Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

INTRODUCTION TO TRANSACTION PROCESSING


DOSEN PENGAMPUH : Prof. Dr. MEDIATY, SE.,M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
NAMA :
1. GITA DWI SYAHWANI (A031231002)
2. ADIBAH NUR SYAZWANI (A031231258)
3. WANDHY WISAN (A0312310231)
4. KRESNAMURTI BATARA RANDA (A031231185)
5. MUH. ASRUL BAQI (A031231064)
6. ASSHYFA NURUL QALBI (A031231111)

DEPERTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. karena atas
limpahan Rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “INTRODUCTION TO
TRANSACTION PROCESSING” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang selalu
menjadi teladan bagi ummatnya.
Kami sebagai anggota kelompok 2, terdiri dari enam orang, telah bekerja
sema dengan tekun dan penuh dedikasi untuk menyusun makalah ini melalui berbagai
sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media internet.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyususanan makalah ini. Karenanya kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca, agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada
kesempatan berikutnya. Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan
pemahaman lebih mandalam tentang Introduction To Transaction Processing.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah diberikan untuk
membaca makalah kami.

Makassar, 1 Maret 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 1
C. TUJUAN ................................................................................................. 1

BAB II INTRODUCTION TO TRANSACTION PROCESSING................ 2

A. TUJUAN LUAS DARI SIKLUS TRANSAKSI .................................... 2


B. JENIS TRANSAKSI .............................................................................. 2
C. CATATAN AKUNTANSI DASAR ......................................................... 6
D. CATATAN AKUNTANSI TRADISIONAL DAN
PENDANAAN DIGITAL ....................................................................... 10
E. TEKNIK DOKUMENTASI .................................................................... 11
F. PERBEDAAN ANTARA PEMROSESAN BATCH
DAN REAL-TIME.................................................................................. 19
G. SKEMA PENGKODEAN DATA............................................................ 22

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 30

KESIMPULAN ....................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pemrosesan transaksi hampir selalu dimiliki oleh bisnis,
organisasi, atau instansi pemerintah karena dalam setiap bisnis atau organisasi,
transaksi sering terjadi dan setiap transaksi yang terjadi perlu dicatat.
Pemrosesan transaksi mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
transaksi operasional, bahkan jika orang masih perlu memasukkan data secara
manual ke dalam sistem komputer. Sistem pemrosesan transaksi sangat penting
karena merupakan fondasi dari sistem bisnis yang mendukung
Sistem untuk pemrosesan transaksi akan menangkap data yang
melindungi operasi bisnis sehari-hari. Proses ini akan menghasilkan dasar data
yang dapat digunakan oleh sistem lain di dalam perusahaan. Untuk memproses
pesanan pelanggan, memesan penggantian persediaan, dan memelihara buku
besar, sistem pemrosesan transaksi sebuah perusahaan berguna di bidang
distribusi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tujuan umum dari siklus transaksi?
2. Bagaimana cara mengenali jenis transaksi yang diproses oleh masing-masing
dari tiga siklus transaksi?
3. Bagaimana pencatatan akuntansi dasar yang digunakan dalam system
pemrosesan transaksi?
4. Apa hubungan antara pencatatan akuntansi transdisional dan pendanaan
digitalnya dalam system berbasis computer?
5. Bagaimana Teknik dokumentasi yang digunakan untuk merepresentasikan
prosedur manual dan komponen system computer?
6. Apa perbedaan antara pemrosesan batcs dan real-time serta dampak
teknologi ini terhadap pemrosesan transaksi?
7. Bagaimana skema pengkodean data yang digunakan dalam system informasi
akuntansi?

C. TUJUAN
1. Understand the broad objectives of transaction cycles.
2

2. Recognize the types of transactions processed by each of the three


transaction cycles.
3. Know the basic accounting records used in transaction processing systems.
4. Understand the relationship between traditional accounting records and their
digital equivalents in computer- based systems.
5. Be familiar with the documentation techniques used for representing manual
procedures and the computer components of systems.
6. Understand the differences between batch and real-time processing and the
impact of these technologies on transaction processing.
7. Be familiar with data coding schemes used in accounting
information systems.
BAB II

INTRODUCTION TO TRANSACTION PROCESSING

A. TUJUAN LUAS DARI SIKLUS TRANSAKSI


Tujuan luas dari siklus transaksi adalah untuk menghasilkan informasi
akuntansi yang akurat, relevan, dan tepat waktu bagi para pengambil keputusan,
baik internal maupun eksternal. Siklus transaksi mencakup tiga jenis siklus utama,
yaitu siklus pengeluaran, siklus konversi, dan siklus pendapatan. Setiap siklus
memiliki beberapa subsistem yang terkait dengan aktivitas bisnis tertentu, seperti
pembelian, penjualan, produksi, dan sebagainya. Dengan melakukan siklus
transaksi secara sistematis, perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan mereka
secara real-time dan dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan
informasi tersebut.

B. JENIS TRANSAKSI YANG DIPROSES OLEH MASING-MASING DARI


3 SIKLUS TRANSAKSI
Siklus pengeluaran, konversi, dan pendapatan adalah tiga siklus bisnis
utama yang terjadi dalam suatu organisasi.

 Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran adalah siklus bisnis yang berkaitan dengan
pengadaan sumber daya, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan aset tetap, yang

