Almacitra (A1C019015)
Apri Tsani Nur Pratiwi (A1C019026)
Baiq Agita Karenina Pratiwi (A1C019036)
Baiq Melati Sepsa Windi AR (A1C019041)
Baiq Nurul Wiranti (A1C019043)
Modal bank adalah dana yang di investasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Menurut peraturan bank indonesia
no.7 / 15 / PBI / 2004 yang disempurnakan dengan peraturan Bank Indonesia no.16 / PBI / 2007
mengenai modal Inti Minimum Bank Umum bahwa bank umum wajib memenuhi modal inti
paling kurang sebesar Rp 80.000.000.000,00.pada 31 Desember 2007. Bank umum yang telah
memenuhi jumlah modal inti, selanjutnya wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang
sebesar Rp 100.000.000.000,00 pada tanggal 31 desember 2010.
Pembagian jenis modal bank indonesia dapat diklasifikasikan sesuai dengan standard
Bank For International Settlements, yaitu :
1. Modal Inti (Tier 1)
Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk
selisih antara nilaiyang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut di jual.Modal
ini sering disebut modal donasi.
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau
laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dan rapat umum pemegang
saham.
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan
tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
rapat umum pemegang saham diputuskan untuk dibagikan.
Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunanya oleh rapat umum pemegang saham.
Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun berjalan
ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50 %.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal
dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Sedangkan selebihnya sangat
tergantung pada laba yang diperoleh dan kebijakan rapat umum pemegang saham.
Struktur modal bank menjadi pertimbangan penting bagi pemilik lama, oleh karena itu
pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dalam kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan
regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun sehingga
tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri. Perlakuan akuntansi
untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga perolehan
dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal. Selisih antara jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui
sebagai laba rugi suatu bank.
Bila pembelian saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
Selisih harga jual kembali dengan harga perolehannya diperlakukan sebagai tambahan modal,
sebaliknya bila harga jual kembali lebih rendah dari harga perolehannya maka selisihnya
diperlakukan sebagai pengurang modal.
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak akan diedarkan
kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditarik tergantung metode pencatatan
sebelumya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa
bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari treasuri yang diperoleh, maka
kenaikan ataupun penurunan saham treasuri harus diakui pada saat tersebut ditarik kembali.
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Dalam menghitung ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, pinjaman, atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah :
0% : a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia ( SBI )
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada
BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam,
sebesar nilai terendah antara agunan da baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20 % : a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya
kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau pemerintah daerah.
40% : Kredit Pemilikan Rumah (KPR ) yang ijamin oleh hak tangguhan pertama
dengan tujuan untuk dihun.
50% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
b. Kredit kepada pegawai atau pensiunan.
85% : Kredit kepada usaha mikro atau kecil
100% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok dan
perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan investaris ( nilai buku )
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, atau macet dalam perhitungan
ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditur
dengan debitur. Perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen.
Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening
administratif rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum
digunakan.
Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila
pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar nilai
nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor.
Pinjaman yang Diterima Dari Bank Lain
Contoh :
1. Tanggal 15 Juni 2013 Bank Permata Jakarta telah menandatangani perjanjian kredit
dengan Bank Mitra Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai penerima kredit
(debitur) dan Bank Mitra Niaga bertindak sebagai pemberi kredit (kreditur ).Nilai kredit
yang disepakati Rp 1.000.000.000, suku bunga 12 % , jangka waktu 3 tahun.
2. Tanggal 1 Juli 2013 Bank Permata menarik kreditnya melalui Bank Indonesia (kliring)
senilai Rp 600.000.000 dan langsung didebitkan ke rekening Bank Permata di Bank
Indonesia Jakarta.
3. Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitara Niaga Jakarta sebesar Rp
400.000.000 langsung didebitkan ke rekening giro Bank Permata di Bank Mitra Niaga.
Pencatatannya adalah :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/06/2013 RAR.Fas pinjaman yang diterima
dan belum digunakan 1.000.000.000
Giro BI 600.000.000
Pinjaman yang diterima 600.000.000
Penggunaan nama rekening bank-bank lain dari giro juga bisa diganti namanya dengan
Rekening Antarbank Aktiva-Giro, sedangkan pencatatan rekening angsuran pokok dan bunga
dilakukan secara terpisah.
Pinjaman Obligasi
Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi yang merupakan alternatif bank dalam membiayai investasinya. Dalam penerbitan
obligasi, bank harus mendapat izin dari otoritas Pasar Modal. Disamping itu penerbit obligasi
harus memenuhi perlindungan negatif dan perlindungan positif. Perlindungan negatif adalah
persyaratan yang bersifat melarang emiten untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang
obligasi. Perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan tindakan
yang menguntungkan pemegang obligasi.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan
ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi.