Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

AKUNTANSI KLIRING DAN AKUNTANSI GIRO

OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA NIM

NI KADEK PUSPITA YADNYA DEWI 1607532014

I GUSTI NYOMAN SINTYA ADNYANI 1607532036

KADEK SASWATA ABHIMANA NEGARA 1607532008

GEDE WAHYA DYATMIKA 1607532025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER SUDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau
pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual
tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah
yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

A. SISTEM KLIRING
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring data menggunakan:
a. Sistem manual yaitu sistem penyelenggaraan kliring local yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan saldo bilyet saldo kliring, serta pemilihan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi yaitu sistem penyelenggaraan kliring local yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuata bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan
pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
c. Sistem otomasi yaitu sistem penyelenggaraan kliring local yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilihan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik yaitu penyelenggaraan kliring local secara elektronik yang selanjutnya
disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring local yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada data keuangan elektronik
yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada
penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

B. PESERTA KLIRING
Peserta kliring adalah bank atau Bank Iindonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokan menjadi:
1. Peserta langsung adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar dalam pelaksanaan
kliring secara langsung dengan menggunakaan identitasnya sendiri. Untuk menjadi
peserta langsung harus memenuhi syarat:
a. Kantor bank yang dapat menjdai peserta langsung adalah:
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri, telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk
beroprasi di wilayah klirirng yang berbeda dari kantor cabang induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor
bank Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring seccara tertib
sesuai jadwal kliring local yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan
adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi penyelenggara maksimal
45menit.
2. Peserta tidak langsung adalah pesserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi
persyaratan:
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah:
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
diluar negeri, telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah dilaporkankepada Bank Indonesia.
b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain
yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di wilayah
kliring yang sama.
C. WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING
Warkat dan Dokumen Kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
warkat, dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen
sekuriti.
a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam
kliring otomasi adalah:
1. Cek : sebagaimana diatur dalam kitab undang undang hokum dagang (KUHD)
termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cideramata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
2. Bilyet giro : surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank
Indonesia (BGBI)
3. Wesel bank untuk transfer (WBUT) : wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat bukti penerimaan transfer (SBPT) : surat bukti penerimaan transfer dari luar
kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui
kliring local.
5. Nota debet : warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota debet
yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikanterlebih
dahulu oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada bank yang akan menerima
nota debet tersebut.
6. Nota kredit : warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
b. Dokumen Kliring
Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitugan kliring
ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam penyelenggaraan
kliring local dengan menggunakan sistem manual berupa daftar warkat
kliringpenyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan
(pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian.

c. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring local dengan sistem manual
meliputi:
1. Neraca kliring penyerahan / pengembalian gabungan, formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun
rekapitulasineraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan / pengembalian, formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan atau
pengembalian atas dasar warkat kliring penyerahan / pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring, formulir ini disediakan oleh peserta ddan digunnakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berrdasarkan neraca kliring
penyerahan dan neraca pengembalian.

D. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual

Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan wakil
peserta walaupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan dikliringkan pada
kedua tahap kliring tersebut.

 Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan di tempat penyelenggara.

1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan di tempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut:
a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat.
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan di tempat
penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal yang telah
ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat:
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima:
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat.
3) Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada penyelenggara.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat:
1) Menerima dari peserta lain:
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan yang diterima
dari peserta lain dengan warkat yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan maupun yang diterima.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yarg bersangkutan pada
neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahka-lembar pertama neraca kliring
penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring penyerahan yang
disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring penyerahan yang
ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum
kliring penyerahan dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 1
huruf c, d, e, dan f yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggaraan akan dilanjutkan
oleh wakil peserta yang bersangkutan,
 Kliring Pengembalian
Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan di tempat penyelenggara.

1. Kegiatan di kantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian di tempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut:
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan kliring
penyerahan. Dalam hal warkat debet:
1. Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No.28/137/UPG tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek/Bilyet
Giro Kosong
2. Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nilai nominal
nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam pertemuan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan
yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai dengan SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat:
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima.
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing- masing bank penerima
sebanyak rangkap 3 (tiga).
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian di
tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.

b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan


1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua
daftar warkat kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat
debet tolakan.
3) Menyerahkan kepada penyelenggara
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.
1) Menerima dari peserta lain:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh Peserta kepada nasabah penyetor.

2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian yang
diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan ri nci an yang tercantum pada daftar warkat kl i ri ng pengembalian
dengan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kli ring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan daftar
warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca kliring
pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca kliring pengembalian
kepada penyelenggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan-
neraca kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK kemudian
menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian membubuhkan
tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada neraca kliring pengembalian
gabungan tersebut,
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang disusun
oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada BSK
rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK,
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut:
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya BSK rnaka
kliring pengembalian dinyatakan berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada SKP yang diserahkan oleh
seluruh peserta, sebelum disampaikan kepada Bank Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas nama wakil peserta yang
bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e,
f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas. Penyelenggara akan dilanjutkan oleh
wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada
peserta yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang
bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil
warkat debet tolakan dari peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK.
Sementara itu perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pada
pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang
terkait. Namun, peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan
beserta lembar 1 dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP
kepada penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.
III. penyelesaian Akhir

Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring masing-
masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah ditetapkan.
Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut:

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil Kliring berdasarkan BSK ke kantor


Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah dilakukan
test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan hasil
kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank
Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring yang
bersangkutan (same day settlement). Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil
kliring yang diketahui setelah hasilkliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka
penyelesaiannya dilakukanantara penyelenggara dengan peserta. Dalam keadaan darurat
di mana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan telepon maka ketentuan
sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlakudan pelimpahan serta pembukuan
hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
E. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring
Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan
oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring
lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk
hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring
penyerahan/pengembalian. Sebagai contoh:

a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30 s/d 11.00.


b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat dimulai pada
pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30.
Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:

1. Tgl 1 Mei 2013 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B nasabah
Bank BAP senilai Rp10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank ABC
Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B nasabah
Bank BAP Semarang sebesar Rp20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di BankABC Sernarang adalah:
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 1 Mei2013 Dr. Giro
i A 30.000.000
Cr. Giro Bl 30.000.000

Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh
A berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Sernarang. Warkat ini merupakan warkat

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 1 Mei 2013 Dr. RAR. Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 2013 Dr. Giro Bl 20.000.000


Cr. Giro B 20.000.000
debet masuk karena BankABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening
lawannya adalah mengkredit rekening Giro Bl. Di samping itu BankABC Sernarang juga
menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya melalui bilyet Giro sebesar
Rp20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena BankABC
diperintahkan oleh A untuk mengkredit rekening Giro Bl. Dua warkat ini sudah
memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo rekening
yang dimiliki penarik cek (Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak mencukupi
langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada rekening riil.

Pencatatan di Bank BAP Sernarang:

Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa Cek Bank ABC Sernarang
sebesar Rp10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank BAP terhadap Bank
ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Sernarang. Bank BAP yang
melakukan penagihan terhadap Bank ABC Sernarang akan mengelompokkan warkat ini sebagai
warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan menunggu
hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu pada saat kliring pertama (penyerahan), Bank BAP
harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif sampai dengan kliring
kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari BankABC
sebesar Rp20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung dibukukan dalam
rekening riil.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur)? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan
warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara
membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar senilai
Rp10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat
Kliring Rp10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 1 Mei 2013 Cr. RAR. Kliring 10.000.000

Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping
menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada

rekening nil.

keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


kliring 2 1 Mei 2013 Cr. RAR. Kliring 10.000.000

Dr. Giro Bl 10.000.000


Cr. Giro B 10.000.000

F. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang
diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah kliring di mana cek dan BG
tersebut dikliringkan. Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa
efisiensi dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu maupun biaya,
sebab:
a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal di mana warkat dikliringkan
(same day settlement).
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada
biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.
Berikut ilustrasi pada gambar mengenai mekanisme kliring warkat luar wilayah:

Keterangan:

1. X yang merupakan nasabah Bank B di Surabaya melakukan transaksi dengan Y yang


merupakan nasabah Bank A di Jakarta. Dalam hal ini X melakukan pembayaran kepada Y
dengan memberikan cek/BG Bank B Surabaya,
2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A Jakarta.
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat langsung
mengkliringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG tersebut.
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B, melalui penyelenggara kliring di Jakarta akan
menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG Bank B dari
penyelenggara kliring di Jakarta.
7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening nasabah Y.

I. Prinsip-prinsip umum kliring warkat luar wilayah

Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun sepanjang:
a) Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta kliring
warkat luar wilayah.
b) Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang dari bank
penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan:
a) Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
b) Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh
kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
c) Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator di setiap wilayah kliring di mana bank
tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek dan
BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak
dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG luar kota
tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/ BG tersebut dikliringkan.
5. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-masing
bank.

II. Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank,
baik yang mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring
warkat luar wilayah, karena:

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar
wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta kliring warkat luar
wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di Wilayah Kliring tersebut ada kantor cabang
dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebih memilih agar cek/BG luar kota dikliringkan melalui kliring lokal, karena
akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.

III. Implikasi bagi bank secara umum adalah sebagai berikut:


Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untukmemilah mana
yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum. Terkait dengan sistem kliring yang
digunakan di masing-masing wilayah kliring saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-
bank yang menjadi peserta kliring di masing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu:

a) Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi


Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada di peserta. Namun, bank perlu
melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain yang
belum otomasi/elektronik.

b) Bank Peserta Kliring SOKL


Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta kliring
warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan peserta
langsung dari kantor bank peserta kliringwarkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar
cek/BG luar kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data SOKL.

c) Bank Peserta Kliring Manual


Tidak terdapat implikasi tekrris bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal dengan
sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.

IV. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa implikasi
khusus sebagai berikut:

1. Sistem Verifikasi Cek/BG.


Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar wilayah
adalah sistem dan prosedur untuk melakukan vaiidasi atas cek/BG vans diterbitkan oleh
kantornya yang berada di wilayah Wiring lam. Dalam hal ini vans perlu diperhatikan adalah
apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem
vaiidasi online maKa bank perlu menyiapkan contingency plan untuk mengatasi terjadinya
gangguan pada sistem.

2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft.


Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijakan interen bank mengenai
pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat luar wilayah
yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur operasional sehubungan dengan
kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada di wilayah
kliring lain

3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya Kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan nomor
rekening pada cek/BG yang diterbitkan seiuruh kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau pada
saat merekam data ke dalam disket (pada sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring
yang perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada
aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara
kliring di wilayah kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan
Bank Indonesia, di mana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Penerapan
kliring warkat luar wilayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG
luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun perbankan
sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepat dengan biaya yang
relatif lebih murah.

Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan teknologi
yang lebih canggih. Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat komputer
Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD).
SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelnggara yang berfungsi menerima dan
mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkar informasi hasil kliring dan informasi
kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim
Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring
dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang
berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini,
setiap peserta memiliki password.

I. Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan


sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah:

a) Bukti Penyerahan Warkat Debet - Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dan petugas kliring
kepada penyelenggara pada kegiatan Kliring penyerahan.
b) Bukti Penyerahan Warkat Kredit - Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dan petugas kliring
kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c) Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai
tempat menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang diserahkan kepada
penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama dengan
hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan.
d) Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal
bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai sarana control dalam proses
kliring.
e) Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

II. Pencantuman MICR code line pada warkat meliputi:

1. Nomor Warkat.
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut atau
nomor registrasi pada warkat lainnya. Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6 (enam) digit
angka. Pencantuman nomor warkat yang kurang dari 6 (enam) digit, harus diawali dengan angka
"0" (nol). Sedangkan untuk nomor warkat yang melebihi 6 (enam) digit hanya dicantumkan 6
(enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol
domestik,

2. Sandi Peserta.
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7 (tujuh) digit angka, yang terdiri dari: 3 digit pertama untuk
sandi bank, 3 digit berikut untuk sandi kantor peserta, 1 digit terakhir untuk angka penguji.

3. Nomor Rekening.
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima paling
banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
peserta. Pencantuman nomor rekening yang kurang dari 10 (sepuluh) digit, diawali dengan angka
"0" (nol), sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya dicantumkan 10
(sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan karakter spesial (non numeric)
maka pengisian MICR dilakukan dengan angka "0000000001" dan khusus pada nota kredit diisi
secara lengkap nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening ini
diakhiri dengan simbol domestik.

4. Sandi Transaksi.
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, maka sandi transaksi diatur dan
disediakan untuk identitas jenis warkat atau jenis transaksi yang terdapat di dalamnya. Dalam
sandi transaksi disediakan 2 digit angka dengan pengaturan sebagai berikut:

1) 00 sampai dengan 09 untuk Cek;


2) 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 39 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45. untuk transaksi kliring
dengan nilai nominal paling tinggi Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal di atas Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam
surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam kliring.

6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut:

a) Sandi transaksi 50, untuk:


(1) transaksi antarbank untuk keuntungan nasabah yang pelaksanaannya mengacu pada
surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraar kliring lokal serta jenis dan batasan nominal
warkat ata. data keuangan elektronik; dan
(2) transaksi antarbank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar Uang Antar Bank
Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau transaksi Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);
b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antarbank;
c) Sandi transaksi 55, untuk transaksi sertifikat Bank Indonesia (SB1), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal

Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara Preprinted, Pencantumannya


dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan khusus yang
disebut MICR encoder atau reader-encoder dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang terterapada warkat. Untuk
keperluan tersebut disediakan 14 digit angka termasuk 2 digit nilai sen dalam satuan mata
uang rupiah (Rp).
b) Pencantuman nilai nominal yang kurang dari empat belas digit harus diawali dengan angka
"0" (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud di atas diapit oleh dua simbol nominal pada
bagian kiri dan kanannya.
H. GIRO NASABAH

1. PENGERTIAN DAN JENIS REKENING GIRO


Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat
pemindahbukuan yang lain. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan
bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan.
Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana
jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro
relatife lebih rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan
deposito.
Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu dengan
bank yang lain bisa berbeda. Bank bisa menerapkan sistem bunga harian, tetapi ada juga
yang menerapkan sistem bunga terendah. Ada juga yang menerapkan bunga yang sama
besarnya untuk setiap nominal, namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga
berjenjang yaitu tingkat bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu.
Contoh :
Saldo (Rp) Bunga Giro (%)

0-5000.000 0%

5.000.000-25.000.000 8%

25.000.000-100.000.000 12%

100.000.000-tak terhingga 15%

Terdapat 2 jenis giro yaitu:


1. Giro Swastta yaitu giro yang dimiliki oleh prseorangan, kelompok, instansi swasta,
yayasan social, dan badan non pemerintah lainnya.
2. Giro pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah misalnya giro
kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagaiannya
2. AKUNTANSI GIRO
Pada saat pembukaan, giran (nasabah) diberikan ketentuan saldo minimum, setoran
perdana, cara penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi
beban giran. Setoran perdana dan saldo minimum setiap bulan pada setiap bank berbeda,
karena ketentuan ini diserahkan pada bank masing-masing. Bila calon giran sepakat, maka
giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani penggantian barang cetakan berupa buku cek
dan bilyet giro.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai kewajiban
bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal setoran penarikan,
sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebetan atau
penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya penarikan dan beban biaya bagi giran.
Pengkreditan rekening giro akibat adanya setoran uang tunai/cek, bilyet giro atau adanya
jasa giro yang diperhitungkan bank.
Pada posisi normal, giro akan bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan
penarikan cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya. Bila hal ini terjadi
maka akan terjadi saldo negatif (saldo debet untuk giro). Saldo negatif ini (dalam arti
cek/BG bisa dicairkan oleh pemegangnya) karena bank memberikan talangan /cerukan
terlebih dahulu. Dalam istilah perbankan disebut overdraft. Overdraft ini diperlakukan
sebagaimana pemberian kredit kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi,
administrasi dan biaya lainnya.
Dalam hal mutasi giro, dapat dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif
atau pasif. Giro dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami
mutasi dan bersaldo dibawah saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya
administratif setiap bulan yang dibebankan pada rekening giro hingga bersaldo nol dan
kemudian ditutup secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup kemungkinan giran
berinisiatif menutup sendiri gironya.
Contoh :
Transaksi dibawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo nasabah giro
Bank Bisnis Semarang pada bulan April 2017.
Tanggal :
1/4 Dibuka rekening giro atas nama Susilo dengan setoran perdana Rp. 1.000.000
secara tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro
sebesar Rp.50.000 yg dibayar tunai.
5/4 Susilo menyetor untuk giro Rp 500.000 tunai.
10/4 Susilo menyetor giro kembali dengan cek bank BNI Semarang Rp 1.500.000,00
dan kliring dinyatakan berhasil hari ini.
15/4 Susilo menarik cek No.1125 sebesar Rp 500.000,00 untuk membayar hutang
kepada Samsuddin, nasabah giro bank bisnis semarang. Pada hari itu juga
samsuddin menyetorkan ke bank tersebut dan ditambahkan ke rekening gironya..
17/4 Pada hari ini Tuan susilo mentransfer dananya ke cabang Surabaya atas beban giro
sebesar Rp 1.000.000.
20/4 Susilo menyetor tunai Rp 750.000,00
25/4 Bank Bisnis semarang menerima transfer masuk dari cabang Cirebon sebesar Rp
1.200.000,00 untuk keuntungan Giro Susilo.
27/4 Penarikan giro oleh Tuan Susilo untuk ditransfer ke cabang Bandung sebesar Rp
2.000.000.
Bank bisnis menentukan bahwa jasa giro akan diberikan dengan saldo minimal Rp
1.000.000,00 sebesar 12% yang dihitung dari saldo terendah pada setiap bulan yang
bersangkutan. Pajak atas jasa giro adalah 15%. Biaya administrasi sebesar Rp 50.000,00.
Jurnal :
1/4 Dr. Kas ……………………………. Rp 1.050.000,00
Cr. Giro Susilo …………………………… Rp 1.000.000,00
Cr. Barang cetakan………………………. Rp 50.000,00

5/4 Dr. Kas ……………………………. Rp 500.000,00


Cr. Giro Susilo …….……………… Rp 500.000,00

10/4 Dr. Giro BI ………………………... Rp 1.500.000,00


Cr. Giro Susilo …………………………… Rp 1.500.000,00

15/4 Dr. Giro Susilo …………………. Rp 500.000,00


Cr. Giro Samsuddin……………………… Rp 500.000,00

17/4 Dr. giro Susilo ……………………. Rp 1.000.000,00


Cr. RAK-cabang Surabaya ……………. Rp 1.000.000,00

20/4 Dr. Kas ……………………………. Rp 750.000,00


Cr. Giro Susilo ………………………… Rp 750.000,00

25/4 Dr. RAK-cabang Cirebon ……… Rp 1.200.000,00


Cr. Giro Susilo …………………………… Rp 1.200.000,00

27/4 Dr. Giro Susilo …………………. Rp 2.000.000,00


Cr. RAK-cabang Bandung ……………. Rp 2.000.000,00

30/4 Dr. Biaya jasa giro ………………...Rp 10.000,00


Cr. Giro Susilo ………………………... Rp 10.000,00

30/4 Dr. Giro Susilo …………………. Rp 1.500,00


Cr. hutang PPh ………………………... Rp 1.500,00

30/4 Dr. giro Susilo ……………………. Rp 50.000,00


Cr. Pendapatan Operasional lainnya ….. Rp 50.000,00

Perhitungan jasa Giro dan Pajak :


Jasa Giro …………. Rp 1.000.000,00 x 12% x 1/12 = Rp 10.000,00
PPh ………………. Rp 10.000,00 x 15% = Rp 1.500,00
Rp 8.500,00
Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo
Transaksi (Rp) (Rp) (Rp)
1/4 Setor tunai 1.000.000 1.000.000
5/4 Setor tunai 500.000 1.500.000
10/4 Kliring 1.500.000 3.000.000
15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000
17/4 Transfer Keluar 1.000.000 1.500.000
20/4 Setor tunai 750.000 2.250.000
25/4 Transfer masuk 1.200.000 3.450.000
27/4 Transfer Keluar 2.000.000
30/4 Jasa giro 10.000 1.450.000
30/4 PPh 1.500 1.460.000
30/4 Biaya Administrasi 50.000 1.458.500
1.408.500

Pada kasus tertentu kemungkinan terjadi saldo negatif dan bank


membolehkan untuk memberikan overdraf untuk menutup saldo negatif tersebut.
Untuk rekening giro yang besalso negatif akan secara langsung dicatat sebagai
kredit yang diberikan.
Misalnya, pada tanggal 3 Mei 2004, melanjutkan contoh diatas, terjadi
penarikan sebesar Rp 3.358.500,00. hal ini berarti terjadi saldo negatif sebesar Rp
1.950.000,00. untuk menutup saldo negatif tersebut bank memberikan overdraf
sebesar Rp 1.950.000,00 dengan biaya provisi Rp 60.000,00 dan biaya
administrasi Rp 40.000,00.
Fasilitas overdraf ini dapat dicatat oleh bank sebagai berikut :

Dr. Giro Susilo …………………………. Rp 3.358.500,00


Cr. Kas ………………………………………… Rp 3.358.500,00

Dr. Kredit yang diberikan (overdraf) ….. Rp 2.050.000,00


Cr. Provisi kredit ……………………………… Rp 60.000,00
Cr. Pendapatan operasional lainnya ………... Rp 40.000,00
Cr. Giro Susilo ………………………………... Rp 1.950.000,00
Tanggal No. Keterangan Debet Kredit D/K Saldo
Transaksi Ref. (Rp) (Rp) (Rp)
1/5 01 Saldo K 1.408.500
3/5 010 Tarik tunai 3.358.500 D 1.950.000
011 Setoran dari 1.950.000 K 0
fasilitas kredit
DAFTAR PUSTAKA
Taswan, SE, M.Si. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah.

Anda mungkin juga menyukai