Anda di halaman 1dari 6

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

RMK SAP 2 & 3

Disusun Oleh :

Komang Ayu Triska Prabandari (1506305051)

Ni Wayan Desi Riani (1506305059)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
A. Teori-teori yang mendasari Good Corporate Governance
a. Agency Theory
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi,
teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan
adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak
kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Dimana para manajemen perusahaan akan
bergerak dengan kesadaran sendiri untuk mementingkan diri sendiri bukan sebagai pihak
yang adil terhadap pemegang saham (Murwaningsari,2009). Teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham
sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan
berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut
(Jensen & Meckling, 1976).
b. Stewardship Theory
Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer
tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar
psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward
termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak
akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran
organisasinya (Donaldson dan Davis, 1997).
c. Stakeholder Theory
Dalam Stakeholder model, perusahaan adalah organisasi yang mendapatkan sumber daya
dari investor, karyawan, dan dari supplier yang selanjutnya digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa untuk kemudian dijual kepada konsumen (Donaldson &
Preston, 1995). Corporate Governance disini merupakan sistem yang dirancang untuk
menjamin terpeliharanya keseimbangan internal dalam suatu organisasi dengan
keseimbangan eksternal yang berkepentingan. Dengan menjamin bahwa semua pihak
akan bertindak dan berperilaku sesuai aturan yang berlaku, maka perusahaan akan
mencapai sasaran tanpa perlu menimbulkan kerugian kepada pihak stakeholders.

B. Alasan Diperlukan Good Corporate Governance

Secara historis Corporate Governance telah ada sejak berabad-abad yang lalu dan
digunakan untuk mengurangi keagalan suatu perusahaan ketika terjadi krisis yang
berkepanjangan. Namun, menurut para ekonom kesadaran akan pentingnya Good Corporate
Governance diterapkan di negara berkembang baru dimulai sejak terjadi krisis ekonomi pada
tahun 1997 yang disebabkan oleh lemahnya tata kelola perusahaan-perusahaan terbuka, termasuk
perusahaan milik negara. Pada masa-masa itu pasar modal ikut mengalami keruntuhan, demikian
juga di Indonesia peringkat kredit sebagian besar perusahaan anjlok, dan investorpun kehilangan
kepercayaan terhadap perusahaan.

Pada tahun 1999, negara-negara di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai
mengalami pemulihan, Indonesiapun pelan-pelan mulai bangkit. Kompetisi global dalam
pandangan Moeljono (2005), bukan kompetisi antar negara, melainkan antar korporasidi negara-
negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya
perekonomian suatu negara bergantung pada korporasi masing-masing. Karena itu Corporate
Governance sangat penting diterapkan pada perusahaan.

Krisis ekonomi negara maju kembali terjadi di awal tahun 2000 yaitu adanya gelombang skandal
di bidang keuangan yang mengakibatkan kerugian milyaran dollar dan menurunkan rasa percaya
diri investor dan keyakinan public akan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan
pubik. Skandal keuangan justru terjadi pada perusahaan-perusahaan yang mendapat kepercayaan
yang sangat tinggi dari investor seperti, Enron, WorldCom, Global Crossing, dan Qwest.

Kemungkinan penyebab terjadinya skandal besar tersebut karena perusahaan-perusahaan


mengalami degradasi etika, kurangnya kewaspadaan akan risiko, dan terutama lemahnya
Corporate Governance. Dengan demikian, untuk memperkuat Corporate Governance diperlukan
pendekatan yang terintegrasi antara tiga komponen yaitu prinsip, fungsi dan mekanisme
Corporate Governance, sehingga perusahaan dapat menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi
pemegang saham maupun pemangku kepentingan lainnya, termasuk meningkatkan kepercayaan
investor, dan mendorong terciptanya pasar modal yang kuat dan efisien. Good Corporate
Governance adalah salah satu kunci untuk pasar keuangan yang sehat dalam perekonomian
global saat ini. Tata kelola perusahaan yang baik merupakan kunci untuk integritas perusahaan,
lembaga keuangan dan pasar, pusat kesehatan dan stabilitas.

C. Manfaat Good Corporate Governance

Menurut Tjager dkk (2003) menjelaskan manfaat GCG sebagai berikut :

a. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan
bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-
perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.
b. Berdasakan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalau bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar bagi
berkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah
banyak berubah.
e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Mas Ahmad
Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good Corporate
Governance secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara
lain; (1) mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen; (2)
mengurangi biaya modal (cost of capital); (3) meningkatkan nilai saham perusahaan di
mata public dalam jangka panjang; (4) menciptakan dukungan para stakeholder dalam
lingkungan perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan.

D. Tinjauan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate Governance ini,
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah mengembangkan
seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel
sesuai dengan keadaan ekonomi, peraturan-peraturan yang mendukung, standar audit yang
digunakan, budaya dan tradisi masing-masing negara dimana itu akan membuat perbedaan dan
berpengaruh pada setiap negara dalam menerapkan Good Corporate Governance.

Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah)
dalam membangun framework bagi penerapan Corporate Governance. Bagi para pelaku usaha
dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi
best practices bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability)
perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance berlandaskan kepada lima prinsip dasar,
(Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002) yaitu :

a. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan
dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
d. Independensi (Independency)
Suatu keadaan di mana perusahaan di kelola secara professional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan-perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
e. Kewajaran (Fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai