Anda di halaman 1dari 17

1. Page | 1 BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh
bank adalah dengan menjual surat pengakuan hutang yang telah diterbitkan dan ditanda tangani oleh
nasabah yang belum mampu melunasi hutangnya. Surat pengakuan hutang ini diserahkan kepada Bank
sebagai jaminan atas pelunasan hutang nasabah yang bersangkutan. Surat pengakuan hutag dari
nasabah ini dianggap sebagai aktiva oleh bank yang menerimanya dan denga demikian dapat diperjual
belikan. Oleh bank yang menerima surat pengakuan tersebut dapat saja dijual ke Bank Indonesia untuk
mendapatkan alat likuid yang diperlukan oleh bank yang bersangkutan. Penjualan surat berharga ini
disebut Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang akan dikenakan sejumlah biaya bunga oleh si pembeli,
dalam hal ini Bank Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penyusunan makalah ini, penulis akan
memberikan rumusan dan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Apakah definisi surat berharga yang
diterbitkan? 2. Bagaimana perkembangan surat berharga di Indonesia? 3. Bagaimana prosedur
penerbitan surat berharga? 4. Apakah syarat-syarat penerbitan surat berharga komersil di Indonesia? 5.
Bagaimana perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia? 6. Bagaimana prosedur akuntansi untuk SBPU 7.
Bagaimana pencatatan akuntansi untuk penerbitan SBPU?

2. Page | 2 1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan 1. Mengetahui definisi surat berharga yang diterbitkan.
2. Mengetetahui perkembangan surat berharga di Indonesia. 3. Mengetahui prosedur penerbitan surat
berharga. 4. Mengetahui syarat-syarat penerbitan surat berharga komersil di Indonesia. 5. Mengetahui
perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia? 6. Memahami prosedur akuntansi untuk SBPU 7.
Memahami pencatatan akuntansi untuk penerbitan SBPU? 1.4 Metode Penyusunan Adapun metode
penulisan yang digunakan untuk menyusun karya tulis ini adalah dengan cara: a. Internet Link/
Download file Metode dengan pengumpulan data dengan melakukan pengambilan data dari situs web
(Internet) b. Studi Pustaka Metode pengumpulan data dan informasi dengan mengambil bahasan dari
beberapa buku sumber untuk mendukung makalah ini.

3. Page | 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Surat Berharga yang Diterbitkan Menurut Dunil Z (2004),
pengertian dari Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit,
atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang
lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Sedangkan menurut Bank Indonesia, surat
berharga pasar uang adalah surat utang yang diterbitkan oleh badan usaha swasta, pemerintah, dan
agen pemerintah, umumnya berjangka waktu maksimum satu tahun; Surat utang yang demikian
merupakan investasi yang sangat likuid; contohnya, Sertifikat Bank Indonesia,surat berharga pasar uang,
surat berharga komersial, termasuk di dalamnya surat utang jangka pendek, akseptasi bank, surat
berharga komersial, surat berharga jangka pendek pemerintah daerah yang bebas pajak, dan sertifikat
deposito bank yang dapat dijual (money market instruments). SBPU adalah surat-surat berharga
berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen
operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto
SBPU. Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb: a. Surat Sanggup
(aksep/promes), dapat berupa: - Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan
kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu. - Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam
rangka pinjaman antar bank.
4. Page | 4 b. Surat wesel, dapat berupa: - Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh
pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank. - Surat wesel
yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai
kegiatan tertentu. c. Call Money (Interbank Call Money Market) Call Money adalah penempatan atau
peminjaman dana jangka pendek (dalam hitungan hari) antar bank. Call Money merupakan instrument
bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan dana jangka pendek yang bersifat sementara.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah
berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang)
untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU
dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house (perantara) maupun melalui pasar sekunder,
yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat.
SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia. 2.2 Perkembangan
Surat Berharga Di Indonesia Perkembangan surat berharga komersial ini di Indonesia diawali pada tahun
1980 dimana pemerintah mengeluarkan serangkaian paket kebijakan deregulasi pada sektor riel, sektor
finansial, sektor investasi dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan salah satu bentuk
pengembangan pasar finansial. Dimana selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 49/52/UPG yang masing-
masing bertanggal 11 Agustus 1995 tentang "Persyaratan Perdagangan dan Penerbitan Surat Berharga
Komersial" (Commercial Paper) melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan

5. Page | 5 adanya peraturan tersebut maka bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang
seragam serta memiliki dasar hukum yang kuat terhadap keberadaan surat berharga komersial.
Penerbitan surat berharga komersial di Indonesia juga harus memperoleh peringkat dari Lembaga
Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia dikenal dengan nama PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek
Indonesia) yang berdiri pada tahun 1993. Definisi commercial paper di Indonesia diartikan sebagai suatu
obigasi jangka pendek dengan jangka waktu jatuh tempo berkisar 2 sampai 270 hari, yang dikeluarkan
oleh bank atau perusahaan atau peminjam lain kepada investor yang mempunyai uang tunai untuk
sementara waktu. Instrumen tersebut tidak ada jaminannya (unsecured instrument) dan biasanya
diberikan secara discount namun ada juga yang memberikan bunga tertentu”. Efek dapat berupa
sertifikat atau dapat berupa pencatatan elektronis yang bersifat : 1) Sertifikat atas unjuk, artinya pemilik
yang berhak atas efek tersebut adalah sipembawa / pemegang efek. 2) Sertifikat atas nama artinya
pemilik efek pemilik yang berhak atas efek tersebut adalah yang namanya tercatat pada daftar yang
dipegang oleh penerbit atau biro pencatatan efek. 2.3 Prosedur Penerbitan Surat Berharga Terdapat dua
cara penerbitan surat berharga yaitu : 1. Penerbitan secara langsung kepada investor jangka panjang
seperti lembaga keuangan, atau penerbitan langsung ini biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan
yang memiliki kebutuhan tetap atas pinjaman dalam jumlah besar yang memilih melakukan penerbitan
langsung yang lebih ekonomis dibandingkan menggunakan

6. Page | 6 pialang investasi. Di Amerika perusahaan yang melakukan penerbitan surat berharga
komersial secara langsung ini dapat menghemat 3 basis poin ( 1 basis poin = 1/10000%) setahunnya.
Diluar Amerika imbalan jasa pialang investasi ini lebih murah. 2. Penerbitan secara tidak langsung yaitu
dijual kepada pialang dan pialang tersebutlah yang memperdagangkannya di pasar uang. Bursa
perdagangan surat berharga komersial ini melibatkan perusahaan-perusahaan pialang yang besar dan
anak perusahaan bank dimana banyak diantaranya juga merupakan pialang pada pasar keuangan
Amerika (US Treasury Securities). Secara skematis dapat dijabarkan prosedur penerbitan surat berharga
sebagai berikut: Bank penerbit SPBU harus menjamin penjualan surat berharga ini kepada bank pembeli
SBPU. Maksud dari jaminan ini adalah apabila SBPU yang telah dijualnya tidak dapat tertagih, maka bank
yang menjualnya berkewajiban mengembalikan pembayarannya. Dengan demikian sifat penjualan surat
berharga ini sama halnya dengan penjualan wesel tagih, yang dikenal sebagai Notes Receivable
Discounted. Selama wesel ini outstanding, maka bank penjual SBPU tetap memiliki kewajiban (hutang).
Bank Penerbit Surat Berharga Bank Pembeli Surat Berharga Nasabah Penerbit Surat Berharga

7. Page | 7 2.4 Syarat-syarat Penerbitan Surat Berharga Komersial di Indonesia Syarat-syarat penerbitan
surat berharga komersial ini dapat ditemukan pada ketentuan pasal 2 sampai dengan pasal 5 dari Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 yaitu : Kriteria a.
Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari b. Diterbitkan oleh perusahaan bukan
bank dalam Pasal 1 angka 9 surat keputusan ini. c. Mencantumkan : 1) Klausula sanggup dan kata-kata
“Surat Sanggup” di dalam teksnya dan dinyatakan dalam bahasa Indonesia. 2) Janji tidak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu. 3) Penetapan hari bayar 4) Penetapan pembayaran 5) Nama pihak
yang harus menerima pembayaran atau penggantinya 6) Tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan
7) Tanda tangan penerbit Pada halaman muka commercial paper sekurang-kurangnya dicantumkan hal-
hal sebagai berikut : a) Kata-kata "Surat Berharga Komersial" (Commercial Paper) yang ditulis kata-kata
"Surat Sanggup" b) Pernyataan “tanpa protes” dan “tanpa biaya” sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 176 jo Pasal 145 KUHD ; c) Nama bank atau perusahaan efek dan nama serta tanda tangan pejabat
bank atau perusahaan efek yang ditunjuk sebagai agen tanda keaslian Commercial Paper, tanpa
penempatan logo atau perusahaan efek secara mencolok ;

8. Page | 8 d) Nama dan alamat bank atau perusahaan yang ditunjuk sebagai pembayar tanpa
penempatan logo bank atau perusahaan secara mencolok ; e) Nomor seri Commercial Paper ; f)
Keterangan cara penguangan Commercial Paper sebagaimana diatur dalam pasal 4 surat keputusan ini.
Pada halaman belakang Commercial Paper dicantumkan hal-hal sebagai berikut : a) Pernyataan
mengenai endosemen blanko tanpa hak regres dengan klausula "Untuk saya kepada pembawa tanpa
hak regres". b) Cara perhitungan nilai tunai 2.5 Perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia 1. SBPU harus
berjangka waktu pendek min 30 hari 2. Nilai nominal minimal Rp 25.0000.0000,00, kelipatan Rp
5.000.000,00, maksimal Rp 10.000.000.000 3. SBPU diterbitkan tidak dalam rangka kredit yang
sebagian /seluruh dananya berasal dari KLBI. 4. Penjualan /pembelian SBPU dengan BI dapat dilakukan
secara Outright atau Repurchase Agreement (REPO). Outright adalah transaksi jual beli SBPU atas dasar
sisa jatuh tempo waktu SBPU yang bersangkutan. Sedangkan Repurchase Agreement (REPO) adalah
transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBPU yang bersangkutan sesuai
dengan jangka waktu perjanjian. Transaksi SBPU dengan BI diselesaikan melalui perhitugan nilai tunai
SBPU dengan rumus :

9. Page | 9 2.6 Prosedur Akuntansi untuk SBPU 1. SBPU yang diterbitkan dicatat dan disajikan sebesar
nilai nominalnya. 2. Penjualan surat berharga diatas nilai nominal (premium) dicatat sebagai pendapatan
bunga yang ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu surat berharga. 3. Penjualan surat
berharga dibawah nilai nominal (diskonto), selisih nilai nominal dengan harga jual dicatat sebagai bunga
dibayar dimuka dan diamortisasi selama jangka waktu surat berharga. 4. Saldo bunga dibayar dimuka
disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari nilai SBPU tersebut. 5. Biaya-biaya yang timbul
berkaitan dengan SBPU dicatat sebagai beban dalam periode tahun berjalan. 2.7 Akuntansi Untuk
Penerbitan SBPU Akuntansi untuk Penerbitan SBPU dapat dibedakan menjadi antara lain : penerbitan,
penjualan dan pelunasan SBPU. Rekening SBPU yang diterbitkan merupakan rekening hutang / dana
bank yang selalu bersaldo kredit sepanjang surat berharga masih outstanding. Penerbitan : Seorang
nasabah Bank Omega membuat surat pengakuan hutang atas pinjaman yang telah diterima sejumlah Rp
80 juta beserta bunga Rp 20 juta / secara keseluruhan sejumlah Rp 100 juta dengan suku bunga 14% per
tahun jangka waktu 6 bulan,

10. Page | 10 kemudian pada hari yang sama dijual oleh Bank Omega ke BI dan dibebankan diskonto
13.5% setahun. Oleh Bank Omega transaksi ini akan dicatat sebagai berikut: D : Surat berharga Rp
100.000.000 K : Debitur Rp 80.000.000 K : Pendapatan Bunga Debitur yang diterima dimuka Rp
20.000.000 SBPU dijual ke BI diskonto 13.5%/tahun: (Penjualan) D : BI – Giro Rp 93.250.000 D : Diskonto
SBPU yan belum diamortisasi Rp 6.750.000 K : Surat berharga – SBPU Rp 100.000.000 Diskonto SBPU
tersebut akan dialokasikan setiap bulannya kedalam rekening biaya dengan jurnal sebagai berikut: D:
Biaya diskonto SBPU Rp 1.250.000 K: Diskonto SBPU Yang belum diamortisasi Rp 1.250.000 Pelunasan :
Pada saat jatuh tempo setelah amortisasi diskonto bulan terakhir dan SBPU dilunasi oleh Bank Omega
dan oleh nasabah yang menerbitkan surat pengakuan hutang tersebut , oleh Bank Omega dicatat
sebagai berikut: D : Surat berharga –SBPU Rp 100.000.000 D : Kas/Giro Nasabah Rp 100.000.000 K :
Surat berharga Rp 100.000.000 K : BI-Giro Rp 100.000.000

11. Page | 11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

12. Page | 12 DAFTAR PUSTAKA Lapoliwa N, Kuswandi Daniel S. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Institut
Bankinr Indonesia, 2000. http://www.scribd.com/doc/19234643/44/Surat-Berharga-yang-Diterbitkan
http://www.scribd.com/doc/45567489/Kewajiban-Lain-lain-dan-Surat-Berharga-yang- Diterbitkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam undang-undang dan beberapa referensi mengenai surat berharga tidak ditemukan definisi
yang jelas mengenai surat berharga, namun dalam beberapa referensi mengenai surat berharga para
ahli hukum menjelaskan bahwasanya surat berharga adalah salah satu jenis dari surat perniagaan yang
dikenal atau beredar di masyarakat, di samping jenis lainnya yang dikenal sebagai surat yang berharga.
Perbedaan di antara kedua jenis surat perniagaan di atas, semata-mata memperhatikan sulit tidaknya
pengalihan atau levering-nya.

Apabila surat perniagaan tersebut mudah pengalihannya, yang mana cukup dilakukan dengan
penyerahan fisik dari surat perniagaan atau dengan endorsement maka surat tersebut tergolong ke
dalam surat berharga, sedangkan apabila sulit pengalihannya harus secara cessie, maka surat tersebut
tergolong ke dalam surat yang berharga.

Berdasarkan beberapa referensi yang ada, surat berharga dapat didefinisikan sebagai surat yang: (a)
memiliki nilai, (b) negotiable dan (c) mudah dialihkan, yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai
pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas kami dapat merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari surat berharga dan klasifikasi surat berharga?

2. Apakah pengertian dari Piutang Wesel dan perhitungan Piutang Wesel?

C. Tujuan Pembahasan

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian, klasifikasi dan bentuk-bentuk surat berharga.

2. Pembaca dapat mengetahui pengertian wesel tagih dan cara perhitungan wesel tagih.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Surat-Surat Berharga

Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap
derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk
yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang
Perbankan).

Fungsi surat berharga :

a. Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang).

b. Sebagai alat untuk memindahkan hal tagih (diperjual belikan dengan mudah dan sederhana).

c. Sebagai surat bukti hak tagih.

Jenis-Jenis Surat Berharga

1. Surat Berharga dalam KUHD

Ketentuan-ketentuan megenai surat berharga diatur dalam Buku I titel 6 dan titel 7 KUHD yang berisi
tentang : Wesel, Surat Sanggup, Cek, Kwitatansi-Kwitansi dan Promes Atas Tunjuk, dll.

a. Surat wessel adalah surat berharga yang memuat kata wessel didalamnya, diberikan tanggal dan
ditandatangani disuatu tempat, dalam mana si penerbit memberi perintah tanpa syarat kepada
tersangkut untuk pada hari bayarmembayar sejumlah uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk oleh
penerbit atau penggantinya disuatu tempat tertentu.

Syarat-syarat formil bagi suatu wessel diatur dalam pasal 100 KUHD bahwa suatu surat wessel harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:

Ø Kata "wesel", disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam bahasa surat itu.

Ø Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

Ø Nama si pembayar/tertarik.

Ø Penetapan hari bayar.

Ø Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

Ø Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya pembayaran harus dilakukan.

Ø Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel.

Ø Tanda tangan pihak yang mengeluarkan (penarik).


Kedelapan syarat tersebut diatas harus selalu tercantum dalam surat wesel. Tidak dipenuhinya salah
satu syarat tersebut maka surat itu tidak berlaku sebagai surat wesel kecuai dalam hal-hal berikut:

· Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar pada hari
ditunjukkannya (wesel tunjuk).

· Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping namavtertarik dianggap
sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana tertarik berdomisili.

· Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut disamping nama
penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.

Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka surat wesel itu bukan wesel
yang sah, dan pertanggungan jawabnya dibebankan kepada orang yang menandatangani surat wesel itu.

b. Surat Sanggup adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes dalam mana
penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang yang disebut dalam surat sanggup
itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.

Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat sanggup kepada
pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggub kepada
pengganti dengan "surat sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat
promes".

Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel tidak berlaku pada surat
sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:

· Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.

· Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi menyanggupi
untuk membayar.

· Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat sanggup.

· Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan pembayaran sendiri
sebagai debitur surat sanggup.

· Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel yaitu mengikatkan
diri untuk membayar.
Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan adanya berapa syarat yang harus
terdapat dalam surat sanggub supaya dapat disebutkan surat seperti yang diatur dalam pasal 174 KUH
Dagang yaitu :

• Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas pengganti yang
dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam bahasa dengan mana surat itu disebutkan .

• Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.

• Penunjukan hari gugur.

• Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.

• Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus dilakukan.

· Penyebutan hari Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam bahasa cek itu
ditulis.

· Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.

· Nama orang (bankir) yang harus membayar.

· Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.

· Penyebutan tanggal serta 'tempat dimana cek ditertibkan.

· Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.

c. Kwitansi atas tunjuk yang dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh Emy
Pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh penanda tangannya terhadap orang
lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk)
pada waktu diperlihatkan. Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya
klausula atas tunjuk.

2. Surat-surat berharga di luar KUHD itu antara lain:

a. Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya kepada
bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya
(Purwosutjipto). Dengan demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat dilakukan dengan uang
tunai dan tidak dapat di pindah tangan kan melalui endosemen (SK Direksi Bank Indonesia No.4/670,
Sub1).
Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah alat pembayaran tunai
sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran yang bersifat giral, dengan cara memindah bukukan
sejumlah dana dari si penerbit. Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670
UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 yang berisikan tentang :

· Pengertian dari Bilyet Giro

· Bentuk Bilyet Giro

· Tenggang waktu berlakunya bilyet giro

· Pengisian bilyet giro

· Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro kosong

· Pembatalan bilyet giro.

· Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat

· Penyimpangan bentuk/masa peralihan.

b. Travels Cheque

Travels cheque atau cek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh sebuah bank, yang
mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub membayar sejumlah uang sebesar nilai nominalnya
kepada orang yang tanda tangannya tertera ada cek perjalanan itu. Apabila diteliti fungsi dan peranan
cek perjalanan adalah sebagai berikut:

· Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah
yang banyak.

· Orang tersebut akan merasa dari resiko perampokan dan kehilangan uang.

Syarat-syarat formal yang biasanya terdapat didalam suatu cek perjalanan, adalah sebagai berikut:

· Nama Travels Cheque secara Tersendiri.

· Nilai nominal dari travels cheque.

· Nama bank yang mengeluarkan.

· Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.


· Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC tanda tangan pada waktu
penguangan cek perjalanan.

· Perintah membayar tanpa syarat.

· Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.

· Tanda tangan dari bank penerbit.

c. Credit Card

Credit card atau kartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer yaitu bank atau lembaga
keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uang tunai.

• penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu ditanda tangani.

• Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.

d. Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana penerbitannya
memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang namanya
disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD
ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau salah satu syarat dalam pasal,
tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak dapat diperlakukan sebagai cek. Syarat-syarat cek
tersebut adalah:

d. MCO

Miscellaneous charges order disingkat MCO adalah satu dokumen yang dikeluarkan oleh masing-masing
maskapai penerbangan yang beroperasi secara Internasional, sebagai alat perintah membayar, untuk
mengisi kembali ticket, balance pembayaran dan lain-lain. Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah
untuk penukaran, pemberian service kepada orang yang memanfaatkan pesawat udara dan merupakan
pengamanan keuangan orang perorangan/group yang menggunakan fasilitas angkatan udara itu.

B. Wesel Tagih

a. Pengertian Piutang Wesel / Wesel Tagih


Piutang Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar
sejumlah uang pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Definisi lain piutang wesel merupakan
perintah membayar dan janji membayar sejumlah uang tertentu.

Piutang Wesel ini yang dinamakan surat aksep atau surat sanggup. Dalam dunia bisnis Piutang Wesel
juga bisa disebut sebagai Wesel Tagih, promes, Aksep dan Promisionary Notes atau Notes receivable.

Piutang wesel dapat dipisahkan menjadi :

- Piutang wesel tidak berbunga (non interest bearing) – yaitu piutang wesel yang mempunyai nilai
jatuh tempo sebesar nilai nominal.

- Piutang wesel berbunga (interest bearing) – yaitu piutang wesel yang nilai jatuh temponya
sebesar nominal ditambah dengan bunga.

Piutang Wesel dapat dipindahtangankan dan ada yang tidak dapat dipindah-tangankan. Jika wesel dapat
dipindahtangankan artinya adalah yang membuat wesel akan membayar pada orang (badan) yang
memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel yang dapat dipindahtangankan dapat
didiskontokan ke bank sebelum jatuh temponya.

Piutang Wesel biasanya timbul karena:

- terjadinya transaksi penjualan secara kredit

- pemberian pinjaman uang

- perubahan piutan dagang menjadi piutang wesel.

b. Penilaian Piutang Wesel

Piutang Wesel yang jangka waktu pembayaran atau jatuh temponya kurang dari satu tahun akan dicatat
dalam aktiva lancar. Dan Piutang Wesel yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dianggap sebagai
Piutang Jangka Panjang. Piutang Wesel dinilai berdasarkan jumlah yang diharapkan dapat ditagih (net
realizable value) dan pada prinsipnya sama dengan Piutang Dagang.

c. Pendiskontoan Wesel

Mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan.
Bank akan memberikan pinjaman tetapi dikurangi dengan bunga yang diperhitungkan dengan selama
jangka waktu diskonto, bunga yang diperhitungkan ini disebut juga diskonto.
Syarat pendiskontoan wesel : jika pembuat wesel tidak melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo
maka pihak yang mendiskontokan bertanggung jawab untuk melunasi wesel tersebut.

Bunga (diskonto) wesel dihitung dengan cara sebagai berikut :

Contoh : Wesel dengan nominal Rp. 5.000.000,00, jangka waktu 2 bulan, tertanggal 1 Maret 1991
didiskontokan pada tanggal 26 Maret dengan diskonto 10%.

Jawaban:

Periode diskonto dihitung sebagai berikut :

26 –31 Maret = 5 hari

April = 30 hari

Mei (tanggal jatuh tempo) = 1 hari

Periode diskonto = 36 hari

Perhitungan pendiskontoan wesel :

1. Wesel tidak berbunga

Jumlah uang yang diterima pada tanggal 26 Maret 1991 adalah :

Nilai jatuh tempo wesel Rp. 5.000.000,00

Diskonto : Rp. 5.000.000,00 x 10% x 36/360 = Rp. 50.000,00

Uang yang diterima Rp. 4.950.000,00

Jurnal yang dibuat pihak yang mendiskontokan wesel untuk mencatat pendiskontoan wesel di atas
adalah :

Kas Rp. 4.950.000,00 (D)

Biaya Bunga 50.000,00 (D)

Pihutang Wesel Rp. 5.000.000,00 (K)

(Pihutang wesel didiskontokan)


2. Wesel Berbunga

Misalnya wesel di atas berbunga sebesar 12% setahun dan diskontokan dengan diskonto sebesar 10%
setahun. Jumlah yang diterima pada tanggal 26 Maret 1991 adalah:

Nilai nominal wesel Rp. 5.000.000,00

Bunga : 12% x 2/12 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 100.000,00

Nilai Jatuh tempo wesel Rp. 5.100.000,00

Diskonto :

Rp. 5.100.000,00 x 10% x 36/360 = Rp. 51.000,00

Uang yang diterima Rp. 5.049.000,00

Jurnal yang dibuat pihak yang mendiskontokan wesel untuk mencatat pendiskontoan wesel di atas
adalah :

Kas Rp. 5.049.000,00 (D)

Pihutang Wesel Rp. 5.000.000,00 (K)

(Pihutang wesel didiskontokan)

Pendapatan Bunga 49.000,00 (K)

d. Contoh Kasus

Kasus 3.1

Pendiskontoan Piutang Wesel Tidak Berbunga

Anda asumsikan bahwa di antara wesel-wesel tagih yang dimiliki PT. ASMARA terdapat wesel tagih tak
berbunga yang berjangka waktu 90 hari, tertanggal 21 Agustus 2002 sebesar Rp. 1.350.000,00. Pada
tanggal 20 September 2002 wesel tersebut didiskontokan ke Bank RAKA KENCANA, dengan tingkat
diskonto sebesar 8%.

a. Hitunglah berapa uang yg diterima PT. ASMARA dari pendiskontoan wesel ini?

b. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!

Jawaban Kasus 3.1:

Diketahui :
- nominal wesel Rp. 1.350.000

- umur wesel 90 hari

- tgl wesel 21 Agustus 2002

Langkah 1: Mencari tanggal jatuh tempo wesel:

Jumlah hari dalam bulan Agustus 2002 = 31 -21 = 10

September = 30

Oktober = 31

November = 19

90 hari

Tanggal jatuh tempo : 19 November 2002

Langkah 2: Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:

1. Nilai nominal wesel = Rp. 1.350.000

2. Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002) = Rp. 1.350.000

3. Jangka waktu diskonto (20 Sept 2002 sampai dengan 19 Nov 2002 = 60 hari)

4. Diskonto yang dibebankan oleh Bank: Rp. 1.350.000 x 8% x 60/360 =

(Rp. 18.000)

5. Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.332.000

Jangka waktu diskonto 60 hari dihitung sebagai berikut:

Jumlah hari dalam Sept 2002 = 30

Tanggal wesel didiskontokan = (20)

Jangka waktu diskonto Sept 2002 = 10

Jumlah hari dalam Oktober 2002 = 31


Jangka waktu diskonto selama Nov 2002 = 19

= 60 hari

Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:

Kas 1.332.000

Beban Diskonto 18.000

Piutang Wesel 1.350.000

Kasus 3.2

Pendiskontoan Piutang Wesel Berbunga

Anggaplah bahwa sebuah wesel berjangka waktu 90 hari dengan nominal Rp. 1.800.000,00 tertanggal 8
Nopember, berbunga 5% per tahun, didiskontokan pada tanggal 3 Desember dengan tingkat diskonto
sebesar 7%.

a. Hitunglah berapa uang yg diterima dari pendiskontoan wesel tagih berbunga ini?

b. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!

Jawaban Kasus 3.2 :

Data-data:

- nominal wesel Rp. 1.800.000

- umur wesel 90 hari

- tgl wesel 8 November 2005

- bunga wesel 5% per tahun

Langkah 1: Mencari tanggal jatuh tempo wesel

Jumlah hari dalam bulan November 2005 = 30 - 8 = 22

Desember = 31

Januari 2006 = 31
Februari = 6

90 hari

Tanggal jatuh tempo : 6 Februari 2005

Langkah 2: Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:

1. Nilai nominal wesel = Rp. 1.800.000

2. Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002)

a. nilai nominal Rp. 1.800.000

b. bunga selama jangka waktu wesel

(1.800.000 x 5 % x 90/360) = 22.500 = Rp. 1.822.500

3. Jangka waktu diskonto (3 Des 2005 sampaidengan 6 Feb 2006 = 65 hari)

4. Diskonto yang dibebankan oleh Bank: Rp. 1.800.000 x 7% x 65/360 = (Rp. 22.750)

5. Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.779.750

Jangka waktu diskonto 65 hari dihitung sebagai berikut:

Jumlah hari dalam Des 2005 = 31

Tanggal wesel didiskontokan = ( 3 )

Jangka waktu diskonto Des 2005 = 28

Jumlah hari dalam Januari 2006 = 31

Jangka waktu diskonto selama Feb 2006 = 6

= 65 hari

Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:

Kas 1.799.750 (D)

Beban Diskonto 22.750 (D)


Piutang Wesel 1.800.000 (K)

Pendapatan Bunga Wesel 22.500 (K)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan definisi beberapa contoh surat berharga yang telah diuraikan, dapat disimpulkan wesel
tagih / piutang wesel adalah salah satu dari beberapa contoh surat berharga yang telah diterangkan
pada point Surat Berharga.

Wesel Tagih merupakan perintah membayar dan janji membayar sejumlah uang tertentu. Penilaian
wesel tagih dilakukan berdasarkan jangka waktu pembayaran atau jatuh temponya. Wesel Tagih dapat
dijadikan jaminan saat meminjam uang di bank, ini disebut mendiskontokan wesel.

Sumber: http://saputriariyatihatake.blogspot.com/2015/11/makalah-surat-berharga.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai