Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI PERBANKAN

AKUNTANSI KLIRING MANUAL


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan
Lainnya.
Dosen Pengampu : Sabaruddinsah, S.E., Ak., M.Si.

Disusun Oleh
Kelompok 6 :
Aat Solehah 5552200002
Asrorul Bahiyah 5552200052
Putri Sherina Dwi Marliyanti 5552200092
Feryl Rafif Denizly 5552200117
Nurindah Febriyani 5552200118
Bima Satria Rahman Hakim 5552200136

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akuntansi Kliring Manual” tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Akuntansi Perbankan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga para penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun bagi Kami akan sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Serang, 25 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...........i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2
1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
2.1 Pengertian Kliring…………………………………………………………………...3

2.2 Warkat Kliring..........................................................................................................3

2.3 Jenis-jenis Kliring…………………………………………………………………...4

2.4 Penyelenggaraan Kliring…………………………………………………………….4

2.5 Mekanisme Kliring………………………………………………………………….5

2.6 Ilustrasi Kliring……………………………………………………………………...7

2.7 Prosedur Akuntansi Kliring………………………………………………………..10

2.8 Pembukuan Transaksi Kliring……………………………………………………..11

2.9 Neraca Kliring……………………………………………………………………..12


BAB III PENUTUP...........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..15
3.2 Saran………………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank,
mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank. Kelancaran pembayaran
transaksi dituntut semakin mudah dan tersusun rapi dalam menyelesaian semua transaksi
giral. Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan
hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-masing
nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek,
bilyet giro, atau surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
Dengan hadirnya kliring bank, maka akan memudahkan perhitungan utang-piutang
yang terjadi karena adanya aktivitas transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya. Jenis
transaksi yang digunakan antar nasabah ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat
bayar seperti giro, cek, surat dagang dan surat lainnya yang biasa diterima oleh pihak
bank. Sedangkan tujuan umum dari kliring bank sendiri adalah untuk bisa memudahkan
setiap transaksi pembayaran yang aman dan juga cepat, serta untuk bisa memperlancar
dan juga memperluas setiap lalu lintas transaksi pembayaran.
Dengan adanya transaksi pembayaran yang cepat, maka konsep dasar akuntansi pun
akan sangat penting untuk digunakan sebagai suatu upaya melakukan proses
mengklasifikasi, meringkas, mencatat, mengolah, dan juga menampilkan data transaksi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kliring?
2. Apa itu warkat dan dokumen kliring?
3. Apa saja jenis – jenis kliring?
4. Bagaimana penyelenggaraan kliring?
5. Bagaimana mekanisme kliring?
6. Bagaimana ilustrasi kliring?
7. Bagaimana prosedur akuntansi kliring?
8. Bagaimana pembukuan transaksi kliring?
9. Apa itu neraca kliring?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi kliring.
2. Menyebutkan dan menjelaskan warkat dan dokumen kliring.
3. Menjelaskan jenis – jenis kliring.
4. Menjelaskan penyelenggaraan kliring.
5. Menjelaskan mekanisme kliring.
6. Menjelaskan ilustrasi kliring.
7. Menjelaskan prosedur akuntansi kliring.
8. Menjelaskan pembukuan transaksi kliring.
9. Menjelaskan definisi neraca kliring.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kliring

Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang dimaksudkan


untuk memudahkan penyelesaian hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi
giral Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring melalui perantara Bank
Indonesia sebagai Lembaga Kliring.
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk Surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud
agar penyelesaianya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk
memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
Lalu lintas pembayaran giral ini adalah suatu proses kegiatan bayar membayar
dengan warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara
bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan.
Akibatnya, setiap bank diwajibkan memelihara sejumlah saldo alat likuid dalam bentuk
rekening Giro pada Bank Indonesia untuk menampung semua penarikan dan penyetoran
nasabah masing-masing yang akan mengakibatkan bertambah atau berkurangnya saldo
giro tersebut. Alat likuid yang harus dipelihara oleh suatu bank pada rekening Giro di
Bank Indone sia harus memenuhi syarat tertentu. Hal ini akan dibahas pada bab lain.

2.2 Warkat Kliring

Warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas pembayaran
giral yang diperhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas cek, bilyet giro, surat
bukti penerimaan transfer dari luar kota (kiriman uang), wesel bank untuk transfer atau
wesel unjuk, nota debet atau kredit, dan jenis-jenis warkat lain yang telah disetujui
penyelenggara.
Warkat klining yang dapat dikliringkan adalah harus dinyatakan dalam mata uang
Rupiah dan bernilai nominal penuh (seratus persen nilai nomi nal) serta telah jatuh tempo
pada saat dikliringkan, Nota atau warkat yang diikutsertakan dalam kliring dapat
dikelompokan menjadi empat macam nota atau warkat klining.

3
a. Nota debet keluar
Merupakan Warkat yang disetorkan oleh nasabah untuk keuntungan rekeningnya
Bank penarik akan mendebit rekening giro pada Bank Indonesia
b. Nota kredit masuk
Merupakan warkat yang diterima oleh suatu bank untuk keuntungan rekening
nasabah Bank tersebut. Disini bank penerima warkat ini akan mendebit rekening
giro pada Bank Indonesia.
c. Nota debit masuk
Merupakan warkat yang diterima oleh suatu bank atas cek sendiri yang telah ditarik
oleh nasabahnya. Bank ini akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia
d. Nota kredit keluar
Merupakan warkat dari nasabah sendiri untuk disetorkan kepada nasabah pada bank
lain. Disini akan tercipta perhubungan giro Bank yang menyerahkan warkat kepada
bank lain akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia

2.3 Jenis-jenis Kliring

Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan, antara lain kliring umum, klining lokal,
dan kliring antar cabang. Kliring Umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar
bank yang pelaksanaanya diatur oleh bank Indonesia. Kliring Lokal adalah sarana
perhitungan warkat antar bank yang berada dalam suatu wilayah kliring (telah
ditentukan). Kliring Antar Cabang (interbranch clearing) adalah sarana perhitungan
warkat antar kantor cabang suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah
kota. Kliring ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu
kantor cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang
bersangkutan.

2.4 Penyelenggaraan Kliring

Kliring di Indonesia hanya dapat dilaksanakan oleh Bank Sentral, dalam hal ini
adalah Bank Indonesia Namun demikian, apabila disuatu daerah belum terdapat Bank
Indonesia maka akan diatur lain pelaksanaan kliring oleh Bank Indonesia. Dengan
demikian penyelengggaraan kliring dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Langsung diselenggarakan oleh Bank Indonesia
Dalam hal kliring yang diselenggarakan langsung oleh Bank Indonesia, segala
kegiatan dalam penyelenggaraan kliring ditangani langsung oleh Bank Indonesia, baik

4
sebagai rekapitulator, penghubung pelaksana penyusunan statistik atau laporan,
maupun sebagai koordinator.
Bila peserta kliring cukup banyak, maka pelaksanaan kliring dapat dibagi bagi
kedalam beberapa kelompok yang dikoordinasikan oleh pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok ini bertugas untuk:
a. Menggabungkan angka-angka bank peserta kelompok
b. Mengawasi dan menjaga ketertiban untuk kelancaran pelaksanaan perhitungan
kliring dalam kelompok yang bersangkutan.
2) Ditunjuk Oleh Bank Indonesia
Dalam hal ini segala kegiatan yang menyangkut kegiatan kliring ditangani oleh bank
operasional (kantor cabang) milik pemerintah yang ditunjuk oleh Bank Indonesia
selaku koordinator di suatu daerah yang tidak ada atau belum ada kantor cabang Bank
Indonesia.
3) Peserta Kliring
Ada dua macam peserta kliring Yang pertama adalah Peserta Kliring Langsung
yang merupakan bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat
memperhitungkan warkatnya secara langsung dalam pertemuan kliring. Peserta
lainnya adalah Peserta Kliring Tidak Langsung yang merupakan bank-bank yang
belum tercatat sebagai peserta dan yang memperhitungkan warkatnya dengan kantor
pusat atau kantor cabang lainnya yang sudah tercatat menjadi peserta kliring

2.5 Mekanisme Kliring


Mekanisme kliring dapat diilustrasikan seperti berikut ini.

5
Dalam transaksi kliring akan melibatkan pihak tertarik (yang menarik cek), pihak
penarik (yang menerima cek), dan Bank Indonesia. Kegiatan kliring di atas masih
berjalan secara manual, artinya belum adanya otomatisasi kliring.
Dewasa kini kegiatan kliring dilakukan secara otomatisasi melalui suatu Automated
Clearing House (ACH). Semua kegiatan kliring akan dilakukan tanpa adanya pertemuan
dengan bank-bank yang terlibat dalam lembaga kliring. Pertemuan kliring dapat
dilakukan secara on-line dan pisik warkatnya akan dikirimkan ke Bank Sentral setelah
data entry dilakukan oleh para peserta kliring. Mekanisme suatu ACH dapat dijabarkan
sebagai berikut.

Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatisasi melalui ACH, bank penarik
tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta kliring yang terlibat
dalam transaksi kliring akan saling mengkliringkan warkat-warkatnya melalui media
elektronik komputer yang on-line dengan ACH. Warkat secara pisik akan dikirim
langsung ke Bank Indonesia untuk tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring
ACH. Disini pihak bank penarik akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik
Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar atas
warkat debet keluarnya. Di sini ia akan bersikap mempercepat (acce lerate) penarikan
dana dari warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam
pengendapan dana kliring tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan
membiarkan dananya menganggur belum tertarik walau sehari. Di pihak lain bank

6
tertarik akan bersikap pasif. Bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank
tertarik akan melakukan kliring.
Bank Indonesia, sebagai bank penyelenggara kliring melalui ACH, dituntut untuk
memiliki administrasi yang sempurna yang dapat memantau seluruh arus dana yang
masuk dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.

2.6 Ilustrasi Kliring

Tn. Ali, nasabah giro pada Bank Omega-cabang Jakarta, membeli barang dari Tn.
Badu, nasabah giro bank ABC-cabang Jakarta, seharga Rph. 30 JUTA. Tuan Ali
membayar dengan menerbitkan cek Bank Omega. Illustrasi kegiatan Kliring dapat
dijabarkan sebagai berikut.

Setelah Badu menerima cek Bank Omega dari Ali, Badu akan segera
mengkliringkan cek tersebut dilembaga kliring - Bank Indonesia untuk disetorkan bagi
keuntungan rekeningnya. Badu menyerahkan cek dari All tersebut ke Bank ABC dan
Bank ABC akan menyerahkan cek tersebut kepada Bank Omega di lembaga kliring.
Apabila transaksi melalui kliring ini tidak mengalami hambatan, pada akhirnya akan
terjadi mutasi pembukuan sebagai berikut:

Simpanan giro Badu akan bertambah pada Bank ABC cabang Jakarta sebesar Rp. 30
juta. Simpanan giro Ali pada Bank Omega cabang Jakarta akan berkurang sebesar Rp. 30
juta.

Simpanan giro Bank Omega pada Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp. 30 juta
karena penarikan cek nasabahnya.

7
Simpanan giro Bank ABC pada Bank Indonesia akan bertambah sebesar Rp. 30 juta
karena menerima penyetoran dari Bank Omega.
Bagi Bank ABC cek giro yang diterima dari Badu, nasabahnya, dianggap sebagai
Warkat Debet Keluar, karena Bank ABC akan mendebet rekening giro pada Bank
Indonesia dan mengkredit rekening giro Badu. Sedangkan bagi Bank Omega, setelah
menerima tagihan untuk mencairkan cek dar Bank ABC, warkat yang diterimanya
dianggap sebagai Warkat Debet Masuk, karena Bank Omega akan mendebet rekening
Ali dan mengkredit rekening Giro pada Bank Indonesia.
Transaksi antar Badu dan Ali dapat pula dilakukan dengan perjanjian bahwa Ali
menghendaki agar Bank Omega menyetorkan cek giro untuk keuntungan Badu nasabah
Bank ABC. Dalam hal ini warkat cek yang diserahkan oleh Ali akan dianggap oleh Bank
Omega sebagai Wartkat Kredit Keluar, karena akan mengkredit rekening giro pada Bank
Indone sia dan mendebet rekening giro Ali. Transaksi ini disebut dengan perhubungan
giro. Sedangkan bagi Bank ABC yang menerima cek untuk keuntungan rekening giro
Badu, akan menganggap warkat tersebut sebagai Warkat Kredit Masuk, karena akan
mengkredit rekening giro Badu dan mendebet rekening giro pada Bank Indonesia.
Pertemuan Kliring
Kliring yang dilaksanakan tidak melalui Automated Clearing House, pertemuan kliring
biasanya dilakukan sebanyak duakali. Pertama kali bertemu, bank-bank yang terlibat
dalam transaksi kliring akan saling menyerahkan warkat. Pada pertemuan kedua, bank
peserta kliring akan saling mengembalikan warkat apabila terjadi penolakan.
Waktu pertemuan kliring biasanya diatur sebagai berikut :
Senin sampai dengan Jumat:
Kliring I: Pukul 10:30-11:30

Kliring II: Pukul 13:00 - 14:00

Sabtu:

Kliring I:Pukul 10:00 - 11:00

Kliring II: Pukul 12:00- 13:00

Peserta yang karena satu atau lain hal tidak dapat ikut serta dalam pertemuan
kliring, diharuskan mengajukan permohonan kepada Bank In donesia melalui
penyelenggara 10 hari sebelumnya, untuk kemudian diumumkan kepada semua peserta

8
sekurang-kurangnya 2 hari kerja. Hal ini dikecualikan apabila terjadi force majeur,
seperti bencana alam, kebakaran, pemogokan, sabotase, dan lain sebagainya.
Dalam pertemuan kliring pertama, setiap peserta kliring akan berkumpul di tempat
kliring untuk menyerahkan warkat-warkat kliring kepada bank peserta lainnya. Warkat-
warkat yang diterima dan diserahkan oleh bank bank peserta kliring, sebagaimana telah
disinggung diatas, dapat jabarkan sebagai berikut
Warkat Kliring yang diserahkan suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) Debet Keluar
b. Warkat (nota) Kredit Keluar

Warkat Kliring yang diterima suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) debet masuk
b. Warkat (nota) kredit masuk
Hubungan antara warkat debet keluar dan warkat debet masuk dapat dijabarkan
sebagai berikut:

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, atau warkat debet keluar, akan
menikmati penambahan giro pada Bank Indonesia. Sedangkan Bank yang menerima
warkatnya sendiri, atau warkat debet masuk, saldo gironya pada Bank Indonesia akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut. Hubungan antara warkat kredit keluar
dan warkat kredit masuk dapat dijabarkan sebagai berikut:

9
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, dalam hal ini warkat kredit keluar,
akan menyebabkan pengurangan dalam rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan
bank yang menerima warkat tersebut, atau warkat kredit masuk, saldo gironya pada Bank
Indonesia akan bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.

2.7 Prosedur Akuntansi Kliring


Setiap bank peserta kliring akan menyelenggarakan akuntansi atas transaksi kliring
sesuai dengan sistim akuntansi yang diterapkan pada bank masing-masing. Arus warkat,
apakah warkat debet atau warkat kredit, akan dicatat dalam buku harian kliring yang
akan dibuat oleh setiap bank. Atas dasar buku harian kliring ini akan dibuatkan daftar
kliring keluar untuk kemudian dijadikan dasar pembuatan neraca kliring. Dari neraca
kliring inilah pada akhir hari akan diketahui apakah suatu bank menang atau kalah
dalam. kliring.
Suatu bank akan menang kliring apabila mutasi debet giro pada Bank Indonesia
lebih besar daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank
Indonesia akan bertambah. Suatu bank akan kalah kliring apabila mutasi debet giro lebih
kecil daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank
Indonesia akan berkurang. Bank. yang kalah kliring mengakibatkan semakin kecilnya
reserve requirement yang harus dipelihara pada bank Indonesia
Prosedur akuntansi kliring dapat dijabarkan sebagai berikut

10
2.8 Pembukuan Transaksi Kliring
Kembali ke illustrasi diatas. Pada saat Bank ABC menerima warkat giro dari Bank
Omega kedua bank akan mencatat transaksi kliring tersebut sebagai berikut. Pembukuan
transaksi kliring ini dapat ditampung pada rekening sementara "Kliring atau dapat
langsung ke Rekening Giro pada Bank Indonesia
Pada Bank ABC-cabang Jakarta
Pada saat terima warkat dari Tn. Ali untuk disetorkan bagi keuntungan rekening giro
Badu dibukukan sebagai berikut:

Setelah diketahui hasilnya baik, biasanya pada waktu kliring kedua, akan dinihilkan
rekening kliring.

Ayat jurnal diatas biasanya dilakukan pada akhir hari kliring


Pada Bank Omega - cabang Jakarta
Pada saat menerima warkat nasabahnya sendiri (warkat giro Ali) akan membebankan
rekening giro Ali dengan jumal sebagai berikut:

Bank Omega dapat langsung mengkredit Rekening Giro pada Bank Indonesia karena cek
tersebut adalah cek dari nasabahnya sendiri
Sifat rekening kliring hampir serupa dengan rekening bersyarat atau con tingent
account yang harus dibukukan karena memiliki nilai moneter yang cukup material
mengingat transaksi giral dalam suatu bank cukup besar. Karena sifatnya yang masih
sementara sambil menunggu diterima atau ditolaknya hasil kliring, maka saldo harian
rekening kliring harus nihil pada akhir hari kliring dimana sudah jelas diperhitungkan
hubungan hutang dan piutang dari bank yang satu dengan bank yang lainnya.
Rekening sementara kliring ini tidak dimasukan kedalam rekening administrative
karena sifatnya yang akan mengakibatkan hubungan hutang dan piutang.

11
Apabila Broto, seorang nasabah Bank Omega - cabang Jakarta menyerahkan sebuah
warkat giro senilai Rp 50 juta kepada bank untuk diserahkan kepada Sutrisno, salah
seorang nasabah Bank Lippo cabang Jakarta, oleh kedua ban akan dibukukan sebagai
berikut:
Pada Bank Omega cabang Jakarta
Pada saat menerima amanat dan warkat dari Broto, akan dibukukan sebagai berikut

Pada Bank Lippo cabang Jakarta


Pada saat menerima warkat setoran untuk keuntungan Sutrisno dibukukan sebagai
berikut:

2.9 Neraca Kliring.


Pada akhir hari kliring akan dibuatkan neraca kliring sebagai laporan akhir transaksi
kliring. Dari neraca ini akan diketahui apakah rekening giro pada Bank Indonesia
mengalami kenaikan atau penurunan, yang lazimnya dikenal dengan menang atau kalah
kliring.
Apabila penjumlahan debet neraca lebih besar dari penjumlah kredit. berarti bank
yang bersangkutan menang kliring, artinya besarnya hasil penagihan lebih besar daripada
besarnya kewajiban kepada bank-bank lain Dengan demikian, untuk menutup semua
transaksi kliring pada hari yang bersangkutan akan dibukukan semua seldom rekening
kliring dan giro pada Bank Indonesia.
Pada kedua contoh diatas, bagi Bank Omega cabang Jakarta transaksi kliring ini
mengakibatkan saldo giro Bank Omega pada Bank Indonesia mengalami penurunan
sebesar Rp 80 juta (dan pengkreditan Rp 30 juta ditambah Rp 50 juta). Dengan demikian
Bank Omega cabang Jakarta akan menyelesaikan transaksi tersebut sebagai kalah kliring.
Bagi Bank ABC, transaksi ini dianggap sebagai menang kliring karena saldo
rekening giro pada Bank Indonesia bertambah sevesar Rp 30 juta Sedangkan untuk Bank
Lippo juga sebagai bank yang menang kliring karena ia hanya akan mendebet rekening
giro pada Bank Indonesia sebesar Rp 50 juta.

12
Apabila Bank Omega membuat neraca kliring, akan dapat diketahui kekalahan
kliringnya seperti tampak sebagai berikut.

Apabila dalam pembukuan transaksi kliring. bank Omega selalu mempergunakan


rekening sementara kliring dan pendebetan atau pengkreditan rekening giro pada bank
Indonesia dilaksanakn pada akhir hani klining, untuk mengetahui apakah bank menang
atau kalah kliring, maka kekalahan kliring diatas akan dibukukan sebagai berikut:

Neraca Kliring bank Indonesia


Dilihat dari sudut Bank Indonesia atau sebagai penyelenggara kliring. tidak akan
terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan rekening giro masing-masing bank
peserta kliring Neraca kliring Bank Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut.

Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh Bank Indonesia akan
dibukukan sebagai berikut:

13
Dengan demikian, pada Bank Indonesia hanya akan terjadi perpindahan dana dari
satu bank yang kalah kliring kepada bank lainnya yang menang kliring. Pada contoh
diatas, dana giro Bank Omega di Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp 80 juta dan
giro Bank Abc serta Lippo bertambah masing-masing sebesar Rp 30 juta dan Rp 50 juta.
Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh Bank Indonesia akan dipantau saldo
minimun dari reserve requirement. Bila suatu bank reserve requirementnya lebih rendah
dari pada apa yang seharusnya dipelihara, maka kepada bank yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut akan dikenakan denda oleh Bank Indonesia.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk Surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud
agar penyelesaianya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk
memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Kliring di Indonesia hanya
dapat dilaksanakan oleh Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Dalam
transaksi kliring akan melibatkan pihak tertarik (yang menarik cek), pihak penarik (yang
menerima cek), dan Bank Indonesia. Setiap bank peserta kliring akan menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi kliring sesuai dengan sistim akuntansi yang diterapkan pada
bank masing-masing. Pada akhir hari kliring akan dibuatkan neraca kliring sebagai
laporan akhir transaksi kliring.

3.2 Saran
Diharapkan pembaca dan penulis dapat memahami materi Akuntansi Kliring
Manual. Oleh karena itu, harapan melalui makalah ini dapat menjadi pembelajaran
maupun referensi bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswadi, 2000. Akuntansi Perbankan : Akuntansi Transaksi Bank
dalam Valuta Rupiah Jilid I. Jakarta : Penerbit Institut Bankir Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai