Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

AKUNTANSI KLIRING DAN GIRO

Oleh :

KELOMPOK 8
Kelas A1

Gusti Ayu Desy Raennita 2107531101


Regita Puji Cahyana 2107531122

PRODI SARJANA AKUNTANSI

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
1. Akuntansi Kliring
Kliring merupakan suatu kegiatan atau proses perhitungan hutang-piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank yang menjadi anggota yang akan
diadakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Sesuai dengan perkembangan
teknologi, kini kliring bisa dilakukan secara otomatis dan elektronik, di samping kliring
masih menggunakan proses manual. Dengan adanya hal itu maka kliring dapat dikatakan
sebagai proses dari pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama
bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
1.1 Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat diguankan dengan beberapa
sistem, yaitu :
1. Sistem manual, adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dilakukan
secara manual oleh setiap pesertanya dalam pelaksanaan perhitungan,
pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilihan warkat.
2. Sistem semi otomatis, yaitu sistem kliring lokal yang dimana perhitungan dan
pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomatis dan pemilihan
warkatnya dilakukan secara manual oleh setiap pesertanya.
3. Sistem otomatis, adalah sistem manajemen kliring lokal yang dimana kinerja
perhitungan, penagihan bilyet saldo kliring dan pemilihan warkatnya
dilakukan pengelolanya secara otomatis.
4. Sistem elektronik, merupakan tata cara kliring lokal meliputi penghitungan
dan juga pembuatan bilyet saldo kliring yang berdasarkan data keuangan
elektronik (DKE), serta penyerahan dokumen peserta kepada pengelola, yang
kemudian diteruskan kepada peserta penerima.
1.2 Peserta Kliring
Yang merupakan peserta kliring nantinya adalah bank atau Bank Indonesia yang
terdaftar pada pengelola untuk turut serta dalam proses kliring tersebut. Peserta kliring
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
1. Peserta Langsung
Peserta langsung yaitu peserta yang turut langsung dalam pelaksanaan kliring
dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung ini dapat terdiri dari
kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam
wilayah kliring kantor induknya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi peserta langsung, yaitu:
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :
1. Kantor cabang yang telah mendapatkan izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2. Kantor cabang pembantu dari bank yang berkantor pusat di luar negeri,
yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di dalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank
Indonesia untuk beroperasi di wilayah kliring yang berbeda dari kantor
cabang induknya.
b. Kantor bank yang memiliki kantor lain dan memiliki rekening giro di salah
satu kantor Bank Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini
yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank
ke lokasi penyelenggara maksimal 45 menit.
2. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung merupakan peserta yang turut ikut dalam proses
pelaksanaan kliring dan menggunakan identitas peserta langsung yang induk
perusahaannya adalah bank yang sama. Peserta tidak langsung ini dapat mencakup
kantor pusat, kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Adapun syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi peserta tidak langsung, yaitu :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :
1. kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri yang telah memdapatkan izin pembukaan
kantor dari Bank Indonesia;
3. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di dalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank
Indonesia
b. Kantor bank sebagaimana yang dimaksud pada poin a harus menginduk
kepada kantor lainyan yang merupakan bank yang sama dimana bank
tersebut telah menjadi peserta langsung pada wilayah kliring yang sama.
1.3 Warkat dan Dokumen Kliring
a. Warkat
Warkat merupakan alat pembayaran nontunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat
perhitungkan dalam kliring otomatis, terdiri dari :
1. Cek, yaitu surat atau dokumen yang berisikan perintah tanpa syarat dari
nasabah kepada bank penyimpan dana yang diperuntukan untuk membayar
sesuatu dengan jumlah tertentu kepada pemegang cek pada saat dibawa atau
ditujukan kepada bank. Jenis cek yang penggunaannya telah disetujui dalam
proses kliring oleh Bank Indonesia adalah cek dividen, cek perjalanan, dan
cek cindera mata.
2. Bilyet Giro, merupakan salah satu alat pembayaran atau surat perintah yang
digunakan untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening pengirim pihak
yang bersangkutan kepada rekening penerima, dimana yang termasuk Bilyet
Giro Bank Indonesia (BGBI).
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT), adalah wesel yang sebagaimana
sudah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang diterbitkan
oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT), surat bukti penerimaan
transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima
dana transfer melalui kliring lokal.
5. Nota Debet, adalah warkat yang digunakan untuk penagihan dana pada
bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat
tersebut.
6. Nota Kredit, Nota kredit adalah warkat yang digunakan menyampaikan
dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima
warkat tersebut.
b. Dokumen Kliring
Dokumen kliring adalah dokumen pembantu proses perhitungan kliring pihak
penyelenggara. Dokumen yang digunakan dalam transaksi kliring lokal dengan
sistem manual yang berupa daftar warkat kliring penyerahan atau pembayaran
pengembalian barang yang sekaligus berfungsi sebagai bukti pengiriman atau
pengembalian warkat baik untuk kliring penyerahan maupun kliring pengembalian.
Dimana daftar pengiriman atau pengembalian warkat ini akan disediakan oleh
masing-masing peserta.
c. Formulir Kliring
Formulir yang biasanya digunakan dalam proses perhitungan kliring lokal dengan
sistem manual meliputi :
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan
oleh penyelenggara dan digunakan pula oleh penyelenggara untuk
menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahan juga pengembalian dari
seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan dan
digunakan oleh peserta untuk Menyusun neraca kliring penyerahan atau
pengembalian atas dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo rekening. Formulir ini disediakan dan juga digunakan oleh
peserta untuk Menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring
penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
1.4 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual
Ada dua tahap penyelenggaraan kliring, yaitu tahap penyerahan dan pengembalian,
yang merupakan bagian dari siklus kliring. Peserta wajib menjalani kedua tahapan
tersebut hingga penyelenggara kliring mengirimkan perwakilan peserta untuk
menyatakan kliring telah selesai. Berikut merupakan tahapan operasi kliring, yang
terdiri dari:
1. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan yang merupakan mekanisme penagihan secara manual di mana
semua kegiatan berlangsung di kantor tempat peserta dan penyelenggara.
1. Persiapan yang perlu dilakukan di kantor peserta sebelum datang ke
pertemuan kliring penyerahan di tempat penyelenggara, meliputi :
a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan apakah
warkat tersebut dapat dikliringkan dan sudah memenuhi kriteria sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerimanya. Warkat yang telah
dipilah berdasarkan bank penerimanya tersebut dipisahkan antara
warkat debet dan warkat kredit.
c. Kemudian mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian
nominal warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Yang
dimana daftar penyerahan tersebut dibuat sendiri untuk kelompok
warkat debet dan kredit per bank penerima.
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan pada jadwal yang sudah
ditentukan dengan mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat:
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua sebagai bukti penerimaan warkat.
3) Menyerahkan lembar ketiga kepada penyelenggara.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat:
1) Menerima dari peserta lain:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti
penerimaan warkat.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
penyerahan yang diterima dari peserta lain dengan warkat yang
diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Yang berisikan
rincian warkat yang diserahkan ataupun yang diterima serta saldo
debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan
lembar pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelengara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara:
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca
kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana mestinya atas nama wakil peserta. Seluruh warkat yang
ditujukan kepada peserta yang terlambat diserahkan penyelenggara
pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil
peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan dinyatakan berakhir
maka penyelenggaraan akan menghubungi peserta untuk mengambil
warkat dan neraca kliring penyerahan.
2. Kliring Pengembalian
Merupakan proses kliring yang dilakukan pada kantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan di tempat penyelenggara. Mekanisme penerimaan warkat kliring
pesertanya berupa warkat debet masuk dan warkat kredit masuk.
1. Persiapan yang harus dilakukan oleh kantor peserta sebelum dibawa ke
pertemuan kliring pengembalian di tempat penyelenggara, meliputi :
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada
pertemuan kliring penyerahan apakah telah memenuhi persyaratan
untuk dibukukan. Dalam hal warkat debet:
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.28/137/UPG tanggal
5 Januari 1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2) Merupakan nota debet, apabila tidak memenuhi ketentuan mengenai
nilai nominal nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak
dalam pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat wajib disertai
dengan SKP dan harus memuat alasan penolakan warkat.
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank
penerima.
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal
serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk
masing-masing bank penerima sebanyak rangkap 3. Agar lebih mudah
dalam perhitungan dapat dibuat telstruk penerima untuk masing
masing daftar warkat apabila jumlah tolakannya lebih dari satu.
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada
jadwal yang sudah ditentukan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan:
1. Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
2. Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.
3. Menyerahkan kepada penyelenggara:
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan
1. Menerima dari peserta lain:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
2. Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai
bukti penerimaan warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
pengembalian dengan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap dua
berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan
maupun yang diterima. Neraca kliring pengembalian ini diisi rincian
warkat debet tolakan yang diserahkan maupun yang diterima serta
saldo debet/kredit kliring pengembalian peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
neraca kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama
neraca kliring pengembalian kepada penyelenggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap dua
berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring
pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap dua kepada
penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca
kliring pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta,
kemudian membubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas
penyelenggara pada neraca kliring pengembalian gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian)
gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun
oleh peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas
penyelenggara pada BSK rangkap dua setelah terdapat kecocokan
antara neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan dengan
BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut:
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan
didistribusikannya BSK maka kliring pengembalian dinyatakan
berakhir. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat
pada SKP yang diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum
disampaikan kepada Bank Indonesia.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada SKP yang
diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaikan kepada Bank
Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
Kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan
melaksanakan kegiatan sebagaimana mestinya atas nama wakil
peserta yang bersangkutan. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari
peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK.
3. Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan pelimpahan hasil kliring
masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia
yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut:
1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil Kliring berdasarkan BSK ke
kantor. Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks
setelah dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan
hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta ya kantor Bank
Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring
yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah
hasil kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukan antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat di mana tidak memungkinkan menggunakan sarana
teleks dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
berlaku dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada
hari kerja berikutnya.

Contoh:

a. Tanggal 3 Juli 2017, Gita (nasabah giro Bank BNI Aceh) membeli barang Sita
(nasabah Bank Andal) senilai Rp12.000.000, Gita membayarnya dengan cek Bank
BNI Aceh.
b. Gita menyerahkan cek no. 131 kepada Bank BNI Aceh untuk rekening giro Sita
sebesar Rp15.000.000,00 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di Bank BNI Aceh adalah:
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 3 Juli 2017 Dr. Giro 27.000.000
Cr. Giro BI 27.000.000
Pada kliring pertama Bank BNI menerima warkat Bank Andal yang ditarik oleh Gita
berupa cek dari peserta kliring Bank Andal. Warkat tersebut adalah warkat debit masuk
karena Bank BNI harus mendebit rekening nasabah Gita. rekening lawannya adalah
mengkredit rekening Giro BI. Di samping itu, Bank BNI juga mendapat amanat dari
nasabah Gita untuk membebani rekening gironya sebesar Rp15.000.000,00.
Pencatatan di Bank Andal adalah:
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 3 Juli 2017 Dr. RAR. Kliring 12.000.000

Kliring 2 3 Juli 2017 Dr. Giro BI 15.000.000


Cr. Giro Sita 15.000.000

Bank Andal menerima setoran dari Sita berupa cek Bank BNI sebesar Rp12.000.000,00
yang merupakan tagihan bagi Bank Andal sehingga perlu dikliringkan melalui Bank
Indonesia. Untuk kliring pertama, Bank Andal selaku penagih akan menunggu hasil
kliring kedua. Namun, apabila kliring kedua terjadi penolakan warkat, maka seluruh
rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara membalik jurnal yang
telah dibuat. Misal jika pada contoh tadi warkat debit keluar senilai Rp12.000.000,00
ditolak, maka Bank Andal dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat kliring
Rp12.000.000,00 sehingga rekening administratifnya menjadi nihil.
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 3 Juli 2017 Cr. RAR. Kliring 12.000.000
Bila kliring kedua dinyatakan efektif/tidak ditolak, maka pencatatannya di samping
menihilkan rekening administratif juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada
rekening riil.
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 3 Juli 2017 Cr. RAR. Kliring 12.000.000

Dr. Giro BI 12.000.000


Cr. Giro Sita 12.000.000

1.5 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Bank Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek
dan bilyet giro yang berasal dari luar wilayah kliring hal ini dikarenakan perkembangan
teknologi yang memungkinkan beberapa bank untuk melakukan verifikasi secara online.
Kliring warkat luar wilayah merupakan penyelenggaraan kliring atas cek BG yang
diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta dari wilayah kliring dimana cek dan BG
tersebut dikliringkan. Penerapan kliring warkat luar wilayah lebih efisien dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisien dari segi waktu maupun biaya.
Sebab efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal di mana warkat dikliringkan
(same day settlement) kemudian biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat
lokal lainya. Dengan manfaat tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu
lintas pembayaran antar daerah.
1. A yang merupakan nasabah Bank X di Bandung melakukan transaksi dengan B yang
merupakan nasabah Bank Z di Bogor. Dalam hal ini A melakukan pembayaran
kepada B dengan memberikan cek/BG Bank X Bandung.
2. B kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank Z Bogor.
3. Bank Z yang ada di Bogor, tidak perlu melakukan inkaso melainkan dapat langsung
mengkliringkan cek/BG bak tersebut melalui kliring lokal di bogor.
4. Kantor Bank X yang ada di Bogor kemudian melakukan validasi cek/BG tersebut
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank X, melalui penyelenggara kliring di
Bogor akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut
6. Bank Z kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG Bank X
dari penyelenggara kliring di Bogor.
7. Atas informasi, Bank Z kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening
nasabah B.
Contoh:
Pada 10 Juli 2016, Dani membeli barang kepada Fadil senilai Rp25.000.000,00. Dani
adalah nasabah Bank BCA Jambi sehingga melakukan pembayaran dengan menarik
cek bank tersebut sebesar Rp25.000.000,00 dan diserahkan kepada Fadil, nasabah Bank
BRI Bali. Tanggal 20 Juli 2016, Fadil melakukan penyetoran rekening gironya dengan
cek dari Dani. Informasi dari Lembaga kliring bahwa cek tersebut dinyatakan efektif
(dana terpenuhi). Maka pencatatannya yaitu:
Jurnal di Bank BRI Bali:
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 20 Juli 2016 Dr. RAR. Kliring 25.000.000
Kliring 1 20 Juli 2016 Cr. RAR Kliring 25.000.000

Dr. Giro BI 25.000.000


Cr. Giro Fadil 25.000.000

Jurnal di Bank BCA Bali:


Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 20 Juli 2016 Dr. RAK. Cab. Jambi 25.000.000
Cr. Giro BI 25.000.000

Jurnal di Bank BCA Jambi:


Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Transaksi 20 Juli 2016 Dr. Giro Dani 25.000.000
Antarcabang Cr. RAK. Cab. Jambi 25.000.000

Contoh di atas memberi contoh bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah melibatkan
transaksi antar cabang bank sendiri. Pada kliring pertama antarbank (Bank BCA dan
Bank BRI Bali) memang hanya melibatkan Bank Indonesia Bali, namun ketika kliring
kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka Bank BCA Bali akan mencatat RAK
Cabang Jambi sebagai konsekuensi Bank BCA Bali telah membayar kepada Bank BRI
Bali. Dengan demikian, Bank BCA Bali mempunyai rekening tagihan antarcabang
kepada Bank BCA Jambi. Sedangkan untuk Rekening Administratif Rupiah (RAR)
Kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.

1.6 Kliring Elektronik dan Otomasi


Kliring elektronik dan otomasi dengan kliring manual pada prinsipnya memiliki
kesamaan, tetapi yang membedakan keduanya adalah teknologi yang canggih. Kliring
elektronik dan otomasi didukung oleh Sistem Pusat Komputer Kliring Elektronik
(SPKE) (untuk menerima dan mengelola data keuangan elektronik serta menghasilkan
informasi hasil kliring dan informasi kliring), Terminal Peserta Kliring (TPK) (sistem
komputer yang dipasang pada peserta untuk menyalurkan Data Keuangan Elektronik
(DKE) ke SPKE dan untuk mendapatkan informasi terkait hasil perhitungan kliring),
dan Jaringan Komunikasi Data (sistem yang digunakan umtuk menyalurkan TPK
dengan SPKE). Dokumen kliring yang diperlukan dalam proses perhitungan kliring
adalah:
a. Bukti Penyerahan Warkat Debet (BPWD): sebagai bukti penyerahan warkat
debet dari petugas kliring kepada penyelenggara dalam suatu kegiatan
penyerahan kliring.
b. Bukti Penyerahan Warkat Kredit (BPWK): sebagai bukti penyerahan warkat
kredit dari petugas kliring kepada penyelenggara dalam kegiatan penyerahan
kliring.
c. Lembar substitusi: sebagai tempat penempelan bukti penjumlahan nominal
warkat kepada pihak penyelenggara dimana pada lembar tersebut tercatat
nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat
d. Kartu Batch: wadah yang memberikan informasi terkait jumlah seluruh nominal
pada bandar warkat dari tiap-tiap peserta dan wadah kontrol proses kliring.
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian (BPRWKP).

Angka dan simbol MICR code line yaitu informasi penting yang dalam kliring
otomasi. Pencantumannya meliputi:
1. Nomor Warkat: sebagai nomor seri pada cek atau bilyet giro serta nomor urut
atau nomor registrasi pada warkat lainnya.
2. Sandi Peserta: sebagai sandi bank dan sandi kantor penerima warkat dimana
akan disediakan 7 digit angka yang 3 digit pertamanya untuk sandi bank, 3 digit
berikut untuk sandi kantor peserta, dan 1 digit terakhir untuk angka penguji.
3. Nomor Rekening. Peserta penerima akan mendapatkan maksimal 10 digit angka
yang sistematikanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta.
4. Sandi Transaksi: sebagai bentuk identitas jenis warkat ataupun jenis transaksi di
dalamnya.
5. Nilai Nominal. Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan
warkat dengan menggunakan MICR encoder atau reader-encoder.
1.6.1 Jenis Biaya Kliring
Pada dasarnya, biaya kliring terdiri dari biaya administrasi biaya proses warkat
kliring yang kemudian akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro
BI yang dimiliki oleh peserta kliring. Peserta dikenakan biaya oleh
penyelenggara, baik kliring lokal secara elektronik otomasi ataupun semi
otomasi. Maka, untuk mendukung kelancarannya peserta dapat mengenakan
biaya yang sewajarnya kepada nasabahnya.
2. Giro
2.1 Pengertian Giro
Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat menggunakan cek, bilyet
giro, surat perintah bayar lain, atau surat pemindahbukuan lainnya. Bilyet giro merupakan
surat perintah pemindahbukuan, sementara cek merupakan surat perintah pembayaran
tanpa syarat. Giro dapat dikategorikan sebagai sumber dana jangka pendek bagi bank dan
bila dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito, giro
memiliki biaya yang lebih murah, sehingga giro dapat ditarik setiap saat. Tingkat bunga
giro yang semakin menarik untuk posisi saldo tertentu disebut bunga berjenjang. Contoh:

Saldo (Rp) Bunga Giro (%)


0 – 5.000.000 0
5.000.000 – 30.000.000 5
30.000.000 – 100.000.000 10
100.000.000 – 250.000.000 12
250.000.000 – tak terhingga 16

2.2 Jenis Rekening Giro


1. Giro swasta adalah giro yang berasal dari perseorangan (individu), kelompok, instansi
swasta, yayasan sosial, dan badan non pemerintah lainnya.
2. Giro pemerintah adalah giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah, seperti giro
departemen, giro kelurahan, giro dinas perpajakan, dan lainnya.

2.3 Akuntansi Giro


Pada tahap pembukuan, giran (nasabah yang menggunakan giro) diberikan ketentuan
saldo minimal, setoran perdana, cara penarikan atau penyetoran, jasa giro, penutupan giro
dan biaya yang menjadi beban giran, di mana saldo minimal dan setoran perdana tersebut
akan berbeda pada setiap bank. Giro dibuka apabila giran telah sepakat dan giran akan
dibebani penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro. Transaksi giro akan
disajikan sebesar nilai kewajiban bank terhadap nasabah giran dan dicatat sebesar nilai
nominalnya. Nilai kewajiban merupakan nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebitan
atau penarikan, sementara nilai nominal merupakan nilai nominal setoran atau penarikan.
Pendebitan berupa penarikan dan beban biaya bagi giran.
Giro akan selalu bersaldo kredit pada posisi normal. Namun, terdapat giran yang
melakukan transaksi bisnis sehingga menimbulkan penarikan cek atau bilyet giro melebihi
saldo giro yang dimilikinya yang berakibat saldo giro menjadi negatif. Terjadinya saldo
negatif ini dikarenakan bank memberikan talangan terlebih dahulu atau yang disebut
overdraft. Overdraft ini diperlakukan selayaknya pemberian kredit kepada nasabah yang
akan dikenakan biaya provisi, administrasi dan biaya lainnya.
Giro dapat dianggap pasif apabila selama 6 bulan secara berturut-turut tidak mengalami
mutasi dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro pasif tersebut akan tetap dikenakan
biaya administrasi di setiap bulannya hingga bersaldo nol, kemudian ditutup secara
sepihak oleh bank walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk
menutup gironya. Contoh:
Transaksi di bawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Salim, seorang nasabah giro
Bank Andal Bali selama bulan Agustus 2018.
Tanggal:
1/8 : Dibuka rekening giro atas nama Salim dengan setoran perdana Rp2.000.000
secara tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet
giro sebesar Rp75.000 dibayar tunai.
6/8 : Salim setor tunai untuk giro sebesar Rp700.000.
10/8 : Salim menyetor giro berupa cek BNI Jakarta Rp2.500.000 dan
kliring dinyatakan berhasil hari ini.
13/8 : Salim menarik cek no. 1135 sebesar Rp1.000.000 untuk membayar
hutang kepada Rina nasabah giro Bank Andal Bali.
18/8 : Salim mentransfer dananya ke cabang Aceh atas beban giro sebesar
Rp500.000.
21/8 : Salim setor tunai untuk giro sebesar Rp800.000.
27/8 : Bank Andal Bali menerima transfer masuk dari Cabang Aceh
sebesar Rp1.000.000 untuk keuntungan giro Salim.
28/8 : Penarikan giro oleh Salim untuk ditransfer ke Cabang Jatim sebesar
Rp900.000.
Bank Andal Bali menentukan jasa giro 6% akan diberikan dengan saldo minimal
Rp1.000.000. Jasa giro dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan. Pajak
Penghasilan bunga (PPh) sebesar 15% dan biaya administrasi Rp50.000 setiap bulan.
Dengan informasi di atas, maka pembukuan jurnalnya adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2018 1 Agst Dr. Kas 2.075.000


Cr. Giro Salim 2.000.000

Cr. Barang Cetakan 75.000

6 Agst Dr. Kas 700.000

Cr. Giro Salim 700.000

10 Agst Dr. Giro BI 2.500.000

Cr. Giro Salim 2.500.000

13 Agst Dr. Giro Salim 1.000.000

Cr. Giro Rina 1.000.000

18 Agst Dr. Giro Salim 500.000

Cr. RAK. Cabang Aceh 500.000

21 Agst Dr. Kas 800.000

Cr. Giro Salim 800.000

27 Agst Dr. RAK. Cabang Aceh 1.000.000

Cr. Giro Salim 1.000.000

28 Agst Dr. Giro Salim 900.000

Cr. RAK. Cabang Jatim 900.000

31 Agst Dr. Bunga Giro 10.000


(2.000.000 x 6% x 1/12 =
10.000)

Cr. Giro Salim 10.000

Dr. Giro Salim 1.500

Cr. Hutang PPh 1.500


(10.000 x 15% = 1.500)

Dr. Giro Salim 50.000

Cr. Pend. Oprs Lainnya 50.000

Daftar Mutasi Giro a/n Salim:

Tanggal Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)

2018 1 Agst Setor Tunai 2.000.000 2.000.000


6 Agst Setor Tunai 700.000 2.700.000

10 Agst Setor Kliring 2.500.000 5.200.000

13 Agst Pengambilan 1.000.000 4.200.000

18 Agst Transfer Keluar 500.000 3.700.000

21 Agst Setor Tunai 800.000 4.500.000

27 Agst Transfer Masuk 1.000.000 5.500.000

28 Agst Transfer Keluar 900.000 4.600.000

31 Agst Bunga Giro 10.000 4.610.000

PPh 1.500 4.608.500

Biaya Adminisrasi 50.000 4.658.500

Namun, apabila pada tanggal 2 September 2018 terjadi penarikan giro oleh Salim sebesar
Rp6.000.000, dan karena dana di rekening giro Salim tidak mencukupi, maka pihak bank
akan memberikan kredit overdraft. Bila overdraft disetujui maka bank mengijinkan giro
bersaldo negatif dan Salim akan dikenai biaya provisi Rp70.000 dan biaya administrasi
Rp65.000. Maka jurnalnya adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2 Sept 2018 Dr. Kredit yang Diberikan 1.476.500

Cr. Pendapatan Provisi Kredit 70.000

Cr. Pendapatan Oprs Lainnya 65.000

Cr. Giro Salim 1.341.500

Dr. Giro Salim 6.000.000

Cr. Kas 6.000.000

Dengan demikian, mutasi giro Salim akan menjadi seperti berikut.

Tanggal Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)


2018 1 Agst Setor Tunai 2.000.000 2.000.000

6 Agst Setor Tunai 700.000 2.700.000

10 Agst Setor Kliring 2.500.000 5.200.000

13 Agst Pengambilan 1.000.000 4.200.000

18 Agst Transfer Keluar 500.000 3.700.000

21 Agst Setor Tunai 800.000 4.500.000

27 Agst Transfer Masuk 1.000.000 5.500.000

28 Agst Transfer Keluar 900.000 4.600.000

31 Agst Bunga Giro 10.000 4.610.000

PPh 1.500 4.608.500

Biaya Adminisrasi 50.000 4.658.500

2 Sept Overdraft 1.341.500 6.000.000

Penarikan Tunai 6.000.000 0

Dalam hal terjadi saldo sebesar nol, maka giran harus segera menyetor untuk mengisi
rekening tersebut pada transaksi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. (2008). Akuntansi Perbankan. UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai