Anda di halaman 1dari 10

RESUME AKUNTANSI PERBANKAN 5A

Kelompok 9

Varel Julian Ballo 20190090

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG

NUSA TENGGARA TIMUR

2022

1
AKUNTANSI KLIRING

Bank komersial menggunakan sarana kliring untuk memudahkan menyelesaikan transaksi


antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis
yang dilakukan masing-masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat
berupa cek, bilyet, giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau
pihak lain yang ditunjuk. Kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi maupun
elektronik.

A. Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring local yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan
pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemelihan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang selanjutnya
disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada data keuangan elektronik
yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada
penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

2
B. Peserta Kliring
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokan menjadi:
1. Peserta langsung. Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan
kliring secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Untuk menjadi peserta
langsung harus memenuhi syarat. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah:
a. Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia.
b. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar negeri,
yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia.
c. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan didalam
negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk beroperasi di wilayah
kliring yang berbeda dari kantor cabang induknya.
d. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor
Bank Indonesia.
e. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara
tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan.
2. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui
dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan bank
yang sama. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi persyaratan. Kantor
bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah:
a. Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia.
b. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar negeri
yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia.
c. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan didalam
negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia.
d. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain yang
merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di wilayah kliring
yang sama.

3
C. Warkat dan Dokumen Kliring
1. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang di perhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otomasi adalah:
a. Cek. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis
cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
b. Bilyet Giro. Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan
dana untuk memindahbukuan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia
c. Wesel Bank Untuk Transfer. Wesel bank untuk transfer, adalah wesel sebagaimana di
atur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer. Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti
penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta
penerima dana transfer melalui kliring lokal.
e. Nota Debet. Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada
bank lain untuk untung bank atau nasabah yang menyampaikan warkat tersebut.
f. Nota Kredit. Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana
pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
2. Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring ditempat penyelenggara.
3. Formulir Kliring.
Formulir yang digunakan untuk preses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual
meliputi:
a. Neraca kliring penyerahan/pengembalian tabungan formulir ini disediakan oleh
penyelenggara.
b. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring.
c. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo
kliring berdasarkan neraca kliring.

4
D. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual.
Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu:
1. Kliring penyerahan
2. Kliring Pengembalian
3. Penyelesaian Akhir

E. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh
penyelenggara dengan persetujuan Bangsa Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang
ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring penyerahan/pembelian.

F. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Bank Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro
yang berasal dari luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan atas cek dan
BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan beserta diwilayah kliring dimana cek dan BG
tersebut dikliringkan.
Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun
2. Kepesertaan
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internet bank dalam melakukan validasi cek
dan BG luar kota.

5
G. Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi
Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan
kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada
penggunakaan teknologi yang lebih canggih. Untuk menyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk
kliring otomasi) dan didasarkan pada data keuangan elektronik yang selanjutnya disebut DKE
untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relative sama dengan sistim kliring manual.
Sistem pusat komputer kliring elektronik (SPKE) adalah seperangkat sistem
komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik
serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kiring lainnya.
Jenis Biaya Kliring
Penyelenggara kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta
kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Biaya kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya
proses warkat kliring.biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh bank Indonesia dari rekening giro BI
yang dimiliki oleh peserta kliring. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta
dapat mengenakan biaya yang wajar kepada nasabahnya.

Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi

Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda dengan
kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian perlakuan
akuntansi yang dibahas di muka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring sistem ini.

6
Akuntansi Giro

Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai kewajiban bank
terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal setoran/penarikan, sedangkan nilai
kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebetan atau penarikan. Pendebetan
misalnya akibat adanya penarikan dan beban biaya bagi giran. Pengkreditan rekening giro akibat
adanya setoran uang tunai/cek, bilyet giro atau adanya jasa giro yang diperhitungkan bank.

Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan
indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif atau pasif. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya
administrasi setiap bulan yang dibebankan pada rekening giro hingga bersaldo nol kemudian ditutup
secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk
menutup gironya.

7
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan
menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya
harus ditarik secara tunai, penarikannya hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan
tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu.

Produk tabungan tersebut pada prinsipnya mengikuti ketentuan BI yang dalam SK Dir. BI
No 22/63 Kep. Dir. Tanggal 01-12-1989 bahwa syarat-syarat penyelenggaraan tabungan adalah sebagai
berikut:

 Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah.


 Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank masing-masing.
 Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro, serta surat-surat perintah
bayar lainnya yang sejenis.
 Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang disediakan untuk
keperluan tersebut misalnya Automatic Teller Machine (ATM).
 Bank penyelenggaraan tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri cara pelayanan,
sistem administrasi, setoran, frekuensi pengambilan, tabungan pasif, tingkat suku bunga,
cara perhitungan dan pembayaran bunga, pemberian hadiah, nama tabungan.
 Bungan tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final untuk penduduk
dan 20% untuk bukan penduduk.

A. Pencatatan Transaksi Tabungan


Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan selanjutnya
disajikan sebesar nilai kewajiban. Nilai kewajiban adalah saldo ditambah bunga yang
diperhitungkan dikurangi pajak. Setiap bunga yang diperhitungkan dikreditkan ke rekening
tabungan. Untuk setor tabungan, seorang penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat,
transfer masuk, dan sebagainya yang disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat
berharga lain bisa dikreditkan ke tabungan kalau warkat itu sudah efektif. Artinya bisa diuangkan
saat itu.

8
B. Penarikan Tabungan
Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-counter
cabang bank yang bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu berupa kartu ATM.
Kartu ATM merupakan kartu tunai (cash card) yang hanya bisa digunakan untuk penarikan tunai
di setiap tempat yang tersedia Automatic Teller Machine (ATM). Penarikan di cabang lain akan
dicatat pada Rekening Antar Kantor (RAK).

C. Bunga Tabungan dan Perhitungannya


Bunga tabungan dihitung pada setiap akhir bulan dan langsung dikreditkan ke
rekening tabungan. Dengan demikian bunga tabungan akan menambah saldo tabungan.
Perhitungan bunga akan dilakukan secara harian atau bulanan dengan berdasarkan pada saldo
terendah, suku bunga tetap atau berubah, atau kombinasi dari dua hal tersebut.
1. Bunga diperhitungkan dengan dasar lamanya saldo mengendap dan tingkat suku bunga
berubah-ubah. Bila pendekatan ini hanya digunakan, lamanya waktu mengendap dihitung
sejak perubahan sampai terjadi perubahan bunga.
2. Perhitungan bunga berdasarkan lamanya saldo mengendap dan tingkat suku bunga tetap.

D. Hadiah untuk Penabung


Bank sering menyelenggarakan tabungan berhadiah. Biaya ini umumnya
diperhitungkan proporsional dengan kemampuan suatu cabang dalam menghimpun dana melalui
tabungan. Kemampuan itu tercermin dari posisi saldo tabungan di neraca cabang. Dengan
demikian semakin besar suatu cabang menghimpun dana tabungan, maka semakin besar porsi
biaya hadiahnya. Sebaliknya semakin kecil saldo tabungan di neraca cabang maka semakin kecil
kontribusi untuk menanggung biaya hadiah.
Pajak undian ini adalah pajak yang ditanggung bank. Bila pajak ditanggung
pemenang, maka pajak tidak diperhitungkan bank. Nilai hadiah undian sebelum sumbangan
sosial berkisar antara 0,1% hingga 10% dari posisi saldo tabungan bank yang bersangkutan.
Sumbangan sosial sekitar 10% dan pajak undian sekitar 25%.

9
E. Tabungan Ongkos Naik Haji (ONH)
Tabungan ONH diselenggarakan baik oleh Bank Konvensional maupun Bank
Syariah. Pada bank konvensional tabungan ONH tidak diberikan bunga, namun jasa tabungan
diberikan dalam bentuk lain misalnya bingkisan tertentu pada setiap bulan selama saldo tabungan
masih mengendap. Sedangkan pada bank syariah, tabungan ONH mendapatkan bagi hasil. Biaya
untuk membeli souvenir tertentu dibukukan sebagai biaya promosi.

10

Anda mungkin juga menyukai