Anda di halaman 1dari 9

“ MAKALAH EKONOMI BANK SENTRAL”

DAN LEMBAGA LEMBAGA KEUANGAN

 NAMA : JULIA PUTRI MAHARANI


 KELAS : X IPA 2
 MAPEL : EKONOMI LM
 GURU PEMBIMBING : FERDIAN S.PD

SMAN 8 KOTA JAMBI


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB 1 PENDAHULAAN

A. Latar Belakang

Bank Indonesia merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian
terutama dibidang moneter, keuangan, dan perbankan. Bank Indonesia dibentuk dengan tujuan
sosial ekonomi tertentu yang menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, seperti
stabilitas harga dan perkembangan ekonomi, dan disisi lain dalam suatu sistem perbankan,
ketiadaan kordinator dan regulator yang tidak berpihak akan mengakibatkan bank-bank tidak dapat
melaksanakan operasinya secara efisien. Peran Bank Indonesia akan tercermin dari tugas utama
yang diembannya, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sisitem pembayaran.

Salah satu pelaksanaan tugas Bank Indonesia adalah dibidang sistem pembayaran yang bisa
dikatakan telah berakar sejak masa De Javasche Bank (DJB). Sebagai bank sirkulasi untuk Bank Hindia
Belanda, De Javasche Bank telah berpengalaman dalam melaksanakan sisitem pembayaran, baik
pembayaran tunai, maupun pembayaran non tunai. Ketika De Javasche Bank berganti menjadi Bank
Indonesia pada 1 juli 1953, tugas pelaksanaan sisitem pembayaran itu kembali dimantapkan dalam
Undang-Undang No. 11 Tahun 1953 atau Undang-Undang pokok Bank Indonesia 1953 pada pasal 7
ayat 2 sebagai berikut: “Bank menyelenggarakan pengedaran uang itu terdiri dari uang kertas bank,
mempermudah jalannya uang giral di Indonesia dan memajukan jalannya pembayaran dengan luar
negeri”. Sejak saat itu Bank Indonesia menyelenggarakan pengedaran uang melalui jaringan kantor-
kantor cabangnya ke seluruh wilayah Indonesia.

Pentingnya keberadaan suatu sistem pembayaran yang efisien, aman, dan handal bagi suatu
perekonomian maka sejak awal tahun 1990 an isu mengenai sistem pembayaran ini telah mulai
menjadi perhatian serius bank-bank sentral karena mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan
efektivitas tugas pokok bank sentral. Saat ini hampir semua bank sentral menempatkan sistem
pembayaran sebagai salah satu bidang dalam tugas pokoknya.

Sasaran dari fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran oleh bank sentral
adalah terciptanya sistem pembayaran yang aman dan efisien. Pengertian sistem pembayaran
adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari kegiatan
ekonomi. Oleh karena itu, sistem pembayaran yang aman dan efisien sangat mendukung

keberhasilan suatu negara dalam menjaga dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan dan
stabilitas moneter.

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen utama dalam mendukung aktivitas
perekonomian di suatu negara dan oleh karena itu sistem pembayaran harus senantiasa dijaga agar
dapat berjalan secara aman dan efisien. Keaman dalam kegiatan sistem pembayaran dapat dilihat
dari berbagai indikator antara lain sebagai berikut:

1. Tersedianya lembaga, mekanisme, alat pembayaran, dan infrastruktur dalam kegiatan


sistem pembayaran yang handal dan aman dari segala bentuk fraud.
2. Tersedianya aturan hukum yang memberikan pengaturan yang jelas dan adil untuk
seluruh pihak dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.
3. Tersedianya sistem yang handal dalam pemrosesan transaksi sistem pembayaran yang
antara lain dibuktikan dengan tingkat ketersediaan sistem yang maksimal serta
kepastian penyelesaian transaksi.
4. Tersedianya back-up system yang menjamin kelangsungan kegiatan sistem pembayaran
yang aman.

Sedangkan sistem pembayaran yang efisien ditunjukkan melalui berbagai indikator antara

lain:

1. Tersedianya infrastruktur sistem pembayaran yang menjangkau seluruh wilayah


Indonesia dan dapat dimanfaatkan secara bersama oleh penyedia sistem.
2. Tersedianya layanan sistem pembayaran yang cepat, mudah diakses dan murah untuk
seluruh lapisan masyarakat.
3. Mekanisme penyelesaian pembayaran yang praktis dan cepat.

Pada prinsipnya, kelima komponen utama dalam sistem pembayaran yaitu aturan, lembaga,
mekanisme, alat pembayaran, dan infrastruktur yang merupakan satu kesatuan utuh dalam sistem
harus selalu dikembangkan dalam menjawab tantangan perkembangan teknologi yang mendasari
perkembangan sistem pembayaran dan kebutuhan masyarakat terhadap sistem pembayaran yang
semakin aman dan efisien.

Dalam sistem pembayaran Bank Indonesia berhak menetapkan dan memberlakukan


kebijakan sistem pembayaran. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki kewenangan memberikan
persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan atas sistem pembayaran. Tugas Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran misalnya, peran sebagai penyelenggara kliring antarbank untuk
jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak
mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. Bank Indonesia juga
berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tidak berlaku dari
peredaran.

Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum
maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran
dan pembayaran uang rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara
langsung di loket-loket penukaran seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan
perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.

Sesuai Undang-undang No.7 Tahun 2011 tentang mata uang, Bank Indonesia
menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas berupa penerimaan setoran dan
penarikan uang kepada masyarakat dan perbankan. Selain itu Bank Indonesia menyediakan
pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling, kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak
ketiga.

berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 tahun 2004, Bank Indonesia bertanggung
jawab dan memiliki wewenang di dalam mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman
dan handal. Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah melalui pengawasan sistem
pembayaran.

Pengawasan sistem pembayaran sebagai salah satu fungsi Bank Sentral yang bertujuan
untuk mewujudkan keamanan dan efisiensi dalam sistem pembayaran yang dilakukan melalui
monitoring, melakukan penilaian terhadap penyelenggara berdasarkan kesesuaian dengan tujuan
keamanan dan efisiensi serta mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
sistem pembayaran.
Pengawasan sistem pembayaran diperlukan untuk menghindari kemungkinan kegagalan
keberlangsungan sistem pembayaran yang dapat ditimbulkan dari pihak internal, eksternal,
pengaruh jaringan atau praktek monopoli.

Berdasarkan yang saya amati selama melaksanakan praktek kerja lapangan/magang di


Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, terdapat kesalahan yang pernah terjadi
pada pelayanan kas yaitu selisih antara uang masuk dan uang keluar. Yang dimaksud dengan uang
masuk adalah uang transaksi penukaran atau penggantian uang dari masyarakat maupun bank
umum. Sedangkan yang dimaksud dengan uang keluar adalah modal yang dikeluarkan oleh KpwBI
Prov. Sumut untuk transaksi penukaran atau penggantian uang ke masyarakat ataupun bank umum.
Kesalahan ini terjadi karena kurangnya ketelitian atau human error. Meskipun mereka mempunyai
SOP (sistem operasional) sendiri tetapi kesalahan selisih kas ini tidak bisa dihindari selamanya karena
ini merupakan hal yang lazim terjadi di setiap perusahaan. Hal ini jarang terjadi secara terus-
menerus, walaupun jarang tapi sekali waktu bisa terjadi. Yang namanya kesilapan dan kekhilafan
pasti terjadi disetiap manusia.

Maka dengan landasan pemikiran tersebut, mendorong keinginan saya untuk membahas
bagaimana peran manager kasir dalam melakukan pengawasan pada layanan kas di Bank Indonesia.
Untuk itu saya memilih judul “Peranan Pengawasan Terhadap Kinerja Pegawai pada layuanan kas di
kantor perwakilan bank Indonesia provinsi Sumatra utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul yang diambil, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

 Faktor apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan selisih kas pada layanan kas di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara?
 Bagaimana peranan manajer kasir dalam melakukan pengawasan secara operasional
terhadap pegawai pada layanan kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera
Utara?
 Upaya apa yang dilakukan oleh manager kasir dan petugas kasir ketika terjadi masalah selisih
kas antara uang masuk dan uang keluar?

C. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya masalah selisih kas antara uang masuk
dan uang keluar pada layanan kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera
Utara.
 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana peran manajer kasir terhadap kinerja
pegawai dalam melakukan pengawasan secara operasional pada layanan kas di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara.
 Untuk dapat memahami secara langsung upaya apa yang dilakukan manajer kasir dan
petugas kasir ketika selisih kas terjadi pada layanan kas di Kantor Perwakilan BankIndonesia
Provinsi Sumatera Utara.

LEMBAGA LEMBAGA KEUANGAN


 LEMBAGA KEUANGAN

Lembaga keuangan sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, karena kegiatan kredit
sudah sangat biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam setiap sendi kehidupan masyarakat.
Defenisi secara umum dari lembaga keuangan tersebut adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya (Kasmir, 2002: 2).
Lembaga keuangan, dilihat dari jenisnya, terdiri dari lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan
bukan Bank.

Jenis-jenis lembaga keuangan tersebut akan diuraikan seperti berikut ini :

 PENGERTIAN BANK

Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yang artinya meja untuk penitipan atau penukaran
uang di pasar. Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan pemberi kredit,
mempermudah pembayaran dan penagihan, stabilisator moneter dan dinamisator pertumbuhan
ekonomi (Hasibuan 1994: 9). Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang
dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (financial intermediary).

 FUNGSI BANK
 Agent of Trust, yaitu lembaga yang landasannya adalah kepercayaan.
 Agent of Development, yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi.
 Agent of Services, yaitu lembaga yang memobilisasi jasa untuk pembangunan
ekonomi. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang
berharga, pemberian jaminan Bank, dan penyelesaian tagihan.

 PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak memiliki cara-cara penghimpunan dana yang selengkap
Bank, namun pada pokoknya Lembaga Keuangan Bukan Bank mempunyai kegiatan utama yang tidak
jauh berbeda dengan Bank. Secara umum kegiatan utama Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali pada masyarakat.

 JNIS JENIS LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK


1. Asuransi

Asuransi pada prinsipnya dapat dikatakan sebagai mekanisme proteksi atau perlindungan dari
resiko kerugian keuangan, sedangkan pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi
juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila salah satu
anggota keluarga menghadapi resiko kerugian. Pengertian Asuransi menurut Kitab Undang-undang
Hukum Dagang pasal 246 adalah “Suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung
mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tertentu” (Triandaru dan Budisantoso,
2006: 177).

Pengertian Asuransi menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang

Usaha Perasuransian, adalah :


“ Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tetanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tetanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu bentuk tujuan untuk perlindungan atau proteksi atas
kerugian keuangan, yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak diduga sebelumnya, disamping
itu juga mampu mendorong taraf hidup masyarakat.

2. Dana Pensiun

Dana Pensiunan sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992, adalah Badan Hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya (Kasmir
2002: 306-307). Defenisi tersebut memberi pengertian bahwa dana pensiun merupakan suatu
lembaga mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada
karyawan suatu perusahaan yang telah pensiun. Asas pokok dalam mengelola Dana Pensiun antara
lain sebagai berikut:

a) Penyelenggaraan Dilakukan Dengan Sistem Pendanaan


Setiap penyelenggaraan dana pensiun harus dilakukan dengan pemupukan dana sehingga
cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta.
b) Pemisahan Kekayaan Dana Pensiun Dari Kekayaan Sendiri Kekayaan dana pensiun harus
dipisahkan dari kekayaan sendiri. Dengan demikian tidak diperkenankan pembentukan
cadangan pensiun dalam pembukuan pendiri/perusahaan.
c) Kesempatan Untuk Mendirikan Dana Pensiun
Setiap pemberi kerja (orang atau badan yang mempekerjakan karyawan) memperoleh
kesempatan untuk mendirikan dana pensiun bagi karyawannya.
d) Penundaan Manfaat
Pembayaran hak peserta hanya dilakukan setelah pensiun.
e) Pembinaan dan Pengawasan
Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus dihindarkan dari pengaruh
kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari
pemupukan dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta.

3. Leasing

Leasing merupakan suatu kata atau istilah bahasa asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia.
Secara umum Leasing dapat diartikan suatu penyediaan barang-barang modal dengan imbalan
pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991 Tanggal 21 November 1991, Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara Leasing dengan Hak Opsi (Financial Lease) maupun Leasing
tanpa Hak Opsi atau Sewa Guna Usaha Biasa (Operating Lease) untuk digunakan oleh Lesse
(perusahaan yang mengajukan permohonan leasing) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala (Kasmir, 2002: 258). Leasing memiliki beberapa istilah umum yang perlu
diketahui, antara lain:

a) Direct Lease, adalah leasing yang menyangkut pembiayaan barang modal.


b) Hold Legal Title To The Equipment, adalah peralatan/barang/properti yang dileasingkan dan
sah menurut hukum.
c) Lease Agreement, adalah perjanjian antara Lessor dengan Lesse yang merupakan kontrak
bersyarat.
d) Lesse, adalah perusahaan yang mengajukan leasing.
e) Lessor, adalah perusahaan yang tersangkut dengan upaya leasing.
f) Leverage Lease, adalah jenis pembiayaan proyek yang melibatkan dana cukup besar serta
berjangka waktu 25 tahun.
g) Suplier, adalah pihak yang menjual/menawarkan aquipment.
h) True Lease, adalah pelaksanaan dari kontrak leasing yang memenuhi syaratsyarat untuk
memperoleh keringanan pajak.

4. Gadai

Pengertian gadai sangat erat hubungnnya dengan lembaga jaminan. Seorang kreditur akan
memerlukan jaminan yaitu pihak yang memberikan pinjaman sekaligus menerima barang jaminan.
Gadai munurut KUH Perdata pasal 1150, “Sesuatu hak yang diperoleh sesorang yang mempunyai
piutang atas suatu barang bergerak” (Triandaru dan Budisantoso, 2006: 212). Barang bergerak
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seseorang yang mempunyai utang atau oleh
orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan
kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah
diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo.

Gadai seperti dimaksudkan diatas tumbuh dari perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya yaitu
perjanjian utang piutang. Dari hubungan utang piutang ini pihak yang berhutang memberikan hak
gadai kepada pihak yang berpiutang sehingga menimbulkan hubungan hukum gadai. Hubungan
hukum gadai ini mengakibatkan perhatian diantara penerima gadai dan pemberi gadai yang
merupakan kewajiban bertimbal balik. Jadi yang dimaksud gadai menurut KUH Perdata hanyalah
mengenai utang-piutang dengan jaminan benda bergerak ini dipersyaratkan karena dimaksudkan
agar barang-barang yang menjadi obyek jaminan itu dapat berada di bawah kekuasaan pemegang
gadai.

 BARANG BARANG YANG DAPAT DI GADAI


a. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus dan
memerlukan cara pemeliharaan khusus
b. Hasil bumi, karena mudah busuk dan rusak
c. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat
penyimpanan yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh Perum Pegadain
d. Barang yang cepat rusak, busuk atau susut
e. Barang yang amat kotor
f. Kendaraan yang besar
g. Barang-barang seni yang sulit ditaksir
h. Barang-barang yang mudah terbakar
i. Senjata api, amunisi, dan mesiu
j. Barang yang disewabelikan
k. Barang milik pemerintah
l. Barang ilegal.
 PENGERTIAN KREDIT
Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan. Kredit adalah suatu
pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada
masa suatu tertentu yang akan datang disertai dengan kontra prestasi berupa bunga (Sinungan
1993: 3). Kredit menurut Undang-Undang PerBankan No.10 Tahun 1998 pasal 1

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga” (Kasmir, 2004:
73). Seiring dengan perkembangan jaman, timbul pola kredit baru yaitu bukan lagi orang per orang
melainkan disatu pihak adalah Bank dan pihak lain adalah orang per orang atau kelompok. Pola
kredit ini tidak lagi atas dasar kepercayaan semata tetapi ditekankan pada konsekuensi-konsekuensi
atau aturan main dalam peraturan perkreditan..

 MACAM MACAM KREDIT


1) Kredit Menurut Tujuannya
Kredit ini dibedakan menjadi:
a. Kredit Konsumtif
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses
konsumtif.
b. Kredit Produktif
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya produksi.
c. Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk
dijual lagi.
2) Kredit Menurut Penggunaannya
Kredit ini terdiri dari:
a. Kredit Eksploitasi
Yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu Bank
kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
b. Kredit Investasi
Yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh
suatu Bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman
modal.
3) Kredit Menurut Jangka Waktu
Kredit ini meliputi:
a. Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu paling lama selama satu tahun.
b. Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu satu hingga tiga tahun.
c. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk keperluan
investasi atau penanaman modal.
4) Kredit Menurut Jaminannya
Kredit ini terdiri dari:
a. Kredit Tanpa Jaminan (Ensecured Loan)
Yaitu kredit yang diberikan debitur tanpa menyertakan jaminan. Dalam
dunia perBankan bentuk ini tidak lazim digunakan, karena jika sewaktuwaktu debitur
tidak melunasi hutangnya, pihak kreditur akan mengalami kerugian.
b. Kredit Dengan Jaminan (Secured Loan)
Jenis kredit inilah yang diinginkan oleh seluruh lembaga keuangan untuk
menyalurkan kreditnya. Jaminan yang dapat diberikan oleh suatu debitur
dapat berupa jaminan barang, jaminan pribadi, dan jaminan efek-efek
saham atau sertifikat (Suyatno, 2003: 25-29).

 PRINSIN PRINSIP KREDIT

Pihak pemberi kredit dalam memberikan kredit yang sehat biasanya mengadakan evaluasi
atau analisa terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur guna mencegah atau
mengurangi kemungkinan terjadinya resiko/kerugian. Evaluasi atas resiko ini berpedoman pada
prinsip 4P dan 5C (Kasmir, 2004: 91-92).

1) Prisip 4P meliputi:

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-har

maupun masa lalunya.

b. Purpose

Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah.

c. Prospect

Yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau
tidak.

d. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit

yang diperolehnya.

2) Prinsip 5C yaitu:

a. Character, adalah penilaian terhadap karakter debitur yang berhubungan langsung


dengan tanggung jawab terhadap kewajibannya.

b. Capacity, adalah penilaian terhadap kemampuan financial debitur dalam memenuhi


kewajiban yang telah dijanjikan.

c. Capital, yaitu penilaian terhadap kemampuan modal sendiri atas jumlah dana yang
dibutuhkan.

d. Collateral, yaitu penilaian terhadap jaminan yang dimiliki oleh debitur agar kebutuhan
pendanaannya layak didanai oleh kredit Bank.

e. Condition, yaitu penilaian terhadap situasi mikro dan makro yang meliputi

kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dapat mempengaruhi segala bentuk usaha
yang sedang dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai