Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Fathur Abrar Hazimi

KELAS : AE C8
Nim :31215

PERATURAN BANK INDONESIA


NOMOR : 12/ 13 /PBI/2010
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/29/PBI/2008 TENTANG FASILITAS
LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM

i. DEFINISI
Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.

ii. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/29/PBI/2008 tentang
Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4922) diubah
sebagai berikut:

1) Ketentuan Pasal 1 angka 10,angka 11 dan angka 12 yang dubah sebagai berikut :
a) Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya
disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement. Kriteria pengenaan sanksi
penangguhan (suspend) tunduk pada Peraturan Bank Indonesia tentang
Bank Indonesia – Real Time
Gross Settlement yang berlaku atau Peraturan Bank Indonesia tentang
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
b) Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement Systemyang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan BankIndonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesiamengenai Bank
Indonesia - Scripless Securities Settlement System.
c) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI
adalah suatu sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesiayang mengatur
mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
d) Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yan mengatur
mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
e) Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disebut FLI adalah
penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan
Bank sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukan
dengan cara repurchase agreement(repo) surat berharga yang harus
diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan.
f) FLI dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLI-RTGS adalah FLI untuk
mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam operasional
Sistem BI-RTGS.
g) FLI dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLI-Kliring adalah FLI untuk
mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat penyelesaian
akhir atas hasil Kliring Debet.

Maka bank dapat memperoleh FLI, baik dalam bentuk FLI-RTGS maupun
FLIKliring, setelah menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI dan
menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank
Indonesia.
h) Bank dapat menggunakan FLI jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank
Indonesia berupa SBI dan/atau SUN.

b. tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai Bank peserta


BIRTGS dan/atau penghentian sebagai Bank peserta kliring; dan c.
berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS.
i) Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI, adalah surat
berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
j) Surat Utang Negara, yang selanjutnya disebut SUN, adalah surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta
asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang yang berlaku.
k) Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat
disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang yang berlaku.
l) Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut SBN adalah SUN dan SBSN.

2) Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
a) Perhitungan nilai SBI, SBN atau surat berharga lainnya yang digunakan Bank
dalam rangka FLI ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b) Nilai maksimum FLI yang dapat digunakan Bank adalah sebesar nilai surat
berharga yang telah dipindahkan Bank ke rekening FLI-RTGS dan FLI-Kliring di
BI-SSSS.
3) Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 4Agustus 2010.

PENJELASAN UMUM

Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan kepastian


penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi risiko
penyelesaian akhir (minimizing settlement risk) , BI RTGS juga menjadi sarana transfer dana antar-
bank yang praktis, cepat, efisien, aman dan handal. Disamping itu BI-RTGS yang dilengkapi dengan
mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat diandalkan untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan dana (management fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter
dan perbankan. BI-RTGS didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan secara gross
settlement, real time, final dan irrevocable.
BI-RTGS juga dilengkapi dengan mekanisme Gridlock Resolution. Mekanisme ini bertujuan
untuk mencegah kemacetan (gridlock) yaitu kondisi dimana sejumlah peserta tidak mampu
menyelesaikan kewajibannya karena masih menunggu tagihannya diselesaikan. Gridlock Resolution
dijalankan secara otomatis pada BI-RTGS pada setiap waktu tertentu,

Untuk memperlancar proses penyelesaian akhir transaksi pada BI-RTGS, penyelenggara


menghimbau peserta agar mematuhi Throughput Guidellines.Throughput Guidellines merupakan
suatu target prosentase tertentu dari total transaksi yang dilakukannya selama 1 hari. Kepatuhan
peserta terhadap Throughput Guidellines akan mengurangi kemungkinan penumpukan transaksi di
akhir hari.

Fungsi Bank Indonesia sebagai otoritas Sistem Pembayaran termasuk berperan sebagai
pembuat ketentuan (Regulator) dan pengawas (Overseer) BI-RTGS. Dalam menjalankan peran
sebagai regulator, BI menetapkan landasan hukum yang kuat untuk penerapan Sistem BI-RTGS dan
menentukan peran dan tanggung jawab penyelenggara dan peserta Sistem BI-RTGS.

Bank Indonesia sebagai Penyelenggara (Operator) Sistem BI-RTGS


Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator) memiliki tanggung jawab antara lain:

1. menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman dan handal.
2. memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan
keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut.
3. memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk
menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta.

Dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, penyelenggara menyediakan infrastruktur dan pelayanan


kepada peserta antara lain meliputi:

1. Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, antara lain perangkat
keras, aplikasi RCC (software), jaringan komunikasi data (leased line), fasilitas dial up, dan
fasilitas pendukung lainnya.
2. help-desk untuk membantu peserta dalam menghadapi kesulitan operasional.
3. memberi pelatihan kepada peserta.
4. memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan/darurat (Disaster Recovery Plan-DRP dan
Business Continuity Plan-BCP) dan melakukan uji coba secara berkala dengan melibatkan
peserta.
5. mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group).

Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank. Keanggotaan
peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. Peserta
Langsung adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan
identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS
dengan menggunakan identitas peserta langsung.

Hubungan hukum antara peserta dengan Bank Indonesia sebagai Penyelenggara


Sistem BI-RTGS tertuang dalam perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS. Dalam perjanjian
tersebut diatur berbagai klausula mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab antara
peserta dan penyelenggara Sistem BI-RTGS.

Anda mungkin juga menyukai