Anda di halaman 1dari 10

A.

Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh misalnya timbangan emas akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam
satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur
panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang
dengan satuan mm.
Sebuah skala pengukuran merupakan seperangkat aturan untuk mengkuantifikasi
sebuah variabel tertentu, atau pemberian skor angka padanya. Skala-skala pengukuran
dapat mengkuantifikasikan data baik secara nominal, ordinal, interval, maupun rasio.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variable yang diukur dengan instrumen tertentu
dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan
komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100kg, suhu badan orang yang
sehat 37 derajat celcius, IQ seseorang 150, selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap
sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.
Sedangkan Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dari pengertian
masing-masing kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa
disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti.
Menurut sanjaya (2011;84), instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian. pada prinsipnya, meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus meggunakan alat ukur yang valid dan baik. Alat ukur
dalam penelitian disebut instrument penelitian, jadi instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan
secara spesifik fenomena disebut variabel.
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi,
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati (variabel penelitian). Instrumen-instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas
dan reliabilitasnya. Seperti variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka
instrumennya adalah calorimeter. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang telah ditetapkan utnuk diteliti. Misalnya akan meneliti
tentang “Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Kerja Lembaga Terhadap Produktivitas
Kerja Pegawai”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat, yaitu :

1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan.


2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja.
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.

B. Macam – Macam Skala Pengukuran


Dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi
mana dari suatu skala sikap. Macam – macam skala pengukuran dapat berupa, yaitu skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan
diperoleh data nominal, ordinal, interval dan ratio.
Dari empat macam pengukuran, ternyata skala intervallah yang lebih banyak
digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial. Para ahli sosial membedakan dua tipe
skala menurut fenomena sosial yang diukur, yaitu:
1) Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian.
Yang termasuk dalam tipe ini adalah skala sikap, skala moral, test karakter, skala
partisipasi sosial.
2) Skala pengukuran mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial.
Yang termasuk dalam tipe ini adalah skala untuk mengukur status sosial ekonomi.
Lembaga – lembaga sosial, kemasyarakatan (communities), dan kondisi
kerumahtanggaan.
Pada dasarnya skala pengukuran dapat digunakan dalam berbagai bidang. Perbedaan
terletak pada isi dan penekanannya. Para ahli sosiologi lebih menekankan pada
pengembangan instrument untuk mengukur perilaku manusia. Tetapi baik ahli sosiologi
maupun psikologi, keduanya sama – sama menekankan pada pengukuran sikap yang
menggunakan skala sikap.
Berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena sosial, dan
dapat dianalisis menggunakan statistik adalah skala untuk mengukur intelegensi,
kepribadian, sikap, status sosial, institusional (kelembagaan), dan berbagai tipe yang
lainnya seperti , yaitu arbitrary scale, scale in which the item, scale values, scale
constructed in accordance with “scale analysis” techniques device by Louis Guttman and
Coworker, “projective test” in “projective test”. Skala yang lain dapat merupakan
penggabungan dari berbagai macam skala di atas. (Young 1982 : 349).
Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian Bisnis antara lain adalah:
1) Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.
Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator
variable. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item – item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Dan untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
b. Setuju/sering/positif diberi skor 4
c. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negative diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju/tida pernah/sangat negative diberi skor 1
2) Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain – lain. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternative). Jadi
kalau pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju”, maka dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju”
atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh, Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di
perusahaan ini? a. Setuju, b. Tidak Setuju
3) Semantic Deferential
Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferential dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya
sangat positifnya terletak di bagian kanan garis, dan jawabannya yang sangat negative
terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval,
dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban
yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada
yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden
terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3,
berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden
terhadap pemimpinnya sangat negatif.
4) Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah
atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale,
responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh
karena itu rating scaleini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja
tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala
untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan,
proses kegiatan dan lain – lain.

C. Desain Instrumen
Proses menyusun desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni. Kendati
demikian, dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai
berikut
1) Urutan Skala dan Layout
Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat menentukan dalam
sukses/tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan skala dan penyajian
alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Beberapa petunjuk
yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kuesioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan menarik.
b. Tulislah petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca. Bila terdapat perubahan
jenis skala dalam instrument pengukuran, maka diperlukan instruksi transisi yang
memberitahu responden bahwa ada perubahan format jawaban.
c. Informasi yang bersifat sensitive (missal: penghasilan) dan klasifikatif (umur, jenis
kelamin, ukuran rumah tangga, dan lain – lain) sebaiknya ditanyakan belakangan.
d. Susunlah tata letak (layout) kuesioner sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan
mengikuti alur proses wawancara.
2) Pratest dan Perbaikan
Setelah instrument disusun dalam bentuk draft, maka pratest (uji coba sebelum
penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada sejumlah responden
yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya. Pratest sering kali dapat
mengidentifikasi masalah – masalah dalam penyusunan kata – kata, format kuesioner,
dan lain – lain yang amat berpengaruh terhadap validitas penemuan dari penelitian
tersebut. Bila masalah – masalah tersebut ditemui, peneliti dapat membuat perubahan
– perubahan seperlunya agar dapat memperoleh data dengan kualitas tinggi.
Singkatnya, proses penyusunan skala dan desain instrument merupakan suatu seni
karena memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam menyusun instrument
pengumpulan data yang dapat dipercaya dan valid.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliable dengan instrument
yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam
obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih
maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah,
maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrument yang
tidak reliabel/konsisten.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus bagian ujungnya, bila
digunakan berkali – kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi tidak selalu
valid. Hal ini disebabkan karena instrument (meteran) tersebut rusak. Penjual jamu
berbicara di mana – mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena
kenyataannya jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrument merupakan syarat untuk
penguian validitas instrument. Oleh karena itu walaupun instrument yang valid umumnya
pasti reliabel, tetapi pengujian reliablitas instrument perlu dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrument, yaitu instrument yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar dan instrument yang nontest untuk mengukur sikap.
Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrument
sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif dan negative”.

E. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas intrumen yang
akan digunakan untuk penelitian.
1) Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli. Dalam
hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek – aspek yang akan diukur
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun itu. Mungkin
para ahli akan memberi keputusan: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan,
ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan
lingkup yang diteliti.
b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrument yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk
instrument yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan
isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument dengan fakta – fakta
empiris yang teradi di lapangan. Misalnya instrument untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrument itu dibandingkan
dengan catatan – catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik.
Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrument dengan fakta di
lapangan, maka dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai validitas
eksternal yang tinggi.
2) Pengujian Reliabilitas Instrumen
a. Test – Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test – retest dilakukan
dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal
ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka
instrument tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument
yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan
gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrument dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrument, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua,
dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrument sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrument. Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
DAFTAR REFRENSI

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Bagaimana Meneliti &
Menulis Tesis? Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi
EKA 400 A9
SAP 8
Dosen Pengampu : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si.Ak.,CA

Oleh :

Ni Wayan Desi Riani (1506305059)


Ni Luh Komang Sri Noviani (1506305053)
Olive Gracely Naomi Dumanauw (1506305061)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Jimbaran
2017

Anda mungkin juga menyukai