Anda di halaman 1dari 17

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP DENDA

PADA KARTU KREDIT SYARIAH (HASANAH CARD)


(Studi Kasus Pada BNI Syariah Cabang Wolter Mongin Sidi)
Proposal Skripsi
Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :
Arianto Setyo Nugroho
F1312015

S1 AKUNTANSI TRANSFER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
201
BAB I

PENDAHULUAN

1.                  Latar Belakang

Uang adalah alat tukar untuk mendapatkan suatu barang yang diinginkan, uang juga

merupakan suatu kebutuhan yang dimana berfungsi sebegai alat untuk menjangkau semua

transaksi yang terjadi di dunia bisnis.

Pada kenyataannya, transaksi mendunia tanpa uang tunai mulai menjadi tran sejak

ditemukannya kartu plastik (plastic card) atau kartu pintar (smart card) seiring perkembangan

ekonomi dan budaya masyarakat yang meninggalkan kebiasaan memakai uang tunai (cashless

society). Walaupin secara realitas kondisi Indonesia masih didominasi masyarakat yang

tergolong cash society atau lebih suka menggunakan uang tunai. Bisnis kartu kredit yang kian

merak ternyata juga menggoda sebagian pelaku perbankan syariah. Meski menimbulkan pro dan

kontra ditengah hiruk piuknya dunia konsumtif, kredit macet dan beban utang berkelanjutan.

Dalam dunia bisnis saat ini tidak bisa dipungkiri, kita hidup dan menikmati sistem

kapitalissme global. Dan sistem kapitalisme global ini di pegang oleh tanga-tangan perusahaan

multinasiaonal, dengan sumber daya yang didasarkan dengan mekanisne pasar, kemudian

diakuinya hak milik individu. Dan jaringn perbankan global merupakan jantungnya. Dalam

sistem perbankan global ini, bunga (interest) ibarat darahnya perekonomian. Sehingga krisis

ekonomi yang disebabkan bunga perbankan tersebut dapat memporak-porandakan sistem dan

seluruh sandi-sandi perekonomian khususnya yang melanda Indonesia dan negara Asia lainnya.

[1]

Kartu kredit banyak tersedia dan digunakan terutama oleh kalangan menengah keatas,

meskipun sebagian besar ada yang dianggap belum layak menggunakannya. Sehingga hal ini
memunculkan beragam masalah yang justru menyulitkan si pengguna. Hai ini bisa terlihat dari

kredit macet yang dihadapi kalangan perbankan akibat ulah pemilik kartu kredit, kasus  ini

desebabkan karena seleksi pemegang kartu kredit yang tidak ketat sehingga setiap orang dapat

memegang banyak kartu kredit.

Kerawanan kartu kredit terletak pada pembebanan bunga, jika pemegang kartu tidak

mampu membayar pada saat jatuh tempo. Maka akan menimbulkan penggandaan bunga yang

berlipat dan terpuruk dalam perangkap kapitalisme global. Peristiwa ini terjadi pada nasabah

bank konvensional.

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kartu

kerdit mencapai Rp.1,52 triliun atau turun 32,89 dan dibandingkan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang mencapai Rp.2,02 triliun. Sedangkan selama tahun 2011 sampai dengan

Februarian (year to date/ytd), jumlah transaksi-tarnsaksi menggunakan kartu kredit mencapai

32,97 juta transaksi dengan total nominal mencapai Rp.27,28 triliun. Kartu kredit yang beredar

saat ini jumlahnya sudah mencapai sekitar 13,8 juta kartu. Kasus ini dapat disimpulkan bahwa

orang-orang lebih memilih kartu kredit sebagai alat transaksinya dari pada pembayaran secara

cash (cashless society).[2]

Kartu kerdit memeng merupakan salah satu bisnis yang mengiurkan bagi perbankan.

Selain pasarannya yang masih terbuka lebar, uang yang bisa di katong dari usaha ini juga

lummayan besar, dibanding dengan produk pinjaman lainnya. Persentasi keuntungan yang besar

itu membuat perbankan menjadi amat agresif memasarkan kartu ktedit, hingga terkesan kurang

berhati-hati.

Seiring dengan maraknya bunga (interest) yang membuat perekonomian dan perbankan

menjadi krisis yang berkelanjutan, maka perbankan syariah mulai banyak bermunculan dengan
menawarkan produk-produk perbankan yang didasari oleh syariah, dan salah satu produk yang

disahkan MUI pada tahun 2006 adalah kartu kredit syariah yang ditunggu-tunggu oleh para

muslim di setiap transaksinya berdasarkan pada perinsip-prinsip syariah alias non-riba.

Kartu kredit syariah pertama didunia diluncurkan oleh AmBank Malaysia (Arab-Bank

Malaysia Bank Berhad) dengan nama Al-Taslif Credit Card pada tahun 1996 dengan sekema

“Bai Bitsaman Ajil” (jual beli dengan bayar tangguh). Kemudian langkah pembuatan kertu kredit

berbasis syariah ini diikuti oleh bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada pertengahan tahun

2002 denagn nama Bank Islam Card dan Arab Bangking Corporatioan (ABC) Islamic Bank

Bahrain pada akhir 2002, serta As Shamil Bank dan Tadamon Islamic Bank.

Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam

beberapa tahun terakhir di tahun 2008. Jumlah kartu yang beredar saat itu telah mengalami lebih

dari 10 juta kartu yang diterbikkan oleh 21 bank dan lembaga pembiayaan. Dan bertepatan

dengan Festival Ekonomi Syariah (FES) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI

Syariah telah meluncurkan salah satu jenis pembiayaan yang berbasis syariah yaitu BNI Hasanah

Card dengan menggandeng provider MasterCard Internasional.2

Dasar yang dipakai dalam penerbitan BNI Hasanah Card adalah fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) No.54/DSN-MUI/X/2006 mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari

Bank Indonesia No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008.b Sesuai dengan fatwa DSN No.54/DSN-

MUI/X/2006 Syariah Card didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang

hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa.

[3]

Transaksi kartu pembiayaan (kredit) BNI Syariah, Hasanah Card, mengalami lonjakan

drastis selama Agustus 2011. Anak usaha PT BNI tersebut mencatat kenaikan transaksi sebesar
35 persen dari bulan- bulan biasanya. Menurut Direktur Bisnis BNI Syariah, Bambang

Widjanarko, total transaksi tumbuh menjadi Rp 54 miliar. “Pada bulan biasanya transaksi hanya

sekitar Rp 40 miliar,”[4]

Selain BNI Syariah, Bank Danamon mengeluarkan Kartu Kredit Syariah yaitu Dirham

Card. Menurut Direktur Utama Bank Danamon “Peluncuran Dirham Card bertujuan untuk

melengkapi rangkaian produk kartu yang kami tawarkan kepada para nasabah Bank Danamon,”

pada tanggal 18 juli 2007. Dirham Card ini diluncurkan berdasarkan fatwa No 54/DSN-

MUI/IX/2006 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan surat BI no

9/183/DPbS/2007 tentang persetujuan Danamon Syariah Card.[5]

Hasanah Card menawarkannya jika pembayaran telat dilakukan pada saat jatuh tempo

maka hanya dikenakan denda terhadap nasbahnya kemudian nasabah akan diperiksa untuk

kelanjutan penbayaran yang belum bisa dibayarkannya. Dari denda inilah yang membedakan

antar kartu kredit konvesiaonal dangan kartu kredit syariah.

Tetapi dalam penerapan akuntasi terhadap denda tersebut belum ada pengaturan atau

PSAK yang berlaku di indonesia. Oleh karenanya pencatatan antar bank masih terdapat

perbedaan antar bank.

Oleh sebab itu penulis ingin mengadakan analis penerapan akuntasi terhadapat denda
yang terdapat pada hasanah Card, dengan menulis skripsi ini yang berjudul  “PERLAKUAN
AKUNTANSI TERHADAP DENDA PADA KARTU KREDIT SYARIAH (HASANAH
CARD)”
2.      Rumusan Masalah

Penulisan skripsi ini akan dirumuskan pada dua masalah, yaitu :

1.                  Bagaiman pengakuan denda pada Kartu Kredit Syariah (Hasanad Card)?

2.                  Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap denda pada Kartu Kredit Syariah (Hasanah Card)?
3.                   Batasan Masalah

Dari berbagai masalah yang terjadi pada perbankan yang menawarkan kartu kredit,

penulis akam membatasi penelitian ini agar tidak mengalami kerancuan yaitu pada permasalahan

perlakuan akuntansi terhadap denda pada saat jatuh tempo dan pengakuan denda Kartu Kredit

Syariah (Hasanah Card) pada BNI Syariah Cabang Wolter Mongin Sidi, Jakarta Selatan.

4.                   Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk :

1.                  Untuk mengetahui perhitungn akuntansi terhadap denda yang dikenakan pada nasabah Kartu

Kredit Syariah

2.                  Untuk mengetahui pengakunan denda yang di peroleh bank dari keterlambatan pembayanran

Kartu Kredit Syariah pada saat jatuh tempo

5.                   Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1.                  Menambah wawasan penulis dalam perlakuan akuntansi terhadap denda dan pengakuan denda

yang dikenakan pada nasabah Kartu Kredit Syariah oleh bank syariah

2.                  Bagi lembaga bisnis yang melakukan pendanaan dengan katru kredit dapat membedakan dan

memilih Kartu Kredit Syariah yang dapat menghasilkan keuntungn lebih besar karna

penggunaan transaksinya yang non-riba

3.                  Bagi nasabah yang akan menggunakan kartu kredit dapat memahami jelas bahwa Kartu Kredit

Syariah benar-benar tidak menggunakan riba hanya memberikan sangsi denda pada nasabah

yang telat melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo


BAB II

LANDASAN TEORI

1.                  Kartu Kredit Syariah

Secara bahasa kartu kredit berasal dari kata ‘bithaqah’ yaitu yang digunakan dari

potongan kertas kecil atau dari bahan lain, diatasnya ditulis penjelasan yang berkaitan dengan

potongan kertas itu.

Kartu kredit yaitu kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya kemudian dapat

digunakan oleh pembawanya untuk membeli segala keperluan dan barang-barang serta

pelayanan tertentu secara hutang.

Kartu kredit adalah alat pembayaran yang bisa digunakan dalam membayar suatu

transaksi. Dengan katru kredit, maka pemilik dapat melakukan transaksi kemudian

pembayarannya akan ditalangi terlebih dahulu oleh bank penerbit kartu, kemudian pemilik kartu

dapat membayarkan pada saat jatuh tempo.[6]

Sistem kartu kredit adalah suatu jenis pengelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem

kredit, yang namanya berasala dari kartu kredit plastik yang diterditkan kepada pengguna sistem

tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu debit dimana penerbit kartu kredit

meminjamkan konsumen uang dan bukan mengambil uang dari tadungn.[7]

Kartu Kredit Syariah adalah alat pembayaran yang diterbitkan oleh pihak Bank Syariah

dengan perhitungn berdasarkan dengan prosedur Bank Syariah dan setiap transaksinya tidak

mengandung perhitungn riba.

2.                   Bank

Pengertian bank menurut UU No.7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyeluruh kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup banyak. Dalam UU No.10 tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum

merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dala lalu lintas pembayaran.[8]

Dalam istilah lainnya bank disebut sebagai Intermediary yang mempunyai arti bank

sebagai lembaga peraturan antara pihak yang kelebikan uang dengan pihak yang kekurangn

uang. Karena bank memiliki tiga fungsi umum yaitu menerima simpanan, menyalurkan dan

memberikan jasa-jasa keuangan.

Bank Syariah juga memiliki fungsi yang sama, kemudian dalam menjalankan usahanya

Bank Syariah tidak dapat dipisahkan dengan ketentuan-ketentuan syariah yang mengatur

operasionalnya, ketentuan-ketentuan ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan prinsip

untuk mengembangkan produk-prodik bank syariah.

Prifil PT. BNI Syariah yaitu terpicu dari timpaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan

ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip syariah dengan tiga pilarnya yaitu adil,

transparan dam maslahat mampu menjawab kebutukan masyarakat terhadap sistem perbankan

yang adil. Dengan berlandaskan pada UU No.10 tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000

didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang,

Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28

kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di kantor cabang BNI

Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar diseluruh

wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap

memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawasan Syariah (DPS)
yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin. Semua produk BNI Syariah telah melalui

pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Di dalam Corporat Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat

temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tenggal 19

Juni 2010 dengan beroperasinyaBNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi

waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang

kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang komitmen Pemerintah

terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan

produk perbankan syariah juga semakin meningkat.[9]

Dalam beroperasinya BNI Syariah memiliki visi yaitu menjadi Bnak Syariah pilihan

masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Dengan musi yang di usungnya adalah

memberikan kontibusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungn,

memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah, memberikan nilai

investasi yang optimal bagi investor, menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan

untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagi perwujudan ibadah, dan menjadi acuan tata

kelola perusahaan yang amanah.[10]

3.                   Landasan Hukum Kartu Kredit Syariah

Kerentuan kartu kredit ini merujuk pada dalil-dalil Al-Quran dan Hadits, yaitu

diantaranya :

Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Dua ratus

lima puluh dua hewan ternak, dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disubutkan kepadamu,

dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah :

1)

Firman Allah SWT : “Mereka menjawab, “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang

dapat mengembalikannya akan memperoleh(bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin

itu.” (QS. Yusuf : 72)

Firman Allah SWT : “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang

miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang memboros itu adalah saudara setan dan

setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ :26-27)

Firman Allah SWT : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melaikan

seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karna gila. Yang demikian itu katena mereka

berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka

apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghunu meraka, mereka kekal didalamnya.” (QS.

Al-Baqarah : 275)

Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan

yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sungguh, Allah maha penyayang.” (QS. An-Nisa : 29)

Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman, bila kamu melakukan hutang

piutang untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang

penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagainmana Allah telah mengajarkan kepadanya. Maka hendaklah dia

menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan dan hendaklah dia bertakwa

kepada Allah Tuhan-nya dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripadanya. Jika orang yang

berhutang itu kurang akalnya atau lemah atau tidak mampu mendiktekan sendiri maka hendaklah

walinya mendiktekannya dengan benar dan persaksikanlah dengan dua orang saksi lakilaki

diantara kamu juka tidak ada duaoranga lakilaki maka seorang laki-laki dan dua orang

perempuan diantara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi agar jika yang seorang lupa

maka yang seorang lagi mengingatkannya dan janganlah saksi-saksi itu menolah apabila

dipanggil dan janganlah kamu bosan menuliskannya untuk batas waktunya baik kecil maupun

besar. Yang demikian itu lebih adil disisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih

mendekatkan kamu kepada ketidak raguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai

yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak

menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli dan janganlah menulis dipersulit

dan begitu juga saksi jika kamu melakukan yang demukian maka sungguh hal itu suatu kefasikan

pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepada mu dan Allah

maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 282).

Firman Allah SWT : “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih

baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 280)

Sabda Nabi SAW : “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin

terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram.” (HR Tirmidzi)


Sabda Nabi SAW : “Telah dihadapkan kepada Rasulullah saw. jenazah seorang laki-laki

untuk dishalatkan. Rasulullah bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab,

‘Tidak’. Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun

bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Rasulullah berkata,

‘Shalatkanlah temanmu itu’ (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah

berkata, ‘Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah

tersebut.” (HR Bukhari)

Demikian pula Fatwa-fatwa DSN-MUI terkait yaitu No. 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Ijarah, No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah, No. 17/DSN-MUI/IX/2000

tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran, d. No. 19/DSN

MUI/IV/2001 tentang Qardh; e. No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ta’widh.[11]

4.                   Perhitungan Denda Pada Kartu Kredit Syariah (Hasanah Card)

Contoh Kasus :

Limit kartu gold Rp 10 juta, dimana monthly fee nya Rp 295.000,- tgl 1 juli melakukan

transaksi belanja sebesar Rp 1 juta, dimana ditanggih pada tanggal 18 juli dan jatuh tempo

tanggal 8 agustus 2010, dimana pada tanggal 5 agustus 2010 melakukan pembayaran sebesar Rp

500 ribu, maka outstanding (sisa hutang yang belum dibayar) adalah Rp 500.000,-

Net Monthly Fee = outstanding X (monthly fee / limit kartu)

       Rp 500.000,- X (Rp 295.000,- / Rp 10.000.000,-)

       Net Monthly Fee = Rp 14.750

5.                   Promo yang Ditawarkan Hasanah Card


PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah memberikan berbagai promo menarik kepada

para pemilik Hasanah Card. Ada empat kelompok yang diberikan tawaran menarik melalui

Hasanah Card yaitu Griya iB Hasanah, iB Hasanah Card, Umrah I’Tikaf iB Hasanah Card dan

Periplus Book Store.

Seperti diinformasikan dalam situs baru BNI Syariah bahwa untuk produk Griya iB

Hasanah Card akan diberikan promo DP 10% biaya administrasi 0,5% dimana syarat dan

ketentuan berlaku antara lain Pre-approved Hasanah Card Max. Pembiayaan Rp. 100 juta dan

free asuransi kebakaran untuk 1 tahun pertama diperpanjang hingga 31 Mart 2011.

Kemudian untuk iB Hasanah Card, BNI Syariah menawarkan Promo Business

Opportunity Jadilah Business Owner dengan cicilan 0% sampai dengan 12 bulan bersama iB

Hasanah Card hingga 31 Januari 2012.

Sedangkan untuk Umrah I’tikaf iB Hasanah Card akan berlaku hingga Juni 2011 untuk

promo umrah I’tikaf 2011.

Promo lain yang tidak kalah serunya adalah BNI Syariah memberikan promo discoun

15% untuk setiap pembelian buku dengan Hasanah Card untuk pembelian di Periplus Book Store

Outlet yang berlaku sampai dengan 30 September 2011.

Setelah mengeluarkan situs baru, Bank Umun Syariah kesepuluh di Indonesia ini terus

melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan perkembangan bisnis syariah ke depan.


BAB III

METODE PENELITIAN

1.                  Jenis Data

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan data ptimer dan data skunder, yaitu:

1.                  Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari narasumber, yaitu diperoleh langsung

dari PT. BNI Syariah Cabang Wolter Mongin Sidi, Jakarta Selatan melalui akunting perusahaan

dengan melakukan wawancara.

2.                  Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yaitu data yang diambil

dar internet, majalah, buku dan lain sebagainya. Data sekunder ini bertujuan sebagai pelengkap

dari data yang dihasilkan dari penelitian data primer.

3.                   Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Bank BNI Syariah Cabang Wolter Mongin Sidi,

Jakarta Salatan. Sedangkan waktu penelitian akan dimulai dari bulan Desember 2011 hingga

Maret 2012.
4.                   Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi

pustaka yaitu :

1.                  Wawancara

Teknik wawancara adalah metode pengumpulan data secara langsung dengan berbincang-

bincang dengan pihak terkait yaitu akunting perusahaan. Dan teknik wawancara yang dipakai

adalah wawancara tidak terstuktur.

2.                  Observasi

Teknik observasi adalah metode pengumpulan data dengan meneliti secara langsung

tentang perhitungan akuntansi Kartu Kredit Syariah dan perhitungan pengakuan denda terhadap

nasabah pada waktu jatuh tenpo.

3.                  Studi Pustaka

Taknik study pustaka adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menggali

dasar-dasar teori perhitungan akuntansi dan makna-makna yang terkait terhadap denda pada

Kartu Kredit Syariah

5.                   Metode Analisis Data

Metode analisi data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kualitatif, yaitu metode

yang dilakukan dengan cara dianalisa sehingga memberikan gambaran yang jelas untuk

pemecahan masalah khususnya perhitungn akuntansi terhadap denda pada Kartu Kredit Syariah

(Hasanah Card) dan pengakuan denda yang bekenakan pada nasabah pada waktu jatuh tempo.

[1] http///:www.google.co.id/magazine_ekonomi/menyiasati-kapitalisme-global.pdf/

[2] http://indonews.org/kredit-macet-di-kartu-kredit-turun/
[3] http://www.bni.co.id/Syariah/BNIHasanahCard/BNIHasanahCard/tabid/376/Default.aspx

[4] http://zonaekis.com/transaksi-hasanah-card-bni-syariah-alami-kenaikan/

[5]http://safruddin.wordpress.com/2007/08/04/dirham-card-kartu-kredit-syariah-pertama-di-indonesia/

[6] http://www.perencanakeuangan.com/files/ReferensiKartuKredit.html

[7]http:///D:/MatKul/Semester%205/metolit/Kartu%20kredit%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,

%20ensiklopedia%20bebas.htm

[8] http://www.tugaskuliah.info/2010/07/pengertian-bank-syariah.html
[9]http://www.bnisyariah.co.id/bnis.do?q=534a5248&a=61626f75745f626e695f73796172696168:73656a61726168

[10]http://www.bnisyariah.co.id/bnis.do?

q=564d&a=61[10]626f75745f626e695f73796172696168:766973695f6d697369

[11]file:///D:/MatKul/Semester%205/metolit/Landasan%20Hukum%20Kartu%20Kredit
%20Syariah%20%C2%AB%20eSharianomics.htm
Diposkan 30th December 2011 oleh sumayyah abdullah
0

Add a comment

Sumayyah Abdullah







 Beranda
Jan
22

Strategi menyehatkan keuangan BUMN

Sumi Sumayyah

Anda mungkin juga menyukai