SISTEM KLIRING
PESERTA KLIRING
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara
untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :
1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri
dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada
dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung
harus memenuhi syarat :
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk beroperasi
diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.
1. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu
kantor Bank Indonesia
2. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi
penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
3. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung
harus memenuhi persyaratan :
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
1. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor
lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung
diwilayah kliring yang sam
WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING
Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
warkat, dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen
sekuriti.
1. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat
diperhitungkan dalam kliring otomasi adalah :
ü Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya
yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
ü Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI)
Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transder melalui kliring
lokal.
ü Nota Debet
Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota debet
yang dikliringkan hendaknya teah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu
oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada ank yang akan menerima nota
debet tersebut.
ü Nota Kredit
Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
1. Dokumen Kliring
Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan
dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat
kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan
(pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian.
Daftar warkat klirng penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing
peserta.
1. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem
manual meliputi :
3) Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.
Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.
b) Warkat
2) Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar
warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat
b) Warkat
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat
2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nila nominal
nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam pertemuan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan
yang bersangkutan.
1. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat
2. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima
3. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing
bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk memudahkan
perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank penerima untuk masing-masing
daftar warkat kliring pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1
(satu) lembar.
4. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
5. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal yang
telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
6. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :
c) Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh
peserta penerima kepada nasabah penyetor.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar
kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan
oleh peserta kepada nasabah penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat
debet tolakan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi
dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun biaya,
sebab :
1. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan
(Same day settlement)
2. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak
ada biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.
PRINSIP – PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH
Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah
sebagai berikut:
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang :
2. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah.
3. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang
dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
4. Kepesertaan :
5. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat
wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
6. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang
bersangkutan.
7. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring
dimana bank tersebut menjadi peserta.
8. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
9. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar
kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana
cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut
dikliringkan.
10. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.
Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah
karena :
1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah
kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.
Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :
1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk
memilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring
saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta
kliring dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
3. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank perlu
melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain
yang belum otomasi/elektronik.
Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui
oleh Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan
mendaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang
dikeluarkan oleh seluruh kantor bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun
sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang menjadi peserta kliring.
Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa implikasi khusus
sebagai berikut :
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi
seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota
tersebut diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari
bank tertarik yang menjadi peserta kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut
disetorkan. Namun demikian, penerapan kliring warkat luar wiayah yang merupakan
salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan
manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun perbankan sendiri karena
dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepat dengan biaya yang
relatif lebih murah.
Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan
kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada
penggunaan teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang
selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama
dengan sistem kliring manual.
Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer
kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi
Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang
berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan
informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem
komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektroinik (DKE)
ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kliring
lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi
sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem
ini, setiap peserta memiliki password.
Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai
alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :
1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut
atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula
menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor
registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau Bilyet Giro. Untuk keperluan
nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka. Pencantuman nomor warkat yang
kurang dari 6(enam) digit, harus diawali dengan angka “0” (nol). Sedangkan unutk
nomor warkat yang melebihi 6(enam) digit hanya dicantumkan 6(Enam) digit
terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol
domestik.
1. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari :
1. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai
berikut :
1. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
2. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut :
1) 00 sampai dengan 09 untuk cek;
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk
transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp 10.000.000 (sepuluh juta
rupiah)
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal diatas Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi
sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penggunaan nota debet dalam kliring.
6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut :
2) Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar
Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau
transaksi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU);
b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;
c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau
SBPU.
1. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya
dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan
peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada
warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka termasuk
2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
2. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp.
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud
diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.
JENIS BIAYA KLIRING
Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban
peserta kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari
biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh
Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.
Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda
dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan
demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami
akuntansi kliring sistem ini.