Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI KLIRING

Bank komersial menjalankan fungsinya menggunakan sarana kliring untuk


memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank tersebut dapat saling
memperhitungkan hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan
oleh nasabahnya dengan menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat
dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hal ini dapat dilakukan
dengan secara cepat, aman, efektif, dan efisien. Kliring merupakan sarana atau cara
perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat berharga atau surat dagang
dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain
yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual
tapi juga secara otomasi maupun elektronik.

SISTEM KLIRING

Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :

1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam


pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat
dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan
pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada
peserta penerima.

PESERTA KLIRING

Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara
untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :

1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri
dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada
dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung
harus memenuhi syarat :

1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :


1)      Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;

2)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;

3)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk beroperasi
diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.

1. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu
kantor Bank Indonesia
2. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi
penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
3. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung
harus memenuhi persyaratan :

1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :


1)      Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia

2)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar
negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia

3)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
1. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor
lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung
diwilayah kliring yang sam
WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING

Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
warkat, dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen
sekuriti.

1. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat
diperhitungkan dalam kliring otomasi adalah :

ü  Cek

Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya
yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.

ü  Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI)

ü  Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)

Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

ü  Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)

Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transder melalui kliring
lokal.

ü  Nota Debet
Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota debet
yang dikliringkan hendaknya teah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu
oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada ank yang akan menerima nota
debet tersebut.

ü  Nota Kredit

Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.

1. Dokumen Kliring
Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan
dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat
kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan
(pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian.
Daftar warkat klirng penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing
peserta.

1. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem
manual meliputi :

1)      Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan oleh


penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.

2)      Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta


dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/pengembalian atas dasar daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian.

3)      Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.

TATA CARA PENYELENGGARA KLIRING LOKAL MANUAL


Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti
kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan
mengirimkan wakil peserta walalupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai
warkat yang akan dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.

 Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan


ditempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
2. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan, apakah
warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah memenuhi
spesifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah
berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat kredit.
4. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan
tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat debet dan kelompok warkat
kredit per bank penerima.
5. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
6. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
7. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :
1)      Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :

a)      Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b)      Warkat

2)      Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar
warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat

3)      Menyerahkan lembat ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada


penyelenggara

1. Melakukan kegiatan penerimaan warkat :


1)      Menerima dari peserta lain

a)      Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b)      Warkat

2)      Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat

1. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan


yang diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang diterima.
2. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring penyerahan ini
diisi rincian warkat yang diserahkan maupun yang diterima serta saldo debet/kredit
kliring penyerahan bagi peserta yang bersangkutan.
3. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan lembar
pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
4. Kegiatan petugas penyelenggara
5. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring
penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta
6. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta.
Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring penyerahan dinyatakan
berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f
yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil
peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang
bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan
dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk
mengambil warkat dan neraca kliring penyerahan.
 Kliring Pengembalian
Klirng pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian


ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :
2. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan
kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan. Dalam
hal warkat debet :
1)      Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur dalam
Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG tanggal 5 Januari 1996 tentang
Cek/Bilyet Giro Kosong; atau

2)      Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nila nominal
nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam pertemuan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan
yang bersangkutan.

1. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat
2. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima
3. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing
bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk memudahkan
perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank penerima untuk masing-masing
daftar warkat kliring pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1
(satu) lembar.
4. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
5. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal yang
telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
6. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
1)      Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :

a)      Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;

b)      Warkat debet tolakan; serta

c)       Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh
peserta penerima kepada nasabah penyetor.

2)      Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar
kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.

3)      Menyerahkan kepada penyelenggara :


a)      Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan

b)      Lembar ketiga SKP.

1. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.


1)      Menerima dari peserta lain :

a)      Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;

b)      Warkat debet tolakan; serta

c)       Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan
oleh peserta kepada nasabah penyetor.

2)      Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat
debet tolakan.

1. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian


degan warkat debet tolakan yang diterima.
2. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca
kliring pengembalia ini diisi rincian warkat debet tolakan yang diserahkan maupun
yang diterima serta saldo debet/kredit kliring pengembalian peserta yang
bersangkutan.
3. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca
kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca kliring
pengembalian kepada penyeleggara.
4. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
neracakliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
5. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK,
kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
6. Kegiatan Petugas Penyelenggara
7. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian
membubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada neraca
kliring pengembalian gabungan tersebut.
8. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan
yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta.
9. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada
BSK rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK.
10. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :
1)      Lembar pertama untuk penyelenggara;

2)      Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya BSK


maka kliring pengembalian dinyatakan berakhir.

1. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang


diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank Indonesia.
2. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas nama wakil
peserta yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud
pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas
penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh
warkat debet tolakan yang ditujukan kepada peserta yang terlambat akan
diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir.
Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring pengembalian dinyatakan berakhir
maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet
tolakan dari peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu
perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pada
pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta
yang terkait. Namun, peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat
debet tolakan beserta lembar 1 dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan
lembar ketiga SKP kepada penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.
 Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring
masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia
yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut :

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor


Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah
dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia
membukukan hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang
ada di kantor Bank Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil
kliring yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah
hasil kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukan antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana
teleks dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
berlaku dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring


ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi.
Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta
diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraaan kliring penyerahan/pengembalian, sebagai contoh :

1. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00


1. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti
bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan
dapat dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul
13.30
SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk


melakukan verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank
Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet
giro yang berasal dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar
wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG
yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta diwilayah kliring dimana cek
dan BG tersebut dikliringkan.

Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi
dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun biaya,
sebab :

1. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan
(Same day settlement)
2. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak
ada biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.
PRINSIP – PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah
sebagai berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang :
2. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah.
3. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang
dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
4. Kepesertaan :
5. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat
wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
6. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang
bersangkutan.
7. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring
dimana bank tersebut menjadi peserta.
8. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
9. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar
kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana
cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut
dikliringkan.
10. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.
Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah
karena :

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah
kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.
Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :

1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk
memilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring
saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta
kliring dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
3. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank perlu
melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain
yang belum otomasi/elektronik.

1. Bank Peserta Kliring SOKL


Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan
peserta langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah. Proses
updating dilakukan agar cek/BG luar kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank
melakukan rekam data SOKL.

1. Bank Peserta Kliring Manual


Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal
dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui
oleh Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan
mendaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang
dikeluarkan oleh seluruh kantor bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun
sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang menjadi peserta kliring.
Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa implikasi khusus
sebagai berikut :

1. Sistem Verifikasi Cek/BG


Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar
wilayah adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas cek/BG yang
diterbitkan oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman dan
efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi online maka bank perlu
menyiapkan contingency plan untuk mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.

1. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank


mengenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali
prosedur operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft
tersebut oleh kantornya yang berada diwilayah kliring lain.
2. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat
luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan
nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada
sistem otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data ke dalam disket (pada
sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara


kliring perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta
kliring pada aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini
khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah kliring yang menggunakan sistem
semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik. Proses updating dilakukan setiap kali
ada bank yang mendaftar menjadi pesera kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali
ada penambahan atau penghentian peserta langsung yang merupakan kantor bank
peserta kliring warkat luar wilayah.

Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang


disediakan Bank Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat
mandatori. Dalam hal ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut
mendaftar atau tidak pada scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan
masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada kliring warkat luar wilayah
tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun demikian bagi bank lain
yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh manfaat dengan
potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG luar kota
yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.

Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi
seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota
tersebut diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari
bank tertarik yang menjadi peserta kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut
disetorkan. Namun demikian, penerapan kliring warkat luar wiayah yang merupakan
salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan
manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun perbankan sendiri karena
dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepat dengan biaya yang
relatif lebih murah.

MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan
kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada
penggunaan teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang
selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama
dengan sistem kliring manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer
kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi
Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang
berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan
informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem
komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektroinik (DKE)
ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kliring
lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi
sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem
ini, setiap peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai
alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD


digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang
diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah
nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat
yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai
saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol
MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan
dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi atau elektronik.
MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari :

1. Nomor Warkat: 6(enam) digit;


2. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
3. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
4. Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
5. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut
atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula
menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor
registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau Bilyet Giro. Untuk keperluan
nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka. Pencantuman nomor warkat yang
kurang dari 6(enam) digit, harus diawali dengan angka “0” (nol). Sedangkan unutk
nomor warkat yang melebihi 6(enam) digit hanya dicantumkan 6(Enam) digit
terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol
domestik.

1. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari :

1. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank


2. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
3. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
4. Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima
paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor rekening yang kurang dari
10 (Sepuluh) digit, diawali dengan angka “0” (nol), sedangkan untuk nomor rekening
yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir.
Dalam hal nomor rekening menggunakan karakter spesial (non numeric) maka
pengisian MICR dilakukan dengan angka “0000000001” dan khusus pada nota kredit
diisi secara lengkap nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud.
Nomor rekening ini diakhiri dengan simbol domestik.

1. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai
berikut :

1. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
2. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut :
1)      00 sampai dengan 09 untuk cek;

2)      10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;

3)      20 sampai dengan 29 untuk WBUT;

4)      30 sampai dengan 29 untuk SBPT;

5)      40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :

a)      Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk
transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp 10.000.000 (sepuluh juta
rupiah)

b)      Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal diatas Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi
sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penggunaan nota debet dalam kliring.

6)      50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut :

a)      Sandi transaksi 50, untuk :

1)      Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang pelaksanaannya


mengacu pada surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal kliring
dan tanggal valuta penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta
jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan elektronik; dan

2)      Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar
Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau
transaksi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU);

b)      Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;

c)       Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau
SBPU.

1. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya
dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan
peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada
warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka termasuk
2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
2. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp.
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud
diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.
JENIS BIAYA KLIRING

Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban
peserta kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari
biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh
Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otomasi,


maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang
wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan oleh
peserta kepada nasabahnya.
AKUNTANSI KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI

Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda
dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan
demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami
akuntansi kliring sistem ini.

Anda mungkin juga menyukai