Anda di halaman 1dari 12

CERPEN 1

Dimensi Terakhir
Cerpen Karangan: Farhan Dwi Ananda Putra
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 27 August 2019

Di tengah hutan ada sebuah rumah yang ditinggali 3 sahabat yaitu Alfa, Ravi dan Farhan,
mereka senang meneliti berbagai portal dan dimensi yang mereka temukan, selain itu
mereka juga berburu dan bercocok tanam untuk bertahan hidup.

Pada suatu hari Ravi sedang pergi berburu, ia menemukan seekor rusa, Ravi mencoba
memburunya namun panah yang ia lesatkan meleset, rusa tersebut pun lari. Ravi mencoba
mengikutinya, Ravi berhenti karena melihan Portal berwarna hitam. “Portal macam apa
itu?… aku baru melihatnya?” Ravi terkejut, dia langsung menandai tempat itu dan pulang
memberitahu yang lain.

Sesampainya di rumah
“ALFA, FARHAN” Ravi berteriak memanggil Alfa dan Farhan “Ada apa?” Ucap Farhan
Alfa hampir bersamaan “aku menemukan portal aneh” Ravi memberitahu apa yang ia
temukan “Portal aneh apa maksudmu?” Tanya Farhan “Portal yang kutemukan seperti
tergeletak di tanah dan mengeluarkan cahaya hitam” ucap Ravi “lebih baik kita pergi ke
sana saja” saran Alfa
Mereka pergi ke sana dengan peralatan yang memadai.

Sesampainya di portal
“Kenapa portalnya seperti ini” ucap Alfa “Karena sudah sampai sini ayo kita masuk dan
kita lihat dimensi apa lagi yang kita temukan” ucap Farhan “kau benar” ucap Ravi
Mereka memasuki portal itu tanpa ragu ragu.

Sesampainya mereka di sana mereka disambut oleh makhluk aneh berwarna hitam, matanya
yang berwarna ungu dan tinggi sekitar 3-5 meter, Ravi diserang dan terpental cukup jauh,
Farhan menyelamatkannya karena dimensi itu sebatas pulau saja dimana kalau merekan
melewati pulau itu mereka akan jatuh entah kemana.

Alfa mencoba mengalahkan makhluk itu, Farhan mencoba membantu dengan memanahnya,
namun makhluk itu berpindah tempat sangat cepat sehingga mereka tau mereka tidak bisa
melawan makhluk itu dengan busur panah.

Mereka berjuang hingga Farhan mengucapkan “kita sudah aman di dimensi ini”, tapi
kenyataannya tidak begitu, seekor naga hitam datang dengan makhluk hitam tadi
“Ayo jangan mau kalah dengan mereka” Alfa memberikan semangat dan menyebut naga itu
sang Alpha (Pemimpin)
Mereka membagi tugas Ravi dan Alfa akan melindungi Farhan dari makhluk hitam itu,
sedangkan Farhan akan memanahi sayap naga itu terutama sayap sebelah kanan.

Berjam jam berlalu


“Farhan apa sayap naga itu belum terluka” Tanya Alfa
“Kau lambat sekali”
“Cerewet… sebentar lagi naga itu akan jatuh, tenang saja…” Farhan berteriak
Dan akhirnya naga itu pun jatuh, Ravi berlari dan memotong kaki naga itu sayangnya Alfa
gegabah, ingin memotong kepala naga tersebut akibatnya Alfa terkena api ungu dari mulut
sang Alpha, kami berdua ingin menyelamatkannya namun api itu tidak bisa padam sehingga
Alfa hangus terbakar.
“Alfaaa…”
“Alfaaa…”
Farhan dan Ravi berteriak.

Mereka ingin membalaskan dendam Alfa. Farhan memotong kepala sang alpha
menggunakan pedang punya Alfa
Dan Ravi memusnahkan semua makhluk hitam tersebut.

“Kita berhasil Ravi” ucap Farhan


“Kau benar, Kita berhasil membalaskan dendam Alfa”

Tiba tiba mereka teleportasi ke tempat portal itu. Mereka segera menutup portal itu agar
tidak ada korban kerena ingin masuk ke portal itu.

Sejak hari itu, Ravi Dan Farhan hidup seperti biasa tanpa Alpha dan tidak meneliti portal
dan dimensi lainnya…

END
CERPEN 2:

Putri Aleena
Cerpen Karangan: Squeezeme
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 29 July 2019

“Oekkkkkkk!” “Ahkirnya! Terimakasih istriku! Apakah anak kita adalah seorang pangeran
atau putri istriku?”, ujar Raja Feliz. “Dia adalah seorang putri yang sangat manis, suamiku”,
ujar Ratu Maikai.
Nama putri itu adalah Putri Aleena yang artinya “Baik Hati” dalam bahasa Celtic. Sontak,
penduduk dimana Raja Feliz berkuasa, yaitu Kota Viona kaget dan mengucapkan selamat
kepada Raja mereka.

Seminggu kemudian, sang Raja dan Sang Ratu pun mengadakan pesta atas kelahiran
putrinya. Mereka mengundang Raja dan Ratu dari kerajaan lain juga. Mereka pun memberi
bingkisan untuk bayi itu.

Seiring waktu, Putri Aleena kecil pun sudah berusia sepuluh tahun. Di umur itu pula, ia
memakan sebuah buah anggur ajaib saat di hutan. Alhasil, ia pun menjadi seorang peri. Ia
pun kaget dan bergegas pulang ke istananya. Tetapi, saat di tengah perjalanannya ke istana,
ia terserap ke sebuah lubang. “Aaaaaaaaahkkkk!”, teriaknya.

Boof! Hey, suara apa itu, Aleena berbisik di hatinya. Ternyata, ia masuk ke dalam Dunia
Grins, dimana para Grindiles tinggal.
“Huwaaaaaa, mengapa ada seorang peri masuk? Badan peri itu bahkan 3 kali lipat lebih
besar dibandingkan dengan kita!”, kata seorang Grindile dewasa. “Hiiiiii! Siapa kalian?
Kalian imut sekali, dan badan kalian kecil sekali! Mengapa aku di sini, dan aku bukanlah
seorang peri! Aku adalah Putri Aleena dari Kerajaan Viona!”, ujar Aleena. “Hmmmmm,
Putri Aleena? Apakah kamu Putri dari Raja Feliz dan Ratu Maikai? Kami adalah Grindiles,
makhluk yang tinggal di bawah tanah!”, tanya seorang Grindile yang sudah lanjut usia
sambil menjawab pertanyaan Aleena tadi. “Oh, rupanya begitu! Dan, ya, anda benar. Saya
adalah putri dari Raja Feliz dan Ratu Maikai”, ujarnya.

“Wah, ini Putri Aleena? Mengapa anda menjadi seorang peri? Bagaimana anda bisa tersesat
di sini?”, tanyanya lagi. “Aku pun tak tahu. Tadi aku memakan anggur di hutan, dan tiba
tiba aku menjadi seperti ini, lalu aku pun ingin pulang ke istana, dan tiba tiba aku terserap
ke sebuah lubang. Dan, di sinilah aku, bersama kalian”, ujar Aleena kebingungan.
“Oh! Yang anda makan itu adalah Anggur Peri, anggur yang dapat membuat keturunan
kerajaan mana pun, jika memakannya, akan menjadi seorang peri, maupun seorang laki laki
atau perempuan”, ujar dia lagi.
“Lalu, bagaimana aku bisa menjadi seorang manusia lagi? Bagaimana aku keluar dari
sini?”, ujar Aleena. “Caranya, kamu harus menghadap terlebih dahulu ke Ratu kami, Ratu
Azura. Lalu, anda harus meminta ramuan Crysenffendor, ramuan yang biasanya Pangeran
dan Putri minta ke Ratu Azura jika mereka menjadi seorang peri. Lalu, setelah anda
meminum ramuan itu, anda akan menjadi manusia. Jika untuk keluar dari sini, anda harus
meminta kepada Sang Penyihir Gwinfyndor dari Fresco. Fresco itu termasuk Dunia Grins,
hanya saja kita ini sekarang di kota The Coolz, dimana Grindiles biasanya tinggal”, kata
seorang Grindile dewasa.
“Rupanya begitu! Tapi saya terlalu lelah! Bolehkah saya tinggal di rumah para Grindile?”,
tanya Aleena. “Boleh saja! Anda ingin tinggal dimana? Di rumah Kakek Benard, mau?”,
ujar Grindile lanjut usia itu lagi. “Boleh saja!”, kata Aleena sambil bergumam seperti ini,
rupannya kakek Grindile ini bernama Benard.

Pada keesokan harinya, ia pergi ke istana bersama salah satu pemuda Grindile.
Sesampainya di istana, Putri Aleena pun bertemu dengan Sang Ratu. Sang Ratu pun
memberinya ramuan dan ia kembali menjadi manusia lagi.
Lalu, mereka pergi ke rumah Sang Penyihir. Ia pun memberi kalung yang membuatnya
keluar dari Dunia Grins.

Tiba tiba, ia berada di hutan dimana ia mengambil anggur itu. Ia pun bergegas pulang.
Anehnya, orangtua Aleena tidak menyadari bahwa Aleena telah di Dunia Grins selama dua
hari. Ternyata, ia baru tahu bahwa 1 hari disana sama dengan 1 menit di dunia nyata. Ia pun
takkan melupakan pengalamannya! Dan, pasti kalian penasaran bagaimana dengan para
Grindiles dan kalung itu. Para Grindiles pun hidup dengan tenang, sedangkan kalung itu
hilang, entah kemana. Putri Aleena pun hidup bahagia bersama keluarga tericntanya.

TAMAT
CERPEN 3:

Boneka Nomita
Cerpen Karangan: Yacinta Artha Prasanti
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 2 July 2019

Siang itu, udara sangat panas. Terpaksa Klara berjalan lebih cepat untuk menghindari
panas. Saat melewati rumah besar, ia melihat sebuah boneka kecil yang lucu tergeletak di
depan pagar. Entah kenapa pemilik rumah membuangnya di situ. “Ambil aja ah” Klara
memungut boneka itu dan membawanya ke rumah.

“Klara, kamu bawa apaan? Kok serem banget sih!” ujar kak Kiki. “Tadi aku nemu boneka
ini di depan rumah besar, yaudah karena lucu aku ambil deh” jelas Klara lalu menuju
kamarnya. “Buang aja, serem tau!” kata kak Kiki dengan kesal.

Malam harinya selesai belajar, Klara bermain dan mengamati boneka yang tadi ia pungut.
Bentuknya seperti anak kecil, mempunyai lesung pipi, sedang tersenyum dan baju terusan
khas Jepang. “Nomita” Klara membaca nama yang ia temukan di leher boneka tersebut.
“Oh, ternyata namanya Nomita” setelah itu Klara tidur dengan boneka Nomita.

Sampai suatu hari, Sakuai berkunjung ke rumah Klara. Sakuai adalah sahabat Klara yang
mempunyai keturunan Jepang. Karena, ayah Sakuai adalah orang jepang, sedangkan ibu
Sakuai berasal dari Bandung. Sakuai cantik lho!

Saat Sakuai memasuki kamar Klara dan melihat boneka Nomita di kasur Klara,
“AAHHHH!!! BUANG BONEKA ITU!!!” Teriak Sakuai sangat kencang. Sampai sampai
seluruh keluarga Klara lari tergopoh gopoh ke kamar Klara. “Ada apa Sakuai? Apa ada
masalah dengan boneka itu?!” tanya Klara kaget. “Kalian harus membuang boneka itu.
Boneka Nomita adalah boneka pendendam dan pembunuh. Ia telah membunuh beberapa
keluargaku sebulan kemudian saat kami menemukan boneka Nomita! Bakar dia!!!!” jelas
Sakuai heboh. “Baik!” Ayah Klara pun segera mengambil bensin dan korek lalu membakar
boneka Nomita.

Akhirnya, semua sudah berakhir. Ini adalah pelajaran untuk Klara, supaya tidak membawa
barang sembarangan yang ia temui di jalan.
CERPEN 4:

Dunia Pisang
Cerpen Karangan: Yana
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 31 March 2019

Suatu hari ada seorang anak bernama Bunga sedang bermain di taman halaman rumahnya.
Dia bermain bersama temannya yang bernama Tintia. Saat itu mereka sedang bermain
sepeda di sekeliling taman dengan hati yang senang. Tidak beberapa lama kemudian,
merekapun berhenti bermain sepeda karena kelelahan. Setelah lama bermain sepeda,
merekapun duduk di kursi taman dan beberapa menit kemudian merekapun tertidur.

Saat Bunga terbangun ia pun terkejut karena pemandangan di sekelilingnya berubah. “Ada
di mana aku, bukankah aku dan Tintia tadi berada di taman?” ucap Bunga dengan terheran-
heran. Dia pun langsung membangunkan Tintia yang sedang tertidur di sampingnya,
“Tintia, ayo bangun” ucap Bunga dengan suara yang keras. “Ada apa, ada apa?” ucap Tintia
sambil mengucek-ucek matanya. Saat Tintia melihat pemandangan yang ada di sekitarnya,
dia pun terkejut dan bertanya-tanya kepada Bunga. “Bunga, kita ada mana? Mengapa kita
ada di sini?” ucap Tintia dengan terheran-heran. Tetapi Bunga tidak bisa menjawab
pertanyaan Tintia, karena Bungapun tak tahu kenapa mereka berada di sini dan bagaimana
mereka di sini. Beberapa saat kemudian merekapun mulai tenang dan melihat di sekeliling,
mereka melihat pohon yang berbuah kue. Karena penasaran, merekapun berusaha
mengambil buah yang berbentuk kue itu.

Tintia pun berhasil mengambilnya. Saat Tintia mencoba kue itu, ternyata kue itu
mempunyai rasa pisang yang manis. Saat Bunga melewati rerumputan, rerumputan itu
harumnya seperti pisang. Dia pun mencoba mencabut rumput itu, saat dia mencoba
memakannya ternyata rumput itu berasa pisang juga. “Sebenarnya kita ada di mana?” ucap
Bunga ke Tintia. “Aku juga gak tahu” ucap Tintia kepada Bunga. “Tadi kamu mencoba kue
itu dan rasanya seperti pisang, aku juga mencoba rumput itu rasanya juga seperti pisang”.

“Jangan-jangan kita berada di…” ucap Bunga, lalu mereka berkata serempak “Dunia
Pisang!!!” mereka pun baru menyadari bahwa di sekelilingnya dipenuhi dengan benda-
benda yang berhubungan dengan pisang. Dari pohon kue dengan rasa pisang, rumput
dengan rasa pisang. Taman bunga yang tidak berbunga seperti biasanya, melainkan
bunganya menyerupai pisang dan mereka juga baru menyadari bahwa dunia tempat berada
sekarang didominasi dengan warna kuning seperti warna pisang. Merekapun bingung dan
tidak percaya bahwa mereka terperangkap dalam suatu jaring dan terangkat ke udara,
mereka dilempari suatu benda dan benda itu mengeluarkan gas dan beberapa saat kemudian
merekapun pingsan. Sesuatu telah menangkap mereka dan membawa mereka ke sesuatu
tempat yang mereka tidak ketahui.

Saat mereka terbangun dari pingsan, mereka melihat satu kerajaan yang megah dan mewah
dan mereka di bawa ke hadapan seseorang. Saat mereka melihat orang yang di hadapan,
mereka berdua terkejut. Ternyata orang itu adalah Ibunya Bunga, “hah, ibuuu” ucap Bunga
dengan terkejut. “Hah, ibuuu” ucap orang yang berada di hadapan Bunga dengan terkejut,
“kau mirip sekali dengan wajah ibuku” ucap bunga denga malu.

“Ratu, apakah tujuan anda membawa mereka berdua ke dunia kita” ucap seorang pengawal
Ratu yang berbentuk pisang. “Saya membawa mereka berdua ke dunia kita, karena saya
ingin mereka membawakan dongeng untuk anak-anak di desa kecil dekat hutan. Agar anak-
anak di desa tersebut merasa senang“. “Tapi, bagaimana kami berdua bercerita kepada
anak-anak yang berada di desa?” ucap Tintia dengan bingung. “Saat kalian kecil pasti
kalian didongengkan cerita sebelum tidur oleh ibu kalian. Bagaimana ibu kalian bercerita,
begitu juga kalian bercerita kepada anak-anak di desa” ucap Ratu kepada mereka berdua
dan Ratu pun membawa mereka ke desa di dekat hutan itu.

Semua penduduk di desa itu berbentuk pisang yang kuning dan mereka pun mulai bercerita
kepada anak-anak yang berada di desa tersebut. Satu jam kemudian merekapun telah selesai
menjalankan perintah Ratu dan mereka kembali ke kerajaan bersama para pengawal yang
berbentuk pisang. Saat mereka telah sampai di kerajaan merekapun bertanya kepada Ratu
“perintah Ratu telah kami laksanakan, sekarang apa yang harus kami berdua kejakan” ucap
Bunga kepada Ratu “sekarang kalian boleh pergi ke dunia kalian dan saya akan
memberikan hadiah kepada kalian berdua” “apa hadiahnya Ratu?” ucap Bunga dan Tintia
dengan bersemangat “kalian akan saya berikan gelang lucu yang berhiaskan manik-manik
berbentuk pisang yang lucu” ucap Ratu kepada mereka berdua sambil memberikan gelang
itu ke tangan mereka masing-masing. “terima kasih Ratu” ucap mereka dengan penuh
keceriaan dan Ratu pun mengembalikan mereka ke taman tempat mereka bermain dengan
cara menutup mata mereka masing-masing.

Saat mereka berdua terbangun dari kursi taman, mereka telah melihat hari sudah sore dan
mereka pun saling mengucapkan salam perpisahan dan mereka pun kembali ke rumah
mereka masing-masing. Mereka pergi dengan keadaan ceria sambil membawa gelang dari
Ratu.

TAMAT
CERPEN 5:

Slenderman
Cerpen Karangan: Ustika Dessi
Kategori: Cerpen Anak
Lolos moderasi pada: 13 February 2019

Slenderman masih hangat dibicarakan dikalangan anak anak, pasalnya slenderman


merupakan makhluk dengan lengan yang aneh, yang suka menculik anak anak kemudian
membunuhnya, bahkan sekarang 3 sahabat yang sedang berkemah ini masih sibuk
berdiskusi tentang slenderman.

“Bagaimana jika slenderman menculik kita bertiga?!” Tanya uus dengan nada panik
“Slenderman itu tidak ada di sini, kalian saja yang terlalu banyak membaca komik.” Jawab
dessy tegas.
“Tapi menurut cerita di buku yang aku baca slenderman suka muncul di semak dan pohon
pohon tinggi.” Sahut Zahra meyakinkan.
“Aduh aku semakin takut saja”. Kata uus seraya memegang dada.
“Kau memang penakut”. Jawab mereka serentak.
Balas uus dengan senyumnya yang menjengkelkan.

Setelah selesai merapikan barang di tenda kakak pembina memerintahkan mereka untuk
berbaris di lapangan, Agar mereka bisa mendengarkan arahan yang diberikan kakak kakak
ini.
“Baik adik adik nanti malam tugas kalian adalah mencari jejak, kakak sudah siapkan
bendera di setiap tempat dan kalian harus mengambil bendera yang terdapat nama regu
kalian. Mengerti?”. Tanya kakak Galih
“Mengerti kak.” Jawab murid murid serempak
Kemudian kakak pembina memerintahkan semua murid untuk mencari kayu bakar untuk
persediaan acara nanti malam, semua murid pun masuk ke hutan dan mulai mencari kayu

“Sreettt…”. Sekelebat bayangan lewat menghancurkan konsentrasi uus yang sedang


mencari kayu.
“Hah?! Apa itu? jangan jangan itu slenderman”. Gumam uus dalam hati.
Uus yang ketakutan mulai mempercepat gerakannya sampai uus berlomba lomba berlari
lebih dulu keluar dari hutan.

“Aduhhh.. Ada apa si us kamu ini seperti anak kecil saja”. Gerutu Dessy ketus.
“Maaf, aku tadi melihat slenderman aduhh seram sekali”. Ucap uus tergesa gesa
Dessy dan Zahra saling menatap heran ke arah uus yang ketakutan
“Ckck kamu ini terlalu banyak membaca komik horor, ini dunia nyata slenderman itu hanya
ada di buku horormu saja, sudahlah sekarang lebih baik kita kumpulkan kayu kayu ini ke
pembina”. Ucap dessy.

Matahari pun mulai terbenam, siang berganti malam seluruh peserta pramuka diminta
berbaris di lapangan, dan sekarang adalah waktunya para murid menguji keberanian
mereka, satu per satu regu mulai masuk ke dalam hutan untuk mencari bendera dan kini
giliran regu Uus, Dessy dan Zahra yang masuk ke dalam hutan, dengan penuh rasa gelisah
mereka masuk ke sana dan suara anjing yang saling bersautan membuat suasana makin
mencekam.
“Ayo cepat liat petanya, lihat di mana bendera kita”. Ucap uus sedikit berbisik.
“Kamu sabar dulu aku sedang berkonsentrasi mencari arahnya”. Jawab Dessy.

Sepanjang perjalanan terdengar suara suara aneh, namun ini bukan pertama kalinya mereka
pergi berkemah jadi mereka sudah tau kalau suara itu adalah suara kakak pembina.

Sudah 4 bendera mereka temukan hanya tinggal 1 lagi bendera yang akan membawa
mereka keluar hutan, ketika hendak mengambil bendera terakhir mereka dikagetkan pada
sosok yang mirip sekali dengan slenderman sontak mereka bertiga berteriak kaget sampai
akhirnya para pembina menghampiri mereka.

“Ada apa kalian, kenapa kalian berteriak?”. Tanya kak Fahri


“Aa…adaa hantu slenderman kak di sana dia memakai jas dan badannya tinggi sekali
lengannya pun sangat aneh”. Jawab Uus terbata bata
Para pembina terheran melihat tingkah mereka bertiga.

“Maksud kalian dia?”. Tiba tiba datang kak Jordan yang membawa makhluk yang mirip
slenderman itu.
Mereka bertiga terheran melihat kejadian itu, kakak pembina itu seakan biasa saja saat
melihat makhluk itu.
“Iyy…ya kak”. Jawab Zahra terbata-bata.
“Aduhh kalian ini ada ada saja bapak Firman ini manusia biasa, beliau hanya membantu
kita agar bisa mengawasi kalian agar tidak kesasar, bapak ini tidak jahat, dan lengannya
seperti ini karena bapak ini mempunyai kelainan sejak lahir jadi dia bukan slenderman”.
Jelas kak Jordan dan diikuti tawa pembina yang lain, mereka merasa malu dengan kejadian
ini mulai sekarang mereka berjanji tidak akan membawa bawa cerita yang mustahil ke
dalam kehidupan nyata, akhirnya mereka meminta maaf kepada pak Firman yang mereka
kira slenderman.

Pagi pun tiba semua murid diminta berkemas untuk pulang, pikiran mereka bertiga masih
diselimuti rasa geli, malu dan takut, dan itulah kemah yang paling bersejarah dalam
persahabatan dan kehidupan mereka bertiga.

TAMAT
CERPEN 6:

Dunia Mimpi
Cerpen Karangan: Gladys Annabel Santoso
Waktu itu, ada seorang anak yang selalu berani akan segala hal. Dia bernama jono, dia
senang sekali semua hal. Dia pun bermimpi bahwa dia menemui kakek misterius. Kakek
misterius itu berkata “karena kamu anak pemberani aku akan memberimu peta ini, di sana
kamu bisa berpetualang mencari harta karun kuno”. Kemudian jono pun terbangun. Dia
berfikir apakah itu nyata? Jono pun melihat sebuah kotak kuno dan ia pun membuka kotak
kuno itu. Ia melihat peta kuno. Jono pun berkata “sepertinya mimpi itu menjadi kenyataan”.

Ia pun mengambil beberapa persiapan dan ia menelusuri hutan misterius. Akhirnya


setengah perjalanan, ia tertidur dan munculah kakek misterius itu. Dia pun berkata “kamu
harus menjalani banyak rintangan”. Ia pun masih berfikir siapakah kakek misterius itu.

Akhirnya jono pun melihat sebuah besi baja dan pisau tajam. Jono tidak diam menatapi itu.
Ia langsung mencoba semua rintangan itu. Sebulum ia mencoba muncullah seorang gadis
kecil yang aneh. Dia pun bisa melewati rintangan itu deban mudah. Jono berfikir apakah
gadis itu penari balet? Ia melihat postur tubuh gadis itu. Jono pun langsung melewati
rintangan dengan penuh semangat.

Jono pun berkata “siapakah kamu?” Gadis itu menjawab “aku adalah seorang penari balet
cilik yang tersesat. Oh ya nama, namaku nabila siapa namamu” Jono pun berkata “namaku
jono, bagaimana kalau kita berteman”. Nabila pun menjawab “baiklah, kita cari jalan keluar
bersama”.

Tiba tiba ada api yang besar yang ingin menyerang jono dan nabila. Ia pun melihat anak
laki laki yang kelihatan hebat. Dia ternyata mempunyai sihir dan ilmu silat. Jono mengajak
bekerja sama dan anak laki laki itu menyetujuinya. Jono bertanya “siapa namamu?” Anak
laki laki itu menjawab “namaku rangga, aku belajar sihir dan ilmu silat”.

Ada rintangan yang bertarung dengan raksaksa. Setiap orang mendapatkan kekuatan dan
mereka berhasil. Banyak rintagan yang sulit dihadapi. Lalu munculah kakek misterius dan
berkata “kalian akan bertarung dengan raja jika kalian berhasil kalian bisa keluar dari dunia
mimpi ini, tapi jika kalian kalah kalian akan tinggal di sini selama-lamanya”. Mereka pun
menyetujuinya.

Ternyata raja itu mempunyai tongkat yang mematikan. Tetapi mereka anak pemberani.
Meraka manyatukan kekuatan dan mereka mengalahkan raja itu.

Tiba tiba mereka kembali ke rumah masing masing. Besok mereka harus sekolah.
Besok hari pun tiba, mereka bertemu satu sama lain dan mereka menjadi sahabat terbaik.

Tamat.
CERPEN 7:

Kotak Pensil Misterius


Cerpen Karangan: Zahra Rizqy Charissa H
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Misteri, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 1 December 2018

Tavita meninggal. Gadis ramah berambut kepang satu itu tak dapat bertahan dari penyakit
thalasemia yang dideritanya. Teman teman sekelasnya di SD Pelita sedih. Tavita alias
Tavita Maharani, memang terkenal baik hati dan tidak pelit.

Dua minggu berlalu dan kelas 5 sudah berkegiatan seperti biasa. Fafa, yang dulu sebangku
dengan Tavita, kini sudah asyik duduk dengan Vania. Wajah wajah mutung kini sudah tak
tampak lagi. Tetapi, masih sering ada yang nangis diam diam.

Pagi itu, Fafa masuk kelas seperti biasa. Tiba tiba…


Ia terpekik melihat mejanya tergeletak sebuah kotak pensil warna biru. Wajah Fafa
memucat, memperhatikan kotak pensil bergambar frozen itu. Di bangku, belum ada tas
Vania. Fafa menoleh ke kiri dan ke kanan, bingung.

“Kenapa Fa?” tanya Vayla yang melihat tingkah Fafa.


“Ituuuu..!” bisik Fafa sambil menunjuk ke mejanya.
Vayla mengernyitkan kening, berpikir dan membelalak.
“Kotak pensil Tavita!” pekik Vayla.
“Iya, kenapa bisa ada di situ!” spontan Fafa mundur lalu memeluk Vayla.

“Ada apa ini?” teman teman berdatangan. Setelah tahu soalnya, mereka sama sama
ketakutan melihat kotak pensil itu.

“Aku buka ya?” tanya Varez mengulurkan tangan.


“Iya, buka aja Rez!” bisik Vania. Ia juga ketakutan.
Apalagi ia duduk di bangku Tavita. Mungkin sebaiknya ia pindah ke bangku lamanya.
Pelan pelan, Varez membuka kotak pensil itu. Di dalam, terdapat benda benda kesayangan
Tavita.
“Benda benda yang selalu dibawa Tavita” bisik Varez.
Fafa mengintip
“Barang kesayangan Tavita!” bisik Fafa lemas.

Bu Cici, wali kelas 5, sudah mendapat penjelasan dari Varez, sang ketua kelas. Beliau
duduk di meja guru bersama kotak pensil Tavita yang terbuka. Bu Cici menghela nafas
panjang, memandang satu persatu wajah muridnya.
“Sekali lagi ibu tanya, siapa yang membawa kotak pensil ini?” bu Cici bertanya pelan.
Tidak ada yang menyahut.
“Apa mungkin si.. Tavita sendiri yang datang bu” suara Vayla memecah keheningan.
Anak anak langsung riuh seperti lebah berdengung.
“Hantu itu gak ada!” bantah Varez dengan suara pelan, tetapi, otaknya berputar memikirkan
berbagai kemungkinan.

“Benar kata Varez, anak anak hantu itu tidak ada. Jelas kotak ini dibawa oleh seseorang. Ibu
beri waktu sampai jam pulang. Tolong mengaku saja yang sudah membawa kotak pensil
ini. Beri penjelasan pada ibu dan ibu tidak akan marah”
“Maksud bu Cici, salah satu di antara kita sengaja melakukannya?” bisik Chika pada Varez.
Sang ketua kelas hanya mengangguk.
“Tetapi, apa tujuannya?” lanjut Chika.
“Entahlah, nanti kita pikirkan sama sama!” ucap Varez.
Sampai jam pulang sekolah, tidak ada yang mengaku membawa kotak pensil itu.

Dan keesokan harinya, kotak pensil yang sama ada di atas meja Fafa lagi. Dan lebih
parahnya, Fafa menjadi pingsan. Keadaan pun menjadi heboh. Kelihatannya bu Cici marah
sekali. Tetapi beliau tidak mengatakan apa apa karena sibuk mengurusi Fafa di ruang
kesehatan. Anak anak sibuk bercakap cakap membahas kejadian itu.

“Kok bisa ada lagi? Isinya malah jepit rambut dan barang kesayangan si Tavita. Aku pernah
melihat si Tavita bawa barang itu dan jepit rambut persis seperti itu” ucap Chika.
“Benar. Ku pernah meminjam jepit rambut dan barang itu dari Tavita” timpal Vayla.
“Padahal kotak pensil yang berisi barang kesayangan Tavita kemarin disimpan bu Cici”
gumam Varez.
“Berarti si pelaku sengaja membeli kotak pensil yang sama dengan Tavita” cetus Chika.
“Pernah lihat toko yang menjual kotak pensil itu nggak?” tanya Varez.
Vayla menggeleng ragu. Chika mengangkat bahu. Varez berpikir keras hingga alisnya
menyatu di kening.

Hari ketiga, tidak ada peristiwa itu lagi. Hari ke empat, kotak pensil itu kembali lagi
membuat kelas 5 ribut. Kali ini, Varez berhasil menenangkan Fafa. Bu Cici duduk diam
karena Varez sudah meminta waktu untuk berbicara.

“Bu Cici dan teman teman semua. Kotak pensil Tavita kembali lagi. Kali ini, isinya Jam
tangan Tavita dan alat tulis berlogo Tavita. Tetapi aku dan Chika sudah tau bahwa pemilik
kotak ini bukanlah Tavita. Melanikan.. Vayla.” kata Varez.
Seluruh siswa terperanjat. Lebih lebih Vayla.
“Ka.. kamu.. jangan asal menuduh dong!” teriak Vayla dengan wajah memucat.

“Selama dua hari ini, aku dan Chika sudah menyelidiki. Kami bertanya pada pak Ardi,
satpam sekolah, tentang siswa yang belakangan ini, masuk pagi pagi sekali. Lalu, kemarin
dan hari ini, aku dan Chika bersembunyi di balik lemari, menunggu si pembawa kotak
pensil beraksi lagi. Dan hari ini, kami berhasil memotret Vayla yang sedang beraksi.” Kata
Varez sambil menunjukkan foto di ponselnya.

Vayla terbelalak, lalu menangis terisak isak. Pengakuan terlontar dari mulutnya.
“Aku ingat Tavita, ia selalu baik. Kalian sering mengejekku. Tetapi Tavita enggak pernah
begitu. Dua minggu ini aku masih merindukan Tavita. Sementara kalian sepertinya
memganggap Tavita tak ada. Terutama kamu Fafa, kamu malah cepat sekali melupakan
Tavita dan asyik bermain dengan Vania.” Vayla terisak isak.

Bu Cici mendekatinya, lalu memeluknya. Teman teman Vayla juga mendekat.


“Aku juga rindu Tavita, Vayla,” isak Fafa.
“Aku enggak pernah bisa melupakan Tavita,”
“Tidak ada yang lupa pada Tavita. Tavita akan ada di hati kita semua.” ucap Bu Cici. Bu
Cici memeluk murid muridnya yang terbawa akan kenangan Tavita.

Misteri kotak pensil Tavita sudah terpecahkan. Perbuatan Vayla sudah dimaafkan. Dan
teman temannya berjanji takkan mengejeknya lagi.

Tamat.

Anda mungkin juga menyukai