Anda di halaman 1dari 25

Pasar Uang

Materi LLPKM XI PB
Pengertian Pasar Uang

Pasar uang adalah pasar yang memperjualbelikan surat berharga


jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun.
Peserta Pasar Uang
Lembaga
01 Lembaga Bank
Asuransi 02

Lembaga
Perusahaan dan
03 Pemerintahan
Yayasan 04
Fungsi pasar uang :
1. Bagi bank sentral sebagai piranti untuk melaksanakan kebijakan moneter
melalui OPT (Operasi Pasar Terbuka)
2. Sebagai penghimpun dana berupa surat berharga jangka pendek
3. Bagi perusahaan sebagai jembatan adanya kesenjangan antara penerimaan
dan pengeluaran dana
Tujuan Pasar Uang

Terpenuhi secara keseluruhan sumber


dana jangka pendek bagi perusaahan,
lembaga keuangan dan pemerintah dari
overright sampai tempo satu tahun.
Produk Pasar Uang

01
SBPU (Surat Berharga Pasar Uang)
Pengertian SBPU
Surat berharga pasar uang merupakan surat
berharga yang diterbitkan dan ditandatangani
oleh nasabah, yang pada umumnya dilakukan
sebagai jaminan atas pelunasan hutang
nasabah kepada bank yang bersangkutan.
Mekanisme Pasar Uang

1. Antara Bank Dengan Lembaga non


Komersial Bank

2. Antara Bank Dengan


Komersial Bank Indonesia
SBPU yang diperdangkan

Surat sanggup Surat Wesel


(surat aksep
atau promes)
Surat Sanggup (surat aksep atau promes)

Surat sanggup yang


diterbitkan oleh nasabah
dalam rangka penerimaan
Surat sanggup yang
kredit dari bank atau lembaga
keuangan bukan bank (LKBB) diterbitkan oleh bank
untuk membiayai kegiatan dalam rangka
tertentu. pinjaman antar bank.
Surat Wesel

Surat wesel yang


ditarik oleh suatu Surat wesel yang ditarik
bank dan diaksep oleh nasabah bank
oleh bank lain atau LKBB dan
dalam rangka diaksep oleh bank
transaksi tertentu atau LKBB dalam
penarik atau pihak rangka pemberian
tertarik adalah kredit untuk untuk
nasabah bank membiayai kegiatan
atau LKBB. tertentu.
Perhitungan Akuntansi SBPU
Misalnya awal September 2019 seorang nasabah Bank ABC mempunyai pinjaman kepada bank sebesar
Rp 100.000.000.Pinjaman tersebut telah diangsur sampai Februari 2020 sebesar Rp 15.700.000 dengan
perincian:
● angsuran pokok Rp 12.000.000 dan
● angsuran bunga Rp 3.700.000.
Setelah angsuran itu, ternyata nasabah tersebut tidak lancar dalam melunasi kreditnya,.
Sehingga  nasabah tersebut dengan itikad baik membuat surat sanggup untuk melunasi sisa kreditnya
beserta tunggakan bunga yang telah mencapai Rp 4.800.000.
● Bunga promes 18% per tahun dan berjangka waktu 90 hari.
● Penerbitan surat berharga ini terhitung tanggal 1 Mei 2020.
● Pada 31 Mei 2020 Bank ABC menjualnya ke Bank Indonesia dengan diskonto 16% per tahun.
● Hasil penjualannya langsung diterbitkan ke rekening giro Bank Indonesia milik Bank ABC.
Perhitungan untuk menentukan nilai nominal Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU) adalah:
Pencatatan penerbitan promes atau SBPU pada tanggal 1
Mei 2020 adalah sebagai berikut:

#1: Tanggal 1/5/2020:

[Debit] Surat Berharga Diterbitkan Rp 96.976.000


[Kredit] Kredit yang diberikan Rp 88.000.000
[Kredit] Pendapatan Bunga Rp 4.800.000
[Kredit] Bunga SBPU Diterima di Muka Rp 4.176.000
Bunga SBPU yang diterima di muka harus diamortisasi setiap akhir bulan.

Dengan demikian pencatatan amortisasi dilakukan sebagai


berikut:

#1: Tanggal 31/5/2020:

[Debit] Bunga SBPU diterima di muka Rp 1.392.000


[Kredit] Pendapatan Bunga Rp 1.184.000
[Kredit] Utang Pajak Rp 208.800
#2: Tanggal 30/6/2020:

[Debit] Bunga SBPU Diterima Di Muka Rp 1.392.000


[Kredit] Pendapatan Bunga Rp 1.184.000
[Kredit] Utang Pajak Rp 208.800
#3: Tanggal 31/7/2020:

[Debit] Bunga SBPU Diterima Di Muka Rp 1.392.000


[Kredit] Pendapatan Bunga Rp 1.184.000
[Kredit] Utang Pajak Rp 208.800
Surat berharga promes yang telah dikuasi bank ini, selanjutnya
dijual 31 Mei 2020 oleh Bank ABC ke Bank Indonesia dengan
diskonto 16%.

Untuk mencatat penjualan surat berharga ini, perlu menentukan


harga tunainya dan besarnya diskonto SBPU dalam rupiah sebagai
berikut:

Nominal SBPU = Rp 96.976.000


Harga Tunai = (96.976.000 x 360)/(360 + (16% x 60)) = Rp
94.457.143
Diskonto SBPU = Rp 96.976.000 – Rp 94.457.143 = Rp 2.518.857
Pencatatan jurnal transaksi SBPU ini adalah:

#1: Tanggal 31/5/2020:

[Debit] Giro Bank Indonesia Rp 94.457.143


[Debit] Diskonto SBPU Belum Diamortisasi Rp 2.518.857
[Kredit] Surat Berharga SBPU Rp 96.976.000
Diskonto sebesar Rp 2.518.857 adalah untuk 60 hari atau dua bulan. Dengan demikian
bank melakukan amortisasi pada akhir bulan kedua dan ketiga.

#2: Tanggal 30/6/2020:

[Debit] Biaya Bunga SBPU Rp 1.259.428


[Kredit] Diskonto SBPU Rp 1.259.428
#3: Tanggal 31/7/2020:

[Debit] Biaya Bunga SBPU Rp 1.259.428


[Debit] Surat Berharga SBPU Rp 96.976.000
[Kredit] Diskonto SBPU Rp 1.259.428
[Kredit} Giro Bank Indonesia Rp 96.976.000
Pada tanggal 31 Mei 2020 Bank ABC di samping melakukan amortisasi diskonto
SBPU, juga membukukan pelunasan SBPU yang dijual ke BI atas beban Giro BI
yang dimiliki Bank ABC sebesar Rp 96.976.000.

Sebab SBPU telah jatuh tempo.

Pelunasan SBPU ke Bank Indonesia tidak lepas dari realisasi kesanggupan


(akseptasi) nasabah debitur yang melunasi promes yang diterbitkan kepada Bank
ABC.

Untuk itu pada tanggal 31 Mei 2020, Bank ABC juga mencatat pelunasan tersebut
dari nasabahnya.

Tanggal 31/7/2020:

[Debit] Kas  Rp 96.976.000


[Kredit] Surat Berharga Diterbitkan Rp 96.976.000
Dengan melakukan transaksi di pasar uang, seperti diilustrasikan di atas
sebenarnya Bank ABC telah memperoleh keuntungan berupa pendapatan
bunga bersih sebagai berikut:

Perhitungan pendapatan bunga bersih surat berharga pasar uang:

 
Produk Pasar Uang

02
SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
SOFTWARE DE ESCRITORIO

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat


berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek (1-3 bulan) dengan sistem
diskonto/bunga.
• SBI menjadi salah satu instrumen Bank Indonesia untuk tetap mengontrol nilai
tukar Rupiah tetap stabil. Dengan menerbitkan/menjual SBI, Bank Indonesia
dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

• Tingkat suku bunga SBI diatur dengan mekanisme pasar melalui sistem lelang.
Dalam pelelangan, para pelaku pasar biasanya mengacu pada suku bunga
(rate) BI dalam setiap transaksinya.

• SBI bisa dibeli oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia baik itu instansi,
masyarakat umum, atau warga negara asing (WNA). Namun penjualan SBI lebih
diprioritaskan kepada pihak bank, sedang masyarakat umum tidak dapat
membeli langsung namun harus lewat pialang.

• Nominal penjualan SBI berkisar Rp100 juta dengan kelipatan Rp50 juta.
Karakteristik SBI

Sertifikat Bank Indonesia mempunyai satuan


unit sbesar Rp1.000.000.

Jangka waktu Sertifikat Bank Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu)


bulan serta paling lama 12 bulan yang dinyatakan dalam jumlah
hari lalu dihitung mulai tanggal penyelesaian transaksi hingga
dengan tanggal jatuh tempo.

Sertifikat Bank Indonesia diterbitkan lalu diperdagangkan


dengan sistem diskonto
Karakteristik SBI
Nilai tunai transaksi dihitung atas diskonto murni (true disconto)Nilai
diskonto dihitung sebagai berikut :
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

Sertifikat Bank Indonesia diterbitkan tanpa


warkat

Sertifikat Bank Indonesia dipasarkan


didalam pasar sekunder
SBI mempunyai pengaruh terhadap kinerja terhadap kinerja reksa dana saham
(NAB) antara lain yakni :

• Apabila tingkat suku bunga SBI terjadi kenaikan, tingkat suku bunga deposito
berjangka juga akan ikut naik dengan begitu penanaman modal dalam bentuk
deposito berjangkan menjadi lebih menarik.

• Apabila tingkat suku bunga SBI terjadi penurunan, SBI menjadi salah satu
alternatif investasi yang kurang menarik jika dibandingkan dengan instrumen
insvestasi lain

Anda mungkin juga menyukai