Anda di halaman 1dari 24

BAB 5

PASAR UANG

5. 1 Pengertian Pasar Uang

Pasar Uang adalah tempat bertemunya dua kelompok yakni pihak yang membutuhkan dana
dan pihak yang memiliki dana. Keberadaan pasar uang sangat dibutuhkan baik individu
maupun lembaga keuangan serta perusahaan dikarenakan seringkali dihadapkan dengan
ketidakseimbangan antara kas masuk dan kas keluar. Di lain pihak, terdapat lembaga yang
mengalami surplus dana dan menyayangkan dana bersifat idle.

Sebagai penjembatan kedua pihak maka salah satu alternatipnya adalah adalah pasar uang.
Instrumen yang dijualbelikan pada pasar uang adalah instrument kredit jangka pendek yang
umumnya berkualitas tinggi dengan jatuh tempo satu tahun atau kurang.Transaksi pada pasar
uang dilakukan menggunakan media telekomunikasi dan tidak dilakukan pada suatu tempat
tertentu sebagaimana pasar modal sehingga pasar uang sering dikatakan sebagai pasar abstrak.
Berkaitan dengan hal tersebut pasar uang merupakan pasar yang tidak terorganisasi.

Pelaku pasar uang baik sebagai investor maupun sebagai peminjam dana antara lain lembaga
keuangan, perusahaan besar, lembaga pemerintah maupun individu. Bagi pelaku pasar, pasar
uang merupakan salah satu alternatip media untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan di
sisi lain merupakam media penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya. Investor di pasar
uang terutama mencari keamanan dan likuiditas di samping peluang untuk memperoleh
pendapatan bunga. Hal tersebut karena dana yang diinvestasikan di pasar uang adalah
kelebihan dana sementara dan biasanya dibutuhkan dalam waktu singkat untuk membayar
pajak, gaji, dividen dan sebagainya. Dengan alasan ini, maka investor pasar uang sangat
sensitif terhadap risiko.

Pasar uang juga berfungsi secara tidak langsung sebagai pengendali moter oleh penguasa
moneter. Melalui kebijakan Open Market, Bank Indonesia sebagai pemegang oritas moneter
melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan instrument Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) dalam menjalankan operasi pasar terbuka.Jual

61
beli SBI maupun SBPU ditujukan untuk mengendalikan jumlah uang beredar. SBI sebagai
instrumen dalam melakukan operasi pasar terbuka digunakan untuk tujuan kontraksi moneter.
Sementara SBPU berfungsi sebagai instrumen ekspansi moneter. Disamping itu pasar uang
berfungsi sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan untuk melakukan investasi; Sebagai
perantara bagi investor luar negeri dlm menyalurkan kredit jangka pendek kepada perusahaan
di Indonesia Sebagai perantara bagi investor luar negeri dlm menyalurkan kredit jangka pendek
kepada perusahaan di Indonesia

Karakteristik pasar uang yaitu berorientasi pada profit, menekanan pada kredit jangka pendek,
pasar bersifat abstrak dan transaksi secara Over The Counter dan dilakukan setiap peserta
melalui desk atau dealing room masing-masing pelaku pasar, transaksi pasar uang bagi bank
dilakukan oleh pejabat yang diberi kuasa yang disebut Dealer Money Maker, intrumen pasar
uang mudah unuk diperdagangkan kembali dan bersifat likuid.

Contoh mekanisme transaksi di pasar uang

Bank Indonesia

Nota Kredit Nota Kredit

Pinjam Rupiah
Bank Bumi Jaya Perkosa Bank Bumi Indah Pertiwi

Misalkan Bank Bumi Jaya Perkosa mengalami kalah kliring sehingga Bank Bumi Indah Pertiwi
meminjami di pasar uang antar bank. Dengan demikian maka Bank Indonesia akan mengkredit
account Bank Bumi Yaya Perkosa dan mendebet account Bank Bumi Indah Pertiwi di Bank
Indonesia. Dengan demikian, Bank Bumi Jaya Perkosa memiliki cadangan giro yang cukup di
Bank Indonesia, namun bank tersebut berhutang ke Bank Bumi Indah Pertiwi.

5.2 Jenis-Jenis Resiko di Pasar Uang

62
Risiko yang mungkin dihadapi investor dalam kegiatan investasi di pasar keuangan antara lain
sebagai berikut:

1. Risiko pasar (interest-rate risk). Semua surat berharga termasuk instrumen pasar uang
memiliki risiko yang disebut market risk atau kadang-kadang juga disebut interest rate
risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan turunnya harga surat berharga (dan tingkat bunga
naik) mengakibatkan investor mengalami capital loss.

2. Risiko reinvestment. Dalam praktiknya bukan saja harga surat berharga yang dapat
jahlh tetapi juga tingkat bunga. Turunnya harga sekuritas pada gilirannya menyebabkan
timbulnya risiko investor yang disebut reinvestment risk; yaitu risiko terhadap penghasilan
suatu aset finansial yang harus di-reinvest dalam aset yang berpendapatan rendah.

3. Risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar terjadi akibat tidak mampunya peminjam
(debitor) memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Risiko ini juga
disebut sebagai default risk atau credit risk.

4. Risiko inflasi. Pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga barang


dan jasa jasa yang akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang diterimanya. Oleh
karena itu risiko inflasi sering juga disebut dengan risiko daya beli (purchasing power risk).

5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk). Investor internasional dihadapkan pada
risiko mata uang, yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya perubahan yang tidak
menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.

6. Risiko politik. Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan ketentuan
perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi
atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan.

7. Marketability atau Liquidity risk. Risiko dapat terjadi apabila instrunien pasar uang yang
dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo. Sulitnya menjual
kembali surat berharga tersebut memberi risiko untuk tidak dapat mencairkan kembali

63
instrumen pasar uang dalam bentuk uang tunai pada saat membutuhkan likuiditas sebelum
jatuh tempo.

5.3 Instrumen Pasar Uang


Jenis instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar uang di berbagai
negara dan diperdagangkan secara internasional antara lain meliputi:
1. Treasury Bills (T-Bills)
2. Commercial Paper (CP)
3. Negotiable Certificate of Deposits (CDs)
4. Banker's Acceptance (BA)
5. Bill of Exchange
6. Pepurchase Agreement (Repos)
Sedangkan instrumen yang diperdagangkan dalam pasar uang di Indonesia saat ini antara lain
adalah:
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
3. Sertifikat Deposito
4. Commercial Paper
5. Call Money
6. Repurchase Agreement
7. Banker's Acceptance
8. Promissory Notes

TREASURY BILLS
Treasury Bills atau biasanya disingkat T -Bills merupakan.instrumen utang yang diterbitkan
oleh pemerintah atau Bank Sentral atas tunjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan
kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini umumnya berjangka
waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang. T-Bills dianggap sebagai instrumen yang sangat
aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya Bank Sentral. Oleh karena itu, T-Bills
sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan-perusahaan, terutama lembaga-
lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekunder yang memberikan
hasil. Pada prinsipnya T-Bills ini dapat disamakan dengan SB1 di Indonesia yang pertama kali
diterbitkan Bank Indonesia pada tahun 1970 dan hanya sempat beredar selama kurang lebih
satu tahun kemudian terhenti sampai diterbitkan kembali pada tahun 1984. T-Bills tidak
64
memberikan bunga secara langsung tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto
ditetapkan melalui proses pelelangan. Oleh karena itu, tingkat bunga sesungguhnya yang
diperoleh tergantung pada jumlah diskonto.

T-Bills ini dapat dijadikan sebagai sarana investasi di samping untuk cadangan likuiditas
karena instrumen pasar uang ini tidak berisiko, memiliki pasar sekunder dan resiko terjadi
kerugian sangat kecil. Investor utama dalam T-Bills ini antara lain : Bank Sentral, bank-bank
umum, mutual funds, BUMN, lembaga-lembaga keuangan nonbank, perusahaan-perusahaan,
dan badan pemerintah negara lain, dan individu.

Ilustrasi :
Diketahui : Permintaan rata-rata dalam suatu pelelangan T-Bills untuk jangka waktu 182 hari
adalah US $94,13 per $100 nilai nominal. Jumlah hari dalam setahun 360 hari. Maka discount
rate adalah sebagai berikut:

Karena T-Bills ini dibeli secara diskonto, maka penghasilan efektifnya lebih tinggi daripada
penghasilan nominalnya yang dapat dihitung sebagai berikut:

COMMERCIAL PAPER
Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan
(unsecured promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka
pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Dengan demikian Commercial Paper
merupakan promes di mana penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat
jatuh tempo. Jangka waktu jatuh tempo Commercial Paper ini berkisar mulai dari beberapa
hari sampai 270 hari. Penjualan Commercial Paper dilakukan umumnya dengan sistem
diskonto, namun beberapa di antaranya menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan
kredit.

Meskipun dalam praktiknya penerbitan Commercial Paper tidak dengan jaminan, namun
dalam pelaksanaannya seringkali Commercial Paper diterbitkan dengan backup fasilitas credit

65
line dari bank yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai Commercial Paper yang
diterbitkan, di samping jaminan kemampuan likuditas dan kemampuan memperoleh laba
perusahaan. Penerbitan Commercial Paper dapat dilakukan secara langsung (direct placement)
kepada investor ataupun secara tidak langsung (indirect placement) dengan menggunakan jasa
perantara.

Proses penerbitan Commercial Paper berbeda dengan penerbitan surat berharga lainnya.
Commercial Paper diterbitkan tidak menggunakan underwriter atau penjamin emisi karena
mekanisme penjualannya pada prinsipnya dapat dilakukan secara langsung kepada investor.
Namun demikian banyak penerbit karena alasan tertentu menggunakan arranger. Arranger ini
umumnya adalah bank-bank umum yang berfungsi sebagai perantara antara investor dengan
penerbit. Arranger berbeda dengan penjamin emisi dalam hal emisi efek. Arranger sama sekali
tidak bertanggung jawab atas tidak terjualnya Commercial Paper yang diterbitkan.

Tugas utama yang harus dilakukan adalah menawarkan Commercial Paper kepada investor
yang biasanya adalah nasabah-nasabahnya. Mekanisme penerbitan Commercial Paper ini
dapat terjadi sebagai berikut:

1. Perusahaan yang membutuhkan dana menghubungi bank yang biasa bertindak sebagai
arranger dan menyebutkan jumlah dana yang dibutuhkan.
2. Arranger inilah yang berusaha mencari investor. Kemudian perusahaan yang
bersangkutan menerbitkan Commercial Paper sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
3. Arranger tidak memiliki tanggung jawab apa pun terhadap investor. Seluruh risiko yang
terjadi atas penerbitan Commercial Paper , merupakan risiko dan tanggung jawab
investor sendiri.

Selanjutnya, di samping bank dapat berfungsi sebagai arranger, bank dapat pula bertindak
sebagai agen pembayar (paying agent).

Kelebihan Commercial Paper bagi penerbit (issuer) dan investor antara lain :
Penerbit

66
1. Tingkat bunga Commercial Paper lebih rendah daripada tingkat bunga kredit yang
dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan menjadi
lebih murah.
2. Tidak perlu menyediakan jaminan.
3. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan penerbit
dan investor.
4. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan
investor.
Investor
1. Commercial Paper menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan, misalnya,
Sertifikat Deposito, Deposito Berjangka atau Treasury Bills.
2. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.
3. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit Commercial Paper umumnya
perusahaan dengan rating yang tinggi.

Kelemahan Commercial Paper dilihat dari kepentingan investor dan issuer antara lain :
1. Bagi investor Commercial Paper merupakan instrumen yang tidak disertai dengan
jaminan (unsecured promissory notes)
2. Kemungkinan issuer melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan
keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya
3. Bagi perusahaan penerbit, Commercial Paper merupakan sumber dana jangka pendek
sehingga perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

SERTIFIKAT DEPOSITO

Sertifikat deposito atau negotiable certificate of deposit, sering disingkat CD, pada prinsipnya
adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam
suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito
berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakannya
dengan deposito berjangka terletak pada sifat yang dapat dipindahtangankan atau
diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh tempo melalui lembaga-lembaga keuangan
lainnya misalnya discount houses atau merchant bank. Di samping itu, deposito berjangka
selalu diterbitkan dengan atas nama sementara Sertifikat Deposito atas unjuk.

67
Di Indonesia, Sertifikat Deposito diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto
(discounted basis). Perhitungan diskonto Sertifikat Deposito oleh bank-bank di Indonesia
dengan rumus: Nilai Nominal * 360
360 + (tingkat diskonto* jumlah hari diskonto)

Contoh: Nilai nominal suatu Sertifikat Deposito yang akan jatuh tempo 90 hari adalah sebesar
Rp10 juta dengan tingkat diskonto 10% p.a. Nilai tunai (proceeds) Sertifikat Deposito tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan formula true discount:
Rp.10.000.000,- * 360
Proceeds = --------------------------------------- = Rp. 9.756.097,-
360 + (0,10 * 90 )

Sertifikat Deposito khususnya di Indonesia, penggunaannya relatif sangat terbatas dan dapat
dikatakan kurang begitu populer dikalangan investor sebagai instrumen investasi. Pembeli
utama Sertifikat Deposito adalah perusahaan non lembaga keuangan yang umumnya
mendijadikan Sertifikat Deposito sebagai cadangan sekunder.

Konsep Sertifikat Deposito ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1961 oleh The First
International City Bank of New York (sekarang Citibank) di pasar uang New York. Instrumen
baru tersebut dapat diterima oleh dealer surat-surat berharga, dan sejak saat itu Sertifikat
Deposito Sertifikat menjadi salah satu instrumen utama yang diperdagangkan di pasar
uang New York. Selanjutnya, pada tahun 1966, Citibank kembali memperkenalkan London
Dollar CD yang pada dasarnya merupakan instrumen Eurodollar yang didenominasi
dalam US$ dan diterbitkan di London. Instrumen tersebut ternyata dapat diterima masyarakat
keuangan di London sebagaimana halnya dengan di New York. Pada akhir dekade 1960-an,
bank-bank di Inggris mengikuti konsep Sertifikat Deposito . Citibank dengan menerbitkan
Sertifikat Deposito Sterling yang akhirnya juga menjadi instrumen pasar uang yang cukup
diminati.
Ilustrasi perhitungan dalam transaksi jual-beli London Dollar CD dan Sterling CD di pasar
uang London sebagai berikut:

Sterling Certificate of Deposit


Perhitungan dalam transaksi jual beli Sterling CD di pasar uang London digunakan rumus
berikut:

68
Contoh: GBP 1,000,000 CD issued at 12,5% for 120 days is bought 11% yield to maturity with
62 days to run to maturity.

Selanjutnya, pada saat jatuh tempo pembeli Sterling CD dengan nilai nominal GBP 1,000,000
akan menerima:

Apabila CD dibeli dengan harga GBP 1,021,999.89, maka pembeli akan memperoleh
= GBP 1,041,095.89 - GBP 1,021,999.89 = GBP 19,096

Maka investment yield adalah:

London Dollar CD
Perhitungan transaksi London Dollar CD menggunakan rumus:

Contoh: US $5,000,000 CD issued at 7.25% for 60 days is bought at 7% yield to maturity with
21 days to run to maturity.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Sertifikat Deposito merupakan instrumen keuangan


yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang. Sehingga untuk melindungi pemegangnya
diperhatikan keseragaman bentuk, isi, dan redaksinya. Sesuai ketentuan
Bank Indonesia warkat Sertifikat Deposito harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Pada halaman depan sekurang-kurangnya dicantumkan:
1. Kata-kata "Sertifikat Deposito" dan "Dapat Diperdagangkan" dalam ukuran besar
sehingga mudah terlihat.
2. Nomor seri dan nomor urut.

69
3. Nama dan tempat kedudukan penerbit.
4. Nilai nominal dalam rupiah.
5. Tanggal dan tempat penerbitan.
6. Tingkat bunga atau diskonto.
7. Pernyataan bahwa penerbit mengikat diri untuk membayar sejumlah uang tertentu
dalam rupiah pada tanggal dan tempat tertentu.
8. Tanda tangan direksi atau pejabat yang berwenang dari penerbit.
9. Tanda tangan pejabat dari kantor cabang di tempat Sertifikat Deposito diterbitkan.

Pada halaman belakang dicantumkan klausula yang sekurang-kurangnya menyatakan bahwa :


1. Penerbit menjamin sertifikat deposito dengan seluruh harta dan piutangnya.
2. Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan dan dapat dipindahtangankan dengan cara
penyerahan.
3. Pelunasan dilakukan pada tanggal jatuh tempo atau sesudahnya dengan menyerahkan
kembali warkat sertifikat deposito.

BANKER’S Acceptance (BA)


Banker's Acceptance merupakan salah satu instrumen pasar uang yang telah dikenal sejak
lama. Pada mulanya Banker's Acceptance tercipta melalui perdagangan luar negeri. Banker's
Acceptance dapat dipindahtangankan sebagaimana halnya dengan commercial paper. Banker's
Acceptance yang dapat dijadikan sebagai instrumen pasar uang adalah time draft (wesel
berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar
sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut,
bank akan menstempel dengan kata "accepted" di atas wesel tersebut dan memprosesnya.

Aksep ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi dan sangat aktif
diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat
berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan. Aksep
digunakan dalam perdagangan ekspor-impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak
yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung
pada pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing. Dengan demikian aksep
adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan risiko perdagangan
internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil risiko tersebut dengan biaya tertentu.

70
Bank-bank bersedia mengambil risiko tersebut karena ia memiliki keahlian dalam menilai
risiko kredit dan menyebarkan risiko tersebut dalam berbagai pinjaman.

Proses Teciptanya Banker's Acceptance


Perdagangan akseptasi bank biasanya diawali ketika importir meminta fasilitas kredit (credit
line) untuk membayar barang yang diimpor dari luar negeri. Begitu permohonan credit line-
nya disetujui, bank kemudian menerbitkan L/C ke pihak eksportir. L/C memberikan hak untuk
menarik time draft (wesel berjangka), bukan sight draft (wesel unjuk) yang dibayarkan segera
atas penyerahan, eksportir harus menunggu sampai wesel tersebut jatuh tempo baru kemudian
dibayarkan.

Dengan penundaan pembayaran tersebut sampai wesel jatuh tempo umumnya eksportir
mengalami kesulitan karena ia harus membayar gaji karyawan, pajak dan kewajiban lainnya.Di
samping itu, time draft umumnya dibayarkan dengan mata uang bank penerbit L/C, dan mata
uang ini kemungkinan tidak dibutuhkan oleh eksportir yang bersangkutan. Dengan alasan
tersebut kemudian eksportir mendiskontokan aksep tersebut sebelum jatuh temponya melalui
banknya (principal bank). Eksportir kemudian menerima pembayaran dalam mata uang lokal
dan menghindari risiko perdagangan (trading risk) dalam valuta asing.

Bank luar negeri yang telah membeli atau mendiskonto aksep dari eksportir meneruskannya
atau mengirimkannya (bersama dokumen pengiriman) kepada bank penerbit L/C. Kemudian
issuing bank memeriksa time draft dan dokumen-dokumen pendukung lainnya, dan memeriksa
apakah sudah ditulis dan dilengkapi sebagaimana seharusnya, lalu menstempelnya dengan kata
"accepted" di atas wesel tersebut. Atas dasar kejadian ini maka telah terciptalah aksep bank
(banker's acceptance) dan bank yang mengaksep (accepting bank) mengakui memiliki
kewajiban yang harus dibayar penuh pada saat jatuh tempo.
Issuing bank sendiri yang mendiskonto aksep tersebut dari bank luar negeri. Aksep tersebut
dapat saja dipegang sebagai aset oleh issuing bank atau mendiskontokannya kepada pihak lain
(dealer). Sementara itu, dokumen pengapalan barang, yang merupakan
lampiran wesel (sekarang telah menjadi aksep bank) diserahkan kepada importir atas dasar
kepercayaan sehingga memungkinkan importir mengambil barangnya kemudian
memasarkannya. Apabila issuing bank mendiskontokan aksep tersebut maka pada saat aksep
jatuh tempo, pemegang/pemilik aksep terakhir menyerahkannya kepada issuing bank sebagai
accepting bank untuk pembayarannya.
71
Kelebihan banker's acceptance adalah mengurangi risiko perdagangan bagi importir, karena
importir menerima garansi dari bank untuk pembayaran atas barang yang diimpornya. Dengan
demikian memindahkan risiko importir kepada accepting bank dan eksportir dapat segera men-
dapatkan dana dengan cara mendiskontokan aksep bank sebelum jatuh temponya. Dari ilustrasi
tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketiga pihak dalam transaksi tersebut, eksportir, importir,
dan issuing bank, mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan inter-
nasional ini sebagai berikut:
1. Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.
2. Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line yang
disepakati dengan bank.
3. Issuing bank yang memegang banker's acceptance (didiskonto dari eksportir)
merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh
tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas.

Namun demikian terdapat biaya yang berkaitan dengan semua keuntungan di atas tersebut.
Pembayaran discount fee yang dikenakan dari nilai nominal banker's acceptance pada saat
didiskontokan sebelum jatuh tempo. Accepting bank mendapatkan komisi yang mungkin
dibayar baik oleh eksportir atau importir sebagai tambahan fee dari credit line yang diterima
importir.Jangka waktu jatuh tempo tidak dilakukan oleh eksportir, karena banker's acceptance
berkisar antara 30 hari sampai 180 hari. Umumnya banker's acceptance jatuh tempo dalam
waktu 90 hari. Dari sisi bank yang melakukan akseptasi, prosedur ini memberikan cara menarik
untuk membantu nasabah memenuhi kebutuhan kredit jangka pendeknya. Untuk menghitung

72
transaksi jual beli banker's acceptance dengan cara diskonto dapat menggunakan rumus
berikut:

Contoh: Banker's Acceptance dengan nilai Rp 100 juta yang jatuh tempo I Desember 2008,
didiskonto pada tanggal 10 Oktober 2008 dengan discount rate 10%. Jumlah hari diskonto dari
10 Oktober 2008 - I Desember 2008 = 52 hari.
Dari contoh di atas dapat dihitung diskonto BA tersebut dengan mengaplikasikan formula yang
tersedia.

Proceeds dari Bankers Acceptance tersebut adalah:


Proceeds = Rp 100.000.000 - Rp 1.424.657,53 = Rp 98.575.342,47

BILL OF EXCHANE
Bill of exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan oleh
seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau
pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa.
Surat wesel harus berisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu


2. Nama orang yang harus membayar (tertarik atau pembayar)
3. Penetapan hari bayarnya
4. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan
5. Nama orang atau pihak lain yang ditunjuk untuk dilakukan pembayaran
6. Tanggal dan tempat surat wesel ditarik
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkannya (penarik).

Instrumen ini telah digunakan sejak abad 17 di Inggris oleh penjual barang untuk penjualan
kredit kepada langganannya. Dalam perkembangannya, bill of exchange untuk memperlancar
perdagangan internasional atau ekspor-impor. Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual
dapat memperoleh pembayaran lebih awal sebelumwesel tersebut jatuh tempo dengan cara

73
mendiskontokannya kepada bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai
investasi jangka pendek, maka instrumen ini sangat umum digunakan dalam
perdagangan. Wesel ini dapat diperjualbelikan secara diskonto.
Perhitungan diskonto (discount charge) dalam transaksi jual-beli wesel digunakan rumus
berikut:

Contoh: Bill of exchange senilai Rp 10.000.000 yang jatuh temponya 87 hari dijual dengan
12% diskonto.

Proceeds Rp 10.000.000 - Rp 286.027,40 = Rp 9.713.972,6

Repurchase Agreement (REPO)


Repurchase agreement atau sering disingkat Repo adalah transaksi jual-beli surat-surat
berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga
yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu. Surat-
surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-
surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP, atau
T -Bills.
Untuk menjelaskan transaksi jual beli surat-surat berharga berdasarkan Repo dapat dibuat
ilustrasi dengan instrumen SBI sebagai berikut:
Ilustrasi
a. PT Bank Alpha pada tangga122 Agustus 1999 memiliki SBI dengan nilai nominal Rp
1 miliar yang jatuh temponya sisa 91 hari.
b. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, Bank Alpha akan meminjam dana sebesar
Rp 950 juta untuk jangka waktu 30 hari dengan tingkat bunga 19%.
c. Pada hari yang sama Bank Beta memiliki kelebihan likuiditas yang akan ditempatkan
untuk jangka waktu 30 hari clan bersedia meminjamkan dengan tingkat bunga 19%p.a.
Selanjutnya, Bank Alpha dan Bank Beta melakukan negosiasi yang akhirnya menyetujui
bahwa tingkat diskonto SBI yang dijaminkan 20,5%. Sehingga nilai tunai SBI Rp
950.720.960 yaitu:

74
Dari hasil negosiasi antara Bank Alpha dan Bank Beta pada ilustrasi di atas, maka kedua bank
tersebut pada hari yang sama (22 Agustus 1999) melakukan Repurchase Agreement dengan
kondisi sebagai berikut:
a. Bank Beta meminjamkan Bank Alpha sejumlah Rp950.720.963 yaitu nilai tunai dari SBI
yang disepakati dengan discount rate 20,5%.
b. Bank Alpha selanjutnya menyerahkan SBI-nya kepada Bank Beta sebagai jaminan.
c. Bank Alpha menyetujui untuk membayar kembali pinjamannya dari Bank Beta sebesar
Rp950.720.963 setelah pada tangga121 September 1999 (30 hari) dengan tingkat bunga
(Repo rate) 19% p.a. sebagaimana telah disepakati.
Jumlah yang harus dibayar kembali PT Bank Alpha kepada Bank Beta akibat diadakannya
Repo adalah:

Pada saat Repo jatuh tempo yaitu tangga121 September 1999 :


a. Bank Alpha harus membayar Bank Beta sebesar Rp 965.774.045.
b. Bank Beta mengembalikan SBI kepada Bank Alpha (yang jahih temponya sisa 61 hari).
c. Dengan demikian transaksi Repo selesai.
Mekanisme transaksi Repo pada ilustrasi di atas dapat diikuti pada Gambar berikut

75
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek
dan diperjualbelikan dengan diskonto. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan
sasaran utama untuk menciptakan suatu instrumen pasar uang yang hanya diperdagangkan
antara bank-bank. Namun setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka
Bank Indonesia menerbitkan SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka,
terutama untuk tujuan kontraksi moneter. SBI yang diterbitkan dan ditawarkan dengan sistem
lelang.

SBI merupakan instrument moneter pada kebijakan operasi pasar terbuka yang bertujuan untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar. Sesuai dengan tujuan Bank Indonesia adalah stabilitas
nilai rupiah maka maka SBI digunakan untuk kontraksi moneter.Perdagangan SBI yang
melalui lelang maka BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar
uang dengan cara Stop Out Rate (SOR) yakni tingkat bunga yang diterima BI atas penawaran
tingkat bunga peserta lelang. SOR akan dapat digunakan sebagai indikator tingkat suku bunga
transaksi di pasar uang pada umumnya.

Pihak yang berhak memiliki SBI :


Penjualan SBI diprioritaskan pada lembaga perbakan tapi tak menutup kemungkinan untuk
perusahaan dan perseorangan. Jangka waktu SBI maksimal 12 bulan tetapi sementara waktu
yang ditawarkan 1-3 bulan. Denominalisasi yang beredar dari nilai Rp. 50.000.000,- sampai
Rp. 100 Milyard. Pembelian SBI untuk perseorangan minimal Rp. 100.000.000,-. dengan
kelipatan Rp. 50.000.000.

Pola pembelian SBI antara lain pembelian melalui Pasar Perdana ( langsung pada BI) ;
pembelian pada pasar sekunder dan pembelian melalui broker.Sebelum jatuh tempo SBI dapat
dijualbrlikan baik oleh bank. Lembaga keuangan non bamk maupun masyarakat atau dunia
usaha melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House (perantara) akan membeli atau menjual
SBI setiap hari dengan tingkat diskonto yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar
perdagangan SBI maka BI menunjuk beberapa Market Maker yang biasanya adalah Bank-Bank
Umum sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI dan bertindak sebagai penggerak
pasar sekunder.

76
Market Maker bertindak sebagai dealer mempunyai kewajiban antara lain :
1. Membuat dan mengumumkan quotation.
2. Aktip mengajukan penawaran dan permintaan di pasar sekunder.
3. Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak lain di pasar sekunder.
4. Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan secara outright ( transaksi jual beli SBI
atas dasar sisa jangka waktu SBI yang bersangkutan dan tidak ada kewajiban untuk
membeli kembali sebelum jatuh tempo) dan repo ( transi dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali SBI sesuai jangka waktu yang dijanjikan).

Ilustrasi Transaksi Jual Beli SBI


Transaksi jual-beli SBI sebagaimana telah dijelaskan di atas dilakukan atas dasar diskonto.
Faktor- aktor yang mempengaruhi harga SBI adalah besarnya discount rate dan jumlah hari
jatuh tempo SBI yang bersangkutan. Rumus yang digunakan dalam menghitung nilai tunai
(proceeds) SBI adalah true discount sebagai berikut:


Proceeds =
∗!" #$ ! "# % &

Atau

Proceeds = ∗!" #$ ( ! "# % &


'

Contoh 1:
Bank Bhakti membeli SBI dengan penyelesaian pembayaran pada hari yang sama (same day
settlement). Jumlah nilai nominal SBI = Rp 1.000.000.000,-. Tingkat diskonto = 15 %
Jumlah hari jatuh tempo = 30 hari
Nilai tunai SBI adalah sebagai berikut:
Jawab :
. . . . , ∗
Proceeds = = Rp. 987.654.321,-
∗ %
Kemudian pada hari yang sama PT Bank Bhakti menjual SBI tersebut dengan persyaratan
sebagai berikut:

77
Penyelesaian transaksi = Same day settlement
Discount rate = 14,5%
Jumlah hari jatuh tempo = 30 hari
Pertanyaan : Hitung Nilai Tunai SBI
Jawab :
Nilai tunai SBI tersebut adalah:
. . . . , ∗
Proceeds = = Rp. 988.060.930,-
∗ ), %

Keuntungan PT Bank Bhakti dari transaksi jual-beli SBI tersebut adalah :


Rp 988.060.930 - Rp987.654.321 = Rp. 406.609,-

Contoh 2:
Dengan tetap mengambil ilustrasi pada Contoh 1 di atas di mana PT Bank Bhakti membeli SBI
yang memiliki kondisi sebagai berikut:
Nilai Nominal = Rp 1.000.000.000,-
Penyelesaian = Same day
Discount rate = 15%
Jumlah hari jatuh tempo = 30 hari
Harga SBI = Rp. 987.654.321,-
Selanjutnya, PT Bank Bhakti menahan SBI tersebut selama 10 hari, kemudian menjualnya
dengan kondisi berikut:
Penyelesaian transaksi = Same day settlement
Discount rate = 15%
Jumlah hari jatuh tempo = 20 hari
Maka harga SBI tersebut akan berjumlah:
. . . . , ∗
Proceeds = = Rp. 991.735.537,-
* ∗ %
Kalkulasi keuntungan PT Bank Bhakti atas transaksi SBI yang dipegang selama 10 hari
tersebut di atas adalah:
Harga jual SBI = Rp. 991.735.537,-
Harga beli SBI = Rp. 987.654.321,-
Keuntungan = Rp. 4.081.216,-
Hasil efektif yang diperoleh PT Bank Bhakti selama 10 hari tersebut adalah:

78
8 ' 8
Ey = *
8 !" ## ( 9 "# % &

Di mana :
Ey = Hasil efektif (Effective yield)
Ptl = Harga jual SBI
NO = Harga beli SBI

Dengan demikian Effective yield :


Rp.991.735.537,2 2Rp.987.654.321,2
= Rp.987.654.321,2
*

= 0,1488 atau 14,88%.

Contoh 3 :
PT Bank Dana memperoleh SBI dengan penyelesaian pada hari yang sama ( same day
settlement) sebagai berikut :
Nilai nominal SBI : Rp. 8.000.000.000,-
Tingkat Diskon Rate : 12,5 %
Jumlah hari jatuh tempo : 30 hari
Selanjutnya Bank tersebut menahan SBI selama 12 hari kemudian menjual dengan kondisi
sebagai berikut :
Penyelesaian transaksi ; same day settlement
Discount rate : 12 %
Jumlah hari jatuh tempo : 12 hari
Pertanyaan :
a. Hitung nilai tunai SBI.
b. Nilai tunai SBI pada hari yang sama saat itu.
c. Nilai tunai SBI pada saat menahan SBI selama 12 hari.
d. Keuntungan Bank selama memegang selama 12 hari.
e. Hasil efektip yang diperoleh bank selama 12 hari.
Jawab :
.7. . . , ∗
a.Proceeds = = Rp. 7.917.525.773,-
∗ *, %

79
.7. . . , ∗
b. Proceeds = = Rp. 7.968.127.490,-
*∗ *, %

Keuntungan transaksi jual beli SBI sebesar = Rp. 7.968.127.490,- - Rp. 7.917.525.773,-
= Rp. 50.601.717,-
.7. . . , ∗
c.Proceeds = = Rp. 7.950.310.559,-
7∗ *, %

d. Keuntungan memegang 12 hari = Rp. 7.950.310.559,- - Rp. 7.917.525.773,-


= Rp. 32.784.786,-
:;.<.= . . =, :;.<.= <. * .<< ,
e.Bunga efektip = *
:;.<.= <. * .<< , 7
= 0.0828 *100 = 8,28 %

Surat Berharga Pasar Uang


Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat
diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk
oleh BI. SBPU diperkenalkan oleh BI sejak Februari 1985. Sama halnya dengan SBI yang di
samping berfungsi sebagai piranti pasar uang juga merupakan instrumen operasi pasar terbuka
dalam rangka ekspansi moneter oleh Bank Indonesia dengan menetapkan tingkat diskonto
SBPU. Dalam hubungan ini pembelian SBPU oleh BI dilakukan sesuai dengan kebutuhan
moneter. Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibagi sebagai berikut:

1. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:


a) Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank
untuk membiayai kegiatan tertentu.
b) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antarbank.

2. Surat Wesel, dapat berupa:


a) Surat wesel yang ditarik oleh suatU pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka
transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.
b) Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka
pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

80
Call Money
Pasar uang antarbank atau sering juga disebut interbank call money market merupakan salah
satu sarana penting untuk mendorong pengembangan pasar uang. Pasar uang antar bank pada
dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk
jarrgka waktu pendek. Dana dibayar apabila sudah ada tagihan atau panggilan dari pihak
pemberi dana (kreditor). Jangka waktu pelunasan berkisar 1 -7 hari. Ketentuan yang harus
diperhatikan dengan pemberian fasilitas call money adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas call money diberikan dilembaga kliring kepada bank-bank yang mengalami
kekalahan kliring dan kekurangan likuiditas.
2. Besarnya pinjaman call money tidak boleh melebihi kalah kliring hari ini.
3. Instrumen pinjaman dapat berupa promes.
4. Maksimal jangka waktu 7 hari dan apabila tidak dapat dilunasi pada jatuh tempo, maka
akan berubah menjadi pinjaman biasa

Caranya sbb :
Pasar Uang Antarbank Melalui Perhitungan Kliring
1. Transaksi melalui kliring penyerahan
Transaksi dalam pasar uang melalui kliring dilakukan dengan mekanisme berikut:
a) Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
- menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima pinjaman, sejumlah
transaksi yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan.
- memperhitungkan nota kredit tersebut sebagai bagian dari nota kredit yang
diserahkan dalam Miring penyerahan.
b) Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
- menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank
pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
- memperhitungkan nota kredit yang diterimanya sebagai bagian dari nota kredit
yang diterima dalam Miring penyerahan.
- menyerahkan tembusan atau fotokopi surat sanggup (akseplpromes) yang
bersangkutan kepada penyelenggara Miring.
c) Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan cara penerbitan
nota debit (N/B) oleh peserta yang memberikan pinjaman sebagai warkat Miring,

81
sedangkan surat sanggup (aksep/promes) yang bersangkutan dijadikan lampiran dan
dimasukkan dalam sampul tertutup.

2. Transaksi yang diselenggarakan pada jadwal yang disediakan khusus untuk pasar uang antar-
bank.
a) Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
 menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima pinjaman sejumlah
transaksi yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan.
 mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo kliring sebagai
komponen dana pasar uang yang diserahkan.
b) Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
 menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank
pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
 mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo Miring sebagai
komponen dana pasar uang yang diterima.
 menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang
bersangkutan kepada penyelenggara Miring.
c) Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan cara seperti
tersebut pada butir c di atas.

Tata Cara Pinjam-meminjam di Luar Perhitungan Kliring


Jika hal pelaksanaan transaksi tersebut dilakukan di War Miring, maka:
a. Bank yang menerima pinjaman berkewajiban:
- Menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank pemberi
pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
- Menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang bersangkutan
kepada Bank Indonesia.
b. Bank yang memberikan pinjaman harus menyelesaikan transaksi tersebut menurut cara yang
disepakati dengan pihak penerima pinjaman.
c. Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dapat dilakukan dengan cara seperti
tersebut pada huruf c di atas.

Jakarta Interbank Offered Rate (Jibor)

82
Dengan berfungsinya Jibor secara efektif akan dapat terbentuk tingkat suku bunga yang dapat
dijadikan sebagai referensi kalangan perbankan. Pembentukan Jibor ini melibatkan beberapa
bank besar sebagai pelaku di pasar uang, seperti halnya dengan pembentukan Libor yang
melibatkan London Clearing Banks khususnya bank-bank yang termasuk dalam kelompok the
bigfour yaitu Barclays Bank, Midland Bank, National Westminster Bank, dan Lloyd Bank.
Dengan konsep Jibor tersebut maka tingkat bunga antarbank di Jakarta akan mengacu pada
kekuatan atau mekanisme pasar dan akan dapat dijadikan indikator bagi perkembangan bunga
deposito dan patokan dalam penentuan tingkat bunga pinjaman.

Jibor ditentukan berdasarkan tingkat bunga deposito berjangka rata-rata dari sejumlah bank
(bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank asing) yang dianggap sebagai refleksi
tingkat bunga pasar di pasar uang Jakarta.
Pasar uang adalah suatu kelompok pasar di mana instrumen kredit jangka pendek, yang
umumnya berkualitas tinggi diperjualbelikan. Jangka waktu instrumen pasar uang biasanya
jatuh tempo dalam waktu 1 tahun atau kurang.

5.4 Indikator Pasar Uang


Indikator pasar uang adalah sebagai berikut :
1. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (Rp).Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank
terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam danadalam bentuk rupiah.
2. Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (Rp).Jumlah transaksi antar bank dalam hal
pinjam meminjam dalam bentuk rupiah.
3. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (US$).Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank
terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam danadalam bentuk US $.
4. Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (US$).Jumlah transaksi antar bank dalam hal
pinjam meminjam dalam bentuk US $.
5. JIBOR (Jakarta Interbank Offered).Suku bunga yang ditawarkan untuk transaksi
pinjam meminjam antar bank.
6. Suku bunga deposito Rupiah (%/Th).Tingkat bunga yang diberikan para deposan yang
mendepositokan uangnya dalam bentuk Rupiah
7. Inflasi.Kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus suatu
waktu tertentu

83
8. Indeks Harga Konsumen (IHK).Angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang
dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu.
9. Sertifikat Bank Indonesi (SBI) .Instrumen investasi jangka pendek yang bebas resiko

84

Anda mungkin juga menyukai