Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau
pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per
provinsi, jumlah koperasi per jenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif),
keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable
tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat
peranan atau pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian
pula dampak dari koperasi (cooperative effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota
atau masyarakat belum tercermin dari variabel-variabel yang disajikan. Dengan demikian,
variabel kinerja koperasi pada bab ini cenderung hanya dijadikan sebagai salah satu alat
untuk melihat perkembangan koperasi sebagai badan usaha.
1
kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai, dimana mampu
tidaknya karyawan dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang
dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan semakin menentukan kinerja
yang dihasilkan.
2
Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal yang dilakukan oleh
organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara periodik
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok
dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
menghasilkan tindakan yang diinginkan. Secara umum tujuan dilakukan pengukuran kinerja
adalah untuk:
1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada organisasi.
2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai dasar
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan dan
pengembangan karyawan.
4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti produksi,
transfer dan pemberhentian.
Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur, penetapan kriteria
yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja yang sesungguhnya.
Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja sesungguhnya dengan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang diinginkan.
Pengukuran kinerja memerlukan alat ukur yang tepat. Dasar filosofi yang dapat dipakai
dalam merencanakan sistem pengukuran prestasi harus disesuaikan dengan strategi
perusahaan, tujuan dan struktur organisasi perusahaan. Sistem pengukuran kinerja yang
efektif adalah sistem pengukuran yang dapat memudahkan manajemen untuk melaksanakan
proses pengendalian dan memberikan motivasi kepada manajemen untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerjanya. Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh personil
terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai
pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategi yang masanya masih kabur menjadi lebih kongkrit
sehingga mempercepat proses pembelajaran perusahaan.
3
b. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena tidak
ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
c. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
d. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
e. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih
sekedar mengetahui tingkat usaha.
f. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah
cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
g. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
h. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat
waktu.
i. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang
efektif.
5
5.2.3 Permintaan Menjadi Anggota Koperasi
Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari lebih dahulu
maksud dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai syarat-syarat keanggotaan dan hak
serta kewajibannya sebagai anggota.
1) Jika persyaratan sudah diterima, selanjutnya calon mengisi formulir pendaftaran di
koperasi tersebut.
2) Jika pengurus menyetujui permintaan calon anggota, maka selanjutnya harus
diberitahukan kepada yang bersangkutan mulai saat tersebut dapat diterima menjadi
anggota koperasi.
3) Bila permohonan seseorang menjadi anggota koperasi ditolak, maka pencalonannya
sebagai anggota dapat diajukan kembali dalam RA yang akan datang, dan
keputusannya akan mengikat pengurus untuk memenuhinya.
6
besarnya volume usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa
hasil usaha koperasi.
d) Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tida
mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat
memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki
pengertian seperti itu; untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan
pemberi hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.
c. Modal Pinjaman
7
a) Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan
sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang
disimpan tergantung dari kerelaan anggota. Sebaliknya dalam pinjaman, koperasi
meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari
anggota.
b) Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan
usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan
lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang
sempit, tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat
prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya
merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
d) Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang
kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar
anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang
tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
e) Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang
tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.
9
g. Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai "pengurang
nilai nominal" piutang pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko piutang tak
tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian akibat pemberian
piutang pinjaman.
h. Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk
persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi, maupun
barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada
anggota dan penyelenggaraan transaksi dengan non anggota;
i. Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain
untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.
j. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis pendapatan koperasi
yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh
koperasi;
k. Aset Lancar Lain-lain.
10
d. Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan digunakan lebih dari satu periode. Aset tetap mencakup
perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan
Peralatan Kantor.
e. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset
tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai
dengan umur manfaatnya.
f. Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak
mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi atau
disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak
berwujud antara lain: hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor,
waralaba.
g. Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah "pengurang nilai perolehan"
suatu aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan
berlalunya waktu.
h. Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1
sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai dibangun.
11
e. Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka
semakin besar SHU yang akan diterima.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa
informasi dasar diketahui sebagai berikut:
a. SHU total kopersi pada satu tahun buku
b. bagian (persentase) SHU anggota
c. total simpanan seluruh anggota
d. total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
e. jumlah simpanan per anggota
f. omzet atau volume usaha per anggota
g. bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
h. bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Keterangan :
Dengan model matematika, SHU Koperasi per anggota dapat dihitung sebagai berikut:
14
atau investasi tahunan. Sebagai dasar tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan
keuangan koperasi sampel (neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal)
di samping tentu saja data-data lain vang diperlukan seperti yang tercantum dalam
laporan pertanggungjawaban pengurus.
3. Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga dan
perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di
dalam koperasi.
4. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat optiniasi karena
adanya perubahan teknologi yang dipakai. Setiap perubahan teknologi akan membawa
dampak terhadap output yang dihasilkan. Tentu saja teknologi baru akan dipakai jika
menghasilkan produktivitas yang lebih baik dari semula.
5. Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana secara
tepat, karena tidak menimbulkan biaya-biaya atau beban.
b. Koperasi Umum.
Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.
2) Kedua, berdasarkan banyaknya jenis usaha:
a. Koperasi Single Purpose.
Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
b. Koperasi Multi Purpose.
Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha yang dikelola secara
bersamaan.
3) Ketiga, koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha :
Secara umum, berdasarkan jenis lapangan usahanya koperasi dapat dibedakan menjadi
empat, yakni terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU),
Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.
a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu
menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung
(menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan
jasa. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan mengangsur. Besarnya jasa bagi
15
penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan
usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
b. Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha.
Misalnya, melayani simpan pinjam dan pelayanan jasa, menjual barang-barang hasil
produksi anggota, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga
masyarakat, unit wartel.
c. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan
makanan, pakaian, perabot rumah tangga. Barang-barang yang disediakan harganya
lebih murah dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
d. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang
(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama yang merupakan hasil produksi
anggota koperasi. Bagi para anggota yang memiliki usaha, dapat memasok hasil
produksinya ke koperasi, dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan
modal dan pemasaran.
Ada bermacam-macam koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi para
petani, koperasi produksi peternak sapi, koperasi produksi pengrajin, dan sebagainya.
Koperasi produksi membantu anggota menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
berusaha. Misalnya koperasi membantu menyediakan bahan baku untuk kerajinan,
menyediakan bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain. Selain itu, anggota koperasi
mencari jalan keluar dari permasalah secara bersama-sama. Koperasi produksi juga
menampung hasil usaha para anggotanya. Dengan demikian, anggota tidak
mengalami kesulitan menjual hasil usahanya. Anggota koperasi produksi dalam
bidang pertanian dapat menjual hasil bumi padi, jagung, kacang, kedelai, dan lai-
lainnya ke koperasi. Demikian juga para peternak dan pengrajin.
4) Keempat, didasarkan pada jenis anggota:
a. Koperasi Primer.
Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota koperasi ini
dua puluh orang.
b. Koperasi Sekunder.
Koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Koperasi sekunder meliputi:
a) Pusat Koperasi
16
Pusat koperasi merupakan koperasi yang anggotanya oaling sedikit lima
buah koperasi primer dan berada di satu kabupaten/kota.
b) Gabungan Koperasi
Gabungan koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit
tiga buah pusat koperasi. Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
c) Induk Koperasi
Induk koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga
buah gabungan koperasi.
5) Kelima, koperasi didasarkan pada status anggota :
Dilihat dari status keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara lain
koperasi petani, koperasi pensiunan, Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI),
Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Unit Desa (KUD),
Koperasi Pasar (Koppas) antara lain sebagai berikut:
a. Koperasi Petani
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang orang yang terlibat
dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pertanian, misalnya penyuluhan pertanian, pengadaan bibit unggul,
penyediaan pupuk, obat-obatan dan lain-lainnya.
b. Koperasi Pensiunan
Berbeda dengan Koperasi pertanian yang beranggotakan para petani, anggota
Koperasi pensiunan berisikan para pensiunan pegawai negeri. Koperasi ini bertujuan
meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan menyediakan kebutuhan para
pensiunan.
c. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri baik pegawai pusat maupun
daerah. Sebelum KPRI, koperasi ini lebih dikenal dengan nama Koperasi Pegawai
Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan para
pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup department atau instansi.
d. Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma)
Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan
siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga
sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan
koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai
media pendidikan bagi siswa antara lain latihan kepemimpinan, latihan tanggung
17
jawab, latihan kejujuran, latihan mengenal lingkungan, serta latihan belajar
berorganisasi dalam bentuk usaha bersama. Koperasi sekolah diusahakan diurus oleh
siswa, hal ini dimaksudkan agar tujuan koperasi sebagai media pendidikan dapat
tercapai.
Sama seperti koperasi sekolah, di tingkat universitas terdapat koperasi mahasiswa
atau KOPMA, koperasi ini beranggotakan para mahasiswa. Koperasi ini bertujuan
untuk menyediakan kebutuhan mahasiswa terhadap sarana dan prasarana penunjang
perkuliahan di kampus. Selain itu, koperasi mahasiswa ini juga menyediakan simpan
pinjam, bagi para mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, usaha simpan
pinjam ini akan sangat membantu. Dengan adanya koperasi mahasiswa ini juga akan
melatih serta meningkatkan tanggung jawab, dan melatih kepemimpinan mahasiswa
di dalam berorganisasi.
e. Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan.
Koperasi ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi terutama yang berkaitan
dengan pertanian atau perikanan (nelayan). Beberapa usaha KUD, antara lain:
a) Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti menyediakan pupuk, obat
pemberantas hama, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis
pertanian.
b) Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan
kepada para petani. Di tingkat kabupaten dan provinsi terdapat Pusat Koperasi
Unit Desa (PUSKUD) yang bertugas memberikan bimbingan kepada KUD-KUD.
Di tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) yang bertugas
memberikan bimibingan kepada PUSKUD di seluruh Indonesia.
f. Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedagang di
setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan
kegiatan para pedagang. Misalnya modal dan penyediaan barang dagangan. Di tingkat
kabupaten atau provinsi terdapat Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) yang
bertujuan memberikan bimbingan kepada koperasi pasar yang ada di
wilayah binaannya.
Penilaian kinerja Koperasi yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian
Koperasi dan UKM Tahun 2005-2009 terkait dengan upaya pemberdayaan koperasi adalah
18
Pengembangan Kelembagaan dalam rangka mewujudkan 70.000 unit koperasi berkualitas.
Sampai dengan awal April 2007 pelaksanaan penilaian kinerja koperasi adalah melalui
Klasifikasi Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002
tanggal 29 Nopember 2002).
Mulai April 2009 sampai saat ini pelaksanaan penilaian kinerja koperasi dilakukan
melalui Pemeringkatan Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No.
22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007, dan Permen Nomor:
06/Per/M.KUKM/III/2008 tanggal 12 Maret 2008 tentang Perubahan atas Permen No.
22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Pemeringkatan Koperasi.
Memasuki tahun anggaran 2010 s/d 2014, Program Pemeringkatan Koperasi masih terus
dilakukan baik melalui anggaran APBN maupun APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tujuan klasifikasi koperasi adalah:
1. Mengetahui kinerja koperasi dalam satu periode tertentu
2. Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi
3. Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisinis
yang sehat.
Dengan kata lain, melalui upaya klasifikasi ini diharapkan secara internal koperasi
mampu mempertegas jatidirinya sebagai sokoguru perekonomian rakyat sebagaimana
diamanatkan oleh International Cooperative Alliance (ICA) dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2002, namun juga secara eksternal mampu tetap menunjukkan kinerjanya sebagai
pelaku bisnis yang kompetitif. Secara internal sudah jelas arti dan fungsi Koperasi namun
secara eksternal inilah yang menimbulkan terjadinya sedikit pergeseran sistem, dimana
dinamisasi kondisi perekonomian terkadang berbanding terbalik ataupun berbanding lurus
dengan kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencari jalan keluar dari sebuah
permasalahan ekonomi.
Untuk itu, diperlukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap sistem dan instrumen
klasifikasi yang selama ini telah digunakan agar mampu mengakomodasikan berbagai
kepentingan, khususnya kepentingan setiap koperasi yang bersangkutan dalam mengakses
sumber pembiayaan dan sebagai alat pembinaan. Sistem pemeringkatan yang akan dihasilkan
ini diharapkan mampu memetakan kinerja koperasi dan menjadi prasyarat untuk mengakses
sumberdaya produktif serta dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan.
Pedoman klasifikasi koperasi tersebut disempurnakan menjadi sistem pemeringkatan
koperasi yang dilandasi dasar hukum dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM
19
Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi danPeraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/III/2008 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007
tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi.
21
dan mandiri. Pada prinsipnya, Undang-Undang perkoperasian yang baru memberikan
keleluasaan yang lebih besar kepada gerakan koperasi untuk menentukan arah
pengembangan usaha agar makin sesuai dengan kcbutuhan dan kepentingan para anggota.
Di samping itu, pemerintah tetap memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan
dalam rangka memandirikan koperasi.
22
6.2 Tantangan, Kendala, dan Peluang yang Dihadapi dalam Pembangunan Koperasi di
Indonesia
6.2.1 Tantangan dalam Pembangunan Koperasi
Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama
PJP I, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan
ditingkatkan penanganannya dalam PJP II, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita
perkoperasian seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hingga saat ini,
karena berbagai alasan ekonomi dan non-ekonomi, koperasi pada umumnya belum dapat
melaksanakan sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang telah dicita-citakan, sehingga
koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan
sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di samping itu, berbagai kondisi struktural dan
sistem yang ada masih menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah
ekonomi guna meraih dan memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi secara optimal.
