Kelompok 6 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
5.1 Perbedaan Agen Penjualan dan Cabang
Perbedaan Antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat
otonomi. Sebuah agen penjualan kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen”, biasanya
tidak beroperasi secara otonom, namun bertindak atas nama kantor pusat, agen penjualan dapat
memajang dan mendemonstrasikan contoh produk ; menerima pesanan, dan mengatur
pengiriman. Pesanan biasanya diarsipkan oleh kantor pusat karena agen penjualan tidak
menyimpan stok persediaan. Pemilihan produk pengiklanan, pemberian kredit, penagihan utang
dan aspek operasi bisnis lainnya biasanya dilakukan oleh kantor pusat.
Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang
penyediaan jasa yang lebih besar. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persedian dan
mengarsip pesanan pelanggan. Di beberapa perusahaan, cabang menjalankan fungsi pemberian
kredit secara mandiri, sementara untuk beberapa perusahaan lainnya, pemeberian kredit
ditangani oleh kantor pusat.
Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap orang pernah
mengunjungi cabang departement store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank secara khusus
telah melakukan perluasan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara ektensif. Beberapa
perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi yang dapat
dibandingkan, biasanya disebut dengan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood menjalankan proses
produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bandung, Medan, Barjarmasin, dan Makasar.
Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah
bahwa keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin.
Tingkat pengambilan keputusan manajemen di cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen
penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.
Sementara seorang manajer cabang hanya memiliki sedikit pilihan, manajer cabang
lainnya dapat beroperasi relatif lebih independen dari kantor pusat. Manajer pabrik mie instan,
misalnya tidak memiliki keleluasaan menentukan kuantitas dan jenis mie yang diproduksi dan
memiliki sedikit keleluasaan untuk menentukan pemasok. Di beberapa bank, pengajuan
pinjaman dapat disetujui oleh manajemen cabang sampai dengan batas tertentu, sementara
dibank lainnya, seluruh pengajuan pinjaman harus disetujui oleh komite pinjaman yang
tersentalisasi. Di jaringan departement store besar, toko cabang normalnya diminta untuk
menyediakan produk tertentu yang ditentukan oleh kantor pusat, namun manajemen lokal
mempunyai pilihan atas produk-produk lain dari sejumlah besar yang ditentukan oleh kantor
pusat. Di beberapa kasus, manajemen lokal bebas membeli seluruhnya sesuai kebutuhannya.
Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen dicatat oleh kantor pusat.
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, misalnya pada PT. Cemara, sebuah
perusahaan manufaktur struktur modular dan partisi di jakarta yang membangun sebuah agen
penjualan di Surabaya. Sehingga ayat-ayat jurnalnya yaitu :
Menyewa tanah untuk fasilitas Sewa dibayar dimuka agen Surabaya 50000000
penjualan Kas 50000000
Membangun dan merapikan gedung Leasehold Improvements- Agen 80000000
untuk fasilitas penjualan Surabaya
Perabot-Agen 21000000
Surabaya
Peralatan-Agen 16000000
Surabaya
Kas 117000000
Transfer kas ke agen sebagai dana kas Kas kecil-Agen 2500000
kecil Surabaya
Kas 2500000
Transfer persediaan yang akan Persediaan contoh-Agen Surabaya 135000000
digunakan untuk contoh di Agen Persediaan 135000000
Membayar tagihan yang diterima Beban utilitas-Agen 1100000
kantor pusat atas beban-beban agen Surabaya
penjualan Beban Kantor-Agen 800000
Surabaya
Beban Asuransi-Agen Surabaya 2000000
Beban Perjalanan-Agen Surabaya 1400000
Beban Iklan-Agen 2700000
Surabaya
Kas 8000000
Membayar gaji karyawan agen Beban Gaji-Agen 31000000
penjualan Surabaya
Kas 31000000
Memenuhi pesanan dari agen Piutang Dagang 88000000
penjualan Penjualan-Agen Surabaya 88000000
Beban harga pokok penjualan-Agen 56000000
Surabaya
Persediaan 56000000
Mengganti kembali dana kas kecil Beban Kantor-Agen 420000
agen penjualan Surabaya
Beban Perjalanan-Agen Surabaya 1200000
Beban tenaga kerja sementara-Agen 750000
Surabaya
Kas 2370000
Mencatat ayat jurnal penyesuaian Beban sewa-Agen 25000000
akhir periode Surabaya
Beban penyusutan-Agen Surabaya 14500000
Beban Gaji-Agen 1900000
Surabaya
Sewa dibayar dimuka-Agen 25000000
Surabaya
Akumulasi penyusutan-Agen 14500000
Surabaya
Utang Gaji 1900000
Transaksi yang dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang diperlukan.
Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi yang terjadi
diantara mereka pada siistem akuntansinya masing-masing. Walaupn kantor pusat dan masing-
masing cabang menegelola pembukuan secara terpisah, seluruh pencacatan akan digabungkan
untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan ekternal menyajikan perusahaan sebagai
entitas ekonomi tunggal.
A. AKUN-AKUN ANTARPERUSAHAAN
Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali bahwa
mereka turut mencatat akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun resiprokal antara
kantor pusat dengan kantor cabang. Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut
investasi dicabang, sementara akun resiprokal di pembukuan cabang dinamakan kantor pusat.
Ketika perusahaan memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap
cabang.
Saldo investasi di cabang mmenunjukkan besaran investasi kantor pusat di cabang
tertentu melalui kontribusi kas dan transfer ke cabang. Prosedur akuntansi yang diterapkan
kantor pusat untuk investasi di cabang dengan yang diterapkan oleh perusahaan induk atas
investasinya di anak perusahaan dengan menggunakan metode ekuitas. Akun resiprokal kantor
pusat dipembukuan cabang menunjukkan jumlah modla kantor pusat di cabang, dan saldo
tersebut disajikan di bagian ekuitas pemilik pada laporan keuangan cabang terpisah yang
ditujukan kepada pihak internal.
B. PENDIRIAN CABANG
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat oleh
kantor pusat pada akun investasi di cabang. Hal yang sama, cabang mencatat transfer tersebut di
akun kantor pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jaya yang berlokasi di Jakarta, mendirikan sebuah
cabang di Medan, Sumatra Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas Rp20.000.000,
peralatan kantor baru senilai Rp 5.000.000, dan peralatan toko baru senilai Rp30.000.000. Kantor
pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Cabang Medan PT Jaya mencatat pentrasferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan
ayat jurnal berikut.
B(2) Kas 20.000.000
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun investasi
di cabang buku kantor pusat dan kantor pusat pada buku cabang memiliki saldo resiprokal
Rp55.000.000. Neraca terpisah yang dibuat oleh kantor cabang Medan sesaat setelah ditransfer
adalah sebagai berikut.
Saat menerima laporan cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai berikut.
Ayat jurnal diatas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang
Medan dan akun kantor pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara
keseluruhan, akun investasi di cabang Medan, akun kantor pusat, dan akun laba canag Medan
seluruhnya harus di eliminasi.
Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta untuk
memperoleh seluruh persediaan dari kantor pusat atau dapat juga diizinkan memperoleh sebagian
persediaan dari pihak eksternal. Misalnya PT Jaya membeli persediaan senilai Rp 5.000.000 dari
penjual grosir independen, dan cabang menerapkan metode persediaan perpetual, maka transaksi
tersebut akan dicatat dengan jurnal :
Persediaan 5.000.000
Kas (Utang Dagang) 5.000.0000
Mencatat pembeliaan persediaan dari pihak
eksternal
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut. Persediaan yang di
transfer dari kantor pusat ke cabang harus dicatat ,dan dapat dinyatakan sebesar nilai perolehan
dai kantor pusat atau pada suatu nilai yang melebihi nilai perolehannya.
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset alun persediaan sepeti yang di
perolehdari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset bersih,
Persediaan 8.000.000
Kantor Pusat 8.000.000
Transfer persediaan dari kantor pusat
Tidak ada keuntungan yang diakui kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai keuntungan
diakui oleh cabang saat cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
Persediaan 8.100.000
Kantor Pusat 8.100.000
Transfer persediaan dari kantor pusat
Contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pemgiriman persediaan ke cabang,
asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga Rp 12.000.000 dan
mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar Rp 15.000.000. Kantor pusat
mencatat pengiriman tersebut :
Investasi di cabang Medan 15.000.000
Persediaan 12.000.000
Laba antar perushaan belum 3.000.000
terealisasi
Transfer persediaan ke cabang medan, ditagih
melebihi harga perolehan
Laba antar perusahaan sebesar Rp 3.000.000 bersifat belum terealisasi karena persediaan belum
dijual kepihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhka sampai dengan cabang menjual
persediaan ke elsternal.
Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari kantor pusat, cabang mengakui
laba sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksteral dengan harga transfer ke kantor pusat.
Setelah persediaan dijual ke eksternal, kantor pusat mengakui laba antarperusahaan yang
sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persedian yang ditransfer
dari kantor pusat, laba antarperusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat sebagi berikut :
Contoh, kantor pusat PT Jaya membeli peralataan toko sebesar Rp 30.000.000 untuk cabang
Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut:
Beberpa perusahaan memilih mencatat aset tetap cabang dipembukuan kantor pusat dibanding
dipembukuan cabang. Hal ini memberikan kantor pusat kontrol yang lebih baik atas aset cabang
dan membantu perhitungan penyusutan atas keseluruhan. Beberapa perusahaan menggunakan
metode penyusutan kelompok atau composite, dapat lebih mudah diaplikasikan dengan dasar
perusahaan secara keseluruhan.
Ketika aset tetap cabang dicatatat hanya dibuku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal yang dicatat
oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Misalnya , cabang Medan PT Jaya membeli
peralatan toko senilai Rp 30.000.000 peralatan toko untuk cabang Medan, dan peralatan dicatat
dipembukuan kantor pusat dibading dicabang , makan kantor pusat mencatat pembelian tersebut
sebagai berikut :
Jika cabang membeli aset tetap yang dicatat dipembukuan kantor pusat, maka ayat jurnal
hrus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya, cabang medan PT Jaya membeli
peralatan toko senilai Rp 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat oleh kantor
pusat. Cabang mencatat pembelian aset tetap sebagai berikut :
Karena cabang membeli aset tetap yang dicatat dalam buku kantor pusat, saldo akun Kantor
Pusat dan Investasi di Cabang Medan berkurang. transaksi tersebut dilakukan jika cabang mebeli
peralatan untuk kantor pusat
1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat; misalnya, persediaan yang
dibeli dari pihak eksternal oleh cabang dan ditagihkan ke kantor pusat.
2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang; misalnya, penyusutan atas
peralatan cabang yang dicatat pada buku kantor pusat atau biaya promosi cabang yang
dialokasikan oleh kantor pusat.
3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat; misalnya, sebagian dari biaya promosi
umum atau sebagian dari biaya overhead umum kantor pusat.
Dalam beberapa kasus, biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang dan
dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun, sering kali cabang yang mendapat alokasi beban
diberitahu tentang jumlah yang dialokasikan, lalu cabang mencatat beban tersebut pada
pembukuannya. Dengan cara ini, laba yang dihitung oleh cabang meliputi seluruh beban yang
dianggap terkait dengan cabang.
Sebagai contoh perlakuan alokasi biaya kantor pusat, perhatikan kasut kantor pusat PT Jaya
berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang Medan.
Berdasrakan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut sebagai
berikut :
Tanpa jurnal-jurnal tersebut, laba kantor pusat akan terlalu kecil dan laba cabang akan
terlalu besar. Walaupun ketiadaan jurnal tersebut tidak memberikan pengaruh atas laba
perusahaan secara keseluruhaan, nilai laba terpisah antara kantor pusat dan cabang mungkin
dibutuhkan untuk tujuan internal.
Dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, akun-akun kator pusat dan cabang
digabungkan. Penyusunan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan umumnya
menggunakankertas kerja untuk membantu menggabungkan akun-akun kantor pusat dan cabang
serta mengeleminasi akun-akun perusahaan. Kertas kerja yang digunakan sama dengan kertas
kerja konsolidasi kecuali akun Kantor Pusat menggantikan ekuitas pemegang saham anak
perusahaan di kertas kerja. Seperti dalam penyusunan kertas kerja laporan konsolidasi, seluruh
eliminasi dibuat di kertas kerja dan bukan di pembukuan terpisah unit yang digabung.
Sebagai ilustrasi ayat jurnal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk menyusun laporan
keuangan eksternal perusahaan dengan operasi cabang, asumsikan data berikut terkait dengan PT
Jaya di akhir tahun fiskal 31 Desember 19X1.
1. PT Jaya mendirikan cabang di Medan dan segera mentransfer kas, peralatan kantor, dan
peralatan toko dengan nilai total Rp55.000.000 ke cabang, seperti yang dicatat dalam ayat
jurnal H(1). Kemudian pada tahun tersebut, kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan
senilai Rp12.000.000 ke cabang dan menagihnya dengan harga Rp15.000.000, seperti
yang tercatat di ayat jurnal H(2). PT Jaya melaporkan saldo investasi di Cabang Medan
sebesar Rp70.000.000 pada tanggal 31 Desember 19X1, sebelum dibuat ayat jurnal
penutup.
2. Cabang Medan melaporkan laba sebesar Rp63.000.000 untuk tahun 19X1.
3. Saldo akun investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat meningkat sebesar
Rp133.000.000 pada tanggal 31 Desember 19X1 dengan rincian sebagai berikut.
Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1 Rp 70.000.000
Laba cabang Medan 19X1 Rp 63.000.000
Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1 Rp133.000.000
Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakan dalam penyusunan laporan keuangan PT
Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
(Huruf E digunakan untuk menunjukkan ayat jurnal eliminasi. Ayat-ayat jurnal tersebut tidak
muncul baik di pembukuan kantor pusat atau cabang).
Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama
mengeleminasi laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun
investasi yang meningkat pada saat kantor pusat mengakui laba cabang.
Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeleminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo
akun resiprokal Kantor Pusat di cabang sebelum penutupan.
Ayat jurnal ini mengeleminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal jika tidak
ada laba cabang. Pendebitan akun Kantor Pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat
dianalogikan sebagai eliminasi saldo laba awal dalam ayat jurnal eliminasi investasi untu
menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk
mengakui laba antarperusahaan atas pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak eksternal.
Ayat jurnal ini juga mengurangi beban pokok penjualan yang dicatat oleh cabang. Beban pokok
penjualan dikurangi sebesar jumlah laba kantor pusat yang dimasukkan dalam biaya cabang dari
persediaan yang dijual. Pada saat ayat jurnal ini tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan,
tetapi ayat jurnal itu diperlukan untuk menyatakan dengan benar pos laporan laba rugi individual
dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan.
Ayat jurnal E(22) mengeliminasi laba antarperusahaan yang belum terealisasi dari
persediaan akhir di cabang, sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan
awalnya.
Sebagai ilustrasi ringkasan akuntansi untuk operasi cabang, asumsikan bahwa PT Ultra
Surabaya, Jawa Timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan di
Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual kepada peritel (pengecer) dan kepada cabang Bali dengan
laba atas penjualan antarperusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah
sebagai berikut.
a. PT Ultra mendirikan cabang Denpasar pada tahun 20x1 dengan mentransfer dalam uang
tunai sebesar Rp30.000.000. Selain itu, kantor pusat juga mentransfer peralatan dan
perlengkapan kantor baru senilai Rp100.000.000 ke cabang Denpasar.
b. Selama tahun 20x1 kantor pusat dan cabang Denpasar membeli barang dagang masing
masing sebesar Rp260.000.000 dan Rp50.000.000 dari plhak eksternal.
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer barang dagang ke cabang Denpasar
dengan total harga transfer sebesar Rp110.000.000. Biaya perolehan barang dagang
kantor pusat senilai Rp70.000.000.
d. Kantor pusat menjual barang dagang seharga Rp254.000.000 ke pihak eksternal dengan
harga Rp500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar
Rp480.000.000. Cabang Denpasar menjual barang dagang senilai Rp128.000.000 ke
pihak eksternal dengan harga Rp200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar
Rp158.000.000. Sejumlah persediaan yang dijual oleh cabang Denpasar senilai
Rp38.000.000 telah dibeli dari pihak eksternal.
e. Cabang Denpasar mengirimkan kas sebesar Rp70.000.000 ke kantor pusat.
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp133.000.000.
Sementara beban operasi yang terjadi di cabang Denpasar sebesar Rp34.000.000.
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp390.000.000 selama tahun 20x1, sementara
cabang Denpasar membayar utang Rp77.000.000.
h. PT Ultra mengumumkan dan membayar dividen sebesar Rp50.000.000.
i. Pada akhir tahun 20x1, kantor pusat mencatat penyusutan sebesar Rp30.000.000,
sementara cabang Denpasar mencatat penyusutan Rp6.000.000.
j. Pada akhir tahun 20x1, saldo persediaan cabang yang telah dibeli dari pihak eksternal
memiliki biaya sebesar Rp12.000.000. Saldo persediaan cabang yang telah ditransfer dari
kantor pusat memiliki biaya perolehan dari kantor pusat sebesar Rp15.000.000 dan
ditagihkan ke cabang sebesar Rp20.000.000.
Ayat jurnal yang digunakan utntuk mencatat aktivitas pada pembukuan kantor pusat dan
cabang PT Ultra Denpasar selama tahun 20X1 ditunjukkan pada Figur 17-2.
Kertas kerja untuk menyusun lapora keuangan PT Ultra tahun 20X1 tampak di Figur 17-
3. Dua kolom pertama kertas kerja adalah saldo akun-akun dari yang dibutuhkan untuk cabang
Denpasar. Dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja adalah ayat jurnal kertas kerja
yang dibutuhkan untuk mengeliminasi atau menyesuaikan saldo akun sehingga mencerminkan
posisi dan aktivitas kantor pusat dan cabang Denpasar sebagai entitas tunggal. Kolom terakhir
menunjukkan jumlah total dari setiap pos akun, di mana setiap jumlah total terdiri dari saldo
pembukuan kantor pusat ditambah saldo pembukuan cabang, dijumlahkan kenaikan atau
penurunan dengan jumlah di kolom eliminasi. Jumlah pada kolom terakhir adalah nilai yang
akan tampak pada laporan keuangan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Ayat jurnal eliminasi yang diperlukan dalam kertas kerja disajikan pada Figur 17-3
untuk penyusunan laporan keuangan PT Ultra tahun 20x1 sebagai berikut.
Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait dengan kertas kerja yang
diilustrasikan pada Figur 17-3 adalah :
1. Kertas kerja dibagi menjadi tiga bagian, satu untuk laporan laba rugi, laporan saldo laba,
dan laporan posisi keuangan. Seluruh baris terakhir pada bagian laporan laba rugi
dipindahkan ke bawah bagian saldo laba; seluruh baris terakhir pada bagian saldo laba
dipindahkan ke bawah bagian dari laporan posisi keuangan.
2. Oleh karena kantor pusat mencatat laba dari cabang Denpasar pada pembukuannya, total
laba kantor pusat di kolom pertama sama dengan total laba perusahaan di kolom terakhir.
3. Laba Cabang Denpasar di kantor pusat dan Investasi di Cabang Denpasar dieliminasi
dengan ayat jurnal E(24) bersamaan dengan saldo prapenutupan akun Kantor Pusat di
cabang Denpasar. Sisa dari akun Kantor Pusat (perubahan yang dihasilkan dari laba
periode berjalan di cabang) dieliminasi dengan menurunkan total debit dan kredit dari
bagian laporan laba rugi dari kertas kerja.
4. Akun Kantor Pusat di cabang menggantikan saldo laba dalam neraca saldo cabang untuk
bagian saldo laba dan laporan posisi keuangan dari kertas kerja.
5. Laba antarperusahaan yang belum terealisasi sebesar Rp5.000.000 dari neraca saldo
kantor pusat dieliminasi dengan ayat jurnal E(26), dan nilai tercatat dari persediaan
cabang dikurangi dengan biaya asli barang dagang yang terjual untuk perusahaan (kantor
pusat).
6. Laba yang terealisasi atas Pengiriman ke Cabang sebesar Rp35.000.000 dimasukkan
dalam neraca saldo kantor pusat sama dengan total laba antarperusahaan untuk periode
berjalan (Rp110.000.000 – Rp70.000.000) dikurangi Rp5.000.000 laba antarperusahaan
yang belum terealisasi pada akhir tahun. Jumlah ini dieliminasi dengan ayat jurnal E(25),
dan Beban Pokok Penjualan dikurangi biaya asli barang dagang yang terjual untuk
perusahaan (kantor pusat).
7. Total debit dan kredit laporan posisi keuangan harus sama, debit dan kredit setiap ayat
jurnal eliminasi harus sama, dan total dari debit dan kredit pada kolom eliminasi pada
kertas kerja bagian paling bawah juga harus sama.
Figur 18-4
Laporan Keuangan 19X1 PT Ultra
PT Ultra
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Tahun 19X1
Penjualan Rp
700.000.000
Beban Harga
(347.000.000)
Pokok Penjualan
Laba Bruto Rp 353.000.000
Beban:
Penyusutan Rp 36.000.000
Beban Lain 167.000.000
(203.000.000)
Laba Neto Rp 150.000.000
PT Ultra
Laporan Perubahan Saldo Laba
Untuk Periode Tahun 19X1
Saldo Laba, 1 Januari Rp
285.000.000
Laba Neto, 19X1
150.000.000
Dikurangi : Dividen
(50.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember 19X1 Rp
385.000.000
PT Ultra
Neraca
31 Desember 19X1
Aset :
Kas Rp 88.000.000 Rp
88.000.000
Piutang Dagang 117.000.000
Persediaan 79.000.000
Tanah 105.000.000
Bangunan dan Peralatan Rp 645.000.000 Saham Biasa Rp 500.000.000
Dikurangi : Akumulasi Saldo Laba
Penyusutan (111.000.000) 534.000.000
385.000.000 885.000.000
Total Ase Rp 923.000.000 Rp
923.000.000
Richard E. Baker, Theodore E. Christensen, David M. Cottrell, Kurnia Irwansyah Rais, Widhi
Astono, Etty Retno Wulandari. 2016. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif
Indonesia), Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.