Anda di halaman 1dari 67

COVER

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... II


SISTEM PEMBAYARAN ......................................................................................... 4
A. KONSEP DASAR SISTEM PEMBAYARAN ............................................. 4
1. Definisi Sistem Pembayaran ..................................................................... 5
2. Tujuan Sistem Pembayaran ...................................................................... 6
3. Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian ..................................... 7
4. Komponen Sistem Pembayaran............................................................... 10
5. Elemen Penting dalam Sistem Pembayaran............................................ 14
6. Risiko-Risiko Sistem Pembayaran .......................................................... 16
7. Prinsip-prinsip Sistem Pembayaran ........................................................ 18
8. Karakteristik Instrumen dalam Sistem Pembayaran ............................... 20
B. PROSES PENYELESAIAN PEMBAYARAN........................................... 23
1. Hubungan Bilateral dan Multilateral ..................................................... 23
2. Sistem Batch dan Real Time ................................................................... 24
3. Setelmen Gross dan Setelmen Net........................................................... 25
4. Real Time Gross Settlement (RTGS) ....................................................... 26
5. Kliring ..................................................................................................... 27
C. PERAN BANK SENTRAL DALAM SISTEM PEMBAYARAN .............. 28
D. ALAT PEMBAYARAN .............................................................................. 31
1. Jenis-Jenis Alat Pembayaran .................................................................. 31
2. Sistem Pembayaran Online dan Mobile Payment ................................... 33
E. SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA .............................................. 34
1. Sejarah Sistem Pembayaran di Indonesia ............................................... 34
2. Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran ........................... 36
3. Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran di Indonesia ............ 37
PASAR MODAL ...................................................................................................... 39

ii
A. KONSEP DASAR PASAR MODAL .......................................................... 39
1. Definisi Pasar Modal .............................................................................. 42
2. Sejarah Pasar Modal............................................................................... 42
3. Jenis-Jenis Pasar Modal ......................................................................... 44
B. PASAR MODAL INDONESIA .................................................................. 46
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia .......................................................... 46
2. Pelaku Pasar Modal di Indonesia ........................................................... 50
C. PROSES GO PUBLIC ................................................................................ 58
1. Alasan – Alasan untuk Go Public ........................................................... 65
2. Manfaat dan Konsekuensi Go Public...................................................... 66

iii
BAB 9
SISTEM PEMBAYARAN
A. KONSEP DASAR SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan sistem pembayaran—dari transaksi berbasis uang
tunai menjadi transaksi komputer tanpa uang tunai—terkait erat dengan
uang. Sistem pembayaran telah berkembang sebagai akibat dari
pertumbuhan volume dan nilai transaksi, peningkatan risiko, peningkatan
kompleksitas transaksi, dan kemajuan teknologi. Sistem pembayaran
tunai telah berkembang dari berbasis komoditas menjadi uang fiat,
sementara metode pembayaran non tunai telah berubah dari berbasis
kertas (cek, giro, dll.) menjadi berbasis elektronik (kartu dan uang
elektronik). Signifikansi sistem pembayaran dalam perekonomian telah
berkembang sebagai akibat dari perkembangan ini.
Sistem pembayaran suatu negara mempengaruhi sistem keuangan dan
perbankannya. Di sisi lain, kemungkinan macet atau kolapsnya sistem
pembayaran akan merugikan stabilitas perekonomian secara keseluruhan.
Perluasan sistem keuangan dan perbankan akan dibantu oleh
keberhasilan sistem pembayaran. Mengingat masalah ini, harus ada
lembaga yang mengendalikan dan memelihara sistem pembayaran,
seringkali bank sentral.
Sistem pembayaran yang aman dan efektif merupakan salah satu
kebutuhan untuk mencapai stabilitas moneter dan keuangan yang
merupakan tujuan utama bank sentral. Oleh karena itu, bank sentral pada
umumnya mengambil bagian dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran, khususnya dalam kapasitas sebagai pembuat kebijakan dan
4|KEBANKSENTRALAN
peraturan, penyelenggara, dan “pengawas” dalam rangka pengendalian
risiko, terlepas dari apakah risiko tersebut dibawa oleh transaksi harian,
seperti risiko likuiditas, risiko kredit, atau risiko sistemik.

1. Definisi Sistem Pembayaran


Sistem pembayaran berdasarkan definisi dari Bank for International
Settlements (BIS), diartikan sebagai jaringan dan mekanisme yang
digunakan untuk memfasilitasi transaksi keuangan antara individu,
bisnis, dan lembaga keuangan yang terlibat dalam aktivitas ekonomi.
Sedangkan European Central Bank (ECB) memberikan definisi sistem
pembayaran sebagai infrastruktur keuangan dan proses yang
memungkinkan pengiriman dan penerimaan dana secara aman dan
efisien antara individu, bisnis, dan lembaga keuangan.
Mervyn King, mantan Gubernur Bank of England dan seorang
ekonom akademis terkemuka yang telah menjadi jantung pembuatan
kebijakan pemerintah pusat selama bertahun-tahun, memperjelas definisi
sistem pembayaran dalam bukunya tahun 2016 yang berjudul “The End
of Alchemy: Banking, the Global Economy”. Ia mendefinisikan sistem
pembayaran sebagai jaringan yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk
infrastruktur teknis dan kelembagaan, yang memungkinkan individu dan
bisnis untuk melakukan transaksi keuangan dengan mudah dan efisien.
Definisi dari buku atau sumber lainnya mungkin memiliki perbedaan
dalam penggunaan kata dan fokus definisi, namun intinya masih sama
yaitu sistem pembayaran adalah mekanisme yang digunakan untuk
memfasilitasi transaksi keuangan antara pembeli dan penjual.
Sistem pembayaran mencakup pengaturan dan perjanjian antara
pembeli dan penjual, serta berbagai lembaga keuangan seperti bank dan
lembaga kliring dan penyelesaian transaksi yang memfasilitasi transaksi
pembayaran antarperorangan, baik domestik maupun antarnegara. Selain
itu, sistem pembayaran juga mencakup mekanisme teknis dan
operasional yang digunakan untuk mengirimkan, memverifikasi, dan
menerima instruksi pembayaran serta memastikan pemenuhan kewajiban
pembayaran. Sistem pembayaran juga melibatkan penggunaan alat
pembayaran seperti uang tunai, kartu kredit, dan transfer bank, serta
inovasi teknologi seperti pembayaran online dan mobile payment. Dalam

5|KEBANKSENTRALAN
setiap negara, sistem pembayaran merupakan bagian penting dari
infrastruktur keuangan yang memegang peranan kunci dalam mendukung
aktivitas ekonomi dan perdagangan internasional.

2. Tujuan Sistem Pembayaran


Menurut John Sheppard dalam bukunya yang berjudul "Electronic
Payment Systems for E-Commerce", salah satu tujuan umum dari sistem
pembayaran adalah untuk memungkinkan orang untuk memindahkan
akun dari satu bank ke bank lainnya dengan mudah (sheppard, 1996). Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan dan kemudahan bagi
pengguna dalam mengelola aset keuangan mereka dan meningkatkan
daya saing antara lembaga keuangan. Namun, pandangan Sheppard
tersebut hanya mencakup salah satu dari banyak tujuan sistem
pembayaran. Tujuan lain dari sistem pembayaran meliputi :
a) Memfasilitasi transaksi keuangan dengan aman, efisien, dan akurat
Tujuan lain dari sistem pembayaran adalah untuk memfasilitasi
transaksi keuangan dengan aman, efisien, dan akurat. Hal ini meliputi
proses pengiriman, verifikasi, dan penerimaan instruksi pembayaran,
serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran "nilai"
antarperorangan, bank, dan lembaga lainnya baik domestik maupun
antarnegara. Dengan memfasilitasi transaksi keuangan yang efisien
dan akurat, sistem pembayaran dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi dalam berbagai sektor ekonomi.
b) Meningkatkan aksesibilitas keuangan dan kemudahan dalam
melakukan transaksi
Sistem pembayaran juga bertujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas keuangan dan kemudahan dalam melakukan transaksi di
dalam maupun antarnegara. Hal ini dapat membantu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan memperkuat inklusi keuangan. Sistem
pembayaran yang efektif dapat memberikan akses keuangan bagi
individu dan bisnis yang sebelumnya tidak memiliki akses ke sistem
keuangan formal.
c) Meningkatkan stabilitas dan integritas sistem keuangan
Tujuan sistem pembayaran lainnya adalah untuk meningkatkan
stabilitas dan integritas sistem keuangan secara keseluruhan. Sistem

6|KEBANKSENTRALAN
pembayaran yang stabil dan terpercaya dapat membantu mencegah
kerugian besar yang disebabkan oleh kegagalan sistem keuangan.
Selain itu, sistem pembayaran yang aman dan terpercaya juga dapat
membantu mencegah kejahatan keuangan seperti pencucian uang dan
pendanaan teroris.
d) Mendorong inovasi keuangan
Sistem pembayaran juga dapat digunakan untuk mendorong
inovasi keuangan yang dapat memperbaiki sistem keuangan secara
keseluruhan. Inovasi keuangan dapat meliputi pengembangan
teknologi baru, produk keuangan, dan model bisnis yang dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan.
e) Memberikan perlindungan kepada konsumen
Tujuan terakhir dari sistem pembayaran adalah memberikan
perlindungan kepada konsumen dalam melakukan transaksi
keuangan. Hal ini meliputi perlindungan terhadap pencurian identitas,
penipuan, dan kerugian lainnya yang mungkin terjadi dalam transaksi
keuangan. Sistem pembayaran yang efektif harus memberikan
perlindungan yang memadai kepada pengguna agar mereka merasa
aman dan nyaman dalam melakukan transaksi keuangan.

3. Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian


Sistem pembayaran memiliki peran yang sangat penting dalam
perekonomian suatu negara, karena merupakan jantung dari aktivitas
keuangan yang dilakukan oleh individu, bisnis, dan lembaga lainnya.
Sistem pembayaran berfungsi sebagai sarana untuk melakukan transaksi
keuangan, seperti pembayaran tagihan, transfer uang, dan pembelian
produk atau jasa. Tanpa sistem pembayaran yang efisien dan efektif,
proses transaksi keuangan menjadi sulit dan lambat, yang dapat
menghambat aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
Sistem pembayaran juga memiliki peran penting untuk memberikan
fasilitas dalam perdagangan internasional dan aliran modal lintas negara.
Dalam era globalisasi saat ini, perdagangan dan aliran modal lintas
negara semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan sistem pembayaran
yang andal dan efisien semakin penting. Dalam hal ini, sistem

7|KEBANKSENTRALAN
pembayaran harus dapat mendukung transaksi lintas negara dengan
memfasilitasi pertukaran mata uang dan melakukan konversi mata uang
secara otomatis dan efektif.
Sistem pembayaran juga berperan penting dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan secara keseluruhan. Sistem pembayaran yang efisien
dan andal dapat mengurangi risiko sistemik dan operasional, yang dapat
berdampak pada stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pengawasan dan regulasi terhadap sistem pembayaran
menjadi sangat penting untuk memastikan sistem pembayaran yang aman
dan stabil.
Dengan demikian, peran sistem pembayaran dalam perekonomian
sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Sistem pembayaran yang efisien
dan andal dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan
ekonomi secara keseluruhan, seperti meningkatkan efisiensi transaksi
keuangan, memfasilitasi perdagangan internasional dan aliran modal
lintas negara, serta menjaga stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan.
Menurut Sheppard (1996), sistem pembayaran memiliki peran yang
sangat penting dalam perekonomian suatu negara, karena merupakan
infrastruktur yang mendasar bagi aktivitas keuangan dan perdagangan.
Beberapa peran penting sistem pembayaran dalam perekonomian adalah
sebagai berikut:
a) Stabilitas Keuangan
Sistem pembayaran merupakan komponen penting dari kerangka
keuangan suatu perekonomian yang mendukung stabilitas moneter.
Sistem keuangan dan perbankan dan sistem pembayaran saling terkait
erat. Jika sistem pembayaran terganggu, dapat terjadi keterlambatan
atau kegagalan pemenuhan komitmen, yang akan menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas dan likuiditas perbankan
dan sistem keuangan. Sebaliknya, jika krisis keuangan atau
perbankan melanda satu atau lebih bank yang berpartisipasi dalam
sistem pembayaran, maka akan berdampak pada setelmen antar bank
dan dapat mengakibatkan "kemacetan" seluruh sistem pembayaran.
Oleh karena itu, koordinasi yang efektif antara bank, pengawas pasar
keuangan, dan pengawas sistem pembayaran diperlukan untuk

8|KEBANKSENTRALAN
mengantisipasi permasalahan dan mencari solusi secepat mungkin
untuk menjaga stabilitas sistem pembayaran dan pasar keuangan.

b) Instrument Kebijakan Moneter


Sistem pembayaran juga memiliki peran penting sebagai saluran
pengendalian ekonomi yang efektif, khususnya melalui kebijakan
moneter. Keberhasilan kebijakan moneter dalam mengendalikan
perekonomian sangat dipengaruhi oleh kelancaran sistem
pembayaran. Jika sistem pembayaran berjalan dengan lancar, maka
kebijakan moneter dapat mempengaruhi likuiditas perekonomian
dengan lebih efektif. Dalam hal ini, sistem pembayaran menjadi
penghubung antara sistem perbankan dan sektor riil dalam
mengimplementasikan kebijakan moneter. Dengan begitu, efek
kebijakan moneter dapat tersampaikan secara lebih tepat waktu dan
akurat, sehingga memungkinkan terciptanya stabilitas ekonomi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi para pengambil kebijakan
di sektor keuangan dan perbankan untuk memastikan kelancaran
sistem pembayaran agar kebijakan moneter dapat berjalan dengan
efektif.

c) Efisiensi Ekonomi
Sistem pembayaran memiliki peran penting sebagai alat untuk
mendorong efisiensi ekonomi. Dalam hal ini, sistem pembayaran
berfungsi untuk memfasilitasi transaksi keuangan antara berbagai
pihak dalam perekonomian dengan cepat dan efisien. Keterlambatan
dan ketidaklancaran dalam proses pembayaran akan mengganggu
perencanaan keuangan suatu usaha, karena mereka harus menunggu
untuk menerima dana dari pelanggan atau pihak lainnya. Hal ini
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas perekonomian secara
keseluruhan, karena usaha-usaha tidak dapat memanfaatkan sumber
daya yang ada dengan optimal. Oleh karena itu, sistem pembayaran
yang efisien sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Dengan adanya sistem pembayaran yang cepat
dan efisien, maka transaksi ekonomi dapat berjalan dengan lancar dan
dapat meningkatkan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.

9|KEBANKSENTRALAN
Hal ini dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha, masyarakat,
dan negara secara keseluruhan.

Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem


pembayaran memiliki peran yang krusial dalam perekonomian suatu
negara. Tiga peran utama sistem pembayaran yang teridentifikasi adalah
menjaga stabilitas keuangan dan perbankan, menjadi saluran transmisi
kebijakan moneter, dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Oleh karena itu,
pengaturan dan pengawasan sistem pembayaran sangat penting dalam
menjaga stabilitas keuangan dan perbankan, mempercepat transmisi
kebijakan moneter, serta meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara.
Dalam konteks ini, pihak pengawas pasar keuangan dan sistem
pembayaran perlu bekerja sama dengan pihak bank untuk memastikan
bahwa sistem pembayaran dapat berjalan dengan aman dan lancar.

4. Komponen Sistem Pembayaran


a) Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran
Komponen pertama dalam sistem pembayaran adalah institusi
atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran. Institusi ini bisa
berupa bank, perusahaan pembayaran, penyedia dompet digital, dan
lembaga keuangan lainnya. Tugas utama dari institusi ini adalah
untuk menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan
untuk memfasilitasi proses pembayaran antara dua pihak atau lebih.
Mereka juga bertanggung jawab atas keamanan dan ketersediaan
sistem pembayaran.
Bank adalah institusi utama dalam sistem pembayaran. Bank
memainkan peran penting dalam memfasilitasi transaksi keuangan
dan memastikan pembayaran berjalan lancar. Seiring perkembangan
teknologi, perusahaan pembayaran seperti PayPal dan Stripe juga
menjadi institusi penting dalam sistem pembayaran, terutama untuk
pembayaran online. Penyedia dompet digital juga menjadi semakin
populer dalam sistem pembayaran saat ini. Mereka menyediakan
aplikasi berbasis digital yang memungkinkan konsumen untuk
menyimpan uang dan melakukan pembayaran dengan mudah dan
cepat. Contoh penyedia dompet digital yang terkenal di Indonesia

10 | K E B A N K S E N T R A L A N
adalah GoPay, OVO, dan DANA. Lembaga keuangan lainnya seperti
lembaga pemrosesan kartu kredit dan debit, juga termasuk dalam
institusi yang menyediakan jasa pembayaran. Lembaga ini
menyediakan jasa pemrosesan transaksi dengan menggunakan kartu
kredit atau debit sebagai alat pembayaran.
Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran
memainkan peran yang sangat penting dalam sistem pembayaran
karena mereka bertanggung jawab untuk memfasilitasi proses
pembayaran dengan aman, cepat, dan efisien. Oleh karena itu,
institusi ini harus terus mengembangkan teknologi dan infrastruktur
yang diperlukan untuk memastikan bahwa sistem pembayaran dapat
berjalan dengan lancar.

b) Instrumen yang digunakan dalam sistem pembayaran yang mengatur


hak dan kewajiban keuangan peserta pembayaran.
Instrumen dalam sistem pembayaran mengacu pada alat atau
media yang digunakan untuk melakukan transfer dana antara dua
pihak yang berbeda. Instrumen ini dapat berupa uang tunai, cek,
transfer bank, kartu kredit, atau e-wallet. Setiap instrumen ini
memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri, dan digunakan sesuai
dengan kebutuhan dan preferensi dari masing-masing peserta
pembayaran.
Instrumen dalam sistem pembayaran juga mencakup hak dan
kewajiban keuangan peserta pembayaran. Hal ini meliputi kewajiban
dari pihak yang melakukan pembayaran untuk membayar sejumlah
uang kepada penerima pembayaran, dan hak dari penerima
pembayaran untuk menerima uang tersebut. Dalam hal ini, instrumen
pembayaran berfungsi sebagai pengatur hak dan kewajiban finansial
antara kedua belah pihak.
Secara umum, instrumen pembayaran harus memenuhi kriteria
kelayakan dan keamanan dalam sistem pembayaran. Instrumen ini
harus diakui secara hukum, mudah diakses oleh masyarakat, dan
dapat dipercaya dalam memfasilitasi pembayaran yang lancar. Dalam
konteks pembayaran internasional, instrumen pembayaran harus

11 | K E B A N K S E N T R A L A N
memenuhi persyaratan dan regulasi yang ditetapkan oleh negara-
negara yang terlibat dalam transaksi.

c) Kerangka hukum yang mengatur ruang lingkup hukum dan instrumen


sistem pembayaran, hak dan kewajiban peserta, sanksi, dan aturan
lainnya untuk menjamin terlaksananya sistem pembayaran secara
hukum.
Kerangka hukum adalah salah satu komponen penting dalam
sistem pembayaran. Kerangka hukum ini bertujuan untuk mengatur
ruang lingkup hukum dan instrumen yang terkait dalam sistem
pembayaran. Hal ini meliputi hak dan kewajiban peserta pembayaran,
sanksi dan aturan lainnya yang diperlukan untuk menjamin sistem
pembayaran berjalan dengan lancar dan aman.
Kerangka hukum dalam sistem pembayaran berbeda-beda di
setiap negara, namun prinsip-prinsip dasarnya sama. Kerangka
hukum ini mencakup undang-undang, peraturan, perjanjian dan
aturan yang mengatur proses pembayaran dan hak serta kewajiban
yang melekat pada peserta pembayaran. Kerangka hukum ini
memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk:
1. Mengatur dan menjamin keamanan dalam sistem pembayaran
2. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem
pembayaran
3. Melindungi hak-hak dan kewajiban peserta pembayaran
4. Menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam sistem
pembayaran
5. Menjamin perlindungan bagi konsumen dan pengguna sistem
pembayaran

Dalam kerangka hukum sistem pembayaran, biasanya juga diatur


mengenai prosedur penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi
antara peserta pembayaran, mekanisme pemrosesan pembayaran yang
digunakan, penggunaan sistem keamanan, dan tata cara pelaporan ke
pihak yang berwenang. Dengan adanya kerangka hukum yang jelas
dan teratur, diharapkan sistem pembayaran dapat berjalan dengan

12 | K E B A N K S E N T R A L A N
efisien, efektif dan aman, serta dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas keuangan negara.

d) Kerangka kebijakan sistem pembayaran yang jelas, baik


kebijakan umum maupun operasional, yang mendasari
pengembangan sistem pembayaran.
Kerangka kebijakan sistem pembayaran merupakan salah satu
komponen penting dalam sistem pembayaran yang memiliki
peran sebagai panduan atau acuan dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem pembayaran. Kebijakan tersebut mencakup
kebijakan umum dan operasional yang mendasari berbagai aspek
dalam sistem pembayaran.
Kebijakan umum terkait dengan aspek makro dalam sistem
pembayaran, seperti tujuan dan strategi pengembangan sistem
pembayaran, kebijakan tarif dan biaya transaksi, kebijakan
stabilitas sistem pembayaran, serta pengaturan risiko dalam
sistem pembayaran. Kebijakan umum ini menjadi dasar bagi
institusi atau lembaga penyelenggara sistem pembayaran untuk
mengembangkan dan mengelola sistem pembayaran dengan
tujuan untuk mencapai stabilitas sistem pembayaran dan
meningkatkan efisiensi ekonomi.
Sementara itu, kebijakan operasional mencakup prosedur
teknis dan administratif dalam pengelolaan sistem pembayaran.
Kebijakan ini mencakup berbagai aspek operasional, seperti
mekanisme penyelesaian transaksi, waktu penyelesaian transaksi,
jadwal operasional sistem pembayaran, serta kebijakan tindakan
korporasi dan pengawasan. Kebijakan operasional tersebut juga
mencakup pengaturan tata kelola sistem pembayaran, termasuk
keterlibatan peserta dan peran regulator dalam pengelolaan dan
pengembangan sistem pembayaran.
Dalam keseluruhan, kerangka kebijakan sistem pembayaran
yang jelas dan terstruktur dapat memfasilitasi pengelolaan sistem
pembayaran yang lebih baik, memperkuat kepercayaan publik
dan stabilitas sistem pembayaran, serta meningkatkan efisiensi
dan produktivitas ekonomi.

13 | K E B A N K S E N T R A L A N
5. Elemen Penting dalam Sistem Pembayaran
Menurut Sheppard (1996), tujuan utama dari sistem pembayaran
adalah untuk memfasilitasi transaksi pembayaran yang dilakukan oleh
masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Dalam sistem pembayaran, terdapat
tiga elemen utama yang ada pada hampir semua jenis sistem pembayaran.
a) Otorisasi pelaksanaan pembayaran, yaitu pembayar memberikan
otorisasi kepada banknya untuk mentransfer dana.
Salah satu elemen penting dalam sistem pembayaran adalah
otorisasi pelaksanaan pembayaran. Artinya, pelaku pembayaran
memberikan otorisasi kepada banknya untuk melakukan transfer dana
sesuai dengan nilai yang telah disetujui. Otorisasi ini dilakukan
melalui berbagai macam media, seperti internet banking, mobile
banking, atau kartu kredit.
Dalam hal pembayaran dengan kartu kredit, otorisasi pelaksanaan
pembayaran dilakukan melalui penerimaan atau penolakan transaksi
oleh mesin EDC (Electronic Data Capture). Mesin ini terhubung ke
bank penerbit kartu kredit untuk memeriksa apakah saldo nasabah
mencukupi untuk melakukan transaksi atau tidak.
Di sisi lain, dalam sistem pembayaran melalui internet banking
atau mobile banking, otorisasi pelaksanaan pembayaran dilakukan
dengan memberikan kode keamanan atau password pada setiap
transaksi yang dilakukan. Kode ini hanya diketahui oleh pemilik
rekening dan tidak bisa diberikan kepada orang lain tanpa seizin
pemilik rekening tersebut.
Otorisasi pelaksanaan pembayaran ini sangat penting dalam
sistem pembayaran karena dapat memastikan bahwa transaksi
pembayaran dilakukan oleh orang yang berwenang. Dengan adanya
otorisasi ini, risiko fraud atau penipuan dalam sistem pembayaran
dapat dikurangi dan keamanan transaksi pembayaran dapat terjamin.

b) Pertukaran perintah pembayaran antarbank yang terlibat dalam proses


transaksi pembayaran atau yang biasa disebut kliring.

14 | K E B A N K S E N T R A L A N
Kliring merupakan proses yang dilakukan oleh lembaga kliring
atau otoritas kliring dalam menerima dan memproses transaksi
pembayaran antarbank, baik transaksi tersebut merupakan transfer
antarbank yang disetujui atau permintaan pembayaran yang disetujui.
Tujuan dari proses kliring adalah untuk memastikan bahwa transaksi
pembayaran yang terjadi adalah valid, dan untuk memfasilitasi
pengiriman dana dari bank pengirim ke bank penerima dengan aman
dan efisien.
Lembaga kliring biasanya menjadi bagian dari sistem pembayaran
yang dioperasikan oleh bank sentral atau operator sistem pembayaran
yang disetujui oleh bank sentral. Dalam beberapa negara, lembaga
kliring dapat dioperasikan oleh organisasi yang terpisah dari bank
sentral atau operator sistem pembayaran.
Dalam proses kliring, perintah pembayaran yang diterima oleh
lembaga kliring disortir dan dikelompokkan berdasarkan bank
pengirim dan bank penerima. Setiap bank kemudian memproses
perintah pembayaran yang diterima dari lembaga kliring dan
mentransfer dana dari rekening bank pengirim ke rekening bank
penerima.
Pada saat ini, sebagian besar transaksi pembayaran dilakukan
secara elektronik melalui jaringan komputer. Oleh karena itu,
lembaga kliring memiliki peran penting dalam mengelola keamanan
dan keandalan jaringan komputer yang digunakan untuk proses
kliring, serta dalam memastikan keamanan data transaksi pembayaran
yang disimpan dalam sistem mereka.

c) Setelmen antarbank yang terlibat dalam proses transaksi pembayaran.


Bank pembayar harus membayar bank penerima, baik bilateral
maupun melalui rekening yang dimiliki bank-bank tersebut pada
lembaga penyelenggara kliring, yang umumnya adalah bank sentral.
Settlement atau setelmen adalah elemen penting dalam sistem
pembayaran yang bertujuan untuk menyelesaikan transaksi
pembayaran antarbank yang terlibat dalam proses transaksi. Proses
ini dilakukan setelah terjadi pertukaran perintah pembayaran
antarbank melalui kliring. Pada tahap ini, bank pembayar harus

15 | K E B A N K S E N T R A L A N
membayar bank penerima, baik secara bilateral maupun melalui
rekening yang dimiliki bank-bank tersebut pada lembaga
penyelenggara kliring, yang umumnya adalah bank sentral.
Settlement pada dasarnya adalah transfer dana dari rekening bank
pembayar ke rekening bank penerima. Proses transfer ini dapat
dilakukan dalam bentuk transfer langsung (real-time gross settlement)
atau dengan mengumpulkan sejumlah transaksi dan melakukan
transfer sekaligus pada waktu tertentu (netting). Proses ini dilakukan
dengan menggunakan instrumen keuangan, seperti transfer antarbank,
cek, atau instrumen pembayaran lainnya.
Bank sentral memainkan peran penting dalam proses settlement
antarbank. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas stabilitas
sistem pembayaran, bank sentral memastikan bahwa setiap transaksi
pembayaran yang terjadi antarbank diselesaikan dengan efisien dan
aman. Untuk itu, bank sentral biasanya mengatur sistem pembayaran,
termasuk proses settlement, serta menetapkan aturan dan standar
operasional untuk bank-bank dalam menjalankan transaksi
pembayaran.
Dalam prakteknya, proses settlement antarbank dapat dilakukan
secara periodik, misalnya harian atau beberapa kali dalam sehari,
tergantung pada besarnya volume transaksi yang terjadi. Proses
settlement yang dilakukan secara lancar dan efisien akan
memungkinkan pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi
pembayaran dengan cepat dan aman, serta mendukung stabilitas
keuangan dan perekonomian secara keseluruhan.

6. Risiko-Risiko Sistem Pembayaran


Sistem pembayaran memerlukan pengaturan dan pengawasan yang
baik karena ada berbagai isiko yang mungkin terjadi. Hal ini penting
untuk menjamin keamanan dan kestabilan sistem pembayaran, serta
untuk melindungi peserta pembayaran dan masyarakat yang
menggunakan sistem tersebut. Pengaturan dan pengawasan yang baik
dapat membantu mengurangi risiko-risiko dan mendorong efisiensi serta
stabilitas sistem pembayaran.

16 | K E B A N K S E N T R A L A N
Menurut Committee on Payment and Settlement Systems (CPSS) -
Bank for International Settlements (BIS) dalam laporan mereka pada
tahun 1996, terdapat lima jenis risiko pembayaran dalam sistem
pembayaran. Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis risiko
tersebut:
a) Risiko pemrosesan atau operasional: Risiko pemrosesan muncul
ketika suatu transaksi pembayaran gagal diproses dengan benar
karena kesalahan manusia, sistem, atau teknologi. Risiko ini dapat
menyebabkan kesalahan pada jumlah transaksi, pengiriman dana
yang salah, atau keterlambatan dalam pemrosesan transaksi. Risiko
pemrosesan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu risiko
operasional dan risiko sistem.
b) Risiko likuiditas: Risiko likuiditas muncul ketika pihak yang
melakukan transaksi tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
mereka pada saat jatuh tempo. Risiko ini dapat timbul karena adanya
keterlambatan dalam pemrosesan transaksi, adanya gangguan dalam
sistem pembayaran atau karena kekurangan dana. Risiko likuiditas
dapat menjadi serius karena dapat mempengaruhi stabilitas sistem
pembayaran.
c) Risiko kredit: Risiko kredit terkait dengan kemungkinan default (wan
prestasi) pihak yang melakukan transaksi pembayaran. Risiko ini
terjadi ketika pihak yang menerima pembayaran tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran mereka. Risiko kredit dapat timbul
pada transaksi antarbank atau antara bank dan nasabah.
d) Risiko pasar: Risiko pasar muncul ketika nilai aset dan liabilitas bank
terkena dampak perubahan pasar, seperti fluktuasi suku bunga, nilai
tukar, atau harga instrumen keuangan. Risiko pasar juga dapat timbul
akibat perubahan regulasi atau perubahan kondisi ekonomi yang
mempengaruhi kegiatan bisnis bank.
e) Risiko hukum: Risiko hukum terkait dengan ketidakpatuhan terhadap
peraturan dan hukum yang berlaku, baik oleh bank maupun oleh
nasabah. Risiko hukum dapat terjadi pada semua tahap proses

17 | K E B A N K S E N T R A L A N
pembayaran, termasuk proses pengumpulan informasi, proses
otorisasi, proses kliring, dan proses penyelesaian.

Selain kelima resiko tersebut, Sheppard (1996) membagi risiko dalam


sistem pembayaran menjadi tiga kategori, yaitu risiko kredit nasabah,
risiko penyelenggara setelmen, dan risiko setelmen.
a) Risiko kredit nasabah terjadi ketika nasabah tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayarannya. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kegagalan bisnis, kebangkrutan, atau masalah finansial lainnya.
Risiko ini dapat mempengaruhi kinerja bank atau lembaga keuangan
yang memberikan kredit kepada nasabah tersebut.
b) Risiko penyelenggara setelmen terkait dengan kegagalan
penyelenggara dalam menyelesaikan transaksi pembayaran yang
dilakukan oleh nasabah. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh
kesalahan dalam proses kliring dan setelmen, masalah teknis, atau
kegagalan lembaga keuangan penyelenggara setelmen.
c) Risiko setelmen terkait dengan risiko kegagalan dalam mentransfer
dana antar bank. Risiko ini dapat terjadi karena masalah teknis, risiko
likuiditas, atau risiko kredit antar bank. Jika risiko ini terjadi, maka
bank-bank yang terlibat dalam transaksi pembayaran tersebut
mungkin mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan.

7. Prinsip-prinsip Sistem Pembayaran


Komite Sistem Pembayaran dan Penyelesaian (CPSS) dari kelompok
bank sentral G10 (kelompok sepuluh negara maju) telah menciptakan
prinsip dasar utama sistem pembayaran, yang terdiri dari sepuluh
persyaratan yang tercantum di bawah ini (CPSS-BIS, 2000)
a) Sistem pembayaran harus didukung oleh landasan hukum yang kuat.
Ini berarti bahwa ada peraturan dan perundang-undangan yang jelas
yang mengatur sistem pembayaran. Landasan hukum yang kuat
penting untuk menjamin keamanan dan stabilitas sistem pembayaran.
b) Menekankan pentingnya aturan dan prosedur yang jelas dalam sistem
pembayaran. Hal ini memungkinkan peserta memahami risiko

18 | K E B A N K S E N T R A L A N
keuangan yang mungkin terkait dengan transaksi pembayaran yang
dilakukan. Dengan pemahaman yang baik tentang risiko, peserta
dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.
c) Menuntut sistem pembayaran harus memiliki prosedur yang jelas
untuk manajemen risiko kredit dan risiko likuiditas. Risiko kredit
terkait dengan kemampuan peserta untuk membayar kewajiban
mereka, sementara risiko likuiditas terkait dengan kemampuan
peserta untuk memenuhi kewajiban mereka pada saat yang ditentukan.
Dengan prosedur yang jelas, sistem pembayaran dapat mengurangi
risiko dan memastikan kelancaran proses pembayaran.
d) Setelmen pembayaran harus dapat dilakukan pada hari yang sama,
minimal pada akhir hari. Hal ini penting untuk memastikan
kelancaran transaksi dan meminimalkan risiko. Jika setelmen
pembayaran terlambat, maka risiko meningkat dan dapat berdampak
negatif pada sistem keuangan secara keseluruhan.
e) Sistem pembayaran yang menggunakan multilateral netting. Netting
adalah proses di mana semua kewajiban antara peserta dalam sistem
pembayaran dihitung dan hanya perlu membayar atau menerima
selisih antara jumlah kewajiban dan jumlah piutang mereka. Prinsip
ini menekankan pentingnya sistem multilateral netting yang dapat
menyelesaikan setelmen harian yang cepat pada saat peserta tidak
mampu menyelesaikan kewajibannya untuk satu setelmen terbesar.
Dengan memastikan penyelesaian cepat, risiko dapat dikelola dengan
lebih baik dan sistem pembayaran menjadi lebih efisien.
f) Prinsip ini menekankan pentingnya aset yang digunakan untuk
setelmen berada di bank sentral, karena bank sentral dianggap
memiliki kekuatan dan keandalan yang tinggi dalam pengelolaan aset.
Jika aset yang digunakan tidak berada di bank sentral, maka risiko
kredit dan likuiditas harus diminimalkan sekecil mungkin.
g) Sistem pembayaran harus menjamin tingkat keamanan dan
kepercayaan yang tinggi bagi peserta. Sistem juga harus dilengkapi
dengan penanganan darurat atau backup system yang dapat
menangani gangguan atau kegagalan sistem dengan cepat.

19 | K E B A N K S E N T R A L A N
h) Menekankan bahwa sistem pembayaran harus menyediakan alat
pembayaran yang praktis dan efisien untuk pemakainya, sehingga
sistem pembayaran dapat beroperasi dengan baik dalam
perekonomian.
i) Sistem pembayaran harus memiliki tujuan dan kriteria yang
transparan bagi peserta, sehingga peserta dapat mengetahui secara
jelas apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka dapat
mengakses sistem tersebut secara adil.
j) Prinsip ini menekankan pentingnya pengaturan atau governance
arrangements yang efektif, akuntabel, dan transparan dalam sistem
pembayaran. Hal ini dapat menciptakan tata kelola yang baik dan
memastikan kepercayaan dan integritas sistem pembayaran.

Prinsip-prinsip dasar sistem pembayaran yang telah disebutkan


sebelumnya bertujuan untuk memberikan panduan umum bagi
perancangan dan pelaksanaan sistem pembayaran di seluruh dunia,
dengan tujuan agar sistem pembayaran tersebut dapat lebih aman dan
efisien. Prinsip-prinsip tersebut khususnya relevan bagi negara-negara
sedang berkembang yang sedang membangun sistem pembayaran mereka
agar dapat menghadapi perkembangan pasar keuangan yang bersifat
nasional maupun internasional. Dengan menerapkan prinsip-prinsip
tersebut, diharapkan sistem pembayaran dapat dikelola dengan lebih baik
dan mampu menjamin stabilitas serta keamanan keuangan secara
keseluruhan.

8. Karakteristik Instrumen dalam Sistem Pembayaran


Sheppard (1996) mengidentifikasi tiga aspek kunci dari instrumen
sistem pembayaran: bentuk fisik, sistem keamanan, dan landasan
pembayaran.
a) Bentuk Fisik
Instrumen dalam sistem pembayaran dapat dikelompokkan
berdasarkan karakteristik fisiknya. Pertama, instrumen fisik berupa
dokumen atau warkat seperti cek, bilyet giro, nota debet, dan nota

20 | K E B A N K S E N T R A L A N
kredit. Dokumen-dokumen ini biasanya digunakan dalam transaksi
bisnis besar dan membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih lama.
Kedua, instrumen fisik berupa kartu, seperti kartu kredit, kartu
debet, dan kartu ATM. Kartu-kartu ini memiliki bentuk fisik dan
digunakan untuk transaksi di mesin EDC (Electronic Data Capture)
pada toko, restoran, atau tempat lainnya yang menerima pembayaran
kartu. Kartu juga dapat digunakan untuk tarik tunai di ATM
(Automatic Teller Machine).
Ketiga, instrumen tanpa fisik yang dilakukan melalui internet atau
telepon, seperti internet banking, mobile banking, dan e-wallet atau
dompet elektronik. Instrumen ini memungkinkan transaksi dilakukan
dengan cepat dan mudah tanpa memerlukan kehadiran fisik. E-wallet,
misalnya, memungkinkan pengguna untuk menyimpan uang digital di
dalam aplikasi dan melakukan transaksi dengan mudah hanya dengan
menggunakan ponsel.

b) Sistem Pengaman
Sistem pembayaran memiliki sistem pengamanan yang tidak
terpisahkan dari instrumennya. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa instruksi yang diberikan sah dan berasal dari pemilik rekening
yang berhak, dan bukan hasil pemalsuan. Pengamanan utama dalam
sistem pembayaran bervariasi tergantung pada jenis instrumen
pembayarannya. Berikut ini bentuk sistem pengamanan tergantung
pada jenis instrumen pembayaran.
1. Sistem pengaman mata uang dapat berbentuk intaglio, rectoverso,
watermark, electrotype, atau security thread. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah penipuan uang.
2. Surat atau kertas yang memiliki mekanisme pengamanan berupa
nomor urut dan tanda tangan pemilik rekening, seperti cek, bilyet
giro, nota debet, dan nota kredit. Nomor seri berfungsi untuk
mencegah duplikasi dokumen, dan tanda tangan berfungsi untuk
mengonfirmasi bahwa pemilik akun memberikan instruksi.
3. Metode pengamanan instrumen berbasis kartu seperti kartu kredit,
kartu debit, kartu ATM, dan kartu pintar adalah dengan
memasukkan Personal Identification Number (PIN) oleh
21 | K E B A N K S E N T R A L A N
pemegang rekening. Untuk mencegah pengguna yang tidak
berwenang menggunakan kartu, hanya pemilik akun yang
mengetahui PIN.
4. Untuk instrumen non fisik yang digunakan melalui telepon atau
internet, sistem keamanan dapat berupa pertanyaan keamanan
yang harus dijawab dengan benar oleh guru atau kata sandi atau
rangkaian kata sandi. Ini dilakukan untuk membatasi akses ke
sistem pembayaran online atau seluler hanya untuk pendidik yang
disetujui.

c) Basis Pembayaran
Terdapat dua jenis Instrumen pembayaran yaitu debit-based
(berbasis debet) dan credit based (berbasis kredit). Instrumen
pembayaran berbasis debet (debit-based) adalah instrumen
pembayaran yang mengurangi saldo rekening debit pelanggan secara
langsung setelah transaksi dilakukan. Contoh instrumen pembayaran
berbasis debet adalah kartu debet dan kartu ATM. Ketika pelanggan
menggunakan kartu debet atau kartu ATM untuk melakukan
pembayaran, uang langsung dipotong dari saldo rekening debit
pelanggan dan diteruskan ke pihak yang menerima pembayaran.
Instrumen pembayaran berbasis kredit (credit-based) adalah
instrumen pembayaran yang memungkinkan pelanggan untuk
melakukan pembayaran dengan menggunakan pinjaman sementara
dari lembaga keuangan, biasanya bank atau institusi keuangan
lainnya. Contoh instrumen pembayaran berbasis kredit adalah kartu
kredit dan pinjaman online. Pelanggan menggunakan kartu kredit
untuk melakukan pembayaran, dan bank atau institusi keuangan akan
memberikan pinjaman sementara kepada pelanggan untuk membayar
pembelian tersebut. Pelanggan harus membayar kembali pinjaman
tersebut dengan bunga setelah jangka waktu tertentu.
Kedua jenis instrumen pembayaran ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Instrumen pembayaran berbasis debet lebih aman karena
transaksi dilakukan langsung dari saldo rekening debit pelanggan,
sementara instrumen pembayaran berbasis kredit memungkinkan
pelanggan untuk membayar dengan pinjaman sementara, tetapi
22 | K E B A N K S E N T R A L A N
pelanggan harus membayar bunga. Pilihan instrumen pembayaran
yang tepat tergantung pada preferensi individu dan kebutuhan
keuangan.

B. PROSES PENYELESAIAN PEMBAYARAN


Proses pertukaran instruksi pembayaran dan penyelesaian kewajiban
keuangan (penyelesaian) antara bank pembayar dan penerima sehingga
rekening nasabah dapat didebet atau dikreditkan dikenal dengan prosedur
penyelesaian pembayaran.

1. Hubungan Bilateral dan Multilateral


Dalam konteks proses penyelesaian pembayaran, hubungan bilateral
dan multilateral merujuk pada cara bagaimana bank-bank yang terlibat
dalam suatu transaksi menyelesaikan kewajiban keuangan di antara
mereka. Dalam proses penyelesaian pembayaran, hubungan bilateral
merujuk pada hubungan langsung antara dua bank yang melakukan
transaksi, di mana setiap bank memiliki rekening di bank
korespondennya. Dalam hal ini, penyelesaian pembayaran antara kedua
bank tersebut dilakukan secara langsung tanpa melalui pihak ketiga atau
agen setelmen.
Sementara itu, hubungan multilateral merujuk pada hubungan antar
bank yang dilakukan melalui pihak ketiga atau agen setelmen. Dalam hal
ini, penyelesaian pembayaran dilakukan melalui lembaga penyelesaian
pembayaran yang berfungsi sebagai agen netting atau clearinghouse.
Transaksi melalui hubungan multilateral diperlukan ketika jumlah pihak
yang bertransaksi cukup banyak, sehingga apabila dilakukan melalui
hubungan bilateral akan
Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Hubungan
bilateral memiliki keuntungan dalam hal kecepatan dan fleksibilitas
dalam menyelesaikan transaksi, tetapi juga memiliki risiko
ketidakseimbangan posisi keuangan antara bank pembayar dan bank

23 | K E B A N K S E N T R A L A N
penerima. Sementara itu, hubungan multilateral memiliki keuntungan
dalam hal efisiensi dan pengurangan risiko ketidakseimbangan posisi
keuangan, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan transaksi karena melibatkan lebih banyak pihak.

2. Sistem Batch dan Real Time


Pada dasarnya, terdapat dua jenis sistem dalam proses pembayaran,
yaitu sistem batch dan real time. Sistem batch adalah sistem di mana
instruksi pembayaran dikumpulkan terlebih dahulu dan diproses dalam
jumlah tertentu pada waktu tertentu, sehingga sering juga disebut sebagai
sistem deferred. Di sisi lain, pada sistem real time, instruksi pembayaran
diproses segera setiap kali datang tanpa menunggu pengumpulan
instruksi lainnya. Untuk dapat melakukan pemrosesan secara real time,
fasilitas telekomunikasi dan komputerisasi modern diperlukan.
Pada umumnya, sistem pembayaran gross menggunakan pemrosesan
real-time karena membutuhkan instruksi pembayaran yang diproses
secara segera. Di sisi lain, sistem pembayaran net umumnya
menggunakan pemrosesan batch karena memungkinkan jumlah instruksi
yang lebih besar untuk diproses secara bersamaan. Meskipun demikian,
proses kliring seringkali memproses transaksi pembayaran secara batch
karena jumlah transaksi yang besar harus dikumpulkan terlebih dahulu
sebelum diproses. Namun, sistem penyelesaian bruto waktu nyata (real-
time gross settlement/RTGS) memproses transaksi pembayaran secara
real-time, karena instruksi pembayaran pada sistem RTGS harus diproses
segera dan tidak boleh ditunda.
Dalam praktiknya, pemilihan sistem batch atau real time tergantung
pada jenis transaksi pembayaran yang dilakukan dan kebutuhan klien.
Pemrosesan secara batch mungkin lebih efisien untuk transaksi
pembayaran dalam jumlah besar dan tidak harus dilakukan secara segera.
Sementara itu, pemrosesan secara real time lebih sesuai untuk transaksi
pembayaran dengan nilai dan volume kecil yang membutuhkan
pemrosesan yang cepat dan akurat.

24 | K E B A N K S E N T R A L A N
3. Setelmen Gross dan Setelmen Net
Setiap instruksi pembayaran ditangani secara terpisah dan diserahkan
dari bank pembayar ke bank sentral di bawah sistem gross settlement.
Rekening bank penerima dan rekening bank pembayar selanjutnya
masing-masing akan diperbarui secara individual dengan setiap instruksi
pembayaran. Setiap instruksi pembayaran akan dilacak dalam buku besar
debit dan kredit selama prosedur ini untuk setiap instruksi pembayaran
yang berhasil diselesaikan.
Pada dasarnya, sistem setelmen gross ini memiliki tujuan utama
untuk memastikan bahwa setiap instruksi pembayaran diselesaikan secara
individu, sehingga setiap transaksi pembayaran dapat dilacak dengan
mudah. Dalam hal ini, sistem setelmen gross juga memungkinkan
dilakukannya pengawasan yang lebih ketat terhadap transaksi
pembayaran yang dilakukan. Namun, sistem setelmen gross juga
memerlukan biaya yang lebih besar karena setiap instruksi pembayaran
akan diproses secara terpisah dan individu.
Sebaliknya, tidak seperti dalam penyelesaian kotor, instruksi
pembayaran tidak ditangani secara individual dalam penyelesaian bersih.
Sebaliknya, bank akan menyusun semua kewajiban dan tagihan dalam
jangka waktu tertentu sebelum mengambil sikap definitif sebelum
prosedur penyelesaian. Prosedur netting pada proses ini akan
mengakibatkan penurunan jumlah pembukuan setelmen. Setelmen bersih
bilateral dan setelmen net multilateral adalah dua metode di mana
prosedur netting dapat dilakukan.
Setiap bank akan menentukan posisi akhir untuk masing-masing bank
mitranya dalam penyelesaian bersih bilateral.Sebagai contoh, Bank A
memiliki hubungan koresponden dengan Bank B, C, dan D. Pada akhir
periode, Bank A akan membuat posisi final untuk masing-masing bank
mitra kerjanya, yaitu Bank B, C, dan D. Setiap bank akan melaporkan
total kewajiban dan tagihannya, dan bank sentral akan menghitung total
tagihan dan kewajiban dari masing-masing bank. Kemudian, bank sentral
akan mengirimkan instruksi untuk melakukan setelmen hanya untuk
jumlah net yang harus dibayar atau diterima oleh setiap bank. Dengan
demikian, bank hanya akan membayar atau menerima uang yang
seimbang dengan jumlah net yang harus dibayarkan atau diterima.

25 | K E B A N K S E N T R A L A N
Sedangakn pada setelmen net multilateral, seluruh instruksi
pembayaran dikumpulkan dan dihitung total tagihan dan kewajibannya
untuk masing-masing bank. Kemudian, bank sentral akan mengirimkan
instruksi untuk melakukan setelmen hanya untuk jumlah net yang harus
dibayar atau diterima oleh setiap bank. Proses ini lebih efisien daripada
setelmen net bilateral karena bank tidak perlu membuat posisi final untuk
setiap bank mitra kerjanya. Namun, proses ini memerlukan infrastruktur
yang lebih kompleks dan biaya yang lebih besar karena melibatkan pihak
ketiga atau agen setelmen.

4. Real Time Gross Settlement (RTGS)


RTGS (Real Time Gross Settlement) merupakan sebuah sistem
pembayaran yang digunakan untuk menyelesaikan transaksi pembayaran
dengan nilai besar secara real-time dan langsung di bank sentral. Sistem
pembayaran ini sangat penting dalam memastikan kelancaran sistem
pembayaran nasional dan operasi pasar uang dan pasar modal suatu
negara.
Sistem pembayaran bernilai besar sering menggunakan salah satu
dari tiga model: net settlement, gross settlement dengan fasilitas intraday,
atau gross settlement tanpa fasilitas intraday. Yang paling signifikan dan
sering digunakan dari ketiga jenis tersebut, RTGS digunakan oleh negara
maju dan berkembang.
Sistem RTGS beroperasi dengan menyelesaikan setiap transaksi pada
rekening bank yang melakukan transaksi bruto dan berkelanjutan di bank
sentral. Tidak ada risiko kredit karena setiap transaksi RTGS bersifat
instan, mengikat, dan tidak dapat dibatalkan. RTGS menawarkan sistem
antrian yang canggih untuk mengurangi risiko manajemen dalam
penyelesaian pembayaran antar bank meskipun tidak memberikan
kemungkinan intraday.
Persyaratan bank sentral untuk menetapkan metode untuk
mengurangi risiko sistemik dalam jaringan transfer bernilai besar adalah
dasar untuk adopsi global RTGS. Denmark, Italia, Belanda, Portugal,
Swedia, Spanyol, dan Filipina adalah beberapa negara yang
menggunakan RTGS dengan kemampuan intraday. Sementara China,

26 | K E B A N K S E N T R A L A N
Jerman, Jepang, Korea, dan Swiss termasuk negara yang menggunakan
RTGS tanpa fasilitas intraday.

5. Kliring
Sistem pembayaran bernilai tinggi diibaratkan sebagai urat nadi
kehidupan, sedangkan sistem pembayaran bernilai rendah dihubungkan
dengan jaringan urat nadi yang menghubungkan seluruh perekonomian
suatu bangsa. Agar ekonomi berfungsi dengan lancar, sangat penting
untuk mengoperasikan sistem pembayaran nilai kecil yang
menghubungkan semua pelaku ekonomi dan efisien, ekonomis, dapat
diandalkan, dan aman. Prosedur kliring merupakan salah satu mekanisme
sistem pembayaran nilai kecil untuk menyelesaikan pembayaran.
Mengirim, mengikat, dan memverifikasi perintah pembayaran atau
transfer sekuritas dikenal sebagai kliring. Prosedur ini juga melibatkan
netting, yaitu penanganan instruksi pembayaran atau pemindahbukuan
efek serta penyusunan posisi akhir peserta kliring untuk setelmen.
Dengan menunda pelaksanaan instruksi pembayaran sejumlah
tertentu sekaligus pada waktu tertentu setelah penagihan, maka dilakukan
prosedur kliring. Karena setiap bank mengambil satu posisi akhir untuk
semua bank mitranya, hanya ada satu penyelesaian untuk setiap bank.
Ada banyak metode untuk melakukan prosedur ini, termasuk:
a) Kliring manual: Proses kliring dilakukan secara manual oleh petugas
bank. Instruksi pembayaran atau transfer surat berharga dikirim
melalui surat atau fax, dan proses rekonsiliasi dilakukan secara
manual dengan membandingkan catatan transaksi antar bank peserta.
b) Semiotomasi kliring: Proses kliring dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak dan komputer. Instruksi pembayaran atau transfer
surat berharga dikirim melalui sistem komputer dan petugas bank
melakukan proses rekonsiliasi secara manual dengan bantuan
perangkat lunak.
c) Otomasi kliring: Proses kliring dilakukan secara otomatis oleh sistem
komputer. Instruksi pembayaran atau transfer surat berharga dikirim
melalui sistem komputer dan proses rekonsiliasi dilakukan otomatis
oleh sistem.

27 | K E B A N K S E N T R A L A N
d) Elektronik kliring: Proses kliring dilakukan secara elektronik melalui
jaringan komputer. Instruksi pembayaran atau transfer surat berharga
dikirim melalui jaringan komputer dan proses rekonsiliasi dilakukan
secara otomatis oleh sistem.
Semakin maju teknologi, semakin canggih pula sistem kliring yang
digunakan oleh bank-bank di seluruh dunia. Kliring elektronik dan
otomatis menjadi pilihan utama bagi bank-bank modern karena
prosesnya lebih cepat, efisien, dan aman.

C. PERAN BANK SENTRAL DALAM SISTEM PEMBAYARAN


Secara umum, salah satu prasyarat utama untuk mencapai tujuan
utama stabilitas keuangan dan moneter bank sentral adalah sistem
pembayaran. Oleh karena itu, ada banyak alasan bagus bagi bank sentral
untuk terlibat dalam pengembangan sistem pembayaran. Untuk mengatur
risiko-risiko yang terkait dengan transaksi rutin, seperti risiko likuiditas,
risiko kredit, dan risiko sistemik, bank sentral setidaknya harus berperan
sebagai pengawas (oversight) dan regulator.
Partisipasi atau fungsi bank sentral dalam sistem pembayaran
seringkali melibatkan empat faktor kunci (Sheppard, 1996), diantaranya:
a) Pemakai sistem pembayaran
Keterlibatan bank sentral dalam sistem pembayaran melibatkan
bertindak sebagai pengguna sistem. Bank sentral menggunakan
sistem pembayaran untuk melakukan aktivitas keuangan tertentu,
seperti penyelesaian operasi pasar terbuka, transaksi mata uang asing,
pembayaran tagihan, upah, pensiun, dan kewajiban lainnya.
Dalam hal ini, bank sentral harus memastikan bahwa sistem
pembayaran yang digunakan dapat menjamin efisiensi, keamanan,
dan keandalan dalam melakukan transaksi keuangannya. Sebagai
pemakai yang besar, bank sentral juga dapat mempengaruhi
kebijakan dan pengembangan sistem pembayaran secara keseluruhan,
serta memiliki kepentingan yang sama dengan para peserta lainnya
dalam memastikan sistem pembayaran dapat beroperasi secara lancar
dan stabil.

28 | K E B A N K S E N T R A L A N
b) Anggota sistem pembayaran
Keterlibatan atau peran bank sentral menjadi peserta dalam sistem
pembayaran juga merupakan bagian dari perikatan atau fungsi bank
sentral di dalamnya. Untuk melakukan ini, bank sentral harus
mengirim dan menerima uang atas nama kliennya sendiri, termasuk
organisasi keuangan internasional dan entitas pemerintah. Dalam hal
ini, bank sentral bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran
transaksi pembayaran tersebut dan memastikan keamanan serta
akuntabilitas dalam pelaksanaannya. Sebagai anggota sistem
pembayaran, bank sentral juga harus memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang berlaku di dalam sistem pembayaran yang diikutinya.
c) Penyedia sistem bayaran
Fungsi bank sentral dalam menempatkan sistem pembayaran
adalah untuk mengawasi dan menyediakan infrastruktur yang
diperlukan. Bank sentral bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
sistem pembayaran secara efektif dan efisien agar transaksi
pembayaran dapat dilakukan dengan aman dan mudah oleh peserta
sistem. Untuk itu, bank sentral perlu memiliki infrastruktur dan
teknologi yang memadai, seperti jaringan komunikasi, sistem
pemrosesan data, dan sistem keamanan yang dapat menjamin
transaksi pembayaran dilakukan dengan aman dan terlindungi dari
risiko operasional, seperti fraud dan cyber attack. Dalam hal ini, bank
sentral juga perlu melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
operasional sistem pembayaran guna memastikan keamanan dan
keandalannya.
d) Pelindung Kepentingan Umum
Sebagai pelindung kepentingan umum, bank sentral memiliki
beberapa peran dalam sistem pembayaran. Pertama, bank sentral
bertindak sebagai regulator yang memastikan bahwa semua anggota
sistem pembayaran mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku.
Kedua, bank sentral juga bertindak sebagai pengawas untuk
memastikan keamanan dan stabilitas sistem pembayaran. Ketiga,
bank sentral menyediakan administrasi dan perencanaan untuk sistem
pembayaran yang efisien dan efektif. Keempat, bank sentral
bertindak sebagai arbiter dalam penyelesaian perselisihan antara

29 | K E B A N K S E N T R A L A N
anggota sistem pembayaran atau antara peserta dan penyelenggara
sistem pembayaran.

Setiap bank sentral memiliki jumlah partisipasi yang berbeda dalam


pengendalian sistem pembayaran. Sementara beberapa bank sentral
hanya sedikit terlibat, seperti bank sentral Singapura, Hong Kong, dan
Brunei, yang lainnya sangat terlibat, seperti bank Australia, Selandia
Baru, Jerman, Italia, dan Indonesia.

Tabel 9.1 Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran


Negara Keterlibatan Hubungan dengan Sistem
dalam Sistem Pembayaran
Pembayaran
Afrika Selatan Sedikit Berpartisipasi dan menjalankan
setelmen
Brunei Sedikit Dilakukan oleh Brunei
Association of Banks
Cili Sedikit Aturan dan partisipasi
Hong Kong Sedikit Memberikan saran dalam
regulasi
Perancis Sedikit Pengawas
Singapura Sedikit Chairman Singapore Clearing
House Association
Amerika Sebagian Pengawas dan operator
Bangladesh Sebagian Kliring di kota-kota, Sonali
Bank ditempat lain
Belanda Sebagian Pengawas dan operator
India Sebagian Kliring dimana ada kantor bank
Inggris Sebagian Pengawas dan operator RTGS
Pakistan Sebagian Kliring dimana ada kantor bank
Australia Ya Payment System Board dari
Reserve Bank of Australia

30 | K E B A N K S E N T R A L A N
Indonesia Ya Operator, regulator dan
pengawas
Itali Ya Operator dan pengawas
Jepang Ya Operator dan pengawas
Jerman Ya Operator dan pengawas
Malaysia Ya Kliring dan transfer elektronik
Meksiko Ya Regulator
Saudi Arabia Ya Operator dan pengawas
Selandia Baru Ya Operator dan pengawas
Sri Lanka Ya Kliring
Sumber: Maxwell dkk. (1996), Chandavarkar (1996), BIS dan
website bank sentral yang bersangkutan

D. ALAT PEMBAYARAN
Alat pembayaran merupakan instrumen keuangan yang digunakan
untuk membayar suatu kewajiban atau melakukan transaksi keuangan.
Alat pembayaran dapat berupa uang tunai, cek, kartu kredit, transfer
bank, atau instrumen keuangan lainnya yang dapat dipergunakan sebagai
sarana pembayaran dalam sebuah transaksi. Karena memungkinkan
pertukaran barang dan jasa antara dua pihak tanpa perlu uang tunai, alat
pembayaran memainkan peran penting dalam kegiatan ekonomi. Metode
pembayaran yang aman dan efektif dapat mendorong pembangunan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk menjamin
masyarakat umum dan pelaku ekonomi memiliki akses terhadap metode
pembayaran yang aman, efektif, dan dapat diandalkan, bank sentral atau
regulator keuangan harus merancang dan mengawasi sistem pembayaran
yang kompeten.

1. Jenis-Jenis Alat Pembayaran


Alat pembayaran adalah alat atau jenis media yang digunakan untuk
melakukan transaksi keuangan. Uang tunai atau opsi pembayaran lainnya
juga dapat diterima. Untuk mendukung kegiatan ekonomi secara efisien,
31 | K E B A N K S E N T R A L A N
cara pembayaran yang digunakan dalam sistem pembayaran harus
efektif, aman, cepat, dan dapat diandalkan.
Beberapa jenis alat pembayaran yang sering digunakan dalam sistem
pembayaran antara lain sebagai berikut:
a) Uang Tunai: bentuk pembayaran yang paling umum dan
konvensional. Uang aktual yang dicetak oleh bank sentral suatu
negara dikenal sebagai uang tunai. Transaksi pembayaran dilakukan
dengan menggunakan uang tunai langsung.
b) Kartu kredit: Kartu kredit adalah metode pembayaran elektronik yang
memungkinkan pemegang kartu untuk melakukan transaksi atau
melakukan pembelian tanpa terlebih dahulu membayar tunai.
Pemegang kartu dapat meminjam uang dari bank yang mengeluarkan
kartu kredit dan harus membayar kembali dengan bunga. Pemegang
kartu juga dapat memperoleh poin atau hadiah jika menggunakan
kartu kredit untuk melakukan pembelian.
c) Kartu debit: Kartu debit adalah alat pembayaran yang memungkinkan
pemegang kartu untuk menggunakan dana yang ada di rekening bank
mereka untuk melakukan pembelian atau transaksi. Setiap kali
transaksi dilakukan, dana akan langsung ditarik dari rekening bank
pemegang kartu.
d) Transfer bank: Transfer bank adalah alat pembayaran yang
memungkinkan seseorang untuk mentransfer dana langsung dari
rekening bank mereka ke rekening bank penerima. Transfer bank
dapat dilakukan melalui internet banking, ATM, atau kantor cabang
bank.
e) E-wallet: E-wallet atau dompet digital adalah alat pembayaran online
yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan uang secara
elektronik dan melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai.
Pengguna dapat mengisi ulang dompet digital mereka melalui
transfer bank atau kartu kredit. Contoh dompet digital populer adalah
OVO, Gopay, dan Dana.
f) Mobile payment: Pembayaran seluler atau mobile payment adalah
jenis pembayaran yang memungkinkan konsumen menggunakan

32 | K E B A N K S E N T R A L A N
ponsel mereka sebagai alat pembayaran. Contoh mobile payment
yang populer adalah Apple Pay dan Google Pay.
g) Cryptocurrency: Cryptocurrency adalah sejenis uang digital yang
mengamankan dan memverifikasi transaksi menggunakan teknologi
enkripsi. Transaksi cryptocurrency dilakukan secara peer-to-peer dan
tidak melibatkan bank atau lembaga keuangan tradisional.
h) Cek: Cek adalah instrumen pembayaran tertulis yang diberikan oleh
pemegang rekening bank kepada penerima pembayaran. Penerima
dapat menukarkan cek tersebut dengan uang tunai di bank penerbit
cek. Cek sering digunakan untuk pembayaran besar, seperti
pembelian rumah atau mobil.

2. Sistem Pembayaran Online dan Mobile Payment


Sistem pembayaran online adalah suatu sistem yang memungkinkan
transaksi keuangan dilakukan secara elektronik melalui jaringan internet.
Sistem ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembayaran
secara online tanpa harus bertatap muka dengan penjual atau penerima
pembayaran. Contoh sistem pembayaran online adalah kartu kredit,
transfer bank online, dan dompet digital.
Sementara itu, mobile payment adalah jenis sistem pembayaran
online yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan transaksi
keuangan menggunakan ponsel mereka. Sistem ini memungkinkan
pengguna untuk membayar barang atau jasa melalui aplikasi mobile
payment yang terpasang di ponsel mereka. Aplikasi mobile payment ini
biasanya terhubung dengan rekening bank atau kartu kredit pelanggan,
sehingga pelanggan dapat mengatur dan memantau transaksi keuangan
mereka melalui ponsel mereka. Beberapa contoh mobile payment antara
lain mobile banking, QR code, dan mobile wallet. Pengguna dapat
bertransaksi kapan saja, di mana saja, dan tanpa harus membawa uang
tunai atau kartu kredit, berkat mobile payment. Mobile payment juga
dapat memudahkan transaksi dalam keadaan darurat atau ketika
pengguna sedang bepergian.
Manfaat menggunakan sistem pembayaran online dan seluler
termasuk betapa mudah dan nyamannya bertransaksi uang. Pelanggan

33 | K E B A N K S E N T R A L A N
tidak perlu lagi membawa uang tunai atau kartu kredit fisik saat
berbelanja, melainkan cukup menggunakan ponsel mereka untuk
melakukan pembayaran. Selain itu, sistem ini juga dapat mengurangi
risiko kehilangan uang atau kartu kredit karena transaksi dilakukan
secara elektronik.
Kedua jenis alat pembayaran ini semakin populer di era digital saat
ini karena memungkinkan konsumen untuk melakukan pembayaran
dengan lebih mudah, cepat, dan aman. Namun, pengguna harus tetap
berhati-hati dalam menggunakan alat pembayaran online dan mobile
payment, terutama dalam hal privasi dan keamanan data pribadi.

E. SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA


1. Sejarah Sistem Pembayaran di Indonesia
Pemerintah Hindia Belanda menguasai De Javasche Bank, yang
didirikan pada tahun 1828 dan dimaksudkan untuk membantu prakarsa
ekonomi yang dimilikinya di Indonesia. De Javasche Bank memiliki
keistimewaan unik dalam sistem pembayaran sebagai bank sirkulasi yang
diizinkan untuk memproduksi dan mendistribusikan uang. Pada saat itu,
pembayaran tunai adalah bentuk pembayaran yang paling populer, karena
pembayaran giro baru ada sejak 1 Januari 1907. Perjanjian perhitungan
kliring awalnya ditandatangani pada 15 Februari 1909, untuk wilayah
Batavia (sekarang Jakarta), dan kemudian diikuti oleh Surabaya (1909),
Medan (1915), Bandung (1921), dan Makasar (1922).
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953
tentang Pokok-pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, maka
dibukalah babak baru dalam sejarah perbankan Indonesia. lain-lain)
dimulai pada akhir Desember 1954. Hal ini menandai berdirinya Bank
Indonesia sebagai bank sentral negara Republik Indonesia sesuai dengan
UUD 1945.
Bank Indonesia mengkoordinasikan kliring antar bank bagi bank
yang berada dalam satu wilayah kliring sesuai dengan Undang-undang
No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Kliring diselenggarakan oleh
bank-bank milik negara atau bank pembangunan daerah yang dipilih oleh
Bank Indonesia untuk kota-kota yang memiliki banyak bank dan volume

34 | K E B A N K S E N T R A L A N
kliring yang besar tetapi tidak memiliki kantor cabang Bank Indonesia.
Kota pertama tempat BNI 1946 melakukan kliring adalah Pekalongan
pada tahun 1982.
Kliring manual menjadi lebih sulit, terutama di Jakarta dan kota-kota
besar lainnya, dengan perluasan sistem kliring dan bertambahnya jumlah
dokumen dan peserta. Sistem otomasi izin (berbasis skrip) kemudian
diberlakukan mulai tanggal 7 April 1990, sedikit demi sedikit. Jakarta
Automated Clearing (OKJ), sistem kliring yang serba otomatis, pertama
kali dioperasikan pada tanggal 4 Juni 1990. Di Surabaya (OKS 6 Januari
1992) dan Medan (OKM 11 Januari 1994), otomasi kliring digunakan
sebagai langkah selanjutnya.
Sistem Kliring Lokal Semi Otomatis (SOKL) sering digunakan di
kota-kota dengan populasi kecil dan jumlah peserta dan dokumen yang
terbatas. Sementara data kliring dicatat menggunakan komputer dan
disket untuk melakukan transaksi antar bank dalam SOKL, objek kliring
masih dipindahkan secara manual antar peserta. Kantor Bank Indonesia
(KBI) Jambi merupakan KBI pertama yang mengadopsi SOKL, dan KBI
lain serta non-KBI segera menyusul.
Dengan menggunakan transmisi data elektronik (menggunakan
VSAT dan kemampuan frame relay), Bank Indonesia mulai membangun
sistem otomasi pengiriman uang antar kantor (SAKTI) terpadu pada
tahun 1995. Sistem ini memungkinkan transaksi sederhana antar kantor
bank berdasarkan rekening bank yang sudah ada di Bank Indonesia.
Diperlukan sistem kliring yang lebih cepat, tepat, dan aman karena
aktivitas kliring di Indonesia meningkat tajam. Sistem Kliring Lain
Jakarta (SKEJ) yang memungkinkan penyerahan barang kliring secara
online dengan menggunakan komputer dan alat komunikasi lainnya,
diluncurkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 18 September 1998.
Pada tanggal 20 Agustus 1999, Bank Indonesia secara resmi
meluncurkan Layanan Informasi dan Transaksi Elektronik Bank
Indonesia (BI-LINE), suatu sistem transfer elektronik antar bank, sebagai
upaya untuk mengurangi risiko yang terkait dengan sistem pembayaran.
Penyerahan bilyet giro Bank Indonesia (Bilyet GiroBank) dari bank
kepada Bank Indonesia digantikan dengan sistem transfer dana elektronik
“instan” yang bersifat real time yang dikenal dengan BI-LINE. Sistem ini

35 | K E B A N K S E N T R A L A N
memungkinkan bank untuk mentransfer uang dari rekeningnya ke Bank
Indonesia, ke bank lain, atau ke rekening pemerintah melalui Bank
Indonesia. Sebelum diluncurkannya sistem RTGS oleh Bank Indonesia,
sistem ini dibuat dalam skala kecil untuk perbankan di Jakarta. Sejak
diberlakukannya Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS) pada 17 November 2000 di Jakarta, hanya sekelompok lembaga
keuangan bukan bank (LKBB) atau lembaga pemerintah tertentu, seperti
Direktorat Jenderal Pajak, yang telah diizinkan untuk menggunakan
sistem BI-LINE. Selain itu, BI-RTGS telah diimplementasikan di
beberapa KBI dan nantinya akan diterapkan di setiap KBI di Indonesia.

2. Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran


Telah ditetapkan bahwa salah satu tanggung jawab Bank Indonesia
sebagai bank sentral negara adalah mengawasi dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Sistem pembayaran yang efektif, cepat, aman, dan andal
diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan kewajibannya. Hal
ini untuk melengkapi misi penertiban dan menjaga kelancaran
operasional sistem pembayaran. Bank Indonesia harus berperan aktif
dalam memajukan sistem pembayaran dalam melaksanakan tugas
tersebut. Pelaksanaan kewajiban Bank Indonesia untuk meningkatkan
pengendalian moneter dan mendorong stabilitas dan keamanan sektor
keuangan, termasuk perbankan, dapat didukung dengan adanya sistem
pembayaran yang aman dan andal. Sistem pembayaran dengan demikian
merupakan bagian dari operasi perbankan dan moneter bank sentral.
Pelaku ekonomi dapat lebih mudah memenuhi berbagai tuntutan
pembayaran jika terdapat sistem pembayaran yang menjamin arus kas
yang efektif, aman, andal, dan berisiko rendah. Di sisi lain, jika sistem
pembayaran terganggu, maka akan berdampak pada sistem keuangan
secara keseluruhan. Selain itu, salah satu kebutuhan untuk kelancaran
perdagangan baik di dalam maupun antar negara serta perekonomian
secara umum adalah adanya sistem pembayaran yang efektif dan aman.
Meningkatkan efektivitas sistem keuangan dengan meningkatkan
tingkat keamanan dan stabilitas transaksi keuangan merupakan salah satu
cara Bank Indonesia untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Untuk

36 | K E B A N K S E N T R A L A N
mencapai tujuan tersebut, sejumlah perbaikan telah dicapai di bidang
sistem pembayaran yang terkoordinasi, andal, efektif, dan adil (semua
pihak dapat berpartisipasi selama memenuhi persyaratan yang
ditetapkan).
Mencetak dan mengedarkan uang merupakan tugas penting lainnya
yang dilakukan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran yang tidak
dapat dipisahkan dari kewajiban Bank Indonesia. Strategi pengedaran
uang Bank Indonesia adalah menawarkan uang baik nominal maupun
pecahan yang layak edar dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.

3. Lembaga yang Terkait dalam Sistem Pembayaran di Indonesia


Lembaga-lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung ikut
serta dalam penyelenggaraan sistem pembayaran juga dilibatkan, selain
peraturan perundang-undangan tersebut. Bank sentral, bank, dan lembaga
non bank seperti kantor pos, lembaga kliring, pasar modal, lembaga
penerbit kartu kredit, penyedia jasa jaringan komunikasi di bidang sistem
pembayaran, dan lain-lain merupakan lembaga yang bergerak di bidang
sistem pembayaran pada umumnya. sistem Pembayaran. terkait dengan
sistem pembayaran lainnya. Masing-masing organisasi ini memainkan
peran unik dalam pelaksanaan sistem pembayaran.
Lembaga utama yang menyelenggarakan BI-RTGS dan mekanisme
kliring pembayaran adalah Bank Indonesia. Organisasi lain yang
mengendalikan dan mengelola sistem pembayaran adalah Bank
Indonesia. Sementara itu, bank komersial adalah organisasi utama yang
menawarkan layanan pembayaran. Di Indonesia, bank komersial
menyediakan layanan pembayaran yang hampir sama. Rekening giro,
tabungan, dan deposito sering ditawarkan oleh bank. Cek/bilyet giro,
kartu debit dan kredit, jaringan ATM, dan Transfer Dana Elektronik di
Point-of-Sale/EFTPOS semuanya tersedia melalui layanan ritel ini.
Selain kliring EFTPOS, jaringan switching ATM, dan penyelesaian
saham dan obligasi, bank-bank tertentu juga berfungsi sebagai agen
penyelesaian.
Ada dua sistem terpisah utama khusus untuk layanan pembayaran
dalam bentuk pengiriman uang. Bank mengelola satu sistem, sedangkan
PT Pos Indonesia mengelola sistem lainnya. Mayoritas lembaga

37 | K E B A N K S E N T R A L A N
keuangan yang menyediakan layanan pengiriman uang adalah bank
umum, baik melalui rekening di Bank Indonesia, melalui perjanjian
bilateral, maupun melalui jaringan transfer dana di seluruh lokasi cabang.
Sebaliknya, PT Pos Indonesia berurusan dengan pengiriman layanan
pembayaran, terutama untuk pengiriman uang dan pembayaran pajak.
Layanan transfer dana ini dikelola sebagai sistem yang terpisah dari
bank. PT Pos Indonesia memiliki rekening di sejumlah bank komersial
untuk memungkinkan penyebaran layanan pengiriman uang ini.
Di bawah arahan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), PT
Kliring Deposit Efek Indonesia (PT KDEI) melaksanakan kegiatan
kliring dan penyelesaian transaksi bursa untuk penyediaan jasa efek
sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan tahun 1990.
Kekuasaan untuk mengendalikan penyelenggaraan kliring dan
penyelesaian transaksi efek adalah milik PT KDEI, yang kemudian
dibagi menjadi dua perusahaan independen, yaitu PT Kliring Penjaminan
Efek Indonesia (PT KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT
KSEI).

38 | K E B A N K S E N T R A L A N
BAB 10
PASAR MODAL
A. KONSEP DASAR PASAR MODAL

Investor yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan


dananya di berbagai bidang sesuai dengan rate of return yang diinginkan
dan tingkat resiko yang bersedia ditanggung. Sesuai dengan
perkembangan perekonomian di Indonesia, dewasa ini telah tersedia
banyak alternatif investasi yang dapat dipakai sebagai media investasi
yang menguntungkan. Pada jaman dahulu, media yang banyak dipakai
untuk melakukan investasi adalah emas, tanah dan rumah, deposito dsb.
Tetapi sekarang investor dapat menginvestasikan dananya selain melalui
pasar uang dengan menyimpan dana dalam mata uang asing atau
berspekulasi di pasar valuta asing juga melalui pasar modal yaitu dengan
membeli saham atau obligasi dari perusahaan-perusahaan yang telah go
public.
Dengan melakukan investasi di pasar modal, maka dana yang
tertumpuk di satu pihak dapat disalurkan kepada pihak lain yang
membutuhkan, sehingga dana-dana yang terhimpun tersebut dapat
dipakai untuk membiayai operasional perusahaan dan akhirnya dapat
menggerakan roda perekonomian secara nasional. Jika di dalam pasar
uang hanya bertujuan untuk menyediakan kebutuhan modal dalam jangka
pendek yang biasanya berupa kebutuhan untuk modal kerja, sebaliknya
pasar modal justru menyediakan berbagai macam instrumen yang dapat
dipakai sebagai sarana untuk menghimpun dana yang dibutuhkan untuk
jangka panjang.

39 | K E B A N K S E N T R A L A N
Pasar modal berfungsi sebagai sumber keuangan untuk bisnis dan
pemerintah serta jalan bagi investor. Untuk membantu pembelian,
penjualan, dan transaksi terkait lainnya, pasar modal menyediakan
berbagai layanan dan infrastruktur. Terkadang, masyarakat umum masih
belum bisa membedakan antara pasar uang dan pasar saham. Sekuritas
yang jatuh tempo kurang dari satu tahun adalah yang dimaksud dengan
istilah "pasar uang". Salah satu sarana investasi yang tersedia di pasar
modal adalah pasar uang. Banyak juga yang membandingkan pasar
saham dengan pasar FX dan komoditas yang disediakan oleh rumah
perdagangan berjangka. Barang-barang ini lebih banyak masuk dalam
kategori barang derivatif daripada barang pasar modal. Penggunaan
hutang yang signifikan untuk menghasilkan keuntungan besar dengan
cepat adalah ciri khas barang turunan, begitu pula bahaya yang terlibat.
Investasi derivatif menggunakan berbagai instrumen sebagai referensi
sepanjang prosesnya, termasuk harga komoditas, indeks saham, dan nilai
tukar mata uang (valas). Grafik harga terkadang salah dibaca dalam
penjelasan produk derivatif karena sering digunakan dalam investasi
pasar modal. Derivatif dirancang untuk peserta dengan pemahaman risiko
yang kuat dan aktivitas spekulatif tingkat tinggi. Berinvestasi pada
barang pasar modal tradisional, seperti saham, obligasi, dan reksa dana,
sudah cukup bagi investor pada umumnya.
Karena melayani tugas keuangan dan ekonomi secara bersamaan,
pasar modal memainkan peran penting dalam perekonomian suatu
negara.
1. Cara pasar memfasilitasi pertemuan dua kepentingan, yaitu
mereka yang memiliki uang lebih (investor) dan mereka yang
membutuhkan dana (emiten), sangat penting untuk berfungsinya
perekonomian.
2. Peran keuangan karena, tergantung pada fitur investasi yang
dipilih, pasar modal menawarkan kesempatan dan peluang kepada
pemilik dana untuk mendapatkan keuntungan.
Masyarakat, pemerintah, emiten, dan investor semuanya dapat
memperoleh keuntungan dari pasar modal. Keuntungan pasar modal bagi
investor antara lain:

40 | K E B A N K S E N T R A L A N
1. Sumber Daya Investasi
Sebagai lokasi bagi investor yang ingin melakukan investasi aset
keuangan.
2. Meningkatkan Penghasilan
Kekayaan dapat ditingkatkan sebagai konsekuensi dari investasi
di pasar saham melalui kenaikan harga dan pembagian
keuntungan.
Manfaat pasar modal bagi Emiten (badan usaha) antara lain:
1. Sumber Pendanaan
Sebagai sumber pembiayaan jangka panjang bagi usaha yang
sedang mengembangkan usahanya.
2. Penyebaran Kepemilikan Perusahaan
Sebagai tempat penyebaran kepemilikan perusahaan ke
lingkungan sekitar.
3. Transparansi dan kompetensi
Industri yang terbuka dan profesional adalah industri yang
mendukung pengembangan lingkungan bisnis yang
menguntungkan.
Keuntungan pasar modal bagi pemerintah dan masyarakat antara lain:
a) Pekerjaan
Menciptakan lapangan kerja atau peluang bagi masyarakat
sebagai pelaku pasar dan investor.
b) Mendorong Percepatan Pembangunan
Perusahaan yang mendapatkan pendanaan pasar modal akan
mengalami perlambatan pertumbuhan yang akan mendorong
pembangunan di tingkat nasional dan daerah.

