Anda di halaman 1dari 11

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP DENDA

PADA KARTU KREDIT SYARIAH (HASANAH CARD)


Proposal Skripsi

Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian

Oleh :

MUHAMMAD ISMAIL MUSTAFA

Nim : 1192040089

Prodi : PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2013/2014
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Uang adalah alat tukar untuk mendapatkan suatu barang yang diinginkan, uang juga merupakan
suatu kebutuhan yang dimana berfungsi sebegai alat untuk menjangkau semua transaksi yang
terjadi di dunia bisnis.

Pada kenyataannya, transaksi mendunia tanpa uang tunai mulai menjadi tran sejak ditemukannya
kartu plastik (plastic card) atau kartu pintar (smart card) seiring perkembangan ekonomi dan
budaya masyarakat yang meninggalkan kebiasaan memakai uang tunai (cashless society).
Walaupin secara realitas kondisi Indonesia masih didominasi masyarakat yang tergolong cash
society atau lebih suka menggunakan uang tunai. Bisnis kartu kredit yang kian merak ternyata
juga menggoda sebagian pelaku perbankan syariah. Meski menimbulkan pro dan kontra ditengah
hiruk piuknya dunia konsumtif, kredit macet dan beban utang berkelanjutan.

Dalam dunia bisnis saat ini tidak bisa dipungkiri, kita hidup dan menikmati sistem kapitalissme
global. Dan sistem kapitalisme global ini di pegang oleh tanga-tangan perusahaan
multinasiaonal, dengan sumber daya yang didasarkan dengan mekanisne pasar, kemudian
diakuinya hak milik individu. Dan jaringan perbankan global merupakan jantungnya. Dalam
sistem perbankan global ini, bunga (interest) ibarat darahnya perekonomian. Sehingga krisis
ekonomi yang disebabkan bunga perbankan tersebut dapat memporak-porandakan sistem dan
seluruh sandi-sandi perekonomian khususnya yang melanda Indonesia dan negara Asia lainnya.

Kartu kredit banyak tersedia dan digunakan terutama oleh kalangan menengah keatas, meskipun
sebagian besar ada yang dianggap belum layak menggunakannya. Sehingga hal ini memunculkan
beragam masalah yang justru menyulitkan si pengguna. Hai ini bisa terlihat dari kredit macet
yang dihadapi kalangan perbankan akibat ulah pemilik kartu kredit, kasus ini desebabkan karena
seleksi pemegang kartu kredit yang tidak ketat sehingga setiap orang dapat memegang banyak
kartu kredit.

Kerawanan kartu kredit terletak pada pembebanan bunga, jika pemegang kartu tidak mampu
membayar pada saat jatuh tempo. Maka akan menimbulkan penggandaan bunga yang berlipat
dan terpuruk dalam perangkap kapitalisme global. Peristiwa ini terjadi pada nasabah bank
konvensional.

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kartu kerdit
mencapai Rp.1,52 triliun atau turun 32,89 dan dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang mencapai Rp.2,02 triliun. Sedangkan selama tahun 2011 sampai dengan
Februarian (year to date/ytd), jumlah transaksi-tarnsaksi menggunakan kartu kredit mencapai
32,97 juta transaksi dengan total nominal mencapai Rp.27,28 triliun. Kartu kredit yang beredar
saat ini jumlahnya sudah mencapai sekitar 13,8 juta kartu. Kasus ini dapat disimpulkan bahwa
orang-orang lebih memilih kartu kredit sebagai alat transaksinya dari pada pembayaran secara
cash (cashless society).

Kartu kerdit memang merupakan salah satu bisnis yang mengiurkan bagi perbankan. Selain
pasarannya yang masih terbuka lebar, uang yang bisa di katong dari usaha ini juga lummayan
besar, dibanding dengan produk pinjaman lainnya. Persentasi keuntungan yang besar itu
membuat perbankan menjadi amat agresif memasarkan kartu ktedit, hingga terkesan kurang
berhati-hati.

Seiring dengan maraknya bunga (interest) yang membuat perekonomian dan perbankan menjadi
krisis yang berkelanjutan, maka perbankan syariah mulai banyak bermunculan dengan
menawarkan produk-produk perbankan yang didasari oleh syariah, dan salah satu produk yang
disahkan MUI pada tahun 2006 adalah kartu kredit syariah yang ditunggu-tunggu oleh para
muslim di setiap transaksinya berdasarkan pada perinsip-prinsip syariah alias non-riba.

Kartu kredit syariah pertama didunia diluncurkan oleh AmBank Malaysia (Arab-Bank Malaysia
Bank Berhad) dengan nama Al-Taslif Credit Card pada tahun 1996 dengan sekema Bai
Bitsaman Ajil (jual beli dengan bayar tangguh). Kemudian langkah pembuatan kertu kredit
berbasis syariah ini diikuti oleh bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada pertengahan tahun
2002 denagn nama Bank Islam Card dan Arab Bangking Corporatioan (ABC) Islamic Bank
Bahrain pada akhir 2002, serta As Shamil Bank dan Tadamon Islamic Bank.

Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir di tahun 2008. Jumlah kartu yang beredar saat itu telah mengalami lebih dari 10
juta kartu yang diterbikkan oleh 21 bank dan lembaga pembiayaan. Dan bertepatan dengan
Festival Ekonomi Syariah (FES) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI Syariah telah
meluncurkan salah satu jenis pembiayaan yang berbasis syariah yaitu BNI Hasanah Card dengan
menggandeng provider MasterCard Internasional.

Dasar yang dipakai dalam penerbitan BNI Hasanah Card adalah fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) No.54/DSN-MUI/X/2006 mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari
Bank Indonesia No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008.b Sesuai dengan fatwa DSN No.54/DSN-
MUI/X/2006 Syariah Card didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang
hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa.

Transaksi kartu pembiayaan (kredit) BNI Syariah, Hasanah Card, mengalami lonjakan drastis
selama Agustus 2011. Anak usaha PT BNI tersebut mencatat kenaikan transaksi sebesar 35
persen dari bulan- bulan biasanya. Menurut Direktur Bisnis BNI Syariah, Bambang Widjanarko,
total transaksi tumbuh menjadi Rp 54 miliar. Pada bulan biasanya transaksi hanya sekitar Rp 40
miliar,

Selain BNI Syariah, Bank Danamon mengeluarkan Kartu Kredit Syariah yaitu Dirham
Card. Menurut Direktur Utama Bank Danamon Peluncuran Dirham Card bertujuan untuk
melengkapi rangkaian produk kartu yang kami tawarkan kepada para nasabah Bank Danamon,
pada tanggal 18 juli 2007. Dirham Card ini diluncurkan berdasarkan fatwa No 54/DSN-
MUI/IX/2006 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan surat BI no
9/183/DPbS/2007 tentang persetujuan Danamon Syariah Card.

Hasanah Card menawarkannya jika pembayaran telat dilakukan pada saat jatuh tempo maka
hanya dikenakan denda terhadap nasabahnya kemudian nasabah akan diperiksa untuk kelanjutan
pembayaran yang belum bisa dibayarkannya. Dari denda inilah yang membedakan antar kartu
kredit konvesiaonal dangan kartu kredit syariah.

Tetapi dalam penerapan akuntasi terhadap denda tersebut belum ada pengaturan atau PSAK yang
berlaku di indonesia. Oleh karenanya pencatatan antar bank masih terdapat perbedaan antar
bank.

Oleh sebab itu penulis ingin mengadakan analis penerapan akuntansi terhadap denda yang
terdapat pada hasanah Card, dengan menulis skripsi dengan berjudul PERLAKUAN
AKUNTANSI TERHADAP DENDA PADA KARTU KREDIT SYARIAH (HASANAH
CARD)

2. Rumusan Masalah

Penulisan skripsi ini akan dirumuskan pada dua masalah, yaitu :

1. Bagaimana pengakuan denda pada Kartu Kredit Syariah (Hasanad Card)?

2. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap denda pada Kartu Kredit Syariah (Hasanah
Card)?

3. Batasan Masalah

Dari berbagai masalah yang terjadi pada perbankan yang menawarkan kartu kredit, penulis akam
membatasi penelitian ini agar tidak mengalami kerancuan yaitu pada permasalahan perlakuan
akuntansi terhadap denda pada saat jatuh tempo dan pengakuan denda Kartu Kredit Syariah
(Hasanah Card) pada BNI Syariah Cabang jl. Andi Petterani, Makassar.
4. Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui perhitungan akuntansi terhadap denda yang dikenakan pada nasabah
Kartu Kredit Syariah

2. Untuk mengetahui pengakuan denda yang diperoleh bank dari keterlambatan pembayanran
Kartu Kredit Syariah pada saat jatuh tempo

5. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Menambah wawasan penulis dalam perlakuan akuntansi terhadap denda dan pengakuan
denda yang dikenakan pada nasabah Kartu Kredit Syariah oleh bank syariah

2. Bagi lembaga bisnis yang melakukan pendanaan dengan katru kredit dapat membedakan
dan memilih Kartu Kredit Syariah yang dapat menghasilkan keuntungn lebih besar karna
penggunaan transaksinya yang non-riba

3. Bagi nasabah yang akan menggunakan kartu kredit dapat memahami jelas bahwa Kartu
Kredit Syariah benar-benar tidak menggunakan riba hanya memberikan sangsi denda pada
nasabah yang telat melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Kartu Kredit Syariah

Secara bahasa kartu kredit berasal dari kata bithaqah yaitu yang digunakan dari potongan kertas
kecil atau dari bahan lain, diatasnya ditulis penjelasan yang berkaitan dengan potongan kertas
itu.

Kartu kredit yaitu kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya kemudian dapat
digunakan oleh pembawanya untuk membeli segala keperluan dan barang-barang serta
pelayanan tertentu secara hutang.

Kartu kredit adalah alat pembayaran yang bisa digunakan dalam membayar suatu transaksi.
Dengan katru kredit, maka pemilik dapat melakukan transaksi kemudian pembayarannya akan
ditalangi terlebih dahulu oleh bank penerbit kartu, kemudian pemilik kartu dapat membayarkan
pada saat jatuh tempo.
Sistem kartu kredit adalah suatu jenis pengelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang
namanya berasala dari kartu kredit plastik yang diterditkan kepada pengguna sistem tersebut.
Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu debit dimana penerbit kartu kredit meminjamkan
konsumen uang dan bukan mengambil uang dari tadungn.

Kartu Kredit Syariah adalah alat pembayaran yang diterbitkan oleh pihak Bank Syariah dengan
perhitungn berdasarkan dengan prosedur Bank Syariah dan setiap transaksinya tidak
mengandung perhitungn riba.

2. Bank

Pengertian bank menurut UU No.7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyeluruh kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup banyak. Dalam UU No.10 tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum
merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam istilah lainnya bank disebut sebagai Intermediary yang mempunyai arti bank sebagai
lembaga peraturan antara pihak yang kelebikan uang dengan pihak yang kekurangn uang. Karena
bank memiliki tiga fungsi umum yaitu menerima simpanan, menyalurkan dan memberikan jasa-
jasa keuangan.

Bank Syariah juga memiliki fungsi yang sama, kemudian dalam menjalankan usahanya Bank
Syariah tidak dapat dipisahkan dengan ketentuan-ketentuan syariah yang mengatur
operasionalnya, ketentuan-ketentuan ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan prinsip
untuk mengembangkan produk-prodik bank syariah.

Prifil PT. BNI Syariah yaitu terpicu dari timpaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan
ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip syariah dengan tiga pilarnya yaitu adil,
transparan dam maslahat mampu menjawab kebutukan masyarakat terhadap sistem perbankan
yang adil. Dengan berlandaskan pada UU No.10 tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28
kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di kantor cabang BNI
Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar diseluruh
wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawasan Syariah (DPS)
yang saat ini diketuai oleh KH.Maruf Amin. Semua produk BNI Syariah telah melalui
pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Di dalam Corporat Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tenggal 19 Juni 2010
dengan beroperasinyaBNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off
bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan syariah juga semakin meningkat.

Dalam beroperasinya BNI Syariah memiliki visi yaitu menjadi Bnak Syariah pilihan masyarakat
yang unggul dalam layanan dan kinerja. Dengan musi yang di usungnya adalah memberikan
kontibusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungn, memberikan solusi
bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah, memberikan nilai investasi yang
optimal bagi investor, menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya
dan berprestasi bagi pegawai sebagi perwujudan ibadah, dan menjadi acuan tata kelola
perusahaan yang amanah.

3. Landasan Hukum Kartu Kredit Syariah

Kerentuan kartu kredit ini merujuk pada dalil-dalil Al-Quran dan Hadits, yaitu diantaranya :

Firman Allah SWT : Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Dua ratus lima
puluh dua hewan ternak, dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disubutkan kepadamu, dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki. (QS. Al-Maidah : 1)

Firman Allah SWT : Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang memboros itu adalah saudara setan dan setan itu
sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra :26-27)

Firman Allah SWT : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melaikan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka
apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghunu meraka, mereka kekal didalamnya. (QS.
Al-Baqarah : 275)

Firman Allah SWT : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas
dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
maha penyayang. (QS. An-Nisa : 29)

Firman Allah SWT : Wahai orang-orang yang beriman, bila kamu melakukan hutang piutang
untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar janganlah penulis menolak untuk menuliskannya
sebagainmana Allah telah mengajarkan kepadanya. Maka hendaklah dia menuliskan. Dan
hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah
Tuhan-nya dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripadanya. Jika orang yang berhutang itu
kurang akalnya atau lemah atau tidak mampu mendiktekan sendiri maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar dan persaksikanlah dengan dua orang saksi lakilaki diantara kamu
juka tidak ada duaoranga lakilaki maka seorang laki-laki dan dua orang perempuan diantara
orang-orang yang kamu sukai dari para saksi agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi
mengingatkannya dan janganlah saksi-saksi itu menolah apabila dipanggil dan janganlah kamu
bosan menuliskannya untuk batas waktunya baik kecil maupun besar. Yang demikian itu lebih
adil disisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidak
raguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu,
maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila
kamu berjual beli dan janganlah menulis dipersulit dan begitu juga saksi jika kamu melakukan
yang demukian maka sungguh hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada
Allah, Allah memberikan pengajaran kepada mu dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al-Baqarah : 282).

Firman Allah SWT : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang
waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 280)

Sabda Nabi SAW : Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram. (HR Tirmidzi)

Sabda Nabi SAW : Telah dihadapkan kepada Rasulullah saw. jenazah seorang laki-laki untuk
dishalatkan. Rasulullah bertanya, Apakah ia mempunyai utang? Sahabat menjawab, Tidak.
Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun
bertanya, Apakah ia mempunyai utang? Mereka menjawab, Ya. Rasulullah berkata,
Shalatkanlah temanmu itu (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah
berkata, Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah
tersebut. (HR Bukhari)

Demikian pula Fatwa-fatwa DSN-MUI terkait yaitu No. 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Pembiayaan Ijarah, No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah, No. 17/DSN-MUI/IX/2000
tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran, d. No. 19/DSN
MUI/IV/2001 tentang Qardh; e. No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Tawidh.

4. Perhitungan Denda Pada Kartu Kredit Syariah (Hasanah Card)

Contoh Kasus :

Limit kartu gold Rp 10 juta, dimana monthly fee nya Rp 295.000,- tgl 1 juli melakukan transaksi
belanja sebesar Rp 1 juta, dimana ditanggih pada tanggal 18 juli dan jatuh tempo tanggal 8
agustus 2010, dimana pada tanggal 5 agustus 2010 melakukan pembayaran sebesar Rp 500 ribu,
maka outstanding (sisa hutang yang belum dibayar) adalah Rp 500.000,-

Net Monthly Fee = outstanding X (monthly fee / limit kartu

= Rp 500.000,- X (Rp 295.000,- / Rp 10.000.000,-)

= Rp 14.750

5. Promo yang Ditawarkan Hasanah Card

PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah memberikan berbagai promo menarik kepada para
pemilik Hasanah Card. Ada empat kelompok yang diberikan tawaran menarik melalui Hasanah
Card yaitu Griya iB Hasanah, iB Hasanah Card, Umrah ITikaf iB Hasanah Card dan Periplus
Book Store.

Seperti diinformasikan dalam situs baru BNI Syariah bahwa untuk produk Griya iB Hasanah
Card akan diberikan promo DP 10% biaya administrasi 0,5% dimana syarat dan ketentuan
berlaku antara lain Pre-approved Hasanah Card Max. Pembiayaan Rp. 100 juta dan free asuransi
kebakaran untuk 1 tahun pertama diperpanjang hingga 31 Mart 2011.

Kemudian untuk iB Hasanah Card, BNI Syariah menawarkan Promo Business Opportunity
Jadilah Business Owner dengan cicilan 0% sampai dengan 12 bulan bersama iB Hasanah Card
hingga 31 Januari 2012.

Sedangkan untuk Umrah Itikaf iB Hasanah Card akan berlaku hingga Juni 2011 untuk promo
umrah Itikaf 2011.

Promo lain yang tidak kalah serunya adalah BNI Syariah memberikan promo discoun 15% untuk
setiap pembelian buku dengan Hasanah Card untuk pembelian di Periplus Book Store Outlet
yang berlaku sampai dengan 30 September 2011.

Setelah mengeluarkan situs baru, Bank Umun Syariah kesepuluh di Indonesia ini terus
melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan perkembangan bisnis syariah ke depan.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Data

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan data ptimer dan data skunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari narasumber, yaitu diperoleh langsung dari
PT. BNI Syariah Cabang Wolter Mongin Sidi, Jakarta Selatan melalui akunting perusahaan
dengan melakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yaitu data yang diambil
dar internet, majalah, buku dan lain sebagainya. Data sekunder ini bertujuan sebagai pelengkap
dari data yang dihasilkan dari penelitian data primer.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Bank BNI Syariah Cabang jl. Andi Petterani, Makassar.
Sedangkan waktu penelitian akan dimulai dari bulan Mei 2014 hingga Juli 2014.

4. Taknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka
yaitu :

1. Wawancara

Teknik wawancara adalah metode pengumpulan data secara langsung dengan berbincang-
bincang dengan pihak terkait yaitu akunting perusahaan. Dan teknik wawancara yang dipakai
adalah wawancara tidak terstuktur.

2. Observasi

Teknik observasi adalah metode pengumpulan data dengan meneliti secara langsung tentang
perhitungan akuntansi Kartu Kredit Syariah dan perhitungan pengakuan denda terhadap nasabah
pada waktu jatuh tenpo.
3. Studi Pustaka

Taknik study pustaka adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menggali dasar-
dasar teori perhitungan akuntansi dan makna-makna yang terkait terhadap denda pada Kartu
Kredit Syariah.

5. Metode Analisis Data

Metode analisi data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kualitatif, yaitu metode yang
dilakukan dengan cara dianalisa sehingga memberikan gambaran yang jelas untuk pemecahan
masalah khususnya perhitungan akuntansi terhadap denda pada Kartu Kredit Syariah (Hasanah
Card) dan pengakuan denda yang bekenakan pada nasabah pada waktu jatuh tempo.

DAFTAR PUSTAKA

http://sumayyah-abdullah.blogspot.com.

Anda mungkin juga menyukai