Anda di halaman 1dari 14

Cinta Dalam Tanda Kutip

Cerpen Karangan: Eri Kasandra


Lolos moderasi pada: 23 January 2016
Dia datang. Cowok itu datang lagi ke perpustakaan kota. Karina hanya bisa
melihatnya dari balik buku yang berbaris rapi di rak. Berharap cowok itu melirik
ke arahnya.
Hoi! sapa Angel, temannya. Karina meloncat, menoleh ke arah Angel.
Ssst Diem jangan berisik! kata Karina sambil menempelkan jari telunjuk ke
bibirnya. Apaan sih? tanya Angel, Serius amat, ngelihatin apaan sih?
Itu, cowok yang sering gue ceritain ke lo! Karina menunjuk cowok berkacamata
di sudut rak buku. Angel memperhatikannya secara detail.
Kayaknya gue kenal!
Eh, beneran?
Iya gue kenal! Dia temen abang gue! Oh jadi lo suka sama dia? Karina
mengangguk.
Sini gue kenalin lo sama dia! ajak Angel. Mereka berjalan melewati rak buku.
Kak Bobby? sapa Angel akrab. Bobby menoleh. Dia tersenyum melihat
keberadaan Angel.
Hai, Ngel! balasnya menyapa, Mana abang lo?
Di rumah lagi tidur! jawab Angel, Ohh ya Kak, kenalin nih temen gue, Karina!
Karina tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Karina! katanya malu-malu.
Bobby! balas Bobby ramah.
Di perjalanan pulang, Karina terus membicarakan Bobby. Mulai dari gaya
bicaranya, style berpakaiannya. Karina juga selalu menanyakan segala sesuatu
tentang Bobby ke Angel. Sekolah di mana? Kelas berapa? Nomornya berapa?
Udah punya pacar atau belum? Dan Angel selalu menjawabnya. Walaupun
sebenarnya risih juga. Hari itu juga Karina mendapat nomor Bobby dari Angel.
Yang jelas Angel minta ke abangnya. Tanpa ragu-ragu Karina mengirim SMS ke
Bobby terlebih dahulu. Begitulah watak Karina yang sedikit agresif dibanding
Angel. Untungnya Bobby bukan cowok sok jual mahal. Bobby langsung merespon
SMS Karina.
Keesokkan harinya di sekolah, pagi-pagi sekali Karina sudah membicarakan
Bobby. Sampai jam pulang pun Karina terus membicarakan Bobby. Perihal SMSnya semalam. Karina sangat bahagia. Bahkan SMS Bobby dikunci agar tidak
mudah terhapus. Hampir setiap hari Karina dan Bobby berhubungan. Dan
semakin lama Karina merasa sudah jauh mengenal Bobby. Tidak jarang dia
curhat masalah sekolah ke Bobby. Dan Bobby selalu memberikan solusi.
Ngel, kok Kak Bobby belum nembak-nembak gue sih? tanya Karina saat jam
istirahat. Angel mengangkat bahu setengah merespon. Setelah memesan mie
sedap rasa baso dengan tambahan jeruk nipis. Ditambah jus Alpukat ekstra susu.
Mereka duduk di pojokan. Melanjutkan obrolan mereka yang tidak jauh-jauh dari
Bobby.
Kak Bobby itu perhatian banget sama gue. Dia selalu bales SMS gue, ngangkat
telepon gue. Gue yakin kalau dia suka sama gue! kata Karina. Angel tertawa.
lo ge-er banget sih?

Ya secara gitu, dia ngerespon gue banget Ngel! Setiap hari kita SMSan. Kita juga
sering teleponan. Saat gue curhat, dia selalu kasih solusi yang menurut gue pas
banget. Pokoknya Kak Bobby selalu bisa buat gue nyaman.. Karina bercerita
dengan semangat. Senyumnya ke luar satu-persatu di setiap kata. Angel
menyimak setengah malas. Angel merasa sedikit bosan dengan obrolan ini.
Setiap hari yang dibahas Bobby, Bobby, Bobby terus. Angel bahkan tidak pernah
punya kesempatan untuk membicarakan hal lain.
Selama ini siapa yang SMS duluan? tanya Angel ogah-ogahan.
Gue.
Yang telepon duluan?
Gue juga.
Yang suka curhat? Angel meniup-niup mienya agar dingin.
Gue lagi! Tapi kan dia yang nyuruh!
Gue rasa lo tertalu pede! Coba deh lo jangan SMS dia duluan, kalau dia naksir
sama lo dia pasti merasa kehilangan. Akhirnya dia yang SMS lo duluan!
Beberapa hari Karina tidak menghubungi Bobby, mengikuti saran Angel. Tapi
sampai hari ketiga nama Bobby sama sekali tidak muncul layar HP Karina. Rasa
kangen mengalahkan segalanya. Akhirnya Karina menghubungi Bobby lagi.
Seperti biasa, saat jam istirahat mereka pergi ke kantin. Memesan mie rasa baso
dan jus alpukat. Lalu duduk di pojokan. Hal itu sudah semacam ritual khusus
mereka saat jam Istirahat. Kemarin gue SMS-an lagi sama Kak Bobby. Karina
bercerita panjang lebar tentang saran Angel tempo hari. Angel tertawa
mendengarnya. Tuh kan gue bilang juga apa, pede lo ketinggian. ejek Angel.
Jadi menurut lo Kak Bobby nggak suka sama gue?
Ya, belum tentu juga sih.
Jadi Kak Bobby naksir gue? Karina berharap cemas.
Mana gue tahu! Gue bukan peramal. jawab Angel acuh.
Karina memajukan bibirnya mendengar ejekan Angel. Melihat sahabat
tercintanya bermuka melas, Angel mencoba menghibur. Oh ya, entar ikut ke
rumah yuk!
Ngapain? Karina menyantap mienya yang masih panas. lo pengen ketemu
Kak Bobby nggak? Kayaknya hari ini dia main ke rumah loh! bujuk Angel.
Mata Karina berbinar-binar. Dia mengangguk dengan penuh semangat. Kuah
mienya muncrat ke mana-mana. Benar kata Angel. Bobby datang bersama
abangnya dan seorang cowok lain yang punya wajah cute, chubby mirip artis
thailand. Karina menyapa Bobby malu-malu genit. Bobby tersenyum melihat
Karina. Mata mereka bertemu. Saat itu juga ada petir menyambar jantungnya.
Karina terjatuh dari tempat duduknya.
Tuh kan Ngel! Kak Bobby ngelihatin gue mesra banget. Itu tandanya dia naksir
sama gue! Kata Karina.
Akh, masa sih? sahut Angel menggoda, Terus kapan pacarannya?
Iya nih, kok Kak Bobby nggak nembak-nembak ya? Karina menggaruk
kepalanya. Dan lagi-lagi Angel hanya tertawa.
Sudah sebulan Karina dan Bobby berhubungan. Tapi tidak ada kejelasan akan
dibawa ke mana hubungan itu. Lama-lama Karina merasa cape kalau harus
menunggu. Apalagi selama ini Karina yang selalu SMS atau telepon duluan.
Sebagai cewek, Karina juga masih punya harga diri. Bobby juga tidak pernah
mengajaknya ketemuan. Atau setidaknya hangout bareng. Kalau ingin ketemu,

Karina harus nunggu Bobby main ke rumah Angel. Itu pun tidak bisa setiap hari.
Karina galau. Setiap malam dia tidak bisa tidur. Makan pun tidak pernah
dihabiskan. Pekerjaan sekolahnya menumpuk. Kalau kepepet, Angel yang
membantu mengerjakannya.
Kesel gue di-PHP-in terus sama Kak Bobby! keluh Karina.
Kebetulan mereka lagi hangout di cafe depan perpustakaan kota. Secangkir
mocachinno menemani perbincangan mereka saat itu. Sebenernya dia suka
nggak sih sama gue? Karina semakin kesal. Gue juga bingung! Angel
menyeruput mocachinnonya. Ya, lo tanyain ke abang lo dong, Kak Bobby tuh
sebenernya suka nggak sih sama gue? Kok setiap hari mau bales SMS gue?
Jawab telepon gue? Mau ngedengerin curhatan gue?
Mana abang gue tahu soal begituan, orangnya cuek kayak gitu!
Karina makin manyun.
Jangan-jangan Kak Bobby udah punya cewek? Atau dia cuma mau mainin
gue?! tebak Karina. Angel menggeleng. Kalau cewek kayaknya nggak deh,
soalnya Kak Bobby nggak pernah bawa ceweknya ke rumah. Kalau masalah
mainin lo, gue nggak tahu lagi.. Kata Angel berpendapat, Tapi kalau sampai iya
Kak Bobby mainin lo awas aja! ancam Angel geram.
Terus gue harus ngapain? Gue terlanjur jatuh cinta sama Kak Bobby. balas
Karina sambil meletakkan kepalanya di meja. Secara tidak sengaja mata Angel
mengarah ke ujung lain cafe. Dia melihat Bobby duduk berduaan dengan
seorang cowok chubby berwajah cute yang pernah diajak main ke rumahnya.
Angel segera memberitahu Karina. Karina menoleh, memperhatikan Bobby dan
temannya itu. Perasaan Karina semakin kacau. Percaya tidak percaya, dia
akhirnya tahu jawaban dari penantiannya selama ini.
Sekarang gue tahu kenapa Kak Bobby nggak pernah nembak gue! kata Karina
sedih. Bobby berpegangan tangan mesra dengan cowok itu. Seakan-akan tidak
peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang mungkin membicarakan mereka.
Tatapan mata Bobby sangat lembut, dan senyumannya terlihat begitu sempurna.
Kelihatannya mereka adalah pasangan g*y yang bahagia.
Sabar ya, Rin! Gue juga nggak tahu kalau Kak Bobby ternyata g*y! Maafin gue.
hibur Angel. Di sisi lain dia juga merasa bersalah. Kalau gue tahu, gue nggak
akan ngebiarin lo jatuh cinta sama Kak Bobby.
Mungkin dia bukan jodoh gue. jawab Karina pasrah. Malam harinya Karina
memutuskan untuk tidak menghubungi Bobby lagi. Dia juga mengganti nomor
Hp-nya. Walaupun Karina belum sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi,
dia mencoba melupakan Bobby. Mungkin Bobby lebih bahagia dengan cowok lain
dan bukannya cewek lain atau dirinya.
The End
Cerpen Karangan: Eri Kasandra
Blog: ersanpunyacerita.blogspot.com

Is It The Ghost Class

Cerpen Karangan: Nur Rosyidah


Lolos moderasi pada: 15 January 2016
A True Story
Aku nyaris terjengkang dari tempat dudukku kala mendengar suara yang
awalnya hanya samar-samar itu lagi. Iya lagi. Lagi dan Lagi. Suara yang tak asing
lagi, namun masih begitu menakutkan bagiku. Spontan mataku yang tadinya
menyipit karena mengantuk jadi melotot. Kepala yang sejak tadi bersandar pada
sebuah meja berbantal lengan kiri akibat rasa jenuh kini terangkat, aku mulai
duduk menegang.
Ku hentikan aktivitasku mengerjakan soal Bahasa Inggris yang diberikan Mrs.
Novi, otakku seolah ikut beku bersama tangan yang juga kaku. Aku menutup
telinga rapat-rapat dengan kedua tanganku, meskipun aku tahu itu hanya usaha
sia-sia. Suara hujan di luar kelas pun tak banyak membantu, malahan membuat
suasana di kelas XII Administrasi Perkantoran ini semakin mencekam akibat
arogansi gemuruh dan kilatan petir.
Sekarang, bulu kudukku mulai berdiri dengan tegaknya. Yang bisa ku lakukan
hanyalah beringsut sendirian di bangku tanpa kawan, aku berusaha keras
menahan rasa takutku. Mataku mulai menyelidik ke setiap sudut di kelas ini.
Tidak ada yang menangis. Aku mencoba mengamati sekali lagi. Kali ini lebih
teliti, terutama yang siswi. Sama. Tidak ada yang menangis. Lagi pula kami kan
sudah kelas 3 SMK, menangis hanya akan membuat kami diledek anak SD satu
yayasan yang gedung sekolahnya saling berhadapan, mereka sering berlarian
kemari dan mengganggu kami.
Sepertinya sumber suara tangisan lirih seorang wanita yang tak ku ketahui
pemiliknya itu berasal dari pojok kanan belakang kelas, aku yang duduk di
bangku paling belakang tengah, sendirian lagi karena teman sebangkuku hari ini
tidak masuk tambah takut dibuatnya. Di kelas ini, aku merasa Lenka -penyanyi
favoritku- sedang menyanyikan salah satu lagunya berjudul Like A Song, lagu
terseram yang pernah ku dengar.
9 siswa dan 25 siswi dan seorang Guru alias semua orang yang ada di kelas ini
harusnya bisa mendengar. Tapi dugaanku salah besar, terbukti dari mayoritas
mereka yang tetap menjalankan kesibukannya tanpa merasa ada keanehan. Ya,
entah mengapa tidak semua orang di kelas ini bisa mendengar suara yang lamakelamaan terdengar sangat keras. Entah dia yang semakin mengeraskan
tangisannya atau dia yang semakin mendekat ke arahku. Atau malahan dia
sedang menangis di bangku kosong sebelahku?
Aku bergidik ngeri mengira-ngira kemungkinan yang ada di pikiranku itu. Tuhan
aku takut sekali, aku ingin pergi saja dari tempat mengerikan ini. Tapi aku tidak
bisa melakukannya mengingat UN sudah dekat. Selain itu kaki juga terasa lemas,
tak tahu kenapa. Kenapa aku harus bisa mendengarnya? Kenapa dia hanya
menunjukkan suara tangisannya saja? Pastilah penakut sepertiku tidak mau
melihat sosok aslinya. Wanita itu tak bisa membendung tangisnya lagi, selain
mengiringi hujan di luar sana, air matanya juga mengalir bersamaan dengan

gugurnya tetesan air dari atap kelas yang bocor. Menambah kesan misteri di
kelas ini bukan?
Semoga dia cepat pergi. Doaku dalam hati mengingat suaraku yang tercekat.
Aku saling bergandengan tangan dengan Wiwik yang duduk di sebelah kananku
di meja yang lain sambil terus membaca ayat kursi. Sorot mata dan mimik
mukanya juga tak kalah takutnya dibanding aku. Teman-teman lain yang melihat
kami komat-kamit pun heran dengan apa yang kami lakukan seakan-akan
menurut mereka itu berlebihan, tapi tidak untuk kami.
Memang, itu karena mereka tidak mendengar suara tangisan ganjil yang sudah 5
kali ini ku dengar. Tapi kali ini perbedaan yang membuat rasa takutku double
adalah: Untuk pertama kali suara tangis-nya diiringi cuilan tisu kecil-kecil yang
berjatuhan tepat di atas mejaku. Aku mendongakkan kepala, yang ku temukan
hanyalah atap yang menggantungkan kipas angin kecil yang tengah berputar
pelan.
Apakah benar dia sedang menangis di sampingku? Apakah dia sedang
mengusap air matanya dengan tisu ini lalu membuangnya ke arahku? Kenapa
harus ke arahku? Memangnya aku tempat sampah? Harusnya buanglah sampah
pada tempatnya. Loh, kok malah nyeramahin hantunya sih! Selain itu, ini adalah
rekor tangisan terlama yang pernah ku dengar, mungkin lebih dari 5 menit.
Suasana kelas saat itu, ya sekitar jam 12 siang jadi terasa gerah walau di luar
hujan angin.
Sekolah berbentuk L ini termasuk baru, jadi lampu yang berperan sebagai
penerang pun belum terpasang sepenuhnya. Ruang kelasku ini terletak di pojok
sekolah lantai 2 yang diapit kelas lain di samping kiri dan di depannya, jadi
terlihat gelap walau pagi hari. Ditambah lagi awan hitam yang muncul.
Besoknya pas istirahat pertama di Cafeteria.
Balik ke kelas yuk! Ajak Izza, teman sebangku Wiwik setelah kami semua
selesai makan.
Ehh entar dulu! Aku menarik lengan Wiwik dan Izza masing-masing dengan
satu tangan, memaksa mereka duduk kembali.
Ada apa lagi sih La? Mau pesen makan lagi? Gerutu Izza kesal.
Bukan. Ke kelas nanti aja kalau udah bel.
Kenapa? Suara tangisan itu lagi?! Izza mencibir. Dia yang mengaku tidak
pernah mendengar suara tanpa pemilik itu memang tidak terlalu percaya
dengan hal-hal mistis yang jadi trending topik di sekolah minggu ini.
Mala, aku kasih tahu ya. Kemarin ada tisu jatuh itu bukan dari hantu!
Terus? Tanyaku cepat setengah menjerit bersamaan dengan Wiwik yang sejak
tadi hanya diam. Aku dan Wiwik melotot ke arah Izza meminta jawaban yang
menggantung pada kalimatnya.
Adi.
Aku langsung melangkahkan kakiku lebar-lebar menuju kelas begitu Izza
memberikan sebuah jawaban yang membuatku kesal sekaligus merasa konyol.
Berani-beraninya dia mengerjaiku! Semalaman Aku tidak bisa tidur, hari ini
bahkan aku dihukum karena terlambat ke sekolah. Belum lagi karena omelan
Ibuku karena mengqodho salat subuh. Dan itu semua gara-gara dia! ADI! Lihat
saja nanti. Aku akan melabrakmu!

Tapi di sisi lain, aku juga sedang menertawakan diriku sendiri, menyadari betapa
bodohnya aku. Kenapa aku tidak menyadari kalau ini hanya lelucon yang dibuat
oleh teman-temanku yang jahil? Benar kata Izza, mana mungkin ada hantu yang
mengusap air matanya dengan tisu. Benar-benar tak make sense. Begitu sampai
di kelas aku mencari-cari pria bertubuh jangkung itu. Bagus. Dia ada di sana.
Langsung ku hampiri bangkunya di pojok belakang sebelah kiri.
Adi! Kemarin itu kamu-kan yang melempar tisu ke arahku?! Tanyaku menuduh.
Aku tidak bisa lagi menyembunyikan kekesalanku padanya. Marah tapi sambil
tertawa.
Iya. Dengan santainya dia menjawab sambil tersenyum evil. Dia sepertinya
sangat puas telah mengerjaiku. Kurang ajar. Dan sekarang Siswa bad boy itu
masih saja tertawa-tawa saat aku mengumpat-umpat padanya.

Jadi gitu pengalaman pribadiku. Sebenarnya entah Kelas itu Berhantu atau
tidak, aku sendiri juga tidak tahu. Yang pasti, suara tangisan itu aku bener-bener
denger sendiri.
Cerpen Karangan: Nur Rosyidah

Anti Gadis Supranatural

Cerpen Karangan: Shinta Ajeng


Lolos moderasi pada: 14 January 2016
SEMUANYA TUNDUUUKK!!!
Teriak salah satu kakak senior Anti saat Anti mengikuti MOS (Masa Orientasi
Siswa) SMP. Semua murid baru disuruh mengenalkan nama masing-masing,
namun saat gilirannya Anti memperkenalkan namanya, Anti ditunjuk oleh kakak
perempuan seniornya. wah.. wah.. wah.. ada anak cantik rupanya. Anti hanya
diam sambil memperhatikan gerak-gerik kakak-kakak seniornya yang tengil.
karena kamu cantik.. kamu harus bayar! lanjut salah satu kakak seniornya
dengan nada menggertak. cepat berikan uangmu! ucapnya lagi.
maaf Kak saya tidak punya uang. balas Anti. Namun salah satu kakak
seniornya melihat uang di dalam kantong belakang rok Anti dan
memperlihatkannya pada teman-temannya.
anak ini bohong, lihat.. dia punya banyak uang. serunya.
Anti jadi bingung karena ia merasa benar-benar tidak bawa uang. kejadian lagi
deh. pikir Anti dalam hatinya. Ia tahu pasti itu kerjaan aura pelindungnya, sosok
yang percis menyerupai Anti seperti kembaran Anti. Tapi hanya bisa dilihat dan
dirasakan oleh Anti sendiri. Aura itu selalu ada dalam diri Anti, yang kapan pun
selalu siap melindungi dan membantu Anti.
Lalu kakak-kakak senior Anti tadi mengunjungi sebuah Restoran.. mereka
memesan bakso super 10 mangkok. Mereka asyik makan-makan bakso tanpa
mempedulikan berapa total harga seluruhnya bahkan sampai ada yang meminta
tambah. Ketika perut kenyang dan menganggap enteng saat pelayan
menyebutkan total harganya yaitu 200 ribu. Mereka semua terkejut uang banyak
yang mereka dapatkan dari Anti, seketika berubah menjadi daun.
BOCAH TENGIL! CEPAT BAYAR MAKANAN KALIAAANNNN!!! Teriak pelayan yang
tadi sambil mengejar anak-anak senior SMP yang lari tunggang langgang.
Anti yang melihatnya tertawa geli tapi sedikit ada rasa kasihan. Dan mereka
yang merasakan akibatnya bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu..
Sekolah pun sudah mulai aktif kembali. Ada seorang teman sekelas Anti yang
bernama Joko Tresno, cowok gadungan yang beberapa hari berpenampilan
layaknya seorang paranormal dan dokter cinta. Si Joko selalu saja bertingkah
aneh, kalau ada cewek cantik di sekitarnya. Si cowok gadungan itu bilang,
AWAAASS!!! ada hantu di belakangmu! lalu bertingkah layaknya paranormal
yang sedang mengusir hantu.
pergi kau buh.. buh.. cuh.. cuh!!! Dan saat Anti lewat, si cowok gadungan itu
cepat-cepat mendekati Anti.
oh darahku.. pelangiku.. bagai matahari membutakan mataku. gombalnya
sambil bertekuk lutut di hadapan Anti. Dan lagi-lagi mengeluarkan jurus
andalannya.
ada hantu di belakang.
eh.. mana? Tanya Anti ketika menoleh ke belakang tapi tak ada apa pun.

kamu tidak bisa melihat, tapi jangan khawatir.. biar ku usir dia. kata si Joko
semprul dan selalu mengulangi perbuatan anehnya.
Anti.. buka saja mata batinnya. ucap Aura Anti.
jangan kasihan. papar Anti.
sudah lakukan saja! perintah aura Anti lagi. Anti pun diam-diam membuka
mata batin si Joko gadungan itu saat si Joko sok sibuk pura-pura sedang
mengusir hantu.
beres.. hantunya sudah pergi. tukas Joko dan ketika membalikkan badannya. Si
Joko tak bisa berkata-kata, tanpa disadarinya si Joko buang air kecil di celana.
Saat melihat banyak hantu di belakang Anti.
H-H-HAN-TUU..UUU!!! teriak Joko penuh ketakutan dan ia pun lari terbirit-birit.
Anti hanya selalu berkata kasihan, saat seseorang dikerjain balik oleh aura
pelindungnya.
Keesokan harinya di sekolah. Waktu istirahat tiba, muncul cowok aneh lagi yang
mengaku-ngaku sang dokter cinta namanya Anthony. Memang tampan dan keren
sih.. rayuan puitisnya dan setangkai bunga mawar yang selalu di banggakannya,
membuat hati cewek tergoda termasuk Anti. Anthony pun mendekati Anti. Hai
Anti. sapa Anthony menghampiri Anti yang sedang berjalan-jalan sendirian di
taman sekolah.
oh.. sungguh jiwa yang rapuh. gombal Anthony sembari membungkuk dan
mencium tangan Anti.
Anthony membuat rencana kencan hangat dengan mengajak Anti nonton film
bioskop horor nanti malam.
Apa Anti punya acara malam ini? tanyanya.
Saat malam tepat pukul 19.00. Anthony dan Anti pergi ke bioskop. Dalam hatinya
Anthony berkata.. sebentar lagi dia pasti memelukku. Namun adegan demi
adegan Anti tetap biasa-biasa saja asyik menonton film horor itu. Justru Anthony
malah sebaliknya. 15 menit kemudian Anthony semakin ketakutan, ia meringkuk
gemetaran sampai merosot ke bawah bangkunya.
kamu kenapa? Tanya Anti.
Hp-ku jatuh. jawab Anthony salah tingkah.
Setelah 2 jam berlalu.. Mereka pun ke luar. Anthony memasang tampang kusut
sedangkan Anti hanya senyum-senyum sendiri.
ku antar pulang yaa? Tanya Anthony kembali pada sikap manisnya.
boleh.. memang rute pulangku agak sepi. balas Anti senang.
sepi? hmm.. apa aku mendengar undangan? pikir Anthony dalam hatinya
sambil tertawa kecil.
Namun ketika melewati TPU, Anthony meringkuk ketakutan. Dan dia pun benarbenar menyerah kali ini.
Pagi menjelang.. Anti pun sudah siap akan berangkat sekolah. Tiba-tiba di pinggir
jalan saat menunggu angkutan umum.
TOLOOONG. Teriak seorang perempuan.
ada apa nona? Tanya seseorang cowok.
itu! tunjuk si perempuan ke atas pohon, ternyata kucingnya berada di atas
pohon besar dan tidak bisa turun.
tolonglah dia. mohon si perempuan sambil menangis.
kamu bisa? Tanya Anti pada auranya.

tunggu!!! di sini banyak orang. ucap Anti lagi cepat saat auranya ingin
bergerak.
buat pengalih perhatian. usul Anti. Auranya pun mencari akal. Sementara Anti
mengarahkan orang-orang menuju pusat perhatian.
sekarang lakukanlah! perintah Anti dan segera mungkin Aura Anti menurunkan
kucing dari pohon itu.
loh.. manis kamu sudah turun? ujar si perempuan tadi pada kucingnya.
good job! ucap Anti pada auranya. Namun tiba-tiba lagi..
TOLOOONG!!! Tolong anjingku tiba-tiba terbang sendiri.
Lalu Anti langsung menatap tajam ke auranya dengan kesal.
katamu pengalih perhatian!? kata si aura sambil tertawa.
Hari minggu.. Anti bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan pagi dibantu
oleh auranya. Namun Anti tidak menyadari kehadiran Paman John saat Anti
sedang menata piring dan gelas di meja. Anti. sapa Paman John mengagetkan
Anti dan Auranya, piring dan gelas yang mereka pegang pun berjatuhan. apa
kamu merasakan hal-hal aneh di rumah ini? Tanya Paman John sambil
mengelus-elus dagunya.
mmm.. H-Hal aneh seperti apa paman? jawab Anti bertanya balik.
sepertiii Ah..maaf mengganggu kerjamu, tidak usah dipikirkan. lanjut Paman
John lagi dengan tersenyum sambil melangkah mundur. namun tiba-tiba..
AWAS PAMAN!!! Teriak Anti memberitahu saat Paman John tak sengaja
menubruk lemari yang ada di belakangnya. Buku tebal yang berada di atas
lemari hampir menimpanya, untung aura pelindung Anti cepat-cepat
menolongnya. Tapi..
loh.. seharusnya buku ini menimpaku. papar Paman John sambil memegang
bukunya.
jadi apakah benar aku iniiii.. tunggu! Aku akan melakukan berbagai percobaan.
pikir Paman John lagi.
Tak terbayangkan Anti sebelumnya. Paman John melakukan terjun bebas dari
atap rumah dan berjalan di atas api. Paman John mengira dirinya memiliki
kekuatan, tapi sebenarnya aura Antilah yang melindunginya. jangan bilang
siapa-siapa, ternyata aku superhero. ucap Paman John sambil memperlihatkan
bajunya bertuliskan huruf J. (John)
oh tidak. kata Anti kebingungan.
Anti pun menghilangkan ingatan paman John tentang kejadian itu. Sorenya.. Anti
dan Paman John bermain catur di teras rumah.
Anti bisa main catur? Tanya paman John sambil melangkah pertama.
sedikit-sedikit. jawab Anti memainkan gilirannya.
ah.. Anti ternyata pandai main catur.. tidak bisa dianggap enteng. puji Paman
John.
ah.. Paman John terlalu memuji. Aura Anti pun ikut-ikutan bermain.
eh..J-Ja-Jangan. bisik Anti saat auranya asal melangkahkan salah satu pion
catur punya Anti. Pada saat Paman John sedang minum kopi. Namun terlambat,
Paman John berhasil melangkahi pion catur Anti, si Anti langsung menatap ke
arah auranya dengan tajam.
hehe.. sorry salah langkah. ujar auranya sambil tertawa geli.
kamu gak usah ikut-ikutan, tonton nih langkahku!

Tapi Anti semakin terdesak, ia malah lagi-lagi kalah. hihihi.. payah. sembur
auranya tertawa lepas.
Anti tampak bete memasang ekspresi cemberut. Anti dan auranya pun jadi
berebutan pion catur.
lepasin bidaknya! Yang main tuh aku!!! komentar Anti terus memperebutkan.
Paman John yang melihat tingkah aneh Anti hanya garuk-garuk kepala karena
paman John tidak bisa melihat aura Anti.
Saat malam tiba.. Anti tampak sulit mengerjakan PR matematikanya.
aduuuhh PR matematikanya susah bangeeett. suaranya terdengar lesu sambil
membaringkan kepalanya di meja.
Aura Anti yang melihatnya merasa kasihan dan mencari bantuan. Anti kesulitan
bikin PR-nya? jelas si aura saat menemui teman-teman hantunya di
pemakaman.
kami siap membantu! seru para hantu sesampainya di kamar Anti. Lalu Anti
menunjukkan PR-nya pada teman-teman hantuya. Namun tak ada yang
mengerti.
maaf.. adakah di antara kalian yang pernah bersekolah? Tanya Anti.
aku! Aku! Dulu aku sempat lulus kuliah. jawab salah satu di antara para hantu.
hmm. si cowok hantu itu pun berpikir ketika Anti memberikan bukunya.
PR-mu.
Saat-saatnya menunggu dengan senang hati. Ternyata..
susah! lanjut si cowok hantu itu.
apakah PR-nya sesulit itukah? emangnya dulu kuliah apa? Tanya Anti
penasaran.
sastra jawa! balasnya sambil tersenyum lebar. Anti pun dan lainnya langsung
membelalakkan matanya, rasanya api membara telah berada di ubun-ubun
kepalanya.
Ketika akan tidur.. Anti mengeluarkan jam weker berbentuk boneka beruang
pemberian paman John dari Australia.
pasang alarmnya ah. seru Anti senang.
Besok paginya. Anti bangun saat alarm berbunyi.
Hoamm.. selamat pagi. ucap Anti. Namun ketika ia melihat jam. Anti terkejut
karena jam menunjukkan pukul 07.00 pagi.
aneh, tidak biasanya aku bangun kesiangan.
kamu harus membantuku! perintah Anti pada auranya.
siap bosss!!!
Si aura pun menyiapkan roti dan segelas susu untuk sarapan Anti dan
menyetrika seragam Anti dengan cepat.
towong wawikan buw (tolong carikan bus)! perintah Anti lagi sembari makan
roti.
TOLOOONG! BUS-NYA JALAN SENDIRIII!!! Teriak si sopir dan keneknya sambil
berpelukan ketakutan. Si aura yang menyetir tak peduli.
Namun ketika sesampainya di sekolah, sekolah masih sepi tak ada orang dan pak
satpam pun juga baru ke luar dengan mata yang masih mengantuk. Ternyata
jam weker Anti masih dalam waktu Australia, bukan waktu Indonesia (terpaut 2
jam).
Selesai

Cerpen Karangan: Shinta Ajeng


Facebook: Shinta Ajeng Alhan

Misteri Hilangnya Luthfi

Cerpen Karangan: Elmira Fay


Lolos moderasi pada: 9 January 2016
Suasana kelas kini mulai genting. Seisi sekolah gencar dengan isu hilangnya
Luthfi di kelas pada jam pelajaran ketiga, pelajaran Bahasa Indonesia, Pak Saroni
hari ini. Apakah Luthfi bersembunyi di kolong meja? Ataukah dia mengendap di
toilet? Atau menyelinap di kantin? Pertanyaan itu terngiang-ngiang penuh tanda
tanya. Tapi sayang, tak ada perkiraan yang benar! Misterius
Luthfi, manusia bertubuh gempal ini adalah orang yang pendiam tapi ia akan
marah apabila tasnya dibongkar oleh orang lain, kini entah pergi ke mana dia.
Pak Saroni tengah gencar menanyai setiap orang yang sekiranya tahu tentang
Luthfi. Namun hingga kini, tak ada yang dapat menjelaskan misteri hilangnya
Luthfi. Seperti sewaktu Pak Saroni menanyai ketua kelas. Ketua kelas yang paling
mengenal seisi kelas pun kelimpungan menjawabnya. Hafizt dan Mira yang
tempat duduknya berdekatan dengannya hanya menggeleng tak tahu saat Pak
Saroni menanyai mereka perihal keberadaan Luthfi.
Selanjutnya, sang guru piket yang ditanyai Pak Saroni. Namun hasilnya, nihil.
Hanya wajah bingung dan cemas yang didapatnya. Tinggal satu orang lagi yang
belum dimintai keterangan. Semoga saja Pak Satpam tahu di mana Luthfi. Ucap
Pak Saroni dalam hati. Luthfi izin ke luar sebentar Kata Pak Satpam setelah
mengingat-ingat apa yang dikatakan Luthfi kepadanya waktu itu. Tapi, dia
izinnya sudah sejak istirahat pertama Pak, ya sudah sekitar 30 menit yang lalu
lah Pak. Jelas Pak Satpam.
Pak Saroni masih dihantui rasa cemas. Ia kembali menatap Pak Satpam dan
segera mengucap terima kasih. Dan diiringi dengan anggukan Pak satpam.
bagaimana bisa seseorang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran hingga
lewat 30 menit. Pak Saroni kebingungan dalam pikirnya.
Dipanggilah orangtua Luthfi ke sekolah. Pihak sekolah segera menelepon ibu
Luthfi setelah mengetahui Luthfi menghilang sejak 30 menit lalu. Ibu Luthfi
tampak cemas saat dijelaskan bahwa Luthfi hilang dari sekolah. Saat ditanyai
oleh Pak Saroni, Ibu Luthfi juga tidak tahu dimana keberadaannya. Luthfi sama
sekali tidak menghubungi saya dia mau ke mana setelah sekolah atau
menghubungi saya jika dia pulang cepat. Ibu Luthfi menjawab dengan wajah
yang penuh guratan kecemasan.
Jika di rumah saja, Luthfi sering mengurung diri di kamar. Saya tidak tahu
penyebabnya. dengan wajah cemas yang belum hilang malah semakin menjadi,
Ibu Luthfi mencoba untuk menceritakan kebiasaan Luthfi di rumah, karena siapa
tahu ada hubungannya dengan hilangnya Luthfi saat ini. Anak saya pendiam
dan suka mengendap di dalam kamar.
Dengan penuh selidik, Pak Saroni bertanya kepada Ibu Luthfi perihal Luthfi yang
tak senang isi tasnya dibuka orang lain. Itulah yang membuat saya heran. Saya
tak tahu kenapa Luthfi tak suka isi tasnya dilihat-lihat. Bahkan, ia pernah
memarahi saya. ibu luthfi menanggapi dengan suara serak, menahan cemas.

Pak Saroni tak segera berkata, seolah sejenak berpikir dan mencari celah
masalah.
saya tak mengerti. Anak sebesar Luthfi bisa menghilang dan kabur ke luar
sekolah pada jam pelajaran saya akan berlangsung dan bahkan teman-temannya
sendiri tak ada yang tahu. Untuk mendapat jawaban rasa penasaran saya,
perlukah kita buka isi tas Luthfi? suara Pak Saroni seolah menunjukkan celah
misteri. Tak banyak tanggap, Ibu Luthfi hanya mengangguk. Sekejap dilihat rupa
tasnya, kemudian tas itu dibuka.
Dengan penasaran, Pak Saroni setengah melongok ke dalam tas dan
memperhatikan baik isi tas Luthfi. Tak ada yang aneh. Seolah tak percaya,
mengeluarkan apa pun yang ada di dalam tas itu. Buku, kemudian buku, buku
lagi, buku berpetak Hafizt, Tempat makan Tupperware yang isinya mungkin telah
ditelan si empunya. Tak ada yang aneh. Semakin membingungkan saja.
Apa ini?! Pekik Pak Saroni, di tangannya ada sebuah kantung plastik. Ibu Luthfi
menggeleng tanda tak tahu.
Karena penasaran, langsung saja Pak Saroni melongok isinya, hati-hati Pak
Saroni membukanya, takut-takut isinya petasan atau bom. Tapi ternyata saat Pak
Saroni membukanya, Haa, makanan ringan semua.. Pak Saroni menggelengkan
kepala, tak mengerti. Sepertinya, Luthfi telah mendekam dalam misteri.
Kembalilah Pak Saroni ke kelas untuk memantau keadaan kelas yang barusan ia
tinggalkan. Sedangkan Ibu Luthfi menunggu di ruang BK sambil mengobrol
dengan guru konseling mengenai perilaku anaknya belakangan ini. Saat
memasuki kelas betapa kagetnya Pak Saroni. Air mukanya yang sebelum cemas
berubah tak percaya. Ia terpaku menatap siswa berbadan gempal yang tengah
duduk di bangku urutan ketiga di barisan tengah.
Pak Saroni setengah menahan emosi, dan lelah karena dipusingkan dengan
kasus siswa hilang yang kurang dari 24 jam. Karena hanya setengah amarahnya
yang ditahan, maka tak luput setengahnya lagi ia muntahkan. Luthfi! tegas
nama itu diucapkan Pak Saroni pada siswa hilang itu. Luthfi diliputi kebingungan,
salahkah ia duduk di tempatnya dengan rapi? Dan mengapa tasnya berada di
tangan Pak Saroni?
Mengapa kamu ke luar sekolah tanpa izin dengan ketua kelas, tanpa izin dari
guru piket, dan tanpa izin dari Pak Satpam? tanya Pak Saroni geram.
Sejenak Luthfi terdiam dan sejurus kemudian dia angkat bicara. Dijelaskanlah
semuanya oleh Luthfi, ia izin ke luar sebentar untuk membeli peralatan tulis,
seperti pensil, pulpen, dan penghapus. Itu penting. Karena pada hari ini
pelajaran jam ketiga ada ulangan Bahasa Indonesia. Jika ia tidak punya alat
tulisnya sendiri, bisa jadi Pak Saroni mengusirnya. Kalau saya tidak punya alat
tulis nanti Bapak pasti meminta saya menutup pintu kelas dari luar seperti
tempo hari. Tiba-tiba gelak tawa pecah di kelas itu.
Pak Saroni terkekeh, mengingat minggu lalu ia pernah menyuruh Luthfi menutup
pintu kelas dari luar karena tidak membawa alat tulis saat ujian mata
pelajarannya. Soal dirinya yang tak izin dengan guru piket, Luthfi hanya menjawa
santai, Yaaa Habisnya, guru piketnya gak ada di meja piket, saya langsung aja
izin sama Pak Satpam, terus diizinin, ya saya langsung cuus beli pensil Luthfi

mengakhiri penejelasannya. Tapi.. tunggu, kenapa kamu tidak suka isi tasmu
dilihat orang lain? satu kebingungan Pak Saroni yang belum terjawab.
Sebelum menjawab, Luthfi malah ketawa-ketawa sendiri, Saya malu Pak, kalau
ada yang tahu saya suka bawa makanan banyak, takut pada minta. Luthfi
menjawabnya dengan suara yang ditipiskan di akhir kalimat. Namun, karena satu
kelas masih bisa mendengarnya, maka tiba-tiba sorakan jengkel terlontar
padanya. Huuuuuu Luthfi pelit Hahaha,
Harusnya kalian berterimakasih padaku, hari ini kita tidak jadi ulangan Bahasa
Indonesia. Luthfi berusaha meredam sorakan yang tertuju padanya.
Betul kan pak? Luthfi mengerlingkan matanya ke arah Pak Saroni.
Luthfi, tolong tutup pintunya! pinta Pak Saroni. Luthfi bangkit dan melangkah
ke arah pintu yang terbuka, namun sesampainya di ambang pintu, ia terkejut
saat Pak Saroni berkata, Tutup Pintunya dari luar, Luthfi!
Cerpen Karangan: Elmira Fay
Blog: elmirafairuz26.blogdetik.com
Ceritanya menarik? Baca juga cerpen karya Elmira Fay yang lain, Percayalah
dan Di Senja Ufuk Penghabisan Itu

Anda mungkin juga menyukai