Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan dalam melaksanakan usahanya semakin lama dapat
semakin berkembang sehingga kemungkinan untuk membuka daerah
pemasaran yang baru semakin terbuka dan mendesak sehingga perlu
dilaksanakn. Akibat adanya perluasan daerah pemasaran ini akan
menimbulkan suatu masalah yaitu bagamana produk perusahaan dapat sampai
ke tangan pembeli dengan cepat tanpa menimbulkan biaya angkut yang
banyak dan memakan waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan dapat membentuk tempat-tempat penjualan pada daerah-daerah
atau kota-kota tertentu sehingga sarana untuk memperluas daerah pemasaran
dapat tercapai seperti apa yang direncanakan.
Tempat –tempat penjualan yang di bentuk tersebut dapat berbentuk
agen (Agency ) atau dapat berbentuk cabang (Branch) dari perusahaan yang
berkembang tersebut agen maupun cabang yang dibentuk oleh pusat (dalam
hal ini adalah perusahaan yang berkembang tersebut) keduanya merupakan
sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan menyalurkan produk
perusahaan kepada pada pembeli didaerahnya masing-masing. Meskipun
agen dan cabang keduanya sama-sama merupakan suatu sarana,namun
terdapat beberapa perbeadaan pokok diantara keduanya yaitu dalam hal
organisasi, pengelolaan manajemen, dan pengelolaan akuntansinya.
Dalam hal organisasi maupun pengelolaan manajemen, agen
hanyalah merupakan tempat penjualan produk milik pusat dan agen tidak
perlu dipisahkan pengelolaan manajemen maupun pencatatan akuntansinya.
Semua kebijakan dan catatan akuntasi dielola langsung oleh pusat dan tugas
agen hanya lah mencari pembeli yang selanjutnya menghubungi pusat untuk
mengirimkan sejumlah produk untuk pembeli tersebut.
Sedangkan untuk cabang, pengelolaan manajemen serta pencatatan
akuntansinya perlu diadakan pemisahan antara pusat dan cabang sehinga
dalam melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh pusat, cabang

1
mempunyai kebebasan untuk melaksanakannya. Cabang juga mempunyai
wewenang untuk menjual produk sesuai dengan keinginannya dan cabang
diberi kebebasan pula untuk melakukan pencatatan transaksi-transaksi
sendiri. Sebagai pertanggungjawaban cabang kepada pusat adalah cabang
diwajibkan membuat laporan keungan setiap periode tertentu yang dilaporkan
kepada pusat. laporan keungan cabang ini tidak disebarluaskan kepada
pemegang saham atau pun kepada umum, sebab laporan keuangan cabang ini
hanya bersifat intern yang khusus dilaporkan kepada pusat. Setelah menerima
laporan dari cabangnya selanjutnya pusat akan mengadakan konsolidasi untuk
menyusun laporan keuangan gabungan antara laporan keuangan pusat dengan
laporan keuangan cabang-cabangnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perlakuan akuntansi antar Pusat dan Agen ?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi antar Pusat dan Cabang ?
3. Bagaimana Pengiriman kekayaan antar cabang ?

C. Tujuan
1. Memahami dan mengerti bagaimana perlakuan akuntansi antar Pusat dan
Agen.
2. Memahami dan mengerti bagaimana perlakuan akuntansi antar Pusat dan
Cabang.
3. Memahami dan mengerti bagaimana prosedur akuntansi terkait pengiriman
kekayaan antar cabang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi untuk Pusat dan Agen


Agen merupakan suatu Perwakilan yang bekerja sebagai suatu unit
organisasi penjualan lokal pada suatu daerah tertentu di bawah pangawasan
kantor pusat. Agen tidak mengadakan pencatatan secara komplit, tetapi pada
umumnya agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas pada suatu agen bukan
berasal dari hasil penjualan barang dagangan tetapi berasal dari Kantor Pusat
sebagai pengisian dana untuk modal kerja guna membiayai operasi agen.
Pengeluaran kas pada suatu agen guna membiayai operasi, biasanya dicatat
dalam beberapa rangkap dan tembusannya di berikan kepada Kantor Pusat.

Pengawasan dana yang diberikan kepada suatu agen, hampir sama


pelaksanaannya dengan sistem pengisian kas kecil (Petty Cash) yang biasanya
menggunakan sistem dana bersaldo tetap atau “Imprest Fund System”.
Persediaan barang dagangan yang ada pada suatu agen, bukan merupakan
persediaan barang untuk di jual , tetapi hanya berupa sampel
(contoh/monster) saja. Apabila terjadi pesanan dari pembeli, pesanan tersebut
di terima oleh agen untuk dikirimkan langsung ke Kantor Pusat akan
langsung mengirimkan barang pesanan tersebut kepada pembeli bersama-
sama faktur penjualannya tanpa melalui agen. Akan tetapi hal-hal tertentu
Kantor Pusat dapat menyerahkan pembuatan faktur kepada agen serta dapat
pula menyerahkan pengawasan piutang serta penagihannya kepada agen.
Semua biaya yang berhubungan dengan agen, selain yang dikeluarkan dengan
menggunakan modal kerja agen, akan di ganti oleh Kantor Pusat.

Untuk mencatat transaksi yang terjadi pada suatu agen di gunakan


suatu sistem saldo tetap, yaitu semua transaksi dicatat atas nama Kantor Pusat
sehingga tidak di sediakan rekening tersendiri. Hanya saja setiap transaksi

3
yang berhubungan dengan agen diberi tanda atau diberi nama agen yang
bersangkutan. Semua transaksi akan di bukukan oleh Kantor Pusat.

Pembukuan transaksi-transaksi dengan agen oleh Kantor Pusat dapat


menggunakan dua metode pencatatan yaitu :
1. Laba atau Rugi yang diperoleh dari penjualan melalui agen dicatat secara
terpisah, dan
2. Laba atau Rugi yang di peroleh dari penjualan melalui agen dicatat secara
tidak terpisah.

a) Metode Laba atau Rugi dicatat secara terpisah

Pada metode ini, Kantor Pusat menyediakan rekening khusus untuk


mencatat pendapatan dan biaya-biaya yang bersangkutan dengan agen.
Rekening khusus ini terutama digunakan untuk mencatat semua transaksi
penjualan melalui agen dan biaya-biaya yang terjadi pada agen yang
bersangkutan. Dengan disedikannya rekening khusus tersebut, dapat dengan
mudah dihitung laba atau rugi yang timbul dari kegiatan penjualan melalui
agen-agennya.
Apabila Kantor Pusat mempunyai lebih dari satu agen, maka rekening
pendapatan dan biaya-biaya pada agen dapat dipakai sebagai buku besarnya
(rekening kontrolnya) sedangkan rekening-rekening pendapatan dan biaya
pada tipa-tiap agen dipakai sebagai buku pembantunya.

Contoh 1 :
Kantor Pusat PT “BERSAMA JAYA” Surabaya, membuka agen
penjualan dikota Yogya. Semua pendapatan dan biaya dicatat secara terpisah
oleh Kantor Pusat. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi selama bulan april
antara Kantor Pusat dan Agen:
Tanggal 4 April : Pengiriman barang dagangan sebagai sampel kepada agen
Yogya sebesar harga Rp. 7.000.000
Tanggal 8 April : Pengiriman uang tunai untuk agen sebagai modal kerja
sebesar Rp.800.000

4
Tanggal 20 April : Penjualan melalui Agen Yogya sebesar harga faktur Rp.
20.000.000 sedang harga pokoknya Rp.16.000.000
Tanggal 25 April : Agen Yogya mengeluarkan biaya promosi sebesar Rp.
280.000; dan biaya penyimpanan sebesar Rp. 95.000
serta biaya lain-lain sebesar Rp. 275.000
Tanggal 30 April : Biaya gaji dan komisi untuk Agen Yogya dibayar oleh
Kantor Pusat sebesar Rp.1.300.000

Berdasarkan informasi pada transaksi diatas, dapat dibuat jurnal oleh Kantor
Pusat dengan metode Laba atau Rugi dicatat secara terpisah sebagai berikut :
Keterangan Jurnal

1. Pengiriman sampel
barang dagangan Persediaan sampel Agen Yogya.......Rp.7.000.000;
kepada agen yogya Pengiriman barang kepada Agen
sebesar harga pokok
Rp.7.000.000; Yogya........................................Rp.7.000.000;

2. Pengiriman uang
untuk modal kerja Modal Kerja Agen
agen yogya sebesar Yogya................................Rp.800.000;
Rp.8.000.000; Kas..........................................Rp.800.000;

3. a. Penjualan melalui Piutang


agen yogya sebesar Dagang...............................Rp.20.000.000;
Rp. 20.000.000; Penjualan agen yogya..........Rp.20.000.000;

b. mencatat harga
pokok penjualan Rp. Harga pokok penjualan agen
16.000.000; yoga ..Rp.16.000.000;
Persediaan barang...........Rp.16.000.000;

4. Pengeluaran kas oleh


agen yogya berupa Biaya Promosi Agen Yogya............ Rp.280.000;
biaya promosi , Biaya Penyimpanan agen yogya...... Rp. 95.000;
penyimpanan dan Biaya lain-lain agen yogya...............Rp.275.000;
biaya lain-lain. Kas................................................Rp.650.00
0;

5
5. Gaji dan Komisi Agen Biaya gaji dan komisi agen
Yogya yogya......Rp.1.300.000;
Kas..................................Rp.1.300.000;

6. Menutup rekening Penjualan agen yogya..............Rp.20.000.000;


penjualan dan biaya ke Biaya promosi agen yogya........Rp. 280.000;
dalam rekening rugi Biaya penyimpanan agen yogya..Rp. 95.000;
laba Biaya lain-lain agen yogya........Rp. 275.000;
Biaya gaji & komisi agen..........Rp.1.300.000;
Harga pokok penjualan
agen....................................
Rp.16.000.000;
Laba agen yogya.......................Rp.
2.050.000;

7. Menutp rekening laba Laba Agen Yogya........................Rp.2.050.000;


penjualan agen yogya Laba-Rugi.........................Rp.2.050.000;
ke rekening laba-rugi

b) Metode Laba atau Rugi dicatat secara tidak terpisah


Pada metode ini Kantor Pusat tidak membuat rekening khusus untuk
mencatat pendapatan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan agen. Laba
atau Rugi yang di dapat dari penjualan barang dagangan melalui agen, akan di
laporkan tergabung dengan transaksi penjualan melalui kantor pusat sendiri.
Akibatnya semua transaksi penjualan dan biaya yang terjadi melalui agen,
dicatat dalam rekening pembukuan yang ada seperti halnya transaksi-
transaksi yang terjadi di kantor pusat. Dengan menggunakan contoh pada
metode Laba-Rugi di catat secara terpisah di muka, maka dapat di jurnal oleh
kantor pusat sebagai berikut :
Keterangan Jurnal

Tanggal 4 April
1. Pengiriman
sampel barang Persediaan sampel

6
dagangan kepada agen yogya.....................................Rp.7.000.000;
agen yogya
sebesar harga Pengiriman barang kepada agen
pokok Rp. yogya....................................Rp.7.000.000;
7.000.000;
Tanggal 8 April
2. Pengriman uang
untuk modal Modal kerja agen yogya....................Rp.800.000;
kerja agen yogya Kas..............................................Rp.800.000;
sebesar
Rp.800.000;

Tanggal 20 April
3. Penjualan
melalui agen Piutang Dagang...........................Rp.20.000.000;
yogya sebesar Penjualan..............................................Rp.20.000.000;
harga fakturnya
Rp. 20.000.000;

Tanggal 25 April
4. Mencatat biaya
promosi, Biaya promosi..............................Rp.280.000;
penyimpanan Biaya Penyimpanan.....................Rp. 95.000;
dan biaya lain- Biaya lain-lain..............................Rp.275.000;
lain oleh agen Kas.........................................................Rp.650.000;
yogya

Tanggal 30 April
5. Gaji dan komisi
agen yang
dibayar oleh Biaya gaji & komisi.....................Rp.1.300.000;
kantor pusat Kas......................................................Rp.1.300.000;
sebesar Rp.
1.300.000;

Pada metode laba-rugi dicatat secara tidak terpisah, rekening-rekening


yang berhubungan dengan agen tidak diberi tanda khusus, sehingga pada
akhir bulan atau akhir periode tertentu tidak perlu ditutup kerekening laba-

7
rugi. Demikian pula laba atau rugi yang di dapatkan tidak akan nampak
seperti pada metode sebelumnya laba atau rugi akan dihitung bersama dengan
laba atau rugi penjualan melalui kantor pusat sendiri.

B. Akuntansi untuk Pusat dan Cabang


Berbeda dengan agen, cabang mempunyai otonomi sendiri dalam hal
menyelenggarakan pembukuan. Cabang berusaha dan bekerja sebai unit
usaha yang berdiri sendiri. Dalam usahanya tersebut, cabang di beri modal
kerja oleh kantor pusat, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan
maupun aktiva-aktiva lainnya.
Otonomi yang lain diberikan kepada cabang oleh kantor pusat adalah :
1. Cabang dapat membeli sendiri barang dagangan dari pihak ketiga untuk
memenuhi kebutuhan permintaan barang dagangan yang dapat dipenuhi oleh
kantor pusat.
2. Cabang dapat melakukan aktivitas penjualan mulai dari uasaha untuk
mendapatkan pembeli, mengirimkan barang dagangan beserta pembuatan
fakturnya, menagih piutangnya dan menyimpan uang hasil dari penjualan
tersebut.
Dalam hubungan antara kantor pusat dan cabang,dikenal adanya
sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Pada sistem sentralisasi, proses
terjadinya transaksi, pembukuan dan proses-proses pencatatan lainnya sama
seperti pada hubungan kantor pusat dan agen yang telah diuraikan dimuka.
Pada sistem desentralisasi, cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri
sendiri sehingga proses terjadinya transaksi, pembukuan dan proses
pembuatan laporan dilaksanakan seperti halnya perusahaan-perusahaan pada
umumnya. Dalam pembahasan ini, akan diuraikan hubungan kantor pusat dan
kantor cabang dengan menggunakan sistem desentralisasi. Cabang akan
membuat pembukuan secara lengkap. Cabang akan mempunyai rekening-
rekening aktiva, hutang, pendapatan, dan rekening biaya-biaya sendiri.
Hubungan antara kantor pusat dan cabang akan tampak pada rekening
timbal balik (Reciprocal Account), yaitu rekening buku besar yang

8
diselenggarakan oleh masing-masing pihak. Rekening timbal balik tersebut
adalah di kantor pusat mempunyai rekening “R/K – Kantor Cabang” , sedang
di cabang mempunyai rekening “R/K – kantor pusat”.

Penggunaan masing-masing rekening tersebut adalah sebagai berikut :


1. Di kantor pusat terdapat rekening “R/K kantor cabang” yang penggunaannya
adalah:
Debit
 Untuk mencatat pengiriman uang atau pengiriman barang (dropping) ke
kantor cabang
 Untuk mencatat pembebanan biaya kepada kantor cabang
 Untuk mencatat pengakuan laba dari operasi kantor cabang
Kredit
 Untk mencatat penerimaan uang dari kantor cabang
 Untuk mencatat penerimaan kiriman barang atau pengembalian barang
dari kantor cabang.
 Untuk mencatat pengakuan rugi dari operasi kantor cabang.

2. Dikantor cabang terdapat rekening “R/K – Kantor Pusat” yang


penggunaannya adalah sebagai berikut :
Debit
 Untuk mencata pengiriman atau setoran uang kepada kantor pusat
 Untuk mencata pengembalian barang atau pengiriman barang kekantor
pusat
 Untuk mencatat rugi operasional cabang pada saat penutupan untuk
dilaporkan kepada kantor pusat
Kredit
 Untuk mencatat penerimaan pengiriman uang dari kantor pusat
 Untuk mencatat penerimaan droping barang dari kantor pusat

9
 Untuk mencatat laba operasi cabang pada saat penutupan untuk
dilaporkan kepada kantor pusat

Agar diperoleh gambaran yang lengkap tentang akuntansi kantor pusat


dan cabangnya berikut ini diberikan contoh yang menggambarkan transaksi
diantara keduanya.

Contoh 2 :
Untuk memperluas daerah pemasarannya, “PT PRATIWI” membuka
kantor cabangnya diluar kota pada awal bulan september. Berikut adalah
transaksi yang terjadi selama bulan september :

2 september : Pengiriman uang ke kantor cabang sebesar Rp.13.000.000;


sebagai modal kerja
3 september : Dropping barang dagangan ke kantor cabang sebesar harga
pokoknya Rp.6.800.000;
14 september : Kantor cabang membeli alat-alat perlengkapan kantor secara
tunai Rp.260.000;
20 september : Penjualan oleh kantor cabang barang dagangan secara tunai
Rp.2.000.000; dan secara kredit sebesar Rp.4.500.000;
25 september : Penerimaan pembayaran piutang dari langganan sebesar
Rp .4.000.000;
26 september : Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kantor cabang adalah
biaya penjualan Rp. 100.000; biaya promosi Rp. 300.000;
gaji karyawan Rp. 890.000; serta biaya telpon dan listrik Rp.
600.000;
28 september : Kantor pusat membebani kantor cabang biaya-biaya operasi
sebagai berikut : biaya angkut pengiriman Rp. 150.000; biaya
asuransi Rp. 700.000; dan biaya bank Rp. 175.000;
30 september : Persediaan barang yang ada di cabang Rp.3.600.000;

Berdasarkan transaksi pada bulan september di atas, jurnal dan


perhitungan yang dibuat oleh kantor cabang adalah sebagai berikut :

10
Keterangan Kantor Pusat Kantor Cabang
Tanggal 2 september
1. Pengiriman uang R/K – Kantor Kas.........Rp.13.000.000
ke cabag CabangRp.13.000.000; ;
Rp.13.000.000; Kas...................R R/K-
sebagai modal p.13.000.000; KantorPusat....Rp.1
kerja 3.000.000;

Tanggal 3 september R/K-kantor Penerimaan barang dari


2. Dropping barang cabang.................Rp.6.8 pusat...............Rp.6.800.
dagangan ke 00.000; 000;
cabang sebesar Pengiriman barang R/K-Kantor
Rp.6.800.000; ke Pusat..........Rp.6.
cabang..Rp.6.800.00 800.000;
0
Tanggal 14 september
3. Pembeliaan alat Alat perlengkapan
perlengkapan - kantor..........Rp.260.000
kantor oleh ;
cabang sebesar Kas...................R
Rp.260.000; p.260.000;

Tanggal 20 september
4. Penjualan oleh Kas...........Rp.2.000.000
cabang Tunai - ;
Rp. 2.000.000; Piutang
Kredit Rp. dagang......Rp.4.500.000
4.500.000; ;
Penjualan...........
.Rp.6.500.000;

Tanggal 25 september
5. Pelunasan Kas......................Rp.4.0
piutang dari - 00.000;
penjualan Piutang
sebesar Rp. Dagang........Rp.4.
4.000.000; 000.000;

Biaya
Tanggal 26 september penjualan.....Rp.100.000

11
6. Pengeluaran - ;
biaya - biaya Biaya
oleh kantor promosi.......Rp.300.000
cabang ;
Gaji
karyawan......Rp.980.00
0
Biaya telpon &
listrik..........Rp.600.000;
Kas.......Rp.1.90
0.000

Tanggal 28 september R/K-kantor Biaya


7. Mencatat biaya- cabang.......Rp.1.025.00 angkut..........Rp.150.00
biaya yang telah 0; 0
dibayar oleh Biaya Biaya
kantor pusat angkut....Rp.150.00 asuransi........Rp.700.00
yang dibebankan 0 0
kepada kantor ** Biaya premi Biaya
cabang asuransi.Rp.700.00 bunga...........Rp.175.00
0 0
*Biaya R/K-Kantor Pusat
bunga...Rp.175.000 Rp.1.025.000
Penjelasan jurnal :
* (1) Jurnal transaksi 28 september, pada saat kantor pusat membebankan biaya-
biaya ke kantor cabang mencatat biaya bunga sebagai pendapatan bunga
sebelah kredit
**(2) Demikian pula untuk biaya asuransi, pada saat dibebankan ke cabang, oleh
pusat dicatat sebagai premi asuransi sebelah kredit

Tabel Lanjutan
Transaksi Kantor Pusat Kantor Cabang

8. Tanggal 30
September
Penyesuaian
dan tutup buku

a. Mencatat a. Persediaan barang

12
persediaan dagang............Rp.3.600.000
barang yang - Rugi-Laba.........Rp.3.600.000
ada di gudang
cabang
Rp.3.600.000
b. Penjualan............Rp.6.500.000
b. Menutup Rugi-
rekening laba................Rp.6.500.000
penjualan ke
rugi laba - c. Rugi-Laba..........Rp.10.100.000;
sebesar Pengiriman barang
Rp.6.500.000 dari pusat..........Rp.6.800.000
Biaya penjualan...Rp. 100.000
Biaya promosi..........Rp.
c. Pemindahan 300.000
rekening- Gaji karyawan..........Rp.
rekening biaya - 980.000
ke rugi laba Biaya tlpn&listrik.....Rp.
600.000
Biaya angkut............Rp.
d.Pemindahan 150.000
saldo laba Biaya asuransi..........Rp.
cabang ke - 700.000
pusat Biaya bunga.............Rp.
175.000
e. Pengakuan Laba...................Rp. 295.000
laba cabang e. R/K-kantor
cabang.......Rp.295.000 d. Rugi-laba................Rp.295.000
f. Pemindahan Rugi laba R/K-kantor
rugi laba cabang...Rp.295.000 pusat...........Rp.295.000
cabang ke f. Rugi laba
rekening rugi cabang....Rp.295.000
laba pusat Rugi
laba....Rp.295.000

Kantor pusat adakalanya menginvestasikan sebagian aktiva tetap


kepada kantor cabang. Apabila terjadi hal yang demikian, maka diperlukan
sama seperti pengiriman barang dagangan. Hal ini disebabkan karena
pengiriman aktiva tetap akan diinvestasikan yang sifatnya tetap serta

13
menyangkut jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, sehingga
transaksi yang demikian tidak boleh menggunakan rekening “R/K – kantor
cabang” ataupun “R/K – Kantor Pusat”.
Pengiriman kekayaan (selain barang dagangan) ke kantor cabang,
pada saat pengiriman akan dicatat sebagai berikut :

Aktiva Tetap – Kantor Cabang.....................Rp. XX


Aktiva Tetap..................................................Rp. XX

Sedangkan untuk kantor cabang akan mencatatnya :

Aktiva Tetap.................................................Rp. XX
Aktiva Tetap – Kantor Pusat..........................Rp. XX

Apabila investasi selain barang dagangan yang sifatnya jangka


panjang dilakukan oleh Kantor Pusat, maka Kantor Pusat akan menjurnal :

Investasi tetap – Kantor Cabang.......................Rp. XX


Aktiva Tetap/Saham/Surat
berharga...................................................Rp XX

Sedangkan untuk kantor cabang akan mencatat sebagai berikut :

Aktiva Tetap/saham/surat-surat berharga..........Rp. XX


Investasi tetap dari kantor
pusat............................................................Rp. XX

C. Pengiriman Kekayaan antar Cabang


Hubungan antara kantor pusat dan cabang dapat terus berkembang
sehingga ada kemungkinan kantor pusat akan mempunyai kantor cabang lebih
dari satu. Apabila hal semacam ini terjadi, tidak tetup kemungkianan akan
terjadinya transaksi antara cabang yang satu dengan cabang yang lainnya.
Salah satu bentuk transaksi antar cabang adalah transaksi pengiriman
kekayaan antar cabang yang meliputi :

14
1. Pengiriman uang (transfer uang) antar cabang
2. Pengiriman barang antar cabang
3. Pengiriman barang ke cabang dinota diatas harga pokoknya
Dengan adanya transaksi antar cabang ini, kantor pusat harus semakin
meningkatkan pengawasannya terhadap masing-masing cabang agar kegiatan
usaha cabang-cabangnya dapat dipantau lebih lanjut. Salah satu cara untuk
mengadakan pengawasan terhadap cabang-cabangnya adalah dengan
membentuk sisitem otorisasi yang dipegang oleh kantor pusat. Sistem
otorisasi ini dapat dibuat dengan peraturan setiap terjadinya transaksi antar
cabang harus diketahui oleh kantor pusat atau kantor pusat itu sendiri yang
memerintahkan adanya pengiriman kekayaan dari cabangnya yang satu
kecabang yang lainnya. Dengan adanya peraturan sistem otorisasi yang
berada ditangan kantor pusat ini, bukan berarti cabang tidak diberi
wewenang, tetapi dalam hal transaksi pengiriman kekayaan antar cabang ini,
sistem otorisasi tersebut dimaksudkan agar usaha atau transaksi tersebut dapat
lebih dikotrol oleh kantor pusat.

Dalam pembahasan berikut ini, masing-masing jenis pengiriman


kekayaan antar cabang dibahas satu per satu.

a) Pengiriman Uang (Transfer Kas) antar Cabang


Pengiriman uang antar cabang ini dapat terjadi karena cabang yang
satu mengirimkan sejumlah uang kepada cabang yang lain, baik atas nama
kemauan sendiri maupun atas kemauan dari kantor pusat. Apabila sejumlah
uang sudah dikirimkan kecabang yang lain, kedua cabang yang terlibat dalam
transaksi pengiriman tersebut tidak perlu membuat rekening khusus yang
menyebutkan nama atau tempat masing-masing caban, tetapi transaksi
tersebut akan ditangani oleh kantor pusat dengan berdasarkan otorisasi yang
diberikan.
Pencatat dilakukan oleh masing-masing pihak yaitu cabang penerima
akan mengkredit rekening “R/K” – Kantor Pusat” seperti halnya pada saat dia
menerima droping kas dari pusat dan mendebit rekening kas.

15
Untuk cabang pengirim, akan mendebit rekening “R/K” – kantor
pusat” sebagai mana halnya dia menyetorkan uang ke pusat dan menkreditkan
rekening kas.
Sedangkan untuk kantor pusat sendiri akan membuat jurnal antar
cabang,yaitu dengan mengkredit rekening “R/K – kantor cabang pengirim”
dan mendebit rekening “R/K” – kantor cabang penerimaan”.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contoh agar prosedur
pencatatan dapat diikuti dengan mudah.

Contoh 3 :
Perusahaan percetakan “GARUDA” mempunyai kator pusat
disemarang dan membuka cabang di dua kota,yaitu cabang tegal dan cabang
kudus. Kantor pusat semarang memerintahkan kantor cabang kudus untuk
mengirimkan uang sejumlah Rp.2.500.000; keada kantor cabang tegal untuk
memperluas pemasarannya.
Berdassarkan transaksi diatas, pencatatan yang dilakukan oleh
masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

 Untuk cabang pengiriman (cabang kudus) membuat jurnal :

R/K – Kantor pusat..............................Rp.2.500.000;


Kas.............................................Rp.2.500.000;

 Untuk cabang penerima (cabang tegal) membuat jurnal) :

Kas.....................................................Rp.2.500.000;
R/K – Kantor Pusat.................Rp.2.500.000;

 Sedangkan untuk kantor pusat semarang,membuat jurnal antar kedua


cabang tersebut yaitu :

R/K – Kantor Cabang Tegal.................Rp.2.500.000;


R/K – Kantor Cabang

16
Kudus........................................Rp.2.500.000;

b) Pengiriman Barang Antar Cabang


Yang di maksud dengan pengiriman barang disini adalah pengiriman
barang dagangan (transfer of merchandise). Seperti halnya pada transfer kas,
pengiriman barang dagangan antar cabang ini otorisasi tetap ada pada kantor
pusat. Untuk pengiriman barang dagangan ini, menimbulkan masalah
tersendiri, yaitu ongkos angkut untuk pengiriman barang dagangan dari
cabang pengirim ke cabang penerima.
Dalam hal pengiriman barang-barang dari pusat ke cabang, biasanya
ongkos angkutnya untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan menjadi
beban kantor cabang yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang
bersangkutan. Tetapi, dalam hal pengiriman barang antar cabang dilakukan
atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut barang
tersebut diatur sebagai berikut :
a. Ongkos angkut barang dari cabang pengirim ke cabang penerima,
terlebih dahulu di bayar oleh cabang pengirim dan nantinya akan
diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b. Cabang penerima akan dibebani ongkos angkut sebesar ongkos angkut
apabila barang tersebut langsung dikirim dari kantor pusat, bukan sebesar
ongkos angkut dari cabang pengirim.
c. Apabila terjadi selisih ongkos angkut antara cabang pengirim ke cabang
penerima dengan ongkos angkut dari kantor pusat langsung ke cabang
penerima, maka selisih ongkos angkut tersebut dibebankan ke kantor
pusat dan dicatat ke dalam rekening “selisih ongkos angkut barang antar
cabang”

Untuk memberikan gambaran masalah dapat dilihat pada contoh berikut ini :

Contoh 4 :

17
Kantor pusat di kota A mengirimkan barang dagangannya ke kantor
cabangnya di kota B dengan harga pokok Rp.900.000; dan ongkos kirimnya
sebesar Rp. 50.000; karena adanya permintaan mendadak dari kantor cabang
di kota cabang di kota C, kantor pusat memerintahkan kepada cabang dikota
cabang di kota B untuk mengirimkan barang tersebut kepada kantor cabang di
kota C. Kantor cabang B kemudian mengirimkan barang tersebut dan
membayar ongkos kirim sebesar Rp.75.000. apabila barang tersebut
dikirimkan langsung dari pusat cabang C hanya memerlukan ongkos kirim
Rp.60.000;
Dengan menggunakan contoh diatas, pencatatan transaksi tersebut
pada masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

Buku Kantor Pusat Di Kantor A

Keterangan Jurnal

1. Pengiriman barang ke 1. R/K – Kantor Cabang B...........Rp.950.000


cabang B dengan harga Pengiriman barang ke kantor
pokok sebesar Rp.900.000 B........................................Rp.900.000
dan ongkos Rp.50.000 Kas.....................................Rp. 50.000

2. Memerintahkan cabang B 2. Pengiriman barang ke cabang


agar barang yang baru di B ....Rp.900.000
terimanya dikirimkan ke Pengiriman barang ke cabang
cabang C C...........................................Rp.900.000
R/K – Kantor cabang C........Rp.960.000*)
selisi ongkos angkut barang antar
cabang..................................Rp. 65.000**)
R/K – Kantor Cabang
B..................................Rp.1.025.000***)
Keterangan :
*) Harga pokok + ongkos kirim langsung dari pusat (Rp.900.000; + Rp.60.000;)
= Rp. 960.000;
**) (ongkos kirim ke cabang B + Ongkos kirim dari cabang B ke C) – ongkos
kirim langsung dari pusat (Rp. 50.000 + Rp.75.000) – Rp. 60.000 = Rp.
65.000

18
***) harga pokok tambah ongkos kirim ke cabang B + ongkos Kirim dari cabang
B ke C = Rp. 900.000 + Rp.50.000 + Rp.75.000 = Rp.1.025.000

Buku Kantor Cabang Di Kota B


Keterangan Jurnal

1. penerimaan barang 1. Penerimaan barang dari pusat......Rp.900.000


dagangan dari kantor pusat ongkos kirim................................Rp. 50.000
sebesar harga pokok R/K – Kantor
Rp.900.000 dan ongkos Pusat........................Rp.950.000
kirim Rp.50.000

2. mengirimkan barang ke 2. R/K – Kantor Pusat.................Rp. 1.025.000


gudang C atas perintah Penerimaan barang dari
pusat. Harga pokok barang pusat....................................Rp.900.000
yang dikirim ke cabang C Ongkos kirim.......................Rp. 50.000
Rp.900.000 dan ongkos Kas.......................................Rp. 75.000
kirimnya Rp.75.000,
ongkos kirim dari pusat
juga di hapuskan
(dikreditkan) yaitu sebesar
Rp.50.000

Buku Kantor Cabang Di Kota C


Keterangan Jurnal

Penerimaan barang dagangan


dari cabang B atas perintah Penerimaan barang dari
kantor pusat dengan harga pusat...................................... Rp.900.000
pokok Rp.900.000 dan ongkos Ongkos kirim........................ Rp. 60.000
kirim dari pusat ke cabang C R/K – kantor pusat........... Rp.960.000
langsung sebesar Rp. 60.000

Dari pembukuan masing kantor di atas, ternyata selisih ongkos angkut


barang antar cabang yang diakui oleh kantor pusat saja. Dalam laporan
keuangan kantor pusat secara individual, saldo rekening “Selisih Ongkos
Angkut Barang Antar Cabang” ini, dapat di perlakukan sebagai pengurang
rugi-laba cabang C (cabang yang menerima barang yang terakhir). Akan
tetapi dalam laporan keuangan gabungan (khususnya laporan laba-rugi

19
gabungan), rekening “ selisih ongkos angkut barang antar cabang” dapat
dicantumkan sebagai biaya penjualan atau biaya administrasi dan umum.

c) Pengiriman Barang ke Cabang di Nota di Atas Harga Pokoknya


Tujuan pengiriman barang ke cabang di nota diatas harga pokoknya
dimaksudkan untuk menutupi sebagian ongkos pengurusan dan ongkos
pengawasan serta menutup biaya-biaya administrasi yang menyangkut
hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
Apabila barang dikirimkan ke cabang di catat di atas harga pokoknya,
maka nilai barang dagangan yang diterima oleh cabang akan di catat lebih
tinggi dari pada harga pokoknya yang seharusnya. Akibatnya adalah laba
yang dilaporkan oleh cabang sebenarnya labih rendah dari pada yang
sesungguhnya. Demikian laporan mengenai persediaan akhir barang
dagangan yang masih ada di cabang, tidak sesuai dengan harga pokok yang
sesungguhnya. Oleh karena itulah, maka informasi atau data-data mengenai
pengiriman barang ke cabang yang dinota atas harga pokoknya harus
dikumpulkan dan disimpan oleh kantor pusat untuk digunakan dalam proses
penyesuaian pada saat akan disususn laporan keuangan.
Selisih yang ada antara “harga pokok” menurut kantor pusat dengan
“harga di atas nota”,untuk cabang, dicatat ke dalam rekening “cadangan
kenaikan harga barang cadang” pada buku kantor pusat.
Untuk dapat memperoleh gambaran transaksi tersebut, dapat diikuti
contoh berikut ini :
Contoh 5:
Kantor pusat mengirimkan barang dagangan kepada kantor cabang
dicatat sebesar 25% diatas harga pokoknya. Harga pokok barang dagangan
yang dikirimkan adalah Rp.1.000.000. Pada akhir periode, kantor cabang
melaporkan bahwa semua barang yang dikirimkan tersebut laku dijual
seharga Rp.1.600.000

20
Berdasarkan transaksi diatas, jurnal yang dibuat oleh kantor pusat dan
cabangnya adalah sebagai berikut :

Transaksi Buku Kantor Pusat Buku Kantor Cabang

A. Penjualan R/K – Kantor Penerimaan barang


barang ke cabang Cabang........Rp.1.250.000 dari
sebesar harga Pengiriman barang pusat....Rp.1.250.000
pokoknya kecabang......Rp.1.000.00 R/K – Kantor
Rp.1.000.000 dan di 0 Pusat.....Rp.1.25
nota sebesar 125% x Cadang kenaikan 0.000
1.000.000 = harga barang
Rp.1.250.000 cabang...Rp. 250.00
0

B. Penjualan R/K – kantor Rugi-


barang oleh cabang cabang...........Rp.350.000 laba.......Rp.350.000
dengan Rugi-laba kantor R/K – Kantor
mendapatkan laba cabang..............Rp Pusat..............Rp.
sebesar .350.000 350.000
Rp.1.600.000 –
Rp.1.250.000 = Rp.
350.000 laba
tersebut dilaporkan
ke pusat

C. Penyesuaian
saldo cadangan Cadangan kenaikan
kenaikan harga harga barang
barang cabang dan cabang.............Rp.250.00 -
koreksi terhadap 0
laba cabang Rugi-Laba kantor
perhitungan sebagai cabang.....Rp.250.00
berikut : 0

Penjualan
Rp.1.600.000
HPP

21
sebenarnya Rp.1.000.0
00
Laba Rp.
600.000

Laba yang di
laporkan oleh
cabang Rp.
350.000

kurang laba Rp.


250.000

D. Menutup rugi Rugi laba kantor


laba cabang ke cabang.............Rp.600.00
rekening rugi laba 0 -

Rugi-
Laba....Rp.600.00
0

Berdasarkan jurnal diatas, ternyata pada saat pengakuan laba dari dari
cabang, laba cabang dilaporkan terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena
harga pokonya barang dicabang dicatat sebesar Rp.1.250.000 (sesuai dengan
harga nota), padahal seharusnya harga pokoknya pada catatan pusat adalah
Rp.1.000.000. Dalam hal ini kantor pusat juga harus menyesuaikan saldo
rekening “cadangan kenaikan harga barang cabang” secara proporsional
dengan jumlah yang terjual.

d) Masalah Barang yang di Nota di Atas Harga Pokok, Belum Semuanya


Habis Terjual Oleh Cabang
Apabila terjadi bahwa barang dagangan yang dikirimkan ke cabang
yang dinota diatas harga pokok belum berhasil dijual seluruhnya oleh cabang.

22
Kantor pusat dalam hal ini harus segera mengadakan penyesuaian terhadap
rekening-rekening “cadangan kenaikan harga barang cabang” dan
penyesuaian terhadap harga pokok dan laba yang dolaporkan oleh cabang.

Pada akhir periode, sesaat setelah cabang melaporkan jumlah barang


dagangan yang dikirim dari pusat yang terjual beserta laporan laba ruginya,
maka kantor pusat akan segera menghitung kembali harga pokok yang
seharusnya dari barang dagangan yang telah dijual oleh cabang, kemudian
setelah itu menghitung laba atau rugi yang sebenarnya dan segera mengurangi
atau menyesuaikan rekening “cadangan kenaikan harga barang cabang”.
Berikut ini diberikan contoh penerapannya dalam soal.

Contoh 6
Kantor pusat selama tahun 19C mengirimkan barang dagangannya
kepada kantor cabang dengan harga pokok Rp.18.000.000 dan harga notanya
untuk cabang sebesar Rp.22.500.000. Pada akhir periode, kantor cabang
melaporkan bahwa barang dagangan yang berhasil dijual adalah sebesar
Rp.12.250.000 dengan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.1.500.000.
Berdasarkan transaksi diatas, pencatatan pada buku kantor cabang
akan tampak sebagai berikut :
Barang dagangan yang berhasil dijual oleh kantor cabang adalah
sebesar Rp.12.250.000 (menurut catatan kantor cabang). Barang yang terjual
ini adalah berdasarkan harga nota dari pusat setelah dinaikkan
22.500.000
sebesar 18.000.000 X 100% = 125% atau sebesar 25% dari harga
pokoknya. Akibatnya harga pokok yang sebenarnya dari penjualan barang
tersebut bukanlah sebesar Rp.12.250.000 tetapi sebesar :
100
125 X Rp.12.250.000 = Rp.9.800.000 dan laba cabang yang seharusnya
Bukanlah Rp.1.500.000 tetapi sebesar (Rp. 12.250.000 + Rp. 1.500.000 –
Rp.9.800.000 = Rp. 3.950.000. Dengan demikian maka kenaikan harga

23
barang yang telah terjual oleh cabang, besarnya adalah = Rp.12.250.000 –
Rp.9.800.000 = Rp. 2.450.000
Dengan adanya hal ini, maka rekening “ Laba-Rugi Cabang” harus
dinaikan sebesar Rp.2.450.000, demikian pula untuk rekening “cadangan
kenaikan harga barang cabang” harus dikurangi sebesar Rp.2.450.000;
(didebit)
Pada akhir periode, saldo rekening “cadangan kenaikan harga barang
cabang” tinggal sebesar Rp.4.500.000 – Rp 2.450.000 = Rp. 2.050.000
Transaksi Buku Kantor Pusat Buku kantor Cabang

1.Pengiriman barang 1.R/K-Kantor 1.penerimaan barang dari


kecabang dengan Cabang........Rp.22.500.00 pusat..........Rp.22.500.000
harga pokok 0 R/K-kantor
Rp.18.000.000 dan Pengiriman barang pusat........Rp.22.500.000
harga nota ke
Rp.22.500.000 cabang...Rp.18.00
0.000
Cadangan
kenaikan harga
barang
Cabang...Rp.4.500.
000

2.Pada akhir periode 2.R/K-kantor 2.Rugi-


menerima laporan cabang..Rp.1.500.000 Laba............Rp.1.500.000
dari cabang Rugi-Laba R/K-kantor
mengenai cabang.....Rp.1.50 pusat.............Rp.1.500.00
keuntungan cabang 0.000 0
sebesar
Rp.1.500.000
3.Penyesuaian 3.Cadangan kenaikan
terhadap rekening harga barnag
“cadangan kenaikan cabang.......Rp.2.450.000
harga barang Rugi-Laba
cabang” dan laba Cabang..Rp.2.450. -
cabang (perhitungan 000
lihat pada
keterangan dibawah)
4.Menutup rekening 4. Rugi-Laba

24
Rugi-Laba cabang Cabang......Rp.3.950.000
sebenarnya ke Rugi- -
rekening Rugi-Laba Laba..Rp.3.950.00
0

BAB III
PENUTUP
A. Kesumpulan
Hubungan kantor pusat dan cabang sangatlah berbeda hubungan
kantor pusat dan agen. Keduanya memiliki banyak perbedaan perbedaan, baik
dalam segi hal organisasi, pengelolaan manajemen, dan pengelolaan
akuntansinya. Dalam hal organisasi maupun pengelolaan manajemen, agen
hanyalah merupakan tempat penjualan produk milik pusat dan agen tidak
perlu dipisahkan pengelolaan manajemen maupun pencatatan akuntansinya.

25
Semua kebijakan dan catatan akuntasi dielola langsung oleh pusat dan tugas
agen hanya lah mencari pembeli yang selanjutnya menghubungi pusat untuk
mengirimkan sejumlah produk untuk pembeli tersebut.
Sedangkan untuk cabang, pengelolaan manajemen serta pencatatan
akuntansinya perlu diadakan pemisahan antara pusat dan cabang sehinga
dalam melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh pusat, cabang
mempunyai kebebasan untuk melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2002. Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Edisi Revisi, Liberty,Yogyakarta.

http://mensianablog.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-keuangan-lanjutan-2.html

26

Anda mungkin juga menyukai