Anda di halaman 1dari 71

JANGKAUAN PERKULIAHAN

BAHASA INDONESIA
I. Pengantar
1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi
(1) Mengapa bahasa Indonesia perlu diajarkan di
perguruan tinggi?
(2) Adakah landasan hukumnya?
(3) Kapan bahasa Indonesia lahir?
(4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai
bahasa Indonesia?
(5) Peristiwa penting dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia

1.2 Bagaimana kedudukan dan fungsi


bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan politik bahasa nasional?

II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


2.1 Pemakaian Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
(1) Ragam bahasa
a) Sarana pemakaiannya
b) Situasi pemakaiannya
c) Norma pemakaiannya
(2) Ragam bahasa Indonesia Baku
(3) Ragam bahasa Indonesia variasi ilmiah
(4) Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
III. Membaca Kritis Berbagai Ragam
Wacana untuk Menulis
IV. Menulis Akademik
4.1 Tulisan Akademik: makalah. artikel, esai
laporan penelitian
4.2 Pencermatan Ejaan Bahasa Indonesia
(1) Pemakaian huruf
(2) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
(3) Penulisan kata
(4) Penulisan unsur serapan
(5) Pemakaian tanda baca

V. Pemakaian Kata dan Istilah


(1) Pembentukan kata
(2) Kriteria pemakaian kata
(3) Perbedaan kata dan istilah
(4) Pembentukan Istilah
(5) Pilihan Kata
VI. Pemakaian Kalimat Efektif
(1) Jenis-jenis kalimat
(2) Pola kalimat
(3) Ciri-ciri kalimat efektif
a) Ciri kesatuan
b) Ciri koherensi/kepaduan
c) kehematan
d) kesejajaran
e) Ciri penekanan
f) Ciri kelogisan
VII. Penulisan Paragraf
(1) Unsur paragraf
(2) Kriteria paragraf yang baik: kesatuan dan
koherensi
(3) Pengembangan paragraf

VIII. Menulis Proposal


(1) Pengertian
(2) Tujuan Penulisan Proposal
(3) Jenis Proposal
(4) Sistematika Proposal

IX. Menulis Karya Ilmiah


(1) Pengertian
(2) Sifat
(3) Ciri
(4) Fungsi
(5) Syarat
(6) Jenis: Makalah, Artikel Ilmiah, Laporan, Karya
Tulis Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
Esai, Kritik, dan Resensi

IX. Presentasi Ilmiah


(1) Pengertian
(2) Etika
(3) Penyiapan Kinerja
(4) Pelaksanaannya
X. Berpidato
(1) Pengertian
(2) Etika Penulisan
(3) Penyuntingan dan Penyampaiannya
I. Pengantar:
1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi
1) Mengapa bahasa Indonesia diajarkan di
perguruan tinggi?
a) Amanat GBHN menyatakan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia perlu terus ditingkatkan serta
penggunaannya secara baik, benar, dan
penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan
sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana
komunikasi yang mampu memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa serta
mendukung pembangunan bangsa.
b) Bahasa Indonesia di samping mampu
sebagai media komunikasi, juga harus
mampu sebagai alat ekspresi diri, alat
integrasi dan adaptasi sosial, dan alat kontrol
sosial.
c) Kenyataan di masyarakat masih ditemukan
penyimpangan-penyimpangan dalam
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Hal itu tampak dalam penulisan
laporan, pidato, karangan ilmiah, atau
penyampaian informasi dalam media, baik
elektronika maupun media cetak.

2) Adakah landasan hukumnya?


a) Landasan historis: Sumpah Pemuda 1928
terutama isi Sumpah Pemuda yang
menyatakan bahwa ”kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia.
b) Landasan yuridis: UUD 1945 khususnya Bab
XV, Pasal 36 yang menyatakan bahwa bahasa
negara adalah bahasa Indonesia
c) Landasan Operasional: Tap II/MPR RI/1983:
memberikan arahan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia
dilaksanakan dengan mewajibkan
penggunaannya secara baik dan benar; Tap
II/MPR RI 1988: menyatakan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia perlu terus ditingkatkan serta
penggunaannya secara baik dan benar dan
penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan
sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana
komunikasi yang mampu memperkokoh
persatuan dan kesatuan serta mendukung
pembangunan bangsa; dan Tap II/MPR RI
1993: menyatakan bahwa Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia terus
ditingkatkan sehingga penggunaannya secara
baik dan benar serta dengan penuh rasa
bangga makin menjangkau seluruh
masyarakat dalam memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa serta memantapkan
kepribadian bangsa.

3) Kapan bahasa Indonesia lahir?


a) Drs. I Gusti Ngurah Putrawan: bahasa
Indonesia lahir pada awal abad ke-20 karena
pada awal abad ke-20 pergerakan bangsa
Indonesia mulai bangkit menentang penjajahan
secara keseluruhan. Dalam perjuangan itu
bahasa Indonesia memiliki peranan yang
sangat penting.
b) Dr. Nugroho Notosusanto: bahasa Indonesia
dan kebangsaan bangsa Indonesia mulai
tumbuh dan berkembang hampir di seluruh
kawasan nusantara.
c) Drs. Umar Yunus: bahasa Indonesia lahir saat
Sumpah Pemuda 1928 mulai dikumandangkan.
Pengakuan bangsa Indonesia yang menyatakan
“kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi
bahasa persatuan bahasa Indonesia jelas
menunjukkan hal tersebut.
d) Prof. Dr. Slametmulyana: menyatakan bahwa
bahasa Indonesia lahir sejak dikumandangkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 karena sejak itu negara
Indonesia lahir.
e) Drs. C.A. Mees, seorang sarjana Belanda yang
menyatakan bahwa bahasa Indonesia lahir pada
25 Juni 1918 karena pada tanggal, bulan, dan
tahun tersebut bahasa Melayu mendapat
pengakuan secara resmi dalam Dewan Rakyat
Pemerintahan Belanda.

4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai


bahasa Indonesia?
a) bahasa Melayu merupakan bahasa lingua franca
di Indonesia: sebagai bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
b) bahasa Melayu memiliki sistem yang sangat
sederhana sehingga dengan mudah dan cepat
dapat dipahami.
c) adanya kesanggupan bahasa itu menjadi bahasa
kebudayaan dalam arti yang sangat luas.
d) secara psikologis hampir semua suku di
Indonesia rela menerima bahasa melayu menjadi
bahasa nasional.
e) potensi lain yang dimiliki oleh bahasa Melayu
bersifat fleksibel dan dinamis, strukturnya
sangat sederhana, daerah sebarannya sangat
luas, berfungsi sebagai pemersatu, pemisah,
prestise, dan kerangka acuan serta sikap
pemakai bahasa yang setia, bangga, dan sadar
akan norma bahasa.

1.2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa


Indonesia?
a) Sebagai bahasa nasional/persatuan yang
berfungsi sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan, lambang identitas nasional, alat
yang menghubungkan berbagai suku dengan
latar belakang sosial budaya yang berbeda-
beda, dan sebagai alat perhubungan antardaerah
dan antarbudaya.
b) Sebagai bahasa negara/resmi yang berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, alat
perhubungan di tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksaan
pembangunan nasional,sebagai bahasa resmi
dalam kebudayaan dan pemanfaatan iptek.
1.3 Peristiwa penting dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia.
a) Peristiwa tahun 1901: ejaan resmi bahasa
Melayu yang dikenal dengan Ejaan Van
Ophuysen dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
b) Peristiwa 1908: pemerintah Belanda
mendirikan badan penerbit buku-buku bacaan
yang dikenal dengan nama Taman Bacaan
Rakyat yang kemudian pada tahun 1917
menjadi Balai Pustaka.
c) Peristiwa 28 Oktober 1928: merupakan
tonggak sejarah yang sangat penting dengan
dikumandangkannya Sumpah Pemuda, bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional.
d) Peristiwa tahun 1933: berdirinya angkatan
sasatrawan muda yang bernama Pujangga
Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dengan menerbitkan majalah
Pujangga Baru.
e) Peristiwa tahun 1938: Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo
f) Peristiwa tahun 1942—1945: pemerintah
Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi antara pemerintah Jepang dan
rakyat Indonesia.
g) Peristiwa tahun 1945 dengan terwujudnya
UUD 1945 bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi
h) Peristiwa 19 Maret 1947: diresmikannya
penggunaan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.
i) Peristiwa tahun 1954: Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan
j) Peristiwa 16 Agustus 1972: ditetapkannya
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
k) Peristiwa 31 Agustus 1972: ditetapkan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
l) Peristiwa tahun 1978: Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta; Kongres Bahasa
Indonesia IV, V, VI masing-masing tahun
1983, 1998, 2003 di Jakarta.
II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
2.1. Ragam Bahasa

Ragam: Variasi pemakaian bahasa yang


timbul sebagai akibat adanya
perbedaan sarana, situasi, dan norma
pemakaiannya

Sarana: Sarana yang digunakan meliputi


sarana lisan dan tertulis sehingga
menimbulkan ragam lisan dan ragam
tulis.

2.2 Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam


Tulis
a. Ragam lisan cenderung tidak lengkap,
artinya informasi yang disampaikan
tidak gramatika dalam berbahasa.
Kelengkapannya dijelaskan oleh
intonasi, isyarat, dan situasi
pembicaraan.
Contoh: “Bu berapa cabainya?”
“Seribu tujuh ratus lima puluh”.
“Bisa kurang?”
Seribu lima ratus saja Pak!”
”Kenapa dia, Anto?”
”Tahu Pak, Miring kali”
(sambil menaruh jari telunjuk
di dahi)
b.Ragam tulis: fungsi-fungsi gramatikal
dinyatakan secara jelas dan lengkap.
(fungsi subjek, predikat, objek, ejaan).
c. Ragam lisan sangat terikat dengan
situasi, ruang, dan waktu, misalnya,
ragam di pasar berbeda dengan ragam
di sekolah.
d.Ragam tulis tidak terikat, misalnya
bahasa Indonesia dalam sebuah buku
oleh orang Indonesia di Amerika
e. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi,
tinggi rendahnya suara dan panjang
pendeknya suara.

Dalam pemakaiannya di masyarakat, Ada


ragam lisan yang dituliskan (dialog dalam
fiksi: drama, sinetron) ada ragam tulis yang
dilisankan, misalnya naskah pidato, naskah
siaran berita di media elektronik.
Situasi: meliputi ragam formal (resmi) dan
ragam nonformal (tak resmi).
Ciri ragam formal ditandai dengan
pemakaian unsur kebahasaan yang
memperlihatkan tingkat kebakuan yang
tinggi, sedangkan ragam nonformal
ditandai dengan pemakaian unsur
kebahasaan yang memperlihatkan
tingkat kebakuan yang rendah.
Bidang: ragam bahasa dapat dibedakan
ragam sastra, ragam hukum, ragam
kedokteran, ragam teknologi, ragam
jurnalistik, ragam militer, dan ragam
ekonomi
RagamLisan RagamFormal: seminar

Ragam nonformal: warung kopi


Ragam
Bahasa
Ragam Formal: makalah, skripsi
Ragam Tulis
Ragam nonformal:catatan harian

Norma: meliputi ragam baku dan ragam


takbaku. Ragam baku adalah ragam
bahasa yang pemakaiannya sesuai
dengan kaidah bahasa (tata bahasa,
kamus, ejaan, pedoman pembentukan
kata dan istilah), sedangkan ragam
takbaku adalah ragam bahasa yang
menyimpang dari kaidah bahasa.

2.3 Ciri Karangan Ilmiah


a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan benar
b.mengetengahkan permasalahan dalam
bidang ilmu tertentu
c. mengetengahkan permasalahan secara
utuh dan lengkap: ada bagian
pendahuluan, bagian pembahasan, dan
bagian simpulan (saran)
d.permasalahan dibahas secara rasional
dan tidak emosional
e. pengutaraan pendapat yang didukung
oleh fakta
f. alur pemaparan atau analisis secara
sistematis dan runut

2.4 Ciri Ragam Ilmiah


a. pemakaian bahasa baku
b.tidak mengandung unsur yang bersifat
perasaan (subjektif) dan memberikan
uraian secara objektif
c. tidak bermakna ganda
d.tidak mengandung nilai rasa yang
berlebihan (bebas dari nilai rasa
(konotatif) sebaliknya bersiafat
denotatif.
e. Segar dan tidak membosankan (ingat
variasi
kalimat)

2.5 Ciri Ragam Baku


a. penggunaan awalan secara eksplisit dan
konsisten
b.penggunaan kata tugas secara jelas
c. penggunaan struktur logika yang tidak
rancu
d.penggunaan fungsi-fungsi gramatika
secara eksplisit dan konsisten
e. Penggunaan bentuk-bentuk gramatika
yang tidak redundan (berlebihan).
f. menghindari bentuk-bentuk pemendekan
kata/kalimat.
g.Menghindari pemakaian unsur
gramatika, leksikal, dan lafal yang
berbau kedaerahan
h.Penggunaan kata sapaan secara formal
i. Penggunaan pola urutan aspek + pelaku
+ kata kerja, misalnya akan kuambil,
akan saya laksanakan, telah mereka
lakukan.
j. Penggunaan bentukan terpadu, misalnya
menyusahkan bukan membuat susah,
dinaikkan bukan dikasih naik

2.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan


Benar
Pandangan para pakar
1.Nugroho Notosusanto: “baik dan
tidaknya suatu bahasa diukur dari
tercapaitidaknya tujuan yang dimaksud
dalam menggunakan alat tersebut”

2.Yos Daniel Parera: “Baik tidaknya suatu


bahasa dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
tujuan dan pemakaian kaidah. Bahasa
yang baik ialah bahasa yang dapat
mengungkapkan pikiran secara tepat dan
benar, serta kalimat yang digunakan
dibentuk oleh kaidah bahasa”

3.Anton M. Moeliono:
Baik: pemanfaatan ragam yang tepat
dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa.
Benar: berbahasa bukan hanya sebagai
alat komunikasi (asal mengerti),
tetapi perlu menaati norma
pemakaian bahasa (sesuai dengan
kaidah: lafal, ejaan, tata kata, tata
kalimat)

2.7 Ada empat Pemakaian berbahasa


Indonesia yang Baik dan Benar
a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan benar: penulisan laporan, skripsi
b. pemakaian bahasa yang baik, tetapi tidak
benar, misalnya dalam situasi formal:
Masalah yang saya ingin tanyakan adalah
sebagai berikut. Pemakaian bahasa
semacam itu masih dipandang baik, tetapi
susunan kalimatnya tidak benar.
c. pemakaian bahasa Indonesia yang tidak
baik dan benar, misalnya ragam nonformal
dipakai dalam situasi formal
d. pemakaian bahasa yang tidak baik dan
tidak benar, misalnya ragam nonformal
dipakai dalam karya tulis.
Jadi, berbahasa yang baik dan benar harus
memperhatikan situasi pemakaiannya dan
kaidah yang digunakan.
III. Membaca Kritis Berbagai wacana
untuk Menulis

3.1 Ciri Pembaca yang efisien


1. Mempunyai kebiasaan yang baik dalam
membaca.
2. Mengerti betul isi buku yang dibaca.
3. Setelah membaca, dapat mengingat sebagian
besar pokok-pokok yang dibaca
4. Dapat membaca dengan cepat

3.2 Kebiasaan-Kebiasaan yang Baik dalam Membaca


1. Mengindahkan syarat kesehatan dalam
membaca, khususnya kesehatan mata
2. Menyususn dan mengatur penggunaan waktu
3. Menyiapkan alat tulis untuk membuat tanda-
tanda dan catatan-catatan.
4. Sering mengunjungi perpustakaan untuk
membaca.
5. Membaca pustaka setiap mata pelajaran.
6. Memusatkan perhatian secara penuh ketika
membaca.
3.3 Ketentuan Lain yang Perlu Dicermati
1. Ketika membaca, sewaktu-waktu
memecamkan mata atau melihat ke tempat yg
jauh.
2. Sebaiknya cahaya penerang datang dari
belakang dan cahaya penerang cukup.
3. Pada halaman buku tidak terdapat bayangan .
4. Ketika membaca, buku dipegang dan tidak
diletakkan pada tempat datar.
5. Jarak mata dan buku kira-kira 25 s.d. 30 cm.
6. Sedapat-dapatnya membaca di ruang/meja
belajar dan tidak sambil tiduran.
7. Lama membaca sekitar 1 s.d. 2 jam setiap kali
membaca.
III.4 Metode Membaca Kritis: SQ-3R dan
PQRST
3.4.1 Metode SQ-3R oleh Prof. Francis P. Robinson
1. Survai (menyelidiki)
2. Question (mengajukan pertanya)
3. Read (membaca)
4. Recite (mengucapkan kembali)
5. Review (Mengulang)
3.4.2 Metode PQRST oleh Dr. Thomas F. Staton
1. Preview (menyelidiki)
2. Question (mngajukan pertanyaan)
3. Read (membaca)
4. State (menyatakan)
5. Test (menguji)
3.5 Membaca Kritis untuk Menulis
1.Pengertian
2. Ragam Membaca Kritis
a. Membaca Cepat untuk mencari topik
b. Membaca Cepat untuk Khusus
c. Membaca Teliti untuk Informasi Informasi Rinci
d. Membaca kritis Artikel Ilmiah
e. Membaca Kritis Artikel Populer
f. Membaca Buku Ilmiah
4. Membaca Kritis Artikel Ilmiah
a. Mengenali tesis/pernyataan masalah
b. Meringkas butir-butir penting setiap artikel
c. Menyitir konsep-konsep penting
d. Menentukan bagian yang akan dikutip
e. Menentukan implikasi sumber yang dikutip
f. Menentukan posisi penulis sebagai pengutif

5. Membaca Kritis Artikel Populer


a. Mengenali persoalan utama/isu yang dibahas
b. Menentukan relevansi isu dg tulisan yg
dihasilkan
c. Memanfaatkan isu artikel populer untuk
inspirasi menulis
d. Membedakan isi artikel populer dg isi artikel
ilmiah dan buku ilmiah

6. Membaca Kritis Buku Ilmiah


a. Memanfaatkan indeks untuk menemukan
konsep penting
b. Menemukan konsep-konsep penting,
metode, dan teori (pandangan ahli, hasil
penelitian)
c. Menentukan dan menandai bagian-bagian
yang dikutip
d. Menentukan implikasi sumber yg dikutip
e. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
7. Membaca Kritis Bahan-Bahan dalam Internet
a. Mencari dan menemukan bahan-bahan
b. Memilih dan mengevaluasi bahan-bahan dalam
jaringan internet untuk bahan tulisan
c. Menemukan dan memahami gagasan penting
d. Memanfaatkan secara kritis bahan-bahan dalam
jaringan internet
IV. Menulis Akademik
4.1 Jenis Karya Tulis Ilmiah: makalah,
artikel, dan laporan penelitian
4.2 Mencermati Ejaan Bahasa Indonesia
1) Aktivitas Berbahasa
Berbahasa Lisan Berbahasa
Lafal Kosakata Lisan Baku
Tata Bahasa

Berbahasa Berbahasa
Nonbaku

Berbahasa Tulis
Ejaan Kosakata Berbahasa
Tata Bahasa Tulis Baku

2) Ejaan dan Tataran Kebahasaan Lain

Wacana
Paragraf
Kalimat
Kata Ejaan
3) Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan van Ophuysen (1901)

Sumpah Pemuda (1928)

Kongres BI I (1938)

Ejaan Soewandi (1947)

Kongres BI II (1954)

Konsep Ejaan Pembaharuan (1957)

Perjanjian Persahabatan
RI dan Malaysia (1959)

Konsep Ejaan Melindo (1959)


Konfrontasi

Kesepakatan Kerja Sama


RI dan Malaysia (1967)

Konsep Ejaan LBK


Diterima (1967)

Komunikasi Bersama Menteri P dan K


Dengan Menteri Pelajaran Malaysia (1972)

Ejaan Ejaan Bahasa Indonesia


Malaysia yang Disempurnakan
4) Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia

(1) Ejaan van Ophuysen (1901)


(2) Ejaan Soewandi/Ejaan Republik (1947)
(3) Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (16 Agustus 1972)
(a) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(27 Agustus 1975)
(b) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(9 September 1987)
(c) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(1994)

5) Faktor-Faktor Perubahan Ejaan

(1) Pertimbangan teknis: setiap fonem


dilambangkan oleh satu huruf;
(2) Pertimbangan praktis: setiap
pelambangan itu disesuaikan dengan
keperluan;
(3) Pertimbangan ilmiah: pelambangan
mencerminkan studi yang mendalam
tentang kenyataan linguistik dan sosial
6) Norma-Norma Pokok EYD
(1) Pemakaian Huruf
(2) Penulisan Huruf Kapital dan Huruf
Miring
(3) Penulisan Kata
(4) Penulisan Unsur Serapan
(5) Pemakaian Tanda Baca

7) Beberapa Kesalahan Umum


A.
(1) …ba
gian

(2) …masing-ma
sing

(3) …kependidi
kan

(4) … a-
tau

(5) …me
ngadakan
B.
(1) Kebijakan Link and Match adalah …
(2) …perampingan program studi di
Perguruan Tinggi…
(3) …IPTEK…
(4) Dalam pandangan Hukum Adat
seseorang…
(5) …adanya beban kewajiban dalam
“ngayahang” bagi warga …
(6) … karena Hukum Adat maupun
Awig-Awig…
(7) …dibagi tiga, yaitu Darat, Pesisir, dan
Rantau.
(8) …dalam bukunya Function Grammar
of English.
(9) … atraksi budaya yang dipariwisata-
kan sebagai konsep …
(10) …Pertunjukan Tradisional adalah
produk seni …

C.
(1) ..(polemik antar bidang harus dipikir-
kan)…
(2) … Bagaimana tatacara pengenaan
sanksi …
(3)… Hanya ketidak tahuan ini …
(4) Disini bahasa sangat berperan …
(5) Disamping itu, nada/cara …
(6) … teknologi pasca panen …
(7) Untuk itu di dalam penyampaian …
(8) … tempat atma suci yang telah
dilinggihkan.
(9) …seniman dengan dilatar belakangi…
(10) …setiap daerah memiliki kekhasan
tersendiri.

D.
(2) …aktifitasnya sendiri…
(3) …secara teoritis…
(4) …kehilangan makna relijius dan…
(5) Hasil adaptasi makluk…
(6) Kebudayaan didifinisikan sebagai…
(7) Politheisme mengungkapkan…
(8) Secara subyektif dapat dikatakan…
(9) Pada jaman globalisasi ini…
(10) …sebuah esei yang membahas…
(11) …secara hirarkis memperlihatkan…

E.
(1) …
Oleh: Syahrial
(2) Bahkan, jauh sebelum Baker, …
(3) Dalam kebudayaan Eropa misalnya
periode Abad Pertengahan…
(4) Namun selalu ada keyakinan…
(5) Jadi perkembangan pariwisata …
(6) …khususnya Tanah Karangan Desa
dan Tanah Ayahan Desa.
(7) ...misalnya banyak dijadikan/didirikan
Home Stay, Café, Bar & Restourant,
Art Shop, Hotel, Butik, Tourist Deffice,
Tourist Information Centre dan lain-
lainnya.
(8) Berlangsung dari tanggal 9 s/d 14
Agustus 2002.
(9) Pembatasan demikian cukup
beralasan, karena kesusastraan
Indonesia pada masa ini, memasuki
satu lembaran baru.
(10) Kelompok non-sastra adalah
berbagai khasanah…
V. Pemakaian Kata dan Istilah

Kata adalah satuan bahasa yang dapat


berdiri sendiri dan terdiri atas morfem
tunggal atau gabungan morfem.
Istilah kata atau gabungan kata yang
dengan cermat mengungkapkan suatu
makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu.

1. Tata Kata
Secara umum tata kata meliputi kata
dasar dan kata jadian. Kata jadian terdiri atas
kata berimbuhan, kata ulang, dan kata
majemuk.

(1) Pembentukan Kata Berimbuhan


a. Kaidah Pembentukan Kata Berimbuhan
(a) Imbuhan meN- dan peN- menjadi me-
dan pen
Contoh: merawat, perawat
melamar, pelamar
meminum, peminum
menamai, penamaan
mewarisi, pewaris
meyakinkan, peyakinan
menganga
menyanyi, penyanyi

(b) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mem-


dan pem-
Contoh: membawa, pembawa
memandu, pemandu
memfitnah, pemfitnah
memvonis, pemvonis

(c) Imbuhan meN- dan peN- menjadi men-


dan pen-
Contoh: menuduh, penuduh
mendakwa, pendakwa
mencuri, pencuri
menjual, penjual
menziarahi, penziarah
mensyukuri, pensyukuran

(d) Imbuhan meN- dan peN- menjadi meng-


dan peng-
Contoh: mengarang, pengarang
mengganggu, pengganggu
menghasut, penghasut
mengkhianati, pengkhianat
mengatur, pengatur
mengekor, pengekor
menginap, penginap
mengobati, pengobatan
mengukur, pengukur

(e) Imbuhan meN- dan peN- menjadi meny-


dan meny-
Contoh: menyayangi, penyayang
menyapa, penyapa
menyulap, penyulap
menyikat, penyikat

(f) Imbuhan meN- dan peN- menjadi menge-


dan penge-
Contoh: mengecat, pengecat
mengebom, pengebom
mengelas, pengelas
mengepel, pengepel
mengecek, pengecek
mengetes, pengetes

b. Kecenderungan Kesalahan Pembentukan


Kata
(a) Penanggalan awalan meN- dan ber-
Contoh: lantik melantik
luncurkan meluncurkan
akui mengakui
larikan melarikan
gunakan menggunakan
jumpa berjumpa
beda berbeda
hasil berhasil
renang berenang

(b) Pembentukan kata karena anggapan yang


keliru
Contoh: merubah mengubah
berjoang berjuang
ilmiawan ilmuwan
rohaniawan rohaniman
gerejani gerejawi

(c) Peluluhan bunyi [c]


Contoh: menyuci mencuci
menyaci mencaci
menyicipi mencicipi
menyontoh mencontoh
menyongkel mencongkel

(d) Bunyi yang tidak diluluhkan


Contoh: mengkikis mengikis
mentaati menaati
mensukseskan menyukseskan
menterjemahkan menerjemahkan

(e) Penyengauan kata dasar


Contoh: ngantuk mengantuk
nabrak menabrak
nangis menangis
nyuap menyuap

(f) Bentuk meN- dengan kata yang bersuku


Satu
Contoh: mempel mengepel
mensahkan mengesahkan
mencap mengecap
menlap mengelap
mentes mengetes
(g) Pemakaian awalan ke- yang keliru
Contoh: ketabrak tertabrak
kebawa terbawa
ketawa tertawa
keburu terburu
kebakar terbakar

(h) Pemakaian akhiran {-ir}


Contoh: mengkoordinir mengoordinasi
dilokalisir dilokalisasi
dilegalisir dilegalisasi
memproklamirkan memproklamasikan
dikonfrontirkan dikonfrontasikan
turinisasi usaha penanaman turi
lelenisasi usaha penernakan lele
neonisasi usaha pemasangan neon
pompanisasi gerakan pemasangan pompa
koranisasi usaha pemasyarakatan koran
abatesasi usaha pemasyarakatan abate

(i) Penghilangan sebagian bentuk kata


Contoh: gitu begitu
gimana bagaimana
slama selama
nggak tidak

(2) Kata Baku dan Tidak baku


Kata Baku Kata Tidak Baku
advis adfis
aerobik erobik
akuntan akountan
antre antri
arkais arkhais
asas azas
atlet atlit
ekstrem ekstrim
faksimil feksimil
Februari Pebruari
film filem
frekuensi frekwensi
formal formil
geladi bersih gladi bersih
hierarki hirarki
insaf insyaf
jadwal jadual
jumat jum`at
kabar khabar
kanker kangker
karier karir
kelola klola, lola
khawatir kuatir
khotbah khutbah, kotbah
kompleks komplek, komplex
korps korp
kongres konggres
konkret konkrit, kongkrit
kualitas kwalitas
kuantitas kwantitas
kuesioner kwesioner
kuitansi kwitansi
kurva kurve
lazim lasim
lembap lembab
manajemen managemen
mengelola melola
metode metoda
misi missi
material materiil
nahkoda nakhoda
November Nopember
paruh paro
peraga praga
persen prosen
persentase prosentase
prangko perangko
sah syah
stasiun setasiun
sistem sistim
struktural strukturil
sutera sutra
syahdu sahdu
teknik tehnik
tenteram tentram
terampil trampil
trotoar trotoir
ubah rubah
wakaf wakap
wasalam wassalam
wujud ujud
zaman jaman
ziarah jiarah

(3) Pemilihan Kata


a. Kriteria Pemilihan Kata
(a) Ketepatan
Ketepatan pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan memilih kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat
dan gagasan itu dapat diterima secara tepat
oleh pembaca.
Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika
pemakai bahasa mampu memahami
perbedaan:
(i) kata-kata yang bermakna denotatif
dan konotatif.
Contoh: istri, bini; kambing hitam,
kambing hitam
(ii) kata-kata yang bersinonim.
Contoh: kelompok, rombongan,
kawanan, gerombolan
(b) Kecermatan
Kecermatan pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan memilih kata yang
memang benar-benar diperlukan untuk
mengungkapkan gagasan tertentu.
Sehubungan dengan hal itu, perlu
dicermati hal-hal berikut.
(i) penggunaan makna jamak ganda
Contoh: sejumlah desa-desa
para guru-guru
(ii)penggunaan kata yang mempunyai
kemiripan makna atau fungsi secara
berganda.
Contoh: agar supaya
adalah merupakan
demi untuk
seperti misalnya
contohnya seperti
hanya...saja
sangat ...sekali
(iii)penggunaan makna kesalingan secara
berganda.
Contoh: saling pengaruh-memengaruhi
saling pinjam-meminjam
saling tuduh-menuduh
saling pukul-memukul
Selain itu,
membahas tentang
maksud daripada
terbuat daripada
di mana
yang mana
(c) Keserasian
Keserasian pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan menggunakan kata-kata
yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Contoh:
jalan agung
jaksa besar
guru raya
akbar

Beberapa Pilihan Kata yang Tidak Tepat


(a) saya, kita, dan kami
(b) kebijakan dan kebijaksanaan
(c) mantan dan bekas
(d) jam dan pukul
(e) dari dan daripada
(f) nyaris dan hampir
(g) melempari dan melemparkan
VII. Tata Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata
yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat khas
dalam bidang tertentu.

(1) Sumber Istilah


Sumber istilah meliputi (a) kosakata
bahasa, baik yang lazim maupun yang tidak
lazim dipakai, (b) kosakata bahasa
serumpun, (c) kosakata bahasa asing dengan
mengutamakan istilah bahasa Inggris yang
pemakaiannya sudah internasional.

(2) Prosedur Pembentukan Istilah


Prosedur pembentukan istilah bahasa
Indonesia haruslah sesuai dengan langkah-
langkah dan ketentuan pada pedoman umum
pembentukan istilah, seperti berikut.
a. menetapkan konsep
b. memprioritaskan kosakata
bahasa Indonesia yang lazim dipakai
c. jika ketentuan (b) tidak terpenuhi
gunakan bahasa Indonesia yang tidak
lazim
d. gunakan kosakata dalam bahasa
serumpun yang lazim dipakai
e. gunakan kosakata dalam bahasa
serumpun yang tidak lazim dipakai
f. dapat menggunakan kosakata dalam
bahasa asing terutama bahasa Inggris
g. dapat menggunakan kosakata dalam
bahasa asing lainnya
Calon istilah yang diperoleh berdasarkan
langkah b, c, d, dan e haruslah memenuhi
kriteria berikut.
a. ungkapan yang paling tepat
b. ungkapan yang paling singkat
c. ungkapan yang berkonotasi baik
d. ungkapan yang sedap didengar
e.kata umum yang diberi makna khusus

Calon istilah yang diperoleh berdasarkan


langkah f dan g haruslah memenuhi kriteria
berikut.
a. ungkapan asing yang paling cocok
b. ungkapan asing yang paling singkat
c. ungkapan asing yang memudahkan
pengalihan antarbahasa
d. ungkapan asing yang memudahkan
kesepakatan.
Di samping itu, dalam pembentukan istilah
melalui penyerapan dan penerjemahan
hendaknya memenuhi kriteria berikut.
e. ungkapan asing dengan arti umum
diterjemahkan dengan arti umum
f. ungkapan yang berhubungan
diterjemahkan dengan bersistem
Secara skematis prosedur pembentukan
istilah dapat digambarkan berikut ini.
Konsep

Kriteria
Kata dalam bahasa Indonesia a.
b.
c.
Kata dalam bahasa serumpun d.
e.

Kata dalam bahasa Inggris Melalui Kriteria


a. Penyerapan a.
b. penerjemahan b.
c. penyerapan c.
Kata dalam bahasa asing lainnya dan penerjemahan d.
e.
f.
(3) Pengindonesiaan Istilah Asing
Pengindonesiaan istilah asing
dilakukan melalui tiga jalur, yaitu (1) jalur
penyerapan, (2) jalur penerjemahan, dan (3)
jalur penyerapan dan penerjemahan
a. Jalur Penyerapan
Penyerapan istilah asing ke dalam
bahasa Indonesia adalah pengindonesiaan
istilah asing dengan menyerap istilah asing
dengan (a) penyesuaian lafal dan (b) ejaan
bahasa Indonesia.
Contoh:
chromosome kromosom
volume volume
formal formal
study studi
accountancy akuntansi
accountant akuntan
accumulation akumulasi
active investor investor aktif
administration administrasi
asset aset
audit audit
fluctuation fluktuasi
internal transaction transaksi internal
inventory inventaris
voucher vaucer

b. Jalur Penerjemahan
expert pakar
edit sunting
event peristiwa
establish mapan
baby sister pramusiwi
ambiguous taksa, mendua
ambigu
appearance penampilan
accessory pelengkap
absurd aneh, ganjil
announcer pewara
expose singkap
list senarai
masterpiece adikarya
monitor pantau
monitoring pemantauan
pavilion anjungan
pub kedai
snack kudapan
supervisor penyelia
transliteration alih aksara
translation alih bahasa
transcription alih tulis
tissue selampai
after-salesservice layanan pascajual
arrearage tunggakan
basic rate tarif dasar
basic price harga dasar
branch office kantor cabang
capital market pasar modal
closing balance saldo akhir
credit risk risiko kredit
customer service layanan pelanggan
financial institution lembaga keuangan
foreign exchange valuta asing
go public masuk bursa
service cost biaya layanan
service fee uang jasa
working capital modal kerja
wholesale grosir

c. Jalur Gabungan Penyerapan dan


Penerjemahan
active stock saham aktif
financial transaction transaksi keuangan
foreign investmen investasi asing
health insurance asuransi kesehatan
life insurance asuransi jiwa
subdivision subbagian
note book buku catatan
sales promotion promosi penjualan
sales distribution distribusi penjualan
stock exchange bursa efek
subsidiary anak perusahaan
Beberapa istilah yang enak didengar dan
yang tidak enak didengar

Yang enak didengar Yang tidak


pramuria hostes
tunasusila pelacur
tunarungu tuli
tunakarya penganggur
pramuwisma PRT
pramuniaga pelayan toko
pramusiwi pengasuh anak/bayi
pramunikmat tukang pijat

Beberapa istilah yang dianjurkan dan yang


tidak dianjurkan

Yang dianjurkan Yang tidak


anus lubang pantat
feces tinja
urin air kencing
amputasi pemotongan bagian tubuh
oksigen zat asam
energi tenaga, kekuatan

VIII. UTS
IX. Menulis Akademik (Lanjutan)
9.1 Pemakaian Kalimat
1. Pengertian
Kalimat adalah rangkaian kata yang
dapat dapat mengungkapkan gagasan, perasaan,
atau pikiran yang relatif lengkap. Kalimat
merupakan satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa
lisan ditandai dengan kesenyapan dan diakhiri
oleh kesenyapan final, sedangkan dalam bahasa
tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca, seperti titik, tanda tanya,
atau tanda seru.

Contoh
(1) Rumah itu bagus.
(2) Rumah itu bagus?
(3) Rumah itu bagus!
(4) Rumah bagus itu dipugar oleh
pemiliknya.
Bandingkan dengan:
(1) Rumah bagus itu.
(2) Rumah yang bagus itu.
(3) Rumah bagus yang terletak di sudut jalan
yang pintu pagarnya sering terkunci itu.
(4) Rumah bagus yang sedang dipugar oleh
pemiliknya.

9.2 Ciri Kalimat


Bentuk sekurang-kurangnya sebuah
kalimat harus mengandung
unsur subjek dan unsur
predikat
Unsur-unsur yang berupa subjek dan
predikat itu dapat dipertukarkan posisinya.
Subjek atau predikat dapat diketahui dari
jawaban atas pertanyaan apa atau siapa dan
mengapa atau bagaimana

Makna sebuah kalimat harus


mengandung informasi yang
relatif lengkap.

Berterima sebuah kalimat harus


berterima dari norma sosial

Cermati kalimat berikut.


(1) Pembangunan di Bali untuk
menyejahterakan masyarakat Bali.
(2) Dalam pertemuan itu dihadiri oleh para
guru se-Bali.
(3) Pada kesempatan itu Gubernur Bali, Made
Mangku Pastika mengatakan bahwa kerja
sama antarinstansi pemerintah perlu terus
ditingkatkan.
(4) Dia bilang...; Dia mengatakan...; Dia
mengatakan bahwa...

9.3 Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia


Sebuah kalimat (ragam formal) harus
mengandung kelengkapan unsur, tuntas atau
utuh dari segi makna, dan berterima dari segi
sosial budaya masyarakat pemakainya. Ditinjau
dari segi fungsinya, kalimat bahasa Indonesia
terdiri atas unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan.
Ciri Subjek
*jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
*umumnya, berupa nomina
*disertai pewatas keterangan yang
*disertai kata ini atau itu
*tidak didahului kata depan

Ciri Predikat
*jawaban atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana
*dapat didahului dengan keterangan
aspek: sudah, belum, sedang
*dapat diingkarkan dengan tidak/bukan
*tidak disertai pewatas keterangan yang

Ciri Objek
* kehadirannya tidak wajib
* berupa kata nomina
*berada di belakang predikat
*tidak didahului kata depan
*dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif
*terdapat dal;am kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja transitif

Ciri Pelengkap
*kehadirannya bersifat wajib
*pelengkap tidak dapat menduduki subjek
karena kalimatnya tidak dapat dipasifkan

Ciri Keterangan
*kehadirannya tidak wajib
*posisinya dapat dipindah-pindahkan: di
awal, di tengah, dan di akhir kalimat
Singkatnya, pola dasar kalimat bahasa
Indonesia terdiri atas empat pola dasar,
yaitu:
(1) Subjek-Predikat
Contoh: Ayah pergi
(2) Subjek-Predikat-Objek
Contoh: Ibu membeli lauk-pauk
(3) Subjek Predikat-Pelengkap
Contoh: Indonesia berdasarkan
Pancasila
(4) Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap
Contoh: Ibu membuatkan ayah
secangkir kopi
Unsur keterangan dapat ditambahkan pada
setiap pola dasar tersebut.

Ciri Pola Dasar Kalimat


*berupa kalimat tunggal
*terdiri atas subjek dan predikat
*selalu diawali dengan subjek
*dapat dikembangkan menjadi kalimat
luas

9.4 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Berdasarkan pola pembentukannya,
kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan
menjadi dua jenis kalimat, yaitu kalimat
tunggal dan kalimat majemuk

1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri atas satu pola dasar, yakni
kalimat yang berpola S-P, S-P-O, S-P-PEL
S-P-O-Pel. Betapapun panjangnya sebuah
kalimat—jika hanya mempunyai sebuah
pola dasar—tetap disebut sebagai kalimat
tunggal.

2) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas dua pola dasar atau lebih.
Kalimat majemuk dapat dipilah menjadi
dua, yaitu kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat.

a) Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat
majemuk yang unsur-unsurnya memiliki
kedudukan setara atau sederajat. Kalimat
majemuk setara dapat ditandai dengan
ungkapan penghubung kesetaraan yang
digunakan, yaitu: dan, atau, lalu, kemudian,
tetapi, melainkan, dan sedangkan.

b) Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat yang sering
disebut kalimat majemuk tidak setara
merupakan kalimat yang unsur-unsurnya
pembentuknya mempunyai kedudukan yang
tidak sederajat, bagian yang satu
berkedudukan sebagai bagian inti (induk
nkalimat) dan bagian lain yang berupa
bagian noninti (anak kalimat). Kalimat
majemuk bertingkat ditandai dengan
ungkapan penghubung yang digunakannya,
seperti: jika, kalau, apabila, andaikata,
sebab, karena, ketika, bahwa, agar, supaya,
meskipun,dan walaupun.
X. Kalimat Efektif
10.1 Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan atau tenaga untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara
atau penulis. Jadi, ada dua hal yang perlu
dicermati berdasarkan rumusan tersebut,
yakni (1) kalimat yang secara tepat dapat
mewakili gagasan atau pikiran pembicara
atau penulis dan (2) kalimat-kalimat itu
sanggup menimbulkan gagasan yang
hampir sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

10.2 SyaratKalimat Efektif


a. Kesatuan
b.Kepaduan (koherensi)
c. kehematan
d.Kesejajaran
e. Ketegasan (penekanan)
f. Kevariasian
g.Kelogisan
a) Kesatuan
Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila
terpenuhinya syarat kesatuan gagasan. Ciri
kesatuan gagasan tercermin pada adanya
fungsi subjek dan predikat sebagai syarat
minimal kalimat. Secara praktis, kesatuan
gagasan diwakili oleh fungsi subjek dan
fungsi predikat.
Kesatuan gagasan meliputi kesatuan
tunggal, gabungan, pilihan, dan kesatuan
yang mengandung pertentangan.
Contoh:
(1) Penduduk desa itu mendapat
penjelasan tentang kesehatan.
(2) Ayah membaca koran dan Ibu
memasak di dapur.
(3) Anda boleh menyusul saya ke ruangan
dosen atau tunggu saya di luar
sebentar saja.
(4) Kakak bekerja di perusahan garmen
tetapi ia tidak senang dengan
lingkungan kerja di perusahaan itu.
Kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat kesatuan
(1) Fungsi Subjek tidak jelas
(2) Fungsi subjek ganda
(3) Predikat tidak jelas (tidak berpredikat)
(4) Fungsi subjek dan predikat tidak ada
(kalimat buntung)
(5) Penanda fungsi keterangan dihilangkan

b) Kepaduan (Koherensi)
Syarat kepaduan ditandai oleh
keselarasan hubungan antarfungsi yang satu
dengan fungsi yang lain. Artinya, adanya
keselarasan antarfungsi akibat kepaduan
hubungan timbal balik yang baik dan jelas
antarfungsi kalimat, misalnya, keselarasan
hubungan antara subjek dan predikat,
keselarasan antara predikat dan objek, serta
keselarasan antara predikat dan pelengkap.

c) Kehematan
Syarat kehematan ditandai dengan
penggunaan unsur-unsur kalimat yang hemat
dan tidak berlebihan (mubazir). Kehematan
meliputi pemakaian kata yang hemat dan
tepat, baik dari pembentukannya maupun
pilihan kata yang digunakannya.

d) Kesejajaran
Syarat kesejajaran dalam kalimat
meliputi kesejajaran antara gagasan yang
diungkapkan (makna) dan bentuk bahasa
sebagai sarana pengungkap gagasan itu.
Adanya kesejajaran makna (gagasan yang
diungkapkan) dan kesejajaran bentuk
menyebabkan informasi yang diungkapkan
menjadi mudah dipahami.

e) Ketegasan (penekanan)
Syarat penekanan ditandai dengan
pemakaian partikel penekan, seperti lah, tah,
kah, pun dalam pemakaian kalimat.

f) Kevariasian
Syarat kevariasian ditandai dengan
pemakaian kalimat yang bervariasi,
misalnya, pemakaian kalimat aktif-pasif,
kalimat panjang dan kalimat pendek,
pemakaian kata yang bersinonim

1. Kelo
gisan
Syarat kelogisan ditandai dengan
penalaran (nalar, logika) yang mendasari
kalimat. Jika kalimat tidak didasari atas
penalaran yang baik, kalimat yang dibentuk
akan sulit dipahami.

Setelah mempelajari dan memahami


syarat/ciri kalimat efektif, kemudian
cermati, pahami, dan jelaskan kalimat-
kalimat berikut ini.
1.Sekarang ini di Bali terkenal patung-patung
yang bercorak sangat primitif.
2.Di Rumah Sakit Sanglah penuh sesak
penderita demam berdarah.
3.Karena bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu.
4.Untuk penyusunan laporan penelitian ini
memerlukan waktu yang lama.
5.Soal itu saya kurang jelas.
6.Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh
para dosen.
7.Terhadap orang-orang yang lebih tua atau
orang-orang yang lebih tinggi
kedudukannya berbeda cara pendekatannya.
8.Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa
Melayu.
9.Kampus adik saya yang terletak di depan
pasar.
10. Bandara Soekarno-Hatta yang dibangun
dengan menggunakan teknik cakar ayam
yang belum pernah digunakan di mana pun
di dunia sebelum ini.
11. Teknik cakar ayam yang dikembangkan
dalam beberapa tahun terakhir ini oleh para
ahli rekayasa Indonesia.
12. Karena saya sakit.
13. Apabila ia bekerja keras
14. Kalau hari tidak hujan
15. Membaca surat Anda saya sangat
terkejut.
16. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh
pimpinannya.
17. Menjawab pertanyaan reporter TVRI
direktur utama pertamina menyatakan
bahwa persediaan minyak cukup banyak.
18. Dilihat secara keseluruhan, kegiatan
usaha koperasi perikanan tampak semakin
meningkat setelah adanya pembinaan yang
lebih intensif, sangat terarah, dan terpadu.
19. Sering digunakan untuk kejahatan
komputer itu kini dilengkapi dengan alat
pengaman.
20. Seperti musim kemarau yang panjang
dan hama wereng yang merajalela.
21. Saya kemarin pergi ke toko buku.
22. Kami mengharapkan atas kehadiran
saudara tepat pada waktunya.
23. Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat terutama rakyat kecil.
24. Bapak membahas tentang kalimat
efektif.
25. Rapat yang diselenggarakan pada hari
Minggu yang lalu membicarakan tentang
hak dan kewajiban mahasiswa.
26. Interaksi antara perkembangan
kepribadian dengan perkembangan bahasa
menentukan bagi pola kepribadian yang
sedang berkembang.
27. Sejak lahir manusia memiliki jiwa untuk
melawan kepada kekejaman alami atau
kepeda pihak lain karena merasa dirinya
lebih baik.
28. Pemberontakan itu membahayakan bagi
negara.
29. Mereka mengharapkan akan belas
kasihan.
30. Dia menceritakan tentang
pengalamannya.
31. Walaupun program kerja ini sudah lama
diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
32. Peningkatan mutu dan disiplin pegawai
dapat dilakukan dengan meningkatkan
sarana kerja yang memadai, atasan memberi
contoh atau teladan, dan penciptaan suasana
kerja yang menyenangkan.
33. Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga
yang terampil, biaya banyak, dan harus
cukup waktunya.
34. Harga minyak dibekukan atau
mengalami kenaikan secara luwes.
35. Tahap akhir penyelesaian gedung itu
adalah pengecatan tembok, memasang
penerangan, mengatur tata ruang.
36. Pembangunan jembatan yang
diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua
miliar rupiah itu akan dibangun tahun depan
37. Waktu dan tempat kami persilakan.
38. Mereka tidak paham dan mengerti
permasalahan itu.
39. Dengan mengucapkan puji syukur ke
hadapan Tuhan Yang mahakuasa maka
selesailah penyusunan karya tulis ini.
40. Peraturan daerah untuk menata kawasan
pemukiman penduduk sedang disusun
pemerintah daerah setempat, menyengkut
detail tata ruang kawasan sebagai tindak
lanjut Kepres 48/1984 tentang penenganan
khusus pemukiman di wilayah Surabaya.
41. Menurut beberapa pakar arkeologi
menyetakan bahwa Candi Borobudur
dibangun pada masa dinasti Syailendra.
42. Meskipun perusahaan itu belum
terkenal, tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.
43. Karena kekurangan air maka tanaman
itu menjadi layu.
44. Untuk membangun gedung yang megah
itu memerlukan biaya yang sangat besar.
45. Dari hasil pengujian membuktikan
bahwa pestisida itu tidak membahayakan
bagi kehidupan manusia.
46. Walaupun datanya kurang memadai,
tetapi kebenaran pendapatnya tidak ada
yang menyangsikannya.
47. Dalam rapat itu dihadiri oleh para dosen
sefakultas.
48. Bank Andromeda adalah merupakan
salah satu bank yang dilikuidasi oleh
pemerintah.
49. Karena dana yang diusulkan belum
disetujui maka pembangunan gedung itu
belum dapat dilaksanakan.
50. Karena dana pembangunan gedung baru
itu belum terkumpul maka peletakan batu
pertama pembangunan pun terpaksa
ditunda.
XI.Paragraf
1. Pengertian
Paragraf merupakan satuan informasi
yang dibangun oleh seperangkat kalimat
yang mendukung suatu pengertian yang
relatif lengkap. Artinya, paragraf bukanlah
merupakan himpunan kalimat belaka,
melainkan mendukung sebuah ide pokok.
Seperangkat kalimat itu berkaitan erat satu
kalimat dengan kalimat lainnya dalam
mendukung ide pokok dalam membentuk
informasiyang dimaksud.
2. Unsur Paragraf
a. Kalimat Topik
b. Kalimat Penjelas
c. Kalimat Penegas
d. Kata/Frasa Transisi

3. Contoh Paragraf 1
Perbedaan kehidupan mahasiswa pada zaman
dahulu dan zaman sekarang. Pada zaman dahulu kehidupan
mahasiswa dikekang oleh penjajahan. Pada masa sekarang
mereka dapat merasakan kebebasan dan dapat hidup dalam
iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat untuk
mengembangkan diri mereka cukup terbuka pada masa
sekarang ini, hanya bergantung kepeda mereka masing-
masing.
Contoh Paragraf 2
Menahan bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan
dengan sempurna. Tembakan kaki kanan dan kaki kirinya
terarah dan sangat keras. Sundulan kepalanya sering
memperdayakan kiper lawan. Pemain lawan sukar
mengambil bola dari kakinya. Larinya cepat bagai kijang.
Operan bolanya tepat dan terarah. Bambang Pamungkas,
pemain penyerang Persija benar-benar pemain bola yang
jempolan.

Contoh Paragraf 3
Bagi manusia, bahasa merupakan alat komunikasi
yang sangat penting. Dengan bahasa, manusia dapat
menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. Dengan bahasa
itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan segala
pengalamannya kepada sesamanya. Jelaslah, bahasa
merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan
manusia.

Contoh Paragra 4
Tingkah lakunya menawan. Ia tidak pernah berbohong.
Dia Suka menolong sesama teman. Dia tidak pernah
mempercakapkan orang lain. Pantas Atiek gadis pujaan.
Tambahan lagi, wajahnya cantik. Ia cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Ramah terhadap siapa pun. Padai
pula membawa diri.

Contoh Paragraf 5
Setiap hari Ahmad bangun pagi. Sesudah bersembahyang,
dia melakukan kegiatan olahraga. Pukul 07.00 pagi setelah
keringatnya kering, ia mandi dengan air hangat. Setelah
makan pagi, pada pukul 08.00 ia berangkat ke kantor hingga
pukul 17.00 petang baru tiba kembali di rumah. Sisa
waktunya digunakannya untuk bermain-main dengan si kecil,
anak tunggalnya yang baru berusia 2 tahun.

4. Syarat Paragraf yang baik


a. Kesatuan
b. Koherensi/Kepaduan
c. Pengembangan

5. Penempatan Kalimat Topik


a. Pada awal paragraf
b. Pada tengah paragraf
c. Pada akhir paragraf
d. Pada awal dan akhir paragraf
e. Pada keseluruhan paragraf

6. Jenis Paragraf
a. Paragraf Deduktif
b. Paragraf Induktif
c. Paragraf Deduktif--Induktif
d. Paragraf Induktif--Deduktif
e. Paragraf Deskriptif
f. Paragraf Ekspositoris
g. Paragraf Argumentatif
h. Paragraf Naratif
i. Paragraf Persuasif

7. Pertalian Makna dalam Paragraf


a. Pertalian Makna Penjumlahan
b. Pertalian Makna Perturutan
c. Pertalian Makna Perlawanan
d. Pertalian Makna Lebih
e. Pertalian Makna Sebab Akibat
f. Pertalian Makna Waktu
g. Pertalian Makna Syarat
h. Pertalian Makna Cara
i. Pertalian Makna Kegunaan
j. Pertalian Makna Penjelasan

Contoh Paragraf 6
Lain halnya dengan yang dialami oleh Ana. Ia
mempunyai pribadi yang menyenangkan. Dia bisa dijadikan
teman di kala senang dan susah. Ia selalu gembira, lucu, dan
bisa menyemarakkan suasana. Sudah tiga tahun dia bekerja
sebagai staf personalia dan dinilai cukup dinamis serta
pergaulan Ana memang tampak menonjol. Akan tetapi,
ketika atasannya memutuskan untuk mengangkat seorang
supervisor, beliau lebih senang memilih Atiek. Ana dan Atiek
teman satu sekolah. Setelah lulus, mereka sama-sama
merintis karier sebagain staf personalia di perusahaan yang
sama.

8. Metode Pengembangan Paragraf


a. Klimak dan Antiklimak
b.Sudut Pandangan: urutan ruang,
suasana tertentu, orang pertama, orang
kedua, orang ketiga
c. Perbandingan
d.Pertentangan
e. Analogi
f. Contoh
g.Proses
h.Sebab Akibat
i. Umum Khusus
j. Klasifikasi
k.Definisi
XII. Menulis Proposal
XIII. Menulis Proposal
XIV. Presentasi Ilmiah
XV. Berpidato
XVI. UAS
VII. Perencanaan dan Penyusunan
Penulisan Karya Ilmiah
1. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah
a. Penulisan sebagai Proses
b. Jenis Penulisan
(a) Deskripsi
(b) Eksposisi
(c) Argumentasi
(d) Persuasi
(e) Narasi
c. Jenis Karya Ilmiah
(a) Makalah
(b) Artikel Jurnal
(c) Laporan Penelitian
(d) Skripsi
(e) Tesis
(f) Disertasi
2. Penyusunan Penulisan Karya Ilmiah
a. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
b. Penentuan Topik dan Judul Karya Ilmiah
c. Unsur-Unsur Penulisan Karya Ilmiah
d. Bahasa Penulisan Karya Ilmiah

VIII. Topik, Judul, dan Kerangka Karangan


1.Topik dan Judul Karangan
2. Kerangka Karangan

3. Penggolongan Karangan
(1) Menurut Bobot Isi
a. Karangan Ilmiah,
b. Semiilmiah
c. Nonilmiah
(2) Menurut Cara Penyajian
a. Deskripsi d. Persuasi
b. Eksposisi e. Narasi
c. Argumentasi

Anda mungkin juga menyukai