Materi Sap 5
REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1. PERBEDAAN ANTARA AGEN PENJUALAN DAN CABANG
Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat
otonomi. Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai agen,
biasanya tidak beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen
penjualan dapat memajang dan mendemonstrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan
mengatur pengiriman. Pesanan biasanya diarsipkan oleh kantor pusat karena agen penjualan
tidak menyimpan stok persediaan. Pemilihan produk, pengiklanan, pemberian kredit,
penagihan utang, dan aspek operasi bisnis lainnya biasanya dilakukan oleh kantor pusat.
Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang
penyediaan jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda
dengan perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan
mengarsip pesanan pelanggan.Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang cabang.
Tingkat pengambilan keputusan manajemen di cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen
penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.
Sementara seorang manajer cabang hanya memiliki sedikit pilihan, manajer cabang
lainnya dapat beroperasi relatif lebih independen dari kantor pusat. Manajer pabrik mie
instan, misalnya, tidak memiliki keleluasaan menentukan kuantitas dan jenis mie yang
diproduksi dan memiliki sedikit keleluasaan untuk menentukan pemasok. Di lain pihak,
manajer cabang toko kebutuhan sehari hari mungkin memiliki keleluasaan dalam
menentukan jenis dan jumlah produk yang akan disimpan untuk dijual dan dalam
menentukan pemasok.
Baik agen penjualan maupun cabang bukanlah entitas akuntansi atau badan hukum
terpisah; mereka tidak menyiapkan laporan akuntansi eksternal secara terpisah. Apakah
sistem akuntansi dipusatkan di kantor pusat atau ada pengelolaan terpisah sistem akuntansi di
tiap cabang, pelaporan entitas ke pihak eksternal tetap merupakan pelaporan perusahaan
secara keseluruhan. Ketika catatan akuntansi cabang terpisah dikelola untuk tujuan internal,
misalnya terkait dengan pertanggungjawaban akuntansi dan evaluasi kinerja, akun akun
yang ada di cabang dan kantor pusat harus digabungkan dalam penyusunan laporan akuntansi
eksternal.
Oleh karena agen penjualan pada umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh
transaksi terkait dengan agen dicatat oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat
jurnal yang dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen.
Misalnya, kantor pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji,
dan dokumen voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya
dapat dicatat berdasarkan dokumen sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke
kantor pusat. Misalnya, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air dan telekomunikasi
kea gen dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat.
Kantor pusat umumnya mencatat asset, pendapatan, beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam
penilaian kinerja tiap agen.
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, misalnya pada PT Cemara, sebuah
perusahaan manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta yang membangun sebuah agen
penjualan di Surabaya. Ayat ayat jurnal untuk mencatat transaksi transaksi khas agen
penjualan di
FIGUR 18-1
Transaksi transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang
diperlukan. Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi
yang terjadi di antara mereka pada sistem akuntansinya masing masing.
Walau kantor pusat dan masing masing cabang mengelola pembukuan secara
terpisah, seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal Secara keseluruhan,
penyusunan laporan keuangan eksternal untuk perusahaan yang memiliki kantor pusat dan
satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan penyusunan laporan konsolidasi.
Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti
biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali
bahwa mereka turut mencatat akun akun antarperusahaan. Akun akun ini merupakan
akun resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat
dan cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat
akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun
antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit
sebuah akun antarperusahaan Rp10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor
cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.
Saldo kedua akun resiprokal disesuaikan untuk transasksi yang sama. Saldo kedua
akun meningkat jika terjadi transfer aset dari kantor pusat ke cabang dan berkurang jika
terjadi transfer aset dari cabang ke kantor pusat. Penyesuasian atas kedua akun juga dibuat
untuk mengakui laba atau rugi yang diperoleh cabang, di mana laba cabang akan
meningkatkan kedua akun sedangkan rugi cabang akan mengurangi. Perhatikan bahwa
kenaikan akun Investasi di Cabang pada pembukuan kantor pusat dicatat dengan ayat jurnal
di sisi debit dan penurunannya dicatat di sisi kredit. Cara sebaliknya berlaku pada akun
Kantor Pusat di cabang.
Penjelasan tentang akun Investasi di Cabang dan Kantor Pusat, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini.
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat
oleh kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabang mencatat transfer
tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jaya yang berlokasi di Jakarta,
mendirikan sebuah cabang di Medan, Sumatra Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang
berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru
senilai Rp30.000.000. kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengat ayat jurnal sebagai
berikut.
(Perhatikan: seperti pada bab bab sebelumnya, ayat jurnal diberi angka secara berurut di
sepanjang pembahasan bab sehingga setiap ayat jurnal dapat diidentifikasi. Ayat jurnal pada
bab ini yang dibuat oleh kantor pusat diberi tambahan kode huruf H, sementara yang dibuat
di cabang diberi tambahan kode huruf B.)
Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat
dengan ayat jurnal berikut ini.
Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan
keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akun
akun di pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan
keuangan untuk merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang
cabangnya.
4.3 Pengakuan Laba Cabang
Laba tiap cabang dihitung secara periodic dengan cara yang normal seperti biasa.
Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak penghasilan atas laba
dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak dapat dialokasikan
ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan sedikit
menganggu pengendalian internal.
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup di ikhtisar laba rugi seperti cara biasa.
Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun
Kantor Pusat. Akun Kantor Pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada
pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor
pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di
cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi ditutup di buku cabang Medan
dengan ayat jurnal sebagai berikut
Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta
untuk memperoleh seluruh persediaan dari kantor pusat, atau dapat juga diizinkan
memperoleh sebagiannpersediaan dari pihak eksternal. Pembelian persediaan dari pihak
eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Misalnya, cabang Medan PT Jaya
membeli persediaan senilai Rp. 5.000.000 dari penjual grosir independen, dan cabang
menerapkan metode persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal
sebagai belikut.
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun
cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang
ditransfer diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditransfer dari kantor pusat ke
cabang dapat dinyatakan sebesar nilai perolehan dikantor pusat atau pada suatu nilai yang
melebihi nilai perolehannya.
Persediaan yang ditranfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh
cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal, kecuali
dikreditkan kea kun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlukan oleh kantor pusat dan
cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, yaitu diasumsikan menggunakan
metode persediaan perpetual. Sehingga, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer
persediaan pada harga perolehan sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk
membuktikannya, asumsikan kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga
perolehan Rp.8.000.000 ke cabang Medan. Transaksi tersebut dicatat di pembukuan kantor
pusat sebagai berikut.
Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor pusat ke cabang
menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan kantor pusat
PT Jaya membayar Rp.100.000 untuk mengirim persediaan senilai Rp.8.000.000 untuk
mengirim persediaan senilai Rp.8.000.000 ke cabang Medan. Transfer tersebut dicatat oleh
kantor pusat sebagai berikut.
Ketika di kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan
persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas pembelian atau memproduksi
persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalikasikan atas laba penjualan persediaan
antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Hal ini dapat dilakukan dengan menagihkan ke
cabang atas persediaan yang ditransfer pada harga lebih besar dari biaya perolehan kantor
pusat. Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya
perolehannya dengan harga transfer ke cabang; selisih ini disebut laba antarperusahaan. Laba
cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer (biaya perolehan cabang) dengan harga
jual ke pihak eksternal.
Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada
akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari penjualan antar
perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oelh cabang. Umumnya, setiap
cabang mencatat persediaan yang diperoleh dari kantor pusat pada akun terpisah dari akun
yang digunakan untuk mencatat persediaan dari pihak eksternal sehingga laba
antarperusahaan dapat lebih mudah diidentifikasi.
Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari kantor pusat, cabang mengakui
laba sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor
pusat. Setelah persediaan dijual ke eksternal, kantor pusat mengakui laba antarperusahaan
yang sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang
ditransfer dari kantor pusat, laba antarperusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat
sebagai berikut.
Prosedur normal diterapkan dalam akuntansi untuk aset tetap cabang yang dicatat di
pembukuan cabang. Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk
pembelian aset tetap cabang ataupun penyusutan setelahnya atas aset tersebut. Sebaliknya,
jika aset tetap yang dibeli kantor pusat untuk cabang dan cabang mencatat aset tersebut pada
bukunya, maka ayat jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi, kantor pusat PT Jaya membeli peralatan toko senilai Rp. 30.000.000
untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
Jika cabang membeli aset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat
jurnalnya harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya, cabang Medan PT
Jaya membeli peralatan toko senilai Rp.30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun
dicatat oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian aset tetap sebagai berikut.
Beban cabang yang terjadi dan dibayar oleh cabang dicatat secara langsung pada
pembukuan cabang. Namun, kantor pusat dapat memutuskan mengalokasikan beban kesuatu
cabang. Pengalokasian beban dapat dibagi kebeberapa jenis, yaitu:
a. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar ileh kantor pusat; misalnya persediaan yang
dibeli dari pihak eksternal oleh cabang dan ditagihkan di kantor pusat.
b. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang; misalnya, penyusutan
atas peralatan cabang yang dicatat pada buku kantor pusat atau biaya promosi cabang
yang dialokasikan oleh kantor pusat.
c. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat; misalnya, sebagian dari biaya promosi
umum atau sebagian dari biaya overhead umum kantor pusat.
Dalam beberapa kasus, biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang
dan dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun, sering kali cabang yang mendapat alokasi
beban diberitahu tentang jumlah yang dialokasikan, lalu cabang mencatat beban tersebut pada
pembukuannya. Dengan cara ini, laba yang dihitung oleh cabang meliputi seluruh beban yang
dianggap terkait dengan cabang.
Sebagai contoh perlakuan alokasi biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat
PT Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang Medan.
Beban utilitas (biaya terjadi di cabang Medan dan di tagih keakun Rp.14.000.000
utama kantor pusat)
Beban penyusutan (aset cabang Medan yang dicatat di pembukuan 3.000.000
kantor pusat)
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan penjualan 8.000.000
bruto)
Total Rp.35.000.000
Kantor pusat PT Jaya sudah mencatat beban-beban tersebut dengan cara biasa, seolah-
olah beban-beban tersebut terkait dengan kantor pusat. Secara periodik, kantor pusat
memberitahukan cabang beban yang dialokasikan. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut
setelah memberitahu cabang Medan beban yang dialokasikan sebesar Rp.35.000.000
Sebagai ilustrasi ayat jurnal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk menyusun
laporan keuangan eksternal perusahaan dengan operasi cabang, asumsikan data berikut terkait
dengan PT Jaya di akhir tahun fiscal 31 Desember 19X1.
Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
PT Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama
mengeliminasi laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun
investasi yang meningkat pada saat kantor pusat mengakui laba cabang.
Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk
mengakui laba antarperusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak
eksternal. Ayat jurnal ini juga mengurangi beban harga pokok penjualan yang dicatat oleh
cabang. Beban harga pokok penjualan dikurangi sebesar jumlah laba kantor pusat yang
termasuk didalam nilai persediaan yang dijual. Walaupun ayat jurnal ini tidak berpengaruh
terhadap laba perusahaan, namun pos-pos di laporan laba rugi individual tetap perlu
dinyatakan dengan benar dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan.
Ayat jurnal E(22) mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan
cabang, sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal
E(23) mengklasifikasi seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan
yang dikirim ke cabang dari kantor pusat.
4.7 Ilustrasi Akuntansi untuk Operasi Cabang
a. PT. Ultra mendirikan cabang Denpasar pada tahun 20X dengan mentransfer dalam
uang tunai sebesar Rp. 30.0000.000. Selain itu, kantor pusat juga mentransfer
peralatan dan perlengkapan kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke kantor cabang
Denpasar
b. Selama tahun 20X1, kantor pusat dan cabang Denpasar membeli barang dagang
masing masing sebesar Rp. 260.000.000 dan Rp. 50.000.000 dari pihak eksternal
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer barang dagang ke cabang Denpasar
dengan total harga transfer sebesar Rp.110.000.000. Biaya perolehan barang dagang
kantor pusat senilai Rp. 70.000.000
d. Kantor pusat menjual barang dagang seharga Rp. 254.000.000 ke pihak eksternal
dengan harga Rp. 500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil
ditagih sebesar Rp. 480.000.000. Cabang Denpasar menjual barang dagang senilai
Rp.128.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil
menagih piutang sebesar Rp. 158.000.000. Sejumlah persediaan yang dijual oleh
cabang Denpasar senilai Rp. 38.000.000 telah dibeli dari pihak eksternal
e. Cabang Denpasar mengirim kas sebesar Rp. 70.000.000 ke kantor pusat
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.
133.000.000. Sementara beban operasi yang terjadi di cabang Denpasar sebesar Rp.
34.000.000
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp. 390.000.000 selama tahun 20X1,
sementara cabang Denpasar membayar utang Rp. 77.000.000
h. PT.Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp. 50.000.000
i. Pada akhir tahun 20X1. Kantor pusat mencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000
sementara cabang Denpasar mencatat penyusutan Rp. 6.000.000
j. Pada Akhir tahun 20X1 saldo persediaan cabang telah dibeli dari pihak eksternal
memiliki biaya sebesar Rp. 12.000.000. Saldo persediaan cabang yang telah ditransfer
dari kantor pusat memiliki biaya perolehan dari kantor pusat sebesar Rp. 15.000.000
dan ditagih ke cabang sebesar Rp. 20.000.000
Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat aktivitas pada pembukuan kantor pusat
dan cabang PT. Ultra Denpasar selama tahun 20X1 ditunjukan pada Figur 17-2.
Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tahun 20X1 tampak pada
Figur 17-3. Dua kolom pertama kertas adalah saldo akun akun dari pembukuan kantor pusat
dan cabang Denpasar. Dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi atau menyesuaikan saldo akun sehingga mencerminkan posisi dan
aktivitas kantor pusat dan cabang Denpasar sebagai entitas tunggal. Kolom terakhir
menunjukan jumlah total dari setiap pos akun, dimana setiap jumlah total teridir dari saldo
pembukuan kantor puat ditambah saldo pembukuan cabang, dijumlahkan kenaikan atau
penurunan dengan jumlah di kolom eleminasi. Jumlah pada kolom terakhir adalah nilai yang
akan tampak pada laporan keuangan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Ayat jurnal eleminasi yang diperlukan dalam kertas kerja disajikan pada Figur 17-3
untuk penyusunan laporan keuangan PT Ultra tahun 20X1 sebagai berikut :
Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait dengan kertas kerja
yang diilustrasikan pada figure 17-3 adalah sebagai berikut
1. Kertas kerja dibagi menjadi 3 bagian, satu untuk laporan laba rugi, laporan saldo
laba dan laporan posisi keuangan. Seluruh baris terkait pada bagian laporan laba
rugi dipindahkan ke bawah bagian saldo laba : seluruh baris terakhir pada bagian
saldo laba dipindahkan ke bawah bagiaan dari laporan posisi keuangan.
4. Akun kantor pusat di cabang menggantikan saldo laba dalam neraca saldo cabang
untuk bagian saldo laba dan laporan posisi keuangan dari kertas kerja
6. Laba yag terealisasi atas pengiriman ke cabang sebesar Rp. 35.000.000 dimasukan
dalam neraca saldo kantor pusat sama dengan total laba antarperusahaan untuk
periode berjalan (Rp. 110.000.000 Rp. 70.000.000) dikurangi Rp. 5.000.000 laba
antar perusahaan yang belum terealisasikan paa akhir tahun. Jumlah ini dieleminasi
dengan ayat jurnal E(25),dan beban pokok penjualan dikurangi biaya asli barang
dagang yang terjual untuk perusahaann kantor pusat)
7. Seperti halnya kertas kerja konsolidasi pada bab bab sebelumnya, total debit dan
kredit laporan posisi keuangan harus sama, debit dan kredit setiap ayat jurnal
eliminasi harus sama, dan total debit dan kredit pada kolok eleminasi pada kertas
kerja bagian paling bawah juga harus sama .
5. PERTIMBANGAN TAMBAHAN
Kadang kala terjadi transfer aset atau jasa antar cabang. Meskipun ada beberapa cara
akuntansi untuk transfer seperti itu, pendekatan yang umum digunakan adalah
memperlakukan transfer seolah olah transfer terjadi melalui kantor pusat.Cabang- cabang
yang terlibat dalam transfer antar cabang biasany mencatat transaksi transfer seolah olah
terkait dengn kantor pusat dibandingkan dengan cabang lainya. Sebagai contoh, jika cabang
Medan PT Jaya mentransfer kas sebesar Rp. 5.000.000 dan persediaan senilai Rp. 10.000.000
ke cabang Padang, maka cabang Medan mencatatnya dengan ayat jurnal sebagai berikut :
Kas 5.000.000
Persediaan 10.000.000
JURNAL PENUTUP
PEMBUKUAN KANTOR PUSAT PEMBUKUAN KANTOR CABANG
Laba antarperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada
pembukuan kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika barang dagang telah dijual oleh
cabang. Perlakuanya sama seperti jika transfer antarperusahaan terjadi saat periode berjalan.
Pada periode dimana cabang menjual persediaan ke pihak eksternal, kantor pusat mengurangi
akun laba antar perusahaan yang belum terealisasi dan meningkatkan akun laba yang
terealisasi atas pengiriman ke cabangn ( diasumsikan laba antarperusahaan diatribusikan ke
kantor pusat). Ketika laporan keuanga dipersiapkan untuk perusahaan secara keseluruhan,
saldo dari akum laba yang terealisasi atas pengiriman ke cabang dieliminasi terhadap beban
pokok penjualan dan sisal aba antarperusahaan yang belum terealisasi dieliminasi terhadap
nilai tercatat pada persediaan.
FIGUR 18-4
Laporan Keuangan PT Ultra , 20X1
PT ULTRA
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun 20X1
Penjualan 700.000.000
Beban Pokok Penjualan (347.000.000)
Laba Bruto 353.000.000
Beban :
Penyusutan 36.000.000
Beban Lain Lain 167.000.000 (203.000.000)
Laba Neto 150.000.000
PT ULTRA
Laporan Saldo Laba
Untuk Tahun 20X1
Saldo Laba, 1 Januari 20X1 285.000.000
Laba Neto,20X1 150.000.000
Dikurangi : Deviden (50.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember 20X1 385.000.000
PT ULTRA
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X1
Aset LIABISITAS 88.000.000
Kas 88.000.000
EKUITAS PEMEGANG
Piutang Dagang 117.000.000 SAHAM
Persediaan 79.000.000 Saham Biasa 500.000.000
Tanah 105.000.000 Saldo Laba 385.000.000 885.000.000
Bangunan dan
Peralatan 645.000.000
Dikurangi :
Akumulasi
penyusutan (111.000.000) 534.000.000
TOTAL LIABILITAS DAN
TOTAL ASET 923.000.000 EKUITAS 923.000.000