Anda di halaman 1dari 26

BAB 4

AKUNTANSI KLIRING

Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk memudahkan
penyelesaian transaksi antarbank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang-piutang yang terjadi
akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-ma sing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank
tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima
oleh bank, Penyelesaian hutang piutang bisa saja dilakukan di luar cara ini, namun dengan kliring akan
dapat dilakukan secara cepat, aman, efektif, dan efisien.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat berharga atau
surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggara kan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang
ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi
maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data
keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.

A. Sistem Kliring

Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:

a. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan,
pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan
warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo klíring, dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang selanjutnya disebut
kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan
pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya
disebut DKE disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk
diteruskan kepada peserta penerima.

B. Peserta Kliring

Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk mengikuti
kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi:

1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kims secara langsung dengan
menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang, dan
kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk
menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat:

a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah:


1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, yang
telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri
yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk beroperasi di wilayah kliring yang
berbeda dari kantor cabang induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor Bank
Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara tertib sesuai
jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah waktu
tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.

2. Peserta Tidak

Langsung Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kling melalul dan
menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi indukny yang merupakan bank yang sama.
Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu,
Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuht persyaratan:

a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah;

1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia:
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang
telah memperoteh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri
yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia.

b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain yang merupakan
bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di wilayah kliring yang sama.

C. Warkat dan Dokumen Kliring

Warkat dan dokumen kliring yang digunakan datam ktiring otomasi wajib memenuhi spesifikasi teknis
sesual dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenal warkat, dokumen kliring, dan
pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen sekuriti.

a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk untung
rekening nasabah atau bank melalul kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring otomasi
adalah:

1. Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujul oleh Bank Indonesia.
2. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penylmpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang
yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (8GBI).
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel bank untuk transfer, adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh
bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti penerimaan transfer clart luar kota yang
dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.
5. Nota Debet
6. Nota debet adatah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank Lain untuk untung
bank atau nasabah bank yang menyampatkan warkat tersebut. Nota debet yang dikliringkan
hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasi kan terlebih dahulu oleh bank yang
menyampaikan nota debet kepada bank yang akan menerima nota debet tersebut.
7. Nota kredit
Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana cada tam lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebul.

b. Dokumen Kliring

Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam prse perhitungan kliring
di tempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam penyeienggaraan kliring lokal dengan
sistem manual berupa daftar warkat klining penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti
penyerahan (pengembalian warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar
warkat kliring penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.

c. Formulir Kliring

Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual metiputi:

1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan diet penyelenggara


dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitula neraca kliring penyerahan
(pengembalian) dari seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan
oleh peserta untuk menyussun neraca kliring penyerahan pengembalian atas dasar daftar
warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring. Formutir ini disediakan oleh peserta dan digunakan olet peserta untuk
menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kiring penyershan dan neraca kliring
pengembalian.

D. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual

Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring pengembalian
yang merupakan satu kesatuan siklus kitring. Peserta wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai
kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan wakil peserta walaupun peserta yang
bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan dikliringkan pada kedua tahap kiring tersebut.

1. Kliring Penyerahan

Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta atau kegiatan yang dilakukan
ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan di tempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan apakah warkat tersebut
merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan
yang berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah berdasarkan bank
penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat kredit.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta jumlah lembar
dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan tersebut dibuat tersendiri untuk
kelompok warkat debet dan ketompok warkat kredit per bank penerima.

2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan di tempat
penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal yang telah
ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat:
1) Menyerahkan ke masing masing peserta penerima:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring
penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat.
3) Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada peryelenggara.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat:
1) Menerima dari peserta lain:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan oleh peserta lain sebagai b ukti penerimaan warkat,
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan yang diterima dari
peserta lain dengan warkat yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar wärkat kli ring penyerahan yang
diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring penyerahan inf diisi rincian warkat yang
diserahkan maupun yang diter tma Serta saldo debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta
yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang bersangkutan pada neraca
kliring penyerahan, kemudian menyerahk lembar pertama neraca kliring penyerahan kepada
penyelenggara.

3. Kegiatan petugas penyelenggara

a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring penyerahan yang
disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal klirng penyerahan yang
ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum
kliring penyeranan dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2
nuruf c, d, e, dan f yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh
wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang terlambat
diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil
peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat a. dan neraca kliring penyerahan.

II. Kliring Pengembalian

Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan yang dilakukan di
tempat penyelenggara.

1. Kegiatan di kantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian di tempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan a. Kliring
penyerahan apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan. Dalam hal warkat debet:
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No.28/137/UPG tanggal 5 Januarf 1996 tentang Cek/Bityet Giro Kosong;
atau
2) Metupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai dalam pertemuan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan nilai nominal nota debet; maka warkat debet
tersebut wajib ditolak siklus kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib disertal dengan
SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat.
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima.
d. Mengisi daftar warkat ktiring pengembatian dengan rincian nominal serta jumlah lembar dan
jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing bank penerima sebanyak rangkap 3
(tiga) memudahkan perhitungan, dapat pula dibuat ......... untuk masing-masing daftar warkat
kliring pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.

2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian di tempat
penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada jadwal yang telah ditetapkan dengan
mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.

b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan:

1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima:


a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh peserta penerima kepada nasabah penyetor.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.
3) Menyerahkan kepada penyelenggara:
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.

c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.

1) Menerima dari peserta lain:


a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh Peserta kepada nasabah penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian yang
diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.

d. Mencocokkan rincian vang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian dengan warkat debet
tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan mapun ang diterima. Neraca kliring pengembalian ini diisi rincian warkat
debet tolakan yang diserahkan maupun yang diterima serta saldo debet/krerdit kliring pengembalian
peserta yang bersangkutan.

f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada nerace kliring pengembalian,
kemudian menyerahkan lembar pertama ner kliring pengembalian kepada penyelenggara.

g. Menyusun Billyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarian neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.

h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK kemudian menyerahkan BSK
rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.

3. Kegiatan Petugas Penyelenggara

a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca klirng pengembalian yang
disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian membubuhkan tanda tangan dan nama jelas
petugas penyelenggara pace neraca kliring pengembalian gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gaburg yang disusun oleh
penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelengge pada BSK rangkap 2
(dua) setelah terdapat kecocokan antara neraca kis penyerahan/pengembalian gabungan
dengan BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusi kannya BSK maka kliring
pengembalian dinyatakan berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada SKP yang e. diserahkan oleh seluruh
peserta, sebelum disampaikan kepada Bank Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring pengembalian yang
ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf c, d, e, f, g, dan atas nama wakil peserta yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil
peserta hadir sebelum kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, danh yang belum dilaksanakan oleh petugas
Penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil eserta yang bersangkutan. Seluruh warkat debet
tolakan yang ditujukan kepada peserta yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara
pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakit peserta akan menghubungkan
peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari hadir sampai kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka penyelenggara tidak peserta lain, neraca kliring pengembalian dan
BSK, Sementara perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pad
pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang terkait.
Namun, peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar
1 dan 2 SKP kepad peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada penyelenggar pada
saat kiiring pengembalian tersebut.

III. Penyelesaian Akhir

Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring masing-masing peserta
ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian
akhir dilakukan sebagai berikut:

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil Kliring berdasarkan BSK ke kantor Bank Indonesia
yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan hasil kliring ke
rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring yang
bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil kliring tersebut
dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya dilakukan antara penyelenggara dengan
peserta.
5. Dalam keadaan darurat di mana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan telepon
maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku dan pelimpahan serta
pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

E. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh
penyelenggara dengan persetujuan Bank indonesia yang mewilay ahi. Jadwal kliring lokal yang
ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring penyerahan/pengembalian. Sebagai
contoh:

a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30 s/d 11.00.


b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti bahwa kehadiran
wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tola kan dapat dimulai pada pukul 13.00
dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30.

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:

1. Tgl 1 Mei 2015 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepacda 6 nasabah Bank
SAP senilai Rp10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank ABC Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B nasabah Bank
BAP Semarang sebesar Rp20.000.000 sebagai pelunasan hutang.

Pencatatan di Bank ABC Semarang adalah:


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 2 1 Mei 2015 Dr. Giro A 30.000.000

Cr. Giro Bl 30.000.000

Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A berupa cek dari
peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat debet masuk karena Bank ABC harus
mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya adalah mengkredit rekening Giro Bl. Di
samping itu Bank ABC Semarang juga menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya
melalui bilyet oio sebesar Rp20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank AD
diperintahkan oleh A untuk mengkredit rekening Giro Bl. Dua warkat ini sucan memberikan kepastian
dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuni bila rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr. A)
mencukupi, sedangkan kalau da mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara
tangsung rekening riil.

Pencatatan di Bank BAP Semarang:

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 1 1 Mei 2015 Dr. RAR Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 2015 Dr. Giro BI 20.000.000

Cr. Giro B 20.000.000

Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa Cek Bank ABC Semarang sebesar
Rp10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank BAP terhadap Bank ABC sehingga perlu
dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang melakukan penagihan terhadap Bank ABC
Semarang akan mengelompokkan warkat Ini sebagai warkat debet keluar., Untuk kliring pertama, Bank
BAP selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu pada saat kliring
pertana (penyerahan), Bank BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif
sampai dengan kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari Bank
ABC sebesar Rp20.000.000 sifatnya sudah pasti Oleh karena itu dapat langsung dibukukan dalam
rekening riil.

Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur)? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan cara mermbalik
jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debel warkat maka seluruh rekenlng untuk
warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan keluar senilal Rp10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat
langsung mengkredit rekening RAR warkat Kliring Rp10.000.000 sehingga rekening administratif ini
menjadi nihil.

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 1 Mei 2015 Cr. RAR Kliring 10.000.000

Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping menihilkan
rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada rekening riil.

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 2 1 Mei 2015 Cr. RAR Kliring 10.000.000

Dr. Giro BI 10.000.000

10.000.000

Contoh 2

Transaksi-transaksi di bawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta kliring
misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS), dan Bank
Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.

a. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah menarik cek no.
011.000.4 sebesar Rp25.000.000 dan Cek no. 011.000.5 sebesar Rp20.000.000 untuk membayar
hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.
b. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot (nasabah Giro) untuk
keuntungan Sdr. Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang sebesar Rp15.000.000.
c. Astuti nasabah Bank CUS menarik Cek untuk membayar barang dagangan kepada Abdullah
nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp20.000.000.
d. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro Sdr. Dwi Rahayu
sebesar Rp30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS Semarang melalui lembaga kliring
(Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan Giro Sdr. Andika.

Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka diminta:

a. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring.


b. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
c. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.

Jawaban:

Pencatatan jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) :

Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

a Kliring 1 Dr. RAR Kliring 45.000.000


a Kliring 2 Cr. RAR Kliring 45.000.000

Dr. Giro BI 45.000.000

Cr. Giro Anhgi 45.000.000

Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah

Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

b Kliring 1 Dr. Giro Rudi Kempot 15.000.000

Cr. Giro BI 15.000.000

c Kliring 1 Cr. RAR Kliring 20.000.000

c Kliring 2 Cr. RAR Kliring 20.000.000

Dr. Giro BI 20.000.000

Cr. Giro Abdullah 20.000.000

Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang;

Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

a Kliring 2 Dr. Giro Kirana Nastiti 45.000.000

Cr. Giro BI 45.000.000

d Kliring 2 Dr. Giro Dwi Rahayu 30.000.000

Cr. Giro BI 30.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS)

Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

b Kliring 2 Dr. Giro BI 15.000.000


Giro Dalimin 15.000.000

c Kliring 2 Dr. Giro Astuti 20.000.000

Cr. Giro BI 20.000.000

d Kliring 1 Cr. RAR Kliring 20.000.000

d Kliring 2 Cr. RAR Kliring


20.000.000

Dr. Giro BI 30.000.000

Dr. Giro Andika 30.000.000

Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal di masing-masing bank peserta, membuat perhitungan
neraca kiliring untuk masing-masing bank sebagai berikut:

Bank CIS

Neraca Kliring

Tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)

a). WDK 45.000.000 b). WKK 15.000.000

b). WDK 20.000.000

Menang Kliring 50.000.000

Jumlah 65.000.000 Jumlah 65.000.000

Bank CAS

Neraca Kliring
Tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)

a). WDM 45.000.000

Kalah Kliring 75.000.000 b).WDM 30.000.000

75.000.000 75.000.000

Bank CUS

Neraca Kliring

Tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)

a). WKM 15.000.000 b). WDM 20.000.000

b). WDK 30.000.000 Menang Kliring 25.000.000

75.000.000 75.000.000

Bank Indonesia

Neraca Kliring

Tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)

Bank CAS 75.000.000 Bank CIS 50.000.000

Bank CUS 25.000.000

Jumlah 75.000.000 Jumlah 75.000.000

F. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah

Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untukc melakukan verifikasi
secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank indonesia mengembangkan sistem
penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal dari luar wilaysh kliring atau disingkat
dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek
dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah kliring di mana ce dan BG
tersebut dikliringkan.

Penerapan kliring warkat luar wilayah skan memberikan manfaat berupe eflers dalam penyelesaian
pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu maupun taya. sebab:

a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kiiring lokal di mana warkat dikliring kan (same day
settlement).
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidai ada biaya tambahan
oleh Bank Indonesia), Dengan manfaat tersebut diharokan dapat meningkatkan kelancaran lalu
tintas pembayaran giral antardaerah

Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang diterbitkan oleh Bank B di
Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya. sebab Bank B merupakan peserta kliring
warkat luar wilayah dan mempunyai kantor di wilayah kliring Jakarta. Dengan dikliringkan di Jakarta,
maka cek/BG tersebut akan diproses sesuai dengan jadwal kliring Jakarta, sehingga Bank A yang
mengkliringkan dapat memperoleh kepastian efektivitas dana yang lebih cepat atas penagihan cek/BG
tersebut, yaitu pada hari yang sama atau paling lambat keesokokan harinya sejak warkat dikliringkan.

Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatatannya.

Pada 12 Juni 2015 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp100.000.000 Sdr. X adalah
nasabah Bank B Surabaya sehingga melakukan pembayaran dengan menarik cek Bank tersebut sebesar
Rp100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta. Tanggal 14 Juni 2015 Sdr. Y
melakukan penyetoran untuk rekening gironya demgan cek tersebut, yang telah diterima dari Sdr. X
informasi dari lembaga

kliring bahwa cek tersebut dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing
bank yang terlibat transaksi kliring ini?

Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 1 14/6-2015 Dr. RAR Kliring 100.000.000

Kliring 2 14/6-2015 Cr. RAR Kliring 100.000.000

Dr. Giro BI 100.000.000

Cr. Giro Y 100.000.000


Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 2 14/6-2015 Dr. RAK Cab. Surabaya 100.000.000

Cr. Giro BI 100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Transaksi 14/6-2015 Dr. Giro X 100.000.000

Antarabang Cr. RAK Cab. Surabaya 100.000.000

Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam
penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antarcabang bank sendiri. Pada kliring pertama antarbank
(Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan Bank Indonesia
Jakarta, namun ketika kliring kedsa dilakukan dan dinyatakan efektif, maka BankB Jakarta akan mencatat
RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta telah membayar kepada Bank A Jakarta.
Dengan demiklan Bank B Jakarta mempunyai rekening tagihan antarcabang kep ada Bank B Cabang
Surabaya. Sedangkan untuk Rekening Administratif Rupiah (RAR) kiring tetap dicatat dengan ayat
tunggal.

Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah

Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai berikut: 1. Cek
dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wla yah kliring manapun
sepanjang:

a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagal peserta kiiring warkat
luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut diktiringkan terdapat kantor cabang dari bank
penerbit yang menjadi peserta kliring.

2. Kepesertaan:

a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersit wajib, tergantung pada
kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh kantor
pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator di setiap wilayah kliring di mana bank tersebut
menjadi peserta.

3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek dan BG luar
kotanya.

4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak dipisahkan
dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivias dana cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal
kliring lokal dimana cek BG tersebut dikliringkan.

5. Perhitungan antarkantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-masing bank.

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang mendaftar
maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah, karena:

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah
dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah
kliring manapun sepanjang di Wilayah Kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.

2. Nasabah tentu lebih memilih agar cek/BG luar kota dikliringkan melalui kliring lokal, karena akan lebih
cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.

Implikasi bagi bank secara umum adalah sebagai berikut:

1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk memilah mana yang sudah
dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.

2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah klirig saat ini, terdapat
implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring di masing-masing wilayah kliring
tersebut, yaitu.

a. Bank Peserta KIiring Elektronik/Otomasi

Tidak ada perubahan pada apikasi sistem yang ada di peserta. Namun bank peru melengkapi MICR code
line, apabila cek/BG tersebut berasa dart wilayah kiring lain yang belum otomasi/elektronik.

b. Bank Peserta Kliring SOKL

Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta kliring kliring warkat
luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pergurangan peserta langsung dari kantor bank
peserta kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luar kota dapat dikenal oleh
sistem pada saat bank melakukan rekam data SOKL.

c. Bank Peserta Ktiring Manual


Tidak terdapat imptikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal dengan sistem
manual, mengingat semua keglatan masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh Bank Indonesia
untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai peserta kliring warkat luar
wilayah, berartí cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor bank tersebut dapat dikliringkan di
manapun sepanjang di wilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang menjadi peserta kliring. Bagi
bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa implikasi khusus sebagai berikut:

1. Sistem Verifikasi Cek/BG

Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar wilayah adalah sistem
dan prosedur untuk melakukan validasi atas cek/BG yang diterbitkan oleh kantornya yang berada di
wilayah kliring lain. Dalam hal ini yang pertu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut
cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi online maka bank pertu menyiapkan
contingency plan untuk mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.

2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijakan intern bank mengenai pemberian
fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat luar wilayah yang menyediakan
fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian
fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain.

3. Pencetakan Warkat

Dengan diterapkannya Kiliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar wilayah
diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenal sandi peserta dan nomor rekening pada cek/BG
yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bank lain pada saat akan
meng-enc ode (pada sistem otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data ke dalam dis ket (pada
sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelengg ara Kiring yang perlu
diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada aplikasi yang
digunakannya sebagai penyelenggara. Implikas in khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah kliring
yang menggunakan sistem dotomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik. Proses updating dilakukan setiap
kali kalt vank yang mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah, atau setlap bank penambahan
atau penghentian peserta langsung yang merupakan karntor peserta kliring warkat luar wilayah.

Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilits disediakan Bank Indonesia, di
mana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak he mandatori. Dalam hal ini Bank Indonesia memberi
kebebasan pada bank unti mendaftar atau tidak pada scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan me masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada kliring warkat luar wilayah tertentu
merupakan suatu competitive advantage, namun demikian bagi bank lain yang tidak mendaftar pada
scheme ini juga akan memperoleh manfaat dengan poteu berkurangnya waktu dan biaya untuk
melakukan inkaso atas cek/BG luar kota yare diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitus bagi seluruh transaksi
inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek luar kota tersebut diterbitkan oleh bank yang
belum mendaftar. Tidak ada kantr bank dari bank tertarik yang menjadi peserta kliring di wilayah kliring
dimana cel BG tersebut disetorkan. Namun demikian, penerapan ktiring warkat luar wilayan yas
merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG luar kota, memberikan manfaat yang
cukup besar, baik bagi masyarakat maupun perba sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas
dana yang jaun lese se dengan biaya yang relatif lebih murah.

G. Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kinig manual. Warkat
yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pata penggunaan teknologi yang lebih canggih.
Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo
kliring dilakukan seca otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yas
selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif sa dengan sistem kiiring
manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat komputer Kliring Elektronik
(SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat
sistem komputer pada penyelnggara yoy berfungst menerima dan mengolah data keuangan elektronik
serta menghasika informasi hasil Kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sister ke
SPKE serta menerima informasi hasil perbitungan kliring dan informasi kliris komputer yang dipasang di
peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektronik (DE lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfuns sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE, Untuk
mengoperasikan sister Ini, setiap peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunak sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kiiring adalah:

a. Bukti Penyerahan Warkat Debet Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakar sebagal tanda
bukti peryerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat petugas kitring vepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
b. Bukti Penyerahan Warkat Kredit - Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan b. sebagai tanda
bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat
menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang diserahkan kepada
penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama dengan hasil
penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan. Kartu
d. Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan d. nominal bundel
warkat dari masing-masing peserta dan sebagai sarana kontrol dalam proses kliring.
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol MICR code
line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam rangka sistem kliring
yang diotomasikan atau kliring otomasi atau elektronik. MICR code line pada Warkat yang wajib
dicantumkan dalam clear band terdiri dari:

a. Nomor Warkat: 6 (enam) digit;


b. Sandi Peserta: 7 (tujuh) digit;
c. Nomor Rekening: 10 (sepuluh) digit3;
d. Sandi Transaksi: 2 (dua) digit;
e. Nilai Nominal Warkat: 14 (empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi:

1. Nomor Warkat

Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut atau nomor
registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula menggunakannya untuk identitas
warkat lainnya, misalnya nomor urut a tau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau
selain Bilyet Giro. Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6 (enam) digit angka. Pencantuman nomor
warkat yang kurang dari 6 (enam) digit, harus diawali dengan angka "0" (nol). Sedangkan untuk nomor
warkat yang melebihi 6 (enam) digit hanya dicantumkan 6 (enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan
nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol domestik.

2. Sandi Peserta

Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. tuk keperluan sandi
peserta disediakan 7 (tujuh) digit angka, yang terdin dari: 3. 3 (tiga) digit pertama untuk sandi bank; D. 3
(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta; C.1 (satu) digit terakhir untuk angka penguji.

3. Nomor Rekening

Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada pesert penerima paling banyak 10
(sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesual dengan kebutuhan masing-masing peserta.
Pencantuman nomor rekening yans kurang dari 10 (sepuluh) digit, diawali dengan angka "0" (nol),
sedangkan un nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya dicantumkan 10 (sepulu digit
terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR
dilakukan dengan angka "0000000001" dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap nama serta
nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Normor rekening ini diakhiri dengan simbol domestik.

4 Sandi Transaksi

Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagal berikut:
a. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jens transaksi yang terdapat di
dalamnya;

b. Dalam sandi transaksi disediakan 2 (dua) digit angka dengan pengaturan sebagal berikut:

1) 00 sampai dengan 09 untuk Cek;


2) 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 39 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring
dengan nilai nominal paling tingg Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal di atas Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan digunalan untuk transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam
surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet
6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebajal dalam kliring berikut:
1. Sandi transaksi 50, untuk:
a) transaksi antarbank untuk keuntungan nasabah yang pelaksanaannya mengacu pada
surat edaran Bank indonesia yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan Wliring lokal serta jenis dan batasan
nominal warkat ata data keuangan etektronik; dan
b) transaksi antarbank selain transaksi Pasar Uang Antar Ba (PUAB), Pasar Uang Antar Bank
Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antarbank dan atau transaksi Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);
c) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antarbank;
d) Sandi transaksi 55, untuk transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal

Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya dilakukan oleh
peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR
encoder atau reader-encoder dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada warkat. Untuk
keperluan tersebut disediakan 14 (empat belas) digit angka termasuk 2 (dua) digit nilai sen
dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
b. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus diawali dengan angka
"0" (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud di atas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada
bagian kiri dan kanannya.

Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara elektronik pada
prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta kliring yang melakukan
kliring pada saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari dari biaya administrasi, biaya proses warkat
kliring. Biaya-biaya ini a kan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro Bl yang dimiliki oleh
peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otom asi, maupun semi otomasi
peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring,
peserta dapat mengenakan biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan
besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan
oleh peserta kepada nasabahnya.

Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi

Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda cengan kliring
manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian pertakuan akuntansi vane
dibahas di muka sudah bisa untuk memaham akuntansi kliring sistem ini.

Bab 5

GIRO NASABAH

Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain. Cek
adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan bilyet giro adalah surat perintah
pemindahbukuan.

Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek bagi
bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relatif lebih rendah dibandingkan
dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Penetapan tingkat jasa atau bunga giro
merupakan otorisasi bank-bank yang bersangkutan.

Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu dengan bank yang lain bisa
berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan sistem bunga harian, tetapi ada juga yang menerapkan sistem
bunga terendah. Beberapa bank lain mungkin menerapkan bunga yang sama besarnya untuk setiap
nominal, namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga berjenjang. Bunga berjenjang adalah tingkat
bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu.

Contoh:

Saldo (Rp) Bunga Giro (% )


0-5.000.000 0%

5.000.000-25.000.000 8%

25.000.000 100.000.000 12%

100.000.000 tak terhingga 14%

Jenis Rekening Giro

1. Giro Swasta yaitu giro yang dimiliki oleh perseorangan, kelompok, instansi swasta, yayasan
sosial, dan badan nonpemerintah lainnya.
2. Giro Pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah misalnya giro kelurahan, giro
departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagainya.

Akuntansi Giro

Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdara cara penarikan /
penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi betan giran. Setoran perdana dan saldo
minimal setiap bulan pada setiap bank berbeta, karena ketentuan ini diserahkan pada bank masing-
masing. Bila calon giran sepakat, maka giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani penggantian barang
cetakan berupa buku cek dan bilyet giro.

Transaksi giro Nilai nominal dan nilai nilai bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai
setoran / penariken, sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebeta
atau penarikan. Pendebetan misalnya akibat akibat penarikan dan beban biaya bes giran. Pengkreditan
rekening giro akibat adanya setoran uang tunal / cek, biyets atau adanya jasa giro yang diperhitungkan
bank.

Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang ditarik cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang
dimilikinya, Bila ini yang terjadi maka terjadi maka saldo negatif (saldo debet untuk giro). Saldo negatif
ini terjadi (dalam arti cek / BG dapat dicairkan oleh pemegangnya) karena bank memberikan talangan /
cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah perbankan disebut overdraft. Overdraft ini melayani pemberian
kredit kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, administrasi, dan biaya lainnya.

Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergoloS aktif atau pasif. Giro
pertanda pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo di bawah
saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan yang dibebankan pada
rekening giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank, walaupun tidak
mungkin kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk menutup gironya.

Contoh:

Transaksi di bawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo nasabah giro Bark Bisnis Semarang
selama bulan April 2015.
Tanggal:

1/14. Dibuka rekening giro atas nama Susilo dengan setoran perdana Rp1.000.00 secara tunai. Biaya
penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro sebesar Rp50.000 yang dibayar tunai.

5/14. Susilo setor tunai untuk giro sebesar Rp500.000

10/4. Susilo menyetor giro berupa cek BNI Semarang Rp1.500.000 dan Kliring dinyatakan berasil hari ini

15/4. Susilo menarik cek no. 1124 sebesar Rp500.000 untuk membayar utang kepada Samsudin nasabah
giro Bank Bisnis Semarang. Pada hari ini juga Samsudin menyetorkannya kepada Bank Bisnis tersebut

17/4. Pada hari ini Susilo mentransfer dananya ke cabang Surabaya atas beban giro sebesar
Rp1.000.000.

20/4. Susito setor giro secara tunai Rp750.000

25/4. Bank Bisnis Semarang menerima transfer masuk dari Cabang Cirebon sebesar Rp1.200.000 untuk
keuntungan giro Susito.

27/4, Penarikan Giro oleh Susilo untuk ditransfer ke Cabang Bandung sebesar Rp2.000.000

Bank Bisnis menentukan jasa giro 12% akan diberikan dengan saldo minimal Rp1.000.000. Jasa giro
dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan. Pajak penghasitan bunga (PPh) sebesar
15% dan biaya administrasi Rp50.000 setiap bulan. Dengan informasi tersebut, maka jurnal pembukuan
adalah:

Jurnal

1/4 Dr. Kas 1.050.000

Cr.Giro Susilo 1.000.000

Cr. Barang Cetakan 50.000

5/4 Dr. Kas 500.000

Cr.Giro Susilo 500.000

10/4 Dr. Giro BI 1.500.000

Cr.Giro Susilo 1.500.000

15/4 Dr. Giro Susilo 500.000

Cr.Giro Samsudin 500.000


17/4 Dr. Giro Susilo 1.000.000

Cr. RAK cabang Surabaya 1.000.000

20/4 Dr. Kas 750.000

Cr.Giro Susilo 750.000

25/4 Dr. RAK cabang Cirebon 1.200.000

Cr.Giro Susilo 1.200.000

27/4 Dr. Giro Susilo 2.000.000

Cr. RAK cabang Bandung 2.000.000

20/4 Dr. Kas 750.000

Cr.Giro Susilo 750.000

30/4 Dr. Bunga Giro 10.000

Cr.Giro Susilo 10.000

Dr. Giro Susilo 1.500

Cr.Giro Susilo 1.500

Dr. Giro Susilo 50.000

Cr. Pemdapatan Operasionl Lainnya 50.000

Daftar Mutasi Hiro A/n Susilo

Tgl Keterangan Debit Kredit Saldo

1/4 Setor Tunai 1.000.000 1.000.000

5/4 Setor Tunai 500.000 1.500.000

10/4 Setor Kliring 1.500.000 3.000.000

15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000

17/4 Transfer Keluar 1.000.000 1.500.000


20/4 Setor Tunai 750.000 2.250.000

24/4 Transfer Masuk 1.200.000 3.450.000

27/4 Transfer Keluar 2.000.000 1.450.000

30/4 Bunga Giro 10.000 1.460.000

PPh 1.500 1.458.500

Beban Administrasi 50.000 1.408.500

Kalau kita perhatikan, saldo terendah selama bulan yang bersangkutan adalah Rp1.000.000, sehingga
bunga giro yang dibayar oleh bank sebesar Rp1.000.000X 12% X 1/12 Rp 10.000 dikurangi pajak bunga
yang harus dititipkan di bank sebesar Rp10.000 X 15% = Rp1.500. Dengan demikian dibayar bersih ke
Susilo sebesar Rp8.500 Untuk jurnalnya bisa dilihat pada tanggal 30/4 di atas. Sedangkan buku mutasi
gre yang berfungsi sebagai buku pembantu dapat digunakan sebagai rekening kontrol.

Kasus di atas menunjukkan bahwa semua transaksi dilakukan secara normal sehingga menghasilkan
saldo normal (kredit). Bagaimana kalau terdapat penarikan giro di atas saldo yang ada? Kalau ini yang
terjadi maka bank bisa menolak pencairan (cek) atau pemindahbukuan (bilyet Giro) dengan alasan
saldonya tidak cukup. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pihak giran bernegosiasi untuk
mendapatia overdraft. Bila overdraft disetujui maka sama saja bank mengijinkan giro bersaida negatif
(debet). Overdraft dicatat sebagai kredit yang diberikan.

Contoh:

Tanggal 3 Mei 2015 terjadi penarikan giro oleh Susilo sebesar Rp3.358.500. Bila ban menyetujul, maka
penarikan dapat dilakukan dan berarti terjadi saldo negatif sebesa Rp1.950.000. Untuk menutup saldo
tersebut, bank memberikan kredit overdraf sebesar Rp2.050.000 yang dikurangi biaya provisi Rp60.000
dan biaya administrasi Rp40.000.

3/5/2015 Dr. Kredit yang Diberikan 2.050.000

Cr. Pendapatan Provisi Kredit 60.000

Cr. Pendapatan Operasional Lainnya 40.000

Cr. Giro Susilo 1.950.000

Dr. Giro Susilo 3.358.500

Cr. Kas 3.358.500

Dengan demikian mutasi giro Sdr. Susilo menjadi sebagai berikut:


Daftar Mutasi Giro A / n Susilo

Dalam hal saldo nol, maka giran harus segera menyetor untuk mengisi rekening tersebut pada transaksi
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai