Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN SIKLUS PENJUALAN DAN

PENGUMPULAN PIUTANG : PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF TRANSAKSI

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Putu Gede Harya Pradnya Maha Arsa (1907531264)


2. Suluh Widyataruna (1907531265)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

Tahun 2021
PEMBAHASAN

1. Akun dan Golongan Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum. Lima kelas transaksi
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang antara lain: 1. Penjualan ( penjualan
tunai dan kredit ); 2. Penerimaan kas; 3. Retur dan pengurangan penjualan; 4.
Penghapusan piutang tak tertagih; 5. Estimasi beban piutang tak tertagih.

2. Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan


Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk
Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang sebagai berikut.
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan
Penjualan Penjualan piutang Pemroses pesanan Pesanan pelanggan
usaha pelanggan Pesanan penjualan
Pemberian kredit Pesanan pelanggan atau
Pengiriman barang pesanan penjualan
Penagihan Dokumen pengiriman
pelanggan dan Faktur penjualan
pencatatan File transaksi penjualan
penjualan Jurnal penjualan atau listing
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang usaha
Laporan bulanan
Penerimaan Kas Kas di bank ( debet Pemroses dan Remittance advice
dari penerimaan pencatatan Prelisting penerimaan kas
kas ) piutang usaha penerimaan kas File transaksi penerimaan
kas
Jurnal penerimaan kas atau
listing
Retur Dan Retur dan Pemroses dan Memo kredit
Pengurangan pengurangan pencatatan retur Jurnal retur dan
Penjualan penjualan dan pengurangan pengurangan penjualan
Pitang usaha penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi piutang
Piutang tak Penyisihan untuk piutang usaha tak tak tertagih
Tertagih piutang tak tertagih tertagih Jurnal umum
Beban Piutang tak Beban piutang tak Penyediaan piutang Jurnal umum
Tertagih tertagih tak tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih

3. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Transaksi untuk Penjualan
1. Pemisahan tugas yang memadai
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan
maupun penipuan atau kecurangan.
2. Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublik tergantung pada
keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat
diandalkan untuk mengurangi resiko pengendalian.
3. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas
pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil.
4. Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal
dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber.
5. Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal
berikut : Mengirimkan jumlah barang yang dipesan, Menagih dengan akurat
sebesar jumlah barang yang dikirim, dan Mencatat dengan akurat
jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
Penetapan Risiko Pengendalian Direncanakan-Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
untuk menilai rIsiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam pengendalian
ini yaitu :
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya
bagi penjualan.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya,auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan .
d. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan
1. Pemisahan Tugas yang Memadai
Dapat membantu untuk mencegah kesalahan penyajian yang disebabkan kekeliruan
maupun kecurangan, manajemen harus mencegah tejadinya akses atas kas bagi setiap
orang yang bertugas untuk memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam komputer
2. Pengotorisasian yang Tepat
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengotorisasian adalah pesetujuan kredit yang
tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi, barang bisa dikirimkan hanya setelah
otorisasi pengiriman diberikan, dan harga harus diotorisasi. Hal ini dimaksudnkan
agar mencegah kerugian dan memastikan bahwa harga jual dalam faktur sesuai
dengan kebijakan harga.
3. Dokumen dan Catatan yang Memadai
Setiap perusahaan memiliki sistem yang berbeda dalam melaksanakan, mengolah dan
mencatat transaksi tetapi, prosedur pencatatan yang memadai harus ada sebelum
tujuan audit transaksi bisa dipenuhi. Pada masa sekarang, banyak perusahaan
menggunakan peralatan elektronik dalam pembuatan dokumen penjualan dan
penggunaan kertas dalam pembuatan dokumen semaki berkurang
4. Dokumen Bernomor-urut Tercetak (Prenumbered)
Pemberian nomor urut tercetak diaksudkan agar mencegah keslahan dalam
pembuatan faktur atau pencatatan penjualan dan terjadinya pencatatan atau penagihan
ganda. Petugas pembuat faktur harus menyimpan dokumen tembusan pengiriman barang
secara urut.
5. Laporan Piutang Bulanan
Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen berguna untuk pengawasan, karean
mendorong konsumen memberi pendapat jika ada yang salah dengan saldo yang tercantum. Laporan
ini harus diawasi oleh orang yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penanganan kas ataupun
piutang usaha untuk mencegah terjadinya kesalahanyang disengaja.
6. Prosedur Verifikasi Internal
Program komputer atau personil yang independen harus memeriksa bahwa pengolahan dan
pencatatan transaksi penjualan memenuhi keenam tujuan audit transaksi.

Penentuan Luas Pengujian Pengendalian

Luas pengujian pengendalian tergantung pada efektivitas pengendalian dan berbagai


hal yang auditor yakin akan dapat menurunkan risiko pengendalian. Dalam
menentukan seberapa jauh pengendalian bisa diandalkan, auditor juga
mempertimbangkan kenaikan biaya penyelenggaraan pengujian pengendalian
dibandingkan dengan penurunan potensial dalam pengujian substantif.
Perancangan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan

Dalam memutuskan pengujian substantif, auditor biasanya menggunakan prosedur


yang berlaku untuk setiap audit tanpa memperhatikan keadaan tertentu, prosedur
yabg lain bergantung pada baik buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian
pengendalian.

Prosedur audit yang digunakan tergantung pada pengendalian internal dan hasil
pengujian pengendalian atas tujuan tersebut. Materialitas, hasil audit tahun yang
lalu,dan faktor lainnya, juga berpengaruh atas prosedur yang akan digunakan.
Penjualan yang Tercantum dalam Pembukuan Sungguh-sungguh Terjadi

Untuk tujuan ini, auditor mencurahkan perhatian pada kemungkinan terjadinya tiga
jenis kesalahan penyajian berikut:

a) Penjualan yang tercatat dalam jurnal tidak ada pengiriman barangnya.

b) Penjualan dicatat lebih dari satu kali.

c) Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis kesalahan penyajian yang pertama bisa terjadi karena kekeliruan atau
karena kecurangan, sedangkan jenis yang terakhir selalu disebabkan karena
kecurangan. Konsekuensi potensial dari ketiganya adalah signifikan karena hal-hal
tersebut menimbulkan lebih saji aset dan laba.

Pengujian substantif transaksi yang tepat untuk pengujian tujuan keberadaan


tergantung pada dugaan auditor dimana letaknya kesalahan penyajian. Banyak
auditor melakukan pengujian substantif transaksi untuk tujuan keberadaan hanya
apabila ia meyakini adanya defisiensi dalam pengendalian.

Penjualan Telah Dicatat dengan Teliti

Ketelitian pencatatn transaksi penjualan berkaitan dengan hal-hal berikut:

a) Jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan jumlah yang dipesan.

b) Jumlah yang ditagih dalam faktur sesuai dengan jumlah barang yang
dikirimkan.

c) Jumlah tagihan dalam faktur dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi.

Auditor biasanya melakukan pengujian substantif transaksi pada setiap audit, untuk
memastikan bahwa ketiga aspek ketelitian di atas dilakukan dengan benar dengan
melakukan perhitungan ulang informasi yang tercantum dalam dokumen yang lain.
Auditor biasanya membandingkan harga dalam duplikat faktur penjualan dengan
daftar harga yang telah ditetapkan perusahaan, menghitung ulang perkalian dan
penjumlahannya, dan memandingkan detil dari faktur dengan deskripsi, jumlah, dan
nama pembeli dalam catatan pengiriman barang. Seringkali auditor juga memeriksa
pesanan dari pembeli dan order penjualan dengan membandingkan perihal yang
sama.
4. Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang
telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Tujuan kelengkapan juga
merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun untuk menentukan
apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun.
5. Metodelogi Untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi Untuk Penerimaan Kas

Untuk penerimaan kas, auditor menggunakan metodologi perancangan pengujian


pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang sama seperti yangdigunakan untuk
penjualan. Pengujian pengendalian dan prosedur audit pengujian substantif transaksi
penerimaan kas dikembangkan dengan menggunakan kerangka yangsama seperti yang
digunakan untuk penjualan, namun tentu saja tujuan spesifiknya untuk penerimaan kas.
Berlandaskan tujuan audit transaksi, auditor mengikuti proses berikut:

a) Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit


b) Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
pengurangan resiko pengendalian
c) Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan penyajian
moneter untuk setiap tujuan

Seperti halnya pada bidang audit yang lain, pengujian pengendalian tergantung
padapengendalian yang diidentifikasi oleh auditor, seberapa jauh pengendalian dapat
diandalkan untuk menurunkan resiko pengendalian ditetapkan, dan apakah perusahaan
yang diaudit merupakan perusahaan publik atau bukan.

Mengingat bahwa metodologi untuk penerimaan kas sama dengan untuk penjualan, maka
pembahasan tentang pengendalian internal, pengujian pengendalian, dan pengujian
substantif transaksi tidak sedetail untuk penjualan. Salah satu bagian penting dari
tanggung jawab auditor dalam pengauditan penerimaan kas adalah mengidentifikasi
defisiensi dalam pengendalian internal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
penyelewengan.

6. Pengauditan untuk Penghapusan Piutang

Seperti halnya untuk retur dan pengurangan harga penjualan, kekhawatiran utama
auditor dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan pegawai perusahaan atau
klien melakukan penggelapan kas dengan cara menghapuskan piutang yang telah
diterima. Verivikasi atas akun yang dihapus biasanya tidak memakan waktu yang lama.
Auditor pada umumnya memeriksa apakah persetujuan diberikan kepada orang yang
tepat. Sebagai contoh penghapusan akun, auditor juga biasanya memeriksan
korespondensi yang terdapat dalam arsip klien untuk mencari informasi tentang tidak ada
ditagihnya piutang. Setelah auditor berkesimpulan bahwa penghapusan dijurnal dengan
benar, selanjutnya sejumlah sample piutang yang dihapus ditelusur ke masterfile piutang
usaha untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan benar.

7. Tambahan Pengendalian Internal Atas Saldo Akun Serta Penyajian dan


Pengungkapan

Pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal serta


penyajian dan pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum teridentifikasi atau
diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif transaksi.
Untuk sirklus pengumpulan dan penjualan piutang, hal ini mungkin sekali mempengaruhi
nilai bersih bisa direalisasi dan tujuan audit saldo tentang hak dankewajiban serta tujuan
audit penyajian dan pengungkapan.

Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yang
penting sekali karena kolektibilitas piutang seiring mencerminkan bagian yang cukup
besar dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor sering kali menetapkan risiko
inheren pada tingkat yang tinggi untuk tujuan nilai bersih bisa direalisasi. Idealnya, klien
tidak tertagihnya piutang. Kita telah membahas tentang pemberian otorisasi oleh pejabat
yang tepat. Dua pengendalian lainnya adalah :

a) Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti
oleh personil manajemen yang tepat.
b) Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan untuk ditagih.

8. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi mempunyai


pengaruh yang signifikan terhadap tahapan audit selanjutnya, terutama terhadap
pengujian rinci substantif atas saldo. Bagian dari audit yang banyak dipengaruhi oleh
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah saldo akun piutang
usaha, kas, beban kerugian piutang dan cadangan kerugian piutang. Pengaruh yang paling
signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dalam
siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah dalam konfirmasi piutang. Jenis
konfimasi, ukuran sampel, dan saat pengiriman konfirmasi semuanya akan terpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Anda mungkin juga menyukai