Anda di halaman 1dari 11

RESUME AKUNTANSI PERBANKAN 5A

O
L
E
H

Kelompok 9
Willy A.D Messakh 19190035
Theodosia Ellu 19190173
Varel Julian Ballo 20190090
Maria J. Lusi 20190120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG
NUSA TENGGARA TIMUR
2022
BAB 26
AKUNTANSI JASA LAINNYA

Payment Point
Payment point merupakan salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang
akan melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil. Namun
demikian rekening ini memberikan pendapatan yang relatif besar sebab jumlah anggota masyarakat.
banyak yang menggunakannya. Contoh payment point adalah pembayaran rekening listrik, telepon,
air, dan lain sebagainya.
Payment point juga disebut rekening titípan. Sebagai rekening titipan bisa diartikan
sebagai rekening bersyərat, dalam arti sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban
kepada indívidu atau lembaga tertentu yang memberi amanat. Transaksi bersyarat amat sangat
tergantung dari terjadi atau tidak terjadinya peristiwa (pembayaran oleh masyarakat yang ditagih).
Pencatatan rekening ini dimulai saat menerima slip tagihan dari individu atau lembaga
yang memberi amanat, misalnya perusahaan listrik negara, PDAM, dan lain sebagainya. Pencatatan
tersebut di rekening administratif kelompok kontinjensi kewajiban, umumnya masuk dalam
kategori lainnya. di kelompok kontinjensi kewajiban. Pada saat pihak tertagih membayarnya, maka
kita mencatatnya sebesar nilai bruto yang dibayarkan oleh pihak tertagih pada rekening efektif. Di
sisi lain harus diikuti pendebetan rekening administratif sebesar nilai yang berhasil ditagihkan.

Safe Deposit Box


Kebutuhan keamanan dan kerahasiaan barang, berharga yang dimiliki seseorang atau
lembaga akan lebih terjamin bila dititipkan di bank. Bank memberikan jəsa penyimpanan barang
berharga berupa safe deposit box, Keamanan barang berharga itu terjamin karena untuk membuka
setiap kotak penyimpan diperlukan dua kunci, kunci pertama dipegang bank dan kunci yang lain
dipegang oleh penitip barang. Di samping itu untuk membukanya tidak setiap karyawan bank dapat
melakukannya, akan tetapi hanya orang tertentu yang telah ditunjuk bank.
Jasa penyimpanan (safe deposit box) ini akan memberikan pendapatan bagi bank.
Besarnya pendapatan sewa tergantung pada lamanya masa sewa dan luas ruangan yang dipakai
untuk menyimpan barang berharga/surat berharga. Pendapatan sewa diterima di muka, oleh karena
itu harus diamortisasi setiap periode/bulan. Penyimpan barang berharga di samping dipungut biaya
sewa, juga harus membayar setoran jaminan kunci SDB. Setoran jaminan diperlukan karena untuk
menggantinya bila kunci hilang. Namun demikian bila sampai selesai penyimpanan barang berharga
ternyata kunci tidak hilang, maka setoran jaminan kunci akan dikembalikan kepada yang berhak
(penyimpan barang berharga).

Rupiah Travellers Cheques (RTC)


Rupiah Travellers Cheques atau sering disebut cek perjalanan merupakan surat berharga
yang diterbitkan dalam valuta rupiah dengan ciri aman, terpercaya, praktis dan fleksibel, serta
dijamin oleh bank penerbit dengan masa berlaku tidak terbatas. Cek ini dapat diuangkan kapan saja
dan dí mana saja. RTC iní sebagai piranti, umumnya diterbitkan bagi mereka yang akan melakukan
perjalanan jauh dan ingin aman dalam membelanjakannya. Cek ini dapat digunakan sebagai alat
bayar pada penjual barang/jasa (merchant) tertentu yang telah menjalin kerja sama dengan bank
yang bersangkutan. Di samping itu cek perjalanan ini juga dapat dicairkan di kantor cabang
pelaksana bank sendiri.
Akuntansi RTC dimulai saat penerbitan RTC atau penjualan RTC dan saat pencairan
RTC baik yang dijual melalui cabang pembayar maupun melalui agen. Cek perjalanan ini akan
dicatat sebesar nilai nominal baik pada saat penjualan di bank penerbit dan dicatat sebesar nilai
bersih saat pencairan di cabang pembayar. Nilai bersih adalah nilai nominal setelah dikurangi
komisi dan biaya lainnya. Penjualan RTC dapat dilakukan secara tunai, beban giro atau dengan
menggunakan warkat yang disetujui bank. Khusus untuk setoran warkat harus diinkasokan atau
dikliringkan terlebih dahulu, Setelah dana efektif, RTC baru dapat diterbitkan. Penjualan RTC ini
dapat dilakukan di bank penerbit maupun di biro/ agen perjalanan yang ditunjuk.

BAB 27
AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTIJENSI BANK

Komitmen
Komitmen adalah ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan
(irrevocable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi. Komitmen dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mengikat kedua belah pihak dan
sifatnya pasti. Pembatalan sepihak akan berakibat hukum dan oleh karena itu harus dilaksanakan
apabila semua persyaratan yang disetujui dalam perjanjian tersebut telah dipenuhi. Komitmen hanya
dapat dibatalkan bila ada persetujuan kedua belah pihak atau perjanjian tersebut cacat demi hukum.
Komitmen dapat menimbulkan tagihan atau kewajiban bagi pihak-pihak yang bertransaksi.
Komitmen Tagihan
Komitmen tagihan adalah komitmen yang menimbulkan hak bagi pihak bank untuk
memperoleh seperti yang diperjanjikan dengan pihak lain yang bertransaksi. Komitmen tagihan
pada akhirnya kalau direalisasi akan menimbulkan posisi aktiva maupun pasiva bank. Komitmen
yang tergolong tagihan misalnya:
1. Fasilitas Pinjaman yang Diterima dan Belum Digunakan
Fasilitas ini merupakan fasilitas pinjaman yang diterima oleh bank dari pihak lain
dan belum ditarik atau digunakan oleh bank penerima. Fasilitas ini akan dicatat sebesaï nilaî
nominal yang diperjanjikan dan selanjutnya bila ada mutasi akibat penarikan/penggunaan
pinjaman maka harus dikurangkan sebesar nilai penarikan. Dalam hal seperti ini pada
akhirnya pada saat pelaporan akan muncul sebesar saldo fasilitas pinjaman yang masih dapat
ditarik. Pencatatan komitmen ini sebenarnya sudah disinggung pada saat membahas pinjaman
diterima di bab sebelumnya.
2. Pembelian Valuta Asing Berjangka
Pembelian valuta asing berjangka adalah transaksi berjangka valuta asing
(Forward future) yang masih outstanding pada saat tanggal laporan. Transaksi îni dicatat
sebesar nilai tagihan bank atas valuta berjangka ini. Transaksi ini menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia yang berlaku.
3. Pembelian Valuta Asing Tunai (Spot) yang Belum Terselesaikan
Transaksi ini yang belum terselesaikan sampai dengan tanggal pelaporan
keuangan, dicatat dalam rekening komitmen kelompok tagihan. Transaksi ini akan menjadi
tagihan pada saat diselesaikan. Penyelesaian transaksi ini paling lambat yang lazim adalah dua
hari sejak tanggal transaksi. Penyajian transaksi valas ini sebesar nilai yang harus diselesaikan
pada tanggal laporan.
Komitmen Kewajiban
Komitmen kewajiban adalah suatu janji yang akan menimbulkan kewajiban bagi pihak bank dan tak
dapat dibatalkan secara sepihak. Komitmen iní antara lain:
1. Fasilitas Kredit yang Diberikan dan Belum Ditarik
Fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah dan belum: ditarik atau belum
digunakan akan menimbulkan kewajiban merealisasi bila nasabah menariknya. Oleh karena
itu transaksi ini dicatat dalām komitmen kewajiban. Komitmen ini dicatat saat terjadi
komitmen dan akan terjadi mutasi sejalan dengan penarikan kredit ini oleh nasabah/debitur.
Jadi dapat dikatakan bahwa fasilitas ini pada saat perjanjian dicatat sebesar nilai plafon kredit
yang disetujui, kemudian akan terjadi mutasi atau berkurang sejalan dengan jumlah kredit
yang ditarik. Rekening ini akan outstanding sebesar saldo yang belum ditarik.
2. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva yang Dijual dengan Syarat Repo
Dalam praktik perbankan, kita jumpai adanya perjanjian untuk membeli aktiva
bank yang telah dijual sebelumnya. Pembelian kembali tersebut lazimnya dilakukan setelah
jangka waktu tertentu (jatuh tempo) menurut kesepakatan antara bank penjual dengan pihak
lain/bank lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa repurchase agreement adalah komitmen
bank untuk membeli kembali sesuai waktu yang diperjanjikan dan harga yang diperjanjikan
pada periode tertentu. Aktiva yang dijual dengan syarat repo umumnya aktiva financial
(sekuritas tertentu). Transaksi ini akan dicatat sebesar harga yang disepakati kedua belah
pihak. Dengan demikian dalam rekening administratif pun akan dicatat sesuai dengan nilai
kewajiban yang akan timbul sesuai perjanjian.
3. SKBDN yang Tidak Dapat Dibatalkan dalam Rangka Perdagangan Dalam Negeri
SKBDN yang tak dapat dibatalkan merupakan jaminan dalam bentuk SKBDN
dalam rangka lalu lintas perdagangan dalam negeri. Penerbitan SKBDN merupakan tindakan
bank untuk memberikan non cash loan kepada nasabah. Sebagai pemberian kredit non kas,
maka bank terikat dengan perjanjian untuk melakukan pembayaran apabila SKBDN dicairkan
oleh pihak penerima (beneficiary). Untuk itu transaksi seperti ini harus dicatat dalam rekening
administratif selama belum dicairkan oleh beneficiary sebesar nominal SKBDN yang
diterbitkan.
Pencatatan pada rekening administratif pada saat penerbitan SKBDN, dan pada
saat pencairan oleh pihak penerima di bank pembayar (bank lain/cabangnya). Saldo komitmen
kewajiban ini akan tampak pada setiap akhir periode pelaporan dengan melihat pendebetan
rekening (pada saat terbit) dan pengkreditan rekening ini (pada saat pencairan).
4. Akseptasi Wesel Berjangka Atas Dasar SKBDN Berjangka
Penerbitan SKBDN berjangka akan menimbulkan penerbitan wesel berjangka atas
SKBDN tersebut oleh pihak bänk pembayar yang disetujui oleh beneficiary. Wesel tersebut
dapat didiskontokan/ditunaikan sebelum jatuh tempo bila mendapat akseptasi/ kesanggupan
dari bank penerbit SKBDN. Dengan demikian bank penerbit SKBDN berarti mempunyai
kewajiban membayar wesel tersebut sekiranya dicairkan atau jatuh tempo. Oleh karena itu
pencatatan akseptasi wesel sebagai komitmen kewajiban dilihat dari bank penerbit SKBDN.
Akseptasi ini tidak bisa dibatalkan, sehingga mengikat bank untuk memenuhi kewajibannya
di kemudian hari bila wesel tersebut dicairkan/ ditunaikan atau jatuh tempo. Untuk itu
rekening ini dicatat dalam komitmen kewajiban.
5. Penjualan Valuta Asing Berjangka
Transaksi penjualan valuta asing berjangka sering dilakukan oleh bank. Transaksi
ini akan menimbulkan komitmen tagihan dalam valuta asing tetapi akan menimbulkan
komitmen kewajiban untuk valuta rupiah. Dalam konteks transaksi rupiah, maka pencatatan
pada saat transaksi penjualan dilakukan akan dicatat dalam rekening administratif.
6. Penjualan Valuta Asing Tunai yang Belum Diselesaikan

Kontinjensi Bank
Kontinjensi adalah keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan
diperolehnya laba atau rugi oleh suatu bank, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa di masa datang. Transaksi yang bersifat kontinjensi (bersyarat) ini belum
mengikat bank untuk melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara
antisipatif kontinjensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak sangat tergantung terjadi atau
tidak terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan kontinjensi ini di masa yang akan datang.
Kontinjensi bank terdiri dari kontijensi tagihan dan kontijensi kewajiban.
Kontinjensi Tagihan
1. Bank Garansi yang Diterbitkan oleh Bank Lain
Garansi dari bank lain adalah semua bentuk bank garansi atau jaminan yang
diterima oleh bank yang mengakibatkan tagihan kepada pihak bank penjamin bila pihak yang
dijamin melakukan ingkar janji atau wanprestasi di kemudian hari. Penerimaan jaminan ini
dalam bentuk tank garansi baik risk sharing, standby L/C maupun pelaksanaan proyek seperti
bid bond, performance bond, dan advance payment bond.
Di samping itu juga dapat berupa endorsement surat berharga. Pencatatan
rekening ini sebesar bank garansi yang diterima pada posisi kredit dan akan tetap outstanding
hingga bank garansi jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo rekening administratif ini harus
dinihilkan dengan cara di debit sebesar nilai bank garansi jatuh tempo.
2. Pembelian Opsi Valuta Asing
Opsi adalah perjanjian yang memberikan hak pilihan kepada pembeli opsi untuk
menggunakan atau tidak menggunakan dalam kontrak jual beli valuta asing. Bila pada saat
expiration date opsi itu memberikan keuntungan maka pembeli opsi akan melakukan
eksekusi, sebaliknya bila tidak menguntungkan maka opsi tersebut tidak dilaksanakan. Opsi
ini sifatnya tidak mengikat harus melakukan eksekusi, oleh karena itu ditampung dalam
rekening administratif sebagai kontinjensi tagihan pada saat kontrak opsi ditandatangani.
3. Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian
Dalam akuntansi perbankan khususnya yang menyangkut Pendapatan bunga dari
aktiva produktif, bank akan menganut prinsip konservatif dalam arti sangat hati-hati. Bank
akan membukukan pendapatan bunga dalam rekening nominal dengan accrual basis maupun
cash basis kalau aktiva tersebut masuk dalam kolektibilitas lancar. Dengan demikian kalau
aktiva yang mendatangkan pendapatan bunga itu tergolong lancar maka tidak akan timbul
rekening administratif.
Rekening administratif kontinjensi tagihan akan timbul bila aktiva produktif yang
mendatangkan pendapatan bunga masuk kolektibilitas dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, bahkan macet. Pendapatan bunga yang ditimbulkannya akan diakui dengan dasar
kas (akrual basis). Sebagai Konsekuensinya pendapatan bunga yang belum diterima tetapi
sudah menjadi hak bank harus dicatat dalam rekening administratif pendapatan bunga dalam
penyelesaian.
Kontinjensi Kewajiban
1. Garansi yang Diberikan
Bank garansi yang diberikan adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang
diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak penerima jaminan apabila
pihak yang dijamin oleh bank yang bersangkutan wanprestasi atau cidera janji. Bentuk-bentuk
tersebut misalnya bank garansi, akseptasi atau endosemen surat berharga, dan lainnya.
2. SKBDN yang Dapat Dibatalkan dalam Rangka Perdagangan dalam Negeri
SKBDN ini dapat dibatalkan saat berlakunya atau saat masih berjalan sehingga
tidak ada kepastian bank untuk melakukan kewajiban. Bank akan melakukan pembayaran
atau tidak tergantung SKBDN tersebut dibatalkan atau tidak. Untuk itu SKBDN jenis ini akan
dicatat dalam rekening administratif kelompok kontinjensi kewajiban ketika SKBDN tersebut
diterbitkan. Pencatatan dalam rekening administratif sebesar nilai SKBDN yang diterbitkan
3. Penjualan Opsi Valuta Asing
Opsi jual (put option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegang opsi
untuk menjual valuta asing pada harga tertentu selama atau pada akhir masa opsi. Sebagai
opsi, pemegang opsi jual tentu akan melakukan bila underlying assets pada akhir periode
memiliki harga dibawah strike price. Sebaliknya bila harga jual pada saat jatuh tempo
(expiration date) di atas strike price maka pemegang opsi tidak akan melaksanakan opsinya.
Dengan memperhatikan karakter opsi seperti ini, maka transaksi penjualan opsi
merupakan transaksi bersyarat yang masuk dalam kelompok kontinjensi kewajiban dengan
pencatatan pada saat kontrak.
BAB 28
HUBUNGAN KANTOR PUSAT-CABANG DAN ANTARCABANG

Unit Banking System dan Branch Banking System


Bank di indonesia (terutama bank domestik) dapat beroperasi secara nasional melalui
jaringan cabang bank yang bersangkutan. Namun juga terdapat bank yang hanya beroperasi di
wilayah tertentu walaupun memiliki kemampuan untuk membuka jaringan yang lebih luas. Hal
demikian adalah sangat tergantung dari sistem perbankan yang dianut bank yarg bersangkutan.
Sistem perbankan yang selama ini dalam praktik adalah unit banking system dan branch
banking system. Pada unit banking system, berlakunya pola operasional perbankan pada ruang
(lingkup unit tersebut saja, berdiri sendiri, dan mempunyai kewenangan yang mencakup kegiatan
sebatas di bank yang bersangkutan. Pada sistem ini bank tidak membuka cabang di luar wilayah
kerja/ distrik/ provinsi.
Bank yang menganut sistem ini di Indonesia misalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Bank yang menganut sistem ini secara umum memiliki ciri-ciri organisasinya relatif kecil, ruang
lingkup operasi terbatas, delegasi wewenang masih terbatas, keputusan kredit lebih cepat karena
prosedurnya tidak berbelit-belit, dan langsung ditangani direkturnya. Kelemahan pada sistem ini
bisa mengakibatkan terhimpunnya kekuasaan/sentralistik.
Branch banking system, yaitu sistem perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantor
cabang dengan manajemen modern yang terpadu, terencana, dan ada desentralisasi kewenangan
yang luas, serta wilayah operasionalnya sangat luas/ tidak pada wilayah tertentu saja. Contoh sistem
ini adalah yang dianut oleh bank-bank nasional (Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, Bank BNI, dan sebagainya). Ciri-ciri bank yang menganut sistem ini adalah:
1. Bank lebih fleksibel untuk melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif guna
mendukung jaringan cabang/operasional yang lebih luas.
2. Bank dapat melakukan intermediasi lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan dapat
mengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian.
3. Bank dapat melakukan ekspansí fisik ke daerah ekonomi baru (terutama pusat-pusat
pertumbuhan) sehingga mampu meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat setempat.
4. Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabang-cabang membuat rencana jangka
pendek.
5. Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit berdasarkan
status cabang. Biasanya ada cabang kelas 1, II, dan seterusnya yang memiliki kewenangan
pengucuran kredit yang berbeda.
Sistem ini lebih memungkinkan untuk menjangkau pasar terdekat dengan adanya
cabang-cabang. Branch banking system memberikan beberapa kelebihan, namun juga terdapat
kelemahan terutama ketika cabang menerima permohonan kredit yang bukan kewenangannya (di
atas plafon yang ditentukan cabang). Proses perkreditan menjadi lebih lama karena harus melalui
kantor pusat.
Di samping itu, dengan sistem ini akan merugikan bank bila delegasi wewenang dari
pusat ke cabang tidak diikuti kemampuan manajerial maupun kemampuan sumber daya manusia
dalam menyajikan informasi secara cepat dan akurat. Untuk itu di samping kemampuan manajerial,
keahlian akuntansi menjadi tuntutan pada setiap cabang. Cabang sebagai unit bisnis akan berdiri
sendiri tetapi sebagai bentuk usaha merupakan bagian dari pusat. Oleh karena itu akuntansı cabang
harus diintegrasikan dengan kantor pusat. Di sini hubungan akuntansi antara pusat dan cabang
menjadi perhatian serius.

Karakteristik Kantor Cabang


Kantor cabang dikelola oleh seorang pimpinan cabang atau direktur cabang yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama (top management) di kantor pusat. Untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan cabang, pimpinan cabang harus melaporkan setiap aktivitas
cabang setiap waktu tertentu agar kantor pusat bisa mengambil keputusan tertentu. Laporan-laporan
keuangan cabang bisa digunakan oleh kantor pusat untuk menilai kinerja cabang atau alat kontrol
terhadap cabang, meskipun disadari sebagai unit bisnis bahwa kantor cabang berdiri sendiri.
Beberapa karakteristik kantor cabang sebagai unit bisnis yang berdiri sendiri adalah:
1. Kantor cabang berdiri karena didirikan oleh kantor pusat sehingga akan dibiayai oleh kantor
pusat misalnya diberikan modal kerja berupa uang tunai, diberikan aktiva tetap (gedung,
tanah, kendaraan) maupun aktiva lainnya hingga siap beroperasi.
2. Kantor cabang memiliki kewenangan untuk bertransaksi dengan pihak ketiga. Transaksi itu
baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun penempatan dana (misal penempatan
kredit perbankan).
3. Dalam hal membelanjai aktivitas cabang, Kantor cabang dapat mendanai dari sumber dana
yang dimiliki kantor cabang. Namun demikian bila tidak mencukupi akan meminta bantuan
kantor pusat.
Hubungan Antarkantor Cabang
Hubungan antara kantor cabang pada transaksi yang dilakukan antarcabang. Transaksi
antarcabang akan mengakibatkan hubungan utang-piutang antarcabang. Hubungan utang-piutang
ini akan menimbulkan biaya bunga bagi kantor cabang yang mempunyai kewajiban terhadap
cabang lain dan akan menimbulkan pendapatan bunga RAK bagi kantor cabang yang memiliki
piutang terhadap kantor Cabang lain.
Akuntansi untuk transaksi antarcabang sangat tergantung sistem yang dianut oleh bank
yang bersangkutan. Bila bank menganut pencatatan secara sentralisasi maka setiap transaksi
antarcabang akan mengakibatkan pendebetan atau pengkreditan RAK kantor pusat, namun bila
bank menganut desentralisasi maka masing-masing kantor cabang akan mendebet atau mengkredit
RAK Kantor Cabang. Praktik yang sering dilakukan bank selama ini adalah desentralisası dalam
pencatatan transaksi antar kantor cabang

BAB 29
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BANK DI KANTOR CABANG

Setiap kantor cabang wajib memberikan laporan keuangan kepada kantor pusat, sebab
dengan laporan ini akan dapat diketahui kinerja cabang, akan dapat digunakan kantor pusat untuk
pengawasan, dan yang lebih penting lagi adalah dapat digunakan untuk menyusun laporan
keuangan gabungan/konsolidasi. Kantor cabang sebagai unit bisnis memiliki kewenangan untuk
bertransaksí dengan pihak ketiga, namun sebagaí bagian dari kantor pusat (unit ekonomi) maka
kantor cabang harus tunduk pada kantor pusat dalam hal pencatatan informasi keuangan khususnya.
Proses penyusunan laporan keuangan cabang didahului oleh penjualan terhadap
transaksi, kemudian dengan dasar jurnal dapat disusun buku besar untuk masing-masing rekening
Buku besar akan memberikan saldo akhir periode tertentu. Dengan saldo-saldo tersebut, bank dapat
menyusun neraca saldo. Dengan neraca saldo inilah kantor cabang selanjutnya dapat menyusun
laporan keuangan cabang bank, tentu saja masih memperhatikan penyesuaian-penyesuaian pada pos
tertentu.
Laporan keuangan cabang merupakan laporan keuangan untuk kantor pusat, sehingga
kaidah dan treatment harus sejalan dengan kantor pusat. Dengan demikian format laporan keuangan
cabang juga harus sama dengan laporan keuangan gabungan/konsolidasi/pusat dengan
memodifikasi pos tertentu, misalnya pos modal bank. Pos modal bank di laporan keuangan kantor
cabang tidak akan muncul, yang muncul adalah rekening antar kantor pasiva (kantor pusat). RAK
ini berkedudukan sebagai modal yang berasal dari kantor pusat.
BAB 30
LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

Dalam penyusunan laporan keuangan gabungan harus memahami penyelenggaraan


akuntansi di tingkat cabang yang sebenarnya relatif sama dengan akuntansi pada bank sebagai
badan usaha, yang membedakan adalah kantor cabang bank tidak memiliki rekening modal. Sebagai
pengganti rekening modal adalah Rekening Antara Kantor (RÀK)-Kantor Pusat. Rekening ini untuk
menampung selisih antara aktiva dengan pasiva pada kantor cabang bank. RAK-Kantor pusat pada
sisí kredit merupakan modal bagi kantor cabang, namun bagi kantor pusat merupakan investasi pada
cabang. Hubungan rekening antar kantor ini harus dieliminasi pada saat menyusun laporan
keuangan gabungan. Secara umum penyusunan laporan keuangan gabungan harus memperhatikan
kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Neraca gabungan hanya menyajikan aktiva yang ada dalam bank dan pasiva atau kewajiban
kepada pihak luar. Hubungan utang-piutang antara kantor pusat dan cabang harus ditiadakan.
2. Dalam laporan laba rugi bank, perlu dihindarkan adanya perhitungan ganda terhadap
pendapatan dan biaya yang sama. Pendapatan dan biaya yang timbul antara pusat dengan
cabang harus dibatalkan. Setiap penurunan ataupun kenaikan bersih kekayaan yang
ditempatkan di kantor cabang atau pusat harus dipakai untuk mengakui adanya pendapatan
yang diperoleh dan biaya yang terjadi dalam bank sebagai satu kesatuan usaha untuk
menghindari adanya perhitungan ganda terhadap pendapatan dan biaya.
Dengan memperhatikan kaidah tersebut, maka dalam menyusun laporan keuangan
gabungan perlu langkah-langkah:
1. Mengeliminasi saldo Rekening Antar Kantor (RAK) Pusat dan Cabang dan rekening hutang
dengan piutang kepada kantor pusat antara pusat dan cabang yang ada dalam neraca
individual.
2. Mengeliminasi saldo rekening Antara Kantor cabang dan rekening utang-piutang antar
cabang.
3. Menjumlahkan saldo-saldo yang ada dalam neraca cabang maupun neraca kantor pusat.
4. Menjumlahkan (menggabungkan) saldo-saldo rekening laba-rugi pusat maupun cabang.

Anda mungkin juga menyukai