Anda di halaman 1dari 149

PASAR MODAL

Week 2

TIM PENYUSUN

1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)


2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
1. PASAR KEUANGAN
1.1 Definisi
1. Suatu sistem pasar yang memfasilitasi terjadinya perdagangan antar produk dan
turunan keuangan seperti misalnya bursa efek yang memfasilitasi perdagangan
saham, obligasi dan waran.
2. Pertemuan antara pembeli dan penjual untuk memperdagangkan produk keuangan
dalam berbagai cara termasuk penggunaan bursa efek, secara langsung antara
penjual dan pembeli (over-the-counter).
Pasar keuangan diklasifikasikan ke dalam beberapa sub-pasar:
a. Pasar Uang
b. Pasar Modal
c. Pasar Komoditas
d. Pasar Mata Uang
e. Pasar Derivatif
1.2 Fungsi Pasar Keuangan
Pasar keuangan memiliki tiga fungsi ekonomi utama. Pertama, pasar
menentukan harga aktiva yang diperdagangkan melalui interaksi antara penjual dan
pembeli. Hal ini disebut proses penemuan harga (price discovery process). Kedua,
pasar keuangan menyediakan suatu mekanisme bagi investor untuk menjual aktiva
kewajibannya. Karena kegunaannya tersebut, pasar keuangan dianggap dapat
menawarkan suatu likuiditas, yaitu kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas.

Fungsi ekonomi pasar keuangan yang ketiga adalah kemampuannya untuk


menurunkan biaya transaksi. Dua biaya dihubungkan dengan usaha transaksi: biaya
pencarian dan biaya informasi. Biaya pencarian mengacu kepada biaya eksplisit,
seperti biaya iklan dan biaya implisit seperti waktu yang dihabiskan untuk menemukan
penjual atau pembeli. Biaya informasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam
menilai hasil investasi aktiva keuangan.
1.3 Manfaat Pasar Keuangan
Tanpa adanya pasar keuangan ini maka peminjam uang (kreditur) akan
mengalami kesulitan dalam menemukan debitur yang bersedia untuk memberikan
pinjaman kepadanya. Pengantara seperti contohnya bank membantu dalam melakukan
proses ini, dimana bank menerima deposito dari nasabahnya yang memiliki uang untuk
ditabung dan kemudian bank dapat meminjamkan uang ini kepada orang yang berniat
untuk meminjam uang. Bank biasanya memberikan pinjaman uang dalam bentuk
kredit dan kredit pemilikan rumah.
1.4 Hubungan Antara Pasar Keuangan, Perantara Keuangan, Peminjam dan
Pemberi Pinjaman

2. PASAR UANG
2.1 Definisi
Pasar uang merupakan bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan
kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai
dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang berperan
dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran.
Pasar uang yang efisien, liquid, dan dalam tidak hanya mendukung akan
efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang rupiah, tetapi juga harus memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar dalam
pengelolaan dana, baik untuk kegiatan pendanaan, investasi, maupun kegiatan ekonomi
lainnya.
Pengaturan pasar uang juga dilakukan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan mengenai perbendaharaan negara terkait penggunaan instrumen
Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter melalui operasi moneter yang dilakukan
antara lain pada transaksi repurchase agreement (repo). pengaturan pasar uang
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar dalam bertransaksi
di pasar uang.
Pelaku utama dari pasar uang adalah:
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya : bank, dana pensiun, serta perusahaan
asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan yang tergolong besar, misalnya : perusahaan go public.
3. Lembaga-lembaga pemerintahan, misalnya : bank sentral.
4. Masyarakat, misalnya : rumah tangga.
2.2 Instrumen Pasar Uang
1. Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh
pemerintah dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan. T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung
tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses
pelelangan.
2. Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan,
yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untuk mendapatkan dana jangka pendek.
CP dijual kepada investor dalam pasar uang.
3. Negotiable Certificate of Deposit (CD) atau sertifikat deposito merupakan
instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu
jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
4. Banker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank menyetujui
wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah satu sumber
pendanaan jangka pendek.
5. Bill of exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang
ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang
pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau
pembawa.
6. Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga disertai dengan perjanjian
bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang telah dijual
tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas unjuk dalam satuan
uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan hutang jangka pendek.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat berharga berjangka pendek yang
dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh BI.
9. Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan
pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.
2.3 Ciri-Ciri Pasar Uang
1. Menekankan pada pemenuhan jangka pendek.
2. Menyediakan fasilitas atau jaringan transaksi jual beli aset finansial.
3. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana.
4. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti pasar modal.
2.4 Tujuan Pasar Uang
Dari sisi pihak yang membutuhkan dana:
1. Dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti menyelesaikan kewajiban
membayar utang jangka pendek yang akan jatuh tempo.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang disebabkan karena terjadinya kekurangan
uang kas atau uang tunai.
3. Memenuhi kebutuhan modal kerja seperti biaya operasi, upah karyawan,
pembelian bahan baku.
4. Sedang mengalami kalah kliring.
Dari sisi pihak yang menanamkan dana atau modal:
1. Memperoleh keuntungan dengan tingkat suku bunga tertentu.
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
3. Spekulasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar
dalam waktu yang relatif singkat pada keadaan ekonomi tertentu.
2.5 Transaksi di Pasar Uang
1. Pasar Uang antar Bank, merupakan transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang menerima
dana sedang kalah kliring
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan sejenis surat berharga yang
dikeluarkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk ditujukan dibeli oleh bank
umum dengan nilai nominal yang besar. tujuanny dikeluarkan SBI adalah
mengurangi uang yang beredar dalam masyarakat
3. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), merupakan surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank Indonesia dengan nilai nominal yang besar.
Tujuannya sendiri adalah untuk meningkatkan likuiditas bank serta mengendalikan
inflasi
4. Sertifikat deposito, surat berharga yang dikeluarkan oleh bank dengan jumlah
nominal tertentu sebagai surat atas unjuk
5. Pasar valuta asing, merupakan tempat seseorang dapat membeli atau menjual mata
uang asing.
2.6 Risiko Investasi di Pasar Uang
1. Risiko Pasar (interest-rate risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan turunnya
harga surat berharga dan tingkat bunga naik, yang mengakibatkan investor
mengalami capital loss.
2. Risiko reinvestment, merupakan risiko yang memaksa investor menempatkan
pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
3. Risiko gagal bayar, hal ini terjadi akibat tidak mampunya peminjam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
4. Risiko inflasi, pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga
barang dan jasa-jasa yang akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang
diterimanya.
5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk), merupakan investor internasional
dihadapkan pada risiko mata uang, yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya
perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.
6. Risiko politik, Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan
ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari
suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang
diinvestasikan.
7. Marketability atau Liquidity risk, Risiko dapat terjadi apabila instrumen pasar uang
yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo.
3. PASAR MODAL
3.1 Definisi
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Instrument keuangan (produk) yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia


meliputi:
1. Saham
2. Surat Utang (Obligasi)
3. Reksa Dana
4. Exchange Traded Fund (ETF)
5. Derivatif

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal


mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lin-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

4. EFEK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODAL


4.1 Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan atau tanda penyertaan
modal seseorang dalam suatu perusahaan. Pihak yang menyertakan modal tersebut
akan memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Terdapat dua
keuntungan yang akan diperoleh dengan memiliki saham, yakni:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada
para pemegang saham yang berasal dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan.
Pemodal harus memegang saham dalam jangka waktu yang relatif lama ketika
pemodal ingin memperoleh dividen. Dividen kemudian akan diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (dalam bentuk rupiah) atau
dividen saham (dalam bentuk saham).
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terbentuk
dari aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Selain beberapa keuntungan yang telah disebutkan diatas, saham juga memiliki
berbagai risiko, yakni:
1. Capital Loss
Capital Loss merupakan kondisi dimana harga jual saham lebih rendah
dibanding harga beli.
2. Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi merupakan suatu kondisi dimana tidak terdapat sisa kekayaan
perusahaan ketika perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau bahkan
dibubarkan sehingga para pemegang saham tidak memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut.
4.2 Obligasi
Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat di Bursa di
samping Efek lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana
Investasi Real Estat. Obligasi dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat utang di
samping Sukuk. Obligasi dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka menengah
panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara.
4.2.1 Efek Bersifat Utang tercatat di Bursa
Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di
Bursa, antara lain :
1. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta
Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
2. Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
(syuyu’/undivided share), atas aset yang mendasarinya.
3. Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri
dari Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
4. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai
dengan masa berlakunya. Ketentuan mengenai SUN diatur dalam Undang
Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
5. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing. Ketentuan mengenai SBSN diatur dalam Undang
Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
6. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan
Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.
4.2.2 Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang
Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain:
1. Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang
dibeli. Pada umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank
Indonesia (BI rate).
2. Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar
sekunder.
3. Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti
saham, dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan
harga efek bersifat utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh
pemerintah dapat dikatakan sebagai instrumen yang bebas risiko.
4. Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di
pasar sekunder.
4.2.3 Perdagangan Efek Bersifat Utang
Pada umumnya, instrumen efek bersifat utang diperdagangkan melalui
mekanisme over the counter (OTC). Bursa menyediakan sistem khusus untuk
memfasilitasi perdagangan efek bersifat utang , yang dikenal dengan nama FITS
(Fixed Income Trading System). FITS merupakan sistem (automated remote
trading) yang dimiliki Bursa Efek Indonesia untuk memfasilitasi perdagangan
efek bersifat utang di Indonesia.

Disamping itu, juga terdapat sistem pelaporan untuk transaksi efek


bersifat utang , yang dikenal dengan nama CTP-PLTE (Centralized Trading
Platform – Pelaporan Transaksi Efek). CTP-PLTE merupakan sistem
elektronik, yang dapat digunakan sebagai sarana perdagangan dan pelaporan
transaksi efek bersifat utang .
Dengan diperdagangkannya efek bersifat utang, maka akan terjadi
pembentukan harga efek bersifat utang, yang dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran efek bersifat utang tersebut. Adapun dasar-dasar yang dapat
mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang yang diperdagangkan di Bursa,
sebagai berikut:
1. Interest Rates
Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang
sebagai perbandingan dasar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat berupa BI rate. Ketika suku
bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat utang.
Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara
besarnya tingkat pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka
return riil dari investor dianggap menjadi relatif lebih kecil. Hal ini akan
menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang, sehingga harga efek
tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.
2. Faktor Risiko
Risiko kredit menggambarkan kemampuan penerbit efek bersifat
utang dalam melakukan pembayaran bunga atau pelunasan pokok secara
tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada umumnya, efek bersifat utang
diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek. Investor
dapat memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari
Lembaga Pemeringat Efek untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek
bersifat utang dan menilai tingkat kredibilitas suatu perusahaan, serta juga
dapat memperlihatkan kinerja/prospek perusahaan. Ketika peringkat efek
bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat risiko
Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada
akhirnya dapat berpotensi gagal bayar. Kondisi tersebut akan menyebabkan
harga efek bersifat utang tersebut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami penurunan karena efek
bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.
3. Jatuh Tempo
Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh
tempo yang berbeda-beda. Pada saat jatuh tempo, Penerbit memiliki
kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat utang kepada
Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik
dengan jangka waktu obligasi. Semakin pendek jangka waktu efek bersifat
utang, maka akan semakin kecil tingkat ketidakpastian (risiko) atas efek
bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin efek bersifat utang tersebut
mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan semakin
mendekati nilai nominalnya (par).
4.3 Exchange Traded Fund
Exchange Traded Fund (ETF) adalah reksa dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Kontrak Investasi
Kolektif sendiri adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
mengikat pemegang Unit Penyertaan. Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif. Walaupun ETF pada dasarnya adalah reksa dana,
produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF
merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan
mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Per 23 Desember 2020, telah
ada 47 ETF yang tercatat di BEI

Gambar 4.1 Ilustrasi persamaan saham, ETF, dan reksa dana.


Secara lebih rinci, berikut adalah perbedaan antara ETF dan reksa dana.

Reksa Dana Saham ETF

Perdagangan Melalui Via Manajer Investasi atau 1. Dealer Partisipan di Pasar


Agent Penjual Reksa Dana Primer
2. Broker manapun di Pasar
Sekunder

Minimum Pembelian 1 unit Pasar primer: Creation unit


(= 1000 lot = 100.000 unit)
Pasar sekunder: 1 Lot (100
unit)

Biaya Transaksi Biaya pembelian dan Sesuai dengan biaya komisi


penjualan kembali broker/broker fee
(umumnya 1% hingga 3%)

Risiko Transaksi Risiko Manajer Investasi dari Dapat dikontrol (lebih


pengelolaan portofolio rendah) karena transaksi
jual/beli ETF dapat
dilakukan setiap saat selama
jam bursa berlangsung

Nilai Aktiva Bersih per Unit Perhitungan NAB/UP Perhitungan indikasi


Penyertaan (NAB/UP) dilakukan satu kali setelah NAB/UP (iNAV) dilakukan
penutupan jam Perdagangan setiap saat selama jam
di BEI perdagangan BEI

Harga Akhir hari Real time

Underlying Saham Indeks Acuan

Settlement T+7 (tujuh hari setelah T+2 (dua hari setelah


transaksi dilakukan) transaksi dilakukan)

Dealer Partisipan Tidak ada Ada

Tabel 4.1 Perbedaan ETF dengan reksa dana saham.


Dealer Partisipan adalah anggota bursa yang bekerja sama dengan Manajer
Investasi (MI) pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit
Penyertaan ETF. Berinvestasi pada ETF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan alternatif investasi lainnya, yaitu:
1. Mudah dan fleksibel
ETF dapat dibeli dan dijual kapan saja selama jam perdagangan, layaknya saham.
2. Rendah biaya dan risiko
Management fee ETF relatif lebih rendah dibanding reksa dana (reksa dana
berkisar 2-4%). Selain itu, biaya transaksi ETF di pasar sekunder sesuai dengan
komisi broker, yaitu sekitar 1-5%. ETF memiliki likuiditas yang terjamin, sehingga
risikonya lebih kecil.
3. Cakupan luas
Memiliki 1 ETF sama dengan memiliki puluhan saham-saham unggulan. ETF yang
ditawarkan juga variatif.
4. Transparan
Informasi mengenai ETF dan saham-sahamnya dapat diakses kapanpun dan
dimanapun.
Tujuan berinvestasi pada ETF ada beberapa, di antaranya:
1. Diversifikasi, yaitu diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan
dalam sekali order.
2. Fleksibilitas, yaitu memanfaatkan fleksibilitas jual atau beli yang tinggi, karena
dapat langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa
berlangsung selayaknya saham.
Transaksi ETF dapat digambarkan pada mekanisme berikut:

Gambar 4.2 Mekanisme transaksi ETF.


Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI. Transaksi ETF
di Indonesia diatur oleh peraturan berikut ini :

Gambar 4.3 Peraturan ETF di Indonesia.

4.4 Real Estate Investment Trust


4.4.1. Definisi
Real Estate Investment Trust (REITs) di Indonesia dikenal dengan
istilah Dana Investasi Real Estat (DIRE). DIRE merupakan wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan
real estat, dan/atau kas dan setara kas.

4.4.2. Peraturan Terkait DIRE:


1. POJK No. 64/2017 DIRE
2. POJK No. 30/2016 DIRE Syariah
3. Peraturan BEI No. I-O Pencatatan DIRE
4. Peraturan BEI No, I-U Pencatatan DIRE Syariah
5. Peraturan BEI No. II-J Perdagangan DIRE
4.4.3. Objek yang Dapat Dijadikan DIRE:
1. Mall
2. Perkantoran
3. Apartemen
4. Gudang
5. Hotel
6. Rumah sakit
7. Aset real estat lainnya
4.4.4. Manfaat Investasi DIRE:
1. Pendapatan dan performa harga (dividen tunai dan capital gain)
2. Alternatif investasi di bidang properti yang sangat terjangkau
3. Diversifikasi investasi
4. Perlindungan terhadap inflasi
5. Transparansi
4.4.5. Struktur DIRE:
DIRE wajib mendistribusikan keuntungan kepada pemegang unit
setiap tahun paling sedikit 90% dari laba bersih setelah pajak tanpa
memperhitungkan keuntungan yang belum terealisasi.

Gambar 5.1 Ilustrasi struktur DIRE

4.4.6. Komposisi Portofolio Investasi DIRE:


Berdasarkan Peraturan OJK No. 64/PJOK.04/2017 tentang Dana
Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, portofolio
investasi DIRE hanya dapat berupa:
1. Aset Real Estat 80%
a. Kepemilikan secara langsung:
a) Sudah menghasilkan pendapatan
b) Dalam proses penyelesaian konstruksi yang menghasilkan
pendapatan max 6 bulan (max 10% NAB)
b. Kepemilikan tidak langsung:
a) Melalui kepemilikan saham sehingga DIRE menjadi
pengendali
b) Aset Lain Max 20%
2. Aset berkaitan dengan real estat
3. Instrumen pasar uang
4. Portofolio efek
5. Kas dan setara kas (max 20%)
4.4.7. Prosedur Pencatatan Unit Penyertaan DIRE:

Gambar 5.2 Prosedur Pencatatan Unit Penyertaan DIRE

4.4.8. Manfaat Penerbitan DIRE:


1. Bagi pemilik aset real estat
a) Memperoleh pendanaan baru untuk ekspansi.
b) Insentif pajak.
c) Mengubah aset yang tidak likuid menjadi likuid.
2. Bagi perekonomian
a) Peningkatan pembangunan sektor properti, infrastruktur, layanan
kesehatan, pariwisata, dll
b) Peningkatan potensi pendapatan daerah dari pajak hotel, restoran,
hiburan, reklame, parkir, pbb, dll
4.5 Reksa Dana
4.5.1 Definisi
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal
1 ayat (27), pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jadi dana yang
ada dalam reksa dana merupakan dana bersama milik para pemodal akan
tetapi disini manajer investasi berperan mengelola dana tersebut. Sehingga
alternatif investasi ini cocok untuk masyarakat yang ingin berinvestasi
namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

4.5.2 Jenis
Dilihat dari portfolio investasinya, terdapat beberapa jenis reksa dana, antara
lain :
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat
Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini
memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat
Ekuitas dan Efek bersifat Utang. Akan tetapi, seperti halnya jenis
investasi lainnya, Reksadana juga memiliki beberapa peluang risiko.
Risiko tersebut antara lain risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
yang dipengaruhi oleh turunnya harga efek, risiko likuiditas, dan
risiko wanprestasi.
4.5.3 Risiko Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan
surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana
tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana
dalam mengelola dananya.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada manajer
investasi secara bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan
dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan
reksa dana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga
sebagai redemption effect.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan
reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat
timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa
dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain
itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan
reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa
Dana.
4. Risiko politik dan ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang
berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga
akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksa dana.
4.6 Pasar Modal Syariah
4.6.1 Definisi

Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal


Indonesia. Secara umum, kegiatan pasar modal syariah sejalan dengan pasar
modal pada umumnya. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik
khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak
boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Pasar modal syariah
dapat dikatakan halal karena pada dasarnya kegiatan pasar modal yang
merupakan kegiatan penyertaan modal dan atau jual beli efek (saham, sukuk),
termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar modal
diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Kegiatan
muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di
dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan
kedzhaliman.
4.6.2 Peraturan
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan
pelaksanaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia,
memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah
4.6.3 Produk Syariah dalam Pasar Modal
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau
efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
4.6.3.1 Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti
penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan
tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil
dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak
bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai
kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut,
maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang
diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai
saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham
syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan
dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan
Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip
syariah.
2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan
Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3. Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4. Bank berbasis bunga;
5. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
7. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh dsn-mui; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
8. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 82%, dan rasio total pendapatan bunga dan total
pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan
usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
4.6.3.2 Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai
pengganti dari istilah obligasi syariah(islamic bonds). Sukuk secara
terminologi merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam bahasa
Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu,
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi
Sukuk sebagai berikut : "Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share)
atas aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
1. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik
yang sudah ada maupun yang akan ada;
2. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
3. Aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau
4. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khashah)"
Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik
yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang,
melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek. Setiap
sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk
didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk
harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi
pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau margin,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17
tentang Investment Sukuk, terdiri dari:
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi
menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang
telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan,
sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat
kepemilikan atas jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam.
4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah.
6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara'a.
8. Sertifikat musaqa.
9. Sertifikat mugharasa.
4.6.3.3 Reksa Dana Syariah
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa
Dana syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana
dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di
Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya
merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan
yang terbatas. Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia
pada tahun 1997 ditandai dengan penerbitan Reksa Dana Syariah
Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah
memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada
umumnya. Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi
dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses
manajemen portofolio, screening (penyaringan), dan cleansing
(pembersihan).
DAFTAR PUSTAKA

Amanitanovi. Pasar Uang. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/pasar-


uang.pdf. Diakses pada 01 Maret 2021.

Bank Indonesia. Pasar Keuangan .https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/pasar-


keuangan/default.aspx#floating-1. Diakses pada 01 Maret 2021.

Husnan, Suad: Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas; UPP AMP YKPN;Edisi
keempat:Yogyakarta: 2002

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Pasar Modal: Pasar Modal Syariah.


https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx. Diakses pada 1 Maret
2021.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Tentang Syariah: Pasar Modal Syariah.


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/pasar-modal-syariah.aspx.
Diakses pada 1 Maret 2021.

PT Bursa Efek Indonesia. 2021. PT Bursa Efek Indonesia. https://www.idx.co.id/produk/dire-


dinfra/. Diakses pada 28 Februari 2021.

PT Bursa Efek Indonesia. 2021. PT Bursa Efek Indonesia.


https://www.idx.co.id/produk/exchange-traded-fund-etf/. Diakses pada 28 Februari 2021.

PT Bursa Efek Indonesia. 2021. PT Bursa Efek Indonesia. https://www.idx.co.id/produk/reksa-


dana/. Diakses pada 28 Februari 2021.

PT Bursa Efek Indonesia. 2021. PT Bursa Efek Indonesia.


https://www.idx.co.id/investor/pengantar-pasar-modal/. Diakses pada 28 Februari 2021.

“Saham”. https://www.idx.co.id/produk/saham/. Diakses pada 28 Februari 2021.


Sarjana Ekonomi. Pasar Uang. 2020. https://sarjanaekonomi.co.id/pasar-uang/. Diakses pada
01 Maret 2021.
Pasar Modal
Week 3 : “Indeks Efek dan Aksi Korporasi”

Tim Penyusun

Kelompok 5

1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)


2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Airlangga
Surabaya
2021
1. JENIS INDEKS DAN METODOLOGI INDEKS

Indeks saham adalah ukuran statistik yang mencerminkan keseluruhan pergerakan


harga atas sekumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria dan metodologi tertentu serta
dievaluasi secara berkala. Tujuan/manfaat dari indeks saham antara lain:
● Mengukur sentimen pasar,
● Dijadikan produk investasi pasif seperti Reksa Dana Indeks dan ETF Indeks serta
produk turunan,
● Benchmark bagi portofolio aktif,
● Proksi dalam mengukur dan membuat model pengembalian investasi (return), risiko
sistematis, dan kinerja yang disesuaikan dengan risiko, serta
● Proksi untuk kelas aset pada alokasi aset.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) secara aktif terus melakukan inovasi dalam
pengembangan dan penyediaan indeks saham yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku
pasar modal baik bekerja sama dengan pihak lain maupun tidak. Pada akhir tahun 2019, BEI
telah menyediakan 34 indeks yang dibagi menjadi 4 klasifikasi:

No. Klasifikasi Indeks Sub Klasifikasi

1. Indeks Headline 1. Komposit (Composite)


Indeks yang dijadikan Merupakan sub klasifikasi yang berisikan Indeks Harga
acuan utama untuk Saham Gabungan (IHSG) yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja mengukur kinerja saham Pasar Modal Indonesia.
pasar modal. 2. Papan (Board)
Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
indeks berdasarkan Papan Pencatatan yang ada di Bursa.
Bursa sudah menyediakan 2 Indeks Papan yaitu Utama
dan Pengembangan, dari 3 papan pencatatan yang ada di
Bursa.
3. Liquidity
Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
indeks berdasarkan likuiditas transaksi yang tinggi dan
kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental
perusahaan yang baik.
4. Liquidity Co-branding
Merupakan sub klasifikasi indeks liquidity yang bekerja
sama dengan pihak lain.

2. Indeks Sector 1. Komposit Sektor (Sector Composite)


Indeks yang menghitung Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
kinerja pergerakan harga indeks sektor industri berdasarkan 9 sektor industri yang
saham-saham di suatu dikelompokkan oleh BEI sesuai dengan klasifikasi Jakarta
kelompok sektor industri. Sectoral Index Classification (JASICA). Indeks komposit
sektor terdiri atas 10 indeks yaitu tiap sektor dibentuk satu
indeks ditambah dengan indeks manufaktur.
2. Investable Sector
Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
indeks berdasarkan sektor/sub sektor industri tertentu
dengan jumlah saham yang terbatas berdasarkan kriteria
seleksi tertentu sehingga berpeluang dijadikan investasi
pasif.

3. Indeks Thematic 1. ESG (Environment, Social, Governance)


Indeks yang menghitung Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
kinerja pergerakan harga indeks berdasarkan tema Lingkungan, Sosial, dan Tata
saham-saham dengan Kelola (LST).
tema tertentu seperti 2. Syariah (Sharia)
keagamaan, ESG, dan Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
lainnya. indeks berdasarkan tema Syariah.
3. Lainnya (Others)
Merupakan sub klasifikasi indeks lainnya dari indeks
thematic.

4. Indeks Factor 1. Ukuran (Size)


Indeks yang menghitung Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
kinerja pergerakan harga indeks berdasarkan besaran ukuran tertentu dari
saham-saham dengan Perusahaan Tercatat seperti kapitalisasi pasar, nilai aset,
mempertimbangkan dan sebagainya.
faktor-faktor yang 2. Growth/Value
mendukung keputusan Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
investasi, seperti: ukuran, indeks berdasarkan valuasi relatif (growth/value).
valuasi, momentum, 3. Dividend
volatilitas, fundamental, Merupakan sub klasifikasi indeks yang mengelompokkan
dan dividen. indeks berdasarkan dividen yang dibagikan.

Berikut merupakan indeks yang ada di BEI :

No. Nama Indeks Deskripsi

1. IDX Composite / Indeks Indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang
Harga Saham Gabungan tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa
(IHSG) Efek Indonesia.

2. IDX80 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 80 saham yang


memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta
didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

3. LQ45 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang


memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta
didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

4. IDX30 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang


memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta
didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

5. IDX Value30 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
memiliki valuasi harga yang rendah dengan likuiditas
transaksi serta kinerja keuangan yang baik.

6. IDX Growth30 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba
bersih dan pendapatan dengan likuiditas transaksi serta
kinerja keuangan yang baik.
7. IDX High Dividend 20 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang
membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan
memiliki dividend yield yang tinggi.

8. IDX BUMN20 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham


perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
dan afiliasinya.

9. Indeks Saham Syariah Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Indonesia/Indonesia Papan Utama dan Papan Pengembangan yang dinyatakan
Sharia Stock Index sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar Efek Syariah
(ISSI) (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).

10. Jakarta Islamic Index 70 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 70 saham syariah
(JII70) yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.

11. Jakarta Islamic Index Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham syariah
(JII) yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.

12. IDX SMC Composite Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.

13. IDX SMC Liquid Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar
kecil dan menengah.

14. KOMPAS100 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 100 saham yang
memiliki likuiditas yang baik dan kapitalisasi pasar yang
besar. Indeks KOMPAS100 diluncurkan dan dikelola
bekerjasama dengan perusahaan media Kompas Gramedia
Group (penerbit surat kabar harian Kompas).
15. BISNIS-27 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 27 saham yang
dipilih oleh Komite Indeks Bisnis Indonesia. Indeks
BISNIS-27 diluncurkan dan dikelola bekerjasama dengan
perusahaan media PT Jurnalindo Aksara Grafika (penerbit
surat kabar harian Bisnis Indonesia).

16. MNC36 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 36 saham yang
memiliki kinerja positif yang dipilih berdasarkan
kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi, dan fundamental
serta rasio keuangan. Indeks MNC36 diluncurkan dan
dikelola bekerjasama dengan perusahaan media Media
Nusantara Citra (MNC) Group.

17. Investor33 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 33 saham yang
dipilih dari 100 (seratus) Perusahaan Tercatat terbaik versi
Majalah Investor yang dipilih berdasarkan kapitalisasi
pasar, likuiditas transaksi dan fundamental serta rasio
keuangan. Indeks Investor33 diluncurkan dan dikelola
bekerjasama dengan perusahaan media PT Media Investor
Indonesia (penerbit Majalah Investor).

18. infobank15 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 15 saham


perbankan yang memiliki faktor fundamental yang baik
dan likuiditas perdagangan yang tinggi. Indeks infobank15
diluncurkan dan dikelola bekerjasama dengan perusahaan
media PT Info Artha Pratama (penerbit Majalah Infobank).

19. SMinfra18 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 18 saham yang
konstituennya dipilih dari sektor infrastruktur, penunjang
infrastruktur, dan pembiayaan infrastruktur (dari sektor
perbankan) yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Indeks SMinfra18 diluncurkan dan dikelola bekerjasama
dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI).

20. SRI-KEHATI Indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25


perusahaan tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam
mendorong usaha usaha berkelanjutan, serta memiliki
kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata
kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and
Responsible Investment (SRI). Indeks SRI-KEHATI
diluncurkan dan dikelola bekerjasama dengan Yayasan
Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI).

21. PEFINDO25 Indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25


perusahaan tercatat kecil dan menengah yang memiliki
kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang
tinggi. Indeks PEFINDO25 diluncurkan dan dikelola
bekerjasama dengan perusahaan pemeringkat PT
Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).

22. PEFINDO i-Grade Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham
perusahaan tercatat yang memiliki peringkat investment
grade dari PEFINDO (idAAA hingga idBBB-) yang
berkapitalisasi pasar paling besar. Indeks PEFINDO
i-Grade diluncurkan dan dikelola bekerja sama dengan
perusahaan pemeringkat PT Pemeringkat Efek Indonesia
(PEFINDO).

23. Indeks Papan Utama Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
tercatat di Papan Utama Bursa Efek Indonesia.

24. Indeks Papan Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
Pengembangan tercatat di Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia.

25. Indeks Sektor Pertanian Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Pertanian, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).

26. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Pertambangan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Pertambangan, mengacu pada klasifikasi Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA).

27. Indeks Sektor Industri Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Dasar dan Kimia Papan Utama dan Papan Pengembangan di sektor Industri
Dasar dan Kimia, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).

28. Indeks Sektor Aneka Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Industri Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Aneka Industri, mengacu pada klasifikasi Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA).

29. Indeks Sektor Industri Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Barang Konsumsi Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Industri Barang Konsumsi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).

30. Indeks Sektor Properti, Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Real Estat, dan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
Konstruksi Bangunan sektor Properti, Real Estat, dan Konstruksi Bangunan,
mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial
Classification (JASICA).

31. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Infrastruktur, Utilitas, Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
dan Transportasi sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, mengacu
pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).

32. Indeks Sektor Keuangan Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Keuangan, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).

33. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Perdagangan, Jasa, dan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
Investasi sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).

34. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Manufaktur Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di 3
MANUFACTUR sektor yaitu (1) Industri Dasar dan Kimia, (2) Aneka
Industri, (3) Industri Barang Konsumsi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).

2. EQUITY RIGHT ISSUE

Suatu perusahaan yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) akan memiliki
banyak pemegang saham (investor), baik dari instansi ataupun perorangan. Setelah proses
IPO, perusahaan bisa menerbitkan saham baru. Para investor yang sudah masuk di
perusahaan akan diprioritaskan untuk menyerap saham baru tersebut sebelum ditawarkan
kepada investor baru. Hak yang diberikan kepada investor lama ini disebut sebagai right issue
atau yang biasa disebut pula dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Jika hak ini tidak
digunakan oleh investor lama, maka bisa diambil oleh investor baru atau biasa disebut
sebagai standby buyer.
Right issue biasanya diberikan berdasarkan rasio. Misalnya, rasio yang diberikan
adalah 1:2. Maka, setiap pemegang satu lembar saham akan memperoleh dua hak untuk
membeli saham yang baru diterbitkan. Harga saham baru yang diterbitkan melalui proses
right issue disebut sebagai harga right. Harga right ini bisa lebih rendah, sama maupun lebih
tinggi dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini. Namun jika ingin memberikan
keuntungan lebih bagi investor lama, sebagian besar harga right berada dibawah harga pasar.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat dialihkan dan dibuktikan dengan:
1. Catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau Biro Administrasi
Efek;
2. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tertentu. Sertifikat tersebut wajib tersedia
sebelum dimulai dan selama periode perdagangan sebagaimana dimaksud pada angka 17
peraturan ini;
3. Kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau
4. Konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh Kustodian.
Pemegang saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah
pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham 8 (delapan) hari kerja setelah
Rapat Umum Pemegang Saham. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sudah dapat ditukarkan
dengan Efek baru selama periode perdagangan. Efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan
dan tersedia dalam 2 (dua) hari kerja setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dilaksanakan.
Terdapat 2 (dua) istilah di dalam HMETD yang perlu untuk diketahui oleh investor,
yaitu:
1. Cum right atau cum date
Cum right atau cum date adalah waktu atau tanggal yang menunjukkan bahwa
sampai dengan tanggal tersebut, perdagangan atas suatu saham masih mengandung atau
memiliki hak dividen.
2. Ex right atau ex date
Ex right atau ex date adalah waktu atau tanggal yang menunjukkan bahwa waktu atau
tanggal tersebut perdagangan saham yang dilakukan pada hari itu tidak lagi mengandung
hak bagi pemegang saham.
Berdasarkan dua istilah yang terdapat di dalam rights issue di atas, dapat diberikan
contoh, misalnya suatu perusahaan X berencana untuk menerbitkan rights issue, yang mana
jadwal penerbitan rights issue tersebut telah ditentukan bahwa cum date adalah 16 Desember
2018 dan ex date adalah 23 Desember 2018. Dengan penerbitan rights issue yang sudah
ditentukan cum date dan ex date, dari sisi investor yang akan membeli saham perusahaan X,
jika pembelian saham dilakukan pada tanggal 16 Desember 2018 (cum date) maka investor
tersebut memiliki hak atas dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan X, dan jika investor
melakukan pembelian atas saham pada tanggal 23 Desember 2018 (ex date) maka investor
tersebut tidak berhak atas dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan X. Kemudian dari
sisi investor jual, investor tidak akan mendapatkan hak atas dibagikannya dividen oleh
perusahaan X, apabila investor menjual saham perusahaan X pada tanggal 16 Desember
2018. Investor dikatakan memiliki hak atas bagian dividen yang akan diberikan perusahaan X
apabila investor tersebut menjual saham perusahaan X pada tanggal 23 Desember 2018, dan
pada tanggal 16 Desember 2018 masih tercatat sebagai pemegang saham perusahaan X.
Berikut adalah contoh right issue yang terjadi di Indonesia:
PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) akan menggelar Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2020 guna meminta persetujuan terlebih dahulu
kepada pemegang saham atas rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Right Issue.
BJBR akan melepas sebanyak 925 juta lembar saham seri B dengan nominal Rp 250
per saham. Angka tersebut setara dengan 9,4% dari total jumlah saham yang ditempatkan dan
disetor penuh, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam
Prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD, setelah dikurangi dengan biaya-biaya
emisi, akan dipergunakan seluruhnya untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka
ekspansi kredit. Rencana PMHMETD ini juga akan meningkatkan modal ditempatkan dan
disetor penuh dalam Perseroan sebanyak-banyaknya sekitar 9,40% dari modal ditempatkan
dan disetor penuh. Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya akan
terkena dilusi kepemilikan maksimum sebesar 8,59% dari prosentase kepemilikan saham.

3. WARAN

Waran adalah hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan
harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/emiten. Waran merupakan
produk turunan pasar modal yang biasanya diberikan secara cuma-cuma kepada investor
yang telah membeli saham baru yang diterbitkan sebagai pendorong agar investor menjadi
lebih tertarik ikut dalam IPO/right issue-nya.

Waran dapat dianalogikan sebagai sebuah kupon yang diberikan pemerintah ketika
menggelar operasi pasar dengan menjual beras langsung ke masyarakat. Pemerintah akan
membagikan kupon kepada orang-orang tertentu yang sudah dipilih dan mereka bisa
menggunakan kupon tersebut untuk membeli beras dengan harga yang sudah ditentukan.
Biasanya harga beras tersebut lebih rendah dibandingkan harga beras di pasar. Kupon ini
tentunya menjadi hak bukan kewajiban, boleh saja menggunakan kupon tersebut untuk
ditebus atau menjualnya kembali kepada orang lain, tetapi ada batas waktunya. Operasi pasar
ini biasanya bertujuan untuk menurunkan harga beras di pasar, jika sebelumnya harga beras
tersebut telah naik terlalu tinggi.
Keuntungan Investasi Waran
Terdapat dua keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi produk turunan saham ini,
antara lain:

1. Membeli Saham Baru dengan Harga Lebih Murah


Pemilik waran berhak membeli saham baru dengan harga yang lebih murah
dibandingkan harga di pasar sekunder dengan cara melakukan penebusan waran yang
telah dimiliki jika harga saham perusahaan tersebut lebih tinggi dari harga
pelaksanaannya.

Contoh:

Andi melakukan pembelian waran pada saat itu Rp100 per lembar dengan harga
pelaksanaannya sebesar Rp2.000. Namun, pada saat pelaksanaan, ternyata harga
saham perusahaan tersebut meningkat hingga Rp2.500 per lembar, maka total
pembelian yang Andi lakukan sebesar Rp2.100,00 (Rp100 + Rp 2.000), yang mana
jika Andi melakukan pembelian langsung di pasar sekunder, total pembelian yang
harus dikeluarkan sebesar Rp2.500,00 per lembar. Sebab Andi sebelumnya sudah
memiliki waran, Andi bisa membeli saham perusahaan yang mengeluarkan waran
tersebut dengan harga yang lebih murah.

2. Waran Dapat Diperdagangkan


Waran tidak hanya dapat digunakan untuk penebusan saham. Setelah saham
induknya tercatat di bursa, waran yang dimiliki dapat diperdagangkan secara terpisah
di pasar sekunder bursa. Hal ini memberikan pemilik waran kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan (capital gain) dalam transaksinya. Apabila pemilik waran
melakukan penjualan waran dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga saat
pembelian, pemilik waran ikut mendapat keuntungan atau capital gain dari penjualan
tersebut.

Risiko Memiliki Waran


Setiap bentuk investasi pasti memiliki risiko, tidak terkecuali investasi waran.
1. Harga Saham Jatuh di Bawah Harga Pelaksanaan
Pada saat harga saham jatuh di bawah harga pelaksanaan, pemilik waran dapat
mengalami kerugian atas pembelian saham waran tersebut.

Contoh:

Andi melakukan pembelian waran pada saat itu sebesar Rp100/lembar dengan
harga pelaksanaannya sebesar Rp2.000/lembar. Namun, pada saat pelaksanaan,
ternyata harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan mencapai harga
Rp1.500/lembar. Andi bisa mempertimbangkan kerugian, seperti: (1) Jika Andi tidak
melakukan exercise (penebusan), maka kerugian yang timbul dari pembelian waran
tersebut sebesar Rp100/lembar, (2) Jika Andi melakukan penebusan dengan harga
Rp2.000/lembar, maka total dana yang harus dikeluarkan sebesar Rp2.100/lembar
(Rp100 + Rp2.000) dengan total kerugian yang timbul sebesar Rp600/lembar. Dari
kasus Andi, kita bisa melihat bahwa investasi waran tidak bebas dari potensi kerugian.

2. Pembelian Harga Waran Lebih Tinggi Dibanding Harga Penjualan


Harga beli waran tidak selamanya lebih murah dibanding harga jualnya.
Pemilik waran bisa saja mengalami kerugian saat pembelian waran harganya lebih
tinggi dibandingkan harga jualnya saat ditransaksikan di pasar sekunder. Untuk itu,
calon pemilik waran perlu mengetahui prospek kinerja emiten di masa depan. Risiko
dari waran biasanya berbanding lurus dengan pergerakan harga sahamnya sebab,
sebagai produk turunan, harga waran akan mengikuti pergerakan saham induknya.

3. Tidak Memiliki Hak Dividen dan Suara


Pemilik waran tidak berhak mendapatkan dividen dan mengikuti Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Hal ini mengingat waran merupakan produk turunan
saham sehingga pemilik waran bukanlah anggota perusahaan yang sebenarnya.
Pemilik waran akan tetap terdampak dari kebijakan atau perubahan dalam perusahaan
tersebut, namun pemilik waran tidak memiliki hak suara dalam pengambilan
keputusan.
4. STOCK SPLIT DAN REVERSE SPLIT

Stock split merupakan tindakan korporasi yang mana perusahaan membagi sahamnya
menjadi beberapa bagian saham. Stock split dilakukan dengan menggunakan nilai nominal
yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Misalkan sebuah perusahaan
melakukan stock split 1:3, maka setiap 1 saham yang dipegang investor akan menjadi 3
saham. Begitu pula dengan jumlah saham beredar di pasar yang akan menjadi tiga kali lipat.
Pada sisi lain, harga per saham setelah stock split terjadi akan dikurangi dengan membagi
harganya menjadi tiga.

Terdapat beberapa alasan perusahaan mengambil langkah stock split, yaitu:

a. Agar investor ‘mampu’ membeli sahamnya


stock split biasanya dilakukan ketika harga saham cukup tinggi, sehingga
dinilai cukup mahal bagi investor untuk memperoleh 1 lot saham perusahaan tersebut.
Salah satu contohnya yaitu perusahaan Multi Bintang (MLBI) yang melakukan stock
split 1:100 pada tahun 2014 setelah sebelumnya harga saham stagnan di level Rp 1,25
juta per saham (sumber: market.bisnis.com). Dewan direksi memperkirakan harganya
terlalu tinggi untuk investor dan melakukan stock split agar saham lebih mudah
diakses oleh pemegang saham potensial yang lebih luas.

b. Meningkatkan likuiditas di bursa


Harga pasar saham yang terlalu tinggi akan mengakibatkan likuiditas saham
semakin berkurang, karena hanya sedikit jumlah investor yang mampu membeli
saham perusahaan. Meningkatkan likuiditas saham membuat perdagangan saham
lebih mudah. Dengan harga saham yang terlalu tinggi, dapat menimbulkan terjadinya
perpindahan terhadap pengendalian perusahaan kepada investor yang bermodal kuat.
Likuiditas memberikan tingkat fleksibilitas yang tinggi dimana investor dapat
membeli dan menjual saham tanpa menimbulkan dampak yang terlalu besar pada
harga saham

Reverse split merupakan kebalikan dari stock split, yaitu tindakan perusahaan untuk
menggabungkan dua atau lebih lembar saham menjadi satu. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan harga pasar saham, apabila dipertimbangkan harga pasar saham sudah
terlampau rendah. Harga pasar saham yang terlalu rendah memberikan kesan kondisi
perusahaan yang kurang baik.
Salah satu contoh reverse split yaitu yang dilakukan oleh PT Bakrie Sumatera
Plantations Tbk (UNSP) yang berlaku pada 15 Maret 2017. Perusahaan melakukan aksi
korporasi tersebut dengan rasio 10 : 1. Jumlah saham beredar UNSP akan berubah menjadi
1,37 miliar lembar dengan nilai nominal Rp1.000 per saham dari sebelumnya 13,7 miliar
lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar.

5. DIVIDEN

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal


dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu
hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen.

Terdapat dua bentuk dividen yang dapat dibagikan perusahaan kepada investor mereka

1. Dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham.
2. Dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Ditinjau dari sudut
pandang perusahaan, dividen saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan. Artinya
pembagian dividen saham tidak akanmengubah jumlah modal perusahaan, tetapi
hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja. Perusahaan dalam membagikan
dividen saham dapat disebabkan oleh salah satu dari alasan berikut, yaitu :
● Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar
dividen tunai. Jika hal ini terjadi, maka pembagian dividen saham
mengandung informasi yang kurang baik tentang kondisi keuangan
perusahaan jangka pendek.
● Perusahan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, maka pembagian dividen
saham mengandung informasi yang baik karena dengan melakukan investasi
baru, nilai perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga
diharapkan naik sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain di
kemudian hari.

Terdapat tiga teori mengenai kebijakan dividen, yang menjelaskan bagaimana pengaruh besar
kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham. Adapun ketiga teori tersebut
adalah :

1. Dividend Irrelevance Theory


Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM).
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar
saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa,
nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi
arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.

2. Bird in-the-hand theory


Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner, Berdasarkan
bird in the hand theory, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar
saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, maka harga
pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini karena,
pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.

3. Tax Preference Theory


Berdasarkan tax preference theory, kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah
dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin rendah harga pasar saham
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak
personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif dividen lebih tinggi
daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh
perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjai investasi yang dilakukan
perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang diharapkan terjadi
peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor
yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih saham-saham
dengan dividen kecil dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Contoh Pengumuman Jadwal dan Tata Cara Pembagian Dividen yang dilakukan oleh BCA
pada Desember 2020 yang lalu :

6. SHARES BUYBACK

Shares buyback merupakan salah satu bentuk corporate action dimana perusahaan
melakukan pembelian kembali saham yang beredar di masyarakat. Dalam proses buyback,
perusahaan menginvestasikan dana yang dimiliki untuk membeli saham perusahaannya
sendiri dari publik. Shares buyback biasanya dilakukan apabila perusahaan memiliki
kelebihan laba ditahan tetapi memiliki sedikit kesempatan untuk berinvestasi atau ketika
harga saham perusahaan mengalami penurunan. Ketika shares buyback digabungkan dengan
kinerja keuangan yang mengalami peningkatan secara stabil maka hal ini akan berdampak
pada kenaikan nilai pasar dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan
harus mempunyai cash flow yang sehat sehingga dana yang digunakan untuk buyback tidak
mengganggu program ekspansi perusahaan. Dengan melakukan shares buyback, perusahaan
dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan datang jika perusahaan memutuskan untuk
menjual kembali saham yang di buyback ketika harganya sudah naik.

Berikut merupakan dua cara perusahaan untuk melakukan shares buyback:

1. Tender Offer
Tender Offer yakni, perusahaan memberikan penawaran kepada pemegang
sahamnya bahwa perusahaan akan membeli sejumlah saham dengan kisaran harga
tertentu. Bagi pemegang saham yang ingin mengikuti proses ini dapat mendaftarkan
dirinya beserta jumlah saham yang ingin dijual di harga yang diharapkan. Pada waktu
pelaksanaan tender offer, perusahaan akan membeli sejumlah saham yang telah
direncanakan, apabila jumlah saham yang ditawarkan publik lebih banyak dari
kebutuhan, perusahaan akan mengutamakan pembelian saham yang ditawarkan di
harga yang lebih rendah.

2. Pembelian di Pasar Terbuka


Pembelian di pasar terbuka yakni, membeli saham di pasar reguler sesuai
dengan harga yang berlaku di pasar. Pengumuman adanya proses buyback di pasar
reguler seringkali membuat harga melonjak karena ada sentimen peningkatan
permintaan di saham ini.

Alasan perusahaan melakukan shares buyback:

1. Menaikkan Rasio Keuangan


Apabila jumlah saham beredar berkurang, maka earning per share ratio
(keuntungan per lembar saham) perusahaan menjadi meningkat. Oleh karena itu, aksi
buyback sering kali bertujuan untuk menaikkan rasio keuangan perusahaan.

2. Mengurangi Likuiditas Saham di Pasar


Apabila saham yang beredar di pasar terlalu banyak maka harga saham
perusahaan tersebut akan menjadi lebih sulit untuk naik, itu sebabnya perusahaan
terkadang melakukan aksi buyback untuk mengurangi supply saham beredar agar
rasio keuangannya menjadi lebih baik dan harganya juga akan lebih mudah naik.

Salah satu contoh kasus shares buyback, yakni:

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) berencana melakukan buyback saham


pada April mendatang. RALS berencana membeli kembali sebanyak-banyaknya 5% dari
modal disetor perseroan atau maksimum sebanyak 354,8 juta saham. Perkiraan biaya yang
akan dikeluarkan untuk buyback saham sekitar Rp350 miliar. Biaya tersebut termasuk biaya
perantara pedagang efek dan biaya lainnya yang sehubungan dengan buyback saham. RALS
akan melakukan rencana ini setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham pada
rapat umum pemegang saham luar biasa pada 14 April 2021.
Buyback saham dilakukan perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham
dengan mengembalikan arus kas kepada para pemegang saham perusahaan. Rencana buyback
akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi perusahaan dalam mengelola modal
untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien. RALS memiliki modal kerja dan arus
kas yang cukup dan memadai untuk melaksanakan rencana buyback sehingga hal ini tidak
akan mempengaruhi pembiayaan kegiatan usaha perusahaan.

7. OBLIGASI KONVERSI DAN OBLIGASI TUKAR

Obligasi konversi memberi pemegang obligasi opsi untuk bertukar setiap obligasi
untuk sejumlah saham biasa perusahaan. Konversi rasio adalah jumlah saham yang setiap
obligasi dapat ditukar.

Misalkan obligasi konversi diterbitkan dengan nilai nominal $ 1.000 dan dapat
dikonversi menjadi 40 saham perusahaan persediaan. Harga saham saat ini adalah $ 20 per
saham, jadi opsi untuk mengonversi tidak menguntungkan sekarang. Namun, jika harga
saham nanti naik menjadi $ 30, setiap obligasi dapat dikonversi secara menguntungkan
menjadi saham senilai $ 1.200. Nilai konversi pasar adalah nilai saat ini saham yang obligasi
dapat ditukar.

Pada harga saham $ 20, misalnya, nilai konversi obligasi adalah $ 800. Premi
konversi adalah kelebihan obligasi nilai di atas nilai konversinya. Jika obligasi dijual saat ini
seharga $ 950, preminya akan menjadi $ 150.

Pemegang obligasi konversi mendapatkan keuntungan dari apresiasi harga saham


perusahaan.

Sekali lagi, manfaat ini datang dengan harga: Obligasi konversi menawarkan tingkat
kupon yang lebih rendah dan dinyatakan atau hasil yang dijanjikan hingga jatuh tempo
daripada obligasi nonkonvertibel. Namun, sebenarnya pengembaliannya pada obligasi
konversi dapat melebihi hasil yang dinyatakan hingga jatuh tempo jika opsi untuk
mengkonversi menjadi menguntungkan.

Jadi dalam hal ini, Obligasi konversi dapat ditukar, atas kebijaksanaan pemegang obligasi,
dengan jumlah saham tertentu. Pemegang obligasi konversi "membayar" untuk opsi ini
dengan menerima tingkat kupon yang lebih rendah tentang keamanan.
Obligasi tukar atau dalam dunia keuangan lebih dikenal dengan istilah exchangeable
bond (disingkat "XB") yaitu obligasi yang memberikan hak opsi kepada pemegang obligasi
untuk menukar obligasi kedalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbit
(Misalnya saham anak perusahaan atau induk perusahaan).

Obligasi tukar ini berbeda dengan obligasi konversi dimana pada obligasi konversi
pemegang obligasi memiliki hak opsi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan
sejumlah surat berharga (biasanya dalam bentuk saham ) milik perusahaan yang sama dengan
perusahaan penerbit obligasi.

8. CALLABLE BONDS
Merupakan surat berharga utang yang dikeluarkan oleh perusahaan yang disertai
dengan ketentuan perusahaan dapat membeli kembali surat berharga utang tersebut dengan
sejumlah harga yang disepakati sebelum tanggal jatuh tempo. Mekanisme pembelian surat
berharga utang ini dapat dicontohkan semisal ketika suatu perusahaan mengeluarkan surat
berharga utang dengan tingkat kupon tinggi ketika suku bunga pasar tinggi, jika kemudian
suku bunga pasar turun, perusahaan dengan ketentuan callable bonds dapat menarik kembali
surat berharga utang tersebut dengan jumlah harga tertentu, dan kemudian menerbitkan surat
berharga baru dengan tingkat kupon yang lebih rendah untuk menurunkan pembayaran
bunga. Hal ini disebut refunding.

Umumnya, callable bonds diterbitkan dengan ketentuan terkait perlindungan masa


pembelian kembalinya (call protection). Yaitu masa dimana surat berharga utang tersebut
belum dapat dibeli kembali oleh perusahaan atau terdapat sejumlah waktu minimal yang
ditentukan sebelum surat tersebut dapat dibeli kembali. Kedua pihak antara perusahaan
penerbit dengan investor diposisikan tidak saling menguntungkan dalam periode investasi ini,
karena perusahaan akan lebih diuntungkan ketika dapat menarik kembali surat berharga
utangnya saat tingkat kupon yang tinggi, sementara investor berhenti menerima kupon dan
mengembalikan surat berharga utang dengan harga pembelian kembali. Untuk
mengkompensasi kerugian tersebut, callable bonds menawarkan tingkat kupon dan jaminan
yield to maturity yang lebih tinggi dibandingkan non-callable bonds.

9. KOMBINASI BISNIS
Dalam akuntansi peristiwa penggabungan usaha disebut sebagai kombinasi bisnis
yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu
entitas ekonomi. Penggabungan bisnis tersebut dapat berupa merger dan akuisisi. Dalam
istilah akuntansi pengertian umum untuk merger adalah akuisisi aset (assets acquisition) dan
pengertian untuk akuisisi adalah akuisisi saham (stock acquisition). Kombinasi bisnis ini juga
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 22. Menurut PSAK
No. 22.
Ada beberapa skema dalam melakukan kombinasi bisnis, antara lain merger,
konsolidasi, serta akuisisi

1. Merger
Merger merupakan penggabungan dua perusahaan yang ukurannya tidak sama
dan hanya satu perusahaan yang tetap survival, yaitu perusahaan/bisnis yang lebih
besar, sedangkan perusahaan yang lebih kecil melebur dengan perusahaan yang lebih
besartersebut. (A+B=A)

Contoh dari merger adalah pembentukan Bank BTPN Tbk, dimana dalam proses
merger tersebut terdapat 2 bank yang bergabung menajdi satu, yaitu Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk atau yang biasa disebut BTPN dengan Bank Sumitomo
Mitsui Indonesia (SMBCI).

2. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan penggabungan dua perusahaan yang ukurannya relatif
sama menjadi satu perusahaan baru. (A+B=C)

Contoh dari konsolidasi adalah pembentukan dari Bank Mandiri, Sebelum menjadi
salah satu bank terbesar di Indonesia, bank Mandiri merupakan sebuah perusahaan
merger yang terbentuk dari bank Exim, bank BBD atau bank Bumi Daya, bank
Bapindo dan bank Dagang Negara. Keempat bank tersebut mengalami kesulitan dan
krisi hingga melakukan keputusan untuk melakukan proses merger dan membentuk
suatu konsolidasi. Konsolidasi keempat bank tersebut menjadi sebuah bank yang saat
ini menjadi salah satu bank yang terbesar dan terpercaya yaitu bank Mandiri.

3. Akuisisi
Akuisisi merupakan penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan
akuisator membeli sebagian saham yang diakuisisi, sehingga pengendalian
manajemen perusahaan yang diakusisi berpindah kepada perusahaan akuisatir, namun
dalam hal operasi, perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai badan hukum
yang tetap berdiri sendiri (A+B=A+B)

Contoh dari akuisisi adalah akuisisi pada KB Kookmin Bank yang mengakuisisi bank
Bukopin (BBKP), yang mana dalam akuisisi tersebut Melalui akuisisi ini, KB
Kookmin Bank telah menjadi pemegang saham pengendali tunggal Bukopin dengan
kepemilikan saham mencapai 67%.

Tujuan Kombinasi Bisnis


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 22, tujuan kombinasi bisnis adalah untuk
meningkatkan relevansi, keandalan, daya banding informasi.

Selain itu terdapat beberapa alasan perusahaan melakukan kombinasi bisnis, diantaranya
sebagai berikut.

1. Mencapai operasi yang ekonomis


Dua atau lebih perusahaan yang sejenis jika beroperasi sebagai entitas yang
terpisah, dalam pemanfaatan aset yang dimiliki masing-masing perusahaan akan
sering kurang optimal, yang diakibatkan kapasitas aset yang dimiliki masing-masing
perusahaan akan sering kurang optimal, yang dikibatkan kapasitas aset yang lebih
besar dari kebutuhan masing-masing perusahaan

2. Pertumbuhan
Kombinasi atau penggabungan dua perusahaan atau lebih akan mempercepat
pertumbuhan perusahaan. hal tersebut karena dimungkinkan karena intensitas
persaingan akan lebih berkurang dan kemampuan prusahaan untuk bersaing juga
semakin meningkat. Selain itu, dengan adanya kombinasi perusahaan berpotensi
untuk bekerja secara efisien, sehingga harga produk menjadi lebih kompetitif
3. Diversifikasi
Diversifikasi dapat dicapai melalui penggabungan dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengurangi
risiko pada perusahaan.

Biaya yang terkait dalam kombinasi bisnis


1. Biaya makelar (finder’s fees)
2. Adbis, hukum, akuntansi, dan biaya profesional atau konsultasi lainnya
3. biaya administrasi umum, termasuk biaya pada akuisisi internal
4. biaya penerbitan efek utang (obligasi) dan efek ekuitas (saham)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bursa Efek Indonesia. 2019. IDX Stock Index Handbook.


https://www.idx.co.id/produk/indeks/. Diakses pada 9 Maret 2021.
2. https://economy.okezone.com/. 2021. Cum Date dan Ex Date : Okezone Economy.
3. https://economy.okezone.com/read/2011/11/07/226/525715/cum-date-dan-ex-date.
Diakses pada 9 Maret 2021.
4. Investasi, B., 2021. Apa Itu Right Issue & Apa Konsekuensinya? Apakah
Menguntungkan Bagi Investor?. Bareksa.com. 5.
5. https://www.bareksa.com/berita/pasar-modal/2015-04-07/apa-itu-right-issue-apa-kons
ekuensinya-apakah-menguntungkan-bagi-investor. Diakses pada 9 Maret 2021.
6. https://www.ojk.go.id/Files/regulasi/pasar-modal/bapepam-pm/emiten-pp/hak-pesan-e
fek/IX.D.1.pdf. Diakses pada 9 Maret 2021.
7. Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik Edisi 2.
Jakarta: Erlangga.
8. Cakti, Gita Arwana. 2014. Multi Bintang (MLBI) Stock Split 1:100, Ini Rincian
Pelaksanannya.
9. https://market.bisnis.com/read/20141104/7/270299/multi-bintang-mlbi-stock-split-110
0-ini-rincian-pelaksanannya Diakses pada 9 Maret 2021.
10. Kayo, Edison Sutan. 2015. Pengertian Stock Split--Penjelasan Yang Mudah
Dimengerti. https://www.sahamok.net/edukasi/pengertian-stock-split/ Diakses pada 9
Maret 2021
11. Marpaung, B. S., & Fadillah, A. (2012). Pengaruh Stock Buyback Terhadap Kinerja
Saham dan Kinerja Keuangan Studi Kasus pada PT. Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Ranggagading, 12(2), 136-147.
12. IDX Channel. (2018). Buy Back Saham, Apa Maksudnya dan Apa Tujuannya?.
https://www.idxchannel.com/yuknabungsaham/buy-back-saham-apa-maksudnya-dan-
apa-tujuannya. Diakses pada 9 Maret 2021.
13. Bodie, Zvi; Alex Kane; Alan J. Marcus; & Ravi Jain, 2014, Investment. 9th Edition,
Mc Graw Hill Education
14. e-akuntansi.com., 2021. Pengertian Kombinasi Bisnis, Tujuan dan Identifikasi
Menurut PSAK 22 | e-akuntansi.com. [online] Informasi Tentang Dunia Akuntansi.
Available at: <https://www.e-akuntansi.com/kombinasi-bisnis/> [Accessed 9 March
2021].
15. Dewi, Sri Komala. 2012. Analisis Perbedaan Volume Perdagangan Saham dan Harga
Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Terjadinya Penggabungan Usaha (Studi
Empiris Pada Perusahaan Went Public Terdaftar di BEI). Pekanbaru : Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
https://core.ac.uk/download/pdf/300840797.pdf
16. Bodie, Kane, & Marcus. (2014). Investment. Tenth Edition. New York: McGraw-Hill
Education.
17. Fernando, Aldo. (2021). Siap-siap! Ramayana Bakal Buyback Saham Rp350 M.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210308103703-17-228505/siap-siap-ramay
ana-bakal-buyback-saham-rp-350-m. Diakses pada 10 Maret 2021
18. Sitorus, Ropesta. 2018. Bank BTPN Kian Positif Seusai Merger.
https://finansial.bisnis.com/read/20190425/90/915610/bank-btpn-kian-positif-seusai-
merger diakses tanggal 10 Maret 2021
19. Azzura, Siti Nur. 2016. Berawal dari Penggabungan 4 Bank, Ini Sejarah Bank
Mandiri.
https://www.merdeka.com/uang/berawal-dari-penggabungan-4-bank-ini-sejarah-bank-
mandiri.html diakses tanggal 10 Maret 2021
20. Rossiana, Gita. 2020. Bukopin Siap Jadi Konglomerasi Keuangan.
https://investor.id/market-and-corporate/bukopin-siap-jadi-konglomerasi-keuangan
diakses tanggal 10 Maret 2021
21. Astutik, Y., 2021. Minta Izin Rights Issue, BJBR akan Gelar RUPS pada Awal April.
market.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210310193500-17-229384/minta-izin-right
s-issue-bjbr-akan-gelar-rups-pada-awal-april. Diakses pada 11 Maret 2021.
22. Bareksa. 2017. Hari Pertama Reverse Stock, UNSP Anjlok 20%.
https://www.bareksa.com/berita/pasar-modal/2017-03-15/hari-pertama-reverse-stock-
unsp-anjlok-20. Diakses pada 11 Maret 2021.
Pasar Modal
Week 4: “Lembaga Emiten dan Perusahaan Publik”

Dosen Pengajar: Dr. Rahmat Setiawan SE., MM.

Tim Penyusun

Kelompok 5
Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
Khofifah Noviarianti (041811233044)
Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
Lailatussafiil Ummah (041811233110)
Astri Irmaulidiyah (041811233111)
Larranti Inti Sari (041811233125)
Arka Prabaswara (041811233132)
Almira Livia Salsabila (041811233135)
Albertus Aditya (041811233144)
Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Airlangga
Surabaya
2021
A. Penawaran Umum/Going Public

Penawaran umum atau yang biasa disebut dengan go public merupakan perusahaan
yang menjual sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Periode pasar perdana, merupakan efek yang ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin
emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.
2. Penjatahan saham, merupakan pengalkasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan
jumlah efek yang tersedia.
3. Pencatatan efek bursa, merupakan efek yang mulai diperdagangkan di bursa.
Dalam proses penawaran umum saham, dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan
sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap awal ini, perusahaan
yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan ara pemegang saham dalam rangka
penawaran umum saham, kemudian emiten melakukan penunjukkan penjamin pelaksana
emisi, lemaga, dan profesi penunjang pasar, yaitu:
1. Penjamin pelaksana emisi (Lead Underwriter) merupakan pihak yang paling banyak
keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka menerbitkan saham. Hal
yang dilakukan oleh penjamin emisi adalah menyiapkan dokumen, membantu
menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
2. Akuntan publik (Auditor Independen), yang bertugas melakukan audit atau
pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
3. Penilai, yang bertugas melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
4. Konsultan hukum, bertugas untuk memberikan pendapat dari segi hal hukum (legal
opinion).
5. notaris, untuk membuat akta-akta perubahan anggaran dasar, akta perjanjian-
perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, calon emiten melengkapi dokumen-dokumen pendukung untuk
menyampaikan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan.
c. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama dalam penawaran umum, karena dalam
waktu inilah emiten melakukan penawaran saham kepada calon investor. Investor dapat
membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual saham yang telah ditunjuk. Masa
penawaran paling singkat satu hari kerja dan paling lama lima hari kerja. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tidak seluruh keingainan calon investor terpenuhi dalam
tahapan ini. Jika investor tersebut keinginannya dalam mendapatkan saham tidak
terpenuhi, maka investor dapat membeli di pasar sekunder stelah saham dicatatkan di
bursa efek.
d. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai melakukan pencatatan penjualan di pasar perdana, saham dapat
dicatatkan di bursa efek indonesia di pasar sekunder
Manfaat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering atau penawaran umum
perdana:
1. Pendanaan tanpa batas
Go Public merupakan titik awal perusahaan untuk mendapatkan akses yang lebih
mudah kepada pendanaan. Dengan Go Public, membuat perusahaan lebih mudah untuk
menarik strategic investor untuk ikut berivestasi pada saham perusahaan. Keterbukaan
informasi membuat perbankan atau institusi keuangan lainnya dapat lebih percaya
kepada perusahaan.
2. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Nilai atas sebuah perusahaan terbuka dapat terlihat dari harga saham dan
kapitalisasi pasar atas perusahaan tersebut. Setiap peningkatan kinerja operasional dan
kinerja keuangan umumnya akan memiliki dampak terhadap harga saham di bursa. Hal
tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
3. Meningkatkan image perusahaan
Setelah go public, informasi dan berita mengenai perusahaan akan sering diulas
maupun diliput oleh media, penyedia data dan analisis di perusahaan sekuritas. Dengan
adanya publikasi tersebut maka akan secara tidak langsung dapat meningkatkan image
perusahaan serta dapat meningkatkan eksposur pengenalan atas produk-produk yang
dihasilkan perusahaan. Hal ini maka juga secara tidak langsung akan membuka peluang
menarik pelanggan baru dalam bisnis perusahaan.
4. Insentif Pajak
Perusahaan terbuka yang tercatat di BEI dapat memperoleh penurunan tarif PPh
Badan (Corporate Income Tax) sebesar 5% selama hal tersebut memenuhi persyaratan,
seperti dengan kepemilikan publik diatas 40% dan dimiliki minimal oleh 300 pemegang
saham yang kepemilikannya tidak lebih dari 5% selain perusahaan. Para pemegang
saham juga dapat melakukan jual beli atas sahamnya di BEI dengan tarif pajak hanya
0,1% selama memenuhi persyaratan yang berlaku.
5. Menjaga kelangsungan Family Business
Dengan menjadi perusahaan publik, setiap pihak dalam keluarga dapat memiliki
saham perusahaan dalam porsinya masing-masing dan sewaktu-waktu dapat melakukan
penjualan atau pembelian melalui bursa, harga saham pun juga terbentuk secara wajar
berdasarkan supply and demand pada pasar. pemegang saham sendiri dapat
mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada pihak profesional yang kompeten dan
dapat dengan mudah mengawasi perusahaan melalui laporan keuangan atau keterbukaan
informasi perusahaan yang diwajibkan oleh otoritas.

Contoh case: Produsen Imboost, Soho Global Health (SOHO) Resmi Masuk BEI
Emiten farmasi dengan produk terkenal Imboost, PT Soho Global Health Tbk
(SOHO), mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Selasa
(8/9/2020). SOHO menjadi emiten ke-42 yang tercatat di tahun 2020 atau emiten ke 705
BEI.
Saat debut perdana melantai di bursa, saham SOHO terpantau menguat 24,73% atau
naik 450 poin ke posisi Rp 2.270 per saham dari harga penawaran umum (initial public
offering/IPO) sebesar Rp 1.820 per saham.
Dengan demikian, saham SOHO hampir menyentuh batas auto reject atas maksimal
sebesar 25% untuk range harga saham Rp 200-Rp 5.000/saham. Nilai kapitalisasi pasar
saham perseroan di BEI sebesar Rp 2,88 triliun. SOHO melepas sebanyak 114,38 juta saham
atau setara 13,78% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah pelaksanaan
penawaran umum perdana saham (IPO).
"IPO merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi SOHO di sektor farmasi
dan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, seluruh dana hasil IPO akan digunakan untuk
memperkuat bisnis distribusi SOHO serta penggerak segmen-segmen bisnis lainnya," kata
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer SOHO, Rogelio Paulino Jr La' O, dalam
keterangan pers, Selasa (8/9/2020).
Cooey menambahkan, SOHO telah mencatatkan pertumbuhan penjualan di atas 10%
selama 3 tahun terakhir, dan mencapai kenaikan 40,7% untuk penjualan selama 6 bulan
pertama tahun 2020.
Penjualan, terutama ditopang oleh penjualan Imboost, suplemen daya tahan tubuh
dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 25% setiap tahun. Sejak pertengahan
tahun 2020, karena konsumen yang dilayani berada dalam kondisi waspada pandemi,
Imboost telah tumbuh lebih dari 100%.
Sementara itu, Director, Head of Investment Banking PT Indo Premier Sekuritas,
Rayendra L. Tobing, selaku penjamin pelaksana emisi efek SOHO menjelaskan, bersamaan
dengan penawaran umum perdana saham ini, SOHO juga akan menerbitkan saham baru
dalam rangka pelaksanaan Management Incentive Program, konversi waran dan konversi
convertible notes.
Dengan begitu, secara keseluruhan saham yang akan dikeluarkan SOHO sebanyak
553.290.122 saham. SOHO akan memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 2,3 triliun.
Rayendra mengatakan, industri farmasi di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang
sangat besar didukung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil, profil demografi
yang mendukung dan dukungan Pemerintah dalam pengembangan industri.
"Seiring dengan adanya pandemi Covid-19, permintaan terhadap produk dan
layanan kesehatan meningkat secara pesat di seluruh dunia dan tidak terkecuali di Indonesia.
Dengan belum tersedianya vaksin yang melindungi dari virus Covid-19, muncul
peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan," kata dia.
Sekadar informasi, Soho Global adalah perusahaan yang bergerak di industri farmasi
dan juga layanan kesehatan. Beberapa produk yang cukup dikenal adalah Imboost,
hepatoprotektor seperti Curcuma FCT, obat anti diare dan pencahar seperti Diapet dan
Laxing, hingga merek multivitamin Curcuma Plus dan Fitkom.

B. Emiten

Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu penawaran Efek
yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam peraturan Undang-undang yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang
perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
Emiten dapat menawarkan Efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Jenis Efek yang lain adalah Sukuk, yang merupakan Efek Syariah, yakni akad dan
cara penerbitannya sesuai dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten
melakukan penawaran Efek melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk
Fungsi Emiten:
Emiten pada dasarnya diwujudkan dengan maksud untuk membuka kesempatan bagi
perusahaan atau pemilik bisnis untuk mendapat tambahan modal. Namun tak cuma itu,
keberadaan emiten juga membuka peluang bagi masyarakat untuk melakukan investasi
sehingga meningkatkan aspek finansialnya.
Adapun fungsi utama emiten adalah memberikan penawaran surat berharga kepada
publik. Di samping itu, tentu emiten juga bertanggung jawab mengelola dana publik tersebut
sebaik mungkin. Bentuk pertanggung jawaban ini pun dibuktikan melalui rilis laporang
keuangan emiten per kuartal.
Contoh Emiten:
Sebagaimana yang disebutkan OJK, pihak yang dimaksud emiten tidak terbatas pada
perusahaan. Kendati demikian, faktanya pelaku emiten memang lebih banyak didominasi
oleh bisnis dalam bentuk perusahaan. Adapun beberapa contoh emiten di Indonesia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain sebagai berikut sesuai dengan sektor
usahanya.
1. Perkebunan
a. Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)
b. Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG)
c. Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA)
d. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
e. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
2. Keuangan
a. Bank Jago Tbk (ARTO)
b. BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN)
c. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO)
d. Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA)
e. Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
f. Bank Negara Indonesia Tblk. (BBNI)
g. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
3. Pertambangan
a. Aneka Tambang Tbk (ANTM)
b. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)
c. Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC)
d. Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)
e. Vale Indonesia Tbk. (INCO)
Syarat Menjadi Emiten:
Tidak semua pelaku bisnis dapat menjadi emiten. Persyaratan menjadi emiten antara
lain adalah:
1. Menerbitkan sekuritas yang akan ditawarkan kepada investor.
2. Harus menjamin bahwa sekuritas yang ditawarkan bersifat legal. Hal ini mensyaratkan
pula bahwa pelaku bisnis haruslah tidak cacat secara hukum untuk menerbitkan Efek dan
mempunyai prestasi.
3. Memberi informasi sekuritas yang akurat.
Perbedaan Antara Emiten dan Perusahaan Publik:
Masih banyak pihak yang keliru dengan menyamakan konsep emiten dan perusahaan
publik. Padahal, keduanya sama sekali berbeda. Seperti yang dijabarkan, emiten adalah
pihak yang melakukan Penawaran Umum dengan menerbitkan Efek kepada publik dengan
memenuhi prosedur sebagaimana yang telah diatur dalam perundang-undangan yang
berlaku.
Sementara itu, dikutip dari laman OJK, yang dimaksud dengan perusahaan publik
adalah Perseroan Terbatas—sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Ketentuan
Umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas—yang
sahamnya telah dimiliki paling sedikit oleh 300 pemegang saham dan mempunyai modal
disetor minimal Rp3.000.000.000,00 atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa emiten adalah pelaku bisnis
baik swasta maupun pemerintah yang melakukan penawaran Efek kepada masyarakat luas.
Keberadaan emiten akan memberi keuntungan bagi emiten sendiri untuk menambah modal
serta bagi publik sebagai salah satu peluang investasi.
Sebuah emiten akan menerbitkan berbagai jenis Efek dan mengelolanya dengan
penuh tanggung jawab serta menyampaikan rilis atau laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawabannya. Adapun jumlah emiten di Indonesia telah mencapai ratusan yang
terdiri dari berbagai sektor, seperti perkebunan, peternakan, keuangan, industri, properti,
dan lain-lain.

C. Saham

Informasi Umum
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Satuan pembelian saham 1 Lot = 100 lembar. Pada dasarnya, ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
1. Dividen: Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam
periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu
untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
2. Capital Gain: Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya
Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya
dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital
gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
1. Capital Loss: Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang
dibeli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham
tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga
mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
2. Risiko Likuidasi: Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang
saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan
kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka
pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini
merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang
saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga
saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga
saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata
lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan
demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham
tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun
faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor
non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
Klasifikasi Sektor dan Subsektor
Mulai 25 Januari 2021, BEI mengimplementasikan klasifikasi baru atas sektor dan
industri perusahaan tercatat yang bernama “Indonesia Stock Exchange Industrial
Classification” atau IDX-IC.
1. Energi (A)
Sektor Energi mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa terkait dengan
ekstraksi energi yang mencakup energi tidak terbarukan (fossil fuels) sehingga
pendapatannya secara langsung dipengaruhi oleh harga komoditas energi dunia, seperti
perusahaan Pertambangan Minyak Bumi, Gas Alam, Batu Bara, dan perusahaan-
perusahaan yang menyediakan jasa yang mendukung industri tersebut. Selain itu sektor
ini juga mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa energi alternatif.
2. Barang Baku (B)
Industri Barang Baku mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa yang
digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk memproduksi barang final, seperti
perusahaan yang memproduksi Barang Kimia, Material Konstruksi, Wadah & Kemasan,
Pertambangan Logam & Mineral Non-Energi, dan Produk Kayu & Kertas.
3. Perindustrian (C)
Industri Perindustrian mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa yang
secara umum dikonsumsi oleh industri, bukan oleh konsumen. Produk dan jasa
dihasilkan merupakan produk dan jasa final dan bukan produk yang harus diolah lagi
seperti bahan baku. Industri ini mencakup produsen Barang Kedirgantaraan, Pertahanan,
Produk Bangunan, Produk Kelistrikan, Mesin. Selain itu industri ini juga mencakup
penyedia Jasa Komersial - seperti Percetakan, Pengelola Lingkungan, Pemasok Barang
dan Jasa Industri - dan Jasa Profesional - seperti Jasa Personalia dan Jasa Penelitian -
untuk keperluan industri.
4. Barang Konsumen Primer (D)
Industri Barang Konsumen Primer mencakup perusahaan yang melakukan
produksi atau distribusi produk dan jasa yang secara umum dijual pada konsumen namun
tetapi untuk barang yang bersifat anti-siklis atau barang primer/dasar sehingga
permintaan barang dan jasa ini tidak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti
Perusahaan Ritel Barang Primer – Toko Makanan, Toko Obat-obatan, Supermarket,
Produsen Minuman, Makanan Kemasan, Penjual Produk Pertanian, Produsen Rokok,
Barang Keperluan Rumah Tangga, dan Barang Perawatan Pribadi.
5. Barang Konsumen Non-Primer (E)
Industri Barang Konsumen Sekunder mencakup perusahaan yang melakukan
produksi atau distribusi produk dan jasa yang secara umum dijual pada konsumen namun
tetapi untuk barang yang bersifat siklis atau barang sekunder sehingga permintaan barang
dan jasa ini berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Industri ini mencakup
perusahaan yang memproduksi Mobil Penumpang dan Komponennya, Barang Rumah
Tangga Tahan Lama (Durable), Pakaian, Sepatu, Barang Tekstil, Barang Olahraga dan
Barang Hobi. Selain itu industri ini juga mencakup perusahaan yang menyediakan Jasa
Pariwisata, Rekreasi, Pendidikan, Penunjang Konsumen, Perusahaan Media, Periklanan,
Penyedia Hiburan, dan Perusahaan Ritel Barang Sekunder.
6. Kesehatan (F)
Industri Kesehatan mencakup perusahaan yang menyediakan produk dan layanan
kesehatan seperti Produsen Peralatan dan Perlengkapan Kesehatan, Penyedia Jasa
Kesehatan, Perusahaan Farmasi, dan Riset di Bidang Kesehatan.
7. Keuangan (G)
Industri Keuangan mencakup perusahaan yang menyediakan layanan keuangan
seperti Bank, Lembaga Pembiayaan Konsumen, Modal Ventura, Jasa Investasi,
Asuransi, dan Perusahaan Holdings.
8. Properti & Real Estat (H)
Industri Properti dan Real Estat mencakup perusahaan Pengembang Properti dan
Real Estate dan perusahaan yang menyediakan Jasa Penunjangnya
9. Teknologi (I)
Industri Teknologi mencakup perusahaan yang menjual Produk dan Jasa
Teknologi, seperti Perusahan Jasa Internet yang bukan penyedia koneksi internet,
Penyedia Jasa dan Konsultan TI, Perusahaan Pengembang Perangkat Lunak, Produsen
Perangkat Jaringan, Perangkat Komputer, Perangkat dan Komponen Elektronik, dan
Semikonduktor.
10. Infrastruktur (J)
Industri Infrastruktur mencakup perusahaan yang berperan dalam Pembangunan
dan Pengadaan Infrastruktur seperti Perusahaan Penyedia Jasa Logistik dan Pengantaran,
Penyedia Transportasi, Operator Infrastruktur Transportasi, Perusahaan Konstruksi
Bangunan Sipil, Perusahaan Telekomunikasi, dan Perusahaan Utilitas.
11. Transportasi & Logistik (K)
Industri Transportasi dan logistik mencakup perusahaan yang berperan dalam
aktivitas perpindahan dan pengangkutan seperti , Penyedia Transportasi serta Perusahaan
Penyedia Jasa Logistik dan Pengantaran.
12. Produk Investasi Tercatat (Z)
Produk Investasi Tercatat mencakup produk-produk investasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia.

D. Perusahaan Publik

Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah jenis perseroan terbatas yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau
suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Di Indonesia, perusahaan publik biasanya memiliki tambahan singkatan Tbk. di
belakang nama perusahaannya. Beberapa contoh perusahaan publik di Indonesia antara lain:
1. Astra International Tbk.
2. Agung Podomoro Land Tbk.
3. Indofood Sukses Makmur Tbk.
4. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
5. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Salah satu majalah ekonomi terkemuka bernama Forbes mempublikasikan daftar
perusahaan publik terbesar dengan tajuk “Global 2000: The World’s Largest Public
Companies” pada 2020 silam. Perusahaan publik yang menempati peringkat tertinggi dalam
daftar tersebut yaitu Bank BRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), yakni di ranking
347. Metrik yang digunakan dalam riset ini yaitu penjualan, keuntungan, aset, dan nilai
pasar.
Menjadi perusahaan publik akan mendapatkan beberapa manfaat dan konsekuensi
yang harus dihadapi. Melansir Panduan Go-Public yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia, manfaat menjadi perusahaan publik yaitu:
1. Memperoleh sumber pendanaan baru
Perusahaan dapat memperoleh dana melalui hasil penjualan sebagian saham
kepada publik melalui Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO).
Setelah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga dapat melakukan Secondary
Offering sehingga perusahaan mempunyai akses dana yang tanpa batas. Selain itu,
menjadi perusahaan publik juga dapat mempermudah akses pada perbankan karena
dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan
perbankan akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan.
2. Memberikan Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) untuk
Pengembangan Usaha
Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk
mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli (buyer) untuk
turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan
terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang
lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka
sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih tinggi untuk
turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan. Dengan menjadi
perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu
meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada
pelanggan atau kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek
pengawasan. Sehingga akan memicu perusahaan untuk memberikan hasil terbaik.
Dengan begitu perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam
menyajikan produk dan jasanya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan
operasi selanjutnya.
3. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui
penerbitan saham baru.
Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara
yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan.
Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa memiliki nilai pasar tertentu.
Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa,
pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui
penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut.
4. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan
mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
5. Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)
Dengan Go Public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan
komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk
mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya.
Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi
pengembangan usaha di masa depan.
Disamping memiliki manfaat tersebut, menjadi perusahaan juga memiliki
konsekuensi yang harus dihadapi. Konsekuensi menjadi perusahaan publik yaitu:
1. Berbagi Kepemilikan → Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan
berkurang. Banyak perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena khawatir
akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan.
2. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku

E. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal Terkait Penawaran Umum

1. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang merupakan institusi penunjang yang turut serta dalam
mendukung pengoperasian pasar modal dan bertugas serta berfungsi dalam melakukan
pelayanan kepada pegawai dan masyarakat umum. Beberapa lembaga penunjang, yakni
sebagai berikut:
a. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan bank yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas
Jasa Keuangan untuk bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi Efek, serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan bagi bank umum sebagai Kustodian
diatur dalam peraturan pemerintah. Beberapa contoh Bank Kustodian yang ada di
Indonesia, yaitu:

No. Bank Kustodian

1. Bank Central Asia Tbk, PT 12. PT Bank DBS Indonesia

2. Bank Cimb Niaga Tbk, PT 13. PT Bank Hsbc Indonesia

3. Bank Danamon Indonesia Tbk, 14. PT Bank Kb Bukopin Tbk


PT

4. Bank Mandiri, PT - Custody 15. PT Bank Maybank Indonesia Tbk

5. Bank Mega Tbk, PT 16. PT Bank Pembangunan Daerah


Jawa Timur Tbk.

6. Bank Negara Indonesia 17. PT Bank Syariah Indonesia Tbk


(Persero), Tbk

7. Bank Panin Tbk, PT 18. PT Bank Uob Indonesia

8. Bank Rakyat Indonesia 19. PT. Bank Keb Hana Indonesia


(Persero), PT

9. But Deutsche Bank Ag 20. PT. Bank Pembangunan Daerah


Jawa Barat Dan Banten Tbk

10. But. Standard Chartered Bank 21. PT. Bank Sinarmas Tbk

11. Citibank, N. A 22. Securities & Agency Services


Department Permatabank, PT
b. Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek merupakan perseroan yang telah mendapat izin dari
Otoritas Jasa Keuangan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan kontrak
dengan Emiten untuk pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan
dengan Efek sebagai Biro Administrasi Efek. Beberapa contoh Biro Administrasi Efek
yang ada di Indonesia, yaitu:

No. Biro Administrasi Efek

1. Adimitra Jasa Korpora 6. Ficomindo Buana Registrar

2. Bhakti Share Registrar d/h 7. Raya Saham Registra


Andatafek

3. Bima Registra 8. Sharestar Indonesia

4. Datindo Entrycom 9. Sinartama Gunita

5. EDI Indonesia

c. Wali Amanat
Wali Amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek
bersifat utang atau sukuk untuk melakukan penuntutan baik di dalam maupun di luar
pengadilan, yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau
sukuk tersebut tanpa surat kuasa khusus. Kegiatan Perwaliamanatan dilakukan oleh
Bank Umum dan Pihak Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Bank Umum atau
Pihak Lain wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Adapun
persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Beberapa contoh Wali Amanat yang ada di Indonesia, yaitu:

No. Wali Amanat

1. ABN Amro Bank 9. PT Bank Rakyat Indonesia


(Persero) Tbk

2. PT Bank Bukopin Tbk 10. PT Bank Sinarmas

3. PT Bank Mandiri (Persero) 11. PT Bank Tabungan Negara


Tbk (Persero) Tbk

4. PT Bank Mega Tbk 12. PT Danareksa Investment


Management

5. PT Bank Negara Indonesia 13. PT Insight Investment Management


(Persero) Tbk

6. PT Bank Niaga Tbk 14. PT Kim Eng Securities

7. PT Bank Pembangunan 15. PT Nomura Indonesia


Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk

8. PT Bank Permata Tbk 16. PT Sucorinvest Central Gani


d. Pemeringkat Efek
Perusahaan Pemeringkat Efek merupakan Penasihat Investasi berbentuk
Perseroan Terbatas yang melakukan kegiatan pemeringkatan dan memberikan
peringkat. Dalam melaksanakan kegiatannya, Perusahaan Pemeringkat Efek wajib
terlebih dahulu mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan. Perusahaan
Pemeringkat Efek wajib melakukan kegiatan pemeringkatan secara independen, bebas
dari pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa Perusahaan Pemeringkat Efek, obyektif,
dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pemberian Peringkat. Perusahaan
Pemeringkat Efek dapat melakukan pemeringkatan atas obyek pemeringkatan sebagai
berikut:
1. Efek bersifat utang, Sukuk, Efek Beragun Aset atau Efek lain yang dapat di
peringkat.
2. Pihak sebagai entitas (company rating), termasuk Reksa Dana dan Dana Investasi
Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pemeringkat Efek wajib
berdomisili dan melakukan kegiatan operasional di Indonesia. Selain itu, Perusahaan
Pemeringkat Efek juga wajib memiliki prosedur dan metodologi pemeringkatan yang
dapat dipertanggungjawabkan, sistematis, dan telah melalui tahapan pengujian serta
dilaksanakan secara konsisten dan bersifat transparan. Selanjutnya, Perusahaan
Pemeringkat Efek yang melakukan pemeringkatan atas permintaan Pihak tertentu,
wajib membuat perjanjian pemeringkatan dengan Pihak dimaksud. Beberapa contoh
Pemeringkat Efek yang ada di Indonesia, yaitu:

No. Lembaga Pemeringkat Efek

1. PT. Fitch Ratings Indonesia

2. PT. Pemeringkat Efek Indonesia

2. Profesi Penunjang
a. Akuntan
Merupakan pihak yang bertugas menyusun, membimbing, mengawasi,
menginspeksi, dan memperbaiki tata buku serta administrasi perusahaan atau instansi
pemerintah. Akuntan publik berwenang melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan emiten. Dalam melaksanakan tugasnya, akuntan publik memberikan
pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten.
Pendapat akuntan publik ini akan dianggap sebagai informasi dan bahan
pertimbangan. Selanjutnya, akuntan publik akan menjadi narasumber bagi kebenaran
laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten dalam periode tertentu, misalnya
laporan triwulanan atau laporan tahunan.
b. Konsultan Hukum
Merupakan ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain
dalam bentuk konsultasi, dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Konsultan hukum
adalah pihak yang memberikan pendapat hukum mengenai emisi efek yang dilakukan
emiten. Konsultan hukum memberikan pendapatnya antara lain mengenai anggaran
dasar emiten beserta perubahannya, izin usaha emiten, bukti kepemilikan atau
penguasaan harta kekayaan emiten dan perikatan emiten dengan pihak lain. Peran
konsultan hukum ini diperlukan dalam setiap emisi efek karena lembaga ini
mempunyai fungsi untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion)
mengenai keadaan perusahaan emiten. Emiten dapat memanfaatkan konsultan hukum
untuk mendukung kebenaran informasi yang dipublikasikan emiten.
c. Penilai
Merupakan pihak yang memberikan penilaian atas aset perusahaan dan
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Penilai bertugas menerbitkan dan
menandatangani laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan
pemeriksaan menurut keahlian dari penilai. Penerbitan laporan ini dilakukan dengan
cara menilai keberadaan suatu barang atau benda secara fisik dan nonfisik.
d. Notaris
Merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar
di Otoritas Jasa Keuangan. Notaris memiliki kewenangan membuat akta otentik
mengenai perjanjian dan pernyataan yang dibuat oleh pelaku pasar modal, terutama
emiten dalam rangka go public. Dalam emisi saham, notaris berperan dalam membuat
akta perubahan anggaran dasar emiten. Apabila diinginkan, notaris juga berperan
dalam pembuatan perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian antar-penjamin emisi
efek dan perjanjian agen penjual.
e. Ahli Syariah Pasar Modal
1. Orang perseorangan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
syariah; atau
2. Badan usaha yang pengurus dan pegawainya memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang syariah, yang memberikan nasihat dan/atau mengawasi
pelaksanaan penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal dalam kegiatan usaha
perusahaan dan/atau memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau
jasa syariah di Pasar Modal.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Ahli Syariah Pasar Modal wajib terlebih
dahulu mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan.
Profesi Lain adalah pihak jasa profesi lain yang dapat memberikan pendapat atau
penilaian sesuai dengan perkembangan pasar modal di masa mendatang dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan.

F. Jenis-Jenis Aksi Korporasi

Corporate Action atau Aksi Korporasi adalah langkah atau tindakan yang diambil
oleh sebuah perusahaan terbuka yang berkaitan langsung dengan kepemilikan saham para
investor. Sehingga corporate action menjadi penting terutama bagi para pemegang saham
karena juga dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Secara
garis besar corporate action dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Corporate Action yang berpengaruh pada jumlah saham beredar, misalnya Pembagian
Dividen Saham, Stock Split, Reverse Stock Split, Saham Bonus, Buy Back, dan Right
Issue.
2. Corporate Action berupa restrukturisasi perusahaan, misalnya Merger dan Akuisisi,
Tender Offer, Spin Off.
Selain itu, berdasarkan perlibatannya, aksi korporasi juga dapat dibagi menjadi dua,
antara lain:
1. Mandatory corporate action (aksi korporasi wajib) yang merupakan jenis aksi yang
melibatkan dewan direksi sebagai pengambil keputusan.
2. Voluntary corporate action (aksi korporasi sukarela) adalah jenis aksi yang melibatkan
dewan direksi sebagai pengambil keputusan dan pemegang saham sebagai peserta.
Terdapat beberapa macam corporate action yang diumumkan oleh BEI (Bursa
Efek Indonesia) , antara lain:
1. IPO (Initial Public Offering)
IPO merupakan aksi dimana perusahaan terbuka melakukan penawaran perdana
saham kepada masyarakat umum.
2. Pembagian Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Dividen dapat dibagian dalam beberapa bentuk yaitu Dividen Tunai
yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. dan Dividen Saham yaitu
dividen yang dibagikan dalam bentuk saham.
3. Stock Split
Stock Split mrupakan aksi dimana perusahaan memecah nilai nominal saham
menjadi pecahan yang lebih kecil sehingga jumlah saham beredar lebih banyak. Tujuan
dari stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham di bursa karena harga
saham secara nominal menjadi lebih terjangkau bagi banyak orang. Ilustrasi Stock Split:
Misal dilakukan split 1 : 5

Awalnya nilai nominal 1 lembar saham adalah Rp 10.000 nilai keseluruhan Rp 10.000
(1x10.000). Kemudian setelah stock split, menjadi 5 lembar saham dengan nilai
nominal per lembar Rp 2.000 namun nilai keseluruhan tetap Rp 10.000 (5 x 2.000).
4. Reverse Stock Split
Reverse Stock Split merupakan aksi perusahaan menggabungkan nilai nominal
saham menjadi pecahan yang lebih besar sehingga jumlah saham beredar lebih sedikit.
Tujuan Reverse Stock Split adalah untuk menggabungkan nilai agar harga saham secara
nominal tidak terlalu kecil. Hal ini cenderung merupakan sentimen negatif, karena
setelah RSS biasanya harga saham menjadi turun. Mekanisme Reverse Stock Split
merupakan kebalikan dari Stock Split, jadi perbandingannya adalah old:new
(Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, berarti jika dilakukan reverse stock split menjadi
5:1)
5. Right Issue
Right issue adalah penerbitan saham baru dimana pemegang saham lama akan
mendapatkan hak untuk membeli saham baru dalam jumlah tertentu. Dari penerbitan
saham baru tersebut, perusahaan berpotensi mendapatkan dana segar untuk perluasan
usahanya. Dalam bahasa teknisnya, right issue dikenal pula sebagai Penambahan Modal
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD). Dalam aksi korporasi ini,
pemegang saham yang tercantum dalam Daftar Pemegang Saham memiliki hak untuk
membeli saham baru sesuai ketentuan. Karena merupakan hak, pemegang saham
tersebut tidak wajib untuk mengeksekusi haknya tersebut. Pada saat pemegang saham
lama tidak melaksanakan haknya maka porsi saham yang dimiliki oleh pemegang
saham tersebut akan turun persentasenya atau terdilusi.
Pada umumnya, pelaksanaan right issue ini dibantu oleh perusahaan sekuritas.
Perusahaan sekuritas akan bertindak sebagai pembeli siaga jika saham hasil right issue
itu tidak diserap sepenuhnya oleh pemegang saham lama. Berdasarkan data Bursa Efek
Indonesia, hampir setiap tahun ada right issue yang dilakukan oleh emiten. Right issue
itu juga dilakukan oleh emiten dari berbagai latar sektor, mulai dari keuangan,
konstruksi, otomotif dan sebagainya.
Salah satu contoh right issue adalah right issue yang dilakukan oleh PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada 2016. Dalam aksi korporasi itu, WIKA menerbitkan
2,82 lembar miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.180. Dalam right issue
itu, WIKA mengantongi dana sekitar Rp6,1 triliun. Rasio konversi right issue tersebut
80.000 berbanding 36.697. Dengan kata lain, pemegang 80.000 lembar saham lama
berhak untuk memesan saham baru sebanyak 36.697 lembar.
6. Saham Bonus
Saham bonus adalah saham yang dibagikan secara cuma-cuma (bonus) kepada
para pemegang saham. Saham Bonus diberikan dari agio dalam laporan keuangan,
dimana agio ini didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran
saham pada saat IPO atau pada saat right issue.
7. Merger dan Akuisisi
Merger adalah proses penggabungan antara dua atau lebih perusahaan dan hanya
ada satu perusahaan yang dipertahankan. Contoh merger adalah Lippo Bank yang
meleburkan diri ke CIMB Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank
berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga. Pada merger,
penggambarannya adalah:
Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A
Akuisisi adalah proses pengambilalihan perusahaan yang dilakukan dengan cara
membeli saham mayoritasnya. Perusahaan yang membeli saham ini kemudian akan
menjadi pengendali perusahaan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan
merger yang menghilangkan eksistensi perusahaan yang melakukan peleburan, akuisisi
tetap mempertahankan eksistensi kedua perusahaan. Jadi, tidak ada perusahaan yang
hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah
hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd
mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. Contoh akuisisi
lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.
Meski begitu, tidak semua proses pembelian saham disebut akuisisi. Akuisisi
hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu
mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun
aset perusahaan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya perusahaan berbentuk perseroan
terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT
diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada
perusahaan setaraf UD, CV, dan badan hukum.
8. BuyBack Saham
Pembelian kembali saham (shares buyback) terjadi ketika suatu perseroan
membeli kembali saham yang telah dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham dan
beredar di umum. Salah satu tujuannya adalah untuk mengubah komposisi kepemilikan
dan struktur kendali perseroan tersebut.
9. Tender Offer
Tender offer adalah suatu proses penawaran pembelian saham yang hendak
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau seorang investor yang akan membeli saham
suatu perusahaan yang tercatat di bursa efek dalam jumlah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Indonesia. Panduan Go-Public.
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Information/ForCompany/Panduan-Go-
Public.pdf. DIakses pada 12 Maret 2021.
Bursa Efek Indonesia. 2018. Saham. https://www.idx.co.id/produk/saham/ Diakses pada
tanggal 13 Maret 2021.
Bursa Efek Indonesia. 2021. Yuk Nabung Saham: Sekilas Saham.
http://yuknabungsaham.idx.co.id/sekilas-saham-detail. Diakses pada tanggal 13 Maret
2021.
cnbcindonesia.com.2021.<https://www.cnbcindonesia.com/market/20200908092147-17-
185093/soho-global-health-melantai-di-bei-saham-meroket-25> [Accessed 12 March
2021].
Febrianastri, Fabiola. 2020. Forbes Nobatkan BRI sebagai Perusahaan Publik Terbesar di
Indonesia. https://amp.suara.com/bisnis/2020/08/26/100441/forbes-nobatkan-bri-
sebagai-perusahaan-publik-terbesar-di-indonesia/. Diakses pada 12 Maret 2021.
https://www.akseleran.co.id/blog/emiten-adalah/
https://www.bareksa.com/berita/pasar-modal/2019-06-27/punya-investasi-di-pasar-modal-
kenali-lembaga-dan-profesi-penunjang-berikut
https://www.ksei.co.id/services/participants/custodian-banks
https://www.ksei.co.id/services/participants/registrars
https://www.ksei.co.id/services/participants/trustees
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Emiten-dan-Perusahaan-Publik.aspx.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Lembaga-dan-Profesi-Penunjang.aspx
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Lembaga-Pemeringkat-Diakui-OJK.aspx
IDX Go Public. 2021. Kenapa IPO. <https://gopublic.idx.co.id/kenapa-ipo/?slide=0>
[Accessed 12 March 2021].
Keuangan, K., 2020. Media Keuangan. [online] Majalah Media Keuangan.
<https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/Home/Detail/120/manfaat-go-public>
[Accessed 12 March 2021].
Lots.co.id. 2021. Lotus Online Trading System | Online Trading Saham Terbaik. [online]
<https://www.lots.co.id/education/basic/101/PROSES-GO-
PUBLIC#:~:text=Penawaran%20Umum%20atau%20sering%20pula,Pasar%20Modal%
20dan%20Peraturan%20Pelaksanaannya> [Accessed 12 March 2021].
Wikipedia. Perusahaan Publik. https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publik. Diakses
pada 12 Maret 2021.
MATA KULIAH PASAR MODAL
“WEEK 5: REGULASI TERKAIT LEMBAGA EFEK”

Tim Penyusun

Kelompok 5

1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)


2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

Program Studi S1 Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
Tahun 2021
REGULASI TERKAIT LEMBAGA EFEK

A. DEFINISI PERUSAHAAN EFEK


Menurut laman resmi OJK, Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan
usaha dan memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan sebagai Penjamin Emisi Efek (PEE),
Perantara Pedagang Efek (PPE), dan atau Manajer Investasi (MI). Perusahaan efek dapat
melakukan salah satu kegiatan usaha tersebut, namun juga dapat melakukan ketiganya
bersamaan. Hal ini tergantung dari kemampuan permodalan dan kesiapan sumber daya
perusahaan tersebut. Beberapa contoh perusahaan efek yaitu PT Mandiri Sekuritas, PT
Indo Premier Sekuritas, PT BCA Sekuritas, dan sebagainya..
B. JENIS PERUSAHAAN EFEK BERDASARKAN KEPEMILIKAN
1. Perusahaan Sekuritas
Perusahaan sekuritas adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari
Otoritas Jasa Keuangan untuk dapat melakukan kegiatan usaha sebagai perantara
pedagang efek dan penjamin emisi efek, atau kegiatan lain yang sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengawas pasar modal. Sebagai Perantara
Pedagang Efek melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri
atau pihak lain (seperti investor, reksa dana, perusahaan asuransi, dana pensiun, dll).
a. Sebagai Perantara Pedagang Efek
Jual beli Efek seperti saham dan obligasi dapat dilakukan di Bursa Efek. Namun
jual-beli juga dapat dilakukan secara transaksi di luar Bursa atau sering disebut
sebagai transaksi OTC (Over-the-Counter). Perantara Pedagang Efek merupakan
Anggota Bursa Efek yang telah memperoleh izin usaha dari OJK dan mempunyai
hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa Efek sesuai dengan
peraturan Bursa Efek. Masyarakat atau calon investor melakukan jual dan beli
Efek (seperti saham dan obligasi) melalui Perusahaan Efek yang memiliki izin
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
b. Sebagai Penjamin Emisi Efek (Underwriter)
Perusahaan sekuritas juga berperan melakukan kontrak dengan calon emiten
dalam rangka membantu proses penawaran umum saham (Initial Public
Offering), dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak
terjual.
2. Manajer Investasi
Peran Perusahaan Efek sebagai Manajer Investasi yaitu melakukan kegiatan-
kegiatan pengelolaan portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio
Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah (kecuali perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya).
Saat ini Manajer Investasi dikenal luas oleh masyarakat sebagai pihak yang
mengelola Reksa Dana yang telah banyak dijual melalui Agen Penjual Efek Reksa
Dana (APERD). Sebagian besar Reksa Dana ditawarkan dan dijual melalui Bank
Umum yang terdaftar sebagai APERD.
C. SYARAT PERMODALAN PERUSAHAAN EFEK
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 153 /PMK.010/2010 Pasal 4 tentang
Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek bahwa syarat permodalan
perusahaan efek adalah:
1) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek
wajib memiliki modal disetor paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah).
2) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah wajib memiliki modal
disetor paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).
3) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang tidak Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah wajib memiliki modal
disetor paling sedikit sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Manajer Investasi wajib
memiliki modal disetor paling sedikit sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah).
5) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Manajer Investasi wajib memiliki modal disetor paling sedikit sebesar
Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah).
6) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah dan Manajer Investasi
wajib memiliki modal disetor paling sedikit sebesar Rp55.000.000.000,00 (lima
puluh lima miliar rupiah).
D. KEGIATAN YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN EFEK
Sebagai Penjamin Emisi Efek
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
dapat menjalankan kegiatan utama sebagai berikut.
a) Kegiatan penjaminan emisi efek yaitu penjaminan atas efek yang diterbitkan
melalui Penawaran Umum dengan kontrak penjaminan emisi Efek yang dapat
berbentuk full commitment atau best effort
b) Kegiatan lain yang berkaitan dengan Penawaran Umum maupun aksi korporasi dari
perusahaan yang akan atau telah melakukan Penawaran Umum yang tata caranya
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Contoh
kegiatan lain antara lain melakukan kegiatan selaku penasihat keuangan (financial
advisor) untuk kegiatan penerbitan Efek, penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, restrukturisasi, transaksi material, dan/atau transaksi afiliasi dan
benturan kepentingan transaksi tertentu.
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
dapat menjalankan kegiatan lain selain kegiatan utama sebagai berikut
a) Kegiatan penjaminan atas Efek yang ditawarkan tidak melalui Penawaran Umum
yang diterbitkan oleh badan hukum Indonesia. Efek yang ditawarkan tidak melalui
Penawaran Umum yang diterbitkan oleh badan hukum Indonesia meliputi sertifikat
deposito, Efek bersifat utang dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun, dan
Efek bersifat utang dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun yang diatur oleh
otoritas lain atau belum ada otoritas yang mengatur dan mengawasinya.
b) Kegiatan sebagai penata laksana penerbitan (arranger) atas Efek yang ditawarkan
tidak melalui Penawaran Umum yang diterbitkan oleh badan hukum Indonesia
c) Kegiatan sebagai penasihat keuangan (financial advisor) kepada setiap Pihak selain
Emiten
d) Kegiatan pendanaan terkait penjaminan emisi Efek seperti penyertaan modal atau
pembiayaan pra Penawaran Umum. Contoh kegiatan tersebut adalah menjadi
sponsor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebelum Penawaran Umum
Sebagai Perantara Pedagang Efek
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek dapat menjalankan kegiatan utama sebagai berikut:
a) Melakukan transaksi efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain atas efek yang
melalui Penawaran Umum, efek yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan atau Efek yang tercatat di Bursa Efek
b) Pemasaran Efek untuk kepentingan Perusahaan Efek lain, antara lain:
● Perusahaan Efek bukan Anggota Bursa yang menjadi agen Anggota Bursa Efek
● Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek dapat menjalankan kegiatan lain selain kegiatan utama sebagai berikut
a) Kegiatan transaksi Efek untuk kepentingan sendiri dan/atau pihak lain atas Efek
yang ditawarkan tidak melalui Penawaran Umum yang diterbitkan oleh badan
hukum Indonesia. Efek yang ditawarkan tidak melalui Penawaran Umum yang
diterbitkan oleh badan hukum Indonesia meliputi sertifikat deposito, Efek bersifat
utang dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun, dan Efek bersifat utang
dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun yang diatur oleh otoritas lain atau
belum ada otoritas yang mengatur dan mengawasinya. Contoh kegiatan transaksi
Efek untuk kepentingan pihak lain antara lain kegiatan sebagai agen penjual
(selling agent) atau perantara transaksi di pasar sekunder atas Efek yang ditawarkan
tidak melalui Penawaran Umum
b) Bertindak sebagai penyedia jasa penitipan atas Efek yang ditawarkan tidak melalui
Penawaran Umum
c) Kegiatan keagenan atas produk Lembaga Jasa Keuangan lain.
E. PERIZINAN
Perizinan Perusahaan Efek telah diatur melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 20 /POJK.04/2016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan
Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Perdagangan Efek. Peraturan tersebut
menyebutkan bahwa perusahaan efek wajib memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan.
Izin usaha sebagai penjamin emisi juga berlaku sebagai izin usaha perusahaan efek
menjadi perantara pedagang efek. Sedangkan izin usaha perusahaan efek sebagai perantara
pedagang efek tidak berlaku sebagai izin usaha perusahaan efek menjadi penjamin emisi.
F. LARANGAN BAGI PERUSAHAAN EFEK
Larangan bagi Perusahaan Efek juga diatur pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 20 /POJK.04/2016 Tentang Perizinan Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek Dan Perantara Pedagang Efek yaitu sebagai berikut :
1. Perseroan yang memperoleh izin usaha Perusahaan Efek sebagai Penjamin Emisi Efek
dilarang melakukan kegiatan usaha selain kegiatan usaha sesuai izin usaha yang
dimiliki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5). (Bab II pasal 5
ayat 1)
2. Perseroan yang memperoleh izin usaha Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang
Efek dilarang melakukan kegiatan usaha selain kegiatan usaha sesuai izin usaha yang
dimiliki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5). (Bab II pasal 5 ayat 2)
3. Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek atau
Perantara Pedagang Efek dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri
maupun dimiliki oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung telah dimiliki oleh Perusahaan Efek dimaksud. (Bab IV pasal 22 ayat 1)
4. Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikansaham Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek atau Perantara Pedagang
Efek dilarang berasal:
a. Dari pinjaman atau utang dalam bentuk apapun dari pihak manapun; dan/atau
b. Dari dan untuk tujuan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme. (Bab IV
pasal 27 ayat 1)
5. Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek atau
Perantara Pedagang Efek yang menjadi pemegang saham Bursa Efek dan afiliasinya
baik sendiri maupun bersama dilarang mempunyai hubungan dengan Perusahaan Efek
lain yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek atau Perantara
Pedagang Efek yang juga menjadi pemegang saham Bursa Efek yang sama melalui:
a. Kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, 20% (dua puluh persen)
atau lebih saham Perusahaan Efek lain dimaksud yang mempunyai hak suara;
atau
b. Pengendalian di bidang pengelolaan dan/atau kebijakan Perusahaan Efek lain
dimaksud, baik langsung maupun tidak langsung. (Bab IV pasal 28)
6. Anggota Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek atau Perantara Pedagang Efek dilarang bekerja pada perusahaan atau
institusi lain dalam jabatan apapun kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian. (Bab V pasal 42 ayat 1)
7. Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek atau Perantara Pedagang Efek dilarang bekerja dalam jabatan
apapun pada Perusahaan Efek lain yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, atau Manajer Investasi. (Bab V pasal 42 ayat
2)
8. Calon pemegang saham atau calon Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Efek
dilarang melakukan tindakan hukum sebagai pemegang saham atau Pemegang Saham
Pengendali Perusahaan Efek. (Bab VI pasal 51 ayat 1)
9. Pihak yang telah menjadi pemegang saham atau Pemegang Saham Pengendali namun
kemudian belum atau tidak memenuhi persyaratan sebagai pemegang saham atau
Pemegang Saham Pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. dilarang melakukan tindakan sebagai pemegang saham atau Pemegang Saham
Pengendali;
b. tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan
terbatas; dan
c. pihak yang bersangkutan tidak berhak mendapatkan pembayaran deviden. (Bab
VI pasal 51 ayat 2)
10. Calon anggota Direksi atau calon anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek dilarang
melakukan tindakan hukum sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris
Perusahaan Efek. (Bab VI pasal 52 ayat 1)
11. Orang perseorangan yang telah diangkat Rapat Umum Pemegang Saham menjadi
anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek namun belum
dinyatakan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
dalam bentuk persetujuan Otoritas Jasa Keuangan atau dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) oleh Otoritas Jasa
Keuangan dilarang melakukan tindakan hukum sebagai anggota Direksi atau anggota
Dewan Komisaris Perusahaan Efek. (Bab VI pasal 52 ayat 2)
12. Orang perseorangan yang telah diangkat Rapat Umum Pemegang Saham menjadi
anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek dan telah dinyatakan
memenuhi persyaratan anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris namun
kemudian dinyatakan oleh Otoritas Jasa Keuangan tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1), dilarang melakukan tindakan hukum sebagai anggota Direksi atau
anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek. (Bab VI pasal 52 ayat 3)
13. Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 juga berlaku bagi setiap
Pihak yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan tidak memenuhi syarat integritas
sebagai pemegang saham atau Pemegang Saham Pengendali, dimana yang
bersangkutan telah menjadi pemegang saham, Pemegang Saham Pengendali, anggota
Direksi, atau anggota Dewan Komisaris pada Perusahaan Efek yang bersangkutan
atau Perusahaan Efek lain. (Bab VI pasal 53)
14. Jika Perusahaan Efek dicabut izin usahanya dan mengakibatkan Perusahaan Efek
dimaksud tidak lagi memiliki izin usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau
Perantara Pedagang Efek, Perusahaan Efek dimaksud dilarang menggunakan nama
dan logo perusahaan untuk tujuan dan kegiatan apapun, selain untuk kegiatan yang
berkaitan dengan pembubaran perseroan dimaksud. (Bab VIII pasal 71)
15. Larangan sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan Penjamin Emisi
Efek atau Perantara Pedagang Efek berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan
dalam bentuk apapun dari pihak lain sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1) huruf
a berlaku 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. (Bab
IX pasal 73 ayat 4)
G. PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN EFEK YANG DISIMPAN OLEH
PERUSAHAAN EFEK
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Otoritas Jasa
Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penataan kembali struktur
peraturan yang ada, khususnya yang terkait sektor pasar modal dengan cara melakukan
konversi Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan terkait sektor
pasar modal menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Penataan dilakukan agar terdapat
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait sektor pasar modal yang selaras dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan sektor lainnya.
Berdasarkan latar belakang pemikiran dan aspek tersebut, perlu mengganti
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal yang mengatur mengenai
Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan oleh Perusahaan Efek yaitu
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-
549/BL/2010 tanggal 28 Desember 2010 tentang Pengendalian dan Perlindungan Efek
yang Disimpan oleh Perusahaan Efek, beserta Peraturan Nomor V.D.4 - 2 - yang
merupakan lampirannya, menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengendalian
dan Perlindungan Efek yang Disimpan oleh Perusahaan Efek.
Pengendalian dan perlindungan efek yang disimpan oleh perusahaan efek diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 54/POJK.04/2020 tentang Pengendalian
dan Perlindungan Efek yang Disimpan oleh Perusahaan Efek. Dalam peraturan tersebut,
perusahaan efek memiliki kewajiban untuk melakukan pembukuan harian atas efek yang
disimpan atau dimiliki oleh perusahaan efek melalui buku pembantu efek dan menyusun
laporan buku pembantu efek. Pengaturan mengenai pembukuan harian atas efek yang
disimpan, yaitu ketentuan mengenai kepemilikan atas efek dalam buku pembantu efek dan
muatan minimum atas pembukuan dalam buku pembantu efek. Perusahaan efek wajib
untuk menempatkan efek nasabah dalam pengendalian langsung perusahaan efek dengan
ketentuan-ketentuan yang tertera dalam peraturan OJK. Kemudian, perusahaan efek wajib
melakukan pemisahan efek nasabah dengan menghitung jumlah efek bebas dan efek
jaminan sesuai dengan prosedur.
Selain pengendalian efek, peraturan OJK juga mengatur tentang perlindungan
efek, yakni sebagai berikut:
a. Larangan Perusahaan Efek menggunakan Efek nasabah untuk jaminan
penyelesaian kewajiban Perusahaan Efek kepada LKP tanpa persetujuan
nasabah yang bersangkutan dengan perjanjian khusus.
b. Kewajiban Perusahaan Efek membuka sub rekening Efek Jaminan dalam hal
penggunaan Efek nasabah sebagai Efek Jaminan disetujui oleh nasabah.
c. Ketentuan bagi nasabah umum yang mendapatkan penjatahan Efek pada
penawaran umum dan belum memiliki rekening Efek.
d. Kewajiban Perusahaan Efek memberikan akses informasi kepada nasabah.
Tidak hanya itu, perusahaan efek juga wajib melakukan pembukuan dan
penyelesaian selisih efek secara harian apabila terjadi selisih efek. Perusahaan efek wajib
melakukan pemeriksaan dan mengambil tindakan dengan segera untuk mencari sebab dan
solusi atas selisih efek yang terjadi. Apabila perusahaan efek melanggan ketentuan yang
telah tercantum dalam peraturan ojk terkait pengendalian dan perlindungan efek, maka
perusahaan akan mendapatkan sanksi administratif. Sanksi administratif yang diperoleh
dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan; dan/atau
g. Pembatalan pendaftaran.
Selain sanksi administrasi yang telah disebutkan diatas, OJK dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan peraturan
OJK.
H. PRINSIP MENGENAL NASABAH (PMN) OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN
DI SEKTOR PASAR MODAL INDONESIA
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal adalah Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek,
dan/atau Manajer Investasi, serta Bank Umum yang menjalankan fungsi Kustodian.
Nasabah adalah Pihak yang menggunakan jasa Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal dalam rangka kegiatan investasi di Pasar Modal baik diikuti dengan atau tanpa
melalui pembukaan rekening Efek. Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang
diterapkan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal untuk:
a. Mengetahui latar belakang dan identitas Nasabah;
b. Memantau rekening Efek dan transaksi Nasabah;
c. Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan transaksi keuangan yang
dilakukan secara tunai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan/atau pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pendanaan terorisme.
Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Diligence) atau yang biasa disingkat CDD
adalah kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal untuk memastikan transaksi sesuai dengan
profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi Nasabah. Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due
Diligence) atau yang biasa disingkat EDD adalah tindakan CDD lebih mendalam yang
dilakukan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal terhadap calon Nasabah atau
Nasabah yang tergolong dalam area berisiko tinggi.
Nasabah yang Berisiko Tinggi (High Risk Customer) adalah Nasabah yang
berdasarkan latar belakang identitas dan riwayatnya dianggap memiliki risiko tinggi
melakukan kegiatan terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
Negara yang Berisiko Tinggi (High Risk Countries) adalah negara atau teritori yang
potensial digunakan sebagai:
a. Tempat terjadinya atau sarana Pencucian Uang;
b. Tempat dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan/atau
c. Tempat dilakukannya aktivitas Pendanaan Terorisme.
Usaha yang Berisiko Tinggi (High Risk Business) adalah bidang usaha yang potensial
digunakan sebagai sarana melakukan Pencucian Uang dan/atau sarana Pendanaan
Terorisme.
Dalam rangka pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah, Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal wajib membentuk unit kerja khusus atau menugaskan pejabat sebagai
penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Penanggung jawab penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah ditetapkan sebagai bagian dari struktur organisasi Penyedia
Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
wajib memastikan bahwa penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan untuk mengakses seluruh data
Nasabah dan informasi lainnya yang terkait. Direktur utama Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal tidak dapat menjadi penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah.
I. PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG EFEK
PERATURAN NOMOR V.D.3:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep- 548/BL/2010 Tanggal: 28 Desember
2010
PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG EFEK
1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Perantara Pedagang Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah.
b. Sistem Perdagangan Online adalah sistem perdagangan yang disediakan oleh
Perantara Pedagang Efek melalui media komunikasi elektronik termasuk internet,
layanan pesan singkat (short message service/sms), layanan protokol aplikasi
nirkabel (wireless application protocol/wap), atau media elektronik lainnya untuk
melakukan transaksi Efek.
2. Perantara Pedagang Efek wajib memastikan bahwa sistem pengendalian internal yang
dimilikinya paling kurang sesuai dengan Peraturan ini untuk meminimalkan risiko
kesalahan dan penyalahgunaan.
3. Perantara Pedagang Efek wajib mempunyai dan melaksanakan paling kurang 6 (enam)
fungsi, sebagai berikut:
a. Fungsi pemasaran;
b. Fungsi manajemen risiko;
c. Fungsi pembukuan;
d. Fungsi kustodian;
e. Fungsi teknologi informasi; dan
f. Fungsi kepatuhan.
4. Apabila Perantara Pedagang Efek memiliki fungsi riset, maka fungsi tersebut wajib
dipisahkan dengan fungsi lainnya sebagaimana dimaksud dalam angka 3.
5. Perantara Pedagang Efek wajib melakukan pemisahan fungsi-fungsi sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 dan angka 4 dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pegawai yang melaksanakan masing-masing fungsi dimaksud dilarang merangkap
untuk melaksanakan fungsi lainnya; dan
b. Dalam hal kegiatan usaha perantara pedagang efek masih tergabung dengan
kegiatan usaha penjamin emisi efek dan/atau manajer investasi dalam perusahaan
efek yang sama, maka:
1) Prosedur operasi standar fungsi-fungsi dalam menjalankan kegiatan sebagai
Penjamin Emisi Efek dan/atau Manajer Investasi dimaksud wajib terpisah dari
prosedur operasi standar fungsi-fungsi Perantara Pedagang Efek sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 dan angka 4; dan
2) Pelaksanaan masing-masing fungsi manajemen risiko, fungsi pembukuan,
fungsi teknologi informasi, fungsi kepatuhan, dan/atau fungsi riset yang
terdapat dalam kegiatan Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek,
dan/atau Manajer Investasi dapat dilaksanakan oleh satu unit kerja yang
melaksanakan fungsi tersebut.
6. Apabila terdapat permasalahan yang mengakibatkan salah satu atau beberapa fungsi
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan angka 4 tidak dapat
beroperasi sebagaimana mestinya, maka Perantara Pedagang Efek paling lambat pada hari
bursa berikutnya wajib menyampaikan laporan kepada Bursa Efek dengan tembusan
kepada Bapepam dan LK yang berisi antara lain:
a. Penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi;
b. Waktu terjadinya permasalahan;
c. Lama terjadinya permasalahan;
d. Fungsi yang mengalami permasalahan dan pengaruhnya;
e. Keterangan mengenai apakah masalah tersebut pernah terjadi sebelumnya;
f. Dampak permasalahan tersebut terhadap kepentingan nasabah dan jumlah
nasabahnya jika memungkinkan untuk dihitung;
g. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani permasalahan; dan
h. Langkah-langkah yang dilakukan agar permasalahan yang sama tidak terulang.
7. Pelaksanaan fungsi pemasaran sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf a wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi pemasaran wajib bertanggung jawab untuk:
1) Menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah
oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal;
2) Membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler dengan nasabah;
3) Membuat kontrak pembukaan rekening Efek pembiayaan dengan nasabah
untuk nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan
Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short
Selling Oleh Perusahaan Efek;
4) Membuat kontrak pembukaan rekening Efek lainnya dengan nasabah (jika
ada);
5) Menerima pesanan dan/atau instruksi untuk kepentingan nasabah; dan
6) Melakukan komunikasi dengan nasabah termasuk memberitahukan kepada
nasabah setelah mendapat pemberitahuan dari fungsi teknologi informasi
dalam hal sistem komunikasi on line mengalami kelambatan atau tidak
berfungsi.
b. Kontrak pembukaan rekening Efek dengan nasabah sebagaimana dimaksud pada
huruf a butir 2) dan butir 3) wajib dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Transaksi Efek untuk kepentingan nasabah tidak dapat dilaksanakan sebelum
rekening Efek dibuka atas nama nasabah yang bersangkutan, kecuali:
a) Membeli atau menjual produk investasi yang dikelola oleh Manajer
Investasi yang tidak tercatat di Bursa Efek;
b) Memesan Efek dalam rangka Penawaran Umum sebelum nasabah
mendapatkan penjatahan Efek; dan
c) Membeli atau menjual Efek untuk kepentingan Perusahaan Efek lain, Bank,
Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, atau lembaga keuangan lain.
2) Pembukaan rekening Efek wajib diikuti dengan:
a) Pembukaan Sub Rekening Efek pada Kustodian dan pembukaan rekening
dana atas nama nasabah pada bank untuk masing-masing nasabah; dan
b) Pembuatan nomor tunggal identitas nasabah (Single Investor
Identification) pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, bagi
nasabah yang belum memiliki.
3) Kontrak pembukaan rekening Efek dimaksud wajib paling kurang memuat
ketentuan mengenai:
a) Efek dan/atau dana dalam rekening Efek nasabah dapat digunakan sebagai
jaminan penyelesaian kewajiban hanya untuk nasabah yang bersangkutan
terhadap Perantara Pedagang Efek, kecuali diperjanjikan khusus dalam
perjanjian yang terpisah dengan kontrak pembukaan rekening Efek;
b) Perantara Pedagang Efek dapat meminta dana dan/atau Efek dari pemegang
rekening Efek tersebut, sebelum pelaksanaan transaksi Efek;
c) Dana yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada rekening
bank untuk masing-masing nasabah atas nama nasabah;
d) Efek yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada Sub
Rekening Efek pada Kustodian untuk masing-masing nasabah atas nama
nasabah;
e) Perantara Pedagang Efek mempunyai hak untuk membeli atau meminjam
Efek atau menjual Efek lain milik nasabah untuk rekening Efek nasabah,
dengan tujuan untuk menutup saldo negatif Efek yang tidak dibiayai oleh
Perantara Pedagang Efek atau tidak dijamin secara cukup oleh nasabah;
f) Dalam hal dana menunjukkan saldo negatif dalam rekening Efek reguler
nasabah, Perantara Pedagang Efek dapat:(1) menggunakan Efek dalam
rekening Efek nasabah tersebut sebagai jaminan atas kredit bank atau
lembaga keuangan lainnya; atau (2) melakukan penjualan Efek secara
paksa (forced sale) tanpa persetujuan nasabah; hanya dalam rangka
penyelesaian kewajiban nasabah yang bersangkutan.
g) Untukkontrakpembukaanrekeningefekpembiayaandengannasabah
sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 3) wajib memuat ketentuan
mengenai Perusahaan Efek untuk setiap saat tanpa memberikan alasan atau
pemberitahuan atau memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari nasabah
menjual atau membeli Efek atau mengambil tindakan lain yang disepakati
dengan nasabah jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan
Jaminan, sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf e Peraturan
Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Transaksi Efek Oleh
Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling Oleh
Perusahaan Efek.
h) Kesediaan nasabah untuk memberikan kuasa kepada Perantara Pedagang
Efek untuk:
(1) Melakukan pemindahbukuan dana dalam rekening dana nasabah pada
bank untuk keperluan transaksi Efek nasabah; dan
(2) Memberikan data termasuk mutasi dan/atau saldo dana yang ada dalam
rekening dana yang ada di bank sebagaimana dimaksud pada butir 3)
poin c) kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
i) Bagi nasabah sebagaimana dimaksud pada butir 1) poin c), nasabah
membuat pernyataan tertulis yang berisi antara lain:
(1) Nasabah setuju menjamin ketersediaan dana dan/atau Efek untuk
keperluan penyelesaian transaksi sebelum melakukan pemesanan jual
atau beli; dan
(2) Dalam hal nasabah tidak dapat menyediakan dana dan/atau Efek, maka
nasabah tersebut setuju untuk menanggung dan mengganti seluruh
kerugian yang timbul akibat kegagalan dalam menyelesaikan transaksi
pada tanggal penyelesaian; dan
j) Ketentuan dan tata cara penutupan rekening Efek, paling kurang
mencantumkan ketentuan penutupan rekening Efek jika saldo dalam
rekening Efek nasabah nihil selama jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan berturut-turut.
4) Perjanjian khusus sebagaimana dimaksud pada butir 3) point a) paling kurang
wajib memuat ketentuan sebagai berikut:
a) Perjanjianpokokyangmendasariperjanjiantersebutadalahperjanjian pinjam-
meminjam;
b) Manfaat yang diperoleh oleh nasabah;c) prosedur yang disepakati dalam
hal terjadi sengketa antara nasabah dan perantara pedagang efek;
c) Jangka waktu perjanjian; dan
d) Pengakhiranperjanjian.
5) Dokumen kontrak pembukaan rekening Efek sebagaimana dimaksud pada
huruf a butir 2) dan butir 3), harus disimpan dalam arsip pada unit kerja yang
melakukan fungsi pemasaran, dilengkapi dengan dokumen:
a) Terkaitpenerimaandanidentifikasinasabahdandokumenpendukung sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor
V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan
Di Bidang Pasar Modal dan fotokopi dokumen nomor tunggal identitas
nasabah (Single Investor Identification);
b) Terkaitdengankontrakpembukaanrekeningefekpembiayaandengan nasabah
untuk nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang
Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan
Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek;
c) Surat kuasa dari nasabah yang berbentuk badan hukum yang memberikan
wewenang kepada pejabat tertentu dari badan hukum tersebut untuk
memberikan pesanan dan/atau instruksi kepada Perantara Pedagang Efek
sehubungan dengan rekening Efek nasabah tersebut;
d) Surat kuasa dari nasabah yang memberikan wewenang kepada Pihak ketiga
untuk memberikan pesanan dan/atau instruksi kepada Perantara Pedagang
Efek sehubungan dengan rekening Efek nasabah (jika ada);
e) Surat kuasa dari nasabah kepada Perantara Pedagang Efek sebagaimana
dimaksud pada butir 3) poin h);
f) Dokumen yang diperlukan dalam rangka pemindahan Efek dan/atau dana;
dan
g) Kontrak pengelolaan Reksa Dana, Kontrak Investasi Kolektif selain Reksa
Dana, dan/atau produk investasi lain yang memberikan kewenangan
kepada Manajer Investasi untuk memberikan pesanan dan/atau instruksi
untuk kepentingan Reksa Dana, Kontrak Investasi Kolektif selain Reksa
Dana, dan/atau nasabah dari produk investasi lain yang dikelolanya;
6) Formulir untuk nasabah orang perseorangan paling kurang memuat informasi
mengenai nasabah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor V.D.10
tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan
di Bidang Pasar Modal yang terkait dengan penerimaan dan identifikasi
nasabah dan nomor tunggal identitas nasabah (Single Investor Identification)
bagi nasabah yang sudah memiliki dan bagi nasabah yang belum memiliki
wajib dicantumkan setelah dibuatkan sebagaimana dimaksud pada butir 2)
poin b di atas.
7) Kontrak pembukaan rekening Efek sebagaimana dimaksud pada huruf a butir
2) dan butir 3), wajib disetujui dan ditandatangani oleh Direksi atau pegawai
dan pengawas dalam unit kerja yang menjalankan fungsi pemasaran.
8) PerusahaanEfekwajibmemberikansalinankontrakpembukaanrekening Efek
dan pembukaan rekening dana pada bank kepada nasabah.
c. Tanggung jawab penerimaan pesanan dan/atau instruksi untuk kepentingan
nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 5) meliputi antara lain:
1) Memastikan bahwa nasabah yang melakukan pemberian pesanan dan/atau
instruksi telah memiliki nomor tunggal identitas nasabah (Single Investor
Identification);
2) Menerima pesanan dan/atau instruksi nasabah untuk membeli dan/atau
menjual Efek, mengubah, atau membatalkan pesanan dan/atau instruksi
nasabah;
3) Membuat dan menyimpan catatan dan/atau rekaman pembicaraan yang terinci
dari setiap pesanan dan/atau setiap instruksi nasabah sesuai urutan waktu,
termasuk informasi mengenai:
a) Rincian pesanan dan/atau instruksi antara lain:
(1) Nama dan jenis Efek
(2) Jumlah Efek;
(3) Harga Efek; dan/atau
(4) Nama dan nomor identitas rekening Efek asal dan tujuan.
b) Tanggal dan waktu pesanan dan/atau instruksi yang diterima;
c) Tanggal dan waktu setiap pembelian, penjualan, perubahan, atau
pembatalan pesanan dan/atau instruksi tersebut;
d) Persyaratan pesanan dan/atau instruksi;
e) Kode identitas nasabah; dan
f) Nomor tunggal identitas nasabah (single investor identification).
4) Meneruskan pesanan dan/atau instruksi nasabah dimaksud kepada unit kerja
yang menjalankan fungsi manajemen risiko; dan
5) Merekam semua komunikasi yang terkait dengan pesanan dan/atau instruksi
nasabah dan wajib dilakukan melalui jaringan komunikasi yang terhubung
dengan sistem komunikasi perantara pedagang efek.
8. Pelaksanaan fungsi manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf b wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi manajemen risiko wajib bertanggung jawab
untuk mengelola sistem pengendalian risiko, menyusun parameter dan melakukan
verifikasi dalam memproses pesanan dan/atau instruksi baik untuk kepentingan
nasabah maupun untuk kepentingan Perantara Pedagang Efek dan melaksanakan
transaksi Efek, dengan ketentuan:
1) Menyusun dan memastikan pelaksanaan parameter batasan transaksi (trading
limit) baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan Perantara
Pedagang Efek yang formulasinya tertuang dalam prosedur operasi standar
Perantara Pedagang Efek;
2) Melakukan verifikasi bahwa rekening Efek nasabah telah dibuka dan disetujui
oleh unit kerja yang melakukan fungsi pemasaran;
3) Melakukan verifikasi sebelum melaksanakan pesanan dan/atau instruksi
nasabah untuk memastikan ketersediaan dana dan/atau Efek dalam rekening
Efek nasabah dalam rangka penyelesaian transaksi Efek tersebut;
4) Bagi nasabah yang tidak mempunyai rekening Efek di Perantara Pedagang
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 7 huruf b butir 1) poin c), verifikasi
ketersediaan dana dan/atau Efek dilakukan dengan memastikan bahwa
nasabah dimaksud telah membuat pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud
dalam angka 7 huruf b butir 3) poin h); dan
5) Pelaksanaan verifikasi terhadap rekening Efek dan ketersedian dana dan/atau
Efek sebagaimana dimaksud pada butir 2) dan butir 3), dapat dilakukan baik
secara manual maupun elektronik melalui sistem manajemen risiko Perantara
Pedagang Efek yang terintegrasi.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi manajemen risiko wajib menyusun prosedur
operasi standar terkait dengan transaksi Efek yang dilakukan untuk kepentingan
Perantara Pedagang Efek sendiri atau Pihak terafiliasi Perantara Pedagang Efek
termasuk namun tidak terbatas pada pemegang saham, anggota direksi, komisaris,
pegawai, yang mencakup paling kurang antara lain:
1) Tidak melakukan transaksi Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk Pihak
terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari
Perantara Pedagang Efek tersebut telah memberikan instruksi untuk membeli
dan/atau menjual Efek yang bersangkutan dan Perantara Pedagang Efek
tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dan
2) Melaporkantransaksiefekdimaksudkepadaunitkerjayangmenjalankan fungsi
kepatuhan.
9. Pelaksanaan fungsi pembukuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf c wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Perantara Pedagang Efek wajib mencatat seluruh transaksi yang dilaksanakannya
setiap hari sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan Peraturan
Bapepam dan LK yang berkaitan dengan hal tersebut.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi pembukuan wajib bertanggung jawab atas
pemeliharaan catatan dan buku perusahaan, antara lain meliputi buku besar
(general ledger).
c. Buku besar (general ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b wajib memuat
secara rinci yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
d. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat dilaksanakan secara manual,
elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Sistem pencatatan yang digunakan harus memiliki pengamanan yang dapat
mencegah adanya risiko pemalsuan dan/atau penyalahgunaan terhadap catatan
tersebut.
f. Sistem pencatatan harus mampu memberikan informasi yang cepat, tepat, dan
dapat dimengerti oleh para Pihak yang berkepentingan terhadap dokumen tersebut.
g. Unit kerja yang menjalankan fungsi pembukuan wajib menyimpan catatan
tambahan dan dokumen pendukung lainnya, antara lain:
bukti pengeluaran cek;
1) Rekeningbank;
2) Pembatalan cek (jika ada);
3) Rekonsiliasi rekening bank;
4) Pemberitahuan debet dan kredit rekening efek;
5) Saldo semua akun dalam buku besar (general ledger) dalam bentuk neraca
saldo, sekurang-kurangnya setiap bulan;
6) Catatan harian yang merupakan bukti dari semua pendebetan dan pengkreditan
kas untuk hari tersebut; dan
7) Rekonsiliasi harian antara buku besar (general ledger) dan buku pembantu efek
(securities ledger).
h. Informasi tentang nasabah termasuk aktivitas transaksi wajib disimpan secara
rahasia oleh Perantara Pedagang Efek dan pegawainya, kecuali atas izin nasabah
atau atas permintaan Pihak yang berwenang berdasarkan undang-undang.
10. Pelaksanaan fungsi Kustodian sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf d wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab untuk
menjalankan kewajiban Perantara Pedagang Efek sebagai Kustodian sebagaimana
diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor VI.A.3 tentang Rekening Efek
Pada Kustodian.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab atas
pemeliharaan catatan dan buku perusahaan, antara lain meliputi:
1) Rekening Efek (securities accounts);
2) Buku pembantu Efek (securities ledger);
3) Buku pembantu dana (fund ledger).
4) Buku pembantu transaksi (transaction ledger);
c. Rekening Efek (securities accounts) sebagaimana dimaksud pada huruf b butir
1) Wajib memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Untuk setiap rekening Efek perlu dicatat:
a) Nama dan alamat pemegang rekening;
b) Wakil perantara pedagang efek atau wakil penjamin emisi efek yang
ditunjuk;
c) Nomor pokok wajib pajak; dan
d) Nama, alamat, nomor telepon, dan nomor faksimil perantara
pedagang efek;
2) Dalam hal pembelian, penjualan, penerimaan, dan penyerahan Efek
dan/atau dana untuk setiap rekening Efek, wajib dicatat:
a) Tanggal transaksi;
b) Uraiantransaksi;
c) Jumlah dana (jika ada);
d) Jumlah efek (jika ada); dan
e) Kurs transaksi (jika ada);
3) Laporanrekeningefekharusmemuatposisiportofolioefeknasabahpada
tanggal laporan, dan dikirimkan kepada nasabahnya paling lambat hari ke-
10 (kesepuluh) setiap bulan termasuk aktivitas transaksi nasabah selama
satu bulan; dan
4) Transaksi yang termuat dalam laporan rekening Efek mencakup:
a) Transaksi yang telah dilaksanakan;
b) Jumlah dividen, saham bonus, bunga, hak memesan efek terlebih
dahulu, dan hak-hak lainnya; dan
c) Penarikan atau penyetoran dana dan/atau efek.
d. Buku pembantu Efek (securities ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b butir
2), wajib dibuat dalam bentuk pembukuan berpasangan, yang memuat informasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.4 tentang
Pengendalian Dan Perlindungan Efek Yang Disimpan Oleh Perusahaan Efek.
e. Buku pembantu dana (fund ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b butir 3)
wajib memuat secara rinci informasi yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kepemilikan dana:
a) Perusahaan;
b) Nasabah:
f. Laporan buku pembantu dana (fund ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf e
wajib disusun dengan menggunakan Formulir Nomor V.D.5-6 Lampiran 6
Peraturan Nomor V.D.5, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Bapepam dan LK Nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja
Bersih Disesuaikan.
g. Buku pembantu transaksi (transaction ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b
butir 4), harus dibuat paling lambat hari kerja berikutnya berdasarkan konfirmasi
tertulis yang dikirimkan kepada nasabah dan memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Tanggal transaksi;
2) Jenis transaksi, misalnya jual atau beli;
3) Harga;
4) Komisi dan biaya;
5) Tanggal kewajiban penyelesaian;
6) Nama dan kode nasabah;
7) Nomortransaksi;
8) Jumlah efek;
9) Metode penyelesaian; dan
10) Informasi mengenai tindak lanjut penyelesaian transaksi, sesuai dengan
metode penyelesaian.
h. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian harus mendapatkan catatan dan/atau
rekaman pembicaraan atas transaksi Efek untuk melakukan pemeliharaan dan
penyelenggaraan catatan dan buku perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf
b.
i. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dapat dilaksanakan secara
manual, elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
j. Sistem pencatatan yang digunakan harus memiliki pengamanan yang cukup
sehingga dapat mencegah adanya risiko pemalsuan dan/atau penyalahgunaan
terhadap catatan tersebut.
k. Sistem pencatatan harus mampu memberikan informasi yang cepat, tepat, dan
dapat dimengerti oleh para Pihak yang berkepentingan terhadap dokumen tersebut.
l. Unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian wajib menyimpan catatan tambahan
dan dokumen pendukung lainnya, antara lain:
1) Konfirmasi transaksi Efek;
2) Pemberitahuan debet dan kredit rekening Efek;
3) Kontrak transaksi Efek dengan Perusahaan Efek lain; dan
4) Bukti semua pembukuan untuk buku pembantu Efek.
m. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab atas
penerimaan, penyerahan, dan penyimpanan dana, Efek, dan/atau dokumen yang
berkaitan dengan Efek dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dana, Efek, dan/atau dokumen yang berkaitan dengan Efek harus
disimpan di ruangan besi, brankas, lemari besi yang aman, bank, Bank
Kustodian, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
2) Dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1) wajib
dihitung dan direkonsiliasikan dengan buku pembantu Efek dan rekening
Efek sekurang-kurangnya:
a) Setiap hari oleh pegawai pada unit kerja yang menjalankan fungsi
Kustodian;
b) Setiap bulan oleh pegawai pada unit kerja yang menjalankan fungsi
kepatuhan; dan
c) Setiap tahun oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam dan LK;
3) Dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 2), yang
dimiliki Perantara Pedagang Efek wajib disimpan secara terpisah dari dana,
Efek, dan/atau dokumen yang dimiliki oleh nasabah Perantara Pedagang
Efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dana yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada
rekening bank untuk masing-masing nasabah atas nama nasabah;
b) Efek yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada sub
rekening efek pada lembaga penyimpanan dan penyelesaian untuk
masing-masing nasabah atas nama nasabah;
c) Dokumen yang terkait dengan nasabah wajib disimpan pada tempat
yang terpisah dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Dokumen fisik wajib disimpan dalam tempat yang aman; dan
(2) Dokumen elektronik wajib disimpan dalam sistem teknologi
informasi yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam angka 11;
4) Dana, efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1) wajib
diamankan dari penyalahgunaan, kehilangan, kerusakan, dan pemalsuan;
5) Catatan dan laporan terinci oleh unit kerja yang melakukan fungsi
Kustodian atas penerimaan dan penyerahan dana, Efek, dan/atau dokumen
yang berkaitan dengan Efek, wajib dibuat dan disimpan oleh unit kerja yang
melakukan fungsi Kustodian yang memuat informasi mengenai :
a) Nomor sertifikat (jika ada);
b) Nama dan jenis efek;
c) Kode efek;
d) Jumlah efek;
e) Tanggal transaksi; dan
f) Nama dan nomor identitas rekening efek;
6) Dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1)
dilarang dikeluarkan dan/atau dipindahbukukan dari unit kerja yang
melakukan fungsi Kustodian, kecuali didasarkan pada wewenang yang sah;
dan
7) Wewenang sebagaimana dimaksud pada butir 6) wajib dituangkan dalam
prosedur operasi standar dan uraian jabatan.
n. Unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan penyelesaian transaksi Efek, yang antara lain meliputi:
1) Penghitungan hak dan kewajiban penyelesaian transaksi Efek;
2) Pemindahan Efek dan/atau dana; dan
3) Penyampaian konfirmasi tertulis kepada setiap nasabah.
o. Informasi tentang nasabah termasuk aktivitas transaksi wajib disimpan secara
rahasia oleh Perantara Pedagang Efek dan pegawainya, kecuali atas izin nasabah
atau atas permintaan Pihak yang berwenang berdasarkan undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA

OJK.go.id. Perusahaan Efek. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Perusahaan-


Efek.aspx. Diakses pada 19 Maret 2021.
OJK.go.id. Data Perusahaan Efek-Agustus 2020. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-
modal/data-dan-statistik/data-perusahaan-
efek/Pages/DataperusahaanEfekAgustus2020.aspx. Diakses pada 19 Maret 2021
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-548/BL/2010 Tanggal 28 Desember 2010
Kayo, Sutan Edison. Sahamok.net. 2020. Perusahaan Efek (pengertian, jenis, kegiatan usaha,
profesi). https://www.sahamok.net/perusahaan-efek-pengertian-jenis-kegiatan-usaha-
profesi/
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/35
Situs Resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-
modal/regulasi/peraturan-ojk/Pages/POJK-Nomor-20.POJK.04.2016.aspx (Diakses
pada 19 Maret 2021 pukul 23.50 wib)
OJK.go.id. Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan oleh Perusahaan Efek.
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/Pengendalian-dan-Perlindungan-Efek-yang-
Disimpan-Oleh-Perusahaan-Efek.aspx. Diakses pada 18 Maret 2021
Peraturan otoritas jasa keuangan nomor 22/ pojk.04 / 2014 tentang prinsip mengenal nasabah
oleh penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal.
OJK.go.id. Kegiatan Lain Bagi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai
Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Kegiatan-Lain-bagi-Perusahaan-
Efek-yang-Melakukan-Kegiatan-Usaha-sebagai-Penjamin-Emisi-Efek-dan-Perantara-
Pedagang-Efek/seojk%2014-2018.pdf diakses tanggal 18 Maret 2021
Situs Resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-
modal/regulasi/peraturan-ojk/Pages/POJK-Nomor-20.POJK.04.2016.aspx (Diakses
pada 19 Maret 2021 pukul 11.35 wib)
MATA KULIAH PASAR MODAL
RESUME “TRANSAKSI EFEK DAN INSTRUMEN”
WEEK 6

TIM PENYUSUN
Kelompok 5
1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
1. JENIS MEKANISME TRANSAKSI EFEK
A. Transaksi Margin
Transaksi margin adalah fasilitas yang diberikan kepada investor untuk
membeli saham dengan nilai lebih besar dari modal. Contohnya nasabah punya modal
Rp 20 juta maka bisa membeli saham hingga Rp 40 juta dimana sisa kekurangan
ditalangi oleh perusahaan sekuritas. Aturan di bursa hanya membolehkan perusahaan
sekuritas memberikan maksimal dua kali dari modal nasabah.
Keuntungan bagi perusahaan sekuritas adalah mendapat fee transaksi dan
bunga dari pinjaman. Sedangkan bagi nasabah jika harga sahamnya tinggi akan
mendapat untung berlipat, tapi jika rugi maka ruginya juga besar.
B. Transaksi Short Selling
Short selling merupakan bentuk transaksi yang digunakan investor dengan
meminjam dana untuk melakukan penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga
tinggi dengan harapan bisa membeli pada saat harga sahamnya turun. Misalnya ada
investor ingin menjual saham ABCD di harga Rp 10.000 per saham. Ketika pasar
saham turun, dia berspekulasi bahwa harga saham ABCD akan turun 20% ke Rp Rp
8.000 per saham. Tapi, investor ini belum memiliki saham ABCD. Sehingga dia harus
meminjam saham tersebut, misalnya dari broker.
Setelah mendapatkan saham pinjaman ABCD, si investor menjual saham
tersebut di harga Rp 10.000. Tapi karena dia meminjam saham dari broker, dia harus
mengembalikan. Ketika pasar turun dan harga saham ABCD ikut terseret, maka dia
baru beli saham ABCD di pasar saat harganya lebih rendah, misalnya spekulasi dia
benar di harga Rp 8.000 per saham. Saham yang dibeli dengan lebih murah daripada
harga dia jual ini dikembalikan ke broker. Dari transaksi ini, investor masih
mengantongi untung Rp 2.000 per saham.
Di satu sisi, investor bisa mencetak untung. Short sell pun lazim terjadi saat
pasar turun. Tapi, transaksi short sell memicu volatilitas karena investor akan
menunggangi penurunan bursa. Oleh karena itu, Bursa Efek Indonesia membatasi
transaksi short sell pada saham-saham tertentu dengan aturan tertentu juga. Saat ini,
setoran awal short sell minimal Rp 200 juta. Broker yang diperbolehkan memberikan
fasilitas ini juga hanya yang terdaftar di di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
Anggota Bursa (AB) short selling.
C. Transaksi Pinjam-Meminjam Efek
Pinjam Meminjam Efek (PME)/Securities Borrowing and Lending (SBL)
merupakan fasilitas yang memberikan kesempatan bagi pemilik saham untuk
memperoleh pendapatan dari peminjaman saham yang dimilikinya. Layanan PME
dapat dijadikan alternatif untuk mendapatkan pendapatan tambahan dari investasi
saham yang dimiliki.
KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan di Pasar Modal berperan untuk
menjembatani para pemberi pinjaman (Lender) dan peminjam (Borrower). Investor
dapat meminjam/meminjamkan sahamnya melalui Perusahaan Efek/Bank Kustodian
yang telah tercatat sebagai anggota Pinjam Meminjam Efek KPEI.
D. Transaksi Repurchase (Repo)
Transaksi repurchase agreement atau transaksi repo adalah kontrak jual atau
beli efek dengan janji beli atau jual kembali pada waktu dan harga yang telah
ditetapkan. Standar perjanjian transaksi repo diterbitkan oleh International Capital
Market Association (ICMA).
2. PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa adalah kewajiban Lembaga Kliring dan
Penjaminan untuk seketika dan langsung mengambil alih tanggung jawab Anggota Kliring
yang gagal memenuhi kewajibannya berkaitan dengan penyelesaian Transaksi Bursa dan
untuk menyelesaikan transaksi tersebut pada waktu dan cara yang sama sebagaimana
diwajibkan kepada Anggota Kliring yang bersangkutan.
Dana Jaminan adalah kumpulan dana dan/atau Efek yang diadministrasikan dan
dikelola oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan yang digunakan untuk melakukan
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan.
Cadangan Jaminan adalah akumulasi dana yang berasal dari penyisihan laba bersih
Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam bentuk kas atau setara kas yang digunakan untuk
melakukan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan.
Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi
Bursa. Netting adalah kegiatan Kliring yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap
Anggota Kliring untuk menyerahkan atau menerima sejumlah saldo Efek tertentu untuk
setiap jenis Efek yang ditransaksikan dan untuk menerima atau membayar sejumlah saldo
dana untuk seluruh atau setiap jenis Efek yang ditransaksikan.
Anggota Kliring adalah Anggota Bursa Efek atau pihak lain, yang memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan layanan jasa Kliring dan Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Bursa berdasarkan peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.
Agunan adalah dana, Efek, dan/atau instrumen keuangan lainnya milik Anggota
Kliring sebagai jaminan yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan
untuk menyelesaikan Transaksi Bursa dan/atau untuk menyelesaikan kewajiban Anggota
Kliring kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan
Rekening Jaminan adalah Rekening Efek Anggota Kliring pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian untuk menempatkan Agunan berbentuk Efek dan/atau
dana yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk menyelesaikan
Transaksi Bursa dan/atau untuk menyelesaikan kewajiban Anggota Kliring tersebut
kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan.
Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam
Efek, atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek.
Transaksi Dipisahkan adalah Transaksi Bursa yang dipisahkan dari Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bursa Efek dan
Lembaga Kliring dan Penjaminan atau atas perintah Otoritas Jasa Keuangan.
Efek Tidak Dijamin adalah Efek yang ditetapkan oleh Bursa Efek dan Lembaga
Kliring dan Penjaminan berdasarkan persyaratan tertentu yang penyelesaian transaksinya
tidak dijamin.
Jaringan Kredit adalah Anggota Kliring baik sendirisendiri maupun bersama-sama
yang diwajibkan untuk menutup kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan berkaitan
dengan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa.
Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko adalah komite yang diangkat dan
diberhentikan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk memberi masukan kebijakan
kredit dan pengendalian risiko guna mendukung pelaksanaan Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Bursa.
Menurut BAB II KEWAJIBAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI
BURSA
a. Pasal 2 Bursa Efek wajib mengatur setiap jenis Transaksi Bursa sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait Transaksi Efek serta Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini.
b. Pasal 3 Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib melaksanakan Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini,
peraturan Bursa Efek, dan peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.
c. Pasal 4 Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib bertanggung jawab atas kerugian yang
dialami setiap pihak sebagai akibat keterlambatan Lembaga Kliring dan Penjaminan
dalam penyelesaian Transaksi Bursa yang dijaminnya.
d. Pasal 5
(1) Direktur dan/atau komisaris Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat diminta
pertanggungjawaban secara pribadi baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama atas segala kerugian yang diderita oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan
atau pihak lain.
(2) Tanggung jawab direktur dan/atau komisaris Lembaga Kliring dan
Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) timbul karena kelalaian atau
pelanggaran peraturan yang dilakukan direktur dan/atau komisaris Lembaga
Kliring dan Penjaminan yang mengakibatkan Lembaga Kliring dan
Penjaminan gagal memenuhi kewajiban Penjaminan Penyelesaian Transaksi
Bursa.
e. Pasal 6
(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib memastikan bahwa semua pesanan
Transaksi Bursa Anggota Kliring sebelum dilaksanakan mempunyai Agunan
yang cukup dan dikendalikan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan.
(2) Kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(3) Efek yang tidak dapat dijual dengan cepat atau yang dihentikan sementara dari
perdagangannya di Bursa Efek tidak dapat digunakan sebagai Agunan pada
Rekening Jaminan kecuali untuk menjamin penyelesaian penjualan Efek itu
sendiri;
(4) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib mensyaratkan Anggota Kliring
menyetor Agunan tambahan pada Rekening Jaminan apabila nilai pasar
Agunan tersebut jatuh di bawah batas nilai Agunan yang ditetapkan oleh
Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko dan Lembaga Kliring dan
Penjaminan berhak menolak pesanan Transaksi Bursa Anggota Kliring sampai
Agunan tambahan tersebut dipenuhi; dan
(5) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menolak pesanan baru Transaksi
Bursa Anggota Kliring yang mempunyai saldo debit pada Agunan sampai
saldo Agunannya positif atau yang gagal memenuhi kewajiban penyelesaian
Transaksi Bursa kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan sampai kewajiban
tersebut dipenuhi.
f. Pasal 7
(1) Dalam rangka menjalankan fungsi Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa,
Lembaga Kliring dan Penjaminan membentuk Cadangan Jaminan.
(2) Pembentukan Cadangan Jaminan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penggunaannya dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut: a. besarnya penyisihan dari laba bersih Lembaga
Kliring dan Penjaminan tahun berjalan, yang dialokasikan ke Cadangan
Jaminan ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham; dan b. penggunaan
Cadangan Jaminan tidak memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham.
g. Pasal 8
(1) Bursa Efek wajib membuat kontrak dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan
mengenai Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
(2) Kontrak antara Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan sebagai
berikut:
a) Lembaga Kliring dan Penjaminan berwenang menentukan Anggota
Kliring yang dapat melakukan Transaksi Bursa dan Anggota Kliring
yang dilarang melakukan Transaksi Bursa berdasarkan hasil analisis
risiko penjaminan;
b) Bursa Efek wajib memastikan bahwa Lembaga Kliring dan Penjaminan
memiliki fasilitas untuk menganalisis tingkat risiko Anggota Kliring
dan berhak menyetujui atau menolak setiap pesanan sebelum pesanan
tersebut dapat dilaksanakan di Bursa Efek;
(3) Lembaga Kliring dan Penjaminan berhak untuk mengetahui informasi
berkaitan dengan Rekening Jaminan setiap Anggota Kliring dan wajib
memiliki fasilitas untuk menerima informasi dimaksud setiap saat serta wajib
menetapkan persyaratan Agunan yang wajib dipenuhi setiap Anggota Kliring;
(4) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib mensyaratkan setiap Anggota Kliring
untuk menyerahkan saham Bursa Efek yang dimilikinya sebagai Agunan;
(5) Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat mensyaratkan setiap Anggota Kliring
untuk memastikan pemegang saham mayoritas dan/atau pemegang saham
utama Anggota Kliring menyerahkan sebagian atau seluruh saham Anggota
Kliring yang dimilikinya sebagai Agunan;
(6) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib mensyaratkan setiap Anggota Kliring
untuk menerima tanggung jawab Jaringan Kredit sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini;
(7) Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menetapkan
persyaratan dan tata cara penetapan Efek Tidak Dijamin berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini;
(8) Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menetapkan
persyaratan dan tata cara penetapan Transaksi Dipisahkan berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini;
(9) Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menetapkan
parameter penghentian sementara perdagangan atas Efek tertentu dan/atau
Anggota Kliring tertentu dalam rangka melaksanakan pengelolaan risiko
penjaminan; dan
(10) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menetapkan parameter kondisi
Anggota Kliring yang dinyatakan gagal memenuhi kewajiban penyelesaian
Transaksi Bursa dan tindakan yang diambil oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan dalam rangka penanganan kegagalan Anggota Kliring tersebut.
h. Pasal 9
(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib membuat kontrak dengan setiap
Anggota Kliring mengenai Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa.
(2) Kontrak antara Lembaga Kliring dan Penjaminan dengan setiap Anggota
Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan
sebagai berikut:
a) Lembaga Kliring dan Penjaminan hanya bertanggung jawab
melakukan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa kepada Anggota
Kliring;
b) Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan didasarkan pada hasil Kliring yang dilakukan secara
Netting setiap Anggota Kliring yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring
dan Penjaminan;
c) kondisi Anggota Kliring yang dinyatakan gagal memenuhi kewajiban
penyelesaian Transaksi Bursa dan tindakan yang diambil oleh
Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam rangka penanganan kegagalan
Anggota Kliring;
d) kewajiban Anggota Kliring untuk membayar kontribusi Dana Jaminan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan
peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan
e) kewajiban Anggota Kliring untuk menerima tanggung jawab Jaringan
Kredit sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan
peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

3. PEMBIAYAAN TRANSAKSI EFEK


Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah Dan Transaksi
Short Selling Oleh Perusahaan Efek (Peraturan Bapepam Nomor V.D.6).
A. Definisi Istilah:
1. Jaminan Awal adalah sejumlah dana dan atau Efek yang wajib disetor nasabah
kepada Perusahaan Efek sebagai Jaminan Pembiayaan pada saat pembukaan
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling.
2. Jaminan Pembiayaan adalah sejumlah dana dan atau Efek milik nasabah yang
ditahan oleh Perusahaan Efek sebagai jaminan untuk penyelesaian Transaksi
Marjin atau Transaksi Short Selling.
3. Permintaan Pemenuhan Jaminan adalah permintaan Perusahaan Efek kepada
nasabah untuk menyerahkan dana dan atau Efek dalam rangka memenuhi batas
maksimal nilai pembiayaan yang diberikan oleh Perusahaan Efek kepada
nasabah atau batas minimal nilai Jaminan Pembiayaan yang wajib dipenuhi oleh
nasabah.
4. Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian antara Perusahaan Efek dengan
nasabah yang memuat hak dan kewajiban terkait dengan pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek nasabah oleh Perusahaan Efek yang dapat berupa
pembiayaan dana dan atau pembiayaan Efek.
5. Posisi Long adalah saldo Efek dalam akun tertentu di buku pembantu Efek yang
menunjukkan sejumlah Efek yang dimiliki oleh Perusahaan Efek atau sejumlah
Efek yang wajib diserahkan oleh Perusahaan Efek kepada nasabah.
6. Posisi Short adalah saldo Efek dalam akun tertentu di buku pembantu Efek yang
menunjukkan sejumlah Efek yang dijual oleh Perusahaan Efek untuk
kepentingannya sendiri dan atau kepentingan nasabah, tetapi pada saat dijual
Efek dimaksud belum dimiliki oleh Perusahaan Efek dan atau belum diserahkan
oleh nasabah kepada Perusahaan Efek.
7. Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin adalah rekening Efek nasabah
yang khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Marjin.
8. Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling adalah rekening Efek
nasabah yang khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Short Selling.
9. Saldo Debit adalah saldo dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin
atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling yang menunjukkan
jumlah uang yang wajib dibayar oleh nasabah kepada Perusahaan Efek.
10. Saldo Kredit adalah saldo dana dalam rekening Efek nasabah yang
menunjukkan kewajiban Perusahaan Efek kepada nasabah dan atau yang
menunjukkan jaminan termasuk Jaminan Pembiayaan dalam Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short
Selling.
11. Transaksi Marjin adalah transaksi pembelian Efek untuk kepentingan nasabah
yang dibiayai oleh Perusahaan Efek.
12. Transaksi Short Selling adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek
dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.

B. Persyaratan Perusahaan Efek Yang Dapat Memberikan Pembiayaan


Penyelesaian Transaksi Efek:
1. Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling,
hanya dapat dilakukan apabila Perusahaan Efek telah memenuhi seluruh
ketentuan sebagai berikut:
a. Memiliki izin usaha dari Bapepam dan LK untuk melakukan kegiatan
sebagai Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening
Efek nasabah;
b. Memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan sesuai dengan yang
dipersyaratkan ;
c. Memperoleh persetujuan dari Bursa Efek untuk melakukan Transaksi
Marjin dan atau Transaksi Short Selling;
d. Dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan dana melalui
Transaksi Marjin, Perusahaan Efek wajib mempunyai cukup sumber
pembiayaan untuk membiayai penyelesaian transaksi pembelian Efek;
dan
e. Dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan Efek melalui
Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib memiliki perikatan
dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan, Perusahaan Efek lain,Bank
Kustodian, dan atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK untuk
meminjam Efek yang diperlukan bagi penyelesaian transaksi penjualan
Efek.
2. Sebelum memberikan persetujuan, Bursa Efek wajib memeriksa sistem
operasional Perusahaan Efek terutama yang terkait dengan sistem manajemen
risiko atas pembiayaan penyelesaian transaksi Efek bagi nasabah.
3. Bursa Efek yang telah memberikan persetujuan tersebut wajib melakukan
pemeriksaan atas sistem operasional secara berkala sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun.
C. Persyaratan Nasabah Yang Dapat Menerima Pembiayaan Penyelesaian
Transaksi Efek Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Marjin atau Transaksi
Short Selling hanya dapat diberikan oleh Perusahaan Efek apabila nasabah
memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut:
1. Telah memiliki rekening Efek reguler, untuk mengetahui riwayat transaksi
nasabah;
2. Telah membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin untuk nasabah
yang akan melakukan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling untuk nasabah yang akan melakukan Transaksi Short
Selling pada Perusahaan Efek berdasarkan Perjanjian Pembiayaan dan masih
memiliki rekening Efek reguler sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk
menampung transaksi Efek yang tidak dibiayai oleh Perusahaan Efek; dan
3. Telah menyetorkan Jaminan Awal dengan nilai paling kurang sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk masing-masing Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Marjin dan Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short
Selling.
D. Pokok-pokok Perjanjian Pembiayaan Transaksi Efek Nasabah Perjanjian
Pembiayaan Wajib Memuat Klausula Sebagai Berikut:
1. Tingginya tingkat risiko investasi nasabah karena perubahan harga Efek yang
dapat mengakibatkan antara lain Jaminan Pembiayaan nasabah berkurang,
habis, atau minus;
2. Kebijakan penilaian Jaminan Pembiayaan berupa Efek, antara lain meliputi
jenis Efek yang dapat diterima sebagai Jaminan Pembiayaan, penetapan nilai
pasar wajarnya, dan penetapan haircut (jika ada);
3. Kewajiban nasabah untuk setiap saat memenuhi permintaan Perusahaan Efek
sehubungan antara lain Permintaan Pemenuhan Jaminan atas Transaksi Marjin,
dan atau Transaksi Short Selling;
4. Kewajiban Perusahaan Efek untuk melakukan pemberitahuan Permintaan
Pemenuhan Jaminan kepada nasabah;
5. Hak Perusahaan Efek, dalam hal nasabah tidak memenuhi Permintaan
Pemenuhan Jaminan, untuk setiap saat tanpa memberikan alasan atau
pemberitahuan atau memperoleh persetujuan terlebih dahulu untuk menjual
atau membeli Efek atau tindakan lain yang disepakati dengan nasabah guna
memenuhi:
6. Persyaratan nilai Jaminan Pembiayaan yang ditentukan dalam Perjanjian
Pembiayaan; dan
7. Kewajiban nasabah dalam penyelesaian transaksi Efek.
8. Nasabah Perusahaan Efek tidak dapat memilih Efek yang akan dilikuidasi atau
dijual untuk memenuhi kewajibannya;
9. Batasan maksimal Efek nasabah yang menjadi Jaminan Pembiayaan yang dapat
dijual atau dibeli oleh Perusahaan Efek dalam rangka Permintaan Pemenuhan
Jaminan, penyelesaian Transaksi Marjin, dan atau Transaksi Short Selling;
10. Hal-hal yang menyebabkan Perusahaan Efek dapat setiap saat menutup
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling;
11. Ketentuan pembiayaan yang antara lain meliputi jangka waktu pembiayaan,
perhitungan tingkat bunga pembiayaan, dan metode perhitungan bunga
pembiayaan; dan
12. Ketentuan mengenai perjanjian pinjam meminjam Efek antara nasabah dengan
Perusahaan Efek dalam rangka Transaksi Short Selling nasabah.
E. Persyaratan Efek yang Dapat Ditransaksikan Dalam Pembiayaan Transaksi
Efek Nasabah
1. Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling hanya dapat dilaksanakan
apabila Efek tersebut tercatat di Bursa Efek kecuali ditentukan lain oleh
Bapepam dan LK.
2. Persyaratan Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan penyelesaian
transaksi Efek dan yang dapat digunakan sebagai Jaminan Pembiayaan
ditetapkan oleh Bursa Efek dalam peraturan Bursa Efek.
3. Dalam menetapkan persyaratan Efek, Bursa Efek wajib mempertimbangkan
sekurang kurangnya hal-hal sebagai berikut:
a) Nilai minimal rata-rata transaksi harian dalam periode tertentu;
b) Jumlah minimal Pihak yang memiliki Efek dalam periode tertentu;
c) Faktor fundamental Efek; dan
d) Kriteria khusus untuk Efek yang dapat dilakukan Transaksi Short Selling,
termasuk batasan persentase jumlah maksimal Efek dari total Efek yang
beredar yang dapat ditransaksikan.
4. Efek yang memenuhi syarat wajib:
a) Diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada Bapepam dan LK oleh
Bursa Efek pada hari kerja terakhir setiap bulan;
b) Direview pemenuhan persyaratannya apabila ada informasi material, dan
hasil review dimaksud diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada
Bapepam dan LK oleh Bursa Efek pada hari yang sama.
5. Dalam hal Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek sebagai
Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan penyelesaian transaksi Efek
dan yang dapat digunakan sebagai Jaminan Pembiayaan, maka pembiayaan atas
transaksi Efek Nasabah yang sudah berjalan wajib diselesaikan paling lambat 5
(lima) hari bursa sejak Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa
Efek.
F. Mekanisme Pembiayaan Transaksi Efek Nasabah
a. Ketentuan Umum
1. Sebelum membiayai penyelesaian Transaksi Marjin dan atau Transaksi
Short Selling, Perusahaan Efek wajib meneliti hal-hal sebagai berikut:
a) Nasabah telah memenuhi persyaratan; dan
b) Perusahaan Efek telah memenuhi persyaratan.
2. Nilai Jaminan Pembiayaan atas kewajiban nasabah dalam Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi
Short Selling adalah:
a) Jumlah uang yang tercatat pada Saldo Kredit sebagai jaminan dalam
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling; dan
b) Nilai pasar wajar Efek pada Posisi Long sebagai jaminan dalam Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling pada buku pembantu Efek setelah
memperhitungkan haircut.
3. Perusahaan Efek wajib melakukan pencatatan Transaksi Marjin dan
Transaksi Short Selling sesuai dengan ketentuan akuntansi Perusahaan Efek
yang berlaku.
b. Transaksi Marjin
1. Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi Marjin,
petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan Perusahaan Efek harus
memastikan telah tersedia sejumlah dana dan atau Efek di Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Marjin sebagai Jaminan Awal.
2. Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin adalah sebesar jumlah piutang
atas Transaksi Marjin yang diberikan Perusahaan Efek kepada nasabahnya
dan dicatat sebagai Saldo Debit dalam Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Marjin.
3. Nilai Jaminan Awal paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari nilai
pembelian Efek pada saat transaksi atau Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) mana yang lebih tinggi.
4. Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin yang dapat diberikan oleh
Perusahaan Efek kepada nasabah paling banyak 65% (enam puluh lima
perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.
5. Jika nilai Jaminan Pembiayaan mengalami penurunan sehingga nilai
pembiayaan melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan
Pembiayaan, maka Perusahaan Efek wajib melakukan Permintaan
Pemenuhan Jaminan kepada nasabahnya dan nasabah wajib memenuhi
Permintaan Pemenuhan Jaminan, sehingga nilai pembiayaan tidak melebihi
65% (enam puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.
6. Jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan paling lambat 3 (tiga)
hari bursa, maka Perusahaan Efek pada hari bursa ke-4 (keempat) wajib
segera menjual Efek dalam Jaminan Pembiayaan yang dibuktikan dengan
melakukan penawaran jual sehingga nilai pembiayaan tidak melebihi 65%
(enam puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.
7. Jika nilai pembiayaan telah mencapai 80% (delapan puluh perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan, maka Perusahaan Efek baik dengan ataupun
tanpa pemberitahuan kepada nasabahnya, wajib segera menjual Efek dalam
Jaminan Pembiayaan yang dibuktikan dengan melakukan penawaran jual
sehingga nilai pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima
perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.
8. Perusahaan Efek wajib menyampaikan konfirmasi secara tertulis kepada
nasabahnya atas transaksi penjualan, yang dibedakan dengan konfirmasi
tertulis atas transaksi berdasarkan pesanan nasabah pada hari yang sama
dengan penjualan Efek nasabah oleh Perusahaan Efek.
c. Pembiayaan Transaksi Short Selling
1. Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi Short
Selling, petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan Perusahaan Efek
wajib:
a) Memastikan telah tersedia sejumlah dana dan atau Efek di Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling sebagai Jaminan Awal;
b) Mempertimbangkan ketersediaan Efek pada saat penyelesaian Transaksi
Short Selling antara lain:
(1). Memiliki Efek lain yang dapat dikonversi atau ditukar menjadi Efek
yang digunakan untuk penyelesaian Transaksi Short Selling; atau
(2). Telah melaksanakan hak atas opsi atau waran untuk memperoleh
Efek yang digunakan untuk penyelesaian Transaksi Short Selling.
(3). Memastikan bahwa nasabah telah menandatangani perjanjian
pinjam meminjam Efek dengan Perusahaan Efek; dan
(4). Memastikan bahwa nasabah telah memahami hak dan kewajiban
berkenaan dengan Transaksi Short Selling tersebut.
2. Nilai pembiayaan Efek atas Transaksi Short Selling adalah sebesar nilai
pasar wajar Efek yang ditransaksikan secara Short Selling oleh nasabah
yang dibiayai oleh Perusahaan Efek dan dicatat pada saldo Posisi Short
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling di buku pembantu Efek.
3. Nilai Jaminan Awal paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari nilai
Transaksi Short Selling atau Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) mana
yang lebih tinggi.
4. Nilai Jaminan Pembiayaan paling kurang 150% (seratus lima puluh
perseratus) dari nilai Transaksi Short Selling pada saat Transaksi Short
Selling pertama terjadi, dimana Jaminan Pembiayaan dimaksud paling
kurang terdiri dari Jaminan Awal dan dana yang diterima dari penjualan
Efek melalui Transaksi Short Selling dimaksud.
5. Nilai Jaminan Pembiayaan atas Transaksi Short Selling yang wajib
dipelihara nasabah paling kurang 135% (seratus tiga puluh lima perseratus)
dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short.
6. Jika nilai Jaminan Pembiayaan mengalami penurunan dan atau nilai pasar
wajar Efek dalam Posisi Short mengalami kenaikan sehingga nilai Jaminan
Pembiayaan kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai
pasar wajar Efek dalam Posisi Short, maka Perusahaan Efek wajib
melakukan Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada nasabahnya dan
nasabah wajib memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan, sehingga nilai
Jaminan Pembiayaan tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima
perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam Posisi Short.
7. Jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan paling lambat 3 (tiga)
hari bursa, maka Perusahaan Efek pada hari bursa ke-4 (keempat) wajib
segera membeli Efek yang dijual melalui Transaksi Short Selling yang
dibuktikan dengan melakukan penawaran beli sehingga nilai Jaminan
Pembiayaan tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari
nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short.
8. Jika nilai Jaminan Pembiayaan kurang dari 120% (seratus dua puluh
perseratus) dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short, maka Perusahaan
Efek wajib segera membeli Efek pada Posisi Short yang dibuktikan dengan
melakukan penawaran beli sehingga nilai Jaminan Pembiayaan tidak kurang
dari 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
dalam Posisi Short.
9. Perusahaan Efek wajib menyampaikan konfirmasi secara tertulis kepada
nasabahnya atas transaksi pembelian, yang dibedakan dengan konfirmasi
tertulis atas transaksi berdasarkan pesanan nasabah pada hari yang sama
dengan pembelian Efek nasabah oleh Perusahaan Efek.
10. Transaksi Short Selling dibatasi dengan ketentuan:
a) Harga penawaran jual yang dimasukkan dalam sistem perdagangan Bursa
Efek harus di atas harga yang terjadi terakhir di Bursa Efek; dan
b) Perusahaan Efek wajib memberi tanda “short” pada saat pelaksanaan
order jual pada sistem perdagangan Bursa Efek.
d. Perjanjian Pinjam Meminjam Efek dalam rangka pembiayaan Transaksi
Short Selling nasabah
1. Perusahaan Efek hanya dapat melakukan pembiayaan Transaksi Short
Selling nasabah apabila Efek yang digunakan oleh Perusahaan Efek untuk
penyelesaian transaksi Efek tersebut akan diperolehdengan cara Perusahaan
Efek meminjam Efek dari dan atau melalui:
a) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP);
b) Perusahaaan Efek lain;
c) Bank Kustodian; dan atau
d) Pihak lain.
2. Kontrak standar pinjam meminjam Efek wajib memuat rincian antara lain
mengenai:
a) Jumlah dan jenis Efek;
b) Waktu berlakunya pinjam meminjam;
c) Jaminan;
d) Hak-hak sehubungan dengan pemilikan Efek termasuk hak suara, hak
memesan Efek terlebih dahulu, bonus, dividen, danbunga;
e) Kewajiban perpajakan;
f) Biaya-biaya dalam rangka pinjam meminjam;
g) Wanprestasi;
h) Metode penilaian Efek yang dipinjamkan dan jaminan;dan
i) Mekanisme penyelesaian perselisihan.
3. Dalam rangka menjalankan fungsinya, Lembaga Kliring dan Penjaminan
wajib membuat kontrak standar pinjam meminjam Efek yang isinya sesuai
dan telah disetujui oleh Bapepam dan LK untuk dapat dipergunakan oleh
semua Pihak.
4. Setiap Pihak yang tidak menggunakan kontrak standar pinjam meminjam
Efek, dapat membuat kontrak pinjam meminjam Efek yang isinya sesuai
dengan peraturan ini sepanjang disertai pendapat hukum dari 2 (dua)
konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam dan LK dan wajib disampaikan
kepada Bapepam dan LK untuk mendapat persetujuan sebelum berlaku.
5. Perusahaan Efek dilarang memberikan pembiayaan Transaksi Marjin dan
atau Transaksi Short Selling kepada nasabahnya yang merupakan komisaris,
direktur, atau pegawai Perusahaan Efek dimaksud.
e. Ketentuan bagi Perusahaan Efek yang Melakukan Transaksi Short Selling
untuk Kepentingan Sendiri
1. Sebelum melakukan Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib:
a) Telah membuka rekening terpisah untuk Transaksi Short Selling;
b) Telah menyisihkan dana dan atau Efek dalam rekening paling sedikit 50%
(limapuluh per seratus) dari nilai Transaksi Short Selling sebagai aset
yang disisihkan Perusahaan Efek untuk menutup risiko Transaksi Short
Selling; dan
c) Memastikan telah tersedia Efek pada saat penyelesaian Transaksi Short
Selling antara lain:
i. Memiliki Efek lain yang dapat dikonversi atau ditukar menjadi Efek
yang digunakan untuk penyelesaian Transaksi Short Selling;
ii. Telah melaksanakan hak atas opsi atau waran untuk memperoleh
Efek yang digunakan untuk penyelesaian Transaksi Short Selling;
dan atau
iii. Telah melakukan perjanjian pinjam meminjam Efek dalamrangka
Transaksi Short Selling dari dan atau melalui pihak-pihak.
Perjanjian pinjam meminjam Efek dibuat dengan menggunakan
kontrak.
2. Pada saat Transaksi Short Selling pertama terjadi, nilai aset yang disisihkan
ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek melalui Transaksi Short
Selling paling kurang 150% (seratus lima puluh perseratus) dari nilai
Transaksi Short Selling.
3. Nilai aset yang disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek
melalui Transaksi Short Selling wajib dipelihara Perusahaan Efek paling
kurang 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
pada Posisi Short.
4. Jika nilai aset yang disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan
Efek melalui Transaksi Short Selling mengalami penurunan dan atau nilai
pasar wajar Efek dalam Posisi Short mengalami kenaikan sehingga nilai aset
yang disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek melalui
Transaksi Short Selling kurang dari:
a) 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
dalam Posisi Short, maka Perusahaan Efek wajib menambah aset yang
disisihkan dan atau membeli Efek yang ditransaksikan secara Short
Selling paling lambat 3 (tiga) hari bursa, sehingga nilai aset yang
disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek melalui
Transaksi Short Selling tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima
perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam Posisi Short.
b) 120% (seratus dua puluh perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam
Posisi Short, maka Perusahaan Efek wajib segera menambah aset yang
disisihkan dan atau membeli Efek yang ditransaksikan secara Short
Selling, sehingga nilai aset yang disisihkan ditambah dana yang diterima
dari penjualan Efek melalui Transaksi Short Selling tidak kurang dari
135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
dalam Posisi Short.
5. Transaksi Short Selling Perusahaan Efek dibatasi dengan ketentuan:
a) Harga penawaran jual yang dimasukkan dalam sistem perdagangan Bursa
Efek harus di atas harga yang terjadi terakhir di Bursa Efek; dan
b) Perusahaan Efek wajib memberi tanda “short” pada saat pelaksanaan
order jual pada sistem perdagangan Bursa Efek.
6. Perusahaan Efek hanya dapat melakukan Transaksi Short Selling atas Efek
yang ditetapkan Bursa Efek sebagai Efek yang dapat ditransaksikan secara
short selling.
7. Dalam hal Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek
sebagai Efek yang dapat ditransaksikan secara short selling, maka Transaksi
Short Selling Perusahaan Efek yang sudah berjalan wajib diselesaikan
paling lambat 5 (lima) hari bursa sejak Efek tidak lagi memenuhi syarat
yang ditetapkan Bursa Efek.
8. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal,
Bapepam dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran
ketentuan peraturan ini, termasuk Pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran tersebut.

4. KONTRAK BERJANGKA DAN OPSI ATAS EFEK ATAU INDEKS EFEK


Kontrak berjangka atau juga dikenal dengan sebutan futures contract dalam dunia
keuangan merupakan suatu kontrak standar yang diperdagangkan pada bursa berjangka,
untuk membeli ataupun menjual aset acuan dari instrumen keuangan pada suatu tanggal di
masa akan datang, dengan harga tertentu.
Kontrak berjangka dan opsi atas efek atau indeks efek diatur melalui Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP- 39/PM/2003 Tentang Kontrak
Berjangka dan Opsi Atas Efek Atau Indeks Efek.
Pasal 1
Ketentuan mengenai Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek diatur dalam
Peraturan Nomor III.E.1 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 2
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Peraturan Nomor III E 1 mencakup 15 aturan mengenai kontrak berjangka dan opsi atas
efek atau indeks efek. Penyelenggaraan perdagangan Kontrak hanya dapat dilakukan oleh
Bursa Efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Bursa Efek yang
menyelenggarakan perdagangan Kontrak sekurang-kurangnya wajib mengatur hal-hal
sebagai berikut:
a. Spesifikasi Kontrak yang diperdagangkan, antara lain :
i. jenis dan periode Kontrak;
ii. Jaminan yang dibutuhkan;
iii. penentuan penghitungan nilai Kontrak dan angka pengganda (multiplier); dan
iv. penentuan penghitungan harga penyelesaian.
b. Kualifikasi Underlying Efek;
c. Persyaratan Anggota Bursa Efek yang dapat melakukan transaksi Kontrak;
d. Mekanisme transaksi;
e. Ketentuan umum kliring dan penyelesaian Kontrak;
f. Pengawasan atas perdagangan Kontrak wajib mengikuti informasi mengenai
Underlying;
g. Tindakan yang diambil atas perdagangan Kontrak apabila perdagangan Underlying
dihentikan;
h. tindakan yang diambil terhadap Posisi Terbuka bila terjadi hal yang mengakibatkan
Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik;
i. kewajiban Anggota Bursa Efek melakukan Transaksi Saling Hapus atau
mengalihkan semua Posisi Terbuka kepada Anggota Bursa Efek lain pada hari bursa
yang sama, apabila Anggota Bursa Efek dimaksud tidak mampu atau dianggap tidak
mampu melaksanakan fungsinya dalam jangka waktu tertentu; dan
j. sanksi yang dikenakan terhadap Anggota Bursa Efek atas pelanggaran peraturan.

5. PENGELOLAAN INVESTASI MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1995


Menurut pasal 18 ayat 1 UU No.8 Tahun 1995, reksa dana dapat berbentuk perseroan
dan kontrak investasi kolektif. Ketentuan mengenai pengelolaan reksa dana diatur dalam
Pasal 21-29, yakni sebagai berikut:
a. Pasal 21
1. Pengelolaan Reksa Dana, baik yang berbentuk Perseroan maupun yang berbentuk
kontrak investasi kolektif, dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak.
2. Kontrak pengelolaan Reksa Dana berbentuk Perseroan dibuat oleh direksi dengan
Manajer Investasi.
3. Kontrak pengelolaan Reksa Dana terbuka berbentuk kontrak investasi kolektif
dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
oleh Bapepam.
b. Pasal 22
Manajer Investasi Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan kontrak investasi
kolektif wajib menghitung nilai pasar wajar dari Efek dalam portofolio setiap hari
bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
c. Pasal 23
1. Nilai saham Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan nilai Unit Penyertaan
kontrak
2. investasi kolektif ditentukan berdasarkan nilai aktiva bersih.
d. Pasal 24
1. Reksa Dana dilarang menerima dan atau memberikan pinjaman secara langsung.
2. Reksa Dana dilarang membeli saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana lainnya.
3. Pembatasan investasi Reksa Dana diatur lebih lanjut oleh Bapepam.
e. Pasal 25
1. Semua kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada Bank Kustodian.
2. Bank Kustodian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang terafiliasi dengan
Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana.
3. Reksa Dana wajib menghitung nilai aktiva bersih dan mengumumkannya.
f. Pasal 26
1. Kontrak penyimpanan kekayaan Reksa Dana berbentuk Perseroan dibuat oleh
direksi Reksa Dana dengan Bank Kustodian.
2. Kontrak penyimpanan kekayaan investasi kolektif dibuat antara Manajer Investasi
dan Bank Kustodian.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
oleh Bapepam.
g. Pasal 27
1. Manajer Investasi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas sebaik mungkin semata-mata untuk kepentingan Reksa Dana.
2. Dalam hal Manajer Investasi tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Manajer Investasi tersebut wajib bertanggung jawab atas
segala kerugian yang timbul karena tindakannya.
h. Pasal 28
1. Saham Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan diterbitkan tanpa nilai nominal.
2. Pada saat pendirian Reksa Dana berbentuk Perseroan, paling sedikit 1% (satu per
seratus) dari modal dasar Reksa Dana telah ditempatkan dan disetor.
3. Pelaksanaan pembelian kembali saham Reksa Dana berbentuk Perseroan dan
pengalihan lebih lanjut saham tersebut dapat dilakukan tanpa mendapat
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Dana yang digunakan untuk membeli kembali saham Reksa Dana berbentuk
Perseroan berasal dari kekayaan Reksa Dana.
i. Pasal 29
1. Reksa Dana yang berbentuk Perseroan tidak diwajibkan untuk membentuk dana
cadangan.
2. Dalam hal Reksa Dana membentuk dana cadangan, besarnya dana cadangan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

6. GAMBARAN REKSA DANA SECARA UMUM


Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27),
pengertian Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Jadi dana yang ada dalam Reksadana merupakan dana bersama milik para
pemodal akan tetapi disini manajer investasi berperan mengelola dana tersebut. Sehingga
alternatif investasi ini cocok untuk masyarakat yang ingin berinvestasi namun hanya
memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

Gambar 6.1 Ilustrasi Mekanisme Reksa Dana


Sumber : Mandiri Investasi

Pembelian Reksa Dana dapat dilakukan secara langsung melalui perusahaan


Manajer Investasi yang menerbitkan dan mengelola Reksa Dana atau bisa melalui Bank
yang bertindak sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD). Dalam membeli Reksa
Dana, persyaratan awal calon investor adalah harus memiliki kartu identitas (KTP/SIM)
dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), agar dapat membuka rekening sebelum membeli
Reksa Dana. Investor wajib melakukan proses KYC (Know Your Customer) dan investor
diwajibkan untuk melakukan pertemuan dengan pihak Manajer Investasi atau APERD
(Agen Penjual Efek Reksa Dana) minimal 1 kali.

7. REKSA DANA SYARIAH


Reksa Dana Syariah merupakan wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang
dikelola oleh badan hukum yang bernama Manajer Investasi, untuk kemudian
diinvestasikan ke dalam surat berharga seperti : saham, obligasi, dan instrumen pasar uang
yang sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah Islam antara lain dengan portofolio
penempatan dana di instrumen keuangan syariah seperti saham syariah dan sukuk.
Dikutip dari situs resmi OJK, terdapat 7 fakta mengenai Reksa Dana Syariah antara lain :
1. Produk reksa dana syariah dijamin kesyariahannya oleh DPS;
2. Reksa dana syariah dikelola oleh unit khusus;
3. Reksa dana syariah dikelola oleh manajer investasi syariah;
4. Reksa dana syariah memiliki banyak pilihan produk;
5. Reksa dana syariah berbasis efek syariah luar negeri pertama di Indonesia;
6. Reksa dana syariah memiliki rata-rata pertumbuhan market cap paling tinggi; dan
7. Market place reksa dana syariah tersedia secara offline maupun online.
Seperti halnya reksa dana konvensional, investor dapat membeli reksa dana syariah
dengan menghubungi manajer investasi atau agen penjual. Platform online yang
disediakan oleh agen penjual maupun manajer investasi juga memudahkan investor dalam
berinvestasi di reksa dana syariah.

8. EXCHANGE – TRADED FUND


Exchange Traded Fund (ETF) adalah reksa dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Kontrak Investasi
Kolektif sendiri adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
mengikat pemegang Unit Penyertaan. Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif. Walaupun ETF pada dasarnya adalah reksa dana,
produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan
penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme
saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Per 23 Desember 2020, telah ada 47 ETF
yang tercatat di BEI

Gambar 8.1 Ilustrasi persamaan saham, ETF, dan reksa dana.


Secara lebih rinci, berikut adalah perbedaan antara ETF dan reksa dana.
Reksa Dana Saham ETF

Perdagangan melalui Via Manajer Investasi atau ● Dealer Partisipan di Pasar


Agent Penjual Reksa Dana Primer
● Broker manapun di Pasar
Sekunder

Minimum pembelian 1 unit Pasar primer: Creation unit


(= 1000 lot = 100.000 unit)
Pasar sekunder: 1 Lot (100
unit)

Biaya transaksi Biaya pembelian dan Sesuai dengan biaya komisi


penjualan kembali broker/broker fee
(umumnya 1% hingga 3%)

Risiko transaksi Risiko Manajer Investasi Dapat dikontrol (lebih


dari pengelolaan portofolio rendah) karena transaksi
jual/beli ETF dapat
dilakukan setiap saat selama
jam bursa berlangsung

Nilai Aktiva Bersih per Unit Perhitungan NAB/UP Perhitungan indikasi


Penyertaan (NAB/UP) dilakukan satu kali setelah NAB/UP (iNAV) dilakukan
penutupan jam Perdagangan setiap saat selama jam
di BEI perdagangan BEI

Harga Akhir hari Real time

Underlying Saham Indeks Acuan

Settlement T+7 (tujuh hari setelah T+2 (dua hari setelah


transaksi dilakukan) transaksi dilakukan)

Dealer Partisipan Tidak ada Ada


Tabel 8.1 Perbedaan ETF dengan reksa dana saham.

Dealer Partisipan adalah anggota bursa yang bekerja sama dengan Manajer Investasi
(MI) pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit Penyertaan ETF.
Berinvestasi pada ETF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan alternatif
investasi lainnya, yaitu:
1. Mudah dan fleksibel
ETF dapat dibeli dan dijual kapan saja selama jam perdagangan, seperti layaknya
saham.
2. Rendah biaya dan risiko
Management fee ETF relatif lebih rendah dibanding reksa dana (reksa dana berkisar
2-4%). Selain itu, biaya transaksi ETF di pasar sekunder sesuai dengan komisi
broker, yaitu sekitar 1-5%. ETF memiliki likuiditas yang terjamin, sehingga
risikonya lebih kecil.
3. Cakupan luas
Memiliki 1 ETF sama dengan memiliki puluhan saham-saham unggulan. ETF yang
ditawarkan juga variatif.
4. Transparan
Informasi mengenai ETF dan saham-sahamnya dapat diakses kapanpun dan
dimanapun.
Tujuan berinvestasi pada ETF ada beberapa, di antaranya:
1. Diversifikasi, yaitu diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan
dalam sekali order.
2. Fleksibilitas, yaitu memanfaatkan fleksibilitas jual atau beli yang tinggi, karena
dapat langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa
berlangsung selayaknya saham.
Transaksi ETF dapat digambarkan pada mekanisme berikut:

Gambar 8.2 Mekanisme transaksi ETF


Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI. Transaksi
ETF di Indonesia diatur oleh peraturan berikut ini :
Gambar 8.3 Peraturan ETF di Indonesia.

9. REKSA DANA PENYERTAAN TERBATAS


Reksa Dana Penyertaan Terbatas adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun
dana dari Pemodal Profesional, yang selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi
pada portofolio Efek atau portofolio yang berkaitan langsung dengan proyek, misalkan
sektor riil, sektor infrastruktur dan lain lain. Pemodal Profesional adalah pemodal yang
memahami struktur investasi Reksa Dana Penyertaan Terbatas, memiliki kemampuan
untuk membeli unit penyertaan, dan melakukan analisis risiko terhadap Reksa Dana
Penyertaan Terbatas.

Unit Penyertaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan


Terbatas yang selanjutnya disebut Reksa Dana Penyertaan Terbatas hanya ditawarkan
secara terbatas hanya kepada Pemodal Profesional dan dilarang ditawarkan melalui
Penawaran Umum dan atau dilarang dimiliki oleh 50 (lima puluh) pihak atau lebih.

Keuntungan memiliki Reksa Dana KIK Penyertaan Terbatas di antaranya:


a. Pengelolaan secara profesional
RDPT dikelola Manajer Investasi yang terdaftar dan berpengalaman sehingga
pengelolaan investasi RDPT secara sistematis dan profesional dalam hal mikro
dan makro ekonomi, pemilihan kelas aset, instrumen, counter-party,
penentuan jangka waktu penempatan, tujuan investasi, diversifikasi investasi,
serta administrasinya.
b. Hasil investasi yang kompetitif
RDPT memberikan imbal hasil yang kompetitif jika dibandingkan investasi
dengan jangka waktu yang sama.
c. Transparansi
RDPT ditawarkan melalui penawaran terbatas yang harus mengikuti peraturan
yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. RDPT memberikan informasi
yang transparan kepada publik mengenai komposisi aset dan instrumen
portfolio investasi, risiko yang dihadapi, serta biaya-biaya yang timbul. Selain
itu, untuk proses pembukuan dilakukan oleh pihak independen selain Manajer
Investasi, yaitu Bank Kustodian dan wajib untuk diperiksa oleh Akuntan
Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Terkait manfaat, risiko, dan kewajiban relatif sama dengan produk atau jenis Reksa
Dana lainnya. Perbedaannya adalah bahwa Reksa Dana KIK RDPT ditujukan khusus
kepada investor profesional, sehingga cara penjualannya tidak ditawarkan secara ritel
seperti Reksa Dana biasanya. Produk ini ditawarkan dan dijual langsung oleh Manajer
Investasi.

10. EFEK BERAGUN ASET


Efek Beragun Aset yang selanjutnya disebut ”EBA” adalah portofolio efek yang
terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,
tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables), Kumpulan
Piutang, pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat
utang yang dijamin oleh Pemerintah, sarana peningkatan kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. EBA sendiri dibagi menjadi dua macam
yaitu:
a. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang selanjutnya disebut "KIK-
EBA" adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat
pemegang Efek Beragun Aset dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif
b. Efek Beragun Aset Berbentuk Surat Partisipasi yang selanjutnya disebut "EBA-SP"
adalah Efek Beragun Aset yang diterbitkan oleh Penerbit Efek yang portofolionya
berupa Kumpulan Piutang dan merupakan bukti kepemilikan secara proporsional
atas Kumpulan Piutang yang dimiliki bersama oleh sekumpulan pemegang EBA-
SP.
Dilihat dari sisi investor ada beberapa manfaat yang didapatkan melalui pembelian
instrumen ini, antara lain :
a. Sebagai suatu alternatif pendanaan jangka panjang yakni untuk masa 3 tahun hingga
10 tahun, dimana kontrak investasi kolektif dengan EBA akan lebih menarik bagi
investor dibandingkan dengan surat utang yang lain seperti obligasi dan promes, hal
ini dikarenakan didukung dengan aset yang liquid dengan risiko yang relatif rendah
b. Meski penerbit EBA (Originator) pailit, tagihannya akan senantiasa tetpa ada, hal
ini berbeda dengan pembelian obligasi atau promes yang bersangkutan mengalami
kepailitan
Dengan adanya manfaat dari sisi investor, EBA sendiri memiliki beberapa keunggulan,
yaitu:
a. Biaya dana yang murah, para penerbit EBA dapat mengeluarkan biaya yang lebih
murah dimana dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang dijaminkan
yang berarti terjaminnya pasokan arus kas dari EBA sehingga bisa ditawarkan
dengan tingkat pengembalian rendah untuk investor dan investornya menyukainya
karena investasinya lebih aman.
b. Efisiensi penggunaan modal dengan adanya EBA maka struktur neraca perusahaan
akan semakin besar daya ungkitnya (leverage) dimana pengelolaan manajemen
keuangan perusahaan akan semakin pruden taat asas dan efisien dalam
menggunakan dana yang dimiliki karena relatif tingginya struktur daya ungkit
(leverage) sebagai akibat dari adanya EBA tersebut.
c. Diversifikasi sumber pembiayaan bukan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan
besar tetapi juga oleh perusahaan kecil atau perusahaan non-investasi.
d. Sumber likuiditas khususnya untuk perusahaan menengah kecil yang sering
menghadapi masalah peminjaman secara tradisional maka sekuritisasi sangat
membantu perkembangan perusahaan tersebut.
e. Keterbukaan informasi publik yang lebih minim dari pada metode pembiayaan lain,
dimana meskipun EBA ditawarkan untuk umum, sisi keterburukan dari penerbit
(issuer) tidak dituntut seperti halnya tuntutan keterbukaan pada emiten dari efek
yang lain.
Risiko-risiko dari Efek Beragun Aset
a. Risiko suku bunga, dimana EBA akan mengalami flukturasi harga akibat pengaruh
dari perubahan suku bunga, harga EBA akan turun bila terjadi peningkatan suku
bunga.
b. Pelunasan lebih awal “early call” akan dapat memengaruhi yield yang diterima bila
terjadi pelunasan lebih awal.
c. Gagal bayar, pemegang EBA akan mengalami kerugian apabila debitur dari aset
jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada
waktunya atas bunga dan pinjaman pokok.

11. REKSA DANA KIK REAL ESTATE ATAU DANA INVESTASI REAL ESTATE
(DIRE)
Di luar negeri, produk ini dikenal dengan nama Real Estate Investment Trust (REIT).
DIRE merupakan himpunan dana dari investor yang diinvestasikan pada aset real estate,
aset yang terkait dengan real estate atau kas dan setara kas. Jadi manajer investasi
pengelola reksa dana ini dapat membeli properti seperti bangunan, gedung, tanah atau
saham dan obligasi perusahaan terbuka yang terkait dengan properti. Perhitungan nilai
aktiva bersih reksa dana ini dilakukan oleh pihak penilai. Objek yang dapat dijadikan
DIRE antara lain Mall, Perkantoran, Apartemen, Gudang, Hotel, Rumah Sakit, dan aset
real estate lainnya.
Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dan bank
kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Gambar 11.1 Struktur Dana Investasi Real Estate (DIRE)

DIRE wajib mendistribusikan keuntungan kepada pemegang unit setiap tahun paling
sedikit 90% dari laba bersih setelah pajak tanpa memperhitungkan keuntungan yang belum
terealisasi.
Berdasarkan Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real
Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, portofolio investasi DIRE hanya dapat
berupa:

Gambar 11.2 Ilustrasi Portofolio Investasi DIRE

Berikut adalah prosedur pencatatan Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estate
(DIRE) di Bursa Efek Indonesia:
Gambar 11.2 Ilustrasi prosedur pencatatan Unit Penyertaan DIRE

Terdapat beberapa manfaat penerbitan Dana Investasi Real Estate bagi pemilik aset
Real Estate dan juga bagi perekonomian. Manfaat yang akan diterima oleh pemilik aset
Real Estate antara lain yaitu memperoleh pendanaan baru untuk ekspansi, insentif pajak,
dan mengubah aset yang tidak likuid menjadi likuid. Sedangkan untuk perekonomian akan
memberikan beberapa manfaat peningkatan pembangunan sektor properti, infrastruktur,
layanan kesehatan, pariwisata, dll. DIRE juga dapat memberikan manfaat lain kepada
perekonomian seperti peningkatan potensi pendapatan daerah dari pajak hotel, restoran,
hiburan, reklame, parkir, PBB, dll.
Berikut beberapa peraturan terkait Dana Investasi Real Estate:
1. POJK No. 64/2017 DIRE
2. POJK No. 30/2016 DIRE Syariah
3. Peraturan BEI No. I-O Pencatatan DIRE
4. Peraturan BEI No. I-U Pencatatan DIRE Syariah
5. Peraturan BEI No. II-J Perdagangan DIRE
6. Berikut beberapa manfaat yang akan diperoleh jika berinvestasi pada DIRE:
7. Pendapatan dan performa harga (dividen tunai dan capital gain)
8. Alternatif investasi di bidang properti yang sangat terjangkau
9. Diversifikasi investasi
10. Perlindungan terhadap inflasi
11. Transparansi
Sumber dan Referensi:

Bareksa. 2019. Pengertian, Keunggulan, dan Risiko Berinvestasi di KIK EBA.


https://www.bareksa.com/berita/reksa-dana/2019-06-18/pengertian-keunggulan-dan-
risiko-berinvestasi-di-kik-eba diakses tanggal 28 Maret 2021
KSEI. 2015. Peraturan KSEI Tentang Pendaftaran EBA.
https://www.ksei.co.id/files/RegulationCSD/Bahasa/Peraturan_KSEI_Tentang_Pendaft
aran_EBA_(Final).pdf diakses tanggal 28 Maret 2021
Pemerintah Indonesia. 1995. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Lembaran Negara RI Tahun 1995, No. 64. Jakarta: Sekretariat Negara
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26/Pojk.04/2014 Tentang Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Bursa
Prastha Rangga, 2020. Beragun Aset EBA. https://www.terraveu.com/beragun-aset-eba/
diakses tanggal 28 Maret 2021
PT Bahana TCW Investment Management. 2021. Mengenal Jenis-Jenis Reksadana.
https://link.bahanatcw.com/reksa-dana-article?id=2. Diakses pada tanggal 25 Maret
2021.
PT Bursa Efek Indonesia. 2018. DIRE & DINFRA. https://www.idx.co.id/produk/dire-dinfra/.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.
PT Bursa Efek Indonesia. 2021. PT Bursa Efek Indonesia.
https://www.idx.co.id/produk/exchange-traded-fund-etf/. Diakses pada 28 Maret 2021.
sikapiuangmu.ojk.go.id
Sikapiuangmu.ojk.go.id. 2021. Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). SIKAPI.
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/296. Diakses pada 28 Maret
2021.
MATA KULIAH PASAR MODAL
RESUME “PERILAKU DAN ETIKA WPPE”
WEEK 7

TIM PENYUSUN
Kelompok 5
1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya S.P. (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2021
A. PENGANTAR ETIKA UMUM
A.1 Definisi Etika
Beberapa Definisi Etika

a. Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti sikap, cara
berfikir, watak kesesuaian atau adat. Ethos identik dengan Moral, yang dalam
Bahasa Indonesia berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata
tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku
batin dalam hidup.
b. Etika merupakan cabang dari filsafat etika untuk mencari ukuran baik buruknya
bagi tingkah laku manusia.
c. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan
kebiasaan baik atau buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan,
kewajiban dan sebagainya.
d. Etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah mempelajari
perilaku, baik moral maupun immoral dengan tujuan membuat pertimbangan
yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai
yang dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
A.2 Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket
a. Persamaan Etika dan Etiket
i. Keduanya menyangkut obyek yang sama yaitu manusia
ii. Keduanya mengatur perilaku manusia secara normatif
b. Perbedaan Etika dan Etiket
i. Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan.
Etika menyangkut pilihan yaitu apakah perbuatan boleh atau tidak.
ii. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu.
Etika berlaku dimana saja dan kapan saja.
iii. Etiket bersifat relatif, etika bersifat absolut.
iv. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah, etika menyangkut
manusia dari segi rohaninya.
A.3 Etika dan Hukum
Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis
A.4 Perbedaan Etika dan Hukum
a. Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara
tertulis, tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.
b. Etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.
c. Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh
terhadap hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
d. Banyak standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak
tercakup oleh hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam
hukum, namun sebagian tidak tercakup.
e. Norma hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga bisa menyebabkan celah
hukum
A.5 Etika dan Moral
a. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self-control” karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
b. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan
dengan tindak kejahatan.

B. PENGANTAR PROFESI UMUM


B.1 Definisi Profesi
1. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang
mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk
menghasilkan nafkah hidup.
2. Setiap profesi biasanya menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan
struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata
nilai yang bisa dijadikan acuan para profesional untuk menyelesaikan dilema etik yang
dihadapi saat menjalankan fungsi pengemban profesinya sehari-hari.
3. Professioal adalah orang yang menyandang profesi.

B.2 Etika Profesi


Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan professional

B.3 Kaidah-kaidah pokok dalam melaksanakan profesi


1. Profesi harus dipandang sebagai suatu pelayanan dengan mengutamakan sifat tanpa
pamrih.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan klien yang memotivasi semua
sikap dan tindakan.
3. Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
4. Pengemban profesi harus menumbuhkan semangat solidaritas antar sesama rekan
seprofesi.

B.4 Prinsip-Prinsip Etika Profesi


1. Sikap Baik
2. Tanggung Jawab
3. Kejujuran
4. Keadilan
5. Hormat Pada Diri Sendiri
6. Kesetiaan

B.5 Profesi, Kode Etik, dan Profesionalisme


1. Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok
yang mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian
untuk menghasilkan nafkah hidup.
2. Keterampilan tertentu yang diperoleh oleh seorang profesi, biasanya didapat melalui
training atau pengalaman lain, atau diperoleh dari keduanya.
3. Penyandang profesi seharusnya dapat membimbing atau memberi nasihat atau juga
melayani orang lain dalam bidangnya sendiri, disertai dengan disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

B.6 Kategori Profesi


Profesi dapat dibedakan menjadi dua :
1. Profesi Khusus, yaitu professional yang melaksanakan profesinya secara khusus untuk
mendapatkan penghasilan tanpa mengabaikan tanggung jawab dan hormat kepada hak-
hak orang lain.
2. Profesi Luhur, yaitu professional yang melaksanakan profesinya bukan lagi untuk
mendapatkan nafkah, tetapi lebih merupakan pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat.
C. KODE ETIK
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (PJOK) NOMOR 20
/POJK.04/2018 tentang “Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek”, dijelaskan pada Pasal 19 bahwa asosiasi WPPE bertugas menyusun
kode etik bagi anggotanya. Keberadaan kode etik yang diterbitkan oleh asosiasi
WPPE ditujukan sebagai sarana pengawasan dan pembinaan untuk meningkatkan
mutu dan profesionalisme WPPE dalam menjalankan tugasnya di Pasar Modal yang
wajib dijunjung tinggi dan ditaati oleh setiap anggota asosiasi. Kode etik tersebut
memuat segala ketentuan, peraturan, dan perundang-undangan Pasar Modal di
Indonesia serta tuntutan bagi WPPE untuk bertindak dan bersikap professional serta
mendahulukan kepentingan nasabah berdasarkan prioritas waktu dan prioritas harga.
Elemen dasar adanya kode etik tidak lain supaya tercipta good corporate governance
secara efektif.
D. PROFESIONALISME
WPPE memiliki beberapa tanggung jawab antara lain mewakili kepentingan
perusahaan efek yang diwakilinya sesuai dengan kewenangan yang diberikan
kepadanya. WPPE bertanggung jawab atas segala aktivitas transaksi efek yang
dilakukannya. WPPE dapat melakukan transaksi efek baik langsung maupun tidak
langsung atas nama pribadi sepanjang tidak merugikan kepentingan nasabah atau
perusahaan efek.
Larangan bagi WPPE adalah tidak boleh bekerja rangkap di perusahaan efek
lain. Sebab hal ini berkaitan dengan tanggung jawab terhadap nasabah. WPPE sebagai
penerima amanat dengan para nasabahnya harus didasari kejujuran dan kepercayaan
yang tinggi. Informasi-informasi yang diberikan oleh WPPE tidak boleh menyesatkan
dan menimbulkan kerugian bagi kerugian materi maupun non materi. Selain itu,
WPPE juga dilarang memungut biaya-biaya lain di luar ketentuan yang telah
ditetapkan perusahaan efek untuk kepentingan pribadi.
Dalam hubungan dengan sesama WPPE, WPPE dilarang melakukan tindakan
maupun kegiatan yang dapat merugikan WPPE lainnya. Kegiatan yang dilarang
tersebut antara lain melakukan transaksi semu atau merekayasa keadaan bursa,
menjual efek yang belum siap untuk dijual, dan melakukan manipulasi data atau
informasi yang terkait efek yang diperjualbelikan.
Dalam melaksanakan amanat, kepentingan nasabah harus didahulukan
berdasarkan prioritas waktu dan prioritas harga. WPPE bertanggung jawab atas
penyampaian konfirmasi kepada nasabah sehubungan dengan pelaksanaan amanat
dari nasabah. WPPE wajib menyelenggarakan dan memelihara catatan-catatan
sehubungan dengan pelaksanaan amanat yang dilakukan. WPPE tidak dibenarkan
menggunakan efek-efek milik nasabah untuk kepentingan lain tanpa seizin
pemiliknya. Akan tetapi, jika terdapat amanat yang tidak etis atau tidak sesuai dengan
peraturan, ketentuan, dan perundang-undangan yang berlaku, WPPE wajib
menolaknya karena hal tersebut dapat merusak citra pasar modal dan merugikan pihak
lain.
E. STANDAR KOMPETENSI

Pengertian Standar Kompetensi


Konsep dasar Standar Kompetensi ditinjau dari segi etimologi terbentuk atas
kata “Standar” dan “Kompetensi”. Kata “standar” diartikan sebagai ukuran atau
patokan yang disepakati. Sedangkan kata “kompetensi” adalah kemampuan
melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja yang mencakup penerapan keterampilan
yang didukung oleh pengetahuan dan sikap sesuai dengan kondisi yang disyaratkan.
Dari pengertian kedua kata tersebut maka standar kompetensi diartikan sebagai suatu
ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus
dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan
unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu
tugas, tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan
kata lain standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung seperti
pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di
tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan
pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Standar kompetensi
merupakan rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk
melakukan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan,keterampilan,
dan sikap kerja sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang
bersangkutan akan memahami:
1. Bagaimana mengerjakan suatu tugas/pekerjaan,
2. Bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan,
3. Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan
rencana semula,
4. Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah dan/atau melaksanakan tugas/pekerjaan dengan kondisi yang berbeda.
Standar kompetensi dimanfaatkan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum
dan pengembangan pengajaran.
Adapun standar kompetensi untuk Wakil Perantara Pedagang Efek sebagai
berikut:
1. Paham dan mampu melakukan transaksi perdagangan efek sesuai hukum dan
etika yang berlaku.
2. Paham mengenai potensi keuntungan dan risiko setiap jenis efek yang
diperdagangkan dan mampu menjelaskannya kepada nasabah secara efektif.
3. Paham mengenai dinamika pasar yang sedang terjadi dan dapat
menjelaskannya secara efektif kepada nasabah.
F. PERILAKU WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
Selain diatur didalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah terkait Pasar
Modal, Perilaku Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) juga diatur didalam
Peraturan OJK No. 27/POJK.04/2014 tentang Perizinan WPEE dan WPPE (POJK
Perizinan).

Definisi
1. Pasal 32 ayat (1) UUPM: Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer
Investasi hanya orang perseorangan yang telah memperoleh izin dari
Bapepam.
2. Pasal 33 UUPM: Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak
sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek dapat bertindak sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek.
3. Pasal 38 PP 45/1995: Bahwa izin orang perseorangan sebagai Wakil
Perusahaan Efek hanya dapat diberikan kepada perseorangan yang memiliki
keahlian sesuai dengan bidangnya yaitu bidang penjaminan emisi,
keperantara-pedagangan Efek, atau bidang analisa Efek dan pengelolaan
Portofolio Efek.
4. Pasal 39 ayat (1) huruf b PP 45/1995: Permohonan untuk memperoleh izin
sebagai Wakil Perusahaan Efek diajukan kepada Bapepam disertai dengan
dokumen sertifikat keahlian atau keterangan pengalaman kerja.
5. Pasal 1 butir (4) POJKPerizinan: Wakil Penjamin Emisi Efek adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek.
6. Pasal 1 butir (5) POJK Perizinan: Wakil Perantara Pedagang Efek adalah
orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
7. Pasal 1 Butir (6) POJK Perizinan: Izin orang perseorangan sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, yang selanjutnya disebut sebagai Izin Wakil Penjamin
Emisi Efek, adalah izin yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada
orang perseorangan untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek.
8. Pasal 1 Butir (7) POJK Perizinan: Izin orang perseorangan sebagai Wakil
Perantara Pedagang Efek, yang selanjutnya disebut Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek, adalah izin yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
kepada orang perseorangan untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
Setiap orang yang bekerja pada Perusahaan Efek harus memiliki izin WPE,
kecuali Karyawan yang melakukan kegiatan administrasi dan tata usaha tidak
perlu memiliki izin perorangan sebagai wakil PE.
Persyaratan Permohonan Izin WPPE (POJK Perizinan)
a. Persyaratan Integritas
1. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. Cakap melakukan perbuatan hukum;
3. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang jasa keuangan;
4. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin, pembatalan
persetujuan, dan/atau pembatalan pendaftaran oleh Otoritas Jasa
Keuangan selama 3 (tiga) tahun terakhir;
5. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pengurus yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit;
6. Memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan
b. Persyaratan Kompetensi
1. Berpendidikan paling rendah pendidikan menengah;
2. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang Pasar
Modal, dibuktikan dengan memiliki sertifikat keahlian sebagai WPEE
atau WPPE, yang diakui Otoritas Jasa Keuangan dan diterbitkan oleh
lembaga pendidikan khusus di bidang Pasar Modal berdasarkan
rekomendasi dari Komite Standar Keahlian; atau Memiliki pengalaman
kerja pada institusi pengawas Pasar Modal dan/atau organisasi yang
diberi kewenangan oleh Undang-Undang tentang Pasar Modal untuk
mengatur dan/atau mengawasi industri Pasar Modal dengan ketentuan:
1) paling kurang 2 (dua) tahun pada posisi manajerial; atau
2) paling kurang 5 (lima) tahun pada posisi pelaksana, dalam bidang
tugas dan fungsi yang terkait pengaturan dan/atau pengawasan industri
Pasar Modal;
3. Bekerja pada lembaga jasa keuangan di Indonesia, bagi warga negara
asing; dan
4. Tidak bekerja pada lebih dari satu Perusahaan Efek dan/atau lembaga
jasa keuangan lainnya.
Professional yang Bekerja pada Perusahaan Efek
Orang perseorangan yang melakukan kegiatan atau bekerja di Perusahaan
Efek wajib memiliki izin perorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek (WPE). Adapun
jenis izin perorangan pada Perusahaan Efek meliputi:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE)
2. Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE)
3. Wakil Manajer Investasi (WMI)
Untuk mendapatkan izin perorangan tersebut dari OJK, yang bersangkutan
harus dinyatakan lulus terlebih dahulu dari ujian yang diselenggarakan oleh Lembaga
yang ditunjuk oleh OJK salah satunya ialah TICMI. Tanda kelulusan tersebut menjadi
salah satu dasar penilaian atas permohonan izin yang diajukan ke OJK. Seseorang
dapat memiliki izin perorangan WPE lebih dari satu izin. Setiap Perusahaan Efek
wajib melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap semua Pihak yang
bekerja atau menjadi Wakil Perusahaan tersebut. Orang perseorangan yang memiliki
izin sebagai Wakil Perusahaan Efek, wajib melaporkan kepada OJK dalam waktu 14
(empat belas) hari terhitung sejak yang bersangkutan berhenti bekerja atau pindah
bekerja pada Perusahaan Efek lain.
Larangan Wakil Pedagang Perantara Efek (WPPE)
1. WPEE dan WPPE dilarang bekerja rangkap pada lebih dari satu Perusahaan
Efek dan/atau lembaga jasa keuangan lainnya.
Note: Larangan bekerja rangkap tidak berlaku bagi WPEE dan WPPE yang
berkedudukan sebagai anggota direksi dari Penjamin Emisi Efek dan/atau
Perantara Pedagang Efek untuk merangkap jabatan sebagai komisaris Bursa
efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian).
2. WPPE dilarang melakukan:
a. Transaksi untuk kepentingan Perusahaan Efek dimana ia bekerja yang
tidak tercatat dalam pembukuan Perusahaan Efek tersebut; dan
b. Transaksi atas nama nasabah tanpa atau tidak sesuai dengan perintah
nasabahnya
c. Baik secara langsung maupun tidak langsung, menerima bagian laba
dari nasabah atas suatu transaksi Efek.
Kewajiban Wakil Pedagang Perantara Efek (WPPE)
1. Memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan Pasar Modal
Indonesia;
2. Bertindak dan bersikap profesional serta mempunyai wawasan yang luas di
bidang Pasar Modal;
3. Menjadi anggota asosiasi yang mewadahi Wakil Penjamin Emisi Efek atau
Wakil Perantara Pedagang Efek yang telah mendapatkan pengakuan dari
Otoritas Jasa Keuangan.
4. Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek wajib
mengikuti pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh asosiasi yang
mewadahi Wakil Penjamin Emisi Efek dan/atau Wakil Perantara Pedagang
Efek, atau pihak lain, yang diakui Otoritas Jasa Keuangan paling kurang 2
(dua) tahun sekali.
CONTOH KASUS PELANGGARAN WPPE:
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menjatuhkan sanksi bagi oknum di
pasar modal yang kedapatan melancarkan aksi penipuan. Melalui pengumuman
nomor Peng-2/PM.1/2017 tanggal 14 Maret 2017 yang ditandatangani Deputi
Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Sarjito, OJK mencabut izin wakil perantara
pedagang efek (WPPE) seorang agen pemasaran PT UOB Kay Hian Securities
(UOB). Agen pemasaran PT UOB Kay Hian Securities (UOB) tersebut bernama
Rulianton Sutandar. Sebelumnya, Rulianton melancarkan aksi kejahatan dengan
menyalahgunakan rekening efek milik tiga nasabahnya, yang bernama Joice Mamahit,
Shinta Mayasari, dan Jacub Muliady, tanpa sepengetahuan para korban. Modus yang
dipakai Rulianton adalah memanipulasi dan mengubah alamat surat elektronik (email)
para nasabah, sehingga ketiga nasabahnya tidak memperoleh trade confirmation
(konfirmasi transaksi). Sehingga, dengan leluasa Rulianton mentransaksikan rekening
efek tanpa sepengetahuan dan seizin ketiga nasabahnya tersebut. Aksi Rulianton
tersebut berlangsung sepanjang 16 September 2014 hingga 4 November 2014. OJK
menindak kasus tersebut, setelah mendapat laporan dari UOB pada tanggal 10
Desember 2014 silam. UOB telah melaksanakan pemeriksaan internal kepada
Rulianton pada 4 Desember 2014, dan yang bersangkutan mengakui perbuatannya.
Setelah lebih dari dua tahun menangani kasus ini, OJK akhirnya mencabut izin wakil
perantara pedagang efek (WPPE) atas nama Rulianton per tanggal 20 Januari 2017.
Sekedar sekilas profil dari Rulianton, dia adalah karyawan UOB bagian pemasaran di
kantor cabang Mangga Dua Jakarta sejak April 2012. Selang dua tahun kemudian atau
tepatnya mulai Januari 2014, Rulianton pindah ke kantor cabang UOB di Surabaya.
G. PERANTARA PEDAGANG EFEK SEBAGAI CUSTODIAN
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22 /POJK.04/2019,
pada Pasal 1 ayat 13 kustodian didefinisikan sebagai pihak yang memberikan jasa
penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Yang dimaksud dengan
“penitipan kolektif” adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh lebih
dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian.
Ketentuan yang tercantum dalam POJK terkait perantara pedagang efek
sebagai kustodian antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 1 ayat 14; Bank Kustodian adalah bank umum yang memperoleh
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha
sebagai Kustodian.
2. Pasal 2 ayat 16; Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang
menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian,
Perusahaan Efek, dan Pihak lain.
3. Pasal 10 ayat 1 (d); Penyelesaian Transaksi Efek yang telah dilaksanakan
oleh Bank Kustodian atas Efek Produk Investasi yang tidak dicatatkan dan
ditransaksikan di Bursa Efek bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.
4. Pasal 11 ayat 1 (d); Catatan Efek di Bank Kustodian atas Efek Produk
Investasi yang tidak dicatatkan dan ditransaksikan di Bursa Efek, merupakan
bukti catatan kepemilikan Efek yang sah.
5. Pasal 24 ayat 2; Perantara Pedagang Efek dan/atau Kustodian yang
melakukan atau menyelesaikan Transaksi di Luar Bursa untuk kepentingan
Nasabahnya, wajib memastikan tersedianya dokumen instruksi dari Nasabah
dan dokumen yang menjadi dasar transaksi Nasabah tersebut.
6. Pasal 24 ayat 3; Perantara Pedagang Efek dan/atau Kustodian yang
melakukan atau menyelesaikan Transaksi di Luar Bursa untuk kepentingan
sendiri atau Nasabahnya atas Surat Berharga Negara, wajib memastikan
kesesuaian transaksi tersebut dengan ketentuan dan persyaratan Surat
Berharga Negara.
Bank Kustodian
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.04/2017 tentang
Laporan Bank Umum Sebagai Kustodian, disebutkan bahwa pengertian bank
kustodian sebagai bank umum yang telah memiliki persetujuan dari OJK dalam
kegiatan kustodian. Atau dengan kata lain, bank kustodian menjadi jasa penitipan efek
maupun harta dalam memegang rekening investasi para nasabahnya.
Bank Kustodian adalah Bank Umum yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya. Bank Kustodian harus mendapatkan surat
persetujuan dari OJK Bank Kustodian hanya dapat mengeluarkan Efek atau dana yang
tercatat pada rekening Efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening atau Pihak
yang diberi wewenang untuk bertindak atas namanya.
Salah satu tugas utama Bank Kustodian adalah menghitung berapa nilai aktiva
bersih (NAB) dari sebuah reksadana yang ada.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Mengutip dari laman resmi KSEI, KSEI merupakan anggota Self Regulatory
Organization (SRO) yang memberikan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian
transaksi Efek, meliputi: penyimpanan Efek dalam bentuk elektronik, penyelesaian
transaksi Efek, administrasi Rekening Efek, distribusi hasil Corporate Action, dan
jasa-jasa terkait lainnya.
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan
transaksi di pasar modal, seluruh kegiatan KSEI dioperasikan melalui sistem
penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan, yang
dinamakan The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST).
Sistem ini merupakan platform elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian
transaksi Efek secara pemindahbukuan di Pasar Modal Indonesia. Sejak bulan Juni
2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh Saham yang tercatat di Bursa
Efek dari warkat menjadi scripless.
Berdasarkan pada Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, layanan
utama KSEI adalah jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang wajar,
teratur dan efisien.
Berikut adalah layanan yang disediakan oleh KSEI:
1. Pengelolaan Aset
Sebagaimana peran utamanya sebagai kustodian atau layanan penitipan aset.
Maka dari aset itu perusahaan ini memiliki peran untuk mengelola aset
tersebut.
Setidaknya dalam layanan ini ada 4 jasa yang disediakan diantaranya:
a. Pendaftaran Pembukaan Rekening Efek,
b. Perubahan Data Pemegang Rekening,
c. Penutupan Pemegang Rekening,
d. Pemblokiran/Lepas Blokir Pemegang Rekening.
2. Kustodian.
Ini adalah jasa utama dari KSEI. Dalam layanan ini terdapat beberapa aktivitas
diantaranya:
a. Penyetoran (deposit) efek/dana,
b. Penarikan Efek,
c. Rekonsiliasi Efek/Dana.
3. Penyelesaian Transaksi.
Dalam jasa ini terdapat dua aktivitas, yaitu:
a. Penyelesaian transaksi bursa dengan cara pemindahbukuan yang
memungkinkan KSEI untuk melakukan proses penyelesaian transaksi
yang dilakukan di bursa maupun di luar bursa dengan menggunakan
sistem C-Best.
b. Penyelesaian transaksi di luar bursa dengan cara pemindahbukuan efek
dan/atau dana antar rekening efek di KSEI.
4. Aksi Korporasi.
Dalam layanan ini terdapat dua aktivitas, yaitu:
a. Tindakan Korporasi Wajib yaitu Tindakan Korporasi atau Corporate
Action yang tidak memerlukan Tindakan atau instruksi dari Pemegang
Rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.
b. Tindakan Korporasi Sukarela yaitu tindakan korporasi yang
memerlukan instruksi/respon dari Pemegang Rekening/Investor untuk
melakukan Tindakan korporasi (Pemenuhan Hak Pemodal).
5. Penyedia Infrastruktur Investasi.
Dalam jasa ini, KSEI menyediakan platform terintegrasi untuk transaksi
pengelolaan investasi, salah satunya produk Reksa Dana, berupa Sistem
Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST).
Sistem ini dibuat dengan tujuan meningkatkan standardisasi, efisiensi, dan real
time monitoring atas aktivitas industri pengelolaan investasi.
6. Jasa Lainnya
Jasa lainnya yang disediakan oleh KSEI diantaranya:
Initial Public Offering (IPO), yaitu pemegang rekening efek diberikan
kesempatan pembelian saham baru atas IPO tersebut.
Penawaran Tender, yaitu penawaran pembelian atau penjualan atas sejumlah
Efek oleh pihak tertentu kepada pihak lain.
H. PENGAWASAN TERHADAP WAKIL DAN PEGAWAI PE
Berdasarkan POJK Nomor 45/POJK.04/2016 tentang pengawasan terhadap
wakil (Wakil Perusahaan Efek terdiri atas Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi) dan pegawai Perusahaan
Efek (PE), bahwa sejak tanggal 31 Desember 2012 fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal termasuk
pengaturan mengenai pengawasan terhadap wakil dan pegawai Perusahaan Efek
beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (bapepam-LK) ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam proses pengawasan wakil dan pegawai
perusahaan efek, setiap perusahaan efek wajib mempunyai sistem pengawasan atas
kegiatan para Wakil Perusahaan Efek dan setiap pegawainya untuk menjamin
dipatuhinya semua ketentuan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Pengawasan tersebut dilakukan agar sesuai dengan prosedur yang ada seperti:
Prosedur pengawasan yang dibuat secara tertulis antara lain memuat
1. Wewenang dan tanggung jawab setiap Wakil Perusahaan Efek dan pegawai
Perusahaan Efek
2. Pembukaan atau penutupan rekening nasabah
3. Penanganan atas pengaduan nasabah
4. Pemeriksaan atas rekening nasabah
5. Pemeriksaan atas surat menyurat, pesanan dan transaksi serta penyelesaiannya
atas nama nasabah
Dalam proses mekanisme pengawasan wakil dan pegawai PE, prosesnya dapat
dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih pengawas untuk berkala melakukan pengawasan
dan meninjau kegiatan Wakil Perusahaan Efek dan pegawai Perusahaan Efek serta
secara berkala memeriksa setiap unit kerja Perusahaan Efek untuk memastikan bahwa
seluruh prosedur dapat dijalankan.
Jika terdapat penyelewengan dan kesalahan prosedur yang sudah ditentukan.
Maka Otoritas Jasa Keuangan berwenang memberikan sanksi administratif terhadap
setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut,
berupa:
1. Peringatan tertulis
2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pencabutan izin usaha
6. Pembatalan persetujuan
7. Pembatalan pendaftaran.
I. SEGMENTASI WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
Berdasarkan POJK 22/POJK.04/2016 tentang Segmentasi Perizinan Wakil
Perantara Pedagang Efek, WPPE dibagi menjadi:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek adalah orang perseorangan yang bertindak
mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Perantara Pedagang Efek.
2. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran adalah orang perseorangan yang
bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus melakukan fungsi pemasaran.
3. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.
Ruang lingkup izin WPPE Pemasaran & WPPE Pemasaran Terbatas (POJK
22/POJK.04/2016):

J. PELANGGARAN YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN EFEK DAN WAKIL


PERUSAHAAN EFEK
Perusahaan efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan/atau Manajer Investasi. Modus
pelanggaran yang dilakukan perusahaan efek adalah perdagangan semu yang
menciptakan harga yang tidak sepenuhnya disebabkan karena adanya permintaan jual
dan beli efek di pasar. Hal ini menimbulkan adanya manipulasi harga saham. Bentuk
kejahatan lainnya yang juga sering terjadi adalah aktivitas transaksi oleh pegawai
yang dilakukan tanpa izin dan kegiatan arranger emisi efek yang dilakukan tanpa izin.
Selanjutnya, pelanggaran yang dilakukan oleh manajer investasi. Bentuknya
mulai dari memberikan jaminan fixed returnpada reksa dana dan pemasaran reksa
dana tanpa izin. Manajer investasi juga bisa melakukan pelanggaran dalam bentuk
komposisi dan valuasi efek yang dijadikan portofolio reksa dana. Contoh pelanggaran
lainnya adalah adanya cross trading, afiliasi dan benturan kepentingan yang dilakukan
oleh manajer investasi.
Selain itu, emiten juga kerap melakukan pelanggaran aturan pasar. Modusnya
tidak memberikan disclosure yang sesuai dengan aturan seperti penyampaian
keterbukaan informasi dan situs web resmi perusahaan. Sedangkan, pelanggaran yang
dilakukan profesi atau lembaga penunjang biasanya dalam bentuk tidak memenuhi
ketentuan OJK dan kode etik profesi yang berlaku. Selain itu, beberapa kali juga
ditemukan kasus adanya penandatanganan kontrak saat izinnya telah dicabut atau
dibekukan. Pelanggaran investasi tak hanya dilakukan lembaga-lembaga ilegal yang
tak berizin, tapi juga kerap kali dilakukan oleh entitas yang memiliki izin operasional
dan diatur oleh regulator. Seperti halnya beberapa kasus yang terjadi di pasar modal
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait.
K. AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK
Agen perantara pedagang efek adalah pihak yang mereferensikan calon
nasabah kepada perantara pedagang efek untuk menjadi nasabah perantara pedagang
efek dengan mendapat komisi berdasarkan kontrak kerja sama. Agen Perantara
Pedagang Efek dapat membuka Gerai melalui kerja sama dengan pihak lain. Agen
perantara pedagang efek terdiri atas:
a. Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
b. Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan

Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan

Pihak yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan


wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan hanya dapat dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa
Keuangan yang merupakan badan hukum.

Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan

Kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan


dilakukan oleh orang perseorangan yang memiliki izin sebagai Wakil Penjamin Emisi
Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran,
dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas. Kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek orang perseorangan berakhir dengan sendirinya apabila Izin
orang perseorangan dari Otoritas Jasa Keuangan berupa izin sebagai Wakil Penjamin
Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran, dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas yang
dimiliki sudah tidak berlaku.

L. KASUS TERKAIT DENGAN REGULASI PASAR MODAL

● PT. Mitra Investdana Securindo dan PT. Bapindo Bumi Sekuritas


Bapepam mencermati adanya Pihak yang menjalankan kegiatan usaha sebagai
Perusahaan Efek tanpa memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pelanggaran
tersebut terjadi lebih disebabkan oleh kurangnya kepatuhan Perusahaan Efek
yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam untuk memenuhi kewajibannya
selaku Perusahaan Efek sesuai ketentuan yang berlaku, khususnya kewajiban
untuk mengetahui latar belakang dan tujuan investasi nasabah. Hal ini terbukti
dari hasil pemeriksaan Bapepam terhadap nasabah dari 2 Perusahaan Efek, yakni:
1. PT Mitra Investdana Sekurindo, yang mempunyai nasabah PT Esa Dana
Makmur; dan
2. PT Bapindo Bumi Sekuritas, yang mempunyai nasabah PT Kapita Arthamas
Agung.
Kedua nasabah Perusahaan Efek tersebut, baik langsung maupun tidak
langsung telah melakukan kegiatan sebagai perusahaan efek.
Sehubungan dengan hal tersebut, serta guna mencegah peristiwa serupa di
kemudian hari, Bapepam sesuai dengan fungsi pembinaannya, selain
memerintahkan PT Esa Dana Makmur dan PT Kapita Arthamas Agung untuk
menghentikan kegiatannya, juga mengenakan sanksi berupa peringatan tertulis
kepada PT Mitra Investdana Sekurindo dan PT Bapindo Bumi Sekuritas agar
mematuhi ketentuan di bidang Pasar Modal, khususnya yang berkaitan dengan
kewajiban untuk mengetahui latar belakang dan tujuan investasi nasabah.
● PT. Jade Securities
Pemeriksaan yang dilakukan Bapepam bermula dari diterimanya pengaduan
investor yang menginformasikan adanya indikasi pelanggaran atas ketentuan di
bidang Pasar Modal yang melibatkan PT Jade Securities. Dari pemeriksaan yang
dilakukan, Bapepam memperoleh temuan bahwa PT Jade Securities telah
melanggar beberapa ketentuan di bidang pasar modal, yakni:
1. Peraturan V.D.1 tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai
Perusahaan Efek;
2. Peraturan V.D.3 tentang Pengendalian Interen dan Penyelenggaraan
Pembukuan oleh Perusahaan Efek; dan
3. Peraturan V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan
sebagai Perantara Pedagang Efek.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, Bapepam mengenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis dan mewajibkan PT Jade Securities untuk
dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan memperbaiki sistem kerja dan
mekanisme pengawasan internal perusahaan dalam rangka memenuhi seluruh
persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam ketiga peraturan Bapepam di
atas. Selain itu, Bapepam juga mewajibkan PT Jade Securities untuk melaporkan
perkembangan perbaikan standar operasional perusahaan setiap akhir minggu
kepada Bapepam.
DAFTAR PUSTAKA

Wareza, M., 2021. OJK Bongkar Para Bandit Pasar Modal & Modus Operandinya.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20201022130718-17-196306/ojk-bongkar-
para-bandit-pasar-modal-modus-operandinya.Diakses pada 2 April 2021.
Ticmi.co.id. 2016. Hukum dan Etika Perilaku dan Etika Profesi WPPE. Jakarta Selatan.
Kompas.com. 2017. Tipu Investor, OJK Jatuhkan Saksi ke Oknum UOB Kay Hian Securities.
https://money.kompas.com/read/2017/03/28/100000526/tipu.investor.ojk.jatuhkan.saksi
.ke.oknum.uob.kay.hian.securities. Diakses pada 3 April 2021
Utomo, Dedy. 2018. Stockbit. Perantara pedagan efek: Yuk Kenalan Dulu Dengan Pasar
Modal Dan Bursa Efek Indonesia. https://snips.stockbit.com/belajar-
saham/tag/perantara+pedagan+efek. Diakses 3 April 2021.
Herdianto, Dendy. 2020. Qazwa. KSEI: Pengertian Kustodian Sentral Efek Indonesia dan
Layanannya. https://qazwa.id/blog/ksei/. Diakses 3 April 2021.
https://xdana.com/artikel/perbedaan-ksei-dan-bank-kustodian-kamu-sudah-tahu/. Diakses 3
April 2021.
OJK.go.id. 2016. POJK Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan
Efek. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-tentang-Pengawasan-terhadap-Wakil-dan-Pegawai-
Perusahaan-Efek/SAL%20-%20Pengawasan%20Wakil%20dan%20Pegawai%20PE.pdf
diakses tenggal 3 April 2021

Anda mungkin juga menyukai