Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUM AKUNTANSI PERBANKAN.

Nama : Yolan Kartika A. Putri

NIM : 203020303093

Mata Kuliah : Akuntansi Perbankan

Dosen Pengampu : Glenn Andrenossa, SE., M.Si

Hari/Tanggal : Jumat, 01/04/2022

BAB 9 SURAT BERHARGA DITERBITKAN

Surat Berharga atau commercial paper (negotiable instruments) adalah sebuah dokumen yang memiliki nilai
uang yang diakui dan dilindungi oleh hukum untuk kepentingan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan
atau sejenis lainnya. Surat berharga komersial atau Commercial paper adalah sekuritas dalam pasar uang yang
diterbitkan oleh bank berkapitalisasi besar serta perusahaan. Biasanya instrumen ini tidak digunakan sebagai
investasi jangka panjang melainkan hanya sebagai pembelian inventaris atau untuk pengelolaan modal kerja.

A. Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ) yang Diperdagangkan.


Surat Berharga Pasar Uang yang diperdagangkan adalah :
• Surat sanggup ( surat aksep /promes ) yang berupa :
➢ Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank atau Lembaga
keuangan Bukan Bank ( LKBB ) utntuk membiayai kegiatan tertentu.
➢ Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
• Surat wesel, dapat berupa :
➢ Surat wesel yang ditarik oleh suatu bank dan di aksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu
penarik atu pihak tertarik adalah nasabah bank atau LKBB.
➢ Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank atau LKBB dan diaksep oleh bank atau LKBB dalam
rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

B. Perdagangan SBPU Dengan Bank Indonesia.


Khusus untuk perdagangan SBPU dengan BI, SBPU harus berjangka waktu pendek dengan minimal 30
hari dan bernilai nominal minimal Rp.25.000.000 yang selanjutnya berkelipatan Rp.5.000.000 dengan
maksimum Rp.10.000.000.
Transaksi Outright adalah transaksi jual beli SBPU atas dasar sisa jatuh waktu SBPU yang bersangkutan.
Repurchase agreement adalah transaksi perdagangan SBPU yang mensyaratkan penjualan membeli
Kembali SBPU sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
Penyelesaian transaksi diperhitungkan dengan nilai tunai SBPU sbb :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑥 360
Nilai Tunai = 360 +( 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐷𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑥 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 )

C. Akuntansi Surat Berharga Diterbitkan.


Surat berharga diterbitkan akan dicatat pada saat penerbitan, penjualan, dan pelunasan. Pada saat
penerbitan surat berharga, sebenarnya bank baru mendapat surat pengakuan hutang dari nasabah atau
bank lain yang selanjutnya menjadi aset bank dan sewaktu-waktu dapat dijual untuk memenuhi likuiditas
bank.
Serat berharga bank yang diterima bank dari nasabah/masyarakat/bank lain, akan menjadi sumber dana
bank jika dijual di pasar modal. Penjualan surat berharga ini akan diterima sebesar harga jualnya ( nilai
tunai ). Selisih nilai tunai dgn nilainominal dicatat sbg diskonto SBPU yang belum diamortisasi.
BAB 10 PINJAMAN YANG DITERIMA

Menurut kasmir (2014) mengemukakan bahwa: “Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang
diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga
keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta asing, dan harus
dilunasi bila jatuh tempo. Pengertian pinjaman diterima ini tidak termasuk pinjaman subordinasi. Jenis
pinjaman yang diterima umum berupa:
1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut Two Step Loan, yaitu pinjaman diterima yang diperoleh
melalui pemerintah RI (Departemen keuangan) dari lembaga keuangan internasional.
3. Pinjaman Obligasi, adalah bukti hutang kepada investor (bondholder) yang dijamin oleh lembaga
penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok
pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari Bank Indonesia
apabila Bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) satu atau beberapa proyek.

A. Pencatatan Pinjaman Yang Diterima dari kreditur.


Perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara sepihak bila semua
persyaratan telah dipenuhi, penjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen. Sebagai komitmen,
tagihan bank yang tak dapat dibatalkan maka akan dicatat dlm rekening administratif rupiah sisi debit
dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan. Pinjaman yang direalisasikan
dicatat sebesar nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower/obligor.

B. Pinjaman Two Step Loan.


Two Step Loan adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Lembaga
Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat melalui
Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program Pemerintah, termasuk bantuan teknis yang terkait
dengan pinjaman tersebut.

1. Pinjaman di berikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium kepada pemerintah RI.
2. Pinjaman di tujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri kecil dan
menengah yang menunjang perekonomian.
3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal atau jasa/tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada PFI yaitu bank-bank dan LKBB dalam bentuk
rupiah sehingga resiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Suku bunga TSL di tentukan oleh pemerintah. Bank Pemberi Pinjaman Luar Negeri Bank
Penerima Pemerintah RI Pinjaman Dalam Negri Sebagai Bank Penerima Kredit TSL Sebagai
Penjamin dan Penyalur TSL Bank LN Lembaga LN Pemerintah Cabang Cabang
6. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana PFI berkisar 80% : 20% dari
jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar kepada
pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah sesuai perjanjian
termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0,75% per tahun.

Jurnal yang diperlukan pada Pinjaman Two Step Loan

Tanggal/Ket Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Saat Dr. RAR Pinjaman yang diterima

Persetujuan dan belum digunakan

Saat Realisasi Cr. RAR. Pinjaman yang

Diterima dan Belum Digunakan


Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang Diterima-TSL

Saat Dr. Biaya Bunga


Penyesuaian
Bunga
Cr. Biaya Bunga Harus Dibayar

Saat Dr. Biaya Bunga Harus Dibayar


Pembayaran
Bunga setelah
Penyesuaian
Cr. Giro-BI

Bila Bunga Dr. Biaya Bunga


Dibayar
Langsung
Cr. Giro-BI

Saat Pelunasan Dr. Pinjaman yang diterima

Pinjaman
Cr. Giro-BI

C. Pinjaman Obligasi

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak yang berutang kepada pihak yang berpiutang.
Singkat kata obligasi adalah surat utang yang bisa dibeli dan pembeli akan mendapat keuntungan berupa
bunga nantinya. Dalam obligasi berisi tanggal jatuh tempo pembayaran utang dan bunganya.nPencatatan
pinjaman obligasi dilakukan Ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan Ketika terjadi pelunasan
bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya perlu mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang
tebentuk di pasar.

Penentuan Harga Obligasi :

Dalam penentuan harga obligasi, emiten harus memperhatikan mempertimbangkan tingkat bunga
obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan keuntungan yang diharapkan oleh investor atau
sering disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya bunga bagi emitmen atau aliran kas
keluar dan pokok obligasi juga akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu harga
obligasi pada dasarnya penjumlahan present value dari aliran kas, biaya, biaya bunga ditambah present
value dari nilai pokok obligasi di bayar setiap periode, sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap
akhir periode saat jatuh tempo (dengan asumsi non callable bond). Rumus untuk menghitungnya adalah
sebagai berikut.
𝑛
𝐶𝑖 𝑃𝑝
𝑃= ∑ +
(1 + 𝑟)𝑛 (1 + 𝑟)𝑛
𝑡=1

Keterangan:
P = Harga obligasi atau nilai sekarang obligasi
n = Periode (jumlah tahun) sampai dengan jatuh tempo obligasi
𝐶𝑖 = pembayaran bunga (kupon) obligasi setiap tahunnya
r = Tingkat diskonto atau bond yield
𝑃𝑝 = nilai pokok atau prinsipal obligasi
Rumus diatas digunakan bila penerima bunga ( kupon ) setiap tahu, sedangkan bila penerimaanya setiap
setengah tahun sekali maka rumusnya menjadi sbb :
𝑛
𝐶𝑖 / 2 𝑃𝑝
𝑃= ∑ +
(1 + 𝑟/2)𝑛 (1 + 𝑟/2)2𝑛
𝑡=1
BAB 11 AKUNTANSI MODAL BANK

Akuntansi modal bank adalah hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan, yang merupakan modal
awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian
bank.Komponen modal bank yaitu terdiri dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, modal
sumbangan, laba ditahan dengan tujuan laba ditahan tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap dan
modal sumbangan (modal donasi). Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam
rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Ketentuan jumlah modal inti di bank umum
maupun modal disetor di BPR bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus
memperhitungkan risiko pasar, karena itu akan dibahas mengenai jenis modal dan akuntansinya serta
teknis perhitungan rasio kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.

A. Klasifikasi Modal Bank.

Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For International
Settlements, yaitu :

1. Modal Inti (Tier 1)


Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.
- Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
- Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini sering disebut
modal donasi.
- Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham.
- Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu
dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
- Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum
pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
- Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum ditetapkan
penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
- Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun lalu berjalan ini
hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari cadangan
yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti terletak pada modal
saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan
Rapat Umum Pemegang Saham.

Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan regulasi
atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun sehingga tidak perlu
modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri. Perlakuan akuntansi untuk saham
treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga perolehan dan cara lain
saham dicatat sebesar harga nominal. Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan,
maka pada saat dijual kembali juga dicatat sebesar harga perolehannya. Bila pembelian saham treasuri
dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
(MTKP) dan disajikan sebagai pengurang modal saham.

Penarikan Kembali Saham

Treasuri Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya. Bila
berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa bank tidak mengakui
kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri yang diperoleh, maka kenaikan atau
penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila pencatatannya
didasarkan pada harga nominal, maka bank telah mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga
pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut

2. Modal Pelengkap (Tier 2)


Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal
pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
- Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilainan kembali
aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak.
- Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yangmungkin timbul sebagai akibat dari
tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
- Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat-
sifat seperti modal dan mempunya ciri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat
ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama
dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan
yang termasuk modal inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat
ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar
bunga tersebut.
- Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis,
mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan
persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.

Akuntansi Pinjaman Subordinasi


Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan dimulai
dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama periode pinjaman
subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.

3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan


Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk
memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman
subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:
• Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah disetor
penuh
• Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
• Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
• Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa tidak dapat
dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh
tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM secara individual
atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku.
• Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan
• Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat digunakan
dengan memenuhi criteria :
a. Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan
risiko pasar
b. Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar 100%
dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan
dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi 50%
modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan dengan tetap
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.

B. RASIO KECUKUPAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:

1. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada risiko
yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur,
penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:

0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas
dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama
dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Yang dimaksud
dengan BUMN sebagai penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagai penjamin adalah
BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan
melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan lembaga
penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai lembaga
negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan
pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan
asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun
berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam
hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain atau BUMN
lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan bank lain
atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan
gaj/pensiun dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat keputusan
pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan polis
pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah
kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok
dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
D. RASIO KECUKUPAN MODAL (CAPITAL ADEQUACY RATIO) BANK UMUM
Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata
cara perhitungan rasio kecukupan modal pada BPR. Untuk menentukan besaran risiko pasar
dalam perhitungan kecukupan modal dapat menggunakan metode standar dan metode internal
(tidak dibahas).
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal
minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran
BI no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan
dengan formula sebagai berikut:

KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) – Pernyertaan = 8% (minimum)


ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada
angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai
ketentuan yang berlaku dengan formula:

KPMM = (Tier 1 + Tier 2) – Pernyertaan = 8% (minimum)


AMTR (risiko kredit)

3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko
pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur
yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk
risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh
BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR berdasarkan
risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk
weighted exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban
modal untuk seluruh jenis pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b
menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5,
yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur
tertimbang menurut risikopasar.
f. Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal
pelengkap (tier 2), dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang
dialokasikan untuk menutup risiko pasar setelah dikurangi
penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi,
penyertaan yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank
kepada perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai
ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan
jumlah ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada
huruf e, yang hasilnya dinyatakan dalam persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan
rasio KPMM adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko
pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun
tidak digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud
pada angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan modal pelengkap tambahan
(excess tier 3 capital ratio), dengan formula:

Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan = Kelebihan modal pelengkap tambahan


ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)
Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan
penyediaan modal minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti
tabel 8 (untuk bank yangtidak memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9
untuk bank umum yang memiliki anak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai