Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENGANTAR KULIAH
1.1 Tujuan Umum
Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembangan kepribadian(MPK). Dengan
tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuan atau menjadi professional yang memiliki sikap
Bahasa yang positif terhadap Bahasa Indonesia. Sikap Bahasa Indonesia yang positif
diwujudkan dengan :
(1). Kesetiaan Bahasa, yang mendorong mahasiswa memelihara Bahasa nasional dan,
apabila perlu mencegah adanya pengaruh Bahasa asing;
(2). Kebanggaan Bahasa, yang mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan
mengunakannya sebagai lambag identitas bangsanya;
(3). Kesadaran akan norma Bahasa, yang mendorong mahasiswa mengunakan
bahasanya sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.
1.2 Tujuan khusus
(1). Tujuan khusus kuliah Bahasa Indonesia diperguruan tinggi adalah agar para
mahasiswa, calon sarjana, terampil mengunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, secara lisan dan terutama secara tertulis sebagai sarana pengungkapan
gagasan ilmiah.
(2). Tujuan jangka pendek bersifat mendesak adalah agar mahasiswa mampu mnyusun
sebuah karya ilmiah sedrhana dalam bentuk dan isi yang sistemstis dan logis
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(3). Tujuan jangka Panjang adalah agar para mahasiswa sanggup Menyusun skripsi
sebagai persyaratan mengikuti ujian sarjana. Dan setelah lulus menjadi sarjana
mahasiswa bisa terampil menulis makalah ilmia, yang disajikan dalam surat kabar
atau majalah.
1.3 Materi kuliah
Untuk mencapai tujuan materi kuliah Bahasa Indonesia meliputi pokok-pokok sebagai
berikut:
1. Pengantar kuliah
2. Perkembangan Bahasa Indonesia
3. Ragam-ragam Bahasa
4. Ejaan yang disempurnakan
5. Pembentukan dan pemilihan kata (Diksi)
6. Penyusunan kalimat efektif
7. Pembentukan paragraf yang padu
8. Metode penulisan ilmiah
9. Presentasi, Pidato, Ringkaan dan Resensi
10. Surat lamaran, Biodata dan Wawancara.
BAB II
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

2.1 Peresmian Nama Bahasa Indonesia


Pada tanggal 28 oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda.
Naskah kongres tersebut berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah Bahasa Melayu, yang sudah dipakai
sejak pertegahan abad VII itu, menjadi Bahasa Indonesia.
2.2 Alasan Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia
Ada tiga factor yang menjadi penyebab Bahasa melayu diangkat menjadi Bahasa
Indonesia yaitu :
(1). Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, Bahasa perhubungan,
dan Bahasa perdagangan.
(2). Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karan adalam Bahasa ini tidak
dikenal tingkatan Bahasa, seperti dalam Bahasa jawa (ngoko, kromo) atau
perbedaan Bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahsa sunda (kasar, lemes)
(3). Suku jawa, suku sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima Bahasa
Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional.
2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia
Dalam sejarah perkembagan Bahasa Indonesia dapat diperinci sebagai berikut:
(1). Tanggal 28 oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menetukan dalam
perkembangan Bahasa Indonesia karan pada hari itu dikrarkan Sumpah Pemuda.
(2). Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan kongres I Bahasa Indonesia di Solo.
Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia telah
dilakukan oleh cendekiawan dan budayawan kita.
(3). Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-undang Dasar 1945, yang
salah satun pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahwa Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai Bahasa negara.
(4). Kongres II Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1954
memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad umtuk terus-menrus
menyempurnakan Bahasa Indonesia.
(5). Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa indoneisa yang diesmpurnakan yang dikuatkan pula
dengan Putusan Presiden No 57, tahun 1972 EYDtersebut merupakan pengganti
Ejaan Seowandi ( Ejaan Republik, 19 Maret 1947).
(6). Kongres III Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober- 2 November 1978 memutuskan untuk terus berusaha memantapkan
kedudukan dan fungsi bahsa Indonesia. Sejak itu, secara konsisten setiap lima
tahun sekali diadakan Kongres Bahasa Indonesia, yaitu Kongres IV tahun 1993,
Kongres VII tahun 1988, Kongres VIII tahun 2003, dan Kongres IX tahun 2008.
(7). Kongres IX Bahasa Indonesia diadakan di Jakarta, tanggal 20 Oktober- 1 November
2008. Kongres-kongres tersebut bermuatan tekad yang makin memantapkan
kemajuan dan posisi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa komunikasi nasional dan
bahasa ilmu.
2.4 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
2.4.1. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa indonsia mempunyai kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum
dalam butir ketiga Sumpah Pemuda, yang berarti Bahasa indoneisa berkedudukan sebagai
Bahasa nasional. Dalam Undang-undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Pasal 36)
mengenai kedudukan Bahasa Indonesia adalah Bahasa negara. Dengan katai lain,
Kedudukan Bahasa Indonesia ada dua macam yakni: pertama Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda tahun 1928; kedua,
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa negara sesuai Undang-undang Dasar 1945.
2.4.2 Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. Lambing kebanggaan kebangsaan;
2. Lambing identitas nasional;
3. Alat perhubugan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya;
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang
sosoial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.

Didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1). Bahasa resmi kenegaraan;

2). Bahasa pengantar didalam dunia Pendidikan;

3). Alat penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan,

4). Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknilogi.

5). Bahasa indoneisa berfungsi sebagai bahas media massa;

6). Bahasa sastra Indonesia

7). Bahasa yang memeperkaya khazanah Bahasa daerah.


TUGAS LATIHAN 1 :

1. Ada dua versi butir ke-3 Sumpah pemuda, yaitu:


Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, Bahasa Indonesia.
Menurut pendapat anda, pernyataan mana yang benar? Berikan alasan anda
secukupnya!

- Kami Putra Dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa indonesesia.
- Alasannya dari dua versi tersebut telah jelas ada perbedaan kata dan kalimat
diantaranya ( kata menjunjung dan megaku serta kalimat Bahasa persatuan dan
berbahasa yang satu) sekalipun diakhir kalimat mempunyai makna yang sama.
2. Bahasa Indonesia disebut juga Bahasa nasional dan Bahasa negara. Jelaskan perbedaan
kedua konsep itu!
- Didalam kedudukannya Bahasa Indonesia terbagi dua macam dengan konsep yang
pertama pertama Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai
dengan Sumpah Pemuda tahun 1928; kedua, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
Bahasa negara sesuai Undang-undang Dasar 1945.
BAB III
RAGAM-RAGAM BAHASA INDONESIA

3.1 Jumlah Penutur Bahasa Indonesia


Penutur Bahasa Indonesia yang memeprgunakan Bahasa Indonesia sebagai “Bahasa ibu”
tidak besar jumlahnya. Mereka hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang tua
yang memepunyai latar belakang Bahasa daerah yang berbeda, Sebagian yang lahir dikota-
kota besar, dan orang yang mempunyai latar belakang Bahasa Melayu.
Jumlah penutur yang dimksud adalah penutur yang memberlakukan Bahasa Indonesia
sebagai “Bahasa kedua. Data ini akan membuktikan bahwa penutur Bahasa Indonesia
adalah 240 juta orang (2011) ditambah dengan penutur-penutur yang berada diluar
Indonesia. Hal in menujukan bahwa Bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di
kalangan masyarakat.
3.2 Luas Penyebaran Bahasa Indonesia
Penutur Bahasa Indonesia yang berjumlah 240 juta lebih itu tersebar dalam daerah yang
luas, yaitu dari Sabang sampai Marauke dan dari Miangas sampai pulau Rote. Daerah ini
masih harus ditambah penutur mancanegara (disamping Malaysia dan Brunei), seperti
Australia, Belanda, Rusia, dan Jepang. Luas penyebaran ini dapat diliat pula pada beberapa
universitas diluar negeri yang membuka jurusan Bahasa Indonesia sebagai salasatu jurusan.
Sesuai dengan visi pemerintah yang mewujudkan sebuah bahsa yang mampu menjadi
Bahasa dikalangan internasional.
3.3 Bahasa Indonesia sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Susastra
Bahasa Indonesia dipakai sebagai suatau bahsa ilmu, budaya, dan susastra seperti
Bahasa Kerinci.
(1). Tentang Susastra, Bahasa Kerinci kaya dengan macam dan jenis susastranya
walaupun hanya susastra lisan.
(2). Tentang Budaya, Bahasa Kerinci telah dipakai pula dalam kebudayaan Kerinci
walupun hanya dalam berkomuikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun, dan
sebagainya.
(3). Tentang Ilmu pengetahuan, Bahasa Kerinci belum mampu memecahkannya. Jika
hendak menulis surat orang-orang Kerinci memakai Bahasa Indonesia, bukan
Bahasa Kerinci. Hal ini memebuktikan bahwa Bahasa Kerinci belum mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu.
Ketiga hal diatas sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra telah dijalankan oleh
Bahasa Indonesia dengan sangat sederhana dan secara lisan. Hanya masalah ilmu
pengetahuan yang tidak dapat dijangkau oleh Bahasa Kerinci. Berdasarkan perbandingan
antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Kerinci, bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang
sangat penting.
3.4 Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Ragam Bahasa dan pokoknya terbagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam
tulis. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis, sebab
kedua ragam terebut berbeda. Perbedaanya adalah sebagai berikut:
(1). Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada
didepan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman
bicara berada didepan.
(2). Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan
objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat saja kita
tinggalkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataaan bahwa Bahasa yang digunakan itu
dapat dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan atau intonasi. Ragam tulis
perlu elbih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal
harus nyata karna ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada didepan
pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara”
mengerti isi Tulisan itu. Contoh ragam yulis ialah tulisan-tulisan dalam buku,
majalah, dan surat kabar.
(3). Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang
dibicarakan secara lisan didalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan
berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi
susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada diluar ruangan itu.
Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu
tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat
dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis
pada taun1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun2012
dan seterusnya. Hal itu sangat dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-usur Bahasa
yang ada di dalam ragam tulis itu.
(4). Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan Panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.
Wujud Bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis dapat dibandingan berdasarkan atas
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kaliamat
Ragam Lisan
a. Penggunaan Bentuk Kata
1). Intan Risma hari ini tugas ngepel lantai;
2). Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi;
3). Mereka ngeliat peristiwa itu dengan jelas.
Ragam Tulis
a. Penggunaan Bentuk Kata
1). Intan Risma hari ini bertugas mengepel lantai;
2). Fotokopi ijazah harus dilegalisir dahulu oleh pimpinan akademi;
3). Mereka melihat peristiwa itu dengan jelas.
Ragam Lisan
b. Penggunaan Kosakata
1). Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlamabatan dana yang diterima;
Ragam Tulis
b. Penggunaan Kosakata
1). Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlamabatan dana yang diterima;
Ragam Lisan
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1). Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu;
Ragam Tulis
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1). Karena terlalu banyak saran berbeda-beda ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
3.5 Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri dari pula atas ragam baku dan ragam
tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilambangkan dan diakui oleh Sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai Bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma Bahasa
dala penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilambangkan dan ditandai
oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Jadi, ragam baku adalah ragam yang
dijadikan tolak ukur sebagai ragam yang baik dan benar.
Ragam baku mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah Bahasa. Kalua kata rasa dibubuhi awalan pe-,
akan terbentuk kata perasa. Dan menutut kemantapan Bahasa kata rajin dibubuhi
pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Semua kata yang berawal dengan
huruf /r/ tidak menimbulkan persengauan jika mendapat imbuhan/p/. kalua kita
berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk
lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah
Bahasa baku.
2. Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya
bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang
berlangganan dan took tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya sebagai
langganan dan orang yang berlanganan itu disebut pelanggan.
3. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karan ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimugkinkan
oleh pembinaan dan pengembangan Bahasa yang lebih banyak melalui jalur
Pendidikan formal (sekolah).
Ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau
pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai berikut : Rumah sang jutawan
yang aneh akan dijual. Frase ini mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau
sang jutawan yang aneh. Dengan demikian kalimat ini tidak memberikan informasi yang
jelas. Adgar menjadi cendekia, kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut:
1). Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
2). Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
4. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan Bahasa ialah
proses penyeragaman Bahasa. Dengan kata lain, pembakuan Bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara adan pramugari. Contoh lain adalah istilah polisi tidur. Sampai saat
ini istilah itu belum dapat dibakukan karena belum semua pengguna Bahasa dapat
menerimanya.
3.6 Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran
atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah
yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalua
dalam pembicaraannya tidak terlalu tertonjolkan pengaruh logat atau dialek daerahnya.
3.7 Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Baik ragam lisan maupun ragam tulis Bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam
social, yaitu ragam Bahasa yang Sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan Bersama dalam lingkungan social yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam
Fungsional, yang kadang-kadang juga disebut ragam professional, adalah ragam Bahasa
yang dikaitkan dengan profesi, Lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalma
kenyataannya ragam fungsional menjelma sebagai Bahasa negara dan Bahasa teknis
keprofesian, seperti Bahasa dalam lingkungan keilmuan/ teknologi dan kedokteran. Contoh
ragam keilmuan ialah
Computer dapat melaksanakan pekerjaan yang kalua dikerjakan oleh tenaga manusia
akan memakan waktu berminggu-munggu.
3.8 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Penentuan atau kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda
dari apa yang kita katakana sebagai Bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukan
masalah “benar” kata tersebut. Namun, masalah “baik” tidak berkaitan dengan kebakuan
suatu kalimat, tetapi berkenaan dengan keefektifan suatu kalimat.
Pengertian “benar” pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang
diarahkan dari segi kaidah Bahasa. Kaidah yang dimaksudkan itu adalah kaidah
pembentukan kata, kaidah ejaan, kaidah kaliamat, dan sebagainya. Contohnya
“Penggembala itu menggiring sapi” kalimat ini benar karan memenuhi kaidah sebuah
kalimat secara struktur, yaitu ada subjek (penggembala), ada predikat (menggiring), dan ada
objek (sapi). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu
mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan
kalimat berikut ini
“Sapi menggiring pengebala itu” kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek
(sapi), ada predikat (menggiring), dan ada objek (penggembala). Akan tetapi, dari segi
makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah kata dikatakan benar kalua memperlihatkan proses pembentukan yang benar
menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karna pemunculan
kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan
penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratkabar
dan pertanggungjawab tidak benar karna tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar
menutut kaidah ialah persuratkabaran dan pertanggungjawaban.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan kata) atau kalimat adalah pandangan yang
diarahkan dari pilihan kata (diksi).
Bahasa yang benar adalah Bahasa yang menerapkan kaidah Bahasa dengan konsisten,
sedangkan yang dimaksud dengan Bahasa yang baik adalah Bahasa yang memepunyai nilai
rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya.
LATIHAN 2
1. Apa perbedaan yang menonjol antara ragam lisan dan ragam tulis suatu Bahasa?
- Perbedaannya, Ragam Lisan terikat oleh situasi, kondisi, tempat dan waktu. Sedangakan
Ragam Tulis diharuskan menggunakan tata Bahasa unruk ketetapan, penggunaan ejaan
yang benar dan tanda baca sehingga membantu penjelasan pengungkapan diri kedalam
tulisan.
2. Bagaimana pendapat anda tentang Bahasa baku dan Bahasa tidak baku?
- Bahasa Baku adalah Bahasa yang didasari oleh EYD dan dianggap sebagai Bahasa
Indonesia yang paling resmi dan sopan, cocok digunakan saat acara formal dan berbicara
dengan orang yang lebih tua.
- Bahasa Tidak Baku adalah Bahasa yang kaidahnya melenceng dari EYD, biasanya
ditambah dengan kata-kata julukan, kata asing hingga kata dalam Bahasa daerah,
disebuat juga Bahasa kasual, cocok digunakan Bersama orang yang Sudha akrab terutama
bagi anak muda.

BAB IV
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
4.1 Pengertian Ejaan
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan anrata lambing-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
4.2 Ejaan yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun
1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai pematokan pemakaian
ejaan itu. Pedoman ejaan yang diempurnakan ini berbicara tentang
4.2.1 Penulisan huruf
Dalam hubungan penulisan huruf, berikut ini disajikan pembahasan ;
1). Nama-nama Huruf, Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Diesmpurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut. Nama-nama huruf disertakan
disebelahnya. Disamping itu, dalam Bahasa Indonesia terdapat diftong, yang
biasa dieja au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi
konsonan luncuran w atau y.
2). Lafal singkatan dan kata, Lafal singkatan ini tidak harus mengikuti Bahasa asing,
seperti Bahasa Arab, Bahasa Prancis, Bahasa Jepang, atau Bhasa Rusia. Akronim
Bahasa Aaing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat inetrnasional
mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia,
tetapi singkatan itu tetap seperti lafal aslinya. Misalnya: Kata Unesco, Lafal Tidak
Bakunya u nest jo, Lafal Bakunya yu nes ko.
3). Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan
sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara susku-suku
kata itu tanpa jarak/ spasi.persukuan ditandai oleh sebuah vocal. Akan tetapi,
untuk kata-kata yang berasal dari dua unsur yang masing-masing mempunyai
arti, acara penyukuannya melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan
unsur-unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah dipisahkan itu dipenggal suku-suku
katanya. Misalnya: kilogram- kilo gram- ki-lo-gram
4.2.2 Pemakaian huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua
maslah, yaitu :

1). Pemakain Huruf Besar atau Huruf Kapital. Kaidahnya adalah sebagai berikut.
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa
petikan langsung. Misalnya:
(1). Presiden RI, Susilo Bmbang Yudhoyono, mengatakan, “yang diperlukan
oleh bangs akita saat in adalah rekonsiliasi nasional.
(2). Pemetintah menjelaskan, “Pulau-pulau terpencil di perbatasa hendaknya
mendapat perhatian khusus.”
b. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan hala-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama-nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus
ditulis dengan huruf kapital, dirangkai dengan tanda hubung (-).
c. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti
nama orang. Misalnya:
Pemerintah memberikan anugarah kepada Maha putra Yamin.
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
Jemaah haji dari Indonesia tahun ini berjumlah 230.000 orang.
d. Kata-kata va, den, da, de, di, bin, ar, dan ibnu digunakan sebagai nama orang
tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata itu digunakan sebagai
nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Mislanya:
Harta yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman Sebagian besar akan
disumbangkan kepanti asuhan.
e. Huruf besar atau huruf kecil kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan Bahasa. Misalnya:
Yaser Arafat, Presiden Palestina, meninggal dunia pada tahun 2004.
Jika nama bangsa, suku, dan Bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
Baru saja ia mtinggal di sana satu tahun, ia sudah keinggris-inggrisan.
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
Biasanya umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.
g. Huruf besar atau huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi. Misalnya:
Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi
badan, Lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi
resmi. Misalnya:
Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa negara
ialah Bahasa Indonesia
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis
engan huruf kecil. Misalnya:
Pemerintah republic itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak
empat kali.
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semau kata di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke jalan lain ke Roma.
j. Huruf besar atau huruf kapital dapat dipakai dalam singkatan nama gelar dan
sapaan, kecuali gelar dokter. Misalnya:
Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo
k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaa. Misalnya:
Surat Saudara sudah saya terima.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita
2). Penulisan Huruf Miring. Dalam tulisan tangan atau ketikan, ditandai dengan
garis bawah satu. Misalnya:
Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Mprapanca
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Buatlah kalimat dengan kata dukacita
4.2.3 Penulisan Kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan, atau kata beimbuhan, kata ulang, dan
gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada
kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis seragkai dengan kata dasarnya.
Kalua gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu ditulis
serangakai dengn kata yang bersangkutan saja. Misalnya: Bentuk Tidak Baku “ di didik”
Bentuk Baku “dididik.
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya
itu harus dituliskan serangkai. Misalnya: Bentuk Tidak Baku “menghancur leburkan, Bentuk
Baku “menghancurleburkan. Pada tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang ditulis
secara lengkap. misalnya: Bentuk Tidak Baku “di besar2-kan, Bentuk Baku “dibesar-besarkan
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku “mana kala, Bentuk Baku “manakala”.
Selain itu, kalua salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu yang
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan
serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya: Bentuk Tidak Baku “a moral, Bentuk Baku
“amoral”.
1). Apabila bentuk tersebut diikuti oleh kata huruf awalnya huruf besar, di antara
kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-RRC, pan-Islamisme
2). Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis seragkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan, kata
maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar. Misalnya:
1). Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua
2). Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyanyang
Kata ganti ku dan kau--yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau--ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya--yang ada pertaliannya dengan
aku, kamu, dan dia--ditulis serangkai dengan kata yang emnadahuluinya. Misalnya:
1). Kalau mau, boleh kauambil buku itu;
2). Masalah banjir kukemukakan dalam diskusi antardeparte-men di Jakarta;
3). Masalah pengeboran minyak lepas pantai sebaiknya di-perhitungkan secara
matang.
Kata depan, di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika
berupa gabungan kata yang Sudha dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1). Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil;
2). Para pramuka asedang berkerumun di sekitar api unggun;
3). Di mana buah menjadi, di sana burung berkumpul.
Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hamper seperti
kata lepas. Misalnya:
1). Ia sudah sering ke desa in, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke rumah
saya.
2). Asal ada, kecil pun I pada.
Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat
yang mendampinginya. Misalnya:
1). Saya diangkat menjadi pegawai negeri per Oktober 1974
Angka digunakan untuk menyatakan a). ukuran Panjang, berat dan isi, b). satuan waktu,
c). nilai uang. Selain itu angka lazim juga dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori karangan atau
bagian-bagian. Misalnya:
1). Kita tetap ingat pada Bab XV, Pasal 36
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1). Dua ratus tiga puluh lima (maksudnya 235).
Penulisan kata bilangan tingkat dapat kita lakukan dengan tig acara, yaitu sebagai
berikut:
1). Abad XXI ini dikenal juga sebagai abad globalisasi
2). Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad globalisasi
Berdasarkan contoh diatas, penulisan bilangan tingkat seperti ke xxi atau ke-xxi, ke21,
dan ke dua puluh satu termasuk penulisan yang tidak baku (salah).
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut
1). Sutan Takdir Alisyabana adalah pujangga tahun 1930-an.
Lambang bilanga yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambing dipaki secara berurutan, seperti dalam perincian atau
pemaparan.
1). Ada sekitar liam puluh calon mahasiswa yng tidak diterima di akademi itu.
Penulisan angka yang benar adalah penulisan seperti pebaikan berikut:
1). Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
Kecuali didalam dokumen resmi, seperti akta adan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis
angka adan huruf sekaligus dalam teks.
4.2.4 Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam Bahasa Indonesia dapat dibagi
dlam dua golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
Bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’eexploitation de I’homme par I’homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks Bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
Bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk
indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Berikut ini didaftarkan Bahasa asing yang diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang sering
digunakan oleh pemakai Bahasa. Kata Asing “risk”, Penyerapan Salah “resiko”, Penyerapan
Benar “ risiko.
4.2.5 Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan mencakupi
pengaturan.
1. Tanda Titik
a. Tanda titik, tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:
1). W.S. Rendra merupakan sastrawan tahun 1970-an
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
1). Rapat pada kesempatan ini dipimpin oleh Dr. Basuki.
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum,
yang ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1). Bentuk Tidak Baku “ s/d (sampai dengan), Bentuk Baku “s.d (samapi
dengan).
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk
memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Misalnya:
1). Tebal buku itu 1.150 halaman
Tanda titik tidak digunakan Nomor telepon dan Nomor rekening tidak
diberi tanda titik pada tiga angka. Misalnya:
1). NIP 19480328197404001
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).
Misalnya:
1). SMA Negeri XX, 2). Sekjen Depdiknas, 3). Radar, 4). Hiski, 5). Tilang.
f. Tanda titik tidak digunakan dibelakang singkatan lambing kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya:
1). Lambing Au adalah lambing emas (aurum)
g. Tanda titik tidak digunakan dibelakang judul yang merupakan kepala
karangan, kepala ilustrasi table, dan sebagainya. Misalnya:
1). Bentuk dan kedaulatan (Bab I, UUD 1945
h. Tanda titik tidak digunakan dibelakang alamat pengirim dan tanda tanggal
surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya:
1). Jalan Harapan III/ AB 19
2. Tanda Koma
a. Tanda koma harus digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan. Misalnya:
1). Saya menerima hadiah dari paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:
1). Dia bukan mahasiswa jayabaya, melainkan mahasiswa atmajaya.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biaanya,
anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar,
sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1). Apabila belajar sungguh-sungguh, saudara akan berhasil dalam ujian.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh
karena itu, dan sebagainya. Misalnya:
1). Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah,
kasiahan yang terdapat pada awal kalimat. Kalua kata-kata tersebut terdapat
pada posisi tengah kalimat, tanda koma tidak dibubuhkan. Misalnya:
1). Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester 1 tahun depan.
f. Tanda koma digunakan intuk memisahkan tanda petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat. Miasalnya:
1). “saya sedih sekali,” kata paman,”karena kamu tidak lulus.”
g. Tanda koma digunakan di antara (1) nama dan alamat(2) bagian-bagian
alamat,(3) tempat dan tanggal, dan (4) urutan. Misalnya:
1). Putri Kartika AB 19, RT 03, RW 06 Tanjuk, Ciledug, Kota Tanggerang 15152.
2). Bandung, 10 April 2008
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar Pustaka. Mislanya:
1). Rusli, Marah. 2009. Sitti Nurbaya. Cetakan ke-42. Jakarta: Balai Pustak
i. Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademik jika nama
akademik tersebut mengikuti nama orang itu. Hal itu digunakan untuk
memebedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya:
1). Ny. Maimunah, M.A.
Singkatan gelar kesarjanaan yang mendahului nama orang tidak diikuti oleh
tanda koma.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan
keterangan aposisi. Misalnya:
1). Seorang warga, selaku wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kaliamat dari
induk kaliamat apabila anaka kalimat tersebut mengiringi induk kaliamat.
Misalnya:
1). Menteri mengatakan// bahwa pembagunan harus
IK AK
dilanjutkan.
3. Tanda titik koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara didalam
suatu kalimat majemuk sebagai ganti kata penghubung. Misalnya:
1). Para pemikir mengatur strategi dan Langkah yang harus ditempuh; para pelaksana
mengerjakan tuas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyedia biaya yang
diperlukan.
4. Tanda titik dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
Lengkap yang diikuti oleh rangakaian atau pemerian. Misalnya:
1). Perguruan tinggi Nuasantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi Teknik,
Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
5. Tanda hubung (-)
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan. Misalnya:
1) Bilangan itu adalah dua-puluh tiga-perdua-puluh-lima.
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) sedangakan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka (c) angka dengan -an, dan (d)
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya:
1). Ke-315 orang itu berasal dari Mesir.
6. Tanda pisah (--)
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat, dan dipakai diantara dua bilangan atau tnggal yang
berarti ‘sampai dengan’ atau panjangnya dua ketukan (dua kali tanda penghubung).
Misalnya;
1). Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—di-perjuangkan oleh bangs
itu sendiri.
7. Tanda petik (“…”)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah
yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya:
1). Kata Hasan ”saya ikut.”
8. Tanda petik tunggal (’…’)
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya;
1). Lailatul Qadar’ malam bernilai,’ malam yang ditunggu.
9. Tanda apostrof (’)
Tanda apostrif digunakan untuk menyingkat kata.tanda ini banyak digunakan dalam
ragam sastra. Misalnya:
1). ’kan kucari dari akan kucari
10. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai untuk menyatakan (a) dan atau (b) atau. Misalnya:
1). Presiden/ Wakil Presiden RI dapat memimpin siding kabinet.
LATIHAN 3
1. Silahkan anda perbaiki penulisan yang salah berikut dan kemukakan alasan anda
(tuliskan nomor halaman tempat kaidah ejaan tersebut berada). Misalnya;
a. Kertas Manila menjadi kertas manila (35)
b. Milenium ke-III menjadi milenium III (45)
- Penulisan yang benar adalah kertas manila sebab dalam kaidah penulisan dan
penggunaan huruf besar atau huruf kapital sebenarnya dipakai sebagai huruf
pertama. Tetapi, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan
huruf kecil.(h 35)
- Milenium ke-III menjadi milenium III Penulisan angka romawi setelah kata ke Tidak
baku, harus diakhiri angka normal oelh tanda hubung (-). (h 45)
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal berikut!
1. Dies Natalis ke XXVII menjadi Ke-27. Penulisan angka romawi setelah kata ke Tidak
baku, harus diakhiri angka normal oleh tanda hubung (-). (45)
2. Dikampungnya, kesana sini
Dikampungnya menjadi di kampungnya
Kesana sini menjadi kesana-sini (40)
Penulisan kata ulangan harus dipisahkan oleh garis hubung (-)
3. Peng-inggrisan, men-Jepang-kan
Peng-inggrisan menjadi penginggrisan (34)
Men-jepang-kan menjadi menjempangkan (34)
Jika suatu kata sudah diberi awalan dan akhiran, maka huruf yang digunakan huruf
kecil.
4. maha tahu menjadi Mahatahu(42)
maha bijaksana menjadi Mahabijaksana (42)
Kata maha tahu dan peri dalam gabungan kata, ditulis serangkai dengan unsure
berikutnya yang merupakan kata dasar.
5. di PN kan menjadi di-PN-kan
mem PHK karyawan menjadi mem-PHK karyawan
penulisan kata PN dan PHK apabila terdapat awalan dan akhiran, maka dirangkaikan.
6. go public PT Telkom
go public menjadi go public (39)
Huruf miring digunakan ketika mengunakan kata asing yang tidak diserap secara
langsung.
7. Rp 8000,- perbuah
Rp 8000,- perbuah menjadi Rp8000,00/buah (58)
Nominal uang yang baku formatnya ialah setelah Rp niminalnya menyatu.
8. non blok menjadi nonblok (41)
non pangan menjadi nonpangan (41)
Kata non tidak dapat berdiri sendiri karna tidak memiliki makna. Oleh karena itu,
harus digabungkan dengan kata selanjutnya.
9. 2 s/d 5 Maret 2012 menjadi 2 s.d. 5 Maret 2012 (49)
Penulisan singkatan dua kata harus dibubuhi dengan dua tanda titik setelahnya.
10. Bertepuk tangan menjadi bertepuk-tangan (40)
Bertandatangan menjadi bertanda-tangan (40)
Kata ulang ditulis secara lengkap mengunakan tanda hubung (-).
11. Ke-Tuhan-an menjadi ketuhanan (34)
Peng-Indonesia-an menjadi pengindonesiaan (34)
Jika kata dasar diikuti awalan dan akhiran harus digabung.
12. Semi professional menjadi semiprofessional (41)
Semi permanaen menjadi semipermanent (41)
Kata semi tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki makna yang jelas, oleh
karean itu, digabungkan dengan kata permanen.
13. Majalah ”Gatra” menjadi majalah Gatra (38)
Harian ”harian Kompas” menjadi harian Kompas (38)
Penulisan nama media cetak, koran, majalah harus diawali dengan huruf kapital.
14. Dilegalisir menjadi dilegalisasi (47)
Effisient menjadi efisien (47)
Kata effisient bukanlah kata serapan yang baku, melainakan efisien.
15. Keluaran tahun 90 an menjadi tahun 90-an (45)
Penulisan tahun diikuti akhiran “an” harus diapit oleh garis hubung (-).
16. Ahmad SH MH menjadi Ahmad, S.H., M.H. (54)
Penulisan gelar harus diikuti tanda koma setelah nama, dan gelar. Bila gelar tersebut
lebih dari dua, maka ditambahkan lagi dengan tanda titik dan koma.
17. d.l.l, menjadi dll. (49)
a/n menjadi a.n.
d/a menjadi d.a.
Penulisan singkatan bila tiga huruf, cukup bubuhi satu tanda titik saja. Bila singkatan
itu terdiri dari dua huruf, maka bubuhi dua tanda titik.
18. Pertanggungan jawab menjadi pertanggunganjawab (40)
Ke tidak adilan menjadi ketidakadilan (40)
Kata gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.
19. Ber-KTP. D.K.I menjadi ber-KTP DKI
Kata KTP dan DKI tidak perlu diakhiri dengan tanda titik, karena kedua kata tersebut
merupakan singkatan.
20. Puma karya menjadi pumakarya (41)
Pasca panen menjadi pascapanen (41)
Kata puma dan pasca tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki makna yang
jelas, oleh karena itu digabungkan dengan kata permanen.
21. Pesien itu dirumah sakitkan menjadi dirumahsakitkan (40)
Apabila bentuk kata dasar suatu kata diawali dengan awalan dan akhiri dengan
akhiran, maka kata tersebut dirangkaikan.
22. Kitab suci Al-Qur’an menjadi Alquran (32)
Kata serapan Alquran adalah kata yang baku.

23. nabi Muhammad menjadi Nabi Muhammad (33)


Untuk penulisan gelar kehormatan harus diawali dengan huruf besar.
24. sultan Hamid II menjadi Sultan Hamid II (33)
Untuk penulisan gelar kehormatan harus diawali dengan huruf besar.
25. Sebanyak 5 orang Menteri menjadi lima (46)
Karena 5 terdiri dari satu suku kata, yaitu lima.
26. Sebarluaskan berita itu menjadi sebar luaskan (39)
Kata sebar luaskan merupakan kata awalan yang diulang Kembali dan diakhiri
dengan akhira -an, oleh karena itu tidak dirangakaikan.
27. berdasarkan Undang-Undang menjadi Berdasarkan Undang-Undang (36)
Huruf besar atau huruf kapital dipakai pada penggunaan kata awalan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
28. Ia dilantik mejadi Camat menjadi camat (33)
Jika tidak diikuti dengan nama, maka gelar diawali dengan huruf kecil.
29. Atas rahmatNya menjadi rahmat-Nya (32)
hidayahMu menjadi hidayah-Mu
penyebutan Tuhan harus diawali dengan huruf besar dan diapit oleh tanda hubung
(-).
30. Prof. Dr. Ir. Slamet S.H. menjadi Prof. Dr. Ir. Slamet, S.H. (54)
Karena setelah nama dilanjutkan dengan gelar harus menggunakan tanda koma.
31. Dimana engkau tinggal? Menjadi Engkau (37)
Sebab penyebutan orang atau Engkau harus didahului dengan huruf besar.
32. Bus antar kota, menjadi antarkota (41)
Antar provinsi menjadi antarprovinsi
Penggunaan salah satu kata jika unsurnya tidak dapat berdiri sendiri, maka muncul
kombinasi, unsure itu harus ditulis serangkai dengan unsure lainnya.
33. Mempertanggung-jawabkan menjadi mempertanggungjawabkan (40)
Jika gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya
itu harus dituliskan serangkai.
34. Memutar-balikkan menjadi memutarbalikkan (40)
Jika gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya
itu harus dituliskan serangkai.
tandatangani menjadi tanda tangan (39)
kita mengenal kata turunan. Jika kata satuan yang digunakan maka berdiri sendiri.
35. Pertandingan antar fakultas menjadi antarfakultas (41)
Ultra modern menjadi ultramodern
Kata antar tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki makna yang jelas, oleh
karean itu, digabungkan dengan kata fakultas.
36. Satu kalipun ia belum pernah ke rumahku menjadi satu kali pun (43)
Partikel pun merupakan hamper sebuah kata, jadi harus dipisah.
37. Mereka masuk satu persatu menjadi satu per satu (45)
Partikel per yang berarti ‘mulai’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah.
38. Panca Krida Kabinet Pembangunan VI (36)
Penulisannya sudah benar sesuai kaidah.
39. Buku A.A. Navis adalah JODOH menjadi Buku A.A Navis adalah Jodoh (36)
Huruf besar dan penulisan huruf miring digunakan pada judul sebuah buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan. Kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan
yang terletak pada posisi awal.
40. Sekali pun begitu, saya setuju. Menjadi sekalipun (43)
Kelompok kata sekalipun merupakan salah satu dari dua kata yang partikel pun
disatukan.
41. Prof. DR. Djajanegara menjadi Prof. Dr. Djajanegara (37)
Gelar Dr. merupakan singkatan dari Doktor, bukan DR.
42. Kunci Inggris menjadi kunci inggris (35)
pisang Ambon mejadi pisang ambon
kalau kata tidak membawa suku maka harus dituliskan dengan huruf kecil.
43. Dia berkata: “Saya suka kepadamu” menjadi Dia berkata, “ Saya kepadamu” (57)
Tanda petik untuk mengapit kalimat langsung, sebelumnya harus dibubuhi tanda
koma.
44. Walau pun ia miskin ia tetap Bahagia menjadi walaupun (43)
Kelompok kata walaupun merupakan salah satu dari dua belas kata yang partikel
pun disatukan.
45. Biaya proyek itu Rp 3000.000 menjadi Rp3.000.000,00 (58)
Penulisan nominal uang yang benar ialah angka pertama nominal diapit oleh Rp dan
setelah nominal itu. Kemudian setelah nominal itu diberikan tanda “,00”.
46. Dimana rumah pak camat? Menjadi Pak Camat (33)
Nama gelar harus menggunakan huruf besar.
47. Pak Ali dosen kami belum menikah menjadi Pak Ali dosen kami, belum menikah (54)
Tanda koma digunakan untuk mengapit tanda keterangan.
48. Apa tanggapan anda? Menjadi Anda (37)
Apabila ada penyebutan dituliskan, maka akan diawali dengan huruf kapital.
49. Buku disusun oleh Usman d.k.k. menjadi dkk. (49)
Jika singkatan kata itu terdiri dari tiga kata, maka diberi satu titik saja.
50. export non migas menjadi nonmigas (47)
Export merupakan kata dari asing yang dalam Bahasa Indonesia diserap menjadi
ekspor, sedangkan non migas merupakan dua suku kata yang tidak dapat berdiri
sendiri karena masing-masing suku katanya tidak memiliki makna.
51. Kemana kamu pergi selama ini menjadi Kamu (37)
Huruf besar digunakan untuk nama sapaan.
52. Sejak Cintaku Jauh di Pulau dikarang oleh Chairil Anwar
Penulisan sudah sesuai kaidah. (37)
53. Sekarang adalah tahun akademik 2013-2014 menjadi 2013/2014 (58)
Pemisahan tahun akademik menggunakan Tanda Garis Miring (/).
54. Dia diangkat menjadi Wakil Menteri menjadi wakil Menteri (32)
Wakil bukan merupakan gelar, melainkan kata sendiri.
55. Sutan berkata: “dr. Pardi mengobati Siti yang sakit” menjadi Sutan berkata, “dr.
Pardi mengobati Siti yang Sakit” (57)
Tanda petik untuk mengapit kalimat lagsung, sebelumnya harus dibubuhi tanda
koma.
BAB V
DIKSI ATAU PILIHAN KATA

5.1 Pengertian Diksi


Diksi ialah pilihan kata, pilihan kata merupakan unsur sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam duania tutur setiap hari.
5.2 Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotative adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai denga apa adanya dan bermakna konseptual. Misalnya, kata makan
bermakna memasukan sesuatu ke dalam mulut, dikunya, dan ditelan. Makna kata makan
seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul akibat dari sikap social, sikap
prbadi, dan kriteria tambahan yang dikarenakan pada sebuah makna konseptual. Kata
makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Kata kamar kecil mengacu
kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti jamban (konotatif).
Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasional daripada makna
denotative. Makna denotatif adalah makna yang umum. Sebaliknya, makna konotatif adalah
makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu atau khusus. Misalnya:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
5.3 Kata Umum dan Khusus
Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum.
Contoh kata yang bermakna umum ialah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas
daripada mawar. Sebab bunga bukan hanya mawar, sedangkan kata dahlia, cempaka,
melati, atau ros memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generic dan
spesifik.
5.4 Kata Kongkrit dan Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata kongkret, seperti
meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan kata tidak mudah diserap
pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-
angan, kehendak, dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk gagasan rumit. Akan
tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau terlalu dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan, karangan itu akan dapat menjadi samar dan tidak cermat.
5.5 Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan.
Sinonim in dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakain kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Contohnya : cerdas dan cerdik.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotative dan makna
konotatif suatu kata.
5.6 Pembentukan Kata
Ada du acara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar Bahasa Indonesia. Dari
dalam Bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari kata Bahasa Indonesia
terbentuk kata baru dengan memanfaatkan kosa kata yang sudah ada, misalnya:
Tata daya serba
Tata buku daya tahan serba putih
Tata Bahasa daya pukul serba plastic
Tata rias daya Tarik serba kuat
Tatacara daya serap serba tahu.
5.7 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
a. Penanggalan Awalan meng-. Misalnya:
a). Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (S)
b). Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (B)
b. Penanggalan Awalan ber-. Misalnya:
a). Sampai jumpa lagi (S)
b). Sampai berjumpa lagi (B)
c. Peluluhan Bunyi /c/ Miasalnya:
a). Wasilan seadng menyuci mobil (S)
b). Wasilan sedang mencuci mobil (B)
d. Penyengauan Kata Dasar
penyengauan kata dasar ini adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan anrata ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang
salah dalam pemakaian. Misalkan mandang seharusnya memandang, ngantuk seharusnya
mengantuk.
e. Bunyi/s/, /k/, /p/, dan /t/ yang berimbuhan meng-/peng-
Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
a). Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (S)
b). Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (B)
f. Awalan Ke- yang Keliru
Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
a). Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini.(S)
b). Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.(B)
g. Pemakaian Akhiran -ir
Ungkapan bentuk yang salah dan benarnya
a). Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (S)
b). Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (B)
h. Padanan yang Tidak Serasi
Sepadan atau tidak serasi terjadi karena dua hal kaidah Bahasa bersilang, atau bergabung
dalam sebuah kalimat. Miasalnya:
a). Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (S)
b). Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (B)
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap.
a). Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (S)
b). Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (B)
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
Kita membedakan istilah “singkatan” dengan bentuk “singkat” atau memendekkan berupa
huruf atau gabungan huruf, seperti PLO, UI, DPR, KY, MK, MA, KBK, dan KTSP.
k. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman.
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
mukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembetukan kata dalam Bahasa Indonesia mengikuti pola yang rapi dan konsisten.
Contohnya:
Verba verba pelaku hasil/yang di
Anut menganut penganut anutan
Tulis menulis penulis tulisan
Adapun pembentukan kata yang mengikuti pola yaitu:
Verbal dasar verbal Aktif pelaku hal/tempat
Tani Bertani petani pertanian
Tinju bertinju petinju pertinjuan
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah datu ciri pemakaian Bahasa yang efektif adalah pemakaian Bahasa yang hemat kata,
tetapi padat isi.
Berikut kata yang digunakan secara tidak hemat.
Boros : sejak dari itu, agar supaya, demi untuk, dll
Hemat : sejak atau dari, agar atau supaya, demi atau untuk.
m. Analogi
1). Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia seperti: kuda-kuda, meja-meja, dan
buku-buku.
2) bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti: beberapa meja,
sekalipun tamu, semua buku, dua tempat, dan sepuluh computer.
3). Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak, seperti: para tamu.
4). Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti: mereka,
kita, kami, kalian.
Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari Bahasa asing.
Bentuk Tunggal: datum, alumnus, alim.
Bentuk Jamak dan dianggap baku: data, alumni, ulama.
o. Penggunaan di mana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus
diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks.
5.8 Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu Bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah ungkapan kata-
kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi Bahasa. Contoh
pemakaian ungkapan idiomatic adalah sebagai berikut:
Menteri Dakam Negeri bertemu Presiden SBY. (S)
Menteri Dakam Negeri bertemu dengan Presiden SBY. (B).
Bentuk yang sama seperti itu; sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan,
bertepatan dengan, dan sejalan dengan.
KUIS PERTAMA
1. B 11. C 21. A
2. A 12. C 22. A
3. A 13. A 23. A
4. E 14. B 24. B
5. C 15. C 25. A
6. C 16. C 26. A
7. D 17. A 27. C
8. A 18. B 28. B
9. C 19. C 29. C
10. D 20. B 30. B
BAB VI
PENYUSUNAN KALIMAT EFEKTIF
6.1 Pengertian Kalimat
Kaliamat adalah satuan Bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
menggungkapakan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, keras, dan lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat dalam Bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu:
a. Kaliamat-kalimat yang berpredikat kata kerja dan,
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata keraja.
Contoh kata kerja yang dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat ialah
Universitas Indraprasta PGRI menyelenggarakan wisuda sarjana di Taman Mini
Indonesia Indah Jakarta.
Kata kerja dalam kalimat ini ialah menyelenggarakan.
Dan subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat. Contoh.
Siapa yang menyelenggarakan wisuda sarjana di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta?
Jawabannya ialah Universitas Indraprasta PGRI. Ungkapan Universitas Indraprasta PGRI
merupakan subjek kalimat.
6.2 Pola Kalimat Dasar
Pola kalimat dasar dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
KB + KK : Para ilmuan berdiskusi
KB + KS : Dosen itu ramah
KB + KBil : Harga rumah sang artis dua miliar rupiah
KB1 + KK + KB2 : Edhi Baskoro Yudhoyono melamar Siti Ruby Alisa Rajasa
KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan
KB1 + KB2 : Mike Tyson petinju dunia
6.3 Jenis Kalimat Menurut Struktur
Menurut strukturnya, kalimat Bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan
dapatpula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koodinatif),
tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koodinatif - subordinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam kalimat tnggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan
kalimat majemuk.
a. Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Contoh pola kalimat dasar
1). Para ilmuan// berdiskusi
S:KB + P:KK
Pola-pola kalimat dasar terbagi 6 pola sebagai berikut.

Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda dan predikat (P). contonya:

Pertemuan APEC// sudah berlangsung

S P

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda dan berpredikat kata sifat.

Kongres PSSI 20 Mei 2011//ricuh

S P

Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda dan berpredikat kata bilangan.

Panjang jalan tol Cawang_Tanjung Priok// tujuh belas kilometer

S P

Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda dan berpedikat kata kerja.

Obama//membunuh//Osama.
S P O

SPO merupakan kalimat yang dapat dibentuk menjadi klimat pasif. Kalimat pasif tersebut
dibentuk dengan menempatkan objek menjadi subjek dan predikat beralawan meng-
diubah menjadi berawalan di. Dengan diubahnya kalimat pasif menjadi pasif, pelaku dalam
kalimat aktif itu menjadi keterangan.

Pola 5 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda, predikat kata kerja, objek
kata benda, dan pelengkap kata benda.

Dia//membuatkan//saya//lukisan

S P O Pel.

Pola 6 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda, dan berpredikat kata benda. Baik
subjek maupun predikat, keduanya kata benda.

Dia// juara

S P

Keenam pola kalimat diatas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal diatas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya.

LATIHAN 4

I. Tunjukanlah subjek, predikat, objek, dan keterangan pada kalimat-kalimat


berikut dengan menggarisbawahi bagian-bagian tersebut. Sebutkan pola kalimat
dasarnya. Miasalnya:
Komputer// dapat memberitahukan// berbagai informasi//
S P O
Kepada manusia// dalam waktu yang sangar cepat.
K Tuj K Waktu
1. Mereka// juga ingin mengetahui//nilai tukar valuta asing.
S P 0
2. Di Wall Street, New York,// Koputer// menyimpan informasi tentang transaksi
K Tuj S P
Daging// sampai hal yang sekecil-kesilnya.
Pel
3. Selama dua minggu//tidak terjadi// suatu apapun.
K Waktu S P
4. Jaksa Agung, Basyrif Arief// sangat lamban dalam menangani// pemeriksaan//
S P 0
terhadap para obligator BLBI
K Tuj
5. Kerajaan Inggris// membatalkan// undangan pernikahan William-Kate// untuk
S P O
pejabat Suriah
K
b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dua klimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk
setara dikelomkkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1). Kalimat majemuk setara penjumlahan, yaitu kalimat yangterdiri atas duakalimat
atau lebih yang dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.

2). Kalimat majemuk setara pertentangan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, atau melainkan. Contoh:
Amerika tergolong negara maju
Indonesia tergolong negara berkembang
Amerika tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara berkembang.

3). Kalimat majemuk setara perurutan adalah dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian. Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama jauara MTQ tingkat remaja, kenmudian
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.

4). Kalimat majemuk setara pemilihan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan oleh kata atau. Contoh:
Mereka di perpustakaan belajar atau sedang berpacaran.

LATIHAN 5

I. Gabungkanlah pasangan kalimat berikut menjadi empat macam kalimat majemuk


setara, (supaya penghubungannya logis, kata-katanya boleh diubah, atau jika itu
tidak mungkin, penggabungan cukup dua macam).

1. Sepatu Bata mahal


Aku tetap membelinya

a. Penjumlahan : (sepatu bata mahal dan aku tetap membelinya)


b. Pertentangan : (aku memebeli sepatu bata tetapi harganya mahal)
c. Perurutan :-
d. Pemilihan :-

II. Tunjukan induk kalimat dan anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat
berikut.

1. Karena computer bekerja cepat dalam mengolah adat, produksi dapat segera
disesuaikan dengan laju permintaan.
Karena computer bekerja cepat dalam mengolah adat (Induk kalimat).
produksi dapat segera disesuaikan dengan laju permintaan (Anak kalimat).
a. Induk kalimat adalah klausa yang sudah bermakna, meskipun tanpa terikat atau
bergabung dengan klausa lain. Selain itu induk kalimat tidak didahului oleh
konjungsi.
b. Anak kalimat merupakan kalimat tunggal juga namun menduduki jabatan dalam
pola kalimat lain, dan anak kalimat yang tidak bisa berdiri sendiri.
c. Subjek induk kalimat adalah kalimat majemuk bertingkat yang sedikitnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpotensi untuk menjadi sebuah kalimat.
d. Predikat anak k]alimat adalah salah satu unsur yang dapat didanti oleh anak
kalmat.
e. Subjek anak kalimat adalah anak kalimat penganti subjek.

2. Suatu perhitungan akan lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk grafik.
a. Induk kalimat adalah klausa yang sudah bermakna, meskipun tanpa terikat atau
bergabung dengan klausa lain. Selain itu induk kalimat tidak didahului oleh
konjungsi.
b. Anak kalimat merupakan kalimat tunggal juga namun menduduki jabatan dalam
pola kalimat lain, dan anak kalimat yang tidak bisa berdiri sendiri.
c. Predikat induk kalimat merupakan bagian dari kalimat majemuk bertingkat yang
sedikitnya terdiri atas subjek dan predikat
d. Subjek induk kalimat adalah kalimat majemuk bertingkat yang sedikitnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpotensi untuk menjadi sebuah kalimat.
e. Predikat anak k]alimat adalah salah satu unsur yang dapat didanti oleh anak
kalmat.
f. Subjek anak kalimat adalah anak kalimat penganti subjek.

c. Kalimat Majemuk Setara Rapatan


Dalam kalimat majemuk setara, ada kalimat yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu
suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih aklimat tunggal. Contoh kalimat setara
rapatan sebagai berikut.
Kami berlatih, kami bertanding, kami berhasil.
Kami berlatih, kami bertanding, dan kami berhasil.
Kami berlatih, kami bertanding, dan berhasil.
d. Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa
bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Sedangkan
pertaliannya dari sudut pandang waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya sebagai dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat. Contoh:

Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)


Mereka masih dapat mengacaukan data computer. (tunggal)
Walaupun computer itu dilenngkapi dengan data-data modern, mereka masih dapat
mengacaukan data computer itu.
e. Kaliamat Majemuk Tidak Setara yang Berunsur Sama
Kalimat majemuk takstara (tidak setara) dapat dirapatkan andaikata unsur-unsur
subjeknya sama. Contoh:

Kami sudah Lelah, kami ingin pulang, karena sudah Lelah, kami ingin pulang.

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada induk
kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini,
subjek iyu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh
dihilangkan, dan bukan sebaliknya. Contoh:
Karena kami sudah Lelah,kami ingin pulang. (salah karena subjeknya diulang).
Perbaikannya : karena sudah Lelah,kami ingin pulang.(benar karena subjek anak
kalimat bisa dibuang).

f. Penghilang Kata Penghubung


Ada beberapa kalimat majemuk taksetara rapatan yang mencoba mengadakan
penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat sehingga kalimat itu
menjadi salah. Contoh:
Membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Anak kalimat: Membaca surat itu
Induk kalimat: saya sangat terkejut.
Subjek aak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk kalimat, yaitu saya.
Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak benar (tidak
baku).
g. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (kalimat majemuk bertingkat)
dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk taksetara (bertingkat). Misalnya:

Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. (Bertingkat + Setara)
Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai. (Setara +
Bertingkat)
LATIHAN 6
Coba anda perbaiki kalimat-kalimat berikut
1. Ketika menghadiri Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Ambon, penari cakalele
mempermalukan Presiden SBY di mata Internasional.
- Ketika menghadiri Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Ambon, para penari
cakalele mempermalukan Presiden SBY di mata Internasional.
2. Karena sudah berkali-kali sulit dihubungi emlalui telepon, berita penting itu terpaksa
disampaikan oleh sekuriti kepada Bapak Inspektur melalui SMS.
- Karena sulit dihubungi, berita penting itu terpaksa disampaikan oleh sekuriti
kepada Bapak Inspektur melalui SMS.
3. Setelah menyaksikan sendiri hasil temuan itu, jabatan fungsional peneliti Dr.
Sukamandi dinaikan oleh Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
- Setelah menyaksikan hasil temuan itu, jabatan fungsional peneliti Dr.
Sukamandi dinaikan oleh Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
4. Sejak didirikan tahun 1970 sampai sekarang, Pemerintah Republik Indonesia sudah
berkali-kali merenovasi Monumen Pancasakti yang terletak diperbatasan kedua
negara.
- Sejak didirikan tahun 1970, Pemerintah Republik Indonesia sudah berkali-kali
merenovasi Monumen Pancasakti yang terletak diperbatasan kedua negara.
5. Karean tidak bertemu dengan Bapak Komisaris Utama, cendramata itu dititipkannya
kepada ajudan pribadinya.
- Karean tidak bertemu Bapak Komisaris Utama, cendramata itu dititipkannya kepada
ajudan pribadinya.
6. Karena terbukti bersalah, hakim ketua memberi hukuman empat tahun penjara
untuk terdakwa.
- Karena terbukti bersalah, hakim ketua memberi hukuman empat tahun penjara
kepada terdakwa.
7. Sambal beristirahat dari pekerjaan yang berat itu, buku cerita silat itu dibacanya
hingga selesai.
- Sambal beristirahat, buku cerita silat itu dibacanya hingga selesai.
8. Berbicara tentang masalah harga barang menjelang lebaran tahun ini, kita merasa
bangga karena kenaikannya masih berada dalam batas wajar.
- Setelah berbicara tentang masalah harga menjelang lebaran tahun ini, kita merasa
bangga karena kenaikannya berada dalam batas wajar.
9. Dibandingkan dengan penampilan Christiano Ronaldo, penampilan David Beckham
akhir-akhir ini kurang mengesankan.
- Jika dengan penampilan Christiano Ronaldo, penampilan David Beckham akhir-akhir
ini kurang mengesankan.
10. Tinggal di Lembah Baliem beberapa tahun yang lalu, sosiolog dari negara Paman Sam
menyaksikan tari daerah pedalaman Papua itu.
- Setelah tinggal di Lembah Baliem beberapa tahun yang lalu, sosiolog dari negara
Paman Sam menyaksikan tari daerah pedalaman Papua itu.
6.4 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh unsur utama, yaitu induk kalimat dan
diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut
melepas.
2. Kalimat yang Berklimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk
kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks.
3. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau majemuk
campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang kerana strukturnya
memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat
yang bersimetri. Misalnya:
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestic berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
6.5 Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif.
1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat peryataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap
pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda bacatiti). Misalnya:
Positif:
Presiden SBYmengadakan kinjugan ke luar negeri.
Indonesia menggunakan sistem aggaran yang berimbang. (Positif)
Negatif:
Tidak semua nasabah memperoleh kredit lemah
Dalam pameran tersebut para penggunjung tidak mendapat informasi yang
memuaskan tentang bisbis kondominium di kota-kota besar.
2. Kalimat Pertanyaan (Introgatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya).
Misalnya: di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang
tersebut berbuat sesuatu. (biasanya, intonasi menurun; tanda titik atau tanda seru).
Misalnya:
Maukah kamu disuruh mengantarkan buku in ke pak bukhari!
Tolong buatkan dahulu rencana pembiayaannya.
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau
yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainnya tanda seru atau tanda titi pada klimat tulis). Misalnya:

Positif: Bukan main cantiknya. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif: Aduh pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
Wah, target KONI di Sea Games XIII tahun 2005 di Manila tidak tercapai.
6.6 Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan Kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri khas, yaitu kesepadaan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepadaun gagasan, dan kelogisan Bahasa.
6.6.1 Kesepadanan Struktur ialah keseimbagan anatara pikiran (gagasan) dan struktur
Bahasa yang dipakai. Ciri kesepadanan adalah sebagai berikut.
1). Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi apabila sebelum subjek
kalimat tersebut terdapat kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
2). Dalam kalimat itu tidak terdapat subjek yang ganda.
Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus.
3). Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh
karena itu, kata hubung atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam
kalimat tunggal. Contoh:
Kami dating agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
(S)
Kami dating agak terlambat Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (B)
6.6.2 Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk kata pertama menggunakan nomina atau verba, bentuk
kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina atau verba.
6.6.3 Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat. Bentuk penekanan dalam kalimat.
1). Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat). Contoh:

Presiden mengharapkan rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan


kemampuan yang ada pada dirinya. (penekanannya ialah Presiden mengharapakan).
2). Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau serratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. Seharusnya:
Bukan serratus, seribu atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3). Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4). Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5). Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh:
Sudaralah yang harus bertanggung jawab.
6.6.4 Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, fase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan.
1). Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
2).Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinate pada hiponimi kata.
3). Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.
4). Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Para tamu-tamu para tamu
Beberapa orang-orang beberapa orang
Para hadirin hadirin
6.6.5 Kecermatan
Yang dimaksud dengan kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
6.6.6 Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1). Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan vara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang Panjang dan bertele-
tele. Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradap.
2). Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat yang pasif biasa dan kalimat pasif
persona. Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola SP dialihkan
dengan memosisikan objek menjadi subjek dan predikat yang berawalan meng-
menjadi predikat yang berawalan di-. Kemudian kalimat pasif persona terjadi
apabila awalan di- pada predikat pasif biasa digantikan dengan pronominal
pelaku.
LATIHAN 7
Anda perbaiki kalimat berikut dengan sebaik-baiknya.
1. Persoalan penerimaan siswa baru, kami belum setujui dengan resmi.
- Kami belum meresmikan penerimaan siswa baru
2. Tanah pembelian itu sudah disetujui oleh saya dengan baik.
- Saya sudah setuju membeli tanah itu
3. Anda belum katakana apa yang Anda sudah buat tadi malam.
- Anda belum mengatakan apa yang anda perbuat tadi malam
4. Saya sudah canangkan pembangunan Gedung itu tiga tahun yang lalu.
- Pembangunan Gedung itu saya canangkan tiga tahun lalu
5. Pekerjaan yang berat itu dilaksanakan oleh kami secara bertahap.
- Pekerjaan berat itu kami laksanakan secara bertahap

6.6.7 Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisanya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
1. Kalimat yang Salah Nalar
Waktu dan tempat kami persilakan
2. Kalimat yang Bernalar
Bapak Menteri kami persilahkan.
LATIHAN 8
I. Perbaiki kalimat berikut sesuai dengan kaidah penyusunan yang benar.
1. Karena sudah diketahui sebelumnya, polisi segera menangkap pelaku kejahatan itu.
- Karena pelaku sudah diketahui sebelumnya, polisi segera menangkap pelaku
kejahatan itu.
2. Setelah naskah laporan disusun dengan sebaik-baiknya, barulah diseminarkan untuk
memperoleh masukan dari para ahli.
- Setelah naskah laporan disusun dengan sebaik-baiknya , barulah naskah
diseminarkan untuk memperoleh masukan dari para ahli.
3. Karena data-data itu masih mentah atau belum diproses, jangan diberikan kepada
siapa pun, termasuk wartawan.
- Karena data-data itu belum diproses, data-data itu jangan diberikan kepada siapa
pun, termasuk wartawan.
4. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa
negara adalah Bahasa Indonesia.
- Dalam Undang-Undang Dasar 1945,Bab XV,Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa
negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
5. Soal itu saya belum jelas, Pak Hakim.
- Masalah itu saya belum jelas pak Hakim.
6. Ia menyadari sepenuhnya bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Sehingga
amatlah perlu untuk hidup bermasyarakat.
- Ia menyadari sepenuhnya bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri, Sehingga
perlu untuk hidup bermasyarakat.
7. Dengan kejernihan air sungai memberikan kesejukan dan kesehatan bagi kita semua.
- Kejernihan air sungai memberikan kesejukan dan kesehatan bagi kita semua.
8. Karena jarang megikuti pelajaran, soal-soal yang mudah tidak mampu
diselesaikannya.
- Karena ia jarang megikuti pelajaran, soal-soal yang mudah pun tidak mampu
diselesaikannya.
9. Tertarik oleh imbauan Bapak Rektor, saya berusaha menanti segala ketentuan yang
berlaku di kampus ini.
- Karena saya tertarik imbauan Bapak Rektor, saya berusaha menanti segala
ketentuan yang berlaku di kampus ini.
10. Sebelum Anda mengerjakan tes ini, sebaiknya berdoa dahulu agar diberi petunjuk
oleh Tuhan Yang Maha kuasa.
- Sebelum Anda mengerjakan tes, sebaiknya Anda berdoa dulu agar diberi petunjuk
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
KUIS KEDUA
1. B 6. A
2. A 7. B
3. A 8. A
4. A 9. A
5. C 10. A
II. Coba anda perbaiki kalimat berikut!
1. Untuk pipa-pipa penyalur gas bumi adalah pipa-pipa buatan dalam negeri.
- Pipa-pipa penyalur gas bumi adalah buatan dalam negeri.
2. Bagi orang yang telah lanjut usia tidak takut kegelapan, tapi takut berjalan sendiri.
- Orang yang lanjut usia tidak takut kegelapan, tetapi takut berjalan sendiri.
3. Penyelesaian proyek raksasa itu diperlukan dana yang besar.
- Penyelesaian proyek besar itu memerlukan dana yang besar.
4. Dalam empat tahun ini negara kita yang terlihat sangat pesat kemajuannya dalam
bidang perkeretaapian.
- Dalam empat tahun ini kemajuan negara kita bidang perkeretaapian sangat pesat.
5. Perjalanan kami itu diperlukan tiga bungkus nasi dan Sembilan potong daging ayam.
- Selama perjalan, kami memerlukan tiga bungkus nasi dan Sembilan potong daging
ayam.
6. Menurut pakar perindustrian mengatakan bahwa masing-masing industry harus
mempunyai sertifikat ISO.
- Pakar perindustrian mengatakan bahwa masing-masing industry harus mempunyai
sertifikat ISO.
7. Meskipun semua industry sudah mempunyai sertifikat ISO, namun hal itu belum
menjamin kualitas produknya karena tidak ada pengawasan yang
berkesinambungan.
- Meskipun semua industry sudah mempunyai sertifikat ISO, hal itu belum menjamin
kualitas produknya karena tidak ada pengawasan yang berkesinambungan.
8. Jika sudah mengetahui system kerjanya, maka mesin jenis apapun dapat
dioperasikan dengan mudah.
- Jika sudah diketahui system kerjanya, maka mesin dapat dioperasikan dengan
mudah.
9. Dengan mengakses internet, maka kita dapat memeperoleh tentang berbagai
informasi yang kita butuhkan.
- Dengan mengakses internet, maka kita dapat memeperoleh berbagai informasi
yang kita butuhkan.
10. Untuk memperoleh data yang lengkap tentang kasus pencemaran lingkungan, maka
memerlukan ketelitian dan kesabaran serta waktu yang tepat.
- Untuk memperoleh data yang lengkap tentang kasus pencemaran lingkungan,
maka diperlukan ketelitian dan kesabaran serta waktu yang cukup.
BAB VII
PEMBENTUKAN PARAGRAF YANG PADU
6.7 Pendahuluan
Paragraph adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Contoh sebuah paragraph. Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali
masalahnya diseminarkan.
6.2 Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraph dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antarkalimat.
1). Pengait Paragraf
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraph, yaitu berupa:
a. Ungkapan penghubung transisi, beberapa kata transisi
a). Hubungan tambahan; lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula,
berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
b). Hubungan pertentangan; akan tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun, demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
c). Hubungan perbandingan sama dengan itu; dalam hal, yang demikian,
sehubungan dengan itu.
d). Hubungan akibat; oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu,
maka.
e). Hubungan tujuan; untuk itu, untuk maksud itu.
f). Hubungan singkatan; singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada
umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
g). Hubungan waktu; sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian.
h). Hubungan tempat; berdekatan dengan itu.
b. Kata ganti
Ungkapan pengait paragraph dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti
orang maupun kata ganti yang lain.
a). Kata ganti orang
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita
banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna
untuk menghindari penyebutan nama otang berkali-kali.
b). Kata ganti yang lain
Kata ganti yang lain digunakan dalam menciptakan kepaduan
paragraph ialah itu, ini, tadi , begitu dll.
c). Kata kunci
c. Kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan). Ungkapan pengait
antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/transisi.
7.3 Pembagian Paragraf Menurut Jenisnya
Tiga macam paragraph jika dilihat dari segi jenisnya.
1). Paragraf Pembuka
Paragraph ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian.
2). Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf
pembuka dan paragraf yang terakhir sekali dalam baba tau anak bab itu.
3). Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau
akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu.
7.4 Tanda Paragraf
Sebuah paragraph dapat ditandai dengan memualai kalimat pertama agak menjorok ke
dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua semester.
7.5 Rangka Atau Struktur Paragraf
Rangka atau struktur sebuah paragraph terdiri atas sebuah kalimat topik dan berupa
kalimat penjelas. Karena topik paragraph adalah sebuah pikiran utama dalam sebuah
paragraph, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraph itu.
7.6 Paragraph Deduktif dan Paragraf Induktif
Paragraph yang meletakan kalimat topik pada awal paragraph disebut paragraph
deduktif, sedangkan paragraph yang meletakan kalimat topik diakhir paragraph disebut
paragraph induktif.
7.7 Pengembangan Paragraph
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian,
dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraph demi paragraf.
7.8 Teknik Pengembangan Paragraf
Teknik pengembangan paragraph itu, secara garis besar, ada dua macam. Pertama,
pengembangan dilakukan dengan menggunakan “ilustrasi”. Kedua, pengembangan dengan
“analisis’. Kedua Teknik diatas dapat diperinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis,
diantaranya adalah:
a. Dengan memeberikan contoh
b. Dengan menampilkan fakta-fakta
c. Dengan memberikan alas an-alasan
d. Dengan bercerita.
7.9 Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparannya
Paragraph menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu
deskriptif, ekspositoris, argumentative, dan naratif.
a. Deskriptif adalah paragraph melukiskan (lukisan).paragraf ini melukiskan apa yang
terlihat di depan mata.
b. Ekspositoris adalah paragraph paparan. Paragraph ini menampilkan suatu objek.
c. Argumentative adalah paragraph argumentative sebenarnya dapat dimasukan
kedalam ekspositoris. Paragraph argumentative disebut juga persuasi.
d. Naratif ; Karangan narasi biasa dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh karena
itu, sebuah karangan narasi atau paragraph naratif banyak kita temukan dalam
novel, cerpen atau hikayat.
LATIHAN 9
I. Alihkan paragraph yang induktif di bawah ini menjadi paragraph yang deduktif.
1. Paragraf Induktif
Bahasa Muna belum tentu dapat dipakai dengan baik oleh seorang turunan inggris
yang lahir di Raha (Muna) yang hidup dari kecil, dewasa, smapai tua ditempat itu. Hal
ini sangat berbeda dengan Bahasa Buton dan Bahasa-bahasa lain di Makasar.
Bahasa-bahasa yang disebut terakhir ini dapat dipahami dengan mudah oleh
pendatang dari daerah lain serta dapat mereka pergunakan dengan baik dalam
berbahasa sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa Bahasa Muna agak sukar dipelajari
oleh penutur asing.
- Paragraf Deduktif
Bahasa Muna agak sukar oleh dipelajari oleh penutur asing. Bahasa Muna juga
belum tentu dapat dipakai dengan baik oleh seorang turunan inggris yang lahir di
Raha (Muna) yang hidup dari kecil, dewasa, hingga tua ditempat itu. Sangat berbeda
dengan Bahasa Buton dan Bahasa-bahasa lain di Makasar. Bahasa yang disebut
terakhir ini dapat dipahami dengan mudah oleh pendatang dari daerah lain serta
dapat mereka pergunakan dengan baik dalam bahasa yang dipakainya.

2. Kalimat mana yang membuat paragraph ini sumbang. Garis bawahilah!


Pimpinan Wima Kartika memperhitungkan berapa buah rumah yang dapat dibangun
dengan 300 ton pasir yang tertumpuk di jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia dapat
membangun sebuah kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah.
Tidak demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan
memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir itu kalau pasir
itu di buat menjadi kaca. Lain lagi pandangan seorang pekerja kapal keruk. Pekerja
kapal keruk memandang pasir itu sebagai penghalang yang harus disingkirkan karena
pasir merupakan musuh besarnya Ketika mengeruk sebuah dasar sungai. Kapal
keruk itu mondar-mandir di sekitar Sungai Batanghari. Jadi, jelaslah bahwa setiap
orang akan memandang suatu objek dengan makna yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.

3. Kalimat-kalimat ini membentuk sebuah paragraph. Silahkan anda susun urutannya.


a. Akibat radiasi nuklir itu sangat merugikan kehidupan manusia.
b. Akibat radiasi nuklir itu sangat merugikan kehidupan manusia.
c. Pada tahun 1945 meledaklah bom atom yang pertama utuk mengakhiri Perang
Dunia II.
- Pada tahun 1945 meledaklah bom atom yang pertama utuk mengakhiri Perang
Dunia II. Akibat radiasi nuklir itu sangat merugikan kehidupan manusia. Akibat radiasi
nuklir itu sangat merugikan kehidupan manusia.

4. Susunlah paragraph deduktif yang sesuai dengan bidang Anda (ekonomi, Teknik,
pertanian, desain, dan sebagainya) yang terdiri atas sekurang-kurangnya enam
kalimat. Gunakan tiga jenis pengait paragraph (kata penghubung transisi, kata ganti,
dan kata kunci).
- Paragraph deduktif adalah yang ide pokoknya di awal
Sungai sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai penting untuk
kegiatan perikanan. Khususnya sungai besar yang menjadi tempat hidup beragam
ikan dan hewan air lainnya. Tempat ini bisa menjadi tempat nelayan mencari mata
pencaharian. Manfaat sungai dalam pertanian, juga tidak kalah penting, yakni
sebagai sumber irigasi mendapatkan pengairan dari sungai. Belakangan manusia
membendung sungai sebagai sumber irigasi. Jadi, pembuatan bendungan itu
memudahkan bagi kehidupan manusia juga.
- Penjelasan:
Paragraph deduktif adalah paragraph yang kalimat utamanya berada diawal
paragraph (Sungai sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia).
Kata penghubung transisi = jadi
Kata ganti = tempat ini
Kata kunci = sungai
BAB VIII
METODE PENULISAN ILMIAH
8.1 Pemilihan Topik/ Masalah
Topik/ pokok bahasan adalah pokok pembicaraan.
8.2 Penentuan Judul Penelitian
Penentuan judul penelitian dapat dilakukan, antara lain dengan cara pembatasan
topi/pokok bahasan dengan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa,
mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan. Contoh penentuan judul penelitian dengan cara
bertanya berikut:
1. “Pengembangan Industri Metanol di Pulau Bunyu Tahun 2010’.
2. “Manfaat Desain Interior dalam Mendukung Kegunaan Perkantoran di Jakarta
Dewasa ini”.
8.3 Pembuatan Kerangka Karya Ilmiah
Kerangka karya ilmiah disebut juga ragangan (outline). Penyusunan rangkangan, pada
prinsipnya, adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang
berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan (Moeliono, 1988:1).
8.4 Tahap Pengumpulan Data
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari
informasi dari kepustakaan (buku, surat kabar, majalah, ensiklopedia, brosur, kamus,
internet, dan lain-lain) mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul Garapan. Dan
data dilapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, atau eksperimen.
8.5 Tahap Pengorganisasian/Pengonsepan
Penyusun harus menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat, atau bentuk. Penyusun
menentukan data mana yang akan dibicarakan lebih dahulu dan data mana yang akan
dibahas kemudian. Misalnya, jika penelitian bersifat kiantitatif, data diolah dan dianalisis
dengan Teknik statistic. Penyusun mulai mengonsep karya ilmiah sesui dengan urutan dalam
kerangka karya ilmiah yang ditetapkan.
8.6 Tahap Pemeriksaan/Penyuntingan
Pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi karya ilmiah dan pemeriksaan cara
penyajian karya ilmiah, termasuk penyuntingan Bahasa yang digunakannya.
8.7 Tahap Pengetikan/Penyajian
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan
kebersihan. Misalnya, penyusun menata unsur-usur dalam halaman jdul, unsur-unsur dalam
daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar Pustaka.
8.8 Konvensi Karya Ilmiah
1. Bahan dan Jumlah Halamanjumlah halaman makalah (karya ilmiah sederhana)
misalnya, berkisar antara 8-10 halaman kuarto atau A-4, di luar prakata dan daftar
isi. Jumlah halaman skripsi atau tugas akhir untuk memenuhi syarat ujian sarjana
tidak kurang dari 50 halaman.
2. Perwajahan
Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karya ilmiah serta
aturan peulisan unsur-unsur tersebut, yang dikaitkan dengan segi keindahan dan
estetika naskah. Pembicaraan tentang perwajahan tersebut akan dibahas pola
ukuran kertas, cara penomoran.
8.9 Sistematika Karya Ilmiah
1. Kulit Luar berisi, judul karya ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada), maksud
penyusunan, nama penyusun, nama Lembaga Pendidikan tinggi (nama jurusan,
fakultas, dan universitas), nama kota tempat Lembaga Pendidikan tinggi, dan tahun
penyusunan.
2. Prakata ditulis secara singkat, tetapi jelas. Unsur-unsur yang dicantumkan dalam
prakata hendakla dibatasi pada: Puji syukur kepada tuhan, penjelasan tentang
pelaksanaan penyusunan, informasi tentang arahan dan bantuan dari berbagai
pihak, ucapan terima kasih, penyebutan nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun
penyusunan, serta nama penyusun karya ilmiah.
3. Daftar tabel, Grafik, dan Bagan, ketiganya dituliskan dengan huruf kapital
seluruhnya, tanpa diberi tanda baca apa pun. Tajuk-tajuk itu terletak di tengah-
tengah kertas dan turun seperenam bagian dari pinggir atas kertas (5 sentimeter).
4. Daftar Singkatan dan Lambang; Singkatan dan lambing yang digunakan dalam
bagian analisis harus dimuat dalam daftar singkatan dan lambing.
8.10 Bagian Utama Karya Ilmiah
Dalam bagian utama ini ditampilkan, sekurang-kurangnya, tiga bab sajian, yaitu
1. Bab pendahuluan
Sub-sub pendahuluan itu sebagai berikut:
a. Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar dan hipotesis,
kerangka teori, sumber data/populasi dan sampel, metode dan Teknik.
2. Bab analisis dan pembahasan
a. Di bab ini bagian terpenting dalam penelitian ilmiah, sebab kegiatan analisis,
sintetis pembahasan, interpretasi, jaln keluar, dan beberapa pengolahan data
secara tuntas.
3. Bab simpulan dan saran. (saran tidak terlalu diperlukan)
a. Simpulan diperoleh dari uraian analisis, inetrpretasi, dan deskripsi yang tertera
pada bab analisis.
b. Saran-saran penulis tentang metodologi penelitian lanjutan, penerapan hasil
penelitan, dan beberapa saran yang mempunyai relevansinya dengan hambatan
yang dialami selama penelitian.
4. Bagian Akhir Karya Ilmiah
Karya ilmiah ditutup dengan daftar Pustaka, dan jika perlu, lampiran.
a. Daftar Pustaka
Ciri khas karya ilmiah adalah adanya kerangka teori (lihat subbab 8.11) dan daftar
Pustaka (lihat subbab 8.12).
b. Lampiran
Laporan akhir, skripsi, atau tesis lazim dilengkapi dengan lampiran. Lampiran dapat
berupa korpus data, dapat berupa denah lokasi penelitian,, atau bagan organisasi
instansi yang diteliti. Tujuannya adalah agar pihak-pihak yang menerima laporan
tersebut dapat mempertimbangkan dengan lebih teliti dan lebih seksama hasil
penelitian tersebut.
8.11 Penulisan Kerangka Teori
Perujukan dengan Catatan Pustaka (Bodynotes)
Penampilan kutipan, sebagai pertanggungjawaban moral peulis dalam hubungannya
dengan kelaziman dalam karang-megarang, mengikuti ketentuan-ketentuan berikut.
Jika menggunakan bodynotes atau innotes, Teknik menampilkan kutipan di dalam teks.
a. Model kutipan yang menempatkan nama pengarang di depan kutipan diawali
dengan kalimat pengantar yang cerdas dan relevan, kemudian kurung buka, nama
belakang pengarang, tahun terbit, tanda titik dua, nomor halaman, kurung tutup,
dan diakhiri bunyi pernyataan yang dikutip.
b. Model b contoh ini adalah kutipan dari internet. Seperti kutipan-kutipan yang lain,
buat dahulu kalimat pengantar yang relevan dan cerdas, kemudian tuliskan bunyi
kutipan yang diinginkan, dan akhirnya cantumkan alamat internet yang diakses
dengan dilengkapi tanggal, bulan, dan tahun saat anda mengakses internet
tersebut.
8.12 Penyusunan Daftar Pustaka
Teknik Penyusunan Daftar Pustaka
Semua Pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar Pustaka itu disusun menurut abjad
nama-nana pengarang atau Lembaga yang menerbitkannya, baik it uke bawah maupun ke
kanan. Jadi, daftar Pustaka tidak diberi nomor urut 1,2,34 dan 5 atau diberi huruf a, b, c, d,
dan e. jika nama pengarang dan nama Lembaga yang menerbitkan itu tidk ada, penyusunan
daftar Pustaka didasarkan pada judul pudtaka acuan tersebut.
BAB IX
PRESENTSI, PIDATO, RINGKASAN, DAN RESENSI
9.1 Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah. Seseorang di depan
forum undangan atau peserta. Agar persentasi itu dapat berjalan secara efektif, ada
beberapa kiat yang perlu diperhitungkan, seperti menarik minat dan perhatian peserta,
mengarahkan perhatian peserta, mempertahankan minat dan perhatian peserta, menjaga
kefokusan masalah yang tetap,
Menjaga etika atau kode etik presentasi.
9.1.1 Tata Tertib dan Estika Presentasi Ilmiah
Penyaji (pemakalah) berfungsi sebagai orang yang menyampaikan isi makalah.
Pemandu (moderator) berfungsi sebagai pengatur jalannya presentasi atau diskusi,
termasuk penentu waktu yang disediakan untuk presentasi itu. Pencatat (notulen) berfungsi
sebagai orang yang menghimpun segala komentar, saran, dan pertanyaan dalam buku yang
dijadikan dokumen bagi presentasi itu.
9.1.2 Penyiapan Bahan Presentasi
Presentasi ilmiah sudah harus harus dibantu atau menggunakan multimedia.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut.
1). Ungkapan kerangka piker yang akan disajikan dalam diagram atau atau bagan
alur untuk menunjukan alur penalaran.
2). Tulisan semuanya dalam bingkai powerpoint dengan ukuran gambar yang
memadai.
3). Pilih rancangan salindia (slide) yang cocokk, termasuk kekontrasan warna dan
animasi.
4). Cetak bahan untuk pegangan dalam penyajian.
9.1.3 Pelaksanaan Presentasi
Bebrapa prinsip komunikasi dalam presentasi ilmiah.
1). Mengurangi gangguan komunikasi secara antisipatif
(1). Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak.
(2). Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.
(3). Berpikir positif tentang peserta.
(4). Membuat peserta nyaman. Merasa berterima, dihormati dan dihargai.
(5). Mempertimbangkan budaya peserta.
(6). Bersikap terbuka terhadap sikap dan pendapat orang lain yang berbeda.
2). Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi
(1). Penyajian memastikan bahwa suara dapat didengar oleh semua peserta.
(2). Penyaji memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, cari
klarifikasi, dan lain-lain.
(3). Penyaji mendorong peserta untuk aktif terlibat dalam presentasi.
(4). Penyaji merespon peserta pada kebutuhan peserta tersebut.
(5). Penyaji menggunakan media yang menarik dan efektif.
9.2 Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan yang didukung oleh
aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang, dan intonasi suara.
9.2.1 Kriteria Berpidato
1). Isi pidato sesusi dengan kegiatan yang berlangsung.
2). Isisnya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar.
3). Isinya tidak menimbulkan pertentangan sara.
4). Isinya jelas.
5). Isinya benar dan objektif.
6). Bahasa yang dipakai mudah dipahami.
7). Bahasanya disampaikan secara santun, rendah hati, dan berseahabat.
9.2.2 Tata Tertib dan Etika Berpidato
Etika berpidato akan menjadi pengangan bagi siapa saja yang akan berpidato. Ketika
berpidato, kita tidak boleh menyingung perasaan orang lain, sebaliknya berupaya
menghargai dan membangun optimisme bagi pendengarnya. Selain itu, keterbukaan,
kejujuran, empati, dan persahaatan perlu diusahakan dalam berpidato.
9.2.3 Penulisan Naskah Pidato
Menulis naskah pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan kedalam
bentuk Bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan kosakata, kalimat, dan paragraph dalam
menulis sebuah pidato sesungguhnya tidak ajauh berbeda dengan kegiatan menulis naskah
yang lain.
9.2.4 Penyuntingan Naskah Pidato
Yang disunting adalah isi, Bahasa, dan pernalaran dalam askah pidato itu. Isinya
dicermati Kembali apakah telah sesuai dengan calon pendengar, dan sesuai dengan kegiatan
yang digelar.
Penyuntingan terhadap Bahasa diarahkan kepada pilihan kosakata, kalimat, dan paragraph.
9.2.5 Penyampaian Pidato
Menyampaikan pidato bukan sekedar membacakan naskah pidato di depan hadirin,
tetapi perlu juga menghidupkan dan menghangatkan suasana dan menciptakan interaksi
yag hangat dengan audiensi.
9.2.6 Tempo, Dinamik, dan Warna Suara
Tempo dapat diartikan cepat lambatnya pengucapan, tidak berbicara terlalu cepat
atau sebaliknya. Dinamik berkaitan dengan keras lembutnya suara. Artinya, suara tidak
datar dan perlu diupayakan ada penekanan terhadap suatu kata atau kalimat tertentu.
Warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan suasana hati, mislnya
suasana gemira, sendu, sedih, atau khidmat, sesuai dengan tujuan mata acara yang
ditetapkan.
9.3 Ringkasan
Pekerjaan meringkas tersebut tidak ubahnya seperti pekerjaan memangkas-mangkas
yang tidak perlu.
9.3.1 Tujuan Membuat Ringkasa
Ringkasan ialah memilah-milah mana gagasan yang utama dan managagasan yang
bawahan. Ringkasan membantu pembaca buku untuk membaca hal itu dalam waktu singkat
dengan cara menghemat waktu.
9.3.2 Cara Membuat Ringkasan
Langkah yang dilakukan oleh penulis ringkasan adalah
1). Membaca Naskah
Dengan membaca secara cermat apa yang tertulis, pembaca akan dapat
mengetahui sudut pandang pengarang serta kesan umum yang ada didalam
tulisan itu.
2). Mencatat Gagasan Utama
Pencatatan gagasan utama dimaksudkan adalah pencatatan bagian yang
penting-penting. Gagasan utama itu dapat berupa inti bacaan. Pencatatan
gagasan utama bertujuan untuk mengrndalikan pikiran pembaca dalam
penulisan ringkasan, dan memilah hal-hal yang penting dan tidak penting.
3). Mengadakan Reproduksi
Mengadakan reproduksi adalah menulis ringkasan yang telah dibaca itu.
Penulisan ringkasan itu dapat dilakukan setelah melalui dua tahap pertama.
9.4 Resensi
Resensi adalah suatu komentar atau ulasan seorang penulis atas sebuah hasil karya, baik
buku, film, karya seni, maupun produk yang lain. Komentar atau ulasan hendaklah factual,
objektif, dan bertolak belakang dari pandangan yang positif. Dalam referensi lazimnya
dikemukakan pula pandangan dan pendapat penulisnya. Dan yang paling subtansi adalah
prinsip.
9.4.1 Tujuan Menulis Resensi
Pertama ingin menjembatani keinginan atau selera penlis kepada pembacanya.
Kedua, penulis resensi ingin menyampaikan informasi kepada pembaca apakah sebuah buku
atau hasil karya yang diresensikan itu layak mendapat sambutan masyarakat atau tidak.
9.4.2 Cara Menulis Resensi
Menulis resensi berarti menyampaikan informasi mengenai ketepatan buku bagi
pembaca. Penulis resensi harus mempertimbangakan hal-hal berikut.
1). Landasan Filosofi Penulisan
Penulis resensi perlu mengkaji landasan filosofi yang dijadikan dasar
penulisan.
2). Harapan Pembaca
Setelah membaca resensi, diharapkan pembaca akan merasa terbantu
mendapatkan informasi yang diperlukan.
3). Materi tulisan
Penulis resensi harus memaparkan meteri yang ada dalam buku yang akan
mencapai target sasaran pembacanya. Dia harus dapat menjembatani kemauan
penulis dan keinginan pembaca.
9.4.3 Materi yang Diresensi
Resensi diharapkan menyajikan materi buku dengan tepat, yang meliputi
1). Landasan filosofi penulis karya asli;
2). Kekuatan dan kelemahan karya yang diresensi;
3). Subtansi karya yang diresensi bagian pr bagian, bab perbab;
4). Fisik karya yang diresensi, termasuk ukuran buku, kertas, huruf yang digunakan,
tinta, warna, jilid gambar, dan ilustrasi.
9.4.4 Langkah-Langkah Meresensi Sebuah Karya
Langkah dan Teknik meresensi suatu karya lazimnya mengikuti tahapan berikut
1). Mengamati suatu karya
2). Membaca isi suatu karya
3). Membuat ringkasan
4). Memaparkan isi dan mutu suatu karya
9.4.5 Sistematika Resensi
Pada dasarnya, sistematika resensi adalah sebagai berikut.
1). Cantumkan tema atau judul yang diresensi
2). Sebutkan nama pengarang, judul, karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab, dan
jumlah halaman.
3). Kemukakan sistematika, Bahasa, dan ringkasan karya yang diresensi.
4). Jelaskan kualitas karya yang diresensi, kekuatan dan kelemahannya, serta
perbedaan perbedaannya dengan karya sejenis yang sudah ada.
5). Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi.
6). Tuliskan identitas si penulis resensi.
LATIHAN 10
I. a. Apa yang harus dipersiapkan untuk persentasi?
- Penguasaan terhadap topik atau materi yang akan dipresentasikan
- Penguasaan berbagai alat bantu presentasi dengan baik
- Menganalisis audiens
- Menyusun keragka presentasi
- Menganalisis berbagai lingkugan lokasi atau tempat untuk presentasi
b. Alat bantu apa sajakah untuk menunjang keberhasilan persentasi?
Diera teknologi persentasi ilmiah sudah harus dibantu atau menggunakan multimedia
seperti
- Laptop
- Mcrofon/ mik
- Slide
- Papan tulis
- Panel LCD projector
- Bahan yang akan dipresentasikan
c. Mengapa calon yang akan berpersentasi melakukan survei akan lokasi tempat
persentasi?
- Karena peninjauan lokasi bagi pemateri atau pembicara merupakan salah satu
factor yang penting yang perlu diperhatiakn sebelum melakukan presentasi.
Disampng itu mengetahui posisi alat bantu presentasi, tata letak untuk tempat
duduk juga perlu diperhatikan. Selain itu posisi podium juga perlu diperhatikan
apakah menutupi pandangan audiens atau tidk.
II. a. Sebutkan beberapa etika berpidato!
- Kita tidak boleh menyingung perasaan orang lain, sebaliknya berupaya
menghargai dan membangun optimisme bagi pendengarnya. Selain itu,
keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahaatan perlu diusahakan dalam
berpidato.
b. Apa yang harus dipersiapkan untuk berpidato?
- Mempersiapkan mental
- Menentuakan tujuan pidato;
- Memilih dan menyampaikan pidato;
- Menganalisis pendengar dan suasana;
- Mengumpulkan bahan dan kata kunci dalam berpidato;
- Membuat kerangka yang unik;
- Menguraikan secra mendetail isi Pidato;
- Berlatih membaca pidato.
c. Secara keseluruhan, sebutkan bebrapa kiat untuk mencapai pidato yang baik!
- Pemateri harus tampil tenang rileks, heningkan suasana, kiasai pikiran pendengar;
- Usahakan jangan Gugup
- Materinya sesuaikan dengan kondisi masyarakat
- Latihan kefasihan ucapan
- Akhiri dengan kesimpulan atau poin-poin penting.
III. a. Apa yang dimaksud dengan ringkasan?
- Ringkasan adalah sebuah penyajian peristiwa yang panjang di sajikan secara
singkat. Dan juga cara yang baik untuk memotong sajian sebuah hasil karangan
yang panjang untuk disajikan dalam bentuk yang singkat.
b. Sebutkan tujuan membuat ringkasan?
- Ringkasan ialah memilah-milah mana gagasan yang utama dan mana gagasan
yang bawahan. Ringkasan membantu pembaca buku untuk membaca hal itu
dalam waktu singkat dengan cara menghemat waktu.
c. Bagaimana Langkah-langkah membuat ringkasan?
1). Membaca Naskah
Dengan membaca secara cermat apa yang tertulis, pembaca akan dapat
mengetahui sudut pandang pengarang serta kesan umum yang ada didalam
tulisan itu.
2). Mencatat Gagasan Utama
Pencatatan gagasan utama dimaksudkan adalah pencatatan bagian yang
penting-penting. Gagasan utama itu dapat berupa inti bacaan. Pencatatan
gagasan utama bertujuan untuk mengrndalikan pikiran pembaca dalam
penulisan ringkasan, dan memilah hal-hal yang penting dan tidak penting.
3). Mengadakan Reproduksi
Mengadakan reproduksi adalah menulis ringkasan yang telah dibaca itu.
Penulisan ringkasan itu dapat dilakukan setelah melalui dua tahap pertama.
IV. a. Apa yang dimaksud dengan resensi?
- Resensi adalah suatu komentar atau ulasan seorang penulis atas sebuah
hasil karya, baik buku, film, karya seni, maupun produk yang lain.
b. Bagaimana Langkah-langkah membuat resensi?
- 1). Mengamati suatu karya
2). Membaca isi suatu karya
3). Membuat ringkasan
4). Memaparkan isi dan mutu suatu karya.
c. Apa saja keuntungan meresensi sebuah karya?
- Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya dan
mempengaruhi mereka atas karya tersebut.
- Buku yang diresensi biasanya adalah buku baru yang belum pernah
diresensi. Sehingga menjadi salah satu bentuk promosi buku sehingga
terkenal dan banyak terjual.

Anda mungkin juga menyukai