Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

“Akuntansi Kliring dan Giro”

Mata Kuliah/Kelas: Akuntansi Perbankan dan LPD (D2)


Nama Dosen:  I Wayan Pradnyantha Wirasedana, BIHM, M.Com, CPA

KELOMPOK 1
Oleh:
I Putu Dedy Wijaya Pratama (1907531208)
Ardivan Dicha Valentino (1907531217)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE 2021
I. Akuntansi Kliring
I.I Sistem Kliring
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Kliring di definisikan juga sebagai
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank maupun
nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu Berdasarkan sistem
penyelenggaraannya, kliring data menggunakan:
a) Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan saldo bilyet saldo kliring, serta pemilihan warkat dilakukan
secara manual oleh setiap peserta
b) Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuata bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi,
sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta
c) Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilihan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi
d) Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada data
keuangan elektronik
I.II Peserta Kliring
Peserta kliring adalah bank atau Bank Iindonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokan menjadi 2, yakni:
a) Peserta langsung adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar dalam pelaksanaan
kliring secara langsung dengan menggunakaan identitasnya sendiri
b) Peserta tidak langsung adalah pesserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama.
I.III Warkat dan Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Warkat adalah alat pembayaran
bukan tunai yang diperhitngkan atas beban atau untuk utang rekening nasabah atau bank
melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring otomatis, yaitu:
a) Cek, yaitu cek sebagaimana diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang
b) Bilyet Giro, yaitu surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang
c) Wasel Bank Untuk Transfer, yaitu wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer
d) Surat Bukti Penerimaan Transfer, yaitu surat bukti penerimaan transfer luar kota
yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer
e) Nota Debet, yaitu warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut
f) Nota Kredit, yaitu warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
atau nasabah bank yang menerimanya
Formulir kliring dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a) Neraca kliring penyerahan / pengambilan gabungan formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan (pengambilan) dari seluruh peserta
b) Neraca kliring penyerahan/pengambilan. Formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengambilan atas
dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengambilan
c) Bilyet saldo kliring
I.IV Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual
Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan
kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Penjelasannya bisa
dilihat dibawah ini:
a) Kliring Penyerahan. Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor
peserta dan kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara, seperti
1) Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan seperti, melakukan
pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan, memilah warkat berdasarkan
bank penerima, Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal
warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat.
2) Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan, seperti, wajib hadir
dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal yang telah ditetapkan dengan
mengisi daftar hadir dan melakukan kegiatan pendistribusian warkat, seperti
menyerahkan ke peserta penerima, meminta tanda tagan dari wakil peserta
penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring pengambilan sebagai bukti
penerimaan warkat debet tolakan, serta menyerahkan lembar ketiga daftar warkat
kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3) Kegiatan Petugas Penyelenggara, menyusun neraca kliring penyerahan gabungan
berdasarkan neraca kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil
peserta.
b) Kliring Pengembalian. Kliring pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan
dikantor peserta dan kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara, seperti:
1) Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian
ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan, yakni Melakukan
verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan kliring
penyerahan, membuat Surat Keterangan Penolakan (SPK) warkat debet yang
ditolak wajib disertai dengan SKP, memilah warkat debet tolakan beserta SKP
bank penerima, dan mengisi daftar warkat kliring pengambilan dengan rincian
nominal serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk
masing-masing
2) Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian telah di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan,
seperti wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara,
melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan (menyerahkan kepada
masing-masing peserta penerima, meminta tanda tangan dari wakil pesera
penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian sebagai bukti
penerimaan warkat debet tolakan, dan menyerahkan kepada penyelenggara), dan
melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan, seperti menerima dari
peserta lain dan membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.
3) Kegiatan Petugas Penyelenggara, seperti melakukan penyusunan neraca kliring
pengembalian gabungan bersadarkan neraca kliring pengembalian yang
disampaikan oleh seluruh wakil peserta, mencocokkan antara neraca kliring
penyerahan (pengembalian) gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan
BSK yang disusun oleh peserta, menandatangani dan mencantumkan nama jelas
petugas penyelenggara pada BSK rangkap 2 setelah terdapat kecocokan antara
neraca kliring penyerahan atau pengembalian gabungan dengan BSK,
mendistribusikan BSK, melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada
SKP yang diserahkan oleh seluruh peserta sebelum disampaikan kepada Bank
Indonesia, dan apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir
jadwal kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan
kegiatan atas nama wakil peserta yang bersangkutan.
c) Penyelesaian Akhir. Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengam
melimpahkan hasil kliring masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari
peserta di Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Ada prosedurnya dalam melakukan
penyelesaian akhir ini, diantaranya:
1) Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor
Bank Indonesia
2) Atas dasar intruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesa membukukan hasil
kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor
Bank Indonesia
3) Tanggal valuta pemukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring
yang bersangkutan
4) Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang dketahui setelah akhir
kliring tersebut dapat dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukan antara penyelenggara dengan peserta
5) Dalam keadaan darurt di mana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks
dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
I.V Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring
Jadwal penyelengaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring
ditetapkan oleh penyelenggaraan dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi.
Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta
diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan
kliring penyerahan/pengembalian.
I.VI Sistem Kliring Waktu Luar Wilayah
Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk
melakukan verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank
Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet
giro yang berasal dari luar wilayah atau disingkat kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu maupun biaya, karena:
a) Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring local dimana warkat dikliringkan
b) Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya
Pada sistem kliring waktu luar wilayah, terdapat beberapa prinsip umum,
diantaranya:
a) Cek dan BG yang diterbitkan suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun sepanjang cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar
sebagai peserta kliring warkat luar wilayah
b) Kepesertaan, meliputi kepesertaan bank dalam kliring warkat luar daerah tidak
bersifat wajib tergantung kebutuhan masing-masing bank, pendaftaran kliring warkat
luar wilayah cukup dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh bank
yang bersangkutan, dan bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap
wilayah kliring dimana bank tersebut menjadi peserta
c) Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi
cek dan BG luar kotanya
d) Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota
tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya
e) Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh setiap
bank
Penerapan kliring warkat wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik
yang mendaftar atau tidak mendaftar sebagai perserta warkat luar wilayah karena
seluruh bank yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta warkat luar wilayah
dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta kliring warkat luar
wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang wilayah kliring tersebut ada kantor
cabang dari bank penerbit serta nasabah tentu lebih memilih agar cek/BG luar kota
dikliringkan melalui kliring lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus
melalui mekanisme inkaso.
I.VII Jenis Biaya Kliring
Biaya kliring ini menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring pada
saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya administrasi biaya proses warkat
kliring. Biaya biaya ini akan dikreditkan oleh BI dari rekening giro BI yang dimiliki
oleh peserta kliring, maka untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta
dapat mengenakan biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib
mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh BI serta besarnya biaya
kliring yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.
I.VIII Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi
Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak
berbeda dengan kliring maual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.
II. Akuntansi Giro
Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain. Cek adalah surat perintah
pembayaran tanpa syarat, sedangkat bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan. Giro
dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek
bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relatif lebih rendah
seperti tabungan dan deposito. Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank
yang satu dengan bank yang lainnya bisa saja berbeda. Transaksi giro dicatat sebesar nilai
nominal dan disajikan sebagai kewajiban sebesar saldo rekening tersebut. Jasa giro atau bunga
dicatat sebagai beban bunga yang dibayarkan
Pembukaan rekening giro dapat dilakukan oleh nasabah dengan mengisi formulir
pembukaan rekening yang telah disediakan oleh bank. Syarat yang harus dimiliki,
diantaranya:
a) Calon nasabah tidak tercantum dalam Daftar Hitam Bank Indonesia (DHBI)
b) Memimiliki NPWP
c) Persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank (Fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/PASPOR), surat referensi, mengisi dan menandatangani formulir pada Akad
pembukaan Giro)
d) Jumlah minimal setoran dan minimal saldo pengendapan
Adapun jenis-jenis dari rekening giro, diantaranya:
a) Giro swasta, yaitu giro yang dimiliki oleh perseorangan, kelompok, instansi, swasta,
yayasan sosial, dan badan non pemerintah lainnya
b) Giro pemerintah, yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah, misalnya giro
kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagainya
Dapat dikatakan, akuntansi giro adalah pencatatan yang terkait dengan transaksi yang
terjadi pada rekening giro. Pencatatan transaksi rekening giro terjadi pada saat pembukuan,
setoran tunai, pemindah bukuan, setoran kliring, penarikan tunai maupun penarikan kliring
dan transaksi lainnya. Dalam pencatatan akuntansi giro dapat diatur sebagai berikut:
a) Transaksi rekening giro diakui sebesar nominal uang yang disetorkan oleh nasabah atau
yang ditarik atau dicairkan.
b) Setoran giro dapat dilakukan secara tunai dan non tunai, dalam hal setoran dilakukan
secara tunai, maka setoran tersebut diakui pada saat uang diterima.
c) Bank akan memberikan imbalan kepada pemegang rekning giro.
d) Apabila rekening giro bersaldo negatif, maka bank dapat memberikan kredit overdraft.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan setoran/penarikan,
sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebetan atau
penarikan. Pengkreditan rekening giro terjadi akibat adanya setoran uang tunai/cek, bilyet giro
atau adanya jasa giro yang diperhitungkan bank. Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan
indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif atu pasif. Giro bisa dikatakan pasif bila selama
enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro
pasif tetap akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan yang dibebankan pada rekening
giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank.
Penarikan merupakan transaksi penarikan atau pengambilan atas beban rekening
giro. Dari transaksi penarikan, maka saldo rekening giro nasabah akan berkurang. Penarikan
dibagi menjadi dua, yaitu penarikan tunai dan penarikan non-tunai. Setoran tunai, merupakan
setoran yang dilakukan dengan menyerahkan sejumlah uang kepada bank dan atau dengan
mengunakan cek yang diterbitkan oleh bank itu sendiri. Lalu, setoran non tunai yaitu setoran
yang tidak dilakukan secara resmi pada bank. Setoran non tunai berasal dari beberapa
transaksi, seperti:
a) Pemindahbukuan antar rekening dalam cabang bank yang sama
b) Pemindahbukuan dari bank yang sama tetapi berasal dari cabang lain
c) Penerimaan transfer atau kirimin uang dari bank lain
d) Setoran kliring oleh pemegang rekening giro
Pencatatan giro jika sedang melakukan pembukaan rekening dan penyetoran, maka
nasabah diharuskan untuk menyetorkan sejumlah uang tertentu sebagai syarat dari pembukaan
rekening giro. Penyetoran tersebut dapat berupa tunai, atas beban rekening tabngungan,
rekening debitur, transfer masuk ataupun warkat yang harus diuangkan. Ada beberapa
pencatatan saat pembukaan rekening dan penyetoran, yakni:
a) Setoran tunai, kas berada disisi debet dan giro berada disisi kredit
b) Setoran atas beban rekening tabungan, tabungan berada disisi debet dan giro disisi kredit
c) Setoran atas beban rekening pinjaman, pinjaman berada disisi debit dan giro disisi kredit
d) Setoran melalui kliring, Bank Indonesia berada disisi debit dan giro disisi kredit
Apabila terjadi penarikan, penarikan rekening giro hanya dapat dilakukan dengan
penerbitan cek giro, bilyet giro, maupun surat perintah bayar lainnya baik secara tunai
maupun pemindah bukuan. Pencatatannya, seperti:
a) Penarikan tunai, giro berada disisi debet dan kas disisi kredit
b) Penarikan untuk keuntungan tabungan, giro berada disisi debet dan tabungan berada disisi
kredit
c) Penarikan untuk keuntungan pinjaman, giro berada disisi debet dan pinjaman disisi kredit
d) Penarikan untuk transfer, giro berada disisi debet dan BI/RAK Cabang…/Rek.Giro Nostro
berada disisi kredit
e) Penarikan melalui kliring, giro berada disisi debet dan Bank Indonesia (Kliring) disisi
kredit
Dalam akuntansi giro, terdapat beberapa perhitungan dalam memecahkan suatu
masalah, contohnya:
Transaksi di bawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo, nasabah giro Bank Bisnis
Semarang selama bulan April 2018.
Tanggal:
1) 1 April, Dibuka rekening giro atas nama susilo dengan setoran perdana Rp.1.000.000
secara tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro sebesar
Rp50.000 secara tunai
2) 5 April, Susilo setor tunai untuk giro sebesar Rp500.000
3) 10 April, Susilo menyetor giro berupa cek BNI Semarang Rp1.500.000 dan kliring
dinyatakan berhasil hari ini.
4) 15 April, Susilo menarik cek no. 1124 sebesar Rp500.000 untuk membayar hutang kepada
Samsudin nasabah giro Bank Bisnis Semarang. Pada hari ini juga samsudin
menyetorkannya kepada Bank Bisnis tersebut.
5) 17 April, pada hari ini Susilo mentransfer dananya ke cabang Surabaya atas beban giro
sebesar Rp1.000.000.
6) 20 April, Susilo setor giro secara tunai Rp750.000
7) 25 April, Bank Bisnis Semarang menerima transfer masuk dari Cabang Cirebon sebesar
Rp1.200.000 untuk keuntungan giro susilo
8) 27 April, penarikan Giro oleh Susilo untuk ditransfer ke Cabang Bandung sebesar
Rp2.000.000.
Bank Bisnis menentukan jasa giro 12% akan diberikan dengan saldo minimal
Rp.1.000.000. jasa giro dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan. Pajak
penghasilan bunga (PPh) sebesar 15% dan biaya administrasi Rp.50.000 setiap bulan. Dengan
informasi tersebut, maka jurnal pembukuannya adalah
Tangga Keterangan Debet Kredit
l
1 April Kas Rp1.050.000
Giro Susilo Rp1.000.000
Barang Cetakan Rp50.000

5 April Kas Rp500.000


Giro Susilo Rp500.000

10 April Giro BI Rp1.500.000


Giro Susilo Rp1.500.000

15 April Giro Susilo Rp500.000


Giro Samsudin Rp500.000

17 April Giro Susilo Rp1.000.000


RAK. Cabang Surabaya Rp1.000.000

20 April Kas Rp750.000


Giro Susilo Rp750.000

25 April RAK. Cabang Cirebon Rp1.200.000


Giro Susilo Rp1.200.000

27 April Giro Susilo Rp2.000.000


RAK. Cabang Bandung Rp2.000.000

30 April Bunga Giro Rp10.000


Giro Susilo Rp10.000

Giro Susilo Rp1.500


Hutang PPh Rp1.500

Giro Susilo Rp50.000


Pendapatan Operasional lainnya Rp50.000
Daftar Mutasi Giro Susilo
Tgl Keterangan Debit Kredit Saldo
1 April Setor Tunai Rp1.000.000 Rp1.000.000
5 April Setor Tunai Rp500.000 Rp1.500.000
10 April Setor Kliring Rp1.500.000 Rp3.000.000
15 April Pengambilan Rp500.000 Rp2.500.000
17 April Transfer Keluar Rp1.000.000 Rp1.500.000
20 April Setor Tunai Rp750.000 Rp2.250.000
25 April Transfer Masuk Rp1.200.000 Rp3.450.000
27 April Transfer Keluar Rp2.000.000 Rp1.450.000
30 April Bunga Giro Rp10.000 Rp1.460.000
PPh Rp1.500 Rp1.458.500
Beban Administrasi Rp50.000 Rp1.408.500

Bisa dilihat, saldo terendah selama bulan yang bersangkutan adalah Rp1.000.000,
sehingga bunga giro yang dapat dibayar oleh bank sebesar Rp1.000.000 x 12% x 1/12 = Rp
10.000 dikurangi dengan pajak bunga yang harus dittipkan di bank sebesar Rp10.000 x 15% =
Rp1.500. dengan demikian dibayar bersih ke Susilo sebesar Rp8.500. untuk jurnalnya bisa
dilihat pada tanggal 30 April. Sedangkan buku mutasi giro yang berfungsi sebagai buku
pembantu dapat digunakan sebagai rekening kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Taswan (2008). Akuntansi Perbankan. UPP STIM YKPN.


Nugroho, Adi Sulistyo (2018). Akuntansi Bank. Bhuana Ilmu Populer.

Anda mungkin juga menyukai