Anda di halaman 1dari 11

Akutansi Modal Bank

Anida Amalia Padilah 20211700229007

Mahfudz Munir C
(20211700229025)

Praja
(20211700229029)
Pengertian Kerjasama

Kerjasama dalam bisnis merujuk pada proses dimana dua pihak atau lebih sepakat
untuk bekerjasama guna mencapai tujuan bersama dan saling menguntungkan.
Kerjasama bisnis bisa terjadi antara perusahaan dengan perusahaan lain,
perusahaan dengan pemasok, perusahaan dengan konsumen atau bahkan antara
perusahaan dengan pemerintah, Tujuan dari kerjasama bisnis ini adalah untuk
menciptakan sinergi dan memperluas peluang bisnis dengan memanfaatkan
kekuatan masing-masing pihak yang terlibat
Yang Termasuk Dalam Klasifikasi Modal Bank

Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan

Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan


PENGERTIAN AKUTANSI BANK

Akuntansi modal bank adalah hak pemilik bank


kepada bank yang bersangkutan, yang merupakan
modal awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya
telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian
bank
Yang Termasuk Dalam Klasifikasi Modal Bank

1. Modal Inti (Tier 1)


Modal ini terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan yang dibentuk dari
laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Modal inti
merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari
cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan
2. Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak
berasal dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Secara rinci
modal pelengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara
membebani laba rugi tahun berjalan
3. Modal pinjaman
4. Pinjaman subordinasi
Modal Pelengkap
1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk tujuan perhitungan Kebutuhan Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan
risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan (tier 3) adalah pinjaman subordinasi jangka
pendek yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
2) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
3) Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan
BI.
4) Terdapat klausula yang mengikat (lock-in clause) yang menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan pembayaran pokok
atau bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM
secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan atau tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;
5) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya; dan
6) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
Modal Pelengkap Tambahan
Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk tujuan perhitungan Kebutuhan
Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara individual dan/ atau secara
konsolidasi dengan perusahaan anak. Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat
digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar
1. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan (tier 3) adalah pinjaman subordinasi
jangka pendek yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
2. Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah disetor penuh.
3. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
4. Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam surat perjanjian pinjaman kecuali dengan
persetujuan Bank Indonesia.
5. Terdapat klausula yang mengikat (lock-in close) yang menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan pembayaran
pokok atau bunga, termasuk pembiayaan pada saat jatuh tempo.
6. Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya.
7. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia (BI)
TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN
MODAL MINIMUM
Ketentuan modal minimum bank yang ada di Indonesia mengikuti ketentua dari Bank of International Settlements (BIS).
Ketentuan modal minimum ditetapkan dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 11/POJK.03/2016 tentang kewajiban
penyediaan modal minimum oleh bank umum. Bank diwajibkan menyediakan modal minimum sesuai profil risiko dibawah
ini:
1. 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) bagi bank dengan profil risiko level 1.
2. 9% sampai dengan kurang dari 10% dari (ATMR) untuk bank dengan pprofil risiko level 2.
3. 10% sampai dengan kurang dari 11% dari (ATMR) untuk bank dengan profil risiko level 3.
4. 11% sampai dengan kurang dari 14% dari (ATMR) untuk bank dengan profil risiko level 4 atau level 5.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam Bisnis
Perhitungan kebutuhan modal minimum dalam perbankan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing. Perhitungan ATMR bagi aktiva produktif dengan
kualitas kurang lancar, diragukan atau macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku sebagaimana
dimaksud pada angka III.3 dengan bobot risiko masing-masing.
Menjumlahkan atmr dari masing-masing pos aktiva.
Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal bpr.
Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah atmr dengan 8% (delapan perseratus).
Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum pada angka 4 dengan
jumlah modal pada angka 3.
Menghitung kpmm dengan cara membandingkan jumlah modal bpr pada angka 3 dengan atmr pada angka 2.
Surat edaran ojk no. 8/28/DPBPR, 12 desember 2016 jakarta
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai