Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mengkaji Cerita Pendek “Penembak Misterius: Trilogi” Karya Seno

Gumira Ajidarma Menggunakan Pendekatan Objektif

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan dan Pengkajian


Kesusastraan Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Neneng Maelasari S. Pd M. Pd

Disusun Oleh :
Mochammad Dava
NIM. 203210011

Disusun Oleh:
Mochammad Dava (203210011)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2021

I
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertengahan tahun 1980-an, pada masa Orde Baru, pernah terjadi penumpasan
kejahatan secara tersembunyi yang dilakukan oleh militer. Penumpasan secara tersembunyi
terhadap para pelaku kejahatan atau orang-orang yang disangka melakukan kejahatan ini
disebut sebagai penembakan misterius, dan pelakunya adalah penembak misterius (petrus).
Konon, tak kurang 10.000 jiwa melayang lewat penumpasan ini. Oleh sebab itu, masyarakat
yang merindukan keamanan dan ketentraman menyambut baik adanya operasi ini. Berkat
penumpasan ini, angka kejahatan menurun drastis. Namun, beberapa kalangan menganggap
penumpasan oleh petrus ini tidak sehat bagi hukum, dan terutama melanggar hak asasi
manusia.
Pemerintah sendiri pun pada akhirnya melarang pers untuk mengangkat isu petrus
yang ramai diperbincangkan, yang bahkan dunia internasional pun membincangkannya.
Pelarangan tersebut terjadi pada Agustus 1983. Alhasil tidak ada satu pun media yang
menampilkan peristiwa petrus meskipun praktik petrus itu masih terjadi hingga tahun 1985.
Rupanya pemerintah ingin menghilangkan isu petrus ini dari masyarakat
Hal inilah yang menjadi awal terbentuknya trilogi cerpen tentang petrus karya Seno
Gumira Ajidarma, trilogi cerpen ini memuat tiga cerpen yang berjudul “Keroncong
Pembunuhan” (3 Februari 1985), “Bunyi Hujan di Atas Genting” (28 Juli 1985), dan
“Grhhh!” (18 Januari 1987). Trilogo Penembak Misterius ini pernah diterjemahkan oleh
Patricia B. Henry ke bahasa Inggris dengan judul “The Mysterious Shooter Trilogy” ‘Killing
Song’, ‘The Sound of Rain on Roof Tiles’, ‘Grhhh!’”, dimuat dalam Teri Shaffer Yamada
(ed.), Virtual Lotus Modern Fiction of Shouteast Asia (Michigan; University of Michigan
Press, 2002).
Trilogi cerpen ini pula merupakan cerpen yang saya baca pertama kali dari bukunya
langsung sekaligus cerpen pertama Seno Gumira Ajidarma yang saya baca. Maka dengan ini,
saya merasa berkewajiban untuk menganalisis trilogi cerpen dari Seno Gumira Ajidarma
yang merupakan cerpenis favorit saya juga.

II
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
1.2. Rumusan Masalah
 Unsur intrinsik yang ada pada trilogi cerpen penembak misterius karya Seno Gumira
Ajidarma.

1.3 Landasan Teoretis


 Menurut Jacob (2001) cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam sekali
duduk. cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk
pembacanya. Pengaran cerpen hanya ingin mengemukakan suatu hal secara tajam. 
 Menurut Sumardjo, pengertian cerpen adalah cerita yang membatasi diri dalam
membahas salah satu fisiknya dalam objek terkecil. Maksud pendek yang dimaksud
Sumardjo bukan masalah jumlah lembarannya, tetapi lebih menekankan pada panjang
halaman dan ruang lingkupnya. Jadi penulisan cerpen ruang lingkupnya dibatasi.
Meskipun dibatasi, tetap cerita tersebut berkesan. 
 Pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra
secara keseluruhan. Diperjelas oleh Hasanudin (Abidin 2010: 75) “pendekatan
objektif merupakan pendekatan yang mengutamakan penyelidikan karya sastra
berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri

III
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
PEMBAHASAN

2.1. Abstrak
Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus adalah suatu operasi rahasia pada
masa Pemerintahan Soeharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan
yang begitu tinggi pada saat itu. Hal inilah yang menjadi cikal bakal terlahirnya trilogi cerpen
penembak misterius karya Seno Gumira Ajidarma. Analisis yang dilakukan dalam artikel
yang saya buat dengan menggunakan pendekatan objektif dengan lebih banyak membahas
unsur intrinsik dari trilogi cerpen penembak misterius.
Hasilnya menunjukkan bahwa tiga cerpen ini sangat berhasil menyinggung realita
yang terjadi saat operasi penembakan misterius. Hal ini ditunjukkan dengan keseluruhan
intrinsik dari ketiga cerpen penembak misterius yang mudah dicerna namun tetap berhasil
menyembunyikan beberapa makna tersirat yang hanya bisa dirasakan dengan melakukan
penelitian lebih dalam.

2.2 Seno Gumira Ajidarma dan Penembak Misterius: Trilogi


Seno Gumira Ajidarma adalah salah seorang cerpenis yang “dilahirkan” oleh media
massa, khususnya surat kabar dan majalah, yang terbit di Indonesia pada kurun waktu sejak
tahun 1980-an. Hampir semua cerpennya yang sampai pada awal tahun 2001 telah terhimpun
di dalam sembilan kumpulan cerpen pernah dimuat dalam surat kabar maupun majalah.
Selain sebagai cerpenis, Seno Gumira Ajidarma berprofesi sebagai wartawan.
Sebagai seorang wartawan, ternyata dia mengalami kendala dalam menuliskan berita.
Banyak fakta yang ditemuinya tidak dapat dijadikan berita karena dilarang oleh pemerintahan
Orde Baru. Banyak kalangan wartawan yang enggan dan tidak berani menuliskan berita yang
isi beritanya pinggir jurang. Oleh sebab itu, sastra adalah jalan yang ditempuh oleh Seno
karena jika media-media sudah dibungkam, di situlah sastra yang harus mengambil langkah.
Dari latar belakang dan akitivitas penulisnya, tiga cerpen yang tergabung dalam
“Penembak Misterius: Trilogi” menarik untuk dianalisis. Selain itu, tiga cerpen juga
menyiratkan realitas kehidupan masyarakat pada tahun 80-an dengan fantasi yang luar biasa
liar dari Seno.

IV
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Trilogi cerpen ini dibukukan dalam buku berjudul “Penembak Misterius” yang terbiy
pada tahun 1993 dan di dalamnya diisi beberapa cerpen lainnya yang bernuansa kritik
terhadap situasi politik Orde Baru.

2.2. Keroncong Pembunuhan


 Tema
Tema yang diangkat Seno dalam cerpen “Keroncong Pembunuhan” ialah
konflik batin antara sebuah tanggung jawab pekerjaan dan hati nurani yang
berlawanan dengan tanggung jawab itu. Hal ini dapat dilihat dari perasaan tokoh
utama yang mulai bimbang antara menjalankan perintah –yaitu membunuh
seseorang– atau menuruti bisikan hati nuraninya untuk tidak membunuhnya.
Awalnya tokoh utama berpikir bahwa yang ia lakukan hanyalah sebuah
pekerjaan. Setelah pikirannya dipenuhi pertanyaan mengapa targetnya harus
dibunuh, ia mulai bimbang kemudian akhirnya ia berbalik menuruti kata hatinya
untuk tidak menjalankan perintah pembunuhan itu.
Tema yang diangkat oleh Seno jelas menyindir petrus yang saat itu banyak
menelan nyawa orang yang dianggap melakukan kejahatan, Seno cerdas
mengambil tema dan menentukan konfliknya dengan menceritakan konflik batin
yang dialami oleh si penembak saat ia harus membunuh. Seno membumbui cerpen
ini dengan balutan politik dan keroncong khas 80-an
Tema dalam cerpen tersebut terlihat pada kutipan berikut:
Sialan cewek itu, berani benar membentak-bentak seorang pembunuh
bayaran. Tanganku tiba-tiba bergerak sendiri menggeser senapan itu. Dengan
indera keenam ia kucari di antara kerumunan orang banyak. Wajah-wajah cantik
silih berganti mengisi teleskopku. Aku harus memancing dia bicara.
 Tokoh dan Penokohan
Dalam cerpen "Keroncong Pembunuhan" ini, Seno tidak membuatkan
nama para tokohnya. Mungkin, karena cerpen yang dibawakan bernuansa
misterius dan sembunyi/rahasia, karenanya Seno tidak memberi mereka nama.
Tokoh penting dalam cerpen ini adalah tokoh yang tidak disebutkan
namanya dan hanya disebut “aku”. Tokoh “aku” adalah seorang pembunuh
bayaran dengan keahlian menembak atau sering disebut dengan sniper. Tokoh
“aku” mempunyai sifat ingin tahu dan mudah dipengaruhi kata hatinya. Hal itu

V
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
dilihat dari pikirannya yang mempertanyakan mengapa target harus dibunuh dan
siapa yang memberi perintah pembunuhan, si "aku" ini pula merupakan seorang
penembak dengan jam terbang yang tinggi, pelurunya tak pernah meleset saat ia
menekan pistolnya. Itupun terlihat saat si "aku" dengan santainya ngemil kacang
sembari menyalakan televisi di tengah kondisi ia menunggu target yang akan
dibunuhnya.
Tokoh lainnya adalah seorang wanita yang juga tidak disebutkan namanya.
Wanita itu berperan sebagai tangan kanan atasannya –yang memberi perintah
pembunuhan– dan bertindak sebagai komando lapangan atau penunjuk target dan
pemberi aba-aba bagi sang sniper (tokoh utama). Tokoh wanita ini mempunyai
sifat mudah panik dan mau berkata jujur saat di bawah tekanan. Saat tokoh “aku”
membidikkan senapannya ke arahnya, si wanita itu mulai panik. Setelah dipaksa
beberapa kali akhirnya wanita itu berkata jujur.
Selain dua orang itu ada seorang laki-laki yang menjadi target yang tidak
disebutkan namanya, juga seorang laki-laki yang memberikan perintah
pembunuhan (atasan si wanita).
Saya adalah orang yang menyukai cerpen dengan tokoh yang tidak terlalu
banyak, itu sebabnya saya menyukai Seno Gumira Ajidarma. Seno tak banyak
memakai tokoh dalam cerpennya —paling banyak 5— namun semua tokoh yang
dibuat Seno mempunyai karakter yang kuat.
Hebatnya seorang Seno adalah di mana ia tidak banyak menggunakan
dialog yang memperkenalkan atau memberitahu sesuatu, tetapi Seno
memperkenalkan atau memberitahu sesuatu melalui benda, tingkah laku dan
lainnya tanpa harus melalui dialog.
Contohnya di cerpen "Keroncong Pembunuhan" ini Seno tidak
menjelaskan bahwa ini terjadi di sekitar tahun 80-an. Namun, jika kita jeli dalam
membaca cerpen ini kita bisa tahu lewat keroncong dan suasana pesta.
 Alur
Cerpen ini menggunakan alur cerita lurus atau alur maju dan tidak membuat
pusing, tak ada adegan kilas balik yang harus menggunakan alur mundur.
Cerpem dimulai dari tokoh “aku” yang mengawasi orang-orang dan menunggu
perintah penembakan. Kemudian terjadi percakapan dengan tokoh wanita. Konflik
terjadi ketika si tokoh “aku” mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada si wanita

VI
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
yang oleh wanita itu tidak segera dijawab. Konflik puncaknya terjadi ketika tokoh
“aku” mengarahkan senapannya kepada wanita itu dan memaksa wanita itu untuk
menjawab pertanyaannya. 
Konflik berakhir ketika si wanita menjawab pertanyaan. Kejadian selanjutnya
tidak diceritakan secara jelas tetapi para pembaca dapat menebak bahwa tokoh “aku”
tidak menembak target tetapi menembak orang yang memberi perintah pembunuhan.
Hal itu dapat dilihat dari kaliamat tokoh “aku” yaitu:
“Kubidikkan garis silang teleskopku ke jantungnya, …”
Alur dalam cerpen ini tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lamban,
pembaca dibuat seakan merasakan apa yang dirasakan tokoh “aku” yang gamang akan
menembak siapa dan kapan harus menekan pelatuk pistolnya.
“Laras senapanku mengarah padamu manis,” kataku dingin.
Dialog yang dilontarkan tokoh “aku” dalam cerpen ini menggambarkan bahwa
alurnya yang di cerita ini dibawa setegang mungkin namun tetap terkesan santai
ditambah pembaca akan membayangkan lagu keroncong yang menghiasi pesta saat
itu.
Alur dalam cerpen Keroncong pembunuhan ini dapat diidentifikasikan sebagai
alur nonkonvensional karena masalah-masalah yang dialami tokoh masih problematik
dan dibentuk berdasarkan rangkaian peristiwa yang tidak berdasarkan runutan
sebagaimana alur konvensional. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya ending yang
tidak jelas.
Akhir dari cerpen Keroncong Pembunuhan ini, tidak diketahui apakah si tokoh
aku jadi/tidak dalam menembak sasaran. Hal itu dibuktikan dengan kutipan akhir
dalam cerpen ini:
Kubidikkan garis silang teleskopku ke jantungnya, sementara di telingaku
mengiang suara penyanyi itu, yang mulai lagi sebuah lagu keroncong, lagu
kesenangan orang-orang tua. Ini akan membuat mereka terkenang-kenang akan masa
lalunya.
 Latar
Secara fisik cerpen ini berlatar di sebuah kamar hotel mewah di Yogya
tempat tokoh “aku” membidik dan meluruskan kecengan pistolnya dan tempat
pesta beserta kambing guling dan kolam berenang. Hal itu diceritakan secara jelas
dalam cerpen.

VII
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Secara sosial cerpen ini terjadi di kalangan atas jika dilihat dari deskripsi
pada peserta pesta dengan mode pakaian yang mewah dan tempat pesta yang
mewah. Seperti pesta-pesta para politikus yang penuh dengan formalitas dan
senyum palsu, ditambah dengan keroncong yang sepertinya menyimbolkan bahwa
pesta tersebut terjadi pada tahun sekitar 80-an.
Pembaca bisa membayangkan dirinya sebagai orang yang akan mengambil
nyawa hanya dengan menekan pelatuk pistol dan tanpa harus disalahkan dan
ketahuan. Sangat mengerikan ditambah musik keroncong yang jiks dibayangkan
sangat terasa mencekam dan getir.
 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan Seno dalam cerpen ini sangat beragam, Ia
menggunakan berbagai jenis gaya bahasa yang tak terfokus pada satu gaya bahasa
yang ditekankan. Gaya bahasa yang digunakanpun sangat lugas atau
nonkonvensional dan tidak banyak menggunakan kata kiasan.
seperti pada kutipan berikut:
Memang wajah mereka adalah wajah wajah orang baik-baik, tapi entahlah
apa yang kurang enak di sana. Apakah banyak yang memakai baju resmi, seragam
yang kubenci? Ataukah karena perasaanku saja. Namun sungguh mati, aku akan
sangat berbahagia kalau korbanku kali ini adalah seseorang yang memuakkan.
Pengkhianat bangsa dan negara pasti sangat memuakkan.
gaya bahasanya sangat lugas dan langsung dapat dipahami, namun Seno
membalutnya dengan memainkan emosi pembaca.
 Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama
(utama). Terlihat bahwa cerpen ini menggunakan kata ganti ‘aku’ dan yang
menjadi tokoh utama adalah si tokoh ‘aku’ tersebut.
Dengan memakai sudut pandang orang pertama ini dapat membuat
pembaca seperti merasakan menjadi tokoh utama. Sudut penceritaan orang
pertama memang cocok untuk problematika konflik batin tokoh utama.
Lewat sudut pandang orang pertama, penulis seolah menggiring pembaca
untuk berempati pada tokoh utama yang pekerjaanya adalah pembunuh bayaran.
 Amanat

VIII
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Amanat yang sangat jelas dalam cerpen ini adalah agar setiap orang mau
mendengarkan kata hatinya. Harus pintar-pintar mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk untuk kita, tidak semua perintah harus kita jalani —dalam hal
imi membunuh orang— dan kita harus berani melawan. Penulis menghendaki
agar setiap orang berdiri di atas kebenaran dengan mengesampingkan kepentingan
pribadi maupun kelompok.

2.3. Bunyi Hujan di Atas Genting


 Tema
Tema yang diangkat adalah masih tentang pembunuhan yang kali ini
menitik beratkan pada orang-orang bertato yang ditembak dan mayatnya
tergeletak di mana-mana —dalam hal ini di samping rumah Sawitri— dan
sudah seperti bangkai tikus.
Tema yang diangkat masih sekitar petrus yang dalam cerita pendek ini
benar-benar digambarkan jelas. Karena, pada tahun-tahun petrus bekerja
terdapat pelarangan menggunakan tato dan orang-orang yang bertato dituduh
pelaku kejahatan dan harus dimusnahkan.
Terlihat pada deskripsi ini:
Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-
mayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira
setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan
reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan.
 Tokoh dan Penokohan
Seno kembali dengan ciri khasnya yaitu tidak banyak menampilkan
tokoh, dalam cerpen ini terdapat tokoh “Alina” yang digambarkan sebagai
orang yang sedang ingin mendengar cerita tentang ketakutan dan ia meminta
untuk diceritkan. Seperti yang tergambar pada dialog Alina berikut:
“Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,”
Kemudian ada tokoh “Juru Cerita” yang menceritakan kisah
menakutkan kepada Alina. Dua tokoh ini banyak digunakan dalam cerpen-
cerpen Seno Gumira Ajidarma: Becak Terakhir di Dunia misalnya. Tokoh
Alina dan Juru Cerita sudah melekat dalam cerpen Seno walaupun sebenarnya

IX
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
kedua peran ini tidak begitu penting dan hanya sebagai pencerita dan
pendengar.
Tokoh selanjutnya adalah “Sawitri” yang merupakan seorang mantan
pelacur yang rumahnya di ujung mulut gang dan tiap kali hujan reda ia selalu
melihat mayat bertato tepat di samping jendela kamarnya. Digambarkan dalam
deskripsi berikut:
Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga
Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-
masa yang telah berlalu!
Sedang tokoh yang lain di antaranya Pamuji yang adalah pria bertato
yang pernah menjalin cinta dengan Sawitri dan Pamuji adalah alasan mengapa
Sawitri selalu melihat mayat-mayat bertato yang tergeletak tepat di samping
kamarnya.
Ada pula tokoh-tokoh seperti Kandang Jinongkeng dan Pentung
Pinanggul yang mayatnya tergeletak di samping rumah Sawitri dan mereka
berdua merupakan sahabat Pamuji. Dan juga Nungki dan Asih yang pernah
menjalin asmara dengan Pamuji dan namanya menjadi tato di tubuh Pamuji.
Keempat tokoh ini hanya diceritakan selewat dan tidak diperdalam karena
tidak begitu penting, karena kalau diceritakan ceritanya akan lebih panjang
dan akan merubah esensi dari cerpen Bunyi Bujan di Atas Genting karya Seno
Gumira Ajidarma ini.
 Alur
Alur dalam cerpen Bunyi Hujan di Atas Genting memakai alur maju
yang agak lambat dengan digambarkan sebagai cerita dalam cerita, karena
cerita intinya sebenarnya sedang diceritakan oleh tokoh “Juru Cerita” yang
masih ada dalam cerpen. Ada beberapa kilas balik dalam cerpen ini tapi
terkesan hanya seperti bayangan tokoh.
Terlihat dalam deskripsi ini:
Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada
bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung hati
tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-
cocok kulit Pamuji dengan jarum.
 Latar

X
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Latar secara fisik dalam cerpen ini terdapat di sebuah rumah yang terletak
di ujung mulut gang dengan selokan kumuh.
diceritakan jelas dalam cerpen:
Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari,
kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin
kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa,
meskipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali
hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa
karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bisa
mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan yang kokoh, banyak
bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah
terlalu besar.
Cerpen ini menampilkan latar tempat yang mengerikan, kumuh dan diisi
oleh mayat-mayat manusia. Bayangkan saja, setiap hujan reda selalu ada mayat
manusia tepat di pinggir jendela kamar. Ini menunjukkan Seno membangun latar
yang mencekam.
 Gaya Bahasa
Dalam cerpen Bunyi Hujan di Atas genting ini, Seno banyak sekali
menggunakan majas simile atau majas perumpamaan. Terdapat banyak sekali
menggunakan kata yang mengumpamakan sesuatu.
Dapat dilihat di isi cerpen berikut:
“Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai
tikus yang dibuang di tengah jalan. “
“Bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian.”
“Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian
gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada
sebuah panggung sandiwara.”
Dan masih banyak lagi majas simile yang dipakai di cerpen ini.
 Sudut Pandang
Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen “Bunyi Hujan di Atas
Genting” karya Seno Gumira Ajidarma memakai sudut pandang orang ketiga
di mana tokoh “Juru cerita” seakan-akan menceritakan kisah Sawitri kepada
para pembaca.

XI
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Penggunaan sudut pandang ketiga dalam cerpen ini memberikan kesan
tersendiri di mana pembaca akan merasakan berada di posisi Alina sebagai
orang yang mendengarkan cerita si Juru cerita. Walaupun sebenarnya peran
Juru Cerita dan Alina sangat minim dalam cerpen ini.
 Amanat
Entahlah, tapi cerpen ini memberi amanat bahwasanya mencintai
sesuatu tak bisa dengan mudah melupakan hal itu, walaupun di sisi lain
sesuatu yang kita cintai hancur, atau bahkan jauh dari kata sempurna

2.4. Grhhh!
 Tema
Tema yang diangkat dalam cerpen Grhhh kali ini sedikit agak berbeda
dari dua cerpen sebelumnya. Cerpen Grhhh ini mengangkat tema mayat hidup
yang menyerang kota.
Tetapi, ini bukan seperti Resident Evil dan film-film zombie lainnya.
 Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam cerpen Grhhh ini di antaranya Reserse Sarman sebagai
tokoh utama yang memegang peran penting dalam cerpen ini, walaulun
sebenarnya Reserse Sarman terkesan hanya sebagai tokoh korban yang tidak
menyebabkan konflik.
Sedangkan tokoh lain seperti Markonah, para mayat hidup, atasan dan
kawan sesama petugas keamanan Sarman sangat sedikit perannya walau
diselipkan beberapa dialog yang tak mencantumkan jelas Reserse Sarman
berbincang dengan siapa.
 Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju, di mana Reserse Sarman yang
mencoba membasmi para mayat hidup yang seliweran dan mengganggu
keamanan kotanya dan mencoba mencari tahu sebab para mayat hidup ini bisa
berkeliaran dan meresahkan kota.
 Latar
Latar tempat dalam cerpen ini digambarkan seperti kota yang sudah
seperti terjadi peperangan yang disebabkan oleh para mayat hidup.
Terlihat dalam deskripsi cerpen berikut:

XII
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
Di berbagai sudut kota zombi bermunculan, makin banyak dan makin
cepat, dan makin ganas. Mereka merayat seperti ulat. Memenuhi jalanan,
menyeruduk di supermarket dan memasuki kampus-kampus. Mereka
gentayangan di segala pelosok. Memanjati gedung-gedung bertingkat dan
berteriak-teriak dengan serak. Grhhh! Grhhh! Dhendham! Dhendham! Mereka
bersuara berbarengan seperti kor dari neraka. Grhhh! Grhhh! Dhendham
khesumath! Dhendham khesumath! Grhhh!
 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dipakai menggunakan makna konotasi tanpa banyak kata
kias. Di mana narasi dari sudut pandang dan dialog para tokohnya sangat
gamblang dan sangat mudah dipahami dibanding dua cerpen sebelumnya.
Seperti dalam bagian berikut:
 Sudut Pandang
Zombi makin merajalela. Kehidupan sehari-hari kacau. Mereka kini bukan hanya
menyambar benda-benda murahan, tetapi mulai
melahap segala jenis makanan. Keberadaaannya adalah teror. Persediaan rudal
makin menipis. Maklumlah, negeri ini biasanya tenteram dan damai, subur dan gemah
ripah loh jinawi. Busyet. Siapa mimpi harus berperang melawan zombi?
HT Reserse Sarman menguik.
“Bintara Sarman?”
“Siap Pak!”
“Cepat ke Jalan Lima! Ada zombi lagi!”
“Siap Pak!”
Tapi Reserse Sarman tidak beranjak. Diangkatnya kedua kaki ke atas meja di
kantor. Kepalanya terkulai. HT-nya terus menguik-nguik. Percakapan berseliweran.

 Amanat
Sama halnya seperti dua cerpen sebelumnya, cerpen ini memberi peringatan
terhadap pembantaian ribuan nyawa dalam aksi penembakan misterius,
bahwasanya akan ada balasan entah dari korban atau pihak lain terhadap aksi
petrus.
Cerpen ini pula sangat melaknat aksi petrus yang sangat tidak patut dan jauh
dari norma yang berlaku. Bahkan dalam segi agama pun tak ada kepatutan dan
jauh dari kata layak terhadap kematian para korban petrus.

XIII
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penembak Misterius merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh Seno Gumira
Ajidarma dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1993. Dalam kumpulan cerpen ini
termaktub pula tiga cerpen yang bagiannya disebut “Penembak Misterius: Trilogi”.
Trilogi cerpen ini semuanya membahas tentang aksi penembakan misterius yang
terjadi sekitar tahun 1980-an yang di mana media cetak dan pers tidak berani menyiarkan
berita tentang kasus pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran itu.
Seno Gumira Ajidarma menekankan dalam cerpen ini bahwasanya sastra tidak bisa
dibungkam, sastra adalah media terakhir dan media yang berada di garis depan untuk
menentang segala bentuk pelanggaran —dalam hal ini pelanggaran ham— yang keluar dari
norma dan etika.

3.2. Saran
Dalam ketiga cerpen penembak misterius ini sangat-sangat vokal membahas petrus
tanpa satu katapun menyebut-nyebut petrus di dalamnya. Dalam cerpen “Grhhh!”, Seno
terlalu surrealis menggambarkan para korban petrus sebagai mayat hidup atau zombie.
Selebihnya, ketiga cerpen ini merupakan sebuah sindiran keras yang berhasil kepada
aksi penembakan misterius.

3.3. Daftar Pustaka


 Ajidarma, Seno Gumira. 2007. Penembak Misterius. Galang press.
 Wellek, Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Satinem. 2019. Apresiasi Prosa Fiksi: Teori, Metode dan Penerapannya.
Penerbit Deepublish.
 Wicaksono. 2014. Catatan Ringkas Stilistika. Penerbit Garudhawaca.
 Riswandi, Bode. 2021. Benang Merah Pros. Tasikmalaya: Langgam Pustaka.

XIV
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS
XV
MAKALAH ANALISIS CERPEN TRILOGI PENEMBAK MISTERIUS

Anda mungkin juga menyukai