Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM PEMBAYARAN

Disusun Oleh:

Nama kelompok: 1.Saniatus Safitri

2. Siti Aisyah

3. Dimas kurniawan

4. Nabil Rafi Saputra

5. Ikbal Rianto

6. Muh. Safiq Al hidaya

Kelas : X4 (sepuluh empat)

Guru Mapel : Martha Yulita S,S.Pd

SMA NEGERI 1 RANTAU PULUNG


TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.kami panjatkan
puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayahdan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Sistem
Pembayaran.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwamasih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang ilmu dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun.

Daftar Isi
JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................1

LATAR BELAKANG.................................................................2

RUMUSAN MASALAH...........................................................2

TUJUAN..................................................................................2

MANFAAT...............................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................3

PENGERTIAN SISTEM PEMBAYARAN..................................3

PERAN SITEM PEMBAYARAN...............................................3

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN.....................4

SEJARAH DAN PENGERTIAN OJK.......................................5

TUJUAN,PERAN/FUNGSI, TUGAS,DAN WEWENANG OJK..6

BAB 3 PENURTUP..........................................................................8

KESIMPULAN........................................................................8

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Pembayaran terus mengalami perubahan. Perkembangan teknologi
dalam sistem pembayaran menggeser peran uang tunai sebagai alat
pembayaran,menjadi alat pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis
(Pramono,2006). Menurut Undang-Udang No.23 tahun 1999 tentang bank
Indonesia pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kertas yaitu yang
berupa kertas dan logam yang mana uang logam merupakan terbuat dari emas
atau perak yang memiliki nilai tinggi dan tidak mudah hancur atau rusak,selain
logam ada lagi uang kertas yang merupakan uang yang berbentuk lembaran yang
terbuat dari bahan kertas. Sedangkan pembayaran yang di lakukan secara non
tunai bisa di lakukan berupa transfer ataupun dengan menggunakan kartu sebagai
alat pembayaran, seperti kartu debit dan kartu kredit.

Dalam Udang-Undang No.23 tentang Bank Indonesia Pasal 1 angka 6 sistem


pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan
mekanisme yang di gunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki kewenangan untuk mengatur sistem
pembayaran dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian sistem pembayaran?

2. Apa peran nya?

3. Bagaimana penyelenggaraan sistem pembayaran?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sistem pembayaran
2. Mengetahui peran nya

3. Mengetahui penyelenggaraan nya

1.4 Manfaat
1. Melatih agar mampu mengurangikan dan membahas suatu permasalahan
secara sistematis, ilmiah,dan teoritis.

2. Sebagai masukan bagi perbankan mengenai pengetahuan masyarakat


mengenai financial technology dan transaksi non tunai terhadap keputusan
menjadi nasabah bank.

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,


lembaga, dan mekanisme yang untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Lantas, apa
saja komponen dari sistem pembayaran? Di dalam sistem pembayaran harus ada
alat pembayaran, ada mekanis kliring hingga penyelesaian akhir ( settlement).
Selain itu, ada juga komponen lain seperti Lembaga yang terlibat dalam
menyelenggarakan sistem pembayaran. Termasuk dalam hal ini adalah bank,
lembaga keuangan selain bank, lembaga bukan bank penyelenggara transfer
dana, bahkan Bank Sentral.

2.2 PERAN/FUNGSI SISTEM PEMBAYARAN

Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat


memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien cepat, tepat, dan aman. Fungsi
pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin
operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem
pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan sistem pembayaran baik dilakukan oleh Bank Indonesia maupun
pihak di luar Bank Indonesia.

Kelancaran transaksi pembayaran dicapai melalui serangkaian kebijakan bank


Indonesia di bidang sistem pembayaran. Dalam menjalankan mandat tersebut,
Bank Indonesia mengacu pada 4 prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni
keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen.

A. AMAN
Aman berarti segala resiko dalam sistem pembayaran seperti risiko likuiditas
maupun risiko kredit harus dapat dikelola dengan dimitigasi dengan baik oleh
setiap penyelenggara sistem pembayaran.

B. EFISIENSI

Prinsip efisiensi menekan bahwa penyelenggaraan sistem pembayaran harus


dapat digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan
lebih murah Karena meningkatnya skala ekonomi.

C. KESETARAAN AKSES

Prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa bank Indonesia tidak
menginginkan adanya praktik monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang
dapat menghambat pihak lain untuk masuk.

D. PERLINDUNGAN KONSUMEN

Kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan


aspek-aspek Perlindungan Konsumen.

2.3 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Secara garis besar sistem pembayaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran non tunai. Kedua jenis sistem
pembayaran tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar, yaitu terletak pada
instrumen yang digunakan. Sistem pembayaran tunai menggunakan uang kertal,
yaitu uang yang berbentuk fisik berupa uang kertas dan uang logam, sedangkan
sistem pembayaran non tunai menggunakan alat pembayaran berupa kartu
kredit, cek, bilyet giro, atau uang elektronik.

Perkembangan sistem pembayaran dimulai dari sistem perekonomian yang paling


sederhana, yakni yang dikenal dengan istilah barter. Sistem barter ini yaitu yaitu
dengan cara saling menukarkan barang yang berbeda. Sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan manusia, muncullah uang sebagai alat ukur dan alat
tukar yang dapat digunakan dalam perdagangan. Pada transaksi pembayaran
sederhana yang melibatkan dua orang secara langsung dapat dilakukan secara
tunai. Namun, semakin besar nilai transaksi, penggunaan uang dirasa semakin
tidak efisien, sehingga orang beralih ke alat pembayaran non tunai.

