Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI UNTUK OPERASI CABANG

Akuntansi Keuangan Lanjutan

Materi Sap 5

Nama Anggota Kelompok 5:

Nyoman Sutrisna Dewi (1506305003)


Ni Putu Pradnyawati (1506305027)
Nyoman Dian Kristanti Widasari (1506305031)

REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
1. PERBEDAAN ANTARA AGEN PENJUALAN DAN CABANG

Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat
otonomi. Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai agen,
biasanya tidak beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen
penjualan dapat memajang dan mendemonstrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan
mengatur pengiriman. Pesanan biasanya diarsipkan oleh kantor pusat karena agen penjualan
tidak menyimpan stok persediaan. Pemilihan produk, pengiklanan, pemberian kredit,
penagihan utang, dan aspek operasi bisnis lainnya biasanya dilakukan oleh kantor pusat.

Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang
penyediaan jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda
dengan perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan
mengarsip pesanan pelanggan.Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang cabang.
Tingkat pengambilan keputusan manajemen di cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen
penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.

Sementara seorang manajer cabang hanya memiliki sedikit pilihan, manajer cabang
lainnya dapat beroperasi relatif lebih independen dari kantor pusat. Manajer pabrik mie
instan, misalnya, tidak memiliki keleluasaan menentukan kuantitas dan jenis mie yang
diproduksi dan memiliki sedikit keleluasaan untuk menentukan pemasok. Di lain pihak,
manajer cabang toko kebutuhan sehari hari mungkin memiliki keleluasaan dalam
menentukan jenis dan jumlah produk yang akan disimpan untuk dijual dan dalam
menentukan pemasok.

2. SISTEM DAN ENTITAS AKUNTANSI

Agen penjualan umumnya tidak mengelola sistem akuntansi keuangan melainkan


hanya menyimpan catatan catatan penting dalam menjalankan usaha. Pengelolaan sistem
akuntansi terpisah untuk kantor pusat dan tiap cabang memberikan kontrol lebih baik
terhadap operasi dan memungkinkan manajemen puncak menilai kinerja masing masing
cabang.

Baik agen penjualan maupun cabang bukanlah entitas akuntansi atau badan hukum
terpisah; mereka tidak menyiapkan laporan akuntansi eksternal secara terpisah. Apakah
sistem akuntansi dipusatkan di kantor pusat atau ada pengelolaan terpisah sistem akuntansi di
tiap cabang, pelaporan entitas ke pihak eksternal tetap merupakan pelaporan perusahaan
secara keseluruhan. Ketika catatan akuntansi cabang terpisah dikelola untuk tujuan internal,
misalnya terkait dengan pertanggungjawaban akuntansi dan evaluasi kinerja, akun akun
yang ada di cabang dan kantor pusat harus digabungkan dalam penyusunan laporan akuntansi
eksternal.

3. AKUNTANSI UNTUK AGEN PENJUALAN

Oleh karena agen penjualan pada umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh
transaksi terkait dengan agen dicatat oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat
jurnal yang dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen.
Misalnya, kantor pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji,
dan dokumen voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya
dapat dicatat berdasarkan dokumen sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke
kantor pusat. Misalnya, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air dan telekomunikasi
kea gen dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat.

Kantor pusat umumnya mencatat asset, pendapatan, beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam
penilaian kinerja tiap agen.

Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, misalnya pada PT Cemara, sebuah
perusahaan manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta yang membangun sebuah agen
penjualan di Surabaya. Ayat ayat jurnal untuk mencatat transaksi transaksi khas agen
penjualan di

FIGUR 18-1

Ayat Jurnal Kantor Pusat Untuk Transaksi Transaksi Agen Penjualan

Transaksi Ayat Jurnal di Pembukuan Kantor Pusat


Menyewa tanah Sewa dibayar di muka Agen Surabaya 50.000.000
untuk fasilitas Kas
penjualan 50.000.000
Membangun dan Leasehold Improvements Agen 80.000.000
merapikan gedung Surabaya
untuk fasilitas Perabot Agen Surabaya 21.000.000
penjualan Peralatan Agen Surabaya 16.000.000
Kas 117.000.000
Transfer kas kea gen Kas Kecil Agen Surabaya 2.500.000
sebagai dana kas Kas 2.500.000
kecil
Transfer persediaan Persediaan Contoh - Agen Surabaya 135.000.000
yang akan digunakan Persediaan 135.000.000
untuk contoh di agen
Membayar tagihan Beban Utilitas Agen Surabaya 1.100.000
yang diterima kantor Beban Kantor Agen Surabaya 800.000
pusat atau beban Beban Asuransu Agen Surabaya 2.000.000
beban agen Beban Perjalanan Agen Surabaya 1.400.000
penjualan Beban Iklan Agen Surabaya 2.700.000
Kas 8.000.000
Membayar gaji Beban Gaji Agen Surabaya 31.000.000
karyawan agen Kas 31.000.000
penjualan
Memenuhi pesanan Piutang Dagang 88.000.000
dari agen penjualan Penjualan Agen Surabaya 88.000.000
Beban Harga Pokok Penjualan Agen 56.000.000
Surabaya
Persediaan 56.000.000

Mengganti kembali Beban Kantor Agen Surabaya 420.000


dana kas kecil agen Beban Perjalanan Agen Surabaya 1.200.000
penjualan Beban Tenaga Kerja Sementara Agen 750.000
Surabaya
Kas 2.370.000
Mencatat ayat jurnal Beban Sewa Agen Surabaya 25.000.000
penyesuasian akhir Beban Penyusutan Agen Surabaya 14.500.000
periode Beban Gaji Agen Surabaya 1.900.000
Sewa Dibayar Dimuka Agen 25.000.000
Surabaya
Akumulasi Penyusutan Agen 14.500.000
Surabaya
Utang Gaji 1.900.000

4. AKUNTANSI UNTUK OPERASI CABANG

Transaksi transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang
diperlukan. Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi
yang terjadi di antara mereka pada sistem akuntansinya masing masing.

Walau kantor pusat dan masing masing cabang mengelola pembukuan secara
terpisah, seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal Secara keseluruhan,
penyusunan laporan keuangan eksternal untuk perusahaan yang memiliki kantor pusat dan
satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan penyusunan laporan konsolidasi.

4.1 Akun Akun Antarperusahaan

Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti
biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali
bahwa mereka turut mencatat akun akun antarperusahaan. Akun akun ini merupakan
akun resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat
dan cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat
akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun
antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit
sebuah akun antarperusahaan Rp10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor
cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.

Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut Investasi di Cabang,


sementara akun resiprokal di pembukuan cabang dinamakan Kantor Pusat. Ketika suatu
perusahaan memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap
cabang.

Saldo Investasi di Cabang menunjukkan besaran investasi kantor pusat di cabang


tertentu melalui kontribusi kas dan transfer aset ke cabang. Prosedur akuntansi yang
diterapkan di kantor pusat untuk investasi di cabang sama dengan yang diterapkan oleh
perusahaan induk atas inventasinya di anak perusahaan dengan menggunakan metode ekuitas.
Akun resiprokal Kantor Pusat di pembukuan cabang menunjukkan jumlah modal kantor pusat
di cabang, dan saldo tersebut disajikan di bagian ekuitas pemilik pada laporan keuangan
cabang terpisah yang ditunjukan kepada pihak internal.

Saldo kedua akun resiprokal disesuaikan untuk transasksi yang sama. Saldo kedua
akun meningkat jika terjadi transfer aset dari kantor pusat ke cabang dan berkurang jika
terjadi transfer aset dari cabang ke kantor pusat. Penyesuasian atas kedua akun juga dibuat
untuk mengakui laba atau rugi yang diperoleh cabang, di mana laba cabang akan
meningkatkan kedua akun sedangkan rugi cabang akan mengurangi. Perhatikan bahwa
kenaikan akun Investasi di Cabang pada pembukuan kantor pusat dicatat dengan ayat jurnal
di sisi debit dan penurunannya dicatat di sisi kredit. Cara sebaliknya berlaku pada akun
Kantor Pusat di cabang.

Penjelasan tentang akun Investasi di Cabang dan Kantor Pusat, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini.

Investasi di Cabang Kantor Pusat


(Buku Kantor Pusat) (Buku Cabang)
xxx Transfer Aset ke Cabang xxx
xxx Transfer Aset dari Cabang xxx

xxx Laba Cabang xxx


xxx Rugi Cabang xxx

4.2 Pendirian Cabang

Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat
oleh kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabang mencatat transfer
tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jaya yang berlokasi di Jakarta,
mendirikan sebuah cabang di Medan, Sumatra Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang
berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru
senilai Rp30.000.000. kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengat ayat jurnal sebagai
berikut.

H (1) Investasi di Cabang Medan 55.000.000


Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Kantor 30.000.000
Transfer aset ke cabang Medan

(Perhatikan: seperti pada bab bab sebelumnya, ayat jurnal diberi angka secara berurut di
sepanjang pembahasan bab sehingga setiap ayat jurnal dapat diidentifikasi. Ayat jurnal pada
bab ini yang dibuat oleh kantor pusat diberi tambahan kode huruf H, sementara yang dibuat
di cabang diberi tambahan kode huruf B.)

Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat
dengan ayat jurnal berikut ini.

B(2) Kas 20.000.000


Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Kantor 30.000.000
Kantor Pusat 55.000.000
Transfer aset dari kantor pusat.
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi di
Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo
resiprokal Rp55.000.000. Neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah
transfer adalah seperti berikut

Cabang Medan PT Jaya


Neraca
Aset : Kewajiban:
Kas Rp20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000 Kantor Pusat Rp55.000.000
Total Rp55.000.000 Total Rp55.000.000

Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan
keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akun
akun di pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan
keuangan untuk merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang
cabangnya.
4.3 Pengakuan Laba Cabang

Laba tiap cabang dihitung secara periodic dengan cara yang normal seperti biasa.
Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak penghasilan atas laba
dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak dapat dialokasikan
ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan sedikit
menganggu pengendalian internal.

Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup di ikhtisar laba rugi seperti cara biasa.
Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun
Kantor Pusat. Akun Kantor Pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada
pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor
pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di
cabang.

Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi ditutup di buku cabang Medan
dengan ayat jurnal sebagai berikut

B(3) Ikhtisar Laba Rugi 63.000.000


Kantor Pusat 63.000.000
Menutup ikhtisar laba rugi
Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai
berikut.

H(4) Investasi di Cabang Medan 63.000.000


Laba Cabang Medan 63.000.000
Mencatat laba Cabang Medan
Ayat ayat jurnal diatas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang
Medan dan akun Kantor Pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara
keseluruhan, akun Investasi di Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun laba Cabang
Medan seluruhnya harus dieliminasi.

4.4 Pengiriman Persediaan ke Cabang

Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta
untuk memperoleh seluruh persediaan dari kantor pusat, atau dapat juga diizinkan
memperoleh sebagiannpersediaan dari pihak eksternal. Pembelian persediaan dari pihak
eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Misalnya, cabang Medan PT Jaya
membeli persediaan senilai Rp. 5.000.000 dari penjual grosir independen, dan cabang
menerapkan metode persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal
sebagai belikut.

B(5) Persediaan 5.000.000


Kas (Utang Dagang) 5.000.000
Mencatat pembelian persediaan dari pihak eksternal
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.

Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun
cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang
ditransfer diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditransfer dari kantor pusat ke
cabang dapat dinyatakan sebesar nilai perolehan dikantor pusat atau pada suatu nilai yang
melebihi nilai perolehannya.

4.4.1 Persediaan yang Ditagih Sebesar Nilai Perolehan

Persediaan yang ditranfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh
cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal, kecuali
dikreditkan kea kun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlukan oleh kantor pusat dan
cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, yaitu diasumsikan menggunakan
metode persediaan perpetual. Sehingga, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer
persediaan pada harga perolehan sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk
membuktikannya, asumsikan kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga
perolehan Rp.8.000.000 ke cabang Medan. Transaksi tersebut dicatat di pembukuan kantor
pusat sebagai berikut.

H(6) Investasi di Cabang Medan 8.000.000


Persediaan 8.000.000
Transfer persediaan ke cabang Medan
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan yang diperoleh
dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat jurnal
berikut.

B(7) Persediaan 8.000.000


Kantor Pusat 8.000.000
Transfer persediaan dari kantor pusat
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai
keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut kepihak eksternal.

4.4.2 Beban Pengiriman yang Dibebankan atas Pengiriman Persediaan

Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor pusat ke cabang
menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan kantor pusat
PT Jaya membayar Rp.100.000 untuk mengirim persediaan senilai Rp.8.000.000 untuk
mengirim persediaan senilai Rp.8.000.000 ke cabang Medan. Transfer tersebut dicatat oleh
kantor pusat sebagai berikut.

H(8) Investasi di Cabang Medan 8.100.000


Persediaan 8.000.000
Kas 100.000
Transfer persediaan ke cabang Medan dan membayar
ongkos kirim
Cabang Medan mencatat transfer sebagai berikut.

B(9) Persediaan 8.100.000


Kantor Pusat 8.100.000
Transfer persediaan dari kantor pusat
4.4.3 Persediaan yang Ditagih Melebihi Nilai Perolehan

Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan


menagihkan cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ini dapat
terjadi, sebagai contoh, ketika kantor pusat dan setiap cabang diperlukan sebagai pusat
keuntungan untuk tujuan pelaporan dan evaluasi internal.

Ketika di kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan
persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas pembelian atau memproduksi
persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalikasikan atas laba penjualan persediaan
antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Hal ini dapat dilakukan dengan menagihkan ke
cabang atas persediaan yang ditransfer pada harga lebih besar dari biaya perolehan kantor
pusat. Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya
perolehannya dengan harga transfer ke cabang; selisih ini disebut laba antarperusahaan. Laba
cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer (biaya perolehan cabang) dengan harga
jual ke pihak eksternal.

Meskipun perusahaan dapat menerapkan berbagai jenis sistem akuntansi


pertanggujawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan
sebesar harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan
laba sampai dengan persediaan dijual ke puhak eksternal. Laba yang belum terealisasi harus
dieliminasi dalam rangka penyusunan laporan keuangan untuk tujuan eksternal. Proses ini
dilakukan menggunakan kertas kerja yang sama dengan yang digunakan dalam proses
penyusunan laporan konsolidasi.

Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada
akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari penjualan antar
perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oelh cabang. Umumnya, setiap
cabang mencatat persediaan yang diperoleh dari kantor pusat pada akun terpisah dari akun
yang digunakan untuk mencatat persediaan dari pihak eksternal sehingga laba
antarperusahaan dapat lebih mudah diidentifikasi.

Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antarperusahaan dalam pengiriman


persediaan ke cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga
Rp.12.000.000 dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar
Rp.15.000.000. kantor pusat mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut.

H(10) Investasi di Cabang Medan 15.000.000


Persediaan 12.000.000
Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 3.000.000
Transfer persediaan ke cabang Medan, ditagih
melebihi harga perolehan.
Laba antarperusahaan sebesar Rp.3.000.000 bersifat belum terealisasi karena
persediaan belum dijual ke pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan
cabang menjual persediaan ke eksternal.

Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal berikut.

B(11) Persediaan-Dari Kantor Pusat 15.000.000


Kantor Pusat 15.000.000
Transfer persediaan dari kantor pusat
Jurnal tersebut mencatat persediaan pada harga perolehan dicabang tanpa
memisahkan pengakuan laba antarperusahaan yang termasuk dalam harga transfer. Akun
persediaan terpisah dibuat untuk memfasilitasi eliminasi laba antarperusahaan belum
terealisasi saat menyusun laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan untuk pihak
eksternal. Ketika saat laporan tersebut disusun dan terdapat persediaan yang masih disimpan,
ayat jurnal kertas kerja dibutuhkan untuk mengeliminasi saldo Laba Antarperusahaan Belum
Terealisasi terhadap akun Persediaan-Dari Kantor Pusat. Sehingga laba antarperusahaan
belum terealisasi sebesar Rp.3.000.000 dieliminasi dan persediaan dilaporkan sebesar harga
perolehan awalnya, Rp.12.000.000.

Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari kantor pusat, cabang mengakui
laba sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor
pusat. Setelah persediaan dijual ke eksternal, kantor pusat mengakui laba antarperusahaan
yang sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang
ditransfer dari kantor pusat, laba antarperusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat
sebagai berikut.

H(12) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000


Laba Cabang Medan 2.400.000
Mengakui laba antar perusahaan: Rp.3.000.000x0,8
Jurnal tersebut tepat jika, untuk tujuan internal, laba antarperusahaan dialokasikan ke
cabang Medan.

Alternatif lain, perusahaan dapat menganggap bahwa laba antarperusahaan


seharusnya dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus tersebut,
laba antarperusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.

H(12a) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000


Laba Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang 2.400.000
Mengakui laba antar perusahaan: Rp.3.000.000x0,8

4.4.4 Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang

Prosedur normal diterapkan dalam akuntansi untuk aset tetap cabang yang dicatat di
pembukuan cabang. Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk
pembelian aset tetap cabang ataupun penyusutan setelahnya atas aset tersebut. Sebaliknya,
jika aset tetap yang dibeli kantor pusat untuk cabang dan cabang mencatat aset tersebut pada
bukunya, maka ayat jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.

Sebagai ilustrasi, kantor pusat PT Jaya membeli peralatan toko senilai Rp. 30.000.000
untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.

H(13) Investasi di Cabang Medan 30.000.000


Kas 30.000.000
Membeli peralatan untuk cabang Medan
Pembelian ini dicatat oleh cabang sebagai berikut.

B(14) Peralatan Toko 30.000.000


Kantor Pusat 30.000.000
Mencatat pembelian peralatan oleh kantor pusat
Beberapa perusahaan memilih mencatat aset tetap cabang di pembukuan kantor pusat
disbanding di pembukuan cabang. Hal ini memberikan kantor pusat control yang lebih baik
atas aset cabang dan membantu perhitungan penyusutan secara keseluruhan. Misalnya,
perusahaan dapat membuat kebijakan penyusutan yang diaplikasikan ke seluruh aset tetap
perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan metode penyusutan kelompok atau
composite, yang dapat lebih mudah diaplikasikan dengan dasar perusahaan secara
keseluruhan. Ketika aset tetap cabang hanya dicatat di buku kantor pusat, tidak ada ayat
jurnal yang dicatat oleh cabang saat pusat melakukan pembelian. Misalnya, jika kantor pusat
PT. Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan toko untuk cabang Medan, dan peralatan dicatat
di pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian
tersebut sebagai berikut.

H(15) Peralatan Toko-Cabang Medan 30.000.000


Kas 30.000.000
Membeli peralatan untuk cabang Medan
Tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang.

Jika cabang membeli aset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat
jurnalnya harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya, cabang Medan PT
Jaya membeli peralatan toko senilai Rp.30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun
dicatat oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian aset tetap sebagai berikut.

B(16) Kantor Pusat 30.000.000


Kas 30.000.000
Membeli peralatan
Pembelian dicatat kantor pusat sebagai berikut.

H(17) Peralatan Toko-Cabang Medan 30.000.000


Investasi di cabang Medan 30.000.000
Membeli peralatan
Karena cabang membeli aset tetap yang dicatat dalam buku kantor pusat, saldo akun Kantor
Pusat dan Investasi di Cabang Medan berkurang. Transaksi di atas diperlakukan seperti jika
cabang membeli peralatan untuk kantor pusat.

4.5 Pembagian Beban

Beban cabang yang terjadi dan dibayar oleh cabang dicatat secara langsung pada
pembukuan cabang. Namun, kantor pusat dapat memutuskan mengalokasikan beban kesuatu
cabang. Pengalokasian beban dapat dibagi kebeberapa jenis, yaitu:

a. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar ileh kantor pusat; misalnya persediaan yang
dibeli dari pihak eksternal oleh cabang dan ditagihkan di kantor pusat.
b. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang; misalnya, penyusutan
atas peralatan cabang yang dicatat pada buku kantor pusat atau biaya promosi cabang
yang dialokasikan oleh kantor pusat.
c. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat; misalnya, sebagian dari biaya promosi
umum atau sebagian dari biaya overhead umum kantor pusat.

Dalam beberapa kasus, biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang
dan dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun, sering kali cabang yang mendapat alokasi
beban diberitahu tentang jumlah yang dialokasikan, lalu cabang mencatat beban tersebut pada
pembukuannya. Dengan cara ini, laba yang dihitung oleh cabang meliputi seluruh beban yang
dianggap terkait dengan cabang.

Sebagai contoh perlakuan alokasi biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat
PT Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang Medan.

Beban utilitas (biaya terjadi di cabang Medan dan di tagih keakun Rp.14.000.000
utama kantor pusat)
Beban penyusutan (aset cabang Medan yang dicatat di pembukuan 3.000.000
kantor pusat)
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan penjualan 8.000.000
bruto)
Total Rp.35.000.000
Kantor pusat PT Jaya sudah mencatat beban-beban tersebut dengan cara biasa, seolah-
olah beban-beban tersebut terkait dengan kantor pusat. Secara periodik, kantor pusat
memberitahukan cabang beban yang dialokasikan. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut
setelah memberitahu cabang Medan beban yang dialokasikan sebesar Rp.35.000.000

H(18) Investasi di Cabang Medan 35.000.000


Beban Utilitas 14.000.000
Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
Mengalikasikan beban ke cabang Medan
Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut
sebagai berikut.

B(19) Beban Utilitas 14.000.000


Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
Investasi di Cabang Medan 35.000.000
Mencatat beban ke cabang Medan
Tanpa jurnal-jurnal tersebut, laba kantor pusat akan terlalu kecil dan laba cabang akan
terlalu besar. Walaupun ketiadaan jurnal tersebut tidak memberikan pengaruh atas laba
perusahaan secara keseluruhan, nilai laba terpisah antara kantor pusat dan cabang mungkin
dibutuhkan untuk tujuan internal.

4.6 Laporan Keuangan untuk Perusahaan secara Keseluruhan

Walaupun kantor pusat dan cabang-cabangnya dapat mengelola pembukuan terpisah


untuk kepentingan evaluasi dan pembukuan internal, laporan keuangan eksternal
merepresentasikan kantor pusat dan cabang-cabangnya sebagai entitas tunggal; entitas
pelaporan adalah perusahaan secara keseluruhan. Sehingga, dalam penyusunan laporan
keuangan perusahaan, akun-akun kantor pusat dan cabang digabungkan. Saldo akun-akun
antarperusahaan atau resiprokal harus dieliminasi karena terkait dengan aktivitas dalam
perusahaan, bukan aktivitas antara perusahaan dan pihak eksternal.
Penyusunan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan umumnya
menggunakan kertas kerja untuk membantu menggabungkan akun-akun kantor pusat dan
cabang serta mengeliminasi akun-akun antarperusahaan. Jika yang disusun adalah laporan
keuangan lengkap, maka kertas kerja tiga bagian seperti yang diilustrasikan pada bab
konsolidasi dapat digunakan untuk menggabungkan akun-akun kantor pusat dan cabang.
Kertas kerja yang digunakan sama dengan kertas kerja konsolidasi keculali akun Kantor
Pusat menggantikan ekuitas pemegang saham anak perusahaan di kertas kerja. Seperti dalam
penyusunan kertas kerja laporan konsolidasi, seluruh eliminasi dibuat di kertas kerja dan
bukan di pembukuan terpisah unit yang di gabung.

Sebagai ilustrasi ayat jurnal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk menyusun
laporan keuangan eksternal perusahaan dengan operasi cabang, asumsikan data berikut terkait
dengan PT Jaya di akhir tahun fiscal 31 Desember 19X1.

a. PT Jaya mendirikan cabang di Medan dan segera mentransfer kas, peralatan


kantor, dan peralatan toko dengan nilai total Rp.55.000.000 ke cabang, seperti
yang dicatat dalam ayat jurnal H(1). Kemudian pada tahun tersebut, kantor pusat
PT Jaya mentransfer persediaan senilai Rp.12.000.000 ke cabang dan
menagihnyandengan harga Rp.15.000.000, seperti yang dicatat di ayat jurnal H(2).
PT Jaya melaporkan saldo Investasi di Cabang Medan sebesar Rp.70.000.000
pada tanggal 31 Desember 19X1, sebelum dibuat ayat jurnal penutup.
b. Cabang Medan melaporkan laba sebesar Rp.63.000.000 untuk tahun 19X1.
c. Saldo akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat meningkat sebesar
Rp.133.000.000 pada tanggal 31 Desember 19X1 dengan rincian sebagai berikut.

Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1 Rp.70.000.000


Laba cabang Medan 19X1 Rp.63.000.000
Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1 Rp.133.000.000

d. Pada tanggal 31 Desember 19X1, cabang Medan memiliki persediaan senilai


Rp.8.000.000 yang diperoleh dari kantor pusat; persediaan dicatat di akun terpisah
dari persediaan yang dibeli secara eksternal.
e. Sebagian akun Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi atas pengiriman
persediaan ke cabang Medan selama tahun 19X1 diakui dan dikreditkan sebesar
Rp.3.000.000, dengan perhitungan sebagai berikut.
Laba antar perusahaan telah terealisasi akhir tahun Rp.1.400.000
Laba antar perusahaan belum terealisasi akhir tahun Rp.1.600.000
Total laba antar perusahaan 19X1 Rp.3.000.000
Laba antar perusahaan yang telah terealisasi pada akhir tahun dialokasikan ke kantor
pusat dan dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba Terealisasi
atas Pengiriman ke Cabang. Akun Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi dikurangi
dengan nilai yang sama, sehingga meninggalkan saldo sebesar Rp.1.600.000.

Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
PT Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

E(20) Laba Cabang Medan 63.000.000


Kantor Pusat, sebelum saldo penutup 70.000.000
Investasi di Cabang Medan 133.000.000
Mengeliminasi akun antar perusahaan

E(21) Laba Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang 1.400.000


Harga Pokok Penjualan 1.400.000
Mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok
penjualan

E(22) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 1.600.000


Persediaan-dari Kantor Pusat 1.600.000
Mengeliminasi laba belum terealisasi dari nilai
persediaan

E(23) Persediaan 6.400.000


Persediaan-dari Kantor Pusat 6.400.000
Mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat:
Rp.8.000.000-Rp.1.600.000
(huruf E digunakan untuk menunjukkan ayat jurnal eliminasi. Ayat-ayat jurnal tersebut tidak
muncul baik di pembukuan kantor pusat atau cabang)

Ayat jurnal E(20) mengeliminasi akun-akun antarperusahaan yang resiprokal


sehingga laporan keuangan menunjukkan laporan perusahaan sebagai entitas tunggal. Oleh
karena yang disiapkan adalah laporan keuangan lengkap, akun-akun individual pendapatan
dan beban cabang digabung dengan yang dimiliki oleh kantor pusat. Secara total, jumlah neto
pos-pos pendapatan dan beban cabang sama dengan laba cabang yang dicatat oleh kantor
pusat. Untuk menghindari dua kali perhitungan terhadap laba cabang, maka laba cabang yang
tercatat pada pembukuan kantor pusat harus dieliminasi. Oleh karena akun-akun individual
pendapatan dan beban cabang dilaporkan pada laporan keuangan, akun-akun tersebut tidak
dieliminasi.

Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama
mengeliminasi laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun
investasi yang meningkat pada saat kantor pusat mengakui laba cabang.

E(20a) Laba Cabang Medan 63.000.000


Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo akun
resiprokal Kantor Pusat di cabang sebelum penutupan.

E(20b) Kantor Pusat, sebelum saldo penutup 70.000.000


Investasi di Cabang Medan 70.000.000
Ayat jurnal ini, meneliminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal juka
tidak ada laba cabang. Pendebitan akun Kantor Pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat
dianalogikan sebagai eliminasi saldo laba awal dala ayat jurnal eliminasi investasi untuk
menyusun laporan keuangan konsolidasi.

Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk
mengakui laba antarperusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak
eksternal. Ayat jurnal ini juga mengurangi beban harga pokok penjualan yang dicatat oleh
cabang. Beban harga pokok penjualan dikurangi sebesar jumlah laba kantor pusat yang
termasuk didalam nilai persediaan yang dijual. Walaupun ayat jurnal ini tidak berpengaruh
terhadap laba perusahaan, namun pos-pos di laporan laba rugi individual tetap perlu
dinyatakan dengan benar dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan.

Ayat jurnal E(22) mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan
cabang, sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal
E(23) mengklasifikasi seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan
yang dikirim ke cabang dari kantor pusat.
4.7 Ilustrasi Akuntansi untuk Operasi Cabang

Sebagai ilustrasi ringkasan akuntansi untuk operasi cabang, asumsikan bahwa PT


Ultra Surabaya,Jawa Timur,distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan
di Denpasar,Bali. Kantor pusat menjual kepada peritel ( pengecer) dan kepada cabang Bali
dengan laba atas penjualan antar peruahaan yang dialokasikan. Asumsikan lainya sebagai
berikut.

a. PT. Ultra mendirikan cabang Denpasar pada tahun 20X dengan mentransfer dalam
uang tunai sebesar Rp. 30.0000.000. Selain itu, kantor pusat juga mentransfer
peralatan dan perlengkapan kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke kantor cabang
Denpasar
b. Selama tahun 20X1, kantor pusat dan cabang Denpasar membeli barang dagang
masing masing sebesar Rp. 260.000.000 dan Rp. 50.000.000 dari pihak eksternal
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer barang dagang ke cabang Denpasar
dengan total harga transfer sebesar Rp.110.000.000. Biaya perolehan barang dagang
kantor pusat senilai Rp. 70.000.000
d. Kantor pusat menjual barang dagang seharga Rp. 254.000.000 ke pihak eksternal
dengan harga Rp. 500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil
ditagih sebesar Rp. 480.000.000. Cabang Denpasar menjual barang dagang senilai
Rp.128.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil
menagih piutang sebesar Rp. 158.000.000. Sejumlah persediaan yang dijual oleh
cabang Denpasar senilai Rp. 38.000.000 telah dibeli dari pihak eksternal
e. Cabang Denpasar mengirim kas sebesar Rp. 70.000.000 ke kantor pusat
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.
133.000.000. Sementara beban operasi yang terjadi di cabang Denpasar sebesar Rp.
34.000.000
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp. 390.000.000 selama tahun 20X1,
sementara cabang Denpasar membayar utang Rp. 77.000.000
h. PT.Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp. 50.000.000
i. Pada akhir tahun 20X1. Kantor pusat mencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000
sementara cabang Denpasar mencatat penyusutan Rp. 6.000.000
j. Pada Akhir tahun 20X1 saldo persediaan cabang telah dibeli dari pihak eksternal
memiliki biaya sebesar Rp. 12.000.000. Saldo persediaan cabang yang telah ditransfer
dari kantor pusat memiliki biaya perolehan dari kantor pusat sebesar Rp. 15.000.000
dan ditagih ke cabang sebesar Rp. 20.000.000

Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat aktivitas pada pembukuan kantor pusat
dan cabang PT. Ultra Denpasar selama tahun 20X1 ditunjukan pada Figur 17-2.

Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tahun 20X1 tampak pada
Figur 17-3. Dua kolom pertama kertas adalah saldo akun akun dari pembukuan kantor pusat
dan cabang Denpasar. Dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi atau menyesuaikan saldo akun sehingga mencerminkan posisi dan
aktivitas kantor pusat dan cabang Denpasar sebagai entitas tunggal. Kolom terakhir
menunjukan jumlah total dari setiap pos akun, dimana setiap jumlah total teridir dari saldo
pembukuan kantor puat ditambah saldo pembukuan cabang, dijumlahkan kenaikan atau
penurunan dengan jumlah di kolom eleminasi. Jumlah pada kolom terakhir adalah nilai yang
akan tampak pada laporan keuangan untuk perusahaan secara keseluruhan.

Ayat jurnal eleminasi yang diperlukan dalam kertas kerja disajikan pada Figur 17-3
untuk penyusunan laporan keuangan PT Ultra tahun 20X1 sebagai berikut :

E(24) Laba Cabang Denpasar 32000000

Kantor Pusat, saldo prapenutupan 170000000

Investasi di Cabang Denpasar 202000000

(Mengeleminasi akun antarperusahaan)

E(25) Laba yang Tereleminasi atas pengiriman ke Cabang 35000000

Beban Pokok Penjualan 35000000

(Mengeleminasi Laba Kantor pusat dari beban pokok penjualan)

E(26) Laba Antar Perusahaan yang belum Terealisasi 5000000

Persediaan-Dari Kantor Pusat 5000000

(Mengeleminasi laba yang belum terealisasi dari persediaan)

E(27) Persediaan 15000000


Persediaan- Dari Kantor Pusat 15000000

(Merealisasi persediaan dari kantor pusat)

Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait dengan kertas kerja
yang diilustrasikan pada figure 17-3 adalah sebagai berikut

1. Kertas kerja dibagi menjadi 3 bagian, satu untuk laporan laba rugi, laporan saldo
laba dan laporan posisi keuangan. Seluruh baris terkait pada bagian laporan laba
rugi dipindahkan ke bawah bagian saldo laba : seluruh baris terakhir pada bagian
saldo laba dipindahkan ke bawah bagiaan dari laporan posisi keuangan.

2. Oleh karena kantor pusat mencatat laba dari cabang Denpasarpada


pembukuanya,total laba kantor pusat di kolom pertama sama dengan total laba
perusahaan di kolom terakhir

3. Laba Cabang Denpasar di kantor pusatda investasi di Cabang Denpasar dieleminasi


dengan ayat jurnal E(24) bersamaan dengan saldo prapenutupan akun Kantor Pusat
di cabang Denpasar. Sisa dari akun Kantor Pusat ( Perubahan yang dihasilkan dari
laba periode berjalan di cabang ) dieleminasi dengan enurunkan total debit dan
kredit dari bagian laporan laba rugi dari kertas kerja

4. Akun kantor pusat di cabang menggantikan saldo laba dalam neraca saldo cabang
untuk bagian saldo laba dan laporan posisi keuangan dari kertas kerja

5. Laba antarperusahaan yang belum terealisasikan sebesar Rp.5.000.000 dari neraca


saldo kantor pusat dieleminasi denga ayat jurnl E(26), dan nilai tercatat dari
persediaan cabang dikurangi dengan biaya asli barang dagang yang terjual untuk
perusahaan ( kantor pusat).

6. Laba yag terealisasi atas pengiriman ke cabang sebesar Rp. 35.000.000 dimasukan
dalam neraca saldo kantor pusat sama dengan total laba antarperusahaan untuk
periode berjalan (Rp. 110.000.000 Rp. 70.000.000) dikurangi Rp. 5.000.000 laba
antar perusahaan yang belum terealisasikan paa akhir tahun. Jumlah ini dieleminasi
dengan ayat jurnal E(25),dan beban pokok penjualan dikurangi biaya asli barang
dagang yang terjual untuk perusahaann kantor pusat)

7. Seperti halnya kertas kerja konsolidasi pada bab bab sebelumnya, total debit dan
kredit laporan posisi keuangan harus sama, debit dan kredit setiap ayat jurnal
eliminasi harus sama, dan total debit dan kredit pada kolok eleminasi pada kertas
kerja bagian paling bawah juga harus sama .

5. PERTIMBANGAN TAMBAHAN

5.1 Transaksi Antar Cabang

Kadang kala terjadi transfer aset atau jasa antar cabang. Meskipun ada beberapa cara
akuntansi untuk transfer seperti itu, pendekatan yang umum digunakan adalah
memperlakukan transfer seolah olah transfer terjadi melalui kantor pusat.Cabang- cabang
yang terlibat dalam transfer antar cabang biasany mencatat transaksi transfer seolah olah
terkait dengn kantor pusat dibandingkan dengan cabang lainya. Sebagai contoh, jika cabang
Medan PT Jaya mentransfer kas sebesar Rp. 5.000.000 dan persediaan senilai Rp. 10.000.000
ke cabang Padang, maka cabang Medan mencatatnya dengan ayat jurnal sebagai berikut :

B(28) Kantor Pusat 15.000.000

Kas 5.000.000
Persediaan 10.000.000

(Mentransfer kas dan persediaan ke cabang Padang)

JURNAL PENUTUP
PEMBUKUAN KANTOR PUSAT PEMBUKUAN KANTOR CABANG

Investasi di Cabang Denpasar 32.000.000 Penjualan 200.000.000


Laba di Cabang Denpasar 32.000.000 Beban Pokok Penjualan 128.000.000
Beban Operasi 34.000.000
Beban Penyusutan 6.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 32.000.000
(Mencatat Laba dari Cabang Denpasar) ( Menutup akun pendapatan dan beban)

Penjualan 500.000.000 Ikhtisar Laba Rugi 32.000.000


Laba Cabang Denpasar 32.000.000 Kantor Pusat 32.000.000
Laba yang Terealisasi 35.000.000 ( Menutup ikhtisar laba rugi)
atas Pengiriman ke Cabang
Beban Pokok Penjualan 254.000.000
Beban Operasi 133.000.000
Beban Penyusutan 30.000.000
Iktisar Laba Rugi 150.000.000
(Menutup aku pendapatan dan beban)

Ikhtisar Laba Rugi 150.000.000


Saldo laba 150.000.000
(Menutup ikhtisar Laa Rugi)

Saldo Laba 50.000.000


Deviden diumumkan 50.000.000
( menutup deviden diumumkan)

Cabang Padang Mencatat transfer dengan ayat jurnal sebagai berikut :

B(29) Kas 5.000.000


FIGUR 17-3
31 DESEMBER 20X1, KERTAS KERJA PT ULTRA, LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG
Eliminasi
POS Kantor Pusat Cabang Denpasar Debit Kredit Gabungan
Penjualan 500.000.000 200.000.000 700.000.000
Laba Cabang Denpasar 32.000.000 (24) 32.000.000
Laba yang Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang 35.000.000 (25) 35.000.000
Kredit 567.000.000 200.000.000 700.000.000
Beban Pokok Penjualan 254.000.000 128.000.000 (25) 35.000.000 347.000.000
Penyusutan 30.000.000 6.000.000 36.000.000
Beban Lainya 133.000.000 34.000.000 167.000.000
Debit (417.000.000) (168.000.000) (550.000.000)

Laba Neto,carry forward 150.000.000 32.000.000 67.000.000 35.000.000 150.000.000


Saldo Laba, 1 Januari 285.000.000 285.000.000
Kantor Pusat, saldo prapenutupan 170.000.000 (24) 170.000.000
Laba Neto, dari atas 150.000.000 32.000.000 67.000.000 35.000.000 150.000.000
435.000.000 202.000.000 435.000.000
Deviden diumumkan (50.000.000) (50.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember, carry forward 385.000.000 202.000.000 237.000.000 35.000.000 385.000.000

Kas 47.000.000 41.000.000 88.000.000


Piuang Dagang 75.000.000 42.000.000 117.000.000
Persediaan 52.000.000 12.000.000 (27) 15.000.000 79.000.000
Persediaan - Dari Kantor Pusat 20.000.000 (26) 5.000.000
(27) 15.000.000
Tanah 105.000.000 105.000.000
Bangunan dan Peralatan 545.000.000 100.000.000 645.000.000
Investasi di Cabang Denpasar 202.000.000 (24) 202.000.000
Debit 1.026.000.000 215.000.000 1.034.000.000

Akumulasi Penyusutan 105.000.000 6.000.000 111.000.000


Utang Dagang 31.000.000 7.000.000 38.000.000
Saham Biasa 500.000.000 500.000.000
Saldo Laba ( dan Kantor Pusat), dari atas 385.000.000 202.000.000 237.000.000 35.000.000 385.000.000
Laba Antarperusahaan yang belum Terealisasi 5.000.000 (26) 5.000.000
Kredit 1.026.000.000 215.000.000 257.000.000 257.000.000 1.034.000.000

Ayat Jurnal Eleminasi


(24) Menghapus akun antar perusahaan
(25) Menghapus laba kotor pusat dari beban pokok penjualan
(26) Menghapus laba antarperusahaan yang belum terealisasi
dari persediaan
(27) Mereklasifikasi persediaan dari kantor pusat
Persediaan 10.000.000

Kantor Pusat 15.000.000

( Mentransfer kas dan persediaan dari cabang Medan)

Transaksi transfer dicatat oleg kantor pusat sebagai berikut :

H(30) Investasi di Cabang Padang 15.000.000

Investasi di cabang Medan 15.000.000

(Mentransfer kas dan persediaan dari Cabang Medan ke cabang Padang)


5.2 Laba yang Belum Terealisasi Pada Persediaan Cabang Awal

Laba antarperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada
pembukuan kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika barang dagang telah dijual oleh
cabang. Perlakuanya sama seperti jika transfer antarperusahaan terjadi saat periode berjalan.
Pada periode dimana cabang menjual persediaan ke pihak eksternal, kantor pusat mengurangi
akun laba antar perusahaan yang belum terealisasi dan meningkatkan akun laba yang
terealisasi atas pengiriman ke cabangn ( diasumsikan laba antarperusahaan diatribusikan ke
kantor pusat). Ketika laporan keuanga dipersiapkan untuk perusahaan secara keseluruhan,
saldo dari akum laba yang terealisasi atas pengiriman ke cabang dieliminasi terhadap beban
pokok penjualan dan sisal aba antarperusahaan yang belum terealisasi dieliminasi terhadap
nilai tercatat pada persediaan.

FIGUR 18-4
Laporan Keuangan PT Ultra , 20X1

PT ULTRA
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun 20X1
Penjualan 700.000.000
Beban Pokok Penjualan (347.000.000)
Laba Bruto 353.000.000
Beban :
Penyusutan 36.000.000
Beban Lain Lain 167.000.000 (203.000.000)
Laba Neto 150.000.000

PT ULTRA
Laporan Saldo Laba
Untuk Tahun 20X1
Saldo Laba, 1 Januari 20X1 285.000.000
Laba Neto,20X1 150.000.000
Dikurangi : Deviden (50.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember 20X1 385.000.000

PT ULTRA
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X1
Aset LIABISITAS 88.000.000
Kas 88.000.000
EKUITAS PEMEGANG
Piutang Dagang 117.000.000 SAHAM
Persediaan 79.000.000 Saham Biasa 500.000.000
Tanah 105.000.000 Saldo Laba 385.000.000 885.000.000
Bangunan dan
Peralatan 645.000.000
Dikurangi :
Akumulasi
penyusutan (111.000.000) 534.000.000
TOTAL LIABILITAS DAN
TOTAL ASET 923.000.000 EKUITAS 923.000.000

Anda mungkin juga menyukai