KELAS : AE C8
Nim :31215
i. DEFINISI
Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
ii. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/29/PBI/2008 tentang
Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4922) diubah
sebagai berikut:
1) Ketentuan Pasal 1 angka 10,angka 11 dan angka 12 yang dubah sebagai berikut :
a) Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya
disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement. Kriteria pengenaan sanksi
penangguhan (suspend) tunduk pada Peraturan Bank Indonesia tentang
Bank Indonesia – Real Time
Gross Settlement yang berlaku atau Peraturan Bank Indonesia tentang
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
b) Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement Systemyang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan BankIndonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesiamengenai Bank
Indonesia - Scripless Securities Settlement System.
c) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI
adalah suatu sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesiayang mengatur
mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
d) Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yan mengatur
mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
e) Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disebut FLI adalah
penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan
Bank sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukan
dengan cara repurchase agreement(repo) surat berharga yang harus
diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan.
f) FLI dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLI-RTGS adalah FLI untuk
mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam operasional
Sistem BI-RTGS.
g) FLI dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLI-Kliring adalah FLI untuk
mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat penyelesaian
akhir atas hasil Kliring Debet.
Maka bank dapat memperoleh FLI, baik dalam bentuk FLI-RTGS maupun
FLIKliring, setelah menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI dan
menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank
Indonesia.
h) Bank dapat menggunakan FLI jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank
Indonesia berupa SBI dan/atau SUN.
2) Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
a) Perhitungan nilai SBI, SBN atau surat berharga lainnya yang digunakan Bank
dalam rangka FLI ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b) Nilai maksimum FLI yang dapat digunakan Bank adalah sebesar nilai surat
berharga yang telah dipindahkan Bank ke rekening FLI-RTGS dan FLI-Kliring di
BI-SSSS.
3) Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 4Agustus 2010.
PENJELASAN UMUM
Fungsi Bank Indonesia sebagai otoritas Sistem Pembayaran termasuk berperan sebagai
pembuat ketentuan (Regulator) dan pengawas (Overseer) BI-RTGS. Dalam menjalankan peran
sebagai regulator, BI menetapkan landasan hukum yang kuat untuk penerapan Sistem BI-RTGS dan
menentukan peran dan tanggung jawab penyelenggara dan peserta Sistem BI-RTGS.
1. menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman dan handal.
2. memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan
keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut.
3. memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk
menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta.
1. Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, antara lain perangkat
keras, aplikasi RCC (software), jaringan komunikasi data (leased line), fasilitas dial up, dan
fasilitas pendukung lainnya.
2. help-desk untuk membantu peserta dalam menghadapi kesulitan operasional.
3. memberi pelatihan kepada peserta.
4. memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan/darurat (Disaster Recovery Plan-DRP dan
Business Continuity Plan-BCP) dan melakukan uji coba secara berkala dengan melibatkan
peserta.
5. mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group).
Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank. Keanggotaan
peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. Peserta
Langsung adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan
identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS
dengan menggunakan identitas peserta langsung.