SBI adalah produk yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Produk ini mirip dengan ”T-Bills”
yang diterbitkan di Amerika. Karena SBI diterbitkan oleh Bank Sentral, maka dapat dikatakan
bahwa SBI adalah Instrumen investasi bebas risiko (Non Risk Instrument) atau sering disebut
sebagai risk free. Produk ini masih kurang dikenal orang secara luas. Karena pada awalnya
instrument ini hanya dilakukan oleh Bank-Bank untuk keperluan investasi bank-bank itu sendiri.
SBI awalnya digunakan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia untuk mengatur
likuiditas Rupiah di negeri ini. Tapi saat ini, perorangan/perusahaan/institusi keuangan non bank
termasuk orang asing (non resident) juga boleh membeli instrument ini
Contohnya :
Bila Bank ABC ingin membeli SBI sebesar Rp.100 milyard. Pengumuman dari Bank Indonesia,
bisa saja Bank ABC itu dapat Rp.100 milyard atau bisa juga kurang. Hal ini tergantung
keputusan dari Bank Indonesia Dengan adanya waktu lelang hari Rabu di Bank Indonesia, berarti
anda perlu menghubungi Bank yang menawarkan produk ini, kapan batas waktu bagi anda untuk
membeli produk ini. Apakah bisa dilakukan hari Rabu juga atau hari sebelumnya
Pehitungan bunga SBI berbeda dengan investasi seperti deposito, tabungan, money market dll.
Kalau cara perhitungan seperti deposito, tabungan, money market menggunakan cara
compounding atau bunga majemuk, maka SBI menggunakan cara diskonto.
Investasi merupakan cara yang ditempuh banyak orang untuk melipatgandakan uang mereka.
Ada berbagai pilihan investasi yang bisa dilakukan seperti investasi di bidang properti atau
investasi bisnis dengan menanam modal. Membeli rumah, tanah, bangunan, saham, dan surat
berharga adalah jenis investasi yang populer.
Misalnya saja dengan membeli surat berharga, seseorang bisa mencari tambahan dana untuk
mengembangkan bisnis mereka. Pemerintah sering mengeluarkan obligasi atau surat berharga
yang bisa dibeli oleh masyarakat umum. Surat berharga ini juga diterbitkan untuk menjaga
kestabilan ekonomi negara.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) sama-sama merupakan
instrument keuangan yang sering dijadikan sarana investasi. Meski keduanya adalah surat
berharga yang secara resmi dikeluarkan oleh negara, SBI dan SUN itu berbeda lho. Dimana letak
perbedaannya? Yuk, kita simak dulu penjelasannya masing-masing.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang digunakan Bank Indonesia
sebagai alat untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Penjualan SBI diharapkan mampu
menyerap kelebihan uang yang beredar di masyarakat. SBI sendiri adalah surat pengakuan utang
berjangka dengan kurun waktu 1-3 bulan menggunakan sistem bunga atau diskonto. Penjualan
SBI dilakukan oleh pemerintah dan dapat dibeli oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia baik
itu instansi, masyarakat umum, atau warga negara asing. Namun penjualan SBI lebih
diprioritaskan kepada pihak bank, sedang masyarakat umum tidak dapat membeli langsung
namun harus lewat pialang. Nominal penjualan SBI pun juga beragam, biasanya minimal
pembeliannya adalah Rp 100 juta dan kelipatan 50 juta.
Keuntungan Kepemilikan SBI
Keuntungan yang diperoleh dari pembelian SBI ini diberikan dalam bentuk bunga atau diskonto.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI menggunakan mekanisme suku
bunga SBI (BI rate). BI akan mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan, yang
kemudian dijadikan acuan para pelaku pasar untuk mengikuti lelang.
Diskonto atau bunga yang menjadi keuntungan dari pembelian SBI dilakukan di muka setelah
pembelian SBI terjadi. Saat tenggat waktu yang telah ditentukan tiba, BI hanya akan
mengembalikan uang pokok saja.
Pembelian SBI
Penjualan SBI dilakukan oleh Bank Indonesia melalui sistem lelang. Dalam lelang, SBI yang
dijual memiliki nominal yang bervariasi yaitu Rp 50 juta di harga minimum dan Rp 100 milyar
di harga minimum. Sementara masyarakat dapat membeli SBI dengan minimum harga Rp 100
juta dan dengan kelipatan Rp 50 juta.
Proses pembelian SBI biasanya dilakukan setiap hari Rabu, diperdagangkan secara resmi pada
hari Kamis dan akan jatuh tempo pada hari Kamis ke-4 setelah penjualan. Pembelian dapat
dilakukan di bank dan broker yang ditunjuk pemerintah secara resmi.
Pembelian SBI ini menguntungkan karena sebagai instrument atas unjuk, kepemilikan SBI dapat
berpindah tangan. Pemilik bisa menjual kembali SBI yang dimiliki kepada orang lain tanpa
melewati proses registrasi ulang dan balik nama pada pemilik yang baru. Perpindahan
kepemilikan ini dapat dilakukan sebelum jatuh tempo.
Surat Utang Negara (SUN) merupakan surat berharga berbentuk surat pengakuan utang yang
diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, dalam bentuk rupiah dan valuta asing. Pembayaran bunga
dan pokoknya dijamin oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. SUN terdiri
atas dua jenis yaitu: (1) Surat Perbendaharaan Negara yang memiliki jangka waktu sampai
dengan 12 bulan dan pembayaran bunga yang dilakukan secara diskonto; dan (2) Obligasi
Negara yang memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/atau pembayaran
bunga yang dilakukan secara diskonto. Pembayaran kupon dilakukan secara periodik, yaitu 3
bulan sekali atau 6 bulan sekali.
Tujuan Penerbitan SUN
SUN dikelola secara resmi oleh Menteri Keuangan, dan penerbitannya harus melalui persetujuan
DPR dan diskusi khusus dengan Bank Indonesia. Penerbitan SUN tidak boleh dilakukan secara
sembarangan. Tujuan dari diterbitkannya SUN adalah membiayai defisit APBN, menutup
kekurangan kas jangka pendek, dan mengelola portofolio utang negara.
Penerbitan SUN juga harus disahkan dalam kerangka APBN. Setelah SUN diterbitkan,
pemerintah wajib membayar bunga dan pokoknya saat jatuh tempo. Dana yang digunakan untuk
membayar pokok dan bunga SUN disediakan dalam APBN.
Dalam hal ini, Bank Indonesia berperan dalam kegiatan penatausahaan SUN mulai dari
pencatatan kepemilikan, kliring, setelmen, serta agen pembayar pokok dan bunga SUN.
Penerbitan SUN oleh negara secara resmi memiliki beberapa manfaat antara lain: (1) Sebagai
instrument fiskal yang diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan APBN yang lebih
besar; (2) Sebagai instrument investasi yang bebas resiko gagal bayar; dan (3) sebagai instrumen
pasar keuangan yang dapat memperkuat stabilitas keuangan dalam negeri yang dapat dijadikan
acuan untuk menentukan nilai instrumen keuangan lain.
SBI dan SUN merupakan alternatif investasi yang dapat dilakukan oleh semua kalangan. SBI
diterbitkan oleh Bank Indonesia, sedang SUN diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Keduanya
pun merupakan investasi yang dijamin menguntungkan. Namun salah satu perbedaan besar
antara SBI dan SUN adalah dari sisi likuiditas. SBI memiliki holding period selama 7 hari.
Artinya, pemilik SBI baru bisa menjual surat berharga tersebut 7 hari setelah pembelian. Berbeda
dengan SUN yang langsung bisa dijual di hari yang sama ketika surat tersebut dibeli. Di mata
para investor, perbedaan ini membuat SUN sedikit lebih unggul dibandingkan dengan SBI.