Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI KLIRING DAN GIRO NASABAH

Oleh
Kelompok 2
Ni Kadek
Ayu Semitayani
(1607531120) (22)
Ni Putu Gita
Darmayanti (1607531144) (26)
Putu Laksmi
Puspita Yanti(1607531148) (28)
Desak Nyoman Sri Juliartini (1607531149) (29)
Ni Made Yuni Sri Nadiawati (1607521154) (31)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2018
AKUNTANSI KLIRING
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang
piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masng-masing nasabahnya.
Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan
surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang bisa saja

1
dilakukan diluar cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman,
efektif, dan efisien.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-
surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya
dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring
didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas
nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikn pada waktu tertentu.

A. SISTEM KLIRING
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :
1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat
dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada
Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta
penerima.

B. PESERTA KLIRING
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :
1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri
2
dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada
dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung
harus memenuhi syarat :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan diluar negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor
dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia
untuk beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di
salah satu kantor Bank Indonesia
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti
kliring secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini
yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke
lokasi penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
2. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui
dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan
bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor cabang dan
kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi
persyaratan :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan diluar negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan didalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor
lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung diwilayah
kliring yang sama.

C. WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING

3
Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai warkat,
dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen sekuriti.
a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otomasi adalah :
1. Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek
lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
2. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI).
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transder melalui kliring
lokal.
5. Nota Debet
Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota debet
yang dikliringkan hendaknya teah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu
oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada ank yang akan menerima nota
debet tersebut.
6. Nota Kredit
Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
b. Dokumen Kliring
Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam
penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat kliring
penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan (pengembalian)
warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar warkat klirng
penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.
c. Formulir Kliring
4
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual
meliputi :
1) Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan
oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.
2) Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta
dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian
atas dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3) Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.

D. TATA CARA PENYELENGGARA KLIRING LOKAL MANUAL


Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan
wakil peserta walalupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan
dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.
I. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan ditempat penyelenggara.
1. Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
a) Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan,
apakah warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah
memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah
berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat
kredit.
c) Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal
warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring
penyerahan tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat debet dan
kelompok warkat kredit per bank penerima.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
5
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan
penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat
2) Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua daftar warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan
warkat
3) Menyerahkan lembat ketiga daftar warkat kliring penyerahan
kepada penyelenggara
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat :
1) Menerima dari peserta lain
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti
penerimaan warkat
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang diterima.

e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring


penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring
penyerahan ini diisi rincian warkat yang diserahkan maupun yang diterima
serta saldo debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan lembar
pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca
kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama
wakil peserta. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring
penyerahan dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 huruf c, d, e, dan f yang belum dilaksanakan oleh petugas
penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan.
6
Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang terlambat diserahkan oleh
penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil
peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan dinyatakan berakhir maka
penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat dan neraca
kliring penyerahan.
II. Kliring Pengembalian
Klirng pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.
1. Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian
ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada
pertemuan kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan untuk
dibukukan. Dalam hal warkat debet :
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG tanggal 5
Januari 1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan
mengenai nila nominal nota debet; maka warkat debet tersebut wajib
ditolak dalam pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu
kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang
ditolak wajib disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan
warkat
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal
serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-
masing bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk
memudahkan perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank penerima untuk
masing-masing daftar warkat kliring pengembalian apabila jumlah warkat
debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan
penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
7
1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh peserta penerima
kepada nasabah penyetor.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua
daftar kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet
tolakan.
3) Menyerahkan kepada penyelenggara :
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.
1) Menerima dari peserta lain :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk
diteruskan oleh peserta kepada nasabah penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
pengembalian degan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang
diterima. Neraca kliring pengembalia ini diisi rincian warkat debet tolakan
yang diserahkan maupun yang diterima serta saldo debet/kredit kliring
pengembalian peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
neraca kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca
kliring pengembalian kepada penyeleggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan neracakliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara

8
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca
kliring pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian
membubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada
neraca kliring pengembalian gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian)
gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh
peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara
pada BSK rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan
didistribusikannya BSK maka kliring pengembalian dinyatakan
berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang
diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas
nama wakil peserta yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta
hadir sebelum kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum
dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta
yang bersangkutan. Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada
peserta yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil
peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari peserta lain,
neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu perhitungan atas warkat
debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pada pertemuan kliring
pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang terkait.
Namun, peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan
beserta lembar 1 dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar
ketiga SKP kepada penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.
III. Penyelesaian Akhir
9
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring masing-
masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah
ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut:
1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke
kantor Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah
dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan
hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor
Bank Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil
kliring yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah
hasil kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukan antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana
teleks dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya

E. JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan
oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring
lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk
hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring
penyerahan/pengembalian, sebagai contoh:
a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00
b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti
bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat
dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30
Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:
1. Tanggal 1 Mei 2017 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang
kepada B nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek
Bank ABC Semarang.

10
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro
B nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di Bank ABC Semarang
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 1 Mei 2017 Dr. Giro A 30.000.000
Cr. Giro BI 30.000.000
Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A
berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat debet
masuk karena Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya
adalah mengkredit rekening Giro BI (Bank Indonesia). Disamping itu Bank ABC Semarang
juga menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya melalui bilyet Giro sebesar
Rp 20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank ABC diperintahkan
oleh A untuk mengkredit rekening Giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian
dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki penarik cek
(Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian
pencatatannya secara langsung pada rekening rill.
Pencatatan di Bank BAP Semarang:
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 1 Mei 2017 Dr. RAR. Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 2017 Dr. Giro BI 20.000.000


Cr. Giro B 20.000.000
Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa cek Bank ABC Semarang
sebesar Rp 10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan dari Bank BAP terhadap Bank
ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang
melakukan penagihan terhadap Bank ABC Semarang akan mengelompokkan warkat ini
sebagai warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan
menunggu hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama
(penyerahan) Bank BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif
sampai dengan kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro
dari Bank ABC sebesar Rp 20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung
dibukukan dalam rekening rill.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur)? Bila pada kliring kedua terjadi
penolakan warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan
cara membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar

11
senilai Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR
warkat kliring Rp 10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 1 Mei 2017 Cr. RAR. Kliring 10.000.000
Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di
samping menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring
tersebut pada rekening rill.
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 1 Mei 2017 Cr. RAR. Kliring 10.000.000

Dr. Giro BI 10.000.000


Cr. Giro B 10.000.000
Contoh 2:
Transaksi – transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring.
Peserta kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama
Sejati (Bank CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.
a. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah
menarik cek no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan cek no. 0111.000.5 sebesar Rp
20.000.000 untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank
Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.
b. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot
(nasabah Giro) untuk keuntungan Sdr, Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang
sebesar RP 15.000.000.
c. Astuti nasabah Bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.
d. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah
Giro Sdr, Dwi Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS
Semarang melalui lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan
Giro Sdr. Andika.
Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka
diminta:
a. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
b. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
c. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga
kliring.
Jawaban:
12
Pencatatan jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS :
Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
a Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 45.000.000

a Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 45.000.000

Dr. Giro BI 45.000.000


Cr. Giro Anggi 45.000.000

b Kliring 1 Dr. Giro Rudi 15.000.000


Cr. Giro BI 15.000.000

c Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 20.000.000

c Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 20.000.000

Dr. Giro BI 20.000.000


Cr. Giro Abdullah 20.000.000
Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang:
Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
a Kliring 2 Dr. Giro Kirana 45.000.000
Cr. Giro BI 45.000.000

D Kliring 2 Dr. Giro Devi 30.000.000


Cr. Giro BI 30.000.000
Pencatatan jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS):
Transaksi Keteranga Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
n
B Kliring 2 Dr. Giro BI 15.000.000
Cr. Giro Dalimin 15.000.000

c Kliring 2 Dr. Giro Astuti 20.000.000


Cr. Giro BI 20.000.000

d Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 20.000.000

d Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 20.000.000

Dr. Giro BI 30.000.000


Cr. Giro Andika 30.000.000
Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal dimasing-masing bank peserta, maka dapat
disusun neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut :
Bank CIS
Neraca Kliring
Tg Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)
13
l
a). WDK 45.000.000 b). WKK 15.000.000
c). WDK 20.000.000
Menang Kliring 50.000.000
Jumlah 65.000.000 Jumlah 65.000.000

BANK CAS
Neraca Kliring
Tg Keterangan Saldo (Rp) Tg Keterangan Saldo (Rp)
l l
a). WDM 45.000.000
Kalah Kliring 75.000.000 b). WDM 30.000.000
Jumlah 75.000.000 Jumlah 75.000.000

BANK CUS
Neraca Kliring
Tg Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)
l
b). WKM 15.000.000 c). WDM 20.000.000
d). WDK 30.000.000 Menang Kliring 25.000.000
Jumlah 45.000.000 Jumlah 45.000.000

BANK INDONESIA
Neraca Kliring
Tg Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)
l
Bank CAS 75.000.000 Bank CIS 50.000.000
Bank CUS 25.000.000
Jumlah 75.000.000 Jumlah 75.000.000

F. SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi secara on-line terhadap cek/BG luar kota.Untuk itu bank Indonesia
mengembangkan system penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang
berasal dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luarwilayah.
Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek danBG yng
diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah kliring dimana cek dan BG
tersebut dikliringkan.

14
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi
dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisien waktu maupun biaya,
sebab:
a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (same
day settlement)
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya.
Dengan manfaat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas
pembayaran giral antar daerah.

Mekanisme Kliring Warkat Luar Wilayah


Keterangan:
1. X yang merupakan nasabah Bank B di Surabaya melakukan transaksi dengan
Y yang merupakan nasabah Bank A di Jakarta.Dalam hal ini X melakukan
pembayaran kepada Y dengan memberikan cek/BG Bank B Surabaya.
2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A Jakarta.
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat
langsung mengklringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG
tersebut.

15
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B melalui penyelenggara kliring di
Jakarta akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG
Bank B dari penyelenggara kliring di Jakarta.
7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening
nasabah Y.
Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang diterbitkan oleh
Bank B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya, sebab Bank B
merupakan peserta kliring warkat luar wilayah dan mempunyai kantor di wilayah kliring
Jakarta. Dengan dikliringkan di Jakarta, maka cek/BG tersebut akan diproses sesuai dengan
jadwal Jakarta, sehingga Bank A yang mengkliringkan dapat memperoleh kepastian
efektivitas dana yang lebih cepat atas penagihan cek/BG tersebut, yaitu pada hari yang sama
atau paling lambat keesokan harinya sejak warkat dikliringkan.
Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatatannya.
Pada 12 Juni 2017 Sdr. X telah membeli barangpada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000. Sdr X
adalah nasabah Bank B Surabaya sehingga melakukan pembayaran dengan menarik cek bank
tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta.
Tanggal 14 Juni 2017 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek
tersebut yang telah diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut
dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing – masing bank yang
terlibat transaksi kliring ini?
Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)
Kliring 1 14/6/2017 Dr. RAR. Kliring 100.000.000

Kliring 2 14/6/2017 Cr. RAR. Kliring 100.000.000

Dr. Giro BI 100.000.000


Cr. Giro Y 100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 14/6/2017 Dr. RAK Cab. Surabaya 100.000.000
Cr. Giro Bi 100.000.000

Pencatatan Jurnal Bank B Surabaya


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Transaksi 14/6/2017 Dr. Giro X 100.000.000
16
Antarcabang Cr. RAK. Cab. Surabaya 100.000.000
Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah
dalam penyelesaian akan melibatkan transaksi antar cabang sendiri. Pada kliring pertama
antarbank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan
Bank Indonesia, Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan secara efektif,
maka Bank B Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B
Jakarta telah membayar pada Bank A Jakarta.
Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai rekening tagihan antarcabang kepada
bank B Surabaya. Sedangkan untuk Rekening Administratif Rupiah (RAR) kliring tetap
dicatat dengan ayat tunggal.

Prinsip – Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah


Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah
sebagai berikut:
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang :
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar
sebagai peserta kliring warkat luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor
cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan :
a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak
bersifat wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang
bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah
kliring dimana bank tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar
kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana
cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut
dikliringkan.
5. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.

17
Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah karena :
1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah
kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.

Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :


1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk
memilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah
kliring saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta
kliring dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
a. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank
perlu melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah
kliring lain yang belum otomasi/elektronik.
b. Bank Peserta Kliring SOKL
Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank
peserta kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada
penambahan/pengurangan peserta langsung dari kantor bank peserta kliring warkat
luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luar kota dapat dikenal oleh
sistem pada saat bank melakukan rekam data SOKL.
c. Bank Peserta Kliring Manual
Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring
lokal dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara
manual.
Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui
oleh Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar
sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh
kantor bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun sepanjang diwilayah kliring tersebut
terdapat kantornya yang menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar
wilayah, terdapat beberapa implikasi khusus sebagai berikut :
1. Sistem Verifikasi Cek/BG

18
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar
wilayah adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas cek/BG yang
diterbitkan oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman dan efisien. Apabila
bank menggunakan sistem validasi online maka bank perlu menyiapkan contingency plan
untuk mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.
2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank
mengenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring
warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur
operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut oleh
kantornya yang berada diwilayah kliring lain.
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat
luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan
nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada sistem
otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data ke dalam disket (pada sistem SOKL).
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring
perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada
aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi
penyelenggara kliring di wilayah kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL),
otomasi, dan elektronik. Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar
menjadi pesera kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau
penghentian peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar
wilayah.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan
Bank Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam
hal ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada
scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang
mendaftar pada kliring warkat luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage,
namun demikian bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh
manfaat dengan potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG
luar kota yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi
seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota tersebut
19
diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari bank tertarik yang
menjadi peserta kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut disetorkan. Namun
demikian, penerapan kliring warkat luar wiayah yang merupakan salah satu solusi bagi
permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik
bagi masyarakat maupun perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana
yang jauh lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih murah.

G. MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi dan didasarkan
pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik.
Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.
Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat komputer
Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data
(JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang berfungsi
menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan inforasi kliring dan
informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta
untuk mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE seta menerima informasi hasil
perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE.
Untuk mengoperasikan sistem ini, sistem peserta memiliki password.
Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat
bantu dalam proses perhitungan kliring adalah:
a. Bukti Penyerahan Warkat Debet-Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD
digunakan sebagai alat bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari
petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
b. Bukti Penyerahan Warkat Kredit-Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagi tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat
dari petugas kliring kepada penyelanggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagi tempat menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang
diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah

20
nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat
yang bersangkutan.
d. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominla bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai sarana
kontrol dalam proses kliring.
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol
MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam
rangka sistem kliring yang diotomasikan atau kliring otomasi atau elektronik. MICR code
line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari:
a. Nomor Warkat: 6 (enam) digit;
b. Sandi Peserta: 7 (tujuh) digit;
c. Nomor Rekening: 10 (sepuluh) digit;
d. Sandi Transaksi: 2 (dua) digit;
e. Nilai Nominal Warkat: 14 (empat belas) digit.
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi:
1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor
urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula
menggunakannyauntuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor
registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau selain Bilyet Giro. Untuk
keperluan nomor warkat disediakan 6 (enam) digit, harus diawali dengan angka “0”
(nol). Sedangkan untuk nomor warkat yang melebihi 6 (enam) digit hanya
dicantumkan enam digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus
diisi dengan simbol domestik.
2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat.
Untuk keperluan sandi peserta disediakan tujuh digit angka, yang terdiri dari:
a. Tiga digit pertaa untuk sandi bank;
b. Tiga digit berikut untuk sandi kantor peserta;
c. Satu digit terakhir untuk angka penguji.
3. Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima
paling banyak sepuluh digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing peserta. Pencatuman nomor rekening yang kurang dari
sepuluh digit, diawali dengan angka “0” (nol), sedangkan untuk nomor rekening yang
melebihi sepuluh digit hanya dicantumkan sepuluh digit terakhir. Dalam hal nomor
rekening menggunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR

21
dilakukan dengan angka “0000000001” dan khusus pada nota kredit diisi secara
lengkap nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor
rekening ini diakhirir dengan simbol domestik.
4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai
berikut:
a. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat di dalamnya;
b. Dalam sandi transaksi disediakan dua digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut:
1) 00 sampai dengan 09 untuk Cek;
2) 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 39 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a) Sandi transaksi 40 – 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk
transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp 10.000.000,00.
b) Sandi transaksi 45, untuk transaski kliring dengan nilai nominal
di atas Rp 10.000.000,00 dan digunakan untuk transaksi-transaksi
sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penggunaan nota debet dan kliring.
6) 50 sampai 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut:
a) Sandi transaksi 50, untuk:
1. Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang
pelaksanaannya mengacu pada surat edaran BI yang mengatur
mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta penyelesaian akhir, sistem
penyelenggaraan kliring lokal serta jenis dan batasan nominal warkat
atau data keuangan elektronik; dan
2. Transaksi antarbank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank
(PUAB), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta
asing antarbank dan atau transaksi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);
b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antarbank;
c) Sandi transaksi 55, untuk transaksi sertifikat Bank Indonesia
(SBI), SWBI, atau SBPU.
5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted.
Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan
menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encoder atau reader-encoder
dengan ketentuan sebagai berikut:
22
a. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang
tertera pada warkat. Untuk keperluan tersebut disediakan 14 digit angka termasuk
dua digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
b. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 digit, harus diawali
dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud
di atas diapit oleh dua simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.

Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta
kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya
administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh BI dari
rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.
Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otomasi, maupun
semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang wajar kepada
nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh BI
serta besarnya biaya kliring yang dibebankan kepada nasabahnya.

Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi


Perlakuan akuntansi untuk penyelengaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda dengan
kliring manual, yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian perlakuan
akuntansi yang dibahas di muka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring sistem ini.

GIRO NASABAH
Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat
pemindahbukuan yang lain. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan
bilyet giro adalah surat perintah pemindah bukuan.
Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana
jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relative

23
lebih rendah dibandingkan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Penetapan
tingkat jasa atau bunga giro merupakan otorasi bank-bank yang bersangkutan.
Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu dengan bank
yang lan bisa berbeda. Beberapa bank lain mungkin menerapkan bunga yang sama besarnya
untuk setiap nominal, namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga berjenjang. Bunga
berjenjang adalah tingkat bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu.
Contoh:
Saldo (Rp) Bunga Giro (%)
0 - 5.000.000 0%
5.000.000 – 25.000.000 8%
25.000.000 – 100.000.000 12%
100.000.000 – tak terhingga 14%
Jasa Rekening Giro
a. Giro swasta yaitu giro yang dimiliki oleh perseorangan, kelompok, instansi,
swasta, yayasan social, dan badan non pemerintah lainnya.
b. Giro pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah misalnya
giro kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagainya.

Akuntansi Giro
Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdana, cara
penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi beban giran. Setoran
perdana dan saldo minimal setiap bulan pada setiap bank berbeda, karena ketentuan ini
diserahkan pada bank masing-masing. Bila calon giran sepakat, maka giro bisa langsung
dibuka dan giran dbebani penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai kewajiban
bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal setoran/penarikan,
sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebetan atau
penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya penarikan dan beban biaya bagi giran.
Pengkreditan rekening giro akibat adanya setoran uang tunai/cek, bilyet giro atau adanya jasa
giro yang diperhitungkan bank.
Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan penarikan
cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya. Bila ini yang terjadi maka terjadi
saldo negative (saldo debet untuk giro). Saldo negative ini terjadi (dalam aerti cek/BG bisa

24
dicairkan oleh pemegangnya) karena bank memberikan talangan/cerukan terlebih dahulu.
Dalam istilah perbankan disebut overdraft.
Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif
atau pasif. Giro dianggap pasif bila sellama enam bulan berturut-turut tidak mengalami
mutasi dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya
administrasi setiap bulan yang dibebankan pada rekening giro hingga bersaldo nol dan
kemudian ditutup secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup kemungkinan giran
berinisiatif untuk menutup gironya.

Contoh:
Transaksi di bawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo nasabah giro Bank
Bisnis Semarang selama bulan April 2017.
Tanggal:
1/4 Dibuka rekening giro atas nama susilo dengan setoran perdana Rp 1.000.000 secara
tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro sebesar Rp
50.000 yang dibayar tunai.
5/4 Susilo setor tunai untuk giro sebesar Rp 500.000
10/4 Susilo menyetor giro berupa cek BNI Semarang Rp 1.500.000 dan kliring dinyatakan
berhasil hari ini.
15/4 Susilo menarik cek no. 1124 sebesar Rp 500.000 untuk membayar hutang kepaada
Samsudin nasabah giro Bank Bisnis Semarang. Pada hari ini juga Samsudin
menyetorkan kepada Bank Bisnis tersebut.
17/4 Pada hari ini Susilo mentransfer dananya ke cabang Surabaya atas beban giro sebesar
Rp 1.000.000
20/4 Susilo setor giro secara tunai Rp 750.000
25/4 Bank Bisnis Semarang menerima transfer masuk dari Cabang Cirebon sebesar Rp
1.200.000 untuk keuntungan giro Susilo.
27/4 Penarikan giro oleh Susilo untuk ditrasnfer ke Cabang Bandung sebesar Rp 2.000.000
Bank Bisnis menentukan jasa giro 12% akan diberikan dengan saldo minimal Rp
1.000.000. jasa giro dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan. Pajak
penghasilan bunga (PPh) sebesar 15% dan biaya administrasi Rp 50.000 setiap bulan. Dengan
informasi tersebut maka jurnal pembukuannya adalah:
Jurnal:
1/4 Kas 1.050.000
Giro Susilo 1.000.000
Barang Cetakan 50.000
25
Kas
5/4 500.000
Giro Susilo 500.000
10/4 Giro BNI 1.500.000
Giro susilo 1.500.000
15/4 Giro susilo 500.000
Giro Samsudin 500.000
17/4 Giro susilo 1.000.000
RAK. Cabang Surabaya 1.000.000
20/4
Kas 750.000
Giro Susilo 750.000
25/4 RAK. Cabang Cirebon 1.200.000
Giro Susilo 1.200.000
27/4 Giro Susilo 2.000.000
RAK. Cabang Bandung 2.000.000
30/4 Bunga Giro 10.000
Giro Susilo 10.000

Giro Susilo 1.500


Hutang PPh 1.500
Giro Susilo 50.000
Pendapatan Operasional Lainnya 50.000

Daftar Mutasi Giro A/n Susilo


Tgl Keterangan Debit Kredit Saldo
1/4 Setor Tunai 1.000.000 1.000.000
5/4 Setor Tunai 500.000 1.500.000
10/4 Setor Kliring 1.500.000 3.000.000
15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000
17/4 Transfer Keluar 1.000.000 1.500.000
20/4 Setor Tunai 750.000 2.250.000
25/4 Transfer Masuk 1.200.000 3.450.000
27/4 Transfer Keluar 2.000.000 1.450.000
30/4 Bunga Giro 10.000 1.460.000
PPh 1.500 1.458.500
Beban Administrasi 50.000 1.408.500
Kalau diperhatikan, saldo terendah selama bulan yang bersangkutan adalah Rp
1.000.000, sehingga bunga giro yang dibayar oleh bank sebesar Rp 1.000.000 X 12% X 1/12
= Rp 10.000 dikurangi pajak bunga yang harus dititipkan di bank sebesar Rp 10.000 X 15% =
Rp 1.500. dengan demikian dibayar bersih ke Susilo sebesar Rp 8.500. untuk jurnalnya bisa
dilihat pada tanggal 30/4 diatas. Sedangkan buku mutasi giro yang berfungsi sebagai buku
pembantu dapat digunakan sebagai rekening control.
Kasus di atas menunjukkan bahwa semua transaksi dilakukan secara normal sehingga
menghasilkan saldo normal (kredit). Bagaimana kalau terdapat penarikan giro diatas saldo
yang ada? Kalau ini yang terjad maka bank bisa menolak pencairan (cek) atau
26
pemindahbukuan (bilyet Giro) dengan alasan saldonya tidak cukup. Namun demikian tidak
menutup kemungkinanan pihak giran bernegosiasi untuk mendapatkan overdraf. Bila
overdraft disetujui maka sama saja bank mengijinkan giro bersaldo negative (debet).
Contoh:
Tanggal 3 mei 2017 terjadi penarikan giro oleh Susilo Rp 3.358.500. bila bank
menyetujui, maka penarikan dapat dilakukan dan berarti terjadi saldo negative sebesar Rp
1.950.000. untuk menutup saldo tersebut, bank memberikan kredit overdraft sebesar Rp
2.050.000 yang dikurangi biaya provisi Rp 60.000 dan biaya administrasi Rp 40.000.
3/5/2017 Kredit yang Diberikan 2.050.000
Pendapatan Provisi Kredit 60.000
Pendapatan Operasional Lainnya 40.000
Giro Susilo 1.950.000

Giro Susilo 3.358.500


Kas 3.358.500
Dengan demikian mutasi giro Sdr. Susilo menjadi sebagai berikut:
Daftar Mutasi Giro A/n Susilo:
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
1/4 Setor Tunai 1.000.000 1.000.000
5/4 Setor Tunai 500.000 1.500.000
10/4 Setor Kliring 1.500.000 3.000.000
15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000
17/4 Transfer Keluar 1.000.000 1.500.000
20/4 Setor Tunai 750.000 2.250.000
25/4 Transfer Masuk 1.200.000 3.450.000
27/4 Transfer Keluar 2.000.000 1.450.000
30/4 Bunga Giro 10.000 1.460.000
PPh 1.500 1.458.500
Beban Administrasi 50.000 1.408.500

3/5 Overdraft 1.950.000 3.358.500


Penarikan Tunai 3.358.500 0
Dalam hal terjadi saldo sebesar nol, maka giran harus segera menyetor untuk mengisi
rekening tersebut pada transaksi selanjutnya.

27
REFERENSI

Taswan. 2012. Akuntansi Perbankan. “Transaksi dalam Valuta Rupiah”. Edisi Ketiga.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN

28

Anda mungkin juga menyukai