Anda di halaman 1dari 9

RESUME AKUNTANSI PERBANKAN

AKUNTANSI MODAL BANK DAN PINJAMAN YANG DITERIMA


Pinjaman yang Diterima
Sumber dana jangka panjang yang diterima oleh bank dalam neraca dicatat sebagai
pinjaman diterima. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari
bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank,
lembaga keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun
valuta asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Jenis pinjaman yang diterima umumnya
berupa :
Pinjaman dari pihak lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.

Pinjaman yang diterima dari


suatu lembaga di luar negeri
yang disalurkan melalui
pemerintah sebelum diterima
oleh bank pelaksana
lazimnya dikenal dengan
nama
Two Step Loan. Disebut Two
Step Loan karena pinjaman
yang diberikan oleh kreditur
luar negeri ini akan diterima
oleh pemerintah sebagai
penjamin pinjaman tersebut
untuk kemudian disalurkan
kepada bank-bank pelaksana
untuk dipergunakan
menyalurkan kredit perbankan.
3. Obligasi
4. Pinjaman dalam rangka
pembiayaan bersama satu atau
beberapa proyek.
3. Akuntansi untuk Pinjaman
yang Diterima
a. Pinjaman dari Bank Lain
Pinjaman dari bank lain
dapat diwujudkan dalam
bentuk Sertifikat Deposito,
Commercial Paper dan surat
berharga lainnya.
1. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut two step loan, yaitu pinjaman diterima
yang diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen Keuangan) dari lembaga
keuangan internasional.
2. Pinjaman obligasi, adalah bukti hutang kepada investor (bondholder) yang dijamin
oleh lembaga penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.
3. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari Bank
Indonesia apabila bank mengalami krisis likuiditas.
4. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) satu atau
beberapa proyek.

A. Pencatatan Pinjaman yang Diterima Dari Kreditur


Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditur
dengan debitur. Perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak tak dapat
dibatalkan secara sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam
akuntansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat
dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening administratif rupiah sisi debit dengan
nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan.
Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila
pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat
sebesar nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor.
 Akuntansi Pinjaman Bank Lain.
Pinjaman dari bank lain adalah pinjaman yang diterima dari bank lain,
yang tidak dikenakan pajak atas pendapatan bunga bagi pihak kreditor.
Pinjaman bank lain merupakan sumber dana yang dihimpun oleh bank dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun. Pinjaman ini memberikan keleluasaan bagi
bank untuk mengatur pengembalian nya, karena jangka waktunya lama.
Pencataatan pinjaman bank lain dilakukan pada saat dilakukan
penandatanganan atas pinjaman atau pada saaat kesepakatan pinjaman
dilakukan antara bank sebagai debitur dan bank lain sebagai kreditor. Pada saat
ditandatangani, maka pencatatan dilakukan dalam laporan komit mendan
kontijensi. Pada saat pinjaman tersebut diterima, maka pencatatannya dilakukan
dalam Laporan Posisi Keuangan.
- Pinjaman yang Diterim Tanpa Diskonto
Jurnal yang dibuat untuk transaksi pinjaman yang diterima tanpa diskonto,
pencatatannya langsung dengan membukukan masing-masing transaksi
sesuai dengan jumlah pinjaman yang diterima.
- Pinjaman yang Diterima dengan Diskonto
Dalam membukukan pinjaman yang diterima dengan diskonto, artinya terdapat
bunga dibayar dimuka oleh bank peminjam, maka diskonto (bunga dibayar
dimuka) tersebut digunakan sebagai pengurang pinjaman diterima.

B. Pinjaman Two Step Loan

1. Pinjaman diberikan oleh lender sendiri, atau dalam bentuk konsorsium kepada
pemerintah RI.
2. Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan
industri kecil dan menengah yang menunjang perekonomian.
3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal, atau jasa/tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating Financial Institution
(PFI) yaitu bank-bank dan LKBB dalam bentuk rupiah sehingga risiko selisih kurs
yang terjadi menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.
6. TSL berjangka waktu 15 – 20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana dari PFI berkisar
80% : 20% dari jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak tertarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar
kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah
sesuai perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu
berkisar 0,75% per tahun.

C. Pinjaman Obligasi
Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi yang merupakan alternatif bank dalam membiayai investasinya.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin dari otoritas Pasar Modal.
Disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan
perlindungan positif. Perlindungan negatif adalah persyaratan yang bersifat melarang
emiten untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Perlindungan
positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan tindakan yang
menguntungkan pemegang obligasi.
Akuntansi Modal Bank
A. Pengertian Modal Bank
Modal bank adalah dana yang di investasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping
untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Menurut peraturan
bank indonesia no.7 / 15 / PBI / 2004 yang disempurnakan dengan peraturan Bank
Indonesia no.16 / PBI / 2007 mengenai modal Inti Minimum Bank Umum bahwa
bank umum wajib memenuhi modal inti paling kurang sebesar Rp
80.000.000.000,00.pada 31 Desember 2007. Bank umum yang telah memenuhi
jumlah modal inti, selanjutnya wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang
sebesar Rp 100.000.000.000,00 pada tanggal 31 desember 2010.
B. Klasifikasi Modal Bank
Pembagian jenis modal bank indonesia dapat diklasifikasikan sesuai dengan standard
Bank For International Settlements, yaitu :
A.1. Modal Inti (Tier 1)
1. Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilaiyang tercatat dengan harga jual apabila
saham tersebut di jual.Modal ini sering disebut modal donasi.
3. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan
dan rapat umum pemegang saham.
4. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang
saham.
5. Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk dibagikan.
6. Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang
belum ditetapkan penggunanya oleh rapat umum pemegang saham.
7. Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba
tahun berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50 %.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang
berasal dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Sedangkan
selebihnya sangat tergantung pada laba yang diperoleh dan kebijakan rapat umum
pemegang saham.
 Pembelian Kembali Saham

Struktur modal bank menjadi pertimbangan penting bagi pemilik lama, oleh
karena itu pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dalam
kerangka untuk mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover,
memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank
yang semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang
pertama dicatat berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar
harga nominal. Selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali
dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba
rugi suatu bank.
Bila pembelian saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat
digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) dan disajikan sebagai
pengurang modal saham. Selisih harga jual kembali dengan harga perolehannya
diperlakukan sebagai tambahan modal, sebaliknya bila harga jual kembali lebih
rendah dari harga perolehannya maka selisihnya diperlakukan sebagai pengurang
modal.
 Penarikan Kembali Saham Treasuri

Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak akan
diedarkan kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditarik tergantung
metode pencatatan sebelumya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita
perhatikan sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan
modal dari treasuri yang diperoleh, maka kenaikan ataupun penurunan saham treasuri
harus diakui pada saat tersebut ditarik kembali.
A.2. Modal Pelengkap (Tier 2)
Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan - cadangan yang dibentuk tidak
berasal dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Secara rinci modal
pelengkap dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap,yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
peilaian kembali aktiva yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Jendral Pajak.
b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk dengan cara
membebani laba rugi tahn berjalan, dengan maksud untuk menampung
kerugianmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
c. Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal damn mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh
bank yang bersangkutan, tidak dapat diarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik
tanpa persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam
hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti,meskipun bank belum dilikuidasi, dan pembayaran
pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
Modal pinjaman memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tidak dijamin oleh bank bersangkutan, dipersamakan dengan modal
(pinjaman subordinsi) dan telah dibayar penuh.
2. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemiliktanpa persetujuan
Bank Indonesia.
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian
bank melebihi laba yang ditahan dengan cadangan-cadangan yang termasuk
modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian
tertulis, mendapat persetujuan bank indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutandan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih
berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi.
 Akuntansi Pinjaman Subordinasi

Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman


diterima.Pencatatan dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan
pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.
A.3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)
1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk tujuan
perhitungan kebutuhan penyediaan modal minimum (KPMM) atau Capital Adequacy
Ratio (CAR) secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan
untuk memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan (tier 3) adalah
pinjaman subordinasi jangka pendek.
4. Modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak melebihi 25 % dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar.
b. Jumlah modal pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3)
paling tinggi 100 % dari modal inti.
5. Modal pelengkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal
pelengkap tambahan (tier 3) dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan modal
50 % modal inti, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan (tier
3) dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.
C. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

1. Dalam menghitung ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, pinjaman, atau sifat barang
jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah :
0% : a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia ( SBI )
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan
emas dan logam, sebesar nilai terendah antara agunan da baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20 % : a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau pemerintah daerah.
40% : Kredit Pemilikan Rumah (KPR ) yang ijamin oleh hak tangguhan pertama
dengan tujuan untuk dihun.
50% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
b. Kredit kepada pegawai atau pensiunan.
85% : Kredit kepada usaha mikro atau kecil
100% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau
kelompok dan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan investaris ( nilai buku )
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, atau macet dalam
perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

D. Rasio Kecukupan Modal ( Capital Adequacy Ratio ) Bank Umum


Penggunaan metode standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dituangkan dalam
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9 /33 / DPNP Tanggal 18 Desember 2007. Pada
intinya pendekatan ini adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan risiko pasar
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud
dalam angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal
sebesar 8% sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit,
dan risiko pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud pada angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga,
eksposur yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko
spesifik untuk risiko suku bunga.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted
exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh
jenis risiko pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen
dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5 yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang
menurut risiko pasar.
f. Menghitung modal bank yang terdiri dari Modal Inti (tier 1), Modal Pelengkap
(tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3) yang dialokasikan untuk
menutup risiko pasar setelah dikurangi penyertaan.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud para huruf f dalam jumlah
ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang
hasilnya dinyatakan dalam persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (Tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio
KPMM adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutupi harga pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (Tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak
digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4,
dihitung sebagai rasio Modal Pelengkap Tambahan (excess tier 3 Capital Ratio).

Anda mungkin juga menyukai