KELOMPOK 4 :
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sumber penghimpunan dana
2. Untuk mengetahui pengertian dan pertimbangan penggunaan dana bank
3. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola modal bank
4. Untuk memahami konsep sumber-sumber dana bank
5. Untuk mengetahui kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pinjaman tunai dan pinjaman non tunai
7. Untuk mengetahui risiko penyaluran kredit
8. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola suku bunga
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran
dana. Penghimpunan dana bisa juga dikatakan sebagai proses pencarian sumber dana
bank. Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank sendiri adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank
adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang.
Tentu saja sebelum menjual uang (meminjamkan uang) bank harus lebih dahulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.
Penyaluran dan dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila
dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga efesien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut.
Sumber dana yang dipilih dapat disesuaikan dengan penggunaan dana. Pemilihan
sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu
pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Dalam mencari sumber dana bank juga
perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu kemudahan memperolehnya, jangka waktu
sumber dana dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber dana.
Keberhasilan suatu bank dalam menghimpun dana dipengaruhi antara lain oleh hal-
hal berikut ini:
Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan.
Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh oleh penyimpan dana lebih tinngi
di banding pendapatan di alternatif investasi lain dengan tingkatrisiko yang seimbang.
Risiko penyimpanan dana.
Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana.
2. Sumber Penghimpunan Dana Bank
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun
dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
1. Dana Sendiri
Bank sentral mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri
dibandingkan dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital
adequacy ratio—CAR).
2. Dana dari Deposan
Dana dari deposan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Giro
Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk
penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan.
Cek, merupakan perintah tak bersyarat kepada bank untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban rekening
penarik cek.
Bilyet giro, merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank
untuk memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban rekening
penarik/pemilik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum
dalam bilyet giro tersebut.
Jasa giro, merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada
giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara
deposan dan pihak bank. Pihak bank akan memfasilitasi perpanjangan
otomatis (automatic roll over—ARO) atas deposito berjangka tersebut.
Karena adanya ARO tersebut, maka bank harus membayar dana ini
dengan tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
simpanan dalam bentuk yang lain.
c. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengn syarat tertentu yang disepakati, berbeda dengan cek
atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Cara
penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini
adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan kartu
debet.
d. Cara lain penghimpunan dana dari deposan
Persaingan yang ketat dalam penghimpun dana antar bank telah
memunculkan produk-produk baru dalam penghimpun dana. Produk-
produk baru tersebut antara lain:
1) Sertifikat deposito, merupakan deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar simpanan ini dapat
diperjual belikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh
tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapa pun yang
memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada
saat jatuh tempo.
2) Deposit on call, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank
dengan nasabah.
3) Rekening giro terkait tabungan, merupakan fasilitas bank yang
memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi,
yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan
fasilitas rekening gironya. Penyetoran oleh nasabah selalu
dimasukkan ke rekening tabungan, sementara jika nasabah
menarik cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro
tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan
pemindahbukuan dari tabungan ke rekening giro (Trihandaru dan
Budisantoso, 2009:96-99).
3. Dana Pinjaman
Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana
antara lain dapat berupa:
a. Call Money
Merupakan sumber dana yang diperoleh bank berupa pinjaman
jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market.
Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan
dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring
atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan (rush).
b. Pinjaman antarbank
Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga
diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain.
Pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana
mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu
kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha
atas meningkatkan penerimaan bank.
c. Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI)
Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama
kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah
kesulitan likuiditas karena kalah kliring atau adanya penaikan dana
secara besar-besaran oleh nasabah-nasabah suatu bank (rush). Untuk
kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepada bank
secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas
kepada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong
(Trihandaru dan Budisantoso, 2009:100)
4. Sumber Dana Lain
Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut
antara lain:
a. Setoran jaminan (Storjam)
Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah
yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Jasa-jasa bank yang
memerlukan storjam ini antara lain adalah Letter of Credit (L/C) dan
Bank Garansi (BG). Dana storjam yang tersimpan di bank tidak
menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa
berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana murah yang dapat
digunakan bank untuk kegiatan usahanya.
b. Dana transfer
Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana.
Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari
uang tunai ke suatu rekening, atau sebaliknya. Dana transfer yang
tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban kepada bank untuk
memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan
dana murah bagi bank.
c. Surat Berharga Pasar Uang
Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi perbankan
sejak 1980-an adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU) sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank
untuk menghimpun dana. SBPU merupakan surat-surat berharga
jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara di diskonto
oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan
likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan
menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas.
d. Diskonto Bank Indonesia
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI
dengan cara pembelian promes dan wesel yang diterbitkan oleh bank-
bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya
terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of
last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar
pengaturan dana bank sehari-hari dan fasilitas diskonto yang diberikan
dalam menggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan
dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau
jangka panjang oleh nasabah (mismatch) (Trihandaru dan Budisantoso,
2009:95-96).
Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat
dalam bentuk-bentuk berikut.
1. Cadangan Likuiditas, Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Sebagai konsekuensinya, risiko dari aset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu
banyak mengharapkan adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aset ini, bahkan
kadang-kadang aset ini disebut aset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas
ini terdiri dari atas dua kategori, yaitu:
a) Cadangan primer (primary reserves)
Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo pada bank
lain, dan warkat dalam proses penagihan. Aset ini ditunjukan terutama untuk memenuhi
ketentuan Reserve Requirement yang ditentukan oleh bank sentral dan juga untuk
kegiatan usaha sehari-hari seperti penarikan dana oleh nasabah, penyelesaian kliring,
pemberian kredit, kewajiban yang akan jatuh tempo.
b) Cadangan sekunder
Di Indonesia aset ini dapat berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito. Pada saat suatu bank
mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU,
dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. Penempatan dana
dalam bentuk cadangan sekunder ini terutatama ditunjukan untuk:
memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang sebelumnya telah dapat
diperkirakan seperti penarikan simpanan dan pencairan kredit;
memperoleh penerimaan
2. Penyaluran Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihal lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.
Penyaluran kredit berperan penting dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan,
serta dapat mendorong gairah masyarakat untuk berwirausaha sehingga dapat menurunkan
tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kredit juga merupakan
salah satu instrument bank yang digunakan dalam persaingan dan pemasaran produk
sehingga kredit yang sehat menjadi instrumen untuk memelihara likuiditas, rentabilitas, dan
solvabilitas bank.
Penerimaan yang utama dari bank diharapkan dari penyaluran kredit. Mengingat
penyaluran kredit ini tergolong aset produktif atau tingkat penerimaanya tinggi, maka sebagai
konsekuensinya penyaluran kredit juga mengandung risiko yang relatif lebih tinggi daripada
aset yang lain. Penyaluran kredit mempunyai tingkat likuiditas yang lebih rendah daripada
cadangan primer dan sekunder.
Pendapatan bank tidak terlepas dari besarnya kredit yang dapat disalurkan kepada
masyarakat. Dengan demikian, maka fungsi kredit bank di sini adalah meningkatkan
kemampuan investor (bank) untuk mengeksploitasikan usaha yang menguntungkan (Funso,
Kolade, dan Oje, 2012). Penciptaan kredit adalah menghasilkan kegiatan pendapatan utama
bank (Kargi, 2011). Semakin besar kredit yang diberikan kepada masyarakat, semakin tinggi
risiko kredit, yakni tidak terbayarnya pengembalian kredit, dan berdampak pada penurunan
laba. Dengan demikian, maka risiko kredit adalah faktor penentu kinerja bank (Sudiyatno,
2013:74).
3. Investasi
Alokasi dana pada aset dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat berupa
penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa penanaman dana dalam
surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau berupa penyertaan langsung pada
badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga tersebut antara lain adalah saham dan obligasi.
Hal yang perlu diingat tentang penyertaan langsung adalah bahwa berdasarkan pada UU
Nomor 7 Tahun 1992 bank hanya boleh melakukan penyertaan pada dua jenis badan usaha,
yaitu:
a. lembaga keuangan
b. debitur yang kreditnya macet dan sifatnya penyertaannya adalah sementara
Rate of return dari aset ini relatif tinggi atau dengan kata lain investasi ini
tergolong aset produktif, maka aset ini juga mengandung risiko yang relatif lebih
tinggi juga dibandingkan cadangan primer dan sekunder.
4. Aset Tetap dan Investaris
Aset tetap dan inventaris tergolong sebagai aset yang tidak produktif dalam
menghasilkan penerimaan oleh Bank Indonesia dipandang sebagai aset yang risikonya cukup
tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau hilangnya dari aset
teteap dan inventaris.Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan penanaman dana dalam
aset tetap dan inventaris agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga (Budisantoso dan
Nuritomo, 2015: 123-134).
d. Indikator Likuiditas
Indikator atau ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat luikuiditas bank,
antara lain:
1. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak
ketiga. Alat likuid tersebut daapt berupa uang kasm, saldo giro pada
banksentral dan bank koresponden dan cek penagihan.Dana pihak ketiga
tersebut dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
yang tinggi menunjukkan likuiditas bank yang tinggi pula.
2. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-LDR)
Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi
menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid.
3. Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga
Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat
berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas
(Trihandaru dan Budisantoso, 2009:106-112).
Buy Interest Rate Futures : Investor canggih dapat membeli kontrak futures
pada obligasi pemerintah atau suku bunga berjangka. Perdagangan ini
memungkinkan mereka mengunci-dalam tingkat suku bunga tertentu dan
melindungi portofolio mereka.
Jual Obligasi Jangka Panjang : Banyak investor individu lindung nilai
terhadap kenaikan suku bunga dengan menjual obligasi, yang cenderung
melihat harga mereka turun karena kenaikan yield, terutama pada obligasi
dengan jangka panjang dan tingkat kupon yang rendah.
Beli Harga Terapung atau Obligasi dengan Hasil Tinggi : Banyak investor
individu juga melakukan lindung nilai terhadap kenaikan suku bunga dengan
mentransisikan portofolio obligasi mereka dari obligasi jangka panjang ke
obligasi jangka pendek, seperti obligasi dengan imbal hasil tinggi, atau
obligasi dengan suku bunga mengambang.
Kebalikan dari strategi ini juga dapat digunakan untuk melindungi terhadap
penurunan tingkat suku bunga. Misalnya, menjual suku bunga berjangka, membeli
obligasi jangka panjang, dan menjual obligasi dengan tingkat bunga mengambang
atau yield tinggi bisa mengurangi risikonya. Investor juga memiliki pilihan untuk
hanya melakukan transisi ke ekuitas, yang cenderung berjalan dengan baik saat
tingkat suku bunga diturunkan, karena ekonomi masih berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bank merupakan suatu industri yang bergerak di bidang keuangan, yang dalam hal ini
adalah sebagai media perantara keuangan (financial intermediary) antara debitur dan kreditur
dana. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana pada masyarakat dilakukan untuk
menjalankan operasional bank dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
menggunakan dananya, bank mempunyai beberapa pertimbangan sebelum memilih suatu
bentuk aset tertentu, dalam pengalokasian dana yang berhasil dihimpun, banyak hal yang
harus dipertimbangkan, tiga hal utama yang selalu mejadi perhatian bank adalah risiko, hasil,
dan jangka waktu. Dalam konsepnya sumber dana bank adalah segala usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasionalnya. Sumber-sumber dana bank terdiri dari
dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana dari masyarakat luas, dan dana yang
bersumber dari lembaga lainnya.
Bank mempunyai kebijakan-kebijakan dalam penghimpunan dan penyaluran dananya,
adapun kebijakan-kebijakan tersebut adalah tingkat bunga, pengelolaan akitiva dan pasiva,
likuiditas bank, dan indikator likuiditas. Bank dalam fungsinya juga memberikan pinjaman
bagi nasabahnya. Adapun pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman tunai atau pemberian
kredit dan pinjaman non kredit yang berupa jasa-jasa yang ditawarkan oleh bank-bank saat
ini seperti pengiriman uang, letter of credit, bank garansi, kliring dan inkaso, kartu plasik,
money changer, telebanking, custodian, wali amanat, standing order, dan safe deposit box.
Dalam melakukan penyaluran kreditnya, bank juga tentu mempunyai risiko-risiko dari
nasabah yang melakukan moral hazard. Dan untuk mengatasi masalah ini bank mempunyai
prinsip-prinsip untuk mengelola resiko kredit ini yaitu, penyaringan dan pemantauan,
hubungan jangka panjang dengan nasabah, komitmen pinjaman, agunan dan saldo
konpensasi, dan pembatasan kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat.
Dewi, P.Y.F. 2013. Pengaruh Risiko Kredit, Dpk, Likuiditas Dan Tingkat Efisiensi Usaha
Pada Volume Kredit
Hidayat, G., Deswati, S., dan Goenawan.2012. Sistem Penghimpunan Dan Penyaluran Dana
Masyarakat Pada Bri Unit Manda. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 3 (1).
Kasmir. 2014. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Pato, S. 2013. Analisis Pemberian Kredit Mikro Pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Manado.Jurnal EMBA1 (4)
Sudiyatno, B. 2013. Pengaruh Risiko Kredit Dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Bank. Jurnal Organisasi dan Manajemen 9 (1)
Trihandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat
Wuryandani, G., Ginting, R., Iskandar, D., dan Sitompul, Z. 2014. Pengelolaan Dana Dan
Likuiditas Bank