Anda di halaman 1dari 9

ASING

"Terima kasih, Pak"


"Sama-sama Bu, semoga Brina bisa menjadi lebih baik setelah bersekolah di sini"
"Amin", jawab Ibu Sabrina.
Sabrina Natalia, seorang perempuan yang telah secara resmi bergabung
menjadi salah satu murid di SMA Xaverius. Walaupun bukan masa
ppdb, sekolah itu secara khusus menerima Sabrina karena suatu alasan.
Sabrina yang kerap disapa Brina ini merupakan perempuan berparas
cantik dan berasal dari keluarga konglomerat, tidak heran jika semua
murid berlomba-lomba untuk berteman akrab dengannya. Sejak kecil
Brina merupakan kesayangan kedua orang tua nya karena ia merupakan
anak tunggal, orang tua Brina juga sangat memanjakan nya agar Brina
merasa disayangi dan dilindungi. Namun sikap orang tua Brina tersebut
malah membuat anaknya tumbuh dewasa menjadi anak yang manja dan
sombong. Sejak sekolah dasar ia bersekolah di Los Angeles karena
orangtuanya bertugas disana dan pindah ke Indonesia karena
orangtuanya juga berpindah tugas ke Jakarta. Akibatnya, Sabrina masih
terbawa oleh kebudayaan-kebudayaan dari Los Angeles seperti
pergaulan bebas, pencampuran bahasanya (Inggris+Indonesia), dan
sikapnya yang menjadi sombong lantaran bersekolah di luar negeri. Orang tua Sabrina sering
frustasi dengan sikap anaknya yang selama ini mereka bangga-banggakan.
“Astaga, sejak kapan kita memiliki teman sekelas secantik ini?!”
“Beruntung sekali kelas kita memiliki sicantik ini”
“Kau benar, apakah boleh manusia menjadi secantik ini?”
“Bahkan wajahnya lebih mulus daripada pantat bayi”. Terdengar obrolan anggota kelas MIPA II
yang tampaknya mengagumi kecantikan Sabrina. Kumpulan perempuan kelas itu pun mulai
mendekati Sabrina hendak bersahabat dengannya. Sementara Sabrina hanya tersenyum senang
saat mengetahui dirinya disegani semua orang. Belum sampai satu bulan, Sabrina sudah
berteman dengan hampir seluruh murid di SMA itu. Namun seperti sebelumnya, perilakunya
mulai menjadi-jadi dan merasa dirinya adalah main character sekolah. Ia merasa bahwa semua
orang di sekolah itu harus menaati dan mengikuti perintahnya.
Suatu hari saat jam olahraga, ia mengajak kedua teman akrabnya
yaitu Naomi dan Sharon untuk meninggalkan lapangan tempat
kelasnya berolahraga dan beristirahat di kantin. Naomi dan Sharon
menyetujuinya karena mereka tau akan ditraktir oleh Sabrina.
Sesampainya di kantin, ia bertemu dengan seorang siswi yang sedang
berjalan melewati kantin membawa setumpuk buku kira-kira 10 buku
yang membuat pandangan siswi tersebut terhalang oleh buku tebal
itu. Sabrina memiliki ide jahat, ia pun membagikan ide jahat tersebut
kepada dua sahabatnya.
“Apakah itu tidak masalah?”, tanya Naomi ragu-ragu saat mendengar
ide Brina.
“Hush, kita kan cuma mainan pasti juga dimaafin”, jawab Brina.
Mereka bertiga pun melancarkan aksinya, Naomi dengan sengaja
duduk didepan siswi itu sambil meluruskan kakinya berharap agar
siswi tersebut tersandung. Brakk!! Benar saja, siswi tersebut
tersandung kaki Naomi dan menjatuhkan semua buku yang dibawanya. Tak sampai disitu,
Sharon dan Sabrina juga secara sengaja menumpahkan es teh yang dibawanya keatas buku
tersebut dan membuat buku siswi yang jatuh berserakan menjadi basah dan kotor. Setelah puas
dengan aksinya, mereka lari meninggalkan siswi tersebut sambil tertawa kegirangan.

Siswi yang jatuh itu bernama Eile, dia langsung bangun untuk mengumpulkan buku-bukunya.
Eile mengangkat bukunya yang basah setelah ditumpahi es teh milik Sharon dan Sabrina.
“Aduh gimana ini, padahal Bu Siti udah percayain aku buat nganter buku-buku ini”, gumam
Eile.
Dia tetap mengumpulkan semua buku itu untuk ditunjukkan ke Bu Siti, walaupun buku-buku
tersebut sudah dalam keadaan basah dan beberapa bahkan sudah sobek. Sesampainya di ruang
guru, dia mencari meja Bu Siti dan meletakkan semua buku itu ke atas mejanya.
“Aduh Nak, kenapa semua buku ini basah dan sobek?”, ucap Bu Siti sambil mengecek semua
buku itu.
“Maaf bu, tadi saya tersandung lalu--”
“Saya tidak sengaja menabrak Eile dari belakang dan menumpahkan minuman saya, saya minta
maaf, Bu atas kelalaian saya.”, sahut Sharon memotong perkataan Eile.
Suasana menjadi hening, Eile masih mencoba menelan perkataan Sharon yang tidak bisa
dipercaya. Dan Bu Siti masih merenungi nasib buku-bukunya yang basah dan sobek hingga tak
terbaca.
“Baiklah, tidak apa apa... Lain kali lebih berhati-hati, jangan mengecewakan orang yang
memberimu kepercayaan untuk membawa buku ini Eile...”, ucap Bu Siti memecahkan suasana.
“Baik Bu, sekali lagi saya minta maaf”, jawab Sharon dan Eile bersamaan.

“Gausah sok-sokan ngebantuin, lo gaada bedanya sama mereka berdua, sama-sama ga punya
hati!”, kata Eile marah kepada Sharon di luar kantor Bu Siti.
Sharon tidak bisa membantah karena apa yang dikatakan oleh Eile benar adanya. “Iya, gue minta
maaf” Kata Sharon, Selama ini Sharon merupakan anak baik, namun ia berasal dari keluarga
kurang mampu dan Sabrina menawarkan untuk membantu perekonomian keluarga Sharon
dengan syarat Sharon harus mau menjadi teman dekat Sabrina. Ia tau perbuatan mereka bertiga
adalah salah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena takut Sabrina akan marah dan berhenti
membantu perekonomian keluarganya yang sangat kurang.

Semenjak kejadian itu, Sabrina menjadi kecanduan dalam menjahili Eile karena Eile tidak
membantah ataupun melawan. Sepulang sekolah,terdapat ekstra membatik yang diikuti oleh Eile,
lalu Sabrina mengetahui bahwa Eile mengikuti ekstra tersebut. Sabrina mempunyai ide jahat
untuk menjahili Eile. Sharon, Naomi, dan Brina menuju ke ruang membatik, dan mencari Eile.
Terlihat dari jauh, Eile sedang membuat motif batik. Sabrina memberikan kode kepada Naomi
dan Sharon untuk melancarkan aksinya, mereka bertiga pun mendekati Eile.
“Eh, si cupu lagi membatik, jelek banget sih batiknya eww”, kata Sabrina kepada Eile. Eile yang
melihatnya pun tampak ketakutan.
“Selain cupu, ternyata hobi lo juga kuno banget ya, astagaa mirisnya”, ucap Naomi dan dengan
sengaja menyenggol canting Eile yang masih berisi malam. Eile pun reflek berteriak,karena
canting berisi malam yang ia pegang tumpah mengenai kaki nya. Sehingga kakinya terluka dan
panas.
“ADA APA INI RAME RAME!”, teriak Bu Dwi yang tiba-tiba memasuki ruangan karena
mendengar teriakan. Naomi dan Sabrina langsung melarikan diri agar tidak ketahuan.
“Ini bu, kaki Eile tidak sengaja terkena malam”. Ternyata, Sharon tidak ikut pergi dan memilih
untuk membantu Eile dan membawanya ke UKS.
“Ish Bu Dwi ganggu banget! Hahahahahahaa tapi seru juga nggangguin si cupu itu”, ucap
Sabrina sambil berdandan di toilet sekolah bersama Naomi dan Sharon. Seragamnya ia keluarkan
dan ditali dibagian depan dan roknya dinaikan agar tubuhnya terlihat sangat seksi dan menambah
kecantikannya.
“Udahh, kamu cakep banget sayy, next bikin rencana baru lagi yuu biar si cupu depresi sampe
keluar dari sekolah kalo bisa hahahahaha!”, sahut Naomi yang juga sedang berdandan.
“Jangan keterlaluaan, kasian tauu”, kata Sharon menolak mereka berdua.
“Dih gapeduli kalii, salah sendiri cupuu”, bentak Sabrina, Sharon hanya pasrah karena tidak bisa
melawan.
Hari berikutnya, Sabrina kembali mendapat ide jahat untuk menjaili Eile. Untuk ide jahat yang
ini, dia meminta Naomi untuk melakukan sebagian aksinya agar dia tidak ketahuan siswa lain.
Saat istirahat, aksinya itupun dilakukan Naomi. Dia membawa dompet Sabrina dan mencari tas
Eile di kelasnya. Setelah menemukan mejanya, dia memasukkan dompet itu ke dalam tas Eile
dan buru-buru pergi. Sabrina pun mencari-cari bukunya sampai bertanya ke kelas Eile.
“Dompet gue ilang! Dompet gue disini ga? Ada yang liat buku gue disini?”, ucapnya sambil
mengintip ke dalam kelas Eile.

Siswa-siswi yang ada disitu pun langsung mengecek semua tas di kelas itu, siapa tahu dompet
Sabrina ada disini. Dompet pun akhirnya ditemukan di dalam tas Eile, sementara Eile sendiri
kebingungan karena dia baru kembali dari kantin bersama Sharon, ya, Sharon menceritakan
semua kebenarannya kepada Eile dan akhirnya mereka berteman.
“Lo! Lo pasti yang ambil dompet gue kan? Udah, ngaku aja! Dompet gue udah ditemuin di tas
lo.” tuduh Sabrina sambil menunjuk Eile.
“Apaan sih? Gue baru balik dari kantin juga. Dompet apa? Gue aja gak deket-deket lo, ngapain
bisa dompet lo ada di gue?”, Eile pun mengelak karena dia tau dia tidak salah.
“Gak cuma jahil, ternyata lo juga maling ya?! Kekurangan duit kah lo sampe-sampe maling
dompet orang? Buktinya dompet gue didalem tas lo nih!”, balas Sabrina.
“Ya ga tau lah, gue aja habis dari kantin, ngapain juga ambil dompet lo, gue ga kekurangan duit
kali malah sisa sisa noh!”
“Berani-beraninya lo ngelawan gue, rumah lo aja bisa gue beli kalo gue mau, gausah berlagak
lo!”
Kata-kata pedas keluar dari mulut keduanya dan tidak ada yang mau mengalah, murid² yang
lainnya pun tidak ada yang berani maju melerai hingga akhirnya...

“UDAH UDAH, STOP LO SEMUA!! Udahlah, Brina, lo ga capek apa kaya gini terus? Udah
berapa kali lo nuduh Eile kaya gini? Lo ga mikir gimana perasaan orang tua lo kalo tau anaknya
yang paling disayang malah kaya gini? Minta maaf ga lo?”, seseorang menengahi pertengkaran
antara Sabrina dan Eile.
“Sh-sharon?? Kok lo bela Eile sih?”, sahut Naomi sambil menarik Sharon yang berada ditengah-
tengah Eile dan Sabrina. Namun Sharon menolak tarikan itu.
“Lepasin gue, gue cuma ngomong kebenaran! Asal lo tau ya teman-teman, selama ini kalian
salah nuduh kalo Eile yang selalu ngebully Brina, justru Eile korbannya! Kalo ga percaya ayo
kita bareng-bareng cek ke cctv!”, lanjut Sharon tanpa ragu.
“Maksud lo apa?! Setelah apa yang gue lakuin ke keluarga lo sekarang lo mau jadi lawan gue?
Punya malu ga sih lo? Inget ga lo minta tolong ke gue waktu gue pertama kali masuk sini? Lo
bahkan mohon-mohon dipinjemin duit buat beli makan siang. Gue cuma minta lo jadi temen gue
lo gabisa? Lo ingkar janji ron?!”, emosi Sabrina memuncak, membalas Sharon dengan suara
sedikit gemetar-gemetar karena takut.
“Gue ga tahan Brin, kalo tau sifat lo kaya gini gue juga gaakan kali mau temenan sama lo. Dan
masalah pinjem uang? Se miskin-miskinnya gue, ga pernah gue ngemis ke lo! Lo yang nawarin
diri buat ngebantu gue dan waktu uangnya mau gue balikin malah lo tolak. Gausah memutar-
balikkan fakta, Brin!”, balas Sharon.
Sabrina berdiri kaku, ia tidak menjawab apapun dan menatap kosong. Menyadari hal itu, Naomi
segera menggandeng Sabrina hendak membawanya pergi agar masalah tidak diperpanjang lagi.
Namun Sabrina menolak, ia memilih untuk berjalan sendiri melewati Sharon dan secara sengaja
menabrakkan dirinya ke Sharon sehingga Sharon terdorong ke belakang diikuti oleh Naomi
dibelakangnya.

“Makasi sharon, kamu gapapa kan?”, tanya Eile mendekati Sharon.


“Gapapa Eile, seneng banget akhirnya bisa luapin emosi aku ke Sabrina hehehe”, jawab Sharon
kalem.
“Hhahahhaa iya, ayo sekarang kita laporin ke guru BK aja biar Sabrina kapok dan gaada korban
lain buat di jahilin.”, ajak Eile dan Sharon pun menyetujuinya.
Brina dilaporkan ke guru BK oleh Sharon dan Eile. Brina pun dipanggil ke ruang BK dan
dipaksa untuk mengaku, Brina menolak pernyataan tersebut dan akhirnya guru BK menunjukkan
bukti nya yang memasukkan dompetnya sendiri ke tas Eile melalui video CCTV yang diberikan
oleh Sharon dan Eile. Brina akhirnya pun mengakui perbuatannya. Guru BK bertanya kepada
Brina.
“Brin, kenapa kamu kaya gini? Perbuatan kamu ini memalukan nama orang tua kamu.”
“Sebenarnya, saya hidup bersama orang tua saya itu tidak mudah bu, saya merasa tertekan setiap
hari. Semasa saya di LA saya dirundung oleh teman-teman saya di sekolah. Jadi saat saya pindah
disini, saya merasa bahwa saya memiliki kekuasaan, dan ingin membuat semua orang tau
bagaimana rasanya saat saya dirundung. Saya tau saya salah bu, saya mohon agar jangan
memberitahu tentang kejadian ini kepada orang tua saya bu. Saya juga berjanji akan menjadi
lebih baik sekarang.”
Sabrina mengakui kesalahannya dengan menangis dan memohon kepada sang guru agar
orangtuanya tidak diberitahu perbuatan jahat Brina.

Beruntungnya, besok adalah hari minggu dan sekolah libur. Sabrina memiliki waktu untuk
merenungkan kesalahannya sebelum akhirnya menghadapi orang-orang yang selama ini ia
sepelekan. Hari senin pun tiba, selama Sabrina berjalan dari gerbang sekolah hingga ke kelas
tidak satupun siswa yang mau mendekat bahkan mereka mengatainya “perundung jahat”, “awas
ada perundungg”. Perkataan itu sangat melukai hatinya dan ia menangis di kelas. “Hey, gapapa
kok, mereka cuma takut kamu ngerundung mereka. Mereka ga benci kamu”, ucap seseorang
yang tiba-tiba datang menenangkan Sabrina. Sabrina menengok dan melihat bahwa orang itu
adalah Sharon dan Eile. Senyum mereka sangat cerah membuat Sabrina juga menjadi tersenyum,
“Bagaimana mereka bisa sebaik ini setelah semua perbuatan jahat yang aku lakukan pada
mereka?”, batin Sabrina sambil hampir menangis.
“Aku minta maaf, sangat meminta maaf. Perbuatanku sangat memalukan”, kata Sabrina
sesegukan.
“Tidak apa apaa, kamu tidak sepenuhnya salahh, orang jahat sebenarnya adalah pembully kamu,
mereka benar benar tidak mempunyai hati! Kau pasti sangat sedih dan kesepian waktu itu, aku
berharap mengenalmu lebih cepat agar bisa menyelamatkanmu dari hal menjijikkan itu!”, ucap
Eile terbawa suasana.
“Sudah sudahh, mari kita ulangi semuanya dari awal. Kita bisa menjadi temanteman yang saling
menjaga”, kata Sharon membuyarkan suasana.

Beberapa hari berlalu, Sharon, Eile, dan Sabrina mulai akrab dan Sabrina juga mulai
menyesuaikan diri. Ia selalu berusaha mengganti bahasanya yang kebarat-baratan menjadi
sepenuhnya bahasa Indonesia, pakaiannya mulai seperti murid-murid yang lainnya. Sharon dan
Eile pun mengajak Sabrina untuk belajar membatik, mereka melakukan ini agar Sabrina belajar
banyak hal positif dan agar Sabrina tidak melupakan kebudayaan Indonesia karena terlalu lama
berada di luar negeri. Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya kemana Naomi? Partner setia Sabrina
dalam melakukan aksi jahatnya di masalalu? Hahahahhaa Naomi memilih untuk mengundurkan
diri dari SMA Xaverius karena ia terlalu malu untuk meminta maaf dan menyesali semua
perbuatannya.. Maafkan Naomi juga yaa teman teman pembacaa!!
CERPEN
ASING
Tugas kolaborasi IPS,PKN,Bahasa Indonesia

Kelompok 5:
1. Chloe Michaella/05
2. Graciella Nareswari Raya C./13
3. Kiarra Tasya Angela/21
4. Sonny Erwin Soebiantoro/29

Anda mungkin juga menyukai