Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda, kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam bertransaksi yang
semakin meningkat seiring dengan globalisasi perekonomian dunia. Para penjual
yang menginginkan usahanya terus berkembang dengan cara pembayaran yang
dilakukan bermacam-macam. Karena cara pembayaran yang bermacam-macam
membuat bank memiliki inisiatif untuk mempermudah cara pembayaran yang akan
dilakukan oleh penjual dan pembeli. Salah satu fungsi utama dari bank adalah
melakukan pertukaran uang dalam bertransaksi. Mekanisme pembayaran yang lebih
dari satu pihak ke pihak yang lainnya jika kedua belah pihak memiliki rekening yang
sama akan mempermudah proses transaksi dan jika pembayaran dilakukan dengan
rekening yang berbeda atau tidak berada disatu daerah maka proses transaksi akan
lebih susah.

Cara penyelesaian utang piutang yang menyangkut pada bank akan


memerlukan biaya yang besar, tenaga yang kurang efektif dan juga memerlukan
waktu yang cukup lama. Dengan demikian cara kegiatan operasional perbankan akan
terhambat. Oleh karena itu, muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga kliring
yang kemudian diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral (pada
tanggal 7 Maret 1967). Dengan adanya lembaga kliring, masalah seperti waktu
pertemuan, tempat, siapa yang hadir, besarnya dana yang dibutuhkan untuk
penyelesaian utang piutang dan sebagainya, telah ditentukan dan diorganisir. Tujuan
yang diinginkan dari terbentuknya lembaga kliring adalah untuk memajukan atau
memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta layanan kepada masyarakat yang

1
menjadi nasabah bank. Dengan demikian, perhitungan utang piutang diharapkan
dapat dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan efisien.

Kliring antar bank adalah pertukaran warkat atau data elektronik antar bank
atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu
tertentu. Warkat atau data keuangan elektronik dimaksud merupakan alat pembayaran
bukan tunai yang diatur dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain
yang berlaku yang lazim digunakan dalam transaksi pembayaran. Adapun sistem
kliring antar bank meliputi sistem kliring domestik dan lintas Negara. Pengaturan
sistem kliring lintas Negara mencakup antara lain : Penetapan persyaratan bagi Bank
Indonesia atau bank dalam keanggotaan pada sistem kliring yang bersifat regional
atau internasional. Pengaturan mengenai kesepakatan antara Bank Indonesia atau
lembaga lain sebagai penyelenggara sistem pembayaran dengan bank sentral atau
lembaga penyelenggara sistem pembayaran Negara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan kliring penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari kliring?
2. Apa pengertian dari warkat kliring dan contohnya?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam jenis-jenis warkat kliring?
4. Siapa saja yang termasuk ke dalam peserta kliring?
5. Apa saja sistem-sistem kliring?
6. Bagaimanakah prosedur mekanisme kliring?
7. Bagaimanakah pelaksanaan dari pertemuan kliring?
8. Bagaimana cara mengetahui jadwal hasil lokal dan pelimpahan hasil kliring?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari kliring
2. Mengetahui pengertian dari warkat kliring dan contohnya
3. Mengetahui jenis-jenis warkat kliring
4. Mengetahui peserta kliring
5. Mengetahui sistem-sistem kliring
6. Mengetahui prosedur mekanisme kliring
7. Mengetahui pelaksanaan dari pertemuan kliring
8. Mengetahui jadwal hasil lokal dan pelimpahan hasil kliring

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kliring


Pengertian kliring menurut Pratnama Raharja (1997;132), yaitu : “Kliring
adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat
dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang
telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan “. Adapun pengertian kliring menurut
Thomas suyatno (1999;81), yaitu : “Kliring adalah sarana perhitungan warkat antar
Bank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar
lalu lintas pembayaran giral.”

Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang


dimaksudkan untuk memudahkan penyelesaian hutang-piutang antar bank yang
timbul dari transaksi giral. Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring
melalui perantara Bank Indonesia sebagai lembaga kliring.

Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang piutang dalam


bentuk surat-surat dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank
lainnya dengan maksud agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan
mudah dan aman, serta untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas
pembayaran giral.

Lalu lintas pembayaran giral adalah ini adalah suatu proses kegiatan
bayar membayar dengan warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling
memperhitungkan di antara bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan
nasabah yang bersangkutan. Akibatnya, setiap bank diwajibkan memelihara
sejumlah saldo alat likuid dalam bentuk rekening Giro pada Bank Indonesia untuk

4
menampung semua penarikan dan penyetoran nasabah masing-masing yang akan
mengakibatkan bertambah atau berkurangnya saldo Giro tersebut. Alat likuid
yang harus dipelihara oleh suatu bank pada rekening Giro di Bank Indonesia
harus memenuhi syarat tertentu.

Dalam pelaksanaan kliring tentu saja Bank Indonesia memiliki tujuan-tujuan


tertentu. Tujuan-tujuan tersebut yaitu memajukan dan memperlancar lalu lintas
pembayaran giral, merupakan alternatif pelayanan jasa transfer dana yang kompetitif
dengan cara mempermudah dalam melakukan perhitungan, dan penyelesaian utang
piutang secara aman, cepat dan efisien, serta merupakan salah satu pelayanan bank
kepada para nasabah-nasabahnya.

2.2 Warkat Kliring


Warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas
pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas:

a. cek
b. bilyet giro
c. wesel bank untuk trasfer atau wesel unjuk
d. bukti-bukti penerimaan transfer dari bank-bank
e. nota kredit, dan
f. surat-surat lainnya yang disetujui oleh penyelenggara (BI)

Warkat kliring yang dapat dikliringkan adalah harus dinyatakan dalam mata
uang Rupiah dan bernilai nominal penuh (seratus persen nilai nominal) serta telah
jatuh tempo pada saat dikliringkan. Nota atau warkat yang diikutsertakan dalam
kliring dapat dikelompokan menjadi empat macam nota yaitu:

Warkat kliring yang diserahkan oleh masing-masing peserta, yaitu :

5
Nota Debet Keluar yaitu warkat yang disetorkan oleh nasbah suatu bank untuk
keuntungan rekening nasbah tersebut.

Nota Kredit Keluar yaitu warkat pembebanan ke rekening nasabah yang


menyetorkan untuk keuntungan rekening nasabah bank lain.

Warkat kliring yang diterima dari peserta lain, yaitu :

Nota Debet Masuk yaitu warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban
nasabah bank yang menerima warkat.

Nota Debet Keluar yaitu warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk
keuntungan nasabah bank yang menerima warkat.

2.3 Jenis – Jenis Warkat Kliring

Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan, antara lain kliring umum, kiring
lokal, dan kliring antar cabang.
Kliring umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang
pelaksanaannya diatur oleh Bank Indonesia. Kliring lokal adalah sarana
perhitungan warkat antar bank yang berada dalam suatu wilayah kliring (telah
ditentukan). Kliring antar cabang (interbranch clearing) adalah sarana perhitungan
warkat antar kantor cabang suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu
wilayah kota. Kliring ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh
perhitungan dari suatu kantor cabang untuk kantor cabang lainnya yang
bersangkutan pada kantor induk yang bersangkutan.

2.4 Peserta Kliring

Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua macam :


1. Peserta langsung, yaitu : bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring
dan dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan BI
atau melaui PT Trans Warkat sebagai perantara dengan BI.

6
Contoh : Bank Retail, Bank Devisa

2. Peserta tidak langsung, yaitu: bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta
kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melalui bank yang telah
terdaftar sebagai peserta kliring.

Contoh : BPR

2.5 Sistem Kliring

Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:

a. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang


dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet saldo Kliring serta
pemilihan Warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring
dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara
manualoleh setiap peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan
pemilahan Warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.

2.6 Mekanisme Kliring

Mekanisme kliring dapat diilustrasikan seperti berikut ini.

7
Dalam transaksi kliring akan melibatkan pihak tertarik (yang menarik
cek), pihak penarik (yang menerima cek), dan Bank Indonesia. Kegiatan
kliring di atas masih berjalan secara manual, artinya belum ada otomatisasi
kliring.

Dewasa ini kliring dilakukan secara otomatisasi mellui suatu Automated


Clearing House (ACH). Semua kegiatan kliring akan dilakukan tanpa adanya
pertemuan dengan bank-bank yang terlibat dalam lembaga kliring. Pertemuan
kliring dapat dilakukan secara on-line dan fisik warkatnya akan dikirimkan ke
Bank Sentral setelah data entry dilakukan oleh para peserta kliring. Mekanisme
ACH digambarkan sebagai berikut.

8
Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatisasi melalui ACH,
bank penarik tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta
kliring yang terlibat dalam transaksi kliring akan saling mengkliringkan warkat-
warkatnya melalui media elektronik komputer yang on-line dengan ACH.
Warkat secara fisik akan dikirimkan langsung ke Bank Indonesia untuk tujuan
pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring ACH. Disini pihak bank penarik
akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik.

Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar
atas warkat debet keluarnya. Disini ia akan mempercepat (accelerate) penarikan
dana dari warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam
pengendapan dana kliring tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan
membiarkan dananya menganggur belum tertarik walau sehari. Dipihak lain bank
tertarik akan bersikap pasif. Bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank
tertarik akan melakukan kliring.

9
Bank Indonesia, sebagai bank penyelenggara kliring melalui ACH, dituntut
untuk memiliki administrasi yang sempurna yang dapat memantau seluruh
arus dana yang masuk dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.

Ilustrasi Kliring

Keterangan:

1. Dalam suatu transaksi antara Tuan Azis dan Tuan Setyo, Tuan Aziz
menerbitkan cek yang diserahkan Tuan Setyo
2. Tuan Setyo yang merupakan nasabah Bank Angkasa Cabang Malang
menyerahkan cek kepada Bank Angkasa untuk di kliringkan
3. Bank Angkasa Cabang Malang menyerahkan warkat tersebut kepada PT.
Bank Mega. Penyerahan ini dilakukan petugas Bank yang mewakili Bank
tersebut melalui lembaga kliring, yakni Bank Indonesia
4. Bank Mega Cabang Malang melalui petugas kliring membawa pulang warkat
dan memeriksa keabsahan serta saldo nasabah, bila segalanya benar dan
saldo nasabah mencukupi maka rekening Tuan Azis pada Bank Mega

10
Cabang Malang akan di debet sebesar nilai yang tertera pada cek/BG yang
ditariknya. Dengan demikian saldo Tuan Aziz akan berkurang.
5. Bila tidak ada tolakan Bank Mega Cabang Malang akan mengkreditkan
rekening Bank Angkasa Cabang Malang di Bank Indonesia
6. Bank Angkasa Cabang Malang memberitahu hasil kliringnya pada Tuan
Setyo sekaligus mengkredit rekening Tuan Setyo

2.7 Pertemuan Kliring

Kliring yang dilaksanakan tidak melalui Automated Clearing House,


pertemuan kliring biasanya dilakukan sebanyak dua kali.
Pertama kali bertemu, bank-bank yang terlibat dalam transaksi kliring akan
saling menyerahkan warkat. Pada pertemuan kedua, bank peserta kliring akan
saling mengembalikan warkat apabila terjadi penolakan.

Waktu pertemuan kliring biasanya diatur sebagai berikut :

Senin sampai dengan Jumat:

Kliring I : Pukul 10.30 – 14.30

Kliring II : Pukul 13.00 – 14.00

Sabtu :

Kliring I : Pukul 10.00 – 11.00

Kliring II : Pukul 12.00 – 13.00

2.8 Jadwal Hasil Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil


kliring ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang

11
mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi
wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraan kliring penyerahan/pengembalian.

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:

Transaksi-transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan


melalui kliring lokal. Peserta kliring adalah Bank Lippo, Bank Mega, dan Bank
Niaga Jakarta:

a. Danar Setiawan nasabah Bank Lippo Jakarta telah menarik cek no.011.000.12
sebesar Rp50.000.000 dan cek no.011.000.13 sebesar Rp30.000.000 untuk
membayar pembelian elektronik kepada Yahya nasabah giro Bank Mega Jakarta.

b. Bank Mega Jakarta menerima bilyet giro dari Erika untuk keuntungan Fahmi
nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp50.000.000.

c. Bobby nasabah Niaga Jakarta menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Yanti nasabah Bank Mega Jakarta sebesar Rp60.000.000.

d. Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah giro
Dwiwahyu sebesar Rp20.000.000. Warkat ini diterima dari Bank Niaga Jakarta
melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro Fitri.

Diminta:

1). Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring

2). Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring

3). Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku
lembaga kliring

Penjelasan dan penyelesaian dengan mekanisme kliring sebagai berikut:

12
Pada soal a, Bank Mega Jakarta telah menerima setoran dari Yahya berupa 2
buah cek Bank Lippo Jakarta sebesar Rp 50.000.000 dan Rp 30.000.000. Cek ini
merupakan warkat tagihan bagi Bank Mega Jakarta terhadap Bank Lippo
Jakarta sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Jakarta. Bank Mega
Jakarta yang melakukan penagihan terhadap Bank Lippo Jakarta akan
mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar (WDK). Pada saat kliring
1 (penyerahan), Bank Mega Jakarta harus mencatat penagihan kliring ini dalam
rekening administratif (RAR kliring) dan Bank Mega Jakarta selaku yang menagih
akan menunggu hasilnya pada kliring 2 (pengembalian).

Pada kliring 2 (pengembalian), Bank Lippo Jakarta menerima warkat bank


sendiri yang ditarik oleh Danar Setiawan berupa cek dari peserta kliring (Bank
Mega Jakarta). Warkat ini merupakan warkat debet masuk (WDM) karena Bank
Lippo Jakarta harus mendebet rekening giro nasabah (Danar Setiawan). Rekening
lawannya adalah mengkredit rekening giro BI.

Pada soal b, Bank Mega Jakarta menerima amanat dari Erika untuk
membebani rekening gironya melalui bilyet giro sebesar Rp 50.000.000 untuk
keuntungan Fahmi nasabah giro Bank Niaga Jakarta. Bagi Bank Mega Jakarta,
warkat ini merupakan warkat kredit keluar (WKK) karena Bank Mega Jakarta
diperintahkan oleh Erika untuk mengkredit rekening Giro BI. Warkat ini sudah
memberikan kepastian dana, sehingga Bank Mega Jakarta langsung membukukan
pada rekening riil pada saat kliring 1 (penyerahan) dengan melakukan
pendebetan pada rekening Giro Erika dan rekening Giro BI pada posisi kredit.

Bank Niaga Jakarta melakukan pencatatan pada kliring 2 (pengembalian)


karena bilyet giro dari Erika sifatnya sudah pasti sehingga langsung melakukan
pengkreditan pada rekening Giro Fahmi dan pendebetan pada rekening Giro
BI, sehingga warkat ini merupakan warkat debet masuk (WDM).

13
Pada soal c, Bank Mega Jakarta menerima cek Bank Niaga Jakarta yang
ditarik oleh Bobby untuk membayar barang dagangan kepada Yanti. Cek ini
merupakan warkat tagihan bagi Bank Mega Jakarta terhadap Bank Niaga Jakarta
sehingga harus dikliringkan melalui kliring Bank Indonesia Jakarta. Bank Mega
Jakarta yang melakukan penagihan terhadap Bank Niaga Jakarta akan
mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar (WDK). Karena
warkat tersebut belum memberikan kepastian dana maka pada saat kliring 1
(penyerahan) Bank Mega Jakarta harus mencatat penagihan kliring ini dalam
rekening administratif (RAR kliring) dan Bank Mega Jakarta selaku yang menagih
akan menunggu hasilnya pada kliring 2 (pengembalian).

Pada kliring 2 (pengembalian), Bank Niaga Jakarta menerima warkat bank


sendiri yang ditarik oleh Bobby berupa cek dari peserta kliring (Bank Mega
Jakarta). Warkat ini merupakan warkat debet masuk (WDM) karena Bank Niaga
Jakarta harus mendebet rekening giro nasabah (Bobby). Rekening lawannya adalah
mengkredit rekening giro BI.

Pada soal d, Fitri menyerahkan cek Bank Lippo Jakarta dari Dwiwahyu
untuk keuntungan gironya kepada Bank Niaga Jakarta. Cek ini merupakan warkat
tagihan bagi Bank Niaga Jakarta terhadap Bank Lippo Jakarta sehingga harus
dikliringkan melalui kliring Bank Indonesia Jakarta. Bank Niaga Jakarta yang
melakukan penagihan terhadap Bank Lippo Jakarta akan mengelompokkan warkat
ini sebagai warkat debet keluar (WDK). Karena warkat tersebut belum
memberikan kepastian dana maka pada saat kliring 1 (penyerahan) Bank Niaga
Jakarta harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif (RAR
kliring) dan Bank Niaga Jakarta selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada
kliring 2 (pengembalian).

Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk (WDM), karena bank
Lippo Jakarta menerima warkat bank sendiri yang ditarik oleh Dwiwahyu sebesar Rp

14
20.000.000 sehingga Bank Lippo Jakarta harus melakukan pencatatan pada kliring 2
(pengembalian) dengan mendebet pada rekening giro Dwiwahyu dan mengkredit
pada rekening Giro BI.

1). Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring:

Pencatatan jurnal di Bank Mega Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


A Kliring 1 Dr. RAR Kliring 80.000.000

A Kliring 2 Cr. RAR Kliring 80.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 80.000.000


Cr. Giro Yahya 80.000.000

B Kliring 1 Dr. Giro Erika 50.000.000


Cr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

C Kliring 1 Dr. RAR Kliring 60.000.000

C Kliring 2 Cr. RAR Kliring 60.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 60.000.000


Cr. Giro Yanti 60.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Lippo Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


A Kliring 2 Dr. Giro Danar Setiawan 80.000.000
Cr. Giro BI 80.000.000

15
D Kliring 2 Dr. Giro Dwiwahyu 20.000.000
Cr. Giro BI 20.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Niaga Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


B Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 50.000.000
Cr. Giro Fahmi 50.000.000

C Kliring 2 Dr. Giro Bobby 60.000.000


Cr. Giro BI 60.000.000

D Kliring 1 Dr. RAR Kliring 20.000.000

D Kliring 2 Cr. RAR Kliring 20.000.000

Dr. Giro Bank 20.000.000


Cr. Giro Fitri 20.000.000
Indonesia

2). Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring

Bank Mega
Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)


a).WDK 80.000.000 b).WKK 50.000.000
c).WDK 60.000.000
Menang Kliring 90.000.000

Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000

16
Bank Lippo
Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)


a). WDM 80.000.000
Kalah Kliring 100.000.000 d). WDM 20.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Bank Niaga
Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)


b).WKM 50.000.000 b).WDM 60.000.000
d).WKM 20.000.000
Menang Kliring 10.000.000

Jumlah 70.000.000 Jumlah 70.000.000

3). Neraca kliring yang disajikan Bank Indonesia

Bank Indonesia
Neraca Kliring

Bank Kalah Kliring Saldo (Rp) Bank Menang Kliring Saldo (Rp)
Bank Lippo 100.000.000 Bank Mega 90.000.000
Bank Niaga 10.000.000
Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kliring adalah perhitungan utang piutang antara para peserta secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat
dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan dengan mudah dan aman,
serta untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

Warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas
pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas: cek,
bilyet giro, wesel bank untuk trasfer atau wesel unjuk, bukti-bukti penerimaan
transfer dari bank-bank, nota kredit, dan surat-surat lainnya yang disetujui oleh
penyelenggara (BI)

Ada tiga jenis-jenis kliring yang ada di perbankan yaitu kliring umum, kliring
lokal dan kliring antar cabang. Peserta kliring dibedakan menjadi dua yaitu peserta
langsung dan peserta tidak langsung. Transaksi yang diproses melalui fasilitas Kliring
meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik
warkat, baik Warkat Debet maupun warkat kredit. Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini
mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan
jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap
mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar.

18
3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah untuk menjaga
keseimbangan bagai suatu masalah yang berkaitan dengan tingkat likuiditas suatu
bank, maka setiap bank sebaiknya mencadangkan dana lebih dari giro wajib
minimum yaitu lebih besar dari 8%. Hal itu dilakukan agar jika bank mengalami
kalah kliring, maka bank masih dapat melakukan kegiatan kliring. Sesuai dengan
konsekuensi jika bank mengalami kekalahan kliring terus menerus, maka bank
terancam dilikuidasi oleh bank indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lapoliwa dan Kuswandi, Daniel. 2000. Akuntansi Perbankan Edisi 5 Jilid 1. Jakarta.
Institut Bankir Indonesia.

Hermana, Budi dan Margianti, E.S. 2011. Manajemen Dana Bank Prinsip dan
Regulasi di Indonesia.

Sawitri, Peni dan Eko Hartanto, 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
Universitas Gunadarma, Jakarta

Edy Widianto, http://edywidianto.blogspot.com/2011/03/definisi-kliring.html Sabtu,


15 September 2018.

M.Nurisya, http://mnurisya.blogspot.com/2011/10/pengertian-kliring_26.html Sabtu,


15 September 2018

20

Anda mungkin juga menyukai