Anda di halaman 1dari 31

Analisis Permasalahan Lalu Lintas dan Prosedur Dasar Pembayaran

Internasional
Tugas Ini dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perdagangan
Internasional

Disusun Oleh :
Ameliya Nur Anjani 1701085065
Syafira Nur Fajrin 1701085057
Sarah Aulia Ananda 1701085049

Dosen Pengampu :
Connie Chairunnisa

Kelas :
6 Tata Niaga (TN)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami penjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang te;ah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Permasalahan Lalu Lintas dan Prosedur Dasar
Pembayaran Internasional”.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasnya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari dosen dan
teman-teman mahasiswa, agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini lebih
baik lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Permasalah Lalu
Lintas dan Prosedur Dasar Pembayaran Internasional” dapat bermanfaat.

Jakarta, 14 Maret 2020

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................................... iii

Bab I : Pendahuluan ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 2.

Bab II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR .......... 3

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................. 3


2.1.1 Gambaran Umum Pembayaran Internasional .......... 3
2.1.2 Peranan Bank Dalam Lalu Lintas Pembayaran
Internasional ............................................................. 5
2.1.3 Pusat Finansial Internasional ................................... 7
2.1.4 Valuta Asing dan Bursa Valuta Asing ..................... 8
2.1.5 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional .............. 12
2.1.6 Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional ...... 13
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................... 20

Bab III: PEMBAHASAN DAN SOLUSI ................................................. 22

3.1 Studi Kasus ......................................................................... 22


3.2 Solusi` .................................................................................. 16

Bab IV: KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 27

4.1 Kesimpulan .......................................................................... 27


4.2 Saran .................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring berjalannya perkembangan zaman atau globalisasi membuat
bidang administrasi, ekonomi dan komunikasi ikut berkembang.
Perkembangan ini pastinya akan membawa dampak bagi industri-industri.
Dimana setiap industri yang ada akan menginginkan produk yang dihasilkan
bisa banyak terjual di dalam negeri maupun bisa sampai ke luar negeri. Hal
tersebut akan menjadi perdagangan luar negeri atau perdagangan
internasional yang mana industri dalam negeri melakukan transaksi dengan
konsumen yang ada di luar negeri, dan sebaliknya. Dengan adanya transaksi
yang dilakukan maka akan terjadi pembayaran internasional.
Dalam arus globalisasi saat ini yang memungkinkan segala sesuatu
dapat berjalan dengan cepat dan praktis. Hal ini akan memudahkan terjadinya
kegiatan perdagangan internasional. Biasanya pembayaran jual-beli dilakukan
dengan tunai, namun untuk perdagangan internasional hal tersebut di nilai
kuran praktis jika digunakan. Oleh karena itu muncul cara-cara pembayaran
yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjuntak:
“Menjadi suatu kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini di dalam lalu lintas
perdagangan terdapat suatu kemajuan dalam cara–cara pembayaran dengan
mempergunakan alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain
dengan mata uang”. Dalam makalah ini akan kami bahas mengenai lalu lintas
dan prosedur dasar pembayaran internasional beserta studi kasusnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari pembayaran internasional?
b. Apa pengertian dari lalu lintas pembayaran internasional?
c. Apa saja alat pembayaran internasional?
d. Bagaimana prosedur dasar pembayaran internasional?
e. Bagaimana cara pembayaran internsaional?

1
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pembayaran internasional
b. Untuk mengetahui lalu lintas pembayaran internasional
c. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pembayaran internasional
d. Untuk mengetahui SOP dalam pembayaran internasional
e. Untuk mengetahui cara dalam pembayaran internasional

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
serta wawasan tentang permasalahan lalu lintas dan cara pembayaran
internasional bagi penulis dan juga pembaca.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Gambaran Umum Pembayaran Internasional
Perdagangan internasional terwujud karena adanya
kesepakatan antara penjual dan pembeli yang mereka tuangkan
dalam kontrak. Dalam kontrak ini biasanya mereka juga cantumkan
bagaimana cara, sistem atau klausul pembayarannya. Sistem
pembayaran ini merupakan salah satu hal yang penting dalam
transaksi perdagangan.
Dalam transaksi dagang yang sifatnya terbatas di mana
penjual dan pembeli berada dalam wilayah atau tempat yang sama,
pembayaran dan penyerahan barang dapat dilakukan secara
langsung. Lain halnya dengan perdagangan internasional. Para
pihak mungkin kurang begitu saling kenal. Domisili mereka
berjauhan.
Di samping sistem pembayaran, sistem pembiayaannya pun
akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran perdagangan
internasional. Karena itu pula dapat dinyatakan bahwa perdagangan
Internasional akan lebih berjalan lancar dengan tersedianya fasilitas
pembiayaan bagi jual-beli barang dalam perdagangan internasional.
Dalam perdagangan Internasional, pembeli dan penjual terpisah
oleh jarak yang jauh. Mereka juga memiliki praktek pembiayaan
yang berbeda di masing-masing negara. Di samping itu pula,
terdapat kepentingan para pihak yang berbeda dalam perdagangan
internasional. Penjual berupaya dan berkepentingan untuk
menguasai dan mengontrol barangnya sampai ia menerima harga
yang disepakati dalam kontrak. Selain itu penjual juga
berkepentingan agar pembayaran (proceeds atau dana hasil

3
ekspor) dapat segera diterimanya tanpa harus menunggu berbulan-
bulan lamanya tatkala barangnya masih dalam perjalanan di kapal
(in transit).
Di pihak lain, pembeli berkepentingan untuk tidak segera
membayar sejumlah uang yang dia janjikan sesuai kontrak selama
ia belum memeriksa barangnya apakah sesuai dengan spesifikasi
yang dicantumkan dalam kontrak, atau setidaknya ada bukti
tertulis bahwa barangnya telah dikapalkan. Hal ini berarti
menimbulkan kesulitan bagi penjual untuk menentukan cara
pembayaran yang akan digunakan oleh pembeli asing. Demikian
juga bagi pembeli mengalami kesulitan untuk mempercayai
reputasi dan integritas penjual asing.
Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak akan
menjumpai masalah-masalah semacam yang banyak dijumpai
dalam lalu lintas pembayaran internasional, oleh karena semua
daerah kekuasaan sebuah negara pada umumnya menggunakan
mata uang yang sama. Sedangkan pembayaran dengan
menggunakan cek atau giro akan hanya merupakan
pemindahbukuan perkiraan bank saja dari saldo kredit pembayar ke
saldo kredit penerima pembayaran.
Namun dalam lalu lintas pembayaran antar negara, tidak
demikian halnya. Misalnya seorang importir Indonesia membeli
sejumlah barang dari seorang eksportir di Amerika Serikat.
Transaksi jual beli ini pelaksanaan pembayarannya lebih kompleks
dibandingkan dengan pembayaran yang timbul dari adanya
transaksi jual beli antara dua orang penduduk yang tinggal pada
satu negara yang sama.
Hal ini disebabkan antara lain karena mata uang yang berlaku
di Amerika Serikat berbeda dengan mata uang yang berlaku di
negara kita. Di negerinya eksportir Amerika tidak dapat
membelanjakan uang rupiah untuk membeli barang dagangan,

4
untuk menggaji para karyawannya dan sebagainya. Oleh karena itu
mereka mengharapkan barang yang diekspornya dibayar dengan
US $. Sebaliknya importer kita, yang diharapkan membayar barang
yang diimpornya dengan menggunakan US $, menerima uang hasil
penjualan barang yang diimpornya bukan dalam bentuk US $
melainkan dalam bentuk rupiah.
Dengan demikian untuk melaksanakan pembayaran yang
dibutuhkan, importir tadi harus terlebih dahulu memberi US$ pada
salah satu bank devisa sejumlah yang dibutuhkan dengan kurs yang
berlaku pada saat pembelian dollar tersebut untuk kemudian
ditransfernya kepada di penjual di Amerika Serikat. Sering juga
pembayaran terjadi dengan mata uang negara ketiga. Misalnya
denga n membeli barang dari Korea Selatan, kita dapat
membayanya dengan dollar Amerika Serikat. Hingga dengan
demikian, sebelum kita mengadakan transaksi pembelian barang-
barang dari Jepang, kita harus terlebih dahulu memperhitungkan
kurs-kurs devisa yang memungkinkan kita membandingkan nilai
barang tersebut dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat, dalam
Won Korea Selatan dan dalam Rupiah Indonesia. Masalah-
masalah semacam inilah yang menyebabkan lalu lintas pembayaran
internasional berbeda dengan lalu lintas pembayaran dalam negeri.
2.1.2. Peranan Bank Dalam Lalu Lintas Pembayaran Internasional
Bank memiliki peranan penting dalam lalu lintas pembayaran
internasional. Bagi importir dan eksportir, bank devisa merupakan
lembaga dengan siapa mereka dapat menjual-belikan surat-surat
wesel luar negeri dan menggunakannya sebagai perantara dalam
mengadakan penagihan-penagihan kepada debitur di luar negeri.
Akan tetapi perlu kiranya diketengahkan di sini, bahwa pada
umumnya para eksportir, juga kebanyakan pemerintah negara
pengekspor hampir senantiasa menghendaki untuk menggunakan
hard currency atau mata uang kuat dalam mengadakan perjanjian

5
jual-beli dengan para pembeli di luar negeri dan bukannya soft
currency atau mata uang lemah.
a. Mata Uang Kuat (Hard Currency)
Mata uang kuat (hard currency) atau strong currency
adalah mata uang suatu negara yang mempunyai permintaan
stabil dan fluktuasinya kecil dalam pasar uang internasional dan
sering digunakan dalam perdagangan internasional; bank sentral
menyimpan sebagian cadangan devisa dalam bentuk
tabungan/deposito berjangka dalam mata uang yang kuat; dalam
perdagangan valuta asing, mata uang yang kuat dijual dengan
premi terhadap mata uang lemah.
b. Mata Uang Lemah (Soft Currency)
Mata uang lemah (Soft Currency) atau exotic
currency atau weak currency adalah kondisi alat pembayaran
suatu negara kurang diminati jika dibandingkan dengan mata
uang negara lain; merupakan cadangan devisa suatu negara yang
diawasi secara ketat oleh otoritas moneter sehingga ada
keterbatasan untuk dikonversi menjadi emas atau mata uang
negara lain; kondisi tersebut diakibatkan oleh sering
terjadinya peristiwa/kejadian buruk dalam perekonomian
ataupun stabilitas politik.
c. Mata Uang Kuat Lawan Mata Uang Lemah
Mata uang kertas ada yang konvertibel dan ada pula yang
tidak konvertibel. Sedangkan artian tidak konvertibel atau
inconvertible juga ada dua macam yaitu:
i. Inconvertible dalam artian tidak bebas untuk ditukarkan
dengan emas atau ditukarkan dengan mata uang asing.
ii. Inconvertible dalam arti sukar untuk ditukarkan dengan mata
uang negara lain.
Dengan sendirinya pada umumnya para eksportir
menghendaki pembayaran atas barang yang dijualnya kepada

6
penduduk negara lain dilakukan dengan menggunakan mata
uang yang konvertibel. Berasarkan perbedaan derajat
konvertibilitasnya dalam lalu lintas pembayaran internasional
biasa dibedakan dua kelompok mata uang:
i. Hard currencies atau mata uang kuat atau keras yaitu mata
uang yang memiliki sifat acceptability yang tinggi. Pada
umumnya mata uang semacam ini dengan sendirinya juga
mempunyai convertibility yang tinggi. Contohnya ialah
dolar Amerika Serikat, dolar Canada, franc Swiss.
ii. Soft currencies atau mata uang lemah yaitu lawan dari mata
uang kuat. Kalau hard currencies sangat disukai oleh
masyarakat dunia dan pada umumnya dipakai oleh
kebanyakan negara sebagai cadangan internasional, soft
currencies sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak ada
pemintanya.
2.1.3. Pusat Finansial Internasional
Mekanisme pembayaran internasional ditentukan oleh pola
hubungan antara bank-bank yang ikut aktif beroperasi dalam
bidang jual-beli alat-alat pembayaran internasional. Kita dapat
membedakan tiga macam pola hubungan antar bank dalam
melaksanakan penyelesaian hutang-piutang di antara mereka.
Ketiga pola tersebut ialah:
a. Penyelesaian hutang-piutang dengan pola desentralisasi. Sistem
semacam ini biasa disebut decentralized system of international
payment. Apabila system perbankan negara yang satu dengan
sistem perbankan negara yang lain dalam menyelesaikan hutang
piutangnya dilakukan secara bilateral, maka sistem pembayaran
internasional ini kita sebut sebagai decentralized system of
international payment.
b. Penyelesaian hutang piutang secara terpusat, yaitu yang biasa
disebut centralized system of international paymen. Apabila

7
hubungan antara bank-bank dari suatu negara dengan bank-bank
dari negara lain mengenai penyelesaian saldo-saldo rekeningnya
dilakukan melalui sebuah financial center, maka dikatakan
bahwa sistem pembayaran internasional merupakan centralized
international payment system.
c. Campuran dari kedua bentuk-bentuk ekstrim seperti disebut di
atas.
2.1.4. Valuta Asing dan Bursa Valuta Asing
Bursa valuta asing yang biasa disebut pula foreign exchange
market kita artikan sebagai lembaga pasar dimana orang dapat
memperoleh fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan pembayaran
kepada penduduk negara lain atau menerima pembayaran dari
penduduk negara lain.
Dalam bursa valuta asing pada dasarnya bank-bank devisa
bertindak sebagai penghubung antara para peminta valuta asing
dengan para penawar valuta asing dan juga sebagai pihak yang
membiayai transaksi-transaksi luar negeri, dalam arti menyediakan
modal yang dapat dipakai oleh mereka yang mengadakan transaksi
pembayaran internasional tersebut semasa transaksi yang dibiayai
belum sepenuhnya dilaksanakan secara tuntas. Hanya apabila bank-
bank devisa tersebut melakukan transaksi-transaksi yang sifatnya
spekulatif, barulah bank-bank tersebut dapat dikatakan di samping
bertindak sebagai penghubung juga sebagai sumber-asal
permintaan dan penawaran valuta asing. Sebagai sumber-asal
permintaan akan valuta asing dapat disebutkan, yaitu :
a. Para investor barang-barang dan jasa-jasa,
b. Para investor dalam negeri yang memerlukan valuta asing untuk
menyelesaikan kewajiban-kewajiban luar negerinya yang timbul
dari transaksi-transaksi pembelian surat-surat berharga dari
penduduk negara lain atau transaksi-transaksi pemberian
pinjaman kepada penduduk negara lain,

8
c. Para debitur dalam negeri yang memerlukan valuta asing untuk
melunasi kewajiban-kewajiban luar negerinya yang timbul
sebagai akibat daripada hutang-hutang luar negerinya yang telah
jatuh tempo atau untuk membayar bunga pinjaman kepada
penduduk negara lain.
d. Wisatawan-wisatawan dalam negeri yang akan melawat ke luar
negeri,
e. Perusahaan-perusahaan asing yang harus membayar dividen
yang dibagikan kepada para pemegang saham di luar negeri,
f. Rumah-rumah tangga keluarga yang membutuhkan valuta asing
untuk membiayai studi anggota keluarganya yang belajar di luar
negeri,
g. Pemerintah yang membutuhkan valuta asing untuk membiayai
perwakilan-perwakilannya di luar negeri, untuk menyelesaikan
hutang-hutang luar negerinya yang telah jatuh tempo,
membayar bunga, dan sebagainya,
h. Para spekulan yang misalnya saja meramalkan akan adanya
tindakan kebijaksanaan devaluasi, mempunyai tendensi untuk
berlomba-lomba membeli valuta asing.
Dengan transaksi-transaksi seperti disebut di atas, mudahlah
kiranya untuk dipahami bahwa pada umumnya bank-bank devisa
memelihara sebagian dari aktivanya dalam bentuk valuta asing yang
besarnya dan jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan para
nasabahnya. Adapun valuta-valuta asing yang dipelihara dan dijual-
belikan pada umumnya berbentuk:
1. Mata uang asing yang konvertibel,
2. Saldo kredit pada bank-bank devisa kita di luar negeri,
3. Surat-surat wesel luar negeri,
4. Hak-hak penerimaan pembayaran dari penduduk negara lain
dalam bentuk lainnya yang mempunyai tingkat likuiditas yang
tinggi.

9
Dengan menyadari akan kenyataan-kenyataan tersebut di atas,
khususnya mengenai macam-macam transaksi yang banyak
dilakukan oleh bank-bank devisa, maka mudahlah dipahami bahwa
dalam literatur sering dikatakan bahwa fungsi-fungsi pokok bank
devisa pada dasarnya berupa:
a. Melaksanakan transfer pembayaran internasional,
b. Menyediakan kredit untuk membiayai transaksi-transaksi ekonomi
internasional, dan Menanggung resiko perubahan kurs valuta asing.
Selain beberapa masalah valuta asing dan bursa valuta asing
diatas, masih banyak pengertian-pengertian lain yang ada sangkut-
pautnya dengan masalah valuta asing dan bursa valuta asing, antara
lain yaitu:

o Surat Wesel dagang


Disebutkan di atas bahwa surat wesel dagang luar negeri
atau foreign commercial bill of exchange adalah merupakan salah
satu bentuk valuta asing. Dengan sendirinya surat wesel luar
negeri yang dimaksud di sini hanya terbatas pada surat-surat wesel
luar negeri yang nilainya dinyatakan dalam mata uang kuat. Surat
wesel jenis ini pada umumnya timbul sebagai akibat dari adanya
transaksi perdagangan. Mereka yang memperdagangkan surat-surat
wesel semacam ini perlu memperhatikan tinggi tingkat bunga yang
digunakan dalam mendiskontokan surat wesel tersebut dan sifat-
sifat transaksinya. Mengenai perlu diperhatikannya sifat dari
transaksi timbul karena menurut kenyataan tinggi-rendahnya
jaminan surat wesel tadi dalam penagihannya, sering-sering
dipengaruhi oleh bonafiditas pihak pengimpor, dan juga macam
barang yang dijual-belikan. Mengenai suasana politik dan neraca
pembayaran negara pengimpor perlu juga diperhatikan, oleh
karena menurut kenyataan sering terjadi surat wesel menjadi
beku tidak tertagih sebagai akibat memburuknya hubungan
pemerintah negara pengimpor dengan negara pengekspor,

10
ataupun pula sebagai akibat defisit neraca pembayaran luar negeri
negara pengimpor yang sangat parah. Sedangkan pentingnya
kita memperhatikan macam barang yang diperjualbelikan, ialah
karena menurut kenyataan di samping adanya barang-barang
yang mudah untuk menjualnya, ada pula barang-barang yang
sukar untuk menjualnya.
o Hedging
Apabila transaksi jual beli yang diadakan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain pembayarannya tidak
seketika, maka pihak pengekspor atau pihak pengimpor akan
menanggung resiko yang timbul sebagai akibat adanya perubahan
kurs valuta asing. untuk menghindari resiko yang timbul dari
kemungkinan adanya perubahan kurs valuta asing, maka importir
maupun eksportir dapat melakukan apa yang disebut hedging, yaitu
dengan mengadakan forward exchange dengan bank. Dalam hal ini
bank dengan mendapatkan pembayaran terlebih dahulu dari
importir berjanji untuk menyerahkan sejumlah uang tertentu
kepada importir seduai dengan apa yang telah ditetapkan dalam
perjanjian. Bagi eksportir, ia dapat memindahkan resiko yang
timbul dari perubahan kurs valuta asing dengan jalan menjual surat
wesel yang ditariknya atas importir kepada bank. Dengan demikian
importir maupun eksportir tidak lagi menggung resiko yang timbul
sebagai akibat dari adanya perubahan kurs valuta asing.
o Arbitrage
Kalau valuta asing yang terjadi di negara satu berbeda
dengan kurs valuta asing yang terjadi dinegara lain, maka
biasanya akan timbul apa yang biasa disebut arbitrage. Kalau
di New York misalnya, kurs poundsterling Inggris yang terjadi
menunjukkan £ 1 = US $ 2,00 sedangkan di London kurs
poundsterling dalam £ 1 = US $ 2,10, maka kalau kita membeli
poundsterling di New York untuk kemudian kita jual lagi di

11
London, kita akan memperoleh keuntungan dari perbedaan kurs
tersebut dan begitu juga sebaliknya. Tindakan semacam inilah
yang kita sebut arbitrage. Tindakan arbitrage mempunyai
pengaruh menghilangkan atau paling sedikit mengurangi perbedaan
kurs valuta asing antar pusat finansial yang lain atau antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Arbitrage dapat
dijalankan diantara dua negara, dapat juga diadakan di antara tiga
negara atau lebih.
2.1.5. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional
Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar
negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita maksud dengan
melaksanakan pembayaran internasional, merupakan hasil evolusi
yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Mengenai
bagaimana transaksi pembayaran antarnegara dapat kita
laksanakan, peranan kebiasaan, lembaga-lembaga finansial yang
tersedia, konvensi internasional, dan peraturan-peraturan hukum
yang berlaku di negara bersangkutan sangat besar peranannya.
1. Transaksi Pembayaran dan Transaksi Pembiayaan
Kita menemukan bahwa setiap transaksi jual beli barang
ataupun jasa terdiri atas tiga unsur, yaitu:
a. Terjadinya perjanjian,
b. Terjadinya penyerahan barang atau penunaian jasa, dan
c. Terjadinya pembayaran.
2. Cara-cara Pembayaran Internasional
Pada umumnya dapat dibedakan empat kelompok cara
melaksanakan pembayran atas kewajiban-kewajiban yang
timbul dari transaksi-transaksi perdagangan, transaksi
penanaman, modal, bantuan, dan sebagainya lagi, yang diadakan
antara penduduk dua negara yang berbeda. Keempat cara
tersebut ialah:
a. Kompensasi pribadi atau private compensation,

12
b. Menggunakan surat wesel dagang yang biasa disebut
pula commercial bill of exchange atau commercial draft,
c. Pembayaran tunai atau cash payment, dan
d. Menggunakan letter of credit yang biasa disingkat L/C.
2.1.6. Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional
Mekanisme pembayaran pada kegiatan perdagangan
internasional sudah dapat dipastikan bank memiliki andil dan
peran serta fungsi untuk menjamin terlaksananya pembayaran
dan pengiriman barang (pemenuhan prestasi) oleh kedua belah
pihak, namun selain bank juga ada pihak-pihak lain selain
bank yang juga memiliki andil dan peran serta fungsi yang tidak
kalah pentingnya dengan bank dalam mekanisme pembayaran
internasional tersebut.
Oleh karena itu mengenai para pihak yang berperan pada
mekanisme pembayaran dalam kegiatan ekspor impor dapat
dibedakan menjadi dua yaitu bank dan lembaga bukan bank, yang
mana penjelasan dari kedua lembaga tersebut adalah :
(1)Bank
(a) Bank Umum
Bank umum yang dimaksudkan disini adalah bank
umum yang melakukan kegiatan operasionalnya di dalam
wilayah pengekpor dan dalam wilayah pengimpor, akan
tetapi tidak semua bank umum dapat terlibat dalam kegiatan
ekspor impor tersebut, karena dalam mekanisme pembayaran
pada kegiatan ekpor impor ini yang dapat melakukannya
adalah bank devisa, yaitu bank umum yang dapat melakukan
kegiatan operasionalnya didalam maupun diluar negeri.
Kegiatan operasional dari bank devisa tersebut tidak
hanya mengumpulkan dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat akan tetapi meliputi kegiatan untuk menerbitkan

13
uang giral, sarana rekening giro atau rekening koran,
pelaksana kliring, transfer dan inkaso.
(b)World Bank (Bank Dunia)
Pada dasarnya bank dunia ini didirikan dengan tujuan
untuk memberikan solusi atas permasalahan-permasalan
internasional di bidang moneter dan keuangan lainnya.
Dalam hubungannya dengan perdagangan dunia bank dunia
tidak hanya memberikan bantuan kepada negara berkembang
dan negara miskin saja, akan tetapi juga mempunyai andil
untuk memberikan bantuan kepada sektor-sektor swasta
dalam negara berkembang. Sehingga dalam
perkembangannya bank dunia terbagi dalam dua divisi
yaitu :
(i) International Development Association (IDA)
Divisi bank dunia yang bertugas memberikan
bantuan kepada negara-negara berkembang dan negara-
negara miskin, dengan persyaratan pinjaman yang lebih
mudah.
(ii) Finance Corporation (IFC)
IFC Yaitu divisi bank dunia yang bertugas
memberikan bantuan kepada sektor-sektor swasta di
negara-negara berkembang, disinilah peran serta nyata
bank dunia dalam membantu kegiatan ekspor impor yaitu
dengan memberikan pinjaman kepada eksportir atau
importer untuk memperluas pangsa pasarnya dalam
perdagangan dunia.
(c) The Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia)
Pada mulanya tujuan dari didirikannya bank
pembangunan asia ini didasarkan dalam rangka kerja sama
ekonomi dan pembangunan antara negara-neara asia,
sekaligus sebagai alternatif bantuan akibat sulitnya

14
memperoleh bantuan dari negaa-negara maju. Sehingga
dalam perkembangannya tersebut bank pembangunan asia ini
memiliki upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negara-negara di benua asia terutama dalam hal perdagangan
barang dan jasa.
(d)Bank Pembangunan Islam
Ide pembentukkan bank pembangunan islam ini pada
dasarnya adalah untuk melindungi sistem keuangan negara-
negara islam diseluruh dunia dibidang perdagangan dan
pembangunan, yang mana secara tak langsung bank
pembangunan islam ini juga berusaha untuk melindungi para
eksportir maupun importir yang melaksanakan transaksi
keuangannya di negara-negara islam serta juga bertujuan
untuk memajukan perekonomian negara islam melalui sistem
perbankan yang berbasiskan syariah, hal ini tampak dari
rumusan proposal pembentukkan bank pembangunan islam
yang antara lain adalah :
(i) mengatur transaksi komersial antar negara-negara
(ii) mengatur institusi pembangunan dan investasi
(iii) merumuskan masalah transfer, kliring serta settlement
antarbank islam sebagai langkah awal menuju
terbentuknya system ekonomi islam terpadu.
(iv) Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral
syariah dinegara-negara islam
(v) Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara islam
dalam hal pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang
sejalan dengan kerangka kerja islam
(vi) Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana
zakat
(vii) Mengatur kelebihan likuiditas bank-bank sentral negara
Islam.

15
(2)Lembaga Bukan Bank
(a) World Trade Organization (WTO)
Peran serta WTO dalam perdagangan dunia disini
tidak hanya menjamin dan menjaga agar terciptanya
stabilitas perdagangan, maupun untuk menjamin
terlaksananya peraktek perdagangan yang fair serta tidak
ada pihak yang dirugikan, tetapi peran serta dari WTO ini
juga untuk menyelesaikan setiap sengketa perdagangan
yang terjadi antara negara-negara anggota WTO.
(b) International Monetary Fund (IMF)
Pendirian International Monatery Fund ini
bersamaan dengan pendirian bank dunia, yaitu sama-sama
dimaksudkan untuk penyediaan perangkat moneter dan
keuangan demi kemakmuran dunia. Yang mana
perbedaannya dengan bank dunia adalah International
Monatery
Fund bukan lembaga keuangan berbentuk bank, akan
tetapi merupakan suatu lembaga keuangan yang
pendanaannya berasal dari sumbangan para anggotanya
yang dikenal dengan istilah Quota.
(c) Asuransi
Peran serta asuransi dalam kegiatan ekspor impor ini
bukanlah peran pokok, yang artinya pihak asuransi bisa saja
dikutsertakan dalam kegiatan perdagangan tersebut dan bisa
saja tidak, tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak.
Dalam melaksanakan peranannya pada kegiatan ekspor
impor asuransi tersebut menjamin bahwa pihak eksportir
dan importir terhindar dari kerugian dan tentu saja kedua
pihak akan membayar premi yang pantas kepada asuransi
tersebut.

16
Mengenai makanisme lalu lintas pembayaran luar negeri
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yang antara lain
adalah :
1. Advance Payment
Istilah lain dari Advance Payment adalah pembayaran di
muka atau tunai, memang dalam kehidupan sehari-hari
pembayaran tunai dalam pembelian barang (cash and carry)
merupakan makanisme yang praktis dan yang paling sering
dilakukan serta merupakan metode pembayaran dengan uang yang
tertua, akan tetapi lain halnya dalam perdagangan internasional
sekalipun metode pembayaran dimuka dapat dilakukan antara
importir dan ekspotir namun dalam prakteknya sangatlah rumit dan
tidak praktis.
Dimana dalam mekanismenya pada kegiatan ekspor
impor pembeli di negara tertentu harus mengirimkan uangnya
terlebih dahulu sebelum penjual di negara lain mengirimkan
barangnya. Dalam mekanisme kegiatan ekspor impor ini
pembayaran dilakukan melalui transfer antar bank, akan tetapi
resiko yang dihadapi pembeli (importir) cukup besar dan dalam
mekanisme pembayaran tunai ini sudah seharusnya importir
mengenal baik
eksportirnya sebelum transaksi jual beli, dilaksanakan sehingga
importir dapat menghindari resiko-resiko berupa barang tidak
dikirimkan setelah uang dikirim, kualitas barang yang tidak sesuai,
pengiriman barang tertunda dan lain-lain.
Sekalipun resiko dari Advance Payment ini cukup tinggi
namun terdapat beberapa alasan mekanisme ini tetap dipakai dalam
kegiatan ekspor impor, yang antara lain adalah :
a. Penjual barang mempunyai bargaining position (posisi tawar-
menawar) yang kuat dibandingkan dengan pembeli karena
penjual merupakan satu-satunya pemilik barang tersebut. Dalam

17
istilah ekonomi, permintaan atas barang tersebut telah
melampaui penawarannya. Alasannya dapat juga karena penjual
meguasai jaringan distribusi barang tersebut.
b. Pembeli sangat memerlukan barang tersebut.
c. Penjual adalah bagian dari perusahaan pembeli.
d. Country Risk negara pembeli dinilai memburuk,
2. Open Account
Dalam mekanisme Open Account ini pembayaran dilakukan
setelah pembeli menerima barang, sehingga dapat dikatakan
bahwa mekanisme Open Account merupakan kebalikan dari
Advance payment. Akan tetapi sekalipun demikian mekanisme ini
juga tetap memiliki resiko yaitu pembayaran tidak dilakukan
meskipun barang telah dikirim, pembayaran tidak sesuai dengan
harga barang dan terjadi penundaan pembayaran.Meskipun juga
terdapat resiko, namun mekanisme pembayaran ini tetap
dijadikan pilihan dengan alasan, karena :
a. Menguasai distribusi barang tersebut.
b. Eksportir atau penjual melakukan penetrasi pasar agar
barangnya dapat segera dikenal oleh konsumen.
c. Pembeli adalah bagian dari perusahaan eksportir.
3. Documentary Collection
Mekanisme ini dilakukan untuk meminimalisir resiko yang
terjadi dalam mekanisme Advance Payment maupun Open Account,
yang mana mekanisme Documentary Collection adalah system
pembayaran dengan cara mengirimkan dokumen kepemilikan dan
dokumen penunjang melalui bank. Selanjutnya bank melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen tersebut dan meneruskannya
kepada importir dan setelah itu baru dilakukan pembayaran dan
pengiriman barang, setelah pembeli yakin akan kebenaran
dokumen tersebut.Adapun metode yang digunakan dalam
Documentary Collection ini antara lain adalah:

18
a. Documents Againts Payment (D/P)
Bank akan menyerahkan dokumen apabila pembayaran sesuai
dengan tagihan pada dokumen tersebut.
b. Document Againts Acceptance (D/A)
Bank akan menyerahkan dokumen apabila nasabah telah
melakukan akseptasi atas dokumen-dokumen tagihan. Setelah
akseptasi jatuh
tempo, nasabah harus melakukan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan dalam dokumen tersebut.
4. Clean Collection
Pada prinsipnya mekanisme Clean Collection sama
dengan Documentary Collection hanya saja pembayarannya
didasarkan pada adanya dokumen financial saja yaitu draft, tanpa
disertai dengan dokumen komersial (bill of loading, invoice,
packing list dan lain-lain). Adapun resiko dari mekanisme ini
adalah adalah kepastian pembayaran belum terjamin, penjual
akan mengalami kerugian bila pembeli tidak mau menebus
dokumen (malakukan pembayaran) dan juga pembayarannya
memerlukan waktu karena harus meneliti dokumen terlebih
dahulu.
5. Letter of Credit
Ini adalah mekanisme pembayaran internasional yang
paling populer dalam kegiatan ekspor impor, hal tersebut
dikarenakan mekanisme Letter of Credit ini memiliki
keuntungan-keuntungan lain yang tidak dimiliki oleh mekanisme
lalu lintas pembayaran luar negari yang lain, yang antara lain
adalah:
a. Keuntungan Pembeli/Importir
1) Dapat menentukan jenis-jenis dokumen.
2) Dapat menentukan tanggal pengapakan barang.
3) Dapat meminta fasilitas kredit.

19
4) Efisien.
b. Keuntungan Penjual/Eksportir
1) Kecepatan dan keamanan pembayaran
2) Terhindar dari pembatalan L/C secara sepihak
3) Dapat meminta tambahan jaminan dari bank lain.
4) Terhindar dari resiko transfer.
5) Penguasaan dokumen dan barang.
6) Dapat meminta fasilitas kredit.
7) Efisien.
Mengenai Letter of Credit sendiri dapat diartikan sebagai
mekanisme pembayaran yang memberikan keuntungan bagi kedua
belah pihak yakni eksportir dan importir, yang mana sistem
pembayaran ini dilakukan dengan dilakukan dengan pemberian
jaminan tertulis dari bank penerbit atas perintah nasabah
(pembeli/importir) untuk melakukan pembayaran ke beneficiary
(penerima Letter of Credit) asalkan beneficiary menyerahkan
dokumen yang sesuai dengan persyaratan Letter of Credit
tersebut. Sehingga dengan kata lain dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. Importir akan membayar apabila telah menerima barang yang


diekspornya.
2. Eksportir akan memperoleh pembayaran atas barang-barang
yang diekspornya.
3. Pembayaran dilakukan oleh bank melalui kredit yang
penggunannya berupa dokumen-dokumen transaksi tersebut
yang berupa (commercial invoice document, bill of
landing, insurance document dan certificate document).

2.2 Kerangka Perpikir


Masalah yang kami bahas pada makalah ini adalah Analisis Lalu Lintas
dan Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. Pengambilan data dan

20
referensi kami bersumber dari buku, e-book, dan artikel-artikel. Metode
analisis yang kami gunakan adalah studi kasus. Selanjutnya kami melakukan
interpretasi untuk mengetahui lalu lintas dan prosedur dasar pembayaran
internasional.

21
BAB III

PEMBAHASAN DAN SOLUSI

3.1 Studi Kasus


Mekanisme System Pembayaran Ekspor Oleh CV. DOLLAR
FURNITURE

CV. DOLLAR FURNITURE system pembayaran yang digunakan


pertama kali adalah letter of credit( L/C) berjenis irrevocable yang tidak
dapat dibatalkan secara sepihak, tapi dengan semakin eratnya hubungan
dagang yang saling menguntungkan ke berbagai importir sehingga
terjalinnya suatu kepercayaan utuh kepada importir kemudian mulai
beralih dengan menerapkan open account (non L/C) sebagai pembayaran
ekspornya. Sampai sekarang pun CV. DOLLAR FURNITURE masih
menjalin hubungan dagang tersebut baik ke buying agent yang ada di luar
negeri maupun yang ada di dalam negeri. Dalam proses produksinya
industri mebel CV. DOLLAR FURNITURE di daerah penelitian
mempunyai karasteristik dan metode tersendiri dalam bertransaksi
internasional. Tidak seperti perusahaan pada umumnya yang hanya
mengacu pada salah satu cara pembayaran dalam bertransaksi.
Pelaksanaan pembayaran CV. DOLLAR FURNITURE pada
awalnya hanya menggunakan cara pembayaran Letter Of Credit (L/C)
saja. Tetapi dengan kemajuan teknologi dan dibarengi dengan peraturan
yang berlaku kini cara pembayaran dengan menggunakan Letter Of Credit
(L/C) dirasa semakin menyulitkan bagi perusahaan menegah seperti CV.
DOLLAR FURNITURE. Dari berbagai kendala yang dihadapi maka CV.
DOLLAR FURNITURE mulai beralih mempelajari cara pembayaran
dengan non Letter Of Credit (L/C) salah satunya Open Account yang
dirasa cukup ringan baik dari segi tarif pajak maupun mekanisme dalam
non L/C sendiri cukup mudah dipahami meski resiko lebih besar. Dalam
hal ini perlu ditegaskan bahwa dalam menggunakan system pembayaran

22
open account kepercayaan dengan importir haruslah menjadi point dasar
dalam menjalin transaksi karena resiko terbesar berada pada eksportir.
Dalam KUH Perdata secara khusus memang tidak diatur mengenai Ekspor
impor ini tetapi secara umum ketentuan Bab V buku ke III tetap berlaku
bagi perdagangan ekspor impor di Indonesia. Mengingat jual beli
merupakan salah satu bentuk perjanjian maka perjanjian jual beli tunduk
pada hukum perjanjian pada umumnya yang diatur dalam : Pasal 1457
KUH Perdata menyebutkan definisi perjanjian jual beli secara umum, di
mana disebutkan jual beli adalah : “Suatu perjanjian timbal balik antara
penjual dengan pembeli, dengan mana pihak penjual mengikatkan diri
untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan
diri untuk membayar harga benda sebagai yang telah diperjanjikan”. Pasal
1478 KUH Perdata berbunyi : “si penjual tidak berkewajiban
menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya,
sedangkan si penjual tidak telah mengijinkan penundaan pembayaran
kepadanya”. Dengan dasar pasal tersebut, dalam kontrak perdagangan
(sales contract) harus mencantumkan cara pembayaran, apakah dengan
advance payment, open account, collection atau pembayaran dilakukan
dengan menggunakan Letter Of Credit (L/C). Mengingat Letter Of Credit
(L/C) merupakan salah satu pembayaran transaksi perdagangan Luar
Negeri, maka secara umum prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata mengenai jual beli dapat berlaku di
dalamnya.

Bagaimana Tanggung Jawab Eksportir Apabila Terjadi


Penyimpangan (Discrepancies)) Dalam Pengiriman Barang Oleh CV.
DOLLAR FURNITURE.
Dalam praktiknya CV. DOLLAR FURNITURE dalam penerapan
system open account ini baru dilaksanakan apabila sebelumnya dalam
sales kontrak dengan menggunakan L/C sudah memiliki eratnya hubungan
dagang yang saling menguntungkan ke berbagai importir sehingga

23
terjalinnya suatu kepercayaan utuh kepada importir, kemudian mulai
beralih dengan menerapkan open account (non L/C) sebagai pembayaran
ekspornya. Peranan bank dalam hal ini tidaklah menjadi point utama, perlu
diketahui bahwa bank hanya mengurus dokumen bukan barangnya. Bank
lebih bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dokumen
dan isi, tetapi tidak bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan barangnya. Oleh karena itu, bank tidak peduli apakah barang yang
dikirim sesuai dengan dokumen. Menurut hasil penelitian CV. DOLLAR
FURNITURE menggunakan Letter Of Credit sebagai awal cara
pembayaran dalam bertransaksi. CV. DOLLAR FURNITURE
menggunakan jasa pengiriman melalui kapal laut sehingga pengiriman
barang dipelabuhan juga menggunakan pengaturan Free On Board (FOB)
yang berlaku yakni INCOTEREM 2010.
Incoterms memiliki fungsi untuk dapat menjelaskan hak dan
kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan pengiriman
barang, meliputi proses pengiriman barang, penanggung jawab proses
ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul serta penanggung risiko bila
terjadi perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.
Dokumen Bill of Lading (B/L) merupakan dokumen pengapalan yang
paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan. B/L
berfungsi menunjukkan hak pemilikan atas barang - barang dan tanpa B/L
tersebut seseorang atau orang lain yang ditunjuk tidak dapat menerima
barang - barang yang disebutkan di dalam B/L yang bersangkutan.
Diantaranya dokumen dalam Bill of Lading (B/L) adalah Data packing
barang, Form sertifikat asli dari CV. DOLLAR FURNITURE, Form Order
barang, dan kombinasi trnasportasi B/L. Dalam sales kontrak CV.
DOLLAR FURNITURE dijelaskan apabila terjadi pelanggaran maka
terdapat persetujuan ekslusif dari perusahaan suplay untuk membayar
sebuah denda berdasarkan perjanjian paling tidak €5000 ditambah
mengembalikan uang dari harga yang di tampilkan dalam catatan
pengambilan kredit.14 Tanggung jawab eksportir terhadap dokumen B/L

24
adalah menyiapkan B/L sesuai dengan cara pembayaran L/C dan apabila
terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam B/L yang dapat diperbaiki,
eksportir diberi kesempatan untuk memperbaikinya. 15 Dalam hal
penyimpangan berupa barang tidak sesuai dengan pesanan maka importir
dapat melakukan klaim langsung kepada eksportir. Penyerahan barang
kepada importir merupakan tanggung jawab eksportir. Dalam hal
penyerahan barang dokumen yang sangat penting adalah Bill of lading.
B/L tersebut sebagai bukti bahwa eksportir telah melaksanakan
kewajibannya, yaitu menyerahkan barang untuk diangkut.16 Mengingat
Bank adalah sebagai pihak perantara yang menyediakan jasanya dalam
penanganan dan pengolahan dokumendokumen tersebut. Dalam
International Chamber Of Commerce (ICC) terdapat ketentuan
perdagangan internasional yakni peraturan terbaru Uniform Customs and
Partice for Documentary Credit (U.C.P) Nomor 600 yang berlaku mulai
tanggal 1 Juli 2007. Di indonesia dasar hukum L/C adalah peraturan
pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Pelaksanaan Ekspor Impor dan
Lalu lintas Devisa, UCP mengeluarkan ketentuan L/C dengan tujuan untuk
menghindari perselisihan dan menjadi acuan apabila terjadi perselisihan
mengenai proses dan hukum yang akan digunakan serta agar transaksi-
transaksi demikian terlaksana tanpa merugikan masing-masing pihak.17
Tanggung jawab Eksportir terhadap bank dalam dokumen B/L Letter of
Credit Eksportir bertanggung jawab melengkapi dokumen-dokumen yang
disepakati dalam Letter of Credit termasuk di dalamnya Bill of Lading.
Dokumen-dokumen, yang harus diserahkan oleh eksportir termasuk
didalamnya Bill of Lading, harus sesuai dengan kondisi syarat kredit,
dimana kesesuaian Bill of Lading tersebut merupakan tanggung jawab
eksportir sehingga dalam menyiapkan dan menyerahkan Bill of Lading
harus mengacu pada syarat-syarat yang telah disepakati dalam Letter of
Credit.

25
3.2 Solusi
System pembayaran yang dilakukan CV. DOLLAR FURNITURE
selama ini lebih banyak menggunakan system pembayaran dengan open
account, dengan pertimbangan lebih praktis dan biaya yang relatif sedikit
tetapi menanggung resiko yang lebih besar. Sedangkan apabila
menggunakan system pembayaran Letter of Credit (L/C) memerlukan
proses yang lebih lama dan membutuhkan biaya yang lebih banyak. Guna
meminimalkan resiko dan aman dalam bertransaksi maka sebaiknya CV.
DOLLAR FURNITURE menggunakan system pembayaran dengan Letter
of Credit (L/C)\ ke semua buyer, baik itu buyer baru maupun buyer yang
sudah menjadi langganan lama karena L/C mempunyai tingkat jaminan
keamanan yang lebih baik, meskipun prosedurnya sangat rumit dan penuh
ketelitian tetapi system pembayaran dengan Letter of Credit (L/C) ini
sangat menguntungkan CV. DOLLAR FURNITURE, karena terjaminnya
pembayaran dari importir serta terciptanya rasa percaya buyer kepada CV.
DOLLAR FURNITURE.
Perlu dibuatnya aturan yang baku dan mengikat mengenai tata cara
pemeriksaan dokumen atas transaksi L/C sehingga terdapat keseragaman
sekaligus melahirkan standar baku mengenai pemeriksaan dokumen
tersebut, dan tidak bersandar pada prosedur dan kebijakan masing-masing
bank tertentu secara subjektif bagaimana masing-masing bank menetapkan
standar pemeriksaan dokumen-dokumen dalam rangka pencairan atau
pembayaran L/C.

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Transaksi yang dilakukan dalam perdaganagn internasional tidaklah
semudah dengan transaksi pembayaran antar daerah atau di dalam negeri.
Banyak masalah yang akan ditemui dalam lalu lintas dan prosedur dasar
pembayaran internsional.
Pihak-pihak yang berperan dalam mekanisme lalu lintas pembayaran
luar negeri terdiri dari bank (bank umum, World Bank, Asian
Development Bank dan Bank Pembangunan Islam) dan lembaga bukan
bank (World Trade Organisation, International Monatery Fund dan
Asuransi). Mekanisme lalu lintas pembayaran luar negeri tersebut dapat
dilakukan melalui Advance Payment, Open Account, Documentary
Collection, Clean Collection dan Letter of Credit.
Bagi importir dan eksportir bank devisa merupakan lembaga dengan
siapa mereka dapat menjual-belikan surat wesel luar negeri dan
menggunakaannya hanya sebagai perantara dalam mengadakan penagihan
kepada debitur di luar negeri.

4.2 Saran
Dalam melakukan transaksi pembayaran dalam perdagangan
internasional akan didapati atau menemukan beberapa masalah yang dapat
terjadi dan menyebabkan kerugian-kerugian baik bagi importir maupun
eksportir. Maka dari itu bagi importir dan eksportir diharapkan dapat
menemukan atau memilih metode pembayaran yang sesuai dan cocok
dengan transaksi yang dilakukan sehingga kerugian-kerugian yang dapat
terjadi tersebut dapat diminimalisir atau dihindari dalam melakukan
transaksi perdagangan internasional.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ade Arthesa, Edja Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta; PT. Indeks Gramedia.

Adiprawiro. “Lalu Lintas Pembayaran Internasional”. 2017.


https://docplayer.info/35182259-Materi-minggu-6-lalu-lintas-pembayaran-
internasional.html#download_tab_content

Adipraworo. “Prosedur Dasar Pembayaran Internasional”. 2017.


https://docplayer.info/37446474-Materi-minggu-7-prosedur-dasar-
pembayaran-internasional.html

Amir. 2002. Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor. Jakarta : PPM.

Adolf, Huala. 2004. Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan


Internasional (WTO). Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Adolf, Huala. 2006. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta : RajaGrafindo


Persada.

Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Grafindo
Pers.

Matondang, Lia Amalia, Leonardus Saiman. 1997. Intisari Ekonomi


Internasional. Jakarta : Program Pascasarjana Universittas
Krisnadwipayana.

Hata. 2006. Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO-Aspek-


Aspek Hukum dan Non Hukum. Bandung: Refika Aditama.

28

Anda mungkin juga menyukai