Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEBANKSENTRALAN

“SISTEM KEUANGAN KONVENSIONAL”

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebanksentralan yang
Diampu Oleh :
Christophorus Indra Wahyu Putra, S.E., M.Si.

Disusun oleh :
Adela Rizkha (202010325394)
Damar Asmarani (202010325208)
Muhammad Andika (202010325204)
Muhamad Ramdan (202010325171)
Rahma Fitriani T (202010325188)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah yang bentuk maupun isinya yang sederhana ini dengan tepat
waktu. Adapun tema dari makalah ini adalah “Sistem Keuangan Konvensional”.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah strategi pemasaran yang telah memberi tugas makalah ini
terhadap kami. Kami juga ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam membuat dan menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan karena
terbatasanya pengalaman dan kemampuan kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar kami dapat menyusun makalah selanjutnya dengan lebih
baik. Kami juga berharap semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca.

Bekasi, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 latar belakang...........................................................................................................4
1.2 rumusan masalah......................................................................................................5
1.3 tujuan.......................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
2.1 Sistem Keuangan.......................................................................................................6
2.1.1 Definisi Sistem Keuangan....................................................................................6
2.1.2 Kelembagaan......................................................................................................7
2.1.3 Lembaga Keuangan...........................................................................................16
2.1.4 Pasar Keuangan................................................................................................21
2.1.5 Instrumen Keuangan.........................................................................................23
2.1.6 Infrastruktur Sistem Keuangan..........................................................................24
2.2 Sistem Keuangan di Beberapa Negara.....................................................................24
2.3 Sistem Keuangan di Indonesia.................................................................................25
BAB III..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Bank Sentral adalah lembaga keuangan sentral yang memiliki peran strategis dalam
pengelolaan perekonomian suatu negara. Pentingnya peranan bank sentral tersebut dapat
dilihat dari tiga fungsi utama, yaitu (i) fungsi yang terkait sebagai otoritas sistem
pembayaran, (il) fungsi sebagai otoritas moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dan
(fil) fungi yang terkait sebagai otoritas perbankan dalam menjaga kesehatan bank dan
stabilitas sistem keuangan.
Ketiga fungsi bank sentral tersebut bervariasi antarbank sentral di masing-masing
negara, dimana terdapat bank sentral yang mempunyai ketiga fungsi tersebut, di sisi lain
terdapat juga bank sentral yang hanya mempunyai satu fungsi atau kombinasi dua dari ketiga
fungsi tersebut.
Ketiga fungsi bank sentral tersebut berevolusi dari masa ke masa seialan dengan
dinamika perubahan perekonomian: Pada awal evolusi, bank sentral hanya berfungsi sebagai
bank sirkulasi. Selanjutnya, selain bank sirkulasi, bank sentral juga diberikan hak monopoli
untuk mencetak uang, yang merupakan hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah
sehingga bank sentral mempunyai fungsi dan tugas yang lebih luas dan juga kasir pemerintah
untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perbankan. Pada beberapa negara, bank
sentral bahkan melakukan pencetakan uang besar-besaran untuk membiayai pengeluaran
pemerintah akibat defisit fiskal.
Fungsi bank sentral kemudian berkembang menjadi bankir bank dengan memberikan
pinjaman jangka pendek terhadap bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Pemberian
pinjaman tersebut oleh Walter Bagehot dikenal sebagai Lender of The Last Resort (LoLR),
yang bertujuan mencegah ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank. Menjaga kepercayaan
suatu bank penting karena ketidakpercayaan pada suatu bank dapat menimbulkan risiko
sistemik ketidakpercayaan terhadap bank lain dan pada lanjutannya dapat membahayakan
sistem perbankan keseluruhan. Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank
mendorong bank sentral bukan hanya berfungsi sebagai bankir bank, tetapi juga menjadi
otoritas perbankan atau jasa keuangan yang tugasnya menjamin kesehatan bank dan stabilitas
sistem keuangan.
Evolusi fungsi bank sentral juga semakin berkembang dengan diberikannya bank
sentral kewenangan sebagai otoritas moneter dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi
dan bahkan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Dalam pelaksanaan
kebijakan moneter, bank sentral pada umumnya mengendalikan uang beredar agar sejalan
dengan kegiatan dan kapasitas perekonomian, baik dengan mengendalikan kuantitas uang
beredar maupun dengan pengendalian suku bunga. Melalui pengendalian inflasi yang sejalan
dengan kapasitas ekonomi maka bank sentral diharapkan dapat mencapai tujuannya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Sejalan dengan fungsinya, tujuan bank sentral di dunia juga berevolusi dari
mempunyai tujuan jamak (multiple objective) menjadi mengarah ke bank sentral yang
mempunyai tujuan tunggal (single objective). Pada awalnya, bank sentral banyak yang
mempunyai tujuan jamak. Berdasarkan Chandavarkar (1996), beberapa tujuan kebijakan
bank sentral meliputi menjaga kestabilan harga dan nilai tukar, menjaga kesinambungan
neraca pembayaran, mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, serta menciptakan
kesempatan kerja, dan kesejahteraan umum. Namun, dalam pelaksanaannya tidak jarang
ditemukan terdapat benturan kepentingan (conflict interest) antartujuan tersebut, misalnya
mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat mengakibatkan inflasi yang tinggi.
Benturan kepentingan tersebut mendorong bank sentral mengubah tujuannya menjadi tujuan
tunggal, misalnya bank sentral Inggris (Bank of England) dan bank sentral Jerman (Bundes
Bank) mempunyai tujuan tunggal berupa menjaga inflasi yang rendah.

1.2 rumusan masalah


1. apa pengertian dari sistem keuangan?
2. bagaimana sistem keuangan di beberapa negara?
3. bagaimana sistem keuangan di Indonesia?
1.3 tujuan
1. untuk mengetahui definisi sistem keuangan
2. untuk mengetahui perkembangan sistem keuangan di beberapa negara
3. untuk mengetahui perkembangan sistem keuangan di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sistem Keuangan
Sistem keuangan adalah sistem yang memungkinkan terjadinya transfer keuangan
antara pihak kelebihan dana pihak kekurangan dana. Sistem tersebut terdiri atas kumpulan
lembaga, pasar, instrumen, produk, jasa, praktik, dan transaksi keuangan yang sederhana
maupun kompleks dan saling berinteraksi satu sama lain.
Arus dana melalui intermediasi keuangan merupakan pembiayaan secara tidak langsung
karena pemilik dana tidak langsung bertemu dengan pengguna dana melainkan melalui
perantaraan pihak lain yaitu bank. Sedangkan arus dana melalui pasar keuangan merupakan
pembiayaan secara langsung karena pemilik dana langsung menyalurkan dananya kepada
pengguna dana melalui pembelian surat-surat hutang (surat berharga) yang diterbitkan oleh
pengguna dana.
Keuangan internasional kadang disebut keuangan multinasional menangani manajemen
keuangan internasional. Investor dan perusahaan multinasional harus menilai dan mengelola
resiko internasional seperti resiko politik dan resiko valuta asing, keterpaparan transaksi,
keterpaparan ekonomi dan paparan penerjemahan.

2.1.1 Definisi Sistem Keuangan


Sistem keuangan adalah system yang memungkinkan terjadinya transfer keuangan
antara pihak kelebihan dana dan pihak kekurangan dana. System tersebut terdiri atas
kumpulan Lembaga, pasar, instrument,produk,jasa. Praktik dan transaksi keuangan sederhana
maupun komplek dan saling berinteraksi satu sama lain.

Biaya Transaksi
Biaya ini merupakan pengeluaran pemilik dana untuk melakukan transaksi dengan
pihak yang membutuhkan dana secara perseorangan. Proses transaksi ini pada umumnya
membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan proses yang dilakukan secara
kelompok dalam jumlah besar (Large scale of economies) melalui intermediary.

Pembagian Risiko (Risk Sharing)


Intermediary dapat melakukan tranformasi asset untuk mengurangi risiko yaitu
dengan melakukan diversifikasi atau kombinasi variasi dari penempatan dana. Dalam hal ini
total investasi yang memliki risiko tinggi diubah untuk memiliki risiko yang lebih kecil.

Biaya Informasi
Dalam transaksi yang dilakukan antara pemilik dana dan pihak yang membutuhkan
dana diperlukan informasi yang berimbang.
Sistem keuangan memiliki beberapa fungsi utama yang membantu memperlancar arus dana
yang dibutuhkan dalam membangun ekonomi.
 Tabungan dan Deposito
System keuangan memungkinkan seseorang untuk menepatkan kelebihan dananya di
bank berdasarkan pilihannya atas produk dan jangka waktunya ,misalnya melalui tabungan
atau deposito. Penyimpanan dana dibank dapat mengamankan tabungan atau deposito
seseorang dan bank akan membayar bunga atas dana yang di simpan .
 Pendanaan
System keuangan juga menyediakan pendanaan bagi rumah tangga , perusahaan ,
pemerintah ,dan Lembaga keunagan , melalui dana yang terkumpul dari pemilik dana
surplus baik melalui system perbankan atau pasar keuangan , misalnya,pinjaman rumah,
kendaraan , dan usaha.
 Investasi
Pasar keuangan dalam system keuangan menyediakan mekanisme pemindahan dana
dari investor pada pengusaha . Ketika perusahaan membutuhkan dana , perusahaan akan
menerbitkan saham yang akan dibeli oleh investor , hal itu berarti pindahan dana dari
investor kepada perusahaan dan perpindahan Sebagian kepemilikan dari perusahaan
kepada investor.
 Pertumbuhan ekonomi
Pengusaha dapat mengembangkan kegiatan usaha dan meningkatkan kegiatan usaha
dan meningkatkan keuangannnya melalui penerbitan obligasi yang diperjualbelikan
melalui pasar keuangan. Melalui pasar obligasi, pengusaha dapat memperoleh pendanaan
modal untuk membiayai ekspansi usaha yang mendukung pertumbuhan disisi lain,
investor yang membeli obligasi dapet memiliki kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dan mendapatkan bunga.
 Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat memperoleh pendanaan devisit anggaran dengan menerbitkan
obligasi di pasar keuangan, disisi lain, investor dapat membeli obligasi pemerintah dan
memperoleh pendapatan bunga sebagai imbalan atau keuangan. Sistem keuangan secara
umum dapat pula di kelompokan kedalam system keuangan berdasarkan prinsip
konvensional (umum) dan prinsip syariah. Salah satu perbedaan dalam kedua kelompok
tersebut adalah kegiatan oprasional system keungan konvensional menggunakan suku
bunga dalam penempatan imbal hasil dari produk keuangan.

2.1.2 Kelembagaan
a. Otoritas system keuangan
System keuangan merukapakan salah satu system yang paling kompleks dan paling
banyak di atur mengingat adanya ruang terjadinya asymetric informasion moral hazard
dan systemic risk yang dapat menimbulkan krisis yang mengakibatkan kebangkrutan suatu
perekonomian. Oleh karna itu sytem keuangan harus di atur oleh otoritas yang berwenang
dalam suatu system keuangan di Indonesia adalah Bank Indonesia.
b. Bank Central
Secara umum bank central memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter, stabilitas
system keuangan serta dan stabilitas system pembayaran. Bila stabilitas moneter
terganggu, misalnya karena adanya tingkat inflasi yang tinggi atau nilai rupiah yang
melemah tajam terhadap mata uang asing akan mengakibatkan terjadinya ketidakpastian
yang menggunakan kegiatan perekonomian. Stabilitas system keuangan yang terganggu
karena terjadinya krisis berakibat fatal terhadap perekonomian suatu negara.
c. Otoritas Jasa keuangan (OJK)
Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011
yang berfungsi menyelenggarakan system pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sektor ini melingkupi
perbankan, pasar modal, dan jasa keuangan non-bank seperti asuransi, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap :


a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Wewenang pengawasan OJK :


a. Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sektor perbankan, pasar modal,
dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB).
b. Memberikan dan atau mencabut izin usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran.
c. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan menunjuk pengelola
statuter.
d. Menetap kansanksi administratif.

Sedangkan terkait edukasi dan perlindungan konsumen, OJK memiliki kewenangan untuk
melakukan :
a. Edukasi kepada masyarakat dalam rangka pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat.
b. Pelayanan pengaduan konsumen.Pembelaan hukum untuk kepentingan perlindungan
konsumen dan masyarakat.
Perkembangan kebutuhan lembaga keuangan
Krisis perbankan pada tahun 1998 membawa implikasi kelembagaan bank sentral
yang signifikan. Sesuai dengan ketentuan undang-undang No.23 tahun 19999 tentang bank
Indonesia, tugas mengatur dan mengawasi banj di Indonesia akan dialihkan dari Bank
Indonesia kepada Lembaga Jasa Keuangan. Alasan pemisahan tersebut didasari atas
wewenang terhadap perbankan, wewenang itu dapat menimbulkan intervensi politik yang
mengganggu stabilitas perbankan.
Pengalihan tugas, wewenang dan tanggung jawab mengawasi bank dari bank senral
kepada lembaga independen seharusnya telah dilaksanakan selambat-lamabat nya pada akhir
bulan Desember 2003. Namun,dengan belum terbentuknya lembaga independen sampai
dengan batas waktu tersebut, ditunda pelaksanaanya. Untuk memberikan kepastian hokum
mengenai tugas pengawasan terhadap bank, Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang,
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 tanhun
2009 (UU BI). Melalui amandemen tersebut, tugas pengawasan bank akan dilaksanakan oleh
lembaga pengawas sector jasa keuangan yang independen selambat-lambatnya tangal 31
Desember 2010. Namu, sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, lembaga
pengawas jasa keuangan belum terbentuk. Dengan demikian, tugas pengaturan dan
pengawasan perbankan untuk sementara masih dilaksanakan oleh bank sentral sampai
terbentuk otoritas jasa keuangan berdasarkan undang-undang.
Lembaga pengawas jasa keuangan merupakan lembaga yang terpisah atau dikenal
dengan multi lembaga pengawas. Setiap jenis lembaga keuangan diawasi oleh satu lembaga
pengawas khusus. Produk dan layanan jasa setiap jenis lembaga keuangan yang semakin
berkembang telah memunculkan kekaburan area pengawasan yang selama ini dijalankan. Di
samping itu, perkembangkan usaha dari lembaga keuangan telah meluas hampir di seluruh
subsector system kuangan sehingga menciptakan konglomerasi dalam system keuangan.
Kondisi ini mendorong pemikiran perlunya integrasi pengawasan antar susktor system
keuangan dalam satu lembaga.

Pengalaman Negara Lain dengan integrasi Lembaga Pengawasan dan Pengaturan


Lembaga Keuangan
Berdasarkan pengalaman Negara lain yang telah melakukan integrasi pengaturan dan
pengawasan system keuangan, dapat diidentifikasikan beberapa keunggulan sebagai berikut :
1. Kemudahan koordinasi dan pertukaran informasi sehingga lebih efisien apabila
dibandingkan dari dua lembaga yang terpisah. Dalam era konglomerasi yang semakin kuat
didalam system keuangan, pengawasan menjadi lebih efisien karena dapat mengevaluasi
grup/konlomerasi secara keseluruhan.
2. Harmonisasi regulasi subsistem industry yang berbeda akan lebih mudah dilakukan
sehingga menghindari peluang arbitrase (Martinez dan Rose,2003).
3. Biaya operasi, khususnya biaya pendukung dan infrastuktur seperti teknologi informasi
dan administrasi, dapat lebih efisien melalui prinsip economies of scale (Taylor dan
Fleming, 1999).
4. Permintaan pertanggungjawaban lebih mudah dilakukan jika terjadi kesalahan atau
kegagalan pada lembaga keuangan lebih mudah dilaksanakan dan dipandang lebih
transparan karena public dapat mencermati hasil kerja dari satu-satunya lembaga yang
ditugasi untuk mengatur dan mengawasi lembaga keuangan.
5. Independesi lembaga ini dapat mengurangi intervensi politik dan meningkatkan efektivitas
kebijakan.
Meskipun memiliki hal yang positif, pengaturan dan pengawasn tunggal juga
memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:
 Apabila tujuan dan tanggungjawab tidak dirumuskan secara komprehensif, jelas, dan
transparan, pengawasan dan pengaturan lembaga keuangan cenderung kurang efisien.
 Besarnya organisasi pengaturan dan pengawasan dapat menimbulkan birokarsi yang
panjang sehingga proses kerja cenderung kurang efisien.
 Tidak adanya jaminan pengawasan dan pengaturan system keuangan dalam satu otoritas
akan lebih terkoordinasi, efisen, dan efektif.
 Kegagalan dalam pengawasan pada satu lembaga keuangan dalam satu subsistem
keuangan berpotensi menimbulkan risiko reputasi otoritas yang membahayakan stabilitas
system keuangan melalui penurunan kepercayaan public secara menyeluruh.
 Pembentukan integrasi lembaga pengawas tidak secara otomatis memecahkan masalah
yang terjadi dalam system multilembaga pengawas sebelumnya.

Peraturan dan Pengawasan Perbankan

Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank


Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut:

Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan pendirian
suatu bank, meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin
pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas
kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang menyangkut aspek


usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat guna memenuhi
jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
Kewenangan untuk mengawasi meliputi:
 pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari pemeriksaan umum
dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan
bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta
untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank; dan
 pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui alat
pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan,
dan informasi lainnya.
 Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank
apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung
unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
 Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate), yaitu kewenangan untuk
melakukan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK), termasuk perbankan. Penyidikan
dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan OJK. Hasil penyidikan disampaikan kepada Jaksa untuk
dilakukan penuntutan.
 Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect), yaitu
kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan
kerugian Konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan konsumen, dan pembelaan
hukum.

Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia (LPS)


Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah lembaga yang independen,
transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. LPS berbentuk
badan hukum dan bertanggung jawab kepada Presiden. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 4 UU
No. 24 Tahun 2004, fungsi LPS adalah a) menjamin simpanan nasabah penyimpan, dan b)
turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Dalam melaksanakan fungsi penjaminan simpanan, LPS mempunyai tugas a) merumuskan
dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan b) melaksanakan
penjaminan simpanan. Sedangkan dalam hal melaksanakan fungsi turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya, LPS mempunyai
tugas a) merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan; b) merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan
penyelesaian Bank Gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik; dan c)
melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan tugasnya, LPS mempunyai wewenang sebagai
berikut:
 Menetapkan dan memungut premi penjaminan
 Menetapkan dan memungut konstribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta
 Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
 Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank dan
laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
 Melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan/atau konfirmasi atas data sebagaimana dimaksud
huruf d
 Menetapkan syarat, tata cara dan ketentuan pembayaran klaim
 Menunjuk, menguasakan dan menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan
dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu
 Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang pinjaminan simpanan
 Menjatuhkan sanksi administrasi.

Peran LPS sebagai Jaring Pengaman Sistem Perbankan Nasional


Sebelum menjelaskan peran atau tugas LPS dalam menjamin simpanan nasabah dan
memelihara stabilitas sistem perbankan perlu dijelaskan hubungan kelembagaan atau
koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, LPS, Kementerian
Keuangan, dan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Untuk pengamanan sistem perbankan nasional penerapannya dapat dianalogikan sebagai
tim sepakbola ada penyerang, pemain tengah, bek (pemain belakang) dan kiper. Setiap posisi
punya peran masing-masing. Jika dianalogikan dengan sistem perbankan kita memiliki fungsi
masing-masing. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan sebagai ujung tombak (front office).
Dengan perannya mengatur dan mengawasi mikroprudensial dengan kuat dan efektif, OJK
diharapkan mampu mendorong perbankan untuk mencapai goal (tujuan), yaitu sistem
perbankan yang sehat, stabil, bertumbuh, dan bermanfaat bagi rakyat banyak. Selain itu,
dengan mengidentifikasi permasalahan secara dini dan tindakan perbaikan yang segera
(prompt corrective actions) diharapkan permasalahan perbankan dapat diatasi pada stadium
awal.
Adapun tujuan OJK dibentuk agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1. terselenggara secara teratur, adil. transparan, dan akuntabel;
2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Oleh karena itu berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang
OJK, bahwa OJK menginformasikan kepada LPS mengenai bank bermasalah yang sedang
dalam upaya peyehatan oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan.
Selanjutnya di belakang OJK berdiri Bank Indonesia (BI) sebagai lini tengah berperan
mengatur kebijakan makroprudensial (moneter dan sistem pembayaran) yang kondusif bagi
industri perbankan sehingga dapat membantu menciptakan peluang terjadinya goal.
Konkretnya, saat sebuah bank menghadapi masalah likuiditas, BI bisa memberikan fasilitas
pinjaman likuiditas sebagai bentuk pertahanan terhadap sistem ekonomi Indonesia.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berada pada posisi belakang/bertahan, LPS
menjamin simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan melaksanakan resolusi
(penyehatan) bank gagal. Bank gagal dan bank yang dicabut izinnya pada umumnya
mengalami permasalahan solvabilitas. Pelaksanaan fungsi tersebut dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan, rasa aman, dan ketenangan sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Di samping itu, berdasarkan Pasal 42 UU No.
21 Tahun 2011, LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan
fungsi, tugas dan wewenangnya serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK, karena pada
dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Berdasarkan
undang-undang, lingkup pemeriksaan LPS terhadap bank meliputi pemeriksaan premi, posisi
simpanan, tingkat bunga, kredit macet dan tercatat, bank bermasalah, kualitas aset, dan
kejahatan di sektor perbankan. Selanjutnya berdasarkan Pasal 43 UU No. 21 Tahun 2011
tentang OJK, Bank Indonesia dan LPS wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran
informasi secara terintegrasi.
Jika ketiga pertahanan tersebut tidak mampu bertahan juga, Kementerian Keuangan
adalah pemain terakhir yang diharapkan mampu menjaga gawang tetap aman. Kemenkeu
sebagai pemegang otoritas terhadap fiskal dan koordinator FSN mampu memberikan
kebijakan untuk menjaga sistem perbankan tetap stabil. Untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan dibentuklah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). FKSSK
adalah Operasionalisasi dari Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) dengan anggota
terdiri atas:
1. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordnator
2. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;
3. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan
4. Ketua Dewan Komisioner LPS selaku anggota.
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dibantu kesekretariatan yang
dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian Keuangan. Dalam kondisi normal,
FKSSK:
1. wajib melakukan pemantauan dan evaluasi stabilitas sistem keuangan
2. melakukan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
3. membuat rekomendasi kepada setiap anggota untuk melakukan tindakan dan/atau
membuat kebijakan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan
4. melakukan pertukaran informasi.
Dalam kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis, Menteri Keuangan,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan/atau Ketua Dewan
Komisioner LPS yang mengindikasikan adanya potensi krisis atau telah tejadi krisis pada
sistem keuangan, masing-masing dapat mengajukan ke FKSSK untuk segera dilakukan rapat
guna memutuskan langkah-langkah pencegahan atau penanganan krisis.
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua
Dewan Komisioner LPS berwenang mengambil dan melaksanakan keputusan untuk dan atas
nama institusi yang diwakilinya dalam rangka pengambilan keputusan FKSSK dalam kondisi
tidak normal.
Kebijakan FKSSK yang terkait dengan keuangan negara wajib diajukan untuk mendapat
persetujuan DPR. Keputusan DPR wajib ditetapkan dalam waktu paling lama 24 jam sejak
pengajuan persetujuan.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah bagian dari sistem Jaring Pengaman Sektor
Keuangan (JPSK)/anggota FKSSK bersama dengan BI, Menteri Keuangan, dan OJK. FKSSK
menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan
penanganan krisis pada sistem keuangan sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Keputusan FKSSK yang terkait dengan penyelesaian dan penanganan suatu bank gagal (bank
resolotion) yang ditangani berdampak sistemik mengikat LPS.
LPS melakukan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik setelah FKSSK
menyerahkan penanganannya kepada LPS. LPS melakukan peyelesaian atau penanganan
bank gagal berdampak sistemik dengan cara: melakukan penyelamatan yang
mengikutsertakan pemegang saham lama atau tanpa mengikutsertakan pemegang saham
lama. Penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik dengan mengikutsertakan pemegang
saham lama (open bank assistance) hanya dapat dilakukan apabila:
pemegang saham Bank Gagal telah menyetor modal sekurang-kurangnya 20 persen dari
perkiraan biaya penanganan;
ada pernyataan dari RUPS bank yang sekurang-kurangnya memuat kesediaan untuk:
1. menyerahkan kepada LPS hak dan wewenang RUPS
2. menyerahkan kepada LPS kepengurusan bank
3. tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS dalam hal proses penanganan tidak
berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS melakukan tugasnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
4. bank menyerahkan kepada LPS dokumen mengenai:
 penggunaan fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia
 data keuangan Nasabah Debitur
 struktur permodalan dan susunan pemegang saham tiga tahun terakhir;
 informasi lainnya yang terkait dengan aset, kewajiban dan permodalan bank yang
dibutuhkan LPS.
Terhitung sejak LPS menetapkan untuk melakukan penanganan Bank Gagal yang
berdampak sistemik dengan penyertaan modal dengan pemegang saham, berdasarkan UU No.
24 Tahun 2004:
pemegang saham dan pengurus bank melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala
hak, kepemilikan, kepengurusan dan/atau kepentingan lain pada bank dimaksud; dan
pemegang saham dan pengurus bank tidak dapat menuntut LPS dalam hal proses
penanganan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS melakukan tugasnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
LPS bertanggung jawab atas kekurangan biaya penanganan Bank Gagal setelah pemegang
saham lama melakukan penyetoran modal sekurang-kurangnya 20 persen dari perkiraan biaya
penanganan. Biaya penanganan Bank Gagal yang dikeluarkan oleh LPS menjadi penyertaan
modal sementara LPS pada bank. LPS wajib menjual seluruh saham bank dalam penanganan
paling lama tiga tahun sejak penyerahan segala hak, kepemilikan, kepengurusan dan/atau
kepentingan lain pada bank dimaksud. Penjualan saham dilakukan secara terbuka dan
transparan dengan tetap mempertimbangkan tingkat pengembalian yang optimal bagi LPS,
paling sedikit sebesar seluruh penempatan modal sementara yang dikeluarkan oleh
LPS. Dalam hal tingkat pengembalian yang optimal tidak dapat diwujudkan dalam jangka
waktu paling lama tiga tahun maka dapat diperpanjang sebanyak-banyaknya dua kali dengan
masing-masing perpanjangan selama satu tahun.
Selanjutnya dalam hal tingkat pengembalian yang optimal yaitu 3 tahun dan paling sedikit
tingkat pengembalian sebesar seluruh penempatan modal sementara yang dikeluarkan oleh
LPS tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu perpanjangan 2 kali dengan masing-masing
perpanjangan selama 1 tahun, LPS menjual saham bank tanpa memperhatikan ketentuan
tingkat pengembalian yang optimal, tanpa memperhatikan modal sementara yang dikeluarkan
oleh LPS dalam jangka waktu satu tahun berikutnya.
Penjelasan di atas adalah peran LPS dalam melakukan penanganan Bank Gagal yang
berdampak sistemik dengan penyertaan modal oleh pemegang saham. Sedangkan penanganan
bank gagal berdampak sistemik tanpa penyertaan modal oleh pemegang saham serta
penyelamatan bank gagal yang tidak berdampak sistemik yang merupakan tugas dan
tanggung jawab LPS tidak dibahas dalam artikel ini.
Selanjutnya LPS dalam melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal mempunyai
kewenangan diantaranya menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang
diselamatkan. Kemudian LPS menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu. Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Nilai yang dijamin diharapkan dapat melindungi
seluruh simpanan yang dimiliki oleh nasabah kecil yang merupakan sebagian besar nasabah
bank di Indonesia.
Namun demikian, berdasarkan Perpu No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.
24 Tahun 2004 Tentang LPS bahwa Nilai Simpanan yang dijamin dapat diubah apabila
dipenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
 terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan
 terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun
 jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kuran dari 90% dari jumlah
nasabah penyimpan seluruh bank
 terjadi ancaman krisis yang berpotensi mengakibatkan merosotnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan dan membahayakan stabilitas sistem keuangan.
Selanjutnya, kemungkinan bisa saja terjadi bahwa klaim penjaminan dinyatakan tidak
layak dibayar apabila berdasarkan hasil rekonsiliasi dan/atau verifikasi terjadi:
 data Simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat di bank
 nasabah Penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar; misalnya
nasabah yang memperoleh hasil bunga jauh di atas tingkat pasar
 nasabah Penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak
sehat, misalnya penerima kredit yang kreditnya macet.
Program Pinjaman Simpanan
Di Indonesia, LPS mewajibkan setiap bank umum komersial yang beroperasi di
Indonesia maupun diluar Indonesia, dan BPR baik konvesional maupun syariah, untuk
menjadi peserta penjaminan. Namun, kantor cabang bank yang berkedudukan di Indonesia
yang melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Indonesia dikecualikan dalam kewajiban
penjaminan ini.
Sebagai bukti komitmen bank komersial dan BPR dalam mengikuti program
penjaminan ini, maka LPS menetapkan beberapa kewajiban yang dipenuhi oleh bank, yaitu:
a. Menyerahkan dokumen sebagai berikut:
 Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank
 Salinan dokumen perizinan bank
 Surat keterangan tingkay kesehatan bank
 Surat pernyataan direksi, komisaris dan pemegang saham bank
b. Membayar kontribusi kepesertaan
c. Membayar premi penjaminan
d. Menyampaikan laporan secara berkala yaitu:
 Laporan posisi simpanan
 Laporan keuangan bulanan
 Laporan tahunan yang telah diaudit
 Laporan susunan pemegang saham,pengendali bagi bank yang berbadan hukum
koperasi,direksi dan komisarait bank setiap kali ada perubahan
e. Menempatkan bukti kepersetaan di dalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga dapat
diketahui dengan mudah oleh masyarakat

Agar LPS dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan lancer, maka dibutuhkan
dan yang cukup besar. Sumber dan ini diperoleh dari kontribusi peserta yaitu sebesar 0,1%
kontribusi kepersetaan ditetapkan sebesar 0,1% (satu per seribu) dari modal disetor bank dan
wajib disetorkan ke rekening LPS paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal persetujuan izin
usaha bank yang bersangkutan dari LPP. Modal disetor untuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri merupakan modal bank sebagaimana diatur dalam ketentuan
mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang ditetapkan LPP.
Selain itu, peserta penjaminan juga wajib membayar premi kepada LPS sebanyak dua
kali dalam setahun yaitu periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni dan 1 Juli dampai dengan
31 Desember. Besarnya premi yang ditetapkan adalah 0,1% dari rata-rata saldo bulanan total
simpanan setiap periode.
Cakupan simpanan yang dijamin meliputi giro,deposito,sertifikat
deposito,tabungan,dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Simpanan yang
dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat, termasuk yang berasal dari bank
lain. Sedangkan nilai simpanan yang dijamin mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin
usaha bank.

Peranan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam resolusi krisis


Pembentukan LPS berawal dari terjadinya krisis keuangan tahun 1997 dengan
ditutupnya 16 bank menjelang akhir tahun 1997 atas desakan IMF (International Monetary of
Fund). Penutupan 16 bank tersebut menciptakan hilangnya kepercayaan masyarakat atas
bank sehingga terjadi penarikan dana masyarakat secara besar-besaran dalam waktu singkat
dan serempak (bank run). Perkembangan itu menciptakan bank panic sehingga bank kesulitan
memperoleh likuiditas di pasar. Tidak ada satu bank pun yang mampu bertahan dalam
kondisi seperti itu, termasuk bank-bank besar. Untuk menghindari kondisi yang semakin
memburuk, pemerintah melalui Kepres No. 26 Tahun 1998 memberikan secara penuh
(blanket guarantee) atas simpanan masyarakat di bank. Pada tahun yang sama dilakukan
penyempurnaan undang-undang perbankan menjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang salah satu
pasalnya menyebutkan perlu dibentuk lembaga penjamin simpanan.
Dengan UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, satu tahun
kemudian, yaitu pada tahun 2005 telah resmi dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan(LPS).

2.1.3 Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan adalah badan resmi yang bertugas menyediakan produk serta
fasilitas dalam bidang keuangan, dan juga memutar arus uang di sistem perekonomian.
Pada umumnya tugas lembaga keuangan adalah mencakup proses mengumpulkan dana
dari masyarakat, lalu menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Namun ada juga
yang hanya salah satunya.
Dalam kegiatan usahanya, lembaga keuangan biasanya mendapat keuntungan
berbentuk bunga atau persentase. Karena berurusan dengan dana serta perputaran uang,
lembaga keuangan umumnya diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah.
Jenis – jenis lembaga keuangan
Berdasarkan jenisnya, Lembaga Keuangan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis,
yaitu lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank.
 Lembaga keuangan bank
Lembaga Keuangan Bank (depository financial institution) adalah Lembaga
Keuangan yang memberikan fasilitas dan jasa perbankan bagi masyarakat. Baik
dalam penyimpanan, pembayaran, dan pemberian dana.
Sederhananya, Lembaga Keuangan Bank merupakan lembaga perantara
keuangan yang didirikan dengan wewenang untuk menerima dan menghimpun
simpanan uang, meminjamkan uang, serta menerbitkan banknote.
 Lembaga keuangan non bank
Lembaga Keuangan Non-Bank (non-depository financial institution) atau
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah lembaga keuangan yang
melakukan proses penghimpunan dana dengan cara mengeluarkan surat-surat
berharga.
Selain itu, Lembaga Non-Bank juga memberikan berbagai jasa keuangan dan
menarik dana dari masyarakat secara deposito atau tidak langsung.
Beberapa contoh Lembaga Keuangan yang bukan Bank, antara lain adalah
perusahaan leasing, perusahaan asuransi, perusahaan modal ventura, perusahaan
dana pensiun, bursa efek, pegadaian, reksadana, dan lain-lain.

Manfaat lembaga keuangan adalah :


1. Memudahkan transaksi dengan menjadi lintas pembayaran
2. Menyediaakan uang tunai melalui dengan penarikan ATM
3. Mengalihkan asset untuk memperoleh keuntungan
4. Relokasi pendapatan untuk digunakan di masa akan datang
Peran lembaga keuangan dalam perekonomian :
Sebagai bagian integral atau tak terpisahkan dalam bidang perekonomian.
Berikut peran penting Lembaga Keuangan.
 Lembaga Keuangan seperti Bank Sentral memiliki peranan sebagai pencetak
uang rupiah yang dipergunakan sebagai alat pembayaran sah, dengan tujuan
untuk mempermudah transaksi keuangan di antara masyarakat dalam
perekonomian makro suatu negara.
 Lembaga Keuangan Bank Komersial memiliki tugas untuk menerbitkan cek
yang berguna untuk mempermudah transaksi yang dilakukan oleh nasabah.
 Lembaga Keuangan juga bisa berperan sebagai broker, pialang, atau dealer yang
bertugas untuk meningkatkan efisiensi di antara kedua belah pihak dengan
nasabah.
 Lembaga Keuangan turut berperan dalam membantu penyaluran dana dari
sektor rumah tangga kepada peminjam, secara tak terbatas dan tanpa dikenal
oleh pemilik dana. Biaya transaksi dan biaya informasinya sendiri lebih rendah,
dibandingkan jika peminjam harus mencari serta melakukan transaksi secara
langsung.
 Lembaga Keuangan juga memiliki peran untuk mengurangi risiko kerugian
yang mungkin dialami oleh pemilik dana atau penabung. Rugi yang dimaksud
adalah tidak dibayarkan kembali uang simpanan milik nasabah, di mana hal ini
tidak akan terjadi karena adanya strategi Lembaga Keuangan dalam mengatur
berbagai alokasi dana.
Bank
Fungsi bank diketahui telah ada sejak sebelum masehi, khususnya dalam pembiayaan.
Pada awal terbentuknya bank tidak diatur dan tidak terdapat hambatan untuk
melakukan kegiatan usaha perbankan apapun. Bank pada masa itu dapat mencetak dan
mengedarkan uang sendiri. Alas an politik atau kegagalan bank karena Fraud
mendorong berakhirnnya era free banking sejalan dengan timbulnya bank sentral yang
mengatur peredaran uang. Bank memiliki fungsi intermediasi, likuiditas, system
pembayaran dan media transmisi kebijakan moneter. Terdapat beberapa alasan
mengapa bank harus diatur dan diawasi. Sebagai penyimpanan dana masyarakat dan
sebagai lembaga kepercayaan, usaha bank opaque dan berpotensi menciptakan risiko
sitematik.sistem perbankan di setiap Negara ditentukan oleh regulasi yang berlaku dan
dipengaruhi oleh inovasi keuangan yang terjadi dalam perkembangan perekonomian.
Di Indonesia system perbankan terdiri atas system perbankan konvensional dan system
perbankan syariah.

Dalam prakteknya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap
jenis bank memilki ciri dan tugas tersendiri dalam melakkukan kegiatannya, misalnya
dilihat dari segi fungsi bank, yaitu antara kegiatan bank umum denga kegiatan Bank
Perkreditan Rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda. Kegiatan bank
umum lebih luas dari Bank Perkreditan Rakyat. Artinya produk ditawarkan oleh bank
umum lebh beragam. Hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan unutk
menentukan produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai
keterbatasan tertentu, sehingga kegiatannya lebih sempit. Untuk lebih jelasnya berikut
ini akan dijelaskan kegiatan masingmasing jenis bank dilihat dari segi fungsinya.

Fungsi Perbankan
Intermediasi adalah fungsi utama bank yang menghubungkan pihak yang memiliki dana
dengan pihak yang membutuhkan dana. Dalam intermediasi tersebut terdapat biaya bunga
dan biaya administrasisebagai dampak adanya informasi yang tidak berimbang ataupun biaya
kegiatan opersional lain. Informasi yang tidak berimbang terjadi karena pihak yang
membutuhkan dana tidak memiliki informasi yang akurat mengenai pihak yang memiliki
kelebihan dana dan berupa imbalan yang diinginkan atau sebaliknya. Demikian pula, dana
yang akan ditransaksikan keuda belah pihak belum tentu disediakan dan dibutuhkan dalam
jumlah yang sama. Jika kedua belah pihak resebut dapat bertemu dengan keinginan yang
cocok, bank tidak lagi dibutuhkan untuk menjalankan fungsi intermediasi, keinginan pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana dapat dipertemukan.

Fungsi Penyedia Likuiditas


Fungsi likuiditas adalah fungsi utama bank yang kedua (Heffernan, 2004). Bank
menyelenggarakan pertemuan kebutuhan likuiditas yang berbeda dari pihak debitur dan pihak
kreditur. Pihak debitur atau peminjam uang menginginkan pembayaran angsuran kredit
sesuai dengan perkiraan arus kas yang diperoleh. Di sisi lain pihak kreditur mengingikan
pembayaran dalam jumlah tetap pada periode tertentu. Dalam kondisi kebutuhan yang
berbeda antara debitur dan kreditur, bank muncul dengan menyediakan likuiditas
(Matthews,2005).

Fungsi Pelaksana Sistem Pembayaran


Bank menyediakan system yang melakukan proses pemindahan kepemilikan akibat
penyelenggaraan fungsi intermediasi dan penyediaan likuiditas, yaitu fungsi system
pembayaran. Berbagai cara pembayaran diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi
masyarakat agar dapat berjalan dengan lancar. Masyarakat dapat melakukan berbagai
pembayaran melalui bank, baik secara tunai (uang kertas,uang logam) atau nontunai
(giro,cek,transfer,kliring,ATM). Dengan system pembayaran yang efisen,
ama,lancar,perekonomian dpat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, salah satu kebijakan
yang dimaksud perbankan adalah untuk menjaga keamanan dan kelancaran lalu lintas
pembayaran. Apabila lalu lintas pembayaran tidak aman dan lancar, kegiatan prekonomian
akan mengalami berbagai hambatan dan memerlukan biaya yang tinggi.

Fungsi Media Transmisi Kebijakan Moneter


Dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi,penyedia likuiditas dan pelayanan
system pembayaran, bank memegang peran penting sebagai lembaga yang dapat menciptakan
uang (uang giral atau uang kuasi). Hamper seluruh proses perputaran atau peredaran uang
dalam perekonomian terjadi melalui perbankan. Melalui instrument kebijakan moneter,
anatara lain, suku bunga, bank sentral mengendalikan jumlah uang beredar atau likuiditas
ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perbankan dan perekonomian secara keseluruhan.
Transmisi kebijakan moneter sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian stabilitas
moneter, sebagian besar terjadi melalui perbankan. Jalur transmisi kebijakan moneter melalui
suku bunga,kredit,nilai tukar,dan ekspetasi terjadi dengan perantara kegiatan perbankan.
Kegiatan perbankan tersebut antara lain melalui penetapan suku bunga, pemberian kredit dan
transaksi valuta asing.

Peran Bank dalam Sistem Perekonomian


Secara umum bank memiliki pengaruh yang kuat dalam alokasi modal, pemerataan
risiko dan peningkatan efisiensi melalui penurunan biaya transaksi dan biaya informasi.
Sebagian besar perbankan masih mendominasi pangsa pmbiayaan kegiatan
ekonomi,sedangkan alternative pembiayaan dari pasar modal ataupun pasar keuangan belum
sepenuhnya berkembang.
Sistem perbankan di Indonesia
Berdasarkan undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan Sebagaimana
telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan dan
menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. undang-undang tersebut
mengindikasikan bahwa perbankan memiliki misi atau tugas khusus untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. sekitar 78,5%
aset lembaga keuangan dalam sistem keuangan di Indonesia masih merupakan aset
perbankan. hal itu menunjukkan peran penting Bank dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan bukan bank Seperti pasar saham, pasar obligasi,
serta lembaga keuangan lain, seperti asuransi menempati porsi yang relatif kecil dalam sistem
keuangan negara.
krisis moneter tahun 1997 memberikan pelajaran mengenai kebutuhan Identifikasi
dan pengukuran tingkat ketahanan stabilitas sistem keuangan sehingga dapat menyediakan
informasi pemberitahuan Dini mengenai besarnya potensi gangguan yang akan terjadi. krisis
moneter yang dengan cepat menyulut krisis perbankan dan fungsi sistem keuangan serta
mengakibatkan krisis ekonomi menuntut biaya pemulihan ekonomi yang besar. fungsi 1997
selain merupakan fungsi sistem ekonomi mi juga menjadi krisis politik dan sosial yang
menjadi tonggak perubahan iklim sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
di Indonesia terdapat dua jenis sistem perbankan, yaitu perbankan konvensional dan
perbankan syariah. prinsip syariah oleh perbankan syariah. prinsip syariah merupakan prinsip
yang dijalankan berdasarkan fatwata yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan Fatwa di bidang Syariah.
Non Bank
a) Asuransi
Asuransi adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan
tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggatian atas risiko
kerugian,kematian,atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin terjadi atas
peristiwa yang tak terduga.
b) Perusahaan Sekuritas
Perusahaan sekuritas berperan sebagai perantara penting yang membantu pemerintah
dan perusahaan dalam hal mengumpulkan dana. Perusahaan ini juga memfasilitasi transfer
hutang dan ekuitas antarinvestor. Beberapa perusahaan sekuiritas bersifat independen ,
sementara yang lain adalah unit konglomerasi keuangan.
c) Pegadaian
Perusahaan umum (Perum) pegadaian adalah lembaga keuangan non-bank yang
termasuk ke dalam klasifikasi perantara investasi (investment intermediary). Perum
pegadaian ini dimiliki oleh perusahaan pemerintah (BUMN). Sumber dana utama perum
pegadaian ini berasal dari penjualan obligasi. Sumber dana lainnya adalah utang bank,utang
promes,ekuitas, dan utang lainnya.
d) Koperasi
Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan sebagai sebuah badan usaha
yang beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara itu,
menurut bapak proklamator kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak Koperasi,
koperasi adalah suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas kekeluargaan dan
gotong royong.
e) Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan instrument keuangan yang mengakumulasikan kekayaan
seseorang selama bekerja dan membayarnya pada masa pensiun. Dengan kata lain, dana
pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pensiun.
f) Modal Ventura
Modal ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan atau
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee
company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham.
g) Lembaga Keuangan Mikro
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang secara khusus di
didirikan dengan maksud untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat, baik melalui akses pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggotanya dan masyarakat,pengelolaan simpanan,maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.
h) Reksadana
Reksadana adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya
pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas.
Selain itu reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk
berinvestasi di pasar modal Indonesia. Umumnya, reksadana diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, pertama, adanya dana dari
masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek,
dan ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada
dalam reksadana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah
pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

2.1.4 Pasar Keuangan


Pasar keuangan merupakan forum atau tempat klaim keuangan dapat diperdagangkan
berdasarkan aturan tertentu dan memfasilitasi manajemen dan transformasi risiko, termasuk
sarana penambahan modal. Melalui pasar keuangan pemilik dana dapat melakukan transaksi
dengan pihak yang membutuhkan dana. Pasar keuangan memiliki peranan penting dalam
mengidentifikasi dan penciptaan harga instrumen keuangan.
Jenis-jenis pasar keuangan secara umum terdiri atas : (1) pasar modal, 2) pasar komoditas, (3)
pasar uang, (4) pasar valuta asing, dan (5) pasar derivatif.
Pasar Uang (Money Market)
Pasar uang merupakan sarana pinjam meminiam dana jangka pendek di antara peserta pasar
yang pada umumnya terdiri atas lembaga keuangan melalui perdagangan surat berharga
jangka pendek. Surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar ini, antara lain
terdiri atas deposito, commercial paper, repurchase agreement, dan promissory notes. Pasar
ini pada umumnya berbentuk over the counter (OTC) atau elektronik
Pasar Modal (Capital Market)
Pasar modal terdiri atas beberapa pasar berikut:
a. Pasar Saham (Stock/Equity Market)
Pasar saham merupakan sarana tempat surat berharga dalam bentuk saham baru diterbitkan
(primary market) dan diperdagangkan (secondary market) di antara penjual dan pembeli
melalui bursa yang memiliki tempat, baik secara fisik (on exchange) atau secara elektronik
(over the counter).
Melalui pembelian saham, pemilik saham menjadi pemilik sebagian dari perusahaan penerbit
saham. Saham biasanya diterbitkan oleh perusahaan yang telah go public menjadi perusahaan
terbuka.
b. Pasar Obligasi (Bond Market)
Pasar obligasi merupakan sarana tempat surat berharga dalam bentuk obligasi diterbitkan
(primary market) dan diperdagangkan (secondary market) di antara penjual dan pembeli
melalui bursa yang memiliki tempat secara fisik (on exchange) atau secara elektronik (over
the counter). Melalui pembelian obligasi, pemilik dana memperoleh surat pengakuan
utang.dari penerbit yang akan mengembalikan dana pada saat jatuh tempo. Obligasi dapat
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan.

Pasar Derivatif (Derivative Market)


Pasar derivatif merupakan sarana perdagangan produk yang merupakan turunan dari produk
utama (underlying asset) seperti, saham, obligasi, komoditas, kredit, dan valuta asing. Pasar
ini dapat memiliki tempat secara fisik (on exchange) atau secara elektronik (over the
counter). Sampai dengan tahun 2007, perdagangan pangsa pasar derivatif melalui OTC di
pasar keuangan global mencapai 83,7%, sedangkan melalui perdagangan di lantai bursa
hanya sekitar 16,3%. Hal itu didukung oleh kemajuan teknologi yang berkembang cepat.
Pergerakan pasar ini dipengaruhi oleh pergerakan dari produk utamanya. Inovasi produk-
produk keuangan di pasar ini berkembang luas dan semakin bersifat kompleks. Pada awalnya
pasar ini digunakan oleh pembeli dan penjual dalam rangka mengatasi dan membatasi risiko
yang terkandung dalam produk utama, tetapi dalam perkembangannya pasar ini lebih banyak
digunakan sebagai tindakan spekulasi. Pasar ini juga memiliki peran yang utama atas
timbulnya krisis global tahun 2007-2008 yang berawal dari permasalahan dalam produk
derivatif atas sub-prime mortgage di Amerika Serikat. Krisis global tersebut telah membuat
bangkrut sebagian lembaga keuangan besar dunia seperti Lehman Brothers.
Pasar Valuta Asing (Foreign Exchange Market)
Pasar valuta asing merupakan sarana perdagangan mata uang antarnegara yang dilakukan
secara elektronik. Pasar valuta asing merupakan pasar yang terbesar dan likuid karena
menyangkut pembeli dan penjual di seluruh dunia secara elektronik tanpa batas waktu dan
wilayah. Pasar ini dianggap merupakan pasar yang paling terbuka dan efisien.
Pasar Komoditas (Commodity Market)
Pasar komoditas merupakan sarana tempat komoditas atau barang baku mentah baik yang
berasal dari pertanian, pertambangan, dan perkebunan diperdagangkan di antara penjual dan
pembeli melalui bursa secara fisik (on exchange)atau elektronik (over the counter-OTC)
berdasarkan standar kontrak tertentu yang diperjanjikan.

2.1.5 Instrumen Keuangan


Financial instrument atau instrumen keuangan adalah aset kekayaan atau dokumen terkait
surat berharga yang dapat diperjualbelikan. Aset keuangan dapat berupa dokumen kontrak
atau dana tunai dengan adanya penyertaan hak untuk menerima instrumen finansial pada
waktu tertentu. Contoh-contoh instrumen keuangan adalah cek, reksa dana, saham, ETF,
obligasi dan instrumen derivatif. Aset tersebut dapat dijual kembali dan memberikan akses
bagi pemilik baru untuk mendapatkan sejumlah uang darinya.
Jenis instrumen keuangan
Ada dua jenis instrumen finansial yaitu instrumen tunai dan instrumen derivatif.

1. Instrumen tunai
Instrumen tunai adalah aset keuangan yang nominalnya sudah diketahui dan disepakati oleh
pihak-pihak dalam transaksi. Namun nilai dari instrumen tunai juga dapat dipengaruhi oleh
fluktuasi pasar. Contoh instrumen finansial tunai antara lain faktur, sertifikat deposito,
hutang-piutang, deposito dan sejenisnya.
2. Instrumen derivatif
Selanjutnya, jenis instrumen finansial adalah instrumen derivatif atau turunan. Instrumen
derivatif adalah surat yang menyatakan nilai keuntungan sesuai dengan komoditas dalam
penyertaan tersebut. berbeda dengan instrumen tunai yang nilainya dapat dipengaruhi oleh
fluktuasi pasar, instrumen derivatif adalah sebuah instrumen penjamin nilai. Dapat dikatakan
bahwa instrumen derivatif digunakan untuk menetapkan nilai awal suatu komoditas.
Seandainya komoditas tersebut mengalami penurunan nilai, transaksi di masa depan masih
mengacu pada nilai yang tertera pada surat atau kontrak instrumen derivatif. Instrumen
derivatif banyak digunakan oleh investor guna melindungi nilai
Contoh derivatif dari instrumen finansial adalah opsi dan kontrak berjangka. Nah, kontrak
berjangka dapat dipahami sebagai instrumen yang diperjualbelikan di bursa berjangka.
Karakteristik dari kontrak berjangka adalah nilai keuntungan yang mengikuti nilai pada
kontrak tertulis walaupun di masa depan ada perubahan harga atau nilai. Berbeda dengan
kontrak berjangka, opsi adalah instrumen yang memberikan akses kepada pemegangnya
untuk membeli dan menjual aset dalam harga tertentu sebelum tanggal jatuh tempo.

2.1.6 Infrastruktur Sistem Keuangan


Infrastruktur keuangan didefinisikan sebagai fondasi utama sister keuangan termasuk
kelembagaan, jaringan, informasi, teknologi, aturan, atau standar yang memungkinkan
terjadinya intermediasi keuangan. Infrastruktur dalam sister keuangan merupakan bagian
yang penting dalam mendukung terciptanya stabilitas dan kelancaran sistem keuangan.
Kualitas infrastruktur kuangan ikut menentukan tingkat efisiensi dan risiko dalam sistem
keuangan. Hal ini terjadi dengan menurunnya biaya transaksi dan intermediasi melaluí:
1. Informasi yang lebih terbuka dengan adanya biro kredit.
2. Pelindungan aset dan investor dengan adanya lembaga penjamin.
3. Sentralisasi penyelesaian transaksi dengan adanya lembaga kliring, dan
4. Standardisasi dan pengaturan dalam perdagangan dengan adanya otoritas dan regulasi.
5. Jaringan komunikasi SWFT, SMART, Bloomberg (?)
6. Akuntan publik (public accountant), lembaga penilai (appraisal company), lembaga
pemeringkat (rating agency), biro informasi kredit (credit bureau), lembaga kliring?

2.2 Sistem Keuangan di Beberapa Negara

Sistem keuangan di sebagian besar negara memiliki pengelompokan umum yang hampir
sama yaitu otoritas keuangan, lembaga keuangan, pasar keuangan, instrumen keuangan, dan
infrastruktur keuangan. Perbedaan perkembangan sistem keuangan di setiap negara antara
lain dipengaruhi oleh ketentuan yang berlaku, populasi penduduk, dan keterbukaan ekonomi
atau sistem keuangannya.
Secara umum sistem keuangan di berbagai negara, memiliki pengelompokan dasar yang
hampir sama. Perbedaannya cenderung terjadi pada kedalaman instrumen keuangan dan
intermediasi keuangan. Sebagai contoh, Amerika Serikat (AS) dengan sistem keuangan yang
jauh lebih dahulu berkembang memiliki kedalaman instrumen keuangan dan jumlah aset
keuangan yang jauh lebih besar dibandingkan negara-negara lain. AS juga memiliki
infrastruktur yang lebih luas dan kompleks dan memiliki lembaga khusus yaitu Financial
Service Sector Coordinating Council (FSSCC) yang bertugas untuk menjaga stabilitas dan
kelancaran infrastruktur, termasuk dalam tugas lembaga ini adalah menjaga kelangsungan
jaringan komunikasi Securely Managed and Reliable Technology (SMART) dan Society for
Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT)26 yang merupakan
infrastruktur komunikasi transaksi keuangan global.

2.3 Sistem Keuangan di Indonesia


Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang
memiliki peran terutama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa dibidang keuangan oleh
lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya pasar uang dan pasar modal. Sistem
keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan
dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan
dari masyarakat, maka juga disebut depository financial institutions yang terdiri dari bank
umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah
lembaga keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Dalam
perjalanan sejarah perkembangan sistem keuangan Indonesia, sistem lembaga keuangan
mengalami perubahan yang sangat fundamental terutama setelah memasuki era deregulasi,
paket kebijakan 27 Oktober 1988 yang kemudian berlanjut dengan diundangkannya beberapa
undang-undang dibidang keuangan dan perbankan sejak tahun 1992 yaitu :

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;


Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentanga Asuransi;
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Konsekuensi dikeluarkannya undang-undang tersebut diatas, adalah perubahan struktur
sistem lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Di samping itu, dari aspek pengaturan dan
pembinaan, lembaga-lembaga keuangan menjadi semakin jelas dan kuat karena telah
memiliki kekuatan hukum terutama dibidang perasuransian dan dana pensiun yang
sebelumnya undang-undang diatas dasar hukum pengaturannya hanya dilakukan dengan
keputusan-keputusan mentri keuangan. SISTEM MONETER DAN PERBANKAN Yang
termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut
menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan kedalam sistem moneter
adalah otoritas moneter dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu, sistem perbankan
merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter. Otoritas moneter sebagai lembaga yang
berwenang dalam pengambilan kebijakan dibidang moneter, juga merupakan sumber uang
primer, baik bagi perbankan, masyarakat maupun pemerintah
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

ADB. (2000). Finance for the Poor: Microfinance Development Strategy. Manila:
Asian Development Bank.
Bagehot, W. (1873). Lombard Street: a Description of the Money Market.
London: Henry S. King and co.
Bank Indonesia. (2003). Ketentuan Perbankan Tahun 2003. Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia.
Bank Indonesia. Laporan Pengawasan Perbankan, Berbagai Edisi.
Bank Indonesia. (2011). Statistik Perbankan Indonesia-Desember. Undang-Undang No. 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Bank Indonesia. Sarah Library. Website
internal.
Benston, G.). dan Kaufman, G.G. (1996). The App Vol. Role of Bank Regulation.
The Economic Journal Vol. 106 No. 436 pp 688-697.
Bradbery, A. (2010). Bondholders Face a Push to Impose Bank Bail Ins. The
Wall Street Journal, 25 Agustus 2010.
Cameron, R., Crips, O, Patrick, H.T., dan Tilly, R. (1967). Banking in the Early Stages of
Industrialization: A Study in Comparative Economic History. New York, Oxford University
Press.
Carmichael, Jeffrey. (2002). Experiences with Integrated Regulation. Paper presented at
theFinance Forum 2002: Aligning Financial Sector Knowledge and Operations, World Bank
Institute, Washington, DC.
Cihák, Martin, and Richard Podpiera. (2006). "Is One Watchdog Better Than Three?
International Experience with Integrated Financial Sector Supervision, IMF Working Paper
No. 06/57 (Washington: International Monetary Fund), available
athttp://www.imf.org/external/pubs/ft/p/2006/ wp0657.pdf.
Diamond, D.W. dan Dybvig, P. H. (1983). Bank Runs, Deposit Insurance, and Liquidity.
Journal of Political Economy 91 (3): 401-419.

Anda mungkin juga menyukai