O
L
E
H
Kelompok 9
Willy A.D Messakh 19190035
Theodosia Ellu 19190173
Varel Julian Ballo 20190090
Maria J. Lusi 20190120
Payment Point
Payment point merupakan salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang
akan melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil. Namun
demikian rekening ini memberikan pendapatan yang relatif besar sebab jumlah anggota masyarakat.
banyak yang menggunakannya. Contoh payment point adalah pembayaran rekening listrik, telepon,
air, dan lain sebagainya.
Payment point juga disebut rekening titípan. Sebagai rekening titipan bisa diartikan
sebagai rekening bersyərat, dalam arti sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban
kepada indívidu atau lembaga tertentu yang memberi amanat. Transaksi bersyarat amat sangat
tergantung dari terjadi atau tidak terjadinya peristiwa (pembayaran oleh masyarakat yang ditagih).
Pencatatan rekening ini dimulai saat menerima slip tagihan dari individu atau lembaga
yang memberi amanat, misalnya perusahaan listrik negara, PDAM, dan lain sebagainya. Pencatatan
tersebut di rekening administratif kelompok kontinjensi kewajiban, umumnya masuk dalam
kategori lainnya. di kelompok kontinjensi kewajiban. Pada saat pihak tertagih membayarnya, maka
kita mencatatnya sebesar nilai bruto yang dibayarkan oleh pihak tertagih pada rekening efektif. Di
sisi lain harus diikuti pendebetan rekening administratif sebesar nilai yang berhasil ditagihkan.
BAB 27
AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTIJENSI BANK
Komitmen
Komitmen adalah ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan
(irrevocable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi. Komitmen dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mengikat kedua belah pihak dan
sifatnya pasti. Pembatalan sepihak akan berakibat hukum dan oleh karena itu harus dilaksanakan
apabila semua persyaratan yang disetujui dalam perjanjian tersebut telah dipenuhi. Komitmen hanya
dapat dibatalkan bila ada persetujuan kedua belah pihak atau perjanjian tersebut cacat demi hukum.
Komitmen dapat menimbulkan tagihan atau kewajiban bagi pihak-pihak yang bertransaksi.
Komitmen Tagihan
Komitmen tagihan adalah komitmen yang menimbulkan hak bagi pihak bank untuk
memperoleh seperti yang diperjanjikan dengan pihak lain yang bertransaksi. Komitmen tagihan
pada akhirnya kalau direalisasi akan menimbulkan posisi aktiva maupun pasiva bank. Komitmen
yang tergolong tagihan misalnya:
1. Fasilitas Pinjaman yang Diterima dan Belum Digunakan
Fasilitas ini merupakan fasilitas pinjaman yang diterima oleh bank dari pihak lain
dan belum ditarik atau digunakan oleh bank penerima. Fasilitas ini akan dicatat sebesaï nilaî
nominal yang diperjanjikan dan selanjutnya bila ada mutasi akibat penarikan/penggunaan
pinjaman maka harus dikurangkan sebesar nilai penarikan. Dalam hal seperti ini pada
akhirnya pada saat pelaporan akan muncul sebesar saldo fasilitas pinjaman yang masih dapat
ditarik. Pencatatan komitmen ini sebenarnya sudah disinggung pada saat membahas pinjaman
diterima di bab sebelumnya.
2. Pembelian Valuta Asing Berjangka
Pembelian valuta asing berjangka adalah transaksi berjangka valuta asing
(Forward future) yang masih outstanding pada saat tanggal laporan. Transaksi îni dicatat
sebesar nilai tagihan bank atas valuta berjangka ini. Transaksi ini menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia yang berlaku.
3. Pembelian Valuta Asing Tunai (Spot) yang Belum Terselesaikan
Transaksi ini yang belum terselesaikan sampai dengan tanggal pelaporan
keuangan, dicatat dalam rekening komitmen kelompok tagihan. Transaksi ini akan menjadi
tagihan pada saat diselesaikan. Penyelesaian transaksi ini paling lambat yang lazim adalah dua
hari sejak tanggal transaksi. Penyajian transaksi valas ini sebesar nilai yang harus diselesaikan
pada tanggal laporan.
Komitmen Kewajiban
Komitmen kewajiban adalah suatu janji yang akan menimbulkan kewajiban bagi pihak bank dan tak
dapat dibatalkan secara sepihak. Komitmen iní antara lain:
1. Fasilitas Kredit yang Diberikan dan Belum Ditarik
Fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah dan belum: ditarik atau belum
digunakan akan menimbulkan kewajiban merealisasi bila nasabah menariknya. Oleh karena
itu transaksi ini dicatat dalām komitmen kewajiban. Komitmen ini dicatat saat terjadi
komitmen dan akan terjadi mutasi sejalan dengan penarikan kredit ini oleh nasabah/debitur.
Jadi dapat dikatakan bahwa fasilitas ini pada saat perjanjian dicatat sebesar nilai plafon kredit
yang disetujui, kemudian akan terjadi mutasi atau berkurang sejalan dengan jumlah kredit
yang ditarik. Rekening ini akan outstanding sebesar saldo yang belum ditarik.
2. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva yang Dijual dengan Syarat Repo
Dalam praktik perbankan, kita jumpai adanya perjanjian untuk membeli aktiva
bank yang telah dijual sebelumnya. Pembelian kembali tersebut lazimnya dilakukan setelah
jangka waktu tertentu (jatuh tempo) menurut kesepakatan antara bank penjual dengan pihak
lain/bank lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa repurchase agreement adalah komitmen
bank untuk membeli kembali sesuai waktu yang diperjanjikan dan harga yang diperjanjikan
pada periode tertentu. Aktiva yang dijual dengan syarat repo umumnya aktiva financial
(sekuritas tertentu). Transaksi ini akan dicatat sebesar harga yang disepakati kedua belah
pihak. Dengan demikian dalam rekening administratif pun akan dicatat sesuai dengan nilai
kewajiban yang akan timbul sesuai perjanjian.
3. SKBDN yang Tidak Dapat Dibatalkan dalam Rangka Perdagangan Dalam Negeri
SKBDN yang tak dapat dibatalkan merupakan jaminan dalam bentuk SKBDN
dalam rangka lalu lintas perdagangan dalam negeri. Penerbitan SKBDN merupakan tindakan
bank untuk memberikan non cash loan kepada nasabah. Sebagai pemberian kredit non kas,
maka bank terikat dengan perjanjian untuk melakukan pembayaran apabila SKBDN dicairkan
oleh pihak penerima (beneficiary). Untuk itu transaksi seperti ini harus dicatat dalam rekening
administratif selama belum dicairkan oleh beneficiary sebesar nominal SKBDN yang
diterbitkan.
Pencatatan pada rekening administratif pada saat penerbitan SKBDN, dan pada
saat pencairan oleh pihak penerima di bank pembayar (bank lain/cabangnya). Saldo komitmen
kewajiban ini akan tampak pada setiap akhir periode pelaporan dengan melihat pendebetan
rekening (pada saat terbit) dan pengkreditan rekening ini (pada saat pencairan).
4. Akseptasi Wesel Berjangka Atas Dasar SKBDN Berjangka
Penerbitan SKBDN berjangka akan menimbulkan penerbitan wesel berjangka atas
SKBDN tersebut oleh pihak bänk pembayar yang disetujui oleh beneficiary. Wesel tersebut
dapat didiskontokan/ditunaikan sebelum jatuh tempo bila mendapat akseptasi/ kesanggupan
dari bank penerbit SKBDN. Dengan demikian bank penerbit SKBDN berarti mempunyai
kewajiban membayar wesel tersebut sekiranya dicairkan atau jatuh tempo. Oleh karena itu
pencatatan akseptasi wesel sebagai komitmen kewajiban dilihat dari bank penerbit SKBDN.
Akseptasi ini tidak bisa dibatalkan, sehingga mengikat bank untuk memenuhi kewajibannya
di kemudian hari bila wesel tersebut dicairkan/ ditunaikan atau jatuh tempo. Untuk itu
rekening ini dicatat dalam komitmen kewajiban.
5. Penjualan Valuta Asing Berjangka
Transaksi penjualan valuta asing berjangka sering dilakukan oleh bank. Transaksi
ini akan menimbulkan komitmen tagihan dalam valuta asing tetapi akan menimbulkan
komitmen kewajiban untuk valuta rupiah. Dalam konteks transaksi rupiah, maka pencatatan
pada saat transaksi penjualan dilakukan akan dicatat dalam rekening administratif.
6. Penjualan Valuta Asing Tunai yang Belum Diselesaikan
Kontinjensi Bank
Kontinjensi adalah keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan
diperolehnya laba atau rugi oleh suatu bank, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa di masa datang. Transaksi yang bersifat kontinjensi (bersyarat) ini belum
mengikat bank untuk melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara
antisipatif kontinjensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak sangat tergantung terjadi atau
tidak terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan kontinjensi ini di masa yang akan datang.
Kontinjensi bank terdiri dari kontijensi tagihan dan kontijensi kewajiban.
Kontinjensi Tagihan
1. Bank Garansi yang Diterbitkan oleh Bank Lain
Garansi dari bank lain adalah semua bentuk bank garansi atau jaminan yang
diterima oleh bank yang mengakibatkan tagihan kepada pihak bank penjamin bila pihak yang
dijamin melakukan ingkar janji atau wanprestasi di kemudian hari. Penerimaan jaminan ini
dalam bentuk tank garansi baik risk sharing, standby L/C maupun pelaksanaan proyek seperti
bid bond, performance bond, dan advance payment bond.
Di samping itu juga dapat berupa endorsement surat berharga. Pencatatan
rekening ini sebesar bank garansi yang diterima pada posisi kredit dan akan tetap outstanding
hingga bank garansi jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo rekening administratif ini harus
dinihilkan dengan cara di debit sebesar nilai bank garansi jatuh tempo.
2. Pembelian Opsi Valuta Asing
Opsi adalah perjanjian yang memberikan hak pilihan kepada pembeli opsi untuk
menggunakan atau tidak menggunakan dalam kontrak jual beli valuta asing. Bila pada saat
expiration date opsi itu memberikan keuntungan maka pembeli opsi akan melakukan
eksekusi, sebaliknya bila tidak menguntungkan maka opsi tersebut tidak dilaksanakan. Opsi
ini sifatnya tidak mengikat harus melakukan eksekusi, oleh karena itu ditampung dalam
rekening administratif sebagai kontinjensi tagihan pada saat kontrak opsi ditandatangani.
3. Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian
Dalam akuntansi perbankan khususnya yang menyangkut Pendapatan bunga dari
aktiva produktif, bank akan menganut prinsip konservatif dalam arti sangat hati-hati. Bank
akan membukukan pendapatan bunga dalam rekening nominal dengan accrual basis maupun
cash basis kalau aktiva tersebut masuk dalam kolektibilitas lancar. Dengan demikian kalau
aktiva yang mendatangkan pendapatan bunga itu tergolong lancar maka tidak akan timbul
rekening administratif.
Rekening administratif kontinjensi tagihan akan timbul bila aktiva produktif yang
mendatangkan pendapatan bunga masuk kolektibilitas dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, bahkan macet. Pendapatan bunga yang ditimbulkannya akan diakui dengan dasar
kas (akrual basis). Sebagai Konsekuensinya pendapatan bunga yang belum diterima tetapi
sudah menjadi hak bank harus dicatat dalam rekening administratif pendapatan bunga dalam
penyelesaian.
Kontinjensi Kewajiban
1. Garansi yang Diberikan
Bank garansi yang diberikan adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang
diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak penerima jaminan apabila
pihak yang dijamin oleh bank yang bersangkutan wanprestasi atau cidera janji. Bentuk-bentuk
tersebut misalnya bank garansi, akseptasi atau endosemen surat berharga, dan lainnya.
2. SKBDN yang Dapat Dibatalkan dalam Rangka Perdagangan dalam Negeri
SKBDN ini dapat dibatalkan saat berlakunya atau saat masih berjalan sehingga
tidak ada kepastian bank untuk melakukan kewajiban. Bank akan melakukan pembayaran
atau tidak tergantung SKBDN tersebut dibatalkan atau tidak. Untuk itu SKBDN jenis ini akan
dicatat dalam rekening administratif kelompok kontinjensi kewajiban ketika SKBDN tersebut
diterbitkan. Pencatatan dalam rekening administratif sebesar nilai SKBDN yang diterbitkan
3. Penjualan Opsi Valuta Asing
Opsi jual (put option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegang opsi
untuk menjual valuta asing pada harga tertentu selama atau pada akhir masa opsi. Sebagai
opsi, pemegang opsi jual tentu akan melakukan bila underlying assets pada akhir periode
memiliki harga dibawah strike price. Sebaliknya bila harga jual pada saat jatuh tempo
(expiration date) di atas strike price maka pemegang opsi tidak akan melaksanakan opsinya.
Dengan memperhatikan karakter opsi seperti ini, maka transaksi penjualan opsi
merupakan transaksi bersyarat yang masuk dalam kelompok kontinjensi kewajiban dengan
pencatatan pada saat kontrak.
BAB 28
HUBUNGAN KANTOR PUSAT-CABANG DAN ANTARCABANG
BAB 29
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BANK DI KANTOR CABANG
Setiap kantor cabang wajib memberikan laporan keuangan kepada kantor pusat, sebab
dengan laporan ini akan dapat diketahui kinerja cabang, akan dapat digunakan kantor pusat untuk
pengawasan, dan yang lebih penting lagi adalah dapat digunakan untuk menyusun laporan
keuangan gabungan/konsolidasi. Kantor cabang sebagai unit bisnis memiliki kewenangan untuk
bertransaksí dengan pihak ketiga, namun sebagaí bagian dari kantor pusat (unit ekonomi) maka
kantor cabang harus tunduk pada kantor pusat dalam hal pencatatan informasi keuangan khususnya.
Proses penyusunan laporan keuangan cabang didahului oleh penjualan terhadap
transaksi, kemudian dengan dasar jurnal dapat disusun buku besar untuk masing-masing rekening
Buku besar akan memberikan saldo akhir periode tertentu. Dengan saldo-saldo tersebut, bank dapat
menyusun neraca saldo. Dengan neraca saldo inilah kantor cabang selanjutnya dapat menyusun
laporan keuangan cabang bank, tentu saja masih memperhatikan penyesuaian-penyesuaian pada pos
tertentu.
Laporan keuangan cabang merupakan laporan keuangan untuk kantor pusat, sehingga
kaidah dan treatment harus sejalan dengan kantor pusat. Dengan demikian format laporan keuangan
cabang juga harus sama dengan laporan keuangan gabungan/konsolidasi/pusat dengan
memodifikasi pos tertentu, misalnya pos modal bank. Pos modal bank di laporan keuangan kantor
cabang tidak akan muncul, yang muncul adalah rekening antar kantor pasiva (kantor pusat). RAK
ini berkedudukan sebagai modal yang berasal dari kantor pusat.
BAB 30
LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN