Anda di halaman 1dari 10

Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat

Pembayaran Nontunai

Kelompok 5
Deby Aleiya Dhavina (08)
Desti Yolidha (09)
Edo Rifani (12)
Khairunnisa (15)
Michael Xander Saukoly (21)
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok mata pelajaran sosiologi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Nilai dan Norma-Norma Sosial, yang penulis sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
siswa-siswi SMAN 6 Banjarmasin. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis meminta kepada guru untuk memberikan masukan demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR
ISI.............................................................................................i

B. Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Pembayaran


Nontunai.........1
1. Jenis-jenis Alat Pembayaran
Nontunai.........................................1
a. Instrumen berbasis warkat……………………………………………………
1
b. Instrumen berbasis mekanisme
transfer……………………………….1
c. Pendebitan secara langsung………………………….………………………
2
d. Instrumen berbasis kartu…………………………………..…………………
2
e. Instrumen melalui kantor pos………………………….……………………
2
f. Instrumen berbasis internet/
telepon…………………………………….3
2. Prosedur Penggunaan Alat Pembayaran
Nontunai........................3
a. Prosedur menggunakan
cek………………………………………………….4

ii
b. Prosedur penggunaan kartu debit sebagai pembayaran……..…
5

KESIMPULAN.......................................................................................5

ii
B. Jenis dan Prosedur Penggunaan Alat Pembayaran Nontunai
1. Jenis-jenis Alat Pembayar Nontunai
a. Instrumen berbasis warkat
Instrumen berbasis warkat telah diatur dalam hukum dan dikenal dalam praktik
perbankan di Indonesia. Instrumen berbasis yang saat ini digunakan sebagai berikut.
1) Cek
Cek adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan
sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.
2) Bilyet giro
Bilyet giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit agar
memindahbukuan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor
rekiningnya disebutkan pada bank penerimaan dana.
3) Nota debit
Nota debit adalah biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengembalian yang
dibuat oleh pembeli. Secara sederhana, nota debit digunakan untuk mengurangi
pinjaman transaksi.
4) Nota kredit
Warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung
bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
5) Wesel bank untuk transfer/ kuitansi transfer
Kuitasi transfer adalah kuitansi sebagai bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagih kepada bank penerima transfer tersebut. Kuitansi ini dikeluarkan
oleh bank yang menerima transfer yang harus ditandatangani oleh yang berhak
menerima.
6) Nota pemindahanbukuan (telegraphic transfer)
Disebut juga nota debet kredit adalah warkat yang digunakan untuk memindahkan
dana dari rekening nasabah kepada rekening nasabah lain di bank yang sama.

b. Instrumen berbasis mekanisme transfer


Secara sederhana transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan
sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan
untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Berkat kemajuan
teknologi informasi, makin mudah melakukan transfer dengan bank yang sama
maupun antarbank. Kalau transfer ke rekening bank yang sama prosesnya lebih cepat
dan bebas biaya, sebaliknya, kalau transfer antarbank berbeda prosesnya
membutuhkan waktu dan akan dikenakan biaya.
Di Indonesia terdapat beberapa mekanisme transfer dana antarbank sebagai berikut.
1) BI-Real Time Gross Settlement (RTGS)
Real Time Gross Settlement (RTGS) adalah sistem transfer elektronik di mana
bank-bank terhubung dengan sistem RTGS milik Bank Indonesia yang proses
transaksinya dapat langsung terlaksana saat itu juga (real time). Transfer
menggunakan RTGS cocok untuk melakukan transfer dengan nominal besar karena
biaya transfernya lebih mahal berkisar antara Rp25.000,00-Rp50.000,00 dan hanya
bisa dilakukan dengan nominal transfer minimal Rp100.000.000,00 per transaksi.

1
Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan
kepastian penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran,
yang berarti mengurangi risiko penyelesaian akhir (minimizing settlement risk),
Sistem BI RTGS juga menjadi sarana transfer dana antarbank yang praktis, cepat,
efisien, aman, dan andal. Di samping itu, sistem BI- RTGS yang dilengkapi dengan
mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat diandalkan untuk
meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management funo) baik bagi peserta
maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi otoritas informasi mengenai
pengelolaan dana perbankan menjadi informasi pendukung dalam menjalankan
kegiatan operasi moneter dan early warning system pengawasan bank.
2) Sistem Kliring Nasional Indonesia (SKNI)
Sistem Kliring Nasional Indonesia (SKNI) atau Lalu Lintas Giro (LLG) adalah
mekanisme transfer elektronik di mana bank-bank terhubung dengan SKNI yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI). Sistem ini memiliki periode settlement
atau proses pemindahan buku dari rekening pengirim ke rekening penerima yang
spesifik. Bank akan meneruskan perintah transfer nasabah ke SKNI milik BI, lalu
uang akan dikumpulkan di sistem Bl terlebih dahulu. Setelah proses dan waktu
tertentu, sistem dari Bl akan mendistribusikan uang tersebut ke bank tujuan atau
penerimanya secara berkala sesuai jadwal dalam satu hari. Setelah bank tujuan
menerima, barulah uang didistribusikan ke rekening tujuan. Proses kliring ini yang
cukup memakan waktu, hingga butuh waktu sekitar 2-3 hari kerja untuk dana
sampai ke rekening tujuan. Berdasarkan keputusan Bank Indonesia, mulai 1
September 2019 waktu proses kliring ditambah menjadi 9 kali sehari atau setiap
jam di hari kerja dari yang sebelumnya hanya 4 kali dalam sehari, biaya transfer
juga diturunkan menjadi Rp3.500,00 per transaksi. Transfer SKNI digunakan untuk
transfer dengan nilai yang lebih besar dari transfer online, namun tidak boleh
melebihi Rp500.000.000,00 per transaksi tergantung kebijakan tiap bank.
3) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)
Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) adalah sarana
transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan
surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta,
penyelenggara, dan sistem BI-RTGS.
Penatausahaan surat berharga, meliputi kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring,
dan setelmen serta pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai
pokok/nominal surat berharga. Kegiatan transaksi dan penatausahaan dilakukan
dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung (online) antara Bank
Indonesia dengan para pelaku pasar. Selain itu, BI-SSSS mencakup juga sistem
informasi antar peserta dan penyelenggara BI-SSSS, sistem setelmen surat
berharga dan sistem penatausahaan surat berharga.
BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia dengan sistem
penatausahaan Surat Berharga. Kegiatan transaksi Bank Indonesia mencakup
sebagai berikut.
a) Pelaksanaan operasi pasar terbuka (OPT).
b) Pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia kepada bank.
c) Pelaksanaan transaksi surat berharga negara (SBN) untuk dan atas nama
Pemerintah.

2
c. Pendebitan secara langsung
Pemakaian fasilitas pendebitan secara langsung masih dibatasi untuk transaksi di
dalam satu bank. Mengingat belum ada sistem giro antarbank, perusahaan
telekomunikasi dan perusahaan listrik harus memiliki perjanjian dengan bank umum
dalam menangani penerimaan pembayaran tagihan dari nasabahnya untuk
pembayaran jasa telekomunikasi dan listrik.

d. Instrumen berbasis kartu


Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis kartu pembayaran, antara lain
yang bersifat kredit, seperti kartu kredit, private-label cards (misalnya, kartu pasar
swalayan) dan yang bersifat debit, seperti kartu ATM. Di samping itu, dalam
perkembangannya terdapat jenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip
elektronik pada kartu tersebut (dikenal sebagai smart card atau chip card), seperti kartu
telepon prabayar.
1) Kartu kredit
Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan
sebagai alat pembayaran dengan sistem utang. Dengan kata lain total transaksi
dengan kartu kredit akan diakumulasikan pada jangka waktu tertentu, kemudian
penggunanya akan membayar dengan mencicil. Kartu kredit memungkinkan
pengguna untuk membayar produk, baik barang, jasa, maupun layanan secara
mengangsur atau cicilan. Jadi, pemilik kartu tetap dapat bertransaksi meskipun
tidak mempunyai uang cukup. Namun, biasanya ada batasan nominal maksimum
yang bisa dipakai.
2) Kartu prabayar
Meskipun masih termasuk dalam kategori pembayaran berbasis kartu, namun cara
kerja kartu prabayar berbeda jauh dengan kartu debit dan kartu kredit. Pasalnya,
dalam kartu prabayar tidak menerapkan sistem utang serta tidak ada kaitannya
dengan rekening bank. Biasanya, kartu prabayar mempunyai saldo minimum Rpo
(nol rupiah). Jadi, saat saldo kartu tersebut kosong, maka tidak bisa digunakan.
Supaya kartu dapat digunakan lagi, maka pengguna perlu top up atau mengisi ulang
saldo. Bagaimana, cukup simple sekali, bukan?
3) Kartu debit
Kartu debit merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang
pembayarannya dilakukan dengan pendebitan langsung ke rekening nasabah di
bank penerbit kartu tersebut. Umumnya, kartu debit memiliki batasan nominal
tertentu untuk setiap transaksi.

e. Instrumen melalui kantor pos


Instrumen sistem pembayaran yang cukup penting yang disediakan oleh lembaga keuangan
bukan bank (PT Pos Indonesia) adalah giro dan pos wesel baik dalam negeri maupun luar
negeri. Giro digunakan terutama oleh instansi pemerintah untuk menerima penyetoran
berbagai jenis pajak, melaksanakan pembayaran gaji dan pensiunan pegawai negeri,

3
membayar tagihan listrik dan telepon, dan berbagai transaksi pembayaran lainnya.
Sementara itu, wesel pos umumnya digunakan untuk mengirimkan uang kepada perorangan
yang tidak

3
memiliki rekening bank. Instrumen lain yang disediakan oleh PT Pos Indonesia adalah Cek
Posd an Postal Traveler's Cheques.

f. Instrumen berbasis internet/ telepon


Jasa electronic banking melalui internet dan/atau telepon telah disediakan oleh
sejumlah bank besar sejak pertengahan 1999, Penggunaan instrumen berbasis internet
untuk melakukan transaksi, selain memerlukan verifikasi pengaman, seperti PIN dan
password, juga memerlukan komputer pribadi (PC). Penggunaan komputer tersebut
dapat dilakukan tanpa atau dengan proprietary software yang dipasang oleh bank pada
PC nasabah.
Penggunaan instrumen berbasis telepon untuk transaksi dapat dilakukan dengan
menghubungi bank melalui dial-in 'telepon' dengan melalui verifikasi tertentu, seperti
identitas, rekening, transaksi terakhir atau password. Produk/jasa yang ditawarkan
antara lain informasi saldo, pembukuan rekening, transfer, payment gateway (untuk
pembayaran telepon, listrik, dsb.), kliring, dan penutupan rekening.

2. Prosedur Penggunaan Alat Pembayaran Nontunai


a. Prosedur menggunakan cek
Cek merupakan perintah tertulis dari seorang nasabah di bank tertentu untuk menarik
dana yang mereka punyai sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam cek yang mereka
tuliskan tersebut. Berapapun nominal yang ditulis di dalam cek, jika seseorang
memegang cek tersebut, maka bank berkewajiban untuk membayarkan uang sejumlah
dengan nominal yang tertera di dalam teks kepada orang tersebut. Prosedur
penggunaan cek di Indonesia saat ini sudah berdasarkan aturan perundangan Pasal
178 hingga 229 KUH dagang. Berikut beberapa persyaratan formal yang harus dipenuhi
sehingga dapat bernilai sah di mata hukum.
1) Dalam teks keluarkan oleh si pemilik harus tercantum tulisan cek.
2) Printer pengambilan uang tidak boleh bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu.
3) Tercantum nama pihak yang harus membayar uang tersebut.
4) Tercantum nama tempat di mana pembayaran harus dilakukan oleh yang
bersangkutan.
5) Tertulis pernyataan tanggal dan tempat cek dapat ditarik.
6) Tanda tangan orang yang mengeluarkan cek tersebut (penarik).
Selain itu, terdapat beberapa komponen penting yang harus ada di dalam cek, yaitu
sebagai berikut.
1) Identitas bank yang mencakup logo serta nama bank tertarik. Hal ini untuk
membedakan nantinya pemegang kuasa akan mendatangi bank tertarik.
2) Nominal angka merupakan nilai tertarik dari sebuah cek.
3) Nominal huruf sama seperti kuitansi, cek wajib memiliki kolom penulisan nominal
dengan menggu- nakan huruf. Hal itu berguna untuk menghindari kekeliruan dari
pemilik cek. Jika terdapat perbedaan nominal angka dan nominal huruf, maka
bank tertarik akan mengacu pada nominal huruf.
4) Nomor seri cek yang biasanya berbeda-beda tergantung dari bank yang ada.

4
5) Nama perusahaan pencetak warkat dan dokumen kliring biasanya terletak
menyelip di samping- samping cek.
6) Identitas nasabah tidak wajib, namun beberapa bank mencantumkan personalisasi
nasabah yang mencakup identitas nasabah hingga alamat dan korespondensi
nasabah.

b. Prosedur penggunaan kartu debit sebagai pembayaran


Dalam dunia transaksi perbankan yang menggunakan fasilitas kartu dikenal dua jenis
kartu, yaitu kartu debit dan kartu kredit. Kartu debit lebih populer dengan sebutan
kartu ATM yang dapat digunakan sesuai jumlah saldo rekening kita, sedangkan kartu
kredit dapat digunakan sesuai plafon yang diberikan walau Anda tidak mempunyai
saldo di rekening Anda. Dengan kata lain, kartu kredit layaknya berfungsi sebagai kartu
utang. Transaksi belanja dengan kartu debit tidak membedakan toko (merchant) dan
hanya berbeda cara jika digunakan untuk belanja offline atau online. Jadi, apakah itu
belanja di minimarket, restoran, butik, sampai toko elektronik sama saja. Jika Anda
dapat menggunakan ATM, pasti dapat juga memakai kartu debit. Dan, cara aman
belanja dapat Anda perhatikan berikut ini.
1) Berikan kartu debit ke kasir untuk digesek, pastikan tetap menjaga kerahasiaan
PIN ATM Anda.
2) Kasir akan menggesek kartu debit Anda ke mesin EDC dan memasukkan nominal
transaksi sesui rekap pembelian Anda.
3) Anda akan diminta oleh kasir untuk memasukkan PIN ATM ke dalam mesin EDC.
Transaksi kartu debit ini lebih aman dibandingkan dengan kartu kredit jaman dulu,
di mana pemakaian kartu kredit dapat juga tanpa PIN, yaitu dengan
menandatangani struk EDC. Namun saat ini transaksi kartu kredit meniru kartu
debit, yaitu hanya dengan satu cara dengan sistem PIN ATM. Setelah berhasil saldo
Anda akan terpotong dan struk akan keluar.
4) Transaksi selesai, cek dan pastikan nominal saldo terpotong sama dengan struk
pembelian Anda.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai