“Komite Audit dan Komite Lainnya: Peran, Tanggung Jawab, Komposisi, Keefektifan dan
Kasus PT Kereta Api Indonesia”
Oleh
Kelompok 1
PROGRAM S1 REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019
Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dan LK
berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan ini,
termasuk pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Komite
audit menurut Pedoman Good Corporate Governance antara lain bertugas untuk:
a. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai;
b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan;
c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan external audit, ketepatan biaya external audit serta
kemandirian dan obyektivitas external auditor;
d. Mempersiapkan surat (yang ditandatangani oleh ketua Komite Audit) yang menguraikan
tugas dan tanggung jawab Komite Audit selama tahun buku yang sedang diperiksa oleh
external auditor, surat tersebut harus disertakan dalam laporan tahunan yang
disampingkan kepada pemegang saham
Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan Dewan
Komisaris sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk
satu periode berikutnya.
5. KOMITE LAINNYA
Komite Lainnya Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
1) Komite Nominasi dan Komite Renumerasi
Di Indonesia Komite Nominasi dan Remunerasi adalah Komite Dewan Komisaris
Perusahaan yang dibentuk untuk memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no.
34/POJK.O4/2014 tentang Komite Nominasi dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan
Publik yang diterbitkan pada 8 Desember 2014 (POJK no. 34/2014). Menurut POJK No
34 POJK.04/2014 Tanggung Jawab.
Komite Nominasi Dan Remunerasi Melakukan Evaluasi serta menyusun dan
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris Mengenai sistem/kebijakan
remunerasi dan nominasi bagi Komisaris, Direksi, Pejabat eksekutif secara menyeluruh.
Dengan demikian, tugas utama komite remunerasi adalah membantu Board of Directors
dalam merancang paket kebijakaan balas jasa Directors dan eksekutif senior yang
memandai dan kompetitif, namun masih dalam batas kewajaran. Dengan demikian,
diharapkan kinerja perusahaan serta komisaris dan eksekutif meningkat. Sedangkan
komite nominasi bertanggung jawab mencari dan menominasi kandidat yang memenuhi
syarat untuk menduduki jabatan Presiden Direktur, Direktur dan Manajer Senior. Secara
periodik melakukan evaluasi kinerja Direktur dan merencanakan penggantian jika
diperlukan.
Tugas Komite Nominasi dan Remunerasi:
(1) Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
sistem remunerasinya.
(2) Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan
besaran remunerasinya. Dewan Komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan
remunerasinya untuk memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan
anggaran dasar.
(3) Bagi Perusahaan yang sahamnya tercapai di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau dananya digunakan oleh masyarakat lusa, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, komite
nominasi, dan remunerasi diketua oleh komisaris independen dan anggotanya dapat
terdiri dari komisaris dana tau pelaku profesi dari luar perusahaan.
(4) Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan dalam
RUPS.
2) Komite Kebijakan Risiko
Komite ini bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem
manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat
diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar
perusahaan.
3) Komite Kebijakan Corporate Governance
Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta
menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Anggota Komite
Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana
perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan. Komite Kebijakan
Corporate Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.
Komite Lainnya Di BUMN
Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara lain disebutkan bahwa
komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara
kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
Selain komite audit, komisaris atau dewan pengawas dapat membentuk komite lain yang
ditetapkan oleh menteri. Sesuai penjelasan pasal 70 UU BUMN, komite lain yang dimaksud
disini, yaitu komite remunerasi dan komite nominasi.
Komite-Komite Lainnya di Perbankan
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvensional di Indonesia
No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013 mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum, pada bagian IV komite, menyebutkan bahwa dewan komesaris wajib membentuk
susunan organisasi setidaknya komite audit, komite pemantau risiko, serta komite remunerasi
dan nominasi, dalam rangka mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris.
Komite Komite Lainnya di Perusahaan Publik
Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang
Komite Nominasi dan remunerasi emiten atau perusahaan public, antara lain menyebutkan:
1) Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan komite nominasi dan remunerasi adalah komite
yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komesaris dalam membantu
melaksanakan fungsi dan tugas dewan komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi
dan tugas dewan komesaris terkait nominasi dan remunerasi terhadap anggota dewan
komesaris.
2) Pasal 2, emiten atau perusahaan public wajib memiliki fungsi nominasi dan remunerasi
yang wajib dilaksanakan oleh dewan komesaris. Komite nominasi dadan remunerasi
dapat dibentuk secara terpisah.
3) Mengenai keanggotaan diatur dalam pasal 3,yaitu komite nominasi dan remunerasi
paling kurang terdiri dari 3 orang anggota dengan ketentuan : Satu orang ketua
merangkap anggota yang merupakan komesaris independen,dan Anggota lainnya yang
dapat berasal dari :
(1) Anggota dewan komesaris
(2) Pihak yang berasal dari luar emiten atau perusahan public yang bersangkutan atau
(3) Pihak yang menduduki jabatan manajerial di bawah direksi yang membidangi sumber
daya manusia.
4) Pasal 8, komite nominasi dan remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling
kurang :
Terkait dengan fungsi nominasi:
(1)Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai :
Komposisi jabatan anggota direksi dan atau anggota dewan komesaris, Kebijakan dan
kreteria yang dibutuhkan dalam proses nominasi, dan Kebijakan evaluasi kinerja bagi
anggota direksi dan atau anggota dewan komesaris.
(2)Membantu dewan komesaris melakuakn penilaian kinerja dewan direksi dan atau
anggota dewan komesaris berdasarkan tolok ukur yang telah disusun sebagai bahan
evaluasi.
(3)Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai program pembangunan
kemampuan anggota direksi dan atau anggota dewan komesaris; dan
(4)Meberikan usulan calon yang memenuhi syarat sebagai anggota direksi dan atau
anggota dewan komesaris kepada dewan komesaris untuk disampaikan kepada RUPS.
Terkait dengan fungsi remunerasi:
(1)Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai :
Struktur remunerasi, Kebijakan atas remunerasi, dan Besaran atas remunerasi.
(2) Membantu dewan komesaris melakukanpenilaian kinerja dengan kesesuaian
remunerasi yang diterima masing masing anggota direksi dan atau anggota dewan
komesaris.
Penerapan prinsip-prinsip GCG secara menyeluruh dan konsisten merupakan hal yang
bersifat fundamental bagi organisasi. Salah satu unsure kelembagaan dalam kerangka GCG
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya adalah
“Komite Audit”. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang
pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para
pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan. Hal tersebut mencakup review terhadap system
pengendalian internal perusahaan, kualitas laporan keuangan, dan efektivitas fungsi audit
internal. Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap risiko yang
dihadapi perusahaan, dan juga kepatuhan terhada pregulasi.
Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari lembaga tersebut, sudah barang
tentu, keberadaan komite audit menjadi sangat penting sebagai salah satu perangkat utama
dalam penerapan good corporate governance.
Dalam tataran praktis, figure anggota komite audit yang mampu menjalankan tugas
kesehariannya secara efektif tidak mudah ditemukan. Perlu criteria khusus bagi seseorang
yang akan menjabat sebagai ketua maupun anggota komite audit, mengingat tugas dan
tanggungjawabnya yang sangat strategis.
Komite audit di Indonesia masih merupakan hal yang relative baru. Perkembangan
komite audit di Negara kita ,sangat terlambat dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut
antara lain disebabkan Pemerintah baru saja menetapkan kebijakan tentang pemberlakuan
komite audit pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertentu pada tahun 1999. Selain itu
anjuran dari Bapepam kepada perusahaan yang telah go publik agar memiliki komite audit
baru ditetapkan pada tahun 2000. Mengingat pentingnya keberadaan Komite Audit dalam
meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian, maka Komite Audit
perlu mendapatkan perhatian dari manajemen dan Dewan Komisaris serta pihak-pihak terkait
yang bertindak sebagai regulator seperti Menteri keuangan, Menteri BUMN, Bapepam,
Bursa Efek Jakarta & Bursa Efek Surabaya.
Apabila kita ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah keberadaan Komite Audit, mau
tidak mau kita harus melihat perkembangan Komite Audit di negara lain. Berikut ini
dijelaskan perkembangan Komite Audit di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada sebagai
bahan studi perbandingan untuk melihat keberadaan Komite Audit di Indonesia.
Bermula dari Forum-forum diskusi dan Forum Komite Audit dari The Indonesian Society
of Independent Commissioners (ISICOM), yang secara konsisten banyak membahas masalah
seputar Good Corporate Governance (GCG) dan juga peranan dari para Komisaris dan
Komite Audit dalam membantu perusahaan agar mampu beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip GCG, lahirlah suatu keinginan agar pemikiran-pemikiran yang telah dihasilkan dalam
forum tersebut, tidak hanya berkisar pada tataran konsep atau pemikiran saja, tetapi juga
mampu ditularkan dan direalisasikan.
Keinginan yang begitu besar mendorong ISICOM dengan juga beberapa praktisi komite
audit yang memiliki concern yang tinggi terhadap pola pengembangan komite audit – agar
komite audit selalu updated, well informed, dan efektif dalam menjalankan tugasnya- sepakat
untuk membentuk The Indonesian Institute of Audit Committee.
Komite Audit memiliki peran penting sebagai salah satu organ perusahaan yang mutlak
harus ada dalam penerapan good corporate governance. Ikatan Komite Audit Indonesia
didirikan dengan tujuan untuk memayungi serta melakukan pendidikan dan pengakuan
terhadap kualifikasi anggota komite audit dalam rangka mempercepat transformasi
perusahaan menuju good corporate governance.
Dengan melalui beberapa kali pertemuan antara ISICOM dengan beberapa praktisi
komite audit yang bertujuan untuk membahas lebih dalam mengenai pembentukan The
Indonesian Institute of Audit Committee, maka disepakati segera mendeklarasikan organisasi
ini. Maka pada tanggal 20 April 2004 di Jakarta, dideklarasikanlah The Indonesian Institute
of Audit Committee (Ikatan Komite Audit Indonesia) yang lebih dikenal secara singkat
dengan nama IKAI.
IKAI dicetuskan oleh 9 orang anggota pendiri, yaitu Soedarjono (Komisaris Utama PT.
Danareksa (Persero)), Irwan Sofjan (Ketua Komite Audit PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk)., Subarto Zaini (Ketua Komite Audit PT. BAT Indonesia Tbk.), M. Tjoek
Soeroso (Ketua Komite Audit PT. Jasa Raharja), Tjuk Kasturi Sukiadi (Ketua Komite Audit
PT. Semen Gresik Tbk.), Kanaka Puradiredja (Anggota Komite Audit PT. Astra International
Tbk.dan PT. Bank Niaga Tbk.), dan Indra Safitri (Anggota Komite Audit PT. Inco Tbk.).
Pada tanggal 31 Juli 2004 di Jakarta, Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) berhasil
menyelenggarakan Rapat Umum Anggota yang Pertama, dengan beberapa keputusan yang
telah disepakati oleh Anggota, diantaranya adalah:
Terpilihnya Anggota Dewan Kehormatan dan Anggota Dewan Pengurus periode 2004-
2007
Disahkannya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan beberapa perbaikan
Disetujuinya Program Kerja Ikatan Komite Audit Indonesia periode 2004-2007
Salah satu fungsi komite audit adalah menjembatani pemegang saham (share holder) dan
dewan komisaris dengan kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh manajemen,
auditor internal dan eksternal auditor. Komite audit pada umumnya memiliki akses langsung
dengan setiap unsur pengendalian dalam perusahaan.
Pada saat ini komunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak, belum terjalin
dengan erat dan belum berjalan sebagaimana mestinya. Komunikasi komite audit dengan
pihak yang berkepentingan yang berjalan dengan lancar, akan menghasilkan kinerja
perusahaan meningkat, terutama dari aspek pengendalian.
Berikut ini dijelaskan komunikasi komite audit dengan berbagai pihak yang
berkepentingan, antara lain :
Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija, dan Ulupui, I Gusti Ketut Agung. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2.
Sutojo, Siswanto dan Aldridge, E John. 2008. Good Corporate governance. Jakarta : PT. Damar
Mulia Pustaka
Utama, Marta. 2004. Komite Audit, Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Informasi.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1 pp. 61 – 79.
https://www.kompasiana.com/riqirahman/596e99ceda1e4a44321fb872/struktur-dan-peran-
komite-audit (diakses tanggal 31 Maret 2019)