Pada saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran non tunai sebagian besar
dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening bank di bank Indonesia, sistem
pembayaran non tunai menjadi tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia karena
masih tingginya sistem pembayaran tunai. Bi harus turun langsung ke masyarakat
agar pola masyarakat yang masih menerapkan sistem pembayaran tunai itu
sedikit berkurang dan beralih ke sistem non tunai. Bi saat ini sedang menggiatkan
sistem pembayaran non tunai seperti Electronic money atau e-money. Bahkan
demi terlaksananya program ini, Bi melalui beberapa bank kerjasama dengan
beberapa provider. Sistem pembayaran non tunai juga dibuat dalam berbagai
varian, mulai ditunjukkan bagi masyarakat dengan penghasilan tertentu sampai
ke lapisan masyarakat ekonomi kelas bawah.

2.4 SEJARAH DAN PENGERTIAN OJK

-Sejarah Ojk

OJK adalah lembaga yang sudah berdiri sejak 16 Juli 2012 lalu. Sejarah berdirinya
OJK adalah berangkat dari upaya untuk menghadirkan sistem peraturan dan
pengawasan pada kegiatan Jasa Keuangan di Indonesia. OJK adalah terbentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.

- Pengertian Ojk

OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyedia lembaga keuangan.
2.5 TUJUAN, PERAN/FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG OJK

- Tujuan Ojk

Ada 3 tujuan ojk

a. Dengan ada nya OJK diharapkan akan tercipta sebuah lembaga keuangan yang
bisa bekerja secara transparan teratur, adil, dan kuntabel.

b. Keberadaan OJk diharapkan mampu mewujudkan sebuah sistem keuangan


yang bisa tumbuh secara lebih berkelanjutan dan stabil.

c. Lembaga ini juga diharapkan mampu melindungi setiap kepentingan konsumen


dan masyarakat. Dengan demikian, konsumen dan masyarakat merasa aman
berhubungan dengan lembaga keuangan.

- Peran/fungsi OJk

Peran penting OJK adalah menyangkut tentang pengawasan serta peraturan


terhadap perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan secara
microprudensial.

- Tugas Ojk

a. OJK bertugas untuk mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang


berhubungan dengan Jasa Keuangan di sektor perbankan. Diharapkan dengan
adanya pengawasan yang serius dari OJK tersebut, tidak ada lagi penyelewengan
pada jasa keuangan di sektor perbankan.

b. Selain bertugas untuk mengawasi Jasa Keuangan di sektor perbankan, tugas


lainnya yang tidak kalah penting yang harus diemban oleh OJK adalah melakukan
pengawasan pada kegiatan Jasa Keuangan di sektor pasar modal
c. Pengawasan lain juga merupakan tanggung jawab dari OJK adalah pengawasan
pada lembaga perasuransian, lembaga pembiayaan, lembaga dana pensiun, dan
jasa keuangan lain.

- Wewenang Ojk

a. OJK memiliki wewenang untuk menetapkan sebuah kebijakan operasional


pengawasan terhadap setiap kegiatan jasa keuangan. Harapnya dengan adanya
Penetapan tersebut, kegiatan Jasa Keuangan bisa berjalan dengan lancar

b. OJK berwenang untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan, penyelidikan,


perlindungan, terhadap konsumen serta tindakan lain terhadap lembaga
keuangan sesuai dengan undang-undang.

c. Memiliki wewenang untuk melakukan sanksi administratif terhadap pihak-pihak


yang melakukan sebuah pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
pada sektor jasa keuangan.

d. Melakukan pengawasan terhadap setiap tugas yang dilakukan oleh Kepala


eksklusif. Pengawasan tersebut penting untuk dilakukan agar terjadinya sebuah
profesionalitas kerja, sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal.

e. Berwenang untuk memberikan perintah tertulis yang berhubungan dengan


lembaga Jasa Keuangan maupun pihak-pihak lain. Dengan adanya wewenang
tersebut diharapkan OJK akan berkembang secara independen tanpa dicampuri
oleh berbagai macam pihak.

BAB 3

PENURTUP

-Kesimpulan

Perkembangan alat pembayaran di dunia ini tidak dapat dihindari, hal itu
dipengaruhi oleh perkembangan zaman terutama perkembangan teknologi
sehingga menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru yang mengakibatkan harus
adalah pembayaran yang lebih efisien dari sebelumnya. Hal di atas juga terjadi di
Indonesia, mengingat perkembangan teknologi yang membuat tidak terlihatnya
batasan antar negara, sehingga mengakses informasi dari tempat yang jauh
sekalipun bukanlah hal yang sulit.

Indonesia dalam perkembangan ini telah tikus serta dalam perkembangan alat
pembayaran terlihat regulasi yang dibuat mengenai alat pembayaran diantaranya:

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang;

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/ 3/ PBI/ 2015 tentang kewajiban


penggunaan rupiah di di wilayah Kesatuan Republik Indonesia;

4. Peraturan Bank Indonesia nomor 18/17 PBI/ 2016 tentang perubahan kedua
atas Peraturan Bank Indonesia nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik

Anda mungkin juga menyukai