WEEK II
Disusun Oleh :
Ayesha Kallista Khansa Purnama 042011233143
2. PASAR UANG
2.1 Definisi
Pasar uang merupakan bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan
kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai
dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang berperan
dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran.
Pasar uang yang efisien, liquid, dan dalam tidak hanya mendukung akan
efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang rupiah, tetapi juga harus memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar dalam
pengelolaan dana, baik untuk kegiatan pendanaan, investasi, maupun kegiatan ekonomi
lainnya.
Pengaturan pasar uang juga dilakukan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan mengenai perbendaharaan negara terkait penggunaan instrumen
Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter melalui operasi moneter yang dilakukan
antara lain pada transaksi repurchase agreement (repo). pengaturan pasar uang
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar dalam bertransaksi
di pasar uang.
Pelaku utama dari pasar uang adalah:
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya : bank, dana pensiun, serta perusahaan
asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan yang tergolong besar, misalnya : perusahaan go public.
3. Lembaga-lembaga pemerintahan, misalnya : bank sentral.
4. Masyarakat, misalnya : rumah tangga.
2.2 Instrumen Pasar Uang
1. Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh
pemerintah dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan. T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung
tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses
pelelangan.
2. Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan,
yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untuk mendapatkan dana jangka pendek.
CP dijual kepada investor dalam pasar uang.
3. Negotiable Certificate of Deposit (CD) atau sertifikat deposito merupakan
instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu
jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
4. Banker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank menyetujui
wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah satu sumber
pendanaan jangka pendek.
5. Bill of exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang
ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang
pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau
pembawa.
6. Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga disertai dengan perjanjian
bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang telah dijual
tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas unjuk dalam satuan
uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan hutang jangka pendek.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat berharga berjangka pendek yang
dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh BI.
9. Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan
pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.
2.3 Ciri-Ciri Pasar Uang
1. Menekankan pada pemenuhan jangka pendek.
2. Menyediakan fasilitas atau jaringan transaksi jual beli aset finansial.
3. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana.
4. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti pasar modal.
2.4 Tujuan Pasar Uang
Dari sisi pihak yang membutuhkan dana:
1. Dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti menyelesaikan kewajiban
membayar utang jangka pendek yang akan jatuh tempo.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang disebabkan karena terjadinya kekurangan
uang kas atau uang tunai.
3. Memenuhi kebutuhan modal kerja seperti biaya operasi, upah karyawan,
pembelian bahan baku.
4. Sedang mengalami kalah kliring.
Dari sisi pihak yang menanamkan dana atau modal:
1. Memperoleh keuntungan dengan tingkat suku bunga tertentu.
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
3. Spekulasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar
dalam waktu yang relatif singkat pada keadaan ekonomi tertentu.
2.5 Transaksi di Pasar Uang
1. Pasar Uang antar Bank, merupakan transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang menerima
dana sedang kalah kliring
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan sejenis surat berharga yang
dikeluarkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk ditujukan dibeli oleh bank
umum dengan nilai nominal yang besar. tujuanny dikeluarkan SBI adalah
mengurangi uang yang beredar dalam masyarakat
3. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), merupakan surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank Indonesia dengan nilai nominal yang besar.
Tujuannya sendiri adalah untuk meningkatkan likuiditas bank serta mengendalikan
inflasi
4. Sertifikat deposito, surat berharga yang dikeluarkan oleh bank dengan jumlah
nominal tertentu sebagai surat atas unjuk
5. Pasar valuta asing, merupakan tempat seseorang dapat membeli atau menjual mata
uang asing.
2.6 Risiko Investasi di Pasar Uang
1. Risiko Pasar (interest-rate risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan turunnya
harga surat berharga dan tingkat bunga naik, yang mengakibatkan investor
mengalami capital loss.
2. Risiko reinvestment, merupakan risiko yang memaksa investor menempatkan
pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
3. Risiko gagal bayar, hal ini terjadi akibat tidak mampunya peminjam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
4. Risiko inflasi, pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga
barang dan jasa-jasa yang akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang
diterimanya.
5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk), merupakan investor internasional
dihadapkan pada risiko mata uang, yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya
perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.
6. Risiko politik, Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan
ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari
suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang
diinvestasikan.
7. Marketability atau Liquidity risk, Risiko dapat terjadi apabila instrumen pasar uang
yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo.
3. PASAR MODAL
3.1 Definisi
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lin-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
4.5.2 Jenis
Dilihat dari portfolio investasinya, terdapat beberapa jenis reksa dana, antara
lain :
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat
Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini
memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat
Ekuitas dan Efek bersifat Utang. Akan tetapi, seperti halnya jenis
investasi lainnya, Reksadana juga memiliki beberapa peluang risiko.
Risiko tersebut antara lain risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
yang dipengaruhi oleh turunnya harga efek, risiko likuiditas, dan
risiko wanprestasi.
4.5.3 Risiko Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan
surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana
tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana
dalam mengelola dananya.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada manajer
investasi secara bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan
dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan
reksa dana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga
sebagai redemption effect.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan
reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat
timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa
dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain
itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan
reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa
Dana.
4. Risiko politik dan ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang
berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga
akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksa dana.
4.6 Pasar Modal Syariah
4.6.1 Definisi