41 | K E B A N K S E N T R A L A N
1. Definisi Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu mekanisme pasar yang terorganisasi dan
terstruktur, dimana para pelaku pasar dapat melakukan transaksi jual beli
instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain
sebagainya. Menurut beberapa ahli, pasar modal dapat diartikan sebagai
sarana yang memfasilitasi pemilik dana (investor) untuk berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal guna
pengembangan bisnisnya. Menurut Bapepam-LK, pasar modal adalah
pasar yang berfungsi sebagai wadah bagi para pihak yang membutuhkan
dana untuk memperoleh akses terhadap sumber pendanaan jangka
panjang yang tersedia dalam masyarakat, serta bagi para pihak yang
memiliki dana untuk menanamkan modalnya. Dalam pasar modal,
terdapat berbagai macam instrumen keuangan yang dapat
diperdagangkan, seperti saham, obligasi, dan instrumen derivatif lainnya.
Melalui kegiatan perdagangan tersebut, para pelaku pasar dapat
memperoleh keuntungan dari perubahan harga instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal.
Secara singkat, pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat
bertemunya pemilik modal atau investor dengan pihak yang lain yang
memperdagangkan saham-saham, obligasi serta surat berharga lainnya
yang dilakukan dengan menggunakan jasa pedagang efek. Meskipun
demikian dengan kemajuan ilmu dan teknologi antara pembeli dan
penjual yang melakukan transaksi tidak selalu harus bertemu secara tatap
muka di suatu tempat, tetapi cukup dengan menggunakan berbagai sarana
informasi seperti telepon, telex, faksimil, jaringan komputer dan internet.
Berkaitan dengan hal tersebut, investor yang kelebihan dana akan
melakukan investasinya dan pihak perusahaan yang membutuhkan dana
akan menawarkan surat berharga (saham/obligasi) dengan cara terlebih
dahulu melakukan listing guna di daftar sebagai emiten.

2. Sejarah Pasar Modal


Pasar modal adalah salah satu bentuk investasi yang banyak diminati
oleh masyarakat di seluruh dunia. Sejarah pasar modal dimulai pada abad
ke-17 ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan di
Belanda pada tahun 1602. VOC adalah perusahaan dagang Belanda yang
42 | K E B A N K S E N T R A L A N
bertugas mengendalikan perdagangan di Asia dan Amerika. Pada saat itu,
VOC mendapatkan hak monopoli untuk melakukan perdagangan
rempah-rempah di Hindia Timur. Untuk memperoleh modal guna
melakukan operasi perdagangan yang besar, VOC melakukan penerbitan
saham dan obligasi kepada masyarakat umum. Ini merupakan awal mula
terbentuknya pasar modal di dunia.
Setelah keberhasilan VOC, pasar modal terus berkembang di
berbagai negara di Eropa. Pada abad ke-18, Inggris mulai
mengembangkan pasar modal mereka dengan menerbitkan surat utang
sebagai bentuk investasi. Pada saat itu, terdapat banyak perusahaan-
perusahaan dagang yang membutuhkan modal besar untuk melakukan
perdagangan global. Seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi
keuangan, pasar modal semakin berkembang pesat pada abad ke-19.
Pada awal abad ke-20, pasar modal mulai berkembang di Amerika
Serikat. Pada tahun 1900-an, banyak perusahaan-perusahaan baru yang
muncul dan membutuhkan modal besar untuk melakukan ekspansi bisnis.
Pada tahun 1930-an, terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika
Serikat dan berdampak negatif terhadap pasar modal. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan undang-
undang yang mengatur pasar modal dan mendorong transparansi serta
keamanan dalam perdagangan saham.
Sejak itu, pasar modal terus berkembang dan meluas ke seluruh
dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, pasar modal semakin terbuka
dan mudah diakses oleh masyarakat umum melalui teknologi dan inovasi
di bidang finansial seperti trading online dan crowdfunding.
Perkembangan pasar modal terus berlangsung hingga saat ini dan
memainkan peran penting dalam perekonomian global. Namun, pasar
modal dunia juga mengalami beberapa krisis besar, seperti depresi
ekonomi pada tahun 1929, krisis keuangan pada tahun 1997 dan 2008,
serta pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Meskipun demikian, pasar
modal tetap menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi global dan
terus berkembang dengan cepat.

43 | K E B A N K S E N T R A L A N
3. Jenis-Jenis Pasar Modal
a) Primary Market
Primary Market adalah penawaran saham yang dilakukan oleh
emiten kepada para calon investor selama batas waktu tertentu yang
ditetapkan oleh emiten sebelum hal tersebut di jual melalui
bursa/sebelum listing. Jadi dengan saham masih ditawarkan melalui
penawaran umum. Keberhasilan pada primary market, sangat
ditentukan oleh peran dari para penjamin emisi (underwriter).
Investor yg membeli saham pada primary market mempunyai tujuan
untuk mendapatkan gain on sales.
b) Secondary market
Biasanya diistilahkan sebagai transaksi jual beli saham/sekuritas
setelah masa penawaran terlewati yaitu ditandai dengan dilakukannya
listing di bursa. Dengan pengertian ini maka pelaksanaan jual beli
saham/sekuritas dilakukan secara luas.
Harga saham lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu
antara permintaan dan penawaran, sehingga emiten secara langsung
tidak bisa mempengaruhi lagi. Pada transaksi di secondary market,
permintaan dan penawaran akan dipengaruhi oleh faktor internal
misal performance perusahaan seperti earning per share dsb
disamping juga ditentukan oleh faktor eksternal seperti kebijaksanaan
pemerintah di bidang moneter dls. Satu hal yang perlu dipahami
bahwa dalam transaksi di secondary market umumnya volume
perdagangannya lebih besar dan hasil penjualan langsung masuk ke
pemegang saham bersangkutan.
c) Third Market
Third Market adalah perdagangan saham yang dilakukan diluar
bursa /OTC (Over the counter market) biasa disebut sebagai Bursa
Paralel. Dalam pasar ini tidak memiliki floor trading (lantai bursa)
yang ada adalah pusat informasi (trading information) yang maliputi :
harga-harga saham, julah transaksi dls. Ada empat ketentuan yang
mengatur bursa paralel yaitu : (a) Syarat 2 untuk memperdagangkan
efek di pasar paralel (b) Peraturan perdagangan di bursa paralel (c)
Peraturan tetnang pencatan harga di bursa paralel (d) Tarif provisi.

44 | K E B A N K S E N T R A L A N
Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Pasar Modal, maka
Bursa Paralel atau OTC tidak lagi dikenal di Indonesia. Sehingga
dengan demikian keaslian saham atau obligasi yang diperdangankan
tidak dijamin oleh pihak Bursa Efek Jakarta atau Bursa Efek
Surabaya.
d) Fourth Market
Fourth Market merupakan bentuk perdagangan efek antar investor
yang dilakukan tanpa melalui perantara pedagang efek. Transaksi
biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar (block sales). Misal
BCA melakukan pengambilalihan saham PT Astra International Tbk
dari beberapa pemegang saham yang lain sehingga BCA menguasai
19 % saham yang beredar. Meski transaski berlangsung dari investor
ke investor lainnya, tetapi mekanisme pasar modal tetap
menghendaki transaksi tersebut harus dilaporkan secara terbuka
untuk dicatat di bursa effek.

Selain keempat jenis tersebut, pasar modal juga bisa dikategorikan


menjadi tiga jenis lainnya jika dilihat dari proses transaksinya. Berikut ini
jenis pasar modal berdasarkan proses transaksinya:
a) Spot Market
Spot Market adalah transaksi keuangan atau sekuritas yang
penyerahannya dilakukan secara spontan/pada saat itu juga. Dalam
financial market, maka pembeli akan menerima jasanya pada saat itu
juga, tetapi dalam pasar modal karena ada ketentuan bahwa
penyerhan dilakukan dengan misal t+2, maka proses penyerahan
sekuritas baru dapat dilakukan beberapa waktu kemudian, namaun
transaksi tersebut tetap dikategorikan sebagai spot karena pada saat
kejadian berlangsung telah terjadi adanya proses pemindahan
kekayaan.
b) Future/Forward Market
Future/Forward Market adalah transaski sekuritas yang
pelaksanaan penyerahannya akan dilakukan beberaoa hari kemudian
sesaui dengan ketentuan yang telah disepakati sekarang. Pada
transaksi semacam berarti harga dari sekuritas ditentukan hari ini
sedangkan penyerahan sekuritas tersebut baru dilakukan pada masa

45 | K E B A N K S E N T R A L A N
yang akan datang. Karena adanya gap antara waktu transaksi dan
waktu penyerahan, maka hal ini bisa terjadi adanya resiko penurunan
atau kenaikkan harga sekuritas. Oleh karena itu resiko semacam perlu
dipikirkan oleh para calon investor.
c) Option Market
Option Market adalah transaksi sekuritas yang memperdagangkan
hak untuk memilih terhadap saham atau obligasi. Pilihan ini
merupakan kontrak hak pemegang samah untuk membeli atau
menjual pada waktu tertentu yang telah disepakati oleh para pihak
melakukan jual beli opsi tsb. Karena itu hak opsi harus secara jelas
disebutkan dalam kontrak dan hanya dapat digunakan dalam periode
tertentu. Jika dalam periode tersebut tidak ditentukan, maka
kesepakatan tersebut menjadi batal demi hukum.

B. PASAR MODAL INDONESIA

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia


Buku "Effectengids" yang diterbitkan oleh Vereniging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939 mengklaim bahwa meskipun transaksi
sekuritas telah terjadi sejak tahun 1880, namun belum dicatat secara
resmi karena kurangnya organisasi resmi. Perusahaan perdagangan
komoditas dan sekuritas, Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas,
didirikan pada tahun 1878. Sebuah prospektus diterbitkan pada tahun
1892 oleh perusahaan perkebunan Batavia Cultuur Maatschappij
Goalpara untuk penjualan 400 saham dengan harga masing-masing 500
gulden. Empat tahun kemudian, pada tahun 1896, harian Het Centrum
yang berbasis di Djoejacarta juga menerbitkan prospektus penjualan
saham senilai 105.000 gulden dengan harga saham awal 100,00 gulden.
Saham yang diperdagangkan, berdasarkan perkiraan, adalah saham yang
terdaftar di Amsterdam Stock Exchange. Investor berlokasi di Semarang,
Surabaya, dan Batavia. Indonesia belum memiliki bursa efek saat ini.
Otoritas kolonial Belanda mulai memperluas perkebunan di Indonesia
sejak awal abad ke-19. Warga negara Belanda dan Eropa dengan gaji
lebih besar dari penduduk setempat membuat tabungan. Oleh karena itu,
pasar modal didirikan oleh penjajah. Pada tanggal 14 Desember 1912,

46 | K E B A N K S E N T R A L A N
Amsterdamse Effectenbeurs akhirnya membuka cabang di Batavia
(Jakarta). Penyelenggaranya adalah Vereniging voor de Effectenhandel,
dan cabangnya langsung dibuka untuk bisnis. Bursa Efek Batavia
menduduki peringkat keempat di Asia. Awalnya, saham dan obligasi
perusahaan dan perkebunan Belanda yang berbisnis di Indonesia
dipertukarkan di pasar ini.
Lalu karena Perang Dunia I, pasar saham Batavia ditutup pada tahun
1914; namun dibuka kembali pada tahun 1918. Pasar modal di Batavia
berkembang begitu cepat sehingga menarik perhatian penduduk kota
lainnya. Bursa efek secara resmi dibentuk pada tanggal 11 Januari 1925
di Surabaya dan pada tanggal 1 Agustus 1925 di Semarang.
Dikarenakan keruntuhan ekonomi tahun 1929 dan dimulainya Perang
Dunia II (Perang Dunia II), periode waktu ini berumur pendek. Bursa
Efek Surabaya dan Semarang terpaksa ditutup sementara karena situasi
yang semakin memburuk. Tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta
menyusul. Bursa Efek Jakarta kembali berdagang pada tanggal 23
Desember 1940. Namun, ini berumur pendek karena pecahnya Perang
Dunia II, karena Jepang segera menginvasi Indonesia, memaksa Bursa
Efek Jakarta ditutup sekali lagi.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU
tanggal 1 November 1951, Perhimpunan Uang dan Efek (PPUE)
mengambil alih bursa. Manajemen terlebih dahulu mempekerjakan Bank
Indonesia (BI) sebagai penasehat sebelum memilih mereka. Setelah itu,
Bursa Efek Jakarta baru dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Saat
itu, PPUE (Persatuan Perdagangan Uang dan Efek) yang terdiri dari
lembaga pemerintah, bank umum, dan pialang efek mengawasi kegiatan
bursa. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 yang semula dimaksudkan
sebagai undang-undang pertukaran darurat, diterbitkan pada tanggal 26
September.
Meskipun pemerintah memberikan fasilitas kepada perusahaan yang
menggunakan uang dari bursa, pertumbuhan pasar modal dari tahun 1977
hingga 1987 tidak terlalu besar. Ada beberapa hal lain yang
menyebabkan terhentinya pertumbuhan pasar modal saat itu, seperti
pembatasan pergerakan harga saham dan proses yang kaku untuk

47 | K E B A N K S E N T R A L A N
menerbitkan obligasi dan saham. Perusahaan pertama yang tercatat di
BEJ adalah PT Semen Cibinong.
Euforia pasar modal tidak kembali sampai pemerintah melakukan
deregulasi pada awal tahun 1987. Syarat-syarat penerbitan saham dan
obligasi menjadi lebih sederhana, dan biaya-biaya yang sebelumnya
dipungut oleh BAPEPAM, seperti biaya pendaftaran untuk penjualan
surat-surat berharga, dihapuskan, berdasarkan Paket Kebijakan Desember
1987, atau Pakdes 1987 seperti yang lebih sering terjadi. diketahui.
Selain itu, strategi ini menghilangkan kendala pada volatilitas harga
saham bursa dan membentuk bursa paralel. sebagai alternatif bagi emiten
yang tidak memenuhi kriteria untuk bergabung di bursa.
Setelah itu, industri perbankan menerima Paket Kebijakan Oktober
1988 (Pakto 88). Pakto 88 mencakup aturan "3 L" (Legal, Lending,
Limit) serta pajak bunga yang diperoleh dari deposito. Penerapan pajak
ini menguntungkan pertumbuhan pasar modal. karena pemerintah
memperlakukan sektor perbankan dan sektor pasar modal secara setara
dengan mengeluarkan kebijakan ini. Paket Kebijakan Desember 1988
(Pakdes 88), paket ketiga, secara umum memberikan daya tarik yang
lebih besar bagi pasar modal dengan mengizinkan sektor swasta
mendirikan bursa saham. Sekarang lebih mudah bagi investor yang
berlokasi di luar Jakarta.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan
Emisi Efek Indonesia (KPEI), Reksa Dana, dan Manajer Investasi
hanyalah sebagian kecil dari organisasi baru yang didirikan pemerintah.
37 bisnis go public pada tahun 1989, dan BEJ mencatatkan saham
mereka. Kecenderungan ini berlanjut dengan privatisasi bursa efek,
dengan dibukanya Bursa Efek Surabaya pada 16 Juni 1989, dibukanya
Bursa Paralel Indonesia (BPI) pada 2 April 1991, dan dibukanya Bursa
Efek Jakarta (BEJ) pada 13 Juli 1992. , yang semuanya mengambil alih
tugas pelaksana saham BAPEPAM.
Sistem Perdagangan Otomatis Jakarta, atau JATS, diperkenalkan
pada tahun 1995, sistem perdagangan bursa yang secara otomatis
menghubungkan harga pembelian dan penjualan saham. Transaksi
dilakukan secara manual sebelum JATS diterapkan. Perdagangan saham
telah bergeser menjadi perdagangan tanpa warkat, khususnya

48 | K E B A N K S E N T R A L A N
perdagangan saham tanpa warkat (bukti kepemilikan yang nyata).
Pertukaran saat ini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem
perdagangan jarak jauh, sejalan dengan kemajuan teknis. Sejak saat itu,
Indonesia hanya memiliki dua bursa yaitu BES dan BEJ, sejak BES dan
Bursa Efek Paralel Indonesia (IPSX) digabungkan pada 22 Juli 1995.
Sistem Informasi Pasar Surabaya dan Automated Remote Trading (S-
MART), sistem perdagangan yang komprehensif, terintegrasi, dan luas
yang dapat menawarkan informasi real-time atas transaksi yang
dilakukan melalui BES, dirilis oleh BES pada tanggal 19 September
1996. Setelah bergabung dengan BES pada akhir tahun 2007, BEJ
berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun
2008. Sistem Perdagangan Baru JATS-G5 diperkenalkan oleh PT Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2009.
Sektor Perbankan, Pasar Modal, dan Industri Keuangan Non Bank
diatur oleh Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan yang disahkan pada
tahun 2011. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 21
Tahun 2011 resmi disahkan pada tanggal 22 November 2011, dan
menjadi landasan berdirinya organisasi OJK. OJK ditetapkan sebagai
lembaga independen yang mengatur lembaga keuangan, baik bank
maupun non bank, termasuk perusahaan sekuritas, perusahaan modal
ventura, perusahaan pembiayaan, reksadana, perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan organisasi lain yang kegiatan usahanya menghimpun dana
dari masyarakat. Penyerahan pengawasan pun terjadi secara bertahap.
Kementerian Keuangan secara resmi menyerahkan pengawasan pasar
modal dan sektor keuangan non bank kepada OJK pada 31 Desember
2012 dari BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan).

49 | K E B A N K S E N T R A L A N
2. Pelaku Pasar Modal di Indonesia

a) Self Regulatory Organization (SRO)


SRO atau Self Regulatory Organization merupakan istilah yang
digunakan untuk menyebut tiga lembaga sekaligus, yaitu Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), dan Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian (LPP). SRO memiliki wewenang untuk membuat
peraturanperaturan yang mengikat badan atau organisasi yang terlibat
dengan fungsinya tersebut. Sebagai contoh, peraturan-peraturan yang
dibuat oleh Bursa Efek di antaranya peraturan yang berkaitan dengan
pencatatan efek, peraturan keanggotaan bursa, dan peraturan
perdagangan efek.

50 | K E B A N K S E N T R A L A N
1. PT Bursa Efek Indonesia
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sebelumnya bernama PT
Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan hasil merger dengan Bursa
Efek Surabaya. PT BEJ memperoleh izin usaha dari Menteri
Keuangan melalui SK nomor 323/KMK.01.01/1992 tanggal 18
Maret 1992 dan beroperasi secara resmi sebagai bursa swasta
pada 13 Juli 1992 setelah mendapat penyerahan pengelolaan
bursa dari BAPEPAM selaku pengelola sebelumnya. Anggaran
Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan
terakhir dengan akta nomor 33 tanggal 13 Juni 2008 di Jakarta
mengenai penurunan modal dasar, modal ditempatkan dan
disetor.
Sesuai dengan fungsinya, PT BEI memberikan layanan Jasa
Transaksi Efek, Jasa Pencatatan, dan Jasa Informasi dan Fasilitas
lainnya. Jasa Transaksi Efek adalah jasa yang diberikan untuk
pelaksanaan jual dan beli efek. Jasa Pencatatan adalah jasa
pencatatan emiten atas saham dan obligasi. Jasa Informasi dan
Fasilitas lainya adalah jasa memberikan informasi kepada
Anggota Bursa, kantor berita, media massa dan perusahaan serta
penyediaan terminal pelaporan transaksi obligasi.

2. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)


PT KPEI didirikan berdasarkan Undang - Undang Nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal untuk menyediakan jasa kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar,
dan efisien. KPEI memperoleh status sebagai badan hukum pada
tanggal 24 September 1996 dengan pengesahan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia. Dua tahun kemudian, tepatnya
tanggal 1 Juni 1998, Perseroan mendapat izin usaha sebagai
Lembaga Kliring dan Penjaminan berdasarkan Surat Keputusan
BAPEPAM Nomor Kep-26/PM/1998.
PT KPEI merupakan salah satu lembaga yang diberikan
kewenangan oleh Undang-Undang untuk mengatur pelaksanaan
kegiatan kepada pemakai jasanya atau disebut juga Self
Regulatory Organization (SRO). Sebagai SRO KPEI turut

51 | K E B A N K S E N T R A L A N
berperan menentukan arah perkembangan 13 pasar modal
Indonesia. Sebagai Central Counterparty (CCP), KPEI
menyediakan layanan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa. Kehadiran KPEI sebagai CCP diperlukan untuk
lebih meningkatkan efisiensi dan kepastian dalam penyelesaian
transaksi di Bursa Efek Indonesia.

3. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)


PT KSEI didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1997
dan memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) melalui Surat Keputusannya Nomor KEP-
54/PM/1998 pada tanggal 11 November 1998.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, KSEI berfungsi untuk menyediakan
jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang
teratur, wajar, dan efisien. Sebagai lembaga nirlaba dan SRO.
KSEI terus berupaya untuk memberikan dukungan dan kontribusi
bagi pengembangan pasar modal Indonesia khususnya
perekonomian nasional.
KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 9
Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan
warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring
Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan
Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
Selanjutnya sejak 17 Juli 2000, KSEI bersama BEI dan KPEI
mengimplementasikan perdagangan dan penyelesaian saham
tanpa warkat (scriptless trading) di pasar modal Indonesia. Saham
KSEI dimiliki oleh para pemakai jasanya, yaitu SRO (BEI dan
KPEI), Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan Biro Administrasi
Efek (BAE).
Sesuai fungsinya, KSEI memberikan layanan jasa
penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek, meliputi:
Pengelolaan Aset, Jasa Kustodian, dan jasa lainnya.

52 | K E B A N K S E N T R A L A N
b) Pelaku, Lembaga dan Profesi Penunjang
1. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai penjamin efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer
investasi. Penjamin emisi efek (underwriter) adalah pihak yang
membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum
(go public) bagi kepentingan 17 emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Perantara pedagang efek
(broker/ dealer) adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual
beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. Manajer investasi
(investment manager) adalah pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio efek untuk kepentingan nasabah ataumengelola
portofolio investasi kolektif untuk kepentingan sekelompok nasabah,
kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan
sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan
yang berlaku. Perusahaan Efek dapat berbentuk:
➢ Perusahaan Efek nasional yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh orang perseorangan warga negara Indonesia dan atau
badan hukum Indonesia; atau
➢ Perusahaan Efek patungan yang sahamnya dimiliki oleh orang
perseorangan warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia, dan/ atau badan hukum asing yang bergerak di
bidang keuangan.

2. Lembaga Penunjang Pasar Modal


a) Bank Kustodian
Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain,
termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening
Efek yang menjadi nasabahnya. Selain Perusahaan Efek, yang
dapat menjalankan kegiatan Kustodian adalah Bank Umum yang
telah mendapatkan persetujuan dari OJK.
Bank Kustodian wajib membukukan dan mencatatkan secara
terpisah atas Efek yang dititipkan, dan Efek yang disimpan atau
53 | K E B A N K S E N T R A L A N
dicatat pada rekening Efek Kustodian harus terpisah dari harta
Kustodian tersebut. Kustodian hanya dapat mengeluarkan Efek
atau dana yang tercatat pada rekening Efek atas perintah tertulis
dari pemegang rekening atau Pihak yang diberi wewenang untuk
bertindak atas namanya. Hingga Desember 2015, Kustodian yang
telah mendapatkan persetujuan dari OJK sebanyak 22 Kustodian.

b) Biro Administrasi Efek (BAE)


BAE adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
OJK untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Biro Administrasi
Efek. BAE adalah Pihak yang, berdasarkan kontrak dengan
Emiten, melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian
hak yang berkaitan dengan Efek. Setiap BAE wajib
mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan,
pembukuan, data dan keterangan tertulis yang berhubungan
dengan Emiten yang efeknya diadministrasikan oleh BAE.
Lingkup kerja utama dari BAE adalah jasa administrasi saham,
yang meliputi:
➢ Tata laksana pencatatan, pengadministrasian dan
penyimpanan Efek;
➢ Mutasi Saham (pemindahan hak, pemecahan saham,
penggabungan saham);
➢ Permohonan penggantian Saham hilang;
➢ Penerbitan Saham pengganti.
Hingga Desember 2015, terdapat 11 BAE yang telah
mendapatkan izin usaha dari OJK.

c) Wali Amanat
Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat dapat dilakukan oleh
Bank Umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Untuk dapat menyelenggarakan kegiatan usaha
sebagai Wali Amanat, Bank Umum atau pihak lain wajib terlebih
dahulu terdaftar di OtoritasJasa Keuangan. Wali Amanat
merupakan Pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan

54 | K E B A N K S E N T R A L A N
pemegang Efek yang bersifat utang. Oleh karena Efek bersifat
utang merupakan surat pengakuan utang yang bersifat sepihak
dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor)
jumlahnya relatif banyak, maka perlu dibentuk suatu lembaga
yang mewakili kepentingan seluruh kreditur.
Kegiatan Wali Amanat di sektor Pasar Modal mencakup
antara lain:
➢ Penyusunan kontrak perwaliamanatan dengan Emiten;
➢ Menganalisis kemampuan dan kredibilitas Emiten;
➢ Melakukan pengawasan terhadap jaminan Obligasi
termasuk kecukupan pemenuhan sinking fund;
➢ Mengikuti secara terus menerus perkembangan
perusahaan Emiten;
➢ Penyampaian laporan dan keterbukaan informasi kepada
pemegang Obligasi;
➢ Penyelenggara Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO)
serta melaksanakan keputusan RUPO;
➢ Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
pembayaran bunga dan pinjaman pokok obligasi; dan
➢ Sebagai Agen Utama Pembayaran.

Hingga Desember 2015, terdapat 11 Wali Amanat yang telah


terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

3. Profesi Penunjang Pasar Modal


a) Akuntan
Akuntan merupakan salah satu Profesi Penunjang Pasar
Modal yang dalam melakukan kegiatannya di sektor Pasar Modal
wajib terlebih dahulu terdaftar di OJK. Jasa utamanya adalah jasa
assurance dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh
publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan. Peran Akuntan di sektor Pasar Modal
adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan seperti
Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
55 | K E B A N K S E N T R A L A N
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa
Dana, Perusahaan Efek, dan Pihak lain yang melakukan kegiatan
di sektor Pasar modal serta memberikan pendapat atas laporan
keuangan tersebut. Peran dan tanggung jawab Akuntan terhadap
perkembangan Pasar Modal sangat besar. Akuntan yang terdaftar
di OJK diharapkan menjadi gatekeeper dalam melindungi
kepentingan publik dengan menghasilkan opini yang berkualitas
atas laporan keuangan.

b) Konsultan Hukum
Konsultan Hukum yang melakukan kegiatan disektor Pasar
Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan pendapat
hukum kepada Pihak lain. Konsultan Hukum memiliki peran
penting dalam proses Penawaran Umum (go public). Hal tersebut
berkenaan dengan adanya kewajiban pemeriksaan dari aspek
hukum (legal audit) dan pendapat hukum (legal opinion) bagi
Emiten yang akan menyampaikan pernyataan pendaftaran ke
OJK.
Pada saat perusahaan akan melakukan Penawaran Umum di
sektor Pasar Modal, biasanya didahului oleh proses due diligence
atau penelitian yang mendalam. Pemeriksaan hukum yang
dilakukan tersebut meliputi pemeriksaan terhadap dokumen-
dokumen yang dimiliki Emiten dan masalahmasalah yang
berhubungan dengan hukum yang dihadapi oleh Emiten. Hasil
pemeriksaan hukum (legal audit) yang dilakukan Konsultan
Hukum akan menghasilkan pendapat hukum (legal opinion).
Dalam melakukan pemeriksaan, Konsultan Hukum wajib
mengikuti Standar Pemeriksaan Hukum, Standar Pendapat
Hukum, Kode Etik Profesi, dan bersikap independen.

c) Penilai
Penilai adalah salah satu Profesi Penunjang Pasar Modal yang
dengan keahliannya menjalankan kegiatan usaha penilaian di
sektor Pasar Modal. Seperti halnya dengan Profesi Penunjang

56 | K E B A N K S E N T R A L A N
Pasar Modal lainnya, sebelum melakukan kegiatan di sektor Pasar
Modal, Penilai wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan. Ruang lingkup kegiatan penilaian yang dilakukan
Penilai Pasar Modal meliputi Penilaian Properti dan Penilaian
Usaha. Hasil dari kegiatan penilaian yaitu berupa opini
Kegiatan Penilaian Properti meliputi penilaian real properti,
personal properti, pembangunan atau pengembangan proyek,
pengembangan properti, aset perkebunan, aset perikanan, aset
kehutanan, aset pertambangan, dan penilaian properti lainnya.
Untuk melakukan kegiatan Penilaian Properti, Penilai wajib
memiliki Surat Tanda Terdaftar (STTD) A atau AB. Sedangkan,
kegiatan Penilaian Usaha meliputi penilaian perusahaan dan/atau
badan usaha, penyertaan dalam perusahaan, instrumen keuangan,
aset tak berwujud, pemberian pendapat kewajaran atas transaksi,
penyusunan studi kelayakan proyek dan usaha, penilaian
keuntungan/ kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh suatu
kegiatan atau suatu peristiwa tertentu, dan penilaian usaha
lainnya. Adapun untuk melakukan kegiatan Penilaian Usaha,
Penilai wajib memiliki STTD B atau AB. Dalam melakukan
penilaian, Penilai wajib mengikuti Standar Penilaian Indonesia
(SPI) dan Kode Etik Profesi serta bersikap independen.

d) Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
otentik. Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal wajib
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Notaris di sektor Pasar
Modal berperan memberikan jasa khususnya dalam rangka
pembuatan dokumen yang berkekuatan hukum (legal document)
terkait kegiatan dan produk di Pasar Modal. Kegiatan Notaris di
Pasar Modal antara lain:
➢ Membuat risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
menyusun pernyataan keputusan RUPS,
➢ Meneliti keabsahan hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan
RUPS, dan

57 | K E B A N K S E N T R A L A N
➢ Membuat Kontrak Investasi Kolektif (KIK) untuk menjamin
kepercayaan para pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut.

C. PROSES GO PUBLIC

Dengan menawarkan dan menjual sebagian sahamnya kepada publik,


mencatatkan sahamnya di PT BEI (juga dikenal sebagai "Bursa") dan
langkah-langkah lainnya, semua perusahaan swasta memiliki opsi untuk
menjadi perusahaan publik. Selain itu, prosedur ini dikenal sebagai "Go
Public".
Penawaran Umum merupakan kegiatan penawaran saham atau efek
lainnya yang dilakukan oleh calon perusahaan terbuka untuk menjual
saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cata yang diatur
oleh Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Dalam
melakukan Penawaran Umum, calon perusahaan terbuka perlu
melakukan persiapan internal dan dokumen-dokumen sesuai dengan
persyaratan untuk melakukan penawaran umum, serta memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh OJK.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses Penawaran Umum
adalah mencakup tahapan sebagai berikut:
1. Periode pasar perdana yaitu ketika saham atau efek ditawarkan
kepada pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual
yang ditunjuk;
2. Penjatahan saham yaitu pengalokasian saham atau efek pesanan
para pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia; dan
3. Pencatatan efek di Bursa yaitu pada saat saham atau efek tersebut
mulai dicatatkan dan diperdagangan di Bursa.
Calon emiten harus benar-benar memahami proses penawaran umum
agar mengetahui apa saja yang perlu dilakukan dan dipersiapkan. Jika
penerbit memiliki pengetahuan menyeluruh, mereka dapat segera
mengembangkan prosedur penting. Proses Penawaran Umum dapat
dikelompokkan menjadi beberapa tahap, diantaranya:

58 | K E B A N K S E N T R A L A N
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan awal dalam mempersiapkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Hal yang pertama
kali dilakukan oleh calon perusahaan terbuka adalah melakukan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan
para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham.
Setelah mendapat persetujuan, calon perusahaan terbuka melakukan
penunjukan Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal, antara
lain:
a) Penjamin Emisi (Underwriter) merupakah pihak yang paling
banyak terlibat dalam membantu calon perusahaan terbuka dalam
rangka penerbitan saham dengan menyiapkan berbagai dokumen,
membantu membuat Prospektus dan memberikan Penjaminan
atas penerbitan Efek.
b) Akuntan Publik (Independent Auditor) merupakan pihak yang
bertugas untuk melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan erbuka dan calon perusahaan terbuka.
c) Penilai independen yang merupakan pihak yang melakukan
penilaian atas aktiva calon perusahaan terbuka dan menentukan
nilai pasar wajar dari aktiva tersebut.
d) Konsultan hukum merupakan pihak yang memberikan pendapat
dari segi hukum (legal opinion).
e) Notaris merupakan pihak yang membuat akta-akta perubahan
anggaran dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka
penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
f) Biro Administrasi Efek, bertugas untuk mengadministrasikan
pemesanan saham dan mengadministrasikan kepemilikan saham.

2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran


Dalam tahap ini, calon perusahaan terbuka melengkapi dokumen
pendukung untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada
OJK sampai dengan OJK menyatakan bahwa pernyataan pendaftaran
telah menjadi efektif.
3. Tahap Penawaran Saham
59 | K E B A N K S E N T R A L A N
Tahap ini merupakan tahap utama karena calon perusahaan
terbuka menawarkan sahamnya kepada masyarakat (investor).
Investor dapat membeli saham melalui agen penjual yang telah
ditunjuk. Masa penawaran umum ini paling kurang 3 hari kerja dan
paling lama 5 hari kerja.
Perlu diingat bahwa seluruh keinginan investor atas saham calon
perusahaan tercatat dapat dipenuhi seluruhnya dalam hal terjadi
kelebihan permintaan (oversubscribe). Sebagai contoh, saham yang
ditawarkan ke masyarakat melalui Pasar Perdana sebanyak 100 juta
saham, sementara permintaan pembelian saham dari seluruh investor
sebesar 150 juta saham. Dalam hal investor tidak mendapatkan saham
yang dipesan melalui pasar perdana, maka investor tersebut dapat
membeli saham tersebut di pasar sekunder yaitu pasar dimana saham
tersebut telah dicatatkan dan diperdagangkan di BEI karena biasanya
banyak investor yang menjual kembali saham yang baru dibelinya di
Pasar Perdana untuk memperoleh Capital Gain.

D. Tahap Pencatatan Saham di BEI


Setelah selesainya penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya
saham tersebut dicatat dan diperdagangkan di BEI. Saham yang
dicatatkan di BEI dibagi atas dua papan pencatatan yaitu Papan
Utama (Main Board Index – MBX) dan Papan Pengembangan
(Development Board Index – DBX) berdasarkan syarat dan ketentuan
yang berlaku.
Papan utama ditujukan untuk perusahaan terbuka yang berskala
besar, khususnya dalam hal nilai aktiva berwujud bersih (net tangible
assets) yang sekurang-kurangnya Rp100.000.000.000,00. Sementara
papan pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan
yang belum dapatmemenuhi persyaratan pencatatan di papan
utama,termasuk perusahaan yang prospektif namun belum
membukukan keuntungan.

60 | K E B A N K S E N T R A L A N
PAPAN UTAMA PAPAN PENGEMBANGAN
Memenuhi persyaratan Telah memenuhi persyaratan
umum pencatatan saham umum pencatatan saham.
Telah melakukan kegiatan Sampai dengan diajukannya
operasional dalam core permohonan pencatatan telah
business yang sama melakukan kegiatan operasional
sekurang-kurangnya selama dalam core business yang sama
36 bulan berturut-turut minimal 12 bulan berturut-turut.
Laporan Keuangan telah Laporan keuangan audit tahun
diaudit sekurang-kurangnya buku terakhir yang mencakup
3 tahun buku terakhir, miimal 12 bulan dan laporan
dengan ketentuan Laporan keuangan auditan interim terakhir
Keuangan yang diaudit 2 (jika ada) memperoleh pendapat
tahun terakhir dan laporan wajar tanpa pengecualian (WTP)
Keuangan interim yang
diaudit (jika sudah ada) harus
memperoleh pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP)
Memiliki Aktiva Berwujud Memiliki aktiva berwujud bersih
Bersih (Net Tangible Asset) (Net Tangible Asset) minimal
sekurang- kurangnya Rp.100 Rp.5.miliar
miliar
Jumlah saham yang dimiliki Jumlah saham yang dimiliki oleh
oleh pemegang saham yang pemegan saham yang bukan
bukan merupakan Pemegang merupakan Pemegang Saham
Saham Pengendali (minority Pengendali (minority
shareholders) setelah shareholders) setelah penawaran
Penawaran Umum atau umum atau perusahaan yang sudah
perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efekl lain atau
tercatat di Bursa Effek lain bagi perusahaan public yang
atau bari Perusahaan Publik belum tercatat di Bursa Efek lain
yang belum tercata di Bursa dalam periode 5 hari bursa
Efek lain dalam periode 5 sebelum permohonan pencatatan,
hari bursa sebelum sekurang-kurangnya 50.000.000
permohonan pencatatan saham atau 35 % dari modal
61 | K E B A N K S E N T R A L A N
sekurang-kurangnya disetor (mana yang lebih kecil).
100.000.000 saham atau
35 % dari modal disetor
(mana yang lebih kecil)
Jumlah Pemegang Saham Jumlah pemegang saham paling
paling sedikit 1.000 sedikit 500 pemegang saham yang
pemegang saham yang memiliki rekening Efek di
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek dengan
Anggota Bursa Efek dengan ketentuan :
ketentuan : a) Bagi calon perusahaan tercatat
yang melakukan penawaran
a) Bagi calon perusahaan umum, maka jumlah
tercatat yang melakukan pemegang saham tersebut
penawaran umum, maka adalah pemegang saham
jumlah pemegang saham setelah penawaran umum
tersebut adalah pemegang perdana
saham setelah penawaran b) Bagi calon perusahaan tercatat
umum perdana. yang berasal dari perusahaan
b) Bagi calon perusahaan public, maka jumlah
tercatat yang berasal dari pemegang saham tersebut
perusahaan public, maka adalah jumlah pemegang
jumlah pemegang saham saham terakhir selambat-
tersebut adalah jumlah lambatnya 1 bulan sebelum
pemegang saham terakhir mengajukan permohonan
selambatlambatnya 1 pencatatan.
bulan sebelum c) Bagi calon perusahaan tercatat
mengajukan permohonan yang tercatat di Bursa Efek
pencatatan. lain,maka jumlah pemegang
c) Bagi calon perusahaan saham tersebut adalah dihitung
tercatat yang tercatat di berdasarkan rata-rata per bulan
Bursa Efek lain, maka selama 6 bulan terakhir.
jumlah pemegang saham d) Jika calon perusahaan tercatat
tersebut adalah dihitung mengalami rugi usaha atau
berdasarkan rata-rata per belum membukukan
bulan selama 6 bulan keuntungan atau beroperasi
terakhir.
62 | K E B A N K S E N T R A L A N
kurang dari 2 tahun wajib
selambat-lambatnya pada akhir
tahun buku ke-2 sejak tercatat
sudah memperoleh laba usaha
dan laba bersih berdasarkan
proyeksi keuangan yang akan
diumumkan di Bursa
e) Khusus bagi calon perusahaan
tercatat yang bergerak di
bidang yan sesuai dengan sifat
usahanya, memelukan waktu
yang cukup lama untuk
mencapai titik impas (sperti :
infrastruktur, perkebunan
tanaman keras, konsesi Hak
Pengelolaan Hutan (HPH) atau
Hutan Tanaman Industri (HTI)
atau bidang usaha lain yang
berkaitan dengan pelayanan
umum, maka berdasarkan
proyeksi keuangan calon
perusahaan tercatat tsb
selambat-lambatnya pada akhir
tahun buku ke-6 sejak tercatat
sudah memperoleh laba usaha
dan laba bersih.
f) Khusus calon perusahaan
tercatat yang ingin melakukan
IPO, perjanjian penjaminan
emisinya harus menggunakan
prinsip kesanggupan penuh
(full commitment).

63 | K E B A N K S E N T R A L A N
Pihak Bursa Efek Indonesia juga mengatur kemungkinan terjadinya
perpindahan papan pengembangan ke papan utama. Perpindahan tersebut
hanya dilakukan dari papan pengembangan ke papan utama. Adapun
persyaratan perpindahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Telah melakukan kegiatan operasional dalam core business yang
sama sekurang-kurangnya 36 bulan terakhir
2. Laporan Keuangan yang diaudit mendapat pendapat wajar tanpa
pengecualan selama 2 tahun buku terakhir
3. Berdasarkan laporan keuangan yang diaudit terakhir, memiliki
aktiva bersih berwujud (net tangible asset) sekurang-kurangnya
Rp 100 miliar
4. Tidak dalam kondisi dan atau peristiwa dan atau gugatan/perkara
yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha perusahaan tersebut.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam hal LISTING di Bursa Efek
Jakarta yaitu biaya yang harus dibayar oleh emiten yang disebut dengan
listing fee. Ada dua jenis fee yaitu :
➢ Initial listing fee besarnya antara Rp 1juta untuk setiap kelipatan
Rp 1 miliar dari nilai kapitalisasi saham ( Nilai kapitalisasi
diperoleh dari Harga saham dikalikan dengan jumlah saham),
sekurang-kurangnya Rp 10 juta dan sebanyak-banyaknya Rp 150
juta.
➢ Selain itu ada annual listing fee sebesar Rp 500,000,-- untuk
setiap kelipatan Rp 1 miliar dari jumlah modal disetor, minimual
Rp 5 juta dan maksimum Rp 100 juta. Pembayaran dilakukan 5
hari bursa seblum pencatatan ulang tahun tanggal pencataan
pertama kali.
➢ Pencatatan saham tambahan ditetapkan sama dengan biaya
pencatatan saham awal.

64 | K E B A N K S E N T R A L A N
1. Alasan – Alasan untuk Go Public
Tidak ada aturan yang baku mengenai hal apakah suatu perusahaan
perlu untuk go public dan kapankah saat yang tepat untuk melakukannya,
karena keputusan untuk go public akan berpulang kepada kebutuhan
masing-masing perusahaan dan disesuaikan dengan kepentingan para
pemegang sahamnya.
Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk melakukan
go public baik dengan cara menjual saham di pasar modal atau dengan
menerbitkan obligasi. Adapun alasan yang paling menonjol dan hampir
selalui ditemui di prospektus perusahaan yang akan go public adalah :
a. Untuk meningkatkan modal dasar perusahaan, hal ini tercermin
dengan alasan untuk memperbaiki struktur permodalannya atau
gearing ratio/ debt to equity ratio. Disamping itu dana yang diproleh
melalui go public terkadang juga dipakai untuk melakukan
pembayaran hutang-hutang perusahaan. Jika langkah ini ditempuh
oleh emiten, maka diharapkan emiten akan dapat menurunkan beban
biaya yang berupa bunga hutang/ pinjaman sampai ke tingkat tertentu.
b. Untuk keperluan diversifikasi usaha, melalui cara ini para pesero
pendiri akan dapat menjual sahamnya melalui pasar modal, sehingga
dana yang dihimpun dari masyarakat melalui penjualan saham akan
memberikan keuntungan bagi para pesero pendiri. Selanjutnya
dengan keutungan yang diperoleh tadi, para pesero pendiri akan dapat
menginvestasikannya ke bidang usaha yang lain.
c. Memudahkan dalam melakukan ekspansi. Para pesero mempunyai
kesempatan untuk meraih dana dari financial market tanpa harus
menjual sahamnya. Jika saham yang dikuasai adalah likuid, maka
saham tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan untuk mendapatkan
kredit. Selanjutnya dana yang diperoleh dari kredit tersebut dapat
dipakai untuk membayar perusahaan lain yang diambil alih /take-over.
Ada cara lain yang dapat ditempuh dalam melakukan ekspansi yaitu
dengan share-swap yaitu membeli perusahaan lain tanpa harus
mengeluarkan uang kontan tetapi dibayar dengan saham yang telah
didaftarkan di bursa.

65 | K E B A N K S E N T R A L A N
d. Untuk mengetahui nilai perusahaan, Nilai tersebut akan tercermin
melalui kekuatan tawar-menawar saham. Jika perusahaan itu
mempunyai prospek yang baik, maka nilai sahamnya akan tinggi
demikian sebaliknya.
e. Selain keempat tujuan di atas, terkadang perusahaan dalam
melakukan go public mempunyai kombinasi dari tujuan-tujuan di atas.

2. Manfaat dan Konsekuensi Go Public


Keputusan untuk go public merupakan keputusan bisnis yang dipilih
setelah memperhitungkan berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak
sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan ketika menjadi
perusahaan yang go public namun ada pula beberapa konsekuensi yang
harus dipertimbangkan.
Dengan menjadi perusahaan terbuka, banyak sekali manfaat yang
dapat diperoleh perusahaan, diantaranya:
a) Memperoleh sumber pendanaan baru;
b) Memberikan keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) untuk
Pengembangan Usaha;
c) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan
melalui penerbitan saham baru;
d) Peningkatan kemampuan going concern;
e) Meningkatkan citra perusahaan (company image);
f) Meningkatkan nilai perusahaan (company value);
g) Menjadi batu loncatan untuk melakukan cross border listing di bursa
efek luar negeri;
h) Meningkatkan kepercayaan dari lembaga keuangan internasional bila
perseroan bermaksud mendapatkan pembiayaan dari pasar keuangan
internasional.
Meskipun go public dapat memberikan berbagai manfaat seperti yang
telah disebutkan, perusahaan yang melkaukan go public juga harus
menanggung konsekuensi dari proses tersebut. Beberapa konsekuensi
yang harus dipertimbangkan menjadi perusahaan terbuka:

66 | K E B A N K S E N T R A L A N
a) Kewajiban rutin melaporkan perkembangan keuangan perusahaan
melalui laporan keuangan secara berkala yang telah diaudit Akuntan
Publik.
b) Bila ada kejadian penting terkait perusahaan, manajemen wajib selalu
melakukan keterbukaan informasi kepada OJK dan
mengumumkannya kepada masyarakat melalui media massa.
c) Strategi bisnis yang sebelumnya tertutup, dapat diketahui oleh
pesaing usaha sehingga perusahaan harussangat hati-hati dalam
menentukan informasi apa yang bisa diumumkan atau tidak bisa
diumumkan.
d) Manajemen keluarga dari perusahaan tertutup wajib beradaptasi
menjadi manajemen dengan tata kelola profesional berdasarkan
peraturan OJK di bidang good corporate governance.

67 | K E B A N K S E N T R A L A N

Anda mungkin juga menyukai