3
4

dibutuhkan untuk menjalankan operasi bisnis. Siklus pengeluaran melibatkan


empat aktivitas dasar, yaitu permintaan barang atau jasa, pemesanan barang
atau jasa, penerimaan dan penyimpanan barang atau jasa, dan pembayaran
barang atau jasa.
Adapun penjelasan mengenai subsistem yang terkandung dalam siklus
pengeluaran, antara lain:
 Purchases/account payable. Bagian ini bertanggung jawab untuk mencatat
data pembelian barang atau jasa dari pemasok, menghitung hutang usaha
(accounts payable) yang harus dibayar kepada pemasok, dan
menghasilkan laporan pembelian dan hutang usaha.
 Cash disbursements system. Sistem ini bertanggung jawab untuk
mengakui tanggal jatuh tempo pembayaran, mengotorisasi pembayaran,
mencatat pembayaran dalam akun hutang usaha dan kas, dan
menghasilkan laporan pembayaran.
 Payroll system. Sistem ini bertanggung jawab untuk mencatat data tenaga
kerja, menghitung gaji dan tunjangan yang harus dibayarkan kepada
karyawan, dan menghasilkan laporan gaji dan tunjangan.
 Fixed asset system. Sistem ini bertanggung jawab untuk mencatat data aset
tetap, menghitung penyusutan, memperbarui akun aset tetap dan
akumulasi penyusutan, dan menghasilkan laporan aset tetap.
 Siklus Konversi
Siklus konversi adalah siklus yang melibatkan transaksi yang
berkaitan dengan proses produksi, yaitu mengubah bahan baku menjadi
produk jadi
Siklus konversi melibatkan dua subsistem utama, yaitu:
 Sistem produksi (production system). Subsistem ini berkaitan dengan
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proses produksi barang jadi.
Sistem produksi melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menentukan
5

kebutuhan bahan baku, mengotorisasi pergerakan bahan baku dan barang


dalam proses (work in process) melalui berbagai tahap produksi,
menghitung biaya produksi, dan memantau kualitas produk.
 Sistem akuntansi biaya (cost accounting system). Subsistem ini berkaitan
dengan pencatatan, pengumpulan, dan pelaporan informasi biaya
produksi. Sistem akuntansi biaya melibatkan aktivitas-aktivitas seperti
mengalokasikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk,
menghitung harga pokok produk, dan menghasilkan laporan biaya
produksi.
 Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan adalah siklus bisnis yang berkaitan dengan
penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dan penerimaan kas sebagai
hasilnya. Siklus pendapatan melibatkan empat aktivitas dasar, yaitu:
 Pemesanan barang atau jasa. Aktivitas ini dilakukan oleh pelanggan yang
ingin membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
Pemesanan barang atau jasa dapat berupa pesanan penjualan (sales order)
atau kontrak jasa (service contract).
 Pengiriman barang atau jasa. Aktivitas ini dilakukan oleh bagian
pengiriman (shipping department) yang bertugas mengirim barang atau
jasa yang dipesan oleh pelanggan. Pengiriman barang atau jasa dapat
berupa surat jalan (bill of lading) atau bukti pengiriman jasa (service
delivery).
 Penagihan barang atau jasa. Aktivitas ini dilakukan oleh bagian penjualan
(sales department) yang bertugas mengirim faktur (invoice) kepada
pelanggan sebagai permintaan pembayaran atas barang atau jasa yang
telah dikirim. Penagihan barang atau jasa dapat berupa surat tagihan
(billing statement) atau nota kredit (credit memo).
6

 Penerimaan kas. Aktivitas ini dilakukan oleh bagian kasir (cashier) yang
bertugas menerima pembayaran dari pelanggan, baik secara tunai maupun
non tunai. Penerimaan kas dapat berupa cek, transfer elektronik, atau kartu
kredit.

Adapun penjelasan mengenai subsistem pada siklus pendapatan:

 Sales order processing adalah proses menerima dan memproses pesanan


dari pelanggan, mengisi pesanan, dan mengirim produk ke pelanggan.
Sales order processing melibatkan beberapa langkah, yaitu:
1) Menerima order dari pelanggan melalui telepon, surat, atau internet.
2) Memeriksa kelayakan kredit pelanggan dengan mengacu pada file
master piutang usaha (accounts receivable master file).
3) Menghasilkan pesanan penjualan (sales order) yang berisi informasi
tentang nomor barang, kuantitas, harga, dan syarat penjualan.
4) Mengirim pesanan penjualan ke bagian pembelian (purchasing
department), bagian gudang (warehouse department), dan bagian
akuntansi (accounting department).
5) Mencatat penjualan dalam jurnal penjualan (sales journal) dan
memperbarui file master piutang usaha.
 Cash receipts adalah proses menerima dan mencatat pembayaran dari
pelanggan, mengurangi saldo piutang usaha, dan mendepositkan kas ke
bank. Cash receipts melibatkan beberapa langkah, yaitu:
1) Membuka surat dan menyiapkan daftar remitansi (remittance list) yang
berisi informasi tentang nomor faktur, jumlah pembayaran, dan
tanggal penerimaan.
2) Memasukkan data pembayaran ke sistem dengan menggunakan
terminal online atau scanner kode batang (bar-code scanner).
3) Menghasilkan laporan penerimaan kas (cash receipts report) dan
memperbarui file master piutang usaha.
7

4) Menyimpan cek dan daftar remitansi dalam brankas yang terkunci


sampai siap untuk didepositkan ke bank.
5) Membuat slip setoran (deposit slip) dan mendepositkan kas ke bank.
6) Mencocokkan laporan penerimaan kas dengan slip setoran dan
mencatat penerimaan kas dalam jurnal kas (cash journal).

C. CATATAN AKUNTANSI DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM


SISTEM PEMROSESAN TRANSAKSI
1. Dokumen
Dokumen memiliki beberapa tujuan dalam pemrosesan transaksi.
Dokumen dapat memulai pemrosesan transaksi atau menjadi keluaran
dari suatu proses. Dokumen juga memberikan bukti peristiwa ekonomi
kepada auditor.
Terdapat 3 jenis dokumen:
a) Dokumen sumber
Peristiwa ekonomi
mengakibatkan
terciptanya
beberapa dokumen
pada awal
transaksi (sumber). Ini disebut dokumen sumber dimana
menformalkan data transaksi untuk diproses, dokumen sumber ini
akan digunakan untuk penagihan, pengiriman, dan piutang.
b) Dokumen produk
Dokumen produk
merupakan hasil
pemrosesan
transaksi dan
bukan pemicu
8

proses tersebut, misalnya tagihan pelanggan merupakan dokumen


produk dari sistem penjualan.
c) Dokumen penyelesaian
Dokumen
penyelesaian
adalah
dokumen
produk dari
satu sistem yang menjadi dokumen sumber untuk sistem lain.
Pelanggan menerima tagihan atau pernyataan dua bagian yang
berlubang dimana satu bagian adalah tagihan sebenarnya dan bagian
lainnya adalah saran pengiriman uang. Pelanggan menghapus saran
pengiriman uang dan mengembalikannya ke perusahaan bersama
dengan pembayaran mereka (cek).
2. Jurnal
Jurnal adalah catatan kronologis suatu transaksi. Pada titik tertentu dalam
proses transaksi, ketika semua fakta yang relevan mengenai transaksi
diketahui, peristiwa tersebut dicatat dalam jurna dalam urutan kronologis
dimana dokumen merupakan sumber data utama dalam jurnal. Setiap
transaksi memerlukan entri jurnal terpisah, yang mencerminkan akun-
akun yang terkena dampak dan jumlah yang harus di debit atau di kredit.

a) Jurnal khusus
9

Jurnal khusus digunakan untuk mencatat golongan transaksi tertentu.


transaksi-transaksi tersebut dapat dikelompokkan dalam jurnal khusus
dan diproses lebih efisien dibandingkan jurnal umum.
b) Jurnal umum
Perusahaan
menggunakan jurnal
umum untuk mencatat
transaksi yang tidak
berulang, jarang, dan tidak serupa. Misalnya retur pembelian,
penambahan modal.

3. Buku Besar
Buku besar adalah buku
akun yang mencerminkan
dampak keuangan dan
transaksi perusahaan setelah diposting dari berbagai jurnal. Buku besar
menunjukkan kenaikan, penurunan, dan saldo terkini setiap akun.
a) Buku besar umum
Buku besar umum
merangkum aktivitas
untuk setiap akun
perusahaan yang
menunjukkan saldo awal, perubahan dan saldo akhir pada setiap
pencatatan di akhir
periode akuntansi.
b) Buku besar pembantu
Buku besar pembantu
yang kita kenal yaitu
buku besar pembantu
10

utang dan piutang, dimana khusus mencatat informasi terkait rincian


transaksi yang tidak dapat dijelaskan secara rinci pada buku besar
umum. Pemisahan ini memberikan control dan dukungan operasi
yang lebih baik. Total saldo akun di buku besar pembantu harus sama
dengan dengan total saldo di buku besar utama.
4. Jejak Audit
Catatan-catatan akuntansi yang telah dijelaskan sebelumnya memberikan
jejak audit untuk menelusuri saldo akun. Dimana jejak audit sangat
penting dalam audit keuangan, dalam hal ini audit eksternal bertanggung
jawab atas peninjauan kembali jejak-jejak bukti transaksi dan
mencocokkannya dengan siklus akuntansi yang telah di catat hingga
laporan keuangan untuk menentukan validitas, keakuratan, dan
kelengkapannya.

D. CATATAN AKUNTANSI TRADISIONAL DAN PENDANAAN


DIGITAL
1. Sistem Manual (Manual System)
Sistem manual adalah sistem yang menggunakan jurnal dan
buku besar berbasis kertas. Pekerjaan dalam sistem manual dilakukan
secara manual oleh tenaga kerja manusia. Karakteristik utama dari sistem
manual adalah penggunaan kertas dan pemrosesan data yang
mengandalkan tenaga manusia. Ini berarti bahwa pengolahan data menjadi
informasi tergantung pada logika dan tenaga manusia secara manual, yang
dapat menyebabkan kesalahan karena kurangnya ketelitian atau
keterbatasan dalam pengolahan data yang dilakukan oleh manusia.
Meskipun komputer digunakan untuk mencatat dan menyimpan data, jika
pemrosesan masih mengandalkan tenaga manusia dan tidak memanfaatkan
fungsi dan sistem dalam komputer, maka sistem tersebut masih dianggap
sebagai sistem manual.

2. Sistem Digital (Digital System)


11

Sistem akuntansi modern


menyimpan data dalam empat
jenis file komputer digital: file
master, file transaksi, file referensi,
dan file arsip.

- FILE UTAMA : File master berisi data akun. Buku besar umum dan buku
besar pembantu adalah contoh file induk. Nilai data dalam file master
diperbarui (diubah) oleh transaksi.
- FILE TRANSAKSI : File transaksi adalah file sementara dari catatan
transaksi yang digunakan untuk memperbarui data dalam file master. Pesanan
penjualan, penerimaan inventaris, dan penerimaan kas adalah contoh file
transaksi.
- FILE REFERENSI : File referensi menyimpan data yang digunakan
sebagai standar untuk memproses transaksi. Misalnya, program
penggajian mungkin mengacu pada tabel pajak untuk menghitung jumlah
pemotongan pajak yang tepat untuk transaksi penggajian.

3. Sistem Database (Database System)


Dalam pengelolaan data dan informasi, seringkali terjadi
pengulangan entri dan pengolahan data jika hanya mengumpulkan data
berdasarkan kebutuhan sistem yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini,
sistem database dapat digunakan untuk mengurangi inefisiensi dan
redundansi informasi. Dalam model ini, data organisasi dikumpulkan ke
dalam database yang digunakan bersama oleh semua pengguna. Dengan
demikian, semua pengguna memiliki akses ke data yang mereka butuhkan
untuk mencapai tujuan mereka. Akses ke data dikendalikan oleh sistem
manajemen basis data (DBMS), yang memvalidasi dan mengotorisasi
akses sesuai dengan tingkat otoritas pengguna. Perbedaan utama antara
model database dan model file datar adalah pengumpulan data ke dalam
database umum yang digunakan bersama oleh semua pengguna. Dengan
berbagi data, masalah yang terkait dengan sistem file datar dapat diatasi.
12

E. TEKNIK DOKUMENTASI
Deskripsi tertulis tentang suatu sistem bisa bertele-tele dan sulit diikuti.
Pengalaman menunjukkan bahwa gambar visual menyampaikan informasi
sistem penting secara lebih efektif dan efisien dibandingkan kata-kata.
Akuntan menggunakan dokumentasi sistem secara rutin, baik sebagai
perancang sistem maupun sebagai auditor. Oleh karena itu, kemampuan
mendokumentasikan sistem dalam bentuk grafik merupakan keterampilan
penting yang harus dikuasai akuntan. Lima teknik dokumentasi dasar
diperkenalkan di bagian ini: diagram aliran data, diagram hubungan entitas,
diagram alur sistem, diagram alur program, dan diagram tata letak rekaman.
1. Diagram Aliran Data Dan Diagram Hubungan Entitas
Dua teknik desain dan dokumentasi sistem yang umum digunakan adalah
diagram hubungan entitas dan diagram aliran data. Bagian ini
memperkenalkan fitur-fitur utama dari teknik-teknik ini,
mengilustrasikan penggunaannya, dan menunjukkan keterkaitannya.
a) Diagram Aliran Data (DFD)
Diagram aliran data (DFD) menggunakan simbol untuk
mewakili entitas, proses, aliran data, dan penyimpanan data yang
berkaitan dengan suatu system. DFD digunakan untuk mewakili
sistem pada tingkat detail yang berbeda dari yang sangat umum
hingga yang sangat umum terperinci. Pada titik ini, DFD satu tingkat
sudah cukup untuk menunjukkan perannya sebagai alat dokumentasi.
Entitas dalam DFD adalah objek-onbjek eksternal dalam sistem yang
13

dimodelkan. Entitas ini mewakili sumber dan tujuan dari data.


Proses dalam DFD harus diberi judul dengan kata kerja yang
deskriptif, misalnya kirim barang, perbaruan catatan, atau terima
pesanan pelanggan.

b) Diagram Hubungan
Entitas (ER)
Diagram hubungan
entitas (ER) adalah teknik
dokumentasi yang
digunakan untuk
merepresentasikan hubungan antar entitas bisnis. Dalam konteks ini,
istilah entitas berlaku untuk segala sesuatu yang datanya diambil oleh
organisasi. Suatu entitas dapat berupa sumber daya fisik (mobil, uang
tunai, atau inventaris), peristiwa (pesanan pelanggan, pembelian
inventaris, atau penerimaan pembayaran), atau agen (tenaga
penjualan, pelanggan, atau vendor). Salah satu kegunaan umum
diagram ER adalah untuk memodelkan database organisasi.
c) Hubungan Antara Diagram DFD dan Diagram ER
DFD dan diagram ER mendokumentasikan berbagai aspek
sistem, namun keduanya saling berkaitan. DFD memodelkan proses
14

sistem sedangkan diagram ER memodelkan data yang digunakan


dalam sistem. Setiap penyimpanan data di DFD direpresentasikan
sebagai entitas dalam diagram ER yang sesuai.

2. Bagan Aliran Sistem


Diagram alur sistem adalah representasi grafis dari hubungan fisik
antara elemen-elemen utama. Persyaratan suatu sistem. Elemen-elemen
ini dapat mencakup departemen organisasi, aktivitas manual. Program
komputer, catatan akuntansi dalam bentuk hard copy (dokumen, jurnal,
buku besar, dan file), dan catatan digital (file referensi, file transaksi, file
arsip, dan file master). Diagram alur system juga menggambarkan media
komputer fisik yang digunakan dalam sistem, seperti pita magnetic disk
magnetik, dan terminal.
a) Kegiatan Manual Diagram Alir
Untuk mendemonstrasikan diagram alur aktivitas manual,
diasumsikan bahwa auditor perlu membuat diagram alur sistem
pesanan penjualan untuk mengevaluasi pengendalian dan prosedur
internalnya. Oleh karena itu, agar lebih jelas, fakta sistem sengaja
dibuat sederhana.
1) Seorang petugas di departemen penjualan menerima salinan
cetak pesanan pelanggan melalui pos dan secara manual
menyiapkan empat salinan cetak pesanan penjualan.
2) Petugas mengirimkan Salinan 1 pesanan penjualan ke bagian
kredit untuk disetujui. Yang lain tiga salinan dan pesanan
pelanggan asli diajukan sementara, menunggu persetujuan kredit.
3) Petugas departemen kredit memvalidasi pesanan pelanggan
berdasarkan catatan kredit dalam bentuk cetak yang disimpan di
departemen kredit. Petugas menandatangani Salinan I untuk
15

menandakan persetujuan dan mengembalikannya kepada petugas


penjualan.
4) Ketika petugas penjualan menerima persetujuan kredit, dia
mengarsipkan Salinan 1 dan pesanan pelanggan di departemen.
Petugas mengirimkan Salinan 2 ke gudang dan Salinan 3 dan 4
ke bagian pengiriman.
5) Petugas gudang mengambil produk dari rak, mencatat
perpindahannya dalam bentuk hard copy catatan stok, dan
mengirimkan produk dan Salinan 2 ke bagian pengiriman.
6) Bagian pengiriman menerima Salinan 2 dan barang dari gudang,
melampirkan Salinan 2 sebagai slip pengepakan, dan
mengirimkan barang ke pelanggan. Terakhir, petugas
mengarsipkan Salinan 3 dan 4 ke bagian pengiriman.
Tujuan utamanya adalah untuk memberikan gambaran
yang jelas. deskripsi sistem. Mengingat hal ini, aturan dan
konvensi tertentu perlu dipatuhi:
1) Diagram alur harus diberi label untuk mengidentifikasi dengan
jelas sistem yang diwakilinya.
2) Simbol yang benar harus digunakan untuk mewakili berbagai
entitas dalam sistem.
3) Semua simbol pada diagram alur harus diberi label.
4) Garis harus memiliki mata panah untuk menunjukkan dengan
jelas arah aliran proses dan urutan kejadian.
5) Jika proses yang kompleks memerlukan penjelasan tambahan
untuk kejelasan, deskripsi teks harus disertakan pada diagram
alur atau dalam dokumen terlampir yang direferensikan oleh
diagram alur.
16

TETAPKAN WILAYAH FISIK KEGIATAN. Ingatlah bahwa diagram alur


mencerminkan sistem fisik, yang direpresentasikan sebagai kolom vertikal
peristiwa dan tindakan yang dipisahkan oleh garis demarkasi. Umumnya
masing-masing bidang kegiatan ini merupakan kolom tersendiri dengan judul.
Dari fakta sistem tertulis, kita melihat bahwa ada empat bidang aktivitas yang
berbeda: departemen penjualan, departemen kredit, gudang, dan departemen
pengiriman. Langkah pertama dalam menyiapkan diagram alur adalah
menguraikan bidang-bidang kegiatan dan memberi label pada masing-masing
bidang tersebut

TRANSKRIBE FAKTA TERTULIS KE DALAM FORMAT VISUAL.


Pada titik ini kami siap untuk mulai merepresentasikan fakta sistem secara
visual. Kita mulai dengan fakta pertama yang dinyatakan:
1. Seorang petugas di departemen penjualan menerima salinan cetak pesanan
pelanggan melalui pos dan secara manual menyiapkan empat salinan cetak
pesanan penjualan.
2. Petugas mengirimkan Salinan I pesanan penjualan ke bagian kredit untuk
disetujui. Tiga salinan lainnya dan pesanan pelanggan asli disimpan
sementara, menunggu persetujuan kredit.
3. Petugas bagian kredit memvalidasi pesanan pelanggan berdasarkan catatan
kredit dalam bentuk cetak yang disimpan.
4. Ketika petugas penjualan menerima persetujuan kredit, dia mengarsipkan
Salinan I dan pesanan pelanggan di departemen. Petugas mengirimkan
Salinan 2 ke gudang dan Salinan 3 dan 4 ke bagian pengiriman.
5. etugas gudang mengambil produk dari rak, mencatat perpindahannya
dalam catatan stok hard copy, dan mengirimkan produk dan Salinan 2 ke
bagian pengiriman.
6. Bagian pengiriman menerima Salinan 2 dan barang dari gudang,
melampirkan Salinan 2 slip pengepakan, dan mengirimkan barang ke
17

pelanggan. Terakhir, petugas mengarsipkan Salinan 3 dan 4 ke


bagian pengiriman.
Terakhir, untuk kejelasan visual, diagram alur sistem hanya
menunjukkan pemrosesan satu transaksi. Namun, kita harus ingat
bahwa transaksi dapat mengalir melalui sistem dalam batch (grup) dan
bukan sebagai peristiwa tunggal. Pemrosesan batch melibatkan
pengumpulan sejumlah besar transaksi serupa dan memprosesnya
sebagai satu unit kerja
b) Diagram
Alir Proses
Komputer
Sekarang
kita memeriksa
teknik diagram alur
untuk mewakili sistem yang menggunakan proses manual dan
komputer. Kumpulan simbol yang digunakan untuk membangun
diagram alur sistem ini akan berasal dari (symbol untuk mewakili
prosedur manual dan symbol untuk mewakili proses komputer).

Yang didasarkan pada system pesanan penjualan dengan fakta berikut :


1) Seorang petugas di departemen penjualan menerima pesanan
pelanggan melalui surat dan memasukkan informasi tersebut ke
dalam terminal komputer yang terhubung ke program komputer
terpusat
18

2) Program komputer mengedit transaksi untuk kesalahan entri data,


memeriksa kredit pelanggan dengan mereferensikan file riwayat
kredit, dan menghasilkan file transaksi pesanan penjualan.
3) File transaksi pesanan penjualan kemudian diproses oleh program
pembaruan yang memposting transaksi tersebut.
4) Program pembaruan menghasilkan tiga salinan cetak pesanan
penjualan. Salinan 1 dikirim ke gudang, dan Salinan 2 dan 3 dikirim
ke departemen pengiriman
5) Setelah menerima Salinan 1, petugas gudang mengambil produk
dari rak.
6) Bagian pengiriman menerima Copy 1 dan barang dari gudang.

TETAPKAN WILAYAH FISIK KEGIATAN. Proses flowchart dimulai


dengan membuat template yang menggambarkan area aktivitas. Perbedaannya
dalam hal ini adalah sistem ini
memiliki departemen operasi
komputer dan tidak memiliki
departemen kredit.

TRANSKRIBE FAKTA TERTULIS KE DALAM FORMAT VISUAL. Ini


adalah operasi input data, tanda panah pada garis diagram alur menunjuk ke
arah program edit dan pemeriksaan kredit. Penekanan dalam flowchart adalah
pada sistem fisik. program yang memproses transaksi dan file yang digunakan
serta pembaruannya disimpan dalam sebuah departemen operasi komputer
yang terpisah.

3. Bagan Aliran Program


Ini menunjukkan hubungan antara program komputer, file yang
digunakan, dan output yang dihasilkan. Namun dokumentasi tingkat
tinggi ini tidak menyediakan semua rincian operasional yang terkadang
19

diperlukan. Ada bebrapa Langkah-langkah logis dalam urutan yang


tercantum yaitu :
1. Program mengambil satu catatan dari file transaksi yang belum
diedit dan menyimpannya di memori.
2. Tes logis pertama adalah melihat apakah program telah mencapai
kondisi akhir file (EOF) untuk file transaksi.
3. Pemrosesan melibatkan serangkaian tes untuk mengidentifikasi
kesalahan administrasi dan logika tertentu.
4. Catatan bebas kesalahan dikirim ke file transaksi yang diedit.
5. Catatan yang mengandung kesalahan dikirim ke file kesalahan.
6. Program mengulang kembali ke Langkah 1, dan proses diulangi
hingga kondisi EOF tercapai.

Akuntan terkadang menggunakan diagram alur program untuk


memverifikasi kebenaran logika program. Diagram alur program
memberikan rincian penting untuk melakukan audit aplikasi TI.

4. Diagram Tata Letak Rekam


Diagram tata letak rekaman digunakan untuk mengungkapkan
struktur internal rekaman digital dalam file datar atau tabel database.
Diagram tata letak biasanya menunjukkan nama, tipe data, dan panjang
setiap atribut (atau bidang) dalam rekaman. Untuk mengidentifikasi jenis
kegagalan sistem tertentu, menganalisis laporan kesalahan, dan
merancang pengujian logika komputer untuk tujuan debugging dan audit.
5. Model Pemrosesan Transaksi
Pemrosesan transaksi alternatif, yang secara garis besar terbagi
dalam dua jenis:
1. Pemrosesan batch (Melibatkan pengumpulan transaksi ke dalam
kelompok atau batch dan kemudian memproses seluruh batch sebagai
satu peristiwa).
20

2. Pemrosesan real-time (Memproses transaksi individual secara terus


menerus saat terjadi).
F. MEMAHAMI PERBEDAAN ANTARA PEMROSESAN BATCH DAN
REAL-TIME SERTA DAMPAK TEKNOLOGI INI TERHADAP
PEMROSESAN TRANSAKSI
Pemrosesan batch adalah metode di mana data dikumpulkan, diproses,
dan disimpan dalam jumlah tertentu sebelum diolah secara bersamaan.
Sedangkan pemrosesan real-time adalah proses di mana data diproses segera
setelah diterima tanpa adanya penundaan yang signifikan.
Dampak teknologi ini terhadap pemrosesan transaksi adalah sebagai berikut:

1. Pemrosesan Batch: Dapat menghasilkan efisiensi dalam memproses


transaksi dalam jumlah besar secara bersamaan, namun mungkin
menyebabkan penundaan dalam
pengolahan dan respons terhadap
transaksi individu. Misalnya, dalam
sistem perbankan, transaksi yang
dikumpulkan dalam batch mungkin
diproses secara keseluruhan setiap
beberapa jam. Memahami perbedaan antara pemrosesan batch dan
real-time serta dampak teknologi ini terhadap pemrosesan transaksi.
2. Pemrosesan Real-time: Memungkinkan transaksi diproses secara
instan, memungkinkan respons cepat terhadap perubahan yang
terjadi. Ini penting untuk aplikasi di mana waktu respons sangat
penting, seperti perbankan online atau sistem pembayaran.
Dalam konteks pemrosesan transaksi, pemilihan antara
pemrosesan batch dan real-time tergantung pada kebutuhan spesifik
dari aplikasi dan kebutuhan bisnis. Misalnya, dalam sistem
pembayaran online, pemrosesan real-time adalah keharusan untuk
21

memastikan transaksi diproses dengan cepat dan akurat, sementara


pemrosesan batch mungkin lebih cocok untuk tugas-tugas seperti
laporan harian atau pemrosesan data historis.
Selain dampak yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat
beberapa aspek tambahan yang perlu dipertimbangkan terkait
perbedaan antara pemrosesan batch dan real-time dalam konteks
pemrosesan transaksi:
1. Ketepatan waktu: Pemrosesan real-time memungkinkan transaksi
diproses secara langsung saat terjadi, sehingga memastikan ketepatan
waktu yang lebih baik dalam pemrosesan data dan respons terhadap
transaksi. Sementara itu, pemrosesan batch mungkin mengalami
penundaan dalam pemrosesan, yang dapat memengaruhi ketepatan
waktu dalam memberikan informasi atau layanan kepada pengguna.
2. Skalabilitas: Pemrosesan batch mungkin lebih mudah untuk
disesuaikan dengan volume data yang besar karena dapat dijadwalkan
untuk berjalan pada waktu-waktu tertentu. Namun, pemrosesan real-
time sering kali lebih rumit dalam hal skalabilitas karena memerlukan
infrastruktur yang lebih kompleks untuk menangani beban kerja yang
berfluktuasi secara dinamis.
3. Kualitas data: Pemrosesan real-time cenderung menghasilkan data
yang lebih mutakhir dan akurat karena transaksi diproses segera
setelah terjadi. Di sisi lain, pemrosesan batch mungkin menghasilkan
data yang lebih lambat dan terkadang kurang akurat karena
tergantung pada interval pemrosesan yang ditentukan sebelumnya.
4. Biaya: Pemrosesan batch sering kali lebih efisien dari segi biaya
karena dapat menggabungkan banyak transaksi menjadi satu proses
pemrosesan, mengurangi overhead yang terkait dengan pengelolaan
transaksi secara individu. Namun, pemrosesan real-time mungkin
22

memerlukan investasi lebih besar dalam infrastruktur dan sumber


daya untuk mendukung pemrosesan yang cepat dan akurat.
Dalam memilih antara pemrosesan batch dan real-time,
organisasi perlu mempertimbangkan semua faktor ini serta
memahami kebutuhan bisnis mereka untuk memastikan bahwa
metode yang dipilih sesuai dengan tujuan dan prioritas mereka dalam
pemrosesan transaksi.

G. SKEMA PENGKODEAN DATA YANG DIGUNAKAN DALAM


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
1. Skema Pengodean Data
Pengkodean data melibatkan pembuatan kode numerik atau alfabet
sederhana untuk mewakili fenomena ekonomi kompleks yang
memfasilitasi pemrosesan data yang efisien.
a) Sebuah Sistem Tanpa Kode
Organisasi bisnis memproses transaksi dalam jumlah besar dengan
atribut dasar yang serupa. Misalnya, file AR suatu perusahaan
mungkin berisi akun untuk beberapa pelanggan berbeda dengan nama
dan alamat yang sama. Untuk memproses transaksi secara akurat
terhadap akun yang benar, perusahaan harus mampu membedakan
satu akun dengan akun lainnya.
Entri yang tidak dikodekan ini membutuhkan banyak ruang
pencatatan, memakan waktu untuk merekam, dan jelas rentan
terhadap banyak jenis kesalahan. Efek negatif dari pendekatan ini
dapat dilihat di banyak bagian organisasi:
23

1) Karyawan bagian penjualan. Mengidentifikasi dengan benar


barang yang dijual memerlukan transkripsi sejumlah besar detail
ke dalam dokumen sumber. Terlepas dari waktu dan tenaga yang
diperlukan, tren ini mendorong kesalahan kelistrikan dan
pengiriman yang salah.
2) Personel gudang. Pencarian dan pengambilan barang untuk
pengiriman terhambat dan kemungkinan besar akan terjadi
kesalahan pengiriman.
3) Personel akuntansi. Posting ke akun pemimpin akan memerlukan
pencarian melalui file tambahan menggunakan deskripsi panjang
sebagai kuncinya. Ini akan sangat lambat, dan pengeposan ke
akun yang salah akan menjadi hal biasa.
b) Sistem dengan Kode
Keuntungan lain dari pengkodean data di AIS adalah:
1) Secara ringkas mewakili sejumlah besar informasi kompleks
yang tidak dapat dikelola.
2) Memberikan sarana pertanggungjawaban atas kelengkapan
transaksi yang diproses.
3) Mengidentifikasi transaksi dan akun unik dalam file.
4) Mendukung fungsi audit dengan menyediakan jejak audit yang
efektif.
c) Skema Pengkodean Numerik dan Alfabet
1) Kode Berurutan
Sesuai dengan namanya, kode sekuensial merepresentasikan item
dalam beberapa urutan sekuensial (naik atau turun). Aplikasi
umum kode sekuensial numerik adalah penomoran awal
dokumen sumber. Pada saat pencetakan, setiap dokumen cetak
diberi nomor kode urut yang unik. Nomor ini menjadi nomor
transaksi yang memungkinkan sistem melacak setiap transaksi
24

yang diproses dan mengidentifikasi dokumen yang hilang di luar


urutan. Dokumen digital juga diberi nomor urut yang sama oleh
aplikasi komputer saat dibuat.
 Keuntungan. Pengkodean sekuensial mendukung rekonsiliasi
sekumpulan transaksi, seperti pesanan penjualan, pada akhir
pemrosesan. Jika sistem pemrosesan transaksi mendeteksi
adanya kesenjangan dalam urutan nomor transaksi, sistem ini
memperingatkan manajemen akan kemungkinan adanya
transaksi yang hilang atau salah tempat. Dengan menelusuri
kembali nomor transaksi melalui tahapan proses, manajemen
pada akhirnya dapat menentukan penyebab dan akibat
kesalahan tersebut. Tanpa dokumen yang diberi nomor urut,
masalah seperti ini sulit dideteksi dan diselesaikan.
 Kerugian. Kode berurutan tidak memiliki konten informasi di
luar urutan kode tersebut. Sebagai contoh, kode berurutan
yang diberikan pada item inventaris bahan baku tidak
memberi tahu kita apa pun tentang atribut item tersebut
(Jenis, ukuran, bahan, lokasi gudang, dan sebagainya). Juga,
penomoran ulang item berikutnya dalam kelas yang sesuai.
Dalam aplikasi di mana jenis catatan harus dikelompokkan
bersama secara logis dan di mana penambahan dan
penghapusan terjadi secara teratur, skema pengkodean ini
tidak tepat.
2) Kode Blok
Kode blok numerik adalah variasi pengkodean sekuensial yang
sebagian memperbaiki kelemahan yang baru saja dijelaskan.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk mewakili seluruh kelas
item dengan membatasi setiap kelas pada rentang tertentu dalam
25

skema pengkodean. Penerapan umum pengkodean blok adalah


pembuatan bagan akun.
Bagan akun yang dirancang dengan baik dan komprehensif
merupakan dasar bagi buku besar dan oleh karena itu sangat
penting bagi sistem pelaporan keuangan dan manajemen
perusahaan. Semakin luas bagan akunnya, semakin tepat suatu
perusahaan dapat mengklasifikasikan transaksi-transaksinya dan
semakin besar jangkauan informasi yang dapat diberikan kepada
pengguna internal dan eksternal.

Perhatikan bahwa setiap jenis akun diwakili oleh serangkaian


kode atau blok unik. Dengan demikian, klasifikasi dan
subklasifikasi akun neraca dan laporan laba rugi dapat disajikan.
Dalam contoh ini, masing-masing akun terdiri dari kode tiga
digit. Digit pertama adalah digit pemblokiran dan mewakili
26

klasifikasi akun; misalnya, aset lancar, kewajiban, atau beban


operasional. Digit lain dalam kode ditetapkan secara berurutan.
 Keuntungan. Pengkodean blok memungkinkan penyisipan
kode berita dalam satu blok tanpa harus mengenali
keseluruhan struktur pengkodean. Misalnya, jika beban iklan
adalah nomor akun 626, digit pertama menunjukkan bahwa
akun tersebut adalah beban operasional. Karena jenis item
pengeluaran baru muncul dan harus diperhitungkan secara
khusus, item tersebut dapat ditambahkan secara berurutan
dalam klasifikasi 600 akun. Kode tiga digit ini
mengakomodasi 100 item individual (x00 hingga x99) dalam
setiap blok. Jelasnya, semakin banyak digit dalam rentang
kode, semakin banyak item yang dapat direpresentasikan.
 Kekurangan. Seperti halnya kode sekuensial, isi informasi
dari kode blok tidak mudah terlihat. Misalnya, nomor
rekening 626 tidak berarti apa-apa sampai dicocokkan
dengan bagan akun, yang mengidentifikasinya sebagai biaya
iklan.
3) Kode grup
Kode grup numerik digunakan untuk mewakili item atau
peristiwa kompleks yang melibatkan dua atau lebih data terkait.
Kode tersebut terdiri dari zona atau bidang yang memiliki arti
tertentu. Misalnya, jaringan department store mungkin
mengkodekan transaksi pesanan penjualan dari toko cabangnya
sebagai berikut:
Nomor Toko Nomor Dept. Nomor Barang Pramuniaga
04 09 476214 99
27

 Keuntungan. Kode grup memiliki sejumlah keunggulan


dibandingkan kode sekuensial dan blok.
1) Mereka memfasilitasi representasi sejumlah besar data yang
beragam.
2) Mereka memungkinkan struktur data yang kompleks untuk
direpresentasikan dalam hierarki yang logis dan lebih mudah
diingat oleh manusia.
3) Mereka memungkinkan analisis dan pelaporan terperinci baik
dalam satu kelas item maupun antar kelas item yang berbeda.

Dengan menggunakan contoh sebelumnya sebagai ilustrasi,


Toko Nomor 04 dapat mewakili toko Hamilton Mall di
Allentown; Departemen Nomor 09 mewakili departemen
peralatan olahraga; Barang Nomor 476214 adalah tongkat hoki;
dan tenaga penjualan 99 di Jon Innes. Dengan tingkat informasi
ini, manajer perusahaan dapat mengukur profitabilitas per toko,
membandingkan kinerja departemen serupa di seluruh toko,
melacak pergerakan item inventaris tertentu, dan mengevaluasi
kinerja penjualan karyawan di dalam dan antar toko.

 Kekurangan. Ironisnya, kelemahan utama pengkodean


kelompok disebabkan oleh keberhasilannya sebagai alat
klasifikasi. Karena kode grup dapat secara efektif menyajikan
beragam informasi, kode tersebut cenderung digunakan
secara berlebihan. Data yang tidak terkait mungkin saja
ditautkan hanya karena hal itu dapat dilakukan. Hal ini dapat
menyebabkan kode grup yang rumit dan tidak perlu sehingga
tidak mudah diinterpretasikan. Pada akhirnya, penggunaan
yang berlebihan dapat meningkatkan biaya penyimpanan,
28

meningkatkan kesalahan administrasi, dan meningkatkan


waktu dan tenaga pemrosesan.
4) Kode abjad
Kode Abjad digunakan untuk banyak tujuan yang sama seperti
kode numerik. Karakter alfabet dapat diberikan secara berurutan
(dalam urutan abjad) atau dapat digunakan dalam teknik
pengkodean blok dan kelompok.
 Kapasitas untuk merepresentasikan item dalam jumlah besar
ditingkatkan secara dramatis melalui penggunaan kode
alfabet murni atau karakter alfabet yang tertanam dalam kode
numerik (kode alfanumerik). Contoh sebelumnya dari bagan
akun yang menggunakan kode tiga digit dengan satu digit
pemblokiran membatasi representasi data hanya 10 blok akun
yang menggunakan -0 hingga 9. Namun, menggunakan
karakter alfabet untuk pemblokiran, meningkatkan jumlah
kemungkinan blok menjadi 26 -A sampai Z. Selanjutnya,
meskipun bagian berurutan dua digit dari kode tersebut
hanya berkapasitas 100 item (102), kode alfabet dua posisi
dapat mewakili 676 item (262). Jadi, dengan menggunakan
kode alfabet dalam ruang pengkodean tiga digit yang sama,
kita melihat peningkatan geometris dalam potensi
representasi data:

(10 blok x 100 item masing-masing) = 1,000 item


Ke
(26 blok x 676 item masing-masing) = 17,576 item
 Kekurangan, Kelemahan utama dari pengkodean abjad
adalah (1) seperti halnya kode numerik, terdapat kesulitan
29

dalam merasionalisasi arti dari kode yang telah ditetapkan


secara berurutan, dan (2) pengguna cenderung mengalami
kesulitan dalam menyortir catatan yang dikodekan
berdasarkan abjad.
5) Kode Mnemonik
Kode mnemonik adalah karakter alfabet dalam bentuk akronim
dan kombinasi lain yang menyampaikan makna. Misalnya,
seorang mahasiswa yang mendaftar pada mata kuliah perguruan
tinggi dapat memasukkan kode mata kuliah berikut pada
formulir pendaftaran:
Jenis Kursus Nomor Kursus
Acctg 101
Psyc 110
Mgt 270
Mktg 300
Kombinasi kode mnemonik dan numerik ini menyampaikan
banyak informasi tentang mata kuliah ini; dengan sedikit
analisis, kita dapat menyimpulkan bahwa Acctg adalah
akuntansi, Psyc adalah psikologi, Mgt adalah manajemen, dan
Mktg adalah pemasaran. Bagian nomor urut dari kode tersebut
menunjukkan level dari setiap mata kuliah.
 Keuntungan. Skema pengkodean mnemonik tidak
mengharuskan pengguna untuk menghafal makna; kode itu
sendiri menyampaikan informasi tingkat tinggi tentang item
yang diwakili
 Kekurangan. Meskipun kode mnemonik berguna untuk
mewakili kelas item, kode mnemonik memiliki kemampuan
terbatas untuk mewakili item dalam suatu kelas. Sebagai
30

contoh, seluruh kelas piutang usaha dapat diwakili oleh kode


mnemonik AR, tetapi kita akan dengan cepat kehabisan
kombinasi karakter abjad yang berarti jika kita mencoba
untuk mewakili masing-masing akun yang membentuk kelas
ini. Akun-akun ini akan diwakili lebih baik dengan teknik
pengkodean berurutan, blok, atau kelompok.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Siklus transaksi, jenis transaksi yang diproses, dan proses pemrosesan
transaksi sangat penting dalam mendukung efisiensi dan efektivitas dalam operasi
bisnis. Siklus transaksi yang terdiri dari siklus pengeluaran, konversi, dan
pendapatan mempunyai peran penting dalam menghasilkan informasi akuntansi
yang akurat, relevan, dan tepat waktu bagi para pengambil keputusan.

Selain itu, pemahaman tentang pemrosesan batch dan real-time serta dampak
teknologi terhadap pemrosesan transaksi juga menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan. Pemrosesan batch melibatkan pengumpulan transaksi ke dalam
31

kelompok sebelum diproses secara bersamaan, sementara pemrosesan real-time


memproses transaksi secara langsung tanpa penundaan.

Dengan demikian, pemahaman yang baik mengenai konsep biaya, sifat biaya,
klasifikasi biaya, serta penerapan diagram alur program dan diagram tata letak
rekam akan membantu dalam meningkatkan efisiensi dan pengelolaan dalam
proses transaksi.
DAFTAR PUSTAKA

James A. Hall. Accounting Information Systems. Tenth Edition, South Western, 2019.
Zamzami, F., Nusa, N. D., & Faiz, I. A. (2021). SISTEM INFORMASI AKUNTANSI.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Algoritma. (2022, Mei 13). BATCH PROCESSING VS REAL TIME PROCESSING.
Retrieved from https://algorit.ma/blog/real-time-processing-vs-batch-
processing-2022/
Suharnomo, D. (2020, December 20). The Revenue Cycle: Sales to Cash Collection.
Accounting BINUS.

iii

Anda mungkin juga menyukai