Anda di halaman 1dari 34

2.

1 AKUNTANSI KLIRING
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat
surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang di selenggarakan oleh bank
Indonesia atau bank yang ditunjuk.

A. Sistem Kliring
Berdasarkan system penyeenggaraannya , kliring dapat menggunakan :
a. System manual
b. System semi otomasi
c. System otomasi
d. System elektronik
B. Peserta Kliring
Adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk ,emgikuti
kliring , peserta kliring di kelompokkan menjadi dua , yaitu :
1. Peserta langsung
Adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan dengan identitasnya sendiri . untuk
menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat :
a) Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :
a. Kantor cabang telah memperoleh ijin pembukaan kantor oleh bank
Indonesia
b. Kantor cabang pebantu bank yang pusatnya berasal dari luar negeri,
yang telah mempeoleh ijin pemukaan kantor dari bank Indonesia.
c. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkendudukan di dalam negeri yang telah memperoleh ijin dari bank
Indonesia untuk beroperasi di wilayah klirig yang berada di wilayah
yang berbeda dari kantor cabang induknya.
d. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di
salah satu kantor bank Indonesia .
e. Lokasi kantor memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring yang di tetapkan .

2. Peserta Tidak Langsung

Adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui dan menggunakan
identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan bank yang sama .
syarat menjadi peserta tidak langsung adalah :

a) Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung :


1. Kantor cabang yang telah memperoleh ijin pembukaan kantor dari bank
Indonesia

1
2. Kantor cabang pembantu yang pusatnya berkendudukan diluar negeri yang
telah mempeoleh ijin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
3. Kantor cabang pembantu dari bank yang pusatnya berkendudukan di
dalam negeri yang telah di laporkan kepada bank Indonesia .
b) Kantor bank sebagaimana di maksud pada huruf a menginduk pada kator lain
yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsun di wilayah
klirng yang sama.

C. Warkat Dan Dokumen Kliring


1. WARKAT
adalah alat pemabayaram bukan tunai yang di perhitungkan atas bebam atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring . warkat yang dapat di
perhitungkan dalam kliring otomasi adalah :
a. CEK
CEK adalah cek sebagaimana diatur dalam kitab undang undang hukum dagang
( KUHD) termasuk cek deviden , cek perjalanan , cek cindera mata , dan jenis cek
lainnya yang penggunananya dalam kliring di setujui oleh Bank Indonesia .
b. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpanan dana
untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang di sebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank
Indonesia (BGBI).
c. Wesel Bank Untuk Transfer ( WBUT )
Wesel bank untuk transfer , adalah wesel sebagaiaman diatur dalam KHUD yang
di terbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer .
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer ( SBPT )
Adalah surat bukti penerimaan transafer dari luar kota yang dapat di tagihkan
kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring local .
e. Nota debet
Adalah warkat yang diguanakan untuk menagih dana pada bank lain untuk untung
bank atau nasabah bank yang yang menyampaikan warkat tersebut .
f. Nota Kredit .
Adalah warkat yang di gunakan untuk menyampaikan dana [ada bank lain utuk
untungg bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut .
2. Dokumen Kliring
Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu proses perhitungan kliring di
tempat penyelenggara .

3. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem
manual meliputi :

2
a. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini
disediakan oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk
menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari
seluruh peserta.
b. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh
peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/pengembalian atas dasar daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian.
c. Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan
oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca
kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.

D. Tata Cara Penyelenggara Kliring Lokal Manual

Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan
wakil peserta walalupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan
dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.

1. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan ditempat penyelenggara.
1. Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan ditempat
penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan, apakah warkat
tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah memenuhi
spesifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah
berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat kredit.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan
tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat debet dan kelompok warkat
kredit per bank penerima.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal yang
telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :
1. Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :

3
Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan dan Warkat
Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua daftar warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan
warkat.
Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan
kepada penyelenggara
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat :
1. Menerima dari peserta lain :
Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan dan Warkat
Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti
penerimaan warkat
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang bersangkutan
pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca
kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring
penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta.
Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring penyerahan dinyatakan
berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f
yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil
peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang
bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan
dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk
mengambil warkat dan neraca kliring penyerahan.

2. Kliring Pengembalian
Klirng pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan dikantor peserta dan
kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian ditempat


penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :

4
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan
kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan. Dalam
hal warkat debet :
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG tanggal 5 Januari
1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nila
nominal nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam
pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus
kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing bank
penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk memudahkan perhitungan,
dapat pula dibuat telstruk per bank penerima untuk masing-masing daftar warkat
kliring pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu)
lembar.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian ditempat
penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal yang telah
ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
1. Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :
Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian
Warkat debet tolakan; serta
Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk
diteruskan oleh peserta penerima kepada nasabah penyetor.
2. Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua
daftar kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet
tolakan.
3. Menyerahkan kepada penyelenggara :
Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.
1) Menerima dari peserta lain :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta

5
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk
diteruskan oleh peserta kepada nasabah penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian
degan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca kliring
pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca kliring
pengembalian kepada penyeleggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
neracakliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK,
kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian membubuhkan
tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada neraca kliring pengembalian
gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang disusun
oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada BSK
rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya
BSK maka kliring pengembalian dinyatakan berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang diserahkan oleh
seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas nama wakil peserta yang
bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f,
g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh
wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada
peserta yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang

6
bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil
warkat debet tolakan dari peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara
itu perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pada pertemuan
kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang terkait. Namun,
peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar 1
dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada
penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.

Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring masing-
masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah ditetapkan.
Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut :

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor Bank


Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah dilakukan test key
arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan hasil kliring
ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank Indonesia
tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil kliring yang
bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil kliring
tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya dilakukan antara
penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan telepon
maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku dan pelimpahan serta
pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

E. Jadwal Kliring Lokal Dan Pelimpahan Hasil Kliring

1. Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan
oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring
lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk
hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring
penyerahan/pengembalian, sebagai contoh :
a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00
b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti
bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan

7
dapat dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul
13.30

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya :

1. Tanggal 1 Mei 2012 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B
nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank ABC
Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B nasabah
Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
3. Pencatatan di Bank ABC Semarang

Kredit
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) (Rp)

1 Mei Dr. Giro


Kliring 2 2012 A 30.000.000

Cr.
Giro BI 30.000.000
4. Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A
berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat
debet masuk karena Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening
lawannya adalah mengkredit rekening Giro BI (Bank Indonesia). Disamping itu Bank
ABC Semarang juga menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya
melalui bilyet Giro sebesar Rp 20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar
karena Bank ABC diperintahkan oleh A untuk mengkredit rekening Giro BI. Dua warkat
ini sudah memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo
rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak
mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada
rekening rill.
5. Pencatatan di Bank BAP Semarang

Kredit
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) (Rp)

1 Mei Dr. RAR


Kliring 1 2012 Kliring 10.000.000

8
1 Mei Dr. Giro
Kliring 2 20012 BI 20.000.000

Cr.
Giro B 20.000.000
6. Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa cek Bank ABC Semarang
sebesar Rp 10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan dari Bank BAP terhadap Bank
ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang
melakukan penagihan terhadap Bank ABC Semarang akan mengelompokkan warkat ini
sebagai warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih
akan menunggu hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama
(penyerahan) Bank BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening
administratif sampai dengan kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit
masuk berupa cek Giro dari Bank ABC sebesar Rp 20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh
karena itu dapat langsung dibukukan dalam rekening rill.
7. Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur) ? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan
warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara
membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar
senilai Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening
RAR warkat kliring Rp 10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.

Debit Kredit
Keterangan Tanggal Rekening (Rp) (Rp)

1 Mei Cr. RAR


Kliring 1 2012 Kliring 10.000.000
8. Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di
samping menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring
tersebut pada rekening rill.

Kredit
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) (Rp)

1 Mei Cr. RAR.


Kliring 2 2012 Kliring 10.000.000

Dr. Giro
BI 10.000.000

9
Cr.
Giro B 10.000.000

F. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah

Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank Indonesia mengembangkan
sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal dari luar wilayah
kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah
penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta
diwilayah kliring dimana cek dan BG tersebut dikliringkan.

Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun biaya, sebab :

a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (Same
day settlement)
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada biaya
tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.

Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatannya :

Pada 12 Juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000,
Sdr. X adalah nasabah Bank B Surabaya sehinnga melakukan pembayaran dengan menarik cek
bank tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta.
Tanggal 14 Juni 2012 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut
yang telah diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut dinyatakan
efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang terlibat transaksi
kliring ini?

Jawab :

Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 1 14/6/2012 Dr. RAR 100.000.000

10
Kliring

Cr. RAR
Kliring 2 14/6/2012 Kliring 100.000.000

Dr. Giro
BI 100.000.000

Cr.
Giro Y 100.000.000
Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. RAK
Cab.
Kliring 2 14/6/2012 Surabaya 100.000.000

Cr. Giro
BI 100.000.000
Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. Giro
Transaksi 14/6/2012 X 100.000.000

Cr. RAK
Antar Cab.
Cabang Jakarta 100.000.000

Contoh tersebut memberikan pemhaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah
dalam penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank sendiri. Pada kliring
pertama antar Bank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut
dengan Bank Indonesia Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif,

11
maka Bank B Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta
telah membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai rekening
tagihan antar cabang kepada Bank B cabang Surabaya. Sedangkan untuk Rekening Administratif
Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.

Prinsip Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah

Prinsip prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun sepanjang :
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta
kliring warkat luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang
dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan :
a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh
kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring dimana bank
tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek dan
BG luar kotanya.
4.Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak
dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG luar kota
tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut dikliringkan.
5.Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-masing
bank.

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah karena :

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar
wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta kliring warkat luar
wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah kliring tersebut ada kantor cabang
dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring lokal, karena
akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.

12
Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :

1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk memilah mana
yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring saat ini,
terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring dimasing-
masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank perlu
melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain
yang belum otomasi/elektronik.

Bank Peserta Kliring SOKL


Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan
peserta langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah.

Bank Peserta Kliring Manual


Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal
dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh
Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor bank
tersebut dapat dikliringkan dimanapun sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat kantornya
yang menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa
implikasi khusus sebagai berikut :

1. Sistem Verifikasi Cek/BG


Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar wilayah
adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas cek/BG yang diterbitkan oleh
kantornya yang berada di wilayah kliring lain.

2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank mengenai
pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur operasional
sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang
berada diwilayah kliring lain.

13
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan nomor
rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Dengan diterapkannya kliring
warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring perlu diperhatikan adalah
kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada aplikasi yang digunakannya
sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah kliring
yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik. Proses updating
dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar menjadi pesera kliring warkat luar wilayah,
atau setiap kali ada penambahan atau penghentian peserta langsung yang merupakan kantor
bank peserta kliring warkat luar wilayah.

Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan Bank
Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam hal ini
Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme ini,
sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada
kliring warkat luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun demikian
bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh manfaat dengan
potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG luar kota yang
diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.

Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi seluruh
transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota tersebut diterbitkan
oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari bank tertarik yang menjadi peserta
kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut disetorkan. Namun demikian, penerapan
kliring warkat luar wiayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi
cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun
perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepat dengan
biaya yang relatif lebih murah.

G. Mengenal Kliring Elektronik Dan Otomasi

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi)
dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring
elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.

14
Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer
kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi Data
(JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima
dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi
kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim
Data Keuangan Elektroinik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring
dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang
berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem
ini, setiap peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat bantu
dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan sebagai
tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada
penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat
menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang diserahkan kepada
penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama dengan hasil
penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal
bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol MICR
code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam rangka
sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi atau elektronik. MICR code line pada
warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari :

1. Nomor Warkat: 6(enam) digit;


2. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
3. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
4. Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
5. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.

15
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut atau
nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula menggunakannya
untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk
warkat selain cek atau Bilyet Giro..

2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari :

1. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank


2. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
3. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.

3.Nomor Rekening

Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima paling
banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing peserta. Pencantuman nomor rekening yang kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali
dengan angka 0 (nol), sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit
hanya dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan
karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan dengan angka
0000000001 dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap nama serta nomor rekening
penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening ini diakhiri dengan simbol domestik.

4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai berikut :

a) Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis transaksi yang
terdapat didalamnya;
b) Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan sebagai berikut :
1. 00 sampai dengan 09 untuk cek;
2. 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;
3. 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4. 30 sampai dengan 29 untuk SBPT;
5. 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :

16
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45,
untuk transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah)
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal
diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk
transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam
kliring.

6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut :

a) Sandi transaksi 50, untuk :

1) Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang pelaksanaannya mengacu


pada surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal
valuta penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta jenis dan batasan
nominal warkat atau data keuangan elektronik; dan

2) Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar
Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau transaksi
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);

b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;

c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya
dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan
khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada warkat.
Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka termasuk 2(dua) digit
nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
b. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus diawali dengan
angka 0 (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp. 1.000.000.000.000,00
(satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud diatas diapit oleh 2 (dua)
simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.

17
Jenis Biaya Kliring

Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta
kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya
administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia
dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.

Akuntansi Kliring Elektronik Dan Otomasi

Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda dengan
kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian perlakuan
akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring sistem ini.

2.2 AKUNTANSI UNIT TELLER


Teller adalah petugas bank yang bertanggung jawab terhadap lalu lintas uang tunai.
Dengan demikian, teller dapat diartikan sebagai kuasa kas terbatas karena dalam jumlah uang
tertentu teller dapat melakukan transaksi secara langsung

Jenis Jenis Teller


a. Express Teller Non Cash Teller
b. Foreign Exchange Teller
c. Individual Teller Corporate Teller
d. Tugas Unit Kerja Teller
e. Pembayaran Uang Tunai
f. Penerimaan Setoran
g. Persediaan Uang Tunai

Berdasarkan tugas dari unit kerja Teller, maka pencatatan transaksi dilakukan pada Head
Teller dan Teller itu sendiri. Transaksi-transaksi tersebut diawali saat pembukaan cabang (Open
Branch) sampai penutupan cabang (Close Branch).

1. Transaksi Saat Pembukaan Cabang


Saat awal pembukaan bank, transaksi awal yang dilakukan oleh officer sebagai berikut.
Contoh:
Bank ASIA melakukan setoran modal awal Rp 1.000.000.000
Jurnal:

18
Kas Rp1.000.000.000
Modal Bank Rp 1.000.000.000

Head Teller Bank Asia melakukan setoran awal ke Teller 1, Teller 2 dan untuk kas kecil
masing-masing sebesar Rp 5.000.000

Jurnal :
Kas I Rp5.000.000
Kas II Rp5.000.000
Kas Kecil Rp5.000.000
Kas Induk Rp 15.000.000

2. Transaksi Harian dan Unit Teller

A. Setoran Tunai Nasabah dalam Rupiah (Cash Deposit)


1. Seorang nasabah melakukan setoran awal untuk pembukaan rekening giro secara tunai Rp
1.000.000
Jurnal:

Kas Rp1.000.000
Rekening Giro Nasabah-Hutang Rp 1.000.000

2. Seorang nasabah melakukan setoran awal untuk pembukaan rekening tabungan secara tunai
Rp 5.000.000
Jurnal:

Kas Rp.5.000.000
Rekening Tabungan Nasabah -hutang Rp 5.000.000

3. Seorang nasabah melakukan pembukaan deposito berjangka Rp 50.000.000 suku bunga 7,25%
Jangka waktu 1 bulan, penyetoran dana dilakukan secara tunai.
Jurnal:
Kas Rp50.000.000
Rekening Antar Unit (RAU) Rupiah Rp 50.000.000

19
Rekening Antar Unit (RAU) Rupiah Rp50.000.000
Rekening deposit nasabah Rupiah -H Rp 50.000.000

B. Setoran Tunai Nasabah dalam bentuk Valas (Cash Deposit FX)


Contoh :
1. Seorang nasabah membuka rekening giro valas USD 1000. Nasabah

tersebut membawa valuta rupiah. Kurs beli USD Rp 9.000 dan Kurs jual USD Rp 9.150
Jurnal :

Tahap I
Bank jual USD ke nasabah untuk penempatan Giro Valas dengan menggunakan Kurs Jual USD
Rp 9.150
Kas Rupiah Rp 9.150.000
Rek Perantara Valuta Rupiah Rp 9.150.000

Rek Antar Perantara Valuta USD 1.000


Kas Valuta USD 1.000

Tahap II
Bank menerima penempatan giro valas USD Nasabah sebesar USD 1.000

Kas Valas USD 1.000


Rek Perantara Valuta USD 1.000
Rek Perantara Valuta USD 1.000
Rek Giro Valas Nasabah-H 1.000

2. Seorang nasabah membuka rekening giro SGD 10.000 Nasabah tersebut membawa valuta
SGD. Kurs beli SGD 6.000 dan Kurs jual SGD.6.050

Kas valas SGD 10.000


Rek Perantara Valuta SGD 10.000

20
Rek Perantara Valuta SGD 10.000
Rek Giro Valas nasabah -H 10.000

3. Seorang nasabah menyetor secara tunai USD 5.000 untuk penempatan deposito valas.

Kas Valas USD 5.000


Rek Perantara Valuta USD 5.000

Rek Perantara Valuta USD 5.000


Rek Deposito Valuta USD -H 5.000

C. Penarikan Tunai Nasabah Dalam Rupiah (Cheque and Sundry Withdrawal)


1. Seorang nasabah melakukan penarikan tunai dari rekening tabungannya sebesarRp.500.000

Jurnal:
Rekening tabungan Rp 500.000
Kas Rp 500.000
2. Seorang nasabah giro menarik cek sebesar Rp 1.000.000
Jurnal:

Rekening giro nasabah Rp1.000.000


Kas Rp 1.000.000

3. Seorang nasabah mencairkan deposito secara tunai sebesar Rp 50.000.000


Jurnal:

Rek. Penampungan (RAU Rupiah) Rp50.000.000


Kas Rp 50.000.000

Rek deposito nasabah Rp.50.000.000


Rek Penampungan Rp.50.000.000

Pembelian BBM secara tunai sebesar Rp 45.000


Jurnal transaksinya:

21
Biaya BBM Rp45.000
Kas Kecil Rp 45.000

D. Penarikan tunai nasabah dalam valuta asing (sundry withdrawal FX)


1. Seorang nasabah giro valas melakukan penarikan tunai sebesar USD 5.000 pembayaran
dilakukan valuta rupiah. Kurs beli USD Rp 8.000 dan kurs jual USD Rp 9.000

Jurnal:

Rek Giro valas nasabah USD 5.000


Rek Perantara Valuta USD 5.000

Rek Perantara Valuta Rupiah 40.000.000


Kas Rupiah 40.000.000

2. Seorang nasabah giro valas melakukan penarikan tunai sebesar SGD 2.000 Kurs beli
SGD Rp 6.000 dan Kurs jual SGD Rp 6.500
Jurnal:

Rek Giro valas nasabah SGD 2.000


Rek perantara valuta SGD 2.000

Rek perantara valuta SGD 2.000


Kas valuta SGD 2.000

3. Seorang nasabah mencairkan deposito valas HKD 15.000 dan diambil secara tunai dalam
valuta rupiah. Kurs beli HKD Rp 3.000 dan Kurs jual Rp.4.000.
Jurnal:

Deposito valas HKD 15.000


Rek perantara valuta HKD 15.000

22
Rek perantara valuta Rupiah Rp45.000.000
Kas Rupiah Rp 45.000.000

4. Seorang nasabah mencairkan deposito SGD sebesar 20.000 Pembayaran dilakukan


secara tunai dengavaluta SGD
Jurnal:

Rek Deposito Valas SGD 20.000


Kas Valas SGD 20.000

E. Jual Beli Bank Notes Secara Tunai (Exhange Cash)


1. Seorang nasabah menjual Bank Notes USD 500 secara tunai. Kurs beli USD Rp 8.000 Kurs
jual USD Rp 9.000 Hasil penjualan Bank Notes kehendaki dalam valuta rupiah.
Jurnal:

Kas Valas USD 500


Rek Perantara Valuta USD 500

Rek Perantara Valuta Rupiah Rp4.000.000


Kas Rupiah Rp 4.000.000

2. Seorang nasabah membeli Bank Notes Euro sebesar 2.000 Kurs beli Euro Rp 9.000, Kurs jual
Euro Rp 10.000 pembayaran dilakukan dengan valuta rupiah
Jurnal:

Kas Rupiah Rp20.000.000


Rek Perantara Valuta Rp 20.000.000

Rek Perantara Valuta Euro 2.000


Kas Valas Euro 2.000

3. Bank Asia Cabang Malang membeli Bank Notes USD dari nasabah sebesar USD 1.000 Kurs
beli USD Rp 9.800 Kurs jual USD Rp 9.850 Kurs buku di kantor pusat Rp 9.900

23
Jurnal:

Kas Valas USD 1.000


Rek Perantara Valuta USD 1.000

Rek Perantara Valuta Rupiah Rp9.800.000


Kas Rupiah Rp 9.800.000

Cabang Jual Bank Notes ke Kantor Pusat (RAK):

Rekening Antar Kantor Rp9.900.000


Rek Perantara Valuta Rupiah Rp 9.900.000

Rek Antar Unit Valuta USD 1.000


Kas Valas 1.000

Keuntungan Cabang dari pembelian Bank Notes :

Rek Antar Kantor Rp100.000


Bank Notes Rp 100.000

4. Transaksi Saat Penutupan (Akhir Hari) Cabang Head Teller menerima setoran tunai dari Teller
sebesar Rp 50.000.000 dan setoran dari kas kecil Rp 500.000 saat penutupan cabang.
Jurnal:

Kas Induk Rp50.500.000


Kas Teller I Rp50.000.000
Kas Kecil Rp 500.000

2.3 PENGERTIAN DAN JENIS REKENING GIRO


Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain. Cek

24
adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan bilyet giro adalah surat perintah
pemindahbukuan.

Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokan sebagai sumber dana jangka pendek
bagi bank dan berbiaya murah. Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu
dengan bank lain bisa berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan sistem bunga harian, tetapi ada juga yang
menerapkan sistem bunga terendah dan sistem Bungan berjenjang. Bunga berjenjang adalah tingkat
bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu.

Contoh :

Saldo ( Rp ) Bunga Giro ( %)


0 5.000.000 0%
5.000.000 25.000.000 8%
25.000.000 100.000.000 12%
100.000.000 tak terhingga 14%

Jenis Rekening Giro :

1. Giro swasta yaitu giro yang dimiliki oleh perseorangan, kelompok, instansi swasta, yayasan
social, dan badan non pemerintah lainnya
2. Giro pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah misalnya giro kelurahan, giro
departemen, giro dinas perpajakan, dsb.

1. AKUNTANSI GIRO
Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdana, cara
penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi beban giran. Bila calon giran
sepakat maka giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani penggantian barang cetrakan berupa buku cek
dan bilyet giro.

Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai kewajiban bank terhadap
nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal setoran/penarikan, sedangkan nilai kewajiban adalah
nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebatan dan penarikan. Pendebitan misalnya akibat adanya
penarikan dan beban biaya bagi giran. Pengkreditan rekening giro akibat adanya setoran uang tunai/cek,
bilyet giro atau adanya jasa giro yang diperhitungkan bank.

Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan penarikan cek atau
bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya. Bila ini terjadi maka terjadi saldo negative ( saldo debit
untuk giro ). Saldo negative ini terjadi ( dalam arti cek/BG bisa dicairkan oleh pemegangnya ) karena
bank memberikan talangan/cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah perbankan disebut Overdraft.

Dalam hal mutasi giro bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif atau pasif. Giro
dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo dibawah saldo

25
minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan yang dibebankan pada rekening
giro hingga bersaldo 0 dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup
kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk menutup gironya.

Contoh :

Transaksi dibawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo nasabah giro bank bisnis Semarang
selama bulan April 2003

Tanggal :

1/4 Dibuka rekening giro atas nama Susilo dengan setoran perdana Rp 1.000.000 secara tunai. Biaya
penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro sebesar Rp 50.000 yang dibayar tunai.

5/4 Susilo setor tunai untuk giro sebesar Rp 500.000

10/4 Susilo menyetor giro berupa cek BNI Semarang Rp 1.500.000 dan kliring dinyatakan berhasil hari
ini

15/4 Susilo menarik cek No.1124 sebesar Rp 500.000 untuk membayar hutang kepada Samsudin nasabah
giro bank bisnis Semarang. Pada hari ini juga Samsudin menyetorkan kepada bank bisnis tsb

17/4 Pada hari ini Susilo mentransfer dana ke cabang Surabaya atas beban giro sebesar Rp 1.000.000

20/4 Susilo setor giro secara tunai Rp 750.000

25/4 Bank bisnis Semarang menerima transfer masuk dari cabang Cirebon sebesar Rp 1.200.000 untuk
keuntungan giro Susilo

27/4 Penarikan giro oleh Susilo untuk ditransfer ke cabang Bandung sebesar Rp 2.000.000

Bank bisnis menentukan jasa giro 12% akan diberikan dengan saldo minimal Rp 1.000.000. jasa
giro dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan. Pajak penghasilan bunga (pph) sebesar
15% dan biaya administrasi Rp 50.000 setiap bulan. Dengan informasi tersebut, maka jurnal
pembukuannya adalah :

Jurnal

1/4 Dr. Kas 1.050.000


Cr. Giro Susilo 1.000.000
Cr. Barang cetakan 50.000

5/4 Dr. Kas 500.000


Cr. Giro Susilo 500.000

26
10/4 Dr. Giro BI 1.500.000
Cr. Giro Susilo 1.500.000

15/4 Dr. Giro Susilo 500.000


Cr. Giro Samsudin 500.000

17/4 Dr. Giro Susilo 1.000.000


Cr. RAK. Cabang Surabaya 1.000.000

20/4 Dr. Kas 750.000


Cr.Giro Susilo 750.000
25/4 Dr. RAK. Cabang Cirebon 1.200.000
Cr. Giro Susilo 1.200.000

27/4 Dr. Giro Susilo 2.000.000


Cr. RAK. Cabang Bandung 2.000.000

30/4 Dr. Bunga Giro 10.000


Cr. Giro Susilo 10.000

Dr. Giro Susilo 1.500


Cr. Hutang PPh 1.500

Dr. Giro Susilo 50.000


Cr. Pend. Operasional lainnya 50.000

Daftar Mutasi Giro A/n Susilo

Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo


1/4 Setor tunai 1.000.000 1.000.000
5/4 Setor tunai 500.000 1.500.000
10/4 Setor kliring 1.500.000 3.000.000
15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000
17/4 Transfer keluar 1.000.000 1.500.000
20/4 Setor tunai 750.000 2.250.000
25/4 Transfer masuk 1.200.000 3.450.000
27/4 Transfer keluar 2.000.000 1.450.000

27
30/4 Bunga giro 10.000 1.460.000
PPh 1.500 1.458.500
Beban administrasi 50.000 1.408.500

Saldo terendah selama bulan yang bersangkutan adalah Rp 1.000.000, sehingga bunga giro yang
dibayar oleh bank sebesar Rp 1.000.000 x 12% x 1/12 = Rp 10.000 dikurangi pajak bunga yang harus
dititipkan di bank sebesar Rp 10.000 x 15% = Rp 1.500. dengan demikian dibayar bersih ke Susilo
sebesar Rp 8.500. untuk jurnalnya bisa dilihat pada tanggal 30/4 di atas.

Kasus diatas menunjukan bahwa semua transaksi dilakukan secara normal sehingga
menghasilkan saldo normal ( kredit ). Bagaimana kalau terdapat penarikan giro diatas saldo yang ada?
Kalau ini yang terjadi maka bank bisa menolak pencairan ( cek ) atau pemindahbukuan ( bilyet giro )
dengan alsan saldonya tidak cukup. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pihak giran
bernegosiasi untuk mendapatkan overdraft. Bila overdraft disetujui maka sama saja bank mengijinkan
giro bersaldo negative ( debet ). Overdraft dicatat sebagai kredit yang diberikan.

Contoh :

Tanggal 3 Mei 2003 terjadi penarikan giro oleh Susilo sebesar Rp 3.358.500. Bila bank
menyetujui, maka penarikan dapat dilakukan dan berarti terjadi saldo negative sebesar Rp 1.950.000.
Untuk menutup saldo tersebut, bank memberikan kredit overdraft sebesar Rp 2.050.000 yang dikurangi
biaya provisi Rp 60.000 dan biaya administrasi Rp 40.000

3/5-2003 Dr. Kredit yang diberikan 2.050.000


Cr. Pendapatan provisi kredit 60.000
Cr. Pendapatan operasional lainnya 40.000
Cr. Giro Susilo 1.950.000

Dr. Giro Susilo 3.358.500


Cr. Kas 3.358.500

Dengan demikian mutasi giro Sdr. Susilo menjadi sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo


1/4 Setor tunai 1.000.000 1.000.000
5/4 Setor tunai 500.000 1.500.000
10/4 Setor kliring 1.500.000 3.000.000

28
15/4 Pengambilan 500.000 2.500.000
17/4 Transfer keluar 1.000.000 1.500.000
20/4 Setor tunai 750.000 2.250.000
25/4 Transfer masuk 1.200.000 3.450.000
27/4 Transfer keluar 2.000.000 1.450.000
30/4 Bunga giro 10.000 1.460.000
PPh 1.500 1.458.500
Beban administrasi 50.000 1.408.500

3/5 Overdraft 1.950.000 3.358.500


Penarikan tunai 3.358.500 0

Dalam hal terjadi saldo sebesar nol, maka giran harus segera menyetor untuk mengisi rekening tersebut
pada transaksi selanjutnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Taswan ,Akuntansi Perbankan , UPP AMP YKN , YOGYAKARTA, 2005

http://aristriandikautomo.blogspot.co.id/2016/05/akuntansi-unit-teller-dan-unit-giro.html

30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai