya. Selain itu Ci Giok Hian tidak akan sudi mengakuiku sebagai suaminya. Untung wajahku sudah berubah begini! Maka itu aku anggap Seng Liong Sen yang dulu sudah mati, dan aku berganti nama jadi Liong Sin!" "Sebenarnya kesalahan apa yang telah kau lakukan?" tanya Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditanya demikian bukan main kesal dan menderitanya Seng Liong Sen, tanpa terasa air matanya menetes. "Jika aku ingat-ingat peristiwa itu, Bi, lebih baik aku mati saja! Malah sekarang aku tidak ingin menyinggung lagi masalah itu!" kata Seng Liong Sen. "Baik, sekarang apa yang kau inginkan?" "Semula aku mengira aku masih bisa mengembara di

kalangan Kang-ouw," kata Seng Liong Sen. "Maka itu kugunakan nama Liong Sin. Tetapi Kok Siauw Hong sudah mengetahui rahasiaku, maka itu kuputuskan akan menghilang dari kalangan Kang-ouw untuk selamanya. Bibi, kaulah satusatunya orang tuaku, maukah Bibi mengabulkan dua permintaanku?" "Tadi kau telah meminta sesuatu padaku, sekarang tambah lagi satu permintaan. Baiklah, katakan saja! Jika aku bisa permintaanmu itu akan kukabulkan!" "Kedua permintaanku itu sebenarnya juga demi kebaikan Bibi dan kebaikanku juga." kata Seng Liong Sen. "Baik buruknya bagiku aku sendiri yang menentukan! Katakan saja!" kata sang bibi. "Pertama bebaskan dulu Kok Siauw Hong seperti permintaanku tadi. Mari kita pulang ke kampung halaman kita Bi! Jangan ikut campur lagi masalah di luaran. Sebenarnya Bibi pantas menjadi Maha Guru suatu aliran persilatan sendiri. Jika kau mengasingkan diri dan memperdalam ilmu sendiri, kelak namamu pasti akan harum sepanjang masa! Bukankah cara ini jauh lebih baik darpada kau pusing memikirkan musuh. Ini permintaanku yang kedua." "Apa masih ada permintaanmu yang lain?" kata si Iblis Perempuan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, Bi, jika kau mau memenuhi dua permintaanku itu, aku sudah senang. Tak ada yang kuinginkan lagi!" kata Seng Liong Sen. Sang bibi kelihatan ragu-ragu melihat sikap keponakannya begitu tulus itu. "Aku hanya punya keponakan satu-satunya, jika keponakanku ini meninggalkanku, aku benar-benar tidak punya keluarga lagi!" pikir Seng Cap-si Kouw. Keduanya termenung tanpa bicara sesaat lamanya. Sesudah selang sekian lama Seng Cap-si Kouw menghela napas panjang. "Permintaan yang pertama, akan kukabulkan," kata si Iblis Perempuan. "Untuk permintaan yang kedua aku hanya bisa mengabulkannya sebagian saja!" "Benarkah Bibi akan membebaskan Kok Siauw Hong?" tanya Seng Liong Sen girang dan tak percaya. "Kau tidak tahu, sejak tadi dia sudah kubebaskan!" jawab bibinya sambil tertawa. "Sebelum aku pergi Say Hoa sudah kuberitahu agar membebaskan dia! Jika kau tak yakin kau boleh lihat sendiri ke sana." Rupanya si nenek jahat ini sudah tahu Bong Say Hoa pasti

akan mengobati Kok Siauw Hong dan mengajaknya kabur. Benar saja ketika Seng Cap-si Kouw dan Seng Liong Sen kembali lagi ke rumah keluarga Ciauw, mereka sudah tidak ada di sana. "Bagaimana, kau percaya tidak padaku?" kata sang bibi. Seng Liong Sen sangat mengenal sifat bibinya ini, saat dia melihat Seng Cap-si Kouw tersenyum aneh, dia kaget juga. "Eh, apa ini bukan tipu-muslihat Bibi?" pikir pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana dengan permohonanku yang kedua?" kata Liong Sen. "Kenapa Bibi bilang hanya dikabulkan sebagian saja?" "Karena masih ada masalah yang belum aku selesaikan, maka itu aku tidak mau pulang bersamamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Masalah apa itu, Bi?" tanya Seng Liong Sen. "Setiap orang pasti punya masalah dan rahasia pribadi yang tak dapat dikatakan kepada siapapun. Kau juga tidak bisa memberitahu kesalahanmu padaku, bukan? Jika kau ingin tahu. baik nanti akan kuberitahu. Mari ikut aku mengurus masalahku itu!" "Karena aku pernah bersalah, aku tidak ingin melakukannya lagi!" kata Seng Liong Sen. Kelihatan si nenek tidak senang. "Liong Sen, apa kau ingin menasihatiku? Kau ini keponakanku dan kau sudah kenal watakku!" kata si Iblis Perempuan sengit. "Kau tahu aku selalu menuntut balas sakit hatiku. Aku tak pernah mengampuni musuh-musihku! Aku tak mau tahu, apakah aku salah atau benar! Siapapun tak bisa mengubah pendirianku, termasuk kau!" "Bibi tak bersedia menerima saranku, baik! Tetapi sejak saat ini aku pun tidak mau ikut dengan Bibi lagi!" kata Seng Liong Sen. "Ketika masih kecil kau selalu menuruti perkataanku. Sekarang aku sudah menuruti sebagian dari permintaanmu. Mengapa kau masih belum puas juga dan kau ingin meninggalkan aku?" "Jadi Bibi masih ingin menyusahkan orang lain?" kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa kau bertanya begitu kasar kepadaku? Orang lain

telah membuat susah kepadaku, kenapa aku tidak boleh membalas dendam? Kau tidak tahu duduk persoalannya, malah kau menyalahkan aku!" "Aku tahu Bibi hendak mencari Han Tay Hiong. Aku kira dia bukan orang jahat yang tak bisa kau ampuni!" Si Iblis Perempuan semakin gusar. "Apa maumu? Kau mau membantu dia?" "Mana aku berani, Bi! Jika Bibi tak mau menerima saranku, maka aku pun tak mau mengikuti jejakmu!" kata Seng Liong Sen. "Sejak kecil aku membesarkan dia seperti anak kandungku, tetapi sekarang dia membantah keinginanku. Ah, betapa pun baiknya seorang keponakan, tetap keponakan! Jika aku punya anak kandung, tentu tidak akan jadi begini?! Aku seorang yang hidup sebatang kara dan kesepian. Cintaku pada Han Tay Hiong tak terbalas. Aku menyesal dan sakit hati! " pikir Seng Cap-si Kouw. Sesudah diam sejenak tiba-tiba dia marah bukan main. "Baik, lekas kau pergi dari sini!" kata si Iblis Perempuan. Pemuda ini ketakutan dan berduka, tanpa berkata apa-apa lagi terpaksa dia tinggalkan bibinya dengan perasaan yang masgul. Suasana senja ketika itu sudah mulai remang-remang dan keadaan di sekitarnya sudah mulai sepi. Ketika pemuda yang malang itu sedang berjalan sendirian, dia menoleh dan tidak tampak lagi bayangan bibinya. Hatinya hampa, sebab sekarang dia benar-benar tidak mempunyai famili lagi. "Aku tidak peduli wajahmu cakap atau jelek, asal hatimu baik tidak ada permintaanku yang lain. Aku akan bersikap baik

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padamu berlipat ganda," demikian ucapan tulus dan ikhlas dari Khie Kie. Ucapan itu seakan-akan terngiang kembali di telinganya. Tanpa terasa dia merasa malu sendiri. "Benar, paling tidak di dunia ini masih ada seorang dara yang merindukanku! Orang itu ialah Khie Kie," pikir pemuda itu. Sedangkan kecantikan dan kebaikan Ci Giok Hian jelas tidak bisa dia lupakan, tetapi sejak menjadi suami istri secara resmi, mereka belum pernah berhubungan sebagai suami-isteri sesungguhnya. Malah sebagian waktu yang dilaluinya, serasa berada di neraka saja. Memang, dia pernah mencintai Ci Giok Hian, malah cintanya masih bertahan sampai sekarang. Tetapi selama ini dia belum merasakan kebahagiaan. Mendadak dari lubuk hatinya yang dalam timbul pertanyaan: "Apakah benar

aku mencintai Giok Hian dengan setulus hati tanpa sesuatu pamrih lain?" Hal yang dianggap benar itu, kini setelah dipikir lagi dengan kepala dingin, tak terasa timbul pertanyaan dalam batinnya. "Aku mencintai kecantikannya. Aku mencintai kepandaiannya. Aku mencintai kebesaran keluarganya. Dia puteri keluarga tokoh silat ternama. Mempunyai istri seperti dia, aku bisa berbangga di depan umum. Aku ingin dia membantuku sebagai istri seorang Bu-lim Beng-cu. Kelak aku bisa menggantikan Suhu. Oleh sebab itu dengan akal licik, aku nikahi dia! Sekalipun aku harus berbohong mengatakan Kok Siauw Hong telah meninggal. Ya, aku memang cinta kepadanya, tetapi dalam cintaku itu tercampur pikiran lain yang sangat buruk. Maka itu pantas jika di antara suami istri tidak ada perasaan bahagia. Padahal ketika Giok Hian menikah denganku, sebenarnya dia merasa terpaksa, sebab dia mengira Kok Siauw Hong sudah meninggal. Setelah kupancing dengan kedudukan sebagai istri calon Bu-lim Beng-cu yang akan datang, dia rela menikah denganku. Dia memang baik

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali padaku, diapun berharap aku bisa menjadi suami kebanggaannya. Akan tetapi, aku telah melakukan perbuatan rendah. Jika dia mengetahui aku masih hidup, tentu dia akan merasa jijik kepadaku." Begitu bayangan Ci Giok Hian dan Khie Kie berturut-turut muncul di benaknya. Tiba-tiba dia merasa Khie Kie jauh lebih tepat baginya. Malah dia merasa lebih banyak bersalah kepada Khie Kie nona yang polos itu. "Dia seorang nona yang suci bersih, dalam kehidupannya selama ini belum pernah ada lelaki kedua di hatinya. Mana boleh aku membohongi dia dan meninggalkannya?" pikir Liong Sen. Dia masih ingat ucapan Khie Kie. "Akan kuhitung hari demi hari hingga kau kembali, kau jangan melupakan janjimu, waktu setengah tahun itu!" kata Khie Kie. Dia jadi malu sendiri dan terharu ketika teringat kepada pesan Khie Kie sebelum mereka berpisah. "Meski perbuatan Bibiku tak baik, tapi ada satu ucapannya yang tepat, yakni kita harus jelas membedakan budi dan dendam. Bagi gadis yang masih suci seperti Khie Kie, aku menerima budi dan pertolongannya. Lalu mana boleh aku tidak membalas kebaikanya itu? Sekarang orang she Uh-bun sedang ke sana untuk menyergap mereka ayah dan anak. Sekalipun kepandaian Khie Wie tinggi, tetapi bukan tidak

mungkin mereka akan terjebak oleh Uh-bun Tiong. Seandainya aku tidak menikahi Khie Kie pun paling tidak aku harus mengirim berita penting ini kepada mereka! Dalam pertarungan denganku, Uh-bun Tiong terluka. Aku yakin dia harus istirahat dulu, sebelum dia ke sana. Jika aku kirim kabar sekarang, aku yakin Khie Kie masih sempat siaga!" Sesudah itu Seng Liong Sen yang sudah mengambil keputusan melanjutkan perjalanan dengan hati yang lega.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oKetika itu Kok Siauw Hong dan Bong Say Hoa sedang melakukan perjalanan menuju ke daerah suku Biauw. Kok Siauw Hong ketika itu sedang mengkhawatirkan keadaan Han Pwee Eng. Siapa tahu Han Pwee Eng mengalami sesuatu di tengah jalan. Sedang pada Bong Say Hoa, dia merasa berhutang budi. Dia tidak tahu entah bagaimana dia harus membalas budinya? Karena ingin segera sampai, mereka berjalan cepat. Tapi jalan yang mereka lewati jalan pegunungan yang sunyi. Karena itu dia harus menggunakan ilmu meringankan tubuh, nona Biauw itu agak tertinggal. Semula Siauw Hong mengira nona Biauw itu tak bisa berjalan cepat. Tetapi terbukti kemudian, si nona bisa menyusul dia. Sekarang mereka bisa berjalan bergandengan. Malah nona Biauw ini tidak kalah cepatnya saat berjalan bersamanya. Di daerah Biauw pasti Bong Say Hoa sering berburu, sehingga ilmu meringankan tubuhnya pun sempurna sekali. Dia gesit dan lincah sekali. Melihat hal itu Kok Siauw Hong pun puas juga. Malah lama kelamaan Kok Siauw Hong merasakan langkah kakinya bertambah berat. Tanpa terasa dia tertinggal, bahkan tubuhnya terasa ringan dan tidak bertenaga. Ketika nona Bong menoleh, kelihatan dia kaget melihat Kok Siauw Hong tertinggal olehnya. "Kok Toa-ko, mungkin kau kurang kenyang makan, karena lapar kau tak mampu berjalan jauh," kata si nona. Kok Siauw Hong memperlambat langkahnya, karena sekarang dia merasa lapar. "Benar, kau benar. Aku memang sedikit lapar. Tapi kita tidak membawa bekal!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tenang saja, mari kita cari tempat istirahat dulu!" kata si

nona. "Aku akan mencari makanan untuk kita. Tak jauh dari sini ada kelenteng Yo Ong-bio. Mari kita bermalam di sana!" Ketika mereka sampai di kelenteng, ternyata itu sebuah kelenteng tua yang pintunya sudah rusak semuanya. Bong Say Hoa berusaha membersihkan kotoran atau sampah dengan sebuah sapu seadanya. Sesudah itu dia menyalakan api, dia pergi akan mencari makanan. Selang beberapa saat Bong Say Hoa sudah kembali sambil membawa ubi-ubian. "Ubi ini enak juga dibakar, tak kalah dengan ubi yang biasa di makan oleh orang Han!" kata si nona sambil tersenyum. Kemudian ubi-ubi itu dimasukkan ke dalam api unggun. Setelah ubi itu masak, mereka mulai menikmatinya. "Ah, enak juga, aku belum pernah makan ubi seperti ini. Ternyata daerahmu penghasil makanan beraneka macam juga!" "Itu sebabnya kami selalu waspada terhadap orang Han, jika mereka masuk ke wilayah kami, selalu kami usir. Kalau perlu mereka kami bunuh, karena takut mereka rebut wilayah kami." kata Bong Say Hoa. "Ah, kenapa sukumu kejam sekali. Aneh?" kata Kok Siauw Hong sambil mengawasi nona itu. "Kau bilang bangsa kami kejam? Aku kira orang Han lebih kejam dibanding suku Biauw!" kata Bong Say Hoa. "Dari cerita orang tua kami, bangsa Han telah merampas tanah pertanian milik kami. Mereka pun merampas rumah kami dan mengambil wanita-wanita suku Biauw. Sedang kaum prianya mereka bunuh! Maka itu dengan sangat terpaksa kami mengungsi ke pegunungan. Walau demikian bangsa Han atau pemerintah Song masih saja menyerang kami hampir setahun sekali! Ketika Ayahku menjadi Tong-cu (Ketua suku Biauw), suku kami disarankan untuk belajar ilmu beladiri agar mampu melawan bangsa Han. Akhirnya karena bangsamu mengalami

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kerugian berulang-ulang mereka jarang datang, sekarang hidup kami tentram!" "Bangsa Han juga ditindas oleh pemerintah Song. Bila bangsa Biauw disusahkan oleh pemerintah Song, kau jangan samakan semua rakyat jelata bangsa Han jahat pada bangsamu!" kata Kok Siauw Hong membela diri. "Maka jelas aku pun mengutuk penindasan terhadap bangsamu oleh pemerintah Song!" "Tetapi orang Han yang datang ke daerah Biauw pada umumnya sangat licin dan ingin mengakali suku kami. Sebagai contoh bila orang Han berdafang garam, kami harus membayarnya dengan sepuluh kati jamur. Karena kami tak

tahu berapa harga garam sebenarnya, terpaksa kami terima saja!" kata Bong Say Hoa. "Tapi setelah kami selidiki, ternyata harga satu kati jamur di sana bisa bernilai lima kati garam. Coba kau bayangkan, apa itu tidak licik namanya?" Kok Siauw Hong diam. "Kami telah dibodohi oleh pedagang petualang itu. Selain itu bangsa Han yang datang ke daerah kami sering menculik anak dan gadis suku kami. Bahkan ada yang datang menjadi mata-mata pembesar bangsa Han." kata nona Bong. "Semua perlakuan buruk itu mau tak mau telah membuat prasangka buruk kami kepada bangsamu!" "Apa barangkali kalian tidak pernah bertemu dengan bangsa Han yang baik?" kata Kok Siauw Hong. "Orang Han yang baik memang ada, misalnya Thio Thay Thian dan Ciok Leng, Mereka pernah membantu bangsa Biauw melawan pasukan pemerintah Song. Ilmu silat mereka pun tinggi, apa kau kenal dengan mereka?" "Aku kenal mereka!" kata Siauw Hong. "Kalau begitu di antara bangsa Han pun ada yang baik, bukan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jumlahnya sangat sedikit dibanding yang jahat! Aku tahu kau orang Han yang baik!" kata Bong Say Hoa wajahnya tibatiba berubah merah. "Selain kau, Ibu angkatku Seng Cap-si Kouw. Dia pernah menolong dan mengobati suku kami dari penyakit menular! Tapi sayang antara Ibu angkatku dan kedua orang Han yang aku sebut baik itu bermusuhan satu sama lain! Sedang kau juga bilang Ibu angkatku jahat! Mungkin benar! Maka itu aku lebih percaya pada ucapanmu!" "Dia berpura-pura berbuat kebaikan pada bangsamu, maksudnya untuk memperalat bangsamu melawan para pendekar bangsa Han. Maka itu aku bilang dia bukan orang baik yang sebenarnya! Nona Bong, di dunia ini terdapat bermacam-macam orang. Mereka berakal licin dan licik. Padahal pada umumnya orang baik selalu lebih banyak dibanding dengan orang jahat." "Pendapatmu ini sepaham dengan pandapat Cong Tong-cu kami, oleh karena itu akhir-akhir ini Ayahku tidak begitu benci lagi kepada bangsa Han." "Bangsa Han punya pepatah: 'Semua orang di seluruh penjuru dunia adalah saudara'. Artinya semua bangsa di dunia ini, meski pun berbeda warna kulit dan berlainan suku, tapi darahnya tetap sama merah! Sebab itulah aku harap sepulangmu, kau dapat lebih banyak membantu ayahmu agar mengubah pandangan bangsa Biauw terhadap bangsa Han." "Tapi kalau orang jahat apa kami harus bersahabat juga

dengan dia? Padahal baik atau jahat terkadang sukar dibedakan." "Benar, perbedaan baik dan jahat memang tidak dapat dinilai dari satu dua perbuatan, tapi harus dinilai dari apa yang diucapkan dan apa yang dilakukannya. Lama-lama tentu akan dapat dibedakan apakah dia orang baik atau jahat."

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 72 Chu Kiu Sek Muncul lagi; Persekongkolan Seng Cap-si Kouw Dan Kiauw Sek Kiang
Ketika itu Bong Say Hoa menunduk, seolah-olah dia sedang berpikir. Tetapi tiba-tiba dia berkata dengan kaget. Wajah Beng Say Hoa sedikit berubah. "Ah, mungkin ada orang datang ke mari!" kata nona Bong. Dugaan nona Bong memang tak salah, baru saja dia selesai bicara mereka sudah mendengar orang bicara dengan bengis. "Ternyata dunia ini memang sempit," kata orang itu. "Ke mana pun aku pergi pasti aku bertemu denganmu! Aku yakin kau tidak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" Ketika itu Kok Siauw Hong dongak dia mengenali orang itu sahabat See-bun Souw Ya, yaitu Chu Kiu Sek yang terkenal jahat itu musuh besar Han Tay Hiong. Dulu saat bertarung dengan Chu Kiu Sek, orang she Han itu harus terbaring selama beberapa tahun menyembuhkan lukanya. Saat Kok Siauw Hong datang ke rumah Han Tay Hiong yang maksudnya untuk membatalkan pertunangannya dengan Han Pwee Eng, Kok Siauw Hong bertemu Chu Kiu Sek untuk pertama kalinya. Selang dua tahun, sekarang bertemu lagi di tempat ini. "Siapa dia?" bisik Bong Say Hoa pada Kok Siauw Hong. "Dia penjahat besar, aku pun tak akan bisa menghadapinya, ayo kau lari saja!" kata Kok Siauw Hong. Sesudah memperingatkan Bong Say Hoa, Kok Siauw Hong langsung menghunus pedangnya lalu maju menyerang ke arah Chu Kiu Sek. Dia melancarkan serangan mendadak dengan tujuan agar nona Bong sempat melarikan diri. Kok Siauw Hong kaget saat dia melirik, dia lihat Bong Say Hoa dengan tenang masih duduk sambil menikmati ubi bakar. Dia tak bergerak sedikit pun dari tempat duduknya. Dia tak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghiraukan peringatan dari Kok Siauw Hong. Malah saat itu dia menganggap tidak terjadi apa-apa di tempat itu. Saat serangan Kok Siauw Hong tiba, Chu Kiu Sek menyentil dengan tangannya. "Tring!" Pedang itu melenceng dari sasaran dan saat itu juga Kok Siauw Hong merasa ada hawa dingin menyerang pada dirinya. Maka tak ampun lagi dia mundur beberapa langkah. "Say Hoa, lari! Kenapa kau diam saja?" kata Kok Siauw Hong cemas bukan main. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Ternyata kau orang yang tahu diri, merasa tidak mampu menghadapiku, kau suruh temanmu kabur!" kata Chu Kiu Sek. "Kok Siauw Hong, tadi kau katakan aku ini orang jahat, apa kau kira kau orang baik-baik? Kau juga orang jahat!" "Tutup mulutmu! Kaulah orang jahat!" kata Bong Say Hoa. "Hm! Dasar nona bodoh, apakah kau belum tahu dia sudah punya dua orang perempuan simpanan? Tetapi dia masih main gila denganmu. Apa kau sangka dia bukan orang jahat?" "Tutup mulutmu bangsat! Rasakan pedangku!" bentak Kok Siauw Hong langsung menyerang lagi. "Nona lari!" kata Kok Siauw Hong lagi. Anehnya nona Bong diam saja. Chu Kiu Sek sudah tahu jurus Cit-sat-ciang yang digunakan Kok Siauw Hong ampuh, maka dia tidak berani menganggap ringan lawannya. Maka itu serangan pemuda itu dia tangkis dengan tiga serangan jurus Siu-lo-im-sat-kang andalannya. Angin pukulan ilmu itu terasa dingin hingga tanpa terasa Kok Siauw Hong kedinginan sekali. Maka itu serangan pemuda ini jadi lamban seolah tidak bertenaga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong kaget. Dia melangkah mundur dua langkah ke belakang, pedangnya sengaja disiagakan untuk menangkis suatu serangan dari lawan. Dia heran kenapa seolah dia tidak bertenaga. Melihat lawan kebingungan Chu Kiu Sek malah tertawa. "Hm! Kau tahu rasa. Ayo menyerah jika kau ingin jiwamu kuampuni!" kata Chu Kiu Sek mengejek. Kok Siauw Hong memiliki ilmu andalan yaitu Cit-sat-ciang dan Siauw-yang-sin-kang. Kedua ilmu itu sebenarnya

tandingan Siu-lo-im-sat-kang milik lawan. Tapi karena ketika itu tenaga Kok Siauw Hong belum pulih, ditambah lagi memang tenaga dalam Kok Siauw Hong kalah jauh dari lawannya, tak heran jika dua ilmu andalannya ada di bawah angin. Ternyata serangan hawa dingin dari pukulan Chu Kiu Sek mengenai Bong Say Hoa yang duduk dekat api unggun, gigi nona Bong terdengar gemeretuk karena kedinginan. Seandainya sekarang dia akan lari, rasanya sudah terlambat!. "Sekarang kalian berdua tidak bisa kabur!" kata Chu Kiu Sek. "Hm! Nona, kau tergila-gila pada orang Han ini! Jika kau ingin menolong pemuda she Kok ini, jawab pertanyaanku, pasti dia akan kuampuni!" "Jangan kau hiraukan ocehan gilanya itu!" teriak Kok Siauw Hong. "Eh, orang ini lihay dan Kok Toa-ko seolah tak mampu melawannya," pikir nona Bong. "Aku harus berusaha membantu Kok Toa-ko!" Tiba-tiba nona Biauw itu bangun dari tempat duduknya. "Hm! Kau mau menggertakku? Sekalipun kami berdua kalah olehmu, tetapi guruku akan membunuhmu!" kata nona Bong. Mendengar ucapan nona Biauw itu, Chu Kiu Sek tersentak diam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, namamu Say Hoa, kan? Bukankah kau she Bong?" kata Chu Kiu Sek. "Kalau begitu kau puteri kepala suku Biauw, bukan? Katakan, siapa gurumu?" "Memang aku puteri kepala suku Biauw, nama guruku Seng Cap-si Kouw! Mau apa kau bertanya tentang guruku?" kata Bong Say Hoa. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Kebetulan! Kebetulan!" kata dia. "Aku dan gurumu sahabat baik. Aku sedang mencari dia! Jadi kalian kabur tanpa setahu gurumu, ya?" ejek Chu Kiu Sek. Chu Kiu Sek datang ke daerah Biauw karena ingin mencari Han Tay Hiong dan mengajak Seng Cap-si Kouw untuk bergabung. Dia juga sudah tahu si Iblis Perempuan itu punya seorang murid perempuan bangsa Biauw. Sebenarnya semula nona Bong ingin menakut-nakuti Chu Kiu Sek dengan nama gurunya, tapi sebaliknya dia justru sahabat gurunya. Tiba-tiba Chu Kiu Sek menyerang Kok Siauw Hong yang sudah terdesak hebat. "Trang!" Di luar dugaan pedang di tangan anak muda itu terlepas dari cekalannya. Melihat Kok Siauw Hong dalam bahaya nona

Bong berteriak. "Hai tua bangka, jangan bunuh dia! Jika kau bunuh, maka kau tidak akan bertemu dengan guruku dan kau pun tak akan bisa keluar dari daerah kami!" kata Bong Say Hoa. Ternyata ancaman itu ada pengaruhnya juga, sebab kelihatan Chu Kiu Sek agak ragu sebelum mengulangi serangannya. "Baik! Tapi katakan, di mana Han Tay Hiong bersembunyi?" kata Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jelas aku tahu!" kata Bong Say Hoa sambil tertawa. "Jika kau mau aku bisa mengantarkan kau menemui dia dan guruku!" "Baik, asal kau beritahu di mana Han Tay Hiong, dia akan kubebaskan!" kata Chu Kiu Sek. "Suhu menyuruhku membawa dia memancing Han Tay Hiong, aku kabur bersamanya. Baiklah, akan kugambar tempat persembunyian Han Tay Hiong untukmu!" kata Bong Say Hoa. Nona Biauw lalu jongkok dia mengambil sebuah ranting, lalu mencorat-coret di tanah, seolah dia sedang membuat sebuah peta tempat Han Tay Hiong. Sedang tangan yang lain memegang sesuatu entah apa? Ketika itu Kok Siauw Hong sedang kebingungan. Dia mencemaskan kata-kata nona Bong. "Apa dia berbohong atau sungguh-sungguh?" pikir Kok Siauw Hong. Saat Chu Kiu Sek berjalan menghampirinya untuk melihat peta yang sedang dibuat nona itu. Ketika itu jarak Chu Kiu Sek sudah semakin dekat saja, tiba-tiba... "Terima ini untukmu!" bentak nona Biauw itu. Dalam sekejap segumpal asap tebal meluncur dari tangan nona Biauw itu hingga mengagetkan Chu Kiu Sek. Tapi karena dia seorang jago silat kawakan, sambil membentak dia mencengkram nona itu. "Hm! beraninya kau main gila di depanku! Rasakan ini!" kata Chu Kiu Sek. Sekarang nona Biauw itu berada dalam cengkraman Chu Kiu Sek. Tapi tak lama Chu Kiu Sek kelihatan mulai limbung dan terhuyung-huyung...... "Kok Toa-ko, lari!" teriak Bong Say Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Asap yang menggumpal itu ternyata bubuk bunga anggrek beracun, siapa pun yang mencium baunya akan pingsan atau terbius. Sekalipun tenaga dalam orang hebat dan dia sempat menahan napas, tapi tak urung Chu Kiu Sek merasakan kepalanya pening sekali. Melihat betapa baiknya nona Biauw itu terhadapnya, mana mau Kok Siauw Hong meninggalkan nona itu dalam bahaya. Buru-buru pemuda ini menjemput pedangnya yang tadi jatuh, lalu maju mengancam ke arah Chu Kiu Sek. "Lepaskan dia jika kau ingin selamat!" ancam Kok Siauw Hong. Saat itu Chu Kiu Sek merasakan kepalanya pusing dan matanya pedih sekali, dia menggigit lidahnya hingga dia merasa sakit, dengan cara itu agar dia tetap sadar. Ketika itu pedang Kok Siauw Hong sudah sampai ke arahnya. "Sreet!" Pedang itu mengenai bajunya, sedang Chu Kiu Sek buruburu mendorong nona Biauw yang dia jadikan perisai dari serangan pedang lawan. "Ayo tusuk, jika kau ingin kekasihmu ini mati!" ancam Chu Kiu Sek. "Jika kau tak ingin membunuhnya, baik kami pergi!" Pemuda ini khawatir pedangnya akan melukai nona Bong. Tetapi selain itu dia juga tidak rela kalau nona itu dibawa kabur. Maka itu saat Chu Kiu Sek pergi dia mengikutinya. "Aku harap obat bubuk itu mampu merobohkannya!" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah dikejar-kejar sekian lama ternyata Chu Kiu Sek memang kuat. Dia masih tetap menggendong tubuh nona Bong hingga si nona tak berdaya. "Lepaskan dia, jika kau mau...." kata Kok Siauw Hong. "Mau apa?" ejek Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong bingung dia tidak berani menggertak karena kuatir membuat salah paham pada Bong Say Hoa. Nona Bong seolah mengerti apa maksud pemuda itu. "Jangan hiraukan aku! Jika aku mati dia juga akan mati! Bunuh saja dia, aku yakin dia tak berani membunuhku!" kata nona Bong. "Hm! Sekalipun kau memohon tidak akan kuserahkan dia padamu!" kata Chu Kiu Sek. Bukan main panas hati pemuda itu. Dia mengejar lebih cepat. Tapi saat sudah dekat tiba-tiba Chu Kiu Sek berbalik lalu menyerang. Kok Siauw Hong kaget saat merasakan hawa dingin menyerangnya. Chu Kiu Sek sedang berjuang melawan racun bunga anggrek, ternyata dia berhasil memunahkan

pengaruh racun bunga itu. Saat menyerang pun dia tak mampu menggunakan seluruh kekuatannya, sehingga serangan itu mampu diatasi oleh Kok Siauw Hong yang terus mengejarnya. "Hai, bodoh apa benar kau mencari mati?" kata Chu Kiu Sek. Pemuda ini sadar bukan tandingan Chu Kiu Sek, lalu di dia berpikir, "Sebelum tenaga Chu Kiu Sek pulih, mengapa alu tak mencobanya. Jika dia sudah sehat lagi, mana mungkin dia mampu melawannya?" Sudah tiga kali Chu Kiu Sek menyerang, tapi tenaganya tak begitu kuat lagi. Saat pemuda itu berhenti karena kuatir serangan lawan, Chu Kiu Sek justru mempercepat larinya. Sekarang jarak mereka semakin jauh saja. Saat kejar-kejaran berlangsung, tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar suara gemuruh air terjun. Sedang Chu Kiu Sek yang sedang menggendong nona Bong itu, berlari ke arah air terjun. Begitu sampai dia langsung melompat menembus air terjun, lalu berbalik dan membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bajingan! Kau kira aku takut pada-mu?" kata Chu Kiu Sek. "Rasakan ini!" Tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan hantaman hawa dingin. Dia juga heran bagaimana tenaga Chu Kiu Sek bisa secepat itu pulihnya. Ternyata ketika Chu Kiu Sek melompati air terjun untuk membasahi kepalanya. Sekarang rasa pening itu mulai berkurang. "Hai bocah, apa kau masih mau mengejarku lagi?" ejek Chu Kiu Sek. "Jika kau berani, lepaskan dia! Mari kita bertarung satu lawan satu!" tantang Kok Siauw Hong yang mulai geram. "Kita bertarung sampai ada salah satu yang mati!" "Baik, di sana ada tanah lapang. Akan kubebaskan dia di sana, apa kau berani ke sana?" kata Chu Kiu Sek. Saat itu matahari pagi sudah tampak di sebelah timur. Hawa pagi yang segar membuat tubuh mereka nyaman sekali. Saat itu Chu Kiu Sek yang merasa sebagian besar tenaganya sudah pulih, merasa yakin sanggup menangkap pemuda itu. "Kok Toa-ko, jangan ladeni dia! Dia bukan lawanmu!" kata nona Bong. "Tak apa akan kuhadapi dia! Aku tak mau meninggalkanmu di sini!" kata Kok Siauw Hong. "Ternyata kau benar-benar pemuda yang setia dan berbudi," kata Chu Kiu Sek. "Mari ikut aku! Jika kau mampu

menahan sepuluh seranganku kalian akan kubebaskan!" Sambil bicara Chu Kiu Sek berlari-lari di atas tegalan. Mendadak dia berhenti berlari saat melihat seorang pengemis tua tidur seenaknya merintangi jalan mereka. Jalan itu sangat sempit, pengemis tua itu sedang tidur memakai bantal sebuah tempat arak besar berwarna merah. Saat mereka sampai pengemis itu sedang melintang di tengah jalan sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendengkur. Mereka lihat pengemis itu dalam bahaya. Jika si pengemis tua itu membalikkan tubuhnyya, maka dia akan tergelincir ke dalam jurang. Chu Kiu Sek orang Kang-ouw sudah kawakan, segera dia tahu si pengemis tua pasti orang gagah. Tapi karena sedang berlari kencang di sebuah tanjakan yang berbelok tajam, ditambah terhalang oleh pengemis tua itu. Untuk menahan langkahnya sudah tidak sempat lagi! Secepat kilat Chu Kiu Sek dengan tidak mempedulikan siapa pengemis tua itu, menendang orang itu ke jurang. Di luar dugaan sebelum kaki Chu Kiu Sek terangkat, tiba-tiba pengemis tua itu bangkit dan duduk. Dia cengkram kaki lawan dengan tangannya. "Kurang ajar! Kau mau membunuhku, ya?" kata si pengemis. Cengkraman itu mengarah ke jalan darah di tungkai kaki Chu Kiu Sek, untung tenaga Chu Kiu Sek sudah pulih. Pada detik yang sangat berbahaya itu dia mampu menghindari cengkraman itu. "Kenapa kau halangi jalanku? Padahal kita tidak pernah bermusuhan, silakan minggir dulu!" kata Chu Kiu Sek. "Bedebah!" bentak pengemis tua itu. "Memang ini tempatmu? Aku sedang tidur nyenyak, kenapa kau ganggu mimpi indahku? Kau harus ganti rugi padaku! Jika tidak jangan harap kau bisa pergi dari sini!" Kemdian dia angkat tempat araknya, dia hantam Chu Kiu Sek sekuatnya. Terpaksa Chu Kiu Sek menangkis dengan telapak tangannya. Tenaga pukulan Chu Kiu Sek yang kuat itu, biasanya bisa menghancurkan batu besar. Tapi aneh, saat beradu dengan tempat arak lawan, tangan Chu Kiu Sek kesakitan. Cepat luar biasa tahu-tahu si pengemis tua melompat, salah satu kakinya melayang. "Plaak!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pantat Chu Kiu Sek tertendang oleh si pengemis. Karena serangan si pengemis tua agak aneh hingga membuat Chu Kiu Sek panik seperti orang kebakaran jenggot. Agar tak bisa diserang dan dikalahkan lawan, tanpa pikir Chu Kiu Sek melemparkan nona Biauw itu. Saat itu Kok Siauw Hong tiba di atas tanjakan. Dia sempat melihat Bong Say Hoa dilemparkan oleh Chu Kiu Sek ke arah jurang. Kok Siauw Hong kaget, kebetulan dia berada jauh dari tempat jatuhnya nona itu. Jika dia mau menolongnya pun tak mungkin terjangkau. Jika nona itu jatuh ke jurang, niscaya dia akan mati konyol. Belum hilang kaget Kok Siauw Hong, tiba-tiba dari arah jatuhnya nona Biauw itu, melompat seseorang. Orang itu berhasil menangkap tubuh nona Bong sehingga tidak jatuh ke jurang. Sang penolong ternyata seorang pemuda bertubuh kekar, dia berpakaian kulit binatang. Setelah tubuh Bong Say Hoa dia tangkap, dan sampai di atas, dia meletakan tubuh nona Bong di tanah. Bahu si nona dia tepuk perlahan sambil berkata, "Jangan kuatir, nona Bong! Bangunlah!" Setelah agak tenang Kok Siauw Hong mengawasi orang itu dan mengenali pemuda itu. Dia murid Thio Thay Thian yang dulu bisu, dia heran bagaimana sekarang si bisu itu bisa bicara? Di bagian lain si pengemis sedang bertarung melawan Chu Kiu Sek. Memang pengemis itu Thio Thay Thian adanya. Melihat hal itu Kok Siauw Hong girang, karena dia yakin pengemis itu pasti mampu mengatasi Chu Kiu Sek. Berbagai kepandaian Chu Kiu Sek sudah dikerahkan, hingga pertarungan tampak semakin hebat saja. Sekalipun mereka berada di tempat jauh, saat itu Kok Siauw Hong merasakan hawa dingin menyerangnya. "Dasar manusia tak berperasaan! Padahal sudah tahu aku si pengemis miskin berpakaian rombeng dan tipis, malah kau tega membuat aku kedinginan! Ah, kalau begitu aku harus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

minum arak dulu agar tubuhku hangat!" kata Thio Thay Thian sambil tertawa. Chu Kiu Sek tak menghiraukan ocehan si pengemis. Dia menyerang dengan hebat. Sayang si pengemis gesit, sambil mengelak dia mengambil tongkat bambunya. "Anjing galak harus dipukul dengan tongkat pemukul anjing (Ta-kauw-pang)!" kata si pengemis.

Sekali bergerak, serentak bayangan pentungan itu berubah seperti sepuluh buah jumlahnya. Kesepuluh tongkat itu seolah semuanya menghantam dari berbagai arah ke tubuh Chu Kiu Sek. Bukan main kagetnya Cu Kiu Sek mendapat serangan itu. Dia tidak berani menyerang lagi, terpaksa menarik serangannya sambil bertahan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thio Thay Thian pun tidak menyerang terus. Malah dia angkat tempat araknya dan meneguk isinya dengan santai. "Oh, arak yang enak. Dengan arak ini aku si pengemis jadi tambah bersemangat! Tahukah kau, arak ini enak sekali! Apa kau ingin mencobanya?" Chu Kiu Sek diam saja. Tiba-tiba dia menyerang sebanyak tiga kali ke arah si pengemis. Sambil mengerutkan kening si pengemis berkata, "Hai, aku ingin memberimu arak, kau malah bersikap tidak sopan padaku! Kalau begitu akan kupaksa kau minum arak ini!" Sesudah itu mendadak Thio Thay Thian menyemburkan arak dari mulutnya. Seketika itu arak menyembur keras ke arah wajah Chu Kiu Sek yang segera memejamkan matanya sambil melindungi mukanya dengan kedua tangannya. Sambaran arak dari mulut si pengemis tua menghantam bagaikan semburan air deras. Arak itu mengenai muka, tubuh dan tangan Chu Kiu Sek sehingga dia kesakitan! Untuk menghindari serangan susulan dari lawan, Chu Kiu Sek melompat mundur, lompatannya malah ke tepi jurang! Saat Chu Kiu Sek memeriksa bagian tubuhnya yang terasa pedih, dia lihat pakaiannya sudah penuh lubang oleh serangan arak itu. Bukan main kagetnya Chu Kiu Sek.

"Entah dari mana dia? Dia begitu lihay bukan tandinganku!" pikir Chu Kiu Sek. Oleh karena tak sanggup melawan lagi, Chu Kiu Sek berniat kabur. Sayang lawannya tahu apa yang akan dilakukan oleh Chu Kiu Sek yang licik ini. Dia sangkutkan tempat araknya di pinggangnya, lalu berkata sambil tertawa. "Kau mau pergi, kan? Ini salahmu, kenapa aku sedang enak tidur kau ganggu aku? Sekarang sudah terlambat, ayo kita teruskan bertarung lagi!" kata Thio Thay Thian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba si pengemis tua menggerakkan tongkat bambunya lalu menyerang Chu Kiu Sek dengan hebat. Serangan ini membuat Chu Kiu Sek kewalahan hingga dia mencoba bertahan semampunya. Melihat si pengemis tua mampu mengungguli lawannya justru Kok Siauw Hong mencemaskan keadaan nona Bong. Dia menghampirinya. Ketika itu nona Bong sudah sadar dari kaget dan pingsannya. Saat si nona membuka matanya, dia merasakan dirinya berada di pangkuan seseorang. Wajah nona ini berubah merah, dia ingin berontak tapi tubuhnya lemah. "Tenang... jangan bergerak, akan kubuka dulu jalan darahmu yang tertotok!" kata pemuda itu. Tadi saat dicengkram Bong Say Hoa tertotok oleh Chu Kiu Sek, sekalipun pemuda itu tahu ilmu totok, tapi untuk membuka totokan Chu Kiu Sek jelas tidak mudah baginya. Pemuda yang menolongi nona Bong itu dibesarkan di pegunungan, tak heran jika dia tidak tahu larangan bersentuhan dengan anak gadis. Untuk membebaskan totokan itu, dia meraba-raba seluruh tubuh nona Bong. Sebaliknya Bong Say Hoa pun tidak mengerti soal itu, dan memang tidak terlalu peduli hubungan lelaki dan perempuan. Tetapi saat tubuhnya diraba-raba oleh pemuda itu, mau tak mau malu juga dia! Wajahnya berubah merah. Berada dalam pangkuan pemuda itu dia agak tenang. Sesudah agak lama baru pemuda itu berhasil menolongi nona Bong. Saat Bong Say Hoa terbebas dari totokan, dia lihat Kok Siauw Hong sedang berdiri di depannya sambil tersenyum. Dia menunduk dan berkata, "Aku tak apa-apa! Mana tua bangka itu?" "Dia sudah dikalahkan oleh Lo-cian-pwee yang lebih tangguh, guru Toa-ko ini!" kata Kok Siauw Hong. "Dialah yang menyelamatkan jiwamu, Nona Bong!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Bong mengangguk sambil menunduk. Sebenarnya Siauw Hong berkata begitu karena dia berharap nona Bong bisa lebih akrab dengan pemuda penolongnya itu. "Terima kasih, Toa-ko," kata nona Bong pada pemuda itu. "Itu soal kecil, bukan jasa besar tak perlu kau berterima kasih padakui," kata pemuda itu. "Aku mengenalmu nona Bong. Malah aku pernah tinggal di daerahmu. Sudah beberapa kali kita bertemu, malah aku ingin menyapamu, tapi tak bisa?" "Kenapa?" tanya si nona. "Waktu itu aku bisu!" jawab pemuda itu. "Sekarang kok bisa bicara?" "Jika kuceritakan mungkin kau tidak percaya," katanya. "Kau minum obat apa?" tanya si nona. "Tidak, aku sembuh atas bantuan seorang tabib, dengan tusuk jarum sehingga aku bisa bicara seperti ini!" kata pemuda itu. Kok Siauw Hong keheranan, sepengetahuan dia hanya Tabib Ong yang pandai. Sekarang ada tabib lain. "Siapa tabib yang menyembuhkanmu itu?" kata Kok Siauw Hong. "Seorang tabib yang prakteknya berkeliling. Dia she Ciok," kata pemuda itu. "Suatu hari saat pulang, guruku mengajak beberapa kawannya. Salah seorang dari mereka ialah orang she Ciok itu! Saat tahu aku bisu, dia mengobatiku dengan tusuk jarum pada bagian belakang telingaku. Dia mengobatiku hampir sebulan lebih hingga aku bisa bicara!" "Sungguh hebat tabib itu, sekarang kau sudah lancar bicara." kata nona Bong sambil tertawa riang. "Ketika masih kecil aku bisa bicara, tapi entah sakit apa aku jadi bisu!" kata anak muda itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di tengah bangsaku banyak orang bisu, jika Tabib Ciok bisa menolongi mereka, alangkah baiknya. Apa tabib itu masih ada di rumahmu?" kata nona Bong. "Sekarang kami tinggal dengan Han Lo-sian-seng, tabib itu pun tinggal bersama kami!" kata pemuda itu. "Jangan-jangan ayah Ciauw Siang Hoa!" pikir Kok Siauw Hong. Sesudah itu Kok Siauw Hong berkata pada pemuda itu. "Han Lo Sian-seng itu mertuaku!" kata Kok Siauw Hong.

"Aku sudah tahu," kata pemuda itu. "Beberapa hari yang lalu Han Lo-sian-seng membicarakan kau dengan guruku. Wah, mertuamu itu sungguh baik hati, dia telah mengajariku beberapa jurus ilmu silat. Dia juga mengajariku ilmu tenaga dalam." "Tamu-tamu yang lain itu siapa saja?" tanya Siauw Hong. Sebelum pemuda itu menjawab pertanyaan Siauw Hong, mereka dengar keluhan Chu Kiu Sek. "Oh, bagaimana keadaan pertempuran di atas sana? Mari kita lihat," kata pemuda itu. Baru saja mereka akan berjalan, dari atas tubuh Chu Kiu Sek melayang jatuh. Celakanya dia akan jatuh di atas kepala nona Bong. Sekalipun sudah terluka pukulan Thio Thay Thian, tenaga dalam Chu Kiu Sek lihay. Saat jatuh dia cemas sekali dan takut jatuh ke batu dan tubuhnya akan remuk. Tapi dia lihat di bawah ada nona Bong, bukan main girangnya Chu Kiu Sek. Dengan sekuat tenaga dia berakrobat di udara. Dengan kepala berada si bawah dan kedua tangannya siap mencengkram, dia meluncur ke arah nona Bong! Tiba-tiba terdengar suara dasyat. "Duuk!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat pemuda itu melihat bahaya sedang mengancam nona Bong, buru-buru dia melompat dan menyambut datangnya serangan Chu Kiu Sek. Mau tak mau mereka beradu pukulan! Karena serangan pemuda itu, sasaran Chu Kiu Sek meleset. Sedang pemuda itu pun jatuh terduduk karena dasyatnya pukulan lawan. Buru-buru nona Bong menghampiri pemuda itu dan membangunkannya. "Terima kasih, Toa-ko!" kata Bong Say Hoa. "Bagaimana keadaanmu?" "Jangan cemas, aku tak apa-apa," kata pemuda itu. "Tapi sayang si Iblis tak jadi mampus!" Memang saat jatuh, tubuh Chu Kiu Sek tertahan dan tidak terbanting keras ke batu-batu. Kembali Chu Kiu Sek berakrobat, dia akhirnya berhasil hinggap di tanah dengan selamat. Sesudah itu dia segera kabur! "Sial, aku ikut menyelamatkan jiwanya!" keluh pemuda itu.. "Eh, apa kau bilang? Kau menyelamatkan dia?" kata si nona. "Ya, karena tangkisanku saat dia jatuh, hingga jatuhnya jadi perlahan dan tidak terluka!" kata si pemuda. "Sekalipun dia tidak mati, syukur kau selamat!" Saat kedua tangan mereka beradu keras, untung si pemuda tidak terluka parah. Padahal kalau tak waspada dia bisa

celaka. Kok Siauw Hong ikut memberi penjelasan. Setelah mendengar penjelasan dari Kok Siauw Hong, baru Bong Say Hoa mengerti. "Biar iblis itu bisa kabur, asal Toa-ko tidak terluka aku sangat bersyukur!" kata nona Bong. "Han Toa-ko, seranganku tadi ajaran mertuamu," kata pemuda itu sambil tertawa. Saat itu terlihat Thio Thay Thian turun sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sayang, iblis itu tidak terbanting mampus!" kata Thay Thian. "Maaf, itu kesalahanku yang bodoh, Suhu!" kata pemuda itu. "Sudah, itu bukan kesalahanmu! Aku puji jurusmu tadi!" kata Thio Thay Thian. "Malah, aku yang harus disalahkan. Semula aku ingin bermain-main dulu. Maka aku tidak langsung menghajarnya! Itu sebabnya dia bisa kabur!" "Paman, datang ke rumah kami. Ayahku suka minum arak dia bisa menemani minum, Paman. Kami punya arak bagus!" kata nona Bong. "Eh, kau mengundangku, ya? Apa itu karena muridku ini?"" kata Thio Thay Thian. "Baik. mari kita ke rumahmu sekarang. Apa kalian tak keberatan ditemani seorang pengemis tua sepertiku?" "Kami tak keberatan berjalan bersamamu, malah aku merasa tenang karena tak akan mendapat gangguan dari iblis itu! Apalagi tertangkap olehnya! Tapi sayang, aku sudah janji pada Kok Toa-ko akan mengantarkannya menemui mertuanya! Tadi aku dengar dari muridmu, Han Lo Cian-pwee tinggal bersamamu, benarkah itu?" Thio Thay Thian mengangguk. "Kalau begitu kita ke tempatmu dulu, sesudah Kok Toa-ko bertemu dengan mertuanya, baru kalian ke rumahku!" kata nona Bong. "Paman Thio, jika kau perlu menemui ayah nona Bong." kata Kok Siauw Hong. "Silakan saja, aku bisa jalan sendiri menemui Paman Han!" "Benar, karena ada orang jahat yang masuk ke wilayah suku Biauw, maka aku harus segera memberitahu ayah nona Bong," kata Thio Tay Thian. "Lebih baik kita temui ayah nona ini dulu!"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika demikian, silakan Paman berangkat ke tempat ayah nona Bong. Kau beritahu saja letak tempat tinggal kalian padaku. Biar aku sendiri yang menemui mertuaku!" kata Kok Siauw Hong. "Kau tak perlu tergesa-gesa, kita masih bisa ngobrol dulu," kata Thio Thay Thian. "Ya, memang ada yang ingin kutanyakan pada Paman Thio, kabarnya ada beberapa orang tamu di tempat Paman, siapa mereka itu?" tanya Kok Siauw Hong. "Ah, pasti kau tahu hal itu dari muridku, ya!" kata Thio Thay Thian. "Aku rasa kau juga kenal dengan Ciok Leng dan keluarga Ciauw! Ciauw Siang Hoa dan bakal istrinya Yo Kiat Bwee juga Ciauw Siang Yauw ada di rumahku." "Kebetulan, aku justru baru dari rumah mereka. Kalau begitu aku ingin menemui mereka!" kata Kok Siauw Hong. "Tapi Ciauw Goan Hoa dan anak perempuannya sudah pergi, mungkin kau cuma akan bertemu dengan Ciok Leng dan Siang Hoa bersama tunangannya, nona Yo!" kata si pengemis. Rupanya mereka meninggalkan rumah mereka untuk menghindari serbuan Seng Cap-si Kouw. Namun, karena Thio Thay Thian memberitahu mereka, bahwa Seng Cap-si Kouw sudah ditangkap oleh Kiong Cauw Bun, lalu mereka pulang. Tapi saat si iblis sudah bebas lagi, dia belum diberitahu lagi. "Bagaimana kesehatan mereka?" kata Kok Siauw Hong. "Mereka semua sehat-sehat saja," kata Thio Thay Thian. "Malah mereka pun sedang menantikan kedatanganmu!" "Ketika sampai aku terjebak oleh nona ini, sehingga ditawan oleh Seng Cap-si Kouw! Sekarang nona Bong sudah tahu gurunya itu orang jahat. Maka itu dia tinggalkan gurunya," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mertuamu sudah sehat! Di sana ada Ciok Leng. Jika Seng Cap-si Kouw datang, aku yakin mereka mampu menghadapinya," kata Thio Thay Thian. "Yang aku khawatirkan bila dia menyerang secara gelap," kata Kok Siauw Hong yang kelihatan khawatir sekali. "Ya! Memang kita harus waspada, karena Seng Cap-si Kouw itu keji!" kata Thio Thay Thian. "Lalu apa yang kau khawatirkan?" Sejak tadi si pengemis tak pernah membicarakan Han Pwee Eng, maka itu Kok Siauw Hong bingung. "Apa nona Han sudah sampai?" kata Kok Siauw Hong. "Apa? Nona Han juga akan ke mari? Tapi kenapa sampai sekarang belum sampai?" kata Thio Thay Thian.

"Padahal dia berangkat lebih dulu, seharusnya dia sudah sampai," kata Kok Siauw Hong. "Dia menempuh perjalanan cukup jauh, barangkali karena ada urusan sampainya agak tertunda," kata Thio Thay Thian. "Kau bilang ada komplotan orang jahat ke daerah Biauw. Siapa mereka itu?" kata Siauw Hong. "Aku belum tahu siapa mereka itu?" kata Thio Thay Thian. "Kemarin seorang Biauw memberitahuku. Ketika dia sedang memetik daun obat di pegunungan, dia melihat tiga orang Han yang tidak dikenal. Satu di antaranya berkepala besar dan berperawakan tinggi seperti raksasa. Orang tinggi besar seperti itu sangat jarang ada di kalangan Kang-ouw. Hanya satu yang pernah aku kenal." "Maksud Paman Ciong Bu Pa, anak buah Kiauw Sek Kiang?" kata Kok Siauw Hong. "Benar, aku dengar Kiauw Sek Kiang bergabung dengan Su Thian Tek di daerah Kang-lam! Kenapa Ciong Bu Pa datang ke mari?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Su Thian Tek bersama konconya dikalahkan di daerah Kang-lam!" kata Kok Siauw Hong. "Celaka, barangkali mereka bertiga itu Su Thian Tek, Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa? Mudah-mudahan Pwee Eng tak bertemu dengan mereka!" "Tapi orang yang melihat mereka tak mengatakan, bahwa di sana ada orang perempuannya. Aku pun sudah meminta agar ketua Bong siaga, siapa tahu datang serangan dari tentara pemerintah Song. Jika itu cuma kelompok Kiauw Sek Kiang, aku tidak terlalu khawatir!" kata Thio Thay Thian. "Sebenarnya pasukan pemerintah lebih mudah diatasi, sedang Su Thian Tek dan kawan-kawan sulit dihadapinya!" kata Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, aku harus memberi tahu ketua Bong agar dia siaga," kata Thio Thay Thian. "Sekarang kau temui dulu mertuamu!" "Tolong beritahu alamatmu, Paman," kata Siauw Hong. Saat asyik bicara baik Kok Siauw Hong maupun Thio Thay Thian tak memperhatikan nona Bong dan pemuda itu. Saat diperhatikan, ternyata anak muda itu asyik berbincang dan si pemuda sedang corat-coret di tanah. Nona Bong kesal karena Kok Siauw Hong terlalu perhatian kepada nona Han, sedang si pemuda yang bernama Thio Co Gie sedang menuliskan namanya di tanah. "Kelihatan mereka akrab sekali. Silakan kau cari mertuamu. Aku akan pergi bersama mereka!" kata Thio Thay Thian. "Aku senang nona Bong berjalan bersamamu," kata Kok

Siauw Hong. "Kau khawatir akan keselamatannya, kenapa? kata Thio Thay Thian. "Dia penolongku, aku takut Seng Cap-si Kouw mengejarnya ke mari dan aku takut tidak bisa melindungi keselamatannya," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu baiklah, dia ikut kami saja," kata Thio Thay Thian. "Dengan demikian kau tidak selalu cemas!" "Terima kasih. Paman," kata Kok Siauw Hong. Sekalipun si pengemis tua senang berkelakar, tapi dia tahu, jika Kok Siauw Hong datang sambil membawa-bawa nona Bong, rasanya kurang enak bagi Kok Siauw Hong. Maka itu dia bersedia membawa nona Bong bersamanya. Sedang nona Bong ketika mendengar orang menyebut-nyebut namanya, dia menoleh. "Ada apa, Paman?" kata nona Bong. "Aku cuma bilang, kau sudah tahu nama muridku, maka itu panggil dia namanya saja. Mari kita pergi!" kata Thio Thay Thian. "Tunggu!" kata nona Bong. Tak lama dia menyerahkan sebuah dompet kain disulam burung merak kepada Kok Siauw Hong. "Dompet ini tanda pengenalku, kau bawa saja. Jika kau mendapat kesultan di daerah Biauw, kau tunjukkan dompet ini pada mereka!" kata Bong Say Hoa. Kok Siauw Hong menerima dompet itu. "Murid Paman Thio setimpal dengannya, semoga mereka berjodoh!" pikir Kok Siauw Hong. Ternyata rumah Thio Thay Thian berada di tengah hutan. Dia berjalan tanpa gangguan. Sehari penuh Kok Siauw Hong melakukan perjalanan, dia tak bertemu dengan siapa pun. Dia terus mengingat-ingat peta rumah yang diberikan oleh Thio Tay Thian. Esok harinya Kok Siauw Hong berjalan semakin jauh menyusuri pegunungan yang rimbun oleh pepohonan. Di mana-mana yang tampak hanya semak belukar saja. Saat sedang berjalan tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar ada

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara tongkat membentur tanah. Kok Siauw Hong segera merunduk dan bersembunyi di semak-semak yang rindang.

Dari tempat persembunyiannya Kok Siauw Hong mengenali orang yang membawa tongkat itu Seng Cap-si Kouw. "Hm! Kau tak berani menemuiku, ya? Ayo keluar, jika tidak kubakar semak ini kau baru tahu rasa!" bentak Seng Cap-si Kouw. Kok Siauw Hong diam sambil menahan napas. "Jika benar dia bakar semak ini, aku baru muncul!" pikir Kok Siauw Hong. Persembunyian pemuda ini memang di tengah alang-alang. Jika benar Seng Cap-si Kouw membakar alang-alang itu, dia bisa terbakar hangus. Tapi hal itu pun bisa mencelakakan Seng Cap-si Kouw sendiri. Sebab api akan menjalar, sekalipun tenaga dalamnya tinggi tak mungkin dia selamat dari jilatan api. Sambil berjalan dia mencari jejak orang yang langkahnya dia dengar itu. Saat itu tongkatnya dipakai memukul alangalang kian ke mari. Tiba-tiba dua ekor ular berbisa menyambar ke arahnya. Dia kaget bukan kepalang. Hampir saja dia terserang oleh kedua ular itu, untuk selamat! Ini membuat dia gusar bukan kepalang. Maka itu dia ambil batu api yang siap dinyalakan. "Akan kuhitung sampai sepuluh jika tak mau keluar juga, kau akan hangus terbakar!" ancam Seng Cap-si Kouw. Kemudian dia mulai menghitung.Tapi rupanya dia cuma menggertak saja! Saat hitungan sampai enam, tiba-tiba bertiuplah angin kencang. Dia tampak ragu karena sadar, jika api berkobar dia juga akan terbakar oleh kobaran api raksasa itu. Maka itu dia tampak ragu sekali. Buru-buru api yang sudah dia nyalakan itu di padamkan lagi. "Hai Iblis Perempuan dari mana, berani membawa-bawa api ke sini?" teriak orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Seng Cap-si Kouw menoleh, dia lihat seorang lelaki berwajah pucat dan kurus. Lelaki itu berpakaian compangcamping sedang berjalan keluar dari hutan. Tangan orang itu membawa sebuah ember berisi air. Orang itu bangsa Han yang sedang berjalan cepat, tapi aneh air di ember yang dia tenteng sedikitpun tidak tumpah. Seng Cap-si Kouw tidak takut pdanya, dia melompat. Melihat kegesitan si nenek, orang pun itu kaget. Sekarang mereka sudah berhadapan. "Siapa kau? Berani sekali kau memakiku?" bentak Seng Cap-si Kouw. "Kau sendiri siapa? Kenapa kau kasar padaku?" kata orang itu dengan mata mendelik. "Seharusnya kau kubunuh, tapi karena kau tak tahu apaapa kuampuni jiwamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Sekarang

jawab pertanyaanku, jika tidak terpaksa kau kubunuh!" Orang itu tertawa terbahak-bahak. "Eh. apa yang kau tertawakan?" bentak Seng Cap-si Kouw. "Entah berapa banyak orang yang telah kubunuh, kau bilang kau ingin membunuhku," kata orang itu. "Aku jadi geli!" "Bangsat, apa kau sudah puas tertawanya atau belum?" bentak Seng Cap-si Kouw. "Memang kau mau apa?" tanya orang itu. "Katakan, kau melihat seorang perempuan muda dan perempuan sebayaku tidak?" kata si Iblis Perempuan. "Bantu aku mencari mereka, maka kau akan selamat!" "Jadi dia bukan sedang mencariku dan nona Bong, tapi sedang mencari orang lain!" pikir Kok Siauw Hong. "Ih, baunya kau!" kata orang itu. "Hai! Apa kau bilang?" bentak si Iblis Perempuan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba orang itu mengangkat ember berisi air yang dia siramkan ke arah si Iblis Perempuan. "Mulutmu busuk dan harus dicuci bersih!" kata orang itu. Jarak mereka hanya dua meter, si Iblis Perempuan tak mampu mengelak dari siraman orang itu. Walau Seng Cap-si Kouw mengelak secepat apa pun, tak urung separuh dari pakaiannya tetap basah kuyup tersiram air. Si Iblis gusar sekali karena dia tak pernah menerima hinaan demikian. Dengan tongkatnya orang itu dihajarnya. "Braaak!" Terdengar suara nyaring. Ternyata tongkat Seng Cap-si Kouw bentrok dengan ember kayu yang dilemparkan orang itu ke arah si Iblis Perempuan. Bukan main gusarnya Seng Cap-si Kouw, dengan marah dia serang orang itu. Tapi ternyata orang itu pun lihay sekali. Setiap serangan si iblis bisa dihindarkan dengan mudah. Serangan si iblis tak mampu mengalahkan orang itu. Tak lama orang itu menggunakan Tinju Selatan yang terkenal. Pukulannya seperti pelahan, namun daya serangnya hebat sekali. Si Iblis Perempuan tidak berani menganggap remeh lawannya lagi. Dia serang orang itu dengan tongkat ke arah betisnya. Orang itu melompat, jotosannya mengarah ke muka si iblis. Saling serang terjadi dengan hebat, namun sulit menentukan pemenangnya. Tak lama Seng Cap-si Kouw mulai terdesak. Sekarang dia hanya mampu bertahan saja. Kok Siauw Hong di tempat sembunyinya menyaksikan pertarungan itu, dia heran. "Siapa orang yang tak dikenal itu? Orang itu sanggup

menghadapi Seng Cap-si Kouw. Apakah dia kawan atau lawan?" pikir Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong tidak mau buru-buru membantu salah satu dari mereka. Maka itu terpaksa dia menunggu sambil melihat suasana dulu. Saat pertarungan sedang berlangsung dengan sengit, tiba-tiba terdengar suara seseorang tertawa terbahakbahak. "Dunia ini sangat kecil, Seng Toa-ci aku sudah lama mencarimu! Ternyata kau ada di sini!" kata orang yang tertawa itu. Mendengar suara orang itu, baik Seng Cap-si Kouw maupun Kok Siauw Hong terkejut. Ternyata orang itu Kiauw Sek Kiang yang dikalahkan di Thay-ouw. Di belakang dia seorang tinggi besar mengikutinya. Orang itu Ciong Bu Pa. Si Iblis Perempuan terkejut, jika Kiauw Sek Kiang ikut mengeroyok pasti dia kalah. Maka itu Seng Cap-si Kouw nekat dia menantang. "Kau juga boleh maju, Kiauw Sek Kiang!" tantang Seng Cap-si Kouw dengan angkuh. Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak. "Kau jangan kuatir, aku tidak bermaksud bertarung denganmu! Malah aku ingin berdamai denganmu. Kita sesama kawan, Su Toa-ko hentikan pertarungan ini!" kata Kiauw Sek Kiang. Kok Siauw Hong baru tahu, orang yang bertarung dengan Si Iblis Perempuan itu kiranya Su Thian Tek, bajak laut yang berkuasa di muara sungai Tiang-kang. Untung tadi dia tidak sembarangan keluar membantu mengepung Si Iblis Perempuan. Karena dia tahu Su Thian Tek pengkhianat negara dan bangsa Han, dosanya pun jauh lebih besar dari Si Iblis Perempuan.

-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 73 Seng Cap-si Kouw cs Ketemu Ciok Leng; Khie Wie Muncul Mencari Seng Liong Sen
Sesudah Kiauw Sek Kiang muncul, pertarungan segera dihentikan. Sesudah Su Thian Tek melompat mundur, dia

langsung memberi hormat pada Seng Cap-si Kouw. "Seng Lo Cian-pwee, ilmu silatmu lebih baik dariku, aku kagum kepadamu. Maafkan tadi aku mencacimu, tapi kau juga sudah membalas cacianku, bukan?" kata Su Thian Tek. Sebenarnya Seng Cap-si Kouw sudah cemas saat Kiauw Sek Kiang muncul. Jika mereka bergabung pasti dia tak akan mampu menghadapinya. Tapi dia heran musuhnya justru mengajak dia berdamai, ini sungguh di luar dugaannya. "Hm! Kalian sedang main sandiwara apa?" kata Seng Cap-si Kouw mengejek. "Sejujurnya kami ingin berdamai," kata Kiauw Sek Kiang. "Aku berniat berunding denganmu. Bagaimana pendapatmu?" Seng Cap-si Kouw mengawasi dengan tajam. "Kami yakin pembicaraan ini akan saling menguntungkan kedua belah pihak," kata Kiauw Sek Kiang lagi. "Dulu kita memang pernah berselisih paham gara-gara gambar Hiat-totongjin. Sekarang sudah pasti gambar itu tidak ada padaku dan juga tak ada padamu! Maka itu lebih baik sengketa soal itu kita sudahi saja! Karena apa untungnya kita harus bertarung sesama kawan sendiri?" "Jadi kau mau bicara soal gambar itu, tapi gambar itu tak ada padamu, untuk apa kita bicarakan lagi?" kata Seng Cap-si Kouw. "Jangan salah paham, aku sudah tahu ada di mana gambar itu dan di tangan siapa adanya?" kata Kiauw Sek Kiang. "Kau tahu? Ada di mana gambar itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di tangan Ciok Leng!" kata Kiauw Sek Kiang. "Tempat Ciok Leng pun sudah kuketahui. Dia tinggal bersama Han Tay Hiong di suatu tempat!" "Mereka tinggal bersama, di mana?" kata si iblis kaget. "Masalah ini kita bicarakan bersama, aku tahu kau bukan tandingan mereka. Tapi jika kita bergabung tiga orang melawan dua, maka ada harapan kita akan menang! Bagimana pendapatmu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik, usulmu aku terima, tapi aku ingin dengar dulu apa syarat dari kalian?" kata si Iblis Perempuan. "Soal itu mudah saja. Sesudah peta tubuh itu kita peroleh, kita salin masing-masing mendapat satu salinannya. Bagaimana?" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik aku setuju, tapi ada satu syarat dariku!" kata si iblis. "Katakan saja, perundingan ini memang harus adil!" kata Kiauw Sek Kiang. "Mengenai Ciok Leng jika kau mau membunuhnya terserah kalian saja. Tapi mengenai Han Tay Hiong, dia harus kau

serahkan kepadaku, bagaimana?" kata Seng Cap-si Kouw. "Baik, kami setuju!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. "Pasti kau sudah tahu, kami kabur ke sini karena kami mengalami kekalahan besar! Maka itu untuk sementara kami ingin tinggal di daerah Biauw, harap kau membantu kami membicarakannya dengan ketua Bong!" kata Kiauw Sek Kiang. Bangsa Mongol yang ingin mencaplok Kerajaan Song menggunakan dua siasat. Pertama-tama mereka berpura-pura bersekutu dengan Kerjaan Song dan berjanji akan bersamasama menghancurkan Kerajaan Kim. Maka itu angkatan perang Mongol dikerahkan ke wilayah Selatan Tiongkok. Tetapi pada saat yang sama, sebelum tentara Kim dihancurkan sama sekali, pasukan Mongol di daerah Barat-laut menerobos memasuki wilayah Su-coan dan Hun-lam untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menduduki tempat-tempat yang penting. Jika Kerajaan Kim sudah jatuh, angkatan perang Mongol akan menyusup ke arah Timur dan bergabung dengan pasukan induk mereka di daerah Siang-yang. Menurut pendapat Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang, mereka akan dan harus berusaha mengumpulkan sisa anak buahnya dulu. Mereka harus menunggu di daerah Biauw di Propinsi Siam-say. Jika kekuatan mereka sudah cukup kuat, dan bila perlu mereka akan merebut pengaruh dan mengusir suku Biauw dari tempat asal mereka. Sebaliknya, jika kekuatan mereka belum cukup kuat, terpaksa mereka akan menunggu kedatangan pasukan Mongol. Sebenarnya untuk tujuan mereka itu, mereka ingin bersekutu dengan Seng Cap-si Kouw dulu dan mengenai gambar Hiat-to-tong-jin itu mereka gunakan hanya sebagai umpan untuk memancing Si Iblis Perempuan agar dia mau bergabung dengan mereka. Seng Cap-si Kouw tidak begitu bodoh, karena dia belum tahu apa maksud mereka mengajaknya bergabung, maka dia hanya menduga bahwa dia cuma akan diperalat oleh mereka! Dia pura-pura menerima ajakan itu, tapi sebenarnya dia waspada. Asal menguntungkan baginya, dia mau saja bergabung. Maka itu kembali dia mengajukan satu syarat. "Masih ada permintaanku, kalian harus membantuku menghadapi dua orang musuhku! Bagaimana?" kata Seng Cap-si Kouw. "Siapa mereka itu?" tanya Kiauw Sek Kiang. "Tentang itu kelak baru akan kukatakan pada kalian!" kata Seng Cap-si Kouw. "Ilmu silat mereka tidak hebat sekali, kalian hanya membantuku untuk mengawasi jejaknya saja!"

"Kita para sahabat, masakan urusanmu itu tidak kami bantu," kata Kiauw Sek Kiang. "Bagaimana dengan permintaan kami padamu. Itu belum kau jawab!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, besok kalian akan kuajak menemui ketua suku Biauw," kata Seng Cap-si Kouw. "Kenapa tak sekarang saja?" tanya Kiauw Sek Kiang. "Tak perlu buru-buru, aku masih ada urusan sedikit!" kata Seng Cap-si Kouw. "Baiklah, apa kau mau singgah dulu di tempat kami?" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik," kata Seng Cap-si Kouw. Maka itu Kok Siauw Hong yang sedang bersembunyi di semak-semak menghela napas lega. "Ah, rencana apa lagi yang akan mereka rundingkan," pikir Kok Siauw Hong. "Untung Thio Thay Thian sudah mendahului mereka menemui ketua suku Biauw. Aku harap usaha mereka itu akan gagal total!" Setelah Kiauw Sek Kiang dan Seng Cap-si Kouw pergi. Kembali Kok Siauw Hong jadi kuatir. "Siapa kedua orang yang dikatakan si Iblis Perempuan itu?" pikir Siauw Hong. Kok Siauw Hong tak buru-buru muncul, dia kuatir anak buah Kiauw Sek Kiang yang banyak masih berkeliatan dan mengawasi daerah itu. "Tempat tinggal Ciok Leng dan tempat mertuaku sudah dekat, sebaiknya akan kutunggu sampai cuaca gelap, baru aku ke tempat mereka!" pikir Kok Siauw Hong. Pemuda ini duduk berkonsentrasi sampai keadaan mulai sunyi. Di mana-mana yang terdengar hanya suara jangkrik dan serangga lainnya. Saat pemuda ini akan keluar dari dalam semak, kembali dia mendengar suara langkah kaki dua orang yang sedang mendatangi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa mereka, apa rombongan tadi sudah kembali lagi?" pikir Kok Siauw Hong. Tak lama terdengar suara seorang perempuan bicara. "Kita sudah hampir sampai, Cit Nio!" kata suara itu. Ketika itu seolah Kok Siauw Hong hendak melompat menemui mereka. Dia kenal itu suara Han Pwee Eng yang dia sangat rindukan. Dia berjalan bersama Beng Cit Nio. Pemuda

itu akan memanggil nona Han, tapi tak jadi. Dia ingat mungkin saja anak buah Kiauw Sek Kiang ada di sekitar tempat itu. Suara dia pasti akan menarik perhatian mereka. Jika dia memanggil sama saja dia memanggil bahaya! Maka itu dia memutuskan akan memanggil dengan isyarat jika mereka sudah dekat. Han Pwee Eng dan Beng Cit Nio berjalan sambil ngobrol. Tak lama terdengar Beng Cit Nio bicara. "Ayahmu ada di sana, nanti malam kita sudah bisa bertemu dengan beliau!" kata Beng Cit Nio. Setelah bertemu dengan Han Tay Hiong, hubungan Beng Cit Nio dengan orang tua nona Han sudah baik kembali! Sekalipun mereka tak saling cinta lagi, paling tidak hubungan baik mereka sudah beres lagi. Di daerah suku Biauw banyak pohon obat yang berkhasiat tinggi. Ketika itu luka Beng Cit Nio belum sembuh. Maka itu dia sekarang ada daerah suku Biauw, maka dia akan menggunakan kesempatan itu untuk mencari obat untuk lukanya. Han Pwee Eng sering mendapat kendala, karena perbedaan bahasa mereka dengan suku Biauw. Untung Beng Cit Nio bisa bahasa Biauw. Maka itu mereka berangkat bersama-sama untuk menemui ayahnya. Jantung Kok Siauw Hong berdebar-debar menanti sampai nona Han dan Beng Cit Nio dekat ke tempat persembunyiannya. Tiba-tiba dia dengar Han Pwee Eng bicara lagi. "Hai, di sana ada orang!" kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula pemuda itu mengira kekasihnya sudah melihat dia. Tapi ternyata tubuh seseorang melayang keluar dari semaksemak sambil tertawa nyaring. Dialah Seng Cap-si Kouw. Di daerah Biauw si Iblis Perempuan banyak kenalannya. Tak heran jika dia mengetahui jejak Beng Cit Nio dan nona Han. Semula dia sangsi orang yang dia kira bersembunyi di semak-semak itu nona Han dan Beng Cit Nio. Tadi dia meninggalkan tempat itu hanya pura-pura saja. Ternyata dia sudah kembali lagi hendak menyergap kedua orang itu. Karena orang yang dia duga bersembunyi pun tak munculmuncul yang muncul malah Beng Cit Nio dan nona Han. Melihat Seng Cap-si Kouw muncul, Beng Cit Nio maju dan berdiri di depan nona Han. "Seng Yu Ih, kau mau apa?" kata Beng Cit Nio. "Ah, ternyata kau piauw-moay, selamat! Rupanya kau baru datang? Sudah lama aku menanti kedatanganmu di sini. Sebagai tuan rumah hal itu harus kulakukan untuk menyambut tamu agungku!" kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa.

"Tutup mulutmu!" kata Beng Cit Nio. "Katakan apa maumu? Jangan kau gertak orang lain, mari kita selesaikan urusan kita!" "Ah, rupanya kau ingin menemui kekasihmu? Jadi kau ingin menjadi ibu tiri nona Han, ya? Tapi aku kira dia tak akan mau menerimamu jadi istrinya" kata Seng Cap-si Kouw. Bukan main gusarnya Beng Cit Nio saat itu. "Diam kau! Rasakan tongkatku ini!" bentak Beng Cit Nio. Dengan mudah Seng Cap-si Kouw menangkis serangan itu. Dia juga balas menyerang Beng Cit Nio. Si Iblis Perempuan terus mengejek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seng Yu Ih, biaraku adu jiwa denganmu!" kata Beng Cit Nio sengit. Karena khawatir keselamatan Han Pwee Eng, Beng Cit Nio menoleh sambil berkata, "Pwee Eng, lekas lari!" Han Pwee Eng sadar dia tak bisa membantu Beng Cit Nio. Tapi dia tak tega meninggalkan Beng Cit Nio sendirian. Tibatiba dia hunus pedangnya dan menyerang si Iblis Perempuan. "Dia tak bisa kabur! Jika kabur dia akan ada yang menghalanginya!" ejek Seng Cap-si Kouw. Tak lama memang benar, ada tiga orang dan langsung mengepung nona Han. Mereka itu Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya. "Benar, nona Han, ayahmu sahabat kami, jika kami tidak melayanimu sebaik-baiknya, bagaimana aku bisa menemui ayahmu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Mari ikut kami, kau akan kuajak menemui ayahmu!" "Hm! Kalian bertiga terhitung orang ternama, masa kalian malah mengeroyok seorang nona muda. Apa tak malu?" kata Beng Cit Nio. "Dia orang yang diinginkan Seng cap-si Kouw, mau tak mau aku harus membujuk dia agar dia mau ikut kami!" kata Su Thian Tek. Baru saja Su Thian Tek menutup mulutnya, tiga buah uang logam mernyambar ke arah nona Han. Uang itu berputar dan ini membuat Han Pwee Eng kaget. Dia melompat mundur hingga dia semakin dekat dengan lawannya. "Nah, begitu lebih baik!" kata Su Thian Tek. Kembali Su Thian Tek melontarkan uang logamnya. Tapi kali ini terdengar benturan uang itu dengan benda keras. "Cring! Cring! Cring!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Uang itu berjatuhan ke tanah. Tiba-tiba dari semak-semak muncul Kok Siauw Hong yang tadi berhasil merontokkan senjata rahasia uang logam Su Thian Tek itu. Bukan main kaget dan girangnya nona Han. Dia berseru nyaring. "Ternyata kau, Siauw Hong?!" kata nona Han. "Ya, aku!" kata pemuda itu. "Kau jangan takut, kita menghadapi mereka bersama-sama!" Melihat Kok Siauw Hong mendadak muncul di depan mereka, Su Thian Tek kaget bukan kepalang. "Eh! Siapa kau?" bentak Su Thian Tek. Pertanyaan itu tak dijawab oleh Kok Siauw Hong. "Adik Eng, temui dulu ayahmu. Biar aku yang menghadapi mereka!" kata Kok Siauw Hong. "Tadi kau bilang jangan takut kita besama-sama. Sampai mati pun aku akan bersama-sama denganmu!" kata nona Han. "Tapi sebaiknya kau temui ayahmu dulu......" kata Kok Siauw Hong. Sedikit pun Kok Siauw Hong tak gentar menghadapi lawan. Dia agak kikuk setelah lama tak berkumpul dengan nona Han. "Kau jangan bermesraan di sini! Sebaiknya di neraka saja kalian bercintaan!" bentak Su Thian Tek. Bukan main gusarnya Kok Siauw Hong, dia menusuk dengan pedangnya orang itu. Su Thian Tek mengelak serangan itu, dia pun langsung membalas. Dia coba mencengkram Kok Siauw Hong, tapi dia jadi kaget karena serangan Kok Siauw Hong begitu cepat. Sedang pedang Kok Siauw Hong itu menyilaukan mata Su Thian Tek. Pedang lawan seakan-akan menjadi puluhan dan mengarah ke wajahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hal ini tentu saja membuat Su Thian Tek kaget sekali, maka itu dia mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan itu. Dia coba melancarkan serangan dengan kedua tangannya ke arah Kok Siauw Hong. Melihat lawan menyerang, nona Han pun maju ikut membantu Kok Siauw Hong menyerang Su Thian Tek dengan pedangnya yang bergerak cepat sekali. Melihat Kok Siauw Hong menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat keluarga Jen, Su Thian Tek keheranan. "Tunggu! Apa hubunganmu dengan Jen Thian Ngo sehingga kau menggunakan jurus pedangnya?" kata Su Thian

Tek. Pertanyaan itu tak diladeni oleh Kok Siauw Hong, dia terus menyerang lawannya. "Dia Kok Siauw Hong, mungkin dia mencuri jurus itu. Tapi aku dengar dia sudah bukan famili Jen Thian Ngo lagi. Jangan takut bunuh saja dia!" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik, kau tak akan kubunuh, tapi akan kutangkap hisup! Lalu kau akan kuserahkan pada Jen Thian Ngo! Terserah dia kau mau diapakan olehnya?!" kata Su Thian Tek angkuh. Ternyata orang she Su ini lihay, sekalipun serangan Kok Siauw Hong luar biasa, tapi dia tak mampu mengalahkan Su Thian Tek. Sekarang dia hanya mampu bertahan, sedang nona Han pun kewalahan. Tapi karena mereka bergabung menghadapinya, maka itu mereka masih mampu bertahan. "Saudara Su, serahkan bocah itu kepadaku. Aku punya masalah dengannya!" kata Kiauw Sek Kiang. Tapi Su Thian Tek tidak menghiraukan saran Kiauw Sek Kiang karena dia merasa mampu mengatasi anak-anak muda itu. Maka itu dia menjawab. "Tidak! Aku justru ingin tahu, bagaimana hebatnya jurus Cit-siu-kiam-hoat yang termasyur di kalangan Kang-ouw itu!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan khawatir, bocah ini tak akan lolos dari tanganku!" kata Su Thian Tek sambil tertawa. Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sudah terdesak, tibatiba terdengar suara suling yang merdu dari kejauhan. Ketika Kok Siauw Hong dan nona Han mengawasi ke arah suara seruling itu, mereka mengenali dua orang muda-mudi sedang berjalan mendatangi. Mereka ternyata Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee. Saat itu kedua muda-mudi itu sedang menikmati keindahan alam. Mereka tak mengetahui kalau di tengah alang-alang itu sedang terjadi pertarungan hebat. Ketika sayup-sayup mereka mendengar suara bentrokan senjata, mereka mengawasinya. Kiranya mereka melihat Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio sedang bertarung. Di tempat lain, Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong juga sedang bertempur melawan seorang tua entah siapa? Mereka pun kaget. "Eh, Kok Toa-ko sedang bertarung dengan musuh!" kata Ciauw Siang Hoa. Pemuda itu bersiul memberi tanda. "Eh, Iblis Perempuan!" kata Yo Kiat Bwee alias Tik Bwee. "Rupanya dia ada di sini! Pasti dia sedang mencari kita!" Segera Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee berlari ke arah Seng Cap-si Kouw yang sedang bertarung melawan Beng Cit

Nio. Melihat Ciauw Siang Hoa dan orang yang dibencinya memburu ke arahnya, Seng Cap-si Kouw heran. "Eh, mereka bukan lari malah datang menemuiku?" pikir si Iblis Perempuan. "Aneh, siapa yang mereka andalkan? Apakah Han Tay Hiong ada di sekitar tempat ini?" Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw menggertak Beng Cit Nio. Saat Beng Cit Nio mengelak, dia membalikkan tubuhnya dan melemparkan jarum beracun ke arah Ciauw Siang Hoa yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maju paling depan. Juga ke arah bekas pelayannya Kiat Bwee alias Tik Bwee! Beng Cit Nio yang tadi berkelit, sekarang sudah melancarkan serangan ke pelipis si Iblis perempuan, hal ini membuat Seng Cap-si Kouw terpaksa menyelamatkan pelipisnya jika dia tak ingin terluka. Maka itu jarum-jarum berbisanya sedikit berubah arah sasarannya hingga dengan mudah Ciauw Siang Hoa maupun Yo Kiat Bwee menghindari serangan jarum berbisa itu. Melihat dua muda-mudi mendatangi, Ciong Bu Pa tak tinggal diam, dia menghadang kedua muda-mudi itu. "Seng Toa-ci (Kakak Seng), biar dua kurcaci ini aku yang menghadapinya!" kata Ciong Bu Pa. "Silakan kau tangkap pelayanku yang tak berbudi itu," kata si Iblis Perempuan. Ciong Bu Pa langsung menyerang kedua muda-mudi itu dengan tangan kosong. Secara bersamaan Ciang Hoa maupun Kiat Bwee menggunakan pedang mereka menusuk Ciong Bu Pa. Ciong Bu Pa yang tadi bersikap angkuh berniat menangkap kedua muda-mudi itu, malah dia mendapat serangan yang dilancarkan secara bersamaan dari kedua muda-mudi itu. Semula Ciong Bu Pa ingin menangkap hidup-hidup Kiat Bwee untuk mengabulkan permintaan Seng Cap-si Kouw. Maka itu serangannya terhadap Kiat Bwee tidak sehebat dibanding kepada Ciauw Siang Hoa. Dia tak menduga serangan Kiat Bwee yang semula ke bawah, tiba-tiba berubah ke atas. Hampir saja lengan Ciong Bu Pa kutung karenanya. Bukan main marahnya Ciong Bu Pa saat itu. "Ayah, tolongi kami!" teriak Ciauw Siang Hoa. Tak lama terdengan suara kelenengan kuningan. Orang itu muncul sambil menggendong peti obat, tabib itu begitu cekatan. Tak lama dia sudah ada di tengah pertarungan. Melihat orang itu muncul maka legalah hati Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, rupanya Ciang Hoa dan Kiat Bwee datang bersama Ciok Lo Cian-pwee. Pantas mereka begitu berani dan yakin muncul di tempat ini!" pikir Kok Siauw Hong. "Akan lebih baik lagi jika Paman Han juga muncul membantu kami!" Ciong Bu Pa tidak kenal pada tabib itu. Dia maju menghadapinya. "Hai tukang obat bau, jangan ikut campur! Selamatkan saja dirimu!" bentak Ciong Bu Pa mengejek. Ciong Bu Pa langsung menghantam ke arah Ciok Leng yang langsung ditangkis dengan menggunakan tongkatnya. "Enak saja kau bicara, apa matamu buta? Kau tak tahu kalau aku juga bisa silat?" kata Ciok Leng. Saat tangan Ciong Bu Pa beradu dengan tongkat Ciok Leng, terdengar suara kelenengan kuningan berbunyi dan sangat berisik. Akibatnya Ciong Bu Pa kesakitan dan kaget. Semula dia anggap enteng lawannya, sekarang dia tahu kelihayan tukang obat itu. Tongkatnya hampir saja mematahkan tangannya. Tapi Ciong Bu Pa tak kenal takut, kembali dia menyerang dengan tangannya. Tongkat Ciok Leng terbuat dari tembaga yang sengaja dia cat. Saat tangan Ciong Bu Pa menyerang, Ciok Leng heran dan kaget. Karena dia yakin lawannya itu tangguh, dia mengubah taktik. Dia tak akan mengadu tenaga lagi, tapi akan menggunakan akalnya. Ketika Ciong Bu Pa maju menyerang dengan tangannya, dengan cerdik Ciok Leng membatalkan serangannya. Ujung tongkatnya dipakai untuk menyerang bagian perut lawan dengan hebat. Bukan main girangnya Ciong Bu Pa, dia yakin kali ini hantaman tangannya akan menghancurkan kepala lawannya. Di luar dugaan tubuh Ciong Bu Pa yang tinggi besar itu, tiba-tiba terangkat dan terlontar hingga beberapa meter jauhnya, dan jatuh ke tanah dengan terbanting keras sekali!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula Kiauw Sek Kiang hanya menonton pertempuran itu dari jarak jauh. Dia tidak mengira anak buah andalannya dikalahkan lawan. Maka itu terpaksa dia turun tangan dan maju menyerang. Saat Kok Siauw Hong melihat Ciok Leng dihadapi oleh Kiauw Sek Kiang, dia berteriak ke arah Ciok Leng. "Paman Ciok, bunuh saja dia! Dia pengkhianat bangsa.

Jangan diberi ampun dia!" teriak Kok Siauw Hong. Walau Kiauw Sek Kiang sadar bahwa lawannya seorang jagoan, tapi dia juga memiliki kepandaian. Maka itu dia tak gentar sedikit pun. Sambil tertawa dia berkata pada Ciok Leng. "Kau bilang kau bukan tukang obat biasa, sekarang hadapi aku!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. "Silakan, akan kuladeni!" kata Ciok Leng. Kiauw Sek Kiang menghunus goloknya, dan golok itu tipis juga lentur. Jika bukan menghadapi lawan tangguh, Kiauw Sek Kiang tak pernah menggunakannya. Tiba-tiba dengan golok itu dia serang Ciok Leng, tapi ditangkis oleh tongkat tembaga Ciok Leng. Saat senjata mereka bentrok, terdengar suara nyaring dan bunga api pun berhamburan. Kiauw Sek Kiang kaget, tangannya terasa sakit bukan main. Pertarungan kembali terjadi, mereka saling serang, tapi Ciok Leng tak gentar menghadapinya. Tampak mereka berkepandaian seimbang. Ketika itu Ciong Bu Pa yang tadi terguling di tanah, mulai bangun lagi. Dia berniat maju hendak mengeroyok Ciok Leng. Tetapi Kiauw Sek Kiang memperingatkannya. "Jangan maju, kau bereskan saja kedua muda-mudi itu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kiat Bwee jangan takut, binatang ini sudah terpukul oleh Ayahku! Mari maju!" kata Ciauw Siang Hoa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, kita bunuh binatang ini agar tak membahayakan orang lain," kata Yo Kiat Bwee. Bukan main gusarnya Ciong Bu Pa yang dianggap binatang. "Toa-ko, akan kubunuh mereka berdua! Aku tak bisa membiarkan nona itu tertangkap hidup!" kata Ciong Bu Pa. Pertarungan mereka segera terjadi. Ciong Bu Pa yang lengannya telah terluka sebelah, sulit bisa segera mengalahkan dua muda-mudi itu. Malah hampir saja dia tertusuk oleh salah satu pedang lawannya. Melihat anak dan menantunya mampu melawan Ciong Bu Pa, Ciok Leng girang. Sedang di tempat lain, Seng Cap-si Kouw yang mencemaskan akan munculnya Han Tay Hiong, dia merasa lega karena orang she Han itu tak muncul-muncul. Dia yakin jika Han Tay Hiong melihat anaknya terdesak, pasti dia akan muncul. Sekarang justru tidak muncul, itu berarti dia tidak ada di tempat itu. Beng Cit Nio yang belum sembuh dari lukanya, tampak kewalahan menghadapi serangan Seng Cap-si Kouw yang ganas itu. Tiba-tiba Beng Cit Nio nekat. Dia maju menyerang, tapi serangannya itu bisa berakibat buruk jika dia gagal. Rupanya dia sudah mengambil keputusan akan mati bersama

dengan lawannya. "Adik piauw, kesehatanmu belum pulih," kata Seng Cap-si Kouw mengejek sambil tertawa. "Jaga kesehatanmu!" Saat tongkat Beng Cit Nio sampai, Seng Cap-si Kouw menyambutnya dengan tongkat bambu hijaunya. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw memutarkan tongkatnya hendak mengadu tenaga dalam, akibatnya tubuh Beng Cit Nio bergerakan hingga tertarik. Saat itu tongkat mereka seperti melekat jadi satu, Beng Cit Nio tak mampu menarik tongkatnya. Dia kaget dan mengeluh karena mulai tak tahan. Beng Cit Nio sadar tak lama lagi dia akan binasa. Di saat kritis dan Beng Cit Nio hendak bunuh diri, dia jadi heran karena serangan Seng Cap-si Kouw mengendur.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Padahal dia tahu perempuan itu kejam sekali. Tiba-tiba dia dengar Seng Cap-si Kouw bicara. "Hai, siapa kau?" bentak Seng Cap-si Kouw. Legalah napas Beng Cit Nio saat itu, karena serangan lawan mengendur. Saat dia menoleh dia lihat seorang kakek berbaju hijau, tiba-tiba muncul di tengah pertempuran sengit itu. Orang itu tak menjawab pertanyaan si iblis perempuan. "Apa kau ini Seng Cap-si Kouw?" kata kakek itu. "Siapa kau?" bentak si Iblis Perempuan. "Aku Seng Cap-si Kouw, lalu kau mau apa?" "Aku hanya ingin tahu, mari ikut aku!" kata si kakek. Diajak pergi begitu saja saat dia berada di atas angin, mana mau dia menurut. "Hm! Kau cuma berkata begitu dan mengajakku pergi? Aku tahu kau lihay, tunjukkan beberapa jurusmu padaku!" kata Seng Cap-si Kouw sengit. "Kau berani membantah perintahku?" kata si kakek. "Hentikan pertarungan ini, jika tak menurut hadapi aku!" Tiba-tiba dia melompat berdiri di antara Beng Cit Nio dan Seng Cap-si Kouw. Tangannya bergerak memisahkan dua tongkat yang saling menempel dengan mudahnya. Saat tongkat berpisah dari mulut Beng Cit Nio menyembur darah segar! "Seng Yu Ih, kau keji sekali!" kata Beng Cut Nio. "Lo Cianpwee ini adalah....." ucapan Beng Cit Nio terhenti. "Aku tak ingin ikut campur urusan kalian, kedatanganku untuk bicara dengan Seng Cap-si Kouw ini!" kata si kakek. Seng Cap-si Kouw tak mengerti, apa maksud kakek itu? Semula Beng Cit Nio berniat membantu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, tetapi setelah muntah darah tubuhnya jadi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lemah. Maka itu dia diam saja. Melihat si kakek sedang bicara dengan Beng Cit Nio, tiba-tiba Seng Cap-si Kouw menotok ke arah pungung si kakek. Saat totokan sampai, gesit luar biasa tanpa menoleh lagi dia sentil tongkat bambu Seng Cap-si Kouw. Serangan itu membuat si Iblis Perempuan melompat mundur. "Bagaimana, kau masih ingin coba-coba? Aku tak akan segan-segan lagi terhadapmu!" kata si kakek. Tongkat Seng Cap-si Kouw memang tak sampai terlepas dari tangannya, tapi dia merasakan tangannya ngilu bukan main. Orang tua itu menggunakan sentilan jari sakti saat menangkis serangan itu. Ketika si iblis menoleh ke arah lain, pertarungan Ciok Leng dan Kiauw Sek Kiang tampak seimbang. Sedang Su Thian Tek mungkin bisa mengalahkan Kok Siauw Hong dan nona Han. Jika benar Su Thian Tek bisa mengalahkan kedua mudamudi itu, lalu membantunya, maka si iblis yakin akan mampu mengalahkan kakek itu. Maka itu dia akan menggunakan siasat mengulur waktu. "Mau apa kau mencariku?" kata Seng Cap-si Kouw sesudah dia melompat mundur. "Katakan padaku, apakah Seng Liong Sen itu keponakanmu?" kata si kakek. "Jika benar, kau mau apa?" "Aku sedang mencari dia!" kata si kakek. "Kenapa kau cari dia?" kata si Iblis Perempuan. "Jangan banyak bicara! Ayo bawa aku menemui dia!" kata si kakek. "Nanti akan kujelaskan padamu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah beberapa tahun aku tak bertemu dengannya, aku tak tahu di mana sekarang dia berada? Malah aku pun sedang mencari dia!" jawab Seng Cap-si Kouw. "Aku tak mau tahu, kau harus mengantarkan aku menemui dia!" kata si kakek ngotot. Dia maju hendak menangkap si iblis ini, tapi Seng Cap-si Kouw berhasil menghindar. Setelah gagal si kakek terus mengejar dan berkali-kali tangannya menyambar hendak menangkap Seng Cap-si Kouw. Si iblis tak rela dipermainkan lawan, maka itu dia dongkol sekali, ditambah lagi dia takut Han Tay Hiong tiba-tiba muncul. Saat dia punya ide bagus dia

berteriak. "Tahan dulu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Jangan banyak bicara, segera bawa aku menemukan dia!" kata si kakek. "Kau sudah tua, tapi kenapa ngotot begitu?" kata si Iblis Perempuan sambil tertawa "Baik, mari kita pergi bersamasama!". "Hm! Kau kira kau bisa melawanku? Ayo tunjukkan di mana keponakanmu itu berada!" kata si kakek. "Ada yang ingin aku katakan, apa kau bersedia mendengarkan atau tidak, terserah kau saja!" kata Seng Capsi Kouw. "Katakan saja, mengenai apa?" kata si kakek. Ketika si kakek agak lengah, seperti yang diinginkan si Iblis Perempuan, tiba-tiba tangan si nenek bergerak, tak lama berhamburanlah senjata rahasia dari tangannya. Senjata itu senjata rahasia jarum emas yang saat dilontarkan menimbulkan ledakan hebat. Dia bernama "Tok Bu-kim-ciam", sebuah senjata ampuh yang belum pernah digunakannya selama ini. Tapi karena terdesak oleh musuh yang tangguh, terpaksa digunakannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat si kakek mendengar suara ledakan, dia mengibaskan lengan bajunya yang longgar sebanyak tiga kali. Tak terduga asap hitam yang menyerang ke arahnya itu buyar sendiri. "Terima kembali jarum emasmu!" kata si kakek. Saat si kakek mengibaskan lengan bajunya yang longgar, dia berhasil menangkap jarum emas yang langsung dilontarkan ke arah Seng Cap-si Kouw. Bukan main kagetnya si Iblis Perempuan, sedikit pun dia tak menduga kelihayan si kakek ini. Beruntung ilmu meringankan tubuhnya lihay. Pada saat serangan jarumnya sendiri datang ke arahnya, dia melompat tinggi. Maka jarum-jarum itu mendesir di bawah kakinya. "Cuma itu kepandaianmu, kau jual lagak di depanku!" kata s kakek. "Karena kau ahkli racun, aku ingin tahu apakah racunmu ampuh terhadapku atau tidak?" Sesudah itu hawa racun itu dia hirup. "Hm! Harumnya!" kata si kakek. Menyaksikan kejadian itu bukan main kagetnya Seng Cap-si Kouw sebab jika pertarungan itu dilanjutkan, maka dia akan celaka oleh si kakek. Maka itu dia memilih untuk kabur. Tak lama dia membalikkan tubuhnya lalu kabur! "Hai kau mau lari ke mana?" kata si kakek sambil tertawa. Dengan cepat Seng cap-si Kouw sudah berlari belasan langkah. Melihat hal itu si kakek tertawa.

"Kalau begitu mari kita mengadu gin-kang!" katanya. Saat itu orang mengira si kakek akan mengejar, ternyata dia hanya berjalan kaki. Si kakek demikian santai. Dia tahu tak lama lagi tenaga Seng Cap-si Kouw akan berkurang karena tadi dia bertarung mati-matian melawan Beng Cit Nio. Maka itu tak heran si kakek dapat menyusulnya. Ketika itu Ciok Leng dan Kiauw Sek Kiang hampir sampai pada detik-detik yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menentukan. Kiauw Sek Kiang hanya mampu bertahan, sedang Ciok Leng terus mendesaknya. Saat si kakek melintas dekat Ciok Leng, si kakek tertawa. "Rupanya kau belum mampus, hai tabib tua!" kata si kakek. "Ya, aku tak mengira kau juga masih hidup!" kata Ciok Leng. Kiauw Sek Kiang kaget, saat dia tahu si kakek dan Ciok Leng ternyata saling mengenal. Saat Ciok Leng bicara dia agak lengah, maka itu kesempatan ini digunakan Kiauw Sek Kiang untuk menyerang Ciok Leng. Tapi Ciok Leng sudah tahu akan diserang demikian, maka itu dia sudah waspada. Tak lama terdengar suara bentrokan nyaring. Ciok Leng menangkis serangan itu dengan tongkatnya. Baju Kiauw Sek Kiang terrobek oleh tongkat lawan. Jika tadi dia kurang gesit, pasti perutnya terluka parah. Di tempat lain Kok Siauw Hong dan nona Han sedang terdesak oleh Su Thian Tek. Saat si kakek lewat, kakek itu memuji. "Ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu bagis. pasti kau Kok Siauw Hong, ya?" kata si kakek. Kok Siauw Hong hanya mengangguk e tak berani bicara. "Eh, kenapa si kakek kenal padaku?" pikir pemuda ini keheranan. Saat itu si kakek berkata lagi. "Aku juga tahu Seng Liong Sen hutang budi padamu!" kata si kakek. Pedang Kok Siauw Hong menusuk, tapi tak mengenai sasaran. Saat itu Su Thian Tek mengelak dan berada di sampingnya, siap menangkap tangan Kok Siauw Hong yang memegang pedang. Tapi di luar dugaan, pedang Kok Siauw Hong bergerak berubah arah karena sambaran lengan baju si kakek. Arahnya justru mengarah ke Su Thian Tek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Su Thian Tek kaget, buru-buru dia menghindar.

"Kau kalah sejurus, Su Thian Tek! Jika kurang senang kau boleh mencariku!" kata si kakek. Sambil berkata dia berjalan santai, namun cepat sekali. Tak lama dia sudah tak terlihat lagi dan lenyap di balik gunung. Tadi si kakek telah membantu Kok Siauw Hong mengalahkan Su Thian Tek yang terluka oleh pedang anak muda itu. Kok Siauw Hong heran, kenapa kakek itu membantunya. Tapi akhirnya Kok Siauw Hong ingat kata-katanya, bahwa si kakek ingin mmbalas budi karena Kok Siauw Hong telah menanam budi untuk Seng Liong Sen. "Aneh, kenapa dia mewakili Seng Liong Sen membalas budi?" pikir Kok Siauw Hong. Su Thian Tek agak senang karena lukanya tak parah. Jika si kakek menginginkan kematiannya, mungkin tadi dia sudah mati terkapaf oleh pedang anak muda itu. Si Kakek membantu sekedarnya agar Kok Siauw Hong mengalahkan jago itu. Sedangkan dia sudah tentu tak pantas menyerang orang yang sedang bertarung. Karena lengannya terluka, Su Thian Tek jadi kurang bebas bergerak. Di pihak lain Ciong Bu Pa sudah terdesak oleh Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee, ditambah lagi tadi lengannya sudah terluka oleh Ciok Leng. Tak heran jika Bu Pa sering jadi bulanbulanan kedua muda-mudi yang bertarung berputar-putar. Hal ini hingga menyulitkan gerakan Ciong Bu Pa. Dia mulai kurang gesit. Sedang Beng Cit Nio sudah tenang kembali. "Su Thian Tek, kau jangan cuma berani pada anak muda. Hadapi aku! Pwee Eng, kau mundur!" kata Beng Cit Nio sengit. Sebenarnya itu hanya gertakan Beng Cit Nio saja, karena dia sendiri sedang terluka. Tapi gertakan itu cukup berpengaruh juga. Karena melawan dua muda-mudi saja dia sudah terdesak, apalagi jika dibantu oleh Beng Cit Nio yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lihay. Maka itu dia lebih memilih kabur saja. Setelah bersuit panjang, mereka bertiga langsung kabur. Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee akan mengejar mereka, tetapi Ciok Leng mencegahnya. Sesudah itu mereka mendekati Beng Cit Nio yang terluka. Nona Han membersihkan luka Beng Cit Nio dengan saputangannya, terutama darah di mulut jago perempuan itu. Kemudian Han Pwee Eng berkata pada Beng Cit Nio. "Kau baik-baik, Cit Nio?" kata Pwee Eng. "Kau telah menyelamatkan aku, padahal dulu aku menuduhmu meracuni Ibuku!" "Sudahlah, jika kau sudah tahu aku tak bersalah, aku sudah senang anak yang baik," kata Beng Cit Nio. "Tapi seharusnya

kita pun harus berterima kasih pada kakek tadi!" "Rupanya Paman Ciok kenal padanya?" kata Siauw Hong. "Tiga puluh tahun yang lalu aku pernah bertarung dengannya," kata Ciok Leng. "Tapi dia juga pernah membantuku!" "Siapa namanya, Paman?" kata Siauw Hong. "Dia Khie Wie!" kata Ciok Leng. "Jadi dia Khie Wie," kata Beng Cit Nio kaget. "Tigapuluh tahun yang lalu dia pernah malang-melintang di kalangan Kang-ouw. Tapi hanya sebentar lalu menghilang, entah kenapa?" "Benar cara menghilangnya aneh sekali," kata Ciok Leng. "Setahuku dia tidak jahat. Hanya dia berdiri di antara yang baik dan yang jahat saja!" "Bibi Beng, tahukah kau ada persengketaan apa antara dia dengan Seng Cap-si Kouw?" kata Kok Siauw Hong. "Dulu aku pernah mendengar namanya dari Seng Cap-si Kouw, aku tak kenal dia! Sesudah kami berselisih, aku tak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahu masalah dia dengan keponakannya itu!" kata Beng Cit Nio. Si Kakek memaksa ingin bertemu Seng Liong Sen, entah apa maunya?" kata Han Pwee Eng. "Dari ucapannya, dia galak sekali pada Seng Cap-si Kouw! Tapi terhadap Seng Liong Sen tampaknya dia baik sekali!" "Karena Seng Liong Sen-lah, dia membantu kita!" kata Kok Siauw Hong. "Aku lihat seolah dia sangat menyayangi Seng Liong Sen! Hal itu sulit dimengerti!" "Aku kira Seng Liong Sen itu bukan orang baik-baik," kata Beng Cit Nio. "Dia bermulut manis, tapi otaknya jahat. Aku tak sudi melihatnya! Bisa jadi dia membohongi si kakek dengan kata-kata muluknya hingga Khie Wie tertipu olehnya!" "Aku kira Liong Sen tidak terlalu jahat!" kata Kok Siauw Hong. "Sekalipun sikapnya buruk, tapi tetap dia seorang enghiong!" "Kau pernah bertemu dengannya?" kata nona Han. "Aku dengar dia telah menikah dengan Cici Giok Hian, apa benar? Sudah tiga tahun aku tak pernah bertemu dengannya!" "Kelak, jika kau ke Kim-kee-leng kau akan bertemu dengannya," kata Kok Siauw Hong. "Bagaimana dengan Seng Liong Sen?" kata nona Han. "Tahun lalu dia sudah menikah dengan Giok Hian, tapi terjadi kejadian aneh. Tiga bulan yang lalu Giok Hian malah mengira suaminya sudah meninggal!" kata Kok Siauw Hong. "Kenapa bisa begitu?" kata nona Han. Kok Siauw Hong menceritakan kejadian aneh yang

diketahuinya. Tak heran nona Han pun jadi keheranan bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau sahabatnya, kenapa dia menghindar darimu?" kata nona Han. "Aku yakin Khie Wie tahu jika Seng Liong Sen pernah menemui bibinya seperti ceritamu itu!" "Memang mengherankan, bukan aku saja tapi dia juga menghindar dari Ci Giok Hian!" kata Siauw Hong. "Aku kenal sifat kakak Giok Hian, dia selalu ingin menang sendiri. Tapi entah kenapa suaminya berpura-pura mati dan menghindarinya?" kata Han Pwee Eng. "Semoga mereka bisa segera rukun kembali!" "Aku tahu Giok Hian sedang berduka, dia belum tahu nasib suaminya apakah masih hidup atau sudah mati? Sebaiknya kau segera temui dia, beritahu tentang khabar ini padanya!" kata Kok Siauw Hong. "Nona, ayahmu sudah lama mengharap-harap kedatanganmu," kata Ciok Leng. "Hai, itu Paman Han!" teriak Ciauw Siang Hoa. Saat itu memang mereka sedang berjalan akan ke tempat Han Tay Hiong. Ternyata mereka berpapasan di tengah jalan dengan orang tua itu. Bukan main girangnya mereka. Nona Han pun menangis karena girang bukan main bertemu dengan ayahnya. Tak tertahankan lagi air mata Han Pwe Eng, serunya pedih bercampur girang karena baru bertemu lagi. "Lihat, Siauw Hong juga datang!" kata Han Pwee Eng. Kok Siauw Hong menghampirinya sambil memberi hormat. Mereka lalu diajak pulang. Han Tay Hiiong menuntun Pwee Eng, sedang di kanan dia menuntun Kok Siauw Hong. Saat itu air mata Han Tay Hiong meleleh, dia menangis. "Tahun lalu aku hanya bertemu Pwee Eng. Bagaimana kalian sudah menikah?" kata Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dulu saat aku diantar ke Yang-ciu, timbul masalah. Karena Ayah sedang sakit pernikahan yang kami tunda tak berani aku sampaikan pada Ayah," kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong mengangguk sambil tersenyum. Untung orang tua itu tak tahu kejadian yang dialami puteri dan menantunya itu. Sambil tertawa Han Tay Hiong berkata nyaring.

"Kalau begitu aku bisa menyaksikan dan merencanakan pernikahan kalian!" kata Han Tay Hiong. "Bagaimana keadaan Ayah, apa kau sudah sembuh?" kata Han Pwee Eng.. "Sudah! Ini semua berkat pertolongan Paman Ciok-mu!" kata Han Tay Hiong. "Aku juga tak menyangka kau akan sembuh demikian cepatnya," kata Ciok Leng. "Tadi malam aku berlatih terlalu giat, hingga aku kesiangan. Ketika aku tahu kalian tak ada, maka aku keluar mencari kalian," kata Han Tay Hiong. "Berkat bantuanmu, aku sudah sehat kembali!" "Pantas kau berjalan begitu cepat, kau telah menyembuhkan penyakitmu. Kuucapkan selamat, selain kau sudah sehat, kau juga bisa berkumpul dengan keluargamu!" kata Ciok Leng. "Anak Eng, mengenai pernikahan kalian..." tapi sebelum kata-kata Han Tay Hiong selesai, Han Pwee Eng memotongnya. "Ayah, ada masalah yang harus aku sampaikan pada Ayah," kata nona Han. "Mengenai masalah kami, sebaiknya nanti saja kita bicarakan!" "Masalah penting apa?" tanya Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentang Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang juga anak buahnya! Mereka baru saja kami kalahkan, tapi mungkin mereka masih bersembunyi di sekitar tempat ini!" kata Han Pwee Eng. "Mari kita cari dulu mereka!" "Baik, mereka harus kita singkirkan, jika tidak daerah Biauw tidak akan aman. Saudara Ciok, mari kita berpencar. Jika tak bertemu mereka, kita akan berkumpul kembali di tempat semula!" kata Han Tay Hiong. "Beng Kouw-kouw, kau ikut bersama kami," kata Han Pwee Eng. Karena nona Han menganggap masih keluarga, dia kaget dan heran, tapi juga senang. Dalam perjalanan nona Han menjelaskan kejadian tadi. Han Tay Hiong heran, bagaimana si Iblis Perempuan bisa bebas dari tahanan Kiong Cauw Bun. "Tadi kau bilang Khie Wie muncul, kalau begitu aku berhutang budi kepadanya," kata Han Tay Hiong. Sedang dengan Beng Cit Nio pun Han Tay Hiong jadi akrab sekali. Mereka menyesali kejadian yang telah mereka alami di masa lalu. Sekarang mereka sudah berbaikan lagi. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 74 Han Tay Hiong Bertemu Dengan

Putrinya; Khie Wie Mengetahui Riwayat Seng Liong Sen


Setelah mencari sehari-semalam, mereka hanya menemukan sebuah rumah atap yang yang sebaian sudah runtuh, setelah diteliti Han Tay Hiong tahu, rumah itu roboh akibat sebuah pukulan yang dasyat. "Aku kira rumah ini persembunyian tiga orang bangsat itu!" kata Han Tay Hiong. "Mungkin karena gusar sesudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengambil sisa makanan yang ada dia hajar rumah ini hingga roboh!" Mereka kembali lagi ke tempat semula. Saat sampai mereka lihat Ciok Leng sudah menunggu, malah bertambah satu orang yaitu Thio Thay Thian. "Ya, aku membawa kabar baik untukmu," kata Thio Thay Thian. "Kabar apa?" kata Han Tay Hiong. "Para penjahat itu sudah melarikan diri dari daerah Biauw!" "Bagus, kalau begitu kita bisa segera pulang, Ayah!" kata Han Pwee Eng. "Tapi aku sudah dapat kabar baru, katanya tentara Song akan menyerang ke daerah suku Biauw, sesudah kuselidiki ternyata jumlah mereka hanya sedikit!" kata Thio Thay Thian. "Pasukan Song itu dipimpin oleh seorang perwira rendah. Mungkin mereka cuma ingin mencari rejeki saja. Aku rasa tak akan jadi masalah. Biar aku dan Ciok Toa-ko tinggal di sini untuk membantu suku Biauw!" "Bagus, malam ini kita adakan dulu pesta perpisahan," kata Han Tay Hiong. "Paman Thio," kata Kok Siauw Hong. "Besok mungkin kita tak akan sempat mengucapkan terima kasih kepada ketua Bong, aku mohon kau tolong sampaikan terima kasih kami!" "Ada kabar gembira yang lain," kata Thio Thay Thian sambil tertawa. "Muridku sekarang sudah bertunangan dengan nona Bong!" "Itu kabar baik dan menyenangkan," kata Kok Siauw Hong, "semula memang sudah kudoakan agar mereka hidup bahagia. Aku senang mendengar kabar itu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di kalangan suku Biauw memang selalu begitu, jika ada muda-mudi yang merasa cocok, pertunangan bisa langsung

dilaksanakan!" kata Thio Thay Thian. Malam itu mereka mengadakan jamuan makan untuk perpisahan. Esok harinya pagi-pagi sekali Han Tay Hiong, Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong meninggalkan daerah Biauw. Tampak mereka bahagia sekali. Setelah melewati suka-duka yang panjang, akhirnya mereka bisa berkumpul lagi. Mereka masih memikirkan, apakah Khie Wie berhasil mengejar Seng Cap-si Kouw atau tidak? -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu Khie Wie sedang mengejar Seng Cap-si Kouw, pengejaran berlangsung lama juga sampai petang, baru Seng Cap-si Kouw tersusul. Ketika tersusul si iblis kesal dan dongkol bukan main. Dia memaki Khie Wie. "Kenapa kau ikuti terus aku, kau mau apa? Jika kau mau mencari keponakanku, sudah kukatakan aku tidak tahu!" bentak si nenek. "Kau pandai bicara, tapi hatimu busuk. Aku tahu kau sedang membuat rencana ingin mencelakakan aku, kau kira aku tidak tahu?" kata Khie Wie. "Aku juga tahu kau mahir memakai racun, dan memang sudah kucoba. Sekarang kau punya kepandaian apa lagi. Silakan kau keluarkan!" "Tadi karena aku terus kau desak, terpaksa kuserang kau!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau harus dengar kata-kataku, jika kau bunuh juga aku tak ada gunanya!" "Jika kubunuh dia, pasti keponakannya tak akan mau menikah dengan puteriku," pikir Khie Wie. "Aku tahu sebenarnya pemuda itu pun tidak baik dan harus kubunuh juga! Tapi sayang putriku menyukainya...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, apa yang kau ingin katakan?" kata Khie Wie. "Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio itu musuh-musuhku. Tapi karena kau mengusirku, maka kau terpaksa aku serang!" kata Seng Cap-si Kouw. "Aku tak mau tahu urusanmu dengan mereka. Tapi yang ingin kutahu di mana keponakanmu itu berada?" kata Khie Wie. "Kenapa kau begitu ingin menemui keponakanku?" "Dia berhutang padaku, maka dia harus kutemukan. Tapi kau jangan khawatir aku tidak berniat mencelakakannya. Malah mungkin kebaikan untunya!" kata Khie Wie. "Maksudmu, dia hutang budi apa padamu?" "Bisa dikatakan begitu!" kata Khie Wie. "Sesudah bertemu dengannya akan kujelaskan padamu. Sudah jangan banyak bicara lagi!"

"Terus terang dia pernah menemuiku. Tapi kami cekcok dan dia pergi meninggalkan aku," kata Seng Cap-si Kouw. "Ke mana?" "Aku tidak tahu. Tapi sebelum dia pergi dia bilang, seseorang tidak boleh membalas-dendam. Tetapi jika hutang budi kita harus balas budi. Jika dia hutang budi, aku kira sekalipun tidak kau cari dia, pasti dia akan kembali menemuimu!" kata Seng Cap-si Kouw. Sesudah mendengar kata-kata itu alis Khie Wie berkerut. "Kau bukan mau mengakaliku agar aku pergi, kan? Sekalipun dia sudah ke tempatku, tapi kau harus ikut aku! Sesudah aku bertemu dengannya, baru kau kulepaskan!" kata Khie Wie. Maksud Khie Wie, jika bibinya dijadikan sandera, pasti pemuda itu akan datang untuk menolongi bibinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main gusarnya Seng Cap-si Kouw karena belum pernah dia dihina orang lain. Apalagi sekarang dia diancam segala. Karena dia tahu ilmu silat Khie Wie lebih tinggi terpaksa dia merendah. Walau dongkol bukan main, apalagi dia dijadikan sandera sampai Seng Liong Sen ditemukan. "Kau jangan keterlaluan memaksaku!" kata Seng Cap-si Kouw dongkol bukan main. "Aku tidak mau tahu, yang aku tahu begini ya begini!" kata Khie Wie. "Aku minta kau jangan membantah perintahku!" "Selama ini aku tak pernah tunduk pada siapapun, sekalipun kau seorang raja. Aku tahu ilmu silatku lebih rendah darimu, tapi daripada tunduk aku lebih memilih bertarung sampai mati!" kata Seng Cap-si Kouw angkuh. "Aku tak akan membunuhmu tapi akan kupaksa kau tunduk kepadaku!" kata Khie Wie. "Lebih baik aku mati daripada tunduk kepadamu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Hm! Tapi jika kau mau membunuhku, jangan anggap semudah itu kau bisa melakukannya! Jika tak percaya boleh kau coba!" "Eh, apa kau masih punya ilmu silat simpanananmu, mari aku ingin tahu. Ayo kita coba!" kata Khie Wie. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw muntah darah. Melihat hal ini Khie Wie kaget padahal pertarungan belum mulai. Tapi kenapa si nenek malah sudah muntah darah. Tak lama dia lihat si Iblis Perempuan maju, langsung dia memutarkan tongkat bambunya menyerang Khie Wie. Melihat hal itu Khie Wie menggunakan tangan kosong coba menangkis serangan itu. Tangan Khie Wie bergerak cepat, tahu-tahu ujung tongkat lawan sudah terpegang olehnya. Saat tangan Khie Wie

menyentuh tongkat, seolah di ujung tongkat itu ada sesuatu yang mengalir hingga Khie Wie kaget. Dia mengendurkan cekalannya pada tongkat itu. Ternyata Seng Cap-si Kouw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung tongkatnya. Tak heran Khie Wie tak merasa kesakitan. "Eh, dia lihay juga," pikir Khie Wie. "Tiba-tiba tenaganya bertambah!" Sedikit pun Khie Wie tidak takut, malah dia tertawa. "Sudah duapuluh tahun aku tak pernah bertemu lawan, ayo kita adu kepandaian!" kata Khie Wie. Sengaja Khie Wie memasukkan tangannya ke dalam lengan bajunya yang longgar, lalu dengan ujung lengan baju itulah dia meladeni serangan tongkat Seng Cap-si Kouw dengan hebat. Lewat beberapa puluh jurus kembali tenaga Seng Cap-si Kouw mulai lemah. Tapi saat Khie Wie hendak melancarkan serangan mautnya, tiba-tiba dia lihat Seng Cap-si Kouw kembali muntah darah. Sesudah muntah darah, kembali kekuatan tongkat bambunya bertambah hebat lagi. Saat lengan baju lawan berhasil membelit tongkat bambunya, terdengar suara keras. "Bret!" Ujung lengan baju Khie Wie robek oleh tongkat lawan. Hampir saja dada Khie Wie terkena sambaran serangan itu. Buru-buru Khie Wie melompat mundur untuk menghindar. Khie Wie kaget, tapi dia ingat dari kaum aliran hitam dikenal ilmu tenaga dalam yang dinamakan Thian-mo-kai-teh-tayhoat. Ilmu itu digunakan dengan cara melukai diri sendiri, agar tenaganya berlipat ganda. "Eh, barangkali dia menggunakan ilmu itu?" pikir Khie Wie. Kelihatan si iblis mulai nekat, tak heran kalau Khie Wie jadi terdesak. "Aku sadar hidup pun bagiku tak ada gunanya, lebih baik aku mengadu jiwa denganmu!" kata Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan iblis itu yang berniat berbuat nekat membuat Khie Wie kaget juga. "Dia lebih memilih mati bersama dari pada menuruti perintahku?" pikir Khie Wie. "Ah, barangkali benar memang dia tidak tahu di mana anak muda itu berada? Aku memang

tak berniat membunuh dia, untuk apa aku bertarung dengannya?" Saat Khie Wie mengalah, Seng Cap-si Kouw yang dongkol karena merasa terhina, malah tak mau berhenti. Dia semakin bernapsu ingin bertarung dengan Khie Wie hingga dia mengeluh. Terpaksa si nenek dia hadapi dengan sungguhsungguh. Tanpa terasa sudah lewat lagi beberapa puluh jurus. Napas Khie Wie mulai tersengal-sengal, keringatnya pun mulai keluar. Si iblis pun tampak mulai kepayahan, karena setiap hantamannya selalu berhasil dihindarkan atau ditangkis oleh lawan. Tenaganya pun mulai berkurang dan semakin lemah saja. Tak lama si iblis mulai berpikir. "Jika ilmu itu kugunakan lagi, masih untung kalau mati bersama dengannya. Jika aku gagal malah aku jadi mati siasia!" pikir Seng Cap-si Kouw. Ketika mereka sudah sama-sama kelelahan, tiba-tiba terdengar suara desingan, itu pasti suara senjata rahasia. Ternyata itu suara dua buah batu kerikil menyerang ke arah Khie Wie. Khie Wie kaget dia tak mengira ternyata Seng Cap-si Kouw punya kawan yang bersembunyi dan menyerang dia secara diam-diam. Segera kedua batu itu dia tangkis. Melihat Khie Wie sibuk menangkis senjata rahasia yang menyambar entah ulah siapa, si iblis menggunakan kesempatan itu. Dengan tongkat bambunya menghantam lawan! Sebenarnya Khie Wie sudah menduga kesempatan itu akan digunakan lawan, dia coba mengelak, tapi serangan Seng Cap-si Kouw begitu cepat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga Khie Wie terkena serangan tongkat lawan. Tiba-tiba seorang pria melompat dari persembunyiannya. Sambil berdiri dia tertawa terbahak-bahak. "Hm, rupanya kau?" kata Khie Wie. Dia mengenali penyerang gelapnya itu. "Hm! Kau tak mengira bukan?" kata orang itu. "Memang aku! Saat ini sudah kutunggu selama duapuluh tahun, baru sekarang aku mendapatkannya!" Sesudah itu dengan kedua tangannya dia serang Khie Wie. Serangannya hebat sekali. "Ah, tidak kukira sudah lewat duapuluh tahun, tapi ternyata kau seperti dulu seorang pengecut!" kata Khie Wie. "Aku tak keberatan kau menuntut balas, tapi caranya jangan seperti orang pengecut!" Ketika itu Seng Cap-si Kouw heran, kok tiba-tiba dia mendapat bantuan orang itu? Padahal dia tidak kenal pada

orang itu. "Aku rasa kedua orang itu bermusuhan?" pikir Seng Cap-si Kouw akhirnya. "Aku tak peduli siapa dia! Jika dia membantuku, berarti belum saatnya aku binasa!" "Dulu kau rebut kekasihku," kata orang itu. "Apa waktu itu kau juga terang-terangan? Jika sekarang kau kubunuh, apa salahnya?" "Dasar pengecut kau, Uh-bun Tiong!" bentak Khie Wie. Dulu Uh-bun Tiong sama-sama mencintai nona Gak, maka itu Uh-bun Tiong ingin menjebak dan meracun Khie Wie, tapi nona Gak malah meminum racun, sehingga dia jadi korban perbuatannya. Sebenarnya sudah lama Uh-bun Tiong ada di situ dan menyaksikan pertarungan antara Khie Wie dengan Seng Capsi Kouw. Dia tak buru-buru keluar, karena kuatir Khie Wie

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih gagah. Sesudah melihat Khie Wie mulai lemah, saat itulah dia muncul dan menyerangnya dengan diam-diam. Saat Khie Wie menghindari serangan Uh-bun Tiong, tongkat Seng Cap-si Kouw berhasil mengenai dirinya. Dia merasa aneh serangan lawan tak sehebat tadi. Tapi tak lama dia menyadari, mungkin lawan takut menggunakan tenaga dalam aliran hitamnya, karena kuatir akan sia-sia. Uh-bun Tiong yang tak tahu apa-apa malah senang karena Seng Cap-si Kouw berhasil menghantam lawan. Maka itu dia maju akan membantu dan menghalangi Khie Wie lari. "Hm! Ajalmu telah tiba, apa kau mau bunuh diri?" ejek Uhbun Tiong. "Jangan sampai kau jatuh ke tanganku, mau mati pun rasanya sulit sekali!" "Bajingan licik dan pengecut!" bentak Khie Wie. "Sebelum aku mati kau akan kubunuh dulu!" Terlihat Khie Wie mulai nekat, melihat hal itu Uh-bun Tiong jerih juga. Dia tak berani keras melawan keras, karena dia tahu akibatnya mereka bisa binasa bersama-sama. Maka itu dia ubah serangannya, sekarang Uh-bun Tong menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna dan terlaih selama duapuluh tahun. Dengan cara terus mengitari lawan, hingga Khie Wie pun tak dapat memukul dengan tepat ke arahnya. Uh-bun Tiong sengaja berputar-putar menghindari pukulan lawan. Tapi sesekali dia menyerang. Ternyata Khie Wie tak bisa dianggap enteng, dia hadapi serangan lawan dengan gagah. Sikapnya pun tetap tenang. Dia tangkis dan hindari setiap pukulan Uh-bun Tiong yang berbahaya. Maka tak heran kalau pertarungan sementara ini masih seimbang. Tak terasa tigapuluh jurus telah berlalu.

Sekarang Khie Wie sudah tahu ilmu pukulan lawannya. Suatu saat mendadak Khie Wie menyerang dengan sebuah serangan tipuan untuk menggertak lawan, saat lawan menghindar Khie Wie melancarkan sebuah serangan kilat dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghantam dada lawan. Uh-bun Tiong buru-buru menangakis serangan itu hingga tangan mereka bentrok. "Duuk!" Tubuh Khie Wie mundur terdorong oleh tenaga pukulan lawan, malah Uh-bun Tiong juga mundur dua langkah. Saat itu Seng Cap-si Kouw menggunakan kesempatan saat Khie Wie lengah, tongkatnya menyabet kaki Khie Wie. Tapi dengan cekatan Khie Wie melompat menghindari sabetan tongkat bambu itu. Sekarang Uh-bun Tiong yang tadi terdorong dua langkah, sudah maju lagi sambil melancarkan serangannya. Khie Wie heran, kenapa Uh-bun Tiong berhasil bertahan dan tidak terluka oleh pukulannya? Tapi tak lama Khie Wie pun sadar. "Bangsat, ternyata kau berhasil mencuri tenaga dalamku!" kata Khie Wie. "Kau dapat dari siapa?" "Baik akan kukatakan terus-terang," kata Uh-bun Tiong. "Aku bisa ilmu ini dari calon menantumu, Seng Liong Sen! Aku tak mencuri, saat dia mengajariku aku tak enak untuk menolaknya! Hm! Kau jangan menghina aku mencuri darimu!" Bukan main dongkolnya Khie Wie. "Kau dapat dari dia? Ternyata dia tak tahu budi bahkan ingkar janji!" kata Khie Wie. "Baik, kau akan kubunuh, kemudian aku akan mencari dia untuk kubunuh juga!" Mendengar pertengkaran itu Seng Cap-si Kouw heran. "Bukankah Seng Liong Sen sudah menikah dengan Ci Giok Hian?" pikir si iblis. "Kenapa dia menjadi menantu Khie Wie?" "Jangan mimpi," kata Uh-bun Tiong. "Sejak semula Liong Sen tak suka menjadi menantumu! Kau yang memaksanya menikah dengan putrimu karena putrimu tak ada yang mau melamar, tak heran kalau dia lupa budi dan ingkar janji!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sengaja Uh-bun Tiong berkata begitu supaya didengar oleh Khie Wie dan Seng Cap-si Kouw. Memang ucapan Uh-bun Tiong itu telah membangkitkan kemarahan Khie Wie. "Bagus kau sudah berhasil mencuri ilmuku, tapi latihanmu belum sempurna!" kata Khie Wie sambil tertawa mengejek.

Suara tawa Khie Wie menyeramkan hingga bulu kuduk Uhbun Tiong berdiri karena ngeri. Baru saja lenyap suara tawa itu, tiba-tiba serangan Khie Wie datang beruntun ke arah Uhbun Tiong. Rupanya Seng Cap-si Kouw terpengaruh ucapan Uh-bun Tiong, maka itu tongkatnya langsung menyerang ke arah Khie Wie. "Orang she Khie, kau terlalu menghina keponakanku, sekalipun kau mertua keponakanku aku tak akan membantumu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Siapa yang mau dibantu olehmu?" kata Khie Wie. "Ayo maju, aku tak takut pada kalian berdua! Mari maju!" Sesudah itu Khie Wie melancarkan serangan maut secara berbareng ke Seng Cap-si Kouw dan ke arah Uh-bun Tiong. Melihat serangan yang hebat itu tak urung Seng Cap-si Kouw kewalahan juga. Di samping si iblis Uh-bun Tiong memberi semangat. "Tenang, hadapi dia. Dia tak akan tahan lama," bisik Uhbun Tiong. Sesudah bertarung beberapa puluh jurus dugaan Uh-bun Tiong benar, sekarang langkah Khie Wie mulai kurang gesit. Maka itu legalah hati si iblis dan Uh-bun Tiong. "Hm! Kau benar, tua bangka ini sudah hampir mampus!" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau benar," kata Uh-bun Tiong sambil tertawa terbahakbahak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kerongkongan Khie Wie mulai terasa seperti kering, bahkan matanya pun mulai berkunang-kunang. Tapi dia mencoba bertahan, sedang darah di dadanya akan menyembur keluar! Tiba-tiba dia bersiul nyaring. "Jangan tertawa, kau akan tahu bagaimana lihaynya aku!" kata Khie Wie. Saat itu pukulan Uh-bun Tiong mengenai dada Khie Wie, tapi kepala Uh-bun Tiong pun terpegang oleh Khie Wie. Tangan Uh-bun Tiong diputar oleh Khie Wie hingga terkilir. Tapi dengan gesit tongkat Seng Cap-si Kouw menyambar ke iga Khie Wie ke arah jalan darahnya. Dengan gesit Khie Wie menghindar, dan menangkis serangan itu. Tak ampun lagi tongkat Seng Cap-si Kouw terlontar jauh. Bukan main kagetnya si iblis, dia akan menghindar, tapi entah kenapa kakinya lemas. Karena Khie Wie harus meladeni Seng Cap-si Kouw, Uh-bun Tiong punya kesempatan untuk membebaskan diri dari lawan. Dia bergulingan untuk menjauhi lawan. Sial bagi Seng Cap-si Kouw, mukanya beberapa kali tertampar oleh Khie Wie. "Kau telah menamparku, sekarang sudah lunas, enyalah

kau dari sini!" kata Khie Wie. Adat Seng Cap-si Kouw sangat angkuh, belum pernah dia terhina begitu. Saking dongkol dia pingsan. Saat siuman dilihatnya Uh-bun Tiong sedang membawa dia, sedangkan Khie Wie sudah tak kelihatan lagi. "Mana Khie Wie?" kata Seng Cap-si Kouw. "Dia terluka parah dan sudah kabur!" jawab Uh-bun Tiong. "Kita pun kalah darinya, maka itu kita harus membalas dendam!" Kejadian sebenarnya bukan begitu, ketika Khie Wie sedang menghajar Seng Cap-si Kouw, Uh-bun Tiong bersembunyi di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semak-semak. Sesudah Khie Wie pergi, baru dia muncul untuk menolongi Seng Cap-si Kouw. Si Iblis Perempuan mencoba menarik napas dalam, dia merasakan sekujur badanya sakit bukan main. "Ah, rupanya aku sudah tak berguna," kata dia. "Mana bisa aku membantumu?" Setelah dua kali mengerahkan tenaga dalam aliran sesat, sekarang keadaan Seng Cap-si Kouw kelihatan payah sekali. Dia kira jika tidak mati, dia akan sakit parah. Sedang ilmu silatnya pun dia tak tahu apa masih bisa digunakan atau tidak? "Celaka, habis sudah kepandaianku!" kata Seng Cap-si Kouw. "Jangan putus asa," kata Uh-bun Tiong. "Ini obat jin-som yang berumur ribuan tahun, aku kira bisa memulihkan kekuatanmu!" Dia berhasil mencuri hadiah Gak Liang Cun saat berulang tahun. Sekarang dia berikan pada Seng Cap-si Kouw. "Kau siapa, kenapa kau baik padaku?" kata Seng Cap-si Kouw. "Namaku Uh-bun Tiong, aku sahabat keponakanmu. Sekarang Khie Wie musuh kita bersama! Terus terang jika sendiri aku tak akan mampu mengalahkan dia. Tetapi jika kita bergabung aku rasa kita bisa mengalahkannya!" kata Uh-bun Tiong. Rupanya dia ke daerah Biauw untuk mencari Seng Liong Sen. Apalagi dia tahu si iblis lihay, bahkan dia sudah merencanakan akan menjebak si iblis agar mau bergabung dengannya melawan Khie Wie. Kebetulan dia lihat Seng Cap-si Kouw sedang dikejar dan diganggu oleh Khie Wie. Dulu belum pernah iblis ini punya sahabat, dia hanya punya famili

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seorang, yaitu Seng Liong Sen. Tapi sekarang keponakan itu sudah meninggalkannya. Saat dia sedang berduka dan terdesak oleh Khie Wie, tiba-tiba Uh-bun Tiong muncul membantunya. "Dia baik padaku, tetapi dia juga ingin aku membantunya. Itu wajar saja, di dunia ini mana ada orang mmbantu tanpa pamrih?" pikir Seng Cap-si Kouw. "Aku lihat dia lebih baik dari keponakanku!" Maka itu tanpa pikir lagi dia menerima ajakan Uh-bun Tiong. "Baik, obat ini aku terima. Jika aku sudah sembuh dan ilmu silatku pulih, aku berjanji akan membantumu!" kata si iblis. "Jika kita ajak dia bertarung, belum tentu kita menang. Maka itu mengalahkannya harus dengan akal," kata Uh-bun Tiong. "Katakan, apa rencanamu?" kata si iblis. "Dia punya anak perempuan, mari kita dului dia ke rumahnya untuk menculik anaknya. Jika kita tak bisa mengalahkan dia dengan ilmu silat, paling tidak kita berhasil menaklukkan dia dengan cara lain!" kata Uh-bun Tiong. "Benar, jika dia terluka-parah, kita bisa mendahului ke rumahnya," kata Seng Cap-si Kouw. "Bagaimana mengerjai anaknya, serahkan saja padaku!" -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oKhie Wie seperti dugaan Uh-bun Tiong dia terluka, maka itu setelah meninggalkan Uh-bun Tiong dan si iblis, dia pergi ke hutan. Di sana dia kumpulkan tenaga dalamnya untuk memulihkan kekuatannya. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia istirahat. Tiba-tiba dia dengar ada langkah kaki dua orang sedang berjalan ke arahnya. Khie Wie kaget.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, kenapa tadi mereka tak kubinasakan saja? Jika sekarang mereka datang, akulah yang akan celaka!" pikir Khie Wie. Khie Wie segera bersembunyi. Langkah dua orang itu semakin dekat saja. "Eh, aku rasa ada orang yang bersembunyi!" kata salah seorang. "Ah, kau terlalu curiga. Dari mana kau tahu itu orang? Siapa tahu itu binatang liar?" kata kawannya.

"Tak peduli itu binatang atau bukan, tapi kita harus menyelidikinya," kata temannya. Mendengar suaranya seolah Khie Wie merasa mengenal orang-orang itu. Kemudian dia memperlihatkan diri dan mengawasi ke arah orang yang bicara itu. Ternyata dua orang itu seorang hwee-shio dan seorang to-su. "Itu dia!" kata si tosu. "Eh, kau Khie Toa-ko kan?" "Ah, Saudara Theng dan saudara Khu, rupanya kau sudah mengubah dirimu, sampai aku hampir tak mengenali kalian!" kata Khie Wie. Memang benar mereka itu It Beng To-jin dan Pek Hui Hwee-shio, dua puluh tahun berselang mereka sahabat Khie Wie, saat mereka belum menjadi hwee-shio dan paderi. "Jika kami ceritakan kisahnya terlalu panjang. Pendeknya kami sudah bosan menjadi kaum Rimba Hijau yang kerjanya hanya merampok!" kata It Beng. "Maka itu kami mengubah diri menjadi orang baik-baik!" Pek Hui Hwee-hsio memegang tangan sahabatnya sambil tertawa terbahak-bahak karena girangnya. Sesudah puas tertawa Pek Hui berkata pada Khie Wie. "Aku kira kau sudah mati! Jika aku tahu kau masih hidup, mana mau aku jadi Hwee-shio!" kata Pek Hui.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang kau hwee-shio gadungan yang tak tahu aturan agama, kenapa kau takmau jadi hwee-shio kalau kau tahu aku masih hidup?" kata Khie Wie. "Ini gara-gara Uh-bun Tiong, aku jadi hwee-shio karena menghindari dia!" kata Pek Hui. "Lalu kenapa kalian ada di daerah suku Biauw?" kata Khie Wie. "Aku juga ingin bertanya padamu dengan pertanyaan yang sama, kenapa kau juga ada di sini?" Sebelum dijawab dia mengawasi Khie Wie yang wajahnya pucat. "Eh, ternyata kau sedang terluka. Rupanya tadi kau sedeng semedi mengumpulkan tenaga untuk memulihkan kesehatanmu?" kata Pek Hui. "Benar, aku hampir binasa di tangan musuh," kata Khie Wie. "Tapi untung lukaku ini tidak parah, tapi karena telah bertarung hebat aku kehabisan tenaga!" It Beng sudah tahu bagaimana lihaynya Khie Wie. Mereka jadi kaget karena masih ada orang yang mampu mengalahkannya. "Siapa musuhmu itu? Apa benar demikian lihaynya?" kata It Beng agak keheranan.

"Mereka berdua Uh-bun Tiong dan Seng Cap-si Kouw!" jawab Khie Wie. "Seng Cap-si Kouw tak terlalu lihay, tapi dia mempunyai ilmu aneh, hingga kami terluka besama-sama!" kata Khie Wie. "Tapi aku rasa kedaaan mereka lebih parah dariku!" "Jadi kau bertemu dengan Uh-bun Tiong?" kata Pek Hui. "Mau apa dia ke daerah Biauw?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku kira dia bermaksud tidak baik," kata Khie Wie yang tak mau membuka rahasia pribadinya. "Kalian juga sebenarnya mau apa ke mari?" "Iblis Perempuan itu punya seorang keponakan, namanya Seng Liong Sen, apa kau tahu itu?" kata It Beng. "Mau apa kau tanyakan tentang dia padaku?" "Itu sebabnya, kami ke mari mau mencari dia!" kata Pek Hui. "Apa kalian bermusuhan dengannya?" kata Khie Wie. "Tidak, dia sahabat kami!" kata It Beng sambil tertawa. "Oh, jadi dia sahabat kalian? Aku tak mengira, apa kau tidak menganggapnya jahat?" kata Khie Wie. "Bibinya seorang penjahat, tapi dia seorang pendekar," kata It Beng. "Terus-terang kami mencari dia atas permintaan Ong Cong-ce-cu dari Thay-ouw." "Eh, apa benar dia muridmu?" kata Pek Hui hwee-sio. Rupanya hwee-shio itu sudah tak sabar dan ingin tahu, apa benar dia murid Khie Wie. "Kenapa kau mengira dia muridku?" kata Khie Wie. "Terus-terang kami pernah bertarung dengannya, karena salah paham. Aku lihat dia menggunakan jurusmu!" kata It Beng. "Tetapi dia tidak mau mengaku!" Mereka mengisahkan pengalamannya pada Khie Wie. "Aku tak mau tahu, apa dia pendekar atau bukan. Karena dia bergaul dengan Uh-bun Tiong, maka aku tak bisa mengatakan dia orang baik!" kata Khie Wie. "Kalau begitu kau salah duga, dia justru tertipu oleh Uhbun Tiong!" kata It Beng. "Sesudah kami berbincang baru kami tahu, dia sudah tahu siapa Uh-bun Tiong itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khie Wie akhirnya bersyukur, sekarang dia tahu masalah anak muda itu. Dengan demkian dia tak akan terjebak oleh akal busuk Uh-bun Tiong.

"Dari mana kalian tahu dia datang ke mari?" tanya Khie Wie. "Sudah lama kami tahu dia ada di daerah suku Biauw, malah kami baru saja bertemu dengannya, tapi sekarang dia sudah meninggalkan daerah Biauw!" kata Pek Hui. "Kalau kalian sudah bertemu dengannya, kenapa tidak kalian ajak dia kembali ke Thay-ouw, malah kalian masih berada di sini?" tanya Khie Wie heran. "Masih ada dua sebab," kata It Beng To-jin. "Pertama dia tidak mau kembali ke Thay-ouw bersama kami, kedua, kami tahu Uh-bun Tiong ada di sini! Aku yakin Seng Liong Sen sedang diincar oleh Uh-bun Tiong! Mungkin dia sendiri tidak mengetahuinya?" "Dari mana kalian tahu demikian rinci?" kata Khie Wie. "Jika diceritakan panjang sekali," kata Pek Hui. "Pada suatu hari, di sebuah kota kecil terjadi pembunuhan. Korbannya dua orang dan mereka tertotok berat. Ternyata kedua orang itu anak buah Kiauw Sek Kiang. Coba kau terka terbunuh oleh siapa mereka itu?" "Apa Seng Liong Sen pembunuhnya?" kata Khie Wie. "Benar, tapi ketika itu Uh-bun Tiong masih bersama dengan Seng Liong Sen." kata Pek Hui. "Kota kecil yang kau maksud Ceng-liong-tin, bukan?" "Oh, jadi kau juga sudah tahu kejadian itu?" "Tidak! Aku diberitahu sekadarnya saja. Seorang kenalanku memberitahuku tentang wajah pemuda yang dilihatnya. Tapi dia tidak kenal pada Uh-bun Tiong," kata Khie Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Seng Liong Sen sudah lewat enam bulan belum juga kembali, terpaksa Kie Wie turun gunung mencari sendiri. Dia seorang jago berpengalaman, sudah tentu banyak kawankawannya. Dari berbagai keterangan yang diperolehnya, Khie Wie tahu asal-usul Seng Liong Sen. Setelah tahu dia gusar bukan main. Segera dia ikuti jejak pemuda itu. Khie Wie tahu bibi Seng Liong Sen ada di daerah Biauw, maka itu dia kira pasti pemuda itu akan mencari bibinya, dia mengejar ke daerah Biauw. "Di antara orang yang tahu siapa pemuda itu, ada seorang dari Thay-ouw! Maka itu kami mendapat keterangan dari mereka!" kata It Beng. "Rupanya kau sudah tahu semua," kata Pek Hui. "Tapi mungkin selanjutnya kau belum tahu. Sesudah membunuh kedua anak buah Kiauw Sek Kiang, dia ke daerah Biauw akan mencari bibinya. Tapi dihalangi oleh Uh-bun Tiong karena dia diajak ke Sun-keng-san. Tapi Seng Liong Sen menolak hingga

terjadi pertarungan di antara mereka!" "Bagaimana akhir pertarngan mereka?" kata Khie Wie. Dia yakin ilmu silat Uh-bun Tiong lebih tinggi dari Seng Liong Sen, dan pemuda itu dikalahkan. "Ternyata keduanya terluka parah, sedang luka Uh-bun Tong rupanya lebih parah! Pemuda itu meninggalkannya akan mencari bibinya! Sedang Uh-bun Tiong harus beristirahat lama. Baru keesokan harinya dia bisa meninggalkan tempat itu." kata It Beng. Khie Wie heran hanya setengah tahun dia belajar ilmu silat darinya, ternyata pemuda itu mampu menghadapi Uh-bun Tiong. Malah dia bisa melukai lawan, sungguh itu sangat mengherankan. "Tetapi aku yakin dia tidak tahu kalau dia masih diikuti oleh Uh-bun Tiong!" kata It Beng. "Saat bertemu kami, hal itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah kuberi tahu dia. Dia gelisah dan bergegas meninggalkan kami entah kenapa?" "Kenapa dia tak mau pulang ke Thay-ouw, apa alasan dia?" kata Khie Wie. "Dia pernah bilang dia hutang-budi pada seseorang, sebelum membalas budi orang itu, dia tak akan muncul di kalangan kang-ouw!" kata It Beng. "Barangkali kau lebih tahu alasannya!" "Sedang kalian sendiri tidak tahu, bagaimana aku bisa tahu?" kata Khie Wie. Tapi Khie Wie yakin yang dikatakan Liong Sen berhutang budi pada seseorang, pasti dia! Sekarang dia merasa heran ternyata pemuda itu tahu budi dan punya perasaan. "Ketika kami tanya dia mau ke mana? Dia menjawab pasti Uh-bun Tiong menuju ke suatu tempat, maka itu dia akan menyusulnya!" kata Pek Hui. Khie Wie kaget, lalu berkata pada kedua kawannya. "Kalau begitu aku harus pamit dari kalian!" kata Khie Wie. "Kau mau mencari dia, kan?" kata It Beng. "Ya!" "Terus-terang, dia memang muridku. Pasti dia ke rumahku!" kata Khie Wie. "Selama ini kau tinggal di mana?" tanya Pek Hui. "Sudah, kalian anggap saja aku sudah mati. Jika sakit hatiku sudah beres mungkin aku akan mencari kalian!" It Beng tahu watak Khie Wie aneh, dia tidak berani bertanya lagi pada orang she Khie itu. "Apa kau sudah merasa sehat?" kata It Beng. "Jika mau kau beristirahat dulu, biar kami menjagamu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, tapi aku tak bisa berlama-lama di sini!" kata Khie Wie. "Lukaku tidak parah, akan kuobati di perjalanan!" Dia melanjutkan perjalanan dengan kepala agak pening, dan jantung berdebar karena tahu Seng Liong Sen telah menikah dengan Ci Giok Hian. Tapi dia berani berbohong padanya dan menipu anak perempuannya. "Masalah ini tak bisa kuampuni!" pikir Khie Wie. "Aku harus segera pulang, siapa tahu Uh-bun Tiong menyatroni rumahku?" Tak lama Khie Wie berpikir lagi. "Walau bagaimana dia tahu diri dan tahu membalas budi, bagaimana aku bisa menghukum dia?" pikir Khie Wie. "Aku yakin di Yang-ciu dia menemui istrinya, tapi tak mau mengakui bahwa dia suaminya. Mengapa begitu? Memang masalah di dunia banyak yang aneh! Mungkin sesudah bertemu dengannya, aku bisa tahu masalah itu!" -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat itu Seng Liong Sen dalam perjalanan ke Sun-keng-san, disusul oleh Uh-bun Tiong dan bibinya. Tentang keikut sertaan Seng Cap-si Kouw memang tidak diketahui oleh Seng Liong Sen. Sesudah itu baru dia akan menyusul Khie Wie! Sudah sepuluh hari dalam perjalanan tidak terjadi sesuatu. Tapi ketika Seng Liong Sen sampai di pegunungan yang dituju, hati Seng Liong Sen mulai bimbang bukan main.. "Begitu tulus dan suci cintanya padaku, aku tidak pantas menipu dia lagi," pikir Seng Liong Sen. "Oh, betapa manis dan cantiknya dia!" pikir Liong Sen. "Jika aku mengatakan dengan jujur padanya, pasti dia akan berduka, mana aku tega melukai hatinya?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat melamun tiba-tiba muncul wajah ayahnya yang gusar karena dia telah menipu putrinya. Seng Liong Sen jadi ngeri sekali. Dia ingat dulu ketika diancam, jika dia melanggar perintah, apa lagi mempermainkan putrinya dia akan dibunuh. "Ah, lebih baik aku tidak berterus-terang!" pikir pemuda ini. "Aku yakin ayahnya akan menanyakan, kenapa aku terlambat pulang? Apa aku harus berterus-terang bahwa Uh-bun Tiong akan datang mengacau di rumahnya? Aku yakin dia percaya!" Tapi hati pemuda ini tetap gelisah. Dia membayangkan wajah Ci Giok Hian yang cantik. Begitu kesalnya jika dia ingat

hubungan dia dengan Ci Giok Hian hanya "suami pura-pura saja". "Tapi hal itu hanya kami berdua saja yang mengetahuinya!" pikir Seng Liong Sen. Pergolakan batin pemuda ini demikian hebat, tapi akhirnya dia memutuskan. "Aku sudah berbuat salah, maka itu kesalahan itu tak boleh kuulangi lagi!" pikir Seng Liong Sen. "Karena kebohongan itu lambat-laun akan terbongkar juga! Aku tak boleh menipu lagi kedua nona itu! Seorang ksatria berani berbuat harus berani bertanggungjawab! Akan kuceritakan bahwa aku bertemu dengan Uh-bun Tiong, kemudian kuceritakan pula asal-usulku. Sesudah itu terserah Khie Wie mau diapakan aku?" Setelah mengambil keputusan, dada pemuda itu terasa lega. Di antara tiupan angin pegunungan yang sepoi-sepoi, terdengar suara nyanyian anak perempuan. Nyanyian yang sering dinyanyikan oleh Khie Kie saat dia bersamanya. Seng Liong Sen berada tak jauh dari Khie Kie, dia bersembunyi di balik batu, mennggu saat akan muncul untuk mengejutkan kekasihnya itu.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di tempat Khie Wie.... "Sekarang pertengahan bulan sepuluh, sudah lewat sebulan waktu yang ditentukan ayah padanya! Tetapi mengapa dia belum pulang juga? Pasti Liong Toa-ko tidak membohongiku? Mungkin terjadi halangan di tengah jalan hingga terlambat?" gumam Khie Kie Di luar dugaan nona itu, justru Seng Ling Sen berada di dekatnya. Dia ada di balik bukit tak jauh dari si nona. Tepatnya Seng Liong Sen ada di belakangnya. "Dia begitu mencintaiku, bagaimana aku tega membohonginya?" pikir Seng Liong Sen. Saat itu dia yakin hanya nona Khie-lah di dunia ini yang mencintainya. Semula dia akan muncul secara tiba-tiba di depan nona itu untuk mengejutkannya, dia yakin nona itu akan kegirangan. Langkah Seng Lion Sen tiba-tiba terhenti! Ketika dia mendengar ada orang sedang bicara. "Kau dengar anak dara itu sedang merindukan kekasihnya, rasanya kita datang tepat pada waktunya!" kata seseorang. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen ketika itu. Dia mengenali suara itu suara Uh-bun Tiong. Cepat dia

bersembunyi agar tak dilihat oleh Uh-bun Tiong. Entah sedang bicara dengan siapa Uh-bun Tiong ketika itu?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari jauh terlihat Uh-bun Tiong sedang mendatangi, dia berjalan bersama seorang nenek. Bukan main kagetnya Seng Liong Sen saat mengenali nenek itu. "Ah, itu Bibi! Kenapa dia datang bersama Uh-bun Tiong?" pikir Seng Liong Sen. "Aku lihat mereka akrab sekali?" Di lereng gunung itu tidak ada jalan untuk manusia, seperti Seng Liong Sen, mereka pun mendaki ke atas gunung dengan menyusuri semak-semak. Arah yang mereka tempuh juga sama, hanya jaraknya dengan pemuda itu puluhan langkah. Segera pemuda itu bersembunyi ketika mendengar suara Uhbun Tiong.

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 75 Seng Liong Sen Berusaha Menolongi

Kekasihnya; Uh-bun Tiong Menipu Khie Kie Untuk Menjebak Khie Wie

Seng Liong Sen sudah tahu Uh-bun Tiong ingin menbalas dendam pada Khie Wie, karena merasa kalah bersaing tidak bisa menikahi puteri Nyonya Gak Liang Cun. Tetapi Seng Liong Sen tidak tahu bahwa Khie Wie pun bermusuhan dengan bibinya, Seng Cap-si Kouw. Jadi dia tak tahu mengapa sang bibi datang akan mencari Khie Wie. Maka itu pemuda ini jadi bingung dia tak tahu apa yang harus dia lakukan nanti. Maka itu dia mencoba mencari tahu dulu, apa yang akan dikatakan bibinya. "Aku belum tahu keadaan di rumahnya, kau yang bicara dengannya, biar aku mengawasi dari sini!" kata Seng Cap-si Kouw pada Uh-bun Tiong. "Baiklah, aku kira Khie Wie pun tak akan sesegera mungkin pulang." kata Uh-bun Tiong. "Kau perhatikan, jika dia sudah mengajakku mausuk ke rumahnya, itu berarti dia telah tertipu oleh kata-kataku! Kau tunggu sejenak, lalu kau masuk menyusul kami dan jangan kuatir!" Dari persembunyiannya Seng Liong Sen mendengar pembicaraan itu dengan jelas. Dia sedih dan kesal mendengar tipu-muslihat mereka itu. Dia menyesal bibinya tak mau mendengarkan nasihatnya untuk pulang kampung. Sekarang dia malah bertambah jahat! Seng Liong Sen kesal karena kedua orang itu berniat jahat pada Khie Kie gadis yang polos tak berdosa itu. Saat itu nona Khie Kie sudah selesai merangkai bunga, dia berniat pulang. Saat berjalan dia kaget mendengar ada langkah orang di belakang dia. Lalu dia menoleh, dia lihat seorang pria yang tak dikenalnya mengikutinya dari belakang. Tak lama mereka berdekatan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, kau siapa?" tegur nona Khie kaget. "Aku sahabat Seng Liong Sen," jawab Uh-bun Tiong. "Siapa Seng Liong Sen?" kata si nona. "Ah, rupanya kau belum tahu nama asli pemuda itu, Seng Liong Sen adalah Liong Sin, Toa-komu itu!" kata Uh-bun Tiong. Keterangan Uh-bun Tiong telah menggirangkan hati nona Khie. Sekarang kabar tentang "kekasihnya" ternyata sampai juga kepadanya. Dia kelihatan ragu dan curiga, kenapa kekasihnya memakai nama Seng Liong Sen? Tapi dia tak sempat menanyakan hal itu kepada Uh-bun Tiong.

"Jadi kau sahabat Liong Sin Toa-ko?!" kata si nona. "Bagaimana keadaannya? Apa kau disuruh menemuiku?" Uh-bun Tiong manggut. Dia senang gadis ini ternyata mudah diakalinya. "Aku yakin kau Nona Khie, apa kau masih kenal benda ini," kata Uh-bun Tiong sambil mengangsurkan sobekan kain pada si nona. "Ya, aku Khie Kie dan aku tahu itu bagian dari baju Liong Sin Toa-ko!" kata si nona. Saat mau pergi memang nona ini membuatkan pakaian untuk Seng Liong Sen. Sedang ditunjukkan Uh-bun Tiong ialah sobekan kain pakaian Seng Liong Sen yang diperolehnya saat mereka bertarung sehingga dia berhasil mengambil dan menyimpannya. Khie Kie girang sekali. "Dari mana kau peroleh sobekan kain baju itu?" tanya nona Khie. "Ini pemberian dia padaku, sekarang kau percaya tidak aku sahabatnya?" kata Uh-bun Tiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku percaya, kenapa kain itu kau berikan padaku? Bekas darah ini darah siapa?" tanya Khie Kie. "Baik, akan kujelaskan. Aku ini selain sahabat Liong Sin Toakomu. aku juga sahabat ayahmu, Nona!" kata Uh-bun Tiong. "Oh, benarkah begitu?" kata si nona. "Sekarang Ayahku tak ada di rumah, dia mencari Liong Sin Toa-ko! Apa kau tak bertemu dengan Ayahku?" "Aku memang bertemu dengan ayahmu, nanti akan aku jelaskan padamu masalahnya. Aku kenal dengan ayahmu, ketika dia menikah dengan ibumu pun aku hadir di pernikahannya. Benarkah ibumu itu she Gak dan orang Yangciu?" kata Uh-bun Tiong. "Tapi sayang ibumu meninggal setelah melahirkan kau!" Keterangan Uh-bun Tiong semakin membuat Khie Kie percaya. Asal-usulnya memang dia tak tahu, tapi ibunya she Gak jelas dia tahu. Maka itu dia percaya pada Uh-bun Tiong yang mengaku she Bun itu. Dia memang tertarik dan ingin tahu kisah ibunya, maka itu saat ayahnya tak ada di rumah dia ingin menanyakannya lebih jelas dari Paman Bun ini. Tapi sebenarnya nona Khie lebih ingin tahu tentang Liong Sin. "Jika Ayah juga sudah bertemu Toako Liong Sen, kenapa mereka tidak pulang bersamamu?" kata nona Khie. "Sayang...." Uh-bun Tiong mengelah napas. "Rupanya mereka tak akan pulang bersama-sama lagi!" "Kenapa?" tanya Khie Kie kaget.

"Dengar baik-baik," kata Uh-bun Tiong. "Apa kau lupa ayahmu menyuruh Liong Sin ke Yang-ciu? Dan dia diberi waktu agar dalam setengah tahun sudah kembali lagi." "Ya, sekarang sudah lebih dari setengah tahun," jawab si nona. "Tapi dia belum juga pulang, maka itu Ayahku menyusulnya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku orang Yang-ciu, ketika ayahmu menyuruh Toa-komu ke Yang-ciu, ayahmu menyuruh aku mengawasi dia diamdiam! Tahukah kau, apa yang dia lakukan di sana?" kata Uhbun Tiong. "Aku tak mau tahu apa yang dia lakukan, katakan bagaimana keadaan dia?" kata nona Khie. "Apa dia bertemu Ayahku lalu terjadi sesuatu atas dirinya?" "Sabar, akan kuceritakan," kata Uh-bun Tiong. "Aku baru mengenalnya belum lama, sesudah menjalankan tugas dari ayahmu dia pergi! Aku ikuti dia, dan kutegur agar dia segera kembali ke mari. Tapi dia menolak!" kata Uh-bun Tiong. "Kenapa dia tak mau pulang?" "Semula aku juga tak tahu kenapa dia tak mau pulang. Sesudah dia bertemu denganm ayahmu dan ditegur, baru aku tahu masalahnya," kata Uh-bun Tiong. "Apa yang terjadi? Masalah apa?" kata si nona. "Ternyata Toa-komu itu orang ternama di kalangan Kangouw!" kata Uh-bun Tiong. "Dia bernama Seng Liong Sen dan murid Bun Tay Hiap! Hal ini baru diketahui oleh ayahmu! Dia pun belum sembuh dari lukanya!" "Dia menggunakan nama palsu dan membohongi kami, itu masalah kecil," kata si nona. "Malah aku pikir seharusnya Ayahmu itu bangga, dia punya menantu seorang yang terkenal! Dia takut kau salah sangka dibohonginya, maka itu dia menyuruhku menemuimu sebelum ayahmu pulang!" kata Uh-bun Tiong. "Tidak, aku tak benci kepadanya!" kata si nona. "Tapi dia takut, maka aku datang menemuimu dengan bukti sobekan kain itu, dan menyampaikan kabar tentang dia!" kata Uh-bun Tiong. "Apa tak ada pesan lainnya?" tanya si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak! Dia hanya bilang dia tak akan ingkar dan tetap mencintaimu seumur hidupnya!" kata Uh-bun Tiong.

"Kenapa pesannya demikian singkat?" kata si nona. "Dia akan bicara langsung denganmu suatu ketika," kata Uh-bun Tiong dengan pandainya. Khie Kie bingung. Dia sadar mungkin ada sesuatu yang tak bisa dikatakan pada orang lain. Maka itu dia ingin bertemu sendiri dengannya. "Kalau begitu sampaikan pada dia, aku percaya penuh dia tidak akan ingkar janji! Biar dia segera pulang!" kata nona Khie. "Tak mungkin dia berani datang!" "Kenapa?" "Dia masih mengkhawatirkan sesuatu...." kata Uh-bun Tiong. "Khawatir mengenai apa?" tanya nona Khie. "Ayahmu akan menolak kedatangannya," kata Uh-bun Tiong. "Jika Ayahku menolak lebih baik aku bunuh diri saja!" kata si nona. "Jangan, cara itu tidak baik! Malah aku khawatir jika dia datang ayahmu justru membunuhnya!" kata Uh-bun Tiong. "Lalu apa yang harus kulakukan?" "Bagaimana jika kita undang Bibi dia untuk diajak berunding menghadapi ayahmu?" kata Uh-bun Tiong. "Kau mau?" "Boleh! Tapi apa dia mau ke mari?" kata si nona. "Penyakit Liong Sin sudah membaik, dia bisa dirawat oleh pelayan, bibinya pasti mau datang ke mari!" kata Uh-bun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiong. "Semula kami akan langsung menemuimu, tapi bibinya khawatir kau tak mau menerima dia. Baik akan kususul dia ke mari!" "Apa dia sudah punya rencana menghadapi Ayahku?" kata si nona. "Dia bilang dia punya cara yang baik, dan akan dirundingkan denganmu. Aku yakin dia tidak akan menggunakan kekerasan!" kata Uh-bun Tiong. "Ah, hari hampir gelap!" "Oh, aku lupa kau datang dari tempat yang jauh. Kenapa aku tak mengundangmu singgah ke rumah kami. Kau juga pasti lapar akan kubuatkan makanan untukmu, Paman Un!" kata si nona. "Jangan merepotkan, memang lebih baik kita tunggu bibi Liong Sin di rumahmu saja," kata Uh-bun Tiong. "Barangkali nanti malam pun dia sudah tiba!" Di persembunyiannya Seng Liong Sen tampak geram. Dia

diam saja karena kuatir jika dia bersuara, Uh-bun Tiong akan mencelakakan nona Khie. Dia heran kenapa bibinya bisa dibujuk oleh Uh-bun Tiong. "Lebih baik kutemui Bibiku, aku harus menyadarakannya. Sesudah itu baru kuhajar si jahanam Uh-bun Tiong!" pikir Seng Liong Sen. Sesudah Uh-bun Tiong dan Khie Kie pergi, Seng Liong Sen melompat keluar. Ini mengagetkan Seng Cap-si Kouw yang sedang mengintai dari jarak jauh. Sesudah berada dekat bibinya Seng Liong Sen langsung bicara. "Bibi, kenapa kau bergaul dengannya. Kau tahu dia orang macam apa?" kata Seng Liong Sen. "Bukankah dia sahabatmu, Liong Sen?" kata sang bibi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa! Aku hampir mati di tangannya!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa begitu, pasti ada sebabnya," kata Seng Cap-si Kouw. "Dia musuh Khie Wie! Aku pernah diselamatkan oleh Khie Wie. Sebaliknya dia memaksaku untuk bergabung membunuh penolongku itu!" kata Seng Liong Sen. "Maka itu aku tolak ajakannya!" "Sebabnya pasti bukan itu saja, kau dan putri Khie Wie...." "Ya. Ayah dan anak itu sangat baik padaku, maka itu aku mohon Bibi jangan menyusahkan nona Khie!" "Oh, pantas Khie Wie begitu bersemangat ingin mencarimu, jadi itu masalahnya..." kata Seng Cap-si Kouw. "Ternyata kau punya janji dengan nona itu?" Dengan berat hati terpaksa Seng Liong Sen mengakuinya. "Oh, kau melupakan yang lama dan memilih dia?" kata Seng Cap-si Kouw. "Lalu akan kau apakan istrimu, setelah kau memilih dia?" Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen gelagapan dan bingung. "Bibi jangan salah duga, aku berhutang budi pada mereka. Aku juga tak bermaksud melupakan Ci Giok Hian, tapi ketahui oleh Bibi. Uh-bun Tiong itu musuhku, pantas kalau Bibi ada di pihakku!" kata Seng Liong Sen. "Aku harap Bibi jangan mencelakakan nona yang tidak berdosa itu!" Seng Cap-si Kouw gusar bukan main. "Kaulah orang yang tidak berbudi dan tak bisa membedakan yang jahat dan yang baik!" kata si Iblis Perempuan. "Kenapa Bibi bilang begitu?" kata sang keponakan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau bilang Uh-bun Tiong jahat! Sebenarnya dia hanya ingin mencegahmu menikah dengan nona itu! Terus-terang aku benci pada Ci Giok Hian, tapi aku lebih benci lagi kepada Nona Khie!" kata Seng Cap-si Kouw sengit sekali. "Maka itu aku larang kau menikah dengannya!" "Siapa yang bilang aku akan menikah dengannya? Semua ini aku lakukan karena aku berhutang nyawa kepada mereka!" kata Seng Liong Sen. "Uh-bun Tiong baik kepadamu, sedang Khie Wie ingin menikahkan putrinya denganmu karena dia punya rencana tertentu!" kata si Iblis Perempuan lagi "Bi, aku mohon kau jangan membantu Uh-bun Tiong, mereka itu bukan musuh kita. Demi aku tolong Bibi pikirkan masalah ini. Nanti akan kujelaskan masalahnya padamu!" kata Seng Liong Sen memohon tapi hatinya juga dongkol karena sang bibi bersikeras ingin membantu Uh-bun Tiong. "Memang dia tak bemusahan denganku," kata Seng Cap-si Kouw semakin dongkol. "Tapi ayahnya memusuhiku!" "Tak mungkin! Aku belum pernah mendengar soal itu!" kata Seng Liong Sen. "Baik akan kuceritakan," kata Seng Cap-si Kouw. Kemudian Seng Cap-si Kouw mengisahkan pertemuannya dengan Khie Wie. Bahkan pertarungannya ketika itu. "Sekarang jelas bagimu, bukan?" kata Seng Cap-si Kouw. "Khie Wie pernah menolongimu, sedang Uh-bun Tiong menyelamatkan jiwaku. Karena itu aku mau membalas budi, apa aku tidak boleh membalas budi Uh-bun Tiong?" "Bibi kalau kau bermusuhan dengan ayahnya, tetapi anaknya tak berdosa pada Bibi. Apa Bibi tak bisa mengampuni anaknya demi aku?" kata Seng Liong Sen. "Tidak!" kata Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik," kata Seng Liong Sen dengan dongkol. "Jika Bibi tak mau membantuku, baiklah. Aku mohon Bibi juga jangan membantu Uh-bun Tiong jika aku sedang menghadapinya!" Di luar dugaan Seng Liong Sen ditotok oleh bibinya. Dia terguling matanya mendelik mengawasi sang bibi dengan perasaan dongkol bukan main. "Kau bandel, karena itu kau tahu rasa" kata sang bibi. Ketika itu Seng Cap-si Kouw akan menyembunyikan

keponakannya di semak-semak. Tapi tiba-tiba angin bertiup ke arahnya. "Siapa itu?" bentak Seng Cap-si Kouw. Si Iblis kaget dia kira Khie Wie yang datang. Saat dia sapu dengan tongkatnya, orang itu berhasil berkelit dan tertawa. "Oh, ganasnya! Apa kau sudah lupa kepadaku?" kata orang itu. Buru-buru si Iblis Perempuan menoleh, ternyata orang itu Jen Thian Ngo. "Oh, ternyata kau!" kata si Iblis Perempuan. "Kenapa kau ikuti aku secara diam-diam?" "Kau jangan salah paham, Seng Toa-ci!" kata Jen Thian Ngo sambil tertawa. "Aku tetangga Khie Wie, rumahku ada di sana. Apa kau tak tahu?" "Aku pernah mendengar begitu, aku akan bertarung dengan Khie Wie, apa kau akan membantu tetanggamu itu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau salah duga, aku dengan dia tampaknya saja akur, sebenarnya aku tak cocok dengannya. Jika kau ingin bertarung dengannya, malah kebetulan bagiku." kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu silakan kau pulang saja! Jangan ikut campur!" kata si Iblis Perempuan. Jen Thian Ngo menunjuk ke arah Seng Liong Sen yang sedang terbaring. "Apakah dia keponakanmu?" kata Jen Thian Ngo. "Benar, kau mau apa? Kau jangan ikut campur!" kata si iblis. "Aku tak berani ikut campur, tapi maksudku cuma ingin meminta ampun baginya," kata Jen THian Ngo sambil tertawa. "Jadi kau juga kenal dengan dia?" "Benar, dia pernah tinggal di rumahku," jawab Jen Thian Ngo. "Apa maumu, akan kau apakan dia?" "Aku harap dia jangan kau hukum, serahkan saja pengawasannya padaku," kata Jen Thian Ngo. Ketika itu si iblis sedang bingung akan dikemanakan tubuh keponakannya itu, kebetulan Jen Thian Ngo memintanya. Tapi dia juga tahu siapa Jen Thian Ngo ini. Maka itu dia pun curiga apa maksud Jen Thian Ngo atas diri keponakannya itu. "Jadi dia akan kau bawa ke rumahmu?" kata si iblis. "Benar, kau datang dari tempat jauh, maka aku ingin mengundang kalian untuk bermalam di rumahku," kata Jen Thian Ngo. "Karena kau sedang sibuk tak ada salahnya aku

ajak dulu keponakanmu ini ke rumahku! Aku tahu kau kurang leluasa mengajak dia ke rumah Khie Wie." Ucapan itu membuat si iblis tambah curiga. "Katakan apa maumu? Mau kau apakan keponakanku?" kata Seng Cap-si Kouw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan khawatir, aku tidak bermaksud jahat pada kalian," kata Jen Thian Ngo. "Aku memang punya masalah dan akan meminta petunjuk dari keponakanmu!" "Masalah apa?" "Tentang anak perempuanku," jawab Jen Thian Ngo. "Saat dia datang ke rumahku, dia datang bersama istrinya dan Kiong Mi Yun. Mereka membawa putriku dan sampai sekarang dia belum kuketahui ada di mana?" "Kenapa begitu?" kata Seng Cap-si Kouw keheranan. "Aku tahu Ci Giok Hian isteri keponakanmu, maka itu pasti dia tahu di mana puteriku berada!" kata Jen Thian Ngo. "Aku rasa keponakanku sudah putus hubungan dengan Ci Giok Hian, ceritakan bagaimana hal itu bisa terjadi?" kata si iblis. "Sekarang memang mereka sudah tak jadi suami istri lagi, tapi dulu mereka datang bersama-sama ke rumahku. Sesudah itu aku dengar keponakanmu menyukai putri Khie Wie dan tinggal bersama mereka. Tetapi mengnai kaburnya putriku dia ikut terlibat! Jika sekarang aku minta tangggung jawabnya, aku kira kau juga setuju, bukan?" kata Jen Thian Ngo. Ketika itu Seng Cap-si Kouw berpikir. "Jika anak Kiong Cauw Bun terlibat dalam perkara itu, dan Jen Thian Ngo bermusuhan dengan Kiong Cauw Bun, ada baiknya jika Jen Thian Ngo ada di pihaknya. Maka mereka akan mampu menghadapi Kiong Cauw Bun." "Kalau begitu, silakan kau bawa keponakanku!" kata si iblis. "Aku harap kau tidak menyiksa dia!" "Jangan kuatir, aku tidak akan mengganggu dia atau melukainya!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah Jen Thian Ngo membawa keponakannya, maka legalah hati si iblis. Dia lalu berjalan menuju ke rumah Khie Wie. Saat itu Khie Kie sedang menyiapkan makanan untuk Uhbun Tiong. Tak lama dia mendengar suara langkah kaki di

depan pintu rumahnya. Buru-buru nona Khie membukakan pintu. Di depannya tampak Seng Cap-si Kouw berdiri mengawasinya. "Eh, ini pasti Nona Khie, alangkah cantiknya! Pantas keponakanku tertarik padamu!" kata Seng Cap-si Kouw purapura ramah. Wajah nona Khie berubah merah. "Bagaimana keadaan Liong Sin?" kata si nona. "Dia baik-baik saja. Semula dia mau ikut aku, tapi aku mencegahnya agar dia bisa beristrihatat dulu!" kata Seng Capsi Kouw. "Mungkin tak lama lagi dia akan menyusul ke mari!" "Oh, sungguh senang aku jika bisa bertemu dengannya," kata si nona. "Tapi aku masih khawatir kalau dia bertemu dengan ayahmu. Maka itu aku sudah punya rencana yang baik untuk mempertemukan kau dengannya," kata Seng Cap-si Kouw. "Silakan Bibi katakan, aku harus bagaimana?" kata nona itu. "Aku tahu ayahmu sangat gusar," kata si iblis. "Pasti keponakanku tak akan diampuninya, kedatanganku pun sungguh tak enak jika diketahui oleh ayahmu. Maka itu kami akan bersembunyi, dan ingat jangan sampai ayahmu tahu kami ada di sini! Aku sudah punya rencana lain, percayalah pada Bibi!" "Aku percaya," kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu kepandaian ayahmu hebat, maka itu kita harus cegah agar dia tak menggunakan ilmu silatnya. Semua itu demi keselamatan Liong Sin!" kata Seng Cap-si Kouw. "Baru sesudah kita bisa bicara dengan ayahmu secara baik-baik! Seandainya ayahmu tak mau mengampuni Liong Sin, saat itu ayahmu sudah tak berbahaya lagi!" Mendengar rencana itu Khie Kie sedikit ragu-ragu. Uh-bun Tiong membujuk dan berkata begini. "Tindakan melumpuhkan ayahmu itu hanya untuk sementara saja, semuai itu demi keselamatan kekasihmu, Nona!" kata Uh-bun Tiong. "Bagaimana cara mengatasi Ayahku agar tak memiliki kekuatan?" kata si nona sangsi. "Aku tahu caranya, mari kau dengar caraku!" kata Seng Cap-si Kouw. Seng Cap-si Kouw membisiki telinga nona Khie. Sesudah itu mereka bersembunyi di rumah itu. Esok harinya saat Khie Wie pulang dan masuk ke rumah, sedikit pun Khie Wie tak menduga dua musuhnya bersembunyi di rumahnya. Saat

ayahnya pulang, Khie Kie tak berani memberi tahu hal itu. Malah dia langsung bertanya pada ayahnya. "Ayah sudah pulang, bagaimana kabar Liong Sin?" kata si nona. Wajah Khie Wie tampak muram itu tandanya dia sedang marah sekali. "Sudah! Jangan tanyakan soal dia lagi! Jika aku dengar namanya aku jadi jengkel sekali!" jawab sang ayah. "Kenapa dia, Ayah?" "Pertama dia bukan orang she Liong, tapi dia she Seng, cerita dia dulu semuanya bohong belaka!" kata ayahnya. Saat Khie Wie mengawasi anak gadisnya, Khie Kie sedikit pun tidak kaget oleh kata-katanya. Ketika itu dia mengira

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

putrinya masih bodoh dan tak mengerti kalau dia telah dibohongi orang. Semula Khie Wie akan menceritakan kebaikan dan keburukan Seng Liong Sen, agar anaknya sadar juga mendapat pengetahuan yang benar darinya. Dengan demikian anaknya bisa mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Melihat anaknya tenang-tenang saja, Khie Wie ragu-ragu meneruskan ceritanya. "Lalu bagaimana selanjutnya?" kata si nona. "Selain dia bohong, juga ada masalah yang dia lakukan dan tidak pantas dilakukan kepadapmu, itu ialah...." dia berhenti. Tiba-tiba dia marah bukan main. Si nona menganggap kata-kata Uh-bun Tiong dan Seng Cap-si Kouw mengenai ayahnya gusar dia anggap benar juga. Maka itu buru-buru dia menghibur ayahnya. "Ayah pasti lelah, silakan Ayah minum tehnya, Ayah...." kata Khie Kie. Tanpa curiga sedikit pun dia minum teh itu. "Anakku, akan kuceritakan semuanya padamu. Tapi kau tidak boleh menangis ya, Nak!" kata Khie Wie. "Baik, Ayah, karena Ayah sudah pulang aku senang," kata Khie Kie. "Cerita ini akan mendukakan hatimu, nak! Tapi kau harus tabah! Kau anak Ayah, betapapun pedihnya cerita Ayah itu kau jangan...." "Katakan saja Ayah, aku berjanji tak akan menangis," kata Khie Kie memotong ucapan ayahnya. "Dia ternyata....dia...." tapi belum selesai bicara, cangkir teh di tangannya jatuh ke lantai. "Ayah, kau kenapa?" teriak putrinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kurang ajar! Kenapa kau menaruh racun dalam teh ini?" kata ayahnya. "Racun apa itu? Lekas katakan!" Racun dalam teh untuk Khie Wie pemberian Seng Cap-si Kouw, khasiatnya untuk melumpuhkan Khie Wie. Karena tak siaga dan curiga, racun itu berkerja dengan cepat. Bagaimana dia akan mencurigai teh pemberian putri kesayangannya. Kini separuh tubuhnya mendadak lumpuh. "Aku tak tahu, tapi Ayah jangan cemas! Katanya racun itu hanya bekerja untuk sementara waktu saja. Ayah, aku minta Ayah mau memaafkan aku, semua terpaksa kulakukan!" kata Khie Kie. Bukan main kaget dan sedihnya Khie Wie. Jika anaknya saja tak bisa dipercaya, lalu harus percaya kepada siapa lagi dia? Maka itu dengan sedih dia berkata dengan suara parau. "Baik, katakan dari siapa racun itu?" kata Khie Wie. "Siapa yang memaksamu sehingga kau meracuni Ayah?" Sebelum Khie Kie menjawab, terdengar ada orang bicara. "Biar aku saja yang menjawab pertanyaanmu, Khie Wie!" kata Seng Cap-si Kouw. Si Iblis tiba-tiba saja muncul lalu disusul oleh Uh-bun Tiong. Bukan main kagetnya Khie Wie, dia dongkol dan gusar. Tapi juga sedih. Ternyata putrinya berhasil ditipu oleh si Iblis Permpuan yang ganas itu. "Hai, ternyata kau Perempuan Siluman! Kau telah menipu anakku!" bentak Khie Wie. "Benar, aku yang menyuruh dia meracunimu!" kata si Iblis Perempuan. "Sengaja kugunakan putrimu agar kau mati penasaran. Kau angkuh dan kau menganggap dirimu lihay, ternyata kau jatuh ke dalam tanganku!" Seudah itu si iblis maju hendak menghajar Khie Wie. Tapi Khie Wie meludahinya. Ludah itu tepat mengenai tangan si

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

iblis yang hendak menampar muka Khie Wie. Si Iblis Perempuan kaget. Dia tak mengira lawan masih punya jurus simpanan. Tangannya terasa kesemutan, terpaksa dia mudur ke belakang. Saat itu Khie Wie berusaha mengusir pengaruh racun dalam tubuhnya. Serangan dengan ludah tadi cukup mengejutkan si iblis. Tangan Seng Cap-si Kouw yang terkena ludah kesakitan dan tak bisa digunakan. Dia angkat tongkat

bambunya untuk menghajar Khie Wie. Khie Kie akhirnya sadar, ayahnya akan dibinasakan oleh si iblis jahat itu. Maka itu tanpa pikir panjang dia maju menubruk ke arah Seng Capsi Kouw. "Kenapa kau mau mencelakai Ayahku? Tadi kau janji tak akan...." kata-kata Khie Kie terputus. Sudah tentu mana mau Seng Cap-si Kouw meladeni Khie Kie. Dia dorong nona Khie dengan tongkat bambunya hingga nona itu membentur dinding rumah. "Hm! Jangan mimpi, ayahmu itu musuhku!" bentak Seng Cap-si Kouw dengan bengis. "Jangan kau kira aku sudi punya menantu sepertimu! Apa kau tak sadar Liong Sen sudah punya isteri?" "Tua bangka penipu, pasti kau bukan bibi Sin Toa-ko. Tapi kau iblis jahat! Biar aku adu jiwa denganmu!" Sesudah itu Khie Kie maju menubruk si iblis. Bukan main jengkelnya Seng Cap-si Kouw pada nona ini, dia angkat tongkatnya akan menghajarnya. Tapi terdengar suara nyaring. "Trang!" Ternyata serangan iblis ini ditangkis oleh Uh-bun Tiong dengan ciak-tay (tempat lilin dari kuningan) yang sempat dia sambar dari atas meja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, kenapa kau halangi maksudku?" kata Seng Ca-si Kouw. "Aku tak ingin kau melukainya!" kata Uh-bun Tiong. "Jadi kau tertarik pada nona itu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Kau jangan berkata begitu!" kata Uh-bun Tiong. "Wajah nona ini mirip ibunya!" "Oh, kau terkenang pada ibunya, ya?" kata Seng Cap-si Kouw. "Boleh, tapi serahkan Khie Wie padaku!" Di luar dugaan tiba-tiba Khie Kie berteriak. "Maafkan aku Ayah, anakmu akan pergi!" kata Khie Kie. Sesudah itu dia membenturkan kepalanya ke tembok. Uh-bun Tiong akan kaget, dia tak menduga nona itu akan berbuat nekat. Untung dia sempat menarik pakaiannya. Tapi tak urung kepala nona itu sudah membentur tembok. "Duuk!" Dahi nona itu terluka dan mengeluarkan darah. Untung kepalanya tidak pecah. Buru-buru dia totok nadi nona itu untuk menahan rasa sakit. Sesudah itu dia berkata pada Seng Cap-si Kouw. "Permusuhanku dengan Khie Wie sangat dalam, biarkan aku yang membunuh dia. Aku pun perlu menemui Jen Thian

Ngo. Silakan kau tinggalkan kami, nanti aku menyusul kalian!" kata Uh-bun Tiong. "Kau pernah menyelamatkan aku, baik aku serahkan mereka padamu. Terserah kau saja! Anggap saja hutang budiku sudah lunas!" kata Seng Cap-si Kouw dengan dongkol. "Kau jangan salah paham, kelak kau bisa menyaksikan bagaimana aku balas dendam di kuburan di belakang rumah ini!" kata Uh-bun Tiong. "Aku yakin kau pasti puas!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah si iblis pergi Uh-bun Tiong menghampiri Khie Wie aambil tertawa terbahak-bahak. "Eh, apa yang kau tertawakan?" kata Khie Wie. "Aku tertawa karena ingat kau begitu bodoh!" jawab Uhbun Tiong. "Sudah kubilang aku akan membalas dendam, tapi kau meremehkan ancamanku! Sekarang kau jatuh ke tanganku, dulu kau tak membunuhku. Sekarang kau menyesal, bukan?" "Aku tak pernah menyesal pada apa yang telah kulakukan," kata Khie Wie. "Dulu kau tak kubunuh, karena kuanggap jiwamu tak berharga di mataku! Setelah kau bergabung dengan perempuan keparat itu, kau bisa menangkapku dengan cara licikmu itu! Biarlah karena itu salahku, anggap saja aku digigit anjing gila, jika penasaran pun tidak ada gunanya!" Kata-kata Khie Wie itu menusuk telinga Uh-bun Tiong. Dia dianggap anjing gila, hal itu membuat wajah Uh-bun Tiong berubah merah. Tapi tak lama terdengar dia tertawa. "Hm! Kau ingin memancing kemarahanku, ya?" kata Uhbun Tiong. "Aku tahu siasatmu ini agar kau bisa mati dengan enak, bukan? Bagaimanapun caranya, kau sudah jatuh ke tanganku. Bukan kau saja, tapi anakmu pun akan kubereskan!" "Silakan kau bunuh aku! Tapi menghina nona kecil, apa itu kau anggap perbuatan seorang eng-hiong (jagoan)?" ejek Khie Wie. "Ingat jangan lukai putriku!" Uh-bun Tiong tertawa. "Jangan takut, putrimu tak akan kucelakakan!" katanya. Dia hampiri nona Khie, lalu dia usap darahnya bdan dibubuhi obat. Saat itu Khie Kie hanya bisa mengawasi dengan dongkol dan memaki kalang-kabut.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Manusia busuk tak tahu malu, kau mau mencelakai Ayahku, sampai aku jadi setanpun kau tak akan kuampuni!" kata si nona. Sesudah itu dia ludahi Uh-bun Tiong. Tapi Uh-bun Tiong tidak marah, dia hanya menghela napas panjang. "Ternyata kau mirip ibumu, nak." kata Uh-bun Tiong. "Kau anak Bun Giok, maka itu kau tak akan kucelakakan. Sekalipun kau anak Khie Wie, apakah kau mau tahu kenapa aku memusuhi ayahmu?" "Jangan hiraukan kata-katanya, nak! Apapun dari mulut seekor anjing mana bisa jadi permata!" kata Khie Kie. "Jadi kau takut aku bicara sebernarnya padanya, kan?" ejek Uh-bun Tiong. "Khie Kie, ibumu itu adik misanku, dulu kami saling jatuh cinta. Tapi entah dengan akal licik apa ayahmu merebut ibumu dari tanganku! Jika dia tak merebut ibumu, maka kau ini anakku. Apa aku tak pantas menuntut balas?" "Jangan hiraukan kata-katanya, ibumu mencintaiku dengan setulus hati. Orang yang membunuh ibumu dialah orangnya! Dia bersekongkol dengan ibu tiri ibumu. Dia tipu ibumu untuk meracuniku, sama seperti kau dibujuk meracuni aku! Setelah tahu masalahnya, lalu ibumu bunuh diri! Aku tidak ingin kau berduka, maka itu tak pernah aku ceritakan padamu!" kata Khie Wie. "Ayah aku percaya padamu, mana mungkin Ibu mencintai manusia keji seperti dia!" kata si nona. "Dia ini mirip katak dalam tempurung merindukan bulan!" Mendengar ucapan Khie Kie bukan main gusarnya Uh-bun Tiong. Dia membentak, "Dasar anak sial! Semula kau akan kuampuni, ternyata kau cari mati sendiri!" "Silakan kau bunuh aku!" kata Khie Kie. Saat itu Uh-bun Tiong sudah mengangkat tangannya, tapi dia tak jadi memukul Khie Kie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, ternyata aku tak bisa mencelakai anak Bun Giok, apa mau dikata. Tapi ayahmu tak bisa kuampuni. Ayo kita berangkat!" kata Uh-bun Tiong. Dia tarik tangan Khie Kie, sedang tubuh Khie Wie dia seret. "Mengapa kau bawa kami, jika kau ingin membunuh kami, bunuh saja aku di sini!" kata Khie Wie. "Bukan di sini kau akan kubunuh, untuk menyenangkan hati Bun Giok kau akan kubunuh di depan kuburannya!" kata Uh-bun Tiong. "Bagus! Bagus, aku beruntungjika aku sampai mati di depan kuburan istriku!" kata Khie Wie. "Semua ini gara-gara aku, jika kau mati aku juga akan

menyusul Ayah, kita akan berkumpul dengan Ibu!" kata Khie Kie dengan tabah. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 76 Uh-bun Tiong Mengancam Akan Menganiaya Khie Wie; Seng Liong Sen Bertarung Mati-matian

Mendengar ucapan anak perempuan satu-satunya itu, bukan main terharunya Khie Wie. Dia meneteskan air mata lalu berkata dengan penuh kasih pada putrinya itu. "Anakku kau jangan berkata begitu. Betapa sedihnya Ayah saat Ibumu bunuh diri dulu. Jika bukan karena Ayah ingin membesarkanmu, mungkin Ayah sudah bunuh diri menyusul Ibumu! Sekarang aku tak ingin kau meniru perbuatan Ibumu, setiap kesempatan boleh kau gunakan untuk tetap hidup. Yang terutama kejadian sekarang harus kau jadikan peringatan. Lain kali kau jangan mudah percaya pada omongan seseorang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khie Kie tidak membantah kata-kata ayahnya, namun dalam hatinya sudah bertekad, jika ayahnya dibunuh oleh Uhbun Tiong, dia pun akan bunuh diri! Tak lama Uh-bun Tiong yang membawa mereka sudah sampai di kuburan Bun Giok, istri Khie Wie. Sampai di situ Uh-bun Tiong melepaskan mereka lalu berkata nyaring. "Khie Wie kau mengangap dirimu itu gagah dan serba bisa. Kau pun berhasil memikat Piauw-moay (adik misan) Maka itu aku tak akan membunuhmu, tapi hanya akan memusnahkan ilmu silatmu! Maka akan kupotong kesepuluh jari tangan dan lidahmu! Akan kulihat, apakah Bun Giok masih mencintaimu atau tidak?" Sesudah itu Uh-bun Tiong tertawa terbahak-bahak. Sikapnya mirip dengan orang gila saja. Namun, Khie Wie pun cemas, jangan-jangan dia akan disiksa secara sadis olehnya. Tapi malang baginya tenaganya benar-benar sudah habis ketika dipakai menyerang Seng cap-si Kouw dengan ludahnya. Jika dia ingin bunuh diri pun rasanya sulit sekali. Untuk mati bersama ayahnya Khie Kie tak gentar. Tapi ketika dia mendengar Uh-bun Tiong akan menyiksa ayahnya, dia cemas bukan main. "Bangsat, manusia berhati binatang, kau berani menyiksa Ayahku!" kata si nona sengit. "Tak ada gunanya kau memakiku, Nona Kie. Karena aku yakin kau tidak bisa menyelamatkan ayahmu!" kata Uh-bun Tiong. "Jika kau memohon padaku, barangkali mungkin bisa

kupertimbangkan!" "Jangan hiraukan ocehannya, nak. Kau puteriku, kau tidak boleh menangis. Kau juga tidak boleh memohon ampun pada musuh kita!" kata Khie Wie. "Ajal sudah di depan mata, kau masih sombong!" kata Uhbun Tiong. "Tunggu, aku akan sembahyang dulu pada Bun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok, sesudah itu baru kusiksa kau. Sebelum kupotong lidahmu, jika ada pesan pada puterimu, lekas katakan!" Khie Wie mencoba mendekat ke arah Khie Kie, lalu dia belai rambut anak itu. "Dulu Ayah sering melakukan kesalahan, mungkin inilah ganjaran bagi Ayah. Jika kau beruntung bisa bebas, kau boleh mencari Sin Toa-komu!" bisik Khie Wie. "Ayah, aku ingin kau mengatakan sesuatu padaku," kata si nona. "Soal apa?" "Sebenarnya siapa Sin Toa-ko, apa benar dia sudah beristri dan ingkar janji?" Pertanyaan itu membuat Khie Wie jadi bingung. Di saat kritis seperti itu, dia tak boleh membuat puteri satu-satunya berduka. Sedang Uh-bun Tiong sudah selesai sembahyang di depan kuburan istrinya. Dia sudah mulai bangun tetapi Khie Wie belum menjawab pertanyaan putri tunggalnya karena masih ragu-ragu. "Ayah, kenapa kau diam saja? Katakan benarkah dia sudah ....dia sudah....." Khie Wie buru-buru bicara. "Anakku, aku kira Sin Toa-komu itu seorang pria yang berperasaan. Pasti dia akan menjagamu dengan baik...." kata Khie Wie. Putrinya tersenyum puas. "Kalau begitu aku lega, jika dia berperasaan baik, apapun kesalahannya akan kuampuni dia!" kata Khie Kie. "Bagaimana, kalian sudah selesai bicara belum? Aku akan melaksanakan hukumanmu!" kata Uh-bun Tiong. "Jika kau mau menyiksaku, silakan! Tapi aku mohon kau jangan lakukan di depan putriku!" kata Khe Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Uh-bun Tiong tertawa. "Aku kira kau seorang jagoan yang tak takut apapun, ternyata masih ada yang kau takutkan!" kata Uh-bun Tiong.

"Keparat, aku tak takut padamu! Permusuhan kita tak ada sangkut-pautnya dengan anakku, jika kau mau menyiksaku silakan. Tapi jangan kau siksa batin puteriku!" kata Khie Wie. "Kau takut putrimu melihat aku menyiksamu? Tadi kau ajari putrimu agar tak minta ampun padaku, sekarang kau malah minta keringanan dariku!" kata Uh-bun Tiong. "Sudah jangan banyak bicara, silakan bunuh saja aku!" kata Khie Wie. Uh-bun Tiong menghunus belati dari pinggangnya. Dia acungkan di muka Khie Wie. Lalu dia berkata pada Khie Kie. "Demi kau, jiwa ayahmu kuampuni, tapi jari dan urat-urat ayahmu akan kupotong! Sekarang matanya dulu yang akan kucungkil. Sesudah itu kau boleh merawat dia seumur hidupnya!" kata Uh-bun Tiong. Sesudah itu dia acungkan pisaunya ke arah mata Khie Wie. Saat itu Khie Kie menjerit histeris lalu pingsan. Di benak nona ini mengeluh. "Di mana Sin Toa-ko berada, aku akan mati bersama Ayahku. Jika dia ada di sini, biar dia membalaskan sakit hati kami!" begitu pikir Khie Kie ketika itu. Sedikitpun si nona tidak mengira, kalau Seng Liong Sen sedang berada di rumah Jen Thian Ngo, dia sedang dipaksa untuk memberi keterangan, di mana adanya putri Jen Thian Ngo. Tetapi Seng Liong Sen selalu menjawab tidak tahu. "Aku tahu kau ke Yang-ciu dan bertemu dengan Giok Hian, jika kau tidak mau mengaku, maka jangan salahkan aku jika kau kupaksa dengan kekerasan!" ancam Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang aku bertemu dengan Giok Hian, tapi itu tidak berarti aku bertemu dengan putrimu!" kata Seng Liong Sen. "Terus-terang putrimu tidak bersama Giok Hian!" "Putriku tak punya kenalan lain, dia kabur jika bukan mencari Giok Hian, lalu dia ke mana?" kata Jen Thian Ngo. "Mana aku tahu." kata Seng Liong Sen, "apa kau ingin aku menjawab dan berbohong? Aku benar-benar tidak tahu?" . Jen Thian Ngo yang penasaran tak mau mengerti. Maka untuk menunggu kedatangan Seng Cap-si Kouw dia tahan Seng Liong Sen di sebuah kamar. Sekalipun dia tahu Liong Sen sudah ditotok oleh bibinya, Jen Thian Ngo masih menotoknya lagi agar tak bisa bebas Lalu dia seret pemuda itu ke sebuah kamar. "Ini tempat tidurmu tempo hari, aku masih menghargaimu!" kata Jen Thian Ngo. "Kau pikir baik-baik, besok kau harus menjawab dengan benar pertanyaanku! Tiga totokan itu membuat Seng Liong Sen tak berdaya,

sekalipun mulutnya masih bisa bicara. Walau dia mendengar ucapan Jen Thian Ngo, tapi tak dihiraukannya. Saat berada di kamar yang gelap itu, dia ingat kejadian tempo hari,, ketika dia bersama Ci Giok Hian datang ke rumah itu. Sekarang kamar itu bukan kamar tamu lagi, tapi menjadi kamar tahanan baginya. Di sini untuk pertama kalinya Ci Giok Hian membangkang padanya. Hingga untuk menemuinya pun sekarang dia tak berani. Mereka datang ke situ untuk menawan Kiong Mi Yun yang akan ditukar dengan bibinya. Semula istrinya tak setuju, tapi dia paksa istrinya. Terpaksa Ci Giok Hian menurut. Ternyata Ci Giok Hian malah membawa kabur nona Kiong juga putri Jen Thian Ngo. "Istriku benci padaku, ketika dia tahu aku mendorong Kong-sun Po ke jurang! Ketika kami ke sini, dia sudah benci

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padaku. Karena aku akan menangkap nona Kiong untuk menolongi Bibiku. Ternyata Bibi lebih percaya pada musuhku Uh-bun Tiong. Sekarang aku jatuh ke tangan Jen Thian Ngo, ini sudah menjadi ganjaranku! Rasanya saat ini lebih baik aku mati saja. Tapi aku pun tak berdaya," pikir Seng Liong Sen. "Entah bagaimana nasib Khie Kie. Dia akan digunakan sebagai umpan untuk memancing ayahnya. Aku harus menyelamatkan dia! Tapi sekarang aku tak berdaya. Sekalipun aku tak dikurung di kamar ini, aku tetap tak bisa mermbebaskan totokan Bibi dan Jen Thian Ngo. Tapi jika aku masih hidup, rasanya masih ada harapan...." pikir Seng Liong Sen. "Lebih baik aku tetap hidup, siapa tahu besok aku punya kesempatan!" pikir pemuda ini yang tak jadi bunuh diri. Tengah malam dia masih tak bisa tidur. Lalu dia coba pelajaran dari Tabib Ong, siapa tahu bisa bebas dari totokan kedua jago itu. Walau dia tahu mungkin itu harapan kecil, tapi daripada iseng dan diam saja, maka dia berusaha dengan cara dia sendiri. Sesudah sekian lama dia berlatih ajaran Tabib Ong dia kaget sendiri karena dia merasakan tubuhnya mulai hangat. Ternyata darahnya mulai terasa mengalir ke sekujur tubuhnya. Bahkan totokan Jen Thian Ngo terbuka sendiri. Ketika ayam jago berkokok dan fajar mulai menyingsing, seluruh tubuhnya terasa nyaman. Sekarang dia telah bebas. Dia lalu melompat dan menggerakan tubuhnya yang terasa nyaman. Saat itu penghuni rumah itu belum bangun. Dia girang bukan main. "Membalas dendam pada Jen Thian Ngo nanti saja, paling

penting kutolongi dulu Khie Kie!" pikir Seng Liong Sen. Tanpa pikir panjang lagi dia membuka jendela lalu melompat keluar. Barangkali Jen Thian Ngo tidak mengira kalau pemuda itu bisa membebaskan totokannya. Padahal

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saat itu Seng Liong Sen bisa meninggalkan rumahnya dengan leluasa sekali. Ketika itu Seng Cap-si Kouw pun sedang berjalan menuju ke rumah Jen Thian Ngo, untung Seng Liong Sen tak bertemu dengan bibinya. Dia mengambil jalan kecil hingga tak berpapasan dengan bibinya. Saat itu Liong Sen berlari kencang, ketika sampai di rumah Khie Kie dia kaget karena di sana tak ada orang. Tapi ketika dia berjalan ke belakang rumah, dia mendengar suara jeritan Khie Kie. Saat Seng Liong Sen memburu ke arah suara Khie Kie, ketika itu dia lihat Uh-bun Tiong sedang mengancam dengan belatinya ke mata Khie Wie. Dia lihat Khie Kie tergeletak tak berdaya, pingsan. Uh-bun Tiong sedang mempermainkan lawannya. Dia mirip dengan sekor kucing yang sedang mengajak tikus bercanda, sebelum dia terkam dan membunuh musuhnya. "Aku yakin kau tak mengira, sesudah duapuluh tahun aku bisa membalas dendam, bukan?" kata Uh-bun Tiong. Baru sesudah itu pisaunya perlahan-lahan diarahkan ke mata Khie Wie. Pada detik yang paling kritis bagi Khie Wie, sebuah kerikil menyambar tepat mengenai belati Uh-bun Tiong. "Tring!" Arah belati melenceng hingga Uh-bun Tiong kaget, dia menoleh. "Siapa itu?" kata Uh-bun Tiong. Tiba-tiba Seng Liong Sen menyerang dia. "Bangsat, ternyata kau!" bentak Uh-bun Tiong..

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, memang aku!" jawab Seng Liong Sen. "Kau celakai adik Kie maka itu akan kubunuh kau!" Saat Uh-bun Tiong mengayunkan belatinya Seng Liong Sen membabat dengan pedangnya. "Trang!" Belati Uh-bun Tiong terpotong jadi dua oleh pedang Seng

Liong Sen yang tajam. Uh-bun Tiong buru-buru melemparkan sisa pisau belatinya ke tanah. Dia coba akan menangkap tangan Seng Liong Sen yang memegang pedang. Tapi dengan cepat Seng Liong Sen membalikkan tangan untuk memotong tangan Uh-bun Tiong. "Lepas pedangmu!" kata Uh-bun Tiong. Telapak tangan Uh-bun Tiong membabat lengan Seng Liong Sen. Memang kepandaian Uh-bun Tiong lebih tinggi dari Seng Liong Sen. Saat pemuda ini hendak menghindar tapi terlambat, tangannya terhantam oleh pukulan Uh-bun Tiong. Sedang pedang di tangannya jatuh. Semula Uh-bun Tiong agak jerih, tapi ketika tahu tenaga Liong Sen agak berkurang, dia jadi bersemangat sekali. Tiba-tiba Uh-bun Tiong tertawa. "Kebetulan, ternyata kau pria berbudi. Maka itu aku akan menyempurnakannya, agar kalian berkumpul semuanya di neraka!" kata Uh-bun Tiong mengejek. Bukan main gusarnya pemuda ini, dia menyerang secara membabi-buta. Dia baru saja bebas dari totokan, dan dia juga memang kalah lihay oleh lawannya. Maka itu tak heran, kali ini pun dia terhajar oleh lawannya. "Apa kau masih mau membunuhku, atau kau yang aku bunuh?" kata Uh-bun Tiong mngejek. Saat itu Uh-bun Tiong maju akan menghabisi nyawa Seng Liong Sen. Tiba-tiba saja seperti kesetanan Seng Liong Sen bangun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bangsat, aku tak akan menyerah. Biar kita mati bersamasama aku tak menyesal!" teriak Seng Liong Sen. Begitu bangun dia langsung menyerang tanpa menghiraukan bahaya. Sesudah menghindari serangan Uhbun Tiong dia langsung menyeruduk ke dada lawan. Saat itu Uh-bun Tiong mencengkram Liong Sen. Tapi jika dia gagal maka dia akan kena terseruduk oleh lawan, maka itu dia akan terluka parah. Karena dia tak bersedia mengadu jiwa, maka dia tarik serangannya, dia ganti dengan serangan baru. Saat itu Khie Wie kaget melihat Seng Liong Sen begitu gigih membela mereka. "Anak Sin aku berhutang budi padamu! Aku telah salah menduga tentang dirimu. Matipun aku akan berterima kasih padamu. Lekas tinggalkan kami!" kata Khie Wie. "Paman Khie aku tak akan meninggalkan kalian, dan tak rela membiarkan kau disiksa oleh manusia biadab seperti Uhbun Tiong!" kata Seng Liong Sen. Karena dia sedang bicara dia terserang lawan, tapi dia

berhasil membalas pukulan lawan. Tiba-tiba kelihatan Seng Liong Sen semakin bersemangat, hingga membuat Uh-bun Tiong kaget bukan kepalang. Dia tak mengira entah dari mana tenaga pemuda itu seperti bertambah hebat. "Dia sudah menguasai tenaga dalam Khie Wie, jika tidak kubunuh sekarang, kelak dia akan berbahaya bagiku!" pikir Uh-bun Tiong. Maka itu Uh-bun Tiong mengubah serangannya. Sekarang Seng Liong Sen dia kurung. Tiba-tiba Khie Wie memberi petunjuk pada Seng Liong Sen. "Melangkah ke sudut Kian, mundur ke Soan, maju dan serang dia!" kata Khie Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula Seng Liong Sen keheranan, tapi dia langsung mengerti apa maksud petunjuk Khie Wie itu. Sekalipun agak terlambat, dia menjalankan petunjuk itu dengan sungguhsungguh. Baju Liong Sen terkoyak oleh serangan Uh-bun Tiong, tapi Seng Liong Sen selamat berkat petunjuk Khie Wie itu. Secara beruntun Khie Wie memberi petunjuk lagi, hingga akhirnya Uh-bun Tiong berhasil dijinakkan oleh serangan Liong Sen. "Bangsat tua! Akan kubunuh kau lebih dulu!" bentak Uhbun Tiong. Dia melompat akan membunuh Khie Wie. Tapi Seng Liong Sen maju untuk menolongi Khie Wie. Tangan Uh-bun Tiong berhasil memukul Seng Liong Sen hingga terjungkal ke belakang. Khie Wie kaget, dia sangat mencemaskan keadaan Seng Liong Sen. Saat itu Khie Wie sudah tak takut mati. Jika Liong Sen terluka, maka tipis kesempatan bagi pemuda itu bisa melarikan diri. Melihat lawannya terjungkal, Uh-bun Tiong tertawa menghina. Dia melangkah mendekati Khie Wie. Tibatiba serangan Seng Liong Sen datang. "Bajingan! Apa kau mau mampus?" bentak Uh-bun Tiong. "Benar, aku mau mampus!" kata Seng Liong Sen. Tangannya menghantam ke arah lawan. Maka itu dia sambut serangan Seng Liong Sen itu, keras lawan keras. "Duuk!" Seng Liong Sen terdorong mundur, tapi Uh-bun Tiong pun menggeliat kesakitan dan hampir terjungkal. Uh-bun Tiong kaget bukan main. Rupanya tenaga dan semangat Seng Liong Sen bertambah sendiri. Sekalipun dia sering terjatuh kena pukulan lawan, tapi dia bandel maju lagi dan maju lagi. Sekarang tanpa petunjuk Khie Wie pun dia mampu menandingi lawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan lawan demikian bandel, Uh-bn Tiong kewalahan juga. Lalu dia berkata, "Seng Liong Sen aku ini sahabat bibimu, baik kau kuampuni. Lekas kau pergi dari sini!" "Tidak! Karena kau menyusahkan nona Khie, maka aku akan mengadu jiwa denganmu!" bentak Seng Liong Sen. Seng Liong Sen maju dan berhasil memukul lawan, sekalipun dia sendiri terkena pukulan lawan. Pinggang Uh-bun Tiong terasa sakit. Dia heran kenapa pemuda itu semakin gagah saja. "Kalau terus begini, aku bisa berabe!" pikir Uh-bun I iong Sesudah melancarkan sebuah serangan dan Seng Liong Sen mundur, dia berkata nyaring. "Aku tak mencelakai nona Kie. Dia terbaring baik-baik saja!" kata Uh-bun Tiong. "Mana bisa kau tipu aku, sesudah aku pergi, pasti kau akan mencelakai dia dan Paman Khie!" kata Seng Liong Sen. Sesudah itu Seng Liong Sen melancarkan sebuah serangan kilat. "Baik, akan kukirim kau ke akherat!" kata Uh-bun Tiong gusar. Serangan Uh-bun Tiong ditangkis oleh Seng Liong Sen dengan sekuat tenaga. Kembali tubuh Uh-bun Tiong bergetar. Dia kaget bukan main. Tadi Uh-bun Tiong yang terdesak, terpaksa menggunakan tenaga dalam aliran Khie Wie yang dia cangkok dari Seng Liong Sen untuk mengadu tenaga dengan pemuda itu. Dua kekuatan pun bentrok. Seng Liong Sen terjungkal. Tapi dia langung bangun lagi dan tetap berusaha mencegah Uh-bun Tiong agar tidak bisa mendekati Khie Wie. Sekilas Uh-bun Tiong melirik ke arah Khie Wie. Dia lihat orang itu sedang berkonsentrasi menghimpun kekuatannya. Mungkin dia berusaha mengusir racun yang ada di tubuhnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untung Uh-bun Tiong yakin, racun Seng Cap-si Kouw tak mudah untuk dipunahkan. Dia pikir lebih baik menyingkirkan Seng Liong Sen dulu, baru dia habisi nyawa Khie Wie. Saat Uh-bun Tiong maju akan menghadapi Seng Liong Sen, Uh-bun Tiong kaget, Khie Wie tiba-tiba bangun. Sambil berdiri dan bersiul keras dia berkata pada Seng Liong Sen. "Kau mundur Liong Sen, biar aku mengadakan perhitungan dengannya!" kata Khie Wie. "Bangsat Uh-bun Tiong, hadapi

aku jika kau seorang jagoan!" Suitan Khie Wie memekakkan telinga Uh-bun Tiong. Mendengar suitan nyaring tersebut, Uh-bun Tiong terperanjat karena dia yakin tenaga dalam Khie Wie sudah pulih sama sekali. Uh-bun Tiong ketakutan. Maka itu tanpa berpikir panjang lagi dia pun kabur. Khie Wie berusaha mengejar lawan, Seng Liong Sen coba menghalanginya. "Musuh sudah kabur, jangan dikejar, Paman!" kata Seng Liong Sen. "Dia harus kukejar aku harus mengadakan perhitungan dengannya! Kau jaga Khie Kie!" kata Khie Wie. "Bangsat Uhbun Tiong, jangan lari kau dan hadapi aku!" Uh-bun Tiong kabur ke arah rumah Jen Thian Ngo, sebab dia pikir di sana ada Seng Cap-si Kouw dan Jen Thian Ngo, mereka pasti bisa menghadapi Khie Wie. Di luar dugaan sebenarnya tenaga Khie Wie belum pulih benar, sekalipun dia mampu berdiri. Tadi Khie Wie bersiul panjang, itu cuma untuk menggertak lawan saja. Oleh karena itu Uh-bun Tiong tertipu oleh siulan Khie Wie tadi. Maksud Khie Wie siulan tadi hanya untuk menyelamatkan Seng Liong Sen. Dia tahu sekalipun Seng Liong Sen bisa menandingi Uh-bun Tiong, tapi hal itu bisa membahayakan dirinya sendiri. Tadi dia sengaja mengatakan akan mengejar Uh-bun Tiong, itu sebenarnya cuma gertakan belaka!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang Khie Wie pergi seolah akan mengejar musuh, tapi sebenarnya dia memberi kesempatan kepada Seng Liong Sen agar bisa bebas bicara dengan Khie Kie. Menyaksikan lawan lari terbirit-birit hal itu membuat Khie Wie geli. Dia pura-pura mengejar, tapi sekarang dia akan segera kembali lagi jika lawan sudah lari jauh. Suara suitan Khie Wie menyadarkan Khie Kie. Saat membuka matanya, dia kaget melihat Seng Liong Sen ada di depannya. Lalu dia berkata tergagap. "Liong Toa-ko, benarkah itu kau? Apa aku ini sedang bermimpi?" kata Khie Kie. "Kau tidak sedang bermimpi Khie Kie, sesuai janjiku aku kembali menemuimu!" kata Seng Liong Sen lembut. "Mana bangsat itu?" kata si nona. "Ayahmu sudah sehat, Uh-bun Tiong sedang dikejar oleh ayahmu!" kata Seng Liong Sen. "Kau tahu apa yang kualami?" kata si nona. "Aku sudah tahu, aku mengaku bersalah mendatangkan bahaya bagi kalian!" kata Seng Liong Sen. "Apa maksudmu, aku tidak mengerti?" kata si nona. "Apa

hubungan kau dengan kejahatan yang mereka lakukan pada kami?" "Sungguh aku tak mengira kalau Bibiku bekomplot dengan penjahat itu!" kata Seng Liong Sen. "Mereka berniat membunuh kalian berdua!" "Jadi perempuan jahat itu bibimu?" kata Khie Kie. "Benar, aku bertengkar dengan Bibiku dan sudah putus hubungan dengannya," kata Seng Liong Sen. "Apa benar kata-kata bibimu, kau sudah punya istri?" kata Khie Kie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Liong Sen kaget dan hatinya pilu. Tapi dia menangguk. "Benar, dia benar Kie, aku sudah punya istri!" kata Liong Sen. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oDi rumah Jen Thian Ngo Seng Cap-si Kouw mengisahkan, bahwa Khie Wie telah berhasil diracun dan tertangkap serta sedang disiksa oleh Uh-bun Tiong. Mendengar kabar itu bukan main senangnya Jen Thian Ngo. "Dia tinggi hati dan juga memandang rendah padaku. Sebaiknya aku ikut denganmu, aku ingin melihat bagaimana Uh-bun Tiong menyiksa dia! Tetapi sekarang aku minta bantuanmu..." kata Jen Thian Ngo. "Mengenai masalah apa?" tanya si Iblis Perempuan. "Tentu saja mengenai keponakanmu, dia tak mau mengaku di mana putriku berada?" kata Jen Thian Ngo. "Aku harap kau mau membujuknya!" "Aku tak bisa mengatasi dia, tapi baiklah akan kucoba. Ajak aku menemuinya!" kata Seng Cap-si Kouw. Tak lama Thian Ngo mengajak Seng Cap-si Kouw ke kamar Seng Liong Sen ditahan. Mereka kaget ternyata Seng Liong Sen sudah kabur. "Aku tahu sampai dimana kepandaiannya, ditambah lagi kau juga menotoknya! Mana mungkin dia bisa membuka totokanku dan totokanmu?" kata Seng Cap-si Kouw. "Mungkin ada orang yang menolonginya?" Saat keduanya kebingungan, pegawai Jen Thian Ngo memberi kabar. "Ada tiga orang tamu ingin bertemu!" kata si pelapor.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana macam ketiga tamu itu?" kata Jen Thian Ngo. "Siapa nama mereka?" "Seorang kakek bersama dua orang muda-mudi!" jawab pegawai itu. "Belum sempat hamba tanya mereka langsung masuk. Sekarang mereka ada di ruang tamu!" "Aku rasa mereka sengaja ingin mengacau di rumahmu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Baik, akan kutemui mereka! Barangkali mereka itu sudah menelan hati harimau, hingga begitu beraninya berlagak di rumahku!" kata Jen Thian Ngo. Jen Thian Ngo sadar mungkin dia bukan tandingan orang yang memaksa masuk ke rumahnya itu. Tetapi karena ada Seng Cap-si Kouw, dia memberanikan diri dan yakin mereka mampu menghadapi lawan yang mana pun. Betapa kagetnya mereka saat melihat tamu yang ada di ruang tamu itu. Mereka ternyata Han Tay Hiong, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Han Tay Hiong tahu Khie Wie tinggal di Sun-keng-san dari It Beng To-jin dan Pek Hwee Hwee-shio. Karena rumah Khie Wie sulit mereka cari, mereka iseng singgah dulu ke rumah Jen Thian Ngo. Alamat Jen Thian Ngo diketahui Kok Siauw Hong yang ingin mengadakan perhitungan dengan pamannya yang jahat itu. Mereka akan memaksa Jen Thian Ngo agar menunjukkan alamat Khie Wie, maksudnya untuk menyelidiki keberadaan Seng Liong Sen. Tak mereka sangka mereka malah bertemu dengan Seng Cap-si Kouw di rumah Jen Thian Ngo. Seng Capsi Kouw yang kaget akan segera melarikan diri. "Hai siluman perempuan, ternyata kau ada di sini!" bentak Han Tay Hiong. "Tenang! Tenang, bicaralah baik-baik," kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tangan Han Tay Hiong melayang menghantam ke arah Jen Thian Ngo yang langsung sempoyongan. Han Tay Hiong langsung mengejar Seng Cap-si Kouw yang berusaha kabur. Mengetahui dia dikejar, tiba-tiba Seng Cap-si Kouw berbalik. Dia ayunkan tangannya. Tak lama terdengar suara ledakan hebat. Disusul oleh asap hitam dan beberapa jarum emas berhamburan ke arah jago tua she Han itu. Untuk menghadapi serangan senjata rahasia itu, Han Tay Hiong memukul sebanyak tiga kali ke arah jarum-jarum itu. Maka berjatuhanlah jarum-jarum itu ke tanah. Sesudah kabut hitam menghilang, Seng Cap-si Kouw pun sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya. Karena yakin tak akan mampu mengejarnya, Han Tay Hiong mengeluh dan kembali ke rumah Jen Thian Ngo.

"Ternyata kau lolos lagi dari tanganku!" kata Han Tay Hiong. Dia kembali dan berkata pada Jen Thian Ngo. "Jen Thian Ngo, apa kabar?" kata Han Tay Hiong. Ketika ditegur Jen Thian Ngo yang tenaga dalamnya kurang kuat, sedang batuk-batuk karena menghirup hawa racun dari senjata si Iblis Perempuan. Maka dengan sekali jambret tubuh Jen Thian Ngo berhasil dicengkram oleh Han Tay Hiong. "Han Toa-ko, mengapa kau menangkapku? Bukankah kita ini famili, Kok Siauw Hong calon menantumu itu keponakanku, kenapa kau ingin menyusahkan aku?" kata Jen THian Ngo. "Kau bukan Pamanku!" kata Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo kaget, dia tahu apa maksud ucapan keponakannya yang tak mau mengakui dia sebagai pamannya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang aku kurang sepaham dengan ibumu, tetapi kita masih saudara. Masa kau tak mau mengakui aku sebagai pamanmu?" kata Jen Thian Ngo. "Kau jangan berpura-pura bodoh, Paman!" kata Kok Siauw Hong. "Ini bukan masalah keluarga, apa kau kira aku tak tahu perbuatanmu? Kau tak pantas jadi Pamanku!" Jen Thian Ngo kembali kaget. Dia mencoba bersikap tenang. "Aku di kalangan Kang-ouw terkenal, masakan kau malu mengakuiku sebagai Pamanmu?" kata Jen Thian Ngo. "Kau licik dan licin, berpura-pura baik, tapi kau menusuk dari belakang!" kata Kok Siauw Hong. "Kau mempermainkan para pendekar!" "Kau bilang begitu hanya karena Seng Cap-si Kouw ada di rumahku, bukan? Kau ingin menghinaku begitu ya?" kata Jen Thian Ngo. "Aku tahu memang dia jahat, tetapi aku tidak bermusuhan dengannya. Maka itu apa salahnya jika aku menerima kedatangannya di sini? Padahal kau lihat sendiri, aku juga dia serang dengan jarum emasnya! Jika aku kawan dia, masakan dia sekeji itu kepadaku?" "Mau apa dia menemuimu?" kata Han Tay Hiong. "Dia sedang mencari Khie Wie, mereka bermusuhan!" kata Jen Thian Ngo. "Dia mencariku agar aku mau membantu menghadapi Khie Wie. Tapi ajakannya aku tolak!" "Masalah ini sementara jangan kita bicarakan," kata Kok Siauw Hong. "Aku ingin bertanya padamu, Paman! Ih Hua Liong itu muridmu bukan?" "Ya, dia muridku. Memang kenapa?" tanya Jen Thian Ngo. "Dia pengikut bangsa Mongol, rahasianya sudah

kuketahui," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, kurangajar sekali dia! Beraninya dia berkomplot dengan musuh!" kata Jen Thian Ngo. Tapi tampak tubuhnya mulai gemetar. "Akan kubunuh dia agar nama baikku bersih di mata umum. Terima kasih atas keteranganmu itu, Siauw Hong!" melanjutkan Jen Thian Ngo. "Ketika kudesak, dia mengaku semua perbuatannya itu atas perintahmu, Paman!" kata Kok Siauw Hong. "Ngawur! Untuk menyelamatkan dirinya dia asal bicara saja. Apa kau percaya pada ucapannya?" kata Jen Thian Ngo. "Aku harap kau jangan cuci tangan, Paman! Apa kau sudah lupa ketika terjadi peretempuran di Ceng-liong-kouw?" kata Kok Siauw Hong. "Tapi kau lihat sendiri saat aku terluka oleh See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, bukan?" kata Jen Thian Ngo. "Hm! Aku tahu saat itu kau sedang bersandiwara, sayang permainanmu itu ketahuan olehku, Paman!" kata Kok Siauw Hong. "Bukankah waktu itu kau berkomplot mengincar harta Siang-koan Hok di rumah mertuaku ini? Kau berpura-pura mengawal harta itu, diam-diam kau suruh Ih Hoa Liong, muridmu itu mengirim berita pada orang Mongol. Ih Hoa Liong sudah mengakui semua perbuatannya itu. Bahkan kau juga kepergok oleh Kiong Mi Yun saat dia bersembunyi di kolong ranjang di rumah mertuaku. Tapi tak kau ketahui ada dia di sana, bukan?" "Kalau begitu ajak Ih Hua Liong dan Kiong Mi Yun menemuiku, agar semuanya jadi jelas!" kata Jen Thian Ngo membela diri. "Ih Hua Liong sudah kabur ke Mongol, kelak aku akan mencari dia. Kiong Mi Yun ada di Kim-kee-leng, jika Paman mau mari kau ikut kami ke Kim-kee-leng!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, mari kita berangkat sekarang juga ke Kim-kee-leng!" kata Jen Thian Ngo. Jen Thian Ngo berpikir dengan mengulur waktu, siapa tahu dia bisa meloloskan diri. Tetapi Han Tay Hiong curiga. Dia bisa menerka apa yang ada di benak Jen Thian Ngo saat itu? "Jen Thian Ngo, kau jangan gunakan siasat ulur waktu,"

kata Han Tay Hiong. "Tanpa saksipun aku yakin Siauw Hong benar! Kau harus bernai berbuat berani bertanggungjawab!" "Kalian jangan memaksaku agar aku mengakui sesuatu yang tak penah kulakukan. Kalau begitu lebih baik kalian bunuh saja aku!" tantang Jen Thian Ngo. "Kau harus jujur, mengaku saja! Kesalahan bisa diperbaiki asal kau punya niat memperbaikinya. Kesempatan untuk menebus dosamu selalu terbuka! Kau mau atau tidak?" kata Han Tay Hiong. "Sebenarnya apa sih yang kalian inginkan dariku?" "Aku ingin kau mengaku terus-terang," kata Kok Siauw Hong. "Apa benar kau bersekongkol dengan orang Mongol? Yang kedua, Siapa saja dan berapa orang yang berkhinat sepertimu yang kau ketahui? Yang terakhir, tahukah kau di mana Seng Liong Sen berada? Karena kau tidak bisa mengelak tentang keberadaan bibinya di rumahmu ini! Bantu kami menemukan dia!" Senang juga Jen Thian Ngo mendengar mereka minta bantuannya. "Yang pertama dan kedua, aku tolak karena tuduhan itu tidak berdasar!" kata Jen Thian Ngo. "Mengenai Seng Liong Sen, kebetulan aku tahu dia ada di mana?" "Katakan, di mana?" kata Kok Siauw Hong. "Jika kalian datang setengah hari di muka, sebenarnya dia ada di sini!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang ke mana dia?" kata Kok Siauw Hong. "Tadi malam Seng Cap-si Kouw membawa dia dalam keadaan tertotok, entah mengapa tiba-tiba dia menghilang semalam! Mungkin dia melarikan diri?" kata Jen Thian Ngo. "Apa benar begitu? kata Kok Siauw Hong tidak yakin. "Aku kira keteranganya benar!" kata nona Han tiba-tiba. "Dia tidak bohong!" -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 77 Han Pwee Eng Hampir Tertawan Musuh; Seng Liong Sen Bertemu Ci Giok Hian

Han Pwee Eng masuk ke dalam rumah, dia menemui salah seorang pelayan Jen Thian Ngo yang langsung dia tanya. Dari pelayan itu dia memperoleh keterangan bahwa semalam memang ada seorang pemuda bermuka buruk tinggal di situ. Tetapi pagi-pagi sekali dia telah menghilang. "Nah, sekarang kalian tidak perlu sangsi lagi, bukan?" kata Jen Thian Ngo.

"Dia kabur ke mana? Aku yakin kau bisa memperkirakan ke mana dia pergi?" kata Kok Siauw Hong. "Ada kemungkinan dia ke rumah Khie Wie," kata Jen Thian Ngo. "Sebab setahuku dia punya hubungan erat dengan putri Khie Wie. Aku kira Khie Wie tidak tahu bahwa Seng Liong Sen sudah menikah! Dia setuju Seng Liong Sen menjadi menantunya." "Baik, ajak kami ke tempat Khie Wie untuk mencari dia," kata Kok Siauw Hong. "Itu tak jadi soal, tapi kalian jangan menganggapku sebagai sandera!" kata Jen Thian Ngo sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Tay Hiong melepaskan paman menantunya itu. "Baik, kalau kau jujur dan tetap mengaggap aku besanmu. Nah, kau tunjukan jalannya!" kata Han Tay Hiong. "Baik, ikuti aku lewat taman di belakang rumaku ini, dari situ jarak ke tempat Khie Wie lebih dekat!" kata Jen Thian Ngo sambil mendahului berjalan di depan.. Kok Siauw Hong merasa heran, dia tahu Han Tay Hiong sangat hati-hati sekali dalam segala tindakannya. Sekarang dia nilai mertuanya itu sangat lengah. Dan benar saja, tiba-tiba Han Pwee Eng menjerit kaget. Ternyata Jen Thian Ngo berhasil mencengkram nona Han, lalu sebelah kakinya menendang ke arah Kok Siauw Hong! Kok Siauw Hong kaget. Untuk sesaat dia terpesona dan tak menyangka akan diserang demikian. Ketika dia menyaksikan kejadian itu, dia tak sempat menghindari tendangan pamannya. Tapi untung Han Tay Hong telah mendorong dia sehingga tendangan Jen Thian Ngo luput tidak mengenai Kok Siauw Hong. Tangan Han Tay Hiong langsung membabat ke arah betis Jen Thian Ngo yang dipakai menendang Kok Siauw Hong. Jen Thian Ngo cerdik, dia membatalkan serangannya itu, sebagai gantinya dia dorong nona Han. "Nah, silakan kau bunuh putrimu sendiri!" kata Jen Thian Ngo. Sebenarnya Han Tay Hiong sudah tahu, betapa liciknya Jen Thian Ngo ini. Ketika lengah benar saja dia didahului sehingga putrinya jatuh ke tangan Jen Thian Ngo. Mengetahui serangannya akan mengenai putrinya, buru-buru Han Tay Hiong membatalkan serangannya. "Jika kau mau selamat, lepaskan putriku!" bentak Han Tay Hiong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu kau lihay, maka itu untuk sementara ini aku harus ditemani putrimu ini!" jawab Jen Thian Ngo. "Dia baru akan kulepaskan jika aku sudah berada di tempat yang aman!" Tiba-tiba Han Tay Hiong seolah mundur, tapi mendadak dia maju menubruk ke arah lawan. "Apa kau tidak sayang pada putrimu?" bentak Jen Thian Ngo. Jen Thian Ngo menghindari terkaman Han Tay Hiong, lalu dia melompati pagar untuk kabur ke taman bunga di belakang rumahnya. Saat itu Jen Thian Ngo menganggap dia sudah selamat, karena jika berada di taman bunganya, maka sulit bagi Han Tay Hiong menangkap dia. Pada saat terakhir sebelum dia melompat, tiba-tiba bagian belakang lututnya serasa kesemutan, cekalan pada nona Han terlepas. Saat itu tangan nona Han pun menghantam dadanya. Celakanya, Han Pwe Eng terjatuh! Untung Kok Siauw Hong segera maju untuk menangkap tubuh kekasihnya yang meluncur ke bawah. Sedangkan tubuh Jen Thian Ngo langsung terjungkal, tapi jatuhnya ke taman bunga yang ada di sebelah tembok lain. Dia terjungkal karena serangan dua butir tanah yang disambitkan oleh Han Tay Hiong ke arah kakinya. Tenaga dalam Han Tay Hiong sangat tinggi, barang apapun bisa dijadikan senjata olehnya. Sedikitpun Jen Thian Ngo tidak mengira akan diserang begitu. Saat itu dia girang karena punya sandera putri Han Tay Hiong. Maka itu dia jadi agak lengah, tahu-tahu kakinya kesemutan. Saat itu Han Tay Hiong melompat memburunya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau mau kabur ke mana, bajingan?" bentak Han Tay Hiong. Paman Kok Siauw Hong ini cukup lihay, dia tak sampai jatuh tersungkur, saat jatuh dia berhasil berdiri lagi dengan tegap. "Jika kau berani, kalian turun ke mari!" tantang Jen Thian Ngo.

Tiba-tiba dia menghilang di balik sebuah gununggunungan. Sesudah masuk ke dalam goa, dia tutup pintu goa dengan sebuah batu besar. Saat Han Tay Hong mengejar, tibatiba berhamburan anak panah menyerang dari dalam goa itu. Ternyata taman itu telah dirancang demikian rupa menjadi sebuah jebakan bagi musuh. Di tempat itu banyak alat rahasia, jika orang kurang hati-hati orang itu bisa celaka! Buru-buru Han Tay Hiong membuka baju yang dipakainya untuk menangkis serangan anak panah itu. Anak-anak panah itu berjatuhan tersampok oleh pakaian Han Tay Hiong yang dijadikan senjata. Terpaksa Han Tay Hiong kembali ke seberang tembok.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagian anak panah itu menyambar ke halaman sebelah, tapi Kok Siauw Hong berhasil membawa Han Pwee Eng ke tempat yang aman. Melihat hal itu Han Tay Hiong kaget bukan kepalang. "Anakku, bagamana keadaanmu?" kata Han Tay Hiong. Tangan kanan Han Pwee Eng bengkak dan berwarna merah. Ketika itu Kok Siauw Hong sedang menguruti tangan kekasihnya. "Ketika bangsat tua itu hendak melompat, dadanya sempat kuhantam sekali, akibatnya pergelangan tanganku terkilir," kata Han Pwee Eng. Jika Han Pwee Eng tak menghajarnya, mungkin dia tak akan dilepaskan sehingga mereka bisa jatuh bersama-sama. "Gerakanmu lumayan, apa kau belajar dari Siauw Hong?" kata ayahnya. "Ya, dia uang mengajariku Siauw-yang-sin-kang," jawab Han Pwee Eng. "Kau lihay Ayah, kau langsung tahu!" Setelah mengurut dan memulihkan tangan putrinya yang cedera, dia tersenyum. "Sayang jahanam itu bisa kabur," kata Han Tay Hiong. "Itu salahku," kata Kok Siauw Hong yang wajahnya berubah merah. "Sudah tahu dia licik, aku masih menganggap dia Pamanku! Hampir saja dia mencelakakan adik Eng!"

Dengan muka merah Kok Siauw Hong berkata. "Aku juga lengah dan lupa kalau rumahnya penuh dengan alat rahasia. Aku tak mengira dia berani menyandera Pwee Eng!" kata Han Tay Hiong. "Terpaksa kita harus mencari penunjuk jalan ke rumah Khie Wie!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kurasa tidak sulit," kata Han Pwee Eng. "Pelayan keluarga Jen pasti tahu di mana rumah keluarga Khie!" Setelah mengusir Uh-bun Tiong Khie Wie kuatir kelemahannya diketahui oleh musuh. Maka itu dia berpurapura mengejar, sudah tentu Uh-bun Tiong ketakutan dan kabur tanpa menoleh. Setelah Khie Wie merasa cukup membuat lawan ketakutan, dia bermaksud kembali menemui anaknya dan Seng Liong Sen. Tetapi mendadak Uh-bun Tiong berhenti berlari. Hal ini membuat Khie Wie kaget. Dia mengira siasatnya telah diketahui oleh Uh-bun Tiong, Maka itu terpaksa dia berpurapura mengejar. "Bangsat Uh-bun Tiong, jangan lari! Ayo hadapi aku!" bentak Khie Wie menantang. Tapi Uh-bun Tiong diam saja. Tiba-tiba dia bersikap seperti orang sinting. Tangan dan kakinya bergerak-gerak seolah sedang menari. Sedang dari mulutnya terdengar erangan seperti binatang buas. Tentu saja perubahan aneh itu membuat Khie Wie heran dan kaget. Dia berteriak keras dan kalap, lalu berlari ke arah Khie Wie. Sedang matanya merah mirip orang gila saja! Tibatiba Khie Wie ingat, saat itu Uh-bun Tong pasti tengah menghadapi bahaya terserang "Cauw-hwee-jip-mo, karena latihan ilmu tenaga dalam Khie Wie yang dia peroleh dari Seng Liong Sen, bahkan kejadian itu bisa mengakibatkan dia lumpuh seumur hidupnya. Tenaga dalam yang diyakinkan Khie Wie itu memang aneh sekali. Jika dipelajari dengan tak teratur, orang yang mempelajarinya akan lumpuh. Kelihatan Uh-bun Tiong sudah semakin parah. Saat sadar dia akan celaka, dia ingat "sebelum menemui ajalnya dia ingin mati bersama musuhnya". Maka itu dia coba mendekati Khie Wie untuk diserang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khie Wie sadar, apa maksud lawan menghampirinya. Saat itu Khie Wie berniat menghindarinya. Tetapi sudah terlambat,

karena cepat luar biasa Uh-bun Tong sudah menerkam ke arahnya. Khie Wie tak berdaya, dia kerahkan seluruh kemampuannya untuk menyambut serangan lawan. "Gedebuk!" Tubuh Khie Wie terlontar mundur beberapa langkah ke belakang, kembali Uh-bun Tiong muntah darah. Dia tertawa terbahak-bahak. "Hm! Khie Wie, aku yakin kau akan mampus!" kata Uh-bun Tiong sambil menyeringai menyeramkan. "Kau akan kubunuh dengan tanganku ini!" Saat itu kekuatan Khie Wie memang sudah habis, maka itu dia tidak mampu bangun lagi, akhirnya dia mengeluh. "Oh, celaka aku! Tak kusangka hari ini aku akan mati di tangan orang gila ini!" keluh Khie Wie mulai putus asa. Tiba-tiba terdengar Uh-bun Tiong tertawa terbahak-bahak hingga suara tawanya itu berkumandang jauh. Saat itu kelihatan tiga orang nona sedang berlari ke arah mereka berdua. Kiranya mereka itu Ci Giok Hian, Kiong Mi Yun dan Jen Ang Siauw, putri Jen Thian Ngo. Mereka baru datang dari Kim-kee-leng, sesudah menemui Ong It Teng di Thay-ouw dan mendapat keterangan lengkap, karena bantuan hwee-shio dan tosu itu, mereka jadi tahu bahwa Seng Liong Sen dan Uh-bun Tiong sedang menuju ke Sun-keng-san akan membunuh Khie Wie! Maka itu mereka langsung menuju ke Sun-keng-san. Sayang Ci Giok Hian belum tahu, hubungan Seng Liong Sen dengan Khie Wie? Mereka tidak tahu mengenai permusuhan Uh-bun Tiong dengan Khie Wie? Karena Jen Ang Siauw sudah tahu letak rumah Khie Wie, nona itulah yang menjadi pengantar kedua nona itu ke sana.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebetulan Jen Ang Siauw ingin mengetahui keadaan ayahnya, sesudah dia tinggalkan itu. Mereka langsung meninggalkan Thay-ouw, datang berita baru bahwa Seng Liong Sen dan Uh-bun Tiong bentrok hal itu tak mereka ketahui. Jika mereka tahu, pasti Ci Giok Hian dan kedua kawannya tak akan ke Sun-keng-san. Dari kejauhan sayupsayup mereka dengar suara tawa Uh-bun Tiong yang menyeramkan dan disusul ancamannya. "Dengar, orang itu pasti ingin membunuh Khie Wie!" kata Jen Ang Siauw. "Ayo kita ke sana!" ajak Kiong Mi Yun. "Itu seperti suara Uh-bun Tiong, kebetulan aku kenal dengannya. Apa itu dia atau bukan?" Sambil berjalan nona Jen menjelaskan pada dua kawannya.

"Khie Wie tetangga kami, Ayahku melarang aku bermain di tempat Khie Wie. Aku kira dia orang baik, maka itu kita harus menolonginya!" kata Jen Ang Siauw. Sementara itu mereka berlari ke tempat datangnya suara itu. Saat sampai mereka bengong semuanya.Dari mulut Uhbun Tiong mengeluarkan darah bercampur busah, dia mirip orang gila saja! Sedangkan Khie Wie tergeletak tidak berdaya di atas tanah. Saat itu kelihatan Khie Wie sedang berusaha bangun. Melihat kedatangan tiga nona itu, Uh-bun Tiong langsung menerjang ke arah mereka. "Mau apa kau Uh-bun Tiong?" bentak Kiong Mi Yun. "Kau masih mengenaliku atau tidak? Aku putri Kiong Cauw Bun! Kau jangan celakakan Paman Khie!" Ternyata antara Uh-bun Tiong dan Kiong Cauw Bun ada hubungan. Lima tahun yang lalu Uh-bun Tiong pernah berkunjung menemui Kiong Cauw Bun. Mendengar kata-kata Kiong Mi Yun itu Uh-bun Tiong mendelik. Dia awasi nona Kiong dengan tajam, tak lama dia tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku kenal kau!" kata Uh-bun Tiong. "Kau anak perempuan Khie Wie! Hari ini kau dan ayahmu juga aku akan mati bersama-sama, kan?!" "Namaku Kiong Mi Yun, aku kenal kau dan kita pernah bertemu di rumahku," kata nona Kiong menjelaskan. "Tidak! Kau Khie Kie! Oh, tidak! Kau adik misanku, sekalipun semasa hidup kita tak bisa menjadi suami-istri, tetapi sesudah mati kita akan bersama-sama...." kata Uh-bun Tiong sambil tertawa menyeramkan. Sesudah itu dia menerjang ke arah Kiong Mi Yun, jelas dia benar-benar sudah gila. Melihat terjangan Uh-bun Tiong, buru-buru nona Kiong mengelak. Sedang Jen Ang Siauw mengangkat goloknya, maju akan menghadapi Uh-bun Tiong yang sudah kalap itu! "Anak setan! Kalian juga harus mati bersamaku!" bentak Uh-bun Tiong. Dia maju hendak mencengkram Jen Ang Siauw dan Ci Giok Hian. Meskipun sudah sinting, tapi ilmu silat Uh-bun Tiong lihay! Tangan Uh-bun Tiong pun cepat luar biasa, dia menangkis serangan Jen Ang Siauw. Tahu-tahu golok si nona sudah terlepas dari pegangannya dan terjatuh. Saat Uh-bun Tiong maju lagi akan mencengkram nona Jen, Kiong Mi Yun menyambar tangan nona itu dan menariknya. Mereka melompat mundur dan tak berhasil dicengkram oleh Uh-bun Tiong. Di antara ketiga nona itu, Ci Giok Hian yang paling tenang.

Dia putarkan pedangnya, saat Uh-bun Tiong kembali menyerang, nona Ci berkelit dan menusuk bahu Uh-bun Tiong hingga mengenainya. Aneh sedikit pun Uh-bun Tiong tak merasa kesakitan saat bahunya tertikam pedang nona Ci itu. Sebelum pedang nona Ci ditarik kembali, Uh-bun Tiong berhasil menangkap pedang nona Ci. Pedang itu terlepas dari tangan Ci Giok Hian. Sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertawa terbahak-bahak, Uh-bun Tiong menggunakan pedang nona Ci untuk menyerang ketiga nona itu. Tentu saja ketiga nona itu harus segera menghindari serangannya. "Hm! Uh-bun Tiong, apa kau tak sadar siapa dirimu?" bentak Khie Wie. "Kau pikir aku ini siapa? Aku seorang eng-hiong yang gagah dan tampan!" kata Uh-bun Tiong. "Kau si buruk rupa yang bermimpi memiliki bidadari, hai binatang busuk!" kata Khie Wie. "Siapa kau? Beraninya kau mencaciku! Eh, rupanya kau, Khie Wie musuh besarku! Baik, kubunuh kau!" kata Uh-bun Tiong. "Hm! Keadaanmu sudah lemah, jika kau berani silakan kau coba bunuh aku!" kata Khie Wie sambil tertawa. Tiba-tiba Uh-bun Tiong menerjang, pedang nona Ci yang ada di tangannya dipakai untuk menyerang Khie Wie. Dia meraung menakutkan. Menyaksikan Uh-bun Tiong mulai nekat, ketiga nona itu jadi ngeri juga dan mereka mengkhawatirkan keadaan Khie Wie. Bukan kabur, malah Khie Wie sengaja memanas-manasi lawannya. Dia paksa agar Uh-bun Tiong menerjang ke arahnya. Tapi tak lama terdengar jeritan mengerikan dari Uhbun Tiong. Ternyata dia roboh sebelum berhasil mendekati lawannya, tergeletak tiga meter dari Khie Wie. Ketika itu mereka belum saling menyerang. Ternyata Uh-bun Tiong roboh karena serangan penyakit berbahaya akibat tenaga dalamnya. Jika dia tidak dipanas-panasi sehingga murka, barangkali dia belum roboh! Dia tampak kesakitan dan berteriak-teriak. "Khie Wie, lekas kau bunuh aku!" teriak Uh-bun Tiong memohon.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Tadi pun sudah kubilang kau ini pengecut berat!" kata

Khie Wie. "Sekarang jelas, mau mati pun kau minta bantuanku!" Karena putus asa Uh-bun Tiong mengangkat pedang Ci Giok Hian yang ada di tangannya, lalu dia tikam tubuhnya sendiri untuk bunuh diri. Bukan main ngerinya ketiga nona itu menyaksikan adegan itu. "Ah, sekalipun Uh-bun Tiong itu jahat, tapi Khie Wie terlalu berlebihan!" pikir Ci Giok Hian. Khie Wie lega setelah menyaksikan musuhnya sudah binasa. Dia seka keringat di dahinya. Apa yang tadi dilakukannya, itu sebenarnya berbahaya sekali baginya. Jika tenaga Uh-bun Tiong belum habis, maka dia pun akan mati bersamanya. Ci Giok Hian menarik pedang yang ada di tubuh Uh-bun Tiong, sedangkan nona Jen menghampiri Khie Wie. "Kau tak apa-apa, Paman Khie?" kata Jen Ang Siauw. "Tidak apa-apa, terima kasih atas bantuan kalian, jika tidak aku binasa!" kata Khie Wie. "Jangan sungkan, Paman. Mari kau kubawa pulang!" kata nona Jen yang langsung mendukung Khie Wie. "Paman, kau pernah bertemu dengan Ayahku atau tidak?" "Jadi kau belum tahu keadaan ayahmu?" kata Khie Wie. "Ku-nasihati kau, sebaiknya kau jangan pulang dulu, Nona Jen!" Nona Jen Ang Siauw kaget. "Apa yang terjadi, Paman?" kata nona Jen. "Aku baru saja pulang, aku belum bertemu dengan ayahmu," kata Khie Wie. "Yang aku tahu Seng Cap-si Kouw ada di rumahmu. Bukankah dia nona Kiong, sebaiknya dia tidak bertemu dengan mereka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah, sebaiknya kuantar dulu Paman pulang," kata nona Jen. "Aku ingin menanyakan berita seseorang pada Pamam Khie." "Tentang siapa?" jawab Khie Wie. "Tentang Seng Liong Sen," kata Jen Ang Siauw. "Kau kenal dengannya?" kata Khie Wie. "Aku mencari dia atas permintaan temanku," kata nona Jen. "Apa kau tahu di mana dia, Paman Khie?" Khie Wie agak curiga nona Jen menanyakan tentang Seng Liong Sen itu. Tapi dia tahu budi, karena ketiga nona itulah yang menyelamatkan dia, maka dia langsung menjawab pertanyaan nona itu. "Dia ada di ata sana bersama anak perempuanku!" kata Khie Wie sambil menunjuk ke arah hutan Siong (cemara) di

atas gunung. "Ah, akhirnya ketemu juga!" seru nona Kiong. "Lekas temui dia, Cici Hian!" Mendengar Seng Liong Sen ada di hutan cemara, Ci Giok Hian ragu untuk menemuinya. Dia berpikir keras. "Urusan kami betapa pun harus diselesaikan dulu, biar kutemui dia dulu untuk menjelaskannya!" pikir Ci Giok Hian. Dia langsung melangkah ke hutan cemara. "Siapa nona itu?" tanya Khie Wie. "Dia sahabatku, namanya Ci Giok Hian!" kata Jen Ang Siauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ternyata benar istri Seng Liong Sen menyusulnya!" pikir Khie Wie. "Semua ini kesalahan Seng Liong Sen. Ah, alangkah berdukanya putriku atas kenyataan ini?" Saat itu hati Ci Giok Hian sedang gelisah, bingung dan tak tentram. Pada saat yang bersamaan nona Khie sedang mendengarkan penjelasan dari Seng Liong Sen di hutan cemara. Hatinya pilu seolah disayat sebilah sembilu. "Dia tidak berbohong padamu, Bibiku bicara sebenarnya," menegaskan Seng Liong Sen. "Aku memang sudah beristri!" Jelas jawaban Seng Liong Sen ini mengejutkan nona Khie. Ketika itu nona itu seolah mendengar guntur di siang bolong tanpa hujan. Nona Khie tidak menangis atau mencaci Seng Liong Sen yang ada di hadapannya. Dia cuma termangu kaget

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan bingung bukan main. Sekalipun jelas dia sangat berduka sekali. Sambil menghela napas panjang, Seng Liong Sen berkata lagi, "Semua itu memang salahku! Aku ini pembohong dan pantas mati! Tapi, aku yakin suatu saat kau akan menemukan jodoh yang lebih jujur dan lebih baik dibandingkan aku! Aku akan mencari ayahmu dan pamit pada beliau!" Dia tidak tahu, apakah nona itu mendengarkan katakatanya atau tidak, tapi yang dia lihat nona itu bengong saja. Tanpa mengangguk atau bicara. Saat itu Seng Liong Sen bangun akan pergi. Tapi melihat nona itu diam saja, dia tak jadi melangkah. Perlahan-lahan dia pegang tangan nona itu, lalu duduk kembali di sampingnya tanpa bisa bicara lagi. Dia bingung semua salah dia. "Jadi apa yang dikatakan bibimu itu benar?" kata si nona akhirnya. "Benar, begitu," kata Seng Liong Sen. Hatinya sakit seperti disayat sembilu. Terlihat nona Khie menatap muka pemuda itu. "Sungguh aku tidak mengerti, kenapa kau bisa mencintai dua wanita secara bersamaan?" kata Khie Kie. Sekalipun dia masih sedih tapi kini perasaannya sudah mulai tenang. Wajah Seng Liong Sen berubah merah dan sebentar lagi pucat "Terus-terang aku katakan padamu, aku ini pernah mati! Tapi kaulah yang membuat aku berani hidup kembali! Aku hormat pada Giok Hian, sekalipun kami sudah menikah, tetapi pernikahan bohong-bohongan!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa begitu?" tanya Khie Kie heran. "Ada sesuatu yang tidak bisa aku katakan, yang pasti aku

tidak berniat membohongimu," kata Seng Liong Sen. "Terus

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terang, dulu memang aku hendak merahasiakan riwayat hidupku kepadamu, Khie Kie," kata Seng Liong Sen. Khie Kie diam. "Tujuanku agar aku bisa dilindungi oleh ayahmu. Tetapi ternyata.... Kau...kau begitu baik kepadaku, bahkan aku pun sangat menyukaimu. Sungguh aku menyukaimu dengan

setulus hatiku!" "Kau dalam kesulitan, maka itu aku tidak menyalahkanmu," kata Khie Kie. "Tetapi kau melakukan sesuatu yang kurang baik di mata istrimu!" "Kau benar! Aku tahu soal itu. Maka itu aku harus meninggalkanmu. Mohon maafkan kesalahanku!" kata Seng Liong Sen. Nona itu melengos. Dia tak ingin melihat kepergian pemuda itu, tapi saat itu di luar dugaan muncul seseorang yang mengejutkan mereka. "Eh, apa aku sedang bermimpi?" pikir Seng Liong Sen. Saat dia gigit bibirnya terasa sakit. "Kaukah itu Giok Hian?" kata Seng Liong Sen. "Tak kau kira bukan? Kedatanganku ini untuk mengucapkan selamat kepadamu!" kata Ci Giok Hian. Ketika itu Seng Liong Sen mengira istrinya sudah mendengar semua pembicaraan mereka. Maka itu dia mengira Ci Giok Hian sedang menyindirnya. Maka itu dia diam saja dan tak berani bicara. Tadi nona Khie tercengang, tapi sekarang dia sudah mampu mengatasi kekagetannya. "Ci Cici, kebetulan kau datang! Dulu aku tak tahu kau istri Seng Toa-ko, sekarang aku sudah tahu. Dia banyak mengalami siksaan batin dan sangat menderita. Maka itu sekarang dia membutuhkan seorang istri untuk merawatnya," kata Khie Kie. "Aku ucapkan selamat dan sangat bersyukur

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau datang. Kalian bisa berkumpul kembali! Sebaiknya aku pergi saja!" Sambil tersenyum Ci Giok Hian menarik tangan nona itu, dengan suara lirih dia berkata lembut. "Aku mohon kau jangan pergi!" kata Ci Giok Hian. "Aku ingin bicara denganmu!" "Giok Hian semua itu kesalahanku," kata Seng Liong Sen agak cemas. "Sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan nona Khie! Jika kau mau marah, marahi aku saja!" "Kau salah paham, Liong Sen," kata Ci Giok Hian sambil tersenyum. "Aku mengucapkan selamat bahagia kepadamu dengan setulus hatiku. Nona Kie seorang nona yang baik. Ini keberuntunganmu, kau bisa menikah dengannya! Sekalipun aku baru pertama kali bertemu dengannya, aku menyukainya! Terus-terang aku lebih tua darimu, Khie Kie. Jika kau tak keberatan aku ini bisa jadi kakakmu! Apa kau mau mendengar kata-kata kakakmu?" Kata-kata Ci Giok Hian ini tulus dan jujur. Maka itu timbul sesuatu yang aneh pada diri nona Khie. Sekalipun Ci Giok Hian

baru dikenalnya hari ini, dia merasa dekat seperti pada kakaknya sendiri. Maka itu dia tak jadi pergi. "Katakan saja, Cici yang baik, aku akan mendengarkannya!" jawab Khie Kie hormat. "Liong Sen, percayalah padaku aku girang sekali," kata Ci Giok Hian tenang. "Tentang apa hingga kau senang?" kata Seng Liong Sen. "Pertama kau belum mati, hingga kita bisa bertemu lagi sekarang! Yang kedua, aku sudah katakan, bahwa kau beruntung menemukan nona yang baik ini. Maka itu aku merasa senang."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang nasib manusia sering tak terduga, sulit aku mengatakannya padamu," kata Seng Liong Sen. "Kau jangan bicara lagi, aku tahu apa yang telah kau alami selama ini. Aku juga tahu apa yang ada dalam hatimu." kata Ci Giok Hian. Kemudian nona Ci menoleh ke arah Khie Kie. "Aku memang benar istri Liong Sen, dan apa yang dia katakan, benar! Kami ini suami-istri bohongan! Untung sekarang semua kesalahan itu bisa kuperbaiki!" kata Ci Giok Hian. Nona Khie Kie tertegun. "Maaf, Cici Ci, kuucapkan terima kasihku atas ketulusan dan kebaikanmu itu! Tetapi aku tidak ingin kau berkorban begitu demi aku!" kata nona Khie Kie terharu sekali. "Kau salah, Khie Kie! Bagiku itu bukan suatu pengorbanan, tapi itu suatu kebebasan!" kata Ci Giok Hian. "Terus-terang dulu aku tak pernah bicara jujur pada suamiku. Maka hal itu tidak boleh terjadi lagi! Benar begitu, Liong Sen?" "Kau benar, aku merasa malu padamu, Giok Hian!" kata Seng Liong Sen. "Dulu pernikahan kita hakekatnya karena sebuah kesalahan besar!" kata nona Ci. "Ini harus kau akui, Liong Sen! Padahal dalam sebuah pernikahan perlu kejujuran dan saling mencintai. Terus-terang di antara kita belum pernah kita cocok satu sama lain. Betul bukan?" Pemuda itu mengangguk. "Kau pernah melakukan kesalahan, aku juga begitu!" kata Ci Giok Hian. "Semula aku mau menikah denganmu karena ketamakanku. Kau akan menjadi Bu-lim-beng-cu dan pewaris Bun Yat Hoan, itu alasanku mau menikah denganmu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar pengakuan Ci Giok Hian dengan wajah merah dan terharu Seng Liong Sen mengangguk. Lalu ia pun berkata lirih. "Aku lebih buruk lagi," kata Seng Liong Sen. "Saat aku baru mengenalmu, aku sudah tahu bahwa kau punya seorang tunangan. Tetapi karena aku tergoda oleh kecantikanmu, aku ingin mendapatkanmu! Ketika itu aku berpikir, dengan dukungan nama baik keluargamu, karirku akan menanjak terus. Maka itu dengan berbagai upaya aku menghancurkan perjodohanmu dengan Kok Siauw Hong! Sebenarnya aku telah menyusahkanmu!" Saat itu serasa hati nona Ci sedang diiris oleh sembilu, pedih bukan main. Tapi dia coba tersenyum manis. "Sudahlah, yang sudah tak perlu kita bicarakan lagi.... Kita berdua memang bersalah!" kata Ci Giok Hian. "Tapi kesalahanku bukan itu saja, masih ada kesalahan yang lebih besar lagi," kata Seng Liong Sen. "Mengenai apa?" tanya Ci Giok Hian. "Masalah Kong-sun Po......" kata Seng Liong Sen. "Itu aku sudah tahu," kata Ci Giok Hian. "Jika kau sudah sadar dan mau memperbaiki kesalahanmu, kau masih bisa menjadi orang baik.....Orang-orang akan memaafkanmu!" Karena terharu pemuda itu meneteskan air matanya. Ci Giok Hian pun tak tahan, dia juga menangis. Dia coba menahan perasaan dukanya, lalu berkata lirih. "Memang ada kesalahan yang tak bisa diampuni, tapi ada juga kesalahan yang bisa diperbaiki. Untung belum terlanjur sehingga kesalahan itu mudah-mudahan bisa kita perbaiki! Tapi ingat jangan lakukan lagi kesalahan lain! Aku bicara setulus hatiku!" kata Ci Giok Hian. "Selanjutnya bagaimana kita berdua?" kata Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita masih tetap sahabat," kata nona Ci. "Terima kasih, Giok Hian," kata Seng Liong Sen. "Aku berjanji akan mengubah kelakuanku. Aku juga ingin menjadi orang baik! Tentang Nona Khie, aku tak tahu pendapatnya bagaimana?" "Tentu kau harus bicara dengannya," kata Ci Giok Hian. "Dalam masalah ini aku tidak ikut campur urusan kalian! Nah, aku mohon diri!"

Sambil menangis terharu Khie Kie menarik lengan baju Ci Giok Hian. Lalu dia berkata, "Cici yang baik, kau jangan pergi!" "Dasar anak bodoh! Untuk apa aku di sini? Mana boleh aku ikut campur urusan kalian!" kata nona Ci. Dengan wajah lesu Seng Liong Sen mengawasi kepergian bekas istrinya itu. Makin lama semakin jauh. Akhirnya menghilang di balik hutan cemara. Dia tak menduga hubungannya dengan Giok Hian akan berakhir begitu. Tapi dia sekarang merasa bebas hanya merasa malu sekali, sekalipun kepada dirinya sendiri. Saat Seng Liong Sen sedang bingung dan terharu, tiba-tiba dia dengar Khie Kie malah tertawa. Dia heran dan sadar dari lamunannya. "Eh, kau tertawa! Apa yang kau tertawakan?" kata Seng Liong Sen. "Tentu saja aku mentertawakan kau!" kata si nona. "Kenapa kau tertawakan aku?" "Karena kau lelaki yang tidak beruntung! Kau punya istri begitu cantik dan hatinya baik, malah kau lepaskan dia begitu saja!" kata nona Khie. "Apa kau tak menyesal?" "Kenapa aku harus menyesal? Aku malah orang yang beruntung menemukan kau!" kata Seng Liong Sen. Wajah nona Khie berubah merah karena malu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau jangan bohong! Mana bisa aku dibandingkan dengan Cici Giok Hian?" kata nona itu. "Kalian berdua seperti saudara saja, kau bilang dia baik, dia juga bilang begitu! Bukankah aku yang beruntung seperti kata dia tadi?" kata Seng Liong Sen. "Sayang dia sudah pergi, sungguh aku ingin mempunyai seorang kakak seperti dia," kata Khie Kie sedikit menyesal. "Terus-terang aku hormat pada Giok Hian, tapi aku lebih menyukaimu, Khie!" kata Seng Liong Sen. Bukan main senangnya Khie Kie mendengar ucapan permuda itu, dia menunduk tidak berkata apa-apa. Tiba-tiba dia dengar pemuda itu menghela napas. Khie Kie kaget. "Kenapa kau menghela napas?" tanya si nona. "Aku merasa aku tak cocok menikahimu," kata Seng Liong Sen tiba-tiba. "Kenapa kau berkata begitu?" tanya si nona heran. "Kau sama dengan batu Giok yang sangat mulus, belum diukir. Sedangkan aku manusia penuh dosa! Tadi kau sudah tahu riwayat hidupku di masa lalu, apa kau tidak keberatan menyukaiku seorang yang berdosa ini?" kata Seng Liong Sen. "Aku tidak peduli kesalahan apa yang telah kau lakukan dulu, yang kuketahui sekarang kau orang baik? Tadi Cici Giok

Hian pun bilang begitu! Manusia mana yang tidak pernah berdosa? Jika kau bisa memperbaiki kesalahanmu, itu sudah cukup bagiku! Kau jangan rendah diri, aku akan tetap di sampingmu!" kata Khie Kie. Cahaya sinar surya menyinari bumi seperti awan di sana, kini semua yang menyelimuti hati Seng Liong Sen, sekarang telah buyar. Awan dan badai pun sudah teratasi oleh pemuda ini.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oSaat meninggalkan Seng Liong Sen dan nona Khie, hati Ci Giok Hian bimbang. Sambil berjalan akan menemui kawankawannya. Dia mengenang apa yang pernah dialaminya bersama Seng Liong Sen. Tetapi sesudah bicara dan mengambil keputusan, maka lega juga hati nona Ci. Kini dia merasa telah bebas dari beban yang berat itu sealama ini. Sekarang hatinya merasa lega sekali! Dia melamun. "Ada dosa yang bisa diperbaiki dan ada dosa yang tidak bisa diperbaiki," pikir Ci Giok Hian. Ingat pada masa lampaunya, hati Ci Giok Hian pun pilu. "Ah, jika aku tak begitu saja percaya mendengar omongan orang, bahwa Kok Siauw Hong sudah mati! Maka aku tidak akan jadi begini? Apa ini salah nasib, tapi jika aku tak ragu mana bisa hal ini terjadi?" pikir Ci Giok Hian. Sesudah menyesali diri dan mencaci dirinya sendiri, dia kaget. Tiba-tiba dia berpikir. "Ternyata di otakku masih ada pikiran kotor yang melekat! Aku tak tahu diri, bahwa Han Pwee Eng memang lebih baik dariku! Dia dan Siauw Hong satu pasangan yang setimpal! Yang sudah-sudah biarlah berlalu.... Aku harus merasa gembira, memang jika aku bukan istri Kok Siauw Hong, apakah aku tidak boleh menjadi sahabatnya?" Saat dia melamun, tiba-tiba Ci Giok Hian dikagetkan oleh teriakan seseorang. "Hai, Siauw Hong lihat! Bukankah itu Ci Giok Hian? Hai Cici Giok Hian, ini aku Pwee Eng!" kata Han Pwee Eng. Saat Ci Giok Hian menoleh ke arah panggilan itu, memang itu Han Pwee Eng. Sedang pemuda yang bersamanya adalah Kok Siauw Hong adanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, kalian juga ada di sini?" kata Ci Giok Hian.

"Bukan aku saja, tapi Ayahku pun ada bersama kami," kata Han Pwe Eng. "Kami sedang mencari seseorang. Tahukah kau siapa yang sedang kami cari itu?" Ci Giok Hian langsung memberi hormat pada Han Tay Hiong. "Paman Han, selamat bertemu, sekarang kalian sudah berkumpul kembali," kata Ci Giok Hian. Han Tay Hiong yang datang belakangan bersama bujang Jen Thian Ngo sebagai penunjuk jalan, dia tertawa. "Eh, Pwee Eng kau jangan suruh Cicimu menebak-nebak segala, dasar anak bodoh! Kedatangan Cicimu ini pun pasti dia sedang mencari seseorang! Yang dia cari pasti orangnya sama dengan yang kita cari!" kata Han Tay Hiong sambil tertawa riang. "Paman benar, orang yang kalian cari sama orangnya yang aku cari!" kata Ci Giok Hian sambil menunduk. "Jadi kau sudah bertemu dengannya?" kata Pwee Eng. "Sudah, aku sudah bertemu dengannya!" jawab nona Ci. "Mana dia? Kok kau tidak bersamanya?" kata Pwee Eng. "Dia tak akan bersamaku lagi," kata nona Ci. "Apa yang dia lakukan terhadapmu?" kata nona Han. "Tidak ada, sekarang dia jauh lebih baik daripada dulu," kata Ci Giok Hian. "Hanya.... hanya...." "Ada apa?" desak Han Pwee Eng. Kelihatan Ci Giok Hian bingung. Dia tidak tahu harus bilang apa. Tetapi dengan suara haru akhirnya nona Ci berkata, "Hanya aku pikir lebih baik kami berpisah saja dengannya! Tetapi tak perlu kau tanyakan, apa sebabnya? Nanti akan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kuceritakan, tapi dengar dulu kabar yang menyenangkan dariku!" Han Pwee Eng tahu apa maksud Ci Giok Hian tidak bercerita ketika itu, mungkin ada sesuatu yang tidak leluasa diucapkan di depan orang banyak. Maka itu nona Han tak mendesaknya. "Kita bisa bertemu di sini, ini sesuatu yang menggembirakan! Ada kabar gembira apa lagi?" tanya Han Pwee Eng. "Apa kau masih ingat pada orang yang pernah jatuh cinta kepadamu?" kata Ci Giok Hian. "Ah, Cici, kau pandai bergurau!" kata nona Han. "Dia bukan pria, tapi seorang perempuan!" kata nona Ci. "Oh, aku tahu, yang kau maksud itu Kiong Mi Yun, bukan?" kata Han Pwee Eng. "Apa dia ada di sini?" "Dia datang bersamaku," jawab nona Ci. "dan seorang

kawan yang mungkin belum kau kenal" "Siapa dia?" kata nona Han. "Putri Jen Thian Ngo, namanya Jen Ang Siauw!" "Oh! Kenapa dia ada di sini bersama kalian?" tanya Han Pwee Eng. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 78 Rumah Jen Thian Ngo Terbakar: Kok Siauw Hong Dan Han Pwee Eng Ke Kim-keeleng
Melihat Han Pwee Eng kebingungan dan heran, nona Ci yakin nona Han tidak percaya kenapa Ci Giok Hian bersedia bergaul dengan putri Jen Thian Ngo. Padahal Jen Thian Ngo

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah diketahui orangnya licik. Maka itu langsung dia bicara pada nona Han. "Bunga teratai yang tumbuh di lumpur pun tidak akan kehilangan keindahannya," kata Ci Giok Hian. "Maka itu Jen Ang Siauw tak bisa kita samakan dengan ayahnya! Hai! Baru kita bicarakan ternyata mereka sudah datang semua!" Tak lama Kiong Mi Yun sudah kelihatan sedang membantu seorang tua yang dia papah, berjalan sedang mendatangi. Tanpa menyapa dulu pada Kiong Mi Yun, Han Pwee Eng berpaling pada ayahnya. "Ayah, Paman inilah yang menolongiku tempo hari," kata Han Pwee Eng.. Sebagai seorang ahli silat ulung, saat menyaksikan cara berjalan Khie Wie yang langkahnya berat, Han Tay Hiong langsung tahu, kalau orang itu terluka dalam. Han Tay Hiong segera mendekati dan menyapanya. "Saudara, kau pasti Khie Wie," kata Han Tay Hiong. "Aku Han Tay Hiong, kata putriku kau pernah menolongi dia! Terima kasih" Saat itu Han Tay Hiong mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan. "Ah, Saudara Han kau tak perlu see-ji," kata Khie Wie sambil tersenyum. "Aku ini sudah ada umur. Ibarat pepatah, sebuah kakiku sudah melangkah ke lubang kubur!" Kata-kata Khie Wie sebenarnya artinya dalam. Dia kuatir Han Tay Hiong mengulur tangan hendak menjajal ilmu silatnya. Sesudah itu dia sambut tangan Han Tay Hiong. Di luar dugaan Han Tay Hiong mengerahkan tenaga murninya untuk mengobati Khie Wie. Dengan demikian Khie Wie pun sangat bersyukur sekali "Aku sudah tahu lama bahwa kau akhli lwee-kang yang lihay," kata Khie Wie. "Ternyata hal itu benar sekali! Terima

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kasih atas kebaikanmu, jika kalian tak keberatan, rumahku tak jauh dari sini!" Ketika itu Kiong Mi Yun juga sedang asyik berbincang dengan Han Pwee Eng. Mereka sedang mengisahkan pengalaman mereka masing-masing selama berpisahan. Ketika Han Tay Hiong akan menerima undangan Khie Wie ke rumahnya, nona Han menarik tangan ayahnya. "Uh-bun Tiong sudah mati, Cici Giok Hian sudah bertemu dengan Seng Liong Sen. Ayah, bagaimana kalau kita antarkan Jen Ang Siauw pulang dulu?" kata Han Pwee Eng. "Jadi Uh-bun Tiong sudah meninggal, dia jago Kang-ouw. Bagaimana caranya dia bisa meninggal?" kata Han Tay Hiong. "Dia mati terserang penyakit Cauw-hwee-jip-mo karena ulahnya. Dia jahat dan pantas mati!" lata Ci Giok Hian. "Hampir saja aku mati karena ulah Uh-bun Tiong dan Seng Cap-si Kouw," kata Khie Wie. "Untung tiga nona ini menolongiku!" Han Tay Hiong seorang jago berpengalaman, saat dia dengar ajakan putrinya, dia langsung maklum. Mungkin putrinya tak ingin ke rumah Khie Wie, karena dia kuatir Ci Giok Hian akan bertemu lagi dengan Seng Liong Sen dan Khie Kie. Jika mereka bertemu, nona Han yakin ada perasaan tak enak di antara mereka! Han Tay Hiong langsung memberi hormat pada KhieWie. "Terima kasih atas undanganmu. Kau belum sehat benar, lain kali saja aku singgah ke rumahmu," kata Han Tay Hiong. "Aku senang berkenalan denganmu!" "Kalau begitu baiklah, aku pulang dulu," kata Khie Wie. "Selang tiga hari kau boleh singgah ke rumah kami!" "Baik, tiga hari lagi pasti aku akan ke rumahmu,," jawab Han Tay Hiong sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa kalian juga mau ikut semua ke rumahku?" kata Khie Wie. "Ah, kami kaum muda rasanya tak perlu ikut bicara dengan kalian berdua," kata Ci Giok Hian. "Kami akan mengantar nona Jen, sesudah itu kami akan mengurus urusan kami!" Saat itu yang dikuatirkan dan ada di benak Khie Wie ialah masalah putrinya. Sedang masalah itu ada hubungannya dengan Ci Giok Hian. Tetapi dia tak berani bicara terus-terang,

maka itu dia cuma berkata begini. "Baik, aku tak memaksa. Apa kau tak mau menunggu Seng Liong Sen, Nona Ci?" "Tidak! Tidak, tidak perlu menunggu dia!" jawab Ci Giok Hian sambil tersenyum manis. "Masalahku dengan dia sudah beres, malah kami bicara di depan putrimu! Tanyakan saja pada putrimu semuanya akan jelas!" Mendengar jawaban itu Khie Wie mengangguk. "Kalau begitu baiklah, terima kasih atas bantuanmu, Nona Ci! Kelak jika kau butuh tenagaku, kau boleh undang aku!" kata Khie Wie. Tampak Khie Wie girang mendengar ketulusan hati Ci Giok Hian yang mau mengalah pada putri satu-satunya. Dia senang sekali. Sesudah dibantu Han Tay Hiong kesehatan Khie Wie mulai pulih. Dia pamit lalu berjalan pulang, sedang Han Tay Hiong dan kawan-kawannya kembali ke rumah Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong dengan Jen Ang Siauw terhitung saudara misan. Tetapi mereka belum pernah saling bertemu. Mereka saling memberi hormat. "Dulu Ibuku sering membicarakan tentang Bibi," kata Jen Ang Siauw. "Sayang adat Ayahku kukuh dia melarang aku menemui Ibumu! Mengenai dirimu aku sudah banyak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendengar kabarnya. Jika Ibuku melihatmu, oh senangnya dia! Bagaimana keadaan Hihi, apakah dia baik-baik saja?" "Ibuku baik-baik saja,"jawab Kok Siauw Hong. "Aku dengar kau pernah ke Kim-kee-leng, apa benar?" "Benar! Tadi aku dengar dari Paman Khie, Seng Cap si Kouw datang ke rumah kami, kau tahu tentang itu?" kata Jen Ang Siauw "Aku baru saja dari rumahmu, iblis perempuan itu sudah kabur !" kata Kok Siauw Hong. "Jadi kau sudah bertemu dengan Ayahku?" "Ya, sudah," jawab Siauw Hong. Melihat Kok Siauw Hong bersikap dingin, nona Jen langsung berkata lagi. "Bagaimana sikap Ayahkl padamu?" "Adik misan, jika aku katakan terus terang kau jangan marah padaku," kata Kok Siauw Hong. "Aku sudah tahu sifat Ayahku," kata Jen Ang Siauw, "aku sendiri tidak setuju pada perbuatannya. Silakan Kakak-misan katakan saja terus-terang!" Semula nona Jen mengira hanya pertengkaran keluarga, ternyata Kok Siauw Hong membuka rahasia, kalau ayahnya

bersekongkol dengan penjahat besar See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Bahkan ayanya menjadi kaki tangan bangsa asing. Dia juga hendak mencelakakan Han Pwee Eng. Tampak nona Jen berduka. Kok Siauw Hong coba menghibur adik-misannya itu. "Kau jangan berduka, kami tak akan menyalahkanmu karena perbuatan ayahmu itu!" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku malu punya Ayah begitu!" kata nona Jen. "Sekarang Ayahku ada di mana, Kakak-misan? Aku ingin minta sesuatu darimu!" Pemuda itu mengerti apa maksud ucapan nona Jen. "Ayahmu itu Pamanku. Aku akan berusaha agar Paman kembali ke jalan yang benar. Jika kau mau membujuknya, barangkali itu akan lebih baik!" kata Kok Siauw Hong. "Mudah-mudahan bisa begitu, apa Ibuku tahu tentang perbuatan Ayahku?" kata nona Jen. Dia berpaling pada pelayan tua di rumahnya. "Paman Kat, bagaimana keadaan Ibuku?" kata nona Jen. "Tapi aku harap Nona tidak berduka," kata pelayannya. "Sebenarnya Nyonya Besar sudah meninggal!" "Ibuku meninggal?" kata si nona. "Kenapa?" "Setelah kau pergi, siang dan malam Nyonya terkenang padamu," kata pelayan itu. "Beliau bertengkar dengan ayahmu tak lama ibumu meninggal!" Kabar itu bagaikan suara guntur di siang bolong. Nona Jen berdiri bagaikan sebuah patung. "Nona Jen, tenang," kata Ci Giok Hian. "Orang yang sudah meninggal tidak bisa hidup kembali. Apalagi ibumu itu sudah tua! Kau jangan berduka." Setelah dibujuk dan dinasihati akhirnya nona Jen pun menangis sejadi-jadinya. Saat itu ada orang yang melihat asap hitam tebal dari arah rumah keluarga Jen. "Itu rumah kami yang terbakar!" kata nona Jen. "Tenang adik Jen," kata Ci Giok Hian. "Mari kita ke sana untuk mnyelamatkan orang-orang di sana!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka berlarian seperti sedang berlomba, tapi saat mereka sampai, rumah keluarga Jen sudah ludes seluruhnya. Yang tinggal hanya puing-puingnya saja. Di bekas kebakaran mereka mencium bau daging terbakar,

ternyata orang-orang di rumah itu hangus dan hampir tak ketahuan wujudnya. Nona Jen kaget dan berteriak-teriak. "Ayah! Ayah!" katanya. "Aku pulang, kau ada di mana?" Orang mengira mungkin Jen Thian Ngo tak ikut terbakar, barangkali dia sedang bersembunyi di suatu tempat yang aman. Nona Jen terus berteriak-teriak memanggil ayahnya sambil menangis. Tiba-tiba dari balik sebuah batu muncul seseorang. Jen Ang Siauw girang, dia memburu ke arah orang itu. Dia kecewa karena itu bukan ayahnya tetapi tukang kebun di rumahnya. "Paman Ong," kata nona Jen. "Apa yang terjadi? Kenapa terjadi ke bakaran? Di mana Ayahku?" kata Jen Ang Siauw berturut-turut. Tubuh paman Ong basah kuyup, tubuhnya menggigil kedinginan. "Oh Nona, kau sudah kembali!" kata paman Ong. "Mana Ayahku?" kata nona Jen. "Kau tak perlu lagi mencari ayahmu," kata orang she Ong. "Apa, Ayahku sudah meninggal?" Tiba-tiba bujang she Ong itu melotot, kelihatan dia gusar bukan kepalang. "Ayah Nona belum mati! Tetapi sebaiknya dia mati saja!" kata orang she Ong. "Nona kau orang baik, kau jangan marah padaku. Sungguh ayahmu itu manusia keji sekali!" "Apa maksuddmu, Paman Ong? Di mana Ayahku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tahukah Nona, rumahmu ini dibakar sendiri oleh ayahmu!" kata Ong. "Para pegawai yang hangus itu dia juga yang membunuhnya!" Seolah tak percaya wajah Jen Ang Siauw pucat-pasi dan melongo keheranan. "Apa katamu? Apa kau sudah gila?! Masakan Ayahku mau berbuat begitu?" kata Jen Ang Siauw. "Apa barangkali dia sudah gila?" "Tuan Besar tidak gila, hanya kami yang bodoh dan tak menyadari bahwa kejadian ini pasti akan terjadi!" kata orang she Ong. "Kau ceritakan, bagaimana kejadiannya?" kata nona Jen. "Semula apa yang terjadi aku juga tak tahu," kata paman Ong. "Suatu ketika datang beberapa orang tamu mereka bertengkar dengan ayahmu. Ayahmu kalah dan kabur ke dalam goa. Dari temanku aku tahu. salah seorang masih keponakan Ayahmu." "Maksud temanmu itu aku!" kata Kok Siauw Hong menyela.

"Aku datang bersama Paman Han dan Nona Han!" "Tak lama sesudah kalian pergi Tuan Besar mengunmpulkan kami. Dia mengatakan bahwa dia sedang diganggu oleh musuh tangguh dan tak bisa tinggal lagi di rumahnya. Lalu kami diminta membantu membakar rumahnya. Dia bilang jika mau kami boleh ikut dengan ayah nona. Yang tak mau silakan kembali ke kampung masingmasing!" "Kau tak mau ikut dengannya, bukan?" kata Kok Siauw Hong. "Ya, tapi bukan hanya aku, semua pegawai di sini tak mau ikut! Dia pergi bersama kawannya sesama kaum Hek-to (orang kalangan penjahat)," kata Ong. "Mereka memang pengikut Lo-ya!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kenapa kalian tak mau ikut dengannya?" tanya Siauw Hong. Sebelum menjawab Ong menoleh ke arah nona Jen, baru dia berkata. "Nona, Ayahmu itu konco bangsa Kim dan Mongol, kami sudah tahu hanya kau yang tak tahu!" kata Ong. "Setelah tahu kalian tak mau ikut, apa yang dilakukan Loyamu terhadap kalian?" tanya Siauw Hong. "Dia hanya mengangguk dan kami disuruh menyalakan api untuk membakar rumahnya," kata Ong. "Sesudah rumah terbakar dan api sedang berkobar, tiga orang Lo-ya menjaga kami agar tidak bisa pergi! Kemudian satu-persatu kami dilemparkan ke dalam kobaran api! Kawan-kawan banyak yang terbakar hidup-hidup." "Jika aku tahu dia begitu kejam, aku tak akan membiarkan dia hidup!" kata Han Tay Hiong geram sekali. Bukan main berdukanya Jen Ang Siauw mendengar kejadian itu. Dia hampir pingsan untung Ci Giok Hian mencoba menghiburinya. "Tak kusangka Ayah bisa berbuat begitu?" kata nona Jen. "Aku tahu kau baik, maka itu kami tak benci padamu, Nona," kata Ong. "Terima kasih Nona, kau baik sekali!" kata Ong. Sesudah itu nona Jen menoleh pada Kat Toa-siok (Paman Kat). "Tolong kau antar aku ke kuburan Ibuku, sesudah itu kau pun boleh pergi" kata nona Jen. "Baik, Nona," kata pelayan itu. Ketika itu dia sedang bingung. Mendengar putusan nona Jen dia girang sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona ada masalah yang belum kuberi tahu padamu!" kata Kat. "Soal apa?" tanya si nona. "Mengenai kematian Lo Hu-jin, pasti Nona masih ingat pada Tuan Yan yang pernah datang ke rumah Nona, bukan?" "Kenapa dia?" tanya si nona. "Rupanya dia bukan she Yan, tapi Wan-yen. Dia putra Wanyen Tiang Cie panglima pengawal Kerajaan Kim yang termasyur!" kata pegawai nona Jen. "Benar, aku sudah tahu," kata si nona. "Pertama-tama Ibumu tak tahu, tapi akhirnya tahu juga! Sesudah Nona pergi, Nyonya marah, beliau menegur ayah nona. Lo Hu-jin bilang, kenapa Lo-ya mau menikahkan Nona dengan bangsa asing musuh negara? Lo-ya marah dan tak mengaku. Sesudah bertengkar hebat akhirnya ayah nona mengaku juga. Dia bilang maksud menjodohkan Nona agar dia mendapat kedudukan. Alasan ayah Nona katanya karena keadaan Kerajaan Song hampir jatuh! Tay-lo Hu-jin tetap tidak setuju. Tak lama terdengar pertengkaran hebat, aku dengar seolah Lo Hu-jin terjatuh, keesokan harinya Nyonya Besar meninggal!" kata Kat. "Oh malang sekali nasibmu, Ibu. Sayang aku tak bisa membunuh Ayah, tapi Wan-yen Hoo pasti akan kubunuh!" kata nona Jen. "Paman Kat, tahukah kau ke mana perginya Ayahku?" "Menurut pendapatku ayah Nona pergi ke tempat Wan-yen Tiang Cie!" kata Kat. "Jangan cemas dan duka, adik Jen. Musuhmu itu musuh kita bersama!" kata Ci Giok Hian. "Mari kita ke Kim-kee-leng. Dari sana kita bersama-sama untuk membalaskan sakit hatimu! Juga sakit hati bangsa Han!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mengunjungi kuburan ibunya, Jen Ang Siauw menyuruh Kat pergi setelah dia memberi uang. Kemudian nona Jen berkata pada Kok Siauw Hong. "Sekarang aku sebatang kara, hanya kalian saudaraku!" kata nona Jen. "Bukan hanya aku dan teman-temanku, tapi semua orang di Kim-kee-leng keluargamu!" kata Siauw Hong. "Mari kita pergi!"

"Tunggu, aku sudah berjanji pada Khie Wie, aku harus menepatinya!" kata Han Tay Hiong. "Kau jaga putriku, Siauw Hong enam bulan lagi aku ke Kim-kee-leng untuk mengurus pernikahan kalian!" "Aku mohon Ayah segera kembali agar kami tidak kuatir," kata nona Han dengan wajah berubah merah. "Bolehkah aku ikut kau ke rumah Khie Lo Cian-pwe, Ayah?" kata Kok Siauw Hong. "Kenapa kau tak ke Kim-kee-leng?" kata Han Tay Hiong. "Aku ingin mencari Seng Liong Sen sesudah itu aku pergi!" kata Kok Siauw Hong. "Baik, kau sahabatnya! Sepantasnya kau temui dia!" kata Han Pwee Eng. "Kalau begitu kami berangkat duluan, kau susul kami!" Pergilah Han Tay Hiong bersama Siauw Hong ke rumah Khie Wie. Sesampai di rumah Khie Wie, saat itu tuan rumah sedang berlatih di kamarnya. Khie Kie menyambut kedatangan tamu-tamu itu. Kepada nona Khie, Han Tay Hiong berpesan. "Jangan beritahu dulu ayahmu. Biar kami tunggu beberapa hari di sini, baru kutemui dia!" kata Han Tay Hiong. "Ayah sudah bilang aku harus menyiapkan kamar tamu untuk Paman sekalian," kata nona Khie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ke mari ingin menemui Seng Toa-ko, apa dia ada di sini?" kata Kok Siauw Hong. "Oh, dia sedang mencari kayu bakar di belakang rumah. Kau cari saja dia di sana!" kata nona Khie. Rupanya Seng Liong Sen melihat kedatangan mereka, maka itu dia pergi. Kok Siauw Hong pamit dan pergi menemui pemuda itu. Di sana mereka bertemu dan Seng Liong Sen tersenyum pada sahabatnya itu. "Aku sebagai menantu berwajah jelek akhirnya menemui mertuaku," kata Seng Liong Sen datar. "Tidak kusangka nasibku jadi begini?" "Kenapa kau menghindar dariku?" kata Siauw Hong. "Apa kau kira ada manusia yang tidak pernah bersalah? Kau pernah membantu tentara rakyat di Yang-ciu! Kami tak pernah memandangmu sebagai manusia rendah!" "Aku juga tahu, kalian baik padaku dan memaafkan aku. Tapi aku tetap malu," kata Seng Liong Sen. "Aku tak menghindarimu, dan aku tahu kau akan mencariku, maka aku ke sini karena ingin bicara berdua saja denganmu!" "Katakan saja. apa yang ingin kau katakan," kata Kok Siauw Hong. "Masalahku dengan Ci Giok Hian mungkin kau pun sudah

tahu," kata Seng Liong Sen. Kok Siauw Hong mengangguk. Baru Seng Liong Sen berkata lagi. "Tahukah kau, apa yang membuatku sangat malu? Karena aku merasa bersalah pada Giok Hian dan padamu!" kata Seng Liong Sen. "Yang sudah lalu sudahlah, jangan kau ungkit lagi. Giok Hian pun tidak marah padamu!" kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingin menebus dosaku," kata Liong Sen. "Aku punya sebuah permohonan padamu, mungkin ini sulit bagimu, tetapi jika tidak kukatakan padamu, hatiku tak akan merasa puas," kata Seng Liong Sen. "Jangan ragu, katakan saja!" kata Siauw Hong. Padahal di otaknya dia sudah bisa membayangkan, apa kira-kira yang akan dikatakan Seng Liong Sen kepadanya. "Aku telah menyusahkan Giok Hian seumur hidupnya, dosaku sangat besar dan sulit dihapus! Aku berharap agar dia bisa memperoleh jodoh kembali. Seorang lelaki yang baik. Jika berhasil maka sebagian dosaku bisa dikurangi! Terus-terang kukatakan padamu, Saudara Siauw Hong. Ada rahasia yang belum perna kukatakan pada siapapun, kecuali kepada Khie Kie. Sekalipun aku dan Giok Hian sudah menikah dengan resmi, tetapi selama ini kami hanya suami istri bohongan belaka! Saudara Siauw Hong, aku tahu Giok Hian masih mencintaimu. Kau tahu apa maksudku?" "Aku mengerti apa maksudmu, sebaiknya masa lalu jangan diungkit kembali. Aku dan Giok Hian sampai sekarang tetap sahabat baik!" kata Kok Siauw Hong. "Aku tahu kau milik Nona Han, maka itu permintaanku memang berlebihan dan terlalu memaksa!" kata Seng Liong Sen. "Kalau begitu dosaku tak bisa kuperingan dan akan kutanggung seumur hidupku!" "Jangan terlalu kau pikirkan masalah itu, malah kau harus gembira Giok Hian sudah memaafkanmu," kata Siauw Hong. "Gembira apa?" kata Liong Sen. "Pikir saja, jika kau tetap menjadi suami istri bohongan selamanya, yang menderita kalian berdua untuk selamanya," kata Siauw Hong. "Sekarang dia bukan istrimu lagi, tapi sahabat baikmu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau benar, manusia tak perlu menyesal bila mendapat sahabat sejati!" kata Liong Sen yang tiba-tiba sadar. "Hanya saja aku tetap merasa berdosa pada Giok Hian, selama dia belum mendapatkan jodoh. Selama itu pula aku tidak tentram." "Ternyata pendapat Giok Hian jauh lebih baik dari pikiranmu," kata Siauw Hong. "Dia sekarang siap akan kembali ke Kim-kee-leng. Aku mohon kau jangan terlalu memikirkan dirimu. Sekarang para pejuang sudah siap bersatu menghadapi musuh dari Utara! Singkirkan dulu masalah pribadi kita!" "Kau benar," akhirnya Liong Sen berkata lagi. "Terima kasih atas nasihatmu!" "Ya, semoga kita bisa segera berkumpul di Kim-kee-leng!" kata Siauw Hong. "Jika kau tak punya ganjalan, kalian berdua datang ke Kim-kee-leng, aku yakin Giok Hian senang bertemu dengan kalian! Atau kau kembali menemui gurumu membantu pejuang Kang-lam!" "Semula aku ingin mengasingkan diri," kata Liong Sen. "Aku akan menyepi sampai ajalku tiba! Tapi aku sadar itu bukan cara yang tepat. Untuk sementara aku akan tinggal dulu di sini. Jika kesehatan ayah Khie Kie sudah pulih, aku akan menentukan jalan hidupku selanjutnya bersama Khie Kie!" "Begitu pun baik," kata Kok Siauw Hong. "Khie Kie sangat baik, kau harus menyayanginya." Tak lama terdengar Khie Kie memanggil Liong Sen. "Kami di sini!" kata Liong Sen. "Mau apa kau mencariku, di rumah ada tamu!" "Paman Han bilang kau tak perlu sungkan padanya, karena kalian lama tak muncul maka kususul kau!" kata Khie Kie. "Musuh kita sudah mati, apa yang kau kuatirkan lagi?" kata Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku heran, aku selalu mengkhawatirkanmu," kata Khie Kie. Bukan main senang hati Seng Liong Sen. "Aku menghormati Ci Giok Hian, tapi ada di samping Khie Kie aku lebih bahagia." pikir Liong Sen. "Kalau begitu, mari kita pulang!" kata Liong Sen. "Saudara Liong, aku tak balik lagi ke rumah mertuamu, katakan pada mertuaku aku ditunggu kawan-kawan, maka itu aku tak sempat pamit lagi! Mari!" kata Kok Siauw Hong akan menyusul Han Pwee Eng dan kawan-kawan. Saat Liong Sen pulang bersama kekasihnya, Kok Siauw Hong pergi meninggalkan tempat itu. Saat berjalan menuruni gunung, Kok Siauw Hong teringat pada kata-kata Seng Liong

Sen tadi. Maka dia ingat kejadian semasa dia bercinta dengan Ci Giok Hian dulu. Saat Kok Siauw Hong mempercepat langkahnya, saat itu matahari sudah mulai tenggelam ke arah Barat. Cahaya sang Surya yang kemerah-merahan indah sekali. Dia berharap sebelum malam tiba dia sudah bisa bergabung dengan rombongan Han Pwee Eng. Dari jauh dia hanya melihat Han Pwee Eng, Jen Ang Siauw dan Kiong Mi Yun saja. "Ke mana Giok Hian?" pikir Kok Siauw Hong. "Kau bertemu dengan Liong Sen?" kata Han Pwee Eng. "Ya. Mereka rukun, lalu kuajak mereka ke Kim-kee-leng, Liong Sen bilang beberapa waktu lagi baru akan ke sana!" "Lukanya tidak parah, tapi luka hatinya yang parah. Biar Liong Sen istirahat dulu di sana sampai hatinya tentram!" kata Han Pwee Eng. Pendapat keduanya sama Kok Siauw Hong tertawa. "Kau benar-benar bisa memahami perasaan orang, eh mana Giok Hian dan Jen Ang Siauw ?" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Kenapa baru sekarang kau tanyakan mereka?" kata Han Pwee Eng sambil tertawa. "Mereka sudah pergi!" "Pergi? Pergi ke mana? Kenapa mereka tak ikut ke Kimkeeleng?" kata Siauw Hong. "Mana kutahu?" kata Pwee Eng. "Aku rasa seharusnya kau tahu penyebabnya?" "Ah, Cici Han. Sudah jangan goda dia! Biar aku jelaskan pada Kok Toa-ko!" kata Kiong Mi Yun sambil tertawa. "Dia pergi ke Lim-an!" "Dasar aku yang bodoh, kenapa aku tak bisa menerka ke mana perginya dia?" kata Siauw Hong sambil tertawa. "Tentu saja sesudah menemukan jejak Seng Liong Sen, dia pergi menemui guru Liong Sen untuk memberitahu keberadaan bekas suaminya itu!" Sesudah itu mereka langsung melanjutkan perjalanan berempat. Kiong Mi Yun dan Jen Ang Siauw mempercepat langkah mereka meninggalkan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng agar bisa berdua saja. "Memang benar katamu, luka hati Seng Liong Sen lebih parah," kata Siauw Hong. "Karena merasa berdosa pada Ci Giok Hian, walau telah kuhibur dia, tetapi rasa kepedihan hatinya tak bisa hilang dalam waktu singkat!" "Satu kali terjerumus menyesal seumur hidup!" kata nona Han. "Untung Liong Sen bisa segera sadar. Kepedihan hatinya kukira sudah sudah sepantasnya baginya. Jika aku ingat nasib dan pengalaman Ci Giok Hian, aku juga jadi merasa tak enak

hati!" "Aku yakin lama-lama luka hatinya akan sembuh," kata Kok Siauw Hong. "Mudah-mudahan begitu," kata Pwee Eng sambil tersenyum. "Tapi...."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi apa?" kata Siauw Hong. "Sekarang Cici Giok Hian sudah bercerai dengan Liong Sen, jika kau ingin cepat menyembuhkan luka hatinya, mudah saja!" kata Han Pwee Eng sambil tertawa. "Aku bisa menyempurnakan keinginan kalian!" Kok Siauw Hong menunduk, wajahnya berubah merah. "Kenapa kau berkata begitu, adik Eng? Kejadian dulu itu memang salahku, sekalipun sejak kecil kita sudah dijodohkan, tetapi karena tempat kita sangat berjauhan, jadi kita jarang bertemu. Sekarang keadaannya sudah lain. Sekalipun kau usir aku, aku tak akan pergi dari sampingmu!" kata Siauw Hong. "Sejujurnya aku kalah olehnya, aku menyayangkan kau berpisah dengannya!" kata Han Pwee Eng. "Aku akui dengan jujur, bersamanya aku merasakan kecerdikannya. Tetapi dalam dirimu terpendam batu giok yang asli belum dibentuk menjadi sebuah benda!" kata Kok Siauw Hong. "Terus-terang, melihat kebaikan Ci Giok Hian dengan mudah akan terlihat. Sebaliknya mengetahui kebaikan yang ada di dalam dirimu, memerlukan waktu lama. Tapi jika sudah ditemukan, pasti mendalam sekali. Apa kau masih mengingat terus kesalahanku dulu? Apa untuk selamanya kau tidak bisa memaafkan aku?" Nona Han tertawa terpingkel-pingkel. "Lho segitu marahnya, aku cuma bergurau kok, kau malah serius. Sudahlah, sekarang aku tahu, kau tidak bisa diajak bergurau," kata Han Pwee Eng. "Aku janji tak akan menggodamu lagi!" Suara Pwee Eng seperti menyesal, sebenarnya hatinya gembira sekali. Dari depan kelihatan Kiong Mi Yun menoleh ke arah mereka sambil tersenyum manis. Tentu saja Han Pwee Eng jadi serba-salah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo kita susul mereka!" kata nona Han dengan wajah berubah merah. Tak lama mereka sudah bergabung kembali.

"Kelihatannya kalian ngobrol asyik benar!" kata Kiong Mi Yun sambil tersenyum. Han Pwee Eng pura-pura marah. "Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu, kau malah mentertawakan aku. Biar tak jadi kukatakan saja!" "Soal apa?" kata Kiong Mi Yun kaget. "Kau jawab, siapa orang yang paling kau pikirkan?" kata nona Han. "Eh, dia kenapa?" kata Kiong Mi Yun. "Dia siapa? Kalau bicara harus jelas!" goda Han Pwee Eng. "Aku bicara benaran kau malah menggodaku," kata Kiong Mi Yun. "Baik, Siauw Hong kau saja yang menceritakan tentang Kong-sun Po!" kata nona Han. "Sehabis dari Yang-ciu tiga bulan yang lalu, dia kutinggalkan di sana katena ingin membantu pengungsi di sana!" kata Siauw Hong. "Ah pantas aku tak bertemu dia di Kim-kee-leng!" kata Kiong Mi Yun. "Tapi kali ini kau akan bertemu dia di Kim-kee-leng!" kata Siauw Hong sambil tersenyum. "Hm! Biar saja, aku toh tidak mengkhawatiri dia!" kata Kiong Mi Yun. "Yang benar, aku dengar saat ada bahaya hingga terpaksa kalian berpisah, kau susah makan dan tidur!" goda Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak memikirkan dia, tapi sedang memikirkan keadaan Ayahku," kata Kiong Mi Yun sambil menarik napas. "Ayahku melarang aku menikah dengannya!" "Aku dengar ayahmu bermusuhan dengan Hong-lay-mo-li, apa benar?" kata Kok Siauw Hong. "Benar, Hong-lay-mo-li anak angkat kakek Kong-sun Toako," kata Mi Yun. "Maka itu dia memanggil Hong-lay-mo-li bibi! Sekarang Kong-sun Toa-ko bergabung di Kim-kee-leng, jika Ayahku tahu pasti Ayahku semakin kurang suka!" "Jika kita sampai di Kim-kee-leng, apa kau berani tinggal lama di sana?" kata Han Pwee Eng. Dulu saat Kiong Mi Yun datang ke Kim-kee-leng, karena takut ketahuan ayahnya dia hanya tinggal semalam saja di sana. "Kali ini, sekalipun Ayah tak mau mengakui aku sebagai putrinya, aku tidak peduli!" jawab Kiong Mi Yun. "Bagus! Urusan pribadimu memang penting! Tapi kau harus mengambil sikap tegas!" kata nona Han.

Dorongan semangat dari seorang sahabat membuat Kiong Mi Yun tegar. "Terima kasih, aku sudah mengambil putusan tetap!" kata nona Kiong. "Saat kita baru bertemu dulu, kau seorang periang dan nakal, sekarang kau telah dewasa!" kata nona Han. Kiong Mi Yun teringat pengalamannya saat dia jatuh cinta pada nona Han. Sekarang dia jadi geli sendiri. Ketika mereka sampai ternyata Kong-sun Po tak ada di Kmkeeleng. Setelah Nona Han memperkenalkan Kiong Mi Yun pada Hong-lay-mo-li. dia langsung bertanya. "Ke mana Kong-sun Toa-ko?" kata nona Han.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sudah lama mendengar tentang kau dari Kong-sun Po, sayang kedatanganmu terlambat tiga hari. Beberapa hari yang lalu Kong-sun Po sudah pergi lagi!" kata Hong-lay-mo-li. "Pergi ke mana?" tanya Siauw Hong. "Dia ke lembah Hong-hoo, katanya mereka ingin bergabung dengan pejuang kita. Aku pun mengirim seorang utusan ke sana. Dia utusanku," kata Hong-lay-mo-li. "Aku kira dia orang yang tepat dan punya hubungan baik dengan mereka. Mungkin hanya setengah bulan dia sudah kembali. Siauw Hong, kedatanganmu pun tepat sekali. Ada urusan aku butuh tenagamu!" "Mengenai apa?" "Ingatkah kau pada Beng Piauw-thauw dari Tin-wan Piauwkiok?" kata Hong-lay-mo-li. "Aku masih ingat," kata Siauw Hong sambil tertawa. "Dia yang mengantarkan Pwee Eng dari Lok-yang ke Yang-ciu! Untuk itu malah aku belum menghaturkan terima kasihku kepadanya!" "Beng Teng ternyata seorang yang setia kawan dibanding pada harta," kata Hong-lay. " Aku rasa sebaiknya kau ke Taytoh menemuinya!" "Sekarang dia ada di Tay-toh!" *) *). Beijing, ibukota Kerajaan Kim pada Zaman Song. "Sebenarnya perusahaannya ada di Lok-yang, tapi karena bangsa Mongol menyerbu Lok-yang dan merusak perusahaannya, dia berniat membuka Piauw-kiok di Tay-toh!" kata Hong-lay. "Aku diutus untuk mengucapkan selamat padanya?" kata Siauw Hong. "Benar. Tapi masih ada tugas lain yang lebih penting," kata Hong-lay.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Soal apa?" "Perusahaannya terkenal, hubungannya juga luas dengan berbagai lapisan termasuk dengan kalangan hitam. Tapi dia ingin membantu perjuangan kita!" kata Hong-lay. "Karena sulit menempatkan mata-mata di ibukota Kim. Maka itu kita minta Beng Teng menjadi pengamat di sana. Kau juga bisa mengadakan hubungan dengan para pejuang di sana!" "Baiklah, kapan aku harus berangkat?" kata Siauw Hong. "Aku dengar perusahaannya akan dibuka tanggal 16 tahun depan, jadi masih ada waktu dua bulan. Karena kau masih lelah silakan istirahat dulu. Beberapa hari lagi baru berangkat!" "Tak apa, aku sudah biasa. Jika di sini tak ada masalah, besok aku berangkat!" kata Siauw Hong. "Silakan kalau kau mau!" "Liu Beng-cu, aku...aku..." Pwee Eng tak bisa melanjutkan kata-katanya. "Kau mau ikut ke Tay-toh, kan?" kata Hong-lay sambil tersenyum. Nona Han menunduk malu-malu. "Aku masih berhutang pada Beng Teng seribu tail emas!" kata nona Han. "Walau belum bisa membayar hutang itu, tapi sedikitnya aku bisa mengucapkan terima kasih padanya!" "Kenapa kau berhutang padanya?" tanya Hong-lay. "Pembayaran saat dia mengantarkan aku ke Yang-ciu!" kata nona Han. "Dulu Ayah baru membayar seribu tail emas, sedang sisanya belum Ayah bayar! Saat pulang ke Lok-yang, keluargaku berantakan gara-gara See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh ya, kenapa ayahmu tidak datang bersamamu ke mari?" kata Hong-lay. Nona Han menceritakan, bahwa ayahnya akan datang setengah tahun lagi. "Karena masih ada waktu, kupikir aku ikut Siauw Hong saja ke Tay-toh." -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 79 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Ke Kim Kee-leng; Kong-sun Po Bertemu Lawan Tangguh
Hong-lay-mo-li mengerti, apa keinginan nona Han. Maka

sambil tersenyum lembut, dia berkata pada Han Pwee "Aku tahu perasaanmu," kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa. "Jika begitu masalahnya, kau boleh ikut pergi bersama Siauw Hong." "Bolehkah aku ikut bersama mereka?" kata Kiong Mi Yun tiba-tiba. Hong-lay-mo-li seolah sudah tahu jalan pikiran Kiong Mi Yun, sambil tertawa dia menjawab. "Kau tamuku, sudah tentu kau bebas bisa datang dan pergi sesukamu, kenapa kau minta izin padaku? Tetapi Tay-toh itu ibukota negri musuh, jika terlalu banyak yang pergi ke sana, aku kira kurang baik. Begini saja, karena kalian harus melewati kota Uh-seng di lembah sungai Tiang-kang, aku ingin minta tolong kau mengurus sebuah masalah, kau mau?" "Masalah apa?" tanya Kiong Mi Yun yang sudah menerka apa maksud Hong-lay-mo-li. "Setiba di Uh-seng, lebih baik kau tinggal saja di sana," kata Hong-lay-mo-li. "Kong-sun Po ada di sana sedang berunding dengan Tiang-keng-pang dan kawanan bajak yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lain. Kau pasti akan bertemu dengannya di sana. Sesudah urusan selesai kalian pulang bersama-sama ke mari!" Sebenarnya memang itu tujuan nona Kiong, dia minta pergi bersama agar bisa segera bertemu dengan Kong-sun Po. Nona Kiong jadi malu saat isi hatinya diterka oleh Hong-lay-mo-li. "Eh, bagaimana jika akupun ikut pergi," sambung Jen Ang Siauw. "Salah seorang Pamanku tinggal di Tay-toh. Karena Ibuku telah meninggal, aku harus memberitahu kabar duka ini kepada Pamanku." Sesudah tahu ayahnya bergabung dengan musuh, Jen Ang Siauw bertekad menemui ayahnya di Tay-toh untuk menanyakan, kenapa dia bergabung dengan musuh. Selain itu dia juga ingin mengetahui bagaimana kematian ibunya? Dia tak takut jika harus mengorbankan jiwanya. Karena tak bisa mencegah mereka dan juga tak tahu kenapa ketiga nona itu ingin ikut dengan Kok Siauw Hong, akhirnya Hong-lay-mo-li berkata pada ketiga nona itu. "Kalian akan menarik perhatian orang banyak di sana. Apalagi seorang pria berjalan bersama tiga orang nona!" kata Hong-lay-mo-li sambil tersenyum. "Jangan kuatir, aku bisa menyamar menjadi seorang pria," kata Kiong Mi Yun sambil tertawa karena ingat pengalamannya dulu. "Aku akan menyamar jadi budak mereka!" "Bagaimana jika kau menyamar jadi seorang pelajar saja?"

kata Pwee Eng. Hong-lay-mo-li mengangguk setuju. Esok harinya... Mereka berempat berangkat ke Tay-toh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di antara ketiga nona itu Jen Ang Siauw yang paling berduka, sedang Kiong Mi Yun tampak gembira, karena tak lama lagi dia akan bertemu dengan pujaannya Kong-sun Po. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oTiga hari sebelum Kok Siauw Hong dan ketiga nona itu sampai ke Kim-kee-leng, Kong-sun Po berangkat. Suatu hari dia tiba di Hu-li-cip yang jaraknya dua hari ke kota Uh-seng. Karena haus dan lapar Kong-sun Po menuju ke sebuah rumah makan yang kebetulan ada di tepi jalan. Saat sampai di depan rumah makan ternyata separuh pintunya tertutup. Dari daun pintu itu terlihat seorang nenek sedang menyapu lantai. Di rumah makan itu sepi tak ada pengunjung. Karena mengira rumah makan itu tutup, Kong-sun Po akan pergi mencari rumah makan lain. Tapi tiba-tiba dia tertarik pada sebuah bangku di depan rumah makan itu, Ketika diamati ternyata beberapa bangku panjang itu terbuat dari batu dan sudah patah. Kong-sun Po segera mengetahui, pasti bangku batu itu dipatahkan oleh seorang jago silat. Semula Kong-sun Po akan segera meninggalkan kedai makan itu. Tapi karena tertarik dan ingin tahu apa yang telah terjadi di tempat itu, Kong-sun Po lalu mengetuk pintu rumah makan itu. "Siapa?" tanya si nenek. "Aku tamu!" jawab Kong-sun Po. Sebelum membukakan pintu si nenek mengintai dulu dari balik pintu. Sesudah yakin bukan orang yang mencurigakan, si nenek keluar lalu memberi hormat.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf Tuan, hari ini kami tutup!" kata si nenek. "Aku cuma mau membeli sedikit bubur dan minuman, apa boleh aku numpang beristirahat di sini?" kata Kong-sun Po ramah. Setelah mengamati Kong-sun Po sejenak, si nenek memanggil suaminya. Keduanya lalu membukakan pintu dan

menyilakan pemuda itu masuk. "Harap kalian menolong aku, hanya mau makan bubur atau minum dua cangkir teh saja, bolehkah aku mengaso sebentar di dalam?" kata Kong-sun Po. "Silakan masuk, jika hanya makan bubur sederhana saja, barangkali ada," kata si kakek. Begitu Kong-sun Po masuk dia menyaksikan warung makan itu sangat sederhana, hanya ada dua buah meja batu. Sedang dua meja kayu telah rusak, dan yang sebuah lagi sudah rusak sekali. Di sana ada sebuah anglo (perapian) yang juga sudah rusak sebagian. Melihat keadaan tempat itu Kong-sun Po yakin belum lama di tempat itu telah terjadi perkelahian hebat. "Lekas kau buatkan nasi untuk tamu kita!" kata si kakek. "Kau ambil sepiring sayur asin untuknya." Kakek itu menoleh ke arah Kong-sun Po. "Maafkan kami, hari ini karena tidak berjualan, kami tak punya persediaan makanan apa-apa!" kata si kakek. "Jangan repot-repot, asal bisa mengisi perutku sedikit saja, itu sudah lebih dari cukup," kata Kong-sun Po sambil tersenyum. Pemuda itu duduk kaku memperhatikan meja itu. Di atas meja itu terlihat bekas yang mencurigakan. Saat Kong-sun Po menaruh cangkir pada legokan itu, lubangnya pas sekali dengan cangkir yang ada di tangannya, Kong-sun Po kaget dan berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, hebat sekali orang itu. Setelah menaruh cangkir, akibatnya meja batu itu berlubang sebesar cangkir ini!" pikir Kong-sun Po. Melihat Kong-sun Po bengong keheranan kakek pemilik kedai itu menghampirinya. "Kau heran, Tuan?" kata si kakek. "Ya, kenapa bisa jadi begini?" kata Kong-sun Po. "Hari itu kami sedang sial," kata si kakek, "karena tiba-tiba ada orang berkelahi di sini! Hampir saja kedai kami hancur berantakan," kata si kakek kelihatan sangat berduka. Kong-sun Po merogo sakunya lalu menyerahkan sepotong uang perak. "Terimalah ini sekedar untuk membantu kerugianmu," kata Kong-sun Po. "Apa maksud Tuan? Kau kan hanya makan sedikit, mana berani aku menerima uangmu sebanyak ini!" kata si kakek. "Terima saja," kata Kong-sun Po. "Jika kau tidak keberatan ceritakan apa yang terjadi di tempat ini?" Orang tua itu menghaturkan terima kasih. Saat itu si nenek

keluar membawa makanan untuk Kong-sun Po. "Ah, sudah setua ini aku baru bertemu dengan orang sebaik kau,Tuan," kata si nenek. "Baik akan kuceritakan. Jika salah biar si nenek ini yang membetulkannya. Menjelang tengah hari, datang sepasang muda-mudi ke kedai kami. Mereka memesan makanan. Kelihatannya mereka itu suami-istri!" kata si kakek. "Setelah kami sajikan pesanan mereka, lalu mereka makan. Tapi sebelum mereka selesai makan datang seorang yang mengenakan mantel hijau, wajahnya pucat."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa orang bermantel hijau itu memelihara kumis" kata Kong sun Po. "Kau benar, orang itu kelihatannya bukan orang baik!" kata si nenek yang keheranan atas pertanyaan itu. "Lalu bagaimana selanjutnya?" kata Kong-sun Po. "Kehadiran orang bermantel hijau itu membuat kedua muda-mudi itu gelisah," kata si nenek. "Orang itu lalu duduk, tepat di tempat dudukmu itu! Ketika kubawakan secangkir teh, dia mengangkat cangkir teh itu dan menekannya ke atas meja dengan keras. Akibatnya meja itu berbekas seperti itu. Sesudah itu dia tertawa." "Eh, tak kusangka kita bertemu di sini," kata orang itu. "Mari kau duduk minum bersamaku!" "Kong-kong, Ayahku juga kebetulan ada di belakang kami, baik akan kupanggil Ayah agar kita bisa minum bersamasama!" kata si nona itu. "Kenapa dia memanggil Kong-kong? Aneh?" kata Kong-sun Po pada si kakek. "Aku tidak tahu," jawab si nenek. "Tapi dia memang memanggilnya begitu!" Setelah berpikir Kong-sun Po lalu berkata. "Mungkin kau salah dengar, karena ketakutan si nona yang semula memanggil Paman Kiong, kalian dengar seolah dia memanggil Kong-kong!" kata Kong-sun Po. "Aku rasa orang itu she Kiong!" "Mungkin juga," kata si nenek. "Tapi sesudah mendengar kata-kata nona itu, dia melarang nona itu pergi memanggil ayahnya. "Kau jangan bohongi aku," kata si kakek bermantel hijau. "Setahuku sekarang ayahmu ada di Kang-lam. Tapi sekalipun

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ayahmu ada di sini, aku tidak takut. Sebaiknya kalian ikut ke pulauku!" Sesudah mendengar nama pulau kakek berjubah hijau itu, Kong-sun Po kaget juga. Dia langsung menerka pasti orang yang dimaksud Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. "Selanjutnya bagaimana?" tanya Kong-sun Po. "Aku tak tahu apa sebabnya nona itu menuang secawan arak, dan menyuguhkannya pada si kakek." "Baik, kami ikut kau, tapi sebelum pergi kau harus minum arak ini dulu," kata si nona. "Hm! Kau ingin menguji kepandaian Pamanmu ini?" kata si kakek. "Tapi sesudah aku minum racunmu itu, benar kau mau ikut denganku?" Terlihat si nenek merinding ketika mendengar kata racun itu. "Sesudah aku dengar percakapan mereka, semula aku kira si kakek itu saja yang jahat, ternyata nona itu pun jahat dan suka meracuni orang!" kata si nenek. "Meracun orang itu perbuatan keji dan tak pantas," kata Kong-sun Po. "tetapi saat menghadapi orang jahat, tentu perlu juga menggunakan cara yang sama jahatnya. Nona itu sadar dia bukan tandingan kakek itu, maka itu dengan segala kemampuannya dia akan menghadapinya!" Mendengar kata-kata Kong-sun Po, si kakek tahu kalau Kong-sun Po memihak pada kedua muda-mudi itu. "Dari nada bicaramu, kau kenal dengan kedua muda-mudi ini, bukan?" kata si kakek. "Benar, mereka sahabatku!" kata Kong-sun Po. "Sedang si kakek bermantel hijau, itu orang jahat!" Nenek dan kakek itu ketakutan, mereka diam.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan takut, aku tidak akan menyusahkan kalian di sini!" kata Kong-sun Po sambil tersenyum. "Aku tahu kau orang baik," kata si kakek. "Saat nona itu sudah dekat dengan si kakek, arak dalam cawan yang ada di tangannya dia siramkan ke wajah si kakek berjubah hijau. Gerakan si nona cepat luar biasa! Tak lama terdengar suara perkelahian yang gaduh, seolah kedaiku ini akan runtuh! Kami bersembunyi hingga ketiga orang itu keluar dari warung kami! Saat aku intai kedua muda-mudi itu sedang dikejar oleh si kakek. Tapi tak lama si kakek berhasil mengejar mereka. Si kakek melompat tinggi bagaikan seekor burung elang menyambar anak ayam. Lalu menginjak bangku batu di luar sana. Sambil tertawa dia mengancam kedua muda-mudi itu

agar menuruti kehendaknya. "Jadi bangku itu diinjak oleh si kakek baju hijau itu?" pikir Kong-sun Po. Sedang si kakek melanjutkan ceritanya. "Jika kau lukai kami, Ayahku tak akan mengampunimu!" kata si nona. "Hm! Kau menggertakku dengan nama ayahmu?" kata si kakek mengejek. "Salah seorang harus ikut ke pulauku, jika tidak apa kau tahan pukulanku seperti bangku batu itu?" Sadar bahaya tak bisa dihindari lagi, pemuda bersama nona itu menghunus pedangnya. Tapi nona itu mencegahnya lalu membisiki dia. Entah apa yang dikatakan si nona. Tak lama mereka seolah takluk dan berjalan di depan diikuti oleh si kakek dan mereka menghilang," kata si kakek. "Selanjutnya bagaimana?" kata Kong-sun Po. "Sesudah kuperiksa keadaan rumah makan kami, memang banyak kaki meja dan bangku batu yang rusak! Untung kami tak dilukainya. Kalau ingat kejadian itu sampai sekarang pun kami masih ngeri sekali!" kata si kakek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Phang sahabat Kong-sun Po, sedang Wan Say Eng pernah menyelamatkan dia, maka itu dia pikir harus menolongi mereka. Kong-sun Po kembali merogoh sakunya dan menyerahkan uang perak. "Ini ganti ruginya kutambah lagi! Maaf, sekarang aku harus pergi!" kata Kong-sun Po. "Terima kasih, Tuan muda," kata si nenek. "Uang ini cukup untuk memperbaiki warung makanku. Sekalipun ada lagi orang berkelahi, aku bisa memperbaikinya!" "Ah, bisa saja bicara begitu, kemarin kau lari ketakutan," kata si kakek. "Malah sampai terkencing-kencing di kamar!" "Dasar tak tahu malu, masalah yang memalukan pun kau bicarakan," gerutu si nenek. "Aku pergi dulu," kata Kong-sun Po sambil meraih payungnya. Tapi saat dia akan keluar dari rumah makan itu, dia mendengar ada langkah kaki mendatangi. Ternyata di sana ada tiga orang yang sudah berdiri di depan rumah makan itu. Saat diperhatikan Kong-sun Po kaget. Orang yang berdiri paling depan seorang Lhama berjubah merah, Kong-sun Po tidak kenal dengan orang itu. Tapi yang ada di belakangnya dia mengenalinya, itulah See-bun Chu Sek dan Tokoh Heng. Mereka berdua anak buah Wan-yen Hoo. Kong-sun Po sadar pasti Lhama itu ilmu silatnya tinggi, ia yakin lebih tinggi dari See-bun Chu Sek dan To-koh Heng. "Tidak kusangka, kiranya kita bertemu di sini!" kata Chu

Sek. "Wan-yen Kong-cu sangat merindukanmu!" Lhama itu mengawasi pemuda itu. "Siapa dia?" kata si Lhama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia menantu Hek-hong-to-cu, mengenai pertengkaran dengan mertuanya, kau juga sudah tahu, Tay-su," kata Tokoh Heng. "Aku Uh-bong datang dari Ho-lin," kata si Lhama. "Ayahmu saat berada di Mongol bersahabat dengan guruku Liong Siang Hoat-ong! Beruntung aku pernah bertemu sekali dengan ayahmu!" Melihat tingkah mereka Kong-sun Po yakin bakal terjadi perkelahian dengan mereka. Maka itu dia waspada. Uh-bong murid pertama dari Hak-su Mongol. Saat Jenghis Khan masih hidup terdapat 18 jago Mongol yang disebut "Jago Kemah Emas". Uh-bong merupakan jago urutan ketiga. Maka itu kelihayan-nya bisa diduga bukan main. Dia seorang hweeshio Mongol yang memelihara rambut. Saat itu kakek dan nenek pemilik warung itu ketakutan akan segera pergi. "Mau ke mana kalian? Bukan menawari makanan malah mau pergi!" bentak Uh-bong. "Maaf, hari ini kami tidak berjualan," kata si kakek. "Kami tak punya makanan apa-apa." "Kalau kau tak berjualan, kenapa dia bisa makan di sini?" kata Uh-bong bengis. "Aku cuma makan sekedarnya, jika kalian ingin makan mari kita cari warung makan lain saja," kata Kong-sun Po. "Aku tak mau makan, tapi mau bicara denganmu," kata Uhbong. "Mari, silakan duduk!" Lhama itu menekan bahu Kong-sun Po, tapi pemuda itu segera mengerahkan tenaga dalamnya membalas serangan itu Saat itu Kong-sun Po merasakan tekanan tangan Lhama itu sangat hebat. Jika terjadi perkelahian maka ada kemungkinan warung nasi itu akan roboh seketika itu juga. Itu berarti akan sangat menyusahkan si kakek dan nenek yang tampak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketakutan. Maka itu Kongsun Po berusaha memancing musuh agar menjauhi warung tersebut. "Silakan jika mau bicara," kata Kong-sun Po dengan sabar. Sementara itu Lhama yang merasakan daya dorong Kongsun Po cukup kuat juga, dia heran kenapa Kong-sun Po yang

masih begitu muda, tapi tenaganya kuat sekali. Lhama itu pun tak berani bertarung di situ. Sambil tertawa dia berkata, "Syukur kau mau bersahabat denganku, baik aku akan langsung bicara!" kata Uh-bong. Saat itu See-bun Chu Sek dan To-koh Heng tidak ikut masuk, karena kedudukan mereka lebih rendah dari si Lhama. Mereka hanya menjaga di luar, siapa tahu Kong-sun Po kabur. "Aku tak berani bersahabat dengan Tay-su yang berkedudukan tinggi," kata Kong-sun Po. "Apa yang ingin Taysu bicarakan, silakan saja!" "Pendapatmu keliru, padahal kita ini orang sendiri," kata Uh-bong. "Mana mungkin "orang sendiri" aku kan rakyat biasa, sedangkan Tay-su hwee-shio Mongol yang berkedudukan tinggi!" kata Kong-sun Po. Lhama itu tertawa terbahak-bahak. "Ketika mertuamu ada di Mongol dia sangat dihormati oleh Khan Yang Agung, apalagi dia sahabat Guruku, masa kau tidak tahu?" kata Uh-bong. "Itu urusan beliau jadi tak ada sangkut-pautnya denganku," kata Kong-sun Po. Lhama itu tertawa. "Sebenarnya aku tahu masalahmu dengan mertuamu itu," kata Uh-bong "Jika kau mau aku bersedia jadi pendamaimu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa mendamaikannya?" tanya Kong-su Po. "Mungkin kau belum tahu, bahwa guruku bersama mertuamu sekarang ada di Tay-toh," kata Uh-bong. "Mereka ada di rumah Wan-yen Tiang Cie! Memang hanya beberapa minggu, karena mertuamu ada suatu masalah dia meninggalkan Tay-toh!" "Oh, ya?" kata Kong-sun Po. "Sebenarnya kami pun akan membantu mertuamu. Karena kebetulan bertemu di sini, mari kita cari mertuamu bersamasama!" kata Uh-bong. Kong-sun Po merasa senang, memang dia sedang mencari tahu keberadaan mertuanya. Maka kebetulan dia mendapatkan keterangan yang dia perlukan itu. "Katakan, ada di mana beliau?" kata Kong-sun Po. "Ada di tempat Tiang-keng-pang di Uh-seng," jawab Uhbong. "Apakah kau bersedia pergi bersama kami?" "Aku tak mengatakan begitu," kata Kong-sun Po. "Hm! Jadi kau sengaja ingin mempermainkan aku?" kata Uh-bong gusar.

Tapi sebelum mereka bertengkar, terdengar See-bun Chu Sek berteriak. "Aku menemukan sesuatu! Ternyata bangku batu di bawah pohon itu telah patah diinjak orang, mungkin itu karena diinjakan oleh Kiong Lo Sian-seng!" kata See-bun Chu Sek. "Hm! Kalau begitu kau sudah bertemu dengan mertuamu di tempat ini?" kata Uh-bong pada Kong-sun Po. "Terserah, jika kau mau mengatakannya begitu, silakan saja!" kata Kong-sun Po sinis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebelumnya jago Mongol ini belum pernah diperlakukan begitu sinis oleh siapapun, semula dia marah bukan main, tapi dia tetap berusaha menyabarkan hatinya. "Aku tahu kau kesal pada mertuamu, tapi sebaiknya kau bergabung dengannya!" kata Uh-bong. "Mari ikut kami ke Taytoh. gi sana kau akan kuperkenalkan pada Wan-yen Ong-ya, sambil menunggun sampainya mertuamu di Tay-toh! Dulu setahuku ayahmu pun ingin membantu bangsa Mongol, karena itu lebih baik kau bergabung dengan kami untuk meneruskan keinginan ayahmu dulu itu! Aku pun berharap kau bisa rukun dengan mertuamu. Apalagi guruku pun ada di sana, beliau pasti girang dan aku yakin beliau mau mengajarimu ilmu silat tinggi!" Dengan angkuh Lhama itu bicara sedang tangannya bergerak-gerak di atas meja. Selesai bicara saat dia angkat tangannya meja itu meninggalkan tanda bekas seolah terkena goresan benda keras. "Aku tak suka mendengar nasihatmu!" kata Kong-sun Po. "Semua kata-katamu itu menyebalkan!" Kong-sun Po pun mengusap meja batu itu hingga muncul debu batu yang hancur oleh tenaga dalamnya. Sekarang legokan di meja batu sudah hilang. Melihat hal itu bukan main kagetnya Uh-bong. "Kurangajar! Kau berani menghina ayahmu?" kata Uhbong. "Malah aku bangga karena aku anak seorang pengkhianat!" kata Kong-sun Po mengejek. "Karena aku punya cita-cita sendiri, tak perlu kau nasihati aku!" Tiba-tiba keduanya bangun, telapak tangan Lhama itu menyerang ke muka anak muda itu, tapi Kong-sun Po segera mengangkat payungnya menangkis serangan itu. Uh-bong mengubah serangannya, dia mencengkram. Saat itu ujung

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

payung Kong-sun Po mengenai tangan Uh-bong hingga dia merasa kesakitan. "Awas!" teriak See-bun Chu Sek, tapi sudah terlambat. Maka tak ampun lagi Uh-bong terhajar oleh payung Kongsun Po yang menyambar dengan cepat. "Mari kita bertarung di luar!" kata Kong-sun Po yang langsung melompat keluar. To-koh Heng tak tinggal diam, dia menghalanginya dengan membacok pemuda itu. Tapi serangan itu ditangkis oleh payung lawan hingga serangannya berubah arah, dan goloknya bengkok. See-bun Chu Sek tak sempat menghalangi anak muda itu, karena tak lama Kongsun Po sudah berada di luar. "Kau mau kabur ke mana?" bentak Uh-bong. Dia coba mengejar. Saat itu Kong-sun Po bisa saja kabur. Tapi anak muda ini berpikir, dimana pun akan sama saja. Mereka pasti akan bertemu dan bertarung. Daripada mereka bergabung dengan Kiong Cauw Bun, dan mereka akan lebih berbahaya. Sekarang Kong-sun Po sudah bisa menduga bahwa kedatangan ayah Kiong Mi Yun pasti akan menaklukkan bajak di sungai Hong-hoo. Maka itu dia berusaha akan menggagalkan niat mertuanya itu. Dengan sengaja dia tunggu sampai lawan menyusulnya. Mengetahui payung itu payung pusaka, Uh-bong ingin memilikinya. Pikir dia dengan dibantu dua kawannya, dia akan mampu mengambil payung itu dari tangan Kong-sun Po. Maka itu dia terus mengejar, sedikit pun Uh-bong tak menyangka, Kong-sun Po akan menghentikan larinya. Tiba-tiba dia mengayunkan payungnya ke belakang. Bukan main kagetnya Uh-bong diserang demikian. Buruburu dia menghindar dan menjatuhkan diri agar tak terserang payung lawan. Tapi sayang serangan Kong-sun Po ini gagal,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia menyesal sekali. Saat dia menyerang lagi, Uh-bong sudah bangun dan telah membuka jubah merahnya. Saat serangan Kong-sun Po tiba, Uh-bong menangkis serangan itu dengan jubahnya. Jika payung Kong-sun Po itu bentrok dengan benda sekeras apapun, benda itu akan hancur. Tapi payung itu mengenai jubah merah lawan yang lunak, sekalipun ujung payung menusuk tepat, tapi jubah itu tetap tak berlubang. Menghadapi lawan bersenjata lunak, payung Kong-sun Po seolah terbelit dan mengikuti gerakan jubah itu. Dengan demikian gempuran Kong-sun Po pun terhambat hanya

mampu menghantam dengan hebat. Keras lawan lunak akhirnya mereka jadi seimbang. Keduanya sama-sama ulet, tapi tak bisa saling mengalahkan. Mereka bertarung mengadu tenaga dalam. Kong-sun Po mengangkat payungnya dan menghantam jubah lawan hingga jubah itu bergerak ke samping. Bukan main marahnya Uhbong "Mari maju, agar kau kenal ilmu Liong-siang-sin-kangku!" kata Uh-bong. Sambil berkata Uh-bong menyerang hebat, kedua tangan mereka bentrok satu sama lain. Karena bentrokan itu keduanya mundur. Hal itu bukan karena Kong-sun Po kalah tenaga, tapi sebagian tenaganya dia kerahkan ke payungnya. Maka tak heran dia kelihatan terdesak. Kong-sun Po kagum oleh kelihayan lawan yang ternyata seorang tokoh jago Liongsiangsin-kang. Soal tenaga dalam sebenarnya Kong-sun Po tidak kalah. Karena separuh tenaganya dikerahkan ke payungnya maka tenaganya sedikit berkurang. Karena senjata Uh-bong sebuah jubah yang sifatnya lunak dan ringan sekali, tentu saja tenaga yang dia gunakan ringan juga. Ketika melawan payung Kong-sun Po yang berat sekali memang tak seimbang penggunaan tenaganya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan Kong-sun Po yang gencar itu membuat Uh-bong harus waspada. Salah-salah dia bisa terluka oleh payung lawan. Tak lama dua kawan Uh-bong sudah sampai di tempat mereka bertarung. Sebenarnya To-koh Heng maupun See-bun Chu Sek pernah dikalahkan Kong-sun Po. Tapi mereka pikir jika pemuda itu mereka keroyok bersama-sama, masakan mereka kalah. Setelah pemuda itu mereka keroyok memang keadaan Kong-sun Po mulai terdesak dan hampir terkena senjata lawan. Kong-sun Po agak bingung juga. Jangankan mengalahkan mereka untuk kabur saja dia sekarang kesulitan bukan main. Sekarang keringatnya sudah mengucur di dahinya. Ketika itu Uh-bong mengebut dengan jubah merahnya. Sedang sebelah tangannya menghantam ke arah lawan. Kong-sun Po mengelak, kesempatan ini tak disia-siakan oleh See-bun Chu Sek. Dia langsung menyerang dari samping. Dia hantam punggung lawan. Kong-sun Po tak tinggal diam, serangan itu dia tangkis sambil berbalik ke belakang. See-bun Chu Sek terdorong mundur. Tentu saja hal ini membuat Seebun Chu Sek girang. Ujung jari See-bun Chu Sek telah menyentuh punggung Kong-sun Po. Kong-sun Po tahu itu pukulan beracun karena jurus itu milik

keluarganya, sedang See-bun Chu Sek sengaja menunggu sampai tenaga Kong-sun Po berkurang, baru dia menyerang. Saat dia terdorong mundur, dia lihat wajah Kong-sun Po mulai kebiru-biruan. Itu tandanya dia sudah terserang oleh racun pukulannya. "Dia sudah terkena pukulanku, pasti tak akan tahan lama!" kata See-bun Chu Sek. Tak lama langkah Kong-sun Po mulai limbung. Melihat lawan mulai sempoyongan dan pukulannya mulai kacau, lawan Kong-sun Po girang bukan main, karena dia yakin pada ucapan See-bun Chu Sek, To-koh Heng maju sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengayunkan golok ke arah lawan. Sungguh di luar dugaan, saat itulah yang memang ditunggu-tunggu. Saat golok lawan menyambar, Kong-sun Po menyentil golok itu dengan jarinya. "Cring!" Golok To-koh Heng terlepas dari tangannya. Kemudian Kong-sun Po menghantamkan payung ke jubah Uh-bong dengan hebat. Karena serangan ini tak mampu ditangkis oleh Uh-bong yang segera mengerahkan tenaganya dan baru dia berhasil bertahan. See-bun Chu Sek kaget. Untung dia tidak langsung ikut menyerang lawan sehingga dia tidak terhajar oleh lawan. Dia heran kenapa Kong-sun Po yang kelihatan keracunan, tiba-tiba saja bisa bertambah tenaga dan mampu melawan. Sebelum tahu apa sebabnya, Kong-sun Po mengejeknya. "Hm! Ilmu pukulanmu masih perlu kau latih sepuluh tahun lagi. Tapi tak kau sadari kau sudah keracunan! Segera kau pulang selamatkan dulu dirimu! Jika terlambat, jiwamu akan melayang!" kata Kong-sun Po. Mendengar kata-kata itu, See-bun Chu Sek kaget bukan kepalang. Benar saja tak lama terasa telapak tangannya gatal, dan kepalanya pun pening. Ternyata racun Hiat-kut-ciang bagi Kong-sun Po tak asing lagi. Saat dia masih kecil pun dia sudah terkena racun itu, ibunya yang merawat dia hingga sembuh. Beng Beng Tay-su mengajari dia tenaga dalam murni. Gemblengan sejak kecil ternyata membuat Kong-sun Po tangguh terhadap racun, maka itu dia berani bentrok dengan See-bun Chu Sek. Sesudah tahu bahaya mengancam dirinya, See-bun Chu Sek tak berani bertarung lebih lama lagi. Dia membalikkan tubuhnya dan langsung kabur. Sekarang tinggal Uh-bong sendiri. Dia harus bertarung mati-matian. "Bangsat!" kata Uh-bong. "Aku akan adu jiwa denganmu!" "Mari kita mulai," kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun mulutnya menantang, tapi Uh-bong sudah mulai jerih. Setelah menyerang dua tiga kali lagi, dia berpikir lebih baik kabur. Tapi untuk itu dia tak mampu melakukannya karena Kong-sun Po sudah mendesak dengan seranganserangan mautnya. Semula Uh-bong mengira lawannya kelelahan karena menghadapi tiga orang lawan, ditambah lagi jubah merah dia mampu mengimbangi payung Kong-sun Poyang lihay. Maka itu dia gunakan jubahnya untuk diputar dan menyerang ke arah lawan. Dia juga menggunakan tangannya untuk menyerang. Sekarang Kong-sun Po sudah mengubah cara berkelahinya, payung besinya dia pentang, dia berusaha menggulung jubah merah lawan. Serangan yang dilancarkan Kong-sun Po membuat Uh-bong kaget. Dia mulai terdesak mundur dan berusaha menghindari setiap serangan payung lawan yang ganas. Saat itu Kong-sun Po mendapat kesempatan, lalu dengan payung besinya dia cungkil jubah lawan dan dia berhasil melubangi jubah merah lawan. Uh-bong kaget! Apalagi payung lawan langsung menusuk ke tubuhnya. Terpaksa Uhbong mundur. Tapi sebelum dia bisa berdiri dengan tetap, serangan datang lagi. Terpaksa dia berusaha keras melawan keras! Dia coba menangkap payung lawan dan berhasil memegang ujung payung itu. Tiba-tiba tangan Kong-sun Po menyerang dengan dibarengi serangan payung besinya. Sekarang Uh-bong dalam bahaya. Jika dia lepaskan ujung payung itu tubuhnya akan tertusuk. Tapi jika dia kerahkan tenaganya menahan payung lawan, pasti dia tak akan sanggup menangkis serangan tangan lawan yang dasyat. Terpaksa Uh-bong menangkis serangan lawan, dengan menunduk lalu melepaskan payung lawannya. Dia gunakan kedua telapak tangannya untuk menangkis pukulan Kong-sun Po. Karena Uh-bong menunduk untuk menghindari serangan payung, serangan itu lewat di atas bahunya. Kong-sun Po

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang serangannya gagal langsung mengubah gaya berkelahinya. Tusukan yang tadi gagal dia ubah menjadi sebuah pukulan. Karena serangan itu demikian cepat tak ampun lagi bahu Uh-bong terhajar keras. "Kreek."

"Aduh!" teriak Uh-bong. Tulang bahu Uh-bong retak terhajar payung yang berat itu. Uh-bong yang terluka sekarang tak mampu menghadapi serangan gencar lawan. Sekalipun tenaga dalamnya seimbang, tapi karena karena dia terluka dia kesakitan, maka gerakannya jadi terganggu sekali. Tak lama terdengar suara keras. "Duuk!" Tubuh Uh-bong terlontar cukup jauh dan muntah darah. Dalam keadaan terluka Uh-bong berusaha bangun dan kabur. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 80 Kong-sun Po Bertemu Wan Ceng Liong; Kiong Mi Yun Bertemu Ayahnya

Ketika melihat Uh-bong kabur Kong-sun Po berusaha akan mengejarnya. Tapi tiba-tiba tenggorokannya terasa tak enak, dadanya seolah bergolak. Maka itu Kong-sun Po menghentikan langkahnya dab segera menenangkan diri. Mungkin akibat dia terlalu mengeluarkan tenaga ditambah dia terluka dalam, untung lukanya tidak parah. Maka itu Kong-sun Po tak mengejar Uh-bong karena kuatir lukanya akan bertambah parah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-sun Po langsung duduk untuk mengatur napas dan coba berusaha tenang untuk menyembuhkan luka dalam yang dideritanya. Tibatiba dia kaget saat mendengar ada suara orang mendengus di dekatnya. "Kong-sun Po, kau telah melukai keponakanku, sekarang bagaimana kita berhitungan?" kata orang itu sambil tertawa. Bukan main kagetnya Kong-sun Po saat itu. Sebelum bisa berbuat apa-apa, seorang kakek sudah berdiri di

depannya. Orang itu dikenalinya yaitu See-bun Souw Ya. Sesudah mengawasi sejenak, Kong-sun Po memegang payungnya eraterat dan membentak. "Jika kau mau silakan maju!" kata Kong-sun Po. Tadi karena Kong-sun Po bertarung mati-matian tenaganya belum pulih benar. Sekarang datang lagi seorang lawan yang dia tahu sangat tangguh dan licik. Mau tak mau Kong-sun Po

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun gentar juga. Sambil tertawa sinis See-bun Souw Ya mengejek. "Kau jangan cemas aku tak akan membunuhmu," kata Seebun Souw Ya. "Tapi yang ingin kutahu, bagaimana kau melukai keponakanku? Sekarang kau boleh melakukannya terhadapku! Mari kita bertarung! Tapi jika kau takut lebih baik kusudahi sampai di sini, asal kau mau berlutut tiga kali di depanku!" "Bajingan, kau jangan bicara seenakmu!" bentak Kong-sun Po. "Sebagai seorang eng-hiong sampai matipun aku tidak akan berlutut di depanmu. Jika kau mau membunuhku silakan kalau kau bisa melakukannya!" Kong-sun Po langsung siaga dengan payung besinya. "Dasar bocah bandel! Rasakan seranganku!" kata See-bun Souw Ya. Dia pun segera mengibaskan tangannya. Tanpa terasa tangan Kong-sun Po kesemutan, hampir saja payung besinya terjatuh. Jika dalam keadaan sehat payung besi yang berat itu menjadi senjata ampuh bagi Kong-sun Po. Tapi sekarang karena tenaganya belum pulih, senjata itu malah menjadi beban yang berat baginya. Maka tak heran jika Kong-sun Po jadi terdesak hebat. Bahkan menahan berat payungnya pun dia sudah hampir-hampir tak mampu. Tiba-tiba See-bun menyerang. "Lepaskan senjatamu!" bentak See-bun Souw Ya. Telapak tangan See-bun Souw Ya menghantam ke telapak tangan Kong-sun Po. Buru-buru Kong-sun Po coba memutarkan payung besinya untuk balas menyerang lawannya. Sayang tenaga Kong-sun Po tak mampu melakukannya. See-bun Souw Ya maju, tangannya bergerak cepat. Tahutahu payung Kong-sun Po sudah berpindah tangan, lalu dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

buang. Sambil tertawa terbahak-bahak, See-bun berkata nyaring. "Kong-sun Po, lebih baik kau gunakan ilmu racunmu!" kata See-bun Souw Ya. Kong-sun Po tahu See-bun Souw Ya berniat memancing dia agar dia menggunakan ilmu pukulan rahasianya. Maka itu dia sengaja tak menggunakan pukulan yang diharapkan lawannya dan hanya menggunakan ilmu silat ajaran Ciu Cioh alias Kheng Ciauw saja! Jurus Tay-heng-pat-sek ilmu silat kelas satu, tapi karena keadaan Kong-sun Po terluka parah, kekuatan yang dapat dikeluarkannya tidak ada tiga bagiannya. Jadi tak heran baru beberapa jurus dia kembali terdesak oleh See-bun Souw Ya yang menyambut pukulannya dengan keras melawan keras. Ketika keempat telapak tangan mereka itu beradu, tangan See-bun Souw Ya seperti melekat ke tangan Kong-sun Po dan sukar terlepas. Telapak tangan Kong-sun Po terasa gatal dan ngilu, dia tahu lawan menggunakan dua macam ilmu berbisa, yaitu Hukutciang di tangan kiri dan Hoa-hiat-to di tangan kanan. Kong-sun Po sadar bahwa lawan ingin mencelakakan dirinya. Walau tak takut mati tapi dia tidak mau mati di tangan See-bun Souw Ya. Maka itu Kong-sun Po yang tak mau menggunakan pukulan beracun, terpaksa menggunakanmya! Memang dia pernah mendapat pelajaran dari Beng Beng Tay-su, saat itu dia menggunakan ilmu berbisa milik keluarga ibunya. Walau tenaga dalam Kong-sun Po masih kalah oleh See-bun Souw Ya, tapi kali ini serangannya istimewa. Serangan itu membuat See-bun Souw Ya kaget, tapi juga girang karena sekarang dia tahu ada cara mengerahkan ilmu berbisa seperti yang dilakukan lawannya. "Ah, luar biasa bocah ini, serangannya lebih bagus dibanding ilmu silat ayahnya!" pikir See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu See-bun Souw Ya mengerahkan seluruh kekuatannya, tak heran Kong-sun Po kepayahan. Ibarat sebuah lampu dia hampir kehabisan minyak. Kong-sun Po mulai mengeluh, dia yakin bakal celaka di tangan See-bun Souw Ya. Ketika pemuda ini akan berbuat nekat, tiba-tiba Seebun Souw Ya mengendurkan serangannya.

"Aku kira tenagamu semakin lemah, maka itu istirahatlah dulu nanti baru kita lanjutkan lagi. Aku bijaksana terhadapmu, bukan?" kata See-bun Souw Ya. Sekarang Kong-sun Po tahu si iblis bermaksud memancing Kong-sun Po agar mengeluarkan ilmu berbisanya. Lawan ingin menyadap inti sari ilmu dari itu lawannya. Walau dia tahu cara Kong-sun Po menggunakannya, tapi sayang dia tidak tahu caranya. Maka itu dia memberi waktu agar pemuda itu bisa istirahat. Nanti saat bertarung lagi dia akan mengamati gerakan anak muda itu dengan cermat. See-bun Souw Ya sama sekali tak tahu kalau lawan menggunakan lwee-kang ajaran Beng Beng Tay-su. Maka itu ketika mereka bertarung berkali-kali mereka beradu tangan, See-bun tetap tidak bisa mengetahui cara bagaimana Kong-sun Po menggunakan ilmu itu. Selang sekian lama keadaan Kong-sun Po semakin lemah bahkan tak sanggup lagi melakukan perlawanan. Melihat lawan kepayahan See-bun Souw Ya tertawa. "Jika kau ingin selamat kau harus ikut aku ke Tay-toh!" kata See-bun Souw Ya sambil menyerang. Walaupun berkali-kali Kong-sun Po terjatuh, dia tak mau menyerah. "Bagaimana?" "Aku tak akan menyerah!" kata Kong-sun Po. Pemuda ini mulai nekat, jika didesak dia akan bunuh diri. See-bun Souw Ya tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai anak muda, kau seperti mau hidup tak bisa, mati pun sulit," kata See-bun. "Sebaiknya kau ikuti nasihatku, mungkin jiwamu akan selamat!" Sambil tertawa See-bun mendekati Kong-sun Po yang akan dia cengkram. Saat itu merupakan detik-detik berbahaya bagi anak muda itu. Kong-sun Po yakin dia tak akan lolos dari cengkraman See-bun yang ganas itu. Tapi.... Pada detik yang paling kritis bagi Kong-sun Po terdengar suara orang mengejek See-bun Souw Ya. "Dasar manusia tak tahu malu, beraninya cuma kepada orang yang lemah!" kata suara itu. See-bun Souw Ya kaget bukan kepalang karena suara itu dikenalinya. Memang orang itu adalah Wan Ceng Liong dari Beng-shia-to. Orangnya belum muncul suaranya sudah terdengar. Wan Ceng Liong kuatir dia tak mampu menyelamatkan Kong-sun Po, maka itu dia sengaja bicara dulu sebelum sampai. Maksud Wan Ceng Liong untuk menggertak See-bun Souw Ya agar iblis itu menghentikan serangannya

Sesudah sadar tertipu oleh gertakan lawan, dia berbalik lagi hendak mencengkram Kong-sun Po yang sudah tak berdaya itu Tapi sudah terlambat karena Wan Ceng Liong sudah sampai dan langsung berdiri di depan Kong-sun Po untuk melindungi anak muda itu. Saat See-bun Souw Ya mendekatinya, Wan Ceng Liong mengibas dengan lengan bajunya. Lengan baju Wan Ceng Liong robek, tapi See-bun Souw Ya pun terdorong keras ke belakang oleh kibasan Wan Ceng Liong. "Kita tidak bermusuhan, tapi kenapa kau ikut campur urusan-ku?" kata See-bun Souw Ya. "Kenapa aku ikut campur, itu urusanku!" jawab Wan Ceng Liong. "Tapi yang jelas aku muak melihat caramu menghina seorang anak muda!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main marahnya See-bun Souw Ya. Dia serang Wan Ceng Liong. Tapi orang she Wan ini sudah siap. Sesudah bentrok sekali lagi, See-bun mundur dan tertawa. "Baiklah, kau boleh bawa dia!" kata See-bun Souw Ya. "Jelas dia tak boleh jatuh ke tanganmu, tapi kau juga tak bisa pergi begitu saja!" kata Wan Ceng Liong. "Aku sudah mengalah padamu, apa lagi yang kau inginkan?" "Sudah saatnya kau kembalikan barang milik orang yang kau curi itu, kau serahkan kitab itu padanya!" kata Wan Ceng Liong. "Apa kau bilang?" kata See-bun Souw Ya kaget. "Aku cuma minta agar kau kembalikan kitab itu kepadanya! Ingat dosamu tidak ringan. Aku rasa itu adil!" kata Wan Ceng Liong. "Hm! Jadi kau juga menginginkan kitab keluarga Suang?" kata See-bun Souw Ya. "Terserah apa maumu, yang kuminta kau kembalikan kitab itu padanya!" kata Wan Ceng Liong. Sekalipun agak jerih pada Wan Ceng Liong, menyerahkan kitab itu jelas dia tak rela. Maka itu dia berkata lagi. "Jika kau bisa silakan kau ambil sendiri!" kata See-bun Souw Ya dengan berani. "Baik, aku menuruti permintaanmu!" kata Wan Ceng Liong. Tak lama terjadi pertarungan antara Wan Ceng Liong dan See-bun Souw Ya. Saat kedua tangan mereka bentrok, Seebun Souw Ya melompat mundur dan mengawasi lawannya tak lama kelihatan hawa hitam itu langsung lenyap. Melihat hal itu See-bun Souw Ya kaget, dia sadar ilmu silat lawannya lebih

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tinggi. Dia yakin ilmu racunnya tak akan mampu mengalahkan Wan Ceng Liong. "Mana Hua-hiat-tomu, ayo gunakan!" tantang Wan Ceng Liong. "Jadi kau ingin tahu, rasakan ini!" kata See-bun Souw Ya. Dibanding dua macam ilmu beracun keluarga Suang, Hoahiatto lebih lihay dari Hu-kut-ciang. Sesudah dia sambut satu pukulan itu, wajah Wan Ceng Liong kelihatan agak hitam tapi hanya sebentar sedang See-bun Souw Ya terdorong oleh pukulan Wan Ceng Liong beberapa langkah jauhnya. "Sekarang Hoa-hiat-to-mu sudah kucoba, apa lagi kepandaianmu?" kata Wan Ceng Liong. Tantangan itu membuat See-bun Souw Ya sadar, bahwa sulit untuk bisa kabur dari tangan orang itu. Bertarung keras lawan keras, pasti mereka berdua yang akan terluka parah karena tak ada lain jalan akhirnya dia berpikir. "Jika kuserahkan kitab ini padanya, pasti kelak dia akan terserang racun ilmu itu, jika dia mempelajarinya." pikir Seebun Souw Ya, maka itu dia langsung berkata. "Wan To-cu, kita sudah kenal lama dan aku tahu pribadimu. Kau jangan berlagak alim, mari kita bicara secara terbuka. Kau berniat menyerahkan kitab itu pada seseorang yang mungkin juga dia sahabatku. Kalau begitubagaimana kalau kita sudahi perkelahian ini?" kata See-bun Souw Ya. Wan Ceng Liong heran, karena lawannya bisa menerka tujuannya. "Apa dia sudah mendengar dari Kiong Cauw Bun bahwa aku diperintah mengambil kitab itu?" pikir Wan Ceng Liong. Menyaksikan Wan Ceng Liong diam saja, See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. "Benar kan kata-kataku?" kata See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Wan Ceng Liong tertegun, dia jadi ragu. Dia tak yakin kalau Kiong Cauw Bun mau berterus-terang menginginkan kitab itu. "Jika aku gunakan muslihatku, aku yakin keduanya akan tertipu olehku!" pikir Wan Ceng Liong. Kemudian Wan Ceng Liong tertawa terbahak-bahak. "Silakan kau terka, mau kuapakan kitab itu? Jika dugaanmu benar, sesudah kitab ini ada di tangan temanmu maka kitab

ini pasti akan kembali lagi kepadamu!" kata Wan Ceng Liong. Karena See-bun SouwYa yakin kitab itu akan dimiliki sendiri oleh orang she Wan itu, dia akan menyerahkannya. Siapa tahu jika Wan Ceng Liong salah mempelajari kitab itu, dia akan terserang racun ilmu itu sendiri. Karena berpikir demikian Seebun langsung mengeluarkan kitab itu lalu dia lemparkan pada Wan Ceng Liong. "Terima ini!" kata See-bun Souw Ya. Wan Ceng Liong langsung menyambut kitab itu. "Eh, asli atau palsu kitab ini? Jika palsu, kelak kau tak akan lolos dari tanganku!" kata Wan Ceng Liong. "Mana berani aku menipu anak muda itu, ini kan pusaka keluarganya. Lagipula mana berani aku membohongimu!" kata See-bun Souw Ya. "Baik silakan kau pergi!" kata Wan Ceng Liong. Sesudah See-bun pergi Wan Ceng Liong mendekati Kongsun Po. Dia periksa keadaan luka anak muda itu dengan hatihati. "Paman Wan ada yang akan kuberi tahu padamu," kata Kong-sun Po. Wan Ceng Liong menggoyangkan tangannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau jangan bicara dulu, kau banyak kehilangan tenaga. Akan kulancarkan dulu jalan darahmu!" kata Wan Ceng Liong. Sesudah itu dia kerahkan tenaga dalamnya untuk mengobati Kong-sun Po. Tak lama dari kepala Kong-sun Po keluar uap, wajahnya yang semula pucat sudah kelihatan segar kembali. Wan Ceng Liong memuji kehebatan tenaga dalam anak muda itu. "Terima kasih,Paman Wan," kata Kong-sun Po. "Jangan see-ji (sungkan), jika tenagamu sendiri tak baik, kau tak bisa segera sembuh begitu cepat! Tapi walaupun begitu kau perlu istirahat!" kata Wan Ceng Liong. "Aku sudah sanggup berjalan, untuk menghemat waktu aku harus pergi. Jika aku ditemani oleh Paman Wan apa yang aku takutkan lagi?" kata Kong-sun Po. Wan Ceng Liong heran dari mana anak muda itu tahu kalau dia akan menemaninya? Tanpa menanyakan hal itu, dia berkata. "Tadi kau bilang kau akan memberitahu sesuatu, katakan saja mengenai apa?" kata Wan Ceng Liong. "Mengenai putrimu aku sudah tahu mereka ada di mana." kata Kong-sun Po. Bukan main girangnya Wan Ceng Liong. "Dia ada di mana?" "Bersama Ci Toa-ko!" kata Kong-sun Po. "Tapi mereka ditangkap Kiong Cauw Bun!"

"Jadi kau ke Uh-seng untuk mengejar mereka? Tadi kau pun bertarung sengit dengan See-bun!" kata Wan Ceng Liong. "Kau setia kawan, aku tak tahu bagaimana aku harus berterima kasih padamu?" "Paman jangan berkata begitu, putrimu pun pernah menyelamatkan aku, sedangkan Ci Toa-ko itu sahabatku," kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana putriku bisa menolongimu, sedang kepandaiannya saja di bawah kepandaianmu," kata Wan Ceng Liong. "Sekalipun Kiong Cauw Bun calon mertuaku, aku tak tunduk kepadanya. Maka itu dia pernah akan membunuhku. Ketika aku dikejar olehnya, syukur aku bertemu dengan putrimu, dan dia berhasil membohongi mertuaku. Putrimu menunjukkan jalan yang salah yang kutempuh, dan mertuaku menyusul aku ke arah yang salah itu!" "Jadi begitu ceritanya," kata Wan Ceng Liong. "Sudah kudengar kalau kau dan mertuamu tak cocok, maka itu aku punya sebuah ide. Aku yakin dia bersedia mengambilmu sebagai menantunya!" Mendengar kata-kata itu wajah Kong-sun Po berubah karena malunya. "Terima kasih atas perhatian Paman Wan, tapi... tapi..." Kong-sun Po tak bisa meneruskan kata-katanya. "Jangan see-ji," kata Wan Ceng Liong sambil tertawa. "Sekalipun kita baru kenal aku menyukaimu, baiklah akan kubantu kau dalam masalahmu itu!" Sesudah itu kitab pusaka keluarga Suang itu dia serahkan pada Kong-sun Po. Sambil tersenyum Wan Ceng Liong berkata, "Kitab ini kitab pusaka keluarga ibumu, apa benar buku ini asli?" Sesudah menerima kitab itu Kong-sun Po membalik-balik halaman kitab itu, dia lihat ada tanda tangan ayahnya almarhum. Kelihatan Kong-sun Po berduka. "Paman kitab ini asli," kata Kong-sun Po. "Benda inilah yang telah membuat orang-orang celaka! Kata Ibuku kematian Ayahku selain jahat, dia juga celaka karena salah mempelajari kitab ini!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah, kau jangan berduka," kata Wan Ceng Liong. "Aku

tahu dia menderita Cauw-hwee-jip-mo dan menyesal. Sejujurnya walau ayahmu bukan orang baik, tapi karena mempunyai anak sepertimu, dosanya yang besar sebagian bisa ditebus.... Kau katakan kitab ini benda yang banyak mencelakakan orang. Sedang di kalangan kaum hitam, benda ini dianggap benda pusaka kalangan Kang-ouw!" "Terima kasih, Paman. Aku tak ingin memilikinya, bagaimana kalau kita bakar saja kitab ini?" kata Kong-sun Po. "Jika kau tak ingin memilikinya, bagaimana jika untuk sementara kitab itu kupinjam?" kata Wan Ceng Liong. "Silakan saja, Paman. Apalagi kitab ini Paman yang mendapatkannya," kata Kong-sun Po. "Hanya saja sekalipun kitab ini sudah banyak diberi catatan cara mempelajarinya oleh Ayahku, tapi tetap saja berbahaya dan bisa menyebabkan orang celaka!" "Kau benar, jika saja kitab ini sempurna, mana mau Seebun Souw Ya mengembalikannya kepadaku," kata Wan Ceng Liong. "Karena buku ini sangat aneh maka aku ingin melihatnya saja, bukan untuk mempelajarinya!" "Lalu jika bukan untuk dipelajari untuk apa kitab itu?" "Terus-terang aku berhutang budi kepada seseorang dan berjanji akan membantu mencarikan kitab ini untuknya," kata Wan Ceng Liong. "Pasti dia tidak tahu akibat mempelajari kitab ini?" kata Kong-sun Po. "Benar, semula aku pun berpikir akan menghantam orang jahat dengan cara jahat pula!" kata Wan Ceng Liong.. Kong-sun Po tahu bahwa kitab itu untuk calon mertuanya. Tetapi walau dia tahu Kiong Cauw Bun jahat, untuk mencelakainya dengan cara jahat, dia segan melakukannya. Melihat Kong-sun Po ragu-ragu, Wan Ceng Liong berkata lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pada orang baik kita harus berbuat baik, sebaliknya kepada orang jahat kita harus melawan dengan kejahatan juga! Maka itu aku pikir akan berbuat begitu. Tetapi sekarang tidak jadi kulakukan!" "Apa pendapat Paman sekarang?" "Akan kugunakan kitab ini sebagai alat perdamaian antara kau dengan mertuamu," kata Wan Ceng Liong sambil tertawa. "Mertuamu seorang tokoh persilatan, walau dia mampu mempelajari kitab ini, tapi dia akan terserang penyakit Cauwhweejip-mo. Dengan demikian pasti dia akan minta pertolonganmu untuk mengobati penyakitnya, kau mengerti maksudku?" Kong-sun Po mengangguk, tanda dia mengerti apa maksud

Wan Ceng Liong. Tapi cara itu tidak terpuji. Lama-lama dia pikir cara itu ada baiknya juga. Pada saat mertuanya minta tolong disembuhkan, dia bisa menasihatinya agar kembali ke jalan benar. "Hal lainnya," kata Wan Ceng Liong, "See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek merasa disaingi oleh mertuamu, sekalipun mertuamu sudah memihak pada Mongol. Maka itu mertuamu tak mudah mendapat tempat yang layak di sana, karena dua orang saingan mertuamu akan selalu memojokkan mertuamu. Jika kitab ini sudah aku serahkan pada mertuamu dan kedua orang itu tahu, mereka pasti akan bertambah benci pada mertuamu. Maka itu mertuamu akan mendapat kesulitan tinggal di sana. Aku yakin dia akan meninggalkan mereka!" "Aku gembira jika mertuaku bisa kembali ke jalan yang benar, tapi sekarang putrimu berada di tangannya, jangan buang waktu, kita harus segera mencari mereka!" kata Kongsun Po. "Kau jangan cemas, dia tak akan menyusahkan putriku, karena dia menawannya dengan maksud memerasku. Pertama dia ingin menghindari perselisihan denganku, kedua dia ingin

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku menepati janjiku. Sekarang kitab ini sudah ada di tanganku dan bisa kugunakan untuk tukar-menukar dengannya. Yang aku cemaskan justru kesehatanmu!" kata Wan Ceng Liong. Kong-sun Po sadar bahaya atas dirinya, maka itu dia bersedia istirahat sehari lagi. Sedangkan Wan Ceng Liong terus membantu memulihkan kesehatan anak muda itu dengan tenaga dalamnya. Akhirnya kesehatan anak muda itu mulai pulih kembali. Tapi karena lambat sehari dia tertinggal beberapa jam oleh rombongan Kok Siauw Hong yang akan ke Tay-toh. -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oRombongan Kok Siauw Hong tiba beberapa jam lebih dulu di Uh-seng. Saat itu Kiong Mi Yun tertawa sambil mendekati Han Pwee Eng lalu berkata. "Cici Eng, ingatkah kau pada pertemuan kita yang pertama di tempat ini? Di rumah makan Ngi Nih Lauw ini!" kata Kiong Mi Yun. "Kau si nakal dan senang makan maka itu kau ingat pada makanan yang lezat di rumah makan ini!" kata Han Pwee Eng. "Ya, kau yang tahu isi hatiku, sekarang aku menjamu kau untuk makan bersama!" kata Kiong Mi Yun. Kemudian nona Kiong menoleh pada Jen Ang Siauw. "Rumah makan ini sangat terkenal di daerah Utara, orang

yang membuka rumah makan ini bernama Gie Tek, orang yang menemukan cara membuat arak istimewa!" kata Kiong Mi Yun menjelaskan. "Tapi sebaiknya kita ke tempat Tiang-keng-pang dulu, setelah bertemu dengan Kong-sun Toa-ko baru kita ke rumah makan bersamanya," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paling lambat nanti malam kita akan sampai di sana, mengapa terburu-buru?" kata Kiong Mi Yun. "Di rumah makan itu biasanya ramai, mungkin orang-orang dari Hong-hoo-ngopang pun ada di sana. Kita bisa minta bantuan mereka untuk mengantar kita ke tempatnya!" Mereka berempat masuk ke rumah makan itu. lalu mencari tempat duduk yang cocok agar bisa menikmati pemandangan Hong-hoo yang indah itu. Sesudah itu Kiong Mi Yun memanggil seorang pelayan.. "Eh, kau masih kenal padaku tidak?" kata Kiong Mi Yun. "Pasti kau ingat kan tapi kau jangan cemas, kami tidak akan berkelahi lagi di tempatmu ini. Bagaimana keadaan Ang Pangcu, apa dia baik-baik saja?" "Sayang sudah lama kami tak melihatnya," kata si pelayan. Kata-kata nona Kiong tadi memang sengaja suaranya dia keraskan maksudnya agar menarik perhatian para tamu, bahwa nona Kiong punya hubungan baik dengan Ang Pang-cu di tempat itu. Jawaban pelayan itu justru di luar dugaan nona Kiong. Padahal semula nona ini ingin tahu, apakah Kong-sun Po sudah datang atau belum? Dia tahu Kong-sun Po diutus oleh Hong-lay-mo-li dan pasti dia akan disambut dan diundang makan di tempat itu. Hari itu tamu memang cuma belasan orang saja, ketika mendengar percakapan pelayan dan nona Kiong, satu-persatu tamu-tamu itu ngeloyor pergi, entah mengapa? Apa mereka takut? Memang di antara tamu itu terdapat anak buah Ang Kin, buru-buru dia pergi akan melapor kepada atasannya. "Mari minum, ini arak bagus," kata Jen Ang Siauw. "Selain arak itu harum makanannya pun enak sekali ," kata Kiong Mi Yun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika kedua nona itu sedang menikmati arak dan makanan, sedangkan Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong

justru tertarik pada syair yang terukir pada sebuah pigura di dinding rumah makan itu. "Eh, kenapa kalian tak makan? Nanti makanan dan araknya dingin," kata Kiong Mi Yun. Tak lama terdengar langkah kaki orang naik ke atas loteng. Salah seorang terdengar bicara. "Arak di tempat ini enak, kalian harus mencobanya!" kata seorang tua. "Karena kau bisa minum puluhan kati arak, malah aku kuatir mereka tak punya persediaan arak cukup banyak untukmu!" kata yang lain. "Arak simpanan mereka pasti banyak, jangan takut," kata yang lain lagi. "Aku yakin kau tak akan bisa menghabiskannya. Tapi melihat caramu minum seperti kerbau, aku rasa kau tak akan mampu menikmati enaknya arak di tempat ini!" Kiong Mi Yun kaget mendengar suara yang sangat dikenalnya itu, tanpa terasa hingga cawan arak yang ada di tangannya pun terjatuh tanpa disadarinya. "Praang!" Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Tak lama orang-orang itu sudah sampai di atas. Mereka ternyata datang bertiga, Kiong Cauw Bun, Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa. Sedangkan Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong di daerah Biauw. Dia heran kenapa mereka sekarang ada di tempat itu. Dia tahu melawan Kiong Cauw Bun saja sulit untuk mereka kalahkan, sekarang mereka datang bertiga. Saat itu Ciong Bu Pa sudah melihat Kok Siauw Hong bersama kawan-kawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, kebetulan kau ada di sini, aku justru sedang mencarimu!" kata Ciong Bu Pa. Dia berjalan menghampiri Kok Siauw Hong dan langsung hendak mencengkramnya. Mendapat serangan itu, Kok Siauw Hong duduk dengan tenang-tenang saja. Saat serangan Ciong Bu Pa sampai, Kok Siauw Hong mengangkat sumpit di tangannya. Dia tusuk jalan darah di telapak tangan Ciong Bu Pa. Melihat tangannya diserang, Ciong Bu Pa langsung menarik kembali serangannya. Tapi Kok Siauw Hong pun sudah menguba serangannya dengan jurus Cit-siu-kiam-hoat andalannya. Tak heran Ciong Bu Pa jadi kelabakan dan terdesak mundur. "Jangan berkelahi, bukankah kalian ini kawan lama. Kenapa kau tak nikmati dulu makanan lezat ini?" kata nona Kiong. Sambil bicara nona Kiong menjepit sebuah baso yang dia

sodokan ke mulut Ciong Bu Pa. Ketika itu Ciong Bu Pa sedang sibuk menghindari serangan Kok Siauw Hong. Tak dia duga dia berhasil dipermainkan oleh nona Kiong. Baso itu masuk ke mulutnya dengan paksa. Bukan main gusarnya orang Ciong Bu Pa, dia berteriak-teriak. Suara Kiong Mi Yun yang saat itu sedang menyamar, membuat Kiong Cauw Bun langsung mengenalinya. Melihat Ciong Bu Pa dikalahkan lawan, Kiauw Sek Kiang akan membantu anak buahnya itu. Tapi tak jadi maju karena dia lihat Kiong Cauw Bun keheranan. Dia yakin pasti ada sesuatu yang tak beres. "Anakku jangan nakal!" kata Kiong Cauw Bun. "Dia jahat Ayah, selain mengganggu kawan-kawanku dia juga menyusahkan aku. Kenapa Ayah malah memarahiku?" kata Kiong Mi Yun aleman. Ciong Bu Pa kaget ternyata orang itu putri Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nak, kau ke mari!" kata Kiong Cauw Bun sabar. Nona Kiong tahu apa maksud panggilan ayahnya itu, segera dia hunus belatinya dan dia arahkan ke dadanya. "Lepaskan pisaumu! Apa maumu?" bentak Kiong Cauw Bun gugup. "Untuk sesama sahabat aku siap berkorban, itu pepatah terkenal di kalangan Kang-ouw," kata Kiong Mi Yun dengan gagah. "Kami sudah bersumpah untuk sehidup dan semati!" "Hm! Kau cuma ingat pada sahabatmu dan kau melupakan ayahmu!" kata Kiong Cauw Bun. "Aku tak memusuhi Ayah, tapi jika Ayah memaksa lebih baik aku mati di depanmu!" kata nona Kiong. Kiong Cauw Bun sudah tahu adat putrinya yang keras kepala itu, maka itu mau tak mau dia harus mempertimbangkan tindakannya. "Sudah! Sudah! Semua bisa kita bicarakan baik-baik, kau jangan bunuh diri segala!" kata ayahnya yang mulai maju. "Hentikan! Jika Ayah maju berarti Ayah menginginkan aku mati di sini!" kata Kiong Mi Yun. Terpaksa Kiong Cauw Bun berdiri diam. "Baik, jika kau mau pulang bersamaku, semua urusan Dunia Persilatan tak akan kucampuri lagi!" kata Kiong Cauw Bun. "Aku dengar Ayah memihak pada musuh, aku tak sudi hidup bersama bangsa asing!" kata Mi Yun. "Jangan sembarangan bicara, kau menghina ayahmu, dasar anak bandel!" bentak Kiong Cauw Bun. "Berbakti pada orang tua dan setia pada negara tak bisa

dipisahkan," kata Kiong Mi Yun. "Jika mau Ayah boleh membunuhku!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anakku, kita tak akan ke Ho-lin maupun ke Tay-toh, tapi kita akan pulang ke Hek-hong-to. Di sana kita bisa hidup tentram dan tak pergi lagi dari sana!" kata Kiong Cauw Bun membujuk. "Benarkah itu Ayah?" kata Kiong Mi Yun. "Kenapa aku harus membohongimu?" kata Kiong Cauw Bun. "Kalau begitu, baiklah, Ayah kau kembali duluan, tunggu aku di Ta-to-kauw," kata Kiong Mi Yun. Ta-to-kouw sebuah penyeberangan di sungai Yang-ceekiang. "Tapi, nanti kau tak datang ke sana!" kata Kiong Cauw Bun sangsi. "Jika ucapan Ayah bisa dipercaya, aku tak akan ingkar padamu, Ayah!" kata nona Kiong. "Baik, aku berangkat sekarang," kata Kiong Cauw Bun. Tapi tiba-tiba terdengar suara nyaring. "Trang!" Belati di tangan Kiong Mi Yun terlepas dari tangannya. Belati itu terpental karena sebuah sumpit disambitkan Kiong Cauw Bun dan tepat ke sasaran. Tadi Kiong Cauw Bun berpura-pura setuju agar perhatian nona Kiong beralih, dengan demikian dia dapat menyerang pisau di tangan putrinya. Secepat kilat Kiong Cauw Bun menarik putrinya, sebelum Kok Siauw Hong bisa berbuat apa-apa. Melihat perubahan yang mendadak itu dan seruan Kiong Cauw Bun agar teman-temannya maju, tak disia-siakan oleh Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa yang langsung maju. "Kok Siauw Hong, kau mau lari ke mana?" kata Kiauw Sek Kiang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kok Siauw Hong membalikkan meja makan yang ada di depannya hingga terbalik, dia menyambut pukulan dahsyat Kiauw Sek Kiang. Meja itu hancur berantakan. Begitu pun mangkuk dan piring juga hancur. Pelayan rumah makan kaget dan ketakutan. Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menghunus pedang mereka akan mengeroyok Kiauw Sek Kiang. Di tempat lain Jen Ang Siauw menghadapi Ciong Bu Pa. Tidak kepalang sedirinya

Kiong Mi Yun menyaksikan kejadian itu.: "Ayah menipuku, untuk apa aku hidup?" kata Kiong Mi Yun yang dongkol dan sedih bukan main. Nona Kiong berniat bunuh diri, tapi karena ayahnya ada di sampingnya dia tak berdaya. "Kau jangan berpikir bodoh!" kata ayahnya. "Kenapa kau harus membela kawanmu mati-matian? Mereka itu bukan apaapamu dibanding Kong-sun Po! Aku tahu kau menyukai dia. Akan kucari dia sampai aku menemukannya. Aku sudah berjanji tak akan menyusahkan kawan-kawanmu. Apa yang kau cemaskan lagi?" -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 81 Kiong Cauw Bun Menyetujui Perjodohan Putrinya; Seng Cap-si Kouw Terluka Parah

Kiong Mi Yun diam saja, tapi saat ayahnya menyebut nama Kong-sun Po, ini membuat Kiong Mi Yun sadar. "Demi Kong-sun Po, aku harus tetap hidup!" pikir Kiong Mi Yun. Di tengah pertarungan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng mampu menghadapi Kiauw Sek Kiang, sebaliknya Jen Ang Siauw terdesak oleh Ciong Bu Pa. Melihat hal itu Kiong Cauw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bun hanya mengangguk, dia tak ikut terjun ke dalam pertempuran. Jen Ang Siauw dikejar Ciong Bu Pa. Tapi dengan cerdik nona Jen menghalangi Ciong Bu Pa dengan meja dan kursi yang sengaja dia dorong untuk menghalangi majunya lawan. Tak heran jika Ciong Bu Pa yang terhalang meja dan kursi belum berhasil menangkap nona Jen. Saat menyaksikan gaya bersilat nona Jen, Kiong Cauw Bun mengenali ilmu silat Jen Thian Ngo. "Saudara Ciong, hati-hati! Jangan lukai nona itu! Dia putri itu Jen Thian Ngo!" kata Kiong Cauw Bun. Karena nona Jen terus berlarian sambil menggulingkan meja dan kursi, Ciong Bu Pa kelihatan tak sabar ingin segera mengahiri kejar-kejaran itu. Ketika Ciong Bu Pa mendengar seruan Kiong Cauw Bun dia mengangguk. "Baik aku tahu!" kata Ciong Bu Pa. Ciong Bu Pa menyingkirkan meja yang menghalanginya dengan menendangnya. Tak lama terdengar suara berisik meja dan kursi yang ditendang oleh Ciong Bu Pa. Maka itu tak heran ada kursi yang melayangjatuh ke arah tangga loteng, kebetulan saat itu seorang pemuda sedang berjalan naik ke atas loteng. Dengan sebuah payung, kursi itu dihalau ke atas.

Saat meja itu terhantam payung, meja itu langsung berlubang. Di belakang anak muda itu muncul lagi seorang kakek mengikutinya. "Hai, Kakak Po!" teriak Kiong Mi Yun yang girang bukan main. Memang orang itu Kong-sun Po yang datang bersama Wan Ceng Liong. Jika dia bertemu dengan Kiong Cauw Bun itu tak mengherankan, tapi justru dia bertemu dengan nona Kiong, ini yang mengherankan dia. Saat itu dia girang, kaget bercampur jadi satu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tenang adik Mi Yun, ayahmu tak akan menyusahkan kau!" kata Kong-sun Po. "Baik, kau jangan hiraukan aku, kau bantu saja Cici Jen!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Cauw Bun kaget. "Eh, angin apa yang membawamu ke mari Saudara Wan?" kata Kiong Cauw Bun. "Aku rasa kau tahu maksud kedatanganku!" kata Wan Ceng Liong. "Mana putriku?" "Jadi kau mau mencari putrimu?" kata Kiong Cauw Bun. "Kau jangan pura-pura bodoh," kata Wan Ceng Liong. "Aku sudah tahu kau menangkap putriku dan Ci Giok Phang, bukan?" "Kau jangan marah, Saudara Wan, jika ada masalah bisa kita rundingkan." kata Kiong Cauw Bun. Saat itu Ciong Bu Pa mendesak nona Jen hingga sampai ke dinding rumah makan. Tapi Kong-sun Po melompat ke arah Ciong Bu Pa. "Jangan kau ganggu nona itu!" bentak Kong-sun Po. Karena belum tahu lihaynya anak muda itu, maka itu dia tak menghiraukan peringatan Kong-sun Po itu. Dia berbalik menghadapi anak muda itu, payung lawan dia cengkram. Ciong Bu Pa kaget saat tangannya menyentuh payung lawan dia merasakan sakit bukan main. Segera dia lepaskan cekalan pada payung itu. Melihat lawannya kesakitan Kong-sun Po tertawa. "Kau jerih pada senjataku, baik kita bertarung dengan tangan kosong saja!" kata Kong-sun Po sambil melemparkan payung besinya ke arah nona Jen dan minta untuk dijaga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciong Bu Pa maju dan menerkam bagaikan binatang buas, tangan mereka langsung bentrok. Begitu hebatnya mereka mengadu tenaga, lantai papan loteng jebol karena terinjak kaki Ciong Bu Pa. Hal ini karena kuatnya Ciong Bu Pa mengerahkan tenaga dalamnya. Akibatnya Ciong Bu Pa terperosok ke bawah, untung tangan Ciong Bu Pa masih berhasil meraih sisi lubang sehingga dia tidak terjatuh ke bawah sana. Rambut Ciong Bu Pa dicengkram oleh Kong-sun Po, lalu diangkat ke atas. Sesudah ditotok lalu tubuhnya dilemparkan ke samping. Sial baginya, semula dia akan menawan nona Jen untuk disandera, sekarang malah dia yang dikalahkan oleh Kong-sun Po dengan mudah. "Hentikan dulu, mari kita bicara baik-baik!" kata Kiong Cauw Bun. Kiauw Sek Kiang mundur, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sempat bertemu dengan Kong-sun Po. "Baik, cara bagaimana kau akan berunding denganku?" kata Wan Ceng Liong. "Bukankah kita sahabat lama?" kata Kiong Cauw Bun. "Kau telah menangkap putriku, begitukah caramu memperlakukan seorang sahabatmu?" kata Wan Ceng Liong. "Jangan kuatir," kata Kiong Cauw Bun. "Putrimu dan calon menantumu ada di tempatku, tapi karena persahabatan kita, sedikit pun aku tidak mengganggu mereka. Sekarang, apa maumu?" "Kenapa masih bertanya? Lekas bebaskan putriku!" kata Wan Ceng Liong. "Kau sudah tahu aturan Kang-ouw, soal teman itu lain lagi," kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dengar kata-kataku, selain putriku juga putrimu harus kau tinggalkan di sini!" kata Wan Ceng Liong menambahkan. "Apa syaratmu itu adil, sementara kau memperoleh kembali putrimu, kau tahan putriku?" kata Kiong Cauw Bun. "Tadi Ayah bilang kau akan mempertemukan aku dengan Kakak Po," kata Kiong Mi Yun. "Kau tetap Ayahku dan kau tak pernah kehilangan putrimu!" "Sial aku ini, dasarnya anak perempuan kalau sudah dewasa diambil orang!" keluh Kiong Cauw Bun. "Jangan kuatir, adik Mi Yun, ayahmu pasti akan menyelesaikan masalah kita!" kata Kong-sun Po. "Ah, ternyata Kakak Pomu lebih bijaksana darimu, setidaknya aku tidak terlalu sial!" kata Kiong Cauw Bun. "Aku tidak berhitungan denganmu sudah bagus, kenapa

kau bilang sial," kata Wan Ceng Liong. "Baik, demi persahabatan kita aku akan menyerahkan suatu benda pusaka sebagai mas kawin anakmu! Maka itu kau jangan bilang kau sial!" "Benda apa itu?" kata Kiong Cauw Bun dengan jantung berdebar-debar. Wan Ceng Liong mengeluarkan kitab pusaka keluarga Suang. "Kitab ini berhasil kurampas dari tangan See-bun Souw Ya, sedangkan kitab itu milik keluarga ibu Kong-sun Po. Maka aku rasa ini pantas sebagai mas kawin bagi pernikahan putrimu dengannya!" "Bagaimana aku bisa tahu kalau kitab ini asli atau palsu?" kata Kiong Cauw Bun. "Menantumu sudah memeriksanya, tidak mungkin palsu," kata Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah kuperiksa, ada tulisan Ayahku di dalamnya," kata Kong-sun Po ikut bicara. "Selain sebagai tanda mata, ini berarti hutangku padamu sudah lunas!" kata Wan Ceng Liong. "Baik, aku setuju, berikan kitab itu padaku, putrimu dan menantumu akan aku bebaskan. Sejak saat ini masalah kita selesai!" kata Kiong Cauw Bun. "Bagaimana dengan adik Mi Yun?" tanya Kong-sun Po. "Sudah kuterima mas kawinmu, masakan putriku tidak kuserahkan padamu?" kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa. "Mi Yun, silakan kau ikut dengan Kong-sun Toako-mu!" Kiong Mi Yun menangis gembira, dia pegang tangan Kongsun Po erat-erat. Sesudah mengalami berbagai kendala akhirnya mereka bisa bersatu. Tanpa malu-malu Kiong Mi Yun bersandar di dada pemuda itu di depan orang banyak. Melihat perdamaian antara Kiong Cauw Bun dengan lawanlawannya, tentu saja hal ini membuat Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa bingung. Memang perjanjian hutang Wan Ceng Liong gara-gara mereka. Sekarang pasti Wan Ceng Liong akan menghadapi mereka. "Saudara Kiong, kita sahabatmu, apa yang kau putuskan sebaiknya kua pikirkan juga kami!" kata Kiauw Sek Kiang. "Dia benar, tentang putrimu aku memang perlu bantuannya!" kata Kiong Cauw Bun. "Maka aku mohon urusanmu dengan mereka kau sudahi saja sampai di sini!" "Apa maksudmu? Kau mau mencari masalah denganku?" kata Wan Ceng Liong. "Karena putri dan calon menantumu ada di bawah

pengawasan seorang kawan saudara Kiauw, terpaksa aku harus minta pertolongan dia untuk mengantarkan putri dan calon menantumu ke sini," kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, sekarang mereka kuampuni, lain kali awas jika aku bertemu lagi dengan mereka maka mereka tak akan kuberi ampun!" kata Wan Ceng Liong. Kiauw Sek Kiang senang sekali, dia menyatakan setuju dan mendekati Ciong Bu Pa dengan maksud hendak membuka jalan darah anak buahnya yang tadi ditotok oleh Kong-sun Po. "Tunggu!" kata Wan Ceng Liong. "Ada apa lagi?" tanya Kiauw Sek Kiang. "Hm! Kau bodoh sekali tak tahu aturan kaum kang-ouw, sesudah putriku dan menantuku kau bebaskan baru kau boleh membawa anak buahmu!" kata Wan Ceng Liong. "Baik, kau jangan kuatir, Kiauw To-cu," kata Kong-sun Po sambil tertawa, "aku telah menotok kawanmu dengan ilmu Tiam-hiat yang khas, dia takkan mampus kau bebaskan, paling-paling dia kehilangan sebagian tenaga dalamnya saja sedikit!" "Baik, akan kupenuhi permintaan kalian." kata Kiauw Sek Kiang yang kuatir anak buahnya dilukai lebih parah lagi. Dengan gusar dia awasi wajah Kong-sun Po lalu dia pergi. "Kau jangan tergesa-gesa, Kiauw To-cu?" kata Wan Ceng Liong yang lalu berkata pada Kiong Cauw Bun. "Bagaimana saudara Kiong, sekarang kita bicara sebagai sahabat lama." kata Wan Ceng Liong. Kong-sun Po memanggil pelayan agar mereka membersihkan meja dan kursi yang berantakan dan dia membayar ganti rugi, lalu dia memesan makanan dan arak. "Tolong Saudara Kiong katakan, apa maksusd kedatanganmu ke tempat ini?" kata Wan Ceng Liong. "Kebetulan aku lewat, dan aku singgah ke rumah makan yang terkenal ini," kata Kiong Cauw Bun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan bohong! Aku rasa kau sedang menunggu kedatangan dua orang temanmu, bukan?" kata Wan Ceng Liong. "Dari mana kau tahu masalah itu?" kata Kiong Cauw Bun. "Tadi kau bilang kita sahabat lama, kenapa kau masih menyembunyikan sesuatu pada sahabatmu ini? Bukankah

kedatanganmu untuk berunding dengan Hong-ho-ngo-pang? Sedang kedua sahabatmu itu Uh-bong dan See-bun Souw Ya, bukan?" "Keterangan Paman Wan belum lengkap," kata Kong-sun Po. "Masih ada keponakan See-bun Souw Ya dan To-koh Heng, bukan?" "See-bun Chu Sek dan To-koh Heng tak masuk hitungan," kata Wan Ceng Liong. "Aku hanya bicara tentang Uh-bong dan See-bun Souw Ya saja!" "Kenapa mereka berdua?" tanya Kiong Cauw Bun. "Jangan kau tunggu mereka itu, aku yakin mereka tak akan ke sini!" kata Wan Ceng Liong. "Kenapa?" tanya Kiong Cauw Bun. "Uh-bong terluka parah oleh menantumu, sekalipun tidak mati pasti dia luka parah," kata Wan Ceng Liong. "Tentang See-bun Souw Ya, kitab itu kuminta dari tangannya. Jika aku ada di sini mana berani dia datang ke mari!" Kiong Cauw Bun kaget. Jika mereka tak datang itu berarti urusan jadi berantakan. Semua rencana dan tugas dari Wanyen Tiang Cie gagal total. "Ada lagi yang akan kusampaikan padamu, aku yakin kau tak tahu kenapa menantumu ke mari? Jika kau ingin tahu silakan kau tanyakan sendiri padanya!" kata Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku mendapat tugas dari Liu Beng-cu ke sini untuk mengadakan persekutuan dengan Hong-hoo-ngo-pang," kata Kong-sun Po. Kiong Cauw Bun diam. Saat itu Wan Ceng Liong mengedipi Kiong Mi Yun yang ikut bicara, "Ayah, lebih baik kita pulang ke Hek-hong-to! Untuk apa Ayah mengabdi jadi budak bangsa asing? Jangan ke Tay-toh!" kata Kiong Mi Yun. Kiong Cauw Bun kembali meneguk arak di cawannya. "Baik, Ayah akan pulang bersamamu ke Hek-hong-to!" kata Kiong Cauw Bun. "Bagus Ayah, aku ini putrimu dan karena itu aku akan berbakti padamu," kata Kiong Mi Yun. Saat itu terdengar langkah orang sedang naik ke atas loteng. Ternyata orang itu Ang Kin, ketua Tiang-keng-pang. Ang Kin datang karena mendapat laporan dari anak buahnya, bahwa Kok Siauw Hong dan kawan-kawannya ada di rumah makan "Ngi Nih Lauw". Saat melihat di sana ada Kiong Ciauw Bun, Ang Kin kaget. Tapi hatinya agak lega karena ada Kongsun Po di sana. "Kebetulan kau datang, Ang Pang-cu," kata Kok Siauw Hong.

"Kami memang ingin menemuimu! Kiong To-cu juga tinggal di tempat kami. Mari ke tempatku, di sana kalian bisa berbincang lebih asyik lagi!" Semula Ang Kin ingin Kong-sun Po tak bicara blak-blakan di depan Kiong Cauw Bun, tapi pemuda itu malah langsung bicara. "Aku mendapat tugas dari Liu Beng-cu dari Kim-kee-leng khusus untuk menemuimu. Kebetulan di tengah jalan aku bertemu dengan Wan To-cu. Tentu kau belum kenal dengannya, bukan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia girang bisa bertemu dengan Wan Ceng Liong yang terkenal itu. Maka itu dia tak merasa ngeri jika terjadi sesuatu karena ada mereka. "Aku dengan Kiong To-cu bersahabat lama, Ang Pang-cu," kata Wan Ceng Liong. "Karena tak lama lagi kami akan pulang ke pulau kami masing-masing, mungkin kami tak sempat singgah di tempatmu!" Mendengar Kiong Cauw Bun akan kembali ke pulaunya, Ang Kin girang. Tapi akhirnya dia berlagak menyesal. "Tapi sayang kau akan segera pergi, Kiong To-cu, maka kesempatan ini kupakai ntuk mengucapkan selamat jalan," kata Ang Kin. Tak lama Ang Kin memanggil pelayan. "Siapkan makanan untuk kami semua!" kata Ang Kin. "Sudah, jangan merepotkan, aku hanya menunggu dua teman saya. Begitu mereka datang aku akan segera berangkat," kata Kiong Cauw Bun. "Kiranya kau tak perlu menunggu lama, mereka sudah datang!" kata Wan Ceng Liong. Tak lama terdengar orang naik ke atas loteng rumah makan itu, mereka Kiauw Sek Kiang yang kembali bersama Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. "Ayah!" kata Wan Say Eng sambil menubruk ke pelukan ayahnya. "Anak dihina orang, Aayah jangan tinggal diam." "Ah, tak perlu risau, nak. Paman Kiong cuma bergurau denganmu, jangan anggap sungguhan," kata Wan Ceng Liong. "Malah beliau sudah berjanji akan meninggalkan putrinya di sini untuk temanmu." Nona Wan cerdas, maka itu dia tahu apa yang telah terjadi. Akhirnya sambil tertawa dia bilang, "Ah, jadi aku dijadikan sandera untuk ditukar dengan Cici Kiong. Dia diizinkan tinggal

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan untukku tapi untuk Kong-sun Toa-ko!" kata Wan Say Eng. Sesudah itu Kong-sun Po segera membuka jalan darah Ciong Bu Pa. Tanpa banyak bicara lagi Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa langsung pergi. "Tunggu!" kata Wan Ceng Liong. "Kau mau apa lagi?" kata Kiauw Sek Kiang agak cemas. "Katakan kepada Su Thian Tek, jika aku bertemu dengannya di Uh-seng, dia akan kubunuh!" kata Wan Ceng Liong. "Juga kalian berdua!" "Baik, kami akan segera pergi," kata Kiauw Sek Kiang. Ketika Kiong Cauw Bun akan pergi, Kiong Mi Yun berkata, "Ayah, terimalah arak dariku." Kiong Cauw Bun memang tak pernah diperlakukan demikian oleh putri kesayangannya. Maka itu dia berkata, "Karena kau bersama Kong-sun Toa-komu, aku tak perlu kuatir!" kata Kiong Cauw Bun. "Paman Kiong, apa kau tahu bagaimana keadaan Ayahku?" kata Jen Ang Siauw. "Aku bertemu dengannya di Tay-toh, di tempat Wan-yen Tiang Cie!" kata Kiong Cauw Bun. "Selamat tinggal aku akan pergi!" Sesudah Kiong Cauw Bun pergi, Ang Kin mengaku dia dan kawan-kawannya ditekan. Semula mereka akan melawan, untungnya sekarang masalah itu sudah beres. "Sebenarnya aku masih kuatir tiba-tiba See-bun datang ke mari?" kata Ang Kin. "Dia sudah diusir Paman Wan, kau jangan kuatir!" kata Kong-sun Po.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ang Kin senang. "Jika dia tak datang kami tak kuatir lagi," kata Ang Kin. "Kami tak takut pada bangsa Kim!" "Sekarang pemerintah Kim sedang sibuk menghadapi serangan bangsa Mongol, kalian tidak perlu kuatir diganggu mereka," kata Kong-sun Po. "Tetapi jika pasukan Mongol menyerbu ke Tiong-goan secara besar-besaran, orang Kangouw harus siap menghadapi segala kemungkinan dan bersatu untuk mengusir mereka! Untuk itu aku datang atas perintah Liu Beng-cu untuk mermbicarakannya dengan kalian." "Kong-sun Siau-hiap, kau telah menyelamatkan aku apa yang kau inginkan, kami siap membantu!" kata Ang Kin. "Katakan pada Liu Beng-cu, kami semua tunduk di bawah perintahnya!"

Mendengar jawaban itu Kong-sun Po girang bukan main. Saat Kong-sun Po sedang berunding dengan Ang Kin, Kok Siauw Hong dan Ci Giok Phang sedang menceritakan pengalaman mereka selama berpisahan. "Kami berdua berniat ke Kim-kee-leng!" kata Ci Giok Phang. "Kami akan mencari kabar tentang Ci Giok Hian, adikku!" "Aku melihatnya di Yang-ciu, dan bukan di Kim-lee-leng!" kata Kok Siauw Hong. "Pergi ke mana dia?" tanya Ci Giok Phang. Kok Siauw Hong yang tak bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya, lalu menoleh ke arah Han Pwee Eng yang langsung bicara pada Ci Giok Phang. "Ci Toa-ko, apa kau sudah tahu tentang Seng Liong Sen?" kata Han Pwee Eng. "Aku dengar dia sudah meninggal, apa benar begitu?" kata Ci Giok Phang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akan kuceritakan kejadiannya, tapi kau jangan berduka," kata Han Pwee Eng. "Liong Sen belum mati!" Ci Giok Phang kaget mendengar keterangan itu. "Ah, kalau dia masih hidup kenapa aku harus berduka?" pikir Ci Giok Phang. Setelah Han Pwee Eng mengisahkan tentang Seng Liong Sen yang telah putus hubungannya dengan Ci Giok Hian, barulah dia tahu kalau adik perempuannya sudah berpisah dengan Liong Sen. Sambil menunduk dan sedikit berduka Ci Giok Phang berkata perlahan. "Dulu juga sudah kuduga, bahwa mereka tak akan rukun selamanya. Tapi akupun berpikir ada baiknya mereka berpisah!" kata Ci Giok Phang. "Bulan lalu saat kami berpisah dengan dia di Sun-keng-san, Kakak Giok Hian mengatakan bahwa dia akan ke Kang-lam untuk menemui Bun Tay-hiap. Sesudah itu baru dia pulang ke Pek-hoa-kok. Sekarang barangkali dia sudah ada di rumah," kata Han Pwee Eng. "Kalau begitu mari kita pergi!" kata Wan Ceng Liong. "Kakak Giok Phang baru mendengar tentang adiknya, aku..." Wan Say Eng belum meneruskan kata-katanya sudah dipotong oleh ayahnya. "Jadi kau mau ikut dia untuk menemui adik iparmu?" kata Wan Ceng Liong. Mendengar ucapan ayahnya wajah nona Wan berubah merah. "Ayah, apa kau tak mau ikut kami? Katanya Pek-hoa-kok yang ada di daerah Yang-ciu itu indah sekali!" kata Wan Say

Eng. "Jika kau mau diikuti seorang kakek sepertiku, aku mau," kata ayahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mumpung sudah di sini, sebaiknya kau singgah dulu ke tempat kami," kata Ang Kin. "Dengan demikian sebagai tuan rumah aku bisa menyambutmu!" "Bagiku singgah di tempatmu tidak masalah, tapi entah Giok Phang? Mungkin dia sedang terburu-buru ingin pulang!" kata Wan Ceng Liong. Semula memang Giok Phang ingin segera pulang untuk menemui adiknya, tapi karena undangan Ang Kin yang mendesak, ditambah dia juga masih kangen pada Kok Siauw Hong dan Kong-sun Po, akhirnya dia setuju menunda kepulangannya. Mereka lalu berangkat ke markas Tiang-kengpang, tapi baru saja tiba mereka sudah mendengar suara berisik. Itu suara dengusan dari seorang nenek. "Hm! Kalian jangan berbohong padaku, lekas panggil Kiong Cauw Bun keluar!" kata nenek itu. Rupanya anak buah Ang Kin sedang bertengkar dengan seorang nenek yang mencari Kiong Cauw Bun, si nenek tak puas saat diberi tahu bahwa Kiong Cauw Bun sedang keluar. Ang Kin heran, nenek itu datang mencari Kiong Cauw Bun, dia angggap nenek itu sangat berani. Tetapi Han Pwee Eng sudah langsung mengenali suara nenek yang garang itu. "Aku rasa itu Seng Cap-si Kouw!" kata Han Pwee Eng. "Aku tak mau tahu, sudah sejak tadi kukatakan Kiong To-cu tak ada di sini!" kata Teng Hoo, wakil ketua Tiang-keng-pang dengan gusar. "Jika kau tak ingin kami berbuat kasar terhadapmu, silakan kau tinggalkan tempat ini!" "Hm! Aku datang justru akan mengacau di tempatmu ini, ayo jika kalian mau berbuat kasar padaku!" tantang nenek itu. Ang Kin buru-buru masuk ke ruang tamu. "Pang-cu sudah datang!" teriak anak buahnya. Dalam sekejap Seng Cap-si Kouw bergerak, tahu-tahu Teng Hoo sudah tertangkap olehnya. Dia meringis kesakitan. Sebenarnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hoo ahli Tiat-sah-ciang (Pukulan pasir besi), tapi dengan mudah nenek itu menyanderanya. "Lepaskan dia! Siapa kau, dan mau apa mencari Kiong Tocu?" kata Ang Kin.

Saat rombongan Kok Siauw Hong sudah masuk. Memang nenek itu Seng Cap-si Kouw. "Hm! Aku kira kau ini Ang Pang-cu, ternyata bukan?" kata Seng Cap-si Kouw. Dia lepaskan Teng Hoo lalu menghadapi Ang Kin. "Pangggil Kiong To-cu untuk menemuiku, sesudah urusan kami selesai, aku akan pergi dari sini!" kata Seng Cap-si Kouw. "Dia tak ada di sini, jika kau mau mencarinya kau pergi saja ke Hek-hong-to!" kata Ang Kin. "Kau jangan bohong! Aku tahu dia bersama Kiauw Sek Kiang dan Ciong Bu Pa ada di sini!" kata Seng Cap-si Kouw. "Ang Pang-cu tak bohong padamu," kata Wan Ceng Liong yang langsung maju ke depan. "Dia sudah pulang sesudah kuberi dia nasihat!" Seng Cap-si Kouw kaget karena tak mengira dia akan bertemua dengan Wan Ceng Liong di tempat itu. Kok Siauw Hong dan nona Han pun ikut maju. "Kau ingin mencari Kiong To-cu, tapi kami justru sedang mencarimu!" kata Kok Siauw Hong. Saat nenek itu mengawasi ke sekililingnya, dia lihat di ruang itu ada Kong-sun Po, Kiong Mi Yun dan yang lainnya. Diam-diam dia kaget dan mengeluh. "Ah, jika aku terus di sini bisa celaka!" pikir Seng Cap-si Kouw. "Tapi jika aku berhasil menyandera salah satu dari mereka, ada harapan aku bisa lolos!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw bergerak dengan cepat. Gerakannya begitu lincah hingga sulit dihadang. Tahu-tahu dia berada dekat nona Han, dan langsung tongkatnya bekerja. "Hm! Dasar Iblis tak tahu malu, beraninya pada nona kecil!" bentak Wan Ceng Liong. Sebelum Wan Ceng Liong bertindak menolongi nona Han, terdengar suara bentrokan nyaring. "Trang!" Ternyata pedang Kok Siauw Hong dan nona Han berhasil menangkis tongkat Seng Cap-si Kouw. Bahkan sepasang pedang itu sudah langsung mengancam ke wajah si nenek. Buru-buru Seng Cap-si Kouw menarik serangannya, hingga membuat pedang lawan tak berhasil melukainya. Wan Ceng Liong senang menyaksikan kekompakan muda-mudi itu menghadapi lawan. "Ah, Cit-siu-kiam-hoat Kok Siauw Hong lebih lihay dari ilmu silat Jen Thian Ngo, pamannya!" pikir Wan Ceng Liong. "Sedangkan nona Han sudah menguasai Liap-in-kiam-hoat dari ayahnya dengan sempurna!"

Maka itu Wan Ceng Liong tak jadi membantu mereka. "Wan To-cu, aku belum pernah bermusuhan denganmu, tapi jika kau mau silakan kau maju! Aku lebih suka binasa di tanganmu!" kata Seng Cap-si Kouw. Ucapan itu sengaja diucapkan untuk menggertak Wan Ceng Liong. Sebagai jago tentu saja Wan Ceng Liong tak akan mengerubuti nenek itu. Tiba-tiba pedang Han Pwee Eng menyambar ke arah Seng Cap-si Kouw. "Iblis, kau yang meracun Ibuku, kau juga berikali-kali ingin mencelakaiku. Bisa dikatakan kita adalah musuh besar sejak dulu," kata Han Pwee Eng. "Sekarang mari kita adakan perhitungan!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seng Cap-si Kouw salah menduga, ternyata kepandaian dua muda-mudi itu sudah semakin maju. Melihat hal itu Wan Ceng Liong pun menilai, sekalipun muda-mudi itu tak bisa mengalahkan si nenek, namun untuk dikalahkan oleh musuhnya sulit sekali. Sekarang si iblis tahu kedua muda-mudi itu sudah jauh lebih lihay dibanding dulu, tadi dia menantang Wan Ceng Liong karena mengira dia akan mampu melawan kedua muda-mudi itu. Wan Ceng Liong yang merasa tak perlu memberi bantuan lagi, lalu berkata, "Baik aku tak ikut campur, tapi jika kau menggunakan racun hingga orang lain jadi korban, jangan salahkan aku jika aku ikut campur!" Seng Cap-si Kouw lega hatinya saat mendengar janji Wan Ceng Liong itu, karena dia anggap dia mampu mengalahkan Kok Siauw Hong dan nona Han. Tapi di di luar dugaannya, sepasang pedang muda-mudi itu justru sering mengancam dirinya. Bahkan sinar pedang mereka mengurungnya hingga dia jadi terkejut. Seng Cap-si Kouw memutarkan tongkatnya dengan kencang, tapi dia hanya mampu bertahan tanpa bisa menyerang. Seng Cap-si Kouw memiliki senjata rahasia yang ampuh, jika digunakan akan meledak dan jarum berbisa akan langsung menyerang lawan-lawannya. Jika dia menggunakan senjata rahasia itu, sungguh berbahaya! Tapi karena ada orang she Wan, dia tak berani menggunakannya. Pertempuran itu terus berlangsung, ruang pendopo di markas Tiang-kengpang sengaja dikosongkan untuk memberi ruang pertarungan hingga leluasa untuk bergerak. Di tengah gelanggang Seng Cap-si Kouw sudah terkepung oleh Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Kepungan mereka semakin ketat, hingga si iblis terkurung di tengah ruang pendopo.

Mengetahui dia sudah sulit bergerak, Seng Cap-si Kouw kaget dan cemas juga. Dia heran hanya setengah tahun saja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak bertemu kedua anak muda itu ilmu silatnya sudah begitu maju pesat. Dulu keduanya berada di bawah kekuasaannya. Seng Cap-si Kouw tak sadar kalau nona Han sudah diberi petunjuk oleh ayahnya, bagaimana dia menghadapi Seng Capsi Kouw, jika kebetulan mereka bertemu. Keserasian kedua muda-mudi itu karena selama setengah tahun mereka sering berlatih bersama. Jika satu lawan satu mungkin keduanya bukan tandingan Seng Cap-si Kouw yang lihay. Tapi karena mereka bersatu-padu hingga sulit dikalahkan oleh si iblis. Berkali-kali si iblis mencoba menerobos kepungan dua anak muda itu, tapi usahanya selalu gagal karena ancaman dari sepasang pedang itu. Sekarang dia mulai cemas, keringat dingin sudah membasahi tubuhnya, tapi tiba-tiba dia muntah darah. Heran sesudah muntah darah, tiba-tiba kekuatan si iblis seolah bertambah. Tongkatnya bergerak hebat hingga pedang Kok Siauw Hong dan nona Han berhasil dia tangkis dengan hebat. Saat lawan mundur, kesempatan ini digunakan si iblis untuk menerobos keluar dari kepungan. Si iblis berhasil menyerbu ke arah Ang Kin dan dia akan mencengkram Ang Kin dengan maksud untuk dijadikan sandera. Ini dia lakukan dalam rangka untuk kabur. Dia melupakan ancaman Wan Ceng Liong, karena berpikir paling penting dia bisa selamat dan kabur! Dia tak peduli yang jadi korban orang lain. Sejak tadi Wan Ceng Liong sudah memperhatikan pertarungan itu dengan seksama. Tak heran kalau dia tahu gerakan Seng Cap-si Kouw sangat membahayakan keselamatan Ang Kin. Maka itu Seng Cap-si Kouw kalah cepat oleh Wan Ceng Liong. Saat si iblis melompat, Wan Ceng Liong dengan cepat mengibaskan lengan bajunya. "Sreet!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menubruk dan melancarkan serangannya. Dengan terpaksa Seng Cap-si Kouw mengangkat tongkat bambunya untuk dipakai menangkis. Bersamaan dengan itu darah segar keluar dari mulutnya.

Kok Siauw Hong tahu si iblis muntah darahnya itu dilakukan dengan sengaja. Itulah ilmu "Thian-mo-kay-toh-tay-hoat" yang lihay dari si iblis. Dengan muntah darah dia bisa menambah tenaganya secara tiba-tiba. Tak diduga tongkat Seng Cap-si Kouw tidak bertambah kuat, sebaliknya malah menjadi makin lemah. Maka dengan mudah pedang Kok Siauw Hong berhasil menangkis tongkat itu ke samping. Barangkali ilmu Seng Cap-si Kouw yang hebat itu tidak bisa bertahan lama, ditambah lagi karena kibasan lengan baju Wan Ceng Liong dahsyat. Maka tak ampun kagi Seng Cap-si Kouw muntah darah. Tangkisan pedang Kok Siauw Hong berhasil menghalau tongkat Seng Cap-si Kouw ke samping. Berbareng dengan itu pemuda itu berseru, "Adik Eng, segera turun tangan!" Mendadak pedang Kok Siauw Hong menyambar dan ini memaksa Seng Cap-si Kouw harus berkelit. Serangan Kok Siauw Hong itu sudah diperhitungkan, agar saat Seng Cap-si Kouw terpaksa harus berkelit, dari arah dia menghindari itu, Han Pwee Eng sudah siap menikamnya! Itu berarti Seng Capsi Kouw akan tertikam oleh pedang nona Han! Mendengar perintah dari Siauw Hong, dengan tak buang waktu Han Pwee Eng langsung menusukkan pedangnya ke tenggorokan lawan! Seng Cap-si Kouw tidak mampu menangkis lagi serangan itu dengan tongkatnya. Dia putus asa dan menghela napas, katanya, "Aku ini musuhmu, tapi akupun pernah merawat ayahmu, dia pernah berjanji akan mengampuni kesalahanku."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum lenyap suaranya, 'sret', ujung pedang Han Pwee Eng bergetar dan menusuk sambil membentak begini. "Kematianmu kuampuni, lekas enyah kau dari sini!" kata nona Han. Berbareng dengan itu terdengar Seng Cap-s Kouw menjerit mengerikan sambil berakrobat dia mundur ke belakang. "Hendak lari ke mana kau?" bentak Teng Hoo. Wakil Ang Kin itu hendak mengejarnya. Dia ingin membalas kesalahannya tadi. Tongkat Seng Cap-si Kouw sempat menyabet ke belakang, tapi berhasil dirampas oleh Teng Hoo. Tapi saking bernapsunya Teng Hoo menarik tongkat itu, dia sendiri kehilangan keseimbangan dan jatuh terjungkal. Belum sempat dia bangun kembali, secepat kilat Seng Cap-si Kouw sudah pergi jauh. Ang Kin memburu untuk membangunkan Teng Hoo sambil menanyakan keadaannya. "Jangan kuatir, ilmu silat perempuan itu sudah dipunahkan

oleh nona Han, dia tidak mampu mencelakai orang lagi," kata Wan Ceng Liong. Kiranya bergetarnya ujung pedang Han Pwee Eng tadi ketika menusuk, sengaja dialihkan agar tenggorokan Seng Cap-si Kouw tidak tertusuk, tapi hanya tulang bahunya saja yang terluka parah. Saking cepat serangan Pwee Eng tersebut, meski pun tulang bahu Seng Cap-si Kouw tertusuk putus, namun Ang Kin, Teng Hoo dan kawan-kawannya tidak mengetahuinya. Dengan lega Ang Kin tertawa. "Nona Han terima kasih!" kata Ang Kin.

-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid Ketujuh
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya. Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol). BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Jilid Ke 7 Diceritakan kembali oleh : Marcus A.S.

MARWIN Penerbitan & Percetakan Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh : Marcus A.s. Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2006

-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 82 Kok Siauw Hong Coba Menemui orang di Tay-toh; Kok Siauw Hong Berhadapan Dengan Lie Tiong Chu

Melihat Ang Kin begitu bersyukur, Han Pwee Eng tersenyum lalu berkata pada pemimpin Hong-hoo-ngo-pang (Lima kelompok jagoan Sungai Hong Hoo). "Sebenarnya sekalipun dia dibunuh namun hukuman itu belum cukup untuk menebus dosa-dosanya selama ini," kata nona Han, "tetapi karena Ayahku pernah berjanji kepadanya, bahwa dia tidak akan dibunuh. Aku pun harus taat pada janji Ayahku. Mudah-mudahan untuk selanjutnya dia tidak akan menyusahkan orang lain lagi." "Tulang bahunya putus oleh tusukan pedangmu, Nona Han! Pasti sulit untuk dipulihkan lagi dengan obat maupun ilmu apapun," kata Wan Ceng Liong. Sesudah tahu para penjahat yang menekan mereka sudah pergi semua, anggota Hong-hoo-ngo-pang sangat gembira,. Mereka mengadakan jamuan makan untuk merayakan kemenangan itu. Kong-sun Po yang mengemban tugas dari pemimpin kelompok Kim-kee-leng merasa puas, karena perundingan yang dia lakukan berjalan mulus. Esok harinya mereka langsung pamit dan menempuh perjalanan mereka masing-masing. Menurut rencana semula, Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun akan kembali ke Kim-kee-leng untuk memberi laporan pada Hong-lay-mo-li. Sedangkan Wan Ceng Liong dan putrinya bersama Ci Giok Phang akan pulang ke Pek-hoa-kok, di Yang-ciu, sedang Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng akan ke Tay-toh untuk mencari piauw-su Beng Teng. Ang Kin memberitahu Kok Siauw Hong bahwa Hong-hoongopang mempunyai mata-mata di Tay-toh. "Sekarang orang itu membuka toko kain. Sebaiknya kalian temui dia," kata Ang Kin. "Kalian bisa menumpang di sana!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu, aku mohon diberi alamat atau tanda

pengenalnya," kata Kok Siauw Hong girang. Sesudah diberi alamat dan tanda pengenal orang itu, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng pamit akan berangkat ke Taytoh. Karena Jen Ang Siauw bingung, dia minta ikut dengan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Semula Kiong Mi Yun ingin mengajak nona Jen ke Kim-keeleng, tetapi karena tahu apa maksud nona Jen ke Tay-toh nona Kiong tak menghalanginya. Tak lama maka berangkatlah rombongan Kok Siauw Hong cs. Di sepanjang jalan nona Han berbincang dengan nona Jen tentang Seng Cap-si Kouw. Mereka merasa kasihan pada nasib Seng Cap-si Kouw. "Aku rasa yang beruntung ialah Kiong To-cu, selain putrinya sangat baik dia pun mendapat jodoh, kebetulan menantunya pun pilihan. Selanjutnya dia akan menjadi orang baik-baik. Yang aku kuatirkan Ayahku tetap menjadi orang tersesat, mungkin dia akan mengalami nasib seperti Seng Cap-si Kouw," kata Jen Ang Siauw. "Aku berharap Engku (paman Siauw Hong, adik ibunya) bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar," kata Kok Siauw Hong. "Kita harus berusaha sebisa mungkin dengan melihat situasi setibanya kita di Tay-toh." Kok Siauw Hong berpikir pamannya itu lebih licik dan kotor dibandingkan dengan Kiong Cauw Bun. Maka itu, untuk menyadarkannya mungkin sangat sulit. Di sepanjang jalan tidak terjadi apa-apa, hingga akhirnya mereka sampai di Tay-toh. Mata-mata Hong-hoo-ngo-pang yang ada di Tay-toh bernama Teng Sit, adik laki-laki Teng Hoo, wakil Ang Kin. Alamat toko kainnya ada di jalan Raya Timur yang sangat ramai di wilayah bangsa Kim. Dia menggunakan nama saudagar dengan panggilan "Teng Kui Seng".

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Kok Siauw Hong merasa tidak leluasajika menemui Teng Sit bersama kedua nona yang berjalan bersamanya,dia menyuruh Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw menunggu di sebuah rumah makan. "Jika aku berhasil menghubunginya, kalian akan kujemput!" kata Kok Siauw Hong. "Baiklah," kata Han Pwee Eng. Tidak jauh dari toko Teng Sit ada warung teh, dari sana dia bisa mengawasi ke toko Teng Sit. "Baiklah kami menunggu di sana," kata nona Han. "Jika ada bahaya, kau bersuit saja!" "Baik," kata Kok Siauw Hong sambil tertawa.

Kok Siauw Hong berjalan ke toko kain itu, tapi sesampai di sana pegawai toko itu mengatakan majikan mereka sedang tak ada di tempat. "Tuan siapa?" kata pegawai toko itu. "Aku dari Uh-seng," jawab Siauw Hong. Dengan berterus-terang begitu Siauw Hong berharap dia akan disambut dengan baik. Ternyata benar, dia memang disambut dan dipersilakan masuk, walau semua mata memperhatikannya dengan perasaan tegang. Bahkan ada pegawai muda yang ketakutan. "Apa Tuan mau membeli kain?" tanya kuasa toko kain itu. "Mau model apa, untuk sendiri atau akan dijual lagi?" Melihat kelakuan mereka Kok Siauw Hong sangsi. "Sikap mereka aneh sekali," pikir Kok Siauw Hong. "Aku malah dikira mau belanja kain segala? Ah, mungkin ada yang mencurigakan dari sikapku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, aku tidak mau membeli kain," akhirnya Siauw Hong menjawab. "Kedatanganku ke mari untuk menemui majikan kalian, Tuan Teng Sit!" "Tuan mencari majikan kami, mau apa? Apa kau sahabatnya? kata kuasa toko kain itu. "Sekalipun aku bukan sahabat majikanmu, tetapi kedatanganku ini atas suruhan seorang sahabat baik majikanmu," jawab Kok Siauw Hong sambil tersenyum. "Siapa orang itu?" tanya kuasa toko. "Seorang saudagar she Ang yang tinggal di kota Uh-seng, aku baru saja dari sana," kata Siauw Hong. Ternyata dia tidak disambut dengan ramah, malah jawaban Siauw Hong membuat mereka semakin tegang. "Majikan kami tak ada di tempat!" kata kuasa toko itu. "Di mana beliau? Apa ada di rumahnya?" kata Siauw Hong. "Maaf, Tuan. Dia tak mau menerima tamu!" kata kuasa itu. "Tuan, saudagar Ang menitipkan sesuatu untuk majikanmu, maka itu aku harus menyerahkannya langsung pada majikanmu!" kata Siauw Hong. "Oh, begitu? Tapi maaf majikan kami tak ada di rumah, dia sedang pergi menagih hutang," kata kuasa itu. "Lalu kapan beliau pulang?" kata Siauw Hong lagi. "Bolehkah jika aku menunggu di rumah beliau?" "Aku tak tahu kapan majikan kami pulang," jawab kuasa toko. "Aku juga tidak tahu di mana majikan kami tinggal!" Dijawab kasar demikian akhirnya Kok Siauw Hong dongkol juga. "Kau ini keterlaluan, masa rumah majikanmu saja kau tidak

tahu?" kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau tak percaya sudah! Kami sedang sibuk!" kata si kuasa toko. "Jika Tuan tak mau belanja, silakan tinggalkan toko kami!" Kok Siauw Hong coba menahan sabar, dia tak mau di tempat itu terjadi keributan. Tak lama toko itu ramai dikunjungi pembeli, hingga satu persatu pelayan toko itu meninggalkan Kok Siauw Hong sendirian. Karena mereka sibuk melayani para pembeli, perasaan dongkol Kok Siauw Hong meluap, dia tinggalkan toko kain itu. Saat itu dia berpikir. "Ah lebih baik aku berunding dulu dengan Han Pwee Eng." Ternyata Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw kelihatan tak sabar menunggu Kok Siauw Hong kembali. Apalagi saat mereka minum dan makan kue, masuk seorang pria berpakaian putih. Orang itu duduk tepat di depan meja mereka. Mata pria itu sangat nakal, tanpa berkedip dia melirik ke arah mereka. Jika diperhatikan pria itu sangat tertarik pada Jen Ang Siauw. Mengetahui mereka diawasi terus, sudah tentu nona Jen dongkol sekali. Dia sampaikan rasa dongkolnya itu pada Han Pwee Eng. "Ini Ibukota, jadi jangan hiraukan dia, asal dia tak mengganggu kita, biarkan saja," bisik nona Han. Di luar dugaan pemuda itu justru menghampiri meja mereka, lalu mulai mengganggu dengan sikap ceriwisnya. "Eh, nona-nona dari mana asal kalian? Rasanya aku kenal pada kalian!" kata pria itu. "Siapa kau? Aku tak kenal kau!" sentak Jen Ang Siauw. Didamprat begitu, pemuda itu bukan marah, malah menuang teh ke cawan, lalu berkata pada Nona Jen. "Kalau begitu anggap saja aku pernah bertemu denganmu, kau jangan marah, Nona! Silakan minum teh ini!" "Siapa yang mau tehmu!" kata nona Jen kasar. Kemudian dengan jari tengahnya dia sentil cangkir teh yang disodorkan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemuda itu. Kepandaian nona Jen memang belum tinggi, tapi sentilan jarinya cukup bagus. Jika hanya seorang jago silat biasa saja sudah pasti dia bisa mengalahkannya. Semula nona Jen mengira pemuda itu seorang berandalan biasa. Jadi jika cangkirnya tersentil orang itu. Sekalipun cangkir itu tepat terkena sentilan nona Jen, tapi

tampaknya pemuda itu tenang-tenang saja, seolah tak terjadi apa-apa dengannya. Malah cangkir itu tak bergerak hingga air teh di cangkir pun tak tercecer. "Ah, tak kusangka nona masih marah padaku. Kalau tak mau biar teh ini kuminum sendiri saja," kata pemuda itu. "Maafkan jika aku mengganggu kalian!" Jelas sudah Iwee-kang pemuda itu cukup tinggi. Jika dilihat sikapnya yang tenang itu. Han Pwee Eng yang ada di dekat nona Jen pun terkejut, segera dia bersiap untuk membantu nona Jen bila perlu. Tak disangka kembali mereka jadi heran karena pemuda itu tak bereaksi apa-apa. Malah dia tak melanjutkan godaannya. Setelah minum pemuda itu malah minta maaf pada mereka. Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw saling mengawasi dengan sikap agak bingung, mereka tidak dapat mengira siapa pemuda itu. Tak lama Kok Siauw Hong sudah muncul di depan mereka lalu memberitahu apa yang dialaminya Ketika Han Pwee Eng menceritakan tentang pemuda yang mencurigakan itu, Kok Siauw Hong sangsi dan heran juga. "Mungkin kedatangan kita ke sini sudah diketahui oleh musuh?" pikir Kok Siauw Hong. Setelah tenang dia minta agar Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw waspada. Sesudah itu mereka berunding, bagaimana caranya mencari Teng Sit. Menurut Kok Siauw Hong, Teng Sit sengaja menghindar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita harus mencari akal untuk menemuinya." kata Siauw Hong. Kedai minuman itu memang terletak di depan toko kain sutera milik Teng Sit, ketika Han Pwee Eng melihat seorang pengantar arang keluar dari toko itu, dia berkata, "Kalian tunggu di sini, aku punya ide!" Kemudian dia bergegas menyusul pengantar arang itu. Tak lama pengantar arang itu sudah tersusul. Lalu nona Han mengajak orang itu bicara. Sesudah itu nona Han pun kembali ke kedai minum itu. "Mari kita pergi, sekarang aku sudah tahu di mana tempat tinggal Tuan Teng," kata Han Pwee Eng sambil tertawa. Di tengah jalan Jen Ang Siauw bertanya. "Cici, bagaimana kau bisa mendapat keterangan?" kata nona Jen. Nona Han mengisahkan bagaimana dia memancing dan meminta keterangan dari si tukang arang itu. "Pertama aku tegur dia, kenapa arang itu tidak diantar ke rumah Tuan Teng," kata Pwee Eng. "Ketika itu dia bilang dengan gugup, 'Tiga hari yang lalu aku sudah mengirim ke

rumah Tuan Teng,' katanya. Lalu kugertak dia untuk memastikan benarkah arang itu sudah dikirim dan ke mana dikirimnya. Karena ketakutan dia mengatakan alamat Tuan Teng!" kata nona Han sambil tertawa. Nona Jen tertawa geli mendengar akal nona Han yang lihay itu. Sambil menggoda dia berkata, "Kau memang lihay punya akal begitu bagus. Maka itu kau harus hati-hati Piauw-ko!" kata nona Jen pada Kok Siauw Hong. "Yang kutakutkan di rumah Teng Sit terjadi onar," kata Siauw Hong sambil tertawa. Tak lama sampailah mereka di bagian barat kota, di sana mereka menemukan alamat Teng Sit. Pintu rumah Teng Sit

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertutup rapat, Kok Siauw Hong mengetuk pintunya. Seorang penjaga rumah membukakan pintu. "Mau cari siapa Tuan?" tanya penjaga pintu. "Majikan kami hari ini tak menerima tamu!" Ketika itu si penjaga pintu akan menutup kembali pintunya, tapi Kok Siauw Hong menahannya. "Aku mencari majikanmu di toko, beliau tak ada di sana, maka itu kucari dia ke sini," kata Kok Siauw Hong. "Tapi beliau sedang sakit, maka itu beliau tidak menerima tamu," kata penjaga sambil menutup pintu. Terpaksa Kok Siauw Hong mendorong pintu itu hingga penjaga itu terdorong dan kaget. "Aku dari Uh-seng atas petunjuk seorang kawan majikanmu, aku harus menemuinya." kata Siauw Hong. Dengan agak dongkol akhirnya penjaga itu berkata, "Baiklah, kalian pasti tak mau pergi jika belum bertemu dengan majikan kami. Mari masuk dan tunggu di ruangan tamu," kata penjaga pintu itu. Sesudah menyuruh tamunya duduk, penjaga pintu itu masuk. Tak lama muncul seorang pria bertubuh kekar. Kelihatan wajahnya mirip dengan Teng Hoo. "Kami rasa kau Tuan Teng, mohon maaf jika kami mengganggu, Tuan. Kami baru datang dari Uh-seng," kata Kok Siauw Hong memberi hormat. Sikap pria kekar itu sedikit sangsi, tapi sesudah mengawasi Kok Siauw Hong sejenak, dia berkata, "Benar, aku she Teng, aku dengar kau mencariku di toko kain. Apa maksud kedatangan Anda kemari?" "Ang Pang-cu di Uh-seng meminta agar aku menyampaikan sesuatu pada Tuan Teng," kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian dia serahkan sebuah cincin dari bambu pada tuan rumah. Cincin bambu itu berwarna kuning belang-belang dari Uh-seng, itu dijadikan alat pengenal oleh Ang Kin. Melihat cincin bambu itu Teng Sit agak kaget, sikapnya berubah hormat sekali. "Maafkan aku, karena belum saling mengenal aku jadi ragu. Ternyata kau orang kami juga," kata Teng Sit. Kok Siauw Hong lalu memperkenalkan kedua kawan seperjalanannya. "Ini nona Han dan ini Nona Jen," kata Siauw Hong. "Han Tay-hiap itu apamu, Nona Han?" kata Teng Sit yang banyak pengalaman dan tahu soal Han Tay Hiong. "Beliau Ayahku," jawab Han Pwee Eng. Karena tahu tamu lelakinya bernama Kok Siauw Hong, Teng Sit jadi tahu Kok Siauw Hong tunangan nona Han Pwee Eng. Maka itu sambil tertawa dia berkata, "Nona Han, ayahmu pendekar tua yang sangat kukagumi, syukur kau datang bersama Kok Siauw-hiap." "Nona Jen ini, putri Pamanku, Jen Thian Ngo," kata Kok Siauw Hong. Saat itu tuan rumah kelihatan heran. "Kenapa Siauw Hong mau bergaul dengan putri Jen Thian Ngo? Apa dia tak tahu Jen Thian Ngo itu pengkhianat?" pikir Teng Sit. Walau demikian dia diam saja karena tak enak untuk membicarakan soal itu. Kok Siauw Hong yang seolah tahu apa yang ada dalam bernak tuan rumah, lalu berkata, "Adik piauwku ini kabur dari rumah ayahnya. Menurut kabar yang kudengar, benarkah ayahnya ada di Tay-toh? Maka itu agar tak bertemu dengan ayah nona ini, aku harus mencari tempat persembunyian untuknya," kata Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kata-kata itu Teng Sit jadi maklum kalau Kok Siauw Hong sudah mengetahui siapa pamannya itu. Maka itu dia jadi lega sekali. "Memang mau cari tempat di mana lagi, kenapa kalian tidak tinggal di sini saja!" kata Teng Sit. Tak lama tuan rumah menanyakan maksud kedatangan mereka ke Tay-toh. "Sebenarnya aku dengan piauw-su BengTeng akan

membuka piauw-kiok di sini," kata Siauw Hong, "maka itu aku bermaksud menemui beliau. Tapi atas saran Ang Pang-cu aku diminta untuk menemuimu dulu dan minta bantuanmu." "Sebenarnya Beng Teng tidak kenal padaku," kata Teng Sit, "tapi karena toko kami punya hubungan dengan piauw-kioknya ketika dia berkantor di Lok-yang, kami pernah minta pengawalan darinya. Nanti jika hari pembukaan Piauw-kiok tiba, sebaiknya kau menyamar sebagai pembantuku agar bisa pergi bersamaku untuk mengucapkan selamat padanya." "Terima kasih," kata Siauw Hong. "Maaf, jika boleh kutahu sebenarnya kau ada masalah apa hingga kau tak mau menemui tamu?" Sambil tertawa tuan rumah menjawab. "Tiga hari yang lalu ada tamu mengaku dari Uh-seng dan ingin menemuiku," kata Teng Sit. Orang-orang yang dikirim oleh Tiang-keng-pang umumnya telah dikenal oleh Teng Sit dan kuasa toko. Tapi andaikan dia tidak dikenal, dia bisa mengucapkan kata-kata sandi yang sudah ditentukan. Maka itu jika tamu itu tidak dikenal, tapi tahu kata-kata sandi Tiang-keng-pang dia akan diterima. Ketika orang itu datang Teng Sit ada di toko lain, tapi orang itu tidak tahu dan tidak kenal mana Teng Sit itu. Teng Sit cerdik dia tidak menemui dan memperkenalkan diri pada orang itu, dia hanya berpura-pura seolah dia salah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seorang pegawai toko kain itu. Ketika dtanya orang itu mau apa, dia mengaku mau menagih hutang, hingga Teng Sit kaget dan heran. "Orang itu tua atau muda dan berapa usianya?" tanya Kok Siauw Hong. "Dia mirip denganmu," jawab tuan rumah. "Dia ganteng dan mirip seorang siu-cay (pelajar). Dia mengaku dari Uh-seng juga!" "Oh, begitu! Pantas pegawaimu curiga saat aku mengaku dari Uh-seng, mungkin anak buahmu mengira aku kawan tamumu itu," kata Siauw Hong. "Aku rasa begitu, kuasaku juga bilang begitu padaku. Orang itu mengatakan tahun lalu kami pernah membeli sutera dan sisa uangnya belum lunas, sekarang dia mau menagih hutang kami itu. Jadi ketika kau mengaku akan menyerahkan sesuatu dari Ang Pang-cu, itu membuat kami heran," kata Teng Sit. Kok Siauw Hong tersenyum. "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" kata Siauw Hong. "Tamu itu sangat berani, karena kami tak pernah

berhutang, bagaimana mungkin dia bisa melakukan pemerasan pada kami. Maka itu, kuasa toko itu kuberi isyarat agar menuruti kehendak si tamu. Kuasa toko lalu mempersilakan orang itu duduk, dan pura-pura memeriksa buku kami. Aku yang menyamar jadi pegawai sambil membawa uang datang menemuinya Kemudian aku katakan bahwa benar kami masih berhutang dan mau menyelesaikan hutang kami itu. Tapi saat diperhatikan, pemuda itu agak heran. Mungkin ini di luar dugaannya kalau kami bersedia memenuhi keinginannya Sekarang dia yang ragu-ragu menerima uang kami. Ketika dia bilang nanti dia akan kembali lagi sesudah majikan toko

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali. Kuasa tokoku mengatakan bahwa dia berhak membayar hutang kami dan memaksa dia agar mau menerima uang itu. Akhirnya dengan terpaksa dia terima juga uang itu, tapi saat dia pergi dia mempertunjukkan sesuatu untuk menggertak kami!" kata Teng Sit. "Apa yang dilakukannya?" tanya Siauw Hong. "Entah apa maksudnya, saat akan pergi dia memberiku sepotong uang perak, mungkin dia kira aku benar-benar seorang pegawai toko," kata Teng Sit. "Nah, coba kau lihat. Uang itu telah diremas dengan tangannya. Aku pun berusaha tenang dan menghaturkan terima kasihku padanya. Sesudah kejadian itu sengaja aku tinggal di rumah saja, diam-diam kusuruh anak buahku menyelidiki siapa tamu itu? Ternyata selama tiga hari ini orang itu hilir-mudik saja di depan toko kami." Ketika itu Han Pwee Eng akan ikut bicara. Dia akan menceritakan pengalamannya di tempat minum itu. Tapi sebelum dia berkata apa-apa, tiba-tiba kuasa toko yang ditemui Kok Siauw Hong masuk menemui Teng Sit. Melihat di situ ada Kok Siauw Hong dan dua kawannya, dia kaget juga. Teng Sit memperkenalkan Kok Siauw Hong dan dua kawannya Sesudah itu Teng Sit langsung bertanya pada si kuasa toko. "Kenapa, apa anak itu muncul lagi?" kata Teng Sit. "Justru kedatanganku untuk melapor pada majikan, bahwa anak itu sudah pergi!" kata si kuasa. "Rupanya dia puas menerima uang kita sebanyak seribu tail perak. Untuk rasa terima kasihnya dia tinggalkan ini untukmu, Tuan!" Dia serahkan surat dari anak muda itu pada Teng Sit. Sesudah membaca surat itu Teng Sit memeriksa tanda tangannya, "Lie Tiong Chu", melihat nama itu Teng Sit melongo dan diam sejenak. Lalu dia berkata pada Siauw

Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Namanya asing bagiku, apa kau kenal dengannya Kok Siauw-hiap?" kata Teng Sit. Kok Siauw Hong memeriksa kartu nama itu. "Baru kali ini aku mendengar nama itu," kata Siauw Hong. Walau Jen Ang Siauw tertarik tapi dia diam saja Semula Han Pwee Eng ingin mengisahkan pengalamannya di tempat minum itu. Tetapi saat tahu pemuda itu sudah pergi, dia tak jadi bercerita. Malam harinya Teng Sit berbincang-bincang dengan Kok Siauw Hong, akhirnya pembicaraan itu sampai pada masalah Jen Thian Ngo. "Apa yang aku dengar dia sekarang jadi anak buah Wanyen Tiang Cie," kata Teng Sit. "Bahkan aku pernah melihat muridnya yang bernama Ih Hoa Liong memakai pakaian seragam bangsa Kim. Jika gurunya masih merahasiakan keterlibatannya dengan bangsa asing, sebaliknya Ih Hoa Liong malah terang-terangan." "Hm! Jika aku bertemu dengan Ih Hoa Liong akan kubinasakan dia," kata Kok Siauw Hong. "Jika kau mau menemukan dia mudah saja, sebab tugas dia dari Wan-yen Tiang Cie sebagai penghubung ke para pendekar bangsa Han agar mau ditarik ke pihak Kim. Nanti, saat pembukaan piauw-kiok saudara Beng Teng pun, aku kira dia akan hadir di sana!" kata Teng Sit. "Baik, akan kutemui dia di sana!" kata Siauw Hong. "Akan kuhabisi dia!" "Aku harap kau bersabar sedikit, jangan menyulitkan saudara Beng dengan kecerobohanmu," kata Teng Sit. "Sudah pasti, aku akan melihat gelagat dulu sebelum bertindak," kata Siauw Hong. "Aku tak akan turun tangan di piauwkiok saudara Beng."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keesokan harinya pada tengah hari, Teng Sit kedatangan seorang tamu. Penjaga pintu membawa kartu nama tamu tersebut dan menyerahkan kartu namanya pada Teng Sit. Ternyata di kartu nama itu tertulis nama "Lie Tiong Chu". Teng Sit tersenyum. "Kemarin dia meninggalkan kartu nama di toko dan pamit, sekarang dia datang ke mari. Rupanya dia memaksa ingin

menemuiku!" kata Teng Sit. "Biar aku yang menemuinya dan mengusir dia," kata Kok Siauw Hong. "Jangan kesusuh, biar dia dipersilakan masuk saj a," kata Teng Sit. "Penjaga, persilakan tamu itu masuk!" "Aku rasa diam-diam dia mengikuti kalian ke mari hingga dia tahu di mana aku tinggal," kata Teng Sit sebelum tamunya masuk. "Saudara Kok, aku akan berpura-pura sakit, kau saja yang mewakiliku menerima tamu. Kau jangan berlaku keras padanya, selidik dulu apa mau pemuda itu!" Saat Siauw Hong akan ke ruang tamu untuk menemui tamu itu, Pwee Eng membisikinya. "Siauw Hong, pemuda itulah yang bertemu kami di kedai minum," kata nona Han. "Tolong kau tanya, dia berasal dari mana?" kata nona Jen ikut bicara. Tak lama tamu itu sudah menunggu di ruang tamu. Saat Siauw Hong muncul menemuinya, dia berdiri dan berkata. "Anda ini...." dia belum selesai bicara, Siauw Hong sudah mendahuluinya bicara. "Aku she Kok, aku pegawai di tempat ini," kata Siauw Hong. Pemuda itu tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan merendah, Toa-ko, kau tak mirip seorang pegawai," kata Lie Tiong Chu sambil tertawa. "Aku dengar majikanmu sudah pulang, maka itu aku ingin bertemu dengan beliau." "Ah, rupanya kau cepat mendapat kabar, memang beliau sudah pulang, tapi beliau kurang enak badan dan tak bisa menerima tamu," kata Siauw Hong. "Beliau berpesan ada keperluan apa kau mencarinya? Soal itu bisa kau sampaikan padaku saja." Saat itu seorang pelayan membawa nampan berisi teh untuk tamu. Siauw Hong bangun menyambut nampan itu dari si pelayan, lalu dia angsurkan pada Lie Tiong Chu. "Silakan minum tehnya, hanya sekedar teh saja!" kata Siauw Hong. Saat Kok Siauw Hong mengangsurkan nampan teh itu, dia kerahkan tenaga dalamnya hingga cangkir teh itu meluncur ke atas. Maka itu, tamu itu tampak ingin menyambut cangkir teh itu, dia juga harus menggunakan tenaga dalamnya, jika terjadi bentrokan maka air teh akan tumpah dan menyiram wajah sang tamu. Kejadian itu disaksikan oleh nona Han, dia kagum melihat

cara Siauw Hong menjajal ilmu orang she Lie itu. Tapi dia juga heran karena tamu itu malah bersikap tenang, dia sambuti cangkir teh itu. "Terima kasih, tak perlu see-ji," kata Lie Tiong Chu. Kemudian dia buka mulutnya untuk meneguk air dari cangkir, tapi sebelum cangkir itu melekat ke bibirnya, air itu sudah meluncur ke mulutnya bagaikan air mancur saja. Sesudah itu orang she Lie itu menghela napas. "Oh, teh yang sedap dan harum!" katanya. Tak lama cangkir teh yang telah kosong itu jatuh tepat ke tengah nampan tadi. Adu tenaga dalam itu sungguh luar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

biasa, Siauw Hong pun kagum walau dia tak tahu murid siapa pemuda ini? "Saat aku ke toko majikanmu, rasanya kau tak ada di sana," kata Lie Tiong Chu. "Kebetulan aku sedang pergi, tapi semua kejadian di sana sudah kuketahui," kata Siauw Hong. "Apa sekarang kau ke mari karena pembayaran hutang kami ada yang tak beres? Kalau belum mari kita urus semua sesuai pesan majikanku!" Pemuda itu tertawa, dia menurunkan sebuah buntalan yang ada di punggungnya. "Ini pembayaran majikanmu, rupanya ada sesuatu yand tak beres," kata Lie Tiong Chu. "Aku datang bukan mau menagih hutang, tapi untuk mengembalikan uang ini!" "Aneh, padahal itu pelunasan hutang-hutang kami, kenapa Anda mengembalikannya pada kami?" kata Kok Siauw Hong. "Maaf, semua itu kesalahanku. Sesudah aku mendapat kabar baru dari Uh-seng, ternyata aku salah alamat. Yang aku harus tagih bukan toko kalian, tapi toko kain yang lain," kata Lie Tiong Chu. "Oh, maafkan aku, karena aku hanya diberi tugas untuk membayar. Jelas kami tidak berani menerima uangmu itu!" kata Kok Siauw Hong. "Jika benar terjadi kesalahan, silakan kau datang ke toko saja!" "Ah, tak apa, uang ini kukembalikan lewat Anda saja, ini untuk menghemat waktuku," kata Lie Tiong Chu. Tiba-tiba bungkusan uang itu dia lemparkan ke arah Kok Siauw Hong. Padahal berat buntalan yang berisi seribu tail itu sekitar 30 kilo-gram. Melihat cara orang itu melemparkannya, sungguh luar biasa cepatnya. Sedangkan Kok Siauw Hong melihat sikap kasar tamunya itu dia agak dongkol juga. Dia dorong buntalan yang mengarah padanya hingga berbalik ke arah orang yang melemparkannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Kok Siauw Hong mendorongkan buntalan itu berlubang hingga beberapa uangnya berhamburan. Tetapi sebelum jatuh, Kok Siauw Hong menunjukkan kelihayannya dengan menyambut ketujuh uang itu, lalu melontarkannya ke arah orang she Lie itu dengan keras. "Kau ambil semua uang ini!" kata Siauw Hong. Ketika arah uang perak itu tertuju ke setiap jalan darah lawan, dengan tenang Lie mengibas uang itu hingga tergulung pada lengan bajunya. Kemudian dia tekap lubang buntalan itu. "Jika kau tak mau menerimanya, baiklah," kata Lie Tiong Chu. "Boleh aku minta waktu untuk bicara denganmu secara pribadi?" "Silakan, apa yang mau kau tanyakan?" kata Siauw Hong. "Dari dialekmu, aku kira kau berasal dari Yang-ciu, bukan? Jika kau tak keberatan, aku ingin bertanya mengenai seseorang!" "Mengenai siapa?" "Seorang jago tua bernama Jen Thian Ngo yang adik perempuannya menikah dengan keluarga Kok di Yang-ciu, putranya bernama Kok Siauw Hong, apa kau kenal dengannya?" Pertanyaan itu menarik bagi Kok Siauw Hong. "Apa maksudmu mencari Jen Thian Ngo dan Kok Siauw Hong? Kau berasal dari mana?" kata Kok Siauw Hong. "Aku sahabat Ie Hoa Liong, murid Jen Thian Ngo, aku dari Bu-seng, daerah Shoa-tang." kata Lie Tiong Chu. "Hm! Aku memang ingin menghajarmu!" kata Siauw Hong. "Eh, kenapa kau marah, apa maksudmu?" kata Lie Tiong Chu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku Kok Siauw Hong! Orang yang kau cari itu seorang pengkhianat bangsa, karena kau teman baik muridnya, pasti kau juga orang jahat!" kata Siauw Hong. "Kau tak akan lolos dari tanganku!" Sesudah itu Kok Siauw Hong langsung mencengkram bahu orang she Lie itu. Saat itu terdengar suara keluhan di balik pintu. Siauw Hong tertegun, saat itu dia ingat Jen Ang Siauw menyuruh dia menyelidiki orang itu, dan bukan menangkap pemuda itu. Saat mendengar

suara keluhan itu Lie Tiong Chu heran, maka yakinlah dia suara itu adalah orang yang sedang dicarinya. Tapi karena serangan Siauw Hong tiba dengan cepat, dia mengelak dan coba bertarung untuk menguji kepandaian Kok Siauw Hong. Serangan Kok Siauw Hong datang lagi secara berturutturut. Tapi dengan cepat Lie Tiong Chu menggunakan buntalan uang itu untuk menangkis serangan itu. Pertarungan semakin seru, saat Kok Siauw Hong menggunakan jurus "Siauw-yangsinkang" Lie menangkis dengan buntalan uang, sehingga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

isinya berantakan ke lantai karena terkoyak oleh pukulan yang dahsyat itu. "Awas, kau bisa tergelincir," kata Lie Tiong Chu sambil tertawa. Uang yang berhamburan di lantai memang bisa mengganggu gerakan mereka, sekalipun keduanya lihay dan ilmu meringankan tubuhnya tinggi. "Hm, walau betapa licinnya kau, tapi kau tak akan lolos dari tanganku!" kata Kok Siauw Hong. Tak lama Kok Siauw Hong terayun ke arah bongkahan uang, hingga uang itu langsung terlontar ke wajah lawan. Ketika menghindari serangan lawan, Lie Tiong Chu membalasnya dengan me-notok Kok Siauw Hong. Tentu saja Kok Siauw Hong terkejut. "Eh, gerakan dia hebat, mirip kepandaian Kong-sun Po yang bernama "Keng-sin-cie-hoat"?" pikir Kok Siauw Hong. Sadar ilmu totok lawan lihay Kok Siauw Hong menggunakan pedangnya untuk menghadapi lawan dengan serangannya sebanyak tujuh kali secara beruntun. Melihat serangan Siauw Hong, Lie Tiong Cu berseru.

"Hentikan! Jangan menyerang lagi!" kata Lie. Saat Siauw Hong mau menyerang lagi, Jen Ang Siauw muncul. "Hentikan Kakak-piauw! Ah kiranya kau si Chu kecil!" kata Jen Ang Siauw. Lie Tiong Chu tertawa. "Ternyata kau masih mengenaliku!" kata Lie Tiong Chu. "Hm! Apa maksudmu, kau sudah tahu siapa aku kenapa kau tak berterus terang saja?" kata Jen Ang Siauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kemarin aku ragu, sesudah kau sebut namaku, baru aku yakin itu kau!" kata Lie Tiong Chu. "Siapa kau sebenarnya?" kata Siauw Hong. Pemuda itu mengeluarkan sebuah seruling lalu dia tiup, hingga suaranya memukau sekali. Saat Siauw Hong ragu-ragu Teng Sit dan Han Pwee Eng muncul. Karena Han Pwee Eng mengerti musik, ia berbisik pada Siauw Hong, "Itu lagu dari syair karya Tu Fu (Tu Hok), themanya "menyesali peperangan yang menyengsarakan rakyat". "Dia serba bisa, sayang jadi anjing musuh," pikir Siauw Hong. Selesai meniup seruling dia memberi hormat pada Teng Sit. "Pasti Tuan ini Tuan Teng!" katanya.. "Aku datang untuk minta maaf." "Kau siapa?" tanya Siauw Hong. Teng Sit kelihatan tampak girang. "Saudara Lie, pasti kau murid Tam Tay-hiap, kan? Mungkin seharusnya aku yang minta maaf padamu," kata Teng Sit. "Maaf aku tak tahu kalau kau murid beliau!" "Kau benar, aku murid beliau," kata Lie. "Hanya dari sebuah lagu kau bisa mengenaliku. Sungguh luar biasa!" Siauw Hong kaget, ternyata pemuda itu murid Bu-lim Thian-kiauw, Tam Yu Cong. Ternyata mereka adalah kawan sendiri.

-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 83 Jen Ang Siauw Bertemu Kawan Semasa Kecilnya; Wan-yen Hoo Muncul

Dipembukaan Perusahaan Beng Teng

Orang yang tampak gembira adalah Jen Ang Siauw. Dia tertawa sambil berkata, "Kau telah mendapat guru yang lihay, tapi yang aku heran bagaimana Teng Hiang Bu langsung tahu kalau dia murid Bu-lim Thian-kiauw Tam Yu Cong dengan hanya mendengar suara seruling saja?" "Terus-terang aku tak mengerti musik, tapi karena aku pernah mendengar Bu-lim Thian-kiauw meniup lagu itu duapuluh tahun yang lalu maka aku yakin dia murid beliau!" kata Teng Sit. Duapuluh tahun yang lalu saat Hong-lay-mo-li ada di Kimkeeleng dia diangkat menjadi Bu-lim Beng-cu, ketika itu Teng Sit yang masih muda hadir dalam pertemuan itu. Dia ikut sebagai pengikut Ang Kin. Saat itu Bu-lim Thian-kiauw memang meniup lagu itu, ia teringat hal itu. Kok Siauw Hong langsung menyambutnya Mereka pun saling meminta maaf. Lie Tiong Chu pun minta maaf pada Han Pwee Eng. "Bagaimana kau bisa kenal dengan Jen Ang Siauw?" tanya Han Pwee Eng. Sejak kecil mereka memang bertetangga dan sering bermain bersama. Hampir sepanjang tahun Jen Ang Siauw yang tinggal di rumah kakek luarnya bersahabat dengan keluarga Lie. Setelah kakeknya meninggal, Jen Ang Siauw tidak pernah atau jarang datang ke tempat kakeknya lagi, sehingga putus hubungan dengan Lie Tiong Chu. Ketika mereka masih kecil, Jen Ang Siauw memanggil Lie Tiong Chu si Chu Kecil. Sedangkan Li Tiong Chu memanggil Jen Ang Siauw dengan sebutan Anak Liar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Coba kemarin kau panggil aku dengan panggilan lamaku, pasti aku akan tahu siapa kau sebenarnya," kata Jen Ang Siauw. "Kemarin aku agak ragu-ragu, mana berani aku sembarangan memanggilmu?" kata Lie Tiong Chu. "Ditambah lagi kau pun sudah jadi seorang pendekar, jadi mana boleh aku memanggil nama gelarmu itu? Kau bijaksana tak mau ikut ayahmu!" Mengingat ayahnya, wajah Jen Ang Siauw jadi muram, hatinya pilu dan juga malu karena dia tahu ternyata ayahnya itu se-orang pengkhianat bangsanya. Pemuda itu seolah bisa menerka isi hati nona Jen. Lalu dia berkata lembut. "Sekalipun bunga teratai tumbuh di lumpur, tetapi dia tetap suci. Ayahmu tetap ayahmu dan kau tetap kau, menurutku kau tetap seperti dulu. Kau jangan berduka dalam hal itu!" kata Lie Tiong Chu.

"Apa karena masalah Ayahku, kau ingin memberitahu majikan Teng?" tanya Jen Ang Siauw. "Ya, ini salah satu tujuan kedatanganku ini," kata Lie Tiong Chu. "Masalah ini hanya kebetulan saja, sebelum itu aku pun tak menduga kalian bisa ada di sini!" "Kau harus menjelaskan padaku, bagaimana kau tahu rahasia perusahaanku?" kata Teng Sit. "Aku diperintah oleh Guruku," kata pemuda itu. "Guruku sahabat Hong-lay-mo-li dan suaminya, pasti kau pun sudah tahu hal ini, bukan?" Teng Sit langsung mengerti masalahnya. "Benar aku tahu, akhir-akhir ini Pang-cu kami sedang berunding untuk bergabung dengan Liu Beng-cu, pasti Pangcu kami yang memberitahu Liu Beng-cu tentang usahaku di sini dan Liu Beng-cu memberitahu gurumu. Tapi entah ada masalah apa gurumu menyuruhmu mencariku?" kata Teng Sit.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya tak ada masalah khusus," kata Lie Tiong Chu. "Tapi karena daerah ini masih asing bagiku, aku sengaja menyelidikinya. Siapa tahu aku diperlukan mengirim berita penting ke mari. Maka itu aku ingin menemuimu, Tuan Teng!" Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong seorang bangsawan Kerajaan Kim, bahkan dia seorang pengawal istana. Wan-yen Tiang Cie adalah putra pengasuh Bu-lim-thian-kiauw. Karena Bu-lim-thian-kiauw tidak bebas di Tay-toh, sengaja dia suruh Lie Tiong Chu, murid kesayangannya agar terjun di kalangan Kang-ouw. "Sekarang aku tinggal di rumah putra pengasuh guruku," kata Lie Tiong Chu. "Aku telah mendapat beberapa kabar penting, aku kira Tuan Teng pasti sudah mendapat informasi itu!" "Mengenai kabar apa?" tanya Teng Sit. "Pertama mengenai rencana Wan-yen Tiang Cie ingin menundukkan Hong-hoo-ngo-pang dan Tiang-keng-pang," kata Lie Tiong Chu. "Tapi walau usaha itu telah digagalkan, kita tetap harus waspada, siapa tahu mereka ulangi lagi," kata Kok Siauw Hong. "Yang kedua bersangkutan dengan Kim-kee-leng," kata pemuda itu lagi. "Aku dengar bangsa Kim bersedia berdamai dengan bangsa Mongol, dengan demikian mereka akan menarik sebagian besar pasukannya dari tapal batas yang sedang menghadapi tentara rakyat." "Hal itu sudah kami amati cukup lama," kata Teng Sit. "Sekarang pihak Kim akan melaksanakan rencananya itu, tapi

belum kusampaikan berita itu ke Kim-kee-leng." "Mengenai masalah yang ketiga, tentang pengkhianatan Jen Thian Ngo," kata pemuda itu. "Semula aku kuatir para

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pendekar belum mengetahuinya dan bisa tertipu olehnya. Tapi sekarang aku tidak kuatir lagi." Sesudah menyampaikan masalah itu, pemuda itu bicara lagi. "Tuan Teng, maafkan sikap kasarku tempo hari. Ketika itu aku hanya ingin memancingmu untuk menemuiku, dengan berpurapura menagih hutang. Aku kira jika kau marah, aku bisa menemuimu. Tak kuduga, malah mengacaukan keadaan." "Kau cerdik hingga berhasil menemukan rumahku," kata Teng Sit sambil tertawa. "Beberapa hari lagi pembukaan Houw-wie-piauw-kiok milik Beng-lo-piauw-thauw dimulai." "Aku dengar Beng-lo-piauw-thauw berbudi luhur, begitu kata Guruku," kata Lie Tiong Chu. "Pada hari pembukaan perusahaannya nanti aku akan datang untuk mengucapkan selamat padanya. Apa kau bisa mengajakku ke sana?" "Bisa," jawab Teng Sit. "Kau dan Kok Siauw Hong bisa menyamar jadi pembantuku. Untuk sementara kalian bisa tinggal di sini, anggap saja kalian seperti di rumah sendiri. Aku harus ke toko sudah tiga hari tidak kuurus. Nona Jen dan Lie Siauw-hiap baru bertemu lagi, pasti kalian ingin berbincang dengannya." Mengetahui Jen Ang Siauw bertemu sahabat semasa kecilnya, Siauw Hong dan Pwee Eng girang. Dia biarkan kedua muda-mudi itu jalan-jalan di taman belakang rumah Teng Sit. Dengan demikian keduanya bisa bebas bercengkrama. Mereka asyik berbincang mengenai pengalaman mereka masingmasing, dengan demikian jalinan cinta di antara mereka pun tumbuh semakin mendalam....... Selang tiga hari kemudian, pembukaan Houw-wie-piauwkiok di Tay-toh diadakan dengan sangat meriah. Sesuai rencana, Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu menyamar jadi pembantu Teng Sit dan ikut menghadiri pesta pembukaan itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main ramainya pembukaan perusahaan ekpedisi itu, para tamu berdatangan bergantian. Teng Sit hanya dikenal sebagai saudagar di toko sutera, dengan demikian dia tidak mendapat pelayanan khusus dari

Beng Teng, yang melayani mereka cuma pembantu Beng Teng yaitu Chu Cu Kia, salah seorang pembantu andalan dari Beng Teng yang ikut mengawal Han Pwee Eng. Kok Siauw Hong pernah bertemu dengannya, tapi karena Kok Siauw Hong sedang menyamar dia tak mengenalinya. Seorang lelaki setengah umur bersama seorang pemuda menghampiri meja tempat Kok Siauw Hong cs duduk. Melihat kedatangan mereka, Chu Cu Kia memperkenalkan orang itu pada mereka. "Ini Tuan Tio Pin dan putranya," kata Chu Cu Kia pada Kok Siauw Hong cs. "Beliau ini rekan baru majikan kami!" Teng Sit tahu kalau Tio Pin seorang jago kalangan Kangouw dan sangat terkenal di Tay-toh (Pak-khia atau Beijing). Teng Sit dan Kok Siauw Hong heran, sebab setahu mereka Houw-wie-piauw-kiok perusahaan keluarga Beng yang sudah turun-temurun, tapi kenapa sekarang bergabung dengan Tio Pin? Karena muncul tamu baru, Chu Cu Kia menemui tamu yang baru tiba itu. Sedang Tio Pin mewakili tuan rumah melayani tamu-tamunya itu. "Kita kenalan lama," kata Tio Pin berbasa-basi. "Aku mohon Tuan Teng bersedia memberi petunjuk pada putraku!" "Ah, aku ini cuma seorang pedagang kain sutera, jadi mana bisa silat, aku tak akan sanggup memberi petunjuk pada putramu," kata Teng Sit sambil tersenyum. "Kau jangan salah paham, Tuan Teng," kata Tio Pin. "Yang kumaksud bukan dalam bidang ilmu silat, tetapi soal berjualan. Perusahaanmu banyak memerlukan pengawalan dari Piauw-kiok, jika anakku sudah selesai belajar silat dan bekerja, pasti dia diperlukan untuk mengawal daganganmu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tolong berikan pekerjaan itu padanya! Harap kau maklum, aku berkongsi dengan Houw Wie Piauw Kiok yang terkenal ini, karena aku ingin agar kelak anakku bisa punya banyak pengalaman. Terutama dia bisa banyak belajar dari Beng Lopiauwsu!" Teng Sit berusaha menyembunyikan kepandaiannya, sebenarnya dia bisa silat. Sedangkan Tio Pin sebaliknya dia mengalihkan pembicaraan ke masalah perdagangan. Hal itu tentu membuat hati Teng Sit agak kecewa dan kesal. Untung datang tamu baru hingga Tio Pin dan putranya harus menyambut dan melayani tamu baru itu. Sesudah Tio Pin dan putranya pergi, Teng Sit mendengar suara bisik-bisik dari belakang mereka. Saat diperhatikan ada dua orang tamu lain sedang berbisik-bisik membicarakan Tio Pin. Dengan lagak tak acuh, diam-diam Teng Sit coba

menguping. "Setahuku Beng Teng seorang tokoh Piauw-kiok yang termashur, tapi kenapa dia mencari rekan kerja orang macam Tio Pin? Apa hal itu tidak akan menjatuhkan nama baik Houwwiepiauw-kiok?" kata salah seorang dari mereka. "Aku kira masalahnya bukan begitu," kata kawannya. "Aku dengar Tio Pin lihay, sahabatnya di Tay-toh pun cukup banyak. Beng Teng semula membuka piauw-kiok di Lok-yang, karena dia orang baru di sini, jadi wajar saja kalau dia mau bersekutu demi kemajuan perusahaannya!" kata temannya. "Kau benar, maksudku bukan masalah itu, aku bicara tentang pribadi Tio Pin. Apa kau tak sadar pribadi mereka itu sangat berbeda?" kata kawannya. "Aku tahu, Tio Pin orang yang licin, aku kuatir Beng Teng tertipu olehnya," kata kawannya. "Tapi aku mengetahui sesuatu yang mungkin tak kau ketahui." "Mengenai apa?" kata kawannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saat ini Beng Teng sedang ditimpa kesulitan, jadi tak heran jika dia mencari sekutu yang bermodal besar!" kata kawannya. "Apalagi perusahaannya yang ada di Lok-yang ludes terbakar!" "Oh, begitu, pantas kalau begitu!" kata kawannya. Sekarang Teng Sit tahu kenapa Beng Teng berkongsi dengan Tio Pin. Pada saat itu terdengar pembantu Beng Teng berseru. "Tamu agung sudah datang!" Ketika mata semua tamu di arahkan ke pintu masuk, terlihat murid Beng Teng yang pertama mengiringi seorang tamu yang mengenakan mantel kulit bulu. Orang itu berpakaian bagus seperti seorang putra bangsawan. Di belakang dia ikut empat pengiringnya, seorang kakek berkepala gundul, dan seorang lelaki setengah umur dengan muka benjol penuh daging. Seorang lagi tampak seperti pemuda alim dan orang yang terakhir berumur sekitar 30 tahun. Dia seorang pesolek seperti seorang perempuan, namun, matanya picek. Di antara para tamu ada yang mengenali "pemuda bangsawan" itu dan dia kaget. Tamu agung itu tak lain Wan-yen Hoo, putra Wan-yen Tiang Cie, panglima pasukan pengawal Kerajaan Kim. Wanyen Tiang Cie, pangeran keluarga raja Kim, maka itu kedudukan Wan-yen Hoo saat itu sebagai pangeran muda. Kedatangan "Pangeran muda" bangsa Kim ke pembukaan sebuah perusahaan ekpedisi, sudah tentu di luar dugaan semua orang. Tio Pin tampak bangga sekali atas kedatangan

tamu agung tersebut. Dia langsung menyambut tamu agung itu dengan maksud mencari muka di depan para tamunya. Tapi tiba-tiba kakinya gemetar dan lemas karena gugupnya. Anak buah Beng Teng tentu saja kurang senang atas kedatangan tamu agung ini, kecuali Tio Pin. Tetapi tak seorang dari mereka berani berkomentar. Tio Pin sangat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

senang pada pangeran muda itu, sedang anak buah Beng Teng benci pada para anak buahnya. Ternyata si Gundul itu bernama Tan Piauw, si Srigala Tua. Pria berusia setengah baya itu putra sulung Tan Piauw yang bergelar si Srigala Hijau dan yang lainnya si Srigala Putih Tan Giok, Srigala Kuning Tan Go mereka bergelar Tan-sie-ngolong. Tapi ada yang tak ikut datang ke pembukaan itu. Sedangkan si pesolek bermata satu, namanya cukup terkenal. Dia si Srigala Liar An Tak. Maling cabul yang terkenal di dunia Kang-ouw atau Rimba Hijau. Kunjungan An Tak ini membuat para tamu kurang senang, karena mereka sudah tahu, siapa An Tak ini? Tetapi karena An Tak datang bersama Wan-yen Hoo, atau Pangeran Kim, tak heran tak ada orang yang berani usil. Di antara para tamu banyak yang tak tahu, kalau di antara yang datang bersama pangeran Kim itu, adalah musuh-musuh piauw-su Beng Teng. Pada saat Beng Teng mengawal nona Han ke Yang-ciu atas permintaan ayah Han Pwee Eng. Di tengah jalan rombongan Beng Teng ini dihadang oleh Tan Bersaudara dan An Tak. Untung saat itu Han Pwee Eng ikut turun tangan dan menusuk mata An Tak hingga picek. Dengan demikian selamatlah muka perusahaan ekpedisi itu dari penghinaan. Jika tidak barangkali Beng Teng pun bisa binasa di tangan para penjahat itu. Peristiwa itu tidak diketahui oleh Tio Pin, tapi para piauw-su lama yang bekerja di Houw-wie-piauw-kiok dan anak buah Beng Teng semua mengetahui kejadian itu. Maka saat itu Chu Cu Kia jadi kikuk dan serba-salah. Chu Cu Kia pun ragu saat akan menyambut tamu-tamu itu. Melihat hal itu Beng Teng maju menyambutnya. Sambil tertawa terbahak-bahak Wanyen Hoo berkata lantang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Beng Lo-piauw-thauw, aku dengar kau pernah berselisih dengan beberapa orangku ini. Sekarang aku bawa mereka ke

mari, aku harap kau tidak marah, kan?" kata Wan-yen Hoo. "Seluruh karyawan kami merasa bangga dan senang atas kunjungan Pangeran-muda, dalam masalah pekerjaan, bisa saja tak terhindarkan perselisihan kecil di antara kami. Tapi aku jamin kami tidak akan mengecewakan anak buah Siauw Ong-ya! Jika ada kesalahan kami, baik yang disengaja atau pun yang tidak disengaja, mohon dimaafkan!" kata Beng Teng sambil memberi hormat. Di balik ucapan Beng Teng sebenarnya Beng Teng kaget dan tidak menduga jika dia akan kedatangan tamu-tamu yang pernah berselisih dengannya. Bahkan Beng Teng heran, bagaimana orang-orang jahat itu bisa jadi anak buah Pangeran Kim itu. Wan-yen Hoo tidak peduli pada sindiran Beng Teng itu, sambil tertawa dia berkata, "Ah, Beng Lo-piauw-thauw terlalu merendah, aku tahu mereka pernah membegal kawalanmu. Tapi itu kejadian dulu. Sekarang mereka sudah cuci tangan dan tidak berbuat begitu lagi. Mereka telah jadi pengawal di rumahku. Karena itu aku sengaja mengajak mereka ke sini agar mereka menghapus masalah lama itu! Bagaimana?" "Ucapan Pangeran-muda terlalu berlebihan, sebenarnya kejadian yang menimpa perusahaan kami cuma masalah kecil, dan biasa di dunia Kang-ouw, sedikit selisih paham bisa dianggap selesai saja," kata Beng Teng. "Beng Lo-piauw-thauw, kau sangat bijaksana," kata Wanyen Hoo sambil tertawa. "Seperti kata peribahasa 'Tidak pernah bentrok berarti tidak akan saling kenal'. Maka itu untuk selanjutnya kalian bisa rukun dan akrab kembali." Tan Piauw cs bersama An Tak dan rombongannya langsung memberi hormat pada Beng Teng secara bergiliran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Beng Teng," kata Tan Piauw, "jika bicara masa lalu, seharusnya aku berterima kasih kepadamu." "Terima kasih mengenai apa?" kata Beng Teng. "Dulu jika aku tak kau kalahkan, sampai sekarang mungkin kami belum mau cuci tangan dan meninggalkan dunia hitam itu," kata Tan Piauw. "Ah, aku malah belum mengucapkan selamat kepada kalian yang sudah mendapat kedudukan tinggi," kata Beng Teng. "Kalian beruntung mendapatkan majikan yang baik seperti Siauw Ong-ya, itu namanya nasib kalian yang beruntung sama sekali tak ada sangkut-pautnya denganku." Sambil menyeringai Tan Piauw berkata pula: "Ucapan saudara Beng ada benarnya. Kejadian dulu bagi kami bisa dikatakan dari celaka jadi bahagia. Kau sendiri

akhirnya selamat, sungguh nasibmu sedang beruntung. Saudara Beng, ternyata dulu kami salah lihat! Calon pengantin perempuan yang kalian kawal itu kiranya berkepandaian tinggi." Mendengar mereka menyinggung tentang Han Pwee Eng, Kok Siauw Hong tertarik. "Apa mereka sudah tahu hubungan Han Pwee Eng dengan Hong-lay-mo-li hingga mereka sengaja datang menyelidikinya?" pikir Kok Siauw Hong. "Saudara Beng," kata An Tak ikut bicara, "ada yang membuat aku bingung, maukah kau menjelaskannya padaku?" "Maksudmu masalah apa, Saudara An Tak?" kata Beng Teng. An Tak mengibaskan kipas lipat yang ada di tangannya sambil berkata, "Dulu ketika kau mengawal calon pengantin itu, apa kau tidak tahu calon pengantin perempuan itu putri Han Tay Hiong yang terkenal itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu masalah yang memalukan jika dibicarakan lagi," kata Beng Teng. "Yang aku ketahui, bahwa marga Han di Lok-yang itu kaya-raya. Baru kemudian kuketahui, kalau yang meminta putrinya dikawal itu Han Tay Hiong, jika aku tahu mana berani aku jadi pengawal putrinya!" "Apa kau juga tidak tahu, siapa calon menantu Han Tay Hiong?" kata An Tak. "Aku hanya dipesan untuk mengantarkan calon pengantin ke Yang-ciu, mengenai siapa calon menantu Han Tay Hiong tak kuketahui. Lagi pula untuk apa kuketahui? kata Beng Teng. "Sekarang pasti kau sudah tahu, bukan? Bahwa dia Kok Siauw Hong, kan?" kata An Tak. "Pertanyaanmu ini aneh sekali, untuk apa aku harus mengetahuinya?" jawab Beng Teng kelihatan kurang senang. "Padahal kau pasti tahu bahwa pekerjaanku itu gagal karena tidak sampai ke alamat yang dituju! Di tengah jalan kembali terjadi masalah baru, esok harinya setelah kedatangan kalian telah terjadi sesuatu atas kami." "Ya, aku pun pernah mendengar kejadian itu," kata An Tak, "orang yang mengambil "kirimanmu" itu Toa-siocia dari keluarga Ci dari Pek-hoa-kok, bukan?" kata An Tak "Benar, maka jelas sudah bahwa aku tidak pernah bertemu dengan Kok Siauw Hong, mana mungkin aku punya hubungan baik dengannya?" kata Beng Teng agak kesal. "Aku dengar Ci Sio-cia hanya bergurau dan dia mengembalikan "kirimanmu" itu," kata An Tak.

"Bagaimanapun kejadian dulu itu kuketahui juga" "Terus-terang, setelah gagal menjalankan tugasku, aku tidak punya muka untuk menemui Han Tay Hiong," kata Beng Teng. "Apalagi selama dua tahun ini aku berada di Tay-toh, mana aku tahu tentang mereka?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku dengar orang she Kok itu ada di Kang-lam dan dia membantu Bun Yat Hoan membentuk laskar rakyat. Maksudnya untuk melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kim!" kata Tan Piauw dengan tajam. Di tengah para tamu yang banyak sekali, Kok Siauw Hong masih mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Diamdiam Kok Siauw Hong merasa geli mendengar orang di sekitarnya membicarakan dia yang sebenarnya ada di depan mereka, tanpa diketahui oleh mereka! Srigala Tua Tan Piauw berkata lagi. "Aku dengar Pwee Eng sekarang ada di tempat Hong-laymoli. Seperti Kok Siauw Hong calon suaminya, dia memusuhi Kerajaan Kim. Masa Saudara Beng tidak tahu?" Beng Teng berpura-pura bingung. "Sungguh, aku tak tahu!" kata Beng Teng. "Kami hanya tahu menerima tugas untuk mengantar barang dan sebagainya! Mana berani kami menanyakan apa yang dikerjakan orang lain?" "Saudara Beng kau jangan kuatir, kami tidak bermaksud menyelidiki urusanmu yang dulu," kata Wan-yen Hoo. "Peristiwa dulu itu luar biasa, tapi aku tak tahu bagaimana wajah calon pengantin yang kau antar itu?" "Dia bisa dikatakan cantik juga," kata Tan Piauw. "Namun apa yang dia lakukan sangat keji! Kami merasakannya, bahkan saudara An Tak lebih celaka lagi. Matanya dia lukai!" Orang yang paling benci pada Han Pwee Eng adalah An Tak, karena salah satu matanya buta oleh nona itu. Dengan gusar An Tak mendehem. "Hm! Jika dia bertemu lagi denganku, dia akan...." An Tak tak meneruskan kata-katanya. "Akan kau apakan dia?" kata Tan Piauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku akan minta nona itu pada Pangeran muda kita untuk kujadikan istri mudaku!" kata An Tak tanpa malu-malu. Mendengar ucapan itu banyak yang kurang senang, karena

mereka sangat menghormati Han Tay Hiong. Tapi mereka tak ada yang berani bergerak sebab mereka merasa ngeri. Ditambah lagi sekarang An Tak jadi pengawal Wan-yen Hoo. Melihat para tamu kurang senang pada ucapan An Tak tadi, Wan-yen Hoo yang ingin bergurau pun batal, sebab hal itu bisa menjatuhkan kedudukannya sebagai pangeran. "Jika kau mampu mengalahkannya, silakan saja! Apa yang mau kau lakukan terhadapnya," kata Wan-yen Hoo sambil tersenyum. Karena tak menyadari bahwa dia telah membuat para tamu gusar, An Tak malah tertawa dan berkata lagi dengan lantang. "Baiklah, hadiah Pangeran-muda sangat kuhargai, terima kasih. Barangkali aku tak mampu mengalahkan diaTapi jika dibantu oleh kawan-kawanku, aku juga bisa menangkapnya!" kata An Tak dengan sombong. "Jika sudah tertangkap, kumusnahkan ilmu silatnya. Maka mau tak mau dia akan menjadi istri mudaku!" Mendengar ucapan An Tak yang angkuh itu, Kok Siauw Hong marah karena calon istrinya dihina, tapi untung dia bisa menahan perasaannya dan tidak mengacaukan pesta tersebut. Sudah umum dalam suatu pesta besar, sebelum makanan disajikan, pada setiap meja sudah disediakan makanan kecil. Di antaranya kuaci, kacang dan yang lainnya. Ketika Lie Tiong Chu sedang menikmati buah Ang-co, dia gusar saat mendengar kesombongan An Tak di depan para tamu itu. Diam-diam Lie Tiong Chu mengambil biji buah angco dari mulutnya, dia siapkan untuk disentil. Dengan dialingi lengan bajunya jarinya bergerak. Biji buah angco itu meluncur deras ke arah mulut An Tak yang kebetulan sedang menganga. Tak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ampun lagi biji buah angco itu masuk ke mulut An Tak. An Tak terkejut dan berteriak. "Aduh!" Giginya copot sebuah dan berdarah. Saat itu An Tak pun berdiri tegak tak bisa bergerak. Mulutnya masih terbuka. Pemuda she Lie itu berbisik pada Kok Siauw Hong. "Saat kita kemari, tak sengaja aku menginjak tahi kuda, rasa buah angco itu luar biasa," kata Lie Tiong Chu. Walaupun geli Kok Siauw Hong cemas juga. "Saudara Lie, apa perbuatanmu itu tak akan mengacaukan pesta besar ini?" bisik Siauw Hong. "Untuk kita tak apa-apa, tapi kekacauan ini bisa mencelakakan tuan rumah!" "Jangan cemas, aku rasa jika hanya sebuah giginya yang patah tak apa-apa. Sekalipun mata dia yang satu lagi kubutakan, Wan-yen Hoo tidak akan berani mengusut perkara ini!" bisik Lie Tiong Chu.

Kok Siauw Hong mengangguk sekalipun agak ragu, dia menduga-duga, apa Wan-yen Hoo pernah bentrok dengan pemuda she Lie itu hingga dia takut pada Lie Tiong Chu? Para tamu kaget ketika mendengar jeritan An Tak yang tertahan dan melihat An Tak mematung di tengah para tamu. Mereka tak percaya ada orang yang berani mengganggu pengawal pangeran Kim itu. Kelihatan Wan-yen Hoo terperanjat. Sesuai dugaan orang she Lie itu, tiba-tiba Wan-yen Hoo menghampiri An Tak. "Eh, kau bicara kurang sopan, pantas orang menghajarmu!" kata Wan-yen Hoo. Si Rase Liar An Tak memuntahkan biji buah angco dan gigi dari mulutnya. Tapi mulutnya tetap terbuka tak bisa menutup kembali. Dari mata An Tak yang tinggal satu dan wajahnya yang pucat-pasi, para tamu tahu bahwa saat itu An Tak sedang menahan malu dan rasa sakit yang bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Srigala Tua Tan Piauw seorang berpengalaman, melihat kejadian atas diri An Tak itu, dia berkata pada Wan-yen Hoo. "Pangeran, dia tertotok jalan darahnya. Kau sangat ahli dalam hal itu. Apa kau bisa menolonginya?" kata Tan Piauw. Dengan sikap angkuh dan girang Wan-yen Hoo tersenyum. "Kiranya matamu tajam sekali, akan kuobati dia!" kata Wan -yen Hoo. Wan-yen Hoo memijit hidung An Tak, dia menjerit tertahan, akhirnya An Tak bisa terbebas dan bisa bergerak kembali. "Terima kasih, Pangeran-muda," kata An Tak. Sambil berpura-pura marah Wan-yen Hoo berkata pada An Tak dengan tajam. "Hm! Ingat An Tak, bencana tadi berasal dari mulutmu yang kotor. Hati-hati kau!" kata Wan-yen Hoo. Tampak An Tak menunduk kemalu-maluan. Tetapi hatinya dongkol bukan main pada si penyerang gelap itu. Walau demikian dia terpaksa mengangguk membenarkan pendapat pangeran Kim itu. Tadi Lie Tiong Chu menggunakan jurus "Keng-in-ci-hoat", atau jurus jari sakti. Dia berhasil merontokkan gigi An Tak dan menotoknya hingga An Tak harus berdiri kaku seperti patung. Ilmu "Keng-sin-ci-hoat" kebanggaan Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong itu berasal dari lukisan pusaka Kerajaan Kim. Yaitu 'Hiat-to-tong-jin'. IlmuTiam-hiat ini kecuali Bu-lim-thiankiauw, orang yang paling mahir ialah ayah Wan-yen Hoo, yaitu Wan-yen Tiang Cie. Sedang Wan-yen Hoo baru mempelajarinya ilmu itu beberapa tahun saja. Maka itu dia baru separuh saja menguasainya. Tak heran saat tahu An Tak

ditotok dengan ilmu itu, dia heran dan kaget. Rupanya dia kuatir Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong ada di tengah pesta besar itu. Menurut silsilah Kerajaan Kim, kedudukan Bu-limthiankiauw lebih tinggi dibanding kedudukan Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu silat Bu-lim-thian-kiauw pun jauh lebih tinggi dari Wanyen Tiang Cie. Sekalipun Wan-yen Tiang Cie bergelar sebagai "Jago Nomor Satu Negeri Kim". Karena dia masih hormat pada Bu-lim-thian-kiauw, itu sebabnya Wan-yen Hoo tidak berani bertindak, ketika dia mengetahui anak buahnya dikerjai, dia tak berani berhadapan dengan Bu-lim-thian-kiauw. Ketika tak terjadi masalah dalam pesta itu, para tamu lega juga. Ternyata kejadian tadi berakhir begitu cepat. Keadaan pun telah tenang kembali. Wan-yen Ho yang sangsi atas kejadian itu, mendadak teringat kepada seseorang. "Ah, bukankah itu perbuatan Kong-sun Po? Dialah yang pernah mendapat petunjuk dari Bu-lim-thian-kiauw, dan bisa Keng-sin-ci-hoat? Tapi karena dia jujur, rasanya tak mungkin dia menyerang secara gelap?" pikir Wan-yen Hoo. Bukan main bimbangnya hati Wan-yen Hoo. Buru-buru dia panggil Tan Piauw. Lalu memberi pesan rahasia agar mengawasi semua tamu di ruang pesta itu. Tan Piauw minta bantuan pada anak-anaknya agar ikut mengawasi tamu-tamu jika ada yang mencurigakan harus segera dilaporkan. Ketika Tio Pin melihat Tan Piauw mendatangi, dia langsung menemuinya. Namun sikap Tio Pin yang mau menjilat itu tak dihiraukan oleh Tan Piauw yang sedang menuju ke arahnya. Segera Tio Pin memapak untuk mencari muka. Ternyata Tan Piauw tidak mengacuhkannya, dia hanya bicara sekadarnya. Walau Tio Pin masih mencoba ingin memperkenalkan Teng Sit pada Tan Piauw. "Tidak usah kau perkenalkan aku pada Tuan Teng, aku sudah kenal lama dengannya," kata Tan Piauw angkuh. Ucapan Tan Piauw membuat Teng Sit sedikit kaget. Tapi dia berusaha bersikap tenang. "Aku hanya seorang pedagang cita," kata Teng Sit. "Sungguh aku merasa senang jika Tuan Tan pun mengenal namaku!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan see-ji," kata Tan Piauw. "Siapa sih yang tak kenal toko suteramu itu? Aku dengar kau punya banyak toko cabang

di Selatan. Di tokomu banyak sutera Souw-ciu dan Hang-ciu yang sulit ditemukan di Ibukota ini." "Terima kasih atas pujiannya, memang aku punya banyak cabang. Malah di Yang-ciu juga ada, dari sanalah sutera Hangciu dan Souw-ciu dikirim ke mari!" kata Teng Sit. Kota Yang-ciu dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Kim, sedang di seberang sungai Yang-tze daerah itu termasuk wilayah Kerajaan Song. Sengaja Teng Sit menyebut cabang perusahaannya yang ada di Yang-ciu untuk menghindari tuduhan kalau dia punya hubungan dengan musuh. Teng Sit berusaha menutupi rahasia dirinya, sebaliknya Tan Piauw mencoba mengorek keterangan lebih dalam dari Teng Sit. Tapi dengan gigih Teng Sit tak mau membuka rahasia, hingga Tan Piauw kewalahan sendiri. Tiba-tiba An Tak menghampiri mereka. "Akrab sekali kalian?" kata An Tak sambil mengipasi tubuhnya. "Dia Tuan Teng, orangnya baik, ayo kuperkenalkan kau padanya," kata Tan Piauw. "Ini Saudara An Tak!" "Sudah lama aku dengar namamu, kau sendirian atau bersama teman-temanmu?" kata An Tak. Teng Sit tertegun. Karena tak tahu maksud pertanyaan An Tak itu, terpaksa dia menjawab dengan agak tersipu-sipu. "Oh, aku datang mewakili toko kami, aku tak membawa teman!" kata Teng Sit. "Tuan Teng membawa anak buahnya, bukan sahabatnya," kata Tio Pin menambahkan. "Oh, begitu! Kebetulan bolehkah aku berkenalan dengan pembantu Tuan? Sebab suatu saat jika aku berbelanja kita sudah saling kenal!" kata An Tak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Sit berpura-pura mencari anak buahnya di tengah kerumunan para tamu, hingga akhirnya dia berkata pada An Tak. "Ah, sayang! Tadi mereka ada di sekitar sini, tapi sekarang entah ke mana mereka? Tapi jangan kuatir, jika Tuan datang ke toko kami, pasti Tuan akan kami layani dengan baik!" kata Teng Sit dengan ramah sekali. Tio Pin yang ingin mencari muka ikut bicara "Itu mereka!" teriak Tio Pin sambil tangannya menunjuk ke arah Lie Tiong Chu dan Kok Siauw Hong. "Apa mereka perlu kupanggil ke mari?" "Jangan! Tidak perlu!" kata An Tak. "Aku saja yang menemui mereka di sana untuk berkenalan." An Tak mendekati Lie Tiong Chu. Kemudian dengan sekilas

dia mengawasi Lie Tiong Chu, tak lama dia berpaling ke arah Kok Siauw Hong. "Eh, rasanya kita pernah bertemu, siapa nama dan she Anda?" kata An Tak. Kok Siauw Hong memang pernah bertemu, dua tahun yang lalu di medan perang yang sangat kacau, tapi saat bertemu mereka tidak bertarung. Ketika itu Kok Siauw Hong jatuh ke jurang terkena panah seorang ahli panglima Mongol. Sekarang Kok Siauw Hong jelas berbeda jauh dengan dulu. Padahal Kok Siauw Hong ingin menghindar dari An Tak, tapi An Tak malah menemuinya. Saat itu Kok Siauw Hong marah dan ingin menghajarnya. "Aku rasa Tuan salah lihat," kata Siauw Hong. "Aku belum pernah bertemu dengan Tuan! Biasanya para tamu yang datang ke toko kami bisa kuingat!" Padahal maksud kata-kata Siauw Hong sebenarnya ingin mengatakan, bahwa pada seorang picek seperti An Tak, mana

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mungkin dia lupa? Tentu saj a An Tak yang tahu dia sedang disindir, menjadi dongkol bukan main. "Baik, mari berkenalan!" kata An Tak. Kemudian dia menjulurkan tangannya dengan maksud memijit tangan Siauw Hong, karena dia menganggap Siauw Hong ini kurang ajar sehingga perlu dihajar. Kok Siauw Hong pura-pura gugup dan berkata dengan ketakutan. "Ah, mana berani aku berkenalan dengan Tuan An yang terhormat." kata Siauw Hong. An Tak tidak peduli dia segera memegang tangan Kok Siauw Hong. Sambil menjerit seolah ketakutan, Siauw Hong bicara lagi. "Eh, tangan Tuan keras sekali, aduh tanganku sakit sekali." kata Siauw Hong. An Tak seolah tahu bahwa orang yang sedang dia pegang tangannya ternyata tidak bisa silat. Maka itu kesangsiannya jadi berkurang, walau dia masih tetap merasa pernah bertemu dengan Kok Siauw Hong ini. Tapi ketika dia akan bertanya lagi, tiba-tiba terdengar penyambut tamu memberi tahu. "Tamu agung telah tiba!" kata penyambut tamu. An Tak menoleh, ternyata yang datang Ie Hoa Liong, dia murid Jen Thian Ngo. Ie Hoa Liong mengenakan seragam perwira pengawal kerajaan Kim. Melihat hal itu An Tak heran. "Kenapa Ie Hoa Liong muncul di sini? Apa telah terjadi sesuatu?" pikir An Tak. Tak lama terlihat Ie Hoa Liong mendekati Wan-yen Hoo.

Lalu An Tak dan Tan Piauw buru-buru mendekat ke arah Wanyen Hoo. Rupanya Ie Hoa Liong diperintahkan memanggil Wan-yen Hoo agar segera meninggalkan tempat pesta.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada tamu yang harus Siaw Ong-ya temui sendiri!" kata Ie Hoa Liong. "Siapa?" kata Wan-yen Hoo. "Maaf hamba tidak tahu," jawab Ie Hoa Liong. "Ong-ya hanya memerintahkan hamba mencari Siauw Ong-ya agar pulang!" "Baik, mari kita pulang!" kata Wan-yen Hoo. Saat Wan-yen Hoo akan pamit, tiba-tiba An Tak tampak kesakitan sambil memegangi perutnya. Tentu saja Wan-yen Hoo jadi kaget. "Eh, ada apa, An Tak?" tanya Wan-ten Hoo. "Aku......aku......" An Tak menjawab sambil meringis kesakitan. Saat itu matanya mendelik, sedang keringat dinginnya bercucuran dari dahinya. "Gabruk!" An Tak pun jatuh dan terguling di lantai dengan mulut terbuka seperti mau bicara, walau suaranya tak terdengar. "Apa dia dilukai orang? Tadi dia ditotok hingga giginya copot! Mustahil orang itu ingin melukainya lagi? Ini keterlaluan!" kata Tan Piauw geram. An Tak diawasi oleh Wan-yen Hoo. "Kali ini bukan jalan darah An Tak yang tertotok!" kata pangeran itu. Tan Piauw segera memerintahkan anak-anaknya membangunkan An Tak. Ketika si pangeran Kim memeriksa nadi An Tak, tiba-tiba Wan-yen Hoo mundur karena mencium bau busuk. "Lekas bawa dia pergi!" kata Wan-yen Hoo. "Harus di bawa ke mana?" tanya Tan Piauw yang menutup hidungnya karena bau busuk itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentu saja ke belakang rumah ini, minta bantuan orang piauw-kiok. Kau kira mau di bawa ke mana? Kita harus segera pulang!" bentak Wan-yen Hoo. "Sekarang dia sudah tidak berguna lagi!" Kejadian tak terduga itu membuat tamu-tamu kebingungan. Di tengah para tamu Lie Tiong Chu berbisik

pada Kok Siauw Hong "Kau memang hebat, saudara Kok, caramu jauh lebih bagus dari caraku tadi. Si Rase Liar An Tak benar-benar sial, jika dia matipun dia tidak tahu siapa pembunuhnya?" kata Lie Tiong Chu. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 84 Jen Thian Ngo Muncul Di Tengah Pesta; Rumah Teng Sit Dikepung Tentara Kim

Mendengar pujian Lie Tiong Chu, Kok Siauw Hong tersenyum, dia berbisik pada kawan barunya ini dengan suara perlahan tapi jelas. "Jika melihat kepandaiannya, aku jamin dia tak akan mati!" kata Kok Siauw Hong. "Walau tidak mati, tetapi rasa sakitnya sudah merupakan siksaan yang luar biasa!" kata Lie Tiong Chu. Ternyata apa yang dilakukan Kok Siauw Hong hanya berjabatan tangan dengan An Tak, orang tidak bisa menuduh dia yang mengerjainya. Rupanya saat dia diajak bersalaman oleh An Tak, sengaja Kok Siauw Hong menyalurkan Siauwyangsin-kang ke tangan An Tak. Karena ilmu itu sudah dipelajari Kok Siauw Hong hingga hampir sempurna, hingga saat bersalaman tadi sedikit pun An Tak tak merasakan apa-apa. Tetapi saat dia mau menghampiri Wan-yen Hoo, secara tiba-tiba barulah dia merasa perutnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sakit bukan main. Isi perut An Tak seolah bergolak, karena tak tahan tanpa terasa dia buang air besar. Saat itu keadaan mulai kacau, tiba-tiba muncul seorang tamu baru ternyata dia Jen Thian Ngo, ayah Jen Ang Siauw. Karena semua tamu belum tahu Jen Thian Ngo telah menjadi antek bangsa Kim, maka tak heran jika semua tamu gembira atas kedatangan tamu itu, sedang Kok Siauw Hong kaget. Rupanya Kok Siauw Hong kuatir penyamarannya akan ketahuan oleh Jen Thian Ngo. Saat tak ada yang memperhatikan dirinya, diam-diam Kok Siauw Hong pergi untuk menghindari pertemuan dengan Jen Thian Ngo. Kemudian dia keluar dari ruang tamu lewat pintu samping. Melihat kedatangan Jen Thian Ngo tentu saja Wan-yen Hoo girang. Mungkin mereka sudah berjanji datang secara berturut-turut. Kedatangan Jen Thian Ngo diharapkan oleh pangeran Kim ini, agar dia bisa menyelidiki tamu-tamu Beng Teng. Karena sudah berjanji dengan Wan-yen Hoo, setiba Jen

Thian-Ngo ke sana, dia berpura-pura tidak kenal dengan pangeran muda itu. Malah dia langsung menemui Beng Teng untuk menyampaikan selamat pada tuan rumah. Saat itulah Tan Piauw dan putra-putranya sedang menggotong An Tak dan masih berdiri di samping Beng Teng dengan perasaan bingung. Melihat keadaan AnTak, Jen Thian Ngopun tampak kaget. Setelah bicara sejenak dengan tuan rumah, Jen Thian Ngo pura-pura bertanya. "Siapa dia?" kata Jen Thian Ngo. "Kebetulan Anda datang, Jen Tay-hiap," kata Beng Teng. "Karena kau sangat berpengalaman, tolong kau periksa penyakit orang ini! Apa dia dijahili orang atau memang sakit? Itu Siauw Ong-ya, dan orang ini bernama An Tak!" kata Beng Teng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sikap dingin terpaksa Jen Thian Ngo berkenalan dengan Wan-yen Hoo. "Aku cuma rakyat biasa, maka itu untuk mengurus anak buah seorang pangeran, aku tak berani!" kata Jen Thian Ngo. Wan-yan Hoo pun bersikap acuh-tak-acuh. "Pengikutku ini mendadak sakit keras, karena disini sulit mencari tabib, jika Anda tidak keberatan Tuan Jen mau membantu memeriksanya. Mati atau hidup kau tidak akan bertanggung-jawab." Beng Teng sebagai tuan rumah tentu tidak ingin ada orang mati di rumahnya, dia juga ikut memohon pertolongan pada Jen Thian Ngo. Merasa didesak akhirnya Jen Thian Ngo menganggukkan kepalanya. "Baiklah," kata Jen Thian Ngo, "akan kucoba memeriksanya!" Tak lama Jen Thian Ngo sibuk memeriksa denyut nadi An Tak. Diam-diam dia terkejut, ternyata Siauw-yang-sin-kang yang dipelajari Jen Thian Ngo tidak setinggi yang dipelajari oleh Kok Siauw Hong, luka yang diderita An Tak diketahuinya karena Siauw-yang-sin-kang. Dia pun jadi curiga. "Apa Kok Siauw Hong ada di sini?" pikir Jen Thian Ngo. "Bagaimana keadaannya Jen Lo-sian-seng?" kata Wan-yen Hoo ingin tahu. "Dia sakit, tapi tak berbahaya, akan kucoba mengobatinya," kata Jen Thian Ngo. "Baik, aku mohon kau menolonginya," kata Wan-yen Hoo. Sesudah itu Wan-yen Hoo pamit pada Jen Thian Ngo maupun Beng Teng karena akan segera meninggalkan tempat pesta. Seperginya pangeran Kim itu, Jen Thian Ngo berkata sinis.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika dia bukan tamumu, aku tak mau menolonginya!" kata Jen Thian Ngo. "Benar, tolongi dia, apa yang kau butuhkan akan kusediakan" kata Beng Teng agak gugup. "Aku butuh sebuah kamar," kata Jen Thian Ngo. "Ada, mari ikut aku," kata Beng Teng. Tio Pin dan yang lainnya menggotong An Tak yang baunya bukan main ke kamar yang disediakan Beng Teng, saat itu Jen Thian Ngo mengikutinya. Tiba-tiba... "Siapa kau?" bentak Jen Thian Ngo. Saat itu Jen Thian Ngo melihat bayangan berkelebat di tempat yang agak gelap dekat kamar dan dapur yang ditunjukkan Beng Teng. "Barangkali tukang masak!" kata Beng Teng. Sebenarnya Beng Teng juga melihat bayangan itu hingga dia pun terkejut juga. "Rasanya bayangan orang itu seperti orang yang kukenal," kata Jen Thian Ngo. Pada saat bersamaan Beng In, putera kedua Beng Teng menuntun seseorang, mereka muncul dari kegelapan. "Siapa orang ini, dari mana dia?" tanya Beng Teng. "Orang ini pengantar arang," jawab Beng In. Melihat wajah tukang arang itu, Jen Thian Ngo percaya, bayangan tadi memang bayangan tukang arang itu. Dia jadi tak curiga lagi, ditambah lagi Beng In anak masih muda belia, dia baru berumur sekitar 16 tahun. Dia yakin anak itu tidak akan membohongi ayahnya, juga dia tidak kenal pada Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semula Jen Thian Ngo ingin melihat lebih dekat wajah tukang arang itu. Tapi karena keburu datang orang-orang yang menggotong An Tak, dan An Tak pun tak henti-hentinya merintih kesakitan, Beng Teng mendesak Jen Thian Ngo agar segera mengobati tamunya itu. "Baik, silakan Tuan Beng layani tamu-tamu saja," kata Jen Thian Ngo. Mungkin karena Jen Thian Ngo ingin bicara empat mata dengan An Tak, dia minta Beng Teng meninggalkannya. "Aku harus ganti pakaian, harap Tio-heng wakili aku melayani tamu-tamu," kata Beng Teng pada Tio Pin.

Tapi Tio Pin pun bilang dia juga mau ganti pakaian karena terkena kotoran ketika menggotong An Tak. Melihat Tio Pin dan putranya sudah pergi, Beng Teng buru-buru ke dapur. Ternyata di dapur terdapat pelataran kecil. Saat itu tukang arang itu masih ada di sana, malah ditemani Beng In dan Chu Cu Kia. Melihat Beng Teng muncul, tukang arang itu menyeka wajahnya yang kotor terkena arang, lalu berkata sambil tertawa. "Beng Lo-piauw-thauw, ini aku!" kata tukang arang itu. Beng Teng terkejut setelah melihat jelas siapa "tukang arang" itu, dan ternyata dia Kok Siauw Hong adanya. Beng Teng mengajak Kok Siauw Hong ke kamar lain, sesudah menutup pintu kamar, Beng Teng bertanya. "Kok Siauw-hiap, kau sangat berani." kata Beng Teng. "Aku diperintah oleh Liu-li-hiap untuk menemuimu," kata Kok Siauw Hong. "Untung Chu Cu Kia mengenaliku dan aku disuruh menyamar jadi tukang arang. Putramu sangat cerdik. Aku kira Jen Thian Ngo tidak akan tahu siapa aku. Pamanku itu berkhianat, mungkin kau pun sudah tahu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, Jen Thian Ngo agak curiga, sudah jangan hiraukan dia!" kata Beng Teng. "Ada masalah apa kau diutus ke mari?" "Tidak ada, dia hanya ingin kau membantu menyelidiki keadaan musuh," jawab Siauw Hong. "Wan-yen Hoo pernah datang ke tempatku, rupanya dia mencurigaiku," kata Beng Teng. "Aku rasa sulit bagiku meninggalkan ibukota, aku tak tahu bagaimana cara kita berhubungan?" "Aku menginap di toko sutera "Hong-hok", Tuan Teng orang Tiang-keng-pang yang baru mengadakan persekutuan dengan Kim-kee-leng, dia kawan seperjuangan kita," kata Siauw Hong. "Tadi Tan Piauw tak mengajaknya bicara, barangkali dia sudah tahu dan curiga padanya," kata Beng Teng. "Tuan Teng cerdas, rasanya dia bukan orang yang lemah," kata Siauw Hong. "Apa kau punya urusan lain?" kata Beng Teng. Beng Teng tak bisa berlama-lama karena akan dicurigai. "Ada, mengenai masalah pribadi," kata Siauw Hong sambil mengeluarkan sehelai uang kertas. "Uang ini berjumlah seribu tail perak, mertuaku minta agar aku menyerahkannya padamu, harap kau menerimanya" "Uang apa ini?" tanya Beng Teng. "Mertuaku bilang dia masih berhutang separuh biaya

pengawalanmu dulu," kata Siauw Hong. Beng Teng kelihatan kurang senang. "Sesudah tahu mertuamu yang minta aku mengawal putrinya, mana berani aku minta biaya padanya. Ditambah lagi aku tidak mampu memenuhi kewajibanku dan nona Han tidak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai di rumahmu, betapa malunya aku menerima uang ini." kata Beng Teng. "Bagaimana jika aku bicara terus-terang," kata Siauw Hong. "Silakan saja," kata Beng Teng. "Kini kau membuka perusahaan baru, bukankah kau masih kekurangan modal?" kata Kok Siauw Hong. "Benar, tapi mana berani kuterima uang itu!" kata Beng Teng. "Maaf Beng Lo-cian-pwee, karena terlalu waktu mendesak, biar aku bicara langsung saja. Kau telah menerima rekan kerja baru bernama Tio Pin, menurut pendapatku dia bukan orang baik, dia malah berbahaya bagimu." kata Siauw Hong. "Ya, dia agak kikir, tapi belum terlalu jahat. Aku bersekutu dengannya hanya karena dia punya hubungan luas di Tay-toh. Tapi bagaimanapun nasihatmu ini, pasti kuperhatikan! Aku akan selalu waspada menghadapi dia." kata Beng Teng. Ketika Kok Siauw Hong mendesak agar Beng Teng menerima uang itu, Beng Teng tetap menolak. Sesudah didesak akhirnya dia berkata, "Baiklah, uang ini kuterima untuk sementara sebagai pinjaman. Tapi aku tak akan menggunakannya untuk kepentingan perusahaanku. Uang ini akan kumanfaatkan untuk masalah lain. Apa kau pernah bertemu dengan Kang-lam Tay-hiap Kheng Ciauw alias Ciu Cioh di Lim-an?" "Pernah sekali di tempat Bun Tay-hiap," kata Siauw Hong. "Apa ada masalah?" "Dia punya seorang anak lelaki bernama Kheng Thian, usianya sekarang sekitar 14-15 tahun. Dulu ketika Kheng Tayhiap memimpin pasukan ke Selatan, putranya itu ditinggalkan di daerah Utara, karena aku sudah tahu di mana Kheng Tayhiap berada, aku mau mengirim putranya itu. Uangmu ini akan kugunakan untuk masalah itu!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, akan kusampaikan hal ini pada Kheng Tay-hiap," kata Kok Siauw Hong.

Sebelum Beng Teng keluar untuk melayani Jen Thian Ngo, dia memberi sebuah alamat dan nama temannya yang tinggal di See-san, di kota Barat dengan pesan. "Jika di tempat Teng Sit kurang aman kalian boleh pindah ke rumah temanku itu." kata BengTeng. Ketika Beng Teng keluar dan pergi ke ruang tamu, terlihat Jen Thian Ngo dan An Tak sudah menunggu kedatangannya. "Eh, ke mana saja kau, aku mencarimu untuk mohon diri," kata Jen Thian Ngo. Beng Teng beruasaha tenang dan menjawab. "Ah, Jen Tay-hiap sangat lihay, hanya sebentar kau bisa mengobati Tuan An! Kenapa Jen Tay-hiap terburu-buru pergi? Jika mau silakan bermalam di sini saja untuk beberapa hari," kata Beng Teng berbasa-basi. "Ah, aku tak berani merepotkanmu. Tempatmu ni sering dikunjungi orang-orang terhormat, saudara Beng!" kata Jen Thian Ngo. Beng Teng dongkol sekali melihat sikap Jen Thian Ngo yang angkuh itu, padahal dia seorang pengkhianat. Sikap Jen agung-agungan dan angkuh sekali. Namun, kebenciannya itu tak diperlihatkan oleh Beng Teng. Dengan sikap hormat dia mengantarkan Jen Thian Ngo dan An Tak yang akan meninggalkan ruang pesta. Saat Teng Sit itu dan Lie Tiong Chu telah pergi tanpa pamit lagi pada Beng Teng. Ini karena mereka mendapat kisikan dari Chu Cu Kia agar mereka segera pergi. Ketika itu Tio Pin sedang menyanjung kedatangan Jen Thian Ngo, Teng Sit cs pergi agar kepergian mereka tidak menarik perhatian tamu lain. Sesudah itu mereka bergabung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan Kok Hong dijalan raya. Sebenarnya mereka sudah kuatir ketika Jen Thian Ngo muncul di tengah pesta itu.. "Mungkin para tamu itu tidak tahu aku yang mengerjai An Tak," kata Kok Siauw Hong. "Tapi tidak Jen Thian Ngo. Dia lihay dan berpengalaman. Bukan tidak mungkin dia tahu aku pelakunya, walau dia tak tahu aku menyamar jadi pembantumu, Tuan Teng." "Ya, tetapi kita pun harus berhati-hati dan waspada," kata Teng Sit memperingatkan. "Kata Beng Lo-piauw-thauw, seorang temannya bernama Ho Kian Hang tinggal di See-san," kata Siauw Hong. "Dia pun berpesan jika keadaan sangat mendesak, kita bisa tinggal sementara di rumah temannya itu." "Aku sudah tahu orang she Ho itu, walau dia tidak kenal aku," kata Teng Sit. "Yang pasti aku tidak bisa terus-menerus

bersembunyi begitu saja agar tidak mencurigakan pihak musuh. Sebaiknya kita bertindak sesuai keadaan saja." Sesampai di rumah Teng Sit, Kok Siauw Hong langsung menceritakan pengalamannya pada Jen Ang Siauw, terutama tentang ayahnya yang muncul di tempat Beng Teng. Mendengar cerita Kok Siauw Hong tentu saja Jen Ang Siauw jadi berduka. "Kalau begitu dia sudah bertekad akan menjadi pengikut Wan-yen Hoo. Rasanya aku tak akan bisa membujuknya supaya insaf," kata Jen Ang Siauw. "Semua orang pasti bisa melakukan kesalahan, termasuk Ayahmu. Kau sudah melakukan kewajibanmu, maka kau tidak perlu bersedih atau malu," kata Kok Siauw Hong. "Sekarang ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu." "Tentang apa?" kata Jen Ang Siauw. "Sudah mencapai tingkat berapa Siauw-yang-sin-kang yang di latih oleh Ayahmu?" tanya Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sama sekali tidak tahu tentang Siauw-yang-sin-kang yang dipelajari oleh ayahku," jawab Ang Siauw. "Yang jelas dalam ilmu itu pasti bukan tandinganmu." Sekarang Kok Siauw Hong pun tahu. bahwa ilmu Jen Thian Ngo belum tinggi sekali. Tapi yang mencemaskan dia jika Jen Thian Ngo mengenali apa yang dilakukan terhadap An Tak. Jika hal itu ketahuan bisa kacau. Malam harinya Jen Ang Siauw tak bisa tidur. Padahal sudah berbagai cara Han Pwee Eng berusaha menentramkan hati Jen Ang Siauw. "Kau jangan berduka, bunga teratai yang tumbuh di lumpur pun akan tetap suci. Sekalipun Ayahmu tersesat dijalan yang salah, kau masih punya sahabat seperti kami," kata Han Pwee Eng. Hati Jen Ang Siauw agak terhibur juga mendengar ucapan Han Pwee Eng itu. Tetapi sebelum mereka tidur, tiba-tiba daun jendela terbuka, menyusul dengan itu

seseorang melompat ke dalam kamar mereka. "Anakku, sejak kecil aku menyayangimu, apakah sekarang kau ingin melupakan Ayahmu?" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan main kagetnya Jen Ang Siauw, sesudah menenangkan rasa kagetnya, nona Jen lalu bicara. "Jika Ayah mau berpihak pada kami dan menjadi orang baik, sudah tentu aku tetap menjadi putrimu dan kau Ayahku." kata Jen Ang Siauw. "Lucu sekali, pada umumnya anak-anak tunduk pada orang tuanya, lagipula mana ada Ayah yang harus menuruti kehendak anaknya?" kata Jen Thian Ngo. "Baik buruk aku ini ayahmu, ayo ikut aku pulang!" "Tidak, aku tidak akan ikut Ayah," kata Jen Ang Siauw. Tiba-tiba. "Week!" Pakaian Ang Siauw robek. Tapi untung karena Jen Thian Ngo kuatir putrinya terluka, dia melepaskan cengkramannya. Kalau tidak pasti nona itu terluka oleh cengkraman ayahnya. Melihat situasi demikian, Han Pwee Eng segera meniup lampu dan menarik Jen Ang Siauw ke belakang dia. "Jen Lo-sian-seng, setiap orang punya cita-cita sendiri, kau tidak bisa memaksa kehendak putrimu." kata Han Pwee Eng. "Sebenarnya anakku tidak kurang ajar, dia jadi begini garagara kau hai perempuan hina! Pasti kau yang mempengaruhinya," kata Jen Thian Ngo. "Baik, aku akan membuat perhitungan denganmu!" Kamar itu gelap, terpaksa Jen Thian Ngo mencengkram berdasarkan suara nona Han tadi. ketika itu Han Pwee Eng menghunus pedang lalu menebas tangan Jen Thian Ngo yang hendak mencengkramnya. Mendengar suara tebasan pedang lawan, Jen Thian Ngo mengibaskan lengan bajunya untuk melibat pedang nona Han, sedang tangan yang lain menghantamnya. "Braak!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama meja hias yang terhajar pukulan tangan Jen Thian Ngo itu gompal sebagian. Hampir saja pedang di tangan

Han Pwee Eng terampas oleh Jen Thian Ngo. Tak lama dia tendang meja itu hingga terjungkal, disusul tangan Jen Thian Ngo menghantam lagi. "Ayah, kau melukaiku!" jerit Jen Ang Siauw. Jen Thian Ngo terkejut bukan kepalang, segera dia mengubah pukulannya menjadi totokan jari tangannya. Han Pwee Eng memutarkan pedangnya dengan keras sekali. Karena keadaan kamar itu gelap Jen Thian Ngo tidak berani ceroboh sehingga untuk sekian lama dia belum mampu merebut pedang lawannya. Sekarang Jen Thian Ngo sadar, jeritan putrinya itu ternyata hanya sebuah tipu-muslihat. "Anak kurang ajar!" bentak Jen Thian Ngo. "Jika kau tak mau menurutiku, dan kau sampai terluka itu pantas bagimu!" Nona Han membacok dengan pedangnya, tapi dengan cepat Jen Thian Ngo menyentilnya. "Cring!" Tak ampun lagi pedang nona Han tergetar menyamping dari sasaran. Benturan itu menimbulkan seberkas cahaya. Jen Thian Ngo juga tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Melihat kesempatan itu, dia langsung maju sambil mencengkram ke arah bahu nona Han. Melihat situasi yang membahayakan itu Jen Ang Siauw berseru. "Ayah, aku tak mau ikut kau. Silakan kau bunuh aku!" teriak nona Jen. "Kau tak boleh mencelakai Nona Han!" Saat itu bahu nona Han sudah tercengkram. Tapi karena Jen Ang Siauw berlaku nekat, tiba-tiba terdengar ayahnya mengeluh, tangannya yang mencengkram bahu Han Pwee Eng terlepas.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar jeritan Jen Ang Siauw, Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu terjaga dari tidurnya. Mereka memburu ke kamar nona Jen dan Han Pwee Eng. Pada saat yang tepat mereka tiba. Dalam kegelapan Jen Thian Ngo tak melihat apa-apa. Saat merasakan ada angin berkesiur, Jen Thian Ngo membalikkan tubuhnya sambil menyerang dengan cengkramannya. Tak lama tangan Jen Thiang Ngo bentrok dengan tangan Kok Siauw Hong dan dia mampu menghindari serangan Lie Tiong Chu. Mereka langsung bertarung. Tapi dalam sekejap Jen Thian Ngo sudah tahu siapa lawannya. Dia kaget sekali. Walau serangan Kok Siauw Hong bisa dikenalinya, serangan Lie Tiong Chu yang menggunakan jurus Keng-sin-ci-hoat milik Bulimthian-kiauw pun dia kenali juga. Tenaga pukulan Jen Thian Ngo yang hebat membuat Lie Tiong Chu sesak napas. Apalagi dia pun sudah tertotok hingga tubuhnya mulai kaku, untung

dia bertenaga lumayan lihay.. "Ilmu Tiam-hiat bocah ini hebat dan aneh, rasanya mirip kepandaian Wan-yen Hoo, tapi dia bukan orang Kim. Janganjangan dia murid Bu-lim-thian-kiauw?" pikir Jen Thian Ngo yang berpengalaman itu. "Jen Thian Ngo, mau apa kau datang ke mari? Apa Wanyen Hoo yang menyuruhmu?" bentak Kok Siauw Hong. "Kurang ajar kau, Kok Siauw Hong!" damprat Jen Thian Ngo. "Aku ini pamanmu, dan aku hanya mencari putriku, lalu apa hubungannya denganmu?" "Kau pengkhianat bangsa dan anjing musuh kami!" kata Kok Siauw Hong. "Aku tak mau mengakuimu sebagai pamanku! Ingat putrimu pun tak mau ikut denganmu!" Karena malu Jen Thian Ngo jadi gusar bukan kepalang. "Putriku berubah sifat karena pengaruh kalian!" bentak Jen Thian Ngo. "Kok Siauw Hong, kau bergabung dengan kaum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemberontak, aku ingin menolongimu, tapi kau berani melawan pamanmu. Kau jangan sesalkan aku!" Sambil berkata Jen Thian Ngo menyerang dengan gesit Kok Siauw Hong melakukan perlawanan, dia dibantu oleh Lie Tiong Chu, dan Jen Thian Ngo mereka keroyok berdua. Dongkol, gusar jadi satu saat dia menghadapi Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu. Tapi jika ingat nona Jen dia jadi sedih. "Jen Thian Ngo, sia-sia saja tingkahmu tadi di tempat pesta!" kata Kok Siauw Hong. "Apa kau tak malu, berlagak jadi jagoan sejati? Padahal hatimu busuk bukan main! Sekarang kau tinggalkan tempat ini, jika tidak kau ingat golokku yang tak punya mata bisa membunuhmu!" kata Jen Ang Siauw. Diam-diam Han Pwee Eng menggelengkan kepalanya mendengar kepolosan Jen Ang Siauw. Kedatangan Jen Thian Ngo yang sudah jelas sedang melaksanakan tugas dari Wanyen Hoo, mana mungkin berharap dia mau menjaga rahasia mereka. Benar saja tiba-tiba Jen Thian Ngo bicara. "Enak saja kau bicara, Kok Siauw Hong sudah tahu siapa aku ini? Mana mungkin aku biarkan dia hidup! Kau anakku, karena kau tak mau menuruti kata ayahmu, kau juga akan kutangkap!" kata Jen Thian Ngo. "Adik misan, minggir! Karena dia tak mau pergi, biar kami mengusirnya!" kata Kok Siauw Hong. Pertarungan di ruang gelap berlangsung kembali. Hal itu sangat berbahaya bagi Jen Thian Ngo yang dikeroyok beramai-ramai. Karena sudah tahu "persembunyian mereka" maka pikirnya mengapa pertarungan itu harus dilanjutkan.

Tiba-tiba dia melancarkan serangan dahsyat untuk mendesak lawannya mundur. Kemudian secara tiba-tiba dia melompat ke luar jendela dan kabur.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah, jangan dikejar! Dia sudah pergi!" kata Jen Ang Siauw. "Siapa bilang aku pergi. Dengar! setiap orang yang ada di sini tak kuizinkan keluar dari sini!" kata Jen Thian Ngo sambil tertawa. Nona Jen mengawasi ke luar kamar, dia lihat ayahnya sedang berdiri tegak di pelataran rumah Teng Sit. Kok Siauw Hong terkejut dia sadar ada bahaya. Maka itu dia melompat keluar kamar bersama Lie Tiong Chu dan melancarkan serangan hebat ke arah Jen Thian Ngo. "Jen Thian Ngo, kau bersekongkol dengan musuh bahkan kau membawa pasukan ke mari, bukan?" kata Kok Siauw Hong. "Kau benar! Tepat sekali terkaanmu, tapi sayang terkaanmu sudah terlambat!" kata Jen Thian Ngo. Tiba-tiba terdengar desingan suara anak panah disusul suara gedoran di pintu rumah Teng Sit. Tak lama pasukan Kim sudah menerobos masuk. Saat di tempat pesta di rumah Beng Teng, dia memang mencurigai kedua pembantu Teng Sit. Maka sepulang ke istana Wan-yen Hoo, dia menanyai Tan Piauw dan An Tak. Malam itu Jen Thian Ngo mendatangi rumah saudagar sutera tersebut untuk mencari tahu. Sedang di luar rumah Tang Sit sudah bersiaga pasukan Kim. Jika diberi tanda, mereka akan menerobos masuk. Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw sudah menerjang keluar kamar. Melihat hal itu betapa gusar dan kuatirnya Jen Ang Siauw. "Lekas kalian pergi adik Eng! Biar kami yang melindungi kalian dari belakang!" kata Kok Siauw Hong. Saat itu beberapa perwira tentara Kim sudah menerobos masuk ke halaman rumah. Melihat kedua nona itu, perwira yang menjadi pemimpin pasukan Kim berkata sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh cantik juga kedua nona ini. Kebetulan sekali, mereka bisa kita hadiahkan pada Ong-ya, jangan lukai mereka!" teriak perwira Kim itu. Han Pwee Eng yang gusar segera menusuk dengan

pedangnya. Perwira Kim itu berusaha menangkis serangan nona Han dengan goloknya. Tak lama terdengar suara benturan keras. "Trang!" Ujung golok perwira Kim itu tertebas oleh pedang Han Pwee Eng hingga buntung. Perwira Kim itu terkejut dan berteriak. "Awas pedangnya tajam dan berbahaya!" kata si perwira Kim. "Hei, keji amat perempuan ini!" kata yang lain. Serangan Han Pwee Eng yang bertubi-tubi membuat perwira Kim itu terdesak. Tapi tak lama dua orang kawannya maju untuk membantunya. Beberapa perwira Kim lainnya langsung menghadang Jen Ang Siauw. Mereka mngeluarkan kata-kata kotor untuk menggoda nona Jen. Bukan main gusarnya nona Jen dia pun berteriak. "Kau dengar tidak, Ayah? Putrimu dihina, tapi kau diam saja!" teriak nona Jen. Beberapa perwira itu kaget, satu di antaranya berkata. "Oh, rupanya kau putri Jen Lo Sian-seng?" kata perwira itu. "Aneh, kenapa bisa begitu?" "Anak itu masih hijau, tapi kepala batu, aku harap kalian berlaku murah hati kepadanya," kata Jen Thian Ngo. "Anakku, lebih baik kau turuti kata-kataku, jika kau mau lari pun sudah tidak mungkin lagi, buat apa kau bela para penjahat?" Bukan main sedihnya Jen Ang Siauw mendengar kata-kata ayahnya itu. Dengan air mata berlinang dia berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak! Sekarang aku bukan anakmu lagi! Aku tidak mau punya ayah yang tidak tahu malu sepertimu. Sejak hari ini kita putus hubungan sebagai ayah dan anak!" kata nona Jen. Tiba-tiba nona Jen membacok dengan goloknya sekuat tenaga ke arah seorang perwira di depannya. Dia seolah ingin melampiaskan kemarahannya pada perwira itu. Tapi perwira Kim itu tidak berani adu jiwa dengan Jen Ang Siauw, karena Wan-yen Hoo menyukai nona ini. Dengan demikian dia tidak berani mencelakai Jen Ang Siauw. Terpaksa dia melompat ke samping untuk menghindari serangan itu. Peluang itu tidak disia-siakan oleh nona Jen, dia menerjang untuk bergabung dengan Han Pwee Eng. Sesudah bergabung, kekuatan mereka bertambah. Walau untuk menerjang keluar halaman rumah belum mampu. Melihat keadaan mereka terdesak, Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu melancarkan serangan dahsyat. Lie Tiong Chu memainkan senjatanya, yaitu sepasang poan-koan-pit (alat

tulis bangsa Tionghoa) yang terbuat dari baja murni. Ke mana pun ujung pit itu tertuju, yang di arah selalu jalan darah yang mematikan di tubuh musuhnya. Sedang Kok Siauw Hong memutarkan pedangnya begitu hebat, dia menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoatnya yang lihay dan selalu menusuk jalan darah lawan. Sekalipun kepandaian Jen Thian Ngo lihay, jika menghadapi dua lawan muda yang tangguh mau tak mau dia kewalahan juga. "Ternyata Siauw-yang-sin-kangnya telah maju pesat, bahkan Cit-siu-kiam-hoat-nya pun jauh lebih lihay dariku." pikir Jen Thian Ngo. Ketika hati Jen Thian Ngo sedang bimbang, Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu menyerang lebih gencar hingga Jen Thian Ngo terpaksa mundur. Kesempatan itu segera digunakan oleh Kok Siauw Hong berdua untuk menerjang ke luar kalangan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bersamaan dengan kilauan sinar pedang dan bayangan Poan-koan-pit, terdengar jeritan di sana sini. Ketiga perwira Kim tertotok oleh pit Lie Tiong Chu, sedang dua perwira Kim yang lainnya terluka oleh pedang Kok Siauw Hong. Perwira Kim yang satunya pun secara beruntun terkena tusukan pedang Han Pwee Eng dan bacokan golok Jen Ang Siauw hingga binasa. Kelima perwira Kim yang terluka itu pun roboh semua. Jen Thian Ngo jadi kuatir dan berteriak minta bantuan. Dia langsung maju dan mencengkram bahu Kok Siauw Hong. Meskipun Siauw-yang-sin-kang dan Cit-siu-kiam-hoatnya tidak sehebat Kok Siauw Hong, tapi karena latihannya yang berpuluh-puluh tahun dan cukup ulet bisa menghadapi kegesitan Kok Siauw Hong. Tapi dengan gesit Kok Siauw Hong dan Lie Tiong Chu bisa melayani setiap serangan Jen Thian Ngo. Maka sulit untuk memperkirakan siapa yang akan kalah atau menang ketika itu. Saat itu Jen Ang Siauw dan Han Pwee Eng pun sudah berhasil menerjang ke luar dari kalangan pertempuran. Saat itu pasukan Kim menyerbu ke dalam rumah dan menggeledah seluruh rumah Teng Sit. Tapi karena cuaca malam itu gelap sekali, maka itu penggeledahan yang dilakukan pasukan Kim hanya bisa dilakukan separuh saja. Pada suatu ketika mendadak dari atap rumah turun sekaleng minyak panas, belasan prajurit Kim menjerit kaget karena kulit dan dagingnya melepuh. Ternyata orang yang menyiramkan minyak panas dari atas adalah Teng Sit. "Itu orang yang kita cari, tangkap dia!" teriak seorang perwira Kim.

Tak lama secara beramai-ramai pasukan Kim langsung memburu ke halaman sebelah. Kesempatan ini digunakan oleh Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw untuk menerjang ke luar rumah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lekas bantu Tuan Teng dan terjang ke luar, kita berkumpul di rumah sahabat she Ho itu." bisik Kok Siauw Hong pada Lie Tiong Chu. "Baik," kata Lie Tiong Chu. Segera dia menyerang Jen Thian Ngo dengan beberapa serangan maut. Setelah Jen Thian Ngo terdesak mundur, dia langsung melompat pergi. Kok Siauw Hong berlari ke arah lain, maksud dia untuk mengecoh Jen Thian Ngo agar mengejarnya. Dengan demikian Teng Sit yang kepandaiannya lemah bisa terhindar dari bahaya. Jen Thian Ngo kuatir rahasia dirinya terbongkar oleh Kok Siauw Hong, dia langsung mengejar pemuda itu. Tanpa menghiraukan Lie Tiong Chu. Ketika dua perwira Kim merintanginya, Kok Siauw Hong berhasil mencengkram perwira Kim itu, lalu melemparkannya ke arah Jen Thian Ngo. Tapi karena Jen Thian Ngo tahu kedua perwira itu berpengaruh di istana pangeran Wan-yen Hoo, dia terpaksa menangkap tubuh mereka agar tidak terbanting. Kesempatan itu digunakan Kok Siauw Hong untuk menyelinap dalam kegelapan. Kemudian Kok Siauw Hong memakai pakaian perwira Kim yang dikalahkan. Tapi setelah Jen Thian Ngo menurunkan kedua perwira Kim itu, dia tak melihat lagi Kok Siauw Hong berada di sekitarnya. Namun, sekalipun Kok Siauw Hong berhasil keluar dari rumah Teng Sit, dia belum bebas dari bahaya. Di luar masih banyak pasukan Kim yang mengepungnya. Beruntung malam itu gelap sekali. Dengan demikian Kok Siauw Hong yang mengenakan pakaian seragam perwira Kim, tidak mudah dikenali hingga bisa menemukan Teng Sit di suatu tempat. Tiba-tiba dia dengar bentrokan senjata, menyusul suara bentakan. "Setelah kupergoki kalian, mana mungkin kalian bisa kabur!" kata suara itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar suara orang yang keras sekali itu, Kok Siauw Hong kaget. Tapi karena di kegelapan dia tak tahu siapa orang

itu. Jarak orang itu mungkin cuma puluhan meter saja dari situ. Maka itu dia mencemaskan keadaan nona Han dan nona Jen. Kok Siauw Hong segera memburu ke arah suara itu. Ternyata di sana terlihat seorang lelaki tinggi besar dengan kepala gundul sedang memutarkan sebatang tongkat. Dengan demikian Han Pwee Eng dan nona Jen terhadang olehnya. Permainan tongkat si gundul pun lihay sekali, hingga debu dan pasir berterbangan karena sambaran angin tongkatnya. Ditambah lagi tentara Kim sudah datang membantunya Kok Siauw Hong langsung maju, lalu dengan menggunakan jurus 'Pek-hong-koan-jit' (Pelangi putih menembus matahari) dia menusuk. Tak lama terdengar suara nyaring benturan pedang dengan tongkat orang itu. Pedang Kok Siauw Hong bergetar, tangannya kesakitan. Orang itu keheranan melihat penyerangnya berseragam tentara Kim. "Siapa kau?" kata orang itu. Tanpa menjawab Kok Siauw Hong, terus menyerang sebanyak tiga serangan. Dengan segera Kok Siauw Hong bekerja sama dengan Han Pwee Eng. Dengan menggabungkan sepasang pedang ditambah sepasang golok nona Jen, mereka mampu menghadapi tongkat lawan yang hebat itu. "Hm, kepandaian kalian boleh juga!" kata orang itu."Tapi untuk lolos dari tongkatku ini sangat sulit!" Kemudian orang itu memutarkan tongkatnya lebih hebat hingga suaranya menderu-deru. Siauw Hong dan Pwee Eng bisa bertahan, tapi nona Jen agak kewalahan. Tiba-tiba Kok Siauw Hong terkejut dan keheranan, mengapa dia mengenali ilmu tongkat orang itu, yaitu Hok-mo-thung-hoat (Ilmu tongkat penakluk iblis) dari Siauw-lim-pay. Ternyata orang itu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bernama Soa Yan Liu, bekas murid perguruan Siauw-lim-sie. Karena berkhianat dia dipecat lalu bekerja pada Wan-yen Tiang Cie. Soa Yan Liu memutarkan tongkatnya dengan hebat, hingga Han Pwee Eng dan Jen Ang Siauw kewalahan. Tetapi di saat gawat, Kok Siauw Hong berhasil membantu mereka, bahkan beberapa kali Soa Yan Liu harus menghadapi serangan Kok Siauw Hong yang berbahaya. "Kau menggunakan Cit-siu-kiam-hoat. Apa kau Kok Siauw Hong?" bentak Soa Yan Liu. "Benar, aku Kok Siauw Hong, kau mau apa?" kata Siauw Hong. "Kebetulan, aku memang mau menangkapmu!" kata Soa

Yan Liu yang langsung menyerang dengan hebat. Setelah berhasil menghalau pedang nona Han dan golok Jen Ang Siauw, tongkatnya segera menyerang kepala Siauw Hong. Tiba-tiba terdengar suara seruling yang lembut, tetapi jelas meskipun dalam suasana pertempuran yang berisik. Soa Yan Liu kaget, sambil membentak ia berkata. "Siapa kau?" kata Soa Yan Liu. Berbareng dengan teguran Soa Yan Liu, Lie Tiong Chu menotok iga Soa Yan Liu dengan serulingnya. Melihat hal itu Soa Yan Liu menarik tongkatnya untuk menjaga diri dari serangan orang she Lie itu. Soa Yan Liu kaget atas serangan yang dilakukan Lie Tiong Chu dia pun jadi kelabakan. "Kau tidak kenal aku dan serulingku, kan?P ejek Lie Tiong Chu. "Kebetulan sekali Guruku sedang mencarimu, jika berani kau jangan lari!" "Jadi kau murid Bu-lim-thian-kiauw?" kata Soa Yan Liu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Jen, nona Han, lekas pergi! Murid murtad Siauw-limsie ini akan dihajar oleh Guruku!" kata Lie Tiong Chu. Soa Yan Liu kaget dan sangsi juga kuatir. Sebab jika Bulimthian-kiauw ada di stu, dia bukan tandingannya. "Ah, benarkah ucapannya itu? Jika benar aku bisa celaka. Lebih baik aku waspada," pikir Soa Yan Liu. Dulu mereka memang pernah bentrok, Soa pun telah merasakan kehebatan Bu-lim-thian-kiauw. Maka itu diajadi jerih sekali. Tak lama terdengar suara tentara Kim bersama siulan Jen Thian Ngo yang bersuit keras. Mendengar suara siulan itu, Soa Yan Liu senang bukan main. "Jen Lo-toa, lekas ke mari. Musuhmu ada di sini!" teriak Soa Yan Liu. Saat itu Soa Yan Liu berpura-pura mengejar nona Han dan nona Jen. Padahal dia berusaha menghindari Lie Tiong Chu dan Kok Siauw Hong, karena dia takut pada Bu-lim-thiankiauw yang tiba-tiba bisa datang. Dalam kegelapan karena nona Han dan nona Jen tak kelihatan bayangannya lagi, Kok Siauw Hong mencemaskan keadaan mereka. "Saudara Lie, harap kau lindungi Pwee Eng berdua, aku akan menghadapi Jen Thian Ngo." Sesudah Lie Tiong Chu mengiakan, Kok Siauw Hong menerjang ke tengah pasukan Kim. Tak lama beberapa prajurit Kim telah dirobohkannya. Tapi mendadak suara seorang tua mengejeknya. "Kok Siauw Hong, ayo ikut aku pulang!" kata Jen Thian Ngo.

-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 85 Jen Ang Siauw Bertemu Wan-yen Hoo; Lie Tiong Chu menyelamatkan Nona Jen
Saat itu juga Jen Thian Ngo sudah ada di samping Kok Siauw Hong. Sekalipun Kok Siauw Hong mengenakan pakaian samaran perwira Kim, Jen Thian Ngo mengetahuinya kalau itu Kok Siauw Hong. Setelah Kok Siauw Hong melepaskan pakaian seragam perwira Kim, dia menerjang ke arah Jen Thian Ngo. Berbareng dengan itu pedangnya menusuk ke arah lawan. Tetapi bisa ditangkis oleh jari Jen Thian Ngo. "Week!" Pakaian seragam yang dilemparkan Kok Siauw Hong robek oleh jari Jen Thian Ngo. "Hm! Kau masih berani bertarung denganku?" kata Jen Thian Ngo yang langsung menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Serangan Jen Thian Ngo begitu hebat hingga pedang Kok Siauw Hong bergetar dan melenceng ke samping tak mengenai sasaran. Sedang tentara Kim yang terdorong sambaran angin serangan Jen Thian Ngo berjatuhan, hingga membuat suasana menjadi sangat kacau. Saat Kok Siauw Hong dalam bahaya, tiba-tiba terlihat sinar pedang berkelebat ke arah Jen Thian Ngo. Ternyata itu pedang Han Pwee Eng yang muncul secara tiba-tiba di samping Kok Siauw Hong. Secepat kilat pedang nona Han menusuk ke tenggorokan Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong kaget bercampur girang. "Adik Pwee Eng, jangan hiraukan aku, pergi!" kata Kok Siauw Hong. "Hm, kedatangan anak jahat ini kebetulan sekali, kalian berdua jangan berharap bisa lolos dari tanganku!" kata Jen Thian Ngo sedikit mengejek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Kok Siauw Hong sadar lawannya bukan ringan, dia melancarkan serangan hebat. Pedangnya sekaligus digunakan dengan pukulan tangan kosong. Tetapi Jen Thian Ngo masih sempat bergeser ke samping, lalu menyambut pukulan Kok

Siauw Hong dengan keras melawan keras. "Duuk!" Kok Siauw Hong mengerahkan seluruh tenaganya menggunakan jurus Siauw-yang-sin-kang miliknya. Meskipun dia kalah kuat dibanding Jen Thian Ngo, tetapi dalam hal Siauw-yang-sin-kang dia lebih baik. Sesudah mengadu pukulan, pemuda ini terdorong mundur beberapa langkah ke belakang. Tak lama darah segar keluar dari mulutnya. Sebaliknya lengan Jen Thian Ngo tiba-tiba terasa kaku. Nona Han segera menarik Kok Siauw Hong lalu diajak melarikan diri, sesudah itu dia menanyakan keadaan pemuda itu dengan perasaan kuatir. "Kau terluka?" "Aku tidak apa-apa," jawab Kok Siauw Hong. "Tapi bagaimana keadaan adik Jen?" "Entah, dia berpencar denganku, mungkin dia sudah lolos!" kata nona Han. Saat tahu Kok Siauw Hong sendirian dalam bahaya, tanpa pikir panj ang nona Han berbalik untuk membantu kekasihnya. Karena itu dia lupa meninggalkan Jen Ang Siauw. Dalam kegelapan, ketika Jen Ang Siauw kehilangan Han Pwee Eng, diajadi gugup, hingga terpaksa lari tanpa melihat arah lagi. Sebisanya dia berusaha menyelamatkan diri. Saat berada di depan sebuah hutan, dia berhenti sejenak dan berpikir. "Eh, apa ini yang dinamakan "Tian-tay" (Loteng Langit)?" pikir nona Jen. "Ah aku tak peduli yang penting aku bisa bersembunyi dan selamat!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Thian-tay" tempat sembahyang 'memuja langit' bagi para raja yang berkuasa saat itu. Luasnya beberapa li. Di sekitar Thian-tay ditanami pohon cemara dan hutan cemara itu berdaun rindang. Di tengah hutan cemara itu terdapat beberapa istana yang megah. Setiap setahun sekali atau dua kali raja mengadakan sembahyang di sana. Pada hari biasa tempat itu dijaga oleh prajurit karena terlarang untuk umum. Maka tak heran jika tidak ada yang berani datang ke sana, walau penjagaan bisa dikatakan dilakukan hanya sekadarnya saja. Ketika Jen Ang Siauw menyusup ke dalam hutan cemara, di sana dia lihat beberapa prajurit Kim sedang meronda. Mereka pasti tidak menyangka jika daerah terlarang itu akan didatangi seorang nona cantik. Diam-diam Jen Ang Siauw bergerak ke sana. Tapi tiba-tiba terlihat cahaya berkelebat, tak lama seseorang muncul di depannya. Bukan main kagetnya Jen Ang Siauw ketika

mengenali orang itu ternyata Wan-yen Hoo. Saat itu Wan-yen Hoo memegang lilin dan di tangan lain sebuah kipas. Sambil tersenyum ceriwis Wan-yen Hoo berkata. "Oh, rupanya kau, nona Jen! Sungguh tepat pepatah yang mengatakan. "Jika memang jodoh mau ke mana?" kata Wanyen Hoo sambil tertawa ceriwis. Jen Ang Siauw diam saja. Tapi secara tiba-tiba dia membacokkan goloknya. Wan-yen Hoo buru-buru memadamkan lilinnya, lalu kipasnya dipakai menangkis golok si nona secara perlahan. "Eh, nona, kenapa kau galak begini?" katanya. "Bukankah kita pernah bersahabat? Siang dan malam aku senantiasa merindukanmu." Karena malu, dan gemas Jen Ang Siauw dengan kasar memaki Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Siapa yang mau berteman denganmu?" kata nona Jen. Dia pun menyerang pemuda Kim itu secara bertubi-tubi. Tetapi serangannya bisa dipatahkan oleh kipasnya yang lihay. Sambil tertawa dan mengolok-olok nona Jen dia berkata. "Hai, nona! Ayahmu sudah menerima lamaranku. Jika kau membunuh aku berarti kau membunuh suamimu sendiri, kenapa kau tega sekali? Lebih baik kau ikut aku pulang!" kata Wan-yen Hoo sambil tersenyum. Saat menangkis serangan nona Jen, tangannya mencoba menangkap si nona. Bukan main gusarnya nona Jen. Tapi karena sadar dia bukan tandingan Wan-yen Hoo yang lihay, dia membalikkan tubuhnya untuk lari. Ketika itu peronda yang mendengar suara keributan itu, segera membentak. "Siapa itu?" Wan-yen Hoo gusar segera membentak. "Aku! Tidak ada apa-apa, lekas kalian kembali ke tempatmu!" kata Wan-yen Hoo. Walau peronda itu mendengar ada suara dua orang. Tapi karena Wan-yen Hoo telah memperingatinya, maka dengan terpaksa mereka pergi. Saat itu di kegelapan malam Jen Ang Siauw telah menyelinap kian ke mari di tengah hutan cemara. Tiba-tiba di depan dia terlihat ada cahaya kuning keemasan. Dari sana sebuah bangunan aneh laksana sebuah payung raksasa kelihatan berwarna emas yang muncul di depannya dan bertengger ke atas. Ternyata itu sebuah bangunan yang diberi nama "Hong-kiong-ih", salah satu istana di Thian-tam. Bentuk Hong-kiong-ih itu bundar dan atapnya tanpa

penyangga, gentingnya terdiri dari kaca berwarna biru langit, mirip dengan sebuah payung biru beratap emas.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Hong-kong-ih tempat terlarang bagi umum di Istana Terlarang, para penjaga tidak boleh memasuki tempat itu. Hal ini tentu tidak diketahui oleh Jen Ang Siauw. Maka itu dia heran melihat bentuk bangunan yang aneh itu. "Di sini ada orangnya atau tidak?" pikir nona Jen. Seketika dia ragu untuk bersembunyi di bangunan aneh itu. Apalagi ketika terdengar suara Wan-yen Hoo berkata padanya. "Jangat takut, nona, di sini kita takkan diganggu orang lain." kata Wan-yen Hoo. Suara pemuda itu seperti dekat di telinganya, maka tak heran jika nona itu kaget bukan kepalang. Dia berbalik dan langsung membacok, tapi serangan itu tak mengenai sasaran. Ternyata Wan-yen Hoo tak ada di sisinya, tapi ada di balik tembok "Hwee-im-pie" atau tembok tembus suara. Jika orang bicara di balik tembok itu, suaranya akan tembus ke bagian lain. Tapi nona Jen tak tahu hal ini, demikian juga dengan pemuda Kim itu, juga dia tak tahu keberadaan nona Jen itu di mana. Saat nona Jen sedang kebingungan, tiba-tiba Wan-yen Hoo bicara lagi. "Aku di sini, Nona!" katanya. Tak lama kelihatan Wan-yen Hoo berjalan sambil mengipasi dirinya menghampiri nona Jen Ang Siauw. Di belakang nona Jen terdapat dinding, sedang dari depan dia pemuda itu mendatangi. Dengan demikian nona Jen terdesak karena tak ada jalan lain. Dia kaget karena merasa terjebak. "Tempat ini paling baik untuk pertemuan rahasia, kebetulan kau datang sendiri, ini pertanda kita memang ditakdirkan berjodoh," kata Wan-yen Hoo. "Untuk berkelahi sudah tentu kau tak akan bisa mengalahkan aku, lebih baik kita bicara baik-baik saja." Jen Ang Siauw tidak menjawab malah memutar sepasang goloknya menyerang secara membabi-buta.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekalipun harus mati aku akan adu jiwa denganmu!" kata Jen Ang Siauw. "Hei, kau mau membunuh suamimu? Jangan! Aku sayang padamu!" kata Wan-yen Hoo. Sedangkan kipasnya bergerak dengan cepat dan...

"Traang!" Salah satu golok Jen Ang Siauw terlepas dari tangannya. "Benarkan kataku? Apa kau masih ingin berkelahi terus?" kata Wan-yen Hoo mengejek. "Sudah, ayo kucium kau!" Saat terdesak dan nona Jen akan bunuh diri dengan cara membenturkan kepalanya ke dinding, tiba-tiba ada suara seseorang yang sudah di kenalnya berseru. "Jangan takut, nona Jen, aku datang membantumu!" kata suara orang itu. Saat Wan-yen Hoo merasa ada sambaran angin dari belakangnya, dia memutarkan kipasnya untuk menotok pergelangan tangan orang itu. Ternyata orang itu bersenjata Giok-siauw atau seruling kemala dan langsung membalas menotok ke punggung lawan dengan ilmu Thian-cu-hiat. Namun, Wan-yen Hoo memutarkan kipasnya untuk menangkis, sehingga terjadi benturan senjata mereka tak terhindarkan. "Trang!" Wan-yen Hoo berhasil menjatuhkan senjata lawan. Tapi tiba-tiba dia merasakan punggungnya panas seolah terbakar. Merasa punggungnya sakit, bukan main kagetnya Wan-yen Hoo. Dia pun langsung melompat mundur beberapa langkah. "Siapa kau?" bentak Wan-yen Hoo. Tapi orang itu terus mengikuti ke mana Wan-yen Hoo bergerak, tak lama senjatanya kembali menotok Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm, walau kau tidak kenal aku, tapi seharusnya kau tahu senjataku!" kata Lie Tiong Chu. Ilmu Thian-cu-hiat memang kebanggaan Bu-lim-thiankiauw, yakni Keng-sin-pit-hoat berdasarkan gambar Hiat-totongjin pusaka Kerajaan Song yang dicuri bangsa Kim. Selama ini benda itu tersimpan di keraton Kerajaan Kim. Untuk mempelajari ilmu tiam-hiat yang ada dalam lukisan di patung tembaga itu, Wan-yen Tiang Cie pernah mendirikan sebuah "lembaga penelitian khusus" dia mengundang semua ahli ilmu silat dari negeri Kim untuk menyelidikinya. Ternyata cara memecakan arti lukisan itu menghasilkan 13 halaman lukisan. Hanya Bu-lim-thian-kiauw dan Wan-yen Tiang Cie yang pernah membaca tulisan itu secara lengkap. Tetapi tentang kesimpulan yang mereka peroleh, ternyata berbeda-beda, walau perbedaan itu tidak banyak. Sedang ilmu totok poankoanpit maupun dengan seruling dari Lie Tiong Chu, dibanding dengan ilmu totok kipas Wan-yen Hoo, bisa dikatakan berasal dari satu sumber. Tetapi Wan-yen Tiang Cie

maupun anaknya jerih kepada Bu-lim-thian-kiauw. Tak heran jika Wan-yen Hoo kaget saat melihat senjata Lie Tiong Chu. Nona Jen segera memungut goloknya yang tadi terjatuh oleh lawan. "Lie Toa-ko, kebetulan kau datang, tangkap bangsat ini!" kata nona Jen. Lie Tiong Chu menggagalkan beberapa serangan Wan-yen Hoo, pemuda Kim ini lalu membentak. "Hm! Rupanya kau murid Bu-lim-thian-kiauw, yang bergabung dengan negara musuh bangsa Kim. Kami memang sedang mencari dia untuk ditangkap! Hm! Jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!" kata Wan-yen Hoo. "Apa susahnya jika kau ingin mencari Guruku," kata Lie Tiong Chu. "Tak lama lagi dia akan sampai di sini."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tujuan Wan-yen Hoo berkata begitu, dia ingin memancing dan mengetahui, benarkah Bu-lim-thian-kiauw ada di Tay-toh atau tidak? Mendengar tak lama lagi Bu-lim-thian-kiauw akan tiba, bukan main kagetnya Wan-yen Hoo. Segera Lie Tiong Chu melakukan serangan berbahaya ke arah lawan. Tiba-tiba senjata serulingnya bergerak membuat suatu lingkaran, lalu keempat jalan darah Wan-yen Hoo diserangnya. "Jika bisa tangkap saja dia hidup-hidup!" teriak nona Jen. Sesudah berkata dia langsung menerjang masuk untuk membantu. Saat itu golok nona Jen berkelebat cepat luar biasa. Ketika itu Jen Ang Siauw berharap Wan-yen Hoo dijadikan sandera Dengan demikian mereka bisa bebas dari kepungan musuh dan kabur. Kata-kata nona Jen membuat Wan-yen Hoo sadar. Kini tahulah dia, Lie Tiong Chu cuma menggertaknya. Dia mengatakan Bu-lim-thian-kiauw datang hanya untuk mengelabuinya saja. Jika benar dia datang mana mungkin keduanya berusaha untuk menangkap dia. AJdiimya dengan sekuat tenaga dia melayani kedua lawannya itu, nona Jen di tendang sedang kipasnya dia pakai untuk menangkis serangan Lie Tiong Chu. Melihat hal itu, nona Jen berkelit dari serangan itu, sedang Lie Tiong Chu mendesak Wan-yen Hoo hingga mundur beberapa langkah. "Kau mau lari ke mana bangsat?" bentak Lie Tiong Chu. Ketika senjata pemuda she Lie ini menotok ke jalan darah lawan, Wan-yan Hoo buru-buru menangkis totokan itu dengan kipasnya, sehingga terdengar benturan senjata mereka. Lie terus melakukan serangan dasyat, namun sayang Wanyen Hoo bisa menangkis dengan kipasnya, sehingga sering

terdengar suara beradunya kedua senjata mereka.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suara beradu senjata mereka membuat Lie Tiong Chu heran karena mendengar dengung suara senjata lawan yang aneh. Tiba-tiba Wan-yen Hoo melompat jauh. "Hm! Kau gertak aku, sekarang jangan harap kau bisa lolos!" kata Wan-yen Hoo. Mereka bertarung di lantai bernama "Sam-im-ciok" di tangga "Hong-kiong-ih". Dengan demikian jika orang berteriak di batu pertama, maka akan menimbulkan suara kumandang yang aneh. Jika pada batu yang kedua dan ketiga, suara kumandang itu akan terdengar dua dan tiga kali. Itu terjadi karena gelombang suara itu memantul dari jarak yang tidak samamelalui "Hwe-im-pek" (dinding yang bisa berkumandang) yang bentuknya bundar. Rupanya hal ini tidak diketahui Lie Tiong Chu. "Hm! Jika suara kumandang ini terdengar para peronda, mereka pasti akan tahu keberadaanku di sini," pikir Lie. "Ah, aku harus segera menangkap Wan-yen Hoo!" Tak lama Wan-yen Hoo melompat ke atas sebuah altar batu putih yang tersusun tiga dan berbentuk bundar. Sedang Lie Tiong Chu yang tidak tahu altar bundar itu altar sembahyang yang biasa digunakan oleh raja, tanpa berpikir panjang langsung mengejar lawannya "Kau mau lari ke mana?" bentak Lie. Namun, bersamaan dengan itu terdengar suara kumandang secara beruntun memekakkan telinga. Padahal tempat itu dianggap tempat suci, sekarang malah dipakai bertarung oleh kedua anak muda ini. Hal yang mengherankan dan belum pernah terjadi. Lie maupun nona Jen tak tahu masalah itu. Setahu mereka itu hanya tempat yang luas untuk bertarung. Sedang Wan-yen Hoo, walau tahu dia terpaksa harus bertarung di situ. Hal ini tentu saja membuat pemuda Kim itu merasa tak tenang karena melanggar aturan. Namun, Wan-yen Hoo merasa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

senang, sebab suara kumandang itu akan terdengar oleh para peronda, hingga akan berdatangan para ahli silat kelas satu untuk membantu dirinya. "Jika mereka tertangkap oleh para jago silat, semua akan kubunuh, kecuali kepercayaanku," pikir Wan-yen Hoo.

"Dengan demikian orang tak akan tahu aku telah ke mari demikian juga raja!" Usaha bertahan ternyata tidak mudah bagi Wan-yen Hoo, karena Lie yang gagah selalu mendesak. Ditambah lagi nona Jen membantunya hingga dia semakin kewalahan. Tiba-tiba terdengar suara orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru. Saat itu Wan-yen Hoo berpura-pura menyerang, lalu dia melompati lankan altar dan turun ke tingkat dua. Tapi Lie Tiong Chu terus membayangi sambil menyerang dengan senjatanya. Wan-yen Hoo menangkis senjata lawan dengan kipas di tangannya. Walau mereka bertanding, namun karena Lie Tiong Chu menyerang dari atas, tenaganya menjadi lebih besar. "Sreet!" Wan-yen Hoo terkejut karena kipasnya tertusuk seruling orang she Lie yang digunakan sebagai senjata, saat dia menotok tadi. Pinggang Wan-yen Hoo tertotok. Tak ampun lagi Wan-yen Hoo tergelincir dan roboh dari tingkat dua altar tersebut. Tiba-tiba Wan-yen Hoo merasa kesemutan, untung tak sampai celaka. Nona Jen ikut melompat turun. Tapi tak lama para bu-su (pahlawan bangsa Kim) segera bermunculan di tempat itu. Saat itu karena terdesak Wan-yen Hoo mengharapjan bantuan dari anak buahnya. Tapi karena lawan terus mendesak, terpaksa dia melemparkan kipasnya ke arah nona Jen. Namun, dengan gesit nona Jen berakrobat menghindari kipas lawan. Kedua goloknya dia pakai untuk membacok lawan. Karena kipas Wan-yen Hoo mengenai golok nona Jen,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia kaget karena tangannya kesemutan. Saat itu karena kakinya menginjak lantai, tubuh si nona sedikit limbung. Untung Tiong Chu dapat memegang si nona hingga tak sampai terjatuh. "Kau tidak apa-apa?" kata si pemuda. "Tak apa-apa, ayo kejar dia!" kata si nona. Saat itu para bu-su pun sudah sampai. "Sudah terlambat, ayo kita pergi!" kata Lie Tiong Chu. Dia segera memungut sepasang golok nona Jen, dan langsung pergi dengan cepat sekali. "Mereka ada di sini!" teriak seorang bu-su. Saat itu Lie Tiong Chu dan nona Jen sedang melompat ke bawah. Melihat ada musuh Lie Tiong Chu menghantam musuhnya dengan senjata. Walau ilmu silat kedua Bu-su itu lumayan, tapi sayang mereka tak sanggup menangkis serangan Lie Tiong Chu.

Saat itu suara beradunya senjata terdengar saling susul. Tiba-tiba golok salah satu bu-su itu terlontar. Saat Lie Tiong Chu sampai di bawah dengan cepat dia cepat menyambar senjata rantai lawan dan langsung ditarik dengan sekuatnya. Tak ampun lagi bu-su tersebut tertarik, lalu ditangkap dan dilemparkan ke belakang. Kebetulan lemparan Lie Tiong Chu cukup jauh hingga busu itu jatuh di dekat Wan-yen Hoo. Dengan sigap Wan-yen Hoo menotok bu-su itu hingga menjerit dan tewas seketika. Hal itu dilakukan Wan-yen Hoo karena dia tak mau diketahui kalau dia telah melanggar larangan yang berlaku ditempat itu. Mendengar suara jeritan kawannya, bu-su yang seorang lagi kaget. Dia tak yakin kawannya akan mati jika hanya dilempar oleh orang she Lie. Apalagi di atas setahu dia hanya ada Wan-yen Hoo. Kini tahulah dia jika kawannya dibunuh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

oleh majikannya sendiri. Maka tak heran jika dia berkeringat dingin. Akhirnya busu ini sadar mereka salah karena memasuki daerah terlarang. Jadi dibunuhnya sang teman karena Siauw Ong-ya tak ingin ada saksi, bahwa dia datang ke tempat itu. Maka itu dia berpura-pura tak tahu karena berharap dia tak dibunuh oleh Wan-yen Hoo yang kejam itu. Dengan segera dia membalikkan tubuhnya untuk kabur. Namun, sebelum pergi dia sarankan agar semua kawannya mengikuti jejaknya dan kabur. Hal itu tentu saja merupakan keberuntungan bagi Lie Tiong Chu dan nona Jen, karena mereka bisa meloloskan diri. Tak lama mereka sudah ada di hutan cemara lagi. Di tengah hutan yang lebat karena cuaca gelap, jarak pandang mereka tak terlalu jauh. "Ah, jalan mana yang harus kita pilih agar kita bisa keluar dari hutan ini," kata Lie Tiong Chu. Tiba-tiba terdengar suara tertawa menyeramkan, tak lama ada orang bicara. "Bocah liar dan anak nakal, jangan harap kalian bisa lolos dari tanganku!" katanya sambil diawasi, ternyata dia Chu Kiu Sek kawan See-bun Souw Ya. Dia datang sendiri karena See-bun Souw Ya belum sembuh lukanya. Dengan demikian hanya Chu Kiu Sek yang mengawal Wan-yen Hoo. Saat itu Chu Kiu Sek langsung menyerang mereka. Untung Lie Tiong Chu cukup lihay, dengan demikian dia mampu menahan serangan dingin lawan. Tetapi nona Jen tak bisa menahan pukulan Siu-lo-im-sat-kang kepungan Chu Kiu Sek. Lie Tiong Chu segera mengangkat seruling lalu meniupnya. Tak lama suara arus hawa hangat segera muncul.

Ternyata hawa panas yang keluar dari seruling kumalanya mampu menahan hawa dingin dari pukulan Siu-lo-im-sat-kang musuhnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sadar pukulannya tak mampu merobohkan lawan, Chu Kiu Sek kaget juga. Ternyata ilmu Keng-sin-pit-hoat Lie Tiong Chu mampu mengatasi ilmu silatnya. Maka itu dia memperhebat serangannya. Saat itu Lie Tiong Chu merasa kedinginan sekali. Tapi karena memegang seruling pusaka, dia masih bisa bertahan semampunya. Tetapi bagi nona Jen kedinginan itu seolah membuat tubuhnya beku. Melihat hal itu, Lie Tiong Chu bukan kepalang khawatir. Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak. "Karena kau putri Jen Thian Ngo, aku tak akan menyusahkanmu, ayo kau ke mari!" kata Chu Kiu Sek sambil mengibaskan lengan bajunya hngga seruling Lie Tiong Chu menyimpang dari sasaran. Tiba-tiba tangan kiri Chu Kiu Sek mencengkram ke arah nona Jen Ang Siauw. Lie Tiong Chu yang saat itu sedang terdesak, tak mampu menolongnya. Saat Chu Kiu Sek sedang girang karena mengira si nona akan tertangkap, tiba-tiba sesosok bayangan menyambar dengan secepat kilat. Tetapi karena pendengaran Chu Kiu Sek sangat tajam, maka terjangan orang itu bisa diketahuinya. Semula dia kira orang itu jago silat dari istana Kim anak buah Wan-yen Hoo, maka itu dia tidak memperhatikannya. Namun di luar dugaan, begitu orang itu dekat dia langsung membacok dengan goloknya. Sambaran angin golok tersebut membuat Chu Kiu Sek kaget. Namun pada detik yang berbahaya, Chu Kiu Sek masih mampu menangkis serangan golok tersebut. Ternyata permainan golok orang itu lihay sekali, dia tidak gentar pada ilmu Siu-lo-im-sat-kang milik Chu Kiu Sek yang hebat itu. Goloknya diputar pula menyerang lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun cuaca sangat gelap, mungkin karena Chu Kiu Sek sudah terbiasa bertarung di tempat gelap, dia heran karena penyerangnya itu mengenakan seragam tentara pengawal bangsa Kim. "Aku kawanmu, mereka berdualah musuh kita!" kata Chu

Kiu Sek. Sebaliknya Lie Tiong Chu yang tahu ada bahaya, segera menarik nona Jen untuk diajak kabur. Tapi herannya perwira Kim itu bukan mengejar mereka, tapi terus bertarung dengan Chu Kiu Sek. "Aku Chu Kiu Sek!" kata orang she Chu. "Apa?" kata orang itu. "Kau Chu Kiu Sek?" "Benar!" "Jadi kau orang yang diundang oleh Ong-ya?" kata orang itu. "Benar!" kata Chu Kiu Sek. "Ah aku tidak percaya, setahuku orang she Chu itu sudah diberi tahu tak boleh masuk daerah terlarang. Tapi kenapa kau malah melanggarnya? Itu berarti kau bukan Chu Kiu Sek!" kata orang itu. Saat itu Chu Kiu Sek yang sadar kalau dia telah bersalah memasuki daerah terlarang, jadi berkeringat dingin. "Ah, dia benar. Jika saja dia tidak memperingatinya, aku bisa melanggar peraturan yang berat sekali!" pikir Chu Kiu Sek. "Ketika kudengar panggilan Siauw Ong-ya, langsung aku datang. Jadi maaf karena aku tak tahu kalau ini daerah terlarang!" kata Chu Kiu Sek. "Jangan ngawur! Mana mungkin Siauw Ong-ya ke mari!" kata orang itu. "Apa benar kau ini Chu Kiu Sek!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Chu Kiu Sek tak bisa membantah, dia hanya mengangguk. "Benar, maafkan aku benar-benar tak tahu kalau ini tempat terlarang..." kata Chu Kiu Sek agak ketakutan. "Jika tak tahu kau tak akan disalahkan," kata orang itu. "Untung kau belum telanjur masuk ke Koan Ciu. Sudah jangan bicara lagi lebih baik kau pergi, Siauw Ong-ya sedang mencarimu! Biar mereka berdua aku yang menanganinya!" Mendengar kata-kata itu Chu Kiu Sek langsung pergi akan mencari Wan-yen Hoo. Apalagi dia yakin orang itu akan sanggup menghadapi kedua orang yang kabur tersebut. Tetapi dalam perjalanan itu Chu Kiu Sek berpikir lagi. "Eh, kenapa perwira itu malah menyerangku, bukan menyerang mereka? Apalagi hampir semua jago Kim kukenali. Tapi heran aku seolah belum mengenalnya?" pikir Chu Kiu Sek. Hati Chu Kiu Sek jadi curiga. Tapi tak lama dia telah sampai di dalam hutan cemara dan bertemu dengan Wan-yen Hoo di sana. "Sungguh kebetulan kau datang, tadi ada penjahat yang

datang kesini. Karena aku agak lengah, aku tertotok. Tapi untung aku sudah bebas. Tolong kau pijiti pinggangku," kata Wan-yen Hoo. "Kalau begitu perwira itu benar, sebab Siauw Ong-ya sedang mengharapkan kedatanganku," pikir Chu Kiu Sek. "Ternyata dia tidak membohongiku!" Sesudah itu Chu Kiu Sek segera memijiti pinggang Wan-yen Hoo hingga keadaannya pulih kembali. "Terima kasih, apa kedua musuh itu sudah tertangkap," kata Wan-yen Hoo. "Bagaimana kau bisa menemukan aku di sini?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada orang yang sedang mengejar mereka," kata Chu Kiu Sek. "Orang itu yang memberi tahu keberadaan Siauw Ong-ya di sini. Maka itu dengan mudah aku menemukanmu!" "Oh begitu, siapa orang itu?" tanya Wan-yen Hoo. "Tidak sempat kutanya namanya," jawab Chu Kiu Sek. "Yang jelas kepandaiannya tinggi dan dia pandai memainkan ilmu golok Ngo-houw-toan-bun-to." Wan-yen Hoo mengerutkan alisnya. "Aku memang ingin mencarimu, tapi aku tak pernah menyuruh orang," kata Wan-yen Hoo. "Sedangkan bu-su yang kubawa tak seorangpun yang bersenjata golok!" Chu Kiu Sek terkejut. "Kalau begitu aku tertipu olehnya!" kata Chu Kiu Sek. "Tak apa, lain kali kita selidiki," kata Wan-yen Hoo. Sekarang mari kita cari mereka, aku yakin mereka tidak akan mudah bisa meninggalkan tempat ini. Apalagi keadaan disini sangat gelap." Dugaan Wan-yan Hoo ternyata benar. Saat itu pemuda she Lie dan nona Jen belum menemukan jalan keluar. Ditambah lagi keadaan hutan cemara sangat gelap. Saat itu mereka sedang kebingungan mencari-cari jalan keluar. "Hai, kalian mau ke mana?" kata seorang serdadu Kim yang membawa golok itu. "Dia sangat lihay," bisik Lie Tiong Chu pada Jen Ang Siauw. "Biar kupancing dia, kau sembunyi saja!" bisik Lie Tiong Chu. Tapi nona Jen tak setuju kalau dia hanya selamat sendiri saja. "Jangan cemas, cuaca gelap begini belum tentu dia menemukan kita," bisik nona Jen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata bisikan kedua muda-mudi itu terdengar oleh perwira Kim itu. Maka itu dia tertawa terbahak-bahak. "Hm! Kalian kira aku cuma menggertak, coba kalian lihat uang logam ini bisa mematahkan ranting di kepalamu!" kata perwira itu. Saat itu keduanya memang bersembunyi di bawah sebatang pohon cemara. Dan kebetulan rambut nona Jen tersangkut ranting cemara yang menjulur ke bawah. Dengan demikian perwira Kim itu bisa melihat keduanya bersembunyi di sana. Tiba-tiba terdengar desir angin dan.... "Craass!" Rambut nona Jen yang tersangkut ranting terlepas tiba-tiba karena terputus oleh sambaran uang logam itu. Menyaksikan kejadian itu mau tak mau pemuda she Lie terperanjat. Dia tarik nona Jen ke sisinya. Tak lama terdengar tawa perwira Kim itu. Nona Jen dan pemuda she Lie itu mencoba berlari tanpa tujuan. "Jika kau lari seperti itu, jangan harap kalian bisa keluar dari hutan cemara ini!" kata perwira Kim itu. "Awas seranganku!" "Ting!" orang itu menyentil sebuah uang logam. "Seer!" Pemuda she Lie segera siaga. Tapi herannya uang itu malah meleset dari sasarannya dan jatuh di samping mereka. "Heran! Rupanya dia tidak menyerangku?" pikir Lie Tiong Chu. "Tapi kenapa begitu?" Dalam keadaan sangsi dia tarik tangan nona Jen sambil berlari ke arah lain. "Hai, sudah kubilang cara larimu itu ngawur, kalian malah berlari tanpa arah. Padahal adajalan yang enak, kenapa kau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempuh jalan yang salah? Awas,ada serangan lagi!" kata perwira Kim itu. 'Tring!" "Seerr!" "Pluk!" Uang itu jatuh di suatu tempat dan bukan ke arah lari nona Jen dan pemuda itu. Tiba-tiba Lie Tiong Chu sadar. "Tadi dia menghalangi Chu Kiu Sek, sekarang dia memberi petunjuk jalan padaku!" pikir Lie Tiong Chu.

Lie Tiong Chu girang, lalu menarik Jen Ang Siauw untuk diajak berlari ke arah jatuhnya uang logam itu. Begitulah seterusnya secara berturut-turut orang itu melontarkan uang logam untuk memberi petunjuk kearah jalan yang harus ditempuh keduanya. Tak berapa lama mereka pun sudah keluar dari hutan cemara yang gelap itu di sebuah jalan besar. "Ternyata kita bisa meloloskan diri," kata Jen Ang Siauw. "Tak kusangka perwira Kim itu baik pada kita! Tapi sayang kita tak tahu siapa nama orang itu?" "Aku rasa dia bukan perwira Kim sesungguhnya," kata Lie Tiong Chu. "Sudah jangan kita hiraukan dia, paling utama kita mencari rumahnya kawan Tuan Beng Teng saja!" "Benar, aku pun tak tahu bagaimana keadaan Enci Eng dan Kok Siauw Hong?" kata nona Jen. Ternyata Lie Tiong Chu mengenal sedikit jalan di kota Taytoh. Maka itu dia ajak nona Jen ke See-san, bukit di bagian barat kota. Ketika itu hari sudah pagi, walau orang-orang masih jarang yang lewat. Hawa yang sejuk dan sorotan sang surya membuat keduanya segar bukan main.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lie Toa-ko, kejadian semalam seperti dalam mimpi saja," kata Jen Ang Siauw. "Ya, sungguh tidak terduga kita dapat lolos dari bahaya dengan begitu mudah. Aku memang serasa sedang bermimpi saja," jawab Lie Tiong Chu. "Bicara tentang mimpi buruk, kemarin malam benar-benar aku bermimpi, malah mimpi tentang dirimu juga," kata Jen Ang Siauw. "Oh, mimpi buruk apa itu, maukah kau menceritakannya?" "Aku bermimpi mau ditangkap oleh Wan-yen Hoo. Syukur kau datang lalu bertempur dengannya. Tapi karena kau terluka parah, aku jadi sedih dan menangis, hingga akhirnya aku terbangun dari tidurku." "Cerita mimpimu itu hampir sama dengan kejadian yang terjadi semalam," ujar Tiong-cu dengan tertawa. "Semalam Wan-yen Hoo yang kau kalahkan, sedang kejadian dalam mimpiku terbalik," kata Jen Ang Siauw. "Aneh juga, dalam mimpiku aku bukan ditolong Kakak misanku, tapi kau yang menyelamatkan aku. Rasanya hal ini memang takdir kau yang harus menolongiku, bukan?" Dari ucapan Jen Ang Siauw jelas bahwa nona ini lebih menaruh perhatian pada Lie Tiong Chu dibanding pada Kok Siauw Hong, kakak misannya. Mendengar kata-kata itu bukan main girangnya pemuda she Lie itu.

"Mudah-mudahan kita akan selalu bersama-sama seperti dalam mimpimu!" kata Lie Tiong Chu. Wajah nona Jen berubah merah karena kata-kata pemuda she Lie itu. "Apa kau tidak suka?" kata Lie Tiong Chu sambil tersenyum.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masalah yang akan terjadi nanti, tak seorangpun yang tahu. Mari kita berangkat!" kata nona Jen. "Kau benar, saat itu mungkin Kok Toa-ko dan nona Han sedang menunggu kita," kata Lie Tiong Chu sambil tertawa. Mereka pun segera pergi. Di sepanjang jalan mereka tidak bertemu dengan siapapun hingga mereka sampai di See-san. Di sekitar See-san terkenal sebagai tempat wisata, salah satunya Pi-mo-keh dan rumah kawan Beng Teng atau si orang she Ho tinggal. Orang-orang jarang ada yang datang ke daerah ini. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 86 Mencari Rumah Keluarga Ho Di Seesan; Pertarungan Antara Ho Leng Wie Dan Lo Jin Cun
Sekalipun Lie Tiong Chu pernah tinggal di kota Tay-toh dan cukup lama dia di sana, tetapi dia belum pernah pesiar ke See-san. Jadi tak mengherankan jika jalan ke situ jadi asing sekali baginya. Pada musim dingin tempat berwisata itu jadi sepi karena tidak kelihatan orang yang datang. Yang mereka temukan di tengah jalan hanyalah para tukang kayu yang sedang mencari kayu bakar. Dari merekalah Lie Tiong Chu dan nona Jen mendapat keterangan jalan yang menuju ke Pit-mokee. Walau alamat yang jelas tak mereka ketahui dengan tepat, tapi pemuda itu belum tahu Pit-mo-kee itu sebuah kelenteng yang disebut "Cin-ko-sie". Maka itu di sepanjang jalan mereka hanya mencari dan memperhatikan rumah ibadah atau kelenteng saja Saat itu mereka berjalan tanpa mengenal lelah dan mereka baru sadar setelah hari mulai sore. Tetapi karena belum menemukan sebuah bangunan, mereka terus berjalan. Di saat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka melintasi sebuah lereng, mereka menikmati pemandangan yang sangat indah. "Di mana mereka, kenapa kita belum juga

menemukannya," kata nona Jen mulai cemas. "Tadi kata tukang kayu bangunan itu seharusnya ada di sekitar sini!" Tapi Lie Tiong Chu mencoba menghibur nona Jen agar tidak gelisah "Anggap saja bahwa kita sedang berjalan-jalan", katanya. "Tapi Kok Siauw Hong dan Enci Eng mungkin sedang menunggu kita dengan cemas," kata nona Jen Ang Siauw. Tiba-tiba terdengar suara berkesiurnya senjata rahasia yang memecah kesunyian. Rupanya ada orang yang menyerang dengan sebuah batu ke arah mereka Tentu saja hal itu membuat Lie Tiong Chu kaget, apalagi cara orang itu menyambit sama dengan perwira Kim yang membantunya meloloskan diri dari hutan cemara. "Ah, jangan-jangan dia sedang membantuku dan datang mendahului kami?" pikir Lie Tiong Chu. "Seer!" Tak lama sebuah batu mengarah ke arahnya, Lie Tiong Chu mengangkat serulingnya untuk menangkis. Tapi heran ternyata batu itu seolah bisa berbelok, dan jatuh di sampingnya Tak lama disusul suara teguran. "Siapa kalian beraninya datang ke Pit-mo-kee, lekas sebutkan namamu!" bentak orang itu. "Lie Toa-ko, rupanya kita sudah sampai," bisik nona Jen, "lekas kasih tahu pada dia!" "Tunggu dulu!" bisik Lie Tiong Chu. Dia melompat dan balas melempar orang itu. "Terimalah balasanku!" kata pemuda she Lie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bersamaan dengan teriakannya dia menghamburkan uang logam ke arah orang itu. Saat orang itu akan menyambut uang logam itu, tiba-tiba uang-uang itu berjatuhan di hadapannya "Sungguh lihay!" katanya kaget. Tahu-tahu Lie Tiong Chu sudah berada di depan dia. Orang itu berumur sekitar duapuluh tahun lebih. Dia mengenakan pakaian seorang pemburu. Melihat hal itu Lie Tiong Chu yakin bahwa pemuda itu bukan perwira Kim yang telah membantunya meloloskan diri dari hutan cemara tadi malam. Apalagi Lie Tiong Chu pun pernah mendengar suara perwira itu. Cara dia menyambitkan batu juga sama dengan perwira Kim itu. "Kau hebat," kata pemuda itu. "Mau apa kau datang ke mari?' "Ini bukan tempat milikmu, lalu kenapa aku tak boleh ke mari? Lagi pula kau tak perlu tahu siapa aku ini?" kata Lie

Tiong Chu. "Hm! Kau ingin menantangku?" kata pemuda itu. "Kau yang mulai, jika kau mau berkelahi aku siap meladenimu!" kat Lie Tiong Chu. "Baik, karena kau tamu, silakan kau yang mulai!" tantang pemuda itu. Dengan tak sungkan-sungkan, Lie Tiong Chu langsung menyerang dengan serulingnya. "Bagus, ilmu totok Keng-ci-sin-hoatmu memang lihay!" kata pemuda itu. Dia balas menyerang hingga angin pukulannya berkesiur keras. Dua serangan yang berbarengan itu membuat keduanya bertarung sejenak Tak lama keduanya melompat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mundur. Tahu lawannya bisa menyebut nama jurusnya, Lie Tiong Chu kaget juga. "Aneh ternyata dia tahu jurusku, dia pun menggunakan jurus Siauw-lim-pay dan tenaganya sangat hebat! Dari aliran manakah dia?" pikir Lie Tiong Chu. Pemuda itu berdiri tegak begitupun Lie Tiong Chu. "Bagaimana, apa mau kau teruskan?" kata Lie Tiong Chu menantang. "Sekalipun tak kau beritahu namamu, aku tahu kau murid Bu-lim-thian-kiauw!" kata pemuda itu. "Ya, kau benar, kau siapa?" kata Lie Tiong Chu. Sebelum pemuda itu menjawab, dari lereng bukit muncul tiga orang mendatangi. Orang yang berj alan paling depan seorang kakek berusia enampuluh tahun, di belakang kakek itu menyusul seorang pemuda dan seorang nona, mereka adalah Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. "Hai, Saudara Lie, adik misan, kalian sudah sampai?" kata Kok Siauw Hong. "Leng Wie, kenapa kau berkelahi dengan tamu kita?" kata si kakek sambil tertawa. "Aku cuma ingin melihat Keng-sin-pit-hoat dari Tam Tayhiap," kata pemuda yang dipanggil Leng Wie itu. Kok Siauw Hong tertawa sambil berkata, "Kalau tak berkelahi dulu mana bisa kenal. Saudara Lie, inilah Ho Lo-cianpwee, anak muda itu putranya!" kata Kok Siauw Hong. "Namaku Ho Tiong Yong, putraku bernama Leng Wie," kata si kakek. "Aku dan Beng Lo-piauw-thau sahabat lama, jangan sungkan tinggal di tempatku." Kemudian Tiong Yong membawa mereka ke rumahnya lewat jalan kecil berliku-liku. Tak lama mereka sudah sampai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di Pi-mo-kee. Di sana terlihat sepotong batu padas berukuran besar mencuat keluar di atas gunung. Di bawah batu padas raksasa itu terdapat sebidang tanah lapang yang luas. Dari jauh mirip mulut singa sedang menganga. Kelenteng Cin-kosie terletak di "mulut singa" itu. Karena terhalang oleh Pit-mokee (Tebing iblis ajaib) yang mencuat itu, kelenteng itu tidak terlihat dari jauh. Sedang keluarga Ho beberapa li di belakang Cin-ko-sie tersebut. Untuk mencapai tempat itu orang harus mengitari Pit-mo-kee. Setiba di rumah keluarga Ho, Kok Siauw Hong menceritakan secara ringkas kejadian semalam. Rupanya setelah lolos dari kepungan musuh, mereka tidak mendapat rintangan berarti, Teng Sit tidak datang ke See-san, malah dia kembali ke kota Tay-toh, maksudnya ingin memberitahu anak buahnya di toko agar segera menyelamatkan diri. "Tindakan tuan Teng sangat berbahaya," kata Lie Tiong Chu. "Pergaulan tuan Teng sangat luas dan mendapat bantuan dari golongan Kay-pang, andai kata ada bahaya rasanya tak jadi masalah," kata Kok Siauw Hong. Setelah mendengar pengalaman Kok Siauw Hong dan Pwee Eng, Lie Tiong Chu bercerita mengenai pengalamannya. Dia juga menanyakan tentang perwira Kim yang ilmu silatnya sama dengan Ho Leng Wie. Ketika Lie bertanya, ia tak mendapat jawaban sedang Ho Leng Wie langsung berpikir. "Kalau begitu perwira Kim yang membantu kalian menyelamatkan diri itu mungkin kawan kita," kata Siauw Hong. "Menilik ceritamu saudara Lie, jika ilmu silatnya sama denganku mungkin perwira Kim itu Guruku. Tapi herannya mengapa dia ada di daerah terlarang dan bisa ada di Tay-toh!" kata Ho Leng Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keterangan itu membuat Lie Tiong Chu keheranan. Ternyata guru Ho Leng Wie menjadi perwira Kim. "Siapa nama beliau?" tanya Lie Tiong Chu. "Putraku murid Bu Su Tun, Ketua Kay-pang angkatan dulu," kata Ho Tiong Yong. "Ah, ternyata beliau, aku pernah mendengar cerita tentang beliau dari guruku, kenapa aku tak mengenalinya." kata Lie

Tiong Chu. "Ketika masih muda Guruku pernah menjadi pengawal istana Kim," kata Ho Leng Wie. "Saat terjadi perang di Cayciokkie beliau pengawal pribadi Wan-yen Liang, raja bangsa Kim!" "Ketua Kay-pang yang sekarang bernama Liok Kun Lun sahabat baik guruku," sambung Kok Siauw Hong. "Beberapa tahun yang lalu ketika di Lok-yang, aku pernah mendengar cerita dari Ketua Liok mengenai guru Tuan Ho. Beliau sengaja diperintahkan oleh kakek gurumu Siang Lo-pang-cu agar menyamar sebagai orang Kim serta menyusup ke pihak musuh. Kemudian ketika Wan-yen Liang mendapat kekalahan besar di Kwa-ciu, dia dibunuh oleh gurumu. Jasa gurumu sangat dikagumi oleh setiap pahlawan dan patriot bangsa kita." "Dalam pertempuran di Cay-ciok-kie yang menentukan kalah dan menangnya pihak Kim dan Song, aku baru lahir. Ketika aku berguru, Guruku sudah tidak jadi Pang-cu lagi," kata Ho Leng Wie. "Beliau menyerahkan kedudukan Pang-cu kepada pembantunya, yaitu Liok Kun Lun. Kemudian ia mengasingkan diri bersama ibu guru dan menetap di Siuyangsan." "Berapa tahun Usia gurumu itu?" tanya Jen Ang Siauw. "Waktu beliau membunuh Wan-yen Liang bisa dikatakan masih muda sekali, usianya sekarang mungkin belum sampai

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

50 tahun," jawab Ho Leng Wie. "Yang jelas umur Liok Pang-cu lebih tua belasan tahun dari guruku." "Mungkin usia perwira yang aku lihat semalam sekitar itu," kata Jen Ang Siauw. Semula nona Jen mengira usia ketua Kay-pang yang dulu lebih tua dari Liok Kun Lun. Tapi sekarang sangsinya lenyap setelah mendengar penjelasan Ho Leng Wie. "Apa Nona Jen kenal dengan Liok Pang-cu?" tanya Ho Leng Wie. "Beberapa tahun yang lalu aku pernah bertemu di Yangciu," jawab nona Jen. Ingat masa lalu, tanpa terasa nona Jen jadi muram. "Apa nama ibu gurumu In Lo-cian-pwee yang nama aslinya Hun Ji Yan?" tanya nona Han. "Benar," jawab Ho Leng Wie. "Waktu masih muda beliau bersahabat baik dengan Liu Beng-cu. Maka itu kita semua masih keluarga" "Sudah lama gurumu tidak berkelana di dunia Kang-ouw. Ah sungguh sayang, pada usia yang masih begitu muda

gurumu sudah mengasingkan diri," kata nona Han. "Sebenarnya apa yang menyebabkan beliau tidak ikut campur di kalangan Kang-ouw tidak diketahui, yang pasti beliau tidak putus hubungan sama sekali dengan dunia luar. Sebab selama delapan tahun aku berguru sudah tiga kali beliau turun gunung," kata Ho Leng Wie. "Guruku memang pernah memuji gurumu yang tenang tapi cerdik itu. Sebab gurumu pura-pura mengasingkan diri mungkin mempunyai rencana baik, buktinya sekarang dia muncul kembali di kalangan Kang-ouw?" kata Lie Tiong Chu. "Aku sendiri secara resmi belum menjadi anggota Kaypang, walau cabang Kay-pang di Tay-toh telah kukenal

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baik.Maka itu biarlah aku mencari kabar mengenai guruku ke cabang Kay-pang di sana, aku kira mereka bisa memberi keterangan," kata Ho. "Bulan lalu aku pernah bertemu dengan Beng Teng Lo Cian-pwee. Menurut kabar yang dia terima, Liok Kun Lun sudah ada di Tay-toh, entah benar atau tidak," kata Ho Tiong Yong. "Tak apa, lebih baik kita tunggu saja kedatangan Teng Sit. Sesudah itu baru kita berusaha mencari kabar ke kota," kata Kok Siauw Hong. Selang tiga hari ternyata Teng Sit belum muncul juga, hingga semua orang jadi kuatir. "Ah, entah apa yang terjadi? Tampaknya kita tak bisa menunggu lebih lama lagi di sini," kata Kok Siauw Hong. "Karena saudara Kok sudah beberapa kali bertarung dengan musuh, rasanya sudah banyak musuh yang mengenalimu. Kalau begitu biar aku saja yang pergi mencari kabar, harap kau beri tahu alamat toko tuan Teng," kata Ho Leng Wie. "Kalau begitu aku ikut, rasanya aku tak akan dikenali mereka," kata Lie Tiong Chu. "Biar mereka yang berangkat! Siauw Hong, nona Han dan nona Jen menunggu di rumah". Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie segera pergi ke Tay-toh. Sesampai di depan toko Teng Sit, ternyata pintu toko tertutup rapat dan disilang dengan kertas segel pemerintah setempat. Ketika mereka mencoba mencari tahu pada rumah makan yang berdekatan, maka diketahui bahwa tiga hari yang lalu, toko itu disegel oleh pemerintah. "Untungnya di toko itu tak ada orang," kata pemilik rumah makan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar hal itu Lie Tiong Chu dan Ho merasa girang walau jejak Teng Sit belum diketahui mereka. "Kalau begitu sebelum mengujungi cabang Kay-pang sebaiknya kita menemui Beng Teng dulu di Cin-wan-piauwkiok. Mungkin di sana kita bisa memperoleh berita mengenai jejak dan keberadaan Teng Sit." usul Ho Leng Wie. Kemudian Lie Tiong Chu segera menyamar dengan memakai pakaian pemuda pelajar. Saat mereka sampai di piauw-kiok Beng Teng, orang-orang Beng Teng agak pangling hingga tak mengenali Lie Tiong Chu lagi. Maka itu kedatangan mereka disambut oleh Chu Cu Kia. "Ada keperluan apa kalian ke mari?" tanya Chu Cu Kia. Setelah Ho Leng Wie menyebut nama ayahnya, dia menyatakan maksud kedatangannya ingin bertemu dengan Beng Teng untuk menyampaikan selamat atas dibukanya piauw-kiok barunya di Tay-toh. "Silakan masuk dan tunggu sebentar." kata Chu Cu Kia. Ho Leng Wie yang heran melihat Chu Cu Kia sedikit raguragu, terpaksa menunggu sedikit lama. "Ada urusan apa dengan Beng Lo-piauw-thauw hingga dia tak mau menemui kita?" kata Lie Tiong Chu pada Ho Leng Wie. "Hubungan ayahku dengan Beng Teng cukup baik, jika dia tahu aku datang beliau pasti akan menemuiku segera," kata Ho Leng Wie. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Karena mengira itu pasti Beng Teng yang keluar, mereka bangkit. Tak terduga yang muncul bukan Beng Teng tapi seorang pemuda berumur 20 tahun. "Kakak Ho, apa kau lupa padaku?" kata pemuda itu. "Aku Beng To, masa kau lupa?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beng To putra sulung Beng Teng, usianya lebih muda tiga tahun dari Ho Leng Wie Ketika masih kecil mereka sering bermain bersama-sama. "Ah, sudah delapan tahun kita tidak saling bertemu dan kini kau sudah besar. Aku benar-benar pangling," kata Ho Leng Wie. Beng To sangat senang bertemu dengan teman mainnya, sambil tertawa dia berkata, "Kakak Ho, aku dengar kau belajar

silat ke tempat jauh, kapan kau pulang?" "Aku pulang sudah belasan hari," kata Ho Leng Wie. "Seharusnya aku menghadiri pesta pembukaan perusahaan kalian. Kau tak marah, kan?" "Aku tahu. kalian tidak ingin bertemu dengan orang yang tak sepaham denganmu," kata Beng To. "Ini siapa?" "Saudara Beng, kita memang pernah bertemu, aku ini anak buah Tuan Teng Sit," kata Lie Tiong Chu. "Ternyata Anda, rupanya kita ini sahabat sejalan," kata Beng To yang ramah, tapi masih terlihat wajahnya agak murung. Sejak tadi dia tak bicara tentang ayahnya. "Mana ayahmu? Aku ingin bertemu dengan beliau," kata Ho Leng Wie. Beng To memberi tahu dengan suara agak perlahan. "Ayahku sedang menghadapi kejadian yang tak terduga, sekarang beliau sedang berusaha menyelesaikannya." kata Beng To. "Masalah apa? Bolehkah aku mengetahuinya?" tanya Ho Leng Wie. "Sejam yang lalu datang seorang tamu ingin melamar pekerjaan di perusahaan kami, Ayahku jadi pening, apa dia bisa mengusir orang itu atau tidak?" kata Beng To.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh, hanya karena seseorang yang ingin bekerja ayahmu jadi pusing kepala? Apakah dia memaksa?" kata Ho Leng Wie. "Dia bukan orang sembarangan, maka itu Ayahku harus waspada," kata Beng To. Kemudian diketahui pemuda itu bernama Lo Jin Cun. Dia datang membawa surat pengantar dari rumah Wan-yen Tiang Cie, dari orang bernama Pan Kian Hoo. Beng Teng jadi bingung dan pening kepala. Lo Jin Cun ini seorang penjahat di daerah Selatan, namanya sangat buruk di kalangan Kang-ouw. Sekalipun Beng Teng belum pernah bertemu dengannya, tapi namanya sudah sering dia dengar. Maka itu Beng Teng berpura-pura tak tahu asal-usulnya, dia hanya menanyakan keinginan sang tamu. "Aku mencari pekerjaan, Tuan Pan menyuruhku ke perusahaanmu, aku mohon diterima sebagai pegawaimu," kata Lo Jin Cun. Beng Teng heran dan kaget. "Ah, Anda jangan bergurau mana mungkin perusahaan sekecil ini bisa menerimamu bekerja di sini?" kata Beng Teng. "Aku ke sini karena di tempat lain tak ada lowongan," kata Lo Jin Cun. "Menurut Tuan Pan, perusahaanmu cocok

untukku. Aku bangga jika bisa bekerja di tempatmu, kenapa kau ragu-ragu, katakan saja terus terang!" Beng Teng yang mendongkol melihat sikap orang itu, dengan ketus berkata, "Aku tak bisa berbasa-basi, jika ada kata-kata yang tak berkenan, katakan saja!" kata Beng Teng. "Sudah aku katakan, bahwa aku bangga jika bisa menjadi pegawai Anda," kata Lo Jin Cun. "Tapi kau malah menolakku, apa karena kepandaianku rendah hingga aku tak cocok bekerja di perusahaanmu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beng Teng yang bingung karena tak punya alasan tepat untuk menolak lamarannya, teringat sesuatu. "Mana berani aku menilaimu begitu?" kata Beng Teng, "Apalagi kau sahabat Pan Cong-koan, pasti ilmumu tinggi.Tapi karena kau minta aku berterus-terang, akan kukatakan terusterang. Sebelumnya di perusahaan kami ada peraturan, bahwa setiap calon piauw-su harus menunjukkan kebolehannya. Karena Anda datang atas anjuran Pan Cong-koan, maka peraturan itu tidak berlaku bagimu." Lo Jin Cun marah bukan kepalang. "Aku bukan mencari makan dengan mengandalkan bantuan orang lain," kata Lo Jin Cun. "Kau benar untuk menjadi piauwsu memang perlu diuji kepandaiannya. Aku setuju itu! Maka itu bagi piauw-su yang kau anggap paling tinggi ilmu silatnya, boleh bertanding denganku! Mungkin kau sendiri bersedia bertanding denganku" "Saudara Lo, kau terlalu serius," kata Beng Teng. "Anggap saja pertandingan itu merupakan persahabatan, biar akan kusuruh muridku melayanimu!" Demikianlah Beng To menceritakan tentang tamu ayahnya itu pada tamu-tamunya "Oh begitu, mari kita tonton pertandingan mereka!" kata Ho Leng Wie. Begitu mereka sampai pertarungan sudah dimulai. Saat itu, Lo Jin Cun sudah menghadapi murid Beng Teng yang bernama Kui Pek Kee. Dia sudah mewarisi kepandaian Beng Teng, bahkan tenaganya pun cukup besar. Tempat pertandingan itu sudah ramai dikelilingi para penonton. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie pun sudah ada di antara para penonton itu. Pertandingan berlangsung seru, untuk membela nama baik perguruan Kui Pek Kee mengeluarkan seluruh kemampuannya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Lo Jin Cun memberi sebuah peluang bagi lawannya yang disambut dengan girang oleh Kui Pek Kee. Telapak tangannya terus menyerang lawan. Pukulan telapak tangan Beng Teng memang terkenal dan disegani sesama orang Kang-ouw, sedangkan Kui Pek Kee sudah mewarisi kepandaian gurunya. Karena dia lebih muda, tenaga pukulannya lebih keras dari gurunya. Melihat serangan Kui Pek Kee yang lihay itu, serentak para penonton bersorak memuji. Tapi murid Beng Teng yang bernama Tio Bu Teng, karena ingin punya hubungan dengan kaum pembesar merasa kuatir Lo Jin Cun terluka. Tanpa terasa ia berseru. Ternyata Lo Jin Cun berhasil mengelak ke samping, berbareng dengan itu sebelah tangannya memukul muka lawan. Kui Pek Kee yang tahu situasi buruk, telapak tangannya memotong lurus ke depan, lalu kakinya berubah menjadi sebuah gaetan untuk membanting lawan. Tetapi di luar dugaan Lo Jin un bergerak cepat dan berseru, "Kena!" Kui Pek Kee jatuh terlentang. "Mohon maaf!" kata Lo Jin Cun, dia berusaha akan membangunkan Kui Pek Kee. Ternyata Kui Pek Kee yang tangannya terkilir, tak mau mengalah. Dia bahkan tak merintih walaupun kesakitan. Dengan terburu-buru dia bangun lagi. Namun, dengan tersenyum Lo Jin Cun berkata pada Beng Teng. "Maaf Tuan Beng, aku tak sengaja melukai lengan muridmu!" kata Lo Jin Cun. "Sekarang apa Anda siap memberi petunjuk padaku?" Beng Teng kaget, sebab jika dia masih muda sudah tentu dia tak akan gentar pada tantangan lawannya itu. Tapi kini karena usianya sudah lanjut, dia jadi cemas, sebab jika tak ada orang yang mampu mengalahkan Lo Jin Cun sungguh bisa berabe. Berarti dia harus menerima orang she Lo bekerja di

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perusahaannya. Saat Beng Teng kebingungan, muncul Ho Leng Wie lalu maju ke depan. "Untuk memotong seekor ayam tak perlu menggunakan sebuah golok. Biarlah aku piauw-su kecil yang ingin bermainmain dengan Tuan Lo!" kata Ho Leng Wie. Saat itu para penonton kebingunan dan heran. Sebab selain

Beng Teng, Chu Cu Kia dan putera-putera Beng Teng, tak ada yang mengenal Ho Leng Wie. Namun, tampilnya Ho untuk mewakili ketua mereka membuat mereka girang. Beng Teng ragu-ragu, jika Ho Leng Wie cedera dia merasa tidak enak pada ayah pemuda itu. Namun, karena tahu pemuda itu baru pulang dari belajar pada seorang guru yang pandai, siapa tahu dia memiliki kepandaian tinggi. Saat Beng Teng ragu-ragu, di lain pihak Lo Jin Cun sudah marah, tetapi dia menerima ucapan Ho Leng Wie. "Aku tak peduli kau siapa, tadi karena kau bicara sombong sekarang hadapi aku! kata Lo Jin Cun. "Baik, tapi karena kau tamu, silakan kau yang mulai!" kata Ho Leng Wie. Dia memperhatikan Leng Wie yang kulitnya putih bersih dan cakap. "Hm! Sekali cengkram akan kurobek tubuhmu jadi dua!" pikir Lo Jin Cun. Sesudah itu dengan cepat dia pentang kedua tangannya dan langsung menyerang lawan. "Bagus!" kata Ho Leng Wie. Suara Ho yang keras membuat semua orang kaget termasuk Lo Jin Cun. Ho Leng Wie lalu menyambut serangan lawan dengan jurus "Mementang jendela memandang rembulan". Saat kedua tangannya mendorong ke arah lawan yang maju ke arahnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lo Jin Cun sedikit kaget. Karena dia tahu betapa lihaynya lawan yang dia hadapi. Jika dia tak segera mundur, serangan itu akan mengancam dirinya. Saat kritis kedua tangan Lo berubah menjadi tinju dan menghantam lawannya. "Braaak!" Kedua tangan itu beradu hingga keduanya mundur beberapa langkah ke belakang. Ho Leng Wie menggeliat sedang Lo Jin Cun terdorong mundur. Menyaksikan dua orang itu bertarung Beng Teng kaget bercampur girang. 'Ternyata Leng Wie menguasai jurus Hok-mo-ciang-hoat milik kaum Kay-pang," pikir Beng Teng. "Aku yakin dia akan mampu menghadapi lawannya ini. Sebaliknya Lo Jin Cun pun kaget menerima serangan itu. "Baik, aku akan adu jiwa denganmu!" kata Lo Jin Cun. Karena yakin lawannya masih muda, dia akan mampu mengatasinya. Maka itu segera dia mengubah siasat bertarungnya. Kemudian dia menggunakan cara dengan memutari lawan dan mengelilinginya kian ke mari untuk

membingungkan musuh. Saat itu Ho Leng Wie hanya tertawa. "Aku hanya mewakili Tuan Beng menguji kepandaianmu, apa tak keterlaluan kau mau adu jiwa segala?" kata Ho Leng Wie menyindir. Namun sambil berbicara Ho tak mengendurkan serangannya. Ketika dia menghantam lawannya sebanyak tiga kali, dengan terpaksa Lo Jin Cun menangkis serangan itu jika tak ingin celaka. Pertarungan berlangsung seru, tanpa terasa 50 sampai 70 jurus sudah terlampaui. Lambat-laun gerakan Lo Jin Cun mulai kelihatan lambat. Dia cemas, kuatir juga gelisah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika dia tak mampu kukalahkan, bagaimana kelak aku bisa berkelana di kalangan Kang-ouw?" pikir Lo Jin Cun. Karena gelisah dia jadi tidak sabaran. Mendadak dia menyerang dengan hebat, tubuhnya dimiringkan ke samping, dengan jurus 'Yap-tee-tau-tho' (Mencuri buah Tho di balik daun), mendadak dia serang iga kanan lawan. "Jadi kau sungguh-sungguh ingin adu jiwa?" kata Ho Leng Wie. Dengan cepat Leng Wie membalikkan tubuhnya, untuk menangkis serangan Lo Jin Cun sambil menyerang dengan jurus Leng-yo-khoa-kak" (Kambing gunung menanduk), dan mulai memukul wajah Lo Jin Cun yang tidak berani keras lawan keras dan terpaksa berganti serangan. Secepat kilat dia berbalik ke belakang lawannya. Ketika Leng Wie berbalik, dengan tangan ingin men-cengkrarn, dia memiring ke samping, lalu dengan tangannya dia berbalik memegang lawan dengan jurus Kim-na-jiu-hoat yang jadi ilmu andalannya. Melihat demikian para penonton jadi kuatir untuk keselamatan Ho Leng Wie. Namun sebelum pemuda itu berhasil mencengkram lawannya yang mungkin akan mematahkan lengannya, tanpa pikir panjang lagi ada penonton yang berteriak, "Awas". Di luar dugaan telah terjadi perubahan yang mendadak. Ho Leng Wie maju menyerang. Ketika Lo Jin Cun mencengkram lengannya, segera Leng Wie membentangkan kedua tangannya ke atas. Tiba-tiba Lo Jin Cun terlempar dan jatuh terlentang beberapa langkah jauhnya. Ternyata Leng Wie sengaja memberi kesempatan pada lawan dan memaksa lawan harus keras melawan keras. Pemuda itu mendapat pelajaran cuku dari gurunya, Bu Su Tun, ilmu kebanggaan Kay-pang "Kun-goan-it-ki-kang" dan sudah dikuasainya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika kedua tangan Leng Wie terangkat ke atas, cengkraman Lo Jin Cun seperti mengenai sebuah gada besi, hingga tangan Lo Jin Cun terluka. Leng Wie pun pura-pura terdorong, dan menabrak pohon Liu hingga tumbang. Lo Jin Cun melompat bangun, padahal saat itu tubuhnya sakit dan tulangnya seolah lepas semuanya hanya untung dia tidak terluka dalam. Ho Leng Wie segera mendekati Lo Jin Cun lalu membungkuk sambil tertawa. "Maaf, aku tak sengaja membuat Anda terjatuh!" kata Leng Wie. "Harap Anda jangan marah aku rasa latihan ini tak perlu kita lanjutkan." Ternyata kata-kata Ho Leng Wie jelas ingin menjaga kehormatan Lo Jin Cun di depan para penonton. Sedang Ho yang terdorong hingga membuat pohon Liu tumbang, untuk menunjukkan betapa kuatnya tenaga Ho. Apalagi pohon itu tumbang seolah tertebas sebuah golok tajam. Lo Jin Cun juga kaget bukan main. Tapi dia pun girang bahwa orang mau bermurah hati terhadapnya. Sesudah itu mau tak mau Lo Jin Cun mengaku kalah, dengan terpaksa dia berkata, "Terima kasih atas kemurahan hatimu, sungguh aku memang tidak sesuai untuk menjadi pegawai di sini. Biar aku mohon diri saja." Keadaan di tempat itu sudah kembali tenang, setelah Lo Jin Cun pergi, dengan gembira para piauw-su langsung berkerumun untuk menghaturkan terima kasih kepada Ho Leng Wie. Tetapi Tio Bu Teng yang merasa tidak tentram, meminta agar semua orang tidak bergembira dulu, sebab bukan mustahil urusan itu akan ada akibatnya. Beng Teng mencoba menghibur semua orang agar tidak cemas, jika perlu perusahaan boleh ditutup saja. Kemudian Beng To berkata: "Ayah, Kakak Ho datang bersama temannya." kata Beng To.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Beng, apa kau masih ingat padaku?" kata Lie Tiong Chu. Melihat pemuda itu Beng Teng kaget, dia mengajak tamutamunya itu masuk ke dalam rumah. "Kalian sahabat-sahabat baikku, mari masuk!" kata Beng Teng. "Kita bisa bicara dengan leluasa di dalam!"

Beng Teng sengaja tak menyebutkan nama Lie Tiong Chu agar semua orang mengira pemuda itu kenalan baik Beng Teng. Setelah bubar, Beng Teng mengajak mereka ke sebuah kamar. "Saudara Lie, bukankah kau ingin mencari kabar tentang Tuan Teng Sit?" kata Beng Teng. "Benar," jawab Lie Tiong Chu.. "Sebenarnya aku tak tahu di mana Teng Sit berada. Tapi disini ada seorang pembantunya yang tinggal di tempatku," kata Beng Teng. "Mari kalian ikut aku." Setelah meraba dinding kamar itu, sebuah pintu rahasia terbuka. Di sana ada sebuah lorong bawah tanah. Pada ujung lorong terdapat sebuah kamar. Ketika Lie Tiong Chu dan Leng Wie masuk tampak seseorang sedang berbaring di sebuah pembaringan. Beng Teng membesarkan sumbu pelita, dan berkata, "Saudara Lauw, ada kawan datang mencarimu." Ternyata dia bersembunyi di situ karena sedang mengobati lukanya, dia Lauw Hong kuasa toko cita milik Teng Sit dan dia pernah bertarung dengan Lie Tiong Chu. Lauw Hong kaget lalu bangkit untuk duduk. "Rupanya kau, Saudara Lie, bagaimana keadaan majikan kami?" kata Lauw Hong. "Kedatanganku justru ingin mencari majikanmu, karena lukamu belum sembuh, silakan berbaring saja," kata Lie Tiong Chu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lukaku hampir sembuh! Aku berpencar dengan majikanku pada malam toko kami disegel," kata Lauw Hong. Malam itu Teng Sit pulang tergesa-gesa. Setelah mengumpulkan para pegawai kami diminta melarikan diri sesudah diberi pesangon seperlunya. Yang tertinggal hanya Lauw Hong seorang saja. Karena Lauw Hong bertugas sebagai kuasa dan kasir toko Teng Sit, semua urusan ada di tangannya. Ketika itu dia harus menyelesaikan pembukuan toko sutera dan memusnahkan semua surat penting. Namun, pada saat urusan hampir selesai, pasukan pemerintah jajahan datang dan menyegel toko Teng Sit. Teng Sit dan Lauw Hong segera menerjang keluar melalui pintu belakang. Dalam usaha mereka untuk kabur, mendadak Lauw Hong terkena panah musuh. Dalam keadaan terluka Lauw Hong ingin menyerahkan dokumen yang dibawanya pada Teng Sit agar diselamatkan. Teng Sit tidak mau meninggalkan kawannya yang terluka itu, sebisanya dia ingin menyelamatkan Lauw Hong sebelum musuh tiba. Tapi sudah terlambat Lauw Hong kembali terluka hingga terpaksa mereka

berpisah. Lauw Hong menerjang dalam keadaan terluka parah. Teng Sit dengan sekuat tenaga menghadang kedua musuhnya agar tidak sempat mengejar Lauw Hong. Tapi Teng Sit terbacok oleh musuh sehingga tubuhnya mandi darah. Ketika Lauw Hong menoleh, dia lihat keadaan Teng Sit sudah sangat payah. Sebenarnya dia bermaksud kembali untuk membantunya, namun karena dia sendiri terluka parah, tenaganya pun sudah lemah, akhirnya dia jatuh tidak sadarkan diri. Dalam keadaan sadar tak sadar dia merasa sedang digendong. Ketika siuman, hari sudah menjelang pagi. Orang itu menaruh dia di depan pintu belakang Cin-wan-piauw-kiok. Syukur Beng Teng punya kebiasaan bangun pagi dan berjalanjalan ke luar. Pagi itu dia menemukan Lauw Hong tergeletak di depan pintu. Tak lama dia memanggil Chu Cu Kia dan Kui Pek

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kee untuk menggotong Lauw Hong ke dalam. Kejadian itu hanya diketahui Chu Cu Kia dan Kui Pek Kee serta kedua putra Beng Teng. "Jika ada orang menolongmu, aku rasa ada orang lain yang akan menyelamatkan Teng Hiang-cu," kata Lie Tiong Chu. "Ya, semoga saja begitu," kata Lauw Hong. "Tapi Tuan Teng terluka parah, aku menguatirkan keselamatannya." "Kami bermaksud mencari kabar ke cabang Kay-pang, karena sumber berita mereka biasanya cukup tajam. Nanti jika kami sudah mendapat kabar, pasti kami memberitahumu," kata Lie Tiong Chu. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie pamit lalu berangkat ke cabang Kay-pang yang ada di barat kota yang sepi. Setiba di sana, mereka lihat tempat itu dikelilingi sungai kecil. Di sanasini tumbuh rumput gelagah, setelah menyusuri sebidang tanah yang penuh ditumbuhi rumput liar, terlihat sebuah rumah kuno yang dikelilingi pagar tembok yang cukup tinggi. Tapi pagar tembok bagian belakang rumah itu sudah runtuh. Ketika angin berkesiur, tercium bau harum daging bakar. "Ini tempatnya," kata Ho Leng Wie. Mereka masuk ke rumah kuno itu lewat pagar tembok yang runtuh. Tak lama terlihat empat pengemis sedang mengelilingi seonggok api unggun, sedang asyik minum arak dan makan daging bakar. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 87 Ho Leng Wie Bertemu Gurunya; Bulimthian-kiauw Muncul Saat Keadaan Gawat
Salah seorang pengemis itu mengawasi mereka dengan

tajam, sedang pengemis yang satu lagi berkata, "Wah, rasa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daging anjing ini lezat sekali. Eh, mau apa kalian ke mari? Apa mau makan daging anjing?" Tiba-tiba Ho Leng Wie merobek bajunya, lalu melangkah untuk memberi salam. Menyaksikan tingkah Ho Leng Wie yang tiba-tiba itu membuat Lie Tiong Chu bingung, sedang keempat pengemis itu tampak kaget dan serempak bangkit berdiri. Ternyata menurut peraturan golongan Kay-pang, setiap murid Kay-pang harus mengenakan pakaian rombeng. Sekalipun pakaian itu masih baru tapi harus dirobek. Ho Leng Wie sengaja merobek pakaiannya secara mendadak. Sekalipun dia tidak bisa dianggap sebagai anggota Kay-pang, tapi hanya untuk menunjukkan, bahwa dia punya hubungan erat dengan kaum Kay-pang. Pengemis yang menjadi kepala di situ segera membalas hormat Ho Leng Wie. Dengan suara lantang dia bersenadung. "Tangan memegang pemukul anjing, punggung menyandang kantung dunia, lima danau dan empat lautan dijelajah secara rata. Mohon bertanya dari mana Anda datang, berapa lama pernah tinggal di gunung dewa?" Pada umumnya kaum pengemis selalu membekal dua macam barang, sebuah tongkat bambu, untuk menghalau anjing galak yang disebut "pemukul anjing". Sedang yang lainnya sebuah kantung yang digunakan untuk menaruh hasil mengemis, namanya disebut "kantung dunia". Tingkatan murid Kay-pang ditentukan oleh jumlah tambalan pada pakaiannya, yaitu mulai tambalan satu sampai tambalan yang ke sembilan. Orang yang mampu menyandang sembilan buah kantung cuma sang Pangcu. Lain halnya jika sedang menjalankan tugas, anggota Kaypang tak perlu mengenakan atribut demikian dan orang Kaypang yang luar juga tak perlu membawa-bawa "pemukul anjing. Oleh karena pengemis itu tak kenal siapa Ho Leng Wie, sengaja dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan tadi. Artinya dia bertanya, jika Ho Leng Wie memang anggota

kangzusi. com
Kay
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pang, dia dari kay-pang tingkat berapa? Ho Leng Wie berpikir

sejenak, akhirnya dia mengarang empat kalimat syair untuk menjawab pertanyaan itu. "Pernah tinggal selama delapan tahun di gunung dewa, bukan Hwee-shio juga bukan To-su dan juga bukan Dewa. Aku ini melompat keluar garis tiga, soalnya aku pernah mencapai langit susun sembilan!" kataHo Leng Wie. Ho Leng Wie murid Bu Su Tun, ketua Kay-pang sebelum Liok Kun Lun menjadi ketua. Dia baru meninggalkan perguruan, maka itu dia belum masuk Kay-pang secara resmi. Oleh karena itu secara samar-samar dia memberi jawaban yang berarti "Aku bukan anggota Kay-pang, tapi punya hubungan erat dengan Kay-pang selama delapan tahun. Aku belum masuk Kay-pang, hal itu karena aku pernah mendampingi Pang-cu serta mendapat izin khusus (Langit susun sembilan artinya Pang-cu bertambal sembilan), bahwa dia pernah mencapai langit sembilan artinya dia pernah di samping Pangcu dan seorang kepercayaannya. Keempat pengemis itu heran, sebab mereka tidak pernah mengira bahwa mereka masih punya seorang Pang-cu yang sudah lama mengasingkan diri. Segera pengemis yang menjadi kepala bersuit. Mendadak dari dalam rumah melompat keluar empat ekor anjing galak. "Wah, celaka!" keempat pengemis itu berteriak. "Kita makan daging anjing, anjing-anjing galak ini mau membalas sakit hati kawannya!" Mereka langsung membuang pemukul anjingnya masingmasing dan berlari untuk menyelamatkan diri dari serangan anjing-anjing itu. Anehnya keempat ekor anjing itu tidak memburu para pengemis yang lari, tapi mengepung Ho Leng Wie saja. Lie Tiong Chu bermaksud membantu menghalau anjing-anjing itu, tapi Ho berseru padanya agar tetap di tempat saja. Sambil berkata dia mengambil pemukul bambu yang ditinggalkan para pengemis itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Lie Tiong Chu yakin Ho mampu menghadapi keempat ekor anjing itu, dia menonton saja sambil menepi. Cepat luar biasa keempat anjing itu menubruk dari berbagai jurusan, seperti jago yang sudah terlatih, mereka mengepung musuhnya dengan teratur. Namun, dengan gesit Ho Leng Wie sempat berputar, sebelum orang melihat jelas, tahu-tahu dia telah lolos dari tubrukan anjing-anjing itu. Ketika dia berputar beberapa kali, seluruh penjuru seakan hanya terlihat bayangan Ho Leng Wie belaka hingga serangan anjing-anjing itu menjadi kacau. Sejenak kemudian mendadak terdengar Ho Leng Wie

membentak. "Roboh!" Seekor anjing terguling tak berkutik lagi terkena pukulan Ho. Ketika itu seekor anjing yang lain menubruk ke depan Ho. Kemudian disusul oleh dua ekor anjing yang lainnya. Tanpa pikir panjang Ho Leng Wie mengangkat pemukul anjingnya. Kali ini dia bergerak dengan pelahan seperti sengaja memperlihatkan pada para pengemis agar mereka mengenal ilmu permainan pemukul anjingnya. Tampak pemukul anjing itu terjulur lurus ke depan dan tepat menyanggah di bawah perut anjing yang sedang menubruk itu, sekali angkat anjing itu terlontar beberapa meter jauhnya. Pada saat itu dari dalam rumah berlari seorang anak kecil sambil berteriak, "Hei, kenapa kau pukul anjingku hingga mati? Ayo, Say-ji dan Pa-ji (Singa dan Macan tutul), lekas gigit orang jahat ini!" kata anak itu. Sambil tertawa Ho Leng Wie berkata, "Jangan takut, anjingmu tidak mati!" Terlihat anjing yang terlontar tadi sekarang sudah mulai bangun lalu mendekati majikannya. Tetapi si Macan dan si Singa sudah telanjur menyerang Ho Leng Wie. Sambil tersenyum Ho Leng Wie mengangkat pemukul anjingnya Dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyabet perlahan, Jingga kedua anjing itu langsung menggeletak, tubuhnya gemetar seperti orang demam. Rupanya pemukul anjing dari bambu di tangan Ho Leng Wie tepat menyabet jalan darah anjing-anjing itu hingga anjing itu tak bisa bergerak. Serempak keempat pengemis itu berteriak memuji Ho Leng Wie. "Sungguh jurus Pang-ta-siang-kauwmu hebat sekali!" kata mereka. Sekarang keempat pengemis itu mengenali Pa-kauw-panghoat yang dipakai Ho Leng Wie. Baru saja mereka ingn berseru agar Ho Leng Wie menghentikan aksinya, saat itu tampak seorang pengemis tua berusia 50 tahun muncul di hadapan mereka. "Ayah dan Paman Bu datang!" kata anak itu. Ketiga pengemis yang berusia masih muda itu tidak kenal siapa "Paman Bu" yang dimaksud anak itu. Tapi pengemis yang lebih tua segera maju dan memberi hormat kepada lelaki kekar itu sambil berkata, "Bu Tiang-lo, kapan kau tiba?" Orang yang disebut paman Bu itu guru Ho Leng Wie, yaitu Bu Su Tun. Dia sudah dua hari berada di markas cabang Kaypang, tetapi pengemis lain tidak mengetahuinya kecuali sang Pang-cu, yaitu Liok Kun Lun dan putranya. Tentu saja Ho Leng

Wie girang sekali. "Suhu, ternyata kau ada di sini! Ini Lie Tiong Chu, murid kesayangan Tam Tay-hiap!" kata Ho Leng Wie. Lie Tiong Chu segera memberi hormat. "Ya, aku sudah tahu, malah aku pernah bertemu dengannya," kata Bu Su Tun sambil tertawa. Saat Lie Tiong Chu memperhatikan Bu Su Tun, ternyata dia si "Perwira Kim" yang diam-diam menolong dia kabur dari tempat berbahaya itu. Segera dia menghaturkan terima kasih.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku dengan gurumu seperti saudara kandung saja, jika bukan demi kau, malam itu aku tidak akan datang ke sana," kata Bu Su Tun sambil tertawa. "Waktu itu pasti kau heran kenapa seorang perwira Kim membantumu, bukan?" "Benar," jawab Lie Tiong Chu. "Setelah bertemu dengan Kanda Ho, tahulah aku bahwa itu Paman Bu." "Mari masuk, nanti kuceritakan," kata Bu Su Tun. Setelah ada di dalam, Liok Kun Lun memperkenalkan putranya yang bernama Liok Hiang Yang, Bu Su Tun lalu memperkenalkan Ho Leng Wie. "Sudah lama aku putus hubungan dengan perkumpulan kita sehingga muridku ini belum sempat masuk anggota Kay-pang secara resmi. Aku harap setelah dia resmi menjadi anggota, semoga Pangcu mau memberi kesempatan agar dia bisa punya pengalaman di dunia Kang-ouw." Liok Kun Lun tahu apa maksud Bu Su Tun yang menginginkan Ho Leng Wie diberi kesempatan lebih banyak bergerak bebas agar bisa membantu para pejuang. "Baik, dia akan kujadikan penghubung antara kami dengan pasukan pejuang. Dengan demikian dia bisa jadi anggota Kaypang yang tak resmi," kata Liok Kun Lun. Kemudian Ho Leng Wie menceritakan pengalamannya dengan perusahaan Beng Teng di Tay-toh. Demikian juga tentang disitanya toko sutera milik Teng Sit. "Sekarang Teng Sit belum diketahui ada di mana?" kata Leng Wie. Baru saja Ho menyebut nama Teng Sit, tiba-tiba seorang lelaki muncul sambil membawa Teng Sit. Walau luka Teng Sit belum sembuh benar, tetapi dia sudah cukup sehat dan girang ketika melihat Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie ada di situ. Maka itu Teng Sit lalu menceritakan pengalamannya. Kiranya

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia dan Lauw Hong telah diselamatkan oleh murid-murid Kaypang. Sesudah itu terdengar Lie Tiong Chu bicara. "Padahal Paman bisa menyamar jadi perwira Kim, kenapa Paman yak menggunakan kesempatan itu untuk membunuh Wan-yen Hoo?" kata Lie Tiong Chu. "Aku punya tugas yang lebih penting lagi," kata Bu Su Tun. "Kedatanganku ke sini karena mendapat kabar rahasia, bahwa Wan-yen Tiang Cie ingin merebut tahta. Justru orang yang paling kuat mendukung maksud Wan-yen Tiang Cie itu putranya sendiri, Wan-yen Hoo." "Dari mana Suhu tahu masalah itu?" kata Ho Leng Wie. "Dulu aku pernah bekerja dalam pasukan pengawal Kim dan di sana ada beberapa kawanku yang bisa dipercaya. Maka itu untuk menyusup ke istana Wan-yen Tiang Cie bagiku tidak sulit. Kebetulan aku juga mendengar niat mereka merebut tahta. Selain itu aku pun tahu rencana mereka ingin menangkap Teng Sit dan Lie Tiong Chu. Rupanya mereka curiga pada Lie Tiong Chu sesudah melihat Keng-sin-cie-hoat yang digunakannya atas diri An Tak tempo hari. Malam itu Wan-yen Hoo memerintahkan Jen Thian Ngo dan Sah Yan Liu menangkap Teng Sit. Sedang orang kepercayaannya berkumpul di Thian-tam untuk merundingkan rencana perebutan tahta itu. Thian-tam tempat sembahyang raja dan tak boleh dikunjungi oleeh siapapun kecuali raja. Tempat itu sesungguhnya sangat bagus untuk membicarakan masalah rahasia. Tak terduga tugas yang diberikan kepada Jen Thian Ngo tidak berhasil, sebaliknya secara kebetulan kalian menerjang ke daerah terlarang itu dan memergoki Wan-yen Hoo ada di sana." "Apa Suhu tahu, bagaimana cara mereka ingin merebut tahta?" tanya Ho Leng Wie. "Rencana mereka cukup keji," kata Bu Su Tun. "Mereka telah siap untuk membunuh raja Kim tepat pada saat raja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersembahyang tahun baru di Thian-tam. Pembesar Kim yang ikut dan setia pada raja yang ke sana akan dibunuh semuanya!" "Musuh yang saling bunuh itu sangat menguntungkan kita," kataHo Leng Wie. Bu Su Tun berpikir sejenak. "Untung ruginya bagi kita belum bisa diketahui. Yang penting aku ingin menyampaikan kabar ini ke Kim-kee-leng untuk mengetahui apa pendapat Siauw-go-kiam-kun dan Hong-lay-mo-li. Guru saudara Lie pun rasanya akan sampai di

Tay-toh tidak lama lagi. Dalam waktu singkat semoga aku bisa bertemu dengannya untuk berunding." "Ah, jadi Suhu juga akan datang ke sini?" kata Tiong Chu. "Ya," jawab Bu Su Tun. Karen Ho Leng Wie belum memahami cerita gurunya, dia bertanya lagi pada sang guru. "Suhu, jika musuh saling bunuh, bukankah itu suatu kebetulan bagi kita. Tapi kenapa Suhu katakan ada ruginya juga?" kata Ho. "Jika itu terjadi dalam keadaan biasa, memang kita diuntungkan, tapi karena sekarang keadaannya lain, maka aku katakan untung ruginya belum tentu!" kata Bu Su Tun. "Sekarang musuh kita bukan cuma bangsa Kim saja, tetapi juga bangsa MongoLKekuatan bangsa Mongol melebihi kekuatan bangsa Song. Maka itu setelah bangsa Mongol menghancurkan bangsa Kim, mereka baru akan merebut Kerajaan Song!" Ho Leng Wie mengangguk tanda mengerti. Tak lama gurunya meneruskan kembali. "Sedang sekarang daerah yang diduduki bangsa Kim sebagian besar tanah bangsa Han. Jadi jika orang Mongol

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerbu ke mari dan berhasil menggulingkan raja Kim dari suku Nuchen, rakyat bangsa Han dan rakyat bangsa Nuchen sama-sama akan menderita. Sebenarnya di antara pembesar Mongol terbagi atas dua aliran, satu mereka yang ingin berserikat dengan Song untuk membasmi bangsa Kim, sedang aliran yang lain lebih suka berserikat dengan bangsa Kim untuk menumpas bangsa Song. Sebenarnya semua itu urusan politik dan siasat saja, sebab bagi Song hasilnya akan sama saja. Baik Mongol berserikat dengan Song maupun dengan Kim, akhirnya kedua-duanya akan dicaplok semua." "Benar, mengenai hal ini pernah kudengar," kata Liok Kun Lun. "Bulan lalu Bun Beng-cu pernah memberi kabar padaku, bahwa pemerintah Song Selatan sedang berunding dengan bangsa Mongol, sedang perdana menteri Han memilih lebih baik berserikat dengan bangsa Kim. Sekarang, jumlah penguasa Mongol yang ingin bergabung dengan Song lebih banyak. Pejabat Mongol yang ingin bergabung dengan Kim dipimpin Kha Khan yaitu Cahatai, sedang yang ingin bergabung dengan Song dipimpin oleh Tulai, dia panglima perang mongol! "Kau hebat, Bu Tiang-lo," kata Liok Kun Lun kagum. "Selama ini kami kira kau mengasingkan diri karena tidak mau ikut campur urusan dunia persilatan lagi. Tapi ternyata kau

malah tahu banyak tentang bangsa Mongol." "Aku sering berkunjung ke Mongol," kata Bu Su Tun. "Tiga bulan terakhir aku bertemu dengan Bu-lim-thian-kiauw di Holin. Saat itu baru aku ketahui kalau dia ada di Mongol lebih lama dibandingkan aku. Bahkan dia punya seorang kawan baik bernama Siang-koan Hok. Dulu dia pernah menjadi pembantu utama Liong-siang Hoat-ong. Siang-koan Hok itu bangsa Liao yang kabur ke Mongol dengan maksud ingin membangun kemballi negeri Liao yang dicaplok oleh bangsa Kim. Tapi setelah asal-usulnya diketahui Liong-siang Hoat-ong, dia kabur dari Ho-lin."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa Guruku pernah bilang kapan dia datang?" kata Lie Tiong Chu. "Katanya, dia masih punya masalah yang perlu diselesaikan dulu. Setelah selesai baru dia ke sini, mungkin sekitar sepuluh hari lagi. Sekarang mungkin dia sudah tiba di sini. Tapi sebelum kedatangan gurumu itu, seorang utusan rahasia Tulai sudah tiba lebih dulu. Utusan itu diminta untuk menemui Wanyen Tiang Cie, pada hari pesta pembukaan perusahaan Beng Teng." "Pantas Wan-yen Hoo terburu-buru pulang, rupanya dia harus mengawal ayahnya menemui utusan dari Mongol itu.'' kata Lie Tiong Chu. "Usaha merebut tahta yang direncanakan Wan-yen Tiang Cie didukung oleh Tulai. Tujuannya untuk mengadu domba agar kekuatan Kerajaan Kim berkurang. Dengan demikian rencananya ingin membasmi Kerajaan Kim bisa terlaksana dengan mudah." Rupanya semua orang tidak mengira dalam masalah itu terdapat tipu muslihat dari berbagai pihak yang begitu rumit. "Jika Suhu datang pasti semua masalah akan lebih mudah diatasi," kata Lie Tiong Chu. "Sekarang lebih baik kalian pulang dulu, sesudah itu aku akan berdaya menghubungi Beng Teng. Namun, jika ada persoalan pasti akan kukirimkan kabar pada kalian," kata Bu Su Tun. Kedua pemuda itu mengangguk, lalu mereka mohon diri pada Ketua Liok dan yang lainnya. Setelah meninggalkan markas Kay-pang, hari sudah tengah hari. Di tengah jalan Lie Tiong Chu menyuruh Ho Leng Wie agar pulang lebih dulu. "Semula aku ingin tinggal di rumah pengasuh Guruku. Tapi ketika aku pindah ke rumah Teng Sit, aku berjanji akan kembali ke sana untuk menjenguknya. Sudah belasan hari aku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi, rasanya sudah waktunya aku menjenguk orang tua yang baik budi itu." kata Lie Tiong Chu. "Kau ingin mencari tahu tentang gurumu juga, bukan?" kata Ho Leng Wie. "Benar," kata Lie Tiong Chu. "Jika Suhu sudah datang ke Tay-toh, beliau pasti datang ke rumah ibu asuhnya." "Kalau begitu aku ikut kau ke sana," kata Ho Leng Wie. "Akujuga ingin bertemu dengan gurumu. Apalagi karena kita keluar bersama, maka kembali harus bersama juga. Jika tidak Ayahku pasti akan kuatir jika cuma aku yang pulang." Ibu asuh Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong menjadi budak istana Wan-yen Tiang Cie, maka itu Ho Leng Wie kuatir jika membiarkan Lie Tiong Chu pergi sendirian. Ibu asuh Bu-lim-thian-kiauw itu sudah janda, usianya enampuluh tahun lebih. Dia hanya mempunyai seorang anak laki-laki. Sesudah Bu-lim-thian-kiauw meninggalkan rumahmya, keluarga Tam tidak memperhatikan keadaan ibu asuhnya itu. Wan-yen Tiang Cie yang mengetahui hal itu, berpikir bahwa orang tua Tam Yu Cong masih bisa diperalat olehnya. Maka itu dia berpura-pura mengasihani dan merawat di istananya. Walau anak lelaki ibu asuh Tam Yu Cong menjadi tukang kebun istana Wan-yen Tiang Cie, tapi tempat tinggalnya bukan di lingkungan istana melainkan di sebuah rumah kecil danjelek di luar taman bunga. Lie Tiong Chu membawa Ho Leng Wie ke tempat tinggal ibu asuhnya itu. Melihat kedatangan mereka, ibu asuh itu girang dan meminta agar mereka tinggal di rumahnya. Sesudah itu dia segera menyediakan makanan seperlunya. "Terima kasih, harap kau jangan repot-repot. Aku tinggal di rumah saudara Ho, kedatangan kami ini karena ingin mencari kabar tentang Guruku, apa beliau sudah datang atau belum?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sangat merindukan gurumu, apa benar dia akan datang?" kata perempuan tua itu. "Aku kira dia belum sampai, sebab biasanya dia ke mari." "Sejak beberapa hari yang lalu aku tinggal di sini, apa hal itu sudah diketahui oleh anak buah Ong-ya atau belum? Pernahkah kau ditanyai?" tanya Lie Tiong Chu. "Siapa yang mau memperhatikan nenek seperti aku?

Lagipula kau tak perlu kuatir, bukankan kau pernah berpesan padaku? Mana mungkin aku sembarangan bicara." kata si nenek. Tapi tiba-tiba terdengar suara orang bicara di luar. "Pasti ini rumahnya!" "Ya, itu rumah ketiga di ujung taman, pasti tak salah!" kata kawannya. Lie Tiong Chu kaget karena suara orang itu sudah dikenalnya. Benar saja kedua orang yang baru datang itu Wan-yen Hoo dan Jen Thian Ngo. Segera Lie Tiong Chu membisiki si nenek. "Itu Siauw Ong-ya, kami harus sembunyi." kata Lie. "Lekas sembunyi di balik tumpukan kayu bakar, biar kulayani mereka." kata si nenek. Baru saja mereka bersembunyi, pintu depan telah didobrak dari luar hingga rusak dan terpentang. Tak lama terlihat Wanyen Hoo dan Jen Thian Ngo masuk. "Maaf, kami orang miskin tak punya apa-apa," kata si nenek dengan tubuh gemetar. Diam-diam Lie Tiong Chu geli dan memuji lagak nenek itu. Dengan dongkol dan geli Jen Thian Ngo membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, nenek, buka matamu dan lihat yang betul, beliau ini Siauw Ong-ya! Masa kau anggap kami ini perampok?" kata Jen Thian Ngo. "Apa.. .apa katamu? Aku ini tu......tuli, kurang jelas?" kata si nenek. Jen Thian Ngo membentak keras di tepi telinga si nenek. "Beliau ini Siauw Ong-ya, dengar tidak?" kata Jen Thian Ngo. Buru-buru si nenek berlutut. "Oh, jadi ini Siauw Ong-ya! Maaf, mohon ampun atas kebodohanku." kata si nenek meratap. "Karena tidak tahu tidak bisa disalahkan," kata Wan-yen Hoo sambil tertawa. "Eh, nenek tua, selama ini Ong-hu memperlakukan kau dengan baik atau tidak?" "Baik, baik sekali! Kami ibu dan anak tak akan melupakan kebaikan Ong-ya dan Siauw Ong-ya." kata si nenek. "Kalau begitu kau bicara sejujurnya!" kata Wan-yen Hoo. "Apa yang ingin kau ketahui, Siauw Ong-ya?" kata si nenek. "Aku dengar Pangeran Tam pulang, apa kau sudah bertemu dengannya?" kata Wan-yen Hoo. Seolah kaget dan girang si nenek berkata "Apa kau bilang? Pangeran Tam pulang ? Apa.... Apa betul begitu? Dia......di mana sekarang?" "Dia ada di mana, justru itu yang mau kutanyakan padamu

kata Wan-yen Hoo. "Oh, aku kira Siauw Ong-ya mau memberitahuku, tapi......tapi mana aku tahu di mana Tam berada? Jika beliau sudah pulang pasti akan datang menemui Ong-ya mana mau beliau datang ke tempatku yang buruk ini?" kata si nenek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau ibu asuhnya, sedang dia sudah tidak punya orang tua. Juga tidak mungkin dia tak menemuimu?" kata Wan-yen Hoo. "Tapi.. .dia kan majikan dan aku hanya budaknya, mungkin saja dia kira aku sudah mati!" kata si nenek. "Ternyata nenek ini tak tahu apa-apa Dengan demikian kita datang ke mari dengan sia-sia," kata Wan-yen Hoo. "Aku kira nenek ini licin, coba kau tanya anak itu. Kalau perlu dengan kekerasan," bisik Jen Thian Ngo. Wan-yen Hoo mengangguk. Karena mengira si nenek benar-benar tuli dan tak mendengar bisikan Jen Thian Ngo, Wan-yen Hoo mengeluarkan dua potong uang perak. "Ini uang jumlahnya seratus tail, jika kau mau berterusterang, aku berikan uang ini untukmu!" kata Wan-yen Hoo. "Apa maksud Siauw Ong-ya?" kata si nenek. "Siapa yang dimaksud Siauw Ong-ya?" Wan-yen Hoo membuat gambar wajah Lie Tiong Chu. "Dia she Lie, aku yakin kau pernah melihatnya. Di mana dia sekarang?" kata Wan-yen Hoo. "Ah, siapa dia, aku belum pernah melihatnya!" kata si nenek. "Coba kau renungkan, kau jangan bohongi aku!" bentak Wan-yen Hoo sambil mengeluarkan sebuah seruling. "Orang itu murid Tam, dia juga membawa seruling seperti ini!" kata Wan-yen Hoo menegaskan. "Maaf Siauw Ong-ya, mana mungkin dia mau kenal padaku si tua tak berguna!" kata si nenek. Wan-yen Hoo jadi tak sabar, mendadak dia menggebrak meja sambil mendamprat si nenek. "Kurang ajar! Jika kau tidak bisa diajak bicara baik-baik, barangkali harus dengan kasar?" kata Wan-yen Hoo. "Anakmu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah berterus terang, apa yang kau ragukan. Aku ini saudara Tam Yu Cong, mustahil aku mencelakai muridnya?" Si nenek tetap menggelengkan kepalanya. "Siapa yang tak mau uang seratus tail perak. Tapi sayang

aku tak tahu di mana mereka berada, jadi aku harus bagaimana?" kata si nenek. "Plok!" Dengan keras Wan-yen Hoo menampar si nenek hingga dua giginya rontok dan berdarah dari mulutnya. Lie Tiong Chu yang sedang bersembunyi tidak tahan melihat kejadian itu. Dia ingin segera melompat keluar untuk menghajar Wan-yen Hoo. Tetapi sebelum Lie Tiong Chu keluar dari persembunyiannya, putra si nenek masuk ke rumah. Bukan main gusar dan sedihnya anak itu menyaksikan ibunya dianiaya. "Siauw Ong-ya, sekalipun kau majikan kami, tapi kau keterlaluan sekali berani menganiaya Ibuku yang tidak berdosa!" kata anak itu. "Katakan di mana orang she Lie itu. Jika kau katakan akan kuampuni ibumu, tapi jika tidak, kau pun akan kubunuh!" kata Wan-yen Hoo. Tiba-tiba muncul seseorang di ruang itu. "Akulah orang she Lie yang kau cari!" teriak Lie Tiong Chu. Lie Tiong Chu langsung menyerang dengan hebat. "Trang!" Seruling yang dipegang Wan-yen Hoo tersampok jatuh. Ho Leng Wie pun melompat keluar untuk menyambut pukulan Jen Thian Ngo dengan keras. "Ho Toa-ko, lekas lari bersama ibumu!" kata Lie Tiong Chu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbareng dengan itu seruling Lie melancarkan totokan kilat ke arah Wan-yen Hoo. Sebenarnya Keng-sin-cie-hoat yang dimiliki Wan-yen Hoo tidak lemah dibanding ilmu totok Lie Tiong Chu. Tetapi karena belum lama dia baru dikalahkan di Thian-tam, jelas rasa takutnya pada Lie belum hilang. Ditambah lagi Lie menggunakan seruling pusaka, sedang Wan-yen Hoo tanpa senjata. Tentu saja Wan-yen Hoo bertambah gugup dan ngeri. Maka dengan terpaksa dia mundur ke arah pintu depan. Anak si nenek segera menggendong ibunya lalu kabur lewat pintu belakang. Sedang Jen Thian Ngo sedang bertarung melawan Ho Leng Wie. Melihat gaya bersilat Ho Leng Wie dari kaum pengemis Jen Thian Ngo kaget. "Hm! kiranya kau murid Kay-pang," ejek Jen Thian Ngo. "Katakan kau murid Bu Su Tun atau Liok Kun Lun? Sayang kau harus berhadapan denganku!" Jen Thian Ngo menyerang dengan hebat sambil berseru. "Siauw Ong-ya, lekas kau keluar!" kata Jen Thian Ngo. Saat itu Ho Leng-Wie sedang melancarkan pukulan, hingga

kedua tangan mereka beradu. "Braak!" Keduanya terdorong mundur, sedang rumah itu bergetar keras hingga akhirnya ambruk. Saat itu Wan-yen Hoo yang sudah keluar sedang dibayangi oleh Lie Tiong Chu. Ho Leng Wie selangkah lebih lambat. Tiba-tiba sebuah balok meluncur, untung sempat ditangkis oleh Ho Leng Wie. Kemudian dia melompat keluar rumah. Setiba di luar Wan-yen Hoo melepaskan sebuah anak panah bersuara untuk mengundang bantuan. Lie Tiong Chu yang marah langsung maju, serulingnya menotok bagian dada lawan. Ho yang berpikir Jen Thian Ngo kebih lihay dan bukan tandingannya, terpikir untuk menangkap Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Wan-yen Hoo yang terus didesak jadi kelabakan menghadapi serangan Lie Tiong Chu yang gencar itu. Melihat situasi sangat buruk baginya, Jen Thian Ngo bergeser sambil melancarkan pukulan dahsyat untuk membantu Wan-yen Hoo. Tapi Ho Leng Wie tenis membayanginya "Kubunuh kau!" bentak Jen Thian Ngo. Ho Leng Wie yang tak menduga akan mendapat serangan ini, sem-pat menyambar sepotong kayu untuk menyambut serangan lawan. Dengan menggunakan jurus pemukul anjing dari kaum Kay-pang dia menyerang lawannya. Namun serangan Ho dapat ditangkis Jen Thian Ngo. Baju Jen Thian Ngo robek,dan kayu di tangan Ho pun patah. Tiba-tiba Jen Thian Ngo menerjang maju, dia coba mendesak ke arah Lie Tiong Chu. "Siauw Ong-ya, biar orang she Lie ini aku yang hadapi!" kata Jen Thian Ngo. Tentu saja Wan-yen Hoo girang, sekarang dia hanya menghadapi lawan yang seimbang. "Hm! Kalian semua tak akan lolos dari tanganku! Termasuk si nenek dan anaknya akan kubunuh!" kata Wan-yen Hoo. Ho Leng Wie marah bukan main, dia melabrak Wan-yen Hoo dengan hebat. Saat itu Lie Tiong Chu melancarkan serangan dengan seruling pusakanya, dia totok bagian atas dan bawah tubuh lawan. Serangannya mengarah ke 36 jalan darah yang mematikan lawan. Ternyata Lie Tiong Chu mendapat lawan yang seimbang, masing-masing tak mudah saling mengalahkan. Sesudah bertarung beberapa jurus, akhirnya Jen Thian Ngo yakin bahwa Lie Tiong Chu pemuda yang kabur bersama anak perempuannya tempo hari. Dengan gusar dia membentak. "Hm! Jadi kaulah bangsat yang membawa kabur anak

perempuanku, di mana kau sembunyikan putriku?" kata Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm! Siapa bilang anakmu, dia sudah tak mau mengakutmu sebagai ayahnya!" kata Lie Tiong Chu. "Bangsat! Rupanya kau tipu putriku, kau harus kubinasakan!" kata Jen Thian Ngo kalap. Dia melancarkan serangan maut ke arah lawan. Memang kemampuan Jen Thian Ngo lebih tinggi dibanding Lie Tiong Chu yang kini tubuhnya telah bermandikan keringat. Beruntung Jen Thian Ngo agak ngeri pada ilmu Keng-sin-ciehoat lawan hingga Lie masih sanggup bertahan dari serangan Jen Thian Ngo ini. Di pihak lain Ho Leng Wie sedikit lebih unggul dibanding Wan-yen Hoo. Tapi karena dia telah mengadu tenaga dengan Jen Thian Ngo, mau tak mau kekuatannya mulai berkurang, karena itu Wan-yen Hoo bisa bertahan dan terkadang bisa balas menyerang. Tiba-tiba Lie Tiong Chu menguatirkan nenek dan anaknya sekalipun mereka sudah kabur. Karena pikirannya agak terganggu, Jen Thian Ngo mampu mendesaknya lebih hebat. "Bangsat! Lekas kau katakan di mana putriku jika kau ingin selamat!" kata Jen Thian Ngo. "Kalau tidak kau kubunuh!" "Aku tak yakin Jen Ang Siauw punya ayah sepertimu tak tahu malu!" kata Lie Tiong Chu. "Saat mampusmu sudah dekat pun kau masih keras kepala!" bentak Jen Thian Ngo sambil menyerang dengan gencar. Ketika Lie Tiong Chu sedang terdesak, tiba-tiba muncul dua penunggang kuda mendatangi. Ternyata mereka dua perwira pengawal istana. "Bagaimana, apa kalian sudah menangkap si nenek dan anaknya?" tanya Wan-yen Hoo. Saat itu mendadak muncul seorang pemuda pelajar dari belakang dua perwira pengawal istana itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ternyata kau, Suhu!" teriak Lie Tiong Chu girang bukan main. Wan-yen Hoo terperanjat segera dia melompat keluar dari kalangan. Rupanya yang datang itu Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong.

"Benar, ini aku jawab Bu-lim-thian-kiauw. "Sudah, kalian berhenti bertarung!" Saat itu Jen Thian Ngo sedang melancarkan serangan dahsyat ke arah Lie Tiong Chu yang tidak akan mampu menangkis serangannya. Maka itu Jen Thian Ngo tidak menghiraukan bentakan Bu-lim-thian-kiauw, apalagi Jen juga tak kenal siapa yang membentaknya itu. Saat itu serangan Jen Thian Ngo sulit dihindarkan oleh Li Tiong Chu. Seandainya dia menangkis pun pasti dia akan terluka parah. Tapi Lie Tiong Chu tidak menghindar maupun menangkis. Setelah mendengar seruan Bu-lim-thian-kiauw, dia hanya meluruskan kedua tangannya ke bawah dan berkata. "Baik Suhu!" kata Lie Tiong Chu. Mendengar panggilan "Suhu" Jen Thian Ngo baru sadar bahwa orang itu Tam Yu Cong. Saat itu Jen Thian Ngo juga kaget hendak membatalkan serangannya, tapi terlambat. "Plok!" Muka Jen Thian Ngo tertampar oleh Tam Yu Cong. Melihat kejadian itu Wan-yen Hoo terperanjat, Jen Thian Ngo yang terhitung jago tua pun berhasil ditampar oleh Tam Yu Cong. "Ayahku jago nomor satu Kerajaan Kim, tapi rasamya sulit untuk melawan Tam Yu Cong," pikir Wan-yen Hoo. "Siapa kau, beraninya kau tak mentaati perintahku?" kata Tam Yu Corig.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman Tam, dia tamu Ayahku namanya Jen Thian Ngo!" kata Wan-yen Hoo. "Pasti Paman Tam pernah mendengar nama Jen Lo Sian-seng!" "Oh, maafkan, aku bersalah pada muridmu," kata Jen Thian Ngo sambil tertawa. Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong mengejek. Tanpa memperhatikan Jen Thian Ngo, dia berpaling ke arah Wan-yen Hoo. "Sebagai bangsawan, kenapa kau datang ke tempat seperti ini dan menyusahkan seorang nenek yang tak berdosa padamu!" kata Tam Yu Cong. Wan-yen Hoo gugup, dia menjawab dengan wajah berubah-ubah sebentar merah sebentar pucat. "Harap maklum karena.....karena..." "Maklum bagaimana? Kau menyuruh orang untuk menangkap mereka. Untung aku datang, jika tidak mungkin jiwa mereka sudah melayang," kata Bu-lim-thian-kiauw. Tak lama kelihatan pasukan pengawal berdatangan, komandan pasukan itu Wan-yen Tiang Cie. Wan-yen Hoo girang dan berkata.

"Paman Tam, itu Ayahku datang menyambutmu!" kata Wan-yen Hoo. Wan-yen Tiang Cie yang sudah dekat langsung berkata, "Hai Tam Yu Cong! Angin apa yang membawamu ke mari? Sudah lama aku ingin bertemu denganmu!": "Ong-ya, kedatanganmu untuk menangkap buronan, kan?" kata Bu-lim-thian-kiauw. "Kau jangan bergurau, Tam Yu Cong!" kata Wan-yen Tiang Cie. "Masa lalu kenapa harus kau ungkit-ungkit lagi? Tadi Baginda baru membicarakan tentang dirimu, sayang beliau tak tahu kau ada di mana? Baginda mengundangmu datang untuk

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

urusan kedudukanmu sebagai pangeran! Sekarang kau kembali, pasti baginda senang sekali. Aku sengaja menyambut kedatanganmu!" Duapuluh tahun yang lalu, Bu-lim-thian-kiauw dianggap buronan Kerajaan Kim. Dia dianggap anti Raja Kim. Terpaksa Bu-lim-thian-kiauw melarikan diri. Kemudian Wan-yen Liang memimpin pasukan menyerbu ke wilayah Song. Tapi dalam pertempuran di Cay-ciok-kie, pasukan Kim hampir musnah seluruhnya oleh panglima Song bernama Kie Un Bun yang terkenal itu. Sedangkan sisa pasukan Kim lari ke Kwan-ciu. Di sana Wan-yen Liang terbunuh oleh anak buahnya. Wanyen Yong, atau saudara sepupunya menggantikannya naik tahta. Sekarang sudah berlalu belasan tahun lamanya. Merasa tahta yang diperolehnya itu berkat jasa-jasa dari Bu-lim-thian-kiau walau tidak langsung, setelah Wan-yen Yong berkuasa, dia menghapus nama Bu-lim-thian-kiauw dari daftar buronan kerajaan Kim. Maka itu persengketaan dalam keluarga kerajaan itu selalu dirahasiakan dan tidak pernah diumumkan, orang luar hampir tidak ada yang tahu. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 88 Tam Yu Cong Hampir Terjebak Musuh; Ilmu Berbisa Chu Kiu Sek Dan Seebun Souw Ya Musnah
Sebenarnya apa yang dikatakan Wan-yen Tiang Cie tidak semuanya benar. Walaupun Wan-yen Yong tidak menganggap Bu-lim-thian-kiauw sebagai duri dalam daging seperti anggapan Wan-yen Liang, tapi paling tidak dia hanya menghapus Tam Yu Cong dari daftar buronan saja. Sedang tentang gelar pangeran yang akan dikembalikan pada Tam Yu Cong, hanya omong kosong. Wan-yen Tiang Cie hanya ingin membohongi Bu-lim-thian-kiauw saja.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan-yen Yong memang pernah bicara dengan Wan-yen Tiang Cie tentang Bu-lim-thian-kiauw karena dia ingat pada Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong. Saat itu dia menyayangkan bakat dan kepandaian Tam Yu Cong yang tak dapat dimaafkan. Tapi Wan-yen Tiang Cie membisiki Wan-yen Yong, dia bilang Bu-lim-thian-kiauw itu sekalipun berdarah bangsawan Kim, namun perjuangannya memihak pada bangsa lain. Wan-yen Yong menganggap bahwa Tam Yu Cong sebagai pangeran bangsa Kim, tidak akan menyerahkan wilayah Kim pada bangsa lain. Oleh karena itu, Wan-yen Yong berharap jika Tam Yu Cong kembali ke Tay-toh, dia ingin menemuinya. Terpaksa Wan-yen Tiang Cie pun menyetujuinya, dia berjanji akan melaksanakan keinginan junjungannya itu. Akhirnya karena ada kesepakatan dengan junjungannya itu, Wan-yen Tiang Cie tak bisa menggunakan kekerasan terhadap Tam Yu Cong. Dia hanya menggunakan akal agar Tam Yu Cong mau datang ke istana. Maka itu walaupun Bu-Iim-thiankiauw berada di tengah kepungan pasukan Kim, dia tetap tenang. Sambil tertawa dia berkata begini. "Kedatanganku bukan untuk memulihkan kedudukanku sebagai Pangeran Kim, karena tak berani aku merepotkan Ong-ya!" kata Tam Yu Cong. "Apapun alasanmu, Sri Baginda ingin bertemu denganmu! Aku harap kau memberi muka padaku dan mau menemui Baginda. Jika tidak bagaimana aku memberi alasan pada beliau?" kata Wan-yen Tiang Cie. Walau kepungan pasukan Kim sudah semakin ketat, sedikitpun Bu-lim-thian-kiauw tidak peduli sama sekali. "Baik, undangan Ong-ya tidak bisa kutolak, maaf aku merepotkan Ong-ya saja." kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau sangat bijaksana, Tam Pwee-cu!" kata Wan-yen Tiang Cie sambil tertawa. "Tapi bagaimana dengan muridku dan kawanku ini, apa Ong-ya mau menerima mereka juga?" kata Bu-lim-thiankiauw. "Ya, masa mereka tidak diundang?" kata Tiang Cie. Sebenarnya Lie Tiong Chu ragu, tapi karena gurunya yang mengajak, dia menurut saja. Mereka ikut dengan pengawalan

pasukan Kim. Tak lama mereka sampai di istana Wan-yen Tiang Cie. Dia memimpin Tam Yu Cong, sedang Ho dan Lie Tiong Chu dilayani oleh Pan Kian Hoo, si kepala rumah tangga istana itu. Saat berjabatan tangan Pan Kian Hoo mengerahkan tenaganya untuk menguji kedua tamunya itu. Ho Leng Wie dan Lie Tiong Chu pun merasakan tenaga dalam Pan Kian Hoo yang cukup tinggi. Di sini ada Jen Thian Ngo, Wan-yen Hoo, See-bun Souw Ya dan yang lain-lain, Jika mereka harus bertarung di situ, mereka yakin tak mudah untuk meloloskan diri dari sana. Wan-yen Tiang Cie diam-diam menguji tenaga dalam Bu-lim-thian-kiauw. Saat pelayan membawakan teh, Wan-yen Tiang Cie sengaja menerima nampan dari tangan si pelayan dan menyuguhkan sendiri air teh itu pada Bu-limthiankiauw. "Ini teh wangi hadiah dari Sri Baginda, silakan Pwee-cu mencicipinya." kata Wan-yen Tiang Cie. "Terima kasih," kata Bu-lim-thian-kiauw. Wan-yen Tiang Cie menyodorkan nampan ke dada Bu-limthiankiauw. Segera Bu-lim-thian-kiauw mengetahui tuan rumah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengujinya. Jika nampan tak dia tahan dan membentur dadanya, maka dia akan terluka parah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan sungkan, letakkan saja di meja!" kata Tam Yu Cong. Saat tenaga keduanya bentrok, nampan teh itu bergetar, tapi air tehnya tidak tumpah. Tam Yu Cong langsung mengangkat cawan teh dan berkata. "Harum dan sedap teh ini!" kata Tam Yu Cong. Pelayan itu mengangkat nampan teh untuk diganti dengan nampan berisi makanan. Saat nampan terangkat, Wan-yen Tiang Cie kaget melihat bekas nampan tertera di atas meja. Tapi dia coba berusaha setenang mungkin. "Anda hebat Tam Pwee-cu, aku kagum sekali. Tapi sayang meja ini jadi tidak rata, biar aku yang akan menghaluskannya kembali." kata Wan-yen Tiang Cie. Dia mengusap meja yang berbekas nampan itu hingga rata kembali. Diam-diam Wan-yen Tiang Cie sadar bahwa tenaga dalam Bu-lim-thian-kiauw lebih tinggi setingkat darinya. Dia kaget tapi berusaha tenang. "Setinggi apapun kepandaiannya, dia sudah masuk perangkapku. Aku yakin dia tidak akan mudah lolos dari tanganku!" pikir Wan-yen Tiang Cie. "Saudara Tam, selama ini kau berada di mana? Sri Baginda

dan aku sangat rindu padamu." kata Wan-yen Tiang Cie. "Aku berkelana di kalangan Kang-ouw, ke mana saja aku pergi, sulit kujelaskan padamu!" kata Tam Yu Cong. "Luas sekali pengalaman Anda saudara Tam, pasti banyak kenalanmu. Aku ingin tahu, menurutmu siapa jagoan di kalangan kang-ouw sekarang ini?" kata Wan-yen Tiang Cie lagi. "Kenalanku banyak dan hampir semuanya jago-jago silat zaman ini! Maka itu sulit sekali untuk menilai siapa yang paling jago!" kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pendapatmu dan pendapatku pasti berbeda. Tapi ada dua orang yang aku ingin tahu, bagaimana penilaianmu terhadap mereka itu," kata Wan-yen Tiang Cie. "Siapa mereka itu?" kata Bu-lim-thian-kiauw. "Mereka suami istri yang sangat terkenal, Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw, dan suaminya yang bergelar Siauw-go-kiankun Hoa Kok Han, pasti. Anda kenal mereka!" kata Wan-yen Tiang Cie. "Benar, aku kenal mereka. Mereka itujago-jago luar biasa," kata Tam Yu Cong. "Hong-lay-mo-lie berkedudukan di Kim-kee-leng, dia bersama laskar rakyatnya menentang bangsa Kim! Apa kau juga tahu?" kata Wan-yen Tiang Cie. Tam Yu Cong mengangguk. "Aku tahu!" "Hm! Kalau begitu jago yang kau maksudkan orang yang menentang bangsa Kim, begitu?" kata Wan-yen Tiang Cie. "Maaf Ong-ya, Jenghis Khan dari Mongol itu termasuk ksatria dan pahlawan bukan?" kata Tam Yu Cong. "Kegagahan Jenghis Khan tidak ada bandingannya di zaman ini, jadi sudah tentu dia seorang ksatria besar!" kata Wan-yen Tiang Cie. "Sejak Jenghis Khan memerintah Mongol beberapa puluh tahun lamanya, entah sudah berapa kali mereka bertempur dengan Kerajaan Kim. Walau mereka hidup damai dengan kita, tapi rencana mereka ingin mencaplok Kerajaan Kim bukan rahasia lagi. Apa menurut Ong-ya Jenghis Khan itu bukan musuh kita? Karena pendapat kita tidak sama, maka saat mengakui pahlawan dari pihak musuh pun akan berbeda."

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tetapi bagaimanapun kau tetap bangsa Kim dan bukan bangsa Han?" kata Wan-yen Tiang Cie. "Tapi kau pun harus mengakui, bahwa Kim-kee-leng itu tanah air bangsa Han," kata Bu-lim-thian-kiauw. "Menurut kita mereka itu pemberontak, namun menurut mereka malah sebaliknya!" "Tentang saudara sepupumu Tam See Eng yang kalah besar saat memimpin pasukan untuk menyerang Kim-keeleng, apa kau juga tahu?" kata Wan-yen Tiang Cie. "Peristiwa itu menggemparkan, sudah tentu aku pernah mendengarnya," jawab Bu-lim-thian-kiauw. "Demi kejayaan Kim dan kehormatan keluarganu, apa pendapatmu jika kuusulkan kepada Sri Baginda agar kau diangkat menjadi panglima pasukan untuk menggempur Kim-kee-leng?" kata Wan-yen Tiang Cie. "Menurut pendapatku, musuh yang mengancam Kerajaan Kim adalah bangsa Mongol. Maka jika pemerintah mengerahkan kekuatan untuk menggempur Kim-kee-leng, rasanya sungguh ganjil." kata Tam Yu Cong. "Berdamai dengan Mongol itu suatu keputusan Baginda, apa Anda anggap Baginda kurang bijaksana," kata Wan-yen Tiang Cie sambil berdiri hendak pergi. Tadi Wan-yen Tiang Cie sengaja memancing Tam Yu Cong agar dia mengeluarkan pendapatnya yang menentang Kerajaan Kim. Dengan demikian dia bisa melaksanakan niatnya menangkap Tam Yu Cong. Ditambah lagi di luar istana sudah berkumpul pasukan panah dengan anak panah berbisanya. Sedang di belakang pintu angin sudah siaga jagojago pilihan. Jika Wan-yen Tiang Cie memberi aba-aba, dengan serentak Bu-lim-thian-kiauw bertiga akan dibinasakan. Bu-lim-thian-kiauw tetap tenang, dia tetap menanti apa yang ingin dilakukan oleh lawannya. Pada saat yang tegang itu, tiba-tiba terdengar orang berseru.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Titah Raja tiba!" Wan-yen Tiang Cie terperanjat ketika dia mendengar seruan itu. Dengan sangat terpaksa dia mengurungkan mengeluarkan perintah untuk membekuk Bu-lim-thian-kiauw dan kawan-kawan. "Buka pintu untuk menyambut titah Baginda!" kata Wanyen Tiang Cie. Tak lama masuk seorang Thay-kam (sidasida istana) dan seorang

Wisu (pengawal) istana. Wan-yen Tiang Cie sudah kenal pada Thay-kam bernama Maliha, Thaykam itu mengurus urusan istana dan paling dipercaya oleh Raja. Tapi Wisu itu tidak dikenalnya. Ketika Wan-yen Tiang Cie mau berlutut untuk menerima titah raja, mendadak Maliha berkata, "Ong-ya, titah Raja bukan ditujukan padamu, tapi pada Tam Pwee-cu!" Mendengar keterangan itu, Bu-lim-thian-kiauw maju ke depan untuk mendengarkan titah raja. Tak lama dengan suara lantang Maliha berseru, "Hong-siang (Baginda) minta Pwee-cu menerima titah dan segera ikut ke istana untuk menghadap pada Hong-siang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kejadian itu di luar dugaan Wan-yen Tiang Cie. Karena Maliha seorang Thay-kam kepercayaan baginda, Wan-yen Tiang Cie tidak berani membantah. Dia heran kenapa baginda menerima kabar secepat itu, padahal Tam Yu Cong baru saja tiba. Dia heran siapa sebenarnya Wi-su baru itu? Dia yakin belum pernah melihatnya. Diam-diam dia kuatir juga, janganjangan baginda memakai Wisu kepercayaannya untuk mengawasi gerak-geriknya. Dengan demikian Wisu itu sengaja dirahasiakan, pantas jika Wisu itu tidak dikenalnya. Karena berpikir bahwa baginda telah mencurigai dirinya, mau tak mau Wan-yen Tiang Cie jadi tak tentram. Selesai menerima titah raja, Bu-lim-thian-kiauw berkata. "Apa murid dan keponakanku juga boleh aku bawa menghadap Hong-siang?" kata Tam Yu Cong. "Boleh!" kata Maliha. "Terserah Hong-siang mau menerima atau tidak?" Tam Yu Cong pamit pada Wan-yen Tiang Cie. Ketika ia sampai di luar, di sana sudah menunggu sebuah kereta kuda milik kerajaan Kim. Melihat kereta itu Wan-yen Tiang Cie tidak sangsi lagi, walau tetap merasa heran karena wi-su itu tak pernah bicara. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie pun keheranan dan sangsi. Mereka pun berpikir, ia pikir si wi-su itu pernah

dilihatnya, walau dia lupa di mana mereka pernah melihatnya. Saat itu Tam Yu Cong sudah naik kereta bersama Maliha. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie duduk di tempat kusir. Dan yang menjadi kusir wi-su istana Kim itu. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie duduk di kanan dan kiri dia, tak sadar mereka mengawasi wi-su itu itu beberapa kali, tapi mereka tetap ragu. Ketika kereta sudah sampai di suatu tempat yang sepi, mendadak wi-su itu menghentikan keretanya dan berkata sambil tertawa. "Lupakah kalian padaku? Sekarang silakan kalian turun di sini!" kata wi-su itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar suara wisu itu, seketika Ho Leng Wie terkejut bercampur girang, dia berseru. "Hai, Suhu, ternyata kau!" kata Leng Wie. Lie Tiong Chu pun baru ingat, wisu itulah yang pernah meno-longinya di Thian-tam tempo hari. Sambil tertawa terbahak-bahak Tam Yu Cong berkata. "Bu Toa-ko, silakan kau turun di sini, biar kita membagi tugas! Kau pulang bersama muridku dan aku yang akan masuk ke istana bersama Ma Kong-kong." kata Tam Yu Cong. "Eh, jadi kau tetap ingin masuk ke istana?" kata Bu Su Tun. "Benar, jangan kuatir, aku pasti kembali," kata Tam Yu Cong. "Muslihat Tiang Cie sudah kuketahui, coba pikir, masa persoalan ini bisa kudiamkan?" Tam Yu Cun segera naik ke tempat kusir menggantikan Bu Su Tun, lalu melanjutkan perjalanan ke istana. Setelah turun dari kereta, Ho Leng Wie bertanya pada gurunya. "Suhu, kenapa bisa begini?" kata Leng Wie. "Semua terjadi secara kebetulan sekali. Ketika Tam Yu Cong datang, dia ke rumah ibu asuhnya. Ternyata di sana kalian sedang mendapat masalah," kata Bu Su Tun. "Bagaimana dengan titah raja itu?" tanya Lie Tiong Chu. "Titah itu palsu!" kata Bu Su Tun. "Kenapa Thay-kam itu mau membantu Suhu?" tanya Lie Tiong Chu heran. "Dia kupaksa supaya menuruti perintahku," kata Bu Su Tun sambil tersenyum. Tam Yu Cong tahu seluk-beluk istana karena dia seorang pangeran Kim. Sedang Bu Su Tun pernah bekerja sebagai pengawal raja Kim, dengan demikian dia tahu keadaan istana. Ketika Tam Yu Cong datang hendak menyelamatkan ibu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

asuhnya, Bu Su Tun yakin Tam Yu Cong pasti bertemu dengan Wan-yen Tiang Cie, dia lalu berusaha menculik Maliha, si thaykam. Karena diancam thay-kam itu menuruti perintah Bu Su Tun. "Berani sekali Suhu menempuh bahaya! Tapi mengenai niat Wan-yen Tiang Cie ingin merebut tahta, Paman Bu juga yang memberi tahu Suhu?" kata Lie Tiong Chu. "Saat datang ke istana, dia sudah memperoleh keterangan itu dari sahabatnya. Hanya sayang keterangannya kurang jelas dibanding penjelasanku," kata Bu Su Tun. "Sekarang kita akan ke mana, ke markas Kay-pang atau ke tempat muridmu, Suhu?" tanya Ho Leng Wie. "Ke tempatmu saja agar ayahmu tidak kuatir," kata Bu Su Tun. "Alamatmu pun sudah kukatakan pada Tam Tay-hiap." "Wan-yen Tiang Cie pasti tidak menduga kalau kita tidak ada di istana Kim. Andaikata dalam perjalanan kita ke Seesan, dia mengetahuinya, itu pun rasanya sudah terlambat," kata Lie Tiong Chu. Dugaan Lie Tiong Chu tidak keliru, karena Wan-yen Tiang Cie telah mengetahui hal itu, sudah terlambat. Tentang Bu Su Tun yang menyamar juga sudah diketahui Wan-yen Hoo. Sesudah ayahnya mengantarkan Tam Yu Cong yang akan ke istana. Wan-yen Hoo menemui ayahnya, lalu mengisahkan kejadian di Thian-tam juga tentang seorang perwira Kim yang dicurigainya. Mendengar keterangan itu Wan-yen Tiang Cie kaget, walau dia yakin Maliha bukan Maliha palsu, apalagi Thay-kam itu memang kepercayaan junjungannya. Tak lama Wan-yen Tiang Cie segera mengirim orang ke istana untuk menyelidiki kebenaran cerita anaknya itu. Selang tak lama datang laporan. "Benar, Maliha memang mengantar Tam Yu Cong ke istana raja, tapi mereka hanya berdua saja tanpa si perwira dan kedua pemuda itu!" kata si pelapor.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan-yen Tiang Cie jadi sangsi. "Maliha itu Thay-kam kesayangan baginda, dia pun membawa Tam Yu Cong ke istana. Jadi hal itu tidak perlu disangsikan lagi. Tetapi ke mana pengawal itu? Ini harus kuselidiki! "pikir Wan-yen Tiang Cie. Segera Wan-yen Tiang Cie masuk ke istana untuk

menghadap raja. Mengenai jejak pengawal serta kedua anak muda itu, Wan-yen Hoo yang diberi tugas untuk mengusutnya. Sesudah itu Wan-yen Hoo memilih belasan jago kelas tinggi yang terbagi empat tujuan untuk mengusut jejak ketiga buronan itu. Tiap kelompok disertai orang yang sudah mengenal Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie. Ketika Bu Su Tun bersama Ho Leng Wie dan Lie Tiong Chu sampai di See-san, hari sudah hampir gelap. Saat itu mereka baru melewati Leng-san-sie, sebuah kuil di lereng bukit itu. Sedang untuk mencapai Pit-mo-giam atau tempat tinggal keluaga Ho, mereka masih harus mendaki lagi. Saat itu secara tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang riuh sekali di belakang mereka. Ketika Bu Su Tun menoleh, tampak empat orang penunggang kuda sedang menyusul mereka. Sedang Jen Thian Ngo terlihat berada di antara para pengejar itu. Selain itu ada seorang kakek kurus yang pernah bertarung dengannya di Thian-tam,. Dia terlihat bersama dua orang kakek yang tinggi besar, seorang berumur limapuluh tahun, dan yang kedua tidak dikenalnya. Setelah dekat, kakek itu melompat dari kudanya sambil membentak. "Beraninya kau menyamar sebagai perwira dan pengawal istana Di Thian-tam kami dikelabui olehmu, sekarang jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!" kata si kakek. "Hm, tua bangka macam kau punya kepandaian apa, beraninya kau membual di depanku?" kata Bu Su Tun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tempo hari kakek kurus itu memang pernah bertarung dengan Bu Su Tun. Tapi karena belum tahu lihaynya bekas Ketua Kay-pang itu, dia kira kepandaian Bu Su Tun setingkat dengannya. Padahal dia salah satu di antara tiga iblis yang paling ditakuti orang Kang-ouw, dan dia tidak pernah dia diolok-olok orang seperti itu? Maka itu dia balas mendamprat. "Baik, kau boleh belajar kenal dengan tua bangka macam aku ini!" kata si kakek. Tak lama dia menyerang Bu Su Tun dengan hebat. Samberan angin pukulannya membawa hawa dingin itu seolah masuk ke tulang. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie yang berdiri di samping menggigil kedinginan, sedang Bu Su Tun yang diserangnya tenang-tenang saja. "Aku memang sedang gerah, terima kasih!" kata Bu Su Tun mengejek. Ketika kedua tangan mereka beradu, si kakek kurus merasakan hawa hangat yang membuat tubuhnya kelelahan dan lesu, rasanya dia mengantuk dan ingin tidur. Si kakek

kurus terkejut, dia gigit lidahnya hingga semangatnya timbul kembali. Tak lama dia menghantam lawannya tiga kali. Tetapi semua serangannya bisa ditangkis oleh Bu Su Tun. "Hm! Siu-lo-im-sat-kangmu entah sudah berapa orang saja yang kau celakai! Sekarang tiba hari naasmu!" kata Bu Su Tun. Berbareng kata-kata itu Bu Su Tun melancarkan serangan balasan yang dahsyat. Sebenarnya kakek kurus itu terhitung jago kelas tinggi di bawah Wan-yen Tiang Cie, tapi saat mendapat pukulan Bu Su Tun, dia bergetar. Tidak urung dia mundur beberapa langkah ke belakang. Pukulan Bu Su Tun disebut Kim-kong-ciang, ilmu pukulan bertenaga sakti, sejenis ilmu yang kekuatannya memang lebih tinggi dari si kakek, bahkan Kim-kong-ciang merupakan ilmu pukulan anti Siu-loimsat-kang. Melihat kawannya terdesak, si kakek tinggi besar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu segera menerjang maju untuk mewakili kawannya menyambut pukulan Bu Su Tun. "Braak!" Langsung si kakek tinggi besar itu bergetar mundur dua tiga langkah ke belakang. Mulutnya keluar darah segar, jelas dia terluka dalam. Tapi telapak tangan Bu Su Tun pun panas seperti terbakar, malah disertai rasa gatal-gatal dan ngilu. "Hai, rupanya kau si iblis pencuri kitab pusaka keluarga Suang!" bentak Bu Su Tun. "Tapi sayang Hoa-hiat-tomu belum sempurna. Mana bisa kau melukaiku? Hm, tak akan kubiarkan kau mencelakai orang lain lagi!" Sesudah itu kembali Bu Su Tun melancarkan pukulan keras. Semula mulut si kakek tinggi besar itu hanya terlihat mengeluarkan darah. Tapi sekarang dia muntah darah segar, seperti orang mabuk. Tubuhnya sempoyongan. Dari jarak jauh dia balas menghantam sekali ke arah Bu Su Tun. Aneh, setelah muntah darah, tenaga pukulan lelaki itu jadi bertambah dahsyat dibanding pukulannya tadi. Ketika kedua tangan mereka beradu maka terdengarlah suara keras. Si kakek kurus yang sudah bisa menenangkan dirinya lagi, segera berseru keras. "Hei! Ternyata kau mahir Kim-kong-ciang, malah lebih hebat dibanding dengan Liok Kun Lun, apa kau ini Bu Su Tun yang pernah menjabat ketua Kay-pang?" "Benar," jawab Bu Su Tun. "Siu-lo-im-sat-kang yang kau gunakan untuk mencelakai orang itu harus kumusnahkan!" "Hm! Bu Su Tun, jangan sombong dulu!" ejek si kakek kurus. "Memang, jika satu lawan satu aku bukan tandinganmu, tapi karena sekarang kami berdua, untuk bisa

menang kau perlu memanggil Liok Kun Lun dulu ke sini." Sambil berbicara kakek kurus itu bergabung dengan si kakek tinggi besar. Setelah bergabung, tenaga pukulan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka bertambah hebat. Kekuatan pukulan Bu Su Tun yang dahsyat itu pun dapat dihalau kembali oleh keduanya. "Bu Su Tun jangan lupa, masih ada aku!" kata Jen Thian Ngo berseru sambil menerjang maju. "Hm! Rupanya kau buronan yang dicari pemerintah Kim! Kau jangan menyesal jika aku tidak memakai peraturan Kang-ouw!" Cit-siu-kiam-hoat sebagai ilmu andalan Jen Thian Ngo memang termasuk ilmu khas di dunia persilatan, kekuatannya pun tidak di bawah kedua kakek kurus dan tinggi besar itu. Tadi Bu Su Tun mulai kewalahan menghadapi kerubutan kedua kakek itu, apalagi sekarang ditambah dengan Jen Thian Ngo. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie tidak tinggal diam, segera mereka maju untuk membantu Bu Su Tun. Melihat Lie Tiong Chu, seketika Jen Thian Ngo naik darah. "Hm! Kebetulan sekali kedatanganmu, keparat! Kau yang membawa anak perempuanku kabur! Maka itu akan kubinasakan kau dulu!" kata Jen Thian Ngo. Namun, serangan Jen Thian Ngo ditangkis oleh Lie Tiong Chu dengan serulingnya yang tidak kalah tangkasnya, hingga berturut-turut sebanyak tiga kali serangan musuhnya bisa dipa-tahkannya, malah sekaligus dia balas mengincar jalan darah di tubuh lawan. Si kakek tinggi besar sempat melancarkan pukulan ke arah Ho Leng Wie. "Awas anak Wie itu pukulan berbisa!" teriak Bu Su Tun memperingatkan muridnya itu. Walau Ho Leng Wie mengiakan, dia tetap melancarkan serangan dengan keras lawan keras. Tiba-tiba dia hantam tangan musuhnya. Seperti pukulan gurunya, pukulan Ho Leng Wie pun dahsyat. Maka itu terlihat si kakek tinggi besar agak jerih menghadapi pukulan itu. Tiba-tiba dia memutarkan tangannya agar tidak bentrok dengan tangan Ho Leng Wie. Tapi Ho Leng Wie segera mengganti serangannya sambil mengelak dari

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pukulan musuh. Karena kedua orang itu sama lihaynya, masing-masing pukulan mereka luput mengenai sasaran. Saat itu Bu Su Tun memuji ketangkasan muridnya itu.

Padahal dia tahu keuletan Ho Leng Wie masih kurang. Jika mereka bertarung sedikit lama lagi, mungkin dia akan kewalahan menghadapi pukulan berbisa lawan. Segera dia mendesak mundur si kakek kurus, lalu menerjang ke arah lawan muridnya. Tak lama kedua telapak tangannya memukul sekaligus ke arah Jen Thian Ngo dan ke arah si kakek tinggi besar. Tapi si kakek tinggi besar itu menggeser mundur untuk menghindari pukulan dahsyat Bu Su Tun. Tak lama Jen Thian Ngo berseru. "Baiklah, kau layani kedua bocah itu!" kata Jen Thian Ngo. Sesudah itu dia langsung menghadapi Bu Su Tun bersama si kakek kurus. Sedang si kakek tinggi besar melayani kerubutan Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie. Pertarungan berlangsung sengit. Ternyata di pihak Jen Thian Ngo masih ada seorang laki-laki setengah umur, karena takut menghadapi pertarungan dahsyat itu dia tidak berani ikut bertempur. Rupanya lelaki setengah umur ini Ie Hoa Liong, murid Jen Thian Ngo. Sedang si kakek tinggi besar See-bun Siouw Ya dan si kakek kurus itu Chu Kiu Sek. Sebenarnya kepandaian See-bun Souw Ya maupun Chu Kiu Sek termasuk kepandaian kelas satu. Jika mereka berdua maju bersamaan. Tapi sialnya, lawan mereka adalah Bu Su Tun yang tidak mempan racun pukulan mereka. Di antara mereka berempat hanya Ie Hoa Liong yang kepandaiannya paling lemah, maka itu dia tidak berani ikut bertempur. Bahkan dia terus mundur semakin jauh karena tidak tahan oleh hawa dingin yang timbul dari Siu-lo-im-satkang yang digunakan Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bu Su Tun melayani Jen Thian Ngo dan Chu Kiu Sek dengan sama kuatnya. Sedang di pihak lain Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie menghadapi See-bun Souw Ya. Tapi setelah dua tiga puluh jurus, lambat-laun mereka terdesak juga. Sekalipun pukulan See-bun Souw Ya tidak sampai mengenai tubuh mereka, tapi hawa berbau amis itu sangat luar biasa hingga mereka mual. Lama-lama mereka jadi pening mencium bau tidak sedap itu. Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie selain harus menahan serangan lawan mereka juga harus mengerahkan tenaga dalam untuk melawan serangan hawa berbisa lawan. Tapi lambat-laun merekapun mulai kepayahan juga. Melihat Ie Hoa Liong tidak berani ikut bertempur, bahkan menghindar semakin jauh, Jen Thian Ngo dongkol sekali, "Hai tolol, kenapa kau tidak lekas mencari bala-bantuan?"

bentaknya. Ie Hoa Liong yang sadar, segera melepas anak panahnya beberapa kali ke udara. Sesudah itu dia pun lari ke tempat kuda yang ditambat pada sebatang pohon. Tetapi sebelum sampai ke tujuan, tiba-tiba terlihat dua bayangan sedang mendatangi secepat kilat. Ketika Ie Hoa Liong menegasi, kiranya kedua orang itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Bukan main kagetnya Ie Hoa Liong, tanpa pikir panjang lagi dia bersembunyi di semak-semak. Untung Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sedang terburu-buru ke tempat pertempuran, hingga mereka tidak memperhatikan persembunyian Ie Hoa Liong. Ketika sampai di lereng bukit tempat menambat kuda, tiba-tiba Han Pwee Eng mendapat akal. Dia sengaja memotong tali kendali kuda, hingga keempat ekor kuda itu lepas semuanya, dengan demikian musuh tidak bisa melarikan diri. Ketika mengetahui kedatangan kedua bayangan itu, Jen Thian Ngo jadi heran kenapa bala-bantuan itu begitu cepat datangnya. Namun, ketika Kok Siauw Hong berdua sudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dekat, barulah Jen Thian Ngo kaget ketika mengenali kedua anak muda itu. Dari jarak jauh Kok Siauw Hong sudah membentak. "Bagus, Jen Thian Ngo! Kau masih berani main gila dan membantu musuh, jangan salahkan pedangku jika tidak kenal orang tua macam kau!" kata Kok Siauw Hong. "Mari kita bereskan dulu See-bun Siuw Ya, aku kira Bu Pang-cu sanggup melayani Jen Thian Ngo dan Chu Kiu Sek," kata Han Pwee Eng. "Ya!" kata Kok Siauw Hong. "Saudara Lie, silakan istirahat, biar kami yang menggantikan kalian!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong bersama Han Pwee Eng langsung menerjang ke tengah pertarungan, sinar pedang mereka berkelebat mengitari See-bun Souw Ya. "Hm! Padahal kalian pernah kukalahkan, tapi nyata kau masih berani mencari masalah denganku!" kata See-bun Souw Ya. "Jangan sombong, ayo kita bertarung lagi!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong segera melancarkan serangan sebanyak tiga kali ke arah jalan darah lawan. Mendapat serangan itu bukan main kagetnya See-bun Souw Ya, ternyata ilmu pedang Kok Siauw Hong begitu maju pesat. Ilmu pedang Kok Siauw Hong memang jauh lebih maju,

tapi anehnya kenapa dia bisa melancarkan serangan kilat hingga membuat panik See-bun Souw Ya. Ternyata hal itu bukan karena kemajuan ilmu pedangnya saja, tetapi serangan Siauw Hong digabung dengan ilmu pedang nona Han yang telah dilatihnya dengan tekun setahun lebih. Selain itu mereka juga diberi petunjuk oleh Kong-sun Po cara bagaimana melayani ilmu berbisa keluarga Suang. Sedang See-bun Souw

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ya juga baru bertarung melawan Bu Su Tun, hingga membuat tenaganya terkuras cukup banyak. Belum lagi dia dikeroyok oleh Lie Tiong Chu dan Ho Leng Wie yang tak kalah lihaynya. Jadi tak heran saat menghadapi Siauw Hong dan nona Han dia jadi kewalahan. Serangan Siauw Hong dan Han Pwee Eng begitu gencar, hingga terpaksa See-bun Souw Ya menggunakan "Hoo-hiat-to" untuk mengimbangi lawanlawannya "Hm! Bagus!" bentak Kok Siauw Hong. Ternyata serangan pemuda ini luar biasa cepatnya, sekalipun pedangnya agak melenceng oleh pukulan lawan, namun ujung pedangnya berhasil melukai telapak tangan See-bun Souw Ya. "Aduh!" teriak See-bun Souw Ya. Tiba-tiba dia menyerang Han Pwee Eng, tapi dengan cepat dapat dihindari, hingga terkaman See-bun Souw Ya gagal. Setelah menyerang dengan hebat, See-bun Souw Ya langsung kabur. Nona Han yang melihat dia kabur akan mengejarnya, tapi Kok Siauw Hong berseru. "Jangan dikejar!" kata Kok Siauw Hong. "Ilmu racunnya sudah rusak, untuk mengembalikannya dia harus berlatih paling tidak tiga tahun! Ada kemungkinan dia pun akan terserang penyakit gila. Apalagi dia baru kehilangan kitab racunnya. Rasanya sulit bagi dia sekarang!" Kata-kata Kok Siauw Hong sengaja diteriakkan agar didengar oleh See-bun Souw Ya yang sedang lari. Mendengar teriakan Kok Siauw Hong dia kaget bukan kepalang, "Ah ternyata Wan Ceng Liong telah merebut kitab racunku. Kudengar dia akan menyerahkannya pada Hek-hong-to-cu Kiong Cauw Bun. Kenapa aku tak menemuinya Sekalipun dia tak mau mengembalikan kitab itu tapi jika dengan bantuan Liong-siang Hoat-ong mungkin dia terpaksa menyerahkannya" pikir See-bun Souw Ya. Rupanya kata-kata Kok Siauw Hong hanya ingin mengadu-domba musuh. Dengan demikian sekali serang dua sasaran diperolehnya.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jen Thian Ngo dan Chu Kiu Sek hanya mampu menahan serangan Bu Su Tun seorang. Setelah ada bantuan dari anakanak muda, merekamulai kewalahan juga. Melihat See-bun Souw Ya kabur, Chu Kiu Sek jadi cemas. Tiba-tiba dia muntah darah. Sesudah menyerang Bu Su Tun, dia menggunakan Thian-mo-kay-tee-hoat, yakni melukai diri agar bertambah tenaganya. Padahal lama-lama pun dia akan kehabisan tenaga. Ketika datang serangan Chu Kiu Sek, Bu Su Tun menyambut pukulan Chu Kiu Sek dengan sama hebatnya. "Braak!" Tubuh Chu Kiu Sek terlempar ke atas seperti bola, sedang Bu Su Tun tubuhnya bergetar hingga mundur dengan tubuh sempoyongan dan menggigil kedinginan. Pada saat yang sama, saking gelisah Jen Thian Ngo tertotok seruling Lie Tiong Chu, hingga menjerit kesakitan. Segera dia membalikkan tubuhnya dan kabur. Tetapi tiba-tiba Jen Thian Ngo jatuh dan terguling ke bawah bukit. Saat Ho Leng Wie menoleh, dia lihat wajah Bu Su Tun kelihatan kebiru-biruan. "Suhu, kenapa kau?" kata Ho Leng Wie. Bu Su Tun mengelah napas panjang, dan berkata, "Tidak apa-apa, Siu-lo-im-sat-kang orang she Chu sudah kumusnahkan!" Tiba-tiba terdengar Lie Tiong-Chu berseru: "He, di sana masih ada seseorang!" Dari semak-semak terlihat seseorang merangkak keluar dengan wajah pucat. Ketika dia berusaha berdiri, orang itu menggeliat dua kali, lalu menjerit dan roboh lagi. Ie Hoa Liong yang bersembunyi di semak-semak bermaksud melarikan diri saat ada kesempatan baik, tak diduga dia terserang oleh tenaga pukulan Bu Su Tun dan Siu-lo-im-sat-kang sangat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dingin yang dilontarkan Chu Kiu Sek Meskipun jaraknya jauh, tapi Ie Hoa Liong tidak tahan dan membuat darahnya beku. "Bagus, rupanya kau, hai keparat!" bentak Kok Siauw Hong. Dia mendekati Ie Hoa Liong. Melihat Kok Siauw Hong, bukan main takut dan kagetnya Ie Hoa Liong. Ditambah lagi dia terluka dalam. Saat Kok Siauw Hong sampai ternyata Ie Hoa Liong telah mati karena ketakutan. "Hai, saudara Kok, bagaimana kau bisa sampai secepat ini?" kata Ho Leng Wie. "Karena kalian tidak pulang, kami keluar jalan-jalan mencari kabar kalian," kata Kok Siauw Hong. "Tak diduga dari lereng

bukit kami melihat panah api, lalu kami memburu ke sini." "Padahal panah api itu dilepaskan Ie Hoa Liong untuk minta bala-bantuan. Tapi nyatanya senjata makan tuan, yang datang malah kalian sedang dia sendiri mati," kata Lie Tiong Chu. "Kita berhasil memusnahkan ilmu berbisa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya, juga membunuh Ie Hoa Liong yang mati ketakutan, tetapi sayang Jen Thian Ngo berhasil kabur," kata Kok Siauw Hong. Tiba-tiba Bu Su Tun berkata pada Lie Tiong Chu. "Saudara Lie, sungguh kau tidak malu menjadi murid kesayangan Tam Tay-hiap, totokanmu tadi sangat hebat. Cuma kau sengaja memberi kelonggaran pada Jen Thian Ngo, kan?" Muka Lie Tiong Chu berubah merah. "Penglihatan Paman Bu tepat sekali, karena......" "Saudara Lie ini teman baik Piauw-moay sejak kecil," kata Kok Siauw Hong mewakili memberikan penjelasan, "sekalipun ayahnya sesat, tapi Piauw-moay ini berharap pada suatu hari ayahnya akan sadar kembali."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang benar Lie Tiong Chu sengaja memberi kelonggaran agar Jen Thian Ngo sadar pada kesalahannya. Ditambah lagi Lie Tiong Chu menyukai nona Jen Ang Siauw, putri Jen Thian Ngo tersebut. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 89 Tam Yu Cong Berbincang Dengan Raja Kim; Ciu Tiong Gak Bertarnung Melawan An Tak cs

Mendengar ayahnya tadi ada di tempat itu, Jen Ang Siauw kaget dan cemas. Wajahnya pucat-pasi, sebab dia yakin ayahnya pasti dilukai kawan-kawannya. "Bagaimana keadaan Ayahku?" kata Jen Ang Siauw lagi. "Dia tidak terluka parah," kata Lie Tiong Chu. "Semoga dia bisa segera sembuh dan sadar mau kembali ke jalan yang benar." Lie Tiong Chu menceritakan apa yang terjadi tadi. Sesudah itu mereka bergegas kembali ke rumah Ho Leng Wie. Ayah Ho Leng Wie girang melihat Bu Su Tun ikut datang, terutama setelah mendengar pengalaman Ho Leng Wie dan kawankawannya di kotaraja. Tapi mereka juga masih kuatir jika anak buah Wan-yen Tiang Cie mencari jejak mereka. Ayah Ho Leng Wie lalu berkata. "Tempat ini sulit ditemukan. Lagipula di sini ada sebuah jalan bawah tanah, jika dalam keadaan gawat kita bisa meloloskan diri lewat belakang bukit ini. Sungguh aku tidak

mengira kau akan bertemu dengan gurumu di tempat Wanyen Tiang Cie, dan bertemu dengan Bu-lim-thian-kiauw. Kini yang aku kuatirkan, Tam Tayhiap yang pergi ke istana. Mungkin dia akan terjebak oleh kelicikan Wan-yen Tiang Cie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semoga saja dia bisa kembali dengan selamat." kata ayah Ho Leng Wie. "Dia sudah memperhitungkan semua kemungkinan yang bakal dihadapinya. Bahkan dia cukup yakin atas usahanya. Andaikata dia gagal, untuk meloloskan diri rasanya tidak sulit," kata Bu Su Tun. "Jika tidak terjadi hal yang luar biasa, dalam dua tiga hari ini pasti dia sudah kembali ke sini. Aku pun sudah memberitahu alamat ini. Cuma yang harus kita waspadai jika musuh datang lebih dulu." Malam itu tiada terjadi apa-apa, malam itu mereka bisa tidur dengan tenang. Esok harinya menjelang tengah hari, tiba-tiba terdengar suara suitan keras melengking tinggi. "Itu pasti Bu-lim-thian-kiauw, dia sudah pulang!" kata Bu Su Tun. "Cepat sekali dia kembali, semula aku kira dia akan tinggal satu dua hari di istana." Bu Su Tun bersuit untuk menjawab suitan tadi. Tak lama tampak sesosok bayangan muncul di depan pintu, orang itu langsung masuk sambil tertawa, terbahak-bahak. Dia adalah Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong. Saat itu sekujur tubuh Tam Yu Cong terlihat berlumuran darah. Tapi semangatnya tinggi, sedikitpun tidak ada tandatanda dia terluka. Dengan hati lega Bu Su Tun bertanya. "Saudara Tam, cepat sekali kau kembali. Bila melihat noda darah di tubuhmu pasti kau bertarung seru. Dengan siapa kau bertempur?" kata Bu Su Tan. Ketika itu mereka berada di ruangan tengah setelah masing-masing duduk, pelayan membawakan air teh. Tak lama Bu-lim-thian-kiauw mulai menceritakan pengalamannya. "Ketika Maliha kuancam dan kupaksa agar dia membawaku menghadap Raja. Wan-yen Yong ke kantornya. Saat itu raja Kim itu sedang membaca laporan panglima penjaga

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perbatasan yang melaporkan gerakan militer bangsa Mongol yang akan menyerang ke Selatan. Saat itu Wan-yen Yong sedang berduka menerima laporan

gawat itu. Tapi ketika mendengar ada suara dari belakangnya, dia menoleh dan melihat Maliha berlutut di lantai dan aku berdiri di sampingnya. Maliha seorang thay-kam kepercayaan raja, dia bisa bebas keluar-masuk istana Penjaga pintu pun tidak ada yang berani mencegah mereka masuk ke kantor raja. Ketika itu bukan main kagetnya Wan-yen Yong. Tanpa disadarinya laporan yang ada di tangan Wan-yen Yong terjatuh ke lantai. Saat dia akan menegur Maliha, aku mendahuluinya bicara. 'Semua ini bukan salah Maliha,' kataku. 'Karena ada berita penting, terpaksa kuminta agar dia mengantarkan aku menemui Tuanku. HarapHong-siang tidak gusar!' Sambil berbicara kupungut laporan yang terjatuh itu, lalu mengembalikannya pada Wan-yen Yong. Dari isi berkas yang terbuka, sekilas telah kubaca sebagian hingga aku mengetahuinya bahwa itu sebuah laporan yang sangat gawat. Sekalipun Wan-yen Yong sangsi dan tidak tentram berhadapan denganku dan begitu mendadak, tapi karena dia tahu aku jago nomor satu atau nomor dua negeri Kim, dia tidak berani memangil penjaga, sebab itu tidak akan ada gunanya. Sekalipun sekarang dia dikelilingi para pengawal pun sulit untuk menghadapi aku. Dengan terpaksa Wan-yen Yong harus mempercayai kata-kataku." 'Tam Pwee-cu, kenapa dulu kau tinggalkan negara Kim, padahal kau berjasa padaku! Aku bisa naik tahta karena jasamu! Selama ini aku memang memikirkanmu, sekarang kebetulan kau datang. Ada masalah apa silakan kau katakan saja.' kata Wan-yen Yong. 'Yang akan kulaporkan mengenai rahasia penting itu hanya boleh didengar oleh Hong-siang saja,' kataku.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan-yen Yong yang mengerti apa maksud ucapanku itu, segera dia memerintahkan Maliha mengundurkan diri. 'Perintahkan agar penjagaan di luar diperkuat, siapapun dilarang masuk ke tempat Tim!' kata Wan-yen Yong. Sesudah Maliha keluar, aku mulai bicara. 'Aku baru dari tempat Wan-yen Tiang Cie,' kataku. 'Jadi kau dari sana? Aku memang pernah berpesan kepadanya agar dia membantuku mencarimu,' kata Wan-yen Yong. 'Kedatanganku bukan karena aku bertemu dengan Wanyen Tiang Cie,' kataku sambil tersenyum. 'Tapi sebaliknya aku akan menyampaikan tentang pribadi Wan-yen Tiang Cie. Maaf, sebelum aku melanjutkan, lebih dulu mohon Hong-siang bersedia menjelaskan apa yang pernah dikatakan Wan-yen

Tiang Cie tentang diriku?' 'Beberapa hari yang lalu dia memang membicarakan tentang kau. Dia mengakui bahwa kau seorang yang berbakat,' kata Wan-yen Yong. 'Yang aku maksud hal-hal buruk apa yang pernah dikatakannya tentang diriku,' kataku. Wan-yen Yong tidak bodoh, sejak dia naik tahta, dia sudah merasa bahwa kekuasaan Wan-yen Tiang Cie terlalu banyak. Sebenarnya dalam batinnya dia kurang senang walau pada lahirnya dia berpura-pura senang hingga di menurut saja apa kemauan Wan-yen Tiang Cie. Sekarang jika aku membantunya, dengan senang dia bersedia bergabung denganku menghadapi Wan-yen Tiang Cie. 'Sesungguhnya dia... .dia tidak memburukkan dirimu, hanya sayang kau........' 'Sayang kenapa?' kataku.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Kau pangeran kerajaan Kim, tapi kau tidak mau bekerja untuk kerajaan Kim, sebaliknya malah bergaul dengan bangsa Han yang memusuhi kerajaan kita,' kata Wan-yen Yong. 'Tapi bagaimana juga aku tidak percaya kepada ocehan Wan-yen Tiang Cie!' 'Ocehannya itu benar,' kataku. Wajah Wan-yen Yong berubah seketika, untuk sejenak dia bingung, tidak tahu apa yang harus dikatakan. 'Aku harap Hong-siang mengatakan sejujurnya, saat menghadapi situasi seperti sekarang ini, mana musuh negara kita yang utama, bangsa Han atau bangsa Mongol?' kataku. 'Menurut situasi sekarang, musuh kita ya bangsa Mongol!' kata Wan-yen Yong. 'Tapi ingat bangsa Han pun banyak, suatu saat mereka pasti akan merebut kembali tanah airnya dari kita!' 'Tuanku harus membedakan mana yang penting dan yang tak penting, itu yang harus didahulukan. Masalah bangsa Han yang kelak meminta kembali tanah airnya, itu soal nanti. Tapi yang jelas musuh kita sekarang adalah bangsa Mongol!' kataku. 'Ya,' kata Wan-yen Yong terpaksa membenarkannya. 'Nah, jika demikian akan kulaporkan pada Hong-siang mengenai muslihat Wan-yen Tiang Cie. Sebenarnya secara diam-diam dia bersekongkol dengan bangsa Mongol untuk mengadakan pemberontakan merebut kekuasaan Hong-siang.' 'Apa benar begitu?' kata Wan-yen Yong kaget.. 'Benar, bahkan telah kuhimpun tentang semua rencana jahatnya,' kataku.

Sesudah itu kuceritakan apa yang kudengar bersama Bu Su Tun tentang rencana busuk Wan-yen Tiang Cie. Tetapi Wanyen Yong belum mau percayai sepenuhnya pada laporanku,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekalipun dia paling takut tahtanya direbut orang. Padahal dia mencurigai Wan-yen Tiang Cie yang kekuasaannya terlalu besar. Namun, sekalipun sangsi hati raja Kim itu cemas juga. Pada saat itu di luar istana terdengar suara orang bicara perlahan. Wan-yen Yong memang tidak mendengarnya, tapi aku mengetahui ada orang bicara di luar dan ternyata itu suara Wan-yen Tiang Cie. Saat itu Wan-yen Tiang Cie minta agar pengawal istana melaporkan kedatangannya, dan dia ingin menghadap pada raja. Tapi permintaannya ditolak oleh pengawal dengan alasan raja sedang bicara denganku dan baru akan menerima Wanyen Tiang Cie bila aku sudah pergi. Terpaksa Wan-yen Tiang Cie mengatakan ingin mencari Maliha lalu pergi. Aku tahu kedatangan Wan-yen Tiang Cie ke istana lalu mengatur tipu-muslihat untuk menjebaknya. 'Menurutmu bagaimana baiknya, padahal dia sepenuhnya memegang kekuasaan militer.' kata Wan-yen Yong. 'Hong-siang jangan takut,' kataku. 'Anggap saja tidak terjadi apa-apa sampai hari yang menentukan. Jika Wan-yen Tiang Cie berniat menangkap semua orang yang setia pada Hong-siang, saat itulah Hong-siang harus menggunakan cara dan menangkap mereka seluruhnya.' 'Pastikah akan berhasil?' kata Wan-yen Yong. 'Hamba tak yakin, tapi maukah Hong-siang mengikuti usulku?' kataku. 'Katakan saja, jika usulmu baik pasti akan kuturuti! Tapi jangan sampai diketahui Wan-yen Tiang Cie bahwa kita sedang berusaha menghadapinya.' kata Wan-yen Yong. 'Justru itu yang mau kukatakan. Sebentar lagi pasti Wanyen Tiang Cie menghadap pada Hong-siang. Hong-siang boleh berpura-pura percaya penuh kepadanya dan tidak mempercayaiku. Jika dia meminta agar Hong-siang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengusirku atau meminta agar Hong-siang membunuhku, sanggupi saja.' kataku. 'Apa? Jika meminta agar aku membunuhmu boleh kusanggupi? Kau setuju begitu?' tanya Wan-yen Yong

tercengang. 'Ini cuma sandiwara saja. Nanti pada saat Hong-siang benar-benar hendak membunuhku, sudah pasti aku punya akal untuk meloloskan diri. Asalkan Hong-siang menugaskan yang membunuhku harus pengawal kepercayaan Hong-siang!' 'Ya, aku mengerti, coba teruskan!' kata Wan-yen Yong. 'Sementara ini Hong-siang tidak boleh mengirim pasukan untuk menggempur laskar rakyat Han. Sepengetahuanku, tidak lama lagi Wan-yen Tiang Cie berniat akan menyerang ke Kim-kee-leng, betul tidak?' "Benar" jawab Wan-yen Yong'Tapi tidakkah laskar rakyat Han itu, suatu ancaman bagiku." 'Aku kira ancaman mereka tidak terlalu berbahaya dibandingkan ancaman dari bangsa Mongol, bukan?' kataku. 'Yang aku pikirkan sekarang adalah kepentingan Hong-siang. Sedang musuh yang harus dihadapi lebih dulu ialah orang Mongol yang sudah siap menyerbu ke sini. Hal itu terbukti dari laporan yang baru Hong-siang terima itu. Laporan itu bisa Hong-siang gunakan sebagai alasan untuk menarik pasukan yang telah disiapkan Wan-yen Tiang Cie untuk menggempur Kim-kee-leng. Kemudian mereka pindahkan ke perbatasan untuk menghadapi bangsa Mongol. Bukankah itu sangat baik, sekali kerja dua tujuan.' 'Sekali kerja dua tujuan tercapai? Ah, sekarang aku tahu maksudmu, kiranya dengan kesempatan ini kekuasaan Wanyen Taiang-Cie bisa dikurangi!' kata Wan-yen Yong. 'Benar, apalagi Wan-yen Tiang Cie sudah bersekongkol dengan bangsa Mongol secara sangat rahasia. Jika Hong-siang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memerintahkan agar perbatasan diberi bantuan, rasanya dia tidak akan berani membangkang. Dengan demikian pasukan kita bisa dikerahkan untuk melawan musuh yang menyerbu, berbareng dengan itu bisa mengurangi kekuatan Wan-yen Tiang Cie, maka untuk menghadapi muslihatnya kelak jadi lebih mudah.' 'Ya, bagus, sungguh akal yang bagus, hanya...' 'Apa yang Hong-siang sangsikan lagi?' 'Tapi jika serbuan Mongol dibantu laskar rakyat Han yang akan mengacau lalu bagaimana?' 'Tidak mungkin, bangsa Han pasti tidak akan bersedia berserikat dengan bangsa Mongol, mungkin sebaliknya mereka akan bangkit melawan kita. Tapi hal itu tak perlu Hong-siang kuatirkan.' 'Dari mana kau tahu, apa kau bisa menjamin hal ini?' 'Tentu saja, sebab pimpinan laskar di Kim-kee-leng aku

kenal. Malah boleh dikatakan bisa kuwakilkan Hong-siang untuk berunding dengan mereka.' kataku. 'Dari mana kau tahu mereka akan menerima usulmu itu?' kata Wan-yen Yong. 'Masalah ini sangat sederhana. Daerah inikan negeri bangsa Han. Jika mereka tidak bersedia diduduki bangsa Kim apalagi dijajah oleh orang Mongol. Jika sampai pasukan Mongol menyerbu ke sini, bukan cuma negeri Hong-siang saja yang hilang, tapi yang jadi korban paling besar justru rakyat jelata bangsa Han. Dengan demikian apakah laskar Han bisa tinggal diam? Sebab meski aku tak berani menjamin mereka akan tunduk kepada Hong-siang, tapi sedikitnya aku bisa menjamin mereka pasti akan ikut menghadapi orang Mongol apabila pasukan Mongol menyerbu ke Selatan.' Wan-yen Yong, raja Kim yang punya pandangan jauh ke depan. Maka itu, setelah berpikir sejenak, dia merasa uraianku

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masuk akal, akhirnya dia berkata, 'Baiklah, malah yang paling penting sekarang untuk menghadapi ancaman bangsa Mongol. Semoga saja semua bisa berjalan seperti yang kau katakan. Tetapi kau perlu ketahui, sebab pasukan pengawal kerajaan masih berada di bawah pimpinan Wan-yen Tiang Cie.' 'Tapi tidak seluruh pasukan pengawal tunduk kepadanya, kan?' kataku. "Hong-siang tenang saja. Nanti setelah diatur dan harinya telah tiba, pasti kita bisa bergerak lebih dulu untuk mengatasi Wan-yen Tiang Cie.' Sesudah itu aku menjelaskan rencana yang telah disusun itu. Rasa sangsi Wan-yen Yong hilang juga. Apalagi setelah mengetahui rencana kerjaku yang baik dan rapih itu. Ternyata dugaanku tidak salah, sebab setelah alu mengundurkan diri, Wan-yen Tiang Cie datang menghadap Wan-yen Yong. Kedatangan Wan-yen Tiang Cie bukan hanya menghasut Wan-yen Yong, dia pun sudah mengatur perangkap ingin mencelakakan aku. Malam itu aku bermalam di istana. Menjelang tengah malam, tiba-tiba terdengar suara berisik. Ketika aku keluar, istana tempat tinggal Wan-yen Yong penuh oleh bayangan orang yang berteriak-teriak akan menangkap pembunuh. Melihat hal itu kukira mungkin Wan-yen Tiang Cie telah turun tangan lebih dulu dan mengirim pembunuh gelap untuk membunuh Wan-yen Yong. Tapi tiba-tiba terlihat rombongan jago silat istana yang mengepung ke arahnya di bawah pimpinan Wan-yen Tiang Cie. 'Tam Pwee-cu, Hong-siang sangat baik padamu, kenapa kau berbalik ingin membunuh Hong-siang ?' kata Wan-yen

Tiang Cie. Aku sadar Wan-yen Tiang Cie ingin memfitnahnya. Langsung aku membalas dan membentak. 'Jangan banyak bicara. Mari kita temui Hong-siang!' kataku.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Maliha maju ke depan menyampaikan titah raja. "Hong-siang melihat sendiri pembunuh itu adalah kau. Apa kau masih berani membantah? Maka itu Hong-siang memberi perintah, siapa yang bisa menangkapmu akan diberi hadiah dan dinaikkan pangkatnya tiga tingkat serta emas murni seribu tail." Kata-kata Maliha membuat aku lega. Karena aku tahu rencanaku yang telah dirundingkan dengan Wan-yen Yong nerhasil. Dengan cara demikian Raja Kim itu sengaja memfitnahku sebagai pembunuh gelap agar Wan-yen Tiang Cie tidak curiga Tetapi sekarang karena Wan-yen Tiang Cie datang juga, maka rencana itu tidak seluruhnya berjalan menurut rencanaku. Ternyata dari hanya sebuah sandiwara lalu berubah menjadi sesungguhnya" Semua orang mengikuti cerita Tam Yu Cong ikut berdebar. "Lalu bagaimana Suhu bisa meloloskan diri?" tanya Lie Tiong Chu tak sabar ingin tahu cerita itu. "Sebagian jago kepercayaan Wan-yen Yong berlagak bertempur mati-matian, padahal sebenarnya mereka sudah dipesan oleh Wan-yen Yong. Maka itu mereka hanya bermain sandiwara saja. Sedang Wan-yen Tiang Cie dan beberapa perwira yang di bawa benar-benar ingin membunuhku. Untung aku berhasil melukai beberapa perwira itu. Karena Wan-yen Tiang Cie tidak berani adu jiwa denganku, akhirnya aku bisa meloloskan diri ke sini." "Mengapa Wan-yen Tiang Cie tidak berani membunuh Wanyen Yong?" tanya Ho Leng Wie. "Karena Wan-yen Tiang Cie dilarang membawa pengikut ke istana, dia paling banyak boleh membawa pengiringnya hanya tiga sampai empat orang saja Sebaliknya jago istana cukup tangguh, sebelum yakin akan berhasil, mana berani Wan-yen Tiang Cie turun tangan?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kemarin kami juga bertarung," kata Bu Su Tun. Ketika Bu Su Tun akan menceritakan pengalamannya sambil tertawa Tam Yu Cong berkata

"Aku sudah tahu!" kata Tam Yu Cong. "Kau sudah tahu? Oh, kalau begitu kau juga bertemu dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya?" kata Bu Su Tun. "Ya saat itu mereka bersama lima jago Kim. Tetapi jangan kuaur kelima jago Kim itu sudah kubunuh semuanya Walau kedua iblis tua itu jiwanya kuampuni. Bukankah ilmu mereka telah kalian musnahkan, bukan?" kata Tam Yu Cong. "Karena sudah kehilangan sebagian besar ilmunya aku kira mereka malu untuk pulang ke tempat Wan-yen Tiang Cie," kata Bu Su Tun sambil tertawa "Pantas semalam tidak terjadi apa-apa, kiranya anak buah Wan-yen Tiang Cie yang dikirim ke sini telah kau bunuh semuanya Nah, Ho Toa-ko, kau tidak perlu kuatir lagi." Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tawa orang berkumandang dari lereng gunung. Suaranya melengking, tapi hanya sekejap dan seolah dekat sekali. Ayah Ho Leng Wie kaget, dia mengira seorang jago kelas tinggi datang dikirim oleh Wan-yen Tiang Cie. "Jangan cemas Ho Toa-ko, itu suara kawan sendiri!" kata Tam Yu Cong. Tak lama kelihatan seseorang yang berpakaian pelajar, usianya kurang lebih limapuluh tahun. Dia tertawa sambil berkata. "Maaf Tuan Ho, aku tamu tak diundang. Ternyata saudara Tam dan Bu juga ada di sini! Sudah lama kita tidak pernah bertemu," kata orang itu. "Ho Toa-ko, mari aku perkenalkan padamu, ini Hoa Kok Han, Hoa Tay-hiap," kata Tam Yu Cong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata orang itu Hoa Kok Han bergelar Siauw-go-kiankun, dia suami Hong-lay-mo-li Lie Ceng Yauw. Ayah Ho Leng Wie menyambut kedatangan tamunya. "Bagaimana kau bisa menemukan tempat terpencil ini?" kata Tam Yu Cong. "Aku bertemu dengan Liok Pang-cu, dia yang memintaku datang ke mari menemui Saudara Bu. Tidak kusangka saudara Tam juga ada di sini!" kata Hoa Kok Han. "Mengenai kau ke Tay-toh aku juga sudah tahu." "Kenapa kau datang juga ke Tay-toh?" kata Tam Yu Cong. "Karena kau ke sini, kenapa aku tak datang menemuimu?" kata Hoa Kok Han. Sesudah dipersilakan duduk Hoa Kok Han diperkenalkan pada Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng yang sudah dikenalnya. Demikian juga dengan Ho Leng Wie, Lie Tiong Chu dan Jen Ang Siauw yang baru dikenalnya.

"Aku kagum dan iri kepada saudara Bu dan saudara Tam yang berhasil mendapatkan murid yang baik. Aku dengar kalian hendak melaksanakan pekerjaan besar di Tay-toh, apa pelaksanaannya sudah dimulai?" "Ceritanya panjang sekali," kata Tam Yu Cong. "Lebih baik kau ceritakan dulu pengalamanmu." "Kau kan tak percaya bahwa aku sengaja mencarimu, bukan?" kata Hoa Kok Han sambil tertawa "Terus-terang kukatakan, sebelum sampai ke Tay-toh aku sudah mendapat berita tentang kepulanganmu itu." "Dari siapa kau mengetahuinya?" tanya Tam Yu Cong heran. "Aku bertemu dengan Siang-koan Hok yang baru pulang dari Mongol," jawab Siauw-go-kian-kun Hoa Kok Han. Keterangan ini diluar dugaan Bu-lim-thian-kiauw.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, dia juga sudah pulang? Sekarang ada di mana dia?" kata Tam Yu Cong. "Dia ingin ke Lok-yang dulu, dari sana baru ke sini." "Saudara Hoa, apakah kedatanganmu ke Tay-toh ada urusan lain?" tanya Bu Su Tun. "Ya, aku ingin membunuh Su Thian Tek, Ciong Bu Pa dan Kiauw Sek Kiang!" kata HOa Kok Han. "Apa benar ketiga manusia busuk itu kabur ke Tay-toh?" kata Kok Siauw Hong heran. "Sebulan yang lalu aku dan Bengshiato-cu pernah bertemu mereka di kota Uh-seng." Karena Tam Yu Cong, Bu Su Tun dan yang lainnya belum tahu peristiwa di Uh-seng, Kok Siauw Hong menceritakannya secara singkat. "Saat iu seharusnya Wan To-cu tidak memberi ampun pada mereka," kata Kok Siauw Hong. "Tetapi karena putri dan menantunya ada di tangan mereka, terpaksa Wan Ceng Liong mengadakan tukar-menukar tawanan dengan mereka. Ketika itu Kiong Cauw Bun bersama ketiga bangsat itu. Sedangkan putri Kiong Cauw Bun calon istri Kong-sun Po. Jadi untuk kepentingan anak-anak muda itu, terpaksa Wan Ceng Liong mengikat janji tukar-menukar dengan Kiong Cauw Bun." "Kong-sun Po sudah kembali ke Kim-kee-leng. Karena mendengar kabar itulah maka aku memburu kawanan bangsat itu. Tapi aku malah bertemu dengan Kiong Cauw Bun," kata Kok Han. "Jadi Kiong Cauw Bun masih ada di Tiong-goan? Padahal dia berjanji akan pulang ke Hek-hong-to sesudah putrinya ditemukan," kata Kok Siauw Hong. "Ketika kutemui, dia hendak berpisah dengan ketiga

bangsat itu," kata Hoa Kok Han. "Saat itu mereka malah sedang bertengkar. Tapi sayang, karena tak tahu Kiong Cauw Bun sudah insaf, malah dia yang kuhajar. Setelah bertarung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lama baru aku mampu mengalahkannya. Sedang ketiga bangsat itu sempat kabur!" "Apa kau sudah tahu jejak ketiga bangsat itu?" kata Bu Su Tun "Aku selalu mengikuti jejak mereka sampai ke Tay-toh. Setahuku mereka bersembunyi di tempat Wan-yen Tiang Cie, ini memang di luar dugaanku," kata Hoa Kok Han. "Padahal setahu kita, ketiga bangsat itu antek bangsa Mongol, sedang sekarang hubungan Mongol dengan Kim saat ini sedang tegang!" "Kalau begitu kau belum tahu bahwa Wan-yen Tiang Cie bersekongkol dengan pihak Mongol karena ingin merebut tahta kerajaan Kim. Jika ketiga bangsat itu kabur dan mencari perlindungan pada Tiang Cie, bukankah itu wajar-wajar saja!" kata Tam Yu Cong. Sesudah itu Tam Yu Cong menceritakan pengalamannya saat berada di Tay-toh. "Baik, kalau begitu kedua masalah ini bisa kita bereskan sekaligus," kata Hoa Kok Han. "Karena pasukan Kim tak akan menyerang Kim-kee-leng, untuk sementara aku bisa tinggal di sini. Sebaiknya ada orang yang ke Kim-kee-leng untuk memberitahu, untuk ini........." "Aku memang mau pulang ke sana. Jadi biar aku dan Pwee Eng yang melaporkan masalah ini," kata Kok Siauw Hong. "Ya, Kong-sun Po memang sedang memikirkan kalian, sebaiknya kalian pulang," kata Hoa Kok Han. "Suhu, aku...." sela Lie Tiong Chu. "Ada apa?" kata Tam Yu Cong. "Ya, aku tahu, kau ingin pergi bersama Kok Siauw Hong untuk mencari pengalaman bukan? Baik, aku kira nona Jen pun boleh sekalian ikut."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan itu, semua orang mengerti bahwa sang guru mengetahui hubungan erat muridnya dengan Jen Ang Siauw. Tanpa terasa mereka memandang ke arah muda-mudi itu sambil tertawa hingga Lie Tiong Chu dan Ang Siauw jadi malu. Setelah semua diatur baik, esok harinya Kok Siauw Hong cs

berangkat ke Kim-kee-leng. Di sepanjang jalan tidak terjadi apa-apa, hingga mereka sampai di kota Im-peng di Propinsi Soa-tang. Im-peng sebuah kota Kabupaten yang berbatasan dengan Propinsi Hoo-pak. Karena kota itu kecil, di sana hanya terdapat dua buah penginapan saja, Siauw Hong berempat mencari penginapan yang agak besar. Sesudah mendapatkan penginapan dan selesai makan malam, tiba-tiba penginapan itu kedatangan enam orang perwira bangsa Kim. Begitu sampai rombongan perwira Kim itu langsung berteriak minta disediakan tiga buah kamar kelas satu. Kok Siauw Hong berempat menempati dua buah kamar, saat itu mereka sedang berkumpul di kamar Kok Siauw Hong untuk berbincang-bincang. Ketika mendengar suara ribut, mereka mencoba mengintai ke luar. Tapi betapa terkejutnya mereka ketika mengenali keenam perwira itu. Ternyata mereka itu Tan-sie-ngo-long (Lima Srigala Keluarga Tan) dan si Rase Liar, An Tak. Ingat pada peristiwa pembegalan yang dilakukan oleh Tan-sie-ngo-long dulu, Han Pwee Eng jadi gusar. "Bagus, kebetulan kita bertemu mereka di sini, kawanan srigala dan rase ini tidak akan lolos dari tanganku." kata nona Han. "Mereka itu jadi antek Wan-yen Tiang Cie, tapi anehnya mengapa mereka malah keluyuran di sini?" bisik Siauw Hong. "Jika adik Eng ingin membereskan mereka sebaiknya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dilakukan di luar penginapan agar tidak mengganggu pemilik penginapan!" Suara ribut di luar bertambah keras. Rupanya penginapan itu sudah penuh, jangankan mencari tiga kamar, sebuah kamar pun tak ada. An Tak yang gusar mengangkat cambuk kuda dan pura-pura menyabet sekali ke arah pemilik penginapan sambil membentak. "Kami sengaja datang ke penginapanmu ini berarti itu suatu kehormatan bagimu, kau tahu tidak? Nah, boleh kau suruh semua tamu pergi dari sini!" Pemilik penginapan gemetar ketakutan. "Harap.. .jangan gusar, Tuan. Biar hamba berusaha, kamar pasti ada!" kata pemilik penginapan. Saat itu dua orang saudagar sudah mau mengosongkan sebuah kamar mereka, karena ketakutan. Untuk sebuah kamar lagi, pemilikpenginapan berunding dengan Kok Siauw Hong agar bersedia mengalah dan memberikan sebuah

kamarnya me-ngingat mereka masih kakak beradik. Kok Siauw Hong berpikir sejenak. "Baiklah, tolong ambilkan buntal an mereka ke sini! Karena aku kira tidak baik jika kedua adik perempuanku keluar sendiri." kata Kok Siauw Hong. Pemilik penginapan yang mengira Han Pwee Eng dan Ang Siauw takut dilihat oleh para perwira itu, segera menuruti permintaan Kok Siauw Hong dan memindahkan bekal mereka ke kamar Siauw Hong. Pemilik penginapan itu dengan dua kamar itu mengira persoalan itu akan selesai. Tetapi tak disangka "Srigala Tua' Tan Piauw tetap tidak puas. "Kami minta tiga kamar, kenapa cuma ada dua? Baiklah, supaya masalah ini beres, para tamu harus keluar dan ke sini, mereka akan kami periksa satu per satu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi.....Tapi para tamu kami orang baik-baik semuanya, Tay-jin, aku mohonTuan sudi memberi kelonggaran, tentang ......uang sewa kamar dan makan aku tak berani minta bayaran dari Tuan-tuan dan......." kata pemilik penginapan memohon dengan sangat, sebab biasanya para petugas sering menggunakan alasan ingin memeriksa tamu, dengan tujuan untuk memeras tamu. Saat itu "Srigala Kuning", Tan Teng, putra kedua Tan Piauw ikut bicara. "Huh, siapa yang ingin bermalam dan makan tanpa bayar? Kau bicara yang betul! Kau bilang tamu di sini orang baik-baik semua, apa kau berani mernjamin kebenarannya? Coba kaujawab dulu, apa di antara tamu itu ada seorang kakek berjenggot putih dan seorang nona cilik ata tidak?" "Oh, tidak! Tidak ada!" jawab pemilik penginapan dengan cepat. "Sekarang tidak ada, tapi nanti bakal ada!" kata seorang lelaki menyela Lelaki itu baru melangkah masuk ke penginapan itu, lagaknya sangat tengik. "Eh, kau sudah dapat kabar?" tanya Tan Piauw. "Mereka sudah masuk ke dalam kota, sekarang mereka sedang makan di sebuah rumah makan. Nanti sesudah makan mereka pasti akan mencari penginapan," kata orang yang baru masuk itu. "Di kota ini hanya ada dua buah penginapan, sedang ini yang paling besar. Mungkin mereka akan ke sini." "Kalau begitu kita istarahat sambil menunggu di sini!" kata Tan Piauw sambil tertawa. "Tapi bagaimana kalau mereka bermalam di penginapan lain, lekas kau cari kabar lebih lanjut."

"Baik," kata orang itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama Tan Piauw minta disediakan makanan lezat Karena takut pemilik penginapan itu mengiakan dengan hormat serta membawa mereka ke kamar yang telah disediakan. Ternyata orang tadi menyelinap mencari pemilik penginapan. "Tadi kau telah kuselamatkan, seharusnya kau tahu sendiri...." kata orang itu. Pemilik penginapan itu memberi sepotong uang perak ke tangan orang itu. "Ya, aku pun tahu. Harap kau terima sedikit uang perak ini dengan baik," kata pemilik penginapan. Setelah menerima uang sogokan, barulah bangsat itu pergi. Karena rombongan Tan Piauw menganggap sebuah penginapan di kota kecil, maka tak perlu takut apa-apa. Mereka jadi berani bicara tanpa aturan lagi. Ternyata mereka lupa kata pribahasa : "Siapa tahu ada telinga di balik dinding?" Kini Kok Siauw Hong berempat baru yakin bahwa maksud rombongan Tan Piauw yang ingin memeriksa tamu bukan alasan untuk memeras, tapi benar-benar ingin mencari buronan. "Entah siapa kakek dan nona cilik yang ingin mereka cari itu?" kata Han Pwee Eng. "Lawan orang jahat pasti orang baik," kata Jen Ang Siauw sambil tertawa "Benar, secara kebetulan kita bertemu mereka di sini. Jadi bagaimana pun kita harus ikut campur," kata Han Pwee Eng. Untuk menyenangkan hati tamunya, pemilik penginapan otu membuatkan makanan lezat ditambah seguci arak wangi untuk rombongan Tan Piauw. Sehabis makan dan kenyang minum sambil menepuk perutnya An Tak berkata, "Seharian menempuh perjalanan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

secara terus-menerus, kita sampai lupa makan dan minum. Tidak nyana makanan di penginapan ini ternyata lumayan juga" "Sebaiknya kau tidak terlalu banyak minum, sebentar lagi kita harus banyak menggunakan tenaga," kata Tan Piauw. "Takut apa? Masa kita berenam tidak mampu membereskan seorang tua dan seorang anak perempuan

ingusan?" kata An Tak acuh tak acuh. "Jika perlu, sendirian juga aku sanggup membereskan mereka. Apalagi gadis itu terhitung lumayan walau tidak secantik Ci Giok Hian dan Han Pwee Eng. He..he..he. Saudara Giok, aku harap kau tidak berebut perempuan denganku nanti," kata An Tak. Kata-kata itu ditujukan pada putra Tan Piauw yang bungsu, yaitu Srigala Putih Tan Giok. "An Toa-siok," kata Tan Giok sambil tertawa, "nona yang kau setujui mana berani kusentuh! Tetapi perlu kuperingatkan agar kau berhati-hati, jangan terjadi seperti peristiwa dulu, nona manis gagal direbut, kau malah kehilangan matamu!" Yang dimaksud Tan Giok itu kejadian saat hendak membegal Han Pwee Eng dulu, hingga sebelah mata An Tak berhasil dicungkil nona Han. Mendengar ejekan itu, serentak ketiga saudara Tan Giok tertawa terbahak-bahak. Dengan cepat Tan Piauw membentak. "Hus, kalian sudah mabuk barangkali, hingga bicara sembarangan! Masa kalian bergurau dengan Paman An segala!" kata Tan Piauw. Pada umumnya, manusia palingjengkeljika boroknya diungkit-ungkit orang, begitu juga An Tak. Dalam seketika dia jadi naik pitam, lalu memaki sambil menggebrak meja "Hm! Emangnya kalian kira aku takut pada bocah liar she Han itu? Sayang dia tidak bertemu aku di Tay-toh!" kata An Tak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika ketemu memang kau bisa apa?" kata Tan Giok. "Kalian kira aku tidak punya kawan? Apalagi anak buah Siauw Ong-ya banyak. Jika mereka berhasil membekuk nona Han, aku akan memohon agar anak liar itu diserahkan padaku untuk kujadikan selirku?" kata An Tak sambil tertawa "Hm! Enak saja kau bicara! Jika nona Han tertangkap, memangnya Siauw Ong-ya tidak ingin memilikinya? Kenapa dia harus diberikan padamu?" ejek Tan Giok. Mendengar ocehan mereka yang menyinggung dirinya Han Pwee Eng murka dan bermaksud melabrak mereka syukur Kok Siauw Hong bisa mencegahnya dan meminta agar si nona mau bersabar agar tidak membuat keributan di penginapan. Tak lama terdengar Tan Piauw mendamprat putranya dan minta maaf kepada An Tak. "Sudahlah, An Lauw-te, jangan gubris ocehan anak muda seperti mereka itu Aku harap kau juga jangan terlalu banyak minum, sebab kita masih punya tugas penting. Sebelum surat Ong-ya sampai ke Kun-ciu, jangan membuat gara-gara." Ketika An Tak mau bicara, tiba-tiba bangsat itu muncul lagi

dan memberi laporan bahwa si kakek dan cucu perempuannya yang ditunggu-tunggu sudah bermalam di penginapan lain. "Baik, sekarang mari kita pergi ke sana" kata An Tak sambil membanting cawan araknya ke meja. Saat itu pemilik penginapan sedang bersembunyi dengan perasaan takut di sebuah sudut ketika menyaksikan kepergian mereka. Mendadak dia lihat Kok Siauw Hong berempat juga mau keluar. Kok Siauw Hong menyerahkan serenceng uang perak kepada pemilik penginapan sambil berkata, "Ini uang sewa kamar kami. Jangan kuatir, kawanan bangsat itu pasti tak akan kembali lagi ke sini." Rombongan An Tak sudah sampai di penginapan yang dituju. Ternyata letaknya tidak jauh dari penginapan yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertama. Kemudian dengan berjajar di depan An Tak lantas berteriak, "Kakek Ciu, jika tahu gelagat, lekas kau keluar! Mengingat cucu perempuanmu pasti kami tak akan membuat susah padamu, bahkan aku bersedia memanggil Kakek padamu!" Belum lenyap suara An Tak, tahu-tahu di atas wuwungan penginapan muncul dua orang, siapa lagi kalau bukan si kakek she Ciu dan cucu perempuannya. "Bangsat cabul, rasakan seranganku ini!" damprat nona itu sambil menyambitkan sebuah pisau. Walaupun cukup banyak minum arak, tapi kepandaian An Tak tidak jadi berkurang. Kipasnya bergerak perlahan, sekali angkat, tahu-tahu pisau itu telah jatuh di permukaan kipasnya, hingga dengan mudah dia tangkap. Dengan memicingkan matanya yang tinggal satu An Tak berkata sambil tertawa, "Wah bagus amat senjatamu ini, nona Ciu Hong! Boleh aku anggap sebagai mas kawin yang kau berikan padaku!" Nona Ciu yang gusar bermaksud melompat turun untuk melabrak An Tak, tapi kakeknya mencegahnya sambil berkata pada sang cucu. "Mulut anjing itu tak bisa tumbuh menjadi gading, jangan hiraukan dia Hong!" Sambil berkata dia menghamburkan segenggam senjata rahasia Kim-ci-piauw (mata uang emas) dan berbareng dengan itu dia tarik cucu perempuannya dan melayang ke wuwungan rumah sebelahnya. Dengan Gin-kang mereka terus lari ke depan. Senjata rahasia si kakek ternyata jauh lebih lihay dibanding piauw si nona. Maka itu dengan terpaksa Tan Piauw dan An Tak harus memutar senjata mereka untuk menyambut kian ke mari untuk menjatuhkan berpuluh mata uang yang tajam itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan si kakek dan cucu perempuannya sudah kabur sampai di jalan "Kejar!" seru An Tak. Dia langsung melompat dan naik ke atas kuda mendahului mengejar, disusul oleh Tan Piauw dan keempat putranya. Ketika Kok Siauw Hong berempat keluar dari penginapan, kebetulan mereka masih sempat melihat larinya si kakek dan gadis cilik itu. Tapi karena jaraknya cukup jauh, An Tak dan kawan-kawannya tidak melihat munculnya rombongan Kok Siauw Hong. "Hei, kiranya Ciu Lo-ya dan cucu perempuannya, ah, kenapa aku tidak ingat pada mereka?" kata Han Pwee Eng terkejut. Si kakek bernama Ciu Tiong Gak, kepala rumah tangga keluarga Ci di Pek-hoa-kok, sedang cucu perempuannya, Ciu Hong. Sejak kecil dia dibesarkan bersama Ci Giok Hian sehingga keduanya seperti saudara kandung saja.Dulu ketika Han Pwee Eng dibegal dalam perjalanan ke Yang-ciu, Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong ada di sana. Melihat hal itu Kok Siauw Hong berempat segera memburu. Im-peng sebuah kota kecil, sedang yang menjaga pintu benteng hanya dua prajurit. Karena tembok benteng itu rendah, dengan mudah mereka melintasi pagar tembok kota. Sedang Tan-sie-ngo-long dan An Tak yang menunggang kuda, terpaksa membentak penjaga agar membukakan pintu. Karena mereka berseragam perwira Kim, penjaga itu ketakutan, Mereka segera membukakan pintu. Namun, sebelum pintu benteng ditutup kembali, Kok Siauw Hong berempat sudah menyusul menerobos keluar. Setelah di luar mereka segera mengejarnya. Tidak lama tampak enam ekor kuda terlepas di tepi jalan sedang makan rumput. Rupanya karena Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong lari masuk ke hutan, An Tak berenam segera menyusul dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meninggalkan kuda-kuda mereka akan mencari jejak buronannya. Namun, ketika Kok Siauw Hong tiba, Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong sedang terkepung musuh. Keadaan mereka pun sangat gawat. Saat itu terdengar An Tak mengejek sambil tertawa. "Kakek Ciu, sesungguhnya hatiku ingin menjadi cucu

menantumu. Asal kau mengangguk setuju segera kita dapat berdamai dan menjadi orang sendiri." "Kentut busuk!" damprat Ciu Tiong Gak. Ciu Tiong Gak sadar mungkin sulit untuk lolos dari kepungan musuh, dia jadi nekad. Mendadak dia terjang musuhnya. Sebelah kakinya langsung melayang ke arah An Tak. Rupanya dia sudah bertekad, jika harus mati dia akan mati bersama musuhnya! "Aya, Ciu Lo-ya-cu, kenapa kau keji amat? Emangnya kau ingin cucumu jadi janda?" kata An Tak mengolok-olok. Sambil bicara dia berkelit ke samping. Namun, segera terdengar suara keras. "Bruuk!" Salah seorang kawannya terjungkal. Yang tertendang adalah putra ketiga Tan Piauw, yaitu Tan Su. Di antara keluarga Tan, memang dialah yang paling lemah. Tendangan Ciu Tiong Gak ternyata tidak ringan, Tan Su menjerit dan terpental sejauh dua tiga meter. Tubuhnya tergeletak tak bisa bergerak lagi entah masih hidup atau sudah mati. Senjata Tan Piauw sebuah cangklong tembakau yang panjang. Sedang tadi dia melayani musuh sambil mengisap cang-klongnya. Sekarang dia jadi kaget dan gusar melihat putranya ditendang terjungkal oleh Ciu Tiong Gak. Maka tanpa sungkan-sungkan lagi Tan Piauw melancarkan serangan maut ke arah kakek Ciu. Pertama-tama Tan Piauw menyemburkan asap tembakau dari cangklongnya. Karena saat itu Ciu Tiong Gak belum berdiri tegak, sebelah kakinya digunakan untuk menendang. Tapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diajadi kela-bakan terkena semburan asap tembakau, belum lagi menyusul perutnya tertikam oleh ujung cangklong hingga mengeluarkan darah. Sambil tertawa terbahak-bahak An Tak segera menerkam maju untuk menangkap Ciu Hong. Di luar dugaan tiba-tiba terdengar bentakan seseorang. "Bangsat cabul, kali ini jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!" Setelah suara itu lenyap, tampak seseorang muncul, dia adalah Han Pwee Eng. Saking kagetnya An Tak yang kaget serasa rohnya telah meninggalkan badan kasarnya. Cepat luar biasa pedang Han Pwee Eng menyambar dan menyerang An Tak. Tak lama Kok Siauw Hong muncul bertiga, lalu menerjang maju, masing-masing mencari lawannya. "Nona Ciu Hong! Kau rawat Kakekmu. Serahkan saja srigala-srigala ini pada kami. Satu pun tak akan ada yang bisa lolos," kata Han Pwee Eng. Bukan main girangnya Ciu Hong.

"Nona Han, terima kasih," kata Ciu Hong. Kemudian dia bawa kakeknya agar bisa beristirahat. Untung dia membawa obat luka, dia segera mengobati luka kakeknya dengan obat itu. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 90 Rombongan Kok Siauw Hong Bertemu Ciu Tiong Gak; Seng Liong Sen Bersama Khie Kie Menuju Ke Kim-kee-leng

Sementara itu Kok Siauw Hong langsung melabrak Tan Piauw, sedang Lie Tiong Chu menghadapi ketiga srigala yang lain dengan gagah sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lie Toa-ko, serahkan satu padaku!" teriak Jen Ang Siauw, berbareng dengan itu nona Jen menerjang ke arah Tan Giok dengan sepasang goloknya. Tan Piauw yang saat itu sedang dalam keadaan gawat, jadi nekat dan menyerang secara mati-matian. Ternyata dia tidak mampu menghadapi Kok Siauw Hong yang gagah berani itu. Tidak berapa lama, dengan gerakan memancing Kok Siauw Hong berhasil melukainya, Tan Piauw langsung roboh tak berkutik lagi. Keadaan An Tak lebih parah lagi. Karena benci Han Pwee Eng menyerang tanpa kenal ampun sedikitpun, dia selalu mengincar tempat berbahaya di tubuh musuh. Tak lama An Tak kewalahan juga. Melihat keadaan sangat gawat An Tak dengan segala upaya mencari jalan untuk kabur. Tetapi karena serangan Han Pwee Eng terlalu kuat dan ketat, sedikitpun dia tidak punya peluang untuk kabur. Suatu ketika, Han Pwee Eng berhasil menusuk sebanyak tiga kali, hingga An Tak menjerit mengerikan. Ternyata mata kanannya tertusuk pedang nona Han hingga buta. Malah tulang bahunya pun tertebas putus bahkan dua gigi depannya rontok. Serangan berantai Han Pwee Eng tidak hanya membuat An Tak buta, tapi ilmu silatnya pun musnah. Sesudah itu Han Pwee Eng membentak. "Nah, bangsat tidak tahu malu, selanjutnya masih bisakah kau berbuat jahat lagi? Tapi jika kau kubinasakan itu hanya akan mengotorkan tanganku saja. Lekas kau enyah dari sini!" kata Han Pwee Eng. Sambil mendekap wajahnya yang berlumuran darah, laksana anjing habis dipukul, An Tak berjalan sempoyongan lalu kabur sambil merintih kesakitan. Lie Tiong Chu sedang menghadapi Tan Giok dan Tan Teng

berdua. Ternyata karena kedua orang itu bukan tandingan Lie

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiong Chu, dengan mudah mereka didesak. Suatu ketika karena Tan Teng nekat, gadanya segera memukul sekerasnya ke arah kepala Lie Tiong Chu. Akan tetapi seruling Lie Tiong Chu sempat memukulnya dengan perlahan dia terus nenariknya. Kemudian dengan meminjam tenaga pukulan lawan, Lie Tiong Chu menyeretnya ke depan hingga gada-nya berbalik tepat mengenai batok kepala saudaranya sendiri. Kepala Tan Gouw segera hancur berantakan, Tan Teng pun terhuyung dan akhirnya jatuh terjerembab, di atas tubuh Tan Gouw. Tan Teng segera merangkak bangun, dia jadi kalap dan berniat mengadu jiwa dengan Lie Tiong Chu. Tak lama gadanya terangkat tinggi. Tapi bukan menghantam Lie Tiong Chu, sebaliknya memukul ke arah kepalanya sendiri. Rupanya saking gusar dan sedihnya karena telah salah membunuh saudaranya sendiri, Tan Teng jadi putus asa dan bermaksud bunuh diri. Di antara keluarga Tan ternyata Tan Tenglah yang paling keras adatnya tapi polos. Melihat dia mau bunuh diri, Lie Tiong Chu jadi tak tega, segera dia tangkis gada Tan Teng hingga terlepas dari tangannya. Tak lama Lie Tiong Chu pun berteriak. "Kau kuampuni, silakan pergi!" kata Lie Tiong Chu. Tapi Tan Teng kelihatan masih penasaran, maka itu dia tidak mau segera pergi. Tiba-tiba Tan Piauw yang tergeletak tak berdaya berteriak pada Tan Teng dengan keras. "Selama gunung masih tetap hijau, kenapa kau takut kehabisan kayu bakar? Apa kau tak berniat membalas dendam ayah dan saudaramu, lekas kau pergi!" kata Tan Piauw. Mendengar ucapan ayahnya Tan Teng baru berjalan pergi dengan perasaan lesu, sekarang tinggal Tan Giok yang menghadapi Jen Ang Siauw. Ilmu silat Tan Giok cuma sedikit di bawah kepandaian Tan Piauw ayahnya, walau lebih tinggi dibandingkan ketiga saudaranya. Maka itu sekalipun

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaian Jen Ang Siauw tidak terlalu tinggi, tapi Tan Giok sulit mengalahkannya. Melihat pihaknya menderita kekalahan telak, Tan Giok lalu berpikir, "Lebih baik aku menyelamatkan diriku dulu!" sesudah itu dia melakukan serangan hebat. Saat lawannya mengelak

dia melompat kabur. Melihat musuhnya kabur Jen Ang Siauw yang hatinya baik tak mengejarnya, dia merasa kasihan karena dua saudara Tan telah binasa. Maka berakhirlah pertarungan seru itu. Dari saku Tan Piauw, Kok Siauw Hong menemukan surat rahasia Wanyen Tiang Cie yang ditujukan kepada Bupati di kota Kun-ciu. "Aku lihat, apa isi surat itu," kata nona Han. Kok Siauw Hong menyerahkan surat itu pada nona Han, lalu dia berkata pada Tan Piauw. "Sebenarnya kau tak bisa kuberi ampun. Baiklah, aku hanya akan memusnahkan ilmu silatmu. Sebab sekalipun kau cacat, tapi kau masih bisa menjadi orang berguna!" kata Kok Siauw Hong. Namun sebelum Kok Siauw Hong melaksanakan maksudnya, Tan Piauw menjerit lalu dari mulut dan hidungnya keluar darah segar. "Sayang, dia bunuh diri!" kata Han Pwee Eng. Rupanya Tan Piauw sadar, jika ilmu silatnya dimusnahkan dia akan mendapat kesulitan besar. Karena selama hidupnya dia banyak berbuat jahat, musuhnya pasti banyak sekali. Jika sampai ilmunya dimusnahkan oleh Kok Siauw Hong, pasti musuh-musuh itu akan bermunculan untuk menyiksa dia. Maka itu daripada tersiksa dia lebih memilih bunuh diri saja! "Sayang dia sudah mati, padahal kita bisa menanyai dia. Karena dari isi surat ini terdapat tanda-tanda bahwa di Kimkeeleng ada mata-mata musuh yang menyelinap di sana, ah sayang!" kata Han Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari surat itu jelas tertulis bahwa Wan-yen Tiang Cie meminta agar ada yang mengawasi gerak-gerik tentara di Kim-kee-leng. Dia juga mengisyaratkan agar Bupati Kun-ciu berhubungan dengan "orang yang ada di Kim-kee-leng". Tapi sayangnya nama orang itu tak disebut-sebut. "Sayang sekali, hal ini akan merepotkan sekali! Walau kawan kita di Kim-kee-leng berjumlah banyak, tapi siapa mata-mata musuh itu? Untung kita menemukan surat ini. Nanti sesampai di Kim-kee-leng akan kita bicarakan masalah ini dengan Liu Beng-cu!" kata Kok Siauw Hong setelah berpikir sejenak. Sementara itu Ciu Hong sudah mengobati Ciu Tiong Gak dan membalut lukanya. Tak lama Kok Siauw Hong bersama kawannya menghampiri mereka Tentu saja Ciu Tiong Gak sangat berterima kasih atas pertolongan mereka. "Tak kuduga kita bisa bertemu di sini," kata nona Han. "Memangnya selama ini kalian berada di mana?"

Sejak Tuan Ci dan Nona Ci meninggalkan kami, semua famili berpencar. Maka itu kami tak pernah ke Pek-hoa-kok lagi," kata Ciu Tiong Gak. "Ternyata kalian sudah berkumpul lagi, kami senang sekali. Kami pun baru pulang dari Souw-ciu. Kini Ciu Hong sudah mendapat jodoh!" Ciu Hong tampak malu-malu. "Eh kakek, kita kan baru bertemu, tapi kenapa kakek bicara begitu pada nona Han?" kata Ciu Hong. "Selamat adik Ciu Hong," kata Han Pwee Eng."Keluarga siapa yang berbahagia?" "Keluarga Yo di Souw-ciu," kata Ciu Tiong Gak. "Dia keponakan Yo Gan Seng, murid luar Kheng Ciauw. Hal ini akan kami katakan pada Siocia Ci dan sesudah itu baru menentukan tanggal pernikahan mereka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu kalian jangan ke Pek-hoa-kok, karena Kak Giok Hian ada di Kim-kee-leng!" kata Han Pwee Eng. "Ada yang akan kutanyakan padamu Han Sio-cia" kata Ciu Hong. "Katakan saja!" kata Han Pwee Eng. 'Aku dengar Ci Sio-cia sudah mendapat jodoh, apa benar? Benarkah nama suaminya Seng Liong Sen?" kata Ciu Hong. "Benar," kata Pwee Eng. "Tapi nasib manusia memang tak terduga sekarang mereka sudah berpisah lagi..." "Kasihan," kata Ciu Hong. Pantas jika demikian..." "Apa yang pantas?" tanya Pwee Eng. "Dua hari lalu kami bertemu dengan Seng Liong Sen, dia sedang berjalan dengan seorang nona cantik," kata Ciu Hong. "Aku memang tak kenal Liong Sen, tapi kakek kenal. Semula aku kira dia main serong tanpa sepengetahuan Ci Sio-cia!" "Nona itu pasti Khie Kie," kata Han Pwee Eng. "Siapa dia?" tanya Ciu Hong. "Dia putri Khie Wie yang duapuluh tahun lalu terkenal namanya," kata Han Pwee Eng. "Khie Lo-cian-pwee bukan orang yang buruk seperti diduga orang. Tapi dia jago di antara yang baik dan jahat. Apa yang Paman Ciu bicarakan dengannya saat bertemu. Aku sangat ingin tahu keadaan mereka," kata Kok Siauw Hong. "Aku kenal pada Seng Liong Sen, tapi dia tak kenal aku. Maka itu aku tak bicara dengannya," kata Ciu Tiong Gak. "Aku mengenal saat dia baru berguru pada Bun Tay-hiap, dia angkuh. Mana mungkin dia mau kenal pada budak sepertiku?" "Dulu dia memang begitu, tapi akhir-akhir ini sifatnya jadi baik," kata Kok Siauw Hong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku hampir tak mengenalinya, dulu dia ganteng sekali, sedang sekarang wajahnya buruk. Tetapi setelah kuperhatikan baru kukenali, dialah murid Bun Tay-hiap!" kata Ciu Tong Gak. "Jika Paman Ciu bertemu dengannya setahun yang lalu, wajahnya lebih buruk lagi. Tapi mertuanya bisa mencarikan obat untuknya hingga wajahnya bisa diobati," kata Siauw Hong. "Kau benar, jika tak ada orang yang membicarakan dia, mungkin aku tak kenal dia," kata Ciu Tiong Gak. 'Siapa orang itu, apa yang dibicarakannya tentang dia?" kata Siauw Hong. Ciu Tiong Gak berpikir sejenak. Walau bagaimana Seng Liong Sen itu sahabat Siauw Hong, maka itu dia akan menjelaskan apa yang didengarnya. "Mereka dua perwira Mongol yang mengenakan pakaian bangsa Kim!" kata Ciu Tiong Gak. "Dari mana Paman tahu mereka jago bangsa Mongol?" kata Siauw Hong kaget. "Ketika masih muda aku pernah jadi pedagang kuda di Mongol, maka itu aku mengerti bahasa Mongol." kata Ciu Tiong Gak. "Dari percakapan kedua orang itu, agaknya mereka ditugaskan mengikuti Seng Liong Sen. Tapi sayang aku hanya mendengar sebagian saja ucapan mereka. Selain itu mereka juga membicarakan tentang Seng Cap-si Kouw!" "Benarkah setelah kupunahkan ilmu silatnya bersama Siauw Hong, Seng Cap-si Kouw berada di Mongol?" pikir nona Han. "Siapa lagi tokoh lain yang disebut-sebut itu?" kata Kok Siauw Hong. "Aku tak kenal Siang-koan Hok dan Khie Wie, walau dulu dia terkenal sekali. Kabarnya dia lari ke Mongol, di sana dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi pembantu utama Liong-siang Hoat-ong!" kata Ciu Tiong Gak. "Bagaimana kedua jago Mongol itu membicarakan Siangkoan Hok?" kata Kok Siauw Hong. "Mereka tak mengira Seng Liong Sen itu keponakan Seng Cap-si Kouw dan menantu Khie Wie. Jika mereka tak bisa menangkap Siang-koan Hok, sebagai gantinya mereka akan menangkap Seng Liong Sen untuk mendapatkan hadiah dari Wan-yen Tiang Cie. Begitu menurut mereka!" kata Ciu Tiong

Gak. "Saat Kakek menceritakan hal itu padaku, aku juga heran," kata Ciu Hong. "Pasti kau kesal karena Seng Liong Sen jadi menantu Khie Wie, kan?" kata nona Han. "Itu salah satunya," kata Ciu Hong jujur. "Selain itu, Siangkoan Hok yang kata kakek jadi pembantu utama Liong-siang Hoat-ong, baru kudengar dari mulut kedua bu-su Mongol itu. Kata mereka Seng Liong Sen dan Siang-koan Hok seolah sejalan pikirannya. Anehnya kalau benar demikian, kenapa mereka mau menangkap Seng Liong Sen?" "Aku juga bingung," kata Ciu Tiong Gak. "Baik, akan kujelaskan," kata Kok Siauw Hong. "Semula Siang-koan Hok itu seorang pejuang bangsa Liao yang negaranya diambil alih oleh bangsa Kim. Saat itu dia berusaha akan membangun kembali Kerajaan Liao. Maka itu dia sengaja merahasiakan asal-usulnya dan bersembunyi di daerah Mongol. Tiga tahun yang lalu, setelah rahasia dirinya ketahuan oleh Liong-siang Hoa-ong, dia kabur ke Ho-lin. Karena dia sahabat baik ayah nona Han, dan pernah membantu tentara Han, hingga saat ini dia masih dicari oleh pihak Mongol!" "Jadi begitu, mungkin aku kurang pengalaman," kata Ciu Tiong Gak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setahuku soal ini hanya Tam Yu Cong, Liok Kun Lun, Hoa Kok Han dan Hong-lay-mo-li saja yang tahu," kata Siauw Hong. "Kukira Seng Liong Sen pun tak tahu soal ini. Tapi yang mengherankan kenapa kedua bu-su itu menghubungkan nama Siangkoan Hok dengan Seng Liong Sen?" "Paman Ciu, kapan dan di mana kau bertemu dengan kedua bu-su itu?" kata Han Pwee Eng. "Tengah hari kemarin aku bertemu dengan mereka sedang bersama nona Khie," kata Ciu Tiong Gak. "Selang dua jam baru kupergoki kedua bu-su Mongol itu di Ouw-ciok-kang!" "Hu-lie-cip dan Ouw-ciok-kang berada satu arah, hanya jalannya berbeda," kata Kok Siauw Hong. "Benar, di simpang tiga jalan itu aku lihat Seng Liong Sen, dia mengambil jalan lain dari jalan yang kami lalui, sekalipun arahnya sama. Sedangkan kedua bu-su Mongol itu jalannya sama dengan jalan yang kami lalui. Sayang kuda mereka sangat cepat, mungkin sekarang sudah sejauh 100 li di depan sana!" kata Ciu Tiong Gak. "Barangkali kedua bu-su itu salah jalan saat mereka mengejar Seng Liong Sen," kata Han Pwee Eng. "Mereka harus melewati Ouw-ciok-kang jika ingin ke Kimkee-

leng, maka itu mereka menyusul ke sana!" kata Kok Siauw Hong. "Tetapi heran sekali, kenapa Liong Sen mengambil jalan lain, apa karena dia tahu ada yang mengikutinya?" "Aku kira karena dia tahu Ci Sio-cia ada di Kim-kee-leng, mana berani dia menemuinya!" kata Ciu Hong. "Tetapi setahuku Ci Sio-ciamu dengan Seng Liong Sen sudah baikan," kata Kok Siauw Hong. "Aku mengerti kau memihak pada sio-ciamu," kata Han Pwee Eng sambil tersenyum. "Mari kita jalan, bagaimana keadaanmu Paman Ciu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak apa-apa, jika hanya sekedar untuk naik kuda aku bisa," kata Ciu Tiong Gak. Beruntung kuda-kuda yang ditinggalkan oleh Tan Piauw dan An Tak berjumlah enam ekor, hingga kuda-kuda itulah yang mereka pakai. "Mari kita ke Ouw-ciok-kang dulu, kita ikuti kedua busu Mongol itu," kata Kok Siauw Hong. "Ya, mereka mengejar Seng Liong Sen, dan kita mengikuti mereka," kata Han Pwee Eng. "Aku kira Seng Liong Sen mengambil jalan lain, pasti mereka tak akan menemukannya. Sedang kitta pasti akan bertemu dengan busu itu. Jika kita mengalahkannya, ini akan sama dengan bantuan kita pada Tam Tay-hiap!" "Memang apa hubungan Tam Tay-hiap dengan kedua busu itu?" tanya Tiong Gak. "Tam Tay-hiap ingin melakukan suatu rencana besar, beliau akan dibantu oleh Siang-koan Hok. Sekarang Tam Tay-hiap sudah menunggu di Tay-toh!" kata Kok Siauw Hong. "Aku yakin Siang-koan Hok tak takut pada kedua busu Mongol itu. Tapi jika kita bisa membunuh mereka, itu artinya kita meringankan tugas Siang-koan Hok!" "Jalan yang kita tempuh ini ke Kim-kee-leng, kalau di sana ada sio-ciaku, ini kebetulan," kata Ciu Hong. Dikisahkan Seng Liong Sen dan Khie Kie sedang berjalan berdua. Sambil berjalan Khie Kie terlihat sedang merenung. "Adik, ada apa denganmu? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Liong Sen. "Kakak Liong, apa perempuan tadi itu kenalanmu?" "Apa yang kau maksud perempuan yang berjalan dengan seorang kakek itu?" kata Seng Liong Sen agak kaget.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, dia! Aku rasa kakeknya pun kenal padamu kata Khie Kie sambil menatap Liong Sen. "Aku tidak kenal mereka," kata Liong Sen. "Aneh? Kenapa nona itu mengawasimu dengan tajam, demikian juga kakeknya." kata Khie Kie. "Mana kutahu kenapa mereka memperhatikan aku?" jawab Liong Sen. "Aku lihat mata nona itu melirik padaku," kata Khie Kie, "kelihatannya dia benci sekali padaku! Aku merasakan dari sorot matanya itu!" "Ah, dik! Kau terlalu bercuriga! Sekalipun dulu aku ini jahat, tapi tak pernah kulakukan perbuatan yang tak layak. Maka itu apa yang kutakutkan, karena tak ada yang kurahasiakan padamu? Semuanya sudah kuceritakan padamu!" kata Liong Sen dengan harapan Khie Kie mau mengerti. "Kakak Liong kau salah paham, aku tidak mencurigaimu. Tetapi yang aku heran, jika dia tak kenal padamu, kenapa dia mengawasimu begitu serius? "Oleh karena banyak orang yang datang ke tempat Suhu, mungkin saja dia mengenaliku tetapi aku tak kenal padanya," kata Seng Liong Sen. Walaupun dia berkata begitu Seng Liong Sen heran mendengar ucapan Khie Kie. "Jika benar kakek itu sahabat Guruku, kenapa dia tak menegurku?" pikir Seng Liong Sen. "Aku percaya padamu! Tetapi yang aku heran kenapa kau tidak mau ke Kim-kee-leng?" kata Khie Kie. Wajah Seng Liong Sen berubah merah. "Untuk sementara aku tak ingin bertemu dengan temanteman lamaku," kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu, kau kan takut bertemu dengan Cici Giok Hian," kata Khie Kie. "Benar tidak?" Seng Liong Sen diam seribu bahasa. "Cintamu padaku tak akan berubah, kan?" kata Khie Kie. "Apa perlu hatiku kukorek untuk kutunjukkan padamu?" kata Seng Liong Sen. "Memang untuk sementara aku tak ingin bertemu dengan Giok Hian, karena.... Ah, bagaimana aku harus menjelaskannya?" "Tak perlu kaujelaskan, apalagi mengorek hatimu," kata nona Khie. "Aku hanya ingin tahu kalau cinta kita tak akan berubah karena apapun. Lalu kenapa harus takut bertemu dengan Cici Giok Hian? Terus-terang aku ingin bertemu dengannya"

"Bukan aku takut, tapi.... Ah aku hanya..." Seng Liong Sen tak bisa meneruskan kata-katanya. "Kau takut aku cemburu, kan? Padahal sedikitpun tak ada ganjalan di hatiku, aku yakin begitu juga di hati Cici Giok Hian. Walau baru sekali aku bertemu dengannya, tapi aku yakin dia tak akan iri lepadaku..." kata Khie Kie. "Aku yakin begitu," kata Liong Sen. "Tapi kesalahanku dulu bukan cuma kebetulan, maka...." "Kau sudah insaf lama sekali, bahkan kawan-kawanmu di Kim-kee-leng pun sudah tahu itu!" kata Khie Kie. "Kau benar, tapi aku malu!" kata Liong Sen. "Sifatmu yang buruk karena kau terlalu tinggi hati," kata Khie Kie. "Kau terlalu kuatir dipandang rendah, sehingga kau melakukan sesuatu untukmendapat pujian! Padahal jika hanya sendiri tenagamu terbatas. Jika kau ingin berbuat sesuatu seharusnya dikerjakan bersama-sama. Hal itu aku dengar dari Paman Siang-koan Hok. Walau kepandaian beliau tinggi tetapi dia berjuang untuk kebersamaan. Dulu aku memang tak tahu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu, tapi sesudah banyak bergaul, akhirnya aku paham masalah itu!" Mendengar nasihat itu Seng Liong Sen mengubah pendiriannya "Baik, kita balik lagi dan pergi ke Kim-kee-leng. Tapi entah Paman Siang-koan Hok sudah sampai di sana atau belum? Aku tak mengira kalau Paman Siang-koan sahabat baik ayahmu!" kata Seng Liong Sen. "Dia sudah pergi tiga hari yang lalu, aku kira dia sudah ada di sana," kata Khie Kie. "Aku juga baru mengenalnya, Ayahku tak pernah cerita tentang dia!" "Adik Khie, kita pasangan sehidup-semati tak terpisahkan," kata Seng Long Sen. Khie Kie tersenyum. "Ayahmu menyuruh kita ke Kim-kee-leng, tetapi kenapa dia tak ke sana?" kata Seng Liong Sen. "Ayah akan ke tempat lain mencari kawan, mungkin ada urusan lain yang lebih penting," kata Khie Kie. "Kepandaian ayahmu tinggi, malam tadi dia terluka, syukur lukanya tidak parah," kata Seng Liong Sen. "Pertarungan sengit seperti malam itu belum pernah kualami sebelumnya." "Ya, jika diingat sampai sekarang hatiku masih berdebardebar," jawab Khie Kie. Pertarungan yang diceritakan oleh Seng Liong Sen itu terjadi seminggu yang lalu di Sun-keng-san atau tempat tinggal Khie Wie. Ketika Siang-koan Hok datang, kebetulan

Seng Liong Sen baru pulang. Dia menemui Siang-koan Hok. Seng Liong Sen belum kenal pada Siang-koan Hok, maka itu dia bertanya dengan teliti sekali, apa maksud kedatangan tamu itu. Tapi Siang-koan Hok yang belum kenal pemuda itu, tak berterus terang pada Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya anda ini siapa?" tanya Siang-koan Hok. Maka itu keduanya jadi salah paham. Seng Liong Sen mengira Siang-koan Hok musuh mertuanya, sedang Siangkoan Hok mengira Khie Wie telah pindah rumah. Maka itu keduanya bertengkar dan bertarung. Tetapi karena Seng Liong Sen menggunakan tiga macam ilmu silat dari berbagai golongan, Siang-koan Hok tak bisa menerka siapa pemuda itu? Saat itu Seng Liong Sen sedikit lengah, dia ditarik oleh Siang-koan Hok dan terlontar tinggi. Seng Liong Sen mencoba berakrobat agar tubuhnya tidak jatuh terbanting. Untung tibatiba muncul seseorang yang menangkap jatuhnya tubuh Seng Liong Sen. Orang itu Khie Wie adanya. Khie Wie memeriksa nadi menantunya, dia lega. Ternyata Siang-koan Hok tak berniat melukainya. Kemudian Khie Wie tertawa sambil berkata. "Ah, kiranya kau sahabat lamaku!" kata Khie Wie. "Siapa pemuda ini?" tanya Siang-koan Hok. "Dia menantuku, Seng Liong Sen namanya!" kata Khie Wie. "Jadi dia menantumu, pantas lihay," kata Siang-koan Hok. "Dia belajar dari bibinya Seng Yu Ih, resminya murid Bun Tay-hiap. Ayo beri hormat pada Paman Siang-koan," kata Khie Wie pada Seng Liong Sen. Keduanya sama-sama kaget Siang-koan Hok tak mengira pemuda itu keponakan Seng Cap-si Kouw, sedang Seng Liong Sen tak mengira kalau tamu itu bernama Siang-koan Hok. "Pasti kau sudah tahu tentang diriku," kata Siang-koan Hok. "Saat ini di kalangan kang-ouw, aku ini si manusia paling busuk. Untung mertuamu tidak menganggapku begitu!" "Delapanbelas tahun yang lalu aku sudah berjanji tak akan membocorkan rahasiamu, maka itu mungkin saja dia tak tahu siapa kau," kata Khie Kie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dulu saat berpisah Khie Wie pergi menyepi di pegunungan, sedangkan Siang-koan Hok pergi ke Mongol. Sekarang mereka baru bertemu lagi. Tak lama mereka sudah asyik berbincang.

Sungguh di luar dugaan malam itu tempat itu didatangi tiga orang tak diundang. Salah seorang pendeta Lham dari Tibet. Pendeta itu berjubah merah, dia bernama Bu-bong Siang-jin. Dia kakak seperguruan Wan-yen Tiang Cie, yang seorang lagi pembantu utama Wan-yen Tiang Cie bernama Cian Tiang Cun. Sedangkan orang yang ketiga bernama Uh Bong, murid Liongsiang Hoat-ong. Uh Bong orang Mongol dan dialah penghubung Wan-yen Tiang Cie sehingga mereka bisa bersekongkol dengan bangsa Mongol, tepatnya dengan Liong-siang Hoat-ong. Begitu sampai mereka langsung menyerang. Dengan demikian pertarungan hebat segera terjadi. Seng Liong Sen menghadapi Uh Bong, sedangkan Khie Wie berhadapan dengan Bu-bong Siang-jin. Siang-koan Hok melawan Cian Tiang Cun. Akhirnya Khie Wie dan kawan-kawannya berhasil mengalahkan mereka, walau Khie Wie terluka tapi untung lukanya ringan. "Rupanya Liong-siang Hoat-ong tak pernah melupakan aku," kata Siang-koan Hok. "Mungkin saja akan datang lagi jago-jago yang menyusul ke mari! Saudara Khie sekarang tempatmu tak aman lagi, aku menyesal telah menyusahkanmu...." "Jangan berkata begitu, kau kan kawan lamaku. Sekalipun mereka berdatangan kita hadapi mereka. Tapi entah Liongsiang Hoat-ong datang ke mari atau tidak?" kata Khie Wie. "Menurutku dia tak akan datang sendiri, mungkin dengan jago-jagonya. Aku yakin Liong-siang Hoat-ong masih di Taytoh," kata Siang-koan Hok. "Untunglah, jadi aku masih bisa tinggal di sini beberapa hari lagi sampai lukaku sembuh, jika mereka datang pasti akan makan waktu beberapa hari," kata Khie Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memangnya kau mau ke mana?" tanya Siang-koan Hok. "Entahlah, tapi kau jangan mencemaskan diriku! Jika kau punya masalah penting, silakan kau berangkat lebih dulu," kata Khie Wie. Mengingat Siang-koan Hok sudah berjanji dengan Tam Yu Cong dia berkata begini. "Benar, aku akan ke Kim-kee-leng menemui Hong-lay-mo-li, sesudah itu akan kutemui Tam Yu Cong. Bagaimana kalau kau ke Kim-kee-leng saja?" kata Siang-koan Hok. "Terima kasih," kata Khie Wie. "Untuk sementara aku tak akab ke sana dulu, aku sudah biasa hidup berkelana. Sekarang di Kim-kee-leng sudah berkumpul para patriot, sedang aku malah dikenal sebagai gembong penjahat besar!" "Apa kau lupa dulu Hong-lay-mo-lipun seperti kau, bahkan

sangat ditakuti," kata Siang-koan Hok. "Biar akan kuberitahu mereka, aku rasa tak ada masalah untukmu." "Suami-istri itu orang-orang gagah, aku memang ingin menemui mereka," kata Khie Wie. "Ya, baiklah kalau begitu, aku akan segera pergi," kata Siang-koan Hok Ketika Siang-koan Hok akan pergi, Khie Wie menahannya. 'Tunggu dulu!" "Ada apa?" tanya Siang-koan Hok. "Aku tak ikut dengan kau, tapi puteri dan menantuku akan kutitipkan padamu merekalah yang akan pergi bersama-sama ke Kim-kee-leng!" kata Khie Wie. "Bagus," kata Siang-koan Hok. "Silakan Paman Siang-koan berangkat lebih dulu, aku akan mengobati luka mertuaku sampai sembuh," kata Seng Liong Sen memberi alasan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya dia menolak pergi dengan Siang-koan Hok, karena tak ingin ke Kim-kee-leng. Tetapi setelah dipaksa oleh mertuanya, akhirnya mereka pergi juga Seng Liong Sen menilai ucapan istrinya benar juga. Mau tak mau mereka akan bertemu dengan Ci Giok Hian. "Ah, kenapa aku harus takut bertemu dengan Ci Giok Hian?" pikir Seng Liong Sen. "Jika niatku baik dan sifatku sudah berubah, siapa yang akan membenciku?" Seng Liong Sen berjalan dengan langkah tetap. Sambil berjalan dia menunduk seolah-olah sedang berpikir keras. "Seng Toa-ko, apa yang kau pikirkan?" tanya Khie Kie. Saat itu mereka telah melewati Ouw-ciok-kang. Mendengar teguran itu Seng Liong Sen sadar dari lamunannya. "Oh, aku sedang berpikir, apakah Paman Siang-koan sudah ada di sana atau belum?" kata Seng Liong Sen. "Dia sudah berangkat tiga hari yang lalu." "Jika dia tak ada di sana, tapi Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng dan Cici Giok Hian ada di sana! Apa kau masih takut menemui mereka?" kata Khie Kie. "Ah, jika aku bersamamu, apa yang aku takutkan?" kata Seng Liong Sen. Wajah Khie Kie berubah merah, hatinya bahagia. "Kalau begitu, mari kita jalan lebih cepat!" kata Khie Kie. "Lihat langit sudah mulai gelap sebentar lagi mungkin akan turun hujan! Jika kita bisa lebih cepat mencapai kota kecil di depan kita, kita tak akan kehujanan!" Ternyata walau mereka berjalan dengan cepat, akhirnya gagal mencapai kota kecil itu. Karena hujan sudah keburu

turun, hingga merekapun harus basah kuyup kehujanan. "Kita gagal mencapai kota kecil di depan kita!" kata Seng Liong Sen. "Mari kita cari tempat untuk meneduh!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama hujanpun mulai reda Walaupun cuaca masih tetap gelap. Tiba-tiba mereka mendengar suara debur air, Seng Liong Sen tersentak kaget. "Ah, celaka kita salah jalan! Di depan kita sungai!" kata Seng Liong Sen. "Memang seharusnya kita menyeberangi sungai Tay-bunhoo untuk sampai di Kim-kee-leng!" kata Khie Kie. "Benar, tapi di tempat seperti ini, di mana kita bisa mencari tempat untuk berteduh?" kata Seng Liong Sen. Saat kilat menyambar Khie Kie melihat sesuatu. "Lihat!" kata si nona. "Di sana ada sebuah bangunan!" "Ya aku malah mendengar suara orang, barangkali di sanapun sudah ada orang yang meneduh," jawab Seng Liong Sen. Sesudah dekat dengan bangunan itu, baru mereka tahu, bahwa bangunan itu tempat menyimpan kayu. Ternyata para pedagang kayu menggunakan air sungai untuk mengangkuti kayu-kayu yang akan mereka jual di kota. Tetapi kayu-kayu itu sudah tinggal setumpuk saja. Mereka masuk ke dalam gudang kayu itu. Di sana terlihat belasan orang sedang mengerumuni api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan. "Maaf, kami datang mengganggu Tuan-tuan," kata Seng Liong Sen. "Kami salah jalan dan ingin numpang meneduh..." "Jangan see-ji, ini pun bukan gudang milik kami. Silakan. Wah pakaian kalian basah-kuyup. Mari hangatkan tubuh kalian di sini!" kata seorang dengan ramah sekali. Sambil bicara orang itu menepi memberi tempat untuk dua orang agar bisa berada di depan api unggun yang hangat. Sesudah berada di depan api unggun akhirnya mereka asyik bicara. Ternyata di antara mereka ada pedagang obat, karena

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

air sungai mulai pasang, mereka tak bisa menemukan perahu untuk menyeberang. Akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di situ. Nama tukang obat itu An To Seng, dia mengajak empat orang pegawainya untuk memikul barangbarangnya. "Kami dari Keng-ciu membeli bahan obat dan akan ke Kuiciu!"

kata An To Seng. "Margaku Sin," kata Seng Liong Sen berbohong. "Apa nona itu keluargamu?" kata An To Seng. Semula Seng Liong Sen akan mengaku bahwa mereka kakak-beradik, tapi dia takut orang curiga padanya. Maka itu dia menjawab sejujurnya "Dia istriku!" kata Seng Liong Sen. "Ah, mungkin saja kalian baru menikah, ya?" "Ah, terkaan Tuan tepat sekali, Tuan An!" kata Seng Liong Sen berpura-pura kaget. "Aku lihat istrimu malu-malu, biasanya pengantin baru memang suka malu-malu," kata An To Seng. "Ayo maju agar pakaianmu bisa segera kering! Jangan sampai kalian masuk angin." Mereka berbincang semakin asyik. "Kalian mau ke mana?" tanya An To Seng. "Aku akan menemui kawan baikku untuk minta pekerjaan di Kui-ciu!" jawab Seng Liong Sen. "Di Kui-ciu ada bukit bernama Kim-kee-leng, di sana ada kelompok penjahat yang dipimpin seorang perempuan, apa saudara Sin tak takut bertemu dengan mereka?" kata An To Seng. "Kami bukan orang kaya karena itu kami tidak membawa barang berharga," kata Seng Liong Sen. "Kamipun tak takut

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibegal. Malah aku dengar mereka juga tak sembarangan membegal orang!" "Kau benar, jika mereka ganas masakan aku berani lewat sini," kata An To Seng. Lama-lama mereka saling curiga dan mengira masingmasing sedang memancing. Maka itu merekajadi kaku dalam berbincang. Saat itu masuk dua orang yang berumur belasan tahun ikut meneduh di situ. Salah seorang berpakaian bagus seperti putra hartawan dan seorang lagi bertubuh kekar. Mungkin orang bertubuh kekar itu pengiring anak muda yang berdandan rapih itu. Begitu masuk, orang yang berbadan kekar itu langsung bicara dengan suara keras. "Harap beri tempat pada Kong-cu kami. Dia ingin menghangatkan tubuhnya." kata si kekar. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 91 Bertemu Han Hie Sun Di Gudang Kayu; Pertarungan Hebat Di Gudang Kayu

Sementara itu di luar hujan mulai reda, kedua orang yang baru datang itu membawa payung. Tapi karena kehujanan,

pakaian mereka tetap basah-kuyup. Melihat kedatangan kedua orang itu, yang paling terkejut Seng Liong Sen. Kong-cu yang dipanggil oleh lelaki kekar itu dia ternyata putra kedua Perdana Menteri Kerajaan Song Selatan yang bernama Han To Yu. Anak muda itu bernama Han Hie Sun. Sedangkan lelaki kekar itu, pelatih silat istana Perdana Menteri. Dia bernama Su Hong. Merasa perlakuan orang kekar itu kasar, An To Seng gusar. "Hm! Kau tahu sopan-santun atau tidak? Api unggun ini kami yang buat! Jika kalian ingin ikut berdiang di sini, harus permisi dulu kepada kami. Kenapa kau berteriak-teriak semaumu? Memangnya kau kira ini di rumah majikanmu,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga kau boleh sembarangan main bentak?" kata An To Seng. "Hm! Jika Kong-cu kami mau berdiang bersama kalian, itu pun sudah sebuah kehormatan besar bagi kalian! Beraninya kau, menyuruh Kong-cu kami minta izin padamu?" kata Su Hong. "Hm! Dia majikanmu, bukan majikanku! Kenapa aku harus hormat kepadanya?" kata An To Seng bersikeras." Seharusnya kau bicara sedikit sopan. Dengan demkian barangkali aku bisa kasihan pada kalian aku mengijinkan kalian berdiang di sini!" Di antara kawan si pedagang obat itu ada juga yang dongkol mendengar kata-kata Su Hong yang kasar itu. Seng Liong Sen dan Khie Kie diam saja. Kebetulan Seng Liong Sen pun pernah mewakili gurunya berunding dengan Han To Yu mengenai masalah perlawanan terhadap penyerbuan pasukan Kim. Maka itu dia kenal siapa Han Hie Sun itu, malah dia pernah tinggal di istana Perdana Menteri Han To Yu beberapa hari lamanya. Han Hie Sun mengawasi ke arah An To Seng, tapi tak lama dia mulai bergeser ke arah Seng Liong Sen. Mungkin karena dia merasa sudah kenal pada orang bermuka buruk ini, walaupun dia tak ingat di mana. Salah seorang pembantu An To Seng sengaja melonjorkan kakinya, dengan demikian tak ada tempat bagi Han Hie Sun. "Entah dari mana datangnya kerbau gila itu, lebih baik tempat ini diberikan pada orang yang sopan daripada kepada seekor kerbau gila!" kata kuli itu. Su Hong yang gusar, balas memaki. "Apa katamu? Kau anggap aku ini kerbau gila?" kata Su Hong geram bukan main. Sambil bicara dia dorong kuli itu. An To Seng segera menangkis dorongan Su Hong sambil berkata keras.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh, kau ingin berkelahi ya?" kata An To Seng. Ketika tangan keduanya beradu, ternyata mereka samasama kuat. Tadi An To Seng menangkis dorongan Su Hong sambil duduk, jelas kekuatannya masih setingkat lebih tinggi dari Su Hong. Seng Liong Sen baru sadar kalau An To Seng itu ternyata bisa silat. Dia sudah tahu sampai di mana kepandaian Su Hong. Sekalipun tidak istimewa, dia terhitung seorang jago. Namun kepandaian An To Seng lebih lihay dan bukan orang sembarangan. Tiba-tiba Seng Liong Sen berkata. "Dengan sesama orang dalam perjalanan, sebisa mungkin harus saling tolong-menolong. Asal kalian bersikap sedikit ramah, pasti Tuan An bersedia membantu kalian." kata Seng Liong Sen. Sambil bicara dia dan Khie Kie bangun, lalu berkata lagi. "Biar kuberikan tempat duduk kami dan jangan bertengkar!" kata Seng Liong Sen. Rupanya pemuda itu tak ingin terjadi perkelahian antara Han Hie Sun dan An To Seng. Menurut pendapatnya Su Hong memang tak perlu ditakutkan, tetapi Han Hie Sun murid Thio Tay Thian atau si pengemis yang mahir Keng-sin-cie-hoat, An To Seng tak akan sanggup melawan Han Hie Sun. Walau An To Seng mampu mengalahkan Su Hong. Lagipula jika pertandingan itu diteruskan, maka mau tak mau dia akan terlibat juga. Padahal dia tak ingin dikenali. Itu sebabnya dia coba mencegah perkelahian itu. Han Hie Sun melirik sekejap ke arah Seng Liong Sen, lalu berkata sambil tertawa. "Kata-kata saudara ini benar. Su Hong kau bicara kasar, kau harus minta maaf kepada Tuan itu. Eh, Tuan kau she apa? Apa Tuan-tuan bersedia memberi tempat untuk kami?" kata Hie Sun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika sejak tadi kau berkata begitu, semua masalah akan beres," kata An To Seng. Dia persilakan Han Hie Sun dan Su Hong duduk dan memberi tahu she dan nama serta usahanya. Kuli An To Seng merasa penasaran pada kedua tamu itu, mereka menggerutu. "Hm! Baiklah, tapi kami mengalah atas kehendak majikan dan Tuan Sin, jangan kau kira kami takut pada kalian!" gerutu kuli itu kurang puas.

Sebenarnya Su Hong sangat dongkol mendengar gerutuan itu, tapi karena majikannya memberi perintah, terpaksa dia minta maaf kepada An To Seng dan tidak menghiraukan kulikuli itu. Dia heran, kenapa tiba-tiba majikannya berubah jadi penakut pada beberapa orang kasar itu. Sedang Han Hie Sun agak tertarik hatinya, mendengar kuli itu menyebut she "Sin" untuk pemuda yang mau mengalah itu. "Dia mengaku she Sin, tapi kelihatannya dia mirip dengan murid Bun Tay-hiap. Lagipula aku dengar Seng Liong Sen sudah mati, dulu dia tampan. Apa wajahnya sekarang telah berubah?" pikir Han Hie Sun "Heran, kenapa putra Han To Yu ada di tempat ini, mau apa dia? pikir Seng Liong Sen. "Padahal ini kan wilayah Kerajaan Kim!" Melihat majikannya mengawasi ke arah Seng Liong Sen dan Khie Kie, Su Hong mengira majikannya tertarik pada nona di samping orang yang diawasinya itu. Maka itu Su Hong berkata begini. "Saudara Sin, siapa nona di sampingmu itu? Apakah dia adikmu? Dan apa pekerjaanmu?" kata Su Hong. "Aku pengembara biasa," sahut Seng Liong Sen tanpa menjawab pertanyaan yang lainnya. "Oh, jadi kau pengembara miskin," kata Su Hong sambil tertawa. "Mudah saja jika kau ingin mencari sesuap nasi,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kong-cu kami bersedia memberimu makan, asal kau dan adik perempuanmu ikut Kong-cu kami. Mengingat adikmu itu cukup cantik juga he..he...he....." Belum selesai ucapan Su Hong, tiba-tiba An To Seng sudah membentak dengan nyaring. "Kau jangan sembarangan bicara orang she Su! Mereka itu suami istri, tahu?" kata An To Seng. "Ah, suami istri rupanya. Jika suami istri, kenapa?" kata Su Hong. "Ah, sayang istrinya cantik sekali sedangkan suaminya jelek sekali! Nona cantik itu tak ubahnya seperti bunga mawar tumbuh di atas kotoran kerbau." Khie Kie gusar dia bermaksud memberi pelajaran pada Su Hong, tapi diam-diam Seng Liong Sen mencegahnya. An To Seng tidak tahan lagi, segera dia memaki. "Tutup mulutmu! Sin Toa-ko ini sahabatku, jika kau sembarangan bicara lagi, jangan kau salahkan aku!." "Memang kata-kataku itu salah? Dia memang buruk, itu kenyataan, kenapa kau tidak senang? Apa kau ingin berkelahi denganku?" kata Su Hong. Tiba-tiba Seng Liong Sen bicara.

"Tuan An, kau jangan marah, ucapan tuan Su ada benarnya juga. Memang wajahku ini buruk, apa mau dikata?" kata Seng Liong Sen merendah. "Nah, bocah ini saja sudah mengaku, apa kata-kataku tadi salah?" kata Su Hong sambil tertawa terbahak-bahak. "Dia lebih tahu keadaan dibanding dengan kau! Apa kau bersedia ikut Kong-cu kami? Aku jamin kau akan kenyang makan dan senang!" "Terima kasih," kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebetulan Seng Liong Sen duduk di depan Su Hong, maka itu dengan sedikit membungkuk dia memberi hormat dan merangkapkan sepasang tangannya di depan dadanya. "Jangan sungkan, jangan sungkan. Istrimu ini........." kata Su Hong. Belum habis ucapan Su Hong mendadak dia terlentang, sedangkan sebelah kakinya mengenai tumpukan api unggun. Dia berteriak-teriak kesakitan karena kakinya terbakar. Rupanya ketika itu Seng Liong Sen menggunakan gerakan 'Tong-cu-pay-koan-im' (Anak kecil menyembah Dewi Koan-im) sambil mengerahkan tenaga dalamnya menghantam lutut Su Hong. Menyaksikan kejadian itu Han Hie Sun terkejut. An To Seng kaget dan girang. Diam-diam dia bersyukur bisa mengikat persahabatan dengan Seng Liong Sen. Sambil tertawa An To Seng berolok-olok. "Hei orang she Su, mulutmu itu tidak bersih, pantas jika mendapat ganjaran yang setimpal. Lekas bangun, nanti api unggunnya padam!" kata An To Seng. Su Hong segera merangkak bangun. Sebenarnya dia hendak mengumbar perasaan dongkolnya, tapi Han Hie Sun keburu melotot padanya dan berkata. "Kau selalu membuat malu saja, jangan ngaco!" kata Han Hie Sun. "Sin Toa-ko, ternyata kau lihay sekali. Maafkan aku kurang hormat padamu. Jika kau lak keberatan mari kita bersahabat!" Han Hie Sun langsung mengulurkan tangannya ingin berjabatan tangan dengan Seng Liong Sen. "Ah, mana aku berani," sahut Liong Sen merendah. Tapi karena sadar dia tak bisa menghindari ajakan Han Hie Sun itu, terpaksa dia mengulurkan tangannya untuk mengadu tenaga dengan lawan. Begitu tangan mereka saling menggenggam, serentak kedua pihak sama-sama bergetar.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Seng Liong Sen mengakui tenaga dalam lawan jauh lebih hebat dibanding dulu. Sebaliknya Han Hie Sun pun terkejut, karena tenaga dalam lawannya sangat aneh, entah berasal dari aliran mana? Seng Liong Sen yang kuatir dikenali, sengaja menggunakan tenaga dalam ajaran Khie Wie hingga membuat Han Hie Sun ragu-ragu. Saat Han Hie Sun hendak mengerahkan tenaga Keng-sin-cie-hoat, tiba-tiba dia merasa terdorong oleh semacam tenaga yang sangat kuat hingga membuat dia sesak napas. Dia terkejut dan cepat melepaskan tangannya agar tidak terluka oleh tenaga dalam lawan yang aneh itu. Menyaksikan kejadian itu, An To Seng terkejut. Semula dia mengira Han Hie Sun hanya putra seorang hartawan biasa dan Su Hong tukang pukulnya. Tapi kini sudah diketahui bahwa kepandaian "putra hartawan" itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Su Hong. Han Hie Sun jadi sangsi dan sulit menduga asal-usul Seng Liong Sen. Ketika hendak bicara lagi untuk memancing jawaban dari Seng Liong Sen, tiba-tiba terdengar suara gelak tawa di luar gudang. Hampir bersamaan orang yang tertawa itu sudah melangkah masuk ke gudang kayu. Kedua pendatang baru ini terdiri dari seorang lelaki tinggi besar dan seorang bertubuh pendek kecil. Senjata yang tergantung pada pinggang kedua orang ini sama bentuknya, golok panjang. "Ah, kita tidak salah, ini tempat baik untuk berteduh. Di samping itu ada api unggun yang bisa kita gunakan untuk memanggang daging," terdengar lelaki kekar itu berkata. Kawannya yang pendek menanggapinya. "Benar, bahkan di sini tak sedikit sahabat kita, jadi tidak kesepian." katanya Sambil bicara lelaki kekar itu menanggalkan mantel yang dipakainya lalu dia mengibaskan sekuatnya sehingga air muncrat mengenai muka orang-orang yang sedang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkerumun di sekeliling api unggun itu. Rombongan pedagang obat itu sangat dongkol atas kejadian itu. Dengan mata mendelik mereka bermaksud mendamprat, tapi An To Seng keburu memberi tanda pada mereka agar jangan mencari gara-gara. Tak lama lelaki pendek berseru. "Hei, para sahabat, mengapa kalian tidak menyapa tamu

yang baru datang dan mengundang kami memanaskan badan?" kata si pendek. Sambil berkata begitu dia melangkah maju, mendadak sebelah kakinya menendang sebuah keranjang obat hingga terbalik. Sebenarnya keranjang obat itu ditaruh di pinggir dan tidak menghalangi jalan, jadi mudah diduga si pendek memang sengaja menendang keranjang itu. "Kurangajar! Keranjang sampah apa ini? Sembarangan ditaruh di sini, hampir saja aku tersandung!" kata si pendek. Kemudian dia menghunus goloknya dan langsung menusuk keranjang yang sudah terbalik itu. Karena terguling isi keranjang yang terdiri dari macam-macam obat itu langsung tercecer berantakan. Sekarang ditusuk dengan golok, tentu saja isi bungkusan itu berserakan hingga kelihatan apa jenisnya "Ah, sungguh hebat, ada Kolesom, Sia-hio, Tong-kui, Hosiuhoh, dan sebagainya, semua barang mahal dan sukar dicari!" kata lelaki pendek itu sambil tertawa. Sedang sebagian dari bahan obat itu berbentuk bubuk, karena bungkusnya pecah obatnya jadi berserakan di lantai gudang hingga sulit dikumpulkan lagi. Tentu saja hal ini sangat menyedihkan bahkan menimbulkan rasa gusar kawankawan pedagang obat itu. Tapi An To Seng memberi tanda agar anak buahnya menahan diri, sedang dia langsung berdiri dan membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebenarnya apa mau kedua sahabat ini?" kata An To Seng. "Tuan An, setahuku kau ini sudah berpengalaman. Tapi kau tidak tahu sudah dua hari kami menguntit jejakmu. Kenapa kau harus bertanya lagi?" jawab lelaki kekar itu. "Hm! Jadi tujuan kedatangan kalian ke sini untuk menemuiku," ejek An To Seng. "Jika demikian, ayo bicara terus-terang, kenapa kau rusak barang kami?" "Baiklah, jika kau ingin berunding," kata orang itu. "Obatobat yang kau bawa sangat kami perlukan. Tapi untuk Tuan An kami bisa beri kelonggaran. Kami hanya minta separuhnya saja. Nah, kalian boleh kumpulkan lagi untuk dibagi rata menjadi dua, aku percaya padamu. Besok pagi-pagi segera kami berangkat, untuk itu kami minta beberapa tenaga kuli darimu untuk mengangkut obat itu." "Huh, enak saja kau bicara!" kata An To Seng. "Memang kau anggap permintaan kami terlalu banyak?" kata lelaki pendek kecil itu. "Padahal harga yang kami ajukan

cukup pantas dan ditanggung bersaing." "Tuan An, sebenarnya apa maumu? Apakah kau menginginkan agar barang ini dibagi empat banding enam atau tiga banding tujuh? Silakan bicara saja," kata lelaki kekar itu. "Aku tidak ingin cara yang mana pun, dan yang aku inginkan kalian enyah dari sini sekarang juga!" kata An To Seng geram. "He, he, he, sekali kami sudah datang, mana bisa kami pergi begitu saja!" jawab lelaki pendek itu. "Wah, mendengar ucapanmu itu, tampaknya kau tak bisa diajak berunding?" "Benar," jawab An To Seng tegas. "Jika kalian tidak mau pergi, biar aku usir dengan aturan kaum Kang-ouw!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, coba katakan bagaimana caramu itu?" kata lelaki kekar itu. "Kau ingin main kerubut atau satu lawan satu, silakan?" kata An To Seng. "Sebelum mulai, mari kita bicara lebih dulu agar jelas," kata lelaki kekar itu. Dia mengawasi ke sekeliling ruangan, lalu berkata sambil tertawa. "Hai, pantas Tuan An tidak gentar sedikitpun pada kami, karena kau sudah mengundang bala-bantuan ke mari. Eh, yang ini bukankah Su Hong?" "Jadi kau masih kenal padaku, Pa Lo-toa," jawab Su Hong. "Tapi kau salah duga, seburuk-buruknya orang she Su tidak akan membantu pedagang obat itu!" "Ya, sudah lama kudengar Su Toa-ko mendapat Cu-kong, pasti kau tidak perlu melakukan pekerjaan tanpa modal lagi. Selama ini kau pasti hidup makmur dan kau tinggal di mana sekarang?'' "Tajam benar sumber informasimu," kata Su Hong. "Han Kong-cu ini, majikan mudaku. He..he, rasanya Tuan An belum cocok untuk jadi sahabat Kong-cu kami." "Hm! Sekalipun orang she An ini kaum keroco, dia tidak sudi bergaul dengan kaum pengkhianat," ejek An To Seng. "Tampaknya kalian sudah kenal lama dengan mereka! Nah, boleh jika kalian mau mengeroyok kami." Han Hie Sun mengibaskan kipasnya. Kemudian pemuda she Han itu berkata. "Kalian ribut sendiri, memang ada sangkut-paut apa denganku?" kata Han Hie Sun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sikap angkuh pertengkaran orang Kang-ouw ini tidak berharga baginya. Sambil tertawa Su Hong menyambung kata-katanya. "Tuan An, kau tidak perlu kuatir, Kong-cu kami tidak mau ikut campur urusan kalian. Maka itu akupun tidak akan membantu pihak manapun. Nah, Pa Lo-toa dan Han Lo-ji, kepandaian kalian masih cukup berlebihan untuk membereskan tukang obat ini, bukan?" "Terima kasih atas kesediaan Kong-cu kalian yang tidak sudi ikut campur. Bagi Su Toa-ko pasti kami tahu diri dan ada komisinya," kata lelaki kekar itu sambil tertawa. Setelah mendengar she kedua penjahat yang disebut-sebut oleh Su Hong, An To Seng ingat pada kedua penjahat yang terkenal dengan ilmu golok kilatnya, yaitu Pa Thian Hok dan Han Thian Siu. Kedua penjahat itu saudara seperguruan yang cukup terkenal di kalangan hitam belasan tahun lamanya, karena itu An To Seng belum pernah bertemu dengan mereka. Sorot mata Han Thian Siu beralih ke arah Seng Liong Sen, lalu berkata. "Bagaimana dengan sahabat ini?" kata Han Thian Siu. Saat Seng Liong Sen mau bicara, tiba-tiba An To Seng mendahului bicara, "Mereka suami istri yang kebetulan ikut berteduh di sini karena kehujanan. Aku pikir tidak perlu kita melibatkan mereka, karena tak ada sangkut-pautnya dengan urusan kita." kata An To Seng. "Baik, karena itu aku tak peduli kalian berapa orang, yang pasti kami siap menghadapi kalian," ujar lelaki kekar yang bernama Pa Thian Hok. "Nah, sekarang Tuan An ingin satu lawan satu, itu juga boleh."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, harus kau pegang ucapanmu itu! Akan kuhadapi kau untuk menentukan kalah dan menang," jawab An To Seng. "Tapi jika Tuan An kalah, maka barang yang kau bawa ini tidak hanya separuhnya saja yang kami inginkan," kata Pa Thian Hok sambil tertawa. "Ya, jika aku kalah, semua barangku boleh kau ambil, bahkan aku berikan juga kepalaku," jawab An To Seng dengan gusar. "Bagaimana jika kalian yang kalah?"

"Bagaimana keinginanmu saja?" kata Pa Thian Hok. "Aku tidak perlu kepalamu, cukup asal kalian segera enyah dari sini!"jawab An To Seng. "Baik!" kata Pa Thian Hok. "Nah, Han Su-tee, kau awasi mereka!" "Baik," jawab Han Thian Siu. "Asal mereka tidak bergerak pasti aku tidak perlu turun tangan." "Baik, maju sekarang!" bentak An To Seng sambil bersiap. "Sudah lama aku tahu tentang 72 jurus Kim-na-jiu-hoat Tuan An yang sangat lihay, biarlah sekarang aku belajar kenal dengan kepandaianmu itu. Awas!" kata Pa Thian Hok. Bersamaan dengan itu goloknya langsung menebas lawan. "Golok kilat" Pa Thian Hok memang bukan cuma nama kosong, dalam sekejap semua orang yang menyaksikan pertarungan itu merasa silau terkena sinar golok yang berkeredep di tengah berkelebatnya bayangan orang. Dengan tenang An To Seng menghadapi lawannya itu, dia menerobos kian kemari di antara sinar golok yang menyambar dengan cepat. Jika Pa Thian Hok mendesak maju, An To Seng mencengkram bagian yang mematikan di tubuh lawan, hingga terpaksa Pa Thian Hok melompat menghindarinya Sekarang Pa Thian Hok memainkan 36 jurus goloknya tapi sama sekali tak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa mengenai sasaran. Sebaliknya beberapa kali dia hampir dicengkram oleh tangan An To Seng yang lihay. Melihat pertarungan itu, Seng Liong Sen lega juga, sebab dia yakin akhirnya Tuan An yang akan jadi pemenangnya meskipun sekarang tampaknya Pa Thian Hok menyerang dengan ganas. Tapi di luar dugaan Pa Thian Hok, ternyata permainan tangan kosong An To Seng sangat lihay. Diam-diam dia mengeluh, apalagi pihak lawan masih punya temannya yang lain. Walaupun sudah berjanji satu lawan satu, terpaksa dia memberi isyarat pada Han Thian Siu agar mencari kesempatan untuk membantunya Han Thian Siu yang memang sudah mengetahui keadaan Su-hengnya yang tidak menguntungkan, begitu mendapat tanda segera dia mencari gara-gara. Sengaja dia menendang sebuah keranjang obat sehingga isinya tumpah berantakan. Bukan main gusarnya kuli-kuli An To Seng melihat kejadian itu. Mereka langsung mendamprat, langsung dibalas Han Thian Siu balas. Malah dia ludahi salah satu pegawai An To Seng. Mau tak mau anak buah An To Seng maju mengerubuti dia. Memang ini yang dia inginkan agar dia bisa ikut bertarung.

Tapi kuli-kuli itu bukan tandingan Han Thian Siu yang lihay. Maka itu beberapa orang itu sudah langsung terluka oleh golok Han Thian Siu. Ketika golok Han Thian Siu terayun ke arah seorang kuli, An To Seng yang kuatir kuli itu celaka, dia melompat ke arah pembantunya itu. Dia langsung menggunakan jarinya menusuk mata Han Thian Siu. Jika saja Han Thian Siu memaksa membacok, maka kedua matanya akan buta! Han Thian Siu yang tak mau ambil risiko, terpaksa menengadah ke belakang untuk menghindari serangan itu sambil menarik kembali goloknya untuk menyerang ke arah An

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Seng. Setelah menyelamatkan anak buahnya, An To Seng berseru. "Lekas kalian berangkat bawa barang-barang kita, biar akan kuhadapi penjahat-penjahat ini!" kata An To Seng,. Tetapi para pembantu An To Seng menolak. "Kami tak mau meninggalkanmu, An Toa-ko! Mati dan hidup kita akan bersama-sama!" kata mereka. An To Seng tahu anak buahnya setia, mereka tidak mau meninggalkan dia dalam bahaya. Sementara itu golok Pa Thian Hok menyambar lagi dari belakang, terpaksa An To Seng mengertakan giginya bertempur mati-matian. Sebenarnya An To Seng cukup kuat jika melawan Han Thian Siu atau Pa Thian Hok satu lawan satu. Tapi karena kedua saudara seperguruan itu bergabung dan menggunakan ilmu golok mereka yang bisa bekerja sama, An To Seng kesulitan juga. Ditambah lagi dia harus mengawasi keselamatan anak buahnya. Tentu saja keadaan diajadi semakin gawat saja. "Ah, rupanya komisiku hampir pasti aku peroleh!" kata Su Hong sambil tertawa. Han Hie Sun sambil mengipas dia bicara. "Seru juga, tapi tidak menarik!" kata Han Hie Sun. Melihat hal itu Seng Liong Sen pun mengira semua tukang obat itu bisa celaka jika dia tidak segera turun tangan. Tapi jika dia ikut campur, pasti Han Hie Sun maju. Sedang kekuatan lawan masih lebih kuat dibanding kekuatan pihaknya Tapi dalam keadaan yang sangat gawat itu, terpaksa dia bertindak juga. Saat Seng Liong Sen mau turun tangan, tibatiba terdengar suara kaki kuda mendatangi dan mendadak berhenti di depan gudang kayu itu. Karena hujan sudah berhenti, tampak jelas pendatang baru itu tiga orang penunggang kuda

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entah siapa yang datang ini, syukur kalau kawan Tuan An," pikir Seng Liong Sen. Ketika orang yang baru datang itu telah melangkah masuk, seketika Seng Liong Sen terkejut. Ternyata itu dua orang busu bangsa Mongol dan seorang perwira kerajaan Kim. "Berhenti semua!" bentak perwira Kim. Tapi pertarungan yang sedang berlangsung sengit itu sulit dihentikan dalam seketika. Maka itu perwira itu berteriak lagi. "Kalian tidak menuruti perintahku, baik! Biar kalian tahu rasa!" kata perwira Kim itu. Di tengah suaranya yang mengguntur itu, tiba-tiba muncul sinar perak berkelebat, disusul suara gemerincing nyaring. Tiba-tiba golok yang dipegang Han Thian Siu dan Pa Thian Hok terpotong menjadi dua Lengan baju An To Sengpun robek, pikulan kuli obat juga tertebas putus, belum terhitung senjata yang lain. Hanya satu jurus ilmu pedang saja, perwira Kim itu sudah mampu menjatuhkan senjata sebanyak itu hingga orang melongo kaget. Mau tak mau semua berhenti bertempur. Seng Liong Senpun terkejut, dia ingat cerita gurunya bahwa Wan-yen Tiang Cie mempunyai seorang pembantu yang terkenal sebagai ahli pedang, namanya Kim Kong Yan. "Apa mungkin orang ini dia?" pikir Liong Sen. Tak lama terdengar salah seorang bu-su Mongol itu berkata sambil tertawa "Kim Tay-jin, ilmu pedangmu sungguh lihay dan bukan bualan!" kata si bu-su. "Mereka tidak berharga dibereskan oleh kalian, maka terpaksa aku yang turun tangan," kata Kim Kong Yan sambil tertawa riang. Tak lama dia berpaling dan membentak pada para tukang obat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalian berdiri di tempat dan jangan bergerak, tunggu akan kuperiksa kalian semuanya!" kata Kim Kong Yan lagi. Seng Liong Sen yang tidak ingin dikenali, terpaksa ikut berdiri. Dia duga pihaknya pasti bukan tandingan mereka. Begitu juga Su Hong. Hanya Han Hie Sun yang masih tetap duduk angkuh. "Siapa kau? Beraninya kau......"

Belum habis kata-kata Kim Kong Yan, tiba-tiba Han Hie Sun membentangkan kipasnya yang bersepuh emas, sambil mengibas perlahan dia menjawab dengan sikap angkuh. "Kau perwira kerajaan Kim, bukan? Pasti kau kenal kipas ini?" kata Han Hie Sun. Setelah mengamati sekejap, Kim Kong Yan terkejut. "Oh, ternyata kau sahabat Siauw Ong-ya kami, maafkan!" kata Kim Kong Yan. Kipas milik Han Hie Sun memang pemberian Wan-yen Hoo. Ditambah lagi di kipas itu terdapat tulisan tangan Wan-yen Hoo. Kim Kong Yan kenal tulisan tangan Wan-yen Hoo. Dengan lagak tuan besar Han Hie Sun berkata nyaring. "Tidak apa, karena kau tidak tahu, aku tidak menghalangi tugasmu, boleh kau periksa mereka." Mendadak kedua bu-su Mongol itu mendekati Han Hie Sun dan Su Hong. Setelah mengawasi sejenak, seorang di antaranya berkata, "Oh, jadi kau ini sahabat Wan-yen Hoo, kau dari mana?" kata kedua bu-su Mongol itu. "Dari Kang-lam," jawab Han Hie Sun tanpa berpikir. "Oh, jadi kalian dari Kang-lam? Siapa namamu?" tanya busu Mongol itu pula. Dengan cepat Kim Kong Yan mengedipi Han Hie Sun lalu mewakili Hai Hie Sun menjawab.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia she Kim, dia mendapat perintah dari Siauw Ong-ya kami untuk mencari berita keadaan musuh di Kang-lam, dia bukan orang Song." kata Kim Kong Yan. Baru Han Hie Sun sadar pada kekeliruan jawabannya tadi. Seharusnya dia tidak boleh berterus-terang kepada busu Mongol itu. Sebaliknya Seng Liong Sen seketika bingung mendengar tanya-jawab mereka itu. Dia tidak mengerti kenapa Kim Kong Yan sengaja menutupi asal-usul Han Hie Sun? Ternyata busu Mongol itu curiga, dia berkata pada Kim Kong Yan perlahan. "Tadi kau tidak kenal dia, kenapa sekarang kau tahu dia she Kim?" kata bu-su Mongol itu. "Aku pernah mendengar dari Siauw Ong-ya, ketika dia memperlihatkan kipasnya tadi, segera aku ingat siapa dia," jawab Kim Kong Yan. "Benarkah dia she Kim? Aku rasa itu bukan!" kata busu Mongol itu. Berbareng dengan itu pergelangan tangan Han Hie Sun dia cengkram. Seorang yang memiliki ilmu silat tinggi, jika mendadak mendapat serangan, secara reflek dia akan mengeluarkan kepandaiannya untuk melawan. Begitu juga

Han Hie Sun yang terkejut, dia putarkan tangannya Berbareng dengan itu jarinya balas menotok tangan lawan. Dengan keras bu-su Mongol itu mengibaskan tangannya, hingga Han Hie Sun tergentak mundur dua tiga langkah ke belakang. Tapi segera terdengar suara gedubrakan. Ternyata Su Hong jatuh terjengkang. Dia maju hendak membantu majikannya Akibatnya dia sendiri terbanting roboh oleh bu-su Mongol yang lainnya. Bu-su yang menghadapi Han Hie Sun, langsung berkata sambil tertawa. "Aku tahu, kau she Han dan putra Han To Yu, betul tidak?" kata si busu Mongol.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buru-buru Han Hie Sun menjawab. "Oh, bukan! Aku......aku......" Belum selesai dia bicara mendadak bu-su Mongol itu mengeluarkan kepandaian khas orang Mongol, yaitu ilmu gulat sejenis judo dari Jepang. Dengan sekali pegang dia tarik Han Hie Sun ke atas bahunya dan langsung dibanting ke belakang. Dalam keadaan terdesak, Han Hie Sun menotok bahu lawan dengan jurus Keng-sin-cie-hoat yang lihay. Jelas Kim Kong Yan jadi kelabakan, cepat dia berseru. "Harap kalian menghormati Siauw Ong-ya kami, orang ini benar-benar mendapat tugas ke Kang-lam atas perintah Siauw Ong-ya!" kata Kim Kong Yan. Belum selesai ucapan itu, terdengar suara keras. "Brett!" Pakaian Han Hie Sun robek, sepucuk surat telah berpindah tangan ke bu-su Mongol itu. Han Hie Sun pun roboh terkulai. Kejadian itu terjadi tiba-tiba, tidak hanya Kim Kong Yan yang terkejut, Seng Liong Senpun melongo kaget. Tadi dia kuatir keselamatan An To Seng dan kawan-kawannya. Tidak diduga korban pertama yang roboh oleh bu-su Mongol, justru Han Hie Sun. Padahal kepandaian Han Hie Sun tidak lemah, mengapa hanya sekali gebrak langsung terbanting oleh lawan? "Hei, mari! Coba kau baca surat ini, apa yang tertulis di surat ini! Apa surat ini berasal dari Kerajaan Song?" kata bu-su Mongol itu memanggil Seng Liong Sen. Sudah tentu Seng Liong Sen tidak mau membantu orang Mongol itu, sekalipun Han Hie Sun bukan manusia baik-baik. "Maaf, aku tidak sekolah, aku buta huruf," jawab Liong Sen. Kelihatan bu-su Mongol itu dongkol dan mau mendamprat, tapi mendadak tangannya terasa gemetar. Surat yang dipegangnya mendadak jatuh ke lantai. Rupanya tadi dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertotok jurus Keng-sin-cie-hoat yang digunakan Han Hie Sun, Meskipun tenaga dalamnya cukup lihay dan tidak cedera, namun Keng-sin-cie-hoat memang hebat. Tangan bu-su Mongol itu gemetar maka surat yang dipegangnya terjatuh. Kesempatan itu segera digunakan oleh Han Hie Sun, sebelah kakinya menyapu surat itu masuk ke dalam api unggun. Dalam sekejap surat itu sudah terbakar habis. Bu-su Mongol itu gusar, segera dia angkat Han Hie Sun dan dia banting ke api unggun. Syukur Kim Kong Yan keburu melompat maju untuk memegangi tubuh Han Hie Sun. "Harap ingat pada Ong-ya kami dan suka mengampuni orang ini." kata Kim Kong Yan pada bu-su Mongol. Bu-su Mongol itu berkata kesal. "Ong-ya kalian memang ingin bersekutu dengan kami untuk membasmi Kerajaan Song, tapi diam-diam Siauw Ongyamu juga berkomplot dengan pihak Song! Pasti kalian bermaksud jahat terhadap bangsa Mongol. Hm! Masa Ong-ya dan Siauw Ong-yamu bertindak sendiri-sendiri, aku kira ini suatu tipu-muslihat Ong-ya kalian, bukan?" kata bu-su Mongol itu. Sekarang Seng Liong Sen tahu jalan pikiran mereka. Rupanya Wan-yen Tiang Cie bersekongkol dengan bangsa Mongol dan bermaksud merebut tahta Kerajaan Kim. Sedangkan Han To Yu dan putranya bersekongkol, karena ingin menjual negara demi kedudukan sendiri. "Harap Tuan jangan terlalu curiga, sebab mana mungkin Ong-ya kami berbuat begitu?" kata Kim Kong Yan sambil tertawa. "Jika Ong-ya kami bermaksud buruk, lalu mana mungkin dia mengutusku ikut membantu kalian?" Saat itu Han Hie Sunpun marah, sebagai putra Perdana Menteri Song, belum pernah dihina begitu. Maka itu sesudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dilepaskan oleh Kim Kong Yan, dia mendelik segera dia menyerang ke arah bu-su Mongol itu. "Hei, rupanya kau ingin berkelahi lagi, ya?" bentak bu-su Mongol yang memegang sebuah gada, Begitu bergerak, serentak ujung gada itu mengancam tiga jalan darah di tubuh Han Hie Sun. Ternyata ilmu totok bu-su Mongol itu aneh dan lihay luar biasa. Maka itu sekalipun Han Hie Sun terhitung ahli Tiamhiat,

dia tidak mampu menghindari serangan itu. Tiba-tiba salah satu jalan darah Han Hie Sun tertotok. Dia langsung roboh lagi. Kali ini tidak sanggup merangkak bangun lagi. Bu-su Mongol yang pertama itu bernama Sipatoh, dia terhitung jago pilihan yang jarang tandingannya. Di negeri Mongol kepandaiannya hanya di bawah Liong-siang Hoat-ong. Sedangkan kepandaiannya yang khas, yaitu ilmu gulat gaya Mongol, Hal itu bisa dikatakan terhitung nomor satu di Mongol. Jika berkelahi secara wajar Han Hie Sun mungkin bisa bertahan beberapa jurus. Dia roboh karena tidak menduga, tahu-tahu dia dibanting menggunakan ilmu gulat Mongol itu. Bu-su Mongol yang menotok Han Hie Sun dengan gada bernama Uh-bun Hoa-kip, dia murid ketiga Liong-siang Hoatong. Meskipun murid ketiga, tapi kepandaiannya terhitung nomor satu di antara sesama saudara seperguruannya, terutama Tiam-hiatnya menjadi kebanggaan. Cara menotok yang khas ajaran Liong-siang Hoat-ong itu sulit bagi Han Hie Sun untuk membukanya. Meskipun dia sendiri ahli Tiam-hiat juga. Tak lama Sipatoh lantas berkata: "Baiklah, untuk sementara kau kuampuni," kata Sipatoh. "Nanti setelah urusan beres kita bawa kau pulang untuk diperiksa lebih teliti lagi." Kim Kong Yan berpikir jika sudah pulang ke Tay-toh, pasti Wan-yen Tiang Cie bisa menyelamatkan Han Hie Sun, maka

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu dia tidak banyak bicara lagi. Dia berpaling dan bertanya pada An To Seng dan yang lainnya. "Siapa kalian, mengapa berkelahi di sini?" kata Kim Kong Yan dengan teliti. "Kami pedagang obat," kata An To Seng, "sedang mereka ini para penjahat yang mau merampas obat milik kami!" Cepat Pa Thian Hok membantah. "Lapor Tay-jin, kami mau merampas barang mereka, cukup beralasan!" kata Pa Thian Hok. "Oh, apa alasanmu?" tanya Kim Kong Yan. "Orang she An ini bersekongkol dengan kawanan penjahat di Kim-kee-leng. Sedang bahan obat yang mereka angkut ini pun mau diserahkan pada para penjahat di sana," kata Pa Thian Hok. "Ngaco!" damprat An To Seng. "Kalian yang penjahat, berani memfitnah orang lain?" Mendengar An To Seng bersekongkol dengan penjahat di Kim-kee-leng, hati Kim Kong Yan kaget. Tak lama dia tanya Pa Thian Hok. "Kau bilang mereka berkomplot dengan penjahat di Kimkee-

leng, apa kau punya bukti?" kata Kim Kong Yan. "Buktinya memang tidak ada, tapi itu betul kami ketahui," jawab Pa Thian Hok. Agar Tay-jin yakin pada keterangan kami, baik kami katakan. Houw Yan Hoa yang sekarang mengabdi pada Wanyen Ong-ya, kenalan baik kami," kata Han Thian Siu ikut bicara. "Oh, jadi kalian kenal pada Houw Yan Hoa," kata Kim Kong Yan. "Baiklah, tentang masalahmu ini sementara tak perlu kutanya lagi. Aku hanya ingin tahu, apa kalian pernah melihat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dua orang tua. Dia bernama Siang-koan Hok dan Khie Wie. Juga seorang bernama Seng Liong Sen......" Dia melukis wajah orang-orang yang dimaksudnya itu. Karena Pa Thian Hok mengaku tidak tahu tentang orang itu, Sipatoh jadi tidak sabaran. "Buat apa banyak bicara dengan mereka, suruh mereka pergi dari sini!" kata Sipatoh. Sesudah itu dia segera menarik salah seorang anak buah An To Seng yang dia lemparkan ke pojokan. Dia gunakan cara pegulat Mongol. Karena orang itu tidak mampu melawan, dia terbanting dan tak bisa berkutik lagi. Kim Kong Yan segera menghunus pedangnya, secara berturut-turut jalan darah Pa Thian Hok dan Han Thian Siu ditusuk sehingga terjungkal. Uhbun Hoa-kip mengincar jalan darah An To Seng dengan gadanya sehingga roboh terkulai. Anak buah An To Seng yang lain maju, tapi dengan mudah mereka dipegang dan dilemparkan ke sudut mangan, setelah jalan darah mereka ditotok. Dalam waktu singkat belasan orang itu bertimbun jadi tumpukan cukup tinggi. Ketika tiba giliran Han Hie Sun akan dilemparkan, mendadak dia berseru. "Kalian mau mencari Seng Liong Sen, bukan? Aku tahu dia ada di mana!" "Di mana dia? Lekas katakan!" kata Kim Kong Yan. "Bagaimana aku bicara, sebenarnya aku ini tawanan atau tamu kalian? Itu belum jelas," ejek Han Hie Sun. Kim Kong Yanpun jadi serba salah, terpaksa dia bujuk kawan-kawannya. "Uh-bun Tay-jin, tuan ini memang benar kawan baik Siauw Ong-ya, dia membawa berita untuk kita, sudikah kau membebaskannya?" "Suruh dia bicara dulu, jika bicaranya benar, pasti akan kubebaskan!" kata Sipatoh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ba... bagaimana Tuan...," terpaksa Kim Kong Yan membujuk Han Hie Sun, "silakan beri sedikit keterangan tentang Seng Liong Sen pada kami. Mengenai salah pahammu dengan Tuan Sipatoh sebentar pasti bisa kita selesaikan." "Baik, mengingat Siauw Ong-yamu, biar aku mengalah," kata Han Hie Sun. "Tentang Seng Liong Sen, bukan saja bisa kuberitahu, tapi kalian bisa segera menangkapnya." "Apa benar?" kata Kim Kong Yan agak ragu. "Di mana dia sekarang?" "Jauh di ujung langit, dekat seperti di depan mata!" kata Han Hie Sun, sambil menunjuk ke arah Seng Liong Sen: "Nah, inilah dia orangnya! Aku pernah bertarung dengannya. Aku tahu pasti dia ini Seng Liong Sen!" Tapi sebisa mungkin Seng Liong Sen berusaha tenang. "Hm! Karena kau bukan tandinganku, sekarang kau main fitnah, sungguh keterlaluan!" ejek Seng Liong Sen. "Benar atau bukan, sekali coba pasti aku tahu!" kata Kim Kong Yan, berbareng dengan itu dia menghantam. Melihat serangan maut musuh sudah tiba, tak ada jalan lain bagi Liong Sen. Dia harus menangkis serangan itu. Maka terdengarlah suara keras karena beradunya tangan mereka. Kim Kong Yan bergetar melompat mundur, sebaliknya Seng Liong Senpun terhuyung. Kim Kong Yan gusar dia membentak. "Keparat, sekarang kau tak bisa menyangkal lagi! Lekas serahkan dirimu!" Kim Kong Yan telah meloloskan pedang dan menyerang dengan cepat, tapi serangan balasan Seng Liong Sen tidak kalah cepatnya. Pedang Seng Liong Sen berputar hingga terjadilah pertarungan sengit. Ilmu pedang Kim Kong Yan memang lihay, tapi Seng Liong Sen melayani ilmu itu dengan ilmu pedangnya yang sama lihaynya. Sampai ratusan jurus

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kim Kong Yan tetap tak bisa mengatasi lawannya, sebaliknya malah kelihatan mulai kewalahan. "Mundur dulu, Kim Tay-jin, serahkan dia padaku!" seru Sipatoh sambil tertawa. Bersamaan dengan ucapan itu, dia menerjang maju menggantikan Kim Kong Yan, dengan kedua tangannya dia menceng-kram, memotong, menotok dan macam-macam serangannya yang lihay. Tenaga Seng Liong Sen sudah

berkurang ketika melawan Kim Kong Yan tadi, dia merasa tekanan kedua musuhnya semakin kuat, bayangan tangan lawan seakan-akan selalu menyambar di depan wajahnya dan setiap saat dapat merobek mukanya. "Lekas lari, adik Khie!" kata Seng Liong Sen -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 92 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Membantu; Kong-sun Po Ikut Terjun dalam Pertarungan

Dalam keadaan genting, tiba-tiba Khie Kie melompat maju masuk dalam kalangan sambil berteriak, "Kakak Liong, biar kita adu jiwa dengan mereka!" Berbareng dengan teriakan Khie Kie goloknya membacok ke arah Sipatoh dari arah yang sama sekali tak terduga, hingga hampir saja Sipatoh terbacok oleh golok Khie Kie. Walau demikian Sipatoh memang tidak mengecewakan sebagai seorang busu terkemuka di negeri Mongol, dan sebagai murid Liong-siang Hoat-ong. Ilmu pukulan Liongsiangkangnya sungguh luar biasa. Berulang-ulang Seng Liong Sen harus melompat mundur untuk menghindari pukulan maut musuh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada suatu ketika, mendadak Sipatoh melancarkan pukulan Liong-siang-kang yang dahsyat telah mencapai tingkat tinggi hingga terdengar suara gemuruh. Sebagian dari gudang kayu itu telah ambruk karena sebuah tiangnya patah terkena pukulan Sipatoh. Kim Kong Yan yang sempat melompat keluar, masih sempat menendang Han Hie Sun ke tepi gudang sana. Tapi sial bagi yang lainnya, mereka tertimpa oleh papan kayu. Untung robohnya bangunan itu cuma sebagian saja, sehingga mereka tidak sampai mati tertindih bangunan kayu. Pada detik yang sangat berbahaya itu, Seng Liong Sen sempat melompat ke sana sambil menarik Khie Kie. Ternyata tenaga dalam Seng Liong Sen mengalami kemajuan pesat sejak mendapat pengobatan dari tabib Ong. Bukan saja dia mampu menahan kekuatan pukulan Liong-siang-kang, malah dia bisa menyelamatkan Khie Kie, sungguh hal ini di luar dugaan Sipatoh. "Hebat juga kau!" seru Sipatoh sambil menyeringai dan mendekati Seng Liong Sen. "Tapi jika kau berkelahi lagi, mustahil kau mampu menahan pukulanku yang berikutnya? Begini saja, kau menyerah dan nona kesayanganmu itu akan kubebaskan. Bagaimana?"

"Apa bisa dipercaya kata-katamu?" kata Seng Liong Sen. "Tidak, Kakak Liong!" teriak Khie Kie. "Hidup mati kita bersama-sama! Kau pria sejati, aku lebih suka mati bersamamu daripada menyerah kepada musuh!" Tiba-tiba muncul keberanian dan semangat Seng Liong Sen, hatinya juga bahagia punya kekasih yang rela berkorban baginya Segera dia berseru. "Ya, kita sehidup-semati. Mari maju, Sipatoh!" kata Seng Liong Sen dengan gagah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku bermaksud baik mengampuni jiwa kalian, tapi kalian malah tidak tahu diri," jawab Sipatoh. "Baik, jika kalian ingin mati bersama-sama biar kupenuhi keinginan kalian itu!" Pada saat kedua pihak akan bergebrak, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang riuh sekali. Lima ekor kuda dengan enam penumpangnya tampak sedang mendatangi secepat terbang. Sesudah dekat dan melihat siapa para pendatang itu, sungguh tidak kepalang girangnya Seng Liong Sen. Ternyata keenam penunggang kuda itu Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng, Lie Tiong Chu, Jen Ang Siauw, Ciu Tiong Gak dan cucu perempuannya yaitu Ciu Hong. Karena Ciu Tiong Gak terluka Ciu Hong naik satu kuda bersama kakeknya. Sementara itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng yang berada paling depan, sudah tiba lebih dulu. Dengan kaget Kok Siauw Hong berseru, "Hai, Seng Toa-ko?" "Ya, ini aku!" jawab Seng Liong Sen girang dan malu. Tanpa banyak bicara lagi Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng melompat bersama-sama dari kuda mereka, pedang mereka langsung dihunus lalu menusuk ke arah Sipatoh. Sipatoh tidak gentar menghadapi serangan kedua orang itu. Dengan tangan kanan menggunakan Liong-siang-kang dan tangan kiri menggunakan jurus Kim-na-jiu-hoat, dia coba merampas senjata Han Pwee Eng. Pedang Kok Siauw Hong tergetar ke samping oleh tenaga pukulan Liong-siang-kang, tapi Kim-na-jiu-hoat-nya ternyata tidak mampu menahan serangan pedang Han Pwee Eng. "Bret!" Lengan baju Sipatoh robek sebagian, untung dia cepat berganti serangan hingga tidak terluka. Sedang Lie Tiong Chu pun sudah menerjang. Uh-bun Hoa-kip memutarkan gadanya.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lalu dengan ilmu Tiam-hiat yang khas dia totok dada lawannya. "Bagus!" kata Lie Tong Chu, sedang serulingnya menangkis dan berputar, dengan cepat dia balas menusuk tiga tempat jalan darah musuh. Uh-bun Hoa-kip terkej ut melihat ilmu Tiam-hiat lawan lebih lihay dari dia. Terpaksa dia tarik gadanya untuk menjaga diri. "Trang!" Gada Uh-bun Hoa-kip membentur seruling pusaka Lie Tiong Chu, tahu-tahu gada itu patah jadi dua. Ternyata seruling pusaka Lie Tiong Chu melebihi baja kerasnya, hingga gada Uh-bun Hoa-kip tidak mampu menandinginya Segera Uh-bun Hoa-kip mengeluarkan senjata khasnya yang lain, yaitu dua buah roda yang terbuat dari baja murni hingga tidak kuatir dipatahkan seruling lawan. Sebenarnya kekuatan Uh-bun Hoa-kip lebih hebat dibanding Lie Tiong Chu, maka itu setelah berganti senjata, segera dia bisa mengubah kedudukannya yang terdesak tadi. Ketika kedua buah roda bergerak, terdengar suara dering beradunya senjata. Dalam sekejap seruling Lie Tiong Chu telah membentur roda lawan beberapa kali, keduanya bertarung dengan cermat sehingga sulit menentukan siapa yang kalah dan menang dalam waktu singkat. Jen Ang Siauw dan Ciu Tiong Gak serta Ciu Hong sudah tiba. Jen Ang Siauw terlibat pertarungan menghadapi Kim Kong Yan. Sudah tentu dia bukan tandingan jago Kerajaan Kim itu, hanya beberapa gebrak saja goloknya sudah hampir terlepas dari ceka-lannya. Tapi Kim Kong Yan melengak setelah menyaksikan permainan golok si nona. "Kau putri Jen Thian Ngo kan?" kata Kim Kong Yan. "Betul atau tidaknya, apa pedulimu?" bentak Jen Ang Siauw sambil menangkis serangan musuh.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika Kim Kong Yan jadi ragu hingga tidak berani melancarkan serangan maut lagi. Di bagian lain Seng Liong Sen sempat menarik diri dari pertarungan dengan Sipatoh karena kini telah digantikan oleh Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, segera menerjang ke arah Kim Kong Yan sambil membentak. "Perkelahian kita belum selesai, mari kita lanjutkan!" kata Seng Liong Sen. "Kenapa aku takut padamu?" teriak Kim Kong Yan gusar. Jen Ang Siauw ditinggalkan untuk menghadapi Seng Liong Sen. Tak lama kedua orang itu sudah bertarung dengan

sengit. Pedang beradu pedang suara nyaring terdengar tak hentinya. Tak lama Seng Liong Sen sudah bertarung beberapa kali, tdan adu tenaga dengan Liong-siang-kang Sipatoh. Setelah belasan jurus melawan Kim Kong Yan, akhirnya dia merasakan tenaganya mulai lemah. Kok Siauw Hong mengetahui keadaan Seng Liong Sen, mendadak melancarkan serangan gencar. Han Pwee Eng juga tidak tinggal diam, dia juga menyerang dengan sama hebatnya. Betapapun Sipatoh kuat, akhirnya kewalahan juga dan terpaksa mundur. Kesempatan itu segera digunakan oleh Kok Siauw Hong berdua untuk menggeser ke arah Seng Liong Sen. Pertarungan yang terbagi jadi tiga bagian itu kini berbaur jadi satu hingga pertempuran jadi kacau. Sedangkan Ciu Tiong Gak yang baru sembuh, tenaganya belum pulih. Ciu Hong pun merasa tenaganya belum pulih untuk ikut bertempur, Maka itu mereka hanya menonton saja di luar kalangan. "Orang-orang yang tertimpa reruntuhan bangunan yang roboh, hampir semuanya kawan kita! Harap Ciu Lo-ya menolong mereka!" teriak Seng Liong Sen. "Adik Khie, kau ikut membantu menolong mereka!" "Baik," jawab Khie Kie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kepandaian Khie Kie memang terbatas, andaikan ikut bertempurpun tidak banyak manfaatnya, ditambah lagi keadaan suaminya sudah di atas angin. Berpikir demikian dia lantas menolong tuan An dan anak buahnya. Tiba-tiba Kim Kong Yan ingat sesuatu, lalu berseru pada kawannya. "Si Tay-jin dan Uh-bun Toa-ko, segera minta bala-bantuan, bukankah kita punya seorang penolong yang kuat di sini?" Semula Sipatoh dan Uh-bun Hoa-kip melengak, mereka bingung. Tapi mereka segera sadar siapa yang dimaksud oleh Kim Kong Yan, yaitu Han Hie Sun yang ditotoknya tadi. Uhbun Hoa-kip yang berpikir ada baiknya anjuran Kim Kong Yan itu, segera melancarkan suatu pukulan ke arah Jen Ang Siauw yang dianggap palinglemah. Ketika nona itu berkelit, segera peluang itu dia gunakan untuk menerobos ke tempat Han Hie Sun tergeletak. Lie Tiong Chu memburu ke arah Uh-bun, akan tetapi terlambat. Uh-bun Hoa-kip sempat mendekati Han Hie Sun yang tergeletak di pojok sana dan telah membuka jalan darahnya yang tertotok itu. Sesudah itu senjata rodanya langsung berbalik untuk menangkis serangan Lie Tiong Chu yang datang memburunya. Dengan cepat Han Hie Sun berdiri sambil mengejek dongkol.

"Persoalan kita biar kita selesaikan nanti, kini yang perlu kita bahu-membahu menghadapi musuh bersama!" kata Hoakip. Seng Liong Sen berseru pada Han Hie Sun. "Han Kong-cu, aku harap kau bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, sudah pernah salah jangan berbuat salah lagi. Asal kau tidak bekerja sama dengan mereka kita masih tetap bisa bersahabat dan kesampingkan perselisihan dulu." Kim Kong Yan pun berseru.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Han Kong-cu, kau harus ingat hubungan baik Ong-ya dan ayahmu, jangan mau dihasut oleh musuh!" kata Kim Kong Yan. Nada ucapan Kim Kong Yan ingin memperingatkan hubungan rahasia antara ayah Han Hie Sun dan Wan-yen Tiang Cie. Dengan demikian rahasia Han Hie Sun dengan sendirinya ketahuan semua Han Hie Sun diam. "Jelas dia berbohong padaku lagipula Wan-yen Tiang Cie pun tidak bersungguh-sungguh hati ingin berserikat dengan Khan Agung. Hm! Persoalan ini kelak akan kubereskan." Sedang Han Hie Sun yang harus segera melakukan pilihan, lebih pada kepentingan keluarganya. Dia cenderung memilih Kim Kong Yan sebagai rekannya. Saat itu Han Pwee Eng sudah bergabung dengan Kok Siauw Hong. Serangan mereka membuat Sipatoh kerepotan. "Kalian buronan pemerintah, masakan aku mau berdamai dengan kalian!" bentak Han Hie Sun sambil mengayunkan kipasnya membantu Sipatoh menangkis serangan Han Pwee Eng. "Dasar pengkhianat!" damprat Han Pwee Eng dengan gusar. Si nona melancarkan tiga kali serangan berbahaya. Sebenarnya kepandaian Han Hie Sun tidak berada di bawah Han Pwee Eng, tetapi karena dia baru tertotok, tubuhnya masih kaku, maka itu serangan gencar nona Han membuat dia sedikit kewalahan, untung Sipatoh melancarkan pukulan dahsyat untuk menolongnya Kedua pihak sama-sama berjumlah lima orang, Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng, Lie Tiong Chu, Jen Ang Siauw dan Seng Liong Sen di satu pihak, sedang di pihak lain terdiri dari Sipatoh,

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Uh-bun Hoa-kip, Kim Kong Yan, Han Hie Sun dan Su Hong. Kekuatan Sipatoh dan kawan-kawanmua melebihi kekuatan lawannya, jika bertempur agak lama pasti mereka akan menang. Sambil tertawa Kim Kong Yan berkata, "Sabar saja, Han Kong-cu, asal kawan kita sudah tiba, kita lihat bisa lari ke mana mereka?" kata Kim Kong Yan. "Pengkhianat tidak tahu malu, lihat seranganku!" bentak Seng Liong Sen gusar. Dia segera melancarkan serangan lebih gencar terhadap Han Hie Sun. Sekarang pertarungan sengit itu terbagi dalam lima kelompok, untuk sementara sulit menentukan siapa yang alam kalah dan menang. Di tempat lain, Ciu Tiong Gak, Ciu Hong dan Khie Kie sedang sibuk menolongi orang-orang yang tertimbun bangunan yang runtuh. Syukur tak ada yang terluka parah, sebagian cuma terkilir tulang kaki atau tangannya sajaMaka itu dengan mudah Ciu Tiong Gak bisa membetulkan tulang mereka yang terkilir.Sedangkan An To Seng yang tertotok oleh Uh-bun Hoa-kip, tidak mampu dibuka jalan darahnya oleh Tiong Gak. Saat Ciu Tiong Gak akan membuka jalan darah Pa Thian Hok dan Han Thian Siu yang tertotok, mendadak Khie Kie berseru, "Jangan, Ciu Lo-ya, kedua orang itu penjahat!" kata Khie Kie. Namun sudah terlambat, Pa Thian Hok telah melompat bangun dan sekali cengkram Ciu Hong telah terpegang olehnya. Ciu Tiong Gak terkejut, dia maju untuk menolong, tapi Pa Thian Hok membentak. "Tua bangka she Ciu, jika ingin cucumu selamat, lekas kau mundur!" kata Pa Thian Hok. Sambil menawan Ciu Hong sebagai sandera, Pa Thian Hok jadi dapat angin. Sedang Han Thian Siu langsung memburu ke arah An To Seng yang tidak berkutik itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciu Tiong Gak menyesal karena salah menolongi kedua musuh itu. Tiba-tiba terlihat Pa Thian Hok berdiri kaku dengan kedua tangan lurus ke bawah. Ciu Hong buru-buru melepaskan diri dari cengkraman orang itu. "Plak!" Dia tampar Pa Thian Hok dengan sebuah tamparan keras. Pada saat yang sama, tahu-tahu Han Thian Siu yang sedang berlari ke arah An To Sengpun terjungkal. Rupanya dengan cepat Khie Kie telah menyambitkan dua buah senjata rahasia mata uang dan mengenai jalan darah kedua musuhnya itu.

Sungguh tak terduga Pa Thian Hok berhasil dibokong oleh seorang nona, mereka telah kecolongan. Dengan gemas Ciu Tiong Gak mendekati mereka dan menambah beberapa kali tamparan ke muka Pa Thian Hok berdua "Ampuni sementara jiwa anjing mereka, nanti masih bisa kita pergunakan!" seru An To Seng. "Ciu Lo-ya, Tuan An kawan kita," kata Khie Kie. Ciu Tiong Gak berusaha membuka jalan darah An To Seng yang tertotok itu, tapi tidak mampu. "Coba aku yang menolongnya!" kata Khie Kie. Ternyata sekali coba Khie Kie berhasil, segera An To Seng bisa bergerak leluasa. Ilmu silat keluarga Khie tergabung dengan berbagai aliran. Dari ajaran ayahnya Khie Kie telah bisa memusnahkan ilmu Tiam-hiat Uh-bun Hoa-kip yang khas itu. Melihat kepandaian Nona Khie itu Sipatoh dan Uh-bun Hoa-kip kaget bukan kepalang. Akhirnya merekapun yakin Khie Kie pasti putri Khie Wie. Diam-diam Sipatoh menyesal, tadi dia tidak menawan nona itu lebih dulu. Saat pertempuran sengit sedang berlangsung, tiba-tiba debu mengepul tinggi dari kejauhan. Sepasukan tentara sedang mendatangi, dari panji yang berkibar jelas itu pasukan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kerajaan Kim. Kim Kong Yan girang dia berteriak ke arah pasukan itu. "Jenderal Ong, lekas tangkap penjahat-penjahat ini, rombongan penjual obat itu komplotan penjahat Kim-keeleng!" kata Kim Kong Yan. "Kalian tangkap kawanan penjahat itu, beberapa kepala penjahat ini tak perlu kalian urus," kata Sipatoh. Sementara itu An To Seng sudah bisa bergerak leluasa, walau rasa dongkolnya belum hilang. Ketika beberapa prajurit Kim itu menerjang yang terdepan dia cengkram bagai seekor elang menerkam anak ayam saja. Kemudian dia lemparkan jauh-jauh. Dalam sekejap sudah belasan orang Kim berhasil dibanting dan sekarat. Sambil memutarkan sepasang goloknya, Khie Kie berhasil melukai seorang perwira Kim. Para penjual obatpun tidak tinggal diam. Mereka dengan berbagai alat yang mereka bawa menghajar prajurit musuh. Ong Siu-pi, komandan yang memimpin pasukan dari Kun-ciu gusar, segera dia memerintahkan pasukannya mengepung dan menghujani musuh dengan anak panah. An To Seng berseru pada anak buahnya agar bergabung menjadi sebuah lingkaran. Dia dan Ciu Tiong Gak, Ciu Hong dan Khie Kie berjaga pada empat sudut. Dengan senjata

diputar gencar, mereka menyampok anak panah yang menyambar ke arah mereka. Tetapi karena anak panah itu terlalu deras, mereka tak bisa bertahan lama. Beberapa anak buah An To Seng sudah ada yang terluka. Saat itu keadaan sudash bertambah gawat. Tapi di luar dugaan, tiba-tiba pihak musuh menjadi kacaubalau. Ternyata pasukan lain menerjang, dari panji pasukan ini dikenal sebagai pasukan dari Kim-kee-leng. Saat itu terlihat seorang pemuda kampung sedang memutarkan sebuah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

payung dan menerjang ke tengah pasukan musuh. Kemana dia tiba, di situ musuh langsung tunggang-langgang. Ong Siu-pi (Kapten Ong) bermaksud mencegah pemuda itu. Tapi baru berhadapan dan hanya satu dua gebrakan saja, tahu-tahu tombak Ong Siu-pi membentur payung lawan dan patah oleh payung pemuda itu. Bahkan mendadak pemuda itu menyerang hingga Ong Siu-pi pun tertawan olehnya. "Tangkap Tuan An!" seru pemuda itu sambil mengangkat tubuh Ong Siu-pi yang dia lemparkan sekuatnya ke arah bangunan yang roboh itu. An To Seng segera memasang kuda-kuda dan menangkap tubuh Ong Siu-pi yang menyambar ke arahnya. Ketika itu dia tersentak mundur dan terhuyunghuyung. Melihat komandannya tertangkap musuh, pasukan Kim panik, mereka berusaha melarikan diri serabutan. "Kong-sun Toa-ko, cepat benar kau tiba!" seru Kok Siauw Hong girang. Pemuda yang baru datang ini memang Kong-sun Po. Payung yang dia gunakan adalah Hian-tiat-po-san, payung pusaka yang tak ada taranya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Silakan kalian istirahat, biar aku belajar kenal dengan murid Liong-siang Hoat-ong ini," kata Kong-sun Po. Uh-bun Hoa-kip yang tidak kenal siapa Kong-sun Po,segera menghantam dengan kedua rodanya dan rodanya tepat membentur payung pusaka pemuda itu. 'Trang!" Terdengar suara nyaring disertai pancaran lelatu api. Tangan Uh-bun Hoa-kip kesakitan, sebelah rodanya terlontar ke udara. Melihat hal itu bukan main kagetnya Uh-bun Hoakip. Tanpa pikir panjang lagi dia memutarkan tubuhnya dan langsung kabur. Lie Tiong Chu membayangi musuhnya itu, serulingnya langsung menotok ke bahu lawan. "Roda ini kukembalikan padamu!" bentak Uh-bun Hoa-kip sambil menyambitkan senjata itu dengan sekuat tenaga. Terpaksa Lie Tiong Chu mengegos sambil menyampok sedikit dengan serulingnya. Tak lama roda itu menyambar lewat ke belakang. "Untuk apa besi tua begini!" bentak Kong-sun Po ketika roda itu menyambar ke arahnya. Dia pentang payung pusakanya, roda itupun terlontar balik lebih keras. Uh-bun Hoa-kip yang tidak berani menangkap roda itu, cepat merebut seekor kuda seorang bintara Kim dan kabur. Kedatangan Kong-sun Po, mengingatkan kejadian dulu, hingga Seng Liong Sen bimbang dan malu. Tapi juga girang karena musuh berhasil dihalau pergi. Saat itu Kong-sun Po menerjang untuk melabrak Kim Kong Yan. Ternyata kedatangan Kong-sun Po tepat pada waktunya, sehingga Seng Liong Sen terhindar dari serangan yang tak terduga Kim Kong Yan sudah tahu betapa lihaynya payung lawan, sebisanya dia menghindari benturan, tetapi sudah terlambat, belum sempat dia menarik pedangnya, terdengar suara nyaring. Traang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pedang Kim Kong Yan tertarik oleh payung pusaka lawan dan terpental berbalik. Walau tidak sampai terlepas dari cekalannya, tapi telah melukai bahu sendiri. Kim Kong Yan kaget dan gugup, tapi dia masih sempat meniru cara Uh-bun Hoa-kip. Dia berhasil merebut seekor kuda dan menyelamatkan diri secepatnya. Sipatoh memapak kedatangan Kong-sun Po sambil membentak dengan nyaring.

"Keparat, terimalah pukulanku!" kata Sipatoh. Kong-sun Po menggunakan payungnya dan membentak. "Hm! Kau kira Liong-siang-kangmu sudah bisa kau gunakan untuk berbuat sewenang-wenang? Mari kita coba!" kata Kongsun Po. Berbareng dengan ucapan itu, Kong-sun Po melancarkan pukulan dahsyat. Terdengar suara benturan keras. Sipatoh bersuara tertahan dan bergetar mundur dua langkah. Diamdiam dia kaget kenapa pemuda itu memiliki kekuatan sehebat itu. Malah dia pikir sulit untuk menandinginya. Apalagi melihat kedua kawannya yang terkuat sudah kabur lebih dulu, tak heran diajadi gugup. Segera dia menerjang ke tengah pasukan kerajaan Kim, lalu menghantam serabutan sehingga para prajurit itu jungkir-balik dan merintangi pengejaran pasukan Kim-kee-leng. Kesempatan itu digunakan oleh Sipatoh untuk kabur. Han Hie Sun kelabakan, tapi dia tidak selihay Sipatoh, hendak laripun tidak bisa "Han Kong-cu, terima kasih atas pelayananmu dulu, kita bertemu di sini, Bagaimanapun kau harus tinggal di sini agar aku bisa menjalankan kewajiban sebagai tuan rumah," kata Kong-sun Po sambil tertawa dan menghadang di depan Han Hie Sun. "Biar aku adu jiwa denganmu!" teriak Han Hie Sun nekat. Dia segera memutarkan kipasnya dan melancarkan serangan ke jalan darah di tubuh lawan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh, barangkali Han Kong-cu ingin latihan denganku?" kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Sayang, jurus seranganmu ini tampak belum lihay!" Hanya dengan satu dua gebrak saja Kong-sun Po berhasil menotok Han Hie Sun dengan Keng-sin-cie-hoat. Su Hong ketakutan, tapi dia tidak mampu melarikan diri hingga dengan mudah bisa dibekuk oleh Kok Siauw Hong. Tak lama pertempuran pun berakhir dengan kemenangan pihak Kim-kee-leng. Selain An To Seng dan anak buahnya selamat Sipatoh serta konconya bisa dikalahkan oleh mereka Bahkan mereka berhasil menawan Han Hie Sun dan Ong Siupi hingga semua orang girang. Sambil tertawa Kong-sun Po mendekati Seng Liong Sen lalu berkata penuh rasa persahabatan. "Seng Toa-ko, kami memang sedang mengharapkan kedatanganmu, tidak kusangka kita bisa bertemu di sini." Seng Liong Sen serba-salah dan berterima kasih pula dengan hati pedih dia menjawab. "Kong-sun Toa-ko, sesungguhnya aku ini bukan......bukan

manusia aku berdosa besar padamu......" Kong-sun Po menggenggam tangan Seng Liong Sen dan berkata dengan terharu. "Seng Toa-ko, setiap orang pernah berbuat salah. Malah kami harus berterima kasih atas jasamu tadi. Betapapun kita tetap sahabat. Bagaimana Seng Toa-ko sendiri, apa kau sudi bersahabat dengan kami?" kata Kong-sun Po. Bukan main malu dan terharunya Seng Liong Sen hingga air matanya berlinang. "Kalian demikian baik padaku, akulah yang bersalah dan tidak sesuai untuk menjadi sahabatmu. Sejak saat ini aku bisa dikatakan mulai jadi manusia baru lagi," kata Seng Liong Sen.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika rombongan mereka kembali ke Kim-kee-leng, mereka disambut meriah oleh Hong-lay-mo-li, Siang-koan Hok dan yang lain-lainnya Di sini kembali Seng Liong Sen jadi kikuk bertemu dengan Ci Giok Hian. Namun, nona Ci sangat simpatik dan berjiwa besar. Dia menyambut kedatangan Seng Liong Sen dengan hangat, terhadap Khie Kiepun nona Ci sangat baik. Maka itu Seng Liong Sen jadi tentram hatinya pikirannyapun bisa tenang kembali. Hong-lay-mo-li memerintahkan agar tawanan digiring ke kamar tahanan, khusus untuk Han Hie Sun diberi kamar tersendiri dan dilayani seperti tamu. Sesudah itu diadakan perjamuan besar untuk merayakan kemenangan mereka serta tanda selamat datang untuk Kok Siauw Hong, Seng Liong Sen dan yang lain-lain. Di tengah perjamuan Seng Liong Sen sempat bertemu dengan Siang-koan Hok. Setelah Kok Siauw Hong menceritakan apa yang terjadi di Tay-toh, suasana menjadi tambah riang. "Kiranya Bu Pang-cu dan Hoa Tay-hiap sudah ada di Taytoh, mau tak mau aku pun harus ke sana untuk ikut meramaikan," kata Siang-koan Hok. "Tapi kau sedang diincar oleh Liong-siang Hoat-ong dan Wan-yen Tiang Cie, kenapa Paman malah sengaja mau ke sana?" kata nona Khie Kie. "Jika tidak berani masuk ke sarang harimau, bagaimana bisa orang mendapatkan anak harimau?" kata Siang-koan Hok sambil tertawa. "Apalagi aku sudah berjanji akan bertemu dengan Bu-lim-thian-kiauw di Tay-toh. Betapapun aku harus ke sana untuk membantu mereka." "Ya persoalan yang dihadapi Bu-lim-thian-kiauw di kota raj a Kim itu sangat penting. Jika Siang-koan Sian-seng ada janji

dengan dia memang sepantasnya harus ke sana," kata

kangzusi. com
Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lay-mo-li. "Tapi sebaiknya kau ditemani seseorang. Urusan ini biar kita rundingkan besok saja." Tiba-tiba Kok Siauw Hong berkata, "Selain itu masih ada urusan penting yang perlu kulaporkan kepada Beng-cu." kata Siauw Hong. "Mengenai apa?" tanya Hong-lay-mo-li. Kok Siauw Hong menceritakan pengalamannya saat memergoki Tan-si-ngo-long dan An Tak di perjalanan ke Kuiciu serta surat rahasia yang telah dirampas dari mereka. Hong-lay-mo-li tidak heran jika Wan-yen Tiang Cie mau mengerahkan pasukan Kim di Kui-ciu untuk menyerang Kimkeeleng, tapi yang mengejutkan ketika mendengar di Kimkeeleng disusupi mata-mata musuh. Dia bertanya sejelas-jelasnya tentang hal itu, namun siapa mata-mata itu, tetap sulit diketahui. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk memeriksa dan menanyai Ong Siu-pi, komandan pasukan Kim yang ditawan itu. Dari Ong Siu-pi tidak diperoleh pengakuan yang jelas, karena pembesar itu tidak tahu, siapa mata-mata yang disusupkan ke Kim-kee-leng. Menurut pengakuannya matamata itu memegang semacam tanda pengenal, yaitu sebuah pelat tembaga berukir seekor rajawali, di balik tanda itu terukir huruf Mongol. Hong-lay-mo-li merasa kecewa setelah memperoleh keterangan itu, ternyata kurang jelas. Padahal anak buah Kimkeeleng berjumlah belasan ribu jumlahnya. Lalu bagaimana cara dia bisa mengetahui, siapa di antara mereka yang memegang pelat tembaga rahasia itu. Tiba-tiba dia mendapat akal. Segera dia perintahkan Ong Siu-pi digiring ke tempat tahanan. "Bagaimana masalah ini bisa diselesaikan?" tanya Kok Siauw Hong kemudian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang agak pelik, terpaksa kita harus sabar dan berdaya, sebaiknya kita cari jalan agar mata-mata itu masuk perangkap sendiri," kata Hong-lay-mo-li.

Kok Siauw Hong merasa lega, dia tahu kemampuan sang Beng-cu, jika demikian pasti sudah ada jalan keluar dalam benaknya. Esok paginya Kong-sun Po datang menemui Hong-lay-mo-li dan mengajukan permintaan agar diperbolehkan menemani Siang-koan Hok ke Tay-toh. Selain itu Kong-sun Po ingin pulang ke Kong-beng-sie untuk menjenguk Beng-beng Tay-su serta kakeknya yang sudah lama tak bertemu dengannya. "Aku sudah duga kau pasti ingin ke Tay-toh," kata Honglaymo-li sambil tertawa. "Tapi kau baru pulang dan sekarang harus berangkat lagi. Apa nona Kiong tidak ngomel nanti?" Wajah Kong-sun Po merah. "Sudah kukatakan padanya, dia juga mau ikut pergi!" kata Kong-sun Po. "Ya, kau memang harus membawa tunanganmu untuk menemui bakal mertuanya," kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa. "Terus terang, semalam sudah kupikirkan mengenai kalian, orang paling tepat untuk menemani Siang-koan Sianseng ke Tay-toh adalah kalian." Bukan main girangnya Kong-sun Po, dia mengucapkan terima kasih, lalu mengundurkan diri. Hong-lay-mo-li minta agar Kong-sun Po bersedia mengundang Seng Liong Sen menemuinya. Hati Seng Liong Sen berdebar sebab tidak tahu untuk apa Hong-lay-mo-li mengundangmya. Di luar dugaan, setelah berhadapan dengan ramah Hong-lay-mo-li mengucapkan selamat datang pada Seng Liong Sen, bahkan dia diminta agar mau bertugas ke Kang-lam, sekalian bisa pulang menemui gurunya Bahkan Hong-lay-mo-li berkata lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Khie Kie boleh berangkat bersamamu!" kata Hong-lai. Bukan main girangnya Seng Liong Sen, dia mengucapkan terima kasih atas kebaikan Hong-lay-mo-li. Setiba di Kim-keeleng, walau semua orang sangat baik padanya, tapi karena setiap hari dia harus bertemu dengan Ci Giok Hian, dia merasa kikuk sendiri. Jika dia bisa segera pulang ke Kang-lam, itu tentu saja sangat dia harapkan. Seng Liong Sen ingin segera mohon diri, tapi Hong-lay-mo-li berkata padanya. "Kau tunggu sebentar, nona Khie sudah kusiapkan untuk berangkat, segera dia akan datang ke sini." kata Liu Ceng Yauw. Tak berapa lama Khie Kie muncul bersama Ci Giok Hian. Rupanya semalam Khie Kie tidur sekamar dengan Ci Giok Hian dan mereka bisa bicara akrab sekali. Melihat kedua nona itu mirip kakak beradik, hati Seng Liong Senpun sangat senang,

walau agak kikuk. Segera dia berkata pada Ci Giok Hian. "Kami mohon diri padamu, adik Giok Hian. Cee-cu menyuruhku dan adik Khie ke Kang-lam untuk menemui Suhu." "Ya, aku tahu, tapi aku harus melapor dulu tugasku semalam pada Cee-cu," kata Khie Kie. "Ternyata betul dugaan Cee-cu, di makanan untuk Han Hie Sun memang diberi racun, cuma sayang, aku terlalu bodoh tidak tahu siapa yang menaruh racunnya." "Racun apa?" tanya Seng Liong Sen kaget. "Semalam ada orang menaruh racun dalam makanan yang akan disediakan untuk Han Hie Sun, syukur sebelumnya aku waspada dan minta nona Ci dan nona Khie Kie mengawasinya," kata Hong-lay-mo-li. Ternyata Hong-lay-mo-li telah menduga, bahwa mata-mata musuh yang berhasil menyusup ke Kim-kee-leng itu akan berusaha menggagalkan segala rencananya. Maka itu sebelum

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hal itu terjadi Cee-cu telah mengatur penjagaan dengan ketat. Dia tahu Ci Giok Hian cerdik dan cermat. Khie Kie berasal dari keluarga yang terkenal, pengetahuannya tentang racunpun melebihi orang lain. Karena itu kedua nona itu diminta mengawasi dan memeriksa makanan di dapur dan ternyata hasilnya cukup memuaskan. Mereka menemukan racun dalam makanan yang disediakan untuk Han Hie Sun sehingga usaha pembunuh gelap itu gagal total. "Padahal manusia macam Han Hie Sun pantas mampus diracun orang," kata Khie Kie sambil tertawa. "Hal itu harus kita pikirkan lebih lanjut, aku ingin memberi kesempatan pada Han Hie Sun untuk memperbaiki kesalahannya" kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa. "Kaum pendekar harus bisa berpikir dan bertindak bijaksana, betapapun kita tak akan sem-barangan membunuh orang. Kecuali jika orang itu memang jahat dan tidak mungkin diberi ampun lagi." Mendengar ucapan itu Seng Liong Sen agak tersinggung dan terharu, disamping itu dia malu juga Tapi dia sangat berterima kasih pada Hong-lay-mo-li dan kenalan lama yang telah memberi kesempatan kepadanya agar dia menjadi manusia baru. Hong-lay-mo-li berkata pula pada Sen Liong Sen. "Ada seorang kawan yang akan ikut kau ke Kang-lam, aku harap kau tak akan menolaknya." kata Hong-lay-mo-li. Saat Seng Liong Sen hendak bertanya siapa kawan yang dimaksud, tiba-tiba dua anak buah Kim-kee-leng telah

membawa masuk seorang pemuda, dia Han Hie Sun. Han Hie Sun yang mengira dia akan dihina dan disiksa sebelum dibunuh, jadi nekat dan tetap bersikap angkuh. "Jika kalian akan membunuhku, silakan bunuh saja! Seorang lelaki sejati lebih baik mati daripada dihina. Jangan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kalian harap kalian akan bisa mengorek sesuatu dariku." kata Han Hie Sun. "Bagus, ucapanmu sesuai dengan dirimu sebagai putra Perdana Menteri, tetapi untuk mengaku sebagai lelaki sejati... Huh, rasanya masih jauh dari tingkah-lakumu," ejek Hong-laymoli. "Hm, mungkin dalam pandanganmu kami ini penjahat Tapi sasaran kami hanya pada kaum pembesar korup dan hartawan jahat! Kami tidak pernah membuat susah rakyat jelata. Malah kami berdiri di pihak rakyat untuk bersama-sama membela negara dan bangsa. Sebaliknya pembesar seperti kalian, ayah dan anak yang bersekongkol dengan musuh, sungguh memalukan! Kalian ingin menggunakan Wan-yen Tiang Cie sebagai sandaran, tapi Wan-yen Tiang Cie sendiri mengekor ke pihak Mongol. Jadi kalian boleh dikatakan cuma budak-budaknya belaka. Ingat, seorang Bu-su Mongol saja berani meremehkan kau, bahkan mau membunuhmu .Sungguhnya menjadi budaknyapun tidak mudah, apa memang itu berharga bagimu?" Mendengar kata-kata itu Han Hie Sun malu, apa yang diucapkan Hong-lay-mo-li, memang benar dan nyata. Tidak ada kata-kata untuk mendebatnya. Dengan muka merah akhirnya Han Hie Sun berkata. "Aku sudah jatuh ke tanganmu, akupun tahu tak akan luput dari kematian. Silakan bunuh aku dengan demikian semua akan beres." kata Han Hie Sun. "Kau salah sangka," kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa, "kami justru tidak ingin membunuhmu, atau menyiksamu. Han Kong-cu, kami malah ingin mengucapkan selamat jalan kepadamu." Han Hie Sun hampir tidak percaya kepada telinganya sendiri, dia tertegun sejenak, lalu menegaskan. "Apa katamu? Maksudmu kalian hendak membebaskan aku?" kata Han Hie Sun heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," jawab Hong-lay-mo-li. "Kau jangan sangsi, kami

membebaskan kau tanpa syarat. Aku harap kau bersedia menyampaikan apa yang kukatakan tadi kepada ayahmu. Mudah-mudahan dia mau bersatu dengan kami untuk menghadapi musuh dari luar. Tapi dia bersedia atau tidak itu urusannya. Terus-terang, kami-pun tidak mengharap berlebihan kepada ayahmu." Ingat pada penghinaan Bu-su Mongol tempo hari, dia merenungkan apa yang dikatakan Hong-lay-mo-li. Mau tak mau Han Hie Sun jadi lunak, bahkan malu hingga dia berterima kasih. Walaupun belum bisa mengubah pandangannya. Tapi sedikit-nya kesan buruknya terhadap pihak Kim-kee-leng sudah tidak seperti dulu lagi. Malah sudah mulai timbul kesan baik. Sesudah itu dia berkata, "Baiklah, sepulangku dari sini akan kunasehati Ayahku menurut katakatamu tadi." "Bagus, jika demikian! Sekarang kau boleh berangkat bersama Seng Siauw-hiap dan nona Khie," kata Hong-lay-moli. Han Hie Sun melengak, dia jadi serba-salah saat mengetahui orang yang akan mengantarkannya pulang itu Seng Liong Sen. "Kalian kenalan lama, bukan?" kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa. "Benar, Saudara Seng pernah mewakili gurunya berunding dengan Ayahku," jawab Han Hie Sun. "Saudara Seng, ketika kau ada di rumahku, aku merasa......" "Urusan yang sudah lalu tidak perlu diungkit lagi," kata Seng Liong Sen. "Setiba di Kang-lam, aku akan ke tempat Guruku dan tak ikut ke tempatmu Jika kau bersedia menasihati ayahmu, berhasil atau tidak, kita tetap bersahabat."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah Hong-lay-mo-li mengantar keberangkatan mereka. Khie Kie merasa berat berpisah dengan Ci Giok Hian. Ketika itu kedua nona itu meneteskan air mata. Kemudian Hong-lay-mo-li mengantar keberangkatan Siangkoan Hok, Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun bertiga. Suasananya berbeda dengan keberangkatan Han Hie Sun tadi. Siang-koan Hok bertiga akan melakukan tugas besar di Tay-toh, oleh sebab itu, walaupun timbul rasa berat untuk berpisah, tapi lebih besar pula rasa gembiranya. Hanya seorang yang masih dirundung rasa duka yaitu Ci Giok Hian. Setelah mengantar kepergian Khie Kie, Ci Giok Hian kembali ke kamarnya. Dia lihat Ciu Hong sedang menyulam sarung bantal dengan lukisan sepasang merpati. Ci Giok Hian jadi ingat pada masa lalu, ketika itu dia pernah menyulam

sarung bantal gambar merpati, karena itu diajadi bertambah murung. Ciu Hong bekas pelayan pribadi Ci Giok Hian. Meskipun resminya majikan Ciu Hong, tetapi sebenarnya mereka mirip kakak-beradik. Selama beberapa hari di Kim-kee-leng Ciu Hong sekamar dengan Ci Giok Hian. Melihat Ciu Hong sibuk menyulam sarung bantal, Giok Hian menggodanya. "Ciu Hong, kau sedang menyiapkan keperluan pengantin bukan?" kata Ci Giok Hian. Sambil menghela napas Ciu Hong menjawab. "Sio-cia, terkadang bila ingat pengalamanmu, sungguh hatiku jadi dingin dan tidak ingin menikah, aku rasa di dunia ini tak ada lelaki yang baik," kata Ciu Hong. "Tolol," Ci Giok Hian mengomel sambil tersenyum getir. "Di dunia ini memang banyak lelaki jahat, tetapi tidak bisa dianggap semuanya sama begitu. Apalagi pengalamanku tidak bisa membuktikan kesimpulanmu itu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masa ucapanku salah? Misalnya orang she Seng itu, dia pernah menikah denganmu. Kenapa dia beralih pada Nona Khie, padahal kau bisa menandingi kecantikannya? Malah dia meninggalkan kau. Tapi dia bahkan sengaja membawa kekasih barunya menemuimu?! Bukankah dia sengaja ingin membuatmu dongkol?" "Tapi sedikitpun aku tidak dongkol. Ketahui olehmu aku justru ingin menjodohkan mereka. Pribadi nona Khie sangat baik." "Bukan maksudku menjelekkan Nona Khie, yang kumaksud orang she Seng itu! Sio-cia, kau sungguh baik padanya, betapapun aku merasa....." "Sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan Liong Sen, watakku memang tidak cocok dengannya. Apalagi saat aku jadi istrinya selama setahun, sesungguhnya kami cuma suami istri bohongan saja. Karena kau kuanggap adikku, maka itu aku bicara terus-terang dari hari ke hati. Sesungguhnya tubuhku ini masih tetap suci bersih!" "Ya aku tahu, Sio-cia," jawab Ciu Hong. "Cuma ada sesuatu yang membingungkan aku, tentang kau dan Kok Siauw Hong...... Hati Ci Giok Hian jadi sedih, segera dia memotong. "Sudahlah, jangan menyebutnya lagi. Masa kau tidak ingin kalau dia menikah selekasnya dengan nona Han?" "Jusrtu itu aku merasa penasaran padamu," kata Ciu Hong. "Dulu dia begitu baik padamu, tapi kenapa dia berubah secara tiba-tiba begitu? Sungguh tak diduga dia lelaki yang ingkar

janji!"

-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BAB 93 Hong-lay-mo-li Menjodohkan Ci Giok Hian; Gan Hu-kin Mengacau Di Pek Hoa-kok
Ci Giok Hian menunduk, dia tampak terharu juga Tetapi Ci Giok Hian seorang yang hatinya teguh dan tabah luar biasa, maka itu dia langsung berkata lagi. "Yang harus disesalkan nasibku sendiri yang malang, semula aku kira Kok Siauw Hong sudah meninggal, maka itu aku menikah dengan Seng Liong Sen," kata Ci Giok Hian sambil menghela napas panjang. "Tetapi harus kau ingat, Han Pwee Eng kawanku yang paling baik, sebenarnya dia lebih cocok untuk Kok Siauw Hong." Melihat Ci Giok Hian bicara dengan sesungguh hati dan matanya tampak basah, Ciu Hong tidak berani menyambung kata-katanya lagi, dia hanya bilang, "Baiklah, pasti Siocia sudah lelah, silakan istirahat saja" Saat tidur Ci Giok Hian gelisah, dia bergulingan di atas tempat tidur tak bisa tidur pulas. Ketika dia lihat Ciu Hong sudah tidur, dia segera bangun dan mencoba berjalan ke belakang gunung. Bulan sabit kelihatan sudah condong ke sebelah barat, itu tanda sudah lewat tengah malam dan hampir pagi. Tanpa terasa Ci Giok Hian berjalan ke hutan yang biasa didatanginya Suasana hutan sunyi-senyap, ketika itu hanya terdengar suara jangkrik, binatang malam dan sebangsanya memecah kesepian malam. Dalam keadaan yang sunyi-senyap itulah, pikiran Ci Giok Hian bergolak bagai ombak di tengah samudera. Dia seorang nona yang suka menang sendiri, karena itu rasa derita batinnya tidak ingin diperlihatkan di depan orang lain. Sikapnya di depan Han Pwee Eng dan Khie Kie sengaja dia memperlihatkan sikap yang wajar-wajar saja. Ketika itu seperti tidak terjadi sesuatu apa-apa atas dirinya. Tapi di kala sedang sendirian dia tak dapat menahan rasa duka hatinya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat hati Ci Giok Hian diliputi rasa masgul itu, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan orang berkelebat di depan matanya

dalam kegelapan malam. Dia terkejut dan segera memburu ke arah bayangan itu, sambil berlari dia membentak. "Siapa itu? Berhenti! Di sini Ci Giok Hian!" Orang itu tidak berhenti, malah berlari lebih kencang. "Tangkap mata-mata musuh!" teriak Ci Giok Hian. Pada saat yang hampir bersamaan itulah, mendadak orang itu memutar tubuhnya. Ci Giok Hian merasakan angin berkesiur perlahan, tahu-tahu orang itu seperti berbisik kepadanya. "Ssst, jangan berisik, aku bukan mata-mata musuh!" bisiknya Ci Giok Hian yang merasa tidak mengenali orang itu, tanpa pikir lagi pedangnya langsung menusuk. Serangan dalam jarak dekat sebenarnya sulit untuk dielakkan. Siapa duga gerakan orang itu ternyata gesit dan cepat luar biasa. "Cring!" Mendadak jari orang itu menyentil, tepat mengenai pedang hingga terpental ke samping. Itulah ilmu "Sian-cie-sin-thong" (Ilmu tenaga jari sakti) yang maha lihay, jago yang ada di Kim-kee-leng tidak ada yang mampu menggunakan kepandaian itu kecuali Hong-laymoli, Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong bertiga. "Nona Ci tidak perlu sangsi, tidak lama kau pasti akan tahu masalahnya. Sekarang lekas kembali ke tempatmu, jangan merintangiku!" kata orang itu. Di kegelapan malam Ci Giok Hian tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu. Apalagi dia tidak kenal, suaranya juga asing baginya. Maka itu jelas Ci Giok Hian tak bisa mempercayai kata-kata orang itu..

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan kau kira aku anak kecil yang bisa kau bohongi!" kata Ci Giok Hian sambil menyerang tiga kali secara beruntun, lalu dia bersuit sekerasnya untuk memberi tanda bahaya pada kawan-kawannya. Rupanya karena orang itu kuatir kalau jago-jago Kim-keeleng yang lain akan bermunculan, maka itu dia segera melancarkan serangan balasan ke arah Ci Giok Hian. Dengan tangan kosong dia menyerang dengan dahsyat, sehingga Ci Giok Hian terdesak. Setelah berada di atas angin, orang itu berkata pula. "Pek-hoa-kiam-hoatmu memang hebat, cuma sayang aku tak bisa melayanimu lebih lama Maaf, nona Ci, terpaksa untuk sementara aku menyusahkanmu!" kata orang itu. Sesudah berkata begitu tiba-tiba dia melangkah maju, jarinya segera menotok dan tepat ke jalan darah bagian bahu

Ci Giok Hian. Ci Giok Hian menggeliat, tapi tidak sampai roboh. Namun, kesempatan itu telah digunakan orang itu untuk kabur. Dongkol, terkejut dan heran Ci Giok Hian dibuatnya. Tapi jelas kepandaian orang itu jauh lebih tinggi di atas dia. Karena totokannya tadi tidak menggunakan tenaga keras, maka itu dia tidak sampai roboh. Tampak orang itu sengaja bermurah hati kepadanya. "Apa barangkali benar orang itu bukan mata-mata musuh?" pikir nona Ci. Terpaksa nona Ci mengerahkan tenaga dalam untuk melancarkan jalan darahnya. Pada saat itu terdengar suara orang berlari mendatangi. Walau jalan darah Ci Giok Hian yang tertotok belum lancar kembali, dia tetap bisa bicara. Karena dia kira yang datang itu kawan sendiri, dia berseru.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mata-mata musuh sudah kabur ke arah Barat sana, lekas kejar dia!" kata Ci Giok Hian. Dua orang berbaju kelabu muncul di depan nona Ci, Tapi wajah mereka tidak jelas dalam kegelapan. Karena seruan Ci Giok Hian, kedua orang itu berlari ke arahnya. Segera suara seorang yang belum dikenalnya berkata. "Oh, kau nona Ci? Kenapa kau!" kata orang itu. Ci Giok Hian girang dia menjawab. "Ya aku Ci Giok Hian. Aku tidak apa-apa, hanya kesemutan sedikit, lekas kejar dia saja!" Tak diduga kedua orang itu tertawa terbahak-bahak. "Ha. .ha. .ha! Rupanya saudara tua kita merasa kasihan pada si cantik ini, tapi kenapa tidak sekalian dibawa pergi?!" kata orang itu heran. "Ini malah kebetulan, dia buat kita saja!" kata kawannya, "dia tidak mau, kita yang ambil saja!" "Benar, dengan membawa nona Ci berarti kita punya sandera," kata orang pertama. "Eh, nona Ci, pasti kau belum bisa berjalan, biar akan kugendong kau!" Sekarang Ci Giok Hian tahu bahwa kedua orang itu kawanan "mata-mata musuh". Bukan main kaget dan kuatirnya Giok Hian. Kedua orang itu semakin dekat kepadanya. Padahal jalan darahnya yang tertotok belum bebas. Ci Giok Hian cemas dan putus asa. Dia pikir jika perlu dia akan menggunakan sedikit tenaga yang terkumpul untuk bunuh diri dengan memutuskan urat nadi sendiri. Tapi pada detik yang paling gawat, sesuatu yang sama sekali tak terduga terjadi lagi. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu sepotong

batu kecil menyambar tepat mengenai Hiat-to di bagian dengkul nona Ci. Karena itu jalan darah di kakinya, maka seketika itu sudah lancar kembali darahnya. Rupanya batu kecil itu sengaja disambitkan untuk menolong nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat yang sama terdengar suara 'trang', hingga golok yang terpegang oleh salah seorang berbaju kelabu itu, terlepas dari cekalannya oleh timpukan sepotong batu. Hampir berbareng dengan itu orang yang keduapun menggeliat tersambit oleh senjata rahasia. Tampaknya dia tidak sanggup berdiri dan hampir bertekuk lutut. "Keparat! Sebentar lagi pasti akan kubereskan jiwa kalian!" terdengar suara bentakan orang yang berkumandang dari jauh. Pada saat itu juga Ci Giok Hian langsung membentak. "Bangsat, lekas serahkan dirimu jika ingin hidup" kata Ci Giok Hian nyaring. Berbareng dengan itu pedang si nona menusuk ke kanan dan ke kiri. Rupanya dari suara bentakan itu kedua orang itu baru mengetahui, bahwa orang yang dikira "saudara tua" itu, ternyata bukan saudaranya. Jelas mereka jadi ketakutan dan cepat saling memberi tanda. Sambil mengelak serangan Ci Giok Hian segera mereka angkat kaki. Karena dia hanya seorang yang harus mengejar dua orang musuh, Ci Giok Hian jadi serba salah. Apalagi dia baru bisa bergerak, langkahnya agak lamban. Tidak lama kedua musuh itu pun sempat menghilang di kegelapan malam. Ketika itu terdengar orang itu berseru kepadanya. Disusul suara teriakan lain. "Cici kembalilah!" Ci Giok Hian menoleh. Samar-samar kelihatan sepasang muda mudi berlari mendatanginya. Sesudah dekat, ternyata orang itu Ciauw Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee berdua. Kedua orang ini datang bersama Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng beberapa bulan yang lalu. Memang Yo Kiat Bwee kenalan lama Ci Giok Hian. Setelah berkumpul beberapa bulan di Kim-keeleng, hubungan mereka bertambah akrab saja. "Ada dua orang mata-mata musuh lari ke sana!" kata Ci Giok Hian. "Lekas kalian kejar mereka!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Liu Beng-cu sedang mencarimu," kata Kiat Bwee sambil tertawa. "Jangan kuatir, biangkeladi mata-mata itu sudah

tertangkap, rasanya anak buahnya juga tak akan bisa berkutik lagi." "Hei, biangkeladinya sudah tertangkap? Siapa dia?" tanya Ci Giok Hian kaget dan girang. "Kamipun belum tahu siapa dia, mungkin untuk masalah itu Liu Beng-cu mencarimu," kata Kiat Bwee sambil mengejar ke arah yang ditunjuk oleh Ci Giok Hian. Ci Giok Hian segera kembali dan mendatangi Hong-lay-moli. Di sana dia lihat Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sudah ada. Ci Giok Hian melapor apa yang dialaminya tadi. "Memang mata-mata musuh sudah kita tangkap di sini," kata Hong-lay-mo-li. "Ternyata di Kim-kee-leng ada matamata musuh, tapi juga ada sahabat kita yang membantu secara diam-diam." Sesudah itu Hong-lay-mo-li menceritakan bagaimana matamata musuh itu bisa tertangkap. Ketika Hong-lay-mo-li memeriksa Ong Siu-pi kemarin, timbul rencananya untuk memancing musuh agar muncul, yakni dengan menggunakan Ong Siu-pi sebagai umpan. Sengaja dia mengurung Ong Siu-pi di "Ouw-hong-tong", sebuah gua di belakang gunung. Dia duga musuh pasti akan berusaha menolongi atau membunuh Ong Siu-pi agar rahasianya tidak terbuka. Ternyata musuh memang terpancing, tapi tidak datang ke Ouw-hong-tong melainkan menyusup ke kamar Hong-lay-mo-li dengan maksud mau membakar kamarnya. Nanti jika keadaan sudah kacau dan api sudah berkobar, musuh baru akan turun tangan membunuh tawanan. Syukur rencana musuh bisa terbongkar berkat kabar rahasia yang diterima Hong-lay-mo-li dari secarik kertas yang disambitkan oleh seorang yang tak dikenal ke Ouw-hong-tong. Pada saat yang tepat Hong-lay-mo-li sempat kembali ke

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kamarnya dan kebetulan memergoki musuh yang hendak membakar kamarnya itu hingga musuh tertangkap. "Siapa mata-mata musuh itu?" tanya Ci Giok Hian. "Belum jelas karena dia memakai topeng kulit tipis. Ilmu silatnya sangat tinggi, dia berasal dari aliran Siauw-lim-pay," kata Hong-lay-mo-li. "Sebentar kita akan tahu siapa dia." Tidak berapa lama beberapa anak buah Kim-kee-leng menyeret seorang tawanan. Topeng yang dipakai tawanan itu sudah dibuka dan wajah asli orang itu jelas. Mendadak Kok Siauw Hong bangun dan membentak. "Bagus, kiranya kau murid murtad Siauw-lim-pay, anjing bangsa Kim!" kata Siauw Hong. Hong-lay-mo-li pun mengejek.

"Soa Heng Liu, sungguh berani kau ini. Dulu kau pernah membuat susah dan menghancurkan hidup Su-hengku Kongsun Kie. Namun, selama ini aku belum lagi mengadakan perhitungan denganmu. Sekarang kau berani menyusup ke tempatku menjadi mata-mata Wan-yen Tiang Cie!" kata Honglaymo-li. Mata-mata musuh yang tertawan itu murid Siauw-lim-pay yang telah berkhianat pada perguruannya Dia bernama Soa Heng Liu. Duapuluh tahun yang lalu, Kong-sun Kie, ayah Kong-sun Po sampai tersesat dan berbuat jahat, justru karena bergaul dengan Soa Heng Liu ini. Merasa dirinya sudah banyak berdosa, terpaksa Soa Heng Liu bekerja untuk Wan-yen Tiang Cie. Ketika Kok Siauw Hong dan rombongannya bermalam di rumah Teng Sit, di antraa orang-orang yang dikirim Wan-yen Tiang Cie untuk menggerebek, dan menangkap mereka terdapat Soa Heng Liu. Tadi Soa Heng Liu telah melakukan perlawanan ketika hendak ditangkap oleh Hong-lay-mo-li. Tapi akhirnya berhasil dirobohkan oleh ujung kebutan Hong-lay-mo-li yang tajam

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

laksana jarum, mengenai jalan darahnya hingga tak bisa berkutik lagi. Dia sedang kesakitan seperti digigit beribu-ribu ular berbisa rasanya hingga penderitaannya sulit dikatakan. Mendengar makian Kok Siauw Hong dan Hong-lay-mo-li tadi, karena keras kepala Soa Heng Liu yang keras kepala masih berani menjawab. "Hm! Jika tak ada laporan rahasia kau tak akan mengetahui rencanaku. Kini sesudah aku tertangkap olehmu, kalau mau membunuhku silakan saja Tidak perlu kalian banyak bicara!" kata Soa Heng Liu dengan berani. "Hm! Kau masih berlagak jantan?" bentak Hong-lay-mo-li dengan gusar. Kembali Hong-lai-mo-li menyambet perlahan ke tubuh Soa Heng Liu. Seketika ke-36 itu jalan darah di tubuhnya laksana digigit dan dihisap tulang sumsumnya oleh ribuan ular. Sakitnya tidak kepalang. "Nah, lekas katakan siapa kawanmu yang masih berada di sini?" bentak Hong-lay-mo-li pula. Dalam keadaan menderita, terpaksa Soa Heng Liu mengaku. "Kedua kawanku si Pencuri Pauw Kang dan Han Ngo, si Golok Cepat dari Khong-tong-pay. Mereka bekerja untuk Wan-yen Tiang Cie. Liu-lihiap, aku mohon kemurahan hatimu, harap bunuh saja aku!" "Hm! Karena kau murid murtad dari Siauw-lim-sie, kau harus dihukum menurut aturan perguruanmu sendiri," kata

Hong-lay. Hong-lay-mo-li lalu memerintahkan tawanan itu dibawa pergi ke kamar tahanan. Kemudian Hong-lay-mo-li memberi tahu Kok Siauw Hong dan Pwee Eng, bahwa ayah Pwee Eng saat itu sedang pesiar ke Siauw-lim-sie. Maka itu Kok Siauw Hong berdua akan ditugaskan mengawal Soa Heng Liu ke sana, untuk sekalian mengundang Han Tay Hiong datang ke Kim-kee-leng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah tentu Siauw Hong dan Pwee Eng menyatakan setuju dengan girang. "Kalau begitu kalian boleh berangkat besok!" kata Honglaymo-li. Setelah Siauw Hong dan Pwee Eng mohon diri, kemudian Hong-lay-mo-li berkata pada Ci Giok Hian. "Adik Giok Hian, aku lebih tua beberapa tahun darimu, maka itu kau kuanggap seperti keponakanku. Aku harap kau tidak sungkan padaku, anggap saja aku ini bibimu. Kini aku ingin tahu lebih jelas tentang orang yang menotokmu dan sekaligus menolongimu. Menurutmu bagaimana macam orang itu? Berapa usianya dan aliran mana ilmu silatnya?" "Dalam kegelapan aku tidak begitu jelas melihatnya, aku kira usianya sekitar tigapuluh tahun," kata Ci Giok Hian. "Gaya silatnya aneh, karena cupetnya aku tidak mengenal aliran silatnya itu. Ketika kutegur, dia tak mau menjelaskan siapa dia Tapi dia membantah dan mengatakan dia bukan mata-mata musuh, sebagaimana dugaanku semula. Ketika itu dia seperti tergesa-gesa dan pergi begitu saja!" "Ya, sekarang kita tahu bahwa orang itu kawan dan bukan lawan.," kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa. Ci Giok Hian sedikit tertarik dan bertanya. "Jadi Bibi Liu sudah tahu asal-usulnya?" kata si nona "Orang ini bisa jadi murid seorang sahabatku, cuma akupun belum berani memastikannya," kata Hong-lay-mo-li. "Watak sahabatku itu sangat aneh. Kelakuannya sering di luar dugaan. Maka itu aku yakin sifat muridnyapun sama seperti gurunya." "Kelakuan orang itu memang aneh dan sukar dimengerti," kata Ci Giok Hian. "Aku kira dia membantu kita secara diamdiam, bahkan sudah lama tinggal di sini. Entah kenapa dia tidak mau memperkenalkan diri pada kita?"

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu Ciau Siang Hoa dan Yo Kiat Bwee yang tadi mengejar musuh sudah kembali bersama Toa-thauw-bak Lui Biauw, si golok emas. "Bagaimana hasil pengejaran kalian?" tanya Hong-lay. "Sudah ditemukan, tapi tidak dalam keadaan hidup lagi," kata Lui Biauw. "Kematian kedua orang itu agak aneh. Mayat mereka kami temukan di semak-semak di kaki gunung. Semula kami tidak tahu kalau mereka tertotok oleh totokan hebat. Setelah kami periksa baru kami tahu mereka ditotok, kemudian dibinasakan dengan ilmu Bian-ciang (pukulan halus) yang lihay." "Sungguh aneh," kata Ci Giok Hian. "Orang yang menotok mereka pasti orang yang mengirim kabar rahasia padaku," kata Hong-lay-mo-li. "Benar, akupun berpikir begitu, tapi aneh siapa yang membunuh kedua musuh itu?" tanya Ci Giok Hian. "Bukan mustahil di tempat ini masih ada mata-mata musuh yang lain." "Menurut laporan rahasia yang aku terima dari orang itu, sepengetahuannya kawan Soa Heng Liu hanya dua orang, yaitu Pauw Kang dan Han Ngo, jadi tak ada yang lain," kata Hong-lay-mo-li, nadanya seperti percaya pada kabarvrahasia itu. "Tetapi tak ada buruknya jika kita waspada terhadap segala kemungkinan, pesanku ini harap Liu Cian-pwee dan nona Yo sampaikan pada semua saudara kita." Setelah Lui Biauw bertiga mengundurkan diri, Hong-lay-moli berkata pada Giok Hian, "Apa kau ngantuk, Giok Hian? Jika tidak kita bicara sebentar." "Karena pagi sudah hampir tiba, rasa kantuk pun hilang. Yang akan Bibi katakan silakan saja," jawab Ci Giok Hian. "Yang ingin kubicarakan mengenai masalah pribadi," kata Hong-lay-mo-li sambil tersenyum. "Aku tahu kau dan Seng Liong Sen hanya suami istri bohongan. Sekarang kalian sudah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpisah secara resmi. Kau gadis cerdik, pasti kau paham apa yang ingin aku bicarakan denganmu." Wajah Ci Giok Hian seketika menjadi merah. Dalam hatinya memang sudah bisa menerka sebagian pembicaraan itu. "Nasibku ditakdirkan begini, terima kasih atas perhatianmu Sesungguhnya aku tak tahu apa yang ingin Bibi bicarakan." kata Giok Hian. "Kau gadis pandai dan bijaksana, memang kau ingin menyerah pada nasib? Aku rasa nasib seseorang harus ditentukan oleh orang yang bersangkutan. Seandainya nasibmu memang jelek, sedikitnya masih bisa diatasi."

"Kata-kata Bibi benar. Akupun percaya bahwa nasib memang bisa diubah. Hanya sayangnya aku sendiri yang menyerah kepada nasib," kata Ci Giok Hian. "Usiamu masih muda, jadi tidak seharusnya kau putus-asa. Aku kira hari depanmupun masih cerah, sebagai anak perempuan kau masih perlu mencari jodoh yang cocok bagimu." "Aku memang pernah menikah sekali, walaupun cuma suami istri omong kosong. Tapi bagiku itu sudah cukup, hatiku sudah dingin." kata Ci Giok Hian. "Kau masih muda, apa yang menyebabkan hatimu dingin? Apakah karena kau belum bertemu dengan orang yang cocok?" kata Hong-lay-mo-li sambil tersenyum. "Jika ada seorang pemuda yang segala sesuatunya memuaskan kau............" "Terima kasih atas perhatian Bibi, sesungguhnya aku memang tidak ingin menikah lagi," kata Ci Giok Hian. "Aku justru ingin menjadi perantaramu, aku harap kau mau mengubah pendirianmu," kata Hong-lay-mo-li sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Ci Giok Hian tertarik pada pembicaraan itu, tapi sayangnya dia tidak tahu pemuda mana yang akan dijodohkan oleh Hong-lay-mo-li kepadanya? Walau begitu dia tidak enak jika ber-tanya pada sang bibi walau dia ingin tahu. Dia yang sudah dua kali gagal bercinta, hatinya sudah dingin hingga tidak ingin menikah lagi. Maka itu dia berkata. "Aku paham maksud baik Bibi. Tapi soal jodoh hendaknya jangan disebut-sebut lagi. Bila Bibi tidak menolak, aku bersedia mengabdi di sampingmu." "Mana bisa begitu," jawab Hong-lay-mo-li sambil tertawa. "Di sini walau tenagamu diperlukan, tapi tidak perlu menghalangi kebahagiaan dalam membina rumah-tangga?" "Kau bicara tentang rumah tangga, aku jadi ingat pada rumahku," kata Ci Giok Hian. "Jika Bibi tidak keberatan, biar aku pulang dulu untuk menemui Kakakku dan mengatur rumah sekedarnya. Nanti aku datang lagi ke sini. Karena aku punya rumah tidak perlu rumah yang lain." Melihat si nona bicara tegas begitu, terpaksa Hong-lay-moli berkata lagi. "Sungguh sayang, padahal orang yang ingin kujodohkan denganmu pernah kau lihat, ilmu silatnya pun sudah kau kenal. Dia benar-benar seorang pemuda serba-bisa. Sayang kau tidak mau. Setiap manusia punya cita-cita sendiri, maka itu akupun tidak ingin memaksamu. Walau demikian aku tetap berharap suatu hari kau mengubah pendirianmu."

Keterangan Hong-lay-mo-li membuat hati Ci Giok Hian tergerak. "Orangnya pernah kulihat, dan kepandaiannya pun pernah kukenal, siapakah dia? Apa mungkin lelaki misterius yang kupergoki malam itu?" pikir nona Ci.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walau rasa ingin tahunya sangat kuat mengenai nama dan asal-usul orang itu, namun harga diri seorang gadis membuat dia diam hingga pembicaraan pun berakhir sampai di sini. Hong-lay-mo-li berkata lagi. "Baiklah, jika kau ingin pulang. Sebelumnya bisa kuceritakan sedikit mengenai keadaan kampung halamanmu. Sekarang kau bisa melakukan dua pekerjaan untukku. Pertama kau harus mem-beritahu kakakmu, bahwa mertuanya, Wan To-cu sedang mencarinya. Wan To-cu akan datang ke Kim-kee-leng. Jika beliau datang dan kalian belum muncul, tentu Wan To-cu akan aku minta untuk menyusul kalian ke Pek-hoa-kok. Masalah yang kedua mengenai Haysoapang. Kawanan bajak dan pedagang garam gelap itu kini sudah masuk perserikatan kita. Sepulang ke Yang-ciu kau harus berhubungan dengan mereka." Ci Giok Hian menerima baik tugas itu. Dia juga menyatakan akan membawa Ciu Hong pulang ke rumahnya. Sedangkan Ciu Tiong Gak akan ke Po-teng untuk menemui bakal besannya dan berunding mengenai hari pernikahan Ciu Hong, dan seterusnya menetap di Pek-hoa-kok. Maka itu kelak jika Ci Giok Hian dan kakaknya pergi, di sana ada penjaganya yang bisa dipercaya. Esok harinya Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng berangkat ke Siauw-lim-sie dengan membawa Soa Heng Liu. Sedang Ci Giok Hian berangkat bersama Ciu Hong. Ciu Tiong Gak menuju ke Po-teng di bagian Utara. Di sepanjang jalan tak terjadi apa-apa. Saat Ci Giok Hian dan Ciu Hong tiba di Pek-hoa-kok, hari sudah magrib. Pintu gerbang rumahnyapun tertutup rapat. Di sana-sini terdapat sarang laba-laba seakan rumah itu sudah tak berpenghuni. "Aneh, ke mana Paman Ong? Kenapa dia begini malas? Tampaknya dia tidak pernah menyapu," kata Ciu Hong sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan salahkan dia, dia cuma sendirian mana sanggup

mengurus rumah seluas ini," kata Ci Giok Hian. "Mari kita lompat masuk melalui pagar taman belakang untuk mengagetkan dia," kata Ciu Hong. Di luar dugaan, mereka kaget karena di taman belakang rumah juga kotor tak terurus. Rumput tumbuh liar memenuhi halaman. Suasana di tempat itu sunyi sekali. Yang membuat mereka kaget di pojok taman itu terdapat setumpuk tanah merah, nampaknya baru digali dan masih baru. Jelas itu sebuah kuburan baru. Ciu Hong mencoba menyalakan api untuk menerangi batu nisan kuburan itu. Tanpa disadari dia berseru, "Hei, Paman Ong sudah meninggal!" Di atas batu nisan itu tertulis nama Ong Hok, tukang kebun yang ditugaskan menjaga rumah. Hati Ci Giok Hian berdebardebar. Mendadak dia ingat pengalaman Han Pwee Eng ketika pulang ke rumahnya dulu. Begitu nona itu masuk ke rumahnya di Lok-yang, dia lihat mayat pelayannya tergeletak di lantai. Ayahnya yang sedang sakit juga hilang. Kemudian Han Pwee Eng baru mengetahui kalau rumahnya didatangi Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya. Sedangkan ayahnya dibawa pergi oleh Seng Cap-si Kouw. Apa yang dilihat oleh Ci Giok Hian, rasanya mirip. Walau hatinya tenang, tapi berdebar juga. "Coba kita periksa bagian dalam rumah," ajak Giok Hian. Namun, beberapa pintu ruangan digembok. Ci Giok Hian yang tak sabar segera menebas gembok dengan pedangnya Kerika ruang itu dia periksa, akan tetapi tak ada sesuatu yang ditemukannya "Sio-cia, biar kucari keterangan pada Ciu Toa-nio, tetangga kita di ujung jalan sana," kata Ciu Hong yang tampak cemas. Ci Giok Hian setuju. Tapi sebelum Ciu Hong pergi nona Ci berpesan agar Ciu Hong cepat kembali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepeninggal Ciu Hong, Ci Giok Hian mencoba masuk ke kamarnya. Dia lega sebab tak ada tanda rumahnya pernah dikacau orang. Andai kedatangan musuhpun, pasti kakaknya dan nona Wan tidak akan menyerah begitu saja Tapi du sana tak ada tanda pernah ada orang bertempur di situ. Dia coba menyalahkan lilin, lalu meneliti keadaan kamarnya Semua masih dalam keadaan seperti saat dia tinggalkan. Walau di sana-sini berdebu, tapi selimut di atas ranjangnya masih terlipat rapih, malah bantal sulam yang belum selesai dikerjakanpun masih terletak di tempat semula. Melihat barang yang disediakan untuk dipakai di kamar pengantin dulu itu, dia tertegun. Kini semua tinggal kenangan. Tanpa terasa hati Ci Giok Hian pedih. Sambil membersihkan kamar dia meneliti sesuatu dengan

cermat, tiba-tiba di keranjang sampah, terlihat ada sisa bakaran. Dia mengambil bagian kertas yang belum terbakar, dan disambung-sambung. Isi tulisan itu demikian "di rumah jangan......." Lanjutan tulisan itu sudah terbakar tidak bisa diketahui maksudnya: "Jangan apa?" Dari gaya tulisan surat itu, jelas bukan tulisan tangan Ci Giok Phang, kakaknya tapi juga bukan gaya tulisan wanita. Karena Ci Giok Hian tidak kenal gaya tulisan Wan Say Eng, dia tidak tahu Wan Say Engkah yang menulis atau bukan? Saat sedang memikirkan apa arti tulisan yang dibacanya itu, tibatiba terdengar suara langkah orang. Baru saja dia mau menegur, terdengar Ciu Hong berseru. "Aku, Sio-cia. Apa kau menemukan sesuatu?" "Oh, kau sudah kembali," jawab Giok Hian. "Belum ditemukan apa-apa bagaimana keterangan yang kau peroleh?" Tak lama Ciu Hong cerita. Kata mereka Ci Giok Phang dan Wan Say Eng pernah pulang dan tinggal beberapa bulan di rumah.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka baru pergi sebulan yang lalu. Menurut keterangan Ciu Toa-nio, tetangga yang dimintai keterangan dan masih terhitung adik ipar Ong Hok si tukang kebun itu, Ong Hok meninggal karena sakit. Mungkin karena Ong Hok sudah tua. Malam itu Ci Giok Hian dan Ciu Hong sudah tidur. Tiba-tiba Ci Giok Hian dikejutkan oleh munculnya suara di atas genting rumahnya. Tanpa pikirpanjang dia keluar hingga terjadilah pertarungan antara Ci Giok Hian dengan seseorang dalam gelap. Tiba-tiba Ci Giok Hian merasa ada sambaran angin dari belakang dia. Dengan cepat Ci Giok Hian menghindari cengkraman orang itu sambil balas menyerang dengan cepat. Ternyata orang itu Gak Hu-jin! Ketika itu dia tidak mengira kalau cengkramannya tidak berhasil mengenai Ci Giok Hian. Dia heran lalu berkata. "Eh, ilmu pedangmu sudah jauh lebih maju dibanding dulu. Tetapi jangan harap kau bisa lolos dari tanganku! Lihat saja nanti!" kata Gak Hu-jin. Selang beberapa bulan di Kim-kee-leng, Ci Giok Hian memang mendapat petunjuk dari Hong-lay-mo-li. Sekarang ilmu silatnya jauh lebih maju dibanding dulu. Bahkan serangan Ci Giok Hian hampir melukai Gak Hu-jin, jika dia tidak cepat menarik kembali tangannya. Tapi apa yang dikatakan Gak Hujin benar. Walau kepandaian Ci Giok Hian sudah bertambah maju, tetap saja dia bukan tandingan Gak Hu-jin. Belasan jurus kemudian Giok Hian mulai kewalahan menghadapi tongkat Gak Hu-jin. Suatu ketika mendadak Gak Hu-jin maju,

lalu dengan cepat dia coba merampas pedang Ci Giok Hian. Tapi Giok Hian sempat membalikkan pedangnya lalu menebas dengan tak terduga "Hm! Kau masih berani bertarung denganku!" ejek Gak Hujin sambil tertawa. "Trang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan tepat tongkat Gak Hu-jin membentur pedang Ci Giok Hian. Seketika Giok Hian merasa tangannya kesemutan, pedangnya hampir saja terlepas dari cekalannya. Ketika itu dia tahu bahwa Gak Hu-jin sengaja bermurah hati kepadanya, jika tidak pasti dia sudah terluka parah. "Nah, rasakan olehmu! Lekas ikut aku pulang!" kata Gak Hu-jin. Mendadak Ci Giok Hian menyambitkan pedangnya sambil melarikan diri. "Mana bisa kau lolos!" teriak Gak Hu-jin. Benar saja baru belasan langkah Ci Giok Hian berlari, tahu-tahu Gak Hujin sudah menghadang di depannya. Karena Ci Giok Hian lebih hafal keadaan taman miliknya, dia berlari mengitari taman kian ke mari. Tapi tetap saja dia tak bisa melepaskan diri dari kejaran Gak Hu-jin. Diam-diam Giok Hian mengeluh karena khawatir tak bisa lolos dari cengkraman musuh. Saat keadaan mulai gawat, tiba-tiba terdengar jeritan Ciu Hong hingga Gak Hu-jin berhenti mengejarnya

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian yang kaget mengawasi ke arah jeritan tadi. Ternyata di sana tampak tiga sosok bayangan muncul di atas rumahnya. Saat itu Ciu Hong dikejar kedua bayangan itu. Dalam keadaan demikian sekalipun Ci Giok Hian ingin menolongnya tidak akan keburu lagi, karena jaraknya cukup jauh. Saat Ci Giok Hian sedang kuatir, tiba-tiba Gak Hu-jin mengayunkan tangannya sambil membentak. "Padahal sudah kubilang kalian jangan mengejutkan Nona Ci, kenapa kalian tidak mendengar perintahku?" kata Gak Hujin. Tak lama menyusul suara gabrukan orang yang jatuh dari atas atap rumah. Ternyata tiga orang terjungkal ke bawah. Tapi di antara ketiga orang itu tak ada Ciu Hong. Rupanya saat Gak Hu-jin menghamburkan senjata rahasia, dari sudut lain mendadak muncul seseorang. Begitu muncul dia terjungkal terkena senjata rahasia, tapi arah terjungkalnya berlawanan dengan arah kedua orang yang jatuh tadi. Hal itu membuat Ci Giok Hian keheranan, karena orang ketiga itu jelas bukan terkena senjata rahasia yang disambitkan Gak Hujin melainkan ada orang gagah yang belum menampakkan diri. Benar saja, tak lama terdengar suara suitan nyaring seseorang, Dari suaranya yang melengking tajam jelas dia bukan sembarangan orang. "Bagus, akupun tahu bahwa sewaktu-waktu kau si bangsat tua pasti akan mencari perkara denganku. Ternyata kini kau benar-benar datang!" bentak Gak Hu-jin sambil tubuhnya melayang ke arah orang itu. Entah dia mengejar "bangsat tua" yang disebutnya itu atau melarikan diri yang jelas dalam sekejap dia menghilang. Sedang "bangsat tua" yang dimaksudkannya itu hanya terdengar suaranya tapi tidak terlihat orangnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Ciu Hong mendekati Ci Giok Hian, lalu menceritakan apa yang dialaminya. Rupanya dia terjaga karena mendengar suara benturan senjata tajam ketika Ci Giok Hian bertarung dengan Gak Hu-jin. Ketika dia memburu keluar, tapi disergap oleh dua orang itu. Untung seseorang berbisik memperingatinya, sehingga serangan kedua orang itu bisa dihindarinya. Tapi tak lama kedua penyerang itupun terjungkal ke bawah rumah. "Ya, sungguh berbahaya, syukur ada orang gagah yang diam-diam melindungi kita," kata Ci Giok Hian. Sesudah itu mereka langsung memeriksa ketiga musuh yung terjungkal itu. Sungguh heran dan sangsi mereka,

setelah melihat ketiga orang itu. Ternyata mereka berseragam perwira Kim. Satu di antaranya Ci Giok Hian merasa pernah bertarung dengannya di kantor Kabupaten Yang-ciu. Ketiga orang itu tergeletak terpisah di dua tempat. Sedang yang terkena serangan Gak Hu-jin sudah tidak bernyawa lagi. Muka mereka hitam dan pelipisnya tertancap sebuah jarum kecil. Jelas mereka terkena jarum beracun. "Keji sekali perempuan tua itu, siapa dia, Sio-cia?" tanya Ciu Hong. "Dia istri Gak Liang Cun, Bupati Yang-ciu," jawab Ci Giok Hian. "Kelihatannya ketiga orang ini anak buah suaminya. Bisa jadi kedatangan Gak Hu-jin ke sini di luar tahu suaminya atau siapapun? Oleh sebab itu dia merasa perlu membunuh anak buah suaminya agar perbuatannya tidak ketahuan." Ketika mereka memeriksa orang ketiga, ternyata dia tidak mati, dan tidak ada tanda terkena senjata rahasia. Cuma saja orang itu tidak bisa bergerak. Sebagai jago silat, setelah merenung sejenak, Giok Hian menyatakan rasa herannya. "Aneh sekali, orang ini rupanya tertotok jalan darahnya hingga dia tak bisa berkutik. Bisa jadi dia tersambit oleh sebutir batu kecil." kata si nona.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Ci Giok Hian memeriksanya, ternyata cara menyambitkan senjata rahasia dan mengincar jalan darah itu serupa dengan orang yang menyambit Pauw Kang dan Han Ngo di Kim-kee-leng. "Tapi orang itu bukan orang tua, walau aku tidak sempat melihat wajahnya. Kenapa Gak Hu-jin memaki dia si "Bangsat tua"?" pikir nona Ci. "Sio-cia buka saja jalan darahnya agar bisa kita tanya dia," kata Ciu Hong. "Mana bisa aku membebaskannya?" kata Ci Giok Hian. Tiba-tiba dia berkata. "Kau jaga rumah, aku akan memeriksa ke sekeling rumah ini. Masalah ini harus kuselidiki hingga jelas." kata Ci Giok Hian. "Gak Hu-jin mengejar orang itu, pasti bisa kusaksikan pertarungan mereka yang menarik." pikir nona Ci. Benar saja, tidak lama di tengah hutan di belakang rumahnya terdengar suara gemerincing beradunya senjata tajam. Ternyata Gak Hu-jin berhasil menyusul orang misterius itu, sekarang mereka sedang bertempur dengan sengit. Perlahan-lahan Ci Giok Hian menyusup ke dalam hutan. Karena pertarungan berlangsung sengit, kedua orang itu seperti tidak mengetahuinya ada orang yang datang ke

tempat itu. Ci Giok Hian memanjat ke sebuah pohon. Dengan bantuan sinar rembulan yang remang-remang dia coba mengamat-amati pertarungan itu. Ternyata lawan Gak Hu-jin seorang lelaki berusia belum 30 tahun. Perawakannya serta gaya ilmu silatnya memang sama dengan lelaki aneh yang dipergoki Ci Giok Hian di Kim-keeleng tempo hari. Lelaki itu menggunakan pedang, permainan pedangnya luar biasa hebat. Serangannya juga cepat dan lincah. Setiap jurus serangannya selalu mengincar ke jalan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

darah di tubuh Gak Hu-jin. Melihat hal itu tidak kepalang terkejut dan kagetnya Ci Giok Hian. Diam-diam dia mengakui kehebatan ilmu pedang orang itu. Cit-siu-kiam-hoat milik Kok Siauw Hong rasanya kalah setingkat dibanding ilmu pedang orang aneh itu. Tapi kepandaian Gak Hu-jin ternyata lain dari yang lain. Tongkatnya menyambar kian ke mari hingga menimbulkan suara menderu-deru. Segenap penjuru seakan-akan bayangan tongkatnya saja. Tanpa terasa Ci Giok Hian merasa kuatir juga. Kini tahulah dia bahwa Gak Hu-jin memberi kelonggaran kepadanya. Jika tidak, dengan permainan tongkat yang dahsyat seperti itu, pasti dia tidak akan sanggup melawannya. "Hm! Kepandaianmu memang asli pelajaran dari gurumu! Tapi untuk bisa menandingiku sedikitnya kau harus berlatih lagi selama tiga tahun," ejek Gak Hu-jin. "Nah, lekas katakan di mana gurumu? Apa dia sengaja mengutusmu ke sini untuk mengacaukan aku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ha,ha,ha!" orang itu tertawa. "Apa benar kau ingin mencari Guruku? Jika demikian silakan kau bertanya pada Giam-lo-ong (Raja Akhirat) saja!" Gak Hu-jin melenggak kaget. "Apa katamu? Gurumu sudah mati?" kata Gak Hu-jin. "Sudah sepuluh tahun yang lalu Su-hu meninggal dunia," jawab orang itu. "Kelihatannya kau tidak punya sumber yang akurat." "Lalu siapa yang menyuruhmu menggangguku di sini? Apa Khie Wie?" bentak Gak Hu-jin. "Sudah lama memang aku mendengar nama Lo Cian-pwee itu, cuma sayang aku belum pernah bertemu dengannya," sahut orang itu. "Cuma perlu kukatakan, kedatanganku ini bukan sengaja hendak mengganggumu. Tapi aku datang karena kau mengganggu Nona Ci yang kebetulan kupergoki." "Aku punya urusan dengan Ci Giok Hian, kenapa kau berani ikut campur urusanku?" bentak Gak Hu-jin. "Nona Ci pembantu kepercayaan Liu Li-hiap. Jadi jika kau punya masalah dengan Guruku, masakan kau tak tahu tentang hubungan erat antara beliau dengan Liu Li-hiap?" jawab orang itu. "Singkat kata, apapun urusanmu dengan Nona Ci, jelas aku akan ikut campur." "Bagus! Kau berani mengancamku dengan nama Hong-laymoli? Hm! Sekalipun dia ada di sini, aku tidak gentar! Apalagi saat ini dia tidak ada di sini. Apa kau minta agar aku membunuhmu dengan tongkatku ini?" damprat Gak Hu-jin gusar. Mendengar percakapan mereka, Ci Giok Hian tergetar hatinya. Baru sekarang dia tahu, bahwa murid sahabat Honglaymo-li yang pernah diceritakan itu, benar orang ini. Tanpa terasa mukanya merah sendiri. Pemuda itu bicara lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hm, memang gampang kau mau membunuhku dengan tongkatmu itu?" kata pemuda itu. "Huh, gurumu almarhum saja jerih padaku, tapi kau berani memandang ringan padaku? Kau kira aku tidak mampu membunuhmu? Hm, lihat saja nanti!" ejek Gak Hu-jin. Saat kedua orang itu hampir bertarung lagi, tiba-tiba Gak Hu-jin bicara. "Sekarang kau kuberi kesempatan. Ceritakan tentang Uhbun

Tiong! Di mana dia sekarang? Bagaimana keadaannya. Maka kematianmu bisa kuampuni walau kau tetap harus diberi hukuman yang setimpal." kata Gak Hu-jin. "Aku sendiri tidak tahu di mana dia sekarang. Tapi aku kira kau bisa minta keterangan pada Hong-lay-mo-li di Kim-keeleng. Itupun jika kau berani ke sana!" jawab pemuda itu. "Kecuali itu, berita Kay-pang biasanya tajam, kau juga boleh menanyakannya pada Liok Pang-cu." "Kurang ajar! Rupanya kau sengaja mempermainkan aku. ya? Kalau gurumu sudah mati, biar kau yang membayar hutangnya!" teriak Gak Hu-jin dengan gusar. Tongkatnya segera terayun dengan dahsyat, hingga terpaksa pemuda itu melompat mundur. Ci Giok Hian yang merasa tidak sanggup membantu pemuda itu berpikir. "Kedatangan Gak Hu-jin ke tempatku bisa jadi cuma ingin tahu tentang Uh-bun Tiong. Jika kuberitahu kejadian yang sebenarnya, aku kira itu cara terbaik untuk menolongi pemuda itu!" pikir Ci Giok Hian.. Karena berpikir begitu dia bersiap untuk melompat ke bawah. Tapi saat itu Gak Hu-jin sudah mendengar suara kresekan daun di atas pohon, maka itu dia membentak. "Siapa yang bersembunyi di situ?" kata Gak Hu-jin.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan gaya "Burung walet menyusuri hutan" Ci Giok Hian melompat turun, lalu menjawab. "Aku tahu tentang Uh-bun Tiong! Kau bebaskan dia dan akan kuberi tahu kau!" kata nona Ci. "Bagaimana keadaan Uh-bun Tiong sekarang? Lekas katakan!" bentak Gak Hu-jin. "Keponakan kesayanganmu itu sudah lama mati!" jawab Ci Giok Hian. "Apa katamu?" bentak Gak Hu-jin kaget. "Bagaimana matinya? Apa dia dibunuh oleh Khie Wie?" "Dia mati sendiri akibat penyakit Cauw-hwee-jip-mo. Dia mati di daerah Biauw!" kata Ci Giok Hian. "Aku tidak percaya! Pasti kalian yang membunuhnya!" teriak Gak Hu-jin kalap. Mendadak wajah Gak Hu-jin berubah jadi beringas. Kedua matanya merah membara. Tiba-tiba dia mengerang keras seperti binatang buas hendak menerkam mangsanya. Dia maju sambil berteriak. "Bagus, kalau musuhku sudah mati, dan keponakanku juga sudah mati, aku akan menagih hutang padamu. Kau harus mengganti jiwa!" kata Gak Hu-jin. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 94 Gak Hu-jin Sinting Dan Mengamuk; Ci Giok Hian Berkenalan Dengan Tio It Heng
Tiba-tiba Gak Hu-jin menyerang dengan ganas, wanita itu kelihatan gusar bukan buatan. Dia kelihatan begitu benci pada pemuda itu. Maka itu dia menyerang dengan ganas sekali. Tiba-tiba terdengar suara.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Trang!" Suara beradunya senjata yang nyaring sekali. Pemuda itu terpaksa menangkis hajaran tongkat Gak Hu-jin, hingga tangannya kesakitan, pedangnya pun hampir terlepas dari tangannya. Tapi melihat keadaan Gak Hu-jin yang sedang kalap, mau tak mau dia bingung juga. Dia heran kenapa tenaga Gak Hu-jin mendadak bisa bertambah kuat, padahal tadi mereka sudah bertempur sekian lama, Gak Hu-jin seperti sudah kehilangan akal sehatnya. Setelah tongkatnya beradu keras dengan pedang pemuda itu, tongkat Gak Hu-jin menyabet ke samping mengarah ke perut Ci Giok Hian. Dengan cepat Ci Giok Hian melompat ke atas sehingga tongkat musuh menyambar lewat bawah kakinya. Di luar dugaan, mendadak tongkat Gak Hu-jin berbalik menghantam pula. Dalam keadaan demikian jelas Ci Giok Hian tidak sempat menghindar lagi. Begitu pula dengan pemuda itu, dia tidak sempat untuk menolonginya. Jika serangan Gak Hu-jin diteruskan, pasti jiwa Ci Giok Hian akan melayang. Tapi aneh sekali, mendadak Gak Hu-jin menghentikan tongkatnya di udara, menyusul itu dia berteriak dengan suara serak seperti setengah menangis sedih. "Oh, putri kesayanganku! Lekas cium Ibumu. Jangan takut, masa Ibu tega memukulmu?" kata Gak Hu-jin pada Giok Hian. Sesudah itu tongkatnya diturunkan, lalu berlari ke arah nona Ci dengan maksud menarik Ci Giok Hian. Rupanya Giok Hian dianggap anak perempuannya yang sudah meninggal untuk dipeluk. Sudah tentu Giok Hian ketakutan, cepat dia mengegos ke kiri. "Beeet!" Lengan baju nona Ci robek. Sebenarnya maksud nona Ci memberitahu kematian Uh-bun Tiong pada Gak Hu-jin agar pikiran Gak Hu-jin kacau. Dengan demikian pemuda itu bisa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendapat kemenangan. Siapa tahu Gak Hu-jin mendadak jadi

gila dan beringas. Kuatir Ci Giok Hian dicelakakan Gak Hu-jin, pemuda itu menusuk punggung Gak Hu-jin dengan pedangnya. Tapi dalam keadaan sintingpun kepandaian Gak Hu-jin tidak berkurang. Malah serangan pemuda itu dengan mudah bisa ditangkis olehnya. "Ha..ha...ha! Aku kenal kau! Kau ini Khie Wie yang membunuh putriku!" teriak Gak Hu-jin. Berbareng dengan kata-katanya itu, tongkatnya dia putarkan lalu menyerang secara membabi-buta. Cuma caranya dia menyerang sudah tidak teratur lagi. Sebagai seorang ahli silat, pemuda itu pun tahu, jika dia mampu bertahan sebentar saja, kemenangan sudah pasti bukan di tangannya. Sekarangpun tenaga Gak Hu-jin mendadak bertambah kuat walau dalam keadaan gila. Untuk menangkis sepuluh jurus saja rasanya sukar baginya. Akhirnya dalam keadaan serba salah itu, terdengar Ci Giok Hian berseru. "Perempuan ini sudah gila sulit untuk dilawan!" "Benar, ayo kita lari berpisah ke dua arah!" jawab si pemuda. "Bagus! Kau anak kandungku, malah memakiku!" seru Gak Hu-jin. "Hai, kau musuhku, masa kau ingin kabur begini saja?" Tampaknya dia ingin menyusul "anaknya" itu. Tapi setelah berhenti sejenak, akhirnya dia mengejar ke arah pemuda itu. Melihat hal itu Ci Giok Hian segera berputar dan berseru pada Gak Hu-jin. "Kejar aku!" katanya. Maksud nona Ci supaya dialah yang dikejar. Tapi si pemudapun mengolok-olok Gak Hu-jin untuk memancing supaya Gak Hu-jin mengejarnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat dua muda-mudi itu berebut ingin menggoda Gak Hujin agar dipancing kemarahannya itu, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda ramai sekali. Tak lama tampak empat penunggang kuda sedang mendatangi dari atas bukit. Keempat orang itu berseragam perwira yang dikenal Ci Giok Hian di antaranya Koan Kun Ngo yang dulu pernah ikut menyerang ke Pek-hoa-kok. Semula Koan Kun Ngo seorang penjahat, entah mengapa sekarang dia menjadi perwira dan antek Gak Liang Cun. Melihat Ci Giok Hian, Koan tampak tertawa. Dia langsung berseru. "Ah, rupanya kau, Nona Ci? Kau sudah pulang Nona Ci? Sungguh kebetulan Gak Tay-jin mengundangmu dan ingin menemuimu!" kata Koan Kun Ngo. "Hei, Gak Hu-jinpun ada di sini!" seru seorang perwira yang

lain. "Lekas kita tangkap dulu gadis ini." Ci Giok Hian yang gusar lalu memapak mereka. Sedang perwira yang naik kuda itu bermaksud menerj angnya Ketika kuda lawan sudah dekat, Ci Giok Hian mengegos ke samping sambil menebas dengan cepat. Penunggang kuda itu memang sempat turun ke bawah dari pelana kudanya, tapi karena tebasan pedang Ci Giok Hian telah memutuskan tali pengikat pelana itu dan melukai perut kudanya, orang itu langsung terguling jatuh! Kudanyapun meringkik dan melonjak-lonjak kesakitan dan akhirnya lari seperti sedang kesetanan. Koan Kun Ngo dan dua perwira yang lainpun sudah melompat turun dari kuda mereka, lalu menyerang ke arah Ci Giok Hian bersama-sama. Tidak lama perwira yang terguling itupun ikut menyerbu. Dengan cepat Ci Giok Hian memutarkan pedangnya untuk menghadapi kerubutan empat lawannya itu. Karena satu lawan empat, tidak mudah bagi nona Ci melawan mereka. Maka itu si nona jadi sibuk sendiri. Lama kelamaan daya tahannya mulai berkurang. Beberapa kali dia harus menghadapi serangan berbahaya dari musuh-musuhnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Ci, daripada kau adu jiwa, lebih baik kau menyerah saja! Masakan pada nona manis sepertimu kami tega mencelakakannya?" kata Koan Kun Ngo sambil tertawa ceriwis. "Jangan ngaco!" bentak Ci Giok Hian sambil menyerang tiga kali. Tapi karena tenaganya sudah mulai lemah, serangannyapun gagal terus. Sebaliknya dia hampir terbacok oleh golok seorang musuh. Ci Giok Hian akhirnya jadi nekat. "Daripada mati konyol, lebih baik kubunuh satu dua musuh. Dengan demikian jiwaku mendapat imbalan yang setimpal." pikir si nona. Saat Ci Giok Hian nekat karena keadaannya mulai gawat, tiba-tiba tampak Gak Hu-jin berlari ke arahnya dengan rambut terurai. Saat itu kuda yang terluka oleh pedang Ci Giok Hianpun sedang berlari ke arah Gak Hu-jin. "Awas, Gak Hu-jin!" teriak Koan Kun Ngo. "Anak gadis ini sudah tak berdaya! Dia akan segera tertangkap. Kau tak perlu membantu kami!" Tapi sebelum suara Koan Kun Ngo berhenti, mendadak terdengar ringkikan kuda yang terluka itu. Menyusul kuda itu roboh terkulai. Ternyata sekali hantam Gak Hu-jin membuat batok kepala kuda itu hancur berantakan. Sekarang Koan Kun Ngo tahu keadaan Gak Hu-jin yang ganjil itu, Dia melengak kaget tapi saat itu secepat angin Gak Hu-jin sudah menerjang sambil membentak.

"Bagus, kalian berani mengerubuti putriku! Hm, biar kubunuh kalian semua!" bentak Gak Hu-jin. Koan Kun Ngo yang kaget, berpikir. "Apa Nyonya Bupati ini sudah gila?" pikirnya. "Hei, Gak Hu-jin, masa kau lupa pada kami?" seru seorang perwira. Baru saja ucapan itu selesai, tahu-tahu Gak Hu-jin sudah menyerangnya. Leher orang itu seperti dijepit oleh jepitan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besi, hingga roboh terkulai tak bernyawa. Melihat hal itu Koan Kun Ngo segera kabur. Namun kedua perwira yang lain terlambat kabur. Ketika mereka sadar pada keadaan Nyonya Gak dan bermaksud lari, dengan susul-menyusul mereka dicengkram oleh Gak Hu-jin dan terbanting mati. Pada waktu Gak Hu-jin membereskan perwira-perwira itu, kesempatan itu digunakan oleh Ci Giok Hian untuk menyembunyikan diri di tengah semak-semak. Ketika Gak Hujin berpaling dan tidak melihat Ci Giok Hian, dia cemas lalu berseru dengan suara serak. "Oh, apa dosaku sehingga putriku sendiri tak mau mengakuiku!" kata Gak Hu-jin. Saat itu si pemuda sudah kembali, segera dia berseru pada Gak Hu-jin. "Putrimu sudah mati, Nyonya Gak!" Mendadak sebagian pikiran Gak Hu-jin seperti pulih lagi. Sambil mengerang keras sekali, dia melompat ke atas seekor kuda yang kebetulan ada di sebelahnya dan langsung dilarikan secepatnya. Tidak berapa lama, terdengar suara jeritan mengerikan. Itu jeritan Koan Kun Ngo! Walau orangnya tidak kelihatan, tapi Ci Giok Hian mengenali teriakan Koan Kun Ngo yang dibinasakan oleh Gak Hu-jin itu. Setelah menenangkan diri, Giok Hian keluar dari tempat persembunyiannya untuk menemui pemuda itu. Tapi dia bingung entah apa yang harus dikatakannya. "Kau pasti kaget, Nona Ci?" kata pemuda itu sambil tertawa. "Semua ini gara-gara aku hingga membuatmu susah." "Ah, membuat susah apa? Padahal sudah dua kali kau membantuku. Sedang aku belum pernah mengucapkan terima kasih padamu. Lagipula siapa kaupun aku belum tahu," kata Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Penglihatan Nona Ci memang tajam. Memang akulah orang yang pernah kau curigai sebagai mata-mata musuh di Kim-kee-leng," jawab anak muda itu. "Aku she Tio namaku It Heng." "Tio Tay-hiap, kau telah menolongku, tapi kenapa kau tidak mau bertemu muka dengan kami tempo hari?" kata Ci Giok Hian. "Aku tahu kalian pasti menganggapku aneh, padahal aku kira Liu Li-hiap sendiri sudah tahu asal-usulku." kata Tio It Heng. Diam-diam hati Giok Hian tergetar, Dia pikir pasti pemuda yang ingin dikenalkan Hong-lay-mo-li orang ini! Untung di kegelapan malam Tio It Heng tidak melihat perubahan air muka Ci Giok Hian. Sambil tersenyum Ci Giok Hian berkata, "Tapi aku belum tahu asal-usulmu." "Baik, akan kuceritakan sekarang," kata lio It Heng. "Pernahkah kau mendengar nama To Pek Seng?" "Apa yang kau maksudkan itu Ek-pak-jin-mo To Pek Seng?" kata Ci Giok Hian. "Benar, Ek-pak-jin-mo (Manusia iblis daerah Utara) gelar yang diberikan oleh bangsa Kim kepada beliau. Sebenarnya dia tidak jahat seperti dugaan orang," kata Tio It Heng. "Semasa hidupnya beliau banyak membunuh bangsa Nuchen (Kim) yang selalu menyerang bangsa Han. To Pek Seng bukan nama asli, namanya yang asli ialah To Kiam Hoo." "Ya, aku pernah mendengar cerita para pendekar angkatan tua. Konon beliau pernah membunuh pembesar jahat negeri Kim di berbagai kota. Bahkan aku dengar dia bersumpah akan membunuh pembesar musuh sedikitnya di 100 buah kota. Kebetulan beliau she To (Sembelih), maka itu orang memberi nama To Pek Seng (Menyembelih orang di 100 kota) kepadanya. Cuma sayang sebelum cita-citanya terlaksana, dia sudah dikepung oleh jago-jago pilihan musuh hingga terpaksa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beliau menyingkir ke wilayah Utara Bahkan meninggal di Mongol. Tapi entah betul atau tidak?" "Benar, beliau meninggal di Mongol belasan tahun yang lalu," kata Tio It Heng. Dalam hati Ci Giok Hian sudah bisa menerka beberapa bagian, maka itu dia coba menegaskannya. "Dari mana Tio Tay-hiap mengetahui riwayatnya sejelas itu, apa kau.............." "Ya, To Pek Seng itu Guruku," jawab Tio It Heng sambil tertawa. "Tapi yang kudengar, katanya To Pek Seng cuma punya

seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan serta dua orang murid yang masing-masing she Liong dan she Ciok," kata Ci Giok Hian pula. "Anak lelakinya bernama To Liong, jiwanya kotor dan sudah lama mati. Muridnya yang she Liong sudah lama meninggal juga Putri To Hong diperistri oleh Jiesuhengnya, yaitu Ciok Bok yang kini menjadi Cee-cu di Longsiasan." "Kau benar! Sebenarnya aku murid yang diterima oleh Guruku ketika beliau ada di Mongol. Mungkin Su-ci To Hongpun tidak mengetahui kalau dia punya adik seperguruan seperti aku ini," kata Tio It Heng. "Kau baru dari Mongol?" tanya Ci Giok Hian. "Sudah setahun aku pulang ke sini, tapi aku belum sempat ke Long-sia-san," jawab Tio It Heng. "Sepengetahuanku, Guruku masih punya seorang murid lagi di Mongol, namanya Hong Thian Yang. Sekarang usia Hong Thian Yang mungkin baru 13 atau 14 tahun. Aku sendiri belum kenal dengannya Bisa jadi dia baru masuk perguruan setelah Guruku wafat." "Aneh! Setelah gurumu meninggal dia masih bisa menerima murid?" kata Ci Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Guruku meninggal di Mongol karena serangan musuh. Ayah Hong Thian Yang sahabat karib Guruku. Menurut pesan terakhir Guruku, kitab-kitab pelajaran ilmu silat Guruku harus diberikan kepada Hong Thian Yang karena dia dianggap sebagai muridnya yang terakhir," kata Tio It Heng. "Cuma saja peristiwa itu tidak aku ketahui dengan jelas. Aku baru mendengarnya dua tahun yang lalu, setelah Guruku wafat." "Ya, aku harap kau ceritakan saja kisahmu sendiri," kata Ci Giok Hian. "Kalau begitu kita cerita tentang Gak Hu-jin. Sebenarnya sebelum menjadi istri Gak Liang Cun dia sudah bersuami. Sesudah suaminya mati, baru dia menikah lagi dengan Gak Liang Cun. Malah kabarnya mereka cuma suami istri bohongan saja." kata Tio It Heng. "Soal itu aku sudah tahu," kata Ci Giok Hian. "Aku dengar dari kawanku Han Pwee Eng. Ketika itu dia bertemu dengan Khie Wie. Karena suami Gak Hu-jin yang pertama seorang penjahat besar, dia punya tiga saudara angkat. Tapi ketiga saudara angkatnya itu berkomplot untuk membunuh suami Nyonya Gak. Untuk membalas sakit hati kematian suaminya, Gak Hu-jin menikah lagi dengan Gak Liang Cun dan membantunya dalam tugas hingga suami barunya itu mencapai pangkat Bupati. Dengan kekuasaan Gak Liang Cun itulah dia berhasil membunuh ketiga saudara angkat suaminya

yang pertama. Putrinya dari suami yang pertama, semula ingin dijodohkan dengan Uh-bun Tiong, tapi putrinya lebih mencintai Khie Wie, akibatnya terjadi onar besar." "Benar, tapi masih ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Khie Wie," kata Tio It Heng. "Sebenarnya ilmu silat suami Gak Hu-jin yang pertama sangat tinggi. Jadi tidak mungkin tiga saudara angkatnya bisa membunuhnya. Tapi beberapa hari sebelum kematiannya, suami Nyonya Gak telah bertempur dengan Guruku, dengan demikian sudah tentu banyak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengurangi kekuatannya hingga ketiga saudara angkatnya berhasi membunuh dia!" "Pantas Gak Hu-jin bertekad ingin menuntut balas kepada Gurumu," kata Ci Giok Hian. "Ya, Gak Hu-jin menganggap Gurukulah yang mengakibatkan kematian suaminya! Maka itu dia bersumpah akan menuntut balas. Sedang Guruku sudah menyingkir ke Mongol, sebenarnya untuk menghindari Gak Hu-jin." "Dengan Uh-bun liong........." "Ya, aku memang pernah bertengkar dengan Uh-bun Tiong," kata Tio It Heng. "Untuk menarik hati Gak Hu-jin karena ingin diambil sebagai menantu, dia menyusup ke Mongol mencari tahu gerak-gerik Guruku. Tapi dia tidak tahu kalau Guruku sudah wafat. Ketika dia kepergok olehku maka terjadilah pertarungan. Ketika itu kepandaianku masih rendah hingga aku kalah olehnya. Tapi setelah aku pulang dari Mongol dan kembali bertemu dengannya, kami bertarung lagi. Kali ini dialah yang kalah. Sebenarnya kepulanganku ini untuk menemui Su-ci di Long-sia-san. Tapi karena ada urusan yang tak terduga, maka itu aku datang dulu ke Kim-kee-leng." "Urusan apa itu? Bisa kau ceritakan?" kata Ci Giok Hian. "Bicara tentang urusan ini, memang ada hubungannya dengan penangkapan mata-mata musuh di Kim-kee-leng tempo hari," kata Tio It Heng. "Han Ngo, salah seorang yang tertangkap itu, putra seorang sahabat karib Guruku. Menurut pesan Su-hu, hubungan antara keturunan kedua keluarga harus tetap dijaga erat. Untuk memenuhi pesan Guruku itu, sekembali aku ke sini aku segera mencari kabar tentang Han Ngo. Tapi yang aku dengar dia hidup di Kotaraja Kim dan menjadi antek Wan-yen Tiang Cie. Semula aku meragukan kabar itu. Ketika aku menyusup ke Tay-toh untuk mencarinya dan memperkenalkan diri padanya, di sana baru aku percaya kalau Han Ngo menjadi anak buah Wan-yen Tiang Cie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Han Ngo sangat menghargai hubungan orang tua kami, dia juga menganggap aku sebagai sahabat karibnya walau kami baru bertemu. Saat itu dia memberitahu rencana kerjanya akan menyusup ke Kim-kee-keng. Malah diapun mengajakku ikut serta untuk mencari nama dan kedudukan. Sudah tentu aku berusaha menginsafkan dia dengan segala macam dalih. Tampak hatinya mulai goyah. Tapi karena ada sesuatu yang sulit dikatakan, dia belum bisa menjawab secara tegas padaku. Esok harinya Soa Heng Liu datang mencarinya. Ketika mereka berdua meninggalkan Tay-toh, diam-diam aku menguntit perjalanan mereka itu tujuannya untuk memberi nasihat kepada Han Ngo. Bila perlu menolongnya." "Kenapa kau tidak segera menghubungi Liu Beng-cu ketika itu?" tanya Ci Giok Hian. "Soalnya aku ingin menyelesaikan masalah Han Ngo secara langsung. Karena kuatir Liu Li-hiap tak mau mengampuni Han Ngo, diam-diam aku membantu membersihkan mata-mata musuh. Kemudian baru akan kujelaskan duduk perkaranya kepada Liu Li-hiap." Tiba-tiba Ci Giok Hian teringat kepada apa yang pernah dikatakan Hong-lay-mo-li kepadanya. Maka itu dia bertanya lagi. "Kalau begitu Liu Beng-cu bersahabat dengan gurumu?" "Benar! Walau secara tak langsung mereka punya sedikit salah paham." "Perselisihan paham bagaimana?" tanya Ci Giok Hian. "Sebenarnya Guruku dengan Siauw-go-kian-kun kenal baik. Entah kenapa ketika mereka bertemu di Mongol, saat membicarakan ilmu silat, terjadilah sedikit selisih paham hingga terjadi pertarungan di antara mereka. Akibatnya kedua orang itu sama-sama terluka, walau tidak parah. Tapi sayang hubungan baik keduanya jadi renggang. Sejak itu keduanya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak pernah bertemu lagi. Gurukupun selalu menyesali kejadian itu." "Ketika masih muda watak Siauw-go-kian-kun pasti angkuh sesuai dengan gelarnya sebagai "Pendekar Latah". Mungkin To Pek Sengpun angkuh. Maka itu terjadilah pertengkaran di antara mereka!" pikir nona Ci. "Mengenai Su-ci yang belum pernah kukenal itu, kabarnya

dia tidak punya hubungan dengan Kim-kee-leng. Malah kabarnya kedua pihak kurang cocok," kata Tio It Heng. "Yang ingin kutanyakan justru sebabnya," kata Ci Giok Hian. "Liu Beng-cu tidak tahu apa sebabnya sehingga membuat Long-sia-san tidak suka kepadanya." "Karena aku belum pernah bertemu dengan Su-ciku, maka aku tidak begitu tahu," jawab Tio It Heng. "Menurut kabar yang kudengar, di balik persoalan itu ada pihak ketiga yang sengaja ingin mengadu-domba mereka. Aku dengar Su-ciku mendukung Li Su Lam sebagai Bu-lim-beng-cu. Sedangkan Hong-lay-mo-li menjadi Liok-lim-beng-cu lima Provinsi daerah Utara. Bisa jadi soal nama hingga Su-ci tidak mau tunduk kepada Hong-lay-mo-li?' "Demi perjuangan, aku kira soal nama pribadi tidak perlu diributkan," kata Ci Giok Hian. "Aku yakin Liu Beng-cu tidak pernah punya perasaan sirik begitu. Meskipun aku belum kenal Li Su Lam, tapi setahuku dia dipuji oleh setiap orang Bulim. Aku percaya dia juga tidak punya pikiran sempit seperti itu." "Akupun yakin Li Tay-hiap dan Liu Li-hiap pasti bukan manusia yang berpikiran picik," kata Tio It Heng. "Begitupun Su-ci pasti orangnya bijaksana. Maka itu untuk menghindari kecurigaan orang yang picik, kedatanganku ke Kim-kee-leng sebaiknya kurahasiakan dulu." "Jadi kau yang memberi laporan rahasia pada Liu Beng-cu malam itu? Itu sudah kuduga," kata Ci Giok Hian sambil

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertawa. "Sebenarnya cara bagaimana kau bisa mengetahui tipu muslihat mereka? Jika tidak ada pemberitahuan darimu, mungkin Liu Beng-cu akan tertipu oleh mereka." "Pada malam itu aku menemui Han Ngo," kata Tio It Heng. "Setelah kuberi nasihat secara mendalam, akhirnya pikiran Han Ngo goyah. Tapi dia tidak punya keberanian untuk menghadap Hong-lay-mo-li dan tak berani merintangi rencana keji Soa Heng Liu. Dia hanya berjanj i padaku akan melarikan diri pada malam itu. Tapi malam itu bukannya lari malah berangkat bersama Pauw Kang, mungkin dia diancam hingga tidak berkutik." "Pantas, malam itu kau tidak banyak bicara dan tergesagesa mengejar mereka." "Benar, soalnya pihak Kim-kee-leng mengetahui kaburnya mereka lalu mengejarnya. Dalam keadaan terpaksa aku menotok roboh mereka. Aku pikir jika Han Ngo sudah jadi tawanan, pasti dia akan mengaku di depan Hong-lay-mo-li, serta menceritakan hubungannya denganku."

"Orang Kim-kee-leng yang mengejar mereka itu Liu Bauw, tapi yang dia temukan bukan orang hidup melainkan dua sosok mayat." "Apa? Han Ngo terbunuh?" kata Tio It Heng kaget. "Benar, Pauw Kang juga terbunuh!" jawab Ci Giok Hian. "Siapa yang membunuh mereka belum ketahuan. Mengenai Soa Heng Liu, dia dibawa oleh Kok Siauw Hong ke Siau-limsie." "Rupanya Soa Heng Liu punya anak buah yang lain sehingga Han Ngo tidak mengetahuinya, hal ini sungguh di luar dugaanku. Sesudah urusan di Kim-kee-leng kuanggap selesai, kususul kau ke sini. Asal-usul Gak Hu-jin memang sudah kuketahui, walau tadinya aku tidak mengira dia akan mengganggumu."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil bicara, tanpa terasa mereka sampai di rumah Ci Giok Hian. Ketika Ci Giok Hian ingin memanggil Ciu Hong, pintu sudah langsung terbuka. Setelah Ciu Hong keluar, dia melongo melihat Sio-cianya pulang bersama seorang pemuda yang belum dikenalnya. Sesudah di ruang tamu baru Ci Giok Hian memberi tahu bahwa Tio It Heng pendekar yang menolongnya tadi. "Syukurlah Sio-cia pulang dengan selamat, aku...aku...." tiba-tiba suara Ciu Hong gagap dan air mukanya pucat. "Ada apa denganmu? Apa terjadi sesuatu lagi di sini?" tanya Ci Giok Hian. "Sio-cia, di rumah ini seperti ada setannya," kata Ciu Hong. "Hus, ngaco saja! Sebenarnya apa yang kau lihat?" kata Ci Giok Hian. Ciu Hong menceritakan apa yang dialaminya. "Sesudah Sio-cia pergi, aku coba meronda ke taman," kata Ciu Hong. "Sampai di kuburan Ong Tua, samar-samar kulihat bayangan, tapi mendadak hilang di kegelapan malam. Aku jadi ngeri, kusangka arwah Ong Tua ingin menggodaku. Sebisanya kutabahkan hatiku lalu meronda lagi ke tempat lain. Ketika sampai di depan pintu gudang arak, sayup-sayup kudengar di gudang bawah tanah seperti ada suara sesuatu." "Suara apa?" tanya Ci Giok Hian. "Sepertinya suara geseran guci arak," jawab Ciu Hong. "Ketika aku mendengarkan lebih cermat, ternyata suara itu tak terdengar lagi. Karena aku takut aku tak berani meronda lagi. Aku kembali ke sini menunggu kedatangan Sio-cia" "Jika benar seperti ceritamu, aku kira ada musuh yang bersembunyi di sini," kata Ci Giok Hian. "Menjelang tengah malam aku sudah bersembunyi di taman tapi tidak melihat kedatangan orang lain ke sini," kata

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tio It Heng ikut bicara. "Tapi sebaiknya kita coba memeriksa keadaan tempat ini. Sesudah itu mereka segera ke kuburan budak she Ong. Tio It Heng berusaha mendengarkan dengan cermat. Sejenak kemudian mendadak dia membentak. "Siapa kau? Keluar saja!" kata Tio It Heng. Benar saja tak lama terdengar suara ejekan seseorang. Sesosok bayangan langsung melayang di depan mereka. Ketika Ci Giok Hian mengamati, terlihat seorang kakek berbaju hitam. Setelah jelas, dia terkejut! Ternyata kakek berbaju hitam itu tak lain Kiong Cauw Bun. "Hm! Akhirnya kau pulang juga, Nona Ci!" kata Kiong Cauw Bun. "Aku sahabat baik putrinya, masa dia akan mencelakaiku?" pikir Ci Giok Hian. Sesudah hatinya tenang nona Ci langsung menyapa. "Kiong Lo Cian-pwee, ada urusan apa kau mencariku?" kata Ci Giok Hian ramah. "Aku tak punya waktu untuk bicara denganmu, lekas beri aku arak Pek-hoa-ciu!" kata Kiong Cauw Bun. Dia segera maju mencoba mencengkram nona Ci yang dia duga tak akan memberinya arak itu. Ketika itu Tio It Heng sudah siaga, tangan kirinya mendorong Ci Giok Hian, sedang pedang di tangan kanannya menusuk ke arah Kiong Cauw Bun. Walau gerakan Tio It Heng cukup cepat, tapi masih terdengar suara pakaian robek. Ternyata pakaian Ci Giok Hian sebagian robek oleh cengkraman Kiong Cauw Bun. Untung dia didorong oleh Tio It Heng sehingga luput dari cengkraman musuh. Dengan tenaga jari sakti Kiong Cauw Bun menyentil pedang Tip It Heng. Rupanya dia agak jerih pada ilmu pedang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lawan yang hebat itu. Dia melangkah mundur, lalu membentak. "Siapa kau?" Pada saat yang sama Tio It Heng bertanya pada Ci Giok Hian yang baru dia selamatkan itu. "Siapa orang tua ini?" "Kiong To-cu!" jawab Ci Giok Hian. Tio It Heng pernah mendengar nama orang yang terkenal

itu dari gurunya. Sesudah tahu siapa yang ada di hadapannya, segera dia melancarkan serangan kilat, sebelum didahului musuh. Dalam sekejap dia sudah menyerang belasan kali. Sebaliknya Kiong Cauw Bun terbatuk-batuk. Matanya merah seperti orang menderita sakit panas dalam. "Sio-cia, orang ini terkenal sangat lihay, tapi rupanya cuma omong kosong saja!" kata Ciu Hong sambil tertawa. Ketika itu dia lihat Tio It Heng bisa mendesaknya Tapi mendadak terdengar Kiong Cauw Bun membentak keras. Ci Giok Hian yang kuatir cepat maju dengan tusukan pedangnya. Tio It Heng melompat ke atas lalu berakrobat di udara, tak lama terdengar suara nyaring. Pedang Ci Giok Hian terlontar karena terlepas dari cekalannya. Rupanya dengan gerakan itu, Kiong Cauw Bun mengeluarkan kepandaian khas, yaitu Ouw-sat-ciang. Tio It Heng tergetar oleh tenaga pukulan yang dahsyat itu. Anehnya Kiong Cauw Bun tidak mendesak terus. Sesudah kedua lawannya mundur, segera dia membungkuk dan batukbatuk. "Orang ini kepayahan, mari kita bereskan dia!" kata Tio It Heng. Tetapi sebelum mereka bergerak Kiong Cauw Bun sudah mendahului membentak.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Tunggu! Sebenarnya aku tidak bermaksud jahat pada kalian, jika aku mau membunuh kalian, sejak tadi sudah kulakukan." "Sebenarnya Kiong Lo-cian-pwee ada keperluan apa?" tanya Ci Giok Hian. "Bukankah tadi sudah kukatakan, aku hanya minta Pekhoaciu," jawab Kiong Cauw Bun. "Kau harus percaya padaku, aku bukan musuhmu, dan kita harus bersatu untuk menghadapi musuh. Maka itu lekas berikan Pek-hoa-ciu padaku!" "Apa katamu? Jadi masih ada musuh lain yang bersembunyi di sini?" kata Ci Giok Hian menegaskan. Ci Giok Hian terkejut, segera dia teringat pada cerita Ciu Hong tadi. "Huh, barangkali kaulah musuh itu!" kata Tio It Heng. Wajah Kiong Cauw Bun kelihatan merah padam, matanya melotot. Dengan perasaan kuatir Ci Giok Hian melangkah mundur. Tio It Heng menghadang di depan si nona untuk melindunginya. Sekejap saja wajah Kiong Cauw Bun dari merah berubah jadi pucat dan kembali merah lagi. Tampak dari wajahnya dia seperti sedang menahan gusar. Tiba-tiba dia mendengus.

"Hm, dalam keadaan biasa pasti kau sudah kubinasakan. Tapi sekarang terpaksa aku tak bisa melabrakmu! Jika kubunuh kau ini akan menguntungkan bangsat itu." kata Kiong Cauw Bun. "Apa? Jadi musuh yang tak kelihatan itu bukan satu, tapi ada dua?" kata Ci Giok Hian menegaskan pula. "Nona Ci, agar kau lebih yakin padaku, biar kukatakan terus-terang," kata Kiong Cauw Bun. "Ketahuilah olehmu si Ong Tua terbunuh oleh pukulan berbisa yang lihay. Kau

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiri tahu aku tidak bisa menggunakan pukulan berbisa seperti itu." Mau tak mau Ci Giok Hian percaya juga. "Siapa musuh yang bersembunyi itu? Maukah Kiong Locianpwee menjelaskannya? Ajak kami mencari mereka!" kata Ci Giok Hian memohon. "Aku harap kau mau memberiku Pek-hoa-ciu dulu. Jika tidak sulit bagiku untuk membantu kalian," kata Kiong Cauw Bun, napasnya terengah-engah. Kelihatan Kiong Cauw Bun menderita suatu penyakit yang bisa kumat setiap saat. "Baik, silakan ikut aku," kata Ci Giok Hian akhirnya. Bersama-sama Tio It Heng mereka ajak Kiong Cauw Bun menuju ke gudang bawah tanah tempat menyimpan arak Pekhoaciu. Ketika mereka sedang menuruni tangga gudang itu, mendadak Kiong Cauw Bun mencengkram bahu Ci Giok Hian sambil membentak tertahan. "Kau mengatur muslihat apa? Apa kau mau menjebakku?" kata Kiong Cauw Bun. "Apa artinya ini, Kiong Lo-cian-pwee?" jawab Ci Giok Hian bingung bukan main. "Musuh bersembunyi di sini, kenapa kau membawaku ke sini?" kata Kiong Cauw Bun. "Pek-hoa-ciu yang kau inginkan justru tersimpan di gudang ini," kata Ci Giok Hian menjelaskan. "Baiklah, kalau begitu, terpaksa aku adu jiwa dengan mereka!" kata Kiong Cauw Bun. Suasana di gudang itu sunyi, tapi begitu pintu didorong, segera terdengar suara tertawa dingin seseorang, berbareng sebuah guci arak melayang. Ci Giok Hian langsung melihat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dua orang yang dia kenal. Kedua orang itu kakek-kakek semua. Yang seorang berperawakan tinggi besar, sedang lainnya kurus jangkung. Mereka See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Sungguh ini di luar dugaan Ci Giok Hian, mereka bisa bertemu, bahkan kedua iblis itu bersembunyi di rumahnya. Bukan main kagetnya nona Ci ketika itu. Orang yang menyambitkan guci arak ke arah Kiong Cauw Bun adalah See-bun Souw Ya Begitu guci dilemparkan segera dia berseru dan mengejek. "Hm, kau ingin Pek-hoa-ciu, nah terimalah!" kata See-bun. Begitu hebatnya tenaga lemparan See-bun Souw Ya, jika Kiong Cauw Bun menangkis guci itu dengan tenaga penuh, pasti akan hancur berantakan. Padahal dia menginginkan arak di guci itu. Terpaksa dia gunakan tenaga lunak untuk menahan datangnya guci itu. Dia tempel tepi guci itu dengan telapak tangannya lalu diputar dan ditarik ke samping. Tibatiba dia merasakan tidak enak, karena tenaga lemparan orang itu kuat sekali. Jika dia paksakan untuk menahannya itu berarti tenaga dalamnya akan terkuras habis. Sebaliknya jika guci itu terlepas berarti guci itu akan terbanting hancur. Syukur tiba-tiba tangannya terasa ringan. Rupanya saat itu Tio It Heng membantunya Dengan sebelah tangannya Tio It Heng menahan tepi guci, hingga guci itu berputar di udara kemudian turun dan sempat ditangkap oleh Ci Giok Hian. Atas bantuan Tio It Heng, mau tak mau sikap Kiong Cauw Bun pada pemuda itu berubah. Diam-diam diapun berterima kasih. Pada saat lain Chu Kiu Sek maju, dia kaget melihat Tio It Heng mampu menolak lemparan See-bun Souw Ya. Tanpa bicara lagi dia lancarkan pukulan dahsyat. Tapi Kiong Cauw Bun segera maju dan menyambut pukulan itu. Kedua orang itu bergetar mundur. Diam-diam mereka jadi heran. Kiong Cauw Bunpun heran kenapa pukulan Chu Kiu Sek tak terasa dingin seperti biasanya. Walau tenaganya cukup kuat, kenapa Siu-loimsat-ciang lawan bisa berubah begitu. Sebaliknya Chu Kiu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekpun heran, kenapa tenaga dalam Kiong Cauw Bun seperti kurang kuat, padahal dia sudah meyakinkan ilmu berbisa keluarga Suang. Kenapa dia tak mengeluarkan ilmu itu? Tibatiba Kiong Cauw Bun berseru. "Nona Ci, lekas berikan arak itu padaku!" "Tidak, ini bukan Pek-hoa-ciu!" kata nona Ci. Tiba-tiba See-bun Souw Ya tertawa. "Jelas kau tak tahu, maka itu kau tertipu olehku. Ini namanya ada jalan ke surga kau tak mau ke sana, neraka tanpa pintu justru kau masuki!" kata See-bun Souw Ya sambil

tertawa. "Hm, aku memang sudah tahu kalian bersembunyi di sini, kau kira aku gentar padamu?" kata Kiong Cauw Bun. "Ayo maju, tidak perlu banyak bicara!" "Sebenarnya kita pernah bersahabat, jika kau ingin damai, boleh kita berunding," kata Chu Kiu Sek. "Hm! Apa yang bisa dirundingkan?" jawab Kiong Cauw Bun acuh tak acuh. Pada kesempatan itu dia coba mengatur pernapasannya. "Asal kitab pusaka pemberian Kong-sun Po itu kau tinggalkan kami akan memberimu seguci Pek-hoa-ciu yang ada di tangan kami. Aku kira tukar-menukar ini cukup adil dan kaupun segera bisa pergi dengan selamat," kata See-bun Souw Ya. Kiong Cauw Bun tertawa dingin, dia tak menanggapinya. Tak lama Chu Kiu Sek ikut bicara. "Kiong To-cu, aku kira kau tidak perlu berlagak bodoh, kami tahu kau sedang menghadapi bencana Cauw-hwee-jip-mo! Lihat kekuatanmu sekarang kau bukan tandingan kami berdua." kata Chu Kiu Sek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Cauw Bun kaget, ternyata serangan yang dilakukannya membuat lawan tahu kelemahannya. Sebenarnya dia merasakan tenaga pukulan Chu Kiu Sek tidak seperti biasanya. Jika dia bertarung mati-matian, sekalipun tak bisa melawan mereka berdua, sedikitnya bisa mati bersama musuh. Rupanya Kiong Cauw Bun tidak tahu jika ilmu berbisa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya telah punah oleh Siauw-gokiankun dan Bu Su Tun. Tapi ilmu mereka yang lain masih tetap kuat. Semula Wan Ceng Liong merampas kitab pusaka ilmu berbisa keluarga Suang dari tangan See-bun Souw Ya yang dia serahkan pada Kong-sun Po. Kemudian Kong-sun Po memberikan kitab itu pada Kiong Cauw Bun. Sejak kecil Kongsun Po memang sudah belajar tenaga dalam dari Beng-beng Tay-su sehingga dia mampu menghindari penyakit Cauwhweejip-mo. Menurut perkiraan See-bun Souw Ya, kitab yang diserahkan Kong-sun Po pada Kiong Cauw Bun pasti telah ditambah dengan catatan tentang cara berlatih ilmu berbisa itu, dan cara menghindari penyakit Cauw-hwee-jip-mo-nya Di luar dugaan See-bun Souw Ya, Wan Ceng Liong justru punya maksud lain. Dia minta agar Kong-sun Po memberikan kitab pusaka itu pada Kiong Cauw Bun, tanpa mengurangi dan menambahi isi kitab itu. Setelah See-bun Souw Ya dan Chu

Kiu Sek kabur dari Tay-toh, mereka yang merasa senasib dan sepenanggungan, sepakat akan pergi ke Hek-hong-to untuk mencari Kiong Cauw Bun. Di sana mereka akan memaksa agar Kiong Cauw Bun mau menyerahkan kitab pusaka ilmu berbisa itu. Semula mereka tidak mengetahui akibat berlatih ilmu berbisa menurut kitab pusaka yang diperolehnya. Tanpa dia sadari Kiong Cauw Bun tersesat, dia terserang penyakit Cauwhweejip-mo yang mulai kelihatan. Maka menurut perhitungan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, setelah bertemu dengan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiong Cauw Bun mereka akan bicara terus-terang atas kedatangannya. Mereka akan berunding secara baik-baik. Jika Kiong Cauw Bun menolak, mereka akan melabrak sekuatmya Sekarang mereka telah kalah, karena ilmu berbisa mereka sudah punah oleh Siauw-go-kian-kun. Maka sekalipun mereka bergabung berdua belum tentu mampu melawan Kiong Cauw Bun. Tapi karena Kiong Cauw Bun sudah tahu lebih dulu tentang niat kedua orang itu, dia segera kabur dari pulaunya Ketika Kiong Cauw Bun merasakan penyakit Cauw-hweejipmo mulai menyerang, dia jadi kuatir pada kesehatannya Apalagi dia dengar tentang kedatangan kedua iblis itu. Maka itu dia berpikir jalan yang terbaik ialah bersembunyi. Karena Kiong Cauw Bun bersembunyi kedua iblis tua itu mengira Kiong Cauw Bun takut, mereka tak tahu kalau Kiong Cauw Bun sedang menghadapi penyakit berbahaya. Maka itu mereka berani mencari Kiong Cauw Bun. Semula Kiong Cauw Bun berusaha mencari calon menantunya, tapi tidak pernah berhasil. Karena tak berani mencari ke Kim-kee-leng, akhirnya dia kabur ke Pek-hoa-kok di Yang-ciu. Dia menyingkir ke Pek-hoa-kok, karena berpikir bisa mencari kabar Kong-sun Po dari Ci Giok Hian atau Ci Giok Phang. Selain itu dia ingin minta arak obat keluarga Ci yang sangat mujarab. Sekalipun tidak bisa mengobati penyakit Cauw-hwee-jip-monya, tapi khasiat arak itu bisa memperlambat kerja penyakit itu. Namun sebelum berhasil menemukan Ci Giok Hian dan mendapatkan Pek-hoa-ciu, telah datang kedua iblis itu. Rupanya Chu Kiu Sek ingat bahwa arak obat keluarga Ci yang pernah diberikan pada Han Tay Hiong manjur sekali. Setiba di Pek-hoa-kok, Chu Kiu Sek langsung mengemukakan keinginannya akan mencari arak itu. Kemudian bersama See-bun Souw Ya mereka membunuh tukang kebun she Ong dan mengobrak-abrik seluruh isi rumah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian hingga aldiirnya mereka menemukan gudang bawah tanah dan masuk ke situ mendahului Kiong Cauw Bun. Ketika Kiong Cauw Bun berhadapan dengan kedua iblis itu, mereka sama-sama merasa jerih. Ketiga orang itu diam-diam mengatur pemapasan agar bisa mengalahkan lawan mereka See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek yang merasa cukup kuat menghadapi Kiong Cauw Bun, mereka mengambil keputusan untuk melabrak lawan tanpa ampun. Maka itu Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya mendahului menyerang Kiong Cauw Bun yang terpaksa melayani mereka sekuatnya. Tapi Tio It Heng tidak tinggal diam, dia maju membantu. Pedangnya dia putar, sekaligus menyerang kedua iblis itu. Di tengah pertarungan sengit itu, kembali Chu Kiu Sek mengadu pukulan dengan Kiong Cauw Bun. Saat itu dia merasakan tenaga lawan mulai lemah hingga membuat Chu Kiu Sek girang. Tak lama dia berseru. "Apa kau masih bisa bertahan?" kata Chu Kiu Sek. Tapi mendadak terasa angin berkesiur di belakangnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Tio It Heng telah menusuk dengan pedangnya sehingga menembus lengan bajunya Untung Chu Kiu Sek sempat menangkis dengan cepat, jika tidak pinggangnya akan tertembus. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 95 See-bun Souw Ya Tewas; Kiong Cauw Bun Tertolong Jiwanya

Dengan gusar Chu Kiu Sek balas menghantam. Sambil mengelak tusukan Tio It Heng menyusul. Chu Kiu Sek menyentil dengan jarinya hingga pedang Tio It Heng bergetar ke samping. Serentak Tio It Heng merasakan tangannya dingin, hampir saja pedangnya terlepas dari cekalannya Dia terkejut lalu dengan cepat mengerahkan tenaga dalam untuk melawan serangan hawa dingin itu. Rupanya di tempat persembunyiannya Chu Kiu Sek berhasil minum Pek-hoa-ciu. Berkat arak itu sebagian tenaga Siu-lo-imsatkangnya berhasil dia himpun. Tetapi tenaganya sedikit sudah tentu tak berguna menghadapi tokoh seperti Kiong Tocu, maka itu sejak tadi Chu Kiu Sek tak berani mencobanya hingga Tio It Heng sempat menyerang lagi. "Keparat! Biar kubunuh kau dulu!" bentak Chu Kiu Sek murka, sekaligus menyerang Tio It Heng dengan beberapa kali pukulan dahsyat. Di tempat lain See-bun Souw Ya juga terus menyerang Kiong Cauw Bun dengan pukulan maut sehingga lawannya tidak sempat membantu kawannya. Sebenarnya rasa dingin yang Tio It Heng rasakan tadi belum lenyap seluruhnya, kini dia sudah diberondong lagi oleh serangan Chu Kiu Sek. Maka itu diajadi kewalahan dan beberapa kali hampir terserang musuh. Ci Giok Hian jadi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kuatir, tanpa pikir panjang dia hunus pedangnya lalu menerjang ke tengah kalangan. "Nona Ci, lekas lari!" teriak Tio It Heng. "Tidak, kau sudah menolongiku, betapapun aku tak bisa meninggalkanmu untuk menyelamatkan diri sendiri!" jawab Ci Giok Hian tegas. Semangat Tio It Heng bangkit ketika mendengar tekad si nona, dia putar pedangnya lebih gencar dan berhasil membalasnya beberapa kali serangan Chu Kiu Sek. "He he, he, Ci Giok Hian, kau setia sekali! Tapi sayang kau akan mati percuma bersamanya!" ejek Chu Kiu Sek. Ci Giok Hian tidak menjawab, dia terus menghadapi musuh dengan tabah. Namun, setelah beberapa jurus, karena tekanan tenaga pukulan musuh, napasnya mulai sesak. Semakin lama dia semakin payah. Tenaga dalam Tio It Heng lebih kuat, keadaannya pun lebih beruntung dibanding Ci Giok Hian, tapi lambat-laun dia pun mulai kewalahan. Keadaan saat itu sangat berbahaya. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun menggebrak sekerasnya hingga darah segar menyembur dari mulurnya. Mendadak tenaga pukulannya bertambah dahsyat dan sekaligus menghantam ke kanan dan ke kiri

lawan sehingga See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek terdesak mundur. Rupanya Kiong Tocu menggunakan "Thian-mo-tee-tayhoat", ilmu keji yang merusak diri sendiri. Tapi tenaganya bertambah berlipat dalam waktu singkat. Cara ini biasanya cuma digunakan jika dalam keadaan terdesak sekali. See-bun Souw Ya yang tidak mengira Kiong To-cu berani menggunakan ilmu terakhir itu, terdesak mundur, tapi segera dia mengejek. "Hm! Rupanya kau ingin lebih cepat bertemu dengan raja akhirat!" kata See-bun Souw Ya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Kiong To-cu menerkam maju lagi dan menghantam kedua lawannya sehingga See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek tak berani menangkis serangannya yang dahsyat. Terpaksa mereka melompat mundur. "Lekas kalian lari, biarkan aku sendiri yang menghadapi mereka!" teriak Kiong Cauw Bun pada Ci Giok Hian berdua. "Tidak, kedua iblis itupun musuhku!" jawab Giok Hian. Rupanya Kiong To-cu sadar bahwa ilmu terakhir yang digunakannya tidak bisa bertahan lama Jika dalam waktu singkat kedua lawannya tak bisa dia robohkan, akhirnya dia yang bakal binasa. Karena itu dia berseru pada Ci Giok Hian berdua supaya mereka lari, sementara dia sendiri terus melancarkan serangan dahsyat. See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek cukup cerdik, setelah menghindar mereka mundur hingga mereka bisa menerobos keluar gudang di bawah tanah. Sekarang mereka sudah berada di tengah taman. "Lekas lari, jika terlambat kalian bisa tak sempat lagi!" seru Kiong To-cu pada Ci Giok Hian dan Tio It Heng. "Tidak, tadi kami memang menganggap kau sebagai musuh kami, tapi sekarang kita harus bersatu menghadapi musuh! Mati hidup biar kita bersama-sama!" jawab Tio It Heng. Sekalipun Kiong To-cu terkenal jahat dan ganas, hatinya terharu juga ketika mendengar jawaban Tio It Heng yang simpatik itu. Dia coba berseru pula. "Bagaimanapun pasti aku akan mati, masa kalian tidak menyadarinya? Lekas kalian lari dan beritahu Kong-sun Po agar dia membalaskan sakit hatiku. Jika ayal pasti kalian bisa terlambat!" "Ya, memang sudah terlambat!" kata See-bun Souw Ya mengejek.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia melancarkan serangan balasan. Begitu juga Chu Kiu Sek menyerang dari arah lain. Sejak semula mereka sudah menduga tenaga Kiong Cauw Bun sudah lemah. Maka itu mereka berani melancarkan serangan, ia yakin sebentar lagi Kiong Tocu pasti akan lemah dan roboh. Ternyata benar, setelah belasan jurus keadaan Kiong Tocu mulai payah, napasnyapun terengah-engah dan keringat dinginnya memenuhi dahinya "Ha..ha. ha! Kiong Cauw Bun, kau hampir mampus!" seru Chu Kiu Sek sambil tertawa. Sesudah itu Chu Kiu Sek mencengkram sekuatnya. Karena keadaan Kiong To-cu sudah lemah, dia tidak sanggup mengelak lagi. Tak lama maka terdengarlah suara robeknya pakaian yang dibarengi muncratnya darah. Di bahu Kiong Tocu terlihat bekas cengkraman kelima jari musuh. Untung tulangnya tidak patah walau lukanya tidak ringan. Tio It Heng menusuk Chu Kiu Sek untuk menolongi Kiong To-cu, See-bun Souw Ya mengibaskan lengan bajunya untuk melibat pedang Tio It Heng sambil membentak. "Lepaskan pedangmu!" bentak See-bun Souw Ya. Dengan sekuat tenaga Tio It Heng menusuk lengan baju lawan dengan harapan bisa tembus. Tapi karena dia sudah payah, malah pedangnya hampir terlepas dari cekalannya. Syukur Giok Hian tiba tak lama sinar perak berkelebat. Dia tusuk lutut See-bun Souw Ya dengan cepat. "Kurang ajar! Apa kaupun ingin mati?" bentak See-bun Souw Ya gusar. Karena serangan si nona terpaksa dia tarik tangannya dan mengangkat kakinya. Dengan demikian serangan Ci Giok Hian luput, tapi sebaliknya pedangnya tertendang ke udara. Di tempat lain Chu Kiu Sek kembali mencengkeram kepala Kiong To-cu. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun menyemburkan darah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segar lagi dengan dahsyat. Ketika dia menghantam ke depan, tenaganya mendadak bertambah hebat. Angin pukulan itu bisa dirasakan oleh Chu Kiu Sek hingga dia kaget. Jika cengkeramannya dia teruskan, sekalipun kepala Kiong To-cu berlubang dan jiwanya melayang, tapi dada Chu Kiu Sekpun pasti terhajar kepalan Kiong To-cu. Jiwanyapun sulit bisa diselamatkan. Karena yakin pihaknya pasti menang,

mana mau Chu Kiu Sek adu jiwa dengan lawan? Segera dia mengelak ke samping sambil mengejek. "Hm, ternyata kau mencari mampus sendiri dengan cara lebih singkat! Akupun bisa menghemat tenagaku, karena kau akan segera mati!" kata Chu Kiu Sek. Tak lama terdengar tenggorokan Kiong To-cu mengeluarkan suara ngorok. Kedua matanya merah berapiapi. Ketika itu dia sedang menahan sakit yang luar biasa dahsyatnya. Kulit mukanyapun berkerut seperti kejang. Tibatiba Kiong To-cu menubruk, kembali dia menyemburkan darah segar ke arah See-bun Souw Ya. Saat itu See-bun Souw Ya ingin merebut pedang di tangan Tio It Heng, Namun, tanpa diduga mukanya tersembur oleh darah segar Kiong Cauw Bun hingga terasa panas sekali. Seketika itu See-bun Souw Ya memejamkan kedua matanya agar tidak cedera. Pada kesempatan itulah Tio It Heng menarik kembali pedangnya dari libatan lengan baju musuh dan melompat mundur. Pada saat yang sama See-bun Souw Ya menghantam ke depan untuk menahan terjangan Kiong To-cu melompat mundur. Ketika dia membuka kembali kedua matanya keadaan Kiong Tocu sangat mengerikan. Mulutnya berbusa dan matanya merah beringas seperti binatang buas yang sedang kalap. "Hm! Thian-mo-kay-tee-tay-hoat yang kau gunakan sudah

tak berguna lagi, sebentar lagi kau akan terserang Cauw

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hwee-jip-mo! Apa kau ingin mampus lebih cepat?" bentak See-bun. Tiba-tiba Kiong Tocu mengeluarkan gerungan aneh, dia memukul dada sendiri sambil berteriak kalap. "Ayo maju! Lekas kalian maju! Sekalipun pada setan dan iblis aku tak takut!" kata Kiong Cauw Bun. Sambil berteriak-teriak dan meraung-raung, dia memukuli dada dan perutnya sendiri. Tio It Heng jadi kuatir. "Eh, Kiong Lo-cian-pwee, kenapa kau?" kata Tio It Heng. Segera Tio It Heng maju hendak menarik orang tua itu. Tak diduga, setelah tangannya menyentuh tubuh Kiong Tocu, tubuh Tio It Heng bergetar mundur oleh tenaga dalam orang tua itu. "Lekas lari, lekas! Sebentar kaupun akan kubunuh!" kata Kiong To-cu berteriak antara sadar dan tak sadar.

Keadaan Kiong To-cu sekarang seperti pelita yang mulai kehabisan minyak. Penyakit Cauw-hwee-jip-mo telah bekerja lebih cepat dari seharusnya. Tadi saat keadaan terdesak dia menggunakan Thiam-mo-kay-tee-tay-hoat, ilmu yang merusak dan bisa menambah tenaga. Tapi hal itu mempercepat bekerjanya penyakit yang ada di tubuhnya. Saking kesakitan dia memukuli diri sendiri tanpa sadar. Saat itu keadaan Kiong To-cu menakutkan sekali hingga mencemaskan Ci Giok Hian dan Tio It Heng. Malah See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sekpun jerih melihat Kiong To-cu yang sudah kalap itu. Serentak mereka melompat mundur jauhjauh. Untuk sementara pertarunganpun terhenti. Kelihatan wajah Kiong To-cu berkerut-kerut menahan sakit, mendadak dia berseru. "Nona Ci, tolong aku, tusuk aku!" kata Kiong Cauw Bun putus asa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Ci Giok Hian gemetar, Tio It Heng memegangi tangan si nona. Pikiran Kiong To-cu mulai kabur, dia ingin memutuskan urat nadinya untuk bunuh diri. Tetapi karena tenaga dalamnya ternyata sudah buyar, ingin bunuh diripun sudah tidak bisa lagi.. Saat itu See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek merasa kuatir jika pada detik mendekati ajal, Kiong To-cu akan melakukan serangan terakhir. Oleh karena itu mereka menyingkir sejauhjauhnya sambil menyaksikan musuh dalam keadaan sekarat. Mereka pikir jika sebentar Kiong To-cu binasa, pasti tidak sulit untuk membereskan Ci Giok Hian dan Tio It Heng berdua. Tak lama Kiong To-cu terlihat mulai terkulai ke tanah sambil menghela napas panjang, perlahan-lahan dia pejamkan matanya. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara suitan panjang seseorang, suaranya melengking nyaring menusuk telinga See-bun Souw Ya terkejut. "Suara suitan itu keras sekali, siapa dia?" pikir See-bun. Chu Kiu Sek pun terkejut, dia berseru. "Lekas kita tangkap kedua anak itu!" kata Chu Kiu Sek. Rupanya mereka kuatir jika yang datang itu musuh mereka. Tetapi sudah terlambat, sebab sebelum mereka bertindak, terlihat dua sosok bayangan orang secepat terbang melayang ke arah mereka. "Jangan takut, Ayah! Anakmu dan Kakak Po datang!" kata suara anak perempuan. Ternyata yang datang itu Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Ketika Kiong Mi Yun berseru pada ayahnya, saat itu Kong-sun

Po sudah menghajar Chu Kiu Sek. Ketika itu Chu Kiu Sek memang sudah siap akan mencengkram Ci Giok Hian. Untung Kong-sun Po tiba. Suara pukulan Kong-sun Po membuat hati Chu Kiu Sek tergetar

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hebat. Sesudah terdengar suara angin dasyat menyambar dari belakangnya, pukulan Kong-sun Po tiba. Segera Chu Kiu Sek membalikkan tangannya untuk menangkis. Tak lama kedua tangan mereka beradu keras sekali. Kong-sun Po menggeliat sedikit, tapi Chu Kiu Sek seperti terpukul oleh martil. Napasnya mulai sesak dan darahnya bergolak. Dia mundur dua-tiga langkah ke belakang. Setahun yang lalu tenaga dalam Chu Kiu Sek lebih kuat setingkat dibanding Kong-sun Po, tapi sekarang dia malah payah. Karena tidak sanggup menahan tenaga pukulan Kongsun Po, dia pikir jalan yang paling selamat melarikan diri. Sebab sekali hantam pukulan itu membuat Chu Kiu Sek bergetar mundur ke belakang. Sambil memutarkan tubuh Kong-sun Po menyiapkan Hian-tiat-po-san. Payung pusaka itu terus disodokkan ke depan untuk menyambut serangan Seebun Souw Ya yang sedang menerjang ke arahnya. Namun, karena See-bun Souw Ya sudah tahu betapa lihaynya payung pusaka itu, segera menghindar ke samping. Berbareng dengan itu dia memukul bagian iga lawan sambil berseru pada Chu Kiu Sek. "Lekas kau tangkap iblis tua calon mertua anak ini!" kata See-bun Souw Ya. Rupanya seruan itu bertujuan untuk mengacaukan pikiran Kong-sun Po. Dia pikir jika Chu Kiu Sek benar-benar bisa membekuk Kiong To-cu yang sudah tak berdaya itu, sudah tentu suatu keuntungan bagi mereka. Andaikata tidak berhasil pun, sedikitnya bisa memaksa Kong-sun Po menolongi calon mertuanya. Dengan demikian See-bun Souw Ya terbebas dari ancaman maut. Chu Kiu Sek sadar dan mengerti apa tujuan See-bun Souw Ya, segera melompat ke arah Kiong To-cu. Di luar dugaan mendadak Kiong To-cu membuka kedua tangannya sambil berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo maju! Sekalipun setan dan iblis aku tidak takut!" kata Kiong To-cu sambil menyeringai mengerikan.

Melihat keadaan lawan yang beringas dan menakutkan itu, Chu Kiu Sek ngeri juga. Dia jadi ragu-ragu untuk menerjang maju. Tak sedikit dari kelengahannya itu dimanfaatkan oleh Ci Giok Hian, Tio It Heng dan Kiong Mi Yun bertiga. Mereka sudah sempat menghadang di depan Chu Kiu Sek. Sesudah beradu tangan drngan Chu Kiu Sek, Kong-sun Po merasakan bahwa tenaga Chu Kiu Sek jauh berkurang dibanding dulu. Maka itu dia yakin jika dia bergabung dengan Kiong Mi Yun bertiga pasti mereka cukup kuat untuk menghadapi Chu Kiu Sek. Segera dia membentangkan payung pusaka dan memutarnya seperti kincir. Tak lama See-bun Souw Ya terkurung di tengah bayangan payung. See-bun Souw Ya kelabakan, sebab tak menduga kalau Kong-sun Po tidak meninggalkannya untuk menolong Kiong Tocu. Bahkan sebaliknya sekarang dia malah menyerang dengan sepenuh tenaga. Merasa sulit untuk meloloskan diri lagi, See-bun Souw Ya nekat. Sekuat tenaganya dia melancarkan serangan. Tiba-tiba Kong-sun Po memutar payungnya sedang tangan yang lain menghantam dibarengi bentakan keras. "Ini, rasakan Hoa-hiat-to!" kata Kong-sun Po. Bukan kepalang kagetnya See-bun Souw Ya ketika itu, apalagi dia sudah kepayahan dan Hoa-hiat-to yang pernah diyakinkannya sudah punah oleh Bu-lim-thian-kiauw. Walau dia sadar betapapun serangan Kong-sun Po sulit dihindari lagi, dia tetap ingin mengelak, Namun sudah terlambat, sebab tak lama terdengar suara keras sekali. "Bluuk!" Disusul jeritan mengerikan, tubuh See-bun Souw Ya terlontar ke atas laksana bola dan jatuh beberapa meter jauhnya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu Chu Kiu Sek yang sudah merasakan suasana buruk ada di pihaknya telah dihadang oleh Kiong Mi Yun bertiga Ketika terdengar suara jeritan See-bun Souw Ya, dia berpura-pura menyerang ke arah Kiong Mi Yun. Namun ketika si nona berkelit, peluang itu digunakan untuk lari. Ci Giok Hian dan Tio It Heng mengejarnya. Sedang Kiong Mi Yun merangkul tubuh Kiong To-cu lalu digoyang-goyang sambil berteriak-teriak. "Ayah, Ayah! Ini putrimu! Kenapa kau? Lekas bicara!" kata nona Kiong. Namun pikiran Kiong To-cu sudah linglung, namun dia berusaha menahan sakit akibat Cauw-hwee-jip-mo yang menyiksanya. Maka itu seruan Kiong Mi Yun seperti tak

didengar olehnya Ketika Kong-sun Po mendekatinya Kiong Mi Yun menangis sambil berkata "Engko Po, kedatangan kita mungkin terlambat. Keadaan Ayah sudah begini, lihatlah!" Kong-sun Po memeriksa denyut nadi Kiong To-cu, lalu berkata "Ya kita memang datang agak terlambat, tapi masih ada harapan. Jangan kuatir, adik Mi Yun! Biar akan kutolongi Ayahmu!" Dengan menggunakan kedua telapak tangannya dia menempellannya di punggung Kiong To-cu sambil menyalurkan tenaga murninya ke tubuh calon mertuanya. Tidak berapa lama kelihatan wajah Kiong To-cu yang tadi berkerut-kerut, sekarang mulai tenang kembali. Air mukanya yang tadi pucatpun mulai bersemu merah. Melihat hal itu maka legalah hati Kiong Mi Yun. Di tempat lain, Ci Giok Hian dan Tio It Heng sedang mengejar Chu Kiu Sek. Mereka sempat melihat See-bun Souw Ya tergeletak di samping gunung-gunungan dengan mata dan hidung mengeluarkan darah berbau amis. Tubuhnya terkulai lemas tak bergerak lagi.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Iblis itu sudah mampus!" seru Ci Giok Hian girang. "Lekas kembali, nona Ci! Musuh sudah kabur tak perlu dikejar lagi! Ke mari aku ingin bicara dengan kalian!" teriak Kong-sun Po. Kong-sun Po telah menyalurkan tenaga dalam ajaran Bengbeng Tay-su yang hebat itu sehingga semua urat nadi Kiong To-cu yang terganggu karena salah latihan ilmu berbisa itu bisa dipulihkan lagi. Setelah jalan darahnya lancar kembali, rasa sakit Kiong Tocu hilang, perlahan-lahan dia bisa membuka matanya. Dengan girang Kiong Mi Yun berseru, "Hei, Ayah sudah sadar!" Meskipun sudah sadar, namun semangat Kiong To-cu masih lemah.Rasa sakit di tubuhnyapun sudah lenyap. Tapi karena siksaan batinnya semakin bertambah, dengan suara lemah dia berkata dengan girang. "Kalian sudah datang, anak Yun dan Po, sungguh aku sangat girang. Tak disangka aku masih bisa bertemu dengan kalian. Aku merasa malu dan berdosa kepada kalian!" kata Kiong Cauw Bun yang kelihatan sangat terharu sekali. "Ayah, kau jangan bicara dulu, istirahatlah!" kata Mi Yun. Kiong Cauw Bun menghela napas panjang, lalu berkata pula. "Tidak, betapapun aku harus bicara, jika tidak pasti hatiku semakin tertekan. Sia-sia saja hidupku selama ini, mengingat

perbuatanku dulu, sungguh aku malu. Anak Po menantuku yang baik, tapi beberapa kali aku berusaha mencelakai dia untuk merintangi perjodohan kalian! Sebaliknya orang jahat seperti See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek malah kuanggap sebagai sahabat dan aku bergaul erat dengan mereka. Jika anak Po tidak keburu datang pasti jiwaku sudah melayang di tangan mereka. Ah, sungguh aku sangat menyesal. Anak Po, bisakah kau memaafkan aku?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayah, sekarang kita sudah jadi keluarga, asal kau tidak cedera, urusan yang sudah lampau buat apa disebut-sebut lagi?" kata Kong-sun Po. Saat Kong-sun Po memanggil "Ayah", sungguh tidak kepalang senangnya hati Kiong To-cu, dia juga terharu, girang dan malu. Air matanya bercucuran. Orang yang merasa gembira dan paling bahagia pasti Kiong Mi Yun. Dia mengusap air mata ayahnya sambil berkata lembut. "Benar, asalkan kau insaf, beres semuanya, buat apa urusan sudah lalu disebut-sebut lagi? Bagaimana keadaanmu sekarang, Ayah?" "Sudah lebih baik," jawab Kiong To-cu, "cuma bahaya Cauw-hwee-jip-mo mungkin........mungkin........" "Jangan kuatir, Ayah!" kata Kong-sun Po. "Apapun yang terjadi, pasti Ayah akan kusembuhkan." Sementara itu Tio It Heng dan Ci Giok Hian sudah mendekati mereka. Ci Giok Hian ikut bicara, "Kong-sun Toa-ko dan Kiong Cici, kenapa kalian bisa ada di tempatku? Sungguh sama sekali tak kuduga." Seperti diketahui, ketika berpisah di Kim-kee-leng tempo hari, Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun akan ke Tay-toh. Tapi karena Bu-lim-thian-kiauw hendak melakukan suatu urusan penting di kotaraja bangsa Kim, Kong-sun Po ditugaskan oleh Hong-lay-mo-li ke sana untuk membantu suaminya. Tapi sebeum ke sana Kong-sun Po ingin mengajak Kiong Mi Yun pulang untuk menemui kakeknya serta Beng-beng Tay-su. Sesudah itu baru mereka kembali ke Kim-kee-leng. Siapa sangka setelah belasan hari berpisah, tahu-tahu mereka malah muncul di Pek-hoa-kok. "Sangat panjang untuk diceritakan," kata Kiong Mi Yun, "biar nanti saja jika keadaan Ayah sudah membaik pasti akan kuceritakan padamu."

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Ci Giok Hian ingat sesuatu. "Oh ya, masih ada simpanan Pek-hoa-ciu di gudang, bisa jadi bermanfaat bagi Paman Kiong." "Sebenarnya aku ingin menanyakan arak itu padamu," kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Dengan bantuan arak itu disertai penyembuhan dengan tenaga dalamku, rasanya tidak sampai sepuluh hari penyakit Ayah pasti bisa disembuhkan." Sampai di sini, mendadak Tio It Heng mendesis tertahan. "Ada apa?" tanya Ci Giok Hian. "Di luar seperti ada suara orang," kata Tio It Heng. "Ya, akupun mendengarnya, yang datang berjumlah tiga orang! Rasanya seperti tokoh dunia persilatan," kata Kong-sun Po. "Eh, Cici Ci, harap kau bantu mengangkat Ayah Mi Yun ke dalam jika musuh......" "Entah yang datang ini kawan atau lawan?" kata Ci Giok Hian "Kalian jangan kuatir, silakan masuk saja, biar apa pun yang terjadi di luar kalian tidak perlu menghiraukannya," kata Kong-sun Po. "Cici Giok Hian tak perlu kuatir," Kiong Mi Yun ikut bicara, "biar dia yang melayani untuk sementara. Aku kira tak akan terjadi sesuatu." Ci Giok Hianpun heran, jika menurut nada ucapan Kiong Mi Yun, mungkinkah masih ada bala-bantuan lain yang lebih kuat datang dari pihak musuh? Tapi karena urusan sudah mendesak, ditambah Kiong To-cu harus segera dipindahkan nona Ci tidak bertanya lebih jauh, apalagi saat itu Kiong Mi Yun kelihatan tenang. Dia bersama Kiong Mi Yun membimbing Kiong To-cu ke rumah bawah tanah untuk diberi minum Pek-hoa-ciu. Setelah minum arak Pek-hoa-ciu, laksana rumput kering yang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendapat air hujan, tepat pada saat hampir layu, serentak semangat Kiong To-cu bangkit kembali. Dia menghela napas kemudian berkata, "Sayang aku belum bisa mengerahkan tenaga. Siapa yang datang?" Kiong Mi Yun yang merasa lega melihat kesehatan ayahnya sudah mulai pulih, menjawab sambil tertawa. "Kita siap siaga menghadapi serbuan musuh! Tapi barangkali yang datang bukan musuh, malah sahabat lama Ayah." "Sahabat lamaku? Siapakah dia?" kata Kiong Cauw Bun. "Biar aku main teka-teki dulu," kata Kiong Mi Yun sambil tertawa "Eh, Cici Giok Hian yang datang itu berjumlah tiga

orang, jika tak salah terka, seorang di antaramya sahabat lama Ayahku dan dua orang lanya kau punya........." "Aku punya apa?" kata Ci Giok Hian menyela. "Kau punya kenalan baik, tapi juga orang yang tak kau duga" kata Kiong Mi Yun sambil tertawa. "Nah, sementara itu boleh kau terka, siapa mereka?" Ci Giok Hian melongo. "Apa mungkin dia..." Ci Giok Hian meraba-raba. Belum selesai ucapannya itu, tiba-tiba terdengar suara suitan nyaring dan tajam memekakkan telinga. Air muka Mi Yun yang tadi berseri-seri mendadak berubah kaget mendengar suara itu. "Siapa yang datang itu?" tanya Ci Giok Hian kuatir. "Wah, aku salah terka!" kata Kiong Mi Yun. Wajah Kiong Cauw Bun berubah, tanpa terasa dia berseru. "Hei, itu suara Kiauw Sek Kiang!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di luar Kong-sun Po yang sedang menunggu kedatangan orang itu terkejut ketika mendengar suara suitan yang tajam menusuk telinga itu. "Itu bukan suara Wan To-cu!" pikir Kong-sun Po. Tio It Heng langsung menghunus pedangnya dan berkata sambil menyeringai, "Tampaknyayang datang musuh tangguh lagi!" Tiba-tiba Kong-sun Po memegang tangan Tio It Heng, seketika suatu hawa panas tersalur ke tubuh It Heng melalui telapak tangannya. Hanya sekejap hawa panas itu telah rata mengalir ke seluruh tubuhnya. Semangat Tio It Heng menyala seketika, dia tahu Kong-sun Po telah membantu memulihkan tenaga murninya dengan tenaga dalamnya yang tinggi. Sungguh tak terkatakan terkejut dan kagumnya Tio It Heng. "Usianya bisa jadi lebih muda dariku, tapi tenaga dalamnya ternyata sehebat ini danjauh lebih tinggi dariku. Pantas Suhu sering berkata bahwa di atas langit masih ada langit, ada orang pandai masih ada yang lebih pandai lagi. Kata-kata ini memang benar." Ketika itu suara suitan terdengar masih jauh di luar taman. Tapi begitu suara suitan berhenti, seketika itu juga di taman telah muncul tiga orang. Seorang di antaranya bertubuh tinggi besar dan bersenjata tajam, sedang dua orang lagi kakekkakek, tidak ada yang luar biasa. Tapi anehnya suara suitan itu keluar dari mulut seorang kakek. Tio It Heng kaget lalu berkata. "Agaknya yang datang ini bajak terkenal Kiauw Sek Kiang dan pembantu utamanya, Ciong Bu Pa!" kata Tio It Heng.

"Benar, seorang lagi Su Thian Tek," jawab Kong-sun Po. Kong-sun Po tak menduga akan kedatangan ketiga gembong bajak laut itu, mau tak mau dia merasa kuatir juga.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Barangkali aku hanya sanggup melawan Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang. Jika saudara she Tio belum banyak membuang tenaga, rasanya dia akan sanggup mengalahkan Ciong Bu Pa. Tapi sekarang rasanya sulit diramalkan apa yang akan terjadi. Aku harap saja semoga Wan Ceng Liong bisa segera datang ke sini!" Suara suitan Kiauw Sek Kiang ternyata tidak mendapat jawaban, maka itu dia segera berseru. "Gak Hu-jin!" teriaknya. Saat mereka bertiga digertak Wan Ceng Liong di Uh-seng, Kiauw Sek Kiang yang kenalan lama Gak Hu-jin mengetahui bahwa Gak Liang Cun sedang mencari pembantu untuk menghadapi kerusuhan Hay-soa-pang. Maka itu mereka bertiga sengaja datang ke Yang-ciu untuk bekerja pada Gak Liang Cun. Kini mereka ditugaskan oleh Gak Liang Cun untuk mencari Gak Hu-jin. Rupanya mereka tidak tahu kalau Gak Hujin sudah gila dan entah menghilang ke mana. "Di sana seperti ada orang," kata Su Thian Tek. Pada saat itu Kong-sun Po muncul sambil membentak. "Wan To-cu telah mengampuni kalian, kenapa kalian tidak mau sadar. Sekarang kalian berani melakukan kejahatan lagi!" "Ah, kiranya kau anak muda!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. "He he, karena Gak Hu-jin tak ditemukan, sebagai gantinya kau akan kutangkap." "Hm! Memang Wan Ceng Liong bisa apa?" kata Su Thian Tek ikut bicara. "Apa kau kira kami takut padanya? Huh, ketika di Uh-seng kami hanya membantu Kiong To-cu. Jika kami tahu begini dulu kami tak akan mengampunimu!" Kong-sun Po kaget, dia berpikir.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa dia sudah tahu keadaan mertuaku sekarang? Apakah Chu Kiu Sek yang baru kabur memberitahu mereka?" pikir Kong-sun Po. Tak lama terdengar Kiauw Sek Kiang membentak. "Di mana Kiong To-cu, suruh dia keluar menemuiku. Dengar, hutang Kiong To-cu harus kubereskan sekarang!" kata Kiauw Sek Kiang.

"Hm! Menghadapi bangsat seperti kalian, masa harus merepotkan Kiong To-cu?" kata Kong-sun Po. "Kiong To-cu sedang sekarat oleh penyakit Cauw-hwee-jipmo yang mulai menyerangnya dua hari yang lalu. Andaikata bocah ini berhasil menolonginya, dalam waktu sesingkat ini rasanya belum bisa berkutik," kata Su Thian Tek. "Benar, sekarang silakan Su Toa-ko cari tua bangka itu! Biar aku yang melayani anak ingusan ini," kata Kiauw Sek Kiang. Pertarungan sengit segera terjadi, pada saat yang sama Ciong Bu Papun menerjang ke arah Tio It Heng. Sebenarnya Kong-sun Po hendak melawan Kiauw Sek Kiang, tapi mendadak dia berputar. Dengan cepat luar biasa tahu-tahu dia menyerang ke arah Ciong Bu Pa. "Keparat, kau berani padaku!" bentak Ciong Bu Pa. Tubuh Ciong Bu Pa memang lebih tinggi dibanding Kongsun Po. Ketika Ciong Bu Pa mengangkat Tok-kah-tang-jin (senjata boneka tembaga berkaki satu) lalu menghajar Kongsun Po dengan sekuat tenaganya sehingga tepat membentur Hian-tiat-po-san yang dipakai menangkis oleh Kong-sun Po. 'Trang" Sesaat lelatu api pun berpencaran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ciong Bu Pa yang bertubuh tinggi besar itu bergetar mundur beberapa langkah jauhnya dan hampir jatuh terjengkang jika Kiauw Sek Kiang tidak keburu menahannya. Sesudah itu Kiauw Sek Kiang melancarkan pukulan dahsyat ke arah Kong-sun Po yang segera membuka payung pusaka untuk diputarkan. Ujung payung yang tajam itu mengarah jalan darah di tengah telapak tangan lawan. Tapi dengan cepat Kiauw Sek Kiang bergeser ke samping sambil menghantam dengan pukulannya. Kong-sun Po pun berputar, payung pusakanya digunakan untuk menangkis serangan lawan. Bagaimanapun hebatnya Kiauw Sek Kiang, dia tidak berani menangkis payung itu, dengan gesit dia menghindar. Di tempat lain Tio It Hengpun bertarung melawan Ciong Bu Pa dengan seru dan Tio It Heng memutarkan pedangnya. Setiap serangannya selalu mengincar tempat mematikan di tubuh lawan. Sebaliknya Ciong Bu Pa memutarkan Tok-kahtangjin atau gadanya dengan cepat, hingga terdengar suara nyaring berulang-ulang. Dalam sekejap boneka tembaga itu sudah penuh luka terkena pedang lawannya. Tangan Tio It Heng terasa pedas, karena pedangnya membentur senjata lawan yang berat itu. Namun, serangannya tidak kendur,

bahkan kekuatan lawannya kelihatan lemah. Rupanya gebrakan pertama yang dilakukan Kong-sun Po atas Ciong Bu Pa tadi, tujuannya untuk mengurangi tenaga musuh dan meringankan beban Tio It Heng. Mendadak Tio It Heng memutarkan pedangnya sehingga sinar pedangnya bercahaya menyilaukan mata. Ciong Bu Pa jadi gusar, dia membentak. "Kurangajar! Kau berani main gila padaku!" Berbareng dengan itu boneka tembaganya menghantam lawan. Serangan inilah yang diharap-harap Tio It Heng. Sambil berkelit mendadak pedangnya menyambar dari samping dan

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tepat melukai lengan kiri musuh. Ciong Bu Pa mengerang kesakitan, senjatanya dia lemparkan ke arah Tio It Heng. Tio It Heng melompat ke atas sehingga boneka tembaga yang berat itu menyambar lewat di bawah kakinya. Ciong Bu Pa gusar, dia segera menerjang pula meski darah bercucuran dari lukanya. Pada saat itulah mendadak Su Thian Tek menarik Ciong Bu Pa ke sampingnya. "Kau berjaga saja di sini, biar kubekuk anak ini!" kata Su Thian Tek. Su Thian Tek yang disuruh mencari Kiong To-cu tidak pergi jauh dari taman, dia hanya melongok sejenak. Dia juga merasa jerih pada Kiong To-cu yang dia duga sakitnya tidak separah seperti kata Chu Kiu Sek! Demi keselamatan dirinya dia tak berani mencari jauh-jauh. Maka pada saat yang tepat dia bisa menggantikan Ciong Bu Pa yang mulai terdesak. Sebelum tubuh Tio It Heng turun ke bawah, segera Su Thian Tek maju dan mencengkramnya hingga terpaksa Tio It Heng ber-akrobatik di udara. Tak lama dia menukik dari atas dan pedangnya dipakai menusuk lawannya. Su Thian Tek yang tidak menduga kalau ilmu pedang lawan bisa begitu lihay, karuan saja jadi kaget, Sekarang dia tak berani meremehkan musuhnya lagi. Buru-buru dia mengelak ke samping, jari tangannya segera menyentil dan tepat mengenai pedang lawan. Tangan Tio It Heng terasa panas, hampir saja pedangnya terlepas dari pegangannya. Bagi seorang ahli silat sekali gebrak saja mereka segera akan tahu bahwa pihak lawan berisi atau tidak? Tio It Hengpun langsung tahu kepandaian lawan jauh lebih hebat daripada si Raksasa she Ciong tadi. Namun, Tio It Heng tidak bingung atau gentar, begitu kakinya hinggap di tanah, sambil bergeser pedangnya menusuk dengan gerakan sempoyongan. Gerakan tubuh Tio It Heng seperti orang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mabuk, tapi pedangnya ternyata tidak kacau, bahkan bertambah lihay. Rupanya ini ilmu pedang perguruannya bernama jurus "Cui-pat-sian" (Delapan Dewa Mabuk) yang termashuritu. "Bagus! Ternyata kau murid To Pek Seng!" kata Su Thian Tek sambil tertawa. Untuk menyambut samberan sinar pedang itu dia gunakan kepandaian bersilat tangan kosong untuk merebut senjata lawan. Keakhlian 72 jurus Kim-na-jiu-hoat (ilmu mencengkram dan menangkap) yang dimiliki Su Thian Tek j uga terhitung kelas satu di Dunia Persilatan. Sekalipun sudah mahir dan sedang sehat, Tio It Heng bukan tandingan Su Thian Tek. Apalagi sekarang Tio It Heng hanya menguasai tujuh atau delapan bagian kekuatan biasa, tentu saja dia tidak sanggup melawan Su Thian Tek. Dalam belasan jurus lagi dia terdesak dan terancam bahaya. Sedangkan Kong-sun Po tadi sudah bertempur, kini diapun mulai merasakan tenaganya berkurang dan agak kewalahan. Merasa yakin akan menang, sambil tertawa Kiauw Sek Kiang berkata. "Nah, Kong-sun Po, kenapa tidak segera kau panggil mertuamu agar dia menolongi jiwamu ini? He he, Kiong To-cu, kenapa kau sembunyikan kepalamu seperti kura-kura saja! Jika kau tidak segera keluar, sebentar lagi anak perempuanmu pasti akan jadi janda!" Saat itu Kiauw Sek Kiang menggunakan tenaga dalam untuk melancarkan gelombang suaranya sehingga bisa mencapai jarak jauh. Dengan demikian suaranya terdengar oleh Kiong Cauw Bun yang ada di gudang bawah tanah. Bukan main gusarnya Kiong Tocu hingga matanya mendelik. "Biar aku akan keluar untuk melabraknya!" kata Kiong Cauw Bun sengit sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi saat dia akan keluar dan berdiri, kedua kaki tidak bisa bergerak sesuai keinginannya. Baru saja berdiri kembali dia duduk terkulai lemas. "Ayah, sebaiknya kau bersabar!" bujuk Kiong Mi Yun. "Jangan urus diriku, kebih baik kau lekas keluar bantu dia, jika sempat biar kalian melarikan diri saja," kata Kiong Cauw Bun.

"Jangan kuatir, Ayah! Tak lama lagi pasti akan datang balabantuan yang akan menolongi Kakak Po," jawab Kiong Mi Yun. "Tidak perlu kau membohongiku," kata ayahnya. "Tidak ada gunanya kau mendampingiku di sini, akhirnya toh kita akan ditemukan juga! Sebaiknya kau keluar bantu dia saja." Sesungguhnya Kiong Mi Yun pun kuatir walaupun mulutnya berusaha menghibur ayahnya. Dia berpikir jika bala-bantuan tidak datang tepat pada waktunya, sebentar lagi pasti mereka bisa celaka semuanya. Syukur, pada saat Kiong Mi Yun sedang gelisah dan cemas tiba-tiba di luar terdengar suara suitan panjang seseorang. Suara suitannya tajam melengking. Suara suitan orang ini berbeda dengan suara suitan Kiauw Sek Kiang tadi, lebih kuat dan keras sekali. Kiong Cauw Bun terkejut, segera dia jadi girang dan berkata pada putrinya "Anakku, agaknya kau tidak berdusta padaku! Memang betul bala-bantuan kita telah datang! Itu Wan Ceng Liong sahabatku!" "Benarkah Beng-shia To-cu Wan Ceng Liong datang?" kata Ci Giok Hian. "Benar, Cici," jawab Kiong Mi Yun sambil tertawa "Sekarang baru bisa kuberitahu padamu, setelah Wan To-cu datang. Selain itu masih ada dua orang yang tak kau sangka-sangka ikut datang juga!"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa mereka itu?" tanya Ci Giok Hian. "Kakakmu dan istrinya!" kata Kiong Mi Yun. "Ah, benarkah?!" seru Ci Giok Hian kaget bercampur girang, tanpa bicara lagi dia berlari keluar dari ruang bawah tanah. Saat itu Kong-sun Po sedang menghadapi Kiauw Sek Kiang dengan mati-matian. Saat Kiauw Sek Kiang mau melancarkan serangan maut untuk merobohkan pemuda itu, tiba-tiba suitan Wan Ceng Liong terdengar. Tak lama muncullah Wan Ceng Liong, malah sebelah tangannya mengempit seorang tawanan. "Hm! Ternyata kalian si kawanan bangsat! Beraninya kalian main gila di sini, ya! Hutangmu di Uh-seng dulu sudah waktunya untuk kuperhitungkan di sini," bentak Wan Ceng Liong. Orang yang terkempit Wan Ceng Liong, tak lain Chu Kiu Sek yang melarikan diri. Melihat hal itu bukan main kagetnya Kiauw Sek Kiang dan Su Thian Tek saat itu. Sesudah di tengah taman, sekali pandang Wan Ceng Liong sudah melihat Seebun Souw Ya yang binasa di pojok sana. Sambil tertawa dia berseru.

"Nah, Chu Kiu Sek, sekarang kau boleh menemani temanmu itu!" kata Wan Ceng Liong. Berbareng dengan ucapannya itu dia lemparkan tubuh Chu Kiu Sek dan tepat jatuh di samping tubuh See-bun Siuw Ya. Sambil mengerang gusar Ciong Bu Pa menerjang maju. "Hai, kerbau bengkak macam kau berani melawan padaku?" kata Wan To-cu. Saat Bu Pa maju menerkam, Wan Ceng Liong segera jongkok dengan kedua tangannya dan mencengkram ke depan, tanpa ampun lagi Ciong Bu Pa yang tinggi besar itu diangkat. Kini percuma saja tenaga Ciong Bu Pa yang besar laksana banteng itu, sebab tak bisa digunakan.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pergi!" bentak Wan To-cu, Ciong Bu Pa yang tak berdaya terlempar beberapa meter jauhnya dan terbanting dengan keras. "Wan To-cu, lekas kau bereskan bangsat she Su itu!" kata Kong-sun Po. Melihat keadaan Tio It Heng dalam bahaya, Wan Ceng Liong segera maju untuk menolongi Tio It Heng. "Hm! Su Thian Tek, barangkali kau sudah lupa pada janjimu di Uh-seng dulu? Kau bukan pergi jauh dan menghilang, sebaliknya berani main gila lagi di sini!" kata Wan Ceng Liong. Terpaksa Su Thian Tek menjawab dengan sikap tak gentar. "Wan Ceng Liong, tempo hari ketika di Uh-seng aku sengaja mengalah padamu! Hm! Kau kira aku takut padamu?" "Baik, mungkin kau belum jera sebelum merasakan kelihayanku," kata Wan Ceng Liong. "Nah, silakan kau mundur dulu, Tio Siauw-hiap biar aku yang melayani dia." Begitu Tio It Heng mundur, tanpa banyak bicara lagi Su Thian Tek menyerang ke arah Wan Ceng Liong dengan kesepuluh jarinya yang terpentang laksana kaitan yang tajam. Namun, dengan ringan Wan Ceng Liong mematahkan serangan itu. Diam-diam Tio It Heng merasa kagum melihat kepandaian Wan Ceng Liong itu. Tiba-tiba datang lagi dua orang secepat terbang. Kong-sun Po girang dan berseru. "Hai, Ci Toa-ko dan nona Wan, kiranya kalian juga datang semua!" kata Kong-sun Po. Kedua pendatang itu memang Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Ketika itu Ciong Bu Pa bangun dengan kesakitan. Dia langsung menghadapi Ci Giok Phang. Sambil membuka kedua tangannya, dia mencengkram Wan Say Eng. Wan Say Eng mengelak serangan Ciong Bu Pa Sesudah itu dia dan Ci Giok

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Phang menghunus pedang dan menusuk. Dalam keadaan dikeroyok, tahu-tahu lengan Ciong Bu Pa tergores oleh pedang Ci Giok Phang. -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 96 Kiauw Sek Kiang Tewas Dikeroyok; Chu Kiu Sek Tewas Di Tangan Su Thian Tek

Melihat Ci Giok Phang berdua sudah berada di atas angin, legalah hati Tio It Heng, lalu berlari ke arah lain untuk membantu Kong-sun Po. Namun Kiauw Sek Kiang sangat lihay, kedua tangannya menghantam kian-kemari. Payung pusaka Kong-sun Popun ditangkisnya ke samping, lalu tusukan pedang Tio It Heng digentak hingga melenceng oleh pukulannya yang kuat. Sayang tenaga Tio It Heng telah berkurang banyak, meskipun pedangnya berputar cepat, tapi sukar menembus pertahanan lawan. Walau demikian dengan bergabungnya tenaga mereka berdua, hal itu cukup kuat untuk menandingi Kiauw Sek Kiang. Sementara itu Ciong Bu Pa dengan sekuat tenaga berusaha menghadapi kepungan Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Tapi tak lama dia mengerang kesakitan karena tertusuk dua tiga kali. Mendadak dia maju menubruk ke arah lawannya. Melihat Bu Pa menerjang dengan kalap. Wan Say Eng coba menahan dengan melintangkan pedangnya, Tanpa terasa dia menyingkir ke samping ketika melihat lawan menerjang dengan nekat. Tak lama terdengar suara keras. "Krek-krek!" dua kali. Dua buah jari tangan Ciong Bu Pa tertabas putus oleh pedang Wan Say Eng, walau Ciong Bu Pa masih sempat lolos

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke tempat lain. Ketika Wan Say Eng berniat mengejarnya, Ci Giok Phang mencegahnya sambil berkata. "Orang dogol itu hanya anak buah dan bukan biang keladinya, aku kira tidak perlu dikejar, biarkan saja!" kata Ci Giok Phang. "Aneh, kenapa Kiong To-cu tidak kelihatan?" kata Wan Say Eng. "Eh, siapa itu yang keluar?" Saat Giok Phang menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Say Eng, dia berseru kaget bercampur girang. "Hai, adik Giok Hian, kau sudah pulang?" kata sang kakak.

"Ternyata benar kau, Kakak Giok Phang!" teriak Ci Giok Hian. "Kiong To-cu dan adik Kiong Mi Yun ada di dalam, mereka selamat!" Pertarungan sengit masih berlangsung, Wan Ceng Liong yang melawan Su Thian Tek sudah di atas angin, sedang Kong-sun Po dan Tio It Heng masih sama kuat melawan Kiauw Sek Kiang. Ci Giok Phang yang tidak sempat bicara dengan adik perempuannya, segera berlari ke tempat pertarungan membantu Kong-sun Po mengeroyok Kiauw Sek Kiang. Sedang Say Eng dan Ci Giok Hian ikut di belakang Ci Giok Phang. Melihat gelagat buruk bagi pihaknya, Kiauw Sek Kiang ingin mencari selamat dengan jalan kabur lebih dulu. Mendadak dia menggertak. "Siapa yang merintangiku pasti mampus!" "Hm! Ajal sudah di depan mata, kau masih berani bermulut besat?" kata Kong-sun Po. Berbareng dengan itu payung pusakanya menghantam lawan. Setelah Kiauw Sek Kiang mampu menghindari hantaman payung lawan, mendadak dia cengkram Ci Giok Phang. Di tengah samberan angin pukulan dan bayangan pedang, tampak Ci Giok Phang melompat ke samping,

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedangkan Kiauw Sek Kiang mrnggeliat sempoyongan kemudian jatuh tersungkur. Rupanya sebelum Kiauw Sek Kiang berhasil mencengkram Ci Giok Phang punggungnya tersodok payung Kong-sun Po. Tiba-tiba sepasang pedang kakak beradik she Ci menusuk. Jika dalam keadaan biasa, Kiauw Sek Kiang tidak perlu gentar oleh serangan itu. Tapi sekarang dia dikeroyok dan terluka. Selain punggungnya tersodok payung, iga dan perutnya tertusuk pedang lawan. Tadi Ci Giok Hian yang terpaksa melompat ke samping karena getaran tenaga pukulan Kiauw Sek Kiang. Tio It Heng yang melihatnya terkejut dan kuatir. Segera dia memburu maju untuk memeganginya dan bertanya cemas. "Bagaimana keadaanmu, adik Hian?" kata Tio It Heng. "Oh, tidak apa-apa," jawab Giok Hian, tanpa terasa tangan kedua orang itu berpegangan erat. Melihat kemesraan kedua orang itu, Wan Say Eng dan Ci Giok Phang yang sedang memburu ke arahnya berhenti. Diam-diam mereka merasa girang karena Ci Giok Hian sekarang sudah punya kekasih. Sedangkan Kiauw Sek Kiang yang sedang merangkak bangun, dia mau lari, tapi langkahnya sempoyongan dan kembai terguling. Dia tidak mampu berdiri. Ketika Kong-sun Po

mendekatinya, Kiauw Sek Kiang muntah darah tak berkutik lagi. "Bangsat ini sudah mampus!" kata Kong-sun Po. Sekarang tinggal Su Thian Tek yang masih bertarung dengan Wan Ceng Liong secara mati-matian. Ketika dia dengar ucapan Kong-sun Po, bahwa Kiauw Sek Kiang sudah binasa, bukan main kagetnya dia. Ketika itu dia menyerang dan segera berputar akan kabur. "Mau lari ke mana kau?" bentak Wan Ceng Liong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Su Thian Tek lewat di samping Tio It Heng dan Ci Giok Hian, segera Kong-sun Po memutarkan payungnya untuk menghadang. Tapi tak terduga Su Thian Tek yang licin lari ke arah Tio It Heng dan Wan Say Eng. Tahu-tahu dia menyerang ke arah Wan Say Eng. Syukur kepandaian Wan Say Eng tidak lemah, sedikit mengegos saja dia bisa terhindar dari cengkraman Su Thian Tek. Sedangkan Ci Giok Phang yang sudah menerjang maju, menusuk dengan pedangnya. Su Thian Tek tidak berani terlibat lebih lama dalam perta-rungan itu. Secepat kilat dia melompat melintasi gunung-gunungan. Kuatir putrinya terluka, Wan Ceng Liong memburu. Tapi Wan Say Eng berteriak. "Aku tidak apa-apa, Ayah! Lekas kejar dia!" kata nona Wan. Tanpa bicara lagi segera Wan Ceng Liong mengejar Su Thian Tek. Saat itu Su Thian Tek sudah hampir bisa ke luar taman. Dia kelihatan girang. "Sekeluar dari sini aku akan bebas!" pikirnya. Di luar dugaan, belum habis girangnya, mendadak sebelah kakinya terasa dipegang orang dengan erat. Rupanya Chu Kiu Sek yang kebetulan tergeletak di dekat gunung-gunungan terluka parah belum mati. Tiba-tiba melihat Su Thian Tek lari lewat di sampingnya, tanpa pikir lagi dia rangkul kaki Su Thian Tek dan memohon. "Tolong, Su Toa-ko, bawa aku lari..........Aduh!" Mendadak Chu Kiu Sek menjerit dan langsung binasa. Karena merasa dihalang-halangi Su Thian Tek geram, dia sendiri sedang mencari selamat, mana mungkin dia memikirkan keselamatan orang lain? Maka itu sekali tendang saja dia bunuh kawan lamanya itu. Ketika itu Wan Ceng Liong memungut Tok-ka-tang-jin, atau senjata milik Ciong Bu Pa di atas tanah. Dengan sekuat tenaga dia sambitkan ke arah Su Thian Tek. Lantaran terhalang oleh

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chu Kiu Sek yang memegangi kakinya, ditambah Su Thian Tek belum sempat lari jauh, tiba-tiba ada angin keras menyambar dari belakangnya. Dia pikir mau berkelit, namun sudah terlambat. Punggung Su Thian Tek terhajar tepat oleh boneka tembaga itu. Tak ampun lagi dia jatuh terguling dengan sebagian punggungnya hancur dan seketika itu juga binasa Semua musuh utama bangsa Han sudah mati, sedang yang berhasil kabur hanya Ciong Bu Pa yang tidak berarti, maka itu mereka semua girang. "Ha, ha, ha! Hari ini terhitung hari paling menyenangkan bagiku!" kata Wan Ceng Liong sambil tertawa. "Sekarang boleh kujenguk sahabat lamaku." "Kiong To-cu ada di gudang bawah tanah," kata Ci Giok Hian. "Dia telah ditolong oleh Kong-sun Toa-ko, dan dia sudah minum Pek-hoa-ciu. Kini penyakit Cauw-hwee-jip-mo nya sudah mulai membaik. Mungkin sudah tidak berbahaya lagi!" Setelah minum Pek-hoa-ciu dan beristirahat sekian lama, keadaan Kiong To-cu sudah mulai pulih. Ketika Wan Ceng Liong masuk ke gudang, dia sudah bisa bangun untuk menyambut sahabatnya. "Selamat, selamat! Dari celaka kau telah mendapatkan berkah, kini kau sudah sempurna benar," kata Wan Ceng Liong. "Terima kasih, Wan Toa-ko! Aku menyesal tidak menuruti nasihatmu, hampir saja aku celaka," kata Kiong To-cu. Ketika Wan Ceng Liong menceritakan seluk-beluk kedatangannya, Tio It Heng menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan kepada Ci Giok Hian kenapa dia muncul di situ. Melihat hubungan Tio It Heng dengan adiknya yang begitu baik, Ci Giok Phang mengira mereka bukan sahabat biasa. Diam-diam dia girang sekali. Sambil tertawa kemudian dia berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adik Hian, kau belum memperkenalkan saudara ini......" "Dia she Tio, namanya It Heng," dengan muka merah Ci Giok Hian memperkenalkan penmuda itu. "Sebenarnya kami baru kenal, walau dia pernah menolongku dua kali. Gurunya tokoh yang terkenal kalangan Kang-ouw 20 tahun yang lalu, yaitu To Pek Seng. Dia punya hubungan baik dengan Liu

Beng-cu." "Oh, kiranya Tio-heng murid To Pek Seng, pantas ilmu pedangmu lihay," kata Wan Ceng Liong. "Melihat gaya ilmu pedangmu tadi sebenarnya aku sangsi, seharusnya sejak tadi aku bisa menerka asal-usulmu." "Rupanya Wan To-cu sahabat Guruku?" kata Tio It Heng "Sungguh malang, Guruku meninggal di Mongol, kisahnya biar nanti kuceritakan." Mendengar To Pek Seng sudah meninggal, Wan Ceng Liong ikut berduka. Ci Giok Hian bertanya pada Kong-sun Po, "Kongsun Toa-ko, bukankah kau hendak ke Tay-toh, kenapa kau bisa ke sini? Apa kau tak akan terlambat menjalankan tugasmu di sana?" "Aku bertemu dengan Ang Pang-cu dari Hay-soa-pang, karena terpaksa kuubah rencanaku secara mendadak dan datang ke sini," kata Kong-sun Po. "Apalagi pertarungan Bulimthian-kiauw dengan Wan-yen Tiang Cie masih sebulan lagi, aku kira dengan kuda tunggangku yang bagus aku masih keburu menyusul mereka ke sana." "Walau begitu, sebaiknya kau jangan terlalu lama di sini. Kalau bisa besok kau dan Mi Yun berangkat," kata Kiong Cauw Bun. "Tapi kesehatan Ayah belum pulih, mana bisa kutinggalkan begitu saja?" kata Kiong Mi Yun. Tiba-tiba Kong-sun Po menyela.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

''Kalian jangan kuatir, nanti akan kuuraikan kunci rahasia lwee-kang ajaran Beng-beng Tay-su kepada Ayahmu. Sebelum berangkat akan kulancarkan urat nadinya dengan bantuan lwee-kangku. Aku kira selanjutnya penyakit Ayah tak jadi soal lagi." Sungguh tidak kepalang girangnya Kiong To-cu. "Anak Po, kau bukan saja menantuku yang baik, bahkan kau adalah penolong jiwaku." kata Kiong Cauw Bun bersyukur. "Baiklah, sekarang juga aku mohon Cici Giok Hian meminjamkan sebuah kamar, aku kira sehari saja cukup bagiku," kata Kong-sun Po. "Jika kita berkumpul di sini, aku kuatir Gak Liang Cun sudah dapat laporan dan datang mengepung tempat ini!" kata Wan Ceng Liong. "Maka itu besok sebaiknya kita tinggalkan tempat ini! Apa kalian kakak beradik masih punya urusan di sini?" Ci Giok Hian baru sadar. "Tidak, cuma Liu Beng-cu mengutusku menemui pimpinan Hay-soa-pang, ini harus kuselesaikan sebelum aku pergi dari sini."

Wan Ceng Liong mengerutkan kening. "Letak tempat Hay-soa-pang di Ang-tek-ouw lebih seratus li dari sini, dalam sehari mungkin tak bisa pulang-pergi?" kata Wan Ceng Liong. "Jangan kuatir," tiba-tiba Kong-sun Po ikut bicara, "bila perlu pakai saja kudaku, jarak seratus li bukan soal." Ci Giok Hian mengucapkan terima kasih. "Aku ikut bersamamu!" kata Tio It Heng. Ci Giok Phang girang dan tak perlu kuatir keselamatan adiknya. Sementara itu fajar sudah menyingsing.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ci Giok Hian dan Tio It Heng berangkat dan langsung menuju ke markas Hay-soa-pang di tepi danau Ang-tek-ouw. Kuda pinjaman itu memang bagus dan cepat larinya. Hanya dalam dua tiga jam, dari jauh sudah kelihatan air danau Angtekouw yang bergelombang hijau dan bening itu. Jarak dari danau dengan markas Hay-soa-pang tinggal 20-30 li lagi. Saat Ci Giok Hian dan Tio It Heng sedang melarikan kudanya, tiba-tiba mereka melihat cahaya api disertai suara riuh teriakan dan ringkikan kuda. Samar-samar kelihatan sebuah teluk terhalang oleh rumput alang-alang dan di depan sana tampak bayangan manusia "Hei, apa orang Hay-soa-pang sedang bertempur dengan pasukan Kim atau pasukan lain?" kata Tio It Heng heran. "Bagus, kalau begitu kedatangan kita sangat kebetulan," kata Ci Giok Hian. Mereka mempercepat lari kuda mereka dan menyusuri sebuah bukit kecil. Tiba-tiba di balik bukit terdegar berkumandang suara beradunya senjata tajam. Bahkan juga terdengar suara seorang perempuan tua sedang membentak. "Ah, kau kepergok di sini! Kau akan kubunuh untuk ganti jiwa bocah she Tio itu!" kata perempuan itu. Ci Giok Hian terkejut. Dia mengenali suara perempuan itu. "Hai, bukankah itu suara Gak Hu-jin? Lalu siapa yang mau dibunuhnya?" kata Ci Giok Hian. Cepat Tio It Heng membelokkan kudanya menerjang ke arah bukit. Sesudah dekat, betul saja orang yang bicara itu Gak Hu-jin, lawannya seorang lelaki bersenjata golok dan seorang perempuan. Yang lelaki bersenjata golok dan yang perempuan memakai pedang. Kepandaian kedua orang itu tidak lemah saat

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertempur dengan Gak Hu-jin mereka tangkas walau kelihatan Gak Hu-jin sedikit lebih unggul. Tio It Heng heran. "Aneh, kenapa Gak Hu-jin sudah sembuh dari penyakit gilanya?" pikir Tio It Heng. Mendadak terlihat wajah Gak Hu-jin berubah beringas, rambutnya yang panjang terurai. Mungkin gilanya tampak kumat lagi. Tongkatnya menyambar secara ngawur. Sambil berteriak Gak Hujin akan membalas sakit hati suami pertamamya Kedua lawannya kelihatan terdesak dan beberapa kali hampir terkena tongkat Gak Hu-jin. "Suamiku yang baik, jika arwahmu tahu, lindungilah aku supaya aku bisa membalaskan sakit hatimu dan membunuh putri dan menantu To Pek Seng ini!" seru Gak Hu-jin beringas, Berbareng dengan itu tongkatnya lantas menghajar dengan dahsyat. Melihat keadaan sudah mendesak, tanpa pikir lagi Tio It Heng menerjang maju. Ketika menyelinap dan lewat di samping lelaki itu, dengan pelahan dia berkata "Ciok Su-heng, biar aku dan Su-ci melayani perempuan gila ini!" kata Tio It Heng. Karena datangnya Tio It Heng tak terduga, lelaki itu heran dan girang. "Siapa dia? Bagaimana bisa mendadak muncul seorang Sutee?" pikir mereka. Tak lama terdengar suara nyaring beradunya senjata. Saat itu gerakan pedang Tio It Heng sudah bisa langsung bekerja sama dengan serangan perempuan itu. Gerakannya pun sangat serasi dan bagus. Daya serang mereka secara serentak bertambah hebat berlipat ganda. Dalam sekejap tongkat Gak Hu-jin tertangkis beberapa kali. Karena serangan Gak Hu-jin bisa dipatahkan, dia terdesak dan mundur beberapa langkah. "Hei, dari mana kau belajar ilmu pedang perguruan kami?" kata perempuan itu heran.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Toa Su-ci, kita usir dulu perempuan gila ini, nanti kuceritakan," jawab Tio It Heng. Mendadak terdengar Gak Hu-jin berteriak kalap. "Bagus, bocah she Tio, kaupun datang untuk cari mampus!" kata Gak Hu-jin. Tapi meskipun dia menyerang dengan lebih dahsyat, gabungan pedang Tio It Heng dan kakak perguruannya itu

dapat mematahkannya bahkan tongkat Gak Hu-jinpun tidak bisa terlepas dari incaran pedang mereka. "Gak Hu-jin," kata Tio It Heng, "suamimu bukan terbunuh oleh Guruku,. Saat pertarungan suamimu memang terluka, tapi Guruku juga terluka. Kenapa kau tidak berpikir secara sehat?" "Persetan denganmu!" teriak Gak Hu-jin. "Jika bukan karena terluka, masakan suamiku tewas di tangan beberapa bangsat itu?" "Hm! Sebenarnya setelah kau kawin lagi dengan Gak Liang Cun, semua musuhmu sudah kau bunuh! Tapi kau malah bertambah jahat hingga banyak membunuh orang yang tak berdosa," kata Tio It Heng. "Sekarang kau mau menuntut balas pada siapa lagi? Walau putrimu sudah mati, tapi kau masih punya seorang menantu. Sedang keponakan kesayanganmu Uh-bun Tiong, memang sudah lama mampus! Kenapa kau tidak mencarinya dan bergabung dengan menantumu?" Gak Hu-jin tidak mau mengerti, malah menyerang lebih ganas lagi dengan tongkatnya. "Perempuan gila ini tidak bisa diajak bicara baik-baik, buat apa banyak bicara dengannya," kata Su-cinya. "Bukankah dia sendiri yang cari mampus, kita bereskan dia!" Begitulah ketika gabungan pedang mereka mulai melancarkan serangan balasan, Gak-hujin tidak mampu

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menahan ilmu pedang yang lihay itu, Hanya sekejap tubuhnya sudah banyak lukanya. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar orang berseru dari kejauhan, "Hu-jin, lekas ke mari, lekas! Tolongi aku!" Dari atas bukit ternyata muncul beberapa orang. Orang yang lari paling depan, Bupati Yang-ciu, yaitu Gak Liang Cun serta seorang perwira pembantunya, sedang yang mengejar di belakang mereka pemimpin Hay-soa-pang. "Ciok-toa-ko! Lekas kau bantu kawan Hay-soa-pang menangkap pembesar busuk itu! Perempuan gila ini serahkan padaku dan Su-tee!" kata kakak seperguruan Tio It Heng. Sekalipun belum tahu asal usul Tio It Heng, tapi dari ilmu pedang yang dimainkannya dia yakin orang itu memang betul suteenya. Lelaki itu mengangguk pada istrinya, lalu maju dengan golok terhunus saat itu dia memburu dan berniat menghadang Gak Liang Cun. Mendadak Gak Hu-jin mengerang keras, tongkatnya menghantam. Tio It Heng dan Sucinya yang ditangkis dengan

pedang mereka. Dengan gaya memotong tongkat lawan berhasil mereka papas jadi dua. Gak Hu-jin melemparkan sisa tongkatnya yang patah dan sempat menerobos dari kepungan dua lawannya "Awas, Toa-ko!" seru kakak seperguruan Tio It Heng. Gak Hu-jin berlari ke arah Gak Liang Cun. Saat itu suami kakak seperguruan Tio It Heng sudah bertarung dengan perwira pengawal Gak Liang Cun. Melihat Gak Hu-jin datang membantu, Gak Liang Cun girang. "Lekas tolong aku, Hu-jin! Lekas tolong aku!" teriak Gak Liang Cun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gak Hu-jin berteriak kalap. "Putriku sudah mati, keponakanku juga sudah mati! Semua sanakku sudah mati! Dosaku sangat banyak, pada siapa aku harus menuntut balas?" teriak Gak Hu-jin. Sambil berteriak-teriak dia berlari ke arah Gak Liang Cun. Gak Liang Cun yang dalam keadaan terdesak, berharap sang istri bisa menolonginya. Tapi dia jadi kaget ketika melihat keadaan istrinya yang sinting dan mengoceh tak karuan itu. Segera dia berteriak. "Hai, Hu-jin, sadarlah! Aku ini suamimu, kau kenapa?" kata Gak Liang Cun bingung. Tiba-tiba isterinya sudah ada di hadapannya dan langsung mencengkram pinggang suaminya Dia langsung membentak gusar sekali. "Jangan ngaco! Siapa kau? Siapa istrimu? Kau memang telah membantuku membalaskan sakit hatiku. Tapi aku juga telah membantumu naik pangkat dan jadi kaya hingga puluhan tahun kau hidup mewah! Kini di antara kita sudah tak ada lagi hutang budi. Lekas kau enyah dari sini!" bentak Gak Hu-jin. Tiba-tiba Gak Hu-jin mengangkat tubuh suaminya yang langsung dia putar dengan cepat, sesudah itu dia lemparkan sekuatnya. Tak ampun lagi tubuh Gak Liang Cun melayang ke dengan kepala di atas dan kaki di bawah. Jatuhnya tepat kepalanya dulu dan membentur sepotong batu besar hingga batok kepala pecah berantakan. Gak Liang Cun menjerit mengerikan dan tewaslah dia. Sesudah itu Gak Hu-jin tertawa terbahak-bahak sambil berteriak. "Semua telah beres! Aku bisa segera menyusul suamiku ke alam baka!" katanya.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba dari mulutnya menyembur darah segar dan tubuhnya terkulai lemas, nyawanyapun binasa. Ternyata dia bunuh diri dengan memutuskan urat nadinya Perwira yang bertempur dengan suami su-ci dan Tio It Heng ketakutan setengah mati. Sambil berpura-pura menyerang lalu dia kabur. Segera lelaki itu hendak mengejarnya tapi isterinya dan Tio It Heng telah memburu dan mencegahnya. "Pimpinannya sudah mati, biarkan dia kabur!" Sementara itu kedua orang yang mengejar Gak Liang Cun dari balik bukit tadi sudah sampai. Melihat orang itu Ci Giok Hian girang setelah mengenali kedua orang itu. "Tuan Chu dan Tuan Lauw, kalian juga ada di sini!" kata Ci Giok Hian girang sekali. Kedua orang ini adalah Sin Chu Kie dan Lauw Keng yang dulu pernah datang ke Kabupaten Yang-ciu bersama Ci Giok Hian. Mereka berdua memberi hormat pada Ci Giok Hian, lalu memberi hormat pada perempuan setengah umur itu. "Maafkan atas kealpaan kami menyambut kedatangan Toceecu." Kemudian baru Ci Giok Hian tahu bahwa perempuan setengah umur itu bernama To Hong. Cee-cu dari Long-shiasan yang sekarang, dia putri To Pek Seng. Sedangkan lelaki setengah umur itu Cio Bok, suami To Hong. "Sayang kepandaianku rendah sehingga antek Gak Liang Cun berhasil kabur," kata Cio Bok agak kikuk. "Rupanya Ciok Toa-ko belum tahu bahwa perwira itu bukan antek Gak Liang Cun, dia terhitung salah seorang jago terkemuka dari tiga jago pasukan pengawal Kerajaan Kim, namanya Kim Kong Yan," kata Sin Chu Kie. "Jika dia tak dirintangi, kami tadi sudah berhasil membekuk Gak Liang Cun."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh kebetulan, begitu datang kami langsung bertemu kalian sedang bertempur dengan musuh," kata To Hong sambil tertawa. "Pembesar celaka itu sudah mati," kata Chu dengan senang. "Konon kedatangan mereka ini ingin mencari istrinya rupanya dia tidak tahu daerah ini wilayah kekuasaan Hay-soapang." Setelah Gak Liang Cun mendapat laporan mengenai

keadaan istrinya yang kurang waras, dengan perasaan sangsi dia bawa anak buahnya untuk mencari istrinya. Sebenarnya diapun tahu bahwa di luar kota telah dikuasai oleh Hay-soapang. Tetapi mereka tak tahu di mana markas Hay-soa-pang berada. Saat pergi dia membawa seregu prajurit pilihan, dibantu oleh Kim Kong Yan yang kebetulan ada di Yang-ciu dan bersedia ikut dengan Gak Liang Cun untuk mencari istrinya Karena mereka merasa cukup kuat, Gak Liang Cun berani memburu sampai ke tepi danau Ang-tek-ouw. Rapi di sini mereka terkepung oleh pasukan Hay-soa-pang dan dihancurkan. Hanya Gak Liang Cun dan Kim Kong Yan yang berhasil lolos dari kepungan, hingga akhirnya yang satu mati dan yang lain kabur. Setelah Sin Chu Kie menceritakan apa yang telah terjadi, dia coba mendengarkan suara pertempuran dengan cermat. "Pertempuran di sana sudah berakhir. Jika To Cee-cu tidak keberatan silakan singgah ke tempat kami!" kata Sin Chu Kie. "Sebenarnya ada masalah yang akan kubicarakan dengan Lo Pang-cu. Tapi karena tak ada kabar dari kalian, aku lancang datang ke mari!" kata To Hong. Ci Giok Hian juga langsung berkata bahwa dia ingin bertemu dengan ketua Hay-soa-pang.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingin memperkenalkan su-teeku, walau aku sendiri belum kenal bagaimana asal-usulnya!" kata To Hong. Sin Chu Kie dan Lauw Keng tercengang, sejak tadi mereka tidak tahu To Hong datang bersama seorang su-tenya. Sambil tertawa Tio It Heng langsung memperkenalkan diri. "Aku Tio It Heng dan baru sekarang bertemu dengan Su-ci dan Su-heng," kata Tio It Heng. Mereka berjalan menuju ke markas Hay-soa-pang, di tengah jalan Tio It Heng sempat menceritakan asal-usulnya pada sang suci. "Kau murid terakhir Ayahku, pantas ilmu pedangmu begini hebat, tadi berkat bantuanmu kita berhasil mengalahkan musuh," kata To Hong. "Cuma yang aku sesalkan, kenapa sudah sekian bulan kau pulang ke Tiong-goan, kenapa kau tidak menemuiku?" "Harap Su-ci memaafkan aku, soalnya aku harus pergi ke Kim-kee-leng dulu untuk urusan penting yang lain," kata It Heng. Kemudian dia menceritakan kejadian di Kim-kee-leng. "Oh, jadi setelah belasan hari kau bersembunyi di Kim-keeleng, kau belum bertemu dengan Hong-lay-mo-li?" tanya To

Hong. "Meskipun belum bertemu, tapi maksud Liu Li-hiap sudah kuketahui," jawab It Heng. "Nona Ci ada di Kim-kee-leng, dia pembantu kepercayaan Liu Li-hiap." To Hong bertanya pada Ci Giok Hian. "Nona Ci, apa Liu Cee-cu pernah membicarakan tentang aku denganmu? Bagaimana maksud dia?" "Ya, Liu Beng-cu memang sering bicara mengenai kalian, cuma sayang selama ini kalian belum sempat berhubungan," jawab Ci Giok Hian. "Liu Beng-cu sangat mengharap kerja

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sama yang erat dengan To Cee-cu untuk menghadapi musuh, untuk itu entah bagaimana pendapatmu?" "Justru maksud kedatanganku untuk urusan itu," kata To Hong sambil tertawa. "Adik Ci, aku lebih tua beberapa tahun darimu, jika kau tidak keberatan, selanjurnya kau boleh memanggilku Cici saja." Ci Giok Hian merasa girang mengingat maksud Hong-laymoli ingin berserikat dengan Long-shia-san dipimpin To Hong telah tercapai tanpa susah. Begitulah setiba di markas Haysoapang mereka disambut hangat oleh Lo Uh-hong, Pang-cu Hay-soa-pang. Dengan gembira Lo Uh Hong mengucapkan selamat datang pada To Hong dan Ci Giok Hian serta kawankawannya, dia juga mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka yang telah membunuh Gak Liang Cun dan istrinya. Dengan rendah hati To Hong menjelaskan bahwa kematian Gak Liang Cun bukan olehnya, begitupun Gak Hu-jin. "Tapi bantuan kalian tidak kecil bagi kami, ini harus dirayakan dengan meriah," kata Lo Uh Hong. Tapi Ci Giok Hian menjelaskan bahwa mereka tak bisa lama-lama di tempat itu, karena harus kembali ke Pek-hoakok, begitupun To Hong ingin ikut Ci Giok Hian ke Kim-keeleng. Singkatnya Ci Giok Hian nenceritakan apa yang terjadi di Pek-hoa-kok. "Oh, Kong-sun Siauw-hiap dan Kiong To-cu ada di tempatmu, sungguh sayang aku tak bisa menemui beliau," kata Lo Uh Hong. Kemudian Ci Giok Hian berunding seperlunya seperti tugas yang dia terima dari Hong-lay-mo-li. Selesai bicara, baru Ci Giok Hian mohon diri, Lo Uh Hong meminta agar dia menunggu sebentar, karena mereka akan menjamunya sekadar tanda terima kasih. Selain itu ada seorang kawan ingin bertemu dengan Ci Giok Hian. Ci Giok Hian heran siapa gerangan orang itu?

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama, saat mereka sedang makan dan minum, masuklah seorang lelaki gemuk. Dia An To Seng, saudagar obat itu. Setelah kejadian di tepi sungai Hong-hoo, bahan obat yang dibawanya hampir dirampas musuh. Untung dia ditolong oleh Kong-sun Po dan Seng Liong Sen. Setelah obat itu diantar ke Kim-kee-leng, An To Seng ditugaskan Hong-lay-mo-li mengantar obat ke Hay-soa-pang. Saat mengetahui Kong-sun Po ada di Pek-hoa-kok, An To Seng minta pada Ci Giok Hian untuk menyampaikan hormatnya pada pemuda itu. "Mengenai Seng Siauw-hiap, sebenarnya kami punya suatu masalah dengannya. Apa nona Ci kenal dengannya?" An To Seng bukan tokoh terkemuka dunia Kang-ouw, dia cuma seorang pedagang selundupan, maka itu dia tidak tahu kalau nona Ci pernah jadi istri Seng Liong Sen. Wajah Ci Giok Hian berubah merah dia jadi agak kikuk. Ya, aku kenal dengannya. Tapi dia sudah pulang ke Kanglam, urusan apa hingga kau ingin mencari dia? Bisa kau ceritakan padaku." "Aku ingin memberi dia hadiah sekadar untuk membalasbudi kebaikannya. Dia telah menyelamatkan aku," kata An To Seng. "Selang beberapa hari lagi aku harus ke daerah Utara untuk sementara mungkin tak akan kembali ke Kim-kee-leng." "Ah, kita kan sama-sama orang sendiri, aku kira bantuan dia itu wajar saja! Malah kewajiban sesama kawan. Kenapa harus balas budi segala?" kata Ci Giok Hian. "Tapi hadiahku ini barang yang sangat berguna bagi dia," kata An To Seng. "Akan kuberi sejenis obat salep yang sangat mujarab untuk menumbuhkan daging baru, bekas luka yang parah, asal diberi salep ini akan segera timbul daging baru sehingga bekas lukanya itu akan lenyap tanpa bekas." "Oh, jadi kau mau memberi obat itu?" kata Giok Hian.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, sebenarnya dia cakap, karena bekas luka di wajahnya itu, pasti dia sangat sedih. Jika wajah aslinya bisa pulih seperti semula, maka dia serasi sekali dengan istrinya yang cantik itu," kata An To Seng sambil tertawa. An To Seng menitipkan sebuah kotak kecil untuk Seng Liong Sen. Ci Giok Hian menerima kotak obat itu dengan girang dan pilu. Dia tak memikirkan Liong Sen namun

memikirkan nasibnya sendiri. "Baiklah, dia pasti ke Kim-kee-lebng lagi. Titipanmu akan kusampaikan padanya," kata Ci Giok Hian. "Maaf, kami harus pamit pada semuanya!" To Hong tak ingin bertemu dengan Kiong To-cu, maka itu dia batal ikut Ci Giok Hian, dia berjanji akan bergabung di persimpangan jalan ke Kim-kee-leng. Di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba Tio It Heng berkata pada Ci Giok Hian. "Suka-duka manusia sering di luar dugaan. Konon bakal istri Seng Liong Sen itu putri Khie Wie, sedangkan Liong Sen murid pewaris Bu-lim Beng-cu Bun Yat Hoan di Kang-lam. Khie Wie dulu terkenal jadi momok di Dunia Kang-ouw, perjodohan mereka sungguh di luar dugaan siapapun." kata It Heng. "Benar, hidup ini seperti mimpi, banyak kejadian sering tidak pernah terpikir sebelumnya," jawab Ci Giok Hian. "Memang, sebelumnya tak pernah kubayangkan aku bisa berkenalan denganmu," kata Tio ItHeng. "Tio Toa-ko, aku ingin ......." mendadak Giok Hian membatalkan ucapannya. "Apa yang mau kau katakan? Meskipun kita belum kenal lama, tapi kau bagiku seperti sahabat lama," kata Tio It Heng. Ci Giok Hian mendengar ucapan itu jadi terharu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tio Toa-ko, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, yakni mengenai........mengenai diriku dulu." Berceritalah Ci Giok Hian mengenai semua pengalaman dan nasib masa lalunya. Selesai cerita Wajah nona Ci penuh air mata. Dengan suara pelahan Tio It Heng menanggapinya. "Adik Hian, kau pernah jadi istri bohongan dari Liong Sen, sudah lama hal itu kuketahui. Begitu banyak pengalamanmu yang tidak beruntung, akupun ikut sedih. Tapi jangankan kau hanya istri bohongan saja, sekalipun suami istri sungguhanpun, jika kalian tidak cocok terpaksa harus berpisah, bagiku kau tetap seorang nona yang pantas dihormati, aku.. .aku......" Melihat pemuda itu jadi kikuk bicaranya, Cu Giok Hian merasa geli, akhirnya Giok Hian mendesak agar pemuda itu bicara. "Sebenarnya apa yang nau kau katakan, katakanlah!" kata Ci Giok Hian sambil tersenyum. Tio It Heng mengawasi nona Ci penuh arti. "Tanpa aku jelaskanpun isi hatiku, pasti kau sudah tahu. Aku .. .aku harap aku bisa mendampingimu untuk selamanya

dan... "Sudahlah," kata Ci Giok Hian memotong, "aku paham maksudmu, aku kira tidak perlu kau katakan lagi." "Jadi......jadi kau setuju?" kata Tio It Heng girang. Ci Giok Hian menunduk malu tanpa menjawab. Tanpa terasa tangan mereka saling menggenggam kencang. Tanpa jawaban si nonapun Tio It Heng sudah tahu apa artinya itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di rumah, Kiong To-cu sudah hampir sehat kembali. Apalagi Kong-sun Po sudah mengajarkan inti lwee-kang ajaran Beng-beng Tay-su pada mertuanya. Saat itu merekapun sedang menanti kepulangan Ci Giok Hian berdua. Maka itu sesudah mendapat laporan mereka sudah pulang, maka merekapun Setelah segala sesuatu diatur beres, Wan Ceng Liong tinggal di Pek-hoa-kok untuk menemani Kiong Cauw Bun. Ci Giok Phang, Giok Hian, Tio It Heng dan Wan Say Eng berempat kembali ke Kim-kee-leng. Sedang Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun ke Tay-toh, ibukota kerajaan Kim. Sebelum berangkat Ci Giok Hian berpesan pada Ciu Hong agar menghubungi Hay-soa-pang jika ada sesuatu persoalan, apalagi Wan Ceng Liong masih tinggal di situ. Maka itu Ciu Hong dengan tenang menunggu kedatangan ayah dan calon suaminya. Setengah bulan kemudian.... Rombongan Ci Giok Hian dan To Hong juga Cio Bok sudah ada di Kim-kee-leng. Suasana di Kim-kee-leng gembira setelah mengetahui masalah Giok Hian dan Tio It Heng. To Hong dan suaminya menjadi wali dan menetapkan pertunangan Tio It Heng dengan Ci Giok Hian. Tetapi sampai keadaan negara sudah aman baru mereka akan menikah. Setelah masalah pribadinya mantap, pikiran Ci Giok Hian jadi riang. Wajahnya bercahaya seakan-akan berubah menjadi seorang yang baru. Rasa sedihnya buyar semua laksana awan mendung tersapu bersih oleh hembusan angin. Tetapi kadangkadang bila teringat pada Kok Siau-hong dan Seng Liong Sen, dia merasa kuatir juga. Sang waktu lewat dengan cepat, musim dingin telah berlalu, maka tibalah pada musim semi. Hari ini tanggal 14

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bulan satu, esok harinya adalah hari Cap-go-meh. Tapi berita dari ibukota Kim belum ada sama sekali. Menurut rencana Wan-yen Tiang Cie akan melakukan perebutan tahta tepat pada hari Tahun Baru Imlek, sedangkan Bu-lim-thian-kiauw dan Siauw-go-kan-kun akan membunuh Wan-yen Tiang Cie pada hari yang sama dengan bantuan dari Raja Kim. Kini waktunya sudah lewat 14 hari tapi sedikitpun belum ada berita tentang gerakan mereka yang berhasil atau gagal, dengan sendirinya semua orang jadi ragu-ragu dan kuatir. Siang harinya semua orang berkumpul di ruang pendopo dan ramai membicarakan berita yang terlambat itu, macammacam dugaan dan pandangan mereka. Hanya Jen Ang Siauw yang tampak tidak ikut bicara, selain berkuatir dia juga sedang berduka. Malam harinya dia tak bisa tidur nyenyak, hatinya merasa tidak tentram. Maklum dia sedang memikirkan ayahnya, dalam peristiwa besar di kotaraja Kim itu entah bagaimana nasib ayahnya. Walau dia benci pada prilaku ayahnya itu, tapi dalam hatinya senantiasa dia menaruh setitik harapan semoga setelah mengalami berbagai peristiwa, ayahnya bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar. Jika Jen Ang Siauw tak bisa tidur, ternyata pada saat yang sama masih ada seorang yang juga tidak bisa ridur. Orang itu Ci Giok Hian. Dia sedang menguatirkan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Selain itu dia juga memikirkan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Kok Siauw Hong memang kekasihnya yang pertama, orang yang pernah dicintainya dengan sepenuh hati. Walau perpisahan mereka sudah pasti, tapi kini dia sudah punya permata hati sebagai penggantinya Maka itu semua perasaan iri dan cemburu pada masa lalu telah terhapus, karena itu dia berharap bisa selekasnya bertemu dengan kawan-kawannya itu agar mereka bisa bergembira bersama-sama.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di tempat ini Ci Giok Hian sedang memikirkan mereka, di tempat lain merekapun sedang memikirkan Ci Giok Hian. Sungguh tidak pernah terbayang oleh Ci Giok Hian, pada saat dia tak bisa tidur, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sudah pulang ke Kim-kee-leng. Mereka baru pulang dari Siau-lim-si dan ingin selekasnya bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Sang dewi malam sudah menampakkan diri dengan cahayanya yang gilang gemilang. Sambil mendaki ke atas gunung, kedua muda-mudi itu menikmati pemandangan alam

yang indah sekali. Angin berhembus semilir membawa harumsemerbaknya bunga-bunga di atas pegunungan. Keadaan di sekeliling tempat itu sunyi dan hanya terdengar suara-suara serangga yang bersahutan. Melihat suasana di sekitarnya itu, tanpa terasa Han Pwee Eng berhenti dan dia mengawasi rembulan yang sedang memancarkan cahayanya yang gemilang itu. Dia terkenang pada suka-duka dan pengalamannya "Apa yang kau pikirkan, adik Eng ?" tanya Siauw Hong.. "Aku sedang memikirkan Ci Giok Hian," jawab Pwee Eng. Kok Siauw Hong melengak. "Kau memikirkan dia?" kata pemuda itu. "Ya, tapi jangan kuatir, dulu juga aku tidak cemburu pada kalian. Hari ini hari yang baik, aku terkenang pada Cici Hian dan berdoa semoga dalam waktu singkat dia menemukan jodoh yang setimpal baginya" kata Han Pwee Eng. Siauw Hong diam, dia pikir nasib Ci Giok Hian yang malang itu gara-gara perbuatannya. "Aku harus bertanggung-jawab atas nasib nona itu." pikir Siauw Hong. "Eh, kau sedang memikirkan apa?" tanya Pwee Eng.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terus-terang, apa yang kupikirkan sama dengan yang kau pikirkan. Sesungguhnya hatiku baru tentram jika Giok Hian sudah mendapatkan jodoh. Adik Eng, kau jangan salah paham jika kukatakan isi hatiku ini." "Memang kau anggap aku ini perempuan yang berjiwa sempit? Terus-terang akupun ingin minta maaf padanya," kata Han Pwee Eng. Mendadak Kok Siauw Hong mendesis. "Ssst! Ada orang yang datang. Ginkang orang ini sangat tinggi." bisik Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong dan Pwee Eng buru-buru bersembunyi di balik sebatang pohon besar. Tak berapa lama, tampak sesosok bayangan sedang naik ke atas gunung. Ketika sampai di suatu belokan, samar-samar orang itu sudah bisa melihat pos penjagaan pertama di atas gunung itu. Orang itu mendadak berhenti dan berkata sendiri. "Apa tepat yang kulakukan ini? Bisakah Hong-lay-mo-li percaya padaku? Bisa jadi dia akan membunuhku. Tapi, ah, sekalipun aku dibunuh olehnya aku harus datang ke tempatnya untuk menemui anakku si Ang Siauw!" Kok Siauw Hong terkejut, dia berbisik pada Han Pwee Eng. "Ssst, itu Pamanku!" Orang itu memang Jen Thian Ngo.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Pwee Eng. "Sudah lama dia jadi antek Wan-yen Tiang Cie, aku sudah tidak mengakui dia sebagai pamanku lagi. Sekalipun kita bukan tandingannya kita akan lawan dia!" bisik Siauw Hong. "Tunggu dulu!" bisik Pwee Eng. "Rupanya dia ingin bertemu dengan Jen Ang Siauw. belum tentu dia bermaksud jahat. Biar kita lihat dulu apa maksud kedatangannya itu?"

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika itu tiba-tiba... "Hm! Jen Lo-sian-seng, tidak sangka kau berani datang ke Kim-kee-leng, aku yakin pasti kau tidak menduga akan kupergoki kau di sini!" kata suara yang lain. Saat diintai oleh Kok Siauw Hong, dia terkejut. Orang itu seorang paderi berpakaian merah yang tiba-tiba muncul di tempat itu. Paderi itu pendeta Mongol yang bernama Liongsiang Hoat-ong. dia ditemani oleh seorang pemuda bermantel kulit. Dia adalah Wan-yen Hoo. Kok Siauw Hong kaget yang paling kaget justru Jen Thian Ngo. "Benar, memang aku tak menduga! Hoat-ong hendak memberi petunjuk apa padaku?" kata Jen Thian Ngo. "Jangan merendah, justru aku yang akan minta petunjukmu!" jawab Liong-siang Hoat-ong. "Apa maksudmu kau ke mari?" "Mana berani aku berbohong, putriku ada di sini, aku ingin mengajaknya pulang!" jawab Jen Thian Ngo. "Hm! Aku pikir kau punya maksud lain?" sela Wan-yen Hoo. "Pada saat terjadi pertarungan malam di Thian-tam. Tiba-tiba kau menghilang. Sekarang malah kau muncul di tempat ini. Barangkali kau bersekongkol dengan Bu-lim Thian-kiauw dan orang di Kimkee-leng ini, bukan!" Bukan main kagetnya Jen Thian Ngo atas tuduhan itu, cepat dia menjawab. "Siauw Ong-ya, kau jangan menuduh sembarangan, Bulimthian-kiauw itu musuhku, mana mungkin aku bersekongkol dengannya?" kata Jen Thian Ngo. "Aku memang harus kabur saat keadaan gawat sehingga Ayahku tewas oleh Bu-lim-thian-kiauw! Karena ini dosa yang tak bisa kuampuni," ejek Wan-yen Hoo. "Aku tahu kau bermaksud membelot pada Hong-lay-mo-li dan ingin

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memusuhi kami. Apa kau pikir kau bisa kubiarkan lolos begitu

saja?" Jen Thian Ngo sadar vahwa persoalan sudah sangat gawat, memberi penjelasanpun rasanaya percuma saja. "Baik, terpaksa akan kupertahankan beberapa potong tulang tuaku ini." kata Jen Thian Ngo. Liong-siang Hoat-ong menyela. "Ah, kenapa Jen Lo-sian-seng bicara begitu? Asalkan kau mau ikut kami pulang ke Mongol, urusan di antara kita bisa didamaikan? Betul tidak, Siauw Ong-ya." "Ya, jika Hoat-ong yang menengahi soal ini, terpaksa kuturuti saja," jawab Wan-yen Hoo. "Nah, Jen Thian Ngo, ingin mati atau hidup kini terserah kau saja?!" -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

BAB 97 Bagian Penutup

Sudah bisa dipastikan saat itu mereka sudah memperhitungkan baik-buruknya untuk memancing lawan agar Jen Thian Ngo terpaksa dia akan ikut ke Mongol bersama mereka. Jen Thian Ngo yang dulu berlagak menjadi pahlawan bangsa Han, padahal pengkhianat bangsa. Dengan cara licin dia membuat para pendekar mau menjadi sahabatnya. Maka itu Jen Thian Ngo cukup berharga bagi mereka untuk dimintai keterangan, agar rahasia para pendekar yang berhubungan dengannya terbongkar. Begitupun Wan-yen Hoo dan Liong-siang Hoat-ong mereka menatap ke arah Jen Thian Ngo dengan tajam untuk menanti jawaban Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong berusaha tenang di tempat persembunyiannya, dia ingin tahu apa jawaban sang paman.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat-saat yang menentukan itu, tiba-tiba Jen Thian Ngo berkata. "Baik, aku ikut bersama kalian ke Mongol!" kata Thian Ngo. Sesudah itu dia melangkah mendekati Wan-yen Hoo. Bukan main gusar dan dongkolnya Kok Siauw Hong saat mendengar jawaban sang paman ini. Tetapi di luar dugaan tiba-tiba Jen Thian Ngo mencengkram ke arah Wan-yen Hoo sambil membentak. "Aku sudah kenyang jadi budak kalian Ayah dan anak! Kini aku ingin menjadi manusia bebas. Serahkan jiwamu padaku!" kata Jen Thian Ngo dengan gemas sekali. Wan-yen Hoo yang kaget masih sempat mengegos menghindari cengkraman itu. "Week!" Mantel bulu yang dikenakannya robek oleh cengkraman Jen Thian Ngo yang dahsyat. Pada saat terancam bahaya, Wanyen Hoo merasakan ada dorongan keras hingga dia terdorong

mundur. Rupanya Liong-siang Hoat-ong menyelamatkan dia. Kepandaian Liong-siang Hoat-ong memang jauh lebih tinggi dibanding Jen Thian Ngo, diapun tak ingin membiarkan Wanyen Hoo celaka oleh Jen Thian Ngo. Saat itu kedua tangan Liong-siang menghantam ke depan, tangan kiri mendorong Wan-yen Hoo, tangan yang lain mengadu pukulan dengan Jen Thian Ngo. Tak lama terdengar suara benturan keras. Ternyata Jen Thian Ngo tubuhnya bergetar dan sempoyongan. Untung Liong-siang tidak beniat membunuhnya Ketika itu dia hanya menghalangi niat orang she Jen itu mencelakai Wan-yen Hoo. Jika dia mau, Jen Thian Ngo sudah tewas di tangannya. "Bagus, kau bunuh saja aku!" teriak Jen Thian Ngo. Kembali dia menghantam dan mengadu pukulan dengan Liong-siang Hoat-ong. Kali ini dia terluka cukup parah

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga darah segar menyembur dari mulutnya. Liong-siang pun agak tertahan majunya, karena Jen Thian Ngo mengerahkan seluruh tenaga dalamnya hingga dada Liongsiang sesak. Tapi Liong-siang Hoat-ong memang hebat, dia segera mengatur pernapasannya, hingga tenaganya pulih kembali. Dengan gusar dia membentak. "Jen Thian Ngo, benar-benar kau ingin mati?" kata Liongsiang. Ketika Liong-siang Hoat-ong hendak menyerang, tibatiba Wan-yen Hoo berteriak. "Tolong, Hoat-ong!" Liong-siang kaget, segera dia menoleh. Di sana terlihat dua sosok bayangan sedang menyerang ke arah pangeran itu. Kedua sinar pedang menyambar secepat kilat, hingga Wanyen Hoo terkepung oleh dua pedang yang tak kenal ampun. Kedua orang itu adalah Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Setelah menyaksikan keadaan sudah sangat gawat, mereka sadar tidak mungkin bisa menyelamatkan Jen Thian Ngo dari tangan Liong-siang yang lihay. Maka itu dengan menggunakan akal 'mengancam Wan-yen Hoo untuk menolongi Jen Thian Ngo'. Ternyata cara mereka itu sangat tepat, karena terpaksa Liong-siang Hoat-ong menghentikan serangannya untuk menolong Wan-yen HooTapi sayang karena tak sempat lagi, segera dia membuka jubah, lalu dilontarkan ke arah Kok Siauw Hong dan nona Han. Jubah merah Hoat-ong berubah jadi kaku dan menyambar ke arah lawan. Walau jubah itu mampu menghalangi serangan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, tapi sepasang pedang pemuda pemudi itu mampu melubangi jubah itu. Bagaikan

sehelai kain, jubah itu jatuh ke tanah. Tetapi Kok Siauw Hong dan Nona Han merasakan kesemutan, saat yang baik itu digunakan oleh Wan-yen Hoo untuk meloloskan diri. Segera Kok Siauw Hong menyerang tertuju pada Wan-yen Hoo, tapi

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia mampu menangkis serangan itu dengan kipasnya. Kepandaian Wan-yen Hoo memang tidak lemah, walau dikeroyok Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Memang dia agak kewalahan juga, tapi coba satu lawan satu, pasti dia sanggup bertahan menghadapi Kok Siauw Hong. Ketika Liongsiang Hoat-ong memburu, dia mengenali Kok Siauw Hong. "Rupanya kau! Rasakan ini!" bentak Hoat-ong sambil menyerang dengan hebat sekali. Karena pukulan itu dahsyat, Kok Siauw Hong terdorong mundur beberapa langkah. Dadanya terasa dihantam sebuah martil besar, napasnyapun sesak. Karena Liong-siang harus menahan Kok Siauw Hong dan nona Han untuk menolongi Wan-yen Hoo, Jen Thian Ngo bebas dari ancaman maut. Walau demikian karena kena getaran tenaga pukulan Liong-siang tadi, kembali dia muntah darah. Tapi sebisanya Jen Thian Ngo menenangkan hatinya. Setelah melihat yang menolong itu Kok Siauw Hong, sang keponakan, dia girang bercampur kaget dan berterima kasih juga malu. "Siauw Hong!" sekuatnya dia berseru. Seketika itu juga dia maju membantu Kok Siauw Hong untuk menghadapi musuh-musuhnya, walaupun dia sudah payah. "Kau baik dan mau menolongiku!" kata Jen Thian Ngo. "Sudah Paman, masa lalu jangan kauungkit lagi!" jawab Kok Siauw Hong. Saat serangan Liong-siang Hoat-ong tiba. Jen Thian Ngo yang kaget berteriak. "Siauw Hong serang dia dengan cepat!" kata Jen Thian Ngo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, ternyata kalian mencari teman untuk pergi ke akhirat!" ben-tak Liong-siang gusar sambil menghantam lagi. Serentak Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng melancarkan serangan kilat dengan pedang mereka. Karena kerja sama

sepasang pedang itu sangat rapih dan cepat, Liong-siang belum bisa menggunakan tenaga Liong-siang-kangnya yang hebat, dan secara mendadak dia diserang oleh serangan kilat dari arah yang berbeda Liong-siang yang tak mengira kalau kerja sama ilmu pedang kedua lawannya bisa begitu lihay, terpaksa berkelit sambil bertahan sekuatnya dia mencari kesempatan untuk menggunakan Liong-siang-kang yang lihay itu. Namun, sekalipun Kok Siauw Hong berdua dibantu oleh Jen Thian Ngo, tapi karena keadaan Jen Thian Ngo sudah payah, ketika Jen sedikit lengah kesempatan itu oleh Liong-siang digunakan untuk mengerahkan pukulan lihaynya. Tanpa ampun lagi Jen Thian Ngopun muntah darah. Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng terdorong mundur langkah merekapun sempoyongan. "Siauw Hong, aku sudah tak berguna lagi, jangan hiraukan aku, lekas kalian lari!" teriak Jen Thian Ngo. Kok Siauw Hong yang tidak ingin meninggalkan pamannya dalam keadaan bahaya. Dia melirik ke atah Han Pwee Eng, keduanya sudah bertekat akan bertarung mati-matian. "Hm! Akan kubunuh kalian semua!" ejek Liong-siang. Saat Liong-siang Hoat-ong menggunakan Liong-siangkangnya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari orang yang gin-kangnya tinggi. "Siapa itu?" bentak Liong-siang. Saat itu Wan-yen Hoo yang sedang tegang mengikuti pertarungan sengit itu, baru sadar bahwa di belakangnya

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah berdiri se-seorang. Ketika dia menoleh, tampak wajah seorang yang penuh bekas luka sedang mendelik ke arahnya. "Wan-yen Hoo, apa kau masih kenal padaku?" kata orang itu sambil tertawa. Orang itu Seng Liong Sen yang dulu hampir mati di tangan Wan-yen Hoo ketika di Sun-keng-san. Di belakang Seng Liong Sen tampak ikut pula Khie Kie. Wan-yen Hoo kaget bukan kepalang. "Hei, rupanya kau!" kata Wan-yen Hoo. "Benar, aku sengaja mencarimu untuk membuat perhitungan denganmu!" kata Seng Liong Sen. Wan-yen Hoo sadar tak ada jalan lain, maka itu dia langsung menyerang Seng Liong Sen. Kipasnya bergerak, cepat dia menusuk iga lawan sambil membentak. 'Terima seranganku!" Wan-yen Hoo sadar bahwa ilmu totok yang sudah terlatih dengan sempurna dipelajarinya akan berhasli melukai lawan.

Tak diduga gerakan Seng Liong Sen tidak kalah cepatnya. Serangan Seng Liong Sen sampai lebih dulu sebelum kipas lawan tiba. Ujung pedang Seng Liong Sen mengancam dada Wan-yen Hoo. Sedang Wan-yen Hoo buru-buru melompat mundur sambil menangkis tusukan Seng Liong Sen. Tap Seng Liong Sen segera mencengkram ke arah Wan-yen Hoo yang kegirangan karena lawannya memandang enteng padanya Tiba-tiba dia mengegos ke samping, kipasnya langsung mengetuk 'Koan-tiauw-hiat' di bagian lutut Seng Liong Sen. "Roboh!" bentak Wan-yen Hoo. Serangan itu tepat mengenai sasaran, tapi Liong Sen tidak roboh, sebaliknya cengkramannya terus mengarah ke tulang bahu Wan-yen Hoo. Jika serangan itu berhasil, Wan-yen Hoo akan cacat seumur hidup..

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekian lama tinggal bersama Khie Wie, ditambah mendapat pelajaran intisari lwee-kang dari Tabib Ong dulu, Seng Liong Sen mampu menutup jalan darahnya, hingga serangan lawan tak berguna Tiba-tiba Liong-siang Hoat-ong menggertak, dia desak Kok Siauw Hong dan Pwee Eng hingga mundur. Sesudah itu dia tendang Jen Thian Ngo hingga terjungkal, lalu menerobos ke keluar kepungan lawan. Saat itu cengkraman Seng Liong Sen mengancam bahu Wan-yen Hoo. Sedang serangan Liong-siang Hoat-ong bukan untuk menyelamatkan Wan-yen Hoo, tapi sasarannya Khie Kie. Saat itu Khie Kie sedang mengikuti pertarungan itu di pinggir lapangan, sambil memburu ke arah Khie Kie, Liongsiang Hoat-ong membentak. "Kau anak Khie Wie, ayo ikut aku sebagai ganti ayahmu!" Rupanya untuk menolongi Wan-yen Hoo, Liong-siang mau menawan Khie Kie. Sebab jika dia langsung menolongi Wanyen Hoo tak akan sempat lagi. Seng Liong Sen kaget. Sayang dia tertipu oleh akal Liong-siang Hoa-ong. Sudah pasti tak akan membiarkan istrinya celaka. Karena sedikit ayal saja cengkramannya hanya merobek pakaian Wan-yen Hoo. Kesempatan ini langsung digunakan Wan-yen Hoo untuk menghindar. Jen Thian Ngo yang ditendang roboh berteriak pada Kok Siauw Hong. "Lekas lari, Siauw Hong jangan hiraukan aku!" Siauw Hong terhenti sejenak, tapi tak lama dia mengejar lagi ke arah Liong-siang Hoat-ong untuk membantu Seng Liong Sen menghadapi musuh. Ketika itu Seng Liong Sen sempat melompat untuk menghadang Liong-siang Hoat-ong, namun Liong-siang menghantam dengan pukulan Liong-siangkangnya Saat itu pedang Seng Liong Sen menusuk, mengarah tepat

pada jalan darah di tengah telapak tangan lawan, tapi berhasil ditangkis oleh Liong-siang ke samping. Dengan demikian Seng

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liong Sen bergetar oleh tenaga pukulan lawan yang dahsyat. Mendadak Liong-siang Hoat-ong ingin mencengkramnya. Syukur Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng datang lalu menyambar ke arah lawan. Dengan demikian terpaksa Liongsiang mengayunkan jubahnya ke belakang hingga jubah merahnya berlubang lagi tertusuk oleh pedang lawan.Tapi pedang Siauw Hongpun tertangkis dan membentur pedang Han Pwee Eng. Sementara itu cengkraman Liong-siang Hoat-ong terus mengarah punggung Seng Liong Sen. Karena tak bisa mengliindar lagi, terpaksa Liong Sen menangkis serangan itu hingga terjadi adu tangan. Tenaga Liong-siang Hoat-ong harus terbagi dua karena sebagian tenaganya harus melayani serangan Kok Siauw Hong berdua. Karena Seng Liong Sen sudah berhasil meyakinkan tenaga dalam gabungan dari dua aliran, maka itu adu pukulan itu dia tidak sampai cedera, hanya tubuhnya bergetar mundur. Tapi tak lama dia sudah mampu memasang kuda-kuda lagi. Bersama Khie Kie mereka mengerubuti lawan dari dua arah. Kini keadaan Liong-siang Hoat-ong harus melawan empat orang lawan. Namun dengan tangkas luar biasa Liong-siang Hoat-ong bisa menghadapi empat lawannya dan masih tetap lebih banyak menyerang daripada bertahan. Khie Kie karena kekuatannya paling lemah, berulang kali harus menghadapi detik berbahaya dari serangan musuh. "Silakan kau menyingkir saja, adik Kie, biar kami melayani dia!" kata Seng Liong Sen. Melihat pihaknya sudah di atas angin, sambil tertawa Wanyen Hoo mengejek. "Ha..ha..ha..benar, kau istirahat saja, nona Kie, biar aku yang menemanimu." kata Wan-yen Hoo.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum lagi bilang suaranya, tiba-tiba seseorang telah menanggapi kata-katanya. "Wan-yen Hoo, aku saja yang menemanimu!" Ketika Wan-yen Hoo berpaling, bukan main kagetnya dia. Orang itu Kong-sun Po yang sangat dia takuti.

"Wan-yen Hoo, kau pernah memaksa aku bertanding denganmu, inilah kesempatan yang paling bagus untukmu. Kau ingin bertanding berapa lama pasti akan kulayani!" kata Kong-sun Po. Kok Siauw Hong yang tidak mengira Kong-sun Po bisa pulang dari Tay-toh secepat itu girang sekali. "Tepat sekali kau datang, Kong-sun Toa-ko!" kata Kok Siauw Hong. Dengan munculnya Kong-sun Po, Wan-yen Hoo jadi kuatir, karena tahu betapa lihaynya Kong-sun Po ini. Sekalipun Liongsiang Hoat-ong terkenal sebagai jago silat nomor satu, tapi jika dia sendiri saja melawan empat orang maka sulit dia bisa menang, apalagi ditambah dengan seorang Kong-sun Po. Tempat itu berdekatan dengan markas Hong-lay-mo-li. Jika sebentar datang lagi musuh lain, maka jelas sulit bagi mereka untuk meloloskan diri. Serentak timbul pikiran Wan-yen Hoo untuk mencari selamat dengan cara melarikan diri. Saking terburu napsu ingin hidup, tanpa pikir lagi dia menjatuhkan diri dan menggelinding ke bawah bukit. Melihat kawan sedang bertempur dengan Liong-siang Hoatong, Kong-sun Po terkejut sehingga tidak sempat mengurus Wan-yen Hoo lagi, dia memburu sambil membentak. "Bagus, Liong-siang Hoat-ong, biar kulayani kau! Kok Toako dan Seng Toako, silakan mundur, biar kuhadapi dia satu lawan satu untuk belajar kenal dengan ilmu Liong-siangkangnya."

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ha...ha...ha, bagus, kau yang berkata begitu!" kata Liongsiang sambil tertawa. "Baik, biar aku dan Seng Toa-ko menonton, silakan adik Eng mengurus Pamanku," kata Kok Siauw Hong. Dengan dongkol Seng Liong Sen mengejek. "Hm! Ternyata jago nomor satu di seluruh jagatpun gentar pada beberapa anak muda. Kong-sun Siauw-hiap yang berjanji akan melawanmu satu lawan satu, untuk itu aku tak akan ikut campur, tapi itu tidak berarti urusan kita selesai sampai di sini." "Ha...ha...ha, persetan kalian mau maju semuanya atau maju secara bergilir, aku tak gentar padamu!" kata Liongsiang. Liong-siang sadar kalau dia terjerumus di tempat sangat berbahaya, ditambah lagi Wan-yen Hoopun telah kabur. Sambil bicara dia mengumpulkan tenaganya. Begitu sudah berhadapan dengan Kong-sun Po, seketika itu dia menyerang dan menggunakan ilmu Liong-siang-kang tingkat tinggi. "Bagus!" kata Kong-sun Po sambil mengangkat Hian-tiatpo-

sannya untuk menangkis serangan itu. Sesudah itu terdengar suara payung pusaka yang berbenturan begitu hebat sehingga menimbulkan suara gemuruh disertai debu pasir yang berhamburan. Kong-sun Po tergetar mundur dua langkah, sedang tubuh Liong-siang Hoatongpun menggeliat. Saat itu tangan Kong-sun Po terasa kesemutan, diam-diam dia terkejut dan mengakui kehebatan Liong-siang-kang sanggup menahan payung pusakanya Sedangkan Kong-sun Po tidak mengetahui kalau Liongsiang Hoat-ong jauh lebih kaget dibanding dia. Tak terduga oleh Liong-siang bahwa semuda Kong-sun Po ternyata

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sanggup menahan Liong-siang-kang tingkat sembilan, tingkat yang paling kuat. Hal ini membuat Liong-siang kaget dan jerih. Kuatir akan datang lagi musuh dari Kim-kee-leng, Liongsiang memutar jubahnya. Dalam sekejap Kong-sun Po sudah terkurung di tengah gumpalan waena merah. Tapi Kong-sun Po memutar payung pusakanya, dalam sekejap jubah musuh sudah bertambah lubang-lubang kecilnya yang tak terhitung banyaknya. Namun jubah lawan masih tetap menari kian kemari dengan entengnya, payung yang berat itu tidak sanggup menghancurkannya Liong-siang Hoat-ong terus menggunakan bersilat debngan gaya lunak dari lwee-kang yang tinggi yang disalurkan ke jubahnya, selang tak lama, daya serang payung Kong-sun Po jadi kurang leluasa bergeraknya. Mendadak Kong-sun Po bersuit, dia mementang payungnya yang dia putar laksana kincir. Berbareng dengan itu sebelah tangannya menggunakan ilmu 'Tay-heng-pat-sek' ajaran Kheng Ciau untuk menahan tenaga sakti Liong-siang-kang musuh. Dalam keadaan demikian, walaupun tetap di bawah angin, tapi untuk mengalahkan Kong-sun Po tidak mudah bagi Liong-siang. Ketika itu Han Pwee Eng telah membangunkan Jen Thian Ngo lalu membubuhi obat pada lukanya 'Terima kasih, Nona Han, harap kau bersedia memanggilkan anak perempuanku," kata Jen Thian Ngo sambil menyeringai, mukanya pucat dan suaranya sangat lemah. Han Pwee Eng merasa ragu. "Jika aku pergi mencari Jen Ang Siauw, aku khawatir jangan-jangan Kong-sun Toa-ko kalah oleh Liong-siang? Bagaimana jika Siauw Hong membutuhkan bantuanku? Jika permintaan Jen Thian Ngo tidak kupenuhi, kasihan dia jika dia

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai mati dan tak bertemu dengan putrinya!" pikir Nona Han. Di luar dugaan saat itu terdengar Khie Kie berteriak girang. "Ayah! Lekas ke mari, orang jahat mau mencelakaiku!" teriak Khie Kie. "Jangan takut anakku, akan kukuliti tubuhnya!" kata Khie Wie nyaring. Tak lama terdengar suara orang lain. "Eh, Siauw Hong ternyata kalian ada di sini!" kata orang itu. Sesudah itu tampak dua sosok bayangan meluncur ke tempat itu. Siauw Hong dan Pwee Eng mengenali suara itu, mereka menoleh sambil berseru. "Ayah. kau juga datang!" kata mereka hampir bersamaan. Ternyata yang datang Han Tay Hiong dan Khie Wie berdua. Saat Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng mengantarkan Soa Heng Liu ke Siauw-lim-si, kebetulan HanTay Hiong dan Khie Wie sudah meninggaklan Siauw-lim-sie. Mereka sedang pesiar. Saat kembali dan tahu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng datang ke Siauw-lim-sie, mereka segera menyusul ke Kim-kee-leng. Ketika baru saja mereka sampai, di tempat itu sedang terjadi pertarungan hebat. Bukan main kagetnya Liong siang menyaksikan kedatangan dua orang itu. Tapi dia pantang menyerah malah menantang. "Silakan jika kalian mau maju semuanya! Aku puas jika aku mati di tangan kalian!" kata Liong-siang Hoat-ong. "Ternyata kau Keledai Gundul!" kata Khie Wie. "Duapuluh tahun yang lalu, aku dan To Pek Seng pernah bertarung denganmu. Tapi sayang To Pek Seng berhasil kau bunuh. Bukan aku yang membunuhnya, tapi kematiannya karena aku!

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka itu sekarang kau harus membayar hutang nyawanya padaku!" Walau Liong-siang sadar bahaya mengancam dirinya, tapi jika dia mau kaburpun sudah tak mungkin lagi. "Baik, silakan apa kau mau maju satu-persatu, atau kalian mau majui semuanya?' kata Liong Siang. Dia berkata begitu karena yakin sebagai jago-jago tua, pasti Han Tay Hiong maupun Khie Wie tak akan mengerubutinya. Khie Wie maju.

"Kong-sun Po, silakan kau mundur!" kata Khie Wie. Kongsu Po segera mundur. "Nah, gundul kau istirahat dulu, aku tak ingin mengambil keuntungan saat kau sedang kelelahan!" kata Khie Wie. Tanpa diminta dua kali Liong-siang Hoat-ongpun duduk bersila mengumpulkan kekuatannya. Dia berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya yang tadi terkuras. Hanya sebentar seluruh kekuatannya telah pulih kembali. Saat dia membuka matanya dia mengawasi dengan tajam ke arah lawannya. Setelah bertarung mati-matian secara beruntun tadi, Liongsiang memang sempat kehilangan tenaga Untung ketika melawan Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng maupun Seng Liong Sen dan Kong-sun Po ternyata lawan-lawannya itu kemampuannya masih di bawah dia. Melihat kemajuan tenaga orang itu sudah pulih lagi, semua kagum sekali. "Aku harus segera menyelesaikan masalah ini, siapa tahu akan berdatangan orang-orang dari Kim-kee-leng, aku bisa celaka?" pikir Liong-siang. Maka itu dia langsung bangun.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik orang she Khie, kau katakan. Bagaimana kita akan bertarung denganku?" kata Liong-siang Hoat-ong. "Begini saja kau akan kuberi kesempatan untuk menyerangku sebanyak tiga kali tanpa kubalas! Jika kau mampu kau boleh membunuhku sesukamu," kata Khie Wie. "Setelah tiga kali kau serang aku, segera kita bertarung lagi sebanyak tiga jurus. Jika kau mampu bertahan, maka aku tak akan mempersulit kau lagi." "Tapi bagaimana dengan kawan-kawanmu?" ejek Liongsiang yang tak yakin pada ucapan lawannya. "Urusan orang lain aku tak ikut campur itu urusan orang lain. Mereka juga ingin membuat perhitungan denganmu!" kata Khie Wie sambil tesenyum. Liong-siang Hoat-ong berpikir sejenak. Karena dia pikir syarat lawan ini menguntungkan dirinya maka itu tanpa banyak berpikir lagi dia segera menjawab. "Baik, sekarang rasakan pukulanku!" kata Liong-siang. Berbareng dengan ucapannya itu, jubah merahnya dia kebutkan lebih dulu ke depan, tapi cepat sekali tangan kanannya memotong ke arah lawan sekuat tenaganya. Pukulan itu belum menggunakan tenaga sakti Liong-siangkang, tapi sudah cukup kuat dan berbahaya. Ketika pukulan itu hampir mengenai sasaran, mendadak pukulan itu berubah menjadi sebuah cengkraman. Ketika tangan lain menyerang

dengan jubahnya serangan itu bisa dikatakan sebuah serangan dengan tiga buah gerakan. Tiba-tiba terdengar suara keras sobekan kain keras sekali, saat itu lengan baju Khie Wie robek karena cengkraman Liongsiang Hoat-ong. Khie Wie kelihatan menggeliat sedikit, tapi tak lama dia sudah berdiri tegak kembali sambil berkata nyaring. "Serangan yang pertama!" kata Khie Wie.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Khie Kie merasa kuatir karena ayahnya sudah berjanji tidak akan membalas menyerang sebanyak tiga jurus pada lawannya. Tapi tokoh seperti Han Tay Hiong, Kong-sun Po, Kok Siauw Hong dan Seng Liong Sen, mereka tak kuatir malah serentak mereka bersorak memuji saat mereka menyaksikan gerakan Khie Wie yang gesit dan indah tadi. Melihat hal itu barulah Khie Kie merasa lega. Hati Liong-siang Hoat-ong bergetar melihat kehebatan gerak dan langkah lawannya yang cepat dan gesit itu, apalagi dari getaran tenaga yang berbalik telah membuat dadanya terasa sesak sekali. "Ini serangan yang kedua!" kata Liong-siang Hoat-ong gusar. Tiba-tiba dia melompat ke atas, seketika jubahnya berkembang ke segenap penjuru seakan-akan cuma bayangan jubahnya saja yang kelihatan. Walau cuma sejurus, tapi perubahannya sukar diduga, sungguh lihay daya serangannya itu. "Bagus!" kata Khie Wie memuji. "Tapi sayang tak akan bisa mencelakaiku!" Hanya sekejap, Khie Wie terlihat sudah melepaskan diri dari kepungan bayangan pukulan lawan yang dasyat itu. Tak semua orang bisa mengikuti bagaimana caranya Khie Wie meloloskan diri dari serangan musuhnya itu, kecuali Han Tay Hiong. Dengan suara pelahan Khie Kie membisiki Seng Liong Sen. "Ayah menggunakan langkah ajaib Thian-lo-po-hoat, untuk menghadapi musuh tangguh. Jika terdesak sedikitnya Ayah masih bisa terbebas dari lawan. Ayah pernah mengajarkan ilmu itu padaku, cuma sayang aku belum mahir. Ternyata ilmu langkah itu memang hebat sekali." Liong-siang Hoat-ong tokoh yang mengenal berbagai ilmu

silat, melihat kelihayan langkah lawannya dia kaget. Diam

kangzusi.

com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diam dia merasa sungguh sulit untuk mengalahkan lawannya ini. Untung lawan tadi telah berjanji akan mengalah tiga kali serangan padanya Jika dia bisa bertahan sebanyak tiga jurus itu, maka dia akan bebas dari lawannya ini. "Nah, masih ada satu jurus lagi, ayo keluarkan kepandaianmu itu!" kata Khie Wie. Dengan wajah sangat murka Liong-siang Hoat-ong mengerang keras laksana suara gubtur. Berbareng dengan itu dia melompat dan menghantam dari atas. Seluruh tubuh Khie Wie terkurung oleh gumpalan warna merah yang disebabkan oleh jubah merah Liong-siang yang diputar dengan cepat. Inilah serangan maut Liong-siang Hoat-ong dengan tenaga Liong-siang-kang tingkat kesembilan, tingkat tertinggi dari ilmu andalannya itu. Malah sebelum melancarkan pukulan itu dia dahului dengan suara' Say-cu-ho' atau raungan singa, sejenis ilmu tenaga dalam kaum Lhama dari Tibet. Maksud Liong-siang untuk mengacaukan perhatian lawan. Kemudian disusul oleh pukulan mautnya. Meskipun tampaknya cuma sejurus serangan, tapi sebenarnya menggunakan dua cara. Di tengah rasa ngeri para penonton, tiba-tiba Khie Wie sudah lolos pula dari serangan lawannya. Malah tak lama terdengar dia membentak. "Aku sudah mengalah tiga jurus, sekarang giliranmu umtuk menyambut tiga jurus seranganku!" kata Khie Wie. Sesudah berkata dalam sekejap seolah-olah terlihat kupukupu berwarna merah sedang berterbangan jatuh ke tanah. Ternyata itu bukan kupu-kupu tapi jubah merah milik Liongsiang Hoat-ong telah hancur berkeping-keping. Saat itu Liongsiang bersandar pada sebatang pohon dengan napas terengah-engah, dahinya berkeringat. "Ha.ha.ha, Keledai Gundul itu kalah!" teriak Khie Kie. Sambil tertawa Khie Wie berkata.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu belum bisa dikatakan kalah, karena dia mampu menyambut tiga jurus seranganku." kata Khie Wie. Entah bagaimana Khie Wie melancarkan ketiga serangan itu tidak jelas bagi orang yang menyaksikannya. Hanya Liongsiang saja yang merasakannya, untung dia tidak sampai terluka walau tenaga dalamnya hampir habis. Dengan tenang Han Tay Hiong maju dan berkata.

"Liong-siang Hoat-ong, kau bergelar tokoh nomor satu di jagat ini, kini giliranku untuk berkenalan dengan Liong-siangkangmu itu!" kata Han Tay Hiong. "Silakan turun tangan, Han Lo-sian-seng, apapun juga akan kulayani kau," jawab Liong-siang dengan nada mengejek. "Hm! memangnya kau kira orang she Han ini orang macam apa hingga ingin menarik keuntungan dari keadaanmu?" kata Han Tay Hiong. Sesudah itu Han Tay Hiong mengeluarkan sebuah peles dari porselen, dia tuang sebuah pil lalu berkata pada Liongsiang. "Ketua Siauw-lim-sie memberiku sepuluh buah Siauw-hoantan, ini kuhadiahkan sebuah untukmu. Sesudah kau minum pil mujarab ini baru kita bertanding." kata Han Tay Hiong. Tak diduga Han Tay Hiong memberi obat mujarab itu kepada lawannya, padahal Siauw-hoan-tan obat buatan Siaulimsie yang terkenal dan sukar didapat. "Ayah, apa tidak sayang obat mujarab itu diberikan kepada si Keledai Gundul?" kata Han Pwee Eng yang merasa sayang. "Aku ingin dia bisa kukalahkan secara lahir batin," kata Han Tay Hiong. Sesudah itu dia lemparkan Siauw-hoan-tan itu ke arah Liong-siang Hoat-ong yang segera menangkap obat itu.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena yakin itu bukan racun, maka itu begitu terima obat itu dia langsung menelannya. "Tenagamu telah hilang sebagian saat kau bertarung dengan Khie Toa-ko. Nanti setelah minum Siauw-hoan-tan, dalam waktu singkat tenagamu akan pulih kembali meskipun tidak seluruhnya. Tapi pertandingan kita cukup ditentukan satu jurus saja." "Lalu bagaimana setelah itu?" tanya Liong-siang. "Jika kau menang, maka kau bisa pergi atas jarninanku," kata Han Tay Hiong. "Tapi jika kau kalah, akupun tak akan membuatmu susah. Hanya aku tak tahu pendapat yang lain, aku tidak bisa jamin." Diam-diam Liong-siang Hoat-ong girang, karena Han Tay Hiong hanya berjanji akan bertanding sekali pukul saja, tentu hal itu bukan masalah baginya Setelah minum Siauw-hoantan, tenaga Liong-siang Hoat-ong terasa pulih lagi. Maka itu Liong-siang segera berkata pada Han Tay Hiong. "Baik, seorang lelaki sejati janjinya harus bisa dipegang!" "Siapa yang mau ingkat janji?" kata Han Tay Hiong. "Ayo serang aku!" "Baik!" jawab Liong-siang Hoat-ong sambil melangkah ke kanan tiga langkah dan ke kiri tiga langkah. Gerakannya mirip

seekor ayam aduan. Kedua matanya menatap tajam ke arah Han Tay Hiong, tapi pukulannya tidak dia lancarkan. Sedangkan Han Tay Hiong sebaliknya dia sama sekali tidak bergerak hanya pandangannya saja menatap ke arah lawan dengan waspada. Tiba-tiba kedua orang itu sama-sama melompat secara berbareng ke atas. Sambil membentang kakinya Liong-siang Hoat-ong memukul seperti orang membacok dengan telapak tangannya Sedang gaya Han Tay Hiong yang terapung di udara laksana bangau membuka sayap, kedua telapak

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangannya menyambar cepat ke depan, menghantam dari atas ke bawah. Begitu keras suara beradunya kedua serangan yang sama hebatnya itu hingga membuat telinga semua orang seolah mau pecah, terutama Khie Kie, hampir saja dia jatuh pingsan jika sang ayah tidak cepat menutup kupingnya. Gebrakan cepat itu dalam sekejap sudah berlangsung. Saat itu Han Tay Hiong terlihat melompat mundur beberapa langkah jauhnya dan bersandar pada sebatang pohon dengan wajah sebentar merah sebentar pucat. Han Pwee Eng yang melihatnya terkejut dan kuatir, cepat dia memburu dan bertanya pada sang ayah. "Ayah, bagaimana keadaanmu?" kata Pwee Eng. "Untung tidak sampai kalah," jawab Han Tay Hiong sambil tersenyum. Sementara itu wajahnya berubah merah lagi. Maka legalah hati Han Pwee Eng. Sebaliknya Liong-siang Hoat-ong kelihatan bergetar mundur dengan lebih wajar, ketika dia menancapkan kakinya ke tanah, tampak kakinya seperti diberati oleh sepotong batu. Langkahnya berat. Perlahan-lahan dia mundur selangkah demi selangkah hingga sejauh tiga langkah. Tiba-tiba dia muntah darah. "Nah, kau bilang sendiri, kau atau aku yang kalah?" kata Han Tay Hiong. Liong-siang Hoat-ong kelihatan lemas, seperti ayam sudah kalah bertarung. Dengan lesu, dia menjawab. "Ya, aku yang kalah! Tapi kau sudah berjanji kita hanya bertanding satu jurus saja, kalah menang kau tak akan menyusahkan aku lagi, kan?!" kata Liong-siang Hoat-ong.

kangzusi.com

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," kata Han Tay Hiong sambil tertawa. "Tapi sudah kukatakan aku tak bisa menjamin orang lain berbuat sesuatu padamu." Seketika itu muncul setitik harapan pada Liong-siang Hoatong dalam benaknya. "Jika Khie Wie dan Han Tay Hiong tidak ikut campur, yang lain sekalipun main keroyokan aku tidak takut!" Sambil tertawa dia berkata. "Bagus! Jika demikian selamat tinggal dan sampai bertemu lagi kelak!"" Belum sempat dia melangkah, tiba-tiba terdengar bentakan seorang perempuan. "Kau sudah berani datang ke Kim-kee-leng, sekarang kau mau pergi begitu saja? Mana boleh!" kata suara perempuan itu." Suara orang itu nyaring dan tajam, terdengar berkumandang dari jauh, tahu-tahu orangnya sudah muncul di tempat itu. Ternyata dia Hong-lay-mo-li. Di belakang dia ikut empat orang. Mereka adalah Tio It Heng, Ci Giok Hian, Jen Ang Siauw dan Lui Piauw. Sekilas Jen Ang Siauw melihat ayahnya tergeletak di sebuah sudut. Bermimpipun dia tidak mengira akan berremu dengan ayahnya di tempat ini. Bukan main kagetnya nona Jen, seketika diajadi melongo saja. "Itu Paman Jen! Dia sudah sadar pada kesalahannya. Lekas temui dia, Cici Jen!" kata Han Pwee Eng. Semangat Jen Thian Ngo tiba-tiba bangkit, Mendadak dia bangun untuk duduk dan berteriak. "Anakku Siauw, benarkah itu kau? Aku tidak mimpi bukan?" teriak Jen Thian Ngo girang sekali.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah terkesima sejenak baru Jen Ang Siauw berseru. "Ya, Ayah, anakmu di sini! Ayah sudah berubah, aku girang sekali! Bagaimana keadaanmu, Ayah?" Segera dia memburu dan merangkul ayahnya. Sementara itu Hong-lay-mo-li sudah berhadapan dengan Liong-siang Hoat-ong, kebutannya menuding ke arah lawannya itu "Nah, karena kau berani datang, sekarang katakan olehmu sendiri, bagaimana kita selesaikan masalah ini?" kata Honglaymo-li. "Aku sudah melawan dua tokoh terkemuka Dunia Persilatan, jika ditambah melawanmu tidak masalah," kata Liong-siang. "Dengan demikian aku beruntung bisa

berhadapan dengan tiga tokoh besar pada zaman ini! Sekalipun aku harus mati cukup berharga bagiku." "Hm! Kau jangan asal bicara!" kata Hong-lay-mo-li. "Kau bukan orang Kang-ouw biasa, kau seorang Kok-su Kerajaan Mongol, andaikan kau kuampunipun, anak buahku tak akan tinggal diam. Cuma, karena kau telah bertarung dua babak, akupun tak akan menarik keuntungan darimu. Jadi jika kau mati, kau tidak akan penasaran. Begini saja, asal kau mampu menyambut tiga seranganku segera kubiarkan kau pergi dari sini!" Girang sekali Liong-siang Hoat-ong mendengar ucapan itu, sebab pikirnya dia punya harapan untuk bebas, jika mampu menangkis tigajurus dari lawannya itu. Liong-siang Hoat-ong menarik napas panjang, dia mengumpulkan tenaganya lalu pasang kuda-kuda dengan kuat. "Baiklah, kuterima tantanganmu! Sebagai seorang tokoh tinggi dunia persilatan daerah Utara, kau jangan ubah lagi ucapanmu tadi." kata Liong-siang Hoat-ong.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai! Kau kira aku ini siapa?" kata Hong-lay-mo-li. "Awas seranganku!" Tiba-tiba kebutan Hong-lai-mo-li bergetar, tak lama ujung kebutan langsung menyambar. Untung Liong-siang Hoat-ong sudah siap, dia melepaskan bajunya untuk menahan kebutan lawan. Baju dalam Liong-siang lebih ringkas dari jubah yang telah hancur itu. Sambil mengerahkan lwee-kangnya, baju itu laksana sebuah perisai yang bisa dimainkan dengan cepat. Kedua sosok bayangan itu tampak mendekat, tapi kemudian dengan cepat terpisah lagi. Tak lama terdengar suara beberapa kali, dan Liong-siang melangkah mundur dua langkah. Ketika dia periksa bajunya, ternyata tak terhitung banyaknya lubang karena tertusuk oleh ujung kebutan lawan. Jelas ujung kebutan Hong-lay-mo-li yang lemas itu ketika dipakai sebagai senjata dengan menggunakan tenaga dalam, bisa berubah jadi tajam bagaikan jarum saja. Bukan main kagetnya Liong-siang. Diam-diam dia mengakui kelihayan Hong-lay-mo-li. Ketika baju dalam yang berlubanglubang itu tak bisa digunakan lagi, Liong-siang jadi nekat. Dengan cepat dia mendahului menyerang sebelum musuh melancarkan serangan kepadanya. Sesudah muntah darah, dia langsung menghantam sekuatnya. Saat Liong-siang menggunakan "Kay-tee-tay-hoat" dari golongan hitam. Sesudah muntah darah segar biasanya

tenaganya jadi berlipat ganda. Maka itu ilmu Liong-siangkangnya yang dia keluarkan tetap bisa mencapai tingkat paling tinggi. "Bagus!" kata Hong-lay-mo-li sambil mengangkat kebutannya Ternyata kebutan itu tidak dimekarkan seperti tadi, tapi dikuncupkan menjadi satu agar ujung lancipnya bisa langsung

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ditusukkan ke arah lawan. Tak lama maka terdengarlah suara keras. "Bruk!" Ujung kebutan mengenai telapak tangan Liong-siang. Liong-siang mengerang keras kesakitan, sambil berakrobat melompat ke belakang. Rupanya Liong-siang-kangnya telah hancur oleh Hong-lay-mo-li, tapi ujung kebutan Hong-lay-mo-li tembus ke jalan darah 'Lo-kiong-hiat' di telapak tangan lawan. "Masih ada sejurus lagi belum kau terima, apa kau ingin kabur?' bentak Hong-lay-mo-li sambil melayang maju laksana burung sedang menerkam mangsanya. Hong-lay melayang di atas kepala Liong-siang Hoat-ong, ketika kebutannya menusuk lagi, terdengar Liong-siang menjerit, matanya berdarah dan tubuhnya terhuyung-huyung. "Tiga jurus sudah habis, kau tak bisa menyulitkan aku lagi!" kata Liong Siang Hoat-ong. Orang yang menyaksikanya semuanya kagum. Padahal saat Hong-lay-mo-li menyerang, ujung kebutannya tak mengenai lawan. Tapi heran lawan bisa terluka olehnya. Terdengar Khie Wie memuji. "Senjata rahasia Liu-li-hiap yang khas merupakan ilmu yang hebat dalam Dunia Persilatan. Sekalipun Keledai Gundul bisa kabur, dia akan menjadi orang cacat selamanya." kata Khie Wie. Ketika Hong-lay-mo-li menudingkan kebutannya, dua utas bulu kebutan itu melayang laksana jarum dan berhasil menusuk mata Liong-siang Hoat-ong hingga kedua matanya buta. Hong-lay-mo-li membiarkan Liong-siang Hoat-ong pergi sesuai janjinya tadi. Tapi mendadak terdengar suara tawa

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terbahak-bahak. Saking kerasnya suara tawa itu membuat semua orang ngeri.

"Hong-lay-mo-li, kata-katamu bisa dipercaya tidak?" terdengar Liong-siang Hoat-ong berteriak dari jauh. "Suamiku, jangan rintangi dia, biarkan dia pergi!" kataHong-lay-mo-li pada suaminya. Tak lama tampak seorang lelaki setengah umur berdandan seperti sastrawan muncul dari kaki bukit. Dia adalah suami Hong-lay-mo-li, yaitu 'Siauw-go-kian-kun', Hoa Kok Han. Terlihat Liong-siang Hoat-ong berlari-lari tetapi mendadak tubuhnya sempoyongan, lalu terjungkal dan binasa dengan darah keluar dari mulut, mata, telinga dan hidungnya. "Ha...ha...ha! Dia mati karena ketakutan, bukan salahku!" kata Siauw-go-kian-kun sambil tertawa. Liong-siang Hoat-ong sudah terluka parah. Ketika mendengar suara Siauw-go-kian-kun, saking kuatirnya sisa sedikit tenaga dalamnya mendadak buyar sedang denyut jantungnya lang-sung berhenti, matilah dia seketika itu juga. "Wan-yen Tiang Cie sudah kami bunuh, apa kalian sudah tahu?" kata Siauw-go-kian-kun setelah berhadapan dengan mereka. "Ya, sudah! Aku sudah mendengar dari adik Po, sebaiknya kau ceritakan lagi padaku. Sekarang mari kita periksa keadaan Jen Lo-sian-seng," kata Hong-lay-mo-li. "Benar, kali ini Jen Lo-sian-seng tidak membantu mereka, sebaliknya dia mengirim kabar rahasia kepada kita. Maka itu kita harus memaafkan kesalahannya di masa lampau," kata Siauw-go-kian-kun. Sementara itu keadaan Jen Thian Ngo sangat lemah, napasnya kelihatan tersengal-sengal. Ketika semua orang mengerumuninya, terlihat sebelah tangannya memegang

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan Jen Ang Siauw, sedang tangan lainnya memegang tangan Lie Tiong Chu. Sambil tersenyum dia memaksakan diri berkata dengan suara perlahan. "Inilah saat yang paling menyenangkan seumur hidupku. Kalian sudi memaafkan dosaku, mati......matipun aku bisa tenang. Satu-satunya yang kusesalkan aku tak bisa menyaksikan

pernikahan kalian berdua!" "Ayah......Ayah!" seru Jen Ang Siauw sambil menangis. Namun ayahnya tak bergerak lagi, dia sudah mati. "Ang Siauw," kata Hong-lay-moli, "kau tidak boleh berduka, ayahmu meninggal secara ksatria, kau harus menuruti pesannya dan bersyukur baginya." Semua orang saling berjabatan tangan. Sambil tersenyum Hong-lay-mo-li berkata pada Han Pwee Eng sambil tertawa.

kangzusi.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pasti kau belum kenal pada Tio Toa-ko ini, kan? Dia ini calon suami Giok Hian." Tentu saja Han Pwee Eng girang, segera dia memberi selamat kepada Ci Giok Hian. Sedangkan Ci Giok Hian menunduk malu-malu tapi hatinya gembira bukan main. "Hari ini hari raya Cap-go-meh, hari yang baik dan suasana yang indah juga, kalian para muda-mudi bisa berpasangpasangan dengan bahagia sebulat rembulan di atas langit sana!" kata Lui Piauw mengucapkan doa restu kepada para pendekar yang akhirya bisa berkumpul kembali setelah mengalami suka-duka dan gemblengan roda kehidupan di dunia yang ganas bukan main. Badai Angin Dan Awan sekarang telah berakhir........ -o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-

TAMAT

kangzusi.com

Anda mungkin juga menyukai