Anda di halaman 1dari 33

PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BANK (KREDIT)

MATA KULIAH PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN


(EMI 208) AP

KELOMPOK 4 :

1. NI KADEK TYA YUDIASTUTI 1707521009


2. NI LUH SURYANI 1707521017
3. NI KADEK WENI ANTARI 1707521020

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat


menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Sumber utama
likuiditas perbankan adalah melalui arus modal masuk (capital inflows) seperti penanaman
modal asing berjangka panjang, portofolio investasi berjangka pendek, dan pembiayaan
deficit fiscal.
Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank yang merupakan salah satu
lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan, penukaran,
penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus mengembangkan penyediaan jasa-jasa
tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan perekonomian yang begitu pesat baik dalam cara
bertransaksi, cara penukaran, hingga pengambilan dana yang semakin modern. Dari
beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam penghimpunan dana (funding) yang ada di
masyarakat menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi penting dan bersama
pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia.
Namun sebelum beranjak lebih jauh mengenai penghimpunan dan penyaluran dana
bank, kita perlu ketahui juga apa saja sumber penghimpunan dana, bagaimana pertimbangan
penggunaan dana bank, konsep sumber dana bank, kebijakan penghimpunan dan penggunaan
dana. Selain itu juga harus mengetahui dan resiko penyaluran kredit yang masih kurang kita
ketahui, sehingga perlu untuk kita pelajari bersama secara lebih mendalam tentang hal-hal
tersebut. Untuk hal tersebutlah kita akan membahas secara rinci mengenai penghimpunan dan
penyaluran dana bank.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan apa sajakah sumber penghimpunan dana?
2. Apakah pengertian dan bagaimanakah pertimbangan penggunaan dana bank?
3. Bagaimanakah strategi mengelola modal bank?
4. Bagaimanakah konsep sumber-sumberdana bank?
5. Bagaimanakah kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana?
6. Apakah yang dimaksud dari pinjaman tunai dan pinjaman non tunai?
7. Bagaimanakah risiko penyaluran dana kredit?
8. Bagaimanakah strategi untuk mengelola suku bunga

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sumber penghimpunan dana
2. Untuk mengetahui pengertian dan pertimbangan penggunaan dana bank
3. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola modal bank
4. Untuk memahami konsep sumber-sumber dana bank
5. Untuk mengetahui kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pinjaman tunai dan pinjaman non tunai
7. Untuk mengetahui risiko penyaluran kredit
8. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola suku bunga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sumber Penghimpun Dana

1. Pengertian Penghimpun Dana

Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran
dana. Penghimpunan dana bisa juga dikatakan sebagai proses pencarian sumber dana
bank. Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank sendiri adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank
adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang.
Tentu saja sebelum menjual uang (meminjamkan uang) bank harus lebih dahulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.
Penyaluran dan dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila
dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga efesien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut.
Sumber dana yang dipilih dapat disesuaikan dengan penggunaan dana. Pemilihan
sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu
pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Dalam mencari sumber dana bank juga
perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu kemudahan memperolehnya, jangka waktu
sumber dana dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber dana.

Keberhasilan suatu bank dalam menghimpun dana dipengaruhi antara lain oleh hal-
hal berikut ini:
 Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan.
 Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh oleh penyimpan dana lebih tinngi
di banding pendapatan di alternatif investasi lain dengan tingkatrisiko yang seimbang.
 Risiko penyimpanan dana.
 Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana.
2. Sumber Penghimpunan Dana Bank
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun
dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
1. Dana Sendiri
Bank sentral mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri
dibandingkan dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital
adequacy ratio—CAR).
2. Dana dari Deposan
Dana dari deposan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Giro
Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk
penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan.
Cek, merupakan perintah tak bersyarat kepada bank untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban rekening
penarik cek.
Bilyet giro, merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank
untuk memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban rekening
penarik/pemilik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum
dalam bilyet giro tersebut.
Jasa giro, merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada
giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara
deposan dan pihak bank. Pihak bank akan memfasilitasi perpanjangan
otomatis (automatic roll over—ARO) atas deposito berjangka tersebut.
Karena adanya ARO tersebut, maka bank harus membayar dana ini
dengan tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
simpanan dalam bentuk yang lain.
c. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengn syarat tertentu yang disepakati, berbeda dengan cek
atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Cara
penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini
adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan kartu
debet.
d. Cara lain penghimpunan dana dari deposan
Persaingan yang ketat dalam penghimpun dana antar bank telah
memunculkan produk-produk baru dalam penghimpun dana. Produk-
produk baru tersebut antara lain:
1) Sertifikat deposito, merupakan deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar simpanan ini dapat
diperjual belikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh
tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapa pun yang
memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada
saat jatuh tempo.
2) Deposit on call, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank
dengan nasabah.
3) Rekening giro terkait tabungan, merupakan fasilitas bank yang
memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi,
yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan
fasilitas rekening gironya. Penyetoran oleh nasabah selalu
dimasukkan ke rekening tabungan, sementara jika nasabah
menarik cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro
tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan
pemindahbukuan dari tabungan ke rekening giro (Trihandaru dan
Budisantoso, 2009:96-99).
3. Dana Pinjaman
Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana
antara lain dapat berupa:
a. Call Money
Merupakan sumber dana yang diperoleh bank berupa pinjaman
jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market.
Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan
dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring
atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan (rush).
b. Pinjaman antarbank
Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga
diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain.
Pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana
mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu
kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha
atas meningkatkan penerimaan bank.
c. Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI)
Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama
kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah
kesulitan likuiditas karena kalah kliring atau adanya penaikan dana
secara besar-besaran oleh nasabah-nasabah suatu bank (rush). Untuk
kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepada bank
secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas
kepada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong
(Trihandaru dan Budisantoso, 2009:100)
4. Sumber Dana Lain
Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut
antara lain:
a. Setoran jaminan (Storjam)
Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah
yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Jasa-jasa bank yang
memerlukan storjam ini antara lain adalah Letter of Credit (L/C) dan
Bank Garansi (BG). Dana storjam yang tersimpan di bank tidak
menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa
berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana murah yang dapat
digunakan bank untuk kegiatan usahanya.
b. Dana transfer
Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana.
Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari
uang tunai ke suatu rekening, atau sebaliknya. Dana transfer yang
tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban kepada bank untuk
memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan
dana murah bagi bank.
c. Surat Berharga Pasar Uang
Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi perbankan
sejak 1980-an adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU) sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank
untuk menghimpun dana. SBPU merupakan surat-surat berharga
jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara di diskonto
oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan
likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan
menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas.
d. Diskonto Bank Indonesia
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI
dengan cara pembelian promes dan wesel yang diterbitkan oleh bank-
bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya
terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of
last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar
pengaturan dana bank sehari-hari dan fasilitas diskonto yang diberikan
dalam menggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan
dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau
jangka panjang oleh nasabah (mismatch) (Trihandaru dan Budisantoso,
2009:95-96).

2.2 Pengertian dan Pertimbangan Penggunaan Dana Bank


Penggunaan dana bank adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dana yang berhasil dihumpun oleh bank akan
menjadi beban apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang
prduktif.
Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aktiva tertentu dalam
pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat dua hal utama yang menjadi
pertimbangan/perhatian bank yaitu;
1. Resiko dan hasil
Pada dasarnya bank menginginkan bentuk aktiva yang beresiko serendah mungkin
namun dapat menghasilkan penerimaan setinggi mungkin.
Risikonya dapat berupa :
 Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi
kebutuhan likuiditasnya. Bank perlu memenuhi kebutuhan likuiditas untuk berbagai
tujuan seperti penarikan dana simpanan oleh nasabah, penyediaan dana untuk fasilitas
kredit, pemenuhan reserve requirement, dan lain-lain.
 Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam
bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitor mungkin saja
menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok
pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah
kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian berupa tidak diterimanya
penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.
 Risiko investasi
Risiko investasi adalah risiko yang dihadapi bank berupa kerugian karena penurunan
nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank misalnya saham dan obligasi. Fluktuasi
dari nilai surat berharga tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh suku bunga bank
namun juga indikator-indikator perekonomian lain serta faktor-faktor non ekonomi
seperti politik, keamanan, pengangguran, kondisi perbankan, bencana alam,
kebangkrutan perusahaan, kerusuhan dan lain-lain.
 Risiko operasi
Risiko operasi adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan
penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan
yang saling terkait. Risiko ini meliputi juga kemungkinan kerugian akibat perubahan
struktur biaya operasional bank atau kegagalan dalam meluncurkan produk perbankan
baru kepada masyarakat.
 Risiko kecurangan
Risiko kecurangan adalah risiko yang dialami oleh bank karena kerugian akibat
adanya ketidakjujuran, penipuan, atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh
nasabah, karyawan bank, pejabat bank, atau pihak lainnya.
 Risiko fidusiari
Risiko fidusiari adalah risiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa perwalian
amanat kepada nasabah perorangan atau badan. Pengelolaan dana yang dilimpahkan
kepada bank ditujukan untuk kegiatan investasi dalam rangka mendapatkan
keuntungan dengan tingkat risiko yang wajar dan bukan untuk tujuan spekulasi. Bank
tidak selamanya berhasil mendatangkan keuntungan dari pengelolaan dana
nasabahnya.
2. Jangka Waktu dan Likuiditas
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank menyangkut berbagai macam jangka
waktu pengambilannya. Disamping itu, bank juga memerlukan berbagai bentuk aktiva
disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
bank memiliki berbagai macam bentuk aktiva dengan mempertimbangkan jangka waktu
aktiva tersebut dapat dijadikan alat likuid.

Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat
dalam bentuk-bentuk berikut.
1. Cadangan Likuiditas, Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Sebagai konsekuensinya, risiko dari aset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu
banyak mengharapkan adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aset ini, bahkan
kadang-kadang aset ini disebut aset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas
ini terdiri dari atas dua kategori, yaitu:
a) Cadangan primer (primary reserves)
Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo pada bank
lain, dan warkat dalam proses penagihan. Aset ini ditunjukan terutama untuk memenuhi
ketentuan Reserve Requirement yang ditentukan oleh bank sentral dan juga untuk
kegiatan usaha sehari-hari seperti penarikan dana oleh nasabah, penyelesaian kliring,
pemberian kredit, kewajiban yang akan jatuh tempo.
b) Cadangan sekunder
Di Indonesia aset ini dapat berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito. Pada saat suatu bank
mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU,
dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. Penempatan dana
dalam bentuk cadangan sekunder ini terutatama ditunjukan untuk:
 memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang sebelumnya telah dapat
diperkirakan seperti penarikan simpanan dan pencairan kredit;
 memperoleh penerimaan
2. Penyaluran Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihal lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.
Penyaluran kredit berperan penting dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan,
serta dapat mendorong gairah masyarakat untuk berwirausaha sehingga dapat menurunkan
tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kredit juga merupakan
salah satu instrument bank yang digunakan dalam persaingan dan pemasaran produk
sehingga kredit yang sehat menjadi instrumen untuk memelihara likuiditas, rentabilitas, dan
solvabilitas bank.
Penerimaan yang utama dari bank diharapkan dari penyaluran kredit. Mengingat
penyaluran kredit ini tergolong aset produktif atau tingkat penerimaanya tinggi, maka sebagai
konsekuensinya penyaluran kredit juga mengandung risiko yang relatif lebih tinggi daripada
aset yang lain. Penyaluran kredit mempunyai tingkat likuiditas yang lebih rendah daripada
cadangan primer dan sekunder.
Pendapatan bank tidak terlepas dari besarnya kredit yang dapat disalurkan kepada
masyarakat. Dengan demikian, maka fungsi kredit bank di sini adalah meningkatkan
kemampuan investor (bank) untuk mengeksploitasikan usaha yang menguntungkan (Funso,
Kolade, dan Oje, 2012). Penciptaan kredit adalah menghasilkan kegiatan pendapatan utama
bank (Kargi, 2011). Semakin besar kredit yang diberikan kepada masyarakat, semakin tinggi
risiko kredit, yakni tidak terbayarnya pengembalian kredit, dan berdampak pada penurunan
laba. Dengan demikian, maka risiko kredit adalah faktor penentu kinerja bank (Sudiyatno,
2013:74).
3. Investasi
Alokasi dana pada aset dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat berupa
penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa penanaman dana dalam
surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau berupa penyertaan langsung pada
badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga tersebut antara lain adalah saham dan obligasi.
Hal yang perlu diingat tentang penyertaan langsung adalah bahwa berdasarkan pada UU
Nomor 7 Tahun 1992 bank hanya boleh melakukan penyertaan pada dua jenis badan usaha,
yaitu:
a. lembaga keuangan
b. debitur yang kreditnya macet dan sifatnya penyertaannya adalah sementara
Rate of return dari aset ini relatif tinggi atau dengan kata lain investasi ini
tergolong aset produktif, maka aset ini juga mengandung risiko yang relatif lebih
tinggi juga dibandingkan cadangan primer dan sekunder.
4. Aset Tetap dan Investaris
Aset tetap dan inventaris tergolong sebagai aset yang tidak produktif dalam
menghasilkan penerimaan oleh Bank Indonesia dipandang sebagai aset yang risikonya cukup
tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau hilangnya dari aset
teteap dan inventaris.Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan penanaman dana dalam
aset tetap dan inventaris agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga (Budisantoso dan
Nuritomo, 2015: 123-134).

2.3 Aplikasi: Strategi Untuk Mengelola Modal Bank


Sumber dana/ modal yang dimiliki bank terutama sumber dana sendiri, hal ini sangat
penting untuk menjaga kelangsungan usahanya. Penggunaan dana bank harus dikontrol agar
tidak salah sasaran dan pada akhirnya menimbulkan kerugian besar pada bank karena itu
bank harus memiliki manajemen yang baik. Dalam hal manajemen yang dibutuhkan bank
untuk pengelolaan keuangan atau dana adalah manajemen dana bank.
Tujuan dari manajemen dana bank diantaranya;
a) untuk mencapai profitabilitas yang tinggi,
b) untuk menjaga kepercayaan nasabah dan masyarakat serta menjaga posisi likuiditas
agar tetap aman.
Manajemen dana bank dana yang tepat akan membantu bank mendapatkan income
yang besar, namun jika manajemen tersebut kurang baik bahkan tergolong buruk, hal ini akan
membuat bank kehilangan dananya dan pada akhirnya menjerumuskan bank untuk
mendapatkan pinjaman pihak lain yang akan merugikan bank.

Pengelolaan dana bank yang tepat diantaranya:


1. Melakukan analisa pengajuan kredit sebelum pencairan dana
Analisa pengajuan kredit harus tepat dan hal ini wajib dilakukan oleh pihak bank
sebelum mereka mencairkan dana dari masyarakat. Analisa ini dilakukan dengan
meneliti dan mempelajari berkas pengajuan kredit calon debitur. Analisa pengajuan
kredit adalah bagian penting untuk menyelamatkan dana bank, jika analisa yang
dilakukan salah, maka kredit bisa mengalami kemacetan dan hal ini sangat merugikan
bank.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit;
 Kepercayaan, merupakan keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu pada
masa yang akan datang.kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya
sudahdilakukan penelitian dan penyidikan kepada nasabah.
 Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
 Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu yang mencangkup
masa pengembalian kredit.
 Risiko, Adanya tenggang waktu pengembalian kredit akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya/macetnya pemberian kredit. semakin panjang suatu kredit, semakin
besar pula resiko kredit tersebut dan sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank,
baik resiko yang tidak disengaja oleh nasabah, misalnya bencana alam.
 Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian kredit yang dikenal dengan nama bunga bank,
balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan
keuntungan bank, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah balas jasanya
ditentukan dengan bagi hasil.
2. Monitoring
Monitoring adalah salah satu cara untuk menjaga kredit dari kemacetan, sekalipun pada
analisa pengajuan kredit nasabah tersebut memiliki karakter yang baik, namun monitoring
kredit tetap harus dilakukan bank untuk menjaga kredit agar terhindar dari kemacetan.
3. Pemeriksanaan berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan bank untuk menjaga dana yang dicairkan kepada
masyarakat dan dana yang telah kembali kepada bank. Pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk melihat kinerja staff kredit apakah sudah bekerja dengan baik ataukah menyalani
aturan perbankan yang telah ditetapkan.
Contoh Aplikasi Strategi Untuk Mengelola Modal Bank
Anggaplah bahwa sebagai manajer First National Bank, Kita harus membuat
keputusan mengenai jumlah modal bank yang memadai. Dengan melihat pada neraca bank,
seperti High Capital Bank yang mempunyai rasio modal bank terhadap aset sebesar 10%
(modal sebesar $10 juta dan aset sebesar $100 juta), Kita peduli dengan jumlah modal bank
yang besar menyebabkan imbal hasil terhadap ekuitas terlalu rendah. Kita berkesimpulan
bahwa bank harus mempunyai surplus modal dan harus meningkatkan pengali ekuitas untuk
menaikkan imbal hasil atas ekuitas. Apa yang harus kita lakukan?
Untuk menurunkan jumlah modal relatif terhadap aset dan menaikkan pengali ekuitas,
Kita dapat melakukan tigal hal: (1) Kita dapat menurunkan jumlah modal bank dengan
membeli kembali saham bank. (2) Kita dapat mengurangi modal bank dengan membayar
dividen yang lebih tinggi kepada pemegang saham, sehingga mengurangi laba ditahan bank.
(3) Kita dapat mempertahankan modal bank tetap sama tetapi menaikkan aset bank dengan
mendapatkan dana baru katakanlah, dengan menerbitkan sertifikat deposito dan selanjutnya
memberikan pinjaman komersial atau membeli surat berharga dengan dana baru ini. Kita
memperkirakan bahwa dana baru tersebut akan memperkuat posisi Kita dengan pemegang
saham, Kita memutuskan untuk melakukan alternatif kedua dan menaikkan dividen atas
saham First National Bank.
Sekarang misalnya bahwa situasi First National Bank mirip dengan Low Capital Bank
dan mempunyai rasio modal bank terhadap aset sebesar 4%.Sekarang Kita khawatir bank
kekurangan modal secara relatif terhadap aset karena bank tidak mempunyai perlindungan
yang cukup untuk mencegah kegagalan bank. Untuk menaikkan modal realtif terhadap aset,
sekarang Kita mempunyai tiga pilihan berikut: (1) Kita dapat menaikkan modal bank dengan
menerbitkan saham (saham biasa). (2) Kita dapat menaikkan modal dengan mengurangi
dividen bank kepada pemegang saham sehingga menaikkan laba ditahan yang dapat
dimasukkan ke dalam neraca modal. (3) Kita dapat mempertahankan modal pada posisi yang
sama tetapi mengurangi aset bank dengan memberikan lebih sedikit pinjaman atau dengan
menjual surat berharga dan kemudian menggunakan hasil penjualan tersebut untuk
mengurangi kewajiban bank. Misalnya bahwa menaikkan modal bank tidak mudah dilakukan
pada saat sekarang karena pasar modal cukup kaku atau karena pemegang saham akan
menolak kalau dividen dipotong. Maka Kita mungkin harus memiih alternatif ketiga dan
memutuskan untuk menurunkan ukuran bank. Dalam beberapa saham terakhir, beberapa bank
mengalami penurunan modal dan harus membatasi pertumbuhan asetnya, seperti yang harus
Kita lakukan kalau First National Bank kekurangan modal (Mishkin, 2008:308-309).

2.4 Konsep Sumber-Sumber Dana Bank


Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuasi dengan fungsinya bahwa
bank lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah menghimpun dan
menyalurkan uang kepada masyarakat.
Jika tujuannya untuk kegiatan sehari-hari jelas berbeda sumbernya, dengan bank yang
hendak melakukan investasi baru atau untuk perluasan suatu usaha. Jadi tergantung daripada
tujuan dana tersebut digunakan untuk apa. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri
maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham
yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana
masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada
pemegang saham lama. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana
sendiri terdiri dari:

1. setoran modal dari pemegang saham;


2. cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba
pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.
3. laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai modal untuk sementara waktu.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adaah tidak perlu membayar bunga
yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas.
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasian bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan
dalam bentuk:
1. simpanan giro
2. simpanan tabungan
3. simpanan deposito
Simpanan giro merupakandana murah bagi bank, karena bunga atau balas
jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan
simpanan deposito.
c. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.
Sumberdana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari
sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja.
Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau
membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain
dapat diperoleh dari:
1. kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan
Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditasnya.
2. pinjaman antarbank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.
3. pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang
diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak berminat,
baik perusahaan keuangan maupun non keuangan (Kasmir, 2014:65-68).

2.5 Kebijakan Penghimpunan dan Penggunaan Bank


a. Tingkat Bunga
Dana-dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam
bentuk penggunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Agar
penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang
dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang
diperoleh dari penyaluran dana.
Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut
dengan ‘spread’. Semakin efsien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-
komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat
bunga pinjaman. Meskipun tingkat suku bunga pinjaman mengalami kenaikan,
kenaikan tersebut tidak lebih besar daripada kenaikan tingkat bunga simpanan,
sehingga bisa saja terjadi tingkat bunga pinjaman lebih rendah daripada tingkat bunga
simpanan atau disebut dengan kondisi ‘negative-spread’. Dalam kondisi ini jelas
spread tidak lagi mencerminkan tingkat efisiensi suatu bank.
Salah satu komponen dalam perhitungan bunga diatas adalah penyesuaian risiko
(risk adjustment). Secara umum, risiko yang ditanggung oleh bank dalam kegiatan
usahanya tidak hanya terdiri dari risiko kredit bermasalah. Jenis-jenis risiko lain yang
terkait dengan usaha pada dasarnya dapat berasal dari sisi aktiva maupun pasiva.
Risiko tersebut meliputi:
1. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Merupakan risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi kebutuhan
likuiditasnya. Bank perlu memenuhi kebutuhan likuiditas untuk berbagai tujuan
seperti penarikan dana simpanan oleh nasabah, penyediaan untuk fasilitas
kredit, pemenuhan reserve requirement, dan lain-lain. Masalahnya adalah bank
tidak mungkin untuk memperkirakan penyediaan likuiditas dalam waktu dan
jumlah yang selalu tepat dengan kenyataan.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya
dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat.
3. Risiko Investasi (Investment Risk)
Investment risk adalah risiko yang dihadapi bank berupa kerugian karena
penurunan nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank, misalnya saham dan
obligasi.
4. Risiko Operasi (Operating Risk)
Operating risk adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan
penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperolch
penerimaan yang saling terkait.
5. Risiko Kecurangan (Fraud Risk)
Fraud risk adalah risiko yang dihadapi bank karena kerugian akibat adanya
ketidakjujuran penipuan, atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh
nasabah, karyawan bank pejabat bank, atau pihak lainnya.
6. Risiko Fidusiari (Fiduciary Risk)
Fiduciary risk adalah risiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa
perwaliamanatan kepada nasabah perorangan atau badan (Trihandaru,
2009:106-108).
b. Pengelolaan Aktiva Dan Pasiva
1. Pengertian
Dalam rangka pengelolaan aktiva dan pasiva ada tiga macam risiko yang
harus diamati yaitu: risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, dan risiko kredit
(Abdullah dan Tantri, 2014:149).
Pengelolaan aktiva dan pasiva (kewajiban) suatu bank merupakan suatu
yang tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Pengelolaan aktiva suatu bank selalu
memerhatikan karakteristik dari penghimpunan dana pada sisi pasiva, dan
berlaku juga sebaliknya. Mengingat sangat kompleksnya pengelolaan aktiva
dan pasiva suatu bank, tentu saja melibatkan berbagai macam bagian dari suatu
bank, kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh suatu badan di dalam bank yang
terdiri dari wakil-wakil berbagai bagan dalam bank. Aset-liability committee
(Alco) merupakan suatu bentuk komite atau badan yang melaksanakan tugas
tersebut. Secara umum komite ini berhadapan dengan permasalahan:
a) Penghimpunan dana, yang mempertimbangkan aspek:
1) Biaya administratif
2) Biaya bunga
3) Strategi/cara/metode
4) Diversifikasi
5) Jangka waktu dan likuiditas
6) Portofolio dan kaitannya dengan pengguanan dana

b) Penggunaan dana, yang mempertimbangkan aspek:


1) Likuiditas dan jangka waktu
2) Risiko
3) Rate of return
4) Biaya bunga
5) Diversifikasi
6) Portofolio dan kaitannya dengan penghimpunan dana
2. Pendekatan Dasar Pengelolaan Aktiva Pasiva
Pendekatan dalam pengelolaan aktiva dan pasiva suatu bank dapat
mengunakan beberapa pendekatan dasar. Pendekatan dasar ini bukan
merupakan sesuatu yang kaku dalam penerapannya, melainkan dapat
disesuaikan dengan perkembangan keadaan sektor perbankan dan
perekonomian secara umum. Pendekatan yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
a) Pool of Funds
Dana yang telah berhasil dihimpun bank mempunyai karakterisitik yang
beragam menurut jangka waktunya, biayanya, sumber dana tersebut
berasal, dan lain-lain. Pendekatan pool of funds memperlakukan dana
tersebut sebagai dana tunggal tanpa memperhitungkan sifat masing-
masing komponen pembentuk dana.
b) Aset Allocation atau Conversion of Funds
Konsep dari pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan pool of
funds. Perlakuan terhadap dana yang mempunyai karakteristik berbeda-
beda sebagai dana tunggal dianggap oleh pendekatan ini sebagai asumsi
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kenyataannya masing-masing
sumber dana memiliki sifat tersendiri, sehingga pengalokasiannya harus
secara individual dengan mempertimbangkan karakteristik masing masing
sumber dana.

Gambar : Pool of Funds Approach


Sumber: Trihandaru dan Budisantoso, 2009:109
c. Likuiditas Bank
Likuiditas suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan
pengelolaan bank. Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan:
1. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang
ditetapkan bank sentral.
2. Penarikan dana oleh deposan.
3. Penarikan dana oleh debitor.
4. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.
Suatu bank dianggap likuid apabila:
1. Mempunyai sejumlah alat-likuid yang dapat memenuhi kebutuhan
likuiditasnya sesuai dengan waktunya.
2. Mampu memperoleh tambahan alat likuid sesuai kebutuhan dengan berbagai
macam cara seperti melalui pinjaman. penjualan saham, penyetoran modal,
dan konversi dari aset yang likuiditasnya rendah menjadi alat-alat likuid.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya, bank dapat menggunakan
beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut bukanlah suatu teori yang kaku,
namun pendekatan tersebut lebih merupakan suatu dasar pemikiran saja dalam
pengelolaan likuiditas bank. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Commercial loan theory atau productive theory of credit atau real bills
doctrine.
Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat terjamin apabila
aktiva produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka pendek dan
bersifat self liquidating.
2. Aset shiftability theory
Pendekatan ini menyatakan bahwa llikuiditas bank akan dapat dipelihara
apabila aset bank padat dengan cepat diubah dalam bentuk aset yang lain yang
lebih likuid sesuai kebutuhan.
3. Doctrine of anticipated income theory
Pendekatan ini menyatakan bahwa bahwa sumber likuiditas bank dapai
dipdihara meskipun hank mcnyalurkan kredit jangka panjang. Lebih jauh
pendekalan ini menyaiakan bahwa kredit jangka panjang tersebut dapat
digunakan untuk memcnuhi kebutuhan likuiditas apabila jadwal pembayaran
pukok dan bunga pinjaman direncananakan sebaik mungkm dan betul-betul
diteiuaikan dengan pendapaian masa mendatang dari debiturnya. Dengan
adanya pendekalan ini, bank dimungkinkan untuk mcngalokasikan dananya
dalam bentuk pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. Kunci
keberhasilannya adalah:
a) Keberhasilan analisis terhadap tingkat kemampuan nasabah debitor untuk
memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
b) Keberhasilan estimasi jumlah penghasilan nasabah debitor di masa yang
akan datang
c) Keberhasilan estimasi waktu penghasilan diterima nasabah debitor di
masa akan datang
d) Keberhasilan estimasi terhadap kondisi ekonomi, sosial dan politik di
masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan usaha debitor
yang bersangkutan
e) keberhasilan analisis terhadap karakter atau kemauan nasabah memenuhi
kewaiibannya

Gambar: Aset Allocation Approach


Sumber: Trihandaru dan Budisantoso, 2009:109

d. Indikator Likuiditas
Indikator atau ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat luikuiditas bank,
antara lain:
1. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak
ketiga. Alat likuid tersebut daapt berupa uang kasm, saldo giro pada
banksentral dan bank koresponden dan cek penagihan.Dana pihak ketiga
tersebut dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
yang tinggi menunjukkan likuiditas bank yang tinggi pula.
2. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-LDR)
Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi
menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid.
3. Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga
Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat
berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas
(Trihandaru dan Budisantoso, 2009:106-112).

2.6 Pinjaman Tunai Dan Pinjaman Non Tunai


1. Pinjaman Tunai
a. Pengertian
Pemberian kredit, dalam pengertian sebagai cash loan, merupakan salah
satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Berdasarkan UU
Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
pemimjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Menurut Undang-undang tersebut, penyediaan dana untuk
nasabahnya tidak hanya bisa dalam bentuk kredit. Penyediaan dana tersebut
dapat juga berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum daJam
Pasal 1 UU Nomor 10 tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini
biasanya mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank.
b. Jenis Kredit Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Alas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitor, kredit dapat dibedakan
menjadi:
1) Kredit Modal Kerja (KMK)
KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja nasabah. Sebagai contoh, apabila nasabah bergerak dalam
bidang perdagangan sembako. Ditinjau dari jangka waktunya, KMK
terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a) KMK-Revolving
Apabila kegiatan usaha debitor dapat diharapkan berlangsung
secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan pihak bank cukup
memercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasilitas
KMK nasabah dapat diperpanjang setiap periodenya tanpa harus
mengajukan permohonan kredit baru. KMK semacam ini discbut
sebagai KMK-Revolving.
b) KMK-Einmaleg
Apabila volume kegiatan usaha debitor sangat beriluktuasi dari
waktu ke waktu dan atau pihak bank kurang mempercayai
kemampuan dan kemauan nasabah, maka pihak bank merasa lebih
aman kalau memberikan KMK-Einmaleg.
2) Kredit Investasi (KI)
Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang
modal, angka panjang untuk kegiatan usaha nasabah.
3) Kredit konsumsi
Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka
pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai
barang modal dalam kegiatan usaha nasabah (Trihandaru dan
Budisantoso, 2009:114-123).
2. Pinjaman Non Tunai.
Merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh bank berupa jaminan
pembayaran sejumlah uang yang akan diberikan kepada pihak yang menerima
jaminan, apabila pihak yang dijamin melakukan cedera janji. Perjanjian yang dapat
dilayani dengan bank garansi tidak dibatasi hanya pada perjanjian-perjanjian
tertentu.Perjanjian tersebut berupa jual-beli, sewa, kontrak-mengontrak,
pemborongan, dan lain-lain. Pihak yang dijamin biasanya adalah nasabah bank yang
bersangkutan, sedangkan jaminan diberikan kepada pihak lain yang mengadakan
suatu perjanjian dengan nasabah.
Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa oleh bank disebut
dengan fee-based, jasa-jasa tersebut berupa pengiriman uang, letter of credit, bank
garansi, kliring dan inkaso, kartu plastik, money changer, traveller’s check,
telebanking, dan lain-lain. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai bank garansi
dan letter of credit.
a. Bank Garansi
Merupakan jaminan dalam bentuk sebuah sertifikat yang diberikan
oleh bank dalam penyelesaian suatu proyek ketika pelaksana atau kontraktor
sebagai penerima kontrak ingkar/cedera janji. Perjanjian yang dapat dilayani
dengan bank garansi tidak dibatasi hanya pada perjanjian-perjanjian tertentu.
Perjanjian tersebut berupa jual-beli, sewa, kontrak-mengontrak,
pemborongan, dan lain-lain.
1) Jenis dan Manfaat Bank Garansi
Jenis bank garansi pada dasarnya sesuai dengan tipe perjanjian dan
fungsi penjaminan bank garansi dalam perjanjian. Beberapa jenis bank
garansi yang ada antara lain, yaitu:
a) Bank Garansi Pembelian
BG yang diberikan kepada pemasok/pabrik sebagai jaminan
pembayaran atas pembelian barang oleh nasabah atau pihak yang
dijamin oleh bank.
b) Bank Garansi Pita Cukai Tembakau
BG yang diberikan kepada kantor bea cukai sebagai jaminan
pembayaran pita cukai tembakau atas rokok yang dijual oleh
pabrik rokok, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah pabrik
rokok.
c) Bank Garansi Penangguhan Bea Masuk
BG yang diberikan kepada kantor bea cukai sebagai jaminan
pembayaran bea masuk atas barang yang dikeluarkan dari
pelabuhan milik nasabah.
d) Bank Garansi Tender (Bid Bond)
BG yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk
kepentingan kontraktor/leveransir yang akan mengikuti tender atas
suatu proyek, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah
kontaktor/leveransir tersebut. salah satu syarat agar
kontraktor/leveransir dapat mengikuti tender adalah menyerahkan
BG.
e) Bank Garansi Pelaksana (Performance Bond)
BG yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk
kepentingan kontraktor/levernsir guna menjamin pelaksanaan
pekerjaan/proyek oleh kontraktor/leveransir, dalam hal ini pihak
yang dijamin adalah kontraktor/leveransir tersebut.
f) Bank Garansi Uang Muka (Advance Payment Bond)
BG yang diberikan kepda pemilik proyek (bouwheer) untuk
kepentingan kontaktor/leveransir atas uang muka yang diterima
oleh kontraktor/leveransir, dalam hal ini pihak yang dijamin
adalah kontraktor/leveransir tersebut.
g) Bank Garansi Pemeliharaan (Retention Bond)
BG yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk
kepentingan kontraktor/leveransir guna menjamin pemeliharaan
atas proyek yang telah diselesaikan oleh kontraktor/leveransir,
dalam hal ini pihak yang dijamin adalah kontraktor/leveransir
tersebut.
Sementara itu, manfaat yang dapat diharapkan oleh bank dengan
memberikan fasilitas bank garansi kepada nasabahnya adalah:
a) Penerimaan berupa biaya administrasi (provisi/komisi) yang
merupakan fee based income bagi bank.
b) Pengendapan danastorjam yang merupakan dana murah bagi bank.
c) Memberikan pelayanan kepada nasabahnya sehingga nasabah
menjadi lebih loyal kepada bank.
b. Letter of Credit
Letter of Credit atau dalam bahasa Indonesia disebut Surat Kredit
Berdokumen merupakan salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka
pembelian barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli
sejak L/C dibuka sampai dengan jangkawa waktu tertentu sesuai perjanjian. Isi
dari perjanjian L/C mencakup banyak hal seperti jangka waktu, pembatalan, cara
pembayaran, dan lain-lain. Berdasarkan isi dari perjanjian tersebut, L/C dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1. Ruang lingkup transaksi
a) L/C impor: adalah L/C yang digunakan untuk mengadakan transaksi
jual beli barang dan jasa melewati batas-batas negara.
b) L/C Dalam Negeri atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN), adalah L/C yang digunakan untuk mengadakan transaksi di
dalam wilayah suatu negara,
2. Saat penyelesaian
a) Sight L/C: adalah L/C penangguhan pembayarannya sampai dengan
dokumen tiba.
b) Usance L/C: adalah L/C yang penangguhan pembayarannya sampai
dengan wesel yang diterbitkan jatuh tempo (tidak lebih lama daripada
180 hari).
3. Pembatalan
a) Revocable L/C: adalah L/C yang dapat dibatalkan atau diubah secara
sepihak oleh issuing bank setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pihak yang berhak menerima pembayaran
(beneficiary). L/C jenis ini biasaya digunakan sebagai bekal awal
sebelum negosiasi antara importir dan eksportir mencapai
kesepakatan final.
b) Irrevocable L/C: adalah L/C yag tidak dapat dibatalkan atau diubah
secara sepihak oleh issuing bank setiap saat tanpa persetujuan
beneficiary. Apabila suatu L/C tidak secara eksplisit menyatakan
‘revocable’ atau ‘irrevocable’, maka LC tersebut dianggap sebagai
irrevocable L/C.
4. Pengalihan hak
a) Transferable L/C: adalah L/C yang memberikan hak kepada
beneficiary untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak penerimaan
pembayaran kepada pihak lain. Pengalihan hak ini hanya dapat
dilakukan satu kali.
b) Untransferable L/C: adalah L/C yahg tidak memberikan hak kepada
beneficiary untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak penerimaan
pembayaran kepada pihak lain.
5. Pihak advising bank
a) General/Negotiating/Non-restricted L/C: adalah L/C yang tidak
menyebutkan dengan tegas bank yang akan menjadi advising bank.
b) Restricted/Straight L/C: adalah L/C yang meyebutkan dengan tegas
bank yang menjadi advising bank.
6. Cara pembayaran kepada beneficiary
a) Standby L/C: adalah surat pernyataan dari pihak bank yang
menyatakan bahwa apabila pihak yang dijamin (nasabah bank
tersebut) cidera janji maka pihak bank akan menerbitkan Sight L/C
untuk kepentingan yang menerima jaminan yaitu beneficiary. Bank
membayar atas dasar dokumen-dokumen yang dapat membutikan
bahwa nasabah telah cidera janji.
b) Red Clause L/C: adalah L/C yag memperkenankan penarikan
sejumlah tertentu uang muka oleh beneficiary. LC ini diterbitkan
biasanya hanya apabila issuing bank benar-benar percaya pada
reputasi beneficiary.
c) Clean L/C: adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dapat
dilakukan hanya atas dasar kwitansi/wesel/cek tanpa harus
menyerahkan dokume pengiriman barang.
Manfaat yang dapat diharapkan oleh bank dengan memberikan fasilitas Letter
of Credit kepada nasabahnya antara lain adalah:
1) Penerimaan biaya administrasi berupa provisi/komisi yang merupakan fee
based income bagi bank.
2) Pengedapan dana setoran yang merupakan dana murah bagi bank.
3) Pemberian pelayanan kepada nasabahnya sehingga nasabah menjadi lebih
loyal kepada bank (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:123-133)
2.7 Risiko Penyaluran Dana Kredit
Adverse selection dalam pasar kredit terjadi karena risiko kredit yang buruk (sebagian
besar sepertinya gagal bayar dalam pinjamannya) biasanya dimiliki orang yang meminta
pinjaman; dengan kata lain, mereka yang sering kali menyebabkan hasil yang berlawanan
(adverse outcome) yang justru dipilih (selected).
Moral hazard terjadi di pasar kredit karena peminjam mendapat insentif untuk
melakukan aktivitas yang tidak disukai dari sudut pandang pemberi pimjaman. Setelah
peminjam mendapatkan pinjaman, mereka akan menginvestasikan dalam investasi dengan
proyek berisiko tinggi–proyek yang mempunyai imbal hasil tinggi bagi peminjam jika
berhasil. Tetapi tingginya risiko, membuatnya kecil kemungkinannya mereka mampu
membayar kembali pinjamannya.
Risiko kredit adalah risiko yang paling signifikan yang dihadapi bank, dan
keberhasilan bisnis mereka tergantung pada pengukuran yang akurat dan tingkat efisiensi
yang lebih tinggi terhadappengelolaan risiko ini daripada risiko lainnya (Gieseche, 2004).
Risiko kredit akan dihadapi oleh bankketika nasabah (customer) gagal dalam membayar
hutang atau kredit yang diterimanya pada saat jatuh tempo.
Besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat (nasabah) tercermin dari besarnya
Loanto Deposit Ratio (LDR). Jika LDR melampaui batas yang ditetapkan regulasi sebesar
100%, maka iniberarti risiko kredit meningkat. Potensi untuk tidak terbayarnya hutang tinggi,
dan ini akan berdampakpada peningkatan biaya operasional bank (BOPO), sehingga bank
menjadi tidak efisien.Melalui Surat Edaran BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, BI
membuat ketentuanbahwa BOPO maksimum sebesar 90%. Semakin tinggi rasio BOPO
berarti semakin tidak efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan bank untukmemperoleh laba semakin kecil.
Agar menguntungkan, lembaga keuangan harus mengatasi masalah adverse selection
dan moral hazard yang membuat besar kemungkinan pinjaman gagal bayar. Keinginan
lembaga keuangan untuk mengatasi masalah ini membantu menjelaskan prinsip-prinsip untuk
mengelola risiko kredit:
1. Penyaringan dan Pemantauan
Informasi asimetris terjadi di pasar kredit karena pemberi pijaman kurang
mempunyai informasi mengenai kesempatan investasi dan aktivitas peminjam
dibandingkan peminjam itu sendiri.Situasi ini mendorong dua aktivitas untuk
menghasilkan informasi oleh bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu
penyaringan dan pemantauan.
a. Penyaringan
Untuk mendapatkan penyaringan yang efektif, pemberi pinjaman harus
mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya dari perspektif peminjam.
Penyaringan yang efektif dan pengumpulan informasi secara bersama-
sama membentuk prinsip penting dari pengelolaan risiko kredit.
b. Spesialisasi dalam Pemberian Pinjaman
Dengan melakukan spesialisasi dalam pemberian pinjaman kepada
perusahaan-perusahaan dengan industri yang presifik, maka bank akan
menjadi lebih paham mengenai industri tersebut, sehingga mampu
memprediksi lebih baik tentang perusahaan-perusahaan mana yang
mampu membayar pinjamannya tepat waktu.
c. Pemantauan Dan Pelaksanaan Kontrak Yang Restriktif
Setelah kredit dibuat, lembaga keuangan perlu memantau aktivitas
peminjam untuk melihat apakah mereka patuh dengan kontrak restriktif
dan menerapkan pembatasan atau tidak, pemberi pinjaman dapat
memastikan apakah peminjam mengambil risiko sendiri. Kebutuhan bagi
bank dan lembaga keuangan lain untuk melakukan penyaringan dan
pemantauan menjelaskan mengapa mereka menghabiskan baanyak uang
untuk aktivitas audit dan pengumpulan informasi.
2. Hubungan Jangka Panjang Dengan Nasabah
Cara tambahan bagi bank dan lembaga keuangan-keuangan lainnya untuk
mendapatkan informasi mengenai peminjamnya adalah melalui hubungan jangka
panjang dengan nasabah.
Hubungan jangka panjang dengan nasabah dapat mengurangi biaya
pengumpulan informasi dan membuatnya lebih mudah untuk menyaring kredit
dengan risiko yang buruk. Selain itu, nasabah yang mempunyai hubungan
sebelumnya akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang
rendah karena bank membutuhkan waktu yang lebih pendek dalam memutuskan
apakah calon peminjam ini mempunyai risiko kredit yang baik dan membuat biaya
pemantauan peminjam yang lebih murah. Hubungan jangka panjang dengan
nasabah mempunyai keuntungan yang lain bagi bank yaitu saat peminjam
mempunyai dorongan untuk mengatasi aktivitas yang berisiko yang bisa membuat
bank bermasalah, sekalipun pembatasan atas aktivitas yang berisiko tidak
dinyatakan dalam kontrak pinjaman. Bank mempunyai kemampuan untuk
mengurangi minat peminjam melakukan aktivitas tersebut. Bank dapat mengancam
untuk tidak memberikan pinjaman baru di masa mendatang. Dengan demikian
hubungan jangka panjang dengan nasabah membuat bank mengatasi kemungkinan
niat buruk yang tidak terpikirkan sebelumnya.
3. Komitmen Pinjaman
Bank juga menciptakan hubungan jangka panjang dan mengumpulkan
informasi dengan menerbitkan komitmen pinjaman (loan commitmens) untuk
nasabah komersial. Komitmen pinjaman adalah komitmen bank (untuk periode
waktu di masa mendatang tertentu) untuk menyediakan pinjaman bagi perusahaan
sampai sejumlah tertentu dengan suku bunga yang dikaitkan dengan beberapa suku
bunga pasar. Sebagian besar pinjaman bisnis dan industri dibuat dalam persetujuan
komitmen pinjaman. Keuntungan bagi perusahaan adalah bahwa perusahaan
mempunyai sumber kredit yang mereka butuhkan. Keuntungan bagi bank adalah
bahwa komitmen pinjaman mendorong hubungan jangka panjang, yang selanjutnya
membantu pengumpulan informasi.
4. Agunan dan Saldo Kompensasi
Kewajiban agunan untuk pinjaman merupakan alat penting dalam pengelolaan
risiko kredit. Agunan adalah hak yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman sebagai
kompensasi kalau peminjam gagal bayar, yang mengurangi akibat yang ditimbulkan
dari adverse selection karena dapat mengurangi kerugian pemberi pinjaman dalam
kasus gagal bayar. Salah satu bentuk agunan yang diwajibkan ketika bank membuat
pinjaman komersial disebut saldo kompensasi (compesanting balance): perusahaan
yang menerima pinjaman harus terus menerus menjaga jumlah dana minimum
dalam rekening gironya di bank. Saldo kompensasi berfungsi untuk membantu
meningkatkan kemungkinan pinjaman akan di kembalikan.
5. Pembatasan Kredit
Cara lain dimana lembaga keuangan menghadapi adverse selection dan moral
hazard adalah melalui pembatasan kredit (credit rationing): menolak untuk
memberikan pinjaman walaupun peminjam bersedia untuk membayar suku bunga
yang ditetapkan atau bahkan lebih tinggi. Pembatasan kredit mempunyai dua bentuk.
Pertama, terjadi ketika pemberi pinjaman menolak memberikan pinjaman berapapun
besarnya kepada seorang peminjam, bahkan kalau peminjam bersedia membayar
dengan suku bunga yang lebih tinggi. Kedua, terjadi ketika pemberipinjaman
bersedia memberikan pinjaman tetapi membatasi besarnya pinjaman lebih sedikit
dari yang diinginkan peminjam (Mishkin, 2008:309-315).

2.8 Strategi Untuk Mengelola Risiko Suku Bunga


Suku bunga adalah nilai, tingkat, harga atau keuntungan yang diberikan kepada
investor dari penggunaan dan dana investasi atas dasar perhitungan nilai ekonomis dalam
periode waktu tertentu. Tingkat suku bunga Bank digunakan untuk mengontrol perekonomian
suatu Negara. Tingkat suku bunga diatur dan ditetapkan pemerintah bertujuan untuk menjaga
kelangsungan perekonomian suatu Negara. Suku Bungan ini penting untuk diperhitungkan
karena rata-rata para investor yang selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar
Suku bunga mengatur berapa jumlah peminjam premi membayar kepada pemberi
pinjaman untuk akses ke modal. Secara umum, suku bunga yang lebih tinggi mendorong
lebih banyak pinjaman, dan suku bunga yang lebih rendah mendorong lebih sedikit pinjaman.
Bank sentral menggunakan alat kebijakan moneter untuk mempengaruhi tingkat suku bunga
dan pertumbuhan ekonomi dengan menambahkan atau menghapus likuiditas dari sistem
keuangan agar perusahaan dapat mengaksesnya.
Investor internasional memiliki banyak alat yang berbeda untuk mengurangi risiko
suku bunga, mulai dari kontrak berjangka hingga pergeseran portofolio obligasi untuk
memanfaatkan tren. Sementara beberapa dari proses ini paling sesuai untuk investor institusi,
investor perorangan memiliki banyak pilihan untuk membantu mengurangi risiko yang sama
dalam skala yang lebih kecil. Strategi yang paling populer untuk melindungi dari kenaikan
suku bunga antara lain:

 Buy Interest Rate Futures : Investor canggih dapat membeli kontrak futures
pada obligasi pemerintah atau suku bunga berjangka. Perdagangan ini
memungkinkan mereka mengunci-dalam tingkat suku bunga tertentu dan
melindungi portofolio mereka.
 Jual Obligasi Jangka Panjang : Banyak investor individu lindung nilai
terhadap kenaikan suku bunga dengan menjual obligasi, yang cenderung
melihat harga mereka turun karena kenaikan yield, terutama pada obligasi
dengan jangka panjang dan tingkat kupon yang rendah.
 Beli Harga Terapung atau Obligasi dengan Hasil Tinggi : Banyak investor
individu juga melakukan lindung nilai terhadap kenaikan suku bunga dengan
mentransisikan portofolio obligasi mereka dari obligasi jangka panjang ke
obligasi jangka pendek, seperti obligasi dengan imbal hasil tinggi, atau
obligasi dengan suku bunga mengambang.

Kebalikan dari strategi ini juga dapat digunakan untuk melindungi terhadap
penurunan tingkat suku bunga. Misalnya, menjual suku bunga berjangka, membeli
obligasi jangka panjang, dan menjual obligasi dengan tingkat bunga mengambang
atau yield tinggi bisa mengurangi risikonya. Investor juga memiliki pilihan untuk
hanya melakukan transisi ke ekuitas, yang cenderung berjalan dengan baik saat
tingkat suku bunga diturunkan, karena ekonomi masih berjalan dengan baik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bank merupakan suatu industri yang bergerak di bidang keuangan, yang dalam hal ini
adalah sebagai media perantara keuangan (financial intermediary) antara debitur dan kreditur
dana. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana pada masyarakat dilakukan untuk
menjalankan operasional bank dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
menggunakan dananya, bank mempunyai beberapa pertimbangan sebelum memilih suatu
bentuk aset tertentu, dalam pengalokasian dana yang berhasil dihimpun, banyak hal yang
harus dipertimbangkan, tiga hal utama yang selalu mejadi perhatian bank adalah risiko, hasil,
dan jangka waktu. Dalam konsepnya sumber dana bank adalah segala usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasionalnya. Sumber-sumber dana bank terdiri dari
dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana dari masyarakat luas, dan dana yang
bersumber dari lembaga lainnya.
Bank mempunyai kebijakan-kebijakan dalam penghimpunan dan penyaluran dananya,
adapun kebijakan-kebijakan tersebut adalah tingkat bunga, pengelolaan akitiva dan pasiva,
likuiditas bank, dan indikator likuiditas. Bank dalam fungsinya juga memberikan pinjaman
bagi nasabahnya. Adapun pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman tunai atau pemberian
kredit dan pinjaman non kredit yang berupa jasa-jasa yang ditawarkan oleh bank-bank saat
ini seperti pengiriman uang, letter of credit, bank garansi, kliring dan inkaso, kartu plasik,
money changer, telebanking, custodian, wali amanat, standing order, dan safe deposit box.
Dalam melakukan penyaluran kreditnya, bank juga tentu mempunyai risiko-risiko dari
nasabah yang melakukan moral hazard. Dan untuk mengatasi masalah ini bank mempunyai
prinsip-prinsip untuk mengelola resiko kredit ini yaitu, penyaringan dan pemantauan,
hubungan jangka panjang dengan nasabah, komitmen pinjaman, agunan dan saldo
konpensasi, dan pembatasan kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat.
Dewi, P.Y.F. 2013. Pengaruh Risiko Kredit, Dpk, Likuiditas Dan Tingkat Efisiensi Usaha
Pada Volume Kredit
Hidayat, G., Deswati, S., dan Goenawan.2012. Sistem Penghimpunan Dan Penyaluran Dana
Masyarakat Pada Bri Unit Manda. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 3 (1).
Kasmir. 2014. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Pato, S. 2013. Analisis Pemberian Kredit Mikro Pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Manado.Jurnal EMBA1 (4)
Sudiyatno, B. 2013. Pengaruh Risiko Kredit Dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Bank. Jurnal Organisasi dan Manajemen 9 (1)
Trihandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat
Wuryandani, G., Ginting, R., Iskandar, D., dan Sitompul, Z. 2014. Pengelolaan Dana Dan
Likuiditas Bank

Anda mungkin juga menyukai