Anda di halaman 1dari 24

PASAR MODAL

WEEK II

Disusun Oleh :
Ayesha Kallista Khansa Purnama 042011233143

PROGRAM STUDI SI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
1. PASAR KEUANGAN
1.1 Definisi
1. Suatu sistem pasar yang memfasilitasi terjadinya perdagangan antar produk dan
turunan keuangan seperti misalnya bursa efek yang memfasilitasi perdagangan
saham, obligasi dan waran.
2. Pertemuan antara pembeli dan penjual untuk memperdagangkan produk keuangan
dalam berbagai cara termasuk penggunaan bursa efek, secara langsung antara
penjual dan pembeli (over-the-counter).
Pasar keuangan diklasifikasikan ke dalam beberapa sub-pasar:
a. Pasar Uang
b. Pasar Modal
c. Pasar Komoditas
d. Pasar Mata Uang
e. Pasar Derivatif
1.2 Fungsi Pasar Keuangan
Pasar keuangan memiliki tiga fungsi ekonomi utama. Pertama, pasar
menentukan harga aktiva yang diperdagangkan melalui interaksi antara penjual dan
pembeli. Hal ini disebut proses penemuan harga (price discovery process). Kedua,
pasar keuangan menyediakan suatu mekanisme bagi investor untuk menjual aktiva
kewajibannya. Karena kegunaannya tersebut, pasar keuangan dianggap dapat
menawarkan suatu likuiditas, yaitu kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas.

Fungsi ekonomi pasar keuangan yang ketiga adalah kemampuannya untuk


menurunkan biaya transaksi. Dua biaya dihubungkan dengan usaha transaksi: biaya
pencarian dan biaya informasi. Biaya pencarian mengacu kepada biaya eksplisit,
seperti biaya iklan dan biaya implisit seperti waktu yang dihabiskan untuk menemukan
penjual atau pembeli. Biaya informasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam
menilai hasil investasi aktiva keuangan.
1.3 Manfaat Pasar Keuangan
Tanpa adanya pasar keuangan ini maka peminjam uang (kreditur) akan
mengalami kesulitan dalam menemukan debitur yang bersedia untuk memberikan
pinjaman kepadanya. Pengantara seperti contohnya bank membantu dalam melakukan
proses ini, dimana bank menerima deposito dari nasabahnya yang memiliki uang untuk
ditabung dan kemudian bank dapat meminjamkan uang ini kepada orang yang berniat
untuk meminjam uang. Bank biasanya memberikan pinjaman uang dalam bentuk
kredit dan kredit pemilikan rumah.
1.4 Hubungan Antara Pasar Keuangan, Perantara Keuangan, Peminjam dan
Pemberi Pinjaman

2. PASAR UANG
2.1 Definisi
Pasar uang merupakan bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan
kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai
dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang berperan
dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran.
Pasar uang yang efisien, liquid, dan dalam tidak hanya mendukung akan
efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang rupiah, tetapi juga harus memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar dalam
pengelolaan dana, baik untuk kegiatan pendanaan, investasi, maupun kegiatan ekonomi
lainnya.
Pengaturan pasar uang juga dilakukan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan mengenai perbendaharaan negara terkait penggunaan instrumen
Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter melalui operasi moneter yang dilakukan
antara lain pada transaksi repurchase agreement (repo). pengaturan pasar uang
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar dalam bertransaksi
di pasar uang.
Pelaku utama dari pasar uang adalah:
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya : bank, dana pensiun, serta perusahaan
asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan yang tergolong besar, misalnya : perusahaan go public.
3. Lembaga-lembaga pemerintahan, misalnya : bank sentral.
4. Masyarakat, misalnya : rumah tangga.
2.2 Instrumen Pasar Uang
1. Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh
pemerintah dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan. T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung
tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses
pelelangan.
2. Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan,
yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untuk mendapatkan dana jangka pendek.
CP dijual kepada investor dalam pasar uang.
3. Negotiable Certificate of Deposit (CD) atau sertifikat deposito merupakan
instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu
jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
4. Banker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank menyetujui
wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah satu sumber
pendanaan jangka pendek.
5. Bill of exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang
ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang
pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau
pembawa.
6. Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga disertai dengan perjanjian
bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang telah dijual
tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas unjuk dalam satuan
uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan hutang jangka pendek.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat berharga berjangka pendek yang
dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh BI.
9. Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan
pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.
2.3 Ciri-Ciri Pasar Uang
1. Menekankan pada pemenuhan jangka pendek.
2. Menyediakan fasilitas atau jaringan transaksi jual beli aset finansial.
3. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana.
4. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti pasar modal.
2.4 Tujuan Pasar Uang
Dari sisi pihak yang membutuhkan dana:
1. Dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti menyelesaikan kewajiban
membayar utang jangka pendek yang akan jatuh tempo.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang disebabkan karena terjadinya kekurangan
uang kas atau uang tunai.
3. Memenuhi kebutuhan modal kerja seperti biaya operasi, upah karyawan,
pembelian bahan baku.
4. Sedang mengalami kalah kliring.
Dari sisi pihak yang menanamkan dana atau modal:
1. Memperoleh keuntungan dengan tingkat suku bunga tertentu.
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
3. Spekulasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar
dalam waktu yang relatif singkat pada keadaan ekonomi tertentu.
2.5 Transaksi di Pasar Uang
1. Pasar Uang antar Bank, merupakan transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu bank kepada bank yang lain, dimana bank yang menerima
dana sedang kalah kliring
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan sejenis surat berharga yang
dikeluarkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk ditujukan dibeli oleh bank
umum dengan nilai nominal yang besar. tujuanny dikeluarkan SBI adalah
mengurangi uang yang beredar dalam masyarakat
3. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), merupakan surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank Indonesia dengan nilai nominal yang besar.
Tujuannya sendiri adalah untuk meningkatkan likuiditas bank serta mengendalikan
inflasi
4. Sertifikat deposito, surat berharga yang dikeluarkan oleh bank dengan jumlah
nominal tertentu sebagai surat atas unjuk
5. Pasar valuta asing, merupakan tempat seseorang dapat membeli atau menjual mata
uang asing.
2.6 Risiko Investasi di Pasar Uang
1. Risiko Pasar (interest-rate risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan turunnya
harga surat berharga dan tingkat bunga naik, yang mengakibatkan investor
mengalami capital loss.
2. Risiko reinvestment, merupakan risiko yang memaksa investor menempatkan
pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
3. Risiko gagal bayar, hal ini terjadi akibat tidak mampunya peminjam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
4. Risiko inflasi, pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga
barang dan jasa-jasa yang akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang
diterimanya.
5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk), merupakan investor internasional
dihadapkan pada risiko mata uang, yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya
perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.
6. Risiko politik, Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan
ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari
suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang
diinvestasikan.
7. Marketability atau Liquidity risk, Risiko dapat terjadi apabila instrumen pasar uang
yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo.
3. PASAR MODAL
3.1 Definisi
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Instrument keuangan (produk) yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia


meliputi:
1. Saham
2. Surat Utang (Obligasi)
3. Reksa Dana
4. Exchange Traded Fund (ETF)
5. Derivatif

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal


mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lin-lain, kedua
pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

4. EFEK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODAL


4.1 Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan atau tanda penyertaan
modal seseorang dalam suatu perusahaan. Pihak yang menyertakan modal tersebut
akan memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Terdapat dua
keuntungan yang akan diperoleh dengan memiliki saham, yakni:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada
para pemegang saham yang berasal dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan.
Pemodal harus memegang saham dalam jangka waktu yang relatif lama ketika
pemodal ingin memperoleh dividen. Dividen kemudian akan diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (dalam bentuk rupiah) atau
dividen saham (dalam bentuk saham).
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terbentuk
dari aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Selain beberapa keuntungan yang telah disebutkan diatas, saham juga memiliki
berbagai risiko, yakni:
1. Capital Loss
Capital Loss merupakan kondisi dimana harga jual saham lebih rendah
dibanding harga beli.
2. Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi merupakan suatu kondisi dimana tidak terdapat sisa kekayaan
perusahaan ketika perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau bahkan
dibubarkan sehingga para pemegang saham tidak memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut.
4.2 Obligasi
Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat di Bursa di
samping Efek lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana
Investasi Real Estat. Obligasi dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat utang di
samping Sukuk. Obligasi dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka menengah
panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara.
4.2.1 Efek Bersifat Utang tercatat di Bursa
Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di
Bursa, antara lain :
1. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta
Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
2. Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
(syuyu’/undivided share), atas aset yang mendasarinya.
3. Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri
dari Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
4. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai
dengan masa berlakunya. Ketentuan mengenai SUN diatur dalam Undang
Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
5. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing. Ketentuan mengenai SBSN diatur dalam Undang
Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
6. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan
Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.
4.2.2 Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang
Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain:
1. Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang
dibeli. Pada umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank
Indonesia (BI rate).
2. Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar
sekunder.
3. Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti
saham, dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan
harga efek bersifat utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh
pemerintah dapat dikatakan sebagai instrumen yang bebas risiko.
4. Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di
pasar sekunder.
4.2.3 Perdagangan Efek Bersifat Utang
Pada umumnya, instrumen efek bersifat utang diperdagangkan melalui
mekanisme over the counter (OTC). Bursa menyediakan sistem khusus untuk
memfasilitasi perdagangan efek bersifat utang , yang dikenal dengan nama FITS
(Fixed Income Trading System). FITS merupakan sistem (automated remote
trading) yang dimiliki Bursa Efek Indonesia untuk memfasilitasi perdagangan
efek bersifat utang di Indonesia.

Disamping itu, juga terdapat sistem pelaporan untuk transaksi efek


bersifat utang , yang dikenal dengan nama CTP-PLTE (Centralized Trading
Platform – Pelaporan Transaksi Efek). CTP-PLTE merupakan sistem
elektronik, yang dapat digunakan sebagai sarana perdagangan dan pelaporan
transaksi efek bersifat utang .
Dengan diperdagangkannya efek bersifat utang, maka akan terjadi
pembentukan harga efek bersifat utang, yang dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran efek bersifat utang tersebut. Adapun dasar-dasar yang dapat
mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang yang diperdagangkan di Bursa,
sebagai berikut:
1. Interest Rates
Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang
sebagai perbandingan dasar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat berupa BI rate. Ketika suku
bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat utang.
Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara
besarnya tingkat pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka
return riil dari investor dianggap menjadi relatif lebih kecil. Hal ini akan
menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang, sehingga harga efek
tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.
2. Faktor Risiko
Risiko kredit menggambarkan kemampuan penerbit efek bersifat
utang dalam melakukan pembayaran bunga atau pelunasan pokok secara
tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada umumnya, efek bersifat utang
diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek. Investor
dapat memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari
Lembaga Pemeringat Efek untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek
bersifat utang dan menilai tingkat kredibilitas suatu perusahaan, serta juga
dapat memperlihatkan kinerja/prospek perusahaan. Ketika peringkat efek
bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat risiko
Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada
akhirnya dapat berpotensi gagal bayar. Kondisi tersebut akan menyebabkan
harga efek bersifat utang tersebut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami penurunan karena efek
bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.
3. Jatuh Tempo
Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh
tempo yang berbeda-beda. Pada saat jatuh tempo, Penerbit memiliki
kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat utang kepada
Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik
dengan jangka waktu obligasi. Semakin pendek jangka waktu efek bersifat
utang, maka akan semakin kecil tingkat ketidakpastian (risiko) atas efek
bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin efek bersifat utang tersebut
mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan semakin
mendekati nilai nominalnya (par).
4.3 Exchange Traded Fund
Exchange Traded Fund (ETF) adalah reksa dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Kontrak Investasi
Kolektif sendiri adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
mengikat pemegang Unit Penyertaan. Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif. Walaupun ETF pada dasarnya adalah reksa dana,
produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF
merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan
mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Per 23 Desember 2020, telah
ada 47 ETF yang tercatat di BEI

Gambar 4.1 Ilustrasi persamaan saham, ETF, dan reksa dana.


Secara lebih rinci, berikut adalah perbedaan antara ETF dan reksa dana.

Reksa Dana Saham ETF

Perdagangan Melalui Via Manajer Investasi atau 1. Dealer Partisipan di Pasar


Agent Penjual Reksa Dana Primer
2. Broker manapun di Pasar
Sekunder

Minimum Pembelian 1 unit Pasar primer: Creation unit


(= 1000 lot = 100.000 unit)
Pasar sekunder: 1 Lot (100
unit)

Biaya Transaksi Biaya pembelian dan Sesuai dengan biaya komisi


penjualan kembali broker/broker fee
(umumnya 1% hingga 3%)

Risiko Transaksi Risiko Manajer Investasi dari Dapat dikontrol (lebih


pengelolaan portofolio rendah) karena transaksi
jual/beli ETF dapat
dilakukan setiap saat selama
jam bursa berlangsung

Nilai Aktiva Bersih per Unit Perhitungan NAB/UP Perhitungan indikasi


Penyertaan (NAB/UP) dilakukan satu kali setelah NAB/UP (iNAV) dilakukan
penutupan jam Perdagangan setiap saat selama jam
di BEI perdagangan BEI

Harga Akhir hari Real time

Underlying Saham Indeks Acuan

Settlement T+7 (tujuh hari setelah T+2 (dua hari setelah


transaksi dilakukan) transaksi dilakukan)

Dealer Partisipan Tidak ada Ada

Tabel 4.1 Perbedaan ETF dengan reksa dana saham.


Dealer Partisipan adalah anggota bursa yang bekerja sama dengan Manajer
Investasi (MI) pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit
Penyertaan ETF. Berinvestasi pada ETF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan alternatif investasi lainnya, yaitu:
1. Mudah dan fleksibel
ETF dapat dibeli dan dijual kapan saja selama jam perdagangan, layaknya saham.
2. Rendah biaya dan risiko
Management fee ETF relatif lebih rendah dibanding reksa dana (reksa dana
berkisar 2-4%). Selain itu, biaya transaksi ETF di pasar sekunder sesuai dengan
komisi broker, yaitu sekitar 1-5%. ETF memiliki likuiditas yang terjamin, sehingga
risikonya lebih kecil.
3. Cakupan luas
Memiliki 1 ETF sama dengan memiliki puluhan saham-saham unggulan. ETF yang
ditawarkan juga variatif.
4. Transparan
Informasi mengenai ETF dan saham-sahamnya dapat diakses kapanpun dan
dimanapun.
Tujuan berinvestasi pada ETF ada beberapa, di antaranya:
1. Diversifikasi, yaitu diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan
dalam sekali order.
2. Fleksibilitas, yaitu memanfaatkan fleksibilitas jual atau beli yang tinggi, karena
dapat langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa
berlangsung selayaknya saham.
Transaksi ETF dapat digambarkan pada mekanisme berikut:

Gambar 4.2 Mekanisme transaksi ETF.


Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI. Transaksi ETF
di Indonesia diatur oleh peraturan berikut ini :

Gambar 4.3 Peraturan ETF di Indonesia.

4.4 Real Estate Investment Trust


4.4.1. Definisi
Real Estate Investment Trust (REITs) di Indonesia dikenal dengan
istilah Dana Investasi Real Estat (DIRE). DIRE merupakan wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan
real estat, dan/atau kas dan setara kas.

4.4.2. Peraturan Terkait DIRE:


1. POJK No. 64/2017 DIRE
2. POJK No. 30/2016 DIRE Syariah
3. Peraturan BEI No. I-O Pencatatan DIRE
4. Peraturan BEI No, I-U Pencatatan DIRE Syariah
5. Peraturan BEI No. II-J Perdagangan DIRE
4.4.3. Objek yang Dapat Dijadikan DIRE:
1. Mall
2. Perkantoran
3. Apartemen
4. Gudang
5. Hotel
6. Rumah sakit
7. Aset real estat lainnya
4.4.4. Manfaat Investasi DIRE:
1. Pendapatan dan performa harga (dividen tunai dan capital gain)
2. Alternatif investasi di bidang properti yang sangat terjangkau
3. Diversifikasi investasi
4. Perlindungan terhadap inflasi
5. Transparansi
4.4.5. Struktur DIRE:
DIRE wajib mendistribusikan keuntungan kepada pemegang unit
setiap tahun paling sedikit 90% dari laba bersih setelah pajak tanpa
memperhitungkan keuntungan yang belum terealisasi.

Gambar 5.1 Ilustrasi struktur DIRE

4.4.6. Komposisi Portofolio Investasi DIRE:


Berdasarkan Peraturan OJK No. 64/PJOK.04/2017 tentang Dana
Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, portofolio
investasi DIRE hanya dapat berupa:
1. Aset Real Estat 80%
a. Kepemilikan secara langsung:
a) Sudah menghasilkan pendapatan
b) Dalam proses penyelesaian konstruksi yang menghasilkan
pendapatan max 6 bulan (max 10% NAB)
b. Kepemilikan tidak langsung:
a) Melalui kepemilikan saham sehingga DIRE menjadi
pengendali
b) Aset Lain Max 20%
2. Aset berkaitan dengan real estat
3. Instrumen pasar uang
4. Portofolio efek
5. Kas dan setara kas (max 20%)
4.4.7. Prosedur Pencatatan Unit Penyertaan DIRE:

Gambar 5.2 Prosedur Pencatatan Unit Penyertaan DIRE

4.4.8. Manfaat Penerbitan DIRE:


1. Bagi pemilik aset real estat
a) Memperoleh pendanaan baru untuk ekspansi.
b) Insentif pajak.
c) Mengubah aset yang tidak likuid menjadi likuid.
2. Bagi perekonomian
a) Peningkatan pembangunan sektor properti, infrastruktur, layanan
kesehatan, pariwisata, dll
b) Peningkatan potensi pendapatan daerah dari pajak hotel, restoran,
hiburan, reklame, parkir, pbb, dll
4.5 Reksa Dana
4.5.1 Definisi
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal
1 ayat (27), pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jadi dana yang
ada dalam reksa dana merupakan dana bersama milik para pemodal akan
tetapi disini manajer investasi berperan mengelola dana tersebut. Sehingga
alternatif investasi ini cocok untuk masyarakat yang ingin berinvestasi
namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

4.5.2 Jenis
Dilihat dari portfolio investasinya, terdapat beberapa jenis reksa dana, antara
lain :
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat
Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini
memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat
Ekuitas dan Efek bersifat Utang. Akan tetapi, seperti halnya jenis
investasi lainnya, Reksadana juga memiliki beberapa peluang risiko.
Risiko tersebut antara lain risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
yang dipengaruhi oleh turunnya harga efek, risiko likuiditas, dan
risiko wanprestasi.
4.5.3 Risiko Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan
surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana
tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana
dalam mengelola dananya.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada manajer
investasi secara bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan
dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan
reksa dana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga
sebagai redemption effect.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan
reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat
timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa
dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain
itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan
reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa
Dana.
4. Risiko politik dan ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang
berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga
akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksa dana.
4.6 Pasar Modal Syariah
4.6.1 Definisi

Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal


Indonesia. Secara umum, kegiatan pasar modal syariah sejalan dengan pasar
modal pada umumnya. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik
khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak
boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Pasar modal syariah
dapat dikatakan halal karena pada dasarnya kegiatan pasar modal yang
merupakan kegiatan penyertaan modal dan atau jual beli efek (saham, sukuk),
termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar modal
diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Kegiatan
muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di
dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan
kedzhaliman.
4.6.2 Peraturan
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan
pelaksanaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia,
memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah
4.6.3 Produk Syariah dalam Pasar Modal
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau
efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
4.6.3.1 Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti
penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan
tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil
dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak
bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai
kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut,
maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang
diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai
saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham
syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan
dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan
Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip
syariah.
2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan
Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3. Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4. Bank berbasis bunga;
5. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
7. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh dsn-mui; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
8. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 82%, dan rasio total pendapatan bunga dan total
pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan
usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
4.6.3.2 Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai
pengganti dari istilah obligasi syariah(islamic bonds). Sukuk secara
terminologi merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam bahasa
Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu,
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi
Sukuk sebagai berikut : "Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share)
atas aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
1. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik
yang sudah ada maupun yang akan ada;
2. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
3. Aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau
4. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khashah)"
Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik
yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang,
melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek. Setiap
sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk
didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk
harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi
pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau margin,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17
tentang Investment Sukuk, terdiri dari:
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi
menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang
telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan,
sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat
kepemilikan atas jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam.
4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah.
6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara'a.
8. Sertifikat musaqa.
9. Sertifikat mugharasa.
4.6.3.3 Reksa Dana Syariah
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa
Dana syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana
dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di
Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya
merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan
yang terbatas. Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia
pada tahun 1997 ditandai dengan penerbitan Reksa Dana Syariah
Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah
memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada
umumnya. Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi
dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses
manajemen portofolio, screening (penyaringan), dan cleansing
(pembersihan).

Anda mungkin juga menyukai