Anda di halaman 1dari 12

Fasilitas Likuiditasi

Intrahari Syariah (FLIS)

Perundang-undangan Mengenai FLIS


PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 7/24/PBI/2005
TENTANG
FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 Fasilitas Likuiditas Intrahari
Berdasarkan Prinsip Syariah
Berlaku : 7 Juli 2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 Fasilitas Likuiditas


Intrahari
Berdasarkan Prinsip Syariah
Berlaku : 7 Juli 2009
a). FasilitasLikuiditasIntrahari
BerdasarkanPrinsipSyariahyangselanjutnya disebutFLISadalah
fasilitaspendanaanyangdisediakanBankIndonesia kepadaBank
Syariah dalamkedudukansebagaipesertaSistemBI-RTGSdan
SKNBI,yangdilakukandengancararepurchaseagreement(repo)sur
at
berhargayangharusdiselesaikanpadahariyangsamadenganhari
penggunaan (Pasal 1 angka 8)
b). FLIS dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLIS-RTGS adalah
FLIS untukmengatasikesulitanpendanaanBank
Syariahyangterjadiselamajam operasional Sistem BI-RTGS (Pasal 1
angka 9)
c). FLISdalamrangkaKliringyangselanjutnyadisebutFLISKliringadalah FLISuntukmengatasikesulitanpendanaanBank

I. Definisi FLIS
Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah (FLIS) adalah fasilitas
pendanaan yang disediakan Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan
sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan SKNBI, yang dilakukan dengan cara
repurchase agreement (repo) surat berharga yang harus diselesaikan pada hari
yang sama dengan hari penggunaan.

II. Persyaratan & Tata Cara Permohonan


FLIS
Bank dapat menggunakan FLIS dalam bentuk FLIS-RTGS maupun FLIS-Kliring apabila Bank :
memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia berupa SBIS, SBSN dan/atau
surat berharga syariah lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS; dan
berstatus aktif sebagai peserta BI-RTGS dan/atau tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sebagai
peserta SKNBI.
Untuk dapat menggunakan FLIS, Bank terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari Bank
Indonesia dengan cara mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan
melampirkan:
perjanjian penggunaan FLIS;
fotokopi anggaran dasar Bank atau kuasa (power of attorney) dari kantor pusat Bank bagi cabang Bank
yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang telah dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh
Bank; dan
dokumen pendukung lainnya.

III. Penggunaan
FLIS digunakan secara otomatis, pada saat:
saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk melakukan
transaksi keluar (outgoing transaction), untuk FLIS-RTGS; atau
saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi
kewajiban Bank atas penyelesaian akhir Kliring Debet, FLIS-Kliring
Maksimum nilai FLIS yang dapat digunakan Bank adalah sebesar nilai SBIS, SBSN dan/atau
surat berharga syariah lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang direpokan dalam
rangka FLIS-RTGS atau FLIS-Kliring.
Dalam hal nilai surat berharga untuk FLIS-Kliring tidak cukup untuk menutup kewajiban
penyelesaian akhir Kliring Debet, maka nilai surat berharga untuk FLIS-RTGS yang tersedia
secara otomatis digunakan untuk menutup kewajiban penyelesaian akhir Kliring Debet.
Namun tidak berlaku untuk hal sebaliknya.
Bank Indonesia dapat mengenakan biaya atas penggunaan FLIS tersebut.

IV. Penyelesaian
Penyelesaian FLIS dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI-RTGS setiap terdapat
transaksi masuk (incoming transaction) yang mengkredit rekening giro rupiah
Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sampai dengan batas waktu
penyelesaian FLIS.
Terhadap nilai FLIS yang tidak dapat diselesaikan sampai dengan batas waktu
penyelesaian FLIS diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia
dengan jangka waktu 1 (satu) hari.

V. Ketentuan Lain-lain
Dalam hal terjadi kegagalan Sistem BI-RTGS dan/atau BI-SSSS yang
mengakibatkan Bank tidak dapat menyelesaikan FLIS maka penyelesaian FLIS
dilakukan secara otomatis jika terdapat transaksi masuk (incoming transaction)
oleh Sistem BI-RTGS segera setelah sistem BI-RTGS dan atau BI-SSSS berfungsi
kembali.
Bank yang pada saat berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini telah
menandatangani Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLIS harus mengganti
dengan Perjanjian Penggunaan FLIS sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia.

VII. Penutup
1.

Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia

2.

Peraturan Bank Indonesia mencabut dan menyatakan tidak berlaku Peraturan


Bank Indonesia Nomor 7/24/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 tentang Fasilitas
Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

3.

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

FLISdisediakan oleh BI Untuk mendukung kelancaran system Pembayaran di


Indonesia, sehubungan dengan telah diimplementasikannya system Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement(disingkat system BI-RTGS) yang disebut
FLIS-RTGS dan System Kliring Nasional Bank Indonesia (disingkat SKNBI) yang
disebut FLIS-Kliring. FLIS tersebut harus diselesaikan pada hari yang sama dengan
hari penggunaannya dan bilamana danaFLIS tersebut tidak dapat diselesaikan
pada waktu yang ditentukan, maka Bank Syariah atau Badan Usaha Syariah
(disingkat BUS)dan atau Unit Usha Syariah (disingkat UUS) dapat mengajukan
permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (PFJPS) dengan agunan
surat-surat berharga syariah yang berjangka waktu 14 hari dan dapat
diperpanjang selama 90 hari. Ketersediaan Dana Likuiditas yang cukupbagi bank
termasuk Bank Syariah dianggap sangat penting.

Mengapa Cadangan Likuiditas Bank


Sangat Penting ?
Ketersediaan Dana Likuiditas yang cukupbagi bank termasuk Bank Syariah dianggap sangat penting karena :

a). Dana Likuiditas sangat berperan dalam bidangoperasional bank, baik pada bank konvensional maupun pada Bank
Syariah. Sebuah bank tidak dapat menolak, atau menunda pembayaranyangdiajukanolehnasabahkepadanya
dengan alasan bank tidak memiliki dana yang cukup pada suatu saat. Setiap penarikan yang dilakukan oleh nasabah Bank
Syariah khususnya girowadiah,tabunganwadiah,pemberian pembiayaan yang sudah disetujui harus dipenuhi oleh Bank
Syariah yang bersangkutan sesuai denganakad yang telah disepakati.
b). Dana Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional seharihari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat
perolehan keuntungan suatu bank.
c). Dana likuiditas diperlukan untuk mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah
girowadiahdan tabunganwadiah, merealisasikan pembiayaanmurabahah, mudharabah, ijarah,dapat memberikan
fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan.
d). Berdasarkan pengalaman, pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank, baik yang besar maupun yang kecil,
bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan karena ketidak-mampuan bank dalam memenuhi kebutuhan
likuiditasnya. Krisis moneter telah membuktikan hal ini, di mana beberapa bank swasta nasional kolep karena ramai-ramai
nasabahnya menarik dananya dari bank yang bersangkutan.

Kesulitan dana likuiditas adalah resiko yang potensial terjadi pada setiap lembaga
keuangan bank pada umumnya, karena adanya penarikan yang cukup besar dari
nasabah. Bank Syariah termasuk di antaranya yang potensial dari kemungkinan
kesulitan ini, karena di satu sisi terjadi penarikan besar dari nasabah,di sisi
laindanayangtelahdihimpuntertanam pada kegiatan-kegiatan
bisnismusyarakah, mudharabah,piutangmurabahah,danpiutangijarah,tidak
mudah dicairkan dalam waktu singkat bila terjadi penarikan besar dari investor
khususnya dari nasabah GiroAl-Wadiahdan nasabah TabunganAl-wadiah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bank Syariahmenempatkan dana cadangan
likuiditas yang relative besar pada SBIS, SBSN dan instrument Pasar Uang
Antarbank Syariah (PUAS), cadangan saham yangmarketableseperti saham-saham
pemerintah yang bebas bunga, atau saham-saham perusahaan besar bebas bunga
yang mudah dicairkan guna menutupi kekurangan dana likuiditas.

Anda mungkin juga menyukai