Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KLIRING

A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, Bank
Indonesia mempunyai tugas untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran dalam rangka mendukung terwujudnya sistem pembayaran dalam rangka
mendukung terwujudna sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal.
Adanya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Adanya sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal dimaksudkan untuk mendukung
stabilitas sistem keuangan.
Sehubungan dengan tugas Bank Indonesia dalam sistem pembayaran, Bank
Indonesia telah menyediakan fasilitas kliring yang merupakan pertukaran data
keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring, baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah ang perhitunganna diselesaikan pada waktu tertentu.
Transaksi yang diproses melalui fasilitas kliring meliputi transfer debet dan transfer
kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cwk, bilyet
giro, nota debet, dan sebagainya) maupun warkat kredit (nota kredit).

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mempelajari bab ini, Anda diharap mampu memahami ketentuan mengenai :
1. Penyelenggaraan kliring kredit dan kliring debet dalam sistem kliring nasional
Bank Indonesia
2. Penyediaan dana awal kliring (prefund)
3. Mekanisme penyelesaian akhir kliring (settlement)

C. DASAR PENGATURAN
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah
terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009
2. Peraturan Bank Indonesia No. 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem
Kliring Nasional sebagi=aimana telah diubah terakhir dengan peraturan Bank
Indonesia No. 12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI)
3. Surat Edaran Bank IndonesiaNo. 12/8/DASP tanggal 24 Maret 2010 perihal
Sistem Kliring Nasional Bank sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 12/34/DSAP tanggal 22 Desember 2010

D. PENGERTIAN
1. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antarpeserta
kliring bank atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.
2. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI, adalah
sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
3. Kliring debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet.
4. Kliring kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit.
5. Wilayah kliring adalah suatu wilayah tertentu yang menyelenggarakan kliring
sebagai bagian dari SKNBI.
6. Penyelenggara Kliring Nasional, yang selanjutnya disebut PKN, adalah unit kerja
di kantor pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan
SKNBI secara nasional.
7. Penyelenggara Kliring Nasional, yang selanjutnya disebut PKL, adalah unit kerja
di Bank Indonesia dan unit kerja di kantor bank yang bertugas mengelola dan
menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring.
8. PKL BI adalah unit kerja di Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan
menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring.
9. PKL selain BI adalah unit kerja pada kantor bank yang memperoleh persetujuan
Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suati wilayah
kliring.
10. Data Keuangan Elektronik, yang selanjutnya disebut DKE, adalah data transfer
dana dalam format elektronik yang digunakan sebagi dasar perhitungan dalam
SKNBI.
11. Warkat debet adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban
nasabah atau bank melalui kliring debet.
12. DKE debet adalah DKE untuk transfer debet yang dibuat atas dasar warkat debet.
13. DKE kredit adalah DKE untuk transfer kredit yang dibuat atas dasar perintah
transfer kredit.
14. Penyelesaian akhir (settlement), adalah kegiatan pendebet dan pengkredit rekening
giro bank di Bank Indonesia yang dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan
kewajiban bank masing-masing yang timbul dalam penyelenggara SKNBI.

E. TUJUAN DAN MANFAAT SKNBI


Tujuan diterapkannya SKNBI pada penyelenggaraan kliring di Indonesia
adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran ritel dan memenuhi prinsip
manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring.
Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya SKNBI adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Bank Indonesia
a. Efisiensi waktu dan biaya, khususnya dalam hal operasional kliring dengan
ditiadakannya fisik warkat kredit; maintenance aplikasi kliring dengan
digunakannya sistem yang terintegrasi di seluruh wilayah kliring.
b. Tersedianya jangkauan transfer antarbank melalui kliring yang lebih luas
dengan diakomodirnya kliring antarwilayah untuk transfer kredit.
c. Memenuhi prinsip manajemen risiko dalam penyelenggara kliring yang
bersifat multilateralnetting sesuai dengan core principles yang dikeluarkan
oleh Bank for International Settlement (BIS).
2. Bagi Bank
a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi
warkat kredit.
b. Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah.
3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan yang cepat, rasa aman dalam bertransaksi dan biaya
relatif murah.
b. Mendapatkan pelayanan yang cepat, rasa aman dalam bertransaksi dan biaya
relatif murah. Mendapat alternatif pelayanan jasa transfer dana yang
kompetitif.

F. PENYELENGGARA KLIRING
SKNBI diselenggarakan oleh :
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu unit kerja di kantor pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara
nasional; serta
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan bank
yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan
menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu.

G. PENYELENGGARAAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA


(SKNBI)
Penyelenggaraan SKNBI terdiri dari dua subsistem, yaitu :
1. Kliring Debet
a. Penyelenggaraan Kliring Debet
1) Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian merupakan
satu kesatuan siklus kliring debet, digunakan untuk transfer debet
antarbank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet (cek,
bilyet giro, nota debet, dan sebagainya)
2) Transaksi yang dapat dikliringkan adlah transfer debet yang berasal dari
warkat debet, yang meliputi :
a) Warkat debet yang diterbitkan oleh peserta yang terdaftar di wilayah
kliring tersebut; dan
b) Warkat debet berupa cek dan/atau bilyet giro antarwilayah, sepanjang
terdapat kantor peserta kliring antarwilayah di wilayah kliring tersebut.
3) Warkat Debet dapat tertolak (reject) oleh mesin baca pilah dlam proses
kliring penyerahan di wilayah kliring yang pemilihan warkat debetnya
dilakukan secara automasi.
4) Penyelenggaraan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah
kliring oleh PKL.
5) Warkat debet dan DKE debet yang telah disampaikan kepada PKL
dan/atau dibatalkan oleh peserta.
6) Mekanisme pemilahan warkat debet dalam penyelenggaraan kliring debet
dimaksud dilakukan secara otomasi atau manual.
7) PKL akan melakukan perhitungan kliring debet berdasarkan DKE debet
yang dikirim oleh peserta. Mekanisme penyampaian DKE debet dari
peserta kepada PKL dalam penyelenggaraan kliring dimaksud, dapat
dilakukan secara on-line atau off-line.
8) Hasil perhitungan kliring debet secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke
Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh
PKN.
b. Ketentuan mengenai penyediaan dana awal (prefund) untuk kliring debet
diatur sebagai berikut :
1) Pada setiap awal hari kerja sebelum penyelenggaraan kliring debet dimulai
di seluruh wilayah kliring, bank harus menyediakan pendanaan awal
(prefund) paling sedikit sebesar nilai nominal yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
2) Pendanaan awal (prefund) dimaksud berupa dana tunai (cash prefund)
dan/atau agunan (collateral prefund);
3) Jenis agunan (collateral prefund) dimaksud dapat berupa:
a) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Sertifikat Wilayah Bank
Indonesia (SWBI);
b) Surat Utang Negara (SUN);
c) Surat berharga, atau tagihan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4) Dana tunai (cash prefund) dimaksud ditatausahakan oleh Bank Indonesia
pada sistem BI-RTGS, dalam rekening milik Penyelenggara Kliring
Nasional (PKN) yang digunakan khusus untuk menampung dana tunai
(cash prefund) kliring debet;
5) Agunan (collateral prefund) dimaksud ditatausahakan oleh Bank
Indonesia pada BI-RTGS, dalam rekening agunan FLI-kliring dan
rekening agunan FLIS-kliring bank masing-masing yang terpisah dari
rekening perdagangan atau rekening aktif;
6) Agunan (collatreral prefund) dimaksud telah disediakan oleh bank sebagai
pendanaan awal (prefund) dan tidak dapat digunakan untuk transaksi lain
serta tidak dapat dipindahkan ke rekening perdagangan atau rekening aktif
sampai dengan dilakukannya penyelesaian akhir kliring debet secara
nasional.
c. Mekanisme penyelesaian akhir kliring debet
1) Penyelesaian Akhir atas hasil perhitungan Kliring Debet secara nasional
dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Kewajiban bank dalam penyelesaian akhir kliring debet secara nasional
dipenuhi dari sumber dana dengan prioritas penggunaan sebagai berikut :
a) Dana tunai (cash prefund) yang disediakan oleh bank sampai dengan
berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awl (prefund);
b) Dana yang tersedia pada rekening giro bank di Bank Indonesia;
c) Agunan (cash prefund) yang tersedia pada rekening agunan FLI-kliring
atau rekening agunan FLIS-kliring yang disediakan oleh bank sampai
dengan berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awal
(prefund);
d) Agunan yang tersedia pada rekening agunan FLI-RTGS atau rekening
agunan FLIS-RGTS.
3) Dalam hal seluruh sumber pendanaan belum dapat memenuhi seluruh
kewajiban bank dalam penyelesaian akhir kliring debet secara nasional dan
menyebabkan rekening giro bank bersaldo negatif, maka :
a) Bank tersebut harus mengajukan fasilitas pendanaan jangka pendek
dengan tata cara sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai fasilitas pendanaan jengka pendek bagi bank umum atau
fasilitas pendanaan jangka pendek bagi bank yang menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi bank yang masih
memiliki SBI, SWBI, SUN, dan surat berharga atau tagihan lain pada
rekening perdagangan atau rekening aktif;
b) Bank tersebut dikenakan sanksi saldo giro negatif sesuai ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai giro wajib minimum bagi
bank umum dan giro wajib minimum bagi bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi bank
yang tidak memiliki SBI, SWBI, SUN, dan surat berharga atau tagihan
lain pada rekening perdagangan atau rekening aktif.
2. Kliring Kredit
a. Penyelenggaraan kliring kredit :
1) Digunakan untuk transfer kredit antarbank tanpa disertai penyampaian
fisik warkat (paperless).
2) Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang
dikirim pesrta.
3) Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Transaksi yang dpaat dikliringkan adalah transfer kredit yang berasal
dari peserta di suatu wilayah kliring untuk tujuan peserta lainnya di
seluruh wilayah Indonesia;
b) Transfer kredit sebagaimana dimaksud dikliringkan dalam bentuk
DKE Kredit dalam mata uang rupiah;
c) Perhitungan kredit dilakukan secara nasional oleh PKN.
4) Kegiatan dalam penyelenggaraan kliring kredit terdiri dari kliring
penyerahan.
5) Mekanisme penyampaian DKE kredit dari peserta kepada PKN dalam
penyelenggaraan kliring dimaksud dapat dilakukan melalui kantornya
yang memiliki TPK on-line atau melalui PKL.
6) Penyampaian DKE kredit dari [eserta kepada PKN dalam penyelenggaraan
kliring kredit dapat dilakukan melalui kantornya yang memiliki TPK on-
line atau melalui PKL.
b. Dokumen Kliring
Dalam hal pengiriman DKE kredit ke PKN dilakukan melalui PKL, peserta
harus menyertakan dokumen kliring pada saat menyerahkan DKE kredit
dalam bentuk media rekam data kepada PKL.
c. Batas Nominal Transder Kredit
Batas nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui kliring kredit
dalam penyelenggaraan SKNBI sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) per transaksi.
d. Penyelesaian Akhir Kliring Kredit
1) Penyelesaian akhir atas hasil perhitungan kliring kredit secara nasional
dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
2) Kewajiban bank dalam penyelesaian akhir kliring kredit secara nasional
dipenuhi dari sumber dana yang dimiliki bank sebagai berikut :
a) Dana tunai (cash prefund) yang disediakan oleh bank sampai dengan
berakhirnya batas waktu penambahan dana tunai (cash prefund);dan
b) Dana dari confirmend incoming yang tersedia sampai dengan
berakhirnya batas waktu penambahan dana tunai (cash prefund).
3) Dalam hal peserta pengirim tidak memiliki dana yang cukup untuk
menyelesaikan sebagian atau seluruh transaksi DKE kredit yang telah
diterima oleh SSK, sebagian atau seluruh transaksi DKE kredit tersebut
dibatalkan secara otomatis oleh sistem.

Anda mungkin juga menyukai