Anda di halaman 1dari 10

PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

Dr. Charisma Kuriata Ginting S, S.E. M.Si.

1. Pengertian Pasar Uang


Bank Indonesia mendefiniskan pasar uang sebagai bagian dari sistem keuangan di
mana terjadi aktifitas perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan jangka pendek
kurang dari 1 (satu) tahun dalam valuta rupiah dan asing. Pasar uang memilik peran dalam
mentransmisi kebijakan moneter, mencapai stabilitas sistem keuangan dan melancarkan
sistem pembayaran (Bank Indonesia, 2022b). Pasar uang baik valuta Rupiah maupun
asing menjadi sarana Bank Indonesia dalam pengendalian moneter. Bank Indonesia
berkepentingan terhadap pasar uang yang efisien, transparan dan likuid, karena akan
mendukung penerapan kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan
pengelolaan uang Rupiah yang efektif dan memberikan kemudahan untuk pelaku pasar
mendapatkan dana, untuk aktifitas permodalan, investasi, maupun aktifitas ekonomi
lainnya.
Pasar Uang merupakan unsur dari sistem keuangan yang terkait denga aktifitas
penerbitan dan jual-beli instrumen keuangan dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu)
tahun, pinjam-meminjam atau investasi, pertukaran mata uang, transaksi derivatif nilai
tukar dan suku bunga, serta transaksi lainnya, baik dalam valuta Rupiah atau valuta asing
(Bank Indonesia, 2021). Pasar uang bisa dibedakan menjadi (Bank Indonesia, 2021) :
a. Pasar Uang Rupiah merupakan bagian dari Pasar Uang yang terkait dengan aktifitas
penerbitan danjual-beli Instrumen Keuangan dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu)
tahun, seperti pinjam-meminjam atau invetasi dan transaksi lainnya, dalam valua
Rupiah.
b. Pasar Uang Valuta Asing merupakan bagian dari Pasar Uang yang terkait dengan
aktifitas penerbitan dan jual-beli Instrumen Keuangan dengan jangka waktu kurang
dari 1 (satu) tahun, pinjam-meminjam atau investasi, dan transaksi lainnya, dalam valuta
asing. Pasar ini melibatkan pertukaran antara 2 (dua) valuta yang berbeda, namun tidak
termasuk penukaran bank notes pada money changer.
Sedangkan instrumen keuangan merupakan sebuah kontrak yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk mendapatkan manfaat dari penerbit atau pihak tertentu dan
dapat dipindahtangankan atau dijualbelikan di pasar keuangan baik secara konvensional
atau syariah.
Bila dilihat dari fungsinya, pasar uang memiliki beberapa fungsi antara lain :
a. Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeklembaga keuangan/perusahaan;
Melalui pasar uang, lembaga keuangan/perusahaan dapat memperoleh pendanaan
jangka waktu pendek, bertemu dengan pemilik dana yang mengalami kelebihan
likuiditas. Lembaga keuangan/perusahaan memiliki kelebihan dana dalam bentuk dana
segar yang dapat diinvestasikan, dengan tujuan untuk mendapatkan imbal hasil dari
investasi tsb.
b. Bank Indonesia memiliki peran untuk mencapai dan menjaga nilai Rupiah stabil dan
peran tersebutdijalankan dengan melakukan Operasi Pasar Terbuka dan memanfaatkan
SBI sebagai instrumen.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan negara.
Pemerintah juga menerbitkan dan menjual beberapa instrumen pasar uang dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat untuk keperluan pembangunan negara. Dengan
begitu masyarakat telah ikut aktif dalam pembangunan negara.
d. Menyediakan pilihan investasi yang rendah risiko
Pasar uang menyediakan pilihan investasi kepada masyarakat dengan risiko yang
rendah.

2. Memahami Instrumen dan Produk Pasar Uang


Bank Indonesia (2021) menetapkan bahwa produk pasar uang meliputi Instrumen
keuangan berupa :
a. penerbitan instrumen Pasar
b. aktifitas/transaksi di Pasar Uang.
Dan dapat diterapkan untuk yang berprinsip syariah Instrumen pasar uang di Indonesia
antara lain (Prananingtyas, 2019):

a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


Nugraheni (2013) menyatakan bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan
surat berharga bermata uang Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang juga
sebagai pengakuan utang. Pembayaran imbalan/bunga dengan sistem diskonto.
Penentuan suku bunga SBI adalah dengan sistemlelang dan BI rate merupakan patokan
dalam menentukan tingkat suku bunga tersebut (Nugraheni & Meiranto, 2013). Jika
BI Rate naik, suku bunga SBI juga akan naik. SBI juga adalah instrument yang
menawarkan imbal hasil yang kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar.
Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia
menyatakan bahwa SBI memiliki karakteristik :
1) Bernilai Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah)persatuan unit;
2) Memiliki jangka waktu antara 1 (satu) bulanhingga paling lama 12 (dua belas)
bulan.
3) Sistem diskonto dipakai untuk penerbitan danperdagangan SBI;
4) Penerbitannya tanpa warkat (scripless) atau bukti kepemilikan dicatat secara
elektronis.
5) SBI bisa dipindahtangankan/diperjualbelikan
(negotiable).
6) Penerbitan SBI melalui proses lelang dan/non lelang
7) Di pasar perdana, Bank dan pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat
membeli SBI.
8) Di pasar sekunder, SBI bisa diperjualbelikan secara bersyarat (repurchase
agreement/repo) atau pembelian/penjualan lepas (outright).
9) SBI dapat dijadikan sebagai jaminan.

b. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)


Armedi menyebutkan bahwa SBPU merupakan surat berharga dengan jangka
pendek dalam mata uang Rupiah yang dapat dijual belikan di pasar uang (Armedi,
2018). Fataruba menyatakan bahwa SBPU merupakan surat berharga jangka pendek
dalam mata uang Rupiah, yang diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia
atau di pasar uang (Fataruba, 2011).
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dibedakan menjadi (Armedi,
2018) :
1) Surat Sanggup (aksep/promes) yang merupakan:
a) Surat sanggup (aksep/promes) yang diterbitkan oleh nasabah terkait fasilitas
kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.
b) Surat sanggup (aksep/promes) yang diterbitkan oleh bank terkait pinjaman
antar bank.
2) Surat wesel berupa :
a) Surat wesel merupakan surat berharga yang terkait dengan transaksi tertentu di
mana surat wesel ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lainnya,
keduanya pihak penarik dan/atau tertarik adalah nasabah bank.
b) Surat wesel merupakan surat berharga yang tertarik dan diaksep oleh bank
terkait denganpemberian kredit (Armedi, 2018).
Selain digunakan sebagai jaminan untukpelaksanaan kredit (dari bank/nasabah),
SBPU digunakan dalam operasi pasar terbuka yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan
memiliki karakteristik :
1) Jangka waktu minimal 30 hari;
2) Nilai minimal SBPU adalah Rp. 25.000.000,- dan nilai maksimum Rp.
100.000.000,-;
3) Sumber dananya bukan berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia;
4) Telah mendapatkan endosemen oleh bank.

SBPU diperdagangkan oleh masyarakat yang merupakan nasabah bank (badan


usaha/perorangan) yang mengeluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang)
untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank).
Bank dan LKBB memperjualbelikan SBPU di antara mereka dan masyarakat melalui
security house (perantara),
pasar sekunder atau ke bank sentral untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum dan
menekanlaju inflasi.
c. Interbank Call Money Market (ICMM)
Haryadi (2013) menyatakan bahwa ICMM merupakan kegiatan pinjam
meminjam dana antar bank untuk pengelolaan likuiditas untuk mengatasi kekurangan
likuiditas/short term mismatch. Bank yang mengalami kekurangan likuiditas akan
mengambil posisi di ICMM untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya.
Sebaliknya bank yang memiliki kelebihan likuiditas akan mengambil posisi untuk
mengambil potensi keuntungan (Haryadi & Sidiq, 2013).
Secara umum, dana pihak ketiga berfungsi sebagai sumber utama dana bank,
sedangkan pasar uang antar bank sebagai sumber alternatif. Bank memanfaatkan pasar
uang antar bank (ICMM) untuk menjaga kecukupan likuiditas hariannya. Sementara itu,
dalam kerangka pengelolaan likuiditas, pasar uang antar bank menjadi alternatif
penempatan dana atau idle money bagi bank untuk memaksimalkan pendapatannya.
Namun demikian, pendanaan antar bank dapat mengintensifkan atau mengurangi
efisiensi biaya dan keuntungan bank (Adamanti et al., 2017).
Interbank Call Money Market adalah pasar uang jangka pendek yang
memungkinkan lembaga keuangan seperti bank, reksa dana, dan perusahaan, untuk
meminjam dan meminjamkan uang pada tingkat suku bunga antar bank, atau tingkat
bunga yang dikenakan ke bank ketika bank tersebut meminjam dana dari lembaga lain.
Pinjaman di Interbank Call Money Market sangat singkat, biasanya berlangsung tidak
lebih dari seminggu, dan sering digunakan untuk membantu bank memenuhi
persyaratan cadangan/Gito Wajib Minimun sebagaimana ditetapkan Bank Sentral
(Chen, 2021).
d. Comercial Paper (CP)
Yustanti (2017) menyebutkan bahwa Surat Berharga Komersial/ negotiable
instrument merupakan surat yang dikeluarkan oleh penerbit sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi yaitu pembayaran sejumlah uang (surat perintah kepada pihak
ketiga atau pernyataan sanggup untuk membayarkan sejumlah uang kepada pemegang
surat berharga tersebut). Surat Berharga Komersial yang diperjualbelikan di pasar uang
dalam bentuk unsecured bearer notes dan memiliki jangka waktu maksimal 270 hari
(yustanti, 2017).
Peraturan Bank Indonesia Nomor19/9/PBI/2017 mengatur beberapa hal terkait
dengan Surat Berharga Komersial (CP) antara lain :
1) Korporasi Non-Bank dapat menerbitkan Surat Berharga Komersial dengan syarat :
a) Merupakan emiten saham di Bursa Efek Indonesia atau pernah menerbitkan
obligasi dan/atau sukuk dalam 5 (lima) tahun terakhir yang dicatat di Bursa
Efek Indonesia; atau
b) Bukan emiten atau perusahaan publik tapimemenuhi persyaratan :
(1) beroperasi paling sedikit 3 (tiga) tahun atau kurang dari 3 (tiga) tahun
namun memiliki penjaminan;
(2) mempunyai modal/ekuitas paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 (Lima
Puluh Miliar Rupiah); dan
(3) memiliki laba bersih dalam 1 (satu) tahun terakhir.
2) Korporasi Non-Bank tersebut memenuhipersyaratan antara lain :
a) laporan keuangan korporasi tsb mendapat opini Wajar Tanpa Modifikasian
(WTM) 3 (tahun) berturut-turut dari akuntan publik terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan.
b) tidak pernah mengalami gagal bayar selama 3 (tiga) tahun terakhir.
3) Surat Berharga Komersial yang diterbitkan harus antara lain :
a) dalam bentuk tanpa warkat (scripless);
b) dengan sistem diskonto;
c) dalam denominasi rupiah atau valuta asing;
d) nilai untuk setiap penerbitan paling sedikit: (1) Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh
Miliar Rupiah); atau (2) USD 1,000,000.00 (Satu Juta DollarAmerika Serikat)
atau ekuivalen dengan valuta asing lainnya,
e) Investor membeli Surat Berharga Komersial paling sedikit:
(1) Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Jutarupiah); atau
(2) USD 50,000.00 (Lima Puluh Ribu Dollar Amerika Serikat) atau ekuivalen
dengan valuta asing lainnya,
f) memiliki tenor/jangka waktu 1 (satu) bulan, 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, 9
(sembilan)bulan, atau 12 (dua belas) bulan; dan
g) memiliki peringkat dari lembaga pemeringkat yang terdaftar di Bank Indonesia.
4) memenuhi persyaratan surat sanggup sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang.

Beberapa manfaat penerbitan CP antara lain sebagai berikut:


1) Bagi Penerbit:
a) Tingkat bunga CP lebih rendah daripada tingkat bunga kredit perbankan.
b) Tidak perlu menyediakan jaminan.
c) Proses penerbitannya relatif mudah karena hanya melibatkan penerbit dan
investor.
d) Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas
persetujuan investor.
2) Bagi Investor:
a) CP memberikan imbal hasil lebih tinggidibandingkan Sertifikat Deposito dsb.
b) Dapat dipindahtangankan tanpa perlumenunggu jatuh temponya.
c) Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan
dengan rating yang tinggi.

e. Repurchase Agreement (Repo)


Bank Indonesia menyebutkan bahwa Repurchase Agreement (Repo) adalah
transaksi jual atau beli surat berharga dengan janji beli atau jual kembali pada waktu
dan harga yang telah ditetapkan/secured transaction (Bank Indonesia,2022a).
Repurchase agreement (Repo) merupakan aktifitas jual-beli surat berharga yang
dilakukan secara bersamaan, pada tanggal penyelesaian/settlement yang berbeda. Repo
mirip dengan aktifitas pinjaman yang disertai penyerahan agunan. Produk Repo
ditujukan untuk Nasabah institusi keuangan non-bank (Bank Permata, 2022).
Definisi lainnya, Repurchase Agreement (Repo) merupakan sebuah perjanjian
jual-beli efek-efek di mana penjual berjanji untuk membeli kembali efek-efek yang
dimaksud pada harga yang disepakati bersama dan pada jangka waktu yang telah
ditentukan. Secara umum, Repurchase Agreement (Repo) adalah :
1) Perjanjian jangka pendek untuk menjual suatu surat berharga untuk kemudian
membelinya kembali dengan harga yang sedikit lebih tinggi.
2) Pihak yang menjual Repo secara efektif adalah pihak yang meminjam dana dan
pihak lain yang meminjamkan, pemberi pinjaman mendapatkan bunga/imbal hasil
dalam bentuk perbedaan harga antara harga awal dan harga saat pembelian
kembali.
3) Repo dan reverse repo digunakan untuk meminjam dan meminjamkan dana dalam
jangka pendek, seringkali dengan jangka waktu semalam hingga 48 jam.
4) Tingkat bunga/imbal hasil pada perjanjian ini dikenal sebagai tingkat suku bunga
repo, atau sebesar tingkat suku bunga bebas risiko (risk free rate) semalam (Reiff,
2022).
Surat-surat berharga yang biasanya dijadikansebagai instrumen dalam transaksi
Repurchase Agreement (Repo) adalah surat-surat berharga yang dapat diperjual belikan
secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP dan surat berharga negara.

f. Banker's Acceptence
Instrumen Pasar Uang yang berhubungan dengan aktifitas perdagangan luar
negeri yaitu ekspor barang keluar negeri adalah Wesel Ekspor atau aktifitas impor
barang masuk ke dalam negeri adalah Banker’s Acceptance yang keduanya didasarkan
transaksi L/C maupun non-L/C. Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri yaituwesel
atau Banker’s Acceptance yang didasarkan pada transaksi Surat Kredit Berdokumen
DalamNegeri (SKBDN) (Bank Indonesia, 2005)
Banker’s Acceptance merupakan instrumen pasar uang yang relatif aman dan
likuid, terutama jika bank pembayar mempunyai kredit rating yang bagus. Bank
bertanggung jawab untuk melakukan pembayaran, dalam hal ini bank yang menerima
dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminantak bersyarat untuk membayar
sebesar nilai nominal akseptasi tersebut pada saat jatuh tempo. Ini berarti bank
menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang internasional dari kemungkinan
terjadinya gagal bayar (default) (Kurt, 2021).
Secara umum, Banker’s Acceptance bisa dijelaskan sbb. :
1) Banker’s Acceptance adalah surat berharga jangka pendek yang diterbitkan oleh
bank untuk menjamin suatu pembayaran di waktu yang akandatang.
2) Banker’s Acceptance sering digunakan dalam aktifitas ekspor dan impor, di mana
bank importir (issuing bank) menjamin pembayaran kepada eksportir.
3) Banker’s Acceptance berbeda dari dengan cek dan merupakan salah sarana dan
dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
4) Pengajuan Banker’s Acceptance serupa dengan pengajuan pinjaman jangka pendek
dengan tingkat bunga tetap; peminjam harus melewati proses analisa kredit dan
terkadang perlu jaminan tambaha.
5) Serupa dengan membeli surat berharga lainnya, di pasar sekunder, investor dapat
membeli Banker’s Acceptance dengan harga diskon, namun investor akan
mendapatkan nilai penuh pada saat Banker’s Acceptance jatuh tempo. Banker’s
Acceptance diperdagangkan di antara lembaga keuangan, perusahaan, dan dealer
surat-surat berharga.
6) Jatuh tempo Banker’s Acceptance berkisar antara 30 sampai 270 hari, namun
umumnya 90 hari.

g. Sertifikat Deposito
Peraturan Bank Indonesia No. 19/2/PBI/2017 tentang Transaksi Sertifikat
Deposito di Pasar Uang, menyebutkan bahwa Sertifikat Deposito merupakan simpanan
berjangka/deposito yang sertifikat/warkat penyimpanannya dapat dipindahtangankan
(Bank Indonesia, 2017). Perlu diingat bahwa Sertifikat Deposito berbeda dengan
deposito atau simpananberjangka (1, 3, 6, 12, dan 24 bulan) yang ditawarkan perbankan,
karena bukan surat pengakuan utang dantidak bisa dipindahtangankan.

Sebagai salah satu instrumen pasar uang, Sertifikat Deposito wajib memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1) penerbitan tanpa warkat (scripless);
2) pembayaran bunga secara diskonto;
3) penerbitan dalam denominasi Rupiah dan/atauvaluta asing;
4) penerbitan dengan nominal paling sedikit Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh Miliar
Rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing, dan kelipatan Rp 10.000.000.000,-
(Sepuluh Miliar Rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing;
5) memiliki jangka waktu yaitu 1 (satu) bulan, 3(tiga) bulan, 6 (enam) bulan, 9
(sembilan) bulan,
12 (dua belas) bulan, 24 (dua puluh empat)bulan, atau 36 (tiga puluh enam)
bulan; dan
6) terdaftar dan ditatausahakan di Bank Indonesiaatau LPP yang ditunjuk oleh
Bank Indonesia.

Transaksi Sertifikat Deposito dilakukan oleh :


1) penerbit Sertifikat Deposito yaitu bank; dan
2) pihak yang melakukan aktifitas jual-beli Sertifikat Deposito yaitu Bank, Perusahaan
Efek; dan nasabah (Bank, Perusahaan Efek, korporasi, perseorangan; dan Bukan
Penduduk/orang asing.

3. Memahami Transaksi di Pasar Uang Rupiah danPasar Uang Valuta Asing


Bank Indonesia menetapkan bahwa transaksi di Pasar Uang Rupiah dan Pasar Uang
Valuta Asing meliputi :
a. Aktifitas jual beli Instrumen Keuangan
b. Aktifitas pinjam meminjam dalam Rupiah dan/atauValuta asing di luar kredit atau
pembiayaan syariah;
c. Aktifitas pinjam-meminjam Instrumen Keuangan;
d. Aktifitas/transaksi Derivatif suku bunga Rupiah atauvaluta asing;
e. Aktifitas lainnya.
Pelaku atau pihak yang dapat melakukan aktifitas di pasar uang adalah meliputi :
a. Pelaku Pasar Uang; dan
1) Penerbit instrumen Pasar Uang Rupiah dan/atau Pasar Uang Valuta Asing;
2) Penerbit Instrumen Keuangan selain instrumenPasar Uang Rupiah dan/atau Pasar
Uang Valuta Asing.
Adapun penerbit yang dimaksud di atas adalah
a) lembaga jasa keuangan;
b) perusahaan efek;
c) korporasi; dan
d) penerbit lain yang ditetapkan BankIndonesia.
3) Pelaku transaksi di Pasar Uang.
Adapun pelaku transaksi yang dimaksud adalah
a) lembaga jasa keuangan;
b) korporasi/perusahaan;
c) perseorangan/individu;
d) bukan penduduk/orang asing;
e) pelaku transaksi lain yang ditetapkan Bank Indonesia.
b. Lembaga Pendukung Pasar Uang, meliputi :
1) bank;
2) perusahaan efek;
3) perusahaan pialang;
4) penyedia electronic trading platform (ETP);
5) profesi penunjang seperti konsultan hukum,akuntan publik dan notaris;
6) pihak lain yang ditetapkan Bank Indonesia.

Jenis-jenis pasar uang menurut pelaku :


a. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rupiah merupakan aktifitas pinjam-meminjam dana
antarbank dalam negeri untuk mata uang Rupiah, tidak dibutuhkan agunan (unsecured).
b. Pasar Uang Antar Bank Valas Luar Negeri (PUAB Valas LN) merupakan transaksi
pinjam-meminjam dana antara bank dalam negeri dengan bank luarnegeri dalam mata
uang USD tidak dibutuhkan agunan (unsecured).
c. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) Rupiah merupakan aktifitas keuangan jangka
pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah untuk mata uang Rupiah atau valuta asing
(Bank Indonesia, 2022a).
Bank Indonesia melalui PBI No. 15/5/PBI/2013 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter menetapkan
bahwa pelaksanaan jual-beli valuta asing terhadap Rupiah antara lain dalam bentuk spot,
forward, dan swap.
Transaksi Spot merupakan aktifitas jual/beli antaravaluta asing dan valuta Rupiah di
mana penyerahan dana dilaksanakan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal aktifitas tersebut.
Aktifitas tersebut mungkin untuk dinegosiasi dengan penyerahan valuta pada hari yang
sama (today) atau dengan penyerahan 1 (satu) hari kerja setelah tanggal transaksi
(tomorrow) (Bank Indonesia, 2013).
Sedangkan transaksi forward merupakan aktifitas jual/beli antara valuta asing dan
valuta Rupiah di mana penyerahan dana dilaksanakan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal transaksi (Bank Indonesia, 2013). Yang dimaksud dengan “swap” adalah transaksi
pertukaran valuta asing terhadap rupiah melaluipembelian/penjualan tunai (spot) dengan
penjualan/pembelian kembali secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan,
dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada
tanggal transaksi dilakukan. Transaksi swap dengan metode lelang yang dilakukan antara
Bank dengan Bank Indonesia dapat dianggap sebagai penerusan (pass on) posisi transaksi
derivatif Bank dengan pihak terkait Bank.

Anda mungkin juga menyukai