Sementara itu, terbukanya perekonomian nasional terhadap perkembangan
perekonomian dunia diperkirakan akan menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam
tatanan kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan
keberadaan koperasi makin terintegrasi dan berperan menentukan ke dalam perekonomian
nasional. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperasi adalah mengembangkan
koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, mandiri, dan memiliki daya saing
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang berujung pada
meningkatnya perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik
sebagai soko guru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral dari tatanan
perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya memiliki ruang
gerak dan kesempatan usaha yang luas, terutama dalam hal yang menyangkut kepentingan
kehidupan ekonomi rakyat. Namun dalam kenyataannya, koperasi masih menghadapi
beberapa hambatan struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperan sebagaimana
yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi tantangan
23
adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi
rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat. Inti kekuatan
koperasi terletak pada anggota yang berpartisipasi aktif dalam organisasi koperasi dan
kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam wadah koperasi. Sebenarnya, kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi sudah semakin meningkat, tetapi belum cukup memadai,
antara lain disebabkan oleh adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan manfaat
koperasi bagi anggotanya. Hal ini telah menyebabkan lambatnya koperasi mengakar dalam
masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus meningkatkan
kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran serta masyarakat secara luas.
Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berakar dalam
masyarakat juga merupakan tantangan dalam pembangunan koperasi di Indonesia.
6.3 Bentuk Arahan, Sasaran, dan Implikasi Kebijaksanaan yang Dilakukan dalam
Pembangunan Koperasi
6.3.1 Arahan dalam Pembangunan Koperasi
GBHN 1993 menetapkan bahwa sasaran pembangunan koperasi dalam PJP II adalah
terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai soko guru perekonomian nasional
yang merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua
kegiatan perekonomian nasional sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan
kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
b. Sasaran Repelita VI
27
dan berperannya lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian, diharapkan daya saing
koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi semakin meningkat pula.
28
kualitas sumber daya manusia, serta pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kelembagaan,
usaha, dan sistem koperasi untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan
ekonomi rakyat.
1) Meningkatkan akses dan pangsa pasar, antara lain dengan meningkatkan keterkaitan
usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha, memperluas akses terhadap informasi
usaha, mengadakan pencadangan usaha, membantu penyediaan sarana dan prasarana
usaha yang memadai, serta menyederhanakan perizinan. Upaya ini ditunjang dengan
menyusun berbagai peraturan perundang-undangan yang mendukung pengembangan
koperasi, dan menghapuskan peraturan perundang-undangan yang menghambat
perkembangan koperasi, serta mengembangkan sistem pelayanan informasi pasar,
harga, produksi, dan distribusi yang memadai.
2) Memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur permodalan
dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi, antara lain dengan
meningkatkan jumlah pagu dan jenis pinjaman untuk koperasi; mendorong
pemupukan dana internal koperasi; menciptakan berbagai kemudahan untuk
memperoleh pembiayaan dan jaminan pembiayaan; mengembangkan sistem
perkreditan yang mendukung dan sesuai dengan kepentingan koperasi pada
khususnya dan perekonomian rakyat pada umumnya; mengembangkan sistem
pembiayaan termasuk lembaga pengelola yang sesuai untuk itu, dalam rangka
menyebarkan dan mendayagunakan sumber dana yang tersedia bagi koperasi dan
gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari penyisihan laba bersih BUMN,
penyertaan modal Pemerintah, imbalan jasa (fee) yang diterima KUD dari
pelaksanaan program Pemerintah, serta dana lainnya yang berasal dari gerakan
koperasi; serta mengembangkan berbagai lembaga keuangan yang mendukung
gerakan koperasi, antara lain Perum PKK, lembaga asuransi usaha koperasi, lembaga
pembiayaan koperasi, dan lembaga modal ventura, agar makin mampu melayani
kebutuhan keuangan untuk pengembangan usaha anggota koperasi. Kebijaksanaan ini
mencakup upaya pendayagunaan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang sudah ada.
29
meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme anggota, pengurus,
pengawas, dan karyawan koperasi; mendorong koperasi agar benar-benar
menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi, mendorong proses pe-
ngembangan karier karyawan koperasi; mendorong terwujudnya tertib organisasi dan
tata hubungan kerja yang efektif; mendorong berfungsinya perangkat organisasi
koperasi; meningkatkan partisipasi anggota; mendorong terwujudnya keterkaitan
antarkoperasi, baik secara vertikal maupun horizontal dalam bidang informasi, usaha
dan manajemen; meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi agar mampu
berfungsi dan berperan dalam memperjuangkan kepentingan dan membawa aspirasi
koperasi; dan meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi
melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian, baik bagi
anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.
30
energi, serta perumahan dan permukiman, pelaksanaan kebijaksanaan di atas dilakukan
secara terpadu dan selaras dengan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan
perkoperasian di sektor tersebut. Kebijaksanaan tersebut juga dilaksanakan di daerah
tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok
masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Sam’un Jaja Raharja, 2014. Prospek dan Tantangan Pengembangan Koperasi di Indonesia.
(https://media.neliti.com/media/publications/73630-ID-prospek-dan-tantangan-
pengembangan-koper.pdf, diakses pada tanggal 10 Maret 2018)
Sitip, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi, Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.
Pedoman Klasifikasi Koperasi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Republik
Indonesia.
32