Week 2
TIM PENYUSUN
2. PASAR UANG
2.1 Definisi
Pasar uang merupakan bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan
kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai
dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang berperan
dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran.
Pasar uang yang efisien, liquid, dan dalam tidak hanya mendukung akan
efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang rupiah, tetapi juga harus memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar dalam
pengelolaan dana, baik untuk kegiatan pendanaan, investasi, maupun kegiatan ekonomi
lainnya.
Pengaturan pasar uang juga dilakukan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan mengenai perbendaharaan negara terkait penggunaan instrumen
Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter melalui operasi moneter yang dilakukan
antara lain pada transaksi repurchase agreement (repo). pengaturan pasar uang
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar dalam bertransaksi
di pasar uang.
Pelaku utama dari pasar uang adalah:
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya : bank, dana pensiun, serta perusahaan
asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan yang tergolong besar, misalnya : perusahaan go public.
3. Lembaga-lembaga pemerintahan, misalnya : bank sentral.
4. Masyarakat, misalnya : rumah tangga.
2.2 Instrumen Pasar Uang
1. Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh
pemerintah dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan. T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung
tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses
pelelangan.
2. Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan,
yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untuk mendapatkan dana jangka pendek.
CP dijual kepada investor dalam pasar uang.
3. Negotiable Certificate of Deposit (CD) atau sertifikat deposito merupakan
instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu
jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
4. Banker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank menyetujui
wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah satu sumber
pendanaan jangka pendek.
5. Bill of exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang
ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang
pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau
pembawa.
6. Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga disertai dengan perjanjian
bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang telah dijual
tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas unjuk dalam satuan
uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan hutang jangka pendek.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat berharga berjangka pendek yang
dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh BI.
9. Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan
pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.
2.3 Ciri-Ciri Pasar Uang
1. Menekankan pada pemenuhan jangka pendek.
2. Menyediakan fasilitas atau jaringan transaksi jual beli aset finansial.
3. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana.
4. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti pasar modal.
2.4 Tujuan Pasar Uang
Dari sisi pihak yang membutuhkan dana:
1. Dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti menyelesaikan kewajiban
membayar utang jangka pendek yang akan jatuh tempo.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang disebabkan karena terjadinya kekurangan
uang kas atau uang tunai.
3. Memenuhi kebutuhan modal kerja seperti biaya operasi, upah karyawan,
pembelian bahan baku.
4. Sedang mengalami kalah kliring.
Dari sisi pihak yang menanamkan dana atau modal:
1. Memperoleh keuntungan dengan tingkat suku bunga tertentu.
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
3. Spekulasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar
dalam waktu yang relatif singkat pada keadaan ekonomi tertentu.
2.5 Transaksi di Pasar Uang
1. Pasar Uang antar Bank, merupakan transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang menerima
dana sedang kalah kliring
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan sejenis surat berharga yang
dikeluarkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk ditujukan dibeli oleh bank
umum dengan nilai nominal yang besar. tujuanny dikeluarkan SBI adalah
mengurangi uang yang beredar dalam masyarakat
3. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), merupakan surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank Indonesia dengan nilai nominal yang besar.
Tujuannya sendiri adalah untuk meningkatkan likuiditas bank serta mengendalikan
inflasi
4. Sertifikat deposito, surat berharga yang dikeluarkan oleh bank dengan jumlah
nominal tertentu sebagai surat atas unjuk
5. Pasar valuta asing, merupakan tempat seseorang dapat membeli atau menjual mata
uang asing.
2.6 Risiko Investasi di Pasar Uang
1. Risiko Pasar (interest-rate risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan turunnya
harga surat berharga dan tingkat bunga naik, yang mengakibatkan investor
mengalami capital loss.
2. Risiko reinvestment, merupakan risiko yang memaksa investor menempatkan
pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
3. Risiko gagal bayar, hal ini terjadi akibat tidak mampunya peminjam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
4. Risiko inflasi, pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga
barang dan jasa-jasa yang akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang
diterimanya.
5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk), merupakan investor internasional
dihadapkan pada risiko mata uang, yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya
perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.
6. Risiko politik, Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan
ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari
suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang
diinvestasikan.
7. Marketability atau Liquidity risk, Risiko dapat terjadi apabila instrumen pasar uang
yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo.
3. PASAR MODAL
3.1 Definisi
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lin-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
4.5.2 Jenis
Dilihat dari portfolio investasinya, terdapat beberapa jenis reksa dana, antara
lain :
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat
Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini
memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat
Ekuitas dan Efek bersifat Utang. Akan tetapi, seperti halnya jenis
investasi lainnya, Reksadana juga memiliki beberapa peluang risiko.
Risiko tersebut antara lain risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
yang dipengaruhi oleh turunnya harga efek, risiko likuiditas, dan
risiko wanprestasi.
4.5.3 Risiko Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan
surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana
tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana
dalam mengelola dananya.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada manajer
investasi secara bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan
dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan
reksa dana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga
sebagai redemption effect.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan
reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat
timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa
dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain
itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan
reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa
Dana.
4. Risiko politik dan ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang
berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga
akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksa dana.
4.6 Pasar Modal Syariah
4.6.1 Definisi
Husnan, Suad: Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas; UPP AMP YKPN;Edisi
keempat:Yogyakarta: 2002
Tim Penyusun
Kelompok 5
1. IDX Composite / Indeks Indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang
Harga Saham Gabungan tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa
(IHSG) Efek Indonesia.
5. IDX Value30 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
memiliki valuasi harga yang rendah dengan likuiditas
transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
6. IDX Growth30 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba
bersih dan pendapatan dengan likuiditas transaksi serta
kinerja keuangan yang baik.
7. IDX High Dividend 20 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang
membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan
memiliki dividend yield yang tinggi.
9. Indeks Saham Syariah Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Indonesia/Indonesia Papan Utama dan Papan Pengembangan yang dinyatakan
Sharia Stock Index sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar Efek Syariah
(ISSI) (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
10. Jakarta Islamic Index 70 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 70 saham syariah
(JII70) yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.
11. Jakarta Islamic Index Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham syariah
(JII) yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.
12. IDX SMC Composite Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
13. IDX SMC Liquid Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar
kecil dan menengah.
14. KOMPAS100 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 100 saham yang
memiliki likuiditas yang baik dan kapitalisasi pasar yang
besar. Indeks KOMPAS100 diluncurkan dan dikelola
bekerjasama dengan perusahaan media Kompas Gramedia
Group (penerbit surat kabar harian Kompas).
15. BISNIS-27 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 27 saham yang
dipilih oleh Komite Indeks Bisnis Indonesia. Indeks
BISNIS-27 diluncurkan dan dikelola bekerjasama dengan
perusahaan media PT Jurnalindo Aksara Grafika (penerbit
surat kabar harian Bisnis Indonesia).
16. MNC36 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 36 saham yang
memiliki kinerja positif yang dipilih berdasarkan
kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi, dan fundamental
serta rasio keuangan. Indeks MNC36 diluncurkan dan
dikelola bekerjasama dengan perusahaan media Media
Nusantara Citra (MNC) Group.
17. Investor33 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 33 saham yang
dipilih dari 100 (seratus) Perusahaan Tercatat terbaik versi
Majalah Investor yang dipilih berdasarkan kapitalisasi
pasar, likuiditas transaksi dan fundamental serta rasio
keuangan. Indeks Investor33 diluncurkan dan dikelola
bekerjasama dengan perusahaan media PT Media Investor
Indonesia (penerbit Majalah Investor).
19. SMinfra18 Indeks yang mengukur kinerja harga dari 18 saham yang
konstituennya dipilih dari sektor infrastruktur, penunjang
infrastruktur, dan pembiayaan infrastruktur (dari sektor
perbankan) yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Indeks SMinfra18 diluncurkan dan dikelola bekerjasama
dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI).
22. PEFINDO i-Grade Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham
perusahaan tercatat yang memiliki peringkat investment
grade dari PEFINDO (idAAA hingga idBBB-) yang
berkapitalisasi pasar paling besar. Indeks PEFINDO
i-Grade diluncurkan dan dikelola bekerja sama dengan
perusahaan pemeringkat PT Pemeringkat Efek Indonesia
(PEFINDO).
23. Indeks Papan Utama Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
tercatat di Papan Utama Bursa Efek Indonesia.
24. Indeks Papan Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
Pengembangan tercatat di Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia.
25. Indeks Sektor Pertanian Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Pertanian, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).
26. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Pertambangan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Pertambangan, mengacu pada klasifikasi Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA).
27. Indeks Sektor Industri Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Dasar dan Kimia Papan Utama dan Papan Pengembangan di sektor Industri
Dasar dan Kimia, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).
28. Indeks Sektor Aneka Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Industri Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Aneka Industri, mengacu pada klasifikasi Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA).
29. Indeks Sektor Industri Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Barang Konsumsi Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Industri Barang Konsumsi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
30. Indeks Sektor Properti, Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Real Estat, dan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
Konstruksi Bangunan sektor Properti, Real Estat, dan Konstruksi Bangunan,
mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial
Classification (JASICA).
31. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Infrastruktur, Utilitas, Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
dan Transportasi sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, mengacu
pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
32. Indeks Sektor Keuangan Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor Keuangan, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).
33. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Perdagangan, Jasa, dan Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
Investasi sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
34. Indeks Sektor Indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di
Manufaktur Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di 3
MANUFACTUR sektor yaitu (1) Industri Dasar dan Kimia, (2) Aneka
Industri, (3) Industri Barang Konsumsi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
Suatu perusahaan yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) akan memiliki
banyak pemegang saham (investor), baik dari instansi ataupun perorangan. Setelah proses
IPO, perusahaan bisa menerbitkan saham baru. Para investor yang sudah masuk di
perusahaan akan diprioritaskan untuk menyerap saham baru tersebut sebelum ditawarkan
kepada investor baru. Hak yang diberikan kepada investor lama ini disebut sebagai right issue
atau yang biasa disebut pula dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Jika hak ini tidak
digunakan oleh investor lama, maka bisa diambil oleh investor baru atau biasa disebut
sebagai standby buyer.
Right issue biasanya diberikan berdasarkan rasio. Misalnya, rasio yang diberikan
adalah 1:2. Maka, setiap pemegang satu lembar saham akan memperoleh dua hak untuk
membeli saham yang baru diterbitkan. Harga saham baru yang diterbitkan melalui proses
right issue disebut sebagai harga right. Harga right ini bisa lebih rendah, sama maupun lebih
tinggi dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini. Namun jika ingin memberikan
keuntungan lebih bagi investor lama, sebagian besar harga right berada dibawah harga pasar.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat dialihkan dan dibuktikan dengan:
1. Catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau Biro Administrasi
Efek;
2. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tertentu. Sertifikat tersebut wajib tersedia
sebelum dimulai dan selama periode perdagangan sebagaimana dimaksud pada angka 17
peraturan ini;
3. Kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau
4. Konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh Kustodian.
Pemegang saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah
pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham 8 (delapan) hari kerja setelah
Rapat Umum Pemegang Saham. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sudah dapat ditukarkan
dengan Efek baru selama periode perdagangan. Efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan
dan tersedia dalam 2 (dua) hari kerja setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dilaksanakan.
Terdapat 2 (dua) istilah di dalam HMETD yang perlu untuk diketahui oleh investor,
yaitu:
1. Cum right atau cum date
Cum right atau cum date adalah waktu atau tanggal yang menunjukkan bahwa
sampai dengan tanggal tersebut, perdagangan atas suatu saham masih mengandung atau
memiliki hak dividen.
2. Ex right atau ex date
Ex right atau ex date adalah waktu atau tanggal yang menunjukkan bahwa waktu atau
tanggal tersebut perdagangan saham yang dilakukan pada hari itu tidak lagi mengandung
hak bagi pemegang saham.
Berdasarkan dua istilah yang terdapat di dalam rights issue di atas, dapat diberikan
contoh, misalnya suatu perusahaan X berencana untuk menerbitkan rights issue, yang mana
jadwal penerbitan rights issue tersebut telah ditentukan bahwa cum date adalah 16 Desember
2018 dan ex date adalah 23 Desember 2018. Dengan penerbitan rights issue yang sudah
ditentukan cum date dan ex date, dari sisi investor yang akan membeli saham perusahaan X,
jika pembelian saham dilakukan pada tanggal 16 Desember 2018 (cum date) maka investor
tersebut memiliki hak atas dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan X, dan jika investor
melakukan pembelian atas saham pada tanggal 23 Desember 2018 (ex date) maka investor
tersebut tidak berhak atas dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan X. Kemudian dari
sisi investor jual, investor tidak akan mendapatkan hak atas dibagikannya dividen oleh
perusahaan X, apabila investor menjual saham perusahaan X pada tanggal 16 Desember
2018. Investor dikatakan memiliki hak atas bagian dividen yang akan diberikan perusahaan X
apabila investor tersebut menjual saham perusahaan X pada tanggal 23 Desember 2018, dan
pada tanggal 16 Desember 2018 masih tercatat sebagai pemegang saham perusahaan X.
Berikut adalah contoh right issue yang terjadi di Indonesia:
PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) akan menggelar Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2020 guna meminta persetujuan terlebih dahulu
kepada pemegang saham atas rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Right Issue.
BJBR akan melepas sebanyak 925 juta lembar saham seri B dengan nominal Rp 250
per saham. Angka tersebut setara dengan 9,4% dari total jumlah saham yang ditempatkan dan
disetor penuh, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam
Prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD, setelah dikurangi dengan biaya-biaya
emisi, akan dipergunakan seluruhnya untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka
ekspansi kredit. Rencana PMHMETD ini juga akan meningkatkan modal ditempatkan dan
disetor penuh dalam Perseroan sebanyak-banyaknya sekitar 9,40% dari modal ditempatkan
dan disetor penuh. Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya akan
terkena dilusi kepemilikan maksimum sebesar 8,59% dari prosentase kepemilikan saham.
3. WARAN
Waran adalah hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan
harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/emiten. Waran merupakan
produk turunan pasar modal yang biasanya diberikan secara cuma-cuma kepada investor
yang telah membeli saham baru yang diterbitkan sebagai pendorong agar investor menjadi
lebih tertarik ikut dalam IPO/right issue-nya.
Waran dapat dianalogikan sebagai sebuah kupon yang diberikan pemerintah ketika
menggelar operasi pasar dengan menjual beras langsung ke masyarakat. Pemerintah akan
membagikan kupon kepada orang-orang tertentu yang sudah dipilih dan mereka bisa
menggunakan kupon tersebut untuk membeli beras dengan harga yang sudah ditentukan.
Biasanya harga beras tersebut lebih rendah dibandingkan harga beras di pasar. Kupon ini
tentunya menjadi hak bukan kewajiban, boleh saja menggunakan kupon tersebut untuk
ditebus atau menjualnya kembali kepada orang lain, tetapi ada batas waktunya. Operasi pasar
ini biasanya bertujuan untuk menurunkan harga beras di pasar, jika sebelumnya harga beras
tersebut telah naik terlalu tinggi.
Keuntungan Investasi Waran
Terdapat dua keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi produk turunan saham ini,
antara lain:
Contoh:
Andi melakukan pembelian waran pada saat itu Rp100 per lembar dengan harga
pelaksanaannya sebesar Rp2.000. Namun, pada saat pelaksanaan, ternyata harga
saham perusahaan tersebut meningkat hingga Rp2.500 per lembar, maka total
pembelian yang Andi lakukan sebesar Rp2.100,00 (Rp100 + Rp 2.000), yang mana
jika Andi melakukan pembelian langsung di pasar sekunder, total pembelian yang
harus dikeluarkan sebesar Rp2.500,00 per lembar. Sebab Andi sebelumnya sudah
memiliki waran, Andi bisa membeli saham perusahaan yang mengeluarkan waran
tersebut dengan harga yang lebih murah.
Contoh:
Andi melakukan pembelian waran pada saat itu sebesar Rp100/lembar dengan
harga pelaksanaannya sebesar Rp2.000/lembar. Namun, pada saat pelaksanaan,
ternyata harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan mencapai harga
Rp1.500/lembar. Andi bisa mempertimbangkan kerugian, seperti: (1) Jika Andi tidak
melakukan exercise (penebusan), maka kerugian yang timbul dari pembelian waran
tersebut sebesar Rp100/lembar, (2) Jika Andi melakukan penebusan dengan harga
Rp2.000/lembar, maka total dana yang harus dikeluarkan sebesar Rp2.100/lembar
(Rp100 + Rp2.000) dengan total kerugian yang timbul sebesar Rp600/lembar. Dari
kasus Andi, kita bisa melihat bahwa investasi waran tidak bebas dari potensi kerugian.
Stock split merupakan tindakan korporasi yang mana perusahaan membagi sahamnya
menjadi beberapa bagian saham. Stock split dilakukan dengan menggunakan nilai nominal
yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Misalkan sebuah perusahaan
melakukan stock split 1:3, maka setiap 1 saham yang dipegang investor akan menjadi 3
saham. Begitu pula dengan jumlah saham beredar di pasar yang akan menjadi tiga kali lipat.
Pada sisi lain, harga per saham setelah stock split terjadi akan dikurangi dengan membagi
harganya menjadi tiga.
Reverse split merupakan kebalikan dari stock split, yaitu tindakan perusahaan untuk
menggabungkan dua atau lebih lembar saham menjadi satu. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan harga pasar saham, apabila dipertimbangkan harga pasar saham sudah
terlampau rendah. Harga pasar saham yang terlalu rendah memberikan kesan kondisi
perusahaan yang kurang baik.
Salah satu contoh reverse split yaitu yang dilakukan oleh PT Bakrie Sumatera
Plantations Tbk (UNSP) yang berlaku pada 15 Maret 2017. Perusahaan melakukan aksi
korporasi tersebut dengan rasio 10 : 1. Jumlah saham beredar UNSP akan berubah menjadi
1,37 miliar lembar dengan nilai nominal Rp1.000 per saham dari sebelumnya 13,7 miliar
lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar.
5. DIVIDEN
Terdapat dua bentuk dividen yang dapat dibagikan perusahaan kepada investor mereka
1. Dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham.
2. Dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Ditinjau dari sudut
pandang perusahaan, dividen saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan. Artinya
pembagian dividen saham tidak akanmengubah jumlah modal perusahaan, tetapi
hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja. Perusahaan dalam membagikan
dividen saham dapat disebabkan oleh salah satu dari alasan berikut, yaitu :
● Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar
dividen tunai. Jika hal ini terjadi, maka pembagian dividen saham
mengandung informasi yang kurang baik tentang kondisi keuangan
perusahaan jangka pendek.
● Perusahan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, maka pembagian dividen
saham mengandung informasi yang baik karena dengan melakukan investasi
baru, nilai perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga
diharapkan naik sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain di
kemudian hari.
Terdapat tiga teori mengenai kebijakan dividen, yang menjelaskan bagaimana pengaruh besar
kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham. Adapun ketiga teori tersebut
adalah :
Contoh Pengumuman Jadwal dan Tata Cara Pembagian Dividen yang dilakukan oleh BCA
pada Desember 2020 yang lalu :
6. SHARES BUYBACK
Shares buyback merupakan salah satu bentuk corporate action dimana perusahaan
melakukan pembelian kembali saham yang beredar di masyarakat. Dalam proses buyback,
perusahaan menginvestasikan dana yang dimiliki untuk membeli saham perusahaannya
sendiri dari publik. Shares buyback biasanya dilakukan apabila perusahaan memiliki
kelebihan laba ditahan tetapi memiliki sedikit kesempatan untuk berinvestasi atau ketika
harga saham perusahaan mengalami penurunan. Ketika shares buyback digabungkan dengan
kinerja keuangan yang mengalami peningkatan secara stabil maka hal ini akan berdampak
pada kenaikan nilai pasar dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan
harus mempunyai cash flow yang sehat sehingga dana yang digunakan untuk buyback tidak
mengganggu program ekspansi perusahaan. Dengan melakukan shares buyback, perusahaan
dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan datang jika perusahaan memutuskan untuk
menjual kembali saham yang di buyback ketika harganya sudah naik.
1. Tender Offer
Tender Offer yakni, perusahaan memberikan penawaran kepada pemegang
sahamnya bahwa perusahaan akan membeli sejumlah saham dengan kisaran harga
tertentu. Bagi pemegang saham yang ingin mengikuti proses ini dapat mendaftarkan
dirinya beserta jumlah saham yang ingin dijual di harga yang diharapkan. Pada waktu
pelaksanaan tender offer, perusahaan akan membeli sejumlah saham yang telah
direncanakan, apabila jumlah saham yang ditawarkan publik lebih banyak dari
kebutuhan, perusahaan akan mengutamakan pembelian saham yang ditawarkan di
harga yang lebih rendah.
Obligasi konversi memberi pemegang obligasi opsi untuk bertukar setiap obligasi
untuk sejumlah saham biasa perusahaan. Konversi rasio adalah jumlah saham yang setiap
obligasi dapat ditukar.
Misalkan obligasi konversi diterbitkan dengan nilai nominal $ 1.000 dan dapat
dikonversi menjadi 40 saham perusahaan persediaan. Harga saham saat ini adalah $ 20 per
saham, jadi opsi untuk mengonversi tidak menguntungkan sekarang. Namun, jika harga
saham nanti naik menjadi $ 30, setiap obligasi dapat dikonversi secara menguntungkan
menjadi saham senilai $ 1.200. Nilai konversi pasar adalah nilai saat ini saham yang obligasi
dapat ditukar.
Pada harga saham $ 20, misalnya, nilai konversi obligasi adalah $ 800. Premi
konversi adalah kelebihan obligasi nilai di atas nilai konversinya. Jika obligasi dijual saat ini
seharga $ 950, preminya akan menjadi $ 150.
Sekali lagi, manfaat ini datang dengan harga: Obligasi konversi menawarkan tingkat
kupon yang lebih rendah dan dinyatakan atau hasil yang dijanjikan hingga jatuh tempo
daripada obligasi nonkonvertibel. Namun, sebenarnya pengembaliannya pada obligasi
konversi dapat melebihi hasil yang dinyatakan hingga jatuh tempo jika opsi untuk
mengkonversi menjadi menguntungkan.
Jadi dalam hal ini, Obligasi konversi dapat ditukar, atas kebijaksanaan pemegang obligasi,
dengan jumlah saham tertentu. Pemegang obligasi konversi "membayar" untuk opsi ini
dengan menerima tingkat kupon yang lebih rendah tentang keamanan.
Obligasi tukar atau dalam dunia keuangan lebih dikenal dengan istilah exchangeable
bond (disingkat "XB") yaitu obligasi yang memberikan hak opsi kepada pemegang obligasi
untuk menukar obligasi kedalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbit
(Misalnya saham anak perusahaan atau induk perusahaan).
Obligasi tukar ini berbeda dengan obligasi konversi dimana pada obligasi konversi
pemegang obligasi memiliki hak opsi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan
sejumlah surat berharga (biasanya dalam bentuk saham ) milik perusahaan yang sama dengan
perusahaan penerbit obligasi.
8. CALLABLE BONDS
Merupakan surat berharga utang yang dikeluarkan oleh perusahaan yang disertai
dengan ketentuan perusahaan dapat membeli kembali surat berharga utang tersebut dengan
sejumlah harga yang disepakati sebelum tanggal jatuh tempo. Mekanisme pembelian surat
berharga utang ini dapat dicontohkan semisal ketika suatu perusahaan mengeluarkan surat
berharga utang dengan tingkat kupon tinggi ketika suku bunga pasar tinggi, jika kemudian
suku bunga pasar turun, perusahaan dengan ketentuan callable bonds dapat menarik kembali
surat berharga utang tersebut dengan jumlah harga tertentu, dan kemudian menerbitkan surat
berharga baru dengan tingkat kupon yang lebih rendah untuk menurunkan pembayaran
bunga. Hal ini disebut refunding.
9. KOMBINASI BISNIS
Dalam akuntansi peristiwa penggabungan usaha disebut sebagai kombinasi bisnis
yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu
entitas ekonomi. Penggabungan bisnis tersebut dapat berupa merger dan akuisisi. Dalam
istilah akuntansi pengertian umum untuk merger adalah akuisisi aset (assets acquisition) dan
pengertian untuk akuisisi adalah akuisisi saham (stock acquisition). Kombinasi bisnis ini juga
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 22. Menurut PSAK
No. 22.
Ada beberapa skema dalam melakukan kombinasi bisnis, antara lain merger,
konsolidasi, serta akuisisi
1. Merger
Merger merupakan penggabungan dua perusahaan yang ukurannya tidak sama
dan hanya satu perusahaan yang tetap survival, yaitu perusahaan/bisnis yang lebih
besar, sedangkan perusahaan yang lebih kecil melebur dengan perusahaan yang lebih
besartersebut. (A+B=A)
Contoh dari merger adalah pembentukan Bank BTPN Tbk, dimana dalam proses
merger tersebut terdapat 2 bank yang bergabung menajdi satu, yaitu Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk atau yang biasa disebut BTPN dengan Bank Sumitomo
Mitsui Indonesia (SMBCI).
2. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan penggabungan dua perusahaan yang ukurannya relatif
sama menjadi satu perusahaan baru. (A+B=C)
Contoh dari konsolidasi adalah pembentukan dari Bank Mandiri, Sebelum menjadi
salah satu bank terbesar di Indonesia, bank Mandiri merupakan sebuah perusahaan
merger yang terbentuk dari bank Exim, bank BBD atau bank Bumi Daya, bank
Bapindo dan bank Dagang Negara. Keempat bank tersebut mengalami kesulitan dan
krisi hingga melakukan keputusan untuk melakukan proses merger dan membentuk
suatu konsolidasi. Konsolidasi keempat bank tersebut menjadi sebuah bank yang saat
ini menjadi salah satu bank yang terbesar dan terpercaya yaitu bank Mandiri.
3. Akuisisi
Akuisisi merupakan penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan
akuisator membeli sebagian saham yang diakuisisi, sehingga pengendalian
manajemen perusahaan yang diakusisi berpindah kepada perusahaan akuisatir, namun
dalam hal operasi, perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai badan hukum
yang tetap berdiri sendiri (A+B=A+B)
Contoh dari akuisisi adalah akuisisi pada KB Kookmin Bank yang mengakuisisi bank
Bukopin (BBKP), yang mana dalam akuisisi tersebut Melalui akuisisi ini, KB
Kookmin Bank telah menjadi pemegang saham pengendali tunggal Bukopin dengan
kepemilikan saham mencapai 67%.
Selain itu terdapat beberapa alasan perusahaan melakukan kombinasi bisnis, diantaranya
sebagai berikut.
2. Pertumbuhan
Kombinasi atau penggabungan dua perusahaan atau lebih akan mempercepat
pertumbuhan perusahaan. hal tersebut karena dimungkinkan karena intensitas
persaingan akan lebih berkurang dan kemampuan prusahaan untuk bersaing juga
semakin meningkat. Selain itu, dengan adanya kombinasi perusahaan berpotensi
untuk bekerja secara efisien, sehingga harga produk menjadi lebih kompetitif
3. Diversifikasi
Diversifikasi dapat dicapai melalui penggabungan dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengurangi
risiko pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun
Kelompok 5
Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
Khofifah Noviarianti (041811233044)
Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
Lailatussafiil Ummah (041811233110)
Astri Irmaulidiyah (041811233111)
Larranti Inti Sari (041811233125)
Arka Prabaswara (041811233132)
Almira Livia Salsabila (041811233135)
Albertus Aditya (041811233144)
Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)
Penawaran umum atau yang biasa disebut dengan go public merupakan perusahaan
yang menjual sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Periode pasar perdana, merupakan efek yang ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin
emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.
2. Penjatahan saham, merupakan pengalkasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan
jumlah efek yang tersedia.
3. Pencatatan efek bursa, merupakan efek yang mulai diperdagangkan di bursa.
Dalam proses penawaran umum saham, dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan
sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap awal ini, perusahaan
yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan ara pemegang saham dalam rangka
penawaran umum saham, kemudian emiten melakukan penunjukkan penjamin pelaksana
emisi, lemaga, dan profesi penunjang pasar, yaitu:
1. Penjamin pelaksana emisi (Lead Underwriter) merupakan pihak yang paling banyak
keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka menerbitkan saham. Hal
yang dilakukan oleh penjamin emisi adalah menyiapkan dokumen, membantu
menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
2. Akuntan publik (Auditor Independen), yang bertugas melakukan audit atau
pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
3. Penilai, yang bertugas melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
4. Konsultan hukum, bertugas untuk memberikan pendapat dari segi hal hukum (legal
opinion).
5. notaris, untuk membuat akta-akta perubahan anggaran dasar, akta perjanjian-
perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, calon emiten melengkapi dokumen-dokumen pendukung untuk
menyampaikan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan.
c. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama dalam penawaran umum, karena dalam
waktu inilah emiten melakukan penawaran saham kepada calon investor. Investor dapat
membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual saham yang telah ditunjuk. Masa
penawaran paling singkat satu hari kerja dan paling lama lima hari kerja. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tidak seluruh keingainan calon investor terpenuhi dalam
tahapan ini. Jika investor tersebut keinginannya dalam mendapatkan saham tidak
terpenuhi, maka investor dapat membeli di pasar sekunder stelah saham dicatatkan di
bursa efek.
d. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai melakukan pencatatan penjualan di pasar perdana, saham dapat
dicatatkan di bursa efek indonesia di pasar sekunder
Manfaat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering atau penawaran umum
perdana:
1. Pendanaan tanpa batas
Go Public merupakan titik awal perusahaan untuk mendapatkan akses yang lebih
mudah kepada pendanaan. Dengan Go Public, membuat perusahaan lebih mudah untuk
menarik strategic investor untuk ikut berivestasi pada saham perusahaan. Keterbukaan
informasi membuat perbankan atau institusi keuangan lainnya dapat lebih percaya
kepada perusahaan.
2. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Nilai atas sebuah perusahaan terbuka dapat terlihat dari harga saham dan
kapitalisasi pasar atas perusahaan tersebut. Setiap peningkatan kinerja operasional dan
kinerja keuangan umumnya akan memiliki dampak terhadap harga saham di bursa. Hal
tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
3. Meningkatkan image perusahaan
Setelah go public, informasi dan berita mengenai perusahaan akan sering diulas
maupun diliput oleh media, penyedia data dan analisis di perusahaan sekuritas. Dengan
adanya publikasi tersebut maka akan secara tidak langsung dapat meningkatkan image
perusahaan serta dapat meningkatkan eksposur pengenalan atas produk-produk yang
dihasilkan perusahaan. Hal ini maka juga secara tidak langsung akan membuka peluang
menarik pelanggan baru dalam bisnis perusahaan.
4. Insentif Pajak
Perusahaan terbuka yang tercatat di BEI dapat memperoleh penurunan tarif PPh
Badan (Corporate Income Tax) sebesar 5% selama hal tersebut memenuhi persyaratan,
seperti dengan kepemilikan publik diatas 40% dan dimiliki minimal oleh 300 pemegang
saham yang kepemilikannya tidak lebih dari 5% selain perusahaan. Para pemegang
saham juga dapat melakukan jual beli atas sahamnya di BEI dengan tarif pajak hanya
0,1% selama memenuhi persyaratan yang berlaku.
5. Menjaga kelangsungan Family Business
Dengan menjadi perusahaan publik, setiap pihak dalam keluarga dapat memiliki
saham perusahaan dalam porsinya masing-masing dan sewaktu-waktu dapat melakukan
penjualan atau pembelian melalui bursa, harga saham pun juga terbentuk secara wajar
berdasarkan supply and demand pada pasar. pemegang saham sendiri dapat
mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada pihak profesional yang kompeten dan
dapat dengan mudah mengawasi perusahaan melalui laporan keuangan atau keterbukaan
informasi perusahaan yang diwajibkan oleh otoritas.
Contoh case: Produsen Imboost, Soho Global Health (SOHO) Resmi Masuk BEI
Emiten farmasi dengan produk terkenal Imboost, PT Soho Global Health Tbk
(SOHO), mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Selasa
(8/9/2020). SOHO menjadi emiten ke-42 yang tercatat di tahun 2020 atau emiten ke 705
BEI.
Saat debut perdana melantai di bursa, saham SOHO terpantau menguat 24,73% atau
naik 450 poin ke posisi Rp 2.270 per saham dari harga penawaran umum (initial public
offering/IPO) sebesar Rp 1.820 per saham.
Dengan demikian, saham SOHO hampir menyentuh batas auto reject atas maksimal
sebesar 25% untuk range harga saham Rp 200-Rp 5.000/saham. Nilai kapitalisasi pasar
saham perseroan di BEI sebesar Rp 2,88 triliun. SOHO melepas sebanyak 114,38 juta saham
atau setara 13,78% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah pelaksanaan
penawaran umum perdana saham (IPO).
"IPO merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi SOHO di sektor farmasi
dan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, seluruh dana hasil IPO akan digunakan untuk
memperkuat bisnis distribusi SOHO serta penggerak segmen-segmen bisnis lainnya," kata
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer SOHO, Rogelio Paulino Jr La' O, dalam
keterangan pers, Selasa (8/9/2020).
Cooey menambahkan, SOHO telah mencatatkan pertumbuhan penjualan di atas 10%
selama 3 tahun terakhir, dan mencapai kenaikan 40,7% untuk penjualan selama 6 bulan
pertama tahun 2020.
Penjualan, terutama ditopang oleh penjualan Imboost, suplemen daya tahan tubuh
dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 25% setiap tahun. Sejak pertengahan
tahun 2020, karena konsumen yang dilayani berada dalam kondisi waspada pandemi,
Imboost telah tumbuh lebih dari 100%.
Sementara itu, Director, Head of Investment Banking PT Indo Premier Sekuritas,
Rayendra L. Tobing, selaku penjamin pelaksana emisi efek SOHO menjelaskan, bersamaan
dengan penawaran umum perdana saham ini, SOHO juga akan menerbitkan saham baru
dalam rangka pelaksanaan Management Incentive Program, konversi waran dan konversi
convertible notes.
Dengan begitu, secara keseluruhan saham yang akan dikeluarkan SOHO sebanyak
553.290.122 saham. SOHO akan memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 2,3 triliun.
Rayendra mengatakan, industri farmasi di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang
sangat besar didukung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil, profil demografi
yang mendukung dan dukungan Pemerintah dalam pengembangan industri.
"Seiring dengan adanya pandemi Covid-19, permintaan terhadap produk dan
layanan kesehatan meningkat secara pesat di seluruh dunia dan tidak terkecuali di Indonesia.
Dengan belum tersedianya vaksin yang melindungi dari virus Covid-19, muncul
peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan," kata dia.
Sekadar informasi, Soho Global adalah perusahaan yang bergerak di industri farmasi
dan juga layanan kesehatan. Beberapa produk yang cukup dikenal adalah Imboost,
hepatoprotektor seperti Curcuma FCT, obat anti diare dan pencahar seperti Diapet dan
Laxing, hingga merek multivitamin Curcuma Plus dan Fitkom.
B. Emiten
Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu penawaran Efek
yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam peraturan Undang-undang yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang
perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
Emiten dapat menawarkan Efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Jenis Efek yang lain adalah Sukuk, yang merupakan Efek Syariah, yakni akad dan
cara penerbitannya sesuai dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten
melakukan penawaran Efek melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk
Fungsi Emiten:
Emiten pada dasarnya diwujudkan dengan maksud untuk membuka kesempatan bagi
perusahaan atau pemilik bisnis untuk mendapat tambahan modal. Namun tak cuma itu,
keberadaan emiten juga membuka peluang bagi masyarakat untuk melakukan investasi
sehingga meningkatkan aspek finansialnya.
Adapun fungsi utama emiten adalah memberikan penawaran surat berharga kepada
publik. Di samping itu, tentu emiten juga bertanggung jawab mengelola dana publik tersebut
sebaik mungkin. Bentuk pertanggung jawaban ini pun dibuktikan melalui rilis laporang
keuangan emiten per kuartal.
Contoh Emiten:
Sebagaimana yang disebutkan OJK, pihak yang dimaksud emiten tidak terbatas pada
perusahaan. Kendati demikian, faktanya pelaku emiten memang lebih banyak didominasi
oleh bisnis dalam bentuk perusahaan. Adapun beberapa contoh emiten di Indonesia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain sebagai berikut sesuai dengan sektor
usahanya.
1. Perkebunan
a. Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)
b. Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG)
c. Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA)
d. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
e. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
2. Keuangan
a. Bank Jago Tbk (ARTO)
b. BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN)
c. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO)
d. Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA)
e. Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
f. Bank Negara Indonesia Tblk. (BBNI)
g. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
3. Pertambangan
a. Aneka Tambang Tbk (ANTM)
b. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)
c. Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC)
d. Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)
e. Vale Indonesia Tbk. (INCO)
Syarat Menjadi Emiten:
Tidak semua pelaku bisnis dapat menjadi emiten. Persyaratan menjadi emiten antara
lain adalah:
1. Menerbitkan sekuritas yang akan ditawarkan kepada investor.
2. Harus menjamin bahwa sekuritas yang ditawarkan bersifat legal. Hal ini mensyaratkan
pula bahwa pelaku bisnis haruslah tidak cacat secara hukum untuk menerbitkan Efek dan
mempunyai prestasi.
3. Memberi informasi sekuritas yang akurat.
Perbedaan Antara Emiten dan Perusahaan Publik:
Masih banyak pihak yang keliru dengan menyamakan konsep emiten dan perusahaan
publik. Padahal, keduanya sama sekali berbeda. Seperti yang dijabarkan, emiten adalah
pihak yang melakukan Penawaran Umum dengan menerbitkan Efek kepada publik dengan
memenuhi prosedur sebagaimana yang telah diatur dalam perundang-undangan yang
berlaku.
Sementara itu, dikutip dari laman OJK, yang dimaksud dengan perusahaan publik
adalah Perseroan Terbatas—sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Ketentuan
Umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas—yang
sahamnya telah dimiliki paling sedikit oleh 300 pemegang saham dan mempunyai modal
disetor minimal Rp3.000.000.000,00 atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa emiten adalah pelaku bisnis
baik swasta maupun pemerintah yang melakukan penawaran Efek kepada masyarakat luas.
Keberadaan emiten akan memberi keuntungan bagi emiten sendiri untuk menambah modal
serta bagi publik sebagai salah satu peluang investasi.
Sebuah emiten akan menerbitkan berbagai jenis Efek dan mengelolanya dengan
penuh tanggung jawab serta menyampaikan rilis atau laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawabannya. Adapun jumlah emiten di Indonesia telah mencapai ratusan yang
terdiri dari berbagai sektor, seperti perkebunan, peternakan, keuangan, industri, properti,
dan lain-lain.
C. Saham
Informasi Umum
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Satuan pembelian saham 1 Lot = 100 lembar. Pada dasarnya, ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
1. Dividen: Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam
periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu
untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
2. Capital Gain: Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya
Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya
dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital
gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
1. Capital Loss: Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang
dibeli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham
tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga
mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
2. Risiko Likuidasi: Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang
saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan
kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka
pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini
merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang
saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga
saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga
saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata
lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan
demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham
tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun
faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor
non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
Klasifikasi Sektor dan Subsektor
Mulai 25 Januari 2021, BEI mengimplementasikan klasifikasi baru atas sektor dan
industri perusahaan tercatat yang bernama “Indonesia Stock Exchange Industrial
Classification” atau IDX-IC.
1. Energi (A)
Sektor Energi mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa terkait dengan
ekstraksi energi yang mencakup energi tidak terbarukan (fossil fuels) sehingga
pendapatannya secara langsung dipengaruhi oleh harga komoditas energi dunia, seperti
perusahaan Pertambangan Minyak Bumi, Gas Alam, Batu Bara, dan perusahaan-
perusahaan yang menyediakan jasa yang mendukung industri tersebut. Selain itu sektor
ini juga mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa energi alternatif.
2. Barang Baku (B)
Industri Barang Baku mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa yang
digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk memproduksi barang final, seperti
perusahaan yang memproduksi Barang Kimia, Material Konstruksi, Wadah & Kemasan,
Pertambangan Logam & Mineral Non-Energi, dan Produk Kayu & Kertas.
3. Perindustrian (C)
Industri Perindustrian mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa yang
secara umum dikonsumsi oleh industri, bukan oleh konsumen. Produk dan jasa
dihasilkan merupakan produk dan jasa final dan bukan produk yang harus diolah lagi
seperti bahan baku. Industri ini mencakup produsen Barang Kedirgantaraan, Pertahanan,
Produk Bangunan, Produk Kelistrikan, Mesin. Selain itu industri ini juga mencakup
penyedia Jasa Komersial - seperti Percetakan, Pengelola Lingkungan, Pemasok Barang
dan Jasa Industri - dan Jasa Profesional - seperti Jasa Personalia dan Jasa Penelitian -
untuk keperluan industri.
4. Barang Konsumen Primer (D)
Industri Barang Konsumen Primer mencakup perusahaan yang melakukan
produksi atau distribusi produk dan jasa yang secara umum dijual pada konsumen namun
tetapi untuk barang yang bersifat anti-siklis atau barang primer/dasar sehingga
permintaan barang dan jasa ini tidak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti
Perusahaan Ritel Barang Primer – Toko Makanan, Toko Obat-obatan, Supermarket,
Produsen Minuman, Makanan Kemasan, Penjual Produk Pertanian, Produsen Rokok,
Barang Keperluan Rumah Tangga, dan Barang Perawatan Pribadi.
5. Barang Konsumen Non-Primer (E)
Industri Barang Konsumen Sekunder mencakup perusahaan yang melakukan
produksi atau distribusi produk dan jasa yang secara umum dijual pada konsumen namun
tetapi untuk barang yang bersifat siklis atau barang sekunder sehingga permintaan barang
dan jasa ini berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Industri ini mencakup
perusahaan yang memproduksi Mobil Penumpang dan Komponennya, Barang Rumah
Tangga Tahan Lama (Durable), Pakaian, Sepatu, Barang Tekstil, Barang Olahraga dan
Barang Hobi. Selain itu industri ini juga mencakup perusahaan yang menyediakan Jasa
Pariwisata, Rekreasi, Pendidikan, Penunjang Konsumen, Perusahaan Media, Periklanan,
Penyedia Hiburan, dan Perusahaan Ritel Barang Sekunder.
6. Kesehatan (F)
Industri Kesehatan mencakup perusahaan yang menyediakan produk dan layanan
kesehatan seperti Produsen Peralatan dan Perlengkapan Kesehatan, Penyedia Jasa
Kesehatan, Perusahaan Farmasi, dan Riset di Bidang Kesehatan.
7. Keuangan (G)
Industri Keuangan mencakup perusahaan yang menyediakan layanan keuangan
seperti Bank, Lembaga Pembiayaan Konsumen, Modal Ventura, Jasa Investasi,
Asuransi, dan Perusahaan Holdings.
8. Properti & Real Estat (H)
Industri Properti dan Real Estat mencakup perusahaan Pengembang Properti dan
Real Estate dan perusahaan yang menyediakan Jasa Penunjangnya
9. Teknologi (I)
Industri Teknologi mencakup perusahaan yang menjual Produk dan Jasa
Teknologi, seperti Perusahan Jasa Internet yang bukan penyedia koneksi internet,
Penyedia Jasa dan Konsultan TI, Perusahaan Pengembang Perangkat Lunak, Produsen
Perangkat Jaringan, Perangkat Komputer, Perangkat dan Komponen Elektronik, dan
Semikonduktor.
10. Infrastruktur (J)
Industri Infrastruktur mencakup perusahaan yang berperan dalam Pembangunan
dan Pengadaan Infrastruktur seperti Perusahaan Penyedia Jasa Logistik dan Pengantaran,
Penyedia Transportasi, Operator Infrastruktur Transportasi, Perusahaan Konstruksi
Bangunan Sipil, Perusahaan Telekomunikasi, dan Perusahaan Utilitas.
11. Transportasi & Logistik (K)
Industri Transportasi dan logistik mencakup perusahaan yang berperan dalam
aktivitas perpindahan dan pengangkutan seperti , Penyedia Transportasi serta Perusahaan
Penyedia Jasa Logistik dan Pengantaran.
12. Produk Investasi Tercatat (Z)
Produk Investasi Tercatat mencakup produk-produk investasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia.
D. Perusahaan Publik
Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah jenis perseroan terbatas yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau
suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Di Indonesia, perusahaan publik biasanya memiliki tambahan singkatan Tbk. di
belakang nama perusahaannya. Beberapa contoh perusahaan publik di Indonesia antara lain:
1. Astra International Tbk.
2. Agung Podomoro Land Tbk.
3. Indofood Sukses Makmur Tbk.
4. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
5. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Salah satu majalah ekonomi terkemuka bernama Forbes mempublikasikan daftar
perusahaan publik terbesar dengan tajuk “Global 2000: The World’s Largest Public
Companies” pada 2020 silam. Perusahaan publik yang menempati peringkat tertinggi dalam
daftar tersebut yaitu Bank BRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), yakni di ranking
347. Metrik yang digunakan dalam riset ini yaitu penjualan, keuntungan, aset, dan nilai
pasar.
Menjadi perusahaan publik akan mendapatkan beberapa manfaat dan konsekuensi
yang harus dihadapi. Melansir Panduan Go-Public yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia, manfaat menjadi perusahaan publik yaitu:
1. Memperoleh sumber pendanaan baru
Perusahaan dapat memperoleh dana melalui hasil penjualan sebagian saham
kepada publik melalui Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO).
Setelah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga dapat melakukan Secondary
Offering sehingga perusahaan mempunyai akses dana yang tanpa batas. Selain itu,
menjadi perusahaan publik juga dapat mempermudah akses pada perbankan karena
dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan
perbankan akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan.
2. Memberikan Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) untuk
Pengembangan Usaha
Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk
mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli (buyer) untuk
turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan
terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang
lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka
sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih tinggi untuk
turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan. Dengan menjadi
perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu
meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada
pelanggan atau kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek
pengawasan. Sehingga akan memicu perusahaan untuk memberikan hasil terbaik.
Dengan begitu perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam
menyajikan produk dan jasanya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan
operasi selanjutnya.
3. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui
penerbitan saham baru.
Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara
yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan.
Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa memiliki nilai pasar tertentu.
Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa,
pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui
penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut.
4. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan
mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
5. Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)
Dengan Go Public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan
komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk
mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya.
Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi
pengembangan usaha di masa depan.
Disamping memiliki manfaat tersebut, menjadi perusahaan juga memiliki
konsekuensi yang harus dihadapi. Konsekuensi menjadi perusahaan publik yaitu:
1. Berbagi Kepemilikan → Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan
berkurang. Banyak perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena khawatir
akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan.
2. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku
1. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang merupakan institusi penunjang yang turut serta dalam
mendukung pengoperasian pasar modal dan bertugas serta berfungsi dalam melakukan
pelayanan kepada pegawai dan masyarakat umum. Beberapa lembaga penunjang, yakni
sebagai berikut:
a. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan bank yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas
Jasa Keuangan untuk bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi Efek, serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan bagi bank umum sebagai Kustodian
diatur dalam peraturan pemerintah. Beberapa contoh Bank Kustodian yang ada di
Indonesia, yaitu:
10. But. Standard Chartered Bank 21. PT. Bank Sinarmas Tbk
5. EDI Indonesia
c. Wali Amanat
Wali Amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek
bersifat utang atau sukuk untuk melakukan penuntutan baik di dalam maupun di luar
pengadilan, yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau
sukuk tersebut tanpa surat kuasa khusus. Kegiatan Perwaliamanatan dilakukan oleh
Bank Umum dan Pihak Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Bank Umum atau
Pihak Lain wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Adapun
persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Beberapa contoh Wali Amanat yang ada di Indonesia, yaitu:
2. Profesi Penunjang
a. Akuntan
Merupakan pihak yang bertugas menyusun, membimbing, mengawasi,
menginspeksi, dan memperbaiki tata buku serta administrasi perusahaan atau instansi
pemerintah. Akuntan publik berwenang melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan emiten. Dalam melaksanakan tugasnya, akuntan publik memberikan
pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten.
Pendapat akuntan publik ini akan dianggap sebagai informasi dan bahan
pertimbangan. Selanjutnya, akuntan publik akan menjadi narasumber bagi kebenaran
laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten dalam periode tertentu, misalnya
laporan triwulanan atau laporan tahunan.
b. Konsultan Hukum
Merupakan ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain
dalam bentuk konsultasi, dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Konsultan hukum
adalah pihak yang memberikan pendapat hukum mengenai emisi efek yang dilakukan
emiten. Konsultan hukum memberikan pendapatnya antara lain mengenai anggaran
dasar emiten beserta perubahannya, izin usaha emiten, bukti kepemilikan atau
penguasaan harta kekayaan emiten dan perikatan emiten dengan pihak lain. Peran
konsultan hukum ini diperlukan dalam setiap emisi efek karena lembaga ini
mempunyai fungsi untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion)
mengenai keadaan perusahaan emiten. Emiten dapat memanfaatkan konsultan hukum
untuk mendukung kebenaran informasi yang dipublikasikan emiten.
c. Penilai
Merupakan pihak yang memberikan penilaian atas aset perusahaan dan
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Penilai bertugas menerbitkan dan
menandatangani laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan
pemeriksaan menurut keahlian dari penilai. Penerbitan laporan ini dilakukan dengan
cara menilai keberadaan suatu barang atau benda secara fisik dan nonfisik.
d. Notaris
Merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar
di Otoritas Jasa Keuangan. Notaris memiliki kewenangan membuat akta otentik
mengenai perjanjian dan pernyataan yang dibuat oleh pelaku pasar modal, terutama
emiten dalam rangka go public. Dalam emisi saham, notaris berperan dalam membuat
akta perubahan anggaran dasar emiten. Apabila diinginkan, notaris juga berperan
dalam pembuatan perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian antar-penjamin emisi
efek dan perjanjian agen penjual.
e. Ahli Syariah Pasar Modal
1. Orang perseorangan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
syariah; atau
2. Badan usaha yang pengurus dan pegawainya memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang syariah, yang memberikan nasihat dan/atau mengawasi
pelaksanaan penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal dalam kegiatan usaha
perusahaan dan/atau memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau
jasa syariah di Pasar Modal.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Ahli Syariah Pasar Modal wajib terlebih
dahulu mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan.
Profesi Lain adalah pihak jasa profesi lain yang dapat memberikan pendapat atau
penilaian sesuai dengan perkembangan pasar modal di masa mendatang dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan.
Corporate Action atau Aksi Korporasi adalah langkah atau tindakan yang diambil
oleh sebuah perusahaan terbuka yang berkaitan langsung dengan kepemilikan saham para
investor. Sehingga corporate action menjadi penting terutama bagi para pemegang saham
karena juga dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Secara
garis besar corporate action dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Corporate Action yang berpengaruh pada jumlah saham beredar, misalnya Pembagian
Dividen Saham, Stock Split, Reverse Stock Split, Saham Bonus, Buy Back, dan Right
Issue.
2. Corporate Action berupa restrukturisasi perusahaan, misalnya Merger dan Akuisisi,
Tender Offer, Spin Off.
Selain itu, berdasarkan perlibatannya, aksi korporasi juga dapat dibagi menjadi dua,
antara lain:
1. Mandatory corporate action (aksi korporasi wajib) yang merupakan jenis aksi yang
melibatkan dewan direksi sebagai pengambil keputusan.
2. Voluntary corporate action (aksi korporasi sukarela) adalah jenis aksi yang melibatkan
dewan direksi sebagai pengambil keputusan dan pemegang saham sebagai peserta.
Terdapat beberapa macam corporate action yang diumumkan oleh BEI (Bursa
Efek Indonesia) , antara lain:
1. IPO (Initial Public Offering)
IPO merupakan aksi dimana perusahaan terbuka melakukan penawaran perdana
saham kepada masyarakat umum.
2. Pembagian Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Dividen dapat dibagian dalam beberapa bentuk yaitu Dividen Tunai
yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. dan Dividen Saham yaitu
dividen yang dibagikan dalam bentuk saham.
3. Stock Split
Stock Split mrupakan aksi dimana perusahaan memecah nilai nominal saham
menjadi pecahan yang lebih kecil sehingga jumlah saham beredar lebih banyak. Tujuan
dari stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham di bursa karena harga
saham secara nominal menjadi lebih terjangkau bagi banyak orang. Ilustrasi Stock Split:
Misal dilakukan split 1 : 5
Awalnya nilai nominal 1 lembar saham adalah Rp 10.000 nilai keseluruhan Rp 10.000
(1x10.000). Kemudian setelah stock split, menjadi 5 lembar saham dengan nilai
nominal per lembar Rp 2.000 namun nilai keseluruhan tetap Rp 10.000 (5 x 2.000).
4. Reverse Stock Split
Reverse Stock Split merupakan aksi perusahaan menggabungkan nilai nominal
saham menjadi pecahan yang lebih besar sehingga jumlah saham beredar lebih sedikit.
Tujuan Reverse Stock Split adalah untuk menggabungkan nilai agar harga saham secara
nominal tidak terlalu kecil. Hal ini cenderung merupakan sentimen negatif, karena
setelah RSS biasanya harga saham menjadi turun. Mekanisme Reverse Stock Split
merupakan kebalikan dari Stock Split, jadi perbandingannya adalah old:new
(Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, berarti jika dilakukan reverse stock split menjadi
5:1)
5. Right Issue
Right issue adalah penerbitan saham baru dimana pemegang saham lama akan
mendapatkan hak untuk membeli saham baru dalam jumlah tertentu. Dari penerbitan
saham baru tersebut, perusahaan berpotensi mendapatkan dana segar untuk perluasan
usahanya. Dalam bahasa teknisnya, right issue dikenal pula sebagai Penambahan Modal
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD). Dalam aksi korporasi ini,
pemegang saham yang tercantum dalam Daftar Pemegang Saham memiliki hak untuk
membeli saham baru sesuai ketentuan. Karena merupakan hak, pemegang saham
tersebut tidak wajib untuk mengeksekusi haknya tersebut. Pada saat pemegang saham
lama tidak melaksanakan haknya maka porsi saham yang dimiliki oleh pemegang
saham tersebut akan turun persentasenya atau terdilusi.
Pada umumnya, pelaksanaan right issue ini dibantu oleh perusahaan sekuritas.
Perusahaan sekuritas akan bertindak sebagai pembeli siaga jika saham hasil right issue
itu tidak diserap sepenuhnya oleh pemegang saham lama. Berdasarkan data Bursa Efek
Indonesia, hampir setiap tahun ada right issue yang dilakukan oleh emiten. Right issue
itu juga dilakukan oleh emiten dari berbagai latar sektor, mulai dari keuangan,
konstruksi, otomotif dan sebagainya.
Salah satu contoh right issue adalah right issue yang dilakukan oleh PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada 2016. Dalam aksi korporasi itu, WIKA menerbitkan
2,82 lembar miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.180. Dalam right issue
itu, WIKA mengantongi dana sekitar Rp6,1 triliun. Rasio konversi right issue tersebut
80.000 berbanding 36.697. Dengan kata lain, pemegang 80.000 lembar saham lama
berhak untuk memesan saham baru sebanyak 36.697 lembar.
6. Saham Bonus
Saham bonus adalah saham yang dibagikan secara cuma-cuma (bonus) kepada
para pemegang saham. Saham Bonus diberikan dari agio dalam laporan keuangan,
dimana agio ini didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran
saham pada saat IPO atau pada saat right issue.
7. Merger dan Akuisisi
Merger adalah proses penggabungan antara dua atau lebih perusahaan dan hanya
ada satu perusahaan yang dipertahankan. Contoh merger adalah Lippo Bank yang
meleburkan diri ke CIMB Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank
berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga. Pada merger,
penggambarannya adalah:
Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A
Akuisisi adalah proses pengambilalihan perusahaan yang dilakukan dengan cara
membeli saham mayoritasnya. Perusahaan yang membeli saham ini kemudian akan
menjadi pengendali perusahaan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan
merger yang menghilangkan eksistensi perusahaan yang melakukan peleburan, akuisisi
tetap mempertahankan eksistensi kedua perusahaan. Jadi, tidak ada perusahaan yang
hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah
hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd
mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. Contoh akuisisi
lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.
Meski begitu, tidak semua proses pembelian saham disebut akuisisi. Akuisisi
hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu
mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun
aset perusahaan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya perusahaan berbentuk perseroan
terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT
diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada
perusahaan setaraf UD, CV, dan badan hukum.
8. BuyBack Saham
Pembelian kembali saham (shares buyback) terjadi ketika suatu perseroan
membeli kembali saham yang telah dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham dan
beredar di umum. Salah satu tujuannya adalah untuk mengubah komposisi kepemilikan
dan struktur kendali perseroan tersebut.
9. Tender Offer
Tender offer adalah suatu proses penawaran pembelian saham yang hendak
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau seorang investor yang akan membeli saham
suatu perusahaan yang tercatat di bursa efek dalam jumlah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Indonesia. Panduan Go-Public.
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Information/ForCompany/Panduan-Go-
Public.pdf. DIakses pada 12 Maret 2021.
Bursa Efek Indonesia. 2018. Saham. https://www.idx.co.id/produk/saham/ Diakses pada
tanggal 13 Maret 2021.
Bursa Efek Indonesia. 2021. Yuk Nabung Saham: Sekilas Saham.
http://yuknabungsaham.idx.co.id/sekilas-saham-detail. Diakses pada tanggal 13 Maret
2021.
cnbcindonesia.com.2021.<https://www.cnbcindonesia.com/market/20200908092147-17-
185093/soho-global-health-melantai-di-bei-saham-meroket-25> [Accessed 12 March
2021].
Febrianastri, Fabiola. 2020. Forbes Nobatkan BRI sebagai Perusahaan Publik Terbesar di
Indonesia. https://amp.suara.com/bisnis/2020/08/26/100441/forbes-nobatkan-bri-
sebagai-perusahaan-publik-terbesar-di-indonesia/. Diakses pada 12 Maret 2021.
https://www.akseleran.co.id/blog/emiten-adalah/
https://www.bareksa.com/berita/pasar-modal/2019-06-27/punya-investasi-di-pasar-modal-
kenali-lembaga-dan-profesi-penunjang-berikut
https://www.ksei.co.id/services/participants/custodian-banks
https://www.ksei.co.id/services/participants/registrars
https://www.ksei.co.id/services/participants/trustees
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Emiten-dan-Perusahaan-Publik.aspx.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Lembaga-dan-Profesi-Penunjang.aspx
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Lembaga-Pemeringkat-Diakui-OJK.aspx
IDX Go Public. 2021. Kenapa IPO. <https://gopublic.idx.co.id/kenapa-ipo/?slide=0>
[Accessed 12 March 2021].
Keuangan, K., 2020. Media Keuangan. [online] Majalah Media Keuangan.
<https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/Home/Detail/120/manfaat-go-public>
[Accessed 12 March 2021].
Lots.co.id. 2021. Lotus Online Trading System | Online Trading Saham Terbaik. [online]
<https://www.lots.co.id/education/basic/101/PROSES-GO-
PUBLIC#:~:text=Penawaran%20Umum%20atau%20sering%20pula,Pasar%20Modal%
20dan%20Peraturan%20Pelaksanaannya> [Accessed 12 March 2021].
Wikipedia. Perusahaan Publik. https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publik. Diakses
pada 12 Maret 2021.
MATA KULIAH PASAR MODAL
“WEEK 5: REGULASI TERKAIT LEMBAGA EFEK”
Tim Penyusun
Kelompok 5
TIM PENYUSUN
Kelompok 5
1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)
Dealer Partisipan adalah anggota bursa yang bekerja sama dengan Manajer Investasi
(MI) pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit Penyertaan ETF.
Berinvestasi pada ETF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan alternatif
investasi lainnya, yaitu:
1. Mudah dan fleksibel
ETF dapat dibeli dan dijual kapan saja selama jam perdagangan, seperti layaknya
saham.
2. Rendah biaya dan risiko
Management fee ETF relatif lebih rendah dibanding reksa dana (reksa dana berkisar
2-4%). Selain itu, biaya transaksi ETF di pasar sekunder sesuai dengan komisi
broker, yaitu sekitar 1-5%. ETF memiliki likuiditas yang terjamin, sehingga
risikonya lebih kecil.
3. Cakupan luas
Memiliki 1 ETF sama dengan memiliki puluhan saham-saham unggulan. ETF yang
ditawarkan juga variatif.
4. Transparan
Informasi mengenai ETF dan saham-sahamnya dapat diakses kapanpun dan
dimanapun.
Tujuan berinvestasi pada ETF ada beberapa, di antaranya:
1. Diversifikasi, yaitu diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan
dalam sekali order.
2. Fleksibilitas, yaitu memanfaatkan fleksibilitas jual atau beli yang tinggi, karena
dapat langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa
berlangsung selayaknya saham.
Transaksi ETF dapat digambarkan pada mekanisme berikut:
11. REKSA DANA KIK REAL ESTATE ATAU DANA INVESTASI REAL ESTATE
(DIRE)
Di luar negeri, produk ini dikenal dengan nama Real Estate Investment Trust (REIT).
DIRE merupakan himpunan dana dari investor yang diinvestasikan pada aset real estate,
aset yang terkait dengan real estate atau kas dan setara kas. Jadi manajer investasi
pengelola reksa dana ini dapat membeli properti seperti bangunan, gedung, tanah atau
saham dan obligasi perusahaan terbuka yang terkait dengan properti. Perhitungan nilai
aktiva bersih reksa dana ini dilakukan oleh pihak penilai. Objek yang dapat dijadikan
DIRE antara lain Mall, Perkantoran, Apartemen, Gudang, Hotel, Rumah Sakit, dan aset
real estate lainnya.
Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dan bank
kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Gambar 11.1 Struktur Dana Investasi Real Estate (DIRE)
DIRE wajib mendistribusikan keuntungan kepada pemegang unit setiap tahun paling
sedikit 90% dari laba bersih setelah pajak tanpa memperhitungkan keuntungan yang belum
terealisasi.
Berdasarkan Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real
Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, portofolio investasi DIRE hanya dapat
berupa:
Berikut adalah prosedur pencatatan Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estate
(DIRE) di Bursa Efek Indonesia:
Gambar 11.2 Ilustrasi prosedur pencatatan Unit Penyertaan DIRE
Terdapat beberapa manfaat penerbitan Dana Investasi Real Estate bagi pemilik aset
Real Estate dan juga bagi perekonomian. Manfaat yang akan diterima oleh pemilik aset
Real Estate antara lain yaitu memperoleh pendanaan baru untuk ekspansi, insentif pajak,
dan mengubah aset yang tidak likuid menjadi likuid. Sedangkan untuk perekonomian akan
memberikan beberapa manfaat peningkatan pembangunan sektor properti, infrastruktur,
layanan kesehatan, pariwisata, dll. DIRE juga dapat memberikan manfaat lain kepada
perekonomian seperti peningkatan potensi pendapatan daerah dari pajak hotel, restoran,
hiburan, reklame, parkir, PBB, dll.
Berikut beberapa peraturan terkait Dana Investasi Real Estate:
1. POJK No. 64/2017 DIRE
2. POJK No. 30/2016 DIRE Syariah
3. Peraturan BEI No. I-O Pencatatan DIRE
4. Peraturan BEI No. I-U Pencatatan DIRE Syariah
5. Peraturan BEI No. II-J Perdagangan DIRE
6. Berikut beberapa manfaat yang akan diperoleh jika berinvestasi pada DIRE:
7. Pendapatan dan performa harga (dividen tunai dan capital gain)
8. Alternatif investasi di bidang properti yang sangat terjangkau
9. Diversifikasi investasi
10. Perlindungan terhadap inflasi
11. Transparansi
Sumber dan Referensi:
TIM PENYUSUN
Kelompok 5
1. Rr. Alvita Aulia Nareswari (041811233018)
2. Khofifah Noviarianti (041811233044)
3. Muhammad Mursyid Auliya (041811233104)
4. Lailatussafiil Ummah (041811233110)
5. Astri Irmaulidiyah (041811233111)
6. Larranti Inti Sari (041811233125)
7. Arka Prabaswara (041811233132)
8. Almira Livia Salsabila (041811233135)
9. Albertus Aditya S.P. (041811233144)
10. Nabilla Aisyah Nurdi (041811233146)
a. Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti sikap, cara
berfikir, watak kesesuaian atau adat. Ethos identik dengan Moral, yang dalam
Bahasa Indonesia berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata
tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku
batin dalam hidup.
b. Etika merupakan cabang dari filsafat etika untuk mencari ukuran baik buruknya
bagi tingkah laku manusia.
c. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan
kebiasaan baik atau buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan,
kewajiban dan sebagainya.
d. Etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah mempelajari
perilaku, baik moral maupun immoral dengan tujuan membuat pertimbangan
yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai
yang dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
A.2 Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket
a. Persamaan Etika dan Etiket
i. Keduanya menyangkut obyek yang sama yaitu manusia
ii. Keduanya mengatur perilaku manusia secara normatif
b. Perbedaan Etika dan Etiket
i. Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan.
Etika menyangkut pilihan yaitu apakah perbuatan boleh atau tidak.
ii. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu.
Etika berlaku dimana saja dan kapan saja.
iii. Etiket bersifat relatif, etika bersifat absolut.
iv. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah, etika menyangkut
manusia dari segi rohaninya.
A.3 Etika dan Hukum
Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis
A.4 Perbedaan Etika dan Hukum
a. Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara
tertulis, tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.
b. Etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.
c. Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh
terhadap hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
d. Banyak standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak
tercakup oleh hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam
hukum, namun sebagian tidak tercakup.
e. Norma hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga bisa menyebabkan celah
hukum
A.5 Etika dan Moral
a. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self-control” karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
b. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan
dengan tindak kejahatan.
Definisi
1. Pasal 32 ayat (1) UUPM: Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer
Investasi hanya orang perseorangan yang telah memperoleh izin dari
Bapepam.
2. Pasal 33 UUPM: Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak
sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek dapat bertindak sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek.
3. Pasal 38 PP 45/1995: Bahwa izin orang perseorangan sebagai Wakil
Perusahaan Efek hanya dapat diberikan kepada perseorangan yang memiliki
keahlian sesuai dengan bidangnya yaitu bidang penjaminan emisi,
keperantara-pedagangan Efek, atau bidang analisa Efek dan pengelolaan
Portofolio Efek.
4. Pasal 39 ayat (1) huruf b PP 45/1995: Permohonan untuk memperoleh izin
sebagai Wakil Perusahaan Efek diajukan kepada Bapepam disertai dengan
dokumen sertifikat keahlian atau keterangan pengalaman kerja.
5. Pasal 1 butir (4) POJKPerizinan: Wakil Penjamin Emisi Efek adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek.
6. Pasal 1 butir (5) POJK Perizinan: Wakil Perantara Pedagang Efek adalah
orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
7. Pasal 1 Butir (6) POJK Perizinan: Izin orang perseorangan sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, yang selanjutnya disebut sebagai Izin Wakil Penjamin
Emisi Efek, adalah izin yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada
orang perseorangan untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek.
8. Pasal 1 Butir (7) POJK Perizinan: Izin orang perseorangan sebagai Wakil
Perantara Pedagang Efek, yang selanjutnya disebut Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek, adalah izin yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
kepada orang perseorangan untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek
Setiap orang yang bekerja pada Perusahaan Efek harus memiliki izin WPE,
kecuali Karyawan yang melakukan kegiatan administrasi dan tata usaha tidak
perlu memiliki izin perorangan sebagai wakil PE.
Persyaratan Permohonan Izin WPPE (POJK Perizinan)
a. Persyaratan Integritas
1. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. Cakap melakukan perbuatan hukum;
3. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang jasa keuangan;
4. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin, pembatalan
persetujuan, dan/atau pembatalan pendaftaran oleh Otoritas Jasa
Keuangan selama 3 (tiga) tahun terakhir;
5. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pengurus yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit;
6. Memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan
b. Persyaratan Kompetensi
1. Berpendidikan paling rendah pendidikan menengah;
2. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang Pasar
Modal, dibuktikan dengan memiliki sertifikat keahlian sebagai WPEE
atau WPPE, yang diakui Otoritas Jasa Keuangan dan diterbitkan oleh
lembaga pendidikan khusus di bidang Pasar Modal berdasarkan
rekomendasi dari Komite Standar Keahlian; atau Memiliki pengalaman
kerja pada institusi pengawas Pasar Modal dan/atau organisasi yang
diberi kewenangan oleh Undang-Undang tentang Pasar Modal untuk
mengatur dan/atau mengawasi industri Pasar Modal dengan ketentuan:
1) paling kurang 2 (dua) tahun pada posisi manajerial; atau
2) paling kurang 5 (lima) tahun pada posisi pelaksana, dalam bidang
tugas dan fungsi yang terkait pengaturan dan/atau pengawasan industri
Pasar Modal;
3. Bekerja pada lembaga jasa keuangan di Indonesia, bagi warga negara
asing; dan
4. Tidak bekerja pada lebih dari satu Perusahaan Efek dan/atau lembaga
jasa keuangan lainnya.
Professional yang Bekerja pada Perusahaan Efek
Orang perseorangan yang melakukan kegiatan atau bekerja di Perusahaan
Efek wajib memiliki izin perorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek (WPE). Adapun
jenis izin perorangan pada Perusahaan Efek meliputi:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE)
2. Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE)
3. Wakil Manajer Investasi (WMI)
Untuk mendapatkan izin perorangan tersebut dari OJK, yang bersangkutan
harus dinyatakan lulus terlebih dahulu dari ujian yang diselenggarakan oleh Lembaga
yang ditunjuk oleh OJK salah satunya ialah TICMI. Tanda kelulusan tersebut menjadi
salah satu dasar penilaian atas permohonan izin yang diajukan ke OJK. Seseorang
dapat memiliki izin perorangan WPE lebih dari satu izin. Setiap Perusahaan Efek
wajib melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap semua Pihak yang
bekerja atau menjadi Wakil Perusahaan tersebut. Orang perseorangan yang memiliki
izin sebagai Wakil Perusahaan Efek, wajib melaporkan kepada OJK dalam waktu 14
(empat belas) hari terhitung sejak yang bersangkutan berhenti bekerja atau pindah
bekerja pada Perusahaan Efek lain.
Larangan Wakil Pedagang Perantara Efek (WPPE)
1. WPEE dan WPPE dilarang bekerja rangkap pada lebih dari satu Perusahaan
Efek dan/atau lembaga jasa keuangan lainnya.
Note: Larangan bekerja rangkap tidak berlaku bagi WPEE dan WPPE yang
berkedudukan sebagai anggota direksi dari Penjamin Emisi Efek dan/atau
Perantara Pedagang Efek untuk merangkap jabatan sebagai komisaris Bursa
efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian).
2. WPPE dilarang melakukan:
a. Transaksi untuk kepentingan Perusahaan Efek dimana ia bekerja yang
tidak tercatat dalam pembukuan Perusahaan Efek tersebut; dan
b. Transaksi atas nama nasabah tanpa atau tidak sesuai dengan perintah
nasabahnya
c. Baik secara langsung maupun tidak langsung, menerima bagian laba
dari nasabah atas suatu transaksi Efek.
Kewajiban Wakil Pedagang Perantara Efek (WPPE)
1. Memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan Pasar Modal
Indonesia;
2. Bertindak dan bersikap profesional serta mempunyai wawasan yang luas di
bidang Pasar Modal;
3. Menjadi anggota asosiasi yang mewadahi Wakil Penjamin Emisi Efek atau
Wakil Perantara Pedagang Efek yang telah mendapatkan pengakuan dari
Otoritas Jasa Keuangan.
4. Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek wajib
mengikuti pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh asosiasi yang
mewadahi Wakil Penjamin Emisi Efek dan/atau Wakil Perantara Pedagang
Efek, atau pihak lain, yang diakui Otoritas Jasa Keuangan paling kurang 2
(dua) tahun sekali.
CONTOH KASUS PELANGGARAN WPPE:
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menjatuhkan sanksi bagi oknum di
pasar modal yang kedapatan melancarkan aksi penipuan. Melalui pengumuman
nomor Peng-2/PM.1/2017 tanggal 14 Maret 2017 yang ditandatangani Deputi
Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Sarjito, OJK mencabut izin wakil perantara
pedagang efek (WPPE) seorang agen pemasaran PT UOB Kay Hian Securities
(UOB). Agen pemasaran PT UOB Kay Hian Securities (UOB) tersebut bernama
Rulianton Sutandar. Sebelumnya, Rulianton melancarkan aksi kejahatan dengan
menyalahgunakan rekening efek milik tiga nasabahnya, yang bernama Joice Mamahit,
Shinta Mayasari, dan Jacub Muliady, tanpa sepengetahuan para korban. Modus yang
dipakai Rulianton adalah memanipulasi dan mengubah alamat surat elektronik (email)
para nasabah, sehingga ketiga nasabahnya tidak memperoleh trade confirmation
(konfirmasi transaksi). Sehingga, dengan leluasa Rulianton mentransaksikan rekening
efek tanpa sepengetahuan dan seizin ketiga nasabahnya tersebut. Aksi Rulianton
tersebut berlangsung sepanjang 16 September 2014 hingga 4 November 2014. OJK
menindak kasus tersebut, setelah mendapat laporan dari UOB pada tanggal 10
Desember 2014 silam. UOB telah melaksanakan pemeriksaan internal kepada
Rulianton pada 4 Desember 2014, dan yang bersangkutan mengakui perbuatannya.
Setelah lebih dari dua tahun menangani kasus ini, OJK akhirnya mencabut izin wakil
perantara pedagang efek (WPPE) atas nama Rulianton per tanggal 20 Januari 2017.
Sekedar sekilas profil dari Rulianton, dia adalah karyawan UOB bagian pemasaran di
kantor cabang Mangga Dua Jakarta sejak April 2012. Selang dua tahun kemudian atau
tepatnya mulai Januari 2014, Rulianton pindah ke kantor cabang UOB di Surabaya.
G. PERANTARA PEDAGANG EFEK SEBAGAI CUSTODIAN
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22 /POJK.04/2019,
pada Pasal 1 ayat 13 kustodian didefinisikan sebagai pihak yang memberikan jasa
penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Yang dimaksud dengan
“penitipan kolektif” adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh lebih
dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian.
Ketentuan yang tercantum dalam POJK terkait perantara pedagang efek
sebagai kustodian antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 1 ayat 14; Bank Kustodian adalah bank umum yang memperoleh
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha
sebagai Kustodian.
2. Pasal 2 ayat 16; Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang
menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian,
Perusahaan Efek, dan Pihak lain.
3. Pasal 10 ayat 1 (d); Penyelesaian Transaksi Efek yang telah dilaksanakan
oleh Bank Kustodian atas Efek Produk Investasi yang tidak dicatatkan dan
ditransaksikan di Bursa Efek bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.
4. Pasal 11 ayat 1 (d); Catatan Efek di Bank Kustodian atas Efek Produk
Investasi yang tidak dicatatkan dan ditransaksikan di Bursa Efek, merupakan
bukti catatan kepemilikan Efek yang sah.
5. Pasal 24 ayat 2; Perantara Pedagang Efek dan/atau Kustodian yang
melakukan atau menyelesaikan Transaksi di Luar Bursa untuk kepentingan
Nasabahnya, wajib memastikan tersedianya dokumen instruksi dari Nasabah
dan dokumen yang menjadi dasar transaksi Nasabah tersebut.
6. Pasal 24 ayat 3; Perantara Pedagang Efek dan/atau Kustodian yang
melakukan atau menyelesaikan Transaksi di Luar Bursa untuk kepentingan
sendiri atau Nasabahnya atas Surat Berharga Negara, wajib memastikan
kesesuaian transaksi tersebut dengan ketentuan dan persyaratan Surat
Berharga Negara.
Bank Kustodian
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.04/2017 tentang
Laporan Bank Umum Sebagai Kustodian, disebutkan bahwa pengertian bank
kustodian sebagai bank umum yang telah memiliki persetujuan dari OJK dalam
kegiatan kustodian. Atau dengan kata lain, bank kustodian menjadi jasa penitipan efek
maupun harta dalam memegang rekening investasi para nasabahnya.
Bank Kustodian adalah Bank Umum yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya. Bank Kustodian harus mendapatkan surat
persetujuan dari OJK Bank Kustodian hanya dapat mengeluarkan Efek atau dana yang
tercatat pada rekening Efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening atau Pihak
yang diberi wewenang untuk bertindak atas namanya.
Salah satu tugas utama Bank Kustodian adalah menghitung berapa nilai aktiva
bersih (NAB) dari sebuah reksadana yang ada.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Mengutip dari laman resmi KSEI, KSEI merupakan anggota Self Regulatory
Organization (SRO) yang memberikan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian
transaksi Efek, meliputi: penyimpanan Efek dalam bentuk elektronik, penyelesaian
transaksi Efek, administrasi Rekening Efek, distribusi hasil Corporate Action, dan
jasa-jasa terkait lainnya.
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan
transaksi di pasar modal, seluruh kegiatan KSEI dioperasikan melalui sistem
penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan, yang
dinamakan The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST).
Sistem ini merupakan platform elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian
transaksi Efek secara pemindahbukuan di Pasar Modal Indonesia. Sejak bulan Juni
2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh Saham yang tercatat di Bursa
Efek dari warkat menjadi scripless.
Berdasarkan pada Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, layanan
utama KSEI adalah jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang wajar,
teratur dan efisien.
Berikut adalah layanan yang disediakan oleh KSEI:
1. Pengelolaan Aset
Sebagaimana peran utamanya sebagai kustodian atau layanan penitipan aset.
Maka dari aset itu perusahaan ini memiliki peran untuk mengelola aset
tersebut.
Setidaknya dalam layanan ini ada 4 jasa yang disediakan diantaranya:
a. Pendaftaran Pembukaan Rekening Efek,
b. Perubahan Data Pemegang Rekening,
c. Penutupan Pemegang Rekening,
d. Pemblokiran/Lepas Blokir Pemegang Rekening.
2. Kustodian.
Ini adalah jasa utama dari KSEI. Dalam layanan ini terdapat beberapa aktivitas
diantaranya:
a. Penyetoran (deposit) efek/dana,
b. Penarikan Efek,
c. Rekonsiliasi Efek/Dana.
3. Penyelesaian Transaksi.
Dalam jasa ini terdapat dua aktivitas, yaitu:
a. Penyelesaian transaksi bursa dengan cara pemindahbukuan yang
memungkinkan KSEI untuk melakukan proses penyelesaian transaksi
yang dilakukan di bursa maupun di luar bursa dengan menggunakan
sistem C-Best.
b. Penyelesaian transaksi di luar bursa dengan cara pemindahbukuan efek
dan/atau dana antar rekening efek di KSEI.
4. Aksi Korporasi.
Dalam layanan ini terdapat dua aktivitas, yaitu:
a. Tindakan Korporasi Wajib yaitu Tindakan Korporasi atau Corporate
Action yang tidak memerlukan Tindakan atau instruksi dari Pemegang
Rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.
b. Tindakan Korporasi Sukarela yaitu tindakan korporasi yang
memerlukan instruksi/respon dari Pemegang Rekening/Investor untuk
melakukan Tindakan korporasi (Pemenuhan Hak Pemodal).
5. Penyedia Infrastruktur Investasi.
Dalam jasa ini, KSEI menyediakan platform terintegrasi untuk transaksi
pengelolaan investasi, salah satunya produk Reksa Dana, berupa Sistem
Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST).
Sistem ini dibuat dengan tujuan meningkatkan standardisasi, efisiensi, dan real
time monitoring atas aktivitas industri pengelolaan investasi.
6. Jasa Lainnya
Jasa lainnya yang disediakan oleh KSEI diantaranya:
Initial Public Offering (IPO), yaitu pemegang rekening efek diberikan
kesempatan pembelian saham baru atas IPO tersebut.
Penawaran Tender, yaitu penawaran pembelian atau penjualan atas sejumlah
Efek oleh pihak tertentu kepada pihak lain.
H. PENGAWASAN TERHADAP WAKIL DAN PEGAWAI PE
Berdasarkan POJK Nomor 45/POJK.04/2016 tentang pengawasan terhadap
wakil (Wakil Perusahaan Efek terdiri atas Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi) dan pegawai Perusahaan
Efek (PE), bahwa sejak tanggal 31 Desember 2012 fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal termasuk
pengaturan mengenai pengawasan terhadap wakil dan pegawai Perusahaan Efek
beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (bapepam-LK) ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam proses pengawasan wakil dan pegawai
perusahaan efek, setiap perusahaan efek wajib mempunyai sistem pengawasan atas
kegiatan para Wakil Perusahaan Efek dan setiap pegawainya untuk menjamin
dipatuhinya semua ketentuan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Pengawasan tersebut dilakukan agar sesuai dengan prosedur yang ada seperti:
Prosedur pengawasan yang dibuat secara tertulis antara lain memuat
1. Wewenang dan tanggung jawab setiap Wakil Perusahaan Efek dan pegawai
Perusahaan Efek
2. Pembukaan atau penutupan rekening nasabah
3. Penanganan atas pengaduan nasabah
4. Pemeriksaan atas rekening nasabah
5. Pemeriksaan atas surat menyurat, pesanan dan transaksi serta penyelesaiannya
atas nama nasabah
Dalam proses mekanisme pengawasan wakil dan pegawai PE, prosesnya dapat
dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih pengawas untuk berkala melakukan pengawasan
dan meninjau kegiatan Wakil Perusahaan Efek dan pegawai Perusahaan Efek serta
secara berkala memeriksa setiap unit kerja Perusahaan Efek untuk memastikan bahwa
seluruh prosedur dapat dijalankan.
Jika terdapat penyelewengan dan kesalahan prosedur yang sudah ditentukan.
Maka Otoritas Jasa Keuangan berwenang memberikan sanksi administratif terhadap
setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut,
berupa:
1. Peringatan tertulis
2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pencabutan izin usaha
6. Pembatalan persetujuan
7. Pembatalan pendaftaran.
I. SEGMENTASI WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
Berdasarkan POJK 22/POJK.04/2016 tentang Segmentasi Perizinan Wakil
Perantara Pedagang Efek, WPPE dibagi menjadi:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek adalah orang perseorangan yang bertindak
mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Perantara Pedagang Efek.
2. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran adalah orang perseorangan yang
bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus melakukan fungsi pemasaran.
3. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.
Ruang lingkup izin WPPE Pemasaran & WPPE Pemasaran Terbatas (POJK
22/POJK.04/2016):
Wareza, M., 2021. OJK Bongkar Para Bandit Pasar Modal & Modus Operandinya.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20201022130718-17-196306/ojk-bongkar-
para-bandit-pasar-modal-modus-operandinya.Diakses pada 2 April 2021.
Ticmi.co.id. 2016. Hukum dan Etika Perilaku dan Etika Profesi WPPE. Jakarta Selatan.
Kompas.com. 2017. Tipu Investor, OJK Jatuhkan Saksi ke Oknum UOB Kay Hian Securities.
https://money.kompas.com/read/2017/03/28/100000526/tipu.investor.ojk.jatuhkan.saksi
.ke.oknum.uob.kay.hian.securities. Diakses pada 3 April 2021
Utomo, Dedy. 2018. Stockbit. Perantara pedagan efek: Yuk Kenalan Dulu Dengan Pasar
Modal Dan Bursa Efek Indonesia. https://snips.stockbit.com/belajar-
saham/tag/perantara+pedagan+efek. Diakses 3 April 2021.
Herdianto, Dendy. 2020. Qazwa. KSEI: Pengertian Kustodian Sentral Efek Indonesia dan
Layanannya. https://qazwa.id/blog/ksei/. Diakses 3 April 2021.
https://xdana.com/artikel/perbedaan-ksei-dan-bank-kustodian-kamu-sudah-tahu/. Diakses 3
April 2021.
OJK.go.id. 2016. POJK Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan
Efek. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-tentang-Pengawasan-terhadap-Wakil-dan-Pegawai-
Perusahaan-Efek/SAL%20-%20Pengawasan%20Wakil%20dan%20Pegawai%20PE.pdf
diakses tenggal 3 